Pedang Bunga Mei Karya Gu Long Bagian 3
menyangka kalau tuan muda yang kaya dan
doyan perempuan ini adalah seorang jago
silat tangguh yang keberadaannya hanya
bisa dihitung dengan jari.
Karena itu Fan Zhi Cheng berkata,
"Apakah perahunya mempunyai ciri khas?
Aku tidak tahu tapi menurut orang-orang,
apa pun yang digunakan Du Jun, semua pasti
berwarna hijau. Mungkin perahunya juga212
berwarna hijau, tidak sulit untuk
mencarinya."
Semua yang ditanyakan Xin Jie sudah
ada jawabannya, maka dia pun tidak bertanya
lagi tentang Du Jun Jin Yi-peng.
Mereka masing-masing memikirkan
masalahnya sendiri, kata-kata yang
diucapkan mulai tidak menyambung. Jiu Gong
Shen Dan hanya singgah sebentar, lalu dia
pun pamit pulang.
Xin Jie teringat posisinya sekarang,
maka dia tidak berniat untuk membuat Fan
Zhi Cheng marah. Dengan nada sungkan dia
meminta Fan Zhi Cheng berkunjung ke
rumahnya lagi. Karena Fan Zhi Cheng
menolak Xin Jie pun tidak memaksa maka dia
mengantarkan Fang Zhi Cheng sampai ke
depan pintu.
Hou Er yang sedang duduk di tempat
kasir segera keluar dan bertanya, "Tuan
Muda, ada yang ingin kusampaikan."
Xin Jie melihat para pelayan yang
sedang berdiri di pinggir. Dia berkata, "Kau
mau bicara apa denganku, lebih baik ikut
masuk!"
Dengan hormat Hou Er menjawab, "Ya!"
Dia mengikuti Xin Jie masuk ke dalam,213
setelah itu menutup pintu, dia tampak tidak
tenang. Xin Jie tahu Hou Er bukan orang
biasa, pengalaman hidupnya sangat banyak
dan biasanya dia sangat tenang. Sekarang
dia terlihat gelisah sekali, pasti ada
sesuatu yang terjadi dan dia segera
bertanya, "Paman Hou, Paman pasti ingin
menyampaikan hal penting kepadaku bukan?"
Kedua mata Hou Er terbuka lebar. Dia
melihat Xin Jie lalu bertanya, "Apakah kau
sudah melihat Jin Yi-peng?"
Xin Jie mengangguk dan Hou Er
bertanya lagi, "Apakah kau sudah bertemu
dengan putri Jin Yi-peng?"
Xin Jie merasa aneh, mengapa Paman
Hou yang jarang keluar rumah sangat tahu
mengenai hal ini. Jiu Gong Shen Dan yang
sering berkelana di dunia persilatan saja
tidak tahu tentang putri Jin Yi-peng.
Xin Jie melihat sorot mata Hou Er
yang biasanya terlihat dingin sekarang
berubah menjadi aneh karena gejolak yang
ada di dalam hati. Dia bertambah aneh lagi.
Semenjak kenal dengan Paman Hou, belum
pernah dia terlihat seperti itu.
Dia mulai merasa tingkah laku Hou Er
seperti sebuah teka teki besar baginya.214
Sebenarnya dia tahu kalau Hou Er adalah
orang yang sangat terkenal, sekarang dia
bisa menebak kalau Hou Er sedang menutupi
sesuatu. Karena dia pernah gagal, maka
sekarang dia bisa menjadi seperti ini,
sampai-sampai nama aslinya pun tidak
digunakan lagi. Hou Er adalah nama palsu,
sebenarnya siapakah dia? Dari ekspresi
wajahnya sekarang, apakah dia mempunyai
suatu hubungan dengan Du Jun Jin Yi-peng?
Semua ini membuat Xin Jie bingung.
Dia tidak menjawab pertanyaan Hou Er.
Sorot mata Hou Er tampak berubah
lagi. Dia bertanya, "Apakah kau pernah
melihat putrinya?"
Xin Jie terkejut. Dengan cepat dia
menjawab, "Aku sudah pernah bertemu dengan
putrinya. Malam ini gadis itu mengundangku
bertemu di perahunya. Sejak tadi aku terus
berpikir apa alasannya mengundangku?"
Wajah Hou Er terlihat bergerakgerak. Apakah dia senang atau marah?
Kedua tangannya terkepal. Dia seperti
tertawa tapi juga seperti tidak. Dia
berkata, "Tuhan benar-benar membantuku,
akhirnya aku menemukan mereka di sini."
Melihat ekspresi dan mendengar kata-215
katanya, Xin Jie semakin tidak mengerti.
Dia tidak tahan lagi dan bertanya, "Paman
Hou...."
Hou Er malah menarik nafas panjang
dan berkata, "Jangan bertanya dulu, biarkan
aku bercerita untukmu."
Xin Jie tahu cerita yang akan
disampaikan oleh Paman Hou Er pasti bukan
cerita biasa. Dia mencari sebuah kursi dan
duduk di dekat jendela dia siap
mendengarkan cerita Paman Hou.
Mata Hou Er memandang awan putih dan
gunung di kejauhan. Dengan pelan dia
berkata, "Jaman dulu di suatu propinsi,
tinggal seseorang, dia adalah orang yang
paling berbaha-gia di dunia ini. Dia lahir
dari keluarga kaya. Hartanya berlimpah,
berteman dengan semua orang. Dari kecil
sudah berlatih silat dan setelah tumbuh
dewasa dia menjadi seorang pesilat tangguh.
Di dunia persilatan, baik itu dari golongan
hitam atau putih, begitu mendengar namanya,
mereka akan mengeluarkan ibu jari dan
memujinya, "Baik!". Di rumahnya ada istri
cantik yang setia menunggunya dan dia
masih sangat muda."
Hou Er mengalihkan pandangannya dari216
jauh lalu melihat kepada Xin Jie, "Apakah
orang seperti ini tidak akan berbahagia?"
"Kemudian dia mempunyai seorang
putri. Dia merasa hidupnya adalah hidup
paling bahagia. Dia tinggal di He Bei sejak
lama dan tidak pernah pergi jauh. Dia
teringat kalau orang jaman dulu selalu
berkata 'jika sering berpergian jauh sama
dengan membaca banyak buku'. Setiap kali
jika dia mendengar cerita orang tentang
pemandangan gunung atau sungai, dia selalu
mendengarkannya dengan semangat."
Hou Er berkata dengan pelan dan
dengan jelas menceritakan semuanya, karena
hal ini telah disimpan di dalam hatinya
sejak lama dan selalu diingatnya.
"Akhirnya dia bisa mengatasi semua
kesulitan dan bisa berkelana. Dalam waktu 1
tahun lebih, pengetahuan dan pengalamannya
bertambah banyak. Waktu itu dia merasa
tidak ada satu persoalan pun yang bisa
membuatnya merasa menyesal. Tapi sewaktu
dia kembali ke rumahnya, rumahnya sudah
berubah."
Terlihat sorot mata Hou Er berkacakaca. Sorot matanya mengandung kebencian
yang dalam. Sorot mata ini membuat Xin Jie217
ikut bergetar.
Dia berkata lagi, "Benda-benda yang
ada di rumah itu telah berganti menjadi
warna hijau, hingga istri dan putri yang
baru 1 tahun ditinggalkannya, mengenakan
baju berwarna hijau. Semua pelayan di sana
diganti dengan orang baru. Mereka
memandangnya dengan sorot mata aneh. Dia
merasa aneh lalu bertanya pada istrinya.
Istrinya malah bersikap dingin saat berkata
dengannya. Dia seperti tidak mengenal
suaminya. Hal ini benar-benar membuat
orang itu merasa aneh, kaget, dan marah
tapi dia tidak tahu apa yang telah terjadi
dan telah mengubah semuanya?"
Hou Er berhenti sebentar tapi matanya
tampak bertambah menyeramkan, "Saat itu
ada seseorang berbaju merah keluar dari
dalam, dia baru tahu, selama 1 tahun dia
telah meninggalkan rumah, istri dan
rumahnya telah direbut oleh orang lain, dan
orang yang telah merebut hartanya itu
adalah orang yang paling lihai di dunia
persilatan, Du Jun Jin Yi-peng."
Xin Jie mulai merasa orang yang ada
dalam cerita ini tidak lain adalah Hou Er.
Dia mulai mengerti, ketika dia membicarakan218
Du Jun Jin Yi-peng, mata Hou Er terlihat
begitu menyeramkan. Hal ini benar-benar
tidak terpikirkan oleh Xin Jie. Dia
mengerti dan merasa kasihan pada Hou Er,
dia melihat Hou Er. Seseorang yang pergi
bertamasya pada saat kembali ke rumah,
semua barang miliknya tiba-tiba bukan
menjadi miliknya lagi, bagaimana
perasaannya?
Hou Er tertawa kecut dan berkata,
"Orang itu tahu julukan Du Jun, dia sendiri
juga mempunyai ilmu silat tinggi. Dalam
kemarahannya, dia ingin bertarung dengan
Du Jun Jin Yi-peng. Tapi Jin Yi-peng
sambil tertawa malah berkata, 'Kau tidak
perlu bertarung denganku, karena istrimu
sendiri yang menyukaiku dan menyuruhku
tinggal di sini. Kau tidak bisa mengurus
istrimu dengan baik, untuk apa kau
bertarung denganku malah akan memalukan
dirimu sendiri?? Sesudah mendengar katakatanya, dia seperti terjatuh ke dalam
sungai yang sangat dalam. Dia bingung,
seluruh tenaganya seperti menghilang.
Tidak disangka istri yang dicintainya
adalah perempuan seperti itu."
"Dia melihat istrinya. Istrinya malah219
tertawa dingin melihatnya. Dia adalah
seorang laki-laki sejati, tiba-tiba saja
mengalami kejadian seperti ini. cita-cita
yang tergantung tinggi semua hangus
menjadi abu. Dia tidak ada tenaga lagi untuk
bertarung."
Setelah menceritakan semua ini, Hou
Er jatuh dengan lesu berjalan ke sebuah
kursi. Xin Jie menepuk-nepuknya. Dia
merasa marah karena istri orang itu tidak
tahu malu dan tidak berprikemanusiaan sama
sekali.
Hou Er meneruskan ceritanya lagi,
"Tiba-tiba dia melihat putri kecilnya
tertawa kepadanya. Dia merasa sedih. Dia
berusaha menahan kesedihannya dia ingin
menggendong putrinya. Tapi begitu
tangannya menyentuh baju putrinya,
tubuhnya seperti disambar petir. Tubuhnya
tidak bertenaga. Kedua tangannya seperti
digigit ular dengan jumlah sangat banyak.
Tangannya terasa sangat sakit dan juga
sangat gatal. Ternyata Du Jun Jin Yi-peng
mengoleskan racun yang keganasannya tidak
terbayangkan. Dia mengoleskan racun itu di
baju putrinya. Bila dia memegang baju
putrinya, tidak akan ada obat penawar yang220
bisa menolongnya."
Xin Jie merasa ada hawa dingin
menyusup ke tulang punggungnya. Racun ini
benar-benar sangat menakutkan.
"Waktu itu dia terjatuh lemas di
bangku, tapi Du Jun Jin Yi-peng di
hadapannya malah menciumi istrinya. Hal
ini benar-benar membuatnya sangat marah,
tapi tubuhnya lemas tidak berdaya. Dia
tidak sanggup melakukan apa-apa."
Gigi Hou Er terus berbunyi gemeletuk
bayangan masa dulu tetap membuatnya marah.
Xin Jie teringat kejadian dulu, ketika
ibunya disiksa dan dihina oleh Tian Can dan
Tian Fei. Bukankah ayahnya juga hanya
menyaksikan saja? Tapi tubuh ayahnya tidak
lemas, tapi demi dirinya, ayahnya menahan
semua penghinaan mereka. Tidak terasa air
mata Xin Jie juga mengalir.
Hou Er bercerita lagi, "Sewaktu dia
merasa ingin mati, di rumah itu ada
seseorang. Sejak kapan dia datang tidak ada
seorang pun yang tahu. Dia memakai baju
sastrawan dan sambil marah dia menunjuk
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jin Yi-peng, 'kau sangat kejam! Sudah
mengambil istri orang masih ingin
membunuh orang ini, aku Mei Shan-ming221
tidak akan berpangku tangan begitu saja!'."
Begitu mendengar orang yang berbaju
sastrawan itu adalah Qi-mao Shen-jun Mei
Shan-ming, mata Xin Jie terbuka lebar dan
terus mendengar cerita Hou Er. Sekarang
Xin Jie tahu mengapa Qi-mao Shen-jun ingin
membasmi Du Jun Jin Yi-peng dan dia
merasa lebih kagum lagi kepada Paman Mei.
Semua tugas yang diperintahkan oleh Paman
Mei membuatnya bersemangat lagi.
Hou Er berkata lagi, "Benar saja, Qimao Shen-jun segera bertarung dengan Du
Jun Jin Yi-peng. Melihat mereka bertarung,
orang itu baru tahu kalau ilmu silatnya
terlampau jauh dibandingkan mereka. Ilmu
silat Du Jun Jin Yi-peng sangat tinggi,
tapi Qi-mao Shen-jun lebih lihai. Di rumah
itu hanya terlihat bayangan telapak dan
angin sangat besar, membuat kursi dan meja
yang ada di dalam rumah tampak
beterbangan. Putri kecilnya ketakutan dan
menangis. Dia sendiri juga terpukul oleh
angin telapak dan terjatuh ke bawah. Tapi
matanya tetap terbuka lebar menyaksikan
pertarungan ini. Setelah bertarung, dia
sudah melihat jurus Jin Yi-peng semakin
lamban dan bagian bahu kanannya terlihat222
ada celah. Mei Shan-ming dengan posisi
miring menepuk. Tiba-tiba dia teringat
bahaya racun. Du Jun Jin Yi-peng
mengoleskan racun di tubuh putrinya, dia
juga pasti mengoleskan racun di tubuhnya
sendiri. Tangan Mei Shan-ming dikeluarkan
pada saat yang menegangkan. Dia berusaha
dengan sekuat tenaga berteriak, "Awas
racun!"
Tangan Mei Shan-ming bergerak agak
lamban. Tiba-tiba tangannya berganti
dengan jari dan menotok pundak Jin Yipeng. Ternyata ilmu tenaga dalam Mei Shanming telah mencapai tahap 'menotok di
udara'.
"Dia melihat Jin Yi-peng ambruk ke
bawah dan Mei Shan-ming tersenyum
kepadanya. Dengan rasa terima kasih orang
itu mengangguk kepadanya dan Mei Shanming berkata lagi, 'Kau jangan terus
bergerak, aku akan membantumu mencari obat
penawarnya.' Mei Shan-ming lari ke
belakang rumah, dalam hati orang itu terasa
tegang, dia melihat Jin Yi-peng dan
berpikir, 'Asalkan aku mempunyai obat
penawarnya, aku akan membunuhmu dengan
tanganku sendiri.' Tapi tenaga dalam Jin223
Yi-peng sangat kuat, walaupun dia sudah
ditotok tapi dia masih bisa membuka totokan
itu sendiri, melihat Mei Shan-ming lari ke
belakang, dengan cepat dia meloncat, sebelah
tangannya memeluk istrinya sedangkan
tangan yang lainnya menggendong putrinya,
lalu dia meloncat keluar jendela. Dengan
mata terbuka lebar dia hanya bisa
menyaksikan semua itu tanpa bisa
menghalangi kepergian mereka.
Begitu Mei Shan-ming kembali setelah
mengambil obat penawarnya, ternyata Jin
Yi-peng sudah melarikan diri, tapi karena
racun yang ada di tangannya terlalu lama
maka Mei Shan-ming tidak mengetahui racun
apa yang dipakai oleh Jin Yi-peng,
nyawanya tertolong tapi dia harus
kehilangan kedua tangannya.
Hou Er terus menatap kedua
tangannya, sekarang Xin Jie mengerti,
bagaimana kejamnya seorang Jin Yi-peng dan
betapa tidak tahu malunya perempuan itu.
Hal itu membuat Xin Jie marah dan dia pun
mengetahui bahwa putri Jin Yi-peng
sebenarnya adalah putri kandung Hou Er,
pantas begitu dia mengatakan tentang putri
Jin Yi-peng ekspresi Hou Er langsung224
berubah.
Lalu Hou Er berkata lagi, "Semenjak
itu dia tidak ingat lagi pada namanya. Du
Jun Jin Yi-peng pun tidak ada kabar berita,
seperti batu yang jatuh ke dalam laut. Dua
puluh tahun telah berlalu, orang itu tidak
akan pernah lupa pada dendam ini juga tidak
akan pernah melupakan putrinya."
Nada bicara Hou Er terdengar sedih
dan terkandung dendam, hal ini
mempengaruhi Xin Jie, tapi dia tidak bisa
berkata apa-apa.
Hou Er menghapus air matanya dan
pura-pura berkata, "Ceritaku telah selesai."
Malam telah tiba, cahaya di luar
jendela semakin redup, Xin Jie melihat
wajah Hou Er yang penuh dengan keriput,
membuat kedua pendekar berilmu tinggi ini
hanya diam di dalam suasana sepi.
Malam tiba, kota Wu Han yang biasa
ramai dan mewah, di toko perhiasan Shan
Mei ada beberapa nyonya dan tuan kaya yang
sedang memilih perhiasan. Dengan tergesagesa Xin Jie keluar dari dalam, kedua
alisnya berkerut wajahnya tampak serius,
dia tidak melihat orang-orang yang sedang
belanja di tokonya.225
Ooo)*(ooO
BAB 7
Cinta raja langit
Cambuk diangkat lalu diayunkan,
kereta kuda berjalan dengan cepat dan terus
berlari di sisi Chang Jiang. Kusir merasa
hari ini bosnya tampak sedikit aneh. Bosnya
seperti tidak bisa berpikir padahal
biasanya dia terlihat sangat tenang.
Xin Jie duduk di dalam kereta,
sekarang dia sedang memikirkan sesuatu.
Banyak persoalan yang membuatnya
bingung, apalagi mendengar cerita dari
mulut Jiu Gong Dan dan Paman Hou, rasanya
Du Jun adalah orang misterius, tapi mengapa
malam itu dia bisa berada di Huang He Lou?
masih bernyanyi pula, dia seperti seorang
pendekar yang sedang bertamasya.
"Mungkin dia bukan Jin Yi-peng,"
diam-diam dia berpikir seperti itu.
"Kelihatannya dia tidak kejam dan
juga bukan orang tanpa perasaan."
Kereta tiba di sisi sungai, dia
menyuruh kusirnya menelusuri sungai
dengan perlahan, dari jendela dia melihat
keluar. Di sisi sungai banyak perahu
berlabuh, mana mungkin dia bisa membedakan226
perahu Jin Yi-peng dengan perahu lainnya.
Walaupun dia tahu ciri khas perahu Jin Yipeng berwarna hijau.
"Hijau...." dia terus bergumam sendiri,
tiba-tiba dia teringat pada gaun gadis yang
berwarna hijau, semua ini memberikan
jawaban untuk pertanyaannya, dia tertawa
kecut, "Apakah bajunya juga ada racunnya?"
Kereta telah mengitari tempat itu dua
kali, mondar mandir di sisi sungai Chang
Jiang. Tiba-tiba Xin Jie melihat ada sebuah
perahu besar sedang melaju dan berhenti di
sisi sungai, tidak lama kemudian ada orang
yang menaruh papan sebagai jembatan untuk
menyebrangi sungai, kemudian ada 4 orang
gadis membawa lampion hijau turun dari
perahu.
Penglihatan Xin Jie memang berbeda
dengan orang biasa. Dengan bantuan cahaya
redup saja dia bisa melihat dengan jelas
keempat gadis pembawa lampion itu. Keempat
gadis itu pun mengenakan baju berwarna
hijau, mereka turun melalui jembatan papan
itu. Keempat gadis itu adalah keempat gadis
yang ditemuinya di Huang He Lou yang saat
itu menggotong Jin Yi-peng pergi.
Karena itu dia menyuruh kusir227
menghentikan keretanya dan pelan-pelan
mendekati mereka.
Keempat gadis itu sambil tertawa
melihat ke arah Xin Jie dan berkata, "Tuan,
nonaku sekarang sedang menunggu Tuan Muda
supaya sudi mampir ke perahu kami, silakan
Tuan Muda naik ke atas perahu!"
Kali ini Xin Jie datang memenuhi
janji karena rasa ingin tahunya yang besar,
begitu mendengar perkataan mereka, segera
dia berkata, "Silakan membawa jalan!"
Sambil tertawa mereka membawa Xin Jie
naik ke perahu.
Begitu melihat perahu itu, benar saja
semua bentuk perahu berwarna hijau, sampai
lampu yang berada di dalam perahu pun
berwarna hijau. Di malam hari di sisi
sungai semua itu terlihat indah dan
istimewa.
Tapi siapa yang tahu perahu yang
terlihat begitu indah dan istimewa itu,
yang tinggal di sana adalah seorang siluman
terkenal dunia persilatan.
Begitu tiba di atas perahu, gadis
cantik itu datang menyambutnya, di bawah
sinar lampu hijau dia tampak lebih cantik,
benar-benar seperti seorang dewi yang baru228
turun dari khayangan. Gadis itu tersenyum
kepada Xin Jie dan berkata, "Tuan Xin
benar-benar menepati janji, aku mengira
Tuan tadinya tidak akan datang!"
Xin Jie kaget dan berpikir, "Dia sudah
tahu nama dan margaku, apakah karena sudah
mengetahui identitasku dia baru
mengundangku kesini? Kalau begitu aku
harus berhati-hati."
Dalam hati dia berpikir seperti itu,
tapi sikap luarnya terlihat tenang dan
luwes. Inilah salah satu perbedaan Xin Jie
dengan orang lain.
Xin Jie tertawa, "Kalau ada yang
mengundangku, mana mungkin aku tidak
datang, aku hanya saja takut kalian
terganggu."
Gadis itu tertawa, Xin Jie merasa
senyum gadis itu mengandung makna yang
dalam. "Apa maksud dia melakukan semua
ini?" jantung Xin Jie terus berdebar-debar.
Cerita Hou Er dan Jiu Gong Shen Dan
membuat Xin Jie mempersiapkan diri
terlebih dulu, dan dia tidak begitu takut
lagi bila harus berhadapan dengan Du Jun.
Dia selalu memikirkan kemungkinan
terburuk, dan dia pun tahu kalau Du Jun229
pasti telah mengetahui dirinya terlebih
dulu.
Dalam hati dia merasa tidak tenang
bukan karena dia merasa takut melainkan
karena tegang. Ini adalah perasaan manusia
dalam mengha-dapi 'rasa tidak tahu' nya.
Tiba-tiba dari belakang perahu ada
sesosok bayangan, tubuhnya bergerak dengan
lincah dan cepat, hanya dalam waktu singkat
telah menghilang di dalam kegelapan.
Xin Jie merasa bayangan orang itu
seperti kilat lewat di depan matanya.
Dia merasa terkejut dan berpikir,
"Gerakan orang itu sangat cepat, sekarang
dia telah meninggalkan perahu, siapakah
orang itu?"
Gadis itu melihat Xin Jie tidak
bicara, dia tersenyum lagi dan berkata,
"Silakan Tuan masuk ke dalam, ayahku
sedang menunggu Tuan di dalam."
Xin Jie selalu merasa sebelum gadis
itu bicara dia pasti akan tersenyum dulu,
tawanya seperti bunga yang baru mekar,
membuat hati setiap orang yang melihatnya
seperti tertiup angin musim semi dan terasa
nyaman.
Gadis itu terus melihat Xin Jie,230
lesung pipitnya terlihat, dia membalikkan
tubuh dan masuk ke dalam. Wajah Xin Jie
terasa panas, dia pun ikut masuk. Saat itu
walaupun di depannya telah terpasang hutan
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
golok atau gunung pisau, Xin Jie tetap akan
menghadapinya.
Di dalam perahu tampak sebuah tirai
tebal berwarna hijau, begitu Xin Jie
menyibak tirai itu, matanya menjadi dingin
karena dia merasa seperti masuk ke sebuah
istana giok.
Perahu tidak begitu besar, tapi di
sekeliling ruangan itu dipasang papan giok,
cahayanya sangat terang, membuat ruangan
di dalam perahu yang terasa kecil menjadi
terang dan luas.
Di sana tidak ada seorang pun,
mungkin gadis itu sudah masuk ke dalam
lagi. Melihat benda-benda yang ada di dalam
ruangan itu, semua terbuat dari giok.
Cangkir atau pun botol semua adalah bendabenda berharga. Anehnya meja, kursi, semua
juga terbuat dari giok. Lamalama Xin Jie
merasa dia bisa berubah warna menjadi hijau
juga.
Dia memilih sebuah kursi dan duduk di
sana, duduk di kursi giok membuat pantatnya231
menjadi dingin. Dia merasa kembali seperti
dulu tinggal di kamar batu itu selama 10
tahun. Diam-diam dia berpikir, "Jin Yi-peng
berbeda dari biasa, seperti perahu ini,
bagaimana dia bisa membuatnya menjadi
seperti ini?"
Tiba-tiba dari dalam terdengar ada
tawa, seperti suara manja gadis itu, "Oh!
Kalian jangan menertawakanku." kemudian
terdengar suara tawa lagi, tampak seorang
pak tua mengenakan baju merah berjalan
keluar dari ruangan dalam.
Saat itu seperti di dalam hutan hijau
muncul gulungan api yang membuat perahu
bagian dalam yang terbuat dari giok itu
terlihat 10 bayangan lebih. Keadaannya
begitu misterius, tampak orang itu begitu
menakutkan, Xin Jie sudah memasang kudakuda dan bersiap siaga.
Dia melihat pak tua itu, kulitnya
seperti giok hijau, sudut matanya membawa
hawa dingin, tapi sudut mulutnya terangkat
dia tersenyum. Walaupun sekarang
penampilan dan sikapnya tidak sama, tapi
dia adalah pengemis tua yang bernyanyi di
Huang He Lou, pada saat ini baru dapat
diketahui bahwa pengemis tua itu adalah Du232
Jun Jin Yi-peng.
Tapi mengapa dalam waktu satu hari
sikap dan penampilan Du Jun Jin Yi-peng
berbeda jauh? Pertanyaan ini terus
berputar-putar di dalam otaknya.
Dia berdiri lalu memberi hormat
kepada Jin Yi-peng, lalu berkata, "Tuan
sudah mengundangku, aku merasa sangat
beruntung."
Sorot mata Jin Yi-peng seperti seekor
elang, dia terus menatap Xin Jie, kemudian
dia tertawa pada gadis yang mengenakan baju
hijau, "Tidak kusangka kau benar-benar
lihai, Tuan Muda Xin ini penuh dengan tinta
(sekolah tinggi) dan dia adalah seorang
pesilat tangguh yang hanya bisa dihitung
dengan jari."
Kata-kata Jin Yi-peng membuat Xin
Jie sangat terkejut, dia seperti tidak
menyangka Jin Yi-peng bisa tahu tentang
dirinya, "Hanya satu kali Jin Yi-peng
bertemu denganku, dia sudah tahu kalau aku
adalah seorang pesilat, anehnya dia seperti
tidak berniat jahat kepadaku."
Dia tidak mengerti Jin Yi-peng yang
terkenal dengan racunnya, entah mempunyai
maksud apa kepadanya? Dia bahkan tidak233
mengerti apa alasan perubahan Du Jun, tapi
ketenangan Xin Jie memang berbeda dengan
orang lain. Wajahnya tidak terlihat kalau
dia takut.
Xin Jie pura-pura tidak mengerti dan
berkata, "Aku hanya orang biasa, Pak Tua
terlalu memujiku, aku menjadi malu."
Jin Yi-peng tertawa keras, "Sikap
Tuan Muda Xin memang tidak sembarangan,
tidak setiap orang bisa melihat kemampuan
Tuan Xin."
Tawanya baru berhenti, wajahnya
tampak dingin lagi lalu dia berkata, "Kedua
mata Tuan tampak sangat bersemangat
nafasnya juga sangat tenang. Jangan
bicarakan hal lain dulu, kursi di mana kau
duduki tadi disebut kursi giok dingin, kursi
itu tidak sembarangan orang bisa
mendudukinya, apalagi dalam waktu lama.
Kalau Tuan bukan seorang pesilat berilmu
tinggi, Tuan pasti akan merasa dingin
sampai gemetar."
Xin Jie tidak bisa berbohong lagi,
dengan jujur dia berkata, "Pak tua benarbenar pesilat hebat. Sejak kecil aku
berlatih ilmu silat, tapi aku hanya menjadi
pesilat biasa, kalau disebut pesilat tangguh234
yang bisa dihitung dengan jari, itu memang
cita-citaku."
Jin Yi-peng tertawa lagi berkata,
"Bukan aku yang bisa melihat kemampuan
Tuan tapi putriku yang bernama Mei Ling
juga telah melihat kemampuan Tuan. Sekali
melihat dia langsung tahu bahwa Tuan bukan
orang sembarangan, maka aku harap Tuan
jangan menutup-nutupi hal ini lagi."
Xin Jie melihat gadis berbaju hijau
itu sedang menatapnya, sekarang sambil
tertawa. Dua pasang mata beradu, dengan
cepat Xin Jie mengalihkan sorot matanya
dan berpikir, "Du Jun sepertinya tidak
berniat jahat kepadaku, tapi dia pasti tidak
menyangka kalau aku berniat mengambil
nyawanya."
Dari sudut matanya melihat gadis
berbaju hijau itu dan berpikir, "Nama gadis
itu kalau tidak salah adalah Mei Ling, tapi
seharusnya dia bukan bernama Jin Mei Ling
tapi Hou Mei Ling. Setelah aku membalas
dendam untuk Paman Hou, aku baru akan
menceritakan kejadian sebenarnya dari awal
hingga akhir, dia pasti akan berterima
kasih padaku."
Mengingat hal ini, Xin Jie tersenyum,235
dia tahu kalau Du Jun Jin Yi-peng bukan
orang yang mudah dihadapi, tapi dia telah
menyusun rencana di dalam hatinya dan dia
sudah menyusun jalan untuknya ke depan
nanti.
Xin Jie yang pintar pasti tahu apa
yang diketahui Jin Yi-peng adalah dia
bernama Xin Jie, dan dia adalah seorang
tuan muda kaya dan mempunyai sedikit
tenaga dalam. Dia sudah tinggal di Wu Han
selama beberapa hari ini, Jin Yi-peng pasti
sudah mengetahui hal ini, "Tapi apakah kau
tahu kalau aku adalah musuh besarmu, Qimao Shen-jun?"
Dalam hatinya kecuali dia telah
mewarisi ilmu silat Qi-mao Shen-jun, dia
juga pengganti Qi-mao Shen-jun generasi
pertama. Dia menjadi harapan Mei Shanming, dan Mei Shan-ming juga yang
membuatnya menjadi seperti ini.
Jin Yi-peng pasti tidak tahu apa yang
sedang dia pikirkan sekarang. Di bawah
sinar batu giok hijau, Xin Jie terlihat
tampan dan gagah, diam-diam Jin Yi-peng
berpikir, "Pilihan Mei Er benar-benar
tepat, Mei Er sudah besar, sudah waktunya
dia berkeluarga, marga Xin ini walaupun236
mempunyai ilmu silat tapi dia bukan orang
persilatan, dan ini adalah hal yang paling
cocok."
Jin Yi-peng memalingkan kepala
melihat Mei Er yang saat itu masih terus
menatap Xin Jie, Jin Yi-peng segera
tertawa dan berkata, "Sifatku memang aneh
tapi aku menyukai pemuda yang bermasa
depan cerah. Adik Xin, bukan aku sombong,
aku lebih tua darimu beberapa puluh tahun,
aku rasa kita berjodoh, kelak kita harus
lebih sering berkumpul."
Jin Yi-peng bertepuk tangan dan
menyuruh pelayan membawakan sayur dan
arak.
Dalam hati Xin Jie merasa lebih aneh
lagi dan berpikir, "Jin Yi-peng adalah
orang paling terkenal dengan racunnya di
dunia persilatan. Tapi dia begitu baik
terhadapku, karena apa semua ini?"
Kalau saja Xin Jie tahu kalau Jin Yipeng telah menganggapnya sebagai calon
menantu, apa yang akan dilakukan Xin Jie?
Tiga orang berada dalam perahu,
masing-masing mempunyai pikiran yang
berbeda, pikiran ketiga orang itu saling
berhubungan antara budi dan dendam. Budi237
dan dendam kedua kata ini sulit dijelaskan
dengan kata-kata.
Apalagi Xin Jie dia merasakan banyak
keanehan, walaupun dia pintar tapi dia
tetap tidak bisa mengerti keadaan ini.
Sayur dan arak diantar oleh pelayan,
hingga cangkir dan piring pun terbuat dari
giok.
Jin Yi-peng langsung duduk di meja,
Jin Mei Ling berada di sisi ayahnya
menemani mereka, sambil tertawa Jin Yipeng bersu-lang, "Aku bersulang untuk Tuan
Muda, mari, mari!"
Dia meminum araknya kemudian
tertawa, "Adik Xin, kau berasal dari
keluarga yang membuka toko perhiasan,
lihat cangkirku ini, apakah bagus?"
Dalam hati Xin Jie ingin tertawa, "Jin
Yi-peng benar-benar menganggapku pedagang
perhiasan." sebenarnya dia sama sekali tidak
mengerti tentang perhiasan, tapi dia tetap
berpura-pura melihatnya lalu memuji.
Jin Yi-peng tertawa dan dengan senang
berkata, "Bukan aku sombong, satu set
piring dan cangkir ini, di istana pun belum
tentu ada."
Xin Jie meladeni Jin Yi-peng, Jin Yi-238
peng terus mengajaknya ngobrol tanpa
berhenti. Dari percakapan mereka, Xin Jie
tahu kalau Jin Yi-peng bersekolah tinggi
dan kemampuannya tidak berada di bawah
Paman Mei.
Jin Mei Ling terus tersenyum dan
bercanda dengannya, Xin Jie merasa malumalunya Fang Shao-kun berbeda dengan Jin
Mei Ling. Tapi tetap membuat orang mabuk.
Wajah Xin Jie tetap tersenyum, tapi hatinya
bersikap waspada. Xin Jie berpendapat
sekali mengeluar-kan serangan akan
membuat Jin Yi-peng tertangkap. Kemudian
dia akan menceritakan apa yang terjadi
sepuluh tahun lalu kepada Jin Mei Ling.
Sorot mata Jin Yi-peng benar-benar
tajam. Xin Jie tidak berani sembarangan
menyerang. Walaupun Xin Jie masih muda,
tapi dia sangat teliti dan berhati-hati, dia
takut dalam sekali menyerang tidak bisa
berhasil. Dia takut tidak bisa melawan Du
Jun malah membuatnya menjadi kacau, karena
itu dia tetap diam menunggu kesempatan
datang.
Jin Yi-peng mulai mabuk. Tiba-tiba
dia menggebrak meja. Kedua matanya menatap
Xin Jie.239
Xin Jie benar-benar terkejut, tapi Jin
Yi-peng malah menarik nafas panjang. Sorot
matanya melihat meja dan berkata, "Aku
mempunyai banyak kenalan, tapi tidak ada
yang seorang pun yang bisa menjadi
temanku. Aku, Jin Yi-peng terkenal di
dunia persilatan tapi tidak ada seorang pun
yang tahu keresahan hatiku."
Dia mengangkat cangkir arak dan
meneguk habis araknya.
Jin Mei Ling segera mengambil poci
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
arak dan menuangkan arak kedalam cangkir
ayahnya. Dia sangat sayang dan menghormati
'ayah' nya.
Xin Jie merasa aneh, "Apa keresahan
hati siluman tua ini?"
Jin Yi-peng menarik nafas panjang
lagi. Matanya tampak sangat dingin dan
berkata, "Rambutku sudah memutih tapi aku
belum mendapatkan hasil apa pun, aku hanya
mendapatkan nama buruk di mata orangorang persilatan. Hhh....! Adik Xin...."
Tiba-tiba perahu sedikit bergoyang.
Goyangannya ringan, tapi Xin Jie tahu ada
orang yang berjalan. Alis Jin Yi-peng
terlihat mengerut. Dia membentak, "Siapa!"
Dari luar jendela terdengar ada yang240
menjawab, "Guru, ini aku."
Tirai disibakkan, seorang pemuda
berwajah pucat dan berbaju mewah masuk ke
ruangan. Begitu masuk, sorot matanya yang
setajam pisau melihat pada Xin Jie.
Jin Yi-peng melihatnya lalu
tersenyum. Wajahnya terlihat sangat ramah
dan berkata, "Mengapa kau baru pulang?
Apakah kau berhasil menemukan orang yang
kau cari?"
Dengan sombong pemuda itu duduk di
sebuah kursi. Jin Mei Ling memberikan
secangkir arak untuknya. Dia meneguk habis
sekaligus. Xin Jie melihat Jin Mei Ling dan
pemuda ini sepertinya mempunyai hubungan
yang sangat akrab. Dia merasa hatinya tidak
enak. Xin Jie melihat pemuda itu licik,
tanpa terasa dia menjadi benci melihatnya.
Setelah menghabiskan araknya, dia
berkata kepada Jin Yi-peng, "Tadinya aku
kira dunia yang begitu luas ini entah harus
ke mana mencarinya, ternyata dia berada di
sebuah toko. Sewaktu aku bertemu
dengannya, aku pura-pura tidak tahu. Begitu
jam 2 pagi, aku masuk ke toko itu dan
mempersilakan dia keluar."
Jin Yi-peng tersenyum. Sepertinya dia241
sangat menyayangi pemuda itu. Jin Yi-peng
berkata, "Sangat baik, bawa dia kemari."
Pemuda itu melihat Xin Jie. Jin Yipeng segera tertawa dan berkata, "Kalian
belum saling kenal. Dia adalah Tuan Muda
Xin dari toko perhiasan Shan Mei. Dan dia
adalah murid tertuaku."
Pemuda itu hanya menjawab, "Oh!" tapi
wajahnya tidak tampak senang atau marah.
Xin Jie hanya memberi hormat. Pemuda itu
segera keluar dari ruangan. Perahu
bergoyang lagi sepertinya perahu berlayar
perlahan-lahan. Xin Jie terkejut dan
berpikir, "Mengapa perahu ini dijalankan?"
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
teriakan perempuan. Kemudian terdengar
suara BUG, seorang gadis terlempar masuk.
Begitu melihat gadis ini, Xin Jie yang
biasanya sangat tenang, sekarang langsung
berdiri karena terkejut.
Gadis itu melihat Xin Jie, dia juga
berteriak karena terkejut dan mendekati.
Dia ingin berlari ke depan Xin Jie, tibatiba dia berdiri.
Pemuda itu dengan sikap dingin ikut
masuk. Dengan dingin dia berkata, "Kalian
pasti sudah saling kenal bukan?"242
Perubahan yang terjadi secara tibatiba membuat Xin Jie terkejut. Jin Yi-peng
dan Jin Mei Ling ikut terkejut.
Jin Yi-peng membentak, "Apa yang
terjadi?"
Pemuda itu tertawa sinis, "Perempuan
ini adalah orang yang aku ceritakan tadi
kepada guru, namanya adalah Fang Shao-kun.
Karena mendengar guru akan datang ke
selatan maka aku menitipkan dia pada teman
dekatku yang tinggal di Chang Jiang. Aku
menitipkannya kepada Sun Chao-yuan dan
meminta beberapa orang menjaganya, lalu dia
memberitahuku bahwa Fang Shao-kun telah
diculik oleh Qi-mao Shen-jun."
Wajah Jin Yi-peng terlihat dingin
seperti es dan berkata, "Aku sudah tahu."
Pemuda ini melihat Xin Jie. Xin Jie
tetap tampak tenang seperti biasanya,
sebenarnya dia sedang mengatur nafas. Dia
berpikir, "Orang ini mungkin adalah Tian
Mo Jin Qi. Tidak disangka dia adalah murid
Du Jun. Kelihatannya hari ini akan terjadi
pertarungan sengit."
Pemuda ini telah menggegerkan dunia
persilatan, dia memang bernama Tian Mo Jin
Qi. Dengan dingin dia berkata, "Begitu aku243
tahu dia telah diculik Qi-mao Shen-jun, aku
segera menghadap guru untuk melaporkan
semuanya kemudian keluar lagi mencarinya.
Siapa yang sangka, dalam perjalanan, aku
melihat perempuan itu duduk di toko
perhiasan Shan Mei."
Xin Jie benar-benar merasa serba
salah. Dia melihat Fang Shao-kun. Melihat
gadis itu hanya menundukkan kepala,
wajahnya tampak sangat terkejut. Diam-diam
dia berpikir, "Tadi aku menyuruhnya
tinggal di kamar, mengapa dia keluar toko?"
Sorot mata Du Jun tampak bergetar.
Dia melihat Xin Jie, "Katakan Mei Shanming itu siapamu? Sekarang dia berada di
mana?"
Xin Jie tidak menjawab. Dia sedang
berpikir bagaimana cara menjawab dan
mengatasi hal ini. Karena dia tahu orang
yang dihadapainya sekarang adalah pesilat,
paling tangguh di dunia persilatan. Jin Yipeng yang terkenal dengan racunnya, kalau
tidak berhati-hati dia akan terkena racun
ganas. Dan tidak ada seorang pun yang bisa
menolong lagi.
Jin Mei Ling menendang Xin Jie dan
berkata, "Cepat beritahukan kepada244
ayahku!"
Perahu terus bergoyang. Sepertinya
sekarang ini perahu berada di tengah
sungai. Dalam hati Xin Jie berpikir, "Tian
Mo Jin Qi lebih kejam dari gurunya. Dia
takut aku melarikan diri dan menyuruh
pelayan menjalankan perahu hingga ke
tengah sungai."
Bagaimana pun tingginya lmu silat
seseorang kalau tidak ada kekuatan untuk
meminjam tenaga, dia tidak akan bisa
menyerang beberapa puluh meter di atas
sungai.
Keadaan ini dengan keadaan pada saat
dia menolong Fang Shao-kun dari perahu
Bai-long tidak sama. Jarak perahu tidak
sejauh ini. Kedua, waktu itu tidak ada
seorang pesilat tangguh yang sedang
mengepungnya seperti sekarang. Waktu itu
dengan tenang dia menyeberangi sungai.
Tapi sifat Xin Jie memang berbeda
dengan orang lain. Keadaan sangat genting,
tapi dia masih bisa bersikap sangat tenang.
Saat dia masih kecil saat menghadapi Tian
Can dan Tian Fei, dua siluman itu, dia sama
sekali tidak takut. Apalagi selama 10 tahun
ini dia telah menguasai ilmu silat tinggi.245
Dia tersenyum dan dalam hati sudah
menyusun sebuah rencana. Dalam hati dia
berpikir, "Bagaimana pun aku harus
menceritakan identitas Jin Mei Ling agar
kalian juga tidak akan setenang sekarang."
Jin Yi-peng melihat Xin Jie masih
bisa tersenyum dan masih terlihat luwes,
sama sekali tidak terlihat kalau dia gugup.
Dalam hati dia benar-benar kagum pada
keberaniannya.
Xin Jie melihat ke sekeliling katanya,
"Pak Tua menanyakan tentang Mei Shanming, apakah antara Pak Tua dan Mei Shanming menpunyai permusuhan?"
Cara bertanya Xin Jie benar-benar
membuat Jin Yi-peng terpaku.
Tian Mo Jin Qi marah, "Apa
urusanmu!"
Xin Jie menjawab, "Pak tua tidak mau
menjawab, tapi aku tahu masalah kalian
sedikit-sedikit."
Wajah Jin Yi-peng tampak berubah. Dia
melihat Jin Mei Ling. Xin Jie merasa lebih
senang dan berkata lagi, "Kita tidak perlu
bertarung dulu, biar aku menceritakan
sebuah cerita untuk kalian semua." Dia
mulai menceritakan apa yang telah246
diceritakan Hou Er, tangan dan kakinya ikut
bergerak.
Baru bercerita setengah, Tian Mo Jin
Qi membentak. Jarinya membentuk seperti
pedang. Tangan kanan menotok ke arah
tenggorokannya. Tangan kiri menyerang ke
arah perut.
Satu jurus dengan 2 cara, keluar
seperti kilat. Tenaga dalamnya benar-benar
kuat. Yang disebut pembunuh benar-benar
berbeda.
Xin Jie tertawa terbahak-bahak. Dia
terus berputar untuk menghindar, tapi dia
tidak membalas serangan Tian Mo Jin Qi, dia
masih terus bercerita. Tian Mo Jin Qi
sekali lagi membentak. Tangannya
mengeluarkan 3 jurus serangan. Bayangan
telapak memenuhi langit. Tangan ini pun
mengurung Xin Jie.
Xin Jie masih berputar-putar sambil
terus menghindar. Mulut masih bertutur
kata.
Jin Mei Ling dengan berkonsentrasi
penuh mendengarkan cerita itu sambil
menangis. Fang Shao-kun melihat ilmu silat
Xin Jie begitu hebat. Dalam hati dia merasa
terkejut sekaligus senang. Matanya tidak247
pernah berkedip mengikuti gerakan Xin Jie.
Jin Yi-peng benar-benar marah, tapi
dia tetap duduk diam tidak bergerak. Tibatiba dia membentak, "Qi Er, berhenti!
Biarkan dia terus bercerita!"
Kali ini giliran Xin Jie yang merasa
aneh, "Mengapa Jin Yi-peng memberi
kesempatan padaku untuk bercerita?"
Tian Mo Jin Qi berhenti menyerang.
Dengan wajah menahan marah dia berdiri di
samping. Xin Jie tidak memberi kesempatan
lagi, dia duduk di sebuah kursi lalu
menceritakan semuanya sampai habis. Dia
melihat Jin Mei Ling dan bertanya, "Apakah
ceritaku ini seru?"
Jin Mei Ling menunduk tidak menjawab.
Tiba-tiba Jin Yi-peng dengan dingin
berkata, "Sekarang giliranku yang
bercerita."
Xin Jie merasa lebih aneh lagi, "Du
Jun mempunyai racun lihai dan dia seorang
yang aneh, mengapa sekarang dia malah
ingin bercerita? Apakah di balik cerita ini
ada hal lainnya lagi?" dalam hati dia
berpikir seperti itu tapi mulutnya
menjawab, "Aku sedang mendengarkan,
silakan Pak Tua mulai bercerita."248
Sikap Jin Yi-peng terasa sangat aneh.
Dia berkata, "Dahulu sekali di sebuah
propinsi ada seorang gadis berpembawaan
ceria...."
Xin Jie sudah tergerak dan berpikir,
"Gadis yang dimaksud ada di He Bei. Dia
menceritakan tentang seorang perempuan,
berarti di balik cerita ini ada cerita lain
lagi."
Dengan penuh konsentrasi Xin Jie
mendengarkan cerita Du Jun.
"Gadis itu cantik dan baik, ayah dan
ibunya masih ada dan keluarganya adalah
sebuah keluarga bahagia. Mereka sangat
menyayangi putrinya. Apakah kau kira
dengan keadaan begitu maka gadis itu hidup
berbahagia?"
Xin Jie mengangguk.
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jin Yi-peng berkata lagi, "Kota di
mana dia tinggal, tinggal juga seorang
pemuda yang sangat kaya raya dan
mempunyai kedudukan penting. Dia berteman
dengan siapa pun. Setiap hari selalu
bersikap sombong dan mengira kalau dia
adalah orang yang paling kuat. Ayah gadis
itu bermata pencaharian sebagai pedagang
yang setiap hari harus mengurus masalah249
tetek bengek. Suatu hari pemuda kaya dan
mempunyai kedudukan ini menyuruh
pegawainya ketoko ayahnya untuk
berbelanja. Demi mendapatkan keuntungan,
ayah gadis ini menaikkan harga barang yang
dijualnya, ini adalah hal biasa. Hukuman
yang harus diberikan padanya seharusnya
bukan hukuman mati?"
Sorot mata Du Jun yang tajam terus
melihat Xin Jie. Xin Jie mengangguk setuju.
Jin Yi-peng tertawa dingin, "Pemuda
itu selalu menganggap kalau dia adalah
pembela kebenaran dan bersikukuh
mengatakan kalau ayah gadis itu adalah
seorang pedagang licik dan masih
mengatakan sejak dulu pejabat pemerintah
selalu menghukum pedagang licik. Dia tidak
bertanya jelas lagi kemudian menyuruh
beberapa orang pergi ke toko itu dan
menghancurkan toko itu. Karena ayahnya
terluka, menyimpan kesal dan amarah,
akhirnya ayahnya sigadis meninggal dunia."
"Bagi pemuda itu semua ini adalah hal
tentang menjaga keadilan. Setelah itu dia
melupakannya begitu saja. Tapi bagi
keluarga gadis itu, semenjak kejadian tadi
hidupnya menjadi berantakan. Karena250
ayahnya meninggal, ibunya pun ikut
meninggal, karena merasa sangat sedih.
Gadis itu tinggal sebatang kara. Dia ingin
membalas dendam kepada pemuda itu, tapi apa
daya dia tidak mempunyai tenaga."
Jin Yi-peng tertawa dingin dan
melanjutkan lagi, "Hati gadis itu dipenuhi
dendam. Demi membalas dendam, dia menyuruh
mak comblang supaya menjodohkannya dengan
pemuda itu. Pemuda itu setuju dan meminang
gadis itu. Gadis itu akhirnya menikah
dengannya, tapi setiap hari rasanya dia
selalu ingin memakan daging pemuda itu."
Xin Jie mulai bisa menebak sedikit.
Dia melihat Jin Mei Ling. Kedua matanya
terlihat bengkak karena terus menangis.
Jin Yi-peng mengelus tangannya dan
berkata, "Pemuda itu sangat kaya dan juga
mempunyai kekuatan, selain itu dia pun
memiliki ilmu silat tinggi. Gadis itu tidak
mempunyai kesempatan membunuhnya. Seorang
gadis lemah mana mungkin bisa menyerang
seorang yang berilmu silat tinggi? Kadangkadang ketika pemuda itu sedang tertidur
nyenyak, dia ingin sekali menusuknya
dengan pisau. Tapi setiap kali pada saat dia
bergerak, pemuda itu dengan cepat251
mengetahuinya. Apalagi kedua tangannya
sangat lemah, untuk membunuh tidak bisa
dilakukannya begitu saja."
"Dia ingin meracuni suaminya, tapi
tidak ada seorang pun yang bisa membelikan
racun untuknya. Selang beberapa tahun, dia
melahirkan putri dari musuhnya itu.
Perasaan benci, sedih, dan kesal benarbenar telah menumpuk di dalam hatinya."
Jin Yi-peng terus bercerita. Jin Mei
Ling terus menangis. Fang Shao-kun ikut
meneteskan air mata.
"Suatu hari tiba-tiba pemuda itu ingin
pergi bertamasya. Dia pergi bertamasya
seorang diri tapi dendam gadis itu belum
hilang. Dia lari ke sebuah kuil dan
bercerita pada Budha, dan ceritanya
terdengar oleh seseorang. Orang itu sejak
kecil keluarganya telah dibunuh oleh orang
yang berpura-pura baik kepadanya. Setelah
dia dewasa dan menguasai ilmu silat tinggi,
dia selalu berselisih dengan orang yang
berpura-pura baik kepadanya. Tidak sengaja
setelah dia mendengar cerita gadis itu. Dia
marah dan ingin membantu membalas dendam
demi gadis itu. Apakah perbuatannya ini
adalah salah?" tanya Jin Yi-peng.252
Xin Jie terpaku. Dia sudah mengetahui
tentang ini, tapi siapa sebenarnya yang
benar dan siapa sebenarnya yang salah?
Tidak ada seorang pun yang bisa
memutuskannya.
Jin Yi-peng tertawa sedih dan
berkata, "Nasib perempuan itu benar-benar
buruk, dia tidak bisa membalas dendam tibatiba Qi-mao Shen-jun datang. Dia tidak
bertanya jelas malah membuat hal ini
menjadi kacau. Karena orang itu bukan
lawannya, maka Qi Miao Shen Ju membawa
gadis itu dan putrinya pergi dari sana."
Suara tangisan Jin Mei Ling
bertambah sedih. Hati Xin Jie ikut merasa
sedih dan berpikir, "Hhh! Riwayat hidupnya
begitu menyedihkan, benar-benar tidak
disangka musuhnya adalah ayah kandungnya
sendiri. Tapi apakah benar ayahnya adalah
musuhnya? Jika bukan, apakah Qi-mao Shenjun yang memban-tu, ibunya adalah
musuhnyajuga?"
Wajah Tian Mo Jin Qi tetap datar dan
berkata, "Guru, untuk apa bicara dengan
orang seperti ini...."
Jin Yi-peng melotot kepadanya dan
terus bercerita, "Setelah berjalan tidak253
berapa lama, gadis ini meninggalkan putri
kandungnya dan meloncat masuk ke sungai
untuk bunuh diri."
Xin Jie benar-benar merasa bersalah
kepada Du Jun. Tadinya dia mengira Du Jun
dan perempuan itu telah melakukan dosa
yang tidak bisa dimaafkan. Tapi Du Jun
tidak menggunakan racun. Perempuan itu
bukan perempuan jalang dan dia mati begitu
mengenaskan.
Jin Yi-peng tertawa sedih, "Semenjak
itu orang yang senang campur tangan ini
membawa putri kecil ini berkelana. Dia tahu
semua orang pasti akan mencaci maki
perbuatannya. Tapi aku memang kejam. Aku
belum pernah melakukan kejahatan, aku
berani bertanggung jawab pada hati
nuraniku."
Setelah selesai bercerita wajahnya
dipenuh aura membunuh. Dia melotot kepada
Xin Jie dan berkata, "Aku tidak tahu kau
siapanya Mei Shan-ming. Kau boleh
menceritakan hal ini dari awal sampai
akhir. Ha, ha, ha! Setelah aku berpikir, dia
tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia akan
merasa sedih dan aku akan merasa senang."
Tawanya semakin keras, tiba-tiba dia254
menyobek baju merahnya dan berteriak
seperti suara guntur, dia berlari keluar.
Terdengar suara keras, lalu sepi kembali.
Gerakannya begitu cepat. Xin Jie
terkejut sampai berdiri, tapi dia tidak tahu
apa yang telah terjadi.
Sejak awal Jin Qi yang tidak
berekspresi, sekarang terus menarik nafas,
"Mengapa penyakit guru bertambah berat?"
Kedua alisnya berkerut.
Xin Jie merasa aneh, "Mengapa orang
berilmu silat tinggi seperti dia bisa
mempunyai suatu penyakit?" Dia segera
ingat, sewaktu di Huang He Lou, dia
bertingkah seperti orang gila sekarang Xin
Jie baru mengerti, "Apakah karena telah
mengalami beberapa kali peristiwa yang
tidak menyenangkan, maka membuatnya
menjadi gila?"
Tangisan Jin Mei Ling belum berhenti.
Kesedihan masa lalu dan kesedihannya
sekarang membuat gadis ini terus menangis.
Perahu menjadi sepi dan tidak ada seorang
pun yang berniat bicara.
Tapi rasa sepi ini membuat sesak
nafas. Fang Shao-kun yang berdiri di
pinggir pun ikut menangis. Xin Jie255
mendekati^a lalu mengelus-elus rambutnya.
Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut
Xin Jie. Tangan yang mengelus rambut Fang
Shao-kun begitu lembut. Fang Shao-kun
melihatnya. Di antara mereka terjadi
kehangatan yang luar biasa. Mereka seperti
lupa kalau sekarang berada di perahu.
Jin Mei Ling melihat tingkah laku
mereka. Dia bertambah sedih lagi. Dia masih
terus menangis.
Ooo)*(ooO
BAB 8
Rasa cemburu membakar hati Tian Mo
Jin Qi, dia berteriak, "Semua gara-garamu!"
tangannya memukul ke arah Xin Jie.
Xin Jie terkejut dia berusaha
menghindar, tangan kanan Jin Qi memukul,
tangan kirinya menepis ke arah bahu Xin
Jie, kaki kanan menendang. Dia menggunakan
salah satu dari 72 jurus Du Jun yang
bernama Li Di Gou Hun (bumi berdiri
mengambil roh).
Jurusnya ganas dan kejam, apalagi
gerakan tangannya, terkena sedikit
sabetannya saja akan terkena racunnya. Xin
Jie bisa merasakan angin dari telapak
tangannya yang mengandung hawa panas.256
Hatinya bergetar, satu jurus 'Ling Han Chu
Fang' (hawa dingin baru keluar) dikeluarkan,
tubuhnya berbalik ke kiri. Tangan kanannya
menepis tangan kiri Tian Mo Jin Qi, Xin Jie
ingin menghindar dari kaki kiri dan tangan
kanan Jin Qi.
Jurus ini berjaga sekaligus
menyerang, tenaganya besar berbeda dengan
tenaga biasa. Dengan kedua tangannya Jin Qi
mengeluarkan jurus 'telapak 72 Yin', setiap
serangan selalu mengarah pada urat nadi
penting.
Untuk pertama kalinya Xin Jie
bertemu dengan musuh kuat, dengan penuh
semangat dia melayani Tian Mo Jin Qi.
Ruangan kecil di dalam perahu kecil itu
seperti tidak cukup bagi mereka untuk
bergerak dengan leluasa. Mereka bertarung
dengan keras, dalam waktu singkat meja dan
kursi telah terguling, alat makan yang
terbuat dari giok mahal jatuh berantakan di
bawah.
Jin Mei Ling melihat mereka
bertarung begitu serius, dalam hati dia
berpikir, "Kalian bertarung begitu serius
hanya karena memperebutkan seorang gadis,
tidak ada seorang pun yang mau257
memperhatikan diriku."
Fang Shao-kun bersembunyi di sudut
ruangan, karena ketakutan matanya
terbelalak besar. Dia ingin Xin Jie dalam
sekali menyerang bisa membunuh Jin Qi. Dia
sadar ilmu silatnya sangat lemah, hingga
jurus silat yang dipakai kedua orang itu
pun tidak bisa dilihatnya dengan jelas.
Hanya dalam waktu singkat 50-60 jurus
sudah berlalu. Ilmu meringankan tubuh Qimao Shen-jun terkenal di dunia persilatan.
Tapi di dalam perahu yang begitu sempit,
ilmu meringankan tubuhnya tidak bisa
dikeluarkan, apalagi ini adalah untuk
pertama kalinya dia bertarung. Dan dia
telah bertemu dengan musuh begitu kuat,
cara bertarung seperti itu mereka lama
kelamaan membuat Xin Jie menjadi bingung.
Xin Jie bingung tapi Tian Mo Jin Qi
lebih bingung lagi dan dia merasa aneh. Dia
telah dilatih oleh Du Jun Jin Yi-peng
selama beberapa tahun, senjata rahasia,
senjata golok, atau ilmu telapak tangan
yang dipakainya telah menunjuk-kan kalau
dia adalah pesilat ternama, banyak pesilat
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang mati di bawah tangannya.
Sekarang melihat Xin Jie hanya258
seorang pelajar dan tidak bernama di dunia
persilatan, tapi setelah bertarung lama
dengannya, masih tidak ada yang kalah atau
pun menang, bukankah ini sangat aneh?
Karena hatinya tidak tenang, maka
jurus telapak yang dikeluarkan lebih ganas
lagi, Xin Jie yang telah mewarisi semua
jurus Mei Shan-ming, kecuali tenaganya
masih sedikit kurang, yang lebih penting
lagi adalah dia belum berpengalaman dalam
melawan musuh. Banyak kesempatan bisa
menyerang musuh tapi dia telah kehilangan
kesempatan itu maka di antara mereka
menjadi seimbang, tidak ada yang menang
atau pun kalah.
Walaupun keadaannya seperti itu, tapi
bila ada yang melihat kemampuan ilmu
silatnya, orang kalangan persilatan pasti
akan membela-lakkan matanya. Hingga Jin
Mei Ling sendiri pun merasa aneh. Dia tidak
menyangka orang lemah seperti dia, juga
seorang pelajar, bisa mempunyai ilmu silat
begitu tinggi.
Angin telapak membuat jendela perahu
terbuka, dari jendela itu Jin Mei Ling bisa
melihat keluar, dia menarik nafas panjang.
Ternyata perahu telah mengikuti aliran259
sungai, entah sekarang mereka berada di
mana.
Tiba-tiba dia merasa kedua sisi sungai
terus naik sepertinya perahu akan
tenggelam.
Sekali dia melihat, air sudah mencapai
dinding perahu dan tidak ada yang
mengemudikan perahu.
Dia sudah tidak peduli dengan
pertarungan di atas perahu, dengan cepat
dia berlari keluar melalui jendela,
ternyata awak kapal secara diam-diam telah
dibunuh seseorang.
Coba bayangkan, perahu berjalan
sendiri sedangkan orang-orang di atas
perahu yang terdiri dari pesilat tangguh,
walaupun masing-masing sedang memikirkan
urusannya sendiri, tapi di luar ada yang
membunuh semua awak kapal, orang di dalam
perahu tidak ada seorang pun yang
mengetahuinya. Bukankah hal ini sangat
aneh?
Jin Mei Ling merasa aneh, dia
memeriksa semua mayat awak kapal. Ternyata
mereka terkena panah, dan timbul bercak
hitam dan dari luka mereka menetes darah
berwarna hitam.260
Dia telah ikut dengan Du Jun
bertahun-tahun, tidak ada racun yang lebih
keras dari racun Du Jun. Dia tahu kalau
semua awak kapal telah terkena senjata
rahasia yang telah diolesi racun. Dari balik
dadanya dia mengeluarkan sarung tangan
yang terbuat dari kulit rusa, lalu dia pun
memakainya, kemudian dia mencabut panah
kecil itu, wajah Jin Mei Ling tampak
berubah.
Karena di atas panah itu terukir
huruf 'Tang'.
Jin Mei Ling berteriak sendiri lalu
berpikir, "KeluargaTang dari Si Chuan
mengapa bisa ada di sini? Dia telah naik
perahu ini dan meracuni semua awak kapal.
Tapi sosoknya tidak terlihat."
Begitu dia mengangkat kepalanya, di
ujung perahu tampak ada sehelai kertas
yang melambai-lambai tertiup angin. Tubuh
Jin Mei Ling sudah bergerak seperti seekor
burung walet terbang mengambil kertas itu.
Hari mulai terang, cahaya matahari
belum terlalu kentara, dia membaca surat
itu, 'Meminta nyawa yang selama 20 tahun
tidak pernah berhenti. Hari ini perahu akan
mengantar kalian tenggelam ke dalam261
sungai, kalau bertemu dengan dewa kematian,
jangan salahkan Lao Tang.'
Jin Mei Ling melihat perahu semakin
tenggelam, hampir semua bagian kapal sudah
masuk ke dalam air, air sungai mengeliling
badan perahu dan gelombang besar menerpa
perahu itu. Sekarang mereka berada di
tengah sungai.
Sewaktu dia merasa kaget dan
ketakutan, dia memutuskan kembali ke dalam
perahu. Pertarungan di dalam perahu telah
berhenti, Tian Mo Jin Qi berdiri dan
tertawa dingin, wajah Xin Jie terlihat pucat
seputih kertas. Tangan kanannya memegang
tangan kirinya, dia bersandar ke dinding.
Fang Shao-kun menghadang di depan Jin Qi
melindungi Xin Jie. Melihat wajah Xin Jie
dia tahu kalau Xin Jie telah terkena racun
keras dan tidak ada obat penawarnya.
Kecuali Jin Yi-peng tidak ada seorang
pun yang memiliki obat penawarnya. Orang
seperti Tian Mo Jin Qi yang dianggapnya
sebagai anak atau pun kepada Jin Mei Ling,
dia hanya mengajarkan bagaimana cara
membuat racun tapi tidak mengajarkan
bagaimana cara membuat obat penawarnya.
Ini adalah salah satu sifat aneh Jin Yi-262
peng. Semenjak dia tahu kalau Mei Shanming berhasil mendapatkan obat penawar dan
berhasil menyelamatkan nyawa Hou Er, tidak
ada seorang pun yang tahu di mana dia
menyimpan obat penawarnya. Sekarang Xin
Jie telah terkena racun walaupun tidak
banyak, tapi dia hanya bisa bertahan hidup
selama 2-3 hari saja.
Dia sudah jatuh hati kepada Xin Jie,
melihat Xin Jie terkena racun dia merasa
sangat terkejut, tapi dia segera ingat kalau
sekarang mereka berada di tengah sungai
dan perahu akan segera tenggelam. Apakah
dia sendiri bisa menjamin kalau dia tetap
akan hidup?
Karena memikirkan masalah ini, dia
malah merasa tenang dan berkata pada Tian
Mo Jin Qi, "Kakak seperguruan, lihatlah
keluar jendela!"
Ternyata setelah Xin Jie dan Jin Qi
beradu ratusan jurus, dia mulai bisa
mengatasi serangan dan mulai menyusun cara
mengalahkan lawannya, dalam beberapa jurus
dia berhasil memojokkan Tian Mo Jin Qi.
Jin Qi merasa terkejut juga menjadi
gentar, tiba-tiba dia melihat di atas
jendela ada 7 vas bunga. Karena perahu263
bergoyang maka vas itu pun terjatuh, dan
ada satu vas yang terjatuh ke sudut.
Dalam hati Tian Mo Jin Qi bisa
menebak kalau ketujuh vas itu tentu berisi
racun keras yang selalu digunakan oleh Du
Jun. Jin Qi pun tahu kalau tidak meminum
dulu obat penawarnya begitu ada bagian
tubuh yang tersentuh botol itu maka orang
itu akan segera terkena racun keras. Tian
Mo Jin Qi telah lama berlatih ilmu telapak
tangan beracun, dia tidak takut kalau
sampai menyentuh botol itu. Tapi begitu
tangan Xin Jie terkena vas itu dia pasti
akan celaka.
Memikirkan hal itu, dia menggeser
langkahnya ke arah vas itu, dan dengan
cepat dia mengambil vas itu, dia melempar
vas itu dengan tangan kanannya setelah itu
dia langsung mundur.
Tubuh Xin Jie sedikit dimiringkan, dia
bisa menghindar dengan cara mencondongkan
tubuhnya ke depan. Jurus 'Mei San Chun
Xian' (bunga Mei-hua mekar lebih awal di
musim semi) dan berniat mengejar Tian Mo
Jin Qi. Melihat ada sebuah vas bunga yang
terbang ke arahnya, tanpa pikir panjang dia
menepuk vas itu dengan tangannya.264
Begitu tangannya mengenai vas itu,
dia merasa ada gejala aneh, tiba-tiba dia
teringat pada kata-kata Hou Er. Saat itu
kematian sudah seperti setan gentayangan
diam-diam menyerang-nya. Kaki Xin Jie
berputar dan tenaga yang digunakan untuk
bergerak maju segera dihenti-kan, dia
mundur ke arah dinding.
Tian Mo Jin Qi tertawa dingin dan
berkata, "Hei marga Xin, tahun depan di
hari yang sama adalah hari peringatan
kematianmu."
Fang Shou Kun sangat terkejut, dia
berlari ke depan Xin Jie.
Tian Mo Jin Qi tidak melarangnya, dia
hanya tertawa dingin karena berhasil
menyingkirkan seorang musuh kuat ataukah
musuh cintanya? Dia benar-benar merasa
gembira.
Sekarang dia melihat Jin Mei Ling
yang terbang masuk dari jendela, wajahnya
terlihat pucat, kemudian Jin Mei Ling
menyuruhnya melihat keluar jendela.
Hatinya yang sedang merasa senang tibatiba lenyap tidak berbekas.
Karena air sungai hampir memenuhi
jendela, Xin Jie pun mengetahui keadaan265
yang terjadi, dan tahu kalau dia tidak akan
bisa hidup lebih lama. Dia malah merasa
tenang, dia memeluk Fang Shao-kun sambil
tertawa terbahak-bahak, "Aku akan mati
bersama dengan orang yang kucintai, aku
lebih beruntung darimu. Perhitungan
manusia pasti tidak bisa mengalahkan takdir
Tuhan, tidak disangka tahun depan di hari
yang sama, juga merupakan peringatan 1
tahun meninggalnya Tuan."
Xin Jie memeluk erat Fang Shao-kun.
Dia sangat menyukainya, dia sudah tidak
peduli apakah dia masih bisa hidup atau
mati. Dia memejamkan matanya dan menikmati
kehangatan yang menyiksa ini.
Hati Jin Mei Ling benar-benar sedih,
dia membalikkan kepalanya tidak mau
melihat mereka yang sedang berpelukan.
Tian Mo Jin Qi melihat semua itu, api
cemburu membakar hatinya, rasa cemburu
membuatnya lupa pada hidup atau matinya,
dengan cepat dia mendekati mereka.
Air mulai masuk melalui jendela,
hanya dalam waktu singkat air sudah
setinggi mata kaki.
Tian Mo Jin Qi menepis dengan tangan
kanannya, tangan kirinya menarik Fang266
Shao-kun.
Tubuh Xin Jie mulai lemas, dia
berusaha menahan serangan itu, tapi Fang
Shao-kun yang berada dalam pelukannya
tiba-tiba ditarik oleh Tian Mo Jin Qi. Lalu
dia memeluk Fang Shao-kun dengan erat
kemudian tertawa keras, "Dia harus ikut
mati denganku!"
Kedua tangan Xin Jie dijulurkan, tapi
racun telah membuat ilmu silatnya lemah,
tangan kanan Tian Mo Jin Qi melambai, dan
memaksa Xin Jie kembali ke tempat semula.
Xin Jie ingin menyerang lagi, Fang
Shao-kun menggigit tangan Tian Mo Jin Qi.
Karena merasa sakit, Tian Mo Jin Qi
melepaskan Fang Shao-kun, sekali lagi Fang
Shao-kun masuk ke dalam pelukan Xin Jie.
Air sudah mencapai pinggang.
Tapi Tian Mo Jin Qi tidak mau kalah,
dia menyerang lagi, tapi Xin Jie lebih cepat
menepuk pundak kiri Tian Mo Jin Qi, Tian
Mo tidak menghindar, malah menyambut
serangan Xin Jie. Kemudian kedua tangannya
mencakar dan mencengkram Fang Shao-kun.
Fang Shao-kun kembali jatuh ke dalam
pelukan Tian Mo Jin Qi. Air sudah mencapai
pinggang.267
Jin Mei Ling berlinang air mata, pada
saat akan mati seperti sekarang yang dia
harapkan adalah mendapat penghiburan dan
kekasih, tapi sekarang sampai akan mati pun
dia masih sendiri. Dua orang lak-laki yang
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ada di sisinya hanya karena seorang
perempuan terus berebut. Hati Jin Mei Ling
menjadi sedih, perasaan kosong dan sepi
lebih pekat dari pada kematian. Dia
menangis sekeras-kerasnya, dia sudah tidak
peduli lagi dengan rasa malu. Dia masuk ke
dalam pelukan Xin Jie dan dengan sekuat
tenaga memeluk Xin Jie.
"Kekuatan cinta itu sangat besar dan
ini berlaku dari dulu sampai sekarang,
satu-satunya yang bisa membuat orang mati
dengan tersenyum adalah cinta."
Tiba-tiba terdengar suara BYUR
perahu Du Jun Jin Yi-peng yang telah
menghabiskan banyak uang, tenaga, dan
lainnya, serta benda berharga lainnya,
mayat-mayat awak kapal, empat orang gadis
yang berada di belakang, dan di dalam
perahu ada dua pasang muda mudi akan
tenggelam ke dalam sungai.
Di atas sungai terlihat riak air
sangat besar, tidak lama kemudian air268
sungai kembali tenang dan terus mengalir
ke timur. Perahu itu tenggelam atau tidak,
sedikit pun tidak ada yang bisa
mengusiknya.
Kedua tangan Jin Mei Ling terus
memeluk Xin Jie. Bagaimana perasaan Xin
Jie? apakah dia terkejut atau malah
merasakan kehangatan? Ataukah bingung?
Perasaan ini sulit dijelaskan, dia pun balas
memeluk pinggang Jin Mei Ling. Air mulai
merendam kepala mereka. Jin Mei Ling
merasa dalam hidupnya selama ini tidak ada
rasa bahagia seperti sekarang ini.
Gelombang datang, sebuah papan berat
menyenggol tubuh Jin Mei Ling tapi karena
berada di dalam air, dia tidak merasakan
senggolan berat itu.
Sifat manusia yang ingin hidup
membuatnya mengeluarkan tangan dan
menangkap papan itu. Karena ilmu silatnya
kuat, ditambah dengan keinginan untuk
hidup membuat kelima jarinya mencengkram
papan itu dengan kuat.
Gelombang terus datang menerpa
mereka. Matahari telah terbit, membuat
sungai Chang Jiang seperti sebuah tali
panjang berwarna kuning keemasan.269
Dengan sebelah tangannya Xin Jie
menggendong Jin Mei Ling sedangkan tangan
lainnya mencengkram papan, tapi tangannya
semakin lama terasa semakin lemah. Dia
telah kehilangan rasa, seperti Chang Jiang
yang tidak berperasaan. Tapi gelombang
Chang Jiang ternyata mengantarkan kedua
orang muda yang sedang berpelukan itu
sampai ke daratan.
Matahari yang baru saja terbit terasa
semakin panas teriknya.
Sewaktu Jin Mei Ling membuka
matanya, matahari sudah bersinar terang
dan menyilaukan matanya. Perasaan yang
timbul sekarang ini adalah rasa gembira
yang bisa membuatnya gila.
Dia menggosok-gosok matanya untuk
membuktikan kalau keadaannya nyata. Tapi
sebuah papan besar masih menempel di
tangannya.
Melihat papan ini, dia tertawa karena
merasa sangat berterima kasih pada papan
itu. Kalau tidak ada papan itu, selamanya
dia tidak akan bisa melihat matahari lagi.
Dia menarik tangannya dari papan
kayu. Jarinya yang lentik tampak mulai270
membengkak karena telah terendam air
dalam waktu lama. Dia memegang papan itu
dan ternyata papan itu adalah papan tempat
tidur milik Du Jun Jin Yi-peng. Dia ingat
beberapa kali dia mencoba menasehati
'ayahnya' supaya jangan tidur di atas papan
keras ini tapi ayannya tidak pernah mau
mendengarnya. Tidak disangka hari ini,
karena papan ini pula membuatnya bisa
bertahan hidup.
Tapi tangan kanannya terasa mati
rasa. Ternyata Xin Jie tertidur di atas
tangannya. Dia masih tidak sadarkan diri
karena itu Jin Mei Ling tersenyum. Itu
adalah senyum bahagia.
Orang yang baru saja bisa meloloskan
diri dari kematian, dan di sampingnya ada
orang yang dia cintai, di dunia ini tidak
ada hal yang bisa membuatnya takut lagi.
Dia meraba wajah Xin Jie. Wajah Xin
Jie terasa panas seperti api. Dia baru
teringat bahwa racun ada di tubuh Xin Jie,
karena itu dia mulai merasa khawatir lagi.
Jin Mei Ling yang sedang terbaring di
bawah, perasaannya bercampur, tiba-tiba
timbul rasa khawatir diatas rasa senang,
entah harus bagaimana dia sekarang.271
Dia merasa Xin Jie yang berada di
bawah tangannya mulai bergerak-gerak.
Ternyata Xin Jie mulai sadar.
Sinat matahari menyinari. Wajahnya
tampak begitu pucat, dan begitu lemah. Jika
tadi tidak melihat dia bertarung habishabisan, orang akan mengira kalau dia
hanya seorang pelajar lemah.
Jin Mei Ling menarik nafas. Jarinya
dengan lembut menelusuri tulang pipi Xin
Jie teru s ke bawah lalu berhenti di daerah
dagu.
'Jika tadi dia bertarung mati-matian
karena aku, mati pun aku rela,' dia berpikir
seperti itu, kemudian tertawa, 'mengapa aku
harus berpikir akan mati? Bukankah
sekarang kami masih hidup? Gelombang besar
Chang Jiang ternyata tidak sanggup
memisahkan kami. Aku tidak boleh takut
akan hal lainnya."
Memikirkan ini, wajahnya
mengeluarkan tawa manis. Dia melihat Xin
Jie. Hatinya dipenuhi dengan kegembiraan
yang tidak bisa dilukiskan dengan katakata. Dia ingin selamanya seperti ini. Dia
membalikkan tubuhnya, supaya tangan dan
kakinya bisa bergerak lebih leluasa.272
Mata Xin Jie terbuka, tapi segera
menutup lagi.
Jin Mei Ling terus mengelus-elus
dagu Xin Jie. Sebenarnya dia seorang gadis
pemalu, tapi karena baru saja lolos dari
dewa kematian, membuat sepasang muda mudi
saling mengandalkan satu sama lain,
menambah perasaan yang ada. Apalagi di
sekeliling mereka tidak ada seorang pun.
Angin pagi berhembus dengan lembut. Bumi
dan langit sepertinya hanya ada mereka
berdua.
"Bajuku basah kuyup," Jin Mei Ling
mengomel. Dia membereskan bajunya yang
berantakan. Tapi begitu melihat dengan
jelas, dia langsung berteriak. Jarinya
langsung menjadi dingin.
Ternyata tangan kanan Xin Jie
sekarang bertambah bengkak dan di antara
sela-sela jari dan telapaknya berwarna
hitam. Dia baru teringat racun yang telah
masuk ke tubuh Xin Jie adalah racun keras.
Kecuali ayahnya yang mempunyai obat
penawar, tidak ada seorang pun yang bisa
mengobatinya.
Jin Mei Ling benar-benar sedih.
Xin Jie mulai membuka matanya.273
Setelah sadar dia merasa sangat tidak
nyaman dengan keadaan tubuhnya.
Untuk kedua kalinya dia berperasaan
seperti itu. Sewaktu di Wu Hua Shan yaitu
di lembah Mei, dia pernah berperasaan
seperti itu, antara senang dan bingung.
Semakin lama pikirannya semakin
tenang. Dia mulai mengingat kembali
kejadian tadi satu per satu. Mengenang
kembali masa lalu yang terasa aneh,
kadang-kadang kejadian 10 tahun yang lalu,
yang bisa diingat hanya satu hal. Tapi
kadang-kadang dia akan teringat semua
kejadian semasa hidupnya.
Melihat awan putih dan hutan yang
berada di kejauhan, pikirannya terus
menerawang. Tiba-tiba dia mendengar di
sisinya ada yang menangis. Dia melirik,
ternyata ada seseorang berwajah cantik tapi
wajahnya penuh kegelisahan, kedua matanya
yang indah tampak berlinangan air mata.
Dia memanggil, "Jin Mei Ling!"
kemudian dia mengerti apa yang telah
terjadi, keadaan telah menjadi seperti ini.
Di depan gadis cantik yang tampak penuh
perasaan, sepertinya dia pun mempunyai
perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Tapi274
hal yang membuatnya tidak mengerti adalah,
"Kenapa dia terus menangis? Apakah dia
mengira aku telah mati?"
Karena itu dengan lembut berkata,
"Nona Jin, jangan menangis, kita masih
hidup." Dia ingin mengangkat tangannya
untuk menghapus air mata Jin Mei Ling.
Tapi sekarang dia baru merasakan kalau
tangan kanannya mati rasa dan tangannya
itu seperti sudah bukan bagian dari
tubuhnya lagi.
Jin Mei Lingmenangis, "Kau.... kau...."
Xin Jie tertawa, "Aku tidak apaapa...."
Tiba-tiba dia teringat pertarungannya
tadi di atas perahu, teringat pada racun
mengenai tangannya. Dia berusaha bangun.
Melihat pada tangan kanannya, keringat
dingin terus menetes. Dia berpikir, "Aku
hanya terkena sedikit racun, tapi dampaknya
begitu dalam. Jika kulitku lecet aku akan
segera mati. Racun Du Jun benar-benar
lihai, benar-benar seperti yang dikatakan
oleh orang-orang."
Karena terkejut, dia tidak melihat Jin
Mei Ling yang masih menangis. Dia mencoba
mengatur nafasnya. Dia merasa nafasnya275
masih seperti biasa, dalam hati dia merasa
senang. Kemudian dia berusaha duduk
bersila. Dengan ilmu silatnya dia berusaha
keras untuk mengeluarkan racun itu dari
dalam tubuhnya.
Melihat dia melakukan tindakan itu,
Jin Mei Ling bertambah sedih. Dia tahu
usaha Xin Jie hanya akan sia-sia belaka
karena racun itu sudah lama menjalar di
dalam tubuhnya. Apalagi setelah terkena
racun tadi, dia masih sempat bertarung.
Walaupun baru terkena racun, dengan
kemampuan ilmunya dia berusaha
mengeluarkan racun, rasanya tidak mungkin
bisa mengeluarkan racun dari dalam
tubuhnya.
Tapi dia tidak akan menepis harapan
terakhir Xin Jie. Dia berpikir, "Kau akan
segera mati, biarlah kau merasa senang.
Jika kau mati, bagaimana denganku...." Dia
tidak berani berpikir lagi. Dia ingin sekali
mati bersama-sama dengan Xin Jie, tapi
dalam hatinya yang terdalam seperti ada
sebuah kekuatan melarangnya melakukan itu.
Hatinya kacau. Sekarang dia sendiri
pun tidak tahu bagaimana perasaannya. Dia
benar-benar mencintai Xin Jie, walaupun dia276
tahu cintanya hanya bertepuk sebelah
tangan. Karena itu dia merasa kalau dia
mati demi Xin Jie, itu hanya sia-sia saja.
Dia melihat Xin Jie yang sedang duduk
bersila. Mulutnya terkatup dan membentuk
garis tipis, kedua sisi mulutnya tampak
menurun. Ekspresi wajahnya seperti sangat
kesakitan. Seperti bukan seorang pesilat
tangguh yang sedang memaksa mengeluarkan
racun dari dalam tubuhnya. Jin Mei Ling
tahu racun telah menyebar ke seluruh
tubuhnya.
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Paling-paling dia hanya akan bisa
bertahan selama 6-7 jam lagi...."
Jin Mei Ling bicara sendiri tapi air
matanya terus berlinang. Setetes demi
setetes jatuh ke bajunya yang memang sudah
basah. Melihat orang yang dicintainya akan
mati, benar-benar sebuah siksaan batin.
Walaupun pemuda ini tidak mencintainya,
tapi hal ini tetap membu-atnya bertambah
sedih.
Xin Jie menarik nafas panjang. Dia
melepaskan usaha terakhirnya. Melihat
gadis yang sedang bersedih karena dirinya,
perasaannya menjadi berbelit-belit. Tempat
mereka tidak terlalu jauh dari sungai.277
Suara air Chang Jiang yang mengalir
terdengar jelas, ditambah dengan tangisan
Jin Mei Ling. Hati Xin Jie benar-benar
hancur dan kacau.
Dia marah kepada dirinya sendiri,
merasa kasihan pada dirinya sendiri, benci
kepada dirinya sendiri, semua perasaan ini
bercampur aduk menjadi satu. Sewaktu dia
masih kecil, dia mendapatkan musibah yang
dasyat. Perubahan yang terjadi di Wu Hua
Shan membuatnya menjadi orang yang tidak
biasa. Pada saat dia ingin melakukan halhal yang memang ingin dia lakukan dia bisa
melakukannya. Sekarang dia kembali
mendapat bencana, semua ini sudah tidak
penting lagi baginya. Dia telah melupakan
Fang Shao-kun, karena dia tahu dengan
sangat jelas kalau dia tidak akan hidup
lebih lama lagi.
Pelan-pelan dia membuang pikirannya
yang kacau.
Kepalanya menghadap ke atas. Dia
menatap langit dan bersiul, kemudian
tertawa, "Sejak jaman dulu semua pahlawan
tidak bisa meloloskan diri dari
kematiannya. Xin Jie, Xin Jie, kau tidak
perlu merasa sedih dengan kematianmu."278
Dia mengangkat tangan kirinya,
menunjuk Jin Mei Ling yang masih bersedih
dan tertawa keras, "Ha, ha, ha! Kau lebih
bodoh dariku. Untuk apa takut pada
kematian? kematian hanya seperti tidur
panjang! Ayo tertawalah! Diberikan tawa
oleh si cantik, mati pun aku tidak akan
merasa menyesal."
Kata-kata Xin Jie membuat Jin Mei
Ling bergetar. Dia berhenti menangis.
Melihat orang di depannya sekarang, orang
ini telah membuka hatinya. Tapi dia tidak
begitu mengenal orang itu. Sekarang dia
baru tahu kalau sifat Xin Jie berbeda
dengan orang lain. Telapak kiri Xin Jie
ditekan. Dia berbaring mendatar. Di atas
tanah dia berputar dan duduk di depan Jin
Mei Ling. Dia sudah terkena racun yang
sangat dalam tapi karena dia telah
mempelajari ilmu tenaga dalam yang tinggi,
sekarang dia tidak merasa kesulitan
bernafas.
Tiba-tiba dia menarik nafas berkata,
"Kau tahu aku hanya bisa hidup selama
beberapa jam lagi. Dalam keadaan seperti
itu, mengapa kau tidak mencoba membuatku
merasa senang?"279
Jin Mei Ling melihatnya. Dia berusaha
tertawa tapi dalam keadaan seperti itu,
mana mungkin dia bisa tertawa? Dia
berusaha menahan tangisnya. Dia bertekad,
"Dalam beberapa jam ini aku akan berusaha
membuatnya gembira."
"Lalu aku harus bagaimana?"
Dia menghentikan pikirannya. Dengan
lembut dia memegang tangan kiri Xin Jie,
lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Xin
Jie. Pelan-pelan dia berkata, "Apa yang
kau inginkan, aku akan berusaha
mengabulkannya. Kakak Jie, selamanya aku
adalah milikmu.
Xin Jie tertawa bahagia. Perasaan
gadis suci ini membuat Xin Jie merasa lebih
mantap menghadapi kematiannya.
Saat itu pula dia merasa bangga
karena dia bisa masuk ke dalam hati gadis
ini. Dia merasakan walaupun hidupnya
singkat, tapi hatinya penuh dengan perasaan
cinta.
Saat dia tahu kalau nyawanya tidak
akan tertolong dan tidak ada harapan, dia
telah bertekad kalau dia harus bisa
menikmati sisa hidup terakhirnya selama280
beberapa jam lagi. Ini adalah salah satu
sifatnya, dia tidak pernah bersedih. Sifat
ini memang sifat aslinya.
Walaupun perasaannya kepada Jin Mei
Ling tidak dalam, tapi dia berharap Jin Mei
Ling mempunyai cinta yang dalam kepadanya.
Dan saat menghadapi kematiannya, dia tidak
akan merasa kesepian.
Dengan kasar dia memeluk Jin Mei
Ling dan dengan suara kecil dia bicara.
Kata-katanya terdengar lembut seperti
sinar bulan redup membuat Jin Mei Ling
tenggelam di dalam rasa kegembiraan. Dia
mengira dia benar-benar telah mendapatkan
kebahagiaan. Paling sedikit dia telah
mendapatkan apa yang dicarinya selama
ini.... cinta.
Hari masih pagi. Matahari belum
begitu panas. Xin Jie merasakan tubuh dalam
pelukannya adalah tubuh yang panas. Baju
mereka sangat tipis. Baju basah melekat di
badan. Untuk pertama kalinya Xin Jie
melihat tubuh seorang gadis dari dekat.
Jantung Xin Jie berdebar-debar. Dadanya
seperti gunung kecil kemudian dia melihat 2
kaki yang ramping dan indah.
Semua terasa lembut. Rasa lembut281
membuat hatinya berdebar-debar. Xin Jie
sangat berharap dia bisa memegang tubuh
yang penuh dengan lekukan itu.
Harapannya begitu tinggi, karena itu
dia mulai memegang pinggang Jin Mei Ling.
Begitu tangannya yang panas menyentuh
tubuh Jin Mei Ling, jantung mereka serasa
hampir berhenti.
Jin Mei Ling memejamkan matanya,
menikmati rabaan Xin Jie. Perasaan ini
baginya adalah sesuatu aneh dan asing. Jin
Mei Ling mendengar nafas Xin Jie yang
semakin lama semakin berat. Akhirnya Jin
Mei Ling merasa tindakan Xin Jie semakin
berani. Walaupun Jin Mei Ling masih bisa
mengendalikan diri, tapi dia tahu keinginan
Xin Jie.
Lama. Di sekeliling mereka kembali
sepi.
Awan hitam menutupi matahari. Mulai
turun hujan kecil. Jin Mei Ling masih
bersandar dalam pelukan Xin Jie. Dia telah
memberikan apa yang dia miliki kepada Xin
Jie. Tidak ada tempat bagi mereka untuk
berteduh dari hujan tapi mereka juga tidak
berusaha menghindari hujan.282
Waktu berlalu begitu cepat. Xin Jie
merasa maut semakin mendekat. Tadi dia
berhasil melupakan tangannya yang terasa
sakit dan mati rasa, sekarang dia kembali
merasakannya lagi. Apalagi dia telah
melampiaskan rasa lelahnya. Dia mulai
mencium hawa kematian. Melihat gadis yang
berada dalam pelukannya, dia merasa
bersalah. Dia marah kepada dirinya sendiri,
mengapa pada saat kematian akan
menjemputnya, dia masih sempat mengambil
hati dan kesucian seorang gadis?
Tapi di lain pihak, dia merasa bangga,
puas, dan senang, semua bertolak belakang
dengan kehidupannya. Dia tidak bisa
melampiaskannya. Siapa yang bisa
menjelaskan alasannya?
Hujan telah berhenti, tiba-tiba Xin
Jie merasa sangat dingin. Badannya gemetar.
Jin Mei Ling bisa merasakannya. Dia
melihat Xin Jie sambil bertanya, "Apakah
kau kedinginan?" suaranya penuh dengan
kelembutan. Xin Jie mengangguk. Karena itu
dia berdiri berkata, "Kita buat api unggun."
Xin Jie menggelengkan kepalanya dan
berkata, "Tidak perlu, aku tidak...." Dia
tidak tega melanjutkan kalimatnya. Baginya283
ataupun bagi Jin Mei Ling, itu terlalu
kejam. Tapi Jin Mei Ling mengerti apa
kelanjutan dari kata-katanya itu. Kesedihan
merampas hati bahagianya.
Gadis cantik itu membalikkan
tubuhnya, menghapus air mata yang
mengalir. Dia ingin menangis sekeraskerasnya, tapi dia berusaha menahannya di
depan Xin Jie. Dia tidak mau membiarkan
suara tangisnya membuat Xin Jie yang
sekarat menjadi sedih. Dia ingin Xin Jie
mati dengan tenang dan bahagia. Karena dua
tubuh mereka telah menjadi satu.
Di sisi sungai tidak ada benda yang
bisa dibakar. Jin Mei Ling teringat di ikat
pinggangnya ada 2 batu api. Batu itu
dipersiapkannya untuk ayahnya pada saat
akan merokok. Dia meraba-raba ikat
pinggangnya dan batu itu masih ada, tapi
kondisinya basah. Mungkin masih bisa
dipakai.
Tapi bagimana dengan kayu? Tidak ada
kayu yang bisa dibakar untuk
menghangatkan Xin Jie? Dia melihat ke
sekeliling, di sana hanya ada pasir dan
batu. Tiba-tiba dia teringat pada papan kayu
ranjang yang pernah menolong mereka, kayu284
itu masih ada di sisi sungai. Diam-diam dia
berpikir, "Kayu itu bisa dpakai untuk
membuat api unggun."
Karena itu dia mencari kayu itu.
Xin Jie merasa sangat tersentuh
melihat Jin Mei Ling melakukan pekerjaan
sulit, tapi bayangan kematian semakin lama
semakin pekat. Dia berkata, "Adik Ling,
tidak perlu memasang api. Bersandarlah
padaku. Aku.... aku sudah tidak mempunyai
waktu banyak bersamamu. Kelak kau harus
bisa menjaga diri."
Jin Mei Ling masuk ke dalam
pelukannya. Kedua bahunya terus bergetar.
Xin Jie meneteskan air mata.
Semakin lama Xin Jie merasa semakin
dingin. Tangannya semakin membengkak. Jin
Mei Ling menangis sambil membuka baju
bagian atas Xin Jie. Warna hitam di
tubuhnya mulai menyebar sampai ke pundak.
Xin Jie tertawa kecut, "Masih berapa
lama lagi?"
Jin Mei Ling tiba-tiba menggigit
pundak Xin Jie dan menyedot darah hitam
itu terus menerus. Tapi bercak itu tidak
berkurang.
Xin Jie sangat tersentuh. Karena285
bajunya dibuka, dia merasa bertambah
dingin. Giginya gemeletuk. Tinggal di kamar
batu selama 10 tahun, dia tidak takut
dingin. Sekarang racun telah menyebar ke
seluruh tubuhnya, dia baru merasakan
dingin yang tidak tertahankan.
Dengan gemetar dia berkata, "Adik
Ling, tolong nyalakan api! Aku sudah tidak
kuat menahan rasa dingin lagi."
Jin Mei Ling mengangguk. Tadi dia
mencoba menyedot darah hitam dan tidak
berhasil. Dia tahu Xin Jie hanya bisa
bertahan selama 1-2 jam lagi.
Dia sudah mengambil keputusan, jika
Xin Jie mati, dia tidak akan mau hidup lagi.
Tadi dia merasa ada suatu kekuatan yang
melarangnya melakukan itu, sekarang
kekuatan itu tidak terasa. Dia malah merasa
sangat tenang.
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia mengambil papan kayu itu. Tidak
ada kapak, juga tidak ada golok, tapi dia
telah memikirkan sebuah cara. Dia membelah
dengan tangannya. Papan segera terbelah
menjadi dua kemudian membaginya menjadi
bagian lebih kecil. Dengan menggesek kedua
batu api, dia mencoba membuat api dan
meletakkan Xin Jie di sisi api unggun.286
Mereka berdua duduk berdekatan.
Bagi mereka yang penting sekarang
adalah waktu, tidak ada yang bisa
mengganggu mereka.
Tapi pada saat begitu penting, mereka
malah terdiam. Walaupun kematian akan
segera menjemput, tapi mereka merasa cinta
telah memenuhi hati.
Papan itu terbuat kayu wangi, bisa
terbakar dengan cepat, hanya dalam waktu
singkat sudah terbakar habis. Jin Mei Ling
berdiri, bersiap-siap membelah setengah
kayu lagi.
Xin Jie diam-diam menghitung
waktunya. Sekarang perasaan membeku sudah
menjalar ke seluruh tubuhnya, "Sudah
hampir saatnya, sudah tiba waktunya," dia
berkata pada dirinya sendiri.
Setengah kayu telah dibelah mejadi
dua. Jin Mei Ling yang sedang merasa
khawatir, dengan sekuat tenaga membelah
kayu itu. Dia menghancurkan kayu itu.
Tiba-tiba dari sisi papan itu keluar
beberapa botol kecil. Jin Mei Ling benarbenar kaget. Dengan cepat dia berlari untuk
melihat lebih teliti. Dia berteriak sekeraskerasnya, "Ini obat penawar!"287
Xin Jie mulai tidak sadarkan diri.
Terdengar ada yang berteriak tentang obat
penawar, dia kembali bersemangat. Dia
melihat Jin Mei Ling yang senang hingga
meloncat-loncat sambil berteriak-teriak,
dia tertawa tapi segera pingsan.
Begitu sadar, hari sudah gelap. Jin
Mei Ling dengan cemas berada di sisinya.
Begitu mata Xin Jie terbuka, dengan penuh
kegembiraan berkata, "Kakak Jie, jangan
bergerak dulu, kau sudah tidak apa-apa."
Ternyata papan itu adalah tempat Du
Jun Jin Yi-peng menyembunyikan obat
penawarnya. Jin Mei Ling tahu bagaimana
cara menggunakan obat penawar. Sekali lagi
Xin Jie bisa bertahan hidup karena papan
itu. Racun Du Jun sangat keras, tapi obat
penawarnya juga sangat aneh. Walaupun Xin
Jie merasa lesu dan lelah, tapi dia sudah
tidak merasakan badannya mati rasa.
Begitu melihatnya sudah bangun, Jin
Mei Ling menangis sambil tertawa. Karena
merasa gembira Jin Mei Ling yang memiliki
tenaga dalam lumayan tinggi, membantu Xin
Jie mengeluarkan racun. Sebenarnya dia
sendiri merasa sangat lelah dan lapar.288
Sejak pagi sampai sekarang, dia terus
menjaga Xin Jie, belum sempat makan dan
minum. Sekarang karena keadaan sudah tidak
terlalu tegang, dia bersandar di tubuh Xin
Jie dan tertidur pulas. Xin Jie tahu
nyawanya sudah tidak terancam lagi dan
perasaannya kepada Jin Mei Ling sangat
dalam. Dia melihat Jin Mei Ling, melihat
bulu matanya yang panjang menutupi kelopak
mata. Xin Jie tertidur lagi.
Mereka tertidur semalaman. Begitu Jin
Mei Ling membuka matanya, ternyata Xin Jie
sudah bangun dan dengan diam melihatnya.
Dia tertawa manja dan berkata, "Lihat! Aku
tertidur sampai tidak tahu apa-apa."
Xin Jie mencium dahinya dan
tersenyum, "Kau tertidur begitu pulas,
kalau ada yang menculikmu, kau pasti tidak
akan tahu."
Jin Mei Ling tertawa, "Kau memang
jahat." Mengingat kejadian kemarin, wajah
Jin Mei Ling memerah. Xin Jie mencium
hidungnya lagi. Sambil tertawa Jin Mei
Ling berkata, "Kau juga harus bangun!"
Tiba-tiba dia memeriksa tangan Xin
Jie. Warna hitam karena racun sudah tidak
ada. Sambil tertawa Jin Mei Ling berkata,289
"Kakak Jie, apakah kau sudah bisa berdiri?
Kita tidak bisa diam di sini terus. Perutku
terus berbunyi."
Xin Jie tertawa dan mengangguk. Dia
bisa berdiri dengan kekuatannya sendiri.
Racun sudah bersih dari tubuhnya.
Xin Jie tertawa, "Obat penawar ayahmu
benar-benar manjur."
"Racunnya juga lumayan hebat."
Wajah Jin Mei Ling memerah. Dengan
cemberut dia membalikkan badan. Tiba-tiba
dia melihat di kejauhan seperti ada sebuah
buku. Dengan cepat dia berlari
mengambilnya. Begitu Xin Jie melihatnya,
ternyata itu adalah buku yang dijilid
dengan benang. Di sampul buku tertulis 'Du
Ji' (buku racun).
Mereka berjalan sambil membaca,
sampai lupa kalau mereka sedang lapar.
Karena di dalam buku Du Ji itu tertulis
tentang semua penggunaan racun dan racikan
racun. Xin Jie belum pernah membaca atau
mendengar tentang hal ini. Sebagian racun
di dalam buku itu memang sangat keras.
Dengan kagum Xin Jie berkata kepada Jin
Mei Ling, "Ayahmu memang orang aneh. Dia
ingat semua racun di dunia ini dengan jelas.290
Racun yang tidak berwarna dan tidak berasa
terdiri dari beberapa macam. Entah dengan
cara apa dia membuatnya."
Jin Mei Ling menarik nafas panjang,
"Selama hidupnya, ayahku terus-menerus
meneliti tentang racun. Sekarang dia
dicelakai oleh racunnya sendiri. Kadangkadang dia berlaku seperti orang gila,
kadang-kadang seperti orang normal.
Sekarang dia entah ada di mana?"
"Ilmu silatnya sangat tinggi, tidak
akan ada orang yang mampu melukainya."
Satu tangan Jin Mei Ling tergantung
di tangan Xin Jie. Dia berkata, "Kita harus
cepat mencari tempat di mana ada orangnya.
Sekarang kita ada di mana pun kita tidak
tahu. Kau lihat aku begitu kotor dan bau.
Benda apa yang membuatku menjadi seperti
ini?"
X.in Jie tertawa. Dia bergerak. Dia
telah menggunakan ilmu meringankan
tubuhnya yang tinggi. Kecepatannya
bertambah beberapa kali lipat. Dia baru
terbebas dari racun, badannya masih lemah,
tapi Jin Mei Ling yang berada di dalam
pelukan tangannya diam-dia memuji ilmu
meringankan tubuhnya dan bertanya, "Ilmu291
silatmu begitu tinggi, kau belajar dari
mana?"
Xin Jie tertawa, "Nanti akan kuberi
tahu." Tiba-tiba mereka mendengar ada
teriakan perempuan. Langkah mereka
berhenti dan sama-sama berlari ke sumber
teriakan itu. Xin Jie menambah
kecepatannya lagi. Dia melihat ada 2
bayangan orang yang sedang bergulingguling. Teriakan perempuan itu pasti datang
dari sana.
Xin Jie segera berkata, "Aku lihat
dulu ke sana." Dia sudah melepaskan
pegangan tangan Jin Mei Ling dan terbang
seperti seekor burung walet. Kemudian
terdengar dia marah, "Ternyata kau!"
Orang yang sedang berguling-guling
mendengar ada suara lain dia segera
menghentikan gerakannya. Ternyata kedua
bayangan itu adalah Tian Mo Jin Qi dan
Fang Shou Kun.
Ternyata Tian Mo Jin Qi bisa
berenang. Sewaktu perahu mau tenggelam,
dia menggendong Fang Shou Kun keluar dari
perahu dan berenang mengikuti arus sungai.
Dia berhasil menggapai sebuah papan dan
selamat sampai di darat.292
Waktu itu mereka berdua juga jatuh
pingsan. Begitu Fang Shou Kun sadar, dia
merasa ada yang menciumi wajahnya. Karena
terkejut, dia berteriak. Begitu melihat
lebih dekat lagi siapa yang menciumnya,
dengan sekuat dia mendorong Tian Mo Jin Qi.
Kemampuan ilmu silat Tian Mo Jin Qi,
jangankan Fang Shou Kun, orang yang lebih
kuat 10 kali lipat dari Fang Shou Kun pun
tidak akan sanggup mendorongnya.
Tapi sekarang Jin Qi merasa pusing,
tubuhnya tidak bertenaga, sekali didorong
oleh Fang Shou Kun, dia langsung roboh.
Fang Shou Kun segera duduk dan kebetulan
di sisinya ada batu tajam. Dia mengancam,
"Jika kau mendekat, aku akan menggores
wajahku dengan batu ini."
Tian Mo Jin Qi sangat mencintainya,
dia tidak berani bertindak gegabah. Dia
melihat di sekeliling sana tidak ada siapa
pun, dia takut dan tidak berani bergerak
lagi. Seperti itulah mereka berdua melewati
malam itu. Fang Shou Kun merasa lelah dan
sudah tidak kuat lagi. Baru saja dia
terlelap sebentar, Tian Mo Jin Qi
mengambil kesempatan ini untuk memeluknya
dan merebut batu yang berada dalam293
genggaman tangan Fang Shou Kun. Sebelah
tangannya terus meraba, mulutnya ikut
bergerak.
Karena terkejut, Fang Shou Kun
berteriak dan memberontak.
Sewaktu kedua orang itu bergulingguling, Tian Mo Jin Qi berniat memperkosa
Fang Shou Kun, supaya dia bisa menikahi
Fang Shou Kin. Kebetulan Xin Jie
mendengar teriakannya dan datang untuk
menolong.
Begitu melihat Xin Jie datang, Fang
Shou Kun dengan senang berteriak, "Kakak
Jie, cepat tolong aku! Diamau.... mau
memperkosaku!"
Begitu melihat yang datang adalah Xin
Jie, mata Tian Mo Jin Qi langsung
mengeluarkan kobaran api, tiba-tiba dia
melihat Jin Mei Ling yang mengikuti Xin
Jie dari belakang, Tian Mo Jin Qi segera
membentak, "Adik, cepat kemari! Bantu aku
membunuh orang ini!"
Melihat Fang Shou Kun dan Tian Mo
Jin Qi, Jin Mei Ling sangat terkejut.
Mendengar Jin Qi menyuruhnya untuk
membunuh Xin Jie, dia hanya diam dan
mendekati Xin Jie lalu bersandar ke294
tubuhnya.
Fang Shou Kun yang sedang berlari ke
arah Xin Jie, melihat mereka seperti itu,
dia terpaku, tapi dia tetap berlari
mendekati Xin Jie.
Tian Mo Jin Qi marah. Dia berlari
mendekat dan mencengkram pundak Fang Shou
Kun. Xin Jie marah dan membentak,
"Lepaskan dia!" Tangannya sudah menyerang
Jin Qi.
Melihat Xin Jie menyerangnya dan
telapaknya sudah tidak hitam lagi, dalam
hati Jin Qi merasa aneh, kemudian dia
melihat Jin Mei Ling sedang memegang
sebuah buku bersampul kuning. Dia tertawa
dengan dingin. Dia marah, "Bocah tengik,
ternyata kau merayu adikku juga!" Dia
melihat Jin Mei Ling, "Mengapa buku
rahasia guru berani kau curi?"
"Kau tidak perlu tahu. apa alasanku,"
jawab Jin Mei Ling, melihat Fang Shou Kun
berada dalam pelukan Xin Jie, dia berlari
ke arah mereka dan menepuk pundaknya,
"Turun!" Tapi Fang Shou Kun malah lebih
erat memeluk Xin Jie.
Dia menjawab, "Apa pedulimu!"
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Xin Jie menjadi bingung. Dia tidak295
bisa melepaskan pelukan Fang Shou Kun,
tapi dia juga tidak tega melihat Jin Mei
Ling marah melihat kelakukan Fang Shou
Kun. Xin Jie menjadi bingung sendiri,
ditambah lagi dia harus melayani serangan
musuh kuat. Tian Mo Jin Qi terpaku dan
tidak tahu apa yang harus dia lakukan
sekarang.
Ooo)*(ooO
BAB 9
Perkumpulan Tang dari Si Chuan
Jin Mei Ling marah sekaligus cemburu.
Dia sebenarnya seorang gadis pemalu. Dia
malu kalau sampai harus menarik Fang Shou
Kun lepas dari pelukan Xin Jie. Sekarang
dia malah berharap Tian Mo Jin Qi merebut
kembali Fang Shou Kun.
Tian Mo Jin Qi dan Xin Jie pernah
bertarung di dalam perahu. Dia tahu kalau
kemampuan ilmu silatnya berada di bawah
Xin Jie, tapi pada dasarnya dia memang
licik, sekarang dalam hati dia sedang
menyusun rencana, dengan cara apa dia akan
mengalahkan Xin Jie.
Hubungan keempat orang itu sangat
aneh, dalam hati mereka masing-masing
mereka sedang memikirkan sesuatu. Sekarang296
semuanya terdiam.
Tiba-tiba perut Jin Mei Ling
berbunyi. Ternyata dia sangat lapar. Fang
Shou Kun mendengarnya teriakan perut Jin
Mei Ling dan tertawa.
Karena kesal, Jin Mei Ling marah dan
membentak, "Apa yang kau tertawakan? Dasar
tidak tahu malu! Belum pernah aku melihat
orang tidak tahu malu seperti dirimu, terus
memeluk Xin Jie."
Fang Shou Kun malah balik bertanya,
"Kau yang tidak tahu malu! Aku senang
memeluk Kakak Xin, Kakak Xin pun senang
memelukku. Siapa kau berani marah-marah
kepadaku? Kakak Jie, apakah ucapanku
benar?"
Xin Jie tidak berani menjawab. Tian
Mo Jin Qi tertawa dingin. Jin Mei Ling
marah dan wajahnya memerah. Tiba-tiba dia
berkata, "Aku adalah istri Kakak Jie, aku
punya hak untuk bicara."
Kedua tangan Fang Shou Kun terlepas
dari pelukan Xin Jie. Dia tertawa, "Kau
benar-benar orang tidak tahu malu,
mengaku-aku adalah istri Kakak Jie. Benarbenar tidak tahu malu!"
Tian Mo Jin Qi merasa aneh. Dia tahu297
adik seperguruannya yang cantik ini
bersifat sangat dingin. Biasanya jika ada
laki-laki yang melihatnya, dia akan mencari
masalah dengan mereka. Mengapa hari ini
dia berbeda? Di depan mereka, dia berani
mengaku sebagai istri Xin Jie? Dia
membentak, "Adik, ada apa denganmu?"
Jin Mei Ling merasa marah dan malu.
Air matanya terus menetes. Xin Jie
melihatnya. Mengingat betapa baiknya Jin
Mei Ling kepadanya, apalagi dia menuruti
keinginan Xin Jie berhubungan intim, Xin
Jie tidak tega. Xin Jie berlari ke depan Jin
Mei Ling dan berkata, "Benar, dia memang
istriku."
Tian Mo Jin Qi merasa aneh. Fang
Shou Kun langsung menangis sejadi-jadinya
sambil terduduk di bawah. Tian Mo Jin Qi
berpikir, "Ini adalah kesempatan baik
untukku."
Karena itu dia menghibur Fang Shou
Kun sambil menepuk-nepuk punggungnya dan
menghibur, "Jangan menangis, jangan
menangis lagi."
Fang Shou Kun mendengar Xin Jie
telah mengaku kalau gadis itu adalah
istrinya. Mengingat kalau dia telah298
bersumpah sehidup semati dengan Xin Jie,
semakin dipikir dia merasa semakin kesal,
dan dia hanya bisa menangis.
Mendengar ada yang berusaha
menghiburnya, dia tidak melihat siapa lagi
orangnya. Dia langsung menangis di dalam
pelukan orang itu.
Tian Mo Jin Qi merasa senang, tapi dia
tetap marah, "Dia adalah penabur cinta,
untuk apa kau terus meladeninya? Ayo, kita
pergi ke tempat lain!"
Hati Xin Jie terasa sakit. Bukan
karena dia tidak mencintai Fang Shou Kun
tapi dia terpaksa melakukan hal ini. Tibatiba Fang Shou Kun meloncat bangun dan
berlari ke pinggir sungai. Ternyata tempat
itu dekat dengan sungai. Xin Jie terkejut
dan berpikir, "Apakah dia ingin bunuh
diri?" Xin Jie tidak berpikir panjang,
tubuhnya langsung bergerak, dia mengejar
Fang Shao-kun.
Ilmu silat Xin Jie lebih tinggi dari
Fang Shou Kun beberapa kali lipat. Tibatiba di belakangnya dia merasa ada angin
kencang menyerangnya.
Sebenarnya dia ingin menahan
serangan itu tapi setelah diingat-ingat dia299
pernah terkena racun karena serangan itu,
maka dia menekuk tubuhnya. Sebuah batu
dilempar kemudian terdengar Tian Mo Jin Qi
dengan marah menyambutnya. Kedua tangan
Xin Jie dikeluarkan, kesepuluh jarinya
dibuka. Dia menotok 6 jalan darah Jin Qi
tanpa memberi ampun lagi, sekarang dia
benar-benar bertindak ganas dan kejam.
Tian Mo Jin Qi membentak dengan
marah. '72 jurus Yin Zhang' dikeluarkan
menyerang Xin Jie.
Gerakan mereka berdua sangat cepat,
hanya dalam waktu singkat 10 jurus lebih
sudah dikeluarkan. Tiba-tiba terdengar
suara BYUR, ternyata Fang Shou Kun sudah
terjun ke sungai Chang Jiang.
Mereka yang sedang bertarung segera
berhenti dan berlari ke sisi sungai. Air
sungai mengalir dengan deras. Sosok Fang
Shou Kun sudah tidak tampak lagi.
Mereka berdua tidak bisa berenang.
Jin Oi hanya tahu tentang air sedikit, jika
menyuruhnya turun berenang untuk
menolong Fang Shao-kun, dia tidak bisa
melakukannya. Mereka berdua hanya bisa
bengong di sisi sungai, tidak ada yang
berani terjun ke sungai. Jin Mei Ling ikut300
berlari ke sana. Melihat Xin Jie begitu
sedih, dalam hati dia benar-benar marah.
Tapi mengingat semua ini karena cinta, Fang
Shou Kun bersedia bunuh diri untuk Xin
Jie, dia merasa sangat menyayangkan hal
ini. Xin Jie ingat Fang Shou Kun begitu
menyayanginya, sekarang dia bunuh diri
tanpa sebab jelas. Semua kemarahannya
dilampiaskan kepada Tian Mo Jin Qi.
? Tian Mo Jin Qi sangat membenci Xin
Jie dan marah, "Semua ini gara-garamu!"
Dua tangannya dikeluarkan. Dia
mengeluarkan jurus-jurusnya dengan sangat
cepat.
Tangan kiri Xin Jie berputar 3 kali.
Itu adalah jurus 'Mei-hua San Nong'. Dia
merobah telapaknya menjadi pedang, dia
memukul dan menepis. Dia berniat memotong
pergelangan tangan Jin Qi.
Kedua-duanya saling menyimpan
dendam, mereka tidak teringat lagi pada hal
lain. Angin serangannya membuat baju Jin
Mei Ling berkibar.
Jin Mei Ling melihat mereka
bertarung lagi, dalam hati dia menjadi
bingung. Yang satu adalah kakak301
seperguruannya, yang satu adalah suaminya.
Dia tidak bisa membantu salah satu dari
mereka. Dengan ilmu silat yang dia miliki,
dia tidak bisa membuat mereka berhenti
bertarung. Karena itu dia hanya bisa
menyaksi-kan mereka bertarung. Rasa
laparnya jadi terlupakan.
Xin Jie sudah 3 kali bertarung dengan
Jin Qi, dan dia tidak bisa menang. Dalam
hati dia merasa cemas. Karena begitu lulus
dari ajaran gurunya, ini adalah untuk
pertama kalinya dia bertarung tapi tidak
bisa menang. Dia merasa hal kecil saja dia
tidak sanggup mencapainya, apalagi hal yang
lebih besar?
Dia tidak tahu walaupun Tian Mo Jin
Qi masih muda tapi dia sangat terkenal di
dunia persilatan. Kong-dong-pai San Jue
Jian yang sombong pun takut padanya. Jika
di dunia persilatan ada yang tahu kalau ada
orang yang bisa bertarung dengan Tian Mo
Jin Qi dan hasilnya adalah seri, mereka
akan terkejut hingga meloncat.
Jika bertarung lebih lama lagi, Tian
Mo Jin Qi tidak akan kuat. Karena selama
seharian ini dia belum minum atau makan
serta istirahat.302
Jin Qi tahu jika dia terus bertarung
maka dia akan kalah. Melihat adik
seperguruan tidak bereaksi akan
membantunya ataupun membantu Xin Jie, itu
sudah dianggap sebagai keuntungannya.
Dia melihat tempat pertarungan
mereka, Di tiga arah yang berbeda yang satu
adalah tanah luas, yang satu adalah sungai
Chang Jiang. Jika ingin melarikan diri,
posisinya sangat sulit karena itu
serangannya bertambah cepat dan ganas.
Xin Jie sama sekali tidak berani
bertindak ceroboh. Dia pernah terkena racun
Du Jun satu kali, dia merasa takut. Apalagi
Tian Mo Jin Qi adalah murid tertua Jin Yipeng, dia pasti akan menggunakan racun
lagi. Karena itu dia selalu bersikap
waspada jangan-jangan Jin Qi tiba-tiba
menggunakan racun.
Xin Jie tidak tahu jika ada racun atau
senjata rahasia di tangan Jin Qi, sudah
sejak tadi dia menggunakannya. Ternyata
Tian Mo Jin Qi selama berkelana di dunia
persilatan, belum pernah bertemu dengan
musuh sekuat Xin Jie, dan itu membuatnya
menjadi sangat sombong. Dia tidak pernah
membawa atau memakai senjata rahasia.303
Sekarang dia benar-benar merasa menyesal.
Menyesal mengapa dia tidak membawa senjata
rahasia ataupun racun.
Tiba-tiba di tengah-tengah sungai ada
sebuah perahu datang dengan cepat, berlayar
di sungai yang begitu luas dan lebar perahu
itu bergerak dengan cepat. Jin Mei Ling
melihat perahu kecil itu berlayar ke arah
mereka.
Dalam hati dia merasa sangat takut,
karena dia sering mengikuti Du Jun
berlayar ke beberapa tempat. Perahu begitu
kecil, tapi kecepatannya begitu tinggi.
Orang yang berada di perahu itu pasti bukan
orang biasa.
Perahu berputar-putar di sisi sungai
kemudian berhenti di darat. Ada 3 orang
turun dari perahu itu. Xin Jie dan Jin Qi
masih bertarung di sisi sungai. Mereka
adalah para pesilat tangguh dan
berkonsentrasi penuh dalam menghadapi
lawannya. Tapi mereka sempat melihat ada
beberapa orang yang menghampiri mereka,
tapi mereka tidak berhenti bertarung
karena takut lawan akan mengambil
kesempatan.
Dari perahu turun 2 orang laki-laki304
dan seorang perempuan. Yang satu adalah
seorang pak tua dengan perawakan kurus,
yang lainnya adalah anak muda. Baju mereka
terlihat sangat mewah, seperti tuan muda
dan nona kaya.
Begitu turun dari perahu, ketiga
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang itu berdiri di sisi sungai dan tidak
bersuara. Dari wajah mereka terlihat kalau
mereka bertiga terkejut melihat
pertarungan yang terjadi antara Xin Jie dan
Jin Qi. Gadis itu berkata kepada pak tua itu
dengan suara kecil, tapi pak tua itu hanya
menggelengkan kepala. Suara mereka begitu
kecil, tidak jelas apayang mereka bicarakan.
Kedua mata pemuda itu sudah terus
menatap Jin Mei Ling. Sorot matanya
menelusuri tubuh Jin Mei Ling.
Walaupun Jin Mei Ling melihat kalau
dia adalah seorang pemuda tampan, tapi dia
tidak peduli. Dia hanya menatap lurus ke
arah Xin Jie. Tapi pemuda itu terus
menatapnya Hatinya mulai merasa tidak
enak, dia berpikir, "Nanti aku akan
menghajarmu."
Dia melihat ketiga orang itu membawa
tas terbuat dari kulit rusa. Dalam hati dia
berpikir, "Siapakah mereka?" Dia mulai305
menaruh curiga, dia terus melihat ketiga
orang itu. Pemuda itu sambil tersenyum
mendekatinya dan dengan suara kecil
berkata, "Nona Jin, apa kabar?"
Pemuda itu mengetahui marganya, ini
benar-benar membuat Jin Mei Ling terkejut.
Sebenarnya dia ingin bertanya
mengapa pemuda itu bisa mengetahui
marganya, tapi begitu melihat pemuda itu
seperti bukan seorang pemuda baik-baik, dia
mengurungkan niatnya lalu dia membalikkan
tubuh tidak sudi melayaninya.
Pemuda itu tertawa dan berkata, "Nona
Jin ternyata sangat sombong."
Jin Mei Ling marah. Dia berusaha
menahan kemarahannya dan bertanya, "Apa
marga Tuan?"
Pemuda itu menyipitkan matanya,
setelah itu baru menjawab. Baru saja akan
menjawab terdengar suara bentakan kemudian
terasa ada yang bergetar. Ternyata kedua
orang yang sedang bertarung, salah satunya
sudah ada yang kalah.
Ternyata jurus Tian Mo Jin Qi
semakin lama semakin lihai. Dia sadar jika
hari ini dia tidak bertarung dengan jurusjurus andalannya, maka hari ini dia tidak306
akan bisa lolos dari kekalahan.
Sedangkan Xin Jie ingin cepat-cepat
menyelesaikan pertarungan ini, karena itu
jurus telapaknya dicampur dengan jurus
pedang terus menyerang dengan gencar.
Tubuhnya terus berputar-putar di
sekeliling Jin Qi. Dia sangat pintar
memanfaatkan keadaan. Melihat jurus Jin Qi
semakin ganas, dia tahu kalau Jin Qi tidak
mempunyai lagi tenaga untuk bertahan.
Tangan Jin Qi menepuk pundak Xin Jie.
Xin Jie tidak berusaha menghindar malah
mengumpulkan seluruh tenaganya di pundak.
Dia sengaja memancing Jin Qi memukul
bahunya. Tian Mo Jin Qi membentak,
telapaknya berhasil memukul pundak Xin
Jie, tapi di sisi lain dadanya pun terkena
pukulan Xin Jie. Tubuhnya terbang, darah
muncrat dari mulutnya, nafasnya terengahengah.
Xin Jie berhasil mengalahkan musuh
kuatnya, tapi pundaknya pun menjadi korban
pukulan Jin Qi. Walaupun nafas Jin Qi
terdengar lemah tapi dia telah
mempersiapkan semuanya, selain itu
tubuhnya terasa mati rasa. Diam-diam dia
menarik nafas. Cita-citanya yang tinggi307
sudah menipis dan berpikir, 'untuk menang
darinya begitu sulit. Jika aku harus menang
dari 'Tian Xia Di Yi Jian' bukankah itu
akan lebih sulit lagi?"
Jin Mei Ling melihat tubuh Xin Jie
tidak seimbang, dia berteriak mendekatinya
lalu segera memapah. Dengan pelan dia
bertanya, "Apakah kau terluka berat?"
Pemuda berbaju mewah itu melihat Jin
Mei Ling begitu dekat dan perhatian kepada
Xin Jie. Dia tertawa sinis dan berkata,
"Bocah ini ingin sekalian diantar menuju
dewa kematian."
Tangannya masuk ke dalam tas. Dia
mengeluarkan sebuah sarung tangan yang
terbuat dari kulit rusa lalu dia pun
memasangnya di tangan kiri. Dia tertawa
kepada Jin Mei Ling, "Sekarang apakah Nona
sudah tahu siapa aku?" Tangannya melayang.
Dia meletakkan tangan yang telah terpasang
sarung itu di depan Jin Mei Ling.
Pertarungan sengit sudah usai. Xin
Jie melihat orang-orang yang ada di
depannya. Dalam hati dia masih bertanyatanya identitas dari orang-orang itu.
Sekarang melihat pemuda itu mendekati Jin
Mei Ling sambil tertawa, dia berpikir,308
"Apakah orang-orang itu berselisih dengan
ayah dan anak ini?" Melihat sarung tangan
yang dipakai pemuda itu, wajah Jin Mei Ling
tampak berubah. Gadis itu dan pak tua kurus
pelan-pelan mendekati mereka. Mereka tidak
melihat Jin Mei Ling, keempat mata terus
menatap Xin Jie.
Xin Jie melihat ketiga orang itu
tampak sangat misterius. Mata mereka
terlihat sangat bersemangat. Dari sana
dapat diketahui kalau mereka adalah pesilat
berilmu tinggi, sepertinya pak tua itu
berilmu paling tinggi. Dia memikirkan
bagaimana kedudukan dan masa depannya. Dia
tidak mau membuat orang persilatan marah,
apalagi membuat marah pesilat-pesilat
tangguh ini. Sekarang tubuhnya pun terasa
lemas, pundaknya terasa sakit, dia tidak
ingin mencari musuh. Karena itu dia
berusaha tersenyum kepada pak tua itu dan
bertanya, "Apa anda ada keperluan apa
denganku?"
Baru sajaberkata seperti itu, terasa
Jin Mei Ling sedang menarik-narik lengan
bajunya.
Pak tua itu melihat Xin Jie lalu
melihat Jin Mei Ling. Dalam hati dia309
berpikir dengan aneh, "Ilmu silat pemuda
ini begitu tinggi, siapakah dia? Aku belum
pernah mendengar ada orang seperti ini.
Anehnya mengapa dia terlihat begitu dekat
dengan putri Jin Yi-peng, tapi malah
bertarung dengan murid tertua Jin Yi-peng.
Apalah dia kawan atau lawan?"
setelah berpikir seperti itu, dia
bermaksud menarik Xin Jie masuk ke dalam
kubunya, dia memberi hormat dan menjawab,
"Aku adalah Tang Bin dari Si Chuan. Kali
ini datang kesini karena ada sedikit
perselisihan dengan Jin Yi-peng. Ilmu silat
Tuan sangat bagus, siapakah nama dan marga
Tuan? Dan siapa pula guru Tuan? Sepertinya
Tuan dan Du Jun Jin Yi-peng ada
perselisihan juga. Seharusnya ktia bisa
menjadi teman."
Tang Bin sangat licik. Dia berusaha
membuat Xin Jie berdiri di pihaknya. Xin
Jie tertawa, Xin Jie sudah mengetahui
maksud Tang Bin. Dia berkata, "Aku tidak
berniat bermusuhan dengan kalian."
Ternyata Xin Jie juga mengetahui
tentang Si Chuan Tang Men. Mereka sangat
terkenal dengan senjata rahasia dan
racunnya. Orang-orang persilatan sangat310
takut kepada mereka. Orang-orang Tang Men
berhati sempit, jika ada sedikit
perselisihan dengan mereka, mereka pasti
akan membuat susah. Jika membuat mereka
marah, seumur hidup akan terus dicari
mereka.
Xin Jie berkata, "Ternyata pak tua
adalah tetua Tang yang sangat terkenal.
Aku memberi hormat kepada Anda, memberi
hormat."
Dia menghindari 2 pertanyaan Tang
Bin, tidak memberitahukan nama dan
marganya. Dengan sikap sangat segan Xin
Jie berkata lagi, "Aku dan Jin Yi-peng
tidak berselisih juga tidak ada permusuhan.
Jika tetua Tang ingin membalas dendam,
silakan, tapi Jin Yi-peng tidak ada di sini."
Tian Mo Jin Qi mendengar kalau
ketiga orang itu adalah musuh gurunya, tapi
sekarang ini dia sedang terluka parah dan
tidak bisa bertarung. Si Chuan Tang Men
terkenal sangat kejam, apalagi Tang Bin
adalah hantu penagih nyawa. Sepertinya
hari ini dia sulit lolos dari tangan mereka,
dia pikir lebih baik mati dengan jantan
sebagai seorang laki-laki sejati. Sifatnya
yang keras muncul. Dia menahan dadanya311
yang terasa sakit, dengan cepat dia berlari
ke depan mereka dan berkata, "Jika kalian
mencari guruku, lawanlah aku aku dulu, Jin
Qi. Walaupun aku sudah terluka parah tapi
aku tidak takut pada kalian begitu saja."
Tang Bin tertawa panjang, "Baiklah,
baiklah, Jin Yi-peng tidak ada, dan akan
digantikan oleh muridnya atau putrinya pun
sama. Ling Er, Man Er, biasanya kalian
selalu mengeluh kalau sasaran kalian
berlatih senjata rahasia kalian kurang
bagus, sekarang ada 2 sasaran yang hidup
untuk kalian berlatih."
Gadis itu tertawa keras, "Paman kedua
lebih menyayangi kami. Hei, Kakak Ling,
kau tembak yang laki-laki dan aku akan
menembak yang perempuan. Kita lihat siapa
yang mengenai sasaran paling banyak?"
Pemuda itu adalah putra ketua Tang
Men, bernama Du Lang Tang Ling (laki-laki
beracun, Tang Ling). Dia tertawa dan
menjawab, "Aku tidak mau bertanding
denganmu. Kau boleh menyerang gadis itu
tapi jangan sampai mengenai wajah
cantiknya, jika tidak aku akan memukulmu."
Yang satu bicara yang satu menjawab.
Mereka seperti menganggap Jin Qi adalah312
salah satu benda yang mereka simpan di
dalam tas mereka. Sifat Jin Qi memang aneh,
semakin diejek, dia malah semakin tidak
marah. Dia hanya diam-diam mengatur nafas
dan bersiap-siap menyerang. Paling sedikit
dia bisa membunuh salah satu dari mereka.
Tapi Jin Mei Ling sudah marah. Kemarahan
membuat wajah-nya merah. Dia ingin melawan
tapi Xin Jie pelan-pelan sudah menariknya.
Xin Jie tertawa, "Aku sudah lama
mendengar tetua Tang adalah salah satu
tetua dunia persilatan yang terkenal. Aku
sangat mengagumi Anda. Tapi setelah
bertemu dengan tetua Tang, malah membuatku
kecewa."
Wajah Tang Bin berubah. Dia benarbenar tidak tahu identitas Xin Jie. Dia
hanya merasa pemuda itu berilmu silat
sangat tinggi dan bahasanya terdengar
tajam. Dia seperti sangat berpengalaman,
karena itu Tang Bin merasa aneh.
"Aku kira tetua hanya berselisih
dengan Jin Yi-peng, lalu apa ada hubungan
dengan yang lain? Apalagi mereka ini, yang
satu adalah perempuan, yang satu lagi sudah
terluka parah. Jika tetua bertarung
sekarang, kelak jika kabar ini tersebar313
keluar, orang lain akan menganggap kalian
mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Yang tua menekan yang muda. Aku kira pak
tua tidak akan mau menanggung rasa malu
ini!" Kata-kata Xin Jie penuh dengan
sindiran.
Wajah Tang Bin berubah. Waktu dia
mendarat, begitu melihat Jin Qi bertarung
dengan pemuda itu, dia bermaksud menunggu
hingga Jin Qi kalah atau Jin Qi merasa
kelelahan, setelah itu dia baru akan
bertarung dengan Jin Qi. Jika Jin Qi mati,
hanya tinggal Jin Mei Ling. Dengan
Pedang Bunga Mei Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekuatan mereka bertiga, membunuh Jin Mei
Ling akan sangat mudah.
Dia menganggap Xin Jie bermusuhan
dengan Jin Yi-peng. Dia tidak tahu kalau
hubungan di antara mereka sangat rumit.
Sekarang kata-kata Xin Jie seperti duri
begitu menusuk daging, tepat mengenai
sasarannya. Tapi dia tidak mau berselisih
dengan Xin Jie sebelum mengenal Xin Jie
dengan baik. Dia seorang yang kejam, jahat,
juga licik.
Kemudian dia terdiam. Du Lang Tang
Ling tertawa sinis, "Tuan bukan menantu
Jin Yi-peng, lebih baikjangan ikut campur."314
Xin Jie tertawa terbahak-bahak, "Jika
aku adalah menantu Jin Yi-peng,
bagaimana?"
Du Lang Tang Ling marah dan
tangannya masuk ke dalam tasnya kemudian
tangannya melambai. Senjata rahasia berupa
butiran kecil dilepaskan ke arah
tenggorokan, pundak, dada, dan perut Xin
Jie. Tangannya kembali masuk ke dalam tas
kemudian mengambil senjata rahasia lagi
lalu dilepaskan lagi. Semua dilakukan dalam
waktu hampir bersamaan, benar-benar sangat
cepat. Ditambah lagi senjata rahasia itu
tidak berwarna juga tidak bersuara.
Seumur hidupnya Qi-mao Shen-jun
tidak pernah memakai senjata rahasia, tapi
dia sangat hafal dengan semua senjata
rahasia dari semua perkumpulan termasuk
bagaimana cara mengatasinya, dia mewariskan
ilmu ini kepada Xin Jie.
Di kamar batu itu, di dalam kegelapan,
dia bisa melihat benda-benda di atas meja
dengan jelas. Apalagi sekarang hari begitu
terang, dia tahu yang tadi dilemparkan
adalah 3 senjata rahasia Tang Men, jarum
beracun, pasir beracun, dan butiran beracun.315
Dia tertawa dingin. Lengan bajunya yang
lebar dikibaskan. Karena pundak kirinya
telah terkena pukulan Jin Qi, dia tidak
leluasa bergerak tapi tangan kanannya
masih bisa bergerak lincah. Lengan bajunya
membawa angin kencang membuat 6 butir
bulatan beracun jatuh di tempat jauh, dan
tubuhnya tidak bergeser sein chi pun.
Gerakannya membuat 3 orang Tang Men
ini benar-benar terkejut. Tian Mo Jin Qi
sendiri merasa aneh. Dia berpikir, "Ilmu
silat orang itu benar-benar sangat tinggi.
Aku jarang melihatnya tapi mengapa saat
dia bertarung denganku tadi sepertinya dia
tidak sekuat sekarang?"
Dia tidak tahu pengalaman Xin Jie
dalam menghadapi musuh sangat kurang,
boleh dikatakan tidak ada sama sekali.
Biasanya orang persilatan walaupun tidak
berpengalaman dalam bertarung, tapi pada
saat belajar di perguruan sedikit banyak
pasti pernah berlatih berkelahi dengan
guru, adik, atau kakak seperguruannya. Tapi
Xin Jie tidak pernah mengalaminya. Karena
itu pada saat dia bertarung dengan Jin Qi,
dia bersilat hanya bisa mengeluarkan 60%
dari kemampuan ilmu silatnya.316
Sekarang dia menyambut senjata
rahasia pemuda itu dengan berkonsentrasi
penuh. Dia bisa melihat senjata rahasia
dengan jelas dibandingkan dengan orang
lain.
Senjata rahasia Tang Men bisa
terkenal karena senjata mereka tidak
bersuara juga tidak berwarna. Jika sudah
seperti itu bagaimana orang bisa
menghindar? Xin Jie menganggap senjata
rahasia Tang Men tidak menakutkan sama
sekali. Dia sedikit menyalahkan 'Paman Mei'
nya mengapa selalu menganggap senjata
rahasia Tang Men begitu hebat.
Tang Bin berlari ke depan Xin Jie,
"Aku yakin Tuan pasti mempunyai seorang
guru hebat, tapi aku yakin di dunia
persilatan ini yang pantas menjadi guru
Tuan tidaklah banyak. Jika aku tidak salah
menebak, apakah gurumu adalah 'Tian Xia Di
Babad Tanah Leluhur 7 Victory Karya Luna Torashyngu Tiga Maha Besar 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama