Legenda Bulan Sabit 1
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 1
Legenda Bulan Sabit Karya dari Khu Lung
KANG ZUSI website
http.//cerita.silat.co.cc
KANG ZUSI website
http.//cerita.silat.co.cc Seri Pendekar Harum Seri ke 7 Legenda Bulan Sabit Oleh .
Gan KL 01.
Semangkok Mie Yang Aneh Satu malam di musim semi.
Malam turun hujan.
Hujan musim semi di Jiangnan (nama daerah di selatan sungai Yangzi), sering menimbulkan perasaan sedih orang, terlebih bagi orang-orang yang sudah lama dan jauh meninggalkan kampung halamannya.
Malam telah larut sekali, banyak orang telah tidur dan bermimpi, namun didalam sebuah gang sempit yang becek, ternyata masih ada sebuah lentera yang bersinar redup.
Sebuah lentera yang menjadi kuning karena sering kena asap, tergantung di atas sebuah tenda bambu yang sederhana, menerangi sebuah kedai mie, beberapa meja dan kursi, serta dua orang yang bermuram durja.
Malam hujan yang demikian mengenaskan, gang kecil demikian terpencil, siapakah yang akan membeli mie mereka? Kerutan di wajah kedua suami istri penjual mie itu menjadi makin dalam.
Tak terduga, dari gang sempit itu tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki, ternyata ada seorang berbaju hijau berjalan sendirian di dalam hujan rintik- rintik dan angin dingin, wajahnya pucat ke kuning-kuningan, tampak seperti seorang yang sudah lama menderita sakit parah, yang seharusnya minum obat dengan berbaring di ranjang sambil diselimuti.
Tetapi dia berkata kepada si pemilik kedai mie itu.
"Aku mau makan mie, tiga mangkok mie, tiga mangkok yang besar". Orang yang macamnya begini ternyata punya selera makan yang besar. Tidak heran si pemilik kedai dan istrinya memandang dia dengan pandangan curiga, dan bertanya.
"Tuan mau makan mie apa?"
Si nyonya pemilik, yang walaupun usianya sudah 30-an, tetap bertubuh langsing, bertanya.
"Mau mie sawi putih? Mie abon? Atau mie kaki babi?"
"Semuanya aku tidak mau", si orang berbaju hijau berkata dengan nada rendah yang parau.
"Aku mau dua mangkok bunga emas, satu mangkok bunga perak, dan satu mangkok bunga mutiara". Tetapi sedikit tanda keherananpun tidak terlihat di wajah kedua suami istri itu, cuma bertanya dengan sikap tak acuh.
"Apakah engkau punya kemampuan untuk memakannya?"
Si orang berbaju hijau pun berkata dengan sikap tak acuh.
"Akan ku coba". Tiba-tiba, sinar dingin berkelebat, sebilah pedang panjang muncul seperti ular berbisa dari sisi tangan si orang berbaju hijau, menikam seperti ular berbisa ke arah uluhati si pemilik kedai yang tampaknya lamban itu, gerakannya lebih cepat dan lebih ganas dari ular berbisa! Si pemilik kedai sedikit memutar badan, sebuah sumpit bambu besar dipakai sebagai senjata penotok jalan darah, menotok ke arah jalan darah di bahu lawan. Pergelangan tangan si orang berbaju hijau sedikit bergetar, sinar dingin makin terang, ujung pedang telah mengenai uluhati si pemilik kedai, namun berbunyi "ting"
Sekali, seolah-olah menikam sebuah papan besi! Ujung pedang berkelebat lagi, lalu pedang masuk sarung pedang, si orang berbaju hijau ternyata tidak mengejar lagi, hanya dengan sikap yang tenang memandangi kedua suami istri itu.
Si nyonya pemilik mulai tersenyum, sebuah wajah yang biasa-biasa saja, namun karena senyuman, ternyata memiliki daya pikat yang cukup besar! "Bagus! Ilmu pedang yang bagus! "Dia berkata sambil mengeluarkan sebuah kursi dari tenda bambu.
"silahkan duduk dan makan mie". Si orang berbaju hijau duduk tanpa bersuara, semangkok mie yang masih mengepulkan uap panas segera diantarkan. Didalam mangkok itu tidak ada sawi putih, abon maupun kaki babi, bahkan mie pun tidak ada, namun ada sebutir mutiara kemilau yang sebesar buah lengkeng! Di kedai kecil dalam gang sempit dan jelek itu, yang dijual ternyata adalah mie semacam ini! Dan orang yang mampu makan mie semacam ini sungguh tidak banyak, tetapi orang ini ternyata bukanlah satu-satunya orang yang mampu. Dia baru saja duduk, datanglah orang kedua, seorang pemuda yang kelihatannya amat tahu aturan, juga mau makan tiga mangkok mie, juga berkata.
"mau satu mangkok bunga emas, satu mangkok perak, dan satu mangkok bunga mutiara". Si pemilik kedai tentu saja mau menguji dia.
"punyakah kemampuan untuk memakannya?"
Dia mempunyainya.
Ilmu pedang si pemuda, meskipun sama tahu aturan dengan orangnya, namun sangat cepat, tepat dan efektif, bahkan jurus-jurusnya saling bersambungan, sekali pedang digerakkan, pasti tiga jurus susul-menyusul, tidak lebih banyak, juga tidak lebih sedikit.
Sinar pedang berkelebat.
"ting-ting-ting"
Tiga kali bunyi, uluhati si pemilikkedai sudah kena pedang tiga kali ilmu pedang yang digunakan si pemuda tahu aturan ini, ternyata lebih cepat tiga kali dari dugaan siapapun! Si pemilik kedai air mukanya berubah, tetapi istrinya tersenyum gembira.
Ketika si pemuda melihat senyumannya, tiba-tiba sinar matanya memancarkan nafsu birahi yang tak seharusnya dimiliki orang yang tahu aturan.
Si nyonya tersenyum makin memikat.
Dia senang ada pria muda yang memandangnya dengan sinar mata demikian, tapi tiba-tiba saja senyumannya membeku di wajah.
Sorot mata si pemuda juga jadi dingin, seolah-olah merasakan ada hawa dingin yang menghimpit.
Pedangnya sudah disarungkan, namun telapak tangannya masih menggenggam gagang pedang dengan erat, memutar badan dengan pelan, lalu melihat ada seorang berlengan satu, yang walaupun tubuhnya kurus seperti galah bambu, namun memiliki bahu yang luar biasa lebarnya, sedang berdiri didalam hujan yang rintik-rintik, dipunggungnya memanggul dengan miring sebuah galah bambu, sebuah capil anyaman bambu dipakai sampai dibawah alis, yang kelihatan cuma setengah mata kiri, yang memandang tajam ke si pemuda, dan bertanya dengan sebuah kata demi sebuah kata.
"Apakah kamu adalah muridnya Fang Zheng "Si Pedang Besi?"
"Ya".
"Kalau begitu datanglah ke sini."
"Mengapa aku mesti kesana? Untuk apa?"
"Ke sini agar aku membunuh mu."
Tiba-tiba capil terbang masuk ke kejauhan yang gelap, sehingga sinar lentera yang redup menerangi wajah si orang berlengan satu, sebuah wajah yang penuh dengan bekas luka, di mata kanannya pun ada sebuah bekas luka berbentuk +, yang membuat keseluruhan mata ini tertutup rapat, malahan membuat sorot mata di mata yang lain menjadi tambah tajam.
Telapak tangan si pemuda yang memegang pedang sudah keluar keringat dingin.
Sudah teringat olehnya siapakah orang ini! Dia juga tahu bekas luka yang berbentuk "+"
Itu terjadi karena ilmu pedang apa! Si orang berlengan satu sudah menjulurkan tangan yang besar namun sangat kurus dan kelihatan ototnya, untuk mengambil galah bambu hitam gelap yang ada di belakang bahunya.
Tetapi tiba-tiba si nyonya pemilik melewati kedai mie dan berjalan kedepannya, sepasang lengan yang lembut, seperti ular saja telah melingkari lehernya si pria berlengan satu, dan sambil berjinjit, kedua bibirnya ditempelkan ketelinganya, dan berkata dengan lirih.
"sekarang anda tidak boleh mengusik dia, dia juga adalah orang yang sengaja ku cari, seorang yang amat berguna. Setelah urusan ini selesai, anda boleh melakukan apa saja kepadanya, toh ia tidak bisa lari kemana-mana". Suaranya dan sikapnya persis seperti bisikan kekasih, suaminya dianggap seperti orang mati saja! Namun si suami juga seolah-olah tidak kelihatan apa-apa.Si orang berlengan satu menatap si nyonya, mendadak mencekeram baju depannya, mengangkat si nyonya seperti mengangkat seekor ayam kecil, dan berjalan masuk ke kedai, lalu menurunkanya dengan perlahan, serta berbicara dengan kata demi kata.
"Aku mau makan mie, tiga mangkok mie, tiga mangkok besar". Si nyonya tersenyum, senyumnya seperti bunga dimusim semi, dan berkata.
"Ini adalah sandi yang kutetapkan dengan orang lain, tujuannya agar bisa memastikan apakah mereka sungguh adalah orang yang kuundang, tetapi anda beda, sekalipun anda terbakar jadi abu, akupun tak bisa salah mengenal anda, lalu mengapa anda mengucapkan kata-kata yang bodoh ini?"
Si orang berlengan satu tidak berkata apa-apa lagi, bahkan tidak pernah lagi melihat ke si pemuda, seolah-olah sudah menganggapnya sebagai orang mati.
Tepat pada saat itu, mereka melihat ada seorang lagi berjalan masuk ke gang jelek ini dengan amat santainya.
Seorang yang belum pernah mereka jumpai, dan seorang yang belum pernah mereka bayangkan.
Rupa orang ini sebenarnya tidak aneh, bahkan dapat dikatakan tidak ada sedikitpun yang aneh.
Dia kelihatannya lebih tinggi sedikit dari orang-orang pada umumnya, barangkali lebih tinggi sedikit dari tinggi badannya yang sebenarnya, sebab dia memakai sepasang bakiak tinggi model kuno, walaupun berjalan didalam gang sempit yang becek, tidak ada sedikitpun lumpur kotor menciprati sepasang kaos kaki putih yang dipakainya.
Pakaiannya meskipun tidak mewah, namun mutu bahan pakaian dan pembuatannya amat bagus, kombinasi warnanya juga membikin orang merasa nyaman.
Dia tidak membawa pedang juga tidak membawa senjata yang lain, tapi membawa sebuah payung kertas minyak yang amat baru.
Namun, ketika ia masuk ke gang jelek yang remang-remang ini dengan menerjang hujan gerimis, sepertinya berjalan didalam taman bunga kekaisaran yang sinar mataharinya cerah sekali dan semua bunga sedang mekar.
Kapan saja, dimana saja, rupanya tak akan berubah, sebab dia adalah orang yang demikian, bahkan didalam situasi sangat sulit dan bahaya pun juga tak akan berubah.
Makanya diwajahnya sepertinya selalu ada senyuman, sekalipun dia tidak tersenyum, orang lain juga akan merasakan sedang tersenyum.
Barangkali inilah satu-satunya keanehan orang ini.
Sinar lentera yang redup juga menerangi wajah orang ini, sebuah wajah yang bukan sekali pandang langsung membikin para gadis menjadi tergila-gila, namun juga bukan wajah yang menyebalkan.
Selain mie, wajan, sendok, sumpit, kecap, minyak wijen dan irisan bawang, kedai ini tidak berbeda dengan kedai mie yang lain, juga ada sebuah nampan kayu besar, yang diatasnya ditaruh daging sapi-sosis, tahu kering dan telur rebus kecap.
Orang ini sepertinya punya minat yang besar terhadap setiap barang.
"Setiap barang aku mau sedikit, khususnya beri tahu kering lebih banyak sedikit"
Dia berkata.
"Selain itu berilah dua guci arak, arak apapun juga boleh".
"Kalau mie?"
Si pemilik kedai bertanya dengan tujuan selidik.
"anda mau makan mie apa? Mau berapa mangkok?"
"Setengah mangkok pun aku tidak mau", dia menjawab sambil bersenyum.
"Aku cuma ingin minum arak sedikit, tidak ingin makan mie". Orang ini ternyata datang bukan untuk makan mie. Air muka dari tiga orang yang datang untuk makan mie menjadi berubah, di tangan besar yang kurus dari si orang berlengan satu sudah ada otot hijau yang timbul, si pemilik sudah memegang sumpit panjang pengaduk mie. Tetapi kakinya diinjak oleh istrinya.
"Tempat kami tidak menyediakan arak yang baik, namun tahu kering memang betul- betul lumayan". Si nyonya berkata sambil tersenyum mengambil hati.
"Tuan silahkan masuk dan duduk, arak dan makanan akan segera aku antarkan". Didalam tenda yang sederhana dan jelek itu cuma ada tiga buah meja, dan telah ditempati oleh tiga orang yang datang duluan. Untunglah sebuah meja biasanya bukan cuma boleh dipakai satu orang saja, sebuah meja biasanya akan dipasangkan dengan dua sampai tiga buah kursi, persis seperti sebuah teko teh umumnya dipasangkan dengan beberapa cangkir. Karena itu orang ini akhirnya juga bisa dapat tempat duduknya. Tempat yang dia pilih pas berhadapan dengan si orang berbaju hijau yang datang nomor satu, sebab tempat ini paling dekat. Orang ini sepertinya malas sekali, bisa berjalan sedikit ya akan berjalan sedikit, bisa duduk yang tidak akan berdiri. Dia bukan saja malas, sepertinya juga agak bodoh, perasaannya juga agak tumpul, sebab ia sama sekali tidak merasakan adanya rasa permusuhan dari orang lain. Masih belum duduk, sudah bertanya kepada si orang berbaju hijau.
"Langit dan bumi demikian besar, namun manusia demikian kecil, kita berdua bisa menempati meja yang sama, nampaknya sangat berjodoh ya! Aku mau mengundang anda minum secangkir arak, baikkah?".
"Tidak baik", sikapnya si orang berbaju hijau tidak dapat dibilang kasar sekali.
"Aku tidak minum arak". Orang ini meraba hidungnya, sepertinya dia kecewa sekali. Tetapi ketika arak dan makanan sudah diantarkan, ia jadi gembira lagi, dan berkata.
"Meskipun minum arak sendirian tidak menarik, namun sedikit lebih baikdaripada tidak ada arak untuk diminum". Dia baru saja selesai mengucapkan kalimat ini, lalu terdengar ada orang yang bertepuk tangan.
"Ini adalah kata-kata mutiara yang berlaku untuk selama-lamanya!"
Ada seorang bertepuk tangan sambil tertawa keras, seraya berkata.
"Hanya karena kalimat ini, sudah pantas minum arak sampai mabuk". Suara tertawanya nyaring dan penuh semangat, ketika berjalan pinggangnya tegak sekali, pakaianya baru dan rapi sekali, dipinggangnya terselip sebuah pedang panjang dengan sarung hitam, gagang dan sarung pedang digosok sampai berkilauan. Supaya orang lain mempunyai kesan yang baik terhadapnya, ia betul-betul telah berusaha. Sayangnya ini semua tidak dapat menutupi kesusahan, kekuyuan dan keletihannya, walaupun ia berharap orang lain tidak menyadarinya.
"Sayang saat ini aku tidak bisa menemani anda minum arak, aku mau makan mie dulu". Dia berjalan cepat ke kedai dan berkata.
"Aku mau tiga mangkok mie, tiga mangkok besar". Si pemilik mendelik padanya, sepertinya ingin sekali mencekik lehernya, dan menanyainya kenapa tidak bisa melihat ada seorang yang datang bukan untuk makan mie, menanyainya kenapa sama sekali tidak mengerti hal ini? Si pria paruh baya yang datang terakhir itu juga balas mendelik, tiba-tiba berkata sambil tertawa dingin.
"Mengapa kamu tidak membuka mulut? Apa maksudnya ini? Apakah kau menganggap aku Jiao Lin sudah tua, sehingga tidak mampu makan mie kalian?"
Suaranya menjadi parau karena marah.
"Makan atau tidak makan mie juga tidak apa-apa, tapi aku harus membuat kamu tahu bahwa apakah aku masih memiliki kemampuan atau tidak!"
Dia telah menghunus pedangnya.
Caranya menghunus pedangnya sudah bagus dan tepat, tetapi tangannya sudah tidak begitu mantap.
Sepasang sumpit bambu dari si pemilik kedai tiba-tiba sudah bergerak, menikam dengan sangat cepat ke arah kedua mata dari si pria paruh baya! Pedangnya masih belum tiba diuluhati lawan, sumpit lawan sudah hampir mengenai bulu matanya! Dia terpaksa mundur.
Baru mundur satu langkah, sumpit mendadak memukul kebawah, dan mengenai tulang pergelangan tangannya, dengan berbunyi tang pedang jatuh ke tanah.
Bersamaan dengan jatuhnya pedang, Jiao Lin seolah jatuh dari loteng yang tinggi, dan jatuh masuk ke jurang yang teramat dalam! Hanya dalam waktu yang sekejap ini, semua kelemahan yang berusaha ditutupinya telah kelihatan semua, ketuaan dan kemelaratannya, kedua tangan yang sudah tidakbisa dikendalikan kemantapannya, bahkan robekan yang terdapat di kerah baju dan ujung lengan baju, juga terlihat jelas sekali.
Tetapi sudah tidak ada lagi yang mau melihatnya! Dia dengan pelan-pelan membungkuk, dengan pelan-pelan mengambil pedang yang terpukul jatuh ke tanah, lalu mundur selangkah demi selangkah, matanya terus menatap sumpit dari si pemilik.
Tangannya bergemetaran, sorot matanya penuh dengan keputus-asaan dan ketakutan, seolah-olah tahu bahwa setiap kali mundur satu langkah adalah lebih dekat satu langkah dari kematian! Orang yang sedang minum arak itu tiba-tiba berdiri, mengeluarkan sekeping uang perak dan meletakkannya di atas meja, lalu membuka payung, berjalan menghampiri Jiao Lin dan memapahnya.
"Aku tahu bahwa kecanduan arakmu sudah kambuh."
Dia berkata sambil tersenyum.
"Tahu kering di tempat ini memang lumayan, namun araknya terlalu masam, mari kita cari tempat lain untuk minum arak". Bakiak tinggi kuno berjalan di atas lumpur, payung kertas minyak yang masih baru menahan hujan gerimis, tangan yang lain memapah Jiao Lin, keduanya dengan pelan- pelan berjalan keluar dari gang. Si orang berlengan satu menatap mereka, mata tunggalnya telah mengeluarkan hawa pembunuhan, si orang berbaju hijau sudah berdiri, si pemuda sudah menggenggam pedangnya, si pemilik kedai juga sudah siap melayang untuk mengejar.
"Jangan bergerak"! Si nyonya pemilik tiba-tiba menggebrak meja, dan berkata.
"Siapapun tidak boleh bergerak, siapa yang bergerak akan mati!"
Air muka si pemilik jadi berubah "Kali ini aku tidak bisa menuruti kamu, kita tidak boleh membiarkan Jiao Lin hidup,"
Suaranya dilirihkan.
"Urusan ini resikonya terlalu besar, Jiao Lin sedikit banyak sudah mengetahuinya, sekalipun orang seprofesi dia cukup bisa dipercaya, kita juga tidak bisa menempuh resiko."
"Justru karena kita tidak bisa menempuh resiko, maka kita tidak boleh bergerak,"
Si nyonya berkata.
"Begitu kita bergerak, maka urusan ini pasti gagal."
"Masa kamu takut kepada Jiao Lin? Masa kamu tidak melihat dia sudah habis?"
"Yang aku takuti bukan dia,"
Si nyonya berkata.
"Sepuluh orang Jiao Lin pun tidak bisa menandingi satu jari tangan dari orang itu!"
"Orang itu?"
Si pemilik bertanya.
"Masa yang kau takuti adalah si setan arak yang berdandan ala playboy itu?"
"Sedikitpun tidak salah, yang kutakuti adalah dia!"
Si nyonya berkata.
"Tadinya aku berniat membunuhnya, untung tiba-tiba aku mengenalinya, kalau tidak, mungkin saat ini kita sudah habis."Tiba-tiba si orang berlengan satu berkata sambil tertawa dingin.
"Sudahkah kamu mengenali aku adalah siapa? Apakah kamu sudah melupakan aku?"
Si nyonya mendesah dengan lirih, dan berkata.
"Aku tahu anda adalah orang yang tak takut kepada siapapun, aku juga tahu sejak kalah satu kali di Bashan, selama empat tahun ini bertanding dengan 13 jagoan dari tujuh perkumpulan besar, semuanya menang! Bahkan pada bulan yang lalu, hanya dalam satu jurus saja, anda telah membunuh Zhuo Fei dari Diancang dengan pedang!"
Si orang berlengan satu berkata dengan dingin.
"Yang aku bunuh dalam satu jurus bukan hanya Zhuo Fei seorang saja!"
Satu jurus saja sudah merenggut nyawa lawan, ilmu pedang ini alangkah kejam dan dahsyatnya! "Tetapi anda pasti tidak bisa membunuhnya hanya dengan satu jurus saja,"
Si nyonya berkata.
"Dibawah kolong langit ini tidak ada satu orang pun yang bisa dalam satu jurus saja membunuhnya, juga tak ada satu orang pun yang bisa membunuhnya dalam seratus sampai seribu bahkan sepuluh ribu jurus sekalipun!"
Dia dengan suara lirih melanjutkan kata-katanya.
"Sebab seingatku seumur hidupnya sepertinya tidak pernah kalah!"
Si pria berlengan satu terkesiap dan bertanya.
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sebenarnya dia siapa?"
Si nyonya akhirnya mengucapkan namanya orang itu, nama ini seolah-olah adalah semacam mantra, yang punya kekuatan yang luar biasa, yang menyebabkan setiap orang berubah air mukanya dan terdiam! Nama yang terucap adalah.
Chu Liuxiang.
02.
Bulan Sabit di Saputangan Sutra Murni Tembok yang tinggi, rumah yang luas, pekarangan yang besar.
Chu Liuxiang membawa Jiao Lin ke sebuah pintu kecil di belakang rumah, dan berkata kepadanya "Tunggulah di sini, jangan pergi ya!"
Jiao Lin menjadi termangu-mangu.
Karena si orang aneh yang asing itu begitu selesai berkata, langsung seperti elang dibawa angin masuk ke belakang tembok tinggi itu, dan segera tidak kelihatan! Cara kerja orang ini sepertinya berbeda sama sekali dengan orang lain, Jiao Lin sama sekali tidak bisa memahaminya, bahkan namanya saja tidak tahu.
Tetapi Jiao Lin mempercayainya.
Sejak dulu Jiao Lin tidak percaya kepada siapapun, tapi bisa percaya kepadanya,sampai-sampai Jiao Lin sendiri pun tidak mengerti mengapa ia begitu mempercayainya.
Malam hampir berlalu, hujan telah berhenti.
Jiao Lin tidak menunggu lama, pintu kecil itu terbuka, keluar 2 orang anak kecil yang tampan, menenteng lampion, dan mempersilahkan tamu masuk.
Jiao Lin mengikuti mereka masuk.
Pekarangan itu dalam sekali, dengan sinar lampion yang tak begitu terang, masih bisa melihat adanya bunga-bunga, batu-batu dan gazebo yang indah sekali.
Chu Liuxiang menunggu di luar pintu dari sebuah halaman kecil, senyuman cerah tersungging di wajahnya; sinar lampu rumah terang benderang, di atas meja telah disediakan arak, semua hal ini mendatangkan kebanggaan di hati si pengembara yang melarat ini.
Jiao Lin bukan orang yang bawel, namun pada saat ini mesti bertanya.
"Tempat apakah ini?"
"Tempat yang boleh kau tinggal tiga bulan", Chu Liuxiang menjawab sambil tersenyum.
"Sebenarnya mau tinggal lebih lama pun boleh, tapi aku tahu dimana pun kau tinggal tak akan melebihi tiga bulan."
"Mengapa aku mesti tinggal tiga bulan di sini?"
"Sebab tidak ada orang yang bisa menduga kau dapat tinggal di sini, juga tak akan ada orang yang datang mengganggu. Setelah tiga bulan, keadaan akan berubah, saat itu sudah tak ada lagi orang yang buru-buru mau menemukanmu". Chu Liuxiang berkata.
"Setiap orang nyawanya cuma satu, orang yang tak bernyawa tidak bisa minum arak". Jiao Lin mulai minum arak, arak yang panas mulai memanasi darahnya yang dingin.
"Aku hanya seorang pengembara yang melarat, tanganku sudah tidak mantap, cita- citaku juga sudah sirna, hari ini kalau tidak ada anda, mungkin aku sudah dibunuh orang", Jiao Lin berkata dengan sedih.
"Boleh dikata aku orang ini sudah habis, lalu kenapa anda berlaku demikian kepadaku?"
"Tidak tahu ya", Chu Liuxiang berkata.
"Aku melakukan sesuatu umumnya tidak ada alasan yang terlalu baik".
"Apakah anda tahu kedua suami istri penjual mie itu siapa? Tahukah kenapa malam ini mereka mau mengumpulkan orang-orang macam kami ini?"
"Aku tidak tahu, juga tidak ingin tahu".
"Mengapa?"
"Sebab kerepotanku sudah cukup banyak", Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum pahit.
"Aku bisa jamin, kau pergilah mencari delapan sampai sembilan orang secara acak, jumlahkanlah kerepotan mereka, juga tak akan mencapai setengahku!"
"Tetapi anda telah menambahkan satu kerepotan lagi".
"Oh?"
"Orang-orang yang tadi duduk di dalam kedai untuk makan mie itu, kecepatan dalam membunuh, tuntutan harga yang tinggi, sekarang ini sudah jarang ada orang yang bisa menyamai mereka, orang yang mampu membayar mereka juga tidak banyak". Jiao Lin berkata.
"Anda seharusnya dapat menduga bahwa yang dikerjakan mereka pasti adalah sebuah urusan rahasia yang amat besar".
"Aku sedikit banyak dapat menduganya".
"Orang yang dapat menduga sedikit saja, tentu tak akan mereka lepaskan! Mereka tak akan keberatan kalau membunuh 1 orang lebih". Chu Liuxiang tersenyum dan berkata.
"Hal ini juga terpikir olehku, namun mereka pasti sedikit sungkan kepadaku, sedikit banyak pasti memberi muka kepadaku".
"Mengapa"? "Sebab diantara mereka rupanya ada seorang yang mengenaliku". Jiao Lin selama ini terus menundukkan kepala, dan memandangi arak didalam cangkir, mendengar perkataan ini baru mengangkat kepalanya.
"Sekarang aku baru paham kenapa mereka bisa membiarkanku pergi!"
Matanya yang kuyu dan tak bersemangat itu mendadak berbinar-binar.
"Galah bambu hitam yang panj ang, tidak ada korban yang hidup! (pujian dari orang-orang dunia persilatan untuk si orang berlengan satu) Bahkan ia pun tidak mengapa-apakan aku!"
Dia mengangkat cangkir dan minum arak sampai habis, tertawa keras sambil berkata.
"Sekarang aku baru paham siapa yang ditakuti oleh mereka! Aku orang yang demikian sial, siapa sangka masih punya keberuntungan bisa bertemu anda!"
Dia berturut-turut minum habis 3 cangkir arak, dan jadi agak mabuk.
"Asalnya aku memang ingin mendapatkan pekerjaan itu, sebab ku tahu harga yang ditawarkan mereka tentu tidak rendah, paling sedikit bisa membuat aku bernikmat- nikmat selama 1-2 tahun! Aku juga tahu siapa yang mau dibunuh mereka, ia memang pantas mati.
"Jiao Lin berkata.
"Walaupun kedua tanganku berlumuran darah, namun tidak pernah mengambil sepeserpun uang yang tidak benar. Aku menginginkan pekerjaan itu, cuma karena tidak mau mati kelaparan.
"Dia tertawa keras lagi.
"Tetapi hari ini aku dapat bertemu dengan Pendekar Harum Chu yang sangat kesohor itu, maka mati pun aku sudah tidak menyesal!"
"Engkau tidak akan mati", Chu Liuxiang berkata.
"Seorang yang belum saatnya mati, mau mati pun tidak begitu mudah". Tiba-tiba ia mulai meraba hidungnya.
"Aku punya seorang kawan yang tidak mati- mati, setiap kali orang mengira dia akan mati, tapi akhirnya tidak mati juga". Begitu menyinggung kawan ini, sepertinya dia tak dapat menahan diri untuk tidak meraba-raba hidung, dan berkata sambil menghela napas.
"Sudah bertahun-tahun aku tidak berjumpa dengannya, tak disangka tiba-tiba ada kabarnya".
"Kabar apa?"
"Ia mau aku pergi mencarinya, mencari dia di atas sebuah pohon"."Sebuah pohon?"
Jiao Lin berusaha menutupi keterkejutannya.
"Maksud anda semacam pohon yang ada ranting dan daunnya?"
"Betul"
"Kawan anda berada di atas sebuah pohon dan menunggu anda pergi mencari dia?"
"Mungkin ia sudah menunggu lama sekali di sana, mungkin ia sudah menunggu 10-20 hari".
"Terus menunggu di atas pohon?"
"Mungkin iya".
"Aku tidak mengerti, betul-betul tidak mengerti". Jiao Lin tersenyum pahit.
"Kadang-kadang aku juga suka duduk-duduk di atas pohon, sambil minum arak atau memetik buah-buah untuk dimakan. Tapi kalau aku menunggu orang, siapapun juga, aku tak akan menunggu demikian lama di atas pohon'. Tetapi Chu Liuxiang hanya bertanya satu kalimat, dia segera mengerti.
"Bagaimana kalau kamu tidak dapat turun dari pohon itu?"
"Kawan anda itu sedang menghadapi bahaya, makanya bersembunyi di atas pohon itu, menunggu anda pergi menyelamatkannya."
Jiao Lin berkata.
"Kalian tentunya adalah kawan lama, pohon itu pasti adalah tempat yang dulunya sering kalian datangi, diantara kalian pasti sudah menetapkan semacam sandi minta tolong pada waktu darurat, sehingga meskipun anda tidak ada di dekatnya, teman-teman anda setelah melihatnya pasti berusaha memberitahu anda". Dia melanjutkannya.
"Pendekar Harum Chu mempunyai pergaulan yang amat luas, dimana pun juga punya kawan, tuan rumah di sini pasti juga adalah kawan anda, jika tidak bagaimana bisa menerimaku?"
Selesai berkata, Jiao Lin dengan cepat minum secangkir arak lagi, karena ia tiba-tiba tahu bahwa ia tidak saja tidak mabuk, otaknya masih "encer"
Sekali, bahkan lebih "encer"
Dari kebanyakan orang. Chu Liuxiang tersenyum dan berkata.
"Engkau menjelaskannya sepertinya lebih jelas dari aku sendiri yang menjelaskannya, maka sekarang aku akan mengucapkan dua kata kepadamu".
"Dua kata yang mana?"
"Sampai jumpa!" `Sampai jumpa' adalah dua kata yang amat sederhana, namun maknanya terkadang amat rumit, kadang berarti.
"Ingin sekali berjumpa lagi", kadang berarti.
"Segera akan berjumpa lagi", tapi kadang mungkin berarti.
"Selama-lamanya tidak mau berjumpa lagi!"
Namun ada satu hal yang tidak berubah.
ketika anda mengucapkan kedua kata ini, jika tidak pada ketika anda sendiri mau pergi, ya pada ketika anda ingin oranglain pergi.
Chu Liuxiang tidak ingin Jiao Lin pergi, dia sendiri mau pergi.
Biasanya dia bilang pergi ya pergi, namun kali Jiao Lin bisa menahannya, hanya dengan lima kata.
"Anda pergi, aku juga pergi". Melihat badan Chu Liuxiang yang hampir pergi dibawa angin jadi berhenti, Jiao lin berkata.
"Aku tahu kawan yang akan anda cari itu pastilah Hu Tiehua, aku juga tahu demi dia, anda dapat mengesampingkan semua hal, tetapi aku juga mau mencari satu orang, hubungan aku dengan orang ini, jauh lebih dalam dari hubungan anda dengan Hu Tiehua".
"Siapakah dia?"
"Anak perempuanku, anak kandungku,"
Jiao Lin berkata.
"Walaupun aku tidak tahu dimanakah dia, tetap saja akan kucari".
"Anakmu ada dimana kau sendiri pun tidak tahu?"
Chu Liuxiang mengelus lagi hidungnya, lama sekali baru berkata.
"Kamu boleh tidak pergi". Selama ini dia bukanlah orang yang semena-mena, namun kalimat ini kedengarannya tidak logis, tentu saja Jiao Lin bertanya.
"Mengapa"? "Sebab barusan aku menyelamatkanmu, dan aku benar-benar tidak ingin kamu mati. Apalagi kau sendiri tidak tahu anakmu ada dimana, bagaimana mau mencarinya"? "Aku punya caranya". "Asalkan kamu memberitahukan caramu padaku, aku bisa bantu mencarinya, makanya kau boleh tidak pergi. Jika aku saja tidak bisa menemukannya, kamu juga pasti tidak bisa menemukannya". Tidak ada orang yang bisa menyangkal kata-kata ini, Chu Liuxiang memang bukan orang yang semena-mena. Sinar mata Jiao Lin segera terang lagi, segera mengeluarkan sebuah saputangan sutra murni. Saputangan sutra yang putih itu telah menjadi kekuningkuningan, di atasnya tersulam sebuah bulan sabit yang melengkung dengan benang sutra merah.
"Sebelum dia lahir ibunya telah berpisah denganku, aku hanya tahu bahwa di bawah lehernya ada sebuah toh, bentuknya sepertibulan sabit yang tersulam di saputangan ini". Jiao Lin berkata.
"Sayangnya aku juga tidak tahu ibunya pergi kemana sejak berpisah denganku, karena, itu adalah hal yang terjadi pada 18 tahun yang lalu". Sebuah saputangan, sebuah toh yang terletak di bawah leher, `di bawah leher' biasanya berarti. di atas payudara! Seorang gadis yang berusia tahun, sekalipun seorang idiot, juga tidak mungkin dengan sembarangan memperlihatkan bagian ini kepada orang. Chu Liuxiang menjadi terkesima.Ketika ia melihat ekspresi wajah Jiao Lin, serta menerima saputangan segera sadar bahwa seolah-olah naik lagi. ke sebuah kapal perampok, dan ia menaikinya dengan sangat suka rela! Jiao Lin berkata lagi.
"Tentu aku tahu bahwa sungguh tidak mudah pergi mencarinya, untungnya aku juga tahu bahwa selama ini belum ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh Chu Liuxiang, makanya hatiku lega sekali". Tentu saja hatinya lega sekali, karena kesulitan yang tak mampu diatasinya ini telah dilemparkan kepada orang lain laksana sebuah ubi jalar yang panas! Melemparkan kepada satu-satunya orang di dunia ini yang mau menerimanya! Chu Liuxiang lama sekali memandang dia, tiba-tiba tertawa dan berkata.
"Kamu si rubah tua ini, mengapa kamu tidak sekalian saja menyuruh aku memetik rembulan di langit untukmu?"
Tetapi sekarang yang paling menguatirkan Chu Liuxiang bukanlah "bulan sabit"
Yang keberadaannya tidak diketahui, melainkan adalah sebuah "kandang anjing"
Di atas sebuah pohon besar, yang ada di pedalaman bukit tidak jauh dari sini, serta seorang yang bersembunyi di "kandang anjing".
Sebuah pohon yang amat besar dan amat tinggi .
Pada saat itu ia dan Hu Tiehua masih anak kecil, mereka membangun sebuah rumah kayu kecil diantara ranting pohon yang paling lebat daunnya, dengan bahan kayu yang sama warnanya dengan pohon itu, sedikit lebih besar dari sarang burung, ya hampir sebesar sebuah rumah orang zaman purba yang tujuannya untuk melindungi diri dari serangan binatang buas.
Saat itu mereka cuma karena kesenangan saja dalam pembuatan rumah kayu macam ini.
Hu Tiehua berusul.
"Bagaimana kalau kita menamakan tempat ini sebagakandang anjing'?"
"Kenapa kasih namkandang anjing'?"
Chu Liuxiang tidak setuju.
"Hanyalah elang dan rajawali yang bisa membangun sarang di tempat ini; kita kan bukan anjing, dan anjing juga tidak bisa naik pohon, kenapa mesti menamakan tempat ini kandang anjing'?"
"Sebab aku menyukai anjing". Jawaban Hu Tiehua sering membuat Chu Liuxiang mengelus hidung. Siapa tahu bahwa pada suatu hari kita akan dikejar-kejar orang seperti anjing-anjing liar yang tidak punya tempat persembunyiannya, pada saat itulah kita dapat bersembunyi di sini". Maka tempat itu ditetapkan namanya sebagai "kandang anjing". Walaupun mereka tidak pernah dikejar-kejar seperti anjing liar, tetap saja pernah ke sana, seraya membawa seguci arak, memetik beberapa buah untuk dimakan, memanjat pohon setelah mabuk, lalu pergi setelah mengeluarkan semua perkataan yang tidak mau, tidak bisa dan tidak berani dikatakan kepada orang lain.Pada perpisahan yang terakhir mereka berjanji.
"Jikalau kita ada bahaya, akan bersembunyi kemari, tidak peduli siapa yang datang duluan, maka yang satunya harus datang menolongnya". Hu Tiehua masih berkata. `Kalau aku yang datang, aku pasti menuliskan 2 kata "kandang anjing", di setiap tempat yang sering kau datangi, orang lain tidak dapat mengerti apa artinya, namun engkau pasti dapat mengerti. Pada saat itu keadaannku pasti gawat sekali, maka begitu melihat harus buruan datang, jika datang terlambat sedikit, mungkin kamu harus beli peti mati untukku". Chu Liuxiang telah melihat kedua kata itu, tertulis dengan kapur putih, dan terlihat di banyak tempat. Ketika melihat kedua kata itu, kapurnya sudah hampir terkelupas, menurut perkiraannya, dari Hu Tiehua menulis sampai terlihat olehnya, paling sedikit sudah 15-20 hari. Meskipun belakangan ini ia sering berada di Jiangnan, namun daerah ini amatlah luas, jika ia dalam waktu 20 hari bisa menemukan kedua kata yang dijanjikan pada 10 tahun yang lalu, maka boleh dikata nasibnya Hu Tiehua cukup bagus. Tetapi waktu 20 hari adalah waktu yang tidak pendek, jumlah orang yang mati dalam kurun waktu ini mungkin lebih banyak dari jumlah semut yang dapat dilihat orang sepanjang hidupnya, boleh jadi Hu Tiehua adalah salah satunya. Hu Tiehua tidak mati, malahan Chu Liuxiang yang hampir mati karena marah! Ketika Chu Liuxiang menemukan dia, bukan saja dia sedikit pun tidak dalam bahaya, bahkan lagi asyik-asyiknya bersenang-senang dengan wanita! Gunung masih tetap gunung itu, pohon juga masih tetap pohon itu. Gunung yang menghijau dan terselubung oleh kabut itu, sepertinya tidak berubah apa-apa. Tetapi 'kandang anjing' yang di atas pohon itu telah berubah. Bentuk luarnya mungkin belum berubah, karena dibangun oleh bahan kayu terbaik dan dua pasang tangan yang terampil, sehingga meskipun dilanda angin dan hujan bertahun-tahun, masih tetap kokoh. Tetapi bagian dalamnya telah berubah. Di dalam dunia ini sudah tidak ada seorang pun yang akan menganggap tempat ini adalah "kandang anjing"! Karena tempat ini lebih layak disebut sebagaTempat Firdaus' ataTempat Dewa- Dewi!' Rupanya Hu Tiehua sama sekali tidak mirip dengan anjing liar yang diburu-buru! Tempat ini sebenarnya cuma ada. 1 meja kayu kecil, 2 tikar yang robek, dan beberapa guci kosong. Namun sekarang semuanya telah berubah. Seolah-olah ada seorang dewa yang pernah datang ke sini, dengan sebuah jari tangan yang bisa merubah besi jadi emas, semua benda yang terdapat di tempat ini disentuh sedikit. Maka dua tikar robek itu tiba-tiba berubah menjadi permadani bulu dan kulit hewan yang paling empuk, paling hangat dan paling mahal! Maka guci kosong yang terbuat dari lumpur kering, tiba-tiba berubah menjadi guci-guci yang terbuat dari giok putih atau emas kuning, dan isinya adalah arak- arak terbaik yang didatangkan dari berbagai tempat. Maka Hu Tiehua yang berkumis dan berjenggot, seorang pengembara yang melarat, juga berubah menjadi 5 orang 1 pria dan 4 wanita! Yang wanita tentu saja adalah gadis-gadis yang bisa membuat para pria mabuk kepayang, gadis-gadis yang bisa membuat para pria sulit tidur. yang satu mungil dan manis, yang satu lemah-lembut, yang satu sehat dan kekar, yang satu sangat langsing. Yang pria tentu saja adalah orang yang pantas bagi gadis-gadis cantik ini. tinggi tegap dan matang, rambut tersisir rapi, kumis dan jenggot tercukur bersih. Dibandingkan dengan Hu Tiehua yang dulunya dalam 1 bulan tidak pernah mandi, cuci muka dan cukur kumis dan jenggot, benar-benar adalah 2 orang yang berbeda sama sekali! Yang tidak berutung adalah. begitu melihat, Chu Liuxiang segera tahu bahwa 2 orang yang berbeda ini sebenarnya adalah 1 orang! Sekalipun Hu Tiehua dibakar jadi abu, tetap saja Chu Liuxiang bisa segera mengenalinya. Mengapa Orang ini bisa berubah? Mengapa tempat ini bisa berubah? Chu Liuxiang tidak dapat mengerti. Seandainya ada 1 dewa yang turun ke dunia ini, dan seandainya ada 1 jari tangan yang dapat menciptakan mujizat, maka dia ingin sekali meminjam jari tangan ini, menyentuh Hu Tiehua yang telah berubah ini, merubahnya menjadi seekor babi! 03. Penyayang Wanita CantikManusia tidak akan berubah menjadi babi, tapi seandainya Hu Tiehua berubah menjadi babi, juga tidak akan membuat Chu Liuxiang jadi tambah heran! Sampai bermimpi pun ia tidak pernah menduga Hu Tiehua berubah menjadi demikian. Hu Tiehua juga sedang memandangnya, ekspresi wajahnya persis seperti baru pertama kali melihatnya, dan di wajah orang ini bertumbuh setangkai bunga trompet! "Apakah kamu salah minum obat?"
Hu Tiehua bertanya.
"atau ekormu terinjak orang?"
"Orang ini mempunyai ekor?"
Seorang gadis mendelikkan matanya yang memang besar, dan berkata.
"kenapa aku tidak bisa melihat ekornya ada dimana?"
"Seorang kalau sudah berubah menjadi seekor rubah tua, sekalipun berekor juga tak akan terlihat orang". Hu Tiehua berkata dengan mimik serius.
"Tapi coba lihat, bukankah rupanya agak aneh? Mirip tidak dengan orang yang baru saja menelan seekor kutu busuk yang besar dan gemuk?"
Para gadis mulai tertawa cekikikan, bunyi tertawa mereka sangat memikat seperti orangnya.
Chu Liuxiang memandangi tangannya, ingin sekali tangannya dikepal dan dipukulkan ke arah hidung Hu Tiehua, agar hidungnya patah jadi dua.
Seseorang kalau hidungnya patah jadi dua, pasti tidak akan berkata seperti orang kentut! Cuma sayangnya Chu Liuxiang tidak punya kebiasaan memukul hidung kawannya, maka terpaksa tangannya dipakai untuk mengelus-elus hidung.
Para gadis tertawanya tambah senang, tiba-tiba ia ikut tertawa, bahkan tertawanya lebih senang dari mereka.
"Asyik, asyik, sungguh-sungguh mengasyikkan"! ia bertanya kepada Hu Tiehua.
"Sejak kapan kamu berubah jadi orang yang mengasyikan? Kenapa sedikit pun aku tidak tahu?"
"Masa' kamu tidak merasa asik?"
Hu Tiehua berkedip dan berkata.
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Masa' kamu mendongkol gara-gara aku?"
Ia berkata bagaikan orang yang merasa dirinya benar sekali.
"Masa' kamu baru senang, kalau aku dipukul sampai babak belur, dan bersembunyi di sini seperti anjing liar?"
Diatas meja kecil penuh dengan buah-buah, manisan, roti dan daging, serta 2 guci arak. Dia bertanya lagi kepada Chu Liuxiang.
"Apakah kau tahu ini arak apa? Yang ini adalah arak nuerhong yang berusia 30 tahun. Yang itu adalah arak Luzhoudagu yang terbaik". (Nuerhong dan Luzhoudagu adalah jenis arak yang terkenal dan mahal). Dia merangkul seorang gadis yang berpinggang ramping dan berkaki panjang, yang berada disisinya, dan berkata.
"Walaupun hidungmu kurang berfungsi, tapi matamu tajam sekali, tentu saja bisatahu beberapa nona ini, setiap orang cantiknya 18 x lipat dari gadis-gadis yang pernah kita ketemu". Hu Tiehua menggeleng-geleng kepala sambil menghela napas.
"Seseorang kalau mempunyai arak yang demikian bagus dan gadis-gadis yang demikian cantik, ternyata tidak lupa memanggil kawannya datang untuk menikmati bersama, maka orang ini adalah kawan yang luar biasa! Andaikata aku punya kawan yang demikian baik ini, aku pasti berlutut dan mencium kakinya sambil menangis". Chu Liuxiang tertawa, kali ini betul-betul tertawa. Jikalau anda punya kawan begini, anda mau apakan dia? Menggigitnya? Gadis yang bermata besar itu berkata sambil tertawa.
"Tenang, dia tidak sungguh-sungguh menginginkan anda mencium kakinya kok, dia cuma rindu setengah mati kepada anda, makanya anda dipanggil kemari dengan sedikit tipu daya, tujuannya cuma mau anda menemaninya minum arak saja". Dia berlutut di depan meja kecil itu, menuangkan arak nuerhong ke sebuah cawan giok putih sampai penuh; sepasang tangannya lebih putih dari giok putih, ditangannya memakai sebuah cincin zamrud hijau. Chu Liuxiang mulai duduk dan memandangi tangan gadis itu, gayanya seperti bandot tua! "Siapa namamu?"
Si gadis tambah manis tertawanya, cawan arak itu diberikan kepada dia sambil berkata.
"Habiskan arak ini dulu, baru kuberitahu anda".
"Tidak bisa, minum 1 cawan tidak cukup". Chu Liuxiang berkata.
"Paling sedikit aku harus minum 18 cawan". Dia mengulurkan tangan, bukan untuk menerima cawan, malahan memegang sepasang tangan si gadis yang putih mulus! Si gadis tertawa manja.
"Anda jahat, anda sungguh adalah orang jahat!"
"Aku memang orang jahat". Chu Liuxiang tersenyum licik.
"Aku bisa jamin, aku lebih jahat l0x lipat dari yang kamu sangka". Terdengar bunyi "kletak", sepasang tangan yang seperti giok putih dari si gadis telah diplintir sampai patah! Cawan giok putih di tangannya dilempar oleh Chu Liuxiang dan dengan tepat menghantam pinggang gadis yang berpinggang ramping itu. Cincin zamrud si gadis telah dilepas oleh Chu Liuxiang, dijentik dengan 2 jari dan tepat mengenai jalan darah di bahu kiri dari gadis yang satunya lagi. Ketika si gadis bermata besar itu memekik kesakitan, mereka sudah tidak bisa bergerak!Ketiga gadis itu terkejut sampai termangu-mangu. Sampai bermimpi pun mereka tidak pernah menduga bahwa orang yang kelihatannya penyayang wanita cantik, ternyata bisa berbuat demikian terhadap mereka. Gadis terakhir yang kelihatannya paling lemah paling lembut dan paling mungil, mendadak mengeluarkan sebilah pisau pendek yang berkilau, dan ditodongkan ke tenggorokannya Hu Tiehua! "Chu Liuxiang, aku kagum kepadamu, kau betul-betul hebat! Aku sungguh tidak mengerti kenapa kau dapat melihat ada ketidakberesan di tempat ini". Dia berkata dengan nada benci.
"Namun jika kau bergerak lagi, akan ku penggal kepalanya!"
Siapapun bisa melihat bahwa dia bukan sekedar gertak sambal! Di dunia ini memang ada semacam gadis, yang biasanya kelihatan lebih jinak dari kucing kecil, namun jika gelagatnya tidak baik, ia akan mengeluarkan kuku-kuku tajamnya, bukan saja mencakar anda sampai bercucuran darah, bahkan mencakar anda sampai mati pun dia tidak akan berkedip matanya! Tidak salah lagi, gadis ini adalah orang yang demikian.
Hu Tiehua meskipun masih tersenyum, namun wajahnya mulai pucat sekali; tetapi Chu Liuxiang tidak ambil pusing.
"Penggallah, cepatlah penggal, terserah mau pakai cara apa". Dia tersenyum dan berkata.
"Kepala itu kan bukan kepalaku, kamu penggal tidak akan menyakitkanku". Dia ternyata duduk lagi, seperti ingin nonton sandiwara saja, dengan ekspresi wajah mau menikmati tontonan! "Kau penggal, aku tonton", Chu Liuxiang makin tersenyum gembira.
"Menonton kau yang demikian cantik ini memenggal kepala orang, pastilah menarik!"
Hu Tiehua berterika.
"Menarik? Kau masih bilang ini menarik? Kawan macam apakah kau ini?"
Chu Liuxiang tersenyum santai.
"Kawan macam aku ini memang langka, mau ketemu satu pun tidak mudah, hari ini kalian sudah melihatnya, ini sungguh rejeki kalian". Gadis yang mau memenggal kepala orang itu mulai panik, sepasang mata yang mulanya penuh niat membunuh itu mulai menunjukkan tanda ketakutan! Bukannya dia tidak berani memenggal kepala orang, tapi setelah memenggal lalu bagaimana? Apakah kepalanya juga akan dipenggal orang? Apakah akan mengalami hal-hal yang lebih mengerikan dari pemenggalan kepala? Chu Liuxiang tidak mengatakan kata-kata demikian, ia .dari. dulu tidak dapat mengatakan kata-kata demikian, kata-kata ini memang tidak dapat dikatakan oleh orang semacam Chu Liuxiang. Tetapi ia senantiasa dapat membikin orang berimajinasi sendiri. Pisau pendek yang berkilauan itu masih ditodongkan ke leher Hu Tiehua, namun tangan yang memegang pisau mulai gemetar! "Kalau kau tidak mau terburu-buru memenggal kepalanya, aku pun tidak terburu- buru". Chu Liuxiang berkata dengan santai.
"Duduk-duduk di sini juga amat nyaman, aku juga amat sabar". Ia menghela napas panjang.
"Sayangnya adalah. arak-arak di sini semuanya mutlak tak dapat diminum, sebab setelah minum pasti akan sama seperti tuan Hu ini, menjadi lemas tak bertenaga!"
Tangan yang memegang pisau bergemetar kian hebat.
Keadaan ini akan berlanjut sampai kapan? Dan bagaimana kesudahannya? Tiba-tiba ia merasa bahwa hal ini betul-betul tidak menyenangkan! Chu Liuxiang se-olah-olah bisa mengetahui apa yang dipikirkannya, tiba-tiba memberi usul.
"Jikalau kau sudah tidak mau beginian terus, kita masih punya cara untuk mengakhirinya".
"Cara apa?"
Dia segera bertanya "Kau biarkan aku membawa pergi tuan Hu ini, setelah kami pergi, kalian juga boleh pergi, aku tak akan menyentuh kalian, kalian seharusnya tahu bahwa selama ini aku paling menyayangi wanita cantik".
Dengan tidak berpikir panjang, tangan yang pegang pisau itu segera menjauhi tenggorokannya Hu Tiehua.
"Baik, aku percaya kamu". Dia berkata.
"Aku tahu bahwa Chu Liuxiang selalu pegang janjinya". Si gadis yang kedua pergelangan tangannya patah itu sejak tadi menahan sakit sambil berlinang-linang air mata, mendadak bertanya dengan suara keras.
"Kami tidak melakukan kekeliruan apapun, tuan Hu ini juga amat penurut, dia mengerjakan semua yang kami suruh, lalu mengapa kau bisa tahu ada obat bius di dalam arak? Dan mengetahui rahasia kami?"
