Rajawali Merah Karya Batara Bagian 14
Eng mendadak berteriak ketika seorang di antaranya berseru menuding Togur. Pemuda itu meledakkan
tangannya dan muncullah asap hitam seperti naga. Dan ketika asap itu menyambar dan meledak di depan
Soat Eng, nyonya itu mengelak dan memaki lawan maka si buntung tiba-tiba tembus dipukul ketika Soat Eng
menghajarnya dari samping.
"Dess!"
Nyonya itu ngeri dan berteriak tertahan. Togur, yang mulai kewalahan oleh gabungan Khi-bal-sinkang dan pukulan Lui-ciang-hoatnya tiba-tiba mempergunakan kesaktian yang diperoleh dari Poan-jin-poankwi. Pemuda itu menepuk tangannya dan memerciklah asap hitam seperti naga, meledak dan nyonya itu
mengelak sambil melepas pukulan dari samping. Si buntung demikian dekat dan pemuda itu menerima. Tapi
ketika tangan si nyonya tembus dan amblas begitu saja, memasuki rongga dada lawannya itu namun lawan
tak apa-apa, seperti roh atau badan halus saja maka nyonya ini menjerit dan Siang Le yang terbelalak melihat
itu tiba-tiba bergerak dan menerjang ke depan.
"Eng-moi, biar kubantu kau!"
Namun si buntung terkekeh. Ia berseru pada puluhan wanita di situ agar menghadang dan menangkap
pemuda ini. Biarkan Soat Eng main-main dengannya dan tak seorangpun boleh menganggu. Dan ketika
wanita-wanita itu berkelebatan dan mencegat pemuda ini, mereka bergerak dan tahu-tahu dengan cepat
sudah meraih atau menyambar si tampan ini maka Siang Le terkejut dan tentu saja mengibas.
"Jangan ke sini, kalian pergilah... bres-bress!" dua wanita terlempar, jatuh menjerit namun yang lain
menubruk dan tetap menangkap pemuda ini. Dan ketika puluhan pasang tangan menarik dan mencengkeram,334 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Siang Le marah dan membentak wanita-wanita itu maka empat di antaranya terlempar lagi namun baju dan
sebagian pundak pemuda ini robek dan tersentuh wanita-wanita itu. Siang Le merinding diusap jari-jari genit
yang cabul dan menggelitik!
"Hi-hik, kulitnya halus. Pundaknya seperti wanita, namun kokoh!"
"Benar, dan aku berhasil merobek bajunya. Ah, keringat pemuda ini harum, Su-moi. Lihat robekan
bajunya ini membawa keringatnya yang memabokkan. Hi-hik aku langsung jatuh cinta!"
Siang Le merah padam dan malu serta marah sekali. Ia sudah dikepung dan dicegat sana-sini,
mengelak dan melepaskan pukulan namun wanita-wanita itu amatlah banyak. Dan karena sering ia harus
memejamkan mata kalau dada atau bagian-bagian tubuh lain dari wanita-wanita itu bergoyang dan terkuak
dari pakaiannya yang minim, Siang Le sungguh jengah maka pemuda ini menjadi gusar dan juga kikuk
menghadapi keroyokan wanita-wanita jalang. Robekan bajunya tadi sudah dicium dan diendus-endus, yang
membawa itu terkekeh-kekeh!
"Bunuh wanita-wanita itu. Dan cepat bantu aku!"
Siang Le bingung. Ia mendapat teriakan isterinya dan saat itu puluhan wanita yang mengeroyok ini
semakin menggila dan merepotkan. Ia mengibas dan membuat beberapa di antaranya terpelanting tapi malah
pakaian mereka itu lepas. Tujuh lawannya menjerit tapi mereka terkekeh-kekeh meloncat bangun ketika tahu
bahwa pakaian mereka diterbangkan Siang-Le. Dan ketika tujuh wanita itu maju lagi dan tak malu-malu
telanjang bulat, Siang Le terkejut dan merah padam maka ia sudah dipeluk dan diterkam dari tujuh arah.
"Hi-hik, Siang-kongcu ini tak sabar membuka pakaian kita. Marilah, kita ajak bergumul dan siapa
yang lebih dulu mampu menciumnya!"
Siang Le membentak dan marah sekali. Ia tahu-tahu sudah dililiti tujuh wanita yang menubruk atau
memeluk dirinya. Ia tadi terpaksa memejamkan mata karena tak tahan memandang tujuh wanita bugil itu,
tertangkap dan inilah celakanya karena tiba-tiba tujuh wanita itu berebut mencium. Dan ketika empat di
antaranya berhasil "ngak-ngik-ngok", wajah dan leher pemuda itu diciumi lawan-lawannya maka Siang Le
terkejut dan membuka mata, langsung bergerak dan tujuh tamparan dilepas mengenai tujuh wanita itu, yang
tentu saja terjengkang dan menjerit mengaduh. Gigi mereka rontok dipukul pemuda itu! Dan ketika mereka
menangis namun teman-temannya sudah menerjang, lagi-lagi pemuda ini dikeroyok dan hendak ditangkap
maka Siang Le berkelebatan dan ia menghindar atau mengelak sana-sini. isterinya melotot karena di depan
mata pemuda itu dihujani cium yang bersuara keras. Ngak-ngik-ngok!
Siang Le, bunuh mereka itu. Atau aku menghajarmu!"
Siang Le terkejut. Isterinya, yang biasa bersikap lembut dan hangat tiba-tiba memanggil namanya
begitu saja penuh kemarahan. Ia menengok dan terkejut karena sang isteri terbakar mukanya, mata beringas
dan mengeluarkan api yang amat panas. Dan ketika Siang Le sadar bahwa isterinya cemburu dan gusar, ia
dicipok begitu banyak wanita maka pemuda itu membentak dan tiba-tiba berkelebat menampar atau menotok
wanita-wanita ini, tak perduli pandang matanya harus sering bertemu dengan buah dada atau bagian-bagian
tubuh yang minim.
"Kalian benar-benar jalang, tak tahu malu. Nih, terima pukulanku dan keluar dari Sam-liong-to!"
Wanita-wanita itu berteriak. Siang Le tiba-tiba marah dan menghajar mereka dengan tidak sungkansungkan lagi. Tujuh bekas kecupan terlihat di leher dan wajah pemuda itu karena wanita-wanita itu memakai
gincu yang tebal, kontan membekas dan itulah yang membuat Soat Eng bertambah marah. Namun ketika
Siang Le berkelebatan dan tubuhnya menyambar-nyambar dari satu tempat ke tempat lain, pemuda itu harus
membantu isterinya yang terdesak oleh lawan maka Soat Eng lega namun nyonya ini dicengkeram Togur
yang tiba-tiba membentaknya dan membalas dengan sebuah pukulan. Siang Le tampaknya akan merobohrobohkan teman-teman wanitanya itu.
"Soat Eng, kau tak dapat ditolong siapa-siapa. Lihat pukulanku dan robohlah lebih dulu!"335 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Soat Eng terkejut. Ia membalik dan mengelak cengkeraman pemuda itu ketika tahu-tahu sambil
tertawa si buntung ini mengulurkan lengannya. Dan ketika Sin-re-ciang atau Tangan Karet terulur panjang,
Togur mendapatkan itu dari hasil tukar-menukar dengan mendiang See-ong maka Soat Eng tahu-tahu
tertangkap dan wanita itu menjerit melempar tubuh bergulingan.
"Aihhh-brett!"
Baju wanita ini sobek. Soat Eng sampai pucat karena lawan sungguh memiliki ilmu bermacammacam. Togur memang lihai di samping licik. Dan ketika ia bergulingan namun lawan mengejar terus,
tangan itu memanjang dan semakin memanjang saja maka wanita itu mengeluh ketika tahu-tahu pundaknya
tertangkap. Togur mempergunakan kelima jarinya yang bagai jepitan besi.
"Siang Le, tolong..!"
Jeritan itu menyentak si pemuda. Siang Le yang sudah merobohkan dan menotok sisa-sisa lawannya
mendadak mennjadi tertegun dan berhenti menoleh. Ia sudah merobohkan separuh dari lawan-lawannya itu
dan para wanita itu mmerintih-rintih di tanah. Mereka terkejut dan juga gentar oleh kehebatan menantu
Pendekar Rambut Emas ini, meskipun rupanya sang isteri lebih hebat dan lihai lagi. Dan ketika pemuda itu
menoleh dan sang isteri tertangkap, Soat Eng mengeluh dan dan roboh tertotok maka bayangan hitam tibatiba menyambar dan Ui Kiok, si cantik yang tadi di pelukan Togur itu menghantam tengkuknya dengan satu
serangan gelap.
"Jangan bunuh!"
Siang Le terkejut dan sadar. Ia tahu ketika angin serangan menghantam tengkuknya, membalik dan
menangkis dan bertemulah tenaga sinkangnya dengan sebuah lengan halus yang berwarna merah. Dan ketika
bau busuk juga menyambar dan itulah Tui-hun-hiat-jiu (Tangan Berdarah Pemburu Sukma) maka pemuda ini
terhuyung sementara lawannyapun terpental.
"Dess!"
Ui Kiok, wanita itu, menjerit marah. Ia tadi sudah berusaha mencuri kesempatan dengan menyerang di
kala pemuda ini tertegun. Ia marah melihat separuh dari teman-temannya roboh bergelimpangan tertotok
atau ditampar pemuda ini hingga tak dapat bangun. Dan ketika ia menyerang namun tetap juga gagal, Siang
Le mendengar bentakan Togur dan cepat membalik maka wanita itu melengking dan sisa temannya yang lain
disuruh maju untuk mengeroyok pemuda ini, tadi ia tinggal menonton karena mengira pemud a itu dapat
ditundukkan teman-temannya.
"Siauw-ong, pemuda ini tak dapat di tundukkan. Biarlah aku membunuhnya dan tak apa ia mampus!"
"Jangan," si buntung tertawa berseru, tangannya sudah bergerak dan menyambar Soat Eng, yang
pingsan. "Di sini tak ada laki-laki lain, Ui Kiok. Robohkan ia dan jadikan kekasih tercintamu. Ia menantu
Pendekar Rambut Emas dan dapat menjadi barang berharga kalau tertangkap."
"Kau tak ingin ia kubunuh?"
"Kau tak dapat membunuhnya, kalau tak kubantu. Sudahlah jangan ia dibunuh dan lepaskan pukulanpukulanmu ke bagian atas dan aku akan menyerangnya bagian bawah.... ser-ser!" jarum-jarum hitam
menyambar dan mengejutkan Siang Le, dilepas si buntung ini untuk mengganggunya dan tentu saja Siang Le
terkejut dan berseru marah. Dan ketika wanita itu menyerangnya lagi dan ia harus meloncat ke atas tapi
dipapak atau disambut wanita itu, Siang Le bingung dan gugup maka Tui-hun-hiat-jiu tiba-tiba mengenai
tubuhnya ketika secara cepat sebatang jarum lebih dulu menancap di lutut kanannya.
"Aduh!"
Togur tertawa. Ia tahu kepandaian pemuda itu dan dibuatnya pemuda itu pincang. Siang Le
bergulingan dan memaki-maki lawan tapi Togur diam saja di sana, tidak maju. Dan ketika Ui Kiok kembali
menyambar dan Siang Le marah meloncat bangun, ia menggeram dan mengeluarkan Sin-re-ciangnya maka
tangan karet itu mendahului dan menyelinap di balik Tui-hun-hiat-jiu. Dalam keadaan terpicang pemuda ini
masih juga gagah melakukan perlawanan.336 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Awas...!"
Ui Kiok terpekik dan menendangkan kakinya. Lengan pemuda itu tahu-tahu mulur panjang dan tibatiba sudah di bawah ketiaknya. Siang Le hendak meremas atau mencengkeram ketiak wanita ini, sekali kena
tentu lawannya roboh! Tapi karena Togur memberi tahu dan lagi-lagi sebatang jarum menyambar, kaki Ui
Kiok menyambut lengan pemuda itu maka Siang Le berseru tertahan ketika jarum dan lutut si cantik
mengenai sikunya.
"Krek-augh!"
Pemuda itu pucat. Siang Le dan Sin-re-ciangnya seketika gagal. Jarum hitam itu menancap di jalan
darah bawah siku dan itulah yang amat mengejutkan. Ia tiba-tiba lumpuh dan lengan karetnyapun sirna. Dan
ketika tendangan itu mengenai lengannya dan Ui Kiok gemas melepas tamparan maka dua pukulan kuat
mengenai pipi pemuda ini.
"Plak-plak!"
Siang Le terkejut mengeluh perlahan. Ia terbanting dan bergulingan hendak meloncat bangun ketika
sebatang jarum lagi-lagi menyambar, mengenai pundaknya. Dan ketika ia menjerit karena jarum menancap
amat dalam, kali ini ia tak dapat mengerahkan tenaga maka bayangan Ui Kiok yang berkelebat dan
menendangnya roboh membuat pemuda itu habis daya dan benar-benar tak dapat bergerak lagi. Siang Le
jatuh di tangan lawan, menahan nyeri dan marah yang hebat!
"Hi-hik, lumpuh kau sekarang, Siang-kongcu. Berterima kasihlah bahwa kau masih hidup!"
Ui Kiok, yang gemas dan melumpuhkan pemuda ini setelah Siang Le terkena jarum dua kali
menyambar dan menangkap pemuda itu. Dia hampir membunuh pemuda ini kalau Togur tidak
mencegahnya. Dan ketika ia tertawa melihat pemuda itu melotot, ia menunduk dan mencium pemuda itu
maka Siang Le melengos dan membentak gusar.
"Jalang betina, jangan sentuh tubuhku. Bunuhlah aku dan jangan kira aku takut!
"Hm!" Ui Kiok merah mukanya, ciumannya luput! "Kalau siauw-ong tidak mencegah tentu kau
mampus, kongcu. Jangan kira aku tak dapat membunuhmu kalau ada kesempatan!"
"Sudahlah," Togur tertawa, berkelebat dan telah berada di dekat temannya ini, "Kau belai dia dan
cumbu di dalam, Ui Kiok. Masa kau tak dapat menundukkan lelaki dan biar tawananku yang satu itu menjadi
milikku."
"Siauw-ong benar-benar menyerahkan pemuda ini untukku?"
"Kau suka atau tidak?"
"Hm, sebenarnya sih suka. Tapi kalau dia sombong dan keras kepala tentu saja rasa sukaku bakal
hilang!"
"Ha-ha, jangan bodoh. Pemuda seperti ini tak sukar ditundukkan, Ui Kiok. Dan malam nanti terang
bulan. Apakah kau tidak ingin kita bersenang-senang menikmati malam pengantin? Sekarang di pulau ini ada
dua lelaki, dan aku akan menyerahkan pemuda itu untukmu atau kalian semua. Aku akan mengambil
tawananku sebagai permaisuri dan Sam-liong-to akan menjadi kerajaanku!"
"Ah, benar!" Ui Kiok tiba-tiba bersorak. "Malam nanti bulan purnama, siauw-ong. Dan kita akan
mengadakan pesta. Aduh, tentu saja aku senang menikmati malam pengantin dan untuk malam pertama
pemuda ini menjadi milikku!"
"Ha-ha, terserah. Dan sekarang bawa dia ke dalam dan lihat teman-temanmu yang lain iri!"
Ui Kiok terkekeh. Tiba-tiba ia menjadi gembira luar biasa begitu teringat bahwa malam nanti adalah
malam bulan purnama. Sudah menjadi kebiasaan mereka selama ini bahwa setiap bulan purnama akan
mengadakan "pesta pengantin". Tiga puluh wanita di situ ganti-berganti dijadikan isteri oleh Togur dan337 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
sebenarnya malam nanti adalah malam ke tujuh. Togur menggilir "hari pernikahannya" dengan tigapuluhan
wanita itu setiap malam bulan purnama. Dan karena enam di antaranya sudah menjadi isteri si buntung itu
namun si buntung belum pernah mengambil permaisuri, bahkan Ui Kiok sendiri baru diselir atau dijadikan
isteri sambilan saja maka duapuluh empat yang lain belum mendapat bagian dan tentu saja mereka selalu
berdebar-debar dan menunggu dengan penuh kegembiraan datangnya malam bulan purnama itu. Pada malam
bulan purnama ini Togur akan mengumpulkan mereka semua dan mengikuti semacam upacara ritual, lalu
menciprat-cipratkan air suci untuk akhirnya mengadakan acara bebas. Dan karena acara bebas inilah yang
paling ditunggu-tunggu, mereka akan menari dan berlenggang-lenggok menerima arak pengantin, Togur
akan menjatuhkan satu di antara pilihannya untuk dijadikan. isteri maka semua berdebar dan akan girang
kalau si buntung itu memilih mereka. Si buntung itu akan memberikan sebagian ilmunya kepada yang
dipilih, semalam suntuk dilayani wanita yang dijadikan pilihannya ini dan keesokannya tentu wanita itu akan
setingkat lebih lihai. Dan karena kelihaian inilah yang dicari-cari, semua akan berlomba dan merayu si
buntung itu maka tigapuluhan wanita yang ada di sini tak jijik atau muak dengan cacadnya tubuh bekas
murid Enam Iblis Dunia ini. Togur memang amat lihai dan kelihaiannya semakin bertambah-tambah saja
setelah dia memperoleh ilmu-ilmu dari tokoh-tokoh terkemuka. Mulai dari mendiang Hu Beng Kui sampai
kepada Poan-jin-poan-kwi itu. Dan karena ia telah memiliki kesaktian yang amat luar biasa, Ui Kiok dan
kawan-kawannya itu ditundukkan begitu mudah maka tigapuluhan wanita ini sebagai gundik sekaligus
pembantu-pembantunya. Togur menguasai Sam-liong-to dan Pulau Tiga Naga yang ditinggalkan
penghuninya ini diduduki, berbulan-bulan pemuda itu bersembunyi di sini setelah ia dihajar Thai Liong, hal
yang tentu juga tak disangka pemuda itu karena Thai Liong sibuk dengan urusannya mencari penyembuhan
bagi adiknya Beng An. Dan ketika Togur menguasai tempat itu dan hari itu datang Siang Le dan isterinya,
disambut dan tentu saja mengejutkan suami isteri itu maka hari itu juga dua orang muda ini jatuh ke tangan
Togur.
Soat Eng memang tak dapat menandingi lawannya ini. Togur sekarang sudah jauh lebih hebat
daripada dulu, memiliki Bu-siang-sin-kang yang mengerikan dan hanya ayah atau kakaknya saja yang
mampu menghadapi si buntung itu. Dan ketika hari itu suami isteri ini roboh, si buntung tertawa dan bersiap
mengadakan pesta malam pengantin maka Siang Le maupun isterinya berada dalam bahaya yang
mengerikan.
Mereka akan dipermainkan si buntung ini dan sekali jatuh tentu aib dan rasa malulah yang menghantui
seumur hidup. Togur telah merencanakan mengambil wanita itu sebagai permaisurinya, sedangka nSiang Le
akan diserahkan kepada Ui Kiok dan kawan-kawannya. Dan karena malam nanti bulan purnama dan suami
isteri itu kebetulan datang, Togur girang merencanakan sesuatu yang keji maka ketika dia menyerahkan
Siang Le kepada Ui Kiok maka Soat Eng sendiri disambar dan dibawanya ke dalam kamar, tak tahu bahwa
jeritan atau pekikan Soat Eng telah didengar ayah bundanya jauh di seberang Sam-liong-to.
"Ha-ha, sadarlah," pemuda itu membuka dan membebaskan totokan wanita muda ini, begitu menutup
pintu kamar. Kau calon milikku, Soat Eng. Dan malam nanti kita bergembira!"
"Uh.." Soat Eng menggeliat dan sadar nembuka mata, terbelalak melihat si buntung itu, langsung
berubah mukanya. "Di mana aku kini, Togur. Dan apa yang akan kau lakukan kepadaku!"
"Ha-ha, tak perlu berteriak. Kita di tempat aman, Soat Eng. Di tempat kamarmu sendiri. Lihat, bunga
anggrek dan ceplok piring itu ada di sini. Bunga-bunganya mulai mengembang!"
Soat Eng, yang terkejut dan membelalakkan mata tiba-tiba tertegun melihat pot-pot bunga yang
ditunjuk pemuda itu. Dia berada di sebuah kamar bersih yang semuanya dipenuhi bunga. Anggrek berwarnawarni serta bunga-bunga ceplok piring kesayangannya. Dan ketika ia terbentur kepada kelambu biru muda,
juga lampu naga yang menempel di dinding maka wanita itu sadar bahwa ia memang berada di kamarnya
sendiri. Kamar ia dan suaminya!
"Mana suamiku!" wanita itu membentak, kaget dan tersentak.
"Kenapa kau ada di sini, Togur. Mana Siang Le dan mau apa kau di sini!"338 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Ha-ha, kau tawananku, kau bakal permaisuriku. Kau akan kujadikan isteri Soat Eng. Dan malam
nanti kita meramaikan malam pernikahan kita. Suamimu itu sudah kuserahkan kepada Ui Kiok dan dialah
yang akan mengurus."
"Jahanam, bedebah!" Soat Eng memaki dan merah padam, tiba-tiba saja marah. "Kau tak tahu malu
dan hina, Togur. Kau laki-laki binatang. Lepaskan aku dan apa itu malam pengantin segala. Aku isteri orang,
tak sudi kau sentuh!"
"Hm, jangan galak-galak," si buntung itu tertawa dan mendekati serta mengelus pipi nyonya muda ini.
"Kau calon milikku, Soat Eng. Dan kaupun tawananku. Aku tak membunuhmu karena ingin bersahabat baik
dengan ayah ibumu. Kau akan kujadikan isteri dan kakakmu yang lihai itu akan menjadi kakak iparku, haha!" Soat Eng menjerit dan mengelak ketika jari-jari nakal pemuda itu mengusap dan menyentuh pipinya
secara kurang ajar, mau turun tapi wanita ini menggigit dan ditariklah jari itu sambil tertawa. Dan ketika Soat
Eng pucat pasi karena lawan amatlah kurang ajar, dia tak berdaya dan sungguh di bawah kekuasaan si
buntung maka Soat Eng menggigil mengancam pemuda ini.
"Togur, jangan menghina atau menyentuh tubuhku. Sekali kau mengganggu maka aku akan bunuh diri
di sini!"
"Hm, kau kutotok," pemuda itu tak takut. "Kau tak dapat berbuat apa-apa selama aku ada di sini, Soat
Eng. Jangan main ancam segala karena tak mungkin kau bisa melakukan itu."
"Aku dapat menggigit putus lidahku!" nyonya itu berseru, marah dan membuat lawan terkejut. "Kau
boleh menotokku atau apa saja namun tak mungkin terus-terusan kau menjaga aku, Togur. Dan sekali aku
bunuh diri maka selamanya kakak atau ayahku tak akan mengampunimu!"
"Hm," si buntung keder, nama atau bayangan Thai Liong membuatnya mundur. "Kau tak akan
kuganggu, Soat Eng. Tapi aku akan membuatmu bertekuk lutut dan menyerah sendiri. Lihat malam nanti
pernikahan kita disaksikan banyak orang..."
"Kau iblis tak tahu malu. Kau jahanam busuk. Sudah kuberi tahu bahwa aku isteri orang dan tak sudi
aku tunduk kepadamu!"
"Ha-ha, itu sekarang, sebelum upacara itu datang. Tapi begitu kita di panggung maka semuanya akan
berubah, Soat Eng. Dan kau akan menjadi isteriku paling tercinta. Kau akan merengek dan mendengusdengus di kakiku!"
Soat Eng memaki-maki. Ia gusar dan marah sekali karena si buntung itu bicara semakin tak tahu malu.
Ia ingin menutup telinganya namun sayang ia tertotok. Dan ketika si buntung itu membungkuk dan mencium
rambutnya, Soat Eng hampir saja menjerit maka pemuda itu berkata bahwa dia akan keluar sebentar, nanti
kembali lagi.
"Aku akan "menunjukkan sesuatu kepadamu. Dan katakanlah bahwa kau tak dapat kutundukkan!"
Soat Eng tertegun. Ia melihat si buntung menutup pintu dan kilatan matanya amatlah mengerikan. Si
buntung itu tertawa dengan aneh dan tawanya itu yang membuat ia merinding. Tapi begitu si buntung lenyap
dan pintu kamar itu menutup lagi maka Soat Eng tiba-tiba bergerak dan coba beringsut melepas totokan.
Dengan muka berkeringat dan tergesa-gesa ia mengempos semangat untuk membobol jalan darah itu. Tapi
ketika usahanya gagal dan ia tak dapat mengerahkan sinkang, Togur sungguh jahanam maka ia gagal dan
tiba-tiba pintu kamar terbuka lagi, si buntung itu masuk, tidak membawa apa-apa.
"Ha-ha, mau melarikan diri? Tak mungkin. Aku menutup aliran sinkangmu, Soat Eng. Dan tanpa
kubuka tak mungkin kau mampu membuka totokan itu. Hanya kakak atau ayahmu yang barangkali bisa!"
"Kau pemuda jahanam, terkutuk!" Soat Eng merah dan malu. "Kau bunuh saja aku, Togur. Dan aku
akan berterima kasih kepadamu di akherat!"
"Ha-ha, sebelum menikah? Ah, jangan Soat Eng. Aku masih ingin menyatakan cintaku dan kau harus
Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menerimanya dulu. Setelah itu mau apa saja tentu terserah!"339 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Soat Eng melotot. Ia merasa ngeri melihat sikap dan tingkah laku lawannya ini. Dan ketika ia
terbelalak karena usaha melarikan dirinya diketahui, pemuda itu cepat keluar dan kembali maka Togur
bertepuk tangan dan tiba-tiba dua wanita cantik muncul, membawa seekor anjing jantan dan kucing betina,
yang mengeong-ngeong dan menggonggong gaduh!
"Ha-ha, taruh dan letakkan di situ. Biar kalian keluar dan dua binatang ini kuurus!"
"Baik," dua wanita itu tertawa genit, yang membawa anjing meletakkan anjingnya dan yang membawa
kucing juga meletakkan kucingnya. "Awas hati-hati, siauw-ong. Mereka ini sejak tadi selalu berkelahi!"
"Ha-ha, akan kuurus. Sudahlah kalian keluar dan tutup pintu kembali!" Togur mengebut dan mengusir
keluar dua wanita itu, yang sudah meletakkan hewan-hewan itu. Dan begitu anjing serta kucing itu
diletakkan maka mereka saling terjang dan gonggong atau meong kucing itu semakin ramai. Gaduh dan
berisik!
"Lihat," si buntung berseru kepada tawanannya. "Anjing dan kucing betina itu tak dapat bersatu, Soat
Eng. Tapi aku akan membuat keduanya bercinta!" dan begitu si buntung mengebut dan menyambar anjing
jantan, yang menguik dan roboh tertangkap tiba-tiba pemuda itupun menyambar atau menangkap kucing
betina. Soat Eng terbelalak dan tak mengerti apa yang akan dilakukan lawannya ini.
"Pus..." si buntung mengusap dan membelai kucing betina, yang mengeong-ngeong dan akan
menerjang lawannya."Tenang dan diamlah, pus. Jangan gaduh dan membuat berisik di sini. Hayo kalian
berdua menurut dan minumlah ini!" si buntung mengeluarkan sebotol arak harum, membuka tutupnya dan
tiba-tiba kucing betina tersedak. Kucing itu mencium bau keras dan mendadak sikapnya yang garang dan
mengeong-ngeong tadi lenyap, terganti oleh erangan perlahan seperti orang merintih. Dan ketika anjing
jantan itu juga tidak menggonggong-gonggong lagi dan suaranya yang galak terganti dengan dengus atau
geram pendek maka Togur menuangkan arak di telapak tangannya dan dua ekor binatang itu tiba tiba berebut
untuk saling minum, menjilat-jilat!
"Lihat," pemuda itu tertawa. "Sebentar lagi dua binatang yang bermusuhan ini akan menjadi suami
isteri, Soat Eng, Dan kau akan membuktikan bahwa seberapa ganaspun kucing betina menolak ia akan
bertekuk lutut juga!"
"Ah," nyonya ini masih tak mengerti, heran dan curiga. "Apa yang kau lakukan, Togur? Apa maksud
kata-katamu?"
"Ha-ha, lihat dan saksikan saja. Ini Arak Sorgaku dan siapapun yang minum akan segera terbang
menikmati mimpi indah!"
Soat Eng merah dan curiga. Ia sedikit menangkap sesuatu namun kesederhanaan dan bersihnya batin
tak membuat nyonya itu menduga terlampau jauh. Ia terbelalak dan heran serta menduga-duga apa yang akan
dilakukan pemuda itu, apa yang terjadi. Tapi ketika anjing jantan tiba-tiba melenguh dan mendengus
mencium kucing betina, kucing betina juga megeong dan menjilat anjing jantan maka anjing itu tiba-tiba
melompat dan... Soat Eng menutup mata dengan teriakan kecil ketika anjing itu tahu-tahu sudah di atas
punggung kucing betina.
"Ah, terkutuk. Manusia cabul!" Soat Eng memekik dan menjadi gusar. Seketika ia mengerti apa yang
telah dilakukan lawannya itu. Togur memberikan arak perangsang dan kucing serta anjing yang bermusuhan
hebat itu mendadak dibuat birahi dan satu sama lain ingin melampiaskan hasrat kebinatangannya. Dan ketika
Togur tertawa penuh gelak karena dua ekor binatang itu tiba-tiba sudah bercumbu dan bersatu dengan panas,
adegan selanjutnya sungguh membuat Soat Eng merah padam maka nyonya itu mengguguk dan kengerian
serta ketakutannya muncul dengan hebat. Kiranya ia akan juga dibuat seperti kucing betina itu!
"Togur, kau... kau binatang keparat. Ah, kau bunuhlah aku dan jangan lakukan aku sehina itu. Kau
bunuhlah aku!"
"Ha-ha!" si buntung terbahak dan bertepuk tangan. "Lihat dan saksikan itu Soat Eng. Betapa mereka
telah memadu cinta dan mengikat janji-janji mesra. Ah, lihatlah. Mereka mulai bergulingan!"340 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Soat Eng ngeri dan jijik. Akhirnya tahu apa kiranya yang hendak dilakuka si buntung itu kepadanya. Ia
akan dibuat seperti kucing betina itu dan menjeritlah Soat Eng oleh takut yang hebat. Dan ketika ia memekik
dan memaki-maki lawan, Togur menyeringai dan mendekati dirinya mendadak nyonya ini ingat caranya
bunuh diri dan tiba-tiba ia menggigit lidahnya itu.
"Kau bedebah jahanam. Kau laki-lak tak tahu malu. Ah, terkutuk kau, Togur. Tapi jangan harap kau
dapat memperlakukan aku seperti itu!" dan Soat Eng yang menggigit dan mengatupkan mulut tiba-tiba sudah
berniat menghilangkan nyawa sendiri dengan memotong lidahnya. Ia takk sudi dan tentu saja tak mau dihina
seperti itu. Lebih baik ia bunuh diri! Tapi ketika ia menggigit dan mengatupkan mulut, siap memotong lidah
mendadak rahangnya kaku karena secepat itu pula Togur telah menotoknya!
"Ha-ha, tak ada kesempatan!" pemuda itu terbahak. "Jangan main-main di depanku, Soat Eng. Kau
akan menjadi milikku atau paling tidak sandera yang amat berharga... cup!" dan si buntung yang mencium
dan mengecup bibir nyonya itu tiba-tiba membuat Soat Eng mengeluh dan roboh pingsan. Nyonya ini tak
kuat lagi menahan derita. Ia terlampau hebat dipukul oleh ketakutan yang sangat. Nyonya itu ngeri! Dan
begitu ia roboh dan sempat menerima satu kecupan di bibir, kecupan hangat yang tentu akan berlanjut bila ia
tidak pingsan maka Togur kecewa dan mendorong atau melempar nyonya itu ke pembaringan. Si buntung ini
marah namun ia menyeringai melihat dua binatang di lantai itu bergulingan. Masing-masing mengeong dan
mendengus melepaskan gejolak hasratnya. Dan karena ia gagal menyuruh tawanannya menonton, si buntung
tertawa dan menarik kursi maka iapun menonton sendirian dan adegan demi adegan dinikmatinya dengan
mata kelaparan. Tapi ketika ia tak tahan dan dibakar nafsunya pula tiba-tiba si buntung berteriak memanggil
pembantunya. Dan begitu seorang wanita cantik muncul dan tertegun melihat tontonan itu, terkekeh, maka si
buntung inipun menyambar wanita itu dan bergumullah mereka di dekat Soa Eng yang masih pingsan.
Terkutuk!
Bagaimana dengan Siang Le? Hampir sama. Pemuda itupun dilempar ke kamarnya oleh Ui Kiok. Kita
tahu siapa wanita ini, bukan lain adalah pimpinan Li-keh-pan yang dulu membunuh-bunuhi penduduk Hechungcu. Dan He Kang, putera He-chungcu yang tak mau menuruti keinginan wanita inipun tewas dibunuh
wanita itu. Dan karena Ui Kiok amat mendendam kepada keluarga Pendekar Rambut Emas terutama Thai
Liong karena dulu ia pernah menawan pemuda itu (baca: Istana Hantu) maka tertangkapnya Soat Eng
suami isteri membuat wanita itu ingin melampiaskan dendamnya kepada musuh-musuhnya ini. Ia dan Pek
Kiok, saudaranya yang terbunuh pernah bertemu Thai Liong dan Ituchi. Dan Pek Kiok terbunuh oleh Ituchi
membuat wanita itu mendendam dan memusuhi dua pemuda ini. Namun Ituchi apalagi Thai Liong bukanlah
lawannya. Dulu Thai Liong pernah tertawan karena akal liciknya, karena kecurangannya. Tapi karena putera
Pendekar Rambut Emas itu bukanlah orang biasa dan Thai Liong berhasil melepaskan diri, Ituchi marah dan
akhirnya membunuh Pek Kiok maka Ui Kiok yang hidup sendirian ini menjadi menderita ia lalu
mengumpulkan wanita-wanita untuk dijadikan teman sekaligus pembantunya. Wanita itu berpetualang dan
menyamarlah ia di balik nama Li-keh-pan, merampas atau memaksa pemuda-pemuda dusun untuk dijadikan
pemuas nafsunya. Maklumlah, wanita ini memang cabul dan amat tergila-gila kepada birahi. Ia tak pernah
mengenal puas dan pemuda-pemuda yang menjadi korbannya selalu dipaksa untuk main dan main lagi.
Mereka kehabisan tenaga dan tentu saja payah. Dan ketika mereka mengecewakan dan dibunuh, yang lain
ketakutan dan getar maka nama rombongan ini ditakuti banyak orang dan Ui Kiok malang-melintang
mencari korbannya. Sampai akhirnya suatu hari wanita itu bertemu Togur, ditundukkan dan tentu saja
kelihaian si buntung itu mengejutkan wanita ini. Ui Kiok tak tahu bahwa yang dihadapi itu adalah bekas
murid Enam Iblis Dunia, Togur diberitakan tewas ketika dulu bertanding dengan Kim-hujin, begitu juga
guru-gurunya. Maka begitu dia tahu bahwa si buntung ini adalah pemuda luar biasa yang kiranya masih
hidup itu, Togur menceritakan bagaimana dia selamat maka wanita itu melonjak dan tertawalah si buntung
ketika ia mendapat pelayanan istimewa dari wanita ini, kecupan atau ciuman bertubi-tubi yang merangsang
darah mudanya. Togur tentu saja senang dan gembira karena pada dasarnya iapun membutuhkan wanitawanita cantik. Ia minta Ui Kiok melayaninya sampai puas dan ternyata wanita itu menghadapi lawan tading
yang benar-benar luar biasa. Dengan sinkangnya yang hebat dan tenaga yang masih berlebih-lebihan ternyata
pemuda ini mampu membuat Ui Kiok dan tujuh kawan-kawannya kehabisan napas. Ui Kiok terpana, kagum!
Dan ketika yang lain-lain juga mendapat giliran dan Togur "dikeroyok" puluhan wanita-wanita cantik itu
maka pemuda ini girang namun akhirnya juga kewalahan oleh serbuan tigapuluh wanita-wanita cantik yang
lapar itu. Si buntung menikmati kesenangannya sampai sebulan lebih. Tapi karena keroyokan itu akhirnya341 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
membuatnya jemu, Togur lama-lama bosan maka wanita-wanita itu kecewa ketika si buntung membuat
jarak. Togur rupanya merasa ngeri atau mengkirik juga harus melayani sekian wanita, meskipun ia hebat!
"Aku capai, aku perlu beristirahat. Siapa yang ingin boleh mencari lain pemuda saja dan kalian
bersenang-senanglah."
"Tak ada yang mencocoki kami," Ui Kiok mewakili teman-temannya berkata. "Tak ada yang sehebat
dan semengagumkan dirimu, siauw-ong. Kami bawahanmu dan kami hanya ingin melayanimu!"
"Ha-ha, aku lama-lama capai, tahu? Siapa tahan menghadapi sekian banyak wanita dalam waktu
berbareng? Eh, aku tak mau dikuras terus-terusan, Ui Kiok. Aku juga ingin memulihkan tenagaku. Kalian
cari saja yang lain untuk pengganjal sementara ini."
"Bagaimana kalau siauw-ong menggilir saja kami satu per satu," wanita itu masih tak mau menyerah.
"Kami tak mendapatkan laki-laki sehebat dirimu, siauw-ong. Sukar mencari tandingannya dan hanya
pemuda-pemuda seperti keturunan Pendekar Rambut Emas itu saja yang kiranya mungkin dapat. Selebihnya,
nafsu besar tenaga kurang!"
"Hi-hik!" yang lain tiba-tiba terkekeh dan membenarkan. "Apa yang dikata Kiok-cici memang benar,
siauw-ong. Pemuda-pemuda lain hanya besar nafsunya saja tapi tak tahan lama. Mereka itu tak memiliki
sinkang sekuat dirimu!"
"Hm, kalian memaksa, tapi ini barang enak. Baiklah, kalian boleh kugilir dan satu per satu
mendapatkan cintaku!"
"Kalau begitu aku dulu!" seseorang tiba-tiba meloncat dan berseru, kegirangan. Ia sejak tadi rupanya
menunggu-nunggu jawaban ini tapi yang lain-lain tiba-tiba berseru dan meloncat susul-menyusul. Mereka
ternyata tak mau kalah dan jadilah berebut mendapatkan si buntung itu. Dan ketika Ui Kiok mengerutkan
kening karena ia ditinggalkan, anak buahnya itu tak menghargai dia maka tiba-tiba ia membentak dan Togur
tertawa bergelak melihat wanita itu marah-marah.
"Sam-moi, jit-moi, minggir dan hargai aku. Siapa berani mendahului aku!" lalu ketika temantemannya terkejut dan terpelanting kaget, Ui Kiok berapi-api maka ia berkata bahwa ialah yang paling dulu,
yang lain-lain menyusul.
"Siapa tidak menghormati aku maka ia kubunuh. Aku yang paling dulu dan selanjutnya siauw-ong
menentukannya sendiri. Ayo, mundur dan berikan kesempatan kepadaku!"
Togur terbahak-bahak. Ia bangga dan senang sekali menjadi rebutan wanita-wanita itu. Ia memang
mempergunakan sinkangnya setiap "bertanding" menghadapi wanita-wanita ini, maklumlah, ia ingin
membuat kagum wanita-wanita itu karena pengalamannya selama ini memberitahukan bahwa wanita pada
umumnya ingin mengagumi sesuatu yang hebat. Pria yang hebat dalam hal-hal tertentu mudah menjatuhkan
hati wanita dan lengketlah mereka kepada pria macam ini. Dan karena ia telah membuktikan dan kini Ui
Kiok dan kawan-kawannya itu berebut, ia bagai kumbang jantan yang dirubungi banyak bunga-bunga harum
maka tiba-tiba Togur menyambar dan mencium si cantik ini. Ui Kiok memang pemimpin kawan-kawannya.
"Ha-ha, jangan berebut. Semua akan mendapat bagian, semua akan mendapat giliran. Sekarang aku
menetapkan saja siapa-siapa yang akan kupilih. Dan kita adakan pesta untuk setiap kali pilihan ini, pesta
malam pengantin!"
"Siauw-ong maksudkan apa?" Ui Kiok tertegun.
"Aku maksudkan pembagian jatah bagi semuanya, Ui Kiok, satu per satu. Aku akan mengadakan
pesta pilihan bagi yang mendapat keberuntungan!"
Si buntung lalu menerangkan maksudnya. Ia berkata bahwa pada tiap-tiap malam bulan purnama akan
diadakan semacam malam pengantin, dia rajanya dan satu per satu dari puluhan wanita-wanita itu akan
dipilihnya untuk dijadikan isteri. Masing-masing akan kebagian semalam nanti semuanya akan diberi
tambahan ilmu. Dan karena si buntung juga berkata bahwa siapa yang paling hebat melayaninya dialah yang
akan mendapat ilmu paling banyak, pemuda itu mengadakan semacam perlombaan maka semua tentu saja342 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
menjadi girang dan masing-masing bakal berebut untuk melayani dan memberikan "servis" yang paling
istimewa bagi si buntung itu.
"Aku akan memilih Sam-liong-to untuk tempat tinggal kita. Dan setiap malam bulan purnama kita
adakan acara pengantin di mana aku akan memilih satu di antara kalian untuk mendapat jatah tetap dariku.
Nah, jangan dahulu-mendahului karena kelak semuanya akan mendapat gilirannya!"
"Dan bagi yang belum kebagian?"
"Ha-ha, kalian dapat bersenang-senang dahulu, Ui Kiok. Cari pasangan di luar pulau dan bebas
sementara menunggu aku!"
Wanita-wanita itupun girang. Mereka akhirnya bersorak dan jadilah pemuda itu mengajak semuanya
ke Pulau Tiga Naga, Si buntung telah menjanjikan janji yang menarik dan tentu saja mereka berlomba
memikat habis-habisan si buntung yang lihai. Togur juga senang karena ia benar-benar hidup bagai raja. Dan
ketika malam pertama tentu saja ia memilih Ui Kiok, mengambil beberapa pemuda tegap di luar pulau untuk
menjadi pelayan laki-laki maka pada malam pertama itu Sam-liong-to dibuat riang gembira oleh pesta
malam pengantin yang hingar-bingar. Tigapuluhan pemuda telah disiapkan untuk menghadapi tigapuluhan
anak buah Ui Kiok itu. Mula-mula mereka agak ketakutan karena Togur sering lenyap dan muncul begitu
saja di depan mereka. Tapi ketika wanita-wanita cantik itu menemani mereka dan malam pertama pesta
sungguh menggembirakan sekali, pemuda-pemuda itu diajak bersatu dalam acara panggung maka ketika arak
merah disuguhkan kepada mereka dan itulah pertanda puncak acara maka malam gila-gilaan yang ada di
pulau ini dipergunakan si buntung itu menyaksikan atraksi menarik. Dia membagi-bagi arak pengantinnya
itu kepada semua pria dan wanita yang ada di situ. Akibatnya dapat diduga karena segera semuanya
berjingkrak dan melakukan hal-hal yang di luar batas susila. Dan ketika laki-laki maupun perempuan telah
melepas pakaian mereka untuk mengisi malam maksiat, Sam-liong-to ternoda oleh perbuatan si buntung ini
maka semalam penuh tigapuluh pasangan itu bergumul tumpang tindih bagai hewan-hewan jalang. Togur
menonton dan akhirnya membawa pasangannya sendiri ke dalam kamar, Ui Kiok panas dingin dan berkalikali mengeluh di dekapan pemuda itu. Dan etika semalam itu pemuda-pemuda tetap dibuat puas, baru kali itu
mereka merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan seumur hidup maka mereka itu menjadi ketagihan
tapi celaka sekali wanita-wanita cantik itu justeru melebihi mereka karena mereka itu seperti srigala-srigala
betina yang tak kenal puas. Pagi baru saja tiba ketika tiba-tiba wanita-wanita itu terkekeh dan berloncatan
bangun. Mereka hampir tak berpakaian sama sekali karena semalam itu mereka berbugil ria, menubruk dan
meminta lagi kepada pemuda-pemuda itu untuk melayani mereka. Dan ketika para pemuda itu terkejut dan
tersentak bangun, menyambut dan tertawa-tawa maka tiba-tiba saja mereka menjadi ngeri dan seram karena
kekasih-kekasih mereka itu tak puas-puasnya meminta lagi. Mereka mengajak bercinta dan melakukan apa
saja yang kira-kira pemuda-pemuda itu dapat diajak bertanding. Anak buah Ui Kiok ini menganggap para
pemuda itu seperti Togur, yang memiliki keperkasaan dan kejantanan yang amat mengagumkan. Maka
begitu mereka tahu bahwa pemuda-pemuda ini ternyata cepat lelah, tidak seperti si buntung itu maka tibatiba mereka menjadi geram dan pasangan mereka dipukuli seperti orang memukuli anjing.
"Heh, tak kuat? Loyo dan sudah capai? Keparat, jangan main-main, A-siong. Hayo bangun atau nanti
kau kubunuh!
"Tidak... tidak, aku... aku..."
"Plak-plak!" suara tamparan terdengar di sini, disusul oleh jerit dan pekik kesakitan karena di lain
tempatpun tiba-tiba keadaan menjadi sama. Di situ wanita-wanita lapar ini memaksa pasangannya untuk
bercinta lagi, main pukul atau tampar kalau pasangannya sudah lelah. Dan karena kejadian itu membuat
pemuda-pemuda itu terkejut dan ketakutan, tentu saja mereka terguncang jiwanya maka mereka tiba-tiba
malah menjadi lemas dan apa yang diharap justeru menjadi sebaliknya. Tigapuluhan pemuda itu menggigil
dan meminta-minta ampun. Mereka tahu bahwa wanita-wanita di situ adalah wanita-wanita lihai yang
memiliki ilmu silat, bukan seperti mereka yang hanya pemuda dusun dan bodoh, meskipun mereka berbadan
tegap karena sehari-hari bekerja di sawah. Dan ketika mereka ketakutan dan para wanita itu menjadi marah,
nafsu mereka tak terlampiaskan maka pedang dicabut dan berteriaklah seorang pemuda ketika tahu-tahu
dadanya ditusuk tembus! Hal ini disusul oleh yang lain-lain dan tiba-tiba saja para wanita itu menjadi
pembunuh. Pasangan yang tak dapat melayani mereka tiba-tiba ditikam dan dibunuh. Dan ketika sebentar343 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
saja tigapuluhan pemuda itu berteriak mandi darah, roboh dan tewas maka wanita-wanita itu terkekeh-kekeh
dan... satu sama lain mendadak saling tubruk dan rangkul berciuman!
"Hi-hik, tak dapat dengan lelaki biarlah dengan sesama kita sendiri, Jit-moi. Ayo puaskan aku dan aku
akan memuaskanmu!"
Kejadian lebih mengerikan terjadi di sini. Para wanita itu bergumul satu sama lain dan mereka seperti
hewan-hewan liar yang hanya dipenuhi nafsu berahi belaka. Moral atau ahlak tak ada di sini. Dan ketika
masing-masing agak terpuaskan dan Togur berkelebat melihat ribut-ribut itu, di sampingnya Ui Kiok
menyambar dan ikut menyaksikan pula maka si buntung tertegun tapi... tertawa pula.
"Heh-heh, kalian tak mendapat lelaki sekuat aku? Mencari dan memuaskan pasangan dengan cara
sendiri? Bagus... bagus, teruskan acara ini, Jit-moi. Dan aku "menonton!"
Si buntung itu menonton sambil menyambar dan memangku Ui Kiok. Semalam wanita ini dibuat
panas dingin oleh kehebatan si buntung. Biarpun buntung tapi permainan di ranjang sungguh luar biasa. Tak
ada pemuda sekuat si buntung ini! Dan ketika Ui Kiok juga terkekeh-kekeh menyaksikan tingkah anak
buahnya, mereka itu bergumul dan mendengus-dengus bagai kerbau betina maka Togur mencium dan
melumat kekasihnya ini pula, menyambar yang lain dan dipuaskanlah beberapa wanita di situ. Murid Enam
Iblis Dunia ini memang sungguh kotor! Dan ketika pada bulan-bulan berikut mereka mengadakan pesta lagi
dan mencari pemuda-pemuda baru, Sam-liong-to kian kotor oleh pemuda bejat dan anak buahnya ini maka
hari itu Soat Eng dan suaminya jatuh di tangan si buntung ini. Soat Eng telah melihat kekejian pemuda ini
dengan sepasang binatang di dalam kamarnya. Namun ketika nyonya itu pingsan dan si buntung bermain
cinta dengan seorang kekasihnya maka di tempat lain Siang Le pemuda gagah menantu Pendekar Rambut
Emas itu juga mengalami godaan berat!
Jilid XXIV
SIANG itu, begitu roboh dan dibawa Ui Kiok ke dalam kamarnya maka pemuda ini dibaringkan dan
Ui Kiok berkali-kali terkekeh mencium Siang Le. Siang Le muak dan tentu saja memaki-maki. Namun
karena ia tak berdaya dan lawan bebas menciumi mukanya, Siang Le mengelak kalau ke bibir maka Ui Kiok
berkata bahwa hari ini ia ingin mengikat jodoh.
"Tak usah malu-malu. Katakan bagaimana aku melayanimu, Siang Le-koko, dan jurus apa saja yang
kau minta akan kulaksanakan. Aku sanggup membuatmu terbang ke sorga paling tinggi!"
"Siluman hina-dina!" Siang Le merah dan marah, malu serta jengah. "Tak usah kau lakukan apa-apa
terhadapku, wanita rendah. Bunuh dan tikam dadaku habis perkara. Aku tak sudi menyambut cintamu yang
rendah dan kotor!" "Hi-hik, cintaku bersih. Apa yang ingin kuberikan kepadamu adalah sesuatu yang nikmat,
Le-koko. Lihat dan rasakan ciumanku ini. Jangan mengelak, aku akan memberinya!" dan ketika wanita itu
menunduk dan mencium, Siang Le dipegang hingga kepalanya tak dapat digerakkan maka benar saja ciuman
mesra mendarat di mulutnya. Ui Kiok menotok pemuda itu hingga pemuda ini tak mampu mengelak lagi.
Siang Le tentu saja kelabakan. Ia dikecup dan dicium sampai merinding. Bibir wanita itu melekat erat di
bibirnya, menghisap dan benar-benar memberikan rangsangan yang amat tinggi. Namun karena Siang Le
benar-benar jijik dan muak terhadap wanita ini, yang tadi begitu tak malu-malu mendekap dan mencium
Togur maka ia menggerakkan mulutnya dan lidah si wanita tiba-tiba digigit, bukan disambut melainkan
malah membuat Ui Kiok menjerit!
"Aduh..!" tamparan keras membuat Siang Le terlempar. Pemuda itu dibanting dan Ui Kiok mendekap
mulutnya yang berdarah. Lidah yang semula dimain-mainkan di mulut pemuda itu mendadak serasa putus
digigit. Untung, ia dapat menyelamatkan diri! Dan ketika Ui Kiok menampar dan pemuda itu mengaduh,
Siang Le terbanting dan menggeliat di sudut maka Ui Kiok berkelebat dan menendangnya, marah bukan
main.
"Siang Le, kau pemuda tak tahu diri. Diberi cinta malah menyakiti. Ah, kuhajar kau. Kubunuh kau...
des-des-dess!" dan pemuda ini yang ditendangi dan dihajar marah akhirnya membuat Siang Le terlempar dan344 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
menggeliat sana-sini menahan sakit, tiga empat kali menerima tendangan ujung sepatu dan kali yang kelima
membuat ia menjerit dan pingsan. Ui Kiok menghantam bawah pusarnya. Bukan main keji dan kasarnya
wanita itu! Namun ketika Siang Le roboh dan tidak bersuara lagi, Ui Kiok sadar dan takut akan ancaman
Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Togur maka dia mendesis dan membungkuk memeriksa pemuda itu.
"Jahanam sialan, diberi enak malah memadamkan nafsuku. Hm, bangun dan lihat apa yang akan
kulakukan kepadamu, Siang Le. Bangun dan jangan tidur!" wanita ini menyiram Siang Le, berdebar tapi lega
bahwa pemuda itu tidak sampai mati. Kalau tadi ia membunuh pemuda ini tentu ia sendiri mungkin akan
dibunuh Togur. Tawanan mereka ini adalah tawanan penting yang tak boleh dibunuh. Togur telah
melarangnya untuk tidak membunuh. Dan ketika ia mengguyur namun Siang Le masih pingsan, pemuda itu
kesakitan hebat maka Ui Kiok mengambil bungkusan obatnya dan mengurut. pemuda itu yang tentu mulas.
Dan benar saja, Siang Le akhirnya sadar.
"Bangun!" pemuda itu lamat-lamat mengenal wajah lawannya. "Bangun dan istirahat dulu di sini,
Siang Le. Aku tidak membunuhmu karena aku sayang kepadamu!"
Siang Le merintih. Ia menahan sakit karena anggauta rahasianya yang kena. Tendangan itu amatlah
kuatnya dan ia merasa hancur. Siang Le tentu saja memaki-maki namun lawan terkekeh, kaget ketika Ui
Kiok meraba bawah pusarnya dan kancing celana di situ terbuka! Dan ketika ia membentak dan meludah, Ui
Kiok terkejut dan mundur menjauh maka pemuda yang baru siuman ini mengancam, sama seperti Soat Eng
yang juga membuat lawannya berpikir seribu kali.
"Ui Kiok, kau betina jalang yang tak tahu malu. Kalau aku masih hidup maka jangan dekat atau sentuh
tubuhku. Tapi kalau kau mau membunuh cepat bunuhlah aku. Atau aku akan bunuh diri dengan menggigit
putus lidahku kalau kau menghina aku lagi!"
"Hm, siauw-ong tak membolehkan aku membunuhmu. Tapi aku juga ingin memberimu pelajaran agar
tunduk dan tidak sombong terhadap wanita. Baik, kau boleh menang sekarang, Siang Le. Tapi lihat bahwa
sebentar lagi kau akan bertekuk lutut dan menyerah di depanku!"
"Aku tak akan menyerah, aku tak akan bertekuk lutut. Kau bunuhlah aku kalau mau atau pergi dari
kamar ini. Bau tubuhmu membuatku ingin muntah!"
Ui Kiok menampar. Ia marah dan sengit mendengar kata-kata ini, berkelebat dan meninggalkan Siang
Le sendirian. Dan ketika Siang Le merintih dan teringat sakitnya lagi, ia merah padam karena celananya
dibuka maka seorang wanita lain masuk.
"Aku membawa makanan. Mungkin kau lapar."
"Bedebah!" Siang Le memaki, wanita ini ternyata anak buah Ui Kiok. "Buang dan berikan kepada
anjing, wanita busuk. Aku tidak lapar!"
"Hm, kalau begitu mungkin kongcu haus," wanita itu tersenyum, tidak marah. "Aku dapat
membantumu untuk minum, kongcu. Siauw-ong menyuruhku merawatmu baik-baik agar tidak lapar atau
kehausan."
Siang Le tertegun. Sebuah penampan kecil dengan arak harum diangkat wanita itu. Ia memberikannya
kepada Siang Le dan tiba-tiba pemuda ini merasa haus. Tenggorokannya kering dan ia benar-benar ingin
minum. Bau arak itu demikian segar dan merangsang. Harumnya selangit! Namun ketika Siang Le ingat
bahwa itu adalah pemberian musuh, dan ia tak ingin menerima apapun maka pemuda itu membentak dan
menyuruh wanita itu pergi. Pura-pura tak butuh!
"Aku tak lapar maupun haus. Buang minumanmu itu dan biarkan aku sendiri!"
"Kongcu benar-benar tak ingin minum?"
"Aku tak butuh minumanmu, wanita busuk. Enyah dan pergi dari kamar ini!"345 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Iihh..!" wanita itu semburat, mendongkol juga. "Siauw-ong tak menyuruhku begitu, kongcu. Kalau
kau menyuruhku pergi biarlah nampan dan minuman ini di sini, juga makanan ini. Kalau kongcu butuh boleh
ambil sendiri atau panggil aku!"
Siang Le mendelik. Ia marah disuruh begitu karena mana mungkin ia dapat minum atau makan
sendiri. Ia ditotok, dilumpuhkan! Tapi begitu wanita itu keluar dan menutup pintu kamar, ia, bergerak dan
mengumpulkan tenaga, maka Siang Le mencoba beringsut sambil membuka atau membebaskan totok. Yang
menotok adalah Ui Kiok dan ia tak usah merasa takut. Ia yakin dapat membebaskan totokan itu dan benar
saja beberapa menit kemudian ia jalan darahnya menghangat kembali. Dan ketika ia mencoba dan perlahanlahan jalan darahnya bergerak, tidak macet atau mati seperti tadi maka sekejap kemudian ia bebas!
Namun tiba-tiba terdengar suara gedobrakan di luar. Seekor kucing tunggang-langgang dikejar
seseorang, diteriaki dan dibentak-bentak karena mencuri ikan asin. Dan ketika Siang Le tertegun tapi geli, ia
dapat menangkap suara itu sebagai wanita yang tadi memberikan nampan maka ia tak jadi menggerakkan
tubuhnya dan kucing sialan itu menabrak pintu kamar, terbuka dan langsung masuk dan wanita di luar
berseru keras. Ia meloncat memasuki kamar, kucing itu hilang karena bersembunyi di kolong tempat tidur.
Dan ketika ia celingukan dan Siang Le geli, hampir saja tertawa maka wanita itu melotot dan tiba-tiba
membungkuk. Siang Le memejamkan mata karena sepasang bukit indah tensembul dari belahan dada.
Wanita itu seakan tak sengaja dengan gerakannya ini. Baju luarnya tersingkap. Siang Le berdetak! Dan
ketika ia menutup mata karena pandangan itu amatlah mendebarkannya, sesuatu yang tak sengaja selalu
mengundang birahi laki-laki maka wanita itu terkekeh karena menemukan kucing itu di kolong tempat tidur,
bergerak dan menangkap!
"Hi-hik, kau tak dapat melepaskan diri dari aku, A-cing. Hayo kembalikan ikan itu atau kau
kutampar!"
Kucing itu mengeong kaget. Ia ketahuan dan mau meloncat namun tangan atau jari-jari lawannya ini
bergerak mendahului. Dan ketika ia tertangkap dan mau menggigit namun dijitak, Siang Le membuka mata
maka wanita itu berdiri dan tiba-tiba Siang Le menyergap punggungnya. Sadar bahwa ia harus merobohkan
wanita ini!
"Diam, atau kau kubunuh!"
Teriakan kecil terdengar dari mulut wanita ini. Ia meronta namun Siang Le bergerak mendahului,
menotoknya dan robohlah wanita itu di tangannya. Dan ketika tergetar karena memeluk sosok tubuh yang
lembut hangat, bayangan buah dada tadi mengganggu konsentrasinya maka pemuda ini menekan leher
lawannya agar tidak berteriak.
"Diam, atau kau kubunuh!
"Ampun..." wanita itu menggigil, pucat. "Aku... aku tak bersalah kepadamu, kongcu. Justeru aku baikbaik melayanimu. Jangan bunuh dan biarkan aku hidup!"
"Aku memang bukan tukang bunuh," Siang Le mendesis, suaranya mengancam. "Kalau kau baik-baik
menuruti perintahku maka kau selamat, wanita busuk. Tapi sekali kau berteriak maka ubun-ubunmu kubuat
berlubang. Nah, kita keluar dan beritahu kepadaku di mana isteriku Soat Eng!"
"Aku... aku tak tahu!"
"Bohong! Kau dusta, tikus betina. Kau tahu dan pasti bohong. Aku hendak mencari isteriku dan kau
menjadi petunjuk jalan di mana isteriku itu!"
"Ia dibawa siauw-ong..."
"Aku tahu, jahanam Togur yang membawanya. Tapi di mana isteriku dan kau harus ikut aku!"
"Ooh, jangan kuat-kuat, kongcu. Leherku sakit. Jari-jarimu seperti jepitan baja...!"
"Kau tak usah cerewet. Di mana isteriku atau jari-jariku akan menancap di lehermu lebih kuat lagi!"346 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Augh.. ampun, kongcu... ampun..... aku... aku tahu!"
"Nah, di mana isteriku itu. Dan berapa temanmu yang ada di luar. Sedang apa mereka!" Siang Le
mendengar langkah kaki dan suara-suara orang. Itu pasti anak buah Ui Kiok dan pemuda ini berdebar dengan
muka tegang. Sentuhannya kepada leher lawan tiba-tiba tanpa terasa bertambah kuat dan wanita itu menjerit.
Dan ketika kawan-kawannya di luar terkejut dan berlarian ke kamar ini, Siang Le berubah maka Siang Le
mengancam agar wanita itu cepat melempar kucing yang masih ditangkapnya.
"Lemparkan kucing itu dan katakan kepada teman-temanmu bahwa kau tidak apa-apa. Atau, nanti aku
membunuhmu!"
Benar saja, pintu kamar dibuka. Empat wanita cantik berkelebat ke dalam namun secepat itu pula
Siang Le telah melempar dan mencengkeram wanita ini di samping tempat tidur. Ia telah pura-pura kembali
seperti tadi dengan wanita itu duduk di tepi pembaringan. Sepintas, wanita ini seperti sedang menungguinya,
dan itu yang memang dikehendaki Siang Le. Dan ketika empat wanita itu terkejut di pintu kamar, terbelalak
dan mengelak karena kucing itu dilempar dan hampir saja menyambar muka mereka, mengeong dan lari
lintang-pukang maka mereka bertanya apa yang terjadi.
"Tidak... tidak apa-apa!" wanita itu berseru, seperti yang dibisikkan Siang Le. "Kucing keparat itu
mencuri ikan asin, A-hwa. Dan aku melemparnya karena itu untuk Siang-kongcu. Ah, keparat. Ui Kiok-cici
menyuruhku menjaga di sini dan kalian pergilah tak ada apa-apa!"
"Ih, kami sampai kaget!" satu di antaranya tiba-tiba terkekeh, tiga yang lain sadar dan tertawa pula.
"Kami kira ada apa, Bhi Peng. Tak tahunya berkelahi dengan kucing. Hi-hik, kusangka berkelahi dengan
Siang-kongcu. Awas, kalau kau berkelahi dengannya harap beri tahu kami. Kami tak ingin kau berkelahi
dengan si tampan itu sendiri karena kami juga ingin mendapat bagian!"
Siang Le merah padam. Ia hampir meloncat menghadapi wanita-wanita cabul itu karena kata-kata
mereka bukanlah tidak mengandung arti. Mereka mengucapkannya sambil terkekeh-kekeh dan yang
dimaksud adalah lain. Siang Le marah! Tapi karena ia tak mau terjadi kegaduhan dan biarlah mereka pergi
dulu, ia akan memberesi dan menguasai dulu yang satu ini maka empat wanita itu melompat keluar tapi
celaka sekali pintu di luar dipalang!
"Bhi Peng, kau jaga baik-baik Siang-ongcu itu. Kalau ia sadar beri tahu kami agar kami dapat
menungguinya pula. Ih, kami menjadi lapar melihat pemuda tampan dan segagah itu!"
Siang Le melompat bangun. Akhirnya mendengar palang pintu di luar dan marahnya nyaris tak
tertahan lagi. Wanita tawanannya ini tersenyum-senyum. Ia bergerak dan kontan menampar! Dan ketika
wanita itu mengaduh dan terpelanting jatuh, Siang Le mencengkeram dan mengangkatnya bangun maka ia
menggigil berkata marah.
"Bhi Peng, teman-temanmu itu busuk sekali. Pintu sekarang dipalang dan kita tak dapat keluar.
Kenapa kau tersenyum-senyum dan seolah orang mendapat lotre!"
"Ampun.." wanita itu gemetar, pipinya bengap. "Aku girang karena berdua denganmu, kongcu. Entah
salah atau tidak itulah perbuatan teman-temanku. Kau dapat mendobrak dan membuka pintu ini.."
"Dan bakal terjadi kegaduhan!" Siang Le membentak. "Dan itu berarti teman-temanmu yang lain akan
berdatangan dan langkah berikutnya bakal merepotkan. Hayo mana anak kuncinya dan apakah kau bawa atau
tidak!"
"Ampun.." wanita ini menggigil, sekarang tampak ketakutan. "Aku tak membawa anak kunci, kongcu.
Kalau tidak percaya boleh geledah!"
"Geledah hidungmu. Kau wanita dan aku laki-laki. Masa harus geledah-geledah segala!"
"Kalau begitu kongcu harus percaya kepadaku. Atau... cring!" sebuah anak kunci jatuh, Bhi Peng
terkejut dan membelalakkan matanya dan Siang Le menyambar dengan marah. Wanita itu berkata tidak
membawa kunci namun tiba-tiba sebuah anak kunci jatuh. Ini terlalu! Dan ketika ia menyambar dan kunci itu347 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
di tangannya, Siang Le membentak dan berkata apakah ini maka Bhi Peng tersenyum dan aneh sekali ia
tertawa!
"Maaf, itu kunci kamarku, kongcu, bukan kamar ini. Cobalah kalau tidak percaya."
Siang Le memang tidak menunggu lagi. Ia sudah bergerak dan mencoba anak kunci itu tapi benar saja
tidak cocok. Kalaupun cocok, ia masih akan berhadapan dengan sebuah kebingungan lain berupa palang
pintu di luar itu. Dan ketika ia tertegun dan Bhi Peng terkekeh, rupanya geli dan hilang takutnya akibat
kebingungan pemuda itu maka ia berseru,
"Kongcu, lebih baik kita diam saja di kamar ini. Kau suruh aku melakukan apa saja dan tentu akan
kulakukan!"
"Tutup mulutmu!" Siang Le membentak, mukanya merah. "Aku bukan laki-laki cabul sepertl jahanam
Togur itu, Bhi Peng. Kau jangan banyak bicara atau kutampar nanti!"
Bhi Peng mengeluarkan seruan ngeri. Ia menutup mulut dan melihat Siang Le gagal membuka pintu,
anak kunci itu memang bukan pasangannya. Dan ketika Siang Le membanting kaki dan kembali ke tengah
kamar, udara tiba-tiba terasa panas maka ia ingin minum dan merasa haus. Dan Bhi Peng rupanya melihat
itu, cerdik berkata,
"Kamar ini pengap. Aku merasa haus dan ingin minum. Apakah kongcu tidak ingin minum?"
"Hm, aku tak haus. Boleh kau minum kalau ingin minum, Bhi Peng. Aku tak mau menyentuh barang
haram di sini!"
"Tapi itu untuk kongcu..."
"Aku tak perduli!"
"Kalau begitu bolehkah aku minum kongcu? Kau tidak marah?"
"Minumlah sesukamu, kau boleh menghabiskannya!"
"Terima kasih," Bhi Peng bersinar-sinar, maju dan ia menyentuh arak di atas nampan itu. Siang Le
tidak menotoknya penuh dan karena itu ia dapat bergerak. Tapi ketika ia menyentuh dan arak siap di bibir,
Siang Le acuh dan pura-pura tak melihat mendadak wanita itu berhenti dan tak jadi minum.
"Aku tak berani memberi sisa," katanya. "Tolong kongcu cicipi sedikit dan setelah itu aku minum!"
"Hm, aku tak mau minuman itu," Siang Le membentak. "Sudah kubilang berkali-kali agar kau tidak
menawarkan arak itu, Bhi Peng. Minumlah sendiri dan habiskan!"
"Tapi ini milik kongcu, punya kongcu. Kalau kongcu tak mau minum tentu saja aku juga tak berani
minum. Aku juga dapat menahan haus seperti kongcu!" dan meletakkan kembali arak itu di atas nampan
maka Bhi Peng mundur dan tak jadi minum. Si pemuda tertegun!
"Hm, sesukamulah," akhirnya pemuda ini gemas berkata. "Aku tak haus, Bhi Peng. Dan aku tak perlu
minuman itu!"
"Aku juga tidak!" Bhi Peng tak mau kalah, menjawab dan tersenyum dan akhirnya iapun meletakkan
tubuh di pembaringan. Begitu tenang dan menggoda, gerak-geriknya mulai penuh daya pikat. Dan katika
Siang Le bingung dan membelalakkan mata, baru kali itu ia berdua dengan wanita yang bukan isterinya
maka ia bergerak dan menyambar si genit ini.
"Tak usah tidur, aku memerlukanmu!"
"Ih, kongcu perlu apa?" Bhi Peng terkejut, tertarik bangun. "Jangan keras-keras, kongcu. Aku di
kamar ini memang untuk melayanimu!"348 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Tutup mulutmu untuk bicara yang tidak-tidak!" Siang Le marah, lagi-lagi merasa wanita itu
bermaksud lain. "Panggil dan datangkan kawan-kawanmu yang tadi, Bhi Peng. Aku akan menyergap dan
menyerang mereka. Aku,ingin keluar!"
"Tapi kongcu tak usah berteriak-teriak. Mereka nanti curiga!"
"Hm," Siang Le merasa benar, suaranya memang meninggi. Tapi menyentak dan berkata agar Bhi
Peng tak usah menggurui maka ia berkata, "Itu urusanku. Curiga atau tidak tak perlu kau ribut. Nah, panggil
teman-temanmu itu dan suruh buka pintu ini!"
Bhi Peng membelalakkan matanya yang indah. Ia berkedip-kedip seperti boneka mainan, Siang Le
mengerutkan keningnya dan mencengkeram bahunya. Dan ketika wanita itu menjerit namun Siang Le sudah
berkata agar cepat melaksanakan perintah, atau wanita itu akan dilempar maka si centil ini menggigil.
"Baik... baik, tapi harap kongcu tidak mencengkeramku kuat-kuat. Jarimu terlalu keras!"
"Dan kau jangan macam-macam. Jarimu tetap menempel di punggung, Bhi Peng. Sekali kau
merepotkan aku maka kubunuh!"
"Aku tak mungkin berani, aku masih ingin tinggal bersama kongcu.." dan ketika wanita itu menggigil
dan menggemaskan Siang Le, kata-katanya masih selalu mengandung arti maka Bhi Peng mendekat dan
membungkuk di lubang kunci. Di sini ia berseru agar empat kawan-kawannya tadi datang, masuk dan
membuka pintu. Dan ketika terdengar kekeh dan empat bayangan berkelebat datang, Siang Le mendengar
seruan mereka ada apa Bhi Peng memanggil maka wanita itu menjawab bahwa Siang-kongcu ingin ditemani
mereka-mereka itu. Kurang kalau hanya ia seorang!
"Buka pintu dan masuklah, kawan-kawan. Siang-kongcu sadar dan minta kalian temani. Aku seorang
rupanya tak cukup!"
"Hi-hik!" tawa di luar itu membuat muka Siang Le panas. "Begitukah, Bhi Peng? Baik, kami masuk
dan tentu dengan senang hati melayani Siang-kongcu!" dan ketika pintu dibuka dan benar saja mereka itu
masuk, Siang Le bergerak dan menyergap maka empat wanita itu menjerit namun seorang di antaranya tibatiba menendang. pintu agar menutup kembali.
"Brakk... aduh, plak-plak-plak!"
Empat tubuh berpelantingan dan berteriak susul-menyusul. Siang Le telah melakukan gerakan cepat
namun ia tak waspada akan lawan yang terakhir itu, yang menendang dan menutup pintu kamar. Dan ketika
ia hendak meloncat dan membuka pintu, yang terpalang dan entah bagaimana sudah tertutup lagi dari luar
maka pemuda itu tertegun dan empat lawannya terkekeh. Dapat juga tertawa meskipun sambil meringis
menahan sakit. Bokong mereka dihajar Siang Le tadi.
"Hi-hik, gagal, kongcu. Palang pintu bergerak otornatis begitu kami masuk. Kami telah memasangnya
secara terbalik dan curiga akan maksud undanganmu ini!"
"Keparat!" Siang Le marah. "Kalau begitu kalian harus kuhajar, wanita-wanita busuk. Dan biar ini
sebagai hukuman untuk kalian!" dan Siang Le yang marah serta tidak dapat keluar lalu melepaskan
kemarahannya dengan berkelebat dan menghajar wanita-wanita itu. A-hwa dan kawan-kawannya mengelak
namun Siang Le bukanlah tandingannya. Ui Kiok saja tak mampu menghadapi pemuda ini kalau tidak
dibantu si buntung Togur. Dan ketika mereka menjerit dan berteriak-teriak tak keruan, suasana menjadi
gaduh maka di luar terdengar bentakan-bentakan dan tujuh anak buah Ui Kiok datang.
"A-hwa, apa yang terjadi!"
"Bhi Peng, ada apa dengan kalian!"
Tujuh wanita itu membuka dan memasuki kamar Siang Le. Mereka bersenjata pedang dan masingmasing berkelebata susul-menyusul, yang terakhir lagi-lagi menendang pintu dan pintu itupun tertutup secara
otomatis dari luar. Palang pintunya menutup lagi dan Siang Le tiba-tiba dikeroyok tujuh wanita ini, yang
cepat dan bertubi-tubi menyerangnya untuk menolong empat kawan yang pertama. Dan ketika Siang Le349 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
menjadi terkejut karena kamar yang sempit itu menjadi sesak, mereka tumpang-tindih satu sama lain maka ia
berseru keras dan begitu tangan menyapu ke depan maka tujuh wanita itu mencelat dan pedang merekapun
terlepas.
"Tikus-tikus hina, kalian semakin kurang ajar!"
A-hwa dan kawan-kawannya terbelalak. Mereka sendiri masih kesakitan dan merintih-rintih di sudut,
Siang Le menghadiahi mereka dengan tamparan atau pukulan keras. Dan ketika tujuh teman mereka juga
menjerit dan roboh terlempar, masing-masing tak dapat menandingi tenaga pemuda ini maka tujuh wanita itu
jatuh tak keruan di atas tubuh Bhi Peng dan teman-temannya.
"Aduhh..!"
Semua menjadi kacau. Siang Le telah mengibas lawan-lawannya dan kini terbanting serta merintihrintihlah sebelas wanita itu di atas kawan-kawannya. Kamar yang sempit itu seperti kandang ternak di mana
semuanya tumpang-tindih. Tujuh wanita terakhir menangis dan pakaian mereka robek-robek, Siang Le
membuang muka karena tiga di antaranya tersingkap pahanya, demikian menyolok dan membuat Siang Le
sampai jengah karena mereka itu membiarkan saja keadaannya begitu, padahal seharusnya dapat ditutup.
Dan ketika Siang Le mendorong pintu kamar namun terpalang dari luar, pemuda itu marah maka tujuh
wanita itu berteriak agar pemuda itu membunuh mereka.
"Siang-kongcu, bunuh saja kami bertujuh daripada kesakitan seperti ini. Aduh, pundakku serasa
patah!"
"Benar, pinggangku juga remuk, Cu-kim. Siang-kongcu itu kejam. Ah, lebih baik aku dibunuh!"
Siang Le membentak. Ia marah dan bingung karena sebelas wanita itu ganti-berganti mengerang tak
hentinya. Tujuh yang terakhir minta dibunuh dan saling merintih bahwa pundak atau pinggang mereka patah,
padahal mereka hanya kesakitan belaka karena ia tak sampai hati mematahkan atau mencederai mereka
dengan berat. Dan ketika ia marah karena pintu lagi-Iagi tak dapat dibuka, palang di luar bergerak secara
otomatis maka Siang Le jengah karena hanya ia sendiri yang laki-laki, dikerubung atau dikelilingi sebelas
wanita yang roboh tumpang tindih.
"Kongcu, aku tak kuat. Cekik atau patahkan tulang leherku!"
"Benar, dan aku haus, kongcu...ah, itu ada arak!"
"Kami ingin. minum! Ah, tenggorokanku kering, kongcu. Kamar ini panas pengap sekali. Kami ingin
minum!"
Siang Le kelabakan. Ia dimintai tolong dan masing-masing meminta agar didahulukan. Bau arak
harum menyengat hidung dan kesegarannya yang luar biasa memang membuat siapapun ingin minum. Arak
Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di atas meja itu sungguh penuh daya pikat. Tapi ketika ia ragu dan hendak mengambilkan wanita-wanita itu,
ia merasa kasihan juga tiba-tiba Bhi Peng membentak bahwa siapapun tak boleh minum kalau Siang Le
belum mencicipi.
"Kalian tak boleh kurang ajar. Itu milik Siang-kongcu. Kalau mau minum harus sisa dari Siangkongcu dulu!"
Semua tertegun.
"Lihat," Bhi Peng menunjuk dirinya sendiri. "Akupun haus seperti kalian, kawan-kawan, dan aku
lebih hebat daripada kalian. Aku ingin minum sejak tadi namun kutahan kalau Siang-kongcu belum
meminumnya lebih dulu. Dia tamu dan kita pelayannya!"
"Benar," seorang tiba-tiba sadar, menimpali. "Kalau Siang-kongcu tak mau minum kitapun harus
menahan diri, kawan-kawan. Siang-kongcu tentu juga haus atau kita sama-sama mati kering di sini!"
"Hm," Siang Le tergerak, watak welas asihnya timbul. "Kalau kalian mau minum biarlah minum, Bhi
Peng. Aku tak melarang tapi beri tahu kepadaku bagaimana membuka palang pintu di luar itu!"350 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Kami akan memberi tahu kalau kami sudah diberi minum!"
"Tapi kongcu harus meminumnya lebih dulu!"
"Hm, aku tak mau minum. Aku mau keluar!" Siang Le mendongkol, kemarahannya bangkit lagi.
"Kalau pintu ini tak dapat dibuka maka aku akan mendobraknya, Bhi Peng. Tanpa kalianpun aku bisa!"
"Tapi kongcu akan memanggil Ui Kiok-cici dan siauw-ong. Dan kongcu tak dapat menyelamatkan
diri!"
"Kalian memang busuk!" pemuda ini gusar. "Kalau tidak karena isteriku tak mungkin aku di sini, Ahwa. Hayo tunjukkan padaku bagaimana membuka pintu itu atau kalian semua menjadi sandera!"
"Kami akan memberi tahu kalau diberi sesuatu!"
"Benar, kami minta sesuatu untuk membuka pintu, kongcu. Kalau kau memberi sesuatu maka kami
akan memberi tahu!"
"Hm, kalian minta apa..."
"Cium!"
"Cium..!"
Siang Le terkejut dan merah padam. Sebelas wanita itu tiba-tiba serentak berseru bahwa mereka minta
cium. Rahasia pintu akan diberi tahu kalau mereka diberi cium. Dan ketika pemuda itu tersentak dan merah
mukanya, sebelas wanita itu terkekeh dan entah bagaimana tidak menghiraukan rasa sakitnya lagi maka
Siang Le membentak agar mereka tidak bicara seperti itu. Pemuda ini marah dan juga malu!
"Diam! Kalian benar-benar wanita tak tahu malu. Aku tak sudi memberi itu hanya untuk membuka
pintu!" dan marah serta mendorong pintu kuat-kuat, berkeratak dan marah menahan malu Siang Le lalu
mencoba membuka pintu namun palang di luar kokoh sekali. Satu-satunya jalan hanya dengan
menghantamnya dengan pukulan sinkang, tapi resikonya adalah diketahui Ui Kiok dan terlebih Togur. Dan
ketika pemuda ini ragu apa yang harus dilakukan, kamar semakin panas dan menyesakkan dada maka
wanita-wanita itu berteriak-teriak agar diberi cium, membuat Siang Le marah dan ia menampar wanitawanita itu. Dan ketika mereka menjerit dan roboh berpelantingan, Siang Le geram maka pemuda inipun tibatiba menjadi haus dan tenggorokannya kering.
"Kongcu, kau bunuhlah kami. Kau boleh keluar tapi kami tak mau sendiri. Bawa atau bunuh kami!"
"Dan kami haus. Ooh, kami semakin haus, kongcu. Kamar ini pengap. Panas...!"
Siang Le bingung. Tiba-tiba ia sudah mandi keringat karena kamar yang sempit itu benar-benar panas.
Berdua saja dengan Bhi Peng ia sudah dibuat menggigil, apalagi kini ditambah sepuluh lagi di mana
semuanya wanita. Dan ketika mereka berteriak-teriak ingin minum, arak di meja rupanya dapat dipakai
penangkal haus maka ia menyambar arak ini dan sedikit menggelogok iapun membasahi tenggorokan.
"Hi-hik, Siang-kongcu minum. Ah, kitapun mendapat rejeki!"
"Benar, kita akan kebagian rejeki, Cu-kim. Lihat Siang-kongcu menyisakan araknya untuk kita!"
Siang Le memang melempar botol arak di tangannya itu. Ia gemas oleh ribut-ribut dan gaduh yang
ditimbulkan anak buah Ui Kiok ini. Ia ingin mereka tak usah berteriak-teriak lagi dan cepat melempar
minuman itu karena mereka akan minum kalau ia sudah lebih dulu minum. Dan ketika ia menggelogok
namun hampir tersedak, arak itu ternyata keras sekali maka pemuda ini menahan keinginan hausnya dan
cuma merasakan sekecap saja arak harum itu. Siang Le sudah membasahi sedikit lidahnya dan ia merasa
cukup. Dan begitu ia melempar sisa arak dan wanita-wanita itu terkekeh, berebut, maka Siang Le merasa
tenaganya bangkit tapi bersama itu juga ia merasa sesuatu yang aneh mengganggu pikirannya.
"Aku harus keluar. Pintu akan kudobrak!"351 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Wanita-wanita itu terpekik. Siang Le telah melepas kesalnya dengan menghantam pintu itu. Ia muak
dan ngeri bercampur dengan wanita-wanita ini, perempuan-perempuan cabul yang tak tahu malu. Dan ketika
ia meloncat dan menabrakkan dirinya, pintu mengeluarkan suara keras maka palang pintu di luar patah dan
engselnyapun copot.
"Brakkk!"
Siang Le tak perduli kepada lawan-lawan yang bakal datang. Dia sudah memperhitungkan bahwa Ui
Kiok dan mungkin Togur bakal keluar dari kamarnya masing-masing. Ia akan menghadapi musuh berat tapi
ia tak takut karena secepatnya ia ingin menolong dan mencari isterinya. Bhi Peng dan kawan-kawannya itu
membuat ia merinding dan muak. Berkali-kali tatapan matanya harus membentur dada atau paha-paha
mulus. Dan ketika benar saja pintu didobrak pecah, jeritan atau pekik wanita-wanita di dalam kamar itu
mengundang yang lain-lain maka belasan bayangan berkelebat dan Ui Kiok sendiri muncul.
"Heh, apa ini, Bhi Peng!"
Ui Kiok dan lain-lain membelalakkan mata. Mereka melihat Bhi Peng dan kawan-kawannya itu
tumpang tindih, Siang Le keluar dan baru saja mendobrak pintu, yang pecah dan cerai-berai engselnya. Dan
ketika Ui Kiok melihat Siang Le terhuyung-huyung, pemuda itu menjaga keseimbangan dan mata melotot
merah maka Ui Kiok terkekeh dan tiba-tiba melihat arak di atas meja, yang sudah terguling.
"Heii, Siang-kongcu menikmati arak pengantin!"
"Benar, tapi yang lain dibagi-bagi mereka ini, Kiok-cici. A-hwa dan kawan-kawannya berebut!"
"Apa, kalian juga turut minum?"
"Benar, tapi sedikit-sedikit, Kiok-cici. Dan aku sendiri tak sempat minum!" Bhi Peng, yang
mendongkol dan marah kepada teman-temannya karena tak sempat menikmati arak itu lalu melapor dan
memberi tahu Ui Kiok bahwa teman-temannya berebut. Siapapun sudah tahu bahwa arak itu bukan
sembarang arak, melainkan arak pengantin yang biasanya dipergunakan untuk merobohkan lawan. Dan
ketika benar saja Siang Le terbelalak dan terhuyung-huyung di sana, pemuda itu merasa pusing dan berat
kepalanya maka Ui Kiok tertawa dan bergerak menyambar pemuda ini. Dialah yang tadi menyuruh Bhi Peng
menjebak dan memberikan arak.
"Siang-kongcu, kau pusing. Pikiranmu kacau. Mari ke kamar yang lain dan lihat langkahmu limbung!"
"Pergi!" Siang Le membentak dan masih sadar, mengelak dan menampar wanita itu. "Aku tak mau
kau dekati, Ui Kiok. Pergi atau kau kubunuh!"
"Hi-hik," tamparan luput. "Kau kacau, kongcu. Aku di sini bukan di situ. Lihat, pukulanmu mengenai
angin!" benar saja, Siang Le terkejut karena pukulan atau tamparannya tadi luput, mengelak namun jari-jari
lawan tahu-tahu telah mencengkeram bahunya. Dan ketika ia membentak namun kepala terasa berputar, rasa
pusing semakin berat maka ia tertangkap dan belum apa-apa iapun sudah roboh. Padahal tadi begitu kuat
mendobrak pintu!
"Hup!" Ui Kiok girang setengah mati. "Sekarang kau menyerah, kongcu. Kau dalam kekuasaanku!"
"Lepaskan aku..." Siang Le berteriak, namun suara yang terdengar justeru lemah dan hampir tak
terdengar. "Lepaskan aku, Ui Kiok. Lepaskan aku...!"
Ui Kiok terkekeh. Dia menendangi sebelas anak buahnya karena begitu Siang Le roboh mereka itupun
berebut dan hendak menyambar pemuda ini. Masing-masing hendak menangkap dan dengus hidung mereka
terdengar saling memburu. Itulah wanita-wanita yang berebut menikmati arak pengantin, terbakar dan kini
dikuasai berahi namun Ui Kiok tentu saja tak memberi kesempatan. Ia telah berhasil menyuruh Bhi Peng
memberikan arak, meskipun yang diminum hanyalah sekecap dan Siang Le melempar minuman itu kepada
yang lain, tak tahu dan tentu saja tak mengira bahwa arak dipenuhi bubuk perangsang. Dan ketika pemuda
itu mengeluh karena roboh disambar Ui Kiok, anak-anak buahnya berpelantingan dan menjerit kecewa maka
Ui Kiok berkelebat dan masuk ke kamar yang lain. Di sini Ui Kiok tak menghiraukan kegaduhan dan ributribut di luar. Ia tak perduli ketika anak-anak buahnya yang telah dirangsang birahi itu saling tubruk dan352 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
menerkam teman-temannya. Adegan menjijikkan terjadi di antara sesama wanita itu. Dan ketika Ui Kiok
menendang pintu kamar dan tertawa melempar tangkapannya, Siang Le sekarang sudah berbeda dengan
Siang Le yang tadi maka pemuda itupun merintih dan bola mata setengah tertutup karena Siang Le dibakar
pula oleh nafsu berahinya. Biarpun sedikit tapi arak perangsang itu cukup kuat untuk menundukkan seekor
kerbau jantan!
"Hi-hik, sekarang kau tahu, kongcu. Kesombonganmu lenyap dan lihatlah aku!"
Siang Le nanar. Ia dibebaskan dan telah dilempar ke atas pembaringan dan Ui Kiok berdiri tegak di
situ. Wanita inipun merah mukanya dibakar birahi yang berkobar. Membayangkan pemuda ini bakal
melayani hasrat cintanya sudah membuat darahnya mendidih dan penuh gejolak. Ia telah berhasil
menundukkan pemuda ini dengan memberi arak perangsang, lewat Bhi Peng! Dan ketika Ui Kiok tegak
menantang dan belum apa-apa sudah melepas pakaian dalamnya, ia melucuti pakaian itu di depan Siang Le
maka Siang Le yang sedang berkutat dan melawan hawa nafsu berahi dibuat terbelalak dan membuka
matanya lebar-lebar melihat Ui Kiok sudah setengah telanjang!
"Ui Kiok, tidak... jangan!"
"Hi-hik, lihat dan pandanglah aku, Siang Le. Mana yang lebih menantang aku ataukah orang lain!"
"Tidak... tidak...!" pemuda itu berusaha menekan gejolaknya, hati nuraninya membisikkan bahwa itu
berbahaya. "Aku .. aku tak mau, Ui Kiok. Kenapa tubuhku seperti ini dan panas terbakar!"
"Hi-hik, panasmu akan hilang begitu mendekapku, Siang Le. Ke marilah, dekap dan peluk aku. Aku
mencintaimu!"
"Ooh..!" Siang Le bangkit namun roboh kembali di atas pembaringan. Ia tersentak dan semakin
melebarkan mata melihat Ui Kiok menggerak-gerakkan tubuhnya. Pinggang yang patah-patah itu
diperlihatkan tanpa penutup dan Siang Le mendengus. Tapi karena jelek-jelek dia adalah pemuda berbatin
bersih dan suara batinnya inilah yang memberi tahu dia agar tidak menubruk Ui Kiok, wanita itu adalah ular
berbisa dalam ujud bulu domba maka Siang Le menggeram dan berkali-kali menggelengkan kepala.
"Tidak... tidak, Ui Kiok. Kau wanita jahanam!"
Ui Kiok mengerutkan keningnya. Wanita ini terkejut bahwa pemuda yang sudah dilolohi arak
perangsang itu masih juga dapat memakinya. Ia marah! Tapi ketika Siang Le terguling dan roboh dari tempat
tidur, merintih dan mengerang melawan pengaruh tidak wajar maka wanita ini menjadi kagum dan iapun
bergerak dan tahu-tahu sudah memeluk dan mendengus di belakang telinga pemuda ini, dengus yang berupa
bisik gemetar.
"Siang Le, jangan bodoh. Kau sedang dihangati dewi cinta. Ayolah, jangan melawan, sayang. Aku
mencintaimu dan kita bersenang-senang!" lalu menarik dan mengangkat pemuda ini ke atas pembaringan,
Siang Le memeluk dan mencengkeram bahunya tiba-tiba wanita ini mencium bibir Siang Le dengan ciuman
maut "Cup!"
Siang Le tersentak dan menggelinjang. Ia benar-benar terbakar dan tak mampu menguasai dirinya lagi.
Itu ciuman yang luar biasa dan iapun mabok, terlena. Tapi ketika Ui Kiok menindih tubuhnya dan di atas
pembaringan wanita itu hendak melepas pakaiannya mendadak Siang Le tertegun dan memberontak.
"Tidak... jangan... tidak boleh!"
Ui Kiok terkejut. Untuk kesekian kalinya lagi ia tercengang dan kaget. Dua kali pemuda ini sadar lagi.
Tapi ketika ia tertawa dan melumat bibir si pemuda, Siang Le tak sanggup mengelak karena sudah didahului
dan dicegat maka lagi-lagi ciuman maut wanita itu mendarat.
"Cup, jangan gelisah, Siang Le. Jangan panik. Kau tak apa-apa, kita tak apa-apa. Aku akan
melayanimu dan biarkan aku melepas celanamu!" namun begitu Ui Kiok bergerak dan melepas pakaian ini,353 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
si pemuda bergerak dan meronta lagi maka Siang Le tiba-tiba membentak dan dilemparnya wanita itu keluar
pembaringan.
"Ui Kiok, aku sudah punya isteri!"
Ui Kiok terperanjat dan terlempar. Ia sendiri sudah melepas seluruh pakaiannya dan Siang Le
terbelalak dengan muka terbakar. Kalau laki-laki lain tentu sudah tak banyak cakap lagi dan menyambut
cintanya. Siang Le sebenarnya juga begitu namun tulus dan suci cintanya terhadap isteri membuat pemuda
itu ingat dan memberontak. Bayangan Soat Eng tiba-tiba berkelebat dan itulah yang membuat Siang Le
memberontak. Dan ketika ia menggigil dan turun dari pembaringan, roboh dan bangkit lagi maka pemuda ini
menggeram dan memaki lawan dengan suara terbata-bata.
"Ui Kiok, aku tak mau melayani hasratmu yang kotor. Kau wanita najis. Kau bedebah! Kau apakan
aku dan mana isteriku!"
Ui Kiok pucat. Selama hidupnya, selama ia berkenalan dengan Togur dan memiliki arak perangsang
belum pernah seorang laki-lakipun yang tahan seperti Siang-kongcu ini. Biasanya, mereka akan roboh dan
segera menyembah-nyembah dirinya. Disuruh menjilat kakipun mau! Tapi ketika Siang Le ternyata lain dan
pemuda itu bertahan demikian mengagumkan, wanita ini terhenyak namun juga marah maka ia menyambar
dan melompat bangun.
"Siang Le, jangan gila. Malam ini aku isterimu. Tak ada isteri lain kecuali aku!"
"Tidak, bedebah!" pemuda itu memberontak, Ui Kiok dipukul dan ditampar. "Isteriku adalah Soat
Eng, Ui Kiok. Aku masih ingat nama isteriku dan kau apakan aku. Aduh, kau membakar birahiku!"
"Hi-hik, itu benar. Tak ada yang tahan kalau sudah begini, Siang Le. Setiap laki-laki akan roboh dan
pasti bertekuk lutut kepadaku. Lihat, aku menyerahkan cinta dan segala-galanya kepadamu!" Ui Kiok
penasaran, mencium dan mencoba lagi pemuda itu namun keteguhan batin dan cintanya yang suci terhadap
Soat Eng membuat Siang Le tak dapat dibobol, Pemuda itu tak kuasa mengelak ketika mulut dan wajahnya
dihujani ciuman Ui Kiok, diam saja dan terbakar berahi yang hebat. Tapi begitu Ui Kiok hendak membuka
celananya dan itu pantangan yang tak boleh dilakukan, Siang Le ingat ini maka pemuda itu memberontak
dan memukul Ui Kiok. Akibatnya wanita ini terlempar dan untuk ketiga kalinya terbanting. Ui Kiok kaget
dan marah sekali, di samping penasaran. Dan ketika ia coba namun gagal lagi, pemuda itu sungguh hebat
maka Ui Kiok berang dan dihantamnya pemuda itu sampai roboh.
"Siang Le, kau jahanam keparat!"
Siang Le tak dapat mengelak. Ia terpukul dan mengaduh perlahan. Pusing berat yang dirasakannya
sungguh membuat pemuda itu tak dapat berdiri tegak. Ia merasa dunia berputar-putar dan bayangan Ui Kiok
tampak di mana-mana. Semuanya telanjang bulat! Tapi begitu ia dipukul dan pingsan, Siang Le roboh
mengeluh pendek maka Ui Kiok yang kelabakan karena nafsunya tak mendapat jalan keluar.
"Bedebah, terkutuk. Aku ingin membunuhmu kalau boleh dibunuh!" Ui Kiok menendang dan
menginjak pemuda ini, marah dan kecewa bercampur-aduk dan akhirnya ia memanggil Bhi Peng. Kobaran
berahi yang tak terlampiaskan dilampiaskannya kepada pembantunya ini. Dan ketika Bhi Peng terkejut tapi
tak dapat berbuat apa-apa, Ui Kiok sudah menyambar dan melepas seluruh pakaiannya maka dengan keji dan
ganas si jalang ini menumpahkan kemarahannya kepada anak buahnya itu.
"Kau goblok, kau bodoh! Bagaimana pemuda itu tak juga roboh oleh arak berahiku. Hayo, minum
sebotol dan layani aku!"
Bhi Peng pucat. Ia disuruh minum sebotol arak berahi dan wanita itupun gentar menuruti perintah.
Tapi karena Ui Kiok pimpinannya dan wanita itu dapat berbuat lebih kejam, apa boleh buat dia menenggak
dan menghabiskan sebotol maka Bhi Peng terhuyung dan memejamkan mata ketika dibuat tidak sadar.
"Ooh, mana Siang-kongcu, cici... mana Siang-kongcu...!"
"Aku menggantikannya. Layani aku baik-baik dan lempar dirimu di tempat tidur!" Ui Kiok menerkam
dan melempar anak buahnya itu. Tanpa sungkan-sungkan lagi ia memaksa anak buahnya ini melayani hasrat354 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
cintanya, cinta kotor. Dan ketika Bhi Peng mengeluh dan melakukan apa saja yang disuruh ketuanya, Ui
Kiok seakan kuda jalang yang meringkik panas maka adegan menjijikkan terjadi di situ. Siang Le tak sadar
dan tiga jam kemudian ia mendengar rintih dan erangan di situ. Dan ketika lapat-lapat ia memasang telinga
dan mendengar keluh atau tangis Bhi Peng, wanita itu disuruh melayani hasrat Ui Kiok maka Siang Le pucat
dan ngeri mendengar suara-suara di situ. Ia merasa amat lemah karena pengaruh arak pengantin masih
membuatnya terbius. Apa yang didengar dan dilihat adalah samar-samar saja. Dan ketika dua jam kembali
lewat dan Siang- Le merasa pulih, ia akan bergerak dan menghajar musuhnya itu ternyata ia ditotok dan
mendengar bahwa sore nanti ia akan dilolohi arak sebotol, ketika Ui Kiok selesai memuaskan nafsu
jalangnya kepada Bhi Peng.
"Aku sudah cukup puas, namun aku
masih penasaran kepada bocah she Siang itu. Malam nanti ia harus melayaniku dan siapkan arak
sebotol!"
"Aduh, aku bagaimana, Kiok-cici? Aku juga butuh Siang-kongcu. Aku masih butuh laki-laki!"
"Kau anjing tak tahu malu. Pergi dan enyah jalankan perintahku!"
Siang Le mendengar tendangan dan jerit tertahan. Selanjutnya ia menutup mata dan telinga kuat-kuat
karena tak tahan akan apa yang dilihat. Ia sekarang tahu bahwa dirinya dibius arak perangsang. Untung,
karena ia kuat bertahan dan jatuh pingsan maka Bhi Penglah yang dijadikan korban. Kalau tidak, barangkali
ia yang dikerjain. Dan ketika Siang Le lega namun pucat teringat kata-kata Ui Kiok, bahwa malam nanti ia
akan dilolohi sebotol arak maka ia merinding karena tak mungkin ia bertahan lagi!
"Ah, aku harus melepaskan diri. Aku harus bebas!"
Namun pemuda ini mengeluh. Ui Kiok menotoknya dan membuatnya tak berdaya jauh lebih hebat
daripada tadi. Wanita itu benar-benar tak memberinya kesempatan untuk lolos. Ia tak dapat dibujuk dan kini
akan dipaksa! Dan ketika Siang Le menggigil karena mampukah ia bertahan dari sebotol arak perangsang,
padahal sekecap saja sudah membuatnya panas dingin tak keruan maka di tempat yang lain isterinya juga
menderita dan pingsan oleh perbuatan Togur yang tak kalah rendah!
* * * Malam itu, seperti yang dijanjikan, Togur dan tigapuluh wanita cantik telah bersiap mengadakan pesta
bulan purnama. Panggung telah dibuat dan Sam-liong-to gebyar-gebyar oleh lampu berwarna-warni. Tengah
pulau dihias indah karena kali ini "raja" hendak mengadakan pesta besar. Bukan sekedar pemilihan isteri
biasa melainkan permaisuri. Ya, siauw-ong atau si buntung yang lihai itu akan mengambil Soat Eng sebagai
isterinya. Dan karena malam itu juga ada keistimewaan karena Ui Kiok juga akan mengambil suami, pemuda
gagah menantu Pendekar Rambut Emas itu maka Sam-liong-to dihias meriah karena yang punya hajat akan
mengadakan pesta besar-besaran. Seratus lebih pemuda-pemuda juga diambil dari sekitar pulau!
"Malam ini aku tak mau tanggung-tanggung. Ada seorang sahabatku yang kebetulan datang. Nah,
siapkan pesta besar dan cari seratus pemuda untuk pengiring!"
Ui Kiok, yang tertegun dan hari itu juga melaporkan kegagalannya akan Siang Le dibuat terbelalak
oleh kata-kata si buntung ini. Ia baru saja melapor dan minta pendapat bagaimanakah baiknya menghadapi
Siang Le. Pemuda itu memiliki daya tahan luar biasa dan ia penasaran. Dan ketika Togur tertawa bahwa ia
akan membantu, malam nanti tepat bulan purnama ia akan membuat pemuda itu bertekuk lutut maka pemuda
itu berkata bahwa seorang tamu tiba-tiba datang, tamu agung.
"Biarlah penasaranmu ini kubayar nanti. Seseorang datang mengunjungiku, sahabat kentalku. Pergi
dan siapkan panggung dan malam nanti kita ramai-ramai!"
"Siapa tamu itu?" Ui Kiok tak tahan bertanya. "Bolehkah aku tahu?"355 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Ha-ha, boleh-boleh saja, Ui Kiok. Tapi ia tak mau memperlihatkan diri kalau tidak atas kehendaknya.
Pokoknya, ia aneh tapi luar biasa!"
"Hm, setingkat dengan siauw-ong?"
"Kira-kira begitu, tapi agaknya ia lebih lihai. Ha-ha, kau rupanya naksir, Ui Kiok. Silahkan coba kalau
ia mau!"
"Aku memang pingin berkenalan dengan orang-orang lihai. Bolehkah aku tahu kalau siauw-ong
memperkenankan!"
"Aku tak melarang. Tapi, hmm... entah bagaimana dia sendiri. Coba kutanya!" dan ketika si buntung
itu menoleh ke belakang tapi tak ada siapa-siapa di situ, Ui Kiok heran dan mengerutkan kening maka
Rajawali Merah Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berserulah pemuda itu dengan suara nyaring,
"Heii, maukah kau keluar, San-enghiong. Ini seorang pembantuku ingin berkenalan. Ia cantik dan
menggiurkan!"
"Heh-heh!" suara tanpa rupa tiba-tiba terdengar. "Siapa kuda betina ini, Togur, Bagaimana kau
menyimpan begini banyak wanita cantik!"
"Ia. selirku tersayang. Kau boleh memilikinya kalau mau!"
"Ha-ha, aku takut berhadapan dengan wanita. Kalau ia musuhku baru aku muncul. Wuihh, betina ini
kotor. Badannya bau!" Ui Kiok tiba-tiba terkejut diusap tangan seseorang, kasar dan dingin dan kontan saja
ia menjerit, berjengit. Dan ketika ia menoleh namun tak ada siapa-siapa, mendadak ia ditepuk dan dicium
jidatnya.
"Ha-ha, aku suka. Tapi mulutnya bau.... bau kentut!"
Ui Kiok marah. Ia memekik dan secepat itu pula memutar tubuh namun yang ada hanya bayangbayang dan kesiur angin dingin. Dan ketika ia berteriak dan lari ke arah Togur, bersembunyi, maka si
buntung itu terbahak-bahak dan bayangan atau kesiur angin dingin itu menyambar dan mengikuti wanita ini,
mencolek atau mengusap pantat!
"Hi-hi, pantatnya besar, Togur. Seperti pot!"
Togur terbahak-bahak. Ui Kiok selanjutnya diusap atau diganggu bayangan tanpa wujud. Wanita itu
ketakutan dan tentu saja ngeri, berteriak-teriak tapi bayangan ini terus mengganggunya sampai kemudian si
buntung ini minta berhenti. Dan ketika Ui Kiok menggigil dan jatuh di sana, terduduk, maka wanita itu pucat
namun iapun ingin tahu siapa orang yang amat luar biasa itu. Kalau perlu, laki-laki itu akan dijadikan
suaminya. Pelindung seumur hidup!
"Ha-ha, muncul dan sudahilah main-main ini, San Tek, Selirku ketakutan!"
Bayangan tanpa wujud itu berkelebat. Di situ tahu-tahu muncul seorang pemuda yang matanya
berliaran, tampan namun mukanya pucat kehijauan sehingga wanita ini dibuat ngeri. Dan ketika Ui Kiok
tertegun dan pemuda itu memandangnya, bola mata bergerak-gerak maka pemuda itu tertawa dan Ui Kiok
merasa seram karena tawanya seperti kuda meringkik.
"Hih-heh, selirmu ini lumayan, Togur. Tapi mulut dan badannya bau busuk. Aku tak berminat. Aku
ingin kau menepati janjimu dan mana itu tempat persembuyianku untuk memperdalam Im-kan-thai-lekkang!"
"Ha-ha, tentu... tentu. Aku menyiapkan semuanya itu untukmu, San Tek. Jangan khawatir dan tak
perlu cemas. Kau mendapatkan apa yang kau ingini. Sam-liong-to ini boleh kau pakai sebagian untuk
melatih Im-kan-thai-lek-kangmu!"
"Siapa dia.." Ui Kiok berbisik, suaranya gemetar. "Apakah orang gila!"356 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
"Sst," si buntung menyendal dan menarik wanita ini, tamunya melotot! "Jangan keras-keras, Ui Kiok.
San Tek sahabatku dan ia pemilik Im-kan-thai-lek-kang. Ia datang ke sini untuk minta sebuah tempat
persembunyian. Ia akan memperdalam ilmunya!"
"Im-kan-thai-lek-kang? Tenaga Inti Neraka?"
"Sudahlah, jangan banyak bertanya, Ui Kiok. Nanti saja kita bicara dan lihat ia mendengarkan!" Ui
Kiok meremang dan membelalakkan matanya. Orang lihai yang diharap-harap ternyata pemuda berotak
miring. Sialan! Dan ketika pikirannya tentu saja kembali kepada Togur, biarpun buntung namun waras maka
si gila itu tertawa berkata, bola matanya masih berliaran,
"Togur, di samping cantik ternyata selirmu ini tidak waras. Orang waras dikata gila sedang yang gila
dikata waras. Ah, aku jadi semakin tak senang. Mana tempatku itu dan biar aku sendirian lagi!"
"Ha-ha, tak usah gusar. Orang gila memang begitu, San Tek. Diri sendiri dianggap waras sedang
orang lain dianggap gila. Sudahlah, di belakang pulau ada bangunan kosong. Kau ke sanalah dan nanti
malam kita bertemu dalam pesta meriah. Aku akan mengambil permaisuri!"
"Permaisuri? Sedangkan di sini sudah banyak selir-selirmu yang cantik? Wah, mata keranjang kau ini,
Togur. Sudah buntung masih juga jelalatan. Ha-ha, sesukamulah. Aku akan memperdalam ilmuku karena
aku masih geram oleh Thai Liong!" dan berkelebat menghilang lagi tiba-tiba si gila ini lenyap dan Ui Kiok
terkejut mendengar disebutnya nama Thai Liong. Nama itu yang paling ditakuti tapi ia tak dapat bertanya
banyak tentang si gila. Togur mengerutkan kening tapi kemudian menyeringai ketika sahabatnya itupun
pergi. Dan ketika Ui Kiok diminta menyiapkan panggung dan malam nanti bertemu lagi maka si buntung itu
meminta agar diambil seratus pemuda-pemuda tegap di luar pulau, tentu saja yang agak jauh, karena yang
dekat-dekat sudah habis "dimakan" anak buah Ui Kiok ini.
"Malam nanti pesta besar-besaran. Aku mengambil Soat Eng dan kau menundukkan Siang Le. Kita
berdua di kamar yang sama dan masing-masing melihat yang lain menggauli pasangannya!"
"Ah, siauw-ong menyuruh aku menonton? Bukankah ia calon permaisuri?"
"Ha-ha, kau orang pertama yang menjadi saksi akan pernikahanku dengan puteri Pendekar Rambut
Emas itu, Ui Kiok. Dan aku orang pertama yang menjadi saksi pula bahwa kau telah menjadi isteri Siang Le.
Kita masing-masing menonton dan bermain!"
"Ah, menyenangkan sekali, siauw-ong. Tapi aku takut!"
"Takut? Takut apa?"
"Thai Liong itu. Bagaimana kalau ia datang!"
"Ha-ha, ia tak ada di sini. Ia bersama cucu Drestawala yang cantik itu. Hm, gadis itu tentu menjadi
kekasihnya!"
"Cucu Drestawala? Siapa itu?"
"Kau tak usah banyak bertanya. Aku bakal tersinggung kalau kau bertanya tentang ini. Sudahlah,
siapkan panggung dan malam nanti kita berpesta!"
Ui Kiok mengangguk. Kalau si buntung sudah menyuruhnya tak usah bertanya dan ia mendesak tentu
kemarahan yang akan didapat. Lebih baik diam dan menyimpan penasaran di hati daripada kena damprat.
Dan ketika ia berkelebat dan hari itu anak-anak buahnya disuruh mengumpulkan seratus pemuda, hal yang
gampang dilakukan maka malam itu Sam-liong-to sudah gebyar-gebyar oleh lampu dan gemerlapnya wajahwajah cantik di balik pakaian warna-warni.
Penghuni Sam-liong-to rata-rata berwajah ceria. Para pemuda yang dikumpulkan rata-rata menyeringai
dan menahan kegembiraan besar bekerja bersama wanita-wanita itu. Bayangkan, mereka diperlakukan
menyenangkan dan segala sesuatu disiapkan wanita-wanita itu pula. Mulai dari minuman sampai makanan.
Bahkan, karena wanita-wanita itu bersikap genit dan tak segan-segan menggoda mereka maka mereka boleh357 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
main colek atau cubit. Kalau perlu, cium! Dan ketika hal itu dimulai oleh satu di antara tigapuluhan wanita
itu maka pemuda yang lain bersorak dan apa yang dilakukan anak buah Ui Kiok ini hampir saja meletupkan
hasrat yang menggebu-gebu yang tiba-tiba bangkit, Para pemuda itu bergairah!
"Hi-hik, kalian boleh lakukan apa saja di sini, mencium kamipun boleh. Tapi untuk yang lebih
dilarang dulu. Nanti tengah malam kita merayakan acara puncak!"
"Acara apa?" seorang pemuda bertanya, nada pertanyaannya bergairah. Dan ketika dijawab bahwa
acara itu adalah acara memilih jodoh, siapapun boleh dan diperkenankan bercumbu rayu maka pemudapemuda itu berjingkrak.
"Ah, yang benar saja, Ang-hwa cici. Masa semudah itu kami memilih kalian!"
"Eh, tidak percaya? Mari, kubuktikan!" dan ketika Ang-hwa bergerak dan menyambar pemuda itu,
mencium dan terkekeh maka pemuda itu hampir saja berteriak dan kontan menyambut! Namun Ang-hwa
buru-buru melepaskan pemuda itu. Dia tertawa berkata bahwa itu sekedar contoh, yang lain-lain dan lebih
seram akan diperlihatkannya nanti malam, di puncak acara. Dan ketika pemuda itu menggigil dan terbelalak
matanya, nafsu berkobar maka teman-temannya yang lain tertawa dan tiga di antaranya coba-coba
menyambar anak buah Ui Kiok dan mencium serta meremas. Dan anak buah Ui Kiok ini memang diam saja,
bahkan menyambut dan terkekeh gembira. Tapi karena merupakan pantangan besar untuk bertindak lebih
lanjut, kalau puncak acara belum datang maka wanita-wanita itu mendorong pemuda-pemuda ini dan
berbisik, nafsupun bergolak dengan gembiranya.
"Song-khi, jangan buru-buru. Siauw-ong bakal marah kalau kita mendahului sebelum puncak acara
tiba. Bersabarlah, sementara ciuman ini dulu untuk kalian dan sampai ketemu nanti!"
Pemuda-pemuda itu bersorak. Mereka riuh membayangkan acara nanti dan ketika wanita-wanita itu
berkelebat merekapun semakin giat bekerja. Mereka diminta membuat panggung keramaian dan bergeraklah
semuanya membuat panggung ini. Dan ketika hari itu panggung selesai dan mataharipun tenggelam di ufuk
barat, mereka juga dibantu dan bercanda dengan wanita-wanita cantik itu maka diam-diam mereka sudah
memilih pasangan masing-masing. Dan mereka dibuat panas dingin ketika kebetulan beberapa di antara
mereka memilih wanita yang sama.
"Jangan ribut, jangan gaduh. Satu wanita boleh untuk tiga atau empat lelaki!"
"Ah, masa?" dua pemuda berseru terheran-heran, di samping kaget juga tidak percaya. Tapi ketika
wanita itu terkekeh dan memberi ciuman masing-masing seorang, dua pemuda berebut untuk mendapatkan
dirinya maka pemuda-pemuda itu berjingkrak dan saling tegang di antara mereka mendadak lenyap, terganti
kegembiraan yang luar biasa.
"Ah, kalau begitu aku dulu, Bwee-nio. Baru Lun-hao belakangan!"
"Hi-hik, kalian laki-laki selamanya cepat loyo. Tak usah berebut dan masing-masing pasti
mendapatkan bagiannya!" dan ketika wanita itu berkelebat dan terkekeh di balik panggung, semua siap dan
menantikan acara maka tak lama kemudian Ui Kiok muncul di tengah-tengah anak buahnya. Wanita ini
berpakaian putih-putih dan bibirnya yang merah membakar tampak dipoles berlebihan.
"Dilarang ribut dan membuat gaduh. Siauw-ong akan datang membawa pengantin!"
Seratus pernuda berdecak dan terbelalak kagum. Mereka telah mendengar akan adanya Ui Kiok yang
membawahi tigapuluhan anak buahnya. Dibanding anak buahnya memang wanita ini paling cantik,
meskipun kecantikannya dibayang-bayangi mata yang kejam dan pandangan dingin. Malam itu Ui Kiok
muncul setelah bulan mulai naik ke atas. Dan ketika dia memberi tanda agar seratus pemuda itu memecah
diri, masing-masing berjajar di empat sudut panggung maka dia juga memerintahkan anak buahnya untuk
membakar dupa atau asap wewangian.
"Kalian sudah tahu apa yang harus dilakukan. Siauw-ong akan muncul setelah musik dibunyikan.
Ayo, mana barisan musik!"358 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
Tujuh wanita berlompatan ke panggung. Mereka itulah para pemusik karena masing-masing sudah
memegang suling dan alat tetabuhan. Satu di antaranya memegang yang-khim, alat sejenis gitar yang
memiliki delapanbelas senar dari kawat-kawat baja. Dan ketika Ui Kiok berseru agar musik pembukaan
dilagukan, tujuh wanita itu bergerak dan membunyikan alat musiknya masing-masing maka terdengarlah
alunan lagu gembira membuka acara di Sam-liong-to. Pemuda-pemuda disuruh berpakaian ketat dan mereka
itu mengenakan ikat kepala merah. Pakaian mereka yang hitam-hitam sungguh membuat pemuda-pemuda itu
gagah. Mereka bagai harimau-harimau muda yang garang dan penuh kekuatan, meskipun mereka adalah
pemuda-pemuda biasa yang tak pandai atau bisa silat. Dan ketika alat musik dibunyikan dan lagu pertama
dinyanyikan, merdu mendayu-dayu maka Ui Kiok lenyap lagi membawa dua pembantu wanitanya. Untuk
sejenak suasana di sekitar panggung hanya dipenuhi suara musik itu, lagu-lagunya riang gembira tapi
kemudian berobah panas ketika merencak-rencak. Kaki para pemuda bergerak dan dibanting-banting
perlahan di atas tanah. Mereka mengikuti atau terpengaruh tiupan seruling dan petikan yang-khim itu, yang
senarnya berdenting-denting dan nyaring dinikmati. Tapi ketika sesosok bayangan hijau melompat di atas
panggung dan itulah A-hwa, pembantu Ui Kiok setelah Bhi Peng maka wanita itu berseru bahwa pemujaan
atau sembahyangan terhadap Dewi Bulan akan segera dimulai, musik agar ditiup perlahan.
"Siauw-ong dan Dewi Bulan akan turun ke panggung. Harap musik disesuaikan dan dupa harum
ditambah!"
Para pemuda berdetak. A-hwa yang muncul di atas panggung itu mengenakan pakaian demikian
tipisnya hingga seluruh bentuk tubuhnya demikian jelas terpampang. Apalagi, wanita itu membelakangi
lampu. Kontan lekuk-lengkung tubuhnya yang indah membuat para pemuda berseru gaduh namun mereka
tiba-tiba dibentak agar tidak riuh. Decak dan suit perlahan dipadamkan. Dan ketika para pemuda melotot dan
musik kini ditiup perlahan-lahan, lembut dan syandu maka A-hwa berkata bahwa pengantin pertama akan
datang. Yang-khim digesek demikian lembut hingga mirip orang merintih. Gaok gagak tiba-tiba berbunyi di
atas dan berkelepaklah sepuluh sayap lebar di langit yang hitam. Bulan yang melepaskan cahaya
keemasannya sejenak menyapu lima ekor gagah yang terbang di atas. Entah bagaimana tiba-tiba gagakgagak itu bergaok. Suasana yang semula menggembirakan mendadak berobah seram. Sam-liong to seakan
didatangi iblis! Namun ketika gagak-gagak itu lenyap dan dupa harum menusuk tajam, wanita-wanita cantik
itu menambah asap kemenyan maka lantunan musik yang tersendat-sendat tiba-tiba menyambut empat
bayangan putih dari balik Istana Hantu.
Para pemuda terbelalak. Mereka tiba-tiba melihat Ui Kiok muncul kembali, namun bukan sendiri
melainkan ditemani tiga orang yang lain. Orang pertama adalah seorang pemuda gagah berpakaian putih
hitam sementara yang kedua dan ketiga adalah anak buahnya tadi. Mereka mengiring di belakang dan Ui
Kiok mengenakan pakaian pengantin. Cantik jelita dan cukup mempesona. Namun karena pandang matanya
bergerak ke kiri kanan dan bola mata wanita itu terasa tajam dan dingin menusuk-nusuk, kekejaman masih
terasa juga di antara senyumnya yang mengembang maka para pemuda tergetar dan tak berani beradu
pandang secara langsung. Ngeri dan merasa takut. Wanita itu seakan peri, bukan malaikat!
"Pengantin pertama datang. Inilah pasangan Ui Kiok-cici dan Siang Le-kongcu!"
Semua pemuda berdiri tegak. Tadi mereka ada yang lenggut-lenggut dan berdiri seenaknya. Tapi
begitu Ui Kiok muncul dan dinyatakan sebagai pengantin pertama, dengan pemuda gagah yang matanya
kosong maka seratus pemuda itu lagi-lagi tergetar karena di balik pakaian pengantinnya yang tipis itu Ui
Kiok tidak mengenakan apa-apa!
"Musik diminta mengalunkan lagu Dewi Bulan!" A-hwa tiba-tiba berseru, mengangkat tangan dan
musik yang semula bersuara tersendat-sendat itu mendadak berkencreng dan ditabuh gembira. Suaranya
melantun nyaring dan hingar-bingar. Kesannya panas! Dan ketika para pemuda kembali berjingkrak dan
mengikuti irama musik maka Ui Kiok perlahan-lahan mendekati panggung dan pemuda yang digandengnya
dengan lembut dan mesra itu langsung diberinya cium.
"Cup!"
Para pemuda bersorak. Mereka tak dapat mengendalikan diri lagi begitu pengantin wanita mencium
pengantin pria. Mereka tak tahu siapa Siang Le tapi merasa gembira dan bersuara gaduh. Ui Kiok semakin
mendekati panggung dan semakin359 Kolektor E-Book
B a t a r a ? R a j a w a l i M e r a h
dekat semakin tampaklah kecantikannya yang merangsang. Wanita ini tertawa dan sekali terkekeh
tampaklah gigi-giginya yang seperti mentimun bersih itu, di tengah-tengah lidahnya yang seperti ular, merah
bercabang! Dan ketika para pemuda tertegun karena bagaimana lidah wanita itu dapat seperti ular, merah
menjilat-jilat maka Ui Kiok berpaling dan berseru kepada semua orang di panggung.
Jilid XXV
"HARI ini adalah hari kebahagiaanku. Siapapun boleh turut bersenang-senang tapi jangan ribut
sebelum waktunya. Duduk dan nantikan acara berikut sampai Siauw-ong datang!"
Macan Tutul Di Salju 2 Kisah Sang Prajurit Karya Aditya Arkana Boulevard Revenge 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama