Rahasia Gambar Sulam Karya Okt Bagian 2
langan mencekel golok dan kapak, kabur ditegalan.
"Tio Lian Beng! Tio Lian Beng!" In Hong meraanggik
manggil. "Kami bukan hendak menangkap kau, kami cuma
mau bicara sedikit! Jangan kau takut, jangan lari!"
Meski adanya leriakan itu, orang itu kabur terus, bahkan
dengan terlebih keras pula. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 93
Mereka lari mutar kebelakang. Diantara sinar si Puteri Malam
masih tertampak seorang dengan tubuh besar, dengan langan
mencekel golok dan kapak, kabur ditegalan. "Tio Lian Beng!
Tio Lian Beng!" In Hong memanggil-manggil. "Kami bukan
hendak menangkap kau, kami cuma mau bicara sedikit! Jangan
kau takut, jangsn lari!"Meski adanya teriakan itu, orang
itu kabur terus, bahkan dengan terlebih keraa pula.
"Benar, dia sama sekali tidak gila!" menjahut nona itu.
"Meskipun dia terfitnah Detektip To dan dipenjarakan,
walaupun dia mendapat pukulan hebat hingga asabatnya tidak
normal lagi, setelah dia ditempatkan dirumahsakit gila, disitu
dia dapat menenteramkan diri, kesadarannya telah kembali.
Tapi dia mengerti baik sekali, begitu lekas dia sembuh.
Detektip To bakal mengurung pula dia dalam penjara, maka dia
terus berpura-pura gila.
Dengan dikembaiikan kepenjara, sukar untuknya meloloskan
diri. Demikian, dengan tetap menjadi seperti orang gila, dia
kabur dari rumah sakit." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 94
Ketika itu Lian Beng tidak lagi berkaok-kaok atau
berjingkrakan, dengan lenang ia mendengar penjelasan In
Hong. Ia agaknya heran.
"Kenapa kau ketahui dia berpura-pura gila, nona?" A Poan
tanya.
"Berdasarkan caranya itu malam dia kabur dari rumah sakit
dan menjingkir kerumah kakaknya di Ho-hua-wu," menjahut In
Hong. "Adalah atas usul kakaknya itu maka dia pindah ke
Nanting ini. Otaknya seorang gila tak nanti seberes itu."
"Ah, Lian Beng," berkata A Poan kepada orang she Tio itu, ia
menghela napas. "Setelah lolos dari rumahsakit, kau mestinya
menjadi tenang, tetapi kenapa, sebaliknya, kau justeru
mengacau dan menerbitkan onar?"
"Benar!" Ouw A menjambung. "Kenapa kau menculik Kang
Siok Leng? Dimana sekarang nona itu? Bukankah kau telah
membinasakannya?"
"Jang mencuri uang jalah aku! yang menerbitkan onar, jalah
aku! yang menculik jalah aku juga!" mendadak Lian Beng
berseru. "Kamu dengan aku, kamu bermusuh apakah?"
"A Poan, Ouw A, kamu berdua keliru mengerti," In Hong
berkata, sabar. "Sejak Tio Lian Beng pindah dari Ho-hua-wu
bersembunji di Nanting, sejak itu seterusnya dia diam
bersembunji saja dirumah kakak misannya itu, sama sekali dia
tidak pernah berkisar meski juga satu tindak, dan berbareng
dengan itu, dia belum pernah melakukan keonaran apa juga
.......... "
"Habis, siapakah yang melakukan semua kejahatan itu?" tanya
A Poan, membuka matanya lebar-lebar. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 95
"Itulah perbuatannya seorang yang menyamar menjadi si gila
yang bermuka merah. Dia menyamar seoagai Tio Lian Beng
disaat Lian Beng buron dari rumah sakit. Dengan kata-kata
lain, orang gila palsu itu tengah menjalankan reacana mereka
yang busuk dan berbahaya .......... "
"Tetapi, Nona In Hong," kata A Poan, "ketika itu malam Tio
Lian Beng minggat, dia benar-benar telah mengepung-ngepung
seorang wanita tua serta seorang anak perempuan umur
delapan atau sembilan tahun, sedang dilain malamnya dia
menghajar pingsan anak laki-lakinya si nenek, lalu dia lari
menghilang.
Jikalau ada orang yang menjaru menjadi dia, orang pasti tak
mempunyai tempo untuk menjalin rupa."
"A Poan, kau benar sebagian. Memang dua kali Tio Lian Beng
muncul di Ho-hua-wu. Pertama jalah ketika ia kabur dari
rumah sakit gila, kabur kerumah encienya. Sebenamja waktu
itu ia bukan mengejar-ngejar si wanita tua dan anak kecil,
hanyalah mereka itu yang ketakutan dan kabur sendirinya
melihat romannya orang gila yang menjeramkan itu, hingga
mereka menjangka mereka hendak diuber-uber. yang ke-dua
kali jalah setelah satu malam ia bersembunji dirumah encienya.
Tempo encie itu ketahui dia tidak gila, dia dinasehati untuk
dimalam ke-dua pindah bersembunji ke Nanting. Dia keluar
diwaktu malam sebab dia takut keluar diwaktu siang
disebabkan mukanya yang berwarna merah itu tidak dapat
dicuci bersih. Ia mesti menanti tibanya sang malam yang gelapgulita. Kebetulan sekali dia berpapasan dengan anaknya si
ncnek itu, maka dia mencekeknya saking terpaksa, setelah
orang itu roboh, dia lari terus ke Nanting. Kecuali itu, lainlainnya kejadian bukan perbuatannya Lian Beng." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 96
Mendengar semua keterangan si nona, Lian Beng percaja nona
itu jujur dan baik hatinya, mak,a ia lantas berkata dengan nada
bersjukur: "Nona In Hong, penasaranku ini aku mengandal
kepada kau untuk dilampiaskan.......... "
"Ah, benar-benar dia tidak gila!" Ouw A berseru. "Kenapa tadi
dia mengamuk kita dengan golok dan kapaknya?"
"Sebab tadi dia mengira kita jalah musuhnya," kata In Hong.
"Sekarang dia sudah insaf bahwa kitalah sahabatnya. Ouw A,
kau loloskanlah belengguannya."
Lian Beng jengah sekali setelah dimerdekakan itu, sebab tadi ia
bagaikan kalap menyerang nona-nona itu bertiga.
"Habis, siapakah itu yang menyamar jadi orang gila yang
galak?" kemudian A Poan tanya. Ia heran dan bersangsi.
"A Poan," In Hong menjahuti, "sebabnya kenapa malam ini
aku mengajak kau jalah untuk memperlihatkan kau bukti-bukti.
Pertama-tama jalah kecuali dua kali Lian Beng muncul di Hohua-wu, yang lainnya tidak sangkutpautnya dengannya. Aku
pun hendak membuktikan dugaanku tepat atau tidak. Bukankah
si orang gila di Kiulietong telah menculik Nona Siok Leng dari
rumahnya Siang Kin? Bukankah nona itu telah menikam
kempolannia yang kanan? Luka itu mesti meninggalkan bekas,
yang tidak lekas-lekas lenjap. Tapi dikempolannya Lian Beng
tidak ada bekas luka itu. Juga muka merah dari si orang gila
jauh lebih merah, sampai alisnya tidak nampak njata, sedang
warna merah dimuka Lian Beng tidak sedemikian tebal
..........."
"Apakah kau telah memeriksanya, nona?" A Poan tanya. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 97
"Belum. Aku hanya menduga dengan melihat keadaan. Dari
tapak kaki dirumahnya Jip Tee Liong, aku percaja Lian Beng
tidak terluka, dan Lian Beng pun bukan orang yang mencekek
mati pada si Naga Tanah itu."
"Bagaimana tapak kaki dirumah Jip Tee Liong itu?" A Poan
lanya pula.
"Setiap orang ada cara atau gaja jalannya sendiri. Sekarang aku
tanya kau. Ketika itu hari kita menjenguk kerumah sakit gila,
bukankah kau telah melihatnya Lian Beng berjalan tak
hentinya?"
"Ya."
"Kau harus ketahui, ada orang yang berjalan dengan ujung
kakinya madap kedalam. Itu dia yang dinamakan kaki ?adu
ajam.? Sebaliknya, ada yang ujung kakinya madap keluar.
Itulah yang disebut kaki huruf 'pat? ? delapan. yang ujungnya
kakinya tak keluar atau kedalam, itulah kaki yang umum.
Semua tindakan itu terjadi karena latihan atau wajar, dan yang
wajar sukar dirubah. Itu hari, tindakannya Lian Beng memberi
kesan dalam kepadaku. Kakinya itu madap ke-dalam, itulah
kaki adu ajam. Tapak kaki dirumah Jip Tee Liong sebaliknya
madap ke-luar. Cuma sepatunya saja yang sama model dan
ukurannya. Kau lihat, A Poan, disini ada banjak tapak kakinya
Lian Beng. coba kau periksa, lalu kau coijokkan dengan tapaktapak kaki dirumah Jip Tee Liong itu. Untuk membuktikan
yang lainnya, sekarang kau ajaklah Lian Beng ke itu kuil tua.
disana kau boleh periksa dia benar ada tapak lukanya atau
tidak."
A Poan menurut, ia adiak Lian Beng pergi. Selang beberapa
menit, mereka sudah kembali. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 98
"Benar tidak," kata ditektip muda itu. "Jang ada hanya luka
hekas rangketan cambuk dan tongkat."
Kemudian detektip ini membuktikan tapak kaki yang madap
kedalam itu.
"Nona In," kata ia achirnya, "sekarang telah temjata Tio Lian
Beng tidak bersalah-dosa, habis bagaimana kita harus bertindak
terbadapnya?"
"Untuk sementara ini, biarlah Lian Beng bersembunji terus
dirumah kakaknya," In Hong menjahut. "Kita menanti sampai
perkara curi dirumah obat sudah ter.ang dan si orang gila muka
merah palsu telah tertangkap dan terbukti dosanya, barn dia
dapat memperlihatkan diri. Ketika itu terang sudah dia tidak
bersalah dan kehormatannya telah dipulihkan."
A Poan setuju.
Lian Beng sangat bersjukur, ia menghaturkan terima kasihnya.
Sampai disitu, bertiga mereka meninggalkan Nanting. Ditengah
jalan, Ouw A dan A Poan minta In Hong menjelaskan perkara
dirumah Jip Tee Liong itu.
"Tapak kaki membuktikan si gila telah memasuki rumah Jip
Tee Liong sebaliknya pengawal pintu mengaku tidak melihat
orang gila datang dan masuk," berkata si nona. "Hal itu
sebenarnya sederhana saja. Sebetulnya dia masuk dengan
menutupi tubuhnya dengan kertas atau kulit, hingga tak
nampak b.aju hujannya serta petnya juga. Cuma sepatunia tetap
sepatu No. 11 itu. Dengan cara itu leluasalah dia masuk
kedalam rumah tanpa si pengawal melihatnya. Mungkin dia
kenal Jip Tee Liong dan Coan San Kah, atau dia ketahui tanda
memencet bel dari Coan San Kah, maka dia menggunai akal
memakai car.anya Coan San Kah itu, hingga Jip Tee Liong /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 99
kena diabui. Pula mungkin Jip Tee Liong memberitahukan
Siok Leng tentang datangnya Coan Sah Kab, maka didalam
telpon, nona ilu menjebut-njebut Coan San Kah. Bisa menjadi
Jip Tee Liong telah berbicara dengan orang itu, atau
sebelumnya mereka bicara, dia sudah diserang dan dicekek
mati. Lalu habis mencekek Jip Tee Liong, dia lantas menyamar
jadi si gila. Mestinya dia cuma mengarah gambar sulam, yang
mana dia bavva pergi dengan dilolosi dari bingkainya, hingga
orang tidak melihatnya. Dia memb.awa sekalian bingkai itu,
yang dia patah-patahkan, supaja bisa dimasuki kedalam
saktmja. Kaca pigura tidak dapat dib.awa bersama, maka dia
hancurkan itu bersama kaca jendela. Itu semua dapat diartikan
sebagai perbuatan orang edan."
"Bukankah lebih sederhana untuk mencari gambar dengan
memasang tangga menaiki tembok?" tanya A Poan.
"Dia berbuat demikian mesti ad.a sebabnya yang memaksa.
Rupanya dia mesti keluar dalam rupa si orang gila bermuka
merah, atau mendadak dia mendap.atkan Siok Leng berada
didalam dan tengah berbicara telpon. Pastilah dia telah
mengintai si nona dan mengenalinya si nona sebagai orang
yang menikam p.adanya, maka tanpa menanti mencari kunci,
dia menggempur pintu ....... "
"Apa artinya suara aneh yang terdengar olehmu selama
pembicaraan telpon itu?" Ouw A tanya.
"Suara berisik itu jalah suara pintu digempur. Siok Leng
berteriak tetapi kena terhalang, hingga alat pendengar terus
tinggal tergantung. Tentunya Siok Leng meronta, lantas ia
dibekap hingga ia tidak bisa bersuara lagi. Si penjahat merasa
puas maka dia tertawa lebar ..........." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 100
"Nona," kata A Poan, "itu artinya Nona Siok Leng kena
dibawa lari si gila tetapi pengaw.al pintu cuma melihat dia
sendin saja ........... "
"Jang benar jalah konconya si gila sudah menjediakan sebuab
truck kecil dibelakang gedung, dijal.an yang sepi, dan truck itu
ditutup rapat. Dengan sudah pingsan, gampang Siok Leng
dibawa pergi. Habis semua itu, dia kembali, untuk membikin
banjak berbisik, guna menarik perhatian si pengawal pintu.
Tidak sukar untuk selama itu dia menjingkirkan baju hujan dan
petnya serta mencuci mukanya yang merah, untuk kabur
dengan otonya. Ketiga orang polisi yang bertugas di pos
penjagaan memperhatikan saja si gila, tentu sekali mereka
dapat diabui. Malah ada kemungkinan, kendaraan lewat
didepan mereka bertiga. Siapa bisa lihat kalau si edan palsu
bersembunji didalamnja? Tentu seltali, dia dapat mengatur
memperlihatkan diri dipelbagai tempat, untuk membikin
bingung pada orang banjak."
"Nona In, cara bagaimana kau bisa ketahui truck itu
disembunjikan dibelakang gedung dijalan yang sunji?" A Poan
masih nenanya.
"Sebab disana pun ada bekas roda truck," menjahut si nona.
Didekat jaian itu ada sebuah mmah, disitu ada seorang
pengemis tua yang Iagi menjelindung diri. Dia melihat
datangnya sebuah truck kecil cat hijau dengan kap kuning,
yang membawa dua buah ban serap. Semua ini ada dugaanku
bel.aka tetapi aku percaja tak tkan lari jauh dari kenjataan."
"Dengan susah-pajah dia mencoba mendapatkan sebuah
gambar sulam itu, maka kenapakah dia membakar dua gambar
yang berada dirumahnya Siang Kin?" tanya Ouw A. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 101
"Kapannya dia membakar kedua pigura itu?" balik tanya In
Hong.
"Dua saudara Siang dan juga Siok Leng melihatnya sendiri
gamba.r itu dibakar, sedang Coan San Kah melihat dibakarnya
bingkainya .............."
"Itu pun .akal-muslihat belaka. Cuma bingkai yang dibakar,
Rahasia Gambar Sulam Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan disengaja, potongan bingkai yang hangus dibiarkan diluar
perapian."
"Jadi menurut kau, semua ini jalah perbuatannya si orang yang
menghis.ap pipa, yang bibirnya ada tai-lalatnya yang hitam,
yang lagaknya tengik?" tanya Ouw A. "Atau seorang lain yang
mendiadi konconja! Bukankah dia atau mereka. j.ang pergi
kerumah Siang Kin untuk membeli dua gambarnya Siang Kin
itu?"
"Itulah dapat menjadi tetapi aku belum pasti."
Selagi oto mereka mendekati jaian perapatan dimana ada
bundaran tengah, In Hong melihat sebuah truck kecil cat hijau
dengan kap kuning lagi mendatangi ? arahnya jalah dari utara
keselatan.
"Lihat, A Poan, truck itu, mirip dengan yang kita bicarakan.
Mari kita susul untuk diperiksa!" kata In Hong.
Truck itu lewat terus.
A Poan menurut, ia memutar otonya, lalu mengejar dengan full
speed.
Truck itu menuju keluar kota, menuju terus kebarat-daja yang
sepi. Otonya A Poan menyusul sehingga jarak tiga-ratus meter.
"A Poan, tak dapatkah k.au menambah gas?" tanya Ouw A,
hatinya tegang. "Mungkin kita bakal menjandaknja!" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 102
"Kepandaianku biasa saja, Nona Ouw A, tetapi nanti aku
coba," sahut si detektip muda, yang kakinya lantas dipakai
menekan keras.
Sekarang kedua kendaraan datang semakin dekat satu dengan
lain.
Truck itu, atau lebih benar penumpangnya, rupanya merasa
bahwa dirinya lagi dikejar, lampu merahnj.a lantas dipadamkan
dan nomomja terus ditutupi.
"Benar-benar truck itu mencurigai," kata In Hong, yang lantas
menialakan lampu oto, yang dap.at digeser arah-tujuannya.
"Nah, kau lihat, apakah itu bukannya dua buah ban serap?
Lihat, lihat, kap otonya tersingkap, disitu ada beberap.a
penumpangnja! Ah, disana kelihatan seperti seorang nona yang
diikat ........... "
"Ya, aku melihatnja!" kata A Poan. "Tidak salah lagi, dialah
Nona Siok Leng!"
