Ceritasilat Novel Online

Da Vinci Code 7


Dan Brown The Da Vinci Code Bagian 7



Suara itu tampaknya datang dari kamar tidur terakhir di gang yang sangat panjang itu.

   Para agen mengendap-endap dalam koridor itu, menutup semua jalan keluar yang lain.

   Ketika mereka mendekati kamar tidur terakhir itu, Collet dapat melihat pintunya terbuka lebar.

   Tiba-tiba suara-suara itu berhenti, dan digantikan dengan derum aneh, seperti suara mesin mobil.

   Dengan pistol terangkat, Collet memberi tanda.

   Tiba diam-diam di ambang pintu, Collet menemukan tombol lampu dan menyalakannya.

   Dia berputar meneliti sekeliling ruangan diikuti oleh teman-temannya di belakangnya.

   Collet berteriak dan mengarahkan pistolnya kepada ...

   tidak ada apa-apa.

   Sebuah kamar tidur tamu.

   Betul-betul kosong.

   Derum suara mesin mobil itu terdengar dari sebuah panel elektronik hitam yang menempel pada dinding di samping tempat tidur.

   Collet sudah melihat panel-panel seperti ini di berbagai rumah.

   Sejenis sistem interkom.

   Dia bergerak cepat.

   Panel itu memiliki kira-kira dua belas tombol.

   RUANG KERJA ...

   DAPUR ...

   RUANG CUCI PAKAIAN ...

   GUDANG BAWAH TANAH ...

   Jadidarimanasuaramobilitu? RUANGTIDUR UTAMA ...

   RUANG MATAHARI ...

   GUDANG ...

   PERPUSTAKAAN ...

   Gudang! Collet sudah berada di bawah dalam beberapa detik saja.

   Ia berlari ke arah pintu belakang sambil menjambret salah satu agennya.

   Mereka berlari melintasi halaman belakang berumput dan tiba dengan terengah-engah di gudang kelabu yang sudah tidak terpakaj.

   Bahkan sebelum mereka masuk, Collet dapat mendengar suara mesin mobil yang semakin menghilang.

   Dia mencabut pistolnya lagi, bergegas masuk dan menyalakan lampu.

   Bagian kanan gudang itu merupakan bengkel penyimpanan -mesin pemotong rumput, peralatan otomotif, perlengkapan berkebun.

   Sebuah panel interkom yang sama menempel pada dinding di dekatnya.

   Salah satu tombolnya mengarah ke bawah, memancarkan suarA.

   RUANG TIDUR TAMU II Collet berbalik.

   Kemarahannya meluap.

   Mereka menggiring kami keatas dengan interkom ini! Dia lalu meneliti sudut gudang yang lain.

   Dia menemukan deretan panjang kandang kuda.

   Tidak ada kuda.

   Tampaknya pemiliknya lebih menyukai tenaga kuda jenis lain; kandang kuda itu telah dliubah menjadi fasilitas parkir otomotif yang mengesankan.

   Koleksinya mengagumkan, Ferrari hitam, Rolls-Royce asli, Aston Martin antik model sport coupe, Porsche kuno 356.

   Kandang terakhir kosong.

   Collet mengamatinya dan melihat bekas tetesan bensin di lantai kandang.

   Mereka tidak akan dapat keluar dari kompleks ini.

   Jalan dan gerbang telah ditutup dengan dua mobil patroli polisi untuk mencegah keadaan seperti ini.

   "Pak?", Seorang agen menunjuk ke lantai di sepanjang kandang kuda itu. Pintu geser belakang gudang itu terbuka lebar, membuka jalan ke tikungan yang gelap dan berlumpur pada lapangan yang tidak rata yang terentang dalam kegelapan malam di belakang gudang itu. Collet berlari ke arah pintu itu untuk melihat keluar kearah kegelapan. Apa yang dapat dilihatnya adalah bayangan hitam yang samar di kejauhan. Tidak ada lampu mobil. Collet yakin buruannya tidak mungkin keluar dari hutan itu.

   "Suruh beberapa orang berpencar ke sana. Mungkin mereka tengah terjebak disana, tak jauh dari sini. Mobil-mobil sport seperti ini tidak akan mampu melewati daerah seperti itu."

   "Mmm, Pak?"

   Seorang agen menunjuk pada sebuah papan tempat menggantung kunci-kunci mobil.

   Label di atas kunci-kunci itu bertuliskan nama-nama yang sudah dikenalnya.

   DAIMLER ...

   ROLLS-ROYCE ...

   ASTON MARTIN...

   PORSCHE Pasak gantungan terakhir kosong.

   Ketika Collet membaca label di atas gantungan kosong itu, dia tahu, dia punya masalah besar.

   RANGE Rover itu menggunakan sistem penggerak empat roda, transmisi standar, dengan lampu-lampu polypropylene yang sangat kuat dan kemudi di sebelah kanan.

   Langdon senang tidak harus mengemudi.

   REmy, pelayan lelaki Teabing, atas perintah tugasnya dengan sangat baik.

   Ia mengendalikan majikannya, melakukan kendaraan ini melintasi lapangan di belakang Puri Vilette, di bawah sinar rembulan.

   Tanpa lampu depan, dia telah melintasi bukit kecil dan sekarang sedang menuruni landaian panjang, bergerak menjauh dari rumah itu.

   Tampaknya dia sedang menuju ke siluet hutan bergerigi di kejauhan.

   Langdon, sambil memeluk batu kunci, menoleh ke be1akang dari tempat duduk penumpang di depan, ke Teabing dan Sophie yang duduk di bangku belakang.

   "Bagaimana kepalamu, Robert?"

   Tanya Sophie, terdengar prihatin. Langdon memaksakan senyuman kesakitan.

   "Lebih baik, terima kasih."

   Sesungguhnya kepalanya sedang menyiksanya.

   Di samping Sophie, Teabing melirik ke belakang, pada biarawan yang terikat dan tersumbat mulutnya, yang terbaring di ternpat barang yang sempit di belakang tempat duduk belakang.

   Teabing membawa pistol biarawan itu di atas pangkuannya dan tampak seperti foto kuno seorang pemburu Inggris yang bergaya di depan hasil buruannya.

   "Senang sekali kaudatang malam ini, Robert,"

   Kata Teabing, tersenyum seolah dia sedang bersenang-senang untuk pertama kalinya kalinya setelah bertahun-tahun bekerja keras.

   "Maaf telah melibatkanmu dalam soal ini, Leigh."

   "Oh, tidak apa-apa, aku sudah menunggu seumur hidupku untuk terlibat."

   Teabing menatap ke kaca depan, melewati Langdon, ke kegelapan dari pagar tanaman yang panjang. Dia menepuk bahu REmy dari belakang.

   "Ingat, jangan sampai lampu rem menyala. Gunakan rem darurat jika kau memerlukannya. Aku ingin memasuki hutan lebih dalam lagi. Jangan ada risiko mereka melihat kita dari rumah."

   REmy menyisir lambat dan mengemudikan Range Rover itu melintasi sebuah tanah terbuka di antara semak.

   Ketika mobil itu meluncur di atas jalan bersemak lebat, tak lama kemudian pepohonan rnenghalangi sinar bulan.

   Aku tidak dapat melihat apa-apa, pikir Langdon, sambil berusaha keras untuk dapat melihat bentuk apa saja di depan mereka.

   Benar-benar gelap gulita.

   Ranting-ranting menggesek samping kiri mobil, dan REmy menghindarinya dengan membelok ke kanan.

   Sambil menjaga kemudi agar tetap lurus, dia maju sedikit-sedikit kira-kira tiga puluh yard.

   "Kau melakukannya dengan sangat cantik, REmy,"

   Kata Teabing.

   "Sekarang pastilah kita sudah cukup jauh. Robert, tolong tekan tombol biru kecil tepat di bawah lubang angin di situ. Terlihat?"

   Langdon menemukan tombol itu dan menekannya.

   Seberkas sinar kuning terpancar menerangi jalan kecil di depan mereka, memungkinkan mereka melihat semak tebal di kiri-kanan jalan kecil itu.

   Lampu kabut, Langdon tahu itu.

   Lampu-lampu itu memberikan sinar kuning yang hanya cukup bagi mereka untuk tetap berada di jalan kecil itu, namun mereka sekarang betul-betul di tengah hutan, sehingga lampu-lampu itu tidak terlalu banyak membantu.

   "Nah, REmy,"

   Suara Teabing terdengar riang.

   "Lampu sudah menyala. Nyawa kami ada dalam genggamanmu."

   "Kita mau ke mana?"

   Tanya Sophie.

   "Jalan ini panjangnya tiga kilometer untuk masuk ke dalam hutan."

   Kata Teabing.

   "Memotong areal ini kemudian menikung ke utara. Jika kita tidak terhalang oleh genangan air yang dalam atau pohon tumbang, kita akan keluar tanpa lecet-lecet di bahu jalan tol nomor lima."

   Tanpalecet-lecet.

   Ternyata kepala Langdon tidak dianggap lecet.

   Langdon mengalihkan tatapan matanya ke bawah, ke pangkuannya sendiri.

   Di sana batu kunci itu tersimpan aman di dalam kotak kayu.

   Ukiran Mawar pada tutup peti sudah dipasang lagi.

   Walau masih merasa puyeng, Langdon sangat ingin membuka lagi mawar itu dan memeriksa ukiran di bawahnya dengan lebih teliti lagi.

   Ketika dia membuka tutupnya dan mulai mengangkatnya, Teabing meletakkan tangannya pada bahu Langdon dari bangku belakang.

   "Sabar, Robert,"

   Kata Teabing.

   "Mobil ini berguncang-guncang keras dan gelap. Jangan sampai kita mematahkan apa pun. Jika kau tidak dapat mengenali bahasa itu dalam ruangan terang, kau juga tidak akan lebih mengenalinya dalam gelap. Kita pusatkan perhatian untuk keluar dari sini dengan selamat, ya? Akan ada waktu untuk itu, segera."

   Langdon tahu, Teabing benar.

   Dengan sebuah anggukan, dia mengunci lagi kotak itu.

   Biarawan di belakang mengerang dan berkutat dengan ikatan-ikatan pada tubuhnya.

   Tiba-tiba dia mulai menendang dengan liar.

   Teabing memutar tubuhnya dan mengarahkan pistolnya kebelakang.

   "Aku tidak dapat membayangkan keluhanmu, Pak. Kau telah masuk tanpa izin ke rumahku, dan memukul hingga lebam kepala sahabatku. Aku seharusnya punya hak untuk menembakmu sekarang dan membiarkanmu membusuk di hutan."

   Biarawan itu tak membuat ribut lagi.

   "Apa kauyakin kita harus membawanya?"

   Tanya Langdon.

   "Tentu saja!"

   Seru Teabing.

   "Kau dikejar polisi karena membunuh, Robert. Bedebah ini adalah tiketmu untuk mendapatkan kebasanmu. Polisi tampaknya sangat menginginkanmu sehingga mereka mengikutimu hingga ke rumahku."

   "Itu kesalahanku,"

   Kata Sophie.

   "Mobil berlapis baja itu pastilah dipasangi transmiter."

   "Bukan itu masalahnya,"

   Kata Teabing.

   "Aku tidak heran polisi menemukan kalian. Yang aku heran, anggota Opus Dei ini menemukan kalian juga. Dari segala yang membayangkan bagaimana telah kauceritakan padaku, aku tidak dapat orang ini dapat mengikuti kalian hingga ke rumahku kecuali jika dia punya kontak, apakah dengan Polisi Judisial atau Bank Penyimpanan Zurich."

   Langdon memikirkannya. Bezu Fache jelas tampak berkeras mencari kambing hitam untuk pembunuhan malam ini. Dan, Vernet mengkhianati mereka tiba-tiba. Mengingat Langdon telah disangka membunuh empat orang, perubahan sikap Vernet dapat dimengerti.

   "Biarawan ini tidak bekerja sendirian, Robert,"

   Kata Teabing.

   "dan sebelum kautahu siapa di belakang ini semua, kalian berdua dalam bahaya. Kabar baiknya, temanku, kalian sekarang berada dalam posisi yang kuat. Monster di belakangku ini memunyai informasi itu, dan siapa pun yang mengendalikannya, pastilah dia sekarang sedang sangat panik."

   REmy menambah kecepatan, karena dia mulai terbiasa dengan keadaan medan. Mereka melintasi genangan air, mendaki gundukan dan turun lagi.

   "Robert, tolong berikan telepon itu padaku?"

   Teabing menunjuk telepon mobil pada dasbor. Langdon menyerahkannya, Teabing menunggu sangat lama sampai dan Teabing memutar nomor. ada yang menjawab teleponnya.

   "Richard? Aku membangunkanmu? Tentu saja begitu. Pertanyaan bodoh. Maafkan aku. Aku punya masalah kecil. Aku merasa agak bosan. REmy dan aku perlu pergi ke Isles untuk perawatanku. Baik, langsung saja. Maaf karena begini mendadak. Dapatkah kau menyiapkan Elizabeth dalam dua puluh menit? Aku tahu. Usahakan saja sebisamu. Sampai jumpa segera."

   Lalu dia menutup teleponnya.

   "Elizabeth?"

   Tanya Langdon.

   "Pesawatku. Aku harus membiayainya dengan harga tebusan seorang ratu."

   Langdon memutar tubuhnya sepenuhnya ke belakang dan menatap Teabing.

   "Apa?"

   Tanya Teabing.

   "Kalian tidak mungkin berada di Prancis dengan seluruh polisi judisial memburu kalian. London lebih aman."

   Sophie juga menoleh pada Teabing.

   "Kaupikir kami harus meninggalkan negeri ini?"

   "Teman-temanku, aku bisa lebih berpengaruh di dunia Internasional daripada hanya di Prancis. Lagi pula, Grail dipercaya ada di Inggris. Jika kita berhasil membuka batu kunci, aku yakin kita akan menemukan sebuah peta yang menunjukkan bahwa kita telah bergerak ke arah yang benar."

   "Kau membahayakan dirimu sendiri dengan menolong kami."

   Kata Sophie.

   "Kau tidak dapat berteman lagi dengan polisi Prancis."

   Teabing mengibaskan tangannya dengan kesan jijik.

   "Aku sudah bosan dengan Prancis. Aku pindah ke Prancis untuk menemukan batu kunci. Pekerjaan itu sudah selesai. Aku tidak peduli jika tidak akan melihat Puri Villette lagi."

   Suara Sophie terdengar tidak yakin.

   "Bagaimana kita dapat melewati petugas keamanan bandara?"

   Teabing tertawa.

   "Aku terbang dari Le Bourget---sebuah lapangan terbang eksekutif, tidak jauh dari sini. Dokter-dokter Prancis membuatku panik, jadi setiap dua minggu aku terbang ke utara untuk menjalani perawatanku di Inggris. Aku membayar sejumlah besar uang bagi kedua belah pihak. Begitu kita di udara, kau dapat memutuskan apakah kau memerlukan petugas Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk menemui kita atau tidak."

   Tiba-tiba Langdon merasa tidak mau berhubungan dengan kedutaan.

   Dia hanya dapat memikirkan batu kunci saja, naskah itu, dan apakah semua itu akan membawa mereka ke Grail.

   Dia bertanya-tanya apakah Teabing benar tEntang Inggris sebagai tempat Grail berada.

   Diakui, kebanyakan legenda modern menyebutkan bahwa Grail berada di sekitar Inggris Raya.

   Bahkan dongeng Raja Arthur, Grail-rich Isle dari Avalon, sekarang diyakini ada di Gaisronbury, Inggris.

   membayangkan dia Di mana pun Grail berada, Langdon tidak pernah akan benar-benar mencarinya.

   Dokumen-dokumen Sangreal.SejarahYesusKristusyangsebenarnya.MakamMariaMagdalena.

   Tiba-tiba dia merasa hidup di semacarn tempat buangan malam ini ...

   di dalam sebuah gelembung yang membuatnya tak tersentuh oleh dunia nyata.

   "Pak?"

   Tanya REmy.

   "Anda betul-betul berniat untuk tinggal di Inggris selamanya?"

   "REmy, kau tidak perlu khawatir,"

   Teabing meyakinkannya.

   "Hanya karena aku kembali ke kerajaan Ratu tidak berarti aku berniat untuk berhenti bekerja dan berpangku tangan sepanjang hari. Aku harap kau mau bergabung denganku di sana selamanya. Aku berniat membeli sebuah vila yang indah di Devonshire, dan kita akan mengapalkan semua barang-barangmu segera. Sebuah petualangan, REmy. Aku tegaskan, sebuah petualangan!"

   Langdon terpaksa tersenyum.

   Ketika Teabing menggambarkan rencananya ke Inggris sebagai kepulangan yang membawa kemenangan, Langdon merasa tertulari oleh semangat lelaki itu.

   Langdon menatap keluar, melihat hutan berlalu, pucat .seperti hantu dalam sinar kuning lampu kabut.

   Spion mobil mengarah kedalam, tergesek hingga miring oleh ranting-ranting, sehingga Langdon kini dapat melihat pantulan Sophie yang duduk tenang di bangku belakang.

   Langdon menatapnya, lama dan merasa sangat senang.

   Walau dia mengalami begitu banyak masalah malam ini, Langdon bersyukur karena telah bertemu dengan orang yang baik.

   Setelah beberapa menit, seolah merasakan tatapan mata Langdon padanya, Sophie mencondongkan tubuhnya ke depan dan meletakkan tangannya pada bahu Langdon.

   Dia lalu mengusapnya sedikit.

   "Kau tidak apa-apa?"

   "Ya,"

   Kata Langdon.

   "begitulah."

   Sophie mundur lagi, dan dari cermin itu Langdon melihat senyuman tipis tersungging pada wajah Sophie.

   Langdon akhirnya tersenyum juga.

   Meringkuk terjepit di bagasi Range Rover, Silas hampir tidak dapat bernapas.

   Lengan-lengannya ditelikung ke belakang dan diikat kuat ke mata kakinya dengan menggunakan benang-ikat dapur dan pita berperekat.

   Setiap guncangan mobil membuatnya sakit pada bahu-bahunya yang terpelintir.

   Setidaknya, orang yang menangkapnya telah melepascilice-nya.

   Karena tidak dapat bernapas dengan baik melalui plester yang menutup mulutnya, dia hanya dapat bernapas dengan hidungnya, yang sekarang juga mulai tertutup oleh debu bagasi mobil tempat dia disekap.

   Dia mulai batuk-batuk.

   "Kupikir dia tercekik,"

   Kata si. pelayan Prancis, terdengar khawatir. Lelaki Inggris yang telah menyerang Silas dengan tongkatnya sekarang menoleh ke belakang dan melongok dari bangkunya. Ia mengerutkan dahinya dengan dingin ke arah Silas.

   "Kau beruntung, kami orang Inggris tidak menilai kesopanan seseorang dari perasaannya kepada temannya, tetapi perasaannya kepada musuhnya."

   Lelaki Inggris itu menjulurkan tangannya ke bawah dan meraih plester di mulut Silas. Dengan sekali gerakan cepat, dia merobeknya. Silas merasa bibirnya seperti terbakar, namun udara yang masuk ke dalam paru-parunya seperti dikirimkan Tuhan padanya.

   "Kau bekerja untuk siapa?"

   Teabing bertanya.

   "Aku bekerja untuk Tuhan,"

   Menjawab kasar melalui rasa sakit pada rahangnya karena kena tendangan Sophie tadi.

   "Kau anggota Opus Dei,"

   Kata lelaki Inggris itu lagi. Itu bukan sebuah pertanyaan.

   "Kau tidak tahu apa-apa tentang diriku."

   "Mengapa Opus Dei menginginkan batu kunci itu?"

   Silas tidak berniat untuk menjawabnya.

   Batu kunci merupakan mata rantai menuju Holy Grail, dan Holy Grail adalah kunci untuk melindungi keyakinan.

   AkumemangbekerjauntukTuhan.

   The Wayadadalambahaya.

   Sekarang, di dalam Range Rover, sambil berkutat melepaskan ikatannya, Silas takut akan mengecewakan Guru dan Uskup selamanya.

   Dia tidak punya kesempatan untuk menghubungi mereka dan mengatakan perubahan keadaan yang memburuk itu.

   Penangkapku memiliki batu kunci! Mereka akan menemukan Grail sebelum kami.

   Di dalam kegelapan yang mencekik, Silas berdoa.

   Dia membiarkan rasa sakit pada tubuhnya sebagai bahan bakar permohonannya.

   Sebuahkeajaiban,Tuhan.

   Akumemerlukansebuahkeajaiban.

   Silas sama sekali tidak tahu bahwa beberapa jam setelah ini, dia akan mendapatkannya.

   "Robert?"

   Sophie masih mengamatinya.

   "Kilasan yang aneh baru saja melintasi wajahmu."

   Langdon membalas tatapan Sophie.

   Dia merasa rahangnya terkatup kaku dan jantungnya berdebar.

   Sebuah gagasan luar biasa barusaja melintas pada benaknya.

   Mungkinkah ini hanya memerlukan penjelasan yang begitu sederhana? "Aku memerlukanhandphone-mu, Sophie."

   "Sekarang?"

   "Rasanya aku baru saja mengetahui sesuatu."

   "Apa itu?"

   "Aku akan mengatakannya sebentar lagi. Aku memerlukan teleponmu."

   Sophie tampak waspada.

   "Aku meragukan kemungkinan Fache menyadap, tetapi usahakan di bawah satu menit, untuk berjaga-jaga."

   Dia memberikan teleponnya.

   "Bagaimana memutar nomor Amerika Serikat?"

   "Kau harus mengganti ongkos pulsanya. Uang penggantianku tidak termasuk telepon ke seberang Atlantic."

   Langdon memutar nol.

   Dia tahu enam puluh detik mungkin dapat menjawab sebuah pertanyaan yang telah membingungkannya sepanjang ma1am.

   Seorang editor di New York, Jonas Faukman, baru saja naik ke tempat tidurnya malam itu ketika teleponnya berdering.

   Agak terlalu malam untuk menelepon, gerutunya sambil mengangkat teleponnya.

   Suara seorang operator bertanya padanya.

   "Anda mau membayar tagihan sebuah panggilan telepon dari Robert Langdon?"

   Dengan bingung, Jonas menyalakan lampu.

   "Ah ... tentu, baiklah."

   Pangggilan itu tersambung.

   "Jonas?"

   "Robert? Kau membangunkan akudan menyuruh aku membayarnya?"

   "Jonas, maafkan aku,"

   Kata Langdon.

   "Aku akan sebentar saja. Aku betul betul harus tahu. Naskah yang kuberikan padamu. Kau sudah..."

   "Robert, maafkan aku. Aku tahu, aku mengatakan akan mengirimkan hasil editanku padamu minggu ini, tetapi aku sibuk sekali. Senin depan. Aku janji."

   "Aku tidak tanya soal editanmu. Aku perlu tahu apakah kau ada mengirimkan salinannya untuk mendapatkan pujian tanpa mengatakannya padaku?"

   Faukman ragu-ragu.

   Naskah Langdon yang terbaru---sebuah penjelajahan sejarah pemujaan dewi---meliputi beberapa bab tentang Maria Magdalena yang akan membuat beberapa alis mata terangkat.

   Walau bahan-bahannya terdokumentasi dengan baik dan telah Faukman tidak berniat mencetak edisi didukung oleh ilmuwan lainnya, 'bacaan pendahuluan' dari buku Langdon tersebut tanpa setidaknya ada beberapa pengesahan dari sejarawan dan seniman terkemuka.

   Jonas telah memilih sepuluh nama besar dalam dunia seni dan mengirimi mereka keseluruhan naskah itu berikut sepucuk surat sopan yang meminta mereka menulis dukungan singkat untuk dicetak di sampul buku itu.

   Menurut pengalaman Faukman, banyak orang senang jika nama mereka tercetak dalam buku.

   "Jonas?"

   Langdon mendesak.

   "Kau telah mengirim naskahku, bukan?"

   Faukman mengerutkan dahinya, merasakan ketidaksenangan Langdon dengan itu.

   "Naskah itu bagus, Robert, dan aku ingin mengejutkanmu dengan beberapa pujian yang menarik."

   Jeda.

   "Apakah kau mengirim satu salinan untuk kurator di Louvre Paris?"

   "Menurutmu bagaimana? Naskahmu mengacu pada koleksi Louvre-nya beberapa kali, buku-bukunya ada dalam daftar bibliografimu, dan orang itu memiliki pengaruh besar untuk penjualan di luar negeri. SauniEre adalah pilihan jelas."

   Kesunyian di ujung lainnya terasa lama.

   "Kapan kau mengirimkannya?"

   "Kira-kira sebulan yang lalu. Aku juga mengatakan bahwa kau akan segera berada di Paris dan mengusulkannya untuk bertemu denganmu. Apakah dia pernah meneleponmu untuk bertemu?"

   Faukman terdiam, menggosok matanya.

   "Tunggu dulu. Bukankah kau seharusnya di Paris minggu ini?"

   "Aku sedang di Paris."

   Faukman duduk tegak.

   "Aku harus membayar teleponmu dari Paris?"

   "Ambilah dari royaltiku, Jonas. Apakah kau pernah mendapat balasan dari SauniEre? Apakah dia menyukai naskah itu?"

   "Aku tidak tahu. Aku belum mendapat jawaban darinya."

   "Baiklah, tak usah tegang. Aku harus pergi, tetapi ini menjelaskan banyak hal. Terima kasih."

   "Robert -"

   Namun Langdon sudah memutuskan hubungan. Faukman menutup teleponnya, menggelengkan kepalanya karena tidak percaya.Dasarpengarang, pikirnya.Bahkanyangwaraspun,gilajuga. Di dalam Range Rover itu, Leigh Teabing tertawa terbahak-bahak.

   "Robert, kau menulis sebuah naskah yang menyelidiki sebuah perkumpulan rahasia, dan editormu mengirimkan salinannya kepada perkumpulan rahasia itu?"

   Langdon merosot dalam duduknya.

   "Begitulah kira-kira."

   "Kebetulan yang kejam, temanku."

   Kebetulan tidakadahubungannya dengan ini, Langdon tahu ttu.

   Meminta Jacques SauniEre untuk memberikan kata-kata dukungan pada naskah tentang pemujaan dewi jelas seperti meminta Tiger Woods memberikan dukungan sebuah buku tentang golf.

   Lagi pula, sangat dapat dijamin bahwa segala buku tentang pemujaan dewi akan harus menyebutkan Biarawan Sion.

   "Ini sebuah pertanyaan bernilai sejuta dolar,"

   Kata Teabing, masih tertawa.

   "Apakah kamu bersikap pro atau kontra terhadap Biarawan?"

   Langdon dapat mendengar maksud jujur Teabing dengan jelas.

   Banyak sejarawan menanyakan mengapa Biarawan masih tetap menyembunyikan dokumem-dokumen Sangreal.

   Beberapa orang berpendapat bahwa dokumendokumen itu seharusnya dibagikan ke seluruh dunia sejak lama.

   "Aku tidak bersikap apa pun pada tindakan-tindakan Biarawan."

   "Maksudmu, tidak memihak."

   Langdon mengangkat bahunya. Tampaknya Teabing memihak pada yang berpendapat bahwa dokumen itu selayaknya disebarluaskan.

   "Aku hanya menyuguhkan sejarah tentang persaudaraan itu dan menggambarkan mereka sebagai kelompok modern pemuja dewi, penjaga Grail, dan pengawal dokumen-dokumen kuno itu."

   Sophie naskahmu?"

   Langdon menatap Langdon.

   "Kau menyebutkan batu kunci dalam mengedip. Betul. Sering kali.

   "Aku membicarakan tentang kemungkinan batu kunci itu sebagai sebuah contoh usaha Biarawan untuk melindungi dokumen-dokumen Sangreal."

   Sophie tampak kagum.

   "Kupikir itu menjelaskan tentang P.S. CariRobert Langdon."

   Langdon merasa bahwa naskah itu mengandung hal lain yang menarik perhatian SauniEre, namun dia akan membicarakan hal itu jika sudah berdua saja dengan Sophie.

   "Jadi,"

   Kata Sophie.

   "kau berbohong pada Fache."

   "Apa?"

   Tanya Langdon.

   "Kau mengatakan kepada Fache bahwa kau tidak pernah bersuratan dengan kakekku."

   "Memang tidak. Editorku yang mengirimkan naskahku padanya."

   "Pikirkan ini, Robert. Jika Kapten Fache tidak menemukan amplop pembungkus naskahmu, Fache akan menyimpulkan kau yang mengirimkannya,"

   Sophie terdiam.

   "Atau lebih buruk lagi, kau membawa dan menyerahkannya sendiri kepada kakekku kemudian kau berbohong tentang itu."

   Ketika Range Rover itu tiba di lapangan terbang Le Bourget, REmy membawa mobil itu memasuki hanggar di ujung jalan pesawat.

   Ketika mereka mendekat, seseorang yang kuyu berpakaian dril kusut bergegas keluar dari hanggar.

   Ia melambai dan mendorong pintu metal besar, memperlihatkan sebuah jet putih dalamnya.

   Langdon menatap pesawat terbang berkilauan itu.

   "Itu Elizabeth?"

   Teabing tersenyum.

   "Mengalahkan Chunnel celaka itu."

   Lelaki berpakaian dril bergegas mendatangi mereka, menyipitkan matanya karena sinar lampu mobil.

   "Hampir siap, Pak,"

   Serunya dengan aksen Inggris.

   "Maafkan saya karena keterlambatan ini, tetapi Anda begitu mendadak, dan..."

   Dia terdiam ketika kelompok itu turun dari mobil. Dia menatap Sophie dan Langdon, lalu Teabing. Teabing berkata.

   "Teman-temanku dan aku ada keperluan mendadak di London. Kita tidak boleh membuang waktu. Tolong siapkan keberangkatan segera."

   Sambil berbicara, Teabing mengeluarkan pistol dari mobil dan menyerahkannya kepada Langdon. Pilot itu nembelalakkan matanya ketika melihat pistol itu. Dia mendekati Teabing dan berbisik.

   "Pak, dengan sangat menyesal, tetapi upah penerbangan diplomatik saya hanya berlaku untuk Anda dan pelayan Anda. Saya tidak dapat membawa tamu.-tamu Anda."

   "Richard,"

   Kata Teabing sambil tersenyum hangat.

   "dua ribu poundsterling dan pistol berpeluru itu mengatakan bahwa kau bisa mengangkut tamutamuku."

   Lalu dia menunjuk pada Range Rover itu.

   "Berikut seorang lelaki yang kurang beruntung di belakang itu."

   MESIN KEMBAR Garret TFE-731 pesawat Hawker 731 bergemuruh, memberikan tenaga kepada pesawat itu untuk mengangkasa dengan kekuatan yang memilin perut.

   Di luar jendela, lapangan terbang Le Bourget ditinggalkan dengan kecepatan mengejutkan.

   Akulari meninggalkannegeri,pikirSophie.

   Tubuhnya terdorong mundur ke sandaran kursi.

   Hingga saat ini, dia percaya permainan kucing dan tikusnya dengan Fache akan dibenarkan oleh Kementerian Pertahanan.

   Aku berniat melindungi orang yang tak bersalah.

   Aku berusaha melaksanakan pesan terakhir kakekku.

   Kesempatan itu, Sophie tahu, baru saja tertutup.

   Dia telah meninggalkan negerinya, tanpa dokumen perja1anan, menemani seorang buronan, dan membawa seorang sandera.

   Jika sebuah "garis alasan"

   Pernah ada, Sophie baru saja melewatinya.Dengankecepatansuara.

   Sophie duduk bersama Langdon dan Teabing di dekat kabin depan--The Fan Jet Executive Elite Design, seperti yang tercantum pada sebuah medali emas di pintu.

   Kursi putar mereka yang mewah dibaut pada rel dilantai dan dapat dipindah-pindah dan dikunci lagi di sekitar meja persegi dari kayu keras.

   Sebuah ruang rapat mini.

   Namun, suasana bermartabat ini hanya menutupi sedikit saja keadaan yang kurang bermartabat di bagian belakang pesawat.

   Di situ, diruang duduk dekat toilet, pelayan Teabing, Remy, duduk dengan pistol di tangan, dengan setengah hati menjalankan perintah majikannya untuk menjaga biarawan celaka itu, yang sekarang terbaring di bawah kakinya seperti seonggok koper.

   "Sebelum kita memusatkan perhatian pada batu kunci,"

   Kata Teabing "aku senang jika kalian mengizinkan aku mengatakan beberapa kata."

   Teabing terdengar takut-takut, seperti seorang ayah akan memberikan ceramah burungdan-kumbang kepada anak-anaknya.

   "Teman-temanku, aku tahu aku hanya seorang tamu dalam perjalanan ini, dan aku merasa terhormat karenanya. Tetapi, sebagai seseorang yang sudah seumur hidupnya mencari Grail, aku merasa berkewajiban untuk memperingatkan kalian bahwa kalian akan melangkah ke satu arah yang tidak ada arah kernbalinya, terlepas dari bahaya yang ada."

   Dia menoleh ke arah Sophie.

   "Nona Neveu, kakekmu memberimu cryptrx ini dengan harapan kau akan menjaga rahasia Holy Grail agar tetap ada."

   "Ya."

   "Dapat dimengerti, kau merasa wajib untuk mengikuti jejaknya kemana pun itu membawa."

   Sophie mengangguk, walau dia merasa ada motivasi kedua yang membakar jiwanya.

   Kebenaran tentang keluargaku.

   Walau Langdon telah meyakinkannya bahwa batu kunci tidak ada hubugannya dengan masa lalu Sophie, dia masih merasa sesuatu yang sangat pribadi terkait dengan misteri ini.

   Dia juga merasa seolahcyptex yang dibuat dengan tangan kakeknya sendiri ini mencoba untuk berbicara dengannya dan menawarkan semacam pemecahan atas kekosongan yang telah menghantuinya selama bertahun-tahun.

   "Kakekmu dan tiga orang lainnya telah tewas malam ini,"

   Teabing melanjutkan.

   "dan mereka mengalami itu demi menjaga agar batu kunci ini tetap jauh dari jangkauan Gereja. Opus Dei datang malam ini untuk memilikinya. Kuharap, kau mengerti bahwa ini menempatkanmu pada posisi tanggung-jawab yang sangat besar. Kau telah diberi sebuah suluh. Api yang berusia dua ribu tahun yang tidak boleh padam. Suluh ini tidak boleh jatuh ke tangan orang yang salah."

   Dia terdiam sejenak, menatap kotak kayu mawar.

   "Aku tahu, kau tidak punya pilihan dalam hal ini, Nona Neveu, tetapi mengingat apa yang tengah terjadi di sini, kau harus sepenuhnya bertanggung jawab...atau kau harus menyerahkan tanggung-jawab itu kepada orang lain.

   "Kakekku memberikan cryptex itu padaku. Aku yakin kakekku berpendapat aku sanggup memegang tanggung jawab itu."

   Teabing tampak bersemangat, namun kurang percaya.

   "Bagus. Kemauan yang kuat itu penting. Walau begitu, aku ingin tahu apakah kau mengerti bahwa jika kau berhasil membuka batu kunci maka itu akan membawamu ke ujian yang lebih besar."

   "Mengapa begitu?"

   "Sayangku, bayangkan, kau tiba-tiba memegang sebuah peta yang mengungkap tempat Holy Grail. Pada saat itu, kau akan memegang sebuah kebenaran yang sanggup mengubah sejarah selamanya. Kau akan menjadi penjaga sebuah kebenaran yang telah dicari orang lain selama berabad-abad. Kau akan berhadapan dengan tanggung jawab untuk membuka kebenaran itu kepada seluruh dunia. Orang yang melakukan itu akan dipuja oleh banyak orang dan dibenci oleh banyak orang juga. Pertanyaannya adalah apakah kau dapat memiliki kekuatan yang cukup untuk mengemban amanat itu."

   Sophie terdiam.

   "Aku tidak yakin bahwa harus aku yang memutuskan itu."

   Alis Teabing terangkat.

   "Tidak yakin? Jika bukan pemilik batu kunci, lalu siapa?"

   "Persaudaraan yang telah berhasil melindungi rahasia itu selama ini."

   "Biarawan?"

   Teabing tampak ragu.

   "Tetapi bagaimana? Persaudaraan itu telah porak poranda. Dibantai, seperti yang kausebutkan. Apakah mereka disusupi oleh semacam penguping atau oleh seorang mata-mata di tingkat mereka sendiri, kita tidak pernah tahu. Tetapi, kenyataannya seseorang telah memasuki mereka dan mengenali identitas keempat anggota tertinggi itu. Dalam hal ini, aku tidak akan mempercayai seorang pun yang mengaku sebagai anggota persaudaraan itu."

   "Jadi, apa usulmu?"

   Tanya Langdon.

   "Robert, kau tahu seperti juga aku, bahwa Biarawan tidak akan menyimpan kebenaran itu hingga akhir zaman. Mereka telah menunggu saat yang tepat dalam sejarah untuk membagi rahasia mereka. Saat dunia siap menerima kebenaran itu."

   "Dan kau percaya saat itu telah tiba?"

   Tanya Langdon.

   "Tepat. Sudah sangat jelas keadaannya. Semua tanda-tanda sejarah telah terjadi, dan jika Biarawan Sion belum berniat untuk segera membuka rahasia mereka, mengapa Gereja menyerang mereka sekarang?"

   Sophie membantah.

   "Biarawan di belakang belum mengatakan kepada kita tujuannya."

   "Tujuan biarawan ini sama dengan tujuan Gereja,"

   Jawab Teabing.

   "yaitu untuk menghancurkan dokumen-dokumen yang membuka penipuan besar. Gereja datang lebih dekAt malam ini daripada sebelum-sebelumnya, dan Biarawan Sion telah mempercayakan rahasia itu kepadamu, Nona Neveu. Tugas untuk menyelamatkan Holy Grail jelas termasuk melanjutkan keinginan terakhir Biarawan, yaitu membagi kebenaran itu kepada dunia."

   Langdon menyela.

   "Leigh, meminta Sophie untuk membuat keputusan merupakan beban yang sangat berat bagi seseorang yang baru satu jam mengetahui adanya dokumen-dokumen Sangreal."

   Teabing mendesah.

   "Aku minta maaf jika aku mendesakrnu, Nona Neveu. Jelasnya, aku selalu percaya bahwa dokumen-dokumen ini harus diumumkan, tetapi keputusan itu tetap berada padamu. Aku hanya merasa bahwa kau harus mulai memikirkan apa yang akan terjadi jika kita berhasil membuka batu kunci itu."

   "Bapak-bapak,"

   Kata Sophie, suaranya tegas.

   "mengutip kata-katamu, 'Kau tidak menemukan Grail itu, Grail menemukanmu'. Aku percaya bahwa Grail telah menemukanku karena satu alasan dan ketika waktunya tiba, aku akan tahu apa yang harus kulakukan."

   Kedua lelaki itu tampak terkejut.

   "Jika begitu,"

   Lanjut Sophie, sambil menunjuk ke kotak kayu mawar itu.

   "Ayo kita 1anjutkan."

   LETNAN COLLET berdiri di tengah ruang duduk di Puri Villette, sambil menatap api yang mulai mati di perapian dan merasa sedih.

   Kapten Fache telah datang beberapa saat yang lalu dan sekarang berada di ruang sebelah, berteriak-teriak pada teleponnya, mencoba untuk mengatur usaha yang telah gagal untuk mencari Range Rover yang hilang.

   Mobilitusudah entahdimanasekarang, pikir Collet.

   Karena dia telah mengabaikan perintah langsung dari Fache, dan kehilangan Langdon untuk kedua kalinya, Collet bersyukur karena PTS telah menemukan lubang peluru di lantai, yang setidaknya mendukung pernyataan Collet tentang adanya tembakan.

   Namun perasaan Fache masih saja masam, dan Collet merasa akan ada reaksi yang menakutkan ketika suasana sudah mereda.

   Celakanya, petunjuk yang mereka ikuti di sini tampaknya tidak mengungkap apa yang terjadi dan siapa saja yang terlibat.

   Mobil Audi hitam di luar telah disewa dengan nama palsu dan kartu kredit bernomor palsu juga, dan sidik jari yang tertinggal di mobil itu tidak sesuai dengan apapun dalam database di interpol.

   Agen lain bergegas masuk ke ruang duduk itu.

   Matanya tampak bersinar mendesak.

   "Di mana Kapten Fache?"

   Collet hampir tidak mengangkat kepalanya dari bara api yang masih menyala.

   "Dia sedang menelepon."

   "Aku sudah selesai menelepon,"

   Bentak Fache, muncul di ruangan itu.

   "Apa yang kaudapat?"

   Agen kedua itu berkata.

   "Pak, Pusat baru saja mendengar dari AndrE Vernet di Bank Penyimpanan Zurich. Vernet ingin berbicara dengan Anda secara pribadi. Dia mengubah ceritanya."

   "Oh?"

   Kata Fache. Sekarang Collet mengangkat kepalanya dan menatap mereka.

   "Vernet mengakui bahwa Langdon dan Neveu ada di dalam banknya beberapa saat malam ini."

   "Kita. tahu itu,"

   Kata Fache.

   "Mengapa tadi Vernet berbohong tentang itu?"

   "Dia mengatakan hanya akan berbicara dengan anda, tetapi dia setuju untuk bekerja sama sepenuhnya."

   "Apa yang dimintanya?"

   "Kita harus menjaga nama baik banknya dari media dan juga membantunya mengembalikan beberapa benda milik bank. Tampaknya Langdon dan Neveu telah mencuri sesuatu dari rekening SauniEre."

   "Apa?"

   Collet berseru.

   "Bagaimana?"

   Fache tidak pernah mengalihkan matanya dari agen kedua itu.

   "Apa yang mereka curi?"

   "Vernet tidak mengatakannya, tetapi dia terdengar mau melakukan apa saja untuk mendapatkannya kembali."

   Collet berusaha membayangkan bagaimana itu terjadi.

   Mungkin Langdon dan Neveu telah menodong seorang pegawai? Mungkin mereka memaksa Vernet untuk membuka rekening SauniEre dan memberikan fasilitas untuk melarikan diri dengan mobil lapis baja? Seperti yang terlihat, Collet tetap sulit mempercayai bahwa Sophie Neveu dapat terlibat dalam kasus seperti ini.

   Dari dapur, agen yang lain lagi berseru kepada Fache.

   "Kap ten? Aku meneliti nomor putar-cepat pada telepon Pak Teabing, dan aku mendapatkan nomor lapangan udara Le Bourget. Aku mendapat beberapa berita buruk."

   Tiga puluh detik kemudian, Fache berkemas dan bersiap untuk meninggalkan Puri Villette.

   Dia baru tahu bahwa Teabing menyimpan jet pribadi di dekat lapangan udara Le Bourget dan pesawat itu telah terbang kira-kira setengah jam yang lalu.

   Petugas Le Bourget di telepon mengaku tidak tahu siapa saja yang ada di dalam pesawat atau ke mana tujuan mereka.

   Keberangkatan mereka tidak dijadwal, dan juga tidak ada rencana penerbangan yang telah dicatat.

   Betulbetul menyalahi aturan, walaupun untuk lapangan udara kecil.

   Fache yakin, dengan rnenggunakan cara penekanan yang benar, dia akan mendapatkan jawaban yang dicarinya.

   "Letnan Collet,"

   Bentak Fache, sambil berjalan menuju ke pintu "Aku tidak punya pilihan kecuali memberimu tanggung-jawab penyelidikan PTS di sini. Coba lakukan hal yang benar sesekali."

   KETIKA Hawker telah mengangkasa dan sudah mendatar lagi, dengan hidung mengarah ke Inggris, Langdon dengan hati-hati mengangkat kotak kayu mawar itu dari pangkuannya, tempat aman untuk melindungi kotak itu sewaktu mengangkasa.

   Sekarang, begitu dia meletakkan kotak itu di atas meja, Sophie dan Teabing bersemangat.

   Langdon segera mencondongkan tubuh mereka ke depan dengan mengangkat penutup dan membuka kotak itu, lalu dia mengalihkan perhatiannya pada lubang kecil di bagian dalam penutup kotak itu, bukan lagi pada lempengan-lempengan bertulisan pada cryptex itu.

   Dengan menggunakan ujung pena, dia mencungkil dengan hati-hati ukiran mawar diatasnya dan muncullah teks dibawahnya.

   Sub Rosa, dia berpikir, dan berharap dengan melihat teks itu sekali ini, dia akan dapat membaca dan memahaminya.

   Langdon mempelajari teks asing itu.

   mengerahkan semua kemampuannya untuk Setelah beberapa detik, dia mulai merasa putus asa.

   "Leigh, tampaknya aku tidak dapat menerkanya."

   Dari tempat duduknya di seberang meja, Sophie tidak dapat melihat teks itu, tetapi ketidakmampuan Langdon untuk segera mengenali bahasa itu sangat mengherankannya.

   Kakekku berbicara dengan bahasa yang begitu kabur sehingga bahkan seorang ahli simbologi tak dapat mengenalinya? Namun setelah itu dia sadar, dia seharusnya tidak perlu heran.

   Ini bukanlah rahasia pertama yang disembunyikan Jacques SauniEre dari cucunya.

   Diseberang Sophie, Leigh Teabing merasa siap meledak.

   Penuh hasrat untuk melihat teks itu, lelaki Inggris itu bergetar karena semangatnya.

   Ia mencondongkan tubuhnya, mencoba melihat dari dekat Langdon yang masih tampak membungkukkan punggungnya menutupi kotak itu.

   "Aku tidak tahu,"

   Bisik Langdon bersungguh-sungguh.

   "Tebakan pertamaku, ini teks Semit, tetapi sekarang aku tidak yakin lagi. Pada umumya huruf dasar Semit memilikinikkudim. Teks ini tidak memilikinya."

   "Mungkin ini huruf-huruf kuno,"

   Teabing mencoba membantu.

   "Nikkudim?"

   Tanya Sophie. Teabing tidak pernah mengangkat matanya dari kotak kayu itu.

   "Pada umumnya huruf Semit modern tidak memiliki huruf hidup dan menggunakan nikkudim -titik kecil dan garis yang dibubuhkan di bawah ataupun di atas huruf mati -untuk menunjukkan suara huruf hidup apa yang menyertai huruf mati tersebut. Menurut sejarahnya, nikkudim merupakan tambahan modern pada bahasa."

   Langdon masih menutupi kotak itu dengan tubuhnya.

   "Mungkin ini merupakan penyalinan huruf dari kitab Taurat ke bahasa yang lain..."

   Teabing tidak dapat menahannya lagi.

   "Mungkin jika aku hanya ..."

   Lalu dia meraih kotak itu dari Langdon dan mendekatkannya pada dirinya.

   Tidak diragukan.

   Langdon memiliki pengetahuan akan huruf-huruf kuno yang standar -Yunani, Latin, Roman -tetapi dari pandangan sekilas Teabing terhadap bahasa ini, ia menganggap teks itu tampak lebih khusus, mungkin sebuah teks Rashi, atau sebuah STAM dengan hiasan-hiasan.

   Sambil menarik napas panjang, Teabing masih terpaku menatap ukiran itu.

   Dia tidak mengatakan apa pun sampai lama.

   Dengan berlalunya setiap detik, Teabing merasa kepercayaannya mengempis.

   "Aku terpesona,"

   Katanya.

   "Sepertinya aku belum pernah melihat bahasa ini!"

   Langdon melorot dalam duduknya.

   "Boleh aku melihatnyaI"

   Tanya Sophie. Teabing berpura-pura tidak mendengarnya.

   "Robert, tadi kau bilang bahwa kau merasa pernah melihat tulisan seperti ini?"

   Langdon tampak jengkel.

   "Kukira begitu. Aku tidak yakin. Tetapi teks itu tampak tidak asing bagiku."

   "Leigh?"

   Sophie mengulangi, jelas dia tidak merasa senang tidak dilibatkan dalam diskusi itu.

   "Boleh aku me1ihat kotak yang dibuat kakekku?"

   "Tentu saja, sayang,"

   Kata Teabing, sambil mendorong kotak itu kepada Sophie.

   Dia tidak berniat untuk terdengar mengecilkan peran Sophie Neveu, namun gadis itu masih jauh terlalu muda.

   Jika seorang sejarawan bangsawan Inggris dan seorang ahli simbologi Harvard tidak dapat mengenali bahasa itu -"Aah,"

   Seru Sophie, setelah beberapa detik mengamati kotak itu.

   "AkU seharusnya sudah menerkanya tadi."

   Teabing dan Langdon bersamaan menoleh pada Sophie, dan menatapnya.

   "Menerkaapa?"

   Tanya Teabing. Sophie menggerakkan bahunya.

   "Menerka bahwa ini akan merupakan bahasa yang akan digunakan oleh kakekku."

   "Maksudmu kau dapatmembaca teks ini?"

   Seru Teabing.

   "Dengan sangat mudah,"

   Kata Sophie riang, jelas dia sangat menikmati suasana ini.

   "Kakekku mengajarkan bahasa ini padaku ketika aku baru berusia enam tahun. Aku lancar menggunakannya."

   Dia mencondongkan tubuhnya ke atas meja dan menatap Teabing dengan tajam memperingatkan.

   "Dan terus terang, Pak, mengingat kedekatanmu dengan Ratu, aku agak heran kau tidak mengenalinya."

   Dalam sekejap Langdon tahu.

   Pantassajateksitutampaktakasingbagiku! Beberapa tahun yang lalu, Langdon menghadiri sebuah acara di Museum Fogg Harvard.

   Seorang mantan mahasiswa Harvard yangdropout, Bill Gates, telah kembali ke almamaternya untuk meminjamkan salah satu miliknya yang tak ternilai kepada museum---delapan belas lembar kertas yang belum lama ini dibelinya pada sebuah pelelangan, dari Armand Hammar Estate.

   Tawaran menangnya -30,8 juta dolar Amerika.

   Penulis lembaran-lembaran itu adalah -Leonardo da Vinci.

   Kedelapan belas lembar folio -sekarang dikenal dengan sebutan Codex Leicester Leonardo, mengikuti nama pemiliknya yang terkenal, Earl of Leicester -itu merupakan sisa dari catatan Leonardo Da Vinci yang mengagumkan; esai-esai dan gambar-gambar yang menguraikan teori-teori progresif Da Vinci pada astronomi, arkeologi, dan hidrologi.

   Langdon tidak akan pernah lupa reaksinya sendiri setelah menunggu dalam antrian dan akhirnya melihat lembaran kertas perkamen yang sangat berharga itu.

   Namun Langdon betul-betul merasa kecewa.

   Lembaran-lembaran itu sama sekali tak terbaca.

   Walau kertas perkamen itu dilindungi dengan sangat baik dan ditulis dengan keahlian menulis indah -menggunakan tinta merah tua di atas kertas berwarna krim -naskah kuno itu tampak seperti bualan tak berarti saja.

   Pada awalnya Langdon berpikir, dia tidak dapat membacanya karena Da Vinci menulisi buku catatannya dalam huruf Italia kuno.

   Namun setelah mempelajarinya dengan lebih teliti, dia sadar dia ternyata tidak dapat mengenali satu pun kata Italia dari situ, atau bahkan satu huruf pun.

   "Coba ini, Pak,"

   Bisik seorang dosen perempuan di kotak pamer itu.

   Perempuan itu menunjuk pada sebuah cermin tangan yang terkait dengan rantai pada kotak pamer itu.

   Langdon mengambilnya dan meneliti teks tersebut dalam pantulan cermin.

   Langsung semuanya menjadi jelas.

   Langdon sangat bersemangat untuk membaca dengan seksama gagasangagasan para pemikir besar sehingga dia lupa bahwa salah satu dari bakat Da Vinci yang sangat banyak itu adalah kemampuannya untuk menulis seperti dalam cermin, yang membuat tulisan seperti itu tak dapat dibaca orang lain kecuali penulisnya sendiri.

   Para sejarawan masih memperdebatkan apakah Da Vinci menulis dengan cara ini hanya untuk kesenangan dirinya atau untuk menghindari orang yang mengintip dari belakangnya ketika dia sedang menulis dan mencuri gagasan-gagasannya.

   Hal ini dapat diperdebatkan.

   Da Vinci berbuat sesuka hatinya.

   Sophie tersenyum diam-diam melihat Robert mengerti maksudnya.

   "Aku dapat membaca beberapa kata pertamanya,"

   Kata Sophie.

   "Ini bahasa Inggris."

   Teabing masih tetap mengomel.

   "Ada apa ini? "Teks terbalik,"

   Kata Langdon.

   "Kita perlu sebuah cermin."

   "Tidak perlu,"

   Kata Sophie.

   "Kuyakin lapisan kayu ini cukup tipis."

   Kemudian Sophie mengangkat kotak kayu itu kearah teromol lampu pada dinding dan mulai memeriksa bagian bawah penutupnya.

   Kakeknya sebenarnya tidak dapat menulis terbalik, jadi SauniEre selalu berbuat curang dengan menulis secara biasa lalu menempelkan kertas di atasnya dan menjiplaknya secara terbalik.

   Terkaan Sophie adalah, kakeknya telah menulis teks biasa ke sebuah balok kayu, kemudian mengamplas bagian belakang balok itu hingga kayu itu setipis kertas, dan tulisan itu pun dapat dilihat dari bagian belakang kayu.

   Lalu kakeknya sekadar mempelkan kayu itu secara terbalik.

   Ketika Sophie membawa penutup kotak itu lebih dekat ke lampu, dia membuktikan bahwa dia benar.

   Sinar lampu yang terang menembus lapisan kayu tipis itu, dan teks muncul secara terbalik pada bagian bawah tutup kotak itu.

   Teks itu langsung terbaca.

   "Bahasa. Inggris,"

   Seru Teabing dengan suara serak, menundukkan kepalanya karena malu.

   "Bahasa ibuku."

   Dibagian belakang pesawat, REmy Legaludec tegang mendengarkan di antara deru mesin pesawat, tetapi percakapan di ruang depan itu tidak terdengar jelas.

   REmy tidak menyukai segala peristiwa yang terjadi malam ini.

   Sama sekali tidak.

   Dia melihat ke bawah pada biarawan yang meringkuk pada kakinya.

   Lelaki itu terbaring betul-betul diam sekarang, seolah dalam keadaan tak sadar karena menerima saja apa yang terjadi pada dirinya, atau mungkin sedang berdoa dalam hati mohon pembebasan.

   LIMA BELAS RIBU kaki di udara, Robert Langdon merasa dunia jasmaniahnya memudar karena semua pikirannya beralih ke puisi SauniEre yang harus dibaca dengan dengan cermin, yang sekarang diterangi lampu dan dibaca dari belakang tutup kotak kayu itu.

   Sophie cepat meraih kertas dan menyalin puisi itu, dengan tulisan tangan.

   Ketika dia selesai, mereka bertiga bergiliran membaca teks tersebut.

   Ini seperti teka-teki silang arkeologi...teka-teki yang menjanjikan cara membuka cryptex itu.

   Langdon membaca sajak itu perlahan.

   An ancient word of wisdom frees this scroll ...

   and helps us keep her scatter'd family whole ...

   a headstone praised by templars is the key ...

   and atbashwillrevealthetruthtothee.

   (Sebuah kata bijaksana kuno membuka gulungan ini ...

   dan menolong kita menyatukankeluarganyayangterceraiberai ...sebuahnisanyangdipujaoleh para Templar merupakan kunci...dan atbash akan membuka kebenaran kepadamu).

   Bahkan sebelum Langdon dapat merenungkan apa yang coba dikatakan oleh puisi itu, dia merasa ada sesuatu yang lebih mendasar bergetar di dalam benaknya -irama dari puisi ini.Sajakyambebersuku-katalima.

   Langdon sering melihat irama seperti ini selama bertahunan ketika dia mempelajari perkumpulan-perkumpulan rahasia di seluruh benua Eropa, termasuk yang dilakukannya baru tahun lalu di Arsip Rahasia Vatikan.

   Selama berabad-abad, sajak yambe bersuku lima telah merupakan jenis sajak yang lebih disukai dalam karya kesusastraan oral di seluruh dunia, dari penulis Yunani kuno Archilochus hingga Shakespeare, Milton, Chaucer, dan Voltaire -mereka adalah orang-orang yang memilih untuk menulis komentar sosial mereka dalam suatu bentuk yang, oleh banyak orang ketika itu, dipercayai memiliki kekuatan mistis.

   Akar sajak yambe sangat pagan.

   Yambe.

   Dua suku kata dengan penekanan yang berlawanan.

   Ditekan dan tak ditekan.

   Yin Yang.

   Pasangan seimbang.

   Diatur dalam lima rangkaian.

   Bersajaklimasuku.Limauntukpentakelvenusdanperempuansuci.

   "Ini bersuku lima!"

   Seru Teabing, menoleh pada Langdon.

   "Dan sajak itu dalam bahasa Inggris! Lalinguapura!"

   Langdon mengangguk.

   Biarawan Sion, seperti juga banyak perkumpulan rahasia di Eropa yang berseteru dengan Gereja, menganggap bahasa Inggris sebagai satu-satunya bahasa murni selama berabad-abad.

   Tidak seperti bahasa Prancis, Spanyol, dan Italia yang berakar dari bahasa Latin---bahasa ibu orangorang Vatikan---bahasa Inggris secara linguistik dikeluarkan dari mesin propaganda Roma, dan karena itu menjadi keramat, bahasa rahasia bagi anggota persaudaraan yang cukup berpendidikan untuk mempelajarinya.

   "Puisi ini,"

   Teabing bersemangat.

   "mengacu tidak saja pada Grail, tetapi juga Templar dan keluarga Maria Magdalena yang tercerai berai! Apa lagi yang kita cari?"

   "Password,"

   Kata Sophie, sambil melihat lagi puisi itu.

   "Tersirat di sini bahwa kita memerlukan kata bijaksana kuno? "Abracadabra?"

   Kata Teabing, matanya besinar nakal.

   Sebuah kata dengan lima huruf! pikir Langdon, sambil merenungkan jumlah kata-kata kuno yang mungkin dianggap sebagai kata bijaksana -nyanyian mistik, ramalan astrologi, pelantikan perkumpulan rahasia, mantera Wioca, jampi-jampi sihir Mesir, mantera pagan ...

   daftar itu tak ada habisnya.

   "Kata kunci itu,"

   Kata Sophie.

   "kelihatannya ada hubungannya dengan Templar."

   Dia membaca teks itu dengan keras.

   "Sebuah nisan yang dipuja oleh Templar adalah kunci itu."

   "Leigh,"

   Kata Langdon.

   "kau ahli Templar. Ada gagasan?"

   Teabing terdiam beberapa detik, kemudian mendesah.

   "Sebuah nisan adalah jelas semacam penanda makam. Mungkin saja puisi itu mengacu pada sebuah nisan yang dipuja oleh Templar di makam Magdalena, tetapi itu tidak banyak menolong kita karena kita tidak tahu di mana makam Magdalena."

   "Baris terakhir,"

   Kata Sophie.

   "mengatakan bahwa atbash akan membuka kebenaran. Aku pernah mendengar kata itu. Atbash."

   "Aku tidak terkejut,"

   Jawab Langdon.

   "Kau mungkin mendengarnya pada Kriptologi 101. Sandi Atbas merupakan salah satu dari kode-kode kuno yang dikenal orang."

   Tentusaja! Pikir Sophie.SistempersandianYahudiyangterkenal.

   Sandi Atbash te1ah merupakan bagian dari pelatihan kriptologi Sophie yang pertama.

   Sandi itu berasal dari tahun 500 S.M.

   dan sekarang digunakan sebagai contoh di kelas tentang pola pengganti rotasi dasar.

   Sebuah bentuk umum dari kriptogram Yahudi, Sandi Atbash merupakan kode pengganti yang sederhana berdasarkan 22 alfabet Yahudi.

   Dalam Atbash, huruf pertama diganti dengan huruf terakhir, huruf ke-2 diganti dengan huruf ke-21 dan seterusnya.

   "Atbash betul-betul tepat,"

   Kata Teabing.

   "Teks yang disamarkan dengan Atbash ditemukan di seluruh Kabbala, Gulungan Laut Mati dan bahkan Perjanjian Lama. Para ilmuwan Yahudi dan penganut ilmu kebatinan masih menemukan arti-arti tersembunyi yang menggunakan Atbash. Biarawan tentu saja akan memasukkan sandi Atbash sebagai bagian dari ajaran mereka."

   "Satu-satunya masalah,"

   Kata Langdon.

   "kita tidak punya apa pun yang dapat kita ungkap dengan sandi itu."

   Teabing mendesah.

   "Pasti ada sebuah kata kode pada nisan itu. Kita harus menemukan nisan yang dipuja oleh Templar ini."

   Sophie melihat tarikan wajah Langdon, dan dia segera tahu bahwa menemukan nisan itu tidak mudah.

   Atbashadalahkunciitu, pikir Sophie.Tetapikitatidakpunyapintu untuk dibukadengankunciitu.

   Tiga menit kemudian, Teabing mendesah putus asa dan menggelengkan kepalanya.

   "Teman-temanku, aku sudah tidak tahu lagi. Biarkan aku merenungkannya sambil mengambil makanan kecil untuk kita, dan memeriksa REmy dan tamu kita itu."

   Dia lalu berdiri dan bergerak ke arah bagian belakang pesawat.

   Sophie merasa letih ketika melihat Teabing pergi.

   Di luar jendela, langit sangat hitam saat menjelang fajar.

   Sophie merasa seperti meluncur dengan cepat tanpa tahu ke mana dia akan mendarat nanti.

   Dia tumbuh besar dengan sering memecahkan teka-teki kakeknya.

   Sekarang dia merasa tidak puas karena puisi ini berisi informasi yang belum juga mereka dapatkan.

   Ada yang lain di dalamnya, katanya pada dirinya sendiri.

   Tersembunyi dengansangatcerdik ...meskipun demikianpastiada.

   Sophie juga merasa khawatir jika akhirnya mereka menemukan isi cryptex, ternyata isinya tidaklah sesederhana "sebuah peta ke Holy Grail".

   Walau Langdon dan Teabing begitu percaya bahwa kebenaran itu terletak di dalam silinder pualam itu, Sophie tahu, karena dia sudah sangat sering berburu harta karun kakekknya, bahwa Sauniere tidak akan melepaskan rahasianya dengan mudah.

   PENGAWAS MALAM lalu lintas udara lapangan udara Bourget sudah mengantuk di depan sebuah layar radar kosong ketika kapten Polisi Judisial mendobrak pintunya.

   "Jet Teabing,"

   Bentak Bezu Fache, sambil masuk ke menara kecil.

   "ke mana pesawat itu pergi?"

   Petugas pengawas itu semula tergagap, berusaha untuk melindungi kerahasiaan kliennya yang orang Inggris itu -salah satu pelanggan lapangan udara itu. Namun gagal total.

   "Baik,"

   Kata Fache.

   "aku menangkapmu karena membiarkan sebuah pesawat pribadi terbang tanpa mendaftarkan rencana terbangnya."

   Fache menunjuk agen lainnya, yang segera mendekat dengan membawa borgol.

   Pengawas lalu lintas udara itu pun merasa sangat ketakutan.

   Dia ingat akan artikel-artikel di koran yang memperdebatkan apakah kapten polisi ini seorang pahlawan atau seorang yang suka mengancam.

   Pertanyaan itu baru saja terjawab.

   "Tunggu!"

   Pengawas itu merengek begitu melihat borgol.

   "Aku hanya dapat mengatakan sampai sini. Sir Leigh Teabing sering bepergian ke London untuk perawatan medisnya. Dia punya hanggar di Bandara Eksekutif Biggin Hill di Kent. Di pinggiran London."

   Fache mengusir agen dengan borgol itu.

   "Apakah Biggin Hill tujuannya malam ini?"

   "Aku tidak tahu,"

   Kata pengawas itu jujur.

   "Pesawat itu terbang dengan arah seperti biasanya, dan kontak radar terakhir menunjukkan Inggris Raya. Terkaan saya yang paling mungkin adalah ke Biggin Hill."

   "Dia punya penumpang lainnya di dalam pesawat?' "Aku bersumpah, Pak, aku tidak tahu tentang itu. Klien kami dapat bermobil langsung ke hanggarnya, dan memuat apa saja sesuka mereka. Siapa yang ada di dalam pesawat itu merupakan tanggung jawab petugas bandara tujuan."

   Fache melihat jam tangannya dan menatap keluar pada berapa pesawat jet yang terparkir berpencaran di depan terminal ini.

   "Jika mereka pergi ke Biggin Hill, berapa lama mereka di udara?"

   Pengawas itu mencari-cari pada catatannya.

   "Itu penerbangan singkat. Pesawatnya dapat mendarat kira-kira ... pukul 6.30. Lima belas menit dari sekarang."

   Fache mengerutkan dahinya dan menoleh kepada salah satu agennya.

   "Cari transportasi dari sini. Aku ingin pergi ke London. Hubungkan aku dengan polisi lokal Kent. Jangan Britis M15. Aku tidak mau heboh. Lokal Kent. Katakan kepada mereka, aku mau pesawat Teabing diizinkan mendarat. Kemudian aku mau pesawat itu dikepung di landasan pAcu. Tidak ada yang boleh keluar dari pesawat sampai aku tiba disana.

   "KAU DIAM saja,"

   Kata Langdon, menatap ke Sophie di dalam kabin pesawat Hawker.

   "Aku hanya letih,"

   Jawab Sophie.

   "Dan puisi itu. Aku tidak tahu."

   Langdon juga merasakan hal yang sama.

   Dengung suara mesin dan guncangan lembut pesawat seperti menghipnotis mereka.

   Kepala Langdon masih berdenyut di tempat bekas pukulan biarawan tadi.

   Teabing masih berada di bagian belakang pesawat, dan Langdon memutuskan untuk menggunakan kesempatan berdua dengan Sophie itu untuk mengatakan sesuatu yang ada di benaknya.

   "Kupikir aku tahu sebagian mengapa kakekmu sengaja mempertemukan kita. Aku pikir kakekmu ingin aku menjelaskan sesuatu padamu."

   "Sejarah Holy Grail dan Maria Magdalena belum cukup?"

   Langdon merasa tidak yakin bagaimana harus melanjutkannya.

   "Kerenggangan antara kau dan kakekmu. Alasan mengapa kau tidak mau berbicara dengannya dalam sepuluh tahun. Kupikir, mungkin kakekmu mengharap aku dapat menjelaskan apa yang membuatmu menjauh darinya."

   Sophie menggeliat letih dalam tempat duduknya.

   "Aku belum menceritakan padamu mengapa kami merenggang."

   Langdon menatapnya, hati-hati.

   "Kau menyaksikan sebuah upacara seks, bukan?"

   Sophie tersentak.

   "Bagaimana kautahu itu?"

   "Sophie, kau mengatakan padaku kau menyaksikan sesuatu yang meyakinkanmu bahwa kakekmu anggota perkumpulan rahasia. Dan apa pun yang kaulihat membuatmu cukup marah sehingga kau tidak berbicara dengannya sejak itu. Aku tahu cukup banyak tentang perkumpulan rahasia. Tidak perlu menjadi secerdas Da Vinci untuk menerka apa yang kaulihat."

   Sophie menatapnya.

   "Apakah itu terjadi pada musim semi?"

   Tanya Langdon.

   "sekitar antara siang dan malam hari? Pertengahan bulan Maret?"

   Sophie menatap ke luar jendela.

   "Aku sedang liburan musim semi dari universitas. Aku pulang beberapa hari lebih awal."

   "Kau mau menceritakannya?"

   "Sebaiknya tidak."

   Tiba-tiba dia menoleh lagi ke Langdon. Matanya berkaca-kaca karena perasaan hatinya.

   "Aku tidak tahu apa yang kulihat."

   "Apakah beberapa lelaki dan beberapa perempuan hadir disana?"

   Setelah diam sejenak, Sophie mengangguk.

   "Mengenakan baju hitam dan putih?"

   Sophie menghapus matanya kemudian mengangguk, lebih terbuka sedikit.

   "Perempuan-perempuan itu mengenakan gaun putih halus ... dengan sepatu keemasan. Mereka memegang bola emas. Para lelaki mengenakan tunik hitam dan sepatu hitam."

   Langdon menegang untuk menyembunyikan emosinya, namun dia tidak dapat mempercayai apa yang sedang didengarnya. Sophie Nevue tanpa sengaja telah menyaksikan upacara suci yang berusia dua ribu tahun.

   "Topeng?"

   Tanya Langdon, menjaga supaya suaranya tetap tenang.

   "Topeng androgini?"

   "Ya. Setiap orang. Topeng yang sama. Putih untuk perempuan. Hitam untuk lelaki."

   Langdon pernah membaca penjelasan tentang upacara ini dan mengerti akar mistisnya.

   "Itu disebut Hieros Gamos,"

   Katanya lembut.

   "Berusia lebih dari dua ribu tahun. Para pendeta Mesir, lelaki melaksanakannya secara teratur untuk merayakan dan perempuannya, kekuatan reproduksi perempuan."

   Langdon terdiam, mencondongkan tubuhnya pada Sophie.

   "Dan jika kau menyaksikan upacara Hieros Gamos tanpa persiapan yang benar untuk mengerti artinya, aku bayangkan itu akan sangat mengguncang."

   Sophie tidak mengatakan apa-apa.

   "Hieros Gamos adalah bahasa Yunani,"

   Lanjut Langdon.

   "Artinya pernikahansuci."

   "Ritual yang kulihat bukanlah sebuah pernikahan."

   "Pernikahan dalam arti penyatuan, Sophie."

   "Maksudmu seperti dalam seks."

   "Bukan."

   "Bukan?"

   Tanya Sophie, mata hijau zaitunnya menguji Langdon. Langdon mundur.

   "Wah ... ya, bisa dikatakan begitu, tetapi tidak seperti pengertian kita kini."

   Langdon kemudian menjelaskan bahwa meskipun apa yang dilihat Sophie mungkin tampak seperti ritual seks, Hieros Gamos tidak ada hubungannya dengan erotisme.

   Itu merupakan tindakan spiritual.

   Menurut sejarahnya, perempuan persetubuhan adalah tindakan yang menjembatani lelaki dan menuju Tuhan.

   Keyakinan kuno percaya bahwa lelaki tidak lengkap secara spiritual sebelum dia rnenyetubuhi perempuan suci.

   Penyatuan badani dengan perempuan tetap merupakan satu-satunya cara untuk menjadi lelaki yang lengkap secara spiritual dan akhirnya mencapai gnosis -pengetahuan tentang ketuhanan.

   Sejak jaman isis, upacara seks telah dianggap sebagai satu-satunya jembatan lelaki untuk menuju surga.

   "Dengan berhubungan dengan perempuan,"

   Kata Langdon.

   "lelaki dapat mencapai puncaknya dengan cepat ketika pikirannya betul-betul kosong, dan dia dapat melihat Tuhan"

   Sophie tampak ragu.

   "Orgasme sebagai doa?"

   Langdon menggerakkan Sophie sebenarnya betul.

   bahunya tak menyatakan Secara fisiologis, klimaks pendapatnya, walau lelaki disertai oleh setengah detik kekosongan pikiran.

   Kekosong mental sesaat.

   Sesaat kejernihan yang memungkinkan Tuhan terlintas sekilas.

   Para guru meditasi mencapai kekosongan pikiran yang sama tanpa seks dan sering menggambarkan Nirwana sebagai orgasme spiritual yang tak pernah selesai.

   "Sophie,"

   Langdon berkata dengan tenang.

   "penting untuk diingat bahwa orang-orang kuno melihat seks betul-betul berlawanan dengan penglihatan kita sekarang. Seks mengawali kehidupan baru -keajaiban puncak -dan keajibankeajaiban itu hanya dapat diwujudkan oleh seorang dewa. Kemampuan perempuan untuk menghasilkan kehidupan dari rahimnya membuatnya suci. Seorang dewi. Persetubuhan adalah penyatuan yang terpuji dari dua paruhan jiwa manusia---lelaki dan perempuan---yang dengan itu lelaki dapat menemukan keutuhan spiritual dan keeratan dengan Tuhan. Apa yang kaulihat bukan tentang seks, tetapi tentang spiritualitas. Ritual Hieros Gamos bukan perbuatan tak wajar. Itu betul-betul upacara yang amat suci."

   Kata-kata Langdon tampak menyergap syaraf Sophie.

   Dia telah tampak begitu tenang semalaman ini, tetapi sekarang, pertama kalinya, Langdon melihat aura ketenangan itu mulai retak.

   Air mata meluncur lagi dari matanya, dan Sophie mengusapnya dengan lengan bajunya.

   Langdon memberinya waktu.

   Diakuinya, konsep seks sebagai jalan menuju Tuhan merupakan guncangan jiwa pada mulanya.

   Mahasiswa-mahasiswa Langdon yang Yahudi selalu tampak sangat heran ketika Langdon untuk pertama kalinya mengungkapkan bahwa tradisi Yahudi yang terdahulu melibatkan ritual seks.

   Bahkan di dalam kuil.

   Orang-orang Yahudi awal percaya bahwa Ruang Mahakudus di Kuil Salomo tidak hanya berisi Tuhan, tetapi juga perempuan kuat imbangan-Nya, Shekinah.

   Lelaki yang mencari keutuhan spiritual datang ke kuil itu untuk mengunjungi pendeta perempuan -atau hierodules -untuk bercinta dengannya dan merasakan Tuhan melalui penyatuan badani itu.

   Tetragam Yahudi YHWH---nama suci Tuhan--sebetulnya berasal dari Jehovah, sebuah penyatuan badani androginius antara Jah yang lelaki dan nam pra-Yahudi bagi Eva,Havah.

   "Bagi Gereja kuno,"

   Langdon menjelaskan, dengan suara yang lembut.

   "penggunaan seks untuk berkomunikasi langsung dengan Tuhan oleh manusia menjadi ancaman serius bagi dasar kekuatan Katolik. Ritus itu membuat Gereja kehilangan pijakan, merusak status yang mereka nyatakan sendiri sebagaisatu-satunya penghubung manusia dengan Tuhan. Untuk alasan-alasan yang jelas sekali, mereka berusaha keras untuk menganggap seks sebagai perbuatan setan dan memperlakukannya sebagai perbuatan yang menjijikkan dan berdosa. Agama-agama besar lainnya melakukan hal yang sama."

   Sophie terdiam, namun Langdon tahu Sophie mulai mengerti perbuatan kakeknya dengan lebih baik.

   Dahi Sophie terasa dingin ketika dia menekankannya pada jendela pesawat dan menatap kosong ke luar, mencoba mengolah apa yang baru saja dikatakan Langdon padanya.

   Dia merasa membayangkan tumpukan surat sangat menyesal.

   Sepuluh tahun.

   Dia yang dikirim kakeknya dan tak pernah dibukanya.AkuakanmenceritakansegalanyakepadaRobert.

   Tanpa menoleh dari jendela, Sophie mulai berbicara.

   Perlahan.

   Takut-takut.

   Begitu dia mengingat apa yang terjadi malam itu, Sophie merasa seperti hanyut ke belakang ...

   dengan berseri-seri di dalam hutan kecil di luar puri Normandia milik kakeknya ...

   mencari rumah terpencil dengan kebingungan ...

   mendengar suara-suara di bawahnya ...

   kemudian menemukan pintu tersembunyi.

   Dia mengendap-endap menuruni anak tangga batu, satu langkah satu anak tangga, ke ruang bawah tanah.

   Dia dapat merasakan udara bau tanah.

   Dingin dan ringan.

   Bulan Maret ketika itu.

   Di dalam kegelapan tempatnya bersembunyi di atas tangga, dia melihat ketika orang-orang asing itu berayun dan menyanyi di antara kerlip jingga lilin-lilin yang menyala.

   Akusedangbermimpi,kata Sophie pada dirinya sendiri.Inisebuahmimpi.

   Apalagikalaubukanmimpi? Para perempuan dan lelaki berdiri berselang-seling, putih, hitam, putih.

   Gaun lembut indah yang dikenakan para perempuan mengombak ketika mereka mengangkat tangan kanan mereka yang memegang bola emas dan bersama-sama berseru, 'Aku bersamamu di awal, di fajar dari segala yang suci,aku lahirkankaudari rahiminisebelummulainyahari."

   Perempuan-perempuan itu menurunkan bola emas mereka dan semuanya mengayunkan tubuh ke depan dan belakang seperti dalam keadaan setengah sadar.

   Mereka memuja sesuatu di tengah lingkaran mereka.

   Apayangmerekalihat? Suara-suara itu menjadi semakin cepat sekarang.

   Lebih keras.

   Lebih cepat.

   "Perempuan yang kau lihat adalah cinta!"

   Para perempuan berseru, mengangkat bola emas mereka lagi. Para lelaki menjawab.

   "Perempuan itu memiliki tempat tinggalnya dalam keabadian!"

   Nyanyian itu menjadi tetap lagi.

   Menjadi cepat.

   Sekarang bergemuruh.

   Lebih cepat.

   Kemudian orang-orang itu melangkah maju dan berlutut.

   Akhirnya, seketika itu juga, Sophie dapat melihat apa yang mereka lihat.

   Di atas altar rendah berhias di tengah-tengah lingkaran, berbaring seorang lelaki.

   Dia bugil, berbaring pada punggungnya dan mengenakan topeng hitam.

   Sophie langsung mengenali tubuh lelaki itu dari tanda lahir pada bahunya.

   Sophie hampir saja berteriak.

   Grand-pEre! Apa yang dilihatnya itu sudah membuatnya begitu terguncang karena tidak percaya, namun masih ada lagi.

   Di atas kakeknya, seorang perempuan bugil mengenakan topeng putih mengangkangi kakeknya.

   Rambut peraknya tergerai di belakang punggungnya.

   Tubuhnya gemuk, jauh dari sempurna dan dia bergerak mengayun tubuhnya seirama dengan nyanyian itu -bersetubuh dengan kakek Sophie.

   Sophie ingin berputar dan lari, tetapi dia tidak bisa.

   Dinding-dinding ruang bawah tanah itu memenjarakannya ketika nyanyian itu meninggi hingga terdengar melengking.

   Lingkaran orang-orang itu terdengar seperti menyanyi sekarang, dan suara itu memuncak dengan kresendo menjadi hiruk-pikuk.

   Dengan sebuah raungan tiba-tiba, seluruh ruangan itu terasa meledak dalam klimaks.

   Sophie tidak dapat bernapas.

   Dia tiba-tiba sadar telah menangis diamdiam.

   Dia berputar dan perlahan-lahan menaiki tangga itu, keluar dari rumah, dan dengan gemetar mengemudikan mobilnya kembali ke Paris.

   PESAWAT SEWAAN itu baru saja melewati langit Monaco yang berkerlap kerlip ketika Aringarosa mengakhiri pembicaraannya dengan Fache untuk kedua kalinya.

   Dia meraih kantong mabuk udara lagi, tetapi merasa terlalu kering bahkan untuk muntah sekalipun.

   Biarkansajasegalanyaberakhir! Kabar terakhir dari Fache terdengar tidak dapat dibayangkan, walau semua yang terjadi malam ini memang hampir tidak masuk akal lagi.

   Apa yang terjadi? Segalanya berputar liar tak terkendali.

   Silas aku libatkan dalam peristiwaapa?Akuterlibatdalamperistiwaapa? Dengan kaki gemetar, Aringarosa berjalan menuju kokpit.

   "Aku harus mengubah tujuan."

   Pilot itu mengerling melewati bahunya dan tertawa.

   "Kau bercanda, bukan?"

   "Tidak. Aku harus ke London segera."

   "Bapa, ini pesawat sewaan, bukan taksi."

   "Aku akan membayarmu lebih, tentu saja. Berapa? London hanya satu jam lebih jauh ke utara dan hampir tidak mengubah arah, jadi..."

   "Bukan masalah uang, Bapa. Ada masalah lain."

   "Sepuluh ribu euro. Sekarang juga."

   Pilot itu menoleh, matanya terbelalak karena terkejut.

   "Berapa? Pendeta apa yang membawa uang tunai sebanyak itu?"

   Aringarosa berjalan kembali ke belakang ke tas hitamnya, lalu membukanya, dan mengambil seikat surat tanggungan. Dia menyerahkannya kepada pilot itu.

   "Apa ini?"

   Tanya pilot itu.

   "Obligasi senilai sepuluh ribu euro, diuangkan di Bank Vatikan."

   Pilot itu tampak ragu.

   "Sama dengan uang tunai."

   "Hanya tunai yang benar-benar tunai,"

   Kata pilot itu, sambil menyerahkan obligasi itu kembali. Aringarosa merasa lemah, sehingga dia harus bersandar pada pintu kokpit.

   "Ini menyangkut hidup dan mati. Kau harus menolongku. Aku harus pergi ke London."

   Pilot itu menatap cincin emas uskup itu.

   "Berlian asli?"

   Aringarosa menatap cincinnya.

   "Aku tidak mugkin berpisah dengannya."

   Pilot itu menggerakkan bahunya dan kembali memusatkan perhatiannya pada kaca depan.

   Aringarosa merasa semakin sedih.

   Dia menatap cincinnya.

   Bagaimanapun, segala yang diwakili cincin itu akan segera hilang dari uskup itu.

   Setelah lama terdiam, dia melepaskan cincinnya dari jarinya dan meletakkannya dengan lembut pada panel instrument pesawat.

   Aringarosa pergi dari kokpit dan duduk lagi.

   Lima belas detik kemudian, dia dapat merasakan pilot membelokkan pesawatnya beberapa derajat ke utara.

   Walau begitu, saat-saat kejayaan Aringarosa sedang dalam badai.

   Semuanya bermula sebagai alasan suci.

   Sebuah rencana yang diatur dengan sangat cerdas.

   Sekarang, seperti rumah dari kartu remi, rencana itu mulai runtuh sendiri ...

   dan akhir dari segalanya tidak tampak sama sekali.

   LANGDON DAPAT melihat Sophie masih gemetar karena menceritakan pengalamannya menyaksikan upacara tercengang mendengarnya.

   Tidak saja Heiros Gamos.

   Langdon sendiri Sophie menyaksikan ritual itu seluruhnya, tetapi juga kakeknya telah menjadi tokoh upacara ...

   dinobatkan menjadi Mahaguru Biarawan Sion.

   Perkumpulan itu melibatkan orang-orang besar.

   Da Vinci, Botticelli, Isaac Newton, Victor Hugo, Jean Cocteau ...

   JacquesSauniEre.

   "Aku tidak tahu apa lagi yang dapat kuceritakan padamu,"

   Kata Langdon lembut. Mata Sophie tampak berwarna hijau tua sekarang, penuh air mata.

   "Dia membesarkanku seperti anaknya sendiri."

   Langdon sekarang mengenali perasaan itu, yang semakin terlihat dalam mata Sophie ketika dia berbicara.

   Sophie menyesali sikapnya.

   Sangat menyesal.

   Dia telah menghindari kakeknya dan sekarang dia melihat kakeknya dari sisi terang yang betul-betul berbeda.

   Di luar, fajar mulai menyingsing cepat, aura merah tuanya berkumpul di ufuk.

   Bumi di bawah mereka masih tampak hitam.

   "Mau makanan, teman-teman?"

   Teabing bergabung lagi bersama mereka dengan membawa beberapa kaleng Coke dan sekotak kue kecil. Dia meminta maaf dengan sangat karena keterbatasan makanan sambil meletakkan makanan dan minuman yang dibawanya di atas meja.

   "Teman biarawan kita itu belum mau bicara,"

   Katanya.

   "tetapi beri dia waktu."

   Dia menggigit kuenya dan melihat puisi itu lagi.

   "Jadi, bagaimana sayangku, sudah ada kemajuan?"

   Katanya sambil menatap Sophie.

   "Apa yang mau dikatakan kakekmu kepada kita di sini? Di mana nisan itu? Nisan yang dipuja para Templar."

   Sophie menggelengkan kepalanya dan tetap membisu.

   Ketika Teabing kembali menekuni bait itu, Langdon membuka sekaleng Coke dan berjalan ke jendela.

   Pikirannya terendam dalam bayangan ritual rahasia dan kode-kode yang belum terpecahkan itu.Sebuahnisanyangdipuja olehparaTemplarmerupakankunci.

   Langdon meneguk panjang dari kaleng itu.

   Sebuahnisanyangdipujaoleh paraTemplar.

   Cola itu hangat.

   Selendang malam mulai menguap dengan cepat, dan ketika Langdon menyaksikan perubahan itu, dia melihat lautan yang berkilauan terhampar di bawah mereka.TerusanInggris.

   Tidak lama lagi mereka tiba di Inggris.

   Langdon sebenarnya berharap, terangnya hari akan membawa penerangan pada teka-teki sajak dan kode-kode itu, tetap semakin terang di luar, dia merasa semakin jauh dari kebenaran yang mereka cari.

   Dia mendengar irama sajak yambe lima suku kata dan nyanyian itu, Hieros Gamos serta ritual suci, yang bergema seiring dengan derum suara mesin jet.

   SebuahnisanyangdipujaolehparaTemplar.

   Pesawat itu telah berada di atas daratan lagi ketika secercah cahaya menerpanya.

   Langdon meletakkan kaleng Coke kosongnya.

   "Kau tidak akan mempercayai ini,"

   Katanya, sambil menoleh kepada teman-temannya.

   "Nisan Templar -aku sudah memecahkannya."

   Mata Teabing beralih ke piring-piring kecil di atas meja.

   "Kautahu di mana nisan itu?"

   Langdon tersenyum.

   "Bukandimana, tetapiapa nisan itu."

   Sophie mencondongkan tubuhnya untuk mEndengarkan.

   "Kupikir kata headstone (nisan) di situ mengacu kepada kata stone head (kepalabatu),"

   Jelas Langdon, dengan menikmati semangat akademikus yang biasa dirasakannya ketika berhasil memecahkan persoalan.

   "Bukan batu penanda makam."

   "Kepala batu?"

   Tanya Teabing. Sophie juga tampak bingung.

   "Leigh,"

   Kata Langdon, sambil menoleh.

   "selama Inkuisi, Gereja menuduh Templar untuk segala jenis klenik, bukan?"

   "Betul. Gereja membuat berbagai tuntutan. Sodomi, mengencingi salib, memuja setan. Daftarnya panjang."

   "Dan dalam daftar itu ada pemujaan pada dewa-dewa palsu, bukan? Terutama, Gereja menuduh Templar diam-diam melakukan ritual pemujaan pada kepala batu berukir ... dewa pagan -"

   "Baphomet!"

   Teabing berseru.

   "Ya ampun, Robert, kau benar! SebuAh batu yang dipuja oleh para Templar!"

   Dengan cepat Langdon menjelaskan kepada Sophie bahwa Baphomet merupakan dewa kesuburan kaum pagan yang memiliki kekuatan penciptaan reproduksi.

   Kepala Baphomet berbentuk seperti kepala biri-biri jantan atau kambing, simbol yang umum dari ayah dan kesuburan.

   Para Templar memuja Baphomet dengan cara mengitari sebuah batu replika dari kepalanya dan menyanyi.

   "Baphomet,"

   Ujar Teabing.

   "Upacara itu memuja keajaiban penciptaan dan penyatuan seksual, tetapi Paus Clement meyakinkan semua orang bahwa sebenarnya kepala Baphomet adalah kepala iblis. Paus menggunakan kepala Baphomet sebagai tuduhan tambahan dalam kasusnya melawan Templar. Langdon setuju. Kepercayaan modern akan iblis bertanduk yang dikenal sebagaiSatan dapat dilacak kembali ke Baphomet dan ke upaya Gereja untuk menuduh dewa kesuburan bertanduk itu sebagai simbol kejahatan. Gereja jelas berhasil, meskipun tidak seratus persen. Pada meja-meja orang Amerika saat memperingati han Thanksgiving masih sering terlihat simbol pagan berupa patung bertanduk simbol kesuburan itu. Cornucopia atau "banyak tanduk"

   Merupakan sebuah atribut bagi kesuburan Baphomet dan sudah ada sejak zaman Zeus, ketika ia disusui oleh seekor kambing yang tanduknya patah dan kemudian keluarlah buah-buahan dari dalam tanduk tersebut.

   Baphomet juga muncul dalam kelompok fotografi ketika beberapa badut mengacungkan dua jari dibelakang kepala temannya, dalam bentuk simbol-tanduk V; tentu saja hanya sedikit dari orang yang suka berolok-olok itu yang menyadari bahwa lelucon mereka sesungguhnya menunjukkan kekuatan sperma musuh mereka.

   "Ya, ya,"

   Kata Teabing dengan bersemangat.

   "Baphomet pastilah apa yang dimaksudkan dalam puisi itu. Sebuah kepala dari batu yang dipuja para Templar.' "Baik,"

   Kata Sophie.

   "tetapi jika Baphomet adalah kepala dari batu yang dipuja para Templar, kita sekarang punya dilemma baru."

   Sophie lalu menunjuk pada lempengan-lempengan di cryptex itu.

   "Baphomet terdiri atas delapan huruf. Kita hanya punya tempat untuk lima huruf saja."

   Teabing tersenyum lebar.

   "Sayangku, di sinilah sandi Atbash mulai bermain."

   LANGDON TERPESONA.

   Teabing baru saja menulis ke-22 alfabet Yahudi -alefbeit --berdasarkan hafalannya.

   Walau Teabing tidak menulisnya dalam huruf Hebrew, melainkan huruf Romawi yang ekuivalen, bangsawan Inggris itu sekarang dapat membacanya dengan pengucapan yang sempurna.

   A B G D H V Z Ch T Y K L M N S O P Tx Q R Sh Th "Alef, Beit, Gimel, Dalet, Hei, Vav, Zayin, Chet, Tet, Yud, Kaf, Lamed, Mem, Nun, Samech, Ayin, Pei, Tzadik, Kuf, Reish, Shin dan Tav."

   Teabing mengusap alisnya dan melanjutkan.

   "Dalam ejaan Yahudi yang resmi, suara vokal tidak ditulis. Karena itu, ketika kita menulis kata Baphomet dengan menggunakan alfabet Yahudi, kata ini akan kehilangan tiga huruf vokal dalam terjemahannya, sehingga kita hanya punya -"

   "Lima huruf"

   Seru Sophie. Teabing mengangguk dan mulai menulis lagi.

   "Baik, yang ini adalah ejaan Baphomet yang tepat dalam huruf Hebrew. Aku akan tandai vokal yang hilang supaya jelas. B a P V o M e Th "Tentu saja harus diingat,"

   Teabing menambahkan.

   "bahasa Yahudi ditulis dari arah yang berlawanan, tetapi kita dapat dengan mudah menggunakan Atbash dengan cara ini. Kemudian, yang harus kita lakukan hanyalah membuat pola pengganti dengan menulis kembali seluruh alfabet dengan susunan yang berlawanan dengan aslinya."

   "Ada cara yang lebih mudah,"

   Kata Sophie, sambil mengambil pEna dari tangan Teabing.

   "ini berlaku untuk semua sandi pengganti terbalik, termasuk Atbash. Muslihat kecil yang kupelajari dari Royal Holiway."

   Lalu Sophie menulis paruh pertama dari alfabet itu dari kiri ke kanan, kemudian dia menulis, di bawahnya, paruh kedua dari kanan ke kiri. A B G D H V Z Ch T Y K Th Sh R Q Tz P O S N M L Teabing menatap hasil tulisan Sophie dan tertawa.

   "Kau benar. Aku senang melihat anak-anak di Hollway bekerja dengan baik."

   Langdon melihat matriks buatan Sophie dan merasa makin gembira.

   Dia membayangkan bagaimana kegembiraan para ilmuwan ketika mereka untuk pertama kalinya menggunakan sandi Atbash untuk memecahkan Mystery of Sheshach yang sekarang terkenal itu.

   Selama bertahun-tahun, ilmuwan yang religius dipusingkan dengan sebuah kota yang dirujuk dalam kitab suci yang bernama Sheshach.

   Kota itu tidak ada dalam peta, juga tidak pada dokumendokumen yang lain, namun namaya disebutkan berulang-ulang dalam Kitab Yeremia -Raja Sheshach, kota Sheshach, rakyat Sheshach.

   Akhirnya, seorang ilmuwan mengusulkan untuk menggunakan Sandi Atbash.

   Hasilnya betul-betul mempesonakan.

   Sandi itu mengungkapkan bahwa Sheshach adalah sebenarnya sebuahkatakode untuk kota lain yang sangat terkenal.

   Proses pemecahan kode itu mudah saja.

   Sheshach, dalam bahasa Yahudi, dieja.

   Sh-Sh-K.

   Sh-Sh-K, ketika ditempatkan dalam matriks pengganti, menjadi B-B-L.

   Dalam bahasa Yahudi, B-B-L dibacaBabel.

   Kota misterius Sheshach telah terungkap sebagai kota Babel, dan terjadilah hiruk-pikuk penelitian kitab suci.

   Dalam beberapa minggu, kode-kode Atbash yang lain lagi ditemukan dalam kitab Perjanjian Lama, membuka banyak sekali arti tersembunyi yang pada awalnya tidak diketahui oleh para ilmuwan.

   "Kita semakin dekat,"

   Semangatnya.

   "Sabar, Robert,"

   Kata tersenyum.

   "Kau siap?"

   Sophie mengangguk.

   bisik Langdon, tak mampu mengendalikan Teabing.

   Dia mengerling pada Sophie dan "Baik.

   Baphomet dalam tulisan Yahudi tanpa huruf vokal dibaca B-P-VM-Th.

   Sekarang kita hanya menggunakan matriks pengganti Atbash-mu tadi untuk menerjemahkan huruf-huruf pengganti itu menjadipassword lima huruf kita."

   Jantung Langdon berdebar kuat.

   B-P-V-M-Th.

   Matahari menebarkan cahayanya melewati jendela-jendela sekarang.

   Dia melihat matriks pengganti Sophie dan perlahan mulai membuat pertukaran itu.

   B menjadi Sh ...

   P menjadi V...

   Teabing tersenyum seperti seorang anak sekolah pada malam Natal.

   "Dan Sandi Atbash itu membuka ...."

   Dia berhenti tiba-tiba.

   "Ya Tuhan!"

   Wajahnya menjadi pucat. Kepala Landon tersentak.

   "Ada apa?"

   Usut Sophie.

   "Kau tidak akan mempercayai ini."

   Teabing mengerling pada Sophie "Terutama kau."

   "Apa maksudmu?"

   Tanya Sophie.

   "Ini adalah ... sangat cerdik,"

   Teabing berbisik.

   "Luar biasa cerdik. Lalu Teabing menulis lagi di atas kertas.

   "Sophie, ini kata kuncimu."

   Kemudian Teabing memperlihatkan apa yang baru saja ditulisnya. Sh-V-P-Y-A Sophie memberengut.

   "Apa ini?"

   Langdon juga tidak dapat rnengenalinya. Suara Teabing terdengar bergetar karena terpesona.

   "Teman-teman, ini benar-benar sebuah kata bijaksana kuno."

   Langdon membaca huruf-huruf itu lagi. Sebuah kata bijaksana kuno membebaskan gulungan ini. Tak berapa lama kemudian dia mengerti. Dia tidak pernah menduga akan seperti ini.

   "Sebuah kata bijaksana kuno!"

   Teabing tertawa.

   "Sangat harfiah!"

   Sophie melihat kata itu, kemudian lempengan itu. Dia langsung menyadari bahwa Teabing dan Langdon telah lengah dan tidak melihat kesalahan yang serius.

   "Tunggu dulu! Ini tidak mungkin merupakan kata kunci,"

   Sophie membantah.

   "Cryptex ini tidak punya huruf Sh pada lempengannya. Cryptex ini menggunakan alfabet Romawi kuno biasa."

   "Baca kata-kata itu,"

   Langdon membantah.

   "Ingat dua hal. Dalam bahasa Yahudi, simbol untuk suara Sh dapat juga diucapkan sebagai S, tergantung pada aksennya. Sama dengan huruf P yang dapat diucapkan F."

   SVFYA? Pikir Sophie, bingung.

   "Jenius!"

   Tambah Teabing.

   "Huruf Vav sering merupakan pengganti vokal 0!"

   Sophie melihat lagi huruf-huruf itu untuk menyuarakannya.

   "S...o...f...y... a."

   Dia mendengar suaranya sendiri, dan dia tidak dapat mempercayai apa yang didengarnya.

   "Sophia? Tulisan itu dibaca Sophia?"

   Langdon mengangguk antusias.

   "Ya. Sophia betul-betul berarti bijaksana dalam bahasa Yunani. Akar kata dari namamu, Sophie, betul-betul sebuah 'kata bijaksana'."

   Tiba-tiba Sophie merasa begitu merindukan kakeknya.

   Dia mengukir/menyandikan batu kunci Biarawan dengan namaku.

   Tenggorokannya terasa tercekat.

   Semuanya terdengar terlalu sernpurna.

   Tetapi ketika dia melihat lagi lempengan-lempengan lima huruf nada cryptex itu, dia tahu masih ada masalah.

   "Tetapi tunggu dulu... kata Sophie memiliki enam huruf."

   Senyum Teabing tidak pernah pudar.

   "Lihat puisi itu lagi. Kakekmu menulis, 'sebuah kata bijaksana kuno'."

   "Lalu?"

   Teabing rnengedipkan matanya.

   "Dalam bahasa Yunani kuno, bijaksana dieja S-0-F-I-A."

   SOPHIE MERASA sangat gembira ketika menimang cryptex itu lalu mulai memutar huruf-huruf itu.Sebuahkatabijaksanakunomembebaskangulungan kertasini. Langdon dan Teabing tampak berhenti bernapas ketika melihat Sophie memutar cryptex itu. S...O...F...

   "Hati-hati,"

   Kata Teabing.

   "Bahkan sangat hati-hati." ...I...A. Sophie menyejajarkan putaran terakhirnya.

   "Baik,"

   Dia berbisik, sambil menatap yang lainnya.

   "Aku akan menariknya sampai terpisah."

   "Ingat cairan cuka itu,"

   Bisik Langdon dengan napas takut.

   "Hati-hati."

   Sophie tahu jika cryptex ini seperti cryptex-ciyptex yang pernah dia buka ketika masih kecil, yang harus dia lakukan adalah memegang silinder itu pada kedua ujungnya, persis di luar lempengan-lempengan itu, lalu menarik dengan hati-hati ke arah yang berlawanan.

   Jika lempengan-lempengan itu sudah lurus benar membentuk kata kunci, maka salah satu ujung silinder akan terlepas, persis seperti tutup kamera, dan Sophie dapat merogoh ke dalam lalu menarik dokumen begulungan kertas papirus yang dibungkus lagi dalam botol kecil berisi cairan cuka.

   Namun, bila kata kunci yang mereka masukkantidakbenar, usaha Sophie dari luar pada kedua ujung silinder itu akan dialihkan ke sebuah tuas yang tergantung di dalam, yang akan berputar ke bawah ke rongga silinder dan menekan botol kaca kecil itu, yang akhirnya akan membuatnya pecah jika Sophie menarik terlalu kuat.

   Tarikdenganlembut, kata Sophie pada dirinya sendiri.

   Teabing dan Langdon mencondongkan tubuh mereka ketika Sophie mulai memegang kedua ujung silinder itu.

   Saat mereka tadi begitu bersemangat memecahkan kata kunci, Sophie hampir lupa apa yang mereka duga akan ditemukan di dalamcryptex itu.InibatukunciBiarawan.

   Menurut Teabing, ini berisi sebuah peta ke Holy Grail, yang mengungkap makam Maria Magdalena dan harta benda Sangreal ...

   harta puncak rahasia kebenaran.

   Sambil memegang kuat tuba batu itu, Sophie memeriksa ulang apakah huruf-huruf itu sudah sejajar tepat dengan petunjuknya.

   Lalu, perlahan, dia menariknya.

   Tidak ada yang terjadi.

   Sophie menambah sedikit tenaga.

   Tibatiba batu itu bergerak terpisah seperti teleskop yang dibuat dengan sangat baik.

   Ujung yang berat tertahan dalam tangannya.

   Langdon dan Teabing hampir terloncat dari duduknya.

   Detak jantung Sophie bertambah cepat ketika dia meletakkan bagian ujung itu di atas meja dan mengangkat silinder itu ke atas untuk mengintip ke dalam silinder.

   Sebuabgulungan! Ketika mengintip ke dalam untuk melihat kertas yang tergulung, Sophie melihat kertas itu membungkus sebuah benda seperti silinder---botol kaca berisi cuka, dia menduga.

   Anehnya, kertas yang mengitari cairan cuka itu bukanlah kertas papyrus yang biasa, namun lebih seperti lembar kulit binatang.

   Ini aneh, pikir Sophie, cuka tidak dapat menghancurkan gulungan teks dari kulit domba.

   Dia melihat ke dalam lagi, ke gulungan itu, dan sadar bahwa benda di dalamnya sama sekali bukan botol kaca berisi cuka.

   Itu benda yang sepenuhnya lain.

   "Ada apa?"

   Tanya Teabing.

   "Tarik keluar gulungan kertas itu."

   Sambil mengerutkan dahinya, Sophie merogoh gulungan kulit binatang itu dan benda yang dibungkusnya. Dia menarik keduanya keluar dari silinder pualam itu.

   "Itu bukan papirus,"

   Kata Teabing.

   "Terlalu berat."

   "Aku tahu. Ini sebuah lapisan."

   "Untuk apa? Melapisi botol kaca berisi cuka?"

   "Bukan,"

   Sophie membuka gulungan itu dan mengeluarkan apa yang terbungkus di dalamnya.

   "Untukini."

   Ketika Langdon melihat benda di dalam gulungan kulit itu, hatinya kecewa.

   "Tuhan tolong kami,"

   Kata Teabing, sambil melorot dalam kursinya.

   "Kakekmu betul-betul seorang arsitek yang tak punya belas kasihan."

   Langdon menatap dengan kagum.KulihatSauniEretidakpunyaniatuntuk mempermudahini.

   Di atas meja kini terletak cryptex kedua.

   Lebih kecil.

   Terbuat dari batu akik hitam.

   Ia tadi tersimpan di dalam cryptex pertama.

   Kecintaan SauniEre terhadap dualisme.

   Dua cryptex.

   Segalanya berpasangan.

   Makna ganda.

   Lelakiperempuan.Hitamberadadidalamputih.

   Langdon merasa gelombang simbolisme terentang di depannya.Putihmelahirkanhitam.

   Setiaplelakikeluardari perempuan.

   Putih -perempuan.

   Hitam -lelaki.

   Langdon mengulurkan tangannya, meraih cryptex yang lebih kecil.

   Tampak sama dengan yang pertama, kecuali ukurannya hanya separuhnya dan berwarna hitam.

   Dia mendengar gemericik yang biasa dari dalamnya.

   Tampaknya, botol berisi cairan cuka yang mereka dengar sebelumnya berasal dari dalam cryptex yanglebih kecil ini.

   "Nah, Robert,"

   Kata Teabing, sambil menggeser lembaran kulit hewan menjauh darinya.

   "Kau akan senang mendengar, paling tidak kita terbang ke arah yang benar."

   Langdon memeriksa lembaran kulit tebal itu.

   Di atas tertulis dengan tulisan tangan indah, sajak empat baris yang lain lagi.

   Juga, yambe bersuku lima.

   Sajak itu tidak jelas maknanya, namun Langdon hanya perlu membaca baris pertamanya untuk tahu bahwa rencana Teabing untuk terbang ke London akan ada hasilnya.

   IN LONDON LIES A KNIGHT A POPE INTERRED (DiLondonterbaringseorangkesatriayangseorangpauskuburkan) Sisa baris-baris berikutnya dengan jelas menyatakan bahwa kata kunci untuk membuka cryptex kedua dapat ditemukan setelah menemukan makam kesatria tersebut, di suatu daerah di kota itu.

   Langdon menoleh dengan bersemangat pada Teabing.

   "Kau tahu kesatria apa yang dimaksudkan puisi ini?"

   Teabing tersenyum.

   "Sama sekali tidak. Tetapi aku tahu pasti, dalam sandi yang mana kita harus mencarinya."

   Pada saat yang sama, lima belas mil di depan mereka, enam mobil polisi Kent melintas di jalan yang basah karena hujan, menuju ke lapangan udara eksekutif Biggin HiII.

   LETNAN Collet mengambil sendiri minuman Perrier dari lemari pendingin Teabing, dan berjalan kembali ke ruang duduk.

   Dia tidak menemani Fache ke London, tempat akan terjadinya penangkapan itu.

   Dia sekarang menjaga tim PTS yang sedang berpencar di Puri Villette.

   Sejauh ini, bukti-bukti yang telah mereka temukan tidak terlalu berguna.

   sebutir peluru terbenam di dalam lantai, secarik kertas dengan beberapa simbol tercorat-coret diatasnya bersama dengan kata-kata blade (mata pisau) dan chalice (cawAn); tali kulit berduri, yang menurut keterangan petugas PTS kepada Collet, ada hubungannya dengan kelompok katolik konservatif, Opus Dei, yang baru-baru ini telah menjadi berita karena praktik perekrutan anggotanya yang kejam.

   Collet mendesah.

   Selamat merangkai semua bukti yang tampak tak ada hubungannyaini.Collet.

   Menuruni gang yang lebar, Collet memasuki ruang kerja seluas ruang dansa.

   Disana, ketua penyelidikan PTS sedang sibuk menyapu-nyapu sidik jari.

   Dia bertubuh gemuk dan mengenakan tali bahu untuk menahan celaananya.

   "Ada yang kautemukan?"

   Tanya Collet sambil rnemasuki ruangan.

   "Penyelidik itu menggelengkan kepalanya.

   "Tidak ada yang baru. Ada beberapa bukti yang dapat dihubungkan dengan yang telah ditemukan di tempat lain di rumah ini."

   "Bagaimana dengan sidik jari dicilice?"

   "Interpol masih berusaha mengenalinya. Aku sudah mengirimkan semua yang kita temukan."

   Collet menunjuk pada dua kantong bukti yang tersegel di atas meja.

   "Dan ini?"

   Lelaki gemuk itu menggerakkan bahunya.

   "Aku mengemas segala bukti yang aneh."

   Collet berjalan.Buktianeh? "Orang Inggris ini memang aneh,"

   Kata penyelidik itu.

   "Coba lihat ini."

   Lalu dia mengayak kantong-kantong barang bukti itu dan memilih satu, kemudian menyerahkannya kepada Collet.

   Foto itu memperlihatkan pintu utama katedral Gothic -pintu masuk tradisional, dengan bagian atas yang melengkung, menyempit melalui lapisanlapisan menyerupai tulang iga menuju ke ambang pintu kecil.

   Collet mempelajari foto itu dan menoleh lagi pada lelaki itu.

   "Ini aneh?"

   "Baliklah."

   Pada bagian belakang, Collet melihat catatan yang dicorat-coret dalam bahasa Inggris, yang menggambarkan sebuah bagian tengah katedral yang panjang dan dalam sebagai penghormatan rahasia pagan kepada rahim perempuan.

   Ini memang aneh.

   Tetapi, catatan yang menggambarkan ambang pintu katedral-lah yang membuat Collet terperangah.

   "Tunggu dulu! Dia berpendapat bahwa pintu masuk sebuah katedral sama dengan ... itunya perempuan?"

   Penyelidik itu mengangguk.

   "Lengkap dengan daerah labial dan klitoris lima kelopak yang kecil dan manis di atas ambang pintu."

   Dia mendesah.

   "Itu akan membuatmu rajin datang ke gereja."

   Collet mengambil kantong bukti kedua. Dari plastiknya dia dapat melihat selembar foto besar dan mengilap, sebuah dokumen tua. Judu! yang tertera di atasnya bertuliskan dalam bahasa Prancis. LesDossiersSecrets -Nomor4Im" 249

   "Apa ini?"

   Tanya Collet.

   "Tidak tahu. Salinannya ada di mana-mana, jadi kukantongi saja."

   Collet mempelajari dokumen itu.

   BIARAWAN SION---PARA MAHAGURU JEAN DE GISSORS 1188-1220 MARIE DE SAINT-CLAIR 1220-1226 GUILLAMO DE GISSORS 1226-1307 EDOURARD DE BAR 1307-1336 JEANNE DE BAR 1336-1351 JEAN DE SAINT-CLAIR 1351-1366 BLANCE D'EVREUX 1366-1398 NICOLAS FLAMEL 1398-1418 RENE D'ANJOU 1418-1480 IOLANDE DE BAR 1480-1483 SANDRO BOTTICELLI 1483-1510 LEONARDO DA VINCI 1510-1519 CONNETABLE DE BOURBON 1519-1527 FERDINAND DE GONSAQUE 1527-1575 LOUS DE NEVERS 1575-1595 ROBERT FLUDD 1595-1637 J.

   VALENTINE ANDREA 1637-1654 ROBERT BOYLE 1654-1691 ISAAC NEWTON 1691-1727 CHARLES RADCLYFFE 1727-1746 CHARLES DE LORRAINE 1746-1780 MAXIMILIAN DE LORRAINE 1780-1801 CHARLES NODIER 1801-1844 VICTOR HUGO 1844-1885 CLAUDE DEBUSSY 1885-1918 JEAN COCTEAU 1918-1963 Biarawan Sion? Collet bertanya-tanya.

   "Letnan?"

   Seorang agen lain menjulurkan kepalanya kedalam ruangan itu.

   "Operator menerima telepon penting untuk Kapten fache, tetapi mereka tidak dapat menghubunginya. Anda mau menjawabnya?"

   Collet pergi ke dapur dan menjawab telepon itu. Dari AndrE Vernet. Aksen halus bankir itu menutupi ketegangan suaranya.

   "Saya pikir Kapten Fache akan menelepon saya, tetapi sampai sekarang saya belum mendengar apa-apa dari dia."

   "Kapten sangat sibuk,"

   Jawab Collet.

   "Mungkin bisa saya bantu?"

   "Aku yakin ini dapat membantu Anda malam ini."

   Untuk sesaat, Collet berpikir dia mengenali warna suara lelaki ini, tetapi dia tidak dapat mengingat di mana dia mendengarnya.

   "Monsieur Vernet, aku sekarang mengepalai penyelidikan di Paris ini. Nama saya Letnan Collet."

   Lelaki di seberang terdiam lama.

   "Letnan, aku ada telepon lain yang masuk. Maafkan saya. Saya akan menelepon Anda sebentar lagi."

   Lalu dia menutup teleponnya.

   Untuk beberapa detik, Collet masih memegangi telepon itu.

   Lalu ada yang muncul dalam benaknya.

   Aku tahu, aku mengenali suara itu! Ingatan itu membuatnya tergagap.

   Pengemudi mobillapisbaja.

   DenganjamtanganRolexpalsu.

   Sekarang Collet mengerti mengapa bankir itu cepat menutup teleponnya.

   Vernet telah ingat juga nama Letnan Collet -petugas yang ditipunya mentahmentah tadi.

   Collet merenungkan kesimpulan dari perkembangan yang aneh itu.

   Vernet terlibat.

   Secara naluriah, dia tahu harus menelepon Fache.

   Namun dia merasa bahwa peristiwa menguntungkan ini akan menjadi kesempatannya untuk tampil.

   Dia segera menelepon interpol dan menanyakan informasi sekecil apa pun yang dapat mereka temukan tentang Bank Penyimpanan Zurich dan presidennya, AndrE Vernet.

   "HARAP MENGENAKAN sabuk pengaman Anda,"

   Kata pilot ketika pesawat Teabing, Hawker 731 mulai turun memasuki udara pagi yang muram dan gerimis.

   "Kita akan mendarat lima menit lagi."

   Teabing merasa gembira pulang ke rumahnya ketika dia melihat perbukitan Kent yang diselimuti kabut yang terentang lebar di bawah pesawat yang sedang menurun itu.

   Lama penerbangan ke Inggris dari Paris kurang dari satu jam, namun rasanya seperti perjalanan keliling dunia.

   Pagi ini, musim semi yang hijau dan lembab di tanah airnya tampak sangat ramah menyambut.

   WaktukudiPrancistelahselesai.AkukembalikeInggrisdengankemenangan.

   Batu kunci itu telah ditemukan.

   Pertanyaan besar tentu saja masih tersisa, seperti ke mana batu kunci itu akhirnya akan membawa mereka.

   Di suatu tempat di Inggris Raya ini.

   Di mana tepatnya, Teabing tidak tahu, tetapi dia sudah mencecap kejayaan itu.

   Ketika Langdon dan Sophie saling menatap, Teabing berdiri dan berjalan ke sisi lain di kabin itu, lalu mendorong ke samping sebuah panel dinding yang membuka sebuah tempat penyimpanan rahasia.

   Dia memutar nomor kombinasinya, membuka kotak penyimpanan itu, dan mengeluarkan dua paspor.

   "Dokumen perjalanan untuk aku dan REmy."

   Kemudian dia membuka sebuah tumpukan tebal berupa uang kertas lima puluh-an poundsterling.

   "Dan dokumentasi untuk kalian berdua juga"

   "Suapan?"

   "Diplomasi kreatif. Lapangan terbang eksekutif menagih biaya tertentu. Petugas bea cukai Inggris akan menyapa kita di hangar dan meminta izin untuk naik ke pesawat. Daripada mengizinkan dia naik, aku akan mengaku datang dengan seorang wanita selebriti Prancis yang lebih suka tidak dikenali orang ketika dia di Inggris -pertimbangan pers, kautahu -lalu aku akan menawarinya tip yang banyak ini sebagai tanda terima kasih atas kebijaksanaannya."

   Langdon tampak kagum.

   "Dan petugas itu akan menerimanya?"

   "Tidak dari semua orang, tetapi orang-orang di sini sudah mengenalku. Aku bukan pedagang senjata, demi Tuhan. Aku seorang kesatria."

   Teabing tersenyum.

   "Keanggotaan selalu punya keuntungan."

   REmy muncul dan berjalan di gang antara kursi. Pistol Heckler Koch terayun-ayun pada tangannya.

   "Pak, apa yang harus saya lakukan?"

   Teabing menatap pelayannya.

   "Kau tinggal saja di pesawat bersama tamu kita itu sampai kami kembali. Kita tidak dapat berjalan-jalan di London sambil menyeret orang itu."

   Sophie tampak waspada.

   "Leigh, saat. kubilang bahwa polisi Prancis akan menemukan pesawatmu sebelum kita mendarat, aku bersungguh-sungguh."

   Teabing tertawa.

   "Ya, bayangkan betapa terkejutnya mereka ketika mereka naik ke sini dan menemukan REmy."

   Sophie tampak heran dengan sikap congkak Teabing.

   "Leigh, kau membawa sandera terlarang menyeberangi batas internasional. Ini serius."

   "Begitu juga para pengacaraku."

   Dia cemberut ke arah biarawan yang tergolek di bagian belakang pesawat.

   "Binatang itu masuk ke rumahku dan hampir membunuhku. Itu kenyataannya, dan REmy akan menguatkannya."

   "Tetapi kau mengikatnya dan menerbangkannya ke London!"

   Kata Langdon. Teabing mengangkat tangan kanannya dan beraksi seolah-olah sedang bersumpah di sebuah ruang persidangan dan bersumpah.

   "Yang Mulia, maafkan seorang kesatria tua yang aneh ini karena prasangkanya yang bodoh tentang sistem pengadilan Inggris. Saya sadar seharusnya saya menelepon polisi Prancis, tetapi saya terlalu sombong dan tidak memercayai sikap polisi Prancis yang santai untuk melaksanakan tugas dengan benar. Orang ini hampir membunuh saya. Ya, saya membuat keputusan dengan terburu-buru dengan memaksa pelayan saya untuk membantu saya membawa orang itu ke Inggris, tetapi saya sedang tertekan sekali.Meaculpa.Meaculpa. Keteledoran saya."

   "Pak?"

   Pilot itu memanggil kembaii.

   "Menara pengawas baru saja mengabari. Mereka ada masalah sedikit dengan perbaikan di dekat hangar Anda, dan mereka memintaku untuk membawa pesawat langsung ke terminal."

   Teabing telah terbang ke Biggin Hill selama sepuluh tahun lebih dan ini pertama kalinya dia mendapatkan masalah perbaikan.

   "Mereka mengatakan masalah apa?"

   "Pengawas itu tidak terlalu jelas. Semacam kebocoran bahan bakar dari stasiun pompa? Mereka meminta saya untuk memarkir Pesawat di depan terminal dan tidak mengizinkan penumpang untuk turun hingga pemberitahuan lebih lanjut. Untuk keamanan. Kita tidak boleh turun dari pesawat hingga semua jelas dan pewenang lapangan udara ini."

   Teabing menjadi curiga. Kebocoran bahan bakar dari stasiun pompa. Stasiun pompa terletak setengah mil dari hanggarnya. Remy juga tampak memikirkannya.

   "Pak, ini terdengar tidak seperti biasanya."

   Teabing menoleh kepada Sophie dan Langdon.

   "Teman-temanku, aku agak mencurigai sesuatu yang tidak enak. Kita agaknya akan disongsong oleh sebuah panitia penyambutan."


Pendekar Rajawali Sakti Darah Dan Asmara Sayed Kashua Tarian Cinta Pendekar Rajawali Sakti Kemelut Pusaka Leluhur

Cari Blog Ini