Bentrok Rimba Persilatan 4
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 4
Bentrok Rimba Persilatan Karya dari Khu Lung
Kepandaian Thian Jan Shu pada masa ini di anggap sebagai yang nomor wahid tak ada seorangpun diantara orang2 Bulim dewasa ini yang dapat melebihi sepersepuluh dari kepandaiannya.
Dan kini jika dia telah meninggaikan kepandaiannya pada tujuh buah Hioloo kuno itu dunia kangouw pasti akan menjadi kacau balau karena tiap- tiap orang tentu akan berusaha untuk mendapatkan ***.
*** peninggalan dari Thian Jan Shu itu,Jikalau jago2 dari Tionggoan dengan diikuti oleh orang-orang aneh dari luar lautan mengadakan serbuan untuk mendapatkan ketujuh buah Hioloo kuno itu dapatkah ketujuh partai besar menahan serangan gabungan mereka itu.
Pek Hian Ling yang melihat Boen ching telah pergi meninggaikan tempat itu menjadi teringat pada waktu ditinggal pergi seorang diri, olehnya kini sebenarnya ia berniat untuk memberi teguran tetapi dihadapan orang banyak dia merasa malu untuk mengungkit kembali kejadian itu.
Begitu masuk kedalam kota Boen ching dan Hoa Suan segera mencari rumah makan dan sesampainya pada suatu kedai makan mereka segera turun dari kuda mereka itu dan masuk kedalam, baru saja mereka mau bertindak kedalam rumah, pemilik kedai itu dengan terburu-buru lari keluar sambil berkata.
"Maaf tuan-tuan muda, tadi telah ada orang yang datang kemari untuk melarang kami menerima kalian, kedai kami sungguh2 tak berani menerima kalian berdua".
Boen cing mengerutkan alisnya, sedang Hoa Suan sambil bertolak pinggang telah membentak pemilik kedai itu "Siapa yang berani melarang kedai ini menerima kami berdua?"
Pemilik kedai itu dengan wajah yang masam menjawab.
"Jika tuan muda masuk kedalam kedai kami. maka kedai kamipun tidak mempunyai harapan lagi untuk dapat dibuka terus"
Boen cing mendengus dengan perlahan.
"kiranya tujuh partai besar telah mengirimkan orang-orangnya keluar dan sebagian mestinya berada didalam kota Tai An ini, entah partai mana diantara tujuh partai besar yang telah mengajukan usul yang semacam ini, ternyata dengan kejam mereka telah menguasai dua kedai kecil, tetapi apakah ***. *** mereka juga menguasai sebuah rumah yang besar."
Kemudian kepada Hoa Suan ia berkata.
"Sudahlah adik Suan, Tak usah kau ribut2 dengan mereka, mari kita cari kedai yang lain"
Dalam hatinya sebenarnya Hoa Suan tidak mau, tetapi mengingat pesan terakhir kakaknya yang minta agar dia mau mendengar perkataan Boen ching terpaksa dia menurut dan naik keatas kudanya, kemudian katanya.
"Jika terus menerus begini, aku kira hari ini kita tak akan dapat bersantap"
Melihat kedua orang ini mau menurut dan berlalu, pemilik kedai itu segera mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Tak lama kemudian sampailah mereka disebuah rumah makan yang besar dan memakai merk "Lay Hong Lo"
Boen ching dan Hoa Suan segera turun dari kudanya dan bertindak masuk kedalam rumah makan itu, mereka segera disambut oleh seorang pelayan yang dengan hati2 melayani mereka dan mengantarkannya langsung keatas loteng.
Roen ching tidak merasa sesuatu yang aneh dalam rumah makan itu? lain halnya dengan Hoa Suan yang sejak berusia lima belas tahun telah mengikuti kakaknya mengembara didunia kangouw, dalam hati nya ia merasa ada sesuatu yang tidak beres tingkah laku pelayan itu sangat mencurigakan dan agaknya tidak mempunyai maksud baik, setelah termenung sejenak ia berkata kepada Boen ching.
"ching toako, aku merasakan sesuatu yang agak tidak beres, apakah mungkin tujuh partai besar telah mengadakan persiapan untuk bertempur dengan kita?"
Jawab Boen ching sambil tertawa.
"Jika hal itu memang benar juga tidak mungkin akan terjadi disini.
jika bertempur disini dan setelah itu mereka menggunakan orang banyak untuk mengerubuti kita, bukan ***.
*** kali hal ini akan membuat nama mereka jatuh? Mengapa mereka tidak mau mengundang kita ketempat lain yang lebih sepi?"
Hoa Suan merasa perkataan Boen ching itu benar juga, kemudian katanya.
"Tetapi aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres"
Mata Boen ching menyapu kesekeliling tempat itu dan berkata.
"Memang agaknya sedikit tidak beres. Diloteng yang demikian besarnya juga disiang hari, mengapa tidak terdapat lain-lain tamu selain kita berdua, semua ini memang agak aneh"
Hoa Suan juga memperhatikan keadaan yang tidak sewajarnya itu, setelah melihat kekanan dan kekiri ia berkata.
"Sungguh sangat aneh"
Sesaat kemudian pelayan itu datang kembali untuk menyajikan beberapa macam sayur-sayuran- Ketika pelayan itu hendak turun, Hoa Suan segera ia menahannya, dia berkata .
"Mengapa ditempatmu ini demikian sepinya dan tak ada tamu lain?"
Setelah ragu-ragu sejenak. pelayan itu menjawab.
"Tentang ini hamba tidak mengetahui dengan jelas bila tidak ada tamu yang datang kemari, kita juga tidak dapat berbuat apa-apa"
Mendengar jawaban itu, Hoa Suan menjadi heran dan kembali bertanya.
"Apakah biasanya juga demikian?"
Jawab pelayan dengan ragu-ragu.
"Kadang-kadang ... ."
Habis berkata begini ia turun dari loteng dengan buru-buru.
***.
*** Hoa Soan masih merasa tidak puas dengan keterangan pelayan itu, melihat hal ini sambil tersenyum Boen ching berkata.
"Adik suan, marilah kita cepat-cepat bersantap dan sehabis itu kita juga harus pergi meninggalkan tempat ini.
Tak perlu kita ikut campur dengan urusan orang lain"
Hoa Suan menyetujui pendapat itu, memang benar, jika lekas dapat meninggal kan tempat itu dengan terlebih cepat adalah lebih baik.
Baru saja mereka bersantap.
tiba-tiba bermunculan tiga orang gadis ditempat itu.
Kedatangannya yang sangat tiba- tiba itu sungguh mengejutkan kedua orang pemuda itu.
Kepandaian orang yang baru datang itu dapat dihitung tidaklah rendah, tetapi ada orang yang datang mereka ternyata tak merasa, membuat kedua orang pemuda itu terkejut bukan main- Gadis yang satu berjalan didepan dan dua gadis yang lain yang badannya menyerupai pelayan berjalan dibelakangnya.
Salah seorang dari pelayan itu tertegun sejenak demi nampak diatas loteng itu ternyata ada orangnya, tetapi dengan cepat kemudian berjalan mengikuti yang lainnya.
Wajah ketiga gadis itu sangat cantik, tetapi sesuatu hal yang membikin Boen ching merasa sangat heran adalah gadis yang pertama itu, jika dipandang dari samping wajahnya mirip dengan wajah suhunya, Ie Bok Tocu..
Gadis itu duduk dengan tenang dan tidak menghiraukan kedua orang lainnya yang berada di atas loteng itu.
Boen ching memandang wajah gadis itu dengan terpesona, semakin dilihat adalah semakin mirip dengan wajah gurunya, hal itu membuatnya duduk termangu-mangu.
Melihat keadaan Boen ching yang seperti orang kehilangan semangat itu, Hoa Suan menjadi bingung.
***.
*** Gadis itu jika dilihat caranya naik keatas loteng itu, dapatlah dilihat kepandaiannya yang tinggi dan sukar diukur, ia menjadi kuatir, karena sikap Boen ching itu bukankah berarti mencari penyakit sendiri? Baru saja ia membuka mulut untuk menyadarkan Boen ching, gadis itu mendahuluinya dan berkata kepada kedua pelayan-"Bunuh kedua orang itu"
Mendengar perintah sigadis disitu, saking terkejutnya Boen ching menjadi tersadar dengan sendirinya.
Hoa Suan juga tak kurang terkejutnya, gadis itu ternyata memiliki sifat-sifat yang kejam, baru saja membuka mulut sudah akan membunuh orang, entah siapakah gadis itu, Tiba-tiba ia menjadi bingung dan teringat sesuatu, jangan-jangan gadis ini adalah yang didunia kangouw terkenal dengan nama ^en Bian Lo Sat atau iblis wanita yang berwajah cantik.
Dia juga pernah mendengar berita dunia kangouw yang katanya telah muncul seorang gadis yang cantik, kepandaiannya tak ada yang melawannya, sedang kekejamannya juga belum ada yang menandinginya.
Mengingat hal itu, ia menjadi sadar dan tiba-tiba, kiranya tujuh partai besar tahu kalau iblis wanita cantik ini akan singgah disini, lalu menggunakan siasat meminjam tangan orang lain untuk membunuh orang.
Setelah menerima perintah dua orang pelayan itu bangun berdiri, kemudian bersama-sama melancarkan serangan kearah dua orang itu.
Boen ching jadi mengerutkan alisnya, mana dia mengetahui kalau seorang gadis itu berjulukan iblis wanita berwajah cantik, dia hanya berpikir mengapa orang ini demikian tak tahu aturan, hanya memandang wajahnya saja lantas akan dibunuhnya.
Sementara itu salah seorang dari pelayan itu telah melayangkan tubuhnya dan melancarkan serangan kearah nya.
Melihat gerakan dari pelayan itu, Boen ching segera tahu kalau kepandaiannya tak rendah, badannya segera bergerak.
***.
*** bersama-sama kursinya yang didudukinya itu, ia menghindar kesamping hingga serangan itu tak mengenai sasarannya.
Hoa Suan juga sudah bangun berdiri dan menghindari serangan yang ditujukan kepadanya oleh pelayannya yang satunya lagi.
Melihat serangannya tak mencapai sasaran, kedua pelayan itu berniat untuk melancarkan serangan yang berikutnya.
Tapi baru saja mereka mengerahkan tenaganya, gadis itu tiba-tiba membentak dengan nada keras.
"Kembali"
Kedua pelayan itu segera meluruskan tangannya kebawah dan mundur kebelakang.
Kini Hoa Suan telah dapat memastikan, kalau gadis itu adalah yang disebut oleh orang2 kangow sebagai iblis wanita berwajah cantik.
Diam2 ia merasa khawatir meskipun Boen ching memiliki kepandaian yang tinggi, tapi mungkin masih belum dapat menandingi iblis wanita cantik itu.
Nampak si iblis wanita berwajah cantik itu berdiri dengan perlahan2.
Kini telah tahu kepandaian dua orang pemuda itu dan ia juga tahu kalau kepandaian Boen ching tidaklah rendah.
Kedua orang pelayannya pastilah bukan merupakan tandingannya, maka dari itu ia membuka mulut untuk mencegah kedua orang pelayan itu melanjutkan serangannya.
Si iblis wanita berwajah cantik itu membalikkan tubuhnya dan memandandang Boen ching dengan dingin.
Boen ching yang melihat dia membalikkan tubuh menjadi berdebar-debar jantungnya, seolah-olah mau melompat keluar.
Wajah gadis itu ternyata seperti pinang di belah dua dengan Ie Bok Tocu, jika bukannya gadis itu masih berusia ***.
*** belasan tahun, tentu ia akan salah menganggapnya sebagai Ie bok Tocu.
Apakah gadis itu adalah puteri Ie bok Tocu yang telah lenyap pada tahun yang berselang? Si iblis wanita berwajah cantik yang dipandang sedemikian rupa oleh Boen ching, menjadi ragu-ragu untuk turun tangan, dalam hatinyapun ia merasa sedikit tegang.
"Dapatkah nona memberitahukan nama nona kepadaku? cayhe sedang mencari seorang yang wajahnya sangat mirip dengan wajah nona sehingga terpaksa aku mengajukan pertanyaan ini."
Iblis wanita berwajah cantik itu malah balik bertanya kepada Boen ching.
"Aku tanya siapa namamu ?"
Suaranya sangat dingin sehingga membuat hati Boen ching menjadi berdesir bagaikan berada didalam sebuah gudang es.
Boen ching menjadi berdiri ter-mangu2, pikirnya.
"Suhuku Ie Bok Tocu selamanya lemah lembut, tetapi sipatnya gadis ini ternyata sangat berlawanan sekali dengan sipat suhuku, dalam hatinya ia mulai merasa sedikit kecewa."
Kedua orang pelayan itu juga merasa heran biasanya kalau ada jago Bulim ditempat yang disinggahi nonanya, hanya dengan bangun kan tubuhnya lawannya pasti akan segera mati di tangannya.
tetapi kini ternyata nonanya telah melanggar kebiasaannya, malah menanyakan nama pihak lawannya itu.
Rasanya kalau iblis wanita berwajah cantik itu sudah bangun berdiri, lawannya tentu akan menjadi pucat pasi wajahnya karena ketakutan, mana ada orang yang seperti Boen ching berani memandangnya dengan cara demikian, apalagi sepasang mata Boen ching memancarkan sinar yang penuh dengan kegembiraan- Dia yang belum pernah dipandang orang sampai sedemikian rupa, tanpa merasa telah ***.
*** membiarkan Boen ching untuk hidup sebentar lagi dan memandang nya hingga puas.
Hoa Suan yang berdiri disisi Boen ching berbisik dengan perlahan-"
Ching toako, dia adalah iblis wanita ayo kita cepat-cepat lari"
"iblis wanita berwajah cantik?"
Boen ching belum pernah mendengar nama semacam itu.
Hoa Suan menyuruh dia lari tentunya kepandaian gadis itu sangat tinggi, tetapi ia masih ingin memastikan gadis itu benar-benar putri Ie Bok Tocu yang telah lenyap pada dua puluh tahun berselang atau bukan- Kemudian sambil tertawa ia menjawab pertanyaan gadis itu.
"cayhe adalah Boen ching"
Dengan dingin gadis itu menyapu wajah kedua orang itu, sebenarnya dia juga tidak mempunyai keinginan untuk menanyakan nama Boen ching.
Kini dia sudah tidak mempunyai bahan percakapan lagi dan jalan satu-satunya baginya hanyalah membunuh Boen ching.
Tubuhnya segera bekelebat, sedang kedua tangannya melancarkan serangan ke arah Boen ching.
Boen ching mengira setelah mendengar namanya gadis itu tentu akan menyebutkan namanya juga, sungguh tak terkira dia malah melancarkan serangan kearahnya.
Melihat pukulan yang diarahkan kepadanya itu, Boen ching sudah dapat mengetahui kalau kepandaian gadis itu berada diatasnya, bahkan masih lebih tinggi beberapa kali lipat.
Dia juga tak berani ber laku ayal-ayalan, pedangnya segera dicabut keluar dari sarungnya, sambil menarik tangan Hoa Suan ia balas mendesak gadis itu.
Melihat jurus ilmu pedang Boen ching yang sangat aneh itu, iblis wanita berwajah cantik itu segera mendorongkan tangan kanannya dengan mendatar kearah ***.
*** pedang Boen ching sedang tangan kirinya menotok jalan darah "cie chieh To"
Di dadanya.
Begitu iblis wanita berwajah cantik datang mendekat, sepasang mata Boen ching segera dapaC melihat sebuah tahi lalat yang terdapat pada dahinya.
Dia adalah orang yang harus diperhatikan olehnya, demikian pesan Ie Bok tocu dan ia tidak meragukan lagi kalau gadis dihadapannya itu adalah putri dari suhunya Ie bok Tocu.
Boen ching menjadi sangat gembira, sambil bergerak mundur ia berseru.
"Tahan"
Melihat dua kali pukulannya tidak mengenai sasaran dan melihat pula ginkang Boen ching yang sangat lihay, iblis wanita berwajah cantik itu mendengus dan melanjutkan serangannya tanpa memperdulikan seruan Boen ching, sambil menghindar serangan itu Boen ching berkata kepada Hoa Suan- "Adik Suan, jalanlah terlebih dahulu"
Mana mau Hoa Suan pergi dengan begitu saja, tangannya segera merogoh kedalam sakunya untuk mengambil panah terbangnya dan dengan berturut-turut melakukan serangan sebanyak tujuh kali dengan senjata rahasia itu.
Seketika itu juga diatas rumah makan "Lay Hong Lo"
Penuh dengan senjata yang beterbangan.
Melihat dirinya diserang dengan senjata rahasia, iblis wanita berwajah cantik itu menjadi gusar, kemudian tubuhnya berkelebat secepat kilat untuk mendesak kedekat Boen ching dan dengan tangan kosong ia mencengkeram pedang ditangan Boen ching.
Boen ching menjadi terkejut, kini ia telah tahu kalau gadis itu adalah putri dari suhunya, Ie bok Tocu, tentu ia tak dapat melawannya dengan menggunakan kekerasan, segera ia menggeserkan pedangnya kesamping untuk memghindari ***.
*** cengkeraman itu, tetapi terlambat pedangnya telah berhasil dicengkeram oleh iblis berwajah cantik itu.
Sebenarnya iblis berwajah cantik itu juga sudah tahu kalau kepandaian Boen ching tidak rendah, maka ia tidak berani menggunakan kekerasan untuk merebut pedang lawannya, Tetapi kini setelah dibikin marah oleh kelakuan Hoa Suan, ia segera mengerahkan tenaganya dan dengan mudah dapat merebut pedang Boen ching.
Nampak keadaan yang tidak menguntungkan itu, sebenarnya Hoa Suan akan menghamburkan senjata rahasianya dengan jurus "Ha n Po Shie Jiet"
Atau ombak dingin melanda matahari, tetapi kini setelah melihat Boen ching dan iblis wanita berwajah cantik itu bertempur dalam jarak yang dekat, ia membatalkan niatnya itu karena takut kalau2 senjata rahasianya nanti mengenai sasaran yang salah.
Kelima jari tangan iblis berwajah cantik itu mencengkeram pedang Boen ching dengan kencangnya, sambil mengerahkan tenaga ia mencoba untuk merebut pedang itu, tetapi usahanya itu tidak berhasil sementara itu kedua kaki Boen ching telah melancarkan tendangan-tendangan cepat, tetapi dengan sedikit miringkan tubuhnya iblis berwajah cantik itu berhasil menghindari serangan itu kemudian dengan datar tangannya disabet kan kedada Boen ching.
Melihat jurus yang sangat berbahaya dan ganas itu, dengan terpaksa Boen ching membuang pedangnya dan meloncat kebelakang.
iblis wanita berwajah cantik itu tidak berhenti sampai disitu, sambil membentak ia menubruk kearah Boen ching, tangannya melontarkan pedang yang baru saja direbutnya itu kearah Hoa Suan, Boen ching jadi sangat terkejut, pedang yang dilontarkan kearah Hoa suan itu sedemikian cepatnya, belum pasti Hoa suan dapat menghindarinya, tangan kirinya segera memukul miring pedang itu, tetapi serangan iblis ***.
*** wanita berwajah cantik itupun sudah tiba, maka ia terpaksa menggunakan tangan kanannya untuk menangkis.
Diluar dugaannya, serangan iblis wanita berwajah cantik itu dilakukan sangat cepat sekali sehingga matanya menjadi kabur dan tahu2 tangan kanannya telah kena dicengkeram olehnya.
Sambil mengerahkan tanganya dengan tangan kiri Boen ching melancarkan serangan ke arah iblis wanita berwajah cantik itu.
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi bila ia melihat wajahnya yang sangat mirip dengan suhunya, Ie Bok Tocu, hatinya menjadi lunak kembali dan serangan itupun dirubah arahnya, sehingga hanya mengancam pergelangan tangannya saja.
Melihat Boen ching ragu2 untuk melancarkan serangan, dalam hati gadis itu merasa heran dan ragu2, segera tangannya disentakkan hingga Boen ching tersertak maju dua tiga langkah kedepan- Hoa Suan yang melihat Boen ching dengan mudah dikuasai lawan karena harus memusatkan perhatiannya untuk menyelamatkan dirinya, segera majukan badannya uutuk melancarkan serangan kearah punggung iblis wanita itu.
Gadis itu tidak menjadi gugup, tangannya segera menarik Boen ching untuk menahan serangan Hoa Suan itu.
Ketika tubuhnya ditarik menahan serangan itu, dengan secepat kilat Boen ching melancar kan tujuh kali tendangan- iblis wanita berwajah cantik itu yang kini menghadapi dua oraug lawan segera menggerakkan tangan kanannya untuk melemparkan tubuh Boen ching sehingga terlempar kesebuah tiang yang berada didekatnya.
Tubuh Boen ching segera melengkung dan kemudian menegak untuk menghindarkan dirinya dari tubrukan dengan tiang itu, sementara itu iblis wanita berwajah cantik itu juga sudah mengundurkan diri kebelakang.
Hoa Suan yang melihat Boen ching selamat dan tidak kurang suatu apapun, menjadi lega dan tidak berani maju mengejar iblis wanita itu lagi.
***.
*** iblis wanita berwajah cantik itu heran, mengapa Boen ching tidak berani melancar kan serangan dengan sungguh2, padahal jika dilihat dari tingkat kepandaiannya, meskipun belum dapat menandingi dirinya, tetapi dengan dua orang maju bersama juga belum tentu dirinya dapat mengalahkan mereka dalam waktu singkat.
Tetapi kenyataannya dia telah berhasil menawan Boen ching hanya dalam tiga gerakan saja.
Setelah berhasil berdiri tegak.
Boen ching merasa pergelangan tangan kanannya sangat kaku dan linu, ketika ia menundukkan kepalanya untuk melihai tampaklah pergelangan tangannya terdapat bekas lima jari tangan yang berwarna merah, ia merasa bersyukur karena tangan si-iblis wanita berwajah cantik itu tidak mengandung racun.
Sambil tersenyum manis iblis wanita berwajah cantik itu melancarkan serangan lagi kearah Boen ching, kaki kiri Boen ching segera mundur kebelakang selangkah dan sambil melancarkan ilmu pukulan "Sie Liu Eng Hong"
Atau pohon liu menahan angin untuk menahan serangan lawan, ia berseru kepada Hoa Suan-"Adik suan lekas pergi"
Sambil tertawa dingin iblis wanita berwajah cantik itu membentak.
"Hm...jangan kamu kira dapat meninggalkan tempat ini dengan mudah"
Tubuhnya bergerak maju dan mendesak ke arah Hoa Suan, sedangkan angin pukulannya mengancam sekeliling dua orang pemuda itu.
sehingga tidak memberikan kesempatan sedikit pun kepada Hoa Suan untuk melarikan diri.
Walaupun dua orang pemuda itu telah bersama-sama mengerubuti iblis wanita berwajah cantik itu, tetapi mereka tetap dipaksa untuk berada dibawah angin.
Selama ini Boen ching tidak pernah memikirkan dengan cara bagaimana ia harus berusaha untuk mendapatkan kemenangan, matanya dengan tajam memperhatikan setiap ***.
*** pukulan yang dilancarkan iblis wanita berwajah cantik itu, sedang dalam hatinya ia berpikir, dengan cara bagaimana ia berusaha agar gadis itu mengerti akan asal usul yang sebenarnya.
Dalam sekejap mata ratusan jurus telah berlalu, iblis wanita berwajah cantik itu nampak jurus yang dilancarkan Boen ching itu sangat aneh, untuk sejenak ia tak dapat memunahkannya, tanpa terasa tubuhnya mundur maksudnya akan berganti dengan ilmu pukulan Boen ching yang nampak ia mundur ke belakang, hatinya menjadi bergerak dengan keras teriaknya.
"Siauw Ing."
Mendengar teriakan itu iblis wanita berwajah cantik itu jadi termangu- mangu dan berdiri mematung disana, selamanya tak seorangpun yang tahu akan namanya, tak terduga ini hari pemuda aneh itu yang belum pernah ia jumpai sebelumnya, ternyata dapat mengetahui dan memanggil namanya.
Boen ching nampak ibis wanita berwajah cantik itu bersikap demikian, dalam hatinya ia tahu bahwa kali ini dia tak salah terka, sambil tersenyum ujarnya.
"Nona Siauw Ing, ibumu sedang mencari mu"
Hoa Suan nampak dua orang itu berbuat demikian jadi terperanjat, pikirnya, kiranya Boen toako telah mengetahui nama sebenar nya dari iblis wanita berwajah cantik ini bahkan agaknya punya hubungan sesuatu yang luar biasa.
Biasanya ditempat mana saja, setiap orang yang bertemu dengan iblis berwajah cantik ini tak seorangpun yang wajahnya tak diliputi oleh rasa takut dan terkejut, kini ternyata pemuda aneh itu malah tersenyum terhadapnya, teringat olehnya ketika tadi Boen ching memandangnya dengan sinar mata yang aneh, hatinya menjadi berdebar, waktu bertempur tadipun Boen ching agaknya bertempur sungguh-sungguh tetapi hanya memandang kedua tangannya yang putih mulus itu sambil melamun, semua sikapnya ini sebelumnya tak ***.
*** pernah ia rasakan, bahkan ia sendiripun merasa agak heran mengapa segala gerak gerik Boen ching itu ternyata tertera diotaknya sedemikian jelasnya.
Dia menjadi termangu- mangu berdiri disana sesaat kemudian tiba-tiba ia teringat akan perkataan yang diucapkan Boen ching "lbumu mencari kau?"
Dalam hatinya diam-diam merasa heran, hal ini mana mungkin bisa terjadi tapi pada mulutnya ia tetap bertanda.
"Dimana ?"
Boen ching yang melihat ia bertanya demikian, hatinya menjadi gembira, dengan tertawa sahutnya.
"Suhuku telah berusaha mencari kau selama belasan tahun lamanya, sekarang kalau tak salah masih berada digunung Yi San, tentulah berada disekitar tempat ini."
Iblis wanita berwajah cantik itu memandang wajah kedua orang pemuda itu sekejap.
pada saat ini se-akan2 ia sudah tak dapat menurunkan tangan jahat lagi terhadap Boen ching, dengan tawar ujarnya.
"Selamanya orang yang sudah berada ditanganku, tiada seorangpun yang dapat hidup lebih lama lagi tapi kau ternyata mengetahui namaku untuk kali ini akan kulepaskan kau berdoa tapi lain kali kalau bertemu lagi, aku takkan sungkan-sungkan lagi terhadap kalian-"
Mendengar perkataan ini Boen ching menjadi tertegun, pikirnya.
"Entah selama belasan tahun lamanya ini ia dibesarkan oleh siapa, ternyata sikapnya sangat bertentangan dengan sikap Ie Bok tocu, apa yang harus aku perbuat sekarang ini?".
Tanpak iblis wanita berwajah cantik itu sambil mendelikkan matanya membentak.
"Masihkah kalian tidak lekas pergi dari tempat ini?"
Boen ching dengan perlahan menghela napas, ujarnya.
***.
*** "Nona tentu tidak percaya akan perkataanku itu.
tetapi jika suhuku datang kemari sendiri, nona tentu akan paham, terima kasih pada nona hari ini tidak menurunkan tangan jahat terhadap kami, lain hari kalau bertemu lagi tentu akan kubalas budimu ini".
Sehabis mengucapkan kata2 ini memungut kembali pedangnya.
dengan menarik tangan Hoa Suan mereka turun dari loteng rumah makan itu.
iblis wanita berwajah cantik itu memandang bayangan Boen ching sehingga yang lenyap, dalam hatinya ia tak dapat dikatakan bagaimana rasanya pada saat itu sekonyong-konyong teringat olehnya pesan dari ibunya tiap hari, tetapi senyuman dan pandangan mata Boen ching yang mempersonakan itu terbayang kembali pada benaknya, pikirannya menjadi kacau, sedang tangannya memukul keatas meja hingga menyebabkan ujung meja itu menjadi patah.
Dua orang pelayannya itupun berdiri termangu- mangu selamanya mereka belum pernah melihat sikap majikannya itu seperti hari ini, mereka segera bertukar pandangan dan tak berkata-kata lagi.
Boen ching dan Hoa Suan yang turun dari loteng dalam keadaan tak kurang sesuatu apapun menyebabkan pelayan- pelayan dari rumah makan itu memandang mereka dengan sinar mata yang terkejut dan keheran-heranan.
pikir mereka, sungguh sangat heran dua orang pemuda ini mengapa dapat turun dari atas loteng dalam keadaan hidup-hidup? sungguh sangat mujarab.
Sepasang mata Hoa Suan memandang pelayan-pelayan rumah makan itu dengan sinar mata yang dingin, ia mendengus, sedang Boen ching tak mau memperhatikan hal- hal yang remeh, dalam hatinya ia masih memikirkan gadis yang baru saja dijumpainya itu, tak dapat diragukan lagi adalah putri suhunya yang telah lenyap belasan tahun berselang, tetapi kepandaiannya ternyata sangat tinggi, entah ***.
*** selama ini ia dibesarkan oleh siapa, pikirnya kemudian- "Aku kini telah mengetahui kabar berita dari Siauw Ing sumoay, aku harus cepat pulang untuk memberitahukan hal ini kepada suhu"
Setelah membayar rekening makanan ia mengajak Hoa Suan keluar dari kedai, tetapi baru saja mereka akan naik keatas kuda, nampak dari depan jalan mendatang dua orang pemuda, mereka adalah anak murid dari ketua Khong tong Pay yaitu cou Tiong Ku dan Lu cie.
Dua orang pemuda itu berhenti tepat dihadapan mereka, sepasang mata cou Tiong Ku memandang sekejap mata Boen ching dan Hoa Suan kemudian katanya.
"Boen Siauwhiap.
karena tujuh partai besar mendengar kau di mana-mana menyiarkan berita bohong, maka beranikah kau kini baik ke panggung cay San untuk mengadakan pembicaraan?"
Boen ching dengan dingin memandang dua orang pemuda itu, pikirnya.
"Dalam waktu yang demikian mendesaknya, jago dari tujuh partai besar tak mungkin dapat terkumpul dalam waktu sekejap matapun juga.
Tetapi dari murid tujuh partai besar itu tersebar diseluruh pelosok Bulim, pada hal dirinyapun telah memberitahukan sebagian besar dari peristiwa yang terjadi pada sepuluh tahun berselang, jika demikian terus, orang-orang dari seluruh Bulim tentu akan mengetahui semuanya dan pada saat itu Ciangbunjin dari tujuh partai besar tentu tak akan melepaskan aku lagi, mereka mempunyai jumlah orang yang sangat banyak dan pengaruhnya besar, jika mereka bersatu padu mengerubuti aku seorang diri kiranya aku bukanlah tandingan mereka" ***.
*** Lu cie mengerutkan alisnya, tanyanya dengan dingin.
"Bagaimana? Apa sudah jera, tak berani pergi-Hoa Suan?"
Dengan gusar membentak..
"Meskipun engkau ada seratus orangpun aku punya ching Toako juga tak akan memandang sebelah matapun"
Cou Tiong Ku kenal akan Hoa Suan, dengan nada dingin katanya "Kau lima orang bersaudarapun boleh bersama-sama datang juga"
Habis berkata ia memberi tanda kepada Lu cie dan balikkan tubuhnya berjalan pergi..
Hoa Suan mendengus, kepada Boan ching ia berkata.
"ching Toako, pengaruh dari tujuh partai sangat besar, kita tak usah memperdulikan mereka itu, lebih baik kita langsung pergi berkunjung kegunung mereka, aku kira pada waktu itu ketua partai mereka mau tak mau harus keluar sendiri"
Boen ching setelah termenung sejenak, pikirnya ucapan itupun ada benarnya, orang ini dengan sendirinya tak mempunyai ganjelan apa-apa, perlu apa bentrok dengan mereka, jika ada yang luka atau binasa juga tak mendapatkan kebaikan bagi dirinya.
Tetapi waktu itu sekonyong-konyong dari belakang dua orang pemuda itu terdengar suara orang yang sedang berkata.
"Kedua orang tak mau menghindari pertemuan itukah? aku kira tak begitu mudah.
jika memangnya kau Boen ching telah menjadi takut untuk menghadiri pertemuan tersebut, lebih baik bunuh diri saja sekarang ini."
Boen ching menoleh kebelakang memandang ternyata mereka itu adalah sute dari ketua Kong tong pay yaitu Ben Loei ci dan Bun cing ci dua orang Toosu itu.
***.
*** Ia sadar ditempat ini, disekelilingnya penuh dengan orang- orang tujuh partai yang mengawasi segala gerak geriknya, pikirnya.
"Meskipun engkau mempunyai banyak orang, kalian mau apa, aku tak takut kalau tak dapat meloloskan dari kepungan kalian"
Lalu katanya pada Hoa Suan.
"Adik suan, engkau berangkatlah terlebih dahulu kegUnung Yi San, aku akan mencoba-coba melihat seberapa besar dari tujuh partai, kemudian akan menyusul padamu"
Hoa Suan mengangukkan kepalanya, ia tahu ginkang Boen ching sangat tinggi, jika Boen ching berkata demikian berarti ia tak melawan mereka secara kekerasan.
jika ia memaksa akan ikut, malah mungkin akan merepotkan Boen ching saja, berpikir sampai disini maka berangkatlah ia menuju kepintu kota sebelah timur.
Boen ching tertawa kepada Ben Loie ci dan Bu cing ci ia berkata.
"Harap kau dua orang suka membuka jalan"
Perkataan ini meskipun kelihatannya bermaksudkan bahwa ia tidak akan melarikan diri, tetapi sebenarnya adalah untuk mencegah dua orang toosu tua itu melakukan pengejaran terhadap Hoa Suan-Bu cing ci dan Ben Loei ci tertawa tergelak.
ujarnya.
"Sungguh tak mengecewakan sebaagai murid dari Thian Jan Shu"
Dengan dingin jawab Boen ching.
"Dua orang toatiang telah salah menerka, suhuku adalah Ie Bok Tocu dari pulau Ie Bok To"
Boen Loie ci dan Bu cing ci menjadi tertegun ketika mendengar suhunya bukan Thian Jan Shu melainkan Ie Bok Tocu, dua orang toosu tua itu menjadi terkejut, jika Thian Jan Shu masih tidak mengapa, karena ia telah binasa, sehingga dirinya tak usah menghawatirkan, tetapi jika Ie Bok Tocu, ia masih hidup, terhadap urusan ini tentu ia akan ikut campur tangan-Terdengar Boen ching berkata.
"Buka jalan" ***. *** Dua orang toosu tua itu tertawa dingin, pikirnya.
"Kalau Ie Bok Tocu lalu mau apa? pengaruh dari tujuh partai sangat besar, bukanlah dapat diganggu semaunya saja."
Tubuh Boen Loie ci dan Bu cing ci berkelebat mendahului berjalan dimuka setelah keluar dari kota Tay An mereka berlari menuju kegunung Thay San, Boen ching segera mengempit perut kudanya dan mengikuti berjalan dibelakang dua orang tosutua itu menuju kegunung Thay san- Setelah sampai disuatu lembah yang sempit nampak didepannya telah tak ada jalan lagi.
ternyata lembah itu adalah suatu lembah buntu, membuat hatinya menjadi kecewa.
Tampak Bu cing ci sambil membalikkan tubuhnya dengan tertawa berkata.
"Didunia kangouw kau telah menyiarkan khabar bohong, sehingga merusak pandangan baik orang2 dunia kangouw terhadap kami tujuh partai besar ini, terpaksa kami akan menyuruh kau terkubur ditempat ini untuk selamanya"
Boen ching balikkan tubuhnya memandang kebelakang terlibat dibelakang tubuh nya telah berkerumun ratusan orang banyaknya jago-jago dari Bu lim semuanya itu telah memutus jalan mundur dirinya, dalam hatinya diam-diam merasa terkejut, pikirnya.
"Kiranya mereka sejak tadi telah mengadakan persiapan ditempat ini menunggu aku, tak terkira karena aku tak kenal akan keadaan tempat ini sehingga terjebak oleh perangkap mereka".
Ratusan orang jago2 Bulim yang berada di situ telah mencabut keluar senjata mereka, Bu cing cie dan Ben Loei ceipun mencabut keluar pedangnya sambil tertawa dingin ujarnya.
***.
*** "Menurut pandanganku lebih baik kau bunuh diri saja, yang pasti hari ini kau tak akan dapat keluar dari tempat ini dalam keadaan hidup".
Boen ching memandang sekeliling tempat itu, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ia segera turun dari kudanya, sambil mencabut pedangnya ke luar, Boen ching lari menuju kedinding tebing dihadapannya.
Boen Loie cie dan Bu cing cie segera menghindar kesamping sambil tertawa terbahak-bahak katanya.
"Diatas dinding itupun telah siap orang-orang dari pihak kami, lebih baik kau jangan memikirkan yang bukan2 untuk melarikan diri melalui tebing itu"
Ketika Boen ching dongakkan kepalanya, tampak berpuluh- puluh jago Bulim muncul di atas tebing dinding itu, hatinya diam-diam merasa terkejut, tak terkira pengaruh dari tujuh partai demikian besarnya hanya dalam waktu yang singkat itu telah dapat mengumpulkan sedemikian banyak jago-jago dari Bu lim ketempat ini, jika dilihat kepandaian dari orang2 itu tidaklah rendah, mungkin mereka adalah anak murid dari tujuh partai besar.
Ia memandang sekejap pada orang-orang itu kemudian dengan nada yang sangat dingin ujarnya.
"Tak kusangka yang disebut tujuh partai besar dari daerah Tionggoan tak lain dan tak bukan adalah kawanan cecunguk semuanya".
Boen ching cie tertawa dingin, ujarnya.
"Terhadap murid Thian Jan Shu tak ada yang dapat dibicarakan lagi, jika kau akan mengadukan urusan ini nanti setelah sampai diakhirat, adukaniah urusan ini seluruhnya pada Giam Lo ong.
Boen ching membalikan tubuhnya dan melancarkan serangan hebat, Boen cing ci dan Ben Loei ci segera menangkis dengan pedangnya, sedang anak murid dari tujuh partai besar yang berada dikanan kiri semuanya maju ***.
*** mengerubut, berpuluh macam senjata dari empat penjuru menyerang kearahnya.
Boen ching dengan gusar membentak dengan keras, ia melancarkan tujuh kali tendangan sekaligus, tendangannya yang secepat kilat itu membuat tujuh buah senjata terlempar lepas, tetapi saking banyaknya jago-jago Bulim yang mengerubutinya dengan kekuatannya seorang diri, mana ia dapat menahannya, meskipun ia berhasil menendang terbang tujuh buah senjata, tetapi tetap tidak dapat menghindarkan diri dari kerubutan jago-jago Bulim sebanyak itu, bajunya telah robek satu lubang besar terkena sambaran pedang pihak lawan tujuh orang.
Ben Loei ci mendengus, tak disangka Boen ching yang dikepung oleh demikian banyak jago-jago Bu lim itu ternyata masih berani melancarkan tendangan untuk balas menyerang musuh, tetapi meskipun demikian, kiranya Boen ching juga tak dapat lolos dari kematian dalam sepuluh jurus mendatang.
Pedang Boen ching menekan dengan keras kebawah, membuat pedang seorang lawannya di tekan, tangannya segera menyambar dan melemparkannya tubuh itu kebelakang.
Ia tahu jika dengan kekuatan sendiri, untuk lolos dari kepungan musuh adalah tidak mungkin akan terjadi.
satu- satunya jalan baginya untuk meloloskan diri adalah menawan musuh untuk dijadikan tameng terhadap serangah pihak lawan- Setelah ia melontarkan tubuh orang itu segera menyambar pula seorang lagi diputar sedemikian rupa disekeliling tubuhnya kemudian melemparkannya kebelakang untuk kemudian menerjang maju.
Ben Loei ci dan Bu ching ci nampak hal itu menjadi terkejut, tubuhnya segara berkelebat sambil bersama-sama ***.
*** mengerang kearah Boen ching untuk menutup jalan mundur baginya.
Ketika Boen ching nampak dua orang toosu tua itu memutar kedepan tubuhnya sambil melancarkan serangan, tangan kirinya yang baru saja akan diulurkan keluar terpaksa ditarik kembali, sedang ditangan kanannya dengan sekuat tenaga menyabet, menyapu jatuh lima bilah pedang, sedang badannya membungkuk menghindar, tetapi tangan kirinya tidak tinggal diam dan melancarkan tusukan kearah pihak lawan, tetapi malang baginya.
tahu-tahu seorang lawan disisinya telah membacokkan senjata nya yang menyebabkan tangan kirinya terluka.
Boen ching mendengus, sebaliknya Bu cing ci dengan kawan-kawannya menjadi girang teriaknya.
"
Lekas serbu dan kepung rapat-2"
Boen ching dengan gusar membentak, tubuhnya berkelebat secepat kilat dan melayang turun diluar kalangan.
Semua orang yang nampak hal ini dengan cepat maju kedepan dan mengepung rapat2 Boen ching lagi tetapi karena orangnya yang terlalu banyak itu menyebabkan sebagian yang sebenarnya berada dideret paling depan dan mempunyai kepandaian yang agak tinggi ini malah menjadi sukar untuk maju.
Boen ching tidak mau memperdulikan luka yang diderita dilengan kirinya itu, dia membentak keras pedangnya melancarkan serangan gencar dengan paksa ia mendesak mundur delapan buah senjata, sedang kedua kakinya melancarkan tendangan berantai memaksa orang-orang yang berdiri dibelakangnya, tangan kirinya menyambar lagi seorang dan menggunakannya sebagai senjata menyapu keempat penjuru, nampak hal ini semua orang tak berani menangkis takut kena kawan sendiri.
***.
*** Boen ching memutar tenang tubuh orang itu sambil menerjang keluar, tetapi baru saja dia menerjang setengah jalan, Bu cing ci dan Ben Loei ci telah datang menyerbu, tangan nya terpaksa melepaskan dan melemparkan tubuh orang itu, kemudian dengan menggunakan ginkangnya "Shen Au Ban Li"
Atau suara meraung laksa li, melayang kearah luar kalangan-BARISAN Jago-jago Bu-lim itu menjadi terdesak.
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan melayangkan tubuhnya kali ini ia berhasil menerjang maju sepuluh langkah lagi, sedang orang-orang yang berada dihadapannyapun makin berkurang, pedangnya ber-turut2 menyontek membuat senjata lima orang yang menerjang disisinya terlepas, sedangkan tubuhnya melanjutkan menerjang melayang keluar lembah.
Bu cing ci dan Ben Loei ci menjadi sangat gusar, tetapi mereka juga tidak dapat berbuat apa2, sebenarnya dua orang toosu tua itu mengira Boon ching tentu akan mati dilembah itu tak dinyana ia berhasil meloloskan diri dari kepungan yang rapat Itu.
Se-konyong2 muncul seseorang dihadapan Boen ching yang sedang menerjang, tubuhnya tertahan oleh Kebutan baju orang itu.
Boen ching nampak jalan keluarnya tertutup lagi, menjadi sangat terkejut dan gusar, ketika ia mendongakkan kepalanya tampak orang yang baru datang itu ternyata seorang pendeta tua, ia tak dapat mengingat diantara orang partai besar itu siapakah yang mempunyai kepandaian yang sedemikian tingginya, sekalipun dia dalam keadaan terluka, ketua tujuh partai besar manapun kalau turun tangan sendiri juga belum tentu memaksanya untuk mundur.
Bu cing ci dan Ben Loei ci ketika nampak pendeta yang baru datang itu hatinya menjadi sangat girang, kiranya pendeta yang baru datang itu adalah suheng dari ketua Kun lunpay Jian ciuthaysu.
Dan yang tidak menginginkan ***.
*** kedudukan sebagai ciangbunjin dari partai Kun lunpay.
ia mengalah dan menyerahkan kedudukan ketua itu kepada Kiem Kiam-siucay atau Sastrawan berpedang emas, chiang Thian Yu.
Selama hidupnya ia hanya gemar untuk mengunjungi tempat-tempat kenamaan- selamanya tak pernah ia mau ikut campur dunia kangouw, ternyata tak disangka ini hari dapat muncul ditempat ini.
Dua orang tosu tua itu dengan tergesa-gesa maju kedepan dan memberi hormat kepada Jian ciu thaysu sambil berkata.
"Thaysu, apakah selama ini baik2 saja."
Jian ciu thaysu membalas hormat dua orang toosu tua itu dan memandang sejenak pada wajah mereka, lalu katanya.
"Dua orang toaheng berbuat demikian- mungkin tak dapat diterima dalam peraturan dunia kangouw."
Boen ching yang nampak Jian ciu Thaysu demikian dihormati tiap2 orang yang hadir di tempat itu, ia malah ingin melihat dengan cara bagaimanakah ia akan mengambil tindakan selanjutnya.
Terdengar Ben Loei ci berkata.
"Thaysu, harus mengetahui, aku dua orang berbuat demikian, bukannya untuk kepentingan Khong tong Pay kami saja, adalah tujuh partai besar bersama-sama memutuskan untuk berbuat demikian"
Dalam ucapan ini ia telah memperlihatkan rasa tidak puasnya, bagaikan ucapan Jian ciu Thaysu yang menyatakan tindakannya itu tidaklah seharusnya diucapkan keluar.
Sepasang alis Jian ciu Thaysu menjadi berdiri, ia menyapu sejenak orang-orang yang hadir ditempat itu, nampak anak murid tujuh partai besar semuanya hadir, lalu tanyanya.
"Dua orang tooheng berbuat demikian, apakah ciangbunjin-ciangbunjin dari tujuh partai besar telah menyetujui semuanya?" ***.
*** Bu cing ci nampak Boen ching telah terhalang jalan perginya, tetapi juga takut Jian ciu Thaysu tak mau memberi bantuannya.
lalu berkata.
"Pokoknya ciangbujin dari partai Kun-lunPay si Sastrawan berpedang emas, chiang Thian Yu juga telah menyetujuinya"
Dalam perkataannya ini mengandung arti bahwa engkau adalah orang Kun lunPay, dan Kum lun Pay telah menyetujui untuk berbuat demikian, sekalipun kau Jian ciu Thaysu adalah suheng dari si Sastrawan berpedang emas, tetapi juga tak dapat menghalang-halangi urusan ini.
Dalam hati dalam2 Jian ciu Thaysu menjadi gusar, tak disangka si Satrawan berpedang emas chiang Thian Yu tambah lama bertambah tidak keruan tindakannya.
Bu Kie chie orangnya sangat lincah dan kejam ternyata chiang Thian Yu malah sering berkumpul dengannya dan kini menyuruh anak murid Kun lun Pay mengerubuti seorang pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan ini, sekalipun orang ini besar dosanya.
Kun lun Pay sebagai suatu partai murni juga tak dapat berbuat demikian-Dengan perlahan-lahan ia mengulangi pertanyaannya lagi.
"Entah apakah ciang bunjin2 dari tujuh partai besar telah menyetujui untuk berbuat demikian?"
Bu cing ci tak berarti berbohong, katanya.
"Ketua Siauw limpay, Hay Goat Thaysu tidak menginginkan Siauw limpay terlibat dalam perbuatan didunia kangouw, apa lagi pemuda ini dahulu telah lolos dari pukulannya, sehingga anak murid Siauwlimpay tidak ikut ambil bagian hari ini."
Jian ciu Thaysu mendengus, selamanya ia paling menghargai dan hormati, sikap serta kepandaian Hay Goat Thaysu, terhadap partai-partai yang lain sekalipun terhadap Sing Ko Toosu yang menjabat sebagai ketua Butong Pay, ia masih menganggap mereka terlalu mementingkan diri sendiri dan mencari nama, kini setelah mendengar Siauw limpay tidak ***.
*** ikut serta, ia merasa lebih tidak puas lagi terhadap sutenya Kiem Kiam Siucay"
Ching Thian Yu. Ia palingkan kepalanya dan bertanya kepada Boen ching.
"Engkau sebagai anak murid dari Thian Jan Shu, apakah kini hendak mencari orang-orang dari tujuh partai besar untuk menuntut balas atas kematian suhumu Thian Jan Shu?"
Boen ching tertawa-tawa, sahutnya.
"Menuntut balas memang perlu, tetapi aku bukan murid dari Thian Jan Shu"
Juga bukan karena kematiannya lalu aku datang menuntut balas, Thian San chiet Kiam waktu itu telah menolong aku, kini akupun ingin menuntut balas kepada mereka-mereka itu karena mereka telah membunuh mati Thian San chiet Kiam, bahkan memukul aku hingga hampir mati, jika bukannya suhuku Ie Bok Tocu telah menolongku, sejak dahulu aku telah tewas".
Setelah mengucapkan kata-kata ini, seluruh jago-jago Bu lim yang hadir ditempat itu menjadi gempar Jian ciu They sudah berubah wajahnya, dengan gusarnya ia berkata.
"Engkau bilang ciangbunjin dari tujuh partai besar telah membunuh mati Thian San chiet Kiam?"
Dengan dingin jawab Boen ching.
"Benar, waktu itu ketua Siauw limpay, Hay Goat Thaysu tak tahu akan hal yang sebenar nya, tetapi setelah terjadinya peristiwa itu iapun telah mengetahui hal yang sebenarnya telah terjadi".
Jian ciu Thaysu agak tidak percaya terhadap ucapan itu, Boen ching nampak ratusan orang yang berada disana tertegun semuanya, dengan lantang lanjutnya.
"Mereka ingin membunuhku juga karena aku mengetahui rahasia ini, bahkan ilmu silat peninggalan Thian Jan Shu yang tertera pada tujuh buah Hioloo kuno itu juga telah di bagi2kan ***.
*** oleh ciangbunjin dari tujuh partai besar itu, masing-masing orang mendapat satu buah Hioloo".
Setelah Boen ching berkata demikian, mau tak mau Jian ciu thaysu pun menjadi percaya, ia termangu- mangu, sepuluh tahun berselang memang benar "Kiem Kiam Siucay", ching Thian Yu membawa pulang sebuah Hioloo kuno, sejak itu pula ketua tujuh partai besar telah menutup diri tak berkelana lagi didunia kangouw, tak disangka semuanya itu ternyata mempunyai hubungan dengan peristiwa sepuluh tahun berselang dipuncak IHwee Ing.
Wajah Bu cing ci menjadi pucat pasi, kepada Jian ciu thaysu ia berkata.
"
Boen ching ini tak dapat dibiarkan pergi."
Jian ciu thaysu yang sedang ragu-ragu, pedang Boen ching telah melancarkan serangan hebat kearahnya, sebenarnya dia dapat melancarkan pukulan untuk menahannya, tetapi dia tidak ber buat demikian- Ben Loei ci dan Bu cing ci segera bersama-sama maju menyerang Boen ching.
Boen ching menarik kembali pedangnya dan melancarkan serangan dengan menggunakan ilmu "Huan Ie Bok Kiamhoat"
Ilmu pedang "Ie Bok Kiam Koat"
Saja sudah sangat aneh, apalagi ilmu pedang "Huan Ie Bok Kiam Hoat ini jauh lebih aneh lagi bahkan sangat berlawanan dari kebiasaan orang menggunakan pedang.
tiap jurus yang dilancarkan pun sangat aneh sekali.
Dalam sekejap mata saja ia telah melancarkan lima kali serangan Jian ciu thaysu, Bu cing ci dan Ben Loei ci terdesak mundur terus, tahu-tahu tubuh Boen Ching bagaikan elang raksasa melayang ketengah udara dan lari turun gunung.
Jian Ciu-thaysu memandang bayangan Boen Ching hingga lenyap dari pandangan, ia menghela napas, ia tahu jika dia sebagai Boen Ching tentu akan berusaha untuk menyapu bersih orang2 dari Kun lunpay.
***.
*** Tubuhnya segera berkelebat turun gunung dan kembali kegunung Kun lun san, urusan ini dia pasti akan menanyakannya lebih jelas lagi kepada "Kiem Kiam siu-cay"
Chiang Thian Yu,jika memangnya ia berbuat demikian, terhadap kemajuan Kun lunpay pada masa yang akan datang tentu akan mengalami kesulitan- Siauwlimpay berbuat bagaimana, Kunlunpay harus pula berbuat bagaimana.
Bu Cing Ci dan Ben Loei Cipun ter-mangu2 dengan lolosnya Boen Ching kali ini, berarti pula runtuhnya nama baik tujuh partai besar.
-oo0dw0oo- DENDAM KESUMAT SELAMA 10 TAHUN.
BOEN CHING yang nampak sikap Jian Ciu thaysu demikian, ia menjadi beranggapan mungkin dengan sikapnya itu ia berusaha untuk menjaga nama baik Kunlunpay dan mengulangi kembali peristiwa sepuluh tahun yang lalu dipuncak Hwee Ing, maka tidak menunggu sampai Jian ciu thaysu mengambil keputusan, ia sudah melancarkan serangan dan menerjang keluar dari lembah itu.
Setelah keluar dari lembah sempit itu, pikirnya.
"Jika aku langsung turun gunung, tentulah di bawah sana telah penuh dengan orang-orang tujuh partai besar yang mencegat jalan keluar lebih baik aku lari keatas gunung dan sementara menghindarkan diri dari orang-orang tujuh partai besar, baru kemudian turun gunung pergi mencari jejak dari Hoa Suan"
Dia berputar-putar diatas gunung beberapa waktu, tetapi malang baginya ia malah tersesat dan tak menemukan kembali jalan keluar untuk turun gunung, dalam keadaan yang cemas itu, tiba-tiba nampak olehnya didepannya terbentang suatu hutan bambu yang sangat lebat, dengan perlahan ia berjalan menuju kehutan tersebut.
***.
*** Ketika berjalan sepuluh langkah kehutan bambu itu, suatu angin berhembus datang yang menyebabkan daun-daun bambu membuka sebuah bayangan sangat dikenalnya terbentang dihadapannya, hatinya terasa akan melompat keluar diatas batu besar didalam hutan bambu itu duduklah seorang siucay, orang itu tak lain dan tak bukan adalah suhunya yang belum berselang lama berpisah dengannya, Ie Bok tocu, Shie Yun Ku.
Baru saja Boen ching akan berjalan menuju kesana, dari jauh terdengar suitan nyaring yang makin lama makin mendekat dan telah memasuki hutan bambu itu, diam-diam hatinya merasa terkejut orang yang baru datang itu sudah dapat diketahui tingginya kepandaian yang dimiliki hanya dari suara suitan nyaring itu saja.
Suitan nyaring itu secepat kilat makin lama makin mendekat, sebuah bayangan abu-abu berkelebat masuk kehutan bambu itu.
Boen ching menjadi tertegun, dengan per-lahan2 mengintip kedalam hutan bambu itu, ginkangnya adalah ajaran langsung dari Ie bok Tocu sehingga ia dapat dihitung sebagai jago yang berilmu tinggi didalam dunia kangouw, ditambah lagi d angan suara angin yang keras dari suara daun bambu membuat dua jago Bu Lim yang duduk didalam hutan bambu itu sedikitpun tidak merasakan kalau ada seorang yang lagi mengintip gerak gerik mereka itu.
Ketika ia makin mendekat dan mulai mengintip.
begitu tampak orang yang duduk dihadapan ie bok Tocu, hatinya merasa sangat terkejut, Pakaian dan wajah orang itu persis "Thiat Peh Tok Cau"
Mo Cing bagaikan pinang dibelah dua, hanya orang ini jauh lebih tua usianya.
Dua orang itu berdiam diri sejenak, kemudian terdengar dengan dingin orang itu berkata kepada Ie bok Tocu.
"Engkau mencari aku entah mempunyai urusan apa?" ***.
*** "Ternyata tak salah dugaanku, kalau begitu kau tentunya murid Thian Jan Shu Cianpwee waktu itu, dan kini membuat namamu membuat orang berubah wajahnya jika mendengarnya Tok Thian Cun"
Boen Ching yang berada diluar hutan ketika mendengar hal ini, hatinya saking terkejutnya hampir saja melompat keluar, pikirnya.
"Kiranya orang ini adalah Tok Thian choen si-raja racun, tak kusangka di adalah murid dari Thian Jan Shu.
tak heran kalau kepandaiannya sangat tinggi"
Tok Thian cun dengan dingin berkata..
"Aku adalah Tok Thian cun, tetapi dari dahulu aku tidak mengakui Thian Jan Shu sebagai suhuku, jika aku tidak salah ingat engkau tentu adalah puteri Tan coe Coen Shi Yun Ku"
Ie Bok Tocu tersenyum jawabnya.
"Engkau juga tidak salah menerka, aku adalah putri Tan coe Coen Shie Yun Ku, peristiwa dua puluh tahun yang lalu apakah kau masih mengingatnya?"
Tok Thian cun tertawa dingin, sahutnya.
"Apakah ingin tahu jejak dari puterimu?"
Ie Bok tocu menganggukkan kepalanya, jawabnya.
"Sudah hampir sepuluh tahun, aku masih tetap mencari jejak puteriku"
"ooh..."
Pada matanya memancarkan sinar yang aneh, kemudian dia lanjutnya.
"Sudah dua puluh tahun, aku ingin mencoba bagaimana hebatnya kepandaian dari puteri Tan Coe Coen"
Sehabis berkata tangannya melancarkan tiga kali serangan kearah Ie Bok tocu.
Ie Bok tocu yang nampak Tok Thian Coen ingin menjajal kepandaiannya, ia tertawa tawar, tubuhnya melayang ***.
*** ketengah udara, dengan seenaknya ia menghindarkan diri dari pukulan yang dilancarkan Tok Thian Coen itu.
Mata Tok Thian Toen memancarkan sinar tajam, sedang pada mulutnya ia berkata.
"Bagus sambutlah seranganku ini"
Tangannya melancarkan lagi lima kali serangan berturut- turut, lima buah serangan ini semuanya ditujukan keseluruh tubuh Ie Bok tocu.
Tubuh Ie Bok Tocu berkelebat lagi dan ternyata dengan cepat dapat menghindarkan diri dari seluruh pukulan itu.
Boen ching yang berada disampingnya, nampak yang terkena pukulan Tok Thian coen yang ke tiga kaki dibelakang Ie Bok tocu, semuanya tertera delapun buah telapak tangan yang berwarna hitam gelap.
dan melesek tiga dim dalamnya pada bambu itu, diam-diam ia merasa terkejut, kepandaian dari Tok Thian coen ini tak terkira tingginya hingga sukar diukur.
Tok Thian coen yang nampak ginkang Ie Bok tocu demikian hebatnya, ia membentak nya lagi.
"Bagus, sambut sekali lagi"
Tubuhnya berkelebat dan sekaligus melancarkan delapan belas kali pukulan ke arah Ie Bok Tocu. Ginkang Ie Bok tocu adalah nomor wahid didunia Kangouw, tubuhnya melayang keudara dan mengeluarkan ilmu "Hui Sie Yu Seh"
Atau terbang melayang bermain serat, tubuhnya lantas saja segera melayang-layang ditengah udara.
Dengan tanpa gentar sedikitpun, ketika angin pukulan sampai, ia baru melayang menghindar, delapan belas pukulan Tok Thian coen tak satupun yang dapat mencapai sasarannya.
Tubuh Tok Thian coen bergerak mundur dengan tanpa perubahan sedikitpun wajah nya, ia berkata.
***.
*** "Puteri Tan Coe Thoen sungguh-sungguh hebat kepandaiannya"
Ie Bok Tocu tertawa tawar, sahutnya.
"Tingginya kepandaian Tok Thian cun ternyata dapat memadai kepandaian Thian Jan Shu waktu itu, aku hanya mengandalkan ginkangku untuk menghindar, tak dapat dikatakan kepandaian yang sangat hebat"
Tok Thian Coen seperti tidak ingin melihat senyum dibibir Ie Bok Tocu, sinar matanya menajam, katanya.
"Waktu itu Thian Jan Shu karena Tan Coe Coen belum juga memenuhi janjinya, telah memerintahkan aku untuk membawa pergi puterimu dan meninggalkan surat minta kamu sekalian datang bertempur, apakah kamu tidak mengetahui semuanya itu?"
Mata Ie Bok Tocu agak merasa pedih, sejenak kemudian katanya.
"Kiranya demikian, entah puteriku sekarang berada dimana, dapatkah kau memberitahukannya kepadaku?"
Dengan dingin jawab Tok Thian Coen.
"Puteri Thian Jan Shu telah membawanya pergi, berita dan jejak selanjutnya aku tak tahu"
Ie Bok Tocu menjadi tertegun, ia ter-mangu2 dan duduk mematung disana, ia mengira jika dapat mencari Tok-Thian- Coen tentu dapat mencari kembali puterinya, tetapi tak disangka ternyata tetap tidak dapat menemukannya.
Tok Thian Coen nampak keadaan Ie Bok Tocu yang sangat menyedihkan itu, matanya memancarkan sinar yang aneh, kemudian ujarnya.
"Nona Shie sampai jumpa lagi dilain waktu"
Sehabis berkata tubuhnya berkelebat menghilang ditengah hutan bambu.
***.
*** Ie Bok Tocu nampak Tok Thian coen telah pergi, dengan perlahan ia menghela napas tak tertahan ia meneteskan air matanya.
Dengan cepat Boen ching bangun berdiri.
Ie Bok Tocu segera memalingkan kepalanya baru akan membuka suara, nampak yang datang ternyata adalah Boen ching, bibirnya hanya sedikit bergerak.
kemudian katanya.
"Kiranya adalah anak ching yang datang"
Boen ching segera berteriak dengan keras.
"Suhu "
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ie Bok tocu merangkul Boen ching dengan mesranya, air matanya meleleh keluar dari kelopak matanya. Boen ching tahu ia sedang memikirkan putrinya, teriaknya.
"Suhu engkau jangan menangis, jejak Siauw In sumoay aku telah mengetahuinya"
Tubuh Ie Bok tocu menjadi gemetar, ia mendorong tubuh Boen ching dan bertanya.
"Anak ching, engkau bilang apa?"
Sahut Boen ching dengan cepat.
"Siang tadi aku baru bertemu dengan Siauw In sumoay, tetapi dia telah tidak mengingat semuanya, aku terpaksa datang mencari suhu, tak disangka secara kebetulan dapat bertemu ditempat ini"
Ie Bok Tocu menjadi sangat girang, ia segera menghapus air matanya, Boen ching tidak menanti sampai Ie Bak Tocu membuka mulut bertanya, telah mulai menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan si iblis wanita berwajah cantik diloteng rumah makan "Lay Hong to"
Selesai mendengar cerita Boen ching itu, Ie Bok tocu merasa entah ia harus bergirang atau harus berduka, ia takut untuk pergi mencari si iblis wanita berwajah cantik itu, takut ia tak mau mengenalinya lagi, tetapi tak pergipun tak dapat, kemudian ia dongakkan kepalanya memandang keadaan ***.
*** cuaca, waktu itu haripun telah hampir gelap.
setelah ragu- ragu sejenak kemudian katanya.
"Anak ching, cepat kau bawa aku pergi kesana, coba lihat apakah Siauw In masih berada disana"
Boen ching d angan cepat menganggukkan kepalanya, dua orang itu segera lari turun gunung Thay An, dan lari menuju kota Thay An. Sesampainya dikota Thay An, dua orang itu langsung menuju ke loteng rumah makan "Lay Hong Lo"
Ketika mereka telah tiba dirumah makan itu, Ie Bok tocu menahan tubuh Boen ching.
ia tidak diperkenankan Boe ching langsung masuk kedalam, sambil menarik tangan Boen ching dengan riangnya Ie Bok Tocu melompat naik ke atap loteng itu, kemudian mengintip kedalam.
Ketika Boen ching menundukkan kepalanya memandang, ternyata iblis wanita berwajah cantik dengan dua orang pelayannya itu masih belum pergi dari rumah makan itu.
Tiga orang gadis itu duduk menjadi satu, diatas meja masih terdapat sisa2 dari sayur dan arak.
tak berapa jauh dari tiga orang gadis itu berdiri enam orang laki2, keenam orang itu agaknya baru saja naik ke atas loteng, tampak dengan wajah gusar mereka memandang si iblis wanita berwajah cantik itu.
Boen Ching palingkan wajahnya meman-dang Ie Bok Tocu, tampak dia bagaikan sedang termangu- mangu memandang ke dalam, sedang matanya telah penuh dengan air mata.
Ie Bok Tocu menarik tangan Boen Ching, dengan bersama- sama mereka melayang turun ke belakang tiga orang gadis itu, baru Boen Ching mau membuka suara tetapi Ie Bok Tocu telah menggelengkan kepalanya.
Boen Ching melibat mata suhunya itu sedang memandang terpesona pada bayangan iblis wanita berwajah cantik itu, tubuhnya tak bergerak sedikitpun, ia bagaikan tidak menginginkan iblis wanita ***.
*** berwajah cantik itu tahu akan kehadirannya, pandangan pertama ia telah mengenal gadis ini adalah puterinya, tetapi jika misalnya iblis wanita berwajah cantik ini tak mau mengenalinya ? lalu bagaimana ? lebih baik sekarang juga ia memandang hingga puas bayangan itu.
Enam orang lelaki itu seperti tidak melihat atas kehadiran dua orang itu, hanya dengan gusar mereka memandang iblis wanita berwajah cantik itu.
Terdengar iblis wanita berwajah cantik itu dengan dingin mendengus, ujarnya.
"Kamu enam orang telah datang terlambat"
Salah satu dari keenam orang lelaki itu membentak.
"
Kembalikan jiwa Toako kami "
Sehabis berkata ia menubruk maju dengan hebatnya.
iblis wanita berwajah cantik itu membalikkan tangannya dan melemparkan dua batang sumpit yang melayang secepat kilat kearah orang itu dan menancap dikedua mata laki-laki itu, ia menjerit ngeri dan jatuh di atas tanah, sedang kedua tangannya dengan serabutan mencakar dahinya.
Seorang lelaki lagi maju menubruk.
iblis wanita berwajah cantik itu tertawa dingin, tangannya menyambar cangkir arak yang berada diatas meja dan dilemparkan kearah orang itu, cangkir arak itu dengan keras melesak masuk kedalam dahinya, orang itu mati seketika itu juga.
Sisanya empat orang, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, dan bersama-sama menubruk ke arah iblis wanita berwajah cantik, ia tertawa dingin, badannya berkelebat, tahu2 tubuh keempat orang itu terpental jatuh kebawah loteng terkena serangan pukulan telapak tangannya, dengan diiringi suara jeritan ngeri.
Saking kagetnya Boen ching menjadi berdiri tertegun disana, untuk pertama kalinya ia melihat iblis wanita berwajah cantik itu turun tangan dengan demikian ganas dan kejamnya, tadi siang dirinya masih memandang terpesona padanya, tetapi kini iblis wanita berwajah cantik itu tertawa dingin lagi, ***.
*** ia membalikkan tubuhnya, tetapi begitu nampak dua orang yang sedang berdiri tertegun disana, wajahnya tiba2 berubah menjadi pucat, setelah memandang terpesona pada dua orang itu, segera ia membalikkan tubuhnya, ia lari turun loteng, sedang dua orang pelawan itu menoleh kebelakang, tetapi begitu memandang merekapun segera balikkan tubuhnya dan melarikan diri.
Boen ching sebenarnya akan mengejar ke arah mereka, tetapi tampak Ie Bok Tocu tetap tidak bergerak.
ia lalu menoleh memandang, ia tampak Ie Bok Tocu sedang termangu- mangu berdiri mematung disana, air matanya menetes membasahi pipinya, sedang sepasang matanya masih memandang kursi di mana iblis wanita berwajah cantik itu tadi duduk.
Boen Ching nampak Ie Bok Tocu menjadi bersedih hati, dengan halus dia memanggil.
Tetapi Ie Bok Tocu bagaikan tak mendengarnya, ia tetap masih berdiri ter-mangu2 disana.
Sejenak kemudian, dengan perlahan Ie Bok Tocu menggumam.
"Ia telah pergi ..."
Selama belasan tahun ia merindukan puterinya, tetapi ini untuk pertama kalinya dia bertemu, ia melihat puterinya ternyata adalah seorang gadis yang sangat kejam, hampir saja ia tak percaya pada matanya sendiri, tetapi semuanya ini benar2 terjadi, masih ada dua orang yang penuh dengan darah menggeletak mati di hadapannya.
Tubuh Ie Bok Tocu menjadi ter-huyung2, dengan cepat Boen Ching memegangnya, dalam hatinyapun ia merasa bersedih hati, tetapi kemudian katanya.
"Suhu, mungkin Siauw Ing Sumoay hanya satu waktu berbuat demikian, akhirnya ia tentu akan berubah" ***.
*** Ie Bok Tocu denganperlahan menghela napas, dia melirik pada Boen ching, selama hidupnya dia hanya menerima seorang murid saja, sebenarnya dia ingin mencari kembali puterinya tidak sesuai kalau dijodohkan pada Boen ching, sejak kecil Boen ching adalah dia yang membesarkan, dia tak dapat berbuat demikian sehingga menyusahkan muridnya.
setelah termenung sejenak.
ia tertawa tawar, katanya.
"Anak Ching, aku ingin pulang kepulau Ie Bok To, engkau seorang diri berkelana didunia kangouw haruslah banyak berhati-hati".
Boen ching dengan perlahan menundukkan kepalanya, Ie Bok Tocu bagaikan terhadap segala sesuatu sudah menjadi kecewa, ia juga tak dapat menghiburnya, agak lama baru ia dapat dengan perlahan memanggil.
"Suhu ..."
Belum Boen ching berkata, Ie Bok Tocu telah memotongnya.
"Anak ching, masih ingin berkata apa lagi?"
Boen ching dongakkan kepalanya, kata nya.
"Suhu anak ching tentu akan membawa Siauw In Sumoay kembali kepulau Ie Bok To, dia --- sifatnya yang sebenarnya bukanlah demikian".
Ie Bok Tocu tahu Boen ching dengan perkataannya ini hanya ingin menghibur dirinya, tetapi dalam hatinyapun ia merasa sangat berterima kasih padanya, pikirnya "Mempunyai murid yang demikian baiknya ini, tak kalah dengan putra sendiri, sungguh tidak mengecewakan jerih payahku selama bertahun-tahun mendidik dan membesarkan dia"
Sedang dia melamun Boen ching berkata lagi.
"Suhu apakah kau tidak melihat adanya perubahan pada wajah Siauw In Sumoay? dia tentu telah mengenali suhu, tetapi takut suhu memakinya, hingga dia lari pergi"
Ie Bok Tocu menjadi tenggelam dengan tertawa ia berkata.
"Anak ching, semoga apa yang kau katakan itu memang benar" ***. *** sehabis berkata ia termenung sejenak kemudian tambahnya.
"Anak ching, aku akan pulang"
Tubuhnya melayang dan turun kebawah loteng dengan cepatnya.
Boen ching menjadi tertegun, sungguh tak di sangka Ie Bok Tocu, mengatakan akan pergi dengan cepat iapun pergi dari loteng itu, segera ia mengejar ke bawah untuk menahan suhunya, tetapi mana dia dapat mengejar Ie Bok Tocu, ia tak melihatnya hatinya menjadi agak berduka.
Ia dongakkan kepalanya memandang dilangit nampak bulat yang melengkung itu memancarkan sinar yang redup2 dia berdiri berpikir sejenak, pikirnya.
"Kalau begitu lebih baik aku melanjutkan perjalananku kearah Timur, malam ini juga untuk mencari Hoa Suan, sebelum meninggal kakak nya telah menitipkan dia kepadaku, bagaimana aku tidak menjaga keselamatannya?"
Setelah berpikir sedemikian segera Boen ching melanjutkan perjalanannya menuju kegunung Yi San.
setengah malaman berjalan dengan cepatnya, sekejap mata fajarpun mulai.
Boen ching sudah merasa sangat lelah, karena telah melakukan perjalanan semalaman kini fajarpun sudah mulai menyingsing, ia mulai bersembunyi kedalam hutan, untuk beristirahat pada siang hari seperti ini ia tak dapat melakukan perjalanan cepat oleh sebab itu pada siang harinya ia beristirahat dan bersiap untuk pada petangnya melanjutkan perjalanan guna mencari jejak Hoa Suan- Ia berkelebat masuk kedalam hutan dan mulai duduk bersemedi untuk mengatur pernapasan, tiba2 terdengar suatu jeritan ngeri dari dalam hutan itu.
***.
*** Boen ching mendengar suara jeritan itu berasal dari arah sebelah kirinya, tubuhnya segera berkelebat dan menuju kearah suara jeritan itu berasal.
Sekali pandang saja pada orang itu ia telah dapat mengenalinya, hatinya jadi sangat terkejut.
orang itu ternyata adalah Thian Pek Tok cau, atau sipunggung baja cakar beracun, Mo cing yang baru saja berpisah beberapa hari dengannya.
Tampak kedua tangannya memegang anak kecil dan sedang menghisap darahnya dengan lahapnya, jeritan ngeri itu ternyata datang dari mulut anak kecil itu.
Melihat keadaan yang mengerikan itu tanpa terasa hatinya jadi merasa ngeri dan keder.
Segera ia memusatkan pikirannya, pada saat ini ia berada ditempat itu dan melihat kejadian yang mengerikan itu mana dapat ia hanya berpeluk tangan saja membiarkan hal ini terjadi dengan leluasa tanpa ada yang merintanginya pedangnya segera dicabut.
Baru saja akan menerjang keluar, tahu2 sebuah bayangan berkelebat memasuki hutan, begitu melihat orang yang baru datang itu hati Boen ching sekali lagi menjadi terkejut.
orang itu ternyata adalah si iblis wanita berwajah cantik yang baru saja berpisah kemarin malam, begitu ia muncul kedua pelayannya pun ikut muncul pula ditempat itu.
"Thian Peh Tok Tian"
Mo cing nampak kehadiran tiga orang gadis itu bagaikan tak mengetahui atas kehadiran tiga orang gadis itu, dengan lahap tetap menghisap darah anak itu.
Si iblis wanita berwajah cantik itu sekalipun adalah seorang yang ganas dan kejam, tapi selama hidupnya belum pernah ia melihat orang yang menghisap darah manusia dengan cara demikian, dia segera membentak sedang kedua tangannya melancarkan serangan kearah Mo cing.
***.
*** Mo cing yang nampak datangnya serangan dari si iblis wanita berwajah cantik itu menjadi sangat terkejut, tingginya lweekang yang dimiliki orang itu sungguh tak disangka sebelumnya tangannya melemparkan mayat itu kearah iblis wanita berwajah cantik, sedang tubuhnya melayang secepat kilat dengan menggunakan cakar beracunnya ia melancarkan serangan kearah iblis Wanita berwajah cantik.
Pek bian Lo Sat atau iblis wanita berwajah cantik sedikit memiringkan tubuhnya menghindar, ketika ia melihat jurus yang digunakan Mo cing itu, tanpa sengaja setelah mengeluarkan suara tertahan- Dua orang saling balas menyerang sebanyak satu jurus, sayang dalam serangan ini tiada satupun yang dapat mengenai sasaran kedua belah pihak telah mengetahui kalau lawannya adalah berasal dari satu perguruan dengan dirinya karena jurus2 yang digunakannya itu semuanya telah mereka kenal.
Pek bian Lo Sat dengan dingin mendengus berturut-turut melancarkan lima kali serangan gencar, lima serangan ini semuanya dilakukan dengan sangat cepat dan ganas, MO cing pun mempunyai niat akan memperlihatkan kelihayannya, sebenarnya dia dapat menghindari dari serangan ini, tapi ia tak mau melakukannya bahkan menyambut dengan punggungnya.
Serangannya dengan cepat mengenai pihak lawan tapi dia tak menderita sedikitpun bahkan balas melancarkan serangan bertubi-tubi kearah Pek bin Lo Sat.
Pek bian Lo Sat nampak serangan dengan tepat mengenai sasarannya tapi Mo cing sepertinya tak merasakan sedikitpun, diam2 merasa terperanjat, dia tak tahu kalau Mo cing karena racun yang dilatihnya membalik menyerang tubuhnya sendiri, menyebabkan punggungnya malah berubah menjadi keras, saking kagetnya keringat dinginpun telah membasahi bajunya, dengan terburu-buru ia menghindari serangan Mo cing itu.
***.
*** Mo cing dengan dingin tertawa panjang, ia turut melancarkan serangannya sedang Pek bian Lo Sat terus mundur kebelakang sedang tangan kanannya diluar dan tahu2 pada tangannya telah menyambar dan bertambah dengan sebilah pedang dari pelayannya.
Setelah Pek bian Lo Sat berhasil mencabut keluar pedangnya segera kedudukannyapun menjadi berubah, dari sikap bertahan menjadi sikap menyerang, pedangnya segera melancarkan serangan hebat, tiap jurus yang dilancarkan semuanya diarahkan kepada jalan darah penting ditubuh Mo cing, serangan pedangnya makin lama makin kencang dan makin menghebat, memaksa Mo cing berkali-kali terdesak mundur ke belakang.
Mana pernah Mo cing didesak sedemikian rupa, dengan gusar ia bersuit nyaring tangannya merogoh kedalam pinggangnya, sebilah pedang panjang yang berwarna hitam gelap telah ada ditangannya, segera pula ia balas mendesak dan memaksa Pek Bian Lo Sat mundur sejauh tiga depa lebih.
Dua orang yang bergebrak secara demikian itu pihak Pek bian Lo Sat mengalami kerugian karena pedangnya terlalu pendek.
sedangkan Mo cing karena luka parah yang dideritanya belum sembuh seluruhnya menyebabkan dia sukar untuk mengerahkan seluruh tenaganya.
Setelah lewat seratus jurus lebih, sudah dapat dilihat siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Karena Pek bian Lo Sat tak dapat memusatkan pikirannya, disebabkan pikiran nya sedang kacau telah dipaksa berada dibawah angin.
Kedua orang pelayannya nampak hal ini segera mencabut keluar pedangnya, tiga orang bersama-sama mengerubuti Mo cing seorang.
Mo cing menjadi sangat gusar, jurus serangannya makin lama makin ganas, dua orang itu sekalipun berasal dari satu ***.
*** perguruan, tapi dalam hati masing-masing telah mempunyai perhitungan yang masak.
pokoknya mereka tak dapat hidup bersama bagaikan api dengan air, sedang jurus-jurus serangannya itupun sedikit-sedikit terselip jurus-jurus aneh yang pernah dilihat oleh Pek bian Lo Sat, tiga gadis itu nampak jurus-jurus yang aneh itu terpaksa hanya dapat menghindar dan berkelit saja.
Sekejap mata saja ratusan jurus telah berlalu, Mo cing bagaikan tidak sabar lagi, tangan kirinya melancarkan serangan dengan menggunakan cakar beracun nya, sedang tangan kanannya menyerang dengan pedangnya, Pek bian Lo Sat pun merasa tak sabar lagi, beberapa kali ia menerjang masuk kedalam lingkaran pedang Mo cing.
Tiba2 pada tubuh Mo cing terlihat adanya suatu lubang kelemahan, Pek bian Lo Sat tidak mau membuang kesempatan ini, ia segera membentak dengan nyaring dan mendesak maju, pedangnya mengancam dahi dengan sangat cepat dan lincah, diam-diam pikirnya.
"Sekali seranganku ini meskipun tak dapat mengenai kau juga, sedikit-sedikitnya dapat memaksa kau berada dibawah angin."
Tapi dia mana tahu kalau hal ini adalah siasat dari Mo cing untuk memancing musuh, begitu Pek bian Lo Sat itu mendesak mendekat kelihatannya serangan pedang ini takkan dapat dihindarkan lagi oleh Mo cing tapi siapa tahu, tubuh Mo cing dengan cepat telah berputar dan menahan serangan pedang itu dengan menggunakan punggung nya, Pek bian Lo Sat segera mengerahkan segenap tenaganya, pedangnya ditusukkan dengan keras sehingga menancap setengah bagian kedalam punggung Mo cing.
Pedang Mo cing segera mendesk mundur kedua orang pelayan itu, tangan kirinya menyambar dan mencekam dengan keras pergelangan tangan Pek bian Lo Sat.
***.
*** Hati Pek bian Lo Sat terasa berdesir dengan cepat ia mengerahkan seluruh tenaganya ketangan kirinya, dengan sekuat tanaga ia menyerang belakang kepala Mo cing.
Kedua orang pelayan itu nampak majikannya dalam keadaan bahaya, dua orang ber-sama2 membentak keras dan menubruk maju kedepan- Mo cing tertawa seram, tangan kirinya melontarkan tubuh Pek bian Lo Sat hingga sejauh tiga kaki, diikuti dengan melancarkan serangan yang begitu gesit dengan pedang dan cakar beracunnya dengan berbareng bagaikan harimau terluka ia menubruk kearah kedua pelayan itu.
Kedua pelayan itu nampak Mo cing balas menubruk kearah mereka, wajah dua orang itu sangat berubah, mereka tak berani menyambut serangan tersebut, tetapi pedang Mo cing telah tiba dan menyontek terbang pedang ditangan mereka, ketika tangan kirinya menyambar, terdengar suatu jeritan ngeri, seorang pelayan telah kena cakar beracun tepat diwajahnya dan mati seketika itu juga.
Ketika tubuh Pek bian Lo Sat tadi dilontarkan ketengah udara, ia segera mengerah kan tenaganya dan memegang kencang pedangnya, kini nampak pelayannya dibunuh dengan sangat kejam, tangan kanannya segera disabetkan, pedangnya secepat kilat mengancam jalan darah "Ling Tay To"
Dipunggung Mo cing.
Sungguh tak disangka oleh Boen ching hanya dalam sekejap mata saja keadaan bisa berubah demikian cepatnya, tubuhnya segera berkelebat, sambil membentak ketas pedang nya melancarkan serangan gencar mengancam belakang kepala Mo cing.
Sekalipun kepandaian Mo cing sangat tinggi, tetapi kedua tempat itu merupakan tempat yang sangat penting dan bahaya, ia tak berani berlaku ayal meskipun dari suara bentakan ***.
*** Boen ching itu tak tahu yang datang adalah Boen ching, tetapi iapun mengetahui bila ia telah kedatangan seorang jago yang berilmu tinggi jika bukannya tadi ia telah berhasil membunuh mati seorang pelayan yang paling lemah ilmunya, tiba-tiba terasa kaki kanannya sangat sakit, ternyata pedang Boen ching berhasil dengan tepat mengenai sasarannya dan menusuk sekali pada kakinya.
Jurus pedang yang digunakan Boen ching baru ini adalah salah satu jurus dari ilmu pedang "Huan Ie Bok Kiam Hoat"
Jurus pedangnya ini jika dibandingkan dengan jurus pedang yang biasanya penggunaannya ternyata sangat berbeda, selama hidupnya ia belum pernah melihat jurus aneh semacam ini dan pada saat ini Boen ching berhasil berdiri dibelakang tubuhnya, dengan sendirinya sukar baginya untuk menghindarkan diri dari serangan ilmu pedang tersebut.
Meskipun serangan Boan ching dengan tepat mengenai sasarannya, tetapi tampak pelayan itupun mati ditangan Mo cing, diam2 ia merasa sangat terkejut bercampur gusar, berturut-turut ia melancarkan tiga kali serangan, Mo cing nampak jurus pedang yang digunakan Boen ching itu sangat aneh, ia tak berani menyambutnya, berturut-turut mundur kebelakang sebanyak dua tindak.
Pek bian Lo Sat membentak nyaring, tubuhnya menubruk maju, sedang tangan kiri melancarkan pukulan ketubuh Mo cing.
Kaki kanan Mo cing telah terluka oleh tusukan pedang, hal ini menjadikan kegesitannya darinya pun menjadi tidak seperti semula, dia balikkan tubuhnya dan melancarkan serangan pedang panjang berwarna hitam gelapnya itu disertai angin yang tajam menyapu kearah dua orang itu.
Boen ching nampak serangan itu sangat ganas, ia tak berani menyambutnya, tubuhnya mundur kebelakang.
Tetapi baru saja ia mundur selangkah tampak Pek bian Lo Sat dengan kalap telah menerjang maju dan menubruk kearah ***.
*** Mo cing, dia menjadi sangat terkejut, pada saat itu tangan kanannya Pek bian Lo Sat telah terluka ditambah lagi dia pun puteri kesayangan suhunya Ie Bok Tocu, mana ia bisa membiarkan dia seorang diri menghadapi maut, dengan disertai bentakan yang nyaring, tubuhnya menjadi maju lagi kearah Mo cing.
Mo cing tahu kalau tangan kanan Pek Bian Lo Sat itu baru saja terkena cengkeramannya.
sekalipun dia telah mengerahkan tenaga untuk melawan- tetapi lukanya yang diderita pun tak ringan, apalagi setelah terluka ia masih mencabut pedang dan melancarkan serangan, dua kali dengan paksa ia harus menggunakan tenaga, kiranya pada saat ini iapun sukar untuk bergerak.
tangan kirinya bagaikan angin cepatnya menyambar tangan kanan Pek bian Lo Sat.
Pek bian Lo Sat tidak mau ambil perduli atas datangnya serangan, tangan kirinya tetap melancarkan serangan kedepan wajah Mo cing.
Mo cing nampak Pek Dia n Lo Sat hendak mengadu jiwa dengannya.
mana dia mau berbuat demikian, pedang ditangan kanan nya sambil menangkis setiap serangan dari Boen ching, tubuhnya melayang ketengah udara, dalam keadaan yang sangat repot itu ia masih tidak lupa berusaha untuk melukai lawannya, dia sadar jika ini hari dia tak berhasil membunuh gadis itu, selamanya dia akan tak enak makan dan tidak enak tidur, dengan serangan cakar beracunnya segera dirubah menjadi pukulan telapak tangan yang dengan cepat mengenai tangan kanan Pek bian Lo Sat, tetapi begitu timbul keinginannya untuk melukai diapun tidak dapat lolos diri pukulan yang dilancarkan Pek bian Lo Sat, pukulan ini dengan tepat mengenai dadanya.
Kedua orang itu didalamBulim dapat dihitung sebagai Tokoh kelas tinggi, kini kedua orang itu ber sama2 telah terkena situ kali pukulan dan masing2 terhuyung mundur dua langkah kebelakang, tetapi luka yang diderita Pek bian Lo Sat ***.
*** jauh lebih berat, setelah mundur dua langkah kebelakang ia jatuh pingsan diatas tanah.
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Boen ching menjadi sangat terkejut, nampak Mo cing telah mengangkat pedangnya menyerang Pek bian Lo Sat yang keadaan dalam pingsan itu, dengan cepat dia menangkis serangan itu sekalipun pada waktu ini Mo cing menderita luka parah, tetapi kekuatan pedangnya itu tetap membuat pedang Boen ching mencelat, tidak menanti Mo cing melancarkan semua serangannya untuk kedua kalinya dengan cepat, ia memungut kembali pedangnya sambil menggendong Pek bian- Lo Sat lari masuk kedalam hutan.
Mo cing dengan gusar bersuit nyaring segera ia mengenjotkan tubuhnya lari mengejar, sekalipun Boen ching membawa seorang pada pundaknya, tetapi Pek bian Lo Sat adalah seorang wanita sehingga tak seberapa beratnya, apalagi ginkangnya adalah ajaran langsung dari Ie Bok Tocu, ditambah lagi Mo Cing sedang terluka parah, dan kaki kanannya pun terluka akibat tusukan pedang Boen ching, setelah mengejar melewati dua buah bukit, Mo cing telah kehilangan jejak bayangan dari Boen ching.
Boen ching yang menggendong tubuh Pek bian Lo Sat, ber- turut2 lari sejauh sepuluh li lebih, setelah sampai disuatu tempat yang sempit ia baru mencari tempat yang bersih dan meletakkan tubuh gadis itu keatas tanah.
Baru saja ia meletakkan tubuh Pek bian Lo Sat, keatas tanah tiba2 ia teringat sesuatu hal tangan Mo cing mengandung racun yang sangat ganas, siapa saja yang terkena tentu akan mati, sedang Pek Bien Lo Sat kini telah kena pukulan beracun, ternyata dirinya dengan tanpa berpikir panjang telah menolong nya, jika tidak mempunyai daya untuk memunahkan racunnya lalu apa gunanya??? Dipandangnya wajah Pek bian Lo Sat dengan tajam, pada saat ini dia mau menangispun tak akan dapat mengeluarkan air matanya.
***.
*** Tiba2 dia menjadi tertegun wajah Pek bian Lo Sat tetap memancarkan sinar seperti tak pernah terkena racun yang ganas, hatinya terasa sangat heran, dengan cepat dia mengangkat tangan kanan Pek bian Lo Sat, tampak pada pergelangannya meskipun berwarna hijau kehitam-hitaman tetapi tak menyebar keatas, hatinya menjadi terkejut dengan gemetar bercampur girang, pikirnya.
"Mungkin karena suhu dua orang itu adalah Suheng moay sehingga Mo cing tak berani turun tangan jahat".
Boen ching nampak Pek bian Lo Sat tak mempan terhadap racun, ia baru mendapat menghela napas lega, dengan terburu-buru diangkatnya tangan kanannya dengan menggunakan pedangnya perlahan2 ia membuat luka kecil pada daerah yang berubah menjadi hijau kehitam- hitamam itu, darah hitam segera memancar ke luar, dia menanti supaya darah hitam segera berubah menjadi merah lagi, baru mengunyah sebutir pil "Liong HiatSinTan"
Pemberian suhunya dan dibubuhkan keatas luka itu, kemudian dengan robekan bajunya ia membalut luka tersebut.
Setelah selesai membalut luka ditangannya itu, ia baru menggunakan pedangnya merobek pakaian dipundak Pek bian Lo Sat, tampak pada pundak itupun terdapat sebuah telapak tangan yang berwarna hijau kehitam2an seperti halnya dengan luka pada pergelangannya itu, maka mula-mula mengeluarkan darah hitam dari luka itu, akhirnya ia menutup kembali pakaian dipundak Pek bian Lo Sat dan mengambil sebutir pil "Long Hian Sin Tan"
Yang dimasukkan kedalam mulut Pek bian Lo Sat setelah selesai semuanya ia baru dapat menghela napas lega dengan perlahan ia duduk disamping tubuhnya.
Wajah Pek bian Lo Sat ini jika dibandingkan dengan wajah dari ie Bok Tocu boleh dikata bagaikan pinang di belah dua, tetapi tindakan dari Pek bian Lo Sat ini ternyata dapat ***.
*** demikian ganas dan kejam nya, berpikir sampai disini tanpa merasa dia menghela napas.
Pek bian Lo Sat dengan perlahan-lahan membuka kedua matanya, Boen ching melihat dia telah siuman kembali dengan sangat girang teriaknya "Siaw in Sumoay kau telah siuman kembali."
Padahal Pek bian Lo Sat telah siuman dari pingsannya sejak Boen ching mengeluarkan darah hitam dipundaknya tetapi karena sangat malu ia tak berani membuka kedua matanya setelah nampak Boen ching merawatnya dengan penuh rasa sayang pun mendengar dia menghela napas, ia baru membuka matanya, tampak pada wajah Boen ching menampilkan rasa terkejut bercampur girang, sebenarnya ia akan membuka mulutnya untuk memaki padanya, tetapi kini tak tahu mengapa dia menjadi tak tega untuk memakinya, setelah berkemak kemik sebentar barulah ia membuka mulutnya dan berkata.
"Mengapa kau menolong aku ?"
Boen ching menjadi tertegun dengan tertawa sahutnya.
"Sekalipun kau bukan putri kesayangan suhuku, kalau bertemu kau ditengah jalan dengan menderita luka, aku juga harus menolongnya."
Pek bian Lo Sat menjadi melamun kemarin malam dirumah makan "Lay Hong Lo"
Ia bertemu dengan ie Bok Tocu, pada saat itu dia juga tak tahu apa yang harus dilakukannya, ternyata hatinya dapat berobah menjadi demikian jerinya dan tak berani mengucapkan sepatah katapun, tetapi setelah pergi ia ingin pula kembali lagi untuk melihat orang itu, tetapi akhirnya dia tetap tak kembali.
Kini mendengar Boen ching mengungkap kembali ke adian itu, setelah termemung sejenak lalu katanya.
"Apakah orang itu adalah suhumu?"
Jawab Boen ching sambil tersenyum.
***.
*** "Benar, suhuku telah mencarimu selama belasan tahun lamanya, setelah aku menjumpai kau dirumah makan itu, segera aku kembali untuk mencari suhuku dan mengajaknya kesana".
Terdengar Pek bian Lo Sat bertanya lagi.
"Kau bilang dia apaku?"
Dengan tertawa sahut Boen ching.
"Dia adalah ibumu^ la berhenti sejenak setelah tertawa, lanjutnya.
"Suhuku selamanya menyaru sebagai seorang pria, aku ternyata telah lupa untuk memberitahukan hal itu kepadamu"
Pek bian lo Sat menjadi tertegun, dengan suara tawar ujarnya.
"Aku tak senang engkau mengungkap hal ini dihadapanku, aku masih mempunyai ibu, engkau sangat baik terhadapku, lain kali jika aku bertemu lagi denganmu, tentu aku tak akan membunuhmu."
Boen ching menjadi tertegun pikirnya, ini apa artinya.
Setelah termenung sejenak kemudian katanya.
"Aku kira kau tentu belum mau percaya pada omonganku, engkau tentu mengira puteri dari Thuan Jan Shu itu adalah ibumu, benarkah?"
"ia sebenarnya bukanlah ibumu, ibumu yang sebenarnya telah mengalami banyak penderitaan karena kau"
Pek bian Lo Sat sebenarnya akan membuka mulut, tetapi mendengar ucapan Boen ching yang terakhir ini, perkataan yang diucapkan itu ditelannya kembali, sedang dalam hatinyapun sedikit bergerak.
wajah dari ie Bok Tocu terbayang kembali pada benaknya, dengan perlahan-lahan ia menutup matanya, katanya.
"Aku sudah sangat lelah dan ingin beristirahat, engkau menyingkirlah kesana sedikit" ***.
*** Boen ching sambil tersenyum, katanya.
"Kau beristirahatlah baik-baik,"
Sehabis berkata tubuhnya, menggeser sedikit kesamping matanya memandang kearah air sungai yang sedang mengalir, sedangkan pikirannya melayang entah sampai dimana.
Sebenarnya Pek bian Lo sat tidak ingin beristirahat, banyak urusan terbayang kembali dibenaknya, mau tak mau dengan perlahan ia membuka matanya kembali, dipandangnya bayangan punggung Boen ching, didalam ingatannya belum pernah ada orang yang demikian baiknya terhadap dirinya, dengan diam-diam ia menghela napas tetapi pikirannya lagi.
"Tetapi itu, semua apa gunanya?"
Dengan perlahan-lahan ia bangun berdiri, maksudnya akan dengan diam-diam meninggalkan tempat itu.
tetapi sekalipun racun dari pukulan itu telah lenyap tetapi pukulan yang dilancarkan Mo cing itu telah menggunakan tenaga yang besar sekali, sehingga luka dalamnya yang diderita itu cukup parah baru saja ia berdiri, matanya berkunang-kunang dan jatuh ketanah lagi.
Boen ching yang sedang melamun, tiba-tiba terdengar suara yang sangat aneh dan ketika ia menoleh kebelakang tampak tubuh Pek bian Lo Sat rubuh keatas tanah, dengan terburu-buru ia memandangnya sambil berkata.
"Siauw in kau jangan mau cepat-cepat berdiri, jika ada keperluan panggillah aku saja, luka dalam mu masih belum sembuh"
Pek bian Lo Sat yang bersandar dibahu Boen ching, terasa tubuhnya menjadi hangat, ia juga tak tahu mengapa dapat menjadi demikian, tetapi Boen ching yang menganggap karena dia adalah puteri kesayangan dari suhunya pun pula ia menganggap ie Bok Tocu sebagai ibunya sendiri, maka terhadap Pek bian Lo Sat pun ia merawat dan mengasihinya ***.
*** seperti halnya terhadap adiknya sendiri, tetapi ia tidak menduga dengan sikapnya yang seperti itu pada akhirnya telah menimbulkan kerusakan bagi dirinya.
Boen ching dengan tersenyum memandang tubuh Pek bian Lo Sat, katanya.
"Duduklah dengan baik2 jangan bergerak"
Pek bian Lo Sat menuudukkan kepala dan berdiam diri, sekalipun biasanya dia sangat kejam, tetapi itu hanya terhadap orang lain, terhadap Boen ching ia tak sanggup lagi berhadapan dengan wajah yang keren.
Boen ching memandang wajahnya, kemudian tanyanya.
"Maukah engkau mendengarkan cerita mengenai suhuku"
Memang dalam hati Pek bian To Sat ingin mengetahui cerita mengenai Ie Bok Tocu, kini mendengar Boen ching bertanya demikian, ia tidak menjawab.
Boen ching tersenyum, dengan perlahan ia menceriterakan hal-hal mengenai Ie Bok Tocu kepada Pek bian Lo Sat, ia mendengarkannya dengan menundukkan kepalanya, sedang tubuhnya kadang-kadang terlihat agak gemetar.
Boen ching setelah selesai menceritakan kisah itu, dalam hatinyapun terasa sedikit keras sejenak.
kemudian dengan perlahan ia menghela napas, lalu katanya.
"Siauw In, apakah engkau masih tidak percaya?"
Pek bian Lo Sat termenung sejenak. kemudian jawabnya.
"Menurut kau seharusnya aku bernama Shie Siauw In?"
Boen ching yang mendengar perkataan ini ia berpikir sejenak. la tahu diapun tak puas terhadap Seh TU Hoa dengan tersenyum jawabnya.
"Benar..."
Pek Bian Lo Sat dongakan kepalanya memandang mega yang melayang diudara, semua urusan ini tak dapat pulih, tetapi apakah dia mempunyai hak untuk menjadi putri Ie Bok Tocu? ***.
*** ibunya lemah lembut, dan dia....? Seorang yang mempunyai julukan sebagai iblis wanita berwajah cantik yang ditakuti oleh setiap orang.
Berpikir sampai disini dengan tawar katanya.
"Kalau begitu engkau mengambil aku sebagai Shie Siauw in saja."
Mendengar perkataan ini Boen cing menjadi tercengang, dia masih belum mau mengakui Ie Bok Tocu sebagai ibunya, diapun berdiam diri. Pek bian Lo Sat nampak Boen ching berdiam diri, matanya memancarkan sinar tanpa terasa katanya..
"Hal ini aku katakan dengan sungguh-sungguh"
Boen ching tertawa, diapun merasa apa arti dari pada perkataan itu, setelah termenung sejenak sahutnya.
"Siauw In jangan kbawatir engkau masih mempunyai semangat seperti ibumu."
Shie Siauw In menundukan kepalanya dan berdiam diri.
Sejak itu diantara dua orang itu tak ada yang bercakap- cakap lagi, dengan berdiam diri mereka duduk disana, tak lamapun hari mulai berganti malam, dengan berpisah tempat mereka mulai beristirahat..
Tengah malam tiba-tiba telinga Boen ching menangkap suara tindakan yang sangat perlahan ia segera membuka matanya, tampak shie Siauw in seorang diri sedang bangkit berdiri, dan berjalan menuju ketepi sungai kemudian duduk sedang matanya memandang terpesona pada air sungai yang sedang mengalir dengan tenang itu.
Dalam hati Boen ching merasa heran, dengan perlahan- lahan iapun berjalan menuju kesana.
tetapi Shie siaw In seperti tidak merasa ada yang datang mendekat kearah nya, dia berhenti dibelakang tubuh Shie Siauw In, pada waktu itulah Shie Siauw In baru menoleh memandang setelah dalam air sungai ia tampak adanya bayangan Boen ching.
Boen ching ***.
*** tersenyum kemudian duduk di sampingnya.
Shie Siauw In sambil memandang wajah Boen ching katanya.
"ching Toako, besok pagi kau temani aku berpesiar dahulu kearah Kang Lam, kemudian, baru kita bersama-sama pulang kepulau Ie Bok To, maukah kau mengantar aku? "
BOEN CHING menjadi sangat girang, sungguh tak terpikir olehnya kalau Shie Siauw In maupergi kepulau Ie Bok To, menemani dia berpesiar ke daerah Kang Lam tidaklah merupakan suatu tugas yang berat, dia tentu tak mau segera pulang, berpikir sampai disini dia menganggukkan kepalanya tanda menyetujui usul tersebut.
Shie Siauw In tertawa dan menghela napas lega, dia sendiri juga merasa sangat heran, mengapa kalau berada disamping Boen ching dia dapat berubah menjadi demikian lemah lembut, pikirnya, inipun juga ada baiknya, cepat atau lambat dia tentu akan bertemu dengan Ie Bok Tocu dan sebelumnya dia harus berusaha untuk merubah sifat2nya, mungkin jika ia selalu bersama-sama dengan Boen ching sifat2nya dapat berubah menjadi baik dan lemah lembut.
Kedua orang itu berdiam diri hingga fajar menyingsing, mereka bersama-sama meman-dang mengalirnya air sungai, sedang dalam hatinya memikirkan urusan mereka masing2.
Boen ching teringat kembali pada Hoa Suan, dirinya telan menerima pesan terakhir dari kakaknya, tetapi ternyata ia tak dapat menjaganya.
Haripun telah mulai menjadi terang, Boen ching segera bebenah sebentar dan memayang tubuh Shie Siauw In turun gunung, setelah membeli dua ekor kuda berjalanlah mereka menuju kedaerah Kang Lam.
Setelah mereka berjalan seharian penuh, entah karena ada apa tujuh partai besar ternyata tidak mengirimkan orang2nya untuk mencegat perjalanan mereka itu, tetapi dalam hati, Boen ching mengerti, ini hanyalah saat2 tenang di kala hujan ***.
*** badai, mungkin tak sampai tiga hari lagi kalau jago-jago dari tujuh partai besar telah tiba semuanya maka pada saat itulah tak dapat dihindarkan lagi harus mengadakan pertempuran mati- matian- Tetapi setelah hari ketiga keadaan tetap tenang-tenang saja, seperti tak akan terjadi sesuatu apapun juga.
Dalam hati Boen ching merasa agak heran, tetapi dalam hatinya pun menjadi agak lega, beberapa hari lagi luka dalam Shie Siauw in akan sembuh seluruhnya, dia tak usah kuatir lagi akan kerubutan dari mereka2 itu.
Hari keempat.
Dua orang itu tetap meneruskan perjalanannya ke Selatan, jalan gunung mulai menjadi sempit dan ber-liku2, Shie Slauw in yang bersama-sama dengan Boen ching selama beberapa hari ini sifatnya berubah menjadi lemah lembut, dalam hati Boen ching pun telah timbul suatu perasaan yang sangat aneh, tetapi perasaan ini tetap tersimpan didalam hatinya dia tak berani untuk mengutarakan keluar.
Hari telah mulai gelap.
ditengah jalan gunung yang sunyi senyap itu tiba2 ....
tertancap delapan buah hio.
Tiap hio itu panjangnya tiga cun dan semuanya disulut ditengah jalan dengan kedudukan Pat Kwa.
Boen ching yang nampak delapan batang hio itu wajahnya segera berubah menjadi pucat.
Shie siauw In belum pernah melihat wajah pemuda itu berubah menjadi sedemikian rupa, dia menjadi termangu- mangu, tanya nya.
"ching Toako, engkau kenapa? Delapan batang hio ini apa artinya ?"
Boen ching setelah berhasil menguasai perasaannya dan menenangkan diri barulah berkata.
***.
*** "Musuh besar pembunuh kedua orang tuaku Pat Huang Sin Mo telah tiba.
Delapan buah hio ini adalah tandanya yang melambangkan dia telah menggetarkan daerah Pat Huang."
"ooh ....
"
Sahut Shie Siauw In, dia juga baru saja terjun didalam dunia kangouw, sedang Pat Huang Sin Mo sejak Boen ching pada sepuluh tahun yang lalu berhasil meloloskan diri dari tangannya, dia menganggap hal ini merupakan tanda yang tak baik bagi dirinya, sehingga Shie Siauw In tak pernah mendengar selama ini.
Boen ching segera turun dari kudanya dan melihat kedelapan batang hio itu, ia tahu begitu hio dari Pat Huang Sin Mo itu muncul, jika belum berhasil membunuh musuhnya ia takkan berhenti, sedangkan kepandaian yang dimilikinya pada saat ini belum cukup untuk melawannya, sedang Shie Siauw Inpun masih terluka dalam, setelah berpikir bolak balik tetap dia tak dapat mengambil keputusan-Shie Siauw In yang nampak sikap Boen ching demikian, lalu berkata.
"
Ching toako, apakah kepandaiannya sangat tinggi ?"
Boen ching menganggukkan kepalanya, dia nampak Shie Siauw in bukan bertanya mengenai hal ini, lalu diceritakannya sebab2 hingga ia bermusuhan dengan Pat Huang Sin Mo.
Ayah Boen ching waktu itu adalah seorang jagoan didunia kangouw, ia mengangkat nama diBulim dengan julukan "Pek Houw Kiam atau sijago pedang macan putih, Boen ci Pek Houw Kiam Hoat yang diandalkan itu sebenarnya berasal dari partai cing chen, sedang pada saat itu anak murid dari partai tersebut hampir punah seluruhnya, padahal ilmu silatnya jauh lebih tinggi dari ilmu silat tujuh partai besar.
Pat Huang Sin Mo, cie Un chan adalah salah satu murid dari partai cing chen ini, jadi antara Boen cie dengan ci Uh chan masih merupakan Suheng-te dengan Boen ching, tetapi ketika mengadakan pertandingan pedang Boen cie telah menang ***.
*** setingkat dan berhasil melukai cie un chan, sejak itu pula cie un chan lenyap dari dunia kangouw.
Waktu itu Boen ching baru berusia sembilan tahun, nama Pat Huang Sin Mo telah mengetarkan sungai telaga dan Boen cie pun pada waktu itu telah mengasingkan diri, mereka tidak tahu kalau Pat Huang Sin Mo sebenarnya adalah cie un chan, sampai delapan batang hic itu disulut daripada tengah malamnya cie uh chan muncul, ia baru tahu kalau Pat Huang Sin Mo itu adalah suhengnya sendiri, tetapi kepandaian cie un chan waktu itu sangat tinggi, Boen cie suami isteri tewas ditangan cie uh chan, hanyalah Boen ching seorang yang bisa meloloskan diri.
Shie Siauw in diam tak berbicara, terhadap Pat Huang Sin Mo dia tidak menganggap apa2 tetapi luka dalamnya kini belum sembuh seluruhnya, jika ingin memaksa untuk mengerahkan tenaga hanya juga tak akan dapat membantu banyak pada boen ching.
Sepuluh tahun yang lalu Boen ching pernah melihat Pat Huang sin Mo, bayangannya hingga kini belum lenyap dari benaknya, sepuluh tahun sekejap mata saja telah berlalu, kepandaian Pat Huang Sin Mo tentulah mendapat kemajuan yang sangat pesat, dan kini sekali lagi dia menyadari dirinya, entah nanti siapa yang akan binasa.
Shie siauw in turun dari kudanya, tanyanya.
"Apakah dia tentu pada tengah malam baru datang?"
Boen ching memandang ke langit kemudian, jawabnya.
"Kebiasaannya selalu demikian, jika delapan batang hio telah disulut kecuali dia tak dapat mencari aku, kalau tidak sampaipun keujung langit dia juga akan datang mambunuh aku"
Shie Siauw in tertawa, ujarnya.
***.
*** "Dia tentu dapat mengejar kita, Tiga hari kemudian luka dalamkupun akan sembuh dan pada waktu dia kalau datang lagi adalah ia yang mencari penyakit sendiri, pada waktu itu aku akan membantu kau untuk membunuh dia."
Boen ching menjadi tertegun, pikirnya.
"Benar, mengapa aku tidak berpikir sampai kesitu, begitu luka Shie Siauw in sembuh, aku tak perlu takut lagi kepada Pat Huang Sin Mo."
Berpikir sampai disitu dengan mendadak Shie Siauw in mereka naik keatas kuda dan melarikan kedepan dengan kencang.
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Luka dalam Shie siauw in masih belum sembuh benar, kini kudanya melarikan dengan kencang, mau tak mau membuat dia mengerutkan alisnya, tetapi dia tak mau membuka mulut untuk mencegah dengan Boen ching ia tetap melarikan kudanya dengan lebih kencang.
Sekejap mata tengah malam telah tiba, dua ekor kuda itu baru saja membelok di suatu tikungan, Shie Siauw in telah tak tahan lagi dan terjatuh dari atas kudanya.
Boen ching yang nampak hal ini menjadi sangat terkejut, tubuhnya segera melayang dan menyambar tubuh Shie Siauw in sembari tangannya menyambar menahan tali les dari dua ekor kuda itu, baru dia mendongakkan kepalanya, tampak delapan batang hio yang telah disulut itu kembali terbentang dihadapannya dan ber-goyang2 tertiup angin malam, ditengah malam seperti ini, hal itu hanya menambah kengerian dan keseraman dan suasana ditempat itu saja.
0oo0dw0ooo0 ANGIN REDA HUJAN BERHENTI BOEN CHING yang kembali nampak munculnya delapan hio itu menjadi sangat terkejut, tak dapat diragukan lagi kali ini ***.
*** Pat Huang Sin Mo telah sejak tadi menguntitnya.
bahkan memilih tempat ditengah pegunungan yang sangat sunyi, sekalipun dirinya berdua mempunyai kuda juga tak ada gunanya.
Kini hio ini muncul lagi, tetapi Shie siauw in malah pingsan didalam pelukannya, tetapi jika dilihat dari keadaan ini, Pat Huang Sin Mo tentu akan datang kemari dengan berjalan kaki, kalau begitu dirinya masih mempunyai kesempatan untuk meloloskan diri.
Asal dapat lolos dari jalanan pegunungan ini dan mencapai jalan raya, dengan ginkangnya yang sedemikian tinggi itu belum tentu ia dapat menyusul.
Ingatan ini terlintas dalam benaknya, tangan nya dengan kencang memegang pada tali les kudanya.
Suatu tertawa nyaring yang sangat dingin berkumandang ditengah malam buta yang sun itu, Boen ching yang memandang wajah Pat Huang Sin Mo, tampak wajahnya meskipun jauh bertambah tua, tetapi suara dan wajahnya sedikitpun tak ada perubahan, tetap seperti dahulu.
Boen ching merasa kedua tangannya menjadi panas sekali, baru saja ingin maju menubruk kearah Pat Huang Sin Mo untuk mengadu jiwa, merasa tubuh Shie Siauw in masih tersandar di bahunya, dengan perlahan ia mengangkat Shie Siauw in keatas kuda, sedang dalam hatinya memikirkan dengan cara apa ia harus melakukan untuk meloloskan diri.
Pat Huang sin Mo tertawa dingin, ia telah tahu bahwa Boen ching memiliki kepandaian yang tinggi, dia tak dapat menanti Boen ching yang datang mencari padanya, dia harus membunuhnya sebelum kepandaiannya bertambah tinggi, dia percaya Boen ching masih belum dapat menandinginya pada saat ini, maka dia datang untuk mendahului membereskannya.
Boen ching segera mencabut pedangnya, Pat Huang Sin Mo dengan dingin mendengus, tubuhnya melayang menubruk kearah Boen ching.
***.
*** Maksud Pat Huang Sin Mo adalah ingin dengan gerakan yang cepat untuk melawan gerakan yang lambat, sekaligus ia melancarkan delapan kali serangan.
Boen ching nampak pukulan Pat Huang Sin Mo datangnya cepat, dia tak mau menangkis dengan kekerasan, kakinya menggunakan langkah "Kioe Kong Pat Kwa"
Berturut-turut tiga langkah mundur kebelakang, sedang pedangnya ditusukkan kedepan dengan menggunakan ilmu "Sie Liu Eng Hong"
Atau pohon Liu menahan angin.
Pat Huang Sin Mo yang sekaligus melancar kan delapan kali serangan, meskipun tidak satupun yang mengenai tubuh Boen ching, pukulan tersebut tetap membuat pohon yang berada dibelakang tubuh Boen ching mengeluarkan suara gemuruh, dan mengakibatkan dua ekor kuda itu menjadi kaget, sambil meringkik larinya dua ekor kuda itu kedepan- Tampak hal ini, Boen ching menjadi terkejut Pat Huang Sin Mo setelah melancarkan delapan kali serangan itu nampak Boen ching berturut-turut mundur tiga langkah kebelakang, dalam hatinya merasa tidak tenteram, meskipun dia tidak memperhatikan gerakan kaki Boen ching yang menggunakan langkah "Kioe Kong Pat Kwa"
Tetapi dia merasa tubuh Boen ching yang mundur kebelakang itu bukanlah karena terdesak oleh pukulannya, kini nampak dua ekor kuda itu telah lari pergi, hatinya menjadi girang segera ia melancarkan sepuluh kali serangan berturut-turut, pikirnya.
"Akan kudesak Boen cing ini hingga dia tak sempat untuk mengejar dua ekor kudanya itu."
Boen ching adalah murid kesayangan dari ie Bok Tocu, dan untuk pertama kali terjun ke dunia kangouw, sehingga pengalaman tidak cukup dan kepandaiannya yang dimilikinyapun baru dapat dipergunakan dengan baik sebanyak lima enam bagian saja sampai kini ia berkelana didunia kangouw baru belasan hari saja tetapi berturut-turut ia ***.
*** mengalami pertempuran yang dahsyat, dengan kecerdasan yang dimilikinya, ia telah mendapatkan kemajuan yang sangat berharga sekali..
Kini nampak dua ekor kudanya lari dari sana dan Pat Huang sin Mo cie uh chan mendesak mendekat, meskipun dalam hatinya merasa agak gugup, tetapi nampak cie Uh can demikian memandang rendah musuhnya, sehingga ia melakukan serangan tanpa mengadakan persiapan terhadap diri sendiri, hatinya menjadi bergerak.
ingatan untuk balas menyerang timbul, kakinya berturut-turut menggeser kesamping sebanyak tiga empat tindak.
dari kedudukan "Koen"
Dengan cepat menggeser kedudukan "Khan"
Sedang pedangnya dimainkan secara terbalik dan melancarkan ilmu pedang "IHuan leBok Kiam Hoat"
Jurus-jurus pedangnya itu dimainkan secepat kilat, sekaligus ia melancarkan tiga kali serangan.
Dahulu Tan coe coen juga memiliki Lweekang yang sempurna, keCerdasanpun tak ada yang dapat menandinginya, leBok Tocu Shie Yun Ku adalah puterinya yang paling disayangi, sehingga ia menurunkan ilmu pedang "IwBok Kiam Hoat yang paling lihay kepandaiannya, jika "Ie Bok Kiam Hoat"
Itu dipadukan dengan ilmu langkah Sie Liau Eng Hong, diantara lima orang itu ia dapat menduduki kedudukan yang tak terkalah kan, sedang jurus2 dari "Huan Ie Bok Kiam Hoat"
Jika dipadukan dengan Sie Liu Eng Hong"
Maka jurus pedang yang mempunyai jurus penjagaan yang sempurna berubah menjadi jurus seraangan yang sempurna, tetapi hanya sayang tak ada penjagaan terhadan dirinya sendiri.
tetapi tehnik penyerangannya ini, tak dapat ditandingi oleh ilmu pedang manapun juga.
Hati Boen ching diam-diam menjadi bergerak, bagaimana ia harus menundukkannya sehingga dapat sesuai dengan maksud dari Tan Coe coen tempo hari, pedangnya dimainkan bagaikan angin badai, serangan cie Uh chan segera ***.
*** terbendung, dengan serangan pedang Boen ching yang pertama ini, ia telah memaksa dia terpaksa menarik kembali tangannya untuk menjaga diri, sedang serangan pedang yang kedua telah dilancarkan, membuat dia mau tak mau harus mundur kebelakang.
Serangan yang ketiga dilancarkan, sebenarnya jurus pedang ini harus dilancarkan dengan lemah lembut, segera akan dapat memaksa Pat Huang Sin Mo, cie Uh can jatuh dibawah angin, tetapi pikirannya belum sampai disitu, setelah serangan pedang yang ketiga dilancarkan, tubuhnya segera melayang untuk mengejar kearah dua ekor kudanya itu.
Lembah Nirmala -- Khu Lung Elang Terbang Di Dataran Luas -- Tjan Id Duel Dua Jago Pedang -- Khu Lung