Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra 9

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying Bagian 9


hari ke-6 walaupun bukan hari pertama, tapi kami tetap
masih merasa asing, apalagi muridku ini nafsu makannya
sangat besar, uang yang kami cari tidak cukup untuk mengisi
perutnya, sekarang tidak hanya perut gurunya yang kosong,
begitu juga muridku, maka kami kemari terpaksa beratraksi
lagi."
"Suhu..." pemuda itu memukul simbal sambil berkata,
"kami datang untuk menghibur para saudara!"
"Apakah kau tidak takut ditertawakan?"
"Suhu, murid sudah salah bicara apa?"
"Kau hanya bisa berbuat seperti tadi, sayang.."128
"Sayang kenapa?"
"Langkahmu kurang mantap, malah terlihat sedikit
mengambang!"
"Di kaki yang mana?" dengan suara rendah pemuda itu
berkata lagi, "aku lapar, pastinya kakiku jadi lemas!"
Para penonton tertawa, tapi telinga orang tua itu
sepertinya bermasalah, dia segera bertanya kepada pemuda
itu: "Apa yang kau katakan tadi pada penonton?"
"Tidak ada apa-apa!"
"Hanya beratraksi sedemikian rupa kau sudah minta
uang kepada para penonton?" orang tua itu mengambil
tiang bambu satu lagi.
***129
BAB 18
Pemuda itu melihat gurunya membawa tongkat bambu,
dia segera meloncat-loncat seperti kera dan tangannya
bergoyang:
"Walaupun atraksi murid tidak bagus, kalau Suhu mau
memukulku harus dilakukan di rumah, jangan di depan
banyak orang karena semua akan melihatnya...."
"Kau tahu kalau atraksimu tidak bagus, seharusnya kau
bertambah gesit?" orang tua itu seperti ingin memukul
pemuda itu dengan tongkat bambu, tapi ketika bambu itu
diangkat ke atas segera lepas dan terbang, tepat jatuh di
atas tiang bambu di mana pemuda itu beratraksi tadi.
Bambu itu bergoyangan di atas, pemuda itu ingin
menyambutnya, tapi bambu tidak jatuh dari atas tiang
bambu tadi.
"Suhu, ada apa?"
"Cepat naik ke atas!"
"Naik?" wajah pemuda itu seperti memucat, suaranya
pun bergetar, "Suhu, itu sangat tinggi..."
"Semakin tinggi semakin seru!"
"Tapi murid takut!" pemuda itu menutup dada dengan
tangannya.
"Dasar tidak berguna, biasanya guru mengajarimu
seperti apa?" orang tua itu marah dan matanya melotot.
"Suhu belum pemah mengajarkanku harus merangkak
begitu tinggi!"
Tiba-tiba pemuda itu seperti teringat sesuatu dan
berkata:130
"Lebih baik Suhu beratraksi sebentar, biar murid tahu
caranya bisa naik setinggi itu." Dia bertanya kepada
penonton, "Hai penonton, apakah kalian setuju?"
Penonton berteriak baik, orang tua itu seperti ingin
memperlihatkan ilmunya, dia mengambil arak yang ada di
dalam buli-buli dan meminumnya, lalu menggosok-gosok
kedua tangannya dan maju:
"Baik, kalian lihatlah baik-baik!"
Dia berjalan seperti bebek mabuk, setelah mendekati
tiang bambu dia memeluk bambu itu dengan kedua
lengannya.
Pemuda itu terus memukul simbal, kemudian kedua kaki
orang tua itu menjepit batang bambu.
Bambu bergoyang-goyang, tapi batang bambu paling
atas tidak terjatuh.
"Baik sekali..." pemuda itu bersorak dan memukul simbal
lagi.
Kaki orang tua itu terjulur dan ditarik, dia mulai naik ke
atas tiang bambu setinggi 3 kaki. Simbal dipukul lagi. Orang
tua itu terus merangkak ke atas dengan kalang kabut,
akhirnya dia terjatuh.
Penonton tertawa. Simbal dibuang, pemuda itu menutup
mata tidak berani melihat, orang tua itu bangun dan
menggosok-gosok pinggangnya, kata-nya:
"Aku sudah tua, apa lagi tadi aku sudah 1 minum arak!"
Belum selesai bicara dia terpelanting ke bawah, pemuda
itu malu melihatnya, tapi orang tua itu segera mengambil
simbal yang tadi dibuang lalu memukul-nya sekuat tenaga.
Pemuda itu terkejut, dia mencengkeram bambu itu.131
Orang tua itu memukul simbal lagi, pemuda 1 itu dengan
kalang kabut naik ke atas bambu pertama, kemudian naik
lagi ke tiang bambu kedua.
"Baik..."
Orang tua itu berteriak, dia menendang batangan bambu
yang ada di bawah ke atas udara.
Batang bambu terjatuh lagi ke batang bambu kedua,
dengan posisi tepat.
Orang tua itu tidak berhenti memukul simbal, gerakan
pemuda itu juga tidak berhenti. Dia naik semakin tinggi,
batang kedua sudah selesai dipanjat, lalu ke batang ketiga,
dan sampai di paling ujung.
Simbal berhenti dipukul, pemuda itu seperti baru
tersadar kalau dia sekarang berada di tempat setinggi itu, dia
berteriak dan memejamkan mata, seperti kera mengerutkan
tubuhnya, gerakannya membuat batangan bambu terus
bergoyang.
Tiga batang bambu disambung sehingga panjangnya ada
18 depa, pemuda itu tergantung di sana. Benar-benar sangat
berbahaya, walaupun bambu bergoyang-goyang dia tidak
terjatuh.
Semua orang berteriak dan bertepuk tangan serta
bersorak.
Pemuda itu tertawa, matanya terbuka, seperti seekor
ayam dia berdiri dengan sebelah kakinya kemudian masih
memperagakan Cui-pat-sian (jurus mabuk).
Ilmu mabuk ini lucu juga sulit, di tanah datar pun sulit
diperagakan, apa lagi di atas batangan bambu.
Pemuda itu tidak minum arak, tapi dia benar-benar
seperti sedang mabuk dan tampak lucu. Semua ini membuat
para penonton takut sekaligus ingin tertawa.132
Su Yan-hong tersenyum, dia melihat semua itu dengan
teliti dan tahu pemuda itu mempunyai ilmu tinggi, bukan
orang yang benar-benar mencari makan dengan menjual
ilmu.
Dia juga melihat wajah pemuda itu penuh dengan
keseriusan dan lurus, maka dia tersenyum.
Akhirnya atraksi sudah selesai, pemuda itu meloncat, hal
ini membuat penonton terkejut lagi.
Semua orang berteriak, Ih-lan keluar dari kerumunan itu.
Pemuda itu terjatuh di tengah-tengah dia masih berputarputar beberapa kali, kemudian beberapa kali turun dengan
mantap tidak ada sesuatu yang terjadi.
Sorakan penonton terdengar uang pun dilempar ke
arahnya, orang tua itu mengucapkan terima kasih. Simbal
dibalikkan, tubuh berputar, uang yang dilempar semua
disambut dengan simbal.
Sepasang tangan Ih-lan terus merogoh saku mencari
uang, dia baru ingat tidak membawa uang, dan mencari
ayahnya, pemuda itu sudah berdiri di depannya:
"Adik kedi, aku pinjam manisan yang ditusuk itu, boleh
tidak?"
Orang tua itu menyambut uang yang dilempar dan tepat
berada di sisinya, dia segera menyela:
"Jangan berikan kepadanya, dia rakus..."
Tapi Ih-lan tetap memberikan manisan itu kepada
pemuda itu, orang tua itu segera menutup matanya.
"Kau akan bermain sulap?" tanya Ih-lan.
"Dari mana kau bisa tahu?" pemuda itu balik bertanya.
"Aku tahu kau pasti akan bermain dengan
baik!"133
Pemuda itu baru akan menjawab, orang tua yang melihat
dari sela-sela jarinya segera berkata:
"Kalau bermain sulap uangnya masuk perut itu bukan hal
yang baik!"
"Aku tidak percaya pada kata-katamu!" Kata
Ih-lan.
Orang tua itu mengangkat bahunya, dia merentangkan
tangannya artinya apa boleh buat, hal ini membuat
penonton tertawa lagi. Dalam suara penonton tawa pemuda
itu melempar manisan ke udara dan berteriak:
"Lihat baik-baik!"
Sepasang mata Ih-lan melihat dengan melotot, pastinya
para penonton lainnya juga melihatnya. Waktu itu ada dua
prajurit berbaju mewah datang, dengan dua tangan dilipat di
depan dada melihat pemuda itu.
Kedua tangan pemuda itu terus berputar, tusukan
manisan itu terus dilempar-lempar dan dia mengelilingi
lapangan satu kali, kemudian kembali di depan Ih-lan. Ih-lan
tetap melihat manisan di tangan pemuda itu, tapi hanya
sekejap manisan yang ditusuk itu sudah menghilang.
Kedua tangan pemuda itu dikepalkan, dia meletakkannya
di depan Ih-lan, dan menyuruhnya menebak, Ih-lan segera
berteriak:
"Di tangan kiri!"
Pemuda itu membuka kepalan tangan kirinya, tapi
manisan itu tidak ada. Eh-lan berteriak lagi:
"Di tangan kanan!"
"Tidak ada!" kepalan tangan kanan dibuka, memang
tidak ada di sana.
"Di mana manisanku?" Tanya Ih-lan dengan aneh.134
"Yang pasti sudah berada di dalam perutnya!" orang tua
itu mengeluh sambil menggelengkan kepala, "Suruh dia
membuka mulutnya, mungkin masih ada yang tersisa!"
Tidak menunggu Ih-lan meminta, pemuda itu sudah
membuka mulutnya, tapi tidak ada apa-apa di sana.
"Di mana?" Ih-lan melihat pemuda ini.
"Ada pada salah satu dari mereka," pemuda itu melihat
ke arah penonton. Ih-lan mengikuti pandangan mata
pemuda itu berputar, "mana mungkin?"
"Kau tidak percaya?"
Ih-lan menggelengkan kepala, pemuda itu bersalto
keluar dan sekali lagi bersalto, berhenti di depan prajurit
berbaju mewah itu, tapi wajahnya tetap melihat ke arah Ihlan. Ih-lan lari ke sana:
"Kembalikan manisanku!"
"Ada di sini," pemuda itu melihat prajurit yang berdiri di
sebelah kiri, "ada di tubuh tuan prajurit ini!"
Prajurit itu mengerutkan alisnya, pemuda itu sudah
mencabut sesuatu dari punggungnya, ternyata manisan yang
ditusuk itu.
Tapi begitu melihat prajurit berbaju mewah itu, para
penonton tidak berani tertawa, tapi Ih-lan tidak peduli, dia
bertepuk tangan.
Setelah manisan ditarik dari punggungnya, kedua alis
prajurit berbaju mewah itu terangkat, dia terlihat ingin
marah.
Pemuda itu tidak peduli, dia berjalan ke arah Ih-lan, tapi
tangan kiri prajurit sudah memegang pundaknya, terlihat dia
tidak bisa kabur lagi, tapi pundak pemuda itu seperti tidak135
sengaja bergeser ke samping, segera cengkeraman prajurit
itu meleset.
"Siau-cu (bocah)..." prajurit itu sudah melang kah keluar.
"Anda mengenalku?" pemuda itu terlihat seperti
terkejut.
Orang tua itu tertawa dan mendekat:
"Ternyata kalian sudah saling kenal dan bersekongkol
memainkan sulap ini!"
Dua prajurit berbaju mewah itu segera marah:
"Lo-thauw-ji (orang tua)."
Orang tua itu terpaku dan bengong:
"Mengapa kau juga mengenalku? Bagaimana kita bisa
terlepas dari rasa curiga orang-orang?"
"Lo-thauw-ji..." bentak prajurit itu, "jangan sembarangan
bicara, sejak kapan aku mengenal kalian berdua?"
"Tapi Anda mengetahui namaku adalah Lo-thauw-ji
sedangkan muridku adalah Siau-cu." Wajah orang tua
terlihat aneh, seperti tidak sedang ber-gurau.
"Sembarangan!" bentak prajurit satu lagi.
Lo-thauw-ji membalikkan tubuh lalu melihat pemuda itu:
"Dari dulu aku sudah menyuruhmu mengganti nama, kau
selalu tidak mau dan tidak percaya ada yang tahu kalau
namamu adalah Siau-cu."
"Aku percaya," Ih-lan tertawa, "Siau-cu, Lo-thauw-ji."
Orang tua itu tertawa senang. Siau-cu bersalto ke depan
Ih-lan:
"Adik kecil, manisan ini kukembalikan pada-mu.
"Namaku Ih-lan." Ih-lan mengambil manisan itu dan
menggigit, "Siau-cu, kau juga makan..." Siau-cu
menggelengkan kepala.
"Aku dipaksa makan kepalan!"136
Kata-katanya belum selesai, dua prajurit berbaju mewah
sudah berada di belakangnya. Kepalan menyerangnya, Siaucu menghindar, dia tertawa:
"Tidak perlu terlalu serius!"
"Apakah kau sudah memakan nyali singa, dan jantung
harimau sehingga berani mengolok-olok kami!" prajurit itu
menyerang Siau-cu dengan kaki dan tangannya.
Siau-cu sangat lincah, kedua tangannya terus bergoyang
dan menghindar, sepertinya dia sangat terpojok tapi bisa
menghindar dengan sangat pas. Walaupun kaki dan kepalan
tangan prajurit itu bergerak sangat cepat, tapi tetap tidak
mengenai sasaran.
"Siau-cu, ternyata kau benar-benar punya ilmu tinggi,
pantas kau berani bercanda dengan kami!" dengan jurus
mabuk Siau-cu mengelilingi dua prajurit itu dengan tenang,


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia hanya menghindar tapi tidak membalas.
Penonton jarang melihat pertarungan sebenar nya,
kecuali yang penakut, yang lainnya tidak bubar malah
berteriak memberi semangat.
Ih-lan tidak pergi dari sana, dengan tenang dia melihat
aksi itu.
Dua prajurit, 2 lawan 1, mereka tidak bisa mengenai
Siau-cu, bajunya pun tidak sanggup mereka raih, mereka
naik darah karena malu, saling memberi isyarat langsung
kedua-duanya mencabut golok.
Penonton melihat mereka sudah menggunakan senjata,
mereka buru-buru pergi dari sana, tapi Ih-lan masih di sana,
Siau-cu melihatnya, dia meloncat dan berteriak:
"Siau-moi-moi, jangan menonton lagi, cepat pulang."
Ih-lan melihat dua prajurit itu lalu menggelengkan
kepala:137
"Aku tidak takut kepada mereka!"
Dua prajurit itu sudah mendekat, dua golok mendekat
dan menepis, bentakan terdengar:
"Berhenti!"
Su Yan-hong keluar dari kerumunan orang, dia tidak
marah tapi terlihat berwibawa.
"Ayah..Ih-lan berlari lalu memeluk Su Yan-hong, "kedua
orang itu bukan orang baik-baik."
Su Yan-hong menuntun tangan Ih-lan, lalu berjalan ke
depan. Dua prajurit melihatnya segera terlihat ketakutan,
dengan cepat menyimpan golok mereka dan memberi
hormat. Su Yan-hong melambaikan tangan:
"Adik ini hanya senang bermain sulap, tidak berniat
jahat, kenapa kalian begitu serius melayaninya?"
Dua prajurit itu sadar mereka bersalah juga tahu siapa Su
Yan-hong, mereka segera menunduk kan kepala tidak berani
membela diri.
"Pergilah," Su Yan-hong melambaikan tangannya.
Dua prajurit itu menghembuskan nafas panjang dan
terburu-buru pergi dari sana.
Lo-thauw-ji segera datang:
"Luar biasa, luar biasa," dia berkata lagi kepada Siau-cu,
"kau tidak punya wibawa, lihatlah tuan ini, hanya beberapa
kalimat saja sudah membereskan masalah."
Siau-cu mengangkat bahu:
"Mereka satu jalan, jadi gampang membereskannya!"
"Apakah betul?" Lo-thauw-ji melihat Su Yan-hong.
"Lo-cianpwee," Su Yan-hong memberi hormat, "muridmu
mempunyai ilmu tinggi, kalau tidak karena menaruh kasihan,
tidak mungkin mereka bisa ada kesempatan mencabut
golok, tidak perlu menungguku sampai berbicara tadi."138
Orang tua itu balik bertanya:
"Siau-cu, kau punya kemampuan, mengapa tidak
membuat mereka terguling?"
"Suhu, apakah kau sudah mabuk, mana mungkin
muridmu ini berani membuat orang kerajaan marah!"
"Orang kerajaan?" Lo-thauw-ji seperti tiba-tiba tersadar,
dan dia bersikap takut.
"Kalian berdua..." Su Yan-hong sekali lagi memberi
hormat, "aku belum menanyakan marga dan nama kalian."
"Aku Lo-thauw-ji, dia Siau-cu." Lo-thauw-ji tiba-tiba
bergemetar, "kau bertanya dengan serius, apakah akan
mencari kami..."
