Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 12

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 12


Semua cara bergabung ada dalam Siauw-lim-pai. Apalagi Peklian-kau berasal dari Siauw-lim-si, ilmu tenaga dalam mereka masih
banyak kesamaan.
Ie-kin-keng adalah pemberian Bu-wie Taysu, Wan Fei-yang
sudah berjanji bila luka dalamnya sembuh, dia akan
mengembalikan Ie-kin-keng ke Siauw-lim-si. Itu sangat masuk akal.
Bila ingin membaca lagi, harus mendapatkan ijin dari Siauw-limpai, baru bisa membacanya. Tapi karena keadaan sudah mendesak,
maka mereka sudah tidak berpikir panjang lagi.
209-209-209
Waktu Siau Cu dan Su Yan-hong berlatih Ie-kin-keng dan Thianliong-kun dengan giat, Ji.n-kun mulai menjalankan rencana
busuknya. Jin-kun menye satkan kaisar dan mengembalikan
kedudukan Cu Kun-cau. Kemudian mengumumkan karena kaisar
sedang sakit, maka kedudukan akan diberikan pada Cu Kun-cau.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 156
Pejabat-pejabat dalam kerajaan merasa aneh dan terkejut, ingin
menentang sudah tidak sempat. Kemudian kaisar menurunkan
perintah agar memilih waktu yang baik untuk Cu Kun-cau naik
tahta dan mendirikan panggung berdoa.
Yang pasti ini adalah ide Jin-kun. Tujuannya mendirikan
panggung berdoa adalah menjala semua dengan satu tempat.
Kecurangannya direncanakan di dalam Sam Seng (tiga jenis
binatang untuk sembahyang: ayam, babi, ikan) untuk sembahyang
kepada Thian. Biasanya Sam.Seng yang digunakan kaisar adalah
babi dan kambing, ditambah dengan rusa atau ayam atau bebek.
Sekarang San Seng yang akan dipakai adalah babi, kambing, dan
sapi. Jin-kun mengambil kesempatan untuk melakukan rencana
busuknya pada sapi itu.
Dia berencana mengganti darah sapi itu dengan darah sapi
beracun. Pada hari sembahyang, dia akan menyembelih sapi itu di
depan umum. Asalkan sapi itu masih hidup, tidak akan ada yang
mencurigai dia, maka darah sapi beracun tidak akan ragu diminum
oleh mereka. Setelah minum darah beracun, obat penawar sudah
berada di tangannya. Mereka terpaksa harus menuruti apa yang
akan dia perintahkan.
Demi berjaga-jaga bila terjadi sesuatu, satu barisan pengawal
yang beranggotakan murid Pek-lian-kau akan mengawasi di
lapangan. Termasuk Sam-cun ditambah dengan Hen-lo-sat, itu
sudah cukup aman.
Semua rencana dijalankan secara rahasia. Walaupun Su Yanhong tahu bahwa mendirikan panggung berdoa adalah ide Jin-kun
tapi dia tidak tahu di mana ada yang tidak beres. Dia ingin melarang
pejabat-pejabat untuk pergi ke sana, tapi sekali pun ada maksud dia
tidak berdaya.
Tujuan mendirikan panggung berdoa adalah agar Thian
melindungi kaisar untuk cepat pulih dan kembali sehat. Kecuali
orang yang berani terang-terangan menentang kaisar, jika tidak
semua orang pasti akan pergi. Ong-souw-jin juga terpaksa harusLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 157
pergi ke sana. Dia memberikan pelakat perintah pasukan kepada Su
Yan-hong agar bisa melihat situasi untuk bertindak.
Kang Pin dan Kao Sen sudah mendapat kabar bahwa muridmurid Pek-lian-kau sudah bergerak, maka Su Yan-hong semakin
yakin bahwa mendirikan panggung adalah suatu jebakan. Maka dia
mencari bukti agar bisa mencegahnya pada waktu tepat.
210-210-210
Hari pelaksanaan panggung berdoa sudah sampai. Sebelum tiba
waktunya, semua pejabat sudah berkumpul di depan panggung. Su
Yan-hong berangkat dengan baju lengkap. Fu Hiong-kun mengikuti.
Mereka berkumpul dengan Kang Pin dan Kao Sen, lalu berangkat di
daerah sana.
Siau Cu dilindungi oleh Beng-cu dan Su Ceng-cau masuk ke
istana. Rencananya dengan Jit-sat-kim akan menggetarkan kaisar
untuk menyadarkan kaisar, baru berangkat ke panggung berdoa.
Asalkan kaisar bisa sadar dalam waktu yang tepat, keadaan bisa
diputar kembali. Siau Cu mempunyai tanggung jawab yang berat.
Dia tidak seperti biasanya sering bercanda. Dengan catatan le-kinkeng, dia memancing tenaga dalamnya untuk keluar. Akhir nya bisa
menembus dua jalan darah, Jin dan Tok. waktu itu tenaga dalamnya
seperti sumber air terus mengalir tidak henti-hentinya.
Setelah tenaga dalamnya berputar tiga kali dan Siau Cu yakin
tidak ada kesalahan, jalan darah Jin dan Tok benar-benar sudah
lancar dan bukan ilusi. Kegembiraannya sulit dibendung, dia
gembira sambil meloncat-loncat.
Dengan le-kin-keng dia seperti sudah ganti otot cuci sumsum.
Tenaga dalam penuh di tubuhnya maka sekaligus bisa meloncat ke
atas kayu atap. Di atas dia seperti kera terus bersalto beberapa kali,
berputar-putar seperti kincir angin, sampai Bi-giok-leng yang
tersimpan di dadanya terbang keluar.
Beng-cu dan Su Ceng-cau terkejut melihat tindakan Siau Cu
seperti ini. Tapi setelah tahu, mereka jadi senang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 158
Mereka melihat lempengan Bi-giok-leng yang terjatuh itu,
mengulurkan tangan untuk menjemput, tapi Siau Cu dengan cepat
sudah menjemputnya terlebih dahulu, sambil berteriak:
"Coba kalian lihat, aku sudah berhasil menguasainya!"
"Bagaimana dengan tenaga dalammu?" tanya Su Ceng-cau.
"Ingin berapa banyak? Ada berapa banyak?"
Su Ceng-cau tertawa:
"Kalau begitu, bisa memetik Jit-sat-kim sampai tuntas?"
"Seharusnya bisa!" Siau Cu dengan penuh percaya diri berjalan
ke depan meja. Menaruh Bi-giok-leng di sisi kecapi, kemudian dua
tangan menekan senar kecapi.
Dia tidak mempunyai sepasang tangan yang lincah dan bakat
musik seperti Beng-cu, tapi beberapa lama ini dia selalu rajin belajar
dan karena hanya memetik satu lagu, maka lama-kelamaan dia
sudah bisa menghafalnya. Bila dipetik sangat lancar juga enak
didengar, juga terasa misterius.
Semakin memetik, tenaga dalam yang dibutuhkan semakin
banyak. Tenaga dalam Siau Cu mengalir semakin deras. Suara
kecapi bisa dipetiknya sampai selesai.
Wajah Lu Tan yang tadinya bengong, mulai menunjukkan
perubahan. Kadang-kadang tertawa, kadang-kadang marah. Su
Ceng-cau melihatdan men dekati Lu Tan.
"Ada apa denganmu?" tanya Su Ceng-cau.
Lu Tan tidak menjawab tapi perubahan ekspresi wajahnya
semakin rumit. Su Ceng-cau dan Beng-cu, juga Siau Cu mengira itu
adalah proses menjadi sadar. Tapi waktu mereka merasa ada yang
tidak beres, itu sudah terlambat.
Beng-cu dan Su Ceng-cau merasa suara kecapi ini aneh juga
sesat. Suara datang dari semua penjuru, membuat otak dipenuhi
oleh suara kecapi. Selain suara kecapi, tidak ada suara lain yang bisa
didengar. Tidak disangka, beberapa jalan darah mulai membesar.
Yang mereka lihat adalah warna merah seperti darah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 159
Maka mereka segera konsentrasi. Waktu itu ada seekor tikus
terjatuh, tubuh tikus itu penuh darah.
Siau Cu segera sadar. Melihat keadaan Beng-cu dan Su Ceng-cau,
dua tangannya segera berhenti. Pada saat bersamaan Lu Tan
berteriak, kemudian dia muntah darah dan terjatuh.
Darah masih terus mengalir dari ke tujuh indera Lu Tan, tapi
bola matanya masih berputar. Dia melihat Su Ceng-cau, tiba-tiba
memanggil:
"Ceng-cau..."
Su Ceng-cau terkejut juga senang. Dia ingin mengatakan sesuatu,
Lu Tan sudah melihat Siau Cu dan memanggil:
"Siau Cu..."
"Aku...." Siau Cu senang juga terkejut.
Waktu dia menyebutkan kata 'Aku', darah yang keluar dari ke
tujuh inderanya semakin banyak, kemudian tubuhnya menjadi
lurus. Dia menghembus kan nafas terakhir.
Air mata Su Ceng-cau terus mengalir. Beng-cu melihat Su Cengcau dan Lu Tan, dia berjalan ke depan Siau Cu:
"Apakah kau salah memetik..."
"Mana mungkin?" Siau Cu terus menggelengkan kepala, "kecuali
buku musik ini, yang lain aku tidak bisa. Apalagi aku sudah berlatih
lama, mana mungkin salah?"
"Tapi suara yang kau petik membuat orang merasa tidak
nyaman."
"Tapi aku tidak merasa tidak nyaman!"
"Kalau begitu pasti ada yang tidak beres..." Beng-cu sangat
cemas:
"Sekarang apa yang harus kita lakukan? Bila kita masuk ke istana
menemui kaisar, tapi suara kecapi membuat kaisar mati, bukankah
akan menjadi kacau?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 160
"Barang yang tidak berguna!" Siau Cu marah. Dia ingin
menghancurkan kecapi ini.
Untung Beng-cu lebih cepat. Dia sudah mengambil kecapinya.
Siau Cu mencengkram Bi-giok-leng dan melemparnya karena
marah. Dia sama sekali tidak memikirkan kepentingan Bi-giokleng.' Beng-cu yang ingin menjemputnya sudah tidak sempat.
Bi-giok-leng terjatuh ke bawah dan pecah menjadi dua bagian.
Di dalamnya terbang keluar selempengan tipis giok hijau dan
mengenai tubuh Beng-cu.
Beng-cu menjemputnya dan melihat. Dia berteriak:
"Coba kau lihat..."
Dengan aneh Siau Cu menjemput dan melihat. Terlihat di atas
giok hijau tertulis 16 kata.
"To-coan-im-yang (Im-yang dibalik) Co-yu-it-wie (Kiri dan
kanan bertukar tempat)" "Ceng-ce-toan-hun (Lurus akan
memutuskan roh)."
"Hoan-ce-seng-hun (Arah sebaliknya akan membuat roh sadar).
Apa artinya?"
"Berarti kecapi yang kau petik tadi adalah nada Toan-hun, harus
dibalikkan baru bisa jadi nada Seng-hun!" kata Beng-cu. Dia segera
memutar kecapi, kiri dan kanan dibalik, lalu menaruhnya di meja
Siau Cu.
Dengan penuh curiga Siau Cu berkata:
"Dulu aku juga pernah mencoba posisi begitu, katamu aku sama
sekali tidak bisa bermain kecapi, cara menaruh kecapi juga tidak
tahu."
"Tapi menurut petunjuk Bi-giok-leng, harus dengan cara begitu
baru bisa memainkan Li-hun!"
"Apakah betul ini adalah petunjuk Bi-giok- leng?"
"Selain ini, masih ada apa lagi? Cepatlah kau petik kecapi ini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 161
Terpaksa Siau Cu memetik kecapi itu. Dalam bayangan Beng-cu
suara kecapi yang keluar akan lebih aneh dan misterius, tapi siapa
sangka yang terjadi malah sebaliknya. Suara yang keluar tidak aneh
dan misterius, malah terdengar lembut dan enak di dengar. Kadangkadang membuat dia seperti mendengar musik dewi dan terasa
melayang-layang.
Semakin didengar Beng-cu merasa nyaman. Dia berteriak:
"Seharusnya lagu yang ini!"
Siau Cu berhenti:
"Kalau betul untuk apa? Lu Tan sudah tidak ada reaksi apapun!"
"Orang yang sudah mati pasti tidak bisa hidup kembali!" Yang
menjawab adalah Su Ceng-cau, "kalau sudah mendapat cara
memecahkan, mengapa kita masih bengong di sini?"
"Kau..." Siau Cu terpaku.
"Kalau Lu Tan tidak mati maka kita sama sekali tidak tahu
kesalahan kita. Maka dia mati bukan tidak ada artinya!" Su Cengcau menghapus air mata dan berdiri, "kalau kita tidak cepat-cepat
ke sana, lebih banyak orang lagi yang akan mati!"
Beng-cu mengangguk. Dia mengambil kembali Bi-giok-leng yang
telah pecah menjadi dua bagian dan menyambungnya kembali. Dia
mengembalikannya kepada Siau Cu:
"Ayo, kita pergi..."
"Nenek moyang Pek-lian-kau yang pantas mati, untuk apa
bermain dengan cara-cara seperti ini!" Siau Cu sambil marah
menyimpan kembali Bi-giok-leng. Dia juga membawa Jit-sat-kim
pergi bersama Beng-cu dan Su Ceng-cau.
211-211-211
Siau Cu, Beng-cu dan Su Ceng-cau pernah masuk ke dalam
istana, ditambah anak buah setia Kao Sen yang menjemput mereka,
maka tidak sulit untuk datang ke kamar kaisar.
Sam-cun sudah keluar. Dari 5 utusan lampion hanya tersisa
utusan lampion merah dan anak buahnya yang sekelompokLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 162
pembunuh perempuan. Mereka sudah berganti baju menjadi
pelayan istana. Kiang Hong-sim mengawasi kaisar. Jin-kun bukan
tidak terpikir mungkin ada orang diam-diam akan masuk. Dia
hanya mengira walaupun masuk mereka tidak akan bisa berbuat
apa-apa, dan tahu walaupun kaisar diselamatkan, dia juga akan
mati. Dia tidak percaya Su Yan-hong akan melakukan hal bodoh ini!
Semua orang tahu panggung berdoa adalah sebuah jebakan dan
Su Yan-hong pasti akan mencari tahu jebakan ini dengan sepenuh
hati untuk mencegahnya. Maka Jin-kun dengan sepenuh hati berada
di sekitar panggung. Dia juga siap untuk menjala lawan sekali gus.
Seng-hun muncul di luar dugaan dia.
Utusan lampion merah bukan lawan Siau Cu. Siau Cu tahu waktu
tidak banyak maka dia masuk dengan penuh aura membunuh.
Setelah diberi petunjuk-petunjuk ilmu silat oleh Wan Fei-yang,
ditambah Su Yan-hong yang mengajarkan perubahan-perubahan
jurus Thian-liong-kun, sekarang Siau Cu mempunyai ilmu silat
yang tinggi. Ilmu silat dia tidak di bawah Su Yan-hong. Tiga kali dia
ditepis oleh utusan lampion merah, tapi tidak mengenainya. Siau Cu
sudah melihat celah utusan lampion merah, dia masuk dan
menendang tubuh utusan lampion merah tiga kali berturut-turut.
Siau Cu menendang utusan lampion merah sejauh 3 depa, dan
muntah darah lalu mati.
Golok direbut, berturut-turut dia menepis tujuh pembunuh
perempuan dan meloncat ke depan Kiang Hong-sim.
Kiang Hong-sim segera mengambil golok pendek dan
menaruhnya di leher kaisar. Dia tertawa genit:
"Kalau kau mendekat, aku akan membunuh kaisar!"
Pembunuh yang tersisa mendekati Kiang Hong-sim. Beng-cu dan
Su Ceng-cau juga anak buah Kao Sen terpaksa berhenti.
Mata Siau Cu berputar. Dia tertawa dingin:
"Aku bukan orang kerajaan, jika kau membunuh kaisar, apa
hubungannya denganku?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 163
Setelah itu Siau Cu maju lagi. Kiang Hong-sim mendengar katakata Siau Cu, dia membentak:
"Kalau begitu aku bunuh dia!"
Tangannya mengencang. Wajah Beng-cu dan Su Ceng-cau segera
berubah. Siau Cu malah terlihat masa bodoh:
"Di depan banyak orang kau membunuh kaisar, kau akan tahu
apa akibatnya!"
Saat Kiang Hong-sim terpaku. Lima jari Siau Cu sudah memetik
kecapi. Suara kecapi seperti petir, membuat hati orang bergetar.
Yang dipetik adalah nada Seng-hun.
Tubuh kaisar bergetar. Kiang Hong-sim terkejut. Beng-cu sudah
mengambil kesempatan untuk terbang ke sana dan menotok
pergelangan Kiang Hong-sim.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ini adalah jurus andalan yang diajarkan Siau Cu padanya.
Sekarang dipergunakan untuk menyelamatkan orang. Dia dan Siau
Cu bekerja sama dengan kompak dan sangat tepat.
Kiang Hong-sim tidak ada persiapan. Golok pendek sudah
terlepas. Siau Cu sudah datang dengan langkah-langkah Thianliong. Tiga kali menendang membuat dia terus mundur.
Beng-cu dan Su Ceng-cau segera datang dari kiri dan kanan
melindungi kaisar. Tidak ada yang harus dipikirkan Siau Cu, dia
segera menyerang Kiang Hong-sim. Beberapa pembunuh
perempuan yang datang menghadang segera dirobohkan oleh Siau
Cu. Tanpa memerlukan sepuluh jurus, Kiang Hong-sim sudah roboh.
Dia terkejut dan tahu dia bukan lawan Siau Cu, maka sekalian tidak
melawan. Wajahnya tidak ada ekspresi, membuat orang
mengasihani dia. Kemudian dengan dada yang bajunya terbuka
separuh dia menantang Siau Cu:
"Kalau kau berani, sekarang bunuhlah aku!"
Siau Cu menjadi bengong. Kesempatan ini diambil Kiang Hongsim untuk mencengkram tenggo rokannya, gerakannya cepat, tapiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 164
Siau Cu lebih cepat lagi. Dia mengangkat kaki menendang, Kiang
Hong-sim terlempar sejauh 3 depa dan menabrak sebuah tiang. Siau
Cu datang dan menambah satu kali lagi tendangan. Kiang Hong-sim
muntah darah dan roboh merosot di tiang dan jatuh ke bawah.
Enam orang murid Pek-lian-kau yang tersisa kabur terbirit-birit,
tapi segera dicegat oleh anak buah Kao Sen. Mereka mati di bawah
serangan golok.
Siau Cu segera menaruh kecapi dengan kiri dan kanan dibalik, di
depan kaisar dia mulai memetik kecapi.
Tadinya kaisar seperti orang idiot dan mulutnya terus membaca,
"Turunkan tahta pada Cu Kun-cau..." Begitu suara kecapi berbunyi
seperti petir, kaisar seperti tersambar. Tubuhnya bergetar
kemudian di wajahnya terlihat ada ekspresi aneh.
Satu lagu Seng-hun-ku sudali selesai dipetik. Akal pikiran kaisar
sudah sadar kembali. Matanya berputar. Dengan penuh keanehan
dia bertanya:
"Mengapa aku seperti ini..."
Anak buah Kao Sen berlutut dan berteriak:
"Kaisar panjang umur!"
Siau Cu berdiri, dia segera berkata:
"Kita pergi ke panggung sana!"
Setelah itu dia meninggalkan kaisar, dengan cepat berlari. Bengcu dan Su Ceng-cau ikut berlari di kiri dan kanan.
Kaisar memanggil mereka tapi mereka sudah pergi. Dalam
sekejap waktu, mereka bertiga sudah menghilang.
"Kalian cepat ikuti aku ke panggung sana..." Kaisar segera
berpesan.
Terlihat kaisar sudah kembali sadar. Pola pikirnya juga sudah
pulih dan mengetahui apa yang telah terjadi.
***Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 165
Upacara sembahyang kepada langit diselenggarakan dengan
sederhana tapi penuh dengan kehikmatan. Yang pasti dipimpin oleh
Cu Kun-cau. 3 jenis binatang dipersembelihkan tetap tidak terjadi
sesuatu.
Su Yan-hong dan Fu Hiong-kun merasa aneh.
"Sampai upacara minum darah sapi tiba, mere ka masih tidak
bertindak apa pun, sedang menunggu apa sebenarnya mereka?" Su
Yan-hong tidak mengerti.
Tiba-tiba Fu Hiong-kun melepas kata-kata:
"Apakah yang bermasalah adalah darah sapinya?"
Wajah Su Yan-hong segera berubah. Dia melihat ke arah
persembahan binatang itu. Terlihat Cu Kun-cau mengangkat
cangkir siap bersulang berisi arak bercampur dengan darah sapi.
Dia tidak tahan lagi, langsung meloncat keluar dari
tempat..persembunyiannya dan berteriak:
"Jangan diminum..."
Melihat keadaan jadi seperti itu, Fu Hiong-kun terpaksa ikut
keluar.
Keadaan terjadi tiba-tiba, membuat semua pejabat terkejut, Jinkun juga merasa semua ini di luar dugaan. Dia sama sekali tidak
terpikirkan saat penting seperti ini, Su Yan-hong bisa tiba-tiba
masuk ke sana.
Mungkin dalam hati Cu Kun-cau terkejut. Dia lupa menyuruh
orang-orangnya mencegat Su Yan-hong. Malah bertanya:
"Mengapa arak ini tidak boleh diminum?"
Jin-kun mendengar pertanyaan ini, dia marah dan membentak:
"Pengawal..."
Ong-souw-jin yang berdiri di sana segera mengambil
kesempatan untuk bertanya:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 166
"Benar! Hou-ya. arak ini ada masalah apa?"
Su Yan-hong melihat reaksi Cu Kun-cau. Dia bertambah yakin
dan menjawab:
"Di dalam arak mengandung racun..."
"Sembarangan bicara!" Cu Kun-cau membentak.
Fu Hiong-kun segera berteriak:
"Apakah ada racun atau tidak, kalian bisa mencobanya
menggunakan perak!"
Itulah cara yang paling sederhana. Cu Kun-cau membentak lagi:
"Ini adalah arak untuk Kaisar bersembahyang kepada Thian..."
Ucapannya belum selesai, di antara pejabat-pejabat ada yang
menaruh benda perak ke dalam cangkir arak tersebut. Semua orang
terkejut.
Jin-kun melihat keadaan menjadi seperti itu. Dia berteriak:
"Sudahlah..."
Waktu itu terdengar denting suara kecapi. Thian-te-siang-kun
mendengarnya. Wajah mereka segera berubah:
"Suara Jit-sat-kim..."
Jin-kun mendengar dan menggelengkan kepala:
"Itu bukan lagu Toan-hun-ku. Jika benar itu Toan-hun-ku, tidak
apa-apa bagi kita. Ilmu tenaga dalam yang kita latih adalah ilmu
tenaga dalam Pek-lian-kau. Kecuali orang itu memiliki ilmu silat
seperti Kaucu, kalau tidak, jangan merasa khawatir. Di dunia ini
sekarang mana mungkin ada orang yang berlatih ilmu tenaga dalam
Pek-lian-kau dan mempunyai ilmu yang setingkat dengan Kaucu!"
Thian-te-siang-kun mengangguk. Walaupun Jin-kun
menjelaskan seperti itu, wajahnya tidak menunjukkan perubahan
tapi di dalam hatinya dia merasa tidak enak.
Belum tentu itu adalah lagu Toan-hun-ku tapi yakin itu dipetik
dari Jit-sat-kim. Begitu mendengar dentingan kecapi itu seperti ada
yang tidak nyaman.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 167
Cu Kun-cau mendekat:
"Seng-bo, apa yang harus kami lakukan sekarang?"
"Orang yang tidak berguna!" Jin-kun marah. Dia melayangkan
tangan melepaskan kembang api.
Murid-murid Pek-lian-kau yang sedang bersembunyi segera
keluar dari tempat persembunyian mereka. Kao Sen dan Kang Pin
bersamaan mengatur pasukan dari jauh.
Jin-kun sudah tahu, kemunculan Su Yan-hong pasti sudah
melakukan persiapan sebelumnya. Dia tertawa dingin:
"Su Yan-hong, kau sudah merusak rencanaku. Aku tidak akan
mengampunimu!"
Peluit di tangannya segera ditiup. Hen-lo-sat datang seperti anak
panah yang dilepaskan.
Jin-kun ingin memberi pelajaran. Dia memerintahkan Tokko
Hong membunuh pejabat-pejabat yang ada di sana. Ada 5 -6 orang
pejabat bersenjata segera datang menyambut serangan. Su Yanhong terus berteriak:
"Kalian pergi, jangan..."
Tapi Thian-te-siang-kun datang menghadang. Langkah-langkah
Thian-liong-kun Su Yan-hong, dia berputar melewati hweesio itu.
Belum sampai di depan Hen-lo-sat, 5 pejabat bersenjata itu sudah
dibunuh Hen-lo-sat.
Hen-lo-sat berputar. Dia membunuh 2 orang lagi. Su Yan-hong
dan Fu Hiong-kun sudah tiba.
Thian-te-siang-kun dongan cepat mundur ke samping Jin-kun.
Mereka tahu Hen-lo-sat selain hanya menurut pada Jin-kun, dia
tidak tahu mana lawan dan mana kawan. Asalkan tahu di mana ada
orang, orang itu akan langsug dibunuh.
Mereka menunggu Su Yan-hong roboh oleh Hen-lo-sat.
Begitu bertemu pesilat tangguh, Hen-lo-sat segera melepaskan
orang yang sedang diserangnya dan menyerang Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 168
Jalan darah Jin dan Tok milik Su Yan-hong sudah ditembus oleh
Wan-tianglo. Sekarang tenaga dalamnya terus mengalir tidak ada
surutnya. Apalagi Wan Fei-yang juga memberitahukan banyak
pengetahuan tentang ilmu silat ditambah dengan perubahan Thianliong-kun jadi ilmu silatnya terus meningkat. Perubahan yang
terjadi sangat aneh. Maka dia bisa menghadapi Hen-lo-sat.
Lama menyerang, Hen-lo-sat tidak memperoleh hasil, dia mulai
terlihat seperti sudah gila. Peluit terus ditiup. Gerakannya semakin
cepat. Su Yan-hong terus berkelebat dan menghindar. Setelah 17
kali melakukan pukulan, dia tidak bisa menghindar lagi. Terpaksa
mengatur nafas, mengeluarkan tenaga penuh untuk menyambut
serangan sepasang telapak dari Hen-lo-sat.
Terdengar suara petir. Su Yan-hong mundur selangkah. Hanya
selangkah saja.
Tenaga dalam mereka berdua lerus mengalir. Penutup wajah
Hen-lo-sat tertiup angin hingga terlepas. Fu Hiong-kun melihat
dengan jelas wajah Hen-lo-sat. Dia terpaku.
"Cici Hong..." Dia memanggil dan langsung ingin mendekat. Su
Yan-hong segera menghadang.
Tokko Hong menyerang lagi. Su Yan-hong me nyambut lagi. Kali
ini dia mundur 3 langkah. Diam-diam dia terkejut dan bertanya
kepada Fu Hiong-kun:
"Siapa dia?"
"Adik perempuan Wan Fei-yang!"
"Apa?" Su Yan-hong curiga terhadap pendengaran telinganya
sendiri.
Tokko Hong datang menyerang lagi, kali ini Su Yan-hong tidak
mau menyambut. Dia terpaksa mundur 10 langkah lebih.
Jin-kun melihat semua ini kesempatan bagus. Dia meniup
peluitnya lagi, memberi aba-aba agar Tokko Hong menyerang
dengan sekuat tenaganya. Bersamaan waktu Jit-sat-kim datangLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 169
menutupi suara peluit. Yang pasti Tokko Hong mulai terganggu. Ke
dua telapaknya diangkat lalu diturunkan lagi.
Jika kesempatan ini dipakai Su Yan-hong untuk menyerang, pasti
bisa berhasil, tapi yang dia tidak melakukannya.
Jin-kun merasa aneh, dia mengikuti suara kecapi itu dan melihat.
Terlihat Siau Cu dilindungi oleh Beng-cu dan Su Ceng-cau. Dia
sedang duduk bersila di atas atap panggung. Kedua tangannya
memetik kecapi. Dia juga tahu suara kecapi ini pasti bermasalah jadi
dia membentak Thian-te-siang-kun:
"Bunuh orang yang memainkan kecapi..."
Thian-te-siang-kun berlari keluar. Cu Kun-cau tidak bergerak
lamban. Dia merebut golok dari penga wal istana, membentak Su
Ceng-cau:
"Ceng-cau, cepat pergi!" Dia melayangkan goloknya.
Jin-kun meniup peluit lagi. Kali ini Tokko Hong sama sekali tidak
bereaksi apa pun. Aura membunuh yang biasa keluar dari sorot
matanya mulai mengikuti suara kecapi itu menghilang perlahanlahan. Dia mulai sadar.
Su Yan-hong tahu, suara kecapi itu berkhasiat. Dia segera
menyerang Thian-te-siang-kun, bukan Tokko Hong lagi.
Dia bergerak sangat cepat dan lincah. Orangnya berada di
tengah-tengah angkasa, sepasang kaki dan sepasang tangannya
segera menyerang Thian-te-siang-kun.
Jin-kun melihat semua itu dan bertambah marah. Dia
mengumpulkan tenaganya dan meniup peluit lagi, tapi KRAK! Peluit
hancur tergetar oleh tenaga dalamnya sendiri.
Bersamaan waktu Tokko Hong tersadar. Sorot matanya terus
berputar melihat ke sekeliling, terakhir berhenti di wajah Fu Hiongkun. "Hiong-kun?" Nada bicaranya penuh dengan pertanyaan.
Fu Hiong-kun belum menjawab, sorot mata Tokko Hong
berputar lagi. Sorot matanya sekarang jatuh di wajah Jin-kun. BolaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 170
matanya langsung mengecil. Wajahnya mengeluarkan ekspresi
sedih, sepertinya dia teringat pada banyak hal.
"Kau..." seperti banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada Jinkun tapi dia tidak meneruskan ucapannya.
"Akulah yang berada di bawah jurang dan yang
menyelamatkanmu!" Jin-kun masih berharap. Diam-diam dia
mengeluarkan peluit lainnya.
"Aku telah membunuh kakakku sendiri..." Tokko Hong bicara
demikian.
Jin-kun merasa putus asa. Peluit dimasukkan dan siap
menyerang.
Fu Hiong-kun mulai melihat sikap Tokko Hong yang menjadi
aneh. Dia berteriak:
"Cici Hong..."
Tapi Tokko Hong sudah meloncat dan menyerang Jin-kun.
"Kau sudah sadar dan kau bukan lawanku, apakah kau tahu?"
Jin-kun tertawa. Dia mulai mengatur nafas dan siap membunuh
Tokko Hong.
Yang pasti dia tahu kalau khasiat obat yang ada di dalam darah
Tokko Hong belum hilang semua. Dia tetap percaya masih sanggup
melayaninya. Yang paling penting, dia sangat tahu seperti apa ilmu
silat Tokko Hong dan juga tahu celah-celahnya ada di mana saja. Dia
lupa Tokko Hong sekarang ini penuh dengan kesedihan serta
kemarahan, siap bertarung mempertaruhkan nyawanya.
Dalam keadaan seperti itu, Tokko Hong tidak hanya akan
menyerang sekuat tenaga, dia juga akan mempertaruhkan
nyawanya. Keadaannya seperti sedang dikuasai oleh bunyi peluit.
Penilaian Jin-kun benar-benar tepat. Dengan tangan kanannya
dia menutupi serangan Tokko Hong. Tangan kanan menyerang ke
jalan darah penting Tokko Hong, secara berturut-turut 7 kali.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 171
Tapi Tokko Hong tidak peduli. Dia menahan rasa sakitnya.
Kemudian sepasang telapaknya menusuk tubuh Jin-kun, semua
tenaga dalam dikerahkan ke dalam tubuh Jin-kun.
Organ dalam Jin-kun hancur oleh tenaga dalam Tokko Hong.
Tokko Hong memeluk Jin-kun dengan kuat, wajahnya terlihat
sangat sakit.
Hati Fu Hiong-kun hancur.
Thian-te-siang-kun melihat Jin-kun roboh. Mereka terkejut
sekaligus kalang kabut. Su Yan-hong tahu titik kematian orang yang
berlatih ilmu Pek-kut-mo-kang ditambah ilmu silat yang dia kuasai,
membuatnya berada di atas angin. Melihat serangan Thian-tesiang-kun, kelemahannya sudah terlihat dengan jelas. Dia segera
menyerang, kedua telapak nya menekan Leng-tai-hiat, Tiong-huhiat, dan Tai-vang-hiat di tubuh Thian-kun.
Titik kematian Thian-kun terus bergeser, tapi tetap bisa
dilindungi. Bagian Tiong-hu-hiat terkena tepukan, wajahnya segera
berubah dan tewas seketika.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Te-kun terus berputar. Sambil menahan dia berkelebat untuk
menghindar, setelah Thian-kun tewas, jurus-jurus Pek-kut-mokang yang lihai tidak sempurna lagi. Su Yan-hong masih terus
menyerang. 7 jurus sudah berlalu, kemudian Leng-tai-hiat nya
terkena pukulan. Tapi titik kematian sudah bergeser ke Tai-yanghiat.
Berdasarkan pengalaman Su Yan-hong, dia segera meloncat ke
atas kemudian turun dengan posisi kaki di atas dan memaksa titik
kematian Tekun berada di Tai-yang-hiat. Saat titik ini ditekan,
Tekun segera muntah darah dan berteriak memilukan.
Su Yan-hong secara berturut-turut membunuh Thian-te-siangkun. melihat Tokko Hong dan Jin-kun mati bersamaan, dia merasa
sangat sedih. Melihatnya berada di sebelah Siau Cu, perasaan ini
semakin menjadi-jadi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 172
Cu Kun-cau mengayunkan golok, tujuannya adalah Siau Cu tapi
ditahan oleh Su Ceng-cau. Setelah Cu Kun-cau membentak dan
tidak mundur, dia segera mengayunkan goloknya.
Sambil menahan dengan pedang, Su Ceng-cau menyuruh Cu
Kun-cau meletakkan golok dan menye rahkan diri. Mungkin Kaisar
masih bisa mengampuni dia dan tidak akan membunuhnya.
Tapi Cu Kun-cau tidak mau mengerti. Dia hanya berpikir adiknya
sudah membantu orang lain dan merusak serta menghancurkan
cita-citanya menjadi Kaisar. Dengan marah dia terus menepis.
Su Ceng-cau memang bukan lawannya, dia terus mundur. Bengcu terlihat cemas. Dengan kekuat an mereka berdua tetap tidak
sanggup menahan serangan Cu Kun-cau.
Siau Cu terus memetik kecapi. Sebelum lagu nya selesai dia tidak
bisa berhenti. Melihat Su Ceng-cau dan Beng-cu masih bisa
melayani, dengan penuh konsentrasi dia memainkan bagian
terakhir baru meloncat berdiri.
Cu Kun-cau membacok nadi penting Su Ceng-cau. Tadinya dia
ingin membunuh Beng-cu tiba-tiba Su Ceng-cau datang
menghadangnya.
Beng-cu tidak sanggup menahan bacokan ini. Su Ceng-cau pun
begitu, bacokan tidak bisa ditarik kembali.
Melihat Su Ceng-cau roboh, Cu Kun-cau jadi bengong. Tapi dia
berkata:
"Kau pantas mati..." lalu dia mengayunkan golok ke arah Bengcu lagi.
Siau Cu membentak, dia mengayunkan kecapi, memetik dengan
posisi kecapi terbalik. Itulah Toan-hun-ku. Diiringi suara kecapi
yang seperti suara petir, hati Beng-cu bergetar. Dia mundur
terhuyung-huyung. Cu Kun-cau seperti kebingungan. Kesempatan
ini dipakai Siau Cu menendang secara berturut-turut 3 kali.
Menendang Cu Kun-cau dan teriem par hingga 3 tombak, lalu
terpelanting. Dia langsung mati di tempat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 173
Beng-cu cepat-cepat memapah Su Ceng-cau, tapi nafas Su Cengcau terengah-engah. Dia tertawa sedih dan meninggal dalam
pelukan Beng-cu.
Su Yan-hong baru tiba. Melihat Su Ceng-cau meninggal, dia
hanya bisa menarik nafas panjang.
"Di dunia ini ternyata ada kakak seperti ini..." Siau Cu marah,
"dengan cara menendangnya sampai mati, benar-benar kurang
pantas untuknya!"
"Sudahlah..." Su Yan-hong menggelengkan kepala. Dia melihat
ke arah Tokko Hong dan menarik nafas lagi.
Siau Cu terus bertanya:
"Siapa sebenarnya Hen-lo-sat itu? Mengapa dia malah
membantu kita membunuh Jin-kun?"
"Dia adalah adik perempuan Wan Fei-yang!" Sambil
memberitahu hal ini, kepala Su Yan-hong menunduk.
"Jin-kun benar-benar pantas mati! Hal seperti ini hanya dia yang
bisa melakukannya. Sekarang aku baru mengerti, dengan
kemampuan ilmu silat Wan-toako yang tinggi..."
Dia tidak meneruskan ucapannya. Air matanya sudah
berlinangan. Su Yan-hong mempunyai perasaan yang sama.
Sam-cun sudah mati. Murid-murid Pek-lian-kau yang tersisa
pasti tidak ingin bertarung lagi. Mereka sudah dikepung oleh
pasukan dan tidak akan bisa lolos lagi dan ujungnya tetap akan mati.
Di istana suara pertarungan terus terdengar. Kaisar sendiri yang
memimpin pengawal istana bertarung.
212-212-212
Semua sudah tenang kembali. Kaisar membuat pesta untuk
merayakan kemenangan dan memberi hadiah kepada orang yang
telah berjasa. Pejabat-pejabat sangat berterima kasih kepada Su
Yan-hong karena dia yang menyelamatkan mereka. Mereka pun
tahu seperti apa sifat Su Yan-hong. Pejabat yang berseberangan
dengannya, sekarang terlihat sangat akrab. Di depan Kaisar memujiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 174
dia dan mengatakan jasa dialah yang paling besar, Sebenarnya pun
memang seperti itu, tapi Su Yan-hong tetap terlihat biasa. Dia
sangat rendah hati. Tapi karena ucapan terima kasih dan pujian
orang, seperti gunung longsor dan sungai yang tumpah, dia mulai
merasa melayang-layang juga mulai merasa me mang dia tulang
punggung kerajaan Beng.
Semakin mendengar, hati Kaisar semakin tidak enak. Tapi dia
sangat mengerti, kali ini dia bisa diselamatkan semua karena Su
Yan-hong. Tapi melihat Su Yan-hong yang mendapat banyak
kesempatan dan dukungan, dia mulai berencana membunuh Su
Yan-hong.
Jasa terlalu tinggi menggetarkan Tuan. Itu bukan hal baik. Kaisar
memang masih muda dan bersifat anak muda. Tapi karena
mendapat musibah secara berturut-turut, membuat hatinya sangat
dalam. Di luar terlihat tidak ada apa-apa. Dia juga memuji-muji dan
menyelenggarakan pesta gempita untuk Su Yan-hong sebagai
ucapan terima kasih atas jasanya yang telah menyelamatkan
nyawanya.
213-213-213
Rumah An-lek-hou memang pernah digeledah dan dirusak, tapi
setelah semua pejabat mengeluarkan uang dan tenaga serta hadiah,
dengan cepat kembali seperti semula.
Su Yan-hong sibuk melayani. Begitu sepi, terlihat di rumah itu
hanya ada Fu Hiong-kun, Siau Cu, dan Beng-cu. Dia merasa sedih
dan menarik nafas.
"Tadinya kita mempunyai banyak teman, seka rang hanya tersisa
4 orang saja!" Beng-cu menarik nafas.
Fu Hiong-kun mengerti perasaannya:
"Mereka mati dengan keadaan sangat berjasa. Mereka pasti
tenang di atas sana!"
"Semua sudah berlalu, untuk apa diungkit lagi? Sekarang yang
kita tatap adalah masa depan, bukankan itu akan lebih baik?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 175
Siau Cu selalu paling rumit pikirannya, matanya berputar. Dia
menceng-keram Beng-cu:
"Malam ini adalah malam bulan purnama, kita keluar untuk
melihat bulan!"
"Sekarang tanggal berapa, mana ada bulan purnama..." Tapi
begitu mengucapkan kata-kata ini, dia segera tersadar dan ikut Siau
Cu keluar.
Setelah mereka berdua pergi dari sana, Su Yan-hong tersenyum
dan berkata kepada Fu Hiong-kun:
"Mereka mengingatkanku memberi kesempatan untuk bicara."
"Apa yang kau ingin bicarakan?" Fu Hiong-kun menarik nafas.
"Kerusuhan yang diciptakan Pek-lian-kau sudah selesai. Aku
mendapatkan nama Hou-ya kembali. Kelak aku akan hidup tenang!"
Matanya berkedip mengeluarkan sorot kecewa. Fu Hiong-kun
berkata:
"Memang kerajaan membutuhkan orang seperti dirimu!"
Su Yan-hong masih tidak mengerti:
"Kaisar benar-benar membutuhkan seseorang yang bisa
membedakan mana yang benar dan mana yang salah untuk
membantu beliau!"
Fu Hiong-kun tertawa:
"Setelah melewati banyak masalah dan rintangan, terhadap
nama dan keuntungan malah membuatku tidak memandangnya!"
"Nama dan keuntungan, 2 jenis ini sangat aneh. Jika kau sengaja
mencarinya belum tentu bisa kau dapatkan. Tapi sewaktu mereka
datang, kita tidak bisa menghindar!"
"Aku rasa harus melihat tekad seseorang!"
"Maksudmu, kau ingin saat aku berada dalam arus kencang
untuk mundur? Mendapat jasa lalu dengan cepat mundur?" Tanya
Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 176
"Mendapat banyak jasa tapi mundur, bukan hal mudah!" Fu
Hiong-kun menarik nafas.
"Harta keluargaku telah terkumpul lama dan tidak bisa hancur
di tanganku, apalagi kerajaan sedang membutuhkan orang!"
"Aku mengerti. Orang yang turun dipakai di kerajaan tetap orang
kerajaan. Seperti orang dunia persilatan tetap orang dunia
persilatan!" Tanggap Fu Hiong-kun.
"Dunia persilatan sangat berbahaya..."
"Sama seperti kerajaan bukan? Aku tidak suka dengan dunia
persilatan juga tidak biasa tinggal di ibukota!" Sikap Fu Hiong-kun
sangat keras.
"Hiong-kun..." Su Yan-hong menarik nafas.
"Masing-masing mempunyai cita-cita tersendiri!" Fu Hiong-kun
merasa sedih. Dia membalikkan tubuh dan pergi dari sana.
Su Yan-hong ingin menghalanginya. Tangan yang sudah terjulur
keluar ditariknya kembali. Sambil termenung dia melihat sosok
punggung Fu Hiong-kun.
214-214-214
Karena banyak pikiran, ketika berada di pesta perayaan, Su Yanhong terlihat sedikit berbeda. Dia tidak memperhatikan keadaan
kecuali Kaisar. Orang seperti Kang Pin, Kao Sen, dan pengawal
lainnya tidak berada di dalam sana.
Pesta dimulai. Kaisar tertawa dan bertanya:
"Yan-hong, kau seperti sedang banyak pikiran?"
Su Yan-hong baru tersadar dan menggelengkan kepala:
"Tidak, tidak..."
"Kalau tidak, mari kita bersulang!"
Arak dituang ke dalam cangkir. Kaisar mengambil satu cangkir.
Satu cangkir lagi diantarkan ke depan Su Yan-hong.
"Kata-kata Kaisar terlalu berat, hamba tidak tahan!" Su Yanhong mengambil arak dan siap bersulang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 177
Cangkir baru mengenai bibirnya isinya belum diteguk, Kao Sen
tiba-tiba keluar dan berkata:
"Hou-ya, tunggu!"
Su Yan-hong terpaku. Kao Sen sudah merebut cangkir arak yang
ada di tangannya.
"Kao Sen, apa maksudmu melakukan semua ini?" Tanya Su Yanhong.
"Arak ini biar Kao Sen yang minum, sebagai ucapan terima kasih
atas budi Hou-ya mengangkat jabatanku!"
Kaisar marah dan menggebrakk meja:
"Kao Sen, kau sangat berani..."
Kao Sen melempar cangkir arak itu ke bawah. Dia tertawa sedih:
"Baginda, kesetiaan dan keadilan, dua-duanya sulit berdiri dalam
waktu bersamaan maka hamba memilih mati untuk menembus
ketidaksetiaan hamba kepada Baginda..."
Suaranya belum selesai dan menjadi serak. 7 indranya tiba-tiba
mengeluarkan darah. Dia berlutut dan langsung mati di sana.
"Arak beracun ganas..." Su Yan-hong memapah Kao Sen yang
roboh dan melihat Kaisar.
Kaisar tertawa:
"Yan-hong, dalam bidang sastra atau ilmu silat serta bakat, kau
selalu berada di atasku!"
"Kalau bukan seperti itu mana mungkin aku bisa berkali-kali
menyelamatkanmu dari bahaya? Keluarga Su secara turun temurun
selalu setia kepada kerajaan, tidak diiming-iming jasa pun rela
mengeluarkan tenaga dan rasa lelah. Tapi aku tidak mendapatkan
tindakan seperti itu!"
"Tapi ada satu titik di mana kau kau bisa tenang. Kematianmu,
aku sudah mengatur itu dengan alasan sangat baik, setelah kau mati
aku akan memberimu gelar raja muda agar semua rakyat
mengagumi dan menghormatimu."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 178
"Aku benar-benar tidak mengerti!" Su Yan-hong menggelengkan
kepala.
"Kelinci licik berusaha. Anjing berjalan untuk dimasak. Burung
terbang tidak ada jalan. Busur bagus harus disimpan.
Prinsip ini tidak sulit dimengerti!" Kaisar tertawa dan berkata
lagi, "jasamu terlalu besar dan mengejutkan raja, membuat raja
menjadi waspada. Sebenarnya kau harus tahu dulu itu!"
Su Yan-hong menundukkan kepala: ., "Sekarang aku hanya bisa
merasa sedih!"
"Karena aku ingin membunuhmu bukan?"
"Su Yan-hong bukan orang yang takut akan kematian. Aku hanya
merasa sedih karena rakyat!"
"Aku malah tidak mengerti hal ini!" Kaisar tertawa.
"Negara dipimpin Kaisar seperti dirimu, mana mungkin rakyat
bisa hidup dengan makmur!" jarinya Su Yan-hong menunjuk kaisar,
"sangat dikasihani! Sampai sekarang aku baru melihat dengan jelas,
wajahmu yang sebenarnya, aku selalu mengira kau hanya senang
minum dan perempuan, malas mengurusi masalah-masalah
kerajaan. Tidak disangka kau orang licik dan kerdil! Kau adalah
orang dengan pandangan air susu dibalas dengan air tuba, tidak
berperasaan dan tidak tahu balas budi!"
"Diam..." Wajah Kaisar cemberut.
"Aku benar-benar menyesal!" Su Yan-hong tiba-tiba teringat
pada ucapan Fu Hiong-kun.
"Sekarang baru menyesal sudah terlambat!"
"Kau masih ingin melakukan ini?"
"Tuan sudah membuka mulut dan tidak main main, apa yang
sudah kuputuskan tidak akan berubah!"
"Apakah kau pernah berpikir masih ada orang sejenis Liu Kun
dan Ling-ong, atau Pek-lian-kau yang akan membuat masalah?
Apakah kau sendirian sanggup menghadapi masalah ini?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 179
"Sekarang selain kau, memangnya masih ada siapa lagi yang
mempunyai kekuatan memberontak?"
"Aku tidak takut mati tapi aku tidak mau cepat mati. Aku ingin
terus hidup dan melihat kesulitan saat kau menjadi seorang kaisar
yang tidak setia, tidak berbakti, tidak berbelas kasihan!"
"Aku tidak berbakti, tidak setia, tidak berbelas kasihan?" Kaisar
menggelengkan kepala.
Su Yan-hong masih marah:
"Kau malas mengurusi kerajaan dan terbeleng kalai karena
mesum dan kotor, itu salah satu tanda ketidaksetiaanmu kepada
rakyat. Kau memutarbalikkan fakta dan merusak undang-undang
kerajaan, itu adalah hal tidak berbakti kepada kaisar-kaisar
terdahulu yang sudah meninggal. Kau selalu mencelakakan orang
dengan tuduhan palsu dan membunuh teman yang setia padamu,
itu adalah tindakan berperikemanusiaan. Kau membalas air susu
dengan air tuba, dengan dendam membalas moral dan kebaik an
orang lain, itu namanya tidak adil..."


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Diam..." Urat hijau di dahi Kaisar muncul seperti cacing.
Su Yan-hong masih marah:
"Kalau kau masih hidup, di dunia ini tidak akan ada ketenangan.
Aku ingin melihat, kau dimarahi rakyat banyak, ingin melihat kau
digulingkan oleh keadilan..."
"Pengawal..." Kaisar marah dan melempar cangkir ke bawah,
berteriak, "penggal dia..."
Kang Pin yang pertama yang keluar. Sorot mata Su Yan-hong
berputar:
"Ternyata kau..."
"Budi Hou-ya mengangkatku, selamanya tidak akan kulupakan.
Sekarang kita masing-masing mempunyai majikan. Aku terpaksa
harus melakukan ini!" Tangan Kang Pin diangkat dan dia
membentak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 180
Dua baris pasukan bersenjata api sudah keluar dari tempat
persembunyian mereka. Semua mon cong pistol diarahkan pada Su
Yan-hong. Ternyata Kaisar sudah melakukan persiapan harus
membunuh Su Yan-hong di sana.
Su Yan-hong melihat semua ini, hatinya terasa dingin. Dia
memang mempunyai ilmu tinggi tapi tubuhnya tetap terdiri dari
darah dan daging. Dalam keadaan seperti itu, ingin menghindar
dari tembakan senjata api sangat sulit.
Asal tangan Kang Pin diturunkan, tembakan senjata api akan
segera dimulai. Waktu itu, terdengar suara kecapi seperti petir
menggelegar. Itulah Toan-hun-ku dari Jit-sat-kim. Tidak hanya
prajurit yang memegang senjata api tersuruk, Kaisar, Kang Pin, dan
pesilat tangguh lainnya termasuk Su Yan-hong pun merasa
bingung. Su Yan-hong tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia segera
mengambil keputusan, dia meloncat menabrak genting dan keluar
dari sana.
Siau Cu sedang bermain kecapi duduk di atas genting. Melihat Su
Yan-hong berhasil keluar, dia menghembuskan nafas:
"Hou-ya pergi dulu! Dengan suara Jit-sat-kim aku akan
menghancurkan roh mereka!"
"Sudahlah! jika sekarang mereka mati akan terjadi kekacauan
lagi, yang terimbas kena masalah adalah rakyat yang tidak
bersalah!"
Siau Cu melihat Su Yan-hong:
"Aku benar-benar tidak mengerti dirimu!"
Su Yan-hong menarik nafas:
"Mengapa kau bisa datang kemari?"
"Beng-cu memberitahuku, katanya Nona Fu ingin kembali ke
kuil, memotong rambutnya untuk dan seorang nikoh, maka aku
datang kemari!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 181
"Apa?" Su Yan-hong merasa sedih. Dia sadar Fu Hiong-kun
memilih sekarang ini pergi. Dia juga mengerti mengapa dia memilih
menjadi seorang nikoh karena dia putus asa melihat Su Yan-hong.
"Untung aku datang tepat pada waktu!" Kata Siau Cu sambil
menggelengkan kepala. "Ucapan Nona Fu 'Bersama kaisar seperti
bersama harimau', benar-benar tidak salah!"
Su Yan-hong menepuk pundak Siau Cu:
"Aku akan mengejarnya!"
Siau Cu tertawa senang:
"Dari awal aku sudah tahu kau pasti akan melakukan hal seperti
ini jadi aku menyuruh Beng-cu menyiapkan kereta kuda, membawa
Ih-lan dan menunggumu di luar kota!"
"Baik..." Su Yan-hong tertawa terima kasih. Dia dan Siau Cu
sama-sama berlari keluar. Dia merasa kecewa kepada kerajaan.
Begitu Kang Pin tersadar dia ingin membawa barisan bersenjata
api mengejar Su Yan-hong, tapi ditahan oleh Kaisar:
"Biarkan dia pergi..."
"Baginda melepaskan harimau kembali ke hutan..."
"Dia mati di sini atau di gunung tidak ada bedanya!" Kaisar
tertawa licik.
"Hamba tidak mengerti!"
"Arak di cangkir memang mengandung racun ganas, racun yang
dioleskan di bibir cangkir lebih keras lagi, sepasang tangan dan
bibirnya sudah terkena racun masuk ke dalam aliran darahnya dan
menyebar ke seluruh tubuh. Begitu dia merasakan racun yang
sudah menyebar, Hoa-to hidup kembali pun tidak akan bisa
menyelamatkan dia."
Kaisar tertawa terbahak-bahak, tawanya mem buat orang yang
mendengar merasa dingin hingga gemetar.
Kang Pin merasa dingin, dia berlutut di depan Kaisar:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 182
"Baginda benar-benar sudah mengatur semua nya dengan baik,
tidak akan ada yang salah. Hamba sangat kagum jadinya!"
Kaisar tertawa:
"Thian-ho Sangjin benar-benar orang yang mahir membuat
obat. Obat apa pun mempunyai khasiat besar. Aku sudah
mencobanya, benar-benar bagus dan tidak ada yang gagal!"
"Baginda benar-benar bijak..." Kecuali berkata seperti itu apa
yang bisa Kang Pin katakan.
Tapi Kaisar malah menarik nafas:
"Sungguh sayang aku tidak bisa melihat dia roboh di depanku,
melihat racun itu kambuh. Yan-hong! Yan-hong! Kau tidak bisa
melihat kesudahanku, aku juga tidak bisa melihat kesudahanmu.
Kedua-duanya bisa menyebabkan penyesalan!"
Setelah Kang Pin mendengar itu, hatinya sekali lagi terasa
dingin.
215-215-215
Setelah berada di luar kota, Siau Cu masih tidak suka dan
berkata:
"Bila bertemu lagi dengan Kaisar, awas dia! Aku akan
memberinya pelajaran!"
"Sebenarnya dia tidak akan hidup larna lagi!"
"Apakah diam-diam kau melakukan sesuatu padanya?"
Su Yan-hong menggelengkan kepala: "Sebelum ke sini minum
arak, aku pernah berjalan-jalan dengan bersama dengannya dan
tanpa sengaja mengenai nadinya. Aku merasakan kalau nadinya
sudah sangat lemah. Mungkin terlalu sering bermain perempuan
dan sering memakan obat. Kematiannya tidak lama lagi!"
"Benar-benar berita gembira!"
"Tadinya aku ingin memberitahu dia agar lebih befhati-hati tapi
karena terus teringat pada Fu Hiong-kun aku jadi tidak
bersemangat!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 183
"Untung, aku tidak memberitahu dia dan menyuruh dia berhatihati!"
"Walaupun memberitahu dia pun percuma. Orang seperti dia
disuruh melewatkan hari-hari dengan biasa, sepertinya bakal lebih
sulit di-banding-kan bila ingin dia mati!"
Mereka sudah tiba di sisi kereta. Beng-cu menjulurkan kepala,
dan melihat yang datang adalah Su Yan-hong. Dia segera berteriak:
"Cici Hiong ada surat untuk Hou-ya!"
Su Yan-hong belum menjawab, Siau Cu sudah berteriak:
"Mengapa tidak memberitahuku tentang hal ini?"
"Apa gunanya memberitahumu? Surat itu ditujukan kepada
Hou-ya!" Beng-cu memberikan surat itu kepada Su Yan-hong.
Waktu itu Ih-lan menjulurkan kepala:
"Ayali, aku mau Bibi Hiong!"
"Baiklah! Dengan cara apa pun Ayah akan merebut Bibi Hiong
kembali!"
"Bibi Hiong mau menjadi nikoh, apa yang dia lakukan
sebenarnya?" Tanya Ih-lan.
"Berarti dia akan kembali ke rumah gurunya! Tenanglah,
sekarang juga kita akan pergi ke sana!"
"Apakah Ayah tidak sedang berbohong pada Lan-lan?"
"Kapan Ayah pernah membohongi Lan-lan?" Su Yan-hong buruburu membuka surat itu.
"Bu-wie Taysu pernah berkata kepadaku sewaktu di Siauw-lim,
ada jodoh atau tidak ada jodoh ditentukan oleh Thian. Kalau tidak
ada jodoh, memaksa diri pun tidak akan ada gunanya. Saat itu aku
masih curiga. Sekarang aku percaya dan bisa berpikir dengan jelas,
kuil adalah tempat tinggalku..."
Setelah membaca surat itu hati Su Yan-hong bertambah sedih.
Dia tidak sulit membayangkan bagaimana perasaan Fu Hiong-kun
sewaktu menulis surat ini.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 184
Apakah ada jodoh atau tidak ada jodoh? Su Yan-hong tidak tahu
tapi dia sudah bertekad akan menghalangi Fu Hiong-kun menjadi
nikoh dan merebut kembali Fu Hiong-kun.
216-216-216
Malam sudah larut, salju turun menumpuk hampir 2 jam.
Sewaktu salju belum turun, Fu Hiong-kun ber lutut selama 2 jam
di depan kuil. Pertama udaranya pun seperti, kali ini dia lebih nekad
hatinya lebih sedih dibandingkan saat pertama kali.
Mengetahi dia pulang, Suthay pengurus kuil ini tetap keluar
untuk membukakan pintu. Dari surat peninggalan Ku-suthay, dia
tahu tentang permasalahan Fu Hiong-kun juga tahu harus
bagaimana menyelesaikannya.
Salju masih turun. Fu Hiong-kun dipenuhi salju yang baru saja
turun. Melihat Suthay, wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan
ekspresi apa pun.
Suthay berjalan ke depan Fu Hiong-kun, sambil menarik nafas:
"Anak bodoh, mengapa kau kembali lagi?"
"Waktunya untuk pulang pasti aku akan pulang!" Nada bicara Fu
Hiong-kun terdengar sangat tenang seperti sudah tidak mempunyai
perasaan lagi.
Dari wajah Suthay terlihat dia merasa aneh:
"Kemarin ini kau berlutut selama 3 hari 3 malam, kali ini kau
siap berlutut untuk berapa lama?"
"Sampai Suthay setuju!"
"Hujan salju dan udara begitu dingin, apakah kau tidak takut?"
Tanya Suthay.
"Tecu tidak takut dingin tapi hati Tecu lebih dingin lagi
dibandingkan tubuh Tecu!"
"Terima kasih, Guru!" sembah Fu Hiong-kun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 185
"Baiklah, ikut aku masuk! Besok kita pilih waktu yang tepat. Aku
akan melaksanakan upacara pemotongan rambut!" Suthay
memapah Fu Hiong-kun masuk.
Wajah Fu Hiong-kun sama sekali tidak mempunyai perasaan
senang, sedikit ekspresi pun tidak terlihat. Suthay menatapnya.
Teringat ketika dirinya baru masuk kuil ini.
Dia yakin dirinya tidak salah lihat. Jawaban Fu Hiong-kun
sebenarnya sudah berada dalam perkiraannya.
Dalam surat peninggalan Ku-suthay dia berkata, jika Fu Hiongkun kembali dan menjawab dengan jawaban seperti ini, artinya dia
kecewa berat dan tidak perlu menyuruh dia berlama-lama berlutut
di atas hamparan salju.
Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Fu Hiong-kun. dia juga tidak
mau bertanya dengan jelas. Orang yang ingin menjadi nikoh pasti
mempunyai masalah yang menyedihkan.
217-217-217
Hari kedua siang. Salju masih turun, tanah menjadi warna putih,
membuat hati terasa dingin.
Di dalam kuil, lagu-lagu Budha terus terdengar. Setelah
melaksanakan upacara, akhirnya Suthay mengangkat pisau cukur,
siap memotong segenggam rambut Fu Hiong-kun.
Suara Ih-lan waktu itu terdengar:
"Bibi Hiong, Bibi Hiong..."
Mata Fu Hiong-kun yang tadinya dipejamkan mulai dibuka. Mata
yang tadinya tenang bersamaan waktu bergejolak.
Suthay melihat semua itu. Dia menarik nafas:
"Sudahlah..." Pisau cukur segera diletakkan kembali.
Sorot mata Fu Hiong-kun berputar. Dia melihat Ih-lan yang
sedang berlari masuk ke pekarangan. Sewaktu berada di anak
tangga, dia ingin naik tapi terjatuh lagi.
"Lan-lan..." Fu Hiong-kun berdiri dan berlari memapah Ih-lan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 186
"Apakah Bibi Hiong tidak mau Lan-lan lagi?" Ih-lan memeluk
erat Fu Hiong-kun, "tapi Lan-lan mau Bibi Hiong..."
Hati Fu Hiong-kun bergejolak. Dia mengelus-elus rambut Ih-lan
lalu dia mendengar suara yang sangat dia kenal:
"Hiong-kun..."
Dia melihat Su Yan-hong membawa payung berdiri di tanah
penuh salju. Dia sedang termenung melihatnya. Bola matanya
berlumur kesedihan.
"Yan-hong..." Hati Fu Hiong-kun mulai bergejolak lagi.
Ih-Ian menuntunnya berjalan ke arah sana sambil berteriak:
"Ayah menginginkan Bibi Hiong jadi Bibi Hiong jangan
tinggalkan ayah!"
Ih-lan benar-benar sangat mengerti. Setelah dekat, dia
mendorong Fu Hiong-kun ke arah Su Yan-hong dan dia memutar
jalan ke arah Siau Cu dan Beng-cu yang sedang berjalan masuk.
Pintu kuil sudah ditutup. Lagu Budha yang sedang dinyanyikan
sudah berhenti. Bumi dan langit menjadi sangat sepi dan hening.
"Hiong-kun..." Panggil Su Yan-hong. Nada bicaranya penuh
dengan kesedihan. Suaranya juga serak.
Fu Hiong-kun terkejut melihat bibir Su Yan-hong yang pucat.
Matanya penuh dengan urat-urat kecil berwarna merah, wajah
pucat dan terlihat tidak ada kehidupan. Hati Fu Hiong-kun mulai
bergetar.
Dia masuk ke dalam pelukan Su Yan-hong dan memeluknya.
Saat mengenai nadi Su Yan-hong, dia benar-benar terkejut.
Su Yan-hong menarik nafas:
"Aku benar-benar menyesal tidak mendengar kata-katamu.
Kelinci licik berusaha. Anjing berjalan untuk dimasak. Burung
terbang tidak ada jalan. Busur bagus harus disimpan...."
"Apakah kaisar..." Tanya Fu Hiong-kun.
"Bersama Kaisar seperti bersama harimau."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 187
"Mengapa kau tidak berhati-hati?"
"Kalau kau berada di sisiku, pasti kau bisa melihatnya, tidak..."
Su Yan-hong menggelengkan kepala, "kalau aku mau mendengar
kata-katamu, tidak akan terjadi hal seperti ini!"
"Untung kau bisa mencariku hingga kemari!"
"Untung tepat pada waktunya. Mendengar lagu Budha itu, hatiku
hancur!" Nada bicara Su Yan-hong semakin melemah.
"Katakan kepadaku, jangan lakukan hal bodoh itu lagi!"
"Kau sudah datang kemari, aku tidak akan melakukan itu!"
Dengan lembut Fu Hiong-kun berkata lagi, "aku tidak akan
meninggalkan Ih-lan lagi!"
"Lan-lan bisa ikut Siau Cu dan Beng-cu, kau masih muda, pintar,
dan cantik. Kau pasti bisa menemukan laki-laki yang lebih baik!"
Fu Hiong-kun pelan-pelan mengangkat tangannya menutup
mulut Su Yan-hong:
"Mengapa kau bicara seperti itu?"
"Hiong-kun..."
"Apakah di dunia ini ada laki-laki yang lebih baik darimu?"
"Hiong-kun, dengarkan aku..."
"Apakah kau tidak tahu kalau aku sangat menguasai obatobatan? Racun di dunia ini tidak ada yang tidak bisa kutawarkan,
tidak ada penyakit yang tidak bisa kuobati!"
"Oh..." Mata Su Yan-hong bersemangat lagi.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau racun berhasil ditawarkan, kita segera turun gunung, kita
bawa Ih-lan, Siau Cu, dan Beng-cu berkelana di dunia persilatan.
"Baik..." Hati Su Yan-hong terasa hangat dan tidak bisa
dilukiskan perasaannya.
"Banyak gunung terkenal dan sungai yang belum kita lewati. Kita
jalan-jalan ke sana, coba kau pikir bukankah itu sangat
menyenangkan?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 188
"Betul..." Su Yan-hong seperti sudah menikmati keindahan alam
itu, "tapi lebih baik kita jangan urusi hal-hal yang terjadi di dunia
persilatan!"
"Betul, dunia persilatan penuh dengan bahaya dan kelicikan. Kita
jangan menjadi orang dunia persilatan, itu akan lebih baik!"
"Itu sudah pasti! Kita akan hidup lebih senang seperti orang
normal biasa!" Wajah Su Yan-hong terlihat senang, dia tertawa.
"Setelah habis bermain di gunung dan sungai terkenal, kita akan
memilih tempat yang cocok untuk tempat tinggal, memilih hidup
nyaman!" Dengan lembut Fu Hiong-kun bicara. Ekspresi wajahnya
terlihat senang.
"Apakah kau tidak bosan hidup seperti itu?"
"Mengapa bosan? Aku memang senang dengan hidup seperti itu,
bagaimana denganmu?"
"Ada kau di sisiku, aku sudah merasa puas. Apalagi menjalankan
kehidupan seperti dewa?" Tawa Su Yan-hong bertambah keras tapi
dari bola matanya terpancar tidak bisa berbuat apa-apa. Sepanjang
perjalanan dia merasa terkena racun. Hanya saja ketika sudah
merasakannya, racun sudah masuk ke jalan darahnya.
Dengan tenaga dalamnya dia terus menahan serangan racun tapi
entah berapa lama dia bisa bertahan. Dia hanya mengandalkan
kekuatannya karena ingin bertemu Fu Hiong-kun, ingin melarang
Fu Hiong-kun memotong rambut dan menjadi seorang nikoh oleh
sebab itu dia bisa bertahan hingga sampai di kuil ini.
Tapi tenaga dalam untuk mencegah racun terus menyebar
semakin menipis. Dia juga tahu kalau Fu Hiong-kun menguasai ilmu
ketabiban yang tinggi, tidak ada alasan Fu Hiong-kun tidak tahu
kalau dia terkena racun ganas dan tidak tertolong lagi. Ucapan tadi
hanya menghibur agar dia bisa dengan senang meninggalkan dunia
ini. Dia tidak tahu perasaan Fu Hiong-kun padanya, tapi dia bisa mati
di depan Fu Hiong-kun tidak ada penyesalan apa pun lagi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 189
Mengenai Ih-lan, dia percayakan pada Siau Cu dan Beng-cu atau
Fu Hiong-kun juga bisa mengatur semuanya dengan baik.
Terakhir dia merasa dia terlalu egois, tidak boleh ingin senang
dan gembira meninggalkan dunia ini malah memberikan beban
berat kepada Fu Hiong-kun. Tapi ketika dia akan mengatakan hal
lain, dia sudah tidak sanggup lagi.
Darah keluar dari tangannya, menetes ke bawah, tangan kanan
yang memegang payung sudah tidak bertenaga. Akhirnya payung
terjatuh dan terus berguling-guling.
Kepalanya terkulai di pundak Fu Hiong-kun. salju masih turun
tapi dia sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi.
Fu Hiong-kun merasakan tenaga tekanan dari pundak dan
melihat payung terjatuh, dia ingin melihat Su Yan-hong. Tapi dia
sama sekali tidak memiliki keberanian, dia merasa tubuh Su Yanhong meluncur jatuh dari sisi tubuhnya.
Dia ingin memapah tapi kedua tangannya kaku. Tidak hanya
tidak bertenaga, sampai bergeser pun dia tidak sanggup.
Akhirnya matanya bisa melihat, tapi tidak bisa melihat Su Yanhong. Tidak terlihat apa-apa sebab matanya penuh dengan air mata
terus menetes.
Ih-lan, Beng-cu, dan Siau Cu mendengar teriakan Fu Hiong-kun
tapi seperti dari jauh, pikirannya pun begitu jauh.
Wan Fei-yang, Tokko Hong... kenang-kenangan begitu banyak,
ada suka ada duka tapi pada akhirnya disudahi dengan kesedihan
yang banyak!
Apakah ini yang disebut kehidupan? Fu Hiong-kun tidak tahu.
Dia ingin berpikir dengan senang tapi pada akhirnya hal-hal
menyenangkan berlangsung begitu singkat.
Sampai dia tersadar baru melihat Ih-lan menangis dalam
pelukannya. Siau Cu dan Beng-cu menangis sambil berpelukan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 190
Mereka masih bersimbah air mata, tapi air mata Fu Hiong-kun
sudah kering, tidak bisa menetes lagi, di bola matanya hanya ada
kebingungan.
Jalan mana yang harus dia pilih?
TAMAT
Bandung, 10 Agustus 2012
Salam Hormat
(See-Yan Tjin Djin)
Venus 1 Trio Detektif 34 Misteri Manusia Gua Raja Rencong Dari Utara 1

Cari Blog Ini