Ceritasilat Novel Online

Pedang Bunga Mei 13

Pedang Bunga Mei Karya Gu Long Bagian 13


belum melupakannya....
"Adik Fang, aku benar-benar merasa
bersalah kepadamu. Hhhh! Masa lalu tidak
perlu dibahas lagi! Aku.... apakah kau
sudah menikah?"
Xin Jie menunjuk orang yang sedang
terluka yang sedang berbaring di atas
ranjang.
Fang Shao-kun mengangguk, dia
tertawa kecut.
"Siapakah dia?" Xin Jie bertanya
dengan aneh, dia tidak mengerti....
Fang Shao-kun dengan sedih melihat
Xin Jie, lalu dengan terpaksa menjawab,
"Jin Qi."
Karena terkejut Xin Jie memegang
kedua pundak Fang Shao-kun dengan erat
dengan curiga dia bertanya, "Jin Qi?
Maksudmu adalah Tian Mo Jin Qi?"
Tanpa menunggu Fang Shao-kun
mengangguk, Xin Jie berlari ke depan
ranjang batu itu....
Fang Shao-kun mengira Xin Jie belum
melupakan dendamnya yang dulu dan berniat1272
untuk membalas dendam kepada Jin Qi, dia
berteriak, "Kakan Jie! Kau tidak boleh....
aku tidak akan mengijinkanmu melukainya,"
dia menarik tangan kiri Xin Jie.
Dengan ringan Xin Jie menyibak
rambut yang menutupi wajah orang itu,
wajah yang tidak pernah dilupakannya,
sekarang terlihat dengan jelas....
Ternyata benar dia adalah Jin Qi, dua
goresan pisau menyilang di dekat hidung,
bekas goresan itu sangat dalam. Xin Jie
teringat lagi saat Jin Qi mencengkram Wu
Ling Fen dan membawanya masuk ke dalam
jurang, hati Xin Jie bergetar.
Xin Jie menarik nafas mencoba nafas
Jin Qi di bawah hidungnya, nafasnya datar,
Xin Jie berkata, "Untung lukanya tidak
begitu berat, bila istirahat selama
beberapajam, dia akan sadar."
Xin Jie melihat Fang Shao-kun yang
sedang sepenuh hati melihat Jin Qi, dia
merasa aneh, "Mengapa mereka bisa menikah?
Mengapa mereka bisa tinggal di pantai di
sebuah gua terpencil?"
Fang Shao-kun merasa Xin Jie sedang
melihatnya, kedua pipinya segera bersemu
merah, dan dia tertawa, "Kau pasti tidak1273
menyangka kalau aku bisa menikah
dengannya bukan?"
Fang Shao-kun melihat Jin Qi yang
sedang terbaring.
Xin Jie mengangguk.
Fang Shao-kun tertawa kecut, dia
menepuk-nepuk sebuah kursi batu,
mempersilahkan Xin Jie duduk, kemudian dia
pun mulai bercerita....
"Ketika aku terjun ke dalam sungai...."
dengan malu-malu dia melihat Xin Jie yang
sedang seksama mendengar ceritanya. Dia
berpikir kembali tentang hal yang
membuatnya tidak bisa melupakan kejadian
itu seumur hidupnya.
Xin Jie mengerti apa maksudnya,
perasaan bersalah membuat wajah Xin Jie
menjadi seram, karena Fang Shao-kun
membuatnya teringat kembali pada Jin Mei
Ling yang menghilang....
"Hhhh! Kakak Jie...." Fang Shao-kun
tahu Xin Jie juga merasa sedih, begitu pula
dengan dirinya. Pertama karena dia bertemu
kembali dengan Xin Jie kembali, dia
berpura-pura bersikap dingin kepada Xin
Jie. Lalu Xin Jie mengikutinya masuk ke
gua ini, kebenciannya malah terhapus. Kalau1274
ingin bicara secara jujur dia pun bersalah
kepada Xin Jie, karena dia telah menikah
dengan orang yang paling dibencinya.... Jin
Qi. "Bagaimana keadaan Kakak Ling?" Fang
Shao-kun tidak tahu mengapa dia bisa
menyebut 'Kakak Ling', tapi melihat
ekspresi Xin Jie, dia bisa menebak apa yang
telah terjadi.
Xin Jie tidak menjawab, hanya
menggelengkan kepala, melihat Fang Shaokun sudah tidak membenci Jin Mei Ling lagi
dia merasa sedikit terhibur....
Fang Shao-kun tidak ingin mengungkit
masa lalu yang membuat Xin Jie sedih, dan
dia menyambung kembali membicarakan topik
pertama....
"Semenjak aku terjun ke dalam sungai,
aku benci dengan dunia ini, juga membenci
diriku sendiri. Karena itu aku berusaha
menenggelamkan diriku lebih jauh ke dalam
sungai, biar air sungai merendamku hingga
mati. Gelombang sungai begitu besar. Tidak
lama kemudian aku pun pingsan...."
Xin Jie mendengar cerita Fang Shaokun, dia juga ingat waktu itu dia melihat
Fang Shao-kun terseret arus sungai dan1275
semakin menjauh, semakin menjauh, lalu
menghilang....
Suara Fang Shao-kun terdengar tenang
tapi juga lemah, selain menceritakan
pengalamannya ketika dia merantau selama
beberapa tahun, dia berusaha tidak
menyinggung perasaan Xin Jie.
"Setelah aku sadar, tubuhku telah
basah kuyup, aku tersadar mungkin aku
merasa terlalu dingin."
Fang Shao-kun terus bercerita,
kadang-kadang matanya yang besar terlihat
sedikit kerinduan pada masa lalu....
"Waktu itu bintang tampak kelap-kelip
di atas langit, aku merasa tubuhku sangat
lemah, perasaanku seperti mati, aku malas
bergerak....
"Aku berbaring telentang, aku tidak
tahu apakah aku masih berada di dalam air
atau berada di sebuah perahu? Atau di
darat, sepertinya semua itu tidak ada
hubungannya denganku."
"Tiba-tiba terlihat ada cahaya dan ada
suara seorang anak berteriak, 'Nenek,
ternyata bibi ada di sana!' kemudian
perempuan itu berkata. Anak baik, coba kau
ke sana dulu untuk melihat, jangan biarkan1276
orang itu mati kedinginan.'"
"Anak itu terdengar mendekatiku, dia
sudah berdiri di dekatku dan berkata, "Nek,
dia sudah siuman. Ah! Dia basah kuyup."'
"Perempuan itu mendekat dan melihat
keadaanku, kecuali kondisiku yang basah
kuyup dan lemah, tidak terjadi apa pun
padaku, terdengar dia menghembuskan nafas,
Ah! Xiao Fu.... Nona, bagaimana
perasaanmu?' dia melihat keadaanku yang
sudah siuman."
"Aku merasa berterima kasih kepada
perempuan yang baik hati itu, tapi karena
waktu itu aku sedang merasa kacau dan
putus asa, maka aku sudah tidak peduli
dengan semuanya, sampai-sampai aku
bersikap dingin kepada perempuan tua itu."
Xin Jie bertanya, "Kau terbawa arus
sampai ke mana?"
Mendengar pertanyaan Xin Jie, hati
Fang Shao-kun terasa sejuk, mata Xin Jie
memancarkan sinar lembut, apakah dia masih
seperti dulu?
"Aku tidak tahu, kemudian perempuan
yang menolongku mengatakan kalau tempat
itu terletak ratusan kilometer dari Wu
Han," Fang Shao-kun tertawa.1277
Xin Jie mengeluh, "Nasibmu lebih baik
dariku.... aku...." air mata Fang Shao-kun
berlinang lagi, kebencian yang muncul
beberapa jam lalu menguasai hatinya kini
telah mencair karena kelembutan Xin Jie.
Dia memegang tangan Xin Jie dan berkata,
"Jangan pikirkan lagi masa lalu, aku akan
menceritakan padamu apa saja yang telah
kualami...."
Xin Jie mengangguk, dia mengelus
rambut panjang Fang Shao-kun yang
berantakan, dia merasa sangat sedih, yang
menghibur perasaannya adalah ternyata Adik
Kunnya telah berkeluarga, siapa pun
suaminya sekarang, paling sedikit hati Xin
Jie sudah merasa tenang.
Fang Shao-kun terus bercerita, "Aku
ditolong oleh perempuan itu, dia kasihan
kepadaku karena aku sebatang kara, apalagi
tidak mempunyai keluarga, dia hidup
ditemani oleh seorang cucu, maka dia pun
menyuruhku tinggal di sana...."
"Suatu sore, dan saat itu adalah musim
semi, tiba-tiba.... Jin Qi datang...."
Xin Jie terlihat, tegang, tanpa sadar
dia berdiri.
"Ternyata rumah yang terlihat tenang1278
itu.... yaitu rumah nelayan perempuan itu,
telah terjadi badai hebat di sana."
"Hari itu aku sedang melihat nelayan
perempuan itu sedang menambal baju.... Tibatiba terdengar ada yang mengetuk pintu, dan
ada suara seorang laki-laki berteriak, Adik
Kun, buka pintu, keluarlah!'"
"Mendengar suara itu wajahku menjadi
pucat, ternyata yang berteriak adalah Tian
Mo Jin Qi."
"Ingin melarikan diri pun tidak bisa,
lalu aku memikirkan sebuah cara, akhirnya
aku mengeluarkan sebuah pisau belati yang
selalu tersimpan di tubuhku lalu dengan
pelan aku membuka pintu...."
"Yang muncul di hadapanku adalah
seorang pemuda dengan pakaian compang
camping dan terlihat lelah, aku hampir
tidak mengenalinya kalau dia adalah Jin Qi
yang kubenci selama ini. Adik Kun.... Adik
Kun! Kau benar-benar menyiksaku!' suara
Jin Qi tetap terdengar galak, satu
tangannya menahan kusen pintu, seperti
takut kalau terjatuh.... Dengan dingin aku
menjawab, 'Keluar dari sini, Jin Qi!
Pergilah ke tempat jauh! Selamanya aku
tidak sudi melihatmu.... '"1279
"Aku juga tidak tahu mengapa hatiku
yang sudah tenang bergejolak kembali, Jin
Qi terus menatapku, rambutnya yang kotor
tampak menutupi wajahnya, belum pernah aku
melihat dia tanpa berdaya bicara kepadaku,
'Adik Kun, yang bersalah kepadamu bukan
aku, mengapa aku yang selalu kau benci?
Tuhan masih kasihan kepadaku, maka Dia
membiarkan aku bisa bertemu kembali
denganmu, aku begitu mencintaimu, mengapa
kau selalu melukai hatiku?'"
"Aku menangis terseduh-sedu lalu
berteriak, 'Aku benci.... benci kepada kalian
berdua.... Jin Qi, apa yang terjadi padamu?"
"Karena Jin Qi saat itu memegang
dadanya, wajahnya tampak terus bergerakgerak, tiba-tiba dia tersungkur di bawah
kakiku...."
Xin Jie berpikir, "Benar, karena dia
telah terkena pukulanku, demi mencari Adik
Kun, selama beberapa hari dia tidak
beristirahat, maka lukanya bertambah berat,
kelihatannya dia memang benar-benar
mencintai Adik Kun."
Fang Shao-kun terus bercerita, "'Adik
Fang.... aku mengalami luka dalam.' Jin Qi
menahan sakit dan mengeluh, dia juga1280
menjulurkan tangan kanannya, aku benarbenar merasa sedih dan tidak tega melihat
keadaannya. Walaupun sifat Jin Qi kejam,
tapi melihat perasaannya kepadaku, dia
benar-benar setia hatiku mulai luruh.
Karena itu aku memapahnya masuk dan
membaringkannya ke atas tempat tidur.
Setelah beberapa hari berobat dan
beristirahat, akhirnya dia sembuh juga...."


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suatu hari ketika dia sudah bisa
duduk, dengan serius dia berkata padaku,
'Adik Kun, aku tahu kau sangat membenciku,
membenciku begitu dalam.... tapi.... tapi demi
dirimu, aku akan berubah, kau tahu, aku
benar-benar mencintaimu.... '"
"Aku terpaksa bersikap dingin,
kebencian-ku kepadanya telah berkurang
banyak, tapi aku tetap menggelengkan
kepala. 'Baiklah, aku tidak akan memaksamu,
walapun ini bukan sifat asliku,' Jin Qi
berkata dengan tenang, kegalakan yang biasa
terlihat di matanya sudah tidak tampak, dia
melanjutkan, 'Tapi aku ingin tahu mengapa
kau begitu membenciku? Apakah semua ini
karena Xin Jie, si bocah itu?'"
"Aku tidak mau dia menyebut-nyebut
namamu, biarpun aku sendiri senang1281
menyebut namamu."
Fang Shao-kun melanjutkan lagi,
"Apalagi kematian ayah dan ibuku terus
terbayang di dalam pikiranku, aku berkata
pada-nya, 'Kau.... kau adalah siluman! Ayah
dan ibumu saja tega kau bunuh! Apakah
dengan begitu aku masih bisa suka
kepadamu!'
"Wajah Jin Qi tampak berubah, belum
pernah aku melihat dia begitu malu,
perasaan senang bergejolak di dalam
darahku."
'Ayah, ibu, walaupun aku bukan anak
kandung kalian tapi bila kalian memaksaku
menikah degan orang yang tidak kusukai,
aku tidak bisa.' Tapi mereka telah
membesarkanku selama ini aku merasa
berhutang budi."
"'Anak durhaka! Kau membunuh ayah
dan ibu kandungmu sendiri, kau telah
berdosa!' aku berteriak lagi, 'Kau
mengatakan mencintaiku, demi diriku kau
rela berkorban, sekarang goreskan wajahmu
dengan pisau, maka aku akan menikah
denganmu.' Aku pun berkata seperti itu."
"Wajah Jin Qi terlihat pucat, tibatiba dia bersikap tegas dan marah, 'Adik1282
Kun, aku memang telah melakukan kesalahan
besar, tapi apakah kata-katamu tadi bisa
kau pegang?'
"Aku tertawa terbahak-bahak, dari
balik dadaku aku mengeluarkan sebuah pisau
belati, dan memberikan padanya,
'Goreskanlah! Gores sekarang! Aku ingin
tahu apakah orang yang telah membunuh
orang tua kandungnya sendiri bisa
menggores wajahnya?'"
"Jin Qi menerima belatiku, melihatku
bertingkah seperti orang gila dia tidak
marah, ternyata dia benar-benar menggores
wajahnya sendiri dengan pisau dia menggores
angka sepuluh (berbentuk seperti salib),
setelah itu dia berteriak, 'Adik Kun, Adik
Kun!' darah menetes dari wajahnya, dia
baru saja sembuh dari sakit karena pukulan
batin akhirnya dia pingsan."
"Perubahan ini membuatku terkejut dan
hanya bisa terpana, melihat luka karena
belati itu aku merasa sangat berdosa."
'Fang Shao-kun, Fang Shao-kun, apa
yang telah kau lakukan?' Akhirnya aku
meninggalkan Jin Qi yang terluka parah dan
melarikan diri dari dosa yang telah
kuperbuat, aku tidak berani melihat rumah1283
kecil itu...."
"Karena itu akhirnya aku pergi
merantau lagi...." dia terus menangis, air
matanya yang menetes membuat bajunya
basah, jantungnya terus berdebar-debar,
seperti seorang anak yang batinnya
tertekan lalu bertemu dengan keluarganya,
ingin mengungkapkan semua kesedihannya.
Xin Jie terus menepuk-nepuk
pundaknya menghibur, "Tenanglah,
ceritakanlah dengan pelan!" semenjak dia
tahu kalau Fang Shao-kun telah dimiliki
Jin Qi, maka perasannya kepada Fang Shaokun hanya sebagai sahabat.
Setelah lama Fang Shao-kun baru bisa
bicara lagi, "Lalu aku pun berkelana di
dunia persilatan, mendengar Qi-mao Shenjun mengikuti rapat di Tai Shan, aku merasa
curiga kalau Qi-mao Shen-jun adalah kau,
maka aku pun pergi ke sana...."
"Setelah tiba di kaki gunung Tai Shan,
semua peserta rapat telah bubar, tiba-tiba
aku bertemu dengan Jin Qi, dia terluka
parah dan sedang merangkak dari dasar
jurang, bekas luka di wajahnya masih jelas
terlihat...."
"Ternyata dia pun melihatku, dan1284
berusaha merangkak mendekatiku, dia terus
berkata, Adik Kun, maafkan aku! Adik Kun,
jangan tinggalkan aku!'"
"Karena aku sudah tidak tahan lagi,
hatiku yang tadinya hanya merasa kasihan
kepadanya mulai mencintainya, karena itu
lah dia kubawa ke sini, ketempat terpencil
ini, meninggalkan keramaian dunia,
selamanya dan hidup menyendiri...."
Ooo)*(ooO
Xin Jie baru mengerti mengapa Fang
Shao-kun menikah dengan Jin Qi, tapi tetap
saja dia merasa tidak enak.
"Tapi mengapa kau bisa sampai dikejar
oleh Heng-he San-fu?"
Xin Jie merasa aneh mengapa Jin Qi
bisa sampai terluka.
Wajah Fang Shao-kun menjadi merah
jawabnya, "Semua karena dia!" dia menunjuk
Jin Qi.
"Dia mengatakan bosan tinggal terus
di dalam gua, dia ingin berjalan-jalan
mencari angin." dengan marah Fang Shao-kun
berkata lagi, "Siapa yang tahu kami bakal
bertemu dengan 3 setan tua itu dan murid
mereka...."
Xin Jie mengangguk, "Benar, murid1285
mereka bernama Jinlul, apa yang mereka
lakukan kepadamu?"
Fang Shao-kun marah dan menjawab,
"Dia bukan orang baik-baik, kalau dia jatuh
ke tanganku, aku akan mencincangnya!"
Xin Jie bisa menebak dan tertawa,
"Karena kau begitu cantik, maka menarik
perhatian banyak orang."
Mereka telah kembali terlihat rukun
dan akrab, tapi tetap ada jarak, karena dia
ditertawakan Xin Jie, dia berhenti bicara
lalu menjelaskan lagi, "Orang itu benarbenar kurang ajar!"
Tiba-tiba Jin Qi berteriak, "Adik
Kun! Air! Aku ingin minum!"
Xin Jie dan Fang Shao-kun seperti
baru tersadar, Xin Jie tertawa, "Angsa
jantan telah bangun!"
Fang Shao-kun tertawa malu-malu,
tawanya mengandung kesedihan, dia segera
berbalik untuk melihat Jin Qi dan berkata,
"Lihat, ini akibat pukulan dari orang
paling tinggi itu!"
"Yang kau maksud pasti Poloketa,
Heng-he San-fu benar-benar manusia
kerdil!" seru Xin Jie.
Jin Qi terus meminta air, begitu Fang1286
Shao-kun memberikan air kepadanya, dia
tertidur lagi.
"Ah!"
Tiba-tiba Xin Jie berteriak, "Adik
Kun, kau dengar ada suara langkah yang
datang, mereka pasti Heng-he San-fu!"
Ilmu silat Fang Shao-kun tidak
setinggi Xin Jie, dia tidak mendengar ada
yang datang, tapi dia tahu keadaan cuaca di
sini dan berkata, "Kabut pasti telah
menyebar, kalau tidak walaupun mereka
berdiri di atas batu dalam jarak 20 meter,
mereka tetap tidak akan bisa melihat gua
ini."
Tadi Xin Jie mengikuti Fang Shao-kun
masuk ke gua, waktu itu kabut sangat tebal,
apalagi dia tidak tahu situasi di sini.
Maka sekarang dia bertanya pada Fang
Shao-kun, "Bagaimana keadaan gua ini?
Apakah mudah ditemukan?"
Fang Shao-kun menggelengkan kepala,
"Tadi waktu aku mencari gua ini pun harus
menghabiskan waktu lama, tapi karena kami
tinggal di gua ini cukup lama, maka di
sekeliling sini sudah ada tandanya, tapi
orang-orang seperti Heng-he San-fu yang
berpengalaman bisa mencari sampai di sini,"1287
Fang Shao-kun terlihat sedikit khawatir.
Xin Jie berpikir sejenak, dia tahu
kalau Jin Qi sedang terluka dan tidak akan
bisa lolos dari kejaran Heng-he San-fu,
terpaksa dia mencari akal, lalu berkata,
"Adik Kun, ikutlah denganku! Kita harus
mempersiapkan barang untuk mereka, nanti
mereka mengatakan kalau mereka tidak
mendapatkan oleh-oleh dari Zhong Yuan...."
Di luar gua seperti yang dikatakan
oleh Fang Shao-kun, kabut tebal telah
menyebar, gunung tinggi dan rendah
terlihat begitu kokoh. Xin Jie dan Fang
Shao-kun yang berada di dalam gua sedang
sibuk mempersiapkan sesuatu....
Tiba-tiba di gunung yang berada di
kejauhan terlihat ada 4 bayangan mereka
pasti Heng-he San-fu dan Jinlul.
Ternyata Biksu Jin Bo-sheng telah
berhasil dikelabui Fang Shao-kun dan
membuat kapal mereka pecah lalu tenggelam
ke dasar laut. Dengan terpaksa mereka
berempat berdiri di atas batu karang yang
telah menghancurkan kapal mereka.
Walaupun jarak batu karang itu 20 meter
dari daratan, tapi karena kabut sangat tebal
mereka tidak bisa melihat apa pun.1288
Melihat kabut telah menipis, mereka
baru melihat sekeliling sana dengan jelas,
lalu mereka pun meloncat ke darat. Di
antara mereka berempat, Poloketa lah yang
paling marah. Dia segera menyuruh ketiga
orang lainnya mengejar, rasanya bila
berhasil membunuh Xin Jie dia baru merasa
puas. Dan mereka telah menemukan jejak
kaki Xin Jie dan Fang Shao-kun. Maka
dengan cepat mereka mengikuti jejak itu dan
berada tidak jauh dari gua....
"Guru!" sambil berlari Jinlul
berkata pada Biksu Jin Bo-sheng.
"Kalau nona itu bisa tertangkap, aku
mohon agar Guru jangan membunuhnya!"
Dengan dingin Biksu Jin Bo-sheng
mengangguk, apa pun yang diminta oleh
Jinlul, pasti akan dikabulkannya, tapi dia
tetap bersikap seperti itu karena posisinya
adalah sebagai guru Jinlul. Sepertinya
Jinlul mengerti dengan keadaan ini.
Pada saat mereka telah hampir dekat
dengan gua, tiba-tiba Biksu Jin Bo-sheng
melihat tempat persembunyian Xin Jie, dia
berteriak dalam bahasa India, yang artinya
adalah 'mereka ada di sana!'
Sewaktu Pandenful dan Poloketa masuk1289
ke dalam gua, suara Xin Jie yang bernada
dingin terdengar jelas, "Teman-teman yang
berkunjung dari luar negeri baru saja tiba,
Xin Jie telah menunggu kalian lama di
sini."
Di antara keempat orang itu hanya
Jinlul yang mengerti bahasa Han, Poloketa
hanya tahu kalau itu adalah suara Xin Jie.
Tangannya dilayangkan, dia bersiap akan
menyerang....
Biksu Jin Bo-sheng walaupun datang
dari India, tapi dia mengerti tentang aturan
dunia persilatan Zhong Yuan, kalau
menggunakan nama Heng-he San-fu
menyerang seorang pemuda, dan kalau kabar
ini sampai tersebar keluar maka mereka


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan kehilangan muka. Kecuali kalau mereka
membunuh ketiga orang itu maka kabar ini
tidak akan tersebar ke mana pun. Karena
itu dia melarang Poloketa menyerang Xin
Jie, kemudian berkata kepada Xin Jie yang
masih ada di dalam gua, "Bocah tengik, kalau
berani keluarlah!"
Xin Jie tertawa terbahak-bahak,
"Bodoh, ternyata kau datang ke Zhong Yuan
hanya mempelajari bahasa untuk memarahi
orang!"1290
Jin Bo-sheng mendengar Xin Jie
menghinanya, tapi karena musuh berada di
dalam kegelapan, dan dia berdiri di tempat
terang maka dia pun tidak berkutik
dibuatnya. Kecuali memancing Xin Jie
keluar, siapa pun tidak akan bisa lolos dari
tangannya untuk menyebarkan kabar tentang
kepengecutan Heng-he San-fu.
Jinlul yang bisa berbahasa Han
berteriak, "Hei marga Xin, keluarlah, kita
bertarung lagi sebanyak 300 jurus!"
Xin Jie masih bersembunyi di dalam
gua, dengan dingin dia menjawab, "Kau ingin
aku keluar, itu mudah saja, tapi apakah
kata-kata Heng-he San-fu bisa dipegang?"
Biksu Jin Bo-sheng tidak tahu apa
alasan Xin Jie berkata seperti itu, maka
dengan hati-hati dia menjawab, "Kami adalah
Heng-he San-fu, apa yang kami katakan
pasti akan kami tepati. Hei bocah, kau punya
rencana busuk apa lagi?"
Xin Jie tidak menjawab, Biksu Jin Bosheng bertanya lagi, "Jinlul, bagaimana
denganmu?"
Jinlul terpaku, lalu dia berkata, "Aku
pun pasti demikian!"
Xin Jie tertawa dingin, "Kalau1291
kutunjukkan kalau kalian adalah orangorang yang tidak bisa menepati janji, kalian
harus menuruti satu kalimat dariku!"
Jinlul sudah tahu kalau Xin Jie
mempunyai sebuah rencana untuk mereka, dia
ingin memberi tahu gurunya, tapi Biksu Jin
Bo-sheng sudah menjawab, "Heh, jangankan
satu kalimat 10 kalimat pun akan kami
turuti!"
Xin Jie mendengar Heng-he San-fu
masuk ke dalam perangkapnya, dengan
tertawa senang dia berkata lagi, "Kalian
memang Heng-he San-fu dan Jinlul, coba
katakan sendiri saat di Tai Shan di ruang
'Wu Ting' kau telah berjanji apa kepadaku?
Ha ha ha!"
Jinlul terpaku, "Aku.... aku.... oh!"
tiba-tiba dia teringat dia pernah berjanji
kepada Xin Jie kalau dia kalah maka dia
tidak akan menginjakkan kakinya ke Zhong
Yuan lagi....
Xin Jie tahu kalau orang India ini
tidak menepati janjinya, terpaksa dengan
cara seperti ini dia menjebak mereka.
"Sekarang kalian dengarkan, ilmu
silat kami setaraf dengan kalian, dan
formasi 'Gui Yuan' pernah kalian coba1292
bukan? Aku Xin Jie, walaupun ilmu silatku
tidak seberapa tapi guruku telah
mengajarkanku tentang formasi ini,
sekarang aku duduk di dalam gua, kalian
bisa memilih siapa saja yang akan masuk ke
dalam gua. Kalau kalian tidak merusak
barang yang ada di sini tapi bisa
menemukanku, kami bertiga akan keluar dari
gua, dan kalian bisa menghukum kami dengan
cara apa pun...."
Biksu Jin Bo-sheng tampak ragu,
mereka sudah pernah mencoba formasi 'Gui
Yuan', formasi yang dibentuk bocah Xin
pasti tidak lebih hebat dari formasi 'Gui
Yuan' aslinya, tapi ada syarat tidak boleh
merusak barang yang ada di dalam gua.
Dengan nama besar Heng-he San-fu, mereka
tidak akan tunduk begitu saja kepada bocah
itu. "Biarkan aku menangkap bocah itu,
Guru! Aku ingin tahu apakah dia bisa
mengurungku!" dia masuk ke dalam gua.
Karena generasi Heng-he San-fu lebih
tinggi dari Jinlul dan Xin Jie, maka mereka
malu kalau masuk ke dalam gua, terpaksa
Jinlul lah yang masuk dulu....
Begitu Jinlul masuk ke dalam, di1293
dalam gua dipenuhi dengan bebatuan yang
diberdirikan.... ini adalah hasil kerja dari
Xin Jie dan Fang Shao-kun, dan suara Xin
Jie terdengar dari dalam.
Xin Jie selalu diajarkan oleh Qi-mao
Shen-jun tentang segala hal, kecuali masalah 'perempuan', dan Xin Jie lebih pintar
dibandingkan gurunya. Seperti masalah
formasi 'Gui Yuan' yang sulit, dia lebih
memahaminya dibandingkan gurunya,
walaupun tidak semua. Sekarang membuat
formasi ini bukan suatu masalah baginya.
Jinlul berputar-putar di dalam
formasi itu beberapa kali, karena tidak
boleh merusak barang apa pun di dalam gua,
maka tidak lama kemudian, dia pun
tersesat....
Karena jalan di dalam gua bercabang,
kalau salah jalan, maka dalam waktu 10 hari
atau setengah bulan kau tidak akan bisa
keluar. Sekarang Jinlul telah memilih
jalan yang salah.
Xin Jie sengaja tertawa dingin. Henghe San-fu telah menunggu Jinlul selama dua
jam, ternyata dia masih belum bisa keluar,
mereka mulai merasa cemas.
Xin Jie merasa waktunya telah tiba,1294
dia tertawa, "Hei tiga pak tua bodoh! Murid
kalian tidak bisa keluar!"
Di antara murid-murid Jin Bo-sheng
dia paling menyayangi Jinlul, karena dia
pintar dan masih muda, melihat Jinlul telah
lama tidak keluar-keluar, dia takut terjadi
sesuatu pada muridnya, maka dia berteriak
dengan terkejut, "Hei marga Xin, keluar
kau! Kalau Jinlul sampai terluka, aku akan
membunuhmu!"
Xin Jie marah, dia keluar dari dalam
gua, lalu berdiri di depan Heng-he San-fu,
dia tertawa dingin, "Kalian memang sombong,
memang aku tidak mampu melawan kalian
tapi aku tidak takut dengan pukulan telapak
tangan kalian!"
Jin Bo-sheng berteriak dengan
terburu-buru, "Kalau dalam sekali serang
aku tidak bisa membunuhmu, kami Heng-he
San-fu bila kau masih bisa hidup di dunia
ini, kami tidak akan menginjakkan kaki ke
Zhong Yuan lagi!"
Xin Jie tertawa terbahak-bahak,
"Apakah kata-katamu bisa dipegang?"
Dengan marah Jin Bo-sheng
mengangguk.
Xin Jie berteriak ke dalam gua, "Adik1295
Kun, bawa orang itu kemari!"
Tidak lama kemudian Jinlul berjalan
mengikuti Fang Shao-kun keluar dari dalam
gua, mungkin karena telah salah jalan
membuat dia hanya berputar-putar di dalam
gua, tampak wajahnya dipenuhi dengan
kemarahan....
"Bersiaplah, Guru! Kalau dalam satu
kali pukulan kalian tidak bisa membunuhku,
aku persilakan Tetua kembali ke India dan
selamanya jangan kembali lagi ke Zhong
Yuan!"
Heng-he San-fu dan Jinlul melihat
Xin Jie, Fang Shao-kun yang berdiri di sisi
Xin Jie terlihat tegang, tiba-tiba Xin Jie
berkata, "Adik Kun, ambil kesempatan ini
untuk membawa Jin Qi pergi dari sini!
Kalau mereka berubah pikiran dan kau baru
lari itu sudah tidak sempat lagi!"
Dari nada bicara dan sorot mata Xin
Jie, Fang Shao-kun dapat merasakan
kelembutan yang selama ini tidak pernah
dia dapatkan. Demi Xin Jie dia ingin tinggal
di sini, demi Jin Qi dia harus kabur dari
sana, mana yang akan dipilihnya?
Ooo)*(ooO
BAB 391296
Pahlawan Gai-bang
Demi dunia persilatan Zhong Yuan dan
Fang Shao-kun, Xin Jie harus rela
berkorban, wajahnya yang gagah tidak
memperlihatkan ketakutan sedikit pun.
Melihat tubuh Fang Shao-kun yang kecil dan
lembut, dia menjadi lemah dan terpaksa
dengan lembut berkata, "Adik Kun,
pergilah! Jangan membuatku merasa ada
beban! Aku masih bisa menahan sekali
pukulan dari mereka, yang kutakutkan
adalah mereka tidak akan menepati janji,
waktu itu kalian mau kabur pun sudah tidak
sempat lagi!"
Fang Shao-kun tampak kebingungan
tapi akhirnya mengangguk, matanya
berlinang air mata, pelan-pelan dia masuk
ke dalam gua. Walaupun sebenarnya dia tidak
mau tapi akhirnya dengan terpaksa dia
membawa Jin Qi yang belum sadarkan diri
pergi dari sana. Tentu saja bukan karena
ada Heng-he San-fu di sana....
Setelah Fang Shao-kun pergi dari
sana, Xin Jie tidak tampak terlalu tegang
lagi, dia menghembuskan nafas panjang,
berdiri di depan Biksu Jin Bo-sheng....
Pelan-pelan Biksu Jin Bo-sheng1297
mengangkat tangannya, rambutnya yang
panjang dan kuning walaupun saat itu tidak
ada angin terus bergerak-gerak, kedua
matanya terus menatap Xin Jie, semua
gerakan Xin Jie berada dalam
pengawasannya....
Xin Jie mengumpulkan seluruh tenaga
di kedua tangannya, sekarang otaknya jernih
tidak memikirkan sesuatu, yang dia pikirkan
adalah bagaimana cara menahan serangan
pukulan Jin Bo-sheng....
Tiba-tiba kedua tangan Biksu Jin Bosheng mendorong keluar, terasa ada angin
besar yang mendorong, tenaganya dahsyat,
cukup untuk menghancurkan batu....
SYUUUT!
Xin Jie tidak mundur atau merasa
ragu, dengan sepenuh hati dia menyambut
serangan itu. Tanah dan pasir di sana
membuat keadaan di sana menjadi gelap, apa
pun tidak terlihat....
Lalu dengan perlahan pasir pun mulai
berjatuhan, Xin Jie dan Jin Bo-sheng baru
bisa melihat dengan jelas keadaan masingmasing, terlihat wajah Xin Jie pucat,
tubuhnya terus bergoyang-goyang, tapi
kakinya tidak bergeser sedikit pun.1298
Dengan sikap aneh Jin Bo-sheng
menarik nafasnya, tiba-tiba dia melambaikan
tangan, segera keempat orang lainnya
berlari ke arah pantai....
Sedangkan kedua tangan Xin Jie
terjulur ke bawah, kesepuluh jarinya
sedikit terangkat, seperti siap menyerang....
Malam telah tiba, bumi dan langit
kembali sepi, bintang pertama telah muncul
dengan cahayanya yang redup....
Tiba-tiba dari jauh terdengar langkah
orang berjalan, Xin Jie memusatkan
tenaganya untuk mendengar, tapi apa pun
tidak terlihat di sana, dia berpikir,
"Siapakah yang datang? Apakah Heng-he
San-fu kembali lagi? Atau apakah itu Adik
Kun?"
Tiba-tiba di mulut gua ada seekor
beruang besar, dia terus melihat Xin Jie,
hidungnya besar dan tampak sedang menciumcium ke udara, kemudian dia berbalik lagi.
Hati Xin Jie terasa agak tenang, dia
menertawakan rasa curiganya, tapi pukulan


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jin Bo-sheng memang sangat dahsyat, dia
tidak kuat lagi, dia memuntahkan darah dan
ambruk....
Di bawah sinar bulan, bintang-bintang1299
telah bermunculan, Xin Jie berbaring
dengan diam. Tubuhnya terasa sakit, tapi
hatinya merasa senang, karena dia berhasil
menyelesaikan tugasnya.
Hari hampir subuh, di langit masih
ada beberapa bintang, masih tampak
berkilauan, membuat langit terlihat sangat
jauh....
Di sebuah gunung kecil di dekat kota
Luo Yang, ada sebuah kuil kecil dan tua.
Angin gunung meniup kusen-kusen kuil yang
sudah usang itu, karena hembusan angin
maka daun jendela pun bergerak-gerak,
suasana di sana membuat siapa pun yang
melihatnya merasa sedih.
Dengan bantuan sinar sebuah lampu
kecil, tampak seseorang sedang duduk
bersila, kulitnya berwarna hitam dan
perawakannya tinggi. Di depannya duduk
seorang remaja.... dia tinggi tapi tetap
kelihatan usianya paling-paling baru 12-13
tahunan.
Laki-laki berwajah hitam itu tibatiba berkata, "Peng Er, kita dari Gai-bang
telah menunjukkan diri kita sebagai
pemimpin, dan telah memimpin semua anggota
pengemis. Dengan ilmu andalan Gai-bang,1300
'Bai Jie Zhang Fa', ilmu ini pasti akan
diwariskan kepadamu."
Peng Er mengangguk, "Sewaktu guru
mengajarkan ilmu ini, beliau sudah terluka
berat dan dengan bersusah payah beliau
pernah mengajarku satu kali, setelah itu
beliau langsung pingsan. Begitu beliau
sadar dari balik dadanya beliau
mengeluarkan sebuah buku dan menyuruhku
membaca dan berlatih sendiri. Paman Jin,
apakah Paman mau membaca buku ini?" dia
mengeluarkan buku itu dan memberikannya
pada laki-laki berwajah hitam itu.
Laki-laki itu menggoyangkan
tangannya dan berkata, "Ilmu 'Bai Jie Zhang
Fa' adalah ilmu yang diwariskan secara
turun temurun oleh ketua Gai-bang. Muridmurid Gai-bang tidak diijinkan
mempelajarinya atau secara diam-diam
mempelajari ilmu ini."
"Paman Jin, lebih baik kita cari suatu
tempat untuk sepi dan belajar ilmu silat,
setelah itu kita baru membalas dendam."
"Peng Er, masih ada satu hal yang
belum sempat kubicarakan denganmu,
sekarang kau mau belajar ilmu silat lalu
membalas dendam, itu sangat tepat dengan1301
rencanaku."
"Rencana apa?" tanya Peng Er.
"Kelompok Gai-bang kita tersebar di
mana-mana, tapi keadaan kita semakin lemah,
murid-murid Gai-bang banyak yang setia,
jika ketua melayangkan tangan dan berseru
ingin mengembalikan kejayaaan Gai-bang,
sebenarnya ini bukan hal yang sulit."
Peng Er mendengar Paman Jin
bercerita tentang masa depan Gai-bang,
mengingat kalau dia harus menyelamatkan
Gai-bang sedangkan usianya masih kecil,
tapi sudah harus memikul tanggung jawab
begitu besar, maka dia pun berkata, "Paman
Jin, apakah Paman mau aku mengumpulkan
semua anak buah Gai-bang dan membuat Gaibang berjaya kembali?"
Paman Jin menggelengkan kepala dan
menjawab, "Sekarangumurmu masih kecil,
belum menguasai ilmu silat dengan benar,
ingin menyatukan perkumpulan besar ini
bukan hal yang mudah, maksudku adalah aku
akan mengantarkanmu ke rumah teman
baikku yaitu Pendekar Perbatasan Feng Bo
Yang, dia akan melatihmu ilmu silat."
Tanya Peng Er dengan buru-buru,
"Paman, kau sendiri mau ke mana?"1302
"Menurut aturan Gai-bang, kalau
seorang ketua sudah meninggal, penjaga Gaibang habis masa jabatannya, aku dan Lao Er
tetap harus menjalankan peraturan yang
berlaku."
Peng Er berteriak, "Paman, aku tidak
mau jauh darimu, aku tidak mau pergi ke
Pendekar Perbatasan! Apakah Paman tidak
mau mengajariku silat?"
Dengan lembut Paman Jin menjawab,
"Anak bodoh, ilmu pedang Pendekar Feng
lebih tinggi dariku bahkan beberapa kali
lipat, kalau kau pergi ke sana dan belajar
darinya dalam kurun waktu 5 tahun kau
pasti bisa menguasai ilmu silat ketua Gaibang yang dulu, dan kau juga bisa belajar
ilmu silat perbatasan, itu lebih baik
dibandingkan bila harus ikut aku
berkelana."
Sifat Peng Er sangat jujur, dia
seorang yatim piatu kecuali dua bersaudara
Jin, dia tidak mempunyai keluarga lagi.
Perlakuan Paman Jin kepadanya seperti
seorang ayah yang keras dan seorang ibu
yang lembut, mereka pun sangat
melindunginya, sekarang mendengar Paman
Jin akan meninggalkannya, dia merasa sedih1303
dan bimbang, dia berusaha menahan air
matanya supaya jangan keluar dan berkata,
"Paman Jin, apakah karena Peng Er telah
bersalah kepada Paman maka Paman akan
meninggalkanku, mengapa kau.... kau tidak
mau mengurus Peng Er lagi?"
Paman Jin sebenarnya tidak tega, tapi
demi masa depan Peng Er terpaksa dia barus
berbuat kejam, dia ingin mengatakan
sebenarnya, tapi terdengar suara teriakan,
suara ini membuat bulu kuduk merinding.
Dengan cemas Paman Jin berkata, "Peng
Er, Lao Er bertemu dengan musuh kuat,
kau.... kau cepat lari ke arah timur, semua
yang terjadi di sini serahkan padaku,
kalau.... kalau aku, Jin Lao-da beruntung
masih bisa bertahan hidup, aku akan pergi
ke Luo Yang untuk mencarimu. Peng Er,
ingat kalau dalam waktu 3 hari kami tidak
datang, kau harus pergi sendiri ke Luo Dong
Jing Zhou, carilah Pendekar Feng dan
katakan kepadanya kalau akulah yang
menyuruhmu pergi ke sana."
Peng Er melihat Paman Jin berkata
begitu tegas, dia tidak ingin pergi, tapi dia
tahu bagaimana sifat Paman Jin, maka dia
tidak berani membantah lagi, dia pun1304
mengangguk.
Tiba-tiba Jin Lao-da berkata dengan
lembut, "Peng Er, kau harus berhati-hati,
Paman Jin mungkin.... mungkin Paman Jin
tidak ada kesempatan melindungimu lagi."
Sudah setengah tahun Peng Er
mengikuti dua bersaudara Jin melewati
banyak kesulitan, tapi belum pernah dia
melihat wajah Paman Jin begitu serius. Dia
tahu pasti musuh kuat telah datang, dia
takut Paman Jin keduanya tidak bisa
bertahan, maka dia berkata, "Paman Jin,
cepat bantu Paman Jin kedua! Peng Er akan
menunggu paman berdua di Luo Yang!"
Jin Lao-da memperhatikan wajah Peng
Er, wajah yang masih polos dan lugu, dia
menarik nafas dalam-dalam, lalu berlari
menuju suara tadi.
Peng Er terpana, kemudian dia pun
berpikir, "Kalau aku sekarang pergi ke sana
mencari paman, perhatian mereka pasti akan
terpecah, malah akan mengganggu mereka
bertarung, lebih baik aku menuruti katakata Paman Jin dan pergi ke Luo Yang."
dengan langkah berat dia berjalan ke arah
timur.
Dia berjalan tanpa bersemangat, tiba-1305
tiba dia merasa ada suara angin
menghampirinya, begitu dia melihat,
ternyata ada seorang pemuda tampan berdiri
di depannya.
Kata pemuda itu, "Adik kecil, kau
berjalan tidak hati-hati, hampir saja
menabrakku."
Peng Er berpikir, "Kau juga tidak
berhati-hati, aku ada di depan mengapa kau
tidak melihatku?"
Tapi melihat pemuda tampan itu baik
dan ramah, dia berkata, "Aku sedang
berpikir, maka aku tidak memperhatikan
kalau aku berjalan di tengah jalan."
Kelihatannya pemuda itu pun samasama sedang banyak pikiran, dia juga tidak
melihat Peng Er yang ada di depannya,
setelah berada di belakang Peng Er dia baru
merasa, dengan menggunakan ilmu silatnya
dia maju dan bertanya pada Peng Er, dia
memang tidak berpikir dulu, tapi karena
lawannya yang malah merasa bersalah, dia
merasa tidak enak, dan berkata, "Adik kecil,
apa yang sedang kau pikirkan? Beritahukan
saja kepadaku, aku akan membantumu
membereskannya."
Pikir Peng Er, "Tadi dia berada di1306
sisiku, aku baru merasakannya, walaupun
aku tidak berkonsentrasi, tapi ilmu
meringankan tubuh orang ini benar-benar
tinggi, mengapa aku tidak meminta saja
kepadanya supaya membantu Paman Jin?"
Dia masih kecil tidak berpikir kalau
orang itu baru pertama kali ditemuinya, dia
hanya merasa pemuda itu tampan dan
berpikiran lurus, dia pasti orang yang
menjaga keadilan, maka dia pun berkata,
"Kedua Paman Jin ku diserang orang jahat,
keadaan mereka sangat berbahaya, apakah
kau mau membantuku menolong mereka?"
Pemuda itu melihat Peng Er begitu
naif dan berpikir, "Aku sedang tidak ada
hal penting yang harus dilakukan, anak ini
terlihat jujur, Paman Jin nya pasti orang
yang menjaga keadilan, aku jadi ingin
membantu anak ini."
Pemuda itu bertanya, "Di mana kedua
Paman Jin mu bertarung? Siapa nama Paman
Jin mu?"
Mendengar nada bicaranya, Peng Er
tahu kalau pemuda itu setuju untuk
menolongnya, maka dengan senang dia
menjawab, "Paman Jin ku adalah penjaga Gaibang, yaitu Jin Lao-da dan Jin Lao Er."1307
Pemuda itu terkejut dan berkata,
"Cepat, cepat, bawa aku ke tempat mereka!"
Peng Er berlari ke arah dia datang
tadi, pemuda itu meloncat dan menuntun
tangan kecil Peng Er, dengan ilmu
meringankan tubuh yang tinggi, dia berlari
secepat mungkin.
Tidak lama setelah mereka berlari, di
dalam hutan terdengar ada yang bertarung,
dengan cepat dia menarik Peng Er masuk ke
dalam hutan kecil itu.
Di sebuah tanah kosong di dalam
hutan, ada empat pendeta sedang bertarung
dengan seseorang yang berperawakan tinggi,
dia sendiri melawan 3 pendeta yang
memegang pedang dan seorang pendeta dengan
tangan kosong, keadaannya sangat berbahaya.
Peng Er melihat Paman Jin seorang
diri bertarung dengan 5 orang tapi Paman
Jin Keduanya tidak terlihat. Dia tahu kalau
kedua Paman Jin nya selalu berdua
bertarung melawan musuh, sekarang dia
tidak melihat Paman Jin Er, dia terkejut
dan berkata pada pemuda itu, "Bantulah
Paman Jin Lao-da, aku akan mencari Paman
Jin Lao Er."
Pemuda itu melihat terus ke arena1308
pertarungan, sepertinya tidak mendengar
perkataan Peng Er, kelihatannya
pertarungan akan segera berakhir, empat


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedang menunjuk empat nadi Paman Jin,
seorang pendeta tua tertawa sinis, "Jin
Lao-da, cepat kembalikan sarung pedangku,
kalau tidak aku tidak akan sungkan lagi...."
Mendengar kata-kata itu Peng Er
merasa pemuda yang ada di sampingnya
bergetar menahan marah.
Pendeta itu berkata lagi, "Jin Lao-da,
jangan keras kepala, sekarang ketua Gaibang kalian sudah berada di tangan anak
buahku, jangan kau kira ketua Gai-bang
kalian yang masih kecil itu bisa melarikan
diri ke Luo Yang. Ha ha ha! Sejak tadi aku
telah menyuruh orang mencegatnya di
tengah jalan, kalau kau tidak mau
menyerahkan sarung pedang itu rasakan
akibatnya, Hehehe!...."
Peng Er marah dia sudah tidak tahan
lagi, dia ingin menolong Paman Jin,
terdengar suara angin melewatinya, pemuda
tampan itu sudah berlari keluar.
Di sana ada 6 orang, semua merasa
terkejut, karena pertarungan sedang seru,
maka kedatangan Peng Er dan pemuda itu1309
tidak mereka ketahui....
Pemuda itu berkata, "Chi-yang....
Penjahat Chi-yang, kau memang berjaya,
dengan jumlah lebih banyak kau mengeroyok
satu orang, benar-benar tidak tahu malu!"
karena tidak bisa memarahi orang maka
kata-kata pemuda itu malah terdengar
gugup.
Begitu pendeta tua itu melihat pemuda
tampan itu, wajahnya langsung berubah, dia
marah, "Hei bocah bermarga Wu, kita
bertemu lagi di saat yang tepat, kita
bereskan urusan kita!"
Ternyata pemuda tampan itu adalah Wu
Ling-feng, semenjak dia berpamitan dengan
Su Hui Zi, dia lalu mencari A Lan. Dia
berjalan dari Shan Dong sampai ke He Nan
dan sempat beberapa kali bolak balik, tapi
dia tetap tidak bisa menemukan A Lan. Hari
ini saat dia akan pergi ke Luo Yang untuk
menginap di sana, di tengah jalan dia
bertemu dengan Peng Er, maka mereka pun
sama-sama pergi ke hutan itu, karena hutan
sangat gelap wajah mereka berenam tidak
terlihat jelas. Tadinya dia ingin ikut
bertarung tapi di mengenali sosok pendeta
tua itu dan sepertinya dia adalah Pendeta1310
Chi-yang. Sewaktu dia sedang berpikir,
keadaan di arena pertarungan telah
berubah, begitu mendengar pendeta tua itu
bicara, dia segera mengenali pendeta itu
adalah Pendeta Chi-yang.... orang yang telah
membunuh ayahnya, maka dia pun segera
berlari keluar.
"Kalian telah terbiasa selalu dengan
jumlah banyak menyerang satu orang,
baiklah, kalian semua bertarunglah
denganku!"
Wajah Chi-yang menjadi merah dan
berpikir, 'Sewaktu rapat di Tai Shan,
kemampuan ilmu silatnya tidak seberapa,
sekarang aku tidak perlu turun tangan
sendiri.'
Maka sambil tertawa Chi-yang berkata,
"Bocah, kau jangan sombong dulu, kalau kau
bisa mengalahkan ketiga muridku ini, aku
akan melepaskan dan membiarkanmu pergi."
Wu Ling-feng telah mendapatkan ilmu
dari kakek gurunya, tapi dia belum pernah
bertarung secara serius dengan musuh,
sebenarnya hati kecilnya merasa takut dia
berpikir, "Aku akan coba dulu bertarung
dengan empat anak buah Chi-yang, kalau aku
menang aku baru akan memukul yang tua!"1311
Chi-yang membentak, "Yi He, ambil
pedangku, bertarunglah dengan bocah itu,
jangan membuat nama Wu Dang malu." dia
memberikan pedang kepada pendeta bertangan
kosong dan dia sendiri berjalan ke arah Jin
Lao-da.
Wu Ling-feng merasa cemas, dia takut
Chi-yang akan melukai Jin Lao-da, tubuhnya
bergerak, dia sudah berada di depan Jin
Lao-da tangannya mengayunkan pedang
sambil berteriak, "Semua boleh bertarung
denganku!"
Kata-katanya belum selesai, di
belakangnya terdengar suara BRUG, ternyata
Jin Lao-da jatuh terduduk di bawah, dia
sudah kehabisan tenaga, melihat pedang Wu
Ling-feng yang berkilau, dia merasa pusing
lalu jatuh terduduk.
Tiba-tiba dari dalam hutan berlari
seorang bocah, dia menangis dan berteriak,
"Paman Jin, mengapa kau jadi begini?"
Jin Lao-da membuka matanya dan
membentak, "Peng Er, aku sudah menyuruhmu
pergi, mengapa kau tidak mendengar katakataku?!"
Peng Er menangis, "Paman Jin, aku
tidak mau meninggalkanmu begitu saja di1312
sini, mati pun kita haru s bersama."
Melihat wajahnya yang merah dan
penuh dengan air mata, tapi juga terlihat
tegar, Jin Lao-da tahu menasihati Peng Er
pun percuma, dengan lembut dia berkata,
"Peng Er, jangan menangis lagi, Paman Jin
tidak akan meninggal-kanmu!"
Peng Er merasa senang dia menunjuk
Wu Ling-feng yang siap bertarung dan
berkata, "Paman Jin, dia pasti akan menang."
Jin Lao-da melihat 3 pendeta sudah
berdiri dalam 3 posisi, mereka mengelilingi
Wu Ling-feng.
Tiba-tiba pendeta yang ada di sebelah
kiri berteriak, "Awas seranganku!" dia
menyerang kaki Wu Ling-feng.
Wu Ling-feng menghindar ke pinggir,
dia tidak mundur malah menerjang maju,
pedang panjangnya telah menotok pendeta
yang ada di sebelah kanan. Pendeta itu
melihat pedang Wu Ling-feng datang secepat
kilat, dia merasa sedikit takut lalu mundur.
Wu Ling-feng maju dengan pedang dia
menepis musuh yang ada di depan dan
belakangnya, begitu pedang dikeluarkan,
tiba-tiba dia menariknya kembali, dia
menyambut serangan pedang dari pendeta1313
yang ada di sebelah kiri.
Dasar ilmu Wu Ling-feng sangat kuat,
apalagi tanpa sengaja dia telah memakan Xue
Guo, maka tenaga dalamnya menjadi sangat
kuat, kekuatannya dengan Xin Jie hanya
berbeda sedikit, sekarang dia hanya
menggunakan 50% tenaganya, dan dia
berhasil menggetarkan pedang pendeta itu
hingga terlepas.
Wu Ling-feng berputar-putar di
tengah ayunan pedang para pendeta itu, 3
pedang kadang-kadang terlihat hampir
menusuknya, tapi dengan ringan dia berhasil
menghindar.
Chi-yang yang berdiri di sisi semakin
melihat mereka bertarung dia merasa
semakin gentar, dia berpikir, "Bocah ini
lebih kuat dari ayahnya, ilmu pedangnya
lebih lancar dan ganas, padahal dia masih
begitu muda, mengapa dia bisa mencapai ilmu
begitu tinggi?"
Jin Lao-da pun melihat tubuh Wu
Ling-feng yang bergerak seperti angin,
jurus-jurusnya mengalir seperti sungai
tanpa henti. Kakinya melangkah dengan cara
Ba Gua, sikapnya terlihat santai, sama
sekali tidak terlihat sedang menghadapi1314
musuh. Dalam hati Jin Lao-da sudah tahu
kalau Wu Ling-feng menguasai ilmu 'Duan
Hun Jian' milik Tai Ji Men, dia juga
berpikir, "Kalau bukan karena harus
melindungi-ku dan Peng Er, dari posisi
bertahan lalu menyerang, ketiga pendeta
busuk itu sejak tadi pasti sudah roboh."
Dia melihat ke arena pertarungan
kembali, sekarang posisi Wu Ling-feng
sudah berada di atas angin, pedangnya
bergerak ke kiri dan ke kanan membuat
ketiga pendeta itu terus berkeringat, untuk
menjaga keselamatan sendiri pun sudah tidak
sanggup, apalagi harus menyerang Wu Lingfeng?
Tiba-tiba Wu Ling-feng menendang,
membuat seorang pendeta jatuh tersungkur,
tangan kanannya mengeluarkan jurus 'Duan
Hun Jian Fa' terakhir, terdengar dua kali
teriakan, dua pendeta telah terjatuh.
Ternyata 3 jurus Wu Ling-feng
membuat tiga pendeta itu merasa silau, dan
wajah mereka terasa dingin, tiba-tiba kaki
terasa mati rasa, ternyata mereka telah
ditotok.
Jin Lao-da melihat semuanya dengan
jelas, dia berpikir, 'Dengan 3 jurus tadi1315
seharusnya tiga pendeta itu langsung mati
di bawah pedangnya, tapi pemuda itu malah
menarik kembali pedangnya dan mengubahnya
menusuk kaki tiga pendeta itu. Pemuda
tampan yang berilmu silat tinggi itu pasti
memiliki hati yang baik."
Wajah Chi-yang tampak pucat, dia maju
dan membuka totokan ketiga anak muridnya,
dia ingn membalaskan dendam muridnya.
"Paman Jin, benar bukan pendapatku?"
"Tentang apa?" tanya Jin Lao-da.
"Menurutku dia pasti bisa mengalahkan
pendeta-pendeta busuk itu," kata Peng Er.
Jin Lao-da mengangguk tapi tidak
menjawab. Diam-diam dia berpikir, "Tenaga
dalam Chi-yang sangat kuat, pemuda itu
sepertinya mempunyai dendam kepada Chiyang, kalau terjadi pertarungan di antara
mereka, pemuda itu bisa terluka atau bahkan
bisa mati. Chi-yang adalah pendeta yang
tidak tahu malu, kalau dia bergabung dengan
anak buahnya dan menyerang pemuda itu,
keadaan pemuda itu akan sangat berbahaya.
Sekarang aku sudah kehabisan tenaga tidak
bisa membantunya, pemuda itu hanya akan
membuat Chi-yang marah."
Jin Lao-da berkata, "Penjahat Chi-1316
yang, kau tidak akan bisa mengalahkannya,
lebih baik kalian mengeroyoknya!"
Chi-yang tahu itu hanyalah akalakalan Jin Lao-da saja, tapi dia juga
berpikir mengenai ilmu pedang Wu Lingfeng yang cukup tinggi, tapi untuk tenaga
dalam, Wu Ling-feng tidak akan bisa menang
darinya, karena dia telah berpuluh-puluh
tahun melatih ilmu 'Hun Yuan Yi Qi Tian
Gong' yang sudah menyatu dengan jiwanya.
Setelah diperhitungkan matang-matang, dia
membentak, "Pengemis jahat, diam kau!
Kalau aku mau membunuh bocah ini, tidak
perlu dibantu orang lain!"
Setelah Wu Ling-feng berhasil
mengalahkan ketiga pendeta itu, rasa
percaya dirinya telah timbul, mendengar
Chi-yang terus mengatakan kalau dia ingin
membunuhnya, dia menjadi marah, "Penjahat
Chi-yang, tidak perlu menggerakkan lidah
yang tidak bertulang, hari ini aku akan
membuatmu mati di sini!"
Chi-yang benar-benar marah, dengan
telapak kanannya dia menepis ke arah
ketiak kanan Wu Ling-feng.
Wu Ling-feng tidak berani bertindak
gegabah, saat akan bertarung jurus 'Kai1317
Shan San Shi Po Yu Quan' dikeluarkannya.
Setelah bertarung cukup lama, Chiyang melihat Wu Ling-feng hanya
mengeluarkan 10 jurus dan memakainya
bolak balik, tapi tenaganya sangat besar.
Ilmu telapaknya memang bagus tapi selalu
ditekan oleh tenaga Wu Ling-feng sehingga
tidak bisa dikeluarkan semua. Karena itu
dia mulai merasa cemas, beberapa kali dia
menyerang dengan jurus membunuh dan


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memaksa Wu Ling-feng mundur beberapa
langkah kemudian dia mengeluarkan jurus
terhebat dari Wu Dang yaitu 'Wu Ji Shen
Gong Quan'.
'Wu Ji Shen Gong Quan' adalah jurus
keras, segera angin dari kepalan terus
terdengar, mereka bertarung dengan
mempertaruhkan nyawa, maka mereka sangat
berhati-hati, jurus yang dikeluarkan
semakin cepat dan tenaganya semakin besar.
Jin Lao-da melihat Peng Er yang ada
di sisinya, dia sedang melihat pertarungan
itu tanpa berkedip, sikapnya seakan dia lah
yang sedang bertarung. Dalam hati Jin Laoda mengeluh, "Anak ini benar-benar masih
kecil, dia tidak tahu bahaya ada di depan
mata, pertarungan mempertaruhkan nyawa1318
ini menyangkut masa depan Gai-bang, kalau
pemuda itu kalah, Lao Er tidak jelas
nasibnya apakah sudah mati atau masih
hidup, sedangkan tenaga dalamku belum
pulih, Gai-bang pasti akan hancur oleh
penjahat tua itu."
Perawakannya tinggi dan besar, tapi
dia sangat teliti, karena tegang, membuat
tangannya berkeringat dingin.
Mereka telah bertarung mencapai
ratusan jurus, tenaga dalam Wu Ling-feng
sangat kuat, dia tidak terlihat lelah,
serangan Chi-yang sangat lihai,
penjagaannya pun ketat, sepertinya dia juga
tidak mudah dikalahkan, Wu Ling-feng sudah
tidak sabar dan berpikir, "Kalau tidak
menggunakan serangan berbahaya sepertinya
aku sulit bisa menang."
Karena dia sudah merasa tenaga dalam
Chi-yang sangat kuat dan tidak berbeda
dengan tenaganya, kalau mempergunakan
jurus-jurus berbahaya mungkin dia akan
kalah, maka dia pun menjadi ragu dan terus
berpikir.
Tapi itu hanya berlangsung sebentar,
dengan membentak Wu Ling-feng menutup
kedua tangannya, dia mengeluarkan1319
sekaligus menarik kemudian tangan kiri
secara horisontal berada di depan dadanya,
tangan kanannya mengeluarkan jurus 'Kai
Shan San Shi' dan 'Wu Gui Zao Hun' (tiga
jurus membuka gunung, (lima, setan mencari
roh).
Jurus Duan Hun Jian adalah jurus
andalan Wu Zhao-yun, sekarang Wu Lingfeng menggunakannya dengan kepalan,
tenaganya sangat besar, jurus-jurus itu
tampak ganas dan pedas.
Chi-yang tidak menyangka kalau Wu
Ling-feng akan merobah jurusnya yaitu
keras melawan keras untuk memperoleh
kemenangan. Terpaksa kedua tangannya
ditutup dan mundur satu langkah, dia pun
siap mengeluarkan jurus keras.
Kepalan tangan kiri Wu Ling-feng
diturunkan, tangan kanan dengan cepat
ditarik kembali, ditarik dengan jarak di
depan tubuh kurang lebih 7 inchi. Tangan
kiri membentuk lingkaran, kemudian
dijulurkan.
Bersamaan waktu itu Wu Ling-feng
mengeluarkan suara, yang artinya tenaganya
telah terkumpul, suaranya seperti suara
guntur menggelegar. Juga seperti bisa1320
menghancurkan batu, benar-benar
mengejutkan!
Di rapat Tai Shan, Chi-yang pernah
bertarung dengan Wu Ling-feng, waktu itu
dia merasa ilmu pedang Wu Ling-feng sangat
bagus, tapi tidak membuatnya terancam. Tapi
baru saja setengah tahun berlalu, ilmu
silat Wu Ling-feng sudah maju pesat, hal
ini membuatnya terkejut.
Tapi dia berpikir kalau dia mempunyai
tenaga dalam yang kuat dia tidak akan kalah
begitu saja maka dia pun membentak, dengan
satu tangannya dia mendorong keluar, itu
adalah jurus 'Tui Zhang Wang Yue' (membuka
jendela, melihat bulan).
Dua tenaga dalam besar itu beradu, Wu
Ling-feng mengerahkan tenaga sepenuhnya,
tapi dia merasa tenaga telapak Chi-yang
sangat lembut, tenaga dalamnya seperti
menyentuh kapas, tenaga dalam yang sudah
dikeluarkan dan tidak bisa ditarik kembali.
Semua karena Chi-yang lebih
berpengalaman dan licik, tampaknya Wu
Ling-feng karena salah perhitungan, dia
berada dalam bahaya. Jin Lao-da yang berada
di sisi karena merasa cemas dia membentak....
Pengalaman Wu Ling-feng belum1321
banyak, tapi dia bukan orang bodoh, secara
reflek dia bergerak dengan cepat, disaat
yang berbahaya dia mengalihkan tenaga
telapaknya ke sebelah kiri lalu tubuhnya
berputar ke kanan....
Terdengar suara besar kumandang,
jurus Yu Gong Yi Shan' (laki-laki bodoh
berpindah gunung) berobah arah kehutan.
Pohon-pohon yang ada di sana banyak yang
tumbang, dia berputar 180 derajat, kemudian
mundur, tangannya yang memegang pedang
telah menanti.
Chi-yang melihat pohon pohon yang
tumbang, dia merasa terkejut, dia tidak
menyangka tenaga dalam Wu Ling-feng
begitu hebat.
Wu Ling-feng mengambil nafas,
kemudian dia mendekat dengan pedangnya,
kali ini dia merasa tenang dan mantap,
karena itu keberaniannya bertambah. Dia
mengeluarkan jurus andalannya yaitu Duan
Hun Jian Fa, 3 jurus telah membuat Chiyang mundur beberapa langkah.
Chi-yang marah tapi dia tidak bisa
berbuat banyak, dia mulai mengeluarkan
ilmu Wu Dang yaitu "Qing Yun Jiu Shi'
(awan hijau bergerak sembilan perubahan).1322
Chi-yang telah bersiap-siap merebut
kemenangan.
Tapi Wu Ling-feng tidak memberikan
kesempatan kepadanya, ilmu pedang Wu Lingfeng berada di atas Chi-yang, hanya saja Wu
Ling-feng belum banyak pengalaman, setiap
kali dia gagal mengambil kesempatan, hal
ini membuat Jin Lao-da terus berkeringat.
Dalam pertarungan sengit itu, Pendeta
Chi-yang terus menggunakan siasat curang,
dia membuat Wu Ling-feng terkena
tipuannya. Wu Ling-feng bukan orang licik,
tapi dia pintar, dia. tahu apa maksud Chiyang, maka dia terus maju....
Saat Chi-yang mengira Wu Ling-feng
telah termakan tipuannya dia mengubah
jurusnya, Wu Ling-feng segera
mengeluarkan 'Wu Zhang Ba Cha' (garpu
tanpa arah), dia telah berada di belakang
Chi-yang, pedang pun diangkat dan siap
ditusukkan....
Jin Lao-da merasa senang, dia mengira
Chi-yang pasti akan terkena tusukan itu,
dasar memang Chi-yang lebih berpengalaman,
dengan tenang dia malah menyerang kaki Wu
Ling-feng dan dengan jurusnya itu dia
berbalik menyerang!1323
Karena jurus itu menggunakan seluruh
tenaga, maka tenaga yang keluar bisa
diperkirakan. Wu Ling-feng terkejut, tangan
kirinya segera melancarkan jurus 'Liu Ding
Kai Shan' (enam orang membuka gunung)
tangan kanannya tetap menusuk dengan
mantap.
Terdengar bunyi keras, tubuh Wu
Ling-feng sedikit mundur, tapi pedang di
tangan kanannya masih terus dijulurkan,
bagaimanapun cepatnya Chi-yang meloloskan
diri tetap tidak akan sempat untuk
menghindar, entah apa sebabnya pedang
panjang Wu Ling-feng datang bergerak
dengan lambat....
Chi-yang yang berpengalaman sudah
meloncat, dan terdengar suara CES, ternyata
punggung Chi-yang telah tergores dan darah
langsung mengalir, tapi dia masih bisa lolos
dari pedang Wu Ling-feng!
Ternyata sewaktu pedang Wu Ling-feng
akan menusuk Chi-yang nuraninya yang
tidak ingin membunuh memperingati hatinya,
Wu Ling-feng adalah orang yang tidak suka
membunuh, dia belum pernah membunuh. Di
depan matanya sekarang memang ada orang
yang telah membunuh ayahnya, tapi sewaktu1324
dia akan menusuk musuhnya, tiba-tiba
tumbul perasaan seperti itu, hal inilah
yang menyebabkan jurusnya menjadi lambat!
Jin Lao-da pun bengong lalu melihat
para pendeta Wu Dang yang telah melarikan
diri mengikuti Chi-yang.
Wu Ling-feng menghela nafas, dia
merasa tidak ada kelainan di tubuhnya, lalu
dia melihat Chi-yang dan ketiga muridnya
telah lari jauh!
Wu Ling-feng memang sangat ramah
dan berhati baik, semenjak berkelana di
dunia persilatan, dia tidak pernah membunuh
orang, melihat Chi-yang yang sudah terluka,
bisa saja dia mengejar dan membunuh Chiyang untuk membalaskan dendam ayahnya,
tapi dia tidak mau mengambil kesempatan
ini. Dia malah menghibur dirinya, dan
berpikir, "Masih banyak kesempatan jika
ingin membunuhnya."
Sekarang dia percaya kalau dia bisa
mengalahkan Chi-yang, tapi tidak dipungkiri
ada sedikit rasa sesal di hatinya.
Peng Er melihat Wu Ling-feng berdiri
dengan bengong, dia mengira Wu Ling-feng
terluka dalam, dengan cemas dia bertanya,1325
"Apakah kau terluka?"
Wu Ling-feng menggelengkan kepala,
"Adik, kau tenang saja, penjahat itu mana
mungkin bisa melukaiku. Paman Jin mu telah
kehabisan tenaga, aku mempunyai obat Ling
Quan'. Cepat kita minumkan kepadanya."
Dari balik dadanya Wu Ling-feng
mengeluarkan 'Wan Nian Ling Quan' (mata
air seribu tahun), lalu dia berjalan ke
hadapan Jin Lao-dayang sedang duduk
beristirahat.
Jin Lao-da telah menyaksikan Wu
Ling-feng berhasil membuat Chi-yang
terluka, dan melihat bagaimana dia dan
murid-muridnya melarikan diri dari sana.
Hatinya yang tegang sekarang baru bisa
tenang dan dia duduk bersila untuk
mengatur nafas.
Melihat Wu Ling-feng berjalan
menghampirinya, dia membuka mata bertanya,
"Siapakah nama Tuan?"
Dengan hormat Wu Ling-feng menjawab,
"Aku adalah angkatan muda Wu Ling-feng."
lalu dia membuka tutup botol yang
dibawanya lalu memberikannya pada Jin Laoda, "Ini adalah Wan Nian Ling Quan,
khasiatnya sangat bagus, silakan Tetua1326
minum satu tetes!"
Melihat Wu Ling-feng tampak
bersungguh-sungguh, Jin Lao-da pun tidak
menolak tawarannya, dia segera mengambil
botol itu dan minum satu tetes. Dia merasa
ada bau harum keluar dari botol itu,
membuat dia bisa bernafas dengan lancar,
dia lalu memejamkan mata lagi, mengatur
nafas.
Tidak lama kemudian Jin Lao-da sudah
bisa meloncat bangun, lalu menuntun Peng
Er, dia memberi hormat, "Pendekar Wu, Anda
telah membantu Gai-bang melawan musuh
yang kuat, juga telah melindungi ketua Gaibang. Budi ini akan kami balas, semua
murid-murid Gai-bang akan setia kepada
Anda, biarpun menerjang api, kami akan


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetap menuruti perintah Anda."
Wu Ling-feng dengan hormat berkata,
"Tetua Jin, jangan begitu, aku mempunyai
saudara angkat bernama Xin Jie, dia sering
menceritakan tentang Tetua Jin yang setia
membela perkumpulan Gai-bang, membuat aku
benar-benar kagum kepada Tetua!"
"Ternyata Pendekar Wu adalah saudara
angkat Adik Xin, pantas ilmu silat Anda
begitu tinggi, biarkan pengemis tua ini1327
memangil Anda dengan sebutan Adik Wu."
Meihat sikap Jin Lao-da yang begitu
terbuka, dia segera bertanya, "Ada dendam
apa sebenarnya antara Gai-bang dan Wu
Dang?"
"Ceritanya sangat panjang, sekarang
lebih baik kita cari dulu Lao Er," kata Jin
Lao-da.
"Benar juga!"
Lalu mereka bertiga berjalan mencari
Jin Lao Er.
Baru saja mereka berjalan 20 meter,
terlihat Jin Lao Er sedang bersandar di
sebuah pohon, matanya melotot, kedua
tangannya seperti sedang mencengkram
sebuah pedang, pedang itu seperti dilipat
beberapa kali lipatan. Melihat wajah Jin
Lao Er yang pucat, Peng Er segera
mendorong pundaknya, "Paman Jin kedua,
Peng Er datang!"
Jin Lao Er tidak menjawab, hal ini
membuat Peng Er merasa aneh, dia ingin
bertanya pada Paman Jin, terlihat Jin Laoda hanya berdiri dengan terpaku, wajahnya
tampak bergerak-gerak dan dia menggigit
bibir bawahnya.
Wu Ling-feng telah tahu apa yang1328
terjadi, dia merasa sedih dan dia pun
mengelus kepala Peng Er, lalu berkata,
"Peng Er, paman keduamu telah meninggal!"
Seperti disambar petir, Peng Er
memeluk mayat Jin Lao Er dan terus
menangis tersedu-sedu, usianya memang
masih kecil, tapi dia telah mengalami
beberapa kali perpisahan, apalagi dia
melihat Paman Jin yang sudah dianggap
sebagai ayahnya mati begitu mengenaskan.
Kesedihan di dalam hatinya sudah tidak bisa
dibendung lagi, Wu Ling-feng yang berada
di sisinya merasa sedih.
Wu Ling-feng melihat luka Jin Lao Er
di punggung, ternyata luka ini karena dia
diserang diam-diam oleh para pendeta Wu
Dang itu. Dia memegang pedang lalu menekuk
pedang itu beberapa kali lipatan hingga
bengkok. Tapi telapaknya tidak terluka,
itulah ilmu 'Yin Feng Zhang' yang terkenal,
pedang itu tentu milik pendeta tadi.
Dia membalikkan tubuh melihat Jin
Lao-da, sorot matanya hampa dan bengong,
kelihatannya dia sangat sedih, Wu Ling-feng
ingin menghiburnya, tapi tidak tahu apa
yang harus dikatakannya.
Tiba-tiba Jin Lao-da tertawa panjang,1329
tawanya mewakili perasaannya, selama
berpuluh-puluh tahun mereka akrab
bagaikan hubungan kakak beradik, Mereka
selalu bersama-sama, membuat nama mereka
terkenal, mempunyai cita-cita sama
membantu Gai-bang. Bahkan mereka
bersumpah tidak akan menikah dan tidak
akan terpisahkan....
Tawanya semakin rendah, akhirnya dia
menangis, air matanya setetes demi setetes
berjatuhan.
Tiba-tiba Jin Lao-da berhenti
menangis, dia mengelus-elus tangan Jin Lao
Er yang besar dan sedang memegang pedang,
dengan suara kecil dia berkata, "Lao Er,
jangan pergi, masih ada hal yang lebih
menyulitkan menunggu kita, Lao Er,
bersemangatlah! Apakah kau masih kuat?"
Dalam suara deru angin, dia seperti
mendengar suara Jin Lao Er menjawab, "Luka
sedikit tidak apa, Kakak, hutang darah ini
harus kita perhitungkan."
Jin Lao-da tertawa dengan gagah,
"Kita pasti akan menghajar mereka!"
Angin membawa tawa Jin Lao-da hingga
jauh, angin membawa gema tawanya kembali,
di hutan itu terdengar tawa Jin Lao-dayang1330
gagah.
Tiba-tiba dia memeluk mayat Jin Lao
Er dan menarik tangan Peng Er, kemudian
menundukkan kepala memberi hormat kepada
Wu Ling-feng dan pergi menelusuri jalan di
mana mereka datang tadi.
Ooo)*(ooO
BAB 40
Bintang jatuh, perasaan mati
Wu Ling-feng melihatnya dengan sedih,
keadaannya sangat kacau dan risau. Wu
Ling-feng mengkhawatirkan keadaan mereka,
maka dia pun mengejar Jin Lao-da dengan
ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi.
Mereka bertiga memasuki sebuah kuil,
Jin Lao-da memapah mayat Jin Lao Er di
bahunya, dia berlutut dan memunggungi
mereka berdua, lalu berdoa, "Kakek Guru,
bukan aku murid Gai-bang yang mau
melanggar sumpah, melainkan penjahat tua
itu terus memaksaku, padahal aku telah
bersumpah tidak akan mau mengurusi hal
tentang Gai-bang lagi, tapi karena ketua
Gai-bang sekarang masih kecil, ilmu silat
juga belum dikuasainya dengan benar, kalau
aku lepas tangan begitu saja meninggalkan
ketua kecil ini, maka perkumpulan besar1331
yang telah ratusan tahun didirikan oleh
kakek guru akan hancur begitu saja. Demi
kelanjutan Gai-bang, murid terpaksa
mengingkari sumpah."
Selesai berdoa dia membalikkan tubuh
lalu dengan serius berkata pada Peng Er,
"Ketua, aku, Jin Lao-da, telah mengambil
keputusan penting, aku akan masuk kembali
menjadi anggota Gai-bang, berilah aku
jabatan sebagai penegak hukum Gai-bang
lagi!"
Peng Er menggelengkan kepala, "Paman
Jin, jangan memanggilku begitu, aku.... mana
pantas aku menjadi ketua Gai-bang."
Peng Er masih seorang anak, begitu
mendengar Paman Jin menyuruhnya
menjalankan tugas sebagai ketua, dia merasa
takut.
Jin Lao-da dengan tegas berkata,
"Ketua terdahulu saat memberikan jabatan
ketua kepadamu, apakah kau masih ingat
pesannya?"
Peng Er melihat Jin Lao-da begitu
serius, hal ini membantunya, maka
keberaniannya pun bertambah, dia berkata,
"Paman Jin, maafkan aku yang bodoh ini,
kalau memberikan jabatan kepada Paman1332
sebagai penegak dan pelindung Gai-bang,
harus dengan cara seperti apa?"
Jin Lao-da lari dan memetik sebuah
tangkai pohon, kemudian dia berkata lagi
pada Peng Er, "Pegang ranting ini, kemudian
pukul dua kali di bahuku dengan ringan,
kemudian umumkan bahwa Jin Lao-da telah
menjadi penegak hukum dan pelindung Gaibang generasi ke-16. Sebenarnya upacara
pengangkatan ini sangat penting dan harus
megah, dulu pesilat utara selalu diundang
untuk menyaksikan upacara ini. Hhhhh,
sekarang.... sekarang kita hanya bisa
mengundang Adik Wu menjadi saksi!"
Peng Er melihat kesedihan Jin Lao-da
dari wajahnya, tapi sikapnya sangat serius,
dia tahu kalau Paman Jin pasti sedang
mengenang saat dia dan saudaranya diangkat
pertama kalinya menjadi pelindung dan
penegak hukum Gai-bang. Karena takut
Paman Jin akan bersedih kembali, maka dia
segera berkata, "Paman Jin, kita mulai
sekarang."
Jin Lao-da mengangguk, dia berlutut
di hadapan Peng Er.
Peng Er terkejut, dia ingin memapah
Jin Lao-da berdiri, Jin Lao-da telah1333
berkata, "Ini adalah peraturan Gai-bang
secara turun temurun, Ketua tidak boleh
melanggarnya."
Dengan terpaksa Peng Er menggunakan
ranting pohon itu mengetuk kedua bahu Jin
Lao-da dan berkata dengan tegas, "Ketua
Gai-bang ke-16, Li Peng mengundang Jin....
Paman Jin menjadi pelindung dan penegak
hukum ketua Gai-bang."
Dia tidak tahu nama asli Jin Lao-da
dan telah terbiasa memanggilnya Paman Jin,
maka dia pun terlepas memanggilnya dengan
sebut-an 'Paman Jin'.
Mendengar nada bicaranya yang masih
seperti anak-anak tapi bisa bersikap serius
serta gagah, benar-benar tampak seperti
seorang ketua, Wu Ling-feng mengangguk.
Jin Lao-da berdiri dan berkata pada
Wu Ling-feng, "Adik, apakah kau dan
Penjahat Chi-yang menyimpan dendam?"
Wu Ling-feng mengangguk, "Dia adalah
salah satu orang yang telah membunuh
ayahku!"
Jin Lao-da berpikir sejenak, tiba-tiba
berkata, "Di dunia persilatan beredar kabar
kalau Qi-mao Shen-jun, Mei Shan-ming dan
He Luo Yi Jian, Wu Zhao-yun telah dibunuh1334
oleh Chi-yang dari Wu Dang, Ku An Shangren dari E Mei, dan Li-e dari Kong-dong.
Adik Wu, kau bermarga Wu, apa hubunganmu
dengan Pendekar Wu?"
Dengan serius Wu Ling-feng menjawab, "Beliau adalah ayahku."
Jin Lao-da menarik nafas, "He Luo Yi
Jian dan ketua Gai-bang dulu adalah sahabat
baik, mereka berdua selalu menegakkan
keadilan di dunia persilatan. Hhhh, tidak
disangka mereka berdua bersama-sama
dibunuh oleh penjahat dengan cara keji!"
Wu Ling-feng bertanya, "Mengapa
perkumpulan kalian bisa menaruh dendam
dengan Chi-yang?"
"Sepuluh tahun yang lalu, waktu itu
dunia persilatan telah muncul 2 orang aneh,
yang satu adalah Qi-mao Shen-jun,
sedangkan yang satu lagi adalah ayahmu.
Ilmu silat mereka berdua sangat tinggi,
apalagi ayahmu, dia berpandangan lurus dan
jujur, maka beliau sangat berwibawa. Nama
besar ayahmu sepertinya telah menutupi
nama dari empat ketua perkumpulan itu."
Wu Ling-feng pernah mendengar
tentang hal ini dari pelayan tua setia
ayahnya, dia menyambung, "Karena keempat1335
ketua itu sangat sombong, cemburu dan juga
karena ingin mempertahankan nama harum
mereka, maka mereka bergabung menghadapi
Qi-mao Shen-jun dan ayahku."
Jin Lao-da mengangguk, "Hal ini
terjadi saat empat ketua bergabung
menantang Qi-mao Shen-jun, akhirnya
Pendekar Mei 'mati' di tangan mereka. Lalu
mereka berempat dengan terburu-buru
meninggalkan tempat pertarungan. Tapi
salah satu dari empat ketua itu yaitu Li-e
dari Kong-dong-pai, tanpa sengaja telah
menjatuhkan sarung pedangnya di arena
pertarungan dan secara kebetulan dipungut
oleh salah seorang murid Gai-bang yang
saat itu sedang bersembunyi di balik batu."
Dalam hati Wu Ling-feng berpikir,
'Pantas Chi-yang terus memaksa ingin
mengambil kembali sarung pedangnya yang
dipegang oleh Jin Lao-da. Itu adalah milik
Li-e mengapa Chi-yang begitu berambisi
mengambilnya kembali?'
"Sebenarnya sarung pedang itu tidak
memiliki keistimewaan sama sekali, sarung


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu dipungut oleh seorang murid Gai-bang
karena dia melihat ukiran di atas sarung
pedang itu sangat bagus dan mengesankan1336
cita rasa seni, karena sekedar iseng maka
dia pun mengambilnya. Tidak disangka selama
2 tahun ini, di dunia persilatan telah
beredar kabar, tetua dunia persilatan
Pendekar Mabuk yang memiliki ilmu silat
tinggi telah menulis sebuah buku berukuran
kecil yang di dalamnya berisi tentang ilmuilmu yang dimilikinya, dan buku itu
disimpannya di sebuah sarung pedang, dan
sarung itu berada di tangan Gai-bang. Kabar
itu semakin menyebar, murid Gai-bang ini
tiba-tiba teringat pada sarung pedang yang
dipungutnya 10 tahun lalu ciri-cirinya
sangat mirip dengan sarung pedang yang
disebut-sebut dalam kabar itu. Maka dia pun
segera menyerahkan sarung pedang itu
kepada ketua Gai-bang terdahulu. Ketua
terus mengamati sarung itu dengan teliti
tapi tidak menemukan keanehan pada sarung
pedang itu. Tapi mengingat kembali kabar
yang beredar di dunia persilatan, dia
sedikit terpengaruh dan percaya, maka dia
pun menyimpan sarung pedang itu dan
membawa ke mana pun dia pergi."
"Lalu Li-e mendengar tentang kabar
ini, setelah dipikir-pikir dia yakin kalau
itu adalah sarung pedangnya yang telah1337
hilang 10 tahun lalu, dia merasa menyesal
dan juga timbul kebencian di hatinya. Dia
sadar selama hidupnya dia telah banyak
berbuat dosa, di masa tuanya sekarang ini,
pasti akan ada banyak pesilat tangguh
mencarinya, karena itu dia terus
memperdalam ilmu silat perkumpulannya dan
saat itu juga dia berlatih ilmu aneh dan
sesat. Semua ini dilakukannya untuk
mempersiapkan diri melawan musuhnya,
kalau benar di dalam sarung pedang itu
tersimpan catatan ilmu silat dari pendekar
besar, dia tidak akan melepaskan kesempatan
ini, karena itu dia selalu mencari Gai-bang
dan mencari gara-gara supaya dia bisa
mendapatkan kesempatan mengambil kembali
sarung pedang itu."
"Kemudian ketua kami pada malam hari
diserang secara diam-diam, dan membawanya
ke sebuah gunung terpencil. Aku dan Lao Er
saat itu sedang berada di Shan Dong untuk
membereskan suatu masalah, sebelum ketua
kami menghembuskan nafas terakhirnya,
beliau bertemu dengan Peng Er yang saat
itu secara kebetulan lewat di sana, ketua
segera memberikan sarung pedang dan plakat
perintah Gai-bang kepada ketua kecil kami.1338
Li-e dengan cepat mendengar kabar ini, dia
tahu kalau sarung pedangnya sekarang
berada di tangan ketua kecil kami. Dia
segera turun gunung, kebetulan di Gai-bang
bagian utara muncul beberapa orang
pengkhianat, mereka pun mengambil
ksempatan saat ketua terdahulu baru
meninggal dan ketua baru masih kecil,
mereka ingin merebut posisi sebagai ketua
Gai-bang dan mereka bergabung dengan Li-e,
menyerang saudaraku dan Peng Er. Adikku
melihat musuh terlalu banyak diam-diam dia
menyuruh ketua kecil ini pergi ke selatan
seorang diri untuk mencari ketua cabang
Gai-bang di selatan. Aku dan Lao Er sengaja
membuat musuh dan pengkhianat mengejar
kami, supaya ketua kecil kami bisa diamdiam pergi. Tidak disangka rencana kami
diketahui mereka, saat aku dan saudaraku
merasa situasi semakin runyam, akhirnya
kami memutuskan untuk menyusul ketua
kecil, ternyata ketua terluka dan melarikan
diri ke sebuah kuil. Untung kami bertemu
Adik Xin, dia membantu kami, sehingga
nyawa ketua kecil kami tertolong."
"Mengapa Chi-yang bisa ikut-ikutan
meminta sarung pedang itu?"1339
Jin Lao-da menggelengkan kepala,
"Gai-bang dan Wu Dang tidak pernah
berselisih, sewaktu ketua terdahulu masih
hidup, beliau memberitahu kalau Chi-yang
sangat sempit pikirannya dan dia sering
kali merasa iri, maka aku memerintahkan
murid-murid Gai-bang jangan sampai bentrok
dengan murid-murid Wu Dang dengan tujuan
supaya tidak membuat banyak kerewelan,
anehnya Chi-yang berani-beraninya
membunuh Lao Er, mungkin karena dia telah
bergabung kembali dengan Li-e!"
Sebenarnya saat di Gui Shan, di ruang
Wu Wei, Chi-yang melihat ilmu silat Xin
Jie sangat tinggi, dia bisa mengalahkan
musuh sekuat Jinlul. Dia belum pernah
melihat gaya ilmu silatnya, maka dia pun
terkejut, mengingat kalau Xin Jie pasti
akan membalas dendam kepadanya, maka dia
pun tidak tahan dan tanpa meiihat
peraturan dunia persilatan dia ingin
merebut sarung pedang untuk
kepentingannya sendiri.
Setelah mendengar cerita Jin Lao-da,
Wu Ling-feng terdiam, tapi dalam hati dia
terus berpikir, "Sudah sebulan lebih ini
aku mengelilingi He Nan dan Shan Dong,1340
tapi aku tidak melihat sosok A Lan, kedua
matanya buta, dunia persilatan penuh dengan
tipu daya, benar-benar berbahaya untuknya,
kalau saja aku bisa mencarinya dengan
tenagaku sendiri, tapi ini sangat sulit
seperti mencari sebuah jarum di dalam
tumpukan jerami, sampai kapan aku baru
bisa menemukannya? Adik Jie pernah
mengatakan kalau murid-murid Gai-bang
tersebar di mana-mana, kalau aku meminta
bantuan kepada mereka membantuku mencari
A Lan, mungkin ada harapan lebih banyak!"
Dia ingin bertanya pada Jin Lao-da,
tiba-tiba dia ingat, "Sekarang Gai-bang
sedang menghadapi banyak masalah, aku
telah menanam budi, kalau aku membuka
suara meminta bantuan kepada mereka, Jin
Lao-da pasti akan malu kalau sampai
menolak permintaanku. Sudahlah! Sudahlah!
Untuk apa aku menyusahkan orang lain? Aku
telah berjanji pada A Lan untuk selalu
menemani bibi dan dia, aku.... entah dia ada
di mana, aku harus tetap mencarinya, kalau
dia telah tiada, aku.... aku juga akan
mengikutinya pergi. Yang penting di dunia
ini tidak ada yang bisa memisahkan kami
berdua."1341
Sinar bulan menyinari kusen jendela
yang telah lapuk, Jin Lao-da melihat wajah
Wu Ling-feng yang mengeras.... walau pun
hanya sebentar tapi Jin Lao-da telah
merasakan ada rasa dingin yang amat....
Tiba-tiba Wu Ling-feng berkata,
"Besok kita akan melanjutkan perjalanan,
lebih baik kita istirahat dulu."
Peng Er mengangguk, dia melihat Jin
Lao-da yang sedang bengong menatap lampu,
dia berkata, "Paman Jin, ayo kita tidur!"
Jin Lao-da mengangguk, dia
memadamkan lampu tempel, kemudian dia
berdiri lalu perlahan berjalan mendekati
dinding.
Di bawah cahaya bulan terlihat
bayangannya yang kaku, tapi bayangan yang
ada di belakangnya besar dan mengejutkan
siapa pun.
Ooo)*(ooO
Hari kedua, Wu Ling-feng berpamitan
secara buru-buru kepada Peng Er dan Jin
Lao-da. Dia sangat menghormati Jin Lao-da,
dan juga mulai menyayangi Peng Er. Tadinya
dia ingin tinggal lebih lama bersama
mereka, tapi begitu melihat Jin Lao-da akan
menguburkan Jin Lao Er, maka dia pun1342
memutuskan melanjutkan perjalanan.
Dalam hati Wu Ling-feng berpikir,
"Mulai hari ini, dua saudara yang tidak
pernah terpisahkan akan berpisah
selamanya, hal ini benar-benar sangat
menyedihkan! Seumur hidupku hari
menggembirakan sangat sedikit kurasakan....
mungkin selamanya tidak akan pernah
kurasakan, dan hari-hari yang menyulitkan
sepertinya tidak ada habis-habisnya
menekanku, beban berat membuatku sesak
nafas. Untuk apa aku menyaksikan sebuah
perpisahan yang begitu memilukan?"
Rencana awal, Wu Ling-feng
seharusnya sudah berada di kota Luo Yang.
Hari sudah siang, dia mencari sebuah rumah
makan bersih, semua orang tampak sedang
makan, tanpa sengaja dia melihat ke arah
tangga, Wu Ling-feng merasa aneh, ternyata
di ujung tangga berdiri seorang gadis
berusia sekitar 15-16 tahun. Wu Ling-feng
melihat mata nona itu dalam seperti sebuah
danau, bening seperti air di musim gugur.
Wajahnya putih seperti giok, pipinya
bersemu merah seperti apel, tawanya masih
terlihat polos.
Rumah makan itu mendadak hening,1343
semua seperti terpukau dengan kecantikan
gadis itu. Wajannya terlihat tenang dan
kecantikannya sulit dilukiskan. Para tamu
tua di rumah makan itu berpikir, "Kalau
aku mempunyai putri yang begitu cantik dan
lucu, tentu akan sangat menyenangkan!"
Sedangkan tamu-tamu muda kebanyakan
berpikir, "Kalau aku mempunyai adik begitu
lucu tentu akan sangat menyenangkan...."
mereka tidak memikirkan hal lainnya,
kecantikan gadis itu membuat para tamu di
sana menghormatinya karena gadis itu
terlihat anggun.
Wu Ling-feng pun merasa gadis itu
sangat lucu, dia terus melihat gadis itu,
sepertinya gadis itu merasakan tatapan Wu
Ling-feng dan dia pun tersenyum lalu
berjalan ke depan Wu Ling-feng.
"Hei, mengapa kau terus melihatku?
Apakah kau tahu di mana Kakak Xin?"
Wu Ling-feng tahu saat itu sorot mata
para tamu sedang melihat mereka, maka dia
pun merasa jengah dan tidak mendengar apa
yang ditanyakan gadis itu.
Wu Ling-feng bertanya lagi, "Kau, kau
tadi menanyakan apa?"
Tadinya gadis itu siap marah karena1344
Wu Ling-feng tidak mendengar pertanyaanya,
wajahnya mulai terlihat merah, tapi dia
segera berusaha menahan diri, lalu dengan
lembut berkata, "Aku tanya, apakah kau
pernah melihat Kakak Xin? Dia.... dia
bermata besar...."
Wu Ling-feng segera bertanya, "Apa?
Apakah yang kau maksud adalah Adik Xin
Jie?"
Gadis itu langsung tertawa manis, dia
terlihat gembira dan berkata, "Benar....
dia.... dia adalah Kakak Xin Jie, apakah dia
adalah adikmu? Ini sangat baik, tolong bawa
aku menemuinya."
Rumah makan menjadi ramai, tamu tua
tersenyum mengerti, mereka merasa kalau
gadis itu seperti sekuntum bunga teratai
putih, sangat bersih dan suci, sedangkan
pemuda itu tampan dan gagah, mereka sangat
serasi, mereka ikut merasa senang.
Para pemuda yang melihat gadis itu
mengobrol dan bercanda dengan pemuda
tampan itu, mereka merasa iri. Tapi saat
melihat sorot mata Wu Ling-feng tampak
berkilau, lalu membandingkan dengan mereka
sendiri akhirnya timbul pikiran kalau
mereka tidak memiliki separuh dari1345
ketampanan Wu Ling-feng. Saat mendengar
gadis itu terus bertanya tentang keadaan
laki-laki lain, mereka merasa aneh dan
berpikir, "Siapa pemuda yang bernama Xin


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jie? Gadis ini begitu cantik, kalau .... kalau
dia memperhatikan aku yang hanya memiliki
setengah dari ketampanan pemuda itu,
disuruh mati sekarang pun aku rela."
Pemuda yang ada di rumah makan itu
terus melihat Wu Ling-feng dengan
pandangan tidak senang, mungkin makna
pandangan mereka adalah, "Bocah, jangan
sombong kau, di dalam hati gadis itu telah
ada pemuda lain."
Wu Ling-feng tidak mempedulikan
sorot mata mereka, dengan suara kecil dia
bertanya, "Apakah kau bermarga Jin? Atau
bermarga Fang?"
Mata besar gadis itu tampak berputar,
dengan aneh dia bertanya, "Aku bermarga
Zhang. Hei, mengapa kau menanyakan apakah
margaku adalah Jin atau Fang?"
Melihat wajah gadis itu menyiratkan
kecurigaan, Wu Ling-feng terkejut dan
berpikir, "Nona ini begitu memperhatikan
Adik Xin, saat Adik Xin terluka berat
kemarin ini, dia sempat mengigau memanggil1346
nama gadis ini, aku tidak boleh
mengatakannya, nanti malah akan melukai
perasaan gadis ini."
Wu Ling-feng tertawa, "Aku.... aku
mempunyai seorang teman, dia bermarga
Fang, dan dia sangat mirip denganmu."
Begitu melihat gadis ini, dia langsung
merasa dekat, dia merasa ingin
melindunginya dan membuat gadis itu merasa
aman berada di dekatnya. Karena itu dia
terpaksa berbohong kepada gadis ini.
Ternyata gadis ini adalah Qing Er
yang melarikan diri dari Wu Ji Dao,
semenjak ikut ayahnya yang bernama Wu
Hen-sheng dan ibunya yang bernama Jiao
Qi-niang meninggalkan Wu Ji Dao lalu tiba
di Zhong Yuan, walau dia buru-buru kembali
ke pulau, tapi dia masih tertarik dengan
keadaan di Zhong Yuan, apalagi setelah dia
berkenalan dengan seorang kakak yang
bermata besar.
Saat teringat kembali pada kakak yang
bermata besar, dia merasa hatinya bertambah
senang. Kemudian dia dan ibunya tertangkap
oleh Yu Gu-mo dan mereka ditotok. Sewaktu
totokan mereka dibuka oleh Wu Hen-sheng,
pertama yang dilihatnya adalah sepasang1347
mata besar.... sepasang mata yang penuh
pengertian dan penuh dengan perasaan.
Walaupun dia tidak mengerti dengan artinya
tapi dia merasa sangat gembira dan
perasaannya menjadi manis.
Saat ayah dan ibunya kembali lagi ke
Wu Ji Dao, dia tidak mau. Setelah tinggal di
pulau itu kembali, yang dia ingat hanya
kakak bermata besar itu. Akhirnya dia tidak
tahan begitu ayah dan ibunya lengan, diamdiam dia melarikan diri dari Wu Ji Dao.
Sebenarnya dia tidak tahu nama
lengkap Xin Jie, hanya saja tanpa sengaja
dia mendengar ayahnya pernah menyebut
nama itu, dan dia pun menyimpan nama itu di
hatinya. Sepanjang perjalanan saat bertemu
dengan orang-orang dia selalu bertanya,
"Dimanakah Kakak Xin?"
Dia seperti sedang membuat suatu
lelucon mungkin hal ini disebabkan karena
sejak kecil bertumbuh di pulau terpencil
dan selalu dilindungi oleh ayah dan ibunya,
apa yang terjadi di dunia ini dia tidak
mempunyai gambaran sama sekali. Kalau
menginap atau makan di rumah makan, dia
selalu meninggalkan tempat itu begitu saja.
Orang-orang yang melihatnya begitu polos1348
dan lucu, serta cantik pula, maka mereka
pun tidak tega mencari ribut dengannya,
maka sepanjang jalan dia tidak pernah
mengalami kesulitan.
Hari ini di sebuah rumah makan, dia
melihat Wu Ling-feng terus menatapnya,
apalagi Wu Ling-feng adalah seorang pemuda
tampan maka dia pun mendekati Wu Lingfeng dan menanyakan Xin Jie. Dan kali ini
dia tepat bertemu dengan orang yang
mengenal Xin Jie.
Qing Er bertanya, "Sekarang Kakak
Xin ada di mana?"
Jawab Wu Ling-feng, "Adik Jie ikut
dengan Pin Fan Shang-ren pergi ke Da-jidao."
Qing Er tertawa senang, "Ternyata dia
ikut dengan Paman Biksu ke Dong Hai, ilmu
silat Paman Biksu sangat tinggi!"
Wu Ling-feng mendengar Qing Er
memanggil Pin Fan Shang-ren dengan
sebutan 'paman biksu', dia tertawa dan
berpikir, "Gadis ini sangat polos, dia tidak
berniat jahat."
Tapi begitu mendengar kalau gadis ini
dan Adik Jie saling mengenal, dia merasa
cemas dan timbul perasaan tidak suka, dia1349
merasa cemburu, "A Lan, A Lan, aku dan
Nona Su hanya kenal sepintas, mengapa kau
harus marah dan pergi begitu saja?"
Begitu teringat pada A Lan, dia
merasa hatinya sakit, dan dia pun terdiam
tidak mengatakan apa pun lagi.
Kata Qing Er, "Hei, mengapa kau
terlihat tidak gembira? Apa margamu?"
"Aku bermarga Wu, namaku adalah Ling
Feng!"
"Aku adalah Zhang Qing, kau bisa
memanggilku Qing Er."
"Xin Jie sudah pergi hampir satu
bulan, sekarang mungkin sudah kembali."
"Sekarang aku akan menyusulnya ke
Da-ji-dao, apakah kau mau ikut denganku?"
tanya Zhang Qing.
Wu Ling-feng memang akan pergi ke
He Nan untuk mengunjungi seseorang dan
ternyata perjalanannya satu arah dengan
Qing Er, maka dia pun berkata, "Aku hanya
bisa menemanimu sampai di perbatasan Jiang
Su."
"Baiklah, kita berangkat sekarang
saja," kata Qing Er.
Wu Ling-feng membayar arak dan
makanannya, dia siap pergi bersama dengan1350
Qing Er.
Sepanjang perjalanan Qing Er selalu
menceritakan tentang keadaan di Wu Ji Dao,
di sana ditanami banyak bunga, bisa
menangkap ikan, menangkap burung, menanam
rumput, dan lainnya. Sejak Wu Ling-feng
meninggalkan bibi dan A Lan, setiap hari
dia selalu berhadapan dengan senjata,
sekarang mendengar cerita Qing Er, dia
merasa kalau itu merupakan suatu hiburan
baginya.
Kata Qing Er lagi, "Wu Ji Dao sangat
luas, di sana banyak bunga indah, yang
tinggal di sana hanya ayah, ibu, dan aku.
Seharian ayah selalu berlatih silat, kalau
tidak ayah pasti membaca buku, aku hanya
bermain bersama ibu. Kapan-kapan kau harus
datang ke sana bersama dengan Kakak Xin
dan tinggal di sana selama beberapa bulan
untuk menemaniku bermain, bukankah itu
akan sangat menyenangkan?"
Melihat wajahnya yang memohon, Wu
Ling-feng dengan cepat berkata, "Aku pasti
akan mengunjungimu."
Qing Er menghela nafas, "Tanpa alasan
rasanya ayahku tidak suka kepada Kakak
Xin, aku takut ayah tidak akan1351
mengijinkanku bermain bersama Kakak Xin."
"Oh tidak! Adik Xin sangat pintar,
ilmu silatnya tinggi, pasti ayahmu akan
menyukainya."
Qing Er mendengar Wu Ling-feng
terus memuji Xin Jie sebagai orang terbaik
di dunia ini.
Tiba-tiba Wu Ling-feng berkata,
"Ayahmu adalah salah satu dari Hai Wai San
Xian, ilmu silatnya pasti tinggi, kau begitu
pintar, ayahmu pasti telah mengajarkan
banyak ilmunya kepadamu."
"Ayah sering marah-marah, aku pun
berlatih silat tidak sungguh-sungguh, ibu
sering mengatakan kalau anak perempuan
jangan bertarung dengan orang lain, dan
ilmu silat pun tidak perlu tinggi-tinggi,
maka ayah hanya mengajarkan ilmu
meringankan tubuh saja."
Wu Ling-feng memuji, "Pasti ilmu
meringankan tubuhmu sangat tinggi."
Qing Er tertawa senang.
Mereka melakukan perjalanan di pagi
hari dan menginap kalau sudah malam. Dan
mereka pun menjadi akrab. Wu Ling-feng
seperti seorang kakak yang selalu
melindungi Qing Er. Dia tidak mau kalau1352
Qing Er sampai terluka.
Setelah beberapa hari melakukan
perjalanan, Qing Er mengomel karena
berjalan melewati jalan besar sangat lama,
akhirnya dia dan Wu Ling-feng berjalan
melewati gunung, dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuh mereka berjalan
melewati pegunungan He Nan yang berlikuliku, tapi itu bukan hambatan bagi mereka.
Hari ini mereka tiba di Su Zhou, dan
tempat itu berada di dekat laut, hari sudah
malam, mereka beristirahat di sebuah gua.
Sekarang adalah musim dingin. Udara
yang berhembus sangat dingin. Wu Ling-feng
mencari ranting pohon untuk membuat api
unggun. Qing Er dari dalam tasnya
mengeluarkan makanan kering, dia membagi
separuh untuk Wu Ling-feng. Lalu mereka
pun mendekati api unggun dan mulai makan.
Melihat Qing Er terus diam, cahaya
api unggun menyinari wajahnya kecilnya
menjadi kemerahan. Mulut kecilnya terlihat
cemberut dan dia tampak tidak bersemangat.
Wu Ling-feng tahu kalau Qing Er sedang
tidak enak hati, karena besok mereka akan
berpisah.
Wu Ling-feng berpikir, "Gadis ini1353
benar-benar baik, nasib Adik Jie memang
bagus, lain kali kalau bertemu dengan Adik
Xin aku akan menasihatinya untuk tetap
setia kepada gadis ini. Tidak adayang lebih
lucu dari Qing Er."
Wu Ling-feng memikirkan A Lan lagi,
"Hanya A Lan yang bisa menyainginya."
Bintang pertama telah muncul, bulan
pelan-pelan muncul di tengah langit.
Wu Ling-feng membuka bungkusan kain
yang selalu disimpannya di balik baju, dia
mengeluarkan sehelai surat, telah berkalikali dia membaca surat itu :
"Kakak, aku tidak marah kepadamu....
Nona Su adalah seorang nona yang sangat
baik, dia benar-benar menyukaimu, jika kau
dekat dengannya, tidak perlu
mengkhawatirkan aku yang hanya seorang
gadis bodoh. Kakak, aku akan pergi jauh,
tapi Kakak, A Lan akan tetap menjadi
milikmu, di luar sana aku tetap akan selalu
mendoakan Kakak...."
Wu Ling-feng telah membacanya
berkali-kali, dia terus berpikir hari itu
kecuali Nona Su, yang lainnya dia tidak
ingat apa pun.
"A Lan hanya meninggalkan surat dan1354
pergi begitu saja, pasti dia mendengar aku
sedang berkata mesra kepada Nona Su, tapi
aku sendiri tidak ingat apa-apa. Apakah
karena waktu itu aku telah minum arak dan
mabuk, sehingga telah melakukan hal yang
tidak sopan?"
Semakin dipikir, dia merasa semakin
takut dia malah menjadi tidak percaya
kepada dirinya sendiri, dalam hati dia
berpikir, "Kalau begitu, aku juga telah
bersalah kepada Nona Su."


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba Qing Er berkata, "Kakak Wu,
lihat apa itu?"
Terlihat ada sebuah bintang jatuh, dan
di langit ada segaris cahaya terang.
"Itu adalah bintang jatuh," jawab Wu
Ling-feng.
Qing Er mengangguk dan berpikir,
"Ibu sering berkata bila ada bintang jatuh
berarti ada dewa yang turun ke bumi,
mengapa dewa tidak mau menjadi dewa lagi
malah ingin turun ke bumi ini. Dewa itu
apakah perempuan atau laki-laki?"
Kemudian dia berpikir lagi, "Sewaktu
aku masih kecil, aku tidak mengerti apaapa, setiap hari pikiranku hanya ingin
bermain dan ingin dibacakan dongeng oleh1355
ibu. Kalau merasa lelah aku akan tidur di
padang rumput, kalau lapar tinggal memetik
buah, tidak perlu memusingkan apa pun.
Hanya saja sewaktu ayah memaksaku belajar
ilmu silat, aku melihat wajah ayah dilipat,
baru aku merasa takut. Tapi kali ini saat
aku kembali ke Wu Ji Dao, semua yang ada di
sana tidak membuatku tertarik lagi, aku
hanya ingat pada Kakak Xin saja. Aku
khawatir kalau dia tidak mau dekat
denganku lagi, aku benar-benar merasa
risau. Hhhh, semakin dewasa hidup seseorang
semakin tidak tenang, apakah pendapatku
benar?"
Dia melihat Wu Ling-feng,
kelihatannya Wu Ling-feng sedang memegang
sehelai kertas, wajahnya terlihat sedih,
diam-diam dia mendekati Wu Ling-feng,
"Kakak Wu, kau sedang membaca apa?"
Wu Ling-feng terkejut, surat A Lan
segera disimpan lagi, dia tertawa dengan
terpak-sa, "Tidak ada apa-apa, hanya saja
besok kita harus berpisah, kau harus cepat
kembali ke sana, kalau tidak kau tidak akan
bertemu Adik Xin."
Qing Er adalah gadis polos tapi dia
tidak bodoh, sepanjang perjalanan dia1356
semakin mengenal Wu Ling-feng, dia senang
bercanda dan banyak mengobrol, tapi saat
dia sendiri sikapnya selalu terlihat sedih,
beberapa kali Qing Er menanyakannya tapi
Wu Ling-feng selalu memberijawaban
tidakjelas.
Pikir Qing Er, "Ilmu silat Kakak Wu
sangat tinggi, dia tampan pula, apakah dia
masih merasa tidak puas? Aku tidak akan
bertanya padanya, nanti dia malah akan
lebih sedih lagi, bila aku bertemu Kakak
Xin, aku akan bertanya padanya."
Selama beberapa hari ini, Qing Er
yang tadinya polos mulai bisa berpikir,
dengan lembut Qing Er berpikir, "Kalau
Kakak ada waktu berkunjunglah ke Wu Ji
Dao."
Wu Ling-feng mengangguk dan
berpesan, "Kalau kau telah bertemu dengan
Adik Xin, katakan padanya dua bulan lagi
aku akan menunggunya di kota Luo Yang.
Kami telah berjanji, kami akan membalas
dendam bersama-sama."
Bintang-bintang bersinar di langit
yang gelap. Mereka terlihat sangat terang.
Mata Qing Er yang besar sedang menatap
langit dan mulai menghitung bintang-1357
bintang itu. Di hatinya yang masih bersih
dan suci muncul bayangan wajah Xin Jie
yang menatapnya penuh dengan perasaan....
Langit tampak hitam, bintang-bintang
tampak terang....
Saat itu di bawah temaramnya cahaya
bintang, ribuan kilometer dari sana ada
seseorang dengan penuh perasaan sama-sama
sedang memandang langit dan menghitung
bintang.
Dia adalah Xin Jie.
Xin Jie sedang duduk di depan sebuah
gua, menatap langit yang tampak jauh. Di
bawah cahaya bulan, wajahnya yang putih
terlihat aneh dan merah.
Mungkin dia sedang merindukan Qing
Er! Semenjak dia menyambut pukulan dari
Heng-he San-fu, Jin Bo-sheng, dia tidak
bergeming sedikit pun. Pukulan Jin Bosheng memang mengenainya. Dengan
kemampuan ilmu silat Jin Bo-sheng
walaupun Xin Jie kuat, mungkin dia tidak
akan bisa menyambut pukulan itu. Tapi dari
wajah Xin Jie terlihat kalau luka dalamnya
hampir sembuh. Tidak dipungkiri lagi semua
ini karena dia melakukan pengobatan dengan1358
tenaga dalamnya yang tinggi. Dan tenaga
dalam Xin Jie memang hebat.
Benar dia memang sedang merindukan
Qing Er. Wajahnya yang cantik, matanya
yang bersorot polos dan suci....
Semakin dipikir dia semakin teringat
pada Fang Shao-kun dan Jin Qi yang sudah
pergi dari sana.
Fang Shao-kun adalah gadis pertama
yang singgah di hatinya. Nasibnya sekarang
malah seperti ini, tapi manisnya cinta
pertama selamanya akan bersemayam di dalam
hatinya.
Sewaktu Fang Shao-kun dan Jin Qi
dikejar oleh Heng-he San-fu dan mereka
sudah tidak berdaya, Xin Jie lah yang
keluar untuk menerima pukulan Jin Bosheng. Waktu itu dia telah lupa pada dendam
ayah dan ibunya yang belum sempat dibalas.
Dendam gurunya pun belum diselesaikan, dia
juga lupa banyak hal sedang menunggunya
untuk diselesaikan. Dia tidak ingat semua
itu. Apakah karena di dalam hatinya masih
tersimpan cinta kepada Fang Shao-kun?
Xin Jie terus bertanya-tanya pada
dirinya sendiri, "Xin Jie, mengapa kau1359
selalu memikirkan Fang Shao-kun? Untuk
apa kau terus memikirkan dia?"
Tampak sebuah kilauan yang lewat, itu
adalah bintangjatuh yang melintasi bumi.
Dengan tidak mengerti dia berpikir,
"Apakah aku masih mencintainya? Kalau aku
tidak mencintainya, mengapa aku dengan
sekuat tenaga melindunginya? Apakah semua
itu hanya demi membela keadilan? Kalau aku
mencintainya, aku tidak boleh terus
memikirkannya, aku harus merelakannya
ikut dengan Jin Qi. Siapa pun yang menjadi
suaminya, yang terpenting dia telah
berkeluarga, bukankah memang harus seperti
itu?"
Xin Jie menjadi serba salah.
Terdengar suara ombak yang terus
menggulung ke pantai, suara itu begitu
jelas terdengar di malam yang sepi seperti
sekarang.
Seseorang dalam keadaan seperti itu,
pikirannya sering mengembara ke manamana. Hati Xin Jie seperti seekor kuda liar
yang berlari lalu menghilang....
Semua wajah yang dikenalnya melintas
di dalam benaknya. Membuat perasaan Xin
Jie menjadi hangat.1360
Yang paling lama dipikirkannya
adalah Paman Mei yang sangat pengertian,
Xin Jie bisa menjadi seperti sekarang ini
semua karena jasa Paman Mei.
Tiba-tiba melintas pikiran aneh di
benak Xin Jie, "Di dunia ini orang seperti
apa yang disebut baik? Seperti Jin Yi-peng,
Jin Qi, apakah mereka bisa disebut
penjahat? Sedangkan yang disebut orang baik
apakah mereka tidak pernah melakukan
kejahatan?"
Orang pintar seperti Xin Jie tidak
bisa menjawab pertanyaan ini.
"Seperti Paman Mei, ilmu silatnya
tinggi, semua bisa dikuasainya dengan baik
tapi di dunia persilatan saat mendengar
nama Qi-mao Shen-jun, mereka hanya bisa
ketakutan. Dan sama sekali tidak ada
perasaan hormat. Dua bersaudara Jin dari
Gai-bang, walaupun ilmu silatnya terbatas
tapi di dunia persilatan saat menyebut nama
Jin Lao-da atau Jin Lao Er, orang-orang
akan segera mengacungkan jempol mereka.
Berarti mereka adalah orang lihai yang
patut dikagumi. Ternyata menjadi seseorang
yang lihai sangat mudah, dan ingin menjadi
orang baik ternyata sangat sulit...."1361
Sebenarnya orang yang mempunyai
sifat seperti Xin Jie yang pernah ikut
dengan Mei Shan-ming, banyak membaca buku
kuno, harus menjadi orang yang bijak. Tapi
membaca kata-kata dari orang bijak jaman
dulu dia tidak terlalu setuju. Bagi Xin Jie
batas antara 'musuh' dan 'aku' sangat jelas,
dibandingkan dengan 'salah' dan 'benar'.
Asalkan orang berbuat baik kepadanya, dia
akan mengembalikan kebaikan orang itu 10
kali lipatnya. Orang yang telah berbuat
jahat kepadanya dia akan membalasnya.
Bagaimana pandangan orang-orang kepadanya
karena hal ini, dia tidak peduli.
Tapi beberapa waktu ini mungkin
karena usianya bertambah atau mungkin juga
karena terpengaruh oleh Wu Ling-feng yang
jujur dan baik sifatnya yang keras mulai
melunak. Tapi perubahan ini tidak dirasakan
olehnya.
Dulu dia sangat mengagumi Paman Mei,
tidak peduli mana yang salah dan mana yang
benar, sekarang dia mulai sadar dan mulai
bisa membedakan antara Paman Mei dan 2
saudara Jin, ini merupakan suatu perbedaan
yang besar.
Pikirannya terus mengembara,1362
akhirnya dia bertanya pada dirinya sendiri,
"Apakah aku orang baik?"
Pertanyaan ini hanya tersimpan di
sudut hatinya yang paling dalam. Semenjak
dia menguasai ilmu silat tinggi, 'Mei Xiang
Shen Jian' telah menjadi idola di dunia
persilatan, tapi apakah dia sudah cukup
baik?
Saat seseorang telah menjadi terkenal,
apa pun yang dia lakukan dia akan berhatihati melakukannya. Xin Jie mulai mempunyai
perasaan seperti itu. Dia ingin membuat
'Mei Xiang Shen Jian' menjadi idola baru di
masyarakat persilatan, bukan hanya sebagai
seorang pesilat yang tidak berotak.
Dia terus berpikir, ini merupakan
suatu kebiasaan seseorang pada saat
mengobati dirinya sendiri dengan ilmu
tenaga dalamnya.... pikiran orang itu akan
menjadi kacau.
Banyak hal aneh terus berseliweran di
benaknya.
Terakhir dia teringat lagi pada 3
perempuan yang pernah dia temui, yaitu
Fang Shao-kun, Jin Mei Ling, dan Zhang
Qing.
Saat bertemu kembali dengan Fang1363
Shao-kun, hal ini sempat membuatnya
menaruh harapan besar untuk bisa bertemu
kembali dengan Jin Mei Ling. Dia berpikir
suatu hari nanti dia pasti akan bertemu
kembali dengan Jin Mei Ling....
Lalu dia teringat pada Zhang Qing,
"Kami baru beberapa kali bertemu, tapi
sulit bagiku melupakannya. Kami jarang
mengobrol tapi beberapa kali dia selalu
menolongku. Bahkan dia pun mencariku....
bukankah itu lebih penting dibandingkan
dengan berbagai macam janji.... kalau aku
bersama dengannya, kesulitan apa pun tidak
terpikirkan, yang ada hanya rasa gembira,
malah sangat gembira.... Xin Jie ternyata di
dalam hatimu, gadis yang paling kau sayangi
ternyata Qing Er...."
Xin Jie telah beristirahat selama


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setengah jam. Dia harus menyelesaikan
pikirannya yang kacau dan mulai mengatur
pernafasan untuk terakhir kali.
Dia mengatur nafas dengan pelan.
Wajahnya terlihat sangat tenang. Setelah
lama di atas kepala keluar asap putih.
Di luar gua terdapat pasir terbentang
lebar. Bila berjalan ke depanya sedikit,
akan terlihat pantai.1364
Ooo)*(ooO
BAB 41
Kilauan pedang
Tiba-tiba....
Muncul dua sosok manusia di pantai.
Jaraknya cukup jauh tapi bentuk tubuh
mereka tidak sama dengan orang biasa.
Apalagi salah satu dari mereka, kaki
dan tangan tidak sempurna.
Sambil berjalan mereka menggerakan
tangan menggunakan bahasa isyarat, artinya
salah satu dari mereka bisu.
Setelah mereka mendekat, dengan
bantuan sinar bulan terlihat 2 wajah
menyeramkan, mereka adalah 'HaiTian
Shuang-sha'!
Di tempat terpencil ini jarang ada
yang datang, maka mereka pun berjalan
dengan tenang dan suara langkah kaki
mereka terdengar sangat keras....
Xin Jie yang berada di dalam
kegelapan gua mendengar langkah kaki itu,
dia melihat mereka.... karena telah melihat
mereka maka hatinya tidak tenang lagi!
Wajah yang jelek, tubuh yang cacat,
Xin Jie tidak akan pernah bisa
melupakannya! Sekalipun itu dalam1365
mimpinya. Mereka adalah orang-orang yang
telah membunuh ayah dan ibunya!
Dia sadar, dia sedang dalam proses
penyembuhan dan saat itu sedang memasuki
tahap penting, dia tidak boleh bertindak
gegabah, dia terus menarik nafas panjang
sebanyak 5 kali untuk meredakan kemarahan
yang bergejolak di dada, tapi tidak berhasil.
Xin Jie menarik nafas.
Karena tidak tenang maka dia pun
bangkit berdiri. Dia tahu bila dia berdiri
maka dia harus menghabiskan waktu 2 kali
lipat untuk mengobati dirinya sendiri. Tapi
dia sudah tidak bisa menguasai diri lagi.
Dia menarik dan menghembuskan nafas.
Gerakannya sudah kembali seperti semula,
tapi tenaga belum bisa terkumpul apalagi
jika harus bertarung sekarang rasanya ini
bukan saat yang tepat.
Langkah Hai Tian Shuang-sha seperti
berjalan mendekati tempat Xin Jie.
Dengan cemas Xin Jie berpikir, "Jika
kedua siluman itu datang kemari, itu adalah
kesempatan baik dan aku tidak perlu
mencari mereka ke mana-mana, tapi sekarang
ini tenaga dalamku belum cukup. Bagaimana
aku harus berbuat? Apakah aku akan1366
membiarkan mereka pergi begitu saja?"
Dia marah dan juga cemas, kedua
tangannya terus bergerak-gerak merabaraba tubuhnya untuk mengukur
kemampuannya. Dia berharap bisa
mendapatkan sesuatu untuk digunakan
menghadapi kedua orang cacat itu.
Tiba-tiba jarinya menyentuh sesuatu
di balik dadanya. Segera timbul sebuah ide.
Karena senang hampir saja dia berteriak....
Dari balik dadanya, dia mengeluarkan
sebuah botol. Dalam hati dia berpikir, "Di
dalam buku 'Du Jing' karangan Jin Yi-peng,
di sana disebutkan kalau Bi Yu Duan Chang
yang telah dikeluarkan dari tubuh
seseorang, begitu terkena udara maka sifat
racun itu akan berubah. Begitu racun itu
meracuni seseorang, penawarnya sangat
mudah yaitu dengan memakan daging kerang
biasa saja sudah cukup. Sekarang adalah
waktu yang paling tepat bagiku untuk
menggunakannya!"
Cairan yang tersimpan di dalam botol
itu adalah racun 'Bi Yu Duan Chang' yang
telah dikeluarkan oleh Pin Fan Shang-ren
dan Guru Hui dari tubuh Wu Hen-sheng.
Bintang terus berkedip-kedip. Xin Jie1367
bergeser ke balik sebuah batu. Dalam hati
dia terus berdebar-debar. Dia terus
berpikir untuk mengelabui kedua orang itu.
Hai Tian Shuang-sha semakin mendekat.
Jiao-hua dan Jiao-lao, 2 bersaudara itu
terlihat kelelahan, Xin Jie bisa tahu
karena mendengar tarikan nafas mereka
yang berat. Tiba-tiba Xin Jie membuka
tutup botol itu kemudian dia menyiram
cairan itu ke mulut gua, membentuk
setengah lingkaran.
Racun 'Bi Yu Duan Chang' menguap ke
udara kemudian jatuh ke tanah. Di atas
pasir, cairan itu masih mengeluarkan cahaya
hijau yang berkilauan. Tapi dalam gelapnya
malam, cairan itu tidak begitu kelihatan.
Xin Jie segera memungut sebuah batu
sebesar kepalan tangan manusia. Di atas
batu tidak lupa dia pun membubuhkan racun
untuk persiapan rencana berikutnya.
Tian Can dan Tian Lao, dua kakak
beradik ini, dalam mimpi pun tidak
menyangka kalau di sebuah tempat terpencil
seperti ini ada seorang musuh yang sedang
memelototi dan mengawasi mereka. Hanya
saja karena tenaga orang ini belum pulih
dia tidak berani bertindak gegabah, kalau1368
tidak, orang ini sudah sejak tadi keluar
untuk bertarung dengan mereka. Mereka
berdua tetap berjalan ke arah Xin Jie, Xin
Jie yang diam di dalam gua karena merasa
tegang, malah berkeringat dingin.
Semakin mereka mendekat, wajah seram
dan jelek yang terlihat sekilas di dalam
kegelapan, bertambah menakutkan. Xin Jie
diam dan berdoa, "Ayah, ibu yang di atas
sana, aku mohon lindungilah putramu ini,
jangan biarkan kedua penjahat ini melarikan
diri lagi...."
Angin laut terus berhembus. Hai Tian
Shuang-sha semakin mendekat....
Xin Jie tidak berani memegang batu
yang telah dibubuhi racun. Dengan
menggunakan ujung kakinya, dia membalikbalikkan posisi batu yang sisinya tidak
terkena racun, lalu dia pun menendang batu
itu. Akhirnya batu melayang keluar.
Tenaga Xin Jie belum pulih tapi
tendangannya sangat tepat mengenai sasaran.
Batu pertama yang ditendang hampir
terjatuh, batu kedua yang dilempar oleh Xin
Jie memukul batu pertama dan terjatuh di
tempat lebih jauh lagi. Xin Jie
menghembuskan nafas lalu diam di belakang1369
batu.
Batu itu tepat jatuh di depan gua, di
tempat Xin Jie menyiram racun tadi.
Hai Tian Shuang-sha adalah orangorang yang sangat berpengalaman. Begitu
mendengar ada suara batu yang terjatuh,
mereka segera tahu itu adalah jurus yang
bernama 'Tou Shi Wen Lu' (melempar batu
bertanya jalan). Mereka berdua bertanyatanya, "Apakah di tempat terpencil seperti
ini ada orang dunia persilatan?"
Walaupun mereka terkejut tapi karena
sudah terbiasa berkelana di dunia
persilatan, apalagi dengan sifat keras
mereka, mereka seperti tidak peduli apa
yang disebut jurus Tou Shi Wen Lu. Jiaohua berlari ke depan gua.... di sana sama
sekali tidak terlihat bayangan manusia.
Xin Jie menempel di dinding gua.
Matanya dilebarkan, dan terus melihat
tingkah laku Hai Tian Shuang-sha.
Saat tidak terlihat ada bayangan siapa
pun, Jiao-hua melihat di depan gua sekitar
2 meter dari sana ada sebuah batu,
tampaknya batu itu adalah batu yang
dilempar oleh orang dengan jurus Tou
ShiWenLu'.1370
Jiao-lao tidak sabar lagi tapi juga
tidak berlari untuk melihatnya. Xin Jie
yang masih menempel ke dinding merasa
sangat tegang. Hai Tian Shuang-sha melihat
ke mulut gua juga melihat ke arah batu itu.
Xin Jie berpikir, "Semoga kedua siluman tua
itu tidak melihat celah ini...."
Mungkin karena merasa tegang, Xin
Jie melihat racun itu mengeluarkan warna
hijau yang menusuk mata. Hai Tian Shuangsha yang berpengalaman pasti akan tahu
kalau di sana ada racun, tapi setelah Xin
Jie merasa tenang, ternyata batu itu hanya
memendarkan sedikit cahaya hijau, itu pun
karena Xin Jie tahu di sana ada racun.
Sedetik telah berlalu, semenit. Xin
Jie sadar jika garis racun itu diketahui
musuh, bila mereka melangkah, melewati
batu, tidak menginjak pasir beracun, mereka
akan aman. Xin Jie merasa semakin cemas,
dia melihat Jiao-lao tampak berpikir
sebentar kemudian berjongkok dan mengambil
batu beracun itu.
Xin Jie yang banyak akal sengaja
meletakkan batu itu dengan jarak sekitar
0.5-1 meter dari garis beracun itu. Jika ada
yang berniat mengambil batu itu, dia akan1371
menginjak garis itu, kalau tidak batu, batu
itu tidak akan terambil. Demikian pula
dengan Hai Tian Shuang-sha. Dia ingin
mengambil batu itu, maka mau tidak mau dia
harus maju, karena itu dia maju untuk
memungutnya....
Hai Tian Shuang-sha yang jahat sudah
sering menjadi incaran orang-orang dunia
persilatan beraliran lurus untuk dibunuh,
karena itu Hai Tian Shuang-sha terlatih
melakukan sesuatu sangat berhati-hati.
Biasa jika sedang berjalan mereka pasti
akan melihat keadaan di sana dengan
seksama baik dari rumput, suara hewan, atau
sebagainya. Terutama Jiao-lao, dia sangat
teliti, karena itu mereka selalu menempuh
banyak bahaya.
Sebenarnya jurus 'Tou Shi Wen Lu'
adalah jurus biasa tidak perlu sampai harus
begitu tegang. Hanya saja 2 orang ini
hidupnya selalu penuh curiga, mereka tidak
mau sembarangan mempercayai sesuatu.
Tangan Jiao-hua hampir saja
menyentuh batu itu. Jika sedikit lagi dia
menjulurkan tangannya, dia akan berada
tepat di garis racun.
Xin Jie yang di ada dalam gua terus1372
menggigit batu menahan emosinya. Dia
sangat tegang.
Tiba-tiba Jiao-lao mengulurkan
tangannya kemudian mencengkram Jiao-hua.
Kelihatannya dia ingin menarik Jiao-hua
yang sudah terkena tipuan Xin Jie....
Xin Jie terkejut dan dia mengira
kalau mereka telah mengetahui rencananya,
keringat dingin terus bercucuran. Dia
meraba-raba tubuhnya tiba-tiba dia
menyentuh buku Du Jing karangan Jin Yipeng. Dia terpikir sebuah ide, maka dia pun
melempar buku itu.
Jiao-lao yang berniat menarik Jiaohua sebenarnya dia hanya ingin Jiao-hua
tidak terburu-buru. Dia berniat dengan cara
'Tou Shi Wen Lu' ingin mengetahui apakah di
dalam gua itu ada seseorang. Tadinya dia
ingin menyuruh kakaknya melempar batu itu
ke dalam gua. Tapi karena Xin Jie terlalu
tegang, maka dia salah duga akhirnya dia
melempar buku Du Jing. Mungkin suami istri
Xin Jiu Peng melindungi putranya karena
saat Xin Jie melempar buku itu, rencana Xin
Jie berhasil.


Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebenarnya Xin Jie bermaksud
memancing Hai Tian Shuang-sha dengan Du1373
Jing, karena mereka berebut mengambil buku
itu akhirnya mereka terkena racun itu. Xin
Jie tidak tahu kalau seumur hidup Hai Tian
Shuang-sha hal yang paling mereka sesalkan
adalah mereka tidak bisa menguasai ilmu
racun. Karena itu setiap kali membunuh
mereka harus menggunakan senjata tidak
seperti Du Jun Jin Yi-peng, membunuh
orang tidak perlu melihat darah berceceran.
Mereka telah menghabiskan separuh
hidup berkelana di dunia persilatan dan
mereka sangat ingin mempunyai sebuah buku
tentang racun, tapi harapan mereka tidak
pernah terkabul, sekarang mereka melihat
buku yang dilempar oleh Xin Jie, mereka
benar-benar merasa sangat senang.
Terdengar BRUG, buku jatuh
tergeletak di bawah. Di malam begitu sepi,
suara buku jatuh seperti terdengar dari
jauh.
Jiao-hua mundur untuk melihat benda
yang jatuh. Kaki yang tadinya hampir
menginjak racun, tampak mundur....
Gua tetap sepi tapi terlihat ada buku
yang jatuh.
Hai Tian Shuang-sha sangat lincah,
mereka bergerak dengan cepat, yang satu ke1374
kiri yang satu ke kanan untuk menghindar.
Cara ini dilakukan dengan tujuan
menghindari kalau-kalau ada senjata rahasia
yang keluar dari dalam gua.
Jiao-hua tertawa dingin. Dengan suara
seperti setan menangis, dia berteriak,
'"Siapa yang ada di dalam gua? Jika berani
keluarlah, apakah kami 2 bersaudara tidak
pantas bertarung denganmu?"
Mereka adalah orang dunia persilatan
garis hitam. Begitu bersuara bisa terasa
dari mana asal mereka. Xin Jie tidak
menjawab, tapi dia menyesal mengapa dia
begitu tergesa-gesa. Jika rencananya gagal,
Du Jun Jin Yi-peng malah akan diambil
mereka.
Seperti pepatah yang mengatakan:
mencuri ayam tidak dapat, umpan beras
malah habis.
Tidak ada yang menjawab teriakan
Jiao-hua, dia berkata dengan dingin,
"Rupanya jika tidak melihat peti mati dulu,
kalian tidak akan meneteskan air mata.
sobat, kami akan masuk!" Dia memang bicara
seperti itu, tapi tidak dengan pikirannya.
Dia memberi isyarat dengan tangan kiri
kepada Jiao-lao, menyuruhnya diam-diam1375
melihat keadaan mulut gua.
2 saudara ini saling memahami satu
sama lain. Diam-diam dia sudah berada di
mulut gua. Mereka melihat judul buku yang
jatuh itu yaitu 'Du Jing'.
Sudah lama 2 saudara Jiao-hua dan
Jiao-lao menginginkan buku itu. Buku ini
bisa berada di pulau terpencil seperti ini,
mereka merasa sangat senang. Mereka
berlari menghampiri buku itu. Jiao-lao
memberi kode kepada Jiao-hua.
Lima panca indera Jiao-lao tidak
lengkap, selain itu sifatnya dingin,
walaupun dia sangat pintar tapi pikirannya
selalu tidak tenang. Begitu ada hal penting
yang terjadi, dia tidak bisa menguasai diri.
Sekarang dia telah lupa bersikap waspada
dan berniat memungut buku itu.
Jiao-hua berteriak, "Jangan!"
Tapi dia lupa adiknya Uili, dia
menghentakkan kaki, seperti sebuah anak
panah dia berlari menghampiri Jiao-lao
yang akan memungut buku Du Jing. Dia lupa
melarang adiknya tapi dia masih sempat
mengambil Du Jing lalu memukul ke udara,
memukul beberapa kali ke gua untuk
berjaga-jaga jika ada orang yang tiba-tiba1376
menyerang. Lucunya mereka memang pintar
tapi tidak bisa menahan diri. Tetap saja
mereka terkena tipuan Xin Jie.
Terdengar PAK, 4 kaki secara
bersama-sama berdiri di tempat yang telah
disiram racun. Racun Bi Yun Duan Chang
adalah racun terganas di dunia ini, telah
membuat sepatu mereka berlubang dan
mengenai telapak kaki mereka. Hai Tian
Shuang-sha tiba-tiba sadar kalau mereka
telah terkena tipuan dan juga telah terkena
racun. Mereka tidak merasa gatal ataupun
mati rasa.
Mereka sadar kalau racun itu bukan
racun sembarangan. Mereka segera duduk
bersila dan mengatur nafas. 'Du Jing' yang
mereka harapkan, jaraknya tinggal 5
sentimeter lagi, tadinya mengira buku itu
akan jatuh ke tangan mereka. Tapi sekarang
Dari Mulut Macan Ke Mulut 9 Para Ksatria Penjaga Majapahit Karya Arief Sudjana Kereta Berdarah 13

Cari Blog Ini