Su Yan-hong tertawa kecut:
"Aku hanya ingin berteman dengan kalian berdua!"
Orang tua itu seperti terkejut, tapi Siau-cu tertawa
dingin:
"Tidak perlu, kami hanya tukang obat, yang berjualan
obat di dunia persilatan, kami tidak menjalin tali keakraban
dengan orang yang lebih tinggi kedudukannya."
Dia segera membereskan barang-barangnya, Ih-lan
mendekati Siau-cu:
"Kapan kau akan beratraksi lagi?"
"Kalau tidak ada orang yang mencari gara-gara, setiap
hari aku pasti datang kemari!" Dia melihat Ih-lan, Siau-cu
bisa tertawa.
"Baik, besok aku akan datang lagi kemari!" Ih-lan tertawa
dan berloncat-loncat.
"Kalau bisa jangan datang bersama ayahmu!"
"Mengapa?"139
"Lagaknya terlalu besar, kalau dia ada di sini tidak akan
ada seorang pun yang berani datang untuk melihat atraksi
kami!"
"Aku mengerti!"
Su Yan-hong tahu guru dan murid ini mempunyai ilmu
tinggi, dia berharap bisa berteman dengan mereka, tapi
sepertinya mereka tidak suka, jadi dia tidak bisa memaksa,
dia percaya pada jodoh, kalau berjodoh mereka bisa menjadi
sahabatnya.
Entah apa sebabnya, dia tiba-tiba teringat pada Fu
Hiong-kun.
Kembali ke rumah hari sudah sore.
Penjaga pintu yang melihat Su Yan-hong pulang, mereka
merasa aneh, tapi Su Yan-hong tidak menaruh di hati, dia
berpesan kepada Ih-lan:
"Cuci bersih tanganmu, nanti ayah akan bermain
denganmu lagi."
"Pasti..." Ih-lan sangat senang.
Dengan hati ringan Su Yan-hong masuk ke dalam rumah.
Setelah masuk, dia mulai merasa ada yang tidak beres.
Pelan-pelan keanehan di dalam rumah mulai terlihat, ada
yang bengong, ada yang terus mengedip kan mata kepada
Su Yan-hong.
"Apa yang terjadi?" tanya Su Yan-hong, dia mendengar
suara baju tertiup angin, kemudian terdengar suara kencang
berhembus.
Dia tahu ada yang datang, dengan tenang dia
menghindar.
Yang menyerang adalah seseorang dengan baju panjang
berwarna hitam, kepalanya ditutup oleh kantung kain hitam,
tubuhnya bergerak lincah, sekali menyerang tidak mengena140
sasaran, dia segera bersalto, dua tangan dengan 10 jari
dilipat seperti cakar, jurus
'Mong-say-hu-touw' (Singa buas menang kap kelinci)
sudah dikeluarkan sekali lagi dia menyerang Su Yan-hong.
Melihat orang itu menyerangnya, dalam hati Su Yanhong sudah tahu orang itu sebenarnya, apa lagi terlihat baju
kuning keluar dari balik baju panjang hitamnya, dia merasa
lebih yakin, dia tidak langsung menyambut malah mundur.
Orang itu mengejar Su Yan-hong terus, meng hantam
dengan kepalan, menepis dengan telapak, menendang
dengan kaki, serangannya kerap dan ganas, membuat Su
Yan-hong terus mundur, di belakangnya ada dinding dan
tidak ada jalan mundur lagi. Terpaksa harus membalas, tapi
tetap serangannya lebih sedikit dari pada beijaga, dia
sengaja mengalah 18 jurus dan terjatuh di sebuah kursi, bila
sekali lagi diserang senjaga akan terguling dari kursi.
Orang dengan wajah ditutup itu seperti tahu apa yang
akan dilakukan Su Yan-hong, dia tertawa terbahak-bahak
dan berhenti menyerang lalu membuka baju hitam dan
penutup kepalanya. Di balik baju itu ternyata orang berbaju
raja dan memakai topi raja.
Bersamaan waktu seorang kasim kecil dan sekelompok
pengawal keluar dari dua arah dan berlutut sambil berseru.
"Baginda semoga sehat selalu," sebenarnya orang itu
adalah raja sekarang bernama Cu Hou-coh, beliau adalah
anak tunggal dari Raja Kauw-cong, dilahirkan dari Permaisuri
Cong. Usia 15 tahun sudah naik tahta, sekarang usianya
belum mencapai 19 tahun.
Raja Kauw-cong mempunyai anak tunggal, maka di
anggap pusaka, permaisuri Cong sangat menyayanginya. Apa
lagi Raja Kauw-cong adalah anak yatim, semasa kecil pernah141
melewatkan hidup yang menyedihkan, maka dia sangat
memanjakan anak tunggal ini, otomatis anak ini tumbuh
menjadi orang yang selalu hidup di bawah ketiak orang tua,
juga sangat nakal, dua kali lebih nakal dibandingkan dengan
anak biasa sampai baginda merasa malu kepada rakyatnya,
tapi keadaan sudah terlambat, dia hanya berharap anak
buahnya bisa mendidiknya kembali ke jalan yang benar,
menjadi seorang raja yang baik.
Bagi Raja Cu Hou-coh, orang-orang yang mendidiknya
tidak sebaik 8 kasim yang mengurusnya.
Delapan kasim itu disebut 'Pat-houw' (8 macam) mereka
adalah Ma Gong-ceng, Kao Hong, Lok Hiang, Wie Min, Ciu
Ku, Ku Ta-gong, Thio Gong, dan Liu Kun. Mereka ada yang
baik ada yang buruk. Ilmu silat mereka pun ada yang tinggi
ada yang biasa, salah satu dari mereka yang paling jahat dan
licik adalah Liu Kun.
Orang-orang ingin menjatuhkan Pat-houw, tapi raja
mengeluarkan pengaruhnya. Pat-houw tidak jatuh malah
posisinya lebih kuat, yang paling kuat tentu saja Liu Kun, dia
tidak hanya mengangkat dirinya menjadi ketua dewan
jenderal, dia masih menjadi komandan prajurit wilayah ke12. Kekuasa annya sangat besar.
Dewan jenderal bisa ikut rapat rencana ketentaraan
negara, apa lagi kekuatan militer sudah berada di tangannya.
Boleh dikatakan kedudukan Liu Kun kuat seperti Tai-san.
Yang menjadi raja malah seperti Liu Kun, karena raja
memberi hak kepada dia.
Setelah 3 tahun lebih bertahta raja ini mulai mengerti,
maka dia sering mencari Su Yan-hong.142
Keluarga Su Yan-hong secara turun temu-run mengabdi
pada negara, Su Yan-hong pun tidak terkecuali. Setelah
melihat raja berusaha keras, dia lebih giat lagi.
Saat bergurau seperti sekarang ini sudah biasa di terima
Su Yan-hong, bagi seorang raja bergurau seperti ini memang
sangat mustahil dan memalukan, tapi dibandingkan berkuda
atau ber-buru kelinci, ini akan lebih aman!
Su Yan-hong pun tahu kalau raja ini penuh semangat,
dan mengerti kalau raja bergurau seperti ini pasti ada tujuan
lain.
Dia ingin berlutut tapi raja segera memapah:
"Tidak usah!"
Baginda duduk dan tertawa:
"Jika tidak ingin mencoba ilmu yang sebenarnya,
beberapa kali kau pura-pura kalah, tidak seru!"
"Kepandaian Baginda semakin bagus!"
"Tidak sebagus murid Kun-lun-pai!" Baginda tertawa.
Waktu itu Ih-lan masuk, melihat Baginda dia segera
tertawa, tangan kecilnya dilambaikan dan ingin mendekat.
Su Yan-hong segera membentak:
"Ih-lan, harus sopan santun!"
Baru saja Ih-lan ingin mengatakan sesuatu, dia segera
berlutut dan menyembah:
"Baginda, Ih-lan memberi hormat kepada Baginda!"
Baginda menggendong Ih-lan:
"Kali ini aku datang tergesa-gesa, lupa membawakan
makanan dan mainan untukmu!"
"Kedatangan Baginda kali ini, apakah.
"Tiba-tiba aku hanya merasa sudah lama tidak bertarung
secara bersahabat, sekarang aku mencarimu ingin
mengajakmu keluar kota untuk berburu!"143
"Baginda mempunyai hobi seperti itu, hamba akan
menemani Baginda."
"Apakah Ih-lan ingin ikut juga melihat-lihat keramaian?"
Baginda bertanya kepadanya.
"Tentu saja ingin, apakah ayah akan mengijin kan aku
ikut?"
"Berburu adalah permainan orang dewasa!" Su Yan-hong
berkata lagi, "orang yang berhubung-an dengan kaisar yang
bernama Lu Kian baru memperlihatkan surat-suratnya
kepada Baginda, apakah Baginda sudah membacanya?"
Kasim kecil yang bernama Siau-te-lu terlihat tegang.
Baginda seperti tidak sengaja menghalangi pendangan
Siau-te-lu kepada Ih-lan, dengan dingin melihat Su Yan-hong.
Seperti tidak sengaja menjawab:
"Siapa yang tertarik pada benda itu, biar Liu Kun yang
membereskannya."
Su Yan-hong adalah orang yang sangat pintar melihat,
dia mengerti dan tertawa:
"Banyak orang yang bercerita tentang hal
ini..."
"Biarlah mereka yang urus, besok pagi kita lihat panah
siapa yang lebih cepat!"
0-0-0
Orang di atas kuda terlihat penuh semangat dan
kehidupan. Kuda yang ditunggangi adalah kuda paling bagus,
teknik menunggang kudanya mem-buat kuda ini bertambah
bercahaya.
Kuda melaju seperti naga, seperti naga dalam diri
manusia. Kemegahan Su Yan-hong tidak tertandingi.144
Di dalam hutan tidak ada binatang buas, hanya ada
binatang seperti kelinci dan rusa jenis binatang yang tidak
menyerang manusia. Baginda selalu menyukai berburu,
dalam berburu beliau bisa mendapatkan rangsangan.
Orang-orang yang mengurusnya tidak bisa menghalangi
niatnya, mereka boleh mencegah Baginda melakukan hal
yang mengandung bahaya, tapi tidak bisa menghalangi hobi
berburu Baginda.
Walaupun tempat berburu di sana sangat aman, tapi
pasukan yang datang mengawal baginda jumlahnya sampai
ratusan, mereka berada di kiri dan kanan baginda
mengawasi.
Kasim kecil Siau-te-lu terus mengikuti di kiri dan kanan,
tapi begitu perburuan sudah dimulai, dia tertinggal jauh.
Kuda dan teknik menunggang kuda membuatnya tertinggal.
Baginda dan Su Yan-hong bersama-sama mengejar seekor
rusa. Kuda mereka berlari dengan cepat.
Panah mereka bersamaan waktu melesat meninggalkan
busur. Melesat seperti bintang ter-jatuh dan mengenai
tubuh rusa. Rusa itu sudah terluka dan berlari lebih cepat
lagi. Hanya sebentar Siau-te-lu sudah tertinggal dan tidak
terlihat batang hidungnya.
Rusa yang terluka setelah berlari sebentar lalu mati di


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

balik semak-semak. Baginda dan Su Yan-hong jongkok di
pinggir rusa mati itu, tawa mereka segera berhenti.
"Yan-hong, apakah kau tahu kau hampir membuat
bencana?" suara Baginda menjadi berat.
"Apakah mengenai orang yang berhubungan dengan
kaisar?"145
"Surat itu jatuh ke tangan Liu Kun." Baginda menarik
nafas, "Liu Kun sudah membangun pagar di sisiku, kelak bila
bicara denganku, harus hati-hati."
"Apakah Siau-te-lu orangnya?"
"Betul... Liu Kun sudah mengatur orang ini untuk
mengawasiku!"
"Orang itu sangat keterlaluan, dia mulai berani secara
terang-terangan menambah kekuatan, kalau tidak segera
dihentikan akan sangat berbahaya!"
"Bagaimana cara menghentikannya?" kata Baginda
tertawa kecut, "sekarang dia sangat berani, tidak takut pada
siapa pun. Pastinya aku harus bertanggung jawab, dia
menjadi seperti itu karena diriku juga."
"Tapi ini sudah menjadi sebuah bukti, sekarang tidak ada
gunanya lagi, lihat saja, dia menamakan dirinya sendiri Kiucian-sui (9.000 tahun, Baginda=10.000 tahun) terlihat
ambisinya sangat besar, Yan-hong, sekarang aku harus
mengandal-kanmu lagi!"
"Tenanglah, Baginda!" Su Yan-hong ter-paksa berkata
seperti tu.
"Kalau aku bisa tenang, itu lebih baik!"
"Mungkin aku tidak akan bisa membantu!" Baginda
terlihat sedih, "aku harap dia bisa kuat!" kemudian matanya
berputar, dia tertawa terbahak-bahak.
Tidak perlu melihat pun Su Yan-hong tahu kasim kecil
Siau-te-lu sudah mendekati mereka, dia merasa sedih.
Tapi dia tetap bisa tertawa, tertawa lepas, karena dia
tahu hanya dengan cara seperti itu baru bisa menutupi
semua ini.
Pastinya orang yang menghubungi Kaisar, Lu Kian tidak
sekuat besi, dia setia, berani bertingkah, berani bicara, maka146
dia disebut sebagai penghubung Kaisar terbuat dari besi. Dia
adalah seorang pelajar, tidak perlu berlatih ilmu silat untuk
menjaga diri, sekarang dia dihajar hingga berdarah.
Di kedua sisinya ada kasim, mereka adalah orang yang
dipercaya Liu Kun, bila menggunakan alat penyiksa, tidak
ada perasaan sedikit pun.
Lu Kian terus berteriak kesakitan, dua kasim yang
memukul seperti tidak mendengar teriakannya, setelah puas
baru berhenti. 4 orang kasim yang memegang kaki dan
tangan baru melepaskannya.
Lu Kian bernafas ngos-ngosan, dia meronta dan
berteriak, akhirnya dia merangkak.
Waktu itu dua barisan kasim keluar dari ruangan, di
tengah-tengahnya adalah Liu Kun.
Melihat dari sudut mana pun tidak terlihat dia mirip
orang jahat, kalau tidak begitu dia tidak akan mendapatkan
kepercayaan dari kaisar dan bisa menduduki posisi seperti
sekarang.
Dia orang Soa-sai, bermarga Than, marganya jarang ada,
ketika dia baru dikebiri, dia menjadi murid seorang kasim
bermarga Liu, maka marganya pun diubah menjadi Liu,
kemudian oleh Kaisar Sian-cong, dia diberi tugas mengurus
pelacur yang diakui oleh pemerintah. Maka Kaisar Sian-cong
waktu itu selalu mencarinya, dia jadi sangat disukai oleh
Kaisar.
Katanya kematian Kaisar Sian-cong disebabkan terlalu
banyak makan obat kuat, seharusnya Liu Kun yang
bertanggung jawab akan hal ini, tapi tidak ada seorang pun
yang berani mengusut perkara ini.
Sampai pada jaman Kaisar Siau-cong, karena kehidupan
pribadinya sangat serius, jadi tidak membutuhkan orang147
seperti Liu Kun, dan kedudukannya digeser ke dekat kuburan
Sian-cong, sampai seka-rang Kaisar telah tumbuh dewasa
dan senang main, setelah mengetahui Liu Kun sangat hafal
dalam bidang ini, dia menarik kembali Liu Kun ke istana.
Kesempatan begitu baik pasti tidak akan dilepaskan Liu Kun,
dia berusaha mengubah cara membuat Kaisar ini semakin
menyukainya.
Dalam hati kecil Kaisar, tidak ada orang yang lebih baik
dari pada Liu Kun, Liu Kun berusaha merangkak naik,
walaupun harus menggunakan segala cara.
Pejabat kerajaan semua takut kepadanya dan
menganggap dia sebagai Kiu-cian-sui, hanya Lu Kian yang
tidak, dia menulis surat kepada Kaisar mengungkapkan
kesalahannya, jadi mana mungkin Liu Kun akan
melepaskannya.
"Sebetulnya kau tidak takut!" kata-kata ini keluar, Liu
Kun segera duduk.
Kasim yang ada di belakang sudah menyiapkan kursi
untuk mengkordinasi gerakannya.
"Liu Kun pengkhianat, penjahat!" Lu Kian
marah.
Liu Kun sama sekali tidak takut, jangankan Lu Kian yang
telah terluka parah, jika di kiri dan kanannya banyak
pendukung, dia pun tidak takut, apa lagi sekarang ada
Hongpo Tiong dan Hongpo Ih yang selalu melindungi dia.
Dua bersaudara itu adalah keturunan Hong-po, mereka
masing-masing menggunakan sepasang Poan-koan-pit, di
dunia persilatan di juluki Im-yang-pit (Pena Im-yang), mereka
sudah tinggal di istana selama beberapa tahun, mereka
adalah 2 pesilat tangguh di antara 5 pesilat lainnya. Di istana148
dia dipimpin langsung oleh Liu Kun, mereka sangat setia
kepada Liu Kun.
Mereka tidak takut kepada Lu Kian, dan segera berteriak:
"Diam..." dan Lu Kian pun pingsan. Tidak usah diberitahu
kasim di sebalah kiri dan kanan segera menyiram Lu Kian
dengan air.
Lu Kian terbangun kembali, kali ini dia tidak sanggup
bergerak lagi, tapi dia tetap terlihat marah:
"Pengkhianat, penjahat..."
"Kau benar-benar pemberani, kau kira aku tidak berani
membunuhmu?"
"Keluarga Lu tiga generasi secara turun temur-un adalah
pejabat yang jujur, kami diberi kebaikan oleh kerajaan, kalau
kau mau membunuh-ku, aku tidak takut kecuali Kaisar
sendiri yang memberi perintah!"
"Apakah benar?" Liu Kun tertawa.
Lu Kian ingin mengatakan sesuatu, tapi rasa sakit yang
luar biasa membuatnya pingsan kembali.
"Kembalikan dia ke rumah!" kata Liu Kun dengan suara
hidung.
"Baik..." Empat orang kasim segera menarik Lu Kian
keluar dari sana.
"Di mana Kaisar sekarang?" tanya Liu Kun.
"Lapor Kiu-cian-sui, kaisar berada di rumah Pau!"
"Baik..." Liu Kun tertawa lagi, "kita pergi ke rumah Pau
Pang. jangan lupa suruh Tiang Seng ikut!"
"Baik, Kiu-cian-sui!"
Mendengar panggilan itu, Liu Kun merasa sangat
gembira, memang jarak Kiu-cian-sui hingga Ban-sui masih
ada 1.000 Sui, tapi dia tidak perlu merasa cemas karena
kesempatan belum datang.149
Kalau dia tidak sabar, tidak akan mendapatkan posisi
setinggi sekarang.
Pau Pang adalah tempat Kaisar bermain, berada di
belakang kuil Sie-tan, di jalan kecil sana, ada Vila Li-kong-piegoan.
Membangun vila Li-kong-pie-goan itu juga ide Liu Kun,
dibangun dan direncanakan oleh Goan Te orang Vietnam.
Goan Te sudah berada di Tiongkok selama 4 generasi,
keluarganya secara turun temurun membangun istana
kerajaan, keahliannya membangun sangat tinggi, sampai
generasinya, sayapnya lebih diperlebar lagi. Tidak diragukan
lagi dia adalah orang berbakat dalam bidang arsitek,
ditambah lagi dia adalah anak buah Liu Kun yang selalu
memper-jelas Goan Te, karena hobi Kaisar ini maka istana
dibangun dengan struktur aneh, kuat, leluasa, dan indah.
Dari luar melihat rumah yang ada di kiri dan kanan sangat
biasa, tapi setelah masuk, terlihat aneh. Pintu-pintu, air,
gunung, hutan buatan semua ada, jalan pun sambungmenyambung. Istana ini benar-benar sangat misterius,
Dana untuk membangun, kuli bangunan, butuh berapa
pun selalu ada, maka istana ini dengan cepat selesai
dibangun. Kaisar sendiri yang memberi nama ?Tai-su' kolam
di depan "Tian Go ruang rahasia bernama 'Houw-pang'
(Kamar Harimau), Kaisar secara tidak sengaja melihat
harimau dan macan tutul, maka dia mengubahnya menjadi
'Pau Pang' (kamar Pau).
Memang Kaisar sangat menyukai tempat itu, tapi tidak
ada hati untuk menikmatinya, apa lagi sekarang ini.
Selama beberapa tahun ini apa yang dilakukan Liu Kun
sangat dipahaminya, dia juga tahu masalah Lu Kian, dan itu
akan membuat Liu Kun datang kemari, maka begitu Siau-te-150
lu melapor, dia tidak terkejut, malah merasa lebih plong.
Walaupun dia mulai bisa bersabar, tapi semakin cepat
masalah beres maka akan semakin baik.
Kaisar tidak merasa aneh dengan kemuncul-an Tiang
Seng, karena kasim ini memang orang kepercayaan Liu Kun
dan sekarang dia menjadi gubernur Tong-tiang.
Dia tidak menyukai kasim ini, tapi dia harus mengakui,
kasim ini mempunyai ilmu tinggi dan tahu itu alasan Liu Kun
menyukainya
Liu Kun membawa anak buahnya itu di sampingnya,
sepertinya dia mempunyai tujuan yang harus dicapai. Kaisar
berharap Liu Kun jangan bersikap keterlaluan, jangan
membuat dia merasa sulit menjadi Kaisar.
Setiap saat wajah Liu Kun yang merah dan lembab selalu
tersenyum, sebaliknya wajah Tiang Seng selalu pucat seperti
baru sembuh dari sakit berat. Setahun penuh wajahnya
pucat tidak terlihat ada darah, kecuali sepasang matanya
selalu penuh dengan urat-urat merah, di sekeliling matanya
ber-wama merah, sepertinya sengaja dilukis tapi sejak lahir
memang seperti itu.
Umurnya belum terlalu tua, tapi rambut putihnya lebih
banyak dari rambut hitam, alisnya pun seperti itu, ada orang
yang bilang karena ilmu lweekang yang dilatihnya.
Katanya ilmu lweekang yang dilatihnya adalah ilmu
lweekang aliran sesat. Apa pun yang dikatakan orang, kesan
yang diberikan adalah sesat dan jahat.
Siau-te-lu tahu keadaan ini, dia segera keluar
meninggalkan Kaisar, Liu Kun, dan Tiang Seng.
"Lu Kian bersekongkol dengan kekuatan dunia persilatan
golongan hitam, diam-diam memperbesar kekuatan dan
berencana memberontak!" Liu Kun terus terang.151
"Apakah betul?" kata Kaisar pura-pura.
"Kami sudah menyelidikinya dengan teliti, harap Baginda
segera menurunkan perintah, menghukum dia!"
"Berencana memberontak... dosa besar, harus dibunuh!"
"Apakah ada buktinya?"
"Tiang Seng adalah bukti kuat, karena dia bertanggung
jawab menyelidiki masalah ini, maka semua bukti sudah di
tangannya!"
"Oh!" Kaisar mengerutkan alis.
"Jangan sampai terlambat, hamba sudah menyiapkan
surat perintah, Baginda bisa melihatnya." Liu Kun membawa
surat.
Kaisar mengambilnya, dia mengerutkan alis:
"Selama 3 generasi Lu Kian adalah pejabat yang setia,
memang dosa selama hidup tidak bisa diampuni, dosa mati
pun tidak bisa dilaksanakan, bagaimana kalau dia menjadi
tentara di perbatasan?"
"Dia merencanakan memberontak, seharusnya seluruh
keluarganya dipenggal, sekarang hanya tinggal membunuh
Lu Kian, hamba sudah memikirkan banyak hal untuk
Baginda."
"Cepat buatkan tinta untuk Baginda!" pesan Liu Kun
kepada Tiang Seng.
Sebenarnya tinta sudah dibuat, Tiang Seng segera
memberikan Pit kepada Kaisar. Kaisar tahu ini sudah mereka
rencanakan maka dia mengambil Pit tapi tetap bengong,
setetes tinta menetes ke bawah dan menjadi sebuah noda
tinta.
Liu Kun melihatnya:
"Kau tidak hati-hati, cepat minta maaf pada Baginda."152
"Hamba pantas mati, hamba pantas mati..." tangan Tiang
Seng membersihkan noda tinta di atas meja, dua tangannya
menjadi hijau dan dia menge-lap meja, meja langsung
menjadi putih.
Kaisar melihat itu dan wajahnya berubah.
Liu Kun membentak:
"Mundur..." Tiang Seng mundur ke belakang Liu Kun. Liu
Kun baru berkata, "Silakan, Baginda..."
Akhirnya kaisar berkata:
"Bila Lu Kian berniat ingin memberontak, dia pantas
mati!" Pit pun akhirnya turun.
Setelah Lu Kian pulang, dia kembali pingsan, begitu
sadar, dia benar-benar sudah sadar dan bisa berpikir banyak,
dia langsung berteriak:
"Tan-ji..."
"Aku di sini!" Lu Tan dari awal selalu berada di sisi
ranjang Lu Kian.
Hati Lu Kian agak tenang, dengan nada marah dia
berkata:
"Liu Kun adalah seorang penjahat..." kata-kata
berikutnya belum menyambung, dia hampir pingsan lagi.
"Ayah, jaga dirimu baik-baik, kita punya banyak
kesempatan!"
"Penjahat ini benar-benar jahat, aku yakin surat-suratku
tidak akan sampai ke tangan Kaisar!"
"Hari ini dia sudah memukulkan 80 papan kepadaku,
mungkin dia hanya melampiaskan sedikit, tapi dia adalah
orang licik, aku yakin dia tidak akan berhenti sampai di sini!"
"Ada putramu di sini, ayah bisa tenang!"


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lu Kian melihat wajah putranya, dia ber-pesan:153
"Jangan gegabah!" dia tahu putranya bersifat membela
keadilan, melindungi orang yang diperlaku kan dengan tidak
adil, bisa membedakan mana yang ! benar dan yang mana
yang salah, dari kecil dia diantar ke Bu-tong-san dan sudah
menguasai ilmu tinggi.
Lu Kian sering merasa bangga mempunyai putra seperti
dia, walau pun hanya putra tunggal ini, tapi dia tidak seperti
orang biasa terlalu memanjakan kepada putranya, kalau
tidak dia tidak akan mengantarkan putranya ke Bu-tong-san,
dia sering mendorong putranya melakukan hal yang berarti,
tapi tidak kali ini.
"Orang-orang takut kepada Liu Kun, tapi aku
tidak!"
Lu Tan mengepalkan tangannya.
"Di istana banyak pesilat tangguh, apa lagi Liu Kun, kau
hanya sendiri, apa gunanya?"
"Aku akan berhati-hati..."
"Kalau sekali pukul tidak kena, tidak akan ada
kesempatan lagi, kalau sampai jatuh ke tangan Liu Kun,
akibatnya tidak terbayangkan!"
"Ayah sering mengajarkanku, walau mati tapi harus ada
artinya..."
"Kematian ada yang berat seperti Tai-san, ada yang
ringan seperti bulu. Orang yang ingin membunuh Liu Kun
sangat banyak, maka dia sudah mempersiapkan segalanya,
ingin membunuh dia sangat sulit!" Lu Kian menarik nafas,
"keluarga Lu selama 3 generasi adalah pejabat yang setia,
semua orang tahu tentang ini, dia menjerumuskan aku, dosa
karena memenggal sekeluarga besar kita, tapi kali ini hanya
aku yang dipenggal, tidak akan berdampak pada keluarga
lain!"154
Lu Tan tidak terpikir hal ini, setelah mendengar kata-kata
ayahnya dia terpaku.
"Ingat ayah bisa seperti ini karena keras kepala dan
terlalu percaya diri.
"Kita pergi dari sini..."
"Tidak bisa!" Lu Kian menggelengkan kepala, "kalau kita
pergi berarti kita melarikan diri setelah berbuat kesalahan,
saat itu masuk laut pun tidak akan bisa mencuci bersih nama
baik kita, apa lagi Liu Kun sudah mempersiapkan
semuanya..."
Kata-katanya belum selesai, suara teriakan Seng-ci-to
sudah terdengar (perintah kaisar).
"Ayah..." wajah Lu Tan berubah.
"Mereka datang begitu cepat!" Lu Kian malah tertawa,
"hidup atau mati ditentukan oleh nasib, pejabat jahat dan
tidak setia akan mendapat karma."
Kemudian dia membentak:
"Pelayan, bantu aku berganti baju untuk menerima
perintah baginda!"
Keluarganya tergesa-gesa masuk, Lu Tan terdiam, dia
berlutut di belakang Lu Kian.
Dengan tenang Lu Kian mengganti dengan baju bagus
dipapah oleh keluarganya dia masuk ke ruang tamu.
Lu Tan melihat ayahnya, dia melotot, hatinya dipenuhi
kemarahan, siap meledak.
Di sisinya ada secangkir arak yang telah diberi racun,
maksudnya Lu Kian harus bunuh diri. Hongpo Tiong dan
Hongpo Ih datang bersama-sama, dari sisi terlihat tekad Liu
Kun. Lu Kian menerima perintah Baginda, cangkir arak
diambilnya dan tertawa dingin:155
"Lu Kian mati tidak apa-apa, hanya sayang kekuasan akan
diambil alih oleh kasim, kerajaan Beng akan hancur di tangan
kasim jahat ini!"
"Diam..." Hongpo Tiong berteriak.
Lu Kian melihat Hongpo Tiong, dia tidak marah tapi
penuh dengan wibawa.
Hongpo Tiong tidak tahan mundur beberapa langkah.
Lu Kian tidak bicara apa-apa lagi, arak beracun segera
diteguknya hingga habis.
0-0-0
Malam sudah larut, di rumah makan itu hanya tersisa 3
orang tamu.
Sebenarnya Lu Tan baru datang belum begitu lama tapi 3
poci arak sudah habis di minum, dia mulai terlihat mabuk.
Seorang tua dan Siau-cu si penjual obat dari tadi sudah
berada di sana. Waktu itu Lo-thauw-ji sudah mabuk dan
tertidur di meja, suara mengoroknya terdengar seperti
guntur.
Siau-cu sedang makan kacang, dia melempar kacang
tinggi-tinggi, semua kacang masuk ke dalam mulutnya, tidak
ada yang meleset.
Mereka tidak melihat Lu Tan, walaupun Lu Tan
menggebrak meja mengeluarkan suara menggetarkan langit,
tapi mereka tetap tidak bereaksi.
Lu Tan menggoyang poci dan berteriak:
"Pelayan, bawa arak!"
Pelayan sangat berpengalaman, dia tahu tamu yang
sedang mabuk seperti ini jangan sampai membuatnya
marah, buru-buru mengantarkan arak.156
Baru saja Lu Tan mengambil poci arak, kacang yang
digenggam seseorang terjatuh di atas meja, dia melihat ke
atas, Siau-cu sedang tertawa.
"Minum arak sendirian seperti ini, akan cepat mabuk."
"Pergi... " Lu Tan melayangkan tangan.
Siau-cu menggelengkan kepala:
"Aku orang yang tidak bisa mendengar orang minum
arak terus mengomel." Dia tidak pergi malah duduk di depan
Lu Tan.
Lo-thauw-ji seperti sedang mengigau:
"Untuk apa minum arak? Kalau tidak ada gunanya untuk
apa minum arak?"
Dengan dingin Lu Tan menatap Lo-thauw-ji, Siau-cu
berkata:
"Dia adalah Suhuku, jangan lihat dia mabuk dan
sembarangan bicara, sebenarnya banyak hal yang sangat
masuk akal yang dikatakannya."
"Apa hubungannya semua ini denganku!" Lu Tan
melambaikan tangan:
"Kita tidak saling kenal, lebih baik kau pergi, jangan
menghalangi aku minum arak!"
Dia mengangkat poci siap minum lagi, tapi entah
bagaimana pocinya sudah direbut Siau-cu.
"Semua adalah sahabat, apakah kau tidak mengerti?"
Siau-cu minum setegak arak.
"Kembalikan!" Lu Tan ingin merebut poci itu kembali tapi
poci berpindah dari tangan kiri ke tangan kanan, kemudian
dari tangan kanan ke tangan kiri Siau-cu, bersalto tiga kali di
udara, kemudian turun dan duduk bersila di atas meja.
Sebenarnya Lu Tan tidak peduli pada poci arak itu, tapi
setelah kedua tangannya selalu tidak mengenai sasaran. Hati157
yang selalu ingin menang mulai muncul, dia menyerang Siaucu dan berteriak:
"Kukembalikan padamu..." poci arak didorong ke depan
Lu Tan. Ketika Lu Tan ingin mengambilnya, Siau-cu
menariknya kembali dan pada kesempatan ini dia
mengambilnya dan bersalto dari atas Lu Tan.
Lu Tan membentak, dia berputar, kakinya menendang
Siau-cu yang sedang turun, tapi dalam situasi seperti itu
Siau-cu masih sempat berputar dan turun ke meja yang lain.
"Ilmu yang bagus, pantas berani mengolok diriku dengan
jurus Bu-tong 'Pat-kwa-yu sin-ciang'." (Tangan dan tubuh
berpindah-pindah) dia segera datang merebut arak yang ada
di dalam poci.
Dari kiri ke kanan Siau-cu terus menghindar, tapi tidak
selincah tadi. Ketika Lu Tan akan mencengkeram poci itu,
poci dilempar ke atas, Lu Tan ikut meloncat, Siau-cu pun
tidak kalah cepat.
Mereka bergerak sangat cepat, tapi ada tangan yang
lebih cepat dari mereka. Ada orang yang mengambil
kesempatan ketika mereka sedang berebut poci yang akan
terjatuh, dia adalah Lo-thauw-ji.
Poci diambil dan langsung meloncat ke atas tiang,
dengan posisi setengah tubuh di atas tiang setengah
tergantung, dia minum arak:
"Arak di dalam poci ini benar-benar enak pantas kalian
berdua berebut."
Kedua matanya setengah terpejam, seperti dalam mabuk
dan belum sadar. Tubuhnya bergoyang-goyang sepertinya
setiap saat akan terlempar ke bawah.
Melihat orang tua berkelakuan seperti itu Siau-cu terlihat
biasa-biasa saja, tapi Lu Tan sudah melepaskan kata-katanya:158
"Jangan minum arak lagi!"
Lo-thauw-ji mendengar dan melihat ke bawah, dia
seperti lupa masih tergantung di atas, dan segera berdiri. Lu
Tan tergesa-gesa akan menyambutnya, tapi orang tua itu
seperti seekor belut, berputar di tengah-tengah udara dan
meloncat kembali ke atas tiang, kemudian minum arak lagi.
"Arak yang harum, arak yang enak..." dia menggoyanggoyang kepalanya, "sebenarnya aku sudah kenyang, tapi
arak ini begitu enak, sayang bila disia-siakan begitu saja!"
Lu Tan sadar bahwa orang tua itu benar-benar
mempunyai kepandaian yang hebat, dia tertawa kecut.
"Anak muda, bagaimana kalau menemani Lo-thauw-ji
minum?"
"Suruh Siau-cu saja yang menemani Anda!"
Lo-thauw-ji melihat Siau-cu:
"Maksudmu Siau-cu? Tidak! Tidak! Minum 3 cangkir
langsung mabuk, tidak seru!"
Siau-cu segera berbisik kepada Lu Tan:
"Jangan percaya pada kata-katanya, bila taruhan minum,
dia yang mabuk terlebih dulu!"
"Tidak pernah terjadi seperti itu, aku tahu ketika aku
mulai mengerti minum arak, dia masih bergelut dengan
dewa kematian, nasi yang di makannya lebih sedikit dari
arak yang kuminum! Cepat, bawa cangkir kemari!"
Lu Tan segera membawa cangkir arak lalu diletakkan di
atas meja.
Lo-thauw-ji meloncat ke atas, mulut poci di kebawahkan,
arak tumpah dengan pas secangkir pun tidak ada yang
tumpah.
Lu Tan terkejut, tenaga dalam Lo-thauw-ji begitu tinggi
benar-benar di luar dugaannya.159
"Lo-cianpwee...." Baru saja sebutan ini keluar. Lo-thauwji sudah turun di depannya.
"Panggil aku Lo-thauw-ji..." orang tua itu mengangkat
poci arak dan berkata lagi, "mari bersulang...." Dia
menghabiskan arak di dalam poci, kecepatannya benarbenar jarang ada. Lu Tan masih terpaku di sana. Siau-cu
dengan cepat menutup setengah wajahnya dan berteriak:
"Celaka..."
"Lihat, siapa yang berani bertanding minum denganku?"
Lo-thauw-ji menggoyangkan poci kosong nya:
"Sekarang giliranmu..." ketika Lu Tan akan minum, tibatiba Lo-thauw-ji sudah terguling ke bawah.
"Lo-cianpwee..." Lu Tan berteriak.
Tapi suara ngorok Lo-thauw-ji sudah terdengar keluar,
Siau-cu menepuk pundak Lu Tan:
"Tidak apa-apa, tadi memang sudah mabuk, sekarang dia
minum lagi, maka dia bertambah mabuk!"
Lu Tan ingin mengatakan sesuatu, tapi Siau-cu sudah
berkata:
"Takaran minum sudah ada dari lahir, ditambah latihan
dari lahir, tidak diukur dengan usia, Lo-thauw-ji selalu tidak
mengerti aturan ini, dia mengira karena dia lebih tua minum
pun pasti lebih kuat dibandingkan denganku, sebenarnya
tidak seperti itu!"
Kemudian dia mengambil arak Lu Tan dan meminumnya.
Baru saja selesai meneguk, cangkir-nya dikembalikan kepada
Lu Tan, Lu Tan beniat mengambilnya, Siau-cu sudah terjatuh
ke bawah sambil membawa cangkir araknya.
"Kau..." Lu Tan tertawa kecut.160
Pelayan melihat semuanya, dia menggelengkan kepala.
Melihat reaksi Lo-thauw-ji dan Siau-cu seperti ini sepertinya
bukan pertama kalinya terjadi.
"Apa pekerjaan mereka?" tanya Lu Tan pada pelayan.
"Tukang obat!" dia mulai bercerita, "biasanya mereka
bisa mabuk selama 1-2 jam lalu sadar kembali tidak perlu
khawatir."
Lu Tan berpikir sebentar, melihat Siau-cu dan Lo-thauw-ji
yang masih tergeletak di bawah, dia tertawa kecut:
"Semua makanan dan minuman mereka, biar aku yang
bayar!"
Dari balik bajunya dia mengeluarkan uang dan
meletakkanya di atas meja, kemudian dia keluar dari rumah
makan itu.
Pelayan melihat Lu Tan pergi, dia menggaruk-garuk
kepala:
"Aneh!" Ketika pelayan ingin menyimpan uang perak itu
tanpa menimbang-nimbang berat uang perak itu, "Sungguh
royal, uang perak ini paling sedikit bisa beli 3 poci arak
terbaik."
Pelayan itu terpaku, uang dan tempat arak yang seperti
Ho-lou sudah diserahkan kepada pelayan, Lo-thauw-ji
berpesan:
"Siram semua arak ke dalam Ho-lou."
Pelayan itu tertawa kecut.
Tadinya jalanan ramai, sekarang karena sudah malam
para pejalan kaki sudah tidak ada. Tapi tiupan angin malam
tidak membuat Lu Tan bertambah sadar, pikirannya malah
bertambah kacau dan tidak tahu harus pergi ke mana.
Bila dia pulang ke rumah, dia akan teringat pada
ayahnya, akan bertambah sedih dan marah, niatnya161
membunuh Liu Kun akan semakin berkobar, dari mana dia
harus mulai.
Dari kecil dia sudah belajar ilmu silat di Bu-tong-san dan
mulai mandiri, tapi mandiri dan terkucil adalah dua hal
berbeda, yang dia rasakan sekarang dia terkucil.


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terkucil dan tidak ada yang membantu, sampai orang
yang bisa diajak bicara pun tidak ada, maka dia ingin minum
arak untuk membuang semua kecemasannya.
Dia tidak tahu Liu Kun adalah orang yang punya rencana
panjang, bila ingin melayani seseorang, dia pasti akan
mencari tahu asal-usul orang itu, maka di keluarga Lu Kian
orang yang dia layani adalah Lu Tan.
Hanya Lu Tan yang bisa membuat Liu Kun merasa
terancam.
Bila mencabut rumput tidak sampai akarnya, begitu
angin musin semi berhembus rumput akan tumbuh lagi. Lu
Tan adalah akar dari keluarga Lu Tan yang sangat berbahaya,
mana mungkin Liu Kun akan melepaskannya begitu saja!
Yang bertanggung jawab atas masalah Lu Kian adalah
Hongpo Tiong dan Hongpo Ih, sekarang mereka berdua
berada di sebuah rumah makan, yang ikut bersama mereka
adalah seorang laki-laki separo baya bertopi caping.
Laki-laki setengah baya itu terlihat pendek dan kekar.
Sepasang mata di bawah topi caping mengeluarkan
cahaya dingin, seperti mata seekor ular beracun.
Melihat sorot mata seperti itu, Hongpo Heng-te tidak
merasa tidak dingin tapi gemetar, dan sangat berharap
orang itu cepat-cepat pergi.
Laki-laki separo baya itu baru masuk, dia segera
bertanya:
"Apakah dia sudah datang?"162
"Kau datang tepat pada waktunya!" Hongpo Tiong
melihat ke jalan, "pemuda berbaju putih itu adalah Lu Tan!"
Setelah laki-laki separo baya itu melihat Lu Tan dia malah
berkata:
"Sebenarnya kalian bisa menyerangnya!"
"Apakah kau lupa, posisi kami seperti apa?"
"Dengan kedudukan kalian bergerak di ibu kota memang
sangat tidak leluasa!" kata dia tertawa, "sebenarnya menjadi
seorang pejabat bukan hal enak!"
"Untung kami punya teman sepertimu!"
"Ada uang ada kawan!" laki-laki setengah baya itu sangat
jujur.
"Uang sudah kami bayarkan kepadamu!"
"Tenanglah!"
"Lam-touw-pak-to..." (Pencuri selatan peram pok utara)
kata-kata Hongpo Tiong terucap keluar, laki-laki setengah
baya itu sudah melambaikan tangan memotong.
"Harus mengatakan Pak-to-lam-touw!" Laki-laki setengah
baya itu segera memperbaiki urutan penyebutannya.
"Kalau Pak-to tidak tenang, siapa yang bisa tenang?" kata
Hongpo Tiong.
Pak-to tidak bicara lagi, dia berdiri dan berjalan keluar.
Keahlian Lam-touw-pak-to masing-masing adalah ilmu
mencuri atau merampok, semua orang dunia persilatan
sangat takut kepada mereka, apa lagi terhadap Pak-to.
Lam-touw mencuri perhiasan dan mereka mempunyai
prinsip kuat, sebenarnya mereka adalah orang yang
membela keadilan. Tapi Pak-to selain merampok perhiasan,
dia juga merampok kepala orang. Ada uang apa pun jadi.
Kadang-kadang dia juga menjadi pembunuh bayaran, maka
Hongpo Heng-te (dua bersaudara Hongpo) bisa mencarinya.163
BAB 19
Semakin mereka berjalan tampak jalanan semakin sepi,
memang ingin pergi menuju kediaman keluarga Lu harus
melalui lereng bukit ini.
Bila siang hari, di sini adalah tempat bermain anak-anak
dan sangat ramai, tapi pada malam hari, tempat ini berubah
menjadi sebuah tempat yang seperti ada setannya. Pak-to
ternyata sangat hafal dengan situasi di sini, karena itu dia
memilih tempat ini untuk membunuh.
Lu Tan tidak tahu bahaya sudah berada di depan mata.
Setelah ada angin berhembus rasa mabuknya barulah hilang,
Pak-to sudah turun dari sebuah pohon besar, goloknya
dengan cepat menepis ke belakang kepalanya.
Baju Pak-to diikat kencang, maka saat bergerak tidak
menimbulkan angin keras dan tidak mengeluarkan suara.
Serangan golok ini cukup mem buat siapa pun mati, dengan
cara ini Pak-to sudah banyak mencabut nyawa orang.
Saat Lu Tan merasa ada yang menyerangnya, golok
sudah sangat dekat dengannya, dengan cara apa pun
menghindar pasti akan terkena serangan golok itu. Waktu
itu sebuah batu melesat dan mengenai mata golok.
Golok terpukul ke pinggir, Pak-to segera siap siaga,
goloknya dilintangkan di depan dada.
Lu Tan melihatnya:
"Siapa kau?"
Pak-to tidak melayani dia, matanya terus berkedip, dia
sedang mencari orang yang menghalangi niatnya.
Dari arah batu terdengar suara seorang tua, menjawab
pertanyaan Lu Tan:164
"Orang menyebutnya Pak-to, dia adalah perampok
tunggal, asal melihat uang dia akan tertawa, kali ini dia akan
merampok kepalamu!"
Mendengar suara itu, wajah Pak-to segera mengencang.
"Siapa yang menyuruhmu membunuhku? Liu Kun kah?"
Bentak Lu Tan.
Pak-to bertanya kepada suara itu:
"Apakah itu dirimu?"
Seseorang turun dari pohon besar, dia adalah Lo-thauw-ji
yang tadi mabuk dan berbarengan minum arak di rumah
makan itu, dia membawa Ho-lou sambil meneguk arak dan
menjawab:
"Kau benar-benar tidak ada kemajuan, sekarang malah
menjadi budak seorang kasim, malah teman-teman dunia
persilatan menjejerkan namaku dengan namamu!"
Hati Lu Tan berteriak:
"Ternyata Lo-cianpwee adalah bagian Lam-touw-pak-to,
Lam-touw-nya!"
"Apakah kau tidak mendengar jelas?" Lam-touw
memelototi Lu Tan, "Lam-touw adalah Lam-touw, mengapa
harus memanggil berbarengan!"
Lu Tan ingin menjawab, Pak-to sudah tertawa dingin:
"Lo-thauw-ji, kita seperti air sungai, tidak mengganggu
air sumur..."
"Air sungai atau air sumur sama-sama air, apakah kau
tidak mengerti?" kata Lam-touw tertawa, "pantas tidak
mengerti, orang di dunia ini harus mengurusi hal yang terjadi
di dunia ini!"
"Betulkah kau akan ikut campur?"
"Betul!" Lam-touw minum arak lagi.
"Apa hubunganmu dengannya?"165
"Arak yang kuminum sekarang adalah dia yang
membelikannya!" Lam-touw menepuk Ho-lou yang berisi
arak.
"Aku bisa memberimu untuk membeli arak!" uang perak
segera dilemparkan oleh Pak-to.
Lam-touw seperti ingin menyambut uang yang terbang
tapi tiba-tiba dia berputar menendang uang yang terbang
itu: "Uangmu terlalu kotor, arak pun akan menjadi gila arak,
mungkin aku tidak akan pirnya anak atau cucu, singkat kata
tidak akan punya keturun-an!"
Pak-to menyambut uangnya kembali, dia menarik nafas:
"Kau tetap seperti dulu, tidak mau lepas," dia bertanya,
"sudah berapa lama kita tidak bertarung?"
"Siapa yang tertarik mengingat hal seperti itu?"
"Kecuali bertarung, setiap kali kita bertemu selalu tidak
ada hal yang bisa kita lakukan."
"Karena kau senang bertengkar!" Lam-touw menggulung
lengan bajunya.
Pak-to menarik nafas, lalu dengan golok di tangan dia
terbang menghampiri dan menepis Lam-touw. Kilatan golok
seperti salju yang turun, ini adalah jurus 'Swat-hoa-kai-teng'
(Salju menutup kepala).
"Jurus Swat-hoa-kai-teng yang bagus!" Lam-touw
memeluk Ho-lou dan berputar ke belakang Pak-to, kemudian
Ho-lou didorong ke depan, menghantam punggung Pak-to.
Pak-to menghindar dengan cara telungkup ke bawah
kemudian berguling, golok berputar untuk menepis kaki
Lam-touw.
"Baik... jurus Lo-su-poa-hen (Pohon tua melipat akar),"
Lam-touw tertawa, "kau masih seperti dulu, tidak punya166
jurus baru!" dia memeluk Ho-lou-nya lalu berguling ke
bawah untuk meng-hindari serangan.
Pak-to hanya diam, tubuh dan goloknya terus terus
berguling. Awalnya masih terlihat sosoknya dalam kelebatan
sinar golok. Lama-kelamaan tidak terlihat lagi begitu juga
dengan golok, yang terlihat hanya cahaya terang.
Golok digunakan begitu dahsyat dan gerakan berubah
begitu cepat, yang pasti Lu Tan bisa melihat ilmu golok ini
bukan seperti yang dikatakan Lam-touw 'Swat-hoa-kai-teng,
Lo-su-poa-hen', begitu sederhana, maka jantungnya
berdebar kencang. Kalau dia bukan Lam-touw, semua ini
pasti akan menjadi masalah besar.
Pengalamannya di dunia persilatan tidak banyak, ilmu
golok seperti milik Pak-to, pertama kali dilihatnya.
Cara Lam-touw mengatasi serangan pun di luar
dugaannya, Lam-touw sebaliknya dengan Pak-to, tubuhnya
malah bergerak semakin pelan.
Lu Tan dengan jelas melihat perubahan Lam-touw juga
dengan jelas melihat Lam-touw mengantarkan Ho-lou ke
dalam kelebatan cahaya dan kemudian Ho-lou itu hancur,
cahaya tiba-tiba menghilang kemudian terlihat golok dan
tubuhnya. Pak-to memegang golok, dengan cara bersalto dia
keluar dari lingkaran pertarungan.
Waktu itu bagian bawah Ho-lou sedang ditekan ke
tangan yang memegang golok. Walaupun Lu Tan melihat
tapi tidak yakin Pak-to telah ditahan oleh Ho-lou hingga
meninggalkan arena pertarungan atau malah dia sendiri
yang berniat meninggalkan arena pertarungan.
Lam-touw tidak mengejar, dia meloncat dan minum arak
lagi, sambil tertawa melihat Lu Tan:167
"Tubuh dengan golok bisa berubah menjadi sebuah
cahaya, yang sanggup melakukan hal seperti itu tidak
banyak!"
Lu Tan setuju, walaupun dia tidak pernah melihatnya.
Kalau Lam-touw sudah berkata seperti itu, pasti ada
buktinya.
"Aku tidak suka dengan gaya hidupnya, tapi aku tetap
menikmati golok kilatnya!" Lam-touw menghembuskan
nafas panjang.
"Untung aku tidak begitu mabuk, kalau sudah mabuk,
aku tidak bisa membedakan di mana cahaya paling lemah
berada, itu akan membuatku celaka!"
Pak-to meloncat ke atas sebuah pohon besar, dia tidak
melihat Lam-touw, dia hanya diam.
Lu Tan dengan perhatian mendengar.
"Cahaya paling lemah adalah tempat di mana kita
memegang golok, hanya menyerang titik ini pasti akan
berhasil, tapi kalau kurang jeli melihat dan tubuhnya kurang
lincah, sebelum golok dan tubuhnya menjadi gulungan
cahaya kau harus menyerang terlebih dulu!" kata Lam-touw
kepada Lu Tan, tapi matanya terus melihat ke arah Pak-to.
"Terima kasih atas ajaran Lo-cianpwee!" kata Lu Tan.
"Kalau kau tidak percaya diri, lebih baik kabur!" tiba-tiba
dia menggelengkan kepala, "tidak! Jangan kabur, lebih baik
aku memohon kepadanya!"
Lu Tan ingin melarang, tapi Lam-touw sudah berteriak
kepada Pak-to:
"Bagaimana? Apakah persoalan ini sampai di sini saja?"
Pak-to tertawa dingin, Lam-touw berteriak lagi:
"Aku tidak suka setiap hari membuntuti pemuda ini juga
tidak suka setiap hari bertemu orang jahat seperti mu!"168
Maksudnya apa Pak-to setuju, kalau tidak dia akan terus
melindungi Lu Tan.
Pak-to hanya bertanya:
"Apakah kau tahu siapa dia?"
Lam-touw malah balik bertanya:
"Apakah kau tidak tahu dia adalah putra Lu
Kian?"
Lu Tan tertawa kecut, Lam-touw pun menggelengkan
kepala dan berkata sendiri:
"Orang menyebut Lu Kian sebagai orang yang
berhubungan dengan Kaisar dari besi, dia mengira dia benarbenar terbuat dari besi..."
"Ayahku..."
Lam-touw memotong kata-kata Lu Tan:
"Kecuali harus mati, aku tidak melihat perilakunya
seperti itu, apa gunanya?"
Lu Tan terpaku, orang tua yang ada di depan matanya
selalu minum arak dan selalu mabuk, jarang bisa berpikir
jernih, tepi ternyata pikirannya lebih jernih dari orang lain.
Tiba-tiba Pak-to menyela:
"Kau tahu terlalu banyak!"
"Aku tahu apa?"
"Orang dunia persilatan lebih baik mengurusi dunia
persilatan!"
"Aku memang orang dunia persilatan?" Lam-touw
seperti baru teringat, dia menggaruk-garuk kepalanya,
"bagaimana denganmu?"
Pak-to menarik nafas:
"Yang ingin membunuh dia adalah Liu Kun, bila aku tidak
membunuhnya, orang lain..."169
"Aku hanya minta kau jangan mengganggu nya!" Lamtouw tertawa.
"Tiga tahun yang lalu, sewaktu di Sie-ouw, kau pernah
menolong nyawa ibuku..."
"Apa?" Lam-touw terpaku.
Melihat reaksinya, dia seperti tidak tahu siapa yang telah
ditolongnya. Pak-to dengan ringan berkata lagi:
"Kita adalah musuh, sampai mati pun tidak akan akur,
tapi semua begitu kebetulan, begitu banyak kebajikan dan
dendam."
Lam-touw menggelengkan kepala.


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tahu kau bukan orang yang minta balas budinya,
tapi walau bagaimana pun masalah malam ini harus kita
hapuskan!" kata Pak-to.
Begitu kata-katanya habis, dia seperti mengikuti arah
angin melayang dan pergi entah ke mana,
"Mengapa semua bisa begitu kebetulan?" Rambut
putihnya dicakar-cakar menjadi seperti sarang ayam.
"Lo-cianpwee!" Lu Tan datang menghampirinya.
"Apakah kau sudah dengar, Liu Kun tidak akan
melepaskanmu, maka ambil kesempatan ini untuk
menghindarinya!"
"Aku tidak takut..."
"Kau tidak takut, tapi aku takut!" Alis Lam-touw
dikerutkan tiba-tiba dia bertanya, "kalau kau mati begitu
saja, apakah akan ada gunanya?"
Lu Tan terpaku, Lam-touw menepuk-nepuk pundaknya:
"Kalau sudah terpikir beritahu aku, otakku ada
penyakitnya jadi tidak lancar berputar dan tidak bisa
berpikir!" setelah itu dia pergi ke bawah lereng.170
Lu Tan mengejar, Lam-touw menoleh, lalu kedua
tangannya terus digoyangkan:
"Jangan terus mengikuti, aku tidak takut mati, tapi takut
direpotkan!"
Tiba-tiba dia menampar dirinya sendiri:
"Mati berat seperti gunung Tai, ringan seperti bulu,
apakah kau tidak mengerti dan tidak takut mati?"
Dia marah kepada dirinya sendiri, tapi Lu Tan seperti
disiram oleh seember air dingin. Dia ingat pesan terakhir
ayahnya, mengapa bisa begitu mirip dengan kata-kata Lamtouw.
Saat terakhir ayahnya sudah sadar, apakah dia yang
menjadi putranya harus mengulangi kesalahannya?
Mati seperti ini apa gunanya? Sekarang kemana dia
harus pergi? Apa yang harus dia laku-kan sekarang? Hatinya
terasa kacau saat dia sadar Lam-touw sudah pergi entah ke
mana.
Dia tidak tahu harus pergi ke mana, kakinya diangkat, dia
malah berjalan menuju rumahnya.
Setelah melewati lereng gunung dan masuk ke sebuah
gang, jalan ini adalah jalan pintas, tapi begitu masuk Lu Tan
segera menyesal, karena dia sudah merasa ada hawa
membunuh, tangan kanan tidak sengaja sudah berada pada
pegangan pedang.
Pedang belum dicabut dari sarungnya. Hongpo Heng-te
sudah keluar dari 2 sudut gang. Pena berada di tangannya,
seperti sudah memvonis kematian Lu Tan.
"Ternyata kalian!" pedang sudah ada di genggamnya.
"Nasibmu lumayan bagus!" Hongpo Tiong tertawa, "tapi
hanya lumayan saja!"171
"Lam-touw dan kau berjalan berbeda arah, kau bisa
memilih jalan ini buat kami dua bersaudara merasa semua
ini di luar dugaan, kalau Lam-touw tidak tenang dan kembali
mencarimu, dia tidak akan kemari! Malam ini kau harus
mati!"
"Tadinya kami tidak ingin membunuhmu dengan tangan
kami, tapi bila keadaan cocok, tidak apa-apa juga." Hongpo
Tiong mulai melangkah ke depan.
Hongpo Ih mengikutinya:
"Kau harus menyalahkan ayahmu mengapa dia
mengirimmu ke Bu-tong-san, kalau kau tidak menguasai ilmu
silat, paling sedikit sekarang kau tidak akan mati!"
Lu Tan tertawa dingin. Dia melindungi dada dengan
pedangnya, Hongpo Heng-te sudah bergerak. Dengan Poankoan-pit mereka nenotok jalan darah vital Lu Tan, Lu Tan
menyerang mereka seorang demi seorang, sebab kalau tidak
dia akan diserang oleh 2 orang sekaligus, tapi ilmu silatnya di
bawah Hongpo Heng-te. Dia sudah menyerang 21 jurus, tapi
serangan nya tidak membuat Hongpo Tiong mundur,
sewaktu dia akan mengeluarkan jurus ke-22 Hongpo Ih
sudah datang menyerang.
Mereka sengaja menyerang cepat agar tidak muncul
banyak kerepotan, serangan mereka sangat ganas dan
kejam, hanya beberapa kali menyerang baju Lu Tan sudah
berlubang empat.
Gang itu panjang juga sempit, menyerang dengan
pedang tidak akan leluasa, tidak seperti Poan-koan-pit yang
kecil dan gampang digerakkan, apa lagi dua bersaudara itu
biasa bekeija sama, maka Lu Tan merasa tertekan sekali,
beberapa kali dia berada dalam bahaya.172
Hongpo Heng-te memilih tempat ini untuk membunuh
Lu Tan, tentu saja mereka tahu kelebihan Lu Tan, setiap
senjata mereka menyerang selalu menimbulkan bahaya
besar, semakin dekat kekuatannya semakin besar, sekarang
Lu Tan berada dalam kondisi krisis.
Pedang panjang sulit disapukan ke kiri dan ke kanan.
Hanya dengan langkah Tai-ci, pedangnya bisa berputar untuk
melindungi dirinya, bersamaan waktu tubuhnya ikut
berputar dengan cepat.
Dia bukan tidak mau bertarung, tapi keadaan tidak
menguntungkan baginya, bertarung pun percuma, dia mulai
tenang dan bisa berpikir, bertarung harus mempunyai
berarti, lawannya adalah Liu Kun bukan Hongpo Heng-te.
Sekarang yang dipikirkan adalah bagaimana caranya
meloloskan diri dari mereka.
Tampak Hongpo Heng-te seperti tahu apa yang sedang
dia pikirkan, mereka membentak bersama-sama:
"Mau kabur ke mana? Tidak akan segampang itu..."
sepasang Poan-koan-pit Hongpo Ih menghadang bagian
bawah Lu Tan dan maju lagi menusuk ke arah kedua kaki Lu
Tan. Tempat itu tidak terjaga oleh Lu Tan terpaksa Lu Tan
meloncat naik, tubuh dan pedangnya ber putar di udara,
kepala di bawah dan kaki di atas.
Perubahan ini sudah ada dalam perhitungan Hongpo
Heng-te, karena itu Poan-koan-pit yang satu menyerang nadi
penting yang satu lagi mencegat jurus pedang Lu Tan.
Reaksi Lu Tan sangat lincah, tangan kiri dengan gaya
cakar Harimau mencakar ke atas dinding, pedang menyerang
ke kiri dan ke kanan, menahan 4 Poan-koan-pit, lalu
tubuhnya berbalik naik ke atas genting.173
Waktu itu Poan-koan-pit yang ada di tangan Hongpo
Heng-te bersama-sama dilemparkan ke arah Lu Tan, ujung
pena itu disambung dengan seuntai rantai, karena ada rantai
maka serangan Poan-koan-pit bisa mencapai lebih jauh.
Hal ini membuat Lu Tan terkejut, dia mengira Hongpo
Heng-te tidak bisa melihat perubahan pada dirinya, tapi
setelah sadar sudah masuk perangkap, untuk merubah
gerakan pun dia sudah tidak keburu.
Tapi pedangnya masih berusaha melakukan manuver
walaupun dia tahu hanya sepasang Poan-koan-pit yang bisa
ditahan, sisa dua lagi pasti akan mengenai tubuhnya,
walaupun tidak mengenai tempat penting tapi karena Poankoan-pit tersambung dengan rantai, maka dia bisa
terpelanting dan Poan-koan-pit akan langsung menyerang
lagi.
Saat sedang berpikir Poan-koan-pit sudah datang
menyerangnya dan bersamaan waktu, dia merasa kaki
kanannya seperti mengencang, lalu melayang ke atas.
Empat Poan-koan-pit lewat di depannya, saat dia masih
terkejut, tubuhnya sudah mendarar di atas genting.
Pedangnya siap menyerang. Tiba-tiba dia merasa ada yang
mencengkeram kakinya, segera dia melepaskan
cenekeraman itu dan berguling menjauh, kemudian bersalto
dan berdiri tegap.
Lu Tan tidak jelas melihat wajahnya tapi dari perubahan
tubuhnya dia tahu siapa orang itu dan berteriak:
"Siau-cu..."
Siau-cu tertawa, dia menekan bibir dengan jarinya dan
berbisik:
"Jangan keras-keras, bila mereka tahu, bias repot!"174
Lu Tan tahu bahwa Siau-cu sedang bercanda, dia hanya
bisa tertawa kecut, sebab Hongpo Heng-te sudah mengejar
ke atas genting mana mungkin mereka tidak tahu.
"Siapa sobat di atas?" Hongpo Tiong menunjuk Siau-cu
dengan Poan-koan-pitnya.
Reaksi Siau-cu tampak terkejut:
"Bukan Tong-tiang, bukan Sie-tiang, juga bukan Leitiang." (Pabrik timur, pabrik barat, pabrik dalam).
"Tapi kau berani melawan orang Lei-tiang," Hongpo Ih
tertawa dingin.
"Aku tidak melakukan itu!" Siau-cu menggoyangkan
tangannya.
"Untuk ini Lo-thauw-ji bisa menjadi saksi, dia hanya
senang bermain, bukan secara sengaja, juga bukan tidak
mempunyai maksud!" suara malas-malasan terdengar dari
jauh.
Hongpo Heng-te mengikuti suara itu dan melihat ke arah
sana, terlihat Lam-touw membawa Ho-lou sedang berbaring
di atas genting.
Wajah mereka segera berubah, mereka tahu seberapa
tinggi ilmu Pak-to tapi setelah bertemu dengan Lam-touw,
Pak-to harus mengalah, jadi kesimpulannya Lam-touw
adalah orang yang sulit dihadapi.
Kalau yakin bisa menang, tadi di lereng gunung mereka
pasti sudah bertarung, apa lagi sekarang ditambah dengan
Siau-cu.
"Tidak sengaja berarti punya maksud!" Jawab Siau-cu.
Kata-kata ini membuat Lam-touw sadar, dia berteriak:
"Apa yang harus kulakukan? Biar Suhu minta kepada
mereka supaya mereka mau memaafkanmu..."175
"Tidak perlu..." Hongpo Tiong dengan dingin memotong,
"kami dua bersaudara berat mendapat permintaan maaf
ini!"
Lam-touw terpaku kemudian tertawa:
"Lo-thauw-ji hanya bicara asal-asalan, apakah kalian
percaya?"
Hongpo Heng-te terpaku, tapi Siau-cu menghibur
mereka:
"Jangan masukkan ke dalam hati apa yang dikatakan,
Suhuku memang seperti itu, orangnya selalu sableng dan
senang bercanda!"
Kata-katanya belum selesai, Lam-touw sudah bersalto di
atas dan mendarat di depan Siau-cu
"Kau tidak sopan kepada orang yang lebih tua!" Lamtouw menampar Siau-cu.
Siau-cu bersalto ke belakang. Hongpo Heng-te berteriak:
"Aku bantu dengan mulut, kalian bantu dengan tangan!"
Hongpo Heng-te tertawa dingin, Poan-koan-pit mereka
sama-sama menyerang Lam-touw yang datang.
"Kalian adalah orang yang melayani kasim, mengapa
mau saja mendengar perintah Siau-cu?" Lam-touw
menunjuk Siau-cu.
"Apakah kau juga ingin masuk perkumpulan untuk
menjadi murid kasim?" Dengan cepat Siau-cu bicara.
Dia seperti ingin memukul Siau-cu.
"Siapa bilang aku seperti itu, untuk membuktikan Siau-cu
tidak bermaksud seperti ini, maaf, Siau-cu terpaksa harus
menyerang kalian berdua!" Siau-cu menendang punggung
Hongpo Heng-te.176
Hongpo Heng-te menghindar ke kiri dan ke kanan,
mereka memutar tubuh untuk menghadapi Siau-cu. Lamtouw sudah datang dan berteriak:
"Walau bagaimanapun dia adalah murid Lo-thauw-ji,
sebelum semuanya jelas, kalian tidak boleh menyerangnya
dengan senjata, kalau..." kata-katanya belum selesai, Poankoan-pit milik Hongpo Heng-te sudah menyapu kepadanya.
Lam-touw berputar-putar dan berteriak dengan terkejut:
"Baik, ternyata ini salah satu jebakan, senjata kalian
untuk menghadapi Lo-thauw-ji."
Sepasang Poan-koan-pit menyerang bertambah cepat,
Lam-touw terus berputar-putar. Sampai di depan Siau-cu dia
menjulurkan tangannya:
"Pinjam penamu sebentar, hari ini Lo-thauw-ji harus
menghajar muridku yang tidak sopan ini!" tangan terulur
kepada Hongpo Ih.
Hongpo Ih hanya melihat ada bayangan tangan bergerak,
tahu-tahu sepasang tangan Lam-touw sudah berada di
depan, mencengkeram Poan-koan-pit dari tangan kanannya.
Karena terkejut tangan kanan ditarik dengan cepat, tapi
pena di tangan kiri sudah menyerang tangan kanan Lamtouw, jurus tangan kanan Lam-touw hanya bergerak
setengah jalan langsung berubah dan tangannya tepat
menyambut Poan-koan-pit yang menyerang tangan kirinya.
Tangan kiri Hongpo Ih yang memegang pena segera
merubah jurus, tapi nadi di pergelangan tangannya sudah
terasa kaku, ke lima jarinya pun membuka, pena sudah jatuh
ke tangan Lam-touw.
Hongpo Tiong dengan jelas melihat tangan kanan Lamtouw terulur dan jari tengah menyentil nadi di pergelangan.
Dia ingin berteriak "Hati-hati!" tapi sudah tidak keburu.177
Lam-touw melihat Poan-koan-pit di tangannya:
"Jenis pena ini tidak bisa dipakai untuk menulis!"
"Apakah Suhu ingin memperagakan ilmu kaligrafi?"
tanya Siau-cu.
"Aku ingin menutup mulutmu dengan tulisan!" Lamtouw melotot.
"Begitu seriuskah?" tanya Siau-cu, "untung pena ini
hanya untuk menotok jalan darah!"
"Menotok jalan darah?" Lam-touw melihat Hongpo Ih,
"Aku ingin menotok Kang-tai-hiat!"
Hongpo Ih terpaku:
"Jalan darah itu bukan.. ."sambil menghindar.
"Yang penting jalan darah," Lam-touw mengayunkan
penanya dan membentak lagi, "Ku-ci-hiat, Leng-ho-hiat, Taiyang-hiat..."
Apa yang diucapkan dengan jalan darah yang ditotok
sama sekali berbeda, tapi terlihat dia lancar-lancar saja
bergerak. Pena di tangannya tidak meno-tok jalan darah
yang disebut tapi menotok jalan darah lain dan tidak
meleset.


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terhadap jalan darah yang disebut Hongpo Ih sangat
hafal karena terlalu hafal maka mendengar teriakan jalan
darah yang dimaksud Lam-touw. Dia merasa bingung,
sewaktu dia sadar sudah terlambat, keterlambatannya ini
cukup membuatnya kalang kabut.
Lam-touw hanya menotok 17 jalan darah di tubuh
Hongpo Ih, walaupun Hongpo Ih tidak ter-luka tapi cukup
membuatnya terkejut.
Dia mengakui gerakan tangan Lam-touw memang sangat
cepat, asal Poan-koan-pit bergerak, dia akan tertotok, bagi
Lam-touw itu adalah hal yang sangat mudah.178
Hongpo Tiong melihat jelas bahwa Lam-touw tidak
bersungguh-sungguh ingin mencelakakan mereka, dia hanya
sedang bercanda dengan Hongpo Ih. Dia tidak mengerti,
gosip yang beredar mengatakan tangan orang ini sangat
cepat dan ilmu meringankan tubuhnya sudah mencapai
tahap tinggi, di waktu malam bisa masuk ribuan rumah, pagipagi bisa mencuri di ratusan rumah, sedangkan ilmu silatnya
biasa saja, tapi setelah melihatnya sekarang, ilmu silat Lamtouw ternyata berada di atas mereka tampak dia merupakan
salah satu pesilat tangguh di dunia persilatan, yang bisa
bersaing dengannya, sepertinya tidak banyak.
Tapi apa hubungan orang ini dengan keluarga Lu?
Hongpo Tiong tidak tahu, tapi bisa dipastikan Jika mereka
ingin membunuh Lu Tan yang berada dalam lindungan Lamtouw, walaupun Lam-touw tidak melukai mereka, tapi kalau
terus bercanda seperti itu benar-benar tidak ada gunanya.
Akhirnya Hongpo Tiong menyerang, dia melayangkan
tangan dan berteriak:
"Hong-kin-ce-ho!"
Hongpo Ih segera meloncat menjauh, Lam-touw tertawa:
"Kalau ingin kabur ya kaburlah, tidak perlu berteriak Ceho, Ce-ho, apakah kau lupa kau adalah pejabat bukan orang
dunia persilatan?"
Hongpo Heng-te tidak melayaninya, mereka segera
berlari dengan cepat, mereka mengira Lam-touw akan
mengejar mereka, siapa yang tahu Lam-touw bukan hanya
mengejar, dia juga seperti ingin berada di belakang Hongpo
Ih. Hongpo Ih mendengar ada angin serangan, Tubuhnya
berputar dengan cepat, sepasang Poan-koan-pit segera179
menyerang Lam-touw, Hongpo Ih pun tidak bergerak
lambat.
"Pena ini bila disimpan oleh Lo-thauw-ji pun tidak akan
ada gunanya, kukembalikan saja kepadamu!" pena
dimasukkan ke tangan Hongpo Ih, Hongpo Ih terkejut
langsung mencengkeramnya, Lam-touw sudah bersalto
kembali.
"Lo-toa..." Hongpo Ih tertawa kecut, "kita..."
"Kepandaian kita tidak sebaik orang lain, kita harus
mengakuinya," Hongpo Tiong tertawa kecut.
Mereka berdua tergesa-gesa meninggalkan tempat itu.
Lam-touw tidak mengejar mereka, dia berlari ke depan
Lu Tan. Tiba-tiba bertanya:
"Ada pepatah mengatakan, 'Tidak men-dengar nasehat
orang tua, akibatnya apa.'."
"Aku tahu!" Siau-cu segera menyambung, tapi Lam-touw
sudah menamparnya. Reaksi Siau-cu memang cepat, dia
bersalto ke belakang Lu Tan, masih tertawa berkata:
"Ternyata yang ditanya adalah kau, tapi kau boleh tidak
menjawabnya!"
Lu Tan tertawa kecut, dia memberi hormat:
"Terima kasih Lo-cianpwee sudah menolongku!"
Lam-touw menggelengkan kepala:
"Lo-thauw-ji hanya merasa 2 bocah tua itu mudah untuk
dipermainkan, aku tidak bermaksud menolongmu!"
"Lo-cianpwee..."
"Panggil aku Lo-thauw-ji," Lam-touw melihat Lu Tan,
"kau tidak perlu menyambung-nyambungkan seperti apa
hubungan kita!"
Siau-cu menyela:180
"Liu Kun pasti akan membunuhmu, lebih baik kami tidak
mempunyai hubungan apa pun dengan mu, itu akan lebih
aman!"
"Betul!" Lam-touw memuji, "kau sudah lama i ikut
denganku akhirnya bisa menguasai ilmu tahu diri!"
Lu Tan mengangguk:
"Betul, untuk sementara aku harus bersembunyi sambil
menunggu waktu."
Siau-cu bertanya kepada Lam-touw:
"Kali ini yang datang adalah Pak-to dan Hongpo Heng-te,
kali berikutnya siapa yang akan i muncul?"
"Kau mengira aku ini dewa bisa tahu masa lalu dan masa
depan?" mata Lam-touw melotot dengan besar.
"Semua orang tahu bahwa Suhu selalu berpikiran tepat
bukan?" Siau-cu terus menjilat, "siapa yang akan..."
"Yang pasti orang yang lebih lihai dari Pak-to dan Hongpo
Heng-te!" Lam-touw meng-garuk-garuk kepala, "ketiga
orang itu sudah mem-buat kepalaku besar, sudahlah, cepat
pergi! Pergi!" akhirnya Lu Tan sudah terbiasa dengan cara
bicara-nya dan memberi hormat.
"Aku pamit dulu!" dia langsung membalikkan tubuh.
Siau-cu melihat dan bertanya dengan terkejut:
"Kau masih akan kembali ke rumahmu?"
Karena jalan yang akan ditempuh Lu Tan adalah jalanke
rumahnya. Dia berhenti dan berkata:
"Aku pulang untuk membereskan barang-barang untuk
kubawa!"
"Apakah bisa kau tidak perlu pulang untuk membereskan
barang-barangmu?" tanya Siau-cu.
"Mungkin di rumahnya banyak baju bagus, maka harus
dibereskan untuk dibawa!" Jawab Lam-touw.181
Lu Tan terpaku, Siau-cu menggelengkan kepala:
"Aku lihat dia bukan orang yang keras kepala, pasti takut
di tengah jalan nanti akan lapar dan pulang untuk
mengambil uang!"
"Sembarangan bicara, dia punya ilmu silat tinggi, juga
bukan orang yang tidak pernah ber-kelana, masa tidak tahu
cara mencari uang di jalan?"
"Maksudmu menyuruhnya jadi perampok?" kata Siau-cu
terlihat bengong, tiba-tiba dia berteriak, "murid sudah
mengikutimu sejak lama, sekarang baru tahu kalau kau
mempunyai keahlian seperti ini, cepat ajarkan aku..." dengan
cepat dia bersalto ke belakang.
Lam-touw menamparnya tapi tidak kena sasaran. Dia
marah:
"Apakah ilmu seperti itu perlu diajarkan?"
"Aku tidak tahu, hanya tahu bila lapar bisa berburu ayam
hutan atau kelinci liar."
Lu Tan menarik nafas, dia menyela:
"Terima kasih sudah memberi petunjuk!" kakinya
melangkah lagi, dengan arah tetap seperti tadi. Lam-touw
berteriak:
"Mengapa kau tetap berjalan ke arah sana?"
Lu Tan ingin menjawab tapi Lam-touw sudah berkata
sendiri:
"Aku mengerti, kau adalah orang yang bisa menghitung
dan tahu bila terjadi bahaya pasti ada orang yang akan
menolongmu!"
Siau-cu bertanya dengan aneh:
"Kekuatannya dalam bukan main, kecuali Suhu, siapa
yang berani ikut campur?"
Lu Tan memotong:182
"Anak buah Liu Kun pasti mengira aku tidak berani pergi
ke sana, aku sengaja pergi ke sana, malah..."
Kata-katanya belum selesai, Lam-touw sudah tepuk
tangan:
"Memang pintar..." tiba-tiba dia berteriak lagi, "aku
melihatmu seperti orang lugu dan jujur, ternyata kau juga
orang yang bisa mencari ide!"
"Lebih baik kita pergi dari sini, kalau tidak berhati-hati
kita akan masuk ke dalam perangkapnya, itu akan lebih
celaka!"
"Betul sebaiknya kita pergi dari sini," sahut Lam-touw,
dia segera bersalto, Siau-cu pun tidak ketinggalan, murid dan
guru melewati genting, menghilang di dalam kegelapan.
Melihat mereka pergi, Lu Tan tertawa kecut. Sikap
mereka memang tidak pernah serius, tapi sekarang entah
harus pergi ke mana.
0-0-0
Pagi hari.
Bagi rumah di An-lek-hou, pagi ini tidak ada yang
istimewa, tapi lain bagi Ih-lan sebab begitu bangun, dia
mendengar ada suara aneh yang menderu, mengikuti suara
itu dia melihat, di bawah jendela yang tadinya tidak ada
sesuatu apa pun, sekarang ada sebuah kurungan kecil
terbuat dari bambu. Dua ekor tikus berada dalam kurungan
itu mereka sedang bermain.
Dua ekor tikus berwarna putih keperakan, gerak-gerik
mereka lucu, tidak seperti tikus biasa yang membuat siapa
pun benci karena kelicikan mereka. Ih-lan sangat menyukai183
dua ekor tikus ini, maka dia pun meloncat turun dari ranjang,
berlari mendekati tikus itu melihat ke kiri juga ke kanan.
Dua ekor tikus putih itu sedikit pun tidak takut kepada
manusia, mereka terus bermain. Ih-lan tertawa kemudian
matanya berputar mencari-cari.
"Sukong! SukongL." dia berteriak, "aku tahu kau di sini, di
mana kau bersembunyi?"
Jendela di depan Ih-lan tiba-tiba terbuka, seorang tua
berambut dan berjanggut putih masuk:
"Aku di sini..." tawa lembut dan suara seperti suara anakanak terdengar, Ih-lan segera tertawa terbahak-bahak dan
memegang janggutnya.
"Apakah kau suka?" orang tua itu tertawa. Saat berkata
janggutnya yang panjang terus bergerak gerak membuat Ihlan tidak bisa memegang janggutnya.
Janggut orang tua itu masih bergerak-gerak dengan
berirama, kalau tidak punya ilmu yang tinggi tidak mungkin
bisa membuat janggut terus bergoyang-goyang. Orang tua
itu bukan orang lain, dia adalah orang Kun-lun-pai, Tiong-ta
Sianseng, angkatan paling tinggi dalam Kun-lun-pai, dia juga
pesilat tangguh yang keberadaannya bisa dihitung dengan
jari.
Orang yang mengenalnya tahu dia sangat ramah, tapi
kalau tidak melihat sendiri bagaimana bisa percaya,
pikirannya kadang-kadang seperti anak kecil, seperti
sekarang sifat kekanak-kanakannya muncul. Dia sedang
bergurau dengan Ih-lan, tidak terpikir bahwa umurnya sudah
tua, dan dia adalah tetua dunia persilatan.
Dia selalu berkelana di dunia persilatan dan tidak pernah
terlihat jejaknya, seperti sekarang tiba-tiba muncul di rumah
An-lek-hou.184
Mungkin Su Yan-hong sendiri juga tidak menyangka
gurunya bisa datang.
Ih-lan terus mencengkeram janggut Tiong-ta Sianseng,
tapi dia tidak marah, malah tepuk tangan dan tertawa.
Janggut Tiong-ta Sianseng berhenti bergerak, dia
tertawa:
"Kau belum menjawab pertanyaan Sukong."
"Tentu saja aku sangat suka!" Ih-lan membawa kurungan
bambu itu, "sekarang aku baru tahu tidak semua tikus
berwarna hitam."
Tiong-ta Sianseng mengangguk:
"Tikus berbulu perak jarang ada, Sukong pun pertama
kali melihatnya."
Tiba-tiba Ih-lan bertanya:
"Apakah mereka jantan?"
"Satu jantan, satu betina!"
"Aku tidak mengerti," Ih-lan melihat ke kiri lalu ke kanan,
lantas mengerutkan alis.
"Kau tidak mengerti apa?" Tiong-ta Sianseng merasa
aneh.
"Mengapa binatang yang jantan dan betina sama-sama
berjanggut?" Ih-lan bertanya dengan serius.
Tiong-ta Sianseng terpaku, kemudian tertawa.
Ih-lan berteriak:
"Sukong, apakah kau tahu apa sebabnya, beri tahu aku!"
Tiong-ta Sianseng terpaku lagi, dia mengelus-elus janggut
putihnya:
"Sukong juga tidak tahu mengapa bisa seperti
itu."
"Apakah Sukong tidak berbohong?"185
"Mana mungkin Sukong berbohong kepada Ih-lan." Tibatiba Tiong-ta Sianseng seperti teringat sesuatu, "Tikus
berwarna putih keperakan ini hanya makan sayur dan buahbuahan, tidak makan daging!"
"Apakah mereka boleh makan manisan tusuk?"
"Tentang hal ini..." tiba-tiba Tiong-ta Sianseng menarik
nafas, "mengapa pertanyaanmu selalu tidak bisa dijawab
Sukong?"
"Kata ayah kepandaian Sukong sangat tinggi, ternyata
masih banyak yang Sukong tidak mengerti!" Ih-lan terus
tepuk tangan.
"Di mana ayahmu?"
"Ternyata Sukong paling menyayangi Ih-lan, baru datang
yang pertama dicari adalah Ih-lan!"
"Cepat bawa aku mencari ayahmu!"
"Kalau ayah tidak ada di kamar pasti berada di taman
sedang berlatih silat!" Ih-lan terus bercanda dengan dua
ekor tikus putih itu.
"Mengapa tidak ikut Sukong ke taman belakang?" Tiongta Sianseng seperti bisa membaca pikiran Ih-lan, "apakah
kau takut disuruh berlatih ilmu silat?"
"Aku lelah berlatih ilmu silat'" Jawab Ih-lan.
"Kalau tidak lelah, mana mungkin bisa mencapai ilmu
yang tinggi?"
"Ayah juga berkata seperti itu, tapi kalau setiap hari
begitu melelahkan, Lan-lan jadi takut!"
Tiong-ta Sianseng tertawa:
"Untung Sukong belum lupa jalan menuju taman


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belakang!"
Tiong-ta Sianseng sudah membalikkan tubuh, Ih-lan
melambaikan tangan dan terus bermain dengan tikusnya.186
Pagi-pagi Su Yan-hong sudah berlatih di taman belakang.
Dia berlatih silat, ilmu tenaga dalam, kaki dan tangan,
sampai senjata tajam.
Pedang di tangannya seperti bernyawa, tampak terang
dan menyilaukan, terlihat lincah dan terbang menjadi ilusi,
terus berubah-rubah. Ilmu pedang Kun-lun-pai biasanya
memang berubah-rubah, bisa berlatih sampai pada tahap ini
memang tidak banyak yang bisa.
Walaupun sudah lama berlatih tapi dia tidak terlihat
lelah, dari sini dapat diketahui tenaga dalamnya sangat
tinggi.
Begitu berlatih, seperti ada yang dipikirkan untuk diubah,
maka dia mulai dari awal lagi.
Perubahan kali ini bertambah lagi. Tiong-ta Sianseng
adalah pemimpin Kun-lun-pai, dia sangat hafal ilmu pedang
Kun-lun-pai. Dia mengawasinya tadinya dia ingin berjalan ke
arah sana, sekarang malah berhenti dan melihat.
Terakhir dia membentak:
"Bagus..."
Mendengar suara ini Su Yan-hong segera berhenti dan:
"Suhu..." dia memanggil.
"Teruskan!" Tiong-ta Sianseng membentak, kemudian
pedang sudah keluar dari sarungnya, seperti kilat menyerang
Su Yan-hong.
"Maafkan murid..." Su Yan-hong segera menyambut
serangan pedang Tiong-ta Sianseng dan mulai balas
menyerang. Dia sangat hafal sifat gurunya, dengan sekuat
tenaga dia menyerang termasuk perubahan-perubahan jurus
yang baru tadi didapatkannya.187
Tiong-ta Sianseng terus berteriak bagus, perubahan jurus
pedang Su Yan-hong tidak menjadi ancaman bagi Tiong-ta
Sianseng, tapi semua jurus diterima dengan baik.
"Kau bisa mengembangkan begitu banyak perubahan,
benar-benar tidak gampang, tapi perubahan-perubahan ini
tidak menjadi ancaman bagi lawan juga tidak sulit untuk
diatasi!" kata Tiong-ta Sianseng dengan santai.
Dua pedang beradu mengeluarkan suara sangat nyaring.
Tiap pedang saling bentrok di tempat yang berbeda, suara
yang dihasilkan pun berbeda.
Ilmu pedang Su Yan-hong sudah mengalami perubahan
baru, terciptanya perubahan ini akhirnya membuat Tiong-ta
Sianseng harus mundur selang-kah.
Perubahan baru berikutnya muncul lagi, pedang di
tangan Tiong-ta Sianseng terus menyerang, tapi sampai akhir
dia tetap harus mundur. Dia terus berteriak:
"Gabungkan dengan jurus Thian-liong-pat-si..."
Tubuh Su Yan-hong mulai berputar, ilmu pedang mulai
ditunjukkan lagi, perubahan masih tetap yang tadi. Pedang
Tiong-ta Sianseng juga terbang, perubahan tubuhnya sama
dengan Su Yan-hong, tapi jurus pedangnya bisa
memecahkan serangan Su Yan-hong.
Walaupun berhasil dipecahkan, Su Yan-hong masih
menari-nari di tengah udara, serangan-nya muncul lagi.
Tubuh Tiong-ta Sianseng ikut berubah, dia tidak selincah
Su Yan-hong, tapi dia bisa memecahkan serangan Su Yanhong.
Su Yan-hong terus merubah jurusnya, semakin lama
semakin cepat. Berturut-turut terjadi 6 perubahan, ilmu
pedangnya sangat tepat. Terakhir 3 jurus Su Yan-hong
menjadi gerakan perorangan, tubuh dan pedang menyatu188
menjadi sebuah tali cahaya, menari-nari sebentar baru turun
di depan Tiong-ta Sianseng.
"Baik, baik sekali," Tiong-ta Sianseng tertawa sampai
mulutnya tidak bisa ditutup
"Harap Suhu memberi petunjuk!" Su Yan-hong berkata
dengan hormat.
"Kalau bagus Suhu akan bilang bagus, dari awal Suhu
sudah melihat kau adalah orang berbakat dan cepat
mengerti, kau mempunyai bahan baik untuk berlatih silat,
sekarang kau sudah membuktikan pandangan Suhu tidak
salah, perubahan ilmu pedang bisa dilatih sampai pada
tahap sepertimu, di antara murid Kun-lun-pai tidak banyak,
begitu pun dengan ilmu lweekang, tentang Thian-liong-patsi, aku yang menjadi Suhu pun kalah darimu."
"Suhu terlalu memuji!"
"Tidak disangka selama 3 tahun ini ilmu silatmu maju
pesat, katanya setiap hari kau giat belajar dan tidak pernah
berhenti."
"Aku terpaksa!"
"Apakah keadaanmu tidak baik?"
"Sangat buruk..."
"Apakah kepergianmu ke Siauw-lim-si tidak berhasil?"
"Sin-can Sangjin sudah menjadi abu karena kecapi Jit-sat
milik Pu-lo-sin-sian, ketua Bu-go bunuh diri, tinggal Bu-wie
Taysu yang harus membereskan kekacauan di Siauw-lim-si,
murid-murid Siauw-lim telah mengalami musibah yang
sangat menyedihkan!"
"Mengenai hal ini di dunia persilatan pernah terdengar
katanya sampai terakhir munculnya Wan Fei-yang yang
mengalahkan Put-lo-sin-sian..."189
"Kepandaian Wan Fei-yang sangat hebat, perubahan
Thian-can-sin-kang sulit ditebak, murid sulit menyaingi."
"Akhirnya Thian-can-sin-kang dari Bu-tong-pai ada yang
meneruskan," Tiong-ta Sianseng berkata dengan terharu.
"Tadinya murid ingin mengundang Wan Fei-yang kemari,
tapi sayang dia tidak ingin berkelana di dunia persilatan juga
tidak ingin mengabdi kepada kerajaan!" Ucap Su Yan-hong.
"Dia memang tidak peduli pada kerajaan tapi hingga
tidak mau berhubungan dengan dunia persilatan benarbenar kerugian besar bagi Bu-tong-pai."
"Bagaimana denganmu sendiri? Apakah kau tidak mau
menerima posisi menjadi ketua Kun-lun-pai? Ini juga
kerugian bagi Kun-lun-pai?" Tiong-ta Sianseng tertawa.
"Tecu benar-benar..
"Kau seperti apa, apakah Suhu tidak mengerti, tapi murid
pintar seperti dirimu tidak bisa meninggalkan semua ini,
kalau tidak, kau bisa mengerti Thian-liong-kiu-si."
"Apakah ada jurus Thian-liong-kiu-si?"
"Benar... semenjak Kun-lun-pai berdiri hanya ketua Kunlun-pai ke-10 yang bernama Yu Liong-ci yang mengerti
perubahan ini, katanya harus digabung dengan Thian-liongpat-si, Suhu sudah 40 tahun menguasai Thian-liong-pat-si,
tapi sampai sekarang tetap tidak mengalami kemajuan,
maka aku menaruh harapan di pundakmu, kalau kau bisa
meninggalkan semua ini, aku percaya kau akan cepat bisa..."
"Tecu mengerti maksud Suhu, hanya saja sekarang
belum..."
"Kau adalah orang jujur, memang di dunia persilatan
butuh orang seperti dirimu untuk menjaga keadilan."190
"Dunia persilatan sangat penting atau negara penting
yang membutuhkan orang sepertiku?" tiba-tiba Su Yan-hong
bertanya. Tiong-ta Sianseng terpaku.
Su Yan-hong melihatnya, dia segera berkata:
"Tecu sadar sudah salah..
"Kata-katamu masuk akal!" kata Tiong-ta Sianseng
tersenyum, "karena aku adalah orang persilatan maka yang
terpikirkan adalah kepentingan pihak dunia persilatan."
"Bila kelak ada kesempatan..."
"Nanti kita baru bicarakan lagi!" Tiong-ta Sianseng
mengganti topik bicara, "Liu Kun bias berkekuasa seperti
sekarang ini tampaknya yang harus bertanggung jawab
adalah baginda raja."
"Akhirnya beliau sadar juga!"
"Apakah tidak terlambat?"
"Sulit dijelaskan!" terlihat Su Yan-hong seperti khawatir,
"apakah Suhu tahu, orang-orang kerajaan menyebut Liu Kun
apa?"
"Benarkah... Kiu-cian-sui?" (9.000 tahun).
"Di tambah 1.000 tahun adalah Ban-sui." (10.000 tahun).
Tiong-ta Sianseng mengangguk dan terdiam, sorot
matanya tiba-tiba berputar, karena terdengar suara tawa
anak kecil.
"Hari ini adalah hari ulang tahu Ih-lan, kemarin dia sudah
menyusun nama teman-teman-nya, dia ingin mengundang
anak-anak Ong-hou lainnya (pejabat lain)."
"Asal dia suka tidak apa-apa!"
"Apakah Suhu datang hari ini karena Ih-lan ulang tahun?"
"Aku sudah berjanji kepadanya akan memberi hadiah
aneh dan lucu!"
"Apakah Suhu sudah bertemu dengan Ih-lan?"191
Tiong-ta Sianseng mengangguk, tersenyum.
"Suhu terlalu menyayangi Ih-lan, dia akan menjadi
manja!"
"Kau yang menjadi ayahnya bukankah terus memanjakan
dia?" Tiong-ta Sianseng seperti teringat sesuatu, "Ih-lan
sudah besar, Yan-hong, sudah waktu-nya kau memikirkan
untuk mencari seorang ibu baginya..."
"Suhu..."
"Kau tidak perlu bicara lagi, Suhu sudah mengerti, kalau
kau tidak sangat mencintai istrimu, kau tidak akan menamai
putrimu Ih-lan, dunia begitu luas, pasti ada perempuan
baik!" Ucap Tiong-ta Sianseng.
"Anak yang tidak berbakti kepada orang tua ada 3
macam, pertama tidak punya anak laki-laki."
Su Yan-hong tertawa, dia menatap langit, matanya
seperti tertutup kabut, pikirannya mengembara ke jaman
dulu.
Saat dia menjadi penganten baru, kelahiran Ih-lan,
sampai wajahnya menghilang selamanya...
Tawa Su Yan-hong menjadi kecut.
0-0-0
Anak-anak yang datang semua tertarik pada 2 ekor tikus
putih, mereka lahir di keluarga kaya. Kecuali mainan ini tidak
pernah terlihat dan tidak bisa membeli, kalau tidak, apa yang
mereka inginkan pasti bisa diperolehnya.
Mereka belum pernah melihat tikus seperti itu, maka
tikus-tikus itu sangat menarik perhatian mereka dan mereka
terus ribut. Setelah pulang dari tempat ini mereka pasti akan
menyuruh orang tua mereka membelikannya.192
"Di ibu kota ini tidak akan ada!" kata Ih-lan i dengan
penuh semangat, melihat Tiong-ta Sianseng datang dia
segera bertanya, "Apa betul, Sukong?"
"Tampaknya memang begitu," Tiong-ta Sian-^ seng
tertawa.
Anak-anak terlihat sangat kecewa, mereka tiba-tiba
mendekat dan bertanya di mana baru ada v yang menjual.
Tiong-ta Sianseng benar-benar merasa t senang, tangan
kirinya menggendong satu anak, tangan kanan
menggendong satu lagi, dengan ? bersusah payah baru bisa
menenangkan anak-anak.
Su Yan-hong yang berdiri di pinggir sangat gembira,
kepusingannya untuk sementara tertunda | dulu.
Ih-lan mendekati Tiong-ta Sianseng, diam-diam bertanya:
"Sukong, nanti kita ke Sen-sa-hai!"
"Ada apa di sana?"
"Melihat atraksi Siau-cu Koko!"
"Siau-cu Koko?"
"Dia bisa bersalto, bermain sulap, dan sangat pintar!" Ihlan melihat Su Yan-hong, "Ayah, ayah sudah berjanji akan
membawaku ke sana, tapi seharian ayah selalu sibuk dan
tidak ada waktu!"
Sewaktu Tiong-ta Sianseng ingin bertanya, pelayan Su
Yan-hong datang tergesa-gesa untuk melapor:
"Tan Kong-kong minta bertemu!" (Kong-ong=panggilan
kasim)
"Tan Kong-kong?" Su Yan-hong mengerut-kan alis.
"Siapa dia?" tanya Tiong-ta Sianseng.
"Kasim yang dipercaya Liu Kun!" Su Yan-hong berpikir
sebentar. Lalu berkata, "persilakan dia masuk!"
Melihat Su Yan-hong keluar, Tiong-ta Sianseng berkata:193
"Lebih baik aku ke dalam dulu!"
"Baik!" Su Yan-hong segera setuju.
Baru saja Tiong-ta Sianseng keluar ruangan itu, Su Yanhong sudah membawa Tan Koan masuk.
Tan Koan adalah seorang kasim, sama seperti kasim
lainnya, separuh laki-laki separuh perempuan, kulitnya putih
pucat terlihat tidak sehat.
Dia melihat Tiong-ta Sianseng, setelah melihatnya, dia
baru memberi hormat kepada Su Yan-hong.
"Jangan sungkan, kedatangan Kong-kong kemari ada
keperluan apa?" tanya Su Yan-hong.
"Kiu-cian-sui yang menyuruhku kemari!" Tan Koan
tertawa, "Kiu-cian-sui tahu kalau hari ini putri Anda berulang
tahun, beliau telah menyiapkan hadiah, menyuruhku
membawa kemari."
"Pengurus Liu terlalu sungkan!" Su Yan-hong merasa
terkejut.
"Mari, adik kecil..." Tan Koan melambaikan tangan
kepada Ih-lan.
Ih-lan dan teman-temannya seperti melihat binatang
aneh, mereka terus menatap Tan Koan.
"Ih-lan..." Su Yan-hong membentak, "Tan | Kong-kong
memanggilmu, mengapa tidak men-i jawab?"
"Ya..." Ih-lan datang dengan sikap hormat ( lalu
memanggil, "Tan Kong-kong!"
Tan Koan tertawa, di tangannya ada sebuah kotak kecil,
di dalam ada kotak ada sepasang gelang emas yang
terpasang batu perhiasan.
"Ini adalah hadiah dari Kiu-cian-sui! Harap i kau
menerimanya!"194
Ih-lan menatap Su Yan-hong, terpaksa Su Yan-hong
mengangguk:
"Kalau pengurus Liu sudah mengantarkannya,
terimalah!"
Dia tahu kasim ini sangat licik, dia tahu bila menyerahkan
benda itu kepadanya langsung, dia pasti akan menolak, Tan
Koan tahu itu maka dia menyerahkan langsung kepada Ih

Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lan. "Terima kasih, Tan Kong-kong." Dengan tidak tenang Ihlan menerimanya.
"Kau harus berterima kasih kepada Kiu-cian-sui."
Kemudian Tan Koan berputar, "Kiu-cian-sui masih
mempunyai sebuah undangan."
"Oh ya?" Su Yan-hong berpura-pura, dia tahu ini bukan
persoalan enteng.
"Hari ini Kiu-cian-sui akan keluar kota ke Ban-hoa-lim
untuk menikmati keindahan bunga-bunga, Kiu-cian-sui
berpesan, apa pun yang terjadi harus bisa mengundang Houya dan putri Anda datang!"
"Pengurus Liu mempunyai kesenangan begitu halus dan
indah!"
"Di Ban-hoa-lim, semua bunga-bunga bermekaran
dengan indah, dalam waktu satu tahun hanya sekarang
bunga masih mekar mana mungkin kami akan menolak?
Hou-ya..."
"Sudah lama aku mendengar pemandangan Ban-hoa-lim
indah sekali, sekarang pengurus Liu mengundang kami mana
mungkin kami tidak pergi."
"Tolong lapor kembali kepada pengurus Liu, aku akan
segera berangkat."195
"Sewaktu hamba datang ke sini, Kiu-cian-sui sudah
berpesan untuk menyiapkan kereta kuda, supaya Hou-ya
tidak perlu repot-repot!" dengan wajah berseri-seri Tan
Koan menyampaikan semuanya.
"Kereta kuda sudah menunggu di luar rumah Hou-ya!"
"Orang dalam melakukan semua hal lebih komplit," kata
Su Yan-hong sambil tertawa, "kalau begitu, mohon Tan
Kong-kong menunggu sebentar, aku berganti pakaian dulu!"
"Silakan..." Tan Koan tertawa kepada anak-anak.
Anak-anak semua menatapnya seperti menatap benda
aneh, membuatnya merasa tidak nyaman.
Tiong-ta Sianseng mendengar semuanya dengan jelas,
begitu Su Yan-hong masuk dia segera berkata, "kali ini Liu
Kun mengundangmu ke Ban-hoa-lim, bukan hanya
menikmati keindahan bunga, kau harus berhati-hati."
"Di sini masih wilayah ibu kota, aku yakin dia tidak akan
bertindak gegabah!"
"Dari awal dia ingin membeli dukunganku, dia ingin pada
kesempatan ini memaksaku, memberi nya sebuah
persyaratan, baik..
"Katanya Liu Kun sedang memperluas sayap, dengan
harga tinggi mengundang banyak pesilat tangguh."
"Betul! Awalnya ada Hongpo Heng-te, mata merah Tiang
Seng, cakar besi In Thian-houw katanya Pak-to juga sudah
masuk dalam komplotan-nya!" alis Su Yan-hong terlihat
penuh dengan kekhawatiran.
"Pak-to masuk komplotannya?" Tiong-ta Sianseng
menggelengkan kepala, "orang ini mempunyai nama buruk,
sepertinya itu tidak aneh!"196
"Sekelompok orang ini sangat kejam, dia menambah
rencana Liu Kun yang memang sudah busuk, pasti akan
menjadi penyakit kerajaan!"
"Perebuatan kekuasaan di kerajaan lebih rumit dari pada
di dunia persilatan!"
"Suhu..." dengan wajah serius Su Yan-hong berkata,
"menurut Tecu, di ibu kota tidak lama lagi akan terjadi
masalah besar, apakah Suhu bisa tinggal di sini untuk
membantu Tecu?"
"Sulit mendapat kesempatan untuk ramai-ramai, mana
mungkin Suhu akan melepaskan kesempatan ini!"
"Terima kasih, Suhu." Su Yan-hong menyembah di
bawah.
"Saat di Ban-hoa-lim kau harus berhati-hati!" Tiong-ta
Sianseng tidak lupa berpesan.
"Tecu akan berhati-hati!"
Tiong-ta Sianseng tidak bertanya lagi karena dia sangat
tahu dengan jelas sifat muridnya yang sangat berhati-hati,
kalau tidak yakin, dia tidak akan bertindak sembarangan.
Di Ban-hoa-lim bunga-bunga memang sedang
bermekaran, tapi tujuan Liu Kun bukan untuk menikmati
keindahan bunga, karena dia meng anggap mengurusi
masalah yang membuatnya pusing harus dalam suasana
sangat terbuka hati dan mata, dengan begitu dia baru akan
merasa nyaman.
Dia berjalan di antara bunga-bunga, melihat kiri dan
kanan, kadang-kadang tertawa, terlihat dia sangat senang.
Hanya saja saat suara tawa ini masuk ke telinga, tidak terasa
dia sedang tertawa.
In Thian-houw dan Tiang Seng selalu berada di kanan dan
kiri Liu Kun, Hongpo Heng-te selalu mengikuti dari belakang,197
kecuali mereka masih ada sekelompok kasim, semua kasim
harus tertawa bila Liu Kun tertawa.
Setelah Hongpo Heng-te gagal membunuh Lu Tan,
walaupun Liu Kun tidak marah, tapi hatinya merasa tidak
nyaman dan selalu menunggu kesempatan untuk menebus
kesalahan.
Tiang Seng seperti tidak bisa tertawa, wajah In Thianhouw terlihat seperti serius, perawakannya berbeda dengan
Tiang Seng, dia tinggi besar, kekar, warna kulit coklat, tangan
kanannya seperti terbuat dari besi.
Ada yang mengatakan kalau tangan kanannya dibacok
oleh orang yang menaruh dendam kepadanya, kemudian
dipasang tangan besi ini, ada yang bilang, tangan kanannya
dia sendiri yang membacoknya, tujuannya adalah supaya
bisa dipasang tangan besi ini. Mana yang benar, terserah
yang menilai, yang penting senjata tangan besi ini termasuk
senjata ke-17 yang terkuat. Hal ini sudah membuat orang
dunia persilatan takut padanya.
Di Ban-hoa-lim, hanya ada mereka, karena ini adalah
properti pribadi Liu Kun.
Sampai di pondok di Ban-hoa-lim, Liu Kun duduk di kursi,
dia berhenti tertawa dan berkata:
"Jika An-lek-hou datang, semua harus mengikuti
petunjukku, jangan bertindak gegabah!"
"Tenanglah, Kiu-cian-sui!" kata Tiang Seng, "katanya Anlek-hou adalah murid ketua Kun-lun-pai sekarang yaitu
Tiong-ta Sianseng "
"Betul..." Liu Kun tertawa hanya kulit wajahnya yang
bergerak, "aku ingin mencari tahu, keputusan apa yang akan
dia ambil sekarang?"198
"Kalau dia pintar, dia harus tahu isi hati Kiu-cian-sui,
tidak akan menyia-menyiakan kebaikan Kiu-cian-sui!"
"Kami berharap begitu!" Liu Kun tertawa
seram.
Hongpo Ih menyela:
"Menurutku, dia anak orang kaya hanya tahu berfoyafoya, seberapa banyak ilmu silat yang dia miliki? Mengapa
Kiu-cian-sui merasa tidak tenang."
"Kau salah!" Liu Kun tertawa dingin, "dari luar orang ini
tidak punya kelebihan dibandingkan orang lain, tapi
pergaulannya sangat luas ditambah mempunyai ilmu silat
tinggi, kecuali dia bergabung denganku, kalau tidak, aku
tidak tenang."
Hongpo Ih sudah lama ikut Liu Kun, untuk kedua kalinya
dia melihat Liu Kun begitu tegang, karena takut salah, maka
dia hanya mundur ke pinggir.
***199
BAB 20
Thian-can-cai-pian
Seorang kasim datang tergesa-gesa:
"An-lek-hou sudah datang!"
Liu Kun mengangguk, dia melambaikan tangan,
sekelompok kasim segera berteriak:
"Perintah Kiu-cian-sui siap dilakukan untuk menyambut
kedatangan An-lek-hou!"
Mereka segera berbaris menjadi 2 kelompok.
Su Yan-hong datang didampingi oleh Tan Koan. Liu Kun
tertawa dan keluar pondok itu untuk menyambut.
"Pengurus Liu, jangan terlalu sungkan!"
"Waktu yang tepat, pemandangan yang indah, apa lagi
Hou-ya memberikan kesempatan pada kami untuk membuat
Ban-hoa-lim tambah bercahaya, aku merasa sangat puas!"
"Pengurus Liu adalah seorang pejabat, aku tidak
mengerti Anda masih kekurangan apa!" kata Su Yan-hong
penuh duri.
Liu Kun mengerti maksudnya, dipanggil Pengurus Liu
oleh Su Yan-hong membuatnya tidak suka, tapi dia berusaha
menjaga tawanya, kemudian bertanya:
"Mana Ih-lan? Apakah Tan Koan tidak..."
"Dia di sana!" Su Yan-hong menunjuk ke belakang.
Ih-lan dan sekelompok anak-anak keluar dari jalan yang
ditumbuhi tanaman mereka sedang tertawa dan bermain
berjalan ke arah Liu Kun. Hal ini membuat Liu Kun bengong,
dia melihat Tan Koan. Tan Koan tidak bisa berbuat apa-apa
hanya menundukkan kepala.
Su Yan-hong seperti tidak merasa ada sesuatu, dia
tertawa:200
"Hari ini adalah hari ulang tahun putriku, anak-anak yang
tinggal berdekatan datang ke rumah, aku melihat mereka
sedang bermain, Pengurus Liu begitu menyukai anak-anak,
maka aku membawa mereka serta."
"Dengan begitu akan terlihat ramai dan menyenangkan!"
Liu Kun tertawa kering.
Su Yan-hong segera melambaikan tangan kepada anakanak itu:
"Ayo kemari, beri salam kepada Pengurus
Liu!"
Semua anak sangat penurut, mereka memberi hormat,
Liu Kun tertawa terpaksa.
"Anak yang lucu dan polos, pelayan..." dia segera
berpesan, "antar mereka ke tempat bermain, keluarkan
semua mainan dan makanan, layani mereka dengan baik!"
Setelah kasim mengantar anak-anak itu pergi. Liu Kun
baru tertawa:
"Mari kita minum arak, sambil menikmati keindahan
bunga!"
"Baik aku akan mengikuti semua!" kata Su Yan-hong
dengan sangat sungkan. Kata-kata ini membuat Liu Kun
merasa dijatuhkan. Su Yan-hong seperti tidak bisa
mengatakan apa-apa.
Di pondok sana sudah disiapkan arak dan sayuran, baru
saja mereka duduk datang sekelompok perempuan cantik
menari-nari.
Su Yan-hong tidak merasa terkejut, sebab mengerti Liu
Kun hanya ingin pamer, sebenarnya dia mempunyai tujuan
lain, bunga dan gadis-gadis cantik hanya untuk hiasan saja.
Setelah selesai menari, masih dengan sopan dia bertepuk
tangan.201
Setelah Liu Kun dan Su Yan-hong bersulang, dia segera
melambaikan tangan kepada In Thian-houw dan Tiang Seng:
"Kalian juga kemari untuk bersulang!"
"Terima kasih, Kiu-cian-sui, kami adalah anak buah Kiucian-sui, bisa melayani Kiu-cian-sui saja kami sudah merasa
beruntung."
Kemudian Tiang Seng menyembah di bawah.
"Di sini bukan kantor, tidak dibagi atasan dan bawahan,
An-lek-hou juga bukan orang lain!" tapi Liu Kun tidak
menyuruh mereka minum arak lagi, memang dia ingin
memulai pembicaraan.
Kata Tiang Seng:
"Kiu-cian-sui sangat menghormati anak buahnya, semua
sudah tahu!"
"Kalau begitu orang-orang An-lek-hou benar-benar tidak
tahu!"
Tiang Seng merasa malu, dia tertawa kering berusaha
untuk menutupi rasa malunya.
Liu Kun seperti tidak memperhatikannya, tiba-tiba dia
mengangkat gelas:
"Waktunya begini cocok dan pemandangan begitu indah,
menurut kalian harus dengan cara apa melukiskannya!"
Tiang Seng terdiam, In Thian-houw tidak bereaksi.
Hongpo Heng-te ingin mengatakan sesuatu tapi mereka
tidak tahu apa maksud Liu Kun, apa lagi sekolah mereka
tidak tinggi, tidak ada kata-kata yang cocok untuk
menggambarkannya.
Su Yan-hong terus menatap Liu Kun.
"Menurutku ada 4 kalimat paling cocok, 'Ciu-bi-cun-longhua-si-ciat' (Minum arak enak di musim semi yang penuh
bunga), Te-it-jin-cian-ban-tai' (Orang yang sukses bersikap202
macam-macam), 'Mo-jiauw=ku-hu-yan-yang-thian' (Jangan
lupakan matahari yang terang), Koai-le-tui-kim-ho-cu-bai'
(Bila lewat tumpukan emas, ke mana akan beli lagi)!"
Tiang Seng segera berkata:
"Kiu-cian-sui adalah pejabat yang baik, kami seperti
bunga dan rumput, Kiu-cian-sui adalah sinar mentari, akan
tumbuh dan mekar dengan baik! Bagaimana menurut Houya?"
Puisi itu masih ada 4 kalimat lagi, kata Su Yan-hong:
"Pemuda yang telah pergi berharap hatinya masih ada,
sedikit kekhawatiran datang di hati, angin
semi tetap tidak bisa menghembusnya supaya
menghilang!"
"Bunga 4 musim mekar tidak pada waktu bersamaan.
Musim dingin, Bwee-hoa yang mekar, musim gugur bunga
Chrisan yang mekar walaupun dalam hembusan angin
musim semi, dan di bawah terpaan sinar matahari, mereka
tidak akan berbunga apalagi mekar!"
Tiang Seng tidak bisa menjawab, Liu Kun tertawa:
"Hou-ya benar-benar pintar dan mempunyai pendapat
lain."
Dia mendekati sebuah pot yang tertanam anggrek dan
bertanya:
"Bunga anggrek ini bagaimana?"
"Anggrek biasanya tumbuh di Ho-lam dan Ho-kian,
sekarang di tanam di ibu kota, dan masih bisa mekar begitu
indah, benar-benar jarang ada!" ini adalah ucapan Su Yanhong yang sesungguhnya.


Kembalinya Ilmu Ulat Sutra Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Asal ditanam dengan cara yang baik, dia pasti bisa
menyesuaikan diri dengan keadaan, bila bunga mekar itu203
pertanda kaya dan sukses, ada kesulitan apa yang terjadi?"
Liu Kun bermaksud lain.
"Bunga anggrek adalah bunga yang melambangkan
banyak cinta bukan lambang kaya atau sukses, jadi bila
Pengurus Liu membuat bunga bisa mekar untuk
melambangkan kaya dan sukses harus menanam bunga Botan!" Usul Su Yan-hong.
"Sudahlah, jangan bicarakan bunga lagi!" Liu Kun
tertawa, "katanya ilmu silat Hou-ya sangat tinggi, kami
jarang mendapat kesempatan melihatnya, Hongpo Heng-te,
coba kalian tunjukan ilmu silat kalian, mohon petunjuk pada
Hou-ya dimana kesalahan kalian!"
Poan-koan-pit segera digenggam, mereka berdua sudah
meloncat ke sebuah pohon besar yang tumbuh di sisi taman,
mereka seperti menari-nari. Poan-koan-pit terus
berkelebatan, sekejap menjadi segulung cahaya, mereka pun
masuk ke dalam gulungan cahaya itu.
Kemudian suara aneh terdengar, cahaya itu menghilang,
Hongpo Heng-te muncul lagi, di udara cahaya Poan-koan-pit
kembali ke pinggang, kemudian tubuhnya dibalik, mereka
kembali ke tempat semula.
Wajah mereka tidak merah, nafasnya juga tidak
memburu, seperti tidak pernah melakukan apa-apa. Tidak
ada perubahan yang terjadi pada pohon besar itu, tapi
setelah dilihat dengan teliti, pada batang pohon itu ada
beberapa yang berlubang.
Su Yan-hong tertawa:
"Sudah lama aku mendengar bahwa empat Poan-koanpit milik Hongpo Heng-te bisa menotok 8 titik jalan darah,
ternyata tidak salah!"204
"Hou-ya terlalu memuji..." mata mereka keluar cahaya
ejekan.
Liu Kun segera bertanya:
"Apakah kalian sedang menunjukan menotok jalan
darah?"
Hongpo Tiong menggelengkan kepala:
"Kami sudah menulis di batang pohon!"
"Mana mungkin Hou-ya bisa melihat tulisan seperti itu
dengan jelas?" In Thian-houw akhrinya membuka suara
sambil berjalan ke depan pohon itu, Thiat-sat-ciangnya
menghantam batang pohon itu, terlihat seperti
menggunakan tenaga besar tapi setelah mengenai batang
pohon itu tidak mengeluarkan suara sedikit pun dan batang
pohon pun tidak bergoyang, tapi begitu tangannya diangkat
dari batang pohon, kulit pohonnya terkelupas, 6 huruf yang
diukir Hongpo Heng-te muncul dari batang pohon.
"Kiu-tian-sui, Kiu-cian-sui."
Liu Kun seperti tidak melihat jelas, dia tertawa dan
bertanya Su Yan-hong:
"Hou-ya, apa yang ditulis Hongpo Heng-te di batang
pohon itu?"
Tujuannya ingin Su Yan-hong membaca 6 huruf itu, mana
mungkin Su Yan-hong tidak mengerti, sekalian saja dia
berpura-pura.
"Di bawah bunga-bunga yang mekar dan cahaya bulan
yang redup, Pengurus Liu yang bermata jeli pun tidak jelas
membacanya apa lagi aku?"
"Tidak disangka bunga juga membuat orang benci!" Liu
Kun mengerutkan alis dan melambaikan tangan.
Tiang Seng segera berjalan keluar dengan jurus 'Yan-cusam-couw-sui' (Walet 3 kali menyelam ke dalam air) ?Yau-cu-205
hoan-sin' (burung Yau membalikkan tubuh) 'To-ta-cian-long'
(mundur menginjak gelombang) Tubuhnya berubah 7 kali,
dua telapak seperti kupu-kupu terus menari, saat dia lewat
terasa angin berputar dan menggulung bunga-bunga serta
pohon yang sedang mekar lalu berguguran dan melayanglayang di langit.
"Baik..." Liu Kun bertepuk tangan, "Cian-tia-ciang
(Pukulan seribu susun) seperti badai, semua tempat yang
dilewati membuat semua mahluk harus menundukkan
kepala!"
Kata-katanya baru selesai, Tiang Seng sudah kembali ke
sisinya. Dia bertanya:
"Apakah sekarang Hou-ya bisa melihat jelas?"
Su Yan-hong tidak menjawab, dia melayang masuk ke
antara bebungaan yang berguguran itu. Jurus pertama
Thian-liong-pat-si sudah diperagakan, lalu melakukan 3
perubahan, dia sudah meloncat ke atas setinggi 12 depa
berputar sekali di atas, lalu turun, telapak kanannya diangkat
dengan posisi mendatar, di telapaknya sudah ada sekuntum
bunga kecil.
Seperti kata orang, sekali ilmu silat diperagakan, tahu
ada atau tidak, wajah In Thian-houw dan Hongpo Heng-te
terlihat berat.
Su Yan-hong tidak melayani mereka, sambil tertawa
berkata kepada Liu Kun:
"Tidak disangka di dalam badai tetap ada sekuntum
bunga kecil yang tidak mau merundukkan kepala!"
Liu Kun seperti tertawa dengan kulit saja:
"Katanya Hou-ya adalah murid ketua Kun-lun-pai yang
sekarang, Tiong-ta Sianseng, ilmu silatnya sangat tinggi, hari206
ini kami telah menyaksikannya, benar-benar tinggi ilmu
silatnya!"
"Hanya teknik kecil-kecilan, malah akan membuat
Pengurus Liu menertawakan aku!"
"Kun-lun-pai adalah perkumpulan lurus, Hou-ya adalah
pejabat setia, masalah-masalah yang terjadi di kerajaan,
harap Hou-ya jangan berpangku tangan saja, Anda harus
sekuat tenaga mendukung baginda," Liu Kun tertawa tapi
nadanya sangat berat.
"Tenanglah, Pengurus Liu, demi negara dan rakyat, aku
tidak akan menolak!" wajah Su Yan-hong terlihat sangat
serius dan lurus.
"Hou-ya benar-benar orang yang pengertian!" kata-kata
ini memang keluar dari mulut Liu Kun, tapi dalam hati dia
benar-benar ingin memenggal kepala Su Yan-hong.
Ih-lan dan anak-anak sudah kembali, mereka masingmasing membawa mainan, mereka terlihat sangat senang.
Melihat Ih-lan, di kepala Liu Kun segera muncul ide.
"Lan-lan, apakah kau senang?" Liu Kun berusaha
mengeluarkan tawa ramah dan baik.
"Aku senang," Mata Ih-lan terus berputar.
"Lan-lan benar-benar lincah, kalau aku punya putri
selucu dia, hidupku benar-benar puas!"
"Bagaimana kalau aku mengangkatmu menjadi putri
angkatku? Apakah kau suka?"
Su Yan-hong tampak terkejut, Ih-lan tidak berani
menjawab, dia menatap Su Yan-hong. Sorot mata Liu Kun
berputar ke arah Su Yan-hong:
"Bagaimana menurut Hou-ya?"
Dalam hati Su Yan-hong terus menarik nafas. Dia tahu Liu
Kesatria Baju Putih 2 Satria Gendeng 03 Kail Naga Samudera Eldest 3

Cari Blog Ini