Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 7

Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 7


Khiu Cian Jin cepat. "Lihatlah justru aku telah datang kemari
untuk menjemputmu! Tidak sembarangan aku bersedia 422
menjemput seperti ini, dengan kedatanganku ini, tanpa
mengirim utusan, berarti aku menghormati kalian ayah dan
anak!"
"Tapi Khiu Toaya !" A Heng tidak meneruskan
perkataannya.
"Tapi kenapa. Manisku?" tanya Khiu Cian Jin.
"Bukankan kedatangan Khiu Toaya ingin mencari
seseorang?" tanya A Heng hati-hati dan diam-diam dia
memperhatikan Khiu Cin Jin, dilihatnya muka Khiu Cin Jin
berseri-seri.
"Benar! Benar!" katanya cepat. Memang aku sedang
mencari seseprang. Kebetulan sekali, tentunya aku bisa minta
keterangan darimu manis!"
"Siapakah yang sedang Khiu Toaya cari?" tanya A Heng.
"Dia she Oey dan bernama Yok Su, yang waktu itu telah
menghajar kalang kabutan murid-murid Tiat Ciang Pang di
kapal yang ditumpangi kalian bisakah kau menjelaskan,
manis, orang she Oey itu pergi kemana? Apakah dia tidak
memberitahukan tujuannya kepada kalian kemana dia akan
pergi?"
A Heng menggelengkan kepalanya.
"Sayang sekali orang itu tidak mengatakan apa-apa!"
katanya kemudian.
"Sepatah katajuga dia tidak memberitahukan apapun
juga?! Tanya Khiu Cian jin.
A Heng menggeleng lagi.
Khiu Cian Jin tersenyum. 423
"Jika memang demikian, biarlah, janganlah kita terlalu
memperhatikan urusan itu, karena nanti terganggu
kegembiraan kita, disaat-saat bahagia akan memasuki hari
perkawinan seperti ini.!"
Muka A Heng berobah merah, dia jengah dan
mendongkol! Deia membatin, "Hemm, siapa yang sudi
menjadi isterimu? Lebih baik aku mati daripada menjadi isteri
seorang manusia kasar sepertimu!"
Namun belum lagi A Heng berkata-kata untuk mengulurulur waktu, tiba-tiba terdengar suara seruling yang mengalun
perlahan namun merdu. Lagipula dalam nada suara seruling itu
bagaikan mengandung suatu kekuatan gaib yang memukau!
A Heng jadi berseri-seri girang memperoleh harapan,
karena segera juga dia mengenali, itulah lagu ?Thian Mo Bu
Kiok? (lagu tarian hantu langit) yang pernah didengar A Heng
ketika Oey Yok Su meniupkan lagu itu di kapal untuk A Heng
mendengarkannya. Dan lagu itu kini terdengar lagi, sebentar
perlahan dan jauh sekali, tapi tidak lama kemudian terdengar
meninggi dengan suara yang tetap lembut, bagaikan dekat
sekali, seperti suara seruling itu berada dipinggir telinganya.
Muka Khiu Cian jin jadi berobah, tampaknya dia keget
bercampur girang, diapun telah berjingkrak sambil berseru,
"Itu dia cepat cari!"
Murid-murid Tiat Ciang Pang segera beramburan keluar
rumah penginapan.
Namun waktu Khiu Cian Jin hendak keluar juga, disaat
itulah terdengar orang berkata dengan suara dingin, "Aku
berada disini!" 424
Khiu Cian Jin memang memiliki kepandaian yang tinggi,
Iwekangnya juga sempurna. Dia tadi memperhatikan suara itu,
seperti juga berada diluar rumah penginapan, namun waktu
mendengar per-kataan seseorang itu datangnya dari atas
panglarian, segera dia mengangkat kepalanya, maka dia
melihat seseorang tengah duduk tenang-tenang disitu dengan
wajah yang dingin dan mata yang bengis. Ditangannya tercekal
sebatang seruling, mengenakan jubah warna hijau gan
berkopiah Shiauw-yan-kin.
A Heng ketika melihat orang yang duduk dipenglarian itu
jadi girang bukan main, dia sampai berseru tanpa disadarinya
dengan kegirangan yang meluap, "Oey Toako!"
Orang itu memang tidak lain daripada Oey Yok Su. Malah
waktu itu Oey Yok Su tengah menoleh memandang pada A
Heng, melihat si gadis yang tengah berseri-seri dalam
kegembiraan yang meluap seperti itu, wajah Oey Yok Su jadi
berobah cerah, jika semula dingin tidak berperasaan, kini
mukanya itu tampak bersinar cerah dan matanya mengawasi
lembut, penuh kasih sayang pada A Heng. Begitu hangat sorot
mata tersebut, sehingga A Heng tanpa diinginkannya telah
melangkah beberapa tindak kedepan, dan katanya, "Oey
toako Oey toako, mereka menghina kami!"
Oey Yok Su mendengus, "Hemm, perlahan, tahu-tahu
tubuhnya seperti seekor rajawali telah terbang turun hinggap
disamping A Heng, katanya lembut dan sabar, "Jangan kuatir
A Heng, aku akan menghajar mereka agar hatimu puas!"
Setelah berkata begitu, Oey Yok Su menoleh kepada Khiu
Cian Jin, wajahnya jadi dingin dan bengis, katanya, "Engkau
rupanya Pangcu Thiat Ciang Pang, yang terkenal dengan ?Ngo
Tok Sin Ciang Kang? (Tangan Besi Yang Beracun).! 425
Kebetulan sekali kita bisa bertemu, aku orang she Oey ingin
sekali meminta petunjuk tangan beracunmu itu!"
Muka Khiu Cian Jin berobah merah karena mendongkol
dan gusar, dia telah menyahuti dengan sengit, "Bagus! Engkau
telah rubuh ditangan Ong Tiong Yang dalam pertempuran di
Hoa San. sungguh tidak tahu malu, apakah sebagai jago
pecundang sekarang engkau hendak membuka mulut lebar?
Aku Khiu Cian Jin waktu itu tengah memiliki urusan yang
tidak bisa ditinggalkan dan kerenanya, aku tidak bisa hadir
dalam pertemuan di Hoa San, dengan begitu, aku tidak bisa
memperluhatkan kebolehanku! Hemm, jika tidak, kalian
berlima, Ong Tiong Yang dengan kau, See Tok, Lam Te dan
Pak Kay, tentu bukan menjadi tendinganku, dimataku kalian
tidak lebih dari bocah-bocah nakal belaka.!"
Mendengar perkataan Tiat Ciang Sui Siang Piauw Khiu
Cian Jin, Oey Yok Su mendengarkan dengan suara dingin,
mukanya dingin tidak berperasaan dan bengis sekali. Dia
memang telah cukup lama mendengar nama besar Khiu Cian
Jin. Memang jago ini memiliki tangan yang beracun sekali.
Beberapa tahun Khiu Cian Jin telah melatih dan memahamkan
Ngo Tok Sin Ciang Sin Kang yang sangat beracun sekali,
semacam ilmu yang luar biasa, justru waktu diselenggarakan
pertemuan pertama di Hoa San, latihan Ngo Tok Sin Ciang Sin
Kang belum sempurna diyakininya, maka dia tidak ikut serta
sebab dia jeri pada Ong Tiong Yang yang memiliki ilmu yang
sempurna. Karena dari itu, dia telah melatih diri terus dengan
giat untuk menyempurnakan ilmunya itu, untuk dapat ambil
bagian dalam pertemuan kedua di Hoa San, guna merebut gelar
?Bu Kong Thian Hie It? (Jago nomor satu dikolong langit ini).
"Baiklah, aku telah menyaksikan , betapa seorang Pangcu
yang ternama, yang memiliki ilmu yang luar biasa hebatnya, 426
yang demikian perkasa, hingga bisa membuat orang mengkeret
ketakutan, tidak peduli pria ataupun wanita, sungguh membuat
aku Oey Yok Su jadi kagum bukan main!" kata Oey Yok Su
kemudian.
Itulah ejekan buat Khiu Cian Jin, dia mengawasi Oey yok
Su dengan sorot mata yang merah menyala karena murka,
sampaiakhirnya berkata dengan suara yang menahan
kegusarannya itu, "Baik, baik orang she Oey, jika memang di
Hoa San kita tidak memiliki kesempatan untuk bertemu muka,
maka aku hendak mengajakmu main-main, guna melihat,
apakah engkau nanti panta atau tidak turut serta dalam
pertemuan di Hoa Sah yang kedua kalinya.. jika memang
sekali ini engkau rubuh ditanganku, berarti engkau sudah tidak
memiliki hak untuk ambil bagian dalam pertemuan kedua di
Hoa San!"
Mendengar perkataan Khiu Cian Jin seperti itu, Oey Yok
Su tertawa dingin, katanya dengan tawar, "Baik, baik aku ingin
melihat tangan beracunmu itu hebat sampai ditingkat keberapa
dan apakah bisa melumpuhkan Tong Shia .. jika memang
Tong Shia harus tunduk kepadamu hari ini, maka aku tegaskan
disini saja, untuk selanjutnya aku tidak mau dipusingi lagi
dengan segala urusan pertemuan di Hoa San dan juga gelar Bu
Kong Thian Hee Tee It sudah tidak ingin kuperebutkan lagi!
Malah jika memang kau mau memiliki gelar Bu Kong Thian
Hee Tee It itu, aku Oey Yok Su akan mempersembahkan
dengan kedua tanganku!"
Dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su mengibaskan
serulingnya, simana dia telah menyampok udara kosong,
sambil katanya, "Mari kita main.!" 427
"Mari kita mulai..!" kata Khiu Cian Jin sambil
mengerahkan tenaga dalamnya ke telapak tangannya. Diamdiam dia memang bermaksud sekali turun tangan
membinaakan Oey Yok Su. Dia memang mengetahui bahwa
Oey Yok Su merupakan salah seorang jago luar biasa yang
memiliki kepandaian telah sempurna dan tidak boleh
dipandang ringan. Jika tadi dia bersikap acuh tak acuh dan
tidak memandang sebelah mata pada Oey yok Su, itu untuk
memperlihatkan sikap keagung-agungan, bagaikan Oey yok Su
tidak berarti dimatanya.
Kedua jago yang memiliki kepandaian sempurna ini telah
saling berhadapan.
Oey Yok Su sendiri memang belum pernah bertemu muka
dengan Khiu Cian Jin. Cuma saja dia telah mendengar banyak
prihal Pangcu Tiat Ciang Pang ini, yang menurut cerita orang
memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali dan boleh jadi
diatasnya kepandaian Ong Tiong Yang. Namun sebagai orang
yang berperingai aneh, Oey Yok Su tidak jeri menghadapinya.
Khiu Cian Jin setelah merasa cukup mengerahkan tenag
dalamnya pada telapak tangannya, yang telah dilatihnya
dengan direndam racun selama tahunan itu, telah melayangkan
tangan kanannya, tahu-tahu dia menyampok ke arah Oey Yok
Su. Sama sekali dia tidak bermaksud untuk menyerang
mengenai sasaran, tapi angin serangan yang menebarkan bau
amis itu telah menerjang Oey Yok Su dan Oey Yok Su dan
menyebabkan harus mundur karena menyadari itulah hawa
racun yang hebat sekali.
Tapi Oey Yok Su juga mundur bukan untuk berdiam diri,
karena dia telah melompat kesamping sambil menggerakkan
serulingnya, membabat kearah pergelangan tangan Khiu Cian 428
Jin, sebab ujung seruling itu telah meluncur akan menotok
jalan darah Kie hiat-hiat dari orang she Khiu tersebut.
Khiu Cian jin menarik pulang tangannya sehingga hawa
pukulan yang menebarkan bau amis dan mengandung racun
telah tidak menyelubungi Oey Yok Su lagi.
Tocu Tho Hoa To itu turun tangan tidak tanggungtanggung, melihat lawannya menarik pulang tangannya,
serulingnya yang tengah bergerak untuk menyerampang tangan
Khiu Cian Jin telah diteruskan sehingga kini meluncur lurus
sekali, akan menotok dada Khiu Cian Jin.
Khiu Cian Jin melompat lagi kesamping dengan tubuh
yang bergoyang kebelakang, guna menjauhkan diri dari ujung
seruling itu. dengan gerakan seperti itu Khiu Cian Jin memang
telah berhasil mengelakkan diri dari totokan tersebut.
Tapi Oey Yok Su sama sekali tidak mau membuang-buang
waktu lagi, dalam waktu yang sangat singkat dia telah menotok
lima atau enam kali yang dilakukannya dengan beruntun.
Dan Khiu Cian Jin juga telah balas menyerang dengan
cepat sekali, sepasang tangannya itu bergerak-gerak dan dari
kedua telapak tangannya itu telah meluncur angin pukulan
yang mengandung racun yang hebat dan bisa mematikan,
sehingga Oey yok Su mersakan angin pukulan yang amis dan
memuakkan.
Kala itu Khiu Cian jin sendiri telah melihat bahwa
kepandaian Oey Yok Su memang bukan sembarangan. Karena
biarpun Oey Yok Su menyerang baru beberapa jurus, namun
kenyataan yang ada, dia telah memperlihatkan tingkat Iwekang
dan kepandaiannya yang sempurna. Sebagai seorang yang telah
memiliki kepandaian sempurna, sekali melihat begitu saja Khiu 429
Cian Jin telah mengetahui bahwa Oey Yok Su memang
memiliki kepandaian yang tidak berada disebelah bawah
kepandaiannya dan kemungkinan juga masih berada diatasnya!
Memang Tocu Tho Hoa To itu memiliki kepandaian yang
aneh sekali disamping hebat. Sebagai seorang yang memiliki
Iwekang yang sempurna dan juga mengerti ilmu Cu Kat Bu
Hauw yaitu ilmu delapan penjuru langkah yang menurut
jalannya Pat Kwa, maka Oey Yok Su bisa menyerang Khiu
Cian Jin selalu dari berbagai jurusan, sebab tubuh Oey Yok Su
sebentar berada disebelah kanan, lalu disebelah kiri, mendadak
sekali disebelah belakang, dan tiba-tiba didepannya lagi.
Dengan tindakan yang ringan dan enteng sekali, Oey Yok Su
seperti tidak menginjak tanah dan setiap kali serulingnya
bergerak menyerang, maka sasaran yang dicecarnya itu
merupakan jalan darah yang bisa mematikan atau setidaknya
mengakibatkan terluka didalam kalau saja salah satu jalan
darah Khiu Cian Jin kena tertotok.
Waktu itu, A Heng yang mengawasi jalannya pertempuran
itu tengah mengawasi dengan hati yang berdebran kuatir sekali,
dia telah menghampiri ayahnya. Mereka Ayah dan anak telah
menyeksikan jalannya pertempuran itu. sedangkan tamu-tamu
lainnya didalam rumah penginapan itu dan pemilik rumah
penginapan bersama beberapa orang pelayan, telah ikut
menyaksikan jalannya pertempuran tersebut dengan hati
mengkeret, karena mereka mengetahui kedua orang itu
memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Mereka berdoa agar
Oey Yok Su yang memperoleh kemenangan, sebab jika Khiu
Cian Jin yang memperoleh kemenangan, tentu mereka bisa
celaka di tangan Khiu Cian jin Pangcu dari Tiat Ciang Pang
yang terkenal sangat kejam itu. 430
Murid-murid Thiat Ciang Pang yang mendengar suara
ribut-ribut di dalam, telah menyerbu masuk dan waktu meluhat
Pangcu mereka tengah bertempur dengan seseorang, yang
merupakan orang yang tengah mereka cari, yaitu Oey Yok Su,
mereka mengepung sekitar ruangan tersebut, senjata mereka
dicekal kuat-kuat, karena jika pangcu mereka mengalami
ancaman bahaya, tentu mereka bisa menyerbu untuk
mengeroyok Oey Yok Su, dan diwaktu itu, mereka juga telah
melihatnya di ruangan tersebut bahwa pangcu mereka memang
agak terdesak, trutama sekali Pangcu dari Tiat Ciang pang
tersebut berulangkali harus mundur.