Sambil senyum Chu Liuxiang menuangkan secawan arak untuk gadis itu dan berkata.
"Kau habiskan dulu arak ini, lalu aku beritahu". Arak-arak itu tidak boleh diminum. Oleh karena itu mereka selama-lamanya tidak bisa tahu kenapa Chu Liuxiang dapat mengetahui rahasia mereka. Gunung yang tinggi . Air yang mengalir. Ada sebuah mata air yang mengalir turun dari gunung tinggi itu, menjadi sebuah kali kecil yang airnya jernih sekali.Di badan Hu Tiehua masih memakai pakaian ala playboy yang amat rapi. Dengan berpakaian serapi ini, ia merendamkan dirinya ke dalam kali kecil yang jernih itu! Karena Chu Liuxiang ngotot berangapan bahwa hanya dengan cara ini baru bisa membantunya lebih cepat pulih dari daya obat bius, dia mau tidak setuju pun tidak bisa. Dia hanya bisa memandangi Chu Liuxiang laksana seekor ayam jantan, memandang lama sekali, lalu tiba-tiba menghela napas panjang.
"Kau hebat! Kau sungguh luar biasa! Tidak saja tampan dan anggun, bahkan juga luar biasa cerdik! Jenius agung seperti kau ini, dicarikan ke seluruh dunia pun tak akan menemukan orang kedua!"
Suaranya tambah lama tambah besar.
"Seandainya kau menganggap dirimu hanyalah orang agung kedua dari seluruh dunia, pasti tidak ada orang yang berani mengaku dirinya orang kesatu!"
Chu Liuxiang berbaring di sebuah batu besar di pinggir kali, dengan wajah yang amat gembira dan nyaman.
"Aku suka mendengar kata-kata semacam ini. Katakanlah Seberapa kalimat lagi".
"Tentu aku akan meneruskannya, namun sayangnya yang aku katakan bukan kau".
"Bukan aku? Lalu siapa?"
"Ya aku sendiri", Hu Tiehua berkata.
"Yang kukatakan ialah aku sendiri. Karena aku betul-betul terlalu cerdik dan terlalu agung, sampai-sampai aku tidak bisa tidak mengagumi aku sendiri". Ketika berbaring jarang ada orang yang bisa membuat dia berdiri, namun sekarang ia segera loncat dan berdiri, dan memandangi Hu Tiehua seperti memandangi hantu! "Betulkah sedang mengatakan kau mengagumi kau sendiri? Apa aku tidak salah dengar?"
"Tidak, kau tidak salah dengar, telingamu kan tidak sejelek hidungmu, bagaimana bisa salah dengar?"
"Di dalam situasi yang genting aku telah menyelamatkanmu, sampai orang lain pun terkagum-kagum kepadaku. Kau tidak berterima kasih, juga tidak mengagumiku, malahan membual sehebat-hebatnya untuk dirimu.
"Chu Liuxiang menggeleng kepalanya dan menghela napas panjang.
"Dalam hal ini bahkan aku pun mesti kagum kepadamu!"
"Tentu saja kau mesti kagum kepadaku.
"Hu Tiehua berkata dengan serius.
"Kalau tidak ada aku, bagaimana kau dapat menyelamatkan ku?"
Chu Liuxiang jadi bengong. Dia memang tahu selama ini Hu Tiehua bermuka "tebal", tapi tidak menyangka sudah begini "tebal!"Tetapi Hu Tiehua memiliki alasannya sendiri.
"Kita adalah teman lama yang sudah lama sekali, coba tanya. Kau lihat aku mandi ada beberapa kali?"
"Sepertinya jarang sekali,"
Chu Liuxiang mencari-cari dalam ingatannya.
"Sepertinya cuma 1-2 kali".
"Menyuruh aku mandi apakah adalah hal yang sulit sekali?"
"Tidak terlalu sulit, cuma lebih sulit sedikit daripada menyuruh anjing tidak makan kotoran".
"Lalu kalau menyuruh aku tidak minum arak?"
"Kalau ini sungguh-sungguh sulit", Chu Liuxiang menghela napas panjang.
"Ini jauh lebih sulit daripada menyuruhmu tidak menyentuh wanita".
"Didalam `kandang anjing' itu, ada arak bagus yang begitu banyak, ada gadis cantik yang begitu banyak, namun ketika kau menemukanku, aku malahan luar biasa sadar, dan mandi sampai bersihnya melebihi kamu baru saja dilahirkan, sekalipun itu babi, juga seharusnya dapat melihat ketidak-beresannya". Hu Tiehua membuka mulutnya yang besar dan tersenyum kepada Chu Liuxiang.
"Apalagi kau paling sedikit ya lebih pintar dari babi". Chu Liuxiang tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tiba-tiba ia merasa bahwa kata-kata Hu Tiehua memang beralasan, dan sangat beralasan. Satu-satunya pertanyaannya adalah.
"Jenius agung semacam kau ini, kenapa bisa ditaklukan oleh 4 orang gadis kecil?"
Jawabannya lebih "nyentrik"
Dari pertanyaan! "Justru karena mereka adalah 4 orang gadis kecil, maka aku bisa ditaklukan oleh mereka! Jikalau 4 orang tua yang mau menaklukanku, pasti tidak bisa". "Cukup beralasan".
"Bertemu dengan 4 orang gadis secantik mereka, sekalipun aku jelas-jelas tahu bahwa arak mereka ada obat biusnya, aku pun tetap akan meminumnya.
"Hu Tiehua tersenyum pahit.
"Cuma sayangnya adalah. Begitu minum langsung merasa seluruh tenagaku lenyap!"
"Pada situasi itu, kenapa kau masih mampu kembali ke "kandang anjing"?"
"Tentu saja adalah aku yang menyuruh mereka mengantarku ke sana".
"Mengapa mereka mau mengantarmu ke sana?"
"Karena kau". Hi Tichua mengatakan dengan lebih jelas.
"Aku tahu bahwa mereka juga sedang mencarimu, tapi tak bisa menemukanmu. Maka sekalian saja aku ajarkan cara ini kepada mereka".
"Cara apa?""Cara "menipu anjing masuk ke kandang"."
Chu Liuxiang tersenyum pahit.
"Sekarang aku baru tahu kau betul-betul kawan yang baik! Kepandaianmu melibatkan orang lain dalam kesulitan, juga no. 1 di dunia!"
"Aku tidak melibatkanmu lalu mau melibatkan siapa? Kamu tidak menolongku lalu siapa yang menolongku?"
Hu Tiehua mendelikkan mata besarnya, dengan sikap sok benar.
"Apalagi aku berbuat demikian untuk membuatmu gembira".
"Untuk membuatku gembira?"
Chu Liuxiang tidak paham.
"Ada apa yang aku gembirakan?"
"Bisa menyelamatkan seorang kawan baik macam aku ini dari tangannya orang lain, masa hatimu tidak gembira?"
Hu Tiehua berkata dengan nada tegas.
"Jika aku tidak berbuat demikian, bagaimana kau bisa mencari sampai ke "kandang anjing"? "Bagaimana kau bisa menyelamatkanku?"
Chu Liuxiang mengelus-elus hidung dan berpikir lama sekali, akhirnya terpaksa mengaku.
"Cukup beralasan". Mengapa setiap kalimatmu itu sepertinya cukup beralasan?"
Tiba-tiba ia bertanya kepada Hu Tiehua. Apakah kau pernah berpikir, bahwa mungkin saja mereka tidak punya niat jahat padamu, hanyalah ingin membawamu pulang dan dijadikan menantu". Dia sendiri yang gantikan Hu Tiehua untuk menjawab.
"Kau pasti pernah memikirkannya, karena kepandaian berkhayal indahmu jarang ada orang yang bisa menandinginya"
"Aku tidak perlu berkhayal indah". Kata Hu Tiehua.
"Orang semacamku ini, yang tampan, cerdik, pemberani dan matang, memang adalah pria idaman bagi gadis-gadis muda sebangsa mereka, asal aku mau mengeluarkan sedikit tipuan, mereka kalau tidak tergila-gila padaku itu baru aneh!"
"Mengapa kau tidak membuat mereka tergila-gila padamu? Mengapa perlu aku untuk menolongmu?"
"Sebab aku sekarang tak ada waktu yang senggang untuk bermain-main dengan mereka". Tiba-tiba ekspresi wajah Hu Tiehua menjadi serius dan misterius.
"Sekarang sedang ada satu hal besar yang tunggu aku untuk menyelesaikannya, dan harus aku yang inenyelesaikannya, jika tidak dunia akan jadi kacau, ada orang yang tak terbilang banyaknya yang akan mati!"
Gaya bicaranya seolah-olah itu sungguh-sungguh terjadi, Chu Liuxiang memandang dia lama sekali, tapi tidak menemukan tandatanda dia bercanda! "Yang mau kau selesaikan itu hal besar apa sih?"
Hu Tiehua merendahkan suaranya, dan berkata kata demi kata.
"Aku mau membantu seorang teman dengan mengantar anak gadisnya untuk dinikahkan dengan seseorang". Chu Liuxiang hampir mati karena marah.
"Hal ini juga bisa tergolong hal yang besar?"
"Tentu saja adalah hal yang besar. Jikalau kau tahu siapa temanku itu, kau akan mengerti betapa pentingnya hal ini".
"Siapakah temanmu itu"? "Sekarang aku masih tidak bisa memberitahumu siapa dia". Hu Tiehua berkata dengan serius.
"Aku hanya bisa memberitahu, bahwa di dalam dunia persilatan, mungkin dia tidak setenar engkau, tapi kedudukannya jauh lebih tinggi darimu. Anak gadisnya tidak saja terkenal karena kecantikannya, juga adalah putri raja, putri raja kehormatan yang disahkan oleh kaisar!"
"Kamu mau mengantarkan putri raja ini untuk dinikahkan dengan siapa?"
"Kalau orang ini, ketenarannya tidak kalah denganmu". Jawab Hu Tiehua.
"Aku kira kau pasti pernah dengar, yaitu Shi Tianwang, panglima besar Tianzheng yang beberapa tahun ini menggemparkan dunia persilatan dalam dan luar negeri!"
Air muka Chu Liuxiang mendadak jadi berubah.
"Sepertinya ada banyak orang dari dunia persilatan yang tidak setuju atas pernikahan ini, maka putri raja itu perlu aku antar dan lindungi, bahkan Pemimpin Hua dari rumahnya yang mengundang aku". Hu Tiehua berkata.
"Oleh karena itu kecuali Shi Tianwang mati dengan tiba-tiba, siapapun tidak dapat menghalangi pernikahan ini"
Mata Chu Liuxiang tiba-tiba bersinar, dan berkata dengan suara nyaring.
"Aku sekarang mengerti mengapa bibi itu mencari orang-orang itu untuk melakukan sesuatu!"
"Bibi itu siapa?"
Hu Tiehua bertanya.
"Orang-orang itu siapa?"
"Bibi itu adalah si nyonya pemilik kedai mie. Orang-orang itu adalah yang pada malam itu secara khusus pergi ke kedai mie untuk makan mie". Hu Tiehua adalah orang yang nyentrik, sering mengucapkan kata-kata nyentrik yang kadang-kadang Chu Liuxiang pun tidak dapat memahaminya.Namun kali ini keadaannya berubah. Kali ini Hu Tiehua yang tidak dapat memahami kata-kata Chu Liuxiang. Tadi kau mengatakan apa?"
Dia sengaja bertanya.
"Apakah kau punya seorang bibi yang membuka kedai mie, dan larisnya minta ampun, sampai tengah malam pun ada orang yang secara khusus pergi ke sana untuk makan mie!"
Hu Tiehua menahan tawanya dan berkata dengan serius.
"Hebat benar bibimu ini! Aku sungguh tak menyangka kau masih punya seorang bibi yang hebat, yang amat pandai menjual mie daging sapi".
"Meskipun yang dijual bukan mie daging sapi, tapi kepandaiannya betul-betul tidak kecil". Chu Liuxiang menghela napas panjang.
"Jika dia benar-benar adalah bibiku, aku akan merasa tersanjung, namun sayang bukan"."Kalau begitu dia adalah bibinya siapa?"
"Tentu saja dia bukan bibimu", Chu Liuxiang juga berkata dengan serius.
"Dia adalah "ibu' mu!"
"Astaga!"
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hu Tiehua segera berteriak.
"Apakah yang kau katakan itu adalah Bibi Hua yang suka mencabut nyawa orang?"
"Masa sekarang bu'mu lebih dari satu? Seingatku bu'mu cuma dia seorang".
"Astaga!"
Hu Tiehua terus berteriak.
"Bukankah dia telah menemukan seorang pria sial yang mau menikahinya? Kenapa dia tidak melewati hari dengan bahagia, kok malahan muncul lagi?"
Chu Liuxiang memandangnya sambil tertawa "Mungkin setelah dia berpikir sekian lama lalu merasa kau masih lebih baik dari pria sial itu, makanya muncul lagi untuk mencarimu".
Modelnya seperti seorang yang "bergembira di atas penderitaan orang lain", dan modelnya Hu Tiehua seperti ada orang yang menjejalkan tahi anjing ke mulutnya dan tidak mampu dimuntahkannya! "Tolong! Mohon kau jangan membuat dia menemukanku! Aku masih mau mempertahankan nyawaku ini untuk minum arak beberapa tahun lagi denganmu".
Chu Liuxiang melihat wajahnya yang muram, tiba-tiba menghela napas panjang.
"Apa kau sungguh mengira kau adalah si tampan yang disukai setiap wanita? Apakah semua wanita tergila-gila kepadamu, kalau tidak ada kau semuanya akan mati satu per satu? Sayangnya kali ini walaupun dia muncul lagi untuk mencari orang, tapi yang dicari bukan kau!"
"Bukan aku?"
Hu Tiehua hampir-hampir tidak percaya.
"Bukan aku yang dicari? Lalu siapa?"
"Aku pun tidak tahu berapa orang yang dia cari? Aku hanya tahu dia telah menemukan 3 orang". Hu Tiehua berteriak lagi, suaranya lebih keras dari yang tadi.
"Sekali cari lalu dapat 3 orang, perempuan ini betul-betul keterlaluan! Tapi siapakah ketiga orang itu?"
"Aku hanya mengenal 2 orang, yang satu ialah Huang si Penyakitan yang buka harga 30.000 tahil, yang satu ialah si Galah Bambu Hitam yang buka harga 100.000 tahil". Tiba-tiba Hu Tiehua menjadi marah.
"Sepeser pun aku tidak pernah minta darinya, lalu dengan dalil apa mereka minta begitu banyak darinya?"
Tentu saja dia tidak betul-betul marah, sekalipun hatinya sedikit merasa iri bahkan kecewa.
Sebab dia bukanlah seorang bodoh yang bisanya cuma berkhayal indah, dia tahu jelas pekerjaan mereka, dan untuk apa Bibi Hua mencari mereka.
Tujuannya hanya satu.
menginginkan mereka membunuh orang, membunuh seorang yangtidak mudah dibunuh! Didalam kalangan profesi yang kejam dan amat kuno ini, Huang si Penyakitan dan Galah Bambu Hitam semuanya adalah pembunuh bayaran kelas 1, makanya mereka minta harga yang amat tinggi.
Apalagi Galah Bambu Hitam, dia menduduki tempat ketiga dari 10 orang pembunuh bayaran yang buka harga paling tingi selama bertahun-tahun.
Karena dia bisa diandalkan.
Orangnya bisa dipercaya, mulutnya juga bisa dipercaya, yaitu tak akan membocorkan rahasia sang pembeli, sekalipun lengannya akan dipotong satu, satu kata pun tak akan dibocorkannya! Yang paling bisa dipercaya, tentu saja adalah pedang yang tersembunyi di dalam galah bambu itu, pedang ini hampir tak pernah gagal dalam membunuh orang! "Tapi aku tahu bahwa selama ini Bibi Hua tidak punya uang, dia menghabiskan uang lebih cepat dari aku".
Akhirnya Hu Tiehua mulai mengatakan yang serius.
"Walaupun dia ingin membunuh seseorang, tak akan mampu keluarkan uang yang begitu banyak untuk mencari Huang si Penyakitan dan Galah Bambu Hitam".
"Yang keluar uang mungkin bukan dia, mungkin dia bekerja untuk orang lain". Chu Liuxiang berkata.
"Untuk mengerjakan hal semacam ini, ada siapa lagi yang lebih cocok dari dia?"
"Masih ada seorang".
"Siapa?"
"Kau". Hu Tiehua mulai tertawa lagi, sebab dia cepat sekali bisa melupakan hal-hal yang membuat dia marah-jengkel-sedih dan kecewa.
"Kadang-kadang aku juga sangat menyukainya". Dia tanya Chu Liuxiang.
"Tahu kenapa aku bisa menyukainya?"
"Tidak tahu".
"Sebab didalam banyak hal dia mirip denganmu". Hu Tiehua tertawa dengan gembira.
"Dia kadang pintar kadang blo'on; kadang-kadang pandai menipu orang, tapi kadang-kadang juga bisa ditipu orang; orang yang dia kenal lebih banyak dari siapapun; sangat suka mencampuri urusan orang lain; kadangkala aku hampir saja menganggap kau adalah dia, dan dia adalah kau". Tangan Chu Liuxiang hampir saja memukul hidung Hu Tiehua, tapi tidak jadi. Karena hidungnya tidak jadi dipukul patah, maka mulutnya tidak berhenti berceloteh.
"Namun perangainya sama denganmu, sekeras dan sebau batu yang ada didalam kakus, kenapa dia mau bekerja untuk orang lain?"
"Sebab dia tidak mau membiarkan seorang bajingan mengantar dan menikahkan seorang putri raja dengan seekor orang utan!"Hu Tiehua tidak bisa tertawa lagi, setelah lama memandang Chu Liuxiang, lalu berkata dengan nada hati-hati.
"Aku tidak peduli apa pendapat orang, aku hanya tanya kau. Apakah kau setuju pernikahan ini?"
Chu Liuxiang juga berkata dengan nada hati-hati.
"Aku hanya bisa beritahumu. Selama ini aku tidak menyetujui pembunuhan, namun jika kali ini mereka berhasil membunuh orang utan itu, mungkin aku benar-benar akan mencium kaki mereka". Lama sekali Hu Tiehua memandang dia, lalu dengan tibatiba meloncat keluar dari air! "Mari kita pergi".
"Pergi?"
Tanya Chu Liuxiang.
"Pergi kemana?"
"Pergi mencari orang tua dari putri raja itu, yaitu temanku".
"Mengapa aku mesti ikut?"
"Sebab kau mesti melindungiku, mengantarku pergi ke sana dengan hidup, tidak membiarkanku mati di tengah jalan". Hu Tiehua berkata.
"Sebab aku ingin dia sendiri yang berbincang-bincang denganmu, setelah berbincang-bincang, barangkali pendapatmu akan berubah".
"Jika aku tidak ingin berbincang-bincang dengan dia?"
Hu Tiehua mendelikkan mata dan berkata dengan suara keras.
"Aku tanya kau. Ketika kau mau pergi ke gurun pasir yang menakutkan itu, siapa yang menemanimu? Ketika kau setiap kali dikeroyok musuh, siapa yang berdiri di sisimu? Ketika kau setiap kali tidak bisa tidur pada tengah malam, siapa yang menemanimu arak sampai fajar menyingsing?"
Chu Liuxiang menghela napas panjang.
"Baiklah, pergi ya pergi, tapi aku punya syarat".
"Syarat apa?".
"Aku pasti akan mengantarmu, tapi di jalan kita mesti berjalan secara berpisah, dan dalam situasi apapun kau tidak boleh membocorkan identitasku". Chu Liuxiang berkata dengan wajah merengut.
"Jika kau tidak setuju, aku tidak pergi. Jika kau setuju tapi tidak ditaati, maka aku akan hilang mendadak". 04 Perona Pipi, Bedan dan Minyak Wangi Kota kecil, jalan panjang. Matahari musim semi seperti wajahnya gadis kecil, akhirnya dengan malu-malu keluar dari lapisan awan, dan dengan hangat menyinari jalan panjang yang amat ramai ini. Tua muda, pria wanita, semuanya menanggalkan pakaian musim dingin mereka, menggantinya dengan pakaian musim semi yang warna-warni, lalu berjalan santai sambil berjemur sinar matahari, dan mempertontonkan pakaian baru mereka pada orang lain. Anak-anak kecil bermain dengan riang-riang di jalan, di atas langit yang biru penuh dengan layang-layang warna-warni dengan berbagai bentuk. Musim dingin yang panjang akhirnya berlalu, semua orang sudah siap untuk menikmati kesukacitaan musim semi. Hu Tiehua jadi sangat gembira, menunjuk sebuah kedai teh di pinggir jalan yang merangkap menjual berbagai makanan kecil, dan berkata.
"Mari kita duduk-duduk di sana".
"Baik", Chu Liuxiang segera setuju.
"Kau ke sana dulu".
"Kau bagaimana?"
"Aku mau pergi dulu ke salon yang di depan itu". Di depan kedai teh memang ada sebuah salon kecil, di depan pintunya tergantung sebuah papan kayu putih yang tertulis.
"Salon lama milik Nyonya Cui. Khusus menjual. perona pipi, bedak dan minyak wangi kelas satu. Terima tamu wanita untuk membersihkan muka, keramas dan lain-lain. Semuanya dengan harga rata-rata 20 sen". Hu Tiehua agak terkejut ketika melihat Chu Liuxiang betulbetul masuk ke dalam salon itu.
"Kali ini si bocah tua ini bermain apa lagi ya?"
Yang lebih aneh adalah.
tidak saja Chu Liuxiang masuk ke salon itu, bahkan masuk ke pintu belakang yang bergorden kain kapas, begitu masuk tidak keluar lagi.
Hu Tiehua telah makan habis banyak sekali bakpao dan kue, juga telah minum habis 2 teko teh manis, masih juga tidak melihat Chu Liuxiang keluar.
Kemudian dari dalam keluar seorang tua berjenggot putih dan berwajah sabar, berjalan dengan tongkat panjang, sampai di depan Hu Tiehua, dan duduk di kursi yang ada di pinggirnya dengan tidak sungkan-sungkan, lalu memesan 1 mangkok besar ham, 20 roti bakar dan 2 piring kepiting, dan makan dengan lahapnya! Hu Tiehua memandang sampai terkesima.
Untung dia bukan seorang yang benar tolol, jadi masih bisa tahu bahwa orang tua itu adalah Chu Liuxiang.
"Kau si haram jadah! Mengapa kamu membuat dirimu jadi begini jelek?"
Chu Liuxiang sama sekali tidak menggubrisnya, setelah makan lalu berdiri, mengelap mulutnya lalu pergi.
Hu Tiehua cepat-cepat berdiri dan ingin pergi bersama dia, namun ada seorang pegawai kedai yang membawa sebuah teko teh besar berdiri di hadapannya, memandangnya dengan mata yang dipicingkan, sambil berkata dengan senyum sinis.
"Tuan besar, setiap tamu yang makan di tempat kami ini, bayar dulu baru pergi,tuan besar, betul atau tidak?"
Tentu saja betul, setelah makan ya memang harus bayar! "Harus dengan uang, tapi yang tidak beruntung adalah tuan besar Hu ini tidak punya kebiasaan membawa uang!"
Tidak bayar lalu pergi tentu saja bisa, meskipun ada 10 pegawai kedai semacam ini yang menghadangnya juga tak mampu menghentikannya.
Cuma sayangnya tuan besar kita ini tidak punya muka yang demikian tebal! Oleh karena itu ia terpaksa duduk lagi, asal tidak pergi, tak usah buruan bayar, sebab di kedai teh semacam ini, tamu mau duduk berapa lama pun boleh, mau duduk dari pagi sampai malam pun boleh.
Pegawai teh itu memang tidak bisa berbuat apa-apa, tapi ia pergi kemanapun, mata yang dipicingkan itu terus meliriknya.
Pas Hu Tiehua sedang risau, tiba-tiba ia melihat keadatangan seorang yang pasti bisa bantu dia membayar.
Dia adalah seorang gadis langsing yang rupawan, berpakaian sederhana, wajahnya yang cantik itu tidak berbedak, di dalam sepasang matanya yang amat bening itu seolah-olah menyimpan rasa duka yang dalam, yang membuat iba hati setiap pria yang memandangnya! Semua mata dari orang-orang yang ada di kedai teh itu tidak dapat dialihkan dari dirinya, dan setiap orang mulai merasa jantung mereka berdetak lebih cepat! Tapi siapa sangka bunga yang demikian indah ini jatuh ke tumpukan tahi sapi! Yang dia cari bukan orang lain, tapi justru adalah si "muka tebal"
Yang mau lari setelah makan tidak mau bayar itu! Tentu saja Hu Tiehua mengerti apa yang sedang ada di pikir orang-orang itu, sebab dulu dia masuk jebakan dengan cara ini.
Sampai ketika dia menodongkan pisau di tenggorokannya, baru dia tahu gadis cantik yang kelihatannya lemah dan pendiam itu sebenarnya lebih kejam dari siapapun! Si gadis sudah duduk disisinya, memandang lekat padanya, sinar matanya sedih dan memohon, sambil berkata dengan suara yang tak terdengar orang lain.
"Aku bayarkan bonmu, kau ikut aku pergi". Perkataannya dan ekspresi wajahnya sama sekali berbeda, mau tidak mau Hu Tiehua jadi tertawa.
"Sekalipun aku tidak ikut kau pergi, kau pun akan membayarkan bonku". Suaranya juga sangat lirih, kakinya sudah menginjak kaki si gadis dibawah meja.
"Sepertinya pada kali ini giliranmu yang mesti menuruti perkataanku". Si gadis memandang dia lama sekali, tiba-tiba air matanya bercucuran seperti mutiara-mutiara yang jatuh! "Mohon kak, pulanglah denganku, ibu mertua dan anak kita semuanya sakit keras, apakah kakak tidak mau pulang untuk menjenguk mereka? Apakah kakak tidak tahu bahwa betapa susahnya aku mencari kakak?"
Kali ini suaranya tetap lirih, tapi sudah cukup jelas terdengar oleh orang-orang yang berdekatan dengan mereka! Kata-kata belum selesai diucapkan, sudah ada puluhan pasang mata melihat ke arah Hu Tiehua, tapi pasang mata semuanya memperlihatkan perasaan benci, marah dan memandang rendah! Hu Tiehua tiba-tiba merasa bahwa dirinya telah berubah menjadi seekor tikus yang gemuk, besar, kotor dan busuk! Kalau tidak buruan pergi, mungkin akan dikeroyok dan dipukuli sampai babak belur! Sebuah uang perak yang jumlahnya cukup untuk bayar bon makannya, telah dijejalkan kedalam tangannya dari bawah meja.
Di jalan yang panjang itu, sebuah kereta datang dan berhenti di depan pintu kedai ini.
Hu Tiehua terpaksa pergi dengan dia.
Tiga gadis yang lain sudah menunggu di dalam bilik kereta, Hu Tiehua menetapkan hati untuk nekat saja, lalu dengan berani duduk di tengah-tengah mereka, tangannya memeluk pinggang dari gadis yang pertama itu.
"Tak disangka kau adalah istriku!"
Dia berkata sambil cengengesan.
"Istriku yang tercinta, mau membawaku kemana?"
Empat gadis itu seluruhnya merengutkan muka, dan memandang dia dengan dingin.
Hu Tiehua tidak ambil peduli.
Sebab tenaganya sudah pulih, dia seorang diri sudah cukup untuk melawan 4 orang gadis ini! Apalagi Chu Liuxiang tak akan jauh darinya, seandainya sekarang dia duduk di atas gerbong ini, Hu Tiehua takkan merasa aneh, sebab dia selalu menaruh kepercayaan pada Chu Liuxiang.
"Sebenarnya kau mau membawaku kemana pun juga boleh". Hu Tiehua berbicara seperti terjadi sungguhan.
"Dikarenakan kau sudah jadi istriku, pasti tidak akan membunuh suami tercintkan?"
Kota kecil itu dekat dengan sebuah sungai.
Ketika kereta berhenti, sudah sampai di pantai sungai.
Di tempat ini rumput liar bertumbuh, dan suasananya sepi tidak ada orang.
Sungai tertutup kabut tipis, dari kejauhan terlihat beberapa layar kapal, dan sayup-sayup terdengar nyanyian gadis desa.Jiangnan di bulan Maret, suasana musimsemi sudah "kental"
Sekali. Hu Tiehua menekuk-nekuk pinggang di tengah hembusan angin musim semi, berguman pada diri sendiri.
"Tidak tahu dari mana bisa dapat sedikit arak untuk diminum, walaupun di dalam arak ada obat bius pun tetap akan kuminum". Empat gadis itu melototkan mata dengan marah.
"Waktu itu kami menangkapmu dengan memakai obat bius, kau pasti tak mau mengaku kalah".
"Dkandang anjing' itu, Chu Liuxiang yang licik dan licin itu memang memperoleh sedikit keunggulan dari kami, karena kami lengah, lalu kau pasti menganggap kami adalah orang yang mudah ditindas!"
"Maka pada kali ini kami mau melawanmu dengan ilmu silat yang sebenarnya, supaya kau kalah pun tetap merasa kagum kepada kami!"
"Kami cuma mau tanya. Kali ini jika kau kalah ditangan kami, kau akan bagaimana?"
Empat gadis itu semuanya fasih lidah, namun membikin marah Hu Tiehua yang dengar.
"Jika kalian mau melawanku dengan ilmu silat yang sebenarnya, terpaksa aku melayani.
"Dia berkata sambil tertawa.
"Jika aku kalah, terserah kalian mau berbuat bagaimana,"
Tak akan ingkar janji!"
Siapapun mesti mengakui bahwa Hu Tiehua adalah jago kelas wahid di dunia persilatan.
"72 Jurus Kupu-kupu Melintasi Bunga"
Yang diciptakannya, lebih-lebih adalah jurus-jurus sakti yang langka! Tentu saja dia tak akan kalah di tangan keempat nona ini, maka dia tertawa dengan gembira sekali.
Seolah-olah keempat nona ini merasa dia kurang cukup gembira, ternyata lalu membuat 1 hal yang lebih menggembirakan! Tiba-tiba mereka melepaskan sebagian besar baju mereka, memunculkan kaki mereka yang panjang, gempal dan amat kenyal, serta pinggang mereka yang langsing, lincah dan pandai bergoyang! Walaupun wajah mereka tidak berbedak, namun tubuh mereka dilumuri minyak yang bisa memelihara kelembutan kulit.
Dilihat di tengah cahaya matahari, kulit mereka sama mulus dan halusnya seperti kain sutera yang mahal! Sekarang senjata mereka sudah dikeluarkan, yaitu sebilah golok, sebilah pedang, sepasang poan-koan-pit (sejenis senjata mirip alat tulis tiongkok kuno) dan sepasang Eme'i fenshuici (sejenis senjata yang mirip lembing pendek).
Meskipun semua senjata mereka dibuat dari baja tempaan, tapi lebih pendek separuh dari senjata yang umum dipakai orang, sehingga kelihatannya mirip dengan mainan anak-anak.
Hu Tiehua merasa ini asyik sekali, bahkan diam-diam berharap Chu Liuxiang datangnya jangan terlalu cepat! Si gadis yang bermata besar itu sepertinya tahu apa yang sedang dipikirkannya, lalu berkata dengan tersenyum dingin.
"Kalau kau merasa ini hal yang mengasyikan, aku jamin bahwa segera kau tidak merasa asyik lagi!"
Yang dikatakannya memang benar, cepat sekali Hu Tiehua sudah tidak merasa asyik lagi, bahkan betul-betul membahayakannya! Senjata mereka memang pendek dan kecil, namun jurus-jurus mereka semuanya cepat, tepat, ganas dan dahsyat! Pinggang dan kaki mereka bergerak dengan amat lincah, ketika bergerak, persis seperti ikan di dalam air.
Ikan tidak berpakaian.
Yang dipakai keempat gadis ini cuma sedikit lebih banyak dari ikan! Banyak bagian tubuh yang tidak seharusnya dilihat orang sudah terlihat oleh orang, lebih-lebih ketika mereka bergoyang, melompat dan menendang! Keadaan ini sering membuat jantung orang laki-laki berdetak kencang, napas memburu, dan tidak bisa tenang lagi! Kalau orang laki-laki ini menonton dengan duduk enak di samping, tentu akan merasa nikmat sekali! Tetapi bagi seorang laki-laki yang mungkin saja lehernya dipenggal golok atau jantungnya ditikam pedang, maka ini adalah keadaan yang sangat menakutkan! Apalagi orang laki-laki semacam Hu Tiehua ini.
Dia juga tahu bahwa keadaan ini dapat menimbulkan pengaruh yang amat buruk baginya, tapi sayangnya walaupun dia tidak ingin melihat pun tidak bisa! Dia harus melihat mereka, setiap gerakan mereka harus dilihat dengan amat cermat, jika tidak maka mungkin tenggorokannya segera bertambah satu lubang! Sebab di tangan mereka bukanlah mainan, tapi senjata yang mematikan! Yang paling celaka adalah.
daya lihat Hu Tiehua luar biasa bagusnya, bahkan gerakan-gerakan daging kaki mereka pun bisa terlihat jelas sekali olehnya! Melihat keadaan demikian, pasti akan membuat siapapun tidak bisa tahan, bahkan mungkin saja nyawa bisa melayang! Hu Tiehua mulai berharap lagi, yaitu berharap Chu Liuxiang cepat datang.
Jika Chu Liuxiang yang melawan mereka, dia bisa menonton di pinggir, itu akan asyik sekali, meskipun dia menonton 3 hari 3 malam juga tak akan bosan! Tapi sayangnya dia menunggu sekian lama, bayangnya Chu Liuxiang pun tidak kelihatan.
"Kamu tidak usah menunggu lagi", kata sigadis bermata besar.
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Chu Liuxiang yang tiba-tiba berubah jadi kakek itu tak akan datang!"
"Kakek apa?"
Ternyata Hu Tiehua juga bisa pura-pura bodoh.
"Kakek yang mana?""Kau kira kami tidak tahu?"
Si gadis yang tubuhnya paling aduhai itu berkata sambil tertawa dingin.
"Dengan mata sendiri kami melihat dia masuk kedalam salon Nyonya Cui, dan dengan mata sendiri kami melihat kakek itu keluar, dan duduk bersamamu untuk makan bakpao. Apakah kau masih kira kami tidak dapat mengenalinya sebagai Chu Liuxiang? Apakah kau kira kami semua adalah babi?"
Hu Tiehua mengharapkan mereka berbicara, lebih banyak lebih baik, sebab siapapun ketika berbicara, gerakannya akan jadi pelan. Maka dia tanya lagi.
"Mengapa kalian tahu bahwa kakek itu tak akan datang?"
"Karena kami sejak dini telah mempersiapkan beberapa orang untuk menghadapinya, jika sekarang dia belum mati, berarti nasibnya masih baik".
"Kalian menginginkan dia mati?"
Hu Tiehua berkata.
"Seandainya dia bukan Chu Liuxiang lalu bagaimana?"
"Kalau begitu anggap saja kami salah membunuh orang". Si gadis yang paling lemah lembut itu berkata.
"Salah membunuh satu dua orang, itu hal yang sangat biasa".
"Memang sangat biasa, kalau begitu salah membunuh 70-80 orang pun tidak apa- apa". Hu Tiehua berkata sambil menghela napas. Namun lain hari ketika kalian teringat hal ini, malamnya pasti tidak bisa tidur, dan roh-roh gentayangan itu akan mengunjungi kalian".
"Kau jangan cemas, kami pada malam hari tidurnya selalu enak kok!"
"Sekalipun kalian bisa tidur, mungkin bermimpi bahwa roh-roh gentayangan itu sedang membuka celana kalian".
"Kamu buang kentut!" (Catatan. ini adalah semacam ungkapan bermakna ganda. Bisa betul-betul buang kentut, tapi sering kali dipakai untuk memaki atau menyindir orang yang perkataannya ngaco belo).
"Buang kentut? Siapa yang kentut?"
Hu Tiehua berkata.
"Jika ada orang yang kentut, itu pasti bukan aku, aku selamanya tidak dapat buang kentut."
"Tidak boleh, sama sekali tidak boleh". Tiba-tiba mereka mendengar seseorang berkata.
"Bagaimana boleh seorang pria dewasa menipu nona-nona kecil? Jelas sekali kau lebih bisa buang kentut dari siapapun, bagaimana boleh berkata tidak bisa? Kalau kau tidak bisa lalu siapa yang bisa? Di dunia ini masak ada orang yang lebih bisa buang kentut darimu?"
Hu Tiehua tertawa keras. "Aku sudah tahu kau tidak akan mati, seumur hidup aku belum pernah melihat adaorang yang nasibnya lebih baik darimu, bagaimana kau bisa mati!"
Di pinggir sungai ada sebuah batu besar, dan Chu Liuxiang berdiri di atas batu itu, tangannya membawa setumpuk topi, paling sedikit ada 6-7 topi.
Tadinya di atas batu besar ini jelas-jelas tidak ada orang, tapi tiba-tiba dia sudah berada di atas batu itu.
Air muka keempat gadis itu berubah, dan dengan mendadak menyerang gencar sebentar, lalu bersama-sama melayangkan tubuh mau melarikan diri.
"Cepat tangkap satu !"
Chu Liuxiang berkata nyaring.
"
Dapat tangkap 1 saja sudah boleh."
Sayangnya seorang pun tidak berhasil ditangkap Hu Tiehua.
Sebenarnya dia telah menangkap gadis yang kakinya paling panj ang itu, dia telah men cengkeram betisnya, namun sebentar saja sudah terlepas dari tangannya! Gadis-gadis ini betul-betul lebih licin dari ikan! Air bercipratan dan beriak, keempat gadis itu sudah terjun ke dalam sungai, sebentar saja sudah tidak terlihat lagi bayangan mereka! Hu Tiehua terpaksa mamandangi tangannya yang penuh dengan minyak..
"Gadis-gadis yang demikian cantik ini, kenapa mesti membuat dirinya seperti ayam goreng yang banyak minyaknya? Kenapa mesti memoleskan minyak ke seluruh tubuh mereka?"
Hu Tiehua berkata sambil menghela nafas.
"Jika lain hari aku punya istri, asal tubuhnya ada sedikit minyak saja, aku akan pukul pantatnya dengan kayu besar."
"Memang ada seorang yang mesti dipukul pantatnya, dan orang itu adalah kau!"
"Betul, aku memang mesti dipukul pantatnya, karena tidak berhasil menangkap seorang pun!"
Hu Tiehua menjadi gusar.
"Tapi kamu bagaimana, kamukan bukan tidak punya tangan, kenapa kamu sendiri tidak menangkap mereka?"
Chu Liuxiang menghela napas panjang.
"kenapa kau tidak bisa berpikir dengan otak, bahwa orang bergengsi seperti aku ini, bagaimana boleh mencengkeram kaki wanita?"
Hu Tiehua mendelikkan matanya dan memandang dia lama sekali, tiba-tiba tertawa keras sampai tak bisa menegakkan pinggangnya.
"Masih ada 1 hal lagi yang pantatmu mesti dipukul", kata Chu Liuxiang.
"Apa itu?"
"Tadi ketika kau mengakali mereka supaya berbicara denganmu, kau sudah ada beberapa kesempatan untuk menaklukan mereka, paling sedikit bisa untuk menaklukan 2 orang diantara mereka. Jelas sekali sudah ada lubang di dalam jurus-jurus mereka, tapi kau tidak bisa melihatnya seperti orang buta saja!""Bagaimana aku tidak bisa melihatnya?"
Tichua berkata.
"Cuma sekalipun tidak setinggi gengsimu, aku juga punya gengsikan? Bagaimana boleh tanganku menjamah tubuh-tubuh gadis yang nyaris telanjang itu?"
Dia sejak tadi tertawa terus, lalu tiba-tiba berhenti tertawa, dan mendelikkan matanya lagi.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku punya kesempatan itu? Apakah kau pada saat itu sudah datang?"
"Jika aku tidak datang, bagaimana aku bisa melihatnya?"
Chu Liuxiang berkata dengan santai.
"Jika aku tidak melihatnya, bagaimana aku bisa tahu?"
Hu Tiehua mendelikkan matanya, dan memandang dia seperti seekor ayam jantan besar yang sedang memandang seekor lipan, seraya tertawa dingin terus.
"Bagus ! Bagus sekali ya! Ternyata sejak tadi kau sudah datang, bersembunyi dan menonton di samping!"
Hu Tiehua menggelengkan kepala menghela napas dan berkata dengan marah.
"Sahabatmu sewaktu-waktu bisa dipenggal lehernya, namun kau bersembunyi dan mengintip paha-paha wanita! Tidak malukah kau?"
"Aku malu, sebenarnya aku sangat malu". Chu Liuxiang berkata.
"Tapi tiba-tiba aku terpikirkan jika kau adalah aku, mungkin sampai sekarang masih mengintip dan belum keluar". Dia meneruskan dengan gembira.
"Begitu terpikir hal ini, maka sedikit pun aku tidak merasa malu". Hu Tiehua menghela napas lagi.
"Kamu kok begitu mengerti aku? Masa' kau adalah cacing gelang di dalam perutku?"
Sejak tadi kereta itu pergi, pergi dengan membawa baju-baju yang dilepas gadis- gadis itu.
Apa asal-usul gadis-gadis itu? Siapakah yang menyuruh mereka? Dilihat dari kepandaian dan kecerdikan mereka, pasti sejak kecil mereka sudah menerima gemblengan khusus yang amat berat! Orang yang dapat menggembleng gadis-gadis berusia 15-16 tahun itu menjadi orang- orang hebat, tentu saja adalah orang yang luar biasa hebat! Di belakang gadis-gadis itu, sangat mungkin ada satu organisasi yang punya kekuatan besar, yang mendukung dan mengendalikan mereka.
Di dalam situasi begini, jika mereka berurusan dengan seseorang, pasti tak akan berhenti begitu saja.
Hu Tiehua menghela napas panjang.
"Sebenarnya aku pun merasa diriku pantas dipukul pantat, karena membiarkan mereka semua lari. Lalu kenapa kamu tidakmenangkap 1-2 orang diantara mereka yang tadi melawanmu? Masa' kau bisa tahu asal-usul mereka dari beberapa topi ini?"
"Aku sama sekali tidak usah menanyai asal-usul mereka"
"Mengapa?"
"Karena aku memang sudah mengenal mereka". Kata Chu Liuxiang.
"Mereka semua adalah bekas murid tuan Pedang Besi, yang diusir oleh guru mereka sendiri, setelah beberapa tahun berkelana di dunia persilatan, semangat mereka kian merosot, sehingga mau mengerjakan apapun. Kali ini mereka hanya dibayar 10.000 tahil perak untuk menghadapi seorang kakek yang berjenggot putih, tapi sekalipun telah terima transaksi ini, mereka sama sekali tidak tahu siapa yang mengupah mereka".
"Apakah mereka tahu bahwa si kakek yang berjenggot putih ini adalah Chu Liuxiang?"
"Barangkali tidak tahu, jika tidak mereka mungkin tak akan terima pekerjaan ini".
"Ketika kamu baru keluar dari salon Nyonya Cui dan duduk untuk makan, mereka sudah bisa mencari orang untuk menghadapimu". Hu Tiehua menghela napas panjang.
"Sungguh hebat keempat nona ini!"
"Mungkin bukan mereka sendiri yang hebat, tapi di daerah sekitar sini pasti ada orang-orang mereka, yang pasti hebat-hebat semua, sehingga keempat nona itu mau melakukan apa saja juga sangat mudah!"
Dia menepuk pundak Hu Tiehua sambil berkata.
"Oleh karena itu kita masih harus berjalan pisah, dan aku yang jalan duluan".
"Mengapa?"
"Karena si kakek yang berjenggot putih ini telah dikenali orang, sehingga tak bisa lagi diteruskan".
"Maka kau mau pergi lagi mencari Nyonya Cui? Masa' dia juga seorang ahli penyamaran? Kenapa aku belum pernah dengar?"
"Hal-hal yang kau belum pernah dengar memang amat banyak".
"Kali ini kamu mau dia merubahmu jadi apa?"
"Aku tidak dapat memberitahumu. Mungkin masih kakek, mungkin pedagang yang perutnya buncit, mungkin pria yang gagah, mungkin pelajar yang lemah, pokoknya adalah orang yang belum pernah kau jumpai, bahkan aku sendiri juga belum pernah lihat, tapi aku pasti ada di dekatmu". Dia meneruskan.
"Aku berbuat demikian semuanya demi keamananmu, jika sampai kamu pun tak bisa mengenaliku, apalagi orang lain? Dengan begini aku baru bisa melindungimu". Sambil menghela napas.
"Aku memperlakukanmu sungguh jauh lebih baik daripada kau memperlakukan ibumu!"
Hu Tiehua terus meraba-raba hidungnya.
Gaya dan sikapnya meraba-raba hidungnya, sudah hampir mirip Chu Liuxiang.Namun ketika Chu Liuxiang meraba hidung, biasanya tidak pernah tertawa, tapi Hu Tiehua tiba-tiba tertawa, sampai tidak bisa menegakkan pinggang! "Kau tertawa apa?"
"Tiba-tiba aku terpikir 1 hal yang amat lucu.
"Jikalau kau berubah jadi seorang gadis, pasti banyak orang laki-laki yang naksir padamu, jika di antaranya ada seorang pemerkosa, itu akan asyik sekali! 05. Penginapan "Kaya dan Terhormat"
Langit sudah gelap, tetapi di dalam penginapan "Kaya dan Terhormat"
Sinar lampunya terang benderang, bahkan setiap pojok penginapan terangnya seperti hari masih siang! Sebab mereka tidak menyayangkan uang untuk keperluan lilin dan minyak lampu.
Pengambilan nama untuk penginapan ini memang beralasan, harga mereka kian lama kian mahal, tentu saja bos mereka juga kian lama kian kaya! Maka baru disebut.
Penginapan "Kaya dan Terhormat".
Penginapan bergengsi semacam ini kenapa tidak bisa menyayangkan sejumlah uang "kecil"
Itu? Kamar yang terbaik dari penginapan "Kaya dan Terhormat"
Adalah sebuah kamar yang depan pintu kamarnya tertulis huruf "Fu" (Kaya), dan malam ini Hu Tiehua menginap di kamar ini! Gaya atau penampilannya memang amat meyakinkan, sehingga tak ada seorangpun yang berpikir bahwa "tuan besar"
Ini tak punya uang sepeser pun! "Tuan besar Hu"
Sendiri saja sering lupa dia membawa uang, apalagi orang lain! Dia memesan banyak sekali masakan dan arak yang enak, sampai 1 meja penuh! Meskipun minum arak sendirian itu tidak menarik, tetap saja ia minum cukup banyak.
"Chu Liuxiang si bocah ini tidak tahu jadi apa sekarang? Apakah si bocah ini betul-betul mengira bahwa aku tak bisa mengenalinya? Meskipun dia terbakar jadi abu, aku tetap bisa mengenalinya"
Didalam kamar terdapat sebuah cermin besar, dan dia tersenyum kepada cermin itu.
Untuk menyatakan rasa kagum terhadap dirinya dan dia menghormati diri sendiri dengan minum secawan besar arak.
Lalu pada saat itu, tiba-tiba dia mencium adanya bau wangi obat-obatan.
Hu Tiehua sendiri sangat mengagumi kemampuan minum araknya.Walaupun dia sudah sedikit mabuk, tapi dari mabuk yang sebenarnya masih sangat jauh.
Hidungnya tidak seperti hidungnya Chu Liuxiang, hidungnya amat "tajam", bahkan kalau ada temannya minum arak di tempat yang jauhnya beberapa kilometer pun ia bisa menciumnya! Cuma sayangnya bau obat-obatan sebenarnya tidak wangi.
Itu adalah bau yang aneh, bau gabungan dari beberapa jamu spesial.
Jamu spesial ini adalah untuk menyembuhkan luka luar.
Jika seseorang harus meramu beberapa macam jamu spesial ini untuk mengobati lukanya, maka luka yang diderita orang ini tentulah tidak ringan! Tempat perebusan obat sepertinya di kamar sebelah.
Jika seseorang setelah menderita luka parah, masih harus membawa obat ke dalam kamar sendiri untuk direbus, maka orang ini pasti punya banyak musuh yang mengerikan, bahkan mungkin seorang kawanpun tidak punya! Menderita luka parah sudah 1 hal yang patut dikasihani, tapi tidak punya kawan lebih patut dikasihani lagi! Tiba-tiba Hu Tiehua merasa simpati sekali kepada orang ini, ingin pergi menemaninya, minum arak dan ngobrol dengannya; jika lawannya datang, mungkin akan bantu melawannya.
Untungnya "tuan besar Hu"
Masih sadar walaupun sudah minum arak banyak, masih belum lupa bahwa saat ini tidak boleh tertimpa urusan yang berabe! Tetapi pada saat ini tiba-tiba ia mendengar bunyi "prang"
Dari kamar sebelah, sepertinya ada pot obat yang pecah.
Bau obat-obatan tambah menyengat hidung.
Hu Tiehua ternyata masih bisa menahan diri, tidak menerobos keluar.
Dia juga tidak perlu menerobos keluar.
Sebab kamar sebelah sudah menerobos masuk, bukan orang yang di dalam kamar yang menerobos masuk, tapi seluruh kamar itu menerobos masuk, dengan menimbulkan bunyi yang amat keras, tembok diantara 2 kamar itu muncul 1 lubang yang amat besar, tibatiba 2 kamar itu jadi satu.
Seorang melayang masuk dari lubang itu! Pandangan pertama Hu Tiehua adalah sebuah galah bambu, galah bambu yang berwarna hitam.
Galah bambu ini dipegang erat oleh sebuah tangan besar yang otot-ototnya menonjol, dan pemilik tangan ini sudah tidak bisa dibilang adalah 1 orang, paling tepat yang setengah orang! Lengan kanannya terpotong dari pundak, mata kanannya sudah buta, dan di atas mata tersebut masih ada bekas luka berbentuk " +".Sekarang kaki kirinya juga putus, terpotong dari atas lutut, dan sepertinya dipotong oleh dia sendiri! Sebab setengah kaki yang terpotong itu, saat ini ada di dekat badannya, yang membusuk karena lukanya bernanah! Luka di pundak kirinya juga sama parahnya, dari lukanya sudah mengeluarkan bau busuk! Tidak tahu senjata apa yang dipakai oleh orang yang melukainya, bukan saja amat ganas, pasti juga amat berbisa! Namun tak disangka dia masih bisa bertahan sampai sekarang, sekalipun lebih rela memotong 1 kakinya sendiri, tetap mau bertahan! Orang ini walaupun sudah tinggal setengah orang, tetap adalah seorang yang gagah! Saat ini dia dikepung oleh 4 orang yang memakai 6 senjata, orang yang dingin dan kejam, 6 senjata yang sanggup merenggut nyawa orang dalam waktu sekejap mata.
Seorang memakai cambuk ular, seorang memakai pedang panjang, seorang memakai sepasang golok yang tipis, dan seorang memakai sepasang Emei fenshuici(Catatan.
Itu adalah semacam senjata yang mirip dengan lembing pendek).
Dalam situasi segenting ini, dia tetap bersikap gagah! Memegang erat-erat galah bambu hitam itu, tanpa memperlihatkan rasa takut sedikit pun! Yang datang sebenarnya adalah 5 orang, orang kelima sebenarnya adalah orang yang pertama menyerang, tetapi dihantam galah bambu hitam, lalu jatuh menabrak dinding.
"Kaya dan terhormat"
Dengan "kuat dan ulet"
Memang adalah 2 hal yang berbeda, karena itu dinding dari penginapan "Kaya dan Terhormat"
Bisa segera berlubang besar karena tertabrak orang! Hu Tiehua tidak terpikirkan bahwa orang ini adalah Galah Bambu Hitam (Catatan.
Julukan orang), juga tidak memikirkan Galah Bambu Hitam adalah orang yang bagaimana? Karena waktu yang dia pakai untuk mata lebih banyak dari waktu yang dia pakai untuk otak! Dia hanya melihat bahwa orang yang sudah tinggal separuh ini masih demikian gagah! Sebab sepanjang hidupnya dia selalu menyukai orangorang yang gagah.
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 00:06:38
oleh Saiful Bahri Situbondo
Mayat Kesurupan Roh -- Khu Lung Keajaiban Negeri Es -- Khu Lung Pendekar Pendekar Negeri Tayli -- Jin Yong