Ceritasilat Novel Online

Kekaisaran Rajawali Emas 3


Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung Bagian 3




   Kekaisaran Rajawali Emas Karya dari Khu Lung

   
Seperti DuGu Fang, ia pun harus mengajukan pertanyaan itu.

   Ia membanggakan ilmu meringankan tubuhnya seperti ilmu pedangnya, dan ia memang patut membanggakannya.

   "Dari yang kutahu, paling banyak ada 4 atau 5 orang di dunia ini yang bisa berjalan tanpa suara sama sekali.

   Tuan XiMen adalah salah seorang di antaranya."

   "Tapi kau tahu aku ada di sini!"

   Hua Man Lou tertawa kecil.

   "Itu karena Tuan XiMen membawa semacam hawa kematian!"

   "Hawa kematian?"

   "Bila orang menghunus pedang, ada hawa tertentu yang dikeluarkan oleh pedang itu. Berapa banyak orang yang telah dibunuh oleh Tuan XiMen? Bagaimana mungkin kau tidak punya hawa kematian di sekitarmu?"

   Hua Man Lou menjawab dengan santai. "Tak heran engkau tak mau memasuki rumahku, rupanya engkau tak tahan terhadap hawa yang kumiliki."

   XiMen Chui Xue membalas dengan dingin. Hua Man Lou tersenyum.

   "Bunga-bunga di sini begitu indah. Bila Tuan XiMen bisa menikmati keindahan ini, hawa mematikan itu perlahan-lahan akan menghilang."

   "Bunga-bunga segar mungkin indah, tapi bagaimana bisa dibandingkan dengan bunga darah waktu seseorang terbunuh?"

   XiMen Chui Xue berkata dengan dingin. "Oh?"

   Mata XiMen Chui Xue tiba-tiba tampak berbeda.

   "Selalu ada pengkhianat-pengkhianat tak jujur di dunia ini. Bila kau tusukkan pedangmu ke tenggorokan mereka, bunga darahnya mekar di bawah pedangmu. Jika kau bisa melihat saat-saat kejayaan itu sekejap, maka kau akan mengerti bahwa tidak ada lagi yang lebih indah di dunia ini."

   Ia tiba-tiba berputar dan berjalan menjauh tanpa memandang ke belakang lagi.

   Kabut malam turun, seakan-akan bunga-bunga mendadak menutupi diri mereka dengan sehelai kain sutera putih.

   Sosok tubuhnya pun menghilang dalam kabut.

   Hua Man Lou tak tahan untuk tidak menarik nafas dan berkomentar.

   "Akhirnya aku faham kenapa ia bisa begitu hebat dalam ilmu pedang."

   "Oh!"

   "Karena ia percaya bahwa membunuh itu adalah tugas yang suci dan indah tiada bandingnya. Ia telah menyerahkan hidupnya untuk tugas itu. Hanya pada saat membunuhlah ia benar-benar merasa hidup. Selain saat-saat itu, ia hanya menunggu tibanya saat berikutnya."

   Lu Xiao Feng berfikir dalam-dalam sebelum akhirnya ia juga menarik nafas.

   "Untunglah semua orang yang dibunuhnya memang pantas mati." PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, Hua Man Lou tersenyum dan tidak menjawab.

   ______________________________ Langit malam yang tiada akhir tiba-tiba menelan seluruh dunia.

   Bintang-bintang mulai bermunculan.

   Bulan yang indah tapi jauh seolah-olah bergantung di sebatang pohon yang jauh.

   Angin masih membawa keharuman bunga, malam pun tampak indah dan memabukkan.

   Hua Man Lou berjalan perlahan di lereng gunung itu, tampaknya ia telah tenggelam dalam lamunan yang indah dan memabukkan.

   Tapi Lu Xiao Feng tak tahan lagi.

   "Kau tidak menanyakan apakah kepergianku tadi berhasil atau tidak?"

   "Aku tahu bahwa kau telah berhasil meyakinkan dia untuk bergabung dengan kita,"

   Hua Man Lou berkata sambil tersenyum.

   "Bagaimana kau tahu?"

   "Ia tidak memintamu untuk tinggal dan juga tidak mengucapkan selamat jalan, dan kau pun tampaknya tidak perduli sama sekali.

   Jelas itu terjadi karena kalian berdua telah menetapkan sebuah tempat pertemuan."

   "Dan kau juga tahu bagaimana caranya aku berhasil melakukannya?"

   "Dengan caraku tentu saja."

   "Kenapa kau berkata begitu?"

   "Ia mungkin tidak punya hati, tapi kau punya.

   Ia tahu kau tidak akan membakar rumahnya; di samping itu, biarpun kau melakukannya, ia tak akan perduli."

   Lu Xiao Feng tertawa dan kemudian menarik nafas.

   "Tak perduli betapa mengagumkannya dirimu, tetap ada sesuatu yang tak akan pernah dapat kau duga."

   "Dan apa itu?"

   Lu Xiao Feng meraba-raba bekas kumisnya.

   "Tebaklah, akan kuceritakan padamu bila kau bisa menebaknya dengan benar."

   "Jika tebakanku benar, kenapa kau harus bercerita lagi kepadaku tentang itu?"

   Hua Man Lou tertawa. Lu Xiao Feng pun tertawa. Tapi, sebelum ia sempat menjawab, tiba-tiba ia menyadari bahwa wajah Hua Man Lou yang tenang dan damai itu mendadak menjadi kaku dan aneh. "Ada apa?"

   Lu Xiao Feng bertanya.

   Hua Man Lou tidak menjawab, dan tidak mendengar pertanyaannya.

   Tampaknya ia sedang mendengarkan sebuah suara misterius dari kejauhan, suara yang hanya bisa didengar olehnya.

   Tiba-tiba ia berubah arah dan mulai berjalan ke arah belakang gunung.

   Lu Xiao Feng hanya bisa mengikutinya.

   Malam semakin gelap dan satu demi satu bintang-bintang menghilang di balik puncak gunung.

   Tiba-tiba ia juga mendengar suara nyanyian dari kejauhan itu.

   Nyanyian itu tak dapat diuraikan dengan kata-kata, menakutkan, dan indah menggetarkan hati.

   Liriknya pun sama, indah dan menggetarkan hati.

   Lagu itu tentang seorang gadis muda dan penuh gairah yang sedang sekarat dan menceritakan pada kekasihnya tentang kehidupannya, tentang patah hati dan kesepiannya.

   Lu Xiao Feng tidak begitu memperhatikan liriknya, karena saat itu ia sedang bingung melihat ekspresi wajah Hua Man Lou.

   Ia pun bertanya.

   "Kau pernah mendengar lagu ini sebelumnya?"

   "Ya,"

   Hua Man Lou akhirnya mengangguk sesudah terdiam beberapa lama.

   "Aku pernah mendengarnya."

   "Dari siapa?"

   "ShangGuan FeiYan."

   Lu Xiao Feng sering mengatakan bahwa di dunia ini hanya ada kira-kira selusin benda yang ia percayai penuh.

   Telinga Hua Man Lou kebetulan termasuk salah satunya.

   Bila orang lain melihat sesuatu dengan mata mereka sendiri, terkadang mereka tidak benar-benar melihatnya.

   Tapi telinga Hua Man Lou tidak pernah keliru.

   Jadi penyanyi itu tentulah ShangGuan Fei Yan.

   PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, Bagaimana gadis yang menghilang secara misterius itu tiba-tiba bisa muncul di sini? Dan kenapa ia menyanyikan lagu yang indah tapi menakutkan itu di sini, pada malam hari di sebuah lereng gunung terpencil? Untuk siapa ia menyanyikan lagu itu? Mungkinkah ia seperti gadis dalam lagu tersebut? Sedang menceritakan kemalangan dan kepahitan hidupnya pada kekasihnya tepat menjelang saat kematiannya? Lu Xiao Feng tidak bertanya lagi, karena sebuah cahaya tiba-tiba muncul dalam kegelapan.

   Nyanyian tadi juga berasal dari arah lampu yang berkerlap-kerlip itu.

   Hua Man Lou pun mulai bergerak, melesat ke atas lereng gunung.

   Walaupun ia tak bisa melihat cahaya itu, ia bergerak tepat ke arahnya.

   Sinar itu semakin dekat dan semakin dekat dan Lu Xiao Feng akhirnya bisa melihat sebuah biara kecil.

   Apakah biara itu dibangun untuk menghormati setan gunung atau dewa bumi? Tiba-tiba nyanyian itu sirna, seluruh dunia tiba-tiba hampa dan sunyi.

   Lu Xiao Feng melirik Hua Man Lou.

   "Jika ia memang bernyanyi untukmu,"

   Ia berkata untuk meyakinkan dirinya sendiri.

   "ia tak akan pergi sekarang."

   Tapi si dia memang sudah pergi.

   Lampu minyak masih menyala di dalam biara yang gelap dan lembab itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan.

   Sebuah patung setan gunung berwajah hitam sedang duduk di atas seekor harimau yang buas dengan sebatang tongkat besi di tangannya.

   Dalam cahaya yang samar-samar dan kerlap-kerlip, seakan-akan ia hendak memukul segerombolan penjahat dengan tongkatnya dan menegakkan keadilan untuk orang-orang baik.

   Di atas meja altar ada sebuah baskom cuci tua yang terbuat dari perunggu dan telah berkarat.

   Baskom itu penuh dengan air bersih, beberapa helai rambut terlihat mengapung di air.

   "Apa yang kau lihat?"

   Hua Man Lou bertanya. "Ada sebuah baskom cuci di atas meja, baskom itu penuh air dan ada rambut juga."

   Lu Xiao Feng menjawab. "Rambut?"

   Rambut itu halus dan masih menyisakan keharuman yang hanya dimiliki gadis-gadis muda. "Ini rambut seorang gadis."

   Lu Xiao Feng menyimpulkan.

   "Tampaknya seorang gadis baru saja bernyanyi di sini dan menggunakan baskom air ini sebagai cermin untuk menyisir rambutnya. Tapi sekarang ia telah pergi."

   Hua Man Lou mengangguk perlahan, seakan-akan ia memang sudah memperkirakan bahwa si dia tak akan menunggunya di sini.

   "Di tempat ini, pada saat seperti ini, ia masih berusaha menyisir rambutnya? Jelas ia seorang gadis yang ingin selalu tampak cantik."

   Lu Xiao Feng meneruskan. "Gadis-gadis berusia 17, 18 tahun, siapa dari mereka yang tidak ingin selalu tampak cantik?"

   "Dan bukankah ShangGuan Fei Yan gadis berusia 17, 18 tahun?"

   "Ia juga selalu ingin tampak cantik."

   Lu Xiao Feng memandang Hua Man Lou, dan bertanya.

   "Kau pernah meraba rambutnya, bukan?"

   Hua Man Lou tertawa. Ada banyak jenis tawa, jenis tawa seperti ini berarti pengakuan. "Apakah ini rambutnya?"

   Ia yakin jari-jari Hua Man Lou sama sensitifnya dengan telinganya.

   Ia telah melihat, dengan mata kepalanya sendiri, bahwa Hua Man Lou mampu mengetahui keaslian sebuah benda hanya dengan menyentuhnya perlahan.

   Hua Man Lou telah menggenggam rambut itu di tangannya dan merabanya perlahan dengan jari-jarinya.

   Sebuah ekspresi yang sangat aneh muncul di wajahnya, bukan senang tapi juga bukan sedih.

   PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas.

   "Apakah ini benar-benar rambutnya?"

   Hua Man Lou mengangguk. "Ia tadi duduk di sini dan menyisir rambutnya sambil bernyanyi. Jelas ia masih hidup."

   Hua Man Lou kembali tertawa.

   Ada banyak jenis tawa, tapi tawa seperti ini mustahil untuk mengetahui apakah itu menandakan senang atau sedih.

   Si dia tadi di sini, tapi mengapa ia tidak menunggu dirinya? Jika si dia tak tahu dirinya ada di sini, lalu tadi ia bernyanyi untuk siapa? Lu Xiao Feng diam-diam menarik nafas, ia tak bisa memutuskan apakah harus menghibur sahabatnya itu atau tidak, atau pura-pura tidak faham saja.

   Angin berhembus dan memasuki ruangan itu melalui pintu.

   Patung setan gunung berwajah hitam yang memegang tongkat dan mengendarai harimau itu tiba-tiba berderak.

   Tongkatnya yang sepanjang 10 m itu tiba-tiba jatuh.

   Segera patung raksasa itu juga hancur berkeping-keping.

   Dalam awan debu, tiba-tiba Lu Xiao Feng menyadari bahwa di atas dinding di belakang patung tadi tergantung seseorang.

   Orang mati.

   Darah di tubuhnya masih belum kering.

   Sebatang pena hakim yang terbuat dari besi menembus dadanya dan memakukan tubuhnya ke dinding.

   Dua helai kertas seperti yang biasa digunakan pendeta Tao untuk memanggil arwah terikat di pena itu.

   
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Sebuah mata untuk sebuah mata!"

   "Inilah yang terjadi pada orang yang ikut campur dalam urusan orang lain!"

   Dua kalimat yang sama, tertulis dengan darah, seperti yang terdahulu.

   Darah tampak membasahi kertas itu.

   DuGu Fang, bukan Liu YuHen.

   Yang ingin mati ternyata masih hidup, sementara yang ingin hidup malah mati.

   "Patung ini sebenarnya suda lama hancur,"

   Lu Xiao Feng berkata dengan marah. "Mayat ini memang ditempatkan di sini untuk kita lihat."

   Wajah Hua Man Lou pun sepucat mayat. Akhirnya ia bertanya.

   "Apakah itu ShangGuan Fei Yan?"

   "Ini DuGu Fang."

   Lu Xiao Feng menjawab.

   "Aku benar-benar tidak mengira kalau dia adalah orang kedua yang mati."

   "Apa yang ia lakukan di sini? Mengapa ShangGuan Fei Yan pun berada di sini?"

   Hua Man Lou tenggelam dalam renungan.

   "Mungkinkah ia diculik? Mungkinkah ia telah jatuh ke tangan Paviliun Baju Hijau?"

   Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.

   "Biasanya kau orang yang berfikiran terbuka, tapi kenapa bila sesuatu terjadi padanya, kau selalu memikirkan kemungkinan yang terburuk?"

   Hua Man Lou terdiam beberapa lama sebelum akhirnya menarik nafas.

   "Mungkin karena aku terlalu memperdulikannya."

   Bila seseorang terlalu memperhatikan orang lain, sukar baginya untuk tidak memikirkan kemungkinan terburuk.

   Itulah sebabnya semakin seseorang memperhatikan orang lain, maka semakin mudah timbul kesalahfahaman, dan semakin buruk pula saat-saat perpisahan.

   Lu Xiao Feng tertawa dipaksa dan berkata.

   "Tak perduli apa, paling tidak ia masih hidup. Bagaimana mungkin orang bisa bernyanyi demikian indah jika ada sebatang golok di lehernya?" ______________________________ Lagu itu tidak indah, karena dinyanyikan oleh Lu Xiao Feng. "Hidup harus dinikmati hingga akhirnya, dan tidak perlu termenung menghadap bulan sendirian."

   Ia mengetuk-ngetukkan sumpitnya pada cangkir arak sebagai musiknya. Berulang-ulang ia menyanyikan 2 baris lagu itu. Tiap Lu Xiao Feng menyanyikan satu baris, Hua Man Lou akan minum satu cangkir. Akhirnya, ia tak tahan lagi dan berkata.

   "Bukannya aku tak suka nyanyianmu, tapi bisakah kau menyanyikan lagu lain?"

   "Tidak."

   Lu Xiao Feng menjawab. PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas.

   "Kenapa tidak?"

   "Karena cuma 2 baris itu yang aku tahu."

   Hua Man Lou tertawa.

   "Kau tahu, semua orang terus mengatakan bahwa Lu Xiao Feng adalah seorang jenius, salah satu orang yang paling cerdik dan cerdas di dunia; dan tak perduli jenis kungfu apa pun, ia akan mempelajari dan menguasainya dalam sekejap mata."

   Ia berkata.

   "Tapi dalam hal bernyanyi, kau lebih buruk dari seekor keledai."

   "Jika kau tidak suka nyanyianku, lalu kenapa kau tidak bernyanyi sendiri, huh?"

   Lu Xiao Feng mendebat.

   Tujuannya adalah membuat Hua Man Lou tertawa, membuat Hua Man Lou bernyanyi.

   Karena ia tak pernah melihat Hua Man Lou bersikap seperti ini, dan minum seperti itu.

   Itu bukanlah arak yang enak.

   Di mana kau bisa menemukan arak enak di sebuah desa miskin di lereng gunung pada saat seperti ini? Tapi tak perduli jenis arak apa itu, tetap saja lebih baik daripada tidak punya arak sama sekali.

   Hua Man Lou tiba-tiba mengangkat cangkirnya di udara, meneguk habis seluruh isinya dengan cara yang dramatis, dan mulai bernyanyi.

   Yang ia nyanyikan adalah lagu "Kenangan Lama", aslinya ditulis oleh Li Yu, satu-satunya kaisar Dinasti Tang Selatan, ketika ia merindukan almarhum isterinya, Da ZhouHuo.

   Maka lagu ini memiliki nada yang sedih, lembut, romantis dan sunyi.

   Lu Xiao Feng tiba-tiba menyadari bahwa Hua Man Lou benar-benar telah jatuh cinta pada gadis cantik yang misterius itu.

   Ia tidak pernah membicarakan hal itu, tapi itu hanya karena ia sedang kasmaran.

   Ia jatuh cinta yang sedalam-dalamnya, tapi itu karena ia tidak pernah jatuh cinta sebelumnya.

   Tapi bagaimana dengan ShangGuan Fei Yan? Gerak-geriknya sungguh misterius, dan sikapnya tidak dapat ditebak, bahkan Lu Xiao Feng tidak mampu menduga apa yang ada di dalam hatinya; apalagi Hua Man Lou yang sudah terjerat asmara.

   Tiba-tiba Lu Xiao Feng tertawa.

   "Nyanyianku mungkin buruk, tapi nyanyianmu bahkan lebih buruk!"

   Ia berkata.

   "Bila aku bernyanyi, paling tidak aku bisa membuatmu tertawa. Tapi bila kau bernyanyi, senyum saja pun aku tidak bisa."

   "Itulah sebabnya kurasa sebaiknya kita minum saja. Hari ini punya arak, maka mabuklah hari ini juga."

   Mereka berdua mengangkat cangkir. Tepat saat kedua cangkir akan bersentuhan, terdengar sebuah suara berkata.

   "Apakah di sini ada yang bernama tuan muda Lu Xiao Feng?"

   Malam telah semakin larut dan semua orang telah pergi.

   Seharusnya tidak ada orang yang datang ke desa di lereng gunung ini, dan tentu saja tak ada yang datang mencari Lu Xiao Feng.

   But a person did come, and he did come looking for Lu XiaoFeng.

   Tapi seseorang telah datang, dan ia mencari Lu Xiao Feng.

   Dari tampangnya, ia seperti seorang pemburu.

   Di tangannya ada sebuah keranjang bamboo.

   Di dalam keranjang itu ada beberapa potong ayam bakar.

   "Kenapa kau mencari Lu Xiao Feng?"

   Lu Xiao Feng bertanya dulu sebelum menjawab pertanyaannya. Pemburu itu meletakkan keranjang bambu di atas meja.

   "Ini dibeli untuk tuan muda Lu Xiao Feng oleh bibinya tersayang yang menyuruhku untuk datang ke sini dan memberikannya kepadanya untuk dinikmati bersama araknya."

   Ia menjelaskan. "Bibiku?"

   Lu Xiao Feng bergumam setelah tercengang sebentar. "Tuan adalah tuan muda Lu Xiao Feng?"

   Pemburu itu pun tampak tercengang juga. Lu Xiao Feng mengangguk.

   "Tapi aku bukan tuan muda, dan aku tidak punya bibi."

   "Ya, tuan punya, tentu saja punya."

   "Kenapa?" PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas.

   "Jika orang itu bukan bibi Tuan, lalu kenapa ia mau menghabiskan 5 tael perak untuk membeli ayam ini dan 5 tael lagi untuk upahku membawanya ke sini?"

   Pemburu itu mendebat.

   "Tapi itu itu."

   "Itu apa?"

   Lu Xiao Feng bertanya. "Ia bilang tuan muda Lu Xiao Feng punya 4 alis dan aku akan segera mengenalinya sewaktu bertemu dengannya."

   Pemburu itu menjawab sambil berusaha keras untuk tidak tertawa.

   "Tapi tampaknya Tuan hanya punya 2."

   Lu Xiao Feng berusaha menampilkan wajah yang kaku, tapi gagal dan ia pun tertawa.

   "Pernahkah kau melihat orang yang punya 4 alis?"

   Si pemburu pun tertawa juga.

   "Karena aku belum pernah melihatnya, maka aku mau datang."

   Ia menjawab.

   "Aku datang ke sini bukan hanya untuk 5 tael perak itu saja."

   "Seperti apa bibiku itu?"

   Lu Xiao Feng bertanya. "Ia seorang gadis kecil."

   "Seorang gadis kecil?"

   Lu Xiao Feng hampir berteriak.

   "Mungkinkah orang seusiaku punya bibi seorang gadis kecil?"

   Sebuah senyum dipaksa muncul di wajah si pemburu.

   "Semula aku pun tidak percaya. Tapi ia lalu mengatakan bahwa walaupun ia belum terlalu tua, ia adalah orang yang dituakan. Bahkan ia mengatakan bahwa ia punya seorang cucu keponakan bernama Hua Man Lou yang berusia lebih dari 50 tahun."

   Lu Xiao Feng melirik Hua Man Lou. Ia ingin tertawa, tapi merasa tidak enak. Tapi malah Hua Man Lou yang tertawa.

   "Itu benar, aku memang punya nenek seperti itu."

   Sekali lagi pemburu itu tercengang mendengar jawaban tersebut.

   "Tuan ini Hua Man Lou? Tuan berusia 50 tahun?"

   "Aku merawat diri dengan baik, itulah sebabnya aku tampak begitu muda."

   "Bagaimana Tuan melakukannya?"

   Pemburu itu tak tahan untuk tidak bertanya. "Bisakah aku melakukannya?"

   "Tentu saja, itu sangat mudah."

   Hua Man Lou menjawab dengan santai.

   "Yang kulakukan setiap hari adalah makan 50 ekor cacing tanah, 20 ekor kadal, dan 2 kilogram daging manusia."

   Pemburu itu menatapnya sedemikian rupa sehingga biji matanya seolah-olah akan melompat keluar dari tempatnya.

   Tiba-tiba, dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia berputar dan lari, lari seolah-olah tiada hari esok lagi.

   Lu Xiao Feng tak tahan lagi dan tertawa sekeras-kerasnya.

   Hua Man Lou pun tertawa.

   "Kau benar,"

   Ia berkata.

   "tampaknya bila setan kecil itu berdusta, ia sanggup memperdaya orang mati hingga hidup kembali."

   Sambil bicara, dengan separuh hati ia menunjuk ke arah jendela di sebelah kirinya dengan sumpitnya.

   Lu Xiao Feng melesat, berjumpalitan di udara, dan mendorong jendela itu hingga terbuka.

   Seorang gadis dengan rambut dikepang dua sedang bersembunyi di luar jendela sambil tertawa-tawa sendirian.

   Mata ShangGuan Xue-Er masih besar dan ia masih tampak begitu baik dan jujur.

   Tapi ia tak bisa tertawa lagi.

   Sambil mencengkeram rambut kepangnya, Lu Xiao Feng menyeretnya masuk ke dalam.

   "Setan kecil ini, menjadi bibiku saja masih tidak cukup, ia pun masih mengaku-aku menjadi nenekmu."

   Ia berkata. Xue-Er mencibir sedikit dan mencela.

   "Aku kan hanya main-main. Hanya karena kau tak suka diolok-olok, bukan berarti kau boleh menarik-narik kepang orang lain."

   "Apalagi ia telah menghabiskan 10 tael perak untukmu."

   Hua Man Lou tersenyum.

   "Di samping itu, ayam-ayam ini lumayan. Bahkan jika kau tidak mau berterima-kasih, paling tidak kau seharusnya lebih sopan sedikit."

   "Tampaknya cucu keponakanku masih punya hati."

   Xue-Er menambahkan. "Paling tidak ia bersikap adil dan jujur."

   Lu Xiao Feng tertawa.

   "Jadi menurutmu orang yang punya hati kedudukannya PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, masih lebih rendah daripada orang yang tak punya?"

   Sambil tertawa, ia melepaskan rambut kepang Xue-Er.

   Seperti seekor rubah kecil, Xue-Er segera merangkak di antara kedua kaki Lu Xiao Feng dan lari.

   Sayangnya ia tidak cukup cepat karena Lu Xiao Feng segera mencengkeram rambut kepangnya lagi dan menyeretnya seperti seekor ayam kecil.

   Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sambil memaksanya duduk di sebuah kursi, wajah Lu Xiao Feng berubah serius ketika ia berkata.

   "Aku harus bertanya sesuatu padamu, dan lebih baik kau menjawabnya dengan jujur, jangan pernah berfikir untuk berdusta."

   "Aku tidak pernah berdusta sebelumnya."

   Xue-Er mengedip-ngedipkan matanya, seakan-akan ia telah dituduh dengan sewenang-wenang. "Kalimat barusan itu saja sudah dusta."

   "Jika semua yang kukatakan adalah dusta, lalu kenapa kau masih mau bicara denganku?"

   Karena marah, ShangGuan Xue-Er berteriak. Tahu bahwa tidak ada gunanya berdebat dengannya, Lu Xiao Feng menarik muka dan bertanya.

   "Kenapa kau selalu mengikuti kami?"

   "Aku bukan mengikuti kalian. Bahkan jika aku ingin, aku tak akan mampu."

   Kalimat itu memang benar.

   "Lalu bagaimana caranya kau menemukan kami?"

   "Aku tahu kalian akan datang ke mari untuk mencari XiMen Chui Xue, maka aku datang ke sini lebih dulu!"

   "Kau sudah lama menunggu di sini?"

   "Aku sudah menunggu seharian.

   Bahkan tidak sempat bertukar pakaian atau pun mandi.

   Aku bau.

   Kau tidak percaya? Mendekatlah ke sini."

   Hua Man Lou tertawa lagi. Lu Xiao Feng hanya bisa berdehem beberapa kali. "Mengapa kau menunggu kami?"

   Ia bertanya. "Karena aku punya rahasia yang harus kuberitahukan padamu."

   "Rahasia apa?"

   Xue-Er mencibir lagi, tampaknya ia akan menangis lagi. Tiba-tiba ia mengeluarkan sebuah ukiran burung walet emas yang sangat indah dari dalam bajunya.

   "Kutemukan ini di kebun malam itu."

   Lu Xiao Feng memperhatikan benda itu tapi tak menemukan apa-apa. "Sebelum aku lahir, ayahku memberikan ini pada kakakku."

   Xue-Er meneruskan.

   "Kakakku sangat menghargainya, ia memasangnya pada sebuah kalung emas dan selalu memakainya.

   Aku selalu berusaha meminjamnya barang sehari atau 2 hari, tapi ia bahkan tak membiarkan aku menyentuhnya.

   Tapi sekarang aku menemukannya tergeletak begitu saja di sana di atas tanah."

   "Mungkin ia tak sengaja menjatuhkannya."

   Lu Xiao Feng menduga-duga. Xue-Er menggeleng-gelengkan kepalanya.

   "Tidak mungkin. Benda ini pasti dijatuhkan seseorang saat mereka berusaha menyembunyikan mayatnya."

   Air mata mulai mengembang di matanya, ia tampak sangat sengsara, bahkan suaranya pun mulai serak. "Kau benar-benar mengira kakakmu telah mati?"

   Xue-Er menggigit bibirnya dan mengangguk dengan yakin.

   "Bukan hanya aku tahu bahwa ia telah mati,"

   Ia berkata dengan suara yang sember.

   "Aku pun tahu siapa pembunuhnya."

   "Siapa?"

   "Kakak sepupuku yang jalang itu."

   Xue-Er menjawab dengan pahit. "ShangGuan DanFeng?"

   "Ya, dia! Bukan hanya dia yang membunuh kakakku, dia juga yang membunuh Xiao QiuYu, DuGu Fang, dan Liu YuHen!"

   "Mereka bertiga semua dibunuh olehnya?"

   Xue-Er mengangguk.

   "Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Ia sedang berada di kamar hotel itu, berbincang-bincang dengan Liu YuHen. Lalu tiba-tiba ia melepaskan Jarum Phoenix Terbang miliknya dan membunuh Liu YuHen. Ia bahkan menyembunyikan mayatnya di bawah tempat tidur."

   "Difikir-fikir, ia sangat ingin mati, tapi ia kok mati seperti itu."

   Lu Xiao Feng menarik nafas.

   PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas.

   "Jarum Phoenix Terbang adalah senjatanya yang paling ampuh.

   Jarum itu langsung menutup jalan darah ketika bertemu darah dan racunnya pun berakibat fatal.

   Kakakku mungkin terbunuh oleh jarum itu juga.

   Tapi di mana ia menyembunyikan mayatnya?"

   Air mata bergulir di pipinya ketika ia melanjutkan. "Yang kamu katakan itu sangat logis dan masuk di akal."

   Lu Xiao Feng menarik nafas lagi.

   "Sayangnya aku masih tidak percaya sedikit pun."

   Kali ini Xue-Er tidak marah, ia tetap saja menangis.

   "Aku tahu kau tak akan mempercayaiku, kau kau sudah dikacaukan olehnya."

   Lu Xiao Feng menatapnya, keyakinannya mulai goyah sedikit. Maka ia tak tahan untuk tidak bertanya.

   "Ia adalah kakak sepupumu, kenapa ia ingin membunuh kakakmu?"

   "Siapa yang tahu kenapa?"

   Sambil mengkertakkan giginya, Xue-Er menjawab.

   "Mungkin ia membenci kakakku karena lebih cerdas dan lebih cantik."

   "Lalu bagaimana dengan Liu YuHen? Bukankah dia setia kepadanya? Kenapa ia membunuh Liu YuHen?"

   "Ia lebih keji daripada ular paling berbisa sekalipun.

   Jika ia tega membunuh orang seperti kakakku,"

   Xue-Er menjawab dengan pahit.

   "lalu kenapa ia tak mungkin membunuh orang lain?"

   Lu Xiao Feng menarik nafas.

   "Aku tahu kau membencinya, tapi."

   "Kau kira aku membencinya karena cemburu terhadap hubunganmu dengan dia?"

   ShangGuan Xue-Er tiba-tiba memotongnya sambil mendengus dingin.

   "Mungkin ia tampaknya sangat baik padaku, tapi di belakang ia sering menakut-nakuti diriku sejak kami masih kecil."

   Lu Xiao Feng tiba-tiba memotongnya.

   "Ia baru 19 tahun, tapi kamu 20 tahun. Bagaimana mungkin ia bisa menakut-nakuti dirimu?"

   Xue-Er tak bisa menjawab. Lu Xiao Feng tidak tega, maka ia menambahkan dengan suara yang lembut.

   "Jika kau benar-benar mengkhawatirkan kakakmu, kau bisa tenang sekarang. Karena aku tahu pasti bahwa dia belum mati."

   Xue-Er menggigit bibirnya dan menjawab.

   "Tapi aku benar-benar melihat dengan mata kepalaku sendiri waktu ia membunuh Liu YuHen. Aku"

   Tiba-tiba ia berhenti, seluruh tubuhnya seperti membeku.

   Liu YuHen yang katanya telah terbunuh dan mayatnya disimpan di bawah tempat tidur oleh ShangGuan DanFeng tiba-tiba muncul.

   Kabut malam terasa dingin dan sepi, bulan pun tampak samar-samar.

   Liu YuHen muncul dari balik kabut di bawah sinar bulan yang samar-samar itu dan masuk ke dalam kedai arak kecil tersebut.

   Wajahnya yang mengerikan semakin tampak menakutkan bila dilihat di bawah sinar bulan.

   Tapi ekspresinya sangat tenang dan suaranya pun sangat lembut.

   "Sudah cukup main-main di sini? Kembalilah bersamaku."

   Ia berkata, sambil memandang Xue-Er.

   "Yang Mulia sedang menungguku untuk membawamu pulang."

   Biji mata Xue-Er hampir melompat keluar.

   "Kau kau belum mati?"

   Ia tergagap. Sinar mata sedih terlihat di mata Liu YuHen ketika ia menjawab dengan suara berat.

   "Kadang-kadang, mati bukanlah hal yang mudah."

   "Dan kakak sepupuku?"

   "Ia juga berharap kau segera pulang. Kau masih muda, tunggulah beberapa tahun lagi, saat itu masih belum terlambat untuk pergi ke luar dan bermain-main. Contohnya kakakmu, ia pergi ke mana pun yang ia inginkan, dan tak seorang pun mempermasalahkannya."

   Xue-Er memandang padanya, ia seperti ketakutan. Tiba-tiba ia mencengkeram tangan Lu Xiao Feng.

   "Tolong jangan biarkan dia membawaku pulang!"

   Ia menjerit.

   "Tolong ijinkan aku mengikuti kalian, aku akan bersikap baik!"

   "Itu harus menunggu kau besar sedikit."

   Liu YuHen berkata.

   "Kau masih anak-anak. Ada hal-hal serius yang harus dilakukan orang dewasa, bagaimana mungkin kau boleh ikut?"

   Di luar sana, terdengar seekor kuda meringkik. Ada sebuah kereta kuda di luar, PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, kereta yang juga pernah ditumpangi oleh Lu Xiao Feng. "Tidurlah di dalam kereta."

   Liu YuHen meneruskan.

   "Lalu kau akan tiba di rumah sebelum kau menyadarinya."

   ShangGuan Xue-Er akhirnya pergi, pergi tanpa berpaling ke belakang lagi. Memandangnya naik ke atas kereta, melihat betapa sedih wajahnya, Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak menarik nafas lagi.

   "Kau seorang gadis yang manis dan cantik, kenapa kau suka berdusta?"

   Hua Man Lou dari tadi hanya duduk saja di sana, tapi sekarang tiba-tiba ia berkata.

   "Setiap orang yang berdusta selalu punya alasan. Ada yang berdusta untuk menipu orang lain, ada pula yang berdusta untuk menipu dirinya sendiri."

   Ia menarik nafas dan melanjutkan.

   "Dan yang paling rapuh adalah orang-orang yang berdusta untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, untuk membuat orang lain memperhatikan dirinya."

   "Apakah itu terjadi karena ia tak mendapatkan kasih saying dan cinta dari orang lain?"

   "Ya."

   "Kau benar."

   Dengan senyum dipaksa di wajahnya, Lu Xiao Feng menarik nafas. "Ada orang yang harus dimaafkan walaupun mereka berbuat salah. Mungkin seharusnya aku telah memikirkan."

   Ia belum menyelesaikan kalimatnya ketika ia melihat Liu YuHen tiba-tiba muncul kembali di pintu.

   "Xue-Er menitipkan pesan untukmu."

   Orang itu berkata dengan lambat. Lu Xiao Feng menantikan pesan itu. Tiba-tiba ia melihat di mata orang yang mengerikan ini muncul secercah senyuman hangat.

   "Ia bilang, ia lupa mengatakan bahwa setelah kau mencukur kumismu, kau tampak jauh lebih muda dan tampan daripada sebelumnya." ______________________________ Lu Xiao Feng meraba bulu-bulu kasar di bawah hidungnya dengan ujung jarinya. Ia telah meraba-rabanya terus di sepanjang perjalanan dari YanBei ke ShanXi. Sepertinya ia merasa kumis itu kurang cepat tumbuhnya. "Kau tahu aku tak pernah merasa sedih karena tak bisa melihat."

   Hua Man Lou tersenyum selebar-lebarnya.

   "Tapi saat ini aku benar-benar berharap bisa melihat wajahmu tanpa kumis itu."

   "Sangat muda dan tampan."

   "Lalu kenapa kau terus memelihara kumis itu?"

   "Karena aku khawatir kalau semua gadis akan mati karena terlalu terpesona padaku."

   "Tampaknya kau mudah naik darah beberapa hari terakhir ini."

   Hua Man Lou masih tersenyum.

   "Apakah kau sedang marah pada dirimu sendiri?"

   "Mengapa aku harus marah pada diriku sendiri?"

   Lu Xiao Feng menjawab dengan dingin. "Karena kau merasa bahwa kau telah bersikap terlalu keras pada gadis kecil yang rapuh, manis dan suka berdusta itu. Dan kau khawatir kalau-kalau ia akan diancam dan diperlakukan buruk saat ia sampai di rumah."

   Lu Xiao Feng tiba-tiba bangkit. Tapi sebelum ia sempat pergi, seseorang datang membawakan sebuah undangan. "Dengan hormat, telah disiapkan makanan dan minuman serta air untuk membersihkan diri dari debu di perjalanan. Harap tuan-tuan bersedia hadir."

   
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Undangan itu ditanda-tangani oleh "Huo TianQing."

   Kalimatnya sederhana, tertulis dengan sangat rapi dan indah.

   Tintanya pun sangat tebal, sehingga setiap huruf bisa terbaca dengan jelas.

   Bahkan orang yang tak bisa melihat pun bisa menggunakan jari-jarinya untuk membaca undangan itu.

   "Tampaknya Tuan Huo ini seorang yang sangat teliti dan penuh perhatian."

   Hua Man Lou berkata sambil tersenyum. "Bukan hanya penuh perhatian."

   Lu Xiao Feng pun berkata dengan santai. Orang yang menyampaikan undangan itu adalah seorang anak yang tampaknya PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, sangat cerdas. Ia berdiri di luar dan membungkuk dengan hormat.

   "Tuan Huo menginstruksikan bahwa jika tamu-tamu terhormat bersedia hadir pada acara makan malam, maka hamba harus menyediakan sebuah kereta dan menunggu di sini, untuk kemudian membawa tuan-tuan ke Paviliun Intan. Tuan Huo telah menunggu kedatangan tuan-tuan di sana."

   "Bagaimana ia tahu kami ada di sini?"

   Lu Xiao Feng bertanya. Anak itu tertawa dan menjawab.

   "Tidak perduli besar atau kecil, tak ada yang bisa lewat di daerah ini dalam radius 400 km tanpa sepengetahuan Tuan Huo."

   Bab 6.

   Pedang Dihunus dan Orang-orang pun Mati Pesta itu diadakan di sebuah paviliun yang berada di tengah air.

   Sekelilingnya tampak menghijau karena bunga lotus yang tumbuh di dalam kolam, tapi pagar paviliun itu sendiri dicat merah menyala.

   Tirai-tirainya yang bertaburkan mutiara telah dinaikkan.

   Angin samar-samar membawa keharuman bunga lotus yang baru mekar.

   Sekarang sudah bulan April.

   Hua Man Lou menikmati kemewahan tak terbatas yang hanya dimiliki orang-orang terkaya ini dalam kebisuan.

   Tentu saja ia tidak melihat seperti apa Huo TianQing itu, tapi ia telah mengetahui orang macam apa dia dengan hanya mendengarkan suaranya saja.

   Suara Huo TianQing rendah tapi bertenaga dan mengandung kelembutan serta kehangatan.

   Bila ia bicara, bukan hanya ia ingin semua orang mendengarkannya, tapi ia juga ingin mereka mendengarnya dengan jelas.

   Itu berarti ia adalah orang yang sangat percaya diri dan tegas, apapun yang ia lakukan maka ia pasti punya alasannya sendiri.

   Bahkan walaupun ia sangat angkuh, ia khawatir kalau orang lain menganggap dirinya angkuh.

   Hua Man Lou tidak menyukai orang seperti ini, seperti juga Huo TianQing tidak menyukai dirinya.

   Sudah ada 2 orang tamu lain di tempat itu.

   Yang pertama adalah tamu keluarga Yan, Su ShaoYing, dan yang kedua adalah Ketua Persekutuan Perusahaan Ekspedisi (piauwkiok).

   "Naga di Awan"

   Ma XingKong.

   Ma XingKong telah lama terkenal di dunia persilatan.

   Bukan hanya kungfunya sangat hebat, ia juga bukan tipe orang yang mencari kemasyuran dan pujian.

   Maka Hua Man Lou pun heran saat mendengar orang ini seperti menjilat-jilat saat bicara dengan Huo TianQing.

   Seseorang seperti dirinya, seorang yang mencapai kemasyuran lewat kemampuannya sendiri, seharusnya tidak bersikap seperti ini.

   Di pihak lain, Su ShaoYing ternyata sangat santai dan tenang, tidak ada kepalsuan dalam suaranya.

   Huo TianQing memperkenalkan dirinya sebagai orang yang memiliki pengetahuan yang luas.

   Tapi dari suaranya, kelihatannya ia masih sangat muda.

   Tuan rumah dan tamunya total berjumlah 5 orang.

   Ini adalah gaya perjamuan yang disukai Hua Man Lou, karena memperlihatkan bahwa bukan hanya tuan rumahnya teliti tapi juga sangat memahami tamu-tamunya.

   Tapi belum tersedia arak atau pun makanan di atas meja.

   Walaupun Hua Man Lou mulai tidak sabaran, ia juga merasa sedikit canggung.

   Tidak banyak lentera yang terdapat di paviliun itu, tapi tetap saja tempat itu terang benderang seperti siang hari.

   Itu karena di tengah-tengah dinding tergantung 4 butir mutiara yang terang, yang memantulkan sinar dari lentera dengan cahaya yang sangat lembut, membuat pencahayaan di ruangan itu jadi terasa nyaman di mata.

   Su ShaoYing sedang bercerita tentang kaisar terakhir dari dinasti Tang Selatan.

   "Bila ia sedang bersama Selir Muda Zhuo, ia tidak pernah menyalakan lentera.

   Maka tertulislah dalam buku bahwa bila Permaisuri Jiang JuoLi melihat cahaya di malam hari, ia akan menutup matanya dan berkata.

   Asap, berarti lilin sedang menyala.

   Jika mata seseorang ditutup, maka bau asap akan tercium lebih jelas. PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, Ia tahu apa yang sedang dilakukan kaisar bila ia mencium bau asap.

   Seseorang pernah bertanya kepadanya kenapa ia begitu yakin bahwa asap itu bukan berasal dari salah satu lilin yang ada di istananya sendiri.

   Ia menjawab.

   Pada malam hari istana menggunakan sebuah mutiara besar yang tergantung sampai ke langit-langit, yang akan membuat ruangan jadi terang seperti di siang hari."

   "Nafsu berahi kaisar memang agak keterlaluan,"

   Huo TianQing memberi komentar sambil tersenyum.

   "Itulah sebabnya hanya persoalan waktu saja sebelum dinasti Tang Selatan jatuh."

   "Tapi ia hanyalah orang yang penuh kasih sayang, kebaikannya benar-benar tiada tandingannya,"

   Su ShaoYing menjawab. "Orang-orang yang baik dan penuh kasih sayang tidak cocok menjadi kaisar,"

   Huo TianQing menjawab dengan santai. "Tapi jika ia punya seorang penasehat seperti Tuan Huo, mungkin dinasti Tang Selatan tak akan jatuh,"

   Ma XingKong menambahkan sambil tersenyum. "Jika saja Li Ying lahir beberapa ratus tahun kemudian,"

   Lu Xiao Feng tiba-tiba menarik nafas.

   "atau jika ia ada di sini, tentu ia akan lebih mengharapkan arak tersedia di sini."

   Hua Man Lou tertawa. Huo TianQing tak tahan untuk tidak tertawa juga.

   "Arak dan makanan telah tersedia, hanya saja waktu Pemimpin Besar mendengar bahwa Lu Xiao Feng dan Hua Man Lou menjadi tamu kita hari ini, beliau memutuskan untuk datang dan bergabung dengan kita."

   "Kita sedang menunggunya?"

   Lu Xiao Feng bertanya. "Jika tuan merasa sedikit kurang sabar, bagaimana kalau kita pesan makanan kecil untuk dinikmati bersama arak?"

   Huo TianQing menawarkan. "Menunggu sebentar lagi bukanlah masalah besar. Jarang sekali Pemimpin Besar dalam suasana yang begitu senang, seharusnya kita tidak menurunkan semangatnya,"

   Ma XingKong segera menjawab. "Aku juga tak ingin menurunkan semangat kalian! Cepat, bawakan arak!"

   Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari luar paviliun.

   Seseorang berjalan masuk, tawanya nyaring dan halus Wajahnya putih dan gemuk dengan kulit yang lembut seperti seorang gadis muda.

   Hanya hidung besar seperti paruh burung di wajahnya itu saja yang tampak jantan.

   Hua Man Lou berfikir.

   "Orang ini adalah Kepala Bendahara Kekaisaran Rajawali Emas, mungkinkah ia seorang kasim?"

   "Apa kabar, Ketua?"

   Ma XingKong telah bangkit dan memberi hormat. Tapi Yan TieShan bahkan tidak melirik sedikit pun padanya. Ia menggenggam tangan Lu Xiao Feng dan memandang wajahnya terus menerus. Tiba-tiba ia tertawa.

   "Haha! Kau masih kelihatan sama. Kau tidak berubah sedikit pun sejak terakhir kali kita bertemu di puncak Memandang Matahari di TaiShan. Tapi bagaimana kau sekarang hanya punya 2 alis mata?"

   Ia bicara dengan logat ShanXi yang kental, seolah-olah ia khawatir kalau orang lain tak tahu kalau ia berasal dari ShanXi. Mata Lu Xiao Feng berkilauan dan ia pun tersenyum.

   "Aku tak bisa membayar arak yang aku minum, maka isteri pemilik warung arak itu mencukur kumisku untuk dijadikan bedak wajahnya."

   Ucapannya itu membuat Yan TieShan tertawa lagi.

   "Neneknya! Perempuan itu pasti menyukai saat-saat kumismu menyentuh wajahnya!"

   Ia berpaling dan menepuk-nepuk pundak Hua Man Lou.

   "Dan kau tentu putera ketujuh keluarga Hua! Dua kakakmu pernah datang ke sini sebelumnya. Saudara ke-3 dan ke-5 cukup kuat minumnya."

   "Saudara ke-7 pun bisa minum sedikit,"

   Hua Man Lou berkata sambil tersenyum. "Bagus!"

   Yan TieShan bertepuk tangan.

   "Bagus sekali! Ambilkan kendi arak yang disimpan di bawah ranjangku. Yang tidak mabuk malam ini adalah cucu perempuan neneknya!"

   Makanan ShanXi terkenal sangat pedas, dan pada makanan yang tersedia sekarang pun telah ditambahkan bubuk merica.

   PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, Dengan menggunakan sumpit di tangannya yang putih dan halus, Yan TieShan terus-terusan menambahkan makanan ke mangkok Lu Xiao Feng.

   "Ini adalah makanan khas ShanXi kami. Walaupun tak ada yang perlu disebut-sebut, kau tak akan mendapatkan ini di tempat lain neneknya."

   "Jadi ketua berasal dari ShanXi?"

   Lu Xiao Feng bertanya.

   "Aku lahir dan dibesarkan dalam keluarga orang kebanyakan.

   Aku pernah pergi ke TaiShan suatu waktu, untuk melihat matahari neneknya.

   Tapi tak perduli bagaimana kupandang, dia hanya seperti sebuah kuning telur raksasa bagiku.

   Benar-benar membosankan."

   Yan TieShan tertawa. Ia terus mengatakan "neneknya"

   Di sana sini, seakan-akan ia berusaha meyakinkan setiap orang bahwa ia adalah seorang lelaki sejati, lelaki yang jantan dan kasar. Lu Xiao Feng pun tertawa. Sambil tersenyum ia mengangkat cangkir ke bibirnya dan tiba-tiba bertanya.

   "Boleh saya tahu dari mana Bendahara Yan berasal?"

   "Bendahara Huo,"

   Ma XingKong segera mengkoreksi.

   "bukan Bendahara Yan."

   "Aku bukan sedang membicarakan Bendahara Huo dari Paviliun Mutiara dan Intan,"

   Lu Xiao Feng menjawab dengan santai.

   "Aku sedang membicarakan Yan LiBen, Kepala Bendahara dari Kekaisaran Rajawali Emas yang telah jatuh."

   Tanpa berkedip ia memandang wajah Yan TieShan dan, sepatah kata demi sepatah kata, ia pun berujar.

   "Aku yakin Ketua tentu kenal orang ini."

   Wajah Yan TieShan yang putih, halus dan lembut tiba-tiba menegang seperti pita karet.

   Bahkan senyuman itu pun menjadi kaku dan canggung.

   Ia adalah orang yang tetap kelihatan sama tak perduli bagaimana pun suasana hatinya.

   Tapi yang barusan dikatakan Lu Xiao Feng itu seperti sebuah cambuk, cambuk yang merobek sebuah luka lama, luka fatal yang mulai berdarah lagi.

   "Jika Ketua kenal orang ini,"

   Mata Lu Xiao Feng berkilauan ketika ia meneruskan lambat-lambat.

   "maka tolong kau beritahukan padanya bahwa, karena hutang lamanya yang telah ditunggak puluhan tahun lamanya, seseorang datang untuk menagihnya."

   "Bendahara Huo!"

   Yan TieShan tiba-tiba berseru, wajahnya masih sangat tegang. "Ya, Tuan?"

   Huo TianQing tidak bergerak sedikit pun. "Tuan Hua dan Tuan Lu tidak ingin tinggal di sini lagi. Tolong siapkan sebuah kereta kuda untuk mereka dan antarkan mereka, mereka ingin pergi sekarang juga!"

   Yan TieShan berkata dengan dingin. Tanpa menunggu jawaban, ia mengibaskan lengan bajunya ke arah mereka dan mulai berjalan ke luar. Tapi sebelum ia mencapai pintu keluar, telah ada seseorang yang menghalangi jalannya.

   "Mereka tidak ingin pergi, dan kau sebaiknya tetap di sini juga,"

   Sebuah suara yang dingin berkata.

   Orang ini bertubuh jangkung dan kukuh, semua yang ia kenakan berwarna putih seperti salju.

   Tapi pedang yang tergantung di ikat pinggangnya berwarna hitam; hitam pekat, tipis, dan antik.

   "Berani-beraninya kau tidak menghormatiku?"

   Mata Yan TieShan seperti melompat keluar ketika ia berseru.

   "Siapa kau?"

   "XiMen Chui Xue."

   XiMen Chui Xue, nama itu sendiri seperti pedang, dingin, tak berperasaan, dan tajam. Bahkan Yan TieShan terpaksa mundur teratur 2 langkah ke belakang.

   "Penjaga!"

   Ia tiba-tiba berteriak.

   Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Selain dari 2 orang anak kecil yang menuangkan arak dan pelayan berbaju hijau yang sesekali masuk untuk membawakan makanan, paviliun itu benar-benar sepi, bahkan tidak ada tanda-tanda seseorang pun.

   Tapi segera setelah Ketua Yan berteriak, 5 orang segera melesat masuk lewat jendela.

   Gerakan mereka benar-benar cepat dan senjata mereka berkilauan, sebuah pedang bergelang, sebatang golok berbulu, lembing yang lentur seperti cambuk, sepasang cakar, dan dua nunchaku besi.

   Lima jenis senjata itu adalah senjata-senjata yang luar biasa, siapa pun yang PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, menggunakan senjata seperti ini tentulah seorang jagoan kungfu.

   Tapi XiMen Chui Xue bahkan tidak memandang mereka.

   "Sekali pedangku dihunus, ia akan membunuh."

   Ia berkata dengan dingin.

   "Apakah kalian benar-benar ingin memaksaku mencabut pedang?"

   Dari 5 orang itu, dua di antaranya sudah sangat hijau wajahnya.

   Tapi selalu ada orang-orang yang tak takut mati.

   Tiba-tiba angin mulai mengaung ketika golok berbulu itu menjadi dinding golok yang melesat ke arah XiMen Chui Xue.

   Nunchaku itu pun berubah menjadi angin puting beliung yang ganas ketika menyapu ke lutut XiMen Chui Xue.

   Senjata yang satu keras dan ganas, sementara yang satunya lagi cepat dan ringan, tapi keduanya dahsyat dan bekerja sama dalam keselarasan yang sempurna.

   Tampaknya mereka berdua sering berlatih bersama-sama.

   Kelopak mata XiMen Chui Xue tiba-tiba menyipit, pada saat itu pula pedangnya telah terhunus.

   Huo TianQing tidak bergerak, ia malah menatap Lu Xiao Feng.

   Jika Lu Xiao Feng tidak bergerak, maka ia pun tidak akan bergerak.

   Tapi Ma XingKong telah bangkit.

   "Bendahara Huo mengundang kalian ke sini sebagai tamu, bagaimana kalian berani membuat keributan di sini?"

   Ia berteriak dengan bengis.

   Sambil berteriak, tangannya turun ke pinggang dan menarik sebuah rotan naga bersisik ikan yang berwarna keemasan.

   Dengan mengibaskannya sekali, rotan itu pun menyambar ke arah tenggorokan Hua Man Lou.

   Ia tahu Hua Man Lou buta dan beranggapan bahwa akan lebih mudah menghadapi seorang laki-laki buta.

   Senjata rotan naga miliknya itu sangat berbeda dengan senjata lainnya yang sejenis.

   Sesudah rotan itu dikibaskan, lilitan naga yang terukir di rotan tiba-tiba akan membuka mulutnya dan "ting", sebuah pedang yang tipis tapi tajam akan melesat keluar.

   Hua Man Lou tetap duduk di sana, menunggu dengan tenang.

   Tiba-tiba ia mengangkat tangannya dan menangkap pedang itu di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

   "Ting!"

   Lagi, pedang dari besi murni yang ditempa seorang tukang besi selama 3 bulan itu pun patah menjadi 3 bagian.

   Wajah Ma XingKong berubah warnanya dan ia segera menyentakkan pergelangan tangannya, membuat rotan naga itu berputar-putar dan berusaha menyerang kedua telinga Hua Man Lou.

   Hua Man Lou menarik nafas ketika ia memutar lengan bajunya seperti awan badai dan membungkus rotan naga itu.

   Lalu ia menarik dengan perlahan.

   Ma XingKong terjatuh ke atas meja, piring-piring pun beterbangan ke mana-mana.

   Hua Man Lou mendorong sedikit dan mengirim tubuh orang itu terbang melalui jendela dan jatuh ke kolam bunga lotus yang mengelilingi paviliun.

   "Pertunjukan yang luar biasa!"

   Su ShaoYing tak terasa memuji. "Bukannya aku yang hebat, tapi ia sendiri yang tidak bagus."

   Hua Man Lou menjawab dengan santai.

   "Sepertinya ilmu dan kekuatannya hanya tersisa 50 %. Apakah ia menderita luka dalam?"

   "Analisa yang hebat. Tiga tahun yang lalu ia telah menerima pukulan pembelah udara dari Bendahara Huo."

   Su ShaoYing menjawab. "Tak heran,"

   Hua Man Lou menarik nafas.

   Ia akhirnya mengerti mengapa Ma XingKong bersikap seperti seorang penjilat tak tahu malu.

   Jika orang seperti dia, yang mencari nafkah dari berkelahi, kehilangan sebagian besar kungfunya, maka ia harus menemukan seseorang untuk meminta perlindungan.

   Dan tak ada yang lebih baik daripada meminta Paviliun Mutiara dan Intan sebagai pelindungnya.

   Su ShaoYing tiba-tiba berujar.

   "Maafkan aku, tapi aku ingin mencoba ilmu Tuan Hua yang luar biasa. Awas!"

   Setelah menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba ia melesat dengan sumpit di tangannya.

   PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, Pemuda yang sopan dan halus ini benar-benar mampu menggunakan sumpit itu sebagai pedang dan memainkan jurus-jurus ilmu pedang dari golongan putih.

   Dalam sekejap mata, ia telah menggunakan 7 macam gerakan untuk menyerang Hua Man Lou.

   Lu Xiao Feng tidak bergerak, ia hanya memandang Huo TianQing dalam kebisuan.

   Jika Huo TianQing tidak bergerak, maka ia pun tak akan bergerak.

   Sudah ada 3 orang yang tergeletak di lantai dan tak akan pernah bergerak lagi.

   Golok berbulu itu telah menancap di ambang jendela, nunchaku telah terbang keluar jendela, dan lembing lemas pun telah patah menjadi 4 bagian.

   Waktu pedang itu ditarik kembali, masih ada darah di ujungnya.

   XiMen Chui Xue meniup darah di pedangnya itu dengan perlahan, membuat darah merah itu menetes jatuh ke lantai.

   Walaupun wajahnya masih tanpa ekspresi, matanya yang dingin seperti batu tampak berkilauan saat menatap Yan TieShan dengan dingin.

   "Seharusnya kau sendiri yang berkelahi,"

   Ia berkata dengan dingin.

   "Mengapa kau mengirim orang lain kepada kematiannya?"

   "Karena aku telah lama membeli nyawa mereka!"

   Yan TieShan menjawab sambil mendengus rendah.

   Ia memberi isyarat dengan tangannya dan 6 orang lagi muncul di paviliun tersebut.

   Matanya berputar-putar, seolah-olah ia sedang mencari jalan untuk melarikan diri.

   Ia tidak bicara dalam aksen ShanXi lagi, juga tidak mencaci-maki nenek orang lagi.

   Tapi suaranya menjadi tajam dan melengking, setiap kata yang keluar dari mulutnya pun seperti jarum, jarum yang menusuk gendang telinga orang lain.

   Lu Xiao Feng tiba-tiba tertawa.

   "Ternyata Ketua adalah seorang jagoan yang memiliki tenaga dalam yang luar biasa."

   "Kungfunya mungkin lebih baik daripada semua orang di sini."

   Huo TianQing menyahut dengan santai. "Sayang sekali kalau begitu."

   "Kenapa sayang?"

   "Karena ia memiliki kelemahan yang fatal."

   "Apa itu?"

   "Ia takut mati!"

   Su ShaoYing telah memulai rentetan 7 jurus ilmu pedang berikutnya.

   Jurus-jurus itu cepat, dinamis, dan cekatan, tak pernah jauh dari wajah Hua Man Lou.

   Hua Man Lou masih duduk di situ, dengan sebatang sumpit di tangannya.

   Dengan sebuah sentilan atau putaran sederhana, seolah-olah itu adalah hal yang paling alami di dunia, gerakannya mampu mengatasi setiap serangan Su ShaoYing.

   Sesudah 7 jurus yang kedua berlalu, Su ShaoYing tiba-tiba berhenti.

   Ia tiba-tiba menyadari bahwa orang buta yang selalu tersenyum ini seolah-olah lebih tahu tentang ilmu pedangnya daripada dirinya sendiri.

   Setiap kali ia membuat sebuah gerakan, seketika itu juga musuhnya ini tahu bahwa serangannya akan tiba.

   "Apakah Tuan juga murid EMei?"

   Ia terpaksa bertanya. Hua Man Lou menggelengkan kepalanya dengan perlahan dan tersenyum.

   "Bagi kalian, setiap ilmu pedang dari setiap sekte di dunia ini menggunakan gerakan dan strategi yang berbeda-beda. Tapi bagi orang buta, semua gerakan di dunia ini adalah sama."

   Ini adalah prinsip yang paling mendasar dalam ilmu bela diri.

   Su ShaoYing seperti faham, tapi seperti juga tidak.

   Ia ingin menyelidiki lebih jauh, tapi tak tahu bagaimana atau apa yang harus ditanyakan.

   "Apakah Tuan ini salah satu dari 7 Pedang EMei?"

   Malah Hua Man Lou yang mengajukan pertanyaan berikutnya. Su ShaoYing bimbang sebelum akhirnya menjawab.

   "Aku adalah Su kedua di antara 7 Pedang EMei."

   "Jadi ia murid perguruan pedang juga?"

   XiMen Chui Xue tiba-tiba memotong dengan dingin.

   "Mengapa kau tidak menantangku?" PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Wajah Su ShaoYing menjadi pucat.

   "Tak!", sumpit di tangannya patah menjadi 2 bagian. "Menurut kabar, ilmu pedang EMei adalah yang terbaik di seluruh daratan,"

   XiMen Chui Xue mendengus.

   "mungkinkah ilmu mereka sebenarnya tidak pantas menyandang status yang demikian mulia?"

   Sambil mengkertakkan giginya, Su ShaoYing tiba-tiba berputar, tepat pada saat itu pula ia melihat tetesan darah terakhir menetes dari ujung pedang XiMen Chui Xue.

   Lu Xiao Feng dan Huo TianQing masih duduk di sana dalam kebisuan, sambil saling berpandangan, seakan-akan mereka sedang menunggu musuh bergerak lebih dulu.

   Tapi sudah ada 7 mayat yang bergelimpangan di lantai.

   Dari ke-7 orang itu, masing-masing merupakan jagoan kelas satu.

   Tapi mereka semua segera tertusuk tenggorokannya oleh pedang XiMen Chui Xue.

   Mata Yan TieShan mulai menyipit.

   Baru sekarang orang bisa melihat bahwa usia tua telah mempengaruhi dirinya.

   Tapi ia tidak merasakan kesedihan atau simpati bagi orang-orang yang telah mati untuk dirinya ini.

   Ia masih berada di sini hanya karena kesempatan terbaik belum muncul dan ia masih belum terpaksa untuk lari dari tempat itu.

   Keempat orang yang masih bisa bergerak itu telah kehilangan keberanian mereka untuk bergebrak lagi.

   Melihat Su ShaoYing mulai maju, mereka segera menyingkir.

   Langkah Su ShaoYing mantap, tapi wajahnya pucat tak berwarna.

   "Pedang apa yang engkau gunakan?"

   XiMen Chui Xue bertanya, sambil menatapnya dengan dingin. "Selama bisa dipakai untuk membunuh, aku bisa menggunakannya,"

   Su ShaoYing balas mendengus dan menjawab.

   "Bagus, ada pedang di lantai, silakan."

   Memang ada 2 bilah pedang di lantai, tergeletak dalam genangan darah.

   Satu pedang tipis dan panjang, sementara yang lainnya tebal dan berat.

   Su ShaoYing bimbang sebentar sebelum ujung kakinya mengait salah satu pedang dan melemparkannya ke udara.

   Pedang itu mendarat dengan sempurna di tangannya.

   Ilmu pedang Sekte EMei terkenal dengan kecepatan dan keluwesannya, tapi ia malah mengambil pedang yang berat.

   Pemuda ini jelas bermaksud menggunakan kekuatan fisiknya yang masih muda digabung dengan gerakan-gerakan yang agresif dan keji untuk menghadapi cara bertarung XiMen Chui Xue yang secepat kilat dan mematikan.

   Ini adalah pilihan yang tepat.

   Murid-murid DuGu YiHe semuanya memang memiliki kemampuan menilai musuh yang luar biasa.

   Tapi kali ini ia keliru, seharusnya ia tidak mengambil sebatang pedang pun.

   XiMen Chui Xue menatapnya.

   "Duapuluh tahun dari sekarang, ilmu pedangmu akan mencapai puncaknya,"

   XiMen Chui Xue berkata. "Oh?"

   
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Su ShaoYing menjawab. "Maka aku tidak ingin membunuhmu sekarang. Dua puluh tahun lagi, datang dan carilah aku."

   "Dua puluh tahun adalah penantian yang terlalu lama!"

   Su ShaoYing tiba-tiba berseru.

   "Aku tak bisa menunggu selama itu!"

   Ia seorang pemuda yang masih berdarah panas.

   Merasakan darah naik ke kepalanya, ia lalu menyerang dengan pedang di tangan.

   Gerakan pedang itu samar-samar membawa pula gerakan-gerakan ilmu golok.

   Ini adalah ilmu ciptaan DuGu YiHe, Golok dan Pedang Berpadu, terdiri dari 49 gerakan dan perubahan.

   Waktu ia bergabung dengan Sekte EMei, ia telah memiliki ilmu golok yang luar biasa setelah 30 tahun berlatih dengan keras.

   Ia mampu menggabungkan keganasan dan intensitas ilmu golok ke dalam ilmu pedang Sekte EMei yang terkenal tangkas dan dinamis.

   Ke-49 gerakan yang ia ciptakan ini bisa digunakan dengan golok atau pun PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, pedang.

   Tak ada ilmu lain seperti ini di dunia.

   Bahkan Lu Xiao Feng belum pernah melihat kungfu seperti ini.

   Mata XiMen Chui Xue semakin terang nyalanya.

   Baginya, melihat sebuah ilmu baru dan asing untuk pertama kalinya adalah seperti seorang anak kecil yang menemukan mainan baru dan asing, ada kesenangan dan keingin-tahuan yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata.

   Ia menunggu sampai Su ShaoYing telah melakukan 21 macam gerakan sebelum akhirnya ia membuat sebuah gerakan.

   Karena ia telah menemukan titik lemah dari ilmu ini, walaupun itu mungkin hanya sebuah kelemahan kecil, tapi kelemahan yang sedikit saja sudah cukup baginya.

   Pedangnya berkilauan.

   Dengan hanya satu gerakan saja, pedangnya telah menembus tenggorokan Su ShaoYing.

   Ujung pedang itu masih meneteskan darah.

   XiMen Chui Xue meniup darah di ujung pedangnya dengan perlahan.

   Ia menatap pedangnya, di matanya tiba-tiba muncul perasaan sepi dan sunyi.Ia tiba-tiba menarik nafas.

   "Mengapa semua orang-orang muda terbaik seperti dirimu selalu mencari kematian seperti ini? Dalam duapuluh tahun, di mana lagi aku akan menemukan lawan yang berharga?"

   Jika kata-kata itu keluar dari mulut orang lain, tentu terasa agak memuakkan.

   Tapi bila muncul dari dirinya, kata-kata itu seperti membawa kesedihan dan kesepian yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata.

   "Jika itu masalahnya, lalu kenapa kau membunuhnya?"

   Hua Man Lou tiba-tiba bertanya. "Karena satu-satunya gerakan pedang yang kukenal adalah membunuh,"

   XiMen Chui Xue menjawab dengan wajah yang kaku.

   Hua Man Lou menarik nafas, karena ia tahu orang ini mengatakan hal yang sebenarnya.

   Setiap gerakan yang dibuat orang ini adalah final dan untuk membunuh, tanpa kompromi, tak ada ruangan untuk mundur.

   "Kau mati, atau aku yang mati!"

   Setiap kali pedangnya ditusukkan, tak pernah ada pilihan lain yang tersisa untuk musuhnya, bahkan juga tidak ada pilihan lain untuk dirinya sendiri.

   Angin bertiup dari luar paviliun, membawa keharuman bunga lotus yang menyegarkan, tapi tetap tak mampu menghilangkan bau amis darah yang menyengat.

   XiMen Chui Xue tiba-tiba berpaling ke arah Yan TieShan.

   "Jika kau tidak pergi, aku tak akan menyerang. Jika kau bergerak, kau mati!"

   Ia berkata dengan dingin. "Mengapa aku harus pergi?"

   Yan TieShan tersenyum.

   "Aku tak tahu kenapa kalian melakukan hal ini."

   "Seharusnya kau tahu,"

   Lu Xiao Feng menarik nafas. "Tapi kenyataannya tidak."

   "Tapi bagaimana dengan Yan LiBen? Apakah ia tahu?"

   Mata Yan TieShan mulai menyipit lagi. Pada wajahnya yang putih dan gemuk tiba-tiba muncul perasaan takut yang aneh. Tiba-tiba ia tampak seperti jauh lebih tua. Setelah beberapa lama, akhirnya ia menarik nafas dan bergumam.

   "Yan LiBen sudah lama mati, kenapa kalian masih mencarinya?"

   "Bukan kami yang menginginkan dia,"

   Lu Xiao Feng menjawab. "Lalu siapa?"

   "Kaisar Rajawali Emas."

   Mendengar nama itu, wajah Yan TieShan yang sudah tampak aneh tiba-tiba jadi semakin menakutkan.

   Tubuhnya tiba-tiba mulai berputar seperti gasing dan paviliun itu tiba-tiba menjadi terang-benderang seperti ada kilat.

   Bersamaan dengan kilat itu, puluhan batang jarum benang sutera tiba-tiba meluncur seperti tetesan air dalam badai, melesat ke arah XiMen Chui Xue, Hua Man Lou, dan Lu Xiao Feng.

   Pada saat itulah sebuah hawa pedang melesat menembus kilatan cahaya tadi.

   Hawa itu dingin membeku dan suaranya seperti angin yang bertiup di hutan bambu.

   Hawa dan kilat itu tiba-tiba menghilang, sebagai gantinya adalah puluhan PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, butir mutiara yang seperti jatuh dari langit, setiap mutiara telah terbelah dua.

   Pedang yang begitu cepat.

   Tapi Yan TieShan telah menghilang.

   Lu Xiao Feng pun telah menghilang.

   Di permukaan kolam bunga lotus di luar, seperti ada sosok tubuh yang ujung kakinya mendarat perlahan di atas daun bunga lotus sebelum kemudian melayang lagi.

   Sebenarnya sosok tubuh itu terdiri dari 2 orang, tapi mereka berdua seperti berhimpit, dengan orang yang mengejar praktis menjadi bayang-bayang orang yang berada di depan.

   Sosok tubuh itu tiba-tiba seperti pecah dan menghilang.

   Tapi suara pakaian yang berkibar-kibar di udara bisa terdengar dari dalam paviliun.

   Lalu Yan TieShan tiba-tiba muncul kembali.

   Lu Xiao Feng pun muncul kembali, masih duduk di kursinya semula, seolah-olah ia belum pernah pergi.

   Yan TieShan juga berdiri di tempatnya semula, tapi ia bersandar ke dinding, sambil berusaha mengambil nafas.

   Dalam beberapa saat terakhir ini, tampaknya ia telah bertambah tua lagi.

   Waktu pertama kalinya ia memasuki paviliun itu, ia adalah seorang laki-laki setengah baya yang bersemangat.

   Wajahnya bersih dan halus, tanpa jenggot sedikit pun.

   Tapi sekarang, orang akan mengatakan bahwa ia adalah seorang laki-laki tua berusia 80 tahun.

   Wajahnya murung dan sinar matanya memudar.

   Sambil mengambil nafas, ia mengakui.

   "Aku semakin semakin tua."

   Lu Xiao Feng menatapnya dan tak tahan untuk tidak menarik nafas juga.

   "Kau memang sudah semakin tua."

   "Kenapa kau melakukan ini pada seorang laki-laki tua?"

   "Karena orang tua ini berhutang sesuatu pada orang lain.

   Tak perduli berapa tuanya dia, ia harus membayarnya lunas."

   "Aku selalu membayar hutang-hutangku, tapi sejak kapan aku berhutang sesuatu pada orang lain?"

   "Mungkin kau tidak, tapi bagaimana dengan Yan LiBen?"

   Wajah Yan TieShan berkerut-kerut lagi dan ia berteriak dengan bengis.

   "Benar! Aku Yan LiBen! Bendahara Yan pemakan manusia itu. Tapi sejak aku berada di sini, aku."

   Tiba-tiba ia berhenti, wajahnya yang berkerut-kerut itu tiba-tiba dan secara ajaib menjadi tenang.

   Lalu setiap orang melihat darah menyembur dari dadanya, seperti sebuah bunga yang tiba-tiba mekar.

   Setelah semburan darah itu, alirannya mulai menyusut, barulah pedang yang menancap di dadanya itu jadi kelihatan.

   Yan TieShan menunduk dan melihat ujung pedang yang berkilauan itu, ia tampak terkejut dan bingung.

   Tapi ia masih belum mati, dadanya masih kembang kempis.

   Wajah Huo TianQing menjadi kaku seperti batu.

   Ia bangkit dan berseru.

   "Siapa yang melakukannya? Siapa?"

   "Aku!"

   Sebuah suara yang bening dan nyaring seperti lonceng menjawab.

   Seperti seekor walet, seseorang terbang masuk lewat jendela.

   Pakaiannya melekat ke tubuhnya seperti kulit hiu hitam karena basah kuyup.

   Tubuh yang demikian ramping, air pun masih bertetesan dari tubuhnya.

   Jelas ia baru keluar dari kolam bunga lotus di luar sana.

   Yan TieShan memaksakan matanya terbuka dan tercengang melihatnya, mengumpulkan seluruh kekuatan di tubuhnya untuk mengucapkan 2 patah kata.

   "Siapa kau?"

   Ia melepaskan kain yang menutupi kepalanya, membiarkan rambutnya yang hitam legam terurai di pundaknya.

   Hal itu membuat wajahnya tampak lebih putih, lebih cantik.

   Tapi matanya, yang sedang menatap Yan TieShan, penuh dengan sinar PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, kebencian.

   "Aku Puteri DanFeng dari Kekaisaran Rajawali Emas.

   Aku adalah orang yang ingin mencarimu untuk menagih hutang lamamu,"

   Ia menjawab dengan dendam.

   Yan TieShan balas memandangnya dengan terkejut.

   Tiba-tiba matanya melotot dan tubuhnya mengejang, dan tak pernah bergerak lagi.

   Pada sepasang mata yang melotot itu ada ekspresi yang aneh tapi tak dapat difahami.

   Apakah itu kaget? Apakah itu gusar? Atau perasaan ngeri? Ia tidak roboh, karena pedang itu masih menancap di dadanya.

   Pedang itu dingin, darahnya pun dingin.

   Puteri DanFeng akhirnya berpaling dengan perlahan.

   Kemarahan dan kebencian di wajahnya berubah menjadi kesedihan.

   Ia hendak menyapa Lu Xiao Feng waktu XiMen Chui Xue tiba-tiba berkata.

   "Kau menggunakan pedang juga?"

   Puteri DanFeng tercengang sebentar sebelum akhirnya mengangguk. "Sejak hari ini, jika kau menggunakan pedang lagi, aku akan membunuhmu!"

   Benar-benar terkejut, Puteri DanFeng bertanya secara naluriah.

   "Mengapa?"

   "Pedang tidak digunakan untuk membunuh dari belakang. Jika kau membunuh dari belakang, maka kau tidak berharga untuk menggunakan pedang."

   Ia tiba-tiba mengibaskan tangannya.

   "Tak!"

   Ujung pedangnya telah memukul ujung pedang di dada Yan TieShan.

   Tubuh Yan TieShan roboh ke lantai, dan pedang di dadanya pun terpukul jatuh ke dalam kolam bunga lotus.

   XiMen Chui Xue telah berada di luar paviliun.

   Mengangkat pedang yang masih bernoda darah itu ke dekat wajahnya, ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

   Pedang itu tiba-tiba patah menjadi 6 bagian dan jatuh ke tanah.

   Angin berhembus, kabut malam mulai muncul di kolam bunga lotus itu, dan XiMen Chui Xue tiba-tiba menghilang dalam kabut.

   Huo TianQing terduduk, tanpa bergerak sedikit pun.

   Wajahnya seperti topeng batu.

   Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tapi Lu Xiao Feng tahu bahwa tanpa ekspresi malah merupakan ekspresi yang paling sedih.

   "Yan TieShan adalah pengkhianat Kekaisaran Rajawali Emas, maka urusan ini bukanlah persoalan pribadi.

   Juga bukan sesuatu yang boleh dicampuri oleh orang luar,"

   Lu Xiao Feng menarik nafas. "Aku tahu,"

   Huo TianQing mengangguk. "Jadi kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri."

   Huo TianQing membisu beberapa lama. Tiba-tiba ia menengadah.

   "Tapi akulah yang mengundang kalian ke mari."

   "Ya."

   "Jika kau tak datang, paling tidak Yan TieShan masih belum mati saat ini."

   "Apa yang kau katakan?"

   "Aku tidak mengatakan apa-apa,"

   Huo TianQing menjawab dengan dingin. "Hanya saja aku ingin melihat kungfu meringankan tubuh Phoenix Bersayap Kembar Lu Xiao Feng dan ilmu Ide Dalam Hati milikmu yang legendaris itu."

   "Haruskah kau bertarung denganku?"

   Lu Xiao Feng memaksakan sebuah senyuman. "Ya."

   Lu Xiao Feng menarik nafas. Puteri DanFeng tiba-tiba maju ke hadapan Huo TianQing dan berseru.

   "Mengapa kau harus berkelahi dengannya? Kau seharusnya berkelahi denganku!"

   "Kau?"

   "Aku orang yang membunuh Yan TieShan, membunuhnya dari belakang. Mengapa kau tidak mencoba dan menguji apakah membunuh orang dari belakang adalah satu-satunya hal yang aku ketahui!"

   Ia mendengus pada laki-laki itu.

   Ia baru saja dihina oleh XiMen Chui Xue, dan perasaan frustrasi yang terpendam itu harus segera dilampiaskan pada sesuatu, dan sesuatu itu adalah Huo TianQing.

   PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, Huo TianQing memandang padanya dan menjawab dengan lembut.

   "Apa pun hutang Yan TieShan padamu, aku akan membayarnya. Kau boleh pergi sekarang."

   "Kau tidak berani bertarung denganku?"

   "Bukannya aku tidak berani, tapi tidak mau."

   "Kenapa?"

   "Karena kau tidak punya kesempatan bila melawanku,"

   Huo TianQing menjawab dengan santai.

   Wajah Puteri DanFeng menjadi merah padam karena marah, tiba-tiba ia mengulurkan 2 jarinya yang lembut dan halus dan berusaha menusuk mata Huo TianQing.

   Walaupun jari-jarinya lembut seperti tunas yang baru tumbuh, gerakannya benar-benar penuh dendam dan keji, belum lagi kalau memperhitungkan kecepatannya.

   Pundak Huo TianQing tidak bergerak, begitu juga dengan tangannya, tapi tubuhnya tiba-tiba melesat mundur sejauh 20 m.

   Sambil mengambil jenasah Yan TieShan, ia berkata.

   "Lu Xiao Feng, aku akan menunggumu pada saat matahari terbit di Kuil Angin Hijau."

   Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, ia telah berada di luar paviliun. Puteri DanFeng menggigit bibirnya dan menghentak-hentakkan kakinya ke atas tanah. Ia begitu marah dan ingin menangis. Tapi Lu Xiao Feng tiba-tiba tersenyum.

   "Jika kau gunakan Jarum Phoenix Terbang, mungkin ia tak akan mampu lari."

   "Jarum Phoenix Terbang? Apa yang kau bicarakan?"

   Puteri DanFeng tampak bingung. "Senjata rahasia milikmu, Jarum Phoenix Terbang."

   Puteri DanFeng menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya mendengus.

   "Kelihatannya aku bukan hanya bisa membunuh orang dari belakang, aku pun bisa membunuh dengan senjata rahasia."

   "Senjata rahasia tetaplah senjata.

   Banyak orang baik-baik di dunia persilatan yang menggunakan senjata seperti itu."

   "Tapi aku tak pernah menggunakannya, aku tak pernah mendengar Jarum Phoenix Terbang itu sebelumnya."

   Jawaban ini tidak membuat Lu Xiao Feng terkejut, satu-satunya alasan ia menanyakan itu adalah untuk meyakinkan bahwa setan kecil itu memang berdusta lagi pada dirinya. Tapi Puteri DanFeng begitu sedih sehingga matanya tampak merah.

   "Aku tahu kau marah padaku, itulah sebabnya kau menanyakan hal yang mengada-ada padaku,"

   Ia berkata, sambil menggigit bibirnya. "Mengapa aku harus marah padamu?"

   "Karena menurutmu seharusnya aku tidak datang ke mari, dan seharusnya juga tidak membunuh Yan TieShan."

   Sepertinya ia merasa telah dipersalahkan dan matanya pun telah penuh digenangi air mata. Ia meneruskan dengan suara yang keras.

   "Karena kau tak akan pernah faham betapa menderitanya keluarga kami karena dia. Jika dia tidak mengkhianati kami, kami tentu punya kesempatan untuk membangun kembali kekaisaran kami dan membalaskan dendam kakek. Tapi sekarang sekarang."

   Ia tidak menyelesaikan kalimatnya karena tak mampu menahan air matanya lagi.

   Wajahnya telah bersimbah dengan air mata.

   Tidak ada yang bisa diucapkan Lu Xiao Feng.

   Siapa bilang air mata perempuan bukan senjata yang paling efektif? Khususnya seorang perempuan cantik, karena air matanya benar-benar lebih berharga dari mutiara yang paling berharga sekalipun.

   Bab 7.

   Ketua dan Sektenya PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, Sinar bulan terang benderang.

   Fajar masih 6 jam lagi.

   Lu Xiao Feng telah kembali ke losmen di mana ia menginap dan memesan semeja penuh arak dan makanan.

   "Tak perduli apa,"

   Ia tertawa.

   "paling tidak aku masih bisa makan dan minum semua yang aku inginkan sekali lagi."

   "Seharusnya kau tidur dulu."

   Hua Man Lou memberi nasehat. "Jika kau akan berduel dengan seseorang seperti Huo TianQing saat matahari terbit nanti, bisakah kau tidur?"

   "Tidak, aku tak bisa."

   "Kau tahu apa hal terbaik yang ada padamu?"

   Lu Xiao Feng tertawa.

   "Kau tak pernah berdusta. Sayangnya, kadang-kadang kau seperti seorang pembohong waktu kau mengatakan hal yang sebenarnya."

   "Aku tak akan dapat tidur, tapi hanya karena aku tak memahami dirinya sama sekali!"

   "Ia benar-benar seorang yang penuh teka-teki."

   "Telah berapa lama kau mengenalnya?"

   "Kira-kira 4 tahun. Empat tahun yang lalu waktu Yan TieShan pergi ke TaiShan untuk melihat matahari terbit, ia juga ikut. Seorang pencuri dan aku kebetulan telah menetapkan tanggal dan tempat pertemuan di puncak TaiShan untuk melihat siapa yang bisa bersalto lebih banyak."

   "Berapa baik kau mengenal dirinya?"

   "Tidak tahu banyak."

   "Kau bilang, walaupun usianya masih muda, dia adalah orang yang dituakan!"

   "Pernahkah kau mendengar tentang Menara Langit dan Bangau Awan, dua orang tetua dari ShangShan?"

   "Kedua tetua dari ShangShan itu telah lama dianggap sebagai Bintang Utara di dunia persilatan. Bahkan jika aku tuli, aku pasti mendengar nama mereka."

   "Nah, kudengar dia adalah adik seperguruan mereka."

   Ekspresi wajah Hua Man Lou berubah hebat.

   "Jika mereka berdua masih hidup sekarang, mungkin usia mereka sekitar 70 atau 80 tahun.

   Huo TianQing belum berumur 30 tahun.

   Bagaimana mungkin ada selisih umur yang begitu besar di antara saudara-saudara seperguruan?"

   "Ada banyak pasangan suami-isteri yang berselisih umur 40 atau 50 tahun, apalagi cuma saudara seperguruan."

   "Jadi itulah sebabnya bahkan seorang yang sudah terkenal selama 40 tahun seperti Shan XiYan hanya menjadi murid keponakannya."

   "Benar."

   "Dulu waktu Tetua Pemburu Langit terkenal di seluruh dunia, ia hanya mengambil Dua Tetua dari ShangShan sebagai muridnya.

   Bagaimana tiba-tiba sekarang muncul Huo TianQing?"

   "Keluarga Hua dulu hanya punya 6 anak,"

   Lu Xiao Feng tersenyum dan membalas.

   "jadi bagaimana kau sekarang tiba-tiba muncul?"

   Orang tua punya anak, guru punya murid, hal seperti ini bukanlah urusan orang lain.

   Tapi ekspresi serius telah muncul di wajah Hua Man Lou.

   "Aku belum pernah bertemu Shan XiYan sebelumnya.

   Tapi aku tahu bahwa ilmu meringankan tubuh dan ilmu tangan kosongnya terkenal sebagai 2 keajaiban dunia persilatan.

   Tak tahu bagaimana bila Huo TianQing dibandingkan dengan dirinya."

   "Aku juga belum pernah melihat Huo TianQing bertarung.

   Tapi melihat bagaimana ia mampu menggunakan ilmu seperti Burung Walet Tiga Kali Mengaduk Air sewaktu memondong tubuh Yan TieShan yang berat tadi, aku bisa mengatakan bahwa tidak banyak orang di dunia ini yang lebih hebat darinya."

   "Bagaimana denganmu?"

   Lu Xiao Feng tidak menjawab.

   Ia tak pernah suka menjawab pertanyaan seperti ini.

   Sebenarnya, selain dari dirinya sendiri, mungkin tak ada orang lain di dunia ini yang tahu seberapa hebat sebenarnya ilmu kungfunya.

   PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, Tapi kali ini Hua Man Lou tampaknya terus berusaha menemukan jawabannya dan bertanya lagi.

   "Kau yakin bisa mengalahkannya?"

   Lu Xiao Feng masih tidak menjawab. Ia hanya menuangkan secangkir arak lagi dan meminumnya dengan lamban. Hua Man Lou tiba-tiba menarik nafas.

   "Kau tidak yakin. Itulah sebabnya kau berhati-hati dan tidak terlalu banyak minum arak."

   Lu Xiao Feng biasanya tidak minum arak dengan cara seperti ini. Sejak tiba di situ, Puteri DanFeng menjadi sangat pendiam. Ia hanya duduk di sana dan mendengarkan sepanjang waktu. Sekarang ia tiba-tiba bicara.

   "Kau baru saja mengatakan bahwa kau dan seorang pencuri bertanding salto di puncak TaiShan, siapakah pencuri itu?"

   "Si Raja Pencuri!"

   Lu Xiao Feng tertawa kecil.

   "Mencuri di mana-mana dan tak pernah bertemu tandingannya. Tapi bukan hanya korbannya tidak menjadi marah, mereka malah merasa terhormat."

   "Mengapa?"

   "Karena tidak banyak orang yang cukup sesuai baginya untuk dicuri barangnya. Di samping itu, ia tak pernah mencuri sembarang benda. Ia hanya mencuri karena ia bertaruh dengan seseorang bahwa ia mampu."

   Lu Xiao Feng tertawa kecil dan meneruskan. "Suatu saat, ia bertaruh dengan seseorang bahwa ia mampu mencuri pakaian milik isteri orang paling kikir sedunia, Cheng Fu Zhou."

   Puteri DanFeng tak tahan untuk tidak tertawa mendengar cerita itu.

   "Lalu apa yang terjadi?"

   "Ia memenangkan taruhan itu."

   "Lalu mengapa kau berlomba salto dengannya?"

   "Karena aku tahu bahwa aku tak bisa mencuri dari dia.

   Dan aku benar-benar ingin mendapatkan 50 kendi arak yang baru saja ia menangkan itu."

   "Itu benar.

   Gunakan kekuatanmu untuk menyerang kelemahan musuh.

   Mengapa kau tidak melakukan itu terhadap Huo TianQing nanti?"

   Puteri DanFeng merenung.

   "Kau tidak perlu bertarung mati-matian dengan dia."

   Lu Xiao Feng menarik nafas.

   "Ada beberapa orang di dunia ini yang, tak perduli apa pun tipuan yang kau lakukan padanya, maka tipuan itu tak akan berhasil. XiMen Chui Xue adalah salah seorang dari mereka, Huo TianQing juga."

   
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kau fikir dia benar-benar ingin bertarung mati-matian denganmu?"

   "Karena perlakuan Yan TieShan selama ini padanya, maka ia harus membalas budi. Ia telah lama memutuskan bahwa ia akan rela memberikan nyawanya untuk membalas budi itu."

   Ekspresi Lu Xiao Feng tampak sangat serius. "Tapi kau kan tidak perlu bersikap seperti dia!"

   Lu Xiao Feng tersenyum sekilas, seakan-akan ia tidak ingin membicarakan masalah ini lagi.

   Ia bangkit dan berjalan menghampiri jendela dengan perlahan-lahan.

   Jendela itu telah terbuka sejak awal.

   Tiba-tiba ia menyadari bahwa beberapa saat yang lalu seorang laki-laki tua yang mengenakan jubah panjang telah datang membawa sebuah bangku dan duduk di tengah halaman sana sambil menghisap pipa.

   Malam telah larut, tapi laki-laki tua itu tidak memperlihatkan tanda-tanda kelelahan.

   Ia duduk diam-diam di sana, seakan-akan ia bermaksud untuk duduk di sana sampai matahari terbit.

   "Cuaca semakin dingin,"

   Lu Xiao Feng tiba-tiba tersenyum dan bicara.

   "jika Tuan tidak keberatan, mengapa tidak masuk dan menikmati beberapa cangkir minuman bersama kami agar malam panjang ini berlalu lebih cepat?"

   Tapi laki-laki tua itu tidak menjawab sedikit pun. Seakan-akan ia seorang yang tuli dan tidak mendengar kata-kata Lu Xiao Feng. Lu Xiao Feng hanya tersenyum saja. "Tidak sopan menolak maksud baik orang lain!"

   Puteri DanFeng kesal dan mendengus.

   PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu.

   Kekaisaran Rajawali Emas, Tiba-tiba ia berlari ke jendela dan, dengan sebuah kibasan tangan, melemparkan cangkir arak yang ada di tangannya ke arah laki-laki tua itu.

   Cangkir itu meluncur dengan cepat tapi mantap, tak ada setetes pun arak di dalamnya yang tumpah.

   Laki-laki tua itu tiba-tiba mendengus dingin, mengulurkan tangannya, dan menangkap cangkir itu.

   Lalu ia menuangkan seluruh isi cangkir itu ke tanah dan mulai memakan cangkir itu.

   Sepotong demi sepotong, ia melahap cangkir tersebut, dan menimbulkan suara gemeretak di dalam mulutnya.

   Puteri DanFeng terpana melihat kejadian itu.

   "Adakah yang salah dengan orang tua ini?"

   Ia bertanya.

   "Ia tidak meminum araknya, tapi malah memakan cangkirnya?"

   Mata Lu Xiao Feng berkerlap-kerlip dalam sinar bulan. "Itu mungkin karena arak itu adalah sesuatu yang kita tawarkan,"

   Ia berkata sambil tersenyum.

   "Dan cangkir arak itu tidak."

   Pada saat itu, seorang pedagang roti isi daging berjalan memasuki halaman. Malam sudah begitu larut, apakah ia benar-benar berharap bisa berdagang di sini? "Hei, kamu!"

   Puteri DanFeng mengedip-ngedipkan matanya.

   "Apakah kau menjual roti isi daging?"

   "Selama kalian punya uang, tentu saja ya!"

   "Berapa harganya?"

   "Sangat murah! Sepuluh ribu tael perak sepotongnya, dan tidak boleh kurang setael pun."

   Wajah Puteri DanFeng berubah warna sedikit.

   "Ok, berikan aku 2 potong roti yang berharga 10.000 tael itu."

   Ia berkata.

   "Bawakan ke sini."

   "Baik!"

   Ia baru saja mengambil 2 potong roti isi daging waktu seekor anjing berbulu kuning melompat keluar dari sebuah sudut dan berlari menghampirinya, lalu menggonggong dengan keras.

   "Apa? Mungkinkah kau ingin membeli roti isi dagingku seperti gadis yang di sana itu?"

   Pedagang itu memandang si anjing.

   "Apakah kau tidak tahu bahwa rotiku ini asalnya memang dibuat untuk memukul anjing?"

   Ia benar-benar mulai memukuli anjing itu dengan roti tersebut.

   Anjing itu segera berhenti menggonggong dan menggigit roti itu beberapa kali.

   Tiba-tiba anjing itu menyalak dan bergulingan di tanah, berubah dari anjing hidup menjadi anjing mati.

   Wajah Puteri DanFeng kembali berubah warna.

   "Ada racun di dalam roti itu?"

   "Bukan hanya racun,"

   Si pedagang tersenyum santai.

   "dagingnya sendiri adalah daging manusia."

   "Beraninya kau menjual roti seperti ini?"

   Puteri DanFeng membentak dengan marah. "Aku hanya melakukan pekerjaanku,"

   Si pedagang memutar-mutar biji matanya sambil memandang Puteri DanFeng.

   "apakah kau membelinya atau tidak, itu adalah urusanmu. Aku tidak memaksamu untuk membelinya."

   Wajah Puteri DanFeng hampir berubah menjadi kuning karena marahnya.

   Ia hampir tak mampu untuk menahan diri agar tidak berlari maju dan menampar orang itu beberapa kali.

   Tapi Lu Xiao Feng diam-diam telah memegang tangannya.

   Saat itulah mereka mendengar seseorang menarik nafas dengan perlahan.

   "Sinar bintang di malam hari, untuk siapakah angin berhembus melalui jendela?"

   Seorang sasterawan yang jorok dan kotor, dengan tangan terlipat di balik punggungnya, berjalan lambat-lambat memasuki halaman itu.

   Tiba-tiba ia berbelok ke arah si pedagang dan tersenyum.

   "Berapa banyak yang telah kau bunuh hari ini?"

   "Roti isi dagingku hanya membunuh anjing, bukan manusia,"

   Si pedagang memutar-mutar bola matanya lagi.

   "Cobalah dan kau akan lihat."

   Ia melemparkan sepotong roti kepada si sasterawan, yang segera menangkap dan memakannya. PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas.

   "Tampaknya kau mengatakan hal yang sebenarnya,"

   Ia berkata sambil menepuk-nepuk perutnya.

   "Bukan hanya itu, roti ini juga bisa menyembuhkan penyakit."

   "Penyakit macam apa?"

   Sebuah suara bertanya dari luar tembok. "Penyakit lapar!"

   Si sasterawan menjawab. "Oh, aku faham. Aku pun sangat lapar nih."

   Orang di luar menyahut.

   "Cepat, berikan aku roti dan sembuhkan penyakitku ini."

   "Baik!"

   Si pedagang mengeluarkan sepotong roti lagi dan melemparkannya ke atas tembok.

   Seorang pengemis, yang tiba-tiba telah muncul di atas tembok itu, membuka mulutnya dan menangkap roti itu dengan mulutnya dan menelannya.

   Lemparan-lemparan si pedagang sangat cepat, si pengemis pun menelan roti itu dengan sama cepatnya.

   Dalam sekejap mata, 7 atau 8 potong roti telah menghilang ke dalam perut si pengemis.

   "Tampaknya roti itu akhirnya bisa menyembuhkan penyakit laparmu!"

   Si sasterawan berkata. The beggar frowned. "You guys tricked me, you can't die from poison from these meat buns, but you can die from over stuffing yourself with them!"

   Si pengemis mengerutkan keningnya. "Kalian menipuku, tak mungkin mati gara-gara racun dalam roti ini, tapi orang memang bisa mati karena terlalu kenyang makan roti!"

   "Bukan masalah besar!"

   Seorang lagi telah muncul di luar tembok.

   "Mati karena kekenyangan? Karena kelaparan? Karena dimarahi isteri? Jangan cemas, aku punya obatnya."

   Seorang pedagang ramuan obat-obatan, sambil membawa sebuah kotak obat dan lonceng kecil berjalan memasuki halaman itu dengan tersandung-sandung.

   Jelas ia adalah seorang cacat.

   Halaman kecil yang sepi itu, seakan-akan orang-orang itu telah berencana untuk berkumpul di situ, tiba-tiba berubah menjadi tempat yang ramai dan berisik.

   Segera saja seorang pedagang alat rias wanita, pedagang barang bekas, dan seorang penjual sayur ikut bergabung.

   Mata Puteri DanFeng semakin sakit melihat semua itu.

   Walaupun ia tidak memiliki pengalaman dunia persilatan yang banyak, ia sekarang menyadari bahwa orang-orang ini datang untuk mereka.

   Yang paling aneh adalah semua orang ini tetap berada di luar, berjejalan di halaman, dan tampaknya sedikit pun tidak tertarik untuk masuk dan membuat masalah dengan mereka.

   "Menurutmu orang-orang ini datang untuk membalaskan dendam Yan TieShan?"

   Puteri DanFeng tak tahan untuk tidak bertanya pada Lu Xiao Feng. "Bagaimana mungkin Pemimpin Besar Yan punya teman-teman seperti ini?"

   Lu Xiao Feng tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Mereka semua tampaknya bisa kungfu."

   "Sebuah kota selalu merupakan tempat harimau mendekam dan naga bersembunyi."

   Lu Xiao Feng menyahut.

   "Selama mereka tidak mengganggu kita, kenapa kita harus mengganggu mereka dan terlibat dalam urusan mereka?"

   "Sejak kapan kau menjadi orang yang tidak ingin ikut campur dalam urusan orang lain?"

   Hua Man Lou tiba-tiba memotong sambil tertawa. Lu Xiao Feng balas bergurau.

   "Baru sekarang."

   Suara genta penjaga malam bisa terdengar dari tempat itu.

   Tiga kali dentangan, berarti hari sudah tengah malam.

   {Catatan.

   Di kota-kota China kuno, ada penjaga-penjaga malam yang berlalu-lalang di jalan sambil memukul genta kecil sebagai petunjuk waktu.

   Malam hari dibagi menjadi 5 bagian yang sama, dan penjaga malam pun memukul gentanya sesuai dengan jumlah hitungannya.

   Jadi, 3 dentangan berarti tengah malam.} Laki-laki tua yang menghisap pipa tiba-tiba berdiri dan menguap.

   "Kenapa orang yang mengundang kita ke sini malah belum datang?"

   Ternyata ia bukan orang tuli ataupun bisu. PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Puteri DanFeng jadi semakin pusing. Siapa yang mengundang orang-orang ini ke sini? Dan untuk apa? "Ia tentu akan segera tiba,"

   Si sasterawan menjawab. "Aku akan pergi melihat-lihat,"

   Si pedagang roti menawarkan diri.

   Tangannya segera beraksi kembali, melempar-lemparkan roti isi daging dari dalam keranjangnya.

   Puluhan potong roti yang ia lemparkan, satu demi satu, membentuk sebuah tumpukan yang ketinggiannya lebih dari 10 meter.

   Dengan sedikit mengeluarkan tenaga, si pedagang roti pun melompat ke puncak tumpukan roti itu seperti seekor ayam jago yang hinggap di atas pagar.

   Kedudukannya mantap, tidak bergeming sedikit pun dalam terpaan angin.

   Bukan hanya kemampuan tangannya yang cepat dan akurat, ilmu meringankan tubuhnya juga termasuk kelas satu.

   "Kelihatannya berkelana di dunia persilatan bukanlah hal yang mudah,"

   Puteri DanFeng menarik nafas dan bergumam.

   "Baru sekarang aku memahami itu."

   "Paling tidak kau mengerti sekarang, itu hal yang bagus,"

   Hua Man Lou menjawab sambil tersenyum. "Dia datang!"

   Si pedagang roti tiba-tiba berseru.

   Seruannya itu seperti membangkitkan energi semua orang.

   Bahkan jantung Puteri DanFeng seperti hendak melompat keluar dari tenggorokannya.

   Ia ingin tahu, seperti apakah orang yang ditunggu-tunggu itu.

   Tapi ia menjadi kecewa melihat kejadian selanjutnya.

   Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dalam fikiran dan khayalan seorang gadis muda, jika orang ini bukan seorang jago pedang muda yang lembut dan tampan, paling tidak ia tentulah seorang pendekar dunia persilatan yang berwibawa dan penuh kekuatan.

   Tapi orang yang datang ini hanyalah seorang laki-laki tua berkepala botak dengan raut wajah yang tirus dan muka kekuning-kuningan.

   Ia mengenakan pakaian berwarna abu-abu yang terbuat dari kain kasar dan panjangnya hanya sampai ke lutut.

   Di kakinya ia mengenakan kaus kaki putih dan sepatu abu-abu yang biasa digunakan oleh seorang petani tua yang datang ke kota untuk berjualan di pasar.

   Tapi matanya berkilat-kilat.

   Bersinar terang dan kuat, mata itu berkerlap-kerlip dalam sinar bulan.

   Hal yang aneh adalah setiap orang di halaman itu jelas sedang menunggu dirinya, tapi sekarang setelah ia muncul, tidak ada yang menghampiri dan menyapanya.

   Mereka hanya diam-diam minggir dan memberikan jalan untuknya.

   Mata laki-laki tua berkepala botak itu memandang sekelilingnya sebentar sebelum ia tiba-tiba mulai berjalan ke arah Lu Xiao Feng.

   Sepertinya ia tidak berjalan dengan cepat, tapi dalam 2 atau 3 langkah ia telah tiba di pintu.

   Pintu itu selama ini terbuka.

   Ia tidak mengetuk pintu, juga tidak mengatakan apa-apa.

   Ia hanya, dan dengan sangat santai, duduk di hadapan Lu Xiao Feng, mengambil kendi arak yang terdapat di lantai, dan mengendus-endus arak itu.

   "Arak yang bagus."

   "Memang ini arak yang sangat bagus,"

   Lu Xiao Feng mengangguk. "Dibagi setengah-setengah?"

   "Boleh."

   Laki-laki tua itu tidak mengucapkan apa-apa lagi.

   Ia hanya mengangkat kendi dan meneguk arak itu dengan suara decak yang ribut.

   Dalam sekejap setengah isi kendi itu telah habis dan wajahnya yang kuning berubah jadi merah, seolah-olah seluruh raganya telah kembali menjadi muda.

   "Benar-benar enak,"

   Ia berkata sambil mengusap mulutnya dengan lengan baju.

   Lu Xiao Feng tidak menjawab.

   Ia hanya menerima kendi itu dan meneguk isinya, tidak lebih lambat dari laki-laki tua itu, tidak lebih lambat dari siapa pun juga.

   Setelah seluruh isi kendi habis, laki-laki tua berkepala botak itu tiba-tiba tertawa.

   "Barang bagus! Arak bagus, teman minum di sini juga tidak jelek!"

   "Hanya bila teman minum itu tidak jelek barulah araknya bagus!"

   Lu Xiao Feng menjawab sambil mengusap mulutnya. PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas.

   "Tidak melihatmu selama 3 tahun ini,"

   Laki-laki tua itu memandangnya.

   "dan kau masih belum mati karena mabuk?"

   "Hanya orang baik yang mati muda, orang jahat hidup selamanya. Aku sendiri yang agak mencemaskanmu. Kau orang yang baik."

   "Siapa bilang aku orang baik?"

   Laki-laki tua itu melirik Lu Xiao Feng. "Setiap orang di dunia persilatan mengatakan, bukan hanya Shan XiYan baik, ia juga setia, ia adalah orang terbaik di dunia."

   "Kau benih kejahatan, dan aku orang baik? Itu hal yang benar-benar menarik,"

   Laki-laki tua itu tertawa sepenuh hatinya.

   Puteri DanFeng memandang orang itu, hampir ia tidak mempercayai matanya sendiri.

   Ia tak pernah membayangkan bahwa laki-laki tua yang botak, jorok dan suka mencaci-maki ini adalah pendekar terkenal yang telapak besi kembarnya telah mengguncangkan dunia, Shan XiYan.

   Tak perduli apa, bukanlah hal yang mudah untuk disebut sebagai seorang "pendekar".

   Tapi laki-laki tua ini benar-benar tidak mirip seorang "pendekar".

   Mungkinkah itu rahasia kesuksesannya? Puteri DanFeng tak bisa membayangkannya.

   Ia tiba-tiba menyadari bahwa hal-hal yang tak mampu ia bayangkan tampaknya semakin dan semakin banyak.

   Suara tawa Shan XiYan telah berhenti terdengar.

   Dengan matanya yang berkilat-kilat, ia menatap Lu Xiao Feng.

   "Kau mungkin tidak menyangka kalau aku akan datang mencarimu."

   "Tidak, aku memang tidak menyangka,"

   Lu Xiao Feng mengaku. "Sebenarnya aku telah tahu kedatanganmu sejak di TaiYuan."

   "Bukan hal yang luar biasa,"

   Lu Xiao Feng tersenyum.

   "Bahkan jika kau tak tahu kedatanganku, itu baru luar biasa."

   "Tapi baru sekarang aku menemuimu."

   "Kau orang yang sibuk."

   "Aku sama sekali tidak sibuk. Aku tidak datang, karena kau adalah tamu paman guruku. Karena aku tidak mungkin bersaing dengannya untuk menjadi tuan rumah bagimu, maka aku pura-pura tidak tahu saja."

   "Kukira karena aku telah mencukur kumisku, sehingga teman-teman lamaku tidak mengenaliku lagi!"

   Lu Xiao Feng tertawa. Shan XiYan tertawa mendengar lelucon itu.

   "Aku selalu menganggap kumismu itu sangat menjengkelkan untuk dilihat!"

   "Aku tak perduli kalau kau menganggapnya menjengkelkan, tapi orang lain tidak menganggapnya demikian."

   Lu Xiao Feng membalas dengan santai. Tawa Shan XiYan berhenti lagi.

   "Huo TianQing adalah paman guruku, banyak orang di luar sana yang tidak mempercayai hal ini. Tapi kau seharusnya tahu."

   "Aku tahu."

   "Orang tua aneh yang menghisap pipa itu adalah Fan-Er. Kau kenal dia?"

   "Mungkinkah dia adalah Tuan Fan Da yang terkenal itu? Tuan Fan yang pipanya hanya digunakan untuk menyerang 36 urat darah besar dan 72 urat darah kecil lawannya itu?"

   "Itulah dia."

   "Bintang Kembar dari Barat Laut terdiri dari Fan dan Jian. Mungkinkah sasterawan kotor dan jorok di sana itu adalah pemilik Sentilan Jari Dewa, Tuan Jian-Er yang terkenal?" {Catatan.

   "Sentilan Jari Dewa", atau "Tan Zhi Sheng Tong"

   Adalah salah satu ilmu kungfu paling terkenal dalam karya-karya Jin Yong.} Shan XiYan mengangguk.

   "Pengemis miskin, si pedagang barang bekas, pedagang roti serta si penjual sayur, pedagang alat rias wanita, serta penjaga tempat ini dan orang gemuk yang menyambut tamu di pintu depan sana; mereka bertujuh adalah saudara-saudara angkat. Ada orang yang menyebut mereka 7 Pendekar Kota, sementara yang lainnya memanggil mereka 7 Sahabat dari Barat Laut."

   "Semua pendekar dan sahabat terkenal tentu sangat bersemangat malam ini PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, sehingga datang berkumpul di halaman yang kecil ini,"

   Lu Xiao Feng berkata sambil tersenyum.

   "Kau benar-benar tidak tahu apa yang mereka lakukan di sini?"

   "Tidak."

   "Mereka semua berasal dari sekteku.

   Dilihat dari senioritas, beberapa dari mereka adalah 2 generasi di bawah Huo TianQing."

   "Orang itu cukup beruntung,"

   Lu Xiao Feng tersenyum lagi.

   "Enam puluh tahun yang lalu, pendiri perguruan kami menetapkan peraturan pertama untuk Sekte Pemburu Langit, yaitu harus selalu hormat dan mematuhi orang yang lebih dituakan.

   Peraturan tentang senioritas itu tidak pernah diutak-atik atau digugat."

   "Tentu saja tidak."

   "Pendiri kami mempersembahkan seluruh hidupnya untuk mempelajari ilmu kungfu.

   Barulah menjelang akhir hidupnya ia mulai berkeluarga."

   "Ketua itu, si Pemburu Langit, memiliki keluarga?"

   "Sangat sedikit orang di dunia persilatan yang tahu tentang peristiwa ini.

   Ketua Pendiri berusia 77 tahun waktu ia akhirnya memiliki seorang putera."

   "Dan putera itu tidak lain adalah Huo TianQing?"

   "Benar."

   "Aku akhirnya faham kenapa di dunia ini, walaupun usianya masih muda, ia malah begitu dituakan."

   Lu Xiao Feng menarik nafas. "Itulah sebabnya kenapa beban di pundaknya juga begitu berat."

   "Oh."

   Shan XiYan tiba-tiba mengubah sikapnya menjadi sangat bersungguh-sungguh.

   "Bukan hanya ia harus melanjutkan garis keturunan Ketua Pendiri, ia juga satu-satunya orang yang bisa menjamin Sekte Pemburu Langit untuk bertahan hidup sampai generasi berikutnya.

   Kami semua berhutang jiwa pada Ketua Pendiri kami.

   Maka kami rela menyerahkan nyawa kami untuk meyakinkan bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi pada dirinya.

   Aku yakin kau memahami perasaan kami."

   "Ya, aku faham."

   Shan XiYan menarik nafas dalam-dalam. "Itulah sebabnya, jika ia kebetulan mati karena sesuatu hal besok pagi, beratus-ratus orang murid Sekte Pemburu Langit tidak akan bisa hidup juga."

   "Kenapa ia bisa mati?"

   Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.

   "Jika ia kalah darimu, walaupun engkau tidak membunuhnya pun, ia tak akan mau hidup lagi."

   "Aku juga tahu dia orang macam apa.

   Tapi ia mungkin tidak akan kalah."

   "Tentu saja ia tak akan kalah."

   "Jika kebetulan ia berhasil mengalahkanku,"

   Lu Xiao Feng berkata.

   "bukankah beratus-ratus orang murid Sekte Pemburu Langit kalian akan mendapat muka?"

   "Kau temanku. Aku juga tak ingin kau kalah darinya dan merusak persahabatan kita."

   "Kau benar-benar orang yang baik."

   Wajah Shan XiYan tampak sedikit memerah. "Jika kalian bertarung, tak perduli siapa yang menang, hasilnya akan terlalu mengerikan untuk dibayangkan,"

   Ia menarik nafas.

   "Setidaknya paman guru Huo adalah kenalanmu sebelum ini, lalu kenapa hal ini harus terjadi?"

   "Sekarang aku faham,"

   Lu Xiao Feng tersenyum.

   "Kau ingin aku, sebelum matahari terbit, meninggalkan tempat ini sehingga ia tak akan menemukanku."

   Shan XiYan tidak menjawab. Tidak menjawab sama artinya dengan mengiyakan. "Sekarang aku pun faham,"

   Puteri DanFeng tiba-tiba memotong dengan dingin.

   "Kau mengundang semua orang ini ke sini untuk memaksanya pergi, dengan cara ini maka Huo TianQing akan meraih kemenangan tanpa harus berkelahi, atau kalianlah yang akan bertarung menggantikan dia.

   Sebentar lagi fajar tiba, maka biarpun ia mampu mengalahkan kalian semua, ia tidak akan berada dalam kondisi yang segar untuk bertarung dengan Huo TianQing saat fajar nanti."

   Ia menatap Shan XiYan dan tertawa dingin.

   "Benar-benar bukan ide yang buruk. PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas, Mungkin hanya seorang pendekar seperti dirimu yang bisa memikirkan gagasan seperti itu."

   Wajah Shan XiYan berubah menjadi hijau, lalu pucat sebelum ia tiba-tiba tertawa.

   "Benar sekali! Benar sekali! Tapi biarpun aku, Shan XiYan, sama sekali tidak mirip seorang pendekar, tentu saja aku tak akan melakukan sesuatu hal seperti itu!"

   "Jadi hal seperti apa yang akan kau lakukan?"

   Puteri DanFeng bertanya.

   "Jika ia tak mau pergi, lalu apa yang akan kau lakukan?"

   Shan XiYan tiba-tiba bangkit dan berjalan keluar.

   Seluruh halaman itu, walaupun penuh orang, benar-benar sunyi senyap.

   
Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Satu demi satu, ia menatap mata setiap orang dengan matanya yang berkilat-kilat.

   "Jika ia tak pergi, lalu apa yang akan kalian lakukan?"

   Ia tiba-tiba bertanya. Si pedagang roti memutar-mutar bola matanya dan menjawab dengan dingin. "Bukankah itu sudah jelas? Jika ia tidak pergi, maka aku akan pergi."

   Shan XiYan tersenyum lagi. Tapi dalam senyuman itu seperti ada suatu kesedihan yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata.

   "Jika kau pergi, aku pun pergi,"

   Ia mengangguk perlahan.

   "Setiap orang akan pergi."

   "Jika demikian, tentu tidak masalah jika aku yang pergi lebih dulu kan?"

   Si pedagang roti menjawab.

   Ia mengibaskan tangannya dan tiba-tiba, dengan pisau yang entah kapan ia keluarkan, menusuk ke tenggorokannya sendiri.

   Bukan hanya gerakannya ini pasti dan mantap, gerakan itu juga cepat, sangat cepat.

   Tapi seseorang lebih cepat darinya.

   "Tak!"

   Bunga api memercik di halaman itu ketika pisau di tangannya patah menjadi 2 bagian.

   Sesuatu, bersama dengan ujung pisau yang patah itu, jatuh ke atas tanah.

   Sesuatu itu adalah salah satu sumpit Lu Xiao Feng.

   Sumpit yang satunya lagi masih ada di tangannya.

   Pisau itu terbuat dari baja, tapi sumpit itu terbuat dari gading! Mungkin tidak banyak orang yang mampu menggunakan sumpit gading untuk mematahkan sebuah pisau baja.

   Puteri DanFeng tiba-tiba menyadari kenapa Shan XiYan melakukan semua ini.

   Huo TianQing tak akan mampu mengalahkan Lu Xiao Feng, orang lain mungkin tidak tahu, tapi Shan XiYan lebih tahu tentang hal ini daripada semua orang.

   Si pedagang roti menatap potongan pisau yang masih ada di tangannya dengan tercengang.

   Setelah beberapa lama, tiba-tiba ia menghentakkan kakinya ke tanah dan berseru pada Lu Xiao Feng.

   "Mengapa kau melakukan itu?"

   "Tak ada alasan apa-apa,"

   Lu Xiao Feng tersenyum.

   "Aku hanya ingin bertanya sesuatu."

   "Apa?"

   "Kapan aku mengatakan tidak mau pergi?"

   Si pedagang roti tak mampu bicara. "Berkelahi itu sangat melelahkan dan menyulitkan saja,"

   Lu Xiao Feng menarik nafas dengan malas.

   "Siapa yang ingin berkelahi? Lebih baik aku pergi dan mencari tempat untuk tidur!"

   Si pedagang roti menatapnya, ia seakan-akan ingin menangis, tapi di saat yang sama juga seperti ingin tertawa. "Bagus, Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng!"

   Tiba-tiba ia berseru.

   "Sejak hari ini, bila kau ingin aku melakukan sesuatu untukmu, jika aku mengedipkan mata sedikit saja, maka aku akan menjadi cucumu."

   "Aku tidak ingin seorang cucu sepertimu."

   Lu Xiao Feng tertawa.

   "Selama kau mau menurunkan harga rotimu itu sedikit saja untukku, aku akan merasa puas."

   Ia mengambil jubah merahnya yang tergantung di sisi ranjang dan menghabiskan araknya. "Jadi siapa yang mau ikut denganku ke sebuah desa kecil di luar kota untuk makan daging anjing rebus di tempat Zhao si Muka Bopeng?"

   "Aku."

   Hua Man Lou berkata sambil tersenyum. Tuan Fan tiba-tiba membanting bungkusan tembakaunya.

   "Aku juga." PENDEKAR 4 ALIS Buku Satu. Kekaisaran Rajawali Emas.

   "Kalau dia ikut, maka aku juga,"

   Tuan Jian ikut-ikutan bicara. "Aku juga ikut!"

   Si pedagang roti berteriak sekuat-kuatnya. "Kau hanya menjual roti pemukul anjing, dan kau masih berani makan daging anjing?"

   Tuan Jian berkata sambil tertawa.

   "Apakah kau tidak takut kalau anjing-anjing itu akan balas dendam saat berada di dalam perutmu?"

   Si pedagang roti meliriknya dengan dingin.

   "Kematian tidak membuatku takut, apalagi itu!"

   "Haha, bagus!"

   Shan XiYan tertawa.

   "Mari kita semua pergi dan makan daging anjing itu. Siapa yang tidak ikut maka dia adalah anak haram kura-kura!"

   Hua Man Lou tersenyum. "Tampaknya masih ada gunanya berbuat baik,"

   Ia berkata dengan lambat. "Sesekali memang tak apa-apa,"

   Lu Xiao Feng menjawab.

   "tapi aku tak mau membiasakan diri berbuat baik."

   "Kenapa tidak?"

   Hua Man Lou tak tahan untuk tidak bertanya. "Hanya orang baik yang mati muda, aku yakin kau pernah mendengar pepatah ini."

   Lu Xiao Feng berkata dengan muka yang dibuat kaku.

   Walaupun ia memasang muka kaku, matanya telah digenangi dengan air mata.

   Puteri DanFeng memandang mereka sebentar, sebelum dengan tiba-tiba, dan dengan sangat perlahan, menarik nafas dan berkata pada dirinya sendiri.

   "Siapa pun yang mengatakan tidak ada gunanya berbuat baik adalah anak haram kura-kura." ______________________________ Daging anjing telah terjual habis. Tapi mereka tidak perduli. Mereka bukannya benar-benar ingin makan daging anjing. Yang mereka inginkan adalah emosi yang lebih mampu menghangatkan tubuh daripada sekedar daging anjing. Tidak ada pengiring arak yang lebih baik di dunia ini daripada emosi itu. Apalagi, saat matahari terbit, seorang penunggang kuda datang dan menyampaikan sehelai surat dari Huo TianQing. "Fajar akan selalu tiba, apa salahnya bila persoalan hari ini diselesaikan besok? Hari esok selalu tiba, apa salahnya bila persoalan besok diselesaikan hari esoknya lagi? Orang lain tidak menggangguku, kenapa aku harus mengganggu orang lain? Masalah Rajawali Emas, bisa diselesaikan kapan saja. Bila suatu hari nanti Puteri datang berkunjung, maka saat itu akan menjadi hari berakhirnya pengembaraan. Sekali harta yang indah kehilangan kilaunya, ia menjadi bunga-bunga kuning di hari esok dan bersinar berabad-abad. Kesetiaan pribadi hanyalah 2 kata. TianQing mengucapkan selamat jalan."

   Baru menerima sehelai surat ini saja seperti telah minum beratus-ratus cangkir arak selama 3 hari berturut-turut, apalagi dengan adanya emosi yang menghangatkan hati yang tak akan mungkin bisa didinginkan oleh hujan badai sekali pun.

   ______________________________ Badai mulai mengamuk saat tengah hari, ketika setiap orang telah mabuk.

   "Belum pergi sebelum kecanduan."

   Seperti kata pepatah itu, setelah mabuk barulah mereka pergi.

   Lu Xiao Feng mabuk tapi tidak terlalu mabuk, hampir kecanduan tapi tidak benar-benar kecanduan, bahkan ia sendiri tak tahu apakah ia benar-benar mabuk atau tidak.

   Ia tidak berbuat apa-apa selain berdiri di dekat jendela sambil melihat badai yang mengamuk di luar sana.

   Puteri DanFeng memandangnya beberapa lama.

   "Jika kau tidak pergi, apakah semua orang itu akan mati?"

   Ia tiba-tiba bertanya. Lu Xiao Feng diam. Diam untuk waktu yang lama. "Apakah kau mengerti arti kata pepatah. ada yang harus, ada yang tidak?"

   

   first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 01:11:18
oleh Saiful Bahri Situbondo


Anak Berandalan -- Khu Lung Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan -- Chin Yung Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL

Cari Blog Ini