Khiu Cian Jin sendiri jadi sangat penasaran sekali dan
gusar, karena selama dia meyakinkan ilmunya, Ngo Tok Sin


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cian Sin Kang, dia yakin akan dapat mempergunakan ilmunya
tersebut menghadapi Ong Tiong Yang, si manusia yang
berkepandaian nomor satu di kolong langit ini, sedangkan
menghadapi Oey Yok Su saja, jago yang memiliki kepandaian
satu tingkat dibawah kepandaian Oang Tiong Yang, bukannya
dia bisa merubuhkan lawannya, malah dirinya sendiri yang
terdesak berulang-kali.
Waktu itu Khiu Cian jin, setelah melihat cara menyerang
Oey Yok Su dan masih juga mempergunakan serulingnya
untuk menotok, telah merobah cara bertempurnya, dia telah
menggerakkan kedua tangannya yang didorongnya silih
berganti. Dalam keadaan seperti inilah tampak jelas sekali,
betapa jelas sekali, betapa angin yang mengandung hawa racun
menggempur bertubi-tibi pada Oey Yok Su.
Oey Yok Su ketika melihat bertempurnya Khiu Cian jin
yang lain dari semula dan waktu itu juga, selain tenaga pukulan
lebih kuat, pula mengandung racun lebih hebat, telah merobah 431
pula cara bertempurnya. Dia mendekatkan seruling kebibirnya,
kemudian meniupnya dengan suara merayu-rayu.
Sambil meniup serulingnya itu, tubuh Oey Yok Su juga
berkelebat kesana kemari mengelilingi Khiu Cian Jin dan Khiu
Cian Jin seperti melihat Oey Yok Su telah berobah menjadi
puluhan Oey Yok Su, dimana hal itu disebabkan cepatnya Oey
Yok Su mengelilinginya berpindah-pindah tempat dari yang
satu ketempat lainnya, dari samping kebelakang, dari belakang
kedepan lagi, dari depan kesamping kiri atau kekanan.
**** JILID 12
BEGITU seterusnya. Dan Khiu Cian Jin
seperti dikurung oleh bayangan Oey Yok
Su. Dengan demikian terlihat betapa Khiu
Cian Jin jadi repot sekali menghindarkan
diri maupun melompat kesana kemari
menghindarkan serangan Oey Yok Su, yang
sekali-sekali menggunakan kakinya untuk
me-nendang, menotok dengan mempergunakan ujung sepatunya. Begitulah kedua
orang ini telah terlibat dalam sebuah pertempuran yang benarbenar seru sekali. Semua orang yang mengawasi jalannya
pertempuran tersebut jadi mengawasi dengan mata terpentang
lebar-lebar.
Waktu itu anak murid Tiat Ciang Pang, walaupun mereka
masing-masing mencekal senjata tajam, namun mereka tidak
berani sembarangan menyerbu maju untuk mengeroyok Oey 432
Yok Su. Pertama, mereka tidak berani menerjang maju
sebelum mendapat perintah dari pangcu mereka. Kedua, karena
memang mereka mengetahui Oey Yok Su memiliki kepandaian
yang tinggi sekali, dengan demikian, jelas jika mereka main
terjang saja, menyebabkan mereka menerima bencana yang
tidak kecil. Bukankah sudah ada contoh kawan-kawan mereka
yang dihajar kalang kabutan oleh Oey Yok Su diatas perahu
beberapa waktu yang lalu? Dan bukankah telah ada contoh
pula betapa Hian Pwee Bong Kiauw Thay telah dihajar hancur
sepasang tangannya sehingga Hian Pwee Bong Kiauw Thay
menjadi manusia bercacat?
Waktu itu setelah berkelebat-kelebat beberapa saat dan
lagu yang dimainkannya telah habis, maka Oey Yok Su telah
berkata, "Sekarang sudah tiba waktunya aku menghajarmu!"
Dan tampak Oey Yok Su sudah merobah cara
bertempurnya, tubuhnya berkelebat semakin cepat, dan Khiu
Cian Jin merasakan angin serangan yang bertubi-tubi
menyambar kearahnya, menyambar dengan hebat dan kuat,
mengincar bagian-bagian yang mematikan disekeliling dirinya.
Khiu Cian Jin sendiri mencelos hatinya. Sekarang dia baru
menyadari bahwa dirinya memang bukan tandingan Oey Yok
Su. Jangankan hendak merubuhkan Ong Tiong Yang,
sedangkan dengan Oey Yok Su yang kepandaiannya satu
tingkat dibawah Ong Tiong Yang, dia dibuat tidak berdaya.
Malah sebagai orang yang memiliki kepandaian yang sangat
tinggi dan juga Iwekang yang kuat, segera juga Khiu Cian Jin
menyadarinya, sedikitnya dia berada satu tingkat dibawah
kepandaian Oey Yok Su!
Diantara angin serangan yang menderu-deru dan bayangan
tubuh kedua jago yang mengukur kepandaian itu, yang 433
berkelebat-kelebat dengan gesit sekali tidak bisa dilihat jelas,
terdengar Oey Yok SU telah berkata, "Sekarang kau terimalah
ini!" dan tahu-tahu Oey Yok Su telah menyentil dengan jari
telunjuknya. Gerakan yang dilakukan itu nampak perlahan
sekali, namun tenaga menyentilnya itu hebat sekali, sehingga
mendatangkan gelombang angin serangan yang luar biasa
dahsyatnya.
Khiu Cian Jin mati-matian berusaha meng-elakkan diri,
dan dia memang berhasil menghindari telunjuk Oey Yok Su,
namun justru yang menjadi korban adalah lengan jubahnya
yang kena ditotok jari telunjuknya Oey Yok Su, sampai lengan
jubahnya itu berlobang.
Khiu Cian Jin melompat mundur dengan wajah yang
merah padam, karena dia gusar dan malu, dia telah membentak.
"Orang she Oey, hari ini memang aku mengakui telah
dirubuhkan olehmu, tapi kelak dalam pertemuan yang kedua
kalinya di Hoa San, kita akan bertemu pula, disana kita akan
mengadu kepandaian sepuas hati..!" lalu tanpa menantikan
jawaban Oey Yok Su, Khiu Cian Jin telah memutar tubuhnya,
dia telah mengisyaratkan murid-murid Tiat Ciang Pang agar
meninggalkan tempat tersebut.
Oey Yok Su tidak menahan kepergian lawannya itu,
diapun tidak mengejaknya, hanya dia mengawasi dengan wajah
yang dingin dan sorot mata yang tajam.
**** Setelah Khiu Cian Jin dan murid-muridnya berlalu, maka
Ming Wangwe dan tamu-tamu rumah penginapan lainnya, 434
termasuk pemilik rumah penginapan dan para pelayan telah
memberi hormat kepada Oey yok Su yang telah datang untuk
mengusir Khiu Cian Jin dan murid-muridnya itu. Terlebih lagi
pemilik rumah penginapan itu, yang telah memperlakukan Oey
Yok Su dengan sikap yang manis dan mempersilakan tuan
penolong ini memilih sebuah kamar istimewa yang paling
bagus di rumah penginapannya ini!
Ming Wangwe sambil merangkapkan tangannya dan
membungkuk memberi hormat, telah berkata, "Terima kasih
atas pertolongan kali ini Tayiap telah dua kali Tayhiap
menyelamatkan kami ayah dan anak dari tangan manusiamanusia jahat itu entah bagaimana caranya aku orang she
Ming harus membalas budi besar Tayhiap!"
Oey Yok Sy hanya mengangguk saja, katanya, "Aku hanya
melakukan apa yang ingin kulakukan sudahlah, diantara kita
tidak terdapat budi dan kebaikan, karena apa yang kusenangi
tentu akan kulakukan. Jika memang aku tidak menyukai kalian,
tentu aku bisa saja membantu Khiu Cian Jin untuk menyiksa
kalian!"
Ming Wangwe tercengang sejenak, didalam hatinya dia
berkata, "Dasar orang Kagouw, kasar-kasar semua, tidak tahu
peradatan dan sopan santun!" tentu saja apa yang
dipikirkannya itu tidak berani diutarakannya, dia tersenyum
sambil katanya, "Tayhiap, bagaimana jika kami mengundang
Tayhiap makan-makan bersama kami? Lohu mengundang
Tayhiap, untuk menyampaikan rasa terima kasih kami!"
Jika dalam keadaan biasa tentu Tecu Tho Hoa To ini akan
mengejek atas keinginan Ming Wangwe yang mau
menjamunya, tapi kali ini justru lain. Dia melirik dulu pada A
Heng, yang waktu itu si gadis tengah mengawasinya dengan 435
bibir tersungging senyuman, matanya yang bersinar
mengandung kegirangan yang meluap dan juga pancaran
perasaan mencintai. Maka Oey Yok Su tidak tega untuk
menolak keinginan ayah si gadis yang disayangnya itu,
disamping itu nanti bisa A Heng berduka. Maka Oey Yok Su
kemudian mengangguk.
"Baiklah, terima kasih Ming Wangwe!" kata Oey Yok
Su perlahan.
Bukan main girangnnya Ming Wangwe, segera dia
perintahkan pelayan untuk mempersiapkan sebuah meja
perjamuan yang lengkap dengan segala makanan yang lezatlezat. Disamping itu Ming Wangwe dalam girangnya telah
memesan sebuah meja perjamuan lainnya, menjamu para kusir
kereta, agar mereka ikut meramaikan perjamuan itu, untuk ikut
bergembira.
Oey Yok Su duduk dengan wajah yang dingin, sedangkan
Ming Wangwe menjamunya dengan menghormat sekali.
Demikian juga pelayan pemilik rumah penginapan yang ikut
berpesta juga, memperlakukan Oey Yok Su dengan
menghormat sekali, karena mereka telah melihat betapa Oey
Yok Su memiliki kepandaian yang begitu tinggi, memiliki
kehebatan yang menakjubkan, dengan mudah telah bisa
mengusir Khiu Cian Jin dan murid-muridnya!
Tapi perlakuan dan pelayanan yang diterima oleh Oey
YokSu tidak menggembirakan Oey Yok Su. Dipulaunya
sendiri dia hidup bagaikan seorang kaisar, dia dilayani oleh
pelayan-pelayannya. Pelayan-pelayan yang telah dipotong
lidahnya sehingga menjadi gagu semua, pelayan-pelayan yang
telah ditusuk telinganya sehingga menjadi tuli. Dimama Oey 436
Yok Su dilayani dengan sikap menghormat, dilayani bagaikan
seorang Kaisar belaka.!
Memang para pelayannya itu adalah para mantan penjahat,
yang latar belakang kehidupannya telah diselidiki dengan benar
oleh Oey Yok Su, mereka merupakan manusia-manusia busuk,
karena dari itu Oey Yok Su telah memaksa dan membawa
mereka ke pulaunya, dipotong lidahnya, ditusuk telinganya,
sehingga gagu dan tuli. Lalu diperintahkan kepada mereka
untuk melayani dirinya, dan sikap Oey Yok Su terhadap
mereka selalu bengis, dimana tidak segan-segan Oey Yok Su
akan menurunkan tangan kejam mengandung kematian buat
pelayannya yang berani melarikan diri. Bahkan Oey Yok Su
sendiri pernah berkata, "Aku Oey Yok Su, aku bukan seorang
Kauwcu, kaum Kangouw menyebut aku Tong Shia, si sesat
dari Timur maka dengan sendirinya tidak dapat bergaul dengan
bangsa budiman. Bujang-bujang, semakin dia jahat, semakin
tepat untukku!"
Dan memang Tong Shia memiliki adat dan perangai yang
aneh, malah oleh sahabat-sahabatnya dia dikenal sebagai orang
yang agak sesat sepak terjangnya.
Hal itu disebabkan oleh Oey Yok Su memang selalu
membawa cara hidupnya, tidak pernah mau mentaati segala
peradatan yang terdapat dalam pergaulan antara sesama
manusia. Dia bilang hitam, harus hitam, dia bilang putih harus
putih. Maka yang hitam dibilang putih, orang lain harus
menurutnya, tidak ada seorangpun yang boleh membantah
perkataannya, sebab jika ada orang berani membantah
perkataannya, niscaya Oey Yok Su akan sebal dan muak,
berarti bisa saja dia turunkan tangan kejam mencelakai orang
itu, jika tidak dibinasakannya, tentu akan disiksanya agar orang
itu menjadi bercacat. 437
Waktu itu, Oey Yok Su yang mendapat pelayanan
istimewa dari Ming Wangwe dan puterinya, telah menerima
pelayanan tersebut dengan girang pula, karena disampingnya
memang ada A Heng si gadis yang sangat dicintainya.
Rupanya Ming Wangwe telah melihat juga, betapa
puterinya memperlakukan Oey Yok Su dengan sikap manis
luar biasa, juga Oey Yok Su selama memandang A Heng
dengan sorot mata mencintai, maka orang tua itu hanya
senyum-senyum dan pura- pura pilon tidak mengetahuinya,
hanya dia selalu menyediakan dan mengisi cawan arak yang
telah habis diteguk oleh Oey Yok Su dengan arak baru dari
pocinya.
Begitulah Oey Yok Su telah memperoleh kamar yang
cukup besar dan diatur bersih sekali oleh pemilik rumah
penginapan tersebut. Mereka berpesta bersama para tamu
rumah penginapan yang lainnya sampai larut malam, barulah
mereka berpisah kembali ke kamar masing-masing. Malam itu
tampaknya Ming /wangwe gembira sekali.
Tapi keesokan paginya, ketika dia terbangun dari tidurnya,
dan setelah bersalin pakaian, Ming Wangwe jadi terkejut dan
berduka, dia tidak melihat puterinya dan hanya menemukan
sepucuk surat yang menyatakan bahwa puterinya ini ikut
dengan Oey Yok Su, untuk jadi isteri Tocu Tho Hoa To
tersebut. Dan Oey Yok Su didalam surat itu juga menjelaskan
bahwa dia tidak pernah menuruti peradatan yang ada dan
meminta Gakhunya itu memaafkan tindakannya yang main
ajak begitu saja pada puteri orang she Ming tersebut.
Ming Wangwe hanya bisa menghela nafas dalam-dalam.
Dia memang mengetahui bahwa orang-orang kangouw terdiri
dari manusia-manusia kasar, tapi dia sama sekali tidak 438
mengetahui bahwa Oey Yok Su sesungguhnya seorang tokoh
besar dalam kalangan Kangouw, seorang yang kepandaiannya
telah sempurna dan sudah tidak ada lawannya lagi selain
keempat tokoh besar lainnya.
Disamping itu juga memang Oey Yok Su mem-punyai
perangai yang aneh dan bertindak sesuai kata hati belaka. Maka
terhadap A Heng, dikala gadis itu memang mencintainya juga,
maka Oey Yok Su telah mengajukan lamarannya langsung
pada gadis itu setelah bubarnya pesta, dia mendatangi kamar si
gadis, menanyakan apakah cintanya itu bersambut. Dan setelah
memperoleh jawaban bahwa A Heng junga mencintainya maka
Oey Yok Su telah membawa pergi gadis tersebut. Ming
Wangwe benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan,
selain keesokan paginya dia melanjutkan perjalanan menuju ke
Souwciu.
**** OEY YOK SU yang mengajak A Heng telah mengempit
gadis itu dan berlari dengan cepat dan pesat sekali, karena dia
telah mempergunakan ginkangnya yang telah sempurna.
A Heng merasakan betapa tubuhnya seperti melayanglayang diangkasa. Gadis ini telah memejamkan matanya, dia
tidak berani melihat sekitarnya yang dilaluinya.
Setelah fajar menjelang datang dan matahari pagi mulai
memancarkan sinarnya, Oey Yok Su baru menurunkan si gadis.
Mereka telah berada disebuah permukaan hutan yang tidak
begitu lebat. Setelah beristirahat beberapa saat lamanya, Oey
Yok Su telah bersembahyang kepada Langit dan Bumi, buat 439
meresmikan pernikahan mereka. Barulah kemudian mereka
meneruskan perjalanan, dimana Oey Yok Su ingin membawa


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengantin barunya ini pulang ke Tho Hoa To, untuk hidup
bahagia disana.
Sepanjang dalam perjalanan, Oey Yok Su menceritakan
pada A Heng, bahwa sesungguhnya dia selalu mengikuti ayah
dan anak itu, secara diam-diam telah melindunginya. Tetapi
ketika melihat Khiu Cian Jin, dia sengaja hendak melihat dulu
apa yang dilakukan oleh Khiu Cian Jin, baru kemudian
memperlihatkan dirinya.
Oey Yok Su juga mengatakan, di pulaunya yang indah itu,
A Heng akan diperlakukan sebagai ratunya.!
Dengan demikian Ming Sian Heng, puteri dari Ming
Wangwe, telah resmi menjadi Nyonya Oey Yok SU. Mereka
merupakan pengantin baru yang berbahagia sekali. Walaupun
Ming Sian Heng atau A Heng meras berat berpisah dengan
ayahnya, namun karena cintanya yang begitu besar pada Oey
Yok Su, akhirnya dia memang bahagia disisi suaminya,
terlebih lagi Oey Yok SU memang sangat mencintai dan
memanjakannya. Tidak ada satu permintaan dari A Heng yang
tak pernah diturutinya. Dan Oey Yok Su yang mempunyai
perangai yang aneh itu memang tunduk sekali pada isterinya,
karena memang dia sangat sayang pada A Heng, sedapat
mungkin dia ingin membahagiakan puterinya tersebut.
**** ONG TIONG YANG yang telah memiliki Iwekang
sempurna dan ilmu silat yang telah mencapai puncak 440
kesempurnaan, mengetahui bahwa detik-detik terakhir dari
hidupnya tidak akan lama lagi. Karena sebagai seorang yang
telah memiliki kepandaian begitu sempurna dan sulit ditakar,
Ong Tiong Yang bisa mengetahui kapan detik-detik hidupnya
akan berakhir dan kapan meninggalnya!"
Didalam rimba persilatan Ong Tiong Yang sudah tidak ada
tandingannya lagi, karena dialah orang yang berkepandaian
paling tinggi dan nomor satu di kolong langit. Untuk itu dia
telah memperoleh pengakuan resmi dari empat tokoh besar
lainnya.
Namun justru, akhirnya dia menyerah juga pada usia
tuanya, dimana kematian tokh akan menjelang datang. Namun
yang membuat Orn Tiong Yang berat adalah prihal Kiu Im Cin
Keng, karena jika dia menutup mata, kitab itu tntu akan
menjadi rebutan kembali dari orang-orang rimba persilatan,
dengan demikian akan menimbulkan korban yang banyak
sekali. Inilah yang tidak diinginkan oleh Ong Tiong Yang.
Waktu Ong Tiong Yang ikut serta dalam pertemuan
pertama di Hoa San, tujuan utamanya bukanlah untuk
memperoleh gelar ?Bu Kong Thian Hee Tee Ie? (Jago Nomor
Satu di Kolong Langit). Ikut sertanya Ong Tiong Yang
hanyalah untuk memperoleh kitab Kiu Im Cin Keng. Dan juga
bukan sekali-sekali Ong Tiong Yang ingin menyerakahi kitab
Kiu Im Cin Keng tersebut. Bukan untuk memiliki dan
mempelajari isi kitab tersebut, karena tujuannya yang utama,
karena dia ingin menyimpan kitab tersebut agar tidak
diperebutkan lagi oleh orang-orang kangouw. Dengan
demikian, korban-korban yang berjatuhan disebabkan saling
memperebutkan kitab Kiu Im Cin Keng itu dapat dicegah. 441
Ong Tiong Yang memang merupakan jago yang
berkepandaian nomor satu di kolong langit ini. dengan
demikian, jika ia mempelajari ilmu dalam kitab Kiu Im Cin
Keng, dia tokh memang tetap merupakan jago nomor satu
dikolong langit. Karena dari itu, belajar atau tidak akan isinya
Kiu Im Cin Keng buat Ong Tiong Yang sama saja, namun yang
utama adalah menyelamatkan orang-orang kangouw, jangan
sampai jatuh korban karena kitab Kiu Im Cin Keng tersebut
yang tidak habis-habisnya diperebutkan.
Sekarang karena dia telah mengetahui bahwa tidak lama
lagi dia tentu akan menutup mata, maka Ong Tiong Yang jadi
berduka dan bingung juga, sebab tidak tahu kepada siapa kitab
itu akan diwariskannya. Jika memang dia mewariskan untuk
Ciu Pek Thong, tokh jago-jago lihay lainnya akan berduyunduyun mendatangi Pek Thong untuk memperebutkan Kiu Im
Cin Keng tersebut. Terlebih lagi jika dia memberikan kitab
tersebut kepada murid-muridnya.
Karena dari itu, akhirnya Ong Tiong Yang telah
memutuskan tidak akan memberikan kitab itu baik kepada Pek
Thong maupun pada Ma Giok dengan keenam sutenya itu.
Akhirnya Ong Tiong Yang memutuskan saja kitab Kiu Im
Cin Keng dibakar saja, untuk menghindari kekacauan
dikemudian hari dalam rimba persilatan.
Sebelumnya kitab Kiu Im Cin Keng itu telah
disembunyikan oleh Ong Tiong Yang dibawah tindihan batu
yang sangat besar dan berat, sehigga tidak mudah untuk
diangkat oleh sepuluh orang atau lebih, maka kitab tersebut
boleh dianggap tersimpan dengan baik.
Dan memang Ong Tiong Yang juga menyadari, selama
kitab itu berada didalam tangannya tentu tidak akan ada 442
seorangpun yang berani datang untuk mencurinya, baik Oey
Yok Su, Auwyang Hong, Lam Te Toan Hongya maupun Pak
Kay Ang Cit Kong, begitu juga dengan jago-jago lihay lainnya.
Namun justru disaat-saat pada akhir dari hidupnya ini, Ong
Tiong Yang kuatir tokoh-tokoh besar maupun jago-jago lihay
lainnya akan berdatangan untuk mem-perebutkan kitab Kiu Im
Cin Keng itu begitu dia menutup mata.
Sore itu, Ong Tiong Yang telah memanggil Ciu Pek
Thong, kepada adik seperguruannya ini, dia perintahkan untuk
mengambil kitab Kiu Im Cin Keng.
Ciu Pek Thong segera mengambil kitab itu, dia dibantu
oleh Ma Giok bertujuh. Memang Pek Thong dan para
keponakan muridnya itu memiliki kepandai-an yang tinggi,
maka mereka dapat mengangkat batu besar yang menindih
kitab pusaka tersebut. Segera Pek Thong membawa kitab Kiu
Im Cin Keng itu kepada Ong Tiong yang, menyerahkannya
dengan hati yang menduga-duga, entah apa yang hendak
diperbuat oleh suhengnya ini terhadap kitab pusaka tersebut,
yang telah membuat mengiler para jago dikalangan dunia
persilatan.
Kemudian Ong Tiong Yang juga telah perintahkan Pek
Thong untuk menyalakan api di perapian, dia bermaksud untuk
membakar kitab pusaka itu diperapian tersebut untuk
dimusnahkan.
Pek Thong terkejut mendengar niatan kakak
seperguruannya itu. "Suheng?" katanya dengan suara agak
tergetar.
Ong Tiong Yang mengawasi adik seperguruannya ini.
"Ada apa sute?!" tanyanya dengan suara yangsabar, dan 443
tangannya telah mengusap-usap kitab pusaka Kiu Im Cin Keng
itu, sambil menantikan marongnya api di perapian tersebut.
"Apakah.. apakah kitab itu.. kitab itu akan
dimusnahkan?" tanya Pek Thong.
Ong Tiong Yang menghela nafas, dia tidak segera
menyehuti, matanya menatap ke arah api yang menyala cukup
besar. Setelah menghela nafas beberapa kali, barulah Ong
Tiong Yang berkata seperti menggumam, "Inilah hasil capai
lelah capai hati Tat Mo Cauwsu Locianpwe yang akhirnya
berhasil menciptakan kitab pusaka luar biasa ini, mana dapat
kitab pusaka ini termusnah ditanganku? Mana dapat kitab
pusaka yang merupakan pekerjaan yang tidak ringan dan telah
mensia-siakan waktu Tat Mo Couwsu Locianpwe itu banyak
tahun termusnah begitu saja ditanganku?" dan setelah berkata
dengan suara menggumam seperti itu, Ong Tiong Yang
menghela nafas lagi beberapa kali, baru kemudian melanjutkan
lagi perkataannya itu, "Air memang dapat menampung perahu,
namun juga dapat membuat perahu menjadi karam karenanya.
Karena dari itu haruslah dilihat, bagaimana orang-orang
dijaman mendatang dapat mempergunakan kitab ini yang
mungkin bisa membawa kebaikan bisa pula membawa
kekacauan dan korban. Hanya orang-orang partai kita,
siapapun tak dapat menyaksikan ilmu ini, agar jangan sampai
orang luar mengatakan aku merampas kitab sebab aku
serakah."
Setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang memejamkan
matanya, kemudian dia membuka lagi, katanya pada Ciu Pek
Thong, "Dan harap engkau mau menjaga dan mencegah
kerusuhan hanya disebabkan oleh kitab ini!" kemudian Ong
Tiong Yang memejamkan matanya lagi, kali ini dia 444
memejamkan matanya itu untuk tidak dibuka lagi. Dia ternyata
telah menutup mata dalam keadaan duduk bersemedhi.
**** Malam itu, seluruh kuil diliputi kedukaan yang sangat
hebat. Pek Thong menangis menggerung-gerung sampai
berjam-jam lamanya, bagaikan air matanya itu tak pernah
kering. Bahkan Pek Thong karena terlalu berdukanya, dia
sampai tidak bisa menahan diri dan bergulingan di lantai,
sampai sibuklah Ma Giok dan yang lainnya berusaha
membujuknya.
Akhirnya Pek Thong sendiri yang tersadar dan berkata,
"Benar! Aku tidak boleh menangis terus-terusan! Jika memang
aku mau menangis, aku boleh menangis setelah selesainya
penguburan jenazah Ong Suheng.! Waktu itu barulah aku
boleh menangis lagi!"
Jenazah Ong Tiong Yang ditahan di kuil untuk bedok
dimandikan dan diurus serta disembahyangi. Waktu itu belum
lagi menjelelang jam tiga malam,telah terjadi keonaran yang
tak pernah diduga sebelumnya.
Malam itu, dikuil Tiong Yang Kiong tampak sunyi dan
sadhu sekali, diliputi kedukaan. Dan juga daun-daun pohon
dihutan dekat kuil Tiong Yang Kiong tersebut seperti ikut
berduka atas meninggalnya seorang tokoh utama rimba
persilatan, seorang yang memiliki kepandaian ilmu silat nomor
satu dalam rimba persilatan dan di kolong langit ini yang
akhirnya menyerah kalah dan juga pada usia tuanya dimana dia
harus menutup mata karena memang ajalnya telah sampai, 445
dipanggil pulang untuk menghadap Raja Akherat.! Ong
Tiong Yang jago yang bergelarThiong Sin Tong, si jago nomor
satu di kolong langit, yaitu Bu kong Thian He Tee It, yang
telah diakui dengan resmi oleh jago-jago lainnya.
Dari kuil Tiong Yang Kiong terdengar orang membaca
ayat-ayat suci, dimana begitu sendu sekali, para pendeta di kuil
tersebut yang telah menemani jenazah dari Coan Cin Kauwcu
dan merangkap Cauwsu mereka juga yang merupakan cikal
bakal Coan Cin kauw. Memang dalam diliputi kedukaan
seperti itu, keadaan disekitar kuil Tiong Yang kiong sangat
sunyi. Ciu Pek Thog bersama murid-murid Coan Cin Pay telah
menemani jenazah cikal bakal pintu perguruan tersebut yang
telah berpulang selamanya. Waktu itu mereka semuanya tengah
diliputi kedukaan bukan main.
Sedangkan Ciu Pek Thong dengan menunduk sedih, duduk
disamping peti jenzah tengah menggumam tidak hentihentinya, "Suheng mengapa engkau harus berpulang begitu
cepat? Mengapa Suheng? Ohh, jika saja Suheng mau bertahan
hidup didunia beberapa tahun lagi, tentu aku akan memperoleh
petunjukmu yang jauh lebih berharga. Aku benar-benar sangat
menyesal bahwa selama ini aku hanya banyak bermain-main,
sehingga melalaikan nasehat yang diberikan oleh Suheng.!"
Dan berulang kali Ciu Pek Thong menghela nafas, tampaknya
dia memang berduka sekali.
Sedangkan Ma Giok dan sute-sutenya, seperti Tam Cie
Toan, Luw Cie Hian, Khu Cie Kie. Ong Cie It, Cek Tay Thong
dan Sun Put Jie, tengah membaca kitab suci, untuk
membacakan ayat-ayat suci untuk jenazah guru mereka.
Dalam keadaan yang begitu sunyi, waktu tengah malam
tiba, tiba-tiba murid-murid Coan Cin Kauw dan juga Ciu Pek 446
Thong telah dikejutkan mendengar suara langkah kaki yang
ringan sekali diatas genting, suara langkah kaki itu demikian
ringannya, bagaikan suara jatuhnya daun-daun kering saja.
Tapi dalam kesunyian dan kedukaan yang sangat, Ciu Pek
Thong dan ketujuh murid Coan Ciu Kauw dapat mendengar
dengan jelas. Sedangkan murid-murid tingkatan lebih bawah
lagi seperti In Cie Peng dan lainnya, tidak mendengar apa-apa,
mereka tengah menungkuli jenazah dengan membaca kitab
suci terus dengan irama yang sendu mengandung kedukaan.
Ciau Pek Thong melirik kepada Coan Cin Cit Cu, dia
memberi isyarat, bahwa dia akan tetap menunggu jenazah
Suhengnya ini, dia tidak akan keluar. hanya Coan Cin Cit Cu
itu yang berus berusaha memancing musuh yang telah
menyatroni itu keluar dari kuil, agar mereka tidak memiliki
kesempatan untuk merusak jenazah Ong Tiong Yang.
Sedangkan Coan Cin Cit Cu telah melompat ringan dari
dalam ruangan itu, mereka telah tiba dipekarangan luar dengan
gerakan tubuh yang ringan.
Namun begitu mereka menancapkan kaki di bumi, disaat
itu juga mereka merasakan berkesyuran angin serangan yang
menyambar dahsyat sekali kearah mereka, disusul pula dengan
menerjangnya puluhan sosok bayangan yang menubruk kearah
mereka. Tubrukan itu disusul dengan serangan yang beruntun.
Dengan demikian telah membuat Coan Cin Cit Cu untuk
sejenak terkejut, namun mereka telah memperoleh didikan
yang sangat baik sekali dari Og Tiong yang, maka cepat pula
mereka bisa menguasai diri mereka.
Terlebih lagi Khu Cie Kie, yang merupakan satu-satunya
murid Ong Tiong Yang berhasil mewarisi sebagian besar 447
kepandaian gurunya dan juga merupakan murid yang terpandai
dari Coan Cin Kauw dibandingkan dengan keenam saudara
seperguruannya yang lainnya itu, telah mencabut pedangnya,
dengan berkelebat-kelebatnya sinar pedang dia memaksa
orang-orang itu untuk mundur beberapa tombak. Pedangnya
telah digerakkan dengan mempergunakan ilmu pedang Coan
Cin Kiam Hoat yang hebat luar biasa, dimana pedang Khu Cie
Kie berkelebat-kelebat terus mendesak lawan-lawannya yang
berada didekatnya.
Demiikian juga dengan Ma Giok dan yang lainnya, mereka
telah mencabut pedang masing-masing dan menyerang hebat
pada lawan mereka, sebab mereka memang hendak mencegah
orang-orang yang merupakan tamu tidak diundang itu tidak
bisa menerobos masuk ke dalam kuil, karena dikuatirkan orang
itu datang dengan mengandung maksud hendak merusak
jenazah dari juru mereka.
Begitulah terjadi pertempuran yang seru sekali. Tapi jagojago yang menyatroni Tiong Yang Kiong tersebut ternyata
merupakan jago-jago yang memiliki kepandaian tinggi dan
hebat, mereka juga bukan orang-orang sembarangan, karena
terdiri dari berbagai pintu perguruan di dunia persilatan.


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka memang telah mengincar sejak beberapa waktu, kalaukalau Ong Tiong Yang menemui kematiannya. Dan disaat
pendeeta itu menutup mata, mereka bermaksud untuk
membarengi untuk merebut kitab Kiu Im Cin Keng. Mereka
yakin dengan cara menyerbu seperti itu, dan dikala orangorang Cian Cin Kauw tengah dirundung kedukaan yang hebat,
tentu saja mereka mudah ditundukkan dankitab kiu Im Cin
Keng akan mudah dirampas oleh mereka.
Namun tidak mereka sangka, bahwa Coan Cit Cu ternyata
memang telah memperoleh gemblengan yang baik sekali dari 448
Ong Tiong Yang, bahkan Khu Cit Kie mempunyai ilmu pedang
yang hebat sekali, yang berhasil mendesak lawannya sampai
akhirnya harus keluar dari kuil itu. Demikian juga Coan Cin
Cit Cu itu telah berhasil mendesak dan memancing lawanlawan tangguh itu keluar dari kuil Tiong Yang kiong.
Ciu Pek Thong tetap duduk disamping jenazah Suhengnya
untuk berjaga dan bersiap-siap dengan waspada,kalau-kalau
nanti ada seorang yang berhasil menerobos masuk untuk
merusak peti dan jenazah suhengnya tersebut.
Lauw Cie Hian dan Cek Tay Thong berdua yang agak
terdesak oleh lawan mereka.
Kedua lawan dari kedua murid Coan Cin Kauw itu terdiri
dari dua orang lelaki berusia lanjut, bertubuh jangkung, dan
mereka berdua merupakan manusia-manusia yang memiliki
tangan yang sangat telengas sekali.
Walaupun Lauw Cie Hian dan Cek Tay Thong telah
mengerahkan kepandaian mereka untuk berusaha menghadapi
kedua lawannya dengan baik, tokh mereka terdesak hebat.
Setelah lewat belasan jurus lagi, pundak Lauw Cie Hian telah
terkena cengkraman dari lawannya dan terluka dengan jubah
dipundaknya telah robek pecah.
Lauw Cie Hian berusaha untuk memperbaiki
kedudukannya dengan memutar cepat sekali pedangnya, untuk
mencegah lawannya menyusuli dengan serangan berikutnya.
Dia telah memutar pedangnya seperti kitiran, sehingga seluruh
tubuhnya seperti dilindungi oleh sinar pedang itu.
Cek Tay Thong sendiri, setelah lewat beberapa jurus lagi,
semakin terdesak. Namun Cek Tay Thong memang nekat,
dalam kedukaan dia sudah tidak mempedulikan lagi 449
keselamatannya, dia telah bertempur dengan hebat sekali dan
pedangnya telah digerakkan berkali-kali ke bagian yang
mematikan di tubuh lawannya.
Lawannya itu, seorang yang menguasai ilmu Kim Na Ciu,
ilmu mencengkram dan memutar serta menangkap. Dia
bertangan kosong. Waktu melihat pedang Cek Tay Thong
meluncur beruntun menyerang bagian yang mematikan di
anggota tubuhnya, orang tersebut main lompat kesana kemari
mengelakkan. Tapi kedua tangannya itu tidak tinggal diam,
sebab diapun telah menggunakan Kim Na Ciu untuk
menangka pergelangan tangan Cek Tay Thong, berusaha juga
untuk mencengkram pundak lawannya, atau juga memutar
batok kepala dari pendeta ini.
Namun serangan orang ini dapat dihindarkan oleh Cek Tay
Thong, karena diapun telah berusaha melancarkan serangan
yang paling dahsyat dari Coan Cin Kiam Hoat. Dengan
demikian mereka terlibat dalam pertempuran yang
berkepanjangan. Sedangkan jumlah musuh demikian banyak,
membuat Coan Cin Cit Cu jadi kewalahan juga, harus
menghadapi mereka yang puluhan orang itu.
Akhirnya, Khu Cie Kie yang melihat keadaan mereka
sudah tidak menguntungkan, dimana pihak lawan demikian
besar jumlahnya, dia telah meneriaki saudara-saudara
seperguruannya itu agar segera membagi diri mengambil
kedudukan Thian Kong Pak Tauw Tin, yaitu ilmu yang
diciptakan oleh Ong tiong Yang untuk ketujuh murid ini yang
bisa digunakan untuk menghadapi lawan-lawan yang tangguh.
Setelah Khu Cie Kie memberi isyarat, maka para Tosu dari
Coan Cin Kauw itu memecah diri, mereka segera duduk bersila
tanpa mengucapkan sepatah katapun juga. 450
Lawan-lawan mereka untuk sejenak jadi tertegun, mereka
heran, mengapa disaat bertemput seperti itu, ketujuh murid
Coan Cin Kauw ini kemudian duduk bersila dan saling
berendeng dalam bentuk sebuah barisan seperti itu. bahkan
diantara orang-orang yang menyatroni Tiong Yang Kiong ini
telah ada yang saling pandang satu dengan yang lainnya,
mereka heran bercampur lucu, terdengar suara geli mereka.
"Sekali tertinggal sampai beberapa puluh tahun!"
bersenandung Ma Giok dengan suara halus dan sabar sekali.
Lalu Tam Cie Toan telah menyambunginya, "Dengan
rambut kusut jalan sepanjang hari bagaikan edan." suaranya
kasar karena dia memang seorang yang berpotongan kasat,
dimana anggota Coan Cin Cit Cu itu mukanya berdaging dan
berotot, alisnya gempyok, matanya besar, tubuhnyapun besar
serta kekar. Sebelum mensucikan diri, dia merupakan seorang
tukang besi di Soantang, tabiatnya juga jujur dan polor, maka
dari itu, gelarannya adalah Tiang Cin Cu.
Anggota ketiga dari Coan Cin Cit Cu yaitu Tiang Seng Cu
Lauw Cie Hian, yang mukanya kurus memanjang dan
tubuhnya pendek kurus juga tempaknya seperti muka seekor
kera, telah ikut menyambungi senandung dari kedua saudara
seperguruannya, "Dibawah paseban Haytong menanam bibit."
Walau tubuhnya pendek dan kurus serta kedil, suaranya itu
nyaring sekali.
Kemudian Tiang Cun Cu Khu Cie Kie yang ikut
menyambungi senandung itu, "Didalam perahu diantara daun
teratai ada dewa Thay It Siat."
Senandung Khu Cie Kie itu telah disambung lagi oleh
Giok Yang Cu Ong Cie It, "Tak ada beda maka boleh keluar
dari batok kosong!" 451
Lalu menyusul Kong Leng Cu Cek Tay Tong ikut
bersenandung, "Ada orang yang dapat sada sebelum
dilahirkan." Dialah seorang anggota Coan Cin Cit Cu yang
pakaiannya sangat berbeda sekali dengan keenam anggota
Coan Cin Cit Cu lainnya. Dia seorang yang bertubuh gemuk
dan tinggi besar, romannya seperti seorang pembesar negeri,
tangan baju dari jubahnya ad separuh, hanya sampai sebatas
sikut. Jadi sangat menyolok tampak dia beda sekali dengan
jubahnya Ma Giok beramai Cek Tay Thong ini. semasa dia
belum menjadi Tosu, dia adalah seorang hartawan yang kaya
raya di Lenghay, Shoatang. Diapun terpelajar tinggi. Baru
kemudian mengangkat Ong Tiong Yang menjadi guru. Ketika
dia diterima menjadi murid Ong Tiong Yang, guru itu telah
meloloskan jubahnya yang dipakai, kedua ujung lengan baju
itu dikutunginya, jubahnya itu diberikan kepada muridnya
untuk dipakai. Ong Tiong Yang waktu itu telah berkata, "Tidak
ada bahaya Tdak ad tangan baju, maka kaulah yang harus
merampungkannya sendiri." Dan huruf ?TANGAN BAJU?
memang sama suaranya dengan huruf ?MENERIMAKAN?.
Dengan itu mau diartikan, walaupun guru itu tidak memberikan
banyak pengajaran kepada murid yang satu ini, dengan
peryakinan sendiri si murid akan memperoleh kemajuan. Cek
Tay Thong mengingat baik-baik perkataan gurunya itu, maka
selanjutnya dia terus mengenakan jubah tangan buntung itu.
Waktu itu Ceng Ceng San Jin Sun Put Jie juga telah
meneruskan senandung dari saudara-saudara seperguruannya
itu, katanya, "Pergi keluar sambil merdeka dan tertawa bebas."
Sebagai penutup, bersenandunglah Tan Yang Cu Ma Giok,
"Mega di telaga Sii Ouw, rembulan dilangit!"
Semua jago-jago yang tidak diundang yang waktu itu telah
mengurung mereka, siap menerjang maju, jadi terkejut 452
mendengar suara Coan Cin Cit Cu, karena suara mereka
menunjukkan tenaga dalam yang mahir.
Waktu itu salah seorang jago yang mengurung Coan Cin
Cit Cu telah melompat sambil menggerakkan cambuk
ditangannya yang diayunkan dengan cepat, sehingga cambuk
itu terus juga meluncur ke arah Sun Put Jie. Cambuk panjang
itu memiliki banyak gaetan. Bergerak perlahan bagaikan seekor
ular naga besar berlegot! Orang itu memiliki potongan tubuh
yang tinggi besar dan wajahnya bengis sekali. Dialah seorang
ahli Pianhoat (Ilmu Cambuk) dari wilayah barat di See Hek,
kedatangan-nya kedaratan tionggoan hanyalah menantikan
kesempatan untuk ikut memperebutkan Kiu Im Cin Keng jika
Ong Tiong Yang telah meninggal dunia. Dan sekarang cikal
bakalnya Coan Cin Kauw itu memang telah menutup mata,
maka dia ikut bersama jago-jago lain untuk mendaki Ciong
Lam San dan menyerbu ke Tiong Yang Kiong untuk merebut
Kiu Im Cin Keng. Namun dia tidak menyangka murid-murid
Ong Tiong Yang memang tangguh, dan sekarang melihat sikap
ketujuh murid Ong Tiong Yang seperti itu, bukannya
bertempur, malah duduk bersila, saling sahut bersahutan
bersenandung, membuat dia habis kesabaran dan mengayunkan
cambuknya itu untuk menyerang.
Tian Kong Pak Tiau Tin merupakan barisan yang
mengambil kedudukan bintang-bintang Pak Tauw, sehingga
ketujuh Coan Cin Cit Cu itu mengambil kedudukan persis
dengan keletakan dan kedudukannya ketujuh bintang Pak
Tauw tersebut, bintang-bintang utara.
Ketujuh Tosu itu telah mengambil kedudukannya masingmasing menurut fungsi dari tugas mereka. Ma Giok mengambil
kedudukan Thian Kie, Tam Cie Toan mengambil kedudukan
Thian Soan, Lauw Cie Hian mengambil kedudukan Thian 453
Koan, sedangkan ong Cie It mengambil kedudukan Giok Heng,
Cek Tay Thong mengambil kedudukan Kay Yang dan Sun Put
Jie mengambil kedudukan Yauw Kong. Kedudukan Thian
Koan paling penting, karena kedudukan itulah yang
menghubungi yang tiga dengan yang tiga lagi, karena itu
kedudukan tersebut ditempati oleh Khu Cie Kie yang
kepandaiannya paling liehay. Yang kedua terpenting adalah
Giok Heng, maka dari itu diambil oleh Ong Cie It. Tujuh Tosu
itu telah menggabungkan diri dengan tangan kiri mereka
menyambung dengan tangan kanan. Sambungan tangan itu
mirip dengan tangan yang berkaitan kuat merupakan mata
rantai yang bisa disaluri dan dilewati tenaga Iwekang keetujuh
Tosu tersebut. Dengan demikian pula, berarti tenaga Iwekang
dari salah seorang Tosu itu sama kuatnya dengan tujuh Tosu
digabung menjadi satu yang berkumpul tangguh dan kuat
sekali.
Cambuk jago See Hek itu telah menyambar perlahan ke
kepala Sun Put Jie, tampaknya memang perlahan, ancamannya
sebenarnya memang sangant hebat sekali. Sun Put Jie seorang
Tosu wanita, tetap tidak bergerak. Disaat mengawsi cambuk itu
meluncur datang dan disaat ujung cambuk hampir mengenai
sasarannya, ialah bagian gigi dari uung kaitan pada cambuk
tersebut, Sun Put Jie dengan tiba-tiba menyampok dengan
lengan jubahnya, sehingga cambuk itu telah berbalik
sendirinya, berbalik dengan kaget, bagaikan kepala ular kena
dibacok, menyambar kepada pemiliknya.
Jago See Hek itu kaget bukan kepalang, dia tidak sempat
menggerakkan tangannya, sebab tangannya itupun tergetar.
Yang membuat dia jadi kaget tidak terkira, karena tenaga
sampokan itu dahsyat sekali, dan hampir saja dia tidak 454
mempercayai bahwa Sun Put Jie memiliki tenaga Iwekang
sedahsyat itu.
Sesungguhnya, seperti tadi telah diceritakan bahwa ketujuh
Tosu ini duduk bersila dengan tangan kiri mereka saling
berpegangan dengan yang lain tangan kanan Tosu
disampingnya, begitu sambung menyambung, dengan
demikian tenaga Iwekang dari ketujuh Tosu ituberkumpul
menjadi satu. Tidak peduli Tosu mana saja menggerakkan
tangan dan membuka serangan, dia sama juga artinya dengan
mempergunakan tenaga mereka bertujuh yang digabungkan.
Jago See Hek itu telah melompat mundur, dia penasaran,
waktu kesemutan tenaganya agak berkurang, dia
menggerakkan cambuknya lagi. Kali ini dia bukan mengincar
Sun Put Jie, melainkan dia menggerakkan cambuknya kearah
pundak Khu Cie Kie. Tanpa disadarinya, inilah suatu kesalahan
terbesar buatnya. Seperti diketahui bahwa Khu Cie Kie yang
memiliki kedudukan Thian Koan yang menghubungkan ketiga
kedudukan dengan tiga kedudukan lainnya. Dan sekarang
justru pusat dari ketujuh ?Bintang Pak Tauw? tersebut telah
diserang intinya, pusat kekuatannya, yang merupakan nadi
terpentingnya, maka celakalah jago See Hek itu.
Begitu cambuk berkaitan, menyambar kearahnya, Khu Cie
Kie juga tidak mempedulikan datangnya serangan. Dan
menanti hampir saja cambuk itu mengenai pundaknya, diwaktu
terpisah beberapa dim saja, cepat luar biasa tangan kiri Khu
Cie Kie telah menyentil. Dan sentilan yang dilakukan Khu Cie
Kie yang merupakan Tosu yang menduduki kedudukan Thian
Koan, yang paling penting, sehingga seluruh tenaga dalam
ketujuh Tosu itu telah berkumpul dan tersalur ke ujung jari
Khu Cie Kie. 455
Pecut berduri itu tidak ampun lagi telah terpental pesat,
sulit dilihat oleh mata biasa, berbalik menyambar kearah
pemiliknya, dan belum lagi jago See Hek itu mengetahui apa
yang terjadi, mukanya telah dihantam oleh cambuknya sendiri
dengan hebat. Duri-durinya yang panjang dan tajam itu telah
menancap dan karena kesakitan dan kaget, jago See Hek itu
telah menghentakkan cambuknya, dimana akhirnya daging
dimukanya bercopotan kena tergaet oleh duri-duri di
cambuknya sendiri, bukan hanya darah yang berlumuran, muka
jago See Hek itu juga jadi rusak karenanya, dagingnya seperti
dipoceli sepotong demi sepotong. Saking kesakitan dia
menjerit-jerit sambil melompat mundur kebelakang belasan
tombak.
Jago-jago lainnya sekarang jadi lebih hati-hati dan
waspada, mereka telah menyaksikan dengan duduk dalam
barisan Tian Kong Pak Tauw Tin itu maka ketujuh Tosu dari
Coan Cin Kauw itu jadi lebih liehay dari sebelumnya, dimana
mereka seperti memperoleh kemajuan kepandaian sebanyak
tujuh tingkat dalambeberapa detik itu!
Beberapa orang jago yang memang datang menyatroni
Thiong Yang Kiong bermaksud merebut kitab Kiu Im Cin
Keng, tanpa mempedulikan bahaya mulai melancarkan
gempuran dan serangan, baik dengan tangan kosong maupun
dengan senjata tajam ditangan mereka. Maka bagaikan hujan
pedang dan golok ketujuh Tosu itu telah dihujani seranganserangan yang mengandung maut.
Dengan duduk bersila dalam kedudukan Thian Kong Pak
Tauw Tin itu, Coan Cin Cit Cu memiliki perbentengan yang
kuat. Mereka bertujuh telah menggerak-gerakkan sepasang 456


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan mereka tidak hentinya dan tenaga dalam mereka silih
berganti tersalurkan berpindah-pindah dari Tosu yang seorang
ke Tosu yang lainnya. Dengan demikian seperti bergantian
menggunakan tenaga gabungan itu dan musuh-musuh mereka
telah berhasil dibikin kocar kacir tidak berdaya lagi berurusan
dengan mereka, karena selain senjata-senjata mereka yang
telah terpental atau direbut dan banyak yang telah terluka
didalam akibat gempuran tenaga Iwekang yang dahsyat itu,
maka musuh-musuh murid Coan Cin Kauw itu pontangpanting disekitar tempat itu.
Hanya saja, orang-orang yang bermaksud memiliki Kiu Im
Cin Keng itu memiliki kemauan yang keras, mereka rupanya
sudah tidak memikirkan keselamatan jiwa mereka lagi, sebab
semuanya telah bertempur mati-matian.
Jika ada salah seorang dari mereka yang terjungkir
pontang-panting, maka dia segera bangkit lagi tanpa
memikirkan keselamatan jiwanya. Walaupun ada salah seorang
diantara mereka yang terluka parah, dia masih juga melompat
bangun dan ikut meneruskan pengeroyokan/ tampaknya
memang jago-jago yang menyatroni Tiong Yang Kiong sudah
nekat bukan main. Mereka rupanya sudah bertekad, jika
memang belum memperoleh kitab Kiu Im Cin Keng, maka
mereka tidak akan mundur walaupun harus menemui kematian.
Jago-jago yang datang menyatroni Tiong Yang Kiong itu
jadi terkejut bukan main melihat Coan Cin Cit Cu kini
menyerang mereka dengan ilmu yang lebih hebat dan keras.
Maka mereka lebih berhati-hati. Tapi dengan dibukanya
pantangan membunuh oleh Coan Cin Cit Cu, maka diwaktuwaktu selanjutnya beruntun telah berjatuhan lagi beberapa
musuh mereka yang menjadi korban dan menemui ajalnya
dengan tubuh yang tergempur rusak dan terluka parah sekali. 457
Sedangkan Coan Cin Cit Su menyadari, jika mereka tidak
bertindak tegas, pihak mereka sendiri yang akan menemui
bahaya, dimana kalau sampai Coan Cin Cit Cu bisa dirubuhkan
oleh para jago-jago yang telah temahak kitab Kiu Im Cin Keng,
niscaya kuil mereka akan dirusak, jenazah gurunya tidak akan
utuh dan pamor serta nama besar Coan Cin Kauw akan runtuh
karenanya.
Dengan didasari pertimbangan-pertimbangan seperti itulah
Coan Cin Cit Cu telah membuka pantangan membunuh. Dan
bertempur serintasan lagi, telah limabelas orang lawan mereka
yang menggeletak menjadi mayat.
Ciu Pek Thong yang waktu itu tetap berdiam menjaga peti
mati suhengnya, telah mendengar ribut-ribut diluar kuil.
Doama akhirnya diapun mendengar suara jerit-jerit kematian .
hati Pek Thong juga tidak tenang. Walaupun dia sebagai Loo
Boan Tong, seorang yang berandalan sekali, si bocah tua nakal
dan liar, namun dia masih memikirkan keselamatan dari
ketujuh orang keponakan muridnya. Terlebih lagi disaat tengah
diliputi kedukaan karena meninggalnya sang Suheng.
Sama sekali Pek Thong tidak menyangka, disaat Coan Cin
Kauw tengah dalam kedukaan yang hebat karena kepergian
Coan Cin Kauwcu mereka untuk selama-lamanya, maka jagojago Kangouw yang temahak akan kitab kiu Im Cin Keng
mempergunakan seperti itu menyerbu menyatroni Tiong Yang
Kiong untuk melakukan perampasan.
Kitab kiu Im Cin Keng itu telah berada dalam tangan Pek
Thong dan disimpannya dalam sebuah tempat yang aman.
Sedangkan Coan Cin Cit Cu sendiri tidak mengetahui dimana
kitab Kiu Im Cin Keng itu. 458
Tapi orang-orang Kangouw yang menyerbu Tiong Yang
Kiong waktu itu, tentu menduga bahwa kitab pusaka tersebut
akan dibawa mati oleh Ong Tiong Yang. Jika Pek Thong tidak
melakukan penjagaan terhadap peti jenazah kakak
seperguruannya itu, dan sempat satu atau dua orang jago
kangouw yang menerobos masuk kedalam ruangan ini, berarti
mereka akan merusak peti jenazah untuk mengambil kitab kiu
Im Cin Keng yang mereka duga berada didalamnya.
Mata Pek Thong waktu itu masih merah karena banyak
menangis dan dia tengah mengawasi sekitar ruangan, bersikap
waspada sekali. Bola matanya telah mencilak-ciluk kesana
kemari.
Tapi ketika Pek Thong tengah mengkorek hidungnya yang
gatal, tiba-tiba dia dikejutkan oleh bentakan seseorang yang
parau seperti suara kecer pecah, nyaring dan memekakkan
telinga, "Ciu Pek Thong, cepat kau keluar dan serahkan kitab
kiu Im Cin Keng padaku! Jika tidak, hahaha, Tiong Yang kiong
akan kubakar menjadi rata dengan tanah, tidak sepotong
jiwapun dari Tosu-tosu Tiong yang Kiong yang kubiarkan
hidup.!"
Ciu Pek Thong terkejut, karena dari suara cempreng
seperti suara kecer pecah itu menunjukkan orang tersebut
memiliki Iwekang yang sempurna sekali, dimana suara itu
mendengung masuk telinga, sangat tajam tapi juga
menggetarkan sekitar tempat itu, bagaikan Tiong Yang Kiog
tengah dilanda gempa bumi.
Namun Ciu Pek Thong tidak berani meninggalkan ruang
jenazah ini, dia tidak mau meninggalkan jauh-jauh peti jenazah
Ong Tiong Yang, karena jika dia keluar dri ruangan itu sama 459
saja dia seperti meninggalkan peti jenazah itu untuk dirusak
oleh jago-jago lainnya musuh Coan Cin kauw.
Yang dikuatirkan Ciu Pek Thong, musuh menggunakan
akal bulus memancing keluar harimau dan kemudian mereka
menyerbu kedalam ruangan waktu Ciu Pek Thong tengah
dilibat diluar. Karena dari itu Ciu Pek Thong hanya
menghampiri jendela, dia melongok keluar.
Begitu Ciu Pek Thong melongok keluar, segera dia
mengeluh dengan muka yang berobah dan mengeluarkan
keringat dingin. Dia melihat sesosok tubuh yang tinggi besar,
tengah berdiri diatas uncak sebatang pohon, dan puncak pohon
tersebut yang memiliki ranting yang kecil sekali bergoyanggoyang, namun tubuh orang itutidak juga jatuh, dia tetap
berdiri diatas puncak pohon tersebut, dengan demikian berarti
ginkang orang tersebut benar-benar tinggi sekali. Dan Ciu Pek
Thong juga menyadarinya, bahwa ginkangnya masih terpaut
kalah beberapa tingkat dengan orang tersebut. Yang membuat
dia lebih kaget lagi, orang tersebut tidak lain dari See Tok
Auwyang hong.
Si Racun dri Barat itu telah mengeluarkan suara tertawa
bergelak-gelak ketika Ciu Pek Thong melongok keluar dari
jendela. Dia telah berkata dengan suara yang keras dan
cempreng seperti kecer pecah, dia berkata, "Loo Boan Tong,
apakah kau tuli? Atau memang engkau ingin menyaksikan
lebih dulu, kuil Tiong Yang Kiong ini terbakar dan musnah
menjadi rata dengan bumi baru engkau mau menyerahkan kitab
Kiu Im Cin Keng itu kepadaku?"
Ciu Pek Thong berdiam diri sejenak, dia jadi berpikir
keras. Jelas tidak mungkin dia bisa menandingi Auwyang 460
Hong karena memang kepandaiannya waktu itu belumsetaraf
dengan kepandaian yang dimiliki si Bisa dari Barat itu.
Auwyang Hong memang lebih muda beberapa tahun dari
dia sendiri, namun bicara soal Iweekang atau kepandaiannya,
jelas kepandaian berada diatasnya, karena memang Auwyang
Hong merupakan salah seorang jago diantara kelima jago luar
biasa yang pernah mengadakan pertemuan di Hoa San.
Dalam keadaan trdesak dan tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan, Ciu Pek Thong melihat Auwyang Hong telah
merogoh sakunya, dia mengeluarkan bibit api.
Ketika bibit api itu dinyalakan, dia menyulut ujung obor
yang dibawanya. Maka seketika itu juga ujung obor tersenut
menyala dengan terang, bersinar diatas puncak pohon itu.
dengan demikian, keadaan Auwyang hong waktu itu benarbenar bagaikan seorang dewa yang tengah melayang-layang
diatas puncak pohon itu, dengan diterangi oleh cahaya
berkilauan dari obor ditangannya.
"Loo Boan Tong, kau dengarlah baik-baik!" teriak
Auwyang Hong lagi, "Jika memang kau masih berayal
menyerahkan kitab kiu Im Cin Keng kepadaku, segera obor ini
akan kulemparkan, akan kubakar habis Tiong Yang Kiong ini
jadi rata dengan bumi, disamping itu, semua Tosu dari Coan
Cin kauw tidak seorangpun yang akan kuberikan kesempatan
hidup! Kau boleh memilih, menyerahkan kitb Kiu Im Cin Keng
itu kepadaku atau memang engkau hendak menyaksikan
kemusnahan Kiong Yang Kiong berikut semua Tosunya?!"
Ciu Pek Thong jadi naik darah. Walaupun dia menyadari
dirinya bukan tandingan Auwyang Hong, namun dia seorang
yang berani dan tidak kenal takut. Karena dari itu, melihat
maksud orang yang demikian busuk, yang hendak membakar 461
Tiong Yang Kiong dan nanti juga akan melakukan
pembunuhan terhadap para Tosu Cian Cin Kauw, Ciu Pek
Thong tidak bisa menahan diri lagi, tubuhnya segera kuga
melesat untuk menempur si bisa bangkotan dari barat itu!"
Auwyang Hong tertawa terbahak-bahak waktu menerima
serangan Ciu Pek Thong, dia membuang obor kesamping, dia
melayani serangan Ciu Pek Thong, mereka bertempur empat
puluh jurus lebih. Waktu itu nafas Ciu Pek Thong telah
memburu keras dan cepat sekali, karena dia merasakan betapa
kuatnya serangan Auwyang Hong yang mempergunakan Ha
Mo kongnya itu. dengan demikian, membuat Ciu ek Thong
selama bertempur memutar otaknya dengan keras untuk
mencari daya guna menghadapi See Tok, si Bisa bangkotan
dari barat ini.
Auwyang Hong berusia lebih muda dari Ciu Pek Thong,
namun dia liehay dan bertangan telengas sekali, walaupun Ciu
Pek Thog telah melawannya dengan keras, akhirnya tidak
urung pundak Ciu Pek Thong telah kena dihajar sampai dia
terjatuh dari atas pohon dan kemudian hampir terbanting,
untung saja dia masih sempat menjambret sebatang dahan.
Sehingga luncuran tubuhnya itu berkurang dan dia berpoksay
(berjumpalitan) beberapa kali, kemudian kedua kakinya
hinggap ditanah dengan tidak kurang suatu apapun juga.
Cuma saja, akibat gempuran yang diterima, Ciu Pek Thong
dari tangan telengasnya Auwyang Hong, membuat dia jadi
terluka didalam yang hebat sekali. Ciu Pek Thong telah
mengeluh didalam hatinya, bahwa dia tidak mungkin akan
menghadapi Auwyang Hong lebih lanjut, karena tadi saja
disaat dia belum terluka, dia tidak bisa menandingi See Tok,
apalagi sekarang diwaktu dia terluka dalam. 462
Dalam keadaan seperti itu, dimana Ciu Pek Thong
merasakan sakitnya sampai ke ulu hati dan tubuhnya
gemetaran, dia tidak bisa bergerak, karena dia telah terhajar
telak sekali oleh ilmu andalan See Tok, yaitu Ha Mo Kong
sehingga Ciu Pek Thong terluka parah sekali.
Namun mengingat keselamatan jenazah Suhengnya, Ciu
Pek Thong telah menggigit bibirnya, dia mengeraskan hati dan
memaksakan diri untuk menerobos kedalam. Dia sudah
bertekad dalam putusannya, jika memang Auwyang Hong
ingin menurunkan tangan busuknya untuk merusak peti
jenazah Ong Tiong Yang, Ciu Pek Thong akan mengadu jiwa
dengan manusia berbisa dan tangannya yang telengas itu.
Waktu Ciu Pek Thong menerobos kedalam, dia melihat
See Tok memang sudah berdiri didepan meja sembahyang peti
mati, dimana dia hendak menghantam rusak dan pecah peti
mati itu, guna melihat jenazahnya Ong Tiong Yang, sebab
diapun menduga, tentunya Kiu Im Cin Keng dibawa ke lobang
kubur bersama-sama dengannya.
Ciu Pek Thong panik bukan main. Waktu itu seluruh
murid Coan Cin Kauw tengah berada diluar menghadapi
musuh, dan diruang jenazah ini memang hanya Ciu Pek Thong
seorang diri. Sedangkan lawan yang tengah dihadapi begitu
tangguh, dimana diapun telah terluka tidak ringan, dan waktu
itu Auwyang-pun tengah mengangkat tangannya, sekali saja
tangan itu diturunkan, maka akan hancurlah peti jenazah itu,
rusak dan kemungkinan besar jenazah dari Ong Tiong Yang
akan dirusaknya juga. Karena dari itu, Ciu Pek Thong telah
mengeluarkan jeritan kalap. Dia telah melompat dan
menggerakkan kedua kakinya, dia bermaksud akan menerjang
See Tok. 463
Namun waktu itu terdengar tutup peti mati itu meledak,
mengeluarkan suara ledakan yang hebat dan bergelombang,
hancur kayunya berhamburan. Ciu Pek Thong mengeluh,
semangatnya terbang seperti meninggalkan raganya, karena dia
menduga bahwa See Tok lah yang telah sempat menghantam
dengan tangan yang beracun itu, merusak peti mati. Bukan
main gusar dan marahnya Ciu Pek Thong, tubuhnya gemetaran
sambil melompat kalap menerjang kepada See Tok, suara
bentakannya juga bercampur suara isak tangis.
Namun kenyataan yang ada, See Tok sendiripun terkejut
dengan suara ledakan pada tutup peti mati itu, karena dia
sendiri memang belum mengayunkan tangannya, menghantam
tutup peti mati itu. jika memang tokh dia sempat menghajar
tutup peti mati itu, jelas hasilnya tidak akan sehebat itu, dimana
tutup peti mati itu telah hancur dan berlobang, dengan
hancurnya yang terpental beterbangan kemana-mana.
Belum lagi berkurang rasa kagetnya See Tok, waktu itu
dari dalam peti mati telah melompat keluar sesosok tubuh
dengan gesit sekali. Sosok tubuh itu tidak lain dari Ong tiong
Yang, Tiong Yang Cin Jin, Coan Cin Kauwcu.
Bahkan sambil melompat dari peti mati, dia juga menotok
Auwyang Hong dengan totokan It Yang Cie-nya.
See Tok wktu itu tengah tertegun, dia menduga Ong Tiong
Yang karena penasaran Kitab Kiu Im Cin Keng nya hendak
direbut, arwahnya telah terbangun kembali, dan dia telah hidup
pula. Dia kaget tidak terkira, terlebih lagi sekarang dia diserang
dengan It Yang Cie seperti itu. 464
Sebelumnya memang
Auwyang Hong telah
mengintai dan melihat jelas
Ong Tiong Yang telah
menutup mata, sekarang
Ong Tiong Yang dapat
keluar dari peti mati, maka
hal itu membuat dia kaget
sampai semangat dan
arwahnya sampai kabur
meninggalkan raganya, dia
memang jeri terhadap Ong
Tiong Yang, yang ilmu It
Yang Cienya dimaluinya.
Maka dari itu, sekarang


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam keadaan kaget dan
terkesima seperti itu, dia tidak sempat untuk mengelak atau
membela diri, maka telaklah totokan It Yang Cie Ong Tiong
Yang hinggap di alisnya sehingga tertotoklah jalan darah Ciutay-hiat nya! Dan pecahlah ilmunya yang dinamakan Ha Mo
Kong itu, atau ilmu kodok. Sambil mengeluarkan suara jeritan
yang nyaring, mengandung kemurkaan, penasaran bercampur
takut, Auwyang Hong segera mencelat ke jendela, dia telah
melompat keluar dan lenyap dalam kegelapan malam.
Sedangkan Ong Tiong Yang tengah melangkah keluar
kamar, dia menuju ketempat pertempuran antara Coan Cin Cit
Cu dengan jago-jago yang menginginkan Kiu Im Cin Keng,
dan ketika Ong Tiong Yang membentak agar pertempuran
dihentikan, semua orang menoleh. Para jago yang telah
menyatroni kuil Tiong Yang Kiong mengawasi dengan mata
terbelalak lebar, dengan semangat dan arwah meninggalkan
raga masing-masing. Mereka melihat jelas Ong Tiong Yang 465
berdiri dihadapan mereka masih segar bugar dan tidak kurang
suatu apapun juga. Dengan mengeluarkan jeritan kaget
bercampur ketakutan, para jago itu telah memutar tubuh,
berlari secepat mungkin untuk meninggalkan Tiong Yang
Kiong.!
Ciu Pek Thong sendiri telah mengawasi kakak
seperguruannya sejak dari dalam kamar jenazah itu dengan
mata terpentang lebar, terbengong-bengong dan dengan kedua
tangan tidak henti-hentinya menggaruk-garuk kepala yang
tidak gatal itu, dia telah mengawasi seperti melihat sesuatu
yang menakjubkan sekali, bagaikan suatu peristiwa gaib dalam
cerita dongeng, dia juga teringat seperti tengah menyaksikan
peristiwa dalam cerita dongeng pada kitab San Hay Keng.
Mulut Loo Boan Tong telah terbuka terus, bahkan ketika
seekor lalat terbang akan hinggap dimulutnya, dia seperti tidak
mengetahui.
Ong Tiong Yang ketika melihat musuh-musuhnya lari
serabutan ketakutan setengah mati seperti itu jadi tertawa
panjang sekali, kemudian memutar tubuhnya kembali ke kamar
mayat. Dia duduk diatas meja sembahyang, duduk bersemedhi
seperti tengah mengatur jalan pernafasannya.
Murid-muridnya, Ma Giok dan yang lainnya, walaupun
mereka bingung dan diliputi perasaan heran bercampur girang,
melihat guru mereka hidup kembali, bahkan musuh telah dapat
dipukul mundur, tidak berani bertanya-tanya dulu melihat
keadaan guru mereka bagaikan itu, mereka tahu guru mereka
perlu beristirahat untuk memulihkan semangat dan tenaganya.
Ciu Pek Thong sendiri mengetahui, dengan menggunakan
It Yang Cie (Telunjuk Matahari) Ong Tiong Yang telah 466
mempergunakan tenaga yang berlebihan dan terlalu banyak,
sebab dia hanya memiliki kesempatan satu kali untuk
menyerang See Tok dan memunahkan ilmu Ha Mo Kong nya
itu. dan Ciu Pek Thong tidak berani mengganggu semedhinya
itu. Begitulah Ciu Pek Thong dengan ketujuh murid Coan Cin
Kauw telah menantikan sampai semedhi gurunya itu selesai.
Namun Ong Tiong Yang selama seharian itu, sepanjang malam
dan kemudian esok paginya sampai menjelang sore hari, tidak
bangun-bangun tetap dalam keadaan bersila, waktu Ciu Pek
Thong memeriksanya, mereka semua jadi kaget sekali,
semuanya jadi mengeluh kecele.
Ternyata waktu tubuh Ong tiong Yang telah rubuh miring
sedikit, wajahnya juga berobah dari biasanya. Ketika Ciu Pek
Thong meraba tubuhnya, ternyata tubuh itupun telah dingin,
sedingin es. Saat itu barulah Ong tiong Yang benar-benar
berpulang ke alam baka.
Ternyata Ong tiong Yang dengan kematiannya yang
pertama itu Coan Cin Kauwcu tersebut hanya pura-pura mati
saja. Ong Tiong Yang sebetulnya telah mengetahui bahwa See
Tok bersama seorang wanita yang dikenalnya sebagai Lauw
Kuihui dan mungkin Lauw Kuihui bekas selirnya ToanHongya,
senantiasa setiap hari berkeliaran diluar kuilnya dan Ong Tiong
Yang menyadari bahwa Auwyang Hong telah berhasil
mempengaruhi Lauw Kuihui dan mungkin Lauw Kuihui akan
diperalat oleh See Tok yang licin dan sangat berbisa itu.
Hati Ong Tiong Yang jadi berduka sekali, sedikit banyak
dia menyesal, mengapa bekas selir Toan Hongya bisa jatuh
kedalam tangan Auwyang Hong dan juga tentunya wanita itu
akan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik selama 467
dia diperalat oleh Auwyang Hong. Niscaya kelak Lauw Kuihui
akan menimbulkan kerusuhan.
Malah yang membuat Ong Tiong Yang berkuatir sekali
didalam hatinya, dia kuatir kalau-kalau Lauw Kuihuilah yang
memperalat Auwyang Hong untuk mencelakai Toan Hongya.
Jika hal itu terjadi, maka terancamlah keselamatan Toan
Hongya.
Memang benar Lam Te Toan Hongya, kaisar negeri Tayli
itu telah menerima warisan It Yang Cienya dan juga ilmu-ilmu
hebat lainnya, disamping itu kepandaian Toan Hongya juga
tidak berada disebelah bawah kepandaian Auwyang Hong,
dimana mereka memang berimbang. Denngan demikian, tentu
tidak mudah Toan Hongya untuk dicelakai oleh See Tok kalau
saja See Tok bersikap jantan. Namun justru See Tok seorang
manusia licik dan beracun, yang memiliki ratusan bahwak
ribuan akal busuk dan tipu daya keji. Sekarang juga memang
Lauw Kuihui tampaknya telah dapat dipengaruhinya, entah
menjadi murid atau bersahabat, atau juga Auwyang Hong
mengambilnya menjadi isterinya, Ong Tiong Yang tidak
mengetahuinya, tapi yang diketahuinya dengan pasti, tentunya
juga Auwyang hong memiliki rencana dan maksud-maksud
tertentu dan hubungan dekat dengan bekas selirnya Toan
Hongya. Sedikitnya Auwyang Hong pasti akan mengorek
keterangan prihal keadaan Toan Hongya dari mulut Lauw
Kuihui atau Eng Kouw itu.
Juga dengan setiap hari kedua orang itu,
Auwyang Hong dan Lauw Kuihui berkeliaran disekitar kuil
Tiong Yang Kiong, Ong Tiong Yang pun menyadari, bahwa
Auwyang Hong telah menantikan saatnya dia meninggal dunia 468
dan dia hendak merampas kitab Kiu Im Cin Keng. Soal Eng
Kouw, wanita itu tidak perlu dikuatirkan, karena memang dia
mempunyai kepandaian yang tidak berarti. Namun bagaimana
jika Auwyang Hong sambil berusaha merampas kitab Kiu Im
Cin Keng, dan kesempatan itu juga dipergunakan Eng Kouw
memperalat Auwyang Hong untuk mencelakai Ciu Pek Thong
yang dianggap oleh Eng Kouw telah mengecewakannya dan
menyakiti hatinya?
Dalam hari-hari belakangan itulah Orng Tiong Yang selalu
diliputi oleh bermacam-macam pikiran dan pikirannya jadi
ruwet bukan main.
Setelah memikirkan berhari-hari, akhirnya Ong Tiong
Yang telah memutuskan, dia akan berpura-pura mati, guna
menghajar Auwyang Hong, untuk menghantam musnah ilmu
andalan Auwyang Hong, yaitu Ha Mo Kong. Jika dia berhasil
memusnahkan ilmu andalan Auwyang Hong, niscaya Auwyang
Hong tidak begitu membahayakan lagi buat keselamatan Toan
Hongya maupun Ciu Pek Thong, dan juga buat keselamatan
seluruh orang-orang gagah dalam rimba persilatan. Jika dia
gagal memusnahkan Ilmu Ha Mo Kongnya Auwyang Hong
dan terlebih lagi jika nanti Auwyang Hong berhasil merampas
kitab Kiu Im Cin Keng, maka See Tok seperti juga tambah
sayap dan dia akan malang melintang tanpa ada yang bisa
mengendalikan lagi, bahkan Lam Te, Pak Kay maupun Tong
Shia, tentu tidak akan berdaya lagi menghadapinya.
Setelah keputusannya tetap, maka Ong Tiong Yang telah
pura-pura mati. Itulah kematian pertama, dimana dia telah
menutup semua jalan darahnya, menutup jalan pernafasannya,
sehingga waktu Ciu Pek Thong memeriksanya dia benar-benar
seperti telah mati. Hal itu bisa dilakukan oleh Ong Tiong Yang
sebab dia telah memiliki Iwekang yang benar-benar sempurna. 469
Dan dugaan Ong Tiong Yang memang tepat, Auwyang
Hong telah kena terkecoh oleh sandiwaranya yang pura-pura
mati seperti, dia itu menduga bahwa Ong Tiong Yang benarbenar telah menutup mata. Demikian sempurnanya rencana
Ong Tiong Yang dan juga sempurna Iwekangnya sehingga bisa
mengelabui mata See Tok yang lihay itu, dimana dia berhasil
menutup seluruh jalan darah dan pernafasannya dengan
sempurna sekali, membuat dia seperti benar-benar telah
menutup mata. Waktu See Tok menyatroni, diwaktu itulah dia
muncul disaat yang tepat dan telah menghadiahkan satu
totokan It Yang Cienya yang paling hebat, mempergunakan
seluruh Iwekang yang ada padanya dan kebetulan totokan itu
telak sekali mengenai sasaran, sehingga pecahlah tenaga
latihan Auwyang Hong, musnahlah ilmu andalah Ha Mo
Kongnya!
Setelah melukai dan memusnahkan ilmu andalan Auwyang
Hong tersebut, hati Ong Tiong Yang baru puas dan diapun baru
tenang, karena selanjutnya ancaman buat Toan hongya maupun
Ciu Pek Thong telah disingkirkannya, terutama sekali ancaman
buat orang-orang gagah dalam kalangan Kangouw dengan
dimusnahkannya Ha Mo Kongnya Auwyang Hong.
See Tok tidak bisa malang melintang leluasa lagi! Dan
diwaktu itulah Ong Tiong Yang benar-benar berpulang dengan
hati yang tenang.
Setelah selesai penguburan jenazah Ong Tiong Yang, Ciu
Pek Thong menyampaikan keinginannya pada Ma Giok yang
waktu itu telah mewarisi kedudukan sebagai Coan Cin
Kauwcu, bahwa sang paman guru ini bermaksud untuk pergi ke
suatu tempat yaitu ke sebuah gunung terkenal diselatan, namun
Ciu Pek Thong tak mengatakan apa maksud perjalanannya itu
dan Ma Giok pun tidak berani menanyakannya karena dia 470
anggap, pertama, Ciu Pek Thong mungkin ingin menghibur
dirinya jangan sampai terlalu berduka, kedua, Chiu Pek Thong
juga ingin melakukan sesuatu hal yang penting yang tentu saja
tidak bisa ditanyakannya pada paman gurunya itu.
**** JILID 13
CIU PEK THONG mempersiapkan
perbekalannya. Setelah lewat tujuh hari
sejak pemakaman Coan Cin Kauwcu Ong
Tiong Yang, segera Loo Boan Tong turun
gunung meninggalkan Ciong Lam San dan
kuil Tiong Yang Kong.
Sesungguhnya memang jauh hari sebelumnya Ong Tiong Yang telah berpesan
pada Ciu Pek Thong, jika dia menutup
mata, maka kitab Ciu Im Cin Keng itu harus dibagi dua yaitu
bagian atas dan bagian bawah, menjadi dua bagian. Jika
memang kitab tersebut dicuri, maka yang tercuri itu tidak
semuanya, hanya separo saja.
Setelah sang suheng itu menutup mata, maka Ciu Pek
Thong memenuhi pesan terakhir sang Suheng itu. dia telah
membagi dua kitab Kiu Im Cin Keng, yang dijadikan dua
bagian, bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas telah
disimpan oleh Ciu Pek Thong disebuah tempat yang aman, dan
kemudian dia membawa bagian bawah itu ke sebuah gunung 471
yang terkenal di selatan, maksudnya hendak me-nyembunyikan
kitab Ciu Im Cin Keng bagian bawahnya itu di gunung
tersebut. Itulah sebabnya, Loo Boan Tong, si bocah tua
bangkotan yang berandalan telah melakukan perjalanan turun
gunung meninggalkan Ciong Lam San berikut Kuil Tiong
Yang Kiong dan Coan Cin Cit Cu.
**** SELAMA setengah bulan lebih Ciu Pek Thong melakukan
perjalanan menuju ke daerah Selatan. Selama melakukan
perjalanan, Ciu Pek Thong berusaha menindih kegemarannya
bermain. Setiap kali menyeksikan peristiwa-peristiwa yang
menarik hatinya, Pek Thong cepat-cepat menyingkir, karena
dia kuatir nanti hatinya gatal seperti diklitik dan
berkepanjangan ingin ikut bermain. Dia menyadari, pada
dirinya terdapat kitab Kiu Im Cin Keng bagian bawah, berarti
dia memiliki tugas yang berat. Sebelum berhasil dia
menyembunyikan kitab Kiu Im Cin Keng itu di gunung
terkenal di Selatan, dia tentu tidak berani untuk mengumbar
kegemarannya bermain.
Namun biarpun begitu, tokh tidak urung Loo Boan Tong
tetap saja Loo Boan Tong, yang gemar menimbulkan
kerusuhan. Tidak jarang jika dia menyaksikan ada penjual silat
yang tengah mengadakan pertunjukan di sebuah kota yang
disinggahinya, maka Ciu Pek Thong tertarik hatinya untuk
menyaksikan sebentar. Dan jika dia melihat penjual silat itu,
yang menjual kepandaian silatnya untuk dipertunjukkan pada
orang yang mengerumuni-nya, untuk memperoleh derma dan
sumbangan dari para penontonnya, Ciu Pek Thong selalu erasa 472
muak, karena kepandaian yang diperlihatkan pada umumnya
merupakan kepandaian yang buruk dan tidak sedap dipandang.
Dan jika memang Ciu Pek Thong tidak bisa
mempertahankan keberandalannya, seringkali dia telah
mengajak penjual silat itu untuk main-main beberapa jurus dan
tidak jarang dia menghantam penjual silat itu tunggang
langgang jungkir balik ditanah sampai mukanya bengkak dan
babak-belur. Dan jika telah terjadi begitu, barulah timbul
penyesalan dihati Loo boan Tong. Dia telah memberikan
sepuluh atau dua puluh tail dan repot menyuruh si penjual silat
untuk pergi berobat pada tabib pandai.
Sampai terkadang Ciu Pek Thong sendiri jengkel dan kesal
sekali pada sepasang tangannya itu, dia pernah melakukan
perjalanan dengan tangan diikat oleh ikat pinggangnya, agar
kedua tangan itu tidak bisa digerakkan.
Dan setiap kali dia menyaksikan urusan yang menarik hati,
tentu dia lebih bisa menahan diri.
Namun tidak urung, dengan sepasang kaki yang masih
bebas, setiap kali ada sesuatu yang menarik, selalu Ciu Pek
Thong tampil kedepan, untuk menggoda dan bergurau dengan
orang yang disenanginya, dan kesudahannya benar-benar
keadaan Ciu Pek Thong menarik perhatian orang banyak.
Apalagi dia mengikat kedua tangannya yang ditelikung
kebelakang atas bantuan pelayan rumah penginapan yang
disinggahinya, diikat menjadi satu dengan ikat pinggangnya,
namun dengan keadaan seperti itu, dalam satu dua jurus dia
selalu bisa menumbangkan penjual-penjual silat atau para
penjahat yang tengah ingin melakukan pekerjaan. 473
Dan setiap kali telah terjadi peristiwa, Ciau Pek Thong
tentu akan memaki-maki dirinya sendiri, mengomeli dirinya


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak bahisnya.
Tapi ketika tiba di Hopak, dia telah bertemu dengan satu
urusan yang membuat dia akhirnya menyesal seumur hidup.
Waktu tiba di Su Liang, hari telah menjelang sore, waktu
itu Ciu Pek Thong tengah berlari-lari dengan berjingkrakjingkrak dan melompat-lompat seperti lagaknya seorang anak
kecil, mulutnya juga bernyanyi dengan riang. Dalam usia
seperti itu dan juga dengan lagaknya yang seperti bocah, benarbenar Ciu Pek Thong menarik perhatian orang yang berpapasan
dengannya, terlebih lagi dengan kedua tangannya yang terikat
dan ditelikung kebelakag, maka semua orang yang melihatnya
akan merasa lucu dan menduga dia adalah seorang yang tidak
beres pikirannya.
Sedang Ciu Pek Thong bernyanyi-nyanyi sambil
melompat-lompat berjingkrakan menghampiri pintu kota, tibatiba dia ditegur orang dari tepi jalan.
"Mengapa lagakmu masih seperti bocah saja Loo Boan
Tong?! Suara itu perlahan, namun yang berkata-kata itu
rupanya memiliki Iwekang yang tinggi sekali.
Hati Ciu Pek Thong tercekat, dia segera menoleh dengan
berwaspada, menduga dia telah bertemu dengan orang pandai
yang akan coba-coba merampas kitab Kiu Im Cin Keng bagian
bawah yang berada dalam sakunya. Maka dia telah mementang
matanya mengawsi dengan tajam. Tapi begitu dia melihat
orang itu, seorang lelaki yang memakai jubah warna hijau
dengan kopiah Siauw-yan-kin, segera juga Ciu Pek Thong
berjingkrak sambil berseru, "Oey Loo Shia, kau?" 474
Orang yang menegur Ciu Pek Thong memang tidak lain
dari Oey Yok Su. Hanya saja Pek Thong berjingkrak sekejap
saja, kemudian dia telah mementang matanya lebar-lebat lagi,
dia memonyongkan mulutnya kepada wanita yang berdiri
disamping Oey Yok Su, katanya, "Kau kau sekarang
dikawal, Oey Loo Shia?"
Oey Yok Su tersenyum melihat lagak Ciu Pek Thong, dia
menyahut, "Pek Thong, ini isteriku, kami baru saja menikah
beberapa hari yang lalu.. dan A Heng, inilah Ciu Toako, sute
dari Ong Cinjin CoanCin Kauwcu!"
Mendengar bahwa wanita yang berdiri disamping Oey Yok
Su adalah isteri dari Tocu tersebut, Ciu Pek Thong telah
berjingkrak lagi sambil berseru heran dan girang, "Eh engkau
telah meperoleh Nyonya? Eh, eh, tentu tidak lama lagi engkau
akan menggendong bayi kalian!"
Muka Oey Yok Su berobah merah sedikit, demikian juga
dengan nyonya Oey itu, A Heng yang berdiri menunduk malu
dengan pipi yang berobah merah.
"Pek Thong," kata Oey Yok Su, "Kau jangan menggoda
isteriku. Engkau memang si bocah tua bangkotan, yang
berandalan dan nakal, tapi ingat, jangan sekali-sekali engkau
berbuat kurang ajar dan tidak sopan terhadap isteriku, karena
aku tidak akan segan-segan turun tangan berat padamu!"
Ciu Pek Thong menjublak sesaat, mukanya celangap dan
bola matanya telah bermain tidak hentinya, mengawasi
bergantian antara Oey Yok Su dengan isterinya itu.
Kelakuan Ciu Pek Thong membuat A Heng jadi jengah,
dia telah menunduk. 475
"Inilah berat berat sekali!" kata Ciu Pek Thong
kemudian dengan suara menggumam.
Oey Yok Su yang memang telah mengenal watak Ciu Pek
Thong jadi tersenyum, dia telah berkata, "Apanya yang berat,
Pek Thong?"
"Berat, berat sekali!" kata Ciu Pek Thong sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku seorang yang bicara
apa yang kupikirkan, apa yang kuingat segera kukatakan,
segera kulakukan, dan sekarang engkau telah mengancam aku
untuk jadi gagu dan tuli dihadapan isterimu, bukankah ini berat
sekali?"
Oey Yok Su tersenyum.
Siapa yang menyuruh engkau jadi sigagu dan situli..?"
kata Oey Yok Su.
Oey Loo Shia, engkau jangan bicara seperti orang polin
saja, dengan engkau mengancam agar aku tidak berandalan,
tidak nakal dan bersikap sopan santun pada isterimu itu
bukankah engkau meminta aku supaya aku jadi sigagu dan
situli? Bukankah aku tidak bisa untuk tidak berandalan?
Bukankan engkau tahu aku tidak bisa tidak nakal? Bukankan
engkaupun tahu akuun tidak bersopan santun pura-pura alim?
Hu, hu, Oey Loo Shia, engkau hanya secara tidak langsung
telah menyuruh aku menjadi sigagu dan situli!"
Oey Yok Su tidak gusar atau mendongkol melihat
lagaknya Loo Boan Tong, karena dia memang telah mengenal
benar watak dan tabiatnya si bocah tua bangkotan yang nakal
ini. dia mengangguk-angguk beberapa kali, katanya, "Baiklah
Pek Thong, terserah padamu, kukira isteriku juga tidak akan
membencimu, karena diapun tentu akan memaklumi memang 476
watak dan perangaimu yang seperti itu..!" dan setelah berkata
demikian, Oey Yok Su tertawa.
Ciu Pek Thong melihat cahaya muka Oey Yok Su terang
sekali tampaknya. Dia tengah gembira dan bahagia sekali. Dari
sikapnya maupun lirikan matanya, tampaknya Tong Shia
memang sangat mencintai isterinya.
Pek Thong bengong lagi beberapa saat, sepasang alisnya
tampak berkerut dalam-dalam.
Oey Yok Su melihat lagaknya Loo Boan Tong segera
bertanya, "Apa yang sedang kau pikirkan? Atau memang kau si
Loo Boan Tong yang biasa jenaka dan bergembira, kini telah
menghadpi kesulitan yang sukar dipecahkan sehingga
tampaknya engkau jadi pemurung seperti itu?!"
Pek Thong menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu
dia berkata, "Bukan, bukan!" katanya. "Aku sedang
memikirkan dengan cara apa aku harus menyampaikan ucapan
selamat kepada kalian berdua.. atau aku mengundang kalian
untuk kujamu saja kalian setuju tidak?!"
Oey Yok Su waktu itu merupakan pengantin baru bersama
isterinya dan dia tengah bergembira. Maka mau dia menerima
undangan sahabat yang jenaka ini.
Begitulah, Oey Yok Su bertiga dengan A Heng dan Pek
Thong telah ke kota dan memasuki sebuah rumah makan,
dimana Pek Thong telah memesan satu meja penuh bermacammacam makanan yang lezat-lezat.
Sambil makan minum, Ciu Pek Thong telah menceritakan
prihalnya Ong Tiong Yang, sang Suheng yang pura-pura mati,
dan kemudian telah berhasil menghajar Auwwyang Hong
dengan It Yang Cienya, sehingga ilmu andalan Auwyang Hong 477
yang bernama Ha Mo Kong atau ilmu kodoknya itu telah
punah.
Mendengar cerita Ciu Pek Thong, Oey Yok Su tersenyum
lebar, dia mengangguk-angguk gembira. Memang See Tok
seorang yang licik sekali, malah Oey Yok Su juga telah
mengatakan, tidak selayaknya See Tok menghajar Ciu Pek
Thong disaat orang dirundung malang. Dan diapun tidak pantas
dengan perbuatannya yang busuk itu, disaat Coan Cin Kauw
tengah dirundung malang hendak merampas kitab Kiu Im Cin
Keng. Hemm, Ong Cinjin memang sangat waspada sekali!
Dia telah mengetahui niatan busuk dari si bisa bangkotan
beracun itu!"
Ciu Pek Thong tampaknya tengah gembira sekali telah
setengah bulan dia melakukan perjalanan dan selama itu dia
tidak pernah memperoleh kawan yang bisa diajak bercakapcakap. Sekarang dia bertemu dengan sahabat lama seperti Oey
Yok Su, sahabat karib dari suhengnya juga, dengan demikian
banyak yang diceritakannya. Bahkan dia telah menceritakan
prihal kitab Kiu Im Cin Keng yang dipecah menjadi dua
bagian, bagian atas dan bagian bawah.
Ciu Pek Thong menceritakan prihalnya kitab Kiu Im Cin
Keng karena dia mengetahui dengan jelas, bahwa Oey Yok Su
mempunyai tabiat yang aneh, namun tidak nantinya Tong Shia
kemaruk kitab Kiu Im Cin Keng seperti halnya See Tok.
Waktu itulah isteri Oey Yok Su telah meminta pad Pek
Thong untuk pinjam lihat kitab pusaka yang diperebutkan oleh
jago-jago seluruh kalangan Kangouw. A Heng mengatakan
bahwa dia sama sekali tidak mengerti ilmu silat.
"Jika memang Ciu Toako tidak keberatan, maukah kau
meminjamkan sebentar saja agar aku dapat melihat kitab 478
pusaka yang diincar oleh semua orang-orang gagah dalam
rimba persilatan itu?" katanya kemudian.
Ciu Pek Thong jadi ragu-ragu, dia cepat-cepat
menggelengkan kepalanya.
"Tidak boleh! tidak boleh!" katanya kemudian. Walaupun
dia meras tidak enak hati menolak keinginan nyonya Oey
tersebut, tapi diapun segera menyadari, tidak bisa dia
memperlihatkan sembarangan kitab pusaka itu kepada orang
lain. Dan karena dia memang seorang yang polos, tentu saja
apa yang dipikirkannya, "Kitab itu adalah kitab pusaka,
bagaimana aku bisa memperlihatkannya kepadamu Enso!"
A Heng tersenyum manis, dia berkata, "Aku sesungguhnya
tidak paham ilmu silat, jadi melihat kitab itupun akan percuma
saja, karena aku tentu tidak akan mengerti apa isinya! Akan
tetapi, aku hanya sekedar tertarik dan didorong oleh perasaan
ingin tahu belaka, sesungguhnya kitab itu merupakan kitab
bagaimana, sehingga menimbulkan korban-korban berjatuhan
yang begitu banyak dikalangan orang-orang gagah dalam
rimba persilatan? Hemm, jika memang Ciu Toako keberatan
untuk meminjamkan padaku sebentar saja, tentu saja aku tidak
berani mendesaknya!"
Oey Yok Su sangat mencintai isterinya, karena Tong Shia
memang tidak pernah menolak setiap keinginan isterinya.
Sekarang mendengar isterinya itu ingin sekali melihat sebentar
saja kitab mustika itu namun ditolak oleh Ciu Pek Thong, maka
dia telah ikut bicara, "Pek Thong, isteriku benar-benar tidak
mengerti ilmu silat. Dia masih muda sekali, dia gemar melihat
apa yang baru, maka kau berikanlah kesempatan untuk sekedar
melihat-lihat saja. Ada apakah halangannya? Jika aku sendiri, 479
melirik satu kali saja kitabmu itu, nanti aku akan korek keluar
biji mataku untuk diserahkan kepadamu!"
Ciu Pek Thong memang mengetahui Oey Yok Su seorang
jago luar biasa, kepandaiannya pun telah sempurna, dia mau
mempercayai jiwa jago ini tidak buruk seperti Auwyang Hong
yang licin dan licik itu. Tong Shia walaupun memiliki tabiat
dan perangai yang aneh dan luar biasa, namun perkataannya
bisa dipegang, dia bilang hitam tentu hitam, dia bilang satu
tentu satu. Tapi kitab Kiu Im Cin Keng merupakan urusan yang
sangat penting sekali, dimana dia telah diserahi tugas yang
berat itu dari suhengnya yang telah almarhum, dengan
demikian Pek Thong tidak berani gegabah dan ceroboh. Karena
dari itu, walaupun dia tekah dibujuk seperti itu oleh Oey Yok
Su tetap saja Ciu Pek Thong menggelengkan kepalanya
berulang kali.
Melihat ini, Oey Yok Su berubah mukanya, tampangnya
jadi tidak senang. Bahkan dia telah berkata, "Mustahil aku
tidak menyadari dan menginsyafi akan kesulitanmu? Jika
memberi kesempatan untuk isteriku untuk melihat satu kali saja
kitab Ciu Im Cin Keng itu, nanti akan datang saatnya aku
membalas budi pada kalian pihak Coan Cin Kauw! Jika
memang kau tetap menampik dan tidak meluluskan keinginan
dan permintaan isteriku ini, terserah kepadamu! Siapa yang
suruh kita bersahabat? Dengan pihak Coan Cin Kauw, semua
anggotanya tidak kukenal sama sekali.
Ciu Pek Tong tercekat hatinya, dia mengerti apa maksud
perkataan Tong Shia.
Tong Shia selalu melakukan apa saja yang dia bilang.
Memang buat Tong Shia jelas tidak akan enak baginya
mengganggu Ciu Pek Thong, tapi dia dapat saja mencari-cari 480
alasan untuk mengganggu Ma Giok dan murid-murid Ong
Tiong Yang lainnya yang dikatakan oleh Tong Shia tidak
dikenalnya itu, yang berarti tidak ada hubungan apa-apa dan
bisa saja dia mencari benterok dengan mereka.
Oey Yok Su liehay sekali, ilmunya juga sangat sempurna,
maka berbahaya kalau sampai dia gusar dan mengandung
maksud untuk mencari-cari alasan untuk bentrok dengan
murid-murid Coan Cin Kauw, yang semuanya menjadi murid
keponakan dari Pek Thong.
Karena berpikir begitu. Pek Thong segera berkata pada
Oey Yok Su, "Oey Loo Shia, jika kau hendak melampiaskan
penasaranmu, hanya disebabkan aku tidak memenuhi dan
meluluskan permintaan dan keinginan isterimu untuk pinjam
melihat kitab Kiu Im Cin Keng, kau carilah aku Loo Boann
Tong. Perlu apa cari segala keponakan muridku itu?!"
Melihat Oey Yok Su dan Ciu Pek Thong sudah seperti
mulai bertengkar, wajah mereka berdua juga sudah tidak enak
dilihat, dimana suasana perjamuan yang diselenggarakan oleh
Pek Thong untuk menyampaikan ucapan selamatnya terhadap
pasangan pengantin baru itu, A Heng telah tertawa manis
berkata, "Ciu Toako benar-benar gemar berkelakar!"
Pek Thong menoleh kepada nyonya Oey itu, tanyanya,
"Mengapa aku berkelakar? Aku Loo Boan Tong memang
benar-benar dan bersungguh-sungguh, jika Oey Loo Shia
penasaran dan bersakit hati, bukankah seharusnya dia mencari
aku untuk melampiaskan penasaran dan sakit hatinya itu?
sekarang justru mengapa dia malah berpikir jauh untuk mencari
gara-gara dengan segala keponakan muridku?" bukankan
dengan begitu dia tidak menghargai dirinya sendiri? Salahkah
perkataanku itu?" 481
A Heng tersenyum lagi, dia menggeleng-gelengkan
kepalanya berulang kali.
"Ciu Toako, jika memang aku mengatakan engkau
berkelakar, itupun tidak ada salahnya. Julukanmu itu membuat
aku seperti diklitik-klitik, jadi tidak bisa menahan tertawaku!
Loo Boan Tong? Itulah julukan yang benar-benar lucu sekali,
dan sekarang baiklah Ciu Toako janganlah mengotot terus,
lebih baik kita pelesiran. Mengenai kitab mustikamu itu, tidak
apalah jika memang engkau merasa keberatan dan memiliki
kesulitan untuk memperlihatkan kepadaku!"
Setelah berkata begitu, dengan bibirnya yang mungil indah
bentuknya itu, A Heng menoleh kepada Oey Yok Su,
suaminya, diapun berkata, "Rupanya kitab Kiu Im Cin Keng
itu sudah kena dirampas oleh orang Auwyang itu, maka Ciu
Toako tidak sanggup untuk memperlihatkan kitab mustika itu
padaku. maka juga apa perlunya kita memaksa Ciu Toako,
sehingga nanti jadi bisa hilang muka.
Mendengar perkataan isterinya, Oey Yok Su mengangkat


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepalanya, dongak sambil tertawa terbahak-bahak dan
tangannya beneouk paha berkali-kali, baru kemudian setelah
tertawanya merendah, dia berkata, "Mengapa aku tidak berfikir
seperti itu? memang apa yang kau katakan itu benar! Eh Pek
Thong, marilah! mari aku bantu kau mencari si tua beracun See
Tok, untuk mengadakan perhitungan dengannya!"
Ciu Pek Thong walaupun wataknya edan-edanan dan
berandalan serta nakal namun otaknya bukannya bebar-benar
tumpul. Dia tahu bahwa dirinya tengah dikocok pulang pergi
oleh pengantin baru ini, dimana pasangan suami isteri itu
bermain koprol untuk memancing kemendongkolannya. 482
Waktu itu walaupun Ciu Pek Thong mengetahui bahwa
dirinya tengah dipancing untuk mendongkol dan panas, namun
diapun tidak mau mengalah, maka dia telah cepat-cepat
berkata, "Kitab Kiu Im Cin Keng itu ada padaku sekarang ini!
pula tidak ada halangannya untuk memperlihatkannya kepada
Enso! Tapi kau tidak memandang mataku, benar-benar kau
meremehkan Loo Boan Tong dengan mengatakan bahwa aku
tidak sanggup melindungi kitab itu. inilah yang membuat aku
benar-benar tidak mau mengerti! Coba kau jelaskan, apakah
syarat-syaratmu?"
Oey Yok Su melihat bahwa Pek Thong telah berhasil
dipancing kemendongkolannya dan ke-marahannya, maka ia
tertawa terbahak-bahak lagi. Sengaja dia ingin memancing
terus agar kemaarahan orang meluap dan diwaktu itu Pek
Thong akan melakukan hal-hal yang tidak terkendalikan lagi,
dan tentu akhirnya Pek Thong akan memperlihatkan juga kitab
Kiu Im Cin Keng pada A Heng isterinya. Setelah puas tertawa,
Oey Yok Su berkata, "Jika kita ber-tempur, kita jadi sama saja
mencari urusan untuk merenggangkan hubungan kita, dan hal
itu membuat aku jadi tidak enak hati! Engkau situa bangka
yang nakal, aku pikir apakah tidak lebih baik kita mengadu
sesuatu seperti bocah-bocah kecil tengah bermain-main.?!"
Belum lagi Ciu Pek Thong memberikan jawabannya, A
Heng telah menepuk-nepuk tangannya dan berkata, "Bagus,
bagus! Baiknya kalian mengadu kepandaian bermain
kelereng.!"
Bermain gundu atau kelereng itu adalah kegemaran Ciu
Pek Thong dan dia memang pandai sekali mengendalikan
kelereng, karena hampir setiap kali memiliki kesempatan, tentu
Ciu Pek Thong akan mencari teman bermain. Tak peduli teman
mainnya itu seorang bocah berusia enam atau tujuh tahun, tapi 483
yang pasti Pek Thong memang selalu gembira jika tengah
bermain kelereng seperti itu.
Sekarang dia mendengar isteri Oey Yok Su menyarankan
antara dia dengan Tong Shia bermain kelereng, segera juga
Loo boan Tong menjawab, "Mengadu ilmu dengan permainan
kelereng, ya baik, kita bermain kelereng, mustahil aku takut!"
Mendengar perkataan Ciu Pek Thong, dan terlebih lagi
melihat lagaknya yang tengah kesal seperti itu, A Heng tertawa
lagi geli bukan main dengan tangan menutupi mulutnya.
Melihat sikap isteri Oey Yok Su, Ciu Pek Thong jadi terbakar
hatinya, dan waktu dia ingin berkata lagi, A Heng telah
mendahuluinya, "Ciu Toako, jika kau kalah, kau berikan
kesempatan padaku untuk meminjam lihat kitab pusaka Kiu Im
Cin Keng itu. jika kau yang menang, nah, nah kau
menginginkan apa dari kami?!"
Mendengar pertanyaan isterinya pada Ciu Pek Thong
seperti itu, Oey Yok Su segera menyambungi, "Coan Cin Kau
memiliki mustika, mustahil Tho hoa To tidak?!" dan diapun
segera menurunkan buntalannya. Dia membuka, dari buntalan
tersebut, dikeluarkan serupa barang berwarna hitam, semacam
baju yang ada durinya.
"Pek Thong!" kata Oey Yok Su sambil angkat baju berduri
itu, yang dibeber didepan mata Ciu Pek Thong. "Kau liehay,
kau tidak membutuhkan ini untuk melindungi dirimu. "Hanya
kalau dimelakang hari kau menikah dengan sibocah wanita
yang nakal, sama berandalannya denganmu, lalu dia
melahirkan bocah yang nakal juga, jika bocah itu mengenakan
pakaian lapis Joan Wie Kah, faedahnya tentu bukan kepalang!
Jika memang engkau bisa memperoleh kemenangan dalam 484
permainan adu kelereng nanti diantara kita berdua, pusaka Tho
Hoa To ini akan menjadi milikmu!"
Mendengar perkataan Oey Yok Su, Ciu Pek Thong
mengawasi barang itu, Joan Wie Kah, dia telah memperhatikan
sekian lama, akhirnya dia menyahuti, "Si bocah nakal itu akan
terlahirkan tapi baju lapismu itu sangat kesohor didalam
kalangan Kangouw, jika memang aku yang mengenakannya,
pasti aku terlihatnya aksi sekali! Dengan demikian biarlah
diketahui oleh seluruh orang rimba persilatan bahwa Tocu dari
Tho Hoa To telah roboh ditangan Loo Boan Tong sibocah tua
nakal!" dan setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong tertawa
terbahak-bahak, tampaknya dia jadi girang sekali dan tertarik
oleh pertaruhan ini.
Waktu itu A Heng telah berkata, "Ayo jangan bicara saja,
ayo kalian berdua segera mulai permainan kalian, pertaruhan
ini biar kusaksikan, karena akupun ingin melihat diantara
kalian berdua siapakah sebetulnya yang memperlihatkan
kemahiran bermain kelereng yang sempurna, suamiku atau
memang si Loo Boan Tong yang gemar berkelakar itu!"
Ciu Pek Thong tidak tersinggung oleh perkataan nyonya
tersebut, malah Loo Boan Tong dasarnya si bocah tua nakal,
dia telah tertawa terbahak-bahak, dengan kegembiraan yang
meluap-luap karena Oey Yok Su akan menemaninya bermain
kelereng, malah merekapun bertaruh dalam permainan kelereng
ini, lalu berkata, "Bagus! Mari kita mulai!"
Sampai disitu, cocoklah sudah segalanya, segala-nya sudah
diatur bagaimana syarat dan hasil dari permainan kelereng ini,
dan barang-barang apa yang akan jadi hadiah dan apa yang
harus dilakukan. Segera juga Oey Yok Su dan Ciu Pek Thong
mulai dengan permainan mereka. Masing-masing keduanya 485
memegang sembilan butir kelereng, dan mereka telah membuat
delapan belas lobang. Pemenangnya adalah siapa yang
kelerengnya masuk lebih dulu.
Memang Ciu Pek Thong selalu membawa-bawa
kelerengnya, kemana saja dia pergi setiap saat jika saja dia
bertemu dengan seseorang yang bersedia untuk diajak bermain
kelereng, berarti kelereng itu telah tersedia. Dan mereka bertiga
telah keluar, ketanah datar dari rumah makan itu.
Waktu keluar dari rumah makan itu, diam-diam dia telah
memperhatikan gerak-gerik isterinya Oey Yok Su, dan segera
juga dia memperoleh kenyataan bahwa A Heng memang benarbenar tidak mengerti ilmu silat, langkah kakinya berat dan
tubuhnya tidak ringan, serta gerak-geriknya memang gerak
geriknya bukan seorang ahli silat.
Ciu Pek Thong sengan kegembiraan yang meluap-luap,
karena dia yakin akan memperoleh ke-menangan, segera juga
membuat lobang-lobang yang diperlukan. Setelah lobanglobang itu selesai dibuat, Ciu Pek Thong perintahkan Oey Yok
Su yang mulai dulu.
Dalam hal menggunakan senjata rahasia, Oey Yok Su
liehay dan istimewa sekali, dia lebih menang dari Ciu Pek
Thong. Tapi dalam hal main kelereng, ada lain cara dan
tipunya, dan setiap hari Ciu Pek Thong selalu bermain
kelereng, setiap waktu senggangnya digunakan untuk bermain
kelereng, maka seperti juga dia mengetahui sifat-sifat
kelerengnya dan taktik yang terbaik untuk memperoleh
kemenangan bermain kelereng.
Jika bermain kelereng, lobang-lobang yang dibuat oleh Ciu
Pek Thong telah dibuat sedemikian rupa dan istimewa. Jika
kelerengnya masuk ke dalam salah satu lobang, maka kelereng 486
itu akan melejit keluar lagi. Untuk Ciu Pek Thong memang
harus pandai mengimbangi menyentik kelereng itu. dengan
demikian, kelereng itu jadi dapat berdiam terus didalam
lobang. Tiga kali Oey Yok Su menyentil, tiga-tiganya
kelerengnya masuk tepat, hanya begitu masuk, ketiga-tiganya
kelereng tersebut telah melejit keluar lagi. Oey Yok Su liehay,
dia mencoba menyusul tapi selalu gagal, karena Pek Thong
telah berulang kali telah berhasil memasukkan kelerengnya
kedalam lobang itu.
Ciu Pek Thong girang bukan main, dan dia juga yakin
bahwa dia akan memperoleh kemenangan, karena bagaimana
sulit buat Oey Yok Su memasukkan kelerengnya itu berdiam
didalam lbang tanpa melejir keluar lagi.
Oey Yok su memang berbeda dengan Pek Thong, jika ek
Thong hampir setiap kali memiliki kesempatan dia bermain
kelereng, dan karena memiliki cara menyentil kelereng yang
istimewa. Sedangkan Oey Yok Su sendiri, barulah pertama kali
ini dia bermain kelereng, maka wlaupun dia telah menyentil
tepat sekali, kelereng masuk ke lobang namun selalu melejit
keluar akibtat tenaga sentilannya itu yang tidak sesuai dengan
keadaan lobang yang dibuat Pek Thong. Oey Yok Su boleh
mahir dalam menggunakan senjata rahasia, dan dia mahir pula
menggunakan tenaga Iwekangnya yang sempurna itu, namun
kenyataannya selalu pula kelerengnya itu melejit keluar,
sehingga beberapa kali muka Oey Yok Su berubah dingin dan
muram setiap kali menyaksikan kelerengnya yang telah
berhasil disentil masuk tepat kedalam lobang, lalu melejit dan
keluar pula. Oey Yok Su jadi memperhatikan dengan seksama.
Dia memang cerdik sekali, maka dia bisa menerkanya apa yang
tengah dilakukan oleh Pek Thong. Dan dia memang dapat
menyedari dan menginsyafinya bahwa Pek Thong memang 487
mahir didalam bermain kelereng, cara permainan bocah-bocah
kecil, dan dia sendiri barulah pertama ini bermain kelereng,
dengan sendirinya membuat Oey Yok Su memutar otak
mencari jalan yang sekiranya dapat merebut kemenangan dari
Pek Thong.
Dasarnya memang Oey Yok Su cerdas dan cerdik bukan
main serta otaknya pun terang sekali, segera dia menemukan
sebuah cara untuk mengalahkan permainan kelerengnya Pek
Thong.
Oey Yok Su tidak mau
mempergunakan akal kasar, dia
memdadak telah mengerahkan
Iwekangnya dan setiap kali ia
me-nyentil, dia menghajar
kelerengnya Ciu Pek Thong,
dengan demikian kelerengnya
Ciu Pek Thong pecah hancur,
sedangkan kelerengnya Oey
Yok Su telah masuk kedalam
lobang. Itulah karena Iwekang
yang mahir, dengan demikian
dapat dia mengimbangi tenaga
sentilannya Ciu Pek Thong
hancur setiap kali terbentur
dengan kelereng Oey Yok Su, sedangkan kelerengnya Oey
Yok Su tetap utuh tidak gompal sedikitpun juga. Dan dengan
sisa ketiga kelereng Pek Thong telah kena disentil hancur
seperti itu maka Pek Thong sudah tidak memiliki kelereng
untuk jalan lagi, dia hanya bisa menyaksikan Oey Yok Su
bermain sendiri sehingga satu persatu kelerengnya itu masuk
ke dalam lobang. 488
Ciu Pek Thong berjingkrak-jingkrak, dia berteriak, "Oey
Loo Shia, kau bermain curang.!"
Tapi Oey Yok Su tidak mempedulikan protes Ciu Pek
Thong, dia terus juga menyentil kelerengnya itu, sehingga
akhirnya seluruh kelerengnya masuk kedalam lobang. Karena
terlalu seringnya menyentil terus menerus, akhirnya Oey yok
Su pun bisa mengetahui dimana kelemahannya dan berapa
besar tenaga sentilan yang harus dipergunakannya dan dengan
cara bagaimana dia bisa menyentil kelerengnya itu masuk
kedalam lobang tanpa perlu kelereng itu melejit keluar lagi.
Sebagai seorang yang cerdas, akhirnya oOey Yok Su
berhasil menguasai cara menyentil kelerengnya yang istimewa,
sehingga setiap kali kelerengnya telah berhasil disentil masuk
kedalam lobang, kelereng itu tidak keluar pula. Dengan begitu
kalahlah Ciu Pek Thong, dan Oey Yok Su sebagai
pemenangnya!
"Oey Loo Shia, aku tidak bisa menerima kekalahan ini!
engkau bermain curang, dan cara kau menghajar kelerengkelerengku tidak masuk dalam hitungan!" teriak Ciu Pek
Thong ngambul, dia juga tetap berjingkrak seperti bocah kecil
yang tengah kalah dalam permainannya.
Oey Yok Su mengangkat kepalanya, dongak
menengadahkan kepalanya memandang langit, lalu dia tertawa
terbahak-bahak.
"Pek Thong, kukira engkau tidak akan bersikap rendah dan
hina! Sudah jelas aku yang menang, bagaimana engkau bisa
mengatakan bahwa semua itu tidak masuk dapam
hitungan?!" katanya kemudian tawar.
"Tapi engkau telah berbuat curang!" teriak Ciu Pek Thong. 489
"Berbuat curang? Curang bagaimana?!" tanya Oey Yok Su
pura-pura pilon.
"Engkau telah menyentil ketiga kelerengku dan telah
hancur karenanya.!" kata Ciu Pek Thong lagi.
Oey Yok Su tertawa dingin.
"Engkau terlalu mencari-cari alasan saja!" kata Oey Yok
Su. "Sudah jelas engkau kalah, sekarang engkau tidak mau
menerima kekalahanmu itu dengan mengada-ada! Hemm,
baiklah, tadi aku tanpa disengaja telah menyentil kelerengku
yang telah menghantam kelerengmu, dan itulah pecah tanpa
disengaja! Jika memang ketidak sengajanku itu kau anggap
Enigma Karya Yudhi Herwibowo Pendekar Pulau Neraka 36 Titisan Siluman Harimau Pendekar Dari Hoa San Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini