Ceritasilat Novel Online

Pendekar Kembar 11


Pendekar Kembar Karya Gan KL Bagian 11



Pendekar Kembar Karya dari Gan K L

   

   Seru si janggut biru dengan tertawa.

   Begitulah Yu Wi dengan menggandeng tangan Khing kiok menerus kau perjalanan di lereng gunung bersalju.

   sepanjang jalan, dari cerita Khing-kiok dapatlah Yu Wi mengetahui selama beberapa hari ini si nona berkumpul dengan akrab bersama beberapa murid perempuan si janggut biru.

   "Mereka semuanya memiliki kepandaian khas, ada yang mahir memetik kecapi, ada yang pandai meniup seruling. ada yang pintar melukis dan bersyair, bahkan juga banyak yang pandai menyulam dan menjahit. Mengenai ilmu silat mereka tidak perlu lagi disangsikan, semuanya lihai. Mereka berebut mengajarkan kepandaian masing-masing padaku, tapi sekaligus mana dapat kubelajar sebanyak itu."

   "Apakah kepandaian mereka itu semuanya ajaran Lam-si khek?"

   Tanya Yu Wi. Khing-kiok mengangguk.

   "sangguh sukar kubayangkan si janggut biru itu bisa mempunyai kepandaian sebanyak itu, pantas murid-muridnya sama rela belajar padanya di pegunungan penuh salju ini."

   "Jika kau kagum kepada kepandaian si janggut biru. bolehlah kau tinggal dan belajar padanya di sini,"

   Ujar Yu Wi. Tapi Khing-kiok menggeleng dan tidak menjawab. setelah berjalan sekian lamanya barulah Khing-kiok berkata.

   "Toako, jika aku diharuskan berpisah dengan kau, tidak ada urusan apapun di dunia ini yang menarik bagiku."

   Yu Wi melengak. diam-diam ia merasa serba susah ia menjadi bingung bagaimana mereka harus berpisah kelak. dan cara bagaimana nanti harus membujuknya agar baik dengan Kan Ciaubu? Tiba-tiba terpikir olehnya.

   "Ah, mulai sekarang harus kujauhi dia, jangan sampai berlanjut seperti ulat sutera yang mengikat diri sendiri dengan membuat kepompong, tentu akan banyak menimbulkan kekesalan."

   Maka sedapatnya Yu Wi menghindar bicara dengan Khing-kiok.

   dengan membungkam terus menuju ke sebelah barat.

   Rupanya tempat kediaman it-teng sin-ni sudah diketahui Yu Wi dari keterangan Lim-si-khek alias sijinggut biru.

   Tidak lama kemudian, sampailah mereka di depan sebuah biara yang dibangun dengan batu kuning- merah.

   cukup megah dan angker, pada sebuah papan gapura tertulis empat huruf emas besar "siang-hui-sin-ni".

   Di depan biara ada beberapa pohon cemara tua, tanah lapang bersalju di depan tersapu dengan lesik.

   segera Yu Wi berseru.

   "Wanpwe Yu Wi mehon bertemu dengan sin-ni" ...."

   Sampai beberapa kali ia beneru dan tidak ada jawaban orang. selagi dia hendak mengetuk pintu. tiba-tiba dari dalam berkumandang suara orang perempuan yang halus.

   "Kedelapan jurus pedang itu sudah lengkap kaupelajari belum?"

   Yu Wi tahu itulah suara It-teng sin-ni, maka dengan sejujurnya ia menjawab.

   "Atas pesan sinni itu, Wanpwe tidak dapat melaksanakannya seluruhnya, antara kedelapan jurus hanya enam jurus saja yang berhasil kupelajari, sebab ....

   "

   Baru saja dia hendak menjelaskan tentang meninggalkan kedua kakek tuli dan bisu sehingga dua jurus di antaranya tidak mungkin dapat dipelajari dengan lengkap. mendadak suara perempuan itu memotong ucapannya.

   "Untuk apa datang ke sini kalau tidak lengkap belajar? Kuberi waktu seminuman teh untuk meninggalkan tempat ini."

   Dengan sendirinya Yu Wi tidak mau pergi, segera ia menuturkan seluk-beluk pengalamannya dan apa yang terjadi atas para kakek cacat itu.

   Dia bercerita dengan teratur dan penuh hormat.

   Diam-diam Khing-kiok merasa penjelasan Yu Wi itu cukup memelas, ia yakin dengan keterangan itu tentu It-teng sin-ni dapat memaklumi kesulitan anak muda itu yang tidak dapat belajar lengkap kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat.

   selesai Yu Wi menutur, batas waktu yang diberikan pun habis.

   Mendadak pintu biara terbuka dan melangkah keluar delapan Nikoh yang terus berdiri di sekeliling situ, menyusul muncul seorang Nikoh setengah tua, di depan dadanya tergantung kalung tasbih, wajahnya kelihatan sudah sangat tua namun garis-garis kecantikannya di masa muda masih jelas kelihatan.

   Nikoh tua ini memandang sekejap Khing-kiok yang berdiri di samping Yu Wi, lalu menegur dengan wajah masam.

   "Yu Wi, kenapa kau belum pergi?"

   "Apakah Locianpwe inilah It-teng sin-ni?"

   Jawab Yu Wi sambil memberi hormat. Tambah masam air muka Nikoh tua itu, dengan koreng ia berkata.

   "Siapa Locianpwe? Kalau Cianpwe ya Cianpwe, kenapa ditambah Lo (tua) segala? Apakah sengaja kau bikin marah padaku?"

   Yu Wi tidak menduga hanya satu kata saja bisa menimbulkan rasa gusar sin-ni, padahal tambahan sebutan itu hanya sebagai tanda hormat saja, ia tidak tahu bahwa It-teng sin-ni paling takut orang menyebut kata "Lo"

   Atau tua di depannya. Maka cepat Yu Wi berganti haluan, ucapnya.

   "

   Cianpwe. wanpwe ingin bertemu dengan Ya-ji, keadaannya baik-baik bukan?"

   "Peduli apa dengan kau keadaannya baik atau tidak?"

   Jengek sin-ni.

   "Kau berani membangkang pada apa yang telah kukatakan?"

   "Pesan cianpwe melalui Jit-ceng-me masih kuingat dengan baik, Wanpwe hanya ingin bertemu sejenak saja dengan Ya-ji dan tidak ada permohonan lain."

   It-teng mendengus pula, katanya.

   "Lantaran mengingat kau telah menyembuhkan cacat kaki Ya-ji dengan Thian-liong-cu, maka kuberi batas waktu untuk pergi. Tapi kau berani tetap tinggal di sini, tak dapat lagi kuberi ampun, lekas kau buntungi sebelah kaki sendiri, jangan sampai memaksa aku turun tangan sendiri,"

   Khing-kiok tidak tahu kelihaian si Nikoh tua, mendadak ia menyela.

   "He. Nikoh tua ini kenapa tidak pakai aturan?"

   Sejak tadi dia sudah mendongkol karena di-ihatnya It-teng mempersulit pertemuan Yu Wi dengan Ko Bok ya, ia pikir anak muda itu datang ke sini darijauh tanpa kenal lelah, seharusnya Nikoh itu menaruh simpati dan ikut terharu padanya, tapi sekarang bukannya memberi kesempatan bertemu bagi Yu Wi, sebaliknya malah menyuruh anak muda itu membuntungi kaki sendiri, saking tidak tahan sebera tercetus ucapannya tadi tanpa pikir.

   -siapakah tokoh-tokoh Ang-bau-jin atau sijubah merah dan sijanggut biru yang kosen ini? -Dapatkah Yu Wi bertemu dengan KokBok-ya dan tokoh macam apa pula It-teng sin-ni?" = Bacalah

   Jilid selanjutnya = = --^ --^ --^ sebaliknya It-teng mengira Khing-kiok sengaja menyebutnya Nikoh tua, seketika ia menjadi gusar, kalung tasbih itu langsung menyambar ke dada Khing-kiok.

   Yu Wi terkejut, ia tahu tenaga sambitan it-teng itu tidak boleh diremehkan, apabila terkena, dada Khing-kiok pasti akan berlubaug.

   Cepat ia melolos pedang untuk menangkis.

   "Trang",- kalung tasbih itu terjerat ke batang pedang Yu Wi, jurus yang digunakannya ini adalah Bu-tek kiam, kalau tidak sukarlah baginya untuk menahan sambaran kalung tasbih ilu.

   "Bagus"

   Jengek It-teng.

   "Kau berani menangkis tasbihku dengan Hai-yan-kiam-hoat dan merintangi aku membunuh budak itu, agaknya kau sendiri yang hendak membunuh dia. Boleh juga, nah, lekas kerjakan"

   Tapi Yu Wi lantas masukkan pedang kayunya ke dalam sarungnya. lalu berseru.

   "Tanpa sebab tiada alasan, mengapa Cianpwe hendak membunuhnya?"

   Itteng menjadi murka, damperatnya.

   "Kau hendak memberi petuah padaku?"

   "Ah, tidak berani"

   Jawab Yu Wi dengan hormat. It-teng menjengek.

   "memangnya kau berani?"

   Mendadak ia berjongkok dan meraup segenggam lidi cemara terus dihamburkan ke arah Khing-kiok.

   tertampak berpuluh lidi cemara itu menyambar ke bagian mematikan di lubuh Khingkiok dengan angin tajam.

   Melihat lidi cemara sekecil itu sedemikian lihai cukup terkena satu batang lidi itu saja jiwa bisa melayang, Khing-kiok menjerit ketakutan.

   Tapi Yu Wi sudah siap sedia disamping, tanpa pikir la lolos pedang dan menghadang di depan si nona, serentak hujan lidi cemara itu tertahan oleh tabir pedang yang dipasangnya dan jatuh bertebaran.

   Dua kali serangannya ditangkis, tidak kepalang gusar it-teng, bentaknya.

   "Yu Wi, tampaknya kau sudah bosan hidup?"

   Yu Wi tidak gentar sedikitpun. jawabnya.

   "sekalipun dia bersikap kurang hormat terhadap Cianpwe dosanya juga tidak perlu dihukum mati."

   "Hm, jika kau ingin bertemu dengan Ya-ji dan berhubungan baik lagi, kau harus membunuh dia bagiku,"

   Jengek It-teng. Tapi Yu Wi menggeleng, katanya.

   "Membunuh dia dan baru dapat bertemu dengan Ya-ji, andaikan Ya-ji tahu juga pasti tidak setuju."

   "Jika kau tidak mau membunuhnya, biarlah aku yang membunuhnya,"

   Kata It-teng.

   "Bila kau berani merintangi lagi, nanti kubunuh kau sekalian."

   "cut-keh-lang (orang yang sudah keluar rumah, artinya orang sudah memeluk agama) kenapa bicara tentang bunuh melulu?"

   Ujar Yu Wi dengan menyesal. Merasa ucapan anak muda itu kembali bernada memberi petuah padanya, It-teng tambah murka teriaknya dengan suara melengking.

   "selama berpuluh tahun tidak ada orang yang berani melawan kehendakku, sekarang ternyata ada bocah ingusan yang berulang-ulang menentang pendirianku. Tampaknya terpaksa aku harus melanggar pantangan membunuh."

   Dia melangkah maju sambil mencabut Hudtun (kebut) dari punggungnya, kontan kebutnya menyabat kepala Khing-kiok. Demi menyelamatkan nona itu, cepat Yu Wi menangkis pedangnya.

   "Baik, asalkan dapat kau kalahkan kebutku ini, bukan saja jiwa budak ini akan kuampuni, bahkan Ya-ji boleh kau temui sesukamu,"

   Seru It-teng. seketika timbul semangat jantan Yu Wi. dengan lantang ia menjawab.

   "Jadi"

   Segera ia mainkan HHui-yan-kiam-hoat, jurus pertama yang dilancarkan adalah Bu-tek kiam.

   Tapi It-teng tidak gentar sedikit pun terhadap jurus Bu-tek kiam, kebutnya berputar melingkar baru setengah jalan tusukan Yu Wi, tahu-tahu daya serangannya sudah terpatahkan- Berturut-turut Yu Wi mengeluarkan jurus Tay gu-kiam, Hong-sui-kiam, Tay-liong-kiam dan siang-sim-kiaim, tapi setiap kali hanya mencapai setengah jalan saja segera dipatahkan oleh kebasan kebut It-teng.

   sama sekali Yu Wi tidak menyangka Hai-yan-kiam-hoat begini konyol, ia mengira ilmu silat Itteng sudah mencapai tingkatan maha sempurna dan jauh di atas si jubah merah dan sijanggut biru.

   Bahkan Jit-can-so sama sekali tidak ada artinya lagi jika dibandingkan Nikoh ini.

   Yu Wi tidak menyadari bahwa Hai-yan-kiam-hoat yang dikuasainya hanya enam jurus saja, jadi kepalang canggung, kalau kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat dapat dipahami seluruhnya, bukan saja takkan dikalahkan It-teng, sebaliknya malah dapat mengalahkannya.

   Mengenai sebab apa It-teng dapat mematahkan jurus serangan Yu Wi itu dengan mudah, hal ini memang ada alasannya.

   Rupanya sejak It-teng berhasil memperoleh kitab pusaka Hai-yan-pat-to dari oh It-to, dari ilmu permainan golok itu telah diubahnya menjadi ilmu permainan pedang.

   Tapi meski sudah dilatihnya hingga belasan tahun dan merasa sudah dapat dikuasainya dengan baik, ketika dia bertanding dengan jago kelas satu, hasilnya ternyata sangat mengecewakan.

   semula ia mengira latihan sendiri yang belum sempurna, maka dia berlatih lebih tekun lagi.

   Di sini barulah dirasakan, bilamana latihan sudah mencapai titik tertinggi, segera darah bergoiak dalam tubuh sendiri, Lwekang lantas menyurut malah.

   Teringatlah olehnya keterangan oh It-to dahulu bahwa tidak ada gunanya ilmu golok yang diajarkan padanya itu, sebaliknya malah akan membikin celaka padanya.

   Keterangan ini baru sekarang dipercayanya.

   Kemudian setelah direnungkan lagi barulah diketahui bahwa Hai-yan-kiam-hoat itu hanya dapat dilatih oleh orang lelaki, meski perempuan juga boleh melatihnya, tapi bila mencapai titik yang paling mendalam, segera akan timbul pergolakan darah panas dalam tubuh sendiri dan akan merusak kesehatan.

   setelah tahu sebab musabab ini, it-teng tidak berani berlatih lagi, tapi untuk menghadapi orang yang mahir Hai-yan-kiam-hoat kelak, dengan tekun ia mempelajari setiap gerak jurus pedang itu, lalu satu persatu diciptakan jurus lawannya.

   selama belasan tahun ia memeras otak dan akhirnya ia merasa yakin usahanya telah berhasil, ia pikir selanjutnya tidak perlu takut lagi kepada orang yang mahir Hai-yan-kiam-hoat.

   Dan benar juga, setelah diuji sekarang, kelima jurus serangan Yu wi ternyata dapat dipatahkan seluruhnya.

   Tentu saja It-teng bergirang, katanya.

   "Masih ada jurus pertahanan. Yu wi, coba dapatkah kau bertahan?"

   Habis berkata kebutnya terus bekerja terlebih gencar, ia serang bagian maut di tubuh Yu Wi.

   segera Yu Wi memainkan jurus Put-boh-kiam tapi baru saja tabir sinar pedang terpasang tiga lapis, tahu-tahu kebut lawan telah menerobos masuk dan mengancam dadanya.

   Keruan Yu Wi terkejut, cepat ia buang pedang dan melangkah ke samping.

   Langkah yang digunakan adalah Hul-liong-Soh ajaran Ang-bau-kong.

   Pandangan it-teng terasa kabur dan kehilangan jejak Yu Wi, kebutnya hanya berhasil menggulung pedang kayu anak muda itu.

   Waktu berpaling, dilihatnya Yu Wi sudah berdiri dengan tenang di belakangnya.

   Rengeknya.

   "Bagus, kiranya kau masih ada kepandaian simpanan"

   Segera iapun melangkah maju, ia keluarkan langkah ajaib Leng-po-wi-poh, berbareng dengan langkahnya itu kebut terus melilit ke leher Yu Wi.

   Tapi Yu Wi menunduk kebawah sambil menggunakan langkah naga terbang.

   waktu tubuh mengapung ke atas, kedua telapak tangan bertepuk.

   "plak". ia mainkan satu jurus Hoa-sin-ciang ajaran si janggut biru. Ketika kebut It-teng mengenai tempat kosong, segera dirasakannya angin berkesiur di atas kepalanya, ia mendongak dan melihat bayangan telapak tangan yang tak terhitung jumlahnya sedang memburu ke arahnya. Ia tidak sempat menyingkir, terpaksa kebutnya berputar untuk menangkis. Tapi lantaran kebut ini digunakan secara tergesa-gesa sehingga tidak banyak membawa daya serangan yang kuat, sukar baginya untuk menahan pukulan Yu wi, agar bisa menyelamatkan diri terpaksa harus melepaskan kebutnya. Dalam sekejap itu dia sempat menerobos keluar dari jaraK serangan pukulan Yu wi. Dilihatnya kebut yang terlepas itu mencelat kesana dan hampir jatuh ke tanah, segera It-teng menggunakan Ginkangnya yang tinggi untuk melayang kesana. kebut itu disambar kembali. Meski kebut dapat dirampas kembali, tapi apa pun- juga dia sudah kehilangan senjatanya, tadi Yu Wi juga kehilangan pedangnya dan kontan membalas, betapapun it-teng merasa malu, dengan gusar kebutnya berputar, kembali ia menyerang lagi dengan lebih ganas. Melihat orang bersenjata, Yu Wi tidak lagi memungut pedang kayunya, ia tahu lebih baik menghadapi lawan dengan bertangan kosong daripada memakai pedang kayu. sekarang ia tidak berani gegabah lagi, ia pikir pertarungan ini tidak boleh kalah, segera ia melancarkan serangan maut. Kebut It teng itu entah sudah mengalahkan berapa banyak tokoh Bu-lim. tapi hari ini sama sekali tidak berhasil. Kiranya Yu Wi telah menggunakan Ih-Hui-liong-poh yang teramat ajaib, setiap serangan it-teng selalu dihindarkannya dengan cepat dan mudah. sebaliknya Hoa-sin-ciang yang dilontarkan Yu wi justeru sukar dielakkan oleh It-teng, meski dia sudah mengeluarkan Lengpo- wi-poh tetap tidak ada gunanya. Maklumlah, Leng-po-wi-poh dan HHui-llong-pat-poh sama-sama langkah ajaib ciptaan Angbau- kong. sedangkan HHui-liong-pat-poh khusus diciptakan untuk mengatasi Leng-po-wi-poh. Hanya sayang latihan Yu wi belum sempurna benar, kalau tidak It-teng pasti akan terkena oleh pukulan Hoa sin-ciang. Begitulah pertarungan berlangsung hingga hampir ratusan jurus dan it-teng selalu di pihak yang terserang, dia terus terdesak hingga selalu melompat mundur. setelah lewat ratusan jurus, It-teng menjadi kalap, bentaknya bengis.

   "Kau terlalu menghina padaku, anak keparat"

   Segera kebutnya menyabet dari samping. Tapi mendadak Yu Wi mengapung ke atas "Jika kubunuh kau sekarang, jangan kau salahkan diriku"

   Teriak It-teng pula.

   mendadak iapun melompat ke atas dan kebutnya menyabet ke belakang.

   Tentu saja Yu Wi sangat heran, lawan berada di depan, mengapa kabut orang menyabet ke belakang.

   Tanpa menyelami apa maksud tujuan it teng, segera ia melancarkan suacu pukulan Hoa-sin-ciang, Yang dikehendaki Yu Wi adalah cepat mengalahkan musuh sehingga tidak terpikir kemungkinan lain, mendadak dirasakan punggung sendiri dingin seperti tertusuk pedang, seketika tenaga murni gembos dan terbanting jatuh ke bawah.

   It-teng terus melangkah maju, sebelah tangannya terangkat dan menghantam kepala Yu Wi.

   Yang dirasakan Yu Wi sekarang adalah punggung sangat kesakitan, mana dia sempat menangkis lagi, tampaknya pukulan orang sudah berada di atas kepalanya.

   
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
terpaksa ia pejamkan masa dan pasrah nasib.

   syukur pada detik berbabaya itu mendadak terdengar seorang bersuara dengan welas-asih.

   "A Giok. kenapa kau bunuh orang lagi?"

   Sampai sekian lama Yu Wi tidak merasakan pukulan it-teng, waktu ia membuka mata, dilihatnya It-teng telah mundur dan berdiri di sebelah sana, di sebelah lain berdiri seorang tua tinggi dan berwajah simpati.

   orang tua ini dikatakan tua, tapi kelihataanya juga tidak terlalu tua, yang pasti usianya tentu sudah sangat lanjut, jadi serupa malaikat dewata, jelas kelihatan berusia lanjut, tapi tidak kelihatan di mana tanda-tanda ketuaannya.

   Yu Wi tahu orang tua inilah yang telah menyelamatkan dirinya dan memaksa It-teng menarik pukulannya serta mundur ke samping.

   Cepat ia melompat bangun, maksudnya hendak mengucapkan terima kasih.

   Tak terduga, mendadak punggung kesakitan luar biasa, berdirinya tak bisa tegak lagi.

   kembali ia jatuh terkulai.

   Baru sekarang Khing-kiok menjerit kuatir, rupanya semua kejadian tadi berlanggsung terlalu cepat, ketika Yu Wi dirobohkan It-teng, saking takutnya ia tidak sanggup bersuara.

   setelah menenangkan diri dan menjerit, Khing-kiok terus memburu maju untuk membangurkan Yu Wi, dari punggung anak muda itu ditariknya semacam benda, waktu Yu Wi menoleh, kiranya benda itu adalah kebut It-teng.

   Agaknya sabatan kebut It-teng menuju ke belakang tadi adalah jurus serangan istimewa yang sukar diduga oleh siapa pun, kebut itu seperti menyabet, yang benar terus disambitkan, punggung Yu Wi jadi seperti tertusuk oleh pedang yang tajam, untung dia berlatih Thian-ih-sin-kang sehingga lukanya tidak terlalu bahaya.

   setelah kebut itu ditarik, darah segar lantas mengucur keluar.

   "

   Cepat tahan napas dan tutup lukanya,"

   Desis si orang tua sambil mendekat.

   Maklumlah, Hiat-to di bagian punggung sangat banyak dan termasuk salah satu bagian yang mematikan di tubuh manusia.

   Meski luka Yu Wi tidak mengenai bagian yang mematikan, tapi lukanya juga tidak ringan, kalau tidak ditolong pada saat yang tepat, akhirnya juga fatal.

   Begitulah Yu Wi lantas menurut, ia tahan napas dan tidak bergerak, hanya sekejap saja muka Yu Wi sudah pucat karena darah yang mengalir keluar terlalu banyak.

   Khing-kiok hanya mencucurkan air mata dan tak bisa bersuara saking kuatirnya.

   Cepat orang tua tadi menutuk beberapa Hiat-to penting di punggung Yu wi, lain ia mengeluarkan obat dan dibubuhkan pada lukanya.

   obat luka itu sangat manjur, hanya sebentar saja darah sudah berhenti dan bagian luka lantas membeku menjadi warna kuning.

   "Jangan kuatir. nona cilik, dia tidak berhalangan lagi,"

   Kata si orang tua. ^"Cuma dia perlu istirahat dan tidak boleh bergerak, sebulan lagi dia akan sembuh."

   Sejak tadi It-teng hanya memandang saja di samping dengan tenang, baru sekarang ia menegur.

   "Hoat-su-jin (orang mati hidup). lagi lagi kau recoki diriku."

   Yu Wi merasa heran, pikirnya.

   "Aneh, mengapa It-teng menyebut tuan penolong dengan nama aneh ini?"

   Dia mengira It-teng sengaja memaki penolongnya itu dan tentu penolong itu takkan tinggal diam. Tak terduga, orang tua itu lantas berkata dengan tertawa.

   "A Giok, kau sudah berjanji takkan membunuh orang lagi, asalkan kau tepati janji, tentu aku tidak akan ikut campur urusanmu."

   It-teng kelihatan tak berdaya, agaknya dia memang pernah berjanji kepada si orang tua. Katanya kemudian.

   "Takkan kubunuh mereka, Hoat-sujin, bolehlah kau pergi saja."

   Hoat-su-jin menggeleng, katanya.

   "

   Kalau aku sudah ikut campur urusan ini, maka harus kuselesaikan secara tuntas dan tidak boleh tinggal pergi begitu saja."

   "Apa pula yang headak kau kerjakan?"

   Tanya It-teng dengan gusar.

   "A Giok."

   Kata Hoat-su-jin dengan tertawa, -"jangan kau marah, sejak tadi kusaksikan kejadian ini di atas pohon cemara, waktu kau lukai dia dengan kebutmu, belum lagi timbul maksudku untuk ikut campur, tapi setelah orang kau lukai dan hendak kau bunuh pula, mau-tak-mau aku harus ikut campur."

   "Masakah aku marah padamu,"

   Jawab It-teng, sikapnya ramah kembali.

   "sesungguhnya apa kehendakmu, lekas katakan. sekali ini tetap kuturut pada keinginanmu."

   "Pertama, kau harus mengaku kalah kepada anak muda ini,"

   Kata Hoat-sj-iin.

   "Ya, aku pakai kebut dan dia bertangan kosong, sampai lebih seratus jurus tetap tak dapat kukalahkan dia, pertarungan ini memang harus dianggap dimenangkan oleh dia, tidak menjadi soal bagiku untuk mengaku kalah."

   "Dan kedua."

   "Tidak ada kedua,"

   Sela it-teng.

   "kita sudah sepakat, setiap kali kau hanya boleh ikut campur satu urusan, betapapun janji harus dipatuhi."

   "Aku kan tidak ikut campur urusan kedua?"

   Ujar Hoat-su-jin.

   "yang kedua ini hanya mengenai ucapanmu sendiri, kau pun harus patuh pada ucapanmu sendiri Kalau kau sudah mengaku kalah, seharusnya kau beri kesempatan kepada anak muda ini untuk bertemu dengan muridmu."

   It-teng menghela napas, katanya.

   "Ya, ya, anggaplah kau memang lihay, setiap kali berhadapan dengan kau, selalu tidak dapat berbuat apa-apa. bicara pun tidak dapat melebihi kau. Nah, Yu Wi, tidak perlu pura-pura mati lagi, lekas bangun dan ikut padaku untuk menemui Ya-ji."

   It-teng terus membalik tubuh, tapi tidak masuk kebiara melainkan menuju ke sisi kanan sana, Yu Wi merangkak bangun, dengan hati-hati Khing-kiok memapahnyn dan ikut dari belakang.

   Hoat-su-jin juga ikut ke sana.

   setiba di depan sebuah puncak salju, tertampaklah sebuah pintu besi, It-teng mengambil kunci untuk membuka gembok.

   tapi baru saja tangannya menyentuh pintu besi mendadak pintu besi roboh sendiri.

   Kiranya pintu besi ini sudab rusak dan hanya dirapatkan begitu saja.

   Keruan It-teng terkejut, jeritnya.

   "Ya-ji, Ya ji"

   Dengin gusar Yu Wi berterjak.

   "Jadi kau ... kau kurung Ya-ji di sini? ....

   "

   It-teng menoleh, jawabnya dengan beringas.

   "Muridku sendiri kanapa tidak boleh kukurung dia? Dia tidak tunduk kepada pesanku dan bergaul dengan murid Ji Pek liong, maka dia pantas dikurung di sini."

   "Aku adalah murid guruku, aku tidak pernah berbuat jahat, kenapa Ya-ji tidak bolek bergaul denganku?"

   Teriak Yu Wi pula. It-teng menjadi gusar.

   "sekali kukatakan tidak boleh ya tetap tidak boleh"

   Sambil berteriak ia terus masuk ke dalam gua. Terlihat gua ini sudah kosong melompong. mana ada bayangan Ko Bok ya segala? It-teng memaki dengan suara tertahan- "Budak kurang ajar, berani kau kabur diluar tahuku."

   Mendadak Khing-kiok melihat sesuatu, serunya.

   "Di situ ada secarik kertas"

   Cepat It-teng memungut kertas itu, dengan gusar ia membaca isi surat itu.

   "Maaf, suhu, murid telah pergi Ke ujung langit atau mana saja tidak ada tempat tujuan, mehon suhu jangan mencari diriku lagi. Apabila Yu Wi datang, katakan saja Kalau jodoh tentu kami akan berjumpa pula ... ."

   Sampai di sini it-teng membaca.

   "

   Bluks, mendadak robohlah sesosok tubuh.

   "Toako, Toako"

   Khing-kiok menjerit.

   Kiranya Yu Wi teiah roboh pingsan, luka pada punggungnya pecah lagi dan darah mengucur dengan derasnya .Jelas keadaan Yu Wi cukup gawat, Khing-kiok tidak tahu apa yang harus diperbuatnya, ia hanya menangis belaka.

   Hoat-su-jin menghela napas, katanya.

   "Jangan menangis, nona, lebih penting tolong dia dulu."

   Ia berjongkok dan cepat menutukpula beberapa tempat Hiat-to di tubuh Yu Wi untuk menghentikan darahnya. lain diperiksanya denyut nadi anak muda itu.

   "Bagaimana? Apakah Keadaan Toako cukup gawat?"

   Tanya Khing kiok sambil menangis. Hoat-su-jin menggeleng, tapi air mukanya jelas kelihatan prihatin. saking cemasnya Khing-kiok terus berseru.

   "

   Cianpwe, lekaslah engkau menolong dia"

   "Apa yang kaukuatirkan budak cilik? Dia takkan mampus"

   Jeng ek It-teng. Khing-kiok berpaling, ucapnya dengan gusar.

   "Jika terjadi apa-apa atas diri Toako, kaulah yang membikin celaka dia."

   "Memang aku yang mencelakai dia, kau mau apa?"

   Jawab It-teng. Dengan gregetan Khing-kiok berkata.

   "Meski sekarang aku bukan tandinganmu. kelak aku harus membalas dendam ini."

   Air muka It-teng berubah. kebutnya terus menyabet kepala Khing-kiok. Akan tetapi Hoat-su-jin tidak tinggal diam. dia tidak terpaling juga tidak bergeser, hanya sebelah tangannya terus menyampuk sehingga kebut It-teng terpukul ke samping.

   "A Giok. kau berani membunuh orang di depanku?"

   Tegur Hoat-su-jin, dtngan kurang senang. Dengan menahan rasa gusarnya It-teng berkata kepada Hoat-su-jin.

   "Baik, urusan di sini terserah pada mu, bila bocah itu siuman, hendaklah kau katakan padanya, jika dia berani lagi mencari Ya-ji dan kepergok olehku, bukan mustahil akan kubunuh mereka kedua-duanya."

   Habis berkata It-teng terus melangkah pergi. Hoat-su-jin menghela napas, dipondongnya Yu Wi, katanya.

   "Nona cilik, ikutlah padaku."

   Dengan langkah cepat ia terus berlari ke sebelah kiri biara. Kira-kira sepuluh li jauhnya, tertampak sebuah puncak menghadang di depan. Puncak ini tertutup oleh salju sehingga cuma kelihatan lapisan salju melulu.

   "Di situlah tempat tinggalku,"

   Kata Hoat-su-jin sambil menunjuk sepotong batu karang. Batu karang itu tidak tertutup oleh salju, jelas karena sering dibersihkan, bentuk batu karang itu serupa Bongpai, yaitu batu nisan, di situ tertulis.

   "

   Kuburan Hoat-su-jin-."

   Kelima huruf itu bukan ukiran ataupahatan.

   tapi lebih mirip ditulis dengan pit yang mendekuk ke dalam batu, setiap hurufnya kelihatan indah dan kuat, biarpun diukir oleh ahli pahat nomer satu juga sukar terukir huruf sebagus ini.

   Tapi kalau dibilang huruf itu ditulis dengan mopit, jelas hal inipun tidak mungkin.

   Jangan-jangan ditulis dengan jari tangan?"

   Demikian pikir Khing-kiok. Batu nisan besar itu terbuat dari batu pilihan yang sangat keras dan menegak di depan puncak itu, Khing-kiok hanya melihat nisan dan tidak nampak kuburannya, diam-diam ia merasa heran, pikirnya.

   "Di dunia ini memang banyak orang kosen dan tokoh aneh yang sering bertempat di dalam kuburan, tapi di sini tidak kelihatan ada kuburan di manakah dia bertempat tinggal?"

   Hoat-su-jin terus mendekati batu nisan itu, setiba di depan meja batu yang biasanya digunakan untuk sesaji, kakinya menginjak meja batu itu.

   segera batu itu ambles ke bawah dengan pelahan, berbareng itu puncak gunung di belakang nisan itu lantas merekah sebuah celah yang cukup dimasuki satu orang.

   segera Hoat-su-jin mendahului masuk ke sana, Khing-kiok ragu sejenak.

   akhirnya ia masuk juga ke situ.

   setiba di dalam puncak gunung, Hoat-su-jin meraba dinding dan celah2 tadi lantas rapat kembali.

   Meja batu di depan nisan juga lantas mumbul ke atas.

   Tapi di mana letak pesawat rahasia itu tidak terlihat oleh Khing-kiok.

   diam-diam ia memuji kehebatan alat rahasia ini.

   Di dalam puncak gunung itu ada sebuah lorong panjang, seyogianya apabila dinding gua sudah rapat, keadaan di dalam seharusnya gelap- gulita, tapi sekarang lorong ini masih terdapat cahaya yang agak lemah, entah menembus melalui mana cahaya ini? Makin ke dalam cahaya itupun makin terang, tibalah mereka di sebuah ruangan batu seluas beberapa tombak persegi, cahaya di dalam ruangan terang benderang, di tengah ruangan terdapat dua peti mati terbuat dari batu kemala putih, Hoat-su-jin membuka peti mati sebelah kiri Khing-kiok merasa takut ketika melihat orang membuka peti mati, ia membayangkan di dalam peti mati tentu ada tengkorak orang mati.

   Iapun heran, orang mati yang sudah dikuburkan, kenapa masih diganggu lagi dengan membongkar petinya? Mendadak dilihatnya Hoat-su-jin membaringkan Yu wi di dalam peti mati, keruan Khingkiok terkejut, cepat ia memburu maju dan menarik tangan orang sambil berteriak.

   "Toako belum mati, kenapa... ."

   "Coba kaupandang yang jelas,"

   Kata Hoat-su-jin dengan tertawa.

   Rupanya Khing-kiok tidak berani melihat mayat, meski sudah dekat.

   dia tidak berani memandang ke dalam peti mati.

   Meski dia telah mengerahkan sepenuh tenaga, tapi sedikitpun tidak sanggup menarik tangan Hoat-su-jin, diam-diam ia harus mengakui kelihaian tenaga dalam orang itu.

   Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lalu berpalinglah dia, dilihatnya peti mati kemala itu kosong melompong, mana ada mayat yang menakutkan? Malahan di dalam peti ada bantal dan selimut, justeru peti mati inilah merupakan sebuah tempat tidur yang empuk.

   setelah Hoat-su-jin membaringkan Yu wi didalam peti mati, lalu menoleh dan berkata.

   "sekarang tentunya tidak perlu kuatir akan kukubur Toakomu hidup, hidup, bukan?"

   Tadi Khing-kiok memang kuatir, sebab disangkanya Hoat-su-jin akan mengubur Yu Wi, baru sekarang hatinya merasa tenteram, segera ia tanya.

   "Apakah disini biasanya Cianpwe tidur?"

   Hoat-su-jin mengangguk tanpa menjawab. Khing-kiok pikir, Jika dia berjuluk Hoat-su-jin, sesuai juga dengan faktanya bila dia tidur di dalam peti mati. Dan entah peti mati di sebelah ini apakah juga kosong? Kalau berisi, wah ....

   "

   Berpikir sampai di sini, mau-tak-mau ia jadi merinding dan tidak berani membayangkan lagi.

   Hoat-su-jin duduk di tepi peti mati dan sedang mengurut Hiat-to di sekujur badan Yu Wi, kirakira setanakan nasi, pelahan Yu Wi siuman dan begitu membuka mata lantas berteriak.

   "Tidak boleh kau bunuh Ya-ji"

   Cepat Khing-kiok memburu maju dan memegang tangan anak muda itu, tanyanya.

   "Toako, siapa yang hendak membunuh Ya-ji?"

   Baru sekarang Yu Wi melihat jelas Khing kiok dan Hoat-su-jin, segera teringat olehnya apa yang telah terjadi, segera ia meronta bangun dan ingin mengucapkan terima kasih. Tapi Hoat-su-jin lantas mencegahnya agar tetap berbaring, katanya.

   "Kau harus istirahat beberapa hari lagi dan jangan bergerak. supaya lukamu mengering dulu,"

   "Terima kasih atas pertolongan cianpwe,"

   Kata Yu Wi. Hoat-su-jin menggeleng, ucapnya.

   "Jangan kau berterima kasih padaku, aku hanya ...."

   Sampai di sini ia pandang si nona sekejap dan tidak melanjutkan. Yu Wi tampak melengak. tiba-tiba ia berpaling dan berkata kepada Khing-kiok.

   "Adik Kiok. tadi aku bermimpi burukk."

   "Mimpi buruk apa? Apakah Toako mimpi ada orang hendak membunuh nona Ko?"

   Tanya Khing-kiok cepat.

   "Kumimpi bertemu dengan Ya-ji...."

   "Ah, baik sekali"

   Seru Khing-kiok dengan tertawa.

   "Tapi gurunya lantas muncul dan menangkapnya serta hendak.... hendak membunuhnya...."

   Khing kiok lantas teringat kepada ucapau It-teng kepada Hoat-sujin sebelum tinggal pergi tadi, kata-katanya ternyata cocok dengan mimpi sang Toako, seketika ia merinding dan membatin.

   "Jangan-jangan kalau Toako tetap berusaha menemui nona Ko, mungkin sekali si Nikoh tua bangka It teng benar2 akan membunuh mereka berdua?"

   Dalam pada itu cuaca sudah mulai gelap.

   cahaya terang yang menembus masuk dari atas itupelahan mulai lenyap.

   Hoat-su-jin menyalakan empat pelita minyak untuk penerangan- Di dalam ruangan itu ternyata cukup tersedia rangsum kering dan air minum, orang tua itu membagikan makanan dan air seperlunya kepada Yu Wi dan Khing-kiok.

   Meski luka Yu Wi cukup parah, tapi nafsu makannya sangat kuat, Khing kiok terus menyuapi sehingga kenyang.

   Waktu nona itu memberi minum kepada Yu Wi, ia tanya.

   "Toako mengapa mendadak kau jatuh pingsan?"

   Yu Wi menjawab.

   "Akupun tidak tahu apa sebabnya, ketika mendengar it-teng membaca surat yang ditinggalkan Ya-ji itu. benakku terasa sakit sehingga terbanting ke tanah, lalu tidak ingat apa-apa lagi."

   Khing-kiok menghela napas, tanyanya,"

   Apakah Toako jatuh pingsan karena cemas oleh lenyapnya nona Ko?"

   Yu Wi hanya bersuara samar-samar dan tidak menjawab. Betapapun hati Khing-kiok merasa kecut setelah mengetahui anak muda itu jatuh pingsan demi memikirkan Ko Bok ya, pikirnya.

   "Bila pada suatu hari aku mengalami petaka, apakah Toako juga akan berduka bagiku seperti ini?"

   Sepanjang hari Khing-kiok berkuatir dan cemas bagi keadaan Yu Wi, tentu saja dia sangat lelah lahir dan batin- kini timbul rasa kantuknya.

   Melihat itu, Hoat-su-jin mengebaskan lengan bajunva untuk mengusap Hiat-to tidur anak dara itu dan membuatnya terpulas.

   Yu Wi tidur di dalam peti mati sehingga tidak dapat melihat keadaan di luarnya, tapi dari suaranya ia tahu Hiat-to tidur Khing-kiok tertutuk, ia lantas tanya.

   "Apakah ia sudah tidur?"

   "Ya, sudah tidur,"

   Hoat-su-jin mengangguk.

   "Cianpwe juga tahu aku terkena racun jahut?"

   Tanya Yu Wi.

   "Ya, setelah kuperiksa denyut nadimu yang tak teratur, mula-mula aku tidak tahu apa sebabnya, kututuk Jin-tiong-hiat di atas bibirmu, tetap sukar menyadarkan kau. Maka kutahu tentu pingsanmu bukan disebabkan oleh rasa cemas mendadak, tapi pasti akibat penyakit lain yang kumat mendadak dalam tubuhmu Ilmu pertabibanku tidak tinggi, aku tidak mampu mengobati penyakit aneh dalam badanmu, sebab itulah kukatakan jangan kau berterima kasih padaku, sebab aku memang tidak sanggup menolong kau."

   "Menurut perkiraan cianpwe, masih berapa lamakah Wanpwe sanggup bertahan hidup?"

   Tanya Yu Wi.

   "Coba kau ceritakan dulu seluk-beluk mengenai penyakit keracunan yang kau idap ini?"

   Kata Hoat-su-jin- Maka berceritalah Yu Wi, dimulai dari perkenalannya dengan Ko Bok ya, dan cara bagaimana Bok-ya terluka, lalu dibawanya ke siau-ngo-tay untuk minta pengobatan kepada su Put-ku dan seterusnya.

   Bercerita sampai jatuh pingsan mendadak tadi, dengan menghela napas ia berucap.

   "Sejak Wanpwe minum pil racun pemberian su Put ku, sampai sekarang baru setahun setengah, menurut su Put-ku, racun baru akan bekerja setelah dua tahun, entah sebab apa sekarang sudah bekerja setengah tahun lebih cepat,"

   "Urusan racun sama sekali tidak kupahami,"

   Kata Hoat-sujin.

   "tapi menurut pikiranku, jika kau dan nona Ko saling menyintai dan senantiasa merindukannya. karena terlalu banyak pikiran, bisa jadi akan mengakibatkan racun yang mengeram dalam tubuhmu itu bekerja terlebih cepat,"

   Yu Wi mengangguk, katanya.

   "Dan kalau racun sudah mulai bekerja, jelas jiwaku takkan panjang lagi. budi pertolongan cianpwe terpaksa baru dapat kubalas pada titisan yang akan datang. Ya-ji sudah tahu racun yang mengeram dalam tubuhku, bila lewat dua tahun tidak berjumpa, tentu dia tahu aku sudah meninggal, hanya saja ...

   "

   Dia berpaling ke arah Khing-kiok, tapi nona itu tidur di sisi peti mati sehingga tidak kelihatan, lalu ia menyambung.

   "Adik angkatku ini harus dikasihani kisah hidupnya, maka diharap cianpwee sudi menjaganya sekadarnya.

   Jilid 17

   "Meski aku tidak paham soal racun meracun, tapi dapat kudesak kadar racun dalam tubuhmu menjadi satu tempat agar tidak menyebar untuk sementara, dalam keadaan demikian bolehlah kau pergi mencari Yok-ong-ya dan minta pengobatan padanya,"

   Kata Hoat-su-jin- "Yok-ong-ya? Siapakah dia? Tinggal di mana?"

   Tanya Yu Wi cepat.

   "Watak Yok-ong-ya (raja obat) sama sekali berbeda daripada Su Put-ku,"

   Tutur Hoat-su-jin- "Malahan orang memberi gelar Seng jiu-ji- lay kepadanya, dengan nama Budha Ji-lay.

   artinya dia berhati welas-asih seperti Buddha.

   Asalkan ada orang minta tolong padanya pasti akan ditolongnya dan biasanya pengobatannya sangat mustajab, obat diminum, penyakii hilang.

   Hanya saja sudah lama dia mengasingkin diri."

   "Tokoh sakti demikian lebih suka mengasingkan diri, sungguh suatu kerugian besar bagi kemanusiaan umumnya,"

   Ucap Yu Wi.

   "Waktu dia mengasingkan diri, sebelumnya pernah kunasihati dia agar mengurungkan niatnya itu, tapi dia sudah putus asa, bagaimanapun tidak mau lagi bekerja bagi kemanusiaan, waktu itu kuanggap dia terlalu cupet pikiran. Tapi kalau dipikirkan sekarang, ai, kehidupan ini memang sukar untuk diomong ...."

   Yu Wi tahu kisah hidup Hoat-su-jin sendiri pasti juga ada sesuatu yang membuatnya berduka.

   makanya sekarang dia tinggal di dalam peti mati dan menyebut dirinya "orang mati yang masih hidup" (Hoat-su-jin) atau "orang hidup yang sudah mati", sekarang bicara tentang Yok-ong-ya, hal ini telah menimbulkan kenangan dukanya di masa lampau.

   Maka cepat Yu Wi menyela.

   "Cianpwe, di manakah Yok-ong-ya bertirakat sekarang? Kenapa selama berpuluh tahun dia tidak diketahui khalayak ramai?"

   Hoat-su-jin sadar dari kenangannya yang menyedihkan itu, katanya.

   "Kecuali beberapa sahabat lama, tiada orang lain yang tahu tempat kediaman Yok-ong-ya. Akan kuberitahukan padamu tempat tinggalnya, apabila dapat kau temukan dia, kuyakin dia pasti mau menyembuhkan racun dalam tubuhmu ini."

   "Di manakah beliau tinggal?"

   Tanya Yu Wi tidak sabar. Ia heran Yok-ong-ya itu mengasingkan diri di tempat macam apakah sehingga tidak dapat ditemukan orang. Hoat-su-jin lantas berkata.

   "Tempat tinggalnya seluruhnya ada lima tempat, biar kukatakan seluruhnya juga sukar kau ingat. Ada sebuah peta, boleh kau simpan sebaik-baiknya, dalam peta ini tercatat segala sesuatu dengan jelas dan dapat kau gunakan untuk mencari dia."

   Hoat-su-jin lantas mengeluarkan sehelai peta dan dimasukkan ke dalam baju Yu Wi. Ingin sekali Yu Wi melihat peta itu. tapi apa daya, sekujur badan terasa lemas, bergerak saja rasanya malas. Lalu Hoat-su-jin berkala pula.

   "Sekarang dengan tenaga dalamku akan kudesak racun dalam tubuhmu itu ke telapak tanganmu. Nah, awas ... ."

   Selagi tangannya terjulur ke dalam peti mati dan mulai mengerahkan tenaga murni, mendadak terdengar suara "duks satu kali.

   suara "duks itu kedengaran sangat jelas dalam malam yang sunyi.

   Yu Wi dapat merasakan suara itu datang dari atap kuburan.

   Dilihatnya air muka Hoat-sujin rada berubah dan berbisik padanya.

   "ssst, jangan bersuara"

   Lalu "orang hidup mati"

   Ini mendengarkan dengan cermat dengan air muka sangat prihatin seperti kedatangan musuh tangguh. Menyusul lantas terdengar pula suara "duk-duk."

   Beberapa kali, itulah suara ketukan dari pada dinding atap. tujuannya jelas, yaitu ingin mencari kuburan dalam gua ini. dalam waktu singkat suara "duk-duk."

   Itu makin jelas dan makin kerap. Hoat-su-jin bergumam sendiri.

   "Bila lubang cahaya sampai ditemukan dia, tentu bisa runyam...."

   Dengan heran Yu Wi tanya.

   "Dia? Dia siapa?"

   "A Giok."

   Jawab Hoat-su-jin.

   "Apakah It-teng sin-ni ingin mencari jalan masuk kuburan ini?"

   Tanya Yu Wi pula. Hoat-su-jin mengiakan pelahan, didengarnya suara "duk-duk"

   Tadi makin lama makin pelahan- Hoat-su-jin menghela napas lega, ucapnya.

   "Untung lubang cahaya tidak sampai diketemukannya.

   "

   "Mengapa It-teng sin-ni mencari lubang masuk kekuburan ini?"

   Tanya pula Yu Wi deng heran- Hoat-su-jin mendengus.

   "Untuk apa lagi? Ya ingin mencuri jenazah isteriku."

   Heran luar biasa Yu Wi oleh keterangan ini. pikirnya.

   "Sungguh aneh, betapapun It-teng sin-ni adalah seorang tokoh terkemuka. seorang maha guru ilmu silat, bahkan seorang beragama dan bergelar sin-ni, masakah dia ingin mencuri jenazah Hoat-sujin? Terlalu mustahil"

   Terdengar Hoat-su-jin menghela napas, katanya pula.

   "Jika tidak kujelaskan, tentu kau tidak percaya bahwa A Giok ingin mencuri jenazah isteriku."

   Dalam hati memang Yu Wi berpikir demikian, maka ia hanya mengangguk sebagai tanda membenarkan. Hoat-su-jin lantas bertanya.

   "Kau mengakui sebagai murid Ji Pek-liong. apakah pernah kau dengar kisah hidup gurumu itu?"

   Yu Wi masih ingat benar cerita Ji Pek-liong dahulu tentang tiga saudara seperguruannya, maka jawabnya.

   "Ya, tahu, malahan suhu juga bercerita tentang ikatan jodoh antara putera puteri Toa supek dan Ji supek ketika isteri masing-masing sedang mengandung .

   "

   Menyinggung urusan perjodohan orok dalam perut isteri masing-masing itu, mendadak air muka Hoat-su-jin berubah kelam dan menghela napas panjang.

   "Apakah Cianpwe kenal Toa supekku?"

   Tanya Yu Wi tiba tiba.

   "Akulah Toa supekmu,"

   Jawab Hoat-su-jin- Kejut dan heran sekali Yu Wi, serunya.

   "Hah, Cianmwe.... Cianpwe inilah Toa supekku? Bukan.... bukankah beliau sudah.... sudah meninggal?...."

   "Benar, Toa supekmu memang sudah meninggal dunia, yang masih tertinggal ini hanya raganya saja tanpa jiwa...."

   Hoat-su-jin menghela napas.

   "

   
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Hoat-sujin, orang hidup yang sudah mati memang tertinggal raganya saja,"

   Demikian Yu Wi membatin.

   "Entah mengapa Toa supek menganggap dirinya sendiri sudah meninggal?"

   Didengarnya Hoat-su-jin bertutur pula.

   "Meski supekmu menjabat pangkat Perdana Menteri, tapi wataknya suka berkelana dan berbuat hal-hal mulia. Waktu pertama kali kami bertemu, rasanya sudah seperti kenalan lama. Pada tahun itu isteri kami sama-sama hamil, karena dorongan rasa ikatan yang akrab, kami saling berjanji mengikat jodoh bagi orok yang masih berada dalam Padahal urusan anak-anak mestinya tidak dipikirkan tergesa-gesa. Kemudian isteri Jite melahirkan seorang putera dengan selamat, sedang-isteriku.... isteriku melahirkan anak perempuan, tapi... tapi sungguh malang...."

   Sampai di sini berderailah air matanya dan tidak sanggup melanjutkan lagi.

   Diam-diam Yu Wi terharu dan merasa sang Toa supek memang harus dikasihani, punya anak eharusnya peristiwa yang menggembirakan, siapa tahu kelahiran itu mengalami kesukaran sehingga ibu maupun oroknya sama meninggal.

   Bila membayangkan kejadian pada waktu itu, iapapun dapat merasakan betapa hebat pukulan batin yang dirasakan oleh paman gurunya itu.

   Mendadak Hoat-su-jin menengadah dan berseru.

   "o, Thian Dosa apakah aku Lau Tiong-cu sehingga mengakibatkan isteriku meninggalkan dan aku dihukum sebatangkara di dunia ini seperti setan gentayangan ...."

   Sembari menangis Hoat-su-jin mendekati peti mati disebelah sana, ia mendekap di ataspeti mati dan sesambatan pula.

   "o, Hui, Hui ku sayang, benarkah kau sudah mati? Tidak. tidak. kau tidak mati Jika benar kau sudah mati, lalu apa artinya hidup ini bagiku? ..."

   Sekuatnya Yu Wi meronta bangun, dilihatnya peti batu di sebelah itu tertutup dengan rapat tanpa kelihatan celahnya, jelas memang sebuah peti mati sungguhan. Diam-diam ia berpikir.

   "

   Isteri Toa supek terisi di dalam peti mati itu, jelas sudah meninggal berpuluh tahun, jangan-jangan cinta Toa supek dengan isterinya sangat suci dan mendalam sehingga meski sudah mati sekian lamanya, senantiasa Toa supek mendampingi di sisi peti matinya dan tetap menganggapnya masih hidup?"

   Hoat-su-jin masih terus menangis, suaranya makin perlahan, keluhnya lagi dengan suara parau.

   "o, Hui, jika kau tahu dialam baka, bicaralah satu saja padaku, cukup satu Kata saja untuk menghilangkan rasa rinduku ....

   "

   Yu Wi menggeleng terharu, pikirnya.

   "Toasu-hampir gila merindukan isterinya, orang mati mana bisa bicara? Tampaknya di dunia ini memang ada suami- isteri yang saling mencintai sedalam ini, selama berpuluh tahun ini entah cara bagaimana Toa supek lewatkan hari dengan kesepian?"

   Sekuatnya Yu Wi merangkak keluar dari peti itu dan mendekati Hoat-su-jin dengan langkah terhuyung, ia coba menghiburnya.

   "Toa supek. harap jangan berduka, jika engkau sedemikian berduka, dialam baka juga bibi akan merasa tidak tenteram."

   Hoat-su-jin berdiri dan mengusap air matanyanya.

   "He, Wi-ji, mana boleh kau bangun, lekas berbaring lagi"

   Yu Wi lantas berbaring kembali di dalam peti itu.

   "Dalam hati mungkin akan kau tertawakan diri paman guru yang baru dikenalpertama kali lantas menangis seperti orang gila,"

   Kata Hoat-su-jin. Yu Wi menggeleng, katanya.

   "

   Cinta adalah sesuatu yang paling berharga di dunia ini. Toa supek menangis bagi cinta, sungguh Wanpwe merasa sangat terharu, mana bisa mentertawakan dirimu."

   Hoat-su-jin meraba Yu Wi yang berbaring itu, ucapnya.

   "Anak Wi yang baik, terima kasih atas nasihatmu tadi. Kalau tidak. entah sampai kapan aku akan berduka dan mungkin benar akan membikin tidak tenteram isteriku tersayang dialam baka."

   Ia menghela napas panjang, lalu menyambung.

   "selanjutnya sedapatnya akan kubatasi rasa dukaku."

   "Kenapa menurut cerita suhu, katanya Toa supek sudah meninggal?"

   Tanya Yu Wi kemudian.

   "sesudah isteriku meninggal, kubawa jenazahnya dan menghilang dipegunungan Tiam-jongsan ini, sebelum berangkat kutinggalkan pesan kepada kedua saudara-angkatku bahwa akupun sudah bosan hidup, Habis ituselama bertahun-tahun dunia Kangouwpun kehilangan jejakku, maka mereka mengira aku sudah membunuh diri mengikuti isteriku.

   "Mereka tidak tahu, setiba di sini, aku lantas membangun kuburan ini dan senantiasa berdiam di sisi isteriku. Kupikir hidupku akan kuakhiri cara begini dan takkan muncul lagi di dunia ramai. Tak diduga. setahun kemudian, teringat kepada adik Yok-koan, tetap juga kuturun gunung satu kali. Tapi aku tidak berhasil bertemu dengan adik Yok-koan, malahan kuketahui dia telah mendahului mangkat daripadaku. Aku menangis di depan makamnya dan mengambil keputusan pulang ke Tiam-jong-san sini untuk seterusnya tidak akan turun gunung lagi. Tapi waktu na ik kembali ke sini, tengah jalan kupergoki enam kakek cacat sedang berkumpul dan berunding, mereka menyinggung nama Ji Pek-liong. yaitu sam suteku. Meski hubunganku dengan samte tidak serapat Jite. namun tetap kuperhatikan dia."

   "Keenam kakek cacat tentunya anggota Jit can-so yang terkenal di dunia Kangouw itu?"

   Tanya Yu Wi.

   "Betul,"

   Hoat-su-jin mengangguk.

   "

   Waktu itu nama Jit- can-so juga sudah kudengar, cuma tidak kutahui bahwa salah seorang diantaranya adalah saudara-angkatku sendiri, Kudengar pembicara an mereka bahwa mereka telah menjadi cacat selama hidup akibat ingin belajar Haiyan- kiam-hoat, namun mereka masing-masing hanya berhasil meyakinkan satu jurus saja, sedangkan Ji Pek-liong juga sama-sama cacat badan, entah mengapa bisa menguasai dua jurus Hai-yan-kiam-hoat? selagi mereka saling berdebat mengenai ketidak-adilan itu, kulihat si kakek bisu memberi tanda dengan isyarat tangan untuk menjelaskan cacat Ji Pek-Iiong, kiranya samte mengalami kebiri anggota rahasianya, cacat ini jelas beribu kali lebih tersiksa daripada mereka berenam, maka hanya dia saja yang mendapatkan ajaran dua jurus Hai-yan-kiam-hoat."

   "Kebiri?...."

   Seru Yu Wi kaget.

   "Pantas wajah suhu putih bersih, kelimis tanpa janggut, kiranya beliau pernah dikebiri Entah siapakah yang melakukan tindakan keji itu terhadap suhu?"

   "

   Waktu kudengar hal ini, hatiku juga sedih bagi samte,"

   Kata Hoat-su-jin dengan menyesal.

   "selama hidup samte sangat tinggi hati, setelah mengalami siksaan badaniah keji ini, cara bagaimana dia akan bertanggung jawab terhadap ayah-bunda dan leluhur? Maka diam-diam timbul hasratku untuk menuntut balas baginya, Lalu kudengar mereka sa berdebat lagi. ada yang menuduh siperempuan kotor Thio Giok-tin itu tidak adil. Mendengar nama Thio Gok-tin, benakku serasa mendengung, kupikir sakit hati samte ini rasanya tidak dapat lagi kubalaskan...."

   Yu Wi merasa tidak mengerti, tanyanya.

   "Mengapa Toa supek tidak dapat... ."

   Tapi ia tidak meneruskan ucapannya, ia merasa pertanyaan yang bernada menegur ini tidak sopan terhadap sang paman guru, walaupun begitu air mukanya kelihatan merasa kurang senang. Hoat-su-jin lantas menyambung ceritanya.

   "Tapi setelah kupikir lagi, biarpun Thio Giok-tin adalah anak perempuan guruku, kalau salah juga harus dihukum, kalau tidak, kan sia-sia samte bersaudara denganku?"

   "Ah, kusalah sangka padamu. Toa supek"

   Seru Yu Wi.

   "Memangnya salah sangka apa?"

   Tanya Hoat-su-jin.

   "Kukira Toa supek melihat kecantikan it-teng sin-ni, lalu lupa menuntut balas bagi saudara angkat sendiri, tak tersangka It-teng sin-ni adalah anak guru Toa supek."

   Hoat-su-jin menggeleng-geleng kepala, katanya.

   "Ai . kenapa kaupikir begitu atas diriku? Hendaklah kautahu, di dunia ini, kecuali isteriku, biarpun ada perempuan lain secantik bidadari juga takkan kupandang sekejap."

   Wajah Yu Wi kelihatan malu, ucapnya dengan gagap.

   "

   Kusalah sangka, kukira Toa supek serupa... serupa oh It-to... ."

   "o, kiranya kaupun tahu oh It-to?"

   Tanya Hoat-su-jin dengan gegetun- Yu Wi mengangguk. katanya.

   "Pek-po-pocu oh Ih-hoan pernah bercerita tentang hubungan kakeknya itu dengan it-teng sin-ni, ceritanya sangat jelas dan Wanpwe telah mengetahuinya .

   "

   "

   Waktu Sumoay berusaha memikat oh It-to, aku baru saja meninggalkan rumah perguruan, tapi tindakan kotornya sudah menggemparkan dunia Kang-ouw, setiap tokoh dunia persilatan sama mengetahui sumoay ku adalah seorang perempuan rendah dan cabul.

   suhu sendiri sangat berduka atas tindak-tanduk puterinya.

   meski dia sudah diusir sewaktu aku masih berada di rumah perguruan, tapi apa pun juga dia tetap darah-daging suhu, setiap kali suhu mendengar anak perempuannya berbuat sesuatu kejelekan, beliau lantas mengurung diri dikamarnya dan selama belasan hari tidak suka bicara."

   Teringat kepada kasih seorang ayah, Yu Wi ikut merasa pedih, ucapnya dengan menyesal.

   "Pohon ingin tenang tapi angin meniup terus, anak ingin berbakti namun ayah sudah tiada"

   "Apakah ayahmu sudah meninggal?"

   Tanya Hoat-su-jin. Dengan menahan air mata Yu Wi mengangguk.

   "Ya, beliau sudah waIat cukup lama."

   "o, anak Wi yang baik,"

   Kata Hoat-su-jin dengan terharu.

   "ayahmu sudah meninggal dan kau masih juga berduka baginya bilamana terkenang, kau pantas dipuji sebagai anak yang berbakti. Tapi, sumoay ku itu bahkan pulang menjenguk saja tidak mau ketika guruku meninggal."

   "It-teng sin-ni masakah puteri durhaka begitu?"

   Seru Yu Wi dengan gusar.

   "Meski dia tidak berbakti, akupun tidak berani menghukum berat padanya,"

   Tutur Hoat-su-jin pula.

   "setelah kutemukan dia tahun ini, kunasihati dia agar kembali kejalan yang baik. Kupikir asalkan dia maujadi orang baik, sakit hati adik angkat bolehlah kukesampingkan.

   "

   "Apakah It-teng Sin-ni benar-benar tunduk kepada nasihat Toa supek. lalu memeluk agama dan akhirnya mendapatkan gelar pujian sebagai sin-ni?"

   Tanya Yu Wi.

   "Masakah dia mau menurut begitu saja kepada nasihatku?"

   Kata Hoat-su-jin.

   "Dia bilang, salah saudara- angkatmu sendiri yang serakah ingin mendapatkan Hai-yan-to-hoat yang nomor satu di dunia itu. Rupanya tentang oh It-to mati diracun sumoay itu telah diketahui orang Kangouw, tatkala mana oh It-to memang diakui secara umum sebagai tokoh nomor satu di dunia, dengan sendirinya ilmu goloknya diincar oleh setiap orang. Asalkan berhasil meyakinkan ilmu golok tinggalan oh It-to jelas orang itupula akan mewarisi gelar sebagai jago nomor satu di dunia ...."

   Yu Wi tidak percaya, ia menggeleng dan berucap.

   "Ah, kukira belum tentu benar."

   "sumoay telah mengubah ilmu golok menjadi ilmu pedang dan tetap sangat lihay, apabila kau berhasil meyakinkan Hai-yan-kiam-hoat dengan lengkap. jangankan sumoay bukan tandinganmu, sekalipun aku juga kalah. Cuma sayang, hanya enam jurus Hai-yan-kiam-hoat yang kau kuasai, sebab itulah kau tidak tahu betapa daya serang Hai-yan-kiam-hoat yang sesungguhnya,"

   Muka Yu Wi menjadi merah, ia menunduk dan tidak bersuara lagi. Hoat-su-jin meneruskan lagi ceritanya.

   "Kataku waktu itu kepada sumoay, meski samte serakah, tidaklah pantas hanya kau ajarkan dua jurus Hai-yan-kiam-hoat, sudah itu kau bikin cacat dia selama hidup, sumoay mendengus, dia menjelaskan bahwa sebelumnya dia sudah menyatakan, barang siapa ingin belajar Hai-yan-kiam-hoat harus tunduk kepada segala kehendaknya. Lantaran kepandaian samte tidak lebih tinggi daripada sumoay, terpaksa dia menurut saja syarat yang dikemukakan itu. Aku sangat gusar oleh keterangan sumoay itu, kucela dia, apapun juga tidak seharusnya dia perlakukan samte sekejam itu. Aku menyatakan rasa curigaku bahwa samte pasti tidak sukarela diperlakukan cara begitu. Hal ini dibantah oleh sumoay, katanya samte justeru sukarela ditindak begitu olehnya. Tentu saja aku tidak percaya dan kudesak lagi agar sumoay memberi keterangan lebih jelas. Akhirnya baru kutahu duduknya perkara. Kiranya waktu samte datang minta belajar ilmu pedang kepada sumoay, pada pandangan pertama saja sumoay lantas penujui simte. setelah berkumpul beberapa hari, sumoay lantas merayu samte dan ingin main cinta. Tapi samte adalah seorang lelaki gilang gemilang, maksud tujuannya hanya ingin belajar ilmu pedang nomor satu di dunia dan tidak sudi main begituan dengan sumoay. Apalagi waktu itu samte juga sudah mempunyai kekasih, mana bisa dia menyukai seorang perempuan yang terkenal busuk di dunia Kangouw? Tentu saja penolakan cinta samte membuat sumoay sangat gemas dan dendam, dia menyatakan bila samte ingin belajar Hai-yan-kiam-hoat, syarat utamanya harus dikebiri. saking tergila-gila kepada ilmu pedang itu, entah mengapa samte lantas menerima syarat itu. Cara bicara sumoay itu seperti cukup beralasan dan cacat samte itu seolah-olah memang pantas, tentu saja aku menjadi murka, kubilang, kalau samte sudah dikebiri, seharusnya Hai-yan-kiam-hoat diajarkan secara lengkap padanya. Tapi sumoay tertawa dan menganggap salah samte sendiri, sumoay bilang dirinya tidak bodoh dan tidak nanti mengajarkan ilmu pedang maha sakti semudah itu kepada samte sehingga ada ilmu silat orang di dunia ini melebihi dia? Tidak kepalang rasa gusarku, kunyatakan bahwa orang yang bisa mengalahkan sumoay masih banyak di dunia ini. sumoay tidak percaya, ia tanya siapa-siapa saja yang kumaksudkan? Kuyakin kungfuku pasti jauh di atasnya, sebab suhu tahu kelakuan sumoay tidak baik, tidak banyak kungfu beliau yang diajarkan kepadanya, sebaliknya seluruh kepandaian suhu telah diajarkan kepadaku, maka aku lantas menyatakan.

   "akulah dapat mengalahkan kau". Dia tertawa dan menyatakan apabila benar dapat kukalahkan dia, maka dia akan menyerah takluk kuperlakukan sesukaku dan membalas dendam bagi samte. Diam-diam aku mendongkol karena dia meremehkan kepandaian ajaran suhu, tak kupikirkan lagi apakah ilmu pedangnya nomor satu di dunia segala, begitu mulai bergebrak segera kulancarkan serangan maut, kupikir dalam sepuluh jurus juga akan kukalahkan kau. siapa tahu, meski sudah berlangsung sampai tiga ratusan jurus, keadaan masih sama kuat. sungguh tidak kuduga, beberapa tahun tidak bertemu, dia berhasil mempelajari macam- macam kungfu dari berbagai golongan dan aliran- Melihat ini, semakin gemas hatiku, kutahu pasti banyak perbuatan kotor yang dilakukannya sehingga berhasil menipu kungfu sebanyak itu dari orang yang tergilagila padanya. Diam-diam aku berduka bagi suhu, maka seranganku segera bertambah ganas tanpa kenal ampun- Meski ilmu silatnya mencakup kungfu berbagaialiran, tapi dia tidak berhasil mempelajari inti sari kungfu ajaran suhu, akhirnya kugunakan satu jurus maut dan berhasil mengatasi dia. Kupikir suhu meninggal oleh karena makan hati atas tingkah-lakunya, entah berapa banyak pula tokoh dunia persilatan yang telah menjadi korbannya, bahkan teringat pada cacat samte. sungguh sekaii tusuk ingin kubinasakan dia. Pada detik yang menentukan itulah, mendadak ia berteriak. katanya dia telah mengajarkan Thian-ih-sin-kang kepada samte, masakah aku sampai hati membunuhnya?"

   "Thian-ih-sin-kang?"

   Yu Wi menegas.

   "o, kaupun tahu Thian-ih-sin-kang?"

   Tanya Hoat-sujin- "suhu memang benar mengajarkan Thian-ih-sin-kang padaku,"

   Tutur Yu Wi.

   "tapi beliau sendiri tidak mahir Thian-ih-sin-kang, beliau cuma pesan padaku bahwa Thian ih-sin-kang diperolehnya dari seorang perempuan kosen dunia persilatan-"

   "Ehm, dasar Lwekang yang dilatih samte memang dari golongan sia-pay, dengan sendirinya tidak dapat meyakinkan Thian-ih-sin-kang,"

   Kata Hoat-su-jin- Ia menghela napas, lalu melanjutkan.

   "Thian-ih-sin-kang ini adalah inti ilmu silat suhu, waktu suhu mengajarkannya kepada sumoay dahulu pernah memberi pes an agar kelak Thian-ih-sin-kang diajarkan kepada pemuda pilihan sumoay sekadar sebagai emas kawin dari orang tua. Maka setelah kudengar bahwa sumoay telah mengajarkan Thian-ih-sin-kang kepada samte, aku menjadi tidak tega membunuhnya. Tapi akupun tidak melepaskan dia lagi, segera kubawa dia ke Tiam-jong-san sini, kupaksa dia bersumpah bahwa selain mendapat izinku, satu langkahpun dia tidak boleh turun gunung. dan seterusnya dia harus cukur rambut dan menjadi Nikoh di atas gunung ini. Kukuatir pula jiwa jahatnya sukar berubah dan mungkin dia akan mengganas lagi terhadap orang yang kebetulan datang ke sini, maka kularang pula dia membunuh orang. Kalau larangan ini dilanggar dan kuketahui, maka dia akan kujatuhi hukuman berat."

   "Pantas setelah Toa supek bicara, It-teng lantas menurut pada perintahnya dan membawaku menemui Ya-ji, sayang Ya ji sudah kabur. Ai, entah sekarang Ya-ji berada di mana?"

   Pikir Yu Wi. Melihat anak muda itu hanya menghela napas dan diam saja. Hoat-su-jin coba menghiburnya.

   "Anak muda janganlah suka berduka, meski dunia ini sangat luas, asalkan punya kemauan, masakah tak dapat menemukan seorang. Apalagi tujuan kepergiannya ini juga untuk mencari kau, tentu banyak petunjuk dapat kau gunakan untuk mencari jejaknya."

   Mengingat jiwa sendiri bakal tertolong, Yu Wi berpikir.

   "Ucapan Toa supek memang tepat, kenapa aku mesti berduka."

   Segera ia menengadah dan berkata.

   "Tadi Wanpwe menghibur Toa supek agar jangan berduka, tapi sekarang aku sendiri berduka, sungguh harus dipukul."

   Sembari bicara ia teres menepuk kepalanya sendiri "Ai. seperti anak kecil saja, kenapa kaupukul dirinya sendiri?"

   Kata Hoat-su-jin dengan tertawa. Lalu sambungnya.

   "selama beberapa tahun selanjutnya sumoay lantas tirakat dengan prihatin di atas gunung ini, kulihat dia memang bersujud dan ada kemauan memperbaiki diri, kemudian kuizinkan dia turun gunung satu- dua kali setiap tahun- Waktu dia pulang pada pertama kali turun gunung, dengan heran ia berkata padaku bahwa di dunia Kangouw ternyata namanya sudah sangat terkenal, orang menyebutnya sebagai It-teng sin-ni, kemanapun dia datang, setiap orang memujanya seperti malaikat dewata, Aku tidak menjawab pertanyaannya itu, tapi kutahu setelah turun gunung, berhubung dimana2 dia dihormat dan dipuja. maka dia tidak berbuat kejahatan lagi, sebaliknya banyak kebajikan yang telah dilakukannya. sampai sekarang di dunia Kangouw nama It-teng sin-ni masih sangat dihormati, sebab tiada yang tahu bahwa It-teng adalah Thio Giok-tin yang jahat di masa lampau itu, sekalipun kemud ian ada tersiar berita tentang It-teng sama dengan Thio Giok tin juga tidak ada lagi yang mau percaya. Padahal, yang terjadi sesungguhnya adalah karena mengingat budi kebaikan suhu, aku tidak tega menyaksikan anak perempuannya dikutuk. maka pada waktu sumoay mulai menjadi Nikoh, sering kuturun gunung untuk melakukan hal-hal yang baik, menolong sesamanya, lalu kutinggalkan tanda kepala Nikoh yang serupa sumoay dengan memberi nama It-teng. Lama kelamaan di dunia Kangouw lantas tersiar berita keluhuran budi It-teng sin-ni yang suka menoiong kaum lemah dan miskin, siapapun tidak ada yang menyelidiki asal-usulnya lagi. Meski kemudian keturunan oh It-to mengetahui Itteng sin-ni tidak lain adalah Thio Giok-tin di masa lampau, mereka terus menyebarkan desasdesus yang mencerca nama baik sumoay, nama It-teng sin-ni sudah kadung berakar dalam hati khalayak ramai dan sukar lagi digoyahkan- Tapi tatkala mana di duaia Kangouw juga muncul dua orang kosen, yang seorang suka pada warna merah dan yang seorang lagi gemar pada warna biru, baik pakaian maupun tempat tinggal mereka, semuanya mengenakan warna yang disukainya."

   "Ah, itulah Ang-locianpwe dan ...."

   Tanpa terasa Yu Wi berseru, tapi segera teringat olehnya pesan kedua Cianpwe itu agar jangan membocorkan urusan mereka. maka cepat ia berhenti bicara, namun dia sudah telanjur menyebut Ang-bau-kong Dengan tertawa Hoat-su-jin berkata.

   "Langkahmu yang ajaib itu adalah ajaran Ang-bau-kong dan Hoa sin-ciangmu adalah ajaran Lam-si-khek. tidak salah bukan?"

   Yu Wi terkejut. jawabnya dengan gelapan.

   "Dari ... darimana Toa supek mengetahuinya? "

   "

   Waktu kau belajar pada mereka, semuanya dapat kulihat dari samping, hanya saja kalian tidak mengetahui akan jejakku,"

   Ujar Hoat-su-jin.

   Baru sekarang Yu Wi menyadari kejadian dahulu, beberapa kali pada waktu Ag-bau-kong dan Lam-si-khek mengajar kungfu padanya, kedua tokoh itu selalu sangsi ada orang sedang mengintip disamping, tapi tidak diketahui di mnna pengintip itu bersembunyi.

   Rupanya yang mengintip itu ialah Toa supek.

   Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Hoat-su-jin bertutur pula.

   "Masa itu, Ang-bau-kong dan Lam-si-khek malang melintang di dunia Kangouw dan terkenal sebagai dua tokoh top. Meski watak sumoay sudah jauh berubah alim setelah tirakat sekian tahun, tapi hasratnya ingin unggul ternyata belum berkurang. Tahun itu ia turun gunung lagi dan mendengar nama kebesaran kedua orang itu, ia merasa penasaran, satu persatu didatanginya. Meski tinggi juga ilmu silat Ang-bau-kong dan Lam-si-khek. ternyata kalah setingkat dibandingkan sumoay, mereka telah dikalahkan sehingga terpaksa mengajarkan kungfu andalan mereka kepada sumoay, sebab sebelumnya mereka sudah berjanji,jika sumoay kalah, sumoay juga akan mengajarkan Hai-yan-kiam-hoat kepada mereka. Maka seterusnya Ang-baukong dan Lam-si-khek lantas menghilang dari dunia Kangouw, kiranya mereka telah dipaksa ikut sumoay mengasingkan diri ke Tiam-jong-san sini. sumoay berkata padaku, lantaran aku jarang bicara dengan dia, daripada kesepian, maka dia sengaja mengundang dua tokoh terkemuka untuk menemani dia mengobrol dan aku diminta menyetujuinya. Waktu itu kungfu sumoay sudah semakin lihay dan selisih tidak jauh lagi daripadaku, andaikan kutolak juga tiada gunanya, malahan mungkin akan menimbulkan kerewelan, maka kujawab asalkan dia tidak melanggar tata susila, apapun boleh dilakukannya. Dan mendingan juga, sumoay dapat hidup dengan prihatin, kupikir apapun- juga dia sudah beragama, tentu sudah melupakan segala perbuatannya yang kotor di masalampau. selang beberapa tahun pula, dia turun gunung lagi dan pulangnya membawa seorang anak perempuan yang sakit-sakitan ..."

   "Ah, anakperemnuan itu tentu Ya-ji,"

   Seru Yu Wi.

   "Betul, memang nona Ko,"

   Kata Hoat-su-jin dengan mengangguk.

   "Tapi anak itu sangat lemah. setiap saat ada kemungkinan akan mati. Demi anak itu, jauh-jauh sumoay membawanya ke siaungo- tay-san dan minta pengobatan kepada su Put-ku."

   Peristiwa ini sudah pernah didengar Yu Wi dari Ko Bok ya, demi menyembuhkan Bok ya itulah maka sebagai imbalannya It-teng sin-ni mengajarkan Leng-po-wi-poh kepada su Put-ku. Hoat-su-jin menyambung pula.

   "semakin besar Lwekang nona Ko dapat terpupuk dengan kuat, lalu sumoay mengantarnya pulang, selanjutnya setiap bulan sekali sumoay tentu berkunjung ke rumahnya untuk mengajar kungfu kepada nona Ko. Karena sering turun gunung, lambat-laun sumoay mulai tidak betah tinggal lagi di atas gunung. Meski ilmu siiatnya sekarang sudah tidak lebih rendah dari padaku, tapi berhubung terikat oleh sumpahnya, sumoay belum berani sembarangan meninggalkan Tiam jong-san. Entah darimana dia dapat dengar bahwa aku berdiam dalam kuburan ini adalah untuk mendampingi mendiang isteriku. satu hari, ketika bertemu dia berkata kepadaku bahwa dia sudah bosan tinggal di pegunungan ini dan mengajak aku pindah ke tempat lain- Tentu saja kutolak permintaannya, mana bisa kutinggalkan jasad isteriku. Karena maksudnya tak tercapai, mulailah sumoay mengganggu diriku, asalkan bertemu selalu mendesak agar berpindah dari Tiam-jong-san. suatu hari, aku merasa sebal karena direcoki terus oleh sumoay, aku menjawab dengan setengah membentak bahwa tidak mungkin kutinggal kau Tiam-jong-san, sepanjang hidupku ini akan terus tinggal disini. Dengan tertawa ia tanya padaku bagaimana sekiranya dia mampu membujuk kupindah dari sini? Aku sangat mendongkol, kupikir tidak ada kekuatan apapun didunia ini yang mampu membuat kupindah dari sisi isteriku. Maka aku lantas menyatakan apabila sumoay mampu membikin kutinggalkan Tiam-jong-san, maka aku akan memberikan kebebasan padanya. Dia mendengus dan menerima baik pernyataanku itu Diam-diam aku merasa menyesal malah, apa yang kukatakan itu adalah karena terdoroog oleh rasa gusarku, setelah kurenungkan kembali, tahulah aku bahwa sumoay pasti akan berusaha mencuri jenazah isteriku untuk memaksa aku meninggalkan pergunungan ini. Dugaanku ternyata tidak salah, selama beberapa tahun ini beberapa kali kupergoki dia sedang mencari jalan masuk ke kuburan ini, bilamana diketemukannya, pada waktu aku lengah tentu jenazah isteriku akan dibawanya lari, dalam keadaan begitu mau-tak-mau aku harus ikut pergi dari sini untuk mencarinya. Dengan demikian pertaruhan kami akan dimenangkan oleh dia dan kebebasannya juga takkan terikat lagi oleh sumpahnya."

   Sekali pandang saja Yu Wi lantas tahu sang Toa supek lagi terkenang kepada isterinya yang sudah meninggal itu, cepat ia bertanya.

   "Dan Ang dan Lam berdua Cianpwe mengapa juga tidak meninggalkan Tiam-jong-san?"

   "sialnya sebelum mereka bertanding dengan sumoay sudah berjanji akan mengajarkan kungfu andalan masing-masing kepada sumoay apabila mereka kalah, bahkan selama hidup akan ikut tinggal di atas Tiam-jong-san- mereka baru boleh meninggalkan pegunugan ini apabila pada suatu ketika mereka yakin ilmu silat mereka dapat mengalahkan sumoay."

   "Dan selama belasan tahun ini apakah ilmu silat kedua Cianpwe itu tetap tidak dapat melebihi It-teng sin- ni?"

   Tanya Yu Wi. Hoat-su-jin menggeleng.

   "Aku tidak tahu,sebab sejak mengasingkan diri dipegunungan ini mereka belum pernah menantang bertanding dengan sumoay."

   "Mengapa mereka tidak mau mencobanya, memangnya mereka ingin tinggal di sini sampai akhir hayatnya?"

   Ucap Yu Wi dengan heran- "Ya, akupun merasa heran,"

   Kata Hoat-su-jin "Tapi kemudian baru kuketahui memang ada sebabnya sehingga mereka tidak berani menantang sumoay.

   Kiranya waktu mereka dikalahkan, sumoay belum sampai menggunakan Hai-yan-kiam-hoat.

   Setiba di Tiam-jong-san, sumoay kuatir pada suatu ketika kedua orang itu akan berhasil menciptakan kungfu istimewa dan mengalahkan dia, maka dia sengaja pamerkan Hai-yan-kiam-hoat di depan mereka.

   Padahal kutahu sumoay belum berhasil meyakinkan Hanyan-kiam-hoat dengan sempurna, hanya saja setiap jurus ilmu pedang itu memang sangat lihai sehingga kedua lawan dapat digertak.

   Bahkan sumoay menambahkan gertakannya apabila kedua orang itu merasa mampu mengalahkan ilmu pedang itu baru boleh coba-coba menantangnya bertanding pula, kalau tidak.

   bila berani sembarangan menantang bertanding, akibatnya segenap anggota keluarga kedua orang itu akan dibunuhnya habis.

   Ang-bau-kong dan Lam-si-khek adalah lelaki yang patuh pada ucapannya sendiri, setelah mereka kalah, mereka lantas meninggalkan keluarga dan ikut tinggal di Tiam-jong-san- setelah mengetahui It-teng adalah Thio Giok-tin yang terkenal kejam di masalampaU, tentu saja mereka tidak berani mempertaruhkanjiwa anggota keluarganya dan menantang bertanding lagi pada sumoay."

   Yu Wi menghela napas gegetun, ucapnya.

   "Pantas setelah kedua Cianpwe itu mengajarkan kungfunya padaku, mereka melarang kukatakan kepada siapapun, kiranya takut diketahui It-teng sin-ni."

   "Apabila sumoay mengetahui kedua orang itu mengajar kungfunya padamu, dalam gusarnya bisa jadi sumoay akan benar-benar turun gunung untuk membunuh anggota keluarga kedua orang ini, dan tentu sukar bagiku untuk mencegahnya."

   Yu Wi merasa tidak enak hati, katanya.

   "Jika begitu, untuk apa mereka mengajarkan kepandaian padaku dengan menanggung bahaya besar begini?"

   "Soalnya sudah belasan tahun mereka meyakinkan ilmu langkah ajaib dan ilmu pukulan sakti, mereka sendiri tidak tahu apakah kungfu baru mereka dapat mengalahkan sumoay atau tidak. untuk mencobanya sendiri mereka tidak berani, kebetulan mereka menemukan kau yang sedang mencari sumoay. mereka menduga antara kalian pasti akan bertempur, maka mereka sengaja mengajarkan hasil jerih-payah mereka padamu dengan tujuan menggunakan dirimu sebagai batu uji. Boleh dikatakan juga beruntung bagimu, sekaligus mendapat dua macam ilmu sakti."

   "Tapi darimana kedua Cianpwe itu akan mengetahui kepandaian mereka dapat mengalahkan It-teng sin-ni atau tidak? Mereka kan tidak ikut menyaksikan sendiri?"

   "Kau tidak tahu bahwa pada waktu kau bertempur dengan sumoay, kami bertiga sama-sama menongkrong diatas pohon cemara untuk mengintip. sungguh lucu, sumoay tidak tahu sama sekali, benar-benar terlalu gegabah dia."

   Yu Wi berkuatir bagi Ang-bau-kong dan Lam-si-khek. tanyanya.

   "Dan kungfu mereka sekarang apakah dapat mengalahkan It-teng sin-ni?"

   "Tidak dapat kupastikan, tapi kupikir mereka tetap belum berani menantang bertanding pada sumoay."

   "oo, sebab apa?"

   Tanya Yu Wi.

   "Dengan kungfu ajaran mereka berdua memang kau kelihatan lebih unggul, tapi mereka tetap belum melihat sumoay memainkan Hai-yan-kiam-hoat, betapapun tetap tidak berani mencobanya,"

   Tutur Hoat-su-jin.

   "Maklumlah, sebelum menyaksikan sendiri betapa hebatnya Haiyan- kiam-hoat, sukar bagi seseorang untuk merasa yakin dapat mengalahkannya,"

   Sementara itu Iajar sudah menyingsing, di dalam kuburan sudah ada cahaya, nyata mereka telah mengobrol sepanjang malam.

   setelah tidur semalaman, Hiat-to Khing-kiok telah terbuka dengan sendirinya, ia telah mendusin- Mendengar suara si nona, Yu Wi bertanya.

   "Kau sudah bangun, adik Kiok?"

   Baru habis ucapannya, mendadak ia merintih kesakitan- Cepat Khing-kiok mendekatinya dan memegangi tepi peti mati sambil bertanya.

   "

   Kenapa kau, Toako?"

   "o, kep ... kepalaku sangat sakit"

   Keluh Yu Wi dengan suara terputus-putus. Hoat-su-jin menghela napas, ia tutuk Hiat-to anak muda itu agar tertidur. lalu ia memijat dan mengurutpelahan bagian dadanya.

   "

   Cianpwe, bagaimana Toako?"

   Tanya Khing-kiok kuatir.

   Hoat-su-jin tidak menjawabnya, ia terus mengurut bagian penting disekujur Yu Wi, namun arah urutannya itu ditunjukan ke bagian tangan- Khing-kiok tahu gelagat cukup gawat, maka tidak berani bertanya lagi.

   setelah sekian lamanya mengurut, ubun-ubun Hoat-su-jin tampak mengepulkan hawa, dalam sekejap seluruh tubuhnya seolah-olah terbungkus oleh selapis kabut.

   Kini Khing-kiok tidak dapat melihat keadaan didalam peti mati, uap panas itu telah membuatnya berkeringat juga, tanpa terasa ia menyurut mundur, diam-diam ia berdoa.

   Dilihatnya uap putih itu makin banyak.

   hawa panas juga makin terasa, kembali Khing-kiok menyurut mundur lagi dua tindak.

   tiba-tiba dirasakan tertahan oleh sesuatu benda dibelakang.

   Ia tahu itulah peti mati yang lain- Kini cuaca sudah terang, ia tidak merasa takut, tapi karena uap yang tebal itu, ia merasa sesak napas, berdiri saja tidak tegak.

   la menjulurkan tangannya untuk memegang tutup peti mati.

   sebelum ini peti mati itu terlihat jelas tertutup rapat, tapi ketika tangannya meraba ke situ, ternyata memegang tempat kosong, karena hal ini tidak didugaannya, pegangan tangannya jadi telanjur menahan ke bawah sehingga mencapai dasar peti mati barulah tubuhnya yang condong itu tertahan- Keruan nona itu terkejut, ia pikir bilakah peti ini dibuka?Jangan-jangan peti mati ini juga kosong.

   Waktu ia berpaling, dilihatnya tutup peti mati sudah terbuka dan tersingkir ke samping, bagian dalam peti mati rada gelap.

   samar-samar cuma kelihatan seperangkat baju orang mati masih terletak disitu, nyata peti mati ini tadinya tidak kosong.

   Segera Khing-kiok mengendus bau apek di dalam peti mati, bau itu jelas adalah bau orang mati, baru sekarang Khing kiok menjerit tertahan karena kejutnya.

   Jeritannya ternyata tidak mengejutkan Hoat-su-jin, sebab waktu itu Hoat-su-jin sedang mengerahkan segenap tenaga dan perhatian untuk menyembuhkan Yu Wi, sekalipun gunung ambruk di depannya juga takkan membuat dia terkejut.

   sedapatnya Khing-kiok menahan perasaannya yang berdebar, ia coba menenangkan pikirannya.

   ia berusaha merenungkan apa yang terjadi, peti mati ini tidak mungkin terbuka malam tadi, Hoat-su-jin menaruh peti mati ini di sampingnya, jelas isi peti mati ini adalah seorang yang paling berdekatan dengan dia, jangan-jangan isterinya? Kalau isterinya, kenapa peti mati ini dibuka orang, lebih-lebih tidak mungkin terbuka sendiri, Hoat-sujin sendiri juga tidak mungkin membongkar peti mati ini? lalu siapakah yang membukanya? Isi peti mati tinggal pakaian mayat saja, tulang belakang jenazah sudah hilang, jelas tujuan orang yang membongkar peti mati ini adalah untuk mencuri tulang jenazah, lantas siapakah yang sengaja mencuri tulang jenazah isteri Hoat-su-jin ini? Khing-kiok tidak dapat menemukan jawabannya, dalam keadaan demikian iapun tidak berani tanya Hoat-su-jin, ia tahu Hoat-su-jin lagi asyik menyembuhkan Yu Wi dan tidak boleh digunggu.

   Lalu terpikir lagi olehnya.

   "sudah berapa lamakah peti mati ini dibongkar orang? Pada waktu Hoat-su-jin berjaga di sini, pencuri itu pasti tidak berani membuka peti mati ini, sekalipun Hoat-sujin sedang tidur juga takkan dilakukannya, kecuali Hoat su-jin mati di dalam kuburan inilah baru pencuri itu berani masuk ke sini. Kalau tidak. dengan ilmu silat Hoat-su-jin yang maha tinggi, siapakah yang berani masuk ke kuburan ini? Pelahan uap panas tadi mulai buyar, terdengar napas Hoat-su-jin yang rada terengah. waktu Khing-kiok berpaling. dilihatnya Hoat-su-jin sedang memegangi kedua lengan Yu Wi dan lagi mengerahkan tenaga dengan mata terpejam. Tanpa terasa Khing-kiok menjerit tertahan pula demi melihat lengan Yu Wi, sebab lengan Yu Wi sekarang berwarna hitam menakutkan. Dilihatnya tangan Hoat-su-jin yang memegangi lengan Yu Wi itu pelahan mengurut kebawah, dan setiap bagian yang tergeser itu, bagian lengan Yu Wi itu lantas berubah menjadi putih, sebaliknya bagian siku ke bawah bertambah hitam, Baru sekarang Khing-kiok tahu Yu Wi terkena racun jahat dan Hoat-su-jin sedang mengerahkan Lwekangnya untuk mengusir racun dalam tubuh sang Toako, apabila hawa hitam sudah seluruhnya terdesak ketelapak tangan, dari darah racun dikeluarkan- dengan sendirinya sang Toako akan sembuh. Dua kali jeritannya ternyata tidak mengejutkan Hoat-su-jin, nyata orang sedang mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk menyembuhkan Yu Wis ehingga tidak menghiraukan segala apa yang terjadi di sekitarnya, jangan-jangan pada saat demikianiah si pencuri tulang jenazah tadi menyusup masuk dan membongkar peti mati? Khing-kiok coba merenungkan suasana beberapa waktu yang lalu, rasanya tadi seperti mendengar sesuatu suara pelahan di belakang, tapi lantaran dirinya juga sedang memperhatikan cara Hoat-su-jin mengadakan penyembuhan terhadap Yu wi, maka suara itu tidak diperhatikannya. Sejenak kemud ian, Hoat-su-jin menghela napas panjang, lalu berucap sambil mengusap keringatnya.

   "Akhirnya berhasil juga."

   Ia berpaling dan memanggil.

   "Nona cilik... ."

   Pada saat itulah mendadak dilihatnya tutup peti mati terbuka, keruan air mukanya berubah pucat, serentak ia memburu maju dan mendekap tepi peti mati, teriaknya dengan suara memilukan.

   "o. isteri ...isteriku... ."

   Dia merangkul pakaian mayat di dalam peti, serupa kalau dia memeluk jasad isterinya.

   lalu ia berpaling dan memandang Khing-kiok.

   Khing-kiok melihat air mata Hoat-su-jin bercucuran bagai hujan- sungguh tidak kepalang sedihnya, tapi didalam kesedihannya juga mengandung rasa gemas yang tak terkatakan, diamdiam Khing-kiok merasa takut melihat sikap Hoat-su-jin

   KANG ZUSI website
http.//kangzusi.com

   Dari tatapan Hoat-su-jin itu, Khing-kiok tahu maksud orang hendak tanya padanya apa yang terjadi. Dengan suara tergegap ia berkata.

   "Pada ...pada waktu Cianpwe mengerahkan tenaga tadi. orang .... orang itu masuk kemari... ."

   "siapa orang itu?"

   Hoat-su-jin meraung murka. Khing-kiok ketakutan dan menggigil karena raungan keras itu, jawabnya dengan suara gemetar.

   "En... entah, aku tidak .... tidak tahu ..."

   Dengan gusar Haot-su-jin mendamperatnya ""Apakah kau orang mampus? Mengapa tidak tahu Lekas kata kan siapa yang mencuri isteriku?"

   Matanya nampak merah seakan-akan menyemburkan api.

   sikapnya beringas, tidak kepalang murkanya, kalau bisa sipencuri mayat itu akan dicincangnya hingga luluh.

   Karena ketakutan didamperat lagi dengan bengis, Khing-kiok merasa penasaran dan menangis dan sekali menangis sukar lagi dibendung.

   Mendadak Hoat-su-jin menengadah dan berteriak.

   "Thio Giok-tin Thio Giok-tin Kutahu pasti kau, ya, pasti perbuatanmu... ."

   Sambil memeluk pakaian mayat itu dia terus menerjang keluar kuburan, sudah jauh suaranya masih berkumandang di udara.

   "Thio Giak-tin, kutahu pasti kau, pasti perbuatanmu"

   "

   Memang betul, si pencuri tulung mayat itu ialah It-teng sin-ni.

   sudah lama dia menemukan pesawat rahasia kuburan itu, hanya saja setiap hari Hoat-su-jin berjaga disitu hingga sukar baginya untuk mencuri tulang jenazah.

   semalam dia sengaja berlagak mencari lubang masuk ke kuburan itu, maksudnya supaya Hoatsu- jin tidak berjaga-jaga lagi.

   Padahal percakapan antara Hoat-su-jin dan Yu Wi semalam telah dapat didengar seluruhnya oleh It-teng sin-ni yang bersembunyi di dekat lubang cahaya.

   Hoat-sujin mengira It-teng sudah pergi, tapi sesudah pergi dia datang lagi dan tidak diketahui oleh Hoatsu- jin.

   Pada waktu Hoat-su-jin asyik mengadakan penyembuhan kepada Yu Wi, kesempatan baik itu telah digunakan oleh It-teng sin-ni untuk membuka pesawat rahasia kuburan itu dan masuk ke dalam, peti mati dibukanya dan tulang jenazah isferi Hoat-su-jin dicurinya.

   segala sesuatu dilakukannya dengan ringan dan cepat serta berjalan dengan lancar.

   Waktu itu biarpun diketahui Khing-kiok umpamanya, paling-paling nona ini hanya akan mengantar nyawa percuma, sebab dengan sekali hantam It-teng dapat membunuhnya untuk menutup mulutnya.

   sedang kan Hoat-su-jin lagi mencurahkan segenap pikirannya menyembuhkan Yu Wi, apapun yang terjadi di sekitarnya sama sekali tidak diketahuinya.

   Begitulah tangisan Khing-kiok itu telah membersihkan semua perasaan sedih yang mengeram dalam hatinya selama ini, sampai sekian lama barulah ia berhenti menangis.

   Ia mengusap air mata, tapi tidak dilihatnya lagi Hoat-su-jin- Ia tidak tahu bagaimana keadaan sang Toako sekarang.

   cepat ia mendekati peti mati, dilihatnya Yu Wi masih tertidur lelap.

   kedua telapak tangannya hitam gilap.

   Ia tahu racun dalam tubuh sang Toako telah didesak seluruhnya ke bagian telapak tangan oleh tenaga dalam Hoat-su jin tadi, sejera Khing-kiok mencabut tusuk kundainya, dengan ujung tusuk kundai ia cocok ujung kesepuluh jari Yu Wi, seketika darah mengalir keluar, darah hitam pekat seperti tinta hitam.

   Pelahan telapak tangan Yu Wi dari hitam berubah menjadi putih, darah pun berhenti pelahan sebab luka ujung jari mulai mengering.

   maka darah tidak dapat mancur lagi.

   Legalah hati Khing-kiok, ia mengira darah berbisa anak muda itu sudah habis dikeluarkan.

   Tak terduga, sejenak kemudian telapak tangan Yu Wi mulai bertambah hitam lagi.

   Keruan Khing-klok terkejut, cepat ia mengulangi lagi mencocok ujung jari Yu Wi dan mengeluarkan darah berbisa seperti tinta hitam itu setelah darah berbisa mengalir keluar, tangan berubah menjadi putih.

   siapa tahu sebentar tangan Yu Wi kembali berubah hitam pula, sekali ini Khing-kiok tidak berani mencocok ujung jari Yu Wi, ia tahu racun dalam tubuh anak muda itu terlalu aneh dan sukar disembuhkan Jika ujung jari ditusuk dan darah keluar lagi, bisa jadi akan terlalu banyak mengalirkan darah dan akan mengganggu kesehatan sang Toako.

   Nona itu tak berdaya lagi, ia pikir bila Hoat-su-jin masih berada di sini tentu bisa menolong Yu Wi, tapi sekarang Hoat-su-jin sudah pergi.

   Diam-diam ia menyesali diri sendiri yang kurang waspada sehingga memberi kesempatan kepada pencuri untuk masuk dan membawa lari tulang jenazah.

   Kalau saja kejadian itu diketahuinya dan sipencuri dapat dihalau, tentu juga Hoat-su-jin takkan pergi.

   Bagian 18 Karena kuatirnya, kegagalan menyembuhkan Yu Wi itu dia anggap sebagai kesalahannya sendiri.

   Makin berpikir makin benci pada diri sendiri sehingga tanpa terasa ia menangis lagi.

   Entah berapa lama ia mendekap kepalanya dan menangis sedih di samping peti mati, akhirnya Hiat-to Yu Wi yang tertutuk itu terbuka dengan sendirinya, ia mendusin, lalu bertanya.

   "He, adik Kiok, apa yang kau tangisi?"

   "Toa ... Toako ... racun ... lukamu... ."

   Yu Wi memandang telapak tangan sendiri, dilihatnya Hoat su-jin telah mendesak racun kebagian situ, ia tertawa, katanya.

   "Adik Kiok. jangan kuatir, lukaku tidak berbahaya."

   Khing-kiok mengangkat mukanya yang penuh air mata seperti bunga mawar kehujanan, sambi menggeleng ia berkata.

   "Tidak. aku tidak percaya, luka racun sehebat ini masakah tidak berbahaya?"

   "Meski racun ini sangat lihay, tapi di dunia ini masih ada satu orang sanggup menyelamatkan diriku,"

   Kata Yu Wi.

   Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Oo? Maksudmu Hoat-su-jin? Tapi di ., . dia sudah pergi ..."

   "Toa supek pergi ke mana?"

   Tanya Yu Wi.

   "He, dia Toa supekmu?"

   Khing-kiok menegas. Yu Wi mengangguk, Lalu Khing-kiok menceritakan apa yang terjadi tadi.

   "orang yang mencuri tulang jenazah itu pastilah It-teng Sin-ni,"

   Kata Yu Wi dengan menyesal. Kembaii Khing-kiok menangis lagi.

   "Jangan menangis, jangan menangis,"

   Yu Wi menghiburnya.

   "Tapi Toa supek sudah pergi, siapa lagi di dunia ini yang mampu menolong Toako?"

   "Toa supek juga tidak dapat menyembuhkan lukaku yang beracun ini"

   Khing-kiok berhenti menangis dan bertanya.

   "

   Habis siapa yang mampu menolong Toako?"

   "

   Orang ini tidak kau kenal, namanya seng-jiu-ii-lay Yok-ong-ya,"

   Tutur Yu Wi.

   "Ah, kalau begitu, marilah sekarang juga kita pergi mencarinya."

   Ajak Khing-kiok dengan tidak sabar lagi. Yu Wi mengiakan, segera ia melompat bangun, tiba-tiba badan terasa enteng dan gesit, tidak terpengaruh lagi oleh luka dipunggung itu. Ia menjadi heran, pikirnya.

   "Aneh, mengapa hanya semalam saja luka dalamku sudab sembuh seluruhnya?"

   Setelah direnungkan, tahulah dia duduknya perkara.

   Kiranya Hoat- su-jin telah mengerahkan tenaga dalam sendiri untuk mendesak racun dalam tubuhnya dan sekaligus juga telah menyembuhkan Lwesiang atau luka dalamnya.

   Ia tidak tahu bahwa selain Lwesiang sudah sembuh, berbareng tenaga dalam sendiri juga telah bertambah kuat.

   Diam-diam Yu Wi sangat berterima kasih kepada sang Toa supek.

   Melihat tutup peti mati sang bibi tersingkir kesamping, cepat ia membetulkannya.

   Ia merasa tutup peti mati itu sangat berat, mau-tak-mau ia memuji tenaga It-teng yang luar biasa sehingga dapat membongkar peti mati seberat itu tanpa diketahui oleh Khing kiok.

   Yu Wi lantas menggandeng tangan Khing-kiok dan meninggalkan kuburan itu.

   "Di manakah Yok song-ya berdiam?"

   Tanya Khing kiok. Yu Wi mengeluarkan peta dan diberikan kepada Khing-kiok, katanya.

   "Toa supek telah melukiskan tempat tinggal Yok-ong-ya dengan jelas dalampeta ini."

   Khing-kiok membentang peta itu dan dibacanya. Tiba-tiba Yu Wi berkata.

   "Marilah kita coba menjenguk Ang-locianpwe."

   Lamat-lamat timbul firasat tidak enak dalam hati Yu Wi, segera ia mendahului berlari ke arah rumah warna merah itu. setiba di depan rumah, ternyata pintu rumah merah itu sudah jebol. segera Yu Wi menerobos ke dalam sambil berseru.

   "Locianpwe ... Locianpwe... ."

   Khing-kiok juga merasakan geagat tidak enak, sejenak kemudian dilihatnya Yu Wi keluar dengan membawa sesosok mayat yang kepalanya sudah pecah. Cepat nona itu menyongsong sambil berseru.

   "Ang-pepek. Ang-pepek... ."

   "Dia sudah meninggal,"

   Kata Yu Wi dengan pedih.

   "Dibunuh oleh It-teng."

   Khing-kiok mengertak gigi saking gemasnya ucapnya.

   "Sebab apa? Sebab apa dia membunuh Ang-pepek?"

   Yu Wi mencucurkan air mata, katanya dengan pelahan.

   "seb ... sebab Ang-pepek telah mengajarkan Hui-liong-poh padaku."

   Mendadak teringat olehnya akan Lam-si-khek. cepat ia berseru.

   "Dan masih ada pula dia"

   Segera ia melompat kesana, berlari menuju ke tempat kediaman sijanggut biru.

   Dari jauh sudah dilihatnya bangunan biru itupun sudah terbakar roboh, asap tampak masih mengepul.

   Mayat si baju biru kelihatan menggeletak di tanah lapang didepan rumah, di sekelilingnya juga bergelimpangan anak murid perempuannya, semuanya kepala pecah dan otak berceceran, kematiannya sangat mengerikan.

   Dengan menangis Yu Wi mengangkat jenazah sijanggut biru, dilihatnya di atas tanah tergores beberapa huruf besar yang berbunyi.

   "siapa suruh kau memusuhi diriku?"

   Yu wi berteriak dengan menengadah.

   "Nikoh bangsat it-teng, dalam hal apakah dia memusuhi kau?"

   Pelahan ia turunkan jenazah Lam-si-khek. lalu berlutut dan berkata.

   "Masakah hanya karena Cianpwe mengajarkan Hoa-sin-ciang padaku, lalu bangsat It-teng membunuh mu?"

   Ia mendekap di atas tanah dan menangis tergerung-gerung.

   Melihat mayat murid Lam-si-khek yang terkapar di sekitar situ.

   Khing-kiok jadi ingat akan kebaikan mereka tempo hari, tak tersangka belum lama berpisah dan kini bertemu lagi sudah dalam keadaan tidak bernyawa, tanpa terasa Khing-kiok juga mencucurkan air mata.

   sesudah menangis sekian lama, Yu Wi merangkak bangun, digalinya tiga liang besar di depan rumah, lalu dengan hormat ia mengubur Ang-bau-kong dan Lam-si-khek pada liang pertama dan kedua, kemudian Khing-kiok mengubur mayat murid perempuan Lam-si-khek pada liang ketiga.

   setelah mengubur jenazah-jenazah itu, Yu Wi berdiri di depan makam dan berseru dengan tekad bulat.

   "Apapun juga aku pasti akan menuntut balas bagi para cianpwe."

   Sebenarnya dia terus menganggap Thio Giok-tin sebagai It-teng sin-ni, tapi sekarang dia memandangnya sebagai Nikoh bangsat yang dosanya tak terampunkan. setelah meninggalkan Tiam-jong-san, Khing-kiok menanggalkan baju kulit dan berkata.

   "Marilah kita pergi ke Khay- yang dahulu."

   Kota Khay- yang berdekatan dengan Kui ciu, kota propinsi Hunam, sebuah kota yang cukup ramai.

   "Untuk apa ke Khay- yang?"

   Tanya Yu Wi.

   "Mencari Yok-ong-ya, apa lagi?"

   Jawab Khing-kiok dengan tertawa.

   "Mencari Yak-ong-ya?"

   Yu Wi menegas dengan terkejut.

   Dia mengira tempat tirakat seng-jin-ji-lay tentu dipuncak pegunungan yang tidak dikenal dan sukar dicari sehingga selama berpuluh tahun jejaknya tidak ditemukan orang, siapa tahu kalau tabib sakti itu justeru tinggal di kota Khay-yang yang ramai.

   "Tempat kediaman Yok-ong-ya yang lain ternyata juga berada di kota ramai yang sangat terkenal,"

   Tutur Khing-kiok pula.

   "Ah, memang betul,"

   Seru Yu Wi dengan tertawa.

   "Untuk tirakat besar tempatnya adalah kota yang ramai. semula kukira Yok-ong-ya mengasingkan diri dipegunungan sunyi, nyata aku salah besar."

   Toko obat paling terkenal di kota Khay- yang berada dipusat kota, merek tokonya ialah "Siausiau- yok-boh"

   Atau toko obat "Kecil".

   Namanya toko kecil, tapi toko obat ini sama sekali tidak kecil, luas tokonya dan ramainya pembeli boleh dikatakan sukar ditandingi toko obat yang paling besar sekalipun.

   pada toko obat itu, suatu hari kedatangan dua muda-mudi yang berpakaian perlente, kedua tangan anak muda itu selalu tersembunyi di dalam lengan baju, waktu turun dari kudanya juga tidak menggunakan tangan.

   Yang pemudi berwajah cantik, menunggang kuda yang sama bagusnya seperti kuda si pemuda, dia yang masuk ke toko obat itu dan berseru kepada pegawainya.

   "Aku ingin bertemu dengan juragan kalian."

   Dari belakang meja kasir keluar seorang tua renta dan menyambut nona cantik itu, katanya "Akulah juragannya."

   "o, jika begitu kau inilah pemilik toko obat ini?"

   Tanya pula si nona dengan tertawa.

   "Ya, boleh dikatakan demikian,"

   Ujar si kakek.

   "Kalau betul pemilik toko katakan saja betul, kalau bukan ya bilang bukan, masa pakai jawaban demikian?"

   Ujar si nona.

   "Memangnya ada apa Anda mencari juragan pemilik sendiri?"

   Nona itu menuding pemuda di belakangnya dan berkata.

   "Kami datang dari kota raja, ada urusan bisnis besar harus berunding dengan juragan besar kalian."

   Melihat kedua tangan si pemuda selalu terselubung di dalam lengan baju, sikapnya aneh, diamdiam si kakek menjadi sangsi jangan-jangan orang adalah utusan pihak istana raja, cepat ia menjawab dengan hormat.

   "Berapa besarnya bisnis bolehlah dirundingkan bersamaku."

   "Apakah kau mampu memberi keputusan?"

   Tanya si nona dengan tertawa.

   "Kalau cuma berharga sekitar ribuan tahil emas kiranya tidak menjadi soal,"

   Ujar si kakek. Mendadak nona itu menjulurkan kesepuluh jarinya tanpa menyebut jumlahnya.

   "Maksud Anda apakah bisnis sepuluh ribu tahil emas?"

   Tanya si kakek. Nona itu menggeleng, jawabnya.

   "Bukan sepuluh ribu, tapi sepuluh laksa tahil."

   Si kakek melotot demi mendengar jumlah sebesar itu, ucapnya.

   "Masakah benar ada bisnis sebesar itu?"

   "Kau tidak percaya?"

   Kata si nona sembari meraba tusuk kundai kemala pada sanggulnya.

   si kakek dapat melihat tusuk kundai kemala itu mengeluarkan cahaya kemilau, kalau ditaksir sedikitnya bernilai ribuan tahil emas, ia pikir kalau tusuk kundai yang dipakai sehari-hari saja berharga setinggi ini, untuk bisnis sepuluh laksa tahil emas tentu juga urusan biasa.

   setelah ragu sejenak.

   lalu si kakek berkata.

   "Meski akupun terhitung juragan toko obat ini. tapi bisnis sebesar ini tak dapat kuputuskan, harus dirundingkan dulu dengan juragan besar kami."

   "Nah, masih ada juragan besar, jadi juragannya juragan, bukan?"

   Ujar si nona. si kakek tidak menanggapi, katanya.

   "Toko obat Kecil ini seluruhnya ada lima cabang, setiap cabang toko ada seorang kuasa, juragan besar menguasai seluruh lima toko cabang ini, untuk bisnis besar harus minta keputusan beliau."

   "Ternyata betul memang juragannya juragan,"

   Kata si nona dengan tertawa.

   "Eh, apakah juragan besar berada disini."

   "Tidak ada,"

   Sahut si kakek sambil menggeleng. seketika lenyap wajah riang si nona. Kakek itu berkata pula.

   "silakan nona berkunjung saja keempat toko cabang kami yang lain di Tay-tiok. siang-tam, Lam-leng dan Ki-ya, mungkin dapat berjumpa di sana."

   "Masa tak dapat kau katakan dengan pasti jurangan besar kalian berada di mana?"

   Tanya si nona.

   "Toa lopan (juragan besar) memang biasa hilir mudik antara kelima kota yang terdapat toko kami, jadi sukar untuk dikatakan beliau berada dimana saat ini."

   Tiba-tiba nona itu berpaling dan berkata kepada pemuda di belakangnya.

   "Toako, marilah kita pergi ke Tay-tiok."

   Setengah tahun kemudian kedua muda-mudi ini telah menjelajahi Tay-tiok, siang-tam dan Kiya, pada toko obat Kecil di tiga kota itu tetap tidak diketemukan sang juragan besar, tinggal kota Lam-leng saja yang terakhir.

   Kota Lam-leng tcrletak dipropinsi Ciat Kang, setiba diwilayah Ciat Kang.

   si nona berkata kepada pemuda itu.

   
Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Toako, sekali ini kita pasti dapat menemukan dia."

   "Berkat usahamu, adik Kiok,"

   Sahut si pemuda dengan lemah.

   Pasangan muda- mudi ini memang betul Yu Wi dan Lim Khing-kiok berdua yang sedang mencari pengobatan kepada Yok-ong-ya.

   Khing-kiok tahu umumnya orang yang mengasingkan diri di tengah kota ramai paling pantang dikunjungi orang, maka mereka lantas pura-pura menyamar sebagai pedagang dari kota raja yang ingin berunding tentang bisnis.

   Tapi sangat tidak kebetulan, berturut mereka sudah mengunjungi empat kota dan tidak menemukan Yok-ong-ya sehingga sudah makan tempo setengah tahun lamanya.

   Racun yang semula terdesak dan berkumpul dibagian tangan Yu wi itu sukar dibendung lagi dan mulai menjalar keseluruh badan sehingga tenaga dalam hampir lenyap seluruhnya, bicara saja sukar.

   syukur sepanjang jalan ia mendapat perawatan Khing-kiok, kalau tidak.

   mana Yu Wi sanggup melanjutkan perjalanan ke Ciat Kang.

   setiba di Lam-leng, toko obat Kecil itupun terletak dipusat kota.

   setelah turun dari kudanya, Khing-kiok lantas masuk toko obat itu dan berseru.

   "Juragan besar ada tidak?"

   Waktu itu sang surya belum lama terbit, toko obat itu masih sepi, hanya seorang pegawai kecil berduduk disamping sana sedang main catur sendirian. ia mengangkat kepala dan memandang Khing-kiok sekejap sambil membatin.

   "Masih pagi begini ribut-ribut apa? Persetan"

   Segera Khing-kiok mengulangi bertanya.

   "Adakah Toalopan kalian?"

   Tiba-tiba muncul seorang dan menegurnya.

   "Apakah kalian mau beli obat? He, Tikus Kecil, layani mereka?"

   Tikus Kecil adalah nama sipegawai kecil tadi, dia mendekati Khing-kiok dan bertanya.

   "Ingin beli obat apa?"

   Khing-kiok tidak menghiraukan pegawai kecil itu, tapi mencermati orang di sebelahnya, dilihatnya orang itu sudah tua dan pendek kecil, mukanya kurus, pakaiannya sederhana, tadi berduduk di kursi malas didalam sana sambil terkantuk-kantuk, Karena menyangka kakek pendek kecil ini juga cuma pegawai biasa, Khing-kiok tidak memperhatikannya lagi dan menjawab pertanyaan pegawai kecil tadi.

   "Kami ingin membeli Ho-siuoh yang paling baik."

   Pegawai kecil tadi menjulurkan lidah, katanya.

   "Ingin membeli Ho-siu-oh yang paling baik, jika demikian aku tidak berani mengambil keputusan."

   Buru-buru ia masuk ke ruangan dalam dan mengundang keluar seorang kuasa yang bermuka gemuk merah dan berpakain perlente.

   Maklumlah, Ho-siu-oh termasuk bahan obat-obatan yang bernilai tinggi seperti halnya Jinsom (Ginseng), biasanya jarang ada yang berani beli Ho-siu-oh yang mahal itu.

   setelah mengamat-amati Khing-kiok sejenak.

   kuasa toko obat itu merasa pengunjung ini cukup mampu membeli Ho-siu-oh, ia lantas berkata.

   "Ho siu-oh yang paling baik kebetulan tiada tersedia disini."

   "Wah, lantas bagaimana, tujuan kami justeru harus membelinya untuk obat,"

   Kata Khing-kiok.

   "Meski tidak tersedia di sini, tapi dapat kami ambilkan dari tempat lain, entah nona perlu berapa banyak?"

   Tanya kuasa itu dengan tertawa. Khing-kiok memperlihatkan lima jarinya dan berkata.

   "Lima kati"

   "Ah, jangan nona bergurau,"

   Ucap kuasa toko itu.

   "untuk obat masa perlu sampai lima kati?"

   "Penyakit Toakoku sangat berat, memang perlu lima kati,"

   Kata Khing-kiok dengan muka serius. Melihat si nona bicara dengan serius, cepat kuasa toko itu menjawab.

   "Tapi, seketika mana dapat mengumpulkan lima kati Ho-siu-oh yang paling baik?"

   Menurut perkiraannya, biarpun seluruh toko obat dipropinsi Ciat Kang dikumpulkan juga tiada tersedia lima kati Ho-siu-oh yang bernilai sangat tinggi itu. Khing-kiok lantas berkata.

   "Toko obat Kecil sangat termashur ke seluruh negeri, masa tidak dapat mengumpulkan lima kati Ho-siu-oh? Coba pertemukan kami dengan Toalopan kalian-"

   Mendadak si kakek kecil tadi menyela.

   "Yang duduk di atas kuda itu apakah Toako nona?"

   Khing-kiok mengangguk dan berkata pula.

   "Toalopan kalian berada di rumah tidak?"

   "Ada, ada,"

   Cepat si kuasa tadi menjawab. Tiba-tiba si kakek kecil itu berucap dengan gegetun.

   "Biarpun sepuluh kati Ho-siu-oh yang paling baik juga tidak dapat menyembuhkan penyakit Toakomu."

   Terkejut Khing-kiok, ia pikir Toako duduk di atas kuda dan kakek bermuka jelek ini sudah tahu penyakitnya tidak dapat disembuhkan Ho-siu-oh, jangan-jangan kakek kecil inilah Toalopan toko obat ini, yaitu Yok-ong-ya? Benar juga, si kuasa toko tadi segera menunjuk kakek kecil itu dan berucap.

   "Beliau inilah Toalopan kami."

   Sungguh tak tersangka oleh Khing-kiok bahwa kakek yang tidak menarik ini justeru benar Yokong- ya adanya, terbangkit semangat Khing-kiok, katanya dengan hormat.

   "

   Kalau sepuluh kati Hosiu- oh tidak dapat menyembuhkan penyakit Toako, lain obat apa yang dapat menyembuhkannya?"

   "Coba bawa dia kedalam,"

   Kata si kakek sambil mendahului masuk ke ruangan dalam.

   Khing-kiok memapah Yu Wi turun dan kudanya, karena gerak-geriknya tidak leluasa.

   sejak tadi Yu Wi tetap berada diatas kudanya, sekarang mereka ikut si kakek ke belakang toko.

   Tempat dibelakang toko sangat luas.

   ada taman, ada kolam,jarang sekali dipusat kota terdapat halaman seluas ini.

   Menyusuri taman bunga, sampailah mereka di depan sebuah kamar yang bersih dan sederhana.

   si kakek kecil tadi sudah menunggu disitu, setelah mengantar kedua tamunya kesini si kuasa toko lantas mengundurkan diri Khing-kiok memapah Yu Wi kedalam dan didudukkan dikursi, ia sendiri berdiri di samping.

   "Nona pun silakan dUdUk,"

   Kata si kakek dengan tertawa. Khing-kiok menggeleng kepala dan berkata.

   "Toakoku harus minta per ..."

   "Jangan salah wesel, nona,"

   Cepat si kakek menukas.

   "orang tua tidak dapat menyembuhkan penyakitnya .

   "

   "Habis cara bagaimana kau tahu penyakit Toako tak dapat disembuhkan Ho-siu-oh biarpun sepuluh kati sekaligus?"

   Tanya Khing-kiok.

   "Hal ini kan sangat sederhana,"

   Uiar si kakek "wajah Toakomu kelihatan guram, inilah tandanya keracunan, siapapun tahu, meski Ho-siu-oh adalah bahan obat yang berharga, tapi tidak dapat digunakan menawarkan racun. ini kan pengetahuan yang sangat sederhana."

   "Lantas untuk apa kau undang kami masuk ke sini?"

   Tanya Khing-kiok dengan kurang senang.

   "Di toko obat kami ini akan segera kedatangan beberapa orang tabib, sebentar bila mereka datang tentu dapat memeriksa penyakit Toakomu dan mungkin akan membuka resep baginya,"

   Kata si kakek dengan tertawa.

   "Toakoku keracunan hebat, mohon engkau suka membuka resep obat penawarnya,"

   Pinta Khing-kiok, si kakek terbahak, ucapnya.

   "Aku? .... Mana bisa jadi? Aku sama sekali tidak paham ilmu pengobatan."

   "Kau tidak paham? Habis siapa lagi yang paham?"

   Jengek Khing-kiok.

   "Yok song-ya, janganlah kau berlagak pilon lagi"

   Air muka kakek kecil itu berubah, dengusnya.

   "siapakah yang menyuruh kalian datang kemari?"

   Khing kiok menguatirkan racun dalam tubuh Yu Wi akan segera kumat sehingga cara bicaranya rada kasar, sekarang setelah yakin yang dihadapinya ialah Yok-ong-ya, bintang penolong sang Toako mau-tak-mau ia bersikap tenang dan sopan, jawabnya dengan hormat.

   "Toa supek kami yang memberi petunjuk agar kesini mencari Locianpwe."

   "siapa kah Toa supek kalian?"

   Tanya si kakek.

   "Toa supek she Lau bernama Tiong-cu,"

   Sambung Yu Wi. Air muka si kakek berubah tenang kembaii. ucapnya dengan tertawa.

   "O, kiranya dia. Coba kemari, biar kuperiksa penyakitmu?"

   Yu Wi lantas mendekatinya. Kakek itu berkata pula.

   "Dia ternyata tidak melupakan diriku dan selalu mencarikan langganan bagiku. Coba ulurkan tanganmu, kuperiksa luka racunmu."

   Yu Wi lantas menjulurkan tangannya yang hitam itu, pelahan kakek kecil meremas-remas tangannya sambil berucap.

   "Ehm, tidak ringan penyakitmu."

   Dari dalam baju lantas dikeluarkannya sebentuk tusuk kundai perak kecil, segera ia cocok telapak tangan Yu Wi, sejenak kemudian barulah dicabutnya tusuk kundai itu, lalu diciumnya hingga sekian lamanya, tiba-tiba air mukanya berubah pula, ucapnya sambil menggeleng.

   "Racun inipun tak dapat kupunahkan-"

   "Mengapa tidak dapat"

   Tanya Khing-kiok dengan kuatir. Kakek kecil itu memandang dinding dengan termenung, katanya.

   "Racun didunia ini bermacam ragamnya, mana bisa kuobati seluruhnya?"

   "Tapi Toa supek menyebut engkau sebagai seng-jiu-ji-lay,"

   Seru Khing-kiok.

   "katanya asalkan dapat menemukan engkau penyakit Toako pasti dapat disembuhkan."

   Kakek itu tidak menjawab. tapi bergumam sendiri.

   "Lau toako, maafkan tak dapat kutolong sutitmu, habis siapa yang suruh dia terkena racun khas suhengku ....

   "

   "Kau pasti dapat menyembuhkan racun Toakoku,"

   Seru Khing-kiok dengan tidak sabar.

   "engkau berjuluk Yok-ong-ya, pasti dapat mengobatinya, kau tidak boleh menolak dan tidak boleh mengelak...."

   Sampai kata- kata terakhir itu, sikapnya berubah menjadi emosi hingga mirip orang kalap.

   Maklumlah, jiwa Yu Wi baginya jauh lebih penting dari pada jiwa sendiri, semula ia jakin kalau Yok-ong-ya diketemukan, maka urusan akan menjadi beres.

   siapa tahu jauh-jauh ke sini dan sudah bertemu dengan Yok-ong-ya, keterangan yang diperoleh adalah "tak dapat menyembuhkannya", tentu saja hal ini membuatnya hampir gila.

   Karena ribut-ribut si nona.

   si kakek kecil menjadi tidak tentram, mendadak ia berbangkit dan berkata dengan marah.

   "Jelas aku tidak dapat mengobati dia, nah, lekas kalian pergi saja."

   "Apakah kau sengaja tidak mau menolong Toakoku?"

   Tanya Khing-kiok dengan sedih.

   "Ya,"

   Jawab si kakek.

   "hendaklah kau kata kan kepada Toa supek kalian menurut ucapanku tadi, anggaplah aku telah mengecewakan dia, jika terpaksa dia akan memutuskan persahabatan kami yang sudah berlangsung berpuluh tahun juga tetap tak dapat kutolong Toakomu."

   Mendadak Khing-kiok bergelak tertawa dan berkata.

   "Hahaha,memangnya kenapa?"

   Dengan muka kelam si kakek memberi tanda agar lekas meninggalkan tempatnya, katanya.

   "Lekas pergi saja, tiada gunanya bertanya lagi Janganiah membuang waktu yang berharga, Toakomu masih bisa bertahan hidup tiga hari lagi, cepat berusaha mencari jalan lain untuk menyembuhkan dia."

   Khing-kiok jadi putus asa, ucapnya.

   Pendekar Kembar Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Apakah benar Toakoku hanya tahan hidup tiga hari saja?"

   "Kuyakin ucapanku tidak akan keliru, nah, lekas pergi mencari akal lain,"

   Kata si kakek.

   "Hm, hanya tiga hari saja,"

   Jengek Khing-kiok.

   "

   Kalau Toako mati, akupun tidak ingin hidup lagi. Boleh sekali pukul kau binasakan diriku saja"

   Habis berkata, tanpa berjaga tubuh sendiri, ia terus mendahului menghantam bagian maut si kakek kecil. Hantaman itu kalau kena dengan tepat jiwa si kakek pasti akan melayang. Keruan ia menjadi gusar dan berteriak.

   "Apakah benar kau tidak ingin hidup lagi?"

   Dengan tangan kiri ia menangkis, tangan kanan terus menutuk Hiat-to penting tubuh Khingkiok. Tampaknya hampir kena sasarannya, mendadak ia tarik kembaii tangannya dan berseru.

   "Tidak lekas pergi saja?"

   Khing-kiok seperti tidak menyadari bahwa baru saja jiwanya hampir melayang, dia masih tetap melancarkan pukulannya tanpa menghiraukan keselamatan sendiri, bahkan berseru pula.

   "Yok song-ya . lekas kaupukul mati aku saja dan penuhilah keinginanku."

   Si kakek sangat gusar, ia tutuk Hiat-to kelumpuhan Khing-kiok.

   "bluk."

   Nona itu jatuh terbanting ketanah dan tak bisa berkutik lagi. Melihat itu, sekuatnya Yu Wi mendekati Khing-kiok dan mengangkatnya. Tubuh Khing-kiok tak bisa bergerak, tapi mulut berteriak.

   "Toako, tidak boleh kau gunakan tenaga."

   Segera si kakek juga membentak.

   "Apakah kau cari mampus? Kau ingin mati lebih cepat?"

   Tapi sekata pun Yu Wi tidak bersuara. dengan gagah ia pondong Khing-kiok dan dibawa meninggalkan toko obat itu dengan pelahan. si kakek terus mengikut di belakangnya dari jarak dekat, katanya berulang-ulang.

   

   first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:32:02

Sepasang Golok Mustika -- Chin Yung Sepasang Golok Mustika -- Chin Yung Kembalinya Sang Pendekar Rajawali -- Chin Yung

Cari Blog Ini