Ceritasilat Novel Online

Ular Belang Putih 1

Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng Bagian 1


S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor EbookS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
OEI-ENG SERIAL DALAM
ULAR BELANG PUTIH (PEK HWA COA)
DITERJEMAHKAN OLEH : KAUW TAN SENG
Su MBER BOkO : GUIAWAI AJ
KQITRlBOTQR DAI SC A IIER : AW E DERMAWAI
OCR - CQIVERT PDF TEXT : A ID ? MOLLS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
I S I :
Hal. 1. Perselisihan tentang asmara 3
2. Ia memegang sebuah belati yang kemilau 16
3. Terjeblos kedalam penjara 27
4. Mencengkeram tengkoraknya 42
5. Berita buruk 53
6. Masuk ketempat berbahaya 64
7. Duabelas ekor anjing herder 75
8. Terkubur didalam kamar api 88S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,
berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.
Ebook in i dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah
su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk
digital.
Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan
kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan
kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi dalam format digita l sesuaf kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih
mediakan dalam bentuk digita l ini.
Saiam pustaka!
Team Kolektor EbookS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
1. PERSELISIHAN TENTANG ASMARA.
Ketika itu suasana dimalam kelam, sang puteri malam memperlihatkan kecantikan
mukanya yang bersih dilangit nan biru, menyinari pohon2 yang membayaag diatas tanah
ber-goyang2 bagaikan orang sedang menari. Disuatu jalan yang panyang serta sepi tiada
seorang pun yang berlalu lintas, nona In Hong mengikuti langkah kakinya berjalan
dengan enaknya.
jauh dari sebuah rumah persewaan umum yang dinding temboknya terbuatsdari batu
bata merah dan bertingkat tiga, sayup2 ia dengar suara piano yang sangat merdu.
Makin mendekat ia maka suara piano yang sedap masuk ketelinga itu makin nyata dan
njaring, setiap malam bila-mana nona In Hong jalan disitu, suara piano yang sedap
meresap melagukan lagu yang merdu Itu terdengar senantiasa.
Ketika nona In Hong sudah tiba didepan rumah sewaan itu, ia mendadak
menghentikan langkah kakinya dengan berdiri tegak dibawah sebuah pohon Ngo Tong
jenis Perancis. Bajangan tubuh In Hong yang langsing itu tertampak juga diatas trotoir.
Gema nada piano yang mengalun meninggi merendah itu rasanya se-akan2 seperti
sebuah syair yang melukiskan beraneka perasaan hati, meresap masuk mendalam kelubuk hatinya. justru oleh karena inilah, nona In Hong menghentikan langkah kakinya,
hatinya bagaikan terbetot oleh lagu yang merdu meraju itu.
Apakah pemain piano itu seorang gadis yang romantis, ataukah seorang pemuda yang
pandai akan menciptakan rasa? Hal ini tidak diketahui oleh In Hong. Apa yang dapat
dipastikan olehnya mestinya pemain piano itu seorang ahli musik, tidak perduli dia
seorang wanita atau seorang pria.
Bahwa nona In Hong itu memang sangat gemar akan musik atau seni lukis. Namun
sekalipun ia berniat untuk memahamkan akan kepandaian atau ilmu kedua kesenlan itu,
tiada waktu baginya untuk melaksanakannya. Karena seluruh waktunya dihabiskan selalu
untuk melakukan perbuatan membela si lemah dan membasmi kejahatan, yang acapkali
membuat jiwanya terombang-ambing didalam gelombang maut. Maka bilamana ada
kesempatan, demi mendengamya gema piano yang merdu, ia dapat merasakan suatu
ketenangan hati atau kenikmatan hidup.
Tetapi tengah ia menikmati gema piano yang merdu meresap itu se-konyong2
terdengar suara orang ribut2. In Hong menjadi kecewa dan merasa se-akan2 peruntungannya memang jelek tak dapat ia memiliki suatu kenikmatan hati, karena suara piano
itupun segera terhenti.
Demi terhentinya suara piano secara mendadak itu, maka dengan terpaksa nona In
Hong meninggalkan tempat itu dan per-Iahan2 melangkahkan kakinya menuju kearahS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
jalan pulang. Walaupun demikian, pikirannya senantiasa belum dapat terpisah dari bal2
mengenai rumab itu. Didalam otaknya muncul macam2 soal pertanyaan:
Mengapa gema piano berhenti secara mendadak?
Mengapa diwaktu malam yang sudah larut ada orang yang ribut2?
Apakah tidak boleh jadi si ahli musik ini mengalami hal2 yang tidak dapat disangka2
pada waktu sebelumnya?
Nona In Hong memang senantiasa suka mencampuri perkara orang lain, maka hal
inipun tidak terkecuali. Maka ia jalan balik pula menuju kerumah sewaan tadi. Tetapi
setibanya ditempat itu, keadaan sudah berubah sama sekali.
Nampak olehnya bahwa pada trotoir didepan rumah itu sudah terdapat sebuah piano,
seorang pemuda yang usianya kurang lebih tiga puluh tahun bersandar kepada piano
dengan lesu. Disebelah kakinya terdapat juga sebuah
kopor kulit. Diambang pintu rumah sewaan itu, ada seorang yang bertubuh tinggi dan
gemuk tengah memberi komando kepada tujuh atau delapan orang yang rupanya seperti
orang gelandangan yang berbaju pendek dan celana pendek, untuk memindahkan
barang2 yang kecil2 dari dalam rumah dilemparkan dijalan.
"Malam sudah selanjut ini hendak pindah rumahkah?" tanya nona In Hong kepada
pemuda itu.
"Bukan pindah rumah, tetapi diusir keluar dari rumah," jawab pemuda itu dengan sikap
yang lesu.
"Mengajpa mereka mengusirmu keluar?"
Mata pemuda yang besar dan hitam warnanya itu menatap In Hong, lalu berkata:
"Karena pemilik rumah tidak suka mendengar suara piano yang dianggapnya berisik
"Siapakah pemiliknya rumah ini?"
"Si gemuk itulah."
"Mengapa kau tidak membantahnya berdasarkan kepantasan?"
"Apakah gunanya? Alasanku tidak dapat melawan kekerasannya."
"Apakah sudah ada tempat yang kau hendak tuju?" "Belum. cari rumah bukanlah soal
yang mudah." "Apakah kau hendak tetap mendiami rumah ini?"
"ya, tetapi mereka tak akan mengijinkannya!" "Mereka mengijinkan atau tidak, tidaklah
menjadi soal!" kata In Hong.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mata pemuda itu menatap In Hong pula, nampak roman yang demikian elok dan
cantiknya, ia menjadi ragu2, maka iapun berkata: "Kau adalah seorang wanita yang
lemah, jangan karena unisanku, kau jadi terembet2."
In Hong bersenyum lalu menghampiri si gemuk. Belum lagi ia berkata2, si pemilik
rumah yang bengis itu sudah membuka suaranya bagaikan guntur, katanya: "Sebagai
orang perempuan besar benar mulutmu Aku Ong San Niauw tidak dapat dipermainkan,
disini siapakah yang
tidak mengetahui siapa aku ini? Persaitan kau, enyah kau dari sini!"
"Oh Kiranya kau jagoan daerah ini?" In Hong berkata dengan tenangnya, sedikitpun
ia tidak memperlihat-kan kegusarannya. "Jika aku tidak turut kehendakmu pergi dari sini,
bagaimanakah jadinya?"
Si pemuda ahli musik itu membelalakkan matanya sambil bersandar kepada pianonya.
Sedang orang2 gelan-dangan dibawah pengaruh si gemuk itu berdiri berjajar pada kedua
sampingnya menantikan perintah untuk ber-gerak.
"Jika kau tidak pergi, aku akan melontarkan kau ke-tengah jalan sebagairaana seorang
atlit melontarkan lembing! Maka kau harus tahu gelagat, kau enyalah lekas!"
"Kukewatir kau tak akan dapat melakukannya seperti apa yang kau katakan !"
Mendengar kata2 In Hong yang agak mengejek itu, Ong San Niauw si gemuk itu
mcnjadi beringas, ia maju beberapa langkah dan mengulurkan tangannya hendak
menjambret pakaian In Hong. Dengan tenang sekali lii Hong menggunakan ketiga jari
tangannya menangkap pergelangan tangannya si gemuk serta memencet urat nadinya.
In Hong hanya baru mengerahkan lima atau enam bagian tenaganya, namun Ong San
Niauw sudah tidak tahan akan sakitnya.
Ingin si gemuk itu melawannya, tetapi pergelangannya bagaikan terjepit oleh tang
besi (sepit besi), tak dapat ia meronta. Sebaliknya jika ia minta ampun, ia merasa malu
akan kehilangan wibawa atau pengaruh yang sudah didapatnya didaerah itu. Tetapi jika
ia tidak mau minta ampun, tangannya dirasakannya linu dan kesemutan, se-akan2
hendak pecah atau patah.
"Ong San Niauw, mengapa kau tidak segera melontar-kan aku ketengah jalan?" tanya
In Hong yang terus mengejek.
Dengan tenang sekali In Hong mcnggunakan kctiga jari tangamya menangkap
pergelangan tangan si-gemuk serin mcmencet urat nadinya.
Pegundal2 si gemuk itu nampak ketua mereka pucat wajah mukanya, air peluh berbutir2 sebesar mutiara memenuhi dahinya, mereka mengetahui, bahwa ketuanya telah
mengalami keruntuhan, mereka segera maju seren-tak menyerang In Hong.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
In Hong mengendorkan serta melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan si
gemuk, lalu ditangkapnya belakang leher serta pinggangnya dan diangkatnya melin-tang,
dipergunakan sebagai perisai, maka tidak ampun lagi pukulan serta tendangan pegundal2
itu semua mengenai tubuhnya si gemuk.
"Kalian orang yang mau mampus ini, hentikanlah tanganmu, aku bisa mati karena
pukulanmu semua !" demikianlah Ong San Niauw berseru dengan njaringnya.
Pada mulanya orang2 itu ingin menolong majikannya, tidak dinyananya kini
kesudahannya adalah sebaliknya, maka dengan terpaksa mereka mundur beberapa
langkah untuk menunggu ketika turun tangan pula.
Si pemuda ahli musik itu dengan mata membelalak menyaksikan perbuatan In Hong
dengan penuh perhatian. Selama hidupnya belum pernah ia menyaksikan wanita segagah
ini. "Ong San Niauw, masihkah kau hendak melontarkan aku ketengah jalan?" tanya In
Hong sambil tetap meng-angkatnya tinggi2.
Ong San Niauw diam dalam seribu babasa, minta ampun baginya betapa malu rasa
hatinya.
"Kalau begitu, aku yang akan melontarkankau ketengah jalan!" kata In Hong sambil
memperlibatkan aksinya hendak melontarkannya.
"Oh jangan, jangan! Aku mengaku salah!" kata Ong San Niauw.
In Hong melepaskannya perlahan-lahan ditanah, sambil berkata : "Apakah kini kau
suka bicara dengan damai mengenai soal tempat tinggalnya ahli musik itu?"
"Suka Aku suka !" kata Ong San Niauw yang sudah lenyap keangkerannya sebagai
jagoan.
"Main piano tidak melanggar hukum, sebaliknya dengan kekerasan kau mengusirnya
adalah perbuatan yang melanggar hukum." kata In Hong. "Kini kuberikan jasa baikku,
biarkan dia terus tinggal dirumah sewaanmu. Kuperintahnya pada pukul 24.00 dia harus
menghentikan permaian pianonya. Apakah kau setuju?"
Sekalipun didalam hatinya Ong San Niauw tidak setuju, tetapi dimulutnya ia tidak
berani mengatakan tidak setuju. Maka dengan terpaksa ia anggukkan kepalanya.
"Setelah kau menyetujuinya, maka perintahkanlah orang2mu itu untuk mengangkat
masuk kembali pianonya serta barang2 lainnya diletakkan ditempatnya semula!" kata In
Hong.
Betapa besarnya kemendongkolan orang2 gelandangan itu tak dapat dilukiskan
dengan kata2. Tadi ketika mereka mengangkat piano yang berat itu keluar rumah, rasaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
mereka se-akan2 hendak patah tulang2 iganya. Kini harus mereka mengangkat kembali
kedalam rumah.
"Apakah nona sudi duduk2 sebentar dikamarku?" Si pemuda ahli musik itu berkata
kemudian setelah menyaksikan barang2nya sudah dimasukkan kembali kedalam
kamarnya.
"Lain hari saya aku berkunjung diwaktu siang," jawab In Hong.
"Aku tinggal ditingkat ketiga, kamar nomor tiga si pemuda itu berkata pula.
Selagi hendak berlalu In Hong mengancam pula kepada pemilik rumah yang jahat itu,
katanya : "Rumahku letaknya tidak jauh dari sini, tiap hari past! aku lewat dirumahmu
ini. jika kuketahui, bahwa rumahmu ini tiada suara gema piano, aku akan menanjamu."
Setelah In Hong meninggalkan tempat itu, Ong San Niauw bersama anak buahnya
berdiri bengong disatu
tempat dengan perasaan hati yang malu bercampur men-dongkol.
Lama kemudian pada trotoir sebelah Timur, tertampai seorang wanita yang berpakaian
bagus mewah, usianya antara 25 atau 26 tahun, jalan per-lahan2 mendatangi. Dengan
segera Ong San Niauw menyemputnya.
"Ong San Niauw, apakah urusan yang kuminta kau tolong kerjakan itu sudah selesai
dan terlaksana?" tanyanya wanita itu.
"Terlaksana sudah"
Belum habis perkataannya, wanita itu sudah memotongnya : "Baiklah jika sudah
terlaksana, dirumahku kusudah menyediakan dua buah kamar, jika tidak ada tempat
yang akan dia tujunya, dia akan terpaksa menerimal usulku, pindah tinggal dirumahku.
Dengan demikian aku akan mendapat kesempatan lebih banyak untuk mende-t katinya..
Kini kau menyingkirlah sedikit, aku akan berpura2 lewat dengan tidak disengaja, dan
menyelesaikan g soal tempat tinggalnya."
Li Siu Tin, kau demikian cantiknya, apakah tiada pemuda yang ganteng cakap
mengejarmu? Orang ini kecuali matanya yang besar dan hitam serta tiap malam , main
piano, ada apa keistimewaannya lagi yang membuat hatimu tertarik!" kata Ong San
Niauw.
"Watak tabiatku, makin sukar dikejar makin kuingin mengejarnya. Kutanya kau,
sudahkah kau usir keluar rumahmu?" Tanya wanita itu sambil bersenyum.
"Sudah kuusirnya keluar, tetapi mendadak ada seorang wanita lewat dan membelanya.
Ia mengangkatku tinggi2, hendak dilontarkannya ketengah jalan. Aku tidak berdaya,
terpaksa aku mengijinkannya tinggal terus dirumahku." :S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Tukang pukulmu demikian banyaknya, apakah tak dapat mereka menggunakan
kekerasan?" Ia berkata dengan geramnya.
"Ilmu silatnya sangat tinggi, semua orang2ku ini tak dapat melawannya."
"Siapa gerangan wanita itu? Apakah dia memiliki tiga kepala enam buah tangan?
Apakah' kewibawaanmu yang b|sar selama ini, menerima saya dialahkan oleh hanya
seorang wanita?"
"Aku tidak mengenali dia. Diapun tidak memiliki tiga buah kepala dan enam buah
lengan, sebaliknya tubuhnya langsing dan wajahnya cantik sekali, siapapun tak akan
menyangkanya dia dapat memiliki ilmu silat yang sangat mahir. Aku gagal!"
"Oh Mungkin dia bandit perempuan Oey Eng yang nama samarannya In Hong itu?
Perempuan itu memang menyemukan !" katanya.
"Benar benar kau menyadarkan aku Wanita
itu pasti Oey Eng, juga In Hong adanya. Dia musuh besar sebangsa kami!"
"Pergilah kerumahku untuk nieruudingkaji cara2 meng-hadapinya !" kata Li Siu Tin.
cahaya sang surya menyinari segenap sajur majur yang menghijau diladang. Sang
baju mengembus sepoi2 mem-bawakan bau sajur harum semerbak kehidung Bee Su Bun
si pemuda ahli musik. Kala itu disuatu pagi hari dalam suasana cuaca cerah dan
menggembirakan. Bee Su Bun berjalan menyusur jalan kecil diantara sawah dan ladang,
ber-kelok2 mengitari tepi sungai dan selokan kecil, tiba dihadapan sebuah rumah atap
yang luas dan besar. Kedua pintu rumah atap itu telah terbentang lebar.
Ia mengarahkan pandangan matanya kedalam dan nampak olehnya bahwa
kekasihnya, Dji Dji Kouw berada dihadapan dapur tengah mempersiapkan santapan pagi.
"Ji Kouw, masak apakah pagi ini?" Ia berdiri diam-bang pintu sambil bertanya.
la mengarahkan pandangan matanya kedalam dan nampak olehnya bahwa
kekasihnya. Dji Dji Kouw berada didepan dapur tengah menyiapkan
saniapan pagi.
"Sup kacang merah campur ubi yalar." Dji Dji Kouw menjawabnya dengan tidak
berpaling lagi karena ia telah mengetahui dan mengenal baik suara siapa yang menanya
kepadanya.
Demi memandang bentuk belakang tubuh kekasihnya itu Bee Su Bun terjatuh kedalam
alam lamunannya. Karena gadis desa ini penuh kesungguhan, kejujuran, dan
kesederhanaan. Sekalipun pakaian yang dikenakan pada tubuhnya adalah pakaian kasar
yang lazim bagi gadis2 desa pada umumnya, tetapi tak dapat menutupi kebagusan
tubuhnya yang dimiliki itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Bee Su Bun sangat memerlukan kawan hidup yang sungguh baik dan elok sebagai Dji
Dji Kouw ini, tidak suka isteri cantik yang hidup mewah serta romantis sebagai Li Siu Tin.
Ia dengan Dji Dji Kouw saling berkenalan semenyak setahun lebih yang lalu. Kedua2nya
saling mengesan didalam kalbunya masing2, tetapi belumlah mempersoalkan hal2 yang
berhubungan dengan pemikahan.
"Su Bun, mengapa kau ter-bengong2 saya disitu?" kata Dji Dji Kouw sambil menyajikan
dua mangkok sup dari dapur kekamar tamu,
"Oh!" seru Bee Su Bun yang tersadar darlamunannya.
"Masuklah dan makan santapan pagi!" Dji Dji Kouw memanggilnya masuk.
"Dan dimana kakak serta iparmu?"
"Mereka sudah pergi kesawah untuk mencabuti rumput."
"Ah Suatu kesempatan bagus, kuhendak mengatakan
beberapa kata2 untukmu" Ingin Bee Su Bun berkata2, tapi tidak jadi diteruskannya.


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Katakanlah, hal apakah?" Dji Dji Kouw menatapnya, dan menantikan kata2 apa yang
hendak diucapkan.
"Kuhendak meminangmu, aku hendak memper-isterikanmu !"
Kata2 yang sudah dinanti2kan semenyak lama itu, achirnya keluar dari mulut pemuda
ahli musik ini. Dji Dji Kouw sangat riang tetapi serentak juga merasa sangsi dan takut.
"Apakah kata2mu ini sungguh2 dan setulus hatimu?" tanyanya.
"Tentu saya keluar dari hati yang tulus ichlas dan sungguh2."
"Dan bagaimana nona Li Siu Tin yang cantik elok bagaikan bunga itu?"
"Oh, tak berhak dia mencampuri urusan pemikahan kita." Bee Su Bun buru2
memberikan penyelasan.
"Dia sangat akrab denganmu, acapkali dia lama ber-duduk2 dirumah sewaamnu"
"Dia me-libat2 aku. terus-menerus, tidak berdaya aku untuk mencegahnya dia
mendatangi kamarku."
"Apakah kau tidak mencintainya?"
"Tidak, tidak, secara mutlak aku tidak mencintainya. cintaku sudah kuberikan
kepadamu semua. Sudikah kau nikah dengan aku?"
Dji Dji Kouw menganggukkan kepalanya dengan wajah ke-merah2an karena
jengahnya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Kau nantikan disini, aku hendak kesawah memberi-tahukan kepada kakak dan iparmu
untuk merundingkan soal pernikahan kita," kata Bee Su Bun sambil melangkah keluar
pintu, membiluk kebelakang rumah menuju ke-ladang. Dari jauh ia nampak kakak serta
adiknya Dji Dji Kouw membungkukan tubuh diladang tengah mencabuti sajur.
Dengan semangat penuh ia lari melewati jalanan tanah liat yang agak nanyak diantara
sawah2. Ketika ia melewati sebuah kuburan, se-konyong2 dari belakang itu lompat keluar
tiga orang penjahat yang romannya bengis men-cegat kepadanya. Seorang diantaranya
mencabut sebuah belati mengancam bagian pinggangnya.
"Jangan berteriak, atau segera kami ambil jiwamu !"
Dua orang penjahat mengapitnya dikanan-kirinya dan memaksanya meninggalkan
ladang itu jalan sampai ditepi " jalan raya. Mereka mengancam serta memaksanya masuk
kesebuah mobil yang sudah disediakan, lalu dikaburkan dengan cepatnya.
Mobil itu kemudian dihentikan disebuah hutan belukar dekat Sikaway. Dua penjahat
mengancamnya pula memaksanya turun dari mobil itu.
"Kalian jangan salah menculik orang, aku hanya seorang ahli musik yang miskin Bee
Su Bun membela diri.
"Kami bukan penjahat tukang culik orang, perduli apa kau melarat dan miskin?" Kata
seorang penjahat.
"Kalau begitu, untuk apa kalian menawanku kemari?" Bee Su Bun berkata dengan
menggigil.
"Ketahuilah olehmu, sebenarnya kami bermusuhan dengan Ong San Niauw dan anak
buahnya. Kami bersumpah hendak membunuh Ong San Niauw serta semua murid2nya.
Kata pula seorang penjahat lainya,
"Tetapi aku bukan murid Ong San Niauw!" Bee Su Bun membela diri pula.
"Kami nampak kau seringkali keluar masuk dirumab Ong San Niauw, meski bukan
muridnya, sedikitnya kau tentu orang kepercayaannya."
"Guna apa banyak bicara dengannya, antarkan saya dia pulang kerumah asalnya !"
kata seorang penjahat lain dengan tidak sabar.
"Kalian sama sekali salah paham, aku penyewa kamar Ong San Niauw" masih saya
Bee Su Bun hendak membela diri. Tetapi kedua penjahat itu tidak mau men-dengar
kata2nya, mereka menusukkan senjata tajamnya kepada Bee Su Bun.
"Aduh Tolong! Tolong !" jerit Bee Su Bun.
Belati yang ber-kilat2 itu masuk kepaha kirinya, dan darah mengalir dari lukanya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ketika itu ada sebuah mobil melewat dijalan besar itu, mendengar suara orang minta
tolong lalu berhenti. Dari mobil itu lompat keluar dua orang berpakaian seragam dan
tangannya memegang pistol sebagai pengawal seorang nyonya muda dan cantik. Mereka
lari menuju ketempat peristiwa itu terjadi.
Pengawal itu berseru : "Pada waktu siang harf terang benderang ini, berani benar
kalian melakukan pekerjaan membegal darn mencelakai jiwa orang!"
Kedua penjahat itu nampak ada orang berseragam dan mencekal pistol mendatangi
segera lari meninggalkan Bee Su Bun.
cepat sekali larinya kedua penjahat itu, sebaliknya kedua pengawal itu berlambat2
mengejarnya. Dan sebagai kesudahannya kedua penjahat itu dapat lolos dari
pengeyarannya.
2. IA MEMEGANG SEBUAH BELATI yangKEM ILAU.
Bee Su Bun terluka tak dapat berdiri, darahnya mengalir. nyonya muda yang. cantik
itu menghampirinya dan bertanya dengan manisnya: "Apakah lukamu parah?" setelah
dekat ia memperlihatkan wajah kaget dan berkata : "Ah : Kau ini Bee Su Bun. Oh Darling,
dimana lukamu? Ada permusuhan apakah kau dengan kedua penjahat itu?"
Padahal sebenamya ia mengetahui dimana letak lukanya Bee Su Bun. Dan perbuatan
kedua penjahat itupun dilakukan atas perintahnya.
"Ai! Nona Li Siu Tin, kau"
"Jangan ucapkan kata2 yang tida dipahamu masih mengeluarkan darah, kau kerumah
sakit untuk berobat!"
Dengan segera Bee Su Bun diantar kesebuah rumah sakit partikulir atas ketelitian dan
perhatian sungguh2 yang diberikan oleh Li Siu Tin.
Lukanya terletak dibagian paha yang banyak dagingnya, sekalipun mengeluarkan
darah, tetapi setelah dicuci dan diberi obat serta dibalutnya, maka luka itu tidaklah membahayakan.
Bee Su Bun rebah diatas tempat tidur yang bercatkan warna putih didalam kamar kelas
satu. Li Siu Tin bersandar diatas sofa disisi pembaringan. Bee Su Bun ber-harap Li Siu Tin
pergi sebentar agar supaya ia dapat menulis sepucuk surat pendek dan minta tolong
pelayan mengantarkannya kerumah Dji Dji Kouw.
Tetapi Li Siu Tin senantiasa tiada maksud untuk meninggalkannya. Dihadapan Li Siu
Tin dengan sendirinya ia malu akan menulis surat kepada Dji Dji Kouw.
Ia pura2 memperlihatkan roman yang lelah dan pura2 tidur, ketika ia membuka
matanya, Li Siu Tin tetap duduk pada tempatnya semula.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Darling, apakah kau ingin minum air atau air jeruk?" tanya Li Siu Tin dengan
telatennya.
Bee Su Bun meng-geleng2kan kepalanya. Ia bukan saya tidak mau hendak minum air,
tidak juga air jeruk, bahkan tidak mengharapnya Li Siu Tin menjaganya dikamamya itu.
"Menurut katamu, penjahat itu bermusuhan dengan Ong San Niauw dan kau jadi
tersangkut karenanya, untung rumahku dekat pada tempat kejadian dan kebe-tulan jalan
lewat disitu, telah dapat menolongmu, kalau tidak, sukar dibayangkan bagaimana akan
kesudahannya" Li Siu Tin memuji2 jasanya sendiri.
"Terima kasih atas pertolongan Li siocia!"
Kata2 'Li Siocia' ini sungguh membuatnya Li Siu Tin jengkel dan benci, bukan saya
tidak enak didengamya, pada hakekatnya inipun merupakan suatu garis pertahanan Bee
Su Bun, sebagai penolakannya.
"Terima kasih apa, menolongmu sama saya seperti menolong diriku sendiri. Kau mati
akupun tak dapat hidup !" kata Li Siu Tin dengan sepasang matanya yang se-akan2 air
embun jemihnya menatap mukanya Bee Su Bun.
Bagi Bee Su Bun kata2 itu merupakan sebuah belenggu, borgol.
"Jika masih saya kau tinggal didalam rumah sewaan Ong San Niauw, maka bahaya
tetap tidak terlenyap. Hal itu sebagaimana peribahasa yang mengatakan 'Pintu ben-teng
yang kebakaran, ikan diempang tak terhindar dari bencana'. Maka kuanjurkan kepadamu,
lebih baik kau pindah rumah saya!"
Bee Su Bun tidak mengetahui bahwa Li Siu Tin tengah menggunakan siasat, maka ia
menjawabnya : "Berbicara tentang pindah rumah, soalnya tidak mudah, karena ku-harus
mencarinya dahulu. jika ada rumah yang sesuai,' N memang sebaiknya pindah rumah
saya.!"
"Rumah tinggalku ada dua buah kamar besar, kusewakan saya kepadamu."
"Oh !" sebenarnya didalam hati Bee Su Bun sangat tidak setuju. Pertama, ia tidak ingin
berdekat dengan t Li Siu Tin, kedua, rumah sewaan itu tidak terlalu jauh jaraknya dengan
rumah atap Dji Dji Kouw didusun. Namun demikian, ia tak dapat berhasil mencari suatu
alasan untuk menolaknya.
"Ku-suruh orang berunding dengan Ong San Niauw, dan memindahkan piano serta
barang2mu kerumahku," kata Li Siu Tin sambil meninggalkan kamar rumah sakit itu.
"Oh aku pikir2 dulu perlahan! tidak Oh" Semua kata2 penolakan itu sudah terlambat.
Bee Su Bun tinggal berobat didalam rumah sakit itu hingga tiga hari tiga malam
lamanya. Li Siu Tin pun selama itu selalu membayanginya dengan tidak berpisah2.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Sebenarnya daripada dikatakan mengawaninya, maka lebih tepat jika dikatakan
mengawasinya. Walaupun lukanya belum sembuh betul, tetapi sudah mulai mengecil dan
mereda. Dokter memperkenankannya meninggalkan rumah sakit, hanya memesannya
masih harus berbaring ditempat tidur beristirahat satu bulan, untuk menghindar-kan luka
pada ototnya yang dapat mengakibatkannya menjadi cacat dan pincang.
Li Siu Tin mengendarai kendaraannya sendiri mengang-kutnya kerumahnya. Kedua
buah kamarnya sudah dihias dengan megahnya. Dengan segala kemungkinannya ia berusaha membuat Bee Su Bun merasa enak tinggal.
Pada sangkanya dengan segala daya-akalnya ia akan bisa dapatkan Bee Su Bun
sebagai suaminya. Tetapi angan2 atau cita2 acapkali jauh daripada kenyataan.
Pada segi kebendaan memang Bee Su Bun benar2 men-dapat apa saya yang diingini,
tetapi dipandang dari segi moril atau batin, ia merasakan sebagai suatu penderitaan.
Semenyak ia berpindah kerurnah Li Siu Tin, hampir dapat dikatakan ia telah kehilangan
kemerdekaannya dan putus perhubungannya dengan dunia luar. Ia tidak mengetahui
keadaan Dji Dji Kouw, sebaliknya Dji Dji Kouw pun tidak dapat mengetahui keadaan Bee
Su Bun.
Ia hendak keluar kamar atau keluar rumah, Li Siu Tin selalu menggunakan pesan
dokter sebagai alasan untuk melarangnya. Pada lahirnya inilah mempakan maksud yang
baik, tetapi batinnya ini merupakan suatu tahanan mmah. Lagi pula Li Siu Tin
menggunakan ilmu perang kilat menyerangnya. Tetapi ia senantiasa bertahan kepada
garis pertahanannya, tidak tergoyah atau tergeser kedudukannya.
Meskipun demikian, semangatnya Li Siu Tin tak mengenal mundur, tak kunjung
padam, malah sebaliknya ia tidak memilih cara lagi, ia bersumpah berjuang untuk
mencapai tujuannya, maka ia menggunakan pengamh jahatnya, menjalankan suatu tipu
muslihat lain.
Hari itu setelah Bee Su Bun meninggalkan rumah atap didesa, Dji Dji Kouw tak pernah
lagi nampak baliknya Bee Su Bun, maka didalam hatinya jadi gelisah serta sangsi akan
kata2nya Bee Su Bun itu, apalagi setelah kakak dan iparnya kembali, maka terbukti
bahwa Bee Su Bun tak pernah bertemu dengan mereka.
"Iparku, kau jangan mimpi yang bukan2, si ahli musik itu karena setiap hari isengnya,
dia hanya bersenda gurau denganmu. Apakah kau menganggapnya dia bersungguh2
hendak memperisterikan kau?" kata iparnya.
"Tidak, tidak, dia tidak bersenda gurau denganku!" kata Dji Dji Kouw yang sangat
gelisah sehingga hampir i'a menangis.
"Kalau demikian, kemana dia perginya? Aku sebaliknya mengetahui, bahwa dia telah
pergi kerumah Li Siu Tin," kata iparnya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Oh !" tak terhingga sedih hatinya, Dji Dji Kouw tak kuat lagi menahan butiran air
matanya keluar dari selaput matanya.
Sang waktu lewat dengan pesatnya.
Dji Dji Kouw pepat hatinya, tak pernah ia keluar pintu, ia berdiam dirumah hingga
setengah bulan lamanya, masih juga tidak nampak Bee Su Bun kunjung datang. Oleh
karenanya ia mulai percaya akan perkataan iparnya" bahwa sesungguhnya si ahli musik
itu bersenda gurau belaka.
Didalam hatinya yang lemah lembut itu, berisikan keluh kesah dan kebencian. Ia
keluarkan beberapa barang tanda mata yang dahulu diberikan Bee Su Bun kepadanya,
dij bungkusnya didalam saputangan, lalu pergilah ia kerumah sewaan berbatu merah itu.
Ia hendak mengembalikannya dengan melontarkan kepadanya untuk memperlihatkan :
ketetapan hatinya.
Ketika ia masuk kedalam rumah sewaan berbatu merah, serta jalan mendekat pada
tingkat ketiga No. 3, ia nampak seorang wanita muda yang cantik jelita mondar ia
mandir disitu. Ia mengetuk pintu itu beberapa kali, tetapi dari dalam kamar itu tidak ada
reaksi apa2.
"Apakah nonapun hendak berkunjung kepada tuan Bee Su Bun?"
Dji Dji Kouw menganggukkan kepala. Ia merasa , bahwa wanita itu dari balik
kecantikannya mengandung pula semangat keyantanan.
"Menurut kata tetangganya, dia telah berpindah rumah semenyak belasan hari yang
lalu."
"Apa? pindah rumah? Pindah kemana?" tanya Dji Dji Kouw karena herannya.
"Tetangganya beritahukan kepadaku, bahwa dia telah berpindah kerumah tinggal Li
Siocia."
"Tidak salah dugaan iparku. Benar2 menyemukan!" kata Dji Dji Kouw dengan
kebencian bercampur kesedihan serta kemarahannya.
"Apakah kau bersahabat dengannya?"
"Semenyak hari ini sudah bukan sahabat lagi, aku tidak mau kenal sahabat semacam
dia! Apakah kaupun saha-batnya?" kata Dji Dji Kouw yang achirnya bertanya.
"Belum dapat dikatakan sahabat, aku hanya pernah bertemu dengannya satu kali
saya."
"Apakah nama keluargamu?"
"In Hong."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"In Hong In Hong suatu nama yang sangat terkenal."
Dji Dji Kouw sering mendengar orang menyebutnya nama ini, tetapi ia
tidak.mengetahui orang macam apakah In Hong ini.
"Apakah kau mengetahui sebabnya mengapa dia berpindah rumah dengan secara
mendadak? Tanya In Hong.
"Sebabnya sangat sederhana, dia tinggal bersama dengan Li Siu Tin itu."
In Hong adalah seorang yang sangat cerdas dan cerdik, dengan melihat wajah orang,
ia lantas dapat memastikan,
bahwa hubungan gadis desa yang cantik jelita ini, dengan Bee Su Bun lebih daripada
sahabat biasa saya. jika hendak mengetahui jelas mengenai segala sesuatu keadaan Bee
Su Bun harus berhubungan dengan gadis desa ini.
Semenyak malam itu In Hong memberikan jasa baik untuk membereskan soal sewa
kamar Bee Su Bun, seyan-jutnya ia sangat repot dengan sesuatu urusan, tidak sempat ia
berkunjung pada Bee Su Bun, bahkan ia tidak mempunyai kesempatan untuk ber-jalan2.
Maka selama setengah bulan yang lampau ia tidak pemah lewat dijalan ini. Hari inipun ia
mempunyai urusan penting yang harus dibereskan, dan kebetulan ia harus melalui jalan
ini, maka dengan sepintas lalu saya ia masuk kerumah sewaan yang berbatu merah ini
untuk mengetahui apakah Bee Su Bun masih tinggal dirumah itu dengan tenang. Karena
sekali ia mencampuri urusan orang, ia senantiasa bertanggung jawab sampai pada
akhirnya.
"Siapakah nama nona dan dimana tempat kediamanmu? Apakah tidak halangan jika
aku berkunjung kerumahmu?" tanya In Hong.
"Aku bernama Dji Dji Kouw, tinggal disebuah rumah atap didesa Ay co cun. Dari
ujung jalan ini, jalan lagi enam atau tujuh Li sudah akan sampai."
"Boleh jadi esok aku sempat dan dapat berkunjung dan ber-cakap2 denganmu."
Mereka bersama2 meninggalkan rumah sewaan berbatu merah itu, lalu saling
berpisahan dan menuju kearah tujuan masing2.
Setiba dirumahnya Dji Dji Kouw membuang dirinya diatas pembaringannya menangis
sesengukan seharian, se-hingga sang surya telah terbenam disebelah Barat, iparnya
pulang dari sawah dan menghiburnya, barulah ia berhenti dari tangisannya.
"Kakakku dimana Kouw bertanya.
"Karena ayahku menderita sakit, dia pergi ke Bu-tung untuk menengokinya, malam ini
dia tidak pulang," jawabnya sang ipar.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Setelah bersantap malam iparnya melihat, bahwa ke-sedihan Dji Dji Kouw bertambah2 hebat, ia kewatir gadis itu akan berlaku nekat menghabisi jiwanya, maka iapun
lalu tidur bersama Dji Dji Kouw untuk mencegah hal2 yang tidak diingini.
Karena bekerja dari pagi hingga petang, iparnya Dji Dji Kouw sangat lelah, maka lekas
juga dia tertidur. Sebaliknya Dji Dji Kouw karena pepat dan sedih hatinya, segala pikiran
menyerbu serentak kedalam otaknya, ia bergulak-gulik tidak dapat tidur. Ia tidak hendak
berpikir, sebaliknya pikirannya makin menjadi2. Ia ingin tidur, makin ia tidak dapat tidur.
Otaknya penuh dengan segala pikiran, kepalanya dirasakan pening.
Sang waktu lewat dengan tentunya, malam makin larut, sawah ladang yang luas sunyi
senyap, apapun tiada suaranya. Karena kepepatan hatinya, dengan diam2 Dji Dji Kouw
turun dari tempat tidurnya, didalam kegelapan ia mengenakan pakaian dan keluar dari
kamar tidurnya. Ia melewati kamar tamu, membuka pintu dan keluar dari rumah, jalan
keladang dengan tiada tujuan tertentu. Hawa se-juk dan segar diwaktu malam membuat
kepalanya yang pening itu agak segar dan sadar rasanya, pikirannya pun lambat-laun
menjadi tenang, kepepatan hatinya pun agak mengurang.
Ia jalan dan jalan lagi sehingga pahanya dirasakannya linu, sadarlah bahwa ia telah
berjalan jauh, maka ia lalu berbalik dan pulang kearah rumahnya.
Ketika sudah dekat pada rumah, fajar telah menyingsing. Remeng2 ia nampak dari
jauh genting kaca pada atap kamar tidurnya yang menghadap kearah Barat itu seperti
terbuka. Setelah ia jalan lebih mendekat, ia nampak, bahwa jendelanyalah yang benar2
telah terbuka.
Iapun nampak ditempat yang kira2 sejauh dua puluh langkah jaraknya dari jendela itu
ada terletak sebuab benda yang berkilau2.
Ia lari kearah tempat itu, dengan tidak berpikir apa2 ia menyemput benda itu untuk
dilihatnya. Ah! Kiranya sebilah pisau belati yang berlumuran darah. Urat syarafnya
mendadak tergetar dan terkejut. Ia mencekal pisau belati ini dengan ter-gengong2, ia
lupa akan melepaskannya pisau belati itu ditanah.
justru pada waktu itu, pintu tetangganya disebelah Barat itu terbuka, nyonya Tan Twa
So memikul sajur keluar hendak dijualnya kekota. Demi dilihatnya Dji Dji Kouw mencekal


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pisau dan berdiri bengong diluar rumah itu lalu menanyanya: "Dji Dji Kouw, mengapa
kau mencekal pisau yang ber-kilau2 putih itu?"
Pikiran takutnya Dji Dji Kouw terpusat pada pisau belati itu, ia tengah berpikir apakah
didekat rumahnya itu ter-jadi perkara pembunuhan? Karenanya ia tidak mendengar sapatanya Tan Twa So itu, maka dengan sendirinya iapun tidak menyahutnya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Hal ini membuat Tan Twa So bercuriga, tetapi ia tidak berani menanya lagi atau
mendekat. Diletakkannya pikulannya ditanah, lalu masuk kedalam membangunkan
suaminya yang bernama Tan A Kin.
Ketika itu hari makin terang, mereka dengan hati2 mendekati rumah Dji Dji Kouw,
melongok dari jendela. Mereka nampak ada orang berlumuran darah rebah diatas tempat
tidur Dji Dji Kouw, tetapi tidak jelas siapa yang rebah disitu.
"Ah Dji Dji Kouw, siapa yang rebah terluka ditempat tidurmu?" Tan A Kin menanya
dari jauh, karena ia nampak Dji Dji Kouw masih tetap mencekal pisau belati.
"Ha, apa katamu?" laksana baru sadar dari mimpinya, Dji Dji Kouw melempar pisau
belati itu ditanah.
Tan Twa So nampak Dji Dji Kouw telah melempar pisau belatinya, maka besarlah
nyalinya. Ia buru2 me-manggil beberapa orang tetangganya, bersama2 menyerbu
kemmah atap Dji Dji Kouw untuk melihat apa sebenarnya yang telah terjadi.
"Siapa yang rebah ditempat tidurmu?" Tan A Kin menanya pula.
"Ensoku, dia mengapa?" Dji Dji Kouw balik bertanya.
"Kukira dia telah dibunuh orang, kau mencekal pisau untuk apa?" tanya Tan A Kin.
Kata2 ini membuat Dji Dji Kouw terkejut dan tangan kakinya dingin seperti es. Ia
gelisah dan dengan ketakutan jalan kekamar tidurnya sendiri memeriksa kedalam.
Nampak semua tetangga itu ber-teriak2 katanya : Dji Twa So telah terbunuh orang
dengan pisau Darahnya masih mengalir !"
Dji Dji Kouw tidak menyangka, bahwa kemalangan itu terjadi didalam rumahnya
sendiri. Kini pikirannya sudah kalut benar2, pada otaknya hanya dapat mengambil ketetapan yang sangat sederhana yakni segera pergi kekantor polisi untuk melaporkan
tentang terjadinya pembunuhan dan minta diperiksa serta menangkap pembunuhnya.
Setelah ia mengambil ketetapan ini, dengan tidak terasa lagi ia berbalik lalu lari.
"Ah Dji Dji Kouw telah lolos lari !" Teriak Tan A Kin yang sedari tadi sudah mencurigai
Dji Dji Kouw mem-bunuh iparnya, kini nampak Dji Dji Kouw lari makin tetap pada
dugaannya yang menganggap Dji Dji Kouw melakukan kejahatan.
"Jangan membiarkannya dia lolos, lekas menangkapnya Tan Twa So berteriak dari
dalam rumah dan mengajak semua tetangganya untuk mengejarnya.
Otak Tan Twa So sebagaimana suaminya yang berotak sederhana. Mereka
menganggapnya pasti, bahwa pembunuhnya tidak lain dan tidak bukan tentu Dji Dji
Kouw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Sekalipun Dji Dji Kouw cepat larinya, tetapi orang2 yang mengejaraya lebih cepat lagi
larinya, tidak antara lama Dji Dji Kouw telah tertangkap oleh mereka.
"Kalian mengapa menangkapku?" Dji Dji Kouw ber-tanya dengan mendongkolnya.
"Kau membunuh iparmu, apa masih hendak lagi?" Tan Twa So mewakilkan
tetangganya menjawab.
"Ini seperti juga menyemburkan darah kepada orang lain, sama sekali tidak bisa terjadi
hal yang demikian!" Dji Dji Kouw membela dirinya.
"Kalau kau tidak membunuh iparmu, mengapa kau lari?" kata Tan A Kin.
"Aku lari kekantor polisi untuk melapor."
"Siapa percaya kata2mu yang licin itu, kulihat dengan mata kepala sendiri, bahwa kau
memegang senjata tajam yang ber-kilat2, kalau kau tidak membunuh iparmu, mengapa
mencekal pisau?"
"Oh Aku" Suara kata2 Dji Dji Kouw terbenam didalam suara berisiknya teriakan orang
banyak.
"Jangan banyak bicara dengannya, bunuh mati padanya, hutang jiwa ganti jiwa!"
Teriak salah seorang yang tidak mempunyai otak waras.
Orang itu sumbing bibirnya, orang2 menyebutnya A Sam si sumbing.
"Ikat dahulu dengan tambang !" seorang lain berteriak.
"Ikat dia pada pohon Ikat dia pada pohon !"
Demikianlah Dji Dji Kouw diikat orang dengan tambang besar, dan diikatnya pada
sebuah pohon Kwie dihadapan rumahnya. Ia mendongkol tetapi tak dapat ia. membela
dirinya. Kecuali menangis tiada lain jalan lagi.
"Kau membunuh iparmu, masih hendak menangis! Pukullah dengan cambuk biar
mampus !" berseru A Sam si sumbing itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
3. TERjEBLOS KEDALAM pen fara.
Sang surya memancarkan cahayanya diladang, juga menyoroti pohon Kwie dimana Dji
Dji Kouw diikat. Dipinggir pohon itu berkerumun banyak tetangganya. Ada yang tua, ada
pula yang muda. Ber-macam2lah pendapat mereka itu.
Chalayak ramai perdusunan itu terus menerus mencaci memaki Dji Dji Kouw sehingga
Dji Dji Kouw dibuatnya henda? menangis tidak keluar air matanya.
Ketika Dji Dji Kouw tengah dikerumuni orang dan dihujani macam2 cacian, sekonyong2 tembok manusia yang berkerumun itu telah ditembus orang, dan Dji Dji Kouw
nampak In Hong yang kemarin bertemu serta ber-cakap2 dirumah sewaan berbatu merah
itu, bersama pula seorang kawannya wanita muda yang sikapnya sangat gagah, ikut
mendesak masuk kedalam kumpulan orang itu.
"Mengapa dia diikatnya pada batang pohon?" tanya In Hong.
A Sam si sumbing yang suka sekali orang ketimpah kemalangan, menjawabnya:
"Semalam dia membunuh iparnya, Tan Twa So dengan mata kepala sendiri
menyaksikannya dia melakukan kejahatan."
"yang manakah Tan Twa So itu?" In Hong bertanya pula.
Orang lalu menunjukkannya..In Hong bersama kawannya yang bernama Ouw Ga.
Demi mendengar penuturan itu, maka In Hon bersama Ouw Ga berbalik pula
mendekati pohon. Nampak oleh mereka, bahwa wajah muka Dji Dji Kouw sangat lesu,
pucat" dan ber-bintik2 bekas air mata, ini menanda-kan bahwa ia pernah menangis
didalam waktu yang lama.
"Ji Siocia, bagaimanakah duduknya perkara ini? ceriterakanlah keadaan yang
sebenarnya kepadaku, boleh jadi aku dapat memberikan suatu pendapat kepadamu! kata
In Hong dengan lagu suaranya yang menandakan penuh rasa simpatinya.
Orang2 yang berada disekitar Dji Dji Kouw itu semual orang2 yang memusuhinya,
walaupun mereka itu tetangga] yang kenal baik satu pada lain, tetapi kesederhanaan
otaknya itu sungguh menggelikan, mereka dengan suara' bulat. berpendapat dan
memastikan bahwa Dji Dji Kouw yang melaknkan pembunuhan kepada iparnya. Tidak
ada seorang pun diantara mereka itu yang menanyakan apa> yang sebenarnya terjadi
pada malam hari tadi, dan memJ pertimbangkamiya secara jujur dan adil. Tetapi In Hong]
yang baru bertemu sekali kemarin itu jelas nampaknya; sangat memperhatikan
keadaannya Dji Dji Kouw.
"Oh, In Siocia, baharu kemarin kita berpisah, tidaka dinyana malamnya telah terjadi
suatu kemalangan yang1 tak disangka2. Mereka tak mau memberikan kesempatanl akuS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
menyelaskan keadaan yang sebenarnya, coba kau pikir, apakah mereka ini tidak berlaku
se-wenang2 saya?"
"Kau melakukan kejahatan membunuh orang, masih mengatakan orang berlaku sewenang2," kata A Sam si sumbing sambil mengambil sebuah cabang pohon
dipukulkannya.
Ouw Ga nampak kelakuan semua tetangga terhadap Dji Dji Kouw yang sedemikian
tidak adil itu, didalam hatinya sudah merasa mendongkol. Kini nampak pula A Sam si
sumbing dengan semau2nya memukul Dji Dji Kouw dengan cabang pohon, hal mana
lebih2 tidak dapat dibenarkan set yar a hukum.
Maka dengan sebelah tangannya ia merampas cabang pohon itu, sebelah tangannya
yang lain lain mencekal kencang lehernya, seraya katanya : "Tadi kau kata Tan Twa So
menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, bahwa Dji Dji Kouw mencekal pisau
melakukan kejahatan, tetapi Tan Twa So mengatakan,bahwa dia hanya melihatnya Dji
Dji Kouw memegang pisau, tidak melihat dia melakukan kejahatan. Kau ini omong
bohong menerbitkan perkara, dan sekarang kau pun hendak memukul orang. Kau begini
biadab, aku akan lebih diadab lagi! Kulontarkanmu ketepi seberang sungaI sana,
hendak kulihat kau masih dapat berlaku se-wenang2 t lagi atau tidak?" kata Ouw Ga
sambil mengangkatnya tinggi2.
"Ouw Ga, turunkanlah, kasi ampun padanya sekali ini!" kata In Hong yang didalam
keadaan bagaimanapun selalu 4 dapat bersabar, bertentangan dengan tabiat Ouw Ga
yang berangasan itu.
Tetapi terhadap pesan atau perintah In Hong itu, kebanyakan Ouw Ga tidak berani
membantahnya,-maka kali ini pun ia menurunkan A Sam si sumbing itu.
A Sam si sumbing itu mengetahui, bahwa tubuhnya a sendiri sangat beratnya, kini ia
telah terangkat oleh Ouw Ga dengan mudahnya, maka ia dapat membayangkannya, a
bahwa wanita ini mestinya bukan sembarang wanita. Maka a; ia lalu dengan diam2
berlalu keluar dari kumpulan orang itu, dan berdiri menonton dari tempat yang agak jauh,
tidak berani berlagak lagi.
Demikianpun yang lain2nya tidak lagi menyerang Dji Dji Kouw dengan sembarangan
tiada berdasar sama sekali.
Dji Dji Kouw lalu menceriterakannya dengan jelas apa yang telah dialaminya
semalam.
"Iparmu biasanya tidur dimana?" tanya In Hong, "Biasanya dikamar sebelah Timur
dengan kakakku, kata Dji Dji Kouw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Ji siocia, menurut katamu, kau bukan pembunuhnya, tetapi soal ini biarlah dibereskan
dengan pemeriksaan anggota polisi. Kini apa yang aku hendak ketahui ialah hubunganmu
dengan Bee Su Bun, dan juga Li Siu Tin...." kata In Hong.
"Oh Kita jangan membicarakan soal ini lagi," kata Dji Dji Kouw.
Dari sorot mata Dji Dji Kouw itu, orang dapat menge-tahui, bahwa ia mengandung
perasaan yang risau serta membenci, rupanya ia tidak suka lagi menyebutnyebut nama
kedua orang ini.
"Ji siocia, oleh karena kepindahan Bee Su Bun yang secara mendadak ini, aku sangat
bercuriga, juga ter-bunuhnya iparmu itu mungkin ada hubungannya dengan soal
kepindahan Bee Su Bun yang secara mendadak itu. Maka hendaknya kau suka
menyelaskannya padaku mengenai sengketa diantara kalian bertiga, sedikitpun jangan
kau merahasiakannya, mungkin aku dapat mem-bikin terang rahasia yang terkandung
didalamnya, sehingga terbukti bahwa dakwaan yang ditimpakan orang diatas dirimu itu
se-mata2 fitnahan belaka.
"Sengketa diantara kami bertiga itu sebenarnya ber-liku2, tidak sederhana. Li Sui Tin
cinta kepada Bee Su Bun, dan Bee Su Bun cinta kepadaku, dan aku sendiripun cinta
kepadanya. Pada setengah bulan yang lampau, pernah Bee Su Bun menyatakan
kepadaku, bahwa ia hendak meminang aku, dan aku menyatakan setuju. Dengan penuh
semangat dia pergi keladang dengan mak-sud hendak memberitahukan hal itu kepada
kakak dan iparku. Tetapi semenyak waktu itu, dia tidak kembali lagi. Iparku menduganya
Bee Su Bun tidak mempunyai ke-sungguhan hanya iseng2 hendak bersenda gurau
denganku. Mula2 akupun tidak percaya. Sampai pada hari kemarin aku pergi kerumah
sewaannya yang berbatu merah itu dimanapun aku telah bertemu dengan kau, maka
terbukti.
bahwa dia telah pindah kerumah kediaman Li Siu Tin, barulah aku percaya dan yakin,
bahwa dia sebenamya seorang yang tidak boleh dipercaya!"
Penyelasan Dji Dji Kouw sekalipun sangat sederhana, tetapi dari beberapa patah kata
ini, demi diolahnya didalam otaknya, In Hong sudah dapat mengirangiranya bagaimana
hal sebenarnya perkara itu.
"Ji siocia, kau jangan putus harapan, kukira Bee Su Bun tidak cinta Li Siu Tin, ia tetap
mencintaimu"
"Bagaimana dapat kau ketahui?" tanya Dji Dji Kouw dengan sorot mata yang seolah2
memperlihatkan timbulnya pengharapan baru.
"Meskipun aku tidak berani memastikan, tetapi kelak kau akan dapat mengetahuinya
sendiri. Kuharap kalian yang mempunyai asmara berhasil menjadi keluarga," kata In
Hong dengan tidak langsung.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ketika In Hong bertanya-jawab dengan Dji Dji Kouw, dilain pihak Ouw Ga pun tengah
berdiplomasi dengan para penduduk dusun mengenai soal dilepaskannya Dji Dji Kouw.
"Walaupun benar dia sebagai pembunuhnya, tidak seharusnya dia diikat dipohon,
perbuatan ini menyalahi hukum, apakah kelian tahu?" kata Ouw Ga.
Tetangga2 Dji Dji Kouw itu yang telah menyaksikan kemahiran ilmu silatnya Ouw Ga,
tidak berani mengatakan tidak mau melepaskannya, tetapi disamping itu, mereka pun
kewatir, Dji Dji Kouw akan mengambil ketika untuk lari kabur. Tengah merasa sukar
untuk mengambil ketetapan, Tan A Kin lapor kepada kepala kantor detasemen polisi,
yang lalu meneruskannya kepada kantor pusat polisi, dan dikirimnya kepala polisi rahasia
To Tie An dibantu oleh sersi si gemuk datang dengan berkendaraan motor.
"Siapa pembunuhnya?" kepala detektip To Tie An , bertanya sambil jalan berlenggang
lenggok mendekati pohon kwui.
"Itulah dia pembunuhnya, yang diikat dipohon," kata Tan A Kin.
"Sebelum diperiksa, tidak dapat dipastikan bahwa dia pembunuhnya, hanya boleh
dikatakan tersangka!" kata seseorang dengan suara lantang dan kerennya.
"Siapa demikian besar nyalinya, berani membantah dan mementangi aku?" tanya
kepala detektip she To itu dengan garangnya.
A Sam si sumbing nampak datangnya kepala ketektip jtu nyalinya membesar, ia
kembali menyelusup kedalam kerumunan orang2 itu, dan menyerang secara gelap,
katanya : "Wanita ini menusuk ipamya dengan senjata tad jam, coba semua orang pikir,
apakah tangannya tidak terlalu kejam?"
"Siapa yang mengikatnya pada pohon?" tanya sersi gemuk itu.
A Sam si sumbing mengira menangkap pembunuh bukan kecil jasanya, rnaka dengan
gagahnya ia menentang dada jalan kehadapan kedua sersi itu, lalu ia berkata : "Aku yang
mengikatnya pada bstang pohon."
"Perbuatan tidak syah, harus menerima hukuman," tetap terdengar kata2 yang lantang
suaranya itu.
"Ada orang yang mengganggu kita, A Poan, kau tangkap orang itu kemari!" Kepala
detektip she To itu memerintahkan si gemuk.
"Aku tahu, yang mengganggu kalian itu adalah dua wanita tukang cari uang dengan
pertunjukan silat. Sebelum kalian datang, mereka itu ingin menolong si pembunuh.
Setelah nampak kedatangan kalian, mereka lantas bersembunyi diantara kerumunan
orang banyak." A Sam si sumbing mengagitasi untuk membalas sakit hatinya tadi.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Kalau begitu,' kau bawa aku menangkap kedua wanita penyabot itu," kata sersi
gemuk itu.
A Sam si sumbing menggunakan bulu ajam sebagai panah tanda perintah, lalu
memimpin sersi gemuk itu menunjuk In Hong dan Ouw Ga.
A Poan, sersi gemuk itu menatap In Hong bersama Ouw Ga lalu memperlihatkan roman
gelisah, dengan tidak berkata2 sepatahpun lalu membalik arah jalannya kem-bali kepada
To Tie An, si kepala detektip itu.
"A Poan, sudahlah kau berhasil menangkapnya?" kepala sersi she To itu bertanya .
"Tham tio (kepala sersi), kau tangkap sendiri sajalah !" si gemuk itu menjawab.
"Kantong nasi belaka, apakah menangkap dua orang wanita saya kau tidak dapat
melakukannya? Dimana mereka itu?" kata detektip To sambil jalan.
Ketika itu In Hong bersama Ouw Ga dengan sengaja mem-balik tubuh membelakangi
To Tie An sehingga hanya punggungnya yang tertampak oleh kepala sersi itu.
"Inilah kedua wanita itu !" kata A Sam si sumbing sambil menunjuk pungung mereka.
"Adakah kalian yang menggangguku?" To Tie An menghampiri sambil mengulur
tangannya hendak menangkapnya.
"Kau berkata dengan siapa?" In Hong bersama Ouw Ga berbalik serentak sambil
menanya.
Nampak kedua wanita yang berilmii tinggi pada jaman itu, maka tahulah, bahwa
lagaknya itu tak akan ditakutinya. Apalagi tidak ada alasan untuk menangkap mereka itu.
Maka wajahnya yang semula keren segera berubah menjadi wajah muka bersenyum, dan
tangannya yang sudah diulurkannya itu diubah untuk meng-garuk2 , kepalanya.
"Oh, sangkaku siapa, kiranya kalian kedua siocia, apakah selama ini kalian baik2 saya?"
"Tak usah sungkan2 kau hendak menangkapnya, tangkaplah lantas !" kata Ouw Ga.
"Tidak, tidak, kalian bersenda gurau denganku, akupun bersenda gurau dengan
kalian." To Tie An men-cari2 alasan.
A Sam si sumbing nampak kepala sersi itu bukan saya tidak berani menangkap, malah
sebaliknya minta maaf. ia insyaf keadaan tidak menguntungkan baginya, maka selangkah
demi selangkah ia bertindak mundur untuk terus lari kabur.
"Mereka mengikat Dji Dji Kouw pada batang pohon ini menurut hukum tidak dapat
dibenarkan, To Thamtia, apakah kau hendak membiarkannya saya?" kata In Hong.
"Aku tengah memeriksa siapa yang mengikatnya pada pohon," kata kepala detektip
she To itu, sambil memerintahkan si gemuk, katanya: "Lepaskanlah Dji Dji Kouw."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Demi dilepaskannya Dji Dji Kouw dari ikatan pada pohon itu, maka To Tie An mulai
memeriksa perkara pembunuhan itu.
Ia mendengarkan uraian2 orang2 yang bersangkutan, setelah itu lalu bersama2 In
Hong dan Ouw Ga diikuti orang banyak masuk kerumah atap untuk memeriksa keadaan
didalamnya. Si sersi gemuk menyemput pisau belati tajam itu dibawanya kekantor besar
polisi untuk memeriksa sidik jari yang ada dihulu pisau itu.
Kamar dimana terjadinya peristiwa itu tidak seberapa luas, menghadap kearah Barat
terdapat sebuah jendela, daun jendela itu terbuka, menyusur dinding sebelah Utara
terletak sebuah tempat tidur kaju, mayat Dji Twa So rebah ditempat tidur itu dengan
kepala disebelah Timur dan kaki disebelah Barat, darahnya berlumuran kian kemari. Pada
bagian dadanya terdapat dua luka tusukan pisau, kesemuanya mengenai tempat yang
penting dan berbahaya, menurut dugaan, Dji Twa So dengan tak keburu berteriak sudah
menemui ayalnya. Pada dahi Dji Twa So terdapat pula' sebuah anak panah pendek yang
menancap.
Demi melLhat anak panah itu, detektip To sudah mengenali, bahwa panah istimewa
ini milik Oey Eng. Maka ia menatapnya In Hong satu kali. In Hong pun telah me-lihat
anak panah itu, dan membalasnya menatap dengaD tenang hati.
Detektip To memeriksanya pada ekor panah itu dengan kaca pembesar, setelah mana


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia memperlihatkan senyuman yang dibuat2, sambil berkata: "In Siocia, tanda pada ekor
panah ini seekor burung kenari keciU terbukti disini, bahwa pembunuh Dji Twa So ini
adalah Oey Eng. Bagaimana pendapatmu?"
Oey Eng alias In Hong, walaupun pemah membantu To Tie An si kepala detektip ini
memecahkan banyak rahasia perkara yang aneh2, tetapi didalam lubuk hati kepala sersi
ini, senantiasa bertentangan mengenai pere-butan kedudukan nama. Pan sudah lazinmya
pula sersi dengan penjahat budiman atau huicat kedudukannya sahng bertentangan
seumpama api dengan air. Masih ada lagi sebab lain yang membaat To Tie An membenci
In Hong itu, yalah pernah To Tie An ter-gila-terhadap nona In Hong, tetapi cintanya tak
terbalas, oleh karenanya dari cinta berubah menjadi benci. jika Oey Eng atau In Hong itu
tidak ada suatu titik kelemahan yang berada ditangan To Tie An, maka dengan sendirinya
si kepala ditektip inipun tidak berdaya terhadapnya, tetapi sekali ia mendapatkan sesuatu
tanda kelemahan, maka ia akan dapat alasan untuk menyebloskan Oey Eng kedalam
penjara. Sebatang anak panah didahi Dji Twa So ini, hari ini akan dipergunakan oleh To
Tie An sebagai alat untuk mengekang In Hong.
"Menuait pengetahuanku, panah pendek Oey Eng itu banyak sekali terdapat diluar,"
jawab In Hong dengan tenangnya. "Umpama kau sendiripun menyimpan beberapa
batang panah Oey Eng yang pendek itu. Maka panah pendek Oey Eng yang terdapat
didahi Dji Twa So itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
K tidak dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa Oey Eng ? membunuh orang."
Demi mendengar pernyataan itu, To Tie An merasa, bahwa senjata untuk menyerang
In Hong itu masih 91 kufang tajam. Tetapi ia masih menandaskan : "Kecuali Oey Eng,
tidak ada orang lain yang pandai memperguna-3) kan anak panah sependek ini."
"Apakah maksudmu hendak mengatakan, bahwa lebih dahulu Oey Eng melepaskan
anak panah dari luar jen-li dela hingga mengenai tepat pada dahi Dji Twa So, setelah itu
barulah ia lompat masuk kedalam melalui jendela dan menusuknya dua kali dengan pisau
belati?" tanya In Hong. ..Sedikit pun tidak salah, panah pendek Oey Eng dial bubuhi obat
pemabuk, agar supaya Dji Twa So tidak sadar, i! setelah itu dia masuk kedalam kamar
membunuhnya dengan pisau," kata To Tie An.
"Berdasarkan cara pemeriksaanmu, To thamtio, apa-kah tidak boleh jadi lebih dulu
Oey Eng menusuk Dji Twa So dengan pisau belati, kemudian melepaskan anak [j panah
kearah dahinya?"
"Sama sekali tak boleh jadi ada perbuatan yang bodoh dan tidak masuk akal ini. Apa
perlunya, setelah Dji Twa So terbunuh raati, baru melepaskan anak panah kearah li
dahinya?" kata To Tie An.
Maka dipanggilnya masuk Tan Twa So dan sekalian ii tetangga itu oleh In Hong.
"Tadi ketika kalian masuk kedalam kamar ini, ada siapa yang pernah menyentuh anak
panah pendek yang ada pada dahi Dji Twa So itu?" tanya In Hong.
Dengan suara bulat Tan Twa So bersama sekalian tetangga itu memberikan jaminan,
bahwa mereka tidak pernah menyentuh anak panah itu, bahkan merekapun tidak pernah
mengganggu jenazah Dji Twa So itu. To Tie An tidak mengerti apa maksudnya
pertanyaan Tn Hong itu.
"Adakah kalian yang menggangguku ?" To Tie An menghampiri sambil mengulurkan
tangannya hendak menangkapnya.
"To Thamtio, kenyataan membuktikan, bahwa semen-yak anak panah itu dilepaskan
dari luar dan menancap pada dahi Dji Twa So itu, sehingga sekarang ini belum pernah
tersentuh oleh siapapun juga, bukankah begitu?" In Hong menekankan kata2nya.
To Tie An angguk2kan kepalanya.
"Rebahnya mayat Dji Twa So yalah bagian kepala disebelah Timur, kakinya disebelah
Barat, miring meng-hadapi jendela disebelah Barat. Umpama kata Oey Eng melepaskan
anak panah dari jendela sebelah Barat, maka ekor panah itu semestinya juga miring
kearah Barat. tidakkah begitu? Tetapi kenyataannya tidak demikian. panah itu bukan saya
ekornya mengarah ketimur, bahkan berdiri lurus pada dahi itu. Ini membuktikan bahwaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
tidak mungkin anak panah itu dilepaskan dari luar jendela, juga membuktikan, bahwa
panah pendek inipun bukan dilepaskan oleh Oey Eng.
Demi mendengar penyelasan In Hcng itu, To Tie An si kepala ditektip itu lalu
memeriksa lagi anak panah yang menancap didahi mayat Dji Twa So itu sekali lagi,
ternyata kata2 In Hong itu sangat beralasan berdasarkan hukum ilmu alam. Dan
keinginannya untuk mempergunakan anak panah ini untuk mengekang In Hong, sudah
tiada kemung-kinannya lagi.
"Kalau begitu, dari manakah datangnya anak panah ini?" tanyak To Tie An.
"Pembunuh itu lompat dari jendela masuk kedalam kamar, setelah menibunuh Dji Twa
So dengan pisau belati, kemudian dia menusukkan pula panah pendek yang ter-lebih
dulu sudah sengaja dibekalnya itu pada dahi Dji Twa So, dengan maksud menfitnah Oey
Eng, dan men-capai maksudnya dengan sebatang panah memperoleh dua ekor burung.
"Akan tetapi siapapun ketahui akan keadaannya Dji Twa So sebagai seorang tani, hal
apakah yang harus dibnat rebutan, maka untuk apa dia dibunuh orang?" To Tie An
bertanya setelah merenungkan sekian lamanya.
"Pembunuh itu tidak bermaksud hendak membunuh Dji Twa So, tujuannya membunuh
Dji Dji Kouw. Pada sebelumnya dia sudah mencari tahu, bahwa Dji Dji Kouw tidur dikamar
Barat dan Dji Twa So tidur dikamar Timur. Didalam suasana gelap itu, si pembunuh tetap
mengira, bahwa orang yang tidur didalam kamar Barat itu tentunya Dji Dji Kouw." Tidak
disangkanya karena suaminya bepergian, dan ingin menemani Dji Dji Kouw, maka Dji
Twa So tidur berduaan dengan Dji Dji Kouw. Sangat kebetulan sekali, karena Dji Dji Kouw
mengalami sedikit pukulan batin,. tidak dapat dia tidur, lalu ber-jalan2 diladang, maka
Dji Twa So yang malang itu menjadi gantinya Dji Dji Kouw," kata In Hong.
"In Siocia nona In, inilah hanya dugaanmu, tiada bukti."
Sungguhpun kepala polisi rahasia ini tidak dapat lagi menuduh Oey Eng sebagai
terdakwa pada perkara pem-bunuhan ini, tetapi ia tidak setuju dengan pendapat In Hong,
bahwa Dji Twa So jadi korban sebagai peng-ganti Dji Dji Kouw, maka berkatalah ia:
"Tuduhan Dji Dji Kouw sebagai pembunuh iparnya adalah berat agaknya!"
"To Thamtio, pembunuh Dji Twa So itu sebenarnya Oey Eng ataukah Dji Dji Kouw,
kaupun harus mencari bukti yang nyata!" kata In Hong.
Mereka masing2 meneruskan memeriksa keadaan didalam kamar. In Hong
menemukan, bahwa pada kerangka daun jendela yang terbuka itu terdapat lima buah
sidik jari tangan yang berdarah. Diantara sidik jari itu tam-pak jari telunyuknya terdapat
garis pecah kecil dan panyang, menurut tafsirannya, pembunuh itu didalamS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
kerepotannya tak disengaja meninggalkan bekas darah itu. Dari sini dapat dipastikan,
bahwa telunyuk tangan kanan si pembunuh itu pernah terluka oleh pisau, kulit daging
ditengah jari telunyuk itu berubah jadi lekuk kedalam sehingga sidiknya tidak sempurna.
Apabila ia berhasil mendapatkan seseorang yang jari telunyuk tangan kanannya cocok
dengan sidik jari ini, maka ia akan dapat menemukan pembunuh Dji Twa So ini.
"To Thamtio, kuminta kau membawa daun jendela ini kekantor polisi untuk
memotretnya sidik jari berdarah ini dan menyimpannya. Ini suatu bukti penting untuk
peperiksaan kelak !" kata In Hong.
To Tie An memeriksa daun jendela itu lama sekali, kemudian meng-angguk2kan
kepalanya kepada In Hong menyatakan persetujuannya.
Kakak Dji Dji Kouw yang bernama ji Pwee Hok itu, telah kembali dari Pu Tung. Setelah
mengetahui isterinya terbunuh orang dan saudara kandungnya terlibat dalam perkara
pembunuhan ini, ia jadi terbengong2 tak tahu apa yang harus diperbuatnya.
Resersi si gemuk yang membawa pisau belati kekantor polisi untuk diperiksa sidik
jarinya, setelah mendapat laporan dari ahli sidik jari sudah lantas kembali keramah atap
itu. "To Thamtio, berdasarkan laporan pemeriksaan sidik jari, pada senjata alat pembunuh
itu, kecuali sidik jari Dji Dji Kouw, tidak terdapat lain sidik jari," kata sersi gemuk itu.
"In Siocia, apakah kau mendengarnya?" tanya To Tie An sambil menatap In Hong.
"Pada hulu pisau belati itu hanya terdapat sidik jari Dji Dji Kouw, jika dia bukan
pembunuhnya, siapakah lagi?"
"Setelah membunuh orang, si pembunuh dapat meng-hilangkan sidik jari dihulu pisau,
dan dilemparkan diluar rumah, Dji Dji Kouw menyemputnya pisau belati ini.
dengan sendirinya sidik jarinya terdapat dihulu pisau itu To Thamtio, kuharap kau
berlaku hati2, jangan sampajj terjadi mempenjarakan orang dengan hanya fitnahan !"1
kata In Hong.
"Bukti senjata ini masihkah dapat disangsikan??'l detektip To berkata dengan
sembarang saya. Setelahi mana ia mengeluarkan perintah kepada si sersi gemuk,!
katanya: "Kau bawa kereta mayat kekantor pemeriksaan mayat, umsan disini sudah
beres."
"Jangan lupa membawa kerangka daun jendela ke-kantor polisi untuk diperiksa !" In
Hong memperingatkan kepada mereka.
Detektip To mengeluarkan borgolan dari pinggangnyal menghampiri Dji Dji Kouw
seraya berkata : "Ji Siocia, [ maafkan aku, hendak aku menangkapmu."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
4 MENCENGKERAM TENGGOROKANnya.
jam sepuluh pagi, Bee Su Bun berdiri diatas lantai terbuka yang berada diluar lantas
duduk dirumah tingkat; kedua, sambil melapangkan pandangan matanya kepada taman
bunga dibawah yang beraneka ragam bunga2nya la memandangnya dengan asjik sekali.
Kamar duduk bersama kamar tidur lain diberikannya oleh Li Siu Tin dengaa tidak
menerima uang persewaan. Tetapi ia merasakany bukan sebagai rumah sewaannya,
melainkan rumah pen-yara yang berbentuk lain. Dan Li Siu Tin sebagai kepala penjara
model lain pula.
"Darling, tak seharusnya kau berdiri lama-, luka dipahamu masih mengharuskan kau
beristirahat!" kata Li Siu Tin yang juga berdiri disampingnya. Ia hanya mengenakan
celana dan baju tidur yang sepan terbuat dari wol merah.
"Taman bunga ini indah sekali, sungguh menarik per-hatian orang," kata Bee Su Bun
yang sengaja mencafi kata2 untuk melayaninya dengan sembarangan.
Sebaliknya matanya ditujukan' kepada sebuah pintu besi kecil yang terdapat didinding
tembok pagar sebelah Timur taman bunga itu. Pintu besi itu dipalang dengan , besi dan
terkunci. la mengetahui, bahwa tak dapat ia lolos dari rumah ini melalui pintu depan.
Karena pintu depan siang malam ada pengawalnya, kecuali jika ia menunggu sampai
larut malam dan keadaan menjadi sunyi, ia lari melalui pintu besi ditaman bunga ini.
Hanya entah dimana tersimpannya kunci gembok besi pada palang pintu itu.
Li Siu Tin dengan diam2 meng-amat2i sikap Bee Su Bun itu, maka pikiran yang
terkandung didalam otak Bee Su Bun itu, sebahagian besar ia telah dapat menerkanya.
"Darling, bukankah kau ingin ber-jalan2 melalui pintu besi ditaman bunga ini?" tanya
Li Siu Tin dengan manis budi. Tapi luka dipahamu belum serabuh betul dan belum genap
satu bulan kau beristirahat, maka untuk sementara ini kuanjurkan kau tinggal didalam
kamar. jika kau menghendaki keluar jalan2 urnk menghilangkan pikiran yang pepat, aku
dapat menemaninya. Ataukah kau suka pergi seorang diri? Kudapat memberikanmu
kuncinya."
Lalu dikeluarkannya sebuah anak kunci dari dalam saku baju tidurnya dan diberikannya
kepada Bee Su Bun. padahal anak kunci itu bukan anak kunci untuk membuka kunci
palang pintu besi taman bunga itu. Bee Su Bun terbuka rahasia hatinya, tertampak
kegelisahannya, ia tidak berani menjambuti anak kunci itu.
"Tetapi jika aku tidak menyertai kau, itulah sangat berbahaya, karena didalam taman
ini terdapat anjing2 herder duabelas ekor, mereka pasti tidak memperkenankan
seseorang asing keluar masuk," menambahkannya pula Li Siu Tin.
"Oh Apakah kau memelihara anjing herder sebanyak itu? Mengapa tidak kudengar
suara salaknya?" tanya Bee Su Bun yang wajah mukanya berubah menjadi putih pucat.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"anjing2 itu telah terlatih benar, mereka berdiam didaiam sebuah kamar dibawah
tanah, maka kau tak dapat dengar suara salaknya. Semula aku hanya memelihara sejodo
yantan dan betina. Mereka telah berkembangi biak, sekarang telah menjadi duabelas
ekor banyaknya," kata Li Siu Tin sambil menatapnya, dan mengetahui, bahwa angan2
minggatnya Bee Su Bun telah mengalami pukulan yang hebat. Untuk melenyapkannya
sama sekali angan2 hendak meloloskan diri itu, maka ia masuk ke-kamar mengambil
nenampan yang bermuatkan belasan sausis masakan Eropah dan kembali pula kelantai
terbuka itu, dikeluarkannya sebuah peluit istimewa, lalu ditiupnia ti'ga kali.
Tidak lama kemudian Bee Su Bun mendengar suara salak anjing yang menakutkan,
menyusul suara salak itui ia nampak segerombolan anjing herder yang galak dan; buas
lari mendatangi, dibawah mereka meng-goyang2kam ekomya kepada Li Siu Tin.
Dilemparkannya sausis itu oleh Li Siu Tin kebawahj maka anjing2 itu berebutan makan.
sebentar saya telah habis semua. Diambilnya dua buah sausis lain diberikannya pada Bee
Su Bun, dan disurubnya melemparkannya; kebawah. Tetapi anjing2 itu hanya melihatinya
saya, tidak ada yang mau memakannya serta inenyalak kearah Bee; Su Bun.
Lalu dibunyikannya pula peluit itu sekali, maka anjing? itu lari pergi dengan taatnya
kembali kekandangnya.
"Darling, lihat, betapa terlatihnya anjing2ku kupanggil mereka datang dengan segera,
kusuruh pergi merekapun segera pergi, lagipula mereka menolak barang pemberian
orang asing. Orang asing siapapun juga, tak dapat keluar masuk sendirian kerumah
tinggalku ini, jika tidak. dia akan tergigit anjing sampai mati."
Bee Su Bun tergetar hatinya dan menjadi putus asa ia ter-bengong2 berdiri terpaku
dilantai terbuka itu bagaikan patung.
Li Siu Tin sangat girang didalam hatinya, maka segera dilancarkannya serangan
asmaranya.
"Darling, tak dapat kau berdiri lama2, lekaslah duduk dikamar !"
Karena sebutan darling2 yang tak habis2nya itu, Bee Su Bun merasakan kepalanya
jadi pening dibuatnya.
Ia jalan perlahan-lahan masuk kekamar duduk, lalu duduk diatas sebuah sofa panyang.
Li Siu Tin mengikutinya dan duduk disisinya. Ia bergeser menjauh sedikit, Li Siu Tin lalu
mendekatinya sedikit. la memepet ketepi sofa sehingga tidak dapat bergeser lagi. Li Siu
Tin sengaja menempel-kan tubuhnya, bagaikan gula permin karet tak dapat melepas.
Berbareng minyak wangi yang memabokkan tersiar dari tubuhnya yang sexualitis itu,
terus masuk kehidung Bee Su Bun. Bagaimana teguh kokoh hatinya, kegenitan serta
keharuman tubuh Li Siu Tin itu. achirnya dapat merun-tuhkan hatinya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Tetapi dengan segera ia berusaha menenangkan pikirannya. Ia merapikan pakaian
dan duduk lurus, diam2 ia mengingatkan dua patah ayat kitab suci Buddha yang
mengatakan : 'RUPA ITU HAMPA, dan HAMPA ITU RUPA', ia berusaha sekuat tenaga,
agar tidak sampai terjatuh kejurang kesesatan yang sengaja diatur oleh Li Siu Tin itu.
"Darling jantungku berdenyut keras, entah mengapa, coba pegang dadaku, apakah
tidak terlampau cepat denyutannya?" kata Li Siu Tin sambil mencekal tangan Bee Su Bun
lalu ditempelkan pada dadanya.
Tak dapat Bee Su Bun merasakan cepat atau lambat denyutan jantungnya wanita itu,
karena duduk letaknya buah jantung itu masih agak kebawah sedikit. Sebaliknya ia
merasa jantungnya sendiri berdenyut keras, tak dapat tertahan pula.
Dengan mengerahkan tenaga ia meronta dan melepaskan tangannya dari bagian yang
berbahaya itu, segera ia berdiri, wajahnya bembah merah lalu berkatalah Ia:-"Li Siocia,
kurasa tingkah-laku kita ini harus ada batasl yang tertentu, apakah kaupun berpendapat
demikian?" Sungguh anak tolol berhati baya Pikirnya Li Siu Tin dengan serangan yang
dilancarkan sehebat itu tentu akan tercapai maksudnya. Ternyata ia kecele. Maka ia
mengubah siasatnya lain lagi.
"Batas? Batas apa? Bukankah kelanjutannya akan kita mengadakan upacara
pernikahan?" kata Li Siu Tin ae-! ngan tertawanya yang memikat hati.
"Menikah? Menikah dengan siapa?" tanya Bee Su Bun dengan mata membelalak.
"Sudah tentu kau menikah dengan aku."
"Tidak, tidak, aku tak dapat nikah denganmu !"
" Apakah kau hendak mengatakan. bahwa kau akan nikah dengan Dji Dji Kouw?"
Bee Su Bun menganggukkaii kepalanya sedikit.
"Baru saja kudapat suatu berita, bahwa Dji Dji Kouw" baru saja Li Siu Tin hendak
mengatakan,
bahwa Dji Dji Kouw telah dibunuh oleh penjahat perempuan (Li Huicat) yang bernama
Oey Eng, mendadakl pelayannya berdiri diambang pintu melapor : Siocia (nona) ada
tamu hendak berkunjung padamu."
Mengartilah Li Siu Tin, bahwa yang berkunjung itu tidak lain daripada Ong San Niauw.
"Darling, kau istirahatlah, aku pergi sebentar segera datang pula," kata Li Siu Tin
sambil turun kerumah tingkat bawah.
Li Siu Tin ber-cakap-secara rahasia dengan Ong San Niauw didalam kamar rahasia
dirumah bawah,S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Perkara itu mengalami perkembangan baru !" kata Ong San Niauw dengan sikap
tegangnya.
"Mengenai hal apa? Bukankah semalam kau memberi-ahukan kepadaku, bahwa kau
telah berhasil membunub piati Dji Dji Kouw, serta menancapkan panah pendek itu , Dada
dahinya?" tanya Li Siu Tin.
"Aku telah menyelidiki dengan jelas, bahwa Dji Dji Kouw tidur disebelah Barat, maka
semalam aku lompat iari jendela dan masuk kekamar Barat itu, aku menye-usup hingga
sampai dipinggir tempat tidur yang gelap itu,
Ditusuk Dji Dji Kouw yang tengah tidur itu dengan pisau belati hingga mati. Pagi ini
kusuruh muridku pergi ke dusun Oey-co-can, bercampur-baur didalam rombongan
Drang2 yang berkerumun itu untuk mendengar kabar. Tidak disangkanya bahwa yang
mati itu bukan Dji Dji Kouw, melainkan Dji Twa So, iparnya"
"Apa? jadi yang mati itu bukannya Dji Dji Kouw?"
"Meski dia belum mati terbunuh, tetapi To Thiam tio telah menangkapnya dan ditahan
didalam penjara sebagai pembunuh, karena pada hulu. pisau belati itu terdapat sidik
jarinya."
Demi mendengar penyelasan itu, Li Siu Tin memperlihatkan wajah dari kegembiraan
hatinya, maka berkata-ah ia : "Walaupun salah sasaran pembunuhan itu, tetapi buah
hasilnya akan sama saya. Setelah dia dianggap se-%agai pembunuh, harapan kecil dia
dapat hidup terus, Seringan2nya dia akan dihukum seumur hidup. Bee Su Bun akan tak
dapat memperisterikan dia. Dan panah pendek milik Oey Eng itu, apakah memberi efek
yang rmenghasilkan pula?"
"Sedikit pun tak memberikan hasil, rencana kita untuk memfitnah In Hong itu sama
sekali gagal!" kata Ong San Niauw dengan lesu.
"perlahan-lahan kita memikirkannya pula," kata Li Siu Tin acuh tak acuh.


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah merenungkan sekian lama mengenai apa yauM diuraikan Ong San Niauw itu,
achirnya berkatalah Li Siu Tin : "Mengapa kita rnesti takut kepadanya? jika dia tidak
datang kemari, kita anggap saya soalnya sudah] beres, tetapi jika dia berani datang, hm
Hm!"
Mereka melanjutkannya berunding untuk sesaat lama-! nya, setelah mana Ong San
Niauw mendapat perintah] untuk mengatur segala sesuatunya.
Li Siu Tin kembali kerumah tingkat atas dan masuk kekamar duduk, nampak Bee Su
Bun jalan mundar-mandir dengan memperlihatkan wajah yang uring2an.
Demi nampak kedatangannya Li Siu Tin, maka berkatalah ia dengan murkanya : "Li
Siocia, aku telah ambil ke-tetapan, bahwa hari ini aku harus pindah dari rumahmu ini"S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Oh Darling, mengapakah? Apakah kau merasa tidak puas?" kata Li Siu Tin.
"Karena disini aku kehilangan kemerdekaanku, kau telah mengekang kebebasanku,"
demikianlah Bee Su Bun memuntahkan kata2nya yang telah lama terpendam didalam
dadanya.
"Aduh Darling, sama sekali kau telah salah paham, demi kepentingan kesehatanmu,
maka aku mencegah kau banyak bergerak. Mengapa kau menganggap maksud baikku
menjadi jahat? Kalau demikian anggapanmu, maka biarlah kau pindah, aku tak dapat
memikul dosa sebagai perampas kemerdekaanmu." Kata Li Siu Tin yang berlagak marah.
"Aku tahu, bahwa kau tidak dapat me-lupakan Dji Dji Kouw, bukankah begitu? Tetapi Dji
Dji Kouw telah berdosa membunuh orang dan tertangkap serta masuk bui. Tak usah kau
pergi kedusun Oey-ico-cun.
Kau boleh langsung berkunjung kepadanya didalam penjara."
Demi mendengar berita itu, hampir saya Bee Su Bun jatuh pingsan, dengan suara
gemetar ia bertanya:
"Apakah katamu ini benar?"
"Tadipun aku sudah hendak memberitahukan kepadamu. Aku mempunyai seorang
teman yang tinggal didekat dusun Oey-co-cun, maka aku dapat mendengar berita ini. Hal
ini tentu seratus persen benar."
"Dia dia membunuh siapa?"
"Membunuh iparnya, yaitu Dji Twa So."
"Tak pencaya aku!"
"Sangkamu aku mendusta, kau dapat menantikan dan membaca berita harian malam
ini," kata Li Siu Tin yang berlagak marah dan meninggalkan kamar duduk itu dengan
tidak berpaling muka lagi.
"Aku tidak mau lihat surat kabar sore, sekarang juga aku hendak pergi kedusun Oeyco-cun untuk membuktikannya. jika kau tidak melepaskan aku keluar rumah, aku hendak
lapor kekantor polisi"
Li Siu Tin tidak menggubrisnya, ia terus turun kerumah bawah.
Bee Su Bun mengenakan baju luar ingin keluar kamar duduk, mengejar Li Siu Tin minta
agar supaya ia diper-kenankannya keluar rumah. Tetapi baru saja sebelah kakinya
melangkah keluar kamar duduk atau segera ia mendengar suara salak anjing, setelah
matanya menengok kekiri dan kekanan, maka dilihatnya sudah ada seekor anjing herder
yang berbulu abu2 ke-kuning2an menjaganya dipinggir pintu kamar duduk.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Buru2 ia menarik masuk kakinya dengan jantungnya berdetak keras. Nampak Bee Su
Bun sudah masuk kern-bali, anjing itupun tidak menyalak lagi. Bee Su Bun agak tenteram
semangatnya, lalu untuk kedua kalinya ia men-coba melangkahkan kakinya keluar kamar
duduk, maka anjing itu sekali lagi menyalaknya sebagai peringatan.
Pukul 17.00 sore itu, dengan membawa sehelai surat kabar terbitan sore, Li Siu Tin
masuk kekamar duduk itu, ia merapatkan daun pintunya lalu duduk disebelah Bee Su
Bun. "Darling aku mencintaimu sehangat ini, tak kusangka kau begini tidak mempunyai
perasaan. Kuhidup didunia ini sudah tidak berarti lagi!" kata Li Siu Tin serta memperlihatkan wajah yang sedih sekali, matanya pun mengucurkan air-mata.
Siasatnya dari keras mengancam kini berubah menjadi sedih dan memohon. Bee Su
Bun diam saya, dari tangannya ia merampas surat kabar terbitan sore itu untuk
dibacanya.
Pada halaman berita kota terdapat berita seperti berikut: "Didusun Oey-co-cun diluar
kota ini terjadi peristiwa pembunuhan, petani wanita bernama Dji Twa So, isteri ji Pwee
Hok, semalam telah terbunuh oleh iparnya, yaitu adik perempuan ji Pwee Hok yang
bernama Dji Dji Kouw dengan pisau belati sebagai alat
pembunuh. Dji Twa So menderita luka tiga tempat se-hingga menemui ayalnya.
Pembunuhnya belum sempat meloloskan diri, telah tertangkap oleh tetangga2nya. Pihak
polisi menugaskan kepala ditektip To Tie An pergi ketempat memeriksanya dan membuat
proses-perbal. Telah didapat cukup bukti, bahwa Dji Dji Kouw terang bersalah, lalu
ditangkapnya dan ditahan. Segera akan dimajukan kesidang meya hijau untuk diadili
sebagaimana mestinya."
Demi dibacanya berita itu, maka hebat juga Bee Su Bun merasa terpukul urat
syarafnya.
Nampak oleh Li Siu Tin, bahwa mata Bee Su Bun yang hitam jeli itu, terbengong2
memandang harian itu serta tubuhnya duduk diam sebagai patung diatas sofa, mulutnya
tertutup rapat.
Li Siu Tin menyangka, bahwa setelah dibacanya berita itu, dan terbukti Dji Dji Kouw
dipenjara, maka hati Bee Su Bun akan beralih kepada dixinya. Maka ia mempergiat
usahanya bersandiwara, mempertunjukkan wajah se-akan2 putus asa dan sedih untuk
menggerakkan hatinya Bee Su Bun.
Betapa pun ia menangis sesenggukan dan memperlihat-kan kesedihannya yang
mendatangkan rasa kasihan orang, namun Bee Su Bun seperti juga matanya tak melihat.
tidak berkata2, bagaikan orang tak bernyawa.
"Darling, kau"S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Belum lagi habis kata2nya itu, dengan mendadak saya ia nampak Bee Su Bun lompat
dari sofa bagaikan orang gila menubruk kepadanya, kedua tangannya mencengkam
lehernya dengan eratnya, hendak dicekiknya sehingga binasa.
Ia meronta2 tetapi tidak berhasil. cengkeman kepada tenggorokannya semangkin
lama semangkin kencang, hendak ia berteriak, juga tidak berhasil, hingga ia sukar
bemapas. Dalam waktu yang sangat kritis ini ia teringat kepada anjing herdernya yang
sudah terlatih baik.
Leher Li Siu Tin tercengkam Bee Su Bun dengan ken-cangnya, tetapi kedua tangannya
tetap bebas, maka dengan sekuat tenaga ia menepuk tangan tiga kali.
anjing herder yang berada diluar kamar duduk itu adalah salah seekor anjing yang
terlatih baik diantara keduabelas lainnya dan paling mengetahui maksud orang. Tiga kali
suara peluit atau tepukan tangan adalah tanda majikannya memanggilnya. Maka anjing
itu menubruk pintu hingga terbuka, dia nampak majikannya bergulat dengan orang asing,
maka dia mengetahui bahwa majikannya sedang menghadapi bahaya, dia segera
melompat, kaki depannya ditaruh diatas kedua bahu Bee Su Bun dan mulutnya
mengunyukkan giginya yang tajam segera hen-dak mengigitnya.
5. BERITA BURUK.
Nampak anjing itu menubruk dirinya, Bee Su Bun melepaskan tangannya yang
dipergunakan untuk mencekik leher Li Siu Tin itu. Kini kebenciannya sudah melebihi rasa
takutnya, ia tidak takut anjing herder itu lagi, dengan kedua siku2 tangannya ia
menghajar perut anjing itu.
Tengah hendak mengigit, anjing itu merasa bagian perutnya mendapat pukulan hebat,
maka kedua kakinya terluncur turun. Tetapi anjing galak itu menjambar pula untuk kedua
kalinya. Dan kali ini Bee Su Bun tertubruk dan jatuh dilantai.
Nampak anjingnya yang setia itu hendak mengigit orang puyaan hatinya, maka Li Siu
Tin segera memerintahkan anjing itu berhenti menyerang. anjing itu sangat taat terhadap
perintahnya. Li Siu Tin memanggilnya duduk disisinya, lalu diusap2nya kepalanya.
Bee Su Bun merangkak bangun menatap Li Siu Tin dengan pandangan seperti orang
gila.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Darling, kau sangat kejam, kau hendak membinasakan aku. Aku memang bersedia
mati didalam kedua tanganmu, ini dapat dikatakan berkorban demi cintaku tetapi aku
tidak kejam dan tega melihat kau tergigit anjingku sampai mati" Li Siu Tin masih hendak
membuat hati Bee Su Bun berubah.
Dengan se-konyong2 Bee Su Bun tertawa dengan njaringnya. Suara tertawa itu
demikian kerasnya sehingga memotong kata2nya Li Siu Tin.
"Darling, apa yang kau tertawai?"
"Kau tahu Dji Dji Kouw dimana?" tanya Bee Su Bun sambil menatapnya dengan sinar
mata redup tiada semangat.
"Sudah tentu didalam penjara," kata Li Siu Tin.
"Pui! Dia telah pergi kesorga, ia menjadi peri atau dewi !"
"Apakah kau sudah giia?"
"Gila? Kaulah yang gila !" Bee Su Bun tertawa pula, membuat bulu roma Li Siu Tin
bangun berdiri.
Ia meneliti keadaannya Bee Su Bun, yang terutama paling nyata ialah, matanya yang
besar dan bulat itu, telah suram dan bodoh nampaknya. kata2nya serta tingkah lakunya
telah sangat berubah.
"Ah celaka Sungguh2 dia telah gila." Li Siu Tin tergerak pikirannya, ia mulai merasa
putus asa. Ia berkata seorang diri: "Siapa nyana setelah dia membaca berita mengenai
Dji Dji Kouw tertangkap itu, karena tak tahan pukulan batinnya, dia telah menjadi gila.
Siasialah jerih payahku memutar otak sekian lamanya. untuk apa menghendaki orang
gila ini?"
Peristiwa perubahan mendadak Bee Su Bun menjadi gila itu terlebih nyata
memperlihatkan kekejamannya Li Siu Tin.
Ia membawa anjingnya keluar kamar dan turun kebawah, ia memerintahkan Ong San
Niauw dan kedua pengawalnya : "Bee Su Bun sudah gila, seretlah dia ke-kamar dibawah
tanah disebelah rumah anjing itu dan tutuplah dia didalam kamar itu. Tiap jam makan
berikan-lah sedikit makanan sembarang saya jika didalam waktu satu minggu hilang sifat
gilanya, dan pulih kenormalannya. maka beritakanlah kepadaku, agar dapat diatur lagi.
jika didalam waktu satu minggu masih tetap gila"
"Apakah diusir keluar?" tanya seorang pengawal.
"Tangkap harimau mudah saya, tetapi sangat sukar melepaskannya. Meskipun dia
sudah gila, jika dilepas masih dapat merugikan diriku. Lebih baik dibunuhnya lalu
digalikan tanah dikuburnya saya."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ketiga orang itu naik ketingkat atas, dan diringkusnya Bee Su Bun serta dibawanya
keujung taman dimana ter-dapat kamar dibawah tanah. Bee Su Bun melawan sekuat
tenaganya, tetapi achirnya ia dapat diringkus juga lalu dibawa dan ditutupnya didalam
kamar dibawah tanah.
Sehari demi sehari, waktu satu minggu telah berlalu. Li Siu Tin sama sekali sudah
melupakan halnya Bee Su Bun. Ia telah berkeliaran lagi didalam dunia pergaulan untuk
mencari atau berburu sasaran asmara yang baru pula.
Ong San Niauw bersama kedua pengawalnya bertang-gung jawab meng-amat-i Bee
Su Bun. Mereka selalu memperhatikan sifat gilanya, bukan saya tidak berkurana bahkan
semakin menjadi2.
"Hari ini hari yang ketujuh dan terachir, bunuh saya dia, bukanlah kita dapat
menghilangkan suatu kerepotan?" kata seorang pengawal.
"Tungguh kembalinya Li Siu Tin, biar dia yang mene-tapkannya, dengan cara
begaimana membereskannya." kata Ong San Niauw.
Pukul 18.00 diwaktu senya, Li Siu Tin pulang dirumah Pengawalnya memberikan
laporan mengenai keadaan Bee Su Bun. Ia pergi sendiri kedalam kamar dibawah tanah,
S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor EbookS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
OEI-ENG SERIAL DALAM
ULAR BELANG PUTIH (PEK HWA COA)
DITERJEMAHKAN OLEH : KAUW TAN SENG
Su MBER BOkO : GUIAWAI AJ
KQITRlBOTQR DAI SC A IIER : AW E DERMAWAI
OCR - CQIVERT PDF TEXT : A ID ? MOLLS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
I S I :
Hal. 1. Perselisihan tentang asmara 3
2. Ia memegang sebuah belati yang kemilau 16
3. Terjeblos kedalam penjara 27
4. Mencengkeram tengkoraknya 42
5. Berita buruk 53
6. Masuk ketempat berbahaya 64
7. Duabelas ekor anjing herder 75
8. Terkubur didalam kamar api 88S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
DISCLAIMER
Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,
berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.
Ebook in i dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah
su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk
digital.
Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan
kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan
kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi dalam format digita l sesuaf kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih
mediakan dalam bentuk digita l ini.
Saiam pustaka!
Team Kolektor EbookS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
1. PERSELISIHAN TENTANG ASMARA.
Ketika itu suasana dimalam kelam, sang puteri malam memperlihatkan kecantikan
mukanya yang bersih dilangit nan biru, menyinari pohon2 yang membayaag diatas tanah
ber-goyang2 bagaikan orang sedang menari. Disuatu jalan yang panyang serta sepi tiada
seorang pun yang berlalu lintas, nona In Hong mengikuti langkah kakinya berjalan
dengan enaknya.
jauh dari sebuah rumah persewaan umum yang dinding temboknya terbuatsdari batu
bata merah dan bertingkat tiga, sayup2 ia dengar suara piano yang sangat merdu.
Makin mendekat ia maka suara piano yang sedap masuk ketelinga itu makin nyata dan
njaring, setiap malam bila-mana nona In Hong jalan disitu, suara piano yang sedap
meresap melagukan lagu yang merdu Itu terdengar senantiasa.
Ketika nona In Hong sudah tiba didepan rumah sewaan itu, ia mendadak
menghentikan langkah kakinya dengan berdiri tegak dibawah sebuah pohon Ngo Tong
jenis Perancis. Bajangan tubuh In Hong yang langsing itu tertampak juga diatas trotoir.
Gema nada piano yang mengalun meninggi merendah itu rasanya se-akan2 seperti
sebuah syair yang melukiskan beraneka perasaan hati, meresap masuk mendalam kelubuk hatinya. justru oleh karena inilah, nona In Hong menghentikan langkah kakinya,
hatinya bagaikan terbetot oleh lagu yang merdu meraju itu.
Apakah pemain piano itu seorang gadis yang romantis, ataukah seorang pemuda yang
pandai akan menciptakan rasa? Hal ini tidak diketahui oleh In Hong. Apa yang dapat
dipastikan olehnya mestinya pemain piano itu seorang ahli musik, tidak perduli dia
seorang wanita atau seorang pria.
Bahwa nona In Hong itu memang sangat gemar akan musik atau seni lukis. Namun
sekalipun ia berniat untuk memahamkan akan kepandaian atau ilmu kedua kesenlan itu,
tiada waktu baginya untuk melaksanakannya. Karena seluruh waktunya dihabiskan selalu
untuk melakukan perbuatan membela si lemah dan membasmi kejahatan, yang acapkali
membuat jiwanya terombang-ambing didalam gelombang maut. Maka bilamana ada
kesempatan, demi mendengamya gema piano yang merdu, ia dapat merasakan suatu
ketenangan hati atau kenikmatan hidup.
Tetapi tengah ia menikmati gema piano yang merdu meresap itu se-konyong2
terdengar suara orang ribut2. In Hong menjadi kecewa dan merasa se-akan2 peruntungannya memang jelek tak dapat ia memiliki suatu kenikmatan hati, karena suara piano
itupun segera terhenti.
Demi terhentinya suara piano secara mendadak itu, maka dengan terpaksa nona In
Hong meninggalkan tempat itu dan per-Iahan2 melangkahkan kakinya menuju kearahS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
jalan pulang. Walaupun demikian, pikirannya senantiasa belum dapat terpisah dari bal2
mengenai rumab itu. Didalam otaknya muncul macam2 soal pertanyaan:
Mengapa gema piano berhenti secara mendadak?
Mengapa diwaktu malam yang sudah larut ada orang yang ribut2?
Apakah tidak boleh jadi si ahli musik ini mengalami hal2 yang tidak dapat disangka2
pada waktu sebelumnya?
Nona In Hong memang senantiasa suka mencampuri perkara orang lain, maka hal
inipun tidak terkecuali. Maka ia jalan balik pula menuju kerumah sewaan tadi. Tetapi
setibanya ditempat itu, keadaan sudah berubah sama sekali.
Nampak olehnya bahwa pada trotoir didepan rumah itu sudah terdapat sebuah piano,
seorang pemuda yang usianya kurang lebih tiga puluh tahun bersandar kepada piano
dengan lesu. Disebelah kakinya terdapat juga sebuah
kopor kulit. Diambang pintu rumah sewaan itu, ada seorang yang bertubuh tinggi dan
gemuk tengah memberi komando kepada tujuh atau delapan orang yang rupanya seperti
orang gelandangan yang berbaju pendek dan celana pendek, untuk memindahkan
barang2 yang kecil2 dari dalam rumah dilemparkan dijalan.
"Malam sudah selanjut ini hendak pindah rumahkah?" tanya nona In Hong kepada
pemuda itu.
"Bukan pindah rumah, tetapi diusir keluar dari rumah," jawab pemuda itu dengan sikap
yang lesu.
"Mengajpa mereka mengusirmu keluar?"
Mata pemuda yang besar dan hitam warnanya itu menatap In Hong, lalu berkata:
"Karena pemilik rumah tidak suka mendengar suara piano yang dianggapnya berisik
"Siapakah pemiliknya rumah ini?"


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Si gemuk itulah."
"Mengapa kau tidak membantahnya berdasarkan kepantasan?"
"Apakah gunanya? Alasanku tidak dapat melawan kekerasannya."
"Apakah sudah ada tempat yang kau hendak tuju?" "Belum. cari rumah bukanlah soal
yang mudah." "Apakah kau hendak tetap mendiami rumah ini?"
"ya, tetapi mereka tak akan mengijinkannya!" "Mereka mengijinkan atau tidak, tidaklah
menjadi soal!" kata In Hong.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mata pemuda itu menatap In Hong pula, nampak roman yang demikian elok dan
cantiknya, ia menjadi ragu2, maka iapun berkata: "Kau adalah seorang wanita yang
lemah, jangan karena unisanku, kau jadi terembet2."
In Hong bersenyum lalu menghampiri si gemuk. Belum lagi ia berkata2, si pemilik
rumah yang bengis itu sudah membuka suaranya bagaikan guntur, katanya: "Sebagai
orang perempuan besar benar mulutmu Aku Ong San Niauw tidak dapat dipermainkan,
disini siapakah yang
tidak mengetahui siapa aku ini? Persaitan kau, enyah kau dari sini!"
"Oh Kiranya kau jagoan daerah ini?" In Hong berkata dengan tenangnya, sedikitpun
ia tidak memperlihat-kan kegusarannya. "Jika aku tidak turut kehendakmu pergi dari sini,
bagaimanakah jadinya?"
Si pemuda ahli musik itu membelalakkan matanya sambil bersandar kepada pianonya.
Sedang orang2 gelan-dangan dibawah pengaruh si gemuk itu berdiri berjajar pada kedua
sampingnya menantikan perintah untuk ber-gerak.
"Jika kau tidak pergi, aku akan melontarkan kau ke-tengah jalan sebagairaana seorang
atlit melontarkan lembing! Maka kau harus tahu gelagat, kau enyalah lekas!"
"Kukewatir kau tak akan dapat melakukannya seperti apa yang kau katakan !"
Mendengar kata2 In Hong yang agak mengejek itu, Ong San Niauw si gemuk itu
mcnjadi beringas, ia maju beberapa langkah dan mengulurkan tangannya hendak
menjambret pakaian In Hong. Dengan tenang sekali lii Hong menggunakan ketiga jari
tangannya menangkap pergelangan tangannya si gemuk serta memencet urat nadinya.
In Hong hanya baru mengerahkan lima atau enam bagian tenaganya, namun Ong San
Niauw sudah tidak tahan akan sakitnya.
Ingin si gemuk itu melawannya, tetapi pergelangannya bagaikan terjepit oleh tang
besi (sepit besi), tak dapat ia meronta. Sebaliknya jika ia minta ampun, ia merasa malu
akan kehilangan wibawa atau pengaruh yang sudah didapatnya didaerah itu. Tetapi jika
ia tidak mau minta ampun, tangannya dirasakannya linu dan kesemutan, se-akan2
hendak pecah atau patah.
"Ong San Niauw, mengapa kau tidak segera melontar-kan aku ketengah jalan?" tanya
In Hong yang terus mengejek.
Dengan tenang sekali In Hong mcnggunakan kctiga jari tangamya menangkap
pergelangan tangan si-gemuk serin mcmencet urat nadinya.
Pegundal2 si gemuk itu nampak ketua mereka pucat wajah mukanya, air peluh berbutir2 sebesar mutiara memenuhi dahinya, mereka mengetahui, bahwa ketuanya telah
mengalami keruntuhan, mereka segera maju seren-tak menyerang In Hong.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
In Hong mengendorkan serta melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan si
gemuk, lalu ditangkapnya belakang leher serta pinggangnya dan diangkatnya melin-tang,
dipergunakan sebagai perisai, maka tidak ampun lagi pukulan serta tendangan pegundal2
itu semua mengenai tubuhnya si gemuk.
"Kalian orang yang mau mampus ini, hentikanlah tanganmu, aku bisa mati karena
pukulanmu semua !" demikianlah Ong San Niauw berseru dengan njaringnya.
Pada mulanya orang2 itu ingin menolong majikannya, tidak dinyananya kini
kesudahannya adalah sebaliknya, maka dengan terpaksa mereka mundur beberapa
langkah untuk menunggu ketika turun tangan pula.
Si pemuda ahli musik itu dengan mata membelalak menyaksikan perbuatan In Hong
dengan penuh perhatian. Selama hidupnya belum pernah ia menyaksikan wanita segagah
ini. "Ong San Niauw, masihkah kau hendak melontarkan aku ketengah jalan?" tanya In
Hong sambil tetap meng-angkatnya tinggi2.
Ong San Niauw diam dalam seribu babasa, minta ampun baginya betapa malu rasa
hatinya.
"Kalau begitu, aku yang akan melontarkankau ketengah jalan!" kata In Hong sambil
memperlibatkan aksinya hendak melontarkannya.
"Oh jangan, jangan! Aku mengaku salah!" kata Ong San Niauw.
In Hong melepaskannya perlahan-lahan ditanah, sambil berkata : "Apakah kini kau
suka bicara dengan damai mengenai soal tempat tinggalnya ahli musik itu?"
"Suka Aku suka !" kata Ong San Niauw yang sudah lenyap keangkerannya sebagai
jagoan.
"Main piano tidak melanggar hukum, sebaliknya dengan kekerasan kau mengusirnya
adalah perbuatan yang melanggar hukum." kata In Hong. "Kini kuberikan jasa baikku,
biarkan dia terus tinggal dirumah sewaanmu. Kuperintahnya pada pukul 24.00 dia harus
menghentikan permaian pianonya. Apakah kau setuju?"
Sekalipun didalam hatinya Ong San Niauw tidak setuju, tetapi dimulutnya ia tidak
berani mengatakan tidak setuju. Maka dengan terpaksa ia anggukkan kepalanya.
"Setelah kau menyetujuinya, maka perintahkanlah orang2mu itu untuk mengangkat
masuk kembali pianonya serta barang2 lainnya diletakkan ditempatnya semula!" kata In
Hong.
Betapa besarnya kemendongkolan orang2 gelandangan itu tak dapat dilukiskan
dengan kata2. Tadi ketika mereka mengangkat piano yang berat itu keluar rumah, rasaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
mereka se-akan2 hendak patah tulang2 iganya. Kini harus mereka mengangkat kembali
kedalam rumah.
"Apakah nona sudi duduk2 sebentar dikamarku?" Si pemuda ahli musik itu berkata
kemudian setelah menyaksikan barang2nya sudah dimasukkan kembali kedalam
kamarnya.
"Lain hari saya aku berkunjung diwaktu siang," jawab In Hong.
"Aku tinggal ditingkat ketiga, kamar nomor tiga si pemuda itu berkata pula.
Selagi hendak berlalu In Hong mengancam pula kepada pemilik rumah yang jahat itu,
katanya : "Rumahku letaknya tidak jauh dari sini, tiap hari past! aku lewat dirumahmu
ini. jika kuketahui, bahwa rumahmu ini tiada suara gema piano, aku akan menanjamu."
Setelah In Hong meninggalkan tempat itu, Ong San Niauw bersama anak buahnya
berdiri bengong disatu
tempat dengan perasaan hati yang malu bercampur men-dongkol.
Lama kemudian pada trotoir sebelah Timur, tertampai seorang wanita yang berpakaian
bagus mewah, usianya antara 25 atau 26 tahun, jalan per-lahan2 mendatangi. Dengan
segera Ong San Niauw menyemputnya.
"Ong San Niauw, apakah urusan yang kuminta kau tolong kerjakan itu sudah selesai
dan terlaksana?" tanyanya wanita itu.
"Terlaksana sudah"
Belum habis perkataannya, wanita itu sudah memotongnya : "Baiklah jika sudah
terlaksana, dirumahku kusudah menyediakan dua buah kamar, jika tidak ada tempat
yang akan dia tujunya, dia akan terpaksa menerimal usulku, pindah tinggal dirumahku.
Dengan demikian aku akan mendapat kesempatan lebih banyak untuk mende-t katinya..
Kini kau menyingkirlah sedikit, aku akan berpura2 lewat dengan tidak disengaja, dan
menyelesaikan g soal tempat tinggalnya."
Li Siu Tin, kau demikian cantiknya, apakah tiada pemuda yang ganteng cakap
mengejarmu? Orang ini kecuali matanya yang besar dan hitam serta tiap malam , main
piano, ada apa keistimewaannya lagi yang membuat hatimu tertarik!" kata Ong San
Niauw.
"Watak tabiatku, makin sukar dikejar makin kuingin mengejarnya. Kutanya kau,
sudahkah kau usir keluar rumahmu?" Tanya wanita itu sambil bersenyum.
"Sudah kuusirnya keluar, tetapi mendadak ada seorang wanita lewat dan membelanya.
Ia mengangkatku tinggi2, hendak dilontarkannya ketengah jalan. Aku tidak berdaya,
terpaksa aku mengijinkannya tinggal terus dirumahku." :S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Tukang pukulmu demikian banyaknya, apakah tak dapat mereka menggunakan
kekerasan?" Ia berkata dengan geramnya.
"Ilmu silatnya sangat tinggi, semua orang2ku ini tak dapat melawannya."
"Siapa gerangan wanita itu? Apakah dia memiliki tiga kepala enam buah tangan?
Apakah' kewibawaanmu yang b|sar selama ini, menerima saya dialahkan oleh hanya
seorang wanita?"
"Aku tidak mengenali dia. Diapun tidak memiliki tiga buah kepala dan enam buah
lengan, sebaliknya tubuhnya langsing dan wajahnya cantik sekali, siapapun tak akan
menyangkanya dia dapat memiliki ilmu silat yang sangat mahir. Aku gagal!"
"Oh Mungkin dia bandit perempuan Oey Eng yang nama samarannya In Hong itu?
Perempuan itu memang menyemukan !" katanya.
"Benar benar kau menyadarkan aku Wanita
itu pasti Oey Eng, juga In Hong adanya. Dia musuh besar sebangsa kami!"
"Pergilah kerumahku untuk nieruudingkaji cara2 meng-hadapinya !" kata Li Siu Tin.
cahaya sang surya menyinari segenap sajur majur yang menghijau diladang. Sang
baju mengembus sepoi2 mem-bawakan bau sajur harum semerbak kehidung Bee Su Bun
si pemuda ahli musik. Kala itu disuatu pagi hari dalam suasana cuaca cerah dan
menggembirakan. Bee Su Bun berjalan menyusur jalan kecil diantara sawah dan ladang,
ber-kelok2 mengitari tepi sungai dan selokan kecil, tiba dihadapan sebuah rumah atap
yang luas dan besar. Kedua pintu rumah atap itu telah terbentang lebar.
Ia mengarahkan pandangan matanya kedalam dan nampak olehnya bahwa
kekasihnya, Dji Dji Kouw berada dihadapan dapur tengah mempersiapkan santapan pagi.
"Ji Kouw, masak apakah pagi ini?" Ia berdiri diam-bang pintu sambil bertanya.
la mengarahkan pandangan matanya kedalam dan nampak olehnya bahwa
kekasihnya. Dji Dji Kouw berada didepan dapur tengah menyiapkan
saniapan pagi.
"Sup kacang merah campur ubi yalar." Dji Dji Kouw menjawabnya dengan tidak
berpaling lagi karena ia telah mengetahui dan mengenal baik suara siapa yang menanya
kepadanya.
Demi memandang bentuk belakang tubuh kekasihnya itu Bee Su Bun terjatuh kedalam
alam lamunannya. Karena gadis desa ini penuh kesungguhan, kejujuran, dan
kesederhanaan. Sekalipun pakaian yang dikenakan pada tubuhnya adalah pakaian kasar
yang lazim bagi gadis2 desa pada umumnya, tetapi tak dapat menutupi kebagusan
tubuhnya yang dimiliki itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Bee Su Bun sangat memerlukan kawan hidup yang sungguh baik dan elok sebagai Dji
Dji Kouw ini, tidak suka isteri cantik yang hidup mewah serta romantis sebagai Li Siu Tin.
Ia dengan Dji Dji Kouw saling berkenalan semenyak setahun lebih yang lalu. Kedua2nya
saling mengesan didalam kalbunya masing2, tetapi belumlah mempersoalkan hal2 yang
berhubungan dengan pemikahan.
"Su Bun, mengapa kau ter-bengong2 saya disitu?" kata Dji Dji Kouw sambil menyajikan
dua mangkok sup dari dapur kekamar tamu,
"Oh!" seru Bee Su Bun yang tersadar darlamunannya.
"Masuklah dan makan santapan pagi!" Dji Dji Kouw memanggilnya masuk.
"Dan dimana kakak serta iparmu?"
"Mereka sudah pergi kesawah untuk mencabuti rumput."
"Ah Suatu kesempatan bagus, kuhendak mengatakan
beberapa kata2 untukmu" Ingin Bee Su Bun berkata2, tapi tidak jadi diteruskannya.
"Katakanlah, hal apakah?" Dji Dji Kouw menatapnya, dan menantikan kata2 apa yang
hendak diucapkan.
"Kuhendak meminangmu, aku hendak memper-isterikanmu !"
Kata2 yang sudah dinanti2kan semenyak lama itu, achirnya keluar dari mulut pemuda
ahli musik ini. Dji Dji Kouw sangat riang tetapi serentak juga merasa sangsi dan takut.
"Apakah kata2mu ini sungguh2 dan setulus hatimu?" tanyanya.
"Tentu saya keluar dari hati yang tulus ichlas dan sungguh2."
"Dan bagaimana nona Li Siu Tin yang cantik elok bagaikan bunga itu?"
"Oh, tak berhak dia mencampuri urusan pemikahan kita." Bee Su Bun buru2
memberikan penyelasan.
"Dia sangat akrab denganmu, acapkali dia lama ber-duduk2 dirumah sewaamnu"
"Dia me-libat2 aku. terus-menerus, tidak berdaya aku untuk mencegahnya dia
mendatangi kamarku."
"Apakah kau tidak mencintainya?"
"Tidak, tidak, secara mutlak aku tidak mencintainya. cintaku sudah kuberikan
kepadamu semua. Sudikah kau nikah dengan aku?"
Dji Dji Kouw menganggukkan kepalanya dengan wajah ke-merah2an karena
jengahnya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Kau nantikan disini, aku hendak kesawah memberi-tahukan kepada kakak dan iparmu
untuk merundingkan soal pernikahan kita," kata Bee Su Bun sambil melangkah keluar
pintu, membiluk kebelakang rumah menuju ke-ladang. Dari jauh ia nampak kakak serta
adiknya Dji Dji Kouw membungkukan tubuh diladang tengah mencabuti sajur.
Dengan semangat penuh ia lari melewati jalanan tanah liat yang agak nanyak diantara
sawah2. Ketika ia melewati sebuah kuburan, se-konyong2 dari belakang itu lompat keluar
tiga orang penjahat yang romannya bengis men-cegat kepadanya. Seorang diantaranya
mencabut sebuah belati mengancam bagian pinggangnya.
"Jangan berteriak, atau segera kami ambil jiwamu !"
Dua orang penjahat mengapitnya dikanan-kirinya dan memaksanya meninggalkan
ladang itu jalan sampai ditepi " jalan raya. Mereka mengancam serta memaksanya masuk
kesebuah mobil yang sudah disediakan, lalu dikaburkan dengan cepatnya.
Mobil itu kemudian dihentikan disebuah hutan belukar dekat Sikaway. Dua penjahat
mengancamnya pula memaksanya turun dari mobil itu.
"Kalian jangan salah menculik orang, aku hanya seorang ahli musik yang miskin Bee
Su Bun membela diri.
"Kami bukan penjahat tukang culik orang, perduli apa kau melarat dan miskin?" Kata
seorang penjahat.
"Kalau begitu, untuk apa kalian menawanku kemari?" Bee Su Bun berkata dengan
menggigil.
"Ketahuilah olehmu, sebenarnya kami bermusuhan dengan Ong San Niauw dan anak
buahnya. Kami bersumpah hendak membunuh Ong San Niauw serta semua murid2nya.
Kata pula seorang penjahat lainya,
"Tetapi aku bukan murid Ong San Niauw!" Bee Su Bun membela diri pula.
"Kami nampak kau seringkali keluar masuk dirumab Ong San Niauw, meski bukan
muridnya, sedikitnya kau tentu orang kepercayaannya."
"Guna apa banyak bicara dengannya, antarkan saya dia pulang kerumah asalnya !"
kata seorang penjahat lain dengan tidak sabar.
"Kalian sama sekali salah paham, aku penyewa kamar Ong San Niauw" masih saya
Bee Su Bun hendak membela diri. Tetapi kedua penjahat itu tidak mau men-dengar
kata2nya, mereka menusukkan senjata tajamnya kepada Bee Su Bun.
"Aduh Tolong! Tolong !" jerit Bee Su Bun.
Belati yang ber-kilat2 itu masuk kepaha kirinya, dan darah mengalir dari lukanya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ketika itu ada sebuah mobil melewat dijalan besar itu, mendengar suara orang minta
tolong lalu berhenti. Dari mobil itu lompat keluar dua orang berpakaian seragam dan
tangannya memegang pistol sebagai pengawal seorang nyonya muda dan cantik. Mereka
lari menuju ketempat peristiwa itu terjadi.
Pengawal itu berseru : "Pada waktu siang harf terang benderang ini, berani benar
kalian melakukan pekerjaan membegal darn mencelakai jiwa orang!"
Kedua penjahat itu nampak ada orang berseragam dan mencekal pistol mendatangi
segera lari meninggalkan Bee Su Bun.
cepat sekali larinya kedua penjahat itu, sebaliknya kedua pengawal itu berlambat2
mengejarnya. Dan sebagai kesudahannya kedua penjahat itu dapat lolos dari
pengeyarannya.
2. IA MEMEGANG SEBUAH BELATI yangKEM ILAU.
Bee Su Bun terluka tak dapat berdiri, darahnya mengalir. nyonya muda yang. cantik
itu menghampirinya dan bertanya dengan manisnya: "Apakah lukamu parah?" setelah
dekat ia memperlihatkan wajah kaget dan berkata : "Ah : Kau ini Bee Su Bun. Oh Darling,
dimana lukamu? Ada permusuhan apakah kau dengan kedua penjahat itu?"
Padahal sebenamya ia mengetahui dimana letak lukanya Bee Su Bun. Dan perbuatan
kedua penjahat itupun dilakukan atas perintahnya.
"Ai! Nona Li Siu Tin, kau"
"Jangan ucapkan kata2 yang tida dipahamu masih mengeluarkan darah, kau kerumah
sakit untuk berobat!"
Dengan segera Bee Su Bun diantar kesebuah rumah sakit partikulir atas ketelitian dan
perhatian sungguh2 yang diberikan oleh Li Siu Tin.
Lukanya terletak dibagian paha yang banyak dagingnya, sekalipun mengeluarkan
darah, tetapi setelah dicuci dan diberi obat serta dibalutnya, maka luka itu tidaklah membahayakan.
Bee Su Bun rebah diatas tempat tidur yang bercatkan warna putih didalam kamar kelas
satu. Li Siu Tin bersandar diatas sofa disisi pembaringan. Bee Su Bun ber-harap Li Siu Tin
pergi sebentar agar supaya ia dapat menulis sepucuk surat pendek dan minta tolong
pelayan mengantarkannya kerumah Dji Dji Kouw.
Tetapi Li Siu Tin senantiasa tiada maksud untuk meninggalkannya. Dihadapan Li Siu
Tin dengan sendirinya ia malu akan menulis surat kepada Dji Dji Kouw.
Ia pura2 memperlihatkan roman yang lelah dan pura2 tidur, ketika ia membuka
matanya, Li Siu Tin tetap duduk pada tempatnya semula.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Darling, apakah kau ingin minum air atau air jeruk?" tanya Li Siu Tin dengan
telatennya.
Bee Su Bun meng-geleng2kan kepalanya. Ia bukan saya tidak mau hendak minum air,
tidak juga air jeruk, bahkan tidak mengharapnya Li Siu Tin menjaganya dikamamya itu.
"Menurut katamu, penjahat itu bermusuhan dengan Ong San Niauw dan kau jadi
tersangkut karenanya, untung rumahku dekat pada tempat kejadian dan kebe-tulan jalan
lewat disitu, telah dapat menolongmu, kalau tidak, sukar dibayangkan bagaimana akan
kesudahannya" Li Siu Tin memuji2 jasanya sendiri.


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terima kasih atas pertolongan Li siocia!"
Kata2 'Li Siocia' ini sungguh membuatnya Li Siu Tin jengkel dan benci, bukan saya
tidak enak didengamya, pada hakekatnya inipun merupakan suatu garis pertahanan Bee
Su Bun, sebagai penolakannya.
"Terima kasih apa, menolongmu sama saya seperti menolong diriku sendiri. Kau mati
akupun tak dapat hidup !" kata Li Siu Tin dengan sepasang matanya yang se-akan2 air
embun jemihnya menatap mukanya Bee Su Bun.
Bagi Bee Su Bun kata2 itu merupakan sebuah belenggu, borgol.
"Jika masih saya kau tinggal didalam rumah sewaan Ong San Niauw, maka bahaya
tetap tidak terlenyap. Hal itu sebagaimana peribahasa yang mengatakan 'Pintu ben-teng
yang kebakaran, ikan diempang tak terhindar dari bencana'. Maka kuanjurkan kepadamu,
lebih baik kau pindah rumah saya!"
Bee Su Bun tidak mengetahui bahwa Li Siu Tin tengah menggunakan siasat, maka ia
menjawabnya : "Berbicara tentang pindah rumah, soalnya tidak mudah, karena ku-harus
mencarinya dahulu. jika ada rumah yang sesuai,' N memang sebaiknya pindah rumah
saya.!"
"Rumah tinggalku ada dua buah kamar besar, kusewakan saya kepadamu."
"Oh !" sebenarnya didalam hati Bee Su Bun sangat tidak setuju. Pertama, ia tidak ingin
berdekat dengan t Li Siu Tin, kedua, rumah sewaan itu tidak terlalu jauh jaraknya dengan
rumah atap Dji Dji Kouw didusun. Namun demikian, ia tak dapat berhasil mencari suatu
alasan untuk menolaknya.
"Ku-suruh orang berunding dengan Ong San Niauw, dan memindahkan piano serta
barang2mu kerumahku," kata Li Siu Tin sambil meninggalkan kamar rumah sakit itu.
"Oh aku pikir2 dulu perlahan! tidak Oh" Semua kata2 penolakan itu sudah terlambat.
Bee Su Bun tinggal berobat didalam rumah sakit itu hingga tiga hari tiga malam
lamanya. Li Siu Tin pun selama itu selalu membayanginya dengan tidak berpisah2.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Sebenarnya daripada dikatakan mengawaninya, maka lebih tepat jika dikatakan
mengawasinya. Walaupun lukanya belum sembuh betul, tetapi sudah mulai mengecil dan
mereda. Dokter memperkenankannya meninggalkan rumah sakit, hanya memesannya
masih harus berbaring ditempat tidur beristirahat satu bulan, untuk menghindar-kan luka
pada ototnya yang dapat mengakibatkannya menjadi cacat dan pincang.
Li Siu Tin mengendarai kendaraannya sendiri mengang-kutnya kerumahnya. Kedua
buah kamarnya sudah dihias dengan megahnya. Dengan segala kemungkinannya ia berusaha membuat Bee Su Bun merasa enak tinggal.
Pada sangkanya dengan segala daya-akalnya ia akan bisa dapatkan Bee Su Bun
sebagai suaminya. Tetapi angan2 atau cita2 acapkali jauh daripada kenyataan.
Pada segi kebendaan memang Bee Su Bun benar2 men-dapat apa saya yang diingini,
tetapi dipandang dari segi moril atau batin, ia merasakan sebagai suatu penderitaan.
Semenyak ia berpindah kerurnah Li Siu Tin, hampir dapat dikatakan ia telah kehilangan
kemerdekaannya dan putus perhubungannya dengan dunia luar. Ia tidak mengetahui
keadaan Dji Dji Kouw, sebaliknya Dji Dji Kouw pun tidak dapat mengetahui keadaan Bee
Su Bun.
Ia hendak keluar kamar atau keluar rumah, Li Siu Tin selalu menggunakan pesan
dokter sebagai alasan untuk melarangnya. Pada lahirnya inilah mempakan maksud yang
baik, tetapi batinnya ini merupakan suatu tahanan mmah. Lagi pula Li Siu Tin
menggunakan ilmu perang kilat menyerangnya. Tetapi ia senantiasa bertahan kepada
garis pertahanannya, tidak tergoyah atau tergeser kedudukannya.
Meskipun demikian, semangatnya Li Siu Tin tak mengenal mundur, tak kunjung
padam, malah sebaliknya ia tidak memilih cara lagi, ia bersumpah berjuang untuk
mencapai tujuannya, maka ia menggunakan pengamh jahatnya, menjalankan suatu tipu
muslihat lain.
Hari itu setelah Bee Su Bun meninggalkan rumah atap didesa, Dji Dji Kouw tak pernah
lagi nampak baliknya Bee Su Bun, maka didalam hatinya jadi gelisah serta sangsi akan
kata2nya Bee Su Bun itu, apalagi setelah kakak dan iparnya kembali, maka terbukti
bahwa Bee Su Bun tak pernah bertemu dengan mereka.
"Iparku, kau jangan mimpi yang bukan2, si ahli musik itu karena setiap hari isengnya,
dia hanya bersenda gurau denganmu. Apakah kau menganggapnya dia bersungguh2
hendak memperisterikan kau?" kata iparnya.
"Tidak, tidak, dia tidak bersenda gurau denganku!" kata Dji Dji Kouw yang sangat
gelisah sehingga hampir i'a menangis.
"Kalau demikian, kemana dia perginya? Aku sebaliknya mengetahui, bahwa dia telah
pergi kerumah Li Siu Tin," kata iparnya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Oh !" tak terhingga sedih hatinya, Dji Dji Kouw tak kuat lagi menahan butiran air
matanya keluar dari selaput matanya.
Sang waktu lewat dengan pesatnya.
Dji Dji Kouw pepat hatinya, tak pernah ia keluar pintu, ia berdiam dirumah hingga
setengah bulan lamanya, masih juga tidak nampak Bee Su Bun kunjung datang. Oleh
karenanya ia mulai percaya akan perkataan iparnya" bahwa sesungguhnya si ahli musik
itu bersenda gurau belaka.
Didalam hatinya yang lemah lembut itu, berisikan keluh kesah dan kebencian. Ia
keluarkan beberapa barang tanda mata yang dahulu diberikan Bee Su Bun kepadanya,
dij bungkusnya didalam saputangan, lalu pergilah ia kerumah sewaan berbatu merah itu.
Ia hendak mengembalikannya dengan melontarkan kepadanya untuk memperlihatkan :
ketetapan hatinya.
Ketika ia masuk kedalam rumah sewaan berbatu merah, serta jalan mendekat pada
tingkat ketiga No. 3, ia nampak seorang wanita muda yang cantik jelita mondar ia
mandir disitu. Ia mengetuk pintu itu beberapa kali, tetapi dari dalam kamar itu tidak ada
reaksi apa2.
"Apakah nonapun hendak berkunjung kepada tuan Bee Su Bun?"
Dji Dji Kouw menganggukkan kepala. Ia merasa , bahwa wanita itu dari balik
kecantikannya mengandung pula semangat keyantanan.
"Menurut kata tetangganya, dia telah berpindah rumah semenyak belasan hari yang
lalu."
"Apa? pindah rumah? Pindah kemana?" tanya Dji Dji Kouw karena herannya.
"Tetangganya beritahukan kepadaku, bahwa dia telah berpindah kerumah tinggal Li
Siocia."
"Tidak salah dugaan iparku. Benar2 menyemukan!" kata Dji Dji Kouw dengan
kebencian bercampur kesedihan serta kemarahannya.
"Apakah kau bersahabat dengannya?"
"Semenyak hari ini sudah bukan sahabat lagi, aku tidak mau kenal sahabat semacam
dia! Apakah kaupun saha-batnya?" kata Dji Dji Kouw yang achirnya bertanya.
"Belum dapat dikatakan sahabat, aku hanya pernah bertemu dengannya satu kali
saya."
"Apakah nama keluargamu?"
"In Hong."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"In Hong In Hong suatu nama yang sangat terkenal."
Dji Dji Kouw sering mendengar orang menyebutnya nama ini, tetapi ia
tidak.mengetahui orang macam apakah In Hong ini.
"Apakah kau mengetahui sebabnya mengapa dia berpindah rumah dengan secara
mendadak? Tanya In Hong.
"Sebabnya sangat sederhana, dia tinggal bersama dengan Li Siu Tin itu."
In Hong adalah seorang yang sangat cerdas dan cerdik, dengan melihat wajah orang,
ia lantas dapat memastikan,
bahwa hubungan gadis desa yang cantik jelita ini, dengan Bee Su Bun lebih daripada
sahabat biasa saya. jika hendak mengetahui jelas mengenai segala sesuatu keadaan Bee
Su Bun harus berhubungan dengan gadis desa ini.
Semenyak malam itu In Hong memberikan jasa baik untuk membereskan soal sewa
kamar Bee Su Bun, seyan-jutnya ia sangat repot dengan sesuatu urusan, tidak sempat ia
berkunjung pada Bee Su Bun, bahkan ia tidak mempunyai kesempatan untuk ber-jalan2.
Maka selama setengah bulan yang lampau ia tidak pemah lewat dijalan ini. Hari inipun ia
mempunyai urusan penting yang harus dibereskan, dan kebetulan ia harus melalui jalan
ini, maka dengan sepintas lalu saya ia masuk kerumah sewaan yang berbatu merah ini
untuk mengetahui apakah Bee Su Bun masih tinggal dirumah itu dengan tenang. Karena
sekali ia mencampuri urusan orang, ia senantiasa bertanggung jawab sampai pada
akhirnya.
"Siapakah nama nona dan dimana tempat kediamanmu? Apakah tidak halangan jika
aku berkunjung kerumahmu?" tanya In Hong.
"Aku bernama Dji Dji Kouw, tinggal disebuah rumah atap didesa Ay co cun. Dari
ujung jalan ini, jalan lagi enam atau tujuh Li sudah akan sampai."
"Boleh jadi esok aku sempat dan dapat berkunjung dan ber-cakap2 denganmu."
Mereka bersama2 meninggalkan rumah sewaan berbatu merah itu, lalu saling
berpisahan dan menuju kearah tujuan masing2.
Setiba dirumahnya Dji Dji Kouw membuang dirinya diatas pembaringannya menangis
sesengukan seharian, se-hingga sang surya telah terbenam disebelah Barat, iparnya
pulang dari sawah dan menghiburnya, barulah ia berhenti dari tangisannya.
"Kakakku dimana Kouw bertanya.
"Karena ayahku menderita sakit, dia pergi ke Bu-tung untuk menengokinya, malam ini
dia tidak pulang," jawabnya sang ipar.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Setelah bersantap malam iparnya melihat, bahwa ke-sedihan Dji Dji Kouw bertambah2 hebat, ia kewatir gadis itu akan berlaku nekat menghabisi jiwanya, maka iapun
lalu tidur bersama Dji Dji Kouw untuk mencegah hal2 yang tidak diingini.
Karena bekerja dari pagi hingga petang, iparnya Dji Dji Kouw sangat lelah, maka lekas
juga dia tertidur. Sebaliknya Dji Dji Kouw karena pepat dan sedih hatinya, segala pikiran
menyerbu serentak kedalam otaknya, ia bergulak-gulik tidak dapat tidur. Ia tidak hendak
berpikir, sebaliknya pikirannya makin menjadi2. Ia ingin tidur, makin ia tidak dapat tidur.
Otaknya penuh dengan segala pikiran, kepalanya dirasakan pening.
Sang waktu lewat dengan tentunya, malam makin larut, sawah ladang yang luas sunyi
senyap, apapun tiada suaranya. Karena kepepatan hatinya, dengan diam2 Dji Dji Kouw
turun dari tempat tidurnya, didalam kegelapan ia mengenakan pakaian dan keluar dari
kamar tidurnya. Ia melewati kamar tamu, membuka pintu dan keluar dari rumah, jalan
keladang dengan tiada tujuan tertentu. Hawa se-juk dan segar diwaktu malam membuat
kepalanya yang pening itu agak segar dan sadar rasanya, pikirannya pun lambat-laun
menjadi tenang, kepepatan hatinya pun agak mengurang.
Ia jalan dan jalan lagi sehingga pahanya dirasakannya linu, sadarlah bahwa ia telah
berjalan jauh, maka ia lalu berbalik dan pulang kearah rumahnya.
Ketika sudah dekat pada rumah, fajar telah menyingsing. Remeng2 ia nampak dari
jauh genting kaca pada atap kamar tidurnya yang menghadap kearah Barat itu seperti
terbuka. Setelah ia jalan lebih mendekat, ia nampak, bahwa jendelanyalah yang benar2
telah terbuka.
Iapun nampak ditempat yang kira2 sejauh dua puluh langkah jaraknya dari jendela itu
ada terletak sebuab benda yang berkilau2.
Ia lari kearah tempat itu, dengan tidak berpikir apa2 ia menyemput benda itu untuk
dilihatnya. Ah! Kiranya sebilah pisau belati yang berlumuran darah. Urat syarafnya
mendadak tergetar dan terkejut. Ia mencekal pisau belati ini dengan ter-gengong2, ia
lupa akan melepaskannya pisau belati itu ditanah.
justru pada waktu itu, pintu tetangganya disebelah Barat itu terbuka, nyonya Tan Twa
So memikul sajur keluar hendak dijualnya kekota. Demi dilihatnya Dji Dji Kouw mencekal
pisau dan berdiri bengong diluar rumah itu lalu menanyanya: "Dji Dji Kouw, mengapa
kau mencekal pisau yang ber-kilau2 putih itu?"
Pikiran takutnya Dji Dji Kouw terpusat pada pisau belati itu, ia tengah berpikir apakah
didekat rumahnya itu ter-jadi perkara pembunuhan? Karenanya ia tidak mendengar sapatanya Tan Twa So itu, maka dengan sendirinya iapun tidak menyahutnya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Hal ini membuat Tan Twa So bercuriga, tetapi ia tidak berani menanya lagi atau
mendekat. Diletakkannya pikulannya ditanah, lalu masuk kedalam membangunkan
suaminya yang bernama Tan A Kin.
Ketika itu hari makin terang, mereka dengan hati2 mendekati rumah Dji Dji Kouw,
melongok dari jendela. Mereka nampak ada orang berlumuran darah rebah diatas tempat
tidur Dji Dji Kouw, tetapi tidak jelas siapa yang rebah disitu.
"Ah Dji Dji Kouw, siapa yang rebah terluka ditempat tidurmu?" Tan A Kin menanya
dari jauh, karena ia nampak Dji Dji Kouw masih tetap mencekal pisau belati.
"Ha, apa katamu?" laksana baru sadar dari mimpinya, Dji Dji Kouw melempar pisau
belati itu ditanah.
Tan Twa So nampak Dji Dji Kouw telah melempar pisau belatinya, maka besarlah
nyalinya. Ia buru2 me-manggil beberapa orang tetangganya, bersama2 menyerbu
kemmah atap Dji Dji Kouw untuk melihat apa sebenarnya yang telah terjadi.
"Siapa yang rebah ditempat tidurmu?" Tan A Kin menanya pula.
"Ensoku, dia mengapa?" Dji Dji Kouw balik bertanya.
"Kukira dia telah dibunuh orang, kau mencekal pisau untuk apa?" tanya Tan A Kin.
Kata2 ini membuat Dji Dji Kouw terkejut dan tangan kakinya dingin seperti es. Ia
gelisah dan dengan ketakutan jalan kekamar tidurnya sendiri memeriksa kedalam.
Nampak semua tetangga itu ber-teriak2 katanya : Dji Twa So telah terbunuh orang
dengan pisau Darahnya masih mengalir !"
Dji Dji Kouw tidak menyangka, bahwa kemalangan itu terjadi didalam rumahnya
sendiri. Kini pikirannya sudah kalut benar2, pada otaknya hanya dapat mengambil ketetapan yang sangat sederhana yakni segera pergi kekantor polisi untuk melaporkan
tentang terjadinya pembunuhan dan minta diperiksa serta menangkap pembunuhnya.
Setelah ia mengambil ketetapan ini, dengan tidak terasa lagi ia berbalik lalu lari.
"Ah Dji Dji Kouw telah lolos lari !" Teriak Tan A Kin yang sedari tadi sudah mencurigai
Dji Dji Kouw mem-bunuh iparnya, kini nampak Dji Dji Kouw lari makin tetap pada
dugaannya yang menganggap Dji Dji Kouw melakukan kejahatan.
"Jangan membiarkannya dia lolos, lekas menangkapnya Tan Twa So berteriak dari
dalam rumah dan mengajak semua tetangganya untuk mengejarnya.
Otak Tan Twa So sebagaimana suaminya yang berotak sederhana. Mereka
menganggapnya pasti, bahwa pembunuhnya tidak lain dan tidak bukan tentu Dji Dji
Kouw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Sekalipun Dji Dji Kouw cepat larinya, tetapi orang2 yang mengejaraya lebih cepat lagi
larinya, tidak antara lama Dji Dji Kouw telah tertangkap oleh mereka.
"Kalian mengapa menangkapku?" Dji Dji Kouw ber-tanya dengan mendongkolnya.
"Kau membunuh iparmu, apa masih hendak lagi?" Tan Twa So mewakilkan
tetangganya menjawab.
"Ini seperti juga menyemburkan darah kepada orang lain, sama sekali tidak bisa terjadi
hal yang demikian!" Dji Dji Kouw membela dirinya.
"Kalau kau tidak membunuh iparmu, mengapa kau lari?" kata Tan A Kin.
"Aku lari kekantor polisi untuk melapor."
"Siapa percaya kata2mu yang licin itu, kulihat dengan mata kepala sendiri, bahwa kau
memegang senjata tajam yang ber-kilat2, kalau kau tidak membunuh iparmu, mengapa
mencekal pisau?"
"Oh Aku" Suara kata2 Dji Dji Kouw terbenam didalam suara berisiknya teriakan orang
banyak.
"Jangan banyak bicara dengannya, bunuh mati padanya, hutang jiwa ganti jiwa!"
Teriak salah seorang yang tidak mempunyai otak waras.
Orang itu sumbing bibirnya, orang2 menyebutnya A Sam si sumbing.
"Ikat dahulu dengan tambang !" seorang lain berteriak.
"Ikat dia pada pohon Ikat dia pada pohon !"
Demikianlah Dji Dji Kouw diikat orang dengan tambang besar, dan diikatnya pada
sebuah pohon Kwie dihadapan rumahnya. Ia mendongkol tetapi tak dapat ia. membela
dirinya. Kecuali menangis tiada lain jalan lagi.
"Kau membunuh iparmu, masih hendak menangis! Pukullah dengan cambuk biar
mampus !" berseru A Sam si sumbing itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
3. TERjEBLOS KEDALAM pen fara.
Sang surya memancarkan cahayanya diladang, juga menyoroti pohon Kwie dimana Dji
Dji Kouw diikat. Dipinggir pohon itu berkerumun banyak tetangganya. Ada yang tua, ada
pula yang muda. Ber-macam2lah pendapat mereka itu.
Chalayak ramai perdusunan itu terus menerus mencaci memaki Dji Dji Kouw sehingga
Dji Dji Kouw dibuatnya henda? menangis tidak keluar air matanya.
Ketika Dji Dji Kouw tengah dikerumuni orang dan dihujani macam2 cacian, sekonyong2 tembok manusia yang berkerumun itu telah ditembus orang, dan Dji Dji Kouw
nampak In Hong yang kemarin bertemu serta ber-cakap2 dirumah sewaan berbatu merah
itu, bersama pula seorang kawannya wanita muda yang sikapnya sangat gagah, ikut
mendesak masuk kedalam kumpulan orang itu.
"Mengapa dia diikatnya pada batang pohon?" tanya In Hong.
A Sam si sumbing yang suka sekali orang ketimpah kemalangan, menjawabnya:
"Semalam dia membunuh iparnya, Tan Twa So dengan mata kepala sendiri
menyaksikannya dia melakukan kejahatan."
"yang manakah Tan Twa So itu?" In Hong bertanya pula.
Orang lalu menunjukkannya..In Hong bersama kawannya yang bernama Ouw Ga.
Demi mendengar penuturan itu, maka In Hon bersama Ouw Ga berbalik pula
mendekati pohon. Nampak oleh mereka, bahwa wajah muka Dji Dji Kouw sangat lesu,
pucat" dan ber-bintik2 bekas air mata, ini menanda-kan bahwa ia pernah menangis
didalam waktu yang lama.
"Ji Siocia, bagaimanakah duduknya perkara ini? ceriterakanlah keadaan yang
sebenarnya kepadaku, boleh jadi aku dapat memberikan suatu pendapat kepadamu! kata
In Hong dengan lagu suaranya yang menandakan penuh rasa simpatinya.
S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor EbookS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Orang2 yang berada disekitar Dji Dji Kouw itu semual orang2 yang memusuhinya,
OEI-ENG SERIAL DALAM
walaupun mereka itu tetangga] yang kenal baik satu pada lain, tetapi kesederhanaan
ULAR BELANG PUTIH (PEK HWA COA)
otaknya itu sungguh menggelikan, mereka dengan suara' bulat. berpendapat dan
DITERJEMAHKAN OLEH : KAUW TAN SENG


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memastikan bahwa Dji Dji Kouw yang melaknkan pembunuhan kepada iparnya. Tidak
Su ada seorang pun diantara mereka itu yang menanyakan apa> yang sebenarnya terjadi
MBER BOkO : GUIAWAI AJ
pada malam hari tadi, dan memJ pertimbangkamiya secara jujur dan adil. Tetapi In Hong]
KQITRlBOTQR DAI SC A IIER : AW E DERMAWAI
yang baru bertemu sekali kemarin itu jelas nampaknya; sangat memperhatikan
OCR - CQIVERT PDF TEXT : A ID ? MOLLS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
keadaannya Dji Dji Kouw.
I S I :
"Oh, In Siocia, baharu kemarin kita berpisah, tidaka dinyana malamnya telah terjadi
Hal. suatu kemalangan yang1 tak disangka2. Mereka tak mau memberikan kesempatanl akuS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
1. Perselisihan tentang asmara 3
menyelaskan keadaan yang sebenarnya, coba kau pikir, apakah mereka ini tidak berlaku
2. Ia memegang sebuah belati yang kemilau 16
se-wenang2 saya?"
3. Terjeblos kedalam penjara 27
"Kau melakukan kejahatan membunuh orang, masih mengatakan orang berlaku se4. Mencengkeram tengkoraknya 42
wenang2," kata A Sam si sumbing sambil mengambil sebuah cabang pohon
5. Berita buruk 53
dipukulkannya.
6. Masuk ketempat berbahaya 64
Ouw Ga nampak kelakuan semua tetangga terhadap Dji Dji Kouw yang sedemikian
7. Duabelas ekor anjing herder 75
tidak adil itu, didalam hatinya sudah merasa mendongkol. Kini nampak pula A Sam si
8. Terkubur didalam kamar api 88S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
sumbing dengan semau2nya memukul Dji Dji Kouw dengan cabang pohon, hal mana
DISCLAIMER
lebih2 tidak dapat dibenarkan set yar a hukum.
Kolektor E-Book adaiah sebuah wadah niriaba bagi para pecinta Ebook untuk beiajar,
Maka dengan sebelah tangannya ia merampas cabang pohon itu, sebelah tangannya
berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengaiaman.
yang lain lain mencekal kencang lehernya, seraya katanya : "Tadi kau kata Tan Twa So
Ebook in i dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah
menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, bahwa Dji Dji Kouw mencekal pisau
melakukan kejahatan, tetapi Tan Twa So mengatakan,bahwa dia hanya melihatnya Dji
Dji Kouw memegang pisau, tidak melihat dia melakukan kejahatan. Kau ini omong
su it didapatkan dipasaran dari kpunahan, dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk
digital.
bohong menerbitkan perkara, dan sekarang kau pun hendak memukul orang. Kau begini
biadab, aku akan lebih diadab lagi! Kulontarkanmu ketepi seberang sungaI sana,
Proses pemiiihan buku yang dijadikan abjek aiih media diklasifikasikan berdasarkan
hendak kulihat kau masih dapat berlaku se-wenang2 t lagi atau tidak?" kata Ouw Ga
kriteria keiangkaan, usia,maupun kondisi fisik.
sambil mengangkatnya tinggi2.
"Ouw Ga, turunkanlah, kasi ampun padanya sekali ini!" kata In Hong yang didalam
keadaan bagaimanapun selalu 4 dapat bersabar, bertentangan dengan tabiat Ouw Ga
yang berangasan itu.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam
Tetapi terhadap pesan atau perintah In Hong itu, kebanyakan Ouw Ga tidak berani
membantahnya,-maka kali ini pun ia menurunkan A Sam si sumbing itu.
bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang seianjutnya dikonversikan
A Sam si sumbing itu mengetahui, bahwa tubuhnya a sendiri sangat beratnya, kini ia
kedaiam bentuk teks dan dikompiiasi dalam format digita l sesuaf kebutuhan.
telah terangkat oleh Ouw Ga dengan mudahnya, maka ia dapat membayangkannya, a
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansia i dari buku-buku yang diaiih
bahwa wanita ini mestinya bukan sembarang wanita. Maka a; ia lalu dengan diam2
mediakan dalam bentuk digita l ini.
berlalu keluar dari kumpulan orang itu, dan berdiri menonton dari tempat yang agak jauh,
tidak berani berlagak lagi.
Saiam pustaka!
Demikianpun yang lain2nya tidak lagi menyerang Dji Dji Kouw dengan sembarangan
Team Kolektor EbookS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
tiada berdasar sama sekali.
1. PERSELISIHAN TENTANG ASMARA.
Dji Dji Kouw lalu menceriterakannya dengan jelas apa yang telah dialaminya
Ketika itu suasana dimalam kelam, sang puteri malam memperlihatkan kecantikan
semalam.
mukanya yang bersih dilangit nan biru, menyinari pohon2 yang membayaag diatas tanah
"Iparmu biasanya tidur dimana?" tanya In Hong, "Biasanya dikamar sebelah Timur
ber-goyang2 bagaikan orang sedang menari. Disuatu jalan yang panyang serta sepi tiada
dengan kakakku, kata Dji Dji Kouw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Ji siocia, menurut katamu, kau bukan pembunuhnya, tetapi soal ini biarlah dibereskan
dengan pemeriksaan anggota polisi. Kini apa yang aku hendak ketahui ialah hubunganmu
seorang pun yang berlalu lintas, nona In Hong mengikuti langkah kakinya berjalan
dengan Bee Su Bun, dan juga Li Siu Tin...." kata In Hong.
dengan enaknya.
"Oh Kita jangan membicarakan soal ini lagi," kata Dji Dji Kouw.
Dari sorot mata Dji Dji Kouw itu, orang dapat menge-tahui, bahwa ia mengandung
jauh dari sebuah rumah persewaan umum yang dinding temboknya terbuatsdari batu
perasaan yang risau serta membenci, rupanya ia tidak suka lagi menyebutnyebut nama
bata merah dan bertingkat tiga, sayup2 ia dengar suara piano yang sangat merdu.
kedua orang ini.
Makin mendekat ia maka suara piano yang sedap masuk ketelinga itu makin nyata dan
"Ji siocia, oleh karena kepindahan Bee Su Bun yang secara mendadak ini, aku sangat
bercuriga, juga ter-bunuhnya iparmu itu mungkin ada hubungannya dengan soal
njaring, setiap malam bila-mana nona In Hong jalan disitu, suara piano yang sedap
kepindahan Bee Su Bun yang secara mendadak itu. Maka hendaknya kau suka
meresap melagukan lagu yang merdu Itu terdengar senantiasa.
menyelaskannya padaku mengenai sengketa diantara kalian bertiga, sedikitpun jangan
kau merahasiakannya, mungkin aku dapat mem-bikin terang rahasia yang terkandung
didalamnya, sehingga terbukti bahwa dakwaan yang ditimpakan orang diatas dirimu itu
se-mata2 fitnahan belaka.
"Sengketa diantara kami bertiga itu sebenarnya ber-liku2, tidak sederhana. Li Sui Tin
Ketika nona In Hong sudah tiba didepan rumah sewaan itu, ia mendadak
cinta kepada Bee Su Bun, dan Bee Su Bun cinta kepadaku, dan aku sendiripun cinta
menghentikan langkah kakinya dengan berdiri tegak dibawah sebuah pohon Ngo Tong
kepadanya. Pada setengah bulan yang lampau, pernah Bee Su Bun menyatakan
jenis Perancis. Bajangan tubuh In Hong yang langsing itu tertampak juga diatas trotoir.
kepadaku, bahwa ia hendak meminang aku, dan aku menyatakan setuju. Dengan penuh
Gema nada piano yang mengalun meninggi merendah itu rasanya se-akan2 seperti
semangat dia pergi keladang dengan mak-sud hendak memberitahukan hal itu kepada
sebuah syair yang melukiskan beraneka perasaan hati, meresap masuk mendalam kekakak dan iparku. Tetapi semenyak waktu itu, dia tidak kembali lagi. Iparku menduganya
lubuk hatinya. justru oleh karena inilah, nona In Hong menghentikan langkah kakinya,
Bee Su Bun tidak mempunyai ke-sungguhan hanya iseng2 hendak bersenda gurau
hatinya bagaikan terbetot oleh lagu yang merdu meraju itu.
denganku. Mula2 akupun tidak percaya. Sampai pada hari kemarin aku pergi kerumah
Apakah pemain piano itu seorang gadis yang romantis, ataukah seorang pemuda yang
sewaannya yang berbatu merah itu dimanapun aku telah bertemu dengan kau, maka
pandai akan menciptakan rasa? Hal ini tidak diketahui oleh In Hong. Apa yang dapat
terbukti.
dipastikan olehnya mestinya pemain piano itu seorang ahli musik, tidak perduli dia
bahwa dia telah pindah kerumah kediaman Li Siu Tin, barulah aku percaya dan yakin,
bahwa dia sebenamya seorang yang tidak boleh dipercaya!"
seorang wanita atau seorang pria.
Penyelasan Dji Dji Kouw sekalipun sangat sederhana, tetapi dari beberapa patah kata
ini, demi diolahnya didalam otaknya, In Hong sudah dapat mengirangiranya bagaimana
Bahwa nona In Hong itu memang sangat gemar akan musik atau seni lukis. Namun
hal sebenarnya perkara itu.
sekalipun ia berniat untuk memahamkan akan kepandaian atau ilmu kedua kesenlan itu,
"Ji siocia, kau jangan putus harapan, kukira Bee Su Bun tidak cinta Li Siu Tin, ia tetap
tiada waktu baginya untuk melaksanakannya. Karena seluruh waktunya dihabiskan selalu
mencintaimu"
untuk melakukan perbuatan membela si lemah dan membasmi kejahatan, yang acapkali
"Bagaimana dapat kau ketahui?" tanya Dji Dji Kouw dengan sorot mata yang seolah2
membuat jiwanya terombang-ambing didalam gelombang maut. Maka bilamana ada
memperlihatkan timbulnya pengharapan baru.
kesempatan, demi mendengamya gema piano yang merdu, ia dapat merasakan suatu
"Meskipun aku tidak berani memastikan, tetapi kelak kau akan dapat mengetahuinya
ketenangan hati atau kenikmatan hidup.
sendiri. Kuharap kalian yang mempunyai asmara berhasil menjadi keluarga," kata In
Tetapi tengah ia menikmati gema piano yang merdu meresap itu se-konyong2
Hong dengan tidak langsung.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
terdengar suara orang ribut2. In Hong menjadi kecewa dan merasa se-akan2 perunKetika In Hong bertanya-jawab dengan Dji Dji Kouw, dilain pihak Ouw Ga pun tengah
tungannya memang jelek tak dapat ia memiliki suatu kenikmatan hati, karena suara piano
berdiplomasi dengan para penduduk dusun mengenai soal dilepaskannya Dji Dji Kouw.
itupun segera terhenti.
"Walaupun benar dia sebagai pembunuhnya, tidak seharusnya dia diikat dipohon,
perbuatan ini menyalahi hukum, apakah kelian tahu?" kata Ouw Ga.
Demi terhentinya suara piano secara mendadak itu, maka dengan terpaksa nona In
Tetangga2 Dji Dji Kouw itu yang telah menyaksikan kemahiran ilmu silatnya Ouw Ga,
Hong meninggalkan tempat itu dan per-Iahan2 melangkahkan kakinya menuju kearahS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
tidak berani mengatakan tidak mau melepaskannya, tetapi disamping itu, mereka pun
jalan pulang. Walaupun demikian, pikirannya senantiasa belum dapat terpisah dari bal2
kewatir, Dji Dji Kouw akan mengambil ketika untuk lari kabur. Tengah merasa sukar
mengenai rumab itu. Didalam otaknya muncul macam2 soal pertanyaan:
untuk mengambil ketetapan, Tan A Kin lapor kepada kepala kantor detasemen polisi,
Mengapa gema piano berhenti secara mendadak?
yang lalu meneruskannya kepada kantor pusat polisi, dan dikirimnya kepala polisi rahasia
Mengapa diwaktu malam yang sudah larut ada orang yang ribut2?
To Tie An dibantu oleh sersi si gemuk datang dengan berkendaraan motor.
Apakah tidak boleh jadi si ahli musik ini mengalami hal2 yang tidak dapat disangka2
"Siapa pembunuhnya?" kepala detektip To Tie An , bertanya sambil jalan berlenggang
pada waktu sebelumnya?
lenggok mendekati pohon kwui.
Nona In Hong memang senantiasa suka mencampuri perkara orang lain, maka hal
"Itulah dia pembunuhnya, yang diikat dipohon," kata Tan A Kin.
inipun tidak terkecuali. Maka ia jalan balik pula menuju kerumah sewaan tadi. Tetapi
"Sebelum diperiksa, tidak dapat dipastikan bahwa dia pembunuhnya, hanya boleh
setibanya ditempat itu, keadaan sudah berubah sama sekali.
dikatakan tersangka!" kata seseorang dengan suara lantang dan kerennya.
Nampak olehnya bahwa pada trotoir didepan rumah itu sudah terdapat sebuah piano,
"Siapa demikian besar nyalinya, berani membantah dan mementangi aku?" tanya
seorang pemuda yang usianya kurang lebih tiga puluh tahun bersandar kepada piano
kepala detektip she To itu dengan garangnya.
dengan lesu. Disebelah kakinya terdapat juga sebuah
A Sam si sumbing nampak datangnya kepala ketektip jtu nyalinya membesar, ia
kembali menyelusup kedalam kerumunan orang2 itu, dan menyerang secara gelap,
kopor kulit. Diambang pintu rumah sewaan itu, ada seorang yang bertubuh tinggi dan
katanya : "Wanita ini menusuk ipamya dengan senjata tad jam, coba semua orang pikir,
gemuk tengah memberi komando kepada tujuh atau delapan orang yang rupanya seperti
apakah tangannya tidak terlalu kejam?"
orang gelandangan yang berbaju pendek dan celana pendek, untuk memindahkan
"Siapa yang mengikatnya pada pohon?" tanya sersi gemuk itu.
barang2 yang kecil2 dari dalam rumah dilemparkan dijalan.
A Sam si sumbing mengira menangkap pembunuh bukan kecil jasanya, rnaka dengan
"Malam sudah selanjut ini hendak pindah rumahkah?" tanya nona In Hong kepada
gagahnya ia menentang dada jalan kehadapan kedua sersi itu, lalu ia berkata : "Aku yang
pemuda itu.
mengikatnya pada bstang pohon."
"Bukan pindah rumah, tetapi diusir keluar dari rumah," jawab pemuda itu dengan sikap
"Perbuatan tidak syah, harus menerima hukuman," tetap terdengar kata2 yang lantang
yang lesu.
suaranya itu.
"Ada orang yang mengganggu kita, A Poan, kau tangkap orang itu kemari!" Kepala
detektip she To itu memerintahkan si gemuk.
"Mengajpa mereka mengusirmu keluar?"
"Aku tahu, yang mengganggu kalian itu adalah dua wanita tukang cari uang dengan
Mata pemuda yang besar dan hitam warnanya itu menatap In Hong, lalu berkata:
pertunjukan silat. Sebelum kalian datang, mereka itu ingin menolong si pembunuh.
"Karena pemilik rumah tidak suka mendengar suara piano yang dianggapnya berisik
Setelah nampak kedatangan kalian, mereka lantas bersembunyi diantara kerumunan
"Siapakah pemiliknya rumah ini?"
orang banyak." A Sam si sumbing mengagitasi untuk membalas sakit hatinya tadi.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Si gemuk itulah."
"Kalau begitu,' kau bawa aku menangkap kedua wanita penyabot itu," kata sersi
"Mengapa kau tidak membantahnya berdasarkan kepantasan?"
gemuk itu.
"Apakah gunanya? Alasanku tidak dapat melawan kekerasannya."
A Sam si sumbing menggunakan bulu ajam sebagai panah tanda perintah, lalu
"Apakah sudah ada tempat yang kau hendak tuju?" "Belum. cari rumah bukanlah soal
memimpin sersi gemuk itu menunjuk In Hong dan Ouw Ga.
yang mudah." "Apakah kau hendak tetap mendiami rumah ini?"
A Poan, sersi gemuk itu menatap In Hong bersama Ouw Ga lalu memperlihatkan roman
"ya, tetapi mereka tak akan mengijinkannya!" "Mereka mengijinkan atau tidak, tidaklah
gelisah, dengan tidak berkata2 sepatahpun lalu membalik arah jalannya kem-bali kepada
menjadi soal!" kata In Hong.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
To Tie An, si kepala detektip itu.
"A Poan, sudahlah kau berhasil menangkapnya?" kepala sersi she To itu bertanya .
Mata pemuda itu menatap In Hong pula, nampak roman yang demikian elok dan
"Tham tio (kepala sersi), kau tangkap sendiri sajalah !" si gemuk itu menjawab.
cantiknya, ia menjadi ragu2, maka iapun berkata: "Kau adalah seorang wanita yang
"Kantong nasi belaka, apakah menangkap dua orang wanita saya kau tidak dapat
lemah, jangan karena unisanku, kau jadi terembet2."
melakukannya? Dimana mereka itu?" kata detektip To sambil jalan.
In Hong bersenyum lalu menghampiri si gemuk. Belum lagi ia berkata2, si pemilik
Ketika itu In Hong bersama Ouw Ga dengan sengaja mem-balik tubuh membelakangi
rumah yang bengis itu sudah membuka suaranya bagaikan guntur, katanya: "Sebagai
To Tie An sehingga hanya punggungnya yang tertampak oleh kepala sersi itu.
orang perempuan besar benar mulutmu Aku Ong San Niauw tidak dapat dipermainkan,
"Inilah kedua wanita itu !" kata A Sam si sumbing sambil menunjuk pungung mereka.
disini siapakah yang
"Adakah kalian yang menggangguku?" To Tie An menghampiri sambil mengulur
tidak mengetahui siapa aku ini? Persaitan kau, enyah kau dari sini!"
tangannya hendak menangkapnya.
"Oh Kiranya kau jagoan daerah ini?" In Hong berkata dengan tenangnya, sedikitpun
"Kau berkata dengan siapa?" In Hong bersama Ouw Ga berbalik serentak sambil
menanya.
ia tidak memperlihat-kan kegusarannya. "Jika aku tidak turut kehendakmu pergi dari sini,
Nampak kedua wanita yang berilmii tinggi pada jaman itu, maka tahulah, bahwa
bagaimanakah jadinya?"
lagaknya itu tak akan ditakutinya. Apalagi tidak ada alasan untuk menangkap mereka itu.
Si pemuda ahli musik itu membelalakkan matanya sambil bersandar kepada pianonya.
Maka wajahnya yang semula keren segera berubah menjadi wajah muka bersenyum, dan
Sedang orang2 gelan-dangan dibawah pengaruh si gemuk itu berdiri berjajar pada kedua
tangannya yang sudah diulurkannya itu diubah untuk meng-garuk2 , kepalanya.
sampingnya menantikan perintah untuk ber-gerak.
"Oh, sangkaku siapa, kiranya kalian kedua siocia, apakah selama ini kalian baik2 saya?"
"Jika kau tidak pergi, aku akan melontarkan kau ke-tengah jalan sebagairaana seorang
"Tak usah sungkan2 kau hendak menangkapnya, tangkaplah lantas !" kata Ouw Ga.
atlit melontarkan lembing! Maka kau harus tahu gelagat, kau enyalah lekas!"
"Tidak, tidak, kalian bersenda gurau denganku, akupun bersenda gurau dengan
"Kukewatir kau tak akan dapat melakukannya seperti apa yang kau katakan !"
kalian." To Tie An men-cari2 alasan.
Mendengar kata2 In Hong yang agak mengejek itu, Ong San Niauw si gemuk itu
A Sam si sumbing nampak kepala sersi itu bukan saya tidak berani menangkap, malah


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mcnjadi beringas, ia maju beberapa langkah dan mengulurkan tangannya hendak
sebaliknya minta maaf. ia insyaf keadaan tidak menguntungkan baginya, maka selangkah
menjambret pakaian In Hong. Dengan tenang sekali lii Hong menggunakan ketiga jari
demi selangkah ia bertindak mundur untuk terus lari kabur.
tangannya menangkap pergelangan tangannya si gemuk serta memencet urat nadinya.
"Mereka mengikat Dji Dji Kouw pada batang pohon ini menurut hukum tidak dapat
In Hong hanya baru mengerahkan lima atau enam bagian tenaganya, namun Ong San
dibenarkan, To Thamtia, apakah kau hendak membiarkannya saya?" kata In Hong.
Niauw sudah tidak tahan akan sakitnya.
"Aku tengah memeriksa siapa yang mengikatnya pada pohon," kata kepala detektip
Ingin si gemuk itu melawannya, tetapi pergelangannya bagaikan terjepit oleh tang
she To itu, sambil memerintahkan si gemuk, katanya: "Lepaskanlah Dji Dji Kouw."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
besi (sepit besi), tak dapat ia meronta. Sebaliknya jika ia minta ampun, ia merasa malu
Demi dilepaskannya Dji Dji Kouw dari ikatan pada pohon itu, maka To Tie An mulai
akan kehilangan wibawa atau pengaruh yang sudah didapatnya didaerah itu. Tetapi jika
memeriksa perkara pembunuhan itu.
ia tidak mau minta ampun, tangannya dirasakannya linu dan kesemutan, se-akan2
Ia mendengarkan uraian2 orang2 yang bersangkutan, setelah itu lalu bersama2 In
hendak pecah atau patah.
Hong dan Ouw Ga diikuti orang banyak masuk kerumah atap untuk memeriksa keadaan
"Ong San Niauw, mengapa kau tidak segera melontar-kan aku ketengah jalan?" tanya
didalamnya. Si sersi gemuk menyemput pisau belati tajam itu dibawanya kekantor besar
In Hong yang terus mengejek.
polisi untuk memeriksa sidik jari yang ada dihulu pisau itu.
Dengan tenang sekali In Hong mcnggunakan kctiga jari tangamya menangkap
Kamar dimana terjadinya peristiwa itu tidak seberapa luas, menghadap kearah Barat
pergelangan tangan si-gemuk serin mcmencet urat nadinya.
terdapat sebuah jendela, daun jendela itu terbuka, menyusur dinding sebelah Utara
Pegundal2 si gemuk itu nampak ketua mereka pucat wajah mukanya, air peluh berterletak sebuah tempat tidur kaju, mayat Dji Twa So rebah ditempat tidur itu dengan
butir2 sebesar mutiara memenuhi dahinya, mereka mengetahui, bahwa ketuanya telah
kepala disebelah Timur dan kaki disebelah Barat, darahnya berlumuran kian kemari. Pada
mengalami keruntuhan, mereka segera maju seren-tak menyerang In Hong.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
bagian dadanya terdapat dua luka tusukan pisau, kesemuanya mengenai tempat yang
In Hong mengendorkan serta melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan si
penting dan berbahaya, menurut dugaan, Dji Twa So dengan tak keburu berteriak sudah
gemuk, lalu ditangkapnya belakang leher serta pinggangnya dan diangkatnya melin-tang,
menemui ayalnya. Pada dahi Dji Twa So terdapat pula' sebuah anak panah pendek yang
dipergunakan sebagai perisai, maka tidak ampun lagi pukulan serta tendangan pegundal2
menancap.
itu semua mengenai tubuhnya si gemuk.
Demi melLhat anak panah itu, detektip To sudah mengenali, bahwa panah istimewa
"Kalian orang yang mau mampus ini, hentikanlah tanganmu, aku bisa mati karena
ini milik Oey Eng. Maka ia menatapnya In Hong satu kali. In Hong pun telah me-lihat
pukulanmu semua !" demikianlah Ong San Niauw berseru dengan njaringnya.
anak panah itu, dan membalasnya menatap dengaD tenang hati.
Pada mulanya orang2 itu ingin menolong majikannya, tidak dinyananya kini
Detektip To memeriksanya pada ekor panah itu dengan kaca pembesar, setelah mana
kesudahannya adalah sebaliknya, maka dengan terpaksa mereka mundur beberapa
ia memperlihatkan senyuman yang dibuat2, sambil berkata: "In Siocia, tanda pada ekor
langkah untuk menunggu ketika turun tangan pula.
panah ini seekor burung kenari keciU terbukti disini, bahwa pembunuh Dji Twa So ini
Si pemuda ahli musik itu dengan mata membelalak menyaksikan perbuatan In Hong
adalah Oey Eng. Bagaimana pendapatmu?"
dengan penuh perhatian. Selama hidupnya belum pernah ia menyaksikan wanita segagah
Oey Eng alias In Hong, walaupun pemah membantu To Tie An si kepala detektip ini
ini. memecahkan banyak rahasia perkara yang aneh2, tetapi didalam lubuk hati kepala sersi
"Ong San Niauw, masihkah kau hendak melontarkan aku ketengah jalan?" tanya In
ini, senantiasa bertentangan mengenai pere-butan kedudukan nama. Pan sudah lazinmya
Hong sambil tetap meng-angkatnya tinggi2.
pula sersi dengan penjahat budiman atau huicat kedudukannya sahng bertentangan
Ong San Niauw diam dalam seribu babasa, minta ampun baginya betapa malu rasa
seumpama api dengan air. Masih ada lagi sebab lain yang membaat To Tie An membenci
hatinya.
In Hong itu, yalah pernah To Tie An ter-gila-terhadap nona In Hong, tetapi cintanya tak
"Kalau begitu, aku yang akan melontarkankau ketengah jalan!" kata In Hong sambil
terbalas, oleh karenanya dari cinta berubah menjadi benci. jika Oey Eng atau In Hong itu
memperlibatkan aksinya hendak melontarkannya.
tidak ada suatu titik kelemahan yang berada ditangan To Tie An, maka dengan sendirinya
"Oh jangan, jangan! Aku mengaku salah!" kata Ong San Niauw.
si kepala ditektip inipun tidak berdaya terhadapnya, tetapi sekali ia mendapatkan sesuatu
In Hong melepaskannya perlahan-lahan ditanah, sambil berkata : "Apakah kini kau
tanda kelemahan, maka ia akan dapat alasan untuk menyebloskan Oey Eng kedalam
suka bicara dengan damai mengenai soal tempat tinggalnya ahli musik itu?"
penjara. Sebatang anak panah didahi Dji Twa So ini, hari ini akan dipergunakan oleh To
"Suka Aku suka !" kata Ong San Niauw yang sudah lenyap keangkerannya sebagai
Tie An sebagai alat untuk mengekang In Hong.
jagoan.
"Menuait pengetahuanku, panah pendek Oey Eng itu banyak sekali terdapat diluar,"
"Main piano tidak melanggar hukum, sebaliknya dengan kekerasan kau mengusirnya
jawab In Hong dengan tenangnya. "Umpama kau sendiripun menyimpan beberapa
adalah perbuatan yang melanggar hukum." kata In Hong. "Kini kuberikan jasa baikku,
batang panah Oey Eng yang pendek itu. Maka panah pendek Oey Eng yang terdapat
biarkan dia terus tinggal dirumah sewaanmu. Kuperintahnya pada pukul 24.00 dia harus
didahi Dji Twa So itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
menghentikan permaian pianonya. Apakah kau setuju?"
K tidak dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa Oey Eng ? membunuh orang."
Sekalipun didalam hatinya Ong San Niauw tidak setuju, tetapi dimulutnya ia tidak
Demi mendengar pernyataan itu, To Tie An merasa, bahwa senjata untuk menyerang
berani mengatakan tidak setuju. Maka dengan terpaksa ia anggukkan kepalanya.
In Hong itu masih 91 kufang tajam. Tetapi ia masih menandaskan : "Kecuali Oey Eng,
"Setelah kau menyetujuinya, maka perintahkanlah orang2mu itu untuk mengangkat
tidak ada orang lain yang pandai memperguna-3) kan anak panah sependek ini."
masuk kembali pianonya serta barang2 lainnya diletakkan ditempatnya semula!" kata In
Hong.
Betapa besarnya kemendongkolan orang2 gelandangan itu tak dapat dilukiskan
dengan kata2. Tadi ketika mereka mengangkat piano yang berat itu keluar rumah, rasaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
mereka se-akan2 hendak patah tulang2 iganya. Kini harus mereka mengangkat kembali
kedalam rumah.
"Apakah nona sudi duduk2 sebentar dikamarku?" Si pemuda ahli musik itu berkata
kemudian setelah menyaksikan barang2nya sudah dimasukkan kembali kedalam
"Apakah maksudmu hendak mengatakan, bahwa lebih dahulu Oey Eng melepaskan
kamarnya.
anak panah dari luar jen-li dela hingga mengenai tepat pada dahi Dji Twa So, setelah itu
"Lain hari saya aku berkunjung diwaktu siang," jawab In Hong.
barulah ia lompat masuk kedalam melalui jendela dan menusuknya dua kali dengan pisau
"Aku tinggal ditingkat ketiga, kamar nomor tiga si pemuda itu berkata pula.
belati?" tanya In Hong. ..Sedikit pun tidak salah, panah pendek Oey Eng dial bubuhi obat
Selagi hendak berlalu In Hong mengancam pula kepada pemilik rumah yang jahat itu,
pemabuk, agar supaya Dji Twa So tidak sadar, i! setelah itu dia masuk kedalam kamar
katanya : "Rumahku letaknya tidak jauh dari sini, tiap hari past! aku lewat dirumahmu
membunuhnya dengan pisau," kata To Tie An.
ini. jika kuketahui, bahwa rumahmu ini tiada suara gema piano, aku akan menanjamu."
"Berdasarkan cara pemeriksaanmu, To thamtio, apa-kah tidak boleh jadi lebih dulu
Setelah In Hong meninggalkan tempat itu, Ong San Niauw bersama anak buahnya
Oey Eng menusuk Dji Twa So dengan pisau belati, kemudian melepaskan anak [j panah
berdiri bengong disatu
kearah dahinya?"
tempat dengan perasaan hati yang malu bercampur men-dongkol.
"Sama sekali tak boleh jadi ada perbuatan yang bodoh dan tidak masuk akal ini. Apa
Lama kemudian pada trotoir sebelah Timur, tertampai seorang wanita yang berpakaian
perlunya, setelah Dji Twa So terbunuh raati, baru melepaskan anak panah kearah li
bagus mewah, usianya antara 25 atau 26 tahun, jalan per-lahan2 mendatangi. Dengan
dahinya?" kata To Tie An.
segera Ong San Niauw menyemputnya.
Maka dipanggilnya masuk Tan Twa So dan sekalian ii tetangga itu oleh In Hong.
"Ong San Niauw, apakah urusan yang kuminta kau tolong kerjakan itu sudah selesai
"Tadi ketika kalian masuk kedalam kamar ini, ada siapa yang pernah menyentuh anak
dan terlaksana?" tanyanya wanita itu.
panah pendek yang ada pada dahi Dji Twa So itu?" tanya In Hong.
"Terlaksana sudah"
Dengan suara bulat Tan Twa So bersama sekalian tetangga itu memberikan jaminan,
Belum habis perkataannya, wanita itu sudah memotongnya : "Baiklah jika sudah
bahwa mereka tidak pernah menyentuh anak panah itu, bahkan merekapun tidak pernah
terlaksana, dirumahku kusudah menyediakan dua buah kamar, jika tidak ada tempat
mengganggu jenazah Dji Twa So itu. To Tie An tidak mengerti apa maksudnya
yang akan dia tujunya, dia akan terpaksa menerimal usulku, pindah tinggal dirumahku.
pertanyaan Tn Hong itu.
Dengan demikian aku akan mendapat kesempatan lebih banyak untuk mende-t katinya..
"Adakah kalian yang menggangguku ?" To Tie An menghampiri sambil mengulurkan
Kini kau menyingkirlah sedikit, aku akan berpura2 lewat dengan tidak disengaja, dan
tangannya hendak menangkapnya.
menyelesaikan g soal tempat tinggalnya."
"To Thamtio, kenyataan membuktikan, bahwa semen-yak anak panah itu dilepaskan
Li Siu Tin, kau demikian cantiknya, apakah tiada pemuda yang ganteng cakap
dari luar dan menancap pada dahi Dji Twa So itu, sehingga sekarang ini belum pernah
mengejarmu? Orang ini kecuali matanya yang besar dan hitam serta tiap malam , main
tersentuh oleh siapapun juga, bukankah begitu?" In Hong menekankan kata2nya.
piano, ada apa keistimewaannya lagi yang membuat hatimu tertarik!" kata Ong San
To Tie An angguk2kan kepalanya.
Niauw.
"Rebahnya mayat Dji Twa So yalah bagian kepala disebelah Timur, kakinya disebelah
"Watak tabiatku, makin sukar dikejar makin kuingin mengejarnya. Kutanya kau,
Barat, miring meng-hadapi jendela disebelah Barat. Umpama kata Oey Eng melepaskan
sudahkah kau usir keluar rumahmu?" Tanya wanita itu sambil bersenyum.
anak panah dari jendela sebelah Barat, maka ekor panah itu semestinya juga miring
"Sudah kuusirnya keluar, tetapi mendadak ada seorang wanita lewat dan membelanya.
kearah Barat. tidakkah begitu? Tetapi kenyataannya tidak demikian. panah itu bukan saya
ekornya mengarah ketimur, bahkan berdiri lurus pada dahi itu. Ini membuktikan bahwaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
tidak mungkin anak panah itu dilepaskan dari luar jendela, juga membuktikan, bahwa
panah pendek inipun bukan dilepaskan oleh Oey Eng.
Ia mengangkatku tinggi2, hendak dilontarkannya ketengah jalan. Aku tidak berdaya,
Demi mendengar penyelasan In Hcng itu, To Tie An si kepala ditektip itu lalu
terpaksa aku mengijinkannya tinggal terus dirumahku." :S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
memeriksa lagi anak panah yang menancap didahi mayat Dji Twa So itu sekali lagi,
"Tukang pukulmu demikian banyaknya, apakah tak dapat mereka menggunakan
ternyata kata2 In Hong itu sangat beralasan berdasarkan hukum ilmu alam. Dan
kekerasan?" Ia berkata dengan geramnya.
keinginannya untuk mempergunakan anak panah ini untuk mengekang In Hong, sudah
"Ilmu silatnya sangat tinggi, semua orang2ku ini tak dapat melawannya."
tiada kemung-kinannya lagi.
"Kalau begitu, dari manakah datangnya anak panah ini?" tanyak To Tie An.
"Siapa gerangan wanita itu? Apakah dia memiliki tiga kepala enam buah tangan?
"Pembunuh itu lompat dari jendela masuk kedalam kamar, setelah menibunuh Dji Twa
Apakah' kewibawaanmu yang b|sar selama ini, menerima saya dialahkan oleh hanya
So dengan pisau belati, kemudian dia menusukkan pula panah pendek yang ter-lebih
seorang wanita?"
dulu sudah sengaja dibekalnya itu pada dahi Dji Twa So, dengan maksud menfitnah Oey
"Aku tidak mengenali dia. Diapun tidak memiliki tiga buah kepala dan enam buah
Eng, dan men-capai maksudnya dengan sebatang panah memperoleh dua ekor burung.
"Akan tetapi siapapun ketahui akan keadaannya Dji Twa So sebagai seorang tani, hal
lengan, sebaliknya tubuhnya langsing dan wajahnya cantik sekali, siapapun tak akan
apakah yang harus dibnat rebutan, maka untuk apa dia dibunuh orang?" To Tie An
menyangkanya dia dapat memiliki ilmu silat yang sangat mahir. Aku gagal!"
bertanya setelah merenungkan sekian lamanya.
"Pembunuh itu tidak bermaksud hendak membunuh Dji Twa So, tujuannya membunuh
"Oh Mungkin dia bandit perempuan Oey Eng yang nama samarannya In Hong itu?
Dji Dji Kouw. Pada sebelumnya dia sudah mencari tahu, bahwa Dji Dji Kouw tidur dikamar
Barat dan Dji Twa So tidur dikamar Timur. Didalam suasana gelap itu, si pembunuh tetap
Perempuan itu memang menyemukan !" katanya.
mengira, bahwa orang yang tidur didalam kamar Barat itu tentunya Dji Dji Kouw." Tidak
disangkanya karena suaminya bepergian, dan ingin menemani Dji Dji Kouw, maka Dji
"Benar benar kau menyadarkan aku Wanita
Twa So tidur berduaan dengan Dji Dji Kouw. Sangat kebetulan sekali, karena Dji Dji Kouw
itu pasti Oey Eng, juga In Hong adanya. Dia musuh besar sebangsa kami!"
mengalami sedikit pukulan batin,. tidak dapat dia tidur, lalu ber-jalan2 diladang, maka
Dji Twa So yang malang itu menjadi gantinya Dji Dji Kouw," kata In Hong.
"Pergilah kerumahku untuk nieruudingkaji cara2 meng-hadapinya !" kata Li Siu Tin.
"In Siocia nona In, inilah hanya dugaanmu, tiada bukti."
cahaya sang surya menyinari segenap sajur majur yang menghijau diladang. Sang
Sungguhpun kepala polisi rahasia ini tidak dapat lagi menuduh Oey Eng sebagai
terdakwa pada perkara pem-bunuhan ini, tetapi ia tidak setuju dengan pendapat In Hong,
baju mengembus sepoi2 mem-bawakan bau sajur harum semerbak kehidung Bee Su Bun
bahwa Dji Twa So jadi korban sebagai peng-ganti Dji Dji Kouw, maka berkatalah ia:
si pemuda ahli musik. Kala itu disuatu pagi hari dalam suasana cuaca cerah dan
"Tuduhan Dji Dji Kouw sebagai pembunuh iparnya adalah berat agaknya!"
menggembirakan. Bee Su Bun berjalan menyusur jalan kecil diantara sawah dan ladang,
"To Thamtio, pembunuh Dji Twa So itu sebenarnya Oey Eng ataukah Dji Dji Kouw,
ber-kelok2 mengitari tepi sungai dan selokan kecil, tiba dihadapan sebuah rumah atap
kaupun harus mencari bukti yang nyata!" kata In Hong.
Mereka masing2 meneruskan memeriksa keadaan didalam kamar. In Hong
menemukan, bahwa pada kerangka daun jendela yang terbuka itu terdapat lima buah
sidik jari tangan yang berdarah. Diantara sidik jari itu tam-pak jari telunyuknya terdapat
garis pecah kecil dan panyang, menurut tafsirannya, pembunuh itu didalamS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
kerepotannya tak disengaja meninggalkan bekas darah itu. Dari sini dapat dipastikan,
bahwa telunyuk tangan kanan si pembunuh itu pernah terluka oleh pisau, kulit daging
ditengah jari telunyuk itu berubah jadi lekuk kedalam sehingga sidiknya tidak sempurna.
Apabila ia berhasil mendapatkan seseorang yang jari telunyuk tangan kanannya cocok
dengan sidik jari ini, maka ia akan dapat menemukan pembunuh Dji Twa So ini.
"To Thamtio, kuminta kau membawa daun jendela ini kekantor polisi untuk
memotretnya sidik jari berdarah ini dan menyimpannya. Ini suatu bukti penting untuk
yang luas dan besar. Kedua pintu rumah atap itu telah terbentang lebar.
peperiksaan kelak !" kata In Hong.
Ia mengarahkan pandangan matanya kedalam dan nampak olehnya bahwa
To Tie An memeriksa daun jendela itu lama sekali, kemudian meng-angguk2kan
kekasihnya, Dji Dji Kouw berada dihadapan dapur tengah mempersiapkan santapan pagi.
kepalanya kepada In Hong menyatakan persetujuannya.
"Ji Kouw, masak apakah pagi ini?" Ia berdiri diam-bang pintu sambil bertanya.
la mengarahkan pandangan matanya kedalam dan nampak olehnya bahwa
kekasihnya. Dji Dji Kouw berada didepan dapur tengah menyiapkan
saniapan pagi.
"Sup kacang merah campur ubi yalar." Dji Dji Kouw menjawabnya dengan tidak
berpaling lagi karena ia telah mengetahui dan mengenal baik suara siapa yang menanya
Kakak Dji Dji Kouw yang bernama ji Pwee Hok itu, telah kembali dari Pu Tung. Setelah
mengetahui isterinya terbunuh orang dan saudara kandungnya terlibat dalam perkara
pembunuhan ini, ia jadi terbengong2 tak tahu apa yang harus diperbuatnya.
kepadanya.
Demi memandang bentuk belakang tubuh kekasihnya itu Bee Su Bun terjatuh kedalam
Resersi si gemuk yang membawa pisau belati kekantor polisi untuk diperiksa sidik
jarinya, setelah mendapat laporan dari ahli sidik jari sudah lantas kembali keramah atap
alam lamunannya. Karena gadis desa ini penuh kesungguhan, kejujuran, dan
itu. kesederhanaan. Sekalipun pakaian yang dikenakan pada tubuhnya adalah pakaian kasar
"To Thamtio, berdasarkan laporan pemeriksaan sidik jari, pada senjata alat pembunuh
yang lazim bagi gadis2 desa pada umumnya, tetapi tak dapat menutupi kebagusan
itu, kecuali sidik jari Dji Dji Kouw, tidak terdapat lain sidik jari," kata sersi gemuk itu.
tubuhnya yang dimiliki itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"In Siocia, apakah kau mendengarnya?" tanya To Tie An sambil menatap In Hong.
Bee Su Bun sangat memerlukan kawan hidup yang sungguh baik dan elok sebagai Dji


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pada hulu pisau belati itu hanya terdapat sidik jari Dji Dji Kouw, jika dia bukan
Dji Kouw ini, tidak suka isteri cantik yang hidup mewah serta romantis sebagai Li Siu Tin.
pembunuhnya, siapakah lagi?"
Ia dengan Dji Dji Kouw saling berkenalan semenyak setahun lebih yang lalu. Kedua2nya
"Setelah membunuh orang, si pembunuh dapat meng-hilangkan sidik jari dihulu pisau,
saling mengesan didalam kalbunya masing2, tetapi belumlah mempersoalkan hal2 yang
dan dilemparkan diluar rumah, Dji Dji Kouw menyemputnya pisau belati ini.
berhubungan dengan pemikahan.
dengan sendirinya sidik jarinya terdapat dihulu pisau itu To Thamtio, kuharap kau
"Su Bun, mengapa kau ter-bengong2 saya disitu?" kata Dji Dji Kouw sambil menyajikan
berlaku hati2, jangan sampajj terjadi mempenjarakan orang dengan hanya fitnahan !"1
dua mangkok sup dari dapur kekamar tamu,
kata In Hong.
"Oh!" seru Bee Su Bun yang tersadar darlamunannya.
"Bukti senjata ini masihkah dapat disangsikan??'l detektip To berkata dengan
"Masuklah dan makan santapan pagi!" Dji Dji Kouw memanggilnya masuk.
sembarang saya. Setelahi mana ia mengeluarkan perintah kepada si sersi gemuk,!
"Dan dimana kakak serta iparmu?"
katanya: "Kau bawa kereta mayat kekantor pemeriksaan mayat, umsan disini sudah
"Mereka sudah pergi kesawah untuk mencabuti rumput."
beres."
"Ah Suatu kesempatan bagus, kuhendak mengatakan
"Jangan lupa membawa kerangka daun jendela ke-kantor polisi untuk diperiksa !" In
beberapa kata2 untukmu" Ingin Bee Su Bun berkata2, tapi tidak jadi diteruskannya.
Hong memperingatkan kepada mereka.
"Katakanlah, hal apakah?" Dji Dji Kouw menatapnya, dan menantikan kata2 apa yang
Detektip To mengeluarkan borgolan dari pinggangnyal menghampiri Dji Dji Kouw
hendak diucapkan.
seraya berkata : "Ji Siocia, [ maafkan aku, hendak aku menangkapmu."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Kuhendak meminangmu, aku hendak memper-isterikanmu !"
4 MENCENGKERAM TENGGOROKANnya.
Kata2 yang sudah dinanti2kan semenyak lama itu, achirnya keluar dari mulut pemuda
jam sepuluh pagi, Bee Su Bun berdiri diatas lantai terbuka yang berada diluar lantas
ahli musik ini. Dji Dji Kouw sangat riang tetapi serentak juga merasa sangsi dan takut.
duduk dirumah tingkat; kedua, sambil melapangkan pandangan matanya kepada taman
"Apakah kata2mu ini sungguh2 dan setulus hatimu?" tanyanya.
bunga dibawah yang beraneka ragam bunga2nya la memandangnya dengan asjik sekali.
"Tentu saya keluar dari hati yang tulus ichlas dan sungguh2."
Kamar duduk bersama kamar tidur lain diberikannya oleh Li Siu Tin dengaa tidak
menerima uang persewaan. Tetapi ia merasakany bukan sebagai rumah sewaannya,
"Dan bagaimana nona Li Siu Tin yang cantik elok bagaikan bunga itu?"
melainkan rumah pen-yara yang berbentuk lain. Dan Li Siu Tin sebagai kepala penjara
"Oh, tak berhak dia mencampuri urusan pemikahan kita." Bee Su Bun buru2
model lain pula.
memberikan penyelasan.
"Darling, tak seharusnya kau berdiri lama-, luka dipahamu masih mengharuskan kau
"Dia sangat akrab denganmu, acapkali dia lama ber-duduk2 dirumah sewaamnu"
beristirahat!" kata Li Siu Tin yang juga berdiri disampingnya. Ia hanya mengenakan
"Dia me-libat2 aku. terus-menerus, tidak berdaya aku untuk mencegahnya dia
celana dan baju tidur yang sepan terbuat dari wol merah.
mendatangi kamarku."
"Taman bunga ini indah sekali, sungguh menarik per-hatian orang," kata Bee Su Bun
"Apakah kau tidak mencintainya?"
yang sengaja mencafi kata2 untuk melayaninya dengan sembarangan.
"Tidak, tidak, secara mutlak aku tidak mencintainya. cintaku sudah kuberikan
Sebaliknya matanya ditujukan' kepada sebuah pintu besi kecil yang terdapat didinding
kepadamu semua. Sudikah kau nikah dengan aku?"
tembok pagar sebelah Timur taman bunga itu. Pintu besi itu dipalang dengan , besi dan
Dji Dji Kouw menganggukkan kepalanya dengan wajah ke-merah2an karena
terkunci. la mengetahui, bahwa tak dapat ia lolos dari rumah ini melalui pintu depan.
jengahnya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Karena pintu depan siang malam ada pengawalnya, kecuali jika ia menunggu sampai
"Kau nantikan disini, aku hendak kesawah memberi-tahukan kepada kakak dan iparmu
larut malam dan keadaan menjadi sunyi, ia lari melalui pintu besi ditaman bunga ini.
untuk merundingkan soal pernikahan kita," kata Bee Su Bun sambil melangkah keluar
Hanya entah dimana tersimpannya kunci gembok besi pada palang pintu itu.
pintu, membiluk kebelakang rumah menuju ke-ladang. Dari jauh ia nampak kakak serta
Li Siu Tin dengan diam2 meng-amat2i sikap Bee Su Bun itu, maka pikiran yang
adiknya Dji Dji Kouw membungkukan tubuh diladang tengah mencabuti sajur.
terkandung didalam otak Bee Su Bun itu, sebahagian besar ia telah dapat menerkanya.
Dengan semangat penuh ia lari melewati jalanan tanah liat yang agak nanyak diantara
"Darling, bukankah kau ingin ber-jalan2 melalui pintu besi ditaman bunga ini?" tanya
sawah2. Ketika ia melewati sebuah kuburan, se-konyong2 dari belakang itu lompat keluar
Li Siu Tin dengan manis budi. Tapi luka dipahamu belum serabuh betul dan belum genap
tiga orang penjahat yang romannya bengis men-cegat kepadanya. Seorang diantaranya
mencabut sebuah belati mengancam bagian pinggangnya.
"Jangan berteriak, atau segera kami ambil jiwamu !"
Dua orang penjahat mengapitnya dikanan-kirinya dan memaksanya meninggalkan
ladang itu jalan sampai ditepi " jalan raya. Mereka mengancam serta memaksanya masuk
kesebuah mobil yang sudah disediakan, lalu dikaburkan dengan cepatnya.
Mobil itu kemudian dihentikan disebuah hutan belukar dekat Sikaway. Dua penjahat
mengancamnya pula memaksanya turun dari mobil itu.
"Kalian jangan salah menculik orang, aku hanya seorang ahli musik yang miskin Bee
Su Bun membela diri.
"Kami bukan penjahat tukang culik orang, perduli apa kau melarat dan miskin?" Kata
seorang penjahat.
"Kalau begitu, untuk apa kalian menawanku kemari?" Bee Su Bun berkata dengan
menggigil.
"Ketahuilah olehmu, sebenarnya kami bermusuhan dengan Ong San Niauw dan anak
buahnya. Kami bersumpah hendak membunuh Ong San Niauw serta semua murid2nya.
Kata pula seorang penjahat lainya,
"Tetapi aku bukan murid Ong San Niauw!" Bee Su Bun membela diri pula.
"Kami nampak kau seringkali keluar masuk dirumab Ong San Niauw, meski bukan
satu bulan kau beristirahat, maka untuk sementara ini kuanjurkan kau tinggal didalam
muridnya, sedikitnya kau tentu orang kepercayaannya."
kamar. jika kau menghendaki keluar jalan2 urnk menghilangkan pikiran yang pepat, aku
"Guna apa banyak bicara dengannya, antarkan saya dia pulang kerumah asalnya !"
dapat menemaninya. Ataukah kau suka pergi seorang diri? Kudapat memberikanmu
kata seorang penjahat lain dengan tidak sabar.
"Kalian sama sekali salah paham, aku penyewa kamar Ong San Niauw" masih saya
kuncinya."
Bee Su Bun hendak membela diri. Tetapi kedua penjahat itu tidak mau men-dengar
Lalu dikeluarkannya sebuah anak kunci dari dalam saku baju tidurnya dan diberikannya
kata2nya, mereka menusukkan senjata tajamnya kepada Bee Su Bun.
kepada Bee Su Bun. padahal anak kunci itu bukan anak kunci untuk membuka kunci
"Aduh Tolong! Tolong !" jerit Bee Su Bun.
palang pintu besi taman bunga itu. Bee Su Bun terbuka rahasia hatinya, tertampak
Belati yang ber-kilat2 itu masuk kepaha kirinya, dan darah mengalir dari lukanya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
kegelisahannya, ia tidak berani menjambuti anak kunci itu.
Ketika itu ada sebuah mobil melewat dijalan besar itu, mendengar suara orang minta
"Tetapi jika aku tidak menyertai kau, itulah sangat berbahaya, karena didalam taman
tolong lalu berhenti. Dari mobil itu lompat keluar dua orang berpakaian seragam dan
ini terdapat anjing2 herder duabelas ekor, mereka pasti tidak memperkenankan
tangannya memegang pistol sebagai pengawal seorang nyonya muda dan cantik. Mereka
seseorang asing keluar masuk," menambahkannya pula Li Siu Tin.
lari menuju ketempat peristiwa itu terjadi.
"Oh Apakah kau memelihara anjing herder sebanyak itu? Mengapa tidak kudengar
Pengawal itu berseru : "Pada waktu siang harf terang benderang ini, berani benar
suara salaknya?" tanya Bee Su Bun yang wajah mukanya berubah menjadi putih pucat.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
kalian melakukan pekerjaan membegal darn mencelakai jiwa orang!"
"anjing2 itu telah terlatih benar, mereka berdiam didaiam sebuah kamar dibawah
Kedua penjahat itu nampak ada orang berseragam dan mencekal pistol mendatangi
tanah, maka kau tak dapat dengar suara salaknya. Semula aku hanya memelihara sejodo
segera lari meninggalkan Bee Su Bun.
yantan dan betina. Mereka telah berkembangi biak, sekarang telah menjadi duabelas
cepat sekali larinya kedua penjahat itu, sebaliknya kedua pengawal itu berlambat2
ekor banyaknya," kata Li Siu Tin sambil menatapnya, dan mengetahui, bahwa angan2
mengejarnya. Dan sebagai kesudahannya kedua penjahat itu dapat lolos dari
minggatnya Bee Su Bun telah mengalami pukulan yang hebat. Untuk melenyapkannya
sama sekali angan2 hendak meloloskan diri itu, maka ia masuk ke-kamar mengambil
pengeyarannya.
nenampan yang bermuatkan belasan sausis masakan Eropah dan kembali pula kelantai
2. IA MEMEGANG SEBUAH BELATI yangKEM ILAU.
terbuka itu, dikeluarkannya sebuah peluit istimewa, lalu ditiupnia ti'ga kali.
Bee Su Bun terluka tak dapat berdiri, darahnya mengalir. nyonya muda yang. cantik
Tidak lama kemudian Bee Su Bun mendengar suara salak anjing yang menakutkan,
itu menghampirinya dan bertanya dengan manisnya: "Apakah lukamu parah?" setelah
menyusul suara salak itui ia nampak segerombolan anjing herder yang galak dan; buas
dekat ia memperlihatkan wajah kaget dan berkata : "Ah : Kau ini Bee Su Bun. Oh Darling,
lari mendatangi, dibawah mereka meng-goyang2kam ekomya kepada Li Siu Tin.
dimana lukamu? Ada permusuhan apakah kau dengan kedua penjahat itu?"
Dilemparkannya sausis itu oleh Li Siu Tin kebawahj maka anjing2 itu berebutan makan.
Padahal sebenamya ia mengetahui dimana letak lukanya Bee Su Bun. Dan perbuatan
sebentar saya telah habis semua. Diambilnya dua buah sausis lain diberikannya pada Bee
kedua penjahat itupun dilakukan atas perintahnya.
Su Bun, dan disurubnya melemparkannya; kebawah. Tetapi anjing2 itu hanya melihatinya
"Ai! Nona Li Siu Tin, kau"
saya, tidak ada yang mau memakannya serta inenyalak kearah Bee; Su Bun.
"Jangan ucapkan kata2 yang tida dipahamu masih mengeluarkan darah, kau kerumah
Lalu dibunyikannya pula peluit itu sekali, maka anjing? itu lari pergi dengan taatnya
sakit untuk berobat!"
kembali kekandangnya.
Dengan segera Bee Su Bun diantar kesebuah rumah sakit partikulir atas ketelitian dan
"Darling, lihat, betapa terlatihnya anjing2ku kupanggil mereka datang dengan segera,
perhatian sungguh2 yang diberikan oleh Li Siu Tin.
kusuruh pergi merekapun segera pergi, lagipula mereka menolak barang pemberian
Lukanya terletak dibagian paha yang banyak dagingnya, sekalipun mengeluarkan
orang asing. Orang asing siapapun juga, tak dapat keluar masuk sendirian kerumah
darah, tetapi setelah dicuci dan diberi obat serta dibalutnya, maka luka itu tidaklah memtinggalku ini, jika tidak. dia akan tergigit anjing sampai mati."
bahayakan.
Bee Su Bun tergetar hatinya dan menjadi putus asa ia ter-bengong2 berdiri terpaku
Bee Su Bun rebah diatas tempat tidur yang bercatkan warna putih didalam kamar kelas
dilantai terbuka itu bagaikan patung.
satu. Li Siu Tin bersandar diatas sofa disisi pembaringan. Bee Su Bun ber-harap Li Siu Tin
Li Siu Tin sangat girang didalam hatinya, maka segera dilancarkannya serangan
pergi sebentar agar supaya ia dapat menulis sepucuk surat pendek dan minta tolong
asmaranya.
pelayan mengantarkannya kerumah Dji Dji Kouw.
"Darling, tak dapat kau berdiri lama2, lekaslah duduk dikamar !"
Tetapi Li Siu Tin senantiasa tiada maksud untuk meninggalkannya. Dihadapan Li Siu
Karena sebutan darling2 yang tak habis2nya itu, Bee Su Bun merasakan kepalanya
Tin dengan sendirinya ia malu akan menulis surat kepada Dji Dji Kouw.
jadi pening dibuatnya.
Ia pura2 memperlihatkan roman yang lelah dan pura2 tidur, ketika ia membuka
Ia jalan perlahan-lahan masuk kekamar duduk, lalu duduk diatas sebuah sofa panyang.
matanya, Li Siu Tin tetap duduk pada tempatnya semula.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Li Siu Tin mengikutinya dan duduk disisinya. Ia bergeser menjauh sedikit, Li Siu Tin lalu
"Darling, apakah kau ingin minum air atau air jeruk?" tanya Li Siu Tin dengan
mendekatinya sedikit. la memepet ketepi sofa sehingga tidak dapat bergeser lagi. Li Siu
telatennya.
Tin sengaja menempel-kan tubuhnya, bagaikan gula permin karet tak dapat melepas.
Bee Su Bun meng-geleng2kan kepalanya. Ia bukan saya tidak mau hendak minum air,
Berbareng minyak wangi yang memabokkan tersiar dari tubuhnya yang sexualitis itu,
tidak juga air jeruk, bahkan tidak mengharapnya Li Siu Tin menjaganya dikamamya itu.
terus masuk kehidung Bee Su Bun. Bagaimana teguh kokoh hatinya, kegenitan serta
"Menurut katamu, penjahat itu bermusuhan dengan Ong San Niauw dan kau jadi
keharuman tubuh Li Siu Tin itu. achirnya dapat merun-tuhkan hatinya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
tersangkut karenanya, untung rumahku dekat pada tempat kejadian dan kebe-tulan jalan
Tetapi dengan segera ia berusaha menenangkan pikirannya. Ia merapikan pakaian
lewat disitu, telah dapat menolongmu, kalau tidak, sukar dibayangkan bagaimana akan
dan duduk lurus, diam2 ia mengingatkan dua patah ayat kitab suci Buddha yang
kesudahannya" Li Siu Tin memuji2 jasanya sendiri.
mengatakan : 'RUPA ITU HAMPA, dan HAMPA ITU RUPA', ia berusaha sekuat tenaga,
"Terima kasih atas pertolongan Li siocia!"
agar tidak sampai terjatuh kejurang kesesatan yang sengaja diatur oleh Li Siu Tin itu.
Kata2 'Li Siocia' ini sungguh membuatnya Li Siu Tin jengkel dan benci, bukan saya
"Darling jantungku berdenyut keras, entah mengapa, coba pegang dadaku, apakah
tidak enak didengamya, pada hakekatnya inipun merupakan suatu garis pertahanan Bee
tidak terlampau cepat denyutannya?" kata Li Siu Tin sambil mencekal tangan Bee Su Bun
Su Bun, sebagai penolakannya.
lalu ditempelkan pada dadanya.
"Terima kasih apa, menolongmu sama saya seperti menolong diriku sendiri. Kau mati
Tak dapat Bee Su Bun merasakan cepat atau lambat denyutan jantungnya wanita itu,
akupun tak dapat hidup !" kata Li Siu Tin dengan sepasang matanya yang se-akan2 air
karena duduk letaknya buah jantung itu masih agak kebawah sedikit. Sebaliknya ia
embun jemihnya menatap mukanya Bee Su Bun.
merasa jantungnya sendiri berdenyut keras, tak dapat tertahan pula.
Bagi Bee Su Bun kata2 itu merupakan sebuah belenggu, borgol.
Dengan mengerahkan tenaga ia meronta dan melepaskan tangannya dari bagian yang
"Jika masih saya kau tinggal didalam rumah sewaan Ong San Niauw, maka bahaya
berbahaya itu, segera ia berdiri, wajahnya bembah merah lalu berkatalah Ia:-"Li Siocia,
tetap tidak terlenyap. Hal itu sebagaimana peribahasa yang mengatakan 'Pintu ben-teng
kurasa tingkah-laku kita ini harus ada batasl yang tertentu, apakah kaupun berpendapat
yang kebakaran, ikan diempang tak terhindar dari bencana'. Maka kuanjurkan kepadamu,
demikian?" Sungguh anak tolol berhati baya Pikirnya Li Siu Tin dengan serangan yang
lebih baik kau pindah rumah saya!"
dilancarkan sehebat itu tentu akan tercapai maksudnya. Ternyata ia kecele. Maka ia
Bee Su Bun tidak mengetahui bahwa Li Siu Tin tengah menggunakan siasat, maka ia
mengubah siasatnya lain lagi.
menjawabnya : "Berbicara tentang pindah rumah, soalnya tidak mudah, karena ku-harus
"Batas? Batas apa? Bukankah kelanjutannya akan kita mengadakan upacara
mencarinya dahulu. jika ada rumah yang sesuai,' N memang sebaiknya pindah rumah
pernikahan?" kata Li Siu Tin ae-! ngan tertawanya yang memikat hati.
saya.!"
"Menikah? Menikah dengan siapa?" tanya Bee Su Bun dengan mata membelalak.
"Rumah tinggalku ada dua buah kamar besar, kusewakan saya kepadamu."
"Sudah tentu kau menikah dengan aku."
"Oh !" sebenarnya didalam hati Bee Su Bun sangat tidak setuju. Pertama, ia tidak ingin
"Tidak, tidak, aku tak dapat nikah denganmu !"
berdekat dengan t Li Siu Tin, kedua, rumah sewaan itu tidak terlalu jauh jaraknya dengan
" Apakah kau hendak mengatakan. bahwa kau akan nikah dengan Dji Dji Kouw?"
rumah atap Dji Dji Kouw didusun. Namun demikian, ia tak dapat berhasil mencari suatu
Bee Su Bun menganggukkaii kepalanya sedikit.
alasan untuk menolaknya.
"Baru saja kudapat suatu berita, bahwa Dji Dji Kouw" baru saja Li Siu Tin hendak
"Ku-suruh orang berunding dengan Ong San Niauw, dan memindahkan piano serta
mengatakan,
barang2mu kerumahku," kata Li Siu Tin sambil meninggalkan kamar rumah sakit itu.
bahwa Dji Dji Kouw telah dibunuh oleh penjahat perempuan (Li Huicat) yang bernama
"Oh aku pikir2 dulu perlahan! tidak Oh" Semua kata2 penolakan itu sudah terlambat.
Oey Eng, mendadakl pelayannya berdiri diambang pintu melapor : Siocia (nona) ada
Bee Su Bun tinggal berobat didalam rumah sakit itu hingga tiga hari tiga malam
tamu hendak berkunjung padamu."
lamanya. Li Siu Tin pun selama itu selalu membayanginya dengan tidak berpisah2.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Mengartilah Li Siu Tin, bahwa yang berkunjung itu tidak lain daripada Ong San Niauw.
Sebenarnya daripada dikatakan mengawaninya, maka lebih tepat jika dikatakan
"Darling, kau istirahatlah, aku pergi sebentar segera datang pula," kata Li Siu Tin
mengawasinya. Walaupun lukanya belum sembuh betul, tetapi sudah mulai mengecil dan
sambil turun kerumah tingkat bawah.


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereda. Dokter memperkenankannya meninggalkan rumah sakit, hanya memesannya
Li Siu Tin ber-cakap-secara rahasia dengan Ong San Niauw didalam kamar rahasia
masih harus berbaring ditempat tidur beristirahat satu bulan, untuk menghindar-kan luka
dirumah bawah,S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
pada ototnya yang dapat mengakibatkannya menjadi cacat dan pincang.
"Perkara itu mengalami perkembangan baru !" kata Ong San Niauw dengan sikap
Li Siu Tin mengendarai kendaraannya sendiri mengang-kutnya kerumahnya. Kedua
tegangnya.
buah kamarnya sudah dihias dengan megahnya. Dengan segala kemungkinannya ia ber"Mengenai hal apa? Bukankah semalam kau memberi-ahukan kepadaku, bahwa kau
usaha membuat Bee Su Bun merasa enak tinggal.
telah berhasil membunub piati Dji Dji Kouw, serta menancapkan panah pendek itu , Dada
Pada sangkanya dengan segala daya-akalnya ia akan bisa dapatkan Bee Su Bun
dahinya?" tanya Li Siu Tin.
sebagai suaminya. Tetapi angan2 atau cita2 acapkali jauh daripada kenyataan.
"Aku telah menyelidiki dengan jelas, bahwa Dji Dji Kouw tidur disebelah Barat, maka
Pada segi kebendaan memang Bee Su Bun benar2 men-dapat apa saya yang diingini,
semalam aku lompat iari jendela dan masuk kekamar Barat itu, aku menye-usup hingga
tetapi dipandang dari segi moril atau batin, ia merasakan sebagai suatu penderitaan.
sampai dipinggir tempat tidur yang gelap itu,
Ditusuk Dji Dji Kouw yang tengah tidur itu dengan pisau belati hingga mati. Pagi ini
kusuruh muridku pergi ke dusun Oey-co-can, bercampur-baur didalam rombongan
Drang2 yang berkerumun itu untuk mendengar kabar. Tidak disangkanya bahwa yang
mati itu bukan Dji Dji Kouw, melainkan Dji Twa So, iparnya"
"Apa? jadi yang mati itu bukannya Dji Dji Kouw?"
"Meski dia belum mati terbunuh, tetapi To Thiam tio telah menangkapnya dan ditahan
didalam penjara sebagai pembunuh, karena pada hulu. pisau belati itu terdapat sidik
jarinya."
Demi mendengar penyelasan itu, Li Siu Tin memperlihatkan wajah dari kegembiraan
hatinya, maka berkata-ah ia : "Walaupun salah sasaran pembunuhan itu, tetapi buah
hasilnya akan sama saya. Setelah dia dianggap se-%agai pembunuh, harapan kecil dia
dapat hidup terus, Seringan2nya dia akan dihukum seumur hidup. Bee Su Bun akan tak
dapat memperisterikan dia. Dan panah pendek milik Oey Eng itu, apakah memberi efek
yang rmenghasilkan pula?"
"Sedikit pun tak memberikan hasil, rencana kita untuk memfitnah In Hong itu sama
Semenyak ia berpindah kerurnah Li Siu Tin, hampir dapat dikatakan ia telah kehilangan
sekali gagal!" kata Ong San Niauw dengan lesu.
kemerdekaannya dan putus perhubungannya dengan dunia luar. Ia tidak mengetahui
"perlahan-lahan kita memikirkannya pula," kata Li Siu Tin acuh tak acuh.
keadaan Dji Dji Kouw, sebaliknya Dji Dji Kouw pun tidak dapat mengetahui keadaan Bee
Setelah merenungkan sekian lama mengenai apa yauM diuraikan Ong San Niauw itu,
Su Bun.
achirnya berkatalah Li Siu Tin : "Mengapa kita rnesti takut kepadanya? jika dia tidak
Ia hendak keluar kamar atau keluar rumah, Li Siu Tin selalu menggunakan pesan
datang kemari, kita anggap saya soalnya sudah] beres, tetapi jika dia berani datang, hm
dokter sebagai alasan untuk melarangnya. Pada lahirnya inilah mempakan maksud yang
Hm!"
baik, tetapi batinnya ini merupakan suatu tahanan mmah. Lagi pula Li Siu Tin
Mereka melanjutkannya berunding untuk sesaat lama-! nya, setelah mana Ong San
menggunakan ilmu perang kilat menyerangnya. Tetapi ia senantiasa bertahan kepada
Niauw mendapat perintah] untuk mengatur segala sesuatunya.
garis pertahanannya, tidak tergoyah atau tergeser kedudukannya.
Li Siu Tin kembali kerumah tingkat atas dan masuk kekamar duduk, nampak Bee Su
Bun jalan mundar-mandir dengan memperlihatkan wajah yang uring2an.
Demi nampak kedatangannya Li Siu Tin, maka berkatalah ia dengan murkanya : "Li
Siocia, aku telah ambil ke-tetapan, bahwa hari ini aku harus pindah dari rumahmu ini"S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Meskipun demikian, semangatnya Li Siu Tin tak mengenal mundur, tak kunjung
"Oh Darling, mengapakah? Apakah kau merasa tidak puas?" kata Li Siu Tin.
padam, malah sebaliknya ia tidak memilih cara lagi, ia bersumpah berjuang untuk
"Karena disini aku kehilangan kemerdekaanku, kau telah mengekang kebebasanku,"
mencapai tujuannya, maka ia menggunakan pengamh jahatnya, menjalankan suatu tipu
demikianlah Bee Su Bun memuntahkan kata2nya yang telah lama terpendam didalam
muslihat lain.
dadanya.
Hari itu setelah Bee Su Bun meninggalkan rumah atap didesa, Dji Dji Kouw tak pernah
"Aduh Darling, sama sekali kau telah salah paham, demi kepentingan kesehatanmu,
lagi nampak baliknya Bee Su Bun, maka didalam hatinya jadi gelisah serta sangsi akan
maka aku mencegah kau banyak bergerak. Mengapa kau menganggap maksud baikku
kata2nya Bee Su Bun itu, apalagi setelah kakak dan iparnya kembali, maka terbukti
menjadi jahat? Kalau demikian anggapanmu, maka biarlah kau pindah, aku tak dapat
bahwa Bee Su Bun tak pernah bertemu dengan mereka.
memikul dosa sebagai perampas kemerdekaanmu." Kata Li Siu Tin yang berlagak marah.
"Iparku, kau jangan mimpi yang bukan2, si ahli musik itu karena setiap hari isengnya,
"Aku tahu, bahwa kau tidak dapat me-lupakan Dji Dji Kouw, bukankah begitu? Tetapi Dji
Dji Kouw telah berdosa membunuh orang dan tertangkap serta masuk bui. Tak usah kau
pergi kedusun Oey-ico-cun.
dia hanya bersenda gurau denganmu. Apakah kau menganggapnya dia bersungguh2
Kau boleh langsung berkunjung kepadanya didalam penjara."
hendak memperisterikan kau?" kata iparnya.
"Tidak, tidak, dia tidak bersenda gurau denganku!" kata Dji Dji Kouw yang sangat
gelisah sehingga hampir i'a menangis.
"Kalau demikian, kemana dia perginya? Aku sebaliknya mengetahui, bahwa dia telah
pergi kerumah Li Siu Tin," kata iparnya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Demi mendengar berita itu, hampir saya Bee Su Bun jatuh pingsan, dengan suara
gemetar ia bertanya:
"Apakah katamu ini benar?"
"Oh !" tak terhingga sedih hatinya, Dji Dji Kouw tak kuat lagi menahan butiran air
"Tadipun aku sudah hendak memberitahukan kepadamu. Aku mempunyai seorang
matanya keluar dari selaput matanya.
teman yang tinggal didekat dusun Oey-co-cun, maka aku dapat mendengar berita ini. Hal
Sang waktu lewat dengan pesatnya.
ini tentu seratus persen benar."
Dji Dji Kouw pepat hatinya, tak pernah ia keluar pintu, ia berdiam dirumah hingga
"Dia dia membunuh siapa?"
setengah bulan lamanya, masih juga tidak nampak Bee Su Bun kunjung datang. Oleh
"Membunuh iparnya, yaitu Dji Twa So."
karenanya ia mulai percaya akan perkataan iparnya" bahwa sesungguhnya si ahli musik
"Tak pencaya aku!"
itu bersenda gurau belaka.
"Sangkamu aku mendusta, kau dapat menantikan dan membaca berita harian malam
Didalam hatinya yang lemah lembut itu, berisikan keluh kesah dan kebencian. Ia
ini," kata Li Siu Tin yang berlagak marah dan meninggalkan kamar duduk itu dengan
keluarkan beberapa barang tanda mata yang dahulu diberikan Bee Su Bun kepadanya,
tidak berpaling muka lagi.
dij bungkusnya didalam saputangan, lalu pergilah ia kerumah sewaan berbatu merah itu.
"Aku tidak mau lihat surat kabar sore, sekarang juga aku hendak pergi kedusun OeyIa hendak mengembalikannya dengan melontarkan kepadanya untuk memperlihatkan :
co-cun untuk membuktikannya. jika kau tidak melepaskan aku keluar rumah, aku hendak
ketetapan hatinya.
lapor kekantor polisi"
Ketika ia masuk kedalam rumah sewaan berbatu merah, serta jalan mendekat pada
Li Siu Tin tidak menggubrisnya, ia terus turun kerumah bawah.
tingkat ketiga No. 3, ia nampak seorang wanita muda yang cantik jelita mondar ia
Bee Su Bun mengenakan baju luar ingin keluar kamar duduk, mengejar Li Siu Tin minta
mandir disitu. Ia mengetuk pintu itu beberapa kali, tetapi dari dalam kamar itu tidak ada
agar supaya ia diper-kenankannya keluar rumah. Tetapi baru saja sebelah kakinya
reaksi apa2.
melangkah keluar kamar duduk atau segera ia mendengar suara salak anjing, setelah
"Apakah nonapun hendak berkunjung kepada tuan Bee Su Bun?"
matanya menengok kekiri dan kekanan, maka dilihatnya sudah ada seekor anjing herder
Dji Dji Kouw menganggukkan kepala. Ia merasa , bahwa wanita itu dari balik
yang berbulu abu2 ke-kuning2an menjaganya dipinggir pintu kamar duduk.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
kecantikannya mengandung pula semangat keyantanan.
Buru2 ia menarik masuk kakinya dengan jantungnya berdetak keras. Nampak Bee Su
"Menurut kata tetangganya, dia telah berpindah rumah semenyak belasan hari yang
Bun sudah masuk kern-bali, anjing itupun tidak menyalak lagi. Bee Su Bun agak tenteram
lalu."
semangatnya, lalu untuk kedua kalinya ia men-coba melangkahkan kakinya keluar kamar
"Apa? pindah rumah? Pindah kemana?" tanya Dji Dji Kouw karena herannya.
duduk, maka anjing itu sekali lagi menyalaknya sebagai peringatan.
"Tetangganya beritahukan kepadaku, bahwa dia telah berpindah kerumah tinggal Li
Pukul 17.00 sore itu, dengan membawa sehelai surat kabar terbitan sore, Li Siu Tin
Siocia."
masuk kekamar duduk itu, ia merapatkan daun pintunya lalu duduk disebelah Bee Su
"Tidak salah dugaan iparku. Benar2 menyemukan!" kata Dji Dji Kouw dengan
Bun. kebencian bercampur kesedihan serta kemarahannya.
"Apakah kau bersahabat dengannya?"
"Semenyak hari ini sudah bukan sahabat lagi, aku tidak mau kenal sahabat semacam
dia! Apakah kaupun saha-batnya?" kata Dji Dji Kouw yang achirnya bertanya.
"Belum dapat dikatakan sahabat, aku hanya pernah bertemu dengannya satu kali
saya."
"Apakah nama keluargamu?"
"In Hong."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"In Hong In Hong suatu nama yang sangat terkenal."
Dji Dji Kouw sering mendengar orang menyebutnya nama ini, tetapi ia
tidak.mengetahui orang macam apakah In Hong ini.
"Apakah kau mengetahui sebabnya mengapa dia berpindah rumah dengan secara
mendadak? Tanya In Hong.
"Sebabnya sangat sederhana, dia tinggal bersama dengan Li Siu Tin itu."
In Hong adalah seorang yang sangat cerdas dan cerdik, dengan melihat wajah orang,
ia lantas dapat memastikan,
bahwa hubungan gadis desa yang cantik jelita ini, dengan Bee Su Bun lebih daripada
sahabat biasa saya. jika hendak mengetahui jelas mengenai segala sesuatu keadaan Bee
Su Bun harus berhubungan dengan gadis desa ini.
Semenyak malam itu In Hong memberikan jasa baik untuk membereskan soal sewa
kamar Bee Su Bun, seyan-jutnya ia sangat repot dengan sesuatu urusan, tidak sempat ia
berkunjung pada Bee Su Bun, bahkan ia tidak mempunyai kesempatan untuk ber-jalan2.
Maka selama setengah bulan yang lampau ia tidak pemah lewat dijalan ini. Hari inipun ia
mempunyai urusan penting yang harus dibereskan, dan kebetulan ia harus melalui jalan
ini, maka dengan sepintas lalu saya ia masuk kerumah sewaan yang berbatu merah ini
untuk mengetahui apakah Bee Su Bun masih tinggal dirumah itu dengan tenang. Karena
sekali ia mencampuri urusan orang, ia senantiasa bertanggung jawab sampai pada
akhirnya.
"Siapakah nama nona dan dimana tempat kediamanmu? Apakah tidak halangan jika
aku berkunjung kerumahmu?" tanya In Hong.
"Aku bernama Dji Dji Kouw, tinggal disebuah rumah atap didesa Ay co cun. Dari
ujung jalan ini, jalan lagi enam atau tujuh Li sudah akan sampai."
"Boleh jadi esok aku sempat dan dapat berkunjung dan ber-cakap2 denganmu."
Mereka bersama2 meninggalkan rumah sewaan berbatu merah itu, lalu saling
berpisahan dan menuju kearah tujuan masing2.
Setiba dirumahnya Dji Dji Kouw membuang dirinya diatas pembaringannya menangis
sesengukan seharian, se-hingga sang surya telah terbenam disebelah Barat, iparnya
pulang dari sawah dan menghiburnya, barulah ia berhenti dari tangisannya.
"Kakakku dimana Kouw bertanya.
"Karena ayahku menderita sakit, dia pergi ke Bu-tung untuk menengokinya, malam ini
dia tidak pulang," jawabnya sang ipar.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Setelah bersantap malam iparnya melihat, bahwa ke-sedihan Dji Dji Kouw bertambah2 hebat, ia kewatir gadis itu akan berlaku nekat menghabisi jiwanya, maka iapun
lalu tidur bersama Dji Dji Kouw untuk mencegah hal2 yang tidak diingini.
Karena bekerja dari pagi hingga petang, iparnya Dji Dji Kouw sangat lelah, maka lekas
juga dia tertidur. Sebaliknya Dji Dji Kouw karena pepat dan sedih hatinya, segala pikiran
menyerbu serentak kedalam otaknya, ia bergulak-gulik tidak dapat tidur. Ia tidak hendak
berpikir, sebaliknya pikirannya makin menjadi2. Ia ingin tidur, makin ia tidak dapat tidur.
Otaknya penuh dengan segala pikiran, kepalanya dirasakan pening.
Sang waktu lewat dengan tentunya, malam makin larut, sawah ladang yang luas sunyi
senyap, apapun tiada suaranya. Karena kepepatan hatinya, dengan diam2 Dji Dji Kouw
turun dari tempat tidurnya, didalam kegelapan ia mengenakan pakaian dan keluar dari
kamar tidurnya. Ia melewati kamar tamu, membuka pintu dan keluar dari rumah, jalan
keladang dengan tiada tujuan tertentu. Hawa se-juk dan segar diwaktu malam membuat
kepalanya yang pening itu agak segar dan sadar rasanya, pikirannya pun lambat-laun
menjadi tenang, kepepatan hatinya pun agak mengurang.
Ia jalan dan jalan lagi sehingga pahanya dirasakannya linu, sadarlah bahwa ia telah
berjalan jauh, maka ia lalu berbalik dan pulang kearah rumahnya.
Ketika sudah dekat pada rumah, fajar telah menyingsing. Remeng2 ia nampak dari
jauh genting kaca pada atap kamar tidurnya yang menghadap kearah Barat itu seperti
"Darling aku mencintaimu sehangat ini, tak kusangka kau begini tidak mempunyai
terbuka. Setelah ia jalan lebih mendekat, ia nampak, bahwa jendelanyalah yang benar2
perasaan. Kuhidup didunia ini sudah tidak berarti lagi!" kata Li Siu Tin serta memtelah terbuka.
perlihatkan wajah yang sedih sekali, matanya pun mengucurkan air-mata.
Iapun nampak ditempat yang kira2 sejauh dua puluh langkah jaraknya dari jendela itu
Siasatnya dari keras mengancam kini berubah menjadi sedih dan memohon. Bee Su
ada terletak sebuab benda yang berkilau2.
Bun diam saya, dari tangannya ia merampas surat kabar terbitan sore itu untuk
Ia lari kearah tempat itu, dengan tidak berpikir apa2 ia menyemput benda itu untuk
dibacanya.
dilihatnya. Ah! Kiranya sebilah pisau belati yang berlumuran darah. Urat syarafnya
Pada halaman berita kota terdapat berita seperti berikut: "Didusun Oey-co-cun diluar
mendadak tergetar dan terkejut. Ia mencekal pisau belati ini dengan ter-gengong2, ia
kota ini terjadi peristiwa pembunuhan, petani wanita bernama Dji Twa So, isteri ji Pwee
lupa akan melepaskannya pisau belati itu ditanah.
Hok, semalam telah terbunuh oleh iparnya, yaitu adik perempuan ji Pwee Hok yang
justru pada waktu itu, pintu tetangganya disebelah Barat itu terbuka, nyonya Tan Twa
bernama Dji Dji Kouw dengan pisau belati sebagai alat
So memikul sajur keluar hendak dijualnya kekota. Demi dilihatnya Dji Dji Kouw mencekal
pembunuh. Dji Twa So menderita luka tiga tempat se-hingga menemui ayalnya.
pisau dan berdiri bengong diluar rumah itu lalu menanyanya: "Dji Dji Kouw, mengapa
Pembunuhnya belum sempat meloloskan diri, telah tertangkap oleh tetangga2nya. Pihak
kau mencekal pisau yang ber-kilau2 putih itu?"
polisi menugaskan kepala ditektip To Tie An pergi ketempat memeriksanya dan membuat
Pikiran takutnya Dji Dji Kouw terpusat pada pisau belati itu, ia tengah berpikir apakah
proses-perbal. Telah didapat cukup bukti, bahwa Dji Dji Kouw terang bersalah, lalu
didekat rumahnya itu ter-jadi perkara pembunuhan? Karenanya ia tidak mendengar sapatanya Tan Twa So itu, maka dengan sendirinya iapun tidak menyahutnya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Hal ini membuat Tan Twa So bercuriga, tetapi ia tidak berani menanya lagi atau
mendekat. Diletakkannya pikulannya ditanah, lalu masuk kedalam membangunkan
ditangkapnya dan ditahan. Segera akan dimajukan kesidang meya hijau untuk diadili
suaminya yang bernama Tan A Kin.
sebagaimana mestinya."
Ketika itu hari makin terang, mereka dengan hati2 mendekati rumah Dji Dji Kouw,
Demi dibacanya berita itu, maka hebat juga Bee Su Bun merasa terpukul urat
melongok dari jendela. Mereka nampak ada orang berlumuran darah rebah diatas tempat
syarafnya.
tidur Dji Dji Kouw, tetapi tidak jelas siapa yang rebah disitu.
Nampak oleh Li Siu Tin, bahwa mata Bee Su Bun yang hitam jeli itu, terbengong2
"Ah Dji Dji Kouw, siapa yang rebah terluka ditempat tidurmu?" Tan A Kin menanya
memandang harian itu serta tubuhnya duduk diam sebagai patung diatas sofa, mulutnya
dari jauh, karena ia nampak Dji Dji Kouw masih tetap mencekal pisau belati.
tertutup rapat.
"Ha, apa katamu?" laksana baru sadar dari mimpinya, Dji Dji Kouw melempar pisau
Li Siu Tin menyangka, bahwa setelah dibacanya berita itu, dan terbukti Dji Dji Kouw
belati itu ditanah.
dipenjara, maka hati Bee Su Bun akan beralih kepada dixinya. Maka ia mempergiat
Tan Twa So nampak Dji Dji Kouw telah melempar pisau belatinya, maka besarlah
usahanya bersandiwara, mempertunjukkan wajah se-akan2 putus asa dan sedih untuk
nyalinya. Ia buru2 me-manggil beberapa orang tetangganya, bersama2 menyerbu
menggerakkan hatinya Bee Su Bun.
kemmah atap Dji Dji Kouw untuk melihat apa sebenarnya yang telah terjadi.
Betapa pun ia menangis sesenggukan dan memperlihat-kan kesedihannya yang


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa yang rebah ditempat tidurmu?" Tan A Kin menanya pula.
mendatangkan rasa kasihan orang, namun Bee Su Bun seperti juga matanya tak melihat.
"Ensoku, dia mengapa?" Dji Dji Kouw balik bertanya.
tidak berkata2, bagaikan orang tak bernyawa.
"Kukira dia telah dibunuh orang, kau mencekal pisau untuk apa?" tanya Tan A Kin.
"Darling, kau"S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Kata2 ini membuat Dji Dji Kouw terkejut dan tangan kakinya dingin seperti es. Ia
Belum lagi habis kata2nya itu, dengan mendadak saya ia nampak Bee Su Bun lompat
gelisah dan dengan ketakutan jalan kekamar tidurnya sendiri memeriksa kedalam.
dari sofa bagaikan orang gila menubruk kepadanya, kedua tangannya mencengkam
Nampak semua tetangga itu ber-teriak2 katanya : Dji Twa So telah terbunuh orang
lehernya dengan eratnya, hendak dicekiknya sehingga binasa.
dengan pisau Darahnya masih mengalir !"
Ia meronta2 tetapi tidak berhasil. cengkeman kepada tenggorokannya semangkin
Dji Dji Kouw tidak menyangka, bahwa kemalangan itu terjadi didalam rumahnya
lama semangkin kencang, hendak ia berteriak, juga tidak berhasil, hingga ia sukar
sendiri. Kini pikirannya sudah kalut benar2, pada otaknya hanya dapat mengambil ketebemapas. Dalam waktu yang sangat kritis ini ia teringat kepada anjing herdernya yang
tapan yang sangat sederhana yakni segera pergi kekantor polisi untuk melaporkan
sudah terlatih baik.
tentang terjadinya pembunuhan dan minta diperiksa serta menangkap pembunuhnya.
Leher Li Siu Tin tercengkam Bee Su Bun dengan ken-cangnya, tetapi kedua tangannya
Setelah ia mengambil ketetapan ini, dengan tidak terasa lagi ia berbalik lalu lari.
tetap bebas, maka dengan sekuat tenaga ia menepuk tangan tiga kali.
"Ah Dji Dji Kouw telah lolos lari !" Teriak Tan A Kin yang sedari tadi sudah mencurigai
anjing herder yang berada diluar kamar duduk itu adalah salah seekor anjing yang
Dji Dji Kouw mem-bunuh iparnya, kini nampak Dji Dji Kouw lari makin tetap pada
terlatih baik diantara keduabelas lainnya dan paling mengetahui maksud orang. Tiga kali
dugaannya yang menganggap Dji Dji Kouw melakukan kejahatan.
suara peluit atau tepukan tangan adalah tanda majikannya memanggilnya. Maka anjing
"Jangan membiarkannya dia lolos, lekas menangkapnya Tan Twa So berteriak dari
itu menubruk pintu hingga terbuka, dia nampak majikannya bergulat dengan orang asing,
dalam rumah dan mengajak semua tetangganya untuk mengejarnya.
maka dia mengetahui bahwa majikannya sedang menghadapi bahaya, dia segera
Otak Tan Twa So sebagaimana suaminya yang berotak sederhana. Mereka
melompat, kaki depannya ditaruh diatas kedua bahu Bee Su Bun dan mulutnya
menganggapnya pasti, bahwa pembunuhnya tidak lain dan tidak bukan tentu Dji Dji
mengunyukkan giginya yang tajam segera hen-dak mengigitnya.
Kouw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
5. BERITA BURUK.
Sekalipun Dji Dji Kouw cepat larinya, tetapi orang2 yang mengejaraya lebih cepat lagi
larinya, tidak antara lama Dji Dji Kouw telah tertangkap oleh mereka.
"Kalian mengapa menangkapku?" Dji Dji Kouw ber-tanya dengan mendongkolnya.
"Kau membunuh iparmu, apa masih hendak lagi?" Tan Twa So mewakilkan
tetangganya menjawab.
"Ini seperti juga menyemburkan darah kepada orang lain, sama sekali tidak bisa terjadi
Nampak anjing itu menubruk dirinya, Bee Su Bun melepaskan tangannya yang
hal yang demikian!" Dji Dji Kouw membela dirinya.
"Kalau kau tidak membunuh iparmu, mengapa kau lari?" kata Tan A Kin.
dipergunakan untuk mencekik leher Li Siu Tin itu. Kini kebenciannya sudah melebihi rasa
"Aku lari kekantor polisi untuk melapor."
takutnya, ia tidak takut anjing herder itu lagi, dengan kedua siku2 tangannya ia
"Siapa percaya kata2mu yang licin itu, kulihat dengan mata kepala sendiri, bahwa kau
menghajar perut anjing itu.
memegang senjata tajam yang ber-kilat2, kalau kau tidak membunuh iparmu, mengapa
Tengah hendak mengigit, anjing itu merasa bagian perutnya mendapat pukulan hebat,
mencekal pisau?"
maka kedua kakinya terluncur turun. Tetapi anjing galak itu menjambar pula untuk kedua
"Oh Aku" Suara kata2 Dji Dji Kouw terbenam didalam suara berisiknya teriakan orang
kalinya. Dan kali ini Bee Su Bun tertubruk dan jatuh dilantai.
banyak.
Nampak anjingnya yang setia itu hendak mengigit orang puyaan hatinya, maka Li Siu
"Jangan banyak bicara dengannya, bunuh mati padanya, hutang jiwa ganti jiwa!"
Tin segera memerintahkan anjing itu berhenti menyerang. anjing itu sangat taat terhadap
Teriak salah seorang yang tidak mempunyai otak waras.
perintahnya. Li Siu Tin memanggilnya duduk disisinya, lalu diusap2nya kepalanya.
Orang itu sumbing bibirnya, orang2 menyebutnya A Sam si sumbing.
Bee Su Bun merangkak bangun menatap Li Siu Tin dengan pandangan seperti orang
"Ikat dahulu dengan tambang !" seorang lain berteriak.
gila.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Ikat dia pada pohon Ikat dia pada pohon !"
"Darling, kau sangat kejam, kau hendak membinasakan aku. Aku memang bersedia
Demikianlah Dji Dji Kouw diikat orang dengan tambang besar, dan diikatnya pada
mati didalam kedua tanganmu, ini dapat dikatakan berkorban demi cintaku tetapi aku
sebuah pohon Kwie dihadapan rumahnya. Ia mendongkol tetapi tak dapat ia. membela
tidak kejam dan tega melihat kau tergigit anjingku sampai mati" Li Siu Tin masih hendak
dirinya. Kecuali menangis tiada lain jalan lagi.
membuat hati Bee Su Bun berubah.
"Kau membunuh iparmu, masih hendak menangis! Pukullah dengan cambuk biar
Dengan se-konyong2 Bee Su Bun tertawa dengan njaringnya. Suara tertawa itu
mampus !" berseru A Sam si sumbing itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
demikian kerasnya sehingga memotong kata2nya Li Siu Tin.
3. TERjEBLOS KEDALAM pen fara.
"Darling, apa yang kau tertawai?"
Sang surya memancarkan cahayanya diladang, juga menyoroti pohon Kwie dimana Dji
"Kau tahu Dji Dji Kouw dimana?" tanya Bee Su Bun sambil menatapnya dengan sinar
Dji Kouw diikat. Dipinggir pohon itu berkerumun banyak tetangganya. Ada yang tua, ada
mata redup tiada semangat.
pula yang muda. Ber-macam2lah pendapat mereka itu.
"Sudah tentu didalam penjara," kata Li Siu Tin.
Chalayak ramai perdusunan itu terus menerus mencaci memaki Dji Dji Kouw sehingga
"Pui! Dia telah pergi kesorga, ia menjadi peri atau dewi !"
Dji Dji Kouw dibuatnya henda? menangis tidak keluar air matanya.
"Apakah kau sudah giia?"
Ketika Dji Dji Kouw tengah dikerumuni orang dan dihujani macam2 cacian, se"Gila? Kaulah yang gila !" Bee Su Bun tertawa pula, membuat bulu roma Li Siu Tin
konyong2 tembok manusia yang berkerumun itu telah ditembus orang, dan Dji Dji Kouw
bangun berdiri.
nampak In Hong yang kemarin bertemu serta ber-cakap2 dirumah sewaan berbatu merah
itu, bersama pula seorang kawannya wanita muda yang sikapnya sangat gagah, ikut
Ia meneliti keadaannya Bee Su Bun, yang terutama paling nyata ialah, matanya yang
mendesak masuk kedalam kumpulan orang itu.
besar dan bulat itu, telah suram dan bodoh nampaknya. kata2nya serta tingkah lakunya
"Mengapa dia diikatnya pada batang pohon?" tanya In Hong.
telah sangat berubah.
A Sam si sumbing yang suka sekali orang ketimpah kemalangan, menjawabnya:
"Ah celaka Sungguh2 dia telah gila." Li Siu Tin tergerak pikirannya, ia mulai merasa
"Semalam dia membunuh iparnya, Tan Twa So dengan mata kepala sendiri
putus asa. Ia berkata seorang diri: "Siapa nyana setelah dia membaca berita mengenai
menyaksikannya dia melakukan kejahatan."
Dji Dji Kouw tertangkap itu, karena tak tahan pukulan batinnya, dia telah menjadi gila.
"yang manakah Tan Twa So itu?" In Hong bertanya pula.
Siasialah jerih payahku memutar otak sekian lamanya. untuk apa menghendaki orang
Orang lalu menunjukkannya..In Hong bersama kawannya yang bernama Ouw Ga.
gila ini?"
Demi mendengar penuturan itu, maka In Hon bersama Ouw Ga berbalik pula
Peristiwa perubahan mendadak Bee Su Bun menjadi gila itu terlebih nyata
mendekati pohon. Nampak oleh mereka, bahwa wajah muka Dji Dji Kouw sangat lesu,
memperlihatkan kekejamannya Li Siu Tin.
pucat" dan ber-bintik2 bekas air mata, ini menanda-kan bahwa ia pernah menangis
Ia membawa anjingnya keluar kamar dan turun kebawah, ia memerintahkan Ong San
didalam waktu yang lama.
Niauw dan kedua pengawalnya : "Bee Su Bun sudah gila, seretlah dia ke-kamar dibawah
"Ji Siocia, bagaimanakah duduknya perkara ini? ceriterakanlah keadaan yang
tanah disebelah rumah anjing itu dan tutuplah dia didalam kamar itu. Tiap jam makan
sebenarnya kepadaku, boleh jadi aku dapat memberikan suatu pendapat kepadamu! kata
berikan-lah sedikit makanan sembarang saya jika didalam waktu satu minggu hilang sifat
In Hong dengan lagu suaranya yang menandakan penuh rasa simpatinya.
gilanya, dan pulih kenormalannya. maka beritakanlah kepadaku, agar dapat diatur lagi.
Orang2 yang berada disekitar Dji Dji Kouw itu semual orang2 yang memusuhinya,
jika didalam waktu satu minggu masih tetap gila"
walaupun mereka itu tetangga] yang kenal baik satu pada lain, tetapi kesederhanaan
"Apakah diusir keluar?" tanya seorang pengawal.
otaknya itu sungguh menggelikan, mereka dengan suara' bulat. berpendapat dan
"Tangkap harimau mudah saya, tetapi sangat sukar melepaskannya. Meskipun dia
memastikan bahwa Dji Dji Kouw yang melaknkan pembunuhan kepada iparnya. Tidak
sudah gila, jika dilepas masih dapat merugikan diriku. Lebih baik dibunuhnya lalu
ada seorang pun diantara mereka itu yang menanyakan apa> yang sebenarnya terjadi
digalikan tanah dikuburnya saya."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
pada malam hari tadi, dan memJ pertimbangkamiya secara jujur dan adil. Tetapi In Hong]
Ketiga orang itu naik ketingkat atas, dan diringkusnya Bee Su Bun serta dibawanya
yang baru bertemu sekali kemarin itu jelas nampaknya; sangat memperhatikan
keujung taman dimana ter-dapat kamar dibawah tanah. Bee Su Bun melawan sekuat
keadaannya Dji Dji Kouw.
tenaganya, tetapi achirnya ia dapat diringkus juga lalu dibawa dan ditutupnya didalam
"Oh, In Siocia, baharu kemarin kita berpisah, tidaka dinyana malamnya telah terjadi
kamar dibawah tanah.
suatu kemalangan yang1 tak disangka2. Mereka tak mau memberikan kesempatanl akuS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Sehari demi sehari, waktu satu minggu telah berlalu. Li Siu Tin sama sekali sudah
menyelaskan keadaan yang sebenarnya, coba kau pikir, apakah mereka ini tidak berlaku
melupakan halnya Bee Su Bun. Ia telah berkeliaran lagi didalam dunia pergaulan untuk
se-wenang2 saya?"
mencari atau berburu sasaran asmara yang baru pula.
"Kau melakukan kejahatan membunuh orang, masih mengatakan orang berlaku seOng San Niauw bersama kedua pengawalnya bertang-gung jawab meng-amat-i Bee
wenang2," kata A Sam si sumbing sambil mengambil sebuah cabang pohon
Su Bun. Mereka selalu memperhatikan sifat gilanya, bukan saya tidak berkurana bahkan
dipukulkannya.
semakin menjadi2.
Ouw Ga nampak kelakuan semua tetangga terhadap Dji Dji Kouw yang sedemikian
"Hari ini hari yang ketujuh dan terachir, bunuh saya dia, bukanlah kita dapat
tidak adil itu, didalam hatinya sudah merasa mendongkol. Kini nampak pula A Sam si
sumbing dengan semau2nya memukul Dji Dji Kouw dengan cabang pohon, hal mana
lebih2 tidak dapat dibenarkan set yar a hukum.
Maka dengan sebelah tangannya ia merampas cabang pohon itu, sebelah tangannya
menghilangkan suatu kerepotan?" kata seorang pengawal.
yang lain lain mencekal kencang lehernya, seraya katanya : "Tadi kau kata Tan Twa So
"Tungguh kembalinya Li Siu Tin, biar dia yang mene-tapkannya, dengan cara
menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, bahwa Dji Dji Kouw mencekal pisau
begaimana membereskannya." kata Ong San Niauw.
melakukan kejahatan, tetapi Tan Twa So mengatakan,bahwa dia hanya melihatnya Dji
Pukul 18.00 diwaktu senya, Li Siu Tin pulang dirumah Pengawalnya memberikan
Dji Kouw memegang pisau, tidak melihat dia melakukan kejahatan. Kau ini omong
laporan mengenai keadaan Bee Su Bun. Ia pergi sendiri kedalam kamar dibawah tanah,
bohong menerbitkan perkara, dan sekarang kau pun hendak memukul orang. Kau begini
biadab, aku akan lebih diadab lagi! Kulontarkanmu ketepi seberang sungaI sana,
hendak kulihat kau masih dapat berlaku se-wenang2 t lagi atau tidak?" kata Ouw Ga
sambil mengangkatnya tinggi2.
"Ouw Ga, turunkanlah, kasi ampun padanya sekali ini!" kata In Hong yang didalam
keadaan bagaimanapun selalu 4 dapat bersabar, bertentangan dengan tabiat Ouw Ga
yang berangasan itu.
Tetapi terhadap pesan atau perintah In Hong itu, kebanyakan Ouw Ga tidak berani
membantahnya,-maka kali ini pun ia menurunkan A Sam si sumbing itu.
A Sam si sumbing itu mengetahui, bahwa tubuhnya a sendiri sangat beratnya, kini ia
telah terangkat oleh Ouw Ga dengan mudahnya, maka ia dapat membayangkannya, a
bahwa wanita ini mestinya bukan sembarang wanita. Maka a; ia lalu dengan diam2
berlalu keluar dari kumpulan orang itu, dan berdiri menonton dari tempat yang agak jauh,
tidak berani berlagak lagi.
Demikianpun yang lain2nya tidak lagi menyerang Dji Dji Kouw dengan sembarangan
tiada berdasar sama sekali.
Dji Dji Kouw lalu menceriterakannya dengan jelas apa yang telah dialaminya
semalam.
"Iparmu biasanya tidur dimana?" tanya In Hong, "Biasanya dikamar sebelah Timur
dengan kakakku, kata Dji Dji Kouw.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Ji siocia, menurut katamu, kau bukan pembunuhnya, tetapi soal ini biarlah dibereskan
dengan pemeriksaan anggota polisi. Kini apa yang aku hendak ketahui ialah hubunganmu
dengan Bee Su Bun, dan juga Li Siu Tin...." kata In Hong.
"Oh Kita jangan membicarakan soal ini lagi," kata Dji Dji Kouw.
Dari sorot mata Dji Dji Kouw itu, orang dapat menge-tahui, bahwa ia mengandung
perasaan yang risau serta membenci, rupanya ia tidak suka lagi menyebutnyebut nama
kedua orang ini.
"Ji siocia, oleh karena kepindahan Bee Su Bun yang secara mendadak ini, aku sangat
bercuriga, juga ter-bunuhnya iparmu itu mungkin ada hubungannya dengan soal
kepindahan Bee Su Bun yang secara mendadak itu. Maka hendaknya kau suka
menyelaskannya padaku mengenai sengketa diantara kalian bertiga, sedikitpun jangan
kau merahasiakannya, mungkin aku dapat mem-bikin terang rahasia yang terkandung
didalamnya, sehingga terbukti bahwa dakwaan yang ditimpakan orang diatas dirimu itu
se-mata2 fitnahan belaka.
"Sengketa diantara kami bertiga itu sebenarnya ber-liku2, tidak sederhana. Li Sui Tin
cinta kepada Bee Su Bun, dan Bee Su Bun cinta kepadaku, dan aku sendiripun cinta
kepadanya. Pada setengah bulan yang lampau, pernah Bee Su Bun menyatakan
kepadaku, bahwa ia hendak meminang aku, dan aku menyatakan setuju. Dengan penuh
semangat dia pergi keladang dengan mak-sud hendak memberitahukan hal itu kepada
kakak dan iparku. Tetapi semenyak waktu itu, dia tidak kembali lagi. Iparku menduganya
Bee Su Bun tidak mempunyai ke-sungguhan hanya iseng2 hendak bersenda gurau
denganku. Mula2 akupun tidak percaya. Sampai pada hari kemarin aku pergi kerumah
sewaannya yang berbatu merah itu dimanapun aku telah bertemu dengan kau, maka
terbukti.
bahwa dia telah pindah kerumah kediaman Li Siu Tin, barulah aku percaya dan yakin,
bahwa dia sebenamya seorang yang tidak boleh dipercaya!"
Penyelasan Dji Dji Kouw sekalipun sangat sederhana, tetapi dari beberapa patah kata
ini, demi diolahnya didalam otaknya, In Hong sudah dapat mengirangiranya bagaimana
hal sebenarnya perkara itu.
"Ji siocia, kau jangan putus harapan, kukira Bee Su Bun tidak cinta Li Siu Tin, ia tetap
mencintaimu"
"Bagaimana dapat kau ketahui?" tanya Dji Dji Kouw dengan sorot mata yang seolah2
memperlihatkan timbulnya pengharapan baru.
"Meskipun aku tidak berani memastikan, tetapi kelak kau akan dapat mengetahuinya
sendiri. Kuharap kalian yang mempunyai asmara berhasil menjadi keluarga," kata In
Hong dengan tidak langsung.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ketika In Hong bertanya-jawab dengan Dji Dji Kouw, dilain pihak Ouw Ga pun tengah
berdiplomasi dengan para penduduk dusun mengenai soal dilepaskannya Dji Dji Kouw.
"Walaupun benar dia sebagai pembunuhnya, tidak seharusnya dia diikat dipohon,
perbuatan ini menyalahi hukum, apakah kelian tahu?" kata Ouw Ga.
Tetangga2 Dji Dji Kouw itu yang telah menyaksikan kemahiran ilmu silatnya Ouw Ga,
tidak berani mengatakan tidak mau melepaskannya, tetapi disamping itu, mereka pun
kewatir, Dji Dji Kouw akan mengambil ketika untuk lari kabur. Tengah merasa sukar
untuk mengambil ketetapan, Tan A Kin lapor kepada kepala kantor detasemen polisi,
yang lalu meneruskannya kepada kantor pusat polisi, dan dikirimnya kepala polisi rahasia
To Tie An dibantu oleh sersi si gemuk datang dengan berkendaraan motor.
"Siapa pembunuhnya?" kepala detektip To Tie An , bertanya sambil jalan berlenggang
lenggok mendekati pohon kwui.
"Itulah dia pembunuhnya, yang diikat dipohon," kata Tan A Kin.
"Sebelum diperiksa, tidak dapat dipastikan bahwa dia pembunuhnya, hanya boleh
dikatakan tersangka!" kata seseorang dengan suara lantang dan kerennya.
"Siapa demikian besar nyalinya, berani membantah dan mementangi aku?" tanya
kepala detektip she To itu dengan garangnya.
A Sam si sumbing nampak datangnya kepala ketektip jtu nyalinya membesar, ia
kembali menyelusup kedalam kerumunan orang2 itu, dan menyerang secara gelap,
katanya : "Wanita ini menusuk ipamya dengan senjata tad jam, coba semua orang pikir,


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apakah tangannya tidak terlalu kejam?"
"Siapa yang mengikatnya pada pohon?" tanya sersi gemuk itu.
A Sam si sumbing mengira menangkap pembunuh bukan kecil jasanya, rnaka dengan
gagahnya ia menentang dada jalan kehadapan kedua sersi itu, lalu ia berkata : "Aku yang
mengikatnya pada bstang pohon."
"Perbuatan tidak syah, harus menerima hukuman," tetap terdengar kata2 yang lantang
suaranya itu.
"Ada orang yang mengganggu kita, A Poan, kau tangkap orang itu kemari!" Kepala
detektip she To itu memerintahkan si gemuk.
"Aku tahu, yang mengganggu kalian itu adalah dua wanita tukang cari uang dengan
pertunjukan silat. Sebelum kalian datang, mereka itu ingin menolong si pembunuh.
Setelah nampak kedatangan kalian, mereka lantas bersembunyi diantara kerumunan
orang banyak." A Sam si sumbing mengagitasi untuk membalas sakit hatinya tadi.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Kalau begitu,' kau bawa aku menangkap kedua wanita penyabot itu," kata sersi
gemuk itu.
A Sam si sumbing menggunakan bulu ajam sebagai panah tanda perintah, lalu
memimpin sersi gemuk itu menunjuk In Hong dan Ouw Ga.
A Poan, sersi gemuk itu menatap In Hong bersama Ouw Ga lalu memperlihatkan roman
gelisah, dengan tidak berkata2 sepatahpun lalu membalik arah jalannya kem-bali kepada
To Tie An, si kepala detektip itu.
"A Poan, sudahlah kau berhasil menangkapnya?" kepala sersi she To itu bertanya .
"Tham tio (kepala sersi), kau tangkap sendiri sajalah !" si gemuk itu menjawab.
"Kantong nasi belaka, apakah menangkap dua orang wanita saya kau tidak dapat
melakukannya? Dimana mereka itu?" kata detektip To sambil jalan.
Ketika itu In Hong bersama Ouw Ga dengan sengaja mem-balik tubuh membelakangi
To Tie An sehingga hanya punggungnya yang tertampak oleh kepala sersi itu.
"Inilah kedua wanita itu !" kata A Sam si sumbing sambil menunjuk pungung mereka.
"Adakah kalian yang menggangguku?" To Tie An menghampiri sambil mengulur
tangannya hendak menangkapnya.
"Kau berkata dengan siapa?" In Hong bersama Ouw Ga berbalik serentak sambil
menanya.
Nampak kedua wanita yang berilmii tinggi pada jaman itu, maka tahulah, bahwa
lagaknya itu tak akan ditakutinya. Apalagi tidak ada alasan untuk menangkap mereka itu.
Maka wajahnya yang semula keren segera berubah menjadi wajah muka bersenyum, dan
tangannya yang sudah diulurkannya itu diubah untuk meng-garuk2 , kepalanya.
"Oh, sangkaku siapa, kiranya kalian kedua siocia, apakah selama ini kalian baik2 saya?"
"Tak usah sungkan2 kau hendak menangkapnya, tangkaplah lantas !" kata Ouw Ga.
"Tidak, tidak, kalian bersenda gurau denganku, akupun bersenda gurau dengan
kalian." To Tie An men-cari2 alasan.
A Sam si sumbing nampak kepala sersi itu bukan saya tidak berani menangkap, malah
sebaliknya minta maaf. ia insyaf keadaan tidak menguntungkan baginya, maka selangkah
demi selangkah ia bertindak mundur untuk terus lari kabur.
"Mereka mengikat Dji Dji Kouw pada batang pohon ini menurut hukum tidak dapat
dibenarkan, To Thamtia, apakah kau hendak membiarkannya saya?" kata In Hong.
"Aku tengah memeriksa siapa yang mengikatnya pada pohon," kata kepala detektip
she To itu, sambil memerintahkan si gemuk, katanya: "Lepaskanlah Dji Dji Kouw."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Demi dilepaskannya Dji Dji Kouw dari ikatan pada pohon itu, maka To Tie An mulai
memeriksa perkara pembunuhan itu.
Ia mendengarkan uraian2 orang2 yang bersangkutan, setelah itu lalu bersama2 In
Hong dan Ouw Ga diikuti orang banyak masuk kerumah atap untuk memeriksa keadaan
didalamnya. Si sersi gemuk menyemput pisau belati tajam itu dibawanya kekantor besar
polisi untuk memeriksa sidik jari yang ada dihulu pisau itu.
Kamar dimana terjadinya peristiwa itu tidak seberapa luas, menghadap kearah Barat
terdapat sebuah jendela, daun jendela itu terbuka, menyusur dinding sebelah Utara
terletak sebuah tempat tidur kaju, mayat Dji Twa So rebah ditempat tidur itu dengan
kepala disebelah Timur dan kaki disebelah Barat, darahnya berlumuran kian kemari. Pada
bagian dadanya terdapat dua luka tusukan pisau, kesemuanya mengenai tempat yang
penting dan berbahaya, menurut dugaan, Dji Twa So dengan tak keburu berteriak sudah
menemui ayalnya. Pada dahi Dji Twa So terdapat pula' sebuah anak panah pendek yang
menancap.
Demi melLhat anak panah itu, detektip To sudah mengenali, bahwa panah istimewa
ini milik Oey Eng. Maka ia menatapnya In Hong satu kali. In Hong pun telah me-lihat
anak panah itu, dan membalasnya menatap dengaD tenang hati.
Detektip To memeriksanya pada ekor panah itu dengan kaca pembesar, setelah mana
ia memperlihatkan senyuman yang dibuat2, sambil berkata: "In Siocia, tanda pada ekor
panah ini seekor burung kenari keciU terbukti disini, bahwa pembunuh Dji Twa So ini
adalah Oey Eng. Bagaimana pendapatmu?"
Oey Eng alias In Hong, walaupun pemah membantu To Tie An si kepala detektip ini
memecahkan banyak rahasia perkara yang aneh2, tetapi didalam lubuk hati kepala sersi
ini, senantiasa bertentangan mengenai pere-butan kedudukan nama. Pan sudah lazinmya
pula sersi dengan penjahat budiman atau huicat kedudukannya sahng bertentangan
seumpama api dengan air. Masih ada lagi sebab lain yang membaat To Tie An membenci
In Hong itu, yalah pernah To Tie An ter-gila-terhadap nona In Hong, tetapi cintanya tak
terbalas, oleh karenanya dari cinta berubah menjadi benci. jika Oey Eng atau In Hong itu
tidak ada suatu titik kelemahan yang berada ditangan To Tie An, maka dengan sendirinya
si kepala ditektip inipun tidak berdaya terhadapnya, tetapi sekali ia mendapatkan sesuatu
tanda kelemahan, maka ia akan dapat alasan untuk menyebloskan Oey Eng kedalam
penjara. Sebatang anak panah didahi Dji Twa So ini, hari ini akan dipergunakan oleh To
Tie An sebagai alat untuk mengekang In Hong.
"Menuait pengetahuanku, panah pendek Oey Eng itu banyak sekali terdapat diluar,"
jawab In Hong dengan tenangnya. "Umpama kau sendiripun menyimpan beberapa
batang panah Oey Eng yang pendek itu. Maka panah pendek Oey Eng yang terdapat
didahi Dji Twa So itu.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
K tidak dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa Oey Eng ? membunuh orang."
Demi mendengar pernyataan itu, To Tie An merasa, bahwa senjata untuk menyerang
In Hong itu masih 91 kufang tajam. Tetapi ia masih menandaskan : "Kecuali Oey Eng,
tidak ada orang lain yang pandai memperguna-3) kan anak panah sependek ini."
"Apakah maksudmu hendak mengatakan, bahwa lebih dahulu Oey Eng melepaskan
anak panah dari luar jen-li dela hingga mengenai tepat pada dahi Dji Twa So, setelah itu
barulah ia lompat masuk kedalam melalui jendela dan menusuknya dua kali dengan pisau
belati?" tanya In Hong. ..Sedikit pun tidak salah, panah pendek Oey Eng dial bubuhi obat
pemabuk, agar supaya Dji Twa So tidak sadar, i! setelah itu dia masuk kedalam kamar
membunuhnya dengan pisau," kata To Tie An.
"Berdasarkan cara pemeriksaanmu, To thamtio, apa-kah tidak boleh jadi lebih dulu
Oey Eng menusuk Dji Twa So dengan pisau belati, kemudian melepaskan anak [j panah
kearah dahinya?"
"Sama sekali tak boleh jadi ada perbuatan yang bodoh dan tidak masuk akal ini. Apa
perlunya, setelah Dji Twa So terbunuh raati, baru melepaskan anak panah kearah li
dahinya?" kata To Tie An.
Maka dipanggilnya masuk Tan Twa So dan sekalian ii tetangga itu oleh In Hong.
"Tadi ketika kalian masuk kedalam kamar ini, ada siapa yang pernah menyentuh anak
panah pendek yang ada pada dahi Dji Twa So itu?" tanya In Hong.
Dengan suara bulat Tan Twa So bersama sekalian tetangga itu memberikan jaminan,
bahwa mereka tidak pernah menyentuh anak panah itu, bahkan merekapun tidak pernah
mengganggu jenazah Dji Twa So itu. To Tie An tidak mengerti apa maksudnya
pertanyaan Tn Hong itu.
"Adakah kalian yang menggangguku ?" To Tie An menghampiri sambil mengulurkan
tangannya hendak menangkapnya.
"To Thamtio, kenyataan membuktikan, bahwa semen-yak anak panah itu dilepaskan
dari luar dan menancap pada dahi Dji Twa So itu, sehingga sekarang ini belum pernah
tersentuh oleh siapapun juga, bukankah begitu?" In Hong menekankan kata2nya.
To Tie An angguk2kan kepalanya.
"Rebahnya mayat Dji Twa So yalah bagian kepala disebelah Timur, kakinya disebelah
Barat, miring meng-hadapi jendela disebelah Barat. Umpama kata Oey Eng melepaskan
anak panah dari jendela sebelah Barat, maka ekor panah itu semestinya juga miring
kearah Barat. tidakkah begitu? Tetapi kenyataannya tidak demikian. panah itu bukan saya
ekornya mengarah ketimur, bahkan berdiri lurus pada dahi itu. Ini membuktikan bahwaS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
tidak mungkin anak panah itu dilepaskan dari luar jendela, juga membuktikan, bahwa
panah pendek inipun bukan dilepaskan oleh Oey Eng.
Demi mendengar penyelasan In Hcng itu, To Tie An si kepala ditektip itu lalu
memeriksa lagi anak panah yang menancap didahi mayat Dji Twa So itu sekali lagi,
ternyata kata2 In Hong itu sangat beralasan berdasarkan hukum ilmu alam. Dan
keinginannya untuk mempergunakan anak panah ini untuk mengekang In Hong, sudah
tiada kemung-kinannya lagi.
"Kalau begitu, dari manakah datangnya anak panah ini?" tanyak To Tie An.
"Pembunuh itu lompat dari jendela masuk kedalam kamar, setelah menibunuh Dji Twa
So dengan pisau belati, kemudian dia menusukkan pula panah pendek yang ter-lebih
dulu sudah sengaja dibekalnya itu pada dahi Dji Twa So, dengan maksud menfitnah Oey
Eng, dan men-capai maksudnya dengan sebatang panah memperoleh dua ekor burung.
"Akan tetapi siapapun ketahui akan keadaannya Dji Twa So sebagai seorang tani, hal
apakah yang harus dibnat rebutan, maka untuk apa dia dibunuh orang?" To Tie An
bertanya setelah merenungkan sekian lamanya.
"Pembunuh itu tidak bermaksud hendak membunuh Dji Twa So, tujuannya membunuh
Dji Dji Kouw. Pada sebelumnya dia sudah mencari tahu, bahwa Dji Dji Kouw tidur dikamar
Barat dan Dji Twa So tidur dikamar Timur. Didalam suasana gelap itu, si pembunuh tetap
mengira, bahwa orang yang tidur didalam kamar Barat itu tentunya Dji Dji Kouw." Tidak
disangkanya karena suaminya bepergian, dan ingin menemani Dji Dji Kouw, maka Dji
Twa So tidur berduaan dengan Dji Dji Kouw. Sangat kebetulan sekali, karena Dji Dji Kouw
mengalami sedikit pukulan batin,. tidak dapat dia tidur, lalu ber-jalan2 diladang, maka
Dji Twa So yang malang itu menjadi gantinya Dji Dji Kouw," kata In Hong.
"In Siocia nona In, inilah hanya dugaanmu, tiada bukti."
Sungguhpun kepala polisi rahasia ini tidak dapat lagi menuduh Oey Eng sebagai
terdakwa pada perkara pem-bunuhan ini, tetapi ia tidak setuju dengan pendapat In Hong,
bahwa Dji Twa So jadi korban sebagai peng-ganti Dji Dji Kouw, maka berkatalah ia:
"Tuduhan Dji Dji Kouw sebagai pembunuh iparnya adalah berat agaknya!"
"To Thamtio, pembunuh Dji Twa So itu sebenarnya Oey Eng ataukah Dji Dji Kouw,
kaupun harus mencari bukti yang nyata!" kata In Hong.
Mereka masing2 meneruskan memeriksa keadaan didalam kamar. In Hong
menemukan, bahwa pada kerangka daun jendela yang terbuka itu terdapat lima buah
sidik jari tangan yang berdarah. Diantara sidik jari itu tam-pak jari telunyuknya terdapat
garis pecah kecil dan panyang, menurut tafsirannya, pembunuh itu didalamS eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
kerepotannya tak disengaja meninggalkan bekas darah itu. Dari sini dapat dipastikan,
bahwa telunyuk tangan kanan si pembunuh itu pernah terluka oleh pisau, kulit daging
ditengah jari telunyuk itu berubah jadi lekuk kedalam sehingga sidiknya tidak sempurna.
Apabila ia berhasil mendapatkan seseorang yang jari telunyuk tangan kanannya cocok
dengan sidik jari ini, maka ia akan dapat menemukan pembunuh Dji Twa So ini.
"To Thamtio, kuminta kau membawa daun jendela ini kekantor polisi untuk
memotretnya sidik jari berdarah ini dan menyimpannya. Ini suatu bukti penting untuk
peperiksaan kelak !" kata In Hong.
To Tie An memeriksa daun jendela itu lama sekali, kemudian meng-angguk2kan
kepalanya kepada In Hong menyatakan persetujuannya.
Kakak Dji Dji Kouw yang bernama ji Pwee Hok itu, telah kembali dari Pu Tung. Setelah
mengetahui isterinya terbunuh orang dan saudara kandungnya terlibat dalam perkara
pembunuhan ini, ia jadi terbengong2 tak tahu apa yang harus diperbuatnya.
Resersi si gemuk yang membawa pisau belati kekantor polisi untuk diperiksa sidik
jarinya, setelah mendapat laporan dari ahli sidik jari sudah lantas kembali keramah atap
itu. "To Thamtio, berdasarkan laporan pemeriksaan sidik jari, pada senjata alat pembunuh
itu, kecuali sidik jari Dji Dji Kouw, tidak terdapat lain sidik jari," kata sersi gemuk itu.
"In Siocia, apakah kau mendengarnya?" tanya To Tie An sambil menatap In Hong.
"Pada hulu pisau belati itu hanya terdapat sidik jari Dji Dji Kouw, jika dia bukan
pembunuhnya, siapakah lagi?"
"Setelah membunuh orang, si pembunuh dapat meng-hilangkan sidik jari dihulu pisau,
dan dilemparkan diluar rumah, Dji Dji Kouw menyemputnya pisau belati ini.
dengan sendirinya sidik jarinya terdapat dihulu pisau itu To Thamtio, kuharap kau
berlaku hati2, jangan sampajj terjadi mempenjarakan orang dengan hanya fitnahan !"1
kata In Hong.
"Bukti senjata ini masihkah dapat disangsikan??'l detektip To berkata dengan
sembarang saya. Setelahi mana ia mengeluarkan perintah kepada si sersi gemuk,!
katanya: "Kau bawa kereta mayat kekantor pemeriksaan mayat, umsan disini sudah
beres."
"Jangan lupa membawa kerangka daun jendela ke-kantor polisi untuk diperiksa !" In
Hong memperingatkan kepada mereka.
Detektip To mengeluarkan borgolan dari pinggangnyal menghampiri Dji Dji Kouw
seraya berkata : "Ji Siocia, [ maafkan aku, hendak aku menangkapmu."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
4 MENCENGKERAM TENGGOROKANnya.
jam sepuluh pagi, Bee Su Bun berdiri diatas lantai terbuka yang berada diluar lantas
duduk dirumah tingkat; kedua, sambil melapangkan pandangan matanya kepada taman
bunga dibawah yang beraneka ragam bunga2nya la memandangnya dengan asjik sekali.
Kamar duduk bersama kamar tidur lain diberikannya oleh Li Siu Tin dengaa tidak
menerima uang persewaan. Tetapi ia merasakany bukan sebagai rumah sewaannya,
melainkan rumah pen-yara yang berbentuk lain. Dan Li Siu Tin sebagai kepala penjara
model lain pula.
"Darling, tak seharusnya kau berdiri lama-, luka dipahamu masih mengharuskan kau
beristirahat!" kata Li Siu Tin yang juga berdiri disampingnya. Ia hanya mengenakan
celana dan baju tidur yang sepan terbuat dari wol merah.
"Taman bunga ini indah sekali, sungguh menarik per-hatian orang," kata Bee Su Bun
yang sengaja mencafi kata2 untuk melayaninya dengan sembarangan.
Sebaliknya matanya ditujukan' kepada sebuah pintu besi kecil yang terdapat didinding
tembok pagar sebelah Timur taman bunga itu. Pintu besi itu dipalang dengan , besi dan
terkunci. la mengetahui, bahwa tak dapat ia lolos dari rumah ini melalui pintu depan.
Karena pintu depan siang malam ada pengawalnya, kecuali jika ia menunggu sampai
larut malam dan keadaan menjadi sunyi, ia lari melalui pintu besi ditaman bunga ini.
Hanya entah dimana tersimpannya kunci gembok besi pada palang pintu itu.
Li Siu Tin dengan diam2 meng-amat2i sikap Bee Su Bun itu, maka pikiran yang
terkandung didalam otak Bee Su Bun itu, sebahagian besar ia telah dapat menerkanya.
"Darling, bukankah kau ingin ber-jalan2 melalui pintu besi ditaman bunga ini?" tanya
Li Siu Tin dengan manis budi. Tapi luka dipahamu belum serabuh betul dan belum genap
satu bulan kau beristirahat, maka untuk sementara ini kuanjurkan kau tinggal didalam
kamar. jika kau menghendaki keluar jalan2 urnk menghilangkan pikiran yang pepat, aku
dapat menemaninya. Ataukah kau suka pergi seorang diri? Kudapat memberikanmu
kuncinya."
Lalu dikeluarkannya sebuah anak kunci dari dalam saku baju tidurnya dan diberikannya
kepada Bee Su Bun. padahal anak kunci itu bukan anak kunci untuk membuka kunci
palang pintu besi taman bunga itu. Bee Su Bun terbuka rahasia hatinya, tertampak
kegelisahannya, ia tidak berani menjambuti anak kunci itu.
"Tetapi jika aku tidak menyertai kau, itulah sangat berbahaya, karena didalam taman
ini terdapat anjing2 herder duabelas ekor, mereka pasti tidak memperkenankan
seseorang asing keluar masuk," menambahkannya pula Li Siu Tin.
"Oh Apakah kau memelihara anjing herder sebanyak itu? Mengapa tidak kudengar
suara salaknya?" tanya Bee Su Bun yang wajah mukanya berubah menjadi putih pucat.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"anjing2 itu telah terlatih benar, mereka berdiam didaiam sebuah kamar dibawah
tanah, maka kau tak dapat dengar suara salaknya. Semula aku hanya memelihara sejodo
yantan dan betina. Mereka telah berkembangi biak, sekarang telah menjadi duabelas
ekor banyaknya," kata Li Siu Tin sambil menatapnya, dan mengetahui, bahwa angan2
minggatnya Bee Su Bun telah mengalami pukulan yang hebat. Untuk melenyapkannya
sama sekali angan2 hendak meloloskan diri itu, maka ia masuk ke-kamar mengambil
nenampan yang bermuatkan belasan sausis masakan Eropah dan kembali pula kelantai
terbuka itu, dikeluarkannya sebuah peluit istimewa, lalu ditiupnia ti'ga kali.
Tidak lama kemudian Bee Su Bun mendengar suara salak anjing yang menakutkan,
menyusul suara salak itui ia nampak segerombolan anjing herder yang galak dan; buas
lari mendatangi, dibawah mereka meng-goyang2kam ekomya kepada Li Siu Tin.
Dilemparkannya sausis itu oleh Li Siu Tin kebawahj maka anjing2 itu berebutan makan.
sebentar saya telah habis semua. Diambilnya dua buah sausis lain diberikannya pada Bee
Su Bun, dan disurubnya melemparkannya; kebawah. Tetapi anjing2 itu hanya melihatinya
saya, tidak ada yang mau memakannya serta inenyalak kearah Bee; Su Bun.
Lalu dibunyikannya pula peluit itu sekali, maka anjing? itu lari pergi dengan taatnya
kembali kekandangnya.
"Darling, lihat, betapa terlatihnya anjing2ku kupanggil mereka datang dengan segera,
kusuruh pergi merekapun segera pergi, lagipula mereka menolak barang pemberian
orang asing. Orang asing siapapun juga, tak dapat keluar masuk sendirian kerumah
tinggalku ini, jika tidak. dia akan tergigit anjing sampai mati."
Bee Su Bun tergetar hatinya dan menjadi putus asa ia ter-bengong2 berdiri terpaku
dilantai terbuka itu bagaikan patung.
Li Siu Tin sangat girang didalam hatinya, maka segera dilancarkannya serangan
asmaranya.
"Darling, tak dapat kau berdiri lama2, lekaslah duduk dikamar !"
Karena sebutan darling2 yang tak habis2nya itu, Bee Su Bun merasakan kepalanya
jadi pening dibuatnya.
Ia jalan perlahan-lahan masuk kekamar duduk, lalu duduk diatas sebuah sofa panyang.


Ular Belang Putih Oei Eng Pek Hwa Coa Karya Kauw Tan Seng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Li Siu Tin mengikutinya dan duduk disisinya. Ia bergeser menjauh sedikit, Li Siu Tin lalu
mendekatinya sedikit. la memepet ketepi sofa sehingga tidak dapat bergeser lagi. Li Siu
Tin sengaja menempel-kan tubuhnya, bagaikan gula permin karet tak dapat melepas.
Berbareng minyak wangi yang memabokkan tersiar dari tubuhnya yang sexualitis itu,
terus masuk kehidung Bee Su Bun. Bagaimana teguh kokoh hatinya, kegenitan serta
keharuman tubuh Li Siu Tin itu. achirnya dapat merun-tuhkan hatinya.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Tetapi dengan segera ia berusaha menenangkan pikirannya. Ia merapikan pakaian
dan duduk lurus, diam2 ia mengingatkan dua patah ayat kitab suci Buddha yang
mengatakan : 'RUPA ITU HAMPA, dan HAMPA ITU RUPA', ia berusaha sekuat tenaga,
agar tidak sampai terjatuh kejurang kesesatan yang sengaja diatur oleh Li Siu Tin itu.
"Darling jantungku berdenyut keras, entah mengapa, coba pegang dadaku, apakah
tidak terlampau cepat denyutannya?" kata Li Siu Tin sambil mencekal tangan Bee Su Bun
lalu ditempelkan pada dadanya.
Tak dapat Bee Su Bun merasakan cepat atau lambat denyutan jantungnya wanita itu,
karena duduk letaknya buah jantung itu masih agak kebawah sedikit. Sebaliknya ia
merasa jantungnya sendiri berdenyut keras, tak dapat tertahan pula.
Dengan mengerahkan tenaga ia meronta dan melepaskan tangannya dari bagian yang
berbahaya itu, segera ia berdiri, wajahnya bembah merah lalu berkatalah Ia:-"Li Siocia,
kurasa tingkah-laku kita ini harus ada batasl yang tertentu, apakah kaupun berpendapat
demikian?" Sungguh anak tolol berhati baya Pikirnya Li Siu Tin dengan serangan yang
dilancarkan sehebat itu tentu akan tercapai maksudnya. Ternyata ia kecele. Maka ia
mengubah siasatnya lain lagi.
"Batas? Batas apa? Bukankah kelanjutannya akan kita mengadakan upacara
pernikahan?" kata Li Siu Tin ae-! ngan tertawanya yang memikat hati.
"Menikah? Menikah dengan siapa?" tanya Bee Su Bun dengan mata membelalak.
"Sudah tentu kau menikah dengan aku."
"Tidak, tidak, aku tak dapat nikah denganmu !"
" Apakah kau hendak mengatakan. bahwa kau akan nikah dengan Dji Dji Kouw?"
Bee Su Bun menganggukkaii kepalanya sedikit.
"Baru saja kudapat suatu berita, bahwa Dji Dji Kouw" baru saja Li Siu Tin hendak
mengatakan,
bahwa Dji Dji Kouw telah dibunuh oleh penjahat perempuan (Li Huicat) yang bernama
Oey Eng, mendadakl pelayannya berdiri diambang pintu melapor : Siocia (nona) ada
tamu hendak berkunjung padamu."
Mengartilah Li Siu Tin, bahwa yang berkunjung itu tidak lain daripada Ong San Niauw.
"Darling, kau istirahatlah, aku pergi sebentar segera datang pula," kata Li Siu Tin
sambil turun kerumah tingkat bawah.
Li Siu Tin ber-cakap-secara rahasia dengan Ong San Niauw didalam kamar rahasia
dirumah bawah,S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Perkara itu mengalami perkembangan baru !" kata Ong San Niauw dengan sikap
tegangnya.
"Mengenai hal apa? Bukankah semalam kau memberi-ahukan kepadaku, bahwa kau
telah berhasil membunub piati Dji Dji Kouw, serta menancapkan panah pendek itu , Dada
dahinya?" tanya Li Siu Tin.
"Aku telah menyelidiki dengan jelas, bahwa Dji Dji Kouw tidur disebelah Barat, maka
semalam aku lompat iari jendela dan masuk kekamar Barat itu, aku menye-usup hingga
sampai dipinggir tempat tidur yang gelap itu,
Ditusuk Dji Dji Kouw yang tengah tidur itu dengan pisau belati hingga mati. Pagi ini
kusuruh muridku pergi ke dusun Oey-co-can, bercampur-baur didalam rombongan
Drang2 yang berkerumun itu untuk mendengar kabar. Tidak disangkanya bahwa yang
mati itu bukan Dji Dji Kouw, melainkan Dji Twa So, iparnya"
"Apa? jadi yang mati itu bukannya Dji Dji Kouw?"
"Meski dia belum mati terbunuh, tetapi To Thiam tio telah menangkapnya dan ditahan
didalam penjara sebagai pembunuh, karena pada hulu. pisau belati itu terdapat sidik
jarinya."
Demi mendengar penyelasan itu, Li Siu Tin memperlihatkan wajah dari kegembiraan
hatinya, maka berkata-ah ia : "Walaupun salah sasaran pembunuhan itu, tetapi buah
hasilnya akan sama saya. Setelah dia dianggap se-%agai pembunuh, harapan kecil dia
dapat hidup terus, Seringan2nya dia akan dihukum seumur hidup. Bee Su Bun akan tak
dapat memperisterikan dia. Dan panah pendek milik Oey Eng itu, apakah memberi efek
yang rmenghasilkan pula?"
"Sedikit pun tak memberikan hasil, rencana kita untuk memfitnah In Hong itu sama
sekali gagal!" kata Ong San Niauw dengan lesu.
"perlahan-lahan kita memikirkannya pula," kata Li Siu Tin acuh tak acuh.
Setelah merenungkan sekian lama mengenai apa yauM diuraikan Ong San Niauw itu,
achirnya berkatalah Li Siu Tin : "Mengapa kita rnesti takut kepadanya? jika dia tidak
datang kemari, kita anggap saya soalnya sudah] beres, tetapi jika dia berani datang, hm
Hm!"
Mereka melanjutkannya berunding untuk sesaat lama-! nya, setelah mana Ong San
Niauw mendapat perintah] untuk mengatur segala sesuatunya.
Li Siu Tin kembali kerumah tingkat atas dan masuk kekamar duduk, nampak Bee Su
Bun jalan mundar-mandir dengan memperlihatkan wajah yang uring2an.
Demi nampak kedatangannya Li Siu Tin, maka berkatalah ia dengan murkanya : "Li
Siocia, aku telah ambil ke-tetapan, bahwa hari ini aku harus pindah dari rumahmu ini"S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Oh Darling, mengapakah? Apakah kau merasa tidak puas?" kata Li Siu Tin.
"Karena disini aku kehilangan kemerdekaanku, kau telah mengekang kebebasanku,"
demikianlah Bee Su Bun memuntahkan kata2nya yang telah lama terpendam didalam
dadanya.
"Aduh Darling, sama sekali kau telah salah paham, demi kepentingan kesehatanmu,
maka aku mencegah kau banyak bergerak. Mengapa kau menganggap maksud baikku
menjadi jahat? Kalau demikian anggapanmu, maka biarlah kau pindah, aku tak dapat
memikul dosa sebagai perampas kemerdekaanmu." Kata Li Siu Tin yang berlagak marah.
"Aku tahu, bahwa kau tidak dapat me-lupakan Dji Dji Kouw, bukankah begitu? Tetapi Dji
Dji Kouw telah berdosa membunuh orang dan tertangkap serta masuk bui. Tak usah kau
pergi kedusun Oey-ico-cun.
Kau boleh langsung berkunjung kepadanya didalam penjara."
Demi mendengar berita itu, hampir saya Bee Su Bun jatuh pingsan, dengan suara
gemetar ia bertanya:
"Apakah katamu ini benar?"
"Tadipun aku sudah hendak memberitahukan kepadamu. Aku mempunyai seorang
teman yang tinggal didekat dusun Oey-co-cun, maka aku dapat mendengar berita ini. Hal
ini tentu seratus persen benar."
"Dia dia membunuh siapa?"
"Membunuh iparnya, yaitu Dji Twa So."
"Tak pencaya aku!"
"Sangkamu aku mendusta, kau dapat menantikan dan membaca berita harian malam
ini," kata Li Siu Tin yang berlagak marah dan meninggalkan kamar duduk itu dengan
tidak berpaling muka lagi.
"Aku tidak mau lihat surat kabar sore, sekarang juga aku hendak pergi kedusun Oeyco-cun untuk membuktikannya. jika kau tidak melepaskan aku keluar rumah, aku hendak
lapor kekantor polisi"
Li Siu Tin tidak menggubrisnya, ia terus turun kerumah bawah.
Bee Su Bun mengenakan baju luar ingin keluar kamar duduk, mengejar Li Siu Tin minta
agar supaya ia diper-kenankannya keluar rumah. Tetapi baru saja sebelah kakinya
melangkah keluar kamar duduk atau segera ia mendengar suara salak anjing, setelah
matanya menengok kekiri dan kekanan, maka dilihatnya sudah ada seekor anjing herder
yang berbulu abu2 ke-kuning2an menjaganya dipinggir pintu kamar duduk.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Buru2 ia menarik masuk kakinya dengan jantungnya berdetak keras. Nampak Bee Su
Bun sudah masuk kern-bali, anjing itupun tidak menyalak lagi. Bee Su Bun agak tenteram
semangatnya, lalu untuk kedua kalinya ia men-coba melangkahkan kakinya keluar kamar
duduk, maka anjing itu sekali lagi menyalaknya sebagai peringatan.
Pukul 17.00 sore itu, dengan membawa sehelai surat kabar terbitan sore, Li Siu Tin
masuk kekamar duduk itu, ia merapatkan daun pintunya lalu duduk disebelah Bee Su
Bun. "Darling aku mencintaimu sehangat ini, tak kusangka kau begini tidak mempunyai
perasaan. Kuhidup didunia ini sudah tidak berarti lagi!" kata Li Siu Tin serta memperlihatkan wajah yang sedih sekali, matanya pun mengucurkan air-mata.
Siasatnya dari keras mengancam kini berubah menjadi sedih dan memohon. Bee Su
Bun diam saya, dari tangannya ia merampas surat kabar terbitan sore itu untuk
dibacanya.
Pada halaman berita kota terdapat berita seperti berikut: "Didusun Oey-co-cun diluar
kota ini terjadi peristiwa pembunuhan, petani wanita bernama Dji Twa So, isteri ji Pwee
Hok, semalam telah terbunuh oleh iparnya, yaitu adik perempuan ji Pwee Hok yang
bernama Dji Dji Kouw dengan pisau belati sebagai alat
pembunuh. Dji Twa So menderita luka tiga tempat se-hingga menemui ayalnya.
Pembunuhnya belum sempat meloloskan diri, telah tertangkap oleh tetangga2nya. Pihak
polisi menugaskan kepala ditektip To Tie An pergi ketempat memeriksanya dan membuat
proses-perbal. Telah didapat cukup bukti, bahwa Dji Dji Kouw terang bersalah, lalu
ditangkapnya dan ditahan. Segera akan dimajukan kesidang meya hijau untuk diadili
sebagaimana mestinya."
Demi dibacanya berita itu, maka hebat juga Bee Su Bun merasa terpukul urat
syarafnya.
Nampak oleh Li Siu Tin, bahwa mata Bee Su Bun yang hitam jeli itu, terbengong2
memandang harian itu serta tubuhnya duduk diam sebagai patung diatas sofa, mulutnya
tertutup rapat.
Li Siu Tin menyangka, bahwa setelah dibacanya berita itu, dan terbukti Dji Dji Kouw
dipenjara, maka hati Bee Su Bun akan beralih kepada dixinya. Maka ia mempergiat
usahanya bersandiwara, mempertunjukkan wajah se-akan2 putus asa dan sedih untuk
menggerakkan hatinya Bee Su Bun.
Betapa pun ia menangis sesenggukan dan memperlihat-kan kesedihannya yang
mendatangkan rasa kasihan orang, namun Bee Su Bun seperti juga matanya tak melihat.
tidak berkata2, bagaikan orang tak bernyawa.
"Darling, kau"S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Belum lagi habis kata2nya itu, dengan mendadak saya ia nampak Bee Su Bun lompat
dari sofa bagaikan orang gila menubruk kepadanya, kedua tangannya mencengkam
lehernya dengan eratnya, hendak dicekiknya sehingga binasa.
Ia meronta2 tetapi tidak berhasil. cengkeman kepada tenggorokannya semangkin
lama semangkin kencang, hendak ia berteriak, juga tidak berhasil, hingga ia sukar
bemapas. Dalam waktu yang sangat kritis ini ia teringat kepada anjing herdernya yang
sudah terlatih baik.
Leher Li Siu Tin tercengkam Bee Su Bun dengan ken-cangnya, tetapi kedua tangannya
tetap bebas, maka dengan sekuat tenaga ia menepuk tangan tiga kali.
anjing herder yang berada diluar kamar duduk itu adalah salah seekor anjing yang
terlatih baik diantara keduabelas lainnya dan paling mengetahui maksud orang. Tiga kali
suara peluit atau tepukan tangan adalah tanda majikannya memanggilnya. Maka anjing
itu menubruk pintu hingga terbuka, dia nampak majikannya bergulat dengan orang asing,
maka dia mengetahui bahwa majikannya sedang menghadapi bahaya, dia segera
melompat, kaki depannya ditaruh diatas kedua bahu Bee Su Bun dan mulutnya
mengunyukkan giginya yang tajam segera hen-dak mengigitnya.
5. BERITA BURUK.
Nampak anjing itu menubruk dirinya, Bee Su Bun melepaskan tangannya yang
dipergunakan untuk mencekik leher Li Siu Tin itu. Kini kebenciannya sudah melebihi rasa
takutnya, ia tidak takut anjing herder itu lagi, dengan kedua siku2 tangannya ia
menghajar perut anjing itu.
Tengah hendak mengigit, anjing itu merasa bagian perutnya mendapat pukulan hebat,
maka kedua kakinya terluncur turun. Tetapi anjing galak itu menjambar pula untuk kedua
kalinya. Dan kali ini Bee Su Bun tertubruk dan jatuh dilantai.
Nampak anjingnya yang setia itu hendak mengigit orang puyaan hatinya, maka Li Siu
Tin segera memerintahkan anjing itu berhenti menyerang. anjing itu sangat taat terhadap
perintahnya. Li Siu Tin memanggilnya duduk disisinya, lalu diusap2nya kepalanya.
Bee Su Bun merangkak bangun menatap Li Siu Tin dengan pandangan seperti orang
gila.S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
"Darling, kau sangat kejam, kau hendak membinasakan aku. Aku memang bersedia
mati didalam kedua tanganmu, ini dapat dikatakan berkorban demi cintaku tetapi aku
tidak kejam dan tega melihat kau tergigit anjingku sampai mati" Li Siu Tin masih hendak
membuat hati Bee Su Bun berubah.
Dengan se-konyong2 Bee Su Bun tertawa dengan njaringnya. Suara tertawa itu
demikian kerasnya sehingga memotong kata2nya Li Siu Tin.
"Darling, apa yang kau tertawai?"
"Kau tahu Dji Dji Kouw dimana?" tanya Bee Su Bun sambil menatapnya dengan sinar
mata redup tiada semangat.
"Sudah tentu didalam penjara," kata Li Siu Tin.
"Pui! Dia telah pergi kesorga, ia menjadi peri atau dewi !"
"Apakah kau sudah giia?"
"Gila? Kaulah yang gila !" Bee Su Bun tertawa pula, membuat bulu roma Li Siu Tin
bangun berdiri.
Ia meneliti keadaannya Bee Su Bun, yang terutama paling nyata ialah, matanya yang
besar dan bulat itu, telah suram dan bodoh nampaknya. kata2nya serta tingkah lakunya
telah sangat berubah.
"Ah celaka Sungguh2 dia telah gila." Li Siu Tin tergerak pikirannya, ia mulai merasa
putus asa. Ia berkata seorang diri: "Siapa nyana setelah dia membaca berita mengenai
Dji Dji Kouw tertangkap itu, karena tak tahan pukulan batinnya, dia telah menjadi gila.
Siasialah jerih payahku memutar otak sekian lamanya. untuk apa menghendaki orang
gila ini?"
Peristiwa perubahan mendadak Bee Su Bun menjadi gila itu terlebih nyata
memperlihatkan kekejamannya Li Siu Tin.
Ia membawa anjingnya keluar kamar dan turun kebawah, ia memerintahkan Ong San
Niauw dan kedua pengawalnya : "Bee Su Bun sudah gila, seretlah dia ke-kamar dibawah
tanah disebelah rumah anjing itu dan tutuplah dia didalam kamar itu. Tiap jam makan
berikan-lah sedikit makanan sembarang saya jika didalam waktu satu minggu hilang sifat
gilanya, dan pulih kenormalannya. maka beritakanlah kepadaku, agar dapat diatur lagi.
jika didalam waktu satu minggu masih tetap gila"
"Apakah diusir keluar?" tanya seorang pengawal.
"Tangkap harimau mudah saya, tetapi sangat sukar melepaskannya. Meskipun dia
sudah gila, jika dilepas masih dapat merugikan diriku. Lebih baik dibunuhnya lalu
digalikan tanah dikuburnya saya."S eria l O ei E n g ? U/Ar Be/Ang P a th Team K o/ekfor Ebook
Ketiga orang itu naik ketingkat atas, dan diringkusnya Bee Su Bun serta dibawanya
keujung taman dimana ter-dapat kamar dibawah tanah. Bee Su Bun melawan sekuat
tenaganya, tetapi achirnya ia dapat diringkus juga lalu dibawa dan ditutupnya didalam
kamar dibawah tanah.
Sehari demi sehari, waktu satu minggu telah berlalu. Li Siu Tin sama sekali sudah
melupakan halnya Bee Su Bun. Ia telah berkeliaran lagi didalam dunia pergaulan untuk
mencari atau berburu sasaran asmara yang baru pula.
Ong San Niauw bersama kedua pengawalnya bertang-gung jawab meng-amat-i Bee
Su Bun. Mereka selalu memperhatikan sifat gilanya, bukan saya tidak berkurana bahkan
semakin menjadi2.
"Hari ini hari yang ketujuh dan terachir, bunuh saya dia, bukanlah kita dapat
menghilangkan suatu kerepotan?" kata seorang pengawal.
"Tungguh kembalinya Li Siu Tin, biar dia yang mene-tapkannya, dengan cara
begaimana membereskannya." kata Ong San Niauw.
Pukul 18.00 diwaktu senya, Li Siu Tin pulang dirumah Pengawalnya memberikan
laporan mengenai keadaan Bee Su Bun. Ia pergi sendiri kedalam kamar dibawah tanah,
Setan Harpa Karya Khu Lung Joko Sableng 42 Rahasia Darah Kutukan Romantika Sebilah Pedang Karya Gu Long

Cari Blog Ini