Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 10

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 10


"Wan Fei-yang..."
Wan Fei-yang keluar dari semak-semak. Dia terlihat segar bugar.
Tapi di antara alisnya tetap terlihat kecemasan dan rasa prihatin.
Siau Cu dan Su Yan-hong menyambut.
"Wan-toako..." suara Siau Cu terharu.
Wan Fei-yang memegang pundak Siau Cu. Su Yan-hong
bertanya:
"Lote, mengapa kau berada di sini?"
"Bukankah kau sudah lama meninggalkan Sian-tho-kok?" tanya
Siau Cu.
"Aku sama sekali belum pernah meninggalkan Sian-tho-kok!"
kata Wan Fei-yang tertawa.
"Orang aneh itu mengira kau sudah kabur dari sini, maka dia
mencarimu di luar!"
"Kalian anak muda tidak ada yang baik. Semua adalah siluman
rubah!"
Wan Fei-yang tidak melayaninya. Dia bertanya kepada Siau Cu:
"Di Bu-tong-pai terjadi keributan apa?"
Su Yan-hong menarik nafas:
"Pada rapat pedang di Pek-hoa-couw, Coat-suthay mati karena
pedang beracun. Lu Tan yang dicurigai. Satu-satunya putra
keluarga Lamkiong, Lamkiong Po mati terbunuh dan orang yang
dicurigai adalah Lu Tan juga."
"Lu Tan bukan orang seperti itu. Sekarang di mana dia berada?"
"Tidak ada jejaknya, maka semua orang berjanji akan pergi ke
Bu-tong-san untuk bertanya dan meminta Bu-tong-pai
menyerahkan Lu Tan. Mereka juga mencurigai itu adalah rencana
busuk Bu-tong-pai!"
Wan Fei-yang tertawa kecut. Siau Cu berkata:
"Kita harus segera pergi ke Bu-tong-san, kalau terlambat tidak
sempat lagi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 26
Wan Fei-yang mengangguk. Tapi Wan-tianglo sudah
menggelengkan kepala dan tertawa:
"Tidak semudah itu kalian ingin pergi!"
Wan Fei-yang tidak mempedulikan dia. Dia melihat Siau Cu dan
Su Yan-hong:
"Kalian berdua demi Bu-tong-pai..."
"Lote jangan berkata begitu. Yang memberi petunjuk kepadaku
agar aku bisa berlatih Thian-liong-kiu-sut adalah..."
"Telapak kaki itu adalah peninggalan Wan-toako!" teriak Siau
Cu. "Aku berpikir sudah lama tapi tidak mendapatkan hasil. Kata
orang, Lote adalah orang nomor satu di dunia ini, benar-benar tidak
salah!"
"Hou-ya jangan berkata begitu. Aku hanya menonton di samping
sehingga dapat melihat dengan lebih jelas."
"Apakah Wan-toako sudah sehat?" Siau Cu bertanya penuh
perhatian.
"Masih sedikit lagi!" Wan Fei-yang menghembuskan nafas.
"Berarti belum bisa memukul mati orang aneh ini!" Siau Cu
merasa kecewa tapi alisnya segera melayang, "kita bertiga, apalagi
Thian-liong-kiu-sut sudah dikuasai Hou-ya!"
Dia segera berteriak senang. Wan Fei-yang melihat dia kemudian
melihat Wan-tianglo:
"Tadinya rencanaku setelah beres semua hal, baru benar-benar
berunding dengan dia."
"Tapi aku tidak sabar menunggunya! Sekarang ada kalian
bertiga giliran melayaniku, aku tidak akan merasa kesepian lagi!"
"Cianpwee terus-menerus memaksakan keinginan sendiri,
terpaksa kami harus melakukan tindakan yang tidak sopan!"
"Apa yang disebut tidak sopan itu yang aku minta, mari..."
Mata Wan Fei-yang berputar:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 27
"Bagaimana kalau kita ganti cara bertarung?"
"Terserah! Mana mungkin aku takut pada mu!"
Tubuh Wan Fei-yang bergerak. Dia bergeser ke pinggir sejauh 3
tombak, lalu mengambil tiang bambu yang tingginya sekitar 2
tombak. Kemudian dia menancapkan bambu ke tanah.
"Kita bertarung di atas bambu?" tanya Wan- tianglo.
"Siapa yang meninggalkan bambu ini, dia kalah. Yang kalah
harus menurut pada yang menang!" kata Wan Fei-yang.
"Kau pasti akan kalah!"
"Kalau aku kalah, kita bertiga tinggal di sini. Setiap pagi, siang,
malam bertarung denganmu satu kali!"
"Kalau aku yang kalah, aku akan mengijinkan kalian pergi!"
"Kita berjanji..."
"Aku selalu menepati janji. Kata-kataku sudah diucapkan, empat
kuda pun sulit mengejarnya!" kata Wan-tianglo.
Kemudian dia melihat Wan Fei-yang; "Kulihat kau sudah
sembuh dari sakit maka kau begitu sombong!"
"Silakan..." tangan Wan Fei-yang melayang. Wan-tianglo
tertawa. Dia meloncat lalu bersalto ke atas tiang bambu, dia
melakukan gerakan dan gaya yang berbahaya.
Wan Fei-yang melihat Siau Cu dan Su Yan- hong:
"Meninggalkan tiang bambu berarti kalah!"
Su Yan-hong dan Siau Cu segera mengingat kata-kata ini. Wan
Fei-yang meloncat naik ke atas tiang bambu dan berteriak:
"Harap Cianpwee memberi petunjuk..." Wan-tianglo berkata:
"Aku biarkan kau mengeluarkan tiga jurus dulu!"
"Betulkah? Kau yang berjanji!" Wan Fei-yang tertawa.
Wan-tianglo menjadi tegang, dia mengerti keadaan ini sangat
merugikan.
Wan Fei-yang sudah tahu sifat Wan-tianglo.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 28
Su Yan-hong dan Siau Cu saling pandang, mereka segera
mendapatkan ide. Kata Siau Cu:
"Orang aneh itu memberi tiga jurus kepada Wan-toako, kalau dia
balas menyerang sebelum 3 jurus, itu juga termasuk kalah. Lebih
baik kita ambil kesempatan ini untuk kabur?"
Su Yan-hong pura-pura ragu:
"Memang baik, tapi..."
"Jangan tapi-tapi an lagi, masalah Bu-tong-pai lebih penting!"
Siau Cu segera membalikkan tubuh pergi.
Wan-tianglo di atas tiang bambu mendengar dengan jelas:
"Apa yang kalian lakukan, cepat berhenti!"
"Sulit mendapatkan kesempatan bagus, kalau tidak
dipergunakan adalah orang bodoh." Su Yan-hong tertawa.
"Wan Fei-yang sudah berjanji..."
Su Yan-hong tertawa:
"Kita tidak pernah berkata tidak akan kembali kalau dia kalah.
Kalau masalah Bu-tong-pai sudah selesai, kita pasti kembali untuk
melayanimu!"
Dia juga membalikkan tubuh berjalan. Wan-tianglo cemas. Dia
membentak Wan Fei-yang:
"Cepat mulai!"
"Aku sedang berpikir jurus apa yang harus kukeluarkan." kata
Wan Fei-yang santai.
"Untuk apa berpikir, cepat keluarkan jurusmu!" Wan-tianglo
terus berteriak.
"Baik, jurus pertama adalah 'Pek-coa-tok-sim'." (Ular putih
menjulurkan lidah).
"Baik, baik sekali! Cepat, cepat!" Wan-tianglo sangat cemas.
"Tidak! Tidak! Lebih baik jurus 'Tok-pi-hoa-san'..." Tapi Wan
Fei-yang menggelengkan kepala lagi. (Sebelah tangan menghantam
Hoa-san).Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 29
Wan-tianglo dan Wan Fei-yang masih dalam pembicaraannya,
Su Yan-hong dan Siau Cu sudah berada di pinggir hutan. Wantianglo cemas, dia kelepasan berkata:
"Kau pikirkan dulu jurus apa yang akan di keluarkan jurus apa,
aku akan menangkap dua bocah yang kabur itu, baru kembali lagi
bertarung denganmu."
Selesai berkata, dia sudah turun. Wan Fei-yang segera berteriak:
"Pek-coa-tok-sim..." Telapaknya sudah keluar.
Tapi Wan-tianglo sudah meloncat turun. Tiga kali bersalto, dia
sudah berada di depan Su Yan-hong dan Siau Cu. Dia membentak:
"Kalian mau ke mana..."
Su Yan-hong tertawa:
"Ke mana saja sama..."
"Mau ke mana harus bertanya dulu kepadaku!" Wan-tianglo
tertawa.
"Kau sudah turun dari tiang bambu, berarti kau sudah kalah.
Kemanapun kita mau pergi tidak ada hubungannya denganmu!"
"Siapa bilang aku kalah? Aku dan Wan Fei-yang belum mulai
bertarung, darimana bisa ada yang kalah atau menang?"
"Apakah kau tidak mendengar teriakan Wan-toako 'Pek-coa-toksim'?" potong Siau Cu.
"Dia berteriak, itu urusan dia..."
"Apakah kau tidak melihat jurus Pek-coa-tok-sim sudah
dikeluarkan? Jurus Pek-coa-tok-sim memang bagus, sampai kau
tidak berani menerimanya dan kabur tergesa-gesa dari tiang
bambu!" Siau Cu tertawa, "Wan-toako benar-benar adalah pesilat
nomor satu di dunia ini! Benar-benar bukan hanya nama kosong
saja!"
"Apa yang kau katakan?" Wan-tianglo berteriak. Wan Fei-yang
yang di atas tiang bambu segera berkata:
"Terima kasih sudah mengalah..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 30
Wan-tianglo baru sadar apa yang terjadi. Dia berteriak:
"Kalian bersekongkol merencanakan siasat busuk untuk
mencelakakanku..."
"Jangan berkata begitu!" kata Siau Cu dengan senang, "katakatamu sudah diucapkan, empat kuda pun sulit mengejar kembali,
kau adalah orang terkenal di dunia persilatan, Cianpwee di dunia
persilatan, yang pasti tidak akan berkata kau telah salah bicara!"
"Aku..." Wan-tianglo marah.
"Hanya satu jurus Wan-toako sudah, mengalahkan Wan-tianglo,
berita ini akan tersebar luas di dalam dunia persilatan!" kata Siau
Cu senang.
"Sembarangan bicara kau..."
"Bukankah tadi sudah berjanji siapa yang turun dari tiang
bambu, dia kalah?" Siau Cu bertanya lagi, "bukankah satu jurus
belum kau keluarkan, sudah meninggalkan tiang bambu dan turun
ke bawah?"
"Karena kalian berdua..." Wan-tianglo menim juk Siau Cu dan Su
Yan-hong.
"Tapi dari awal tidak ada perjanjian bahwa kita tidak boleh
berbicara! Hahaha! Wan-toako cepat turun, kita berangkat ke Butong-san sekarang juga!"
Wan Fei-yang meloncat turun. Wan-tianglo segera berlari ke
sisinya:
"Marga Wan, kulihat kau bukan orang kerdil yang licik!"
"Cianpwee juga bukan orang kerdil yang sudah mengeluarkan
kata-kata tapi tidak bisa dipercaya?"
Wan-tianglo terpaku, lama kemudian baru tertawa:
"Baik! Baik! Hitung-hitung kalian bertiga pintar bisa menipuku
hanya satu kali. Lain kali aku tidak akan mudah tertipu lagi!"
"Kami terpaksa!" Wan Fei-yang memberi hormat.
Dengan dingin Wan-tianglo berkata kepada Wan Fei-yang:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 31
"Aku akan mencarimu lagi!"
"Setelah selesai masalah Bu-tong!" kata Wan Fei-yang.
"Dengan tenaga kita bertiga, belum tentu akan kalah di
tanganmu. Bila kau datang, kami akan memukulmu untuk
melampiaskan kemarahan karena kau telah menyiksa kami!"
Wan-tianglo menghentakkan kaki sambil marah:
"Bocah tengik, kau sekarang mulai bisa bicara. Kalau berani,
keluar untuk bertarung!"
"Aku tidak ada waktu, sampai bertemu nanti!" Siau Cu
melayangkan tangan, dia orang pertama yang mulai pergi.
Wan Fei-yang dan Su Yan-hong ikut pergi. Wan-tianglo melihat
mereka tapi tidak menghadang. Dia berdiri terpaku, sampai mereka
bertiga menghilang di dalam hutan, dia baru berjalan berputarputar di tanah kosong.
Tidak lama kemudian dia seperti setan terus berteriak sambil
bersalto. Kera-kera di sana ikut berteriak. Sian-tho-kok yang
tadinya sepi sekarang menjadi kacau.
172-172-172
Keluar dari Sian-tho-kok, Siau Cu memberi ide lebih baik naik
kuda ke Bu-tong-san. Wan Fei-yang yang pasti mendukung. Dia
menarik nafas:
"Orang dunia persilatan yang lurus sudah tidak banyak, tapi
masih saling membunuh. Kalau terus begitu, apa ada harapan?"
Su Yan-hong juga menarik nafas:
"Kalau tidak ada bukti menyatakan Bu-tong-pai tidak bersalah,
kelihatannya pertempuran sulit dihindari."
Wan Fei-yang mengangguk:
"Maka aku kira lebih baik mengundang Bu-wie Taysu dari
Siauw-lim-pai untuk memimpin keadilan."
"Baik..." kata Su Yan-hong, "Bu-tong-san tidak bisa tidak ada
Lote, serahkan hal ini kepadaku!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 32
Tidak menungggu Wan Fei-yang menjawab, dia sudah berlari
pergi. Memang waktu sudah sangat sempit.
*** Siang malam terus berjalan. Ketika mereka sampai di Bu-tongsan, murid-murid Kun-lun, Heng-san-pai sudah di bawah pimpinan
Toan Hong-cu dan Keng-suthay.
Orang keluarga Lamkiong tidak hadir di sana, hanya ada sepucuk
surat yang memberitahu Toan Hong-cu dan Keng-suthay bahwa
setelah Lamkiong Po meninggal, keluarga Lamkiong hanya tinggal
janda-janda dan anak perempuan. Maka masalah Bu-tong-san
diserahkan kepada mereka, biar mereka yang mengambil
keputusan.
Sebenarnya orang-orang keluarga Lamkiong sudah datang.
Mereka bersembunyi menonton keramaian. Toan Hong-cu dan
Keng-suthay mana mungkin bisa mengetahuinya. Maka hati yang
berpihak kepada keluarga Lamkiong semakin banyak, juga semakin
membuat mereka marah kepada Bu-tong-pai.
Lu Tan tidak ada di Bu-tong-san, jadi tidak mungkin Bu-tong-pai
bisa menyerahkan Lu Tan untuk menyelesaikan pertentangan ini.
Maka Toan Hong-cu dan Keng-suthay segera menggeledah Bu-tongpai. Kemarahan ini tidak bisa dibendung. Ketua Bu-tong-pai segera
menyuruh murid-murid mema sang Jit-seng-tin dan berjanji
kepada Toan Hong-cu dan Keng-suthay, asal mereka bisa
memecahkan jit-seng-tin maka akan membiarkan mereka
menggeledah Bu-tong-pai.
Selain Jit-seng-tin, Bu-tong-pai sekarang tidak mempunyai apaapa lagi yang bisa mereka keluarkan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 33
Ji-t-seng-tin dari Bu-tong-pai sangat terkenal di dunia persilatan,
tapi untuk mengeluarkan kehebatan Jit-seng-tin, murid-murid
harus mempunyai ilmu silat yang hebat, sekarang orang-orang
berbakat di Bu-tong-pai sudah tidak ada, dari mana mereka mencari
tujuh orang murid yang berilmu bagus.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi mereka tidak punya pilihan, selain Jit-seng-tin sudah tidak
ada yang lain lagi.
Murid-murid yang paham barisan adalah murid yang terbaik
sekarang tapi mereka belum menguasai perubahan-perubahan
barisan. Maka begitu Toan Hong-cu masuk ke dalam barisan ini,
tidak perlu 10 jurus barisan tersebut sudah berantakan. Pedang 7
orang murid Bu-tong terlepas dan mereka terguling di bawah.
"Apakah ini Jit-seng-tin?" Toan Hong-cu terlihat sangat kecewa.
Giok-sik hanya bisa tertawa kecut. Toan Hong-cu melihatnya:
"Jit-seng-tin sudah pecah, apa lagi yang mau kau katakan?"
Giok-sik belum menjawab. Toan Hong-cu langsung berkata lagi:
"Kalau tidak ada, kami akan mulai menggeledah gunung!"
"Tunggu..." Giok-sik menghadang dengan pedang.
"Apakah kau mau mengingkari janji?" Toan Hong-cu tertawa
dingin.
"Aku sudah mengeluarkan kata-kataku, tidak akan mengingkari
janji!" Giok-sik menarik nafas panjang, "aku adalah Ketua Bu-tongpai tapi tidak bisa menjaga kehormatan Bu-tong-pai, maka aku
hanya bisa dengan mata hati berterima kasih kepada nenek moyang
Bu-tong-pai!"
"Itu adalah masalahmu dengan Bu-tong-pai!"
"Bila kalian ingin menggeledah Bu-tong-san, bunuhlah aku dulu,
aku tidak akan membalas!"
"Kau mau mengancam dengan kematian? Ketuanya seperti itu,
pantas Bu-tong-pai bisa hidup terlunta-lunta seperti ini!" kata Toan
Hong-cu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 34
"Bila ingin membunuh, bunuhlah! Untuk apa cianpwee berkata
seperti itu!" kata Giok-sik.
"Apakah kau kira aku tidak berani membunuhmu?" Toan Hongcu membentak. Pedang sudah diayunkan.
Giok-sik melotot kepada Toan Hong-cu. Di wajahnya tidak ada
rasa ketakutan sedikitpun. Toan Hong-cu marah, dia segera
menepis pedang.
Saat itu Wan Fei-yang melesat datang dan membentak:
"Berhenti..."
Murid-murid Bu-tong-pni begitu melihat Wan Fei-yang,
langsung bersorak dan mendekat padanya.
Hati Giok-sik bergejolak, tapi dia tidak bergeser. Dia tetap
menghadang Toan Hong-cu dan Keng-suthay.
Hati yang paling bergejolak adalah Fu Hiong-kun yang berdiri di
samping Keng-suthay. Dia tidak mendekat, tapi matanya terus
mengawasi.
Toan Hong-cu bertanya kepada Keng-suthay:
"Siapa yang datang itu?"
Keng-suthay menggelengkan kepala. Wan Fei-yang mendekat,
dia memberi hormat kepada Giok-sik:
"Ciang-bun-jin, Suheng..."
"Tidak perlu sungkan. Akhirnya kau pulang juga!"
Wan Fei-yang berkata kepada Toan Hong-cu dan Keng-suthay:
"Boanpwee Wan Fei-yang menemui jiwi Lo-cianpwee!"
"Wan Fei-yang?" Toan Hong-cu dan Keng-suthay terpaku.
Wan Fei-yang mengangguk kepada Fu Hiong-kun. Fu Hiong-kun
seperti ingin mengatakan sesuatu tapi kata-katanya tidak keluar.
Toan Hong-cu melihat Wan Fei-yang dari atas ke bawah:
"Kau adalah Wan Fei-yang yang disebut-sebut sebagai orang
pendekar nomor satu di dunia ini?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 35
"Lo-cianpwee terlalu memuji!"
"Tampaknya masalah Bu-tong-pai tetap harus diputuskan
olehmu!" kata Toan Hong-cu, lalu bertanya lagi, "dengan syarat apa
kau baru mau menyerahkan Lu Tan?"
Wan Fei-yang melihat Giok-sik:
"Suheng, apakah Lu Tan ada di sini?"
"Tidak ada..." Giok-sik menghela nafas, "aku menyuruh dia pergi
ke Pek-hoa-couw, dan sampai sekarang dia belum pulang, Jiwi Locianpwee menuduhnya sebagai pembunuh. Dengan ilmu silat Lu
Tan, mana mungkin bisa membunuh Tiong Toa-sianseng dan Coatsuthay?"
"Kalau kau tidak percaya dia pembunuh, mengapa tidak
menyerahkan dia?"
"Tapi dia benar-benar tidak ada!" Giok-sik menarik nafas
panjang.
"Sebenarnya dia bukan pembunuh!" kata Siau Cu menyela, "Aku
dan dia adalah teman baik, aku sangat mengenal siapa dia!"
"Kau siapa?" Toan Hong-cu dengan tidak sudi melihat dia, "apa
hubunganmu dengan Bu-tong-pai?"
Siau Cu ingin marah, Wan Fei-yang menahan nya:
"Jiwi Lo-cianpvvee, Boanpwee dengan nyawa menjamin Ln Tan
bukan orang yang seperti itu!"
"Apakah kau mengira hanya dengan beberapa kata-katamu, kita
sudah bisa mempercayaimu? Kau kirasiapa dirimu?"
"Aku percaya jiwi Lo-cianpwee adalah orang yang menjaga
keadilan, Terhadap masalah ini akan membereskan dengan adil!"
kata Wan Fei-yang.
"Maksudmu sekarang ini kami tidak ada aturan?" Toan Hong-cu
melotot.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 36
"Kami tidak berani!" Wan Fei-yang menarik nafas. Dari Su Yanhong dia tahu sifat Toan Hong-cu seperti apa. Ternyata benar-benar
tidak salah.
Kata Keng-suthay:
"Kalau kau tahu Lu Tan adalah orang yang seperti apa, mengapa
kau tidak menyerahkan dia?"
Sebenarnya ini adalah pengulangan kata-kata Toan Hong-cu.
Keng-suthay juga tidak mempunyai akal sehat. Wan Fei-yang benarbenar merasa terkejut, tapi dia tetap dengan sabar berkata:
"Memang Boanpwee baru pulang, tapi ketua sudah mengatakan
dengan jelas bahwa Lu Tan belum pulang!"
"Kalau begitu mengapa tidak membiarkan kita menggeledah
gunung?" Toan Hong-cu mengulang kembali kata-kata ini.
"Sebuah perkumpulan punya kehormatan sen diri!" Wan Feiyang tetap bersikap sangat tenang.
"Omong kosong!" kata Toan Hong-cu. Siau Cu berteriak:
"Kalian adalah orang yang keras kepala, yang tidak mempunyai
hati nurani!"
Wajah Toan Hong-cu dan Keng-suthay berubah. Wan Fei-yang
segera menahan Siau Cu:
"Ini adalah masalah Bu-tong-pai!"
Siau Cu mengangguk, kemudian dia menunjuk Toan Hong-cu
dan Keng-suthay:
"Kalau kalian sembarangan menuduh Lu Tan lagi, begitu turun
gunung aku akan bertarung sampai kalian mengerti."
"Kau benar-benar bocah yang tidak tahu diri dan suka
mengeluarkan kata-kata sombong!"
Siau Cu masih mau berdebat. Wan Fei-yang segera mencegat, dia
memberi hormat kepada Toan Hong-cu dan Keng-suthay, katanya:
"Harap Jiwi Lo-cianpwee bisa sedikit bersabar. Kalau kita sudah
menemukan Lu Tan, pasti ada keadilan!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 37
"Untuk apa sengaja mengulur waktu?" bentak Toan Hong-cu.
"Kita bukan sengaja mengulur waktu. Di jalan aku sudah
berpesan kepada An-lek-hou Su Yan-hong untuk pergi ke Siong-san
mengundang Bu-wie Taysu dari Siauw-lim untuk menegakan
keadilan!"
"Kau mengenal Su Yan-hong?" Toan Hong-cu terpaku.
"Aku sudah beberapa tahun mengenal dia."
"Betulkah Bu-vvie Taysu akan datang?" tanya Toan Hong-cu.
"Kalau tidak ada halangan, tiga hari kemudian dia pasti akan
tiba!" Setelah mengucapkan kata-kata ini Wan Fei-yang segera
merasa menyesal, "sekarang ini bila terjadi hal yang tidak terduga,
itu bukan hal yang aneh!"
Toan Hong-cu segera berkata:
"Baik! Tiga hari dari sekarang kita akan datang lagi!"
"Bagaimana kalau Bu-vvie Taysu tidak datang?" tanya Kengsuthay.
"Boanpwee terpaksa harus menerima jurus kalian berdua!" Wan
Fei-yang menarik nafas.
"Orang dunia persilatan menyebut Thian-can-kang adalah
nomor satu di dunia ini, aku ingin mencoba juga!" Kata Toan Hongcu. Wan Fei-yang menghela nafas. Fu Hiong-kun melihatnya, juga
menghela nafas. Di sepanjang jalan Fu Hiong-kun selalu
memikirkan cara bagaimana membantu Bu-tong-pai. Tapi dia tidak
menemukan cara yang baik. Kemunculan Wan Fei-yang di satu sisi
membuat hatinya tenang, tapi me-munculkan kekhawatiran di sisi
lain.
Kalau Bu-wie Taysu tidak datang tepat waktu, apa yang akan
terjadi? Tidak ada yang mengharapkan terjadinya korban dari pihak
manapun.
173-173-173Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 38
Bu-wie Taysu dan Su Yan-hong terus berjalan menuju Bu-tongsan. Keluarga Lamkiong sudah mendapat kabar ini, wajah Lo-taikun
berubah seram.
"Tiga hari lagi mereka akan sampai!" Kiang Hong-sim melapor
kepada Lo-taikun, "Wan Fei-yang menunggu Bu-wie Taysu datang
untuk mem-bela kebenaran!"
"Bu-wie Taysu tidak boleh sampai ke Bu-tong-san!" perintah Lotaikun.
"Maksud Lo-taikun?"
"Serahkan tugas ini kepada pembunuh Bwe, Lan, Ju, Tiok, 4
pembunuh. Bagaimana pendapat-mu?" Lo-taikun coba bertanya.
"Dengan ilmu silat mereka menghadapi Su Yan-hong, pasti
bisa!" kata Kiang Hong-sim.
Lo-taikun mengangguk. Dia melihat Cia Soh-ciu:
"Kau yang melatih ilmu silat mereka, kalian pasti tahu dengan
sangat jelas!"
"Tentang ini Lo-taikun tenanglah!" jawab Cia Soh-ciu.
"Kulihat dia bukan lawan 4 pembunuh!" kata Kiang Hong-sim.
"Hal ini aku serahkan kepada kalian!" Lo-taikun duduk kembali
di kursi.
Kiang Hong-sim meniup peluit. 4 pembunuh segera keluar
seperti setan gentayangan.
"Apakah perlu menguji mereka lagi?" tanya Kiang Hong-sim.
"Tidak perlu..." Lo-taikun menggelengkan kepala, "jangan
mengganggu mereka! Bu-wie adalah pesilat tinggi yang bisa
dihitung jari, ditambah lagi Su Yan-hong. Ingin membereskan
mereka bukan hal yang mudah!"
"Kami akan berhati-hati!" Jawab Kiang Hong- sim.
"Sebelum berangkat, beri obat sekali lagi untuk beijaga-jaga!"
Pesan Lo-taikun.
174-174-174Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 39
Su Yan-hong dan Bu-wie Taysu tidak tahu bahaya sedang
mendekat. Sepanjang jalan mereka merasa aman.
Kuda sudah lelah. Karena di gunung tidak ada orang, maka tidak
memungkinkan bila ingin mengganti kuda. Su Yan-hong dan Buwie Taysu turun dari kuda, berjalan kaki sambil menuntun kuda.
"Apakah Taysu lelah?"
"Seorang hweesio harus bekerja tidak kenal lelah. Pinceng naik
kuda sudah cukup berdosa." Bu-wie tersenyum, "tapi kalau berjalan
kaki akan telat sampai ke Bu-tong-san. Bila terjadi musibah, kita
akan lebih berdosa lagi!"
"Taysu seorang yang pengasih dan penyayang, Tecu benar-benar
kagum!"
"Pinceng seringkali ditertawai sebagai orang kuno, bekerja
keras, tapi sebenarnya kita bisa melihat situasi. Kadang-kadang hal
yang kita tahu berdosa tetap kita lakukan!" Tiba-tiba Bu-wie Taysu
berhenti. Dia membaca bacaan Budha.
Su Yan-hong merasa aneh dan berhenti:
"Taysu..."
"Jika aku tidak masuk ke neraka, siapa yang masuk neraka?" Buwie Taysu membaca lagi bacaan Budha.
Sekarang Su Yan-hong mulai merasakan sesuatu. Dia
meletakkan tangannya pada pegangan pedang. Sorot mata Bu-wie
Taysu berputar:
"Aura membunuh yang begitu kuat!"
"Akhirnya Tecu merasakan juga!"
"Lawan datang sengaja untuk membunuh kita maka ada aura
membunuh begitu kuat!"
"Guru sudah lama tidak berada di dunia persi latan, maka orang
yang datang pasti ingin membunuh Tecu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 40
"Tujuannya adalah menghadang kedatangan kita ke Bu-tongsan. Bukankah Hou-ya pernah berkata Bu-tong-san mungkin
dituduh dan dicelakakan?"
"Betul!"
Tiba-tiba terdengar suara peluit. Bwe, Lan, Ju, Tiok sudah
muncul dari semak-semak. Bu-wie Taysu melihat mereka. Dia
membaca bacaan Budha dan bertanya:
"Apakah kau mengenal mereka?"
"Suara peluit ini pernah kudengar, apakah mereka adalah satu
kelompok?"
Tiba-tiba dia teringat Hen-lo-sat. Kalau 4 perempuan ini seperti
Hen-lo-sat, akan sulit menghadapi mereka.
"Taysu hati-hati..." dia mengingatkan Bu-wie Taysu.
"Empat orang ini bukan orang biasa, Hou-ya juga hati-hati!"
Empat pembunuh perempuan sudah semakin mendekat. Dengan
sungkan Su Yan-hong bertanya:
"Siapa kalian berempat?"
Yang pasti tidak ada orang yang menjawab. Dia bertanya lagi:
"Apakah kalian ingin menghadang kita pergi ke Bu-tong-san!"
Jawabannya adalah serangan empat buah pedang. Pedang samasama menyerang. Su Yan-hong segera mencabut pedang. Bu-wie
Taysu juga memutar tongkatnya, tapi dihadang oleh empat pedang.
Hanya bertarung satu jurus, Bu-wie Taysu dan Su Yan-hong
sudah tahu mereka bertemu musuh yang kuat. Tongkat dan Liongim-kiam segera diayun kan untuk melayani serangan 4 pembunuh
ini. Cara 4 pembunuh menyerang seperti tidak mempedulikan
nyawa, sikap mereka boleh dikatakan seperti orang gila.
Semakin bertarung Su Yan-hong semakin terkejut. Walaupun 4
perempuan ini tidak selihai Hen-lo-sat, tapi terlihat mereka satu
kelompok dengan Hen-lo-sat, tidak pernah takut mati.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 41
Bu-wie Taysu sudah melihat 4 perempuan mempunyai masalah
pada otak mereka. Begitu ada celah, dia segera masuk. Dengan
tongkat memukul ke pundak kirinya tapi perempuan ini seperti
tidak merasakan, dia malah balik menyerang. Hal ini membuat Buwie Taysu bertambah yakin. Dia cepat menghindar dan berteriak:
"Mereka bukan orang normal, jangan bertarung keras dengan
mereka!"
Sambil berbicara dia terpaksa harus melawan dengan keras, dua
perempuan ini baru tergetar mundur, sekarang maju menyerang
lagi. Pada waktu yang bersamaan Su Yan-hong dipaksa mundur
oleh 2 pembunuh yang lain. Walaupun dia sudah menguasai Thianliong-kiu-sut, tapi lawan menyerang begi tu gila-gilaan, membuat


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia tidak berkesempatan mengeluarkan Thian-liong-kiu-sut.
Su Yan-hong dan Bu-wie Taysu mulai merasa kesulitan
menghadapi mereka. Kekuatan barisan pedang mereka benar-benar
seperti gunung yang runtuh dan air yang tumpah.
Suara peluit terdengar lagi. Tenaga dalam 4 perempuan samasama dikeluarkan. Jurus pedang mereka semakin ganas.
Su Yan-hong dan Bu-wie Taysu mulai merasa sesak nafas. Buwie Taysu terus berpikir. Tiba-tiba dia membentak:
"Usahakan mendesak mereka mundur dulu.."
Segera tenaga dalam memenuhi kedua tangan nya. Dengan
tongkat dia menyapu. Su Yan-hong juga menepis dengan pedang.
Diiringi suara seperti petir, 4 perempuan masing-masing
terdorong mundur sejauh 7 kaki. Suara peluit berbunyi lagi, mereka
segera menyerang lagi. Bu-wie Taysu menancapkan tongkat
hweesionya ke tanah. Dua tangannya melakukan gerakan untuk
mengangkat tenaga dalam. Baju kasanya terus bergerak tanpa
tertiup angin. Tiba-tiba bajunya membesar seperti tersimpan
banyak udara.
"Hou-ya tutup telinga..." Begitu mengucapkan ini, Bu-wie Taysu
membuka besar mulutnya, raungan keras segera keluar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 42
Raungan ini benar-benar keras, melewati awan melampaui
suara peluit, benar-benar membuat bumi dan langit seperti
tergetar. Daun-daun di sekeliling hutan terus tergetar rontok dan
menari-nari kencang di antara bumi dan langit.
Empat perempuan ini seperti tersambar petir. Tubuh mereka
bergetar. Tubuh mereka terlempar di udara dan terjatuh menabrak
tanah.
Bu-wie Taysu masih terus meraung. Walau pun Su Yan-hong
sudah menutup telinga dengan dua telapaknya, dia tetap merasa
telinganya tergetar dan kepalanya seperti mau pecah.
Wajah 4 perempuan ini menunjukkan ekspresi sakit, sorot mata
mereka buyar. Mereka terjatuh, berguling dan merintih.
Peluit yang dipegang Kiang Hong-sim tergetar jatuh karena
suara auman singa. Sedangkan Cia Soh-ciu masih memegang
peluitnya. Dia mencoba meniup lagi, tapi peluit pecah karena
auman singa. Hal ini membuat mereka terkejut.
Auman singa berhenti sejenak tapi segera ada auman kedua. Kali
ini auman lebih dasyat lagi!
Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim berteriak seperti terkena petir,
kemudian tergetar jatuh dari pohon. Pada saat suara auman
pertama kali berhenti 4 perempuan masih bisa merangkak bangun,
tapi pada auman kedua mereka terjatuh lagi.
Bu-wie Taysu meraung lagi.
Tubuh Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim tergetar, darah
menyembur dari mulut mereka. Mereka cepat-cepat berlari pergi, 4
perempuan juga muntah darah dan lari tergopoh-gopoh.
Mengeluarkan tiga kali auman singa, wajah Bu-wie Taysu
berubah dari merah menjadi pucat. Dia mencengkram tongkat
hweesio yang ditancapkan ke tanah baru bisa mementapkan
tubuhnya. Keringat terus menetes dan nafasnya terengah-engah.
Su Yan-hong dengan susah payah membuka mata. Melihat daun
yang rontok, kemudian melihat Bu-wie Taysu, dia segera berteriak:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 43
"Taysu..."
Pelan-pelan Bu-wie Taysu bisa pulih kembali, dia berkata:
"Aku sudah membuat Hou-ya terkejut!"
Su Yan-hong baru tenang:
"Apakah ilmu yang guru peragakan tadi adalah Say-cu-houw
(Ilmu auman singa) dari agama Budha?"
"Aku malu di hadapan Hou-ya. Aku sudah berlatih hampir 20
tahun lebih, tapi hanya mencapai 60%. Untung lawan tidak berilmu
tinggi!"
"Taysu benar-benar lelah..."
"Empat orang ini sudah tidak punya akal sehat manusia. Mereka
seperti orang gila. Kecuali meng gunakan auman singa, Pinceng
sudah tidak punya cara lain lagi!"
"Kelihatannya mereka dikendalikan oleh suara peluit!"
"Dan mereka seperti sudah makan suatu jenis obat, sehingga
otaknya sudah tidak bisa berpikir, dapat dikuasai peluit dan tidak
takut mati, juga mengeluarkan jurus-jurus yang berbahaya!"
Su Yan-hong melihat bekas darah mereka di tanah:
"Mereka sudah terluka oleh auman singa. Kita kejar dan tangkap
mereka. Tidak sulit menangkap orang yang berada di belakang
mereka!"
"Semua ini pasti ada kaitan dengan Bu-tong-pai. Jika bisa
menangkap mereka, masalah Bu-tong-pai akan bisa diselesaikan!"
Bu-wie Taysu memapah tongkat, pelan-pelan berdiri.
Su Yan-hong melihat dan terkejut:
"Bagaimana dengan Taysu?"
"Auman singa telah menguras banyak tenaga dalamku. Hou-ya
tidak perlu melayaniku, lebih baik kau tangkap mereka!" Bu-wie
Taysu menghembuskan nafas.
Su Yan-hong menggelengkan kepala:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 44
"Musuh di tempat gelap, kita di tempat terang, mana mungkin
Tecu membiarkan Taysu sendiri."
Bu-wie tertawa kecut:
"Pinceng hanya takut perjalanan kita terganggu dan tidak
sempat ke Bu-tong-san!"
Setelah berbicara, Bu-wie Taysu jatuh terduduk di bawah. Dia
bernafas dengan terengah-engah. Auman singa telah menguras
sangat banyak tenaga dalamnya.
175-175-175
Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim mengira Su Yan-hong dan Buwie Taysu pasti akan mengejar mereka. Setelah berlari lama,
mereka menoleh. Ketika melihat hanya ada 4 pembunuh di
belakang mereka, mereka manerik nafas lega.
Melihat pohon besar di sisi, mereka segera naik ke atas pohon
dan melihat dengan jelas hanya ada 4 pembunuh.
Sebelum sampai pohon ini, 4 pembunuh sudah roboh. Ke tujuh
indera mereka mengeluarkan darah, wajah mereka terlihat merah.
Cia Soh-ciu terkejut, dia turun memeriksa pernafasan mereka. 4
pembunuh sudah berhenti bernafas.
"Bagaimana dengan mereka?" Kiang Hong-sim turun dari
pohon.
"Semua sudah mati!"
"Si botak yang lihai! Ilmu apa itu?" tanya Kiang Hong-sim.
"Kalau tidak salah tebak, itulah ilmu auman singa dari kalangan
Budha!" kata Cia Soh-ciu.
"Auman singa? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya
Kiang Hong-sim.
"Kembali melapor kepada Lo-taikun, melihat apakah ada
petunjuk dari Lo-taikun." Cia Soh-ciu tertawa kecut, dia
membalikkan tubuh berlari pergi.
Kiang Hong-sim juga ikut berlari.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 45
176-176-176
Hari kedua, jam tiga subuh. Wan Fei-yang belum tidur.
Fu Hiong-kun datang mengunjungi.
Begitu membuka pintu dan melihat Fu Hiong-kun, Wan Fei-yang
merasa terkejut. Tapi sikapnya segera tenang kembali.
"Mengapa sudah malam begini kau belum tidur?" Nada Wan Feiyang bisa tenang.
"Aku tidak bisa tidur! Perpisahan di Siong- san..."
"Kau masih menyalahkan aku?"
Fu Hiong-kun melihat dia:
"Yang sudah lewat jangan diceritakan lagi. Beberapa lama ini aku
selalu memohon kepada Thian agar luka dalammu cepat sembuh
supaya bisa memulihkan nama Bu-tong-pai!"
"Hiong-kun..." Dengan terharu Wan Fei-yang berkata, "Apa yang
harus kukatakan, singkatnya..."
"Aku mengerti semua, tapi sayang aku tidak bisa membantumu,
seperti masalah Lu Tan..."
"Apa yang kau perkirakan?"
"Aku sangat mengenal dia. Hanya saja dalam setiap hal dia selalu
tidak beruntung, dan sampai sekarang dia masih menghilang."
Wan Fei-yang menarik nafas:
"Karena itulah hal ini menjadi repot. Jika waktu yang dijanjikan
sudah sampai dan Bu-wie Taysu tidak sempat datang, pertarungan
akan terjadi!"
"Menghadapi Thian-can-kang yang kau miliki, ketua Pek-liankau pun kalah. Susiok-bo dan Toan Hong-cu Cianpwee pasti tidak
terkecuali."
"Kau khawatir aku akan melukai mereka?"
Fu Hiong-kun menundukkan kepala. Wan Fei-yang melihat dia
dan menarik nafas:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 46
"Aku mengerti keadaanmu, tapi nama Bu-tong-pai berdiri
beberapa ratus tahun, semua terikat dalam pertarungan kali ini!"
"Wan-toako...aku harap kau bisa berbelas kasihan, jangan
melukai mereka!"
"Kau tidak perlu khawatir, aku tahu batas!" kata Wan Fei-yang,
"Aku tidak muda lagi, tidak emosi seperti dahulu!"
Fu Hiong-kun merasa sedih. Di matanya, Wan Fei-yang masih
begitu muda tapi pemikirannya sudah berubah dewasa.
Apa yang membuat dia berubah? Fu Hiong-kun tahu tapi tidak
tahu bagaimana harus menasehati nya, dan dia sendiri juga berubah
seperti sudah tua.
177-177-177
Lo-taikun marah besar.
Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim melapor bahwa Bu-wie Taysu
menggunakan ilmu auman singa. Awalnya Lo-taikun terkejut, tapi
mendengar mereka kabur dengan tergesa-gesa, dia marah. Lalu
mendengar 4 pembunuh mati semua, dia semakin marah.
"Auman singa dari kalangan Budha menghabiskan tenaga dalam
sangat besar. Biasanya, jika belum sampai di ujung kematian,
mereka tidak akan menggunakan auman singa. Semua tenaga Buwie terkumpul dalam tiga auman itu. Setelah itu, dia akan seperti
orang biasa yang harus beristirahat 8-10 hari baru bisa pulih.
Seharusnya kalian mengambil kesem patan ini untuk menyerang
dan mencabut nyawanya." Tongkat kepala naga dipukulkan tiga kali
ke bawah.
"Menantu tidak tahu, kesempatan ini sudah hilang!" kata Cia
Soh-ciu.
"Si botak itu tampak belum pergi jauh, bagaimana kalau kita
mengejarnya..." kata Kiang Hong- stm.
"Sudahlah..." kata Lo-taikun melayangkan tangan, "dengan ilmu
silat kalian, belum tentu bisa mengalahkan An-lek-hou. Yang
penting mereka belum tentu bisa sampai ke Bu-tong-san tepatLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 47
waktu. Bu-tong-san tetap akan terjadi pertempuran berdarah.
Hanya 4 pembunuh sudah mati oleh auman singa, Hen-lo-sat baru
bisa pulih sebentar lagi maka tidak bisa mendapat keuntungan apaapa!"
Dia sama sekali tidak mempedulikan nyawa 4 pembunuh, hanya
peduli apakah dalam pertarungan Bu-tong dia bisa mendapatkan
beberapa keuntungan. Terlihat dia memang adalah orang kejam
dan tidak berperasaan.
178-178-178
Akhirnya tiga hari batas waktu yang ditentukan sudah tiba.
Toan Hong-cu dan Keng-suthay sudah membawa murid-murid
mereka menunggu di lapangan. Toan Hong-cu melihat Wan Feiyang: "Sekarang apa yang akan kau katakan!"
"Silahkan kalian berdua menyerang!" Wan Fei-yang menarik
nafas.
Toan Hong-cu menggelengkan kepala: "Apakah kau membuat
kami menjadi tidak adil? Walaupun Thian-can-kang tidak ada
tandingan nya, tapi kita tetap harus satu lawan satu dan kita harus
meminta keadilan dari Bu-tong-pai!"
"Biar Pinni yang duluan bertarung!" kata Keng-suthay.
"Bagaimana kalau Boanpwee kebetulan menang..."
"Kita segera turun gunung, tidak merusak satu pohon atau satu
rumput Bu-tong-pai!" Terlihat Keng-suthay dan Toan Hong-cu
sudah bersepakat maka berkata seperti itu.
"Bagaimana jika kau kalah? Jangan ada alasan lain menghadang
kami untuk menggeledah!" kata Toan Hong-cu.
"Itu sudah pasti..."
Toan Hong-cu melihat Ketua Bu-tong-pai:
"Termasuk ketua Bu-tong-pai, jangan ada gerakan menghadang
orang."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 48
Giok-sik menarik nafas. Wan Fei-yang sangat mengerti, maka
menepuk-nepuk pundaknya.
Keng-suthay maju tiga langkah, dia mencabut pedang:
"Sekarang bisa mulai!"
"Maaf!" Wan Fei-yang segera berlari keluar kemudian
menyerang dengan telapak. Walaupun tidak menggunakan tenaga
dalam tapi Keng-suthay tetap bisa melihat pada gerakan Wan Feiyang, tidak ada celah bisa diserang. Gerakan yang benar-benar
sempurna maka dia tidak berani ceroboh. Setelah menyambut satu
jurus, jurus-jurus Giok-lie-kiam-hoat dari Heng-san-pai sudah
dikeluarkan.
Dengan tangan kosong Wan Fei-yang menyambut, dengan cepat
dia sudah menemukan jurus-jurus perubahan Giok-lie-kiam-hoat.
Wan Fei-yang sama sekali tidak mengerti Giok-lie-kiam-hoat
dari Heng-san-pai. Dia mempelajari cara mencari tahu jurus-jurus
pedang lain dari Wan-tianglo. Ketika berada di Sian-tho-kok, Wantianglo tidak henti-hentinya memaksa dia bertarung, maka sedikit
banyak dia belajar dari sana.
Wan-tianglo menguasai ilmu silat semua perkumpulan. Setelah
dicerna, dia mengubahnya menjadi jurus yang lain. Walaupun tidak
begitu sama tapi tetap ada kemiripan. Semua ini adalah intinya, juga
sumber perubahan. Setelah menguasai sumber perubahan, pasti
bisa mencari perubahan yang lain!
Kelihatannya mudah, tapi tidak semudah yang kita perkirakan.
Dengan perubahan jurus Wan-tianglo yang cepat, untung Wan Feiyang mempunyai sorot mata yang tajam dan pengalaman dalam
menghadapi musuh, kalau tidak mana mungkin dia bisa mengerti.
Keng-suthay adalah orang yang sangat berpengalaman di dunia
persilatan. Dia melihat ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat sama sekali
tidak berguna, maka dia segera mengubah jurus, mencampur dua
jenis ilmu pedang sambil terus menyerang gila-gilaan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 49
Wan Fei-yang menyambut sampai 30 jurus. Lalu tubuhnya maju,
telapaknya berubah tujuh kali. Terakhir, perubahannya menekan
pergelangan tangan kanan Keng-suthay.
Dia tidak ingin Keng-suthay mendapat malu tapi Keng-suthay
malah tidak terima. Dia memaksa Wan Fei-yang dengan menyerang
jalan darah penting nya.
Diam-diam Wan Fei-yang menarik nafas. Setelah perubahan
Keng-suthay habis, sekali lagi dia menekan pergelangan kanan
Keng-suthay.
Kali ini memakai tenaga lebih kuat. Keng-suthay merasa
pergelangan tangan kanannya mati rasa, pedang tidak bisa
dicengkram lagi. Akhirnya pedang terlepas dan terjatuh. Reaksi
Keng-suthay sangat cepat, segera kaki kanannya diangkat, sudah
mengait pedang dan mencengkramnya kembali.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wan Fei-yang sudah mundur 3 tombak, dia memberi hormat dan
berkata:
"Terima kasih, anda telah mengalah..."
Keng-suthay ingin mengejar tapi tidak bisa. Dia menghentakkan
kaki dan memasukkan pedang ke sarung:
"Wan Fei-yang, kau benar-benar mempunyai ilmu silat yang
hebat!"
"Boanpwee masih kurang belajar ilmu silat. Aku sudah sekuat
tenaga baru beruntung menang satu jurus!"
Kata-kata sungkan ini membuat wajah Keng-suthay berubah
warna:
"Memang ilmu silat Pinni tidak bagus, mengapa kau tidak
berkata terus terang?"
Wan Fei-yang tertawa kecut. Dia tidak bicara. Keng-suthay
berkata kepada Toan Hong-cu:
"Lo-totiang, sekarang harapan ada padamu!"
Toan Hong-cu maju tiga langkah:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 50
"Baik! Wan Fei-yang kita mulai!"
"Harap memberi petunjuk..." kata Wan Fei-yang dengan tenang.
Toan Hong-cu mengeluarkan pedang. Pedang yang panjangnya
tiga kaki itu terus bergetar. Tenaga dalamnya tampak kuat. Maka
begitu keluar langsung melancarkan jurus Thian-liong-pat-sut dari
Kun-lun-pai. Tapi dia tidak tahu bahwa demi membantu Su Yanhong ketika di Sian-tho-kok, Wan Fei-yang sudah paham terhadap
Thian-liong-pat-sut.
Sampai Thian-liong-kiu-sut juga dia sudah paham. Maka Thianliong-pat-sut sama sekali tidak bisa mengancamnya.
Toan Hong-cu tidak tahu. Dia masih mengira Wan Fei-yang
adalah orang berbakat di bidang ilmu silat. Thian-liong-pat-sut
sudah habis dikeluarkan tapi tidak bisa mengancam Wan Fei-yang.
Maka dia mundur dan berkata:
"Kita bertarung tenaga dalam saja..."
Kata-katanya baru selesai, pedang di tangannya sudah
mengeluarkan cahaya berkilauan. Tubuhnya pelan-pelan seperti
mengeluarkan asap, membuat orang menjadi bingung.
Wan Fei-yang tahu itulah ilmu andalan Kun-lun 'Giok-sik-kupan' (Batu giok membakar semua). Semua tenaga dalam
dikarahkan pada pukulan kali ini. Tapi dia sadar jurus ini bukan
jurus yang mudah dihadapi. Thian-can-kang segera terkerahkan.
Rambutnya jadi acak-acakan, walau tidak ada angin tapi terus
bergerak, bajunya juga seperti gelombang terus bergerak.
Tidak ada yang tahu pukulan ini akan menang atau kalah, tapi
bisa terbayang kekuatannya yang dashyat.
Fu Hiong-kun menarik nafas. Dia membalikkan tubuh, tapi
wajahnya segera terlihat berseri.
Dari arah kejauhan terdengar ada yang membaca bacaan Budha.
"Kita semua adalah orang yang punya satu jalan, mengapa harus
saling melukai?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 51
Semua orang melihat. Terlihat Su Yan-hong sedang mendorong
sebuah kereta kayu, datang dari jauh. Bu-wie Taysu sedang duduk
di atas kereta. Wajahnya pucat, sambil berkata dia menghembuskan
nafas.
Wan Fei-yang cepat menyambut. Toan Hong-cu dan Kengsuthay juga ikut menyambut. Jika bicara generasi, Bu-wie Taysu
berada di atas mereka.
Kereta kayu berhenti. Bu-vvie Taysu kembali membaca bacaan
Budha:
"Pinceng telah terlambat setengah langkah, tapi sangat
beruntung masih sempat, tidak membuat kesalahan yang besar!"
Toan Hong-cu dan Keng-suthay memberi hormat:.
"Apa kabar Taysu?"
"Tidak perlu sungkan!" Bu-wie Taysu melihat Wan Fei-yang dan
tersenyum, "apakah Sicu baik-baik saja?"
Wan Fei-yang memberi hormat:
"Kalau bukan karena Taysu, Boanpwee tidak akan hidup sampai
saat ini. Sekarang masalah Bu-tong-pai harus Taysu sendiri yang
datang lagi, Boanpwee benar-benar merasa tidak enak!"
"Tuan berhati jujur. Seorang hweesio harus mengasihi dan
menyayangi, mana mungkin Pinceng berpangku tangan?"
Bu-wie Taysu tertawa penuh kebaikan.
Su Yan-hong memberi hormat kepada Toan Hong-cu:
"Susiok..."
Toan Hong-cu seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tidak
dikatakan.
"Masalah hari ini Pinceng sudah melihat dengan jelas. Aku takut
kalian dijebak oleh orang lain!"
"Bu-tong-pai dan Wan Fei-yang menyembunyikan Lu Tan,
mereka tidak mengijinkan kita memeriksa. Taysy harus mengambil
keputusan yang adil!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 52
"Coat-suthay dan Tiong Toa-sianseng sudah meninggal. Ini
berkaitan dengan nama dua perkumpulan. Kita tidak bisa
melepaskan pembunuh dan membiarkan mereka bebas di luar
sana!" kata Keng-suthay.
Bu-wie Taysu melihat wajah Keng-suthay:
"Pinceng sangat tahu siapa Wan Fei-yang. Hilangnya Lu Tan
memang kenyataan. Tapi gosip tetap gosip, hanya dengan
menemukan Lu Tan perkara baru bisa menjadi terang!" Kemudian
dia bertanya kepada Wan Fei-yang, "kau butuh berapa lama baru
bisa temukan Lu Tan?"
Wan Fei-yang belum menjawab, Toan Hong-cu sudah mencegat:
"Taysu hanya mendengar kata-kata sepihak dari Wan Feiyang..."
Bu-wie Taysu tertawa:
"An-lek-ya dan Pinceng diserang di tengah perjalanan. Kami
hampir-hampir tidak bisa datang ke Bu-tong-pai. Ini adalah bukti
yang kuat!"
Toan Hong-cu dan Keng-suthay melihat Bu-wie Taysu, mereka
terpaku. Dari awal mereka sudah melihat Bu-wie Taysu tidak sehat,
lebih-lebih tidak terpikir karena hal ini dia terluka.
"Fei-yang, kau belum menjawab."
"Dalam tiga bulan. Walaupun kita tidak bisa menemukan Lu Tan
dan menyuruh dia keluar, tapi kita pasti akan mencari penjelasan
agar semua orang tahu apa yang telah terjadi."
"Baik! Pinceng akan menjamin dengan nama Siauw-lim-pai.
Bagaimana pendapat kalian?"
"Tiga bulan terlalu lama. Kun-lun tidak punya kesabaran sebesar
ini!"
Bu-wie Taysu menarik nafas:
"Mengapa gurumu mengharuskan kau bertapa?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 53
Toan Hong-cu terpaku. Dia tidak lupa, itu karena sifatnya terlalu
keras dan tidak sabaran maka terus-menerus membuat bencana.
Keng-suthay melihatnya, dia tertawa kecut:
"Bu-wie Taysu mau mengambil keputusan yang adil, lebih baik
kita menunggu tiga bulan lagi!"
Terpaksa Toan Hong-cu setuju. Sebenarnya dia juga tidak yakin
bisa mengalahkan Wan Fei-yang.
Setelah kepala mereka dingin, mereka akhirnya mengaku
penyerangan terhadap Bu-wie Taysu dan Su Yan-hong adalah bukti.
Mereka juga mencurigai tidak munculnya keluarga Lamkiong.
Mungkin ada kesulitan lain.
179-179-179
Setelah tahu Bu-wie Taysu dan Su Yan-hong tiba tepat waktu di
Bu-tong-san, Lo-taikun sangat marah. Tapi dia tidak bisa berbuat
apa-apa. Yang membuat dia paling menyesal adalah kematian 4
pembunuh. Melatih 4 pembunuh itu tidak mudah. Selain
membutuhkan waktu, orang yang dipilih juga merupakan suatu
masalah.
Waktu itu, surat rahasia dari Ling-ong telah diantar. Dala surat
itu menyuruh mereka agar cepat kembali ke Kang-lam.
180-180-180
Setelah mengantar Toan Hong-cu, Keng-suthay, murid-murid
Kun-lun dan Heng-san-pai, Bu-wie Taysu segera turun gunung. Su
Yan-hong melindungi dia sampai sebagian besar perjalanan, baru
kembali ke ibukota. Siau Cu dan Fu Hiong-kun sama-sama pergi ke
keluarga Lamkiong. Siau Cu beralasan ingin melamar dan ingin
mencari tahu apakah masih ada orang jahat yang bersembunyi di '
keluarga Lamkiong. Juga mencari tahu kesulitan apa yang
menyebabkan keluarga Lamkiong tidak pergi ke Bu-tong-san.
Murid-murid Bu-tong-pai juga turun gunung untuk mencari
tahu keberadaan Lu Tan, tapi Wan Fei-yang tetap tinggal di Butong-san.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 54
Mencari orang tanpa tujuan, semua orang tahu itu dikarenakan
keadaan terpaksa. Itu adalah cara paling baik dalam keadaan seperti
itu. Jika Wan Fei-yang juga ikut masuk dalam barisan pencari Lu
Tan, itu adalah kesia-siaan. Maka semua orang ingin Wan Fei-yang
pada saat ini bisa mencari Hwe-yang-ko (sejenis buah-buahan)
untuk memulihkan ilmu silatnya.
Selain melatih Ie-kin-keng, dia harus makan Hwe-yang-ko baru
bisa sembuh total..
Menurut perkiraan Fu Hiong-kun, Hwe-yang-ko tumbuh di
tempat dingin. Dulu pernah tumbuh di Bu-tong-san, di sisi kolam
Bu-tong-san.
Awalnya Hwe-yang-ko ditemukan di sisi Han-tan (nama kolam),
tapi karena Hwe-yang-ko mengandung kadar racun yang tinggi
maka dianggap buah beracun dan dimusnahkan.
Tidak ada yang menyangka bahwa buah yang berwarna hijau ini
beberapa tahun kemudian diketahui mempunyai manfaat yang
besar.
Seperti sakitnya Wan Fei-yang, tidak pernah ada orang yang
pernah mendapatkan sakit ini.
Satu-satunya harapan Fu Hiong-kun adalah Hwe-yang-ko masih
ada di hulu Han-tan. Tapi sampai sekarang murid Bu-tong-pai
belum menemukannya, apakah Han-tan berada di sana?
Seharusnya hulu Han-tan berada di Bu-tong-san, tapi tidak ada
yang tahu di bagian mana Hwe-yang-ko tumbuh. Apakah bisa
menemukan Hwe-yang-ko, itu tergantung pada kemujuran nasib
Wan Fei-yang.
Semua orang berharap nasib Wan Fei-yang terus membaik.
Mereka memang butuh seorang yang berilmu tinggi untuk
menghadapi musuh. Orang yang mempunyai ilmu ini sekarang
hanyalah Wan Fei-yang.
Bila luka dalam tidak sembuh, tenaga dalam Wan Fei-yang tidak
bisa terus bertahan. Wan Fei-yang tidak pernah menutupi rahasia
ini. Tapi murid-murid yang tinggal di Bu-tong-san tidak ragu,Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 55
mereka sangat setia dan tidak membocorkan rahasia ini. Mereka
juga percaya, asal mereka berusaha keras Bu-tong-pai pasti akan
bangkit dan kuat kembali.
Semenjak Bu-tong-pai tidak punya murid yang lebih terkenal
daripada Wan Fei-yang, maka tidak bisa menyalahkan mereka
menaruh harapan pada Wan Fei-yang.
181-181-181
Fu Hiong-kun ingin sekali menemani Wan Fei-yang di Bu-tongsan. Dengan ilmu pengobatan Fu Hiong-kun, dia pasti bisa banyak
membantu. Tapi Wan Fei-yang tidak membuka mulut. Siau Cu ingin
melamar tapi tidak berpengalaman, maka terlihat kerepotan dan
tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Maka harus ada orang yang
agak teliti membantunya. Melihat orang di sekeliling hanya ada Fu
Hiong-kun sendiri.
Fu Hiong-kun sangat berharap Wan Fei-yang bisa pulih kembali,
tapi sampai dia turun gunung bersama Siau Cu, Wan Fei-yang tetap
tidak mengucapkan sepatah katapun untuk meminta dia tinggal.
Maka Fu Hiong-kun sedikit kecewa.
Entah mengapa dia merasa di antara dia dan Wan Fei-yang
sudah ada jarak dan sedikit asing, Siau Cu tidak bisa membaca
pikiran Fu Hiong-kun. Pertama, dia tidak tahu banyak. Kedua, dia
selalu merindukan Beng-cu. Memang melamar Beng-cu hanyalah
satu alasan, tapi dia tetap berharap bisa menjadi kenyataan.
Mereka datang ke keluarga Lamkiong dengan alasan ini. Yang
pasti orang-orang keluarga Lamkiong merasa terkejut. Orang yang
pertama mereka temui adalah Cia Soh-ciu. Yang pasti Cia Soh-ciu
menolak dengan halus tapi tidak terlalu terlihat, karena tetap harus
bertanya dulu kepada Lo-taikun.
Tapi Lo-taikun malah langsung setuju. Cia Soh-ciu
mengingatkan Lo-taikun tentang masalah Pek-hoa-couw yang
belum selesai dan masih banyak yang harus dilakukan, sehingga
lebih baik ditunda dulu. Tapi Lo-taikun tidak menganggap. AlasanLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 56
dia karena keluarga Lamkiong sedang membutuhkan orang.
Walaupun ilmu Siau Cu tidak seberapa tapi tetap bisa dipergunakan.
Maka dia setuju Siau Cu menikah masuk ke keluarga Lamkiong
dan berpesan kepada Cia Soh-ciu untuk menyuruh Siau Cu tinggal.
Satu bulan kemudian baru menikah dengan Beng-cu.
Siau Cu benar-benar senang, dia berterima kasih kepada Cia
Soh-ciu, kemudian terus bersalto gembira.
Fu Hiong-kun juga senang dan lupa tujuannya datang. Melihat
Siau Cu tidak berhenti bersalto, dia berkata:
"Orang yang sudah akan menikah masih juga seperti ini!"
"Kalau sekarang tidak begitu, setelah menikah tidak ada
kesempatan lagi!"
Saat itu ada yang mengetuk pintu. Siau Cu membuka pintu,
ternyata yang berdiri di luar adalah Beng-cu.
"Ternyata kau..." Siau Cu terkejut, tapi juga senang.
Beng-cu diam, dia bertanya dengan dingin:
"Untuk apa kau datang kemari?"
Fu Hiong-kun ingin menyela tapi Beng-cu sudah berkata:
"Aku tahu, semua aku tahu. Aku datang mem beritahu kepadamu
bahwa aku tidak ingin menikah denganmu!"
Setelah itu Beng-cu segera membalikkan tubuh pergi.
Siau Cu terpaku. Fu Hiong-kun ikut terpaku. Siau Cu pelan-pelan
berkata:
"Mengapa bisa seperti ini?"
"Apakah kau telah membuat dia marah?"
"Sebelumnya kita belum bertemu, bagaimana aku bisa membuat
dia marah?"
"Mungkin dia marah karena sebelumnya kau tidak berunding
dengan dia dan juga tidak menemui dia?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 57
"Masuk akal. Perempuan memang bisa lebih mengerti
perempuan!"
"Apa yang harus aku lakukan agar dia tidak marah?"
"Kalau disebabkan hal tadi lebih baik jangan berbicara dengan
dia dulu. Setelah marahnya reda, tidak akan terjadi apa-apa."
Yang pasti Siau Cu setuju. Dia juga setuju dengan perkiraan Fu
Hiong-kun. Fu Hiong-kun adalah perempuan, dia lebih mengerti
perempuan dan memang dia tidak pernah membuat Beng-cu
marah.
Fu Hiong-kun juga mengira begitu. Tapi sebenarnya Beng-cu
sudah tahu guru Siau Cu, Lam-touw mati dibunuh oleh orang
keluarga Lamkiong.
182-182-182
Beng-cu segera lari ke tempat Lo-taikun.
Lo-taikun, Cia Soh-ciu, Kiang Hong-sim, Tong Goat-go dan Bwe


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Au-siang sedang berada di sana. Karena Kiang Hong-sim melihat
Beng-cu men-cari Siau Cu maka dia memberitaku Lo-taikun.
Baru saja Lo-taikun ingin menjelaskan pada Beng-cu agar
bersiap-siap menjadi istri Siau Cu setelah satu bulan.
Ada apa Beng-cu berkata begitu kepada Siau Cu? Yang pasti Lotaikun curiga, tapi mereka mengira Beng-cu marah karena Siau Cu
tidak memberitahu dia terlebih dulu.
Melihat wajah Beng-cu cemberut, Lo-taikun baru memikirkan
lagi maksud Beng-cu datang.
Beng-cu melihat Lo-taikun, seperti ingin mengatakan sesuatu
tapi kata-katanya tidak keluar.
"Beng-cu, apa yang terjadi?" tanya Lo-taikun.
"Aku tidak mau menikah dengan Siau Cu!" Akhirnya Beng-cu
mengeluarkan kata-kata ini.
"Kau bukan anak kecil lagi, jangan berbuat seperti ini!" Lo-taikun
tertawa.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 58
"Aku tidak mau melukai dia!" kata Beng-cu.
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak mau menikah dengan orang ini!" Beng-cu
menggelengkan kepala.
"Bukankah dulu kau berkata suka kepadanya?" nada Lo-taikun
tetap begitu lembut.
"Beng-cu..." Cia Soh-ciu yang menjadi ibunya menyela, "kau
semakin berani membantah. Di depan orang tua mengapa berkata
dengan sikap seperti ini, apakah sudah lupa aturan keluarga
Lamkiong?" Beng-cu berteriak menangis:
"Aku tidak lupa, hanya ingin bertanya satu hal..." Dia tidak segera
bertanya tapi dia melihat Lo-taikun.
"Kau tahu apa?" kata Lo-taikun tetap tenang. "Antara saudara
saling membunuh orang untuk tutup mulut, apakah adalah aturan
keluarga Lamkiong?" Beng-cu berteriak.
Semua orang terpaku dan melihat Lo-taikun. Lo-taikun dengan
aneh melihat Beng-cu:
"Apa yang kau katakan?"
"Ada masalah apa katakan saja, jangan di simpan di dalam hati."
Air mata Beng-cu menetes:
"Sebelum paman keempat meninggal, dia memberitahu
kepadaku bahwa Guru Siau Cu, Lam-touw dibunuh oleh kalian!"
Semua orang merasa terkejut. Lo-taikun menggelengkan kepala
dan menarik nafas:
"Betul, kita yang membunuhnya! Apakah kau tahu sebabnya?"
"Apa sebabnya?"
"Karena dia ingin selalu mencari tahu rahasia keluarga
Lamkiong. Kita membunuh dia demi keluar ga Lamkiong!"
"Ada rahasia apa di keluarga Lamkiong?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 59
"Laki-laki di keluarga Lamkiong sudah terbunuh. Semua ada
kaitan dengan perkumpulan. Kita terus mencari tahu sebabnya
dengan segala cara. Lam-touw sedang mencari tahu rahasia kita!"
"Kalau paman keempat terbunuh..."
"Boleh dikatakan akulah yang mencelakakan dia!" Lo-taikun
menundukkan kepala.
Tidak hanya Beng-cu, Bwe Au-siang juga terus melihat Lotaikun.
"Kalau bukan aku yang memerintahkan dia mengejar Lu Tan,
tidak akan terjadi musibah ini!" Lo-taikun menarik nafas,
"seharusnya aku tidak mem-beritahu dia apa yang terjadi. Kalau
tidak, dia selalu curiga Lam-touw dibunuh oleh kita, sehingga selalu
mengikuti kami dan terkena musibah."
Air mata Lo-taikun terus menetes. Hal ini membuat semua orang
terkejut dan mendekat. Ketika ingin menghibur, Beng-cu bertanya
lagi:
"Apakah paman keempat sudah tahu apa yang terjadi?"
Cia Soh-ciu marah:
"Apakah kau sudah gila? Apa hubungannya antara Lo-taikun dan
kematian paman keempat? Kau mencurigai Lo-taikun yang
membunuh paman ke empat untuk tutup mulut?"
"Putrimu bukan bermaksud seperti ini!" kata Beng-cu.
Lo-taikun melayangkan tangan mencegat Cia Soh-ciu:
"Harimau galak pun tidak makan anaknya. Di dalam hati Bengcu, apakah aku lebih kejam dan sadis daripada harimau?"
Beng-cu berlutut. Ketika mau menyembah untuk mengaku salah,
Lo-taikun sudah menghadang:
"Beng-cu, apakah kau mau menikah dengan Siau Cu? Aku tidak
memaksa. Kematian Lam-touw lambat laun akan memberi keadilan
kepada Siau Cu!"
Apa yang harus dikatakan Beng-cu?Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 60
Cia Soh-ciu segera mencari alasan untuk mene mui Siau Cu dan
bertanya kepadanya mengapa membuat Beng-cu marah, sampai dia
harus terus mena-sehatinya. Cia Soh-ciu baru bisa tenang dan
diam-diam memberi isyarat bahwa Beng-cu masih bersifat
kekanak-kanakan. Terhadap pernikahan ini, dia tidak pernah
menolak.
Fu Hiong-kun yang pertama berkata begitu, sekarang Cia Sohciu juga berkata seperti ini, maka Siau Cu mengira semua gadis
selalu seperti ini. Begitu Cia Soh-ciu berkata begitu, Siau Cu tertawa
sambil bersalto.
Waktu itu Fu Hiong-kun masuk, melihat Cia Soh-ciu keluar dan
Siau Cu begitu senang, sedikit banyak dia sudah bisa menebak. Dia
tetap bertanya:
"Apakah Beng-cu seperti kataku?"
Siau Cu bersalto ke depan Fu Hiong-kun:
"Betul, aku kira dia benar-benar tidak mau menikah denganku!"
Kemudian dia tertawa lagi.
Kali ini Fu Hiong-kun tidak tertawa. Dia bengong melihat Siau
Cu dan sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba Siau Cu melihatnya,
dia berhenti:
"Nona Fu, mengapa kau jadi tidak suka?"
"Aku khawatir kau melupakan satu hal!"
"Tentang apa?"
"Di Bu-tong-san, apa yang kau janjikan pada Wan-toako?"
Siau Cu seperti terbangun dari mimpi, dia menepuk-nepuk
kepalanya:
"Aku benar-benar tidak berguna, hanya memi kirkan hubungan
cinta, sampai hal yang begitu penting pun dilupakan. Sekarang apa
yang harus kulakukan?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 61
"Kau bisa mencari Beng-cu untuk bertanya. Aku melihat waktu
dia menolakmu, dia seperti punya hal yang sulit dia katakan. Kau
bisa berusaha dari pinggir bertanya-tanya apa yang terjadi."
Siau Cu segera teringat sikap Beng-cu waktu itu, dia sedikit
curiga:
"Aku takut Beng-cu tidak mau berbicara. Selain itu, ingin
bertemu dengan dia bukan hal yang mudah!"
Sebenarnya setelah hari itu, Beng-cu selalu tidak mau bertemu
dengan mereka. Maka Fu Hiong-kun tidak percaya apa yang
dikatakan Cia Soh-ciu.
"Di dunia ini tidak ada hal yang sulit asalkan kita mau
melakukannya!" Tiba-tiba Fu Hiong-kun ber kata seperti ini.
183-183-183
Su Yan-hong sedang pergi ke Kang-lam.
Setelah tenaga dalam Bu-wie Taysu pulih 50-60%, dia segera
pergi sendiri tanpa dikawal Su Yan-hong. Karena Bu-wie Taysu
berpikir, sekarang waktu nya membutuhkan orang. Bila Su Yanhong selalu berada di sisinya, tidak baik untuk keadaan sekarang.
Setelah berpamitan dengan Bu-wie Taysu, tadi nya Su Yan-hong
ingin langsung pergi ke ibukota. Tapi belum sampai di ibukota, dia
sudah dicegat oleh pengawal yang memberitnhu bahwa kaisar
sudah pergi ke Kang-lam dan ingin dia menyusul dan berkumpul di
sana.
Orang yang mengikuti kaisar, selain Thian-ho Sangjin, masih ada
Thio Gong, Kao Sen, Han Tau dan sekelompok pengawal.
Mengetahui tindakan kaisar, Su Yan-hong sudah bisa menebak
bahwa tujuan kaisar adalah Ling-ong, maka dia segera menyusul ke
Kang-lam.
Kaisar memang punya maksud ini. Demi menutupi rasa curiga
orang, sesampainya di Yang-ciu dia tinggal di sebuah rumah bordil
yang bernama Li- cun-wan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 62
Yang pasti seluruh Li-cun-wan dipesan dan kaisar menikmati
sepuasnya.
Pihak Ling-ong juga mendapat kabar bahwa kaisar sudah turun
ke selatan dan tinggal di rumah bordil. Dia benar-benar tertipu dan
mengira kaisar datang ke Kang-lam karena ingin bermain. Cu Kuncau yang berada di sisi terus mempengaruhi Ling-ong agar
mengambil kesempatan ini untuk memberontak. Kesempatan
jangan dilewatkan, dia ingin membawa Liu Hui-su, Cia Ceng-hong
dan Hoa Pie-li menemui kaisar di Li-cun-wan.
Kata Cu Kun-cau, akal ini namanya suara di timur tapi
menyerang di barat. Dia ingin membuat kaisar curiga, sehingga
menarik orang-orang penting di Lam-khia untuk melindunginya.
Dengan demikian pesilat-pesilat dari keluarga Lamkiong akan
mencari kesempatan untuk membunuh Ong-souw-jin. Bila Ongsouw-jin mati, semua masalah akan beres. Walaupun mereka
berada di tempat kaisar, kaisar tidak akan berani membantah
mereka. Ingin pulang ke ibukota juga sudah tidak mungkin.
Akhirnya kaisar akan tunduk kepada mereka.
Melihat kedatangan Cu Kun-cau, kaisar terkejut dan benar dia
menyuruh Cu Kun-cau dan 3 pembunuh untuk tinggal.
Semua reaksi kaisar sesuai dengan perkiraan Cu Kun-cau.
Tujuannya agar kaisar mengira mereka menahan dia di sana,
kemudian akan bertindak pada Ong-souw-jin. Tapi kaisar sudah
berjanji dengan Ong-souw-jin agar siap bersama-sama turun ke
Lam-khia untuk menangkap Ling-ong hidup-hidup.
Pada waktu yang bersamaan, Su Yan-hong sudah sampai di
Kang-lam. Begitu tahu Cu Kun-cau bersama-sama dengan 3
pembunuh, dia juga mengira Ling-ong hanya ingin mencari tahu
tujuan kaisar ke Kang-lam.
Cu Kun-cau mengatur dirinya tinggal di peng inapan Tai-hong
yang tidak jauh dari Li-cun-wan. Kaisar diam-diam berpesan
kepada Han Tou untuk membawa pengawal mengawasi mereka.
Semua pengawal adalah pesilat tangguh yang terpilih dan sudahLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 63
lama terlatih. Semua tindakan Cu Kun-cau berada dalam
pengawasan mereka, termasuk surat-surat rahasia yang diantar
keluar juga jatuh ke tangan mereka.
Surat rahasia itu diberikan lewat tangan pelayan penginapan dan
pedagang kecil yang sudah diatur. Sebenarnya boleh dikatakan
sangat aman, tapi karena pengawal-pengawal siang malam
mengawasi mereka, pengalaman mereka juga sudah sangat banyak,
maka tetap mengetahui tindakan Cu Kun-cau.
Walaupun kata-kata di surat sudah diperiksa dengan teliti, surat
hanya berisi Cu Kun-cau' melapor kepada Ling-ong bahwa semua
baik-baik saja. Dan dia juga memberitahu tempat tinggal kaisar dan
orang-orang yang mengikuti kaisar datang. Tapi begitu sudah
dilihat oleh kaisar dan Su Yan-hong, wajah mereka segera berubah.
Tidak diragukan lagi Ling-ong sudah mengetahui kekuatan mereka.
Apakah Cu Kun-cau masih mengirim surat-surat seperti ini?
Tidak ada yang tahu. Setelah berunding dengan Kaisar, Su Yanhong dan Thio Gong segera mengirim orang naik kuda untuk
memberi tahu Ong-souw-jin agar menyuruh pasukan elit untuk
datang melindungi.
Dengan begitu mereka akan terkena pancingan Cu Kun-cau,
karena surat rahasia juga dimaksudkan untuk sengaja memberitahu
kepada kaisar.
Bila semua pasukan elit keluar, orang-orang keluarga Lamkiong
akan menangkap Ong-souw-jin dengan mudah seperti
membalikkan telapak tangan. Bila Ong-souw-jin mati, pasukan
akan menjadi kacau balau. Semua akan menjadi sederhana.
184-184-184
Orang-orang keluarga Lamkiong sangat cocok dengan mereka.
Alasan mereka pergi karena ingin membeli barang-barang untuk
persiapan pernikahan Beng-cu dan Siau Cu.
Siau Cu tidak curiga, tapi Fu Hiong-kun merasa ada yang tidak
beres. Karena beberapa kali dia keluar berjalan-jalan pada malamLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 64
hari, dia selalu dicegat oleh orang keluarga Lamkiong. Walaupun
tidak melihat ada apa-apa, tapi dia mencium ada bau yang aneh.
Sebenarnya itu adalah bau obat beracun, keluarga Lamkiong
sedang membuat jarum beracun yang bernama Lan-hoa untuk
digunakan membunuh Ong-souw-jin.
Ketika semua orang sudah pergi, Fu Hiong-kun kembali
mengamati, dia semakin curiga karena mereka semua membawa
senjata. Mereka akan merayakan hari pernikahan, tapi mengapa
seperti akan menghadapi musuh yang kuat. Setelah Siau Cu
diingatkan oleh Fu Hiong-kun, Siau Cu mulai curiga. Dia mengambil
keputusan malam ini juga akan datang ke tempat Fu Hiong-kun
mencium bau aneh untuk masuk melihat-lihat.
185-185-185
Sebenarnya itu adalah Ciu-ci-tong.
Siau Cu dan Fu Hiong-kun melihat tidak ada orang di sekeliling.
Waktu hendak masuk, mereka mendengar suara peluit yang
membuat mereka segera terkejut dan tiarap, Fu Hiong-kun sudah
pernah mendengar cerita Siau Cu tentang bunyi peluit ini, maka dia
juga bersembunyi.
Mereka melihat Hen-lo-sat mengikuti Kiang Hong-sim keluar,
kemudian dengan cepat menghilang dalam kegelapan.
Melihat Hen-lo-sat, hati Siau Cu terasa dingin. Dia sudah tahu
kelihaian pembunuh perempuan ini.
Fu Hiong-kun juga tahu Su Yan-hong tidak sanggup melawan
pembunuh perempuan ini. Dari sini diketahui pembunuh ini sangat
lihai.
Siau Cu ingin mengejar tapi ditahan oleh Fu Hiong-kun, karena
dia takut akan mengejutkan mereka, dan juga tidak ada gunanya.
Fu Hiong-kun hanya berpikir orang-orang keluarga Lamkiong
sampai keluar semua pasti ada tujuan tertentu. Tiba-tiba dia
teringat Su Yan-hong pernah memberitahu dia bahwa kaisar ingin
datang ke Kang-lam dan menyuruh Su Yan-hong menemaninya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 65
Apakah sasaran pembunuh ini apakah kaisar? Atau Su Yanhong?
Karena itu, dia ingin Siau Cu bersama dengan nya meninggalkan
keluarga Lamkiong.
Tapi Siau Cu menyuruh Fu Hiong-kun yang pergi, sementara dia
tinggal di keluarga Lamkiong. Pertama, untuk mengurus Beng-cu.
Kedua, mencari tahu apakah ada pengkhianat di dalam, mungkin
orang-orang keluarga Lamkiong tidak tahu rahasia ini.
Setelah dipikir-pikir oleh Fu Hiong-kun, ini cukup masuk akal,
dia terus berpesan kepada Siau Cu agar berhati-hati. Malam itu juga
dia meninggalkan keluarga Lamkiong.
186-186-186
Setelah mengantar Fu Hiong-kun pergi, semalaman Siau Cu
tidak bisa tidur. Sampai hari kedua, dia mengambil kesempatan
memberitahukan rahasia ini kepada Lo-taikun, karena dia takut Lotaikun sudah tua dan tidak kuat menerima pukulan ini. Tapi dia
sama sekali tidak menyangka Lo-taikun sangat tahu semua ini,


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena dialah orang yang merancang semua ini.
Lo-taikun benar-benar licik dan licin. Sambil mendengar dia
pura-pura terkejut kemudian marah besar. Dia marah kepada Kiang
Hong-sim dan merasa sedih karena di keluarga Lamkiong muncul
sampah keluarga.
Terakhir dia ingin Siau Cu membantunya untuk menjaga agar
aib keluarga keluarga Lamkiong tidak tersebar. Siau Cu adalah
orang keluarga Lamkiong, tidak apa-apa bila dia mengetahuinya
tapi jangan memberitahukan kepada orang lain. Beng-cu juga masih
muda dan tidak mengerti apa-apa, maka jangan diberitahukan
kepada dia. Jangan biarkan dia khawatir.
Siau Cu memang pintar dan lincah tapi dia masih muda, mana
bisa dia menghadapi Lo-taikun. Untung Fu Hiong-kun sudah pergi,
kalau tidak karena Siau Cu, dia akan mati.
187-187-187Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 66
Sekembalinya Siau Cu ke kamar, tidak diduga Beng-cu berada di
dalam. Sebenarnya Beng-cu ingin memberitahukan Siau Cu bahwa
kematian Lam-touw ada hubungannya dengan keluarga Lamkiong.
Melihat reaksi Siau Cu dan begitu melihatnya, satu patah kata pun
tidak bisa dikeluarkan.
Siau Cu pun seperti itu. Sepasang kekasih ini saling berharap
pasangannya bisa senang dan nyaman.
Kemudian mereka berjalan-jalan ke pertokoan.
Semua gerak-gerik mereka di dalam pengawasan Lo-taikun. Dia
segera pergi ke Siau-hun-lo (penjara) di bawah Ciu-ci-tong, Ciu-ci
Lojin membuka sebuah peti mati.
Yang terbaring di dalam adalah Lu Tan.
Di bawah pengaruh obat, Lu Tan menjadi sama seperti 4
pembunuh perempuan, tidak sadarkan diri dan kehilangan akal
sehat. Tapi dia masih belum sampai pada tahap seperti 4 pembunuh
perempuan.
Awalnya Lo-taikun melihat Lu Tan sangat berbakat dan ingin
melatih dia menjadi pembunuh seperti 4 pembunuh itu. Tapi dalam
keadaan begitu terpaksa Lu Tan harus diperalat untuk membunuh
Siau Cu di jalan.
Bila Siau Cu dibunuh Lu Tan di jalan, mati atau hidup, begitu
kabar tersebar, kejahatan Lu Tan akan semakin sulit dihapus.
188-188-188
Lu Tan diatur untuk keluar dari belakang rumah dan melewati
jalan pintas, maka dia akan sampai sebelum Siau Cu dan Beng-cu.
Di jalan raya Lu Tan tiba-tiba muncul seperti orang gila dan
bengong. Dia berada di tengah-tengah jalan tidak bergerak sehingga
membuat orang merasa aneh dan mengelilinginya.
Siau Cu dan Beng-cu maju ke kerumunan orang. Mereka
mengira ada orang yang sedang berjualan, tapi begitu mendekat
mereka terkejut juga senang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 67
"Lu-heng... mengapa kau berada di sini!" Siau Cu mendekat,
"sebenarnya apa yang terjadi, apakah kau tahu kami mencarimu
dengan susah?'' Tapi Lu Tan tidak bereaksi, dia hanya melotot.
Sampai Siau Cu berada di depannya, menggoyangkan tangan di
depannya, Lu Tan masih bengong. Beng-cu melihat dan merasa
aneh.
Waktu itu ada suara peluit berbunyi.
Siau Cu terkejut dan mencari. Dia tidak tahu kali ini orang yang
dikuasai peluit itu bukan orang lain melainkan Lu Tan.
Lu Tan mencabut golok di belakang tubuh Siau Cu dan langsung
menepis. Siau Cu tidak bisa menghindar. Untung Beng-cu menepuk
telapak tangan Lu Tan, membuat golok meleset.
Lu Tan membalikkan tubuh, menepis ke arah Beng-cu. Tepisan
golok cepat dan berbahaya, Beng-cu tidak bis.a menghindar. Golok
membacok tangannya, memang tidak berat tapi darah sudah
muncrat, Siau Cu terkejut, dia membentak.
"Kau sudah gila..." Siau Cu menendang.
Lu Tan seperti tidak melihat juga tidak mendengar. Goloknya
terus berputar-putar.
Melihat keadaan begitu, orang yang di sekeliling segera bubar.
Ciu-ci Lojin berada di dalam keru munan orang, dia masuk ke dalam
gang. Gerakan dia sangat cepat. Karena cepat, malah menarik
perhatian dan kecurigaan Beng-cu. Sekali melihat, dia sudah
mengenal.
Tubuh Ciu-ci Lojin berbeda dengan orang lain, maka tidak sulit
mengenalinya.
Waktu dia kabur, dia meniup peluit lagi. Lu Tan segera
menyimpan golok dan lari, dia juga dengan cepat masuk ke
kerumunan orang.
Yang pasti kerumunan orang menjadi kacau. Siau Cu ingin
mengejar, tapi dihadang oleh orang-orang. Melihat tangan Beng-cu
terluka dan terus berdarah, dia kembali dan memapah Beng-cu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 68
Air mata Beng-cu terus menetes. Siau Cu tidak bisa melihat
kesedihan Beng-cu. Dia mengira Beng-cu adalah orang yang
cengeng karena tidak tahan sakit. Dia juga berpikir, karena dialah
Beng-cu terluka, maka dalam hati dia merasa menyesal.
Beng-cu tidak menceritakan apa yang dipikirkan. Setelah pulang,
dia mengantar Siau Cu. Setelah dipikir-pikir kemudian, akhirnya dia
tidak tahan, dia sendirian mencari Lo-taikun, meminta penjelasan.
189-189-189
"Apa tujuanmu melakukan ini?" Beng-cu lang sung bertanya.
"Apa yang kau katakan?" Lo-taikun balik ber tanya, dia seperti
tidak tahu apa-apa.
"Tadi di jalan Lu Tan ingin membunuh Siau Cu, jelas-jelas orang
bisu di Ciu-ci-tong yang meniup peluit untuk mengaturnya. Kalau
bukan kau yang memerintahkan, mana mungkin orang bisu itu
berani melakukannya!"
Lo-taikun diam. Beng-cu berteriak lagi:
"Apapun yang kau katakan, aku tidak akan percaya lagi. Bila
terjadi sesuatu pada Siau Cu, aku pasti...pasti tidak akan
memaafkanmu!"
Lo-taikun pelan-pelan berdiri, dari kedipan mata, terlintas
cahaya kejam dan keluar aura mem bunuh. Tapi dengan cepat
menghilang, dia menepuk-nepuk pundak Beng-cu:
"Dengarkan aku..."
"Aku tidak akan mendengar kata-katamu! Kau kira aku tidak
tahu Lam-touw, Coat-suthay, Tiong Toa-sianseng semua dibunuh
oleh kalian. Dan Lu Tan tidak bisa menguasai diri!" Beng-cu
semakin bicara semakin keras.
Wajah Lo-taikun juga semakin tidak enak dipandang. Kemudian
dengan tongkat kepala naga dia memukul kursi sampai hancur dan
berkata:
"Betul! Semua adalah perbuatanku, ibumu dan keluarga
Lamkiong!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 69
Awalnya Beng-cu terkejut dan terpaku. Lo-taikun menangis dan
berkata:
"Kalau bukan untuk menjaga nama baik keluarga Lamkiong,
kalau bukan karena pihak laki-laki keluarga Lamkiong terus
terbunuh dan hanya tinggal janda, untuk apa kita melakukan ini?"
Kemudian Lo-taikun membentak, "apakah kau orang keluarga
Lamkiong?"
Beng-cu tidak tahu apa yang harus dia jawab.
"Tentang hal ini kita tunggu ibumu pulang, pasti akan ada
jawaban! Kau tanyakan saja kepada dia!" Lo-taikun segera
membalikkan tubuh pergi.
"Aku hanya memohon kepada kalian agar tidak melukai Siau
Cu!" Beng-cu segera lari.
Lo-taikun tidak memanggilnya. Dia pelan-pelan membalikkan
tubuh, sorot matanya tidak menentu. Entah apa yang dia pikirkan.
190-190-190
Berselang waktu minum setengah cangkir teh, Lo-taikun sudah
muncul di Siau-hun-lo (penjara) bawah tanah Ciu-ci-tong.
Sepanjang jalan dia sangat berhati-hati. Setelah masuk Ciu-ci-tong,
dia tidak lupa berpesan agar Ciu-ci Lojin berhati-hati.
Dia tidak marah kepada Ciu-ci Lojin, karena dia tahu masalah
sudah terjadi percuma saja di marahi.
Ciu-ci Lojin tidak banyak berbicara. Walau pun dia tidak tahu apa
yang terjadi tapi dia bisa melihat Lo-taikun sedang ada masalah.
Di dalam Siau-hun-lo, ada dua orang sedang menunggu.
Ternyata mereka adalah orang Pek-lian-kau Thian-te-siang-kun
yang sudah lama menghilang.
Lo-taikun duduk di depan Thian-te-siang-kun, matanya
berputar:
"Kalian bersembunyi untuk berlatih Pek-kut-mo-kang, apa
sudah ada hasilnya?"
Thian-kun melihat Te-kun, lalu menggelengkan kepala:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 70
"Tetap seperti dulu! Dibandingkan dengan Bok Jin-kun, kami
masih jauh!"
Lo-taikun tertawa:
"Aku malas berlatih silat, maka bukan lawan kalian!"
Thian-kun melayangkan tangan melarang Lo-taikun terus
berbicara:
"Ilmu silat adalah nomor dua. Jika obat-obatanmu sudah
berhasil, hanya satu Hen-lo-sat saja sudah cukup di dunia ini!"
"Maka terakhir tetap kami dua bersaudara yang mengaku
kalah!" kata Thian-kun.
Dulu waktu mereka berpisah dengan Jin-kun, mereka masih
mempunyai cita-cita yang tinggi. Tapi setelah berkelana di dunia
persilatan, tidak hanya tidak berhasil, ilmu silat pun tidak ada
kemajuan.
Sebenarnya ketika bekerja kepada Liu Kun, mereka sudah tahu
pentingnya kekuasaan. Maka mereka tidak tertarik lagi berkelana di
dunia persilatan.
Selain menyandarkan diri kepada Lo-taikun, sementara ini
mereka tidak punya jalan lain yang bisa memasukkan mereka ke
pemerintahan.
Lo-taikun sangat senang. Dia mengangguk:
"Kita Sam-cun harus bersatu..."
Thian-te-siang-kun segera berkata:
"Di dunia ini tidak ada lawan..."
"Betul, di dunia ini tidak ada lawan. Semua rencana akan sukses.
Semua bisa kita dapatkan!" Lo-taikun menarik nafas.
"Sepertinya ada hal yang tidak bisa kau bereskan?" tanya Thiankun. "Aku lihat rahasiaku sudah tidak bisa dipertahankan lagi!
Tentang Hen-lo-sat, Beng-cu saja sudah tahu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 71
"Dia dan kau tidak ada hubungan darah, bunuh saja sekalian!"
kata Thian-kun.
"Sekarang waktunya belum tepat. Keluarga Lamkiong tetap
masih berharga untuk diperalat. Apakah membunuh dia tidak akan
membuat orang lain curiga?" Te-kun mengeluarkan pertanyaan.
"Siapa yang akan mencurigai seorang nenek membunuh
cucunya?" Lo-taikun balik bertanya.
Thian-te-siang-kun tertawa, kata Lo-taikun:
"Dalam beberapa tahun ini aku telah membunuh delapan orang
anggota keluarga Lamkiong, kapan aku pemain dicurigai orang dan
membuat ke salahan?"
Thian-kun menarik nafas:
"Aku benar-benar kagum dari dalam hati. Kau menyamar
menjadi Lo-taikun beberapa tahun, tapi tidak pernah ada
mencurigai!"
"Memang tidak mudah! Demi menyamar men jadi dia, aku sudah
banyak berkorban. Awalnya menjadi pembantu pribadinya selama
dua tahun. Setelah mengetahui kebiasaan sehari-harinya dan juga
gerak-geriknya, aku membunuh dia dan mengelupas kulit wajahnya
untuk membuat topeng kulit manusia.
Begitu dipakai sampai bertahun-tahun. Jika orang lain, akan mati
karena bosan!"
Lo-taikun segera membuka topeng kulit manusia. Di balik topeng
tampak wajah yang sangat cantik dan genit, terlihat baru berusia
27-28 tahun.
Thian-te-siang-kun melihat dengan terpaku.
"Tidak disangka pada umurmu yang begitu, kau masih cantik!
Cara merawat wajahmu hingga awet muda benar-benar aneh!" kata
Thian-kun menarik nafas.
Jin-kun mengangguk. Perempuan ini asalnya adalah salah satu
Sam-cun dari Pek-lian-kau. Dia menghilang selama beberapa tahun,
ternyata bersembunyi di keluarga Lamkiong. Setelah mengelupasLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 72
kulit wajah Lo-taikun, dia memakai topeng wajah manusia dan
dipakai untuk menyamar menjadi Lo-taikun sampai sekarang.
Te-kun melihat Jin-kun. Dia menarik nafas:
"Memang sangat aneh, tapi kami tidak punya kesabaran sebesar
itu untuk menyamar!"
Thian-kun tertawa:
"Untung kita ini laki-laki, tua sedikit tidak menjadi masalah."
Jin-kun tertawa dan melihat Thian-te-siang- kun:
"Wajah yang cantik terus bersembunyi di balik wajah Lo-taikun
yang sudah tua dan jelek memang suatu kesia-siaan. Tapi kalau
bukan dengan menyamar di posisi Lo-taikun, mana mungkin aku
bisa mendapat begitu banyak pesilat tangguh dan harta kekayaan.
Dan mana mungkin bisa melatih pembunuh seperti Hen-lo-sat!"
"Jin-kun adalah Jin-kun, kita benar-benar harus mengaku
kalah!" kata Thian-kun.
"Liu Kun bukan orang berbakat, kalian bersandar kepadanya tapi
tidak menguasainya, itu pasti akan gagal!" kata Jin-kun.
"Bagaimana dengan Ling-ong?" tanya Thian- kun.
"Dia juga bukan orang berbakat maka aku selalu memperalat dia.
Jika bisa menguasai dunia ini, baru merasa pekerjaanku tidak siasia!" kata Jin-kun.
"Jin-kun mempunyai pikiran yang jauh ke depan, semua akan
sukses. Tapi kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan."
Jin-kun berpikir sebentar:
"Kalian kumpulkan semua murid Pek-lian-kau di daerah sini,
memasang jala bumi dan jaring langit, menjala semua orang yang
berseberangan dengan kita!" kata Jin-kun.
Thian-te-siang-kun merasa tertarik dengan rencana ini.
191-191-191
Bukan hal yang mudah bagi Fu Hiong-kun untuk mencari Su
Yan-hong. Li-cun-wan adalah sebuah rumah bordil danLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 73
penjagaannya sangat ketat. Untung nasib sedang baik, Su Yan-hong
sedang keluar rumah.
Melihat Fu Hiong-kun, Su Yan-hong merasa heran. Dari Fu
Hiong-kun dia tahu Hen-lo-sat adalah pembunuh keluarga
Lamkiong. Berita ini membuat dia terkejut.
Keluarga Lamkiong sedang pergi ke kota Lam-khia, ini segera
membuat Su Yan-hong terpikir akan keselamatan Ong-souw-jin.
Berarti kedatangan Cu Kun-cau adalah akal-akalan, suara di timur
tapi dia menyerang di barat.
Semua pasukan elit sudah ditarik ke Yang-ciu maka keluarga
Lamkiong bisa mengambil kesempatan ini masuk. Jika terjadi
sesuatu pada Ong-souw-jin, akibatnya sulit dibayangkan.
Setelah memikirkan hal ini, akhirnya Su Yan-hong mengambil
keputusan untuk pergi ke Lam-khia. Setelah kaisar mendapat berita
ini, dia pasti setuju dan mencari cara untuk menghadapi Cu Kun

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cau. Tapi Cu Kun-cau tidak tahu semua ini. Dia hanya mencari waktu
untuk melepaskan diri.
Dia sudah mengatur alasan untuk bisa pergi, yaitu berburu. Hal
ini malah membuat kaisar tertarik.
Sesampainya di pinggir kota, orang-orang kaisar sengaja
melepaskan harimau putih dari kandang.
Kaisar sangat senang karena harimau putih sangat jarang
terlihat. Dia ingin memburu harimau ini agar bisa menunjukkan
kewibawaannya. Cu Kun-cau juga sampai lupa diri, dia terus
mengejar harimau putih. Han Tau dan Kao Sen takut terjadi sesuatu
pada kaisar maka membawa barisan pengawal istana terus
mengejar. Sampai kaisar menembak mati harimau, dia baru
teringat Cu Kun-cau. Tapi jejak Cu Kun-cau sudah tidak ada.
Kaisar marah, dia segera menurunkan perintah membawa
pasukannya menyerang Ling-ong.
192-192-192Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 74
Siang malam Su Yan-hong berjalan. Akhirnya sempat
memberitahu Ong-souw-jin agar siap siaga. Walaupun tidak tahu
kapan orang keluarga Lam-kiong akan datang menyerang, tapi
mereka sudah bersiap menghadapi segala kemungkinan.
Malam itupun orang-orang keluarga Lam-kiong menyerang.
Hen-lo-sat masuk ke tempat yang tidak ada orang. Dia langsung
masuk ke ruangan besar, membunuh Ong-souw-jin yang berbaju
pejabat yang sedang duduk.
Sebenarnya orang yang terbunuh itu adalah pidana yang akan
dihukum mati. Orang-orang keluarga Lamkiong belum pernah
melihat wajah asli Ong-souw-jin, apalagi Hen-lo-sat hanya
mendengar perintah untuk melaksanakan tugas, maka mereka
mengira semua sudah sukses dan segera mundur.
Su Yan-hong sudah memikirkan semua ini, maka barisan senjata
api juga sudah dipersiapkan. Sekarang sedang berjaga-jaga di
tempat keluar masuk ruangan. Walaupun tidak sanggup
menghadang mereka masuk, tapi bisa menghadang mereka
meninggalkan tempat.
Tong Goat-go yang pertama maju. Dia mati tertembak senjata
api. Walaupun dia lahir di Tong-bun dan menguasai senjata rahasia
tapi kecepatan senjata rahasianya tetap kalah.
Hen-lo-sat tertembak beberapa kali, tapi dia sama sekali tidak
merasakan apapun. Dia tetap menyerang. Begitu Hen-lo-sat masuk
ke barisan senjata api, penembak tidak bisa berbuat apa-apa, maka
orang-orang keluarga Lamkiong bisa lolos.
Su Yan-hong dan Fu Hiong-kun ikut bertarung dengan Hen-losat tapi tetap kalah. Cia Soh-ciu dan Kiang Hong-sim mengira Ongsouw-jin sudah mati, maka di bawah perlindungan Hen-lo-sat di
depan, mereka mengikuti di belakang, kabur tergesa-gesa.
Siapa yang menghadang pasti akan dibunuh oleh Hen-lo-sat,
maka akhirnya hanya bisa melihat Hen-lo-sat meninggalkan tempat
itu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 75
Setelah Hen-lo-sat keluar dari lapangan, tidak ada orang yang
bisa mengejarnya. Dalam keadaan terluka berat Hen-lo-sat masih
begitu lihai, apalagi dalam keadaan normal.
Mayat-mayat berjatuhan memenuhi lapangan. Darah mengalir
seperti sungai. Melihat keadaan itu, hati pasukan-pasukan merasa
dingin.
Su Yan-hong dan Fu Hiong-kun ingat Siau Cu. Fu Hiong-kun
yang pertama kali wajahnya berubah.
Keluarga Lamkiong kalah bertarung, Siau Cu masih ada di
keluarga Lamkiong, apa yang akan terjadi?
Fu Hiong-kun segera menuju ke keluarga Lamkiong. Yang pasti
Su Yan-hong tidak akan membiarkan dia pergi sendiri.
Ong-souw-jin tidak melarang. Perintah kaisar sampai padanya,
dia segera mengumpulkan pasukan dan langsung pergi ke Lamtiang.
193-193-193
Ketika kaisar sampai di Lam-tiang, pasukan Ong-souw-jin juga
sampai di sana. Tadinya kaisar siap menyerang kota Lam-tiang, tapi
dilarang oleh Ong-souw-jin. Jika melakukan serangan besarbesaran, yang mati dan terluka akan banyak. Maka dia
mengusulkan untuk membakar persediaan makanan pasukan Lingong. Kao Sen dan Han Tau diperintahkan untuk membawa pasukan
elit masuk ke dalam kota. Mereka berhasil membakar persediaan
makanan pasukan Ling-ong.
Setelah Ling-ong mendapat kabar bahwa persediaan makanan
pasukannya sudah habis terbakar, terpaksa dia mengambil
makanan rakyat. Ini membuat orang-orang di kota Lam-tiang
gelisah dan takut. Sebelum berperang Ling-ong sudah kalah.
Cu Kun-cau bara datang kemudian. Melihat Lam-tiang
terkepung, dia masuk melalui jalan air. Setelah mengetahui Ongsouw-jin belum mati, dia baru tahu rencananya gagal total.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 76
Ling-ong tidak mempunyai ide lagi. Cu Kun-cau juga. Mereka
hanya bisa menunggu apa kehendak kaisar.
194-194-194
Rencana gagal. Lo-taikun marah. Setelah tahu Fu Hiong-kun dan
Su Yan-hong bersama. Melihat kepintaran Fu Hiong-kun, maka dia
sadar Fu Hiong-kun sudah melihat sesuatu sebelumnya, maka
diam-diam meninggalkan keluarga Lamkiong untuk mem-beritahu
Su Yan-hong agar bersiap.
Apa yang Fu Hiong-kun tahu, Siau Cu pasti tahu. Maka dari itu,
Siau Cu tetap tinggal di keluarga Lamkiong. Itu karena dia ingin
mencari tahu rahasia keluarga Lamkiong.
Kemudian dia menyusun rencana untuk mem bunuh Siau Cu.
Kiang Hong-sim sangat setuju. Untuk rencana ini, Jin-kun hanya
berunding dengan dia. Dalam keluarga Lamkiong, memang hanya
Kiang Hong-sim yang terkecuali. Dia tahu lebih banyak daripada
orang lain di keluarga Lamkiong. Dia juga sangat dipercaya oleh Jinkun. Mereka segera merasakan ada orang yang mencuri dengar
pembicaraan mereka, tapi begitu pintu didorong mereka hanya
melihat Cia Soh-ciu yang sedang berjalan datang, tapi masih jauh.
Sebenarnya Cia Soh-ciu tahu ada yang mendengar. Dia cepat
mundur kembali, baru kemudian berjalan mendatangi.
Dia datang mencari Lo-taikun karena Beng-cu terus bertanya,
dan dia tidak tahu harus menjawab apa, juga tidak tahu berapa
banyak yang Beng-cu ketahui. Dia berharap Lo-taikun bisa memberi
petunjuk. Tidak disangka dia tanpa sengaja mendengar Lo-taikun
dan Kiang Hong-sim sedang berencana membunuh Siau Cu.
Hatinya bergumul. Siau Cu sangat suka pada Beng-cu. Bila mati
di keluarga Lamkiong, Beng-cu tidak akan memaafkan orang
keluarga Lamkiong, termasuk dia yang menjadi ibunya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 77
Jin-kun sudah melihat bahwa Cia Soh-eiu telah mendengarnya,
hanya dia tidak berkata apa-apa. Dia hanya meminta Cia Soh-ciu
untuk mencari obat keluar.
Lo-taikun tidak langsung berkata. Dia berkata dengan sangat
tepat agar Cia Soh-ciu rela pergi mencari obat, kemudian menyuruh
Kiang Hong-sim membantu Cia Soh-ciu menyiapkan semua.
Sebenarnya bermaksud menyuruh Kiang Hong-sim mengawasi Cia
Soh-ciu agar tidak bertemu dengan Beng-cu dan membocorkan
kabar bahwa Siau Cu mau dibunuh.
Cia Soh-ciu tidak bodoh, dia sudah melihat. Diam-diam dia
menulis sepucuk surat, dan akhirnya surat sampai di tangan Bengcu. Beng-cu awalnya ingin bertanya ke mana Cia Soh-ciu pergi, dia
juga mengira ibunya menulis surat hanya memberitahu dia tentang
ini. Begitu merasa bukan, Cia Soh-ciu sudah pergi. Dia cepat-cepat
mencari Siau Cu dan menyuruh Siau Cu meninggalkan keluarga
Lamkiong.
Siau Cu merasa aneh. Dia terus menanyakan penyebabnya pada
Beng-cu, tapi Beng-cu tidak tahu apa yang harus dia jawab. Dia
hanya ingin Siau Cu segera pergi. Tapi Siau Cu berkeras ingin Bengcu pergi dengannya. Sampai-sampai Siau Cu curiga Beng-cu
berbohong, bahwa sebenarnya Beng-cu tidak suka kepadanya maka
ingin dia segera meninggalkan keluarga Lamkiong.
Akhirnya Beng-cu terpaksa pergi dengan dia. Maksudnya adalah
mengantar Siau Cu ke tempat aman, baru kembali ke keluarga
Lamkiong.
Baru saja beranjak, mereka segera diketahui oleh murid-murid
Pek-lian-kau yang sedang mengawasi. Hong Teng, Lan Teng dan
Pek Teng, segera menyerang.
Siau Cu dan Beng-cu kalah. Mereka siap menembus kepungan
ini, maka sambil bertarung terus mundur. Siau Cu segera menyuruh
Beng-cu kembali ke keluarga Lamkiong. Kali ini giliran Beng-cu
yang tidak mau meninggalkan Siau Cu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 78
Tiga utusan diperintahkan untuk membunuh semua, termasuk
Beng-cu. Ketika Beng-cu terpisah dengan Siau Cu, Siau Cu segera
diserang oleh utusan lampu putih dan biru juga oleh murid-murid
Pek-lian-kau. Ingin melindungi Beng-cu menjadi masalah bagi Siau
Cu. Walaupun Beng-cu berilmu tinggi, tapi dia tetap tidak sanggup
melawan utusan lampu merah. Jika bukan karena Fu Hiong-kun
dan Su Yan-hong yang datang tepat waktu, mungkin dia akan mati
di tangan utusan lampu merah.
Kedua nadi Jin dan Tok Su Yan-hong sudah terbuka. Tenaga
dalamnya seperti tidak ada habisnya. Sekarang Thian-liong-kiu-sut
sudah dikeluarkan.
Tiga utusan melihat posisi Su Yan-hong. Mere ka berpikir, selain
Su Yan-hong pasti ada orang yang akan datang lagi maka mereka
segera mundur.
Su Yan-hong tidak mengejar. Siau Cu juga, begitu melihat Bengcu selamat, dia baru tenang.
Beng-cu sangat sedih dan sama sekali tidak ter pikir keluarga
Lamkiong bersekongkol dengan Pek-lian-kau.
Su Yan-hong juga tidak menyangka. Tapi tempat ini masih
merupakan daerah kekuasaan keluarga Lamkiong, maka mereka
cepat-cepat pergi dari sana. Beng-cu sedikit ragu-ragu tapi dengan
paksaan Fu Hiong-kun, mereka sama-sama pergi dari sana.
Malam itu mereka tinggal di penginapan. Semua orang tidak
mengerti, jika Pek-Iian-kau bekerja sama dengan keluarga
Lamkiong dan Beng-cu adalah orang keluarga Lamkiong, mengapa
dia mau dibunuh?
Entah mengapa Siau Cu tiba-tiba mencurigai kematian Lamtouw mungkin berhubungan dengan keluarga Lamkiong dan PekIian-kau. Dia ingin minta keadilan ke keluarga Lamkiong. Walaupun
tidak yakin tapi Beng-cu tahu. Maka setelah mendengar Siau Cu
berkata begitu, hatinya menjadi kacau. Duduk tidak tenang, berdiri
pun tidak enak. Maka dengan alasan lelah, dia kembali ke kamarnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 79
Siau Cu ingin mengejar, tapi Fu Hiong-kun memanggil dia dan
mengingatkan dia bahwa Beng-cu adalah orang keluarga Lamkiong.
Siau Cu baru sadar. Jika dua pihak bertarung, Beng-cu tidak tahu
herus berdiri di pihak mana? Akhirnya semua orang tertawa kecut
dan berkata biarlah Thian yang mengaturnya.
Hari kedua. Mereka siap-siap berangkat tapi Beng-cu tidak
terlihat. Begitu mencari ke kamarnya, hanya ada sepucuk surat di
sana. Pada surat itu Beng-cu hanya menulis dia ingin pergi dan
berharap Siau Cu jangan mencarinya.
Siau Cu juga tahu kata-katanya kemarin membuat Beng-cu
merasa sedih. Tapi sampai sekarang dia tidak punya akal yang lain.
Satu-satunya cara adalah berpisah, Fu Hiong-kun mencari Beng-cu
dan Su Yan-hong harus pergi ke Lam-tiang.
195-195-195
Keadaan Lam-tiang semakin tegang karena kekurangan
makanan, semua orang menjadi takut dan cemas.
Tadinya Ling-ong ingin melawan kaisar mati-matian, tapi
karena gagal membunuh Ong-souw-jin dan semua pasukan sedang
kacau, ditambah lagi dengan rangsum untuk pasukan sudah
terbakar, maka semangat pasukan turun drastis. Dia mengerti jika
menyerang dalam keadaan begitu pasti akan kalah total, ingin
bertahan juga agak sulit.
Yang membuat dia pusing adalah Su Ceng-cau yang kembali ke
Ling-ong-hu sudah jatuh ke tangan Ong-souw-jin.
Kabar ini diantar oleh Kao Sen, buktinya adalah sepasang anting
giok hijau. Utusan Kao Sen juga membawa perintah kaisar, agar
Ling-ong segera mem buka pintu kota untuk menyerahkan diri.
Ling-ong tidak setuju tapi dia bersikap sangat baik terhadap Kao
Sen dan tidak membuat Kao Sen repot. Dia menjemput Cu Kun-cau
untuk bertemu dan berunding dengan kaisar.
Tapi Cu Kun-cau ini bukan Cu Kun-cau yang asli, melainkan Lacai yang sedang menyamar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 80
Ilmu merias wajah sangat dikuasai La-cai. Wajahnya terlihat
tidak berbeda dengan Cu Kun-cau.
Tidak ada yang bisa melihat penyamarannya, bahkan pesilat
tangguh juga tidak bisa melihatnya. Kaisar tahu Cu Kun-cau
mempunyai ilmu silat yang tinggi, tapi dalam keadaan dan di
tempat ini dia tidak mungkin berani bertindak. Dalam suasana hati
yang senang, kaisar mendekat pada mereka. Untung Su Yan-hong
kebetulan pulang.
Memang benar orang yang di sisi bisa melihat dengan lebih jelas.
Sekali melihat, Su Yan-hong sudah merasa ada yang tidak beres dari
Cu Kun-cau. Hanya Su Yan-hong sendiri yang sering bertemu
dengan kaisar dan Cu Kun-cau. Begitu mereka berdekatan, dia bisa
melihat dengan jelas perbedaan tinggi tubuh mereka yang tidak
seperti biasanya.
Maka sambil melihat, dengan hati-hati Su Yan-hong mendekat.
Begitu sorot mata La-cai beradu dengan Su Yan-hong, dia sudah
tahu Su Yan-hong mulai mencurigainya. Hatinya kacau. Sorot mata
menjadi lebih licik.
Kaisar sudah mendekat. La-cai tahu bila Su Yan-hong semakin
mendekat, dia akan semakin sulit mendapat kesempatan. Maka dia
segera mengambil keputusan, dia bergerak, lari ke kaisar,
mengulurkan tangan mencekik leher kaisar.
Thian-ho Sangjin yang selalu melindungi kaisar sudah tidak
sempat menghadang. Jika Su Yan-hong belum berlatih Thian-Iiongkiu-sut, dia juga tidak akan sempat.
Tubuh La-cai bergerak. Su Yan-hong ikut bergerak. Pose tubuh
membantu tubuh bergerak cepat, Su Yan-hong mengulurkan
telapak, dia dengan tepat bisa menghadang tangan La-cai yang
berusaha men-cengkram leher kaisar.
La-cai segera menendang, tapi sebelah tangan Su Yan-hong
sudah mendorong kaisar sejauh 1 depa.
Terdengar kaisar terlempar mengenai meja, membuat meja
hancur berantakan. Kaisar melihatnya, wajahnya segera berubah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 81
Thian-ho Sangjin segera menghadang di depan kaisar. La-cai
melihat tidak ada harapan maka dia segera mundur.
Kaisar berteriak:
"Pengawal, tangkap Cu Kun-cau!"
Su Yan-hong mencegat La-cni:
"Dia bukan Cu Kun-cau!"
"Betul, aku bukan..." Dia membuka topeng wajah Cu Kun-cau,
tubuhnya menciut, dia keluar dari baju. Ternyata adalah La-cai yang


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memakai baju samurai.
Telapak Thian-ho Sangjin segera datang menepis. Telapaknya
saat ini berubah membesar. Itu adalah ilmu asli dari aliran rahasia
'Tai-jiu-im'.
La-cai tidak berani menyambut serangannya. Baju di tangannya
segera dilempar dan dia mundur. Terdengar suara petir, kabut asap
sudah meledak di sana.
Dua telapak Thian-ho Sangjin terus berputar. Sebelum
menyebar, asap sudah digulung oleh tenaga dalamnya.
Tadinya La-cai ingin menggunakan asap untuk kabur. Setelah
melihat keadaan seperti ini, dia terpaksa harus keluar dengan paksa.
Su Yan-hong maju mencegat tapi La-cai berputar. Dia berlari ke
arah pengawal-pengawal istana. Pengawal mengepung dia tapi Lacai sudah merebut sebilah pedang. Dia berlari sambil terus
membacok orang.
La-cai sama sekali tidak menyangka di dalam kerumunan
pengawal muncul Siau Sam Kongcu yang berilmu tinggi. Dia
melihat sudah tidak sempat meng hindar.
Dengan sekuat tenaga Siau Sam Kongcu mene pis. Hal ini sulit
dihindari oleh La-cai sekalipun.
"Tidak disangka pesilat Tionggoan juga meng gunakan cara
keji!" La-cai tengkurap di bawah. Dia melotot kepada Siau Sam
Kongcu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 82
"Ini namanya membalas dengan caranya sendiri!" kata Siau Sam
Kongcu.
La-cai tertawa sedih. Pengawal yang tadi mengurung, sekarang
terpencar lagi. Kaisar dilindungi oleh Su Yan-hong dan Thian-ho
Sangjin sedang berjalan mendekat.
"Orang Jepang yang terlalu berani! Kau bersekongkol dengan
Ling-ong datang untuk membunuhku!" Kaisar berbicara dengan
lantang.
"Hitung-hitung kau mempunyai nyawa yang panjang..." La-cai
bernafas terengah-tengah. Dengan dua tangan La-cai menutupi
dada dan perutnya, karena ususnya sudah terputus.
"Kaisar bernasib mujur, pasti akan aman-aman saja!" Thian-ho
Sangjin tidak lupa memuji dan menjilat.
Kaisar senang, dia tertawa, waktu itu La-cai membuka mulut,
sebuah jarum beracun menyembur keluar, melesat ke tenggorokan
kaisar.
Su Yan-hong dan Thian-ho Sangjin sama sekali tidak menyangka
akan terjadi seperti itu. Mereka ingin menghadang tapi sudah tidak
sempat. Untung Toan-cang-kiam dari Siau Sam Kongcu tepat bisa
menghadang di depan kaisar dan menghadang jarum beracun itu.
La-cai marah, dia meloncat ke atas. Ilmu Tai-jiu-im dari Thianho Sangjin sudah menekan di atas kepalanya berturut-turut tiga
kali. Sekalipun La-cai mempunyai tiga nyawa, dia tetap akan mati.
Kaisar baru sadar dan tenang. Dia segera menepuk pundak Siau
Sam Kongcu dan tertawa:
"Kau membunuh orang yang ingin membunuhku, jasamu besar.
Tadi menahan senjata rahasia yang menyerangku, jasamu
bertambah besar. Kau menginginkan jabatan apa, cepat katakan!
Aku ridak akan membuatmu kecewa!"
Siau Sam Kongcu berlutut:
"Rakyat kecil Siau Sam hanya meminta satu hal kepada
baginda!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 83
"Jangankan satu hal, seratus juga aku akan setuju!" Setelah
mengeluarkan kata-kata ini, kaisar sendiri juga terpaku, dia terlalu
cepat membuka mulut dan tidak memikirkan akibat perkataannya.
Bila kaisar mengeluarkan kata-kata, perkataan nya bukan mainmain. Kalau Siau Sam Kongcu benar-benar meminta yang anehaneh, itu akan membuat kaisar sakit kepala.
"Kalau begitu Siau-heng terus terang saja!" Hati Su Yan-hong
tergerak, dia sudah tahu apa yang akan di minta Siau Sam Kongcu.
"Rakyat kecil Siau Sam hanya minta untuk menyerahkan
muridku, Su Ceng-cau dan mengampuni dia dari hukuman mati!"
"Su Ceng-cau!" Kaisar terpaku. Dalam hati dia menarik nafas.
Tadinya dia tidak peduli siapapun. Begitu masalah Lam-tiang sudah
selesai, kaisar akan membawa Su Ceng-cau ke dalam istana.
Su Yan-hong segera menjawab:
"Ceng-cau hanya seorang gadis, melepaskan dia tidak akan
menyebabkan akar bencana di kemudian hari. Rakyat di dunia akan
memuji baginda mempunyai hati pemaaf. Baginda bisa berpikir
dulu!"
"Kalau kau juga sudah berkata begitu dan aku sudah berjanji
akan melakukan apa saja untuk Siau Sam, tidak perlu berpikir lagi,
jalankan apa yang kalian mau!"
Siau Sam Kongcu segera berlutut untuk berterima kasih. Kata
kaisar:
"Tadinya aku ingin menggunakan Su Ceng-cau untuk
mengancam Ling-ong agar menyerah. Sekarang aku harus
menggunakan cara lain!"
"Kaisar mempunyai budi penyayang dan tidak mau dengan
perang membuat rakyat..."
Siau Sam Kongcu segera menyambung:
"Rakyat Siau Sam juga bermaksud begitu, maka harap baginda
segera mengirim pengawal elit mengikuti aku ke barat kota Lamtiang, ke bendungan air sebentar!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 84
"Apa ada gunanya?" Kaisar merasa aneh.
"Aku tahu! Jika Ling-ong sudah tidak punya cara melawan, dia
akan merusak bendungan air. Pada waktu itu air sungai akan banjir.
Di Lam-tiang akan terjadi banjir bandang. Akan melanda sekeliling
sekitar seribu li tanpa terkecuali. Pasukan dari kedua pihak tidak
akan bisa lolos. Rakyat yang dua sisi sungai akan terkena bencana
besar!"
Kaisar segera tertegun. Dia sama sekali tidak terpikir tentang ini.
"Apakah kau mempunyai cara untuk mengatasinya?"
"Satu-satunya cara adalah mengambil alih dulu bendungan air
ini. Jika hati pasukan Ling-ong sudah tergoncang, kota Lam-tiang
tidak perlu di serang, akan pecah sendiri!"
"Baik..." Kaisar sangat senang, kemudian bertanya, "Kau adalah
guru pedang di Ling-ong-hu, mengapa bisa mengkhianati Lingong?"
"Sebenarnya Ling-ong tidak punya rencana macam-macam, tapi
Siau-ongya berteman dengan orang Jepang yang berhati serakah.
Maka terjadilah peristiwa hari ini. Aku tidak ada rencana apa-apa,
hanya tidak tega melihat rakyat yang begitu banyak terkena
musibah besar."
"Baik, baik! Mengapa kau tidak mau menjadi seorang pejabat?
Kalau tidak, kau pasti adalah seorang pejabat yang baik!" kata
kaisar.
Kaisar seakan berkata sungguh-sungguh, sebe narnya hatinya
tidak seperti itu. Hanya karena Siau Sam Kongcu telah
membantunya kali ini, maka dia berkata seperti itu.
Siau Sam Kongcu tidak terpengaruh. Dia sudah mengambil
keputusan akan mundur dari dunia persilatan.
Su Yan-hong sangat memahami kaisar. Terhadap Siau Sam
Kongcu dia juga sangat memahami, maka dia tidak berkata apa-apa.
196-196-196Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 85
Memang Ling-ong tidak mempunyai keinginan untuk
memberontak, hanya Cu Kun-cau seperti sudah terpengaruh oleh
sifat orang Jepang. Dia sama sekali tidak peduli rakyat hidup atau
mati. Demi mencapai tujuan, segala cara dipergunakan. Setelah Lacai gagal melalukan pembunuhan terhadap kaisar, dia segera
memerintahkan Liu Hui-su, Cia Ceng-hong dan Hoa Pie-li untuk
membawa orang ke bendungan air, dia siap merusak bendungan air
ini. Su Yan-hong dan Siau Sam Kongcu sudah membawa orang ke
sana, maka Liu Hui-su dan lain-lain tidak sanggup melakukan apaapa. Cu Kun-cau mengira sudah sampai waktunya tapi tidak ada
gerakan apa-apa. Dia baru tahu kemudian bahwa rencana sudah
mengalami perubahan lagi. Pada waktu itu Ong-souw-jin sudah
membawa pasukan untuk menyerang kota. Pasukan yang menjaga
kota sudah ketakutan sebelum berperang.
Pasukan berhasil merebut Ling-ong-hu, tapi mereka baru tahu
Ling-ong dan Siau-ongya sudah kabur.
Ular tanpa kepala tidak akan bisa berjalan. Kota Lam-tiang tidak
perlu diserang sudah pecah dengan sendirinya. Setelah Ong-souwjin mendapat kabar ini, dia segera melukis gambar dua orang ini,
untuk menangkap Ling-ong dan Cu Kun-cau.
Perkiraannya tidak salah. Ling-ong dan Siau-ongya benar-benar
berbaur dengan rakyat. Mereka ingin memanfaatkan kekacauan
kota untuk keluar dari kota Lam-tiang. Mereka berpenampilan
seperti rakyat kecil. Itu di luar dugaaan Ong-souw-jin.
Di sepanjang jalan, Ling-ong dan putranya aman-aman saja.
Ketika bertemu pasukan yang meme riksa, pasukan hanya melihatlihat dan segera melepaskan mereka. Tapi bila ada orang yang mirip
dengan sketsa gambar, tetap akan membuat pasukan
memperhatikan. Sampai pemeriksaan ke-8 kali, akhirnya mereka
ditahan oleh penjaga.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 86
Dalam ketergesa-gesaan ini, muncul ide Cu Kun-cau, dia
memberitahu kepada pasukan bahwa itulah Ling-ong yang
menyamar seperti rakyat kecil. Ling-ong sama sekali tidak
menyangka putranya akan mengkhianati. Di dalam situasi itu, dia
segera kabur.
Pasukan segera mengejarnya dan meninggalkan Cu Kun-cau.
Kesempatan ini tidak disia-sia-kan. Bersama It-to-cian, dia berbaur
dengan orang-orang yang berjalan.
Ling-ong melihatnya. Dia tidak berteriak. Memang benar
harimau galak tidak akan memakan anaknya sendiri. Apalagi dia
bukan seekor harimau galak, dia memilih untuk hancur sendiri.
Waktu dia dibawa ke hadapan kaisar, dia tidak mempunyai
semangat lagi dan membiarkan kaisar memutuskan apa yang harus
dia terima. Kaisar sudah mengambil keputusan akan memenggal
kepala Ling-ong, untuk memberi pelajaran kepada semua orang.
Seperti kata pepatah, memukul anjing untuk mengajar kera. Itu
akibatnya jika memberontak.
Sampai Su Ceng-cau juga tidak dilepaskan, kaisar bermaksud
mengingkari janji. Tapi Su Yan-hong sudah ada persiapan. Setelah
peristiwa ben-dungan, dia segera menyuruh Siau Sam Kongcu mem
bawa Su Ceng-cau pergi untuk mencegah ada peru-bahan lain.
Setelah peristiwa ini, Su Ceng-cau berubah sifatnya seakan
seperti orang yang berbeda..Dia menjadi pengertian dan tidak egois.
Ini adalah hal yang paling menghibur bagi Su Yan-hong.
*** Kota Lam-tiang diserang dan berantakan, hal ini sangat
membantu Cia Soh-ciu. Dia masuk Ling-ong-hu untuk mencuri
obat. Awainya tidak semudah ini, tapi karena Ling-ong dan Cu Kuncau sudah pergi, orang-orang Ling-ong-hu kabur karena takut
berada di Ling-ong-hu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 87
Di saat seperti sekarang ini ingin mencari tempat rahasia dan
mencuri obat sangat mudah.
Dalam situasi kacau ini meninggalkan kota Lam-tiang mudah,
apalagi ada Ciu-ci Lojin yang membantu.
Sebenarnya Ciu-ci Lojin diperintahkan untuk mengawasi Cia
Soh-ciu. Mereka tidak tahu isi hati Cia Soh-ciu yang selalu berada di
keluarga Lamkiong. Apa pun yang terjadi harus mengantarkan obat
ini kembali. Sampai sekarang ini dia masih belum menemukan halhal mencurigakan pada Lo-taikun.
Obat sudah ada di tangan. Lo-taikun benar-benar tertawa. Obat
dicampur dengan Hwe-yang-ko. Kekuatan Hen-lo-sat bertambah
sekali lipat lagi, dia akan bertambah ganas dan bengis.
Hwe-yang-ko datang dari hulu Han-tan di Bu-tong-san. Wan Feiyang muncul dan sedang mencari Hwe-yang-ko. Lo-taikun
mendapat kabar dia ingin Hen-lo-sat datang untuk menghadapi
Wan Fei-yang. Mencoba kekuatan Hen-lo-sat sudah mencapai tahap
mana.
Jika Wan Fei-yang pun kalah, berarti Hen-lo-sat benar-benar
akan menguasai dunia persilatan tanpa ada yang bisa melawannya.
197-197-197
Hulu sungai Han-tan berada di lembah di dalam hutan. Jalan
menuju lembah ini sangat sempit. Bila menatap langit, hanya akan
terlihat satu garis.
Tapi Hwe-yang-ko tumbuh memenuhi tempat ini. Setelah Wan
Fei-yang makan secukupnya, dia mengatur nafas untuk
menyebarkan obat ini ke seluruh tubuhnya lalu mengikuti tulisan
yang ada di dalam Ie-kin-keng. Sekali demi sekali, sehari demi
sehari dia atur. Akhirnya luka dalamnya sembuh total. Tenaga
dalam dan ilmu silatnya naik setingkat lagi, dia bisa merasakannya.
Sewaktu dia merasa senang dan siap meninggalkan tempat, Henlo-sat muncul.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 88
Wan Fei-yang sadar akan kemunculan pembunuh ini tapi dia
sama sekali tidak tahu kalau Hen-lo-sat ini adalah adik
perempuannya, Tokko Hong.
Juga sangat beruntung dia tidak tahu. Kalau tidak, dia akan
mendekatinya untuk menyapa dan Hen-lo-sat akan segera
membunuhnya secara tiba-tiba. Akibatnya sulit ditebak.
Dia mulai merasakan aura membunuh yang sangat kuat. Dia
tahu kalau Hen-lo-sat pasti sangat lihai! dia tidak berani bertindak
ceroboh. Setiap saat selalu waspada.
Hen-lo-sat tidak bereaksi. Karena pengaruh obat-obatan, dia
kehilangan akal sehatnya. Dia hanya tahu harus membunuh orang
yang bermusuhan dengannya. Dia juga merasa kalau lawan
mempunyai menyimpan rasa permusuhan. Tapi dia tidak bisa
membedakan siapa lawan, pastinya dia mendengar suara peluit
baru bertindak. Hal itu sudah lama dilatih dan sudah biasa terjadi.
Akhirnya suara peluit terdengar. Dia segera berlari. Sepasang
golok sudah dikeluarkan. Waktu itu sepasang goloknya berubah
menjadi 2 roda golok dan menggulung ke arah Wan Fei-yang.
Roda golok tampak berkilau, seperti dua buah bola terang. Belum
tiba di depan orang aura membunuhnya sudah terasa.
Wan Fei-yang melihatnya dan tahu dengan 2 tangan kosongnya
dia tidak akan bisa menyambut serangan golok. Dia segera mundur
dan mengambil batu yang tergeletak di bawah.
Hen-lo-sat sudah tiba. Batu yang dilempar oleh Wan Fei-yang di
bawah serangan roda golok menjadi bubuk dan tersebar ke
sekeliling.
Kerikil mengenai pundak Wan Fei-yang. Dia merasa sakit. Tibatiba dia merasa terkejut, bertanya:
"Siapa kau?"
Tapi sepasang golok Hen-lo-sat sudah menepisnya. Wan Feiyang meloncat ke atas dan bertanya lagi:
"Siapa yang menyuruhmu membunuhku?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 89
Yang menjawab tetap sapuan sepasang golok. Suara pecah di
angkasa begitu tajam dan menusuk telinga membuat siapa pun akan
merasa terkejut. Masuk ke telinga pun tidak nyaman. Yang
membuatnya terkejut adalah dengan ilmu meringankan tubuhnya
tetap tidak bisa terlepas dari kejaran Hen-lo-sat. Hal ini belum
pernah terjadi semenjak dia menguasai Thian-can-kang.
Hen-lo-sat benar-benar seperti ulat yang menempel, lalu melilit


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wan Fei-yang. Jika luka dalam Wan Fei-yang belum sembuh,
mungkin dia sudah terkejar oleh Hen-lo-sat dan harus terluka lagi
oleh sepasang golok itu.
Tenaga dalam Wan Fei-yang terus dikerahkan. Dia dengan cepat
meloncat ke atas dan tidak berhenti di tengah-tengah angkasa.
Dinding jurang tidak begitu terjal tapi tetap sulit berdiri. Orang yang
bisa melakukannya boleh dikatakan tidak banyak.
Tapi Hen-lo-sat bisa. Walaupun sepasang goloknya terus
berputar, dia masih bisa melakukannya. Bila Wan Fei-yang tidak
perlu menghindar tepisan sepasang golok, dia bisa dengan cepat
naik.
Kalau Wan-tianglo, sulit bertemu dengan lawan begitu kuat jadi
dia akan melawan habis-habisan..
Sekarang Wan Fei-yang hanya ingin terlepas dari kejaran ini. Dia
ingin mencari tahu apa yang menyebabkan semua ini terjadi.
Puncak jurang teratas adalah tempat datar. Wan Fei-yang belum
tahu situasi sekeliling di sana, dia dikejar oleh Hen-lo-sat hingga ke
sudut ujung sebelah sana. Dia baru tahu kalau di belakang tempat
datar di sana adalah sebuah jurang yang dalam. Di bawah sana
tertutup oleh kabut tebal. Entah berapa dalam jurang itu dan jurang
tampak lurus seperti habis ditepis, lebih terlihat berbahaya.
Dia ingin menghindar ke sana tapi sudah tidak sempat lagi.
Kekuatan Hen-lo-sat di sana lebih dahsyat. Tiba-tiba sepasang
goloknya berubah menjadi dinding golok dan datang menepisnya.
Wan Fei-yang membentak. Thian-can-kang ter kumpul di kedua
telapak tangannya. Di depan kedua telapak ini seperti menghasilkanLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 90
sejenis sutera, muncul gumpalan putih. Lapisan sutera ini
menyebar di roda golok Hen-lo-sat dan Wan Fei-yang terpaksa terus
mundur. Suara benda sobek terus terdengar, dia tergetar dan
terbang melayang, terbanting masuk ke dalam jurang yang dalam,
Hen-lo-sat tidak ada ekspresi apa-apa. Pelan-pelan dia memasukkan
sepasang goloknya ke dalam sarung. Matanya terlihat kosong, tidak
terlihat perasaan apa pun.
198-198-198
Bukan pertama kalinya bagi Wan Fei-yang menghadapi ambang
kematian, tapi terbanting dari tempat setinggi ini adalah untuk
pertama kalinya.
Waktu itu pikirannya hampir kosong tapi hanya sebentar
berlangsung dan dia sudah kembali normal. Thian-can-kang terus
digunakan. Kedua tangannya seperti sayap terus bergerak. Kadangkadang memukul batu yang ada di sisi dinding jurang. Dengan
begitu kecepatannya bisa berkurang saat melayang turun. Setelah
puluhan kali memukul, tubuhnya yangjatuh bisa dia kuasai.
Untung sekarang siang hari. Matahari sedang terang dan
bersinar terik. Walaupun di dasar jurang banyak kabut tapi Wan
Fei-yang masih bisa-melihat keadaan sekeliling sana.
Entah sudah terjun seberapa dalam Wan Fei-yang tidak bisa
menghitung dan memperkirakannya, hanya merasa hal ini
berlangsung sangat lama. Se waktu dia melihat, akhirnya dia bisa
melihat dasar jurang.
Sebenarnya itu sebuah batu yang mencuat di atas sebuah kolam.
Kolam tidak begitu dalam tapi jernih, bisa melihat dasar kolam.
Sambil mengeluarkan telapaknya untuk terus memukul.
Angin telapak terus bergerak, membuat tubuh Wan Fei-yang
Misteri Anjing Hantu 2 Kicau Kacau Karya Indra Herlambang Geger Di Telaga Warna 1

Cari Blog Ini