Ceritasilat Novel Online

Interograsi Maut 2


Stephen Spignesi Interograsi Maut The Gas Room Bagian 2



"Dia seperti apa?"

   "Maaf, Gwyn, itu sudah cukup."

   "Oh, oke. Dasar perusak kesenangan orang. Laporannya?"

   "Laporannya."

   "Lengkap?"

   "Tidak, garis besarnya saja."

   "Enam jenazah. Tiga perempuan. Tiga pria. Semua ditemukan di kamar gas penampungan hewan. Kematian disebabkan oleh gas beracun dan kehabisan udara. Terutama karena karbon monoksida."

   "Dan kehabisan udara? Sebagai penyebab terpisah yang mengakibatkan kematian?"

   "Well, sedikit susah untuk dijelaskan."

   "Kenapa?"

   "Saat gas mulai mengalir keluar, mereka semua sudah hampir mati karena sesak napas."

   "Apa maksudmu?"

   "Nanti kujelaskan."

   "Baiklah. Ada bekas-bekas luka pada jenazah?"

   "Luka tusukan di belakang punggung. Lecet dan memar. Mungkin karena diseret ke dalam kamar gas. Setahuku si pembunuh-maaf, tersangka pembunuh bertubuh kecil, bukan?"

   "Iya. Dia kecil mungil."

   "Well, kalau begitu dia kuat juga untuk ukuran orang bertubuh mungil."

   "Hasil pemeriksaan toksikologi?"

   "Senyawa-senyawa yang umum ditemukan seperti asetaminofen, ibuprofen, antibiotik, residu tetrahidrokarbon dalam tubuh pengisap ganja, kadar rendah alkohol dalam darah. Namun...."

   "Ya?"

   "Darah keenam korban mengandung pancuronium bromida dalam kadar tinggi."

   "Pavulon?"

   "Ya."

   "Dia melumpuhkan mereka agar bisa membawa mereka ke kamar gas."

   "Tampaknya begitu."

   "Ya, Tuhan Yesus."

   "Dan mereka masih sadar pada saat itu. Ingat kuliah farmakologi di sekolah kedokteran, Bex? Pavulon. nama dagang dari relaksan otot pancuronium bromida. Pavulon menyebabkan paralisis total namun tanpa memengaruhi kesadaran ."

   "Ya, betul. Ya, Tuhan Yesus. Jadi, mereka semua sesak napas dan hampir mati bahkan sebelum dia menyeret mereka ke kamar gas. Ya, Tuhan Yesus."

   "Tadi kau sudah memanggil nama-Nya, Bex, dan tampaknya Dia tak akan datang."

   "Di mana tempat penyuntikannya?"

   "Di belakang leher?"

   "Dia menyelinap diam-diam di belakang mereka."

   "Sepertinya begitu."

   "Ada yang lain?"

   "Iya, tapi aku rasa tak ada hubungannya dengan kasus ini."

   "Katakan saja."

   "Salah satu pria positif HIV, tapi tampaknya dia tidak tahu."

   "Dari mana kautahu?"

   "Tidak ada obat anti-virus dalam darahnya."

   "Dia mungkin saja tahu tapi tak melakukan apa-apa untuk menanganinya...."

   "Mungkin saja. Tapi, sekarang percuma saja. Meskipun aku harus menggunakan pelindung bahaya biologi saat memeriksanya. Begitu juga dengan si pembalsem."

   "Bolehkah aku melihat jenazah mereka?"

   "Tentu. Ikuti aku."

   Dane Lyman, AM Live Jaksa Wilayah Brawley Loren "Selamat datang kembali di acara AM Live.

   Saya berada bersama Jaksa Wilayah Brawley Loren, penuntut utama dalam kasus pembunuhan di Penampungan Hewan Waterbridge yang terkenal.

   Selamat pagi, Jaksa Wilayah Loren."

   "Selamat pagi, Dane. Senang ada di sini."

   "Jadi, Jaksa Wilayah Loren, apa yang bisa Anda ceritakan kepada kami tentang Tory Troy dan kasus penampungan hewan?"

   "Well, seperti yang Anda tahu, saya tidak bisa mengungkapkan perincian penyelidikan yang sedang berlangsung, tapi saya bisa memberitahu Anda bahwa tuntutan atas Nona Troy akan berlanjut seperti sudah direncanakan dan kami yakin akan jatuhnya putusan yang layak."

   "Benarkah bahwa dia sedang menjalani pemeriksaan mental?"

   "Ya, benar. Informasi itu sudah dimuat di koran-koran."

   "Apa yang bisa Anda ungkapkan tentang hal itu kepada kami?"

   "Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh seorang psikiater bernama Baka ... Baraku Bexley, tapi hanya itu yang saya tahu."

   "Apa tujuan spesifik pemeriksaan tersebut, Penasihat?"

   "Dr.Bexley telah ditugasi untuk menentukan apakah Nona Troy mampu untuk menjalani persidangan."

   "Apa pendapat Anda? Apakah ada peluang dia tidak perlu menjalani persidangan?"

   "Ada kemungkinan Dr. Bexley menyatakannya tidak mampu secara mental untuk menghadapi persidangan. Jika hal itu terjadi, saya akan mendatangi hakim dan meminta pemeriksaan ulang. Ini yang bisa saya beritahukan kepada Anda, Dane. Jika saya yang menentukan, gadis ini akan dibawa ke hadapan juri."

   "Ngomong-ngomong soal Nona Troy, apa yang bisa Anda beritahukan kepada kami tentang dia?"

   "Dia lajang, 28 tahun, tinggal dengan ibunya. Dia telah bekerja di penampungan selama sekitar setahun saat kejahatan itu terjadi."

   "Bisakah Anda ceritakan tentang kejahatan yang dituduhkan kepadanya?"

   "Dia dituduh membunuh enam rekan kerjanya dengan cara menyekap mereka sampai mati dalam kamar gas yang digunakan penampungan hewan untuk meng-euthanasia hewan-hewan yang tak diinginkan."

   "Mengerikan, ya?"

   "Ya, memang. Dan itulah sebabnya kami bekerja sungguh-sungguh agar dia dihukum."

   "Well, dia belum didakwa, Penasihat. Dia baru menjadi tersangka, bukan begitu?"

   "Ya, tentu saja."

   "Waktu kita hampir habis, tapi sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada Anda atas informasi Anda tentang kasus mengerikan ini."

   "Sama-sama. Terima kasih sudah mengundang saya."

   "Saat kami kembali, Kathy akan bersama dengan Chef Lorenzo di dapur. Kami akan segera kembali."

   Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Bisakah kita membicarakan rekan kerjamu lagi? Apa kau merasa bisa bercerita tentang mereka sekarang?"

   "Saya baik-baik saja."

   "Bagus. Mari kita bicara tentang Philip."

   "Philip bekerja di front-office."

   "Teruskan."

   "Dia mengurus pembukuan."

   "Maksudnya?"

   "Dia mengurus berkas-berkas dan menyimpan catatan."

   "Dia orang yang seperti apa?"

   "Sangat religius."

   "Bagaimana?"

   "Dia menghadiri misa setiap pagi."

   "Benarkah? Setiap pagi?"

   "Ya. St. Rose."

   "Bagaimanakah spiritualitasnya memengaruhi perasaanmu?"

   "Saya tidak bilang bahwa dia spiritual, saya bilang dia religius."

   "Apa bedanya?"

   "Orang-orang yang spiritual selalu berusaha melakukan hal yang benar. Orang-orang yang religius sifatnya munafik."

   "Apa yang membuatmu berkata seperti itu?"

   "Karena orang-orang berpandangan paling picik, berjiwa jahat, rasis, homofobia, seksis, misoginis, dan kejam yang saya kenal semuanya rajin pergi ke gereja."

   "Tidakkah kau terlalu menyamaratakan mereka, Tory?"

   "Tidak juga. Saya kenal seseorang yang tak pernah melewatkan Misa Minggu tapi tidak bisa memikirkan yang lain kecuali lelucon 'negro'-maaf, Dok-atau membeli barang curian, atau menggelapkan pajak. Atau memukuli istri mereka. Atau melecehkan putri mereka. Mereka pikir dengan pergi ke gereja mereka bisa melakukan apa pun tanpa dihukum."

   "Apa yang membuatmu mengambil kesimpulan seperti itu tentang Philip?"

   "Suatu hari, Jake menyuruh kami ke Home Depot untuk membeli selotip dan barang-barang lain. Ketika kami membayar, Philip memberi kasir uang dua puluh dolar, tapi gadis itu memberinya kembalian untuk pembayaran sejumlah lima puluh dolar. Dan Philip langsung menyadarinya. Tapi, dia mengantongi uang itu dan keluar dari toko. Ketika kami berada di mobil, dia berkata, 'Aku baru memperoleh tiga puluh dolar dengan mudah'. Dia bahkan tidak malu sama sekali."

   "Apa yang kau katakan saat itu?"

   "Saya bertanya kepadanya apakah dia tahu bahwa si kasir harus mengganti uang itu dan kantongnya sendiri. Ketika dia berkata, 'Lalu?' saya tahu bahwa dia bukan orang baik. Saya menjaga jarak dengan Pastor Phil sejak hari itu."

   "Apakah Anda mengatakan apa-apa kepada Jake?"

   "Tidak, tapi saya kembali ke Home Depot malam itu sehabis kerja dan memberikan uang tiga puluh dolar kepada manajernya dari uang saya sendiri."

   "Apakah kau menganggap dirimu spiritual?"

   "Saya rasa begitu."

   "Apa kau beragama?"

   "Saya tidak pergi ke gereja, kalau itu yang Anda maksud."

   "Apakah kau terikat pada aturan-aturan moral?"

   "Ya."

   "Apakah aturan moralmu mengizinkan pembunuhan?"

   "Saya bisa melihat arah pertanyaan Anda, Dok."

   "Dan ke manakah arahnya?"

   "Apa yang ingin Anda bicarakan selanjutnya?"

   "Baiklah. Mari kita berlanjut ke Teresa."

   "Payah."

   "Maksudnya?"

   "Babi."

   "Apa dia gendut?"

   "Bukan, bukan gendut seperti babi. Dia perempuan jalang."

   "Bagaimana?"

   "Dr. Bexley. Apa saya perlu menjelaskan kepada Anda arti jalang?"

   "Silakan hibur saya."

   "Well, dia sering sekali berkencan dan dia berhubungan seks dengan setiap pria yang berkencan dengannya. Setiap pria. Malah, saya pikir dia punya reputasi sebagai perempuan gampangan karena dia mendapat telepon dan semua pria yang pernah bertemu dengannya, mengajaknya keluar. Mereka meneleponnya di penampungan hewan. Mudah diduga bahwa para pria yang berhubungan seks dengannya memberi tahu teman-teman mereka tentang dia. Dan dia tak pernah bilang tidak."

   "Dari mana kautahu bahwa dia berhubungan seks dengan semua teman kencannya?"

   "Dia memberi tahu saya. Dan dia juga melakukan semuanya. Dia sepertinya bangga karena bisa melakukan hal-hal seperti seks oral atau berhubungan dengan dua pria sekaligus dalam satu waktu. Seperti yang saya katakan-jalang."

   "Bagaimana hubunganmu dengan Teresa?"

   "Kami baik-baik saja. Dia bicara dan saya mendengarkan."

   "Apakah dia pernah berusaha membuat hubungan kalian menjadi seksual?"

   "Saya pikir dia biseksual. Beberapa kali dia main mata dengan saya. Dan sekali waktu dia berganti baju di depan saya dan dia menghabiskan waktu lebih daripada yang dibutuhkan dalam keadaan tanpa baju atasan."

   "Apakah kau pernah menanggapinya?"

   "Tidak, saya tidak tertarik. Saya normal."

   "Apakah kauingat kapan kau menyuntik Teresa?"

   "

   Ya. Dia yang kedua."

   "Bisakah kau ceritakan kepada saya apa yang terjadi?"

   "Dia kebetulan sedang duduk sendiri di meja penerima tamu dalam posisi membelakangi saya ketika saya masuk ke ruangan sambil membawa tabung suntik. Setelah menyuntik Jake, Teresa menjadi yang berikutnya karena dialah orang pertama yang saya temui. Bisa saja orang yang kedua adalah Marcy, atau Philip, atau bahkan Renaldo. Tujuan saya adalah melumpuhkan mereka secepat mungkin."

   "Apakah kau mengatakan sesuatu kepada Teresa sebelum kau menyuntiknya dengan zat penyebab paralisis?"

   "Tidak. Saya hanya berjalan pelan-pelan di belakangnya dan menusuknya."

   "Kemudian apa yang terjadi?"

   "Kepalanya terdongak ke atas dan dia duduk tegak di kursinya. Kemudian, dia jatuh ke lantai dan terbaring di sana sambil memandangi saya."

   "Kemudian, apa yang kau lakukan?"

   "Saya pergi mencari Marcy."

   "Di mana kau menemukannya?"

   "Di kamar mandi."

   "Apakah kaumasuk ke dalam?"

   "Ya. Di kamar mandi ada satu bilik dan satu urinal. Marcy sedang berdiri di depan cermin, jadi saya bilang halo dan bertingkah seakan-akan hendak masuk ke dalam bilik. Dia bilang hai dan terus memoles lipstiknya. Saat saya melewatinya, saya mendekatinya dan menusuknya di belakang leher dengan tabung suntik. Dia jatuh ke bawah hampir seketika."

   "Apa yang kau lakukan setelah melumpuhkan Marcy?"

   "Saya pergi mencari Renaldo."

   "Dan di mana kau menemukannya?"

   "Di luar, di beranda belakang."

   "Apa yang dilakukannya di sana?"

   "Mengisap ganja."

   "Dia mengisap ganja pada jam kerja?"

   "Oh, iya."

   "Kemudian, apa yang terjadi?"

   "Saya bertanya apakah dia bisa masuk ke dalam dan membantu memindahkan kotak berat berisi perlengkapan. Dia bilang tentu, kemudian berdiri. Ketika dia menuju pintu belakang dan berada tepat di depan saya, saya tusuk dia di belakang leher."

   "Laporan otopsi Renaldo menunjukkan bahwa ada memar besar di dahinya."

   "Iya, setelah saya menusuknya, dia jatuh ke depan dan kepalanya terbentur rel baja besar di pintu."

   "Kemudian, apa yang kau lakukan?"

   "Saya menyeretnya ke dalam."

   "Jadi, kau sudah membuat Jake, Teresa, Marcy, dan Renaldo tak dapat bergerak."

   "Yap."

   "Bagaimana dengan Ann?"

   "Keberuntungan. Ann sebetulnya libur hari itu, tapi dia mampir untuk mengambil gajinya tepat setelah saya menyeret semuanya ke ruang gas. Dia gampang diatasi. Dia datang ke belakang untuk mencari seseorang karena front-office kosong. Dia berseru, 'Halo? Halo?' dan yang harus saya lakukan hanyalah bersembunyi di balik pintu dan kemudian menusuknya saat dia lewat."

   "Kau tidak banyak bercerita tentang Ann."

   "Tidak banyak yang bisa diceritakan. Dia menikah, punya tiga anak, dan pekerja paruh waktu di penampungan. Kalau tidak salah suaminya seorang arsitek, atau mungkin guru, atau yang semacamnya."

   "Ada perbedaan besar antara kedua profesi itu."

   "Saya tahu, tapi saya tidak pernah benar-benar memerhatikan saat dia bercerita tentang ke luarganya. Mungkin saudara laki-lakinya yang arsitek, setelah saya ingat-ingat lagi."

   "Jadi, kau membereskan Ann dan menyeretnya ke dalam kamar gas?"

   "Ya."

   "Yang tertinggal cuma ... Philip?"

   "Iya. Bapa Phil."

   "Ceritakan kepadaku apa yang terjadi pada Philip."

   "Ketika saya sedang melumpuhkan yang lain, Phil berada di ruang bawah tanah. Penampungan hewan adalah rumah tua. Pemerintah kota menyewanya murah dari si pemilik dan kemudian membayar untuk mengubahnya menjadi penampungan. Rumah itu punya ruang bawah tanah. Kami menyimpan perlengkapan dan kotak berisi berkas-berkas di sana."

   "Apa yang dilakukan Philip di ruang bawah tanah?"

   "Entahlah. Dia mungkin sedang memuaskan diri sendiri. Meskipun bagi Phil, hal seperti itu adalah dosa besar sehingga sepenuhnya menyatakan absen. Jadi, mungkin saja dia di sana untuk membuat inventaris perlengkapan atau mencari sesuatu di catatan. Atau bersantai-santai."

   "Teruskan."

   "Saya menunggunya naik. Rancangan rumah itu adalah pintu ruang bawah tanah menuju ke front offtce. Saya berdiri di sisi pintu dan menunggu sampai dia masuk ruangan dan lalu-pop."

   "Apa yang terjadi setelah kau menusuknya dengan tabung suntik?"

   "Dia langsung kaku, seakan-akan ada batang baja yang ditusukkan ke tulang belakangnya. Lalu, dia menjatuhkan berkas-berkas yang dibawanya dan tergeletak di lantai."

   "Apakah kau meletakkannya di kamar gas seperti yang lain?"

   "Ya."

   "Bisakah kau memberitahu saya tentang apa yang kau pikirkan, atau bagaimana perasaanmu, ketika kau melihat keenam rekan kerjamu dalam kamar gas, lumpuh dan mati pelan-pelan?"

   "Saya tidak merasakan apa pun, Dok. Saya hanya ingin cepat-cepat menyelesaikannya."

   "Apakah kau merasa enggan atau ragu-ragu tentang pelaksanaan rencanamu?"

   "Nggak. Tidak sedikit pun. Dan, saya yakin ini pasti masuk catatan Anda dan akan digarisbawahi, bukan?"

   "Apa yang membuatmu berpikir seperti itu, Tory?"

   "Tak ada penyesalan. Berarti saya gila, kan? Hanya seseorang yang benar-benar tak waraslah yang bisa merencanakan enam pembunuhan secara rasional tanpa ragu-ragu, kan?"

   "Tidak mesti begitu. Kau mungkin menunjukkan rasa acuh. Kau bisa saja berbohong kepadaku."

   "Saya rasa itu benar. Dan, jika Anda menganggap saya kompeten, dan kemudian juri menganggap saya tak waras, saya lolos dan tuduhan pembunuhan, bukan begitu?"

   "Katakan sejujurnya, Tory. Apakah kau punya kegelisahan mengenai yang akan kau lakukan setelah itu? Apa pun?"

   "Seperti saya bilang, Dok. Saya tidak terganggu sama sekali. Satu-satunya yang saya inginkan adalah menyelesaikannya."

   Dr. Baraku Bexley Hakim Gerard Becker "Selamat pagi, Yang Mulia."

   "Selamat pagi, Dr. Bexley. Masuklah. Silakan duduk."

   "Terima kasih."

   "Bagaimana keluarga Anda?"

   "Mereka sehat-sehat saja, Pak Hakim, terima kasih sudah bertanya."

   "Saya selalu menyukai istri Anda. Halle salah satu asisten hakim terbaik yang pernah bekerja untuk saya. Bagaimana kabarnya sekarang?"

   "Dia membuka praktik di Madison. Hukum Keluarga. Dia beralih dari Hukum Korporasi beberapa tahun lalu."

   "Bagus untuknya. Sampaikan salamku untuknya, ya?"

   "Saya akan sampaikan, Sir, dan terima kasih."

   "Jadi. Tory Troy. Pembunuhan di Penampungan Hewan Waterbridge."

   "Ya, Sir."

   "Kau sudah sampai di mana dengannya?"

   "Sudah ada perkembangan dengan wawancara evaluasinya, Pak Hakim."

   "Ada yang bisa kaubagi denganku saat ini?"

   "Saya bisa memberi tahu Anda bahwa saya semakin dekat untuk menentukan kompetensinya, Sir. Kita masih perlu mengorek lebih jauh ke dalam hal-hal tertentu, dan saya akan memberinya beberapa tes, tapi sejauh ini saya belum melihat bukti yang meyakinkan bahwa dia tidak mampu menghadapi persidangan dan berpartisipasi dalam pembelaan dirinya."

   "Dia terbuka kepadamu?"

   "Sangat. Sesekali saya membuatnya sebal dan dia tutup mulut, tapi dia biasanya membuka diri untuk menceritakan topik pemicunya di sesi berikutnya."

   "Loren sedikit meribut-ributkan kasus ini."

   "Ah, Brawley. Apa Anda melihatnya di AM Live minggu lalu bersama Dane Lyman?"

   "Ya, dan kau tidak akan menyaksikan Brawley Loren di TV lagi."

   "Anda mengeluarkan perintah untuk tutup mulut?"

   "Betul sekali."

   "Saya pikir itulah yang terbaik. Dia tak seharusnya berada di luar sana untuk mengarahkan opini publik dan mencemari juri yang akan dipilih."

   "Aku juga berpikir seperti itu."

   "Ada yang lain, Pak Hakim?"

   "Off the record, Bex. Apa dia gila waktu melakukannya?"

   "Saya pikir tidak, Pak Hakim. Dan, menurut saya, dia juga tidak gila sekarang. Motifnya memang sedikit sinting, tapi dia masih jauh dari dinyatakan tak kompeten untuk menghadapi persidangan."

   "Well, akan kutinggalkan soal itu di tangan yang tepat. Saya tidak mencarimu untuk bicara tentang kasus ini lagi sampai kau mengeluarkan laporan kompetensi dan kita bertemu lagi di pengadilan, entah untuk menetapkan tanggal persidangan atau melembagakan Nona Troy."

   "Oke, Pak Hakim. Saya akan mengabari kantor Anda mengenai perkembangan saya."

   "Terima kasih, Bex."

   "Sama-sama, Pak Hakim. Salam saya untuk Cynthia."

   Dr. Baraku Bexley Nyonya Viviana Troy "Senang bertemu Anda lagi, Nyonya Troy."

   "Halo, Dokter. Saya juga senang bertemu Anda. Bagaimana Tory?"

   "Dia sebaik yang diharapkan. Dia menangani semuanya dengan baik di rumah sakit meskipun berat badannya turun sedikit."

   "Oh. Apa dia tidak cukup makan? Apa mereka tidak memberinya makan? Apa saya harus mengiriminya makanan?"

   "Oh, tidak perlu. Sistem penyediaan makanan di institusi mirip seperti di militer, Nyonya Troy. Moto mereka adalah ambil semua yang kausuka, tapi makan semua yang kauambil. Mereka tidak mengizinkan membuang-buang makanan. Jadi, banyak makanan yang tersedia untuk Tory. Saya pikir dia hanya sedang tidak berselera makan akhir akhir ini, yang sangat bisa dimengerti."

   "Saya rasa begitu."

   "Apakah tidak apa-apa jika kita bicara lagi?"

   "Tentang Tory?"

   "Ya, Ma'am."

   "Baiklah."

   "Sebelum kita mulai, apakah Anda ingin menanyakan sesuatu kepada saya? Apakah ada yang bisa saya bantu?"

   "Apakah dia melakukannya, Dokter?"

   "Ya, Ma'am. Sayangnya, dia telah mengakui pembunuhan yang dilakukannya dan bahkan telah memerinci bagaimana dia melakukannya."

   "Mungkinkah dia berbohong kepada Anda?"

   "Ya, mungkin saja. Tapi, dia memberikan informasi tak terbantahkan yang hanya diketahui oleh sang pembunuh."

   "Lalu kenapa dia tidak dipenjara ... atau dihukum mati?"

   "Karena masih jauh untuk membuat keputusan akhir mengenai kasusnya. Pertama-tama, kami harus menentukan apakah dia mampu secara mental untuk menghadapi persidangan. Jika saya memutuskan bahwa dia mampu, dia akan pergi ke persidangan dan saya yakin pengacaranya akan mengajukan pembelaan tidak bersalah dengan alasan tidak waras. Dan kemudian, terserah juri untuk memutuskan apakah dia waras atau tidak saat melakukan kejahatan."

   "Kami tidak mampu membayar pengacara."

   "Ya, saya tahu. Pengadilan akan menunjuk seorang pengacara bagi Tory segera setelah tuntutannya diajukan. Carolyn Payne. Dia cukup bagus. Jika kasus ini sampai ke persidangan, Tory akan ada di tangan yang tepat."

   "Saya hanya bertemu dengannya beberapa menit. Apakah saya bisa bicara lagi dengannya suatu saat?"

   "Tentu saja. Saya yakin Nona Payne akan menghubungi Anda untuk mengatur serangkaian pembicaraan."

   "Apakah ada yang bisa saya lakukan saat ini?"

   "Sayangnya tidak, Nyonya Troy. Putri Anda sedang di tengah-tengah proses dan harus menjalaninya. Yang bisa Anda lakukan hanyalah menunggu dan mencoba untuk tidak khawatir."

   "Bisakah saya menanyakan satu hal lagi kepada Anda?"

   "Tentu saja."

   "Apakah Tory melakukan itu karena saya tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang perbuatan ayahnya kepadanya?"

   "Tidak ada cara pasti untuk mengetahuinya, Nyonya Troy. Tapi, jangan salahkan diri Anda atas apa yang terjadi. Tory sudah dewasa dan dia membuat keputusan untuk melakukan sesuatu atas pertimbangannya sendiri."

   "Ya, saya tahu. Saya hanya penasaran akan apa yang mungkin terjadi bila saya melaporkan suami saya ke polisi dan menghentikan perbuatannya."

   "Anda mustahil tahu, Nyonya Troy. Suami Anda mungkin saja meledak dan membunuh Anda berdua. Anda harus menghibur diri karena tahu bahwa keputusan Anda saat itu adalah yang Anda pikir paling baik. Tak ada gunanya berandai-andai. Saya kenal banyak perempuan yang mengalami situasi traumatis yang sama dan bereaksi sama dengan Anda. Ya?"

   "Ya, saya rasa."

   "Bagus. Bisakah kita kembali kepada pertanyaan saya?"

   "Ya, saya minta maaf karena sudah menghabiskan waktu untuk hal ini."

   "Tidak sama sekali. Saya senang dapat menenangkan pikiran Anda sebisa mungkin."

   "Terima kasih."

   "Bisakah kita membicarakan tentang masa SMA Tory?"

   "Baiklah. Dia sangat populer selama SMA. Dia punya sangat banyak teman ..."

   Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Sebelum kita mulai, adakah yang ingin kau katakan kepada saya Tory?"

   "Ya. Saya tidak suka Anda bicara kepada ibu saya tentang semua ini."

   "Tak terelakkan. Selanjutnya."

   "Kenapa tidak?"

   "Tory, saya akan bicara dengan ibumu jika saya rasa perlu, juga dengan siapa saja dan semua orang dalam hidupmu yang bisa membantu saya lebih memahami dirimu. Tidak ada apa pun yang kau lakukan atau katakan yang bisa mengubahnya, dan saya sarankan kau melupakannya dan pikiranmu."

   "Apa yang terjadi dengan penampungan hewan?"

   "Ditutup. Sejak hari pembunuhan."

   "Selamanya?"

   "Mungkin tidak. Saya pikir suatu saat nanti akan dibuka kembali."

   "Bagaimana dengan para hewan?"

   "Semua hewan yang ada di penampungan saat para staf dibunuh sudah di-euthanasta. Semua hewan baru yang diantarkan ke tempat itu disarankan untuk dibawa ke penampungan Easton."

   "Orang-orang tidak akan kembali ke mobil dan mengemudi ke Easton. Mereka akan meninggalkan hewan di beranda penampungan."

   "Ya. Itulah yang terjadi. Tapi, setiap sore mobil van dari penampungan Easton datang dan mengangkut hewan yang ditelantarkan di sana. Ada yang lain?"

   "Apakah ada di antara mereka ... apa ..."

   "Ya?"

   "Apakah ada di antara rekan kerja saya yang sudah dimakamkan?"

   "Dua. Marcy dan Ann. Yang lainnya minggu depan."

   "Saya rasa saya tak mungkin punya kesempatan untuk keluar dan menghadiri satu pun di antaranya ya?"

   "Jika kita asumsikan bahwa hakim mau memberimu dispensasi untuk jalan-jalan keluar dan sini, apakah kaupikir kau akan diterima di pemakaman orang-orang yang kaubunuh?"

   "Mungkin tidak."

   "Apa kau tulus ingin datang ke pemakaman mereka? Jelaskan pemikiranmu kepada saya."

   "Oh, saya tak tahu. Hanya saja sepertinya tak sopan jika saya tidak hadir. Biar bagaimanapun, saya bekerja bersama mereka."

   "Tory, apakah kau menyadari betapa tidak rasionalnya komentarmu kedengarannya? Kau menunjukkan ketakterhubungan antara realitas yang terjadi dan persepsimu atas kejadian itu."

   "Mungkin saya memang gila ya, Dok?"

   "Mari kita lanjut, ya?"

   "Langsung saja."

   "Terakhir kali kita bicara, kau mengekspresikan keinginanmu untuk menyelesaikan pembunuhan itu secepat mungkin."

   "Ya."

   "Bisakah kau ceritakan apa yang terjadi setelah kau berhasil melumpuhkan semua rekan kerjamu dengan pavulon? Menurut catatan saya, kau menyeret mereka semua ke kamar gas."

   "Betul."

   "Apakah mereka semua sadar?"

   "Well, mata mereka terbuka, tapi sebenarnya mereka seperti sedang tertidur."

   "Setelah kau membawa mereka semua ke ruangan itu, apa yang kau lakukan?"

   "Saya keluar dari ruangan, menutup pintu, dan menyelotnya."

   "Lalu?"

   "Dan saya berbuat sama seperti apa yang saya katakan kepada Anda tentang yang saya lakukan kepada hewan-hewan."

   "Bisakah kau menghiburku dan menceritakannya sekