Sepasang Manusia Bonsai 2
Wiro Sableng Sepasang Manusia Bonsai Bagian 2
Page 29 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Ditanya seperti itu si gendut Kukuno jadi melengak tak bisa menjawab.
"
Huk...huk...huk! Ah! Sobat baru kita ini rupanya cuma berdusta! "
Kata manusia bonsai lelaki.
"
Kalau begitu tak ada salahnya kita undang dia makan sama-sama! "
Ujar manusia bonsai perempuan.
"
Hik...hik...hik! Meong! "
Lalu sambil memutar-mutar rantai yang mengikat lengan mereka, kedua manusia bonsai ini masuk ke dalam kandang.
Tanpa rasa jijik sedikit pun mereka pergunakan tangan kiri untuk meraup kotoran babi yang ada di tanah lalu di dekatkan ke mulut seperti benar-benar mau melahapnya.
Orang banyak jadi tak bergeming melihat.
"
Hai! Tunggu dulu! "
Seru manusia bonsai perempuan.
"
Kita diundang makan besar di rumah makan ini. Masak kita begitu tidak tahu diri dan tidak tahu sopan. Sobat kita yang mau membayar tidak ditawari? Hik...hik...hik! "
"
Huk...huk! Kau betul! Kita telah berlaku kurang ajar pada sobat gendut kita. Ayo kita persilahkan dia makan duluan! "
Jawab manusia bonsai lelaki.
Lalu sebelum Kukuno sadar apa yang akan terjadi, kedua manusia bonsai itu melompat kearahnya.
Dua tangan berkelebat ke mulut si gendut.
Dua tumpukan kotoran babi masuk ke dalam mulut itu.
Saat itu juga Kukuno berteriak tercekik lalu "
Huekkk...! "
Pedagang babi ini terlipat ke depan dan muntah besar! Orang banyak yang melihat kejadian itu mau tertawa bergelak tapi jadi kecut ketika dua manusia bonsai dengan cepat meraup lagi masing-masing setumpuk kotoran babi.
"
Sobatku gendut? Bagaimana rasanya? Sedap bukan...? "
Kata manusia bonsai perempuan.
"
Kalau mau tambah silakan makan lagi. Ini...! "
Manusia bonsai lelaki melangkah mendekati Kukuno. Pedagang babi gendut berteriak keras sambil goyang-goyangkan tangan kiri dan tutup mulutnya dengan tangan kanan.
"
Ah! Sudah kenyang dia rupanya! Huk...,huk...! "
"
Hik...hik! Kalau begitu harus kita tawarkan pada yang lain. Masakan kita bersantap enak-enakan sedang di sini banyak para sahabat yang ikut mengantar! "
Orang banyak yang ada di tempat itu sesaat jadi mundur.
Mereka tentu saja tidak takut pada dua manusia cebol itu.
Tapi kalau sempat mereka dibuat seperti Kukuno, atau paling tidak, tubuh dan pakaian mereka belepotan kotoran babi, siapa mau ambil risiko? "
Huk...huk! "
"
Hik...hik! "
Dua manusia bonsai berkelebat kian kemari.
Keadaan di tempat itu menjadi ramai kacau balau.
Semua orang berlarian.
Namun banyak di antara mereka yang tak sempat menghindar.
Akibatnya, pakaian, bahkan tubuh atau muka mereka habis kena diselomoti kotoran babi.
Pemuda gundul paling banyak dapat bagian.
Wajah sampai kepalanya yang plontos kelihatan tertutup tahi babi.
Beberapa orang yang kebagian kotoran babi tampak marah.
Mereka beramai-ramai menyerbu dua manusia bonsai untuk melayangkan tendangan serta jotosan.
Sesaat kemudian terjadilah hal yang tidak diduga.
Dua manusia bonsai berkelebat kian kemari sambil tertawa hu-hu hi-hi.
Siapa saja yang Page 30 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html menyerang mereka pasti mendapat balasan tendangan kaki, pukulan atau hantaman rantai besi. Beberapa orang tersungkur atau terlentang di atas tanah kandang yang penuh kotoran.
"
Kalian mundur semua! "
Tiba-tiba sigendut Kukuno berteriak. Golok besar berbentuk empat persegi yang dipergunakannya untuk memotong daging babi dan sejak tadi terselip di pinggang kini terhunus di tangannya. Semua orang serentak mundur.
"
Cincang keduanya Kukuno! "
"
Jagal kepala mereka! "
Teriak yang lain. Kukuno melompat.
"Wuttt!"
Golok penjagal babi di tangannya melesat.
Tapi hanya mengenai tempat kosong karena dua manusia bonsai lebih dulu melompat ke belakang.
Dengan beringas Kukuno lancarkan serangan lagi.
Masih gagal.
Dia kembali menyerbu.
Goloknya bersuitan di udara tapi tak satu pun serangannya mengena.
Ketika dengan kalap dia babatkan goloknya ke depan, dua manusia bonsai melompat seolah dengan sengaja menyongsong sambaran golok.
Tubuh mereka melesat satu ke kiri satu ke kanan.
Bersamaan dengan itu tangan mereka yang terkait rantai hitam karatan menggebrak ke atas.
"
Trang! "
Golok babi di tangan Kukuno mental patah dua.
Selagi si gendut terkesiap kaget.
tahu-tahu dua manusia katai sudah hinggap di bahunya kiri kanan.
Rantai besi mereka jeratkan ke leher pedagang daging babi itu hingga matanya mendelik dan lidahnya terjulur keluar! "
Huk...,huk! Meong! "
"
Hik...hik! Meong! "
Dua tangan menepuk bahu manusia bonsai lelaki dan perempuan. Lalu di belakang mereka ada orang berkata.
"
Sobatku! Jika kalian terus mencekik lehernya dengan rantai itu, si gendut ini bakal mati! Kalian bisa susah nantinya! "
Dua manusia bonsai tadinya tidak peduli. Tapi suara orang yang bicara terdengar aneh dialeknya. Mereka berpaling. Yang perempuan lantas berkata pada temannya.
"
Ada orang asing berambut gondrong! Suara laki-laki tapi berambut panjang seperti perempuan! Hik... hik... hik! Meong! "
"
Mukanya lucu, pakaiannya juga lucu! Huk... huk... huk! Meong! "
Orang yang menegur tertawa lebar.
"
Lihat! Nafasnya mau keluar dari badan! Mukanya sudah biru! Huk... huk...huk! Meong! Hik... hik...hik! Meong! "
Orang yang barusan menegur menirukan tawa dan suara meong dua manusia bonsai hingga keduanya jadi tertawa tergelak-gelak. Manusia bonsai lelaki kemudian berkata.
"
Gondrong! Siapa bilang kami mau membunuh si gendut ini! Kami justru mau bertanya padanya! "
Dengan tangan kirinya manusia bonsai lelaki usap-usap pipi Kukuno yang memang sudah kelihatan membiru. Jeratan pada lehernya dikendorkan sedikit. Kukuno cepat-cepat menghirup udara segar.
"
Gendut. aku perlu keterangan darimu. Di mana aku bisa menemukan seseorang bernama Gapo? Turut keterangan dia seorang tentara berkedudukan cukup tinggi...
"
Paras Kukuno yang kebiruan tampak berubah.
Orang banyak juga terkejut ketika mendengar si manusia bonsai lelaki ini bertanya begitu.
Seolah kini ada sesuatu yang ditakuti, mereka bersurut mundur.
Kukuno sendiri tampaknya tak mau menjawab.
Maka manusia bonsai lelaki kencangkan kembali jeratan lehernya.
Page 31 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html "
Jang... jangan...
"
Ujar Kukuno. Suaranya mendesis.
"
Apa... apa hubunganmu dengan orang yang kau tanyakan? "
"
Kami membawa pesan untuknya...
"
Yang menjawab manusia bonsai perempuan.
"
A... ku tak bisa memberi... tahu...
"
Jeratan rantai mengencang. Lidah Kukuno terjulur panjang. Kedua tangannya digoyang-goyangkan. Nafasnya terengah-engah.
"
Sekarang kau mau bicara? "
Tanya manusia bonsai lelaki. Kukuno mengangguk-angguk dengan susah payah.
"
Nah, ayo bicara! "
Rantai mengendur, malah setengah dilepas. Kukuno usap-usap lehernya yang kelihatan bertanda merah. Lalu dia mulai bicara.
"
Orang yang kalian tanya... Dia salah satu pejabat tinggi di istana Shogun.
"
"
Kau tahu Shogun banyak istananya. Pejabat bernama Gapo ini berada di istana yang mana? "
"
Nara...
"
Jawab Kukuno meringis.
"
Lepaskan rantai ini...
"
Dua manusia bonsai melompat turun ke tanah.
Begitu lepas dari jeratan rantai, Kukuno serta merta putar tubuh.
Orang banyak bergerak bubar.
Salah seorang di antaranya pemuda berkepala gundul tadi.
Dia menyelinap di antara orang banyak, melintasi tanah lapang dan lenyap di keramaian.
Di kandang babi itu kini hanya tinggal dua manusia bonsai dan pemuda berambut gondrong berpakaian putih.
"
Kalian berdua masih lapar...
"
Tiba-tiba si pemuda bertanya.
"
Gaijin ini, mengapa kau masih di sini? "
Tanya manusia bonsai lelaki.
"
Aku ingin berteman dengan kalian. Aku barusan tanya apakah kalian masih lapar? "
"
Tentu saja kami lapar! "
Jawab manusia bonsai perempuan. Dia menyentakkan rantai yang mengikat lengan kirinya.
"
Ayo kita cari sendiri rumah makan! "
"
Tangan dan pakaian kalian kotor begitu! Mana ada rumah makan yang mau menerima?! "
Mendengar ucapan si pemuda asing, dua manusia bonsai perhatikan tangan dan pakaian masing-masing.
"
Gaijin, kau betul, kami kotor...
"
"
Dan bau! "
Sambung si pemuda. Dua manusia bonsai tertawa hu-hu hi-hi.
"
Di dekat sini ada sebuah anak sungai. Dangkal dan jernih. Kalian bisa membersihkan diri di sana...
"
Habis berkata begitu si pemuda terus saja ngeloyor. Dua manusia bonsai mengikuti sambil berbisik-bisik.
"
Gaijin, menurut temanku ini kau orang baik pertama yang pernah kami temui. Siapa namamu? Dari mana asalmu? "
Bertanya manusia bonsai perempuan.
"
Namaku Wiro Sableng. Aku datang dari negeri seribu pulau...
"
Menyahuti si pemuda. Page 32 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html "
Seribu pulau? Wah, banyak amat! memangnya ada orang yang pernah menghitung segitu banyak?! "
Ujar manusia bonsai perempuan lalu tertawa cekikikan. Si pemuda garuk kepalanya lalu bertanya.
"
Kalian sendiri punya nama? "
"
Aneh kau ini Gaijin.... Setiap manusia tentu punya nama, termasuk kami. Walau cuma punya nama jelek! "
Jawab manusia bonsai perempuan.
"
Aku Tsuki dan kawanku ini Taiyo.
"
"
Kalau tidak salah, Tsuki artinya bulan, dan Taiyo artinya matahari...
"
"
Kau pandai Hik... hik! "
Memuji manusia bonsai perempuan bernama Tsuki.
"
Tadi siapa namamu? Wiro Sa...? "
"
Wiro Sableng.
"
Menjelaskan murid Sinto Gendeng.
"
Apa ada artinya itu? Wiro apa, Sableng apa? "
Bertanya lagi Tsuki.
"
Wiro kira-kira artinya satria atau perkasa...
"
"
Wah hebat! Kau seorang perwira perkasa. Tapi berambut panjang seperti perempuan. Hik...hik! "
Ujar Tsuki.
"
Lalu Sableng itu artinya apa? "
Tanya manusia bonsai, yang melihat pada umurnya merupakan seorang gadis remaja. Mendengar pertanyaan itu, Wiro jadi garuk-garuk kepala.
"
Aku tidak tahu mengapa guruku memberi nama begitu. Sableng artinya kichigai...
"
"
Apa? Kichigai? Sinting alias gila?! "
Kata Taiyo setengah berseru lalu pemuda cebol ini tertawa tergelak-gelak.
"
Kalau begitu kau sama dengan kami dan sensei kami! "
Kata Tsuki pula.
"
Sama bagaimana? "
Tanya Wiro.
"
Kami punya sensei orangnya sinting. Kami murid-muridnya, dengan sendirinya jadi ikut-ikutan sinting alias gila alias sableng! Hik..hik..hik! Meong! "
"
Meong! "
Balas Wiro. Ketiga orang itu sama-sama tertawa riuh. Wiro sampai di sebuah tempat ketinggian berbatu-batu. Dia menunjuk ke bawah.
"
Itu sungainya.
"
Katanya. Tsuki dan Taiyo memandang ke bawah. Kira-kira dua puluh langkah di bawah sana kelihatan sebuah sungai kecil berair jernih.
"
Kita mandi! "
Seru Taiyo. Page 33 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html "
Mandi...! Hik, hik... Meong! "
Lalu di luar dugaan Wiro, kedua manusia bonsai itu membuka mantel dan seluruh pakaian di bawah mantel itu hingga keduanya kini bertelanjang bulat.
"
Gila! Bagaimana ada manusia tidak punya malu seperti mereka ini! "
Ujar Wiro sambil geleng-geleng kepala. Diperhatikannya bagian bawah perut kedua manusia bonsai itu. Apa yang dilihatnya membuat Wiro membatin.
"
Keduanya memang bukan anak-anak. Mereka sudah punya rumput Jepang! "
Wiro jadi tertawa lebar.
"
Hai, kau kenapa tidak buka pakaian?! "
Taiyo bertanya enak saja.
"
Eh, aku... sudah mandi! "
Jawab Wiro garuk-garuk kepala.
"
Kalau begitu, kau terpaksa kami tinggal! "
Dua manusia bonsai itu mengambil pakaian yang barusan mereka buka.
Ternyata baik mantel maupun pakaian memiliki kancing-kancing khusus di salah satu sisinya, hingga walau ada rantai yang menghalang, mereka bisa menanggalkannya tanpa kesulitan.
Selagi Wiro tercengang-cengang melihat perbuatan kedua orang itu, Tsuki dan Taiyo keluarkan seruan panjang.
Lalu tubuh keduanya melesat ke udara, di lain saat menukik turun ke bawah sambil melemparkan pakaian-pakaian mereka ke tebing sungai.
"
Byuuur!Byuuur! "
Dua tubuh cebol itu mencebur ke dalam sungai. Lalu terdengar suara pekik-pekik mereka seperti anak-anak penuh gembira bermain di air.
"
Dua manusia bonsai...
"
Ujar murid Sinto Gendeng yang memperhatikan dari tempat ketinggian.
"
Mereka kelihatan lucu-lucu.
Polos.
Di balik kelucuan dan kepolosan itu ada sesuatu yang aneh.
Keanehan gila berbahaya! Mereka bisa sangat baik seperti malaikat, tapi juga bisa ganas seperti iblis! Mereka bukan manusia-manusia biasa! Jelas mereka memiliki kepandaian tinggi.
Paling tidak, mereka barusan telah memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang luar biasa! Dan rantai besi karatan itu bukan besi rongsokan.
Siapa kedua orang cebol ini sebenarnya...?! Mengapa tangan mereka diikat satu sama lain? "
Tsuki dan Taiyo ternyata bukan cuma mandi sambil bermain.
Keduanya juga sibuk mencuci mantel dan pakaian lalu menjemurnya di atas batu-batu di pinggir sungai.
Akibatnya, Pendekar 212 terpaksa menunggu lama dan tidak terasa jatuh tertidur.
Wiro tidak tahu berapa lama dia pulas di tempat itu dan tersentak bangun ketika Taiyo dan Tsuki mengambil rumput dan mengilik telinganya kiri kanan! "
Kalian ini apa-apaan?! Hampir kutinggal pergi. Mandi saja begitu lama! "
Wiro mengumpat.
"
Kami bukan cuma mandi. Tapi juga mencuci pakaian lalu menjemur! Enak sekali tidurmu sampai ngorok keras! "
Kata Tsuki. Wiro menggeliat lalu berdiri.
"
Kau bilang barusan mandi, tapi kulihat mukamu dan muka Taiyo masih celemongan. Cat hitam itu masih ada di sekitar muka. Mengapa kalian mencat wajah seperti itu? "
Ketiga orang itu melanjutkan perjalanan sambil ngobrol.
"
Guru kami yang mengecatnya, kami cuma mengikut. Cat seperti kumis-kumis kucing ini tidak mudah luntur kalau tidak pakai minyak khusus. Minyak itu cuma guru yang memiliki.
"
"
Gurumu tentunya seorang aneh tapi punya ilmu tinggi. Siapa dia? Tinggal di mana? "
"
Dia seorang nenek datuk persilatan di Nihon ini. Siapa namanya kami tidak tahu. Dia dikenal Page 34 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html dengan panggilan Nenek Neko. Artinya nenek kucing. Mukanya putih dan memang seperti kucing. Dia tinggal di pegunungan Shikoku. Sejak masih orok, kami sudah diambilnya jadi murid...
"
"
Sejak orok? Lalu... Apa kalian sudah tahu siapa orang tua kalian? "
Tanya Wiro. Dua wajah manusia bonsai kelihatan murung menjadi sedih. Mereka menggeleng perlahan.
"
Kalian ini adik kakak, atau kembar, atau bagaimana? "
"
Kami tidak tahu, tapi guru menduga kami berdua tidak ada pertalian darah...
"
Menerangkan Tsuki.
"
Sungguh aneh diri kalian ini. Kalian tidak tahu siapa diri kalian sebenarnya...
"
"
Sampai saat ini kami memang tidak tahu siapa diri kami sebenarnya. Siapa orang tua kami. Tapi menurut guru, ada seorang yang mengetahui. Namanya Gapo.
"
"
Gapo, yang kau tanyakan pada si gendut pedagang babi itu? "
"
Betul! "
Jawab Taiyo.
"
Menurut guru, dialah yang sekitar tujuhbelas tahun lalu mengantarkan kami ke tempat guru di pegunungan Shikoku....
Itu sebabnya kami harus mencari orang bernama Gapo itu.
Dulu dia tinggal di Otsu ini.
Tapi menurut si gendut itu, Gapo sudah menjadi pejabat tinggi dan tinggal di Nara.
Kami akan ke sana...
"
"
Kelihatannya memang dia yang tahu asal usul kalian. Lalu bagaimana sampai kalian memiliki tubuh katai cebol seperti ini? Apa sejak lahir sudah begini? "
"
Menurut guru, waktu Gapo membawa kami ke Shikoku, tubuh kami sudah dibalut dengan sejenis kulit yang tak mungkin dilepas sebelum sepuluh tahun berlalu. Kalau dipaksa membukanya, maka daging di tubuh kami akan ikut koyak terkelupas...
"
"
Berarti ada seseorang yang sengaja membalut tubuh kalian. Dengan maksud tidak baik tentunya! "
Kata Wiro pula.
"
Semua rahasia kehidupan kami ada pada pejabat di Nara bernama Gapo itu...
"
"
Turut apa yang aku dengar, Gapo bukan seorang pejabat baik-baik. Sifatnya culas dan hatinya jahat. Dia pemeras rakyat, perampas harta orang lain, perampas anak gadis dan istri orang. Gundiknya tidak terhitung... Kalian harus berhati-hati.
"
"
Mengapa harus hati-hati? Kami tidak berniat jahat terhadapnya. Hanya ingin mencari keterangan.
"
"
Aku punya dugaan Gapo ikut bertanggung jawab atas keadaan diri kalian...
"
"
Kalau itu benar, kami akan bunuh dia! "
Kata Tsuki pula. Wajahnya yang lucu mendadak berubah menyeramkan.
"
Tapi kalau Gapo orang jahat, mengapa penguasa tidak menegur atau menghukumnya? "
Wiro tertawa.
"
Gapo itu kepercayaan dan tangan kanan seorang pejabat tinggi di Kyoto bernama Yasuaki Kiuchi. Orang ini adalah saudara sepupu shogun yang berkuasa di negeri ini! Page 35 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Siapa yang berani menindak Gapo! "
"
Yasuaki Kiuchi! Untung kau sebut nama itu! Menurut sensei, orang ini ada sangkut pautnya dengan apa yang dilakukan Gapo! "
Kata Tsuki setengah berseru.
"
Kami juga akan cari manusia satu itu! Membunuhnya jika dia memang punya andil penyebab segala derita lahir batin diri kami ini...
"
Berkata Taiyo.
"
Guru juga memberi tugas agar kami mencari seorang bernama Kamio Shikero...
"
Menerangkan Tsuki.
"
Siapa orang itu? "
Tanya Wiro.
"
Kekasih guru di masa muda.
Sekarang kabarnya dipenjarakan di satu tempat tidak diketahui.
Selama ini dirinya yang menjadi ganjalan hingga guru, walaupun berkepandaian tinggi tak berbuat banyak.
Yasuaki Kiuchi kabarnya mengancam kalau guru berbuat macam-macam, maka dia tak bakal dapat lagi bertemu dengan Kamio Shikero kekasihnya itu...
"
Apa yang terjadi di kandang babi milik pedagang Kukuno tersiar cepat di seluruh Otsu, termasuk di rumah makan Puri Rembulan.
Karenanya, tidak mengherankan ketika Tsuki dan Taiyo yang ditemani Wiro datang ke tempat itu, para pelayan segera menolak.
Mereka tidak mau terjadi kekacauan.
"
Aneh, ada rumah makan menolak tamu! "
Ujar pendekar 212 jengkel.
"
Ani Wiro..."
Kata Tsuki. Dia memanggil Wiro dengan sebutan"ani"
Yang berarti kakak, karena sudah merasa dekat dengan sang pendekar walau belum lama saling kenal.
"
Mereka menolak karena melihat kami berdua cebol jelek begini. Menghina betul! Tapi tidak apa. Kita berdiri saja di luar sini. Aku bersumpah suatu hari rumah makan ini tak bakal ada pengunjungnya! "
"
Eh,apa yang hendak kamu lakukan Tsuki? "
Tanya Wiro, sementara Taiyo diam anteng-anteng saja.
"
Aku akan halangi semua tamu yang datang! Gampang saja bukan? Hik...hik! Meong! "
Jawab Tsuki lalu tertawa cekikikan. Seorang lelaki separuh baya berpakaian bagus dan berambut kelabu muncul di pintu rumah makan. Dia adalah Susumu, pemilik rumah makan. Sesaat dia menatap pada Wiro lalu memperhatikan dua manusia bonsai.
"
Kalian berdua telah membuat keonaran di pasar kota . Aku juga tidak mau kalian berdua macam-macam di tempat ini. Aku harap kalian segera pergi. Bawa serta teman kalian orang asing berambut gondrong ini!"
Tsuki kedip-kedipkan matanya.
"
Meong! Hik..hik! Tuan berambut kelabu, siapa kau ini? "
Gadis cebol ini bertanya.
"
Aku Susumu, pemilik rumah makan! "
Mendadak pendekar 212 tertawa mengakak. Membuat Susumu dan Tsuki serta Taiyo jadi terheran-heran.
"
Eh, kenapa kamu tertawa...? "
Tanya Taiyo.
"
Di negeriku, Susumu itu berarti tetek atau payudaramu! Lucu juga nama orang ini! "
Page 36 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Wajah pemilik rumah makan kelihatan merah padam sedang Tesuki dan Taiyo tertawa gelak-gelak "
Kuharap kalian suka pergi. Atau aku akan panggil petugas keamanan untuk mengusir dengan kekerasan...! "
"
Sudahlah kawan-kawan. Kita pergi saja. Buat apa lama-lama di tempat ini. Dia punya makanan yang belum tentu enak. Kita punya uang! Cari saja rumah makan lain! "
Kata Taiyo. Lalu dari balik mantel bulunya dikeluarkannya dua buah kantong berisi uang yang diterimanya dari Nenek Neko. Dari dalam dua kantong kain terdengar suara berdering.
"
Aku sumpahi rumah makanmu tidak laku! "
Teriak Tsuki. Melihat dua kantong uang di tangan Taiyo, pemilik rumah makan jadi berubah pikiran. Sepagi itu belum ada tamu pun yang datang. Dua kantong di tangan si cebol pasti berisi uang banyak sekali. Apa salahnya menerima mereka? "
Hai tunggu dulu! "
Susumu berkata cepat ketika ketiga orang itu dilihatnya hendak melangkah pergi.
"
Jika kalian berjanji tidak membuat keributan di sini, aku sudi mempersilakan kalian istirahat di dalam dan bersantap.
"
"
Siapa yang mau membuat keributan? Kami ke sini mau cari makan dan bayar! "
Jawab Taiyo saraya acungkan dua kantong kain di tangannya. Suara dering uang dalam kantong semakin enak terdengar di telinga Susumu.
"
Taiyo, orang ini sudah dengar apa yang terjadi di kandang babi! Itu salah si gendut Kukuno dan orang banyak! Mereka menganggap kami ini seperti binatang saja. Masakan kami disuruh makan kotoran babi! "
Kata Tsuki dengan wajah dicemberutkan.
"
Kalian bertiga boleh masuk. Silakan masuk! "
Kata susumu.
Tsuki, Taiyo dan Wiro saling pandang.
Sambil senyum-senyum ke tiganya akhirnya masuk ke dalam rumah makan.
Mereka sengaja memilih tempat di ruangan tengah yang luas.
Semua orang di dalam rumah makan itu jadi sibuk melayani.
Tak lama kemudian minuman dan makanan yang dipesan segera dihidangkan.
Tsuki dan Taiyo menungging-nungging menciumi makanan yang sedap baunya itu.
"
Ayo! Tunggu apa lagi! Ini makan besar namanya! "
Kata Taiyo.
Tiga orang itu segera bersantap sementara Susumu dan beberapa pelayan memperhatikan dari kejauhan.
Mereka senyum-senyum geli melihat cara makan manusia cebol itu.
Kalau Wiro makan wajar-wajar saja, maka Tsuki dan Taiyo membabat semua makan itu dengan rakus seperti dua orang kelaparan satu minggu bertemu makanan lezat.
Dalam waktu sebentar saja semua makanan dan minuman yang ada di hadapan mereka habis amblas! "
Hai! Siapkan lagi makanan sama minumannya! Yang banyak! Jangan kuatir semua kami bayar! "
Kata Taiyo. Walaupun terheran-heran, Susumu segera memerintah pelayan menyiapkan makanan baru. Tak lama kemudian hidangan datang. Dua manusia bonsai langsung menghantamnya. Keduanya seperti balapan.
"
Ani Wiro, kau tidak makan...? "
Tanya Tsuki melihat Wiro hanya menjulurkan kaki.
"
Aku sudah kenyang.
"
Jawab Pendekar 212.
"
Ah, tubuhmu saja yang besar tapi perut kecil! Lihat kami, tubuh boleh kecil tapi perut musti besar! Hik...hik...hik! Meong! "
Page 37 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Murid Sinto Gendeng hanya bisa gelengkan kepala.
Ketika pesanan kedua itu habis, dia menyangka dua manusia bonsai akan terduduk kekenyangan.
Ternyata tidak.
Taiyo kembali berteriak minta disiapkan lagi hidangan baru, malah lebih banyak! Pemilik rumah makan dan semua pelayan yang ada di situ, termasuk Wiro sendiri, tentu saja jadi melengak heran.
Dua manusia katai makan sebanyak itu.
Masuk ke mana semua makanan itu? Dua kali pesanan yang mereka santap tadi yang seharusnya selusin tamu! Wiro sendiri mulai berpikir-pikir jangan-jangan dua manusia bonsai sebangsa makhluk jejadian atau tuyul! Selagi Tsuki dan Taiyo asyik menyantap hidangan ketiga, tiba-tiba di luarsanalimaorang berseragam prajuritkotamuncul.
Yang sebelah depan begitu melihat Tsuki dan Taiyo segera saja membentak.
"
Kalian berdua di sini rupanya! Sedang enak-enakan makan! "
Tsuki cuma melirik lalu terus makan tak acuh. Sebaliknya Taiyo teguk minumannya. Sambil menyeka bibirnya dia bertanya.
"
Kami memang lagi makan. Memangnya kenapa? Mau ikutan? Tapi bayar sendiri! Huk... huk... huk! Meong! "
"
Manusia cebol kurang ajar! "
Teriak prajurit di sebelah depan dengan muka merah padam. Empat kawannya juga tampak marah.
"
Kami datang untuk menangkap kalian! Tahu?! "
"
Mana kami tahu! "
Jawab Tsuki konyol lalu tertawa tergelak-gelak. Wiro menengahi dengan bertanya.
"
Apa salah dua kawanku ini hingga kalian hendak menangkap mereka? "
"
Hem... jadi kau kawan kedua monyet katai ini! Bagus! Berarti kau juga kami tangkap! Ikat mereka dan bawa! "
Empat orang prajurit segera maju. Masing-masing membawa segulung tali. Wiro segera bangkit berdiri dan menghadang.
"
Tunggu dulu. Kau belum memberitahu apa salah kami! "
Dengan beringas prajurit yang ditanya menjawab.
"
Kau membuat keributan di pasar. Mencederai beberapa orang dan merusak harta orang! "
"
Keributan di pasar memang betul. Tapi kami tidak mencederai siapapun. Teman-temanku ini hanya menyuapkan sedikit makanan dan memupuri orang-orang yang berlaku kurang ajar mempermainkan mereka. Juga tidak ada harta orang yang kami rusak! "
"
Orang asing! Kau duluan yang aku tangkap! "
"
Aku akan mencambukmu sampai seratus kali biar tahu diri! "
Habis berkata begitu, prajurit ini ayunkan tangan untuk menggebuk Wiro pada bagian kepalanya.
Murid Sinto Gendeng cepat merunduk lalu mundur.
Si prajurit menjadi kalap karena hantamannya tadi tak menemui sasaran.
Dia kembali memburu dengan pukulan tangan kosong.
Lagi-lagi gagal.
"
Keparat! Biar kuhabisi saja kau sekarang juga! "
Teriak prajurit itu marah lalu hunus samurainya. Kali ini Pendekar 212 tak bisa mengelak terus. Begitu pedang membabat di atas kepalanya, murid Sinto Gendeng membuat gerakan berputar. Kaki kirinya mencuat ke atas.
"
Bukkk! "
Kaki kiri Wiro menghantam rahang kanan prajurit itu dengan telak. Tubuhnya terlempar empat langkah Page 38 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html lalu terbanting pingsan ke lantai rumah makan. Mukanya tepat jatuh di atas sebuah piring besar berisi sisa-sisa bumbu cabe.
"
Jangan membuat keributan di sini! Jangan membuat keributan di sini! "
Yang berteriak adalah Susumu si pemilik rumah makan. Tapi agaknya tak ada yang peduli pada teriakannya. Sementara itu empat prajurit sudah membuka gulungan tali dan siap mengikat Tsuki dan Taiyo.
"
Ani Wiro! "
Berseru Tsuki.
"
Kami berdua belum selesai makan. Tak ada waktu untuk melayani empat cecunguk yang mengganggu ini! Tolong kau layani dulu mereka! "
Empat prajurit cepat bergerak hendak mengikat Tsuki dan Taiyo, namun gerakan mereka tertahan.
Satu bayangan berkelebat dan tahu-tahu empat utas tali itu telah melingkar mengikat tubuh mereka masing-masing mulai dari tangan sampai ke kaki! Karena keempatnya meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan dan tak berhasil, empat prajurit ini akhirnya jatuh bergedebukan di lantai rumah makan.
Tentu saja mereka berteriak marah dan memaki habis-habisan.
"
Taiyo, aku tidak suka mendengar suara nyanyian mereka! "
Berkata Tsuki sambil melahap sepotong daging.
"
Sama! "
Jawab Taiyo. Lalu tangan kiri Taiyo dan tangan kanan Tsuki bergerak dua kali. Terdengar suara "
Hekkk...! "
Empat kali berturut-turut, Teriakan dan caci maki empat prajurit langsung berhenti. Di dalam mulut mereka menyumpal potongan daging campur tulang! "
Ah! Aku sudah kenyang! "
Kata Taiyo sambil meletakkan guci sake di lantai.
"
Aku juga! "
Kata Tsuki. Taiyo berpaling pada Wiro.
"
Kita pergi sekarang"
"
Ada baiknya sebelum muncul lagi urusan baru!"
Sahut Wiro.
Taiyo lalu melangkah mendekati Susumu.
Pada pemilik rumah makan ini dia menyerahkan uang pembayar semua makanan.
Menurut Wiro, uang yang dibayarkan itu cukup, malah berlebihan karena salah satu dari mata uang itu terbuat dari emas.
Tapi Susumu tiba-tiba berteriak marah.
"
Gara-gara kalian rumah makanku jadi rusak. Lalu enak saja kalian membayar semurah ini! Semua hidangan dan minuman yang kalian santap mahal harganya! Serahkan dua buah kantong itu padaku baru lunas! "
Wiro melangkah mendekati pemilik rumah makan itu lalu berkata.
"
Uang dalam dua kantong itu cukup untuk membeli lima rumah makan seperti milikmu ini! Termasuk lima manusia penipu seperti kau! "
"
Pemuda asing berambut gondrong! Jangan ikut campur urusanku! Bukan kau yang membayar! "
Sentak Susumu. Pendekar 212 tersenyum lebar.
"
Silakan kau menyelesaikan urusan dengan mereka.
"
Katanya lalu sambil melangkah ke pintu dia berpaling pada Tsuki dan Taiyo.
"
Giliran kalian sekarang! "
"
Susumu, uang yang kami berikan sudah lebih dari cukup. Lihat berkeliling. Tak ada barangmu yang rusak. Jangan menipu. Jangan tamak! "
Kata Tsuki.
Lalu dia melangkah.
Tapi karena Susumu berusaha menghalangi, gadis bonsai itu dorongkan tangan kanannya ke perut pemilik rumah makan itu.
Terjadi hal yang hampir tak dapat dipercaya.
Tangan begitu kecil dengan dahsyat mampu mendorong tubuh besar Susumu hingga terjajar dan jatuh duduk di atas sebuah nampan berisi sisa-sisa makanan.
Page 39 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html "
Manusia cebol keparat! Berani kau menjatuhkan tangan kasar kepadaku! "
Teriak Susumu marah. Dia bangkit berdiri, menyambar sebilah samurai yang tergantung di dinding lalu membacokannya ke batok kepala Tsuki.
"
Meong! "
Tsuki dan Taiyo keluarkan suara kucing mengeong.
Bersamaan dengan itu keduanya jatuhkan diri berguling di lantai.
Rantai besi yang mengikat tangan mereka memukul ke depan, menghantam sepasang kaki Susumu.
Pemilik rumah makan ini berteriak setinggi langit ketika tulang kering kedua kakinya dihajar besi itu.
Tubuhnya terlipat ke depan lalu jatuh tersungkur babak belur.
Tsuki dan Taiyo tertawa tergelak.
Keduanya melangkah seenaknya menuju pintu.
Di situ Pendekar 212 sudah menunggu sambil senyum-senyum menyaksikan apa yang telah dilakukan kedua manusia bonsai itu terhadap si pemilik rumah makan.
Shogun penguasa tunggal di Jepang pada masa itu berkedudukan diKyoto.
Di beberapakotabesar dia memiliki istana, di antaranya yang terdapat diNara.
Sekitar sembilan tahun silam, Yasuaki Kiuchi diberi kedudukan tinggi oleh shogun.
Sejak itu dia meninggalkanOtsu, pindah keNara.
Gapo, kepala prajuritnya yang setia dan telah mengabdi sekian lama, ikut pindah dan diangkat menjadi salah seorang pejabat tinggi diNara.
Malam itu Gapo datang ke tempat kediaman Yasuaki Kiuchi.
"
Tuan Kiuchi, turut perhitunganku bulan ini tepat sekitar tujuhbelas tahun silam saya membawa dua orok Yamada dan Yukawa itu ke pegunungan Shikoku . Sesuai pesan kita pada Nenek Neko, dua anak itu akan dilepas guna menjalankan tugas..."
"
Perhitunganmu tidak berbeda denganku Gapo.
"
Kata Yasuaki Kiuchi sambil mengusap mata kirinya yang picak.
"S etelah kau mendapat kedudukan sangat tinggi bahkan berkuasa penuh di Nara ini, apakah rencana tempo hari akan tetap dijalankan tuan Kiuchi?"
"
Tentu saja! Ada apa dalam otakmu Gapo? Sesudah kau sekarang jadi pejabat tinggi di sini, kau melupakan rencana itu begitu saja? Sudah merasa puas rupanya?!"
"
Maafkan saya tuan Yasuaki. Bukan begitu maksud saya.
"
"
Aku tidak suka mendengar kau mendua hati Gapo! Ingat itu baik-baik! Dulu di Otsu aku jadi orang penting.
Sekarang di Nara ini aku jadi orang besar dan berkuasa penuh, kau tetap jadi tangan kananku! Tapi tujuan dan cita-cita hidupku bukan cuma sampai di sini.
Apa yang kudapat sekarang hanya sebagai batu loncatan ke kedudukan yang lebih tinggi.
Jauh lebih tinggi! Aku ingin menjadi penguasa tunggal di Nihon ini! Beberapa pejabat tinggi di Kyoto sudah kurembuki.
Mereka hanya menunggu kapan aku menjalankan rencana.
Dan kalau dua anak itu muncul berarti apa yang aku inginkan sudah di depan mata!"
"
Saya tetap mengabdi padamu sampai kapan pun juga tuan Kiuchi! "
Kata Gapo pula.
Di luar ada orang mengetuk pintu.
Gapo cepat berdiri.
Begitu pintu dibuka, kelihatan seorang pemuda berkepala gundul, bermuka jerawatan.
Dia bukan lain adalah pemuda yang pagi tadi kena dikerjai oleh Tsuki dan Taiyo di Otsu.
Si gundul ini membungkuk tiga kali di depan Gapo.
Gapo bicara sebentar dengan pemuda gundul itu lalu memberitahu pada Yasuaki Kiuchi.
"
Si botak Takuchi, salah seorang mata-mata kita di Otsu datang untuk melaporkan sesuatu yang penting."
Page 40 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html "
Suruh dia menghadapku! "
Kata Yasuaki Kiuchi. Takuchi segera diperintahkan masuk. Setelah menjura berulang kali, Takuchi lalu bersimpuh di hadapan Yasuaki Kiuchi.
"
Saya membawa kabar penting.
"
Kata si gundul ini. Lalu dia menceritakan kemunculan dua manusia bonsai diOtsu. Satu lelaki satunya perempuan. Juga diceritakannya apa yang terjadi di kandang babi milik Kukuno. Yasuaki Kiuchi berpaling pada Gapo.
"
Mereka akhirnya muncul Gapo. Rencana kita bakal menjadi kenyataan...
"
Lalu dia bertanya pada mata-mata berkepala gundul itu.
"
Ada lagi yang hendak kau terangkan?"
Takuchi mengangguk.
"
Dua manusia bonsai itu punya seorang kawan. Seorang pemuda asing berambut gondrong. Agaknya dia bukan orang sembarangan. Ada dugaan keras dia memiliki kepandaian tinggi dan aneh-aneh..."
Yasuaki Kiuchi bangkit dari duduknya.
"
Gapo, kau pernah tahu atau dengar tentang orang asing itu? "
"
Memang saya pernah mendengar tuan Kiuchi.
Beberapa waktu lalu dia membuat beberapa kali kegegeran di Kyoto .
Dia bersahabat dengan murid-murid seorang tokoh silat di Gunung Fuji .
Juga mempunyai hubungan baik dengan orang-orang perguruan Emerarudo pimpinan Shigero Momochi.
Bersahabat dengan nenek sakti bernama Teruko..."
"
Tunggu! "
Memotong Yasuaki Kiuchi.
"
Apa bukan dia pemuda asing yang mendapat julukan Pendekar Gunung Fuji itu? "
"
Saya yakin memang dia tuan Kiuchi.
"
Jawab Gapo. Yasuaki Kiuchi menggigit bibirnya.
"
Selama dia tidak tahu rencana kita, kita akan aman. Tetapi sekali dia tahu...
"
"
Tak mungkin dia tahu. Si Nenek Neko mana berani berbuat macam-macam. Kecuali kalau dia tidak mau lagi melihat kekasihnya yang kita sekap di pertambangan tempat kerja paksa di utara kita keluarkan dari sana hidup-hidup..."
Yasuaki Kiuchi tertawa.
"
Aku memang tidak punya rencana untuk mengeluarkan Shikero dari sana . Semua yang kukatakan pada nenek itu bohong belaka. Sekadar untuk menjinakkan dirinya...."
Yasuaki Kiuchi hentikan ucapannya. Dia sadar telah terlalu banyak bicara di depan Takuchi.
"
Kau bekerja bagus. Kau boleh pergi. Beberapa hari di muka seseorang akan mengantarkan hadiah padamu.
"
"
Terima kasih tuan Kiuchi. Saya mohon diri. Tapi sebenarnya ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan. Mungkin tidak ada gunanya. Saya pergi saja sekarang...
"
"
Tunggu dulu! Apa yang hendak kau katakan Takuchi? "
Tanya Yasuaki Kiuchi.
"
Sewaktu menghajar pedagang babi di Otsu itu, saya dengar dua manusia bonsai menanyakan tuan Gapo. Mereka ingin tahu di mana tuan Gapo bisa ditemui...
"
Paras Yasuaki Kiuchi dan Gapo kontan berubah.
"
Tukang babi itu memberitahu...? "
Page 41 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Takuchi mengangguk.
"
Nyawanya terancam. Kukuno akhirnya memberitahu kalau tuan Gapo sekarang berada di Nara, jadi pejabat penting Shogun...
"
"
Kurang ajar si Kukuno itu! Akan kujagal batang lehernya! "
Kata Gapo marah sambil mengepalkan kedua tinjunya. Dia memberi isyarat pada Takuchi agar segera meninggalkan tempat itu. Begitu Takuchi berlalu, Yasuaki Kiuchi berkata.
"
Dari siapa manusia-manusia bonsai itu tahu namamu? "
"
Hanya satu orang yang saya curigai tuan Kiuchi. Si nenek muka kucing Neko! "
"
Berarti dua manusia bonsai itu juga sudah tahu rencana kita. Kalau tidak, mengapa mereka mencarimu? Padahal tugas yang aku perintahkan pada si nenek muka kucing itu lain...
"
Gapo terdiam. Akhirnya terdengar dia berkata dengan suara bergetar.
"
Saya khawatir jangan-jangan mereka memang sudah tahu. Kalau begitu izinkan saya pulang dulu. Saya harus mempersiapkan sesuatu untuk mencegah hal-hal yang tidak diingini.
"
Yasuaki Kiuchi mengangguk.
"
Sebelum kau pergi, atur penjagaan di tempat ini. Lipat gandakan kekuatan para pengawal.
"
"
Akan saya lakukan tuan Kiuchi.
"
Jawab Gapo lalu membungkuk dalam-dalam.
Hutan kecil di tepi jalan yang menghubungkan Nara di Selatan dan Otsu di Utara berada dalam keadaaan gelap gulita.
Namun di suatu tempat tersembunyi terlihat ada nyala api.
Ternyata itu adalah api unggun kecil.
Di sekeliling api duduk tiga sosok tubuh.
Mereka bukan lain dua sosok bonsai Tsuki dan Taiyo bersama pendekar 212 Wiro Sableng.
Di tangan kiri Taiyo saat itu ada secarik kertas yang sudah sangat lusuh.
Di atas tertera panjang tulisan kanji.
"
Ani, kau bisa membaca tulisan kanji? "
Tanya Waiyo pada Wiro. Pendekar 212 geleng kepala.
"
Kertas ini seumur umur kami..."
Kata Tsuki.
"
Di sini tertulis pesan-pesan yang harus dilakukan oleh guru kami Nenek Neko. Siapa pemberi tugas tidak tertera. Tapi menurut guru adalah Yasuaki Kiuchi, saudara Shogun di Kyoto..."
Wiro mulai tertarik penuturan sahabat cebolnya itu. Dia menggeser duduk dekat Taiyo.
"
Surat ini dibawa oleh orang bernama Gapo..."
"
Apa saja tugas guru kalian dalam kertas itu? "
Tanya Wiro kepada Taiyo.
"
Pertama, sensei harus mengikat tangan kami dengan rantai karatan ini.
Lalu guru kami harus merawat hingga tujuh belas tahun.
Lalu guru wajib mendidik kami dalam kepandaian silat dan ilmu kesaktian.
Pada hari kami dibebaskan, kami harus pergi ke Kyoto untuk membunuh Shogun.
Shogun hanya bisa dibunuh dengan rantai hitam yang mengikat tanganku dan tangan Tsuki.
Setelah itu kami harus pergi ke danau di tepi desa Biwa .
Desa itu bernama Hikone.
Di sana kami harus membunuh satu keluarga bernama Yukawa."
"
Selesai? Hanya itu...? "
Tanya Wiro ketika Taiyo berhenti membaca tulisan di atas kertas lusuh itu. Taiyo mengangguk.
"
Itu tugas yang harus dikerjakan guru dan diturunkan kepada kami. Tapi guru meminta kami melupakan segala kentut busuk yang tertera dalam kertas ini. Sebagai Page 42 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html gantinya, ia meminta kami mencari orang yang bernama Gapo.
Sebab dia satu-satunya pembuka jalan siapa sebenarnnya kami ini.
Waktu itu kedudukannya adalah sebagai kepala prajurit Shogun, yang bertugas di bawah pemerintah Yasuaki Kiuchi.
Guru juga menugaskan kami mencari seorang bernama Shikero, yang kabarnya disekap Yasuaki di suatu tempat dan baru dilepas tujuh belas tahun kemudian, saat kami meninggalkan pegunungan Shikuko..."
"
Tugas dari Yasuaki Kiuchi berlainan dengan tugas dari guru kalian. Kalau Gapo orangnya Yasuaki Kiuchi berarti dia juga tahu asal usul kalian. Tapi aku tidak mengerti mengapa kalian harus membunuh sekuarga Yukawa di Hikone..."
Ujar Wiro. Dia menatap langit hitam di atasnya. Tidak juga berhasil memecah teka-teki.
"
Jika saja kakek Segala Tahu ada di tempat ini, pasti dia bisa menolong kita.
"
Kata Wiro.
"
Siapa pula orang itu.
"
Tanya Tsuki.
"
Seorang tua berumur lebih dari delapan puluh tahun. Matanya buta tapi lebih tajam penglihatannya dari kita ini. Dia pandai meramal dan melihat yang bakal terjadi. Sayang dia tidak di sini..."
Kata Wiro. Tiba-tiba terdengar suara gemeletak roda kereta ditimpali deru kaki kuda. Kedua cebol itu cepat menginjak-injak perapian. Begitu api padam, tempat menjadi gelap. Ketiganya meninggalkan hutan berlari menuju jalan kecil.
"
Aku harap yang lewat ini dia.
"
Bisik Taiyo.
"
Ingat Tsuki, orang ini harus kita dapat hidup-hidup. Jika sampai mati, kita akan kehilangan jejak diri kita. Atau kita akan berhadapan dengan Yasuaki Kiuchi.
"
Suara kereta kuda semakin cepat. Dua manusia bonsai perpaling kepada Wiro.
"
Ani Wiro. Kau sudah siap? "
Tanya Tsuki.
Pendekar 212 menganggukkan kepala sambil acungkan seutas tali.
Ujung tali itu dikaitkan dengan ujung pohon yang sudah dipotong lalu ditegakkan dan ditancapkan di ujung sungai.
Batang pohon besar jatuh.
Kuda paling depan meringkik.
Kedua binatang itu langsung tersungkur begitu lelaki penunggangnya jatuh.
Tidak ampun lagi keretanya terbalik.
Tiga dari empat pengawal yang berada di belakang tak sempat lagi menghindar dan menabrak bagian belakang kereta.
"
Tuan Gapo keluar dari kereta! Ada komplotan rampok menyerang kita,"
Salah seorang pengawal berteriak sambil melompat dari kuda dan membuka pintu kereta. Seorang bertubuh besar dan gempal keluar dari kereta dengan susah payah. Begitu menginjakkan tanah mulutnya langsung mengumpatkan kata kutukan serapah.
"
Bangsat rendah dari mana yang berani merampok kita?! "
Tangan kanan Gapo bergerak dan "
Wutt"
Golok besarnya berkelebat. Saat itu dua sosok berkelebat ke udara. Lalu menukik ke arah Gapo. Seseorang berteriak memberi peringatan. Pengawal yang tadi terpental kini melindungi majikannya sambil menyibatkan pedangnya ke atas.
"
Meong!Meong! "
"
Trang! Trang! "
Dua pedang di tangan pengawal itu patah dan mental.
Lalu terdengar jeritan kedua.
Ternyata Tsuki dan Taiyo telah mempergunakan jari tangannya yang panjang untuk meremas kedua muka pengawal itu.
Gapo berteriak marah.
Bersama dua pengawal, dia hendak menyerang Tsuki dan Taiyo.
Tapi justru saat itu keluar suara suitan keras.
Tiba-tiba ada puluhan obor mendekat.
Lalu jaring raksasa tidak kelihatan seolah jatuh dari langit.
"
Tsuki! Taiyo! Awas! "
Teriak pendekar 212. Tangan kanannya dilibaskan untuk melepas pukulan sakti Page 43 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Benteng Topan Melanda Samudera. Tapi terlambat. Ketika pukulan sampai, jaring sudah menjerat manusia bonsai. Akibatnya, dalam keadaan terjerat, ia juga harus menerima pukulan sakti Wiro.
"
Celaka aku menyerang mereka.
"
Seru Wiro dalam hati. Dua manusia bonsai terguling dalam jeratan jaring tapi keduanya dapat bangkit seperti tidak terjadi apa-apa.
"
Bret! Bret! "
Mereka pergunakan kuku untuk melepas jaring yang melilit tubuhnya. Pukulan pendekar 212 tidak berbekas, murid Sinto Gendeng itu heran. Saat itu sambil tertawa bergelak, Gapo melompat ke depan jaring. Tangannya melempar bola kecil.
"
Dess! "
Terdengar letupan halus disusul dengan menggebubunya asap hijau. Tsuki dan Taiyo hilang dibungkus asap. Yang terdengar hanya suara mereka batuk-batuk.
"
Kurang ajar.
"
Teriak Wiro.
Dia berkelebat ke arah Gapo tapi parasnya jadi berubah.
Di sekelilingnya saat itu ada sekitar selusin manusia berseragam perwira balatentara shogun mengurungnya.
Enam dari mereka membidikkan panah beracun.
Enam lagi menodong dengan ujung samurai berkilat.
Tak ada kemungkinan untuk meloloskan diri atau melawan.
"
Sial dangkalan! "
Maki Wiro.
Dia angkat tangan kananya hendak menggaruk kepala, tapi dua buah ujung samurai segera menekan bahunya.
Murid Sinto Gendeng meringis kesakitan.
Dua liang luka mengucurkan darah membasahi baju putihnya.
Lalu sebuah rantai besi dililitkan ke tubuhnya.
Membuat pendekar 212 benar-benar tidak bisa berkutik lagi! Ketika Tsuki dan Taiyo sadar dari pengaruh asap hijau bola beracun yang dilemparkan Gapo, mereka dapatkan diri tergeletak di sebuah ruangan yang lantai serta dinding dan atapnya terbuat dari batu.
Bersama mereka ada enam orang perwira berseragam pasukan Shogun.
Di situ juga ada Gapo, manusia yang kini mereka anggap sebagai musuh besar pemegang kunci rahasia kehidupan mereka.
"
Ssstt..."
Berbisik Tsuki.
"
Kalau mereka mengurung kita di sini apa mereka sangka kita tidak bisa berjibaku membunuh mereka semua...? "
"
Aku juga sudah berpikir begitu.
"
Sahut Taiyo.
"
Tapi lihat di depan sana . Sahabat kita terancam keselamatannya!"
Dua manusia bonsai itu bangkit berdiri.
Tsuki usap-usap matanya yang masih terasa perih.
Paras gadis bonsai ini jadi berubah dan sekujur tubuhnya terasa tegang.
Di hadapan mereka ada sebaris jeruji besi sebesar betis manusia.
Di belakang jeruji besi itu ada sebuah ruangan di mana Pendekar 212 Wiro Sableng berada dalam keadaan terikat kedua tangannya dan dikerek hingga sepasang kakinya terjingkat ke atas.
Di atas kepalanya ada dua buah busur lengkap dengan anak panah beracun siap lepas.
Tali-tali busur dua buah panah itu tertahan oleh sebuah cantelan besi.
Jika Wiro bergerak sedikit saja atau merubah kedudukan kakinya maka cantelan yang menahan tali busur akan lepas.
Anak panah pertama akan melesat menghantam batok kepalanya sendiri.
Anak panah kedua yang akan lepas dalam waktu bersamaan, akan melesat menghantam dada seorang perempuan tepat pada jantungnya yang terikat pada sebuah tiang besi sejarak enam langkah dari hadapan Wiro.
Wiro tidak dapat melihat paras perempuan itu karena rambutnya yang panjang hitam terjurai ke depan menutupi wajahnya.
Perempuan ini mengenakan pakaian warna biru.
Bagian atas bajunya robek besar hingga dadanya tersingkap lebar.
Page 44 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html "
Manusia bernama Gapo! "
Tiba-tiba Tsuki berteriak.
"
Aku bersumpah membunuhmu dan semua orang yang ada di sini jika sahabatku itu menemui ajal karena perbuatanmu ini! "
Gapo tertawa bergelak.
"
Kau mengawatirkan keselamatan kawanmu. Bagaimana dengan calon korban yang perempuan?! "
"
Kami tidak mengenal siapa dia! Tapi jika kau melibatkan orang lain untuk tujuan busukmu, aku akan mencincang mayatmu sampai lumat! "
Yang menjawab adalah Taiyo. Gapo terus mengumbar tawa.
"
Perempuan itu seorang yang sangat berarti bagi sahabatmu si pemuda asing.
Jika kalian ingin mereka selamat, hanya ada satu jalan.
Kalian harus melakukan sesuatu seperti yang sudah dipesankan dan ditugaskan pada guru kalian si nenek muka kucing! Kalian punya waktu terbatas.
Sampai berapa lama pemuda asing itu sanggup bertahan berjingkat terus.
Sekali dia menjejakkan tumitnya rata dengan lantai, cantelan besi akan lepas dan dua anak panah akan merenggut nyawa mereka! "
Tsuki dan Taiyo berteriak-teriak mencaci maki Gapo habis-habisan.
Gapo yang kini menjadi pejabat penting diNaraitu kelihatannya seperti tidak acuh.
Tapi tiba-tiba kedua tangannya bergerak menghantam.
Tsuki dan Taiyo terpekik.
Tubuh keduanya terbanting ke dinding batu akibat jotosan kiri kanan Gapo yang mendarat telak di wajah mereka.
Tapi seperti tidak merasakan sakit Tsuki dan Taiyo melompat lalu menyerang ke arah Gapo sambil keluarkan suara mengeong keras! Limaorang perwira Shogun berkelabat menghadang dengan samurai di tangan.
Salah seorang dari mereka mengancam.
"
Berani kalian bergerak sedikit saja, sebuah alat rahasia akan membetot lepas cantelan penahan tali busur! Dua orang di ruangan sana akan menemui ajal dalam sekejapan mata! Ayo silahkan berbuat konyol!"
"
Bangsat! "
Maki Tsuki.
"
Keparat busuk! "
Teriak Taiyo. Dua manusia bonsai itu tak bisa berbuat apa-apa selain memandang ke arah Wiro dengan penuh tegang.
"
Ani Wiro! "
Seru Tsuki.
"
Maafkan kami tak dapat menolongmu! Tapi kami bersumpah untuk membunuh habis semua manusia setan di ruangan ini! "
Pendekar 212 Wiro Sableng hanya bisa berdiam diri dan tarik nafas dalam. Kalau saja ada yang bisa menotok kedua kakinya, sampai kiamat pun dia sanggup berjingkat.
"
Paling lama aku bisa bertahan satu setengah hari"
Membatin Wiro.
"
Sialan! Selangkangan dan punggungku terasa gatal. Bagaimana aku bisa menggaruk! Kalau sampai tubuh dan kakiku bergerak, tamat riwayatku..."
Wiro memandang ke depan ke arah perempuan yang juga terancam keselamatannya.
"
Aku merasa seperti mengenali walau tidak melihatnya. Jangan-jangan... Ya Tuhan! Kuharap jangan dia yang ada di tiang itu! "
Dengan sebuah alat, Gapo menaikkan dua buah jeruji besi lalu masuk ke ruangan di mana Wiro berada.
"
Pemuda asing bergelar Pendekar Gunung Fuji ! Nama besarmu tak lama lagi akan terkubur di bumi Nihon! Sayang jauh-jauh datang kau cuma mengantar nyawa. Itu akibat ulahmu yang terlalu suka ikut campur urusan orang lain!"
"
Kau manusia paling sialan di dunia ini Gapo! Jenis kadal penjilat yang mau melakukan apa saja demi jabatan! "
Page 45 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Gapo ganda tertawa. Dia melangkah ke hadapan tiang di mana perempuan berpakaian biru tegak terikat.
"
Srett! "
Dia cabut golok besar yang tersisip di pinggangnya.
"
Aku mau tahu apa kau masih bisa bicara besar dan keras setelah melihat siapa adanya perempuan ini! "
Kata Gapo pula. Lalu dengan ujung pedangnya disentakkannya rambut panjang menjurai yang menutupi wajah perempuan itu. Begitu parasnya tersingkap terkejutlah murid Sinto Gendeng.
"
Akiko Bessho! "
Teriak Wiro.
"
Ya Tuhan, memang dia rupanya! "
"
Wiro..."
Ujar gadis berpakaian biru tersendat. Mukanya pucat walau dia berusaha berlaku setenang mungkin. Gapo tertawa bergelak.
"
Bagus! Jadi kalian sudah saling kenal satu sama lain! Ha... ha... ha! "
"
Kenapa kau libatkan gadis yang tidak punya salah apa-apa itu?! "
Tanya Wiro.
Dia berusaha menekan hawa amarah yang menggelegak dalam tubuhnya.
Gapo menyeringai.
Goloknya disarungkan kembali.
(Mengenai gadis bernama Akiko Bessho ini dapat diikuti kisahnya dalam dua serial Wiro Sableng berjudul "Pendekar Gunung Fuji"
Dan Ninja Merah").
Saat itu pintu ruangan terbuka.
Seorang lelaki berpakaian sangat mewah masuk sambil berkipas-kipas.
Di belakangnya ada beberapa orang pengawal berseragam kimono merah.
Orang ini hanya memiliki satu mata.
Mata kirinya yang agaknya cacat, disembunyikan di balik sehelai kulit tipis warna hitam.
Gapo dan semua perwira shogun yang ada di ruangan itu segera membungkuk dalam-dalam.
Wiro maupun dua manusia bonsai sama bertanya-tanya dalam hati siapa gerangan orang yang baru datang ini.
Mereka tidak menunggu lama.
Jawaban segera didapat dari ucapan Gapo.
"
Tuan Yasuaki Kiuchi, saya telah mengatur semua sesuai dengan petunjuk yang mulia...
"
"
Yasuaki Kiuchi...
"
Desis Tsuki sambil menyentakkan tangan kirinya sedikit memberi tanda pada Taiyo.
"
Jadi ini manusianya yang jadi pangkal bahala kesengsaraan kita! "
Yasuaki Kiuchi angguk-anggukkan kepala. Sikapnya pongah. Dia menyeruak di antara jeruji besi yang tadinya dinaikkan ke atas oleh Gapo lalu masuk ke ruangan di mana Wiro dan Akiko Bessho berada.
"
Jadi ini manusia yang bergelar Pendekar Gunung Fuji itu! Kepalamu berharga ratusan tail emas jika dapat kuserahkan pada kelompok tokoh-tokoh silat golongan hitam di Jepang ini.
Keuntunganku berlipat ganda! Kau bisa kumanfaatkan lebih dulu, lalu mendapatkan imbalan besar itu.
Ha...
ha...
ha! "
"
Pejabat busuk! Di mataku kau tak lebih dari seorang pelacur laki-laki! Manusia kadal comberan! "
Tubuh Yasuaki Kiuchi tersentak. Mata kanannya mendelik besar mendengar kata-kata Wiro itu. Dia mengulurkan tangannya meminta golok pada Gapo. Begitu golok dipegang, ujungnya ditempelkan ke pipi Pendekar 212.
"
Aku kagum akan keberanianmu, Aku mau lihat apakah kau cukup kuat untuk tidak menjerit! "
Lalu dengan ujung golok itu Yasuaki Kiuchi menggores pipi kanan Wiro. Pendekar 212 mengernyit kesakitan. Darah mengucur ke pipi dan berhenti di sudut bibirnya. Yasuaki hendak menggores sekali lagi. Tapi Gapo buru-buru mendekati dan berbisik.
"
Jangan terlalu keras, kalau tubuhnya bergerak karena kesakitan, dia dan gadis itu akan menemui ajal. Berarti kita akan kehilangan sandera sebelum rencana berhasil...
"
Perlahan-lahan Yasuaki Kiuchi turunkan tangannya yang memegang golok.
"
Kau betul...
"
Katanya.
"
Page 46 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Kita tak perlu cepat-cepat membunuhnya....
"
Golok diserahkannya pada Gapo kembali lalu dia berpaling ke arah Akiko Bessho yang terikat di tiang.
"
Hemmm, Dalam keadaan seperti ini pun dia tetap cantik. Aku benar-benar dibuat gila...
"
Yasuaki Kiuchi lalu melangkah ke hadapan gadis itu dan berkata.
"
Nona Bessho, permintaanku tempo hari masih berlaku. Aku bersedia memberi pengampunan bagimu jika kau mau kujadikan salah satu gundikku...
"
"
Manusia iblis budak nafsu! "
Semprot Akiko Bessho.
"
Di Nara ini ada seribu pelacur! Kau boleh mengambil semuanya menjadi gundikmu! "
Yasuaki Kiuchi tertawa lebar. Tangan kirinya tiba-tiba meluncur ke dada gadis itu, meremas liar kian kemari.
"
Jahanam rendah! "
Maki Akiko lalu diludahinya muka lelaki itu.
Yasuaki Kiuchi mundur dua langkah.
Matanya yang cuma satu memandang membelalak pada si gadis.
Semua orang mengira penguasakotaNaraitu akan menjadi marah dan menghajar si gadis habis-habisan.
Ternyata tidak.
Ia usap ludah yang menempel di mukanya dengan tangan kiri, lalu dijilatnya tangannya.
"
Hah, ludahmu pun terasa nikmat...
"
Katanya. Tiba-tiba dia melompat, merangkul tubuh Akiko Bessho, mengecup muka, bibir dan leher gadis itu penuh nafsu.
"
Manusia jahanam! Keparat busuk...! "
Setelah puas menciumi gadis itu, Yasuaki Kiuchi kembali ke ruangan di balik jeruji besi.
Dengan alat rahasianya, Gapo menurunkan dua buah jeruji besi kembali.
Yasuaki Kiuchi keluarkan kipasnya.
Setelah berkipas-kipas sebentar, dia berkata pada Tsuki dan Taiyo.
"
Dua manusia cebol! Dengar baik-baik setiap ucapanku! Melalui gurumu si nenek muka kucing aku memberi tugas agar kalian berdua membunuh shogun di Kyoto dengan Besi hitam yang mengikat lengan kalian satu sama lain, itu satu-satunya senjata yang sanggup membunuh shogun.
Kalian tidak punya waktu banyak.
Kawan kalian pemuda asing itu kurasa hanya sanggup bertahan satu setengah hari.
Mungkin dua hari.
Jika dalam dua hari kalian tidak kembali ke sini membawa kepala shogun, berarti pemuda itu dan juga gadis itu akan menemui ajalnya.
Kalian berdua bertanggung jawab atas nyawa mereka.
Mereka akan aku lepaskan jika kepala shogun kalian serahkan padaku! "
"
Enak saja kau ngomong! "
Teriak Tsuki.
"
Kenapa kau ingin membunuh shogun? "
"
Betul, padahal kau masih saudara sepupunya. Dia juga yang memberi kedudukan tinggi padamu di Nara ini!"
Menimpali Taiyo.
"
Mengapa heran kawan-kawan! "
Tiba-tiba Wiro berseru.
"
Manusia jelek itu ingin jadi shogun, tega membunuh saudaranya sendiri! Manusia tidak tahu diri! Mana ada shogun matanya picak! Ha... ha... ha...! "
"
Huk... huk... huk...! Meong! "
Taiyo tertawa bergelak.
"
Hik... hik... hik..! Meong! "
Ikut tertawa Tsuki.
"
Setan alas! "
Rutuk Yasuaki Kiuchi.
"
Gapo, lepaskan dua manusia katai sialan itu! Kalian berdua harus kembali ke sini membawa kepala shogun. Paling tidak lusa pagi. Dan ingat, aku benar-benar melepaskan dua sahabatmu itu kalau kau juga sudah membunuh suami istri Yukawa di desa Hikone! "
"
Mengapa? Mengapa kami harus membunuh mereka? Kenalpun tidak! "
Ujar Tsuki.
"
Nanti kalian tahu sendiri apa jawabnya! "
Ujar Yasuaki Kiuchi lalu tinggalkan tempat itu diikuti para Page 47 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html pengawalnya. Ketika Gapo melangkah untuk mengantar, Pendekar 212 berkata.
"
Gapo, kau telah merampas senjata mustikaku. Kalau kau tidak mengembalikannya atau mengembalikannya dalam keadaan rusak, kau tahu sendiri akibatnya! "
Gapo menyahut dengan dengusan keras dari hidungnya. Sewaktu sampai di pintu luar, Yasuaki Kiuchi berbalik dan bertanya pada Gapo.
"
Senjata mustika apa yang disebut-sebut pemuda asing itu tadi? "
Dalam hatinya Gapo merutuk.
"
Kalau pemuda sialan tadi tidak berkata apa-apa, pasti Yasuaki Kiuchi tidak mengetahui perihal senjata mustika itu! Sialan! Mungkin belum jodohku mendapatkannya! "
Dari balik pakaiannya Gapo keluarkan sebuah benda. Mata semua orang yang ada di situ menjadi kesilauan oleh sinar yang keluar dari benda yang dipegang orang kepercayaan Yasuaki Kiuchi itu.
"
Kapak bermata dua! "
Seru Yasuaki dengan mata mendelik hampir tak percaya.
"
Ini senjata mustika luar biasa! Senjata ini dulu yang pernah dicuri oleh satu kelompok ninja hingga menimbulkan kegegeran di seantero negeri! Gila! Kini senjata itu ada di hadapanku! Senjata ini jauh lebih hebat dari rantai hitam yang mampu membunuh shogun itu! "
Lalu Yasuaki Kiuchi bertanya pada Gapo.
"
Kalau sekiranya pemuda itu tadi tidak menyebut-nyebut benda ini di hadapanku, apakah kau akan menyerahkannya dengan sukarela? "
Paras Gapo berubah merah. Tapi dia bisa berkilah.
"
Saya sengaja tidak memberitahu Yang Mulia waktu di ruangan itu. Karena kalau terjadi apa-apa, pemiliknya hanya tahu saya dan tidak akan mengganggu Yang Mulia.
"
Yasuaki Kiuchi tersenyum.
"
Kau memang cerdik Gapo! Aku menghargai kecerdikanmu itu! "
"
Terima kasih Yang Mulia.
"
Ujar Gapo seraya membungkuk dalam-dalam.
"
Hebat! Rezeki besar tak terduga! "
Seru Yasuaki Kiuchi gembira sekali.
Cepat-cepat senjata yang bukan lain adalah Kapak Maut Naga Geni 212 milik Wiro Sableng itu diambilnya.
Tsuki dan Taiyo memperhitungkan, dengan lari cepat mereka menghabiskan sehari semalam untuk bisa sampai keKyoto.
Tapi keduanya ragu, apakah mungkin waktu yang tersisa bisa untuk membunuh Shogun.
"
Tsuki, aku merasa was-was.
Memasuki kediaman Shogun saja bukan pekerjaan mudah.
Bagaimana kita bisa membunuh walau kita punya senjata yang katanya bisa membunuhya.
Apalagi badan kita cebol, pasti menarik perhatian orang.
Agaknya kita tidak bisa menolong sahabat kita dan gadis itu, kasihan...! "
"
Diamlah Taiyo! jangan nyerocos terus.
Aku berlari sambil berpikir.
Harus ada satu cara untuk menyelesaikan kasus ini.
Shogun katanya berkuasa dengan cara sewenang-wenang.
Tapi siapa pun orangnya, kita tidak punya hak untuk membunuhnya.
Para pendekar samurai di Kyoto paling tidak ada seratus orang! Kita jangan terpengaruh oleh keadaan yang diciptakan oleh manusia jahat Yasuaki dan cecunguknya si Gapo itu."
"
Lalu apa yang harus kita lakukan.
"tanya Taiyo. Page 48 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html "
Tunggulah, aku pasti dapat akal, Taiyo! Aku dapat! "
Teriak Tsuki.
"
Katakan padaku! "
"
Ingat pelajaran dari sensei? Jika kita lemah dan lawan jauh lebih kuat, jangan hadapi dengan kekerasan. Pergunakan akal, rangkul mereka dan jadikan teman sampai ada kesempatan untuk memukul! "
"
Itu ilmu filsafat Tsuki, dalam kenyataan pasti lain lagi.
"
Ujar Taiyo. Gadis cebol itu menggelang.
"
Kita lihat saja nanti. Kau masih menyimpan kertas butut yang diberikan Gapo itu? "
Taiyo mengangguk.
"
Kalau begitu percepat larimu Taiyo! "
Kata Tsuki. Shogun penguasa negeri benar-benar meledak amarahnya ketika seorang perwira penghubung memberitahu ada sepasang cebol ingin menemuinya.
"
Sepasang cebol ingin menemuiku, mereka gila. Dan kau sebagai perwira lebih gila lagi! "
"
Plaak! "
Satu tamparan keras membuat perwira itu terpelanting dan mulutnya mengeluarkan darah segar.
"
Saya minta maaf Yang Mulia.
"
Kata perwira itu sambil meraba pipinya yang berdarah, mengembung bengkak.
"
Saya mana berani jika tidak menyangkut keselamatan dan nyawa yang mulia.
Sepasang cebol itu mengatakan ada yang hendak membunuh Yang Mulia.
Semula saya juga menganggap sepasang manusia bonsai itu juga tidak waras.
Saya melarang, empat hulubalang mengepruknya! Eh, keempat pengawal tingkat tinggi itu roboh dalam sekali gebrak saja! Untung keempatnya tidak dibunuh! "
Mendengar penjelasan perwiranya, Shogun yang berparas tinggi, berkumis dan berjanggut putih itu berubah total. Maka diapun berkata.
"
Perwira bawa masuk kedua bonsai itu dan siapkan selusin pengawal untuk mengikutinya. Aku akan menerimanya di ruang kaca.
"
Ujar Shogun.
Sehabis itu shogun segera masuk ke ruangan yang dibelah dua oleh dinding kaca.
Keanehan diding ini, meski ada pembatas, kedua orang yang terpisah masih bisa saling melihat dan mendengar, dan lagi, tidak mempan senjata tajam.
Seusai mengantar kedua bonsai, selusin pengawal itu langsung membungkuk dan meninggalkan shogun yang sudah berada di ruang kaca.
Dalam ruang kaca, Shogun menatap tajam ke arah Taiyo dan Tsuki yang tangan kanan dan kiri mereka terikat oleh seuntai rantai karatan.
"
Rantai itu...
"
Kata Shogun dalam hati dengan nada berdebar.
"
Bagaimana bisa berada dan mengikat mereka! Agaknya mereka tidak membual ada yang berusaha membunuhku. Hanya rantai itu yang sanggup mencabut nyawaku! "
"
Dua manusia rantai, kalian berani-beraninya menemuiku sampai merobohkan empat perwiraku. Kau memberi tahu pengawal penghubung ada yang hendak membunuhku? "
Taiyo membungkuk "
Benar yang Mulia Shogun"
"
Bagaimana aku mempercayai kalian? Kalian tidak saja cacat otak, tapi juga cacat jasmani, Page 49 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html kalian kurasa tidak waras! "
"
Kami tidak berani membantah keadaan kami.
"
Ujar Taiyo.
"
Kami datang memberi tahu pemimpin negeri kami bahwa nyawanya terancam. Dia hendak dibunuh orang! "
"
Kalian tahu siapa pembunuhku? "
Kedua manusia cebol mengangguk.
"
Kami berdua Yang Mulia! "
Mendengar jawaban itu, dua belas pengawal Shogun langsung bergerak berusaha menyergap Taiyo dan Tsuki. Tapi gerakan mereka berhenti saat melihat Shogun memberi isyarat.
"
Manusia cebol, apa permusuhanmu denganku hingga kalian ingin membunuh? "
"
Tidak ada Yang Mulia. Kami melaksanakan perintah seseorang yang tertulis dalam pesan guru kami tujuh belas tahun lalu.
"
"
Siapa yang menyuruh kalian membunuhku? "
Tanya Shogun bergegas.
"
Yang Mulia pasti tahu. Dia ada hubungan darah dengan Yang Mulia. Namanya Yasuaki Kiuchi, orang yang Yang Mulia beri jabatan tinggi di Nara! "
"
Kurang ajar! aku tidak percaya dengan keterangan kalian. Ingat, aku bisa memerintahkan kepala kalian dicincang sekarang juga! "
Taiyo mengeluarkan secarik kertas lusuh berisi pesan-pesan yang ditulis Yasuaki Kiuchi dalam huruf kanji, dan dibawa oleh Gapo kemudian dibawa kepada guru mereka si Nenek Muka Kucing Neko.
Lalu Tsuki menceritakan asal-usul mereka sesuai dengan yang mereka dengar dari guru mereka.
Tidak lupa menceritakan yang terjadi diNarasaat ini.
"
Kalau kami tidak membawa kepala Yang Mulia dan menunjukkan kepada Yasuaki dan Gapo, paling lambat besok pagi, sahabat saya orang asing itu dan gadis Akikio Bessho akan menemui ajal! "
Shogun terdiam lama.
"
Sulit mempercayai kedua manusia kate ini. Tapi rantai besi ini bukti keras bahwa mereka tidak berdusta. Selama tujuh belas tahun mereka tidak bisa melepaskan diri dari ikatan rantai.
"
Karena lama Shogun berdiam diri tidak bicara, maka seorang pengawal kemudian angkat bicara.
"
Yang Mulia, apakah kami diizinkan meringkus dan menjagal kedua manusia cebol ini sekarang juga? "
Jawaban yang keluar dari mulut Shogun mengherankan semua orang yang hadir.
"
Salah seorang dari kalian lekas cari orang yang ahli membuat topeng kulit! "
Akiko Bessho semakin tegang dan cemas luar biasa ketika melihat tubuh Wiro mulai bergetar.
"
Wiro! Kuatkan dirimu! Bertahanlah! Kau dan aku tak mau mati konyol di tempat celaka ini! "
Teriak si gadis. Murid Sinto Gendeng memandang seperti sudah putus harapan. Suaranya terdengar perlahan.
"
Rasanya aku tak sanggup lagi Akiko. Mungkin sudah takdir kita berdua menemui ajal di tempat ini...
"
Tubuh sang pendekar kembali bergetar. Kedua kakinya sudah tidak terasa kaki lagi. Hilang rasa Page 50 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html dan beberapa kali tumitnya hampir bergerak jatuh ke bawah. Sekujur badannya basah oleh keringat.
"
Tidak! Jangan putus asa! Bertahanlah Wiro! Kau pasti bisa! Teman-temanmu itu pasti datang! "
"
Mereka tidak ingin membunuh shogun! Kau tahu barisan pengawal shogun berlapis-lapis. Di istananya banyak peralatan rahasia. Tsuki dan Taiyo saat ini pasti sudah menemui ajal...
"
"
Aku tidak mau berpikir seperti itu! Tidak! "
Teriak Akiko kembali. Lalu Wiro melihat ada air mata menetes jatuh membasahi pipi gadis itu.
"
Kau menangis Akiko...
"
"
Aku menangis bukan karena takut menghadapi kematian.
"
Jawab Akiko Bessho.
"
Aku...
mungkin bisa puas menghadapi ajal mati bersamamu.
Walau aku akan merasa lebih bahagia kalau bisa hidup lebih lama di dekatmu...
Mungkin ini cuma sebuah mimpi yang tidak akan terlaksana sampai saat kematian datang.
Lagipula aku tak pantas berkata begitu, karena aku ingat Yori.
Gadis itu mencintaimu...
" (Mengenai siapa adanya gadis bernama Yori, harap baca serial Wiro Sableng berjudul Ninja Merah ). Wiro hanya bisa menelan ludah mendengar semua ucapan Akiko Bessho itu. Tiba-tiba pintu di belakang jeruji besi terbuka. Sosok berpakaian mewah sambil berkipas-kipas masuk. Dia bukan lain adalah Yasuaki Kiuchi penguasa tertinggi diNara. Dengan matanya yang cuma satu, dia memandang ke arah Wiro lalu pada Akiko Bessho. Sesaat kemudian Gapo muncul di sampingnya. Lalu menyusul beberapa orang perwira shogun.
"
Pemuda asing! "
Yasuaki tiba-tiba berkata.
"
Apa kau masih sanggup bertahan?! "
Wiro memutar kepalanya sedikit. Memandang ke arah Yasuaki lalu meludah.
"
Keparat! Berani kau menghina Yang Mulia! "
Teriak Gapo. Yasuaki Kiuchi sendiri cuma menyeringai buruk. Dipegangnya bahu Gapo lalu berbisik.
"
Aku tetap mau meniduri gadis itu dulu sebelum dia menemui ajal...
"
"
Tapi tuan Kiuchi...
"
"
Aku sudah menyuruh orang untuk memanggil dua pelayan perempuan. Gadis itu harus dimandikan dulu, diberi wewangian dan pakaian bagus, didandani...
"
Di luar tiba-tiba ada suara orang berlari. Lalu muncul seorang prajurit.
"
Yang Mulia, dua orang cebol itu datang. Mereka membawa sebuah kantong kain berlumuran darah! "
Yasuaki Kiuchi dan semua orang yang ada di situ menjadi kaget. Dari luar berkelebat masuk dua sosok tubuh katai. Ternyata memang Tsuki dan Taiyo! Di tangan kirinya Taiyo memagang sebuah kantong kain basah oleh darah dan menebar bau amis.
"
Kami datang membawa kepala shogun! "
Kata Taiyo.
"
Tsuki! Taiyo! Kalian berhasil! "
Seru Wiro.
"
Kau dan kawanmu akan selamat Ani Wiro! "
Ujar Tsuki. Page 51 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Suasana jadi gempar! Serta merta saja Yasuaki Kiuchi diselubungi berbagai rasa. Gembira, tidak percaya dan juga ngeri.
"
Aku mau lihat! "
Katanya.
"
Tumpahkan isi kantong itu ke lantai! "
Perintah Gapo.
Beberapa prajurit yang ada di situ bersurut mundur.
Taiyo letakkan kantong berdarah di lantai.
Lalu dipegangnya bagian bawahnya dan ditunggingkan.
Sebuah benda yang menyimpartakan darah menggelinding di lantai, berhenti di depan kaki Yasuaki Kiuchi.
Benda itu adalah potongan kepala manusia berambut, berkumis dan berjanggut putih.
Dari lehernya yang putus masih keluar darah.
Bau busuk menghampar di ruangan itu.
Yasuaki Kiuchi keluarkan seruan tertahan.
"
Tuan Kiuchi...
"
Bisik Gapo.
"
Ini memang kepala shogun...! "
Mata kanan Yasuaki Kiuchi berputar ke arah rantai besi yang mengikat tangan Tsuki dan Taiyo. Dia melihat ada noda-noda darah pada rantai.
"
Mereka benar-benar menjagal shogun dengan rantai itu...
"
"
Kami telah melakukan apa yang diminta. Sekarang kalian harus melepaskan dua orang itu! "
Kata Taiyo. Yasuaki Kiuchi dan Gapo saling pandang. Lalu terdengar tawa bergelak keluar dari mulut Yasuaki Kiuchi.
"
Aku dan para pengawal akan segera berangkat ke Kyoto sekarang juga! Orang-orang kita di sana pasti sudah mengatur segala sesuatunya..."
"
Bagaimana dengan manusia-manusia bonsai ini Yang Mulia? "
Tanya Gapo.
"
Mereka masih punya satu tugas. Membunuh suami istri Yukawa di Hikone...
"
Jawab Yasuaki Kiuchi lalu berpaling pada Tsuki dan Taiyo.
"
Hikone cukup jauh di utara! Pemuda asing itu tak mungkin bisa bertahan lebih lama! "
Ujar Taiyo.
"
Itu urusan kalian! "
Jawab Kiuchi seenaknya. Dari ruangan sebelah tiba-tiba terdengar teriakan Pendekar 212.
"
Tsuki! Taiyo! manusia-manusia dajal itu tak akan membiarkan kalian hidup! Lekas larikan diri cari selamat. Kami berdua di sini agaknya harus menerima takdir menemui kematian! "
Akiko Bessho tercekat dan membeliak besar mendengar teriakan Wiro itu. Sedang Tsuki dan Taiyo tampak bergerak-gerak tenggorokan mereka. Lalu keluar suara menggembor.
"
Kami tidak akan lari Ani Wiro! "
Seru Taiyo.
"
Kami memilih mati sama-sama di tempat ini! "
"
Hik...hik! Meong! Enaknya mati sama-sama! "
Kata Tsuki lalu berjingkrak-jingkrak beberapa kali.
Dua manusia bonsai ini melangkah ke hadapan Yasuaki Kiuchi sambil putar-putar rantai besi yang mengikat tangan mereka.
Semua orang yang ada di situ sesaat jadi terkesiap ketika melihat bagaimana rantai karatan itu mengeluarkan sinar hitam angker menggidikkan.
Gapo hunus golok besarnya.
Semua perwira yang ada di situ juga cabut samurai masing-masing.
Yasuaki Kiuchi buang kipas di tangan kanannya.
Tangannya bergerak ke balik pakaian mewahnya, Di lain kejap satu sinar putih menyilaukan menerangi ruangan itu, membuat redup cahaya angker hitam dari rantai besi itu.
Page 52 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Kapak Maut Naga Geni 212 berada dalam genggaman Yasuaki Kiuchi.
Sepasang manusia bonsai jadi tertegun.
Walau mereka merasa ngeri melihat senjata itu namun keduanya sudah bertekad sama-sama mati.
Tsuki dan Taiyo siap melompat sambil menghantamkan besi hitam berkarat.
Tapi pada saat itu pula dari luar melayang tiga sosok tubuh yang kemudian jatuh saling tindih di lantai.
Semua orang keluarkan seruan tertahan.
Yang bertumpukan di lantai adalah tiga perwira berpakaian seragam pasukan shogun.
Mereka hancur terkoyak-koyak, tak bisa dikenali lagi.
Di saat yang sama terdengar suara kucing mengeong dua kali berturut-turut.
Lalu satu sosok berkelebat masuk.
"
Meong!Meong! "
"
Biru! "
Seru Tsuki.
"
Merah! "
Teriak Taiyo.
"
Sensei! "
Pekik dua manusia boncel bersamaan.
Seorang nenek mengenakan mantel bulu beruang tegak di ruangan itu.
Dia bukan lain adalah si nenek muka kucing Nenek Neko, orang yang telah memelihara Tsuki dan Taiyo selama tujuh belas tahun.
Di pundaknya kiri kanan ada dua ekor kucing es berbulu putih.
Yang satu berkalung pita merah pada lehernya, satunya lagi berpita biru.
"
Nenek muka kucing! "
Bentak Yasuaki Kiuchi keras walau diam-diam hatinya tergetar.
"
Tadinya aku akan mengirim orang untuk menangkapmu. Kau telah menyalahi tugas yang aku berikan lewat Gapo. Kau layak menerima hukuman! "
Nenek muka kucing menyeringai.
"
Aku bukan kacungmu, bukan juga budakmu! Mana mungkin aku terus menerus harus patuh pada kekuasaanmu?! "
"
Nenek keparat! "
Bentak Gapo.
"
Beraninya kau bicara kurang ajar pada Yang Mulia?! "
"
Yang Mulia?! "
Ujar si nenek lalu tertawa cekikikan. Dua muridnya ikut tertawa.
"
Yasuaki Kiuchi, tadinya aku mengira kau adalah manusia paling bejat di dunia ini. Ternyata lebih dari itu. Kau iblis paling durjana di muka bumi! "
"
Nenek keparat! Apa kau lupa bahwa nyawa kekasihmu Shikero ada di tanganku?! "
Si nenek ganda tertawa.
"
Tadinya aku memang begitu mendambakan untuk dapat bersama lelaki itu sebelum ajal menjemput.
Tapi lama-lama aku merasa jengah sendiri.
Sudah tua bangka begini masih saja bercita-cita seperti seorang jaka dan seorang gadis.
Kau boleh membunuh Shikero sampai seribu kali! Hik...
hik...
hik! "
"
Jahanam! "
Teriak Yasuaki Kiuchi.
"
Eh kulihat kau memegang senjata luar biasa. Itu pasti bukan milikmu! Biru! Merah! Lekas kalian rampas senjata mustika itu! "
"
Meong! "
"
Meong! "
Page 53 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Dua ekor kucing di bahu si nenek mengeong keras lalu melesat ke arah Yasuaki Kiuchi.
Penguasa tunggal diNaraini berusaha membabatkan Kapak Maut Naga Geni 212 ke arah kedua binatang itu.
Namun si merah dan si biru lebih dulu mencengekeram tangan kanan orang itu.
Yasuaki Kiuchi menjerit keras sewaktu tangannya habis koyak-koyak digigit dan dicakar dua ekor kucing.
Kapak Maut Naga Geni 212 terlepas dari genggamannya.
Sebelum senjata itu menyentuh lantai, dua ekor kucing es bergerak cepat sekali, menyambuti gagang senjata mustika dengan mulut mereka.
Di saat yang sama, Gapo ayunkan golok besarnya untuk membacok dua ekor kucing itu.
Namun dari samping, Tsuki dan Taiyo tidak dilihatnya melompat ke atas, tahu-tahu rantai besi berkarat itu sudah menggelung lehernya.
Dua ekor kucing membawa Kapak Naga Geni 212 ke arah si nenek muka kucing.
Perempuan tua ini membungkuk, cepat mengambil senjata itu.
"
Senjata luar biasa! Kurasa tak ada duanya di dunia ini! "
Kata si nenek sambil sipitkan mata tak tahan sinar menyilaukan. Dia memandang ke depan ketika mendengar suara "
Kraak! "
Gapo dilihatnya tertegak melotot. Lidahnya terjulur keluar. Dari mulutnya keluar darah kental.
"
Huk...huk! Meong! "
"
Hik... hik! Meong! "
Tsuki dan Taiyo lepaskan jeratan rantai besi.
Tubuh tanpa nyawa Gapo langsung roboh tergeletak di lantai.Limaperwira tinggi shogun yang menjadi kaki tangan Yasuaki Kiuchi, yang sudah sama-sama menggenggam samurai, tanpa tunggu lebih lama segera menyerbu dua manusia bonsai.
Di depan pintu, si nenek muka kucing masih memandangi Kapak Maut Naga Geni 212 terkagum-kagum.
"
Senjata hebat! Luar biasa! Kapan lagi mencobanya kalau tidak sekarang! "
Dari mulut si nenek keluar lengkingan keras seperti kucing mengeong.
Tubuhnya berkelebat ke depan.
Kapak maut berkiblat mengeluarkan suara menderu dahsyat serta menebar hawa panas luar biasa.
Terdengar suara berdentrangan riuh sekali, disusul dengan pekik jerit kematian.
Ketika si nenek kembali ke tempat tegaknya semula, di lantai ruangan berkaparan tumpang tindih sosok tubuhlimaperwira tinggi tadi.
Semua menemui kematian dengan kening terbelah hangus! "
Senjata hebat! Benar-benar luar biasa! "
Kata si nenek lagi.
Lalu dia memandang ke depan.
Sepasang mata kucingnya membentur sosok Yasuaki Kiuchi yang tegak tersandar di sudut ruangan sambil tangan kirinya pegangi tangan kanan yang hancur akibat koyakan gigi dan cakar dua ekor kucing peliharaan si nenek.
"
Yang Mulia! "
Seru si nenek.
"
Kau bisa memilih kematian yang kau sukai! Kubelah keningmu dengan kapak sakti ini? Atau mampus dikoyak dua ekor kucing peliharaanku? Atau dicekik dengan rantai besi sampai hancur lehermu oleh dua anak manusia yang jadi korban kebuasanmu itu!? Atau mungkin kau lebih suka aku sendiri yang menguliti sekujur tubuhmu!? "
Sesaat Yasuaki Kiuchi terdiam tak menjawab.
Tiba-tiba dia melompat menyambar golok milik Gapo yang tercampak di lantai dengan tangan kirinya.
Orang ini memang memiliki ilmu memainkan senjata yang hebat dan dia mampu memainkan senjata dengan tangan kanan atau tangan kiri.
Serangan pertama Yasuaki Kuchi hanya mengenai tempat kosong karena si nenek cepat menghindar.
Ketika lawan menyerang kedua kalinya, Nenek Neko hantamkan Kapak Naga Geni 212.
"
Trang! "
Golok besar di tangan kiri Yasuaki mental patah dua. Si nenek menyeringai.
"
Kau rupanya memilih Page 54 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html mati dengan kepala terbelah Yang Mulia! Hik... hik...hik! "
Tangan si Nenek Neko bergerak. Tetapi tiba-tiba di luarsanaterdengar suara terompet, menyusul suara orang berteriak.
"
Atas nama shogun di Kyoto, hentikan semua pertempuran di dalam sana !"
Lalu tiga orang menerobos masuk.
Yasuaki Kiuchi menjadi pucat ketika melihat siapa yang berada di sebelah depan.
Seorang tua bertubuh tinggi besar bermata biru dan berkumis kelabu melintang.
Dia adalah kepala balatentara shogun wilayah selatan yang paling ditakuti.
Begitu melihat Yasuaki Kiuchi, orang ini keluarkan satu gulungan kertas berwarna merah.
Kertas itu dibukanya lalu diperlihatkan kepada Yasuaki.
"
Aku diperintahkan untuk menangkap dan membawamu ke Kyoto . Para petinggi di istana shogun telah menyiapkan hukuman pancung untukmu!"
Yasuaki Kiuchi jatuh terhenyak di lantai, Kepala tentara bermata biru itu memberi isyarat pada dua anak buahnya. Yasuaki segera diringkus. Ketika hendak dibawa pergi, Tsuki dan Taiyo cepat menghadang.
"
Kami minta kau mau menerangkan siapa itu suami istri Yukawa di Hikone...
"
Kata Taiyo. Yasuaki tidak menjawab.
"
Kau ingin menjawab pertanyaan orang atau tidak?! "
Bentak kepala balatentara shogun. Mata kanan Yasuaki menatap wajah Taiyo sejenak. Lalu dari mulutnya meluncur kata-kata yang membuat Taiyo jadi merinding.
"
Mereka adalah orang tuamu. Kalau aku tidak salah ingat, kau diberi nama Toshiro...
"
"
Kau menyuruh kami membunuh orang tuaku sendiri! Sungguh biadab! "
Taiyo menggembor keras lalu menyerang. Kepala balatentara shogun cepat menghalang.
"
Hukuman untuknya sudah diatur shogun. Jangan berani mengubah! "
Taiyo alias Toshiro tegak tersandar ke dinding. Matanya berkaca-kaca. Di sebelahnya, Tsuki tegak meneteskan air mata.
"
Asal usul Taiyo sudah diketahui. Bagaimana nasib diriku...
"
Gadis bonsai ini seolah meratap dalam hati. Yasuaki melangkah di hadapannya. Tsuki hanya bisa memandang, tak kuasa membuat mulut untuk bertanya. Tiba-tiba Yasuaki Kiuchi hentikan langkah. Dia memandangi paras Tsuki sesaat lalu berkata.
"
Nak, namamu sebenarnya adalah Hatsuko, Kedua orang tuamu tadinya juga tinggal di Hikone. Ibumu...
"
Yasuaki Kiuchi terdiam sejenak.
"
Ibumu sudah meninggal. Ayahmu bernama Kano Yamada. Dia masih hidup. Ada di tempat kerja paksa di utara... Kalian berdua sebenarnya sudah dijodohkan satu sama lain sejak masih bayi."
Tsuki alias Hatsuko menjerit lirih lalu menangis. Sebelum melanjutkan langkahnya, Yasuaki berpaling pada potongan kepala manusia yang tergeletak di lantai. Lalu dia menoleh kepada kepala balatentara shogun.
"
Kau meneriakkan kedatanganmu atas nama shogun. Lalu kepala siapa itu!? "
"
Kepala seorang rampok besar yang dipancung lalu diberi bertopeng wajah Yang Mulia Shogun...
"
Jawab kepala balatentara.
"
Ada lagi yang hendak kau tanyakan?"
Page 55 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html "
Aku tertipu...
"
Desis Yasuaki lalu bergerak tinggalkan tempat itu.
"
Hai! Bagaimana dengan kami?! "
Teriak Wiro dari ruangan di belakang jeruji besi. Tsuki dan Taiyo melompat. Keduanya coba menggoyang jeruji-jeruji besi itu. Tapi tidak bergeming sedikit pun.
"
Hanya Gapo dan Yasuaki yang tahu alat rahasia untuk menaikkan dan menurunkan besi-besi ini! "
Kata Tsuki alias Hatsuko.
"
Celaka! Rupanya kami benar-benar akan menemui ajal di sini! "
Ujar Wiro.
"
Kalian tidak usah khawatir. Kurasa senjatamu ini bisa menjebol tiang-tiang besi itu! "
Tiba-tiba si nenek Neko berkata sambil melangkah ke arah barisan jalur-jalur besi.
Tangan kanannya diangkat.
Kapak Maut Naga Geni 212 kelihatan bersinar terang benderang tanda si nenek mengerahkan tenaga dalamnya.
Lalu senjata sakti itu dibabatkannya menghantam dua tiang besi sekaligus.
"
Trang! Trang! "
"
Gila! Benar-benar luar biasa! "
Seru si nenek. Dua jeruji besi patah berantakan.
"
Sekarang bagaimana kalian melepaskan ancaman dua panah beracun itu! "
Ujar Akiko Bessho begitu Nenek Neko dan dua manusia bonsai masuk ke dalam ruangan.
"
Sedikit saja cantelan besi itu bergerak, habislah kami berdua! "
Dua manusia bonsai memandang ke arah si nenek seolah minta tolong.
"
Anak-anak lekas ke mari! "
Si nenek tiba-tiba berseru. Dua ekor kucing es berbulu putih mengeong dan mendatangi. Si nenek berjongkok dan usap-usap punggung si biru dan si merah.
"
Kalian lihat dua buah busur dan dua buah anak panah di atas sana ...?"
"
Meong...! "
"
Meong...! "
"
Lekas naik ke atas, gigit dan tahan dua anak panah itu. Jangan dilepas sebelum aku beritahu. Ayo lekas lakukan! "
Dua ekor kucing lalu melompat ke atas tiang tempat Wiro diikat. Seperti yang diperintahkan si nenek, binatang-binatang ini menggigit ekor dua anak panah.
"
Kalian lekas lepaskan ikatan gadis itu. Aku akan melepaskan ikatan anak muda ini! "
Kata nenek muka kucing kemudian. Setelah Wiro dan Akiko Bessho diselamatkan dan semua orang keluar dari ruangan itu, si nenek berteriak pada dua ekor kucingnya.
"
Lepaskan gigitan! Wuttt! Wuttt! "
Dua anak panah melesat deras begitu dua ekor kucing lepaskan gigitan mereka. Panah pertama menancap di lantai batu. Panah kedua menembus tiang yang terbuat dari besi! Wiro dan Akiko sama-sama berpandangan dan sama-sama menarik nafas lega.
"
Sensei...! "
Tiba-tiba Tsuki alias Hatsuko berseru.
"
Senjata di tanganmu itu, mungkinkah bisa menghancur lepas ikatan rantai besi ini? "
Si nenek berpaling pada Pendekar 212 Wiro Sableng.
"
Mungkinkah...? "
Si nenek ikut bertanya.
"
Harus kita coba. Mudah-mudahan bisa..
"
Jawab Wiro yang saat itu masih keliangan dan terduduk di lantai. Page 56 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html "
Kalau begitu biar kau yang melakukan.
"
Kata si nenek pula seraya melemparkan Kapak Maut Naga Geni 212 pada Wiro.
Murid Sinto Gendeng cepat sambut senjata miliknya itu.
Perlahan-lahan dia bangkit berdiri.
Dia meminta dua manusia bonsai tidur sama rata di lantai.
Setelah memperhatikan sejenak, Wiro ayunkan senjata sakti itu.
Suara berdentrangan terdengar keras sekali ketika mata kapak menghantam pinggiran japitan besi di tangan kiri Tsuki alias Hatsuko.
Bunga api memercik tinggi.
"A ku bebas! "
Teriak Tsuki lalu melompat berjingkrak-jingkrak kegirangan.
"
Hai! Bagaimana aku?! "
Teriak Taiyo alias Toshiro. Sekali lagi kapak sakti itu dibacokkan.
"
Trangg! "
"
Ani Wiro, terima kasih! "
Seru Taiyo.
Tubuhnya melesat ke udara dan berjungkir balik beberapa kali.
Seperti biasanya, udara di puncak pegununganShikokudingin bukan kepalang.
Namun semua yang ada di dalam gua itu merasa kehangatan di lubuk hati masing-masing.
Nenek muka kucing Neko menghela nafas panjang.
"
Aku dengar Yasuaki Kiuchi sudah dijatuhi hukuman pancung oleh shogun...
"
"
Dan kami dengar kekasihmu Shikero atas perintah shogun juga telah dibebaskan dari pertambangan kerja paksa di utara, bersama dengan Kano Yamada, ayah Hatsuko...
"
"
Kami akan kembali ke Hikone, berkumpul lagi dengan orang tua kami...
"
Kata Toshiro.
"
Kau untung, ayah ibumu masih lengkap. Aku cuma punya ayah...
"
Kata Hatsuko.
"
Jangan sedih Hatsuko. Orang tua Toshiro akan jadi orang tuamu juga. Malah kau akan punya dua ayah nantinya! "
Kata Wiro. Hatsuko memandang pada Wiro lalu perlahan-lahan wajahnya memerah.
"
Jangan lupa mengundang kami! "
Menggoda Akiko Bessho. Nenek muka kucing tertawa tergelak-gelak. Wiro memandang ke luar gua.
"
Matahari sudah tinggi. Orang yang ditunggu bisa saja datang lebih cepat. Sebaiknya kita jangan jadi pengganggu.
"
"
Kau betul Wiro.
"
Kata Akiko pula. Lalu dia berpaling pada si nenek lalu berkata.
"
Nek, kami minta diri. Jika umur panjang kita bisa berkumpul lagi sama-sama di tempat ini.
"
"
Ah, kalian seharusnya tak usah buru-buru pergi. Kalaupun Shikero datang, kalian kurasa tidak akan mengganggu.
"
Wiro dan Akiko tersenyum sementara Toshiro dan Hatsuko juga mulai tertawa-tawa. Keempat orang ini berdiri saling berpegangan tangan. Keempatnya saat itu mengenakan kasut kayu untuk meluncur di atas pegunungan salju.
"
Kami minta diri Nek.
"
Kata keempat orang itu berbarengan. Lalu Wiro menyeletuk.
"
Kuharap kau jangan buru-buru punya anak Nek, biar bisa berpuas-puas Page 57 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html berlama-lama! "
"
Eh, tidak kusangka mulutmu begitu konyol anak muda! Siapa yang mau punya anak?! "
Teriak si nenek. Gua di puncak gunungShikokuitu laksana mau runtuh oleh tawa empat orang yang ada di hadapan si nenek. Nenek Neko akhirnya mau tak mau ikut-ikutan tertawa, malah paling keras.
"
Anak muda, kalau kau suka, lain waktu kau boleh datang ke mari. Aku akan mengajarkan satu ilmu yang aku yakin tak ada di negerimu... Kurasa kau berjodoh memiliki ilmu itu.
"
"
Nenek Neko, kau baik sekali. Ilmu apakah itu? "
Tanya Wiro.
"
Koppo, ilmu mematahkan tulang.
"
Jawab si nenek.
"
Kau mau lihat? "
"
Saya pernah lihat Hatsuko dan Toshiro memperagakannya di Otsu tempo hari..."
"
Kau mau lihat lagi? "
"
Tentu saja! "
Jawab Wiro, karena tidak mengira apa yang akan dilakukan si nenek.
"
Ulurkan tangan kananmu! "
Murid Sinto Gendeng menurut saja. Secepat kilat tangan kanan si nenek bergerak.
"
Krakk...! Krakk! "
Wiro menjerit setinggi langit. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya patah. Patahan tulang mencuat keluar! "
Nek... Apa yang kau lakukan ini?! "
Teriak Wiro. Sekujur tubuhnya bergetar menahan sakit. Akiko kelihatan pucat. Tapi Toshiro dan Hatsuko tampak tertawa hu-hu hi-hi! "
Kemarikan tanganmu! "
Kata si nenek.
"
Hendak kau patahkan lagi!? "
Ujar Wiro sambil mengulurkan tangan tapi ragu-ragu.
Begitu tangan sang pendekar terulur, si nenek meremasnya dengan keras.
Kembali Wiro menjerit.
Tetapi ketika diperhatikannya, ternyata tangannya sudah utuh seperti semula.
Sakitnya pun serta merta lenyap.
"
Ilmu sihir! "
Kata Pendekar 212 pula. Si nenek menggeleng.
"
Bukan, yang aku perlihatkan tadi adalah ilmu sungguhan. Yang pertama mematahkan tangan orang. Yang kedua menyembuhkannya. Nah, kau mau memiliki ilmu itu? "
Wiro mengangguk.
"
Tentu Nek. Tentu saja aku mau, tapi...tapi aku permisi dulu nek...
"
"
Eh, kau mau ke mana?! "
Tanya nenek muka kucing.
"
Aku, aduh. Sudah tidak tahan! Aku mau kencing! "
Teriak Wiro lalu menghambur keluar gua. Toshiro, Hatsuko, Akiko, dan si Nenek Neko tertawa terpingkal-pingkal.
"
Aku diam-diam sudah menghitung. Seharian di sini, sudah duapuluh tiga kali dia kencing. Rupanya tidak tahan dingin! "
Kata si nenek. Lalu semuanya kembali tertawa riuh. Page 58 Generated by ABC Amber LIT Converter,
http.//www.processtext.com/abclit.html Page 59
Pendekar Rajawali Sakti Misteri Hantu Berkabung Pendekar Rajawali Sakti Satria Pondok Ungu Rajawali Emas Sumpah Iblis Kubur