"Celaka, mereka menembak! ..........."
Benar-benar, mereka mendengar satu kali suara dar, lalu peluru
lewat disamping mereka.
"A Poan, mari kasikan pistolmu padaku!" kata Ouw A. "Nanti
aku membalas menembak!"
"Kita masih terpisah terlalu jauh, menembak pun tidak ada
gunanya," berkata In Hong. "Mereka itu menggunakan
sepanan."
Selagi mereka itu bicara, lagi dua tembakan terdengar saling
susul, dan sebuah peluru mengenakan telak lampu penjorot di
tengah, hingga lampu itu rusak dan padam. T.api ini tidak /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 103
mencegah In Hong bertiga mengejar terus. Sedikitpun mereka
tidak takut.
"Kejar terus, A Poan!" kata Ouw A, mendongkol. "Tancaplah
gas! Setelah datang lebih dekat, aku nanti hajar mereka!"
A Poan menurut, ia melarikan otonya keras sekali.
Lagi sekali terdengar suara dar, lantas peluru memecahkan
kaca depan, lewat diantara A Poan dan Ouw A. Sjukur In Hong
pun selamat.
Kedua kendaraan lari pesat sekali, dikiri dan kanan, pepohonan
dan tihang-tihang kawat dilewati dalam sekelebatan.
Lagi-lagi datang tembakan, kali ini celaka, A Poan sampai
menjerit. Peluru mengenai ban kanan, sia-sia detektip muda itu
menguasai kendali, oto toh menjeleweng, terus menabrak
tihang kawat, tihang kawatnya roboh, otonya ringsak, api
menjala!
**** VII ORANG YANG DAHINYA BERTAPAK
"Bagaimana dengan A Poan?"
"Itulah pertanjaan In Hong kepada Dr. Ong dalam kamarnya
tabib itu. Selama duabelas j.am, inilah kunjungannya yang
ketujuh kali.
"Dia mendusin sejak sejam yang lalu. Sekarang sudah lewat
saat gentingnya," sahut Dr. Ong. "Silak.an duduk!" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 104
In Hong dan Ouw A duduk disamping meja.
"Apakah lukanya hebat?"
"Hebat tetapi sjukur bukan ditempat yang berbahaya."
"Sjukur!"
"Tapi, Nona In," Dr. Ong tanya, "kamu ada bersama didalam
oto, kenapa kau dan Nona Ouw A cuma luka-luka dikulit
saja?"
"Ketika oto kami menjeleweng, kami berdua sudah mendahului
lompat turun," menj.awab nona yang ditanya. "A Poan lagi
memegang setir, sukar untuknya turut keluar. Pula ia tidak
pandai lompat. Kasihan, dia terlempar (keluar dari oto, tapi
sjukur dia jatuh kelumpur. M.aka segera kit a bawa dia
kerumah sakit."
"Sjukur kamu cepat membawanya kemari, kalau tidak, sulit
untuk menolongnya."
"Sajang kawanan bandit itu lolos!" kata Ouw A, panas hatinya.
Mereka keluar dari rumah sakit, untuk berjaian dengan
perlahan-lahan.
"In Hong, kemana sekarang kita harus cari mereka?" Ouw A
tanya. Masih ia penasaran.
"Kita cari Coan San Kah," menjahut si nona.
"Sejak kemarin malam sudah beberapa kali kita cari dia di Ta
Hsi, terus dia tidak dapat diketemukan. Terang dia selalu
menjembunjikan diri!"
"Kali ini kita c.ari dia dirumalmja!"
"Tahukah kau dimana rumahnya itu?" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 105
"Ya. Aku mendapatkannya dari seorang nona tukang njanji."
Mereka jalan terus. Setengah jam kemudian tibalah mereka
dirumah Coan San Kah, akan tetapi buaya darat itu, yang
mengenali mereka, mau lari. Sjukur Ouw A sebat. Dia lompat
menyusul, dia berhasil membekuk, lalu dia menggusumja
kedalam, digabruki keatas dipan.
"Kau mau lari? Akan aku runtuhkan sisikmu!" Ouw A
mengancam.
"Siapa yang mau kabur, njonya yang baik ..... . kata Coan
San Kah meringis. Menghadapi nona itu, dia mati kutunya.
"Melihat kamu datang, aku berniat pergi membeli kembang
gula untuk disuguhkan kepada kamu ........... "
"Kamu bersama Jie Tee Liong yang menculik Nona Kang Siok
Leng, bukan?" tanya Ouw A bengis, matanj.a melotot.
"Tidak ........... tidak ........... " Coan San Kah menjangkal.
"Kau menjangkal, eh? Jikalau kau tidak bersalah, kenapa kau
ketakutan mau kabur?"
Sambil berkata, Ouw A mengangkat tubuh orang, unluk
dibanting.
In Hong mengawasi saja, tanpa bergerak, tanpa berbicara.
"Ampun......... " buaya darat itu memohon. "Mati aku kalau aku
dibanting....... Aku tidak menjangkal, aku suka mengaku ........ "
"Tak perlu aku dengan pengakuanmu! Kau perlu dibanting!"
kata Ouw A sengit, tangannya diangkat tinggi.
"Ampuni dia, Ouw A," kata In Hong. "Ka!au dia mendusta,
baru banting dia!" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 106
"Kau beruntung, binatang!" kata Ouw A, yang menggabruki
pula orang kedipan.
Dipan itu empuk dan ada pernya juga, tetapi toh Coan San Kah
merasa sebelah kakinya sakit.
"Lekas!" si sembrono mengancam.
"Semua-mua Jip Tee Liong," kata Coan San Kah. "Aku pemah
nasiliati dia jangan mengganggu Nona Kang, dia tidak
mengambil mumat. Tapi aku bekerja padanya, aku diperintah,
apa aku bisa bikin?"
"Sekarang dimana Nona Kang disembunjikan?"
"Aku tidak tahu. Kemarin nona itu diangkut kegedung ChiMei, lantas aku diperintah kembali ke Ta Hsi. Aku tidak
sampai masuk kegedung itu. Apa yang terjadi disana, aku tidak
ketahui juga. Baru belakangan aku mendengar kabar Jip Tee
Liong mati dicekek dan Nona Kang lenjap, juga gambar sulam
itu."
"Bukankah, untuk memasuki gedung Jip Tee Liong, ada bel
pintunya?"
"Ya. Tiga kali panjang, dua kali pendek."
"Kecuali kau, siapa lagi yang ketahui isjarat itu?"
"Cuma aku berdua Jip Tee Liong."
"Coba kau pikir baik-baik!" kata In Hong.
"Ya, aku ingat sekarang. Ada seorang sahabat, yang mungkin
ketahui itu. Belum lama berselang dia minta aku mengantaraja
kerumah Jip Tee Liong. Rupanya dia memperhatikan caranya
aku memencet bel." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 107
"Untuk apa sahabatmu itu mencari Jip Tee Liong?" In Hong
tanya.
"Untuk gambar sulam i t u .......... "
"Bicaralah biar jelas!"
"Berapa hari yang lalu Jip Tee Liong dapat membeli sebuah
pigura pada seorang tukang loak di Monte Road. Ia tidak tahu
harganya itu, ia cuma membeli sebab tertarik hati. Hari itu di
Monte Road itu, kebetulan aku mendengar orang mencari
gambar-gambar seperti itu, jumlahnya empat. Aku jadi
menduga, mestinya itulah gambar-gambar berharga. Maka
malamnya aku memberitahukan hal itu pada Jip Tee Liong.
Benar saja, besokannya sahabatku itu niat membeli gambarnya
Jip Tee Liong, gambar Musim Panas. Jip Tee Liong minta
harga seratus dollar, sahabatku itu menawar hanya satu dollar.
Gagal jual-beli itu. Sahabatku lantas mengancam. Tapi Jip Tee
Liong tidak takut, dia menantung, katanja: "Jikalau kau
memaksa, akan aku minta harga dua-ratus dollar, kalau kurang
satu dollar saja, tak usah kau buka lagi mulutmu!? Demikian,
tidak saja jual-beli batal, mereka jadi berselisih. Sejak itu,
sahabatku itu tidak pemah menawar lagi."
"Benarkah keterangan kau ini?"
" Benar, nona, aku berani sumpah tumpur!"
"Jadinya, menurut keterangan kau ini, pasti Jip Tee Liong mati
dicekek sahabatmu itu, yang pun mencuri gambar!"
"Aku rasa tak mungkin," kata Coan San Kah. "Tadi pagi
sahabatku itu masih datang padaku, dia minta aku menjadi
orang pertengahan untuk menawar pula pada Jip Tee Liong.
Sekarang dia suka membajar untuk duapuluh dollar. Aku kasi /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 108
tahu dia bahwa Jip Tee Liong telah mati dibunuh orang. Dia
masih minta aku bicara sama keluarganya Jip Tee Liong Ketika
aku beritahu gambar hilang, baru dia menjadi lesuh."
"Bukankah itu akal-muslihat belaka?"
"Bukankah kau pun telah pergi kepada Siang Kin di Kiulieteng
untuk membeli dua gambar Musim Semi dan Musim Rontok?"
Ouw A tanya.
"Benar. Aku tidak menjangkal."
"Siang Kin tidak mau menjualnya. Perlu apa kau datang untuk
ke-dua kalinya?"
"Aku.......... a ku.......... aku.......... "
"Lekas bicara, anjing!" suara Ouw A menggeledek.
"Kaiena Siang Kin tidak mau menjual, aku niat curi itu.
Ketika aku tiba disana, aku melihat si orang gila bermuka
merah tengah membakar kedua gambar itu .......... "
"Kalau begitu, teranglah kau yang memaksa Nona Kang pergi
menjanji di Ta Hsi!"
"Bukan, bukan!" Coan San Kah menjangkal. Kembali ia
menumplek kesalahan kepada si Naga Tanah. "Benar aku
pemah menintetTan Nnna Kane bemianji dan telah aku puji
kecantikannya didepan Jip Tee Liong, tetapi aku tidak berbuat
apa-apa lerhadapnya..........."
"Bilung padaku, bagaimana potongan tubuhnya sahabatntu
itu?" tanya In Hong. "Dia tinggi atau sedang saja?"
"Dia tinggi-besar.??
"Apakah she dan namanya?" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 109
"Tiauw Eng Seng, didahinya ada tapak sebesar mala, maki dia
dijuluki Sam Gan Tiauw, si Rajawali Mata Tiga. Dialah kakak
seperguruan dari Liang-Tauw-Coa Te Kie Yong si Ular Kepala
Dua."
"Oh. dia kakak seperguruannya Ie Kie Yong!" kata Ouw A
sengit. Ia peraah merasai keganasannya Liang Tauw Coa.
"Tidak lama setelah Ie Kie Yong ditumpas kamu, bersama
gurunya dia menjingkir kesini. Aku tahu kau sebagai pendekar
wanita yang benci kejahatan, sebagai Uy Eng si Burung
Kenari, tetapi suka aku membilangi, paling baik jangan kau
bentur Sam Gan Tiauw.......... Liehay sekali ilmu silat Lo Han
Kun dia itu, bukan sedikit kurban yang telah rebah
ditangannya......."
"Begitu?" kata In Hong dingin. Nadanya sibuaya darat agak
mengejek.
"Apakah artinya Lo Han Kun dia?" kata Ouw A. "Bukankah
dia telah kena ditumpas?"
"Dia lebih liehay daripada Liang Tauw Coa," Coan San Kah
masih mengojok. "Dia pun ditunjang gurunya, Tiat-Kut-Ciu
Khu Som si Burung Dara Besi! Khu Som mirip Raja Acherat,
kalau dia maui jiwa orang, gampang saja dia mengambilnja!
Lo Han Kun dia sepuluh lipat lebih liehay daripada Liang
Tauw Coa dan Sam Gan Tiauw. Dia juga mempunyai toya PatKwa-Kun hijau dan hitam. toya hijaunya terbuat dari karet, jadi
dapat dikeraskan dan dilunakkan sesuka hatinya. Berpokok
delapan jurus, ilmusilat toya itu dapat diubah dan diperbanjak
menjadi enampuluh-empat jurus! Katanya tidak ada jago silat
yang belum pernah dirobohkan dia. toya hitamnya lebih liehay
pula. toya itu pun terbuat dari karet ditambah banjak baja tajam /
Rahasia Gambar Sulam Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 110
bagaikan duri, maka siapa terkemplang toya itu, celakalah kulit
dan dagingnya. Khu Som mempunyai delapan murid
kepercajaan, yang semua sudah paham empat jurus Pat Kwa
Kun itu. Maka itu, aku suka mengasi ingat kamu nona-nona,
jangan kau ganggu Sam Gan Tiauw dan Tiat Kut Ciu ...... "
Ouw A panas hatinya, ia gusar sekali, tetapi In Hong tenang
saja.
"Kau tahu mereka, kau tentunya tahu alamat mereka?" Nona In
tanya.
"Ya. Tapi aku tidak suka memberitahukan kau, Nona In.
Baiklah kau menjingkir dari mereka i t u .......... "
"Apakah lelingamu tuli?" In Hong tanya, menegasi. "Kau
jawab pertanjaanku!"
"Ya, ja, nona. Kau memaksa mengetahui alamat mereka, tidak
dapat aku tidak bicara." Ia menjeringai, agaknya ia terpaksa.
"Untuk mencari Sam Gan Tiauw, pergilah kau ke Kaoyang
Road, di Toko Beras Ta Fu. Dialah direktur toko itu. Tentang
Kiiu Som, kau boleh cari dia dibukit Sieh Mung Shan, di
villanya Cek Tay Hok."
"Kau jangan puas tidak keruan!" kata In Hong. "Apakah kau
menjangka aku tidak ketahui kedustaanmu ini? Kau tengah
memancing kami mencari mereka itu! Hm! ? Aku kasi tahu
kau, kau sendiri, jikalau kau tidak mengubah kelakuanmu, kau
bakal dihukum atau dimusnahkan! Kau mengerti sekarang?"
Dari rumah Coan San Kah, In Hong tidak lantas menuju
ketoko beras untuk mencari Sam Gan Tiauw dan juga tidak
pergi kevilla untuk mencari Tiat Kut Ciu, hanya langsung
pulang ke Tsiping Road. Melihat ini, Ouw A tidak puas. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 111
"In Hong kau kena digertak Coan San Kah?" dia tanya. la biasa
omong tandas, tanpa dipikir-pikir.
"Kapan saja, tidak pernah aku tergertak orang atau kata-kata
apa pun!" sahut In Hong. la tidak gusar karena ia ketahui
sifatnya kawan ini.
"Habis, kenapa kau pulang? Kenapa kau tidak lantas pergi
mencari kedua bajingan itu?" Ouw A tanya. Dia masih
penasaran.
"Kekosenan saja dan kesembronoan tidak dapat menghasilkan
apa-apa hanya kegagalan," In Hong bilang, sabar. "Maka itu,
untuk bertindak, aku selamanya harus memikirkannya dulu
dengan seksama."
"Apakah kau percaja Lo Han Kun Sam Gan Tiauw demikian
liehay dan Pat Koa Kun Tiat Kut Ciu tak tandingannja?
"Serupa Lo Han Kun berbeda karena latihan dan perjakinannya
karena dapat berbeda juga hasilnya! Memang mungkin Lo Han
Kun Sam Gan Tiauw dapat mengalahkan Liang Tauw Coa!
Setelah menindas Liang Tauw Coa, aku telah mengajari kau
dan Hiang Kat ilmu toya itu tetapi latihan kamu tidak cukup,
maka itu mau aku menduga kamu bisa dikalahkan Lo Han
Kun. Tentang Pat Kwa Kun dari Tiat Kut Ciu, pernah aku
mendengar kabar, ilmu tojanya itu memang kesohor.
"Biarnya Lo Han Kun-ku behim martir, aku rasa danat aku
bertahan!" kata Ouw A, panas hatinya. "Kalau benar Sam Gan
Tiauw jalah orang yang menyamar menjadi^ si edan bermuka
merah, kepandaiannya pasti berbatas sekali, jikalau tidak, tidak
nanti dia kena ditikam Nona Siok Leng!" . /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 112
"Dia kena ditikam Siok Leng bukan karena ilmu silatnya bang
Pak hanya disebabkan dia tidak bersiapsedia. Dia tidak pernah
menjangka nona itu membekal pisau atau lainnya senjata
tajam.
"Kau percaja ilmusilatnya tidak ada kecelaannya, tetapi aku,
aku tetap menganggap dia tidak luar biasa. Tentang Tiat Kut
Ciu, kalau benar liehay Pat Kwa Kun-nya, dapat kita kepung
dia bersama!"
"Bekerja sama jalah siasat paling ba i k!" kata In Hong. "Maka
itu aku harap kau jangan main sendiri-diri saja! Disamping itu,
aku masih menantikan kembalinya Hiang Kat dari Yennien,
untuk mendengar laporannya dulu."
Sampai disitu barulah Ouw A berdiam.
Hari itu ketika matahari sudah selam ke barat, Hiang Kai
pulang dari dusun Yennien.
"Eh, Hiang Kat, dapatkah kau mencari bibinya kedua saudan
Siang?" Ouw A paling dulu menanya.
"Ya," menjawab Hiang Kat. "Dua saudara itu pemah pergi
kepada bibi mereka itu. Menurut si bibi, semenjak orang yang
menghisap pipa itu, yang lagaknya sombong, yang bibirnya ada
tai-lalatnya yang hitam, datang untuk membeli gambar kepada
Siang Kin, Siang Kiam sudah mulai mencurigai dia sebagai
orang yang pada duapuluhlima tahun yang lampau telah
menganiaja merangket ibu mereka dengan cambuk hingga
binasa dan merampas gambar mereka. Karena itu Siang Kiam
telah mengadiak saudaranya pergi ke Yennien untuk minta
keterangan dari bibi mereka. Dengan terpaksa bibi itu
memberikan keterangannya perihal si tuan tanah jahat : tentang
she dan namanya, romannya serta tempat tinggalnya. Setelah /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 113
kedua saudara itu ketahui mu suh besar ibu mereka ? ja,
musuh besar kaum tani juga! ? dengan lantas mereka pamitan
dari sang bibi, terus mereka pergi naik kereta api menuju
kekota Shihszu untuk mencari musuh itu ........... "
"Sebenarnya apa she dan namanya si jahat itu?" Ouw A tanya
tak sabaran.
"Dialah Cek Tay Hok si pemilik dari Toko Beras Ta Fu serta
duapuluh lebih rumah gadai atau tuan tanah dari beberapa ribu
bauw sav/ah. Dia juga itu orang yang bibirnya ada tai-lalatnya,
yang dojan menghisap pipa, yang sikapnya jumawa, yang telah
pergi kepada Siang Kin untuk membeli gambar sulam!"
"In Hong, mari sekarang juga kita pergi ke Toko Beras Ta Fu!"
Ouw A mengajak. "Sudah lama dua saudara Siang pulang dari
Yennien tetapi sampai sekarang mereka belum juga tiba,
teranglah mereka sudah terjatuh kedalam tangannya Cek Tar
Hok atau Sam Gan Tiauw! Juga Nona Kang Siok Leng mesti
mendapatkan serupa nasib! Buat apa kita menanti lama-lama?"
"Besok kita bertindak," berkata In Hong. "Sekarang aku masih
harus bersiap. Hiang Kat, kau tilik Ouw A, jangan kasi dia
bertindak sendiri-diri!"
"Baik," Hiang Kat mengangguk.
Ouw A si sembrono paling takut menanti, maka itu, dia
cemberut.
In Hong lantas pergi keluar.
"Apakah telah terjadi disini?" tanya Hiang Kat pada Ouw A.
la ingin ketahui perkembangan selama ia pergi ke Yennien. Ini
pula siasatnya untuk membikin anteng pada Ouw A. Ouw A /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 114
sungkan bercerita. Dia cuma menjawab satu-dua patan, ningga
dia tidak bisa menutur segala yang Hiang Kat kehendaki.
Tidak lama, terdengarlah keriningnya telpon. Ouw A
berlompat lari, untuk menjambuti. Njata itulah bel yang keliru.
Dia menjadi mendongkol. Justeru itu, mendadak dia mendapat
pikiran.
"Eh, In Hong, apa katamu?" katanya keras. "Aku tidak dengar!
Kau bicaralah lebih keras! Oh, ja, aku segera berangkat! Aku
dengar sekarang! Habis, bagaimana densan Hiang Kat? Oh,
kau menjuruh dia berdiam dirumah? Baiklah!"
Lantas si sembrono ini menggantung alat-pendengarnya. Bagus
sekali aksinya ketika ia bicara itu. Terus ia kembali pada Hiang
Kat, untuk berkata : "Tn Hong memanggil aku untuk
membantui dia, kau disuruh menunggu rumah!"
"In Hong dimana?" Hiang Kat tanya. Tidak pernah ia
menjangka si sembrono mendapalkan akalnya itu.
"Dia ........... dia ........... dia menantikan aku di Rumah Obat
Liang Sim," sahut Ouw A. Mulanya dia tidak tahu mesti
menjebut nama tempat apa.
Si sembrono ini berhasil. Hiang Kat tidak menticgah dia. Maka
berangkatlah dia, cepat-cepat. Setibanya dijalan besar baru dia
berjalan perlahan, menuju ke Kaoyang Road dimana pernah
letaknya Toko Beras Ta Fu. Dia tidak takuti silat Lo rlun Keen
dari Sam Gan Tiauw atau Tiauw Eng Seng. Dia percaja. Asal
dia ingat baik-baik delapanbelas jurus, yang dia pernah
pelajari,
dia merasa pasti bakal menang. Dan girang membajangi
bagaimana dia merobohkan Sam Gan Tiauw dan /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 115
membekuknya, lain menolongi Siang Kin dan Siang Kiam
serta Kang Siok Leng.
Dia percaja, selanjutnya In Hong dan Hiang Kat tidak bakal
rnentiela lagi kesembronoannya ...........
Untuk sejenak Ouw A bersenjum. atau lantas ia ingat ilmusilat
toya Pat Kwa Kun dari Tiat Kut Ciu, gurunya Sam Gan Tiauw.
Ilmusilat itu terdiri dari dua bagian ? hitam dan hijau!
Dan kalau di toko beras pun berada si delapan murid yang
dipercaja, bagaimana dia seorang diri dapat melawan meieka
itu? Tidakkah dia bakal terkurung dan mungkin terkalahkan? Maka
itu, lenjaplah kegirangannya. sebalikoja, sepasang alisnya
lantas dikerutkan...........
"Aah, masakah demikian kebetulan, Tiat Kut Ciu berada
didalam toko??? pikirnya pula kemudian. "Biarlah aku hajar
dulu Sam Gan Tiauw, untuk mengurangi kaki-tangan si jahat
itu!"
Maka dia berjalan terus, pikirannya terbuka, lebar tindakannya
...........
**** VIII DILEMPARKAN KEDALAM JURANG
Toko Beras Ta Fu jalah sebuah toko yang besar, meski hari
sudah magrib, masih ada duapululi lebih pegawainya bekerja /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 116
repot memangguli beras, untuk dari luar dibawa kedalam. yang
lain-lainnya bekerja repot sendirinya.
Ouw A menghampirkan meja kuasa toko.
"Apakah Sam Gan Tiauw ada?" ia tanju seorang pegawai
muda.
"Bukankah kau mencari Tuan Tiauw Eng Seng?" pegawai itu
membaliki.
"Benar! Aku hendak cari si bajingan Sam Gan Tiauw!"
"Perlahan sedikit," kata pegawai itu. "Dialah tuan direktur
kami ........... "
Dia heran tetapi dia daput juntas menduga, nona ini pasti
mustih Sam Gan Tiauw. Dia inelihat orana muda dan
romannya keren. Maka dia menambahkan : "Dibelakang dia,
ada diantara kami yang memanggi! dia Sam Gan Tiauw. Itulah
perbuatan berbahaya, kalau kepergok, aniajaan bagiannya, lalu
juga dipecat.
Oleh karena itu disini tidak ada orang yang menjebutnya
dengan julukannya itu......
"Ob, jadi kau bukanlah muridnya?"
"Kamilah pegawai yang sial ? setiap saat kami dicaci habishabisan. Sebaliknya murid-murid bajingannya, mereka berdiam
dikantor belakang, gaji mereka gedeh, gegares mereka pre,
gawenya tidak ada! ? Nona, kau ada urusan dengannya?"
"Ja!" jawab Ouw A seraja menunjuki tinjunya.
"Kalau begitu, pergi nona kebelakang," kata pegawai itu.
"Disana ada sebuah jalan. Kau masuk kepintu besi yang dicat /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 117
hitam, masuk terus dipekarangan, lantas ada kamar kerjanya.
Tapi dia banjak orangnya, mungkin nona dikeroyok ........... "
"Kau baik sekali!" berkata Ouw A. "Aku tidak takut kawanan
buaya darat itu! Nanti aku labrak mereka! Kau tentunya akan
puas!"
Habis berkata, dia bertindak pergi. Benar dia mendapati sebuah
pintu besi tercat hitam dimana pun ada merek toko Ta Fu.
Diambang pintu ada dua orang dengan memegang toya dan
mengenakan pet miring!agi jalan mundar-mandir. Rupanya
merekalah penjaga pintu. Ketika dia inendekati pintu besi itu,
dia dihadang.
"Eh, kemana kau hendak pergi? Jangan lancang masuk!"
"Aku mau cari bajingan Sam Gan Tiauw! ........... "
Belum berhenti suara Ouw A atau sebuah toya melayang
kepadanya. Rupanya bajingan itu sudah biasa berlaku galak
dan main hajar orang.
Ouw A berkelit, lantas sebelah kakinya melayang. Tubuh
penyerangnya itu terpental dan roboh terguling. Kawannya,
yang kaget, lantas lari kedalam sambil berteriak-teriak : "Ada
orang jabat! Lekas! Lekas hajar dial"
Teriakan itu terdengar oleli orang-orang yang berada didalam
sebentar saja muncul belasan diantaranya, dan diantara mereka
ini, ada yang mukanya merah dan larinya sempojongan, tanda
mereka sinting karena air-kata-kata.
"Siapa yang berani nimembentur dato?" mereka itu berseruseru. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 118
Mereka memang murid-muridnya Sam Gan Tiauw. Tadinya
mereka orang-orang tani, yang dipaksa Cek Tay Hok bekerja
padanya dan saking kebiasaan, mereka jadi galak.
Ketika itu Ouw A lari menghampirkan.
"Kamu berhenti!" berseru seorang, yang sinting. "Perempuan
hitam seperti arang itu cukup aku sendiri yang menghajarnja!"
Ouw A berhenti berlari. la melihat orang terhuyung-huyung, ia
menjangka orang itu lagi bersikap dengan silat Cui Pat Sian
atau Delapan Dewa Mabuk.
Segera si sinting itu datang dekat. Dia menganggap Ouw A
sebagai perempuan desa yang gampang diperhina. segera dia
mengangkat kakinya dan menendang!
Ouw A mengegos tubtih kesamping, tangannya diluntiurkan
kekaki penyerang itu. Tepat dia dapat menceka! kaki orang.
Tanpa mensiasiakan waktu lagi, dia memutar tubuh seraja
memutar juga tubuh si bajingan, habis mana dia melepaskan
Rahasia Gambar Sulam Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cekalannya.
Maka melaianglah tubuh itu melewati tembok, pekarangan,
jatuh terbanting disebelah luar!
Semua bajingan terkejut, tetapi mereka lantas meluruk,
menyerang kalang-kabutan.
Ouw A menjambut serangan. Ia tidak takut, bahkan hatinya
panas. Ketika seorang niembokong ia dengan tendangan. ia
tangkap kaki orang itu, ia memutarnya, lalu melemparkannya
pula!
Lantas ia ulangi cara berkelahinya ini. Maka dilain saat,
musuh-musuhnya tinggal beberapa orang. Mereka itu lantas
lari kedalam. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 119
Justeru itu seorang dengan tubuh besar dan roman keren
bertindak keluar, didahinya ada tapak mirip mata.
"He, anjing, kaukah Sam Gan Tiauw? Ouw A mendahului
menegur.
"Aku Tiauw Eng Seng, direktur toko beras i n i! Kau siapa?"
"Kenalkah kau Ouw A?"
"Oh, Ouw A si gagak hitam yang paling tolol diantara liga
jago wanita . kata Eng Seng, lagaknya, dan suaranya,
memandang sangat enteng. "Ada urusan apa kau datang
kelempatku mi?
"Aku datang untuk meminta gambar dan orang!" jawab Ouw A
terus-terang. "Dengan menyamar sebagai si gila bermuka
merah, kau sudah curi gambarnya persaudaraan Siang, kau juga
mencuri gambar dirumahnya Jip Tee Liong, lalu kau menculik
Nona Kang Siok Leng!"
"Ah, kau ketahui demikian banjak?" kata Eng Seng. "Ruparupanya Uy Eng yang telah memberitahukannya padamu!" Dia
tertawa menghina.
"Ah, kau jadinya mengakui semua .......... "
"Kau sudah tahu, tak perlu aku menjangkal! Habis, kau mau
apa?"
Kembali Eng Seng tertawa dingin, tak sedap itu didengamja
Ouw A.
"Lekas serahkan g3mbar itu dan Nona Kang! Setelah itu, kau
harus dapat bagianmu!"
"Hm! Hm! Apakah andalanmu? .......... " /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 120
"Ini, dua tinjuku!"
"Tinjumu? Ha, sungguh lucu! Bukankah kau pecundangnya le
Kie Yong, adik seperguruanku? Bukankah kau si nona gagah
didalam tahang minjak? Haha!"
Darahnya Ouw A meluap. Memang ia paling benci mendengar
Ia dikalankan silat Lo Han Kun dari Ie Kie Yong, yang pun
pernah menungkrap ia dengan tahang minjak.
"Jangan banjak bacot, bajingan!" ia mendamprat. "Hari ini hari
lubernya takaran kejahatanmu! Akan aku tumpas kau seperti Ie
Kie Yong!"
"Hm! Hm! Hm!" Sam Gan Tiauw mengejek terus. "Nona
gagah dari dalam tahang minjak, aku beritahu padamu, kgrena
kau tahu terlalu banjak, maka hari ini kau : diwaktu datang ada
pintu masuknya, diwaktu pergi tak ada jalan keluarnja!"
Ouw A murka hingga ia mau lompat menerjang, tapi Sam Gan
Tiauw sudah berkata pula: "Nona gagah dari dalam tahang
minjak, ada satu hal yang membikin hari ini aku sangat
menyesal.
Jalah disini tidak ada tahang minjak yang kau sangat sukai itu!
Oleh karena itu sebentar, aku akan beleseki saja kau kedalam
karung goni, supaja karung itu dapat menggantikan tahang!
Dengan begitu, aku minta, biarlah kau berganti menjadi nona
gagah dari dalam karung goni!"
Tidak dapat Ouw A mengendalikan diri.
"Lihat!" bentaknia sambil berlompat menyerang dengan
jurusnya, "Harimau hitam mencuri jantung." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 121
Sam Gan Tiauw berkelit, mengasi lewat tinju si nona, lantas
dia membalas menyerang, dengan dua kepalannya berbareng.
Maka itu, keduanya lantas bertempur, bahkan lantas menjadi
seruh.
Kawanan bajingan, yang tadi terlempar keluar tembok, mulai
berjalan masuk, dengan tindakan dingklnk-dingkluk dan
terbungkuk-bungkuk, semua dengan luka-luka dikepala, tangan
dan kaki dan tnbuh bekas terbanting, sedang beberapa, yang
terluka parah, digoLong kawan-kawannya, dari mulut mereka
ketuar rintihan.
Sam Gan Tiauw mendongkol melihat orang-orangnya dibikin
rusak itu, maka ingin ia lekas-lekas merobohkan musulinya ini,
akan tetapi Ouw A sanggup melayani padanya. Ia menggunai
Lo Han Kun. Ouw A mengenali ilmusilat itu, dia berlaku
waspada.
Lo Han Kun terdiri dari delapanbelas jurus, separuhnia sudah
digunai, si nona masih tetap bertahan.
Baru setelah sampai dijurus ke-empatbelas, Ouw A menjadi
bingung. Jurus-jurus yang terachir itu ia tidak apal lagi, hingga
ia mesti mengingat-ingat. Dari itu ia lantas lerdesak.
Sam Gan Tiauw girang. Ia meiihat orang sudah menjadi repot.
Lantas, dengan jurus yang ke-limabelas, ia memukul roboh
lawannya. Maka dilain detik, Ouw A sudah kena diringkus uan
digetong kedalam, digabruki dilantai.
"Tuan ketua, saudara-saudara kita telah dilempar-lemparkan
dia, dari itu kita minta supaja dia dapat digajor!" berkata satu
bajingan.
"Kita gaior sampai dia mampus!" kata satu yang lain. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 122
"Masa bodoh!" kata Sam Gan Tiauw. "Dialah salah satu musuh
kita yang paling tangguh! Sebentar kamu masuki dia kedalam
karung dan lantas buang kelaut!"
"Baik, tuan ketua! Mencabut rumput mesti dengan akamja,
supaja rumput tak tumbuh lagi! Maka kita jangan kasi dia
hidup lebih lama!"
Dua.bajingan lantas mengangkat Ouw A, .untuk dilemparkan.
maka 'menggabruklah tubuh nona itu yang besar dan kuat.
"Lantai disini lantai papan, sampai kapan dia mampus?*' kata
satu buaya darat. "Baik kita kerjakan dia digaraii! Lantai dilana
terbuat dari semen."
"Marilah!"
Maka Ouw A lantas digotong pergi kegarasi, yang luas dimana
ada dua buah truck besar dan sebuah yang kecil. yang kecil itu
jalah yang dipakai mengangkut Kang Siok Leng. Ketiga truck
itu dipindahkan dulu. baru disitu Ouw A dilempar pergidatang, setiap kalinya tubuhnya terbanting dilantai semen,
hingga ia sendiri merasa, setelah belasan kali, jiwanya bakal
melayang, tidak perduli ia kuat sekali.
Sam Gan Tiauw berdiri menjaksikan siksaan itu, ia merasa
puns. Tapi tak lama, satu bajingan datang padanya
memberitahukan ada telpon dari majikan mereka. Maka
bersama bajingan itu ia lantas kembali kekantomja.
"Lao Tiauw, gurumu ada di villa sini, kita lagi mendamaikan
urusan bagaimana harus berbuat terhadap kedua prija dan
seorang waniLa tawanan kita itu. Aku harap kau lantas datang
kemari!" demikian suara Cek Tay Hok dilain ujung. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 123
"Baiklah, Lao Cek," Sam Gan Tiauw menjahuti. "Aku pun
hendak menyampaikan kabar girang padamu. Aku disini baru
saja membekuk Ouw A, salah satu musuh kita, dan sekarang
dia lagi mau diantarkan kelain dunia ........... "
"Oh, begitu?" kata Tay Hok girang, lantas hening sejenak.
"Eh, tunggu, Lao Tiauw. Aku telah beritahu gurumu hal itu, ia
menjuruh kau jangan membinasakan Ouw A hanya kirim dia
kevillaku ini ........... "
"Jangan-jangan sudah terlambat ........... Mungkin dia sudah
mampus digajor ........... "
"Lekas kau mencegah, barangkali dia masih dapat dihindarkan
dari kematian ........... "
"Baiklah, asal dia belum mati, aku nanti antar dia ........... "
Pembicaraan tilpon itu berhenti, Sam Gan Tiauw lantas lari
kegarasi. Sjukur ia belum kasip. Ouw A masih hidup, sebab dia
baru dibanting beberapa kali, dia cuma luka lecet.
"Jangan gajor pula padanja!" Sam Gan Tiauw berseru. "Lekas
masukkan dia kedalam karung goni, dia hendak diajak pesiar
sebeptaran!"
Perintah itu dijalankan dengan cepat, Ouw A lantas dinaiki
kedalam truck kecil, dan seiang dua jam, ia sudah digotong
masuk kedalam villanya Ijek Tay Hok.
Orang she Cek itu, yang bertai-ialat bibirnya, yang romannya
angkuh, yang terus mengliisap pipa, lagi duduk minum whisky
bersama Tiat-Kut-Ciu Khu bom, yang romannya bengis dan
licik.
"Lao Tiauw, telah tibakah dia?" Tay Hok mendahuluinya
menanya. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 124
"Ya. Dia sekarang dikeram dikamar baru." "Eng Seng, kau
cerdik tetapi kurang berhati-hati!" terdengar suaranya Khu
Som, sang guru, yang menyesali. "Kau menjiksa
Ouw A, bagaimana In Hong datang memergoki? Bukankah dia
jadi mempunyai alasan? Benar kita baik dengan Detektip To
tapi kita mesti bekerja bersih. Ini pun sebabnya kenapa, untuk
mendapatkan gambar, kita ambil jaian memutar ........... "
"Ya," sahut Eng Seng, mengaku, "Itulah sebab aku sangat
gusar. Dia telah mengetahui rahasia kita dan datang meminta
orang dan gambar." la juga menjelaskan bagaimana nona itu
sudah melabrak murid-muridnya.
"Tidak, gambar itu tidak dapat dibiarkan dirampas pulang
mereka itu!" kata Tay Hok. "Semenjak hilangnya, aku
mengalami kesialan hingga sekarang ini. hanya, kalau aku
ingat Uy Eng, kepalaku pusing ........... "
"Lao Cek, jangan takut!" kata Sam Gan Tiauw, menepuk dada.
..Siukur kalau Uy Eng tidak datang, kalau toh dia muncul,
disini ada nku bersnma guruku!"
"Eng Seng, jangan temberang," kata Khu Som. "Uy Eng
bukannya seperti Ouw A yang gampang dibekuk. Aku sendiri,
apabila aku melihat dia, tubuhku rasanya ngilu........... "
"Apakah Pat Kwa Kun suhu tidak dapat melawan dia?"
"Ilmu tojaku itu dapat menggertak lain orang tetapi tidak dia.
Dia mempunyai pengaruh kelurusan yang dapat mengalahkan
kesesatan! Bukankah telah bergantian saja kawan-kawan
segolongan kita kena dia tumpas?"
"Menurut kau, bagaimana, suhu?" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 125
"Semenjak aku mendengar mereka datang kemari, telah aku
memikirkan daya untuk melawan mereka. Daja itu telah aku
dapatkan dan sudah atur juga, sekarang tinggal dicoba
kesempurnaannya. Agaknya keadaan sangat mendesak,
mungkin Uy Eng bakal lekas menjatroni kita, aku pikir
pertiobaan baik dilakukan malam ini juga, supaja begitu lekas
dia datang, dia dapat lantas dijebak tanpa gagal."
Sang murid tidak tabu apa akalnya Khu Som itu, diuga Cek
Tay Hok tidak mengetahui, maka keduanya hampir berbareng
mengajukan pertanjaan dimana perangkap itu dipasang.
"Dibelakang glinting Sieh Mung Shan ini, dilembah Sepasang
Puncak. Pergi kau bawa ketiga orang tawanan kesana, nanti
aku mengasi pertunjukkan untuk kamu menjaksikan."
"Ah, aku ingat sekarang!?? kata Tay Hok. "Bukankah bersama
delapan muridmu kau telah membangun sebuah rumah aneh
dilembah itu, disamping jurang?"
"Rumahnya sendiri tidak aneh, yang aneh ialah keletakarnya.
Didalam itu kita menaruh ke-empat buah ganibar sulam
sebagai umpan, pastilah itu pancingan yang sangat bagus!"
Siapa juga masuk kerumah itu. dia mesti mati, tidak perduli dia
gagah dan ilmusilatnya liehay, Uy Eng tidak terkecuali."
"Kalau begitu, mari kita berangkat," mengajak Tay Hok.
Lembah Sepasang Puncak bernda digunung Sieh Mung Shan
bngian belakang, lebarnya duapuluh kaki lebih, kiri dan
kanannya tinggi hingga merupakan jurang tiuram, sebab
tingginya, atau dalamnya, beberapa ratus meter. Dasarnya
lembah banjak ularnya. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 126
Siapa jatuh dijurang itu, dia mesti mati, umpamakata dia tidak
mati terbanting, dia akan terbinasa karena luka-lukanya dan tak
dapat naik keatas, ketempat yang aman. Pula, kemungkinan
banjak dia akan mati terDagut ular-ular berbisa.
Ketika rombongan Khu Som tiba dilembah, sang malam sudah
tiba. Kebetulan bulan purnama, langit terang dan nermai,
hingga nampak tegas lembah atau jurang itu, yang benar-benar
menjeramkan. Dan rumah aneh dari Khu Som dibangun diteoi
jurang sekali, bnatannya kekar, catnya hijau gelap. Model
rumah biasa saja, ada pintunya, ada jendelanya, melainknn
wuwungannya rata. Ketika Khu Som memasuknya, dia lantas
menjulut lentera yang digantung ditembok sebelah timur.
"Lekas masuk, untuk kamu memeriksa!" ia kata pada kawankawannya.
"Apa tidak berbahaya?" Tay Hok tanya. Dia jeri.
"Untuk orang sendiri, tidak. Masuklah!"
Tay Hok masuk diturut Sam Gan Tiauw.
Rumah itu berukuran panjang duapuluh kaki lebih dan lebar
belasan kaki, tidak ada perabotannya sama sekaii. Temboknya
berwarna hijau dan hitam. Jendela cuma satu, disebelan
selatan. Dipojok barat-iaut ada tergantung sepasang gelang
besi, tergantungnya dengan rantai besi yang terpancang
dipenglari. Maka kamar itu mirip kamar peranti berolahraga.
"Aku tidak lihat rumah ini mirip dengan perangkap," kata Tay
Hok. "Tetapi kenjataannya dengan ini dapat kita melemparkan Siang
Kin, Siang Kiam, Kang Siok Leng dan Ouw A berempat
kedalam jurang ? lalu habis perkara!" kata Khu Som. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 127
"Perangkap ini untuk Uy Eng, yang lainnya untuk p?ercobaan
saja. Eng Seng, kalau sebentar delapan saudara seperguruanmu
tiba, kau bantu mereka itu. Kamu buka belengguan mereka,
Rahasia Gambar Sulam Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lalu kamu paksa mereka masuk kemari, setelah kau kunci
pintunya, habis sudah tugasmu. Setelah mereka itu masuk
berartilah mereka mampus!"
Sam Gan Tiauw berjanji akan inentaati titah itu, lalu bersama
Tay Hok, dia keluar dari rumah.
Tidak antara lama tibalah rombongan murid-murid Khu Som
serta keempat orang tawanan mereka. Mereka berempat lantas
dimerdekakan, lalu dibawah ancamaa pisau belati, dipaksa
masuk kedalam rumah perangkap itu, yang pintunya segera
dikunci. Maka dilain saat, mereka dapat diawasi dari luar
jendela. Cuma Khu Som seorang, yang tetap berada bersama
mereka.
Siang Kin, Siang Kiam, Kang Siok Leng dan Ouw A berdiri
disamping pintu. Heran mereka menjaksikan kamar kosong itu.
Dengan menoleh kediendela, mereka dapat melihat rombongan
penjahat itu lagi mengawasi mereka. Lantas mereka mendengar
tertawa mengejek yang tak Redap dari Khu Som.
"Nona Ouw A, orang itu jalah Tiat-Kut-Ciu Khu Som,
pembantu yang jahat dari okpa Cek Tay Hok!" Siok Leng
memberitahu.
Ouw A mengawasi jago itu, ia melihat orang tidak memegang
toya Pat Kwa Kun atau senjata lainnya, melainkan wajahnya
sungguh menjeramkan. Tentu sekaii, ia tidak merasn takut,
bahkan ingin ia menyerangnya. Ia panas hati untuk siksaannya
Sam Gan Tiauw dan orang-orangnya. Ia mendekati, ingin ia
menjambar bajingan itu ........... /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 128
"Hm! Hm! Hm!" terdengar pula ejekannya Khu Som.
Kembali Ouw A bertindak. Asal ia dapat datang cukup dekat,
untuk berlompat ...........
Siang Kin beitiga merasakan tegangnya suasana. Tertawanya
Khu Som berhenti Sekarang ia mengawasi tajam ona Ouw.
Lagi dua tindak Ouw A menghampirkan bajingan itu, atau
mendadak Khu Som mencelat kearah gelang besi, kedua
tangannya menjambar gelang itu, hingga tubuhnya menjadi
bergelantungan seperti seorang akrobat.
liei bareng dengan gerakannya itu, yang membikin kedua
gelang kena tertank, satu suara njaring terdengar. Mendadak
rumah itu, atau lebin benar kamar, miring empat atau
limapuluh derajat, dan temboknya bagian utara terbuka
sendirinya bagaikan piutu berdaun dua. Miringnya itu kearah
utara.
Peicuma Ouw A berniat berlompat kelain arah, dengan
miringnya kamar itu, tidak ada lagi lantai yang rata. Dengan
miringnya kamar, tubuhnya pun Iantas terbawa miring, kedua
kakinya bergerak merosot dilantai yang licin itu. Tidak usah
dibilang lagi bahwa semua kawannya turut merosot seperti ia.
Khu Som sendiri tidak turut terpengaruh miringnya kamar itu.
Ia memegang gelang erat-erat, ia tetap bergelantungan.
Sebaliknya, mengawasi empat orang tawanan itu yang roboh
dilantai, ia mengasi dengar tertawa puas ...........
Cepat sekaii lenjaplah Ouw A berempat, mereka terlempar
keluar dari rumah perangkap itu. yang dengan perlahan pulih
dari miringnya, lalu berdiam tetap seperti biasa, atas mana Khu
Som melepaskan cekalannya kepada gelang, untuk lomnat /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 129
turun kelantai. Ia merapatkan pintu utara, pintu rahasia itu,
setelah mana ia membuka pintu, untuk bertindak keluar,
matanya mengawasi Cek Tay Hok, sinar matanya menunjuki
kepuasannya.
"Puaskah kamu dengan perangkap ini?" dia tanya. "Dapatkah
ini dipakai menumpas Uy Eng?"
"Bagus!" Tay Hok memuji. "Jikalau Uy Eng tidak datang
kesini, untungnya bagus, jikalau dia datang, pasti dia mati!"
"Bukankah karena gelang itu disambar, rumah menjadi miring
sendirinya?" Sam Gan Tiauw tanja
"Benar," Khu Som menjawab. "Rumah ini berada ditepi
jurang, duduknya bukan ditanah hanya diatasnya, tercangcang
rantai besi, karenanya dia dapat bergerak seperti lift atau
tangga yang dapat dikasi naik-turun. selagi miring dua per tiga
bagiannya misah dari tepian, tinggal satu per tiganya yang
tercangcang itu.
Dengan kedua gelang disambar. itu berarti ditariknya pesawat
rahasianya. Pintu diutara itu jalah pintu rahasia. Lantai pun dua
lapis, lapis yang atas itu merosot bersama penghuninya .......... "
"Kalau begitu, kesempurnaan ini masih kurang, kata Sam Gan
Tiauw, "jalah perangkap ini cuma dapat dipakai satu kali,
Iantas dia tak dapat kembali pada asalnya kecuali kudu ditarik
ramairamai. Barusan aku melihat delapan adik seperguruan
menariknya dengan susah-pajah ........... "
"Memang sebenarnya, perangkap ini cuma hendak dipakai satu
atau dua kali saja, kalau In Hong sudah dapat dibekuk, lamas
tidak ada keperluannya lagi .......... "
"Tadi lantainya turun jatuh kejurang ........... ?? kata Tay Hok. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 130
"Aku menjediakan sepasang," Khoc Som bilang. "Masih ada
satu lagi, untuk dipakai mengliadapi Uy Eng ..........."
**** IX SEPATU BASAH
Lebih-kurang jam 21.00, Hiang Kat melihat In Hong pulang
seorang diri, tangannya mengelek bungkusan. Ia heran.
"In Hong, kau pulang sendiri saja?" ia tanya.
"Bukankah Ouw A telah pergi?" In Hong balik menanya. )
"Bukankah tadi kau menilpon memanggii dia dan memesan
supaja aku menanti sendirian dirumah?"
"Ah, kau cerdik tetapi kau kena dijual!"
Hiang Kat kaget.
"Kalau begitu, tentu dia pergi ke Toko Beras Ta Fu! Mari kita
susul dia!"
"Dalam detik ini aku tidak d,apat meninggalkan rumah,"
berkata In Hong. "Aku telah berjanji dengan seorang pegawai
dari Toko Emas Wu Chin dan Detektip To untuk berbicara
disini."
"Oh!" Hiang Kat heran. "Untuk gpakah ilu?"
"Tadi aku lewat didepan rumah obat Liang Sim, sekalian aku
selidiki perkara pencurian uangnya. Sekarang aku telah
berhasil memecahkan perkara itu." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 131
"Siapakah si pencuri uang?"
"Oleh karena toko itu kehilangan anak kunci lebih-kurang dua
jam, aku duga anak kunci itu ada yang curi, untuk dibikinkan
yang kembar, supaja malamnj,a pencurian dapat dilakukan
selagi si kuasa minum arak bersama majikannya dan Tio Lian
Beng pergi membeli sigaret. Maka aku pergi ketoko emas itu,
yang letaknya dekat rumah obat. Aku minta keterangan kalaukalau ada pegawai rumah obat yang datang untuk minta
dibikinkan anak kunci. Aku berhasil dengan baik sekali. Aku
diberitahukan bahwa puteranya pemilik rumah obat itu, jaitu si
Siauw Kay, pemah minta dibikinkan semac.am anak kunci.
Lantas aku kembali kerumah obat, mencari Siauw Kay. Disini
aku mesti bicara banjak, barn Siauw Kay suka mengaku terusterang. Maka sekarang aku minta mereka datang kemari, untuk
membereskan perkara itu."
"Kalau begitu, biar aku sendiri yang pergi ketoko beras."
"Kau boleh pergi, nanti aku menyusul."
Hiang Kat menurut, ia lantas pergi. Tidak lama, muncullab
Detektip To serta pegawai toko emas Wu Chin. Detektip itu
ngotot, sampai lama, barn ia suka mengakui kekeliruannya
sudah menuduh dan menahan Tio Lian Beng. Mengenai
dicekek matinya Jip Tee Liong, ia masih mengukuhi bahwa itu
bukan perbuatannya Ti.auw Eng Seng.
"Nona In," katanya, "kalau tetap kau menuduh si orang edan
bermuka merah itu Tiauw Eng Seng alias Sam Gan Tiauw,
mengapa dia mencekek Cek Tay Hok, yang menjadi
majikannya hingga orang pingsan?"
Detektip ini hend.ak membelai Sam Gan Tiauw sebab Sam
Gan Tiauw dan Cek Tay Hok. jalah sahabat-sahabat kekalnya. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 132
"Itulah akal-muslihat mereka," kata In Hong. "Mereka main
sandiwara, mereka melepas lajar asap, guna membikin bingung
pihak lain, agar mereka bebas dari kecurigaan. Cek Tay Hok
tidak dicekek, dia hanya berpura-pura pingsan. Kalau Sam Gan
Tiauw sudah ditangkap, aku akan memberi dua bukti bahwa
dialah si orang edan bermuka merah!"
"Apakah dua bukti itu, nona?"
"Kau bekuk dulu dia, nanti aku menunjuki buktiku itu."
"Tidak, bukti dulu!" kata si detektip. "Tanpa bukti, mana bisa
aku bekuk dia?"
"Untuk membersihkan nama baik Tio Li,an Beng, nanti aku
bekuk Sam Gan Tiauw," kata In Hong, "nanti aku antar dia
kekantormu!"
Sampai disitu, selesai sudah pembicaraan mereka. habis itu.
In Hong lantas ber.angkat ke Toko Beras Ta Fu. Didekat toko,
ia dihampirkan Hiang Kat.
"Ouw A telah kena ditangkap Sam Gan Tiauw dan dibawa
pergi dengan truck kecil, entah kemana!"
"Bagaimana kau ketahui itu?"
"Ketika aku tiba disini, orang lagi repot. Aku berbicara sama
salah satu pegawai, aku berpura-pura hendak membeli beras.
Dia itu suka bicara, dia menulurkan hal ditangkapnya Ouw A
sesudah satu pertempuran. Dia kata dia tahu kejadian itu sebab
dia mengintai dari balik tembok."
In Hong jadi berpikir.
Justeru itu, sebuah truck kecil mendatangi, terus berhenti
didepan pekarangan toko beras. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 133
"Itulah truck yang kita kepung-kepung," kata In Hong, yang
mengenali. "Mungkin Sam Gan Tiauw pulang. Mari kita lihat!"
Benar saja, Sam Gan Tiauw pulang bersama dua koncohnya,
dia terus masuk kedalam. Pekarangan itu tertutup dengan pagar
besi.
In Hong berdua mendekati truck, yang kosong, didalamnya ada
beberapa helai tambang. Dengan berani mereka masuk
kedalam.
"Sam Gan Tiauw, tahan!" teriak In Hong. Sam Gan Tiauw sudah
mendekati kantoran ketika ia mendengar panggilan itu. Ia lantas berpaling.
Diantara sinar rembulan ia melihat kedua nona, yang menghampirinya.
Segera ia beroman gelisah kapan ia sudah melihat pakaian orang,
yang satu serba kuning niuda, yang lain serba kuning tua.
"Sani Gan Tiauw, tahan!" teriak In Hong. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 134
Sam Gan Tiauw sudali mendekati kaniorannya ketika ia
mendengar panggilan itu. Ia lantas berpaiing. Diantara sinar
rembulan ia meiihat kedua nona, yang menghanipirkan
padanya. Segera ia beroman gelisah kapan ia sudah melihat
pakaian orang, yang satu serba kuning muda, yang lain serba
kuning tua. ia melihat kedua nona, yang menghampirkan
padanya. Segera ia beroman gelisah k.apan ia sudah melihat
pakaian orang, yang satu serba kuning niuda, yang lain serba
kuning tua.
"Apakah bukan nona-nona In Hong dan Hiar.g Kat?" dia tanya.
"Maaf aku lambat menjambut."
la bersikap hormat dan manis. Inilah bukan sifatnya. Ia dipesan
Khu Som untuk bersikap ramah-tamah terhadap si nona, agar si
nona bisa dipancing kevilla mereka.
"Oh, kau tahu k.ami bakal datang?" kata In Hong. "Tak apa
kau terlambat ..........."
Suara si nona tajam, Sam Gan Tiauw tidak senang, tetapi ia
menyabarkan diri.
"Ada urusan apakah nona-nona d.atang kemari?"
"Tadi Ouw A datang kemari. kau telah tangkap dia!" kata" In
Hong. ..Kemana dia telah dibawa pergi?"
"Oh. tidak. nona. aku tidak menangkap dia! Ada juga guruku,
Tiat Kut Tiiu! Guruku itu lieliav ilmu tojanya, toya Pat Kwa
Kun Hijau dan Hitam. dan untuk mengambil jiwa manusia,
buat dia gampang saja, tetapi jikalau kamu mengangeukangguk didepannya dan minta-minta ampun, dia tentu
berkasihan terhadap kamu. dia p.asti suka merdekakan Ouw A,
untuk diserahkan kepada kamu!" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 135
"Oleh karena kau secara begini tidak tahu malu menjangkal
sudah menangkap Ouw A dan dengan tiara licin memindahkan
tanggung-jawab terhadap Tiat Kut Ciu, baiklah, hal ini untuk
sementara .aku tidak akan tarik panjang," berkata In Hong.
"Tapi mengenai perbuatanmu menyamar menjadi si orang edan
yang bermuka merah yang mencuri gambar sulam serta
menculik Nona
Kang Siok Leng serta mencekek mati Jip Tee Liong, kau tidak
dapat melepaskan tanggung-jawabmu itu!"
"Semua itu juga perbuatannya Tiat Kut Ciu, dengan aku tidak
sangkutpautnya." Sam Gan Tiauw berkelit pula. "Keempat
gambar itu sekarang digantung didalam k,amar peranti
berolakraga dari guruku itu."
"Mengenai ini, kau tidak dapat melepaskan tanggungjawabmu!" berkata In Hong. "Sekarang mari turut aku pergi
kekantornya Detektip To!"
Sampai disitu, habis sudah kesabarannya Sam Gan Tiauw. Ia
merasa tak usah lagi ia menggunai perangkap gurunya. Ia
percaja ia sendiri akan dapat membekuk si nona seperti tadi ia
menawan Ouw A. la percaja betul ilmusilatnya.
"Jikalau aku tidak suk.a turut?" kata ia, sikapnya keras.
"Jikalau begitu, terpaksa aku akan menangkap kau!"
"Ah, Ouw Eng, kau mimpi!" seru Sam Gan Tiauw, mengejek.
"Marilah! Benarkah kau berani?" Ia lantas meloloskan baju
luar In Hong berlompat maju, untuk menyerang.
Sam Gan Tiarw berkelit, untuk segera membalas. Ia sudah
lantas menggnnai ilmu silatnya yang diandalkan, Lo Han Kun. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 136
Setelah melayani sampai dijurus ke-lima dari musuh itu, In
Hong dapat kenjataan Sam Gan Tiauw benar terlebih liehay
Rahasia Gambar Sulam Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
daripada Ie Kie Yong alias Liang Tauw Coa si Ular Kepala
Dua. Dia ini lebih gesit dan banjak akal-mnslihatnya, p.antas Ouw A
kena dikalahkan dia. Ia sendiri kalau bukan pernah
menjaksikan kepandaiannj,a Ie Kie Yong, mungkin ia pun kena
dirobohkan.
Ketika Sam Gan Tiauw sudah menggunai jurusnya yang
kesepuluh, ia melihat nona lawannya menjadi repot, ia menjadi
girang. lantas ia mendesak.
In Hong dirangs.ak terns sampai pada jurus Lo Han Kun yang
ke-limabelas. Ia nampak menjadi kewalahan sekali, sukar ia
membela diri.
Girangnya Sam Gan Tiauw tidak kepalang. Ia pikir, kiranya
cuma sebegini kepandaian Uy Eng si Burung Kepari yang
kesohor itu. Ia percaja ia akan dapat membekuk nona itu pada
jurus keepambelas atau ke-tujuhbelas. Kalau ia berhasil, pasti
namanya akan mengatasi namanya Khu Som, gurunya itu!
Benar saja. Pada jurus yang ke-tujubelas, pundak In Hong kena
dihajar hingga dia roboh terkulai. Sam Gan Tiauw tidak
bercuriga meskipun ia merasa tinjunya tidak mengenakan telak.
Ia percaja sebab ia telah melihat nona itu sudah kena dibikin
repot dan kewalahan. Ia lebih percaja si nona benar besar nama
saj.a. Ia lantas lompat, untuk menubruk, guna meringkus
musuh itu. Tapi ia menubruk tempat kosong! Mendadak si
nona berguling, lalu mencelat bangun, dan sebelum ia tahu
apa-apa, pundaknya sudah kena dihajar! /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 137
In Hong membacok dengan pinggiran tangannya. Itulah bukan
golok, pundak sicabang atas tidak menjadi kutung karenanya.
Tapi dia merasakan sakit bukan main, kepalanya pusing,
matanya kabur, selagi dia kesakitan dan tidak berdaja itu,
kembali punggungnya tertinju, maka kali ini, robohlah
tubuhnya, roboh dengan pingsan.
"Hiang Kat, diatas truck ada banjak tambang, kau ambillah dan
ringkuslah dia ini!" In Hong kata. "Setelah itu, kau gusur dia
naik keatas truck!"
Hiang Kat menurut, bahkan ia bekerja cepat.
Ketika itu muncullah beberapa bajingan, mereka lari serabutan
untuk mengambil senjata, guna menerjang. Diantaranya ada
yang membawa sepucuk senapan.
In Hong bermata celi, sebelum ia ditembak, ia sudah
menerjang bajingan yang bergegaman senapan itu, senapannya
ia rampas, orangnya ia dupak terjungkal, kemudian ia terus
melabrak kawanan bajingan itu, hingga mereka itu jatuh
sungsang-sambi!, hingga dilain detik, larilah mereka,
mengumpat kedalam toko!
In Hong tidak mengejar, ia menjerahkan senapan pada Hiang
Kat, lantas ia menenteng tubuh Sam Gan Tiauw, untuk dikasi
naik keatas truck. Lebih dulu, ia menjiram air, membasahkan
sepatunya cabang atas itu.
"Hiang Kat, mari kita pergi pada Detektip To!" mengajak In
Hong achirnya.
Truck itu dikandarkan sendiri.
Ketika kemudian Sam Gan Tiauw sadar, ia melihat dirinya
terbelenggu dan berada dikamarnya Detektip To, In Hong dan /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 138
Hiang Kat lagi mengadu mulut dengan detektip itu. Diatas
meja ada sebuah senapan.
"Inilah senapannya pemilik Toko Beras Ta Fu," kata Detektip
To. "Senapan ini ada surat-suratnya Iengkap, keperluannya
untuk menjaga diri. Jadi pemilik itu tidak membuat sesuatu
pelanggaran."
"Hm!" In Hong mengejek. "Aku tahu kau memberikan
keleluasaan kepada suatu orang, supaja dia menggunakannya
terhadap orang yang kau tidak senangi .............. "
"Oh, tidak, nona, kau bergurau!" kata detektip itu, yang terus
menjimpangi persoal.an. Ia tidak sudi membicarakan soal
senjata api, sebab sekian lama In Hong minta ijin untuk
memiliki revolver tetapi ia senantiasa mengelakkannya. "Nona
bilang kempolannya Sam Gan Tiauw ada tandanj.a bekas luka.
Kau bilang luka yang didapatkan si edan muka merah ketika si
edan itu menculik Nona Siok Leng dan dia ditikam nona itu.
Inilah aku sangsikan kecuali ada saksi Nona Kang sendiri."
"Tuan Detektip benar," Sam Gan Tiauw turut bicara, "Lukaku
ini luka lama. Jikalau benar aku ditikam nona itu, dapatkah kau
mengajukan dia sebagai saksi?" Ia bagaikan menantang sebab
ia percaja Siok Leng sudah mati didalam jurang.
"Ya, Nona In, dapatkah kau mengajukan Nona Kang sebagai
saksi?" Detektip To pun tanya.
"Bailklah, hal ini baik ditunda dulu," kata In Hong kemudian.
"Tuan To, aku minta sukalah kau membawa Sam Gan Tiauw,
buat kita pergi kerumahnya Jip Tee Liong?"
Permintaan ini sukar ditolak, maka itu berangkatlah mereka. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 139
Detektip To dan juga Sam Gan Tiauw bingung menduga-duga
maksudnya nona itu.
"Nona In, kita sudah sampai!" kata Detektip To setibanya
mereka dirumah Jip Tee Liong dimana mereka masuk kedalam.
"Ya. Disini kita mendapat salah satu bukti dari kedosaannya
Sam Gan Tiauw," kata si nona.
"Bukti apakah itu? Mana dia?"
Setelah matinya Dijp Tee Liong, dirumah ini, dari depan
sampai didalam, ada tanda tapak kakinya si edan bermuka
merah," berkata In Hong. "Sekarang Sam Gan Tiauw berada
disini, dia meninggalkan tapak kakinya, maka itu, tolong tuan
detektip memeriksanya, untuk mengakuri yang lama dengan
yang baru."
Detektip To menurut. l.a tidak usah memeriksa lama akan
melihat kedua tapak kaki itu benar sama. Ia mendapatkan
sepatunya Sam Gan Tiauw masih demak. Tapi masih ia ingin
melindungi sahabatnya.
"Nona In, baiklah hal ini kita tidak bicarakan dulu," kata ia.
"BagaLmana, apak,ah nona puas jfkalau aku putuskan kedua
perkara ini tidak ada sangkutpautnya dengan Tio Lian Beng
dan aku akan memerdekakan dia sebagai seorang yang tidak
berdosa?"
"Aku tidak puas," sahut si nona. "Keputusan itu ada bakmu
sendiri. Masih ada satu tugasmu lagi, jaitu kau mesti hukum
Sam Gan Tiauw!"
"Kau benar, nona ............... " sahut detektip itu. terdesak. "Tapi
........... kau mesti mengajukan dulu Nona Kang Siok Leng
sebagai saksi ............... " /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 140
In Hong kewalahan, man atau tidak, ia mesti memberikan
janjinya. Dengan begitu, Sam Gan Tiauw cuma dapat ditahan
dulu.
Besoknya, In Hong berdandan dan ia menjuruh Iliang Kat
berdandan sebagai ia. Disebelah luar baaju merek.a, mereka
mengenakan baju lapis peranti berlatih. Itulah persiapan untuk
bertempur hebat. Sebagai senjata, Hiang Kat membawa
sebatang pedang baru, dan In Hong membekal pedang
pendeknya bekas rampasan dari penjahat yang bernama Ma
Seng Hong. Karena pedang itu dihadiahkan kepada Kat Po,
disitu ada terukir nama nona she Kat itu. Setelah beres bersiap,
mereka berangkat ke Sich Mung Shan.
**** X DALAM PERANGKAP
Lantai kamar yang dapat bergerak itu, yang bawahnj.a
dipasangi roda-roda sepatu es, lantas menggelincir dari dalam
kamar disebabkan kamar itu miring demikian rup.a. Khu Som
tidak turut tergelincir sebab dia bergelantungan dikedua gelang
yang berantai.
Jang turut tergelincir itu jalah Ouw A bersama Siang Kin,
Siang Kiam dan Kang Siok Leng. Saking licinnya rantai,
mereka roboh sendirinya. Bukan main kaget dan takutnya
mereka. Mereka tergelincir kedalam jurang. Sjukur untuk
mereka, mereka tidak mendahului tergelincir dari lantai itu,
yang turunnya tidak langsung hanya memain mirip ajunan /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 141
terumbang-ambing. Maka ketikaachimja lantai sampai didasar
jurang, jalah didalam lembah, jatuhnya tidak terbanting hebat.
Legalah hati keempat orang itu. Mereka jatuh tanp.a susulan
kecelakaan.
Ketika itu, sinar rembulan membuat, mereka bisa melihat
dengan terang. Diatas terlihat rumah aneh itu.
"Siang Kin dan Siang Kiam, tahukah kau, kenapa kita jatuh
dengan selamat?" Ouw A tanya.
"Sebab lantai kita itu turunnya terumbang-ambing," sahut
Siang Kiam.
"Inilah pasti diluar dugaan si jahat," kata Siok Leng. "Mereka
menjangk.a lantai akan jatuh langsung dan kita bakal mati
ringsak."
"Hanya," kata Siang Kin, berduka, "meski kita selamat tetapi
bagaimana selanjutnja? Adak.ah harapan untuk kita keluar dari
lembah ini?"
"Kau ini jangan takut! Kita nanti merayap naik!" kata Ouw
"Kelihatannya sukar untuk naik." berkata Siok Leng. "Kau
lihat, jurang curam sekali .......... "
"Kita coba dulu!"
"Ouw A lantas manjat disebelah selatan, baru ia naik kira
limapuluh kaki, atau ia sudah merosot turun. Tapi ia tidak
putus asa. Ia mencoba pula. Delapan kali ia coba, delppan kali
ia tergelincir.
"Nanti aku coba disana," katanya. Ia pergi kesebelah utara.
Diutara ini, percobaan gagal seperti diselatan. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 142
Sang rembulan sementara itu berjaian terus, dojong kebarat.
Ketika lewat lagi sesaat, gelaplah lembah itu. Si Puteri Malam
teraling lamping jurang itu.
"Sudahlah," kata Siang Kiam. "Kita menunda sampai besok
saja."
"Tapi kita mesti berjaga-jaga," kata Siok Leng. "Kalau dari
atas orang menimpa kita dengan batu, matilah kita .......... "
"Pula disini tanahnya lembab," kata Ouw A.
Maka bekerjalah mereka, mencari tempat yang lebih arnan dan
tidak lembab. Mereka menggotong lantai, untuk dijadikan
tempat duduk.
Semua orang berdiam, kecuali Ouw A. Ia ini tidak bisa
menutup mulut. Maka menuturlali ia hal semenjak ia kena
ditawan.
"Aku kagum untuk Nona In," kata Siok Leng. "Memang selagi
bicara ditelpon itu, aku kena disergap si edan muk.a merab,
hingga pembicaraan terputus dengan terpaksa. Aku dibekap
hingga tak sadarkan diri, ketika aku mendusin, tubuhku telah
berad.a diatas truck, kaki-tanganku dii'kat, mulutku disumpal.
Mukanya Sam Gan Tiauw telah dicuci tapi masih ada sedikit
warna merahnya, maka tahulah aku, dialah yang menyamar
menjadi si gila itu.
Aku dibawa ketoko beras, lalu dipindahk,an kevillanya Cek
Tay. Hok. Aku dibawa bersama kedua saudara Siang, Sam Gan
Tiauw dan Cek Tay Hok hendak lantas membinasakan kita
tetapi Khu Som mencegah, kataja baik perlahanperlahan saja." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 143
"Nona Kang, ketika kau diangkut dengan truck, tahukah kau
ada oto yang mengej.arnja?" Ouw A tanya.
"Aku tahu hanya tak tahu siapa mereka."
"Dan kau, Siang Kin, bagaimana k,amu berdua ditangkapnja?"
"Karni mencurigai itu orang yang ada tai-lalat dibibirnya, yang
sikapnya sangat jumawa. Kami menjangka dialah musuh kami.
Maka kami pergi kepada bibi kami, untuk minta penjelasan.
Begitu lekas kami mendapat kepastian, kami lantas pergi ke
Toko Beras Ta Fu itu, akan menc.ari Cek Tay Hok. Kami
dikepung mereka, kami kena ditangkap, terus ditahan di villa si
jahat."
Malam itu mereka tidak dapat tidur, ketika sang fajar tiba, hati
mereka sedikit lega. Sekarang mereka dapat melihat segala apa
disekitar mereka. Memang jurang itu tinggi.
"M.ari kita mencari jalan keluar!" kata Ouw A seraja
berlompat bangun dari lantai.
"Kemana kita mencarinja?" Siok Leng tanya.
"Diselatan dan utara sudakt tidak ada harapan, mari disebelah
timur dan barat," Ouw A mengajak.
Dengn penuh pengharap.an, mereka pergi ketimur. Jalannya
su'kar, banjak batunya, ruwet pohon rotan dan lainnya. Tiba
disebelah timur itu, mereka dongak keatas.
Disini juga tidak nampak bagian-bagian yang dapat dipanjat,
sebaliknya didepan mereka, didasar lembah, terlihat banjak
macam binatang kecil, dari kodok sampai ular!
"Mari kita kebarat!" kata Ouw A. masi!; bersemangat. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 144
"Aku lihat, dibarat pun sama dengan tiga yang lain," kata Siang
Kin, Iesu. "Tidak ada harapan untuk manjat. Kita lolos dari
bahaya tergelincir, tapi disini kita bakal jadi umpan sang ular.
"Mana ada ular besar disini?"
"Sekarang tidak, sebentar mungkin ........... "
"Jangan putus asa, koko," kata Siang Kiam. "Asal kita man,
dapat kita berlalu dari lembah maut i n i! Pasti kita bakal dapat
membasmi musuh kita!"
"Memang, jangan putus asa," Siok Leng pun bilang.
Mereka berjalan kebarat tak perduli jalanan sukar, sebab itu
memangnya bukan jalanan ...........
Ketika mereka tiba, kenjataan membuat mereka bingung.
Benar, disini juga tidak ada tempat untuk manjat, bahkan
dilamping itu terlihat sejumlah liang dengan ular-ular kecilnya
masuk-keluar.
"Sudah, tak perlu kita mencari lagi!" kata Ouw A sengit,
hatinya tawar.
"Nah, bukankah habis pengharapan kita?" kata Siang Kin,
berduka.
Siang Kiam dan Siok Leng berdiam, paras mereka menunjuki
Rahasia Gambar Sulam Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelesuan.
"Mari kita kembali ketempat dimana kita tergelincir," kata
Ouw A. "Lumajan disana, ada lantai, tidak Iembab dan basah
seperti disini ........... "
Maka dari barat itu, pergilah mereka ketimur. Kali ini me reka
menjaksikan pemandangan yang mengecilkan hati mereka. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 145
Dua ekor ular besar, masing-masing panjangnya dua tombak
lebih, seperti memegat jalan. Kedua binatang itu lagi bergulat,
entah benar-benar, entah lagi main-main. Pula masih ada
beberapa yang lain, yang melingkar atau jalan mundar-mandir.
"Siapa yang membawa senjata?" Ouw A tanya. "Mungkin kita
dapat melawan mereka."
"Siang Kin dan Siang Kiam membekal pisaubelati tetapi ketika
dikeroyok, senjata itu kena dirampas musuh ........... " kata
Nona Kang.
"Benar, aku yang tolol!?? Ouw A sesalkan diri. "Kita bertangan
kosong, baik kita menjingkir dari mereka. ?? Eh, eh, lihat, dua
ekor mendatangi kearah kita! Mari naik keatas pohon!"
Lantas Ouw A membantui dua saudara Sian naik atas sebuah ts
pohon besar, kemudian ia menggendong Siok Leng untuk turut
naik. Dari sini mereka melihat kedua ular rnasih bergulat terus,
dan yang dua tetap menggelosor kearah mereka ...........
"Nona Ouw, percuma kita menjingkir kemari," kata Siok Leng
kemudian. "Ular dapat merayap naik kemari .......... "
"Itulah benar. Habis, disini tidak ada lempat yang lebih aman
....... Kalau mereka naik, terpaksa kita mesti mengadu jiwa
....... "
Beberapa ekor tikus gunung lewat didekat pohon, lantas meid
reka disambar kedua ular itu. Melihat sambaran itu, Ouw A It
merasa sulit untuk menempUr binatang itu ............
Kedua ular tidak kenjang dengan masing-masing seekor tikus,
karena tikus lainnya sudah kabur, mereka kembali menuju
kearah pohon.
Ouw A mematahkan cabang pohon, ujungnya dibikin tajam. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 146
gji Kedua ular sudah lantas sampai. yang satu naik kepohon
tempat Siang Kin dan Siang Kiam sembunji, yang lainnya naik
dipohon Ouw A dan Siok Leng.
"Nona Ouw! Nona Kang!" terdengar sunra Siang Kin, lemah.
"Kita bertemu pula didalam perut ular! ........... "
Nyata dia putus asa dan ketakutan.
"Koko, jangan takut," kata Siang Kiam. "Mari kita naik terus
........... "
"Tidak ada gunanya," kata kakak itu. "Aku pun sudak lemas."
Ouw A melihat ular dipohon Siang Kin dan Siang Kiam itu
mulai naik, begitupun ular dipohonnya. Ia lantas meHgawasi
batang kaju ditangannya. Ia berpikir: "Apakah benar kita bakal
jadi makanan mereka ini?"
Sang ular memanjat terus, makin lama makin tinggi manjatnya,
dan makin mendekati bakal kurbannya masing-masing .......
Villanya Cek Tay Hok sangat sunji. Pintu pekarangan dikunci.
In Hong dan Hiang Kat mengetuk pintu itu dengan berisik.
Sekian lama muncul juga seorang pengawal tua, yang tubuhnya
melengkung, yang batuk-batuk. Ia mengeluarkan separuh
tubuhnya.
"Nona-nona mencari siapa?" dia bertanya.
"Kami mencari Cek Tay Hok."
"Dia tidak ada dirumah."
"Tiat Kut Ciu?"
"Apakah Khu Som yang menjadi penasihat disini? Dia jarang
datang kemari." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 147
"Cek Tay Hok pergi kemana?"
"Dia menjingkir kerumah Khu Som." sahut si pengawal, yang
sebenarnya menjawab menuruti ajaran Khu Som. "Katanya ada
seorang nona terkenal bernama In Hong yang mencari dia,
entah benar entah salah ........... "
"Khu Som ada dimana?"
"Aku tidak tahu. Tapi dia biasanya berada digunung belakang
dikamar olahraganya. Katanya dia sedang mejakinkan ilmusilat
Kiu Kiu Hian Kang, guna nanti dipakai mencari Nona In Hong
itu ........... "
Tiba-tiba terdengar dampratan dart belakang pintu : "Tua
bangka mau mampus, kau ngoceh apa? Bukankah sudah
dipesan Cek Toaya dan Khu Suya untuk jangan ngoceh pada
siapa juga? Kau justeru banjak bacot!"
"Aku ........... aku tidak membilarlg apa-apa ........... " kata si
pengawal, ketakutan, lantas dia ngelepol masuk.
In Hong dan Hiang Kat lantas mendengar suara gaplokan
berulang-ulang serta kata-kata ini : "Aku nanti gaplok kau
sampai mampus, tua-bangka? Kau masih menjangkal In Hong
memaksa membuka pintu?"
la melihat si pengawal rebah dengan mulutnya mengeluarkan
darah, disitu berdiri seorang muda dengan roman bengis,
tangannya memegang rantang jala terisi barang makanan, dia
itu mengawasi mereka, lalu menegur dengan kasar. Hiang Kat
gusar, ia menerjang. kedua tangannya menggaplok berulangulang. Orang itu mau melawan, maka tangannya lantas
ditangkap diputar kebelakang.
"Diam! Atau aku akan patahkan tanganmu ini!" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 148
Baru sekarang anak muda itu tunduk.
"Haha," kata si orang tua, yang merayap bangun. "Sekarang
baru kau tahu rasa!" Ia lantas membalas menggaplok.
"Siapa dia ini?" Hiang Kat tanya si pengawal pintu.
"Dia muridnya Khu Som, dia tahu dimana adanya Khu Som,
sebab dia mau pergi membawakan barang makanan. Kalau
nona-nona mau mencari Khu Som dan Cek Tay Hok, suruh dia
saja jang mengantarkan. Aku .sendiri mau mengangkal kaki,
takut aku bekerja terus disini ..............." Dia lantas pergi
kesebuah rumah samping, agaknya unluk berkemas, guna
mengangkat kaki ...
"Benarkah kau hendak mengantari barang makanan?" Hiang
Kat lanya.
"Jangan percaja obrolannya tua-bangka itu! Aku mau turun
gunung kepada sanakku, untuk menyampaikan bingkisan ini
....... "
Kau mau omong terus-terang atau tidak?" Hiang Kat tanya,
tangannya memelintir.
"Aduh!" orang itu menjerit. "Nanti aku kasi tahu ........... "
"Lekas!"
"Ketika Cek Tay Hok mendengar Sam Gan Tiauw kena
ditangkap. dia lantas menjingkir ketempatnya Kiiu Som. Di
villa ini, semua orang turut menjingkir. tinggal kita berdua.
Aku dipesan membawa barang makanan, sebab ditempatnya
Khu Som, mereka kurang persediaan."
"Kalau begitu, kami akan turut kau!" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 149
"Tunggu sebentar!" Tn Hong mencegah. "Nanti aku melihat
dulu!"
Duapuluh menit In Hong memeriksa villa kosong itu, barn dia
turut Hiang Kat mengikuti si anak muda. Si bujang tua
sebaliknya tampak berlalu dengan cepat dengan gendolan
bungkusannya, untuk turun gunung ..........
"Bagus sandiwara kamu!" kata Tn Hong dingin, "hanya
dimataku. masih ada kekurangannnja! Bukankah Tiat Kut Ciu
memasang perangkap untuk kami?"
Pemuda itu dan si pengawal tua bungkam, didalam hati,
mereka mengagumi nona ini.
"Apakah kamu menjangka kami jeri akan perangkap itu?
Tidak! Sekarang hajo kamu berdua mengantar kami ke sana!
Kami justeru mau melihat kamar olahraga Tiat Kut Ciu itu!"
Dua orang itu lantas ngelojor didepan. Si tua tak lagi bungkuk
dan tidak batuk-batuk pula. Ia bersama si pemuda percaja,
disana kedua nona ini bakal terjebak.
Hiang Kat mengerutkan alis, ia mengawasi In Hong. Ia heran,
In Hong tidak jeri terhadap perangkap musuh. In Hong dapat
membade hati orang, ia membalas mengawasi dan bersenjum.
Tidak lama tibalah mereka ditempat tujuan.
Itu dia kamar olahraga Tiat Kut Ciu," si anak muda menunjuki
rumah warna hijau didepan mereka.
Si orang tua pun kata : "Tiat Kut Ciu dan Cek Tay Hok ada
didalam situ, pergi kamu masuk. Bukankah kamu gagah dan
tidak takut! Disana kamu boleh mengadu kepandaian! Jikalau
kamu jeri, baik kamu lari pergi siang-siang .......... " /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 150
In Hong dan Hiang Kat tidak gusar. Mereka tahu bahwa
mereka lagi dipancing kemarahannya. In Hong memperhatikan
rumah cat hijau-gelap itu. Rumah itu tidak aneh, hanya
letaknya, yang luar biasa ditepi jurang. Mestinya rumah itu
dapat bergerak. Dari depan, tak nampak rumah itu duduk
sebelah. Kemudian ia mendekati. Jendela tertutup gorden.
Pintunya cuma dirapatkan. Ia menarik daun pintu. Rumah itu
kosong perlengkapannya, sebab cuma ada tergantung empat
buah gambar serta sebuah bangku panjang. Ada juga manusia
satu-satunya jalah seorang dengan roman bengis, yang berdiri
dekat sepasang gelang besi pendek warna hijau dan hitam,
terbuat dari karet, panjangnya mirip tongkat.
"Jang berdiri dipintu itu apa bukan Nona In Hong?" tanya
orang itu, menjeringai. Dialah Tiat Kut Cioc, yang telah
menanti sejak tadi.
"Apakah kau bukannya Tiat Kut Ciu?" In Hong balik menanya.
"Benar! Sudah lama aku mendengar nama besar dari kau, nona,
maka girang aku dapat bertemu disini! Mari, mari, ingin aku
belajar kenal dengan kegagahanmu!"
In Hong tidak lantas masuk hanya ia memperhatikan ruangan
kamar itu. Ia tidak mendapat sesuatu yang mencurigai. Setelah
itu, baru ia bertindak masuk. Hiang Kat turut masuk dengan
masih memegangi tangan si anak muda.
Mendadak anak muda itu meronta. Dia berjongkok, terus dia
menyapu.
Hiang Kat kaget. Inilah ia tidak sangka. Sejak di villa, orang itu
jinak. Pegangannya terlepas dan ia terjerunuk kedalam. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 151
Anak muda itu mau lari keluar, tetapi In Hong sebat, dia kena
ditendang masuk. Si pengawal pun ditarik masuk sekalian!
Mendadak pintu kamar tertutup sendirinya, suaranya njaring.
Anak muda itu, dan si pengawal tua, yang jatuh roboh, lantas
mengasi lihat roman sangat ketakutan. Mereka merayap
bangun, agaknya mereka mau keluar pula ..........
Mendengar pintu terkunci dan melihat ketakutannya dua orang
itu, In Hong percaja pasti rumah ini benar-benar rumah
perangkap, yang ada rahasianya. Tapi ia tidak takut. Bukankah
mereka ada bersama Tiat Kut Ciu sendiri? Maka ia
menghalangi dua orang itu.
Kedua orang itu jadi semakin takut. Mereka mau
menghampirkan Tiat Kut Ciu. Pikir mereka, kalau cabang atas
itu bergelantungan, mereka mau menjambar, untuk turut
bergelantungan juga. Tapi In Hong merintangi, bahkan mereka
ditarik hingga roboh. Maka ketakutan mereka bertambahtambah.
"Hiang Kat, awasi mereka!" In Hong pesan.
Hiang Kat menurut, ia menghunus pedangnya.
In Hong mengawasi Tiat Kut Ciu, yang berdiam tak mau
berkisar dari depan bangku panjang. Ia tidak tahu mengapa
orang mengambil kedudukan demikian. Dia itu mau
menyerang atau menanti penyerangan!
Sejenak kemudian, baru terdengar suara Khu Som : "Hm!
Hm! Hm!" Sebenarnya ia lagi memikirkan, ia mengurbankan
dua orangnya atau jangan ..........
Masih In Hong tidak mengerti. Ia melihat dua orang itu
mengawasi Tiat Kut-Cu, romannya ketakutan, sinarmatanya /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 152
memohon belas kasihan.......... Tiat Kut Ciu menggeleng
kepala, cuma rupanya dia bersimpati.
In Hong tidak dapat menanti lama, achirnya ia mengambil
keputusan untuk menyerang. la mulai bertindak perlahanperlahan.
Pedangnya telah dihunus.
"In Hong, berhenti!" Tiat Kut Ciu membentak.
"Nona In, lekas berhenti!" berteriak juga si pengawal pintu.
"Jangan dekati dia! Masih ada harapan.......... "
Suara orang itu menjatakan takutnya yang hebat.
Tindakan si nona tidak berhenti, maka ia membuatnya si
pengawal dan si anak muda bertambah takut.
"Nona In, jangan maju!" si anak muda juga berseru.
"Jikalau kau menghampirkan dia celakalah semua kecuali dia
sendiri! Kecuali nona dapat mencegah dia menarik gelang besi
itu ..........1 "
Saking terpaksa, pemuda ini membuka rahasia.
"Jangan kasi dia menarik gelang besi itu!" si tua pun berteriak.
Baru sekarang In Hong mengerti kenapa Tiat Kut Ciu
berdiri tanpa berkutik didekat gelang besi itu. Ia lantas berpikir
keras. Sulit untuk mencegah orang menarik gelang itu. Tapi,
tanpa ia menerjang, achirnya toh bajingan itu bakal
menariknya, tinggal soal waktu saja. Maka ia segera
mengambil putusan.
Ia maju pula, lalu mendadak berlompat. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 153
Tiat Kut Ciu tidak berlompat menjambar gelang, ia hanya
mendupak bangku didepannya, hingga bangku itu mental
kearah si nona.
Mau atau tidak In Hong berkelit kesamping. Dengan begitu,
batal penyerangannya, gagal maksudnya. Ketika ia maju pula,
Tiat Kut Ciu sudah lompat menjamber gelang, hingga
tubuhnya tergantung, menyusul mana, dengan bersuara, rumah
itu bergerak miring keutara, terus kedua pintu rahasianya
terpentang juga.
Dengan menjejak tembok, tubuh Tiat Kut Ciu terajun, dengan
begitu, tubuhnya itu bebas dari tikaman pedang.
Rahasia Gambar Sulam Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menyusul semua itu, lantai juga bergerak menjerosot!
**** XI BERGULAT DENGAN MAUT
Seperti pengalaman Ouw A berempat, demikian In Hong
berdua Hiang Kat. Bagaikan dipajungi kekuasaan gaib, mereka
tiba dengan tidak kurang suatu apa didasar lembah. Celaka si
anak muda, saking kaget, dia tergelincir, maka jiwanya Iantas
melayang. Si pengawal tua tergelincir belakangan, dia jatuh
terbanting, napasnya empas-empis, maka dia pun tidak dapat
bertahan lama.
"Hai. In Hong! Hiang Kat!" Ou\& A berseru. "ln Hong! Hiang
Kat! Lekas kemari! Bantui aku!"
Nona ini berteriak karena ia melihat jatuhnya lantai, mulanya ia
kaget, Iantas hatinya lega, Iantas ia mencljadi girang sekali. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 154
yang jatuh itu dua kawannya dan mereka tidak kurang suatu
apa Hanya biar bagaimana, suaranya suara dari kekuatiran,
sebab ia lagi terancam bahaya.
Ular yang naik dipohon dimana Ouw A berada bersama Siok
Leng kena dihajar nona sembrono itu, yang bergegaman batang
pohon. Ular itu kesakitan, dia merosot turun, tetapi dia tidak
kabur hanya menghampirkan kawannya yang lagi mendekati
Siang Kin dan Siang Kiam. hingga dua saudara itu, terutama
Siang Kin, takutnya bukan main.
Ouw A juga kaget, lekas-lekas ia berlompat turun, untuk
menolong kawannya. Karena ia turun. ia Iantas diserang ular
itu. Ular yang dipohon juga turun untuk membantu kawannya.
Repot Ouw A melayani kedua binatang itu. Ia lebih baniak
berlompatan. Sukar ia menyerang kelak. atau kalaii toh kena,
kedua binatang tidak terluka, keduanya bakal jadi semakin
gusar. Disaat berbahaya itu, datanglah In Hong dan Hiang Kat.
Mereka mendengar suara kawan itu, yang dikenali baik sekai,
ketika mereka menoleh, mereka melihat orang lagi dikerubuti
ular. Segera mereka lari menghampirkan.
Dilain detik, In Hong dan Hiang Kat sudah menggunai pedang
mereka melawan kedua ular. Denga memegang pedang,
mereka tidak usah membuang waktu akan dapat membikin
kedua binatang itu terbabat tubuhnya.
Ouw A mengeluarkan saputangannya. untuk menjusuti
peluhnya.
"Hebat!" katanya. Tapi dia Iantas menanja; "Bukankah kamu
kena terjebak Tiat Kut Ciu?" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 155
In Hong mengangguk.
"Bukankah kedua saudara Siang dan Nona Kang berada
bersamamu?" ia balik tanya.
"Ya," sahut Ouw A.
Justeru itu, dua saudara Siang dan Siok Lena sudah meraiap
turun dari pohon mereka, untuk lari menghampirkan, guna
menjapa kedua nona yang baru tiba itu.
"Tanpa Nona Ouw A. aku pasti sudah mati," kata Siang Kin.
"Cuma sekarang, cara bagaimana kita dapat keluar dari lembah
ini?"
"Bukankah kamu telah memeriksa sekitar sini?" In Hong
tanya.
"Ya, dan kita tidak mendapatkan jalan keluar," Siok Leng
menjavvab. "Apakah nona berdua ingin memeriksa pula?
Mungkin kamu berhasil ........... "
In Hong akur, maka ia pergi bersama Hiang Kat. Pertama
mereka memeriksa dibarat tanpa basil. maka mereka pe"gi
ketimur. Disini pun tidak^ada hasilnya. Selagi kembali, mereka
melihat Ouw A duduk dilantai lagi bersantap, makan barang
kaleng bawaan si bajingan muda.
"Bagaimana?" Siang Kin tanya. Dialah orang yang paling kecil
hatinya, yang sudah putus asa.
In Hong menggeleng kepala.
Pemeriksaan didua jurusan lainnya juga siasia belaka. Maka
itu, mereka semua jadi berkuatir pula. ketika sang magrib
mendatangi, mereka pun bingung memikirkan tempat
berlindung. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 156
Cuaca mendung, hujan mungkin bakal datang. In Hong melihat
kesekitarnya, ia berpikir. Ouw A merebahkan diri. Siang Kin
duduk diam demnn kedua tangan bemeluk dengkul,
sinarmatanya lesu. Siang Kiam dan Siok Leng jalan mundarmandir.
Hiang Kat membekal buku Notes, membuat gambar.
In Hong berdiam tidak lama, ia mencari tempat yang rada rata
dan lebar, disitu ia bersilat. la melatih diri dengan Lo Han Kun.
"Ouw A. ketika kau dirobohkan Sam Gan Ti.auw, jurus
keberapakah itu?"
"KelimabeIas," sahutnya. lesu.
"Sekarang coba kau melatih diri, kasi ,aku lihat."
"Untuk apakah itu? Jikalau .aku apal, apa kita bisa keluar dari
sini?"
"KaIau Lo Han Kun-mu bangpak, itu arlinya sukar kau keluar
dari sini!"
Setengah percaj.a setengah tidak, Ouw A lantas bersilat. la baru
diijinkan beristirahat setelah In Hong merasa puas.
Kemudian In Hong mengajak orang bekerja. mengangkat
berdiri lantai, untuk disenderkan satu pada lain, hingga mereka
dapat tempat bejziaung model huruf A.
"In Hong, apakah kau bersiap untuk tinggal tetap disini?" Ouw
A tanya.
"Sampai kita meninggalkan lembah ini."
"Berapa harikah itu?"
"Aku tidak tahu." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 157
Ketika mereka baru selesai membangun gubuk itu, langit gelap
dan hujan pun turun, maka bebaslah mereka dari ganggunan air
langit.
Besoknya, cuaca terang-benderang, matahari menjorot, kecuali
Siang Kin, semua nampak segar, cuma In Hong, yang sikapnya
senantiasa biasa, wajar saja. Bahkan nona ini membuka
buntalannya si pengawal bungkuk, hingga orang heran dia mau
mencari apa. Isinya itu jalah belasan potong pakaian.
"Tn Hong, untuk apakah pakaian tua itu?" Ouw A tanya.
"Aku hendak memberikan kerjaan kepada kamu," sahut nona
itu. "Dan kerjaan ini mesti rampung sebentar tengah-hari."
"Apakah itu mau dicuci hingga bersih?"
"Buk,an. Semua ini harus dibuka, kita ambil benangnya, untuk
disambung, lalu diukur, semuanya ada berapa kaki
panjangnya."
"Aku tidak mengerti ap.a perlunya benang itu! Laginya, disini
dimana ada ukuran .............. "
"Tak usah ukuran yang tepat. Kau ambil secabang pohon, kau
kutungi kira-kira saja, lantas itu jadi ukuran."
L.antas In Hong menjuruh Siang Kiam membongkar sepatu
roda dilantai.
"Kau kutungi ini dan menggosoknya, membuat kepala pisau
yang lancip," In Hong menjeiaskan lebih jauh. "Aku
membutuhkan lima buah." Ia menjebutkan ukurannya : Tiga
dim panjang, satu dim lebar.
Semua orang heran. Apa perlunya benang dan kepala pisau? /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 158
Kenapa mesti pakai batas-waktu selesainja? Tapi orang lantas
bekerja, kecuali Siang Kin, yang telah kehilangan
semangalnya. In Hong sendiri tidak berdiam saja. Ta pergi
menc.ari rotan dan menjuruh Hiang Kat memotongi menjadi
menurut ijontoh yang ia berikan. Achirnya, selagi orang padp
bekerja, orang melihat ia naik keatas pohon, untuk melesat dari
satu pohon kelain pohon.
"Asabatnya Nona In terganggu!" kata Siang Kin yang
berputus-asa, yang menerima nasib mati didalam lembah
itu...........
Kemudian terlihat In Hong memotongi banjak cabang dari
pelbagai macam pohon, besar dan kecil, cabang-cabang mana
ia pilih ten.aga mentalnya. Caranya jalah ia pegang kedua
ujung cabang, ia tekuk itu melengkung berulang kali.
Kesudahannya ia memiiih tiga batang, yang mana, dengan
pedangnya, ia raut rata dan kedua ujungnya tirus.
"In Hong, kau hend.ak membikin kursi atau apa?" tanya Ouw
A saking tak mengerti.
"Kau akan mengerti sendiri!" In Hong menjawab singkat,
sambil ia merauti terus.
Ketika matahari dan arloji tangan mengisjaratkan waktu
mendekati tengah-hari, In Hong sudah selesai dengan tiga
batang pohonnya serta delapan batang yang lainnya, yang lebih
kecil.
Jang lain-lainnya pun sudah selesai dan benang telah diukur.
"Benang panjang seribu duaratus kaki, potong menjadi empat,
lalu lara menjadi dua potong panjang tigaratus kaki," In Hong
memerintah pula. "Sisanya lara menjadi duabelas potong dari
enamratus kaki panjang." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 159
Ketika orang selesai dengan laraan benang itu, yang menjadi
seperti tambang, In Hong pun selesai dengan tugasnya sendiri.
Ia membuat sebuah busur yang besar dan kuat tenaga
melesatnya, dan sebuah lagi yang Iebih kecil. Sebagai anakp,anahnya jalah cabang yang ia rauti dengan kepalanya, yang
tajam, terdiri dari pisau lancip buatan Siang Kiam, dan bulunya
jaitu papan yang diraut tipis sekali. Untuk membikin sasaran, ia
mengambil papan lantai dimana, dengan tinta, ia membikin
lingkaran. Maka dilain saat, ia sudah mulai memanah, akan
menguji kedua busumja.
"In Hong, apakah kau hendak memanah burung, untuk barang
makanan kita?" Ouw A tanya, heran.
"Persediaan kita barangkali masih banjak, tak perlu aku
burung," sahut nona yang ditanya, yang lantas bekerja pula.
Yalah semua rotan lantas disambung satu pada lain, hingga
panjangnya kira lima- atau enamratus kaki, lalu bersarna Ouw
A, ia menarik kedua ujungnj.a, untuk mencari tahu kekuatan
sambungnya, supaja cukup kuat menahan berat tubuhnya duatiga orang tanpa putus.
"Sekarang mari turut aku!" achirnia ia mengajak. Orang pergi
kelereng selatan, untuk memandang keatas bagian utara.
"Dengan berdiri dilereng utara, kita curna dapat melihat
separuh, atau itu berarti, dari atas, kawanan bajingan tidak
dapat melihat kita," kata In Hong. "Dengan berdiri diselatan
ini, bisa kita mengawasi merek.a. Kamu lihat, rumah
perangkap itu sudah tidak ada, terang mereka telah bongkar itu,
dipindahkan atau dirusaki. Dari sana kita akan mencoba naik.
Ada kemungkinan, sebelum kita tiba diatas, kita akan diserang
mereka ........... " /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 160
"In Hong! Aku tidak mengerti kau lagi omong apa?" tanya
Ouw A, yang merasakan kepalanya pusing. la benar' heran.
"Aku bilang, kita akan coba naik keatas!" jawab si nona.
"Apakah yang kita buat andalan? Dapatkah kita naik? Apakah
kita tid.ak bakal tergelincir? Aku sudah mencoba beberapa kali,
aku gagal!"
"Kau lihat dadung rotan itu! Kita dapat menjambungnya."
"Kalau dadung ada diatas, dapat itu dikasi turun, lalu kita
mencekalnya dan melapai naik. Tapi dadung ada dibaw.ah sini,
seperti kita sendiri, maka apakah faedahnja?"
"Kita berdaja untuk membikin dadung dapat tergantung!"
"Ah, Nona In, janganlah kau berlelucon ........... " k,ata Siang
Kin, yang tetap lesu. Dia pesimistis, hingga dia tidak percaja
lagi mereka dapat menjingkir dari kuburan lembah ini ..............
"Segalanya aku telah siapkan, kila nanti coba," kata In Hong.
"Jang hams dijaga jalah selagi kita manjat, kawanan bajingan
nanti mendapat tahu dan lantas menyerang kita Maka itu perlu
kita mencari waktunya yang tepat." ?
"Kita tunggu sampai sudah malam dan geiap," kata Hiang Kat.
"Diwaktu malam, pengharapan kita memang besar," kata In
Hong, "cuma lantaran geiap, sukar kita menggantung dadung
kita.
Aku membutuhkan cahaja terang. Aku telah memilih waktu
dari tengah-hari sampai magrib. Aku sudah memperhatikan
mereka itu, mereka meronda setiap dua-tiga jam sekali, dari itu,
kita pun mesti bekerja selama dua-tiga jam, begitu lekas
mereka habis meronda." /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 161
"Aku tidak pernah melihat mereka." kata Siok Leng.
"Aku telah melihatnya beberapa kali. Rupanya Cek Tay Hok
atau Khu Som menganggap tak perlu dipasang penjagaan tetap
untuk mengawasi kita. Atau mungkin mereka menganggap kita
sudah mati semua, menjadi berkuranglah kewaspad.aan
mereka."
"Nona In. apakah dajamu untuk menggantungkan dadung
kita?" Siang Kiam tanya.
"Sebentar kamii akan lihat ser.diri," sahut In Hong.
"Hiang Kat, kau berdiam disini, sembunji dipohon itu. Kau
awasi mereka. Kapan kau lihat mereka habis meronda, lantas
kau kabarkan aku.
Sekarang aku mau pergi keulara snna."
Dilereng utara itu, In Hong lantas menjiapkan tambang
benangnya, dengan j.alan mundar-mandir, ia meletaki tambang
didataran lembah. Setelah itu. ia menanti sampai Hiang Kat
datang memberi laporan. Ta lantas dapat bekerja. la
menjiapkan panahnya, terus ia memanah keatas, yang
tingginya duaratus kaki lebih, kepada batu besar yang munjul.
Baru melesat tingginya tigapuluh kaki, panah itu sudah jatuh
kembali.
Tahulah In Hong kekuatan melesat panah itu. maka la menukar
anakpanah yang terlebih besar. Anak panah ini, tengahnya
dikenakan tinta, lalu ujungnya diikat tambang. habis itu, ia
memanah pula.
"Berhasil tindakan pertama!" berseru ia.
Anakpanah sampai dibatu diatas itu. melewati sedikit,
Rahasia Gambar Sulam Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ujungnya tergantung. Maka tergantunglah tambang mereka. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 162
"Bagaimana kau nanti menariknja?" Ouw A tanya. la masih tak
mengerti.
"Kau lihat!" jawab In Hong. la lantas menjiapkan panah yang
lancip, ujungnya ia ikat tambang lainnya, setelah itu, ia
memanah pula.
"Bagus!" berseru Siang Kiam semua, kecuali Siang Kin.
Anak panah itu mengenai tepat anakpanah yang tergantung, ke
sasarannya, yang bertanda tinta, dan nancap.
"Jangan berisik!" In Hong memberi ingat. Ia lantas menarik,
hingga sebentar kemudian, kedua apakpunah itu dapat dikasi
turus dan dipegang. Ia bekerja terus, mengikat dadungnya,
untuk dikerek naik. Maka dilain saat, tibalah dadung rotan
kebatu diatas itu.
Ketika ia menarik pulang, kedua ujung dadung tiba ditanah,
merupakan dua helai dadung j.ang dapat dicekal dengan kedua
tangan.
"Bagus, In Hong!" Ouw A memuji. "Tapi sekarang baru dua ji
pertiga bagian tingginya lereng yang dapat kita sampaikan!
Bagaimana dengan yang satu pertiga lagi?"
"Kita naik dulu kebatu itu, dari sana kita mengulangi cara kita
ini. Bukankah diatas itu ada pohon k,aju besar?"
"Tapi kawanan bajingan bukannya bangkai hidup! Diwaktu
kita memanjat, mereka bisa menyerang kita!" berkata Siang
Kin. "Siang Kin, kau tidak mempunyai kepercajaan atas dirimu!"
kail ta In Hong. "Memang sulit dan berbahaya percobaan kita
ini, tetapi kau harus ingat, kelurusan menang dari kesesatan!" /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 163
Habis berkata itu, In Hong mengatur siapa yang naik saling
susul, jalah pertama ia, lalu Ouw A, lalu Siang Kiam, habis
Hiang Kat jaitu Siok Leng. Siang Kin paling bel.akang. Ouw A
dan Hiang Kat dipesan pula untuk membantui Siang Kin.
Begitu siap, dengan busur dan anak panah dipunggungnya, In
Hong memegang kedua dadung, yang dirangkap menjadi satu,
untuk ia mulai melapai naik, kakinya bertindak disepanjang
lereng. la tib.a dengan cepat dengan tidak kurang suatu apa,
maka tanpa beristirahat lagi, ia bekerja terus. Sekarang ia
memanah keatas kep.ada pohon. Ia berhasil. Dengan begitu
terpancanglah dadung rotan yang kedua itu.
Ouw A dan yang Iainnya lantas mulai melapai naik.
Ketika itu, diluar dugaan, lima orang bajingan muncul diatas
mereka. Mereka kaget, tapi lanta mereka bekerja. Batu besar
lantas digulingkan, buat dijatuhkan kebaw.ah. Pula ada yang
berniat membabat kutung dadung rotan yang terpancang
dipohon . . . "
"Dasar kamu!" terdengar satu diantara mereka itu menggerutu.
"Tadi .aku mendengar suara apa-apa didalam lembah, kamu
mengatakan aku melihat setan ditengah-hari bolong, sekarang
kamu lihat buktinja! Bukankah mereka itu yang lagi manjat?"
"Sudah, jangan kau bingung!" menjawab satu su.ara, jalah
bajingan yang membawa senapan. "Nanti aku tembak mereka,
mengantarkan merek.a satu demi satu kembali kedasar jurang!"
Benar-benar bajingan itu menghampirkan tepian, terus ia
menjuju kepada In Hong.
Nona In dapat melihat aksi orang, ia lantas berkelit dengan
mendekam kelamping. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 164
Diantara suara letus.an, peluru menjambar kebawah, sepuluh
kaki terpisah dari tubuh si nona, menghajar batu dan tanah
hingga muncrat.
Bajingan itu penasaran, ia menembak untuk kedua kalinya.
Kali ini ia pun gagal. Peluru melewati In Hong, melewati Ouw
A juga, hampir mengenai Siang Kin. Terpisahnya peluru dari
tubuh orang she Siang ini cuma dua-tiga kaki!
Orang semua kaget, semua mendekam. K.agetnya Siang Kin
berlebihan, dia menjadi bingung, dia berbangkit, untuk
menjingkir turun ................
"Siang Kin, lekas mendekam!" Hiang Kat memberi ingat.
"Tempelkan tubuhmu pada lamping, k.au tidak bakal kena
ketembak!"
"Biar aku pergi kedasar lembah!" kata orang she Siang itu,
yang tidak makan nasihat. "Sebentar, setelah kamu sampai
diatas dan berhasil menjerbu mereka, baru aku naik pula
........... "
Beanr" dia pergi kepada dadung, untuk memegangnj.a, guna
merosot turun ...........
Diatas, kawanan bajingan tidak berdiam saja. Sebuah batu
dijatuhkan pula.
Lacur Siang Kin, kira lagi enampuluh kaki tiba didasar lembah,
sebuah 'batu menimpa sebeiah kakinya. Ia kaget dan kesakitan,
tangannya terlepas, maka tubuhnya terjatuh!
Semua orang kaget, hingga mereka kesima. Mereka menyesal
dan berdukp. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 165
"Kakak, kau beristirahatlah didasar lembah ini ........... " kata
Siang Kiam, perlahan. "Kalau sebentar kita sampai diatas, aku
akan membalaskan sakit hatimu ini!"
Diatas, girang kawanan bajingan sebab penyerangannya itu
berhasil. Mereka pergiat menggulingkan batu lainnya. Bajingan
yang bersenjata api juga menembak lagi hingga lima kali.
In Hong semua dap.at melindungi diri tetapi dengan begitu,
mereka tidak melanjuti percobaannya untuk melapai naik .........
**** XII PUNGGUNG MELAWAN PAT KWA KUN
Seorang bajingan diatas Puncak Sepasang itu mengerti baik
sekali, .asal dadung rotan diputuskan, In Hong semua tidak
bakal dapat naik keatas, maka itu, dengan membawa kapak, dia
pergi kepohon, untuk memanjat, guna mengapak putus dadung
itu. Celaka untuknya, belum kapaknya bekerja, anak panah In
Hong telah menancap ditubuhnja! Maka dia menjerit, kapaknya
terlepas, tubuhnya jatuh dari pohon, bersama kapaknya itu, dia
kecemplung kedalam jurang!
Kejadian itu membikin kaget bajingan yang lainnya.
Bajingan yang bersenjata senapan mendapat tahu kenapa
tembakannya semua gagal, lantas dia mendekam ditanah, ujung
senapannya dilonjorkan kebawah, kepalanya diajukan, untuk
dipakai mengincar. Ia tetap mengarah In Hong. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 166
Dibawah, la Hong melihat aksi musuh. Ia mengerti bahaya,
dengan lantas ia memanah. Maka panah dan peluru menyerang
dengan berbareng. Tapi penjahat itu kaget melihat si nona
memanah dia, tangannya bergerak, incarannya meleset. Peluru
lewat diatasan kepala nona itu.
Menyusul itu, ada batu yang jatuh, yang menjurus kearah In
Hong, tapi In Hong dapat berkelit. Batu itu mengenai batu yang
menonjol, lalu mental kejurang.
In Hong pergi ketempat lega, dekat batu nonjol itu, terus ia
memanah. Ia tidak mau kalah sebat.
Lacur bajingan yang berdiri dipaling depan, tubuhnya
dimampiri anak panah, dia menjerit dan roboh, hingga kawannya menjadi kaget, lup.a pada batunya, mereka lari serabutan.
Biar bagaimana, mereka itu menyayangi jiwa mereka!
In Hong melihat tidak ada orang lagi, ia menggunai kecerdasan
dan kelincahannya. Tanpa ayal sedetik juga, ia melapat naik.
Ia berhasil sampai diatas, tapi ketika ia baru menaruh kaki,
mendadak dua bajingan muncul dan terus menyerang padanya.
Tidak ampun lagi, punggungnya kena terhajar, sebab ia tak
keburu berkelit atau menangkis. Keras suararija hajaran itu,
akan tetapi ia tidak'roboh, sebaliknya, ia segera mencabut
pedang pendeknya, untuk dipakai melakukan perlawanan.
Kedua bajingan itu pandai menggunai tojanya, mereka itu
mengepung dengan rapi. In Hong repot lanlaran pedangnya
pendek.
Selagi menghadapi yang didepan, yang dibelakang menyerang
dia. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 167
Beberapa kali, punggungnya kena terkemplang pula. Tapi ia
tetap tidak terpukul roboh, tetap ia melawan. Sebaliknya,
sekarang ia mendapat akal, maka ia mengubah siasat. la tidak
menyerang lagi ia main menangkis, ia membabat setiap datang
serangan. Pedangnya itu tajam, ketika toja?toja karet kena
terbabat, terputuslah senjata itu.
Kedua bajingan itu kaget, mereka menjadi ketakutan, lantas
mereka kabur.
In Hong penasaran, ia berlompat, untuk memegat mereka.
Ketika itu, Ouw A sudah dapat naik, segera ia menyusul In
Hong, la disusul Siang Kiam dan Hiang Kat, lalu Kang Siok
Leng. Mereka naik tanpa rintangan. Sedang kedua bajingan,
yang dipegat In Hong, telah dapat dirobohkan. Saking takut,
dua orang itu tidak dapat menjelamatkan diri dari pedangnya si
nona.
"Cek Tay Hok, si kepala penjahat, serta Tiat Kut Ciu dan
lainnya, mungkin berada di villa," kata In Hong, "sudah
kepalang, mari kita serbu mereka. Aku akan melayani Tiat Kut
Ciu sendiri. Hiang Kat, kau rintangi murid-muridnya Tiat Kut
Ciu yang bersenjatakan toya Pat Kwa Kun. Kau Siang Kiam,
bersama Siok Leng, menghajar Cek lay Hok sendiri serta
orang-orangnya " /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 168
In Hong menendang bajingan anak-muridnya Tiat Kut
Ciu, yang segera terlempar kedalam jurang.
"Aku?" tanya Ouw A, yang belum mendapat tugas.
"Kau bertanggung-jawab menghajar Sam Gan Tiauw! Ketika
didalam lembah aku suruh kau melatih Lo Han Kun, itulah
untuk ini."
Ouw A heran.
"Bukankah kau telah mengatakan Sam Gan Tiauw sudah
dibekuk olehmu dan kau telah menjerahkannya kepada
Detektip To, yang dungu itu?"
"Benar. Hanya aku menduga, setelah aku terjebak, mungkin
dia sudah keluar dari tempat tahanannya. Pada jurus j.ang ke /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 169
lima belas, kau berpura-pura kalah, lalu kau hajar dia roboh.
Setelah selesai tugasmu itu, segera k.au membantu Siok Leng,
Siang Kiam dan Hiang Kat menumpas bajingambajingan yang
lainnja!"
Senang Ouw A menerima tugasnya ini. Serintasan, In Hong
memberi petunjuk kepada kawan-kawan itu tentang c.aranya
melayani Pat Kwa Kun.
Sebagai senjata, Siang Kiam mengambil pisaunya satu
bajingan yang In Hong kena panah mati, sedang Siok Leng
menggunai sepasang anakpanaimja In Hong.
Baru saja mereka ini selesai bersiap dan hendak berangkat ke
villa, terlihat sudah datangnya rombongan bajingan, yang
rupanya telah diberi kabar oloh mereka yang barusan loios dari
tangan In Hong.
Cek Tay Hok dan Tiat Kut Ciu berdiam di villa, disana mereka
menjambut Sam Gan Tiauw, yang, seperti diduga In Hong,
benar memperoleh kemerdekaannya, maka si Rajawali Mata
Tiga itu, lantas diajak, untuk melihat jurang dimana In Hong
sekalian kena dijebak. Ditengah jalan. mereka berpapasan sama
bajingan yang kabur itu maka., setelah kaget sebentar, lantas
mereka menyusul, untuk mengeroyok.
Matanya In Hong awas sekali, kecuali ia lantas melihat empat
bajingan, yang membawa toja, juga seorang yang tubuhnya
tinggi dan besar, yang bukan lain daripada Sam Gan Tiauw.
"Cocok dugaanku!" dia berseru. "Sam Gan Tiauw juga datang!
Mari kita sambut meraka!"
Nona ini lantes mendahului memapak musuh. Ia mengerti, sulit
untuk Hiang Kat merobohkan keempat musuh yang
bergegaman toja, dan berat juga tugas Siang Kiam dan Siok /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 170
Leng melawan Tay Hok serta orang-orangnya, dari itu ingin ia
lekas merobohkan Tiat Kut Ciu, agar pertempuran tidak
menjadi berlarutlarut. Ouw A sendiri, ia membiarkannya
menghadapi Sam Gan Tiauw seorang.
Segera, untuk membuktikan rencananya, In Hong menyerang.
Sebentar saja, pedangnya sudah merobohkan dua bajingan
yang bersenjatakan toya dan menendang terjungkal tiga
bajingan lainnya. Ketika ia mau melabrak lebih jauh, Tiat Kut
Ciu menyerang ia dengan tojanya, Pat Kwa Kun hijau. Maka
terpaksa ia melayani cabang atas itu.
Sam Gan Tiauw berniat membantui Tiat Kut Ciu, ia benci In
Hong, tetapi dia dirintangi Ouw A, iang berlompat
kedepannya, maka bertemulah ia dengan musuh lawasnya.
Dengan dua bajingan bersenjata toya sudah roboh, Hiang Kat
menjadi dapat dua lawan.
Siang Kiam dikepung oleh empat buaya darat, sedang Siok
Leng dikeroyok oleh dua yang lainnya.
Cek Tay Hok tidak turut berkelahi, dengan pipa dimulutnia, dia
berdiri diatas sebuah batu besar, menonton pertarungan dalam
lima rombongan itu.
In Hong menghadani kesulitan. Sampai dijurus keempat ia
masih leluasa melayani tonekatnya Tiat Kut Ciu. setelah itu, ia
kewalahan. Begitulah didiurus keenam. punggungnya kena
terkemplang hingga bersuara buk! Tapi ia tidak roboh, ia
melawan terus.
Diuga Hiang Kat, ia menghadapi musuli-musuh berat, seperti
Tn Hong, selewatnya jurus keempat. punggungnya kena /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 171
dihajar tiga kali, hanya, ia pun tidak roboh, dapat ia berkelahi
terus.
Ouw A mendengar suara bak-bik-Kik, ia tahu Tn Hong dan
Hiang Kat kena terhajar, ia terkejut, ia bagaikan merasa ia
sendirilah yang kena dikemplang itu. Ia kuatir kedua kawan itu
tidak dapat bertahan.
Siang Kiam melawan empat bajingan. njata mereka sama
Rahasia Gambar Sulam Karya Okt di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
unggulnya. Penjahat-penjahat menang cerdik, ia sendiri
menang tenaga dan hatinya mantap.
Juga Kang Siok Leng. dengan sepasang anakpanah sebagai
senjata, dapat ia melayani musuh, dengan memutar itu, musuh
tidak bisa merobohkan padanya.
Tiat Kut Ciu heran kefika sudah empat kali ia kena menghajar
punggung In Hong, si nona menunjuki ketangguhan
punggungnya itu. dia menjadi kewalahan. maka itu, dia lantas
mengeluarkan Pat Kwa Kun yang lainnya, yang warnanya
hitam. Senjata ini lebih berat dan kalau mengenakan tubuh,
bisa merusak daging.
Tn Hong tidak takut, ia berlaku sebat tetapi tenang. ia melaiani
terus. Satu kali ia terdesak, lalu punggungnya terbajar Pat Kwa
Kun hitam itu, ia tidak roboh tetapi bajunya robek, juirannya
berterbangan.
Beruntung adalah Ouw A. Si sembrono ini taat kepada pesan In
Hong, dijurus kelimabelas, disaat ia mestinya menehadani
bahwa. ia mendahului menggunai akal. ia roboh seperti juga
salah tindak. lalu selagi Sam Gan Tiauw menghampirkan
padanya. untuk diringkus, mendadak ia membalik tubuh dan
menyerang hebat, setelah mana ia berlompat bangun dan
menyerang pula saling-susul. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 172
Sam Gan Tiauw kaget dan kesakitan, dia terhuyung, tengah
terhuyung itu, dia dihujani tinju Ouw A, hingga achirnya dia
terguling jatuh, selagi tak berdaja, si nona mencekuk dia,
saking bencinya, Ouw A mengerahkan tenaganya. mengangkut
tubuh bajingan itu, untuk dilemparkan kejurang. Maka
tamatlah lelakon hidupnya si Rajawali Mata Tiga!
Setelah kemenangannya ini, Ouw A memandang kepada
kawan-kawannya. Ia melinat In Hong terdesak, ia lari kepada
kawan itu.
"Ouw A, jangan bantui aku!" In Hong berteriak melihat si
sembrono itu. "Kau lakukan tugasmu!"
Heran si sembrono ini, ia lerdiii menjublak.
In Hong berlaku lenang, biarnya ia didesak, dengan
kelincahannya, ia selalu bisa melindungi diri. Selama itu, ia
terus meinperhatikan ilmusilat lawannya, hingga ia berhasil
mengenalnya. Ini sebabnya ia melarang Ouw A membantui
ianya. Ia hanya menanti ketika yang baik. Ketika itu pun
datang dengan cepat. Waktu punggungnya mau dihajar pula,
cepat bagaikan kilat, ia memutar tubuh dan menangkis dengan
sabatan pedungnya!
"Srrtt..!" demikian satu suara, suara putusnya loya!
Tiat Kut Ciu terkejut, justeru itu, ia diserang si nona.
Dalam repot, ia menangkis dengan toianya yang lain. Inilah
yang diarah In Hong, sekalian saja, ia menabas toya karet itu.
yang kembali putus. Maka dilain saat, cabang alas itulah yang
berbalik kena dirangsak si nona.
Menonton sampai disitu, Ouw A sadar. Segera ia lari kearah
Siang Kiam. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 173
"Siang Kiam, pergi kau bunuh Cek Tay Hok si jahat!" ia
berseru. "Semua bajingan ini serahkan padaku P Sembari
berkata, ia maju menyerang.
Siang Kiam menurut, ia lompat keluar kalangan.
Ouw A berlaku sengit sekali, ia menyerang hebat, hingga ia
membikin musuh-musuhnya kedesak ketepi jurang, lalu satu
demi satu, ia tendang mereka itu, hingga semuanya terlempar
kelembah!
Cek Tay Hok melihat suasana buruk itu, baru ia mau lari, atau
Siang Kiam sudah lompat kepadanya. Terpaksa ia membuat
perlawanan, sembari melawan, ia main mundur. Celaka
untuknya, tanpa merasa, ia mundur kearah jurang. Ketika
kemudian ia sadar, sudah kasip, tinjunya Siang Kiam
membikin tubuhnya terpental! Maka ia pun menyusul Sam Gan
Tiauw, tamat riwajat hidupnya."
Ouw A Iantas membantui Siok Leng, tidak sukar untuknya
menamatkan dua bajingan itu, maka dilain saat, ia terus pergi
kepada Hiang Kat, Iantas bersama-sama mereka menghabiskan
jiwanya kedua penjahat yang bergegaman toya Pat Kwa Kuo
itu. Semua majat mereka itu dilemparkan ke jurang.
Pertempuran diantara Tiat Koct Ciu dan In Hong tidak berjalan
lama lagi. Diachirnya, si nona dapat menancap pedangnya
ditubuh penjahat yang liehay itu. Justeru Ouw A berlompat
kepada mereka, si sembrono mengajun kakinya kepada si
bajingan, membikin tubuh orang yang lagi terhuyung-huyung
terbang melayang kedalam jurang juga!
"Mari!" In Hong mengajak. /
Sumber : Aditya Indra jaya
Contributor: Awie Dermawan 174
Mereka lari kevilla Cek Tay Hok. Villa itu sudah kosong, tetapi
disana Siang Kiam mendapatkan keempat buah gam bar
sulaman ibunya, hingga ia menjadi girang sekali, meski
sebenarnya ia berduka untuk kehilangannya Siang Kin ...........
Tidak lama mereka berdiam disitu, lantas mereka berjalan
pulang.
Ouw A telah melihat bajunya In Hong robek-hancur bagian
punggungnya, ia menjadi heran. la lantas ingat kawan itu
berulangkali terhajar toya Pat Kwa Kun hijau dan hitam yang
liehay.
"Eh, In Hong," tanjanya, "kau terhajar toya hijau dan hitam,
mengapa kau tidak terluka???
"Apakah kau lupa?" Nona In membaliki. "Bukankah itu malam
aku telah memberitahukan kau bahva aku hendak membuat
persiapan?"
"Ya. Tapi, persiapan apakah itu?"
"Aku membuat tiga potong baju karet. Ketika aku pulang,
sajang kau sudah melakukan kesembronoanmu, kau pergi
seorang diri. Tadi aku dan Hiang Kat kena dihajar toya
berulang-ulang, tetapi kita tidak takut, kita tidak merasa sakit.
Kau tahu, kenapa aku larang kau membantui aku mengepung
Tiat Koct Ciu?
Itulah sebab kau tidak mengenakan baju karet, aku kuatir kau
celaka "
TAMAT
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 19 Pendekar Bego Karya Can Id Anak Pendekar 18
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama