Ceritasilat Novel Online

Pendekar Aneh Seruling Sakti 6

Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong Bagian 6


"Jadi. jadi Giok-sie sudah berada di tangan Oey Locianpwe?" tanya Ko
Tie bertiga dengan suara agak tergagap.
Oey Yok Su mengangguk.
"Ya, memang Giok-sie sudah berada di tanganku! Tadi aku telah berhasil
mengambilnya dari iblis itu.!" menjelaskan Oey Yok Su.
Ko Tie bertiga dengan Siangkoan Yap dan Giok Hoa memandang takjub, seakan
juga mereka tidak mempercayai keterangan Oey Yok Su, karena tidaklah
mudah untuk merebut Giok-sie dari tangan Mo-in-kim-kun yang mereka
ketahui memiliki kepandaian sangat tinggi, hanya setingkat di bawah
kepandaian Oey Yok Su.
Walaupun Oey Yok Su memang memiliki kepandaian tinggi, tapi merebut
begitu saja dari tangan Mo-in-kim-kun bukanlah pekerjaan yang dapat
dilakukannya begitu cepat.
Oey Yok Su tersenyum, ia memasukan kembali Giok-sie ke dalam sakunya.
"Nanti akan kujelaskan sekarang mari kita tinggalkan dulu tempat ini,
nanti akan timbul kesulitan yang tidak kita inginkan!" Kata Oey Yok Su.
Ia kemudian melesat dengan pesat sambil meggempit Kim Lo. Ko Tie bersama
Giok Hoa dan Siangkoan Yap tidak berani berayal, mereka pun cepat
menyusulnya.
Pertempuran di dalam lembah ternyata berlangsung sangat hebat. Walaupun
kepandaian orang-orang Pit-mo-gay umumnya tidak rendah tapi jumlah
pasukan tentara kerajaan melebihi dari jumlah mereka.
Karenanya membuat mereka terdesak. Banyak korban yang berjatuhan. Di
lembah tersebut terjadi banjir darah.
Mo-in-kim-kun yang murka bukan main telah mengamuk hebat dengannya
telengas dan ganas sekali. Ia selalu menggerakkan tangannya meminta
korban. Karena tidak ada satu kali pun ia gagal membunuh korbannya setiap
kali ia menggerakkan tangannya.
Pertempuran mati-matian dua pihak itu berlangsung terus selama setengah
harian.
Pihak kerajaan pun telah berusaha untuk dapat memusnahkan orang-orang
Pit-mo-gay. Malah, beberapa orang perwira kerajaan telah berseru-seru
agar Mo-in-kim-kun menyerahkan saja Giok-sie dan mereka akan diampuni
serta akan diberikan kedudukan maupun pangkat jika mereka mau menyerah
dan patuh pada kerajaan.Mo-in-kim-kun bertempur terus, sampai suatu saat ia teringat pada Gioksie nya. Ia meraba sakunya. Mukanya seketika berobah pucat pias.
Kantongnya kosong, ia menekan saku yang kempis, ia berseru kalap ketika
mengetahui Giok-sie lenyap dari sakunya. Tapi ia cerdas sekali, segera
teringat kepada Oey Yok Su.
Tentu ia telah dikerjakan oleh Oey Yok Su yang telah merampas Giok-sie
secara diam-diam diluar tahunya. Dengan membentak bengis, tubuhnya segera
melesat berlari ke mulut lembah, ia bermaksud ingin mengejar Oey Yok Su.
Namun Oey Yok Su sudah tidak terlihat bayangan lagi. Dan Mo-in-kim-kun
yang kecewa dan marah, melampiaskan kemurkaannya itu pada tentara
kerajaan. Bengis dan telengas sekali ia membunuh tidak sedikit tentara
kerajaan.
Banjir darah yang sangat mengerikan. Tapi Mo-in-kim-kun justeru seperti
kerasukan setan karena tidak hentinya ia membinasakan lawan- lawannya.
Belasan orang perwira segera juga mengeroyoknya. Tapi mereka seorang demi
seorang cepat sekali dirubuhkan Mo-in-kim-kun, yang tengah kalap dan
murka.
Waktu itu tampak jelas sekali, betapa Mo-in-kim-kun memang merupakan
orang yang sangat tangguh sekali, pihak kerajaan tidak berdaya untuk
membendung amukannya.
Cuma saja, anak buah Mo-in-kim-kun umumnya sebagian besar telah jatuh
menjadi korban, jumlah mereka tinggal sedikit. Menyaksikan itu selera
bertempur Mo-in-kim-kun terlebih lagi ia teringat kepada Giok-sie yang
telah lenyap maka ia segera setelah membunuh empat orang perwira
kerajaan, kemudian meninggalkan lembah itu. Tidak seorang pun yang dapat
mencegah kepergiannya, sambil berlari seperti terbang, ia berseru nyaring
sekali.
Sisa orang-orang Pit-mo-gay mudah sekali dirubuhkan dan ditangkap oleh
pihak kerajaan. Dan mereka telah tidak berdaya, jumlah mereka yang
semakin sedikit, juga memang mereka pun sudah kehilangan semangat sebab
melihat pemimpin mereka pun telah pergi meninggalkan lembah itu. Dengan
begitu, mereka mudah ditawan.
<>
Oey Yok Su mengajak Siangkoan Yap, Ko Tie, Giok Hoa dan Kim Lo ke sebuah
dusun kecil. Mereka beristirahat disitu. Dan setelah bersantap malam,
mereka berunding, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
"Kita berpisah di sini saja!" Kata Oey Yok Su pada akhirnya dengan
keputusannya. "Aku akan membawa Kim Lo pulang, dan mendidiknya dengan
baik, agar kelak ia bisa mewarisi kepandaian Lohu! Dan juga, tentang
Giok-sie, kelak akan Lohu serahkan kepada Kim Lo, jika ia telah berusia
duapuluh tahun.
"Waktu itulah Kim Lo akan lohu perintahkan mencari kalian, untuk bekerja
sama dengan kalian membangun satu kerajaan yang sungguh-sungguh adil
membawa kesentausaan buat rakyat! Jadi tegasnya, sembilan tahun
mendatang, di bulan tujuh pada tanggal limabelas, kalian akan bertemu
dengan Kim Lo di dusun Yang-cung ini! Mengertikah kalian?"Ko Tie bertiga Giok Hoa dan Siangkoan Yap segera menyatakan mereka
mengerti. Bahkan mereka girang mendengar Oey Yok Su mencanangkan Kim Lo
sebagai calon pendekar yang akan dididiknya dengan sebaik-baiknya.
Tentu saja mereka yakin, jika kelak Kim Lo telah dewasa, niscaya ia akan
muncul sebagai seorang pendekar yang tangguh sekali. Karena Oey Yok Su
bertekad hendak mendidik dan mewarisi seluruh kepandaiannya.
"Juga selama sembilan tahun menantikan tibanya hari pertemuan itu, kalian
beritahukan kepada pendekar-pendekar lainnya. Juga pada puteriku Oey Yong
dan lain-lainnya.
"Jika dapat mereka berkumpul di dusun kecil ini, buat menyambut Kim Lo,
yang kelak harus mereka dukung dengan sebaik-baiknya! Itulah harapan lohu
agar kalian bersungguh-sungguh hati mendukung Kim Lo, agar ia bisa
menperoleh tempat yang selayaknya!"
Ko Tie tersenyum, ia bilang: "Kami tentu tidak akan melupakan pesan
Locianpwe..!"
Oey Yok Su perintahkan Kim Lo bersiap-siap untuk berangkat pulang ke Thohoa-to.
Kim Lo tampak merasa berat buat berpisah dengan Ko Tie dan yang lainnya.
"Paman, ikut saja kalian dengan kami ke Tho-hoa-to!" Kata Kim Lo dengan
wajah muram.
Ko Tie menggeleng sambil tersenyum.
"Tugas berat berada di pundakmu. Kau harus belajar ilmu silat yang
tinggi, Kim Lo. Karena itu, selama ini baik-baiklah kau belajar ilmu
silat yang tinggi, agar kau tidak mengecewakan harapan kami!" Kata Ko
Tie, "kelak kita tokh akan bertemu lagi!"
Setelah berkata begitu, Ko Tie memutar tubuhnya, ia berdiri di hadapan
Oey Yok Su merangkapkan sepasang tangannya, memberi hormat meminta pamit.
Kemudian ia melesat pergi. Demikian juga Giok Hoa dan Siangkoan Yap.
Setelah berada berdua dengan Kim Lo, Oey Yok Su menghela napas, ia
melihat dua butir air mata menitik dari pelupuk mata Kim Lo, katanya:
"Kim Lo mulai detik ini dan selanjutnya Kong-kong tidak mau melihat
hatimu lemah dan mudah menitikkan air mata. Ingatlah kata-kata Kongkong!"
Kim Lo menyusut air matanya, ia mengiakan dengan kepala tertunduk dalamdalam.
Oey Yok Su menuntun anak itu, untuk di ajak pergi meninggalkan desa Yangcung. Sebentar saja, mereka telah berada di tepi pantai, di mana mereka
menyewa sebuah perahu, dan Oey Yok Su mendayungnya cepat sekali untuk
kembali ke Tho-hoa-to.
Keadaan di desa Yang-cung tampak sunyi.
Pihak kerajaan terus juga mencari Giok-sie.Cuma saja sejauh itu belum juga diketahui lagi, dimana beradanya Gioksie. Sedangkan Mo-in-kim-kun seperti juga lenyap tidak diketahui
jejaknya.
Kemanakah Mo-in-kim-kun?
Ternyata ketika mengetahui Giok-sie lenyap dari sakunya, ia marah bukan
main. Ternyata waktu Oey Yok Su menepuk-nepuk pundaknya, kesempatan itu
dipergunakan Oey Yok Su diam-diam mengambil Giok-sie dari saku Mo-in-kimkun. Kepandaian Mo-in-kim-kun boleh tinggi, tapi ia mana bisa menghadapi
Loshia yang sangat ku-koay dan kepandaiannya hebat itu? Dengan
mengandalkan tangannya yang hebat luar biasa, Oey Yok Su berhasil
mengambil Giok-sie tanpa Mo-in-kim-kun mengetahuinya.
Karena itu, bukan kepalang marahnya Mo-in-kim-kun setelah mengetahui
lenyapnya Giok-sie. Segera juga ia meninggalkan lembah tersebut,
meninggalkan semua anak buahnya, orang-orang Pit-mo-gay itu, dan langsung
pergi mencari Oey Yok Su.
Sebagai orang yang sangat cerdik, segera ia menduga tentunya Oey Yok Su
setelah berhasil mengambil Giok-sie, akan segera menuju ke Tho-hoa-to,
segera juga Mo-in-kim-kun pergi ke Tho-hoa-to.
Hanya saja sangat sayang, bahwa di Tho-hoa-to bukan seperti tempat yang
lainnya. Pulau Tho-hoa-to merupakan pulau yang penuh misteri dan telah
diatur sedemikian rupa oleh Oey Yok Su.
Mo-in-kim-kun boleh saja berkepandaian tinggi tapi ia tak berdaya buat
menerobos masuk ke pulau Tho-hoa-to. Karenanya ia berputar-putar selama
lima hari di pulau itu, kelaparan dan kehausan. Karenanya, juga membuat
ia jadi jeri sendirinya.
Jika memang ia tetap bersikeras untuk mencari jalan menerobos masuk ke
Tho-hoa-to, niscaya dirinya sendiri yang akan menderita kerugian.
Karenanya ia telah berusaha untuk mengingat setiap letak dan kedudukan
tempat-tempat di pulau Tho-hoa-to, barulah ia meninggalkan Tho-hoa-to.
Ia mencari tempat yang sunyi untuk menyembunyikan diri. Dan ia memilih
gunung Hoa-san sebagai tempat yang dianggapnya sangat cocok buat dia
hidup mengasingkan diri sambil memeras otaknya untuk memecahkan jalanjalan rahasia di pulau tersebut.
Ia sangat cerdik dan cerdas sekali, namun ia tidak bisa segera untuk
memecahkan rahasia yang terdapat di pulau Tho-hoa-to dan tetap saja dari
tahun ke tahun ia tidak pernah berhasil untuk memecahkan misteri yang
menyelubungi pulau Tho-hoa-to.
Enam tahun kemudian ia pergi lagi ke Tho-hoa-to. Tetap saja ia tidak
berhasil menembus jalan rahasia di pulau itu. Malah lebih parah lagi, ia
terkurung sampai setengah bulan dalam kelaparan dan kehausan, beruntung
akhirnya ia bisa keluar pula dan meninggalkan pulau Tho-hoa-to.Lewat empat tahun lagi, ia kembali mendatangi pulau Tho-hoa-to dengan
penasaran. Apa yang dialaminya tetap saja sama, dan akhirnya ia jadi
putus asa. Ia mengurung diri dan ia masih berusaha terus untuk memecahkan
rahasia yang menyelubungi pulau Tho-hoa-to tersebut.
?Y? Pagi itu dingin sekali. Bunga salju turun rintik-rintik. Jalan sepi.
Hanya tampak sebuah kereta yang dalam cuaca buruk seperti itu masih
melakukan perjalanan.
Kusir kereta itu seorang lelaki tua yang lanjut sekali usianya. Mungkin
sudah berumur tujuhpuluh tahun lebih tubuhnya kurus kering dan kerempeng,
tapi ia ulet sekali. Dengan baju tebal menyelubungi tubuhnya, ia berusaha
memaksa kuda-kuda keretanya berjalan terus, sedangkan di dalam kereta
berkuda dua itu, duduk sepasang laki-laki dan perempuan berusia
pertengahan.
Tampaknya yang laki-laki agak miring duduknya, nyender di pundak wanita
itu, yang rupanya isterinya. Ia tengah sakit parah sekali. Mukanya pucat
dan tubuhnya menggigil.
"A Sam, apakah Po-sinshe mau menolongi suami ini?" Tanya wanita tengah
baya itu, suaranya berkuatir sekali. "Tampaknya suamiku sudah tidak kuat
lagi diserang angin buruk seperti ini!"
Kusir itu, A Sam, tersenyum dengan bibir yang menggigil dan pucat. "Tan
hujin tak perlu kuatir, tentu Tan Hengte (adik Tan) akan dapat ditolong
oleh Po-sinshe, ia seorang tabib yang sangat pandai serta murah hati."
Kemudian tangannya mengayun cambuknya kembali, bunyinya yang membeletar
tak hentiya memecahkan kesunyian di tempat itu. Kereta itu, terus juga
meluncur perlahan-lahan, karena roda kereta itu sulit sekali melewati
tumpukan-tumpukan salju, cuaca benar-benar buruk.
A Sam, kusir kereta itu terus juga berusaha mengendalikan keretanya, agar
dapat maju terus, tampaknya ia bekerja keras.
Laki-laki setengah baya di dalam kereta yang tengah sakit itu, mengerang
menggigil, mukanya pucat sekali.
"Sudahlah.. aku tidak tahan lagi, aku mau mati di rumah saja.
Percayalah, belum lagi kita bisa bertemu dengan tabib itu, aku sudah
tidak kuat dan mati.......!"
Isterinya menghela napas.
"Sabarlah percayalah kita pasti bisa menemui Po-sinshe. Ia terkenal
sangat luhur dan mulia hatinya, tentu bersedia menolong kita kau jangan
putus asa. Bukankah kau ingin cepat-cepat sembuh suamiku?"
Suaminya cuma mengerang saja.
Kereta itu masih terus juga meluncur merangkak perlahan-lahan dihela dua
ekor kuda.
Tiba-tiba roda kereta yang sebelah kanan kejeblos masuk ke dalam tumpukan
salju dan sulit untuk digerakkan lagi. Dua ekor kuda penghela telah
didera terus menerus oleh A Sam, akan tetapi tetap saja kedua ekor kuda
tersebut tidak berhasil untuk menarik kereta itu maju lebih jauh.A Sam tampaknya jadi gugup sekali, ia menyumpah serapah. Yang lebih gugup
adalah wanita setengah baya di dalan kereta itu. Tan Hujin berdoa kepada
Thian untuk memperoleh kelancaran dalam perjalanan ini agar bisa bertemu
dengan Po-sinshe dapat mengobati suaminya ini yang tampaknya semakin
lemah.
Yang membuat Tan Hujin tambah kuatir justeru tubuh suaminya menggigil
semakin keras juga, suara erangan nya semakin lemah. Di antara kepucatan
wajahnya, pada pipinya tampak warna gelap kebiru-biruan, dan inilah
membuat Tan Hujin tambah berkuatir saja.
A Sam telah melompat turun dari tempat duduknya. Ia mendorong kereta
tersebut buat menolong kedua ekor kuda itu menghelanya. Namun tetap saja
tidak berhasil, ini benar-benar membuat A Sam jadi gugup bukan main.
"Celaka! Celaka! Jika memang roda kereta tak bisa digerakkan, kita akan
terhambat di sini!" Menggerutu kusir tua tersebut putus asa.
Waktu itu tampak jelas bahwa Tan Hujin sudah tidak bisa menahan perasaan
kuatir dan cemasnya.
"Suamiku kau rebah saja dulu di sini, aku ingin membantu A Sam untuk
menggerakkan kereta agar rodanya tidak terpendam terus ditumpukan salju!"
kata Tan Hujin pada suaminya! Suaranya cuma menggerang menggigil tidak
menyahuti.
Tan Hujin melompat turun bersama A Sam berusaha mengangkat roda kereta
yang terpendam itu. Tapi usaha mereka gagal. Roda kereta terpendam cukup
dalam.
Waktu itu tampak Tan Hujin putus asa benar. Ia menangis duduk mendeprok
di tumpukan salju. Ia putus asa dan mulai kuatir bahwa suaminya sulit
dapat ditolong dari keadaannya itu.
A Sam juga jadi ikut panik dan gugup melihat Tan Hujin menangis, sibuk
sekali ia menghiburnya, ia juga tidak hentinya berusaha menghela kudanya
agar menarik kereta itu. Dia pun mencoba untuk bantu menggerakkan roda
kereta sambil mencambuk bertubi-tubi pada kudanya tersebut.
Waktu itu tampak seorang melangkah mendekati ke tempat mereka. Orang itu
mengenakan baju putih, seluruhnya putih. Dari baju panjangnya maupun
celananya, berwarna putih.
Demikian juga sepatunya berwarna putih. Kopiahnya pun berwarna putih.
Jika dilihat sepintas lalu ia seperti seorang pelajar. Tapi yang aneh, ia
mengenakan sehelai kain putih menutupi sebagian wajahnya, sehingga yang
tampak sepasang matanya belaka.
Ada lagi keanehan pada diri orang yang baru datang ini. Ia mengenakan
baju dan celana putih itu terbuat dari bahan sutera yang tipis dibawa
udara demikian dingin. Sedangkan A Sam dan Tan Hujin yang mengenakan
mantel bulu yang tebal masih kedinginan.
Tapi orang itu justeru tampaknya tenang-tenang saja, seakan juga hawa
udara yang demikian dingin dan buruk tidak mengganggunya. Walaupun ia
memakai baju tipis, sama sekali ia tidak kedinginan."Tampaknya kalian tengah menghadapi kesulitan?" tanya orang itu pada A
Sam. Suaranya halus. Tapi mulutnya tidak terlihat, karena tertutup kain


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

putih yang menutupi sebagian wajahnya.
A Sam girang melihat orang ini.
"Benar! Benar!" Katanya cepat. "Dapatkah saudara membantu kami untuk
mengangkat roda kereta yang terpendam di dalam tumpukkan salju? Di dalam
kereta itu ada orang yang tengah sakit keras, kami sedang tergesa-gesa
untuk pergi menemui tabib, tapi apa celaka justeru roda kereta kami telah
terpendam seperti ini. Tolonglah kami, saudara!"
A Sam berkata begitu, karena ia yakin, jika ditambah satu tenaga lagi,
mereka tentu akan dapat mengangkat roda kereta yang terpendam ditumpukkan
salju.
Sedangkan Tan Hujin setelah memandang tertegun sejenak segera berlutut
dengan sepasang kaki tertekuk, ia menggangguk-anggukan kepalanya berulang
kali,
"Tolonglah kami, tuan....... tolonglah kami....... kami benar-benar
manusia yang tengah ditimpah kemalangan. Suamiku tengah sakit keras
sekali dan membutuhkan pertolongan tabib." sambil memohon dan
mengangguk-anggukan kepalanya. Tan Hujin pun sudah menangis terisak-isak.
Orang itu mengangguk-angguk beberapa kali.
"Ya, biarlah aku membantu kalian!" Katanya dengan suara menggumam
perlahan. "Kong-kong selalu berkata, setiap kali ada kesempatan untuk
menolong, aku harus segera menolong orang yang tengah dalam kesulitan!"
Tan Hujin bukan main girang mendengar kata-kata orang berpakaian serba
putih itu, ia tetap berlutut sambil memanggut-manggutkan kepalanya lebih
gencar mengucapkan terima kasihnya.
A Sam juga girang bukan main, ia berlari mendekati kereta untuk
mengangkat. A Sam yakin, dengan dibantu orang itu sebentar lagi roda
kereta akan dapat diangkat dari tumpukan salju itu.
Tapi belum lagi A Sam memegang kereta tersebut, orang berpakaian serba
putih tersebut telah mencegah.
"Kau mundur saja paman!" Katanya, sabar suaranya, iapun melangkah
mendekati kereta.
A Sam tertegun.
"Apa..?" tanyanya terheran-heran.
"Biarkan aku saja yang mengangkatnya!" kata orang berpakaian serba putih
itu, tenang sekali.
A Sam tertegun lagi, tapi kemudian ia jadi tidak senang. Ia melihat orang
itu terlalu angkuh.
Mana mungkin ia bisa mengangkat keluar roda kereta yang terpendam di
dalam tumpukan salju itu? Sedangkan tadi saja dibantu dengan tarikan
sepasang kudanya, A Sam dengan Tan Hujin masih tidak berhasil menarik
keluar roda kereta yang terpendam itu.Tapi, orang berpakaian serba putih itu tidak memperdulikan sikap A Sam
dan Tan Hujin yang mengawasi padanya dengan sorot mata tidak mempercayai.
Ia mengulurkan tangannya mementang roda kereta.
Kemudian ringan sekali, seakan juga tidak mempergunakan tenaga, ia
mendorong. Roda kereta itu bergerak, bergerak dan akhirnya roda keluar
dari tumpukan salju itu!
Suatu pertunjukan yang menakjubkan sekali. A Sam berdua dengan Tan Hujin
mengawasi seperti tidak mempercayai apa yang mereka lihat. Tadi mereka
mati-matian mengerahkan seluruh tenaga mereka, tapi tetap saja tidak
berhasil menggeser roda kereta itu walaupun hanya untuk satu dim.
Tapi sekarang orang berpakaian serba putih tersebut cuma menggunakan
tangan kirinya, mendorong perlahan, namun roda kereta itu bergerak,
bahkan akhirnya telah dapat dikeluarkan dari tumpukan salju! Benar-benar
menakjubkan sekali.
Sedangkan orang yang berpakaian serba putih telah menoleh kepada A Sam.
"Sekarang kalian sudah bisa melanjutkan perjalanan kalian!" katanya
sabar.
A Sam tertegun terus, sampai akhirnya ia tersadar dan telah memberi
hormat kepada orang berpakaian serba putih itu.
"Terima kasih atas pertolongan Sianjin (manusia dewa)! Sungguh
menakjubkan sekali! Tentu Sianjin memang seorang dewa yang sengaja turun
ke dunia untuk menolong kami....... Inilah berkat kebesaran
Thian.......!"
Sedangkan Tan Hujin berlutut terus dengan gencar manggut-manggutkan
kepala sambil menangis kegirangan.
"Terima kasih, Sianjin! Terima kasih, Sianjin..!" Katanya di antara isak
tangisnya.
"Bukankah suami nyonya tengah sakit keras dan membutuhkan pertolongan?"
Tanya orang itu. "Jika tidak cepat-cepat pergi ke tabib bagaimana mungkin
orang di dalam kereta itu dapat ditolong jiwanya?"
Ditegur seperti itu, tampak Tan Hujin dan A Sam tersadar. Mereka
mengucapkan terima kasih lagi. Lalu, cepat-cepat pergi ke kereta.
"Tunggu dulu!" Tiba-tiba orang itu berseru dengan suara yang nyaring.
A Sam dan Tan-hujin merandek. Mereka segera pikir, apakah orang itu
bermaksud meminta upah atas pertolongannya.
"Ada....... apa Sianjin?" Tanya A Sam kemudian sambil tersenyum dan
cepat-cepat menghampiri.
Orang itu yang tidak bisa dilihat mukanya tampak berdiam sejenak."Orang di dalam kereta itu sakit apa?" Tanyanya kemudian.
A Sam angkat pundaknya. Ia bilang: "Sangat membingungkan sekali
Sianjin....... sakitnya tampaknya parah sekali.. entah sakit apa.......
Kami akan pergi ke Po-sinshe, mungkin juga Po-sinshe bisa
menolongnya........!"
Orang berpakaian serba putih itu menganggukkan kepalanya beberapa kali,
kemudian ia bilang! "Jika aku coba-coba uutuk mengobatinya apakah kalian
mengijinkan?"
A Sam tertegun sejenak, tapi kemudian ia jadi girang bukan main. Bukankah
tadi ia telah menyaksikan bahwa orang yang berpakaian serba putih ini
bukan orang sembarangan dan juga memiliki kepandaian hebat!
Bukankah ini memang seorang dewa yang turun ke dunia untuk menolongi
suami Tan Hujin? Karena itu cepat-cepat A Sam menjura memberi hormat
mengucapkan terima kasih.
"Kami sangat bersyukur sekali jika memang Sianjin mau menolongi suami Tan
Hujin!" Katanya.
Tan Hujin yang mendengar orang yang berpakaian serba putih itu ingin
mencoba mengobati suaminya, bukan main bersyukurnya. Segera juga dengan
terisak-isak menangis ia berlutut memohon bantuan dan pertolongan orang
berpakaian serba putih itu.
Tanpa mengatakan sesuatu apa pun juga orang berpakaian serba putih
tersebut menghampiri kereta. Ketika ia melihat keadaan orang she Tan yang
rebah menggigil mengerang dengan muka pucat, ia menghela napas.
"Sesungguhnya, sakitnya adalah sakit biasa, ia hanya terganggu angin
jahat saja!" Kata orang berpakaian serba putih tersebut dengan suara yang
perlahan. "Dan, ia cuma perlu diobati dan kemudian beristirahat..!"
Setelah berkata begitu, orang berpakaian serba putih tersebut merogoh
sakunya. Ia mengeluarkan sesuatu, yaitu obat. Disesapkan dalam mulut
suami Tan Hujin.
Ajaib sekali, begitu obat tertelan segera juga suara erangan orang she
Tan lenyap. Ia segera dapat tidur, tidak menggigil lagi. Jauh lebih
tenang dari sebelumnya.
Tan Hujin bersyukur sekali. Ia yakin, tentu orang yang berpakaian serba
putih itu adalah dewa yang turun dari Kerajaan Langit. Begitu pula A Sam.
Selain tenaga dan kepandaian yang menakjubkan, dengan mudah sekali
mempergunakan tangan kirinya, mendorong roda kereta itu keluar dari
tumpukan salju, juga kini dengan sebutir obat saja, ia sudah mengurangi
penderitaan orang she Tan itu.
Tak hentinya Tan Hujin mengucapkan terima kasih. Kemudian orang
berpakaian serba putih tersebut mengeluarkan dua butir obat lagi.
"Nyonya, anda tidak usah kuatir, besok pagi berikan satu butir kepadanya.
Yang tinggal sebutir diberikan lusanya, ia akan segera sembuh!" dan obat
itu diberikan pada Tan Hujin.
Tan Hujin menyahuti obat tersebut dan tidak hentinya mengucapkan terima
kasih.Kemudian Tan Hujin setelah menyimpan obat tersebut, ia menanyakan nama
tuan penolongnya tersebut, tapi orang berpakaian serba putih itu cuma
menggelengkan kepala belaka.
Tan Hujin, A Sam baru saja ingin menanyakan sesuatu lagi, orang
berpakaian serba putih itu telah memutar tubuh melangkah meninggalkan
mereka.
A Sam dan Tan Hujin bengong sejenak, waktu mereka tersadar, segera
keduanya berlutut sambil memanggut-manggut kepala mereka semakin yakin
juga mereka orang berpakaian serba putih itu adalah seorang dewa turun ke
dunia.
Tengah A Sam dan Tan Hujin berlutut, dari belakang mereka terdengar suara
orang bersenandung.
"Hatinya mulia seperti dewa.......! Putih seperti salju!
Tapi kekejaman yang sangat telengas dan bengis seperti iblis.."
Perlahan suara senandung itu, namun terdengar jelas sekali.
Waktu Tan Hujin dan A Sam berpaling mereka jadi heran, seorang pengemis
setengah baya melangkah di atas salju tertatih-tatih. Dia yang
bersenandung dan jaraknya terpisah puluhan tombak. Namun langkah kakinya
bagitu cepat, karena sebentar saja ia sudah sampai di dekat Tan Hujin.
Inilah yang membuat A Sam dan Tan Hujin jadi heran sekali karena mereka
melihat jelas pengemis itu melangkah tertatih-tatih sulit sekali di atas
tumpukan salju. Namun mengapa bisa tiba di dekat mereka begitu cepat?
Bukankah tadi masih puluhan tombak tentu saja hal ini membuat Tan Hujin
dan A Sam jadi heran memandang tercengang.
Pengemis itu tidak mengacuhkan Tan Hujin dan A Sam. Ia cuma melirik,
kemudian sambil bersenandung terus, ia telah menghampiri orang berpakaian
serba putih itu.
Sebentar saja ia sudah berada di dekat orang berbaju putih itu, sedangkan
orang berpakaian serba putih pun menghentikan langkah kakinya, ia berdiri
sambil berpaling. Ia melihat si pengemis. Matanya jadi bersinar, ia
seakan juga terkejut.
Pengemis itu telah sampai di depan orang berpakaian serba putih tersebut,
ia masih bersenandung:
"Hatinya mulia seperti dewa.......! Putih seperti salju!
Tapi kekejaman yang sangat telengas dan bengis seperti iblis.."
Orang berpakaian serba putih diam saja, ia mengawasi si pengemis,
sedangkan si pengemis telah berdiam diri waktu berada di depan orang
berpakaian serba putih. Mulutnya terbuka sedikit bergerak-gerak untuk
bersenandung, namun suara apa pun tidak terdengar, dia mengawasi orang
berpakaian serba putih itu dari atas sampai ke ujung sepatunya.
Dan akhirnya pengemis itu bilang: "Sungguh mulia sekali apa yang telah
tuan lakukan! Tuankah yang tadi berada di kota Loan-san.......?"
Orang yang memakai baju serba putih itu terdiam sejenak, alisnya tampak
mengkerut lalu ia menggeleng perlahan. Tapi tak sepatah perkataan pun
juga yang diucapkannya.Pengemis itu tertawa.
"Ohh, tuan ingin mengartikan bahwa tuan bukan orang yang tadi di kota
Loan-san?" tanyanya lagi.
Orang berpakaian serba putih itu menggeleng lagi.
Pengemis itu tertawa, tapi diluar dugaan, tangan kanannya sebat sekali
diulurkan untuk menyambret kain putih penutup muka orang tersebut.
"Coba aku si pengemis miskin melihat wajah tuan!" katanya.
"Hemmm!" mendengus orang berpakaian serba putih itu, ia memiringkan
sedikit kepalanya. Biarpun tangan pengemis itu cepat sekali menyambar ke
arah kain penutup mukanya, tokh ia tidak berhasil menjambretnya.
Pengemis itu tertegun sejenak.
"Ihhh, hebat memang kepandaianmu!" Menggumam pengemis itu yang jadi
penasaran. Ia sebetulnya merupakan pengemis yang memiliki kepandaian
tinggi sekali.
Tadi ia telah mempergunakan gerakan dari ilmu menjambret Eng-jiauw-kang
atau Cakar Garuda. Biasanya tak pernah ia dengan jambretannya terlebih
lagi ia melakukannya setengah membokong dan cepat sekali. Namun, hasilnya
memang nihil. Tentu saja ia jadi penasaran.
Cepat sekali bertubi-tubi tangannya telah menjambret lagi. Ia mengulangi
sampai tiga kali.
Orang berpakaian serba putih itu sama sekali tidak menggeser kedudukan
kakinya. Ia cuma mengelak ke sana ke mari dan berhasil menghindarkan
mukanya dari jambretan tangan si pengemis. Kakinya sama sekali tidak
tergeser satu dim saja.
Pengemis itu jadi penasaran, namun ia tidak meneruskan jambretannya.
"Aku si pengemis miskin yakin bahwa tuan adalah orang yang tadi di kota
Loan-san!" Katanya kemudian matanya memandang tajam kepada orang
berpakaian serba putih itu.
Orang itu hanya menjawab, "Hemm!" Mendengus perlahan, menggelengkan
kepalanya.
Tetap saja, tidak sepatah perkataan juga terdengar diucapkan olehnya.
Cuma saja matanya yang memancarkan sinar sangat tajam.
Dikala itu, Tan Hujin dan A Sam memandang berkuatir. Mereka jadi takut
dan berkuatir takut karena menduga bahwa pengemis itu orang jahat.
Bukankah pengemis itu datang-datang tidak hujan tidak angin telah
menyerang orang berpakaian serba putih itu. Tuan penolong mereka
mengalami sesuatu yang tidak mereka inginkan di tangan si pengemis.
Waktu itu pengemis tersebut telah bilang, "Jika memang tuan seorang Hohan dan mau mengakui serta bertanggung jawab apa yang telah tuan lakukan,
perkenalkanlah diri tuan kepada aku si pengemis miskin!"Dan juga, jika tuan mau untuk mempertanggung jawabkan perbuatan tuan,
tentu kami tidak akan melakukan tindakan yang dapat memojokkan tuan
sebagai pencuri cilik yang tidak bernama! Mari silahkan ikut dengan kami
buat menemui tetua-tetua kami."
Pengemis tersebut bicara dengan sikap yang sabar, tapi jelas bahwa ia
tengah menindih perasaan tidak senang dan penasaran di hatinya. Ia tidak
bertindak lagi dengan ceroboh karena dalam beberapa jurus itu ia segera
memperoleh kenyataan kepandaian orang berpakaian serba putih tersebut
memang sangat tinggi sekali.
Dan jelas, bahwa ia tak bisa meremehkannya. Karena itu, ia berusaha
menempuh jalan lunak.
Tapi orang berpakaian serba putih itu menggelengkan kepalanya. Malah
disusul kemudian dengan kata-katanya: "Sayang sekali aku masih memiliki
urusan penting yang perlu kuselesaikan. Maaf, tidak bisa aku ikut dengan
kau...!"
"Tuan, jika memang tuan tidak mau berterang, dan memperkenalkan diri,
tentu aku si pengemis miskin So Pang akan lancang meminta pelajaran dari
tuan!"
"Hemmm, jangan memaksa aku.......!" menggumam orang berpakaian serba
putih itu.
"Maaf, aku meminta pengajaran!" kata pengemis itu, yang katanya bernama
So Pang. Ia bukan bicara saja, tangan kanannya tahu-tahu meluncur lurus
ke arah dada orang berpakaian serba putih itu!
Tapi orang berpakaian serba putih tersebut sama sekali tidak berusaha
mengelakkan tangan si pengemis. Ia tetap berdiri di tempatnya. Waktu
tangan si pengemis hampir tiba di dekat dadanya, tahu-tahu ia menyentil
dengan jari telunjuknya.
"Tukkkk!" Pelahan suaranya tapi hebat kesudahannya.
Tubuh Si pengemis terjengkang, bergulingan sampai tiga tombak ke
belakang. So Pang juga mengeluarkan jerit kesakitan. Itulah hebat.
Ia seorang pengemis berkepandaian tidak rendah tapi cuma disentil
perlahan, ia sudah terpelanting saperti itu. Yang membuat dia kaget lagi
tulang pergelangan tangannya sakit sekali seperti retak, membuat ia
meringis kesakitan.
"Maaf. aku tidak bisa menemani lebih lama lagi!" Kata orang berpakaian
serba putih itu sambil memutar tubuhnya dan melangkah pergi.
So Pang tidak bilang apa-apa lagi, ia duduk dengan muka meringis menahan
sakit. Dan memandang takjub bercampur kagum pada orang aneh itu, yang
menutupi sebagian besar wajahnya dan kepandaiannya hampir tidak bisa
diterima oleh akal sehat.
Karena dengan hanya sentilan jari telunjuk tangannya, membuat So Pang
tidak berdaya seperti itu. Tentu saja setelah menerima pelajaran pahit
seperti itu So Pang tidak berani lancang untuk menerjang orang berpakaian
serba putih itu.
Dalam sekejap mata saja orang berpakaian serba putih itu, telah lenyap
dari pandangan mata So Pang.Dengan muka meringis menahan sakit So Pang bangun dan menghampiri Tan


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hujin dan A Sam.
"Siapa nama orang itu? Apakah ia menyebut namanya pada kalian?" Tanya So
Pang kemudian.
Karnehlingti 10.050 . . . . . . .
Tan Hujin dan A Sam menggeleng.
Waktu So Pang mendesak, A Sam menjelaskan apa yang telah mereka alami,
yaitu mereka telah ditolong oleh orang berpakaian serba putih itu, juga
menceritakan obat orang aneh berpakaian putih itu sangat manjur.
So Pang menghela napas.
"Aneh! Memang benar apa yang dikatakan kawan-kawanku, bahwa ia seorang
aneh yang luar biasa, tapi siapakah dia?"
Dan So Pang menghela napas lagi, setelah memandang ke arah tempat di mana
tadi orang aneh berpakaian serba putih itu pergi. Iapun pergi ke tempat
dari arah mana tadi ia mendatangi. Dan ia melangkah cepat sekali, sekejap
mata ia telah lenyap dari pandangan Tan Hujin dan A Sam.
A Sam dan Tan hujin jadi saling pandang satu dengan yang lain, dan
akhirnya mereka mengangguk dan mengangkat bahu. Mereka benar-benar tidak
mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi tadi.
Dan melihat apa yang dilakukan oleh orang yang berpakaian serba putih
itu, memang luar biasa sekali, sebab ia begitu tenang dan, malah biarpun
ia diserang begitu gencar oleh pengemis yang bernama So Pang tersebut
kenyataannya ia bisa menghindarkan diri tanpa merobah kedudukan kakinya.
Dan juga waktu ia diserang dengan pukulan yang hebat, mudah saja ia
menyentil dengan jari telunjuk tangannya dan So Pang dibuat tidak
berdaya. Siapakah sebenarnya orang yang berpakaian serba putih itu, yang
mukanya sebagian besar, tertutup oleh kain putih, sehingga tidak bisa
dilihat wajahnya dan serba mistertus itu?
<>
Ya, siapakah orang berpakaian serba putih itu?
Ternyata ia seorang yang benar-benar diselubungi oleh rahasia. Setelah
meninggalkan So Pang yang dirubuhkan oleh sentilan jari tangannya, ia
menuju ke arah barat.
Gerakan tubuhnya perlahan dan langkah kakinya satu-satu. Tapi
kesudahannya buat orang yang melihatnya akan menakjubkan sekali karena
tubuhnya seperti juga mengambang di atas salju dan meluncur sangat cepat
luar biasa.
Orang berpakaian putih itu memang tidak ingin mencari keributan dengan So
Pang jika sedikit lagi saja ia menambahkan tenaga dalamnya. niscaya So
Pang akan menerima pelajaran yang lebih pahit lagi. Di samping itu,sedikit saja ia menambah tenaganya, niscaya So Pang akan. terluka di
dalam yang tidak ringan.
Dan sekarang ia menuju ke arah barat dengan langkah yang tetap dan
seperti terbang melayang di atas salju. Kalau saja orang diwaktu itu
melihatnya, niscaya akan menduga bahwa orang ini tidak berjalan,
melainkan melayang di atas salju.
Setelah melewati beberapa belas lie, ia berdiam diri sejenak, berdiri
tegak dan mengawasi sekitarnya. Sekeliling tempat itu berwarna putih oleh
salju, sejauh memandang cuma warna putih yang tampak. Salju juga masih
turun, bunga-bunga salju, tampak semakin lebat juga.
Dilihat dari keadaan seperti itu, orang berpakaian serba putih itu
mengetahui tentunya hujan salju bukannya semakin redah dan kecil, malah
sebaliknya. Akan tambah besar dan lebat.
Setelah menghela napas, ia melanjutkan lagi jalannya. Dan ia pun telah
menuju ke arah barat daya. Ia menuju ke kampung Ta-sien, sebuah kampung
yang tidak begitu besar. Ia menghampiri sebuah rumah penginapan yang
tidak terlalu besar, dan memesan kamar.
Kemudian ia rebah di dalam rumah penginapan itu, ia beristirahat. Dalam
cuaca demikian buruk, berdiam diri di dalam kamar rumah penginapan,
dengan tubuh diselubungi selimut tebal memang jauh lebih nyaman
dibandingkan ketika ia masih berada diperjalanan.
Setelah rebah sejenak, orang yang berpakaian serba putih itu bangun
duduk. Ia duduk bersila, mengerahkan tenaga dalamnya, dan meluruskan
lweekangnya.
Ia mulai melatih tenaga dalamnya. Dengan melatih tenaga dalam seperti itu
akan 1enyap keletihan yang menguasai dirinya.
Dan juga memang ia memiliki sin-kang yang tinggi. Hanya kurang lebih
sebakaran satu batang boa, ia sudah bisa memperoleh kesegarannya
memulihkan semangatnya.
Selesai melatih sin-kangnya, iapun perlahan-lahan membuka kain putih yang
menutupi wajahnya. Luar biasa mukanya itu. Usianya memang masih muda.
Akan tetapi pada sekujur tubuh maupun mukanya sampai ke dagu dan lehernya
ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna kuning ke emas-emasan. Keadaan seperti
itu benar-benar menakjubkan sekali.
Mungkin itu pula sebabnya mengapa ia selalu menutupi sebagian besar
wajahnya dengan kain putih dan tidak mau orang lain melihatnya.
Setelah meletakan kain putih itu di pinggir pembaringan, ia turun dari
pembaringan. Menghampiri cermin dan memandangi wajahnya. Lama ia
memandangi wajahnya, sampai akhirnya ia menghela napas dalam-dalam.
Wajahnya jadi muram.
Dilihat dari bentuk wajahnya, memang ia tidak buruk rupa. Juga tidak
terlalu tampan. Tapi, hidung maupun mulutnya lumayan baik bentuknya.
Cuma saja, adanya bulu-bulu kuning memenuhi seluruh wajahnya membuat ia
seperti juga seekor kera berbulu kuning. Dan juga mulutnya yang lebar dan
agak monyong, memberikan kesan seperti mulut seekor kera.Mungkin juga keadaannya seperti itu yang membuat ia berkesal hati. Dan ia
tampak murung. Duduk di tepi pembaringan. Kemudian menghela napas
beberapa kali lagi.
"Kong-kong telah berpesan, bahwa aku harus menemui para paman-paman dan
sahabat-sahabat yang akan mendukungku melakukan sesuatu pekerjaan
besar.. tapi....... apakah mereka sungguh-sungguh akan membantuku?"
Menggumam pemuda itu, pemuda yang mukanya seperti kera ini mungkin baru
duapuluh tahun.
Waktu itu, tampak ia menghela napas lagi. Siapakah sebenarnya pemuda yang
keadaan mukanya luar biasa ini, yang seperti muka kera dengan bulu-bulu
yang halus kuning memenuhi seluruh muka dan tubuhnya?
Ternyata dia tidak lain dari Kim Lo. Dan ia memang sudah tiba waktunya
untuk berkelana.
Selama sembilan tahun ia berlatih ilmu silat yang lebih tinggi dari Oey
Yok Su. Di mana selama ini Oey Yok Su bertekad hendak mendidik Kim Lo
agar kelak menjadi seorang yang berkepandaian sangat tinggi tanpa
tandingan lagi di dalam rimba persilatan!
Sebagai seorang tokoh rimba persilatan yang terkenal sangat ku-koay dan
disegani oleh semua orang gagah, Oey Yok Su tentu saja tidak mau kalau
Kim Lo memiliki kepandaian biasa saja. Murid yang sudah dianggap sebagai
cucunya itu, dididik dengan sebaik-baiknya.
Mungkin juga, dibandingkan dengan apa yang dilakukan Oey Yok Su duludulu, waktu ia mendidik Oey Yong, kepada Kim Lo jauh lebih teliti dan
lebih sayang. Karena seluruh perhatiannya benar-benar ditumpahkannya
kepada Kim Lo.
Tidak terlalu mengherankan kalau Kim Lo telah memiliki kepandaian yang
tinggi sekali, walaupun usianya masih muda. Dan memang ia telah berhasil
menguasai seluruh ilmu silat yang diwarisi Oey Yok Su.
Cuma yang masih kurang adalah latihan, mengingat usianya yang masih
begitu muda. Juga pengalaman. Karena itu Oey Yok Su telah perintahkan
kepadanya buat berkelana, terlebih lagi memang Oey Yok Su ingin memenuhi
janjinya pada Ko Tie, Giok Hoa dan Siangkoan Yap.
Juga tentunya pada orang-orang gagah lainnya yang telah diberitahukan
oleh Ko Tie begitu, bahwa pada tanggal limabelas bulan tujuh mendatang,
Kim Lo akan mencari mereka, menemui untuk minta dukungan mereka, guna
melakukan sesuatu pekerjaan besar. Dan mereka akan bertemu di Yang-cung,
dusun kecil itu.
Kim Lo telah memenuhi perintah Kong-kongnya itu. Telah dua bulan ia
meninggalkan pulau Tho-hoa-to, dan ia menuju ke tempat yang ditentukan
oleh Oey Yok Su beberapa waktu yang lain, yaitu dusun kecil Yang-cung.
Perjalanan yang dilakukan Kim Lo sesungguhnya perjalanan yang kurang
menyenangkan karena waktu itu telah tiba musim dingin dan karenanya telah
membuat ia kurang gembira. Hujan salju yang berkepanjangan membuat
perjalanan itu dilakukannya agak lambat.
Memang benar, salju tidak membuat kesukaran buat Kim Lo, karena ia sudah
memiliki sin-kangnya buat menghangatkan tubuhnya melawan hawa dingin.Musim dingin yang datang lebih cepat dari biasanya ini, merupakan musim
dingin yang benar-benar buruk sekali. Dan Kim Lo tetap melakukan
perjalanan, dengan menutup sebagian mukanya dengan kain putih, karena ia
tidak mau kalau sampai timbul kerewelan dalam perjalanannya, di mana
orang-orang yang melihat bentuk mukanya yang berbulu itu tentu akan
banyak tanya dan juga memandanginya dengan keadaan yang sangat
menjengkelkannya.
Karena dari itu telah membuat Kim Lo mengaturnya sebaik-baiknya. Jika
memang dapat ia tidak akan memperlihatkan mukanya pada siapa pun juga.
Pakaiannya yang serba putih itu, merupakan warna paling disenanginya,
karena memang ia menyukai warna putih. Dan salju yang sepanjang
perjalanannya dilihat merupakan apa yang disenangi. Cuma saja, justeru
kesepian yang ada di dalam perjalanan itulah yang membuat Kim Lo jadi
kurang gembira.
Sedangkan selama dalam perjalanan, Kim Lo juga turun tangan menolong
orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Bukan sekedar orang-orang yang
ditindas oleh penjajah, tapi orang-orang yang membutuhkan tenaganya buat
urusan lainnya.
Seperti yang dialami Tan Hujin, dimana tampak Kim Lo telah turun tangan
tanpa diminta, buat menolongi mereka, menolong orang she Tan dari
sakitnya, dan memberi obatnya.
Banyak orang yang menduga-duga, entah siapa orang berpakaian serba putih
ini. Tapi sama sekali tidak ada yang menduga bahwa wajah yang ada dibalik
kain putih itu sesungguhnya wajah seorang pemuda yang baru berusia
duapuluh tahun.
Mereka umumnya menduga orang yang selalu berpakaian putih itu adalah
seorang tokoh persilatan ternama, yang sementara itu tidak mau
memperhatikan dirinya.
Dan karena itu, mereka semakin yakin dengan kepandaian yang diperlihatkan
Kim Lo, bahwa orang yang berpakaian serba putih itu adalah tokoh
persilatan yang sangat terkenal.
Kim Lo sendiri jika tidak dalam keadaan terpaksa dan terpojokkan sekali,
ia tidak pernah mau memperlihatkan ilmu silatnya, seperti yang kita
ketahui. Ketika So Pang mendesaknya terus menerus, sampai akhirnya ia
mempergunakan ilmu It-yang-cie untuk merubuhkan So Pang dengan hanya satu
sentilan jari telunjuk saja.
Untuk bicara soal kepandaian yang sudah dimiliki Kim Lo, mungkin dijaman
itu sudah tidak ada orang kedua yang bisa menandinginya. Cuma saja Kim Lo
masih kurang pengalaman dan juga latihan.
Semua ilmu yang diwarisi oleh Oey Yok Su merupakan ilmu silat tingkat
tinggi yang hebat-hebat dan jarang sekali ada yang memilikinya. Karena
ilmusilat tocu pulau Tho-hoa-to merupakan ilmu silat yang benar-benar
sangat dahsyat.
Seperti kita ketahui, dulu Oey Yok Su terhitung satu dari lima jago luar
biasa di daratan Tiong-goan. Kita bisa membayangkan, betapa ilmu silat
yang diwarisi Oey Yok Su pada Kim Lo merupakan ilmu yang hebat bukan
main.Sedangkan pada puteri kandungnya sendiri Oey Yong, tak pernah Oey Yok Su
menurunkan ilmu silatnya keseluruhan, mungkin Oey Yong yang pendekar
wanita yang sangat lihay cuma menguasai tiga bagian dari ilmu silatnya.
Lalu sekarang pada Kim Lo disebabkan rasa kasihan dan iba terhadap nasib
anak ini, Oey Yok Su telah mewarisi seluruh kepandaiannya. Dan memang ia
merupakan suatu keberuntungan yang tidak kecil buat Kim Lo sendiri.
Ada satu faktor lainnya yang menguntungkan Kim Lo. Walaupun wajahnya
tidak begitu bentuknya, dengan keadaan seperti kera! Justeru sebaliknya,
ia sangat cerdik sekali.
Ia cerdas bukan main, sehingga setiap ilmu yang diwarisi Oey Yok Su ia
bisa pelajari dengan baik. Ia selalu dapat mempelajarinya dengan
sempurna.
Kecerdasan yang dimiliki Kim Lo seperti ini telah membuat Oey Yok Su jadi
girang.
Waktu Kim Lo akan berangkat meninggalkan Tho-hoa-to, untuk mulai
berkelana di dalam kalangan kang-ouw dan pergi ke Yang-cung maka Oey Yok
Su masih sempat bilang kepada Kim Lo:
"Kau harus dapat menguasai diri sebaik mungkin. Jika memang melihat suatu
persoalan yang bukan urusanmu, janganlah segera turun tangan. Kau baru
boleh turun tangan jika urusan itu merugikan orang lain, dan kau harus
menolongnya dengan sebaik mungkin!
"Dengan demikian, engkau akan dapat memperoleh apa yang kami inginkan,
yaitu kelak engkau menjadi seorang besar! Selama kau mengumbar ilmumu
akhirnya cuma melibatkan dirimu dalam pergolakan di dalam rimba
persilatan, sehingga kesempatan untuk menjadi orang besar yang kami
harapkan, akan gagal sama sekali!"
Kim Lo waktu itu menyatakan pada Oey Yok Su bahwa ia sudah mengerti apa
yang diinginkan Kong-kongnya. Iapun memahaminya bahwa Oey Yok Su telah
meramalkannya, jika memang Kim Lo lebih banyak membagi perhatiannya pada
dunia Kang-ouw, maka ia akan menjadi orang rimba persilatan sepenuhnya,
berarti pekerjaan besar yang diberikan oleh Oey Yok Su akan gagal.
Karena itu ia harus bisa membatasi diri. Dan yang terpenting, ia memiliki
kepandaian tinggi, guna melindungi dirinya dan melengkapi pekerjaan besar
yang akan dilakukannya. Cuma itu saja. Karenanya tidak bisa Kim Lo
sembarangan mempergunakan ilma silatnya yang memang hebat itu.
Kim Lo menghela napas lagi beberapa kali. Kemudian dia memandang lagi ke
cermin. Setelah melihat bentuk mukanya beberapa saat, ia mengambil kain
putih penutup wajahnya. Ia telah menutupi lagi wajahnya.
Kemudian dia pergi keluar dari kamarnya. Ia telah melangkah perlahanlahan memandang keadaan rumah penginapan itu. Cukup ramai, karena banyak
orang-orang yang tertunda perjalanannya disebabkan turunnya salju yang
lebat dan juga cuaca yang begitu buruk, membuat mereka singgah di rumah
penginapan tersebut. Kim Lo melangkah terus ke belakang rumah penginapan.Di belakang rumah penginapan itu, di pekarangan yang cukup luas, telah
terbungkus oleh salju. Dan keadaan di situ benar-benar cukup sepi karena
hanya tampak sekali-kali saja pelayan yang berlalu lalang.
Pelayan-pelayan itu yang melihat cara berpakaian Kim Lo, yang wajahnya di
tutup oleh kain putih, jadi heran bertanya-tanya di dalam hati mereka.
Entah siapa orang yang diselubungi misteri ini.
Tapi Kim Lo tidak memperdulikan sikap pelayan-pelayan itu karena ia lebih
mementingkan untuk melindungi wajahnya agar tidak menimbulkan kerewelan.
Lama Kim Lo berdiri di dekat pendopo di pekarangan belakang rumah
penginapan tersebut menyaksikan bunga-bunga salju yang tengah turun tidak
juga menjadi redah.
Tiba-tiba ia mendengar suara orang bersenandung dengan suara perlahan
sekali dari tempat kejauhan:
"Hatinya mulia seperti dewa.......! Putih seperti salju!
Tapi kekejaman yang sangat telengas dan bengis seperti iblis.."
Hati Kim Lo tercekat. Itulah lagu yang disenandungkan oleh So Pang,
pengemis yang dirubuhkan beberapa waktu yang lalu. Dan tentunya So Pang
bersenandung lagi seperti itu.
Apakah memang So-pang tetap mengikutinya sampai di rumah penginapan ini?
Apakah pengemis itu penasaran dan telah membuntutinya terus? Atau memang
So Pang sekarang datang bersama kawan-kawannya?
Jika apa yang diduganya itu benar, maka ia akan menghadapi kerewelan
lagi, ia segera memutar tubuhnya, kembali ke kamarnya. Ia tidak mau
bertemu dengan So Pang.
Setelah berada di dalam kamarnya, Kim Lo merebahkan tubuhnya di
pembaringan. Ia rebah tanpa membuka tutup mukanya itu.
Pikiran Kim Lo jadi menerawang. Ia teringat pada pulau Tho-hoa-to sebuah
pulau yang sesungguhnya sangat indah dan menyenangkan hatinya.
Sejak baru dilahirkan, ia sudah berada di pulau itu. Duapuluh tahun
lamanya ia dibesarkan di pulau tersebut.
Demikian menariknya pulau tersebut, dengan kemisteriusannya, jalan-jalan
rahasianya yang dipasang Oey Yok Su.
Teringat pada pulau Tho-hoa-to, Kim Lo teringat juga pada ibunya,
kemudian pada Kong-kongnya yaitu Oey Yok Su. Pikirannya terus juga
berputar.


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sampai akhirnya ia teringat pada So Pang, senandungnya yang dikenalnya.
Dan tampaknya memang akan timbul kerewelan lagi di rumah penginapan ini.
Karena dari itu Kim Lo sengaja tidak membuka tutup mukanya dan tetap
dengan bajunya, hal ini akan mempermudah buat dia bertindak kalau memang
terjadi sesuatu.Lama juga Kim Lo rebah terdiam di pembaringan di kamar rumah penginapan
sampai akhirnya ia tersadar dari lamunannya waktu ada orang di luar kamar
berkata:
"Kami adalah pengemis-pengemis miskin melarat, yang membutuhkan sedekah.
Siapakah yang bersedia menolong kami dengan berbaik hati memberikan derma
kepada kami?!"
Kata kata seperti itu menusuk telinga Kim Lo, memang diucapkannya
perlahan. Akan tetapi nadanya tajam sekali, dan jelas itu disertai
lweekang yang mahir, karena begitu melengking sakit ke telinga.
Kim Lo jadi mengerutkan alisnya. Ia segera menduga orang yang berkata
seperti itu tidak mungkin So Pang, karena sudah mengetahui berapa tinggi
kepandaian So Pang dan berapa tinggi sin-kangnya. Jelas ini tentunya
kawan dari So Pang yang kepandaiannya jauh lebih tinggi dari So Pang.
Namun Kim Lo telah berdiam diri saja, dia tetap rebah di pembaringannya.
Hanya ia sudah bersiap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan.
Lama hening, kemudian terdengar lagi orang berkata: "Kami adalah manusiamanusia hina papah yang miskin melarat yang membutuhkan secuil berkah dan
sedekah dari orang-orang yang berhati mulia seperti dewa.!"
Terhenti sejenak dan kemudian ditambah lagi dengan kata-kata,
"Hatinya mulia seperti dewa.......! Putih seperti salju!
Tapi kekejaman yang sangat telengas dan bengis seperti iblis.."
Senandung itu terulang terus, terdengar terus. Dan kata-katanya itu ke
itu juga terus menerus tidak berobah.
Kim Lo tetap rebah di pembaringan tanpa bergerak. Ia mendengarkan saja
senandung di luar kamarnya yang pasti seorang pengemis seperti So Pang.
Tidak lama kemudian terdengar suara orang lainnya di luar kamar yang
bersenandung juga dengan kata-kata yang sama:
"Hatinya mulia seperti dewa.......! Putih seperti salju!
Tapi kekejaman yang sangat telengas dan bengis seperti iblis.."
Dan orang itu pun bersenandung terus.
"Mengapa berdua?" Berpikir Kim Lo tapi tetap saja ia tidak bergerak dari
rebahnya di pembaringan.
Waktu itu Kim Lo tahu, bahwa orang-orang yang berada di luar kamarnya,
tentu tengah mencarinya, dan mereka telah mengetahui kamar, yang di
tempati Kim Lo. Dan mereka sengaja mengundang Kim Lo untuk keluar.
Sebetulnya Kim Lo tidak melayani mereka namun dilihat demikian tampaknya
sulit untuk menghindar dari mereka. Jelas, walaupun bagaimana ia harus
berurusan dengan para pengemis itu.
Kim Lo menghela napas.
"Mereka terlalu mendesakku!" Pikirannya di dalam hati dan Kim Lo menghela
napas lagi.Waktu itu tampak keadaan hening kembali, cuma samar-samar terdengar suara
bersenandung pengemis-pengemis di luar kamarnya.
Kim Lo membiarkan beberapa saat, sampai akhirnya terdengar suara orang
membentak-bentak,
"Hei! Hei! Kalian cuma membikin kotor saja dengan keadaan kalian yang
begitu mesum!"
"Kami cuma beristirahat sebentar disini....... kami tidak mengganggu
kebersihan rumah penginapan ini. Jangan kuatir!" Kata pengemis-pengemis
itu. Rupanya yang menegur mereka adalah pelayan rumah penginapan.
"Tapi kalian harus cepat pergi! Jika diketahui oleh Toako kami, tentu
kalian akan diusir seperti anjing! Tamu-tamu kami juga akan jijik dan
rumah penginapan kami akan bangkrut karenanya! Ayo menggelinding pergi !"
"Jangan galak-galak seperti itu.!" Terdengar kata-kata salah seorang
pengemis.
"Tapi kalian harus pergi!"
"Tunggu....... jangan menyuruh kami dengan cara yang kasar seperti itu!"
Kata pengemis yang lainnya.
Kim Lo mendengarkan saja, sama sekali tidak bergerak dari pembaringan.
Memang biasanya pelayan rumah penginapan akan marah dan tidak mengijinkan
seorang pengemis berada di dalam rumah penginapannya. Selain akan
mendatangkan jijik para tamu, juga akan membuat rumah penginapan itu
akhirnya menjadi kotor dan meseum.
"Kalian mau angkat kaki atau tidak?" Bentak pelayan di luar kamar itu.
"Kami cuma menumpang beristirahat sejenak saja....... nanti juga kami
akan pergi dengan sendirinya, tanpa tuan besar memerintahkan sekasar
itu.!"
"Ayo pergi!"
"Kami, cuma sebentar!"
"Pergi....... atau akan kupanggil alat negara buat mengusir kalian dengan
kasar!" bentak pelayan.
"Plokkkk!" Terdengar suara orang ditempiling, menyusul dengan itu
terdengar jerit kesakitan si pelayan.
"Kurang ajar! Di tengah hari seperti ini kau ingin main pukul dan
bermaksud untuk merampok, heh?!" Teriak si pelayan dengan caci makinya.
"Kau jangan bicara sembarangan, tuan besar!" Terdengar suara si pengemis,
menyusul dengan itu juga terdengar lagi beberapa kali tempilingan.
Rupanya si pelayan telah ditampar pulang pergi oleh si pengemis.
Keruan saja si pelayan rumah penginapan itu menjerit kesakitan berulang
kali. Kemudian terdengar ia mencaci maki dari tempat yang semakin jauh,
rupanya ia melarikan diri.Kim Lo masih tetap berdiam saja dipembaringannya. Ia tidak berseteru
untuk keluar menengahi persoalan tersebut. Dan ia tetap dengan pikirannya
mengenang pada Tho-hoa-to ibunya, Kong-kongnya dan segala isi pulau Thohoa-to tersebut.
Tidak lama kemudian terdengar suara bersenandung dari dua orang pengemis
di luar kamarnya. Senandung dengan kata-kata yang lama dan itu ke itu
juga.
"Hatinya mulia seperti dewa.......! Putih seperti salju!
Tapi kekejaman yang sangat telengas dan bengis seperti iblis.."
Lama juga suara bersenandung itu terdengar terus dibawakan oleh kedua
orang pengemis di luar kamar, sampai akhirnya terdengar suara bentakanbentakan yang ramai. Rupanya pelayan yang tadi ditampar oleh si pengemis
telah datang lagi dengan membawa kawan-kawannya.
"Itu dia! Itu dia! Dia yang telah memukulku! Mereka ingin merampok!
Mereka ingin menimbulkan kerusuhan di rumah penginapan ini!" Teriak si
pelayan yang tadi dipukul si pengemis.
Kim Lo tersenyum mendengar kata-kata si pelayan seperti itu. Kedatangan
si pelayan sama saja seperti anjing mencari penggebuk.
"Ayo kita lemparkan mereka keluar!" Terdengar suara pelayan lainnya. "Ayo
kita hajar saja biar mampus!" Suara mereka ramai sekali.
Tidak lama kemudian terdengar suara bentakan dari pelayan-pelayan itu
Tapi rupanya dua orang pengemis di luar kamar Kim Lo sama sekali tidak
mengacuhkan pelayan-pelayan rumah penginapan itu. Mereka tidak melayani
bentakan-bentakan, justeru tetap saja dua orang pengemis itu
bersenandung.
"Ayo menggelinding pergi atau akan segera kupukul!" Terdengar salah
seorang pelayan mengancam.
"Ya kami dapat saja mempergunakan kekerasan melemparkan makhluk-makhluk
mesum keluar dengan kasar!" bentak pelayan yang lainnya.
"Ayo menggelinding!"
"Ayo pergi!"
Ramai sekali suara pelayan-pelayan itu.
Mendadak, suara senandung dua orang pengemis itu terhenti, menyusul itu
terdengar suara, "plokk, plokk!" berulang kali dan beruntun. Juga di
susul dengan jerit kesakitan para pelayan itu saling susul.
Rupanya para pelayan itu seorang demi seorang telah ditempeleng pengemis
tersebut."Kalian terlalu kasar! Tahukah kalian siapa kami, heh?" bentak salah
seorang pengemis itu, dingin sekali suaranya.
Pelayan pelayan itu jadi ciut nyalinya, karena tidak terdengar lagi suara
bentakan-bentakan mereka.
"Kalian yang pergi! Nanti jika urusan kami telah selesai tanpa kalian
perintahkan tetap kami akan pergi meninggalkan tempat ini! Kalian jangan
kasar dan keterlaluan seperti itu."
Setelah berkata begitu, si pengemis meninggikan suaranya: "Ayo pergi!"
Kemudian menyusul dengan bentakannya terdengar suara menggerutu dari para
pelayan rumah penginapan. Tapi suara mereka semakin menjauh, menunjukkan
bahwa mereka ketakutan dan walaupun hati tidak senang, telah pergi
meninggalkan dua orang pengemis tersebut.
Sunyi lagi.
"Tuan maukah tuan menemui kami dua manusia miskin melarat?" tiba-tiba
terdengar suara si pengemis yang berkata seperti itu, suaranya dingin
tapi sabar.
Kim Lo tahu, kata-kata itu ditujukan padanya. Tapi ia diam saja, tidak
sepatah perkataan juga ia menjawab.
"Tuan, jangan memaksa kami mengambil tindakan di luar batas kemampuan
kesadaran kami, karena jika tuan tetap tidak mau menemui kami dan tidak
sudi menerima kedatangan kami, akan pergunakan cara kami sendiri buat
menemui tuan...!" Terdengar suara pengemis itu lagi.
Tapi Kim Lo tetap saja diam rebah di pembaringan, sama sekali tidak
bergerak.
"Baiklah!" Terdengar pengemis itu lagi. "Jika memang kami manusia-manusia
hina dan rendah tidak pantas diterima oleh tuan, kami akan memberikan
diri buat memaksa bertemu dengan tuan!"
Menyusul dengan perkataannya itu tiba-tiba terdengar suara nyaring, pintu
diterjang dari luar, pintu kamar menjeblak terbuka. Dan tampak melesat ke
dalam kamar dua sosok bayangan.
Kim Lo tetap rebah di pembaringan. Ia cuma melirik dengan sikap yang
tenang.
Dua orang pengemis berusia pertengahan. Mereka berdua merupakan pengemis
yang baru kali ini dilihat Kim Lo. So Pang tidak dilihat di antara
mereka.
Waktu itu salah seorang yang memelihara jenggot panjang telah berkata
dengan diiringi senyuman sinis,
"Maafkan tuan atas kelancangan kami, tapi kami perlu sekali bertemu
dengan tuan, guna membicarakan urusan yang kami anggap penting! Kami
ingin menanyakan sesuatu."
Berkata sampai disitu, si pengemis berhenti sejenak. Pengemis yang tidak
memelihara jenggot telah tertawa dingin, kemudian katanya:"Dan kami kira, kami berhak untuk bertanya kepada tuan karena tiga orang
anggota kami telah terbinasa dengan cara yang sangat bengis dan kejam
sekali."
"Hemmm. Jadi kau mencurigai diriku melakukan perbuatan itu membinasakan
tiga orang perkumpulan kalian?" Akhirnya Kim Lo berkata juga. Dingin
suaranya.
"Maafkan, tidak berani kami sembarangan menuduh orang, dan juga kami
tidak berani kalau harus terlalu ceroboh mencurigakan seseorang yang
belum kami kenal. Sayang sekali justeru ada anggota kami yang melihat
tuan, yang berada di tempat peristiwa pembunuhan terjadi. Karenanya kami
membutuhkan keterangan dari tuan!"
Kim Lo mendengus lagi. Ia bangun duduk di tepi pembaringan.
"Pertanyaan apa yang ingin kalian tanyakan?" Tanya Kim Lo kemudian.
"Kami ingin mengetahui siapakah tuan sebenarnya?" Tanya si pengemis yang
berjenggot.
"Hemmm, ada hubungan apa antara diriku dengan kalian, sehingga perlu
kalian menanyakan namaku?" Tanya Kim Lo.
Pengemis berjenggot itu tersenyum pahit. Ia merangkapkan tangannya,
membungkukkan, sedikit tubuhnya, ia bilang:
"Aku si miskin adalah Yu An, anggota Kay-pang. Dan ini suteku bernama
Tiang Su. Kami berdua bertugas untuk menyelidiki siapa pembunuh tiga
orang anggota kami itu, yang telah dibinasakan dengan kejam sekali.
"Berdasarkan atas keterangan saudara seperguruan kami menyatakan bahwa
tuan berada di tempat peristiwa pembunuhan itu. Dan tuan selalu mengelak
untuk memberikan keterangan yang bisa menjernihkan keadaan karena sikap
tuan yang selalu tidak mau memperlihatkan diri pada kami siapa tuan
sebenarnya. Maaf, tidak dapat kami melenyapkan kecurigaan kami!" Kata
pengemis itu.
"Hemmm, aku sudah menjelaskan kepada kawan kalian, aku tidak tahu menahu
soal pembunuhan tiga orang anggota Kay-pang dan juga memang bukan aku
yang melakukannya. Perkara itu tidak jelas bahwa aku tidak tersangkut,
lalu mengapa kalian terus menerus membuntuti aku?"
Pengemis berjenggot itu menghela napas.
"Selama tuan dicurigai, maka tuan tidak akan terlepas dari mata kami
karena dari itu ada baiknya jika memang tuan mau memperkenalkan diri.
Siapakah tuan sebenarnya?
"Jangan harap tuan bisa melewati daerah Sucoan Barat ini, jika memang
tuan tetap tidak mau memberikan keterangan yang kami butuhkan! Aku masih
mempergunakan cara yang sebaik-baiknya, tapi saudara-saudara kami mungkin
sudah habis sabar!"
Mendengar kata-kata yang mirip ancaman itu tampak Kim Lo tertawa dingin,
mendengus beberapa kali.
"Jadi kalian mengancam?" tanyanya."Bukan mengancam, kami cuma ingin menjelaskan pada tuan, mungkin tuan tak
mengerti peraturan Kay-pang kami!" menjawab si pengemis.
"Tapi aku tidak tersangkut urusan itu!" menjelaskan Kim Lo lagi.
"Nah, silahkan tuan memperkenalkan diri tuan!" Kata si pengemis
berjenggot.
"Hemmmm...!"
"Tuan keberatan?"
"Ya!"
"Kalau demikian, tuan harus menjawab pertanyaan kami, hanya tiga
pertanyaan saja!" Kata pengemis berjenggot itu lagi.
"Katakanlah!"
"Siapa sebenarnya nama tuan? Dari perguruan mana? Dan apa maksud tuan
berada di daerah ini?" Tanya si pengemis berjenggot itu.
Kim Lo tidak menjawab.
"Nah, apakah tiga pertanyaan itu saja tuan tidak bersedia menjawabnya?"
Tanya si pengemis berjenggot waktu melihat Kim Lo berdiam diri saja.
Sedangkan pengemis yang tidak berjenggot tampaknya sudah tidak sabar.
Matanya memandang Kim Lo tajam sekali.
"Untuk memberitahukan namaku, sebetulnya tidak ada masalah dan kesulitan
apapun juga. Cuma saja, cara kalian menanyakannya seakan juga aku ini
pernah melakukan sesuatu kesalahan pada pihak kalian, seperti juga kalian
ini Tie-kwan yang hendak menyidangkan diriku sebagai terdakwa! Inilah
yang membuat aku tidak bersedia mengadakan pembicaraan dengan kalian!"
Pengemis berjenggot itu menghela napas.
"Tuan, sebetulnya untuk diriku pribadi mungkin bisa mengerti akan
pendirian tuan. Tapi aku tengah bicara atas nama perkumpulan kami,
karenanya tidak dapat kami menerima kata-kata tuan seperti itu, mau tidak
mau tuan harus menjawab tiga pertanyaan kami itu!"
"Jika aku menolak?'
Mata si pengemis terbuka lebar.
"Menolak?"
"Ya, seandainya aku menolak?"
Pengemis berjenggot tersenyum pahit.
"Apakah, tuan sudah siap menghadapi segala kesukaran?"
"Kesukaran apa?"
"Banyak sekali!"
"Jadi ini ancaman buatku?""Bukan ancaman, aku sekedar memberitahukan, karena kenyataannya nanti
begitu. Dan pemberitahukan ini, mencegah agar kelak tuan jadi menyesal
tanpa berguna lagi!"
Kim Lo tertawa dingin.
"Baiklah! Dengarlah oleh kalian! Dengan jelas, aku menolak permintaan
kalian!" Dan waktu berkata begitu, Kim Lo bicara dengan nada suara yang
keras.
Muka ke dua pengemis berobah hebat sebentar pucat sebentar lagi memerah.
Tampaknya mereka tersinggung dan marah.
"Apakah tuan bersungguh-sungguh? Apa sih beratnya memberitahukan nama
tuan? Mengapa tuan selalu melindungi muka tuan?" Tanya si pengemis


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian masih menyabarkan diri.
Si pengemis berjenggot ini memang pandai untuk mengekang perasaan dan
amarahnya. Ia pikir jika bisa, ia masih ingin menghindarkan keributan.
Yang penting baginya, ia ingin mengetahui siapakah sebenarnya orang
dengan pakaian serba putih ini, yang mukanya selalu ditutup. Justeru cara
berpakaian Kim Lo seperti itu mendatangkan kecurigaan yang semakin besar
pula di kalangan Kay-pang.
Empat hari yang lalu justeru Kay-pang telah kehilangan tiga orang
anggotanya, yang terbunuh binasa dengan keadaan yang mengenaskan sekali.
Tubuh tiga orang anggota Kay-pang mati dengan keadaan yang rusak, muka
yang dicacah dan tubuh yang biru menghitam seperti pukulan telapak tangan
beracun.
Karena itu, Kay-pang melakukan penyelidikan dengan ketat, mereka mencari
jejak si pembunuh.
Siapa tahu, justeru ada beberapa orang Kay-pang yang melihat Kim Lo
berada di tempat peristiwa pembunuhan itu, dan cara berpakaiannya itu
memang sangat mudah dikenali.
So Pang yang pertama kali menerima tugas buat menyelidiki siapa
sebenarnya orang berpakaian serba putih dengan muka yang sebagian besar
tertutup pakaian putih juga.
Tapi rupanya So Pang tidak berdaya apa-apa untuk menghadapi Kim Lo. Ia
pulang memberikan laporan pada tetua-tetuanya. Dan akhirnya dua pengemis
tua itu yang diperintah untuk melakukan pengajaran pada Kim Lo.
Yu An dan Tiang Su merupakan dua orang pengemis yang menggeblok empat
karung dengan demikian kedatangannya setingkat lebih tinggi dari So Pang.
Mereka yakin, bahwa dengan berdua mereka bisa menghadapi Kim Lo.
Cuma saja, Yu An seorang yang hati-hati dan cerdik, ia tidak mau turun
tangan ceroboh. Ia sudah mendengar dari So Pang bahwa kepandaian orang
buruan mereka tinggi sekali karenanya ia berlaku sangat cepat dalam
setiap tindakannya.
Sedangkan diwaktu itu Kim Lo sendiri sebetulnya menyadari, ia tak bisa
menghindarkan diri lagi dari pertempuran dengan ke dua orang pengemis
ini.Cuma saja, selama ini memang ia merasa terganggu dengan orang-orang dari
partai pengemis, yang selalu membuntuti dan mencurigai ia sebagai
pembunuh.
Karena dari itu, Kim Lo sengaja mengambil sikap keras dan ia memang ingin
sekalian untuk coba-coba ilmunya, yang dipergunakan menghadapi pengemispengemis itu.
"Apakah tuan sudah tetap dengan keputusan tuan?" tanyanya.
Yu An suaranya masih tetap sabar, tapi dari sikapnya terlihat jelas, ia
sudah tidak lagi dapat membendung amarahnya, karena wajahnya sudah merah
padam.
Di kala itu terlihat Kim Lo mengangguk, sikapnya dingin sekali.
"Ya, karena kalian terlalu memaksa dengan tuduhan yang tidak-tidak!"
Menyahuti Kim Lo "Justeru sekarang aku ingin melihat, sesungguhnya apa
yang hendak kalian lakukan terhadap diriku?"
Setelah berkata begitu, tampak Kim Lo mengibaskan tangannya, ia duduk di
tepi pembaringan dengan tubuh yang agak dimiringkan, sikap seperti itu
memperlihatkan sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap ke dua
pengemis itu.
Yu An dan Tiang Su jadi meluap darah mereka, malah Tiang Su yang sudah
tidak bisa menguasai diri lagi, melompat maju.
"Kau terlalu congkak!" serunya. Tangan kanannya diulur, akan menghantam
tangan Kim Lo dengan kelima jari tangannya, ke arah ubun-ubun kepalanya.
Tapi Kim Lo tenang saja. Ia memiringkan kepalanya tanpa berobah duduknya.
Serangan itu lewat.
Yu An juga tidak tinggal diam.
"Maaf, tuan terlalu memaksa kami!" kata Yu An. "Kami terpaksa mengambil
jalan kami!"
Sambil berkata begitu iapun mulai menyerang. Diam-diam Kim Lo berpikir.
"Hemmm, kepandaian mereka jauh lebih tinggi dari kepandaian pengemis yang
mengaku bernama So Pang. Rupanya mereka akan bekerja sama berusaha
merubuhkanku! Hemm! Hemm! Jangan mimpi!"
Setelah berpikir seperti itu, Kim Lo tahu-tahu menyentil dengan jari
telunjuknya, seperti yang pernah dilakukannya pada So Pang.
Dua orang pengemis itu kaget, mereka merasakan tangan mereka sakit
sekali, seperti diterjang oleh suatu kekuatan tenaga yang dahsyat. Namun
berbeda seperti apa yang dialami So Pang, mereka tidak sampai
terjengkang.
Setelah rasa sakit pada tangan mereka berkurang, dua orang pengemis ini
menerjang lagi.Yu An sekarang menyerang jauh lebih hati-hati, ia telah membuktikan
sendiri kepandaian Kim Lo memang hebat.
Sebelum pergi ke mari, Yu An dan Tiang Su sudah mendengar cerita So Pang,
bahwa kepandaian Kim Lo sangat hebat sekali. Orang yang berpakaian serba
putih itu memiliki kepandaian menakjubkan.
Namun sebagai orang yang memiliki kepandaian di atas kepandaian So Pang,
mereka meremehkan keterangan itu. Mereka beranggapan So Pang saja
kepandaiannya kebetulan lemah. Karena itu mereka menyerang dengan
mempergunakan lima bagian tenaga mereka.
Siapa tahu, dalam satu gebrakan, hampir saja mereka bercelaka kalau
memang lweekang mereka tidak kuat. Dan ini merupakan pelajaran pahit buat
mereka, yang membuat dua orang pengemis ini tidak berani berayal lagi
mengerahkan seluruh kepandaian mereka buat menghadapi Kim Lo.
Sedangkan Kim Lo tetap duduk tenang di sisi pembaringan, ia mendengus.
"Hemm, kalian yang telah memaksa aku dengan berbagai cara. Tapi kalian
juga yang mencari-cari alasan seakan juga kalian telah yakin bahwa akulah
yang membinasakan tiga orang anggota Kay-pang kalian!
"Baiklah, sekarang aku akan membuktikan, siapa diriku sebenarnya. Dan
jika aku bermaksud buruk pada Kay-pang, alangkah mudahnya seperti
membalik telapak tangan!"
Sambil berkata begitu tampak tubuh Kim Lo melesat dari duduknya. Ia juga
berseru nyaring, tubuhnya melesat ke sana ke mari lincah sekali.
Kaget Yu An dan Tiang Su melihat kesempurnaan gin-kang orang berpakaian
baju putih, muka yang selalu tertutup itu. Mereka semakin di hantui oleh
dugaan-dugaan mereka. Sebetulnya siapakah orang berpakaian serba putih
yang sangat liehay dan tangguh ini?
Namun sebagai orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi di Kay-pang,
jelas mereka tidak mau berlaku lemah. Mereka juga tidak mau
memperlihatkan kelemahan mereka pada Kim Lo. Mereka segera mengempos
semangat mereka untuk menyerang dengan semakin hebat.
Kim Lo dua kali mendesak dua orang lawannya. Dan pada jurus ketiga, tahutahu sepasang tangannya telah menghantam lurus ke depan.
"Bukk! Bukk!" Dua kali terdengar suara yang bagitu memekakkan telinga,
juga di susul dengan jerit kaget Yu An dan Tiang Su.
Merekapun terpental sebelakang, tubuh mereka terhuyung, dan kemudian
ambruk setelah terhuyung kurang lebih enam tombak, jatuh terguling di
luar kamar.
Saat-saat seperti itu sebetulnya kalau saja Kim Lo bermaksud buruk pada
mereka berdua, merupakan kesempatan yang sangat bagus sekali. Tapi
kenyataannya Kim Lo cuma berdiri di ambang pintu kamarnya dengan bertolak
pinggang dan mendengus beberapa kali saja.
Yu An berdua dengan Tiang Su segera melompat berdiri. Mereka saling
pandang beberapa saat lamanya. Mereka tidak menyangka sedikitpun juga,
bahwa mereka akan dapat dirubuhkan begitu mudah oleh orang yang
berpakaian serba putih tersebut.Dan tampaknya, orang yang memakai baju serba putih itu sangat mudah dan
gampang sekali menggerakkan tangannya untuk merubuh Yu An dan Tiang Su
berdua.
Karena dari itu, dua orang pengemis inipun tidak mengerti segera
menerjang lagi kepada orang yang berpakaian serba putih tersebut!
Tapi Yu An tahu bahwa ia tidak memperlihatkan kelemahannya pada orang
yang berpakaian serba putih itu. Di hadapan lawan tidak bisa membiarkan
dirinya diremehkan.
Karenanya, setelah memandang sejenak kepada lawannya. Segera ia
menjejakan kakinya, tubuhnya pesat sekali melompat menerjang kepada
lawannya.
Ia mempergunakan tenaga sepenuhnya dan juga jurus-turus ilmu silat
andalannya. Maka tidak mengheran kalau waktu itu dari telapak tangannya
telah meluncur angin yang dahsyat sekali, yang menerjang kuat kepada
orang berpakaian putih tersebut.
Kim Lo tertawa dingin. Kemudian ia bilang:
"Kalian tetap berkepala batu dan tidak dapat diberi pengertian, bahwa aku
tidak tersangkut dalam urusan yang kalian tuduhkan! Hemm, baiklah! Karena
kalian mendesak terus, aku akan berusaha melayani sebaik mungkin!"
Sambil berkata begitu, tubuh Kim Lo bergerak gesit sekali, tahu-tahu ia
seperti lenyap begitu saja dari hadapan Yu An. Dan malah Tiang Su yang
tengah bersiap-siap hendak menyerang juga, telah kaget, sebab tahu-tahu
Kim Lo sudah berada disampingnya. Malah, belum lagi Tiang Su sempat
menyadari apa yang terjadi, pundaknya telah kena ditepuk oleh Kim Lo.
Tepukan tersebut memang bukan tepukan biasa, karena tepukan ini
mengandung kekuatan tenaga menindih dan seakan juga ingin meremukan
tulang pundak Tiang Su. Mati-matian Tiang Su berusaha memberikan
perlawanan dengan mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Keringat
dingin mengucur deras sekali.
Dan diwaktu itu ia masih berusaha menghantam dada Kim Lo dengan kepalan
tangan kirinya dan tangan kanannya bermaksud ingin mencengkram perut Kim
Lo. Namun, maksudnya itu tidak kesampaian, karena Kim Lo dapat
menghindarkan serangan-serangan Tiang Su tanpa mengurangi tenaga
tindihannya pada pundak Tiang Su.
Karena menyadari bahwa dirinya berada dalam keadaan terancam. Tiang Su
tidak membuang waktu lagi, tangannya tahu-tahu telah merabah baju
dalamnya.
Ia mencabut keluar senjata tajamnya. Sebatang pedang panjang. Kemudian ia
menikamnya dengan kuat. Tikaman dari jarak dekat. Dan iapun menikam
dengan mempergunakan jurus istimewa, andalannya.
Kali ini tidak bisa Kim Lo cuma mengelakkan diri seperti tadi tanpa
melepaskan tekanan tindihan tenaga pada pundak Tiang Su. Tubuhnya melesat
ke tengah udara, sebab ia menyadari kalau saja ia tidak berusaha
mengelakan diri dari tikaman itu, niscaya dirinya akan menjadi sasaran
yang empuk dari pedang lawan, mengingat jarak mereka terpisah tidak jauh.Tapi Kim Lo pun tidak mengelak begitu saja, tahu-tahu ia melompat ke atas
tengah udara sambil mempergunakan tangannya menghentak kuat.
Keruan saja, tubuh Tiang Su terhuyung ke belakang dan hampir ia
terjengkang jika saja ia tidak keburu untuk mengerahkan gin-kangnya dan
tenaga dalamnya. Dengan ilmu meringankan tubuhnya ia mengatur kedudukan
kedua kakinya, tenaga dalamnya untuk memperkokoh kuda-kuda kedua kakinya.
Tubuh Kim Lo telah meluncur turun lagi hingga di luar kamar. Dan ia
memandang dengan sorot mata tajam! Karena sebagian besar wajahnya
tertutup kain putih, maka Tiang Su maupun Yu An tidak bisa melihat
perobahan wajah Kim Lo.
Sedangkan semua itu terjadi hanya dalam beberapa detik dan sangat cepat
sekali. Yu An sendiri disaat itu sebetulnya tengah bersiap-siap hendak
menolongi Tiang Su, tapi ia telah melihat betapa Tiang Su telah didorong
hampir terpelanting, sedangkan saat itu tampak bahwa Kim Lo telah
memisahkan diri.
Dikala itu memang jelas sekali kepandaian Yu An berdua dengan Tiang Su,
berada di bawah kepandaian Kim Lo. Tapi siapakah sebenarnya orang
berpakaian baju putih yang tangguh ini dan pertanyaan seperti itu selalu
menghantui hati Tiang Su dan Yu An.
Mereka benar-benar tidak mengerti melihat kepandaian orang tersebut yang
memang sangat tingggi. Mereka juga menduganya, jelas bahwa orang yang
berpakaian putih itu tentunya seorang tokoh sakti yang tidak mau
memperlihatkan diri. Namun justeru pihak Kay-pang mencurigainya sebagai
seorang yang telah membinasakan beberapa orang anggotanya.
Dengan demikian, walaupun harus mempertaruhkan jiwanya, Yu An berdua
dengan Tiang Su tentu saja tidak akan membiarkan orang berpakaian serba
putih tersebut berlalu dari hadapan mereka. Dan Yu An telah bertekad ia
akan mengajak Tiang Su untuk sama-sama mempertaruhkan jiwa mereka
bertempur sampai mati.
Dengan lirikan matanya Yu An memberikan isyarat kepada Tiang Su,
sedangkan tangan Yu An pun sudah mencabut keluar pedangnya. Ia yang mulai
melompat mendahului Tiang Su menerjang pada Kim Lo gerakannya memang
lebih gesit dari Tiang Su, pedangnya diputarnya untuk melindungi
tubuhnya.
Dan keadaan seperti itu, Kim Lo sebetulnya tidak mau melayani dua
pengemis ini lebih jauh. Akan tetapi, kenyataan yang ada memperlihatkan
betapapun juga, pengemis-pengemis ini memang tidak akan melepaskan
dirinya. Mereka tetap akan mengganggunya.
Dan ini disadarinya. Mau atau tidak ia harus memberikan hajaran dulu yang
cukup keras kepada dua pengemis ini. Atau jika memang mungkin ia harus
menghalau dua orang pengemis ini.
Yang membuat Kim Lo kuatir justeru kalau saja nanti ia kesalahan tangan
dan membunuh dua orang pengemis ini. Bukankah urusan akan jadi runyam?
Sedang Kim Lo berpikir ragu-ragu seperti itu justeru pedang Yu An sudah
menyambar datang. Gerakan pedang Yu An memang sangat cepat dan hebat
sekali, iapun telah menikam beruntun dengan tiga jurus.
Jurus pertama yang disebut "Burung Hong Manggut Tiga Kali" dan pedangnya
itu bergetar, sedangkan jurus kedua "Naga Meluncur Ke Tengah Awan" samacepatnya seperti jurus pertama, malah jauh lebih berbahaya. Disusul lagi
dengan jurus ketiga "Burung Belibis Terjun ke Air", maka pedangnya
menukik ke bawah.
Gerakan yang dilakukan oleh Yu An sungguhnya merupakan ilmu tongkat dari
Kay-pang yang bernama Tung-hoat Kim-lun. Dan iapun mempergunakannya
dengan kekuatan yang belum terlatih baik untuk disesuaikan sebatang
pedang.
Jika saja ia mempergunakan tongkat sebagai senjatanya, tiga jurus
serangannya itu akan jauh lebih baik dan hidup. Justeru ia mempergunakan
pedang sebagai senjatanya, dengan sendirinya ilmu tongkat Kay-pang
tersebut kurang faedahnya.
Tapi, sebenarnya itupun tidak juga menjadi lemah dan berkurang. Jika saja
yang menghadapinya orang-orang biasa yang berkepandaian tidak seberapa
tinggi niscaya dalam jurus pertama itu sudah akan dapat dirubuhkan
olehnya.
Dan justeru lawannya Kim Lo yang memiliki kepandaian berada di atasnya,
dengan demikian membuat serangan Yu An seakan juga tidak berarti apa-apa
lagi. Mudah saja Kim Lo mengelakan tikaman itu, dan juga dengan gampang
ia balas mendesak Yu An.
Di kala itu terlihat Tiang Su pun tidak tinggal diam. Diringi
bentakannya, ia pun segera menerjang dengan pedangnya.
Ia tahu kepandaiannya berada di bawah kepandaian Yu An namun ia pun tidak
mau memperlihatkan kelemahannya. Ia ingin memperlihatkan kepada Yu An,
bahwa ia sebagai anggota Kay-pang tidak segan-segan mempertaruhkan
jiwanya dan keselamatannya untuk kepentingan Kay-pang.
Yu An memang selalu merasa dirinya berada di atas Tiang Su. Dan Tiang Su
merasakan hal itu. Seringkali jika bicara soal keberanian memang Yu An
selalu melebihi Tiang Su.
Namun kali ini justeru Tiang Su berlaku nekad. Ia telah menerjang
bertubi-tubi dengan pedangnya, seperti orang kalap.
Pedangnya itu berkelebat-kelebat tidak hentinya. Dan dengan begitu pula
cahaya pedangnya seakan juga bergulung-gulung mengepung diri Kim Lo.
Pedang Yu An juga hebat sekali mengurung Kim Lo.
Namun serangan dua orang pengemis itu mana dipandang sebelah mata oleh
Kim Lo. Ia melayaninya dengan berulangkali memperdengarkan suara
dengusan.
Sampai akhirnya iapun telah mengibaskan tangannya. Tampak pada tangannya
sinar kekuning-kuningan yang berkilau-kilauan, dan juga sinar itu segera
bergulung-gulung.
Yu An dan Tiang Su terkejut. Mereka segera bersiap-siap menghadapi
sesuatu. Mereka menyangka Kim Lo mencabut senjata tajamnya. Tapi seketika
mereka agak tertegun waktu mendengar suara seruling mengalun.Kim Lo sambil mengelakkan diri dari tikaman dua orang lawannya. Ternyata
waktu ia mengibaskan tangannya sehingga terlihat sinar kuning menyilaukan
mata, rupanya itulah seruling pusakanya yang telah dicabutnya.
Dengan menempelkan ujung seruling itu dari sela kain putih penutup


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mukanya, hingga lobang seruling itu bisa menempel pada bibirnya. Tanpa
perlu membuka kain putih pelindung mukanya, ia sudah dapat meniup
serulingnya dengan irama yang sangat merdu sekali.
Tiang Su dan Yu An jadi sengit bukan main. Mereka menduga bahwa mereka
diremehkan benar oleh Kim Lo, karena ia sama sekali main kelit sambil
tidak hentinya meniup serulingnya.
Benar-benar tidak dipandang sebelah mata sekali pun. Dan ini membuat
darah Tiang Su dan Yu An jadi meluap.
Tapi, dikala itu, Kim Lo sambil berkelit ke sana ke mari, juga sebetulnya
telah memutuskan, bahwa ia harus merubuhkan dua orang pengemis ini dengan
cara yang lunak. Tidak dapat ia mempergunakan kekerasan yang hanya akan
mempertajam dan memperuncing dendam dan urusan antara Kay-pang dengan
dirinya.
Kalau sampai dua orang pengemis itu dirubuhkan dan terluka ataupun
terbinasa, tentu pihak Kay-pang akan memusuhinya dengan lebih hebat lagi.
Inilah yang tidak dikehendaki oleh Kim Lo. Ia mengelakkan setiap serangan
lawan-lawannya dengan lincah, sambil terus meniup serulingnya.
Memang dilihat sepintas lalu, terjadi sesuatu yang agak ganjil dan lucu
dalam pertempuran yang tengah berlangsung itu. Karena yang seorang
bertempur sambil meniup seruling, sedangkan dua orang lawannya gencar
sakali menyerang mempergunakan pedang mereka masing-masing.
Tapi jika diperhatikan, justeru tiupan seruling Kim Lo bukan tiupan
seruling asal tiup berirama belaka. Karena, ia meniup dengan
mempergunakan sin-kangnya.
Yu An dan Tiang Su berdua memang tak merasakan pada tingkat pertama. Tapi
begitu tiba tingkat kedua, waktu tenaga sin-kang yang di pergunakan Kim
Lo semakin kuat, sehingga suara seruling itu semakin halus namun semakin
kuat mempengaruhi hati dan perasaan dua orang pengemis itu, barulah Yu An
dan Tiang Su kaget tidak terkira.
Dalam keadaan seperti itu, Kim Lo telah memperlihatkan betapapun tidak
kecewa ia menjadi 'cucu' Oey Yok Su, yang telah mewarisi seluruh
kepandaian tokoh sakti yang namanya menggetarkan rimba persilatan itu.
Tiupan seruling itu membuat Yu An dan Tiang Su akhirnya kelabakan, karena
mereka merasakan betapa jantung mereka berdebar aneh. Suara seruling itu
halus sekali, namun hati mereka tergoncang, perlahan- lahan, namun pasti.
Akhirnya mereka terpengaruh suara seruling tersebut. Karena irama
seruling itu seperti juga membuat kedua pengemis itu ke dunia lainnya.
Lagu yang dibawakan oleh Kim Lo adalah lagu percintaan, lembut sekali,
membuat Yu An dan Tiang Su sebagai laki-laki normal telah terpengaruh dan
hati mereka tergoncang. Seakan juga diwaktu itu mereka tengah dicumbu
oleh wanita cantik.Hati Yu An dan Tiang Su terkesiap, mereka segera mengempos semangat
mereka untuk mengerahkan lwekang dan melawan pengaruh irama seruling
tersebut.
Usaha mereka gagal, karena kekuatan irama seruling itu semakin kuat juga.
Kim Lo meniup serulingnya semakin kuat pula dengan sin-kang pada tingkat
yang jauh lebih tinggi.
Perlahan-lahan permainan pedang Yu An dan Tiang Su jadi kacau balau,
mereka seakan juga telah kehilangan pegangan, seperti sudah tidak bisa
mengendalikan diri mereka, membuat setiap serangan mereka ngawur dan
sasaran yang mereka incarpun sudah tidak tepat seperti yang mereka
kehendaki.
Mati-matian mereka mengerahkan lweekang untuk melawan pengaruh seruling
itu. Namun tetap saja mereka gagal.
Yu An yang memiliki kepandaian lebih tinggi dari Tiang Su, waktu ini
menyadari bahwa mereka tidak mungkin bisa menghadapi orang berpakaian
serba putih ini.
Juga dalam waktu dekat mereka akhirnya pasti rubuh dengan sendirinya,
tanpa perlu diserang oleh orang berpakaian putih tersebut. Karena mereka
akan kehabisan tenaga dengan sendirinya.
Dalam keadaan seperti itu, Yu An memutar otaknya mencari jalan sebaikbaiknya untuk menghindarkan diri.
Sedangkan Tiang Su rupanya telah bobol pertahanan dirinya, karena ia yang
pertama-tama, akhirnya membanting pedangnya, tertawa terbahak- bahak,
keras sekali.
Yu An terkesiap.
"Sute.......!" Panggilnya dengan suara berkuatir.
Tapi begitu ia memanggil Tiang Su, ia jadi tambah kaget. Justeru
disebabkan ia terkejut dan memanggil saudara seperguruannya, membuat
pertahanan dirinya jadi kendor dan perhatiannya terpecah, dengan begitu
bobol pula pertahanannya.
Mati-matian Yu An bermaksud menahan tangannya yang hendak membuang
pedangnya. Namun tidak berhasil, akhirnya ia membuang pedangnya. Ia pun
tertawa bergelak-gelak.
Waktu itu Kim Lo terus juga meniup serulingnya. Dan ia tidak menghentikan
tiupan serulingnya, karena ia mengetahui, inilah kesempatan buatnya
menundukkan dua orang pengemis ini. Ia terus juga meniup serulingnya.
Waktu itu Yu An dan Tiang Su tertawa bergelak nyaring sekali. Mereka
tampaknya benar-benar sudah berada di luar jangkauan kemampuan buat
mengendalikan diri. Mereka sudah tidak bisa mengendalikan diri mereka
yang tertawa bergelak-gelak tidak hentinya.
Dalam keadaan seperti itu, sebetulnya cukup berbahaya buat Yu An dan
Tiang Su. Jika saja mereka tertawa terus menerus seperti itu, akhirnya
mereka bisa mati kecapaian sebab kehabisan napas.
Justeru karena itu telah membuat Kim Lo membatasi tiupan serulingnya. Ia
cuma bermaksud hendak membuat dua orang pengemis itu menjadi lemas saja.Pelayan-pelayan rumah penginapan dan tamu-tamu sudah berdatangan. Mereka
menyaksikan segalanya dari jarak terpisah cukup jauh merasa takjub dan
heran sekali.
Mengapa orang berpakaian serba putih yang mukanya tertutup kain putih
itu, meniup serulingnya dan dua orang pengemis tersebut tertawa bergelakgelak seperti itu? Karenanya, telah membuat mereka memandang dengan
sepasang mata terpentang lebar-lebar penuh keheranan.
Kim Lo melihat Yu An tertawa terus menerus bergulingan di lantai. Begitu
juga halnya dengan Tang Su. Mereka seperti orang yang terganggu
ingatannya, karena telah bergulingan di lantai sambil tertawa bergelakgelak terus menerus dengan memegangi perut mereka.
Kim Lo merasa telah cukup dengan tindakannya menghukum dua orang pengemis
tersebut, karena ia memang tidak bermaksud menanam permusuhan yang lebih
dalam dengan pihak Kay-pang. Dan kesalah pahaman beberapa waktu yang lalu
ingin diselesaikannya. Karena dari itu telah mengambil keputusan untuk
menyudahi tiupan serulingnya.
Tapi belum ia sempat menyelesaikan lagunya, diwaktu itu terdengar suara
jeritan. Tiga sosok tubuh orang terpelanting.
Itulah tamu-tamu dan pelayan yang tengah berdiri menyaksikan peristiwa
tersebut. Karena tahu-tahu dari belakang mereka ada seseorang yang
menghantam kuat sekali membuka jalan, membuat mereka terpelanting seperti
itu. Orang yang membuat mereka terpental tidak lain seorang pengemis tua, yang
mukanya tampak cemberut karena marah. Dan tubuhnya kurus kering. Pada
pundaknya tergemblok karung-karung yang menunjukkan bahwa ia pun seorang
pengemis yang memiliki tingkat tinggi, sebab sedikitnya karung yang
tergemblok di punggungnya itu ada enam atau tujuh karung.
Saat itu Kim Lo pun telah melirik melihat gerakan si pengemis, seketika
ia menyadari bahwa pengemis itu memiliki kepandaian yang tinggi, dan jauh
berada di atas kepandaian Tiang Su maupun Yu An. Dia terkesiap juga
karena suara serulingnya sama sekali tidak berpengaruh pada pengemis tua
itu. Pengemis tua itu, yang mungkin sudah berusia enampuluh tahun lebih,
melompat ke dekat Kim Lo. Tangan kanannya dikibaskan.
"Janganlah kau menyelakai orang kami lagi!" bentak pengemis itu dengan
suara yang dingin. "Hemmm, kau memang sengaja selalu mempermainkan kami!"
Dia bukan mengibas biasa saja, karena dari kibasannya meluncur serangkum
angin kuat bukan main. Malah telah membuat Kim Lo merasa tubuhaya seperti
diterjang oleh suatu kekuatan yang sulit untuk dibendung begitu saja.
Karena berada dalam tekanan tenaga kibasan tangan pengemis tua itu,
membuat Kim Lo harus menghentikan tiupan serulingnya. Ia juga menangkis
dengan mengibaskan serulingnya.
Tenaga kibasan tangan pengemis itu bisa dibuyarkan. Namun pengemis itu
bertindak bukan hanya sampai disitu saja karena menyusuli dengan kibasan
tangannya. Ia pun telah menyerang lagi dengan totokan tangannya yang
lain.Waktu itu terlihat Kim Lo harus mengelakan beruntun tiga kali serangan si
pengemis.
Karena tiupan seruling sudah terhentikan dan irama seruling sudah tidak
ada lagi Yu An dan Tiang Su terlepas dari pengaruh suara seruling itu.
Tubuh mereka lemas. Mereka duduk di lantai dengan lesu tidak bersemangat.
Muka mereka pucat.
Yu An dan Tiang Su menyadari, jika terlambat sedikit saja mereka ditolong
pengemis tua itu, niscaya mereka akan mati lemas dengan sendirinya karena
tertawa tidak hentinya.
Sedangkan waktu itu Kim Lo diserang tidak hentinya oleh pengemis tua itu.
Kim Lo juga tidak tinggal diam, sebab ia sudah mulai membalas menyerang.
Seruling yang ada di tangannya diputarnya dengan cepat berkesiuran ke
arah jalan darah di tubuh pengemis tua itu. Itulah totokan yang sangat
hebat sekali mengancam jalan darah yang menentukan di tubuh si pengemis
tua. Pengemis tua itu terkesiap melihat cara menotok dan menyerang Kim Lo,
matanya bersinar.
Setelah melayani tiga jurus lagi, pengemis tua itu menjejakkan kakinya.
Tubuhnya melompat keluar dari kalangan pertempuran dengan segera.
"Tunggu dulu!" Bentaknya dengan suara yang nyaring, katanya, "Masih ada
hubungan apa engkau dengan tocu pulau Tho-hoa-to?"
Kim Lo mengawasi pengemis tua itu, kemudian ia menyahuti juga: "Kita
tidak perlu membicarakan segala persoalan yang tidak penting! Kini
katakan, mengapa Kay-pang selalu memusuhiku dan mencari gara-gara?!"
"Hemmm, engkau dicurigai oleh kami sebagai pembunuh tiga orang Kay-pang.
Dan karena itu selama engkau belum memberikan bukti-bukti nyata serta
jelas bahwa engkau benar-benar tidak tersangkut dalam urusan pembunuhan
itu, selama itu pula kami akan tetap saja akan mengejarmu.
"Walaupun engkau melarikan diri ke ujung dunia sekali pun! Kini akuilah,
apakah memang sesungguhnya engkau yang mmbinasakan tiga orang anggota
kami?"
Kim Lo tertawa dingin.
"Hemm, jika aku bermaksud buruk pada Kay-pang, apakah tadi aku tidak bisa
untuk membinasakan dua orang lagi? Dengan menotok beberapa jalan darah
mereka, akan musnahlah seluruh kepandaian mereka.
"Atau jika memang aku menginginkan jiwa mereka, sama mudahnya seperti aku
membuang ludah. Lalu kau setelah melihat betapapun juga, aku sama sekali
tidak memiliki maksud buruk pada Kay-pang apakah akan tetap menuduhku
dengan tuduhan yang tidak-tidak!"
Pengemis tua itu mengawasi tajam sekali pada Kim Lo, tampaknya ia raguragu."Baiklah!" kata pengemis itu kemudian. "Kau harus menjawab pertanyaanku
dengan sejujurnya!"
"Hemmm, sama seperti tadi kawan-kawanmu, yang hanya meminta jawahan yang
tidak-tidak!" kata Kim Lo mengejek.
"Tunggu dulu, kau dengarlah!" kata pengemis tua itu, "Aku cuma ingin
mengetahui siapakah kau sebenarnya?!"
"Aku adalah seorang kelana yang tak memiliki kepentingan apapun dengan
pihak Kay-pang!"
"Kalau demikian kau menolak buat menjawab pertanyaanku?" tanya pengemis
tua itu.
"Apa yang hendak kau tanyakan?"
"Sebenarnya....... siapa kau sebenarnya?!"
"Aku? Maaf, tak dapat kuberitahukan!"
"Kau dari aliran mana?"
"Juga sulit buat kujelaskan, karena aku tidak pernah merasakan pernah
berhutang budi pada Kay-pang yang mengharuskan aku sekarang menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan padaku! Terlebih lagi pertanyaan itu
seakan-akan memperlihat Kay-pang sebagai perkumpulan manusia-manusia usil
yang hanya ingin mengetahui hal persoalan orang lain belaka!"
"Jadi kau tetap memang ingin mencari persoalan dengan kami?" Tanya
pengemis tua itu.
"Bukankah jika kau memperkenalkan dirimu, urusan dapat diselesaikan
dengan baik! Sekarang saja kau tidak berani memperkenalkan dirimu, juga
mukamu tidak berani diperlihatkan, selalu kau tutup seperti itu, seakan
juga seorang maling yang kesiangan, yang kuatir dikenali orang!
"Hemmm, jika memang engkau tidak memiliki kesalahan, mengapa engkau harus
jeri dan takut memperkenalkan dirimu? Ayo, sekarang alasan apa yang ingin
kau katakan?"
Kim Lo tertawa dingin.
"Kukira, manusia-manusia seperti kalian belum lagi pantas untuk mendengar
dan mengetahui siapa adanya diriku! Karena dari itu, aku tidak bersedia
memberitahukan siapa diriku!"
Muka pengemis tua itu berobah merah padam.
"Kau.!" Katanya dengan suara yang bengis.
Namun akhirnya ia bisa mengendalikan dirinya lagi, ia telah berkata pula
dengan suara yang lebih sabar. "Sekarang begini saja, apa maksudmu
berkeliaran di daerah ini?"
"Ini bukan daerah milik kakek moyang Kay-pang, mengapa aku tidak boleh
berlalu lalang di daerah ini?!" tanya Kim Lo. "Atau memang daerah ini
milikmu?!"Ditanya begitu, darah pengemis tua tersebut jadi meluap. Dan akhirnya ia
bilang: "Bagus! Jika demikian memang tampak jelas kau hendak menantang
Kay-pang, sengaja mencari-cari urusan dengan pihak kami!"
Setelah begitu, tanpa bicara lagi, ia membarengi serangannya. Kali ini si
pengemis tua menyerang dengan pukulan yang gencar sekali.
Hati Kim Lo terkesiap juga.
"Hemm, kepandaiannya memang tinggi!" Pikirnya dalam hati.
Kim Lo berpikir seperti karena ia melihat bahwa kepandaian pengemis tua
yang kali ini jauh berada di atas kepandaian Yu An dan Tiang Su.
Ia mendampinginya dengan baik sekali. Tubuhnya gesit. Seruling tangannya
telah digerakkannya berulang kali.
Pengemis tua itu adalah Yang Tiam, seorang pengemis yang berkepandaian
tinggi. Iapun merupakan tokoh Kay-pang yang memanggul tujuh karung.
Sebagai pengemis berkarung tujuh tentu saja ia memiliki kedudukan yang
tinggi di dalam Kay-pang. Dengan sendirinya membuatnya menjadi orang yang
sangat disegani oleh orang-orang rimba persilatan.
Belum pernah ada orang yang berani bersikap kurang ajar dan menantang
padanya. Baru kali inilah orang yang berpakaian serba putih itu berani
bicara menantang seperti itu dihadapannya, dan seakan juga orang
berpakaian serba putih ini tidak memandang sebelah mata padanya.
Tidak terlalu mengherankan kalau Yang Tiam pun murka sekali. Ia
penasaran. Dan telah menyerang bertubi-tubi, dengan maksud tidak mau
memberikan kesempatan bernapas kepada Kim Lo.
Tapi Kim Lo yang telah menerima didikan langsung dari Oey Yok Su, mana
bisa dirubuhkan pengemis itu.
Tapi Kim Lo merasa kagum melihat kepandaian si pengemis tua yang tinggi
dan juga sangat berbahaya itu, namun walaupun bagaimana ia tetap saja
tidak gentar. Malah, dengan mudah selalu ia memunahkan setiap serangan
yang dilakukan pengemis itu.
Yang-tiam juga beberapa kali terdesak oleh serangan balasan yang
dilakukan Kim Lo. Diwaktu itu tampak Yang Tiam telah menyadari kepandaian
Kim Lo masih berada di atasnya.
Ia menyadarinya dengan hati yang sejujurnya. Cuma saja, sebagai seorang
tokoh Kay-pang, dia mana mau mengakui begitu saja. Ia malah mempergencar
serangannya.
Kim Lo mendengus beberapa kali, lalu ia merobah cara bertempurnya.
Serulingnya diputar dengan cepat sekali, seperti titiran kemudian dengan
bentakan nyaring, ia mendorong dengan tangan yang kiri.
Tubuh Yang Tiam seperti digempur oleh suatu kekuatan yang dahsyat sekali,
seperti juga runtuhnya gunung. Kaget tidak terkira hati si pengemis tua,
mati-matian Yang Tiam berusaha untuk mengendalikan dirinya, tapi gagal.
Dengan disertai teriakan kaget, tubuhnya hampir saja terjungkal rubuh.Di waktu itu Kim Lo tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, ia sudah


Pendekar Aneh Seruling Sakti Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghantam lagi.
Pukulan yang dilakukannya kali ini juga kuat sekali. Karena ia telah
menghantam dengan mempergunakan lima bagian tenaga dalamnya.
Yang Tiam merasakan napasnya sesak.
Seumur hidupnya baru kali ini ia terdesak seperti ini. Inilah pengalaman
yang baru pertama kali dirasakannya. Sejak dahulu sampai sekarang, helum
pernah ia terdesak hebat seperti itu oleh lawannya, yang baru bertempur
belum lama dan baru beberapa jurus belaka.
Inilah pengalaman istimewa yang mengejutkan hatinya. Mati-matian ia
mengempos semangatnya. Ia telah menyalurkan sin-kangnya berusaha untuk
menyambuti tenaga serangan Kim Lo. Namun ia kalah kuat dan tubuhnya
terhuyung mundur.
Kim Lo mendesak terus, dan Yang Tiam mandi keringat dingin. Ia mengeluh.
"Habislah kali ini aku....!" Mengeluh pengemis tua itu, sebab ia
merasakan tenaga dalamnya seperti beku tidak bisa dikendalikan lagi
olehnya.
Namun disaat kekuatan tenaga dalam itu akan menghantam telak pada Yang
Tiam, justru mendadak sekali tenaga tersebut sirna tanpa bekas waktu Yang
Tiam tengah pasrah menerima ajalnya. Karena ia menyadari tidak mungkin
bisa menyambuti kekuatan sin-kang yang begitu dahsyat.
Dan Yu An bersama-sama Tiang Su tengah memandangnya dengan mata yang
terbeliak lebar-lebar karena kuatir. Justru Kim Lo telah menarik pulang
tenaga dalamnya.
Yang Tiam berdiri dengan muka yang pucat dan napas memburu. Namun ia
adalah orang sejati karenanya cepat-cepat ia merangkapkan tangannya, dan
membungkukkan tubuhnya ia bilang.
"Terimakasih atas belas kasihan tuan. Sekarang Yang Tiam baru terbuka
matanya, bahwa di atas dunia ini masih ada langit berlapis-lapis. Dan
benar-benar Yang Tiam tidak tahu telah berani membentur tuan! Maafkan
sikap Yang Tiam tadi yang begitu kurang ajar!"
Yang Tiam dengan jujur mengakui bahwa orang di depannya ini adalah
seorang yang berkepandaian hebat yang bukan menjadi tandingannya. Ia pun
menduga tentunya orang berpakaian serba putih ini adalah tokoh sakti
rimba persitatan.
Sebagai seorang tokoh sakti yang dilihatnya memiliki kepandaian begitu
tinggi jelas orang berpakaian serba putih itu tidak akan melakukan hal
yang tidak-tidak. Tentu saja tidak mungkin ia membunuh tiga orang
pengemis dari tingkat yang di bawah.
Bukankah Yu An dan Tiang Su pun tidak dibinasakannya? Jika memang orang
berpakaian serba putih itu ingin membinasakan Tiang Su dan Yu An dan
menghendakinya jiwanya, ia bisa melakukannya dengan sangat mudah sekali.
Juga terhadap diri Yang Tiam, walaupun tinggal meneruskan serangannya
maka Yang Tiam akan terbinasa, tapi ia telah menarik pu?lang tenaga
serangannya. Bukankah ia telah memperlihatkan bahwa orang berpakaian
serba putih ini memang tidak berhasrat memusuhi Kay-pang.Karena dari itu, segera juga Yang Tiam memiliki penglihatan lain terhadap
lawannya.
Kim Lo melihat pengemis tua itu memberi hormat padanya, cepat-cepat ia
membalas hormat Yang Tiam. Ia melihat Yang Tiam seorang laki-laki sejati,
yang tidak segan-segan mengakui dengan jujur akan kelemahan sendiri dan
mengagumi kehebatan lawannya. Diam-diam Kim Lo jadi menghormati pengemis
tua ini.
"Locianpwe, sebetulnya kepandaian locianpwe berada di atas kepandaianku,
hanya tadi Locianpwe kurang hati-hati, sehingga Boanpwe bisa memanfaatkan
kelemahan Locianpwe. Dengan begitu locianpwe jangan berkecil hati!" Kata
Kim Lo.
Terhibur hati Yang Tiam mendengar kata-kata Kim Lo.
"Orang ini ternyata pandai sekali untuk membawa diri! Ia memanggilku
dengan sebutan locianpwe, apakah ia masih berusia muda? Jika memang ia
masih berusia muda, inilah lebih hebat lagi karena dalam usia semuda itu
ia memiliki kepandaian yang demikian hebat.
"Iapun tidak ada tanda-tandanya sebagai bajingan, ia pandai membawa diri.
Sekarang saja ia masih melindungi mukaku!" Berpikir seperti itu Yang Tiam
menghela napas berulang kali.
Sedangkan saat itu tampak Kim Lo sudah memasukan serulingnya, ia
meneruskan kata-katanya:
"Locianpwe, percayalah, bahwa boanpwe sama sekali tidak melakukan apa
yang dituduhkan kepada Boanpwe. Walaupun bagaimana haruslah kita
menyelidiki urusan itu, agar dapat menempatkan duduk persoalan yang
sebenarnya yaitu mencari pembunuh yang sejati! Jika memang Locianpwe
menghendaki, Boanpwe bersedia dia untuk membantu pihak Kay-pang mencari
pembunuhnya!"
Dan setelah berkata begitu, Kim Lo mengawasi pengemis tua tersebut dengan
sinar mata yang terang dan tajam.
Yang Tiam girang bukan main.
"Kalau memang demikian, atas nama Kay-pang, maafkanlah kami yang telah
sembarangan menuduh tuan dan juga maafkanlah atas tindakan kami yang
sangat ceroboh telah mendesak tuan!"
Setelah berkata begitu Yang Tiam benar-benar memberi hormat dengan
membungkukkan tubuhnya sampai empat kali, sebagai tanda penyesalan.
Sedangkan Kim Lo mengelak tidak mau menerima penghormatan yang diberikan
si pengemis. Di waktu itu, iapun telah bilang:
"Jangan berlaku sungkan Locianpwe. Memang di dalam rimba persilatan bisa
saja terjadi salah paham seperti itu!"
Setelah berkata demikian, Kim Lo pun merangkapkan tangannya balas memberi
hormat.
Sedangkan Tiang Su dan Yu An telah bangun, semangat mereka telah pulih
sebagian, tapi mereka masih tampak lesu.Melihat keadaan dua orang pengemis tersebut, Kim Lo jadi menyesal. Ia
merangkapkan sepasang tangannya, dan bilang dengan penuh penyesalan,
"Maafkan Locianpwe, tadi boanpwe telah berlaku keterlaluan sekali!"
Yu An dan Tiang Su masih sengit, mereka hanya mendengus saja, sedangkan
Yang Tiam telah bilang: "Tuan, jika memang tuan tak keberatan, bisakah
tuan memberitahukan dari aliran manakah tuan sebenarnya?"
"Sesungguhnya sulit buat boanpwe memberitahukan siapa adanya diri
boanpwe, karena bukan disebabkan urusan yang menyangkut dengan kesalahan
yang dilakukan oleh boanpwe. Memang tidak pernah boanpwe melakukan
sesuatu yang salah, tapi justeru menyangkut dengan kepentingan pintu
perguruan boanpwe!" Kata Kim Lo kemudian dengan penuh penyesalan.
Yang Tiam menghela napas dalam-dalam, ia bilang: "Baiklah jika memang
tuan memiliki kesukaran unuk memberitahukan dari aliran mana, kamipun
tidak berani mendesaknya! Tentang maksud baik tuan untuk membantu kami
mencari pembunuh yang telah mencelakai tiga orang auggota kami, itulah
suatu keberuntungan buat Kay-pang, yang meminta pun kami tidak berani!"
"Baiklah!" Kata Kim Lo kemudian. "Nanti boanpwe akan coba membantu
mencari jejak si pembunuh, agar urusan menjadi jernih kembali!"
Setelah berkata begitu, ia berpaling pada Yu An dan Tiang Su, ia bilang
lagi. "Dan jie-wie locianpwe, sebetulnya tadi boanpwe pun tak bermaksud
untuk mencelakai jiewie, karena boanpwe hanya berusaha membela diri
dengan jalan lunak, yaitu membuat jiewie menjadi lemas belaka dan urusan
itu harap jiewe tidak ambil di hati.!"
Tapi karena Tiang Su dan Yu An masih sengit, mereka cuma mendengus saja.
Mereka tidak bilang apapun juga. Benar-benar mereka penasaran sekali,
tadi telah dirubuhkan seperti itu oleh orang berpakaian serba putih ini.
"Jika memang tidak salah," kata Yang Tiam kemudian. "Melihat dari ilmu
silat yang tuan mainkan, tentunya tuan masih memiliki hubungan dengan Oey
locianpwe, tocu dari Tho-hoa-to?"
Kim Lo sangsi sejenak, namun akhirnya ia mengangguk.
"Benar!" Akhirnya ia membenarkan juga, "Sesungguhnya Oey locianpwe yang
dimaksudkan oleh anda adalah Kong-kongku!"
"Kong-kong tuan?" Tanya Yang Tiam. "Oey locianpwe Kong-kong tuan?
Apakah.. apakah itu benar?" suara Yang Tiam ragu-ragu dan tidak
mempercayainya.
Kim Lo mengangguk.
"Ya, tocu pulau Tho-hoa-to memang Kong-kong ku.!" Kata Kim Lo lagi.
"Kalau begitu.., kalau begitu tentunya tuan adalah putera dari Oey Yong
pangcu? Karena Oey locianpwe cuma memiliki seorang puteri saja, yaitu Oey
Yong pangcu yang pernah menjadi Pangcu Kay-pang kami!" kata Yang Tiam.Ia masih memandang tidak mempercayai karena ia mengetahui siapa-siapa
anak Oey Yong yang diperoleh dari hasil perkawinannya dengan Kwee Ceng.
Kim Lo menggeleng.
"Bukan! Bukan! Aku bukan putera Oey Pehbo!" katanya kemudian dengan suara
ragu-ragu. "Aku cuma mengetahui bahwa tokoh pulau Tho-hoa-to adalah Kongkongku, dan maaf, belum bisa aku menjelaskan secara terang
keseluruhannya!"
Yang Tiam menghela napas.
"Pantas kami tidak berdaya menghadapi tuan.......!" Katanya sambil
melirik mengawasi tajam pada muka Kim Lo. Tapi kain putih yang menutupi
muka Kim Lo membuat ia tidak bisa melihat muka Kim Lo.
Dan ia melirik seakan juga sinar matanya ingin menembusi kain putih itu
untuk dapat melihat muka orang. Jika ia telah melihat muka orang yang
terselubung kain putih ini, ia tentu tak akan penasaran seperti itu, ia
tentu bisa mengetahui siapa orang ini.
Justeru Kim Lo telah tertawa, ia bilang, "Maaf, jika memang locianpwe tak
keberatan, aku ingin pergi beristirahat, tak bisa menemani locianpwe
sekalian lebih lama lagi!"
Setelah berkata begitu Kim Lo merangkapkan ke dua tangannya memberi
hormat, ia telah membungkukkan tubuhnya juga. Ia memang sengaja hendak
cepat-cepat menghindarkan diri dari libatan tiga orang pengemis itu, agar
ia tidak menerima pertanyaan-pertanyaan lebih jauh.
Rupanya Yang Tiam masih belum puas, ia bilang: "Tuan bisakah kami melihat
muka tuan sejenak saja?"
Kim Lo terdiam.
"Untuk ini....... ini.......!"
Melihat Kim Lo ragu-ragu seperti itu, Yang Tiam bilang: "Jangan kuatir
tuan, kami cuma ingin mengetahui muka tuan, agar kelak kami bisa
mengenali jika kita bertemu di tengah perjalanan.
"Siapa tahu kelak kita akan berjumpa lagi? Bukankah dengan demikian kami
tidak mengetahui siapa tuan sebenarnya, jika melihat wajah tuan?"
Kim Lo ragu-ragu sejenak, barulah kemudian ia menghela napas dalam-dalam.
"Baiklah!" Ia mengangguk. "Tapi tuan-tuan harus berjanji akan
merahasiakan apa yang telah tuan-tuan lihat!"
Yang Tiam, bertiga mengangguk. Malah Yang Tiam telah bilang, "Percayalah
kepada kami, tuan. Kami bukannya sebangsa manusia yang mulutnya
panjang.!"
Perlahan-lahan Kim Lo mengangkat tangannya, ia membuka dan menyingkapkan
kain putih yang menutupi mukanya.
Yang Tiam bertiga jadi tertegun.
Mereka melihat seraut wajah yang bentuknya luar biasa sekali, yang penuh
dengan bulu-bulu kuning halus. Yang bentuknya seperti muka seekor kera.Hampir saja mereka berseru tertahan, jika mereka tidak cepat-cepat
tersadar, dan berusaha menahan diri.
Waktu itu Kim Lo telah memakai lagi kain putih yang menutupi wajahnya. Ia
bilang, "Nah, apa yang locianpwe saksikan, harap tidak dibicarakan dengan
siapa pun juga!"
Yang Tiam mengangguk. Ia menoleh sekitarnya. Tidak ada orang lain.
Rupanya tadi waktu Yang Tiam tiba di rumah penginapan ini dan menerobos
ke gelangang pertempuran dengan mendorong dan melontarkan tamu dan
pelayan yang tengah menyaksikan, membuat semua tamu dan pelayan rumah
penginapan itu jadi ketakutan.
Mereka telah pergi ke tempat masing-masing. Karena mereka kuatir jadi
sasaran dari pertempuran tersebut. Dengan demikian, Yang Tiam yakin tidak
ada orang lain yang melihat wajah Kim Lo.
"Terima kasih atas kesediaan tuan memperlihatkan diri pada kami!" Kata
Yang Tiam sambil memberi hormat. "Dan kami ingin meminta diri!"
Lalu ia melesat pergi diikuti oleh Tiang Su dan Yu An. Sedangkan Kim Lo
Sepasang Ular Naga 4 Our Story Karya Orizuka Menumpas Bergola Ijo 2

Cari Blog Ini