Ceritasilat Novel Online

Pedang Bunga Mei 1

Pedang Bunga Mei Karya Gu Long Bagian 1


PEDANG BUNGA MEI
(Jian Du Mei Xiang)
1960 Oleh : Gu Long
Terjemahan : Liang Y. L
Editor : Adhi H3
Jilid ke satu
BAB 1
Bertarung di padang salju
Mei-hua mekar lebih awal dari
musimnya. Udara terasa begitu dingin tapi
bunga-bunga itu masih mekar dengan
indahnya, dengan pohon cemara dan pohon
bambu, mereka disebut sebagai 3 kawan baik.
Di luar kota Kun Ming, di Gunung Wu
Hua, Mei-hua mekar di atas permukaan salju
yang tebal, walaupun lapisan salju sangat
tebal tapi Mei-hua tetap mengeluarkan
harum yang terasa begitu segar, membuat
hati setiap orang ikut merasa segar.
Di belakang gunung, di atas tumpukan
salju putih, banyak pohon Mei yang sudah
tua. Umurnya sudah ratusan tahun, rantingrantingnya keras seperti potongan besi.
Bunga bermekaran begitu banyak, alam
terlihat begitu indah, benar-benar seperti
pemandangan di surga.
Sore telah tiba, udara terasa dingin
dan hari hampir gelap, Mei-hua terlihat
lebih menarik lagi. Di tempat di mana Meihua mekar begitu banyak, terdengar ada
seseorang yang menarik nafas panjang, lalu4
pelan-pelan terlihat ada seorang pelajar
mengenakan topi kotak berjalan keluar. Dari
manakah datangnya pelajar ini?
Dengan santai dia mengelilingi taman
bunga Mei ini, menikmati Mei-hua yang
sedang bermekaran, tapi di atas permukaan
salju yang tebal tidak terlihat jejak
kakinya. Dia berdiri di sebuah pohon Mei
yang sudah tua, dengan teliti melihat Meihua yang ada di atas pohon itu. Baju yang
melekat di tubuhnya mengikuti tiupan angin
terus bergerak-gerak. Di saat sekarang dan
di tempat seperti ini melihatnya, benarbenar seperti melihat dewa langit.
Hari begitu sunyi, suara serangga pun
tidak terdengar, karena udara sekarang
terasa begitu dingin tampak sosoknya. Dia
memungut sepotong ranting kering, lalu
menggoreskan ranting itu di atas salju,
hanya beberapa goresan, tapi dia telah
menghasilkan sebuah lukisan bunga Mei
yang indah. Dan dengan sombong dia berdiri
di atas salju, dia melukis dengan sempurna.
Dari kejauhan terdengar ada suara
orang tapi suara itu sangat kecil dan masih
berada di tempat jauh. Wajah pelajar itu
tampak berubah, disudut mulutnya menjadi5
terangkat dia tertawa dingin, ketika
tangannya sedikit diangkat, dan ranting
pohon kering itu sudah melayang dan
menancap di permukaan batu gunung itu.
Dia melihat ada beberapa sosok orang
di kejauhan, hanya dalam waktu singkat
mereka sudah berada di depannya. Kecepatan
mereka tidak terbayangkan, tapi orang itu
hanya tertawa menghina, ekspresi wajahnya
terlihat lebih dingin lagi.
Beberapa sosok itu tampak berputar
sebentar, lalu mereka berjalan menuju
tempat di mana dia berdiri. Terdengar dia
berkata pada dirinya sendiri, "Mengapa
hanya ada 4 orang? Apakah kali ini
keinginanku tidak terlaksana lagi?"
Keempat orang tadi, begitu tiba di
depannya pada jarak 5-6 meter langsung
berhenti. Kemudian salah satu dari mereka
yang wajahnya tampak merah dan bertubuh
tinggi, penampilannya seperti seorang
pendeta, sambil tertawa dia berkata, "Shenjun benar-benar datang tepat pada waktunya,
malah kami yang terlambat datang."
Suara tawanya terdengar menggema di
lembah itu. Gema itu terus terdengar
sambung-menyambung. Dengan dingin Shen-6
jun melihat mereka berempat, kemudian
sorot matanya berhenti pada seorang pak tua
yang perawakannya kurus dan kering.
Pak tua itu mengenakan mantel yang
terbuat dari sutra, di punggungnya terselip
pedang. Pedang itu sangat panjang. Tubuhnya
yang kurus dan kering menggendong pedang.
Pedang itu sangat panjang dan hampir
mengenai tanah. Semua itu terlihat lucu
walaupun tubuhnya kurus dan kering, tapi
dahinya tampak lebar, sorot matanya seperti
burung elang yang siap memangsa buruannya.
Membuat siapa pun yang melihatnya menjadi
takut.
Wajah mereka seperti sedang tertawa
tapi tawa mereka adalah tawa terpaksa,
walaupun tertawa tapi mereka tetap
terlihat takut dan juga terkejut. Ekspresi
ini merupakan kebiasaan manusia saat
menghadapi ketegangan. Apalagi salah satu
dari mereka yaitu seorang pemuda tampan,
bisa dikatakan sekarang ini dia tampak
gemetar. Wajahnya yang tampan tidak
terlihat bercahaya, malah tertutup dengan
aura kematian.
Semua ekspresi mereka tidak bisa
lolos dari pandangan pelajar itu. Matanya7
dengan cepat berkedip, dia tertawa,
"Baiklah, baiklah, dari lima orang ketua
lima perkumpulan, hari ini telah datang 3
orang, benar-benar membuat aku, Mei Shanming merasa gembira, tapi...."
Wajahnya tampak berubah, sorot
matanya mengeluarkan aura membunuh yang
menakutkan, dengan dingin dia berkata lagi,
"Orang Kun-lun-pai, Ling Kong Bu Xu dan
Ketua Dian Cang Bai, Zui Feng Jian, Xie
Xing, mengapa mereka tidak datang? Apakah
mereka berniat meremehkan Mei Shan-ming?"
Pendeta yang wajahnya merah itu
adalah ketua dari 5 perkumpulan, dia adalah
Ketua Wu Dang, Biksu Chi-yang, mendengar
kata-kata pelajar itu, dia tertawa, "Mereka
tidak berani mengabaikan perintah Anda
untuk tidak hadir, hanya saja...."
Pak tua kurus kering itu langsung
menyambung, "Ada seseorang yang
kemampuannya 10 kali lipat lebih hebat
darimu."
Kedua mata Mei Shan-ming terbuka
lebar, dengan cepat dia melihat pak tua itu
dan bertanya, "Siapa orang itu? Aku ingin
mengenalnya."
Wajah pak tua itu tampak tersenyum,8
tapi dia berusaha menghilangkannya, "Kalau
kau bisa bertemu dengan orang itu, aku yang
bernama Li-e, adalah orang pertama yang
akan ikut merasa senang."
"Apa maksudmu?" tanya Mei Shan-ming.
Biksu Chi-yang cepat berkata, "Shenjun, Anda jangan marah dulu, Zui Feng
Pendekar Xie dan Ling Kong Bu Xu,
Pendekar Zao sudah meninggal beberapa
bulan lalu karena itu mereka tidak bisa
memenuhi janji 3 tahun lalu, tapi...." dia
menunjuk pemuda tampan itu dan berkata
lagi, "Dia adalah Ketua Dian Cang-pai
generasi tujuh, penerus Zui Feng Jian,
Pendekar Xie, dia bernama Luo Ying-jian
Xie Chang-ji. Hari ini dia datang mewakili
ayahnya untuk menepati janji denganmu."
Mei Shan-ming masih memandang Li-e
dengan pandangan tajam, kemudian beralih
kepada Xie Chang-ji, "Adik Xie sangat
tampan dan tampak luar biasa, orang yang
telah meninggal ternyata mempunyai
keturunan begini gagah, benar-benar
membuatku merasa kagum. Karena hal ini
menyangkut generasi kami, biarlah semua
ini kami yang membereskannya, aku berharap
Adik Xie jangan ikut campur dalam masalah9
ini."
Hati Xie Chang-ji dalam sekejap
seperti ada gelombang laut yang
menerpanya, tentu kata-kata Mei Shan-ming
telah mengenai isi hatinya yang paling
dalam. Tapi dia dilahirkan di kalangan
keluarga pesilat, dan sekarang dia menjabat
sebagai ketua salah satu perkumpulan,
banyak hal yang memaksanya untuk
melakukan sesuatu demi nama baik
perkumpulan Dian Cang-pai, dan juga demi
kedudukannya di dunia persilatan. Dia
menekan perasaannya supaya tidak tampak di
wajahnya.
Kedua matanya memandang ke tempat
jauh kemudian berkata, "Perkataan Tuan
memang masuk akal, tapi sebagai seorang
laki-laki harus dipegang teguh janji,
ayahku dan Shen-jun sudah berjanji, aku
anggap janji ini adalah pesan terakhir ayah
sebelum meninggal, maka aku datang
menepati janji dengan Shen-jun, tentang
menang atau kalah, mati atau hidup, aku
tidak berhak menentukannya."
Mei Shan-ming tersenyum dan
mengangguk, dalam hati dia kagum pada
keberanian pemuda ini.10
"Sifat setiap orang memang tidak sama,
kita tidak boleh memaksanya, kalau sifat
Adik Xie seperti ini, aku benar-benar
kagum padamu."
Perkataannya baru selesai, dia kembali
pada sosoknya yang dingin dan kejam, dia
membalikkan wajahnya dan berkata pada
Pendeta Chi-yang, "Tiga tahun lalu, kelima
perkumpulan kalian telah mengundang semua
pendekar dunia persilatan pergi ke Tai
Shan untuk memperebutkan gelar 'Tian Xiadi Yi Jian-shu' (Jago pedang nomor satu)."
Dia tertawa sambil memandang ke atas,
tawanya yang panjang membuat bunga Mei
jatuh berguguran dari pohonnya.
"Aku, Qi-mao Shen-jun (Tuan tujuh
keanehan), tidak akan berbuat seperti
kalian, yang gila nama dan berniat merebut
gelar itu, kalau kalian suka kalian bisa
mendapatkan gelar Tian Xia-di Yi Jian-shu,
hal ini tidak menjadi masalah untukku, tapi
aku sama sekali tidak menduga, yang
menamakan dirinya sebagai ketua
perkumpulan lurus malah bergabung dan
membuat masalah menjijikkan, 5 pedang
bergabung sehari sebelum bertarung, kalian
telah melukai teman baikku, Dan Jian Duan11
Hun, Wu Zhao Yu di sebuah air terjun...."
Bahu Li-e tampak sedikit bergetar,
tapi dia segera berlari ke hadapan Mei Hanming dan memotong kata-katanya, "Tidak
perlu membicarakan terus masalah ini, hal
itu semua bisa terjadi karena keinginan Wu
Zhao-yun sendiri, jangan salahkan siapa
pun. Hari ini kami telah datang dari jauh
untuk melihat beberapa macam permainan
dari Qi-mao Shen-jun, apa syaratmu, harap
katakan saja sekarang, kami akan melayani
keinginanmu satu per satu."
"Aku takut, sebelum sampai pada tahap
ke 7 macam keahlianku, kalian sudah tidak
sanggup," sahut Mei Shan-ming.
Walaupun Mei Shan-ming menyindir
dan marah-marah, tapi Pendeta Chi-yang
tetap tampak tenang dan tertawa, "Tentu
saja, ilmu pedang, ilmu meringankan tubuh,
pukulan tangan kosong, puisi, sastra,
melukis, perempuan, keanehan Qi-mao Shenjun, memang tidak bisa kami tandingi, kami
tidak seperti Shen-jun dalam bidang sastra
ataupun ilmu silat sama-sama begitu tinggi
dan hebat."
Li-e yang berdiri di sisi Mei Shanming menambahkan, "Apalagi yang terakhir,12
keanehan Shen-jun, kami benar-benar tidak


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sanggup menandingimu."
Pendeta Chi-yang tertawa, "Kata-kata
Pendekar Li benar, Shen-jun seorang mata
keranjang, tapi kami hanya pak tua yang
sudah uzur, kami mengaku kalah, hari ini
aku dan Kong-dong-pai, Pendekar Li, E Mei,
Ku An Shang-ren, dan Dian Cang-pai, Luo
Ying-jian, Xie Chang-ji, datang menepati
janji, kami hanya ingin melihat ilmu pedang
dan ilmu tangan kosong Shen-jun, kalau
kami beruntung kami bisa menang satu kali,
setelah itu kami baru ingin melihat ilmu
meringankan tubuh Shen-jun, tentang puisi,
melukis, dan perempuan, kami memang tidak
bisa mengalahkanmu."
Mei Shan-ming tertawa dingin, "Itu
lebih baik, pertama aku ingin melihat ilmu
pedang yang diakui oleh orang yang mengaku
dirinya sebagai Tian Xia-di Yi Jian-shu
sebenarnya sampai di mana? Dan aku ingin
tahu mengapa dia begitu sombong?"
Sudut mulutnya terangkat, terasa ada
aura membunuh, dia melanjutkan lagi,
"Kalau kalian mempunyai ilmu silat yang
bagus, keluarkan saja semuanya, aku tidak
akan membuat kalian kecewa, yang13
terpenting orang yang telah masuk ke
lembah ini, kalau hari ini tidak bisa
mengalahkanku, jangan harap bisa keluar
dari lembah ini hidup-hidup. Dan kalau aku
kalah di tangan kalian, aku juga tidak akan
berpikir untuk terus hidup dan
meninggalkan lembah ini. Kata-kataku sudah
sangat jelas, kalian tidak perlu memikirkan
aturan dunia persilatan, bagaimana kalian
menghadapi Wu Zhao-yun, sekarang silahkan
gunakan cara itu menghadapiku sekarang!"
Hari sudah gelap, di langit tidak ada
bulan maupun bintang, tapi karena salju
bertumpuk di bawahnya maka tidak terlihat
kalau langit begitu gelap. Ditambah lagi
tenaga dalam mereka sangat tinggi. Dalam
kegelapan melihat benda apa pun, walaupun
bukan pagi hari tapi mereka masih sangat
jelas melihat semuanya. Sorot mata Mei
Shan-ming seperti listrik dengan cepat
melihat ke arah mereka. Wajah mereka
memang tidak terlihat santai tapi mereka
seperti sudah menyusun rencana
menghadapinya.
Hatinya sedikit bergerak kemudian dia
berpikir, "Apakah mereka mempunyai
rencana licik dan aku tidak bisa memecahkan14
rencana mereka? Tapi walaupun kelima orang
itu bergabung, belum tentu mereka bisa
melukaiku."
Li-e dengan dingin berkata, "Tuan
benar-benar sangat cepat dan perkataan pun
sangat ringkas, aku suka dengan orang
seperti itu, sekarang jangan banyak bicara
lagi, kita bereskan semuanya, lebih cepat
lebih baik!"
Pedang panjangnya dikeluarkan,
pedangnya benar-benar sebuah pedang bagus.
Sarung pedang sudah didorong seperti
ada seseorang yang mengangkat dari sisinya,
dan sarung itu terjatuh di atas sebuah batu.
Melihat Li-e mengeluarkan gerakan
seperti itu, Mei Shan-ming berpikir,
"Mereka benar-benar mempunyai ilmu yang
tinggi, hari ini benar-benar hari penentuan
hidup dan matiku, mereka berempat kecuali
Luo Ying-jian, Xie Chang-ji, adalah orang
yang telah lama terkenal di dunia
persilatan. Walaupun aku sendiri adalah
pesilat terkenal, tapi kalau bertarung
dengan 5 ketua perkumpulan sekaligus, ini
pertama kalinya kulakukan."
Ku An Shang-ren yang sejak tadi diam,
sudah melambaikan lengan bajunya dan15
berkata, "Perkataan Shen-jun memang benar,
hari ini orang-orang yang datang ke sini
telah memasrahkan hidup dan matinya, aku
bukan hanya sekedar omong kosong, aku
beserta ketiga orang datang ke sini
walaupun bukan orang terkenal di dunia
persilatan, tapi juga bukan seperti orang
kasar yang sembarangan membacok orang.
Bagaimana kalau dengan caraku?" Kedua alis
Qi-mao Shen-jun tampak terangkat dan
berkata, "Jika Guru mempunyai cara,
Katakanlah!"
Ku An Shang-ren berkata, "Pertama,
kita bertanding ilmu pedang tapi tidak
perlu bertarung." Dia menunjuk tanah yang
dipenuhi dengan es dan berkata lagi, "Kita
menggores lingkaran di atas permukaan
tanah yang dipenuhi es ini, aku, Pendeta
Chi-yang, Li-e, dan Xie Chang-ji, masingmasing berdiri di satu tempat. Bila Shenjun bisa lolos dari barisan pedang kami,
berarti kami kalah."
Mei Shan-ming hanya berpikir
sebentar dia langsung mengangguk setuju.
"Kalau begitu, silakan Shen-jun
menggores sebuah lingkaran terlebih dulu."
Mei Shan-ming memotong tangkai pohon16
Mei yang masih dipenuhi dengan kelopak
Mei-hua. Dengan tenaga dalam, dia membuat
Mei-hua itu berguguran dan masuk ke dalam
lengan bajunya, sambil tertawa dia berkata,
"Tidak disangka hari ini aku telah menjadi
perusak Mei-hua."
Kemudian lengan bajunya melambai.
Puluhan Mei-hua beterbangan keluar dari
lengan bajunya dan berjatuhan ke permukaan
tanah yang dipenuhi salju. Bunga Mei dengan
rapi membentuk lingkaran. Mei-hua
berwarna merah, tanah berwarna putih
menjadi sebuah lukisan indah.
Ku An Shang-ren mengangguk dan
memuji. Dia mengangguk bukan karena kagum
karena cara Shen-jun yang begitu hebat,
tapi karena dia melihat goresan Shen-jun
yang membentuk sebuah lingkaran kecil.
Semakin kecil lingkaran, maka siapa pun
yang berada di dalam lingkaran itu akan
semakin sulit keluar dari sana. Mereka
telah merencanakan semuanya dengan matang
untuk pertemuan hari ini.
Sepertinya mereka tidak peduli dengan
pertarungan pertama ini, tapi mereka peduli
kepada hidup dan mati mereka. Shen-jun
sepertinya tidak peduli. Mereka merasa aneh17
melihat sikapnya. Mereka takut kalau Shenjun pun mempunyai sebuah rencana kepada
mereka.
Shen-jun belum bergerak, tapi dia
sudah berada di dalam lingkaran. Dia segera
berteriak, "Silakan ambil posisi masingmasing, agar aku bisa melihat ilmu pedang
yang sudah sangat terkenal di dunia
persilatan."
Jian Shun Li-e yang pertama
mengambil posisi. Dia berdiri di bagian
selatan kemudian 3 orang lainnya pun
segera mengambil posisi dan mencabut
pedang masing-masing.
Pendeta Chi-yang mengacungkan
pedangnya dan berteriak, "Pertarungan
pertama adalah adu pedang. Shen-jun, cepat
keluarkan pedangmu!"
Qi-mao Shen-jun masih memegang
ranting Mei-hua, "Sudah 10 tahun aku tidak
pernah menggunakan pedang untuk
bertarung. Tapi karena hari ini semua yang
hadir adalah pesilat tangguh, aku harus
melanggar aturan yang kubuat sendiri.
Baiklah, aku akan menerima jurus kalian
dengan ranting ini. Mari kita mulai!"
Wajah keempat orang itu berubah. Qi-18
mao Shen-jun tertawa, "Jangan remehkan
ranting kayuku! Di tanganku, ranting pun
bisa menjadi senjata tajam!"
Sifat Pendeta Chi-yang yang biasanya
sabar, sekarang mulai tidak bisa
mengendalikan diri. Dia berteriak, "Jika
Shen-jun sudah siap, kita mulai
bertarung!"
Empat pedang yang diam sejak tadi,
sekarang berubah menjadi seperti seekor
ular, bergerak sangat lincah dan cahaya
pedang yang terpantul saling beradu.
Anehnya, mereka tidak menyerang Mei Shanming, hanya membentuk cahaya seperti layar
di sekeliilng tubuh Mei Shan-ming.
Mei Shan-ming mulai merasa kalau
sekarang dia seperti berada di dalam sebuah
gelas, di sekelilingnya terasa sangat terang
dan berkilau.
Barisan pedang mereka sangat aneh,
bukan jurus dari Wu Dang, E Mei, Kongdong, Dian Cang ataupun perkumpulan
lainnya. Jurus pedang mereka seperti air
Chang Jiang yang datang dengan bergulung.
Tapi jika dia diam, tidak ada yang berhasil
melukainya.
Yang perlu diketahui, jurus-jurus19
pedang yang ada sejak dulu hingga sekarang,
jika bukan untuk melindungi diri sendiri
pasti untuk melukai orang lain. Jurus
pedang mereka tidak hanya untuk melindungi
diri sendiri tapi tidak untuk menyerang.
Mei Shan-ming benar-benar belum pernah
melihat jurus seperti itu. Jika tidak
bergerak, kau tidak akan dapat keluar dari
lingkaran itu. Jika ingin keluar dari
lingkaran itu, ada 4 cahaya pedang yang
saling berkait dan sama sekali tidak bisa
dipecahkan. Jangankan orang, debu sekalipun
sulit untuk masuk ke dalam lingkaran itu.
Qi-mao Shen-jun terdiam sebentar dalam
kurungan cahaya itu. Dia sedang memikirkan
cara untuk memecahkan barisan mereka.
Dalam hati dia berpikir, "Pantas mereka
memberikan ide ini, ternyata mereka sudah
berlatih dulu sebelumnya. Aku tidak
terpikirkan masalah ini sebelumnya. Jika
aku ingin lolos dari gabungan keempat
pedang itu, bukan hal yang mudah, apalagi
jika aku berniat keluar dari lingkaran
ini...."
Dengan teliti dia melihat jurus
keempat orang itu. Pedang mereka saling
mengisi, tidak ada celah di antara pedang20
mereka. Qi-mao Shen-jun mulai merasa
menyesal. Dia berpikir, "Jika saja tadi aku
membawa Pedang Mei Xiang, sekarang dengan
jurus-jurus yang telah kulatih selama
puluhan tahun, bisa digunakan untuk
memecahkan barisan ini. Tapi sekarang aku
hanya memegang sebuah tangkai, mana
mungkin aku bisa keluar dari barisan
keempat pesilat tangguh ini?"
Sewaktu dia sedang berpikir seperti
itu, tiba-tiba ada dua cahaya pedang saling
beradu dan mengeluarkan suara ringan.
Sejak tadi tidak tampak ada celah, sekarang
karena dua pedang saling beradu, membuat
pedang berhenti untuk sementara. Hanya
dalam waktu yang begitu singkat, sesingkat
kilauan api dalam kegelapan, ranting yang
dipegang Qi-mao Shen-jun langsung menusuk
ke celah itu. Kemudian dia mengangkat
telapak kirinya. Angin telapak memotong 2
kilauan pedang itu.
Barisan pedang ini dilatih oleh Ku An
Shang-ren, Pendeta Chi-yang, Jian Shen Lie, tapi mereka berlatih barisan pedang ini
bukan untuk berhadapan dengan Qi-mao
Shen-jun melainkan untuk membunuh burung
langka di pegunungan, maka jurus itu hanya21
untuk berjaga bukan untuk menyerang.
Mereka hanya mengunci burung langka itu
dalam barisan.
Tapi begitu Cui Feng Jian Xie Xing
meninggal, formasi untuk menangkap burung
pun jarang digunakan lagi.
Kemudian setelah mereka berjanji
dengan Qi-mao Shen-jun, dan waktu 3 tahun


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pun semakin dekat, karena itu mereka mulai
berlatih lagi barisan itu. Qi-mao Shen-jun
sangat terkenal akan kekejamannya dan
sering bergurau. Dia telah membunuh banyak
orang, ilmu silatnya pun sangat tinggi.
Semenjak dia berkelana di dunia persilatan,
belum ada seorang pun yang berhasil
melewati 20 jurusnya.
Kali ini posisi Xie Xing digantikan
putranya Xie Chang-ji, dia mulai berlatih
tapi dia belum begitu lama berlatih barisan
ini. Dan ilmu silat Xie Chang-ji belum
sekuat mereka. Yang pasti karena hal ini
barisan mereka tidak menjadi sempurna
dibandingkan ketika mereka bergabung
dengan Xie Xing. hingga bisa muncul celah
seperti tadi.
Qi-mao Shen-jun adalah seorang yang
sangat lincah. Orang biasa tidak akan bisa22
menandinginya. Xie Chang-ji merasa
pergelangannya berat seperti ada tenaga
aneh yang membuat tubuhnya bergetar.
Gerakan pedangnya otomatis menjadi lambat
dan tidak bisa mengimbangi tiga pedang
lainnya. Barisan mereka yang tadinya begitu
sempurna hanya karena sedikit kesalahannya
tadi maka terjadi celah, di antara gerakan
pedang terlihat banyak celah.
Ranting Mei-hua di tangan Qi-mao
Shen-jun berubah menjadi ratusan bayangan
dan terus beterbangan. Ranting Mei-hua
masuk ke dalam celah barisan pedang dan
membuat barisan menjadi kacau. Jian Shen
Li-e melihat situasi tidak menguntungkan,
pedang panjangnya diangkat dan dia keluar
dari formasi pedang. Dengan jurus 'Chang
Hong Jing Tian', pedangnya membawa kilauan
hijau menusuk pundak dan punggung Qi-mao
Shen-jun.
Dengan santai Mei Shan-ming
menghindari serangan pedang itu dan
ranting Mei-hua sudah menyapunya. Dengan
tenaga pergelangan, dia menekan pedang Xie
Chang-ji. Hanya menggunakan sedikit tenaga,
Xie Chang-ji merasakan ada tenaga besar
mengalir masuk ke pedangnya. Dengan sekuat23
tenaga dia berusaha melawan tenaga itu.
Sebenarnya jika diceritakan, seperti
panjang lebar tapi kenyataannya hanya
dalam waktu singkat. Li-e ikut mengangkat
pedangnya. Dengan 3 jurus Hei Hua, dia
menyerang pundak, dada, dan tiga nadi
pentingnya.
Ku An Shang-ren dan Pendeta Chi-yang
melihat barisan mereka menjadi kacau,
mereka tidak ragu lagi dan terus menusuk
ke arah Mei Shan-ming.
Lingkaran yang telah digambar Qi-mao
Shen-jun memang kecil. Jurus pedang Ku An
Shang-ren, Pendeta Chi-yang, dan Jian Shen
Li-e, di dalam lingkaran begitu kecil,
menusuk ke arah Qi-mao Shen-jun. Mereka
semua adalah pesilat tangguh, tampak cahaya
hijau datang bertubi-tubi.
Semua ini adalah harapan Qi-mao
Shen-jun, tiba-tiba ranting Mei-hua
dilepas. Luo Ying-jian yang sekuat tenaga
menahan pedangnya, sekarang karena lawan
melepaskan senjatanya, maka pedang seperti
panah yang lepas dari busurnya terus
meluncur ke arah Pendeta Chi-yang dan Ku
An Shang-ren.
Jurus ini adalah jurus yang telah24
dikumpulkan selama hidupnya. Pedang itu
terbang ke arah cahaya pedang Ku An
Shang-ren dan Pendeta Chi-yang, terpaksa
mereka membelokkan jurus pedang mereka
untuk menahan pedang yang meluncur. Qimao Shen-jun bergeser sedikit ke kiri,
dengan tenaga telapak yang kuat, dia
menyerang Jian Shen Li-e. Sambil tertawa
panjang dia keluar dari barisan pedang.
Keempat orang itu segera menarik
barisan pedangnya. Ku An Shang-ren maju
dengan langkah besar dan berkata, "Shenjun, kau bebar-benar lincah, pertarungan
pertama kami telah kalah."
"Bagaimana dengan pertarungan kedua?
Harap kalian bisa memberitahuku!" sahut
Qi-mao Shen-jun.
"Pertarungan kedua, giliranku dan
Shen-jun yang beradu tenaga telapak
tangan," kata Ku An Shang-ren.
Dia berjalan ke sisi lingkaran yang
dibentuk dari taburan bunga yang dibentuk
oleh Qi-mao Shen-jun. Dia memungut
sekuntum Mei-hua, pada saat melihat Meihua itu, dia terkejut dan memuji kehebatan
ilmu silat Shen-jun.
Ternyata Mei-hua seperti terjatuh di25
atas permukaan salju dan tidak membutuhkan
tenaga terlalu besar, ternyata setiap
kuntum bunga seperti menancap ke dalam
salju, semua bunga mengarah ke atas. Cara
seperti ini jarang terlihat di mana pun.
Dalam hati dia berpikir, "Qi-mao Shen-jun
benar-benar orang aneh di dunia persilatan
ini, dia belum begitu tua, tapi tenaga
dalamnya begitu kuat, kalau kami tidak
menyusun rencana dari dulu, sepertinya
kelima pemimpin perkumpulan ini akan
terbunuh di Wu Hua Shan."
Tapi dari luar dia tetap berusaha
tenang dan santai memegang Mei-hua itu, dia
berkata pada Qi-mao Shen-jun, "Tenaga
dalam Shen-jun baru pertama kalinya
kulihat, nanti pada saat kita beradu telapak
tangan, walaupun sedikit berbeda tapi aku
merasa bagi Shen-jun ini adalah masalah
kecil."
Dengan jari telunjuk dan jari tengah
dia memungut Mei-hua dan berkata, "Hari
ini aku beruntung bisa bertemu dengan
orang terkuat di dunia persilatan dan di
lembah Mei-hua yang indah ini bisa mencoba
tenaga dalam Shen-jun, dan sekalian aku
ingin menjadi seperti seorang terpelajar,26
dengan Mei-hua ini kita akan mencoba
beradu tenaga telapak tangan."
Dia meletakkan Mei-hua di atas
telapak tangannya, dengan berkonsentrasi
penuh pelan-pelan dia mengeluarkan telapak
kanannya. Mei-hua itu seperti menempel di
atas telapaknya dan bunga itu tidak
terjatuh, kemudian dia berkata, "Kalau
Shen-jun bisa melakukan sama seperti yang
kulakukan, menempelkan Mei-hua ini di atas
telapak, kemudian kita adu telapak kita,
biarkan dua kuntum Mei-hua itu berada di
antara kedua telapak tangan kita. Kalau
Mei-hua itu tidak hancur dan berhasil
mengalahkan lawan, dia akan menjadi
pemenangnya. Kalau kali ini aku yang
kalah, kami berempat akan menyerah-kan
diri kepada Shen-jun, apakah Shen-jun
setuju?"
"Ku An Shang-ren adalah pesilat
tangguh juga seorang terpelajar, cara yang
dipikirkannya pasti berbeda dengan cara
orang biasa, mana mungkin aku menolaknya?"
Dia memungut sekuntum Mei-hua dan
meletakkan di atas telapak kanannya dan
Mei-hua itu menempel di tengah telapaknya
dan sepertinya tampak begitu alami, tidak27
terlihat berat.
Shen-jun berkata, "Aku berharap Luo
Ying-jian mau menjadi saksi. Kalau dalam
waktu 1 jam tidak ada yang kalah atau
menang, aku dihitung kalah."
Setelah mendengar perkataan Qi-mao
Shen-jun, Luo Ying-jian terlihat gembira,
segera dia berdiri di sisi Pendeta Chi-yang
dan Jian Shen Li-e yang sedang berdiri di
belakang Ku An Shang-ren. Qi-mao Shen-jun
tidak melihat ke arahnya, dia maju dua
langkah, Ku An Shang-ren maju satu
langkah. Mei-hua yang berada di tangan
mereka sudah saling mendekat dan sedikit
berdempet.
Begitu tangan mereka merapat, dalam
hati Qi-mao Shen-jun merasa lega, dia tahu
kalau kemenangan sudah berada di
tangannya. Tenaga yang keluar dari bunga
Mei-hua walaupun aneh tapi tidak kuat.
Shen-jun berpikir, "Ku An Shang-ren
benar-benar cari mati. Tidak perlu setengah
jam aku bisa membuatnya terluka karena
tenaga telapakku, tidak kusangka orang yang
mengaku paling kuat di dunia persilatan
sekarang beradu tenaga telapak denganku,
dan tenaga yang dikeluarkannya begitu28
lemah."
Pikiran seperti itu melintas dalam
otaknya, dia merasa telapaknya tertekan
dengan tenaga dari bunga Mei-hua, dan
tenaganya bertambah satu kali lipat
dibandingkan tadi. Karena Qi-mao Shen-jun
memandang remeh kepada musuhnya, maka
sekarang telapak tangannya menjadi mati
rasa, hampir saja dia kalah. Segera dia
mengumpulkan kembali tenaganya, dengan
sepenuh hati dia mengumpulkan tenaga di
telapak tangannya, dia merasa aneh, dia
tidak tahu kalau semua itu karena akal
licik mereka. Ternyata lima ketua
perkumpulan Zhong Yuan ini, yang terkuat
ilmu silatnya adalah Jian Shen Li-e, ilmu
pedang dan ilmu telapaknya paling tinggi,
apalagi dia pun telah menguasai ilmu yang
telah lama menghilang yaitu ilmu meminjam
tenaga orang lain untuk memukul lawan.
Sekarang dia berdiri di antara
Pendeta Chi-yang dan Ku An Shang-ren,
telapak kirinya menyambut telapak kanan
Pendeta Chi-yang, tangan kanannya menekan
punggung Ku An Shang-ren, dengan ilmu itu
menyatukan tenaganya dan tenaga Pendeta
Chi-yang, kemudian dimasukkan ke dalam29
tubuh Ku An Shang-ren, dan melalui telapak
Ku An Shang-ren tenaga itu keluar beradu
dengan Qi-mao Shen-jun.
Itu sama artinya Qi-mao Shen-jun
melawan 3 orang pesilat tangguh sekaligus.
Walaupun tenaga dalamnya sangat tinggi,
tapi kalau dia merasa tenaga dalam yang
menyerangnya begitu berat, pada saat beradu
tenaga dalam, sedikit pun dia tidak boleh
lengah, kalau tidak organ tubuh dalam akan
rusak dan hancur.
Hanya membutuhkan waktu
seperminuman teh, keempat orang yang
beradu tenaga dalam, tampak berkeringat.
Dengan penuh konsentrasi mereka terus
melihat ke arah telapak tangan masingmasing. Anggota tubuhnya seperti bukan
milik mereka lagi. Sekarang kalau
diibaratkan datang seseorang yang tidak
bisa ilmu silat sama sekali dan menyerang
mereka, orang itu pasti bisa mengalahkan
mereka.
Salju yang berada di bawah kaki
mereka yang tadinya beku sekarang tampak
mencair, semua ini karena udara panas yang
keluar dari tubuh keempat pesilat tangguh
itu. Salju yang meleleh menjadi air sedikit30
demi sedikit merembes masuk ke dalam
sepatu Luo Ying-jian, Xie Chang-ji.
Tapi Xie Chang-ji tidak merasakannya
sama sekali, dia hanya melihat telapak
tangan yang sedang beradu, dalam hati dia
terus berpikir, "Apakah aku harus berbuat
seperti itu? Apakah harus seperti itu?"
Dia melihat keadaan sudah mencapai
tahap penentuan, satu lawan tiga, Qi-mao
Shen-jun tetap berdiri dengan tegar dan
kokoh seperti sebuah gunung, tapi tangan
Ku An Shang-ren tampak sedikit bergetar,
walaupun hanya sedikit.
Ku An Shang-ren memang sudah tua,
walau tenaga dalamnya sangat kuat, tapi


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

umur tetaplah umur, tenaga untuk melawan
sudah tidak sekuat pada saat dia masih muda
dulu. Pendeta Chi-yang dan Jian Shen Li-e
dengan tenaga dalam mereka yang mengalir
melalui tubuh, dia merasa tubuhnya sudah
tidak nyaman dan dia tidak bisa
mengatakannya karena ini berlangsung
secara alamiah, tidak bisa dilawan dengan
tenaga manusia.
Luo Ying-jian, Xie Chang-ji melihat
hal ini, dia berpikir, "Terpaksa aku harus
melakukan hal yang tidak ingin kulakukan,31
aku masih muda, aku tidak mau mati muda,
apalagi di lembah ini tidak ada siapa pun,
walaupun aku telah melakukan hal yang
tidak pantas, siapa yang akan menyebarkan
hal ini? Aku harus memikirkan
kepentinganku sendiri."
Pelan-pelan dia menggeserkan kakinya,
cahaya redup membuat wajahnya yang tampan
terlihat sadis. Dia berjalan ke sisi Qi-mao
Shen-jun, melihat dahi Shen-jun yang lebar,
wajahnya yang tirus, dan sepasang matanya
yang berkilau. Semua hal itu membuatnya
menjadi Qi-mao Shen-jun yang begitu luwes
dan kepintarannya yang luar biasa. Dia
tampak ragu sebentar, tapi dengan cepat
kedua telapaknya menotok pundak kanan Qimao Shen-jun yang merupakan nadi vital dan
bisa menimbulkan kematian.
Dengan menggunakan jurus Dian Cangpai Qi Jue Shou Fa dia melakukan semua itu.
Qi-mao Shen-jun yang sedang
berkonsentrasi penuh merasakan ada telapak
tangan lawan, dia kehilangan keseimbangan
dan dia merasa tubuhnya mati rasa,
tangannya menjadi lemas dan tenaga yang
kuat yang datang dari telapak lawan sampai
di jantungnya.32
Perasaannya menjadi kacau, dalam
situasi tidak menentu itu, dalam benaknya
muncul ^ekelebat bayangan yang dikenalnya.
Semua adalah bayangan cantik dan muda,
kemudian dia sudah tidak merasakan apa-apa
lagi.
Bumi dan langit masih seperti semula,
dan sekarang langit mulai terlihat terang,
tapi rasa dingin semakin menggigit.
Di lembah itu, kembali sepi seperti
tidak pernah terjadi apa pun di sana.
Pendeta Chi-yang, Ku An Shang-ren,
Jian Shen Li-e, dan Luo Ying-jian, Xie
Chang-ji pulang membawa kemenangan, tapi
dalam hati mereka merasa tidak senang pada
saat meninggalkan lembah itu.
Ooo)*(ooO
Dari balik bebatuan muncul seorang
pengemis muda berbaju compang camping,
dengan cepat dia berlari ke sisi Qi-mao
Shen-jun yang tergeletak di atas salju, dia
meletakkan tangannya di depan hidung Qimao Shen-jun dan mencoba apakah masih ada
nafas atau tidak. Kemudian dia meraba dada
Qi-mao Shen-jun, akhirnya dia berdiri dan
menarik nafas.
Dia ingin membawa mayat Qi-mao Shen-33
jun pergi dari sana, tapi tiba-tiba dia
menggelengkan kepala dan berkata, "Biarlah
dia terbaring di sini, biar salju yang
menguburkannya supaya dia bisa tertidur
panjang di lembah sepi ini. Dan dia akan
ditemani begitu banyak Mei-hua. Tuhan
sudah memberikan yang terbaik untuknya!"
Pelan-pelan pengemis muda itu melihat
ke sekeliling, melihat ke arah sarung
pedang milik Jian Shen Li-e yang
tertinggal di atas sebuah batu besar.
Kemudian dia terbang ke batu besar
itu dan mengambil sarung pedang, dan dia
lari keluar dari lembah itu....
Ooo)*(ooO
BAB 2
Yatim Piatu
Desa Xin, terletak di kaki gunung Wu
Hua Shan di luar kota Kun Ming, merupakan
sebuah pedesaan kecil, penduduk yang
tinggal di desa itu kebanyakan bermarga
Xin, maka desa itu pun disebut desa
bermarga Xin.
Walaupun desa bermarga Xin itu kecil,
tapi di daerah Yun Nan dan Gui Zhou
merupakan sebuah desa terkenal.
Karena di desa Xin itu dalam beberapa34
tahun ini telah muncul dua orang terkenal,
mereka adalah sepasang suami istri. Sejak
kecil mereka lahir dan tumbuh di desa itu,
dan mereka juga mempunyai hubungan
saudara sepupu dari garis keturunan sang
ayah.
Laki-laki bermarga Xin itu bernama
Peng-jiu, sedangkan yang perempuan
bermarga Xin dan bernama Yi. Karena
mereka bersepupu maka sejak kecil mereka
sering bermain bersama. Setelah tumbuh
besar mereka bertambah akrab dan saling
tertarik, lalu mereka diam-diam berjanji
sehidup semati. Waktu itu peraturan di
Tiongkok sangat ketat, siapa pun yang
mempunyai hubungan saudara sepupu
langsung dari pihak ayah tidak
diperbolehkan untuk menikah. Maka itu ayah
dan ibu mereka menentang mereka menikah,
begitu pula dengan penduduk desa itu. Semua
menganggap kalau itu akan melanggar adat
istiadat Tiongkok.
Tapi perasaan mereka sangat kuat,
karena pertentangan itu mereka tidak
merasa tertekan ataupun berubah pikiran.
Musim semi tahun itu juga mereka berdua
menghilang secara bersamaan dan tidak35
seorang pun tahu mereka pergi ke mana.
Setelah 10 tahun berlalu, peringatan
penduduk desa pun mulai pudar, Xin Peng-jiu
dan Xin Yi kembali ke desa bermarga Xin
dan mereka membawa seorang anak laki-laki
yang berusia sekitar 7-8 tahun, anak itu
adalah buah cinta perkawinan mereka dan
anak itu bernama Xin Jie.
Ibu dan ayah mereka telah meninggal,
semenjak Xin Peng-jiu kembali ke kampung
halaman, dia menjadi seorang yang boros.
Kepada yang kenal ataupun yang tidak kenal
dengannya, dia selalu mempersiapkan hadiah
besar.
Penduduk desa itu adalah orang-orang
pelit, mereka jarang melihat barang bagus.
Karena itu penduduk desa itupun tidak benci
lagi kepada mereka, mereka malah tampak
sangat hormat kepada pasangan suami istri
itu. Di luar ataupun di dalam kota Kun
Ming, penduduk di sana kebanyakan bermata
pencaharian sebagai pengrajin ukiran atau
membuat benda-benda yang terbuat dari
tembaga. Begitu pun dengan penduduk desa
Xin. Xin Peng-jiu dan Xin Yi adalah orangorang yang ahli mengukir. Kali ini setelah36
mereka pulang, gambar yang mereka ukir
pun semakin bagus.
Seni mengukir ini selain harus
menguasai teknik tinggi, juga harus
menggunakan tenaga pada saat mengukir. Dan
dengan begitu benda yang diukir akan
semakin bagus dan tampak hidup. Semenjak
suami istri itu kembali ke desanya, kadangkadang mereka mengukir gajah kecil untuk
diberikan kepada orang. Penduduk desa Xin
sangat menyukai ukiran mereka.
Sebagian orang malah menjual kembali
hasil ukiran pasangan suami istri ini
kepada orang lain. Harga jual ukiran itu
sangat tinggi, setelah berhasil menjual
mereka meminta kembali ukiran lainnya
kepada suami istri itu. Suami istri itu
tidak pernah menolak keinginan penduduk
desa itu, mereka dengan ramah melayani
keinginan para tetangga.
Karena itu dalam beberapa tahun ini,
semua penduduk kota Kun Ming segera tahu
kalau di desa Xin ada dua orang yang
disebut sebagai pengukir sakti. Banyak
pedagang yang melihat adanya keuntungan
besar bila menjual barang ukiran suami
istri itu, maka mereka pun sengaja datang37
untuk membeli barang-barang ukiran itu.
Awalnya suami istri ini tidak peduli
dengan tingkah laku mereka, begitu
mendengar ada yang menyebut mereka sebagai
pengukir sakti, mereka malah marah dan
melarang orang-orang menyebut mereka
sebagai pengukir sakti.
Dunia ini memang aneh, semakin kau
tidak ingin dikenal orang, malah akan
semakin dikenal. Sedangkan semakin ingin
kau terkenal, malah tidak akan dikenal.
Jadi diam-diam penduduk desa tetap
memanggil mereka sebagai pengukir sakti.
Xin Peng-jiu telah kembali ke desanya
selama 4 tahun lebih, selama beberapa tahun
ini kecuali nama desa Xin yang semakin
terkenal, desa itupun menjadi desa tenang.
Putra Xin Peng-jiu yang bernama Xin Jie
sekarang telah berusia 12 tahun, dia
seorang anak yang pintar dan juga lincah,
tubuhnya lebih kuat dari anak-anak
sebayanya.
Tadinya dahi suami istri Xin Peng-jiu
sering berkerut, sekarang sudah terlihat
ada tawa di wajah mereka. Musim semi sudah
tiba, tapi udara belum begitu hangat, orangorang di sana seperti merasakan musim semi38
yang hangat telah tiba.
Pada hari Hua Zhao, suami istri Xin
Peng-jiu telah memasang 3 meja di halaman.
Mereka berniat menjamu para sesepuh di
desa itu. Xin Yi yang tadinya tidak bisa
masak, dalam waktu 4 tahun ini telah
menjadi seorang tukang masak yang handal.
Arak dan sayur terus memenuhi meja, terus
berdatangan sampai perut terasa kenyang
dan mulai mabuk, mereka baru merasa puas
dan meninggalkan tempat itu.
Hari ini suami istri Xin Peng-jiu
tampak sangat ceria, setelah tamu-tamu
pulang, mereka masih duduk di sebuah meja
di halaman. Xin Jie kecil pun dipanggil
untuk bergabung dengan orang tuanya dan
mengobrol di sana. Terdengar penjaga malam
memukul genderang, malam sudah larut. Xin
Peng-jiu mengangkat cangkir araknya,
menarik nafas, dia berkata, "Beberapa tahun
ini aku benar-benar telah menyusahkanmu,
akhirnya kita bisa melewati waktu 5 tahun
ini dengan aman, asalkan kita bisa melewati
hari ini, hidup kita akan lebih aman lagi."
Xin Yi tertawa, "Kelak kalau tidak
terjadi apa-apa, aku tidak akan berkelana
lagi, aku lebih memilih menjadi rakyat39
kecil, hari-hari lalu telah kita lewati
dengan memegang pedang dan golok, dan aku
sudah merasa bosan."
Xin Peng-jiu tertawa, "Jujur bicara,
selama beberapa tahun ini, aku sudah gatal
ingin bergerak, kalau saja siluman itu
tidak begitu lihai, aku sudah tidak tahan,
untung...."
Tiba-tiba Xin Yi merasa sedih
berkata, "Kalau kita berhasil melewati
malam ini, dan mereka masih saja mengejar
kita, apa yang akan kita lakukan?"
Xin Peng-jiu tertawa keras, "Tidak
akan terjadi apa-apa, walaupun Hai Tian
Shuang-sha sangat kejam, tapi selama 20
tahun ini mereka selalu menepati janji. Dia
telah berjanji kepada kita apabila kita
berhasil melewati 5 tahun ini, dia tidak
akan melukai kita lagi sedikit pun."
Tapi baru saja kata-katanya selesai,
terdengar ada yang tertawa dingin, sebuah
suara tajam terdengar dan berkata, "Xin


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lao-liu, kau benar-benar sobatku, dengan
kata-kata ini aku, Jin Lao-da akan
membuatmu mati tidak tersiksa."
Tawa ini bagi pasangan suami istri
Xin Peng-jiu seperti mendengar dewa40
kematian mengetuk pintu rumah mereka,
segera mereka berdiri.
Malam terasa dingin seperti air, di
sekeliling sana tidak terlihat sesosok
bayangan pun, dengan tenang Xin Peng-jiu
berta-nya, "Kalau kakak tertua dan kakak
kedua sudah datang, silakan masuk."
Dari dalam kegelapan terdengar tawa
menyeramkan lagi, "Apakah kau benar-benar
ingin aku sendiri yang membunuhmu?
Sebentar lagi kalau kalian bertiga tidak
bunuh diri, mungkin keadaan kalian mati
akan lebih mengenaskan lagi!"
Wajah Xin Peng-jiu tampak pucat, dia
berkata, "Kami suami istri tahu kalau kami
memang telah bersalah kepada kakak tertua
dan kakak kedua, tapi aku mohon
lepaskanlah anak ini!"
Dari dalam kegelapan ada yang
menjawab dengan suara dingin, "Baru saja
aku mengatakan kalau kau adalah teman
baikku, apakah kau tidak tahu bagaimana
sifat saudara-saudaraku? Kami tidak akan
membiarkan keturunanmu ada yang
tersisa!!"
Setelah mendengar kata-kata itu Xin
Yi mulai marah dan berkata, "Hei dua orang41
tua cacat, kalian jangan terlalu kejam,
apakah karena kami menolak menjadi
perampok, jadi tidak boleh? Yang harus
kalian ketahui kami, Shuang Diao dari Yun
Nan dan Gui Zhou bukan orang sembarangan,
aku ingin tahu apa yang akan kalian
lakukan!"
Terdengar angin bergerak, di halaman
sudah terlihat ada dua sosok manusia, yang
satu tangan dan kakinya sempurna, tapi
wajahnya sepeti papan, tidak ada hidung dan
telinga, sampai bulu hidung pun tidak ada.
Kedua matanya seperti batu giok
mengeluarkan cahaya dingin menusuk tulang.
Sedangkan bentuk tubuh orang yang
satunya lagi lebih aneh lagi, kepala dan
tubuhnya besar tapi kedua kaki dan
tangannya sangat pendek dan juga kecil,
seperti anak yang berusia 6-7 tahun. Mereka
berdua mengenakan baju berwarna abu. Di
bawah cahaya redup benar-benar terlihat
seperti hantu gentayangan, tidak terlihat
sosok mereka sebagai manusia hidup. Mereka
berdua adalah iblis dunia persilatan yang
paling jahat. Mereka adalah Hai Tian
Shuang-sha, yang satu bernama Tian Can
Jiao-hua sedangkan yang lainnya bernama42
Tian Fei Jiao-lao. (si Cacat Langit Jiao-hua,
si Cacat Langit Jiao-lao).
Kedua siluman itu adalah pemimpin
dari 9 penjahat di daerah Huang He.
Semenjak Xin Peng-jiu dan Xin Yi pergi
meninggalkan kampung halamannya, mereka
terus berkelana ke sini dan ke sana. Tanpa
sengaja mereka bertemu dengan seorang
perampok yang sudah lama pensiun dari
dunia persilatan, dan mengajarkan ilmu
silatnya kepada mereka.
Suami istri Xin Peng-jiu yang selalu
dihina oleh orang-orang, setelah mereka
mempelajari ilmu silat tinggi, mereka
sering merampok dan melakukan kejahatan
lainnya, tapi itu hanya sebentar.
Shuang Diao terkenal di dunia
persilatan, semua orang tahu siapa mereka.
Di dunia persilatan muncul dua penjahat
besar dan mempunyai ilmu silat tinggi, dan
mereka sangat kejam, jarang ada yang bisa
lolos dari kejaran mereka.
Sembilan penjahat yang dipimpin oleh
Hai Tian Shuang-sha tiba-tiba dua orang
anggotanya mati, karena itu setelah
mendengar sepak terjang Shuang Diao, Hai
Tian Shuang-sha merasa cocok dengan43
pasangan suami istri itu dan mereka
berusaha menarik pasangan suami istri ini
masuk menjadi anggota perkumpulan mereka.
Kesembilan penjahat itu adalah penjahat
yang memimpin golongan hitam.
Shuang Diao yang baru muncul di
dunia persilatan tidak menolak ajakan
mereka, maka mereka pun bergabung menjadi
anggota 9 penjahat besar dunia persilatan.
Selama sepuluhan tahun suami istri
Xin Peng-jiu telah banyak berbuat
kejahatan. Kemudian Xin Yi melahirkan
seorang anak, setelah mendapat keturunan,
semua persoalan yang akan mereka lakukan
sekarang jadi dipikirkan dulu matangmatang, apalagi pada saat berbuat kejahatan.
Semenjak Xin Peng-jiu mempunyai Xin Jie,
dia pun mulai berubah, mereka mulai merasa
apa yang mereka lakukan di masa lalu telah
melanggar hukum Tuhan. Karena itu mereka
ingin bertobat dan keluar dari dunia hitam.
Peraturan di perkumpulan 9 penjahat
ini sangat ketat, kecuali 'mati', tidak ada
seorang pun diijinkan keluar dari
perkumpulan mereka, dan ilmu silat Hai
Tian Shuang-sha lebih tinggi dari suami
istri Xin Peng-jiu. Maka mereka tidak44
berani gegabah meninggalkan tempat itu.
Mereka tinggal lagi selama beberapa tahun
di sana, tapi mereka selalu mencari
kesempatan untuk melarikan diri dari sana.
Mereka menunggu hingga Xin Jie berusia 7
tahun, kebetulan Hai Tian Shuang-sha pergi
ke perbatasan. Yang tinggal di sana hanya
Lao Qi dan suami istri Xin Peng-jiu. Karena
itu mereka langsung pergi ke kantor pusat
dan membunuh Lao Qi, kemudian mereka
berdua meninggalkan tempat itu.
Sewaktu Hai Tian Shuang-sha kembali,
mendengar berita ini mereka sangat marah,
dan mereka mengumumkan kepada seluruh
golongan hitam jika Dian Gui Shuang Diao
tidak menyerahkan diri, 5 tahun kemudian
pada bulan terakhir, Hai Tian Shuang-sha
akan mencabut nyawa mereka sekeluarga.
Karena tidak ada tempat untuk
bersembunyi terpaksa mereka kembali ke
kampung halaman mereka yang terletak di
Wu Hua Shan, dan itu merupakan pilihan
terakhir.
Mereka betiga kembali ke desa Xin dan
hidup tenang selama 5 tahun, tapi pada
tahun kelima terakhir ini, ternyata Hai
Tian Shuang-sha datang menemui mereka.45
Begitu Hai Tian Shuang-sha sudah
berada di depan mereka, Xin Peng-jiu sadar
kalau mengandalkan ilmu silat mereka
berdua, mereka tidak akan bisa mengalahkan
kakak beradik itu, dia juga memikirkan
semua kejahatan yang telah mereka lakukan
selama ini, dan dia merasa mereka memang
pantas untuk mati, tapi dia mempunyai
sebuah permintaan, dia memohon supaya Xin
Jie jangan dibunuh.
Tapi Xin Yi tidak bisa menahan
emosinya, dia terus marah-marah, Hai Tian
Shuang-sha adalah saudara kembar, mereka
lahir yang satu tangan dan kaki tidak
sempurna, sedangkan yang satu lagi lahir
bisu dan tuli. Mereka menamakan diri
mereka adalah Tian Can dan Tian Fei, tapi
mereka benci kalau ada orang yang
memanggil mereka cacat. Kemarahan Xin Yi
membuat aura membunuh yang sudah kental
sekarang bertambah kental lagi.
Tian Can Jiao-hua dengan dingin
berkata, "Tidak disangka sifat Xin Jinniang lebih keras dari Xin Lao-liu.
Baiklah! Baiklah! Kalau hari ini kami
tidak bisa membuat kalian mati dengan
nyaman, jangan sebut kami Hai Tian Shuang-46
sha!"
Xin Yi membentak, "Peng-jiu, mari
kita lawan mereka!" dia meloncat dan
menyerang Tian Can Jiao-hua.
Xin Peng-jiu melihat istrinya
menyerang Tian Can Jiao-hua, dia berniat
melarangnya, tapi sudah terlambat. Dia tahu
serangan istrinya pasti gagal, dan malah
akan mencelakai dirinya sendiri. Karena
jurus yang digunakan adalah jurus elang
lapar menangkap kelinci, jurus ini hanya
bisa dilakukan pada saat berhadapan dengan
lawan yang lebih lemah. Kalau lawan lebih
kuat malah akan merugikan diri sendiri.
Begitu melihat Xin Yi datang dan
menyerangnya dari atas, Tian Can Jiao-hua
segera mengerutkan tubuhnya, tubuhnya
yang kecil dikerutkan lebih kecil, tinggal
60 sentimeter lagi, membuatnya menempel
dengan permukaan tanah. Melihat lawan
tidak membalas dan juga tidak menghindar,
Xin Yi menyerang lagi, dalam benaknya dia
sudah bertekad akan mati bersama dengan
Tian Can Jiao-hua, dia tidak tahu kalau
ilmu mengerutkan tubuh milik Tian Can
Jiao-hua sudah mencapai tahap tertinggi,
begitu tangan Xin Yi datang, kedua47
tangannya dengan cepat mencengkram tangan
Xin Yi dan hanya sedikit digetarkan,
persendian tulang di seluruh tubuh Xin Yi
berpindah tempat.
Xin Yi berteriak kesakitan kemudian
dia pun terpelanting ke tempat jauh, hati
Xin Peng-jiu sakit melihat semua itu.
Tian Can Jiao-hua terbang dan hampir
menempel dengan permukaan tanah, dengan
cepat dia berputar menuju Xin Peng-jiu,
kecepatannya hampir tidak bisa diikuti
dengan pandangan mata. Tiba-tiba saja dia
sudah berdiri di depan Xin Peng-jiu dan
berkata, "Kalau kau tidak melangkah keluar
dari sini, melihat kami menghukum istrimu,
kami dua bersaudara akan mengampuni anak
itu. Tapi kalau kau bertarung dengan kami,
aku tetap akan menerima tantanganmu."
Di atas permukaan tanah yang keras,
Xin Peng-jiu sudah melihat ada sebuah
lingkaran, entah sejak kapan Tian Can Jiaohua menggores lingkaran itu. Dia melihat
Xin Jie tetap duduk di kursinya, wajahnya
penuh dengan kekuatan, sepertinya dia tidak
takut juga tidak terkejut. Dia terlihat
lebih tenang dibandingkan ayahnya, tapi
matanya sudah bersimbah air mata,48
sepertinya dia sedih melihat ibunya
terluka.
Dalam hati Xin Peng-jiu merasa aneh,
dia tidak tahu kalau bocah yang baru
berusia 12 tahun ini mempunyai sifat
seperti itu. Selama ini dia sangat
menyayangi anak semata wayangnya. Tapi
hari ini dia melihat perbedaan Xin Jie
dengan anak lainnya. Dia tahu jika anak ini
telah tumbuh dewasa dia akan menjadi
seseorang yang luar biasa. Dia tidak akan
membiarkan anaknya mati, apa pun akan dia
korbankan supaya anaknya tetap hidup.
Pikiran ini melintas dalam benaknya,
dia tahu kalau Hai Tian Shuang-sha akan
menghukum istrinya dengan cara paling
kejam, tapi dia akan bertahan. Dia hanya
berpikir, kali ini pun dia pasti akan mati,
dengan cara apa pun mereka melakukannya
tidak akan berbedajauh!
Dari pandangan Xin Peng-jiu saja, Hai
Tian Shuang-sha sudah bisa menebak, kalau
Xin Peng-jiu rela menjadi penonton
menyaksikan aksi mereka.
Karena itu mereka tertawa senang,
sifat kejam mereka membuat mereka seperti
gila, jika korban terlihat makin sakit49
mereka makin merasa senang.
Tian Can Jiao-hua memberi isyarat


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada Tian Fei Jiao-lao yang sejak tadi
diam saja. Isyarat ini hanya dimengerti oleh
mereka sendiri. Jiao-lao tertawa, tawa
mereka membuat orang yang mendengar
merasa takut, seperti seekor binatang buas
sedang tersenyum karena mendapatkan
mangsa yang diincarnya.
Xin Yi masih pingsan karena
kesakitan, sekarang dia sudah sadar karena
udara dingin. Dia merintih kesakitan. Jiaohua puas mendengar suara rintihan itu.
Tiba-tiba dengan cepat dia berlari
menghampiri Xin Yi dan menotoknya. Totokan
ini membuat Xin Yi tidak bisa bergerak tapi
tidak sampai kehilangan kesadaran.
Kemudian dia mengangguk kepada Jiaolao, Jiao-lao mencengkram baju Xin Yi
kemudian mengangkat tangannya, terdengar
baju Xin Yi sobek separuh.
Buah dada Xin Yi yang montok
tersembul dari balik baju yang sobek dan
tertiup oleh angin dingin. Tapi yang terasa
lebih dingin adalah tatapan mata Hai Tian
Shuang-sha. Hati Xin Peng-jiu benar-benar
sakit, dia ingin melawan Hai Tian Shuang-50
sha, tapi putranya berada di sisinya. Karena
menahan marah dia hanya bisa menggigit
bibirnya, darah pun mengalir dari bibirnya.
Siksaan yang dialami oleh Xin Yi
sekarang tidak bisa dilukiskan dengan katakata, dia merasa dadanya terasa dingin,
kemudian terdengar suara sobekan baju
beberapa kali, sekarang Xin Yi benar-benar
sudah telanjang bulat di dalam udara dingin.
Kedua tangannya yang patah membuatnya
kesakitan. Tiupan angin dingin membuatnya
gemetar, ditambah dengan rasa putus asa,
serta hinaan dari Hai Tian Shuang-sha, dia
sudah tidak tahan. Dia ingin berteriak, tapi
karena telah ditotok, dia tidak sanggup
bersuara. Hal yang lebih menakutkan akan
terjadi.
Tapi kecuali hanya bisa merintih dia
tidak bisa melawan. Sekarang dia hanya
merasa sakit, dingin, malu, getir, dan putus
asa. Dia marah kepada Hai Tian Shuang-sha,
juga marah kepada suaminya, kepada semua
orang di dunia ini. Karena itu dia
memejamkan mata dan berpi-kir, "Kalau aku
mati, aku akan menjadi setan dan aku akan
membalas dendam kepada semua orang."
Xin Jie yang baru berumur 12 tahun51
melihat hal begitu kejam dan menyedihkan
terjadi di depan matanya, dia masih terlalu
muda untuk mengerti hal seperti ini, tapi
Tuhan telah memberikan kepandaian aneh
kepadanya, yaitu dalam keadaan apa pun dan
di mana pun dia tidak akan melakukan hal
yang tidak sanggup dia lakukan. Mungkin
ini karunia dari Tuhan. Dan hal ini benarbenar aneh!
Dia melihat ibu kandungnya dihina
oleh dua orang seperti binatang. Demi
dirinya, ayahnya menahan penghinaan begitu
besar. Walaupun dia merasa sedih, tapi dia
tidak menangis juga tidak ribut, ataupun
melakukan gerakan yang biasanya dilakukan
oleh anak sebayanya.
Kalau dia bersifat lemah, dia akan
gemetar atau menangis. Kalau dia seorang
pemberani, dia harus membuang segala macam
pikiran dan berusaha melindungi ibunya.
Tapi dia tidak melakukan apa pun, hanya
dengan ekspresi aneh duduk terpaku di
kursinya. Kalau Hai Tian Shuang-sha
melihat ekspresinya, akan terlihat tekad
dan daya tahannya yang kuat, mungkin
mereka akan melanggar janji mereka dan
membunuh anak itu.52
Hai Tian Shuang-sha tidak peduli
dengan anak itu. Mereka sedang menikmati
siksaan yang mereka lakukan kepada Xin Yi
dan Xin Peng-jiu. Dengan tangan, kaki, dan
cara kejam lainnya, mereka menghina
seorang perempuan yang tidak bisa melawan.
Mereka benar-benar merasa sangat
menikmati.
Setelah merasa puas, mereka
menolehkan kepala, dengan tangan cacatnya
Tian Can Jiao-hua menunjuk Xin Peng-jiu
dan terta-wa, "Baiklah, Xin Lao-liu, aku
kagum kepadamu, kau bisa memungut nyawa
anak dari tanganku, kecuali hal ini aku,
Jiao Lao-da memang sedang berbaik hati, aku
akan memaafkanmu, kau boleh tetap ikut
denganku dan aku akan bersikap seperti
dulu kepadamu."
Xin Peng-jiu melihat Xin Jie, anak
ini menjadi korban semuanya, sampai nyawa
pun sulit didapatkan kembali, tiba-tiba dia
balik bertanya kepada Jiao-hua, "Kau harus
berjanji dalam waktu 10 tahun ini tidak
akan melukai anak ini!"
Tian Can Jiao-hua mengangguk dan
berkata, "Kata-kata Jiao Lao-da bisa
ditepati, apakah kau tidak tahu?"53
"Kalau begitu aku akan merasa lebih
tenang," pelan-pelan dia mendekati belakang
Jiao-hua. Xin Yi yang cantik tampak
telanjang bulat tampak berbaring tidak
berdaya di bawah. Mata Xin Peng-jiu
berkobar karena marah, tiba-tiba dengan
jurus 'Bi Yi Shuang Fei' kedua tangannya
menyerang Tian Fei Jiao-hua, satu tangan
menyerang ke arah telinga yang satu
menyerang ke arah tenggorokannya.
Jurus 'Bi Yi Shuang Fei' adalah jurus
yang membuat Xin Peng-jiu terkenal di
dunia persilatan. Pukulan itu mengandung
kesedihan dan kemarahan yang besar, maka
tenaga yang dikeluarkan pun sangat dahsyat.
Dan saat itu Jiao Lao-da sedang menikmati
kepuasannya sendiri, dia sama sekali tidak
menyangka kalau Xin Peng-jiu akan
menyerang. Begitu dia sadar, angin telapak
sudah berada di atas kepalanya.
Tapi Xin Peng-jiu juga salah, Tian Can
Jiao-hua bisa menjadi Lao-da bukan karena
keberuntungannya, ini semua karena ilmu
silatnya yang kuat. Begitu telapak Xin
Peng-jiu menyerang ke arah kepalanya,
leher Jiao-hua seperti memanjang beberapa
sentimeter, membuat serangan Xin Peng-jiu54
tidak mengenai sasaran.
Dalam pikiran Xin Peng-jiu
serangannya kali ini bisa menghasilkan
satu nyawa ditukar dengan satu nyawa,
ternyata harapan tinggal harapan, tapi
dalam hati Xin Peng-jiu memang sudah
bersiap untuk mati. Dia melihat tubuhnya
ke bawah dan kedua tangannya menghadap
keluar dan memukul ke dada Tian Can Jiaohua, Tian Can Jiao-hua tertawa sinis,
kakinya digeser, dia menghindari serangan
Xin Peng-jiu, kemudian tampak telapak
tangannya melambai, siap menotok hidung
Xin Peng-jiu.
Xin Peng-jiu dengan cepat menarik
tubuhnya kembali, kemudian dengan kedua
telapak tangannya dia mengeluarkan jurus
'Shen Diao Zhang Fa' yang sudah lama
dilatihnya. Setiap jurus membuat Tian Can
Jiao-hua berada dalam posisi berbahaya, dan
sepertinya Xin Peng-jiu sama sekali tidak
mengingat bahaya, setiap jurus mengandung
tekad mati bersama.
Cara bertarung seperti ini biasanya
mengandung dendam yang sangat besar dan
dalam, dan siap untuk mati bersama.
Biasanya di dunia persilatan tidak ada55
orang yang akan memakai jurus ini,
walaupun Tian Can Jiao-hua mempunyai ilmu
sangat tinggi, tapi menghadapi Xin Peng-jiu
yang menyerangnya dengan cara seperti itu,
sempat membuatnya kalang kabut juga. Xin
Peng-jiu mempunyai ilmu tinggi tapi untuk
melukai Tian Can Jiao-hua bukan hal yang
mudah.
Tidak lama kemudian Xin Peng-jiu
mulai merasa kehabisan tenaga, karena
pertarungan seperti ini paling cepat
menghabiskan tenaga. Dia melihat tidak ada
kesempatan untuk menang, apalagi Tian Fei
Jiao-lao masih berdiri di pinggir. Kalau
dia ikut bertarung, Xin Peng-jiu pasti akan
mati, parahnya lagi halaman keluarga Xin
Peng-jiu tidak terlalu besar. Mereka
bertarung selalu melewati depan atau sisi
Tian Fei Jiao-lao, tapi Jiao-lao masih
berdiri dengan dingin tidak bergeser sama
sekali.
27 jurus Shen Diao Zhang Fa hampir
diselesaikan oleh Xin Peng-jiu. Sekarang
Xin Peng-jiu sedang menggunakan jurus
terakhir dari Shen Diao Zhang Fa, dalam 12
jurus terus menyerang, walaupun Tian Can
Jiao-hua mempunyai ilmu silat lebih tinggi,56
tapi dia tidak berani bertindak gegabah.
Sewaktu Xin Peng-jiu bertarung, dia
melewati depan Tian Fei Jiao-lao, hanya
dalam waktu singkat tiba-tiba timbul suatu
pikiran dalam benaknya. Kedua tangannya
terpisah, seperti membuka pintu, sebenarnya
di balik gerakannya itu menyimpan banyak
bahaya. Kemudian tangannya dilipat. Tian
Can Jiao-hua tahu jurus berikutnya yang
akan dikeluarkan oleh Xin Peng-jiu pasti
lebih berbahaya. Tapi Xin Peng-jiu tidak
mengubah gerakannya, dia malah menyerang
Tian Fei Jiao-lao memeluk orang itu dari
belakang dan mengajaknya bertarung
menempel. Cara seperti itu biasanya adalah
cara preman berkelahi. Cara ini sama sekali
tidak pernah terpikirkan oleh Hai Tian
Shuang-sha. Tian Can Jiao-hua melihat Xin
Peng-jiu meninggalkannya dan memeluk
Jiao-lao. Dia terkejut karena tidak
terpikirkan kalau Xin Peng-jiu akan
melakukan hal ini.
Semua tenaga dikerahkan pada sepasang
tangan ini. Xin Peng-jiu seperti penjepit
besi menjepit tubuh Tian Fei Jiao-lao. Tian
Fei Jiao-lao terkejut tapi mulut Xin Pengjiu sudah terbuka dan menggigit57
tenggorokannya. Biasanya Jiao-lao terkenal
dengan tenaga telapak dan tenaga dalamnya.
Ilmu meringankan tubuh dan ilmu lembut
milik Jiao-hua memang seimbang. Tapi
mengenai ilmu mengecilkan tubuh, dia tidak
selihai kakaknya. Dengan tenaga dalamnya
dia berniat menggetarkan Xin Peng-jiu
hingga terjatuh tapi dia tidak sanggup
melakukannya.
Perubahan ini benar-benar sangat
cepat. Tenggorokan Jiao-lao digigit oleh
Xin Peng-jiu, walaupun Jiao-lao mempunyai
ilmu yang tinggi, dia tetap akan mati.
Perubahan ini membuat dia terkejut. Tapi
dia adalah orang yang berpengalaman. Dalam
bahaya seperti itu, dia masih terpikirkan
cara untuk melepaskan diri.
Kedua bahunya diangkat, kepala
diturunkan. Dia menyembunyikan
tenggorokannya yang lemah di bawah dada
dan dagu. Begitu Xin Peng-jiu menggigit, dia
hanya menggigit tempat antara bibir dan
dagu. Tian Fei Jiao-lao sangat marah. Kedua
tangan bergetar. Dengan tenaga dalam dari
perut dan dada, telapaknya dikeluarkan dari
pelukan Xin Peng-jiu, dan dengan cepat dia
menotok jalan darah kematian Xin Peng-jiu.58
Karena tenaga dalam Tian Fei Jiao-lao
sangat kuat, Xin Peng-jiu tanpa sempat
mengeluarkan suara, dia menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Tian Fei Jiao-lao meraba dagunya yang
telah digigit Xin Peng-jiu kemudian dengan
dingin melihat mayat yang tergeletak di
bawah. Wajahnya masih dingin, sepertinya
apa pun yang terjadi di dunia ini, tidak


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan membuat wajahnya bergerak.
Tian Can Jiao-hua berkata, "Sunguh
sayang, dia mati begitu cepat." Tiba-tiba dia
teringat di halaman ini kecuali ada mereka
berdua masih ada satu orang lagi yang
belum mati. Karena itu dia mencari lagi.
Terlihat Xin Jie masih duduk di sisi meja di
kursinya. Wajahnya penuh dengan air mata,
kedua tangannya dikepalkan.
Dalam hati Tian Can Jiao-hua
berpikir, "Mengapa anak ini tampak begitu
aneh? Jangankan anak sebesar ini, laki-laki
dewasa pun kalau melihat keadaan begitu,
mana mungkin akan diam saja? Anak ini jika
bukan karena idiot pasti dia sangat
pintar.... kalau idiot, tidak menjadi masalah
bagi kami, tapi jika dia anak pintar, kelak
akan menjadi penyakit bagi kami." Dia59
berjalan ke depan Xin Jie dan pelan-pelan
mengangkat tangannya. Dia berniat
membunuh Xin Jie.
Jika dia sudah melayangkan tangannya,
jangankan Xin Jie, besi dan baja pun bisa
hancur. Dia melihat Xin Jie, dan Xin Jie
balas melihatnya penuh dengan kebencian.
Pikiran Tian Can Jiao-hua dan Tian
Fei Jiao-lao sulit tebak. Mereka sangat
kejam. Tapi mengenai janji, mereka sangat
menepatinya. Dia berpikir, "Tadi aku sudah
berjanji kepada Xin Peng-jiu supaya tidak
membunuh anak ini. Jika aku tidak
membunuhnya, dia akan menjadi penyakit
bagi kami di kemudian hari...."
Tangan kanan yang diangkatnya tidak
jadi diturunkan.
Pukul atau tidak? Pikiran ini terus
membayanginya. Nyawa Xin Jie tergantung
pada jalan pikirannya. Xin Jie tidak
mempunyai tenaga untuk mengubah
takdirnya.
Malam terasa dingin seperti air, tibatiba angin bertiup dengan kencang. Dari
jalan yang menyambung ke halaman belakang
terdengar langkah kaki yang berat dan
sepertinya bukan hanya satu orang yang60
datang.
Suara langkah yang berat di malam
begitu sepi terdengar sangat jelas. Tian Can
Jiao-hua sedikit terkejut. Tangannya sudah
melayang. Adiknya sudah mengerti apa yang
dimaksud kakaknya. Mereka segera meloncat
dan bersembunyi di dalam kegelapan.
Tapi yang keluar dari halaman
belakang hanya seekor sapi. Entah apa
sebabnya, sapi itu di malam seperti
sekarang malah meninggalkan kandangnya.
Hai Tian Shang Sha di dalam kegelapan
hanya bisa tertawa kecut.
Sapi itu mungkin biasanya diurus
dengan baik dan sangat gemuk, kuat, juga
terlihat galak. Tian Can Jiao-hua berpikir,
"Aku telah berjanji untuk tidak membunuh
anak itu, tapi aku tidak berjanji untuk
tidak membunuh dengan sapi itu."
Terpikirkan hal itu wajahnya segera
terlihat tawanya, dia seperti sudah
mendapatkan cara untuk mengatasi kesulitan
ini. Begitu sapi itu tiba di halaman,
mungkin karena angin berhembus dengan
kencang, membuat sapi itu merasa dingin dan
kembali lagi ke jalan dia datang tadi. Tapi61
Tian Can Jiao-hua sudah berdiri menghadang
di depan sapi itu.
Karena terkejut sapi itu segera
menabrak orang yang menghadangnya. Tangan
Tian Can Jiao-hua dengan cepat memegang
kedua tanduk sapi itu. Karena tenaga dalam
Tian Can Jiao-hua sangat besar, dengan
sekuat apa pun sapi itu bergerak tetap
tidak bisa melangkah maju. Dia menendang
pasir dan tanah hingga debu pun
beterbangan.
Tangan kanan Jiao-hua memberi
isyarat kepada Jiao-lao, isyarat itu sangat
sederhana tapi mengandung banyak makna,
ini adalah cara mereka berkomunikasi
selama beberapa tahun. Kecuali dengan
isyarat tangan, Jiao-lao tidak akan
mengerti isyarat orang lain.
Karena sejak kecil apa yang
dipikirkan Jiao-hua, pasti juga dipikirkan
oleh Jiao-lao. Mereka berdua seperti satu
tubuh yang tidak bisa dipisahkan. Dua
menjadi satu.
Dengan cepat Tian Fei Jiao-lao
membuka pintu halaman depan, kemudian
kembali ke tempat Xin Jie dan menjepit Xin
Jie di ketiaknya.62
Xin Jie tidak memberontak juga tidak
merasa takut, karena dia tahu apa yang
dilakukannya untuk memberontak akan siasia belaka. Dia tahu kalau nasibnya berada
di tangan kedua orang aneh yang tidak
berbentuk seperti manusia itu. Tapi dalam
hati dia mempunyai rasa percaya diri yang
aneh, dia percaya suatu hari nanti dia pasti
akan meminta darah mereka untuk membayar
hutang semua ini.
Dia tidak bisa bergerak, dia
didudukkan di atas sapi. Sapi itu seperti
sapi gila karena terus memberontak. Begitu
didudukkan di atas sapi, Xin Jie terpaksa
harus memegang erat leher sapi supaya
tidak terlempar dari tubuh sapi itu. Dia
tidak mengerti mengapa dia didudukkan di
atas punggung sapi, tapi dia mencoba
mengerti kalau semua ini mungkin
menyangkut keselamatan nyawanya.
Begitu Jiao-lao mendudukkannya di
atas punggung sapi, dia menarik tanduk sapi
itu. Tubuh sapi itu besar, karena ditarik
tanduknya dan terus dia memutar-mutar
tubuhnya, tanduk itu mengeluarkan darah.
Karena sakit sapi itu seperti
bertambah gila lagi, maju tidak bisa mundur63
pun tidak bisa. Sapi itu terus bergerak,
membuat Xin Jie yang berada di atas
punggungnya terus bergoyang-goyang. Xin
Jie seperti ingin muntah.
Jiao-hua melepaskan tangan yang
memegang tanduk, kemudian dia menurunkan
tangannya mendekati tubuh sapi itu. Kulit
sapi itu tebal karena kekuatan tangannya,
tanduk itu terbelah dan darah terus
menetes.
Yang pasti sapi itu sangat marah,
Jiao-lao melepaskan tangannya, sapi itu
seperti sebuah panah meluncur meninggalkan
tempat itu.
Walaupun ayah dan ibu Xin Jie
mempunyai ilmu silat tinggi, tapi semenjak
Xin Jie lahir, mereka sudah merasa bosan
berkelana di dunia persilatan. Karena itu
mereka tidak pernah mengajarkan ilmu silat
kepada Xin Jie. Kecuali tubuh Xin Jie lebih
kuat dari anak biasa, tapi dia tetap tidak
mengerti dasar ilmu silat sama sekali.
Sapi itu seperti sapi gila teus
berlari di malam yang sepi. Xin Jie hanya
merasa di kedua sisi tubuhnya, semua benda
bergerak mundur dengan cepat. Dia ingin
melepaskan pegangannya di leher sapi,64
membiarkan dirinya terjatuh, tapi dalam
keadaan hidup dan mati ini dia tidak berani
memutuskan. Kalau terus memegang leher
sapi itu, dia akan merasa tersiksa, tapi dia
menaruh harapan besar pada keselamatan
nyawanya. Apalagi dia telah melewati
peristiwa yang menyedihkan tadi. Dia
bersumpah dia akan terus mempertahankan
nyawanya baik-baik supaya kelak di
kemudian hari dia bisa membalaskan dendam
ayah dan ibunya. Pikiran seperti ini bagi
seorang anak berumur 12 tahun sungguh
terlalu jauh juga belum jelas.
Tapi karena kekejaman yang tadi
dilihatnya begitu jelas, maka dia pun telah
mengambil keputusan walaupun keselamatan
nyawanya tidak terjamin, dia akan berusaha
bertahan sampai titik darah penghabisan.
Tapi.... bagi seorang anak kecil yang
berada di atas punggung seekor sapi gila,
harapan hidupnya sangat kecil.
Sapi itu terus berlari, Xin Jie mulai
merasa tangannya pegal dan mati rasa. Dia
juga mulai tidak bisa menguasai dirinya
lagi. Dalam keadaan sadar dan tidak sadar,
dia merasa sapi itu berlari ke atas gunung,
tapi dia tidak bisa melihat dengan jelas.65
Langit mulai terang, dalam hati Xin
Jie hanya berharap dia bisa bertemu dengan
seseorang di jalan dan bisa menghentikan
sapi gila itu. Tapi orang yang ditemuinya
pun tidak sanggup menghentikan sapi gila
itu. Lalu dia berharap, karena merasa
lelah sapi itu akan berhenti berlari. Tapi
dia tahu yang sekarang merasa lelah adalah
dirinya sendiri. Dia tahu kalau dia tidak
akan bisa bertahan lebih lama lagi, kalau
dia terjatuh keselamatan nyawanya akan
terancam.
Tapi pikirannya benar-benar sangat
kacau, semua pertanyaan yang melintas di
benaknya tidak bisa dipikirkan dengan baik.
Dia merasa sepertinya semua keadaan sudah
tidak memihak lagi kepadanya dan semakin
menjauh darinya.
Dia merasa semua kejadian itu telah
berlangsung lama, padahal semua itu baru
berlangsung selama setengah jam, dari desa
Xin sapi itu terus berlari. Karena tidak
mengetahui arah, sapi itu membawa Xin Jie
naik ke Wu Hua Shan.
Wu Hua Shan adalah sebuah gunung
tinggi dan berbahaya, tapi kalau manusia66
atau binatang dalam keadaan gila, sering
melakukan perbuatan yang tidak biasa
dilakukan. Begitu juga dengan sapi itu, Xin
Jie dibawanya ke arah Wu Hua Shan dan
masuk ke pegunungan.
Tadinya sapi itu lari menerjang ke
depan, tapi sekarang sapi itu malah
berputar-putar, membuat Xin Jie bertambah
pusing. Kemudian sapi itu berhenti berlari,
Xin Jie terpelanting dari punggung sapi dan
jatuh ke atas tumpukan salju. Dan dia pun
pingsan.
Udara di pegunungan itu sangat
dingin, lebih dingin dari udara di desa Xin.
Apalagi saat ini salju masih terus turun.
Xin Jie yang pingsan begitu terjatuh ke
atas tumpukan salju, tidak lama kemudian
segera sadar.
Begitu dia membuka matanya, ada
sebuah bayangan tinggi besar berdiri di
hadapannya. Karena itu dia berusah membuka
matanya supaya bisa melihat orang itu.
Ternyata orang itu berperawakan kurus dan
kelihatan letih. Saat itu dia sedang menatap
Xin Jie.
Kelihatannya orang itu begitu lemah
dan letih. Wajahnya pucat seperti baru67
bangkit dari kubur. Dia berdiri di pagi
hari yang begitu dingin membuatnya
terlihat begitu lemah. Walaupun orang itu
berusaha berdiri tegak tapi sepertinya
setiap saat orang itu bisa terjatuh.
Udara begitu dingin, orang itu hanya
mengenakan baju panjang dan tipis. Di udara
begitu dingin, tubuhnya tampak terus
bergetar. Begitu melihat Xin Jie sudah
sadar wajahnya terlihat tersenyum, senyum
itu adalah senyum ramah dan hangat.
Melihat senyum itu, Xin Jie lupa
kalau mereka sebenarnya tidak saling
mengenal. Xin Jie berusaha duduk karena
dia menganggap orang yang berdiri di
hadapannya lebih membutuhkan bantuannya,


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

walaupun dia sendiri pun masih dalam
keadaan lemah. Sifat ini memang sifat asli
Xin Jie.
Orang itu seperti tahu pikiran Xin
Jie, dengan lemah dia berpesan kepada nya,
"Berbaringlah dulu, jangan banyak
bergerak." tetapi Xin Jie berusaha tetap
bangun, sorot mata orang itu tampak
berubah, wajahnya yang lesu tetap terlihat
berwibawa, dan kewibawaannya ini tidak bisa
dilukiskan dengan kata-kata.68
Dia melambaikan tangan, ingin
melarang Xin Jie bangun tapi karena dia
sendiri tampak lemah dia malah terjatuh.
Xin Jie berusaha bangun, dia tidak
tahu kalau nasibnya sangat beruntung, dia
masih hidup sampai sekarang. Tapi setelah
melewati siksaan yang begitu berat, walau
tubuhnya sehat tapi dia tidak mampu
berdiri. Kemudian dia pun terjatuh lagi ke
atas tumpukan salju.
Xin Jie dan orang itu sama-sama
terjatuh di atas tumpukan salju. Di sana
walaupun sangat sepi tapi Xin Jie tidak
merasa kesepian, karena di sisinya ada
orang yang menemaninya. Usianya yang
masih muda dan perasaannya kepada orang
tidak dikenalnya itu seperti ada suatu
perasaan aneh.
Tubuhnya memang lemah tapi
pikirannya masih jernih. Dia melihat ke
sekeliling, di sana adalah sebuah lembah
yang sangat indah. Di sekeliling lembah
dipenuhi dengan Mei-hua yang sedang
berkembang. Kemudian dia mendengar orang
itu berkata, "Mengapa kau bisa naik ke atas
punggung sapi gila itu? Lalu lari masuk ke
sini, siapa kau sebenarnya? Di mana69
rumahmu?" pertanyaannya terdengar sangat
dingin.
Xin Jie terpaku, kenangan sedih
muncul lagi di kepalanya sehingga dia pun
menangis.
Melihat Xin Jie menangis, orang itu
dengan pelan bertanya, "Jangan menangis,
apa yang telah membuatmu sedih?
Ceritakanlah padaku."
Xin Jie menganggap walaupun dia
memberitahu bagaimana kekejaman dan
kesedihan yang dia rasakan kepada orang
yang terlihat lemah itu, tidak akan ada
gunanya. Tapi sekarang dia menganggap di
lembah sepi ini, hanya dengan orang inilah
dia bisa berbagi perasaannya. Manusia
selalu memiliki kebiasaan menceritakan
kesulitannya kepada orang yang dekat
dengannya saat itu.
Sambil menangis Xin Jie menceritakan
kejadian yang telah menimpanya. Bagi Xin
Jie dia menceritakan semuanya hanya untuk
melampiaskan kemarahan dan kesedihannya,
dan dia sama sekali tidak menyangka karena
kejadian ini pula dia berjodoh dengan cara
aneh dan sama sekali tidak disangka.
Ternyata orang yang berbagi kesedihan70
dengannya itu adalah orang yang paling
terkenal di dunia persilatan, yang terkenal
dengan 'Shen Gong Qi Yi' (Ilmu sakti tujuh
keahlian) yang dijuluki Qi-mao Shen-jun,
Mei Shan-ming.
Setelah Mei Shan-ming ditotok oleh
ketua generasi ketujuh Dian Cang-pai, Luo
Ying-jian, Xie Chang-ji di bagian pundaknya
dan di dua nadi penting Cang Hai, organ
dalam tubuhnya pun dilukai oleh Ku An
Shang-ren, Pendekar Chi-yang, dan Jian
Shen Li-e, dengan keadaan luka seperti ini
siapa pun pasti akan mati.
Tapi karena Qi-mao Shen-jun
mempunyai kepintaran yang melebihi orang
lain, ditambah lagi karena telah berlatih
ilmu silat yang kuat, apa yang dia miliki
itu tidak semua bisa didapatkan oleh orang
dunia persilatan.
Dengan menggunakan tenaga dalam yang
sudah dilatihnya selama ini dia berusaha
mengatur tenaga dalam tubuhnya. Tapi
tenaga dalam bagian dada dan perut tidak
dapat diatur lagi, Mei Shan-ming tahu kalau
totokan Luo Ying-jian pasti mengandung
ilmu rahasia. Kalau organ dalamnya tidak
terluka mungkin dia masih bisa membuka71
sendiri totokan itu dengan menggunakan
tenaga dalamnya. Tapi sekarang ini tidak
mungkin bisa dia lakukan.
Dia merasa tangan dan kakinya tidak
bertenaga, sampai-sampai menggerakkan
jarinya pun sangat sulit. Dan di paruoarunya ada darah beku yang semakin
melebar. Sisa tenaganya hanya sedikit, maka
dia tidak bisa menguasai darah beku yang
semakin menjalar di paru-parunya. Karena
itu dia hanya bisa pasrah dan menunggu
maut pelan-pelan akan menjemputnya
ataukah akan ada mujizat datang
menghampirinya?
Dia terbaring lemah di atas permukaan
salju. Dinginnya salju menyerang tubuhnya.
Sewaktu dia sedang putus asa, tiba-tiba
terdengar suara berat dan terburu-buru
datang ke tempat itu. Dia sangat berharap
yang datang adalah orang yang bisa
menolongnya.
Suara itu datang seperti angin masuk
ke dalam lembah. Kemudian dia melihat ada
seekor sapi yang berlari menerjang seperti
sapi gila. Dan berlari melewatinya begitu
saja. Di lembah seperti ini sapi berlari
begitu kencang, pasti sapi itu sedang72
mengamuk. Apa gunanya bila yang datang
hanya seekor sapi yang sedang mengamuk?
Sapi gila itu mengelilingi lembah
kemudian berlari ke tempat di mana dia
sedang terbaring, dia tidak bisa menghindar,
hanya menunggu sapi itu menginjaknya pada
saat lewat. Sewaktu dia sedang memejamkan
mata, tiba-tiba dia merasa nadi di bawah
dada dan nadi di bagian pusarnya ada tenaga
besar mendorongnya. Dia tahu itu karena
tenaga dari injakan kaki sapi itu, keanehan
terjadi di sini, setelah tubuhnya diinjak
sapi itu, tubuhnya terasa lebih nyaman.
Tenaganya walaupun masih lemah tapi bisa
mengalir dengan lancar. Harapan hidup
kembali muncul di dalam hatinya, dia
berpikir asalkan bisa bernafas dengan
lancar, kaki dan tangannya pasti bisa
digerakkan, dan lukanya yang berat bisa
sembuh.
Karena itu dia mulai menggerakkan
tangannya, ternyata benar dia mulai
merasakan ada tenaga, tenaga itu walaupun
tidak sekuat dulu tapi ini sudah cukup
membuatnya merasa senang.
Sekarang sapi ngamuk itu kembali lagi
ke tempat di mana dia berbaring, kali ini73
dia tidak terkejut lagi. Dia berpikir
tenaganya memang sudah habis, tapi
menghadapi sapi gila itu dia masih sanggup
melakukannya, ternyata pikirannya salah.
Sewaktu sapi ngamuk itu sekali lagi
menginjak tubuhnya, dengan sekuat tenaga
dia mengumpulkan tenaga di kedua
tangannya, begitu sapi itu lewat di
depannya, dia mendorong sapi itu hingga
terpelanting.
Tapi pada saat Qi-mao Shen-jun
memukul sapi itu, dia merasa sangat lelah,
dan rasa lelah ini selama puluhan tahu
belum pernah dia rasakan.
Tenaga dalam Qi-mao Shen-jun memang
sangat hebat, kata 'lelah' belum pernah dia
rasakan, tapi sekarang ini dia merasakan
tulang-tulang di seluruh tubuhnya terasa
sakit. Dan dia pun sedikit terengah-engah
seperti seseorang yang tidak bisa ilmu
silat. Seperti seseorang yang lelah karena
telah bekerja seharian.
Tentu saja Qi-mao Shen-jun tahu kalau
tenaga dalamnya telah musnah karena telah
dihilangkan oleh tenaga dari luar. Tapi
kalau dia bisa merawat sisa tenaga dalamnya
dengan baik, walaupun tidak bisa pulih74
dengan cepat, tapi bukan tidak mungkin
tidak ada harapan sama sekali. Karena dia
tadi telah mengeluarkan sisa tenaganya
untuk memukul sapi itu. Cara Dian Cang-pai
menotok orang adalah membuat tenaga dalam
orang yang ditotoknya hilang seketika
kemudian orang itu pelan-pelan akan mati.
Qi-mao Shen-jun adalah orang nomor satu di
dunia persilatan, sekarang dia hanya orang
biasa. Dia seorang pesilat tangguh, kembali
menjadi orang biasa pasti membuatnya sedih
dan tidak tahan dengan keadaan ini. Apalagi
ini dialami oleh seorang laki-laki yang
tadinya berilmu silat tinggi, sewaktu ilmu
silatnya hilang, dia pasti akan merasa
sangat sakit. Hal ini juga membuat Mei
Shan-ming ingin lari dari kenyataan dan
cara yang paling tepat adalah mati.
Tapi sewaktu dia ingin mati, tiba-tiba
dia mendengar di lembah sepi itu ada suara
manusia bernafas dan terdengar nafasnya
seperti terengah-engah. Karena merasa aneh
sekaligus terkejut, maka dengan tenaga
terakhirnya dia berusaha bangkit berdiri.
Kemudian dia menemukan Xin Jie,
sewaktu dia berhasil menemukan Xin Jie,
saat itu Xin Jie juga sedang menatapnya75
dengan pandangan lesu.
Setelah selesai mendengar cerita Xin
Jie yang mengerikan, Qi-mao Shen-jun yang
saat itu sedang putus asa dan ingin
melarikan diri dari nasibnya, hatinya
segera diliputi dengan kemarahan dan
merasa kalau semua ini tidak adil. Saat
itulah Xin Jie telah menentukan nasibnya
seumur hidup. Dia akan menjadi pembunuh di
dunia persilatan, nama dan ilmu silatnya
akan membuat orang dunia persilatan gentar
kepadanya.
Hujan salju telah berhenti. Lembah
kembali sepi. Tiba-tiba Mei Shan-ming
berpikir, "Di dunia ini mengapa ada hal
begitu aneh? Sampai-sampai sapi ngamuk pun
bisa lari masuk ke lembah Mei yang dalam
setahun pun jarang ada orang yang datang.
Apakah ada orang dengan cara seperti ini
ingin menipuku? Walaupun tenaga dalamku
sudah musnah tapi ilmu silatku yang tinggi
masih tersimpan dengan baik di dalam
dadaku, mana mungkin orang lain bisa
mengambilnya?"
Dalam keadaan sulit dia berusaha
untuk duduk dan bertanya pada Xin Jie,
"Apakah kau tahu siapa aku?"76
Xin Jie dengan bingung menggelengkan
kepalanya, dengan sorot mata aneh dia
melihat Mei Shan-ming, sudah pasti dia
tidak kenal dengan Mei Shan-ming.
Ekspresi wajah Xin Jie yang
kebingungan membuat Mei Shan-ming
mengerti apa jawaban Xin Jie. Kepintaran
Qi-mao Shen-jun dan ekspresi wajah Xin Jie
membuat Mei Shan-ming bisa melihat
kejujuran Xin Jie. Dia merasa gembira
karena ada penerus dan ini membuatnya
tertawa senang.
"Sekarang kau sebatang kara, apakah
kau mau ikut denganku?" Mei Shan-ming
dengan tertawa bertanya pada Xin Jie.
Xin Jie melihat orang yang kelihatan
lemah dan lesu itu, dengan mantap dia
menjawab, "Baiklah, aku akan ikut denganmu,
jangan melihat aku sekarang ini yang masih
tidak mempunyai tenaga, nanti setelah aku
beristirahat, tenagaku besar, apa pun bisa
kulakukan."
Kata-kata polos ini membuat Mei


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Shan-ming terpengaruh, dia melihat hati
anak itu baik, dia mengangguk-angguk dan
berkata, "Benar, aku membutuhkan orang
seperti dirimu untuk mengurusku."77
Kemudian dia memejamkan matanya dan
duduk dengan diam, tapi rasa lapar, dingin,
lelah, dan sakit terus menyerangnya. Dan
dia menarik nafas dan berkata, "Apakah kau
bisa berdiri sekarang dan memapahku keluar
dari lembah ini?"
Tapi pada saat Xin Jie bergerak, dia
merasa tangan dan kakinya juga sakit serta
mati rasa. Tapi rasa tanggung jawabnya
membuat dirinya harus menjadi kuat, maka
dia pun memaksa untuk berdiri kemudian
memapah Mei Shan-ming keluar dari lembah
itu. Ooo)*(ooO
BAB 3
Buku An Ying Fu Xiang
Wu Hua Shan adalah tempat wisata di
luar kota Kun Ming. Walaupun lembah itu
jarang didatangi orang, tapi gunung itu
banyak dikunjungai pelancong. Tidak
membutuhkan waktu lama Mei Shan-ming dan
Xin Jie pada saat keluar dari lembah
langsung bertemu dengan pelancong yang
akan bertamasya ke gunung itu. Melihat
keadaan mereka yang aneh, mereka segera
menghampiri dan bertanya apa yang terjadi
pada mereka. Mei Shan-ming hanya menjawab78
beberapa kalimat untuk menutupi rasa
penasaran mereka, segera dia mencari dua
tandu yang mengantar pelancong tadi.
Mereka tergesa-gesa turun dari gunung dan
kembali ke kota Kun Ming.
Kun Ming adalah sebuah kota yang
dalam setahun selalu hangat seperti musim
semi. Suhu udara di sana berbeda dengan
gunung Wu Hua Shan, apalagi di kota Kun
Ming jarang terlihat ada salju. Yang
membuat Xin Jie merasa aneh adalah Mei
Shan-ming begitu mudah mengeluarkan uang,
mereka menginap di sebuah pengi-napan
terbaik dan terbagus di kota Kun Ming,
makan dan minum yang paling enak dan
lezat. Mei Shan-ming membelikan banyak
baju untuk Xin Jie, dari ukuran terkecil
hingga terbesar, sepertinya setiap Xin Jie
tumbuh besar semua ukuran bajunya telah
tersedia. Semua baju itu dibelinya.
Hari kedua, Mei Shan-ming menyewa
sebuah kereta besar, mereka berangkat dari
kota Kun Ming, kereta berjalan sangat
lambat. Tubuh Xin Jie mulai pulih. Tapi
keadaan Mei Shan-ming sama sekali tidak
ada perubahan, tubuhnya tetap lemah.
Hampir satu bulan berlalu, sekarang79
sudah musim semi, pepohonan di sepanjang
jalan semakin terlihat hijau, Xin Jie tidak
tahu mereka akan pergi ke mana.
Sepanjang perjalanan entah sudah
berapa kali Mei Shan-ming mengganti
kereta. Hari ini mereka tiba di sebuah
pedesaan. Pedesaan itu hanya sedikit lebih
besar dari desa Xin. Di pinggir desa Mei
Shan-ming menyuruh kereta berhenti dan
bersama dengan Xin Jie, mereka berjalan
memasuki desa itu.
Xin Jie merasa hari ini Mei Shanming tampak lebih gembira dan juga sering
bergurau, lebih sering tertawa. Dan dia
tidak menyewa kereta lagi.
Mereka melewati desa itu kurang lebih
setengah kilometer, Xin Jie melihat Mei
Shan-ming sangat lelah, tapi dia masih
tampak gembira.
Begitu melewati sebuah hutan yang
tidak terlalu besar, Xin Jie melihat ada
beberapa rumah yang atapnya terbuat dari
genting. Mei Shan-ming menunjuk rumah itu
dan berkata, "Lihat, itu adalah rumahku!"
"Mengapa Paman Mei mempunyai rumah
yang begitu jauh?" kata Xin Jie dalam hati
bercampur perasaan aneh.80
Begitu tiba di depan rumah itu, Mei
Shan-ming mengetuk pintu dan dengan
perlahan pintu besar yang dicat merah tua
itu terbuka. Yang membukakan pintu adalah
seorang laki-laki setengah baya dan
berperawakan kurus, melihat Mei Shan-ming,
dia segera menunduk dan berkata, "Kau
sudah pulang." tapi wajahnya tidak
menunjukkan ekspresi apa pun.
Sambil tertawa Mei Shan-ming pun
mengangguk, kemudian dia menarik Xin Jie
masuk. Xin Jie merasa rumah itu sangat
bersih dan rapi, rumah itu begitu besar,
tapi tidak terdengar ada suara orang di
sana.
Laki-laki itu dengan sorot mata tajam
melihat Xin Jie, Mei Shan-ming sudah
menepuk-nepuk kepala Xin Jie dan berkata,
"Ini adalah muridku, apakah dia baik
kelihatannya?"
Kemudian dia tertawa dan bertanya
lagi, "Apakah mereka semua baik-baik saja?"
Dengan sedikit ragu, laki-laki
setengah baya itu menjawab, "Aku sudah
menyuruh mereka pulang."
Wajah Mei Shan-ming segera berubah
dan bertanya, "Apa, kau sudah menyuruh81
mereka pulang?"
Laki-laki itu menundukkan kepala dan
menjawab, "Di dunia persilatan telah
tersebar berita bahwa di Wu Hua Shan kau
telah dibunuh oleh Jian Shen Li-e, dan di
Gai-bang Jiang Nan ada berita yang
menyebutkan bahwa ada seorang pengemis
yang melihat mayatmu, aku berpikir kalau
terus menyuruh mereka tinggal di sini,
maka akan terjadi keributan, karena itu aku
menyuruh mereka pulang dan aku sendiri
sedang bersiap-siap akan pergi ke Gunung
Kong-dong...."
Mei Shan-ming menarik nafas, "Itu
lebih baik, kali ini aku memang hampir
mati, aku benar-benar sudah tidak peduli
dengan apa yang terjadi, hanya saja mereka
pernah berkumpul denganku, apakah kau
telah merepotkan mereka? Di mana Miao Jiu
Niang?"
Laki-laki kurus itu dengan wajah
datar menjawab, "Kau tenang saja! Aku
tidak pernah membuat mereka repot, hanya
saja begitu Miao Jiu Niang mendengar kau
meninggal, tidak lama dia juga segera pergi
dan aku tidak tahu dia pergi ke mana."
Mei Shan-ming mengangguk dengan82
santai dan berkata, "Lebih baik seperti
itu."
Mendengar pembicaraan mereka Xin Jie
tidak mengerti apa yang mereka bicarakan,
dia hanya bengong melihat Mei Shan-ming,
Mei Shan-ming mengetahui kebingungan Xin
Jie segera dia menarik tangan Xin Jie dan
menunjuk laki-laki itu, "Dia adalah saudara
baikku, kelak kau harus memanggilnya
Paman Hou Er, bila dia suka kepadamu, kau
pasti akan mendapat banyak kebaikan
darinya."
Dengan suara kecil dia memanggil,
"Paman Hou Er." tapi laki-laki itu hanya
menatapnya dengan dingin.
Xin Jie merasa Paman Mei lebih baik
dari Paman Hou, dia menundukkan kepalanya
lagi. Mei Shan-ming mengelus pundaknya dan
berpesan kepada laki-laki itu, "Kau tetap di
atas, kau suruh Lao Yu setiap waktu
mengantarkan makanan untukku, kalau tidak
ada hal penting jangan pergi ke mana-mana.
Dalam beberapa lama ini aku tidak akan ke
atas."
Laki-laki kurus itu mengangguk, tibatiba kedua matanya membuka dengan lebar
dan melihat Mei Shan-ming, "Aku lihat83
pulangmu kali ini telah terjadi sesuatu
padamu, apakah...."
Mei Shan-ming menarik nafas dan
menjawab, "Nanti kuceritakan, nanti pun kau
pasti akan tahu."
Dia membawa Xin Jie meninggalkan
ruang tamu dan masuk ke sebuah kamar
bersih, tampaknya itu adalah sebuah
perpustakaan. Dia menekan sebuah bata yang
terletak di sisi rak buku, tiba-tiba rak itu
terbuka, dan terbentang sebuah lorong dan
ada tangga menuju ke bawah.
Xin Jie hanya bengong, Mei Shan-ming
mengajaknya menuruni tangga itu, kemudian
dia berbalik lagi menekan bata, dan rak itu
kembali menutup, karena telah tertutup
keadaan di sana menjadi gelap.
Xin Jie benar-benar terkejut melihat
semua itu, tapi dia adalah seorang anak
pemberani, dia tahu kalau Paman Mei tidak
berniat jahat kepadanya. Maka dia pun tidak
ragu mengikuti Mei Shan-ming berjalan
terus menuruni tangga.
Di bawah tangga ada sebuah ruangan
yang sangat indah dan mewah, benar-benar
seperti dalam mimpi. Ruangan bawah ini
lebih bagus dari rumah yang ada di atasnya.84
Mei Shan-ming membawa Xin Jie ke
bawah dan memutar satu keliling. Di ruang
bawah tanah ada 7 kamar, setiap kamar
tampak sangat bagus dan mewah.
Semua itu membuat mata Xin Jie
menjadi berkilau, sewaktu dia sedang merasa
senang dan menikmati keindahan kamarkamar itu, Mei Shan-ming telah membawanya
masuk ke sebuah kamar.
Begitu memasuki kamar itu, seperti
ada udara dingin yang berhembus dan terus
meniup ke arahnya. Tempat tidur, meja yang
ada di kamar itu ternyata semuanya terbuat
dari batu, dinding kamar itu terbuat dari
batu berwarna hijau. Di dindingnya
tergantung sebuah pedang panjang. Dan di
sisi pedang tergantung sebuah tas. Di atas
meja batu masih ada beberapa buku, kecuali
semua benda itu di kamar itu tidak ada apaapa lagi.
Mei Shan-ming berkata pada Xin Jie,
"Mulai hari ini, kau harus tinggal di kamar
ini."
Hati Xin Jie langsung menjadi dingin,
dia berpikir, "Didalam ruangan bawah tanah
ini begitu banyak kamar, Paman Mei malah
menyuruhku tinggal di kamar seperti kamar85
setan ini...." hatinya mengeluh tapi dia malu
untuk mengungkapkannya, terpaksa dia
mengangguk.
Mei Shan-ming seperti tahu apa yang
sedang dipikirkan oleh Xin Jie, dia berkata,
"Aku tahu kau tidak suka tinggal di kamar
ini, tapi kau harus tahu siapa pun yang
tinggal di 7 kamar itu, adalah hal yang
sangat mudah, tapi kalau kau ingin tinggal
di kamar ini, benar-benar lebih sulit
dibandingkan memanjat naik ke langit."
Xin Jie melihat pedang yang
tergantung di dinding, dia ingat sorot mata
Paman Hou Er dan percakapan yang terjadi
di antara mereka tadi, dia segera menjawab,
"Aku suka tinggal di kamar ini."
Tawa Mei Shan-ming segera berhenti,
dengan penuh kerinduan dia melihat ke
sekeliling kamar batu itu dan kemudian
menge-luh, "Sekarang aku sudah tidak
berjodoh lagi dengan kamar batu ini, kau
anak pintar tapi apakah kau bisa menguasai
'Qi Yi' milikku? Ini harus dilihat apakah
kau rajin dan tahan lelah dalam
mempelajari ilmu ini."
Dengan aneh Xin Jie bertanya,
"Apakah Qi Yi itu?"86
Sambil tertawa Qi-mao Shen-jun
menjelaskan, "Kalau kau telah menguasai Qi
Yi milikku, maka dendammu bisa


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbalaskan." dia melihat langit-langit
kamar itu dan menarik nafas, "Dendammu
bisa dibalas, dendamku juga harus menunggu
kau yang membalaskannya!"
Xin Jie terus menatap Mei Shan-ming,
dia sedang memikirkan kata-kata Mei Shanming, sampai sekarang Xin Jie belum tahu
orang lemah yang berdiri di hadapannya
sekarang adalah orang nomor satu di dunia
persilatan, dia adalah Qi-mao Shen-jun. Tapi
semenjak dia ikut pulang dengan Paman Mei,
sudah terjadi banyak kejadian aneh, dan itu
membuat dia mengerti bahwa Paman Mei
bukan orang biasa, karena itu dia bersedia
tinggal di kamar batu ini.
Kamar batu itu berada di bawah tanah.
Semua perabotannya terbuat dari batu,
karena itu setelah seharian berada di dalam
kamar, terasa dingin dan gelap. Apalagi di
malam hari, Xin Jie merasa sangat tersiksa
dengan keadaan ini.
Hari-hari berlalu, Xin Jie tidak bisa
menghitung waktu yang telah berlalu. Dan
dia mulai beradaptasi dengan udara dingin87
di bawah tanah. Kecuali setiap hari ada
yang mengantarkan makanan, dia jarang
bertemu dengan Paman Mei.
Pada waktu senggang, dia mulai
membaca buku yang tergeletak di atas meja
batu. Buku-buku itu sangat menarik
perhatiannya. Walaupun banyak hal yang
tidak dimengerti olehnya, tapi dia berusaha
membacanya dengan seksama.
Dengan cepat buku yang berada di atas
meja itu habis dibacanya, kemudian ada buku
baru yang diantar lagi. Kadang-kadang
Paman Mei datang untuk mengajarkan hal
yang tidak dimengerti olehnya. Hari-hari
berlalu dengan cepat. Xin Jie telah membaca
banyak buku.
Xin Jie adalah seorang anak yang
pintar. Setelah membaca begitu banyak buku,
dia menjadi seorang yang sangat luas
pengetahuannya.
Tapi pada suatu hari, sewaktu dia
telah selesai membaca semua buku yang
tergeletak di atas meja, tidak ada buku lagi
yang diantar untuknya, kecuali ada sebuah
buku yang ditulis dengan tangan. Xin Jie
membaca 4 huruf di atas buku itu yaitu 'An
Ying Fu Xiang (bayangan gelap wangi88
mengambang). Didalam buku ini tercatat
bagaimana cara berlatih dasar ilmu
pernafasan. Dia mulai mempelajari ilmu
tenaga dalam yang merupakan hasil jerih
payah Qi-mao Shen-jun.
Dia sendiri tidak tahu sampai di mana
kemajuan ilmunya, sebaliknya Mei Shan-ming
mengetahui kemajuan Xin Jie dengan jelas.
Xin Jie yang pintar berada di tempat khusus
untuk berlatih ilmu silat dan dia berlatih
dengan sepenuh hati. Xin Jie mulai
merasakan nafasnya menjadi terbentuk dan
nafasnya bisa diatur olehnya. Gerakan
tubuh Xin Jie bertambah gesit. Seringkali
pada saat mengatur nafas, seperti ada
perasaan ingin terbang.
Begitu buku An Ying Fu Xiang diganti
dengan 'Qiu Zhi Jian Ji', cahaya di dalam
kamar batu itu semakin hari semakin gelap.
Xin Jie sudah berada di dalam kamar itu
selama 5 tahun.
Selama 5 tahun ini, Xin Jie telah
tumbuh menjadi seorang remaja berumur 17
tahun. Pikirannya telah berubah, dari
pikiran tidak tenang menjadi sangat tenang,
dari seorang yang biasa menjadi seorang
yang luar biasa.89
Sebaliknya Mei Shan-ming dalam
beberapa tahun ini telah tambah menjadi
tua, rambutnya mulai memutih tapi dia
hidup dengan senang. Melihat Xin Jie
tumbuh besar, dia seperti melihat ada nyawa
baru yang lahir darinya dia merasa semua
kerugiannya telah tergantikan.
Tahun keenam, tahun ketujuh.... Hari
berlalu dengan cepat. Xin Jie yang sudah
lama berada di dalam kamar batu, hampir
melupakan dunia luar. Sekarang dia tahu
bagaimana kemampuan ilmu silatnya.
Dengan cara apa pun, tubuhnya bisa
hinggap di atas dinding yang licin. Di dalam
kamar gelap itu .dia bisa melukis gambar
yang sangat sulit. Satu-satunya hal yang
tidak diketahuinya adalah 'Jian' (Pedang) dan
'Zhang' (telapak), dia tidak tahu sebenarnya
kemampuannya itu telah sampai pada taraf
bagaimana, karena di dalam kamar batu ini,
dia tidak bisa membuktikan ilmu pedangnya
dan pukulan telapak miliknya.
Sudah 10 tahun berlalu, dia sendiri
pun tidak sadar mengapa dia bisa melewati
waktu begitu lama di dalam kamar batu ini.
Dia berpikir, "Mungkin semua ini karena
kesenangan dan juga karena keinginanku90
mencari ilmu, sehingga aku bisa bertahan
lama di sini. Yang terpenting adalah aku
berharap aku tidak menjadi orang yang
sangat biasa, karena banyak pekerjaan yang
harus kulakukan dan tidak bisa dilakukan
oleh orang biasa."
Akhirnya Mei Shan-ming menganggap
Xin Jie telah berhasil menguasai apa telah
dia ajarkan, yang tidak sangggup dicapai
dirinya waktu dulu dan sekarang bisa
tercapai oleh Xin Jie.
Karena itu dia membawa Xin Jie
keluar dari kamar batu, kamar yang telah
ditinggali Xin Jie selama 10 tahun. Begitu
Xin Jie keluar dari lorong dan pada saat
melihat matahari, perasan dalam hatinya
tidak bisa terbendung lagi. Itu adalah
perasaan gembira bercampur aneh dan
terkejut.
Mei Shan-ming menunjuk sebuah kursi,
menyuruh Xin Jie duduk di sana. Sambil
tertawa dia berkata, "Selama beberapa tahun
ini kau sudah tersiksa tinggal di kamar
batu itu, apakah kau menganggap semuanya
itu sia-sia?"
Dengan rasa berterima kasih Xin Jie
menjawab, "Ini semua berkat ajaran Paman91
Mei."
Mei Shan-ming tertawa dan
mengangguk, "Baik, baik. Kau sudah mengerti
tujuanku." Dia melihat cermin yang ada di
atas meja dan berkata, "Kau lihat, apakah
aku tampak lebih tua dibandingkan saat kau
bertemu denganku di lembah Mei-hua itu?"
Xin Jie melihat rambut Mei Shan-ming
yang sudah memutih dan wajahnya yang
berkeriput, penampilannya tidak sama
dengan seorang pelajar yang pernah dia
temui di lembah itu. Karena itu dengan
hati-hati dia berkata, "Benar, Paman Mei
tampak lebih tua. Tapi aku lihat tubuh
Paman Mei lebih sehat dibandingkan waktu
itu."
Mei Shan-ming mengelus tubuhnya
yang sudah mengendur, tiba-tiba bertanya,
"Apakah kau tahu siapa aku sebenarnya?"
Xin Jie ingin menjawab, tapi dia tidak
bisa menjawab. Pertanyaan ini pernah
ditanyakan pada Mei Shan-ming ketika Xin
Jie pertama kali bertemu dengannya. Waktu
itu Xin Jie memang tidak tahu siapa Paman
Mei, tapi setelah Xin Jie hidup bersama
dengan Mei Shan-ming selama 10 tahun,
kecuali yang dia ketahui kalau dia adalah92
Paman Mei, hal lainnya dia tidak tahu.
Tapi Mei Shan-ming tidak
memperhatikan perasaan malu Xin Jie
karena pertanyaan ini. Dia melanjutkan,
"Menurut ceritamu, ayah dan ibumu adalah
salah satu dari 9 penjahat besar dunia
persilatan, apakah kati pernah mendengar
orang-orang dunia persilatan sering
mengatakan kalau di Guan Zhong ada 9
penjahat. Di He Luo ada satu pedang, di Hai
Nui ada Tuan Qi Miao, dan di Si Wai ada 3
Xian?"
Xin Jie berpikir sebentar, kemudian
menggelengkan kepalanya.
"Mungkin waktu itu kau masih kecil,
walaupun pernah mendengarnya tapi kau
pasti sudah lupa."
Kata-kata Mei Shan-ming artinya di
Guan Zhong ada 9 penjahat yang paling
terkenal. Di He Luo hanya seorang jago
pedang Duan Hun yang bernama Wu Zhao-yun,
dia adalah nomor satu. Di Hai Nui orang
dunia persilatan menghormati Qi-mao Shenjun. Mereka semua adalah orang dunia
persilatan yang sangat terkenal. Kecuali
orang-orang itu, masih ada 3 orang yang
mempunyai ilmu silat sangat tinggi. Tapi93
orang-orang dunia persilatan hanya pernah
mendengar, tidak ada seorang pun yang
pernah bertemu dengan mereka. Karena itu
orang-orang persilatan menjuluki mereka
'Si Wai San Xin'.
Sorot mata Mei Shan-ming yang
berbinar-binar dan bercahaya, jarang
terlihat oleh Xin Jie. Dia seperti sedang
mengenang sesuatu. Xin Jie tidak berani
menganggu lamunannya, dia hanya diam
mendengar cerita Paman Mei.
"Sekarang 9 penjahat Guan Zhong
sudah bubar. Jian Duan Hun Wu Zhao-yun
terluka di tangan orang yang menamakan
mereka sebagai orang dari perkumpulan
lurus, dan dia sekarang sudah mati. Qi-mao
Shen-jun yang terkenal di Hai Nui adalah
orang yang sekarang berdiri di hadapanmu.
Singkat kata Qi-mao Shen-jun adalah aku."
Dengan dua mata yang melotot besar
dan merasa aneh Xin Jie melihat Mei Shanming. Dia tidak pernah berpikir, "Paman Mei
yang tampak begitu lemah dan terpelajar
adalah Qi-mao Shen-jun."
Mei Shan-ming mengelus-elus
janggutnya dan mengeluh, "Kelihatannya
yang masih bisa berdiri dengan kokoh di94
dunia persilatan adalah 'Si Wei San Xian'.
Tapi aku merasa bila mempunyai ilmu silat
tinggi, hanya dikubur di dalam gunung atau
air, itu sangat disayangkan."
Dengan teliti Xin Jie mendengar
semuanya. Hatinya terus bergejolak.
Pikirannya yang telah bertumpuk selama 10
tahun mengalir semua. Dia ingin melakukan
sesuatu dengan menggunakan bekal ilmu
yang telah dipelajarinya dan segera terjun
ke dunia persilatan untuk membuat suatu
nama.
Pikiran dia yang terus bergejolak
tidak bisa terlihat dari wajahnya yang
pucat dan juga dingin seperti es karena
telah lama tinggal di ruang bawah tanah.
Tapi Mei Shan-ming bisa melihatnya dari
dua matanya yang tampak terus berkilauan.
Karena itu Mei Shan-ming segera
berkata, "Apakah kau tahu mengapa aku
membawamu kemari? Kecuali rasa kasihan
karena kejadian yang telah kau alami, aku
juga ingin membantumu membalas dendam,
yang terpenting lagi dari semuanya aku
melihat bentuk tubuhmu sangat cocok untuk
berlatih ilmu silat. Asalkan mau berlatih
sedikit, kau pasti akan maju pesat. Benar95
saja! Kau ternyata tidak mengecewakanku.
Sekarang dengan kemampuan ilmu silatmu,
kau bisa menjadi orang terkenal di dunia
persilatan. Kau adalah Qi-mao Shen-jun
generasi kedua, masalah yang belum sempat
kuselesaikan, kau harus bantu untuk
menyelesaikannya."
Wajah Mei Shan-ming terlihat sangat
gembira dan berkata lagi, "Mulai sekarang
Qi-mao Shen-jun akan muncul lagi di dunia


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persilatan."
Tugas yang Xin Jie terima sangat
aneh, tapi juga membuatnya merasa senang.
Sorot matanya tampak lebih berkilau lagi.
Walaupun dia masih belum mempercayai
semua ini tapi dia ingin mencobanya.
Tiba-tiba di halaman terdengar
langkah seseorang yang sangat ringan. Itu
adalah langkah orang yang mempunyai ilmu
meringankan tubuh, yang sedang melompat
dari tempat tinggi, tubuhnya terdengar
bergerak dengan ringan. Tapi semua ini
tidak bisa lolos dari pendengaran Xin Jie
yang sudah terlatih selama 10 tahun di
kamar batu. Begitu mendengar ada suara
lain, dia segera mengumpulkan tenaganya.
Tubuhnya bergerak seperti seekor ikan, dari96
jendela terbuka dia meluncur keluar.
Tapi halaman itu kosong, tidak tampak
ada siapa pun di sana. Dengan cepat dia
mengeli-lingi halaman, tetap tidak ada
tanda-tanda aneh.
Dengan kecewa dia masuk kembali ke
ruangan tadi.
Begitu masuk ke dalam kamar, kursi di
mana dia duduk tadi telah diduduki oleh
seseorang. Dia masuk melalui jendela dan
Xin Jie tidak melihatnya. Dia duduk dengan
tegak.
Dengan aneh Xin Jie melihat orang
itu, tapi dia segera mengenali kalau orang
ini adalah Paman Hou Er. Diam-diam dia
malu kepada dirinya yang mudah terkejut.
Dengan hormat dia memanggil, "Paman Hou
Er."
Wajah Hou Er yang dingin tampak ada
senyum dan berkata, "Sekali berpisah, kita
baru bertemu 10 tahun kemudian. Keponakan
benar-benar bukan orang biasa, generasi
baru menggantikan generasi lama."
Xin Jie teringat tadi dia dengan cepat
berlari keluar, dan orang lain dengan
tenang duduk di kamar itu. Dengan malu dia
menundukkan kepalanya.97
Kata Mei Shan-ming, "Jahe yang tua
tetap lebih pedas. Anak Jie masih kurang
pengalaman."
Kemudian dia bertanya kepada Hou Er,
"Bagaimana situasi di luar?"
"Sebagian besar sudah bisa dibereskan.
Di kota Wu Han dan kota-kota besar yang
ada di sepanjang Chang Jiang, disana aku
sudah membeli toko perhiasan, semuanya
berjumlah 13. Tinggal menunggu pesanan,
Anak Jie akan segera pergi ke sana dan
menjadi bos di sana," jawab Hou Er.
Mei Shan-ming mengangguk dan berkata
kepada Xin Jie, "Aku menyruhmu berkelana
di dunia persilatan tapi tidak
mengijinkanmu merebut nama dari orangorang persilatan yang bodoh. Aku telah
menyusun dasar usaha untukmu. Paman Hou
Er sudah membelikan toko perhiasan. Aku
melakukan semua ini karena, pertama-tama,
agar kau tidak kesulitan mencari uang.
Karena di dunia persilatan banyak hal yang
harus diselesaikan dengan uang. Setelah kau
mempunyai uang, apa yang akan kita lakukan
lebih mudah."
"Kali ini kau terjun ke dunia
persilatan, apa pun yang ingin kau lakukan98
bisa kau lakukan sesuai dengan keinginanmu,
tapi yang terutama kau tidak boleh melukai
orang baik-baik. Kecuali 'Hai Tian Shuangsha' yang harus kau hadapi, masih ada 5
perkumpulan besar Zhong Yuan yang
menunggumu. Kau harus berhadapan dengan
mereka."
Kemudian dia menggebrak meja dan
marah, "Mereka-mereka ini semua munafik,
memakai kedok 'orang berilmu silat lurus'
tapi melakukan hal yang sangat sadis dan
juga memalukan. Kau harus berhati-hati
terhadap mereka."
Xin Jie dengan senang berjanji kepada
Mei Shan-ming. Dia tidak tahu keadaan
diluar di dunia persilatan. Tapi apa pun
yang dikatakan oleh Paman Mei, dia
menganggap kalau semua adalah benar.
Paman Hou Er melihat tangannya dan
berkata, "Jian Shen Li-e, sekarang ini
sudah menjadi pemimpin dunia persilatan
Zhong Yuan. Asalkan Jian Shen datang,
semua masalah akan beres. Dulu, jika aku
tidak terluka berat, kedua tanganku masih
bertenaga, aku pasti akan mencari mereka
untuk bertarung. Tapi sekarang aku hanya
bisa berharap pada anak Jie."99
Kemudian dia tersenyum, "Mulai besok
aku tidak bisa memanggilmu, anak Jie lagi."
Xin Jie terpaku.
Mei Shan-ming tertawa, "Kelak kalau
kau berkelana di dunia persilatan, karena
kau sangat tidak berpengalaman dan kau
juga tidak mengerti tentang toko-toko
perhiasan, aku akan meminta bantuan Paman
Hou Er untuk menemanimu. Dia akan menjadi
pembantu tuamu. Maka mulai besok dia akan
memanggilmu dengan sebutan Tuan muda dan
tidak bisa memanggilmu, anak Jie lagi."
Xin Jie dengan ragu bertanya, "Kenapa
harus seperti itu...."
Paman Hou Er menjawab, "Ini semua
adalah rencanaku, kau jangan ikut campur.
Sekarang kau harus biasa memanggilku Hou
Er. Ooo)*(ooO
Wu Chang, Han Kou, dan Han Yang
adalah kota-kota penting yang ada di sisi
Chang Jiang di Propinsi Hu Nan.
Pagi-pagi, di pelabuhan Han Kou
tampak beberapa pedagang berpakaian bersih.
Sekali melihat, para pedagang langsung tahu
kalau mereka menjemput bos mereka, baju
mereka tampak mewah, sikap mereka pun100
sangat berbeda. Banyak orang mencoba
bertanya, siapa mereka dan mengapa pagipagi seperti ini sudah berada di pelabuhan.
Setelah bertanya kesana kemari, mereka
baru tahu kalau orang-orang itu adalah
para pelayan toko-toko perhiasan yang baru
saja dibuka. Pelayan-pelayan itu berkumpul
di pelabuhan untuk menjemput bos mereka.
Manusia umumnya selalu bersikap
egois, melihat orang-orang berbaju mewah
dan status mereka hanya pelayan toko
segera berkata, "Toko masih banyak cabang
toko yang lain." Karena itu banyak orang
ingin melihat wajah bos toko yang katanya
kaya itu.
Kira-kira satu jam kemudian, di atas
sungai datang sebuah perahu besar. Perahu
itu sepertinya baru dicat dan dihias dengan
sangat mewah. Di atas perahu tergantung 2
lampion besar dan bertuliskan 'Shan Mei'.
Semua orang tahu kalau bos toko
perhiasan Shan Mei telah tiba. Para pelayan
dengan hormat menunggu bos mereka di sisi
pelabuhan. Semua awak kapal tampaknya
sangat berpengalaman. Mereka dengan cepat
membuat perahu menepi dan memasang papan
untuk turun. Tirai perahu kemudian101
terbuka. Ada dua orang keluar dari dalam
perahu.
Yang satu adalah seorang laki-laki
kurus berumur sekitar 50 tahunan. Mereka
mengira dia adalah bos yang akan membuka
toko perhiasan di kota mereka, kemudian
disusul seorang pemuda tampan yang berusia
sekitar 20 tahunan. Bajunya tampak mewah
tapi wajahnya terlihat pucat. Sikapnya
terlihat sangat angkuh.
Sekarang orang-orang baru tahu kalau
pemuda tampan ini adalah baru bos toko
perhiasan Shan Mei. Tadinya mereka mengira
yang menjadi bos adalah laki-laki setengah
baya berpewakan gemuk karena itu orangorang di sana terus berbisik-bisik.
Kedua orang itu tidak lain adalah Xin
Jie yang baru berkelana di dunia persilatan
dan Hou Er yang menjadi pelayan tuanya.
Begitu turun kedarat, dengan lincah Xin Jie
melayani orang-orang yang datang
menyambut mereka. Dengan menaiki sebuah
kereta yang sudah dipersiapkan sebelumnya,
mereka pergi ke kota.
Sore hari, Xin Jie yang baru tiba di
toko perhiasan Shan Mei, segera
menyebarkan undangan untuk ketua Wu Han,102
tiga kantor perjalanan, dan orang-orang
terkenal dunia persilatan.
Hari kedua, malam harinya di sebuah
rumah makan terbesar di kota Wu Han, dia
menjamu mereka.
Bos toko perhiasan dan dunia
persilatan, sebenarnya tidak ada hubungan
apa pun. Tapi setelah tiba di kota itu, dia
tidak mengundang para pedagang kota itu,
malah mengundang orang dunia persilatan.
Hal ini membuat orang-orang dikota itu
merasa aneh.
Orang-orang yang mendapatkan
undangan tidak mengenal orang yang telah
mengundang mereka. Setelah bertanya-tanya
barulah mereka tahu kalau Xin Jie adalah
seorang pedagang. Karena itu dengan aneh
mereka bertanya kepada orang dunia
persilatan. Ternyata mereka baru tahu
kalau semua orang dunia persilatan dan
kantor perjalanan telah diundang oleh Xin
Jie. Kantor perjalanan memang
berhubungan dengan toko perhiasan karena
mereka bisa bertugas mengantarkan barang
perhiasan, jadi jika mereka diundang, tidak
akan terasa aneh.103
Tapi orang-orang dunia persilatan
yang telah pensiun, tidak bisa menebak apa
arti di balik undangan itu,, karena itu
mereka terus menebak-nebak tapi mereka
tetap tidak bisa menebak apa maksud di
balik semua undangan itu. Karena itu
mereka hanya bisa bersiap-siap pergi untuk
melihat-lihat keadaan sebenarnya.
Malam kedua, di rumah makan terbesar
di Wu Han tampak penuh sesak Banyak
kereta kuda dengan kudanya. Yang datang
adalah orang-orang terkenal, sampai-sampai
orang yang biasanya sangat sombong, seperti
ketua biro perjalanan Ketua Wu Wei Jin
Gong Shen Dan Fan Zhi Cheng, ketua tombak
perak Meng Bo-qi dan lain lainnya
menghadiri undangan ini.
Beberapa meja telah dipasang di rumah
makan itu. Tamu-tamu undangan sudah
hampir hadir semua, tapi tuan rumah masih
belum terlihat, hanya ada beberapa orang
pelayan toko perhiasan Shan Mei yang
tampak sibuk mondar mandir melayani para
tamu.
Karena itu orang-orang persilatan
menjadi marah, sewaktu mereka hampir
melontarkan kemarahan mereka, para104
pelayan segera berteriak, "Bos Xin telah
tiba! Bos Xin telah tiba!"
Begitu lonceng berbunyi, muncullah
orang yang dipanggil bos, karena melihat
Bos Xin yang masih muda dan tampan pula,
orang-orang yang tadinya berniat marah
segera menekan kemarahannya. Begitu tiba
di loteng, Xin Jie segera memberi homat
dengan wajah penuh kegembiraan, "Kalian
telah lama menunggu, aku minta maaf
karenanya, tadi aku masih mempunyai banyak
pekerjaan, maka aku terlambat datang."
Kemudian satu per satu orang
persilatan memberi salam, Xin Jie
menanyakan nama mereka dan mengobrol
dengan akrab.
Jamuan makan telah dimulai, setelah


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meminum 3 cangkir arak, Xin Jie berkata,
"Aku adalah seorang pedagang, tapi sejak
kecil aku senang berteman dengan orang
persilatan, kali ini aku membuka toko
perhiasan tapi aku ingin bersahabat dengan
teman-teman yang ada di kota ini. Aku
dengar di daerah Hu Nan banyak murid Wu
Dang, mereka semua berilmu sangat tinggi,
sudah lama aku ingin melihat kemampuan
mereka."105
Dia melihat ke sekeliling rumah
makan itu, dan dengan teliti memperhatikan
ekspresi wajah orang-orang yang
diundangnya, sewaktu dia melihat orangorang yang bukan murid Wu Dang, wajah
mereka terlihat tidak senang. Dalam hati
Xin Jie merasa sangat senang, dan dia
berkata lagi, "Aku sendiri tidak begitu bisa
ilmu silat, tapi aku mengerti sedikit
tentang jurus-jurus silat, kalau kita masih
berjodoh aku berharap masih bisa melihat
ilmu silat Tuan-tuan, apalagi ilmu pedang
Wu Dang sangat terkenal."
Untuk kedua kalinya dia menyebut
nama Wu Dang, sedangkan 4 nama
perkumpulan besar di Zhong Yuan tidak
pernah diungkitnya, hal ini membuat orangorang persilatan tidak senang.
Baru saja Xin Jie mengangkat cangkir
araknya, terdengar dia berkata lagi, "Hari
ini arak yang akan kusulang ini adalah
untuk Jiu Gong Jian, Pendekar Li dari Wu
Dang, mari Pendekar Li, kita bersulang!"
Walaupun Jiu Gong Jian Li Zhi Hua
adalah murid Wu Dang tapi di kota Wu Han
dia bukan orang ternama, sekarang melihat
Xin Jie pertama bersulang untuknya, dia106
merasa sangat senang.
Cangkir arak diangkatnya, dia pun
berkata, "Bos Xin sangat peduli kepada Wu
Dang Pai, aku Li Zhi Hua sangat berterima
kasih karenanya. Aku memang tidak berguna,
tapi Wu Dang Pai adalah perkumpulan nomor
satu di dunia persilatan, karena itu aku
akan minum arak ini demi Bos Xin."
Perkataannya baru habis, cangkir arak
yang dipegangnya telah hancur berantakan.
Karena saat itu Li Zhi Hua sedang
merasa bangganya menerima sulangan dari
Pedang Pelangi 15 Pendekar Rajawali Sakti 54 Pembalasan Mintarsih Api Di Bukit Menoreh 11

Cari Blog Ini