Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 2

Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 2


kami?" Sebenarnya dalam hati Siau Sam Kongcu yakin bahwa Lamtouw adalah orang keluarga Lamkiong. Jika dia kembali dan
menyebarkan kabar ini, Tiong Bok-lan akan terganggu, dalam
kecemasannya, muncul hawa membunuh.
"Hamba hanyalah seorang rakyat kecil dan kebetulan lewat sini!"
"Rakyat kecil bisa mempunyai ilmu meringan kan tubuh yang
begitu hebat? Cepat katakan siapa kau!"
"Hatimu sudah tertutup oleh cinta, mengapa tidak bisa
melihat..." sebelum Lam-touw menyelesaikan kata-katanya, pedang
yang sudah putus dikeluar kan Siau Sam Kongcu dari sarung, dia
siap menyerang.
Lam-touw menarik nafas. Dia bersalto tiga kali. Dengan Holou
yang besar berwarna merah, dia menahan 7 kali serangan pedang
Siau Sam Kongcu.
"Tuan benar-benar mempunyai ilmu yang bagus!" Yang pasti
Lam-touw melihat Siau Sam Kong cu siap membunuhnya. Dia
seperti sengaja juga seper ti tidak sengaja menggigil, dia mulai siap
kabur lagi.
"Ingin kabur, tidak semudah itu!" hawa pedang Siau Sam Kongcu
bertambah kental.
"Benar-benar tidak ada alasan, aku benar-benar dipersalahkan!
Mengapa kau orang yang tidak punya akal!"
"Katakan siapa yang menyuruhmu kemari?" tanya Siau Sam
Kongcu, "apakah Lo-taikun?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 71
Lam-touw menarik nafas panjang.
31-31-31
Waktu Siau Sam Kongcu mulai bergerak, tubuh Tiong Bok-lan
juga bergerak. Walaupun dia bimbang tapi dia tidak terpikir akan
kabur.
Dia berhenti di pinggir hutan dan tidak tahu apa yang harus dia
lakukan.
"Bok-lan!" Kiang Hong-sim muncul di belakangnya.
"Kau?" Tiong Bok-lan menoleh, wajahnya jadi pucat. Di dalam
hatinya Kiang Hong-sim adalah orang yang galak dan banyak mulut.
Bila hal ini dia tahu, dia pasti akan memberitahukan kepada Lotaikun. Akibatnya akan fatal.
"Cepat pergi dari sini!" kata Kiang Hong-sim.
"Pergi?" Reaksi Tiong Bok-lan terlihat lamban.
"Bila ada orang lain melihat kau janjian dengan Siau Sam
Kongcu, apa yang akan mereka katakan? .Keluarga Lamkiong akan
tercoreng!"
"Kau..." Tiong Bok-lan merasa aneh.
"Kita sama-sama perempuan dan dalam satu keluarga, masa aku
tidak mau menolongmu?" Kiang Hong-sim menarik tangan Boklan. "Sebenarnya aku datang bertemu dia untuk yang terakhir kali..."
"Tapi orang lain belum tentu berpikir seperti itu, cepat kita
pergi!"
"Tapi mereka..." kata Tiong Bok-lan.
"Tenang, tidak ak'an terjadi apa-apa!" Kiang Hong-sim menarik
Tiong Bok-lan.
"Siapa orang itu?"
"Seorang tua yang ingin tahu masalah orang lain dan suka
membuka rahasia orang lain!" Kiang Hong-sim berkata dengan
marah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 72
32-32-32
Pedang Siau Sam Kongcu melayang lagi, sinar pedang
berkilauan. Pasir dan tanah beterbangan karena terbawa oleh angin
kibasan pedang. Lam-touw seperti ingin bertahan, tapi tubuhnya
bergerak. Dia malah meloncat ke bawah sebuah pohon. Punggung
menempel ke batang pohon, dia seperti seekor cecak terus naik ke
atas.
Siau Sam Kongcu mengejar ke bawah pohon. Waktu dia mau
naik ke atas pohon, tiba-tiba Lam-touw berkata:
"Temanmu sudah ditangkap oleh orang lain!"
"Apa?" kata Siau Sam Kongcu sambil melihat ke arah yang
ditunjuk Lam-touw. Terlihat bayangan pohon yang ditiup angin
terus bergoyangan.
Lam-touw tertawa, katanya:
"Aku kebetulan bertemu dengan kalian. Jika kau tidak percaya,
aku juga tidak bisa apa-apa!" Tubuhnya meloncat ke pohon yang
lain lagi.
Siau Sam Kongcu tetap kembali ke hutan dan terus memanggil:
"Bok-lan!"
Beberapa kali memanggil tidak ada yang menjawab, dia kembali
ke tempat mereka bertemu tadi, Tiong Bok-lan sudah tidak ada. Siau
Sam Kongcu dengan kesal terduduk ke bawah. Hatinya benar-benar
sedih.
Tiba-tiba dia teringat Holou besar itu.
Betul, dia adalah orang tua yang menjual teknik sulap di Sin-sahai, mana mungkin orang ini ada kaitan dengan keluarga
Lamkiong? Apakali dia kebetulan bertemu dengan mereka?
Dia segera merasa curiga dengan kata-kata Lam-touw. Bila Tiong
Bok-lan tidak mau pulang ke keluarga Lamkiong, dengan ilmu
silatnya bukanlah hal yang mudah bagi orang yang ingin
membawanya pergi. Apakali ini pertemuan mereka yang terakhir?Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 73
Dia melihat sekeliling. Matanya menunjukkan kesedihan karena
tidak bisa berbuat apapun.
33-33-33
Sesampainya di dinding pagar Ci-cu-wan, Tiong Bok-lan dan
Kiang Hong-sim baru berhenti. Melihat di belakang mereka tidak
ada orang yang mengejar, Tiong Bok-lan baru merasa agak tenang.
Kiang Hong-sim melihat dia, lalu menggeleng kan kepala:
"Untung dia tidak datang mengejar kemari!" kata Tiong Bok-lan.
"Siapa yang tidak datang mengejar?" satu suara yang keluar dari
semak bambu.
Tiong Bok-lan terkejut, Kiang Hong-sim juga. "Siapa?" bentak
Kiang Hong-sim.
Orang yang berbicara keluar dari kegelapan, ternyata adalah
Tiong Toa-sianseng, Hal ini membuat Tiong Bok-lan terkejut. Dia
memanggil:
"Ayah!"
"Mengapa Tiong-cianpwee berada di sini?" tanya Kiang Hongsim. "Sebenarnya aku ingin masuk ke Ci-cu-wan untuk mencari Boklan. Dari jauh aku melihat kalian datang!" kata Tiong Toa-sianseng.
"Ada perlu apa ayah mencariku?"
"Tidak ada apa-apa, hanya datang menengok. Ada apa dengan
kalian?"
Tiong Bok-lan tidak tahu harus menjawab apa. Kiang Hong-sim
segera berkata:
"Kami hanya berjalan-jalan..."
"Memakai baju malam, berjalan-jalan kema- na?"
Tiong Bok-lan dan Kiang Hong-sim saling melihat. Kiang Hongsim segera berkata:
"Tiong-cianpwee bukan orang lain, bagaimana kalau kita terus
terang saja?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 74
Wajah Tiong Bok-lan berubah. Kata Kiang Hong-sim kemudian:
"Kita keluar malam, sebenarnya ada tugas!"
"Tugas apa?" tanya Tiong Toa-sianseng.
"Memeriksa seorang tua yang misterius!" Reaksi Kiang Hongsim sangat cepat, mulutnya juga berbakat, "di luar, orang tua itu itu
menjual sulap dan meminta uang, tapi sebenarnya dia melakukan
kejahatan, dia selalu melirik perempuan-perempuan!" Setelah
mengatakan itu, pipinya seperti memerah.
"Melirik perempuan untuk apa?"
"Dia melihat Bok-lan cantik, mana mungkin melepaskannya.
Kita bukan lawannya, tapi untung kita berdua bisa berlari cepat!"
kata Kiang Hong-sim.
Kiang Hong-sim pintar berbicara, dia terlihat seperti bukan
berbohong.
Walaupun Tiong Toa-sianseng adalah orang dunia persilatan
yang berpengalaman, tapi ini per-.tama kali dia menghadapi
seorang perempuan yang berbohong. Mendengar putrinya dilirik,
hatinya mera sa tidak enak juga marah:
"Orang ini sungguh berani, siapakah dia.."
"Kami hanya tahu dia menjual sulap di Sin-sa-hai, tangannya
memegang sebuah Holou besar. Bila ingin mencari dia tidak terlalu
sulit!"
"Kalau ada kesempatan orang itu harus di beri pelajaran!"
"Kalau dia masih seperti itu pasti ada kesempatan!" Tujuan
Kiang Hong-sim sudah tercapai, dia segera ingin pergi. Dia berkata
lagi, "kalian berbica- ralah, aku masuk dulu!" Dia terbang naik ke
dinding pagar.
Setelah Kiang Hong-sim pergi, Tiong Bok-lan bertanya:
"Ayah malam-malam mencariku, apakah ada perlu?"
"Hari ini Tiang-le Kuncu mencariku ke rumah An-lek-hou dan
menceritakan keadaan Siau Sam."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 75
"Apa?" wajah Tiong Bok-lan berubah lagi.
Tiong Toa-sianseng menarik nafas:
"Ayah berpikir lama, akhirnya mengambil ke-putusan. Aku akan
mencari kesempatan denganmu-untuk pergi menengok Siau Sam!"
"Tidak perlu lagi!" Tiong Bok-lan membalikkan tubuh. Air
matanya berlinang.
"Seumur hidup ayah tidak pernah berbuat hal yang membuat
ayah merasa bersalah, hanya ini..."
"Aku sudah beberapa kali berkata, masalah ini sudah berlalu.
Malam ini putrimu sudah lelah, lebih baik ayah juga pulang untuk
beristirahat."
Tiong Toa-sianseng masih ragu.
Tiong Bok-lan sudah meloncat melewati dinding besar dan
masuk ke Ci-cu-wan.
Pendengaran Lam-touw benar-benar peka. Kepekaan adalah
ilmu dan keahliannya. Dia lebih peka daripada banyak pesilat
tangguh. Kalau pencuri-pencuri biasa ingin bertingkah di depannya,
itu hanyalah mencari penghinaan sendiri.
Walaupun dia adalah seorang Pak-to (Perampok utara), dia
selalu membanggakan tentang ini. Karena itulah, keahlian ini
menjadi malapetaka baginya, sampai-sampai dia sendiri juga
merasa terkejut.
Maka dari itu dia tidak bisa menguasai diri dan masuk ke dalam
perangkap ini.
Siau Cu sedang bermain sulap, sulap Pa-pui-ki-tan (telur ayam
ada dimana). Semenjak Lamkiong Bing-cu ingin belajar ilmu sulap
Pa-pui-ki-tan ini, setiap hari dia selalu memainkan teknik ini
beberapa kali. Yang pasti bila sulap semakin aneh maka penon ton
juga tidak bosan.
Tapi begitu Lam-touw melihatnya, dia menggeleng-gelengkan
kepala. Saat menggelengkan kepala, tiba-tiba dia melihat ada hal
yang sangat menarik.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 76
Seorang gadis berbaju ungu seperti tidak sengaja menerobos ke
depan, menabrak seorang ga-'dis berbaju mewah yang sedang
menonton. Siau Cu sedang bermain sulap telur. Gadis berbaju
mewah mempunyai seorang pembantu, yang sedang melihat sulap
dengan penuh konsentrasi. Yang pasti dia tidak akan mencegat aksi
gadis berbaju ungu.
Gadis berbaju mewah segera berteriak terkejut. Gadis berbaju
ungu segera berkata:
"Maaf!" Dia segera marah kepada seorang laki laki setengah baya
yang berdiri di belakang, "Kenapa kau terus mendesak-desak?"
Wajah laki-laki setengah baya itu terlihat bengong, dia benarbenar tidak tahu apa yang terjadi.
Tapi Lam-touw tahu, dia melihat jelas gadis berbaju ungu
menabrak gadis berbaju mewah, kemudian mengambil uang yang
tersimpan di kantong uang gadis berbaju mewah. Kemudian dia
memasukkan ke lengan kanan baju. Sewaktu dia memarahi laki-laki
setengah baya, kantong yang dari lengan baju dimasukkan ke tali
pinggangnya.
Gerakan dia sangat lincah, sampai Lam-touw juga harus
mengaku orang ini mempunyai ilmu copet yang jarang dia lihat.
Karena ingin tahu, maka dia segera maju dan berkata kepada
gadis berbaju ungu:
"Gadis kecil!"
"Ada apa?" Gadis berbaju ungu terkejut.
"Aku ingin meminta barang yang bukan milik mu!" Lam-touw
tertawa, seperti bercanda seperti bersorot cabul.
"Kau jangan sembarangan bicara." Wajah gadis berbaju ungu
mulai berubah. Sepasang matanya melotot besar.
Lam-touw tidak banyak bicara. Satu tangan sudah memegang
tali pinggang gadis berbaju ungu. Gadis ini tidak bisa menghindar.
Kantong uang sudah berada di tangan Lam-touw. Lam-touw
mengikuti caranya melemparkan uang ke dalam lengan baju.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 77
Gadis berbaju ungu berteriak terkejut:
"Kau mau apa?"
Kantong uang itu segera muncul di tangan Lam-touw:
"Kau jangan kira aku sudah tua dan mata sudah buram!"
"Apakah kalau umur tua boleh memegang-megang seorang
gadis?"
Sebagian penonton sudah datang, yang pasti Siau Cu sudah
berhenti bermain sulap telur. Ketika dia datang, keadaan bertambah
ramai:
"Betul, mengapa kau sudah tua masih memegang tangan gadis
ini?"
Guru dan murid ini sudah terbiasa saling mengejek. Tapi kali ini
Lam-touw tidak menjawab pertanyaan Siau Cu. Dia berkata kepada
gadis berbaju ungu:
"Apakah kau tidak mencuri kantong uang .gadis itu?"
Tiba-tiba dia merasa ada yang aneh, tapi anehnya di mana?
Semakin melihat gadis berbaju ungu, semakin dia yakin gadis ini
bukan pencuri biasa.
Sorot matanya terlalu tajam, berarti dia mempunyai ilmu tenaga
dalam yang tinggi.
"Mana mungkin terjadi seperti itu!" Gadis berbaju ungu segera
membantah.
Lam-touw bertanya kepada gadis berbaju mewah:' "Nona,
apakah kantong uang ini milikmu?"
Gadis berbaju mewah dengan ketakutan meng gelengkan kepala.
Pelayannya cepat maju:
"Nona kami selaki menyimpan uang di dalam lengan baju!"
Dia segera mengambil kantong uang dari lengan baju gadis
berbaju mewah. Lam-touw segera sadar, dia sudah terjebak.
Dia segera tertawa:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 78
"Kalau bukan milik dia, berarti milikmu!" Dia melempar kembali
kantong uang itu.
Tapi setelah mengambil kantong uang, gadis berbaju ungu
segera menangis. Kepala Lam-touw seperti berubah menjadi dua,
"Mengolok-olok gadis di siang bolong begitu, apakah ada hukum?"
Entah ada siapa yang berteriak di dalam kerumunan orang. Yang
satu lagi berteriak:


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tangkap dia dan serahkan ke polisi!"
Orang lain juga terus berteriak. Seorang laki-laki maju
mencengkram Lam-touw. Lam-touw sampai setua itu, baru
pertama kali bertemu hal seperti ini. Dia kerepotan, dan menahan
tangan laki-laki itu. Mungkin karena terlalu berat, laki-laki itu
terjatuh. Yang lain melihatnya dan merasa marah. Mereka segera
datang mengepung. Lam-touw sudah membuat kerumunan orang
marah. Sementara tidak bisa dijelaskan, dia terpaksa harus kabur.
Sangat mudah bagi dia untuk kabur. Dia dengan Holou besarnya
sudah berguling ke dalam kerumunan orang. Banyak tangan yang
ingin menang kap dia tapi tidak satupun yang bisa mencengkramnya. Dengan cepat dia sudah keluar dari kerumunan orang.
Kerumunan orang itu tidak mencari Siau Cu. Siau Cu merasa
sangat beruntung, dia menundukkan kepala membereskan barang.
Melihat telur sulap terinjak olehnya, dia menggelengkan kepala
sambil tertawa kecut.
Kali ini dia membereskan peralatan sulap dengan teliti. Di satu
sisi dia berusaha menghindari sorot mata aneh dari orang-orang, di
sisi lain dia berpikir, walaupun masih bisa menjual sulap di Sin-sahai tapi sudah tidak ada artinya lagi.
Mengenai keselamatan Lam-touw, dia malah tidak
mengkhawatirkannya. Dengan ilmu silat yang dimiliki Lam-touw,
sangat mudah baginya untuk 'kabur. Dia tidak tahu selain orangorang ini, masih ada ketua Kun-lun-pai, Tiong Toa-sianseng!
Gadis berbaju ungu dan gadis berbaju mewah ternyata adalah
satu kelompok. Sandiwara ini sebenarnya sengaja dibuat untukLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 79
diperlihatkan pada Tiong Toa-sianseng. Yang mengatur jebakan ini
bukanlah orang lain melainkan Kiang Hong-sim. Sekarang Kiang
Hong-sim sedang bersembunyi menonton keramaian.
Melihat Tiong Toa-sianseng mengejar Lam-touw, Kiang Hongsim langsung tertawa kejam.
Dia melakukan ini hanya untuk membalas dendam kepada Lamtouw atas kejadian malam itu ketika dia sudah diolok-olok. Dia tahu
Lam-touw memiliki ilmu silat tinggi. Dia juga tahu ilmu Tiong Toasianseng juga tinggi. Seorang Cianpwee perkumpulan pasti sangat
tinggi ilmunya, kalau tidak itu malah aneh.
Dia tidak peduli dengan akibat yang akan terjadi. Dia sudah
senang dapat membuat Lam-touw malu.
34-34-34
Lam-touw sekaligus berlari masuk ke dalam sebuah hutan di
daerah sana. Dia baru menarik nafas lega, tapi tidak lama dua
alisnya mulai berkerut lagi. Dia adalah pesilat tangguh, walaupun
tubuh Tiong Toa-sianseng sangat ringan dan mendarat tanpa
bersuara, tapi begitu mendekat dia segera dapat merasakannya dan
tahu yang datang adalah seorang pesilat tanguh.
Sewaktu dia membalikkan tubuh, Tiong Toa-sianseng sudah
keluar dari semak-semak. Dia berwajah dingin, sorot matanya
seperti petir terus melihat Lam-touw.
"Siapa?" Lam-touw masih bisa tertawa.
"Orang yang datang untuk menghajarmu!" Kata Tiong Toasianseng, Sekali mendengar sudah tahu dia bukan bercanda. Tenaga
dalam yang sangat kuat terpancar dari suaranya.
"Lo-heng, aku kira kau sudah salah paham!" kata Lam-touw.
Tiba-tiba Lam-touw bertanya, "ada hubungan apa dua gadis itu
denganmu?"
Tiba-tiba dia merasa Tiong Toa-sianseng dan dua gadis itu
adalah satu komplotan, tapi setelah berbicara dia berpikir ini tidak
mungkin.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 80
"Tidak ada hubungan apa-apa dengan mereka, tapi ada
hubungannya dengan perempuan sebelum ini!"
"Kau dan dia satu komplotan?" Lam-touw segera teringat Kiang
Hong-sim. Karena di dalam ingatannya, perempuan yang baru dia
perolok hanya Kiang Hong-sim sendiri.
Mendengar kata-kata Lam-touw ini, Tiong Toa-sianseng
mengira Lam-touw mengaku telah mengolok-olok Tiong Bok-lan,
maka kedua alisnya segera terangkat.
Lam-touw segera bersalto keluar dan masuk ke dalam semaksemak. Tiong Toa-sianseng langsung mengejar Lam-touw ke
semak-semak.
Ketika Tiong Toa-sianseng mengejar Lam-touw, dia menyerang
dengan kedua telapak tangan nya sehingga membentuk angin keras
yang membelah semak-semak. Tapi Lam-touw tidak ada di sana,
yang tampak hanya sebuah ranting kayu.
Tiong Toa-sianseng berteriak:
"Tertipu lagi!" Dia tertawa dingin, sepasang kakinya menginjak
semak-semak terus mengejar.
Kali ini tubuhnya tidak bergerak cepat.
35-35-35
Dengan 7 cara Lam-touw keluar dari hutan itu. Dia tahu dengan
7 cara ini Tiong Toa-sianseng akan bingung mengejar ke arah mana,
bahkan mungkin bisa tersesat.
Tapi begitu tahu perhitungan dia tidak seperti Thian, Tiong Toasianseng sudah seperti seekor burung turun dari langit.
Dia terpaku. Tiong Toa-sianseng melihatnya:
"Apakah kau masih ada cara lain? Keluarkanlah!"
"Tidak ada lagi! Ilmumu turun dari langit tadi, apa namanya?"
Tiong Toa-sianseng belum menjawab, dia sendiri sudah
menjawab:
"Kalau tidak salah lihat, seharusnya Kun-lun- pai!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 81
"Kalau benar, ada apa?" Tiong Toa-sianseng ter tawa dingin.
"Tidak banyak yang bisa berlatih sampai tahap ini, siapa nama
tuan?"
"Marga Tiong!"
"Tiong Toa-sianseng!" teriak Lam-touw.
"Betul! Apakah kau menyerahkan diri untuk ikut aku kembali?"
"Katanya tuan mempunyai anak perempuan yang menikah
masuk ke keluarga Lamkiong?"
Tiong Toa-sianseng mengangguk:
"Dialah gadis yang kau olok-olok semalam!"
"Semalam?" kata Lam-touw sambil menggelengkan kepala, "apa
yang terjadi?" berkata begitu, dia tiba-tiba teringat sesuatu.
Semalam dia salah mengejar orang. Apakah orang yang diamdiam keluar dari keluarga Lamkiong semalam, dan bertemu dengan
Siau Sam Kong-cu itu adalah putri Tiong Toa-sianseng?
Waktu itu, karena ada orang melempar batu maka Siau Sam
Kongcu datang mengejar. Orang itu ?sangat mungkin, waktu dia
bolak balik di luar keluarga Lamkiong, sudah tahu dia berada di
sana, maka dia adalah orang keluarga Lamkiong.
Orang keluarga Lamkiong yang punya masalah dengan dia
hanyalah Kiang Hong-sim. Sekarang Lam-touw mulai mengerti.
"Perempuan yang lihai!" Lam-touw menarik nafas. Dia berkata
lagi, "sekarang aku mengerti apa yang terjadi."
"Melihat ilmu silatmu, kau bukanlah orang yang tidak ada nama.
Dengan ilmu silat dan kelakuanmu, seharusnya kau sudah sangat
terkenal karena kejahatanmu. Kalau kau tidak mau bicara, kami
akan menangkapmu ke kantor polisi. Di sana pasti akan lebih jelas!"
"Apa?" Lam-touw ingin tertawa, "Lo-heng, tentang hal ini aku
sendiri tidak tahu harus mulai ber cerita dari mana!"
"Kalau mau bicara, bicaralah di kantor polisi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 82
"Apakah kau serius?" mengucapkan kata-kata ini, Lam-touw
seperti memberi gamparan kepada diri sendiri, "pantas mati,
sekarang masih berani omong kosong!"
"Kau mau jalan sendiri atau aku sendiri yang menyeretmu!"
"Lo-heng, masalah ini ada kesalah pahaman!"
"Semalam aku tidak ada di tempat, tapi hari ini aku melihat
dengan mata kepala sendiri. Apakah masih salah?"
Tiong Toa-sianseng melayangkan tangan:
"Ayo, jalan!"
"Kau menyuruhku jalan!" Dia berlari cepat. Dia cepat, tapi Tiong
Toa-sianseng lebih cepat. Tiong Toa-sianseng sudah menghadang di
depan Lam-touw.
Ilmu meringankan tubuh dan ilmu pedang dari Kun-lun-pai
sangat bagus. Tadi Lam-touw sudah melihat ilmu meringankan
tubuh Tiong Toa-sianseng dan tahu dia tidak bisa kabur dari Tiong
Toa-sianseng. Tujuan dia berlari barusan tadi adalah memancing
musuh. Begitu Tiong Toa-sianseng men- dekat, dia segera
membalikkan tubuh. Holou besar segera membentur Tiong Toasianseng. Tapi sebelah tangannya digerakkan melewati bawah
Holou untuk menotok nadi di dada Tiong Toa-sianseng.
Tiong Toa-sianseng mundur tiga kaki, mengeluarkan pedang
dari sarung. Pedang menggores Holou yang besar berwarna merah.
Lam-touw sangat sayang kepada Holou-nya. Ketika menarik
kembali tangannya, Holou besar sudah berputar di belakang
tubuhnya. Dia mundur untuk menghindari serangan pedang.
Tapi pedang datang lagi menyerang ke alisnya. Dia mundur lagi
untuk menghindar.
Tiong Toa-sianseng terus mengejar, terlihat dia ingin memaksa
Lam-touw menyerah.
Dengan posisinya sebagai seorang ketua perkumpulan, serta
dengan ilmu silatnya yang hebat dan nama yang besar, tapi diaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 83
harus menggunakan senjata. Jika lawan adalah orang yang tidak ada
nama, itu akan benar-benar membuat orang sulit mempercayainya.
Paling sedikit dialah orang pertama yang tidak percaya.
Dia menggunakan pedang karena perlu mema kai pedang. Ilmu
pedang Kun-lun-pai lebih bagus daripada ilmu tendngan atau
pukulan. Kalau tidak menggunakan pedang, dia benar-benar tidak
percaya dia bisa dengan tangan kosong menyambut Holou besar
dari Lam-touw.
Lam-touw juga melihat maksud Tiong Toa-sianseng. Die
memperagakan jurus mabuk dengan baik. Jurus mabuk terlihat
lucu, tapi yang pasti dia bisa menghindar dari serangan Tiong Toasianseng.
Serangan pedang Tiong Toa-sianseng semakin cepat juga
semakin aneh. Dia sudah melihat itu adalah jurus mabuk. Tidak
terpikir olehnya di dunia persilatan masih ada orang yang bisa
menguasai jurus mabuk dengan begitu bagus.
Semangat Tiong Toa-sianseng semakin tinggi. Ilmu silat dia
sudah sampai di tahap dimana dia sulit mencari lawan. Kalaupun
dia ingin benar-benar bertarung juga sulit baginya. Orang berilmu
silat rendah tidak akan berani bertarung dengan dia. Orang yang
taraf ilmu silatnya yang hampir sama dengannya kebanyakan
adalah kawannya. Biasa berlatih dengan kawan, yang jelas ada
keuntungan bagi dua pihak. Karena seperti berlatih seringkali
sampai di tahap tertentu yang benar-benar tidak bisa berkata puas.
Dengan begitu hatinya terasa kembali menjadi muda. Ilmu silat
menjadi pelan.
Lam-touw melihat dia sama sekali tidak senang. Dia bukan Su
Ceng-cau. Dengan pengalamannya dia bisa melihat tadi, walaupun
jurus Tiong Toa-sianseng keras tapi hanya berubah bertambah
cepat dan tetap banyak celah. Asal dia melihat celah itu, dia pasti
bisa menghindar. Sekarang ilmu pedang kembali ke dasar. Hawa
pedang memenuhi tempat itu, terlihat seperti banyak celah tapi
sebenarnya padat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 84
Gerakan dia juga pelan, dia terus mengawasi ujung pedang Tiong
Toa-sianseng.
Tiong Toa-sianseng sadar, Lam-touw harus mengawasi jurus
pedang baru menghindar maka dia berteriak:
"Hati-hati!"
Jurus pedang dan nadanya sama-sama datar, Serangan demi
serangan terus membanjir, Lam-touw menghindari gerakan
pedang. Jurus pertama masih bisa dilewati tapi jurus kedua terlihat
tidak bisa dihindari. Terpaksa Holou besar digunakan, tapi walau
masih bisa menahan juga bisa mengacaukan serangan Tiong Toasianseng. Holou besar ini pasti akan hancur oleh ujung pedang.
Tidak ragu-ragu lagi ini, dia juga mempunyai persiapan seperti
itu tapi Holou yang sudah dikeluarkan separuh ditarik kembali.
Tubuhnya berguling ke bawah, seperti menghindar dengan tenaga
terakhir.
Tapi ketika tubuhnya berguling ke bawah, pedang sudah berada
di bawah tulang iganya.
Dan CES! Darah mengucur. Tubuh berhenti berguling. Dia
tertusuk.
Tiong Toa-sianseng segera menarik kembali pedang. Dengan
aneh dia melihat Lam-touw:
"Mengapa kau tidak menggunakan Holou untuk menahan
pedangku?"
Lam-touw merangkak dari bawah, mulutnya mengeluarkan
darah:
"Holou ini adalah pemberian ayahku. Ayahku sangat suka kepada
Holou ini. Sebelum meninggal, dia berpesan agar aku menjaganya
dengan baik..."
Nada suaranya sangat lemah. Sikapnya terlihat sangat
dikasihani.
Tiong Toa-sianseng berkata sendiri:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 85
"Sepertinya kau bukan orang yang terlalu jahat. Tadinya aku
mengira kau masih bisa mencairkan jurus ini!"
Dari kata-kata Tiong Toa-sianseng, terdengar dia menyesali
serangan tadi. Karena dia mengira Lam-touw akan menggunakan
Holou besar untuk menahan ujung pedangnya, dan bersiap setelah
ini dia akan menggunakan jurus Thian-liong-pat-sut.
Tapi Lam-touw sama sekali tidak peduli ancamannya dan tidak
rela Holou-nya rusak. Itu benar-benar di luar dugaannya. Holou
yang sudah dikeluarkan malah ditarik kembali. Waktu dia melihat
hal itu, sekalipun mempunyai ilmu silat yang tinggi, tapi menarik
kembali pedang dalam waktu sesingkat itu sama sekali tidak
mungkin dilakukan.
Kalau Lam-touw bukan seorang pesilat tangguh, Tiong Toasianseng pasti akan mengeluarkan semua jurus pedang yang keras.
Dia akan ada perhitungan. Dua pesilat tangguh bertarung, kalah
atau menang seringkah sedikit yang didapatkan. Sekarang ujung
pedang sudah menusuk ke dalam tubuh Lam-touw.
Tapi Lam-touw masih bisa tertawa, tapi yang pasti tawanya
sangat sedih:
"Bisa mati oleh pedangmu, aku benar-benar merasa bangga!"
"Kau..." Tiong Toa-sianseng ingin mendekat melihat luka Lamtouw, tapi Lam-touw melarang.
Lam-touw dengan terengah-engah berkata:
"Apakah ini sebuah kesalahpahaman, dan siapa aku, aku hanya
berharap kau setuju dengan satu permintaanku!"
"Katakan!" Tiong Toa-sianseng tidak ragu.
"Siau Cu yang sering menjual sulap bersama ku selalu mengira
aku adalah ayahnya, tapi sebenarnya bukan. Sebenarnya dia adalah
seorang bayi buangan. Tentang riwayatnya, di dadaku ada sepucuk
surat yang ditulis oleh ibu kandungnya dengan .darah,
Merepotkanmu untuk memberikan surat ini kepadanya agar dia
tahu riwayat dirinya."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 86
"Ini adalah masalah kecil!"
Lam-touw ingin mengambil surat yang ditulis darah itu, tapi
baru mengulurkan tangannya, tubuhnya terhentak. Kepalanya
terjatuh ke belakang. Matanya terpejam. Gerakannya pun berhenti.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiong Toa-sianseng memasukkan kembali pedang ke sarungnya.
Dia menarik nafas:
"Seharusnya aku menyisakan sedikit jarak pedangku tapi
tenanglah? suratmu akan kusampaikan ke tangan Siau Cu!"
Dia maju ke depan dan mengulurkan tangan mengambil surat
itu. Tiba-tiba Lam-touw membuka kedua matanya. Dua tangan dan
kaki sudah bergerak. Tiong Toa-sianseng sadar dia terjebak dan
berteriak. Nadi di tangan sudah ditotok, kedua lutut juga ditendang
oleh Lam-touw dan mengenai jalan darahnya. Dia merasa lemas.
Tapi tenaga dalam Tiong Toa-sianseng sangat tinggi, Begitu
tenaga dalam mengalir di tubuh, dua tangan sudah bisa bergerak
lagi, dan dengan tenaga pinggangnya dia sudah terbang keluar.
Lam-touw sambil berteriak, segera kabur.
Tubuh Tiong Toa-sianseng sudah mendarat; tapi dua kaki masih
terhuyung-huyung. Tenaga dalamnya segera dikerahkan ke tangan
kanan. Terdengar suara tiga kali, jalan darah yang ditotok sudah
terbuka. Dia segera mencabut pedangnya. Dengan gagang pedang
membuka dalan darah di tangan kiri yang tertotok. Waktu dia
melihat, Lam-touw sudah menghilang di dalam semak-semak.
"Kurang ajar, kalau bertemu lagi kau pasti kusiksa!"
Tiong Toa-sianseng tidak mengejar karena ke dua kakinya masih
lemas. Yang pasti dia sulit mengerahkan ilmu meringankan tubuh,
jadi mana mungkin mengejar Lam-touw.
Kemudian dia memperhatikan dua kantong Lam-touw yang
tertinggal. Ada darah keluar dari kantong itu. Dia segera mengerti.
Pedang dia tadi sudah menusuk di kantong besar. Sedangkan darah
yang dimuntahkan Lam-touw sebenarnya adalah kantong kecil
yang tersimpan di dalam mulut.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 87
Yang pasti itu bukan darah. Tiong Toa-sianseng tidak perlu
menciumnya, dia sudah tahu itu adalah obat merah. Dia adalah
orang berpengalaman di dunia persilatan tapi tetap tertipu, maka
dia tertawa kecut.
Terhadap Lam-touw, dia semakin tertarik.
36-36-36
Lam-touw kembali ke penginapan. Dia tidak masuk melalui
pintu, melainkan dari gang kecil lalu naik ke pagar dan masuk
melewati jendela.
Siau Cu sedang berbaring di ranjang dengan malas-malasan.
Matanya melihat ke atas atap, entah apa yang sedang dia pikirkan.
Mendengar ada suara, dia segera tahu gurunya sudah kembali. Dia
tetap tidak mempedulikan.
Waktu Lam-touw menabrak meja dan bernafas terengah-engah,
dia baru tahu ada yang tidak beres. Melihat keadaan Lam-touw yang
memalukan, dia cepat meloncat dari ranjang dan memapahnya.
Lam-touw segera berteriak:
"Apakah kau sengaja ingin mencabut nyawa guru, begitu datang
langsung mengenai luka guru?"
"Luka?"
Siau Cu segera melepaskan tangannya, dia baru melibat ketiak
kanan Lam-touw, baju sudah tergores dan ada luka di sdna.
"Senjata apa yang membuat guru terluka?"
"Pedang!"
"Untung lukanya tidak begitu dalam!"
"Sudah cukup dalam, jika lebih dalam sedikit lagi kau tinggal
menerima mayat!"
Lam-touw melotot kepada Siau Cu. Dia segera duduk bersila
untuk mengatur nafas.
"Apakah orang yang menggunakan pedang mempunyai tenaga
dalam tinggi?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 88
"Tiong Toa-sianseng dari Kun-lun-pai, coba kau bayangkan
tenaga dalamnya seperti apa."
"Apakah guru ingin jadi pesilat nomor satu di dunia ini, maka
menantang ketua Kun-lun-pai?"
"Sembarangan bicara, kau masih mengejek?"
"Sebenarnya demi apa?"
"Masalah hari ini!"
"Tiong Toa-sianseng mencurigai guru adalah orang seperti itu?"
kata Siau Cu tertawa.
"Kau masih bisa tertawa, kau kira Tiong Toa-sianseng hanya
kebetulan lewat? Apakah kau tidak melihat itu adalah jebakan?"
"Siapa yang mengatur jebakan ini? Kita tidak mempunyai
musuh? Apakah musuh guru yang dulu datang menagih hutang
lama?"
"Apakah betul beberapa hari ini kita tidak ada dendam dengan
orang lain?"
"Perempuan itu!" Siau Cu segera ingat.
"Kau yang mendatangkan kerepotan ini. Mem punyai murid
sepertimu benar-benar siai 8 generasi! Coba lihat apakah kelak kau
masih sembarangan mencari gara-gara?"
Siau Cu tertawa kecut:
"Aku tidak tahu akan mendatangkan seorang ketua Kun-lunpai!"
"Sebenarnya ketua Kun-lun-pai bukan datang sendiri!" kata
Lam-touw marah, "tetapi gara-gara perempuan lihai itu!"
"Semalam guru kabur..."
"Guru terlalu mengurus masalah orang lain. Mengapa keluarga
Lamkiong bisa seperti itu, benar-.benar sewenang-wenang!"
"Semalam guru pergi ke keluarga Lamkiong?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 89
"Keluarga ini benar-benar tidak sederhana, sampai-sampai ketua
Kun-lun-pai bisa menjadi tukang pukul mereka!" Lam-touw
mengerutkan alis.
"Sekarang guru menyesal?" Siau Cu masih bisa tertawa.
"Menyesal juga tidak sempat lagi!" kata Lam-touw tertawa
dingin, "kau masih tertawa? Guru sudah mendatangkan kerepotan,
kau yang menjadi murid juga tidak bisa nyaman!"
"Guru boleh tenang, muridmu pasti akan menolongmu dan tidak
akan membiarkanmu!"
Siau Cu menepuk pundak Lam-touw. Tepukan ini menggetarkan
luka, Lam-touw segera kesakitan dan mengerutkan alis, hampir dia
berteriak.
Siau Cu melihat dia tidak berpura-pura, Lam-touw melihat ke
sekeliling:
"Tempat ini sepertinya tidak aman lagi."
"Kata-kata ini seperti bukan kata-kata guru. Biasanya guru tidak
pernah takut kepada siapapun!"
"Tubuh terluka mana mungkin tidak takut. Apalagi orang yang
mau mencariku untuk balas dendam sangat banyak!" kata Lamtouw sambil tertawa dingin, "guru sering mengajar, aku, laki-laki
sejati juga mencari kerugian di depan mata!"
"Sekarang aku tahu guru adalah seorang laki-laki sejati!"
Tangan Lam-touw melayang. Holou besar sudah ditumbukan.
Siau Cu menghindar dan berkata:
"Kita jangan menunggu lagi, secepatnya kita tinggalkan tempat
ini!"
Lam-touw belum menjawab, sudah ada yang mengetuk pintu.
Siau Cu segera bertanya:
"Siapa?"
"Siau Sam-cu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 90
Siau Cu menarik nafas lega. Siau Sam-cu adalah pelayan
penginapan, Siau Cu sering mengobrol dengannya.
Pintu dibuka. Kata Siau Sam-cu serius:
"Siau Cu, ada seorang gadis kecil mencarimu!"
"Oh?" Dengan heran Siau Cu melihat Siau Sam-cu, tapi dia tidak
melihat Siau Sam-cu sedang bergurau.
"Gadis kecil itu sangat cantik!" Siau Sam-cu menepuk dada Siau
Cu, "ternyata kau hebat juga." "Cepat lihat siapa dia." kata Lamtouw.
Siau Cu belum menjawab, Lam-touw berkata lagi:
"Hati-hati, jangan buat guru menerima pukulan lagi!"
Tiba-tiba Siau Cu ingat akan seseorang. Dia segera keluar dan
menutup pintu kembali, lalu berlari pergi.
Yang terpikir oleh Siau Cu adalah Lamkiong Bing-cu. Dan benar
saja yang datang adalah Lamkiong Bing-cu. Siau Cu tidak menduga
kedatangan Lamkiong Bing-cu, maka dia sangat senang.
"Ternyata kau!" Suara Siau Cu ber-getar.
"Kau kira siapa?" Lamkiong Bing-cu balik ber tanya.
"Tidak ada yang lain. Bagaimana kau bisa kemari?"
"Aku bukan orang bisu!"
"Kau masih mau belajar sulap? Malam itu mengapa kau tidak
datang ke kuil San-sian?"
"Sangat tidak baik bagi seorang gadis untuk diam-diam keluar
pada malam hari, apalagi pergi ke kuil San-sian!"
"Betul juga! Kuanggap kau adalah orang dunia persilatan!"
"Bukankah keluarga Lamkiong juga orang dunia persilatan?"
Siau Cu terpaku. Bing-cu menceritakan apa yang terjadi kemarin
ini:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 91
"Waktu kami melihat kau bermain sulap, saat itu kita sedang
keluar dengan diam-diam. Maka setelah pulang dan ketahuan oleh
Lo-taikun, kami dimarahi!"
"Sebenarnya Lo-taikun yang tidak mengijin-kan keluar?"
"Tapi bukan karena ingin belajar sulap!"
Bing-cu mengangguk. Siau Cu bertanya lagi:
"Kali ini kau juga diam-diam keluar, sebenarnya ada apa?"
"Sebenarnya aku datang untuk memberi tahu mu sesuatu!"
"Tentang apa?"
"Jika kau menganggap aku adalah teman, berjanjilah kepadaku!"
kata Bing-cu.
"Kau menganggap aku teman?" Siau Cu sangat senang dan
berteriak, "kau ingin aku berjanji apa?"
"Untuk meninggalkan gurumu!"
"Apa? Dan mengapa?" tanya Siau Cu heran.
"Dia bukan orang baik-baik!"
Siau Cu terpaku lagi. Wajah Bing-cu memerah:
"Kata bibi kedua, dia suka mempermainkan perempuan baikbaik, sampai-sampai bibi kelima juga... katanya mereka ingin
mencari Tiong Toa-sianseng untuk membereskan masalah ini dan
akan menghajarnya!"
"Sudah dihajar!" kata Siau Cu tertawa.
"Kau tertawa apa?" Bing-cu melotot.
"Jika kau berkata guruku suka minum arak atau yang lain, aku
setuju. Tapi jika mengolok-olok perempuan baik-baik, Hahaha...itu
tidak mungkin!"
"Oh?" Bing-cu merasa aneh mengapa Siau Cu begitu yakin.
"Seorang murid pasti mengerti adat gurunya!" Lam-touw keluar
dari kamar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 92
Melihat Lam-touw keluar, Bing-cu mundur. Lam-touw maju
selangkah dan menarik nafas:
"Gadis kecil, kau lihatlah umurku sudah tua, apakah masih
melakukan hal iseng?"
"Siapa tahu?" Bing-cu tertawa dingin.
"Kalau aku adalah orang seperti itu, apakah akan mempunyai
murid yang pantas kau percayai?"
Bing-cu terpaku.
Lam-touw tertawa, berkata:
"Apalagi kalau kami guru dan murid melakukan hal ini,
bagaimana kita berdua bisa berlalu lalang menjual sulap?"
"Kami sudah lama tinggal di ibukota!" kata Siau Cu.
Bing-cu melihat Lam-touw, lalu melihat Siau Cu, dan terdiam.
"Benar atau salah, pasti akan ketahuan. Aku sudah tua. Tadinya
aku tidak peduli orang lain salah paham, tapi kesalahpahaman ini
membuatku tidak nyaman. Dan di dalam kehidupan, aku paling
tidak suka terhadap orang seperti ini!" kata Lam-touw "Menjadi
murid orang seperti ini adalah hal yang menyenangkan!" Sorot
mata Siau Cu mengarah ke wajah Bing-cu.
"Guruku benar-benar bukan orang yang seper ti kau katakan.
Sebenarnya dia dijebak orang lain!"
"Siapa yang menjebak dia?"
"Sementara belum begitu jelas, tapi kau harus percaya kepada
kami!"
Akhirnya Bing-cu mengangguk.
"Guru sekarang terluka dan tempat ini tidak bisa kami tempati
lagi. Kami segera akan keluar dari sini. Bila sudah mendapatkan
tem-pat tinggal, aku akan mencari kesempatan untuk memberitahu
pada mu!" kata Siau Cu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 93
Dari noda di baju Lam-touw, Bing-cu tahu dia terluka. Dia tidak
tahu itu adalah obat merah. Sekarang semakin dilihat, Lam-touw
semakin tidak mirip orang jahat. Maka dia berkata:
"Gurumu sudah terluka, seharusnya mencari tabib dulu..."
"Jika guruku sendiri tidak bisa mengobati diri nya, maka tidak
ada tabib yang bisa mengobatinya. Kau keluar diam-diam, sekarang
kau harus pulang dulu..."
"Ingat, bila kalian pindah ke tempat lain, kau harus beritahu
tempat itu kepadaku!" kata Bing-cu dengan serius.
"Pasti!" Siau Cu juga serius.
"Kalau begitu aku pergi dulu!
"Tidak disangka ada juga perempuan yang ? menyukai
muridku!" Lam-touw tertawa.
Kali ini Siau Cu tidak menjawab. Boleh dikatakan dia sama sekali
tidak ada reaksi. Dia hanya melihat arah Bing-cu pergi.
"Kalau sekarang kita tidak pergi, mau tunggu kapan lagi. "
bentak Lam-touw Siau Cu seperti tersadar bangun dari tidur. Dia
tertawa malu.
*** Malam ini tidak berbintang dan bulan juga tidak tampak di
langit, maka di jalan yang panjang ini tiba-tiba menyala lebih dari
20 lampion hijau yang terang benderang. Siau Cu dan Lam-touw
merasakan mata mereka bercahaya.
Yang memegang lampion adalah perempuan-perempuan yang
memakai baju ketat dan berwajah dingin seperti es. Mereka sudah
menghalangi jalan Lam-touw dan Siau Cu.
"Ceng-teng-sat-jiu!" kata Lam-touw. (Pembunuh lampion hijau)
"Apa yang guru maksud Ceng-teng-sat-jiu?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 94
"Bila bisa hidup melewati malam ini, baru aku ceritakan
kepadamu!" Lam-touw mengangkat Holou dan minum beberapa
teguk arak.
Pembunuh-pembunuh lampion hijau segera mencabut pedang
dan menyerang. Pedang mereka semua berbentuk seperti daun
Yang-liu, panjang dan tajam. Begitu angin datang, pedang terus
bergerak dan mengeluarkan suara.
Lam-touw melihat. Dia berpesan lagi:
"Terhadap orang-orang ini, jangan ada perasaan dan harus
menyerang dengan keras!"
Kata-katanya baru disampaikan, pembunuh-pembunuh lampion
hijau sudah datang mengepung. Mereka menyerang ke tempattempat penting.
Siau Cu berlari menghadang di depan Lam-touw, mengeluarkan
kepalannya. Baru saja memukul mundur dua pembunuh, dia sudah
dikepung lagi oleh pembunuh lampion hijau yang lain.
Pembunuh-pembunuh itu memisahkan Siau Cu dan Lam-touw,
dan menyerang lebih keras. Walaupun perempuan tapi mereka


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerang dengan bengis, tidak kalah dengan perampokperampok dan pembunuh-pembunuh. Mereka sama sekali tidak
takut mati. Asal mereka ada sedikit tenaga, mereka selalu ingin
menyerang lawan.
Awalnya Siau Cu masih menyerang dengan ragu-ragu dan tidak
keras, tapi dia malah hampir terluka oleh tusukan pedang. Untung
dia bisa meng-'hindar dengan cepat. Maka sekarang dia menyerang
tanpa ragu-ragu lagi. Terdengar kepalannya sudah mengenai jalan
darah penting mereka.
Lam-touw lebih parah dari pada Siau Cu, sekali bergerak lukanya
terasa sakit. Sakit yang terasa sampai ke tulang menghalangi
kelincahan tubuhnya, tapi dia masih harus mengawasi Siau Cu. Dia
berteriak:
"Bila kau tidak mendengarkan kata-kata guru, kau akan
menyesal!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 95
"Mana mungkin . murid tidak mendengar petunjuk dari guru!"
Di tengah-tengah udara, Siau Cu bersalto menghindari serangan
dari Liu-yap-kiam. Pada saat yang bersamaan dia juga menendang
ke tenggorokan pembunuh lampion hijau.
Terdengar bunyi tulang hancur. Pembunuh lampion terlempar.
Lam-touw melihatnya, dia berteriak:
"Bagus!"
Ketika mengucapkan kata-kata ini, dia merasa kan ada hawa
pedang yang dingin datang dari belakang. Dia berusaha
menghindar. Kalau saja dia tidak sedang terluka, serangan ini akan
mudah dihindari. Tapi karena dia sudah terluka, maka tubuh' tidak
selincah biasanya, sehingga punggung tetap tergores oleh pedang
yang mirip daun Yang-liu.
Dari hawa pedang, dia tahu yang datang adalah musuh tangguh.
Dia tahu orang yang bisa mengambil celah untuk menyerang adalah
pesilat yang tangguh, sehingga membuat dia tidak bisa menghindari
serangan pedangnya.
Waktu dia membalikkan tubuh, dia sudah melihat orang yang
menyerangnya. Perempuan ini juga memakai baju hijau ketat tapi
bahan bajunya berbeda dengan yang lain. Pedang yang dia pakai
juga lebih bagus dan berkualitas lebih baik.
Dia cantik tapi sepasang matanya seperti mata ular beracun,
membuat orang bergetar. Lam-touw juga mempunyai perasaan
seperti ini. Dia bertanya:
"Utusan lampion hijau?"
"Betul! orang tua, lebih baik malam ini kau mengaku kalah!"
Pedangnya datang seperti ular beracun. Lam-touw ingin mundur
tapi di belakang sudah datang tiga pedang yang mencegatnya, tubuh
Lam-touw tetap terus bergerak. Dia meloncat ke atas.
Dua pembunuh lampion hijau juga ikut melon cat, menyerang ke
arahdua ketiak Lam-touw. Tapi pembunuh yang tadi lebih cepat dan
sudah mendahului mereka berdua, dia dengan pedangnya sudahLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 96
meloncat ke atas udara. Dia terus melihat ke tengah wajah Lamtouw, di antara kedua alisnya.
Lam-touw menahan sakit lagi, membalikkan tubuh untuk
menghindari serangan dari tiga pedang. Rasa sakit membuatnya
mengeluarkan keringat dingin, tapi tubuh sudah tidak bisa apa-apa.
Dia terjatuh dari atas. Tiga pedang segera menusuk-nya.
Lam-touw yang berpengalaman segera memakai sebuah
gerakan. Di tengah udara dia melangkah dan menginjak salah satu
pedang mereka. Menggunakan tenaga ini, tubuhnya kembali
meloncat ke atas.
Utusan lampion hijau terus mengejar Lam-touw. Di tengahtengah udara dia menyerang lagi. Terlihat Lam-touw akan kesulitan
menghindari serangan ini. Dia juga tidak ingin menahan serangan
lawan dengan Holou.
Dia melihat Lu Tan dan Fu Hiong-kun sedang berlari
mendatangi. Pedang Lu Tan sudah menahan pedang Utusan
lampion hijau dan pedang Fu Hiong-kun menyerang jalan darah
penting utusan lampion hijau.
Utusan lampion hijau terpaksa menarik pedang untuk
melindungi diri. Fu Hiong-kun dan Lu Tan dari kiri dan kanan
melindungi Lam-touw turun dan membunuh dua pembunuh
lampion hijau yang mendekat.
Siau Cu yang di sana melihat Lam-touw dalam bahaya, tapi
karena dia juga dilibat oleh 7-8 pembunuh lampion, dia tidak bisa
datang membantu. Dia cemas juga marah. Kemunculan Lu Tan dan
Fu Hiong-kun membuat dia tenang, bahkan boleh dikata kan
senang. Dia bersorak, semangatnya bertambah. Tiga kali serangan
kepalan telah memukul jatuh seorang pembunuh. Kembali kakinya
menendang, satu lagi pembunuh terbang jauh.
Melihat keadaan ini, utusan lampion hijau tahu bila pertarungan
diteruskan orang yang terluka atau mati akan bertambah, maka
sambil bersiul dia meloncat ke atas genteng.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 97
Mendengar suara siulan yang melengking, pembunuhpembunuh lampion hijau segera mundur.
Siau Cu ingin mengejar, tapi dilarang oleh Lam-touw.
Siau Cu kembali ke sisi Lam-touw. Dia masih bisa bercanda:
"Sejak kapan guru menjadi pelan berbicara?"
"Ini namanya berubah sifat, apakah kau mengerti?" Dia melototi
Siau Cu, "tadi kau masih memuji dirimu hebat, tapi waktu guru ada
kesulitan dan ingin kau tolong pun, kau tidak bisa menolong!"
"Karena tidak semua ilmu yang guru ajarkan kepada murid,
masih disimpan sebagian. Maka hasilnya seperti itulah!"
"Kau biasanya malas belajar tapi malah menyalahkan guru yang
tidak mengajarimu. Untung guru bernasib baik dan tidak terjadi
apa-apa!" Dia melihat Lu Tan, "kemarin kami telah
menyelamatkanmu sekali, kau masih ingat dan ingin membalas
budi. Sekarang berarti sudah lunas."
Lu Tan tertawa kecut:
"Kami tidak menyangka akan bertemu tetua di sini!"
"Kalian bila ada perlu tidak perlu tinggal lama, silahkan!"
"Kami ingin ke penginapan mencari Cian-pwee..."
"Celaka! Repot lagi, muridku! Pemuda ini ingin membalas budi,
bagaimana dengan kita?"
"Tidak ada hubungan denganku, Tapi guru tidak perlu khawatir,
dulu dia berhutang satu nyawa kepadaku, sekarang sudah lunas!"
"Apakah kau melihat ada seorang gadis?" tanya L\am-touw.
"Boanpwee adalah Fu Hiong-kun!" Fu Hiong-kun mendekat.
"Aku pernah mendengar namamu. Katanya kau menguasai ilmu
tabib yang bagus!"
"Apakah tetua terluka dalam?"
"Namamu benar-benar bukan kebetulan belaka. Hanya sekali
melihat keadaanku, kau sudah tahu!" kata Lam-touw sambil
mengacungkan jempol.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 98
"Lebih baik kita kembali Pek-in-koan!" kata Fu Hiong-kun.
"Hebat! Hanya dengan melihat aku sekali lagi, dia segera tahu
aku butuh pengobatan!"
Kali ini sebenarnya Lam-touw terluka. Apalagi pertarungan tadi
membuat lukanya bertambah berat.
37-37-37
Memang Fu Hiong-kun mempunyai ilmu pertabiban, akupuntur,
dan lain-lain. Dia membantu Lam-touw melancarkan nadi yang
terluka, baru kemudian memberinya obat balut. Sekarang Lamtouw bisa lebih tenang.
Siau Cu tidak sengaja bertanya:
"Guru, bagaimana ilmu pengobatan Nona Fu?' "Apakah kau
tidak melihat, guru di depannya tidak bisa berbuat apa-apa?" Lamtouw berkata pada Fu Hiong-kun, "gadis kecil jangan marah,
muridku memang bodoh seperti itu!"
"Sebenarnya ini adalah luka ringan, Hanya saja ketika Cianpwee
mendapatkan luka ini, Cian-pwee tidak ada waktu untuk
merawatnya..." kata Fu Hiong-kun.
"Memang aku sedang kabur untuk menyelamatkan nyawaku!"
Lam-touw memuji, "yang lain aku tidak mengerti, tapi aku tahu
diagnosa yang tepat ini pantas diacungkan jempol!"
Siau Cu menyela:
"Apakah guru juga kalah dari Nona Fu?"
"Jauh dari Nona Fu. Walaupun guru ada waktu untuk merawat
luka ini, paling sedikit harus tiga hari baru bisa senyaman sekarang.
Dia benar-benar lihai!"
Dia teringat Tiong Toa-sianseng dan tiba-tiba tertawa:
"Sayang. Orang itu mempunyai keberanian, tapi tidak bisa
berpikir dan tidak melihat itu adalah jebakan. Tidak apa-apa bila dia
terjebak, tapi nyawaku hampir melayang di tangannya!"
Siau Cu bertanya lagi:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 99
"Tadi yang menyerang kita diam-diam, apakah adalah utusan
lampion hijau dan pembunuh lampion hijau? Siapa mereka
sebenarnya?"
"Mereka adalah orang Pek-lian-kau!"
Fu Hiong-kun depgan aneh melihat Lam- touw:
"Kapan kalian ada dendam dengan Pek-lian-kau?" (Perkumpulan
Teratai Putih).
"Sebenarnya aku juga tidak jelas!" Lam-touw tertawa.
"Apakah betul orang tua tidak tahu sama sekali?" tanya Siau Cu.
Lam-touw melotot kepada Siau Cu. Kata Siau Cu:
"Kau tidak perlu berkata apa-apa, kami juga sudah mengerti.
Pasti karena tanganmu terlalu panjang dan sudah mencuri barang
mereka!"
"Kurang ajar!" Tubuh Lam-touw bergerak ke belakang. Karena
terkena lukanya, terasa sakit yang membuat dia mengerutkan alis.
"Cianpwee tidak perlu khawatir, luka Cian-pwee akan cepat
pulih!" hibur Fu Hiong-kun.
"Aku tidak mengkhawatirkan lukaku. Yang ku khawatirkan
adalah bertemu lagi dengan ketua Kun-lun-pai itu!"
"Tiong Toa-sianseng?" kata Fu Hiong-kun sam-bil merasa aneh,
"Cianpwee terluka oleh pedang Tiong Toa-sianseng?"
"Awalnya aku tidak serius. Siapa tahu prang tua ini benar-benar
tidak sungkan. Dia menyerangku dengan pedangnya!"
"Menurut yang Boanpwee tahu, Tiong-ta Sian seng bukan orang
yang tidak tahu aturan!"
"Masalahnya walaupun aku mempunyai alasan tapi tidak bisa
menjelaskan kepada dia. Dan orang tua ini, meskipun kaki dan
tangan sangat kuat tapi otaknya sangat sederhana!"
"Itu adalah kesalahpahaman!"
"Yang penting sekarang aku masih hidup dan bisa berbicara!"
"Sebenarnya apa yang terjadi?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 100
Lam-touw menceritakan apa yang terjadi dengan sederhana.
Semua orang merasa aneh. Sebenarnya ada hubungan apa antara
Kiang Hong-sim dengan Pek-lian-kau?
"Mungkin tidak ada hubungan apa-apa!" kata Lam-touw tibatiba. Tapi sikapnya sedikit aneh, saat .Fu Hiong-kun melihatnya,
ekspresi wajahnya sudah kembali normal. Dia segera bertanya
kepada Lu Tan:
"Sudah! Sekarang aku bertanya kepadamu, ada apa kau mencari
kami?"
"Meminta Cianpwee membantu Boanpwee menyelesaikan satu
masalah!" kata Lu Tan serius.
"Kau belum menjawab, apa yang harus aku lakukan untuk
membantumu?"
"Berarti Cianpwee sudah setuju?"
"Kecuali mencuri barang, aku tidak mengerti bila disuruh
melakukan hal yang lain!" kata Lam- touw, "apakah kau
menyuruhku unluk membantu mencuri barang?"
"Betul!" Lu Tan mendekat dan memberi hormat dengan tangan.
Lam-touw memapah Lu Tan dan berkata:
"Apakah ingin aku mencuri ini?" Dia menarik dan membuka
tangannya.
Pedang Lu Tan berada di tangannya, dan Lu Tan baru
mengetahuinya.
"Cianpwee memang hebat!" Lu Tan tertawa kecut.
"Kalau tidak memiliki teknik sungguhan, apakah teman-teman
dari dunia persilatan akan menjuluki aku Lam-touw?" Lam-touw
dengan senang berkata lagi, "yang lain aku tidak bisa jamin tapi
kalau mencuri barang itu mudah. Apa yang ingin kau curi?"
"Bukti kalau Liu Kun berbuat kejahatan."
"Liu Kun!" Lam-touw berteriak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 101
"Liu Kun mendatangkan malapetaka bagi negara dan rakyat.
Kalau bisa mendapatkan bukti kejahatannya..."
Lam-touw melayangkan tangan:
"Tentang hal ini..."
"Boanpwee mohon kepada Cianpwee. Itu bukan balas dendam
pribadi melainkan untuk semua rakyat kecil!" Lu Tan berlutut.
* "Bangun! Bangun!" Lam-touw cepat-cepat mengayunkan
tangan.
"Kalau Cianpwee tidak setuju, Boanpwee tidak akan bangun!"
"Hal ini bagi guru mudah seperti membalikkan telapak tangan.
Apa lagi yang masih guru pikirkan?"
Lam-touw berkata:
"Kau tahu apa?" Kemudian melihat Lu Tan dan berkata, "kau
bangun dulu!"
"Cianpwee sekarang masih terluka, biarlah lukanya sembuh
dulu!" kata Fu Hiong-kun.
Tapi Siau Cu tidak peduli. Dia memapah Lu Tan bangun:
"Jangan melihat wajah guruku yang dingin, sebenarnya dia
sangat baik. Kalau ada kesempatan 'dia pasti akan membantumu!"
"Apakah kau tidak mendengar, ini bukan masalah pribadi dia,"
kata Lam-touw dingin.
Siau Cu masih ingin mengatakan sesuatu tapi Lam-touw sudah
berkata:
"Lu Tan, aku tahu kau bermaksud baik. Hanya saja, Liu Kun ada
di semua tempat. Kaisar juga takut kepada dia, maka mencuri bukti
juga tidak ada gunanya."
"Semua orang berkata begitu. Apakah karena itu, tidak ada orang
yang fnau melakukan ini?"
"Ini adalah kenyataaan, bukan gosip. Kau harus mengerti!" kata
Lam-touw.
Lu Tan menundukkan kepala.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 102
"Tapi aku akan membantumu. Tapi bukan sekarang!" kata Lamtouw.
"Mengapa tidak bisa sekarang?" tanya Siau Cu.
Lam-touw melotot kepada Siau Cu:
"Karena ada satu urusan yang harus aku selesaikan!"
Kali ini Siau Cu tidak bertanya, karena dari nada Lam-touw dia
sudah tahu memang ini adalah yang sebenarnya.
Melihat Lu Tan dengan lesu mengikuti Fu Hiong-kun keluar,
ekspresi wajah Lam-touw baru kembali menjadi wajah lucu seperti
biasa, dan Siau Cu baru bertanya:
"Apakah guru tidak berbohong?"
"Apakah kau tidak bisa melihat tawa kecutku?" Lam-touw
tertawa sambil berbaring.
Di Sin-sa-hai Siau Cu dan Lam-touw sudah tidak bermain sulap,
hal ini membuat banyak orang kecewa. Yang kecewa terutama
adalah Ih-lan. Biasanya jika ada waktu, dia selalu meminta orang
dewasa untuk membawa dia ke Sin-sa-hai menonton sulap. Melihat


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sikapnya yang kecewa, hati Tiong Toa-sian-seng merasa tidak
tenang. Yang pasti dia tidak bisa memberitahu apa yang sudah
terjadi, dia terpaksa merangkai alasan lain. Untung Ih-lan tidak
bertanya terus.
Siau Cu kadang-kadang teringat Ih-lan. Gadis kecil yang lucu.
Tapi begitu teringat Tiong Toa-sian-seng yang selalu berada di sisi
Ih-lan, dia merinding. Walaupun dia tidak tahu ilmu silat Lam-touw
sebenarnya seberapa tinggi, tapi di dalam hatinya tahu Lam-touw
adalah seorang pesilat tangguh.
Dengan ilmu silatnya, Lam-touw masih kalah dari Tiong Toasianseng. Apalagi untuk kabur juga sulit baginya, maka ilmu silat
Tiong Toa-sianseng seper ti apa sudah tidak terbayangkan oleh Siau
Cu. Yang pasti dia selalu menghabiskan banyak waktu memikirkan
Lamkiong Bing-cu. Akhirnya kesempatan datang juga. WaktuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 103
keluarga Lamkiong memberi sedekah kepada fakir miskin, Siau Cu
menyamar menjadi seorang pengemis dan datang ke ?depan pintu
Ci-cu-wan untuk menyerahkan sepucuk surat ke tangan Bing-cu.
Karena begitu melihatnya Bing-cu sudah mengenal Siau Cu, maka
dengan mudah surat sudah berada di tangan Bing-cu.
Setelah menyerahkan surat itu, hati Siau Cu baru bisa tenang,
karena dia takut putus hubungan dengan Bing-cu. Kalau bukan
karena Lam-touw terus mengatakan orang-orang keluarga
Lamkiong sangat lihai, dia tidak akan menunggu sampai sekarang.
Dari awal dia sudah diam-diam masuk ke Ci-cu-wan.
Pada waktu itu juga ratusan anak laki-laki dan anak perempuan
tiba-tiba menghilang. Di dalamnya juga termasuk putra-putri
pejabat. Kalau hal ini terjadi di daerah, mungkin tidak
menghebohkan. Tapi sekarang hal ini terjadi di ibukota.
Sebenarnya ini disebabkan oleh Thian-te-siang-kun yang ingin
berlatih ilmu sesat Pek-kut-mo-kang (Ilmu iblis tulang putih). Dia
memerintahkan murid-muridnya pergi menangkap anak laki-laki
dan perempuan demi mencapai tujuannya. Mereka dengan segala
upaya melakukan hal-hal yang tidak berperikemanusiaan.
Tapi karena rencana mereka sangat sempurna, maka hal ini
mereka jalankan dengan lancar. Walau pun petugas ibukota sudah
berusaha, tapi tetap tidak menemukan petunjuk.
Yang pasti dalam mimpi pun mereka tidak menyangka Thian-tesiang-kun dan sebagian murid Pek-lian-kau tinggal di dalam rumah
Liu Kun.
Yang bertanggung jawab untuk mencari tahu perkara ini adalah
Hongpo bersaudara. Mereka adalah orang kepercayaan Liu Kun,
mana mungkin mereka bisa berusaha menyelidiki hal ini. Walaupun
petugas sudah mendapatkan petunjuk, tapi setelah sampai di
tangan Hongpo bersaudara, petunjuk akan putus lagi.
Waktu anak-anak menghilang, orang-orang di daerah sana
sering mendengar suara lolongan serigala. Ada yang melihat
bayangan serigala atau seekor serigala putih lewat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 104
Maka perkara Ini disebut Gin-long-an (Perkara serigala perak).
Sebenarnya itu bukanlah suara serigala, demikian juga itu bukan
bayangan serigala. Sebenarnya itu adalah anjing.
Anak-anak yang diculik selalu disembunyikan di dalam kulit
anjing, supaya tidak menarik perhatian orang.
Akhirnya kaisar terkejut dan tahu yang ditugaskan dalam
perkara ini adalah Hongpo bersaudara. Dia segera menyusun
rencana diam-diam bertemu Ong-souw-jin dan berunding
dengannya untuk mencari cara mencopot posisi Hongpo
bersaudara, dan mengantikan mereka dengan Kao Sen dan Han Tau
yang direkomendasikan oleh Ong-souw-jin. Sebenarnya ini
bertujuan untuk mengupas sebagian kekuatan Liu Kun.
Mana mungkin Liu Kun tidak tahu mengenai hal ini. Di sana
kaisar baru bertindak, dia segera masuk ke istana menemui kaisar
dan langsung bertanya:
"Untuk memperkerjakan orang di kerajaan, apakah harus
melihat bakat mereka?"
"Itu sudah pasti!" jawab kaisar.
"Hongpo bersaudara selalu menempuh segala bahaya dan derita
demi kerajaan dan seringkali berjasa, mengapa jabatan mereka
dicopot?"
"Mereka bertanggung jawab atas keamanan ibukota, tapi
perkara Gin-long sampai sekarang belum ada titik terang. Sekarang
semua orang merasa takut dan tidak tenang. Maka aku menyuruh
Kao Sen dan Han Tau menggantikan mereka. Pertama, untuk
menenangkan hati rakyat. Kedua, berharap perkara ini bisa
cepatselesai..."
Dengan dingin Liu Kun berkata:
"Perkara Gin-long memang membuat rakyat ibukota tidak
tenang, tapi bila baginda mencopot jabatan Hongpo bersaudara,
tetap akan membuat pejabat-pejabat di kerajaan tidak tenang!"
Kaisar pura-pura tidak mengerti. Kata Liu' Kun lagi:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 105
"Apakah baginda lupa ketika 100 ribu rakyat di Tiang-ciu
memberontak? Waktu itu Hongpo bersaudara membawa pasukan
ke sana untuk menumpas pemberontakan. Sangat tidak beruntung
mereka dikepung tapi mereka terus berjuang sampai pasukan
penolong datang. Dari Juar dan dalam akhirnya bisa menumpas
pemberontak. Terlihat mereka sangat setia. Sekarang demi perkara
kecil, baginda ingin men copot jabatannya, semua pejabat mana bisa
tenang?"
"Kau terlalu berat menganggapi hal ini!" Kaisar tetap tidak
berubah.
Liu Kun masih menyebutkan alasan yang lain. Ketika itu kepala
pasukan Lam-khia Ong-souw-jin, Han Tau dan Kao Sen sudah
datang. Mereka melapor kan bahwa Hongpo bersaudara menolak
menerima perintah kaisar, menolak mengembalikan hak jabatan
mereka, dan mengatakan bahwa mereka hanya mendengar
perintah Kiu-cian-swe, dan mereka juga memu kul pengurus kuil
Tai-lek.
"Hongpo bersaudara sudah menolak perintah kaisar, itu adalah
kesalahan besar maka aku menahan nya. Harap baginda
menurunkan perintah memenggal kepala mereka untuk diarakarak kepada rakyat. Hal ini untuk dijadikan contoh bila membantah,
itu adalah akibatnya!" Yang pasti kata-kata ini adalah kata-kata
Ong-souw-jin untuk Liu Kun.
Wajah Liu Kun berubah. Bila Hongpo bersaudara menolak
perintah kaisar itu masih bisa di maklumi. Tapi mereka sampai
memukul orang-orang kuil sampai terluka, itu keterlaluan. Tapi dia
tidak mundur karena itu. Dia malah balik bertanya kepada Ongsouw-jin:
"Kau bukan orang kuil, mengapa kau campur tangan dalam hal
ini?"
"Terhadap orang yang memberontak atau pen jahat, setiap orang
mempunyai hak untuk menumpas nya!" Sebenarnya alasan Ong-Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 106
souw-jin ini bukan alasan yang tepat, tapi karena dia sangat tegas
dan lurus, Liu Kun juga terkejut dan mundur selangkah!
Tapi Liu Kun segera tertawa dingin, dan berkata kepada kaisar:
"Hongpo bersaudara sudah beberapa tahun mengikuti aku.
Mereka ainta negara, tidak ada ada alasan bagi mereka untuk
melawan perintah kaisar dan melukai orang. Kali ini pasti mereka
dijebak orang kerdil!"
Yang dia maksud dengan orang kerdil itu adalah Ong-souw-jin.
Baru saja Ong-souw-jin mau membantah, Liu Kun berkata lagi:
"Orang kuil Tai-lek selalu iri kepadaku karena baginda sangat
percaya kepadaku. Beberapa kali dia sudah menulis surat protes.
Apakah tindakan ini dia lakukan untuk balas dendam pribadi?"
"Sewaktu hal ini terjadi, aku berada di sana!" kata Ong-souw-jin
dingin.
"Kau dan pengurus kuil Tai-lek adalah teman, mana mungkin
bisa kami percaya?" Liu Kun mengulang lagi, "waktu di Tiang-ciu
terjadi pemberontakan..."
Ong-souw-jin langsung mencegat:
"Kalau bukan Kao Sen dan Han Tau yang membawa pasukan
menolong, mungkin Hongpo bersaudara sudah mati di Tiang-ciu.
Mereka berdua penakut, kurang berani, juga tidak punya taktik
perang. Kecuali setia pada Kiu-cian-swe, aku percaya mereka
berdua tidak berguna bagi siapa pun!"
Akhirnya kemarahan Liu Kun mulai terbakar:
"Kalau Hongpo bersaudara tidak berguna, pasukan juga seperti
itu. Tapi jika karena masalah ini terjadi pemberontakan, Ong-souwjin kau harus bertanggung jawab!"
"Ong-souw-jin adalah pejabat kerajaan. Bila kerajaan ada
masalah, mana mungkin aku berpangku tangan?"
Liu Kun tertawa seram. Dia memberi isyarat kepada kasim Siaute-lu untuk keluar, Ong-souw-jin tahu Liu Kun ada maunya, tapi dia
tidak bisa menghadang tindakan Siau-te-lu. Dia juga tahuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 107
menghadang tidak ada gunanya, maka hanya diam melihat
perubahan keadaan. Bukankah pepatah mengatakan, ketika
pasukan datang jenderal menahan, ketika air datang tanah yang
menahan!
Yang datang ternyata adalah binatang liar dan air bah. Ini benarbenar di luar dugaan Ong-souw-jin. Walaupun dia ingin menahan
tapi tidak ada tenaga.
Siau-te-lu membawa 43 orang pejabat tinggi. Mereka terus
melindungi Hongpo bersaudara. Kemudian ada kabar pejabat
daerah berkoalisi meminta untuk mengundurkan diri bersamasama dengan Hongpo bersaudara. Kemudian pengawal istana bagi
an barat juga berkumpul di luar istana. Mereka memprotes dan
meminta jabatan Hongpo bersaudara dikembalikan.
Yang pasti semua ini Liu Kun yang mengaturnya. Tujuan dia
adalah memamerkan kekuatannya. Dia tahu kaisar ingin
menggunakan perkara 'Gin-long' untuk mengupas sebagian
kekuatannya. Walau pun dia tidak peduli, tapi dia tidak akan
mengijinkan kaisar mensukseskan hal ini dan menjatuhkan
kewibawaannya.
Kaisar juga tahu Liu Kun tidak akan begitu mudah menyerah,
tapi hal ini menjadi begitu serius, itu di luar dugaannya. Dia marah
juga kerepotan, tapi terakhir kaisar bisa tenang. Dia menolak
permintaan Ong-souw-jin untuk mengirim pasukan menumpas
pemberontakan di istana bagian barat. Dia memper-silahkan Ongsouw-jin pulang dulu dan menyuruhnya menahan diri, Dia sudah
terbiasa menahan diri, kemudian dengan kata-kata yang enak
menghibur Liu Kun untuk menutupi kemarahan dirinya.
Di dalam hati Liu Kun, dia hanya melihat ketegangan kaisar, tapi
tidak ingin membuat kaisar terlalu sulit diterima. Yang paling
penting adalah waktunya yang belum tepat!
38-38-38
Kembali ke kantor, kemarahan Ong-souw-jin masih belum
tuntas. Kecut dan lemahnya kaisar sesuai dugaannya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 108
Pada waktu itu, Thio Gong datang mengejar. Setelah melihat
tidak ada orang, dia berbisik:
"Kaisar ingin aku menyampaikan kepadamu. Dia akan berusaha
menangguhkan perkara Gin-long, dia mempunyai pendirian."
Ong-souw-jin terkejut, tapi dia segera tersenyum, dia adalah
orang pintar.
Thio Gong tidak sempat berbicara dengan kaisar. Tapi
kelihatannya kaisar sudah ada persiapan. Bila terjadi hal yang
terburuk, dia sudah berpesan kepada Thio Gong.
Kaisar bukan orang yang kecut dan lemah seperti yang dia pikir.
Bagi dia, bisa mengetahui dengan jelas tentang hal ini, itu sudah
cukup.
Setelah menghibur Liu Kun, kaisar memanggil Kao Sen dan Han
Tau. "Hongpo bersaudara berkali-kali berjasa bagi kerajaan. Apalagi
kerajaan sedang membutuhkan orang, mana mungkin aku
mencopot jabatan mereka?" Baginda berkata sangat hati-hati,
"hanya saja ?perkara Gin-long terlalu heboh, terpaksa aku harus
melakukan ini untuk menenangkan rakyat!"
Liu Kun melihat Kao Sen dan Han Tau:
"Hamba juga tahu maksud baginda, hanya mereka..."
"Aku berjanji kepadamu, tidak akan mengusut kesalahan mereka
yang menolak perintahku. Bila perkara Gin-long sudah selesai,
mereka akan diangkat kembali kemudian akan diberi jasa karena
dulu telah memberantas pemberontakan. Apakah cukup begitu?"
potong kajsar.
39-39-39
"Kecerdasan baginda tidak aku ragukan, hanya saja orang yang
menggantikan mereka belum tentu bisa menangani perkara Ginlong!" Liu Kun melihat Kao Sen dan Han Tau.
Kao Sen dan Han Tau terdiam. Sorot mata baginda melihat ke
mereka:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 109
"Kalian berdua sementara menggantikan posisi Hongpo
bersaudara, kalian harus berusaha melakukan yang terbaik. Jangan
mengecewakan Liu-kongkong!"
"Dengan kepercayaan baginda kepada kami, kami akan berusaha
bekerja dengan baik!"
Tadinya Liu Kun masih ingin mengangkat dua orang
kepercayaannya. Tapi keadaan sudah seperti ini, maka dia tidak bisa
berbuat apa-apa, masih ada satu hal yang membuat dia risau, yaitu
kemunculan Gin-long. Semua ini diatur oleh Thian-te-siang-kun.
Anak-anak yang menghilang semua dikurung di rumahnya, di
dalam sebuah ka-mar. Walaupun Han Tau dan Kao Sen pintar,
mereka tidak akan mencurigainya. Singkat kata, perkara Gin-long
tidak akan bisa selesai. Bagaimana cara agar Hongpo bersaudara
bisa mengambil kembali posisi yang direbut Han Tau dan Kao Sen?
Sekarang dia hanya bisa berharap Thian-te-siang-kun bisa cepat
menyelesaikan latihannya.
*** Luka Lam-touw segera pulih karena berada di bawah
pengawasan Fu Hiong-kun. Dia terus-terusan memuji ilmu
pengobatan Fu, dan lebih dari itu sifat Fu Hiong-kun sangat dia
kagumi.
Siau Cu sangat hormat kepada gurunya, tapi beberapa hari ini
dia terlihat sangat sibuk. Pagi-pagi dia sudah menghilang. Lamtouw tidak peduli, sering kali dia duduk terpaku seperti mempunyai
banyak pikiran. Melihat Fu Hiong-kun masuk, dia dengan cepat
berubah menjadi ceria dan cuek, benar-benar seperti dua pribadi
yang berbeda.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 110
Hari ini pagi-pagi Siau Cu sudah menghilang. Lam-touw sendiri
sedang bengong, sampai Fu Hiong-kun masuk dan ingin mengganti
obatnya, sikapnya baru berubah. Akhirnya dia bertanya:
"Apakah Siau Cu dan Lu Tan keluar mencari tahu hal-hal tentang
Liu Kun?"
Fu Hiong-kun mengangguk:
"Cianpwee tenanglah, mereka sudah berjanji akan berhati-hati!"
"Begitu mencari berita Liu Kun tidak ada gunanya, aku harus
mencari cara yang lebih bagus untuk mereka!"
"Sebentar lagi aku akan ke An-lek-hu menengok Tiong Toasianseng!"
"Kau pergi pasti demi masalahku. Aku benar-benar
merepotkanmu!" Lam-touw menggelengkan kepala, "sebenarnya
aku tidak takut dengan orang ini, karena kita adalah teman sejalan.


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jika bukan, malam itu aku sudah menyiksa dia!"
"Itu adalah kesalahpahaman, maka harus dijelaskan!"
"Kalau tidak dijelaskan, begitu bertemu dengannya, aku akan
repot lagi!" kata Lam-touw tertawa, "masalah ini sudah berlalu
beberapa hari. Seharusnya kepala dia sudah dingin!"
Sebelum selesai berkata, terdengar ada suara orang di luar
berkata:
"Hati-hati Lan-lan, jangan jatuh."
"Mengapa kebetulan sekali?" kata Fu Hiong- kun.
Lam-touw sudah mendengar itu adalah suara Tiong Toasianseng. Dia menarik nafas:
"Jalan orang yang bermusuhan selalu lebih sempit, itu benarbenar terjadi!"
Holou besar ditaruh di belakang. Dia berkedip masuk ke dalam
sekat.
"Cianpwee!" Fu Hiong-kun tetap tidak bisa menahan Lam-touw.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 111
"Jangan beritahu dia aku berada di sini!" kepa la Lam-touw
keluar dari sekat.
Ada yang mengetuk pintu. Lan-lan tertawa:
"Apakah Cici Hiong-kun ada di dalam?"
"Apakah itu Lan-lan?"
Lan-lan berlari masuk, dia masuk ke pelukan Fu Hiong-kun. Fu
Hiong-kun mempersilakan Tiong Toa-sianseng duduk dan
menyuruh Lan-lan bermain di luar.
"Sebenarnya hari ini aku ingin pergi ke An-lek-hu. Tidak
disangka Cianpwee sudah membawa Lan-lan kemari. Untung aku
belum berangkat!"
"Sudah beberapa hari Lan-lan tidak bertemu denganmu, dia
merindukan maka dia ingin kemari!"
"Selain untuk melihat Lan-lan, aku masih mempunyai satu
masalah yang ingin kutanyakan kepada Cianpwee!"
"Nona Fu berkata terlalu sungkan, entah apa .yang bisa aku
bantu."
"Kalau ada orang yang karena salah paham telah membuat
Cianpwee tersinggung, apa yang akan Cianpwee lakukan?"
"Bukan apa yang harus kumelakukan, tapi dia harus mencari
kesempatan menjelaskan padaku!"
Lam-touw yang berada di belakang sekat menjadi bengong. Pada
waktu itu, Lan-lan tiba-tiba datang dan melihat Lam-touw. Dia
terkejut. Lam-touw segera memberi isyarat untuk jangan berkata
apa-apa.
Tapi Lan-lan malah berteriak:
"Di sini ada pencuri!"
Tubuh Tiong Toa;Sianseng segera meloncat dan berlari ke sisi
Lan-lan. Dia membentak:
"Siapa?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 112
Lam-touw menarik nafas. Dia menggosok-gosok telinga dan
wajah. Dengan malu dia keluar dari sekat. Begitu Tiong Toasianseng melihatnya, dia segera tertawa dingin:
"Kali ini apakah kau masih bisa kabur?"
Sebelum Tiong Toa-sianseng bergerak, Lam-touw sudah berlari
ke belakang Fu Hiong-kun. Tiong Toa-sianseng ingin menghadang
tapi tidak sempat, terpaksa dia berteriak:
"Nona Fu hati-hati!"
Fu Hiong-kun menggelengkan kepala:
"Yang aku bicarakan tadi adalah orang ini!"
"Orang ini?"
"Lo-heng, aku sudah tua, untuk apa aku meng olok-olok
putrimu? Itu adalah kesalahpahaman!"
"Baik, hitung-hitung itu adalah salah paham. Waktu itu siang
bolong di depan banyak orang, kau sudah mengolok-olok dua gadis.
Aku melihatnya dengan mata kepala sendiri, apakah itu juga salah
paham?"
Lam-touw menarik nafas:
"Pada siang bolong mengolok-olok perempuan di depan umum,
orang itu pastilah orang idiot.
Kalau tidak, dia adalah orang cabul yang tidak melihat orang!"
"Bukankah kau orang seperti itu?"
"Kalau aku orang seperti itu, apakah Nona Fu mau dekat
denganku? Kalaupun kau tidak percaya kepadaku, kau harus
percaya kepada Nona Fu!"
Tiong Toa-sianseng melihat Fu Hiong-kun, akhirnya dia
mengangguk:
"Baiklah, kau tidak akan bisa kabur. Aku akan mendengar
perkataanmu!"
"Sebenarnya malam itu aku ingin mengikuti seorang perempuan
yang mempunyai dendam padaku dan tidak sengaja bertemuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 113
dengan putrimu. Karena gerakannya yang mengendap-endap maka
aku kira dia adalah perempuan itu."
"Maka kau mengolok-olok dia?"
"Aku hanya menguntitnya. Begitu tahu aku sudah salah alamat,
aku hampir terluka oleh pedang Siau Sam Kongcu!"
"Siau Sam Kongcu?" wajah Tiong Toa-sianseng berubah.
Lam-touw menggelengkan kepala:
"Putri anda datang menasehati Siau Sam Kongcu agar
melupakan masa lalu dan agar lebih bersemangat!"
Tiong Toa-sianseng terdiam. Lam-touw melanjutkan:
"Apakah aku pernah mempermainkan putrimu, hanya perlu kau
tanyakan, kau akan mengerti!"
"Aku bisa jamin, dia benar-benar bukan orang jahat!" kata Fu
Hiong-kun.
"Tapi ilmu silatnya bukan datang dari perkumpulan yang benar,
aku tetap curiga!"
Fu Hiong-kun terdiam, sebenarnya dia juga tidak jelas dengan
identitas Lam-touw. Begitu melihat sorot mata mereka berdua,
Lam-touw segera mengerti. Dia menarik nafas:
"Sudah sampai seperti sekarang ini, aku kira tidak perlu
menutup-nutupi lagi!"
Dia melihat wajah Tiong Toa-sianseng. Fu Hiong-kun yang bisa
membaca wajah segera mencari alasan membawa Lan-lan keluar.
Tiong Toa-sianseng dan Lam-touw menutup pintu untuk
berbicara. Waktu pintu dibuka kembali, Lam-touw mengantar
Tiong Toa-sianseng keluar. Sikap nya lebih santai, sambil memberi
hormat dia berkata:
"Dalam masalah ini aku sudah merepotkan Tiong-heng!"
"Siaute akan berusaha!" Bukan hanya sikap, panggilan Tiong
Toa-sianseng terhadap Lam-touw juga sudah berubah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 114
Yang pasti Fu Hiong-kun merasa aneh. Walau pun tidak tahu tapi
dia mengerti hal itu pasti bukan hal kecil. Mungkin adalah satu
rahasia besar yang bisa menggegerkan dunia.
Dia tidak bertanya karena dia mengerti kalau dia perlu tahu
mengenai hal itu, dia pasti akan tahu. Mungkin tanpa sengaja dia
sudah percaya nasib.
40-40-40
Siau-te-lu tergesa-gesa datang ke rumah Liu Kun. Liu Kun
sedang bersama Hongpo bersaudara, In Thian-houw, Tiang-seng
dan lain-lain, orang yang dia percaya untuk berunding tentang
perkara 'Gin-long'.
Melihat Siau-te-lu datang dengan tergesa-gesa, Liu Kun sudah
tahu ada berita baik yang sudah dia 'dapatkan di pihak kaisar. Yang
pasti kabar yang Siau-te-lu dengar belum tentu adalah kabar baik.
Terkadang baginda sengaja membiarkan dia yang mendengarnya.
Kaisar bukan orang bodoh, kalau dia tidak tahu, yang bodoh
adalah dia.
"Selamat Kiu-cian-swe!" kata Siau-te-lu.
"Selamat dari mana?" Liu Kun tersenyum, nadanya sangat biasa.
"Hamba tadi mencuri dengar dari kaisar yang sedang berunding
dengart semua pejabat. Kaisar siap mengangkat 15 tempat yang Kiueian-swe kuasai, dan dinaikkan 3 tingkat!"
"Betulkah?" nada Liu Kun tidak berubah. Hongpo Ih
menyambung:
"Kalau tahu begitu, untuk apa dulu seperti itu!"
"Kaisar juga mulai tahu diri!" kata In Thian- houw.
"Dengan cara apa kaisar siap mengangkat mereka?" tanya Liu
Kun. "Kebanyakan posisi mereka ditukar..."
"Apa?" Wajah Liu Kun berubah dan dia membentak, "kalau
begitu siapa yang menggantikan pengawas?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 115
"Katanya anak buah Ong-souw-jin!"
"Kurang ajar!" Liu Kun dengan emosi menepuk meja,
"sebenarnya ini adalah mencopot hak pasukan dan kemudian
mengopernya ke tangan Ong-souw-jin. Kaisar sangat pintar
bermain sempoa!" Tiang-seng menebak:
"Itu pasti ide Ong-souw-jin, orang ini terus menerus melawan
Kiu-cian-swe. Kaiau tidak cepat di singkirkan, kelak akan menjadi
sumber malapetaka!"
"Belum waktunya!" Liu Kun bisa tenang kembali, "bila sekarang
bertindak akan membuat Ling-ong merubah rencana awal, maka
yang kecil akan menjadi besar!"
"Apakah kita akan membiarkan dia berbuat sewenang-wenang?"
"Yang pasti tidak!" kata Liu Kun tertawa dingin, "aku ingin
membalasnya dengan cara yang dia pakai!"
"Maksud Kiu-cian-swe adalah..."
"Kita bunuh Kao Sen dulu!"
41-41-41
Setelah melalui sederetan pemeriksaan, akhirnya Kao Sen
mendapatkan petunjuk.
Anak-anak yang menghilang berusia sekitar umur 8 tahun.
Sebelum menghilang, sama-sama pernah bertemu seorang laki-laki
setengah baya yang membuat boneka tanah. Orang ini namanya Lijin-thio (boneka tanah marga Thio). Boneka tanah yang sudah
dibuat diberikan kepada anak-anak, tapi sampai sekarang Li-jinthio masih sering muncul di ibukota. Tidak ragu lagi dia sangat
lincah. Begitu tahu dibuntuti, dia segera bersembunyi, terakhir dia
masuk ke sebuah rumah usang.
Rumah itu segera diawasi oleh anak buah Kao Sen.
Setelah mendapat kabar, Kao Sen segera membawa anak
buahnya datang.
Mereka mendobrak masuk. Li-jin-thio kabur dengan
memecahkan genteng, Tanpa keraguan, Kao Sen segera mengejar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 116
Anak buah mereka yang mempunyai ilmu meringankan tubuh yang
tinggi ikut naik ke atas genteng. Yang lain juga mengejar dari jalan
besar atau gang kecil.
Tapi mengejar tidak begitu jauh, mereka melihat jalan sudah
dihadang sebuah kereta yang penuh kayu dan rumput. Rumput itu
terbakar dengan cepat dan memotong jalan mereka. Begitu mereka
mengambil jalan memutar, Kao Sen dan Li-jin-thio sudah
menghilang.
42-42-42
Ilmu meringankan tubuh Li-jin-thio sangat tinggi. Terkecuali
Kao Sen, yang lain sama sekali tidak bisa mengikuti. Kao Sen telah
meninggalkan anak buahnya jauh di belakang, boleh dikatakan dia
sudah menghilang dari pandangan mereka.
Kao Sen tidak peduli; dia terus mengejar Li-jin-thio. Walaupun
dia mempunyai ilmu silat yang tinggi dan dia adalah salah satu dari
lima pesilat tangguh di istana, tapi dia sudah terbiasa berada di
dalam istana. Dia jarang masuk ke dunia persilatan, maka dia tidak
begitu tahu liciknya dunia persilatan.
Kalau dia berpengalaman di dunia persilatan, setidaknya dia
akan meninggalkan tanda-tanda untuk anak buahnya, agar mereka
bisa saling membantu.
43-43-43
Sesampainya di sebuah tanjakan, Li-jin-thio baru berhenti. Asap
dan kabut muncul dari bawah kakinya, dengan cepat membungkus
tubuhnya.
Kao Sen melihatnya. Tubuh meloncat beberapa kali, pedang
sudah dikeluarkan. Pada pegangan pedang terpasang batu hias.
Tidak diragukan lagi itu adalah pedang yang bagus. Pedang yang
dikeluarkan dari sarungnya mengeluarkan suara yang keras. Dia
menyerang asap dan kabut itu.
Tidak ada reaksi dari dalam asap dan kabut, maka pedang
menyerang tempat kosong. Angin datang bertiup, membuat asap
kabut itu terpencar. Di dalamnya tidak terlihat Li-jin-thio.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 117
Kao Sen melihat sekeliling kemudian membentak:
"Kalau berani keluarlah!"
Li-jin-thio tidak muncul. Dari sisi atas dua pohon besar tiba-tiba
muncul lampion putih dan biru. Kedua lampion itu perlahan-lahan
turun.
Sebelum sampai ke bawah, dua lampion itu meledak. Dari
tempat ledakan lampion itu tiba-tiba muncul dua laki-laki setengah
baya. Yang satu berpenampilan seperti seorang pelajar, tangannya
memegang kipas lipat. Satunya lagi berpenampilan seperti laki-laki
yang baru kehilangan orang tua, berbaju putih dan memegang
pentungan yang biasa nya harus dipegang pada upacara orang tua
meninggal dunia.
Yang berpenampilan seperti pelajar sebenarnya adalah utusan
lampion biru dari Pek-lian-kau bernama Lan Ting-ji. Dan yang
berdandan seperti orang tuanya meninggal adalah utusan lampion
putih Cui Beng.
Kao Sen tidak mengenal mereka tapi mereka mengenal Kao Sen.
Mereka sudah berencana untuk menunggu Kao Sen muncul di sini,
dan percaya mereka bisa membunuh Kao Sen di sini.
"Apakah kau adalah Hu-kui-kiam, Kao Sen?" tanya Cui Beng
dengan nada dingin. (Hu-kui = kaya dan makmur) Kao Sen terpaku
tapi segera mengerti:
"Li-jin-thio sebenarnya adalah umpan?"
"Betul, menunggu kau terkail!" Lan Ting-ji menjawab.
"Siapa kalian?"
"Kau benar-benar adalah orang kaya, sama sekali asing dengan
dunia persilatan!" kata Lan Ting-ji tertawa, "hanya kaisar yang bisa
melakukan hal seperti itu, mengutus orang yang sama sekali tidak
mengerti dunia persilatan untuk mengurus masalah yang ada di
dunia persilatan!"
"Pelajar terlalu banyak bicara yang tidak penting!"
Cui Beng menunjuk Kao Sen, tiba-tiba datang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 118
Lan Ting-ji lebili cepat daripada dia. Kipas lipat sudah digerakkan
memotong tenggorokan Kao Sen. Kao Sen menahan kipas dengan
pedang. Pentungan Cui Beng segera datang menyerang. Pedang
juga membalas. Tapi kipas lipat segera menyerang daerah yang
kosong. Sementara sebelah tangan menahan pedang dengan
pentungan, tangan yang lain sudah menyerang.
Kao Sen terpaksa menyambut serangan telapak. Dia terpental
mundur, tapi jurus pedang tetap mantap. Pentungan yang beberapa
kali menyerang selalu ditahan oleh pedangnya. Tiba-tiba Lan Tingji terbang ke atas, kipas lipat menyerang ke pundaknya.
Kao Sen bisa menghindar, tapi Lan Ting-ji sudah terbang turun
di belakangnya untuk menyerang dari belakang.
Cui Beng menyerang dari depan dengan 'gencar. Terlihat mereka
berdua bukan pertama kalinya bekerja sama karena serangan
mereka sangat pas. Beberapa kali tubuh Kao Sen berganti posisi tapi


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak bisa lepas dari serangan mereka yang berasal dari depan juga
belakang.
Karena tidak sempat menghindar, punggung belakang Kao Sen
sudah tergores oleh kipas lipat Lan Ting-ji dan mengeluarkan darah.
Luka memang tidak berat tapi sudah membuat Kao Sen tergetar.
Dia juga tahu tidak bisa menahan gabungan kedua orang ini. Begitu
melihat tidak ada anak buah dia yang datang, dia siap kabur.
Lan Ting-ji seperti bisa menebak niat Kao Sen.
Dia segera membentak:
"Ingin kabur? Tidak semudah itu!"
"Apakah di mata kalian masih ada hukum?" Kao Sen
membentak.
"Kalau ada hukum, perkara Gin-long tidak akan muncul!" Kipas
lipat Lan Ting-ji dibuka-tutup, "malam ini di sini adalah
kuburanmu!"
Pada saat yang bersamaan dengan kata-kata ini, Cui Beng
menyerang dari depan juga belakang. Kao Sen berturut-turutLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 119
menjemput tujuh serangan kipas lipat, dan tiga serangan
pentungan. Pundak kirinya terluka karena goresan kipas lipat. Kipas
lipat masih terus menyerang tenggorokannya. Dia ingin menahan
kipas dengan pedangnya tapi pedang di-libat terus oleh pentungan.
Terpaksa dia menghindar ke pinggir, tapi kipas lipat seperti ular
beracun terus mengejar, tetap menyerang ke arah tenggorokan.
Setelah terus-terusan menghindar dan menghindar, Kao Sen benarbenar tidak sanggup menghindar lagi. Tapi pada waktu itu, muncul
sebuah pedang di hadapannya.
Dari sudut mata Kao Sen melihat kilauan pedang ini, hatinya
menjadi dingin. Tapi kemudian hangat lagi karena pedang itu
ternyata membantunya menahan kipas lipat Lan Ting-ji.
Pedang yang berasal dari orang berbaju hitam dan memakai
penutup wajah, gerakannya sangat lincah dan berubah-ubah.
Berturut-turut melancarkan 17 jurus, memaksa Lan Ting-ji
mundur. Kemudian orang itu membalikkan tubuh menyerang
wajah Cui Beng. Gerakannya cepat seperti bintang jatuh.
Cui Beng menahannya dengan pentungan. Kesempatan ini
dimanfaatkan Kao Sen untuk menyerang. Cui Beng terpaksa
mundur. Pedang orang bertopeng bergabung dengan pedang Kao
Sen, berubah menjadi sebuah dinding pedang dan menerjang ke
arah Cui Beng!
Lan Ting-ji yang melihatnya berteriak:
"Hati-hati!" Kipas lipat menyerang dari belakang ke arah
punggung Kao Sen.
Orang bertopeng menggunakan telapak tangannya memaksa
kipas lipat tidak bisa bergerak maju. Pedang di tangan kanannya
tetap mempertahankan dinding pedang, dinding pedang tetap maju
seperti membelah gunung dan laut!
Cui Beng mundur tujuh langkah. Dia mundur ke sebuah pohon
besar, berputar, dan langsung meloncat ke atas pohon.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 120
Orang bertutup wajah mengejar. Pedang kembali menyerang
Lan Ting-ji. Ilmu pedang Kao Sen terbawa. Dia juga sama-sama
menyerang Lan Ting-ji.
Lan Ting-ji mundur, dia meloncat ke atas pohon dan memberi
isyarat kepada Cui Beng, baru mereka siap menyerang balik.
Mereka sudah melihat barisan lampion terus bergerak menuju ke
arah mereka. Ternyata adalah anak buah Kao Sen yang sedang
berjalan mendatangi.
"Suseng bagaimana?" tubuh Cui Beng masih terus naik.
"Kita pergi!" Lan Ting-ji sudah meloncat ke pohon yang lain.
Ketika Kao Sen ingin mengejar mereka dan sudah maju beberapa
langkah, orang bertopeng malah berlari ke arah sebaliknya, maka
Kao Sen berteriak:
"Tuan!"
"Orang yang kabur jangan dikejar!" kata orang bertopeng.
Beberapa kali meloncat, dia sudah menghilang di dalam kegelapan.
Kao Sen masih berdiri di sana.
"Tidak bisa melihat wajah, dan tidak tahu namanya, siapakah
dia? Apa tujuan dia menolongku?" Kao Sen tidak mengerti.
Sesampainya di luar Ci-cu-wan, orang yang menolong Kao Sen
baru membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah wajah
seorang pemuda yang tampan. Sudut mulutnya masih tersenyum.
Dia meloncat dan melewati pagar yang tinggi, kemudian masuk ke
dalam Ci-cu-wan.
Anak muda ini adalah satu-satunya laki-laki di keluarga
Lamkiong, bernama Lamkiong Po.
44-44-44
Dari hasil pembakaran kayu wangi, asap terus berputar-putar.
Patung Buddha terlihat gagah juga misterius.
Lo-taikun memejamkan mata, duduk bersila di depan patung
Buddha. Dia sedang menghitung tasbih. Waktu Lamkiong Po tiba di
luar pintu, dia sudah tahu, dia membuka mata dan bertanya:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 121
"Apakah itu Po-ji?"
Lamkiong Po masuk dan berlutut:
"Putramu memberi salam kepada ibu!"
Lo-taikun mengayunkan tangan, katanya:
"Bangunlah!" Lalu katanya lagi, "aku sudah berpesan kau harus
tinggal di rumah, mengapa kau datang kemari?"
"Putramu benar-benar tidak tenang, dipikir-pikir..."
"Kalau sudah datang, sudahlah!" Lo-taikun menarik nafas, lalu
matanya berputar, "mengapa berpenampilan seperti itu?"
"Di jalan putramu melihat ada murid Pek-lian-kau sedang diamdiam menyerang pesilat keraja-an KaoSen. Aku terpaksa
membantu..."
"Kau beraninya..."
"Kao Sen adalah pejabat yang baik, tidak mungkin putra melihat
dia terbunuh!"
"Apakah dia baik atau tidak, jangan hanya melihat dari luar!"
"Tapi murid-murid Pek-lian-kau!"
"Sudahlah!" Lo-taikun menggelengkan kepala. "Pek-lian-kau
sangat kuat, kau sudah merusak rencana mereka..." "Ibu tenanglah,
putramu menutup wajah, kemudian baru bertarung"
Lo-taikun tetap menggelengkan kepala:
"Kau sudah tampak lelah, lebih baik beristirahat dulu!"
Nada Lo-taikun begitu lembut, sampai Lam-kiong Po keluar dari
kamar, sorot mata Lo-taikun segera berubah, berubah menjadi
seram dan jahat.
45-45-45
Lan Ting-ji dan Cui Beng tidak bisa mengenali ilmu silat
Lamkiong Po dari aliran mana. Hanya mendengar mereka
menjelaskan duduk perkara, Thian-te-siang-kun sulit menebak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 122
Orang yang bisa memukul mundur dua utusan tidak diragukan
pasti adalah seorang pesilat tangguh. Dan orang yang berniat
merusak rencana mereka pasti adalah orang kerajaan. Hanya ada
satu orang yang bisa cocok dengan kedua syarat, dia adalah Su Yanhong. Itulah tebakan Liu Kun.
Kemudian dia mengambil keputusan untuk mencoba mencari
tahu dari kaisar.
46-46-46
Kao Sen kembali ke kerajaan. Kaisar segera memanggil Su Yanhong. Di antara mereka, hanya Su Yan-hong yang lebih mengenal
dunia persilatan dan mengenai kemunculan Pek-lian-kau, Su Yanhong sudah lama mengetahuinya. Dia juga tahu perkara Gin-long
pasti adalah perbuatan Pek-lian-kau. Selain itu, dia juga mendukung
kaisar dan Ong-souw-jin dalam menggunakan perkara untuk
menepis sebagian kekuatan Liu Kun.
Seorang Liu Kun sudah membuat mereka repot. Bila ditambah
lagi dengan Pek-lian-kau datang ke ibukota, hal ini benar-benar
membuat Su Yan-hong khawatir.
Terhadap orang bertutup wajah yang menyerang dua utusan
lampion, Su Yan-hong tetap tidak 'bisa menebak.
Kao Sen bisa memastikan orang bertutup wajah bukan Su Yanhong. Yang pasti dia tidak akan mengatakan ini kepada Liu Kun,
maka kedatangan Liu Kun tidak akan mendapat kabar apa-apa. Tapi
dia menggunakan luka yang didapatkan Kao Sen untuk menyerang
Kao Sen dengan menyebutnya tidak berbakat dalam bekerja.
Walaupun sudah mempunyai persiapan untuk menghadapi Liu
Kun, tapi kaisar tetap kalah bicara dari Liu Kun. Akhjrnya kaisar
terpaksa harus I menyerahkan jabatan komandan 5 pasukan kepada
Liu Kun.
Alasan Liu Kun sangat tepat. 5 pasukan merupakan ketentuan
dari kakek kaisar. Waktu itu komandannya adalah raja Tiong-san,
Su Ta. Dengan identitas Kao Sen, dia tidak bisa menanggung tugas
yang begitu berat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 123
Yang pasti Hongpo Ih dan Hongpo Tiong juga tidak memenuhi
syarat. Dulu Liu Kun selalu mengangkat-angkat kepandaian
mereka. Setelah perkara Gin-iong, dia baru tidak bisa berbuat apaapa. Sekarang Kao Sen pulang tanpa membawa hasil, apalagi
terluka, mana mungkin dia mau melepaskan kesempatan ini?
Setelah Liu Kun pergi, kaisar bingung lagi. Ong-souw-jin, Su
Yan-hong juga sama bingungnya. Mereka tahu bahwa anak buah
Liu Kun banyak pesilat tangguh. Jika ditentukan oleh ilmu silat, ini
benar-benar menjadi masalah bagi mereka.
Sampai asisten Ong-souw-jin, Kang Pin menyela pembicaraan
mereka, mereka baru sadar masih ada cara yang lain.
Kang Pin menonton di sisi. Dia dengan tegas mengatakan Liu
Kun datang dengan persiapan. Walaupun ada orang yang sanggup
mengalahkan pesilat tangguh dari Liu Kun, tapi pada waktu itu dia
akan mengeluarkan alasan lain untuk menentang. Kecuali bila ilmu
silat atau latar belakang orang itu baik, Liu Kun baru tidak bisa
berbuat apa-apa.
Baginda tidak pernah memperhatikan orang yang bernama Kang
Pin ini. Sekarang baru memperhatikan, dia sangsi apakah di
kerajaan ada orang ideal seperti itu. Kang Pin tidak menjawab. Sorot
matanya hanya melihat wajah Su Yan-hong.
Tidak hanya kaisar, sorot mata Ong-souw-jin juga ikut berputar
dan sama-sama mengeluarkan suara, "Oh!" Mereka benar-benar
tidak pernah terpikir Su Yan-hong juga bisa melakukan hal ini.
Di dalam pikiran mereka, Su Yan-hong selalu tidak suka nama
dan jasa, tapi tidak diragukan lagi dia adalah orang yang cinta
Negara. Jika tidak, dia tidak akan campur tangan dalam masalah ini
dan selalu memberikan ide yang banyak.
Su Yan-hong beradu pandang dengan mereka. Dia hanya tertawa
kecut.
Kang Pin berkata lagi:
"Hamba masih harus menambahkan satu hal lagi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 124
"Katakan!" Kaisar sangat senang, "kerajaan sedang berusaha
sekuat tenaga, katakanlah ada apa. Walaupun salah, aku tidak akan
marah kepadamu!"
"Terima kasih! Di dalam Cin-hai-lou, semua masalah besar
maupun kecil jangan diangkat bicara oleh baginda atau Hou-ya.
Hanya dengan begitu baru bisa membuat Liu-congkoan tidak
merasa masuk perangkap!"
"Itu baik sekali!" kata kaisar sambil tertawa.
Dia segera menyuruh Su Yan-hong untuk tinggal. Sekarang Su
Yan-hong hanya bisa tertawa kecut.
47-47-47
Sekembalinya ke rumah An-lek-hu, yang pertama kali Su Yanhong lakukan adalah mencari gurunya Tiong Toa-sianseng. Melihat
ekspresi wajahnya, Tiong Toa-sianseng tahu sesuatu sudah terjadi,
tapi apa yang menjadi permintaan Su Yan-hong di luar dugaannya.
"Besok kaisar akan menggelar perkara. Dia mengundang guru ke
sana!"
Tiong Toa-sianseng terpaku kemudian menjawab:
"Kau tahu aku tidak suka pesta orang kaya, apalagi pesta
kaisar..."
"Guru hal ini..."
"Kau orang yang seperti apa, guru sudah sangat hafal. Lebih baik
kau berkata jujur!"
Terpaksa Su Yan-hong dengan terus terang memberitahu Tiong
Toa-sianseng. Kaisar mengundang Tiong Toa-sianseng menjadi
wasit untuk pertandingan ilmu silat di Cin-hai-lou dan
menceritakan sebab musababnya kepada Tiong Toa-sianseng.
Terlihat Tiong Toa-sianseng mengalami kesulitan, sampai Su
Yan-hong mengeluarkan surat raha sia kaisar. Surat itu ditulis oleh
kaisar untuk Tiong Toa-sianseng. Setiap kata penuh kehormatan
dan kesungguhan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 125
Setelah selesai membaca surat rahasia, Tiong Toa-sianseng
terdiam. Su Yan-hong menunggu seben tar baru bertanya:
"Bagaimana pendapat guru?"
"Terhadap seorang kaisar yang begitu meman dang penting
dunia persilatan, mana mungkin guru menolak. Terpaksa aku harus
melakukannya kali ini!" Tiong Toa-sianseng menarik nafas, "dalam
keraja-an sangat berbahaya dan jahat, lebih-lebih dari dunia
persilatan. Guru memang tidak takut semua ini. Aku hanya takut
setelah itu, tidak bisa hidup tenang!"
"Tenanglah guru!"
"Tenang atau tidak adalah bagian kedua. Tapi bisa melakukan
beberapa hal berarti, itu akan lebih baik!" Tiong Toa-sianseng
tertawa.
Setelah mendengarnya, hati Su Yan-hong men jadi tenang.
*** Kemunculan Tiong Toa-sianseng memang mengejutkan pihak
Liu Kun. Mereka tahu Tiong Toa-sianseng berada di ibukota, tapi
tidak menyangka Tiong Toa-sianseng akan muncul di tempat ini.
Begitu mendengar Tiong Toa-sianseng hanya menjadi wasit,
Hongpo bersaudara, In Thian-houw, Tiang-seng menarik nafas
lega. Liu Kun yang melihat Tiong Toa-sianseng juga bernafas lega.
Dia tahu Tiong Toa-sianseng sangat terkenal di dunia persilatan
maka tidak mungkin Tiong Toa-sianseng merebut posisi komandan,
paling-paling menjadi seorang wasit.
Keadaan membuktikan tebakan dia tidak salah.
"Kalau penentuannya adalah ilmu silat, yang pasti perlu mencari
seorang pesilat tangguh sebagai wasit. Itu sangat wajar."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 126
Kata-kata kaisar ini sangat disetujui oleh Liu Kun. Tapi dia juga
berpikir kaisar tidak hanya seperti itu menyuruh Tiong Toasianseng jadi wasit. Mungkin dia akan diberi petunjuk oleh kaisar
tentang cara-cara menghadang pesilat tangguh di pihak Liu Kun.
Memang ide seperti itu sudah dijalankan di pihak kaisar. Karena
sudah mendapatkan peringatan Tiong Toa-sianseng sebelumnya,
begitu bertarung Han Tau sudah melihat kelemahan Tiang-seng dan
deng-an mudah mengalahkannya.
Setelah Tiang-seng, berikutnya adalah In Thian-houw. In Thianhouw tidak ingin bertarung jenis ilmu silat lain. Dia ingin mengadu
kekuatan tenaga dalam dengan Han Tau.
Han Tau bisa dengan mudah mengalahkan Tiang-seng. Ini
dikarenakan Tiang-seng mempunyai ilmu yang bermacam-macam,
sehingga lebih mudah bagi Han Tau menghadapinya dengan diamdiam menyerang. Sekarang bertarung dengan In Thian-houw,
harus keras melawan keras. Yang pasti akan lebih melelahkan.
Menurut pengetahuannya tentang ilmu silat In Thian-houw, baik
ilmu Gwakang atau ?pun Lwekang sama-sama bagus. Apalagi


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lwekang nya sudah berada di tingkat paling tinggi. Tiong Toasianseng sangat berpengalaman, apalagi dia sudah diberitahu Su
Yan-hong sebelumnya. Maka kecuali dengan cara keras lawan keras,
Han Tau tidak mempunyai cara lain lagi.
Gerakan mereka tidak cepat, malah sebaliknya, bergerak
semakin lambat, sampai akhirnya keempat telapak mereka sudah
menempel menjadi satu dan tidak bisa bergerak.
Pada waktu itu Tiong Toa-sianseng tiba-tiba keluar dan
melayang ke depan mereka berdua.
In Thian-houw terkejut. Han Tau merasa hal ini di luar dugaan.
Uu Kun ingin membentak tapi terakhir tidak dilakukannya.
Kaisar sudah berjanji harus bertarung dengan adil. Bila Tiong
Toa-sianseng tiba-tiba bertindak seperti ini, pastilah bukan tanpa
sebab. Liu Kun berpikir, sekalian menunggu perubahan keadaanLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 127
selanjutnya. Kalau Tiong Toa-sianseng benar-benar membantu Han
Tau, walaupun Han Tau bisa menang dia bisa ber-alasan lain.
Tubuh Tiong Toa-sianseng baru mendarat. Dia pelan-pelan
mengangkat tangan kanan. Lengan baju Tiong Toa-sianseng seperti
papan besi memotong di antara keempat telapak yang beradu.
Begitu lengan baju memotong di tengah, keempat telapak yang
tadi menempel menjadi satu sekarang bisa terbuka. Tiong Toasianseng mengayunkan lengan baju ke kiri juga ke kanan.
Han Tau berada di sisi kiri. Yang terhempas kemudian adalah In
Thian-houw. Mereka merasa terkejut. Kekuatan tenaga dalam
Tiong Toa-sianseng di luar dugaan mereka. Mereka tidak mengerti
mengapa Tiong Toa-sianseng melakukan ini. Setelah saling
memandang, mereka diam.
Hanya ada satu orang yang mengerti tindakan Tiong Toasianseng di lapangan sana. Dia adalah Su Yan-hong. Dia juga diam
menunggu penjelasan dari Tiong Toa-sianseng.
"Pertarungan hari ini sampai di sini saja. Untuk apa kalian
berdua begitu serius?" kata Tiong Toa-sianseng sambil
menggelengkan kepala.
"Mana mungkin tidak serius?" sela Liu Kun.
Tiong Toa-sianseng terus berbicara:
"Kalau kalian berdua beradu tenaga dalam, keras melawan keras.
Walaupun bisa tahu yang menang dan kalah tapi kalian akan
membayar harga yang tinggi, membuat organ dalam tubuh terluka.
Dalam 3 sampai 5 tahun kalian akan menjadi orang cacat. Apa yang
bisa kita lakukan dengan itu. Sekarang kerajaan sedang
membutuhkan orang, pertarungan seperti itu jangan dilakukan!"
"Tidak boleh dilakukan!" Kaisar menyambung.
"Menurut Tiong Toa-sianseng, tenaga dalam mereka berdua,
siapa yang lebih tinggi?" tanya Liu 'Kun.
"Aku tidak bisa melihat!" kata Tiong Toa-sianseng sambil
tertawa, "dua pesilat tangguh beradu tenaga dalam, kecuali beradaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 128
dalam jarak yang sangat dekat, akan sulit melihat siapa yang kalah
atau menang. Tapi kadang-kadang terjadinya sesuatu juga bisa
mengganggu menang atau kalah!"
"Aku tidak mengerti!" kata Liu Kun.
"Maksud guruku adalah tenaga dalam mereka berdua hampir
seimbang, jika diteruskan keduanya akan terluka!" kata Sil Yanhong.
"Belum tentu!" jawab In Thian-houw.
Baginda melihat dia tidak melanjutkan kata-kata berikutnya lagi,
baru bertanya:
"Menurut Tiong Toa-sianseng, dengan cara apa hal ini dapat
diselesaikan?"
"Lebih baik mempersilakan mereka beristirahat sejenak,
kemudian bertarung lagi dengan cara lain!"
"Baik!" Kaisar setuju.
"Bagaimana kalau dengan cara lain juga tidak bisa menentukan
siapa yang menang atau kalah, apakah akhirnya keduanya juga
harus terluka?" tanya Liu Kun.
"Pasti ada yang menang atau kalah!" kata Tiong Toa-sianseng.
"Apakah Tiong Toa-sianseng pasti akan bersikap adil?" Liu Kun
bertanya lagi.
Tiong Toa-sianseng hanya tertawa. Liu Kun segera tahu dia
sudah salah bicara. Kalau Tiong Toa-sianseng tidak yakin, siapa
yang bisa yakin?
Lama kemudian Liu Kun baru berkata lagi:
"Sebenarnya setelah ada yang menang dan kalah, apa tujuan dari
itu?"
"Apa maksud kata-katamu ini?" tanya kaisar dengan aneh.
"Komandan harus gagah berani juga cerdas. Sedikit kurang
dalam ilmu silat tidak apa-apa, kecerdasan bisa menutupi
kekurangan!" kata Liu Kun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 129
Kaisar mengangguk:
"Maksudnya harus mencari satu soal untuk menguji mereka!"
Tanpa menunggu Liu Kun bicara, kaisar segera berkata kepada
Tiong Toa-sianseng:
"Pertarungan tadi memang menegangkan, tapi kurang serius.
Tiong Toa-sianseng jarang kemari, kalau kita tidak melihat ilmu
silat Kun-iun-pai, bukankah sangat disayangkan?"
Liu Kun membutuhkan waktu untuk berpikir. Yang pasti dia
tidak akan melepaskan kesempatan ini, maka dia segera berkata:
"Jarang baginda mendapatkan kegemaran yang baik seperti ini!"
Kaisar bertanya kepada Tiong Toa-sianseng. Tiong Toa-sianseng
segera memberi hormat:
"Jika baginda mengijinkan, hamba akan mulai .satu pertunjukan
dengan ketidakmampuan hamba. Bila hanya aku sendiri yang
melakukan pertunjukkan tentulah sangat tidak menarik."
Han Tau segera maju:
"Biarlah Han Tau yang meminta petunjuk!"
"Baik!" Kaisar berseru. Liu Kun juga berseru dalam hati. Bila
tenaga Han Tau terkuras, In Thian-houw akan menang dengan lebih
mudah. Tapi kaisar malah berkata lagi, "sedikit orang tidak seru.
Lebih baik In Thian-houw, Tiang-seng, Hongpo bersaudara juga
sekalian meminta petunjuk kepada Tiong Toa-sianseng!"
Kaisar sudah membuka mulut, Liu Kun terpaksa menganguk. In
Thian-houw, Tiang-seng, Hong po bersaudara tidak membantah.
Mereka saling melihat dan semuanya mempunyai niat ingin
bergabung agar bisa merobohkan Tiong Toa-sianseng.
Hongpo bersaudara memegang Poan-koan-pit. Tiang-seng
memperagakan ilmu meringankan tubuh, terbang melewati kepala
Tiong Toa-sianseng dan mendarat tepat di belakang Tiong Toasianseng. Dua telapak In Thian-houw berputar. Dia berputar ke arah
kanan Tiong Toa-sianseng.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 130
Han Tau terpaksa berada di kiri Tiong Toa-sianseng. Tiong Toasianseng sudah tahu empat pesilat tangguh dari pihak Liu Kun
mempunyai rencana busuk, tapi dia tetap seperti tidak tahu dan
balik bertanya kepada Tiang-seng, In Thian-houw:
"Mana senjata kalian berdua?"
In Thian-houw tertawa sombong:
"Aku selalu tidak menggunakan senjata!"
"Bila perlu, aku akan memakai senjata!" jawab Tiang-seng.
Tiong Toa-sianseng tidak berkata apa-apa. Dia memberi hormat
kepada kaisar. Tangan kirinya memegang pedang, tangan kanan
memegang gagang pedang.
Setelah memberi hormat, In Thian-houw dan tiga pesilat lain
membentak. Dari arah yang berbeda mereka menyerang Tiong Toasianseng. Kecuali Han Tau, yang lain mengerahkan tenaga,
berharap bisa menjatuhkan Tiong Toa-sianseng.
Pertunjukkan Tiong Toa-sianseng tentu saja bukan sesuatu yang
tiba-tiba. Kaisar merasa senang, karena sebenarnya pertunjukkan
ini adalah salah satu rencana kaisar. Reaksi Liu Kun dan keempat
pesilat yang siap menyerang, semua sudah dalam perhitungan
kaisar, Su Yan-hong dan Tiong Toa-sianseng, maka Han Tau
pertama yang datang meminta petunjuk.
Keberadaan Han Tau di sana sebenarnya adalah untuk menjaga
agar bagian perut Tiong Toa-sianseng tidak bisa diserang. Kekuatan
In Thian-houw dan tiga pesilat lain sudah dalam perhitungan Tiong
Toa-sianseng, sampai-sampai dia sudah memperhitungkan cara
penyerangan gabungan mereka.
Tiong Toa-sianseng sengaja ingin mengikis 'kekuatan Liu Kun,
maka dia mulai dengan jurus Thian-liong-pat-sut diteruskan
dengan perubahan-perubahannya. Dia selalu mengambil
kesempatan terlebih dulu.
Yang diserang adalah In Thian-houw, Tiang-seng, dan Hongpo
bersaudara. Sedangkan Han Tau malah menjadi asisten baginyaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 131
untuk meminjam tenaga. Bila tenaganya akan habis, dia akan
menyerang Han Tau. Ketika telapaknya dan telapak Han Tau saling
beradu, tenaga baru muncul. Kemudian dia segera berganti sasaran
untuk menyerang kelompok In Thian-houw lagi.
Han Tau mengimbangi dia dengan pas. Sebelum Tiong Toasianseng menyerangnya, perubahannya sangat banyak, membentak
dan menyerang sangat cepat. Di mata semua orang, dia malah orang
yang paling rajin menyerang Tiong Toa-sianseng.
Karena dibantu oleh Han Tau, maka Thian-liong-pat-sut Tiong
Toa-sianseng dapat digunakan dengan sangat sempurna. Setelah
jurus ketiga, Poan-koan-pit Hongpo bersaudara sudah direbut.
Begitu jurus ke empat dikeluarkan Tiong Toa-sianseng untuk
menyerang kelemahan Tiang-seng. Walaupun ilmu telapak Tiangseng berubah-ubah, tapi begitu Tiong Toa-sianseng masuk di
tempat lowongnya, telapak sudah tidak bisa berubah lagi. Dia tidak
bisa menolak dan memegangnya. Tubuh Tiang-seng segera jatuh
terhempas sejauh 1 depa.
Han Tau tetap bertindak. Dia melewati Hongpo bersaudara dan
menghadang di sisi Tiang-seng. Dengan sepasang telapaknya, dia
menyerang Tiong Toa-sianseng.
Tubuh Tiong Toa-sianseng berguling, jatuhnya pas di tempat itu,
sehingga kedua telapak tangan nya beradu dengan telapak Han Tau.
Kemudian dia meloncat ke atas. Han Tau berseru pelan-pelan, kemu
dian dia bersalto keluar.
In Thian-houw datang, tapi dia lebih lambat dari Han Tau.
Sampai Han Tau tergetar mundur, Tiong Toa-sianseng sudah turun
kembali. Dua telapak-nya berputar tiga kali. Tenaga yang ter
kumpul di kedua tangannya digunakan untuk menyerang seku-at
tenaga.
Tiap maju selangkah, tenaga Tiong Toa-sian-seng bertambah
kuat, maka dengan 80% kekuatannya, dia menerjang In Thianhouw.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 132
90% tenaga Tiong Toa-sianseng lebih tinggi tiga kali lipat
daripada tenaga In Thian-houw, maka ketika menjemput serangan
Tiong Toa-sianseng, In Thian-houw tergetar. Dia merasakan
darahnya terus bergolak.
Tapi Tiong Toa-sianseng sangat tahu kesopanan. Tenaga dalam
yang dikeluarkan langsung ditarik kembali 20%, kemudian
sepasang telapak membelah. In Thian-houw tergetar mundur,
mundur di antara Hongpo bersaudara dan Tiang-seng, wajahnya
menjadi muram.
Sebelum mereka bertindak apa-apa, Han Tau segera mendekat:
"Kepandaian Tiong Toa-sianseng benar-benar tinggi, Boanpwee
dan yang lain sudah kalah! Di bawah tangan Tiong Toa-sianseng,
kami tidak bisa berbuat apa-apa!"
Tiong Toa-sianseng segera memberi hormat kepada mereka
berlima:
"Terima kasih sudah mengalah!"
In Thian-houw masih bengong. Pada waktu itu kaisar sudah
bertepuk tangan dan memuji:
"Tiong Toa-sianseng benar-benar adalah guru yang baik. Aku
kagum!"
Kaisar sudah memuji, yang lain harus bertepuk tangan berkata:
"Baik!"
Liu Kun terpaksa memasang wajah senang.
"Kepandaian yang kecil, malu dilihat oleh baginda!" kata Tiong
Toa-sianseng.
Su Ceng-cau yang ikut menonton masih bengong di sana. Dia
tidak lupa sudah menantang Tiong Toa-sianseng. Waktu itu
memang dia tahu pasti kalah, tapi dia tidak menyang ka ilmu silat
Tiong Toa-sianseng begitu kuat.
Kemudian dia berkata:
"Menurutku lebih baik kita jangan bertarung lagi!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 133
"Mengapa Tiang-lek Kuncu berkata begitu?" tanya Liu Kun.
Su Ceng-cau melihat In Thian-houw dan lain-lain, dia
menggelengkan kepala:
"Mereka berlima bersatu tetap bukan lawannya Tiong Toasianseng. Apa artinya lagi kalau diterus-kan, siapa yang masih
percaya pada mereka?"
"Betul juga!" Kaisar mengangguk.
Liu Kun bengong. Dia masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Su
Ceng-cau berkata lagi:
"Menurutku lebih baik Tiong Toa-sianseng yang menjadi
komandan pasukan penjaga ibukota!"
"Ide yang bagus!" kata kaisar, "tapi sayang Tiong Toa-sianseng
adalah orang yang tidak suka terhadap urusan kerajaan!"
"Pendapat baginda sangat bagus!" Liu Kun segera menyambung.
"Betulkah kau tidak suka menjadi pejabat?" tanya Su Ceng-cau
kepada Tiong Toa-sianseng.
"Bukan tidak tertarik, tapi aku sudah tua tidak pantas menjadi
pejabat tinggi!"
"Apakah dengan ilmu silatmu yang tinggi masih ada orang yang
tidak terima?"
"Orang dunia persilatan yang tidak mengenal aku bisa dihitung
dengan jari, tapi kebanyakan pejabat tidak mengenal aku. Apalagi
aku adalah orang kampung, bagaimana bisa membuat orang-orang
tunduk kepadaku?" tanya Tiong Toa-sianseng.
"Masuk akal! Kita harus memikirkan reaksi semua pihak."
Su Ceng-cau tiba-tiba berkata:
"Ada seseorang yang sangat cocok!"
Liu Kun segera terpikir siapa. Tapi sebelum dia membuka suara,
Su Ceng-cau sudah menunjuk Su Yan-hong:
"An-lek-hou!"
"Dia?" Kaisar merasa di luar dugaan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 134
"An-lek-hou adalah murid Tiong Toa-sianseng, ilmu silatnya
tidak akan kalah jauh dari gurunya. Dia adalah putra raja Tiong-san
juga seorang Hou-ya. Siapa yang bisa menolak dia menjadi
komandan pasukan penjaga ibukota?"
Hati Liu Kun tenggelam, tapi kaisar tertawa.
"Orang ini merepotkan. Tiga tahun yang lalu aku paksa dia
menjadi komandan sebuah pasukan, tapi baru tiga bulan dia sudah
menggantung jabatannya. Hal ini membuatku sulit menjelaskan
kepada pejabat yang lain," kata kaisar.
"Setahun yang lalu, aku merekomendasikan dia menjadi
sekertaris pasukan Pek-kim, dia tetap menolak."
Su Yan-hong hanya tertawa. Kaisar berkata lagi:
"Bila orang tidak suka menjadi pejabat sebaiknya jangan
dipaksa!"
"Karena aku tahu aku bukan orang yang bisa menjadi pejabat,
kalau dipaksa tidak akan menghasilkan hal yang baik. Bukankah


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah kaisar nantinya akan terlihat lebih buram?" kata Su Yanhong.
"Sifatmu memang tidak cocok menjadi koman dan pasukan
penjaga ibukota!" dia berkata kepada Liu Kun, "bukankah dia
sebenarnya belum cukup berbobot?" tanya kaisar.
Liu Kun melihat Su Yan-hong:
"Tidak juga. Dalam hal bakat dan latar belakang, tidak ada orang
yang lebih baik daripada An-lek-hou?"
Su Yan-hong tertawa:
"Congkoan berkata terlalu melebihkan. Aku sudah punya sifat
malas, sebenarnya sulit menanggung jabatan ini!"
"Itu benar-benar adalah keinginan negara!" Liu Kun pura-pura
menarik nafas.
"Liu-congkoan pintar menggunakan orang. Sekarang dia juga
terus memuji, berarti Hou-ya adalah calon yang paling tepat!" kata
Ong-souw-jin.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 1 135
"Semua orang berharap, tapi Hou-ya sendiri yang tidak tertarik,
dengan begitu akan membuat semua orang kecewa!" Liu Kun hanya
berpikir Su Yan-hong tidak ingin menjadi komandan pasukan
penjaga ibukota maka kata-katanya sangat manis.
Su Yan-hong tertawa kecut:
"Tidak disangka Liu-congkoan juga berpihak pada kaisar untuk
memaksaku!"
"Hahaha! Mana boleh dikatakan memaksa? Hou-ya memang
adalah orang berbakat, hanya saja tidak ada waktu. Jika ada, aku
akan mengumpulkan semua pejabat di kerajaan untuk menjamin
kau naik ke jabatan ini!" kata Liu Kun.
"Congkoan benar-benar memandang penting aku!" Su Yan-hong
tetap rendah hati dan tidak siap menerima jabatan ini.
Kala Ong-souw-jin lagi; "Liu-congkoan jarang memuji orang,
mengapa Hou-ya tidak memikirkannya dulu?"
"Aku sudah berpikir dengan teliti!"
"Sayang! Sayang sekali!" kata Liu Kun.
Tapi tiba-tiba Su Yan-hong berkata:
''Demi membalas kebaikan Liu-congkoan, aku setuju menjadi
komandan pasukan penjaga ibukota!"
Wajah Liu Kun segera berubah. Sekarang dia baru sadar kalau
dia tertipu, tapi mana mungkin Liu Kun bisa menentang lagi?
Su Yan-hong segera bangun. Dia berlutut kepada kaisar:
''Sulit mendapat kesempatan yang bisa direkomendasikan oleh
Liu-congkoan, maka aku rela mengisi posisi komandan pasukan
penjaga ibukota untuk mengabdi kepada baginda!"
Kaisar tertawa dan berkata:
"Kau sendiri yang setuju, tidak boleh menyesal dan
mengembalikan jabatan lagi!"
"Hamba tidak akan menyesal!" Su Yan-hong berkata kepada Liu
Kun, "terhadap kebaikan Cong-koan, aku tidak akan habis-habisLegenda Pendekar Ulat Sutra - 1 136
berterima kasih. Aku akan setia dan melaksanakan tugas dengan
baik!"
Wajah Liu Kun terlihat muram sekejap, tapi dengan cepat
berubah:
"Baik! Baik! Aku bersulang pada Hou-ya!"
Su Yan-hong mengangkat cangkir dan sekaligus menghabiskan
araknya. Liu Kun juga lebih cepat menghabiskan araknya. Tapi
kemarahan di dalam hatinya tidak tersiram oleh secangkir arak ini,
malah hatinya semakin marah. Tapi dia bisa menahannya.
Su Yan-hong menaruh cangkir, lalu berkata kepada baginda:
"Hamba sudah lama meninggalkan jabatan pemerintahan,
apalagi terhadap pengurusan pasukan, harap baginda maklum dan
mengijinkan aku memilih seorang asisten yang cocok!"
"Siapa yang ingin kau pilih?"
Su Yan-hong melihat Ong-souw-jin:
"Anak buah pejabat Ong, wakil ketua pasukan Kang Pin gagah
berani juga cerdas. Aku merasa dia paling cocok!"
"Bagaimana pendapatmu?" tanya kaisar pada Ong-souw-jin.
Ong-souw-jin berpikir sebentar:
"Kang Pin ikut aku sudah beberapa tahun, aku selalu
menganggap dia tangan kanan dan kiri aku. Dia lama di Kanglam
Kasih Diantara Remaja 7 Walet Emas 06 Nyi Wungkuk Dari Bendo Growong Pedang Pembunuh Naga 8

Cari Blog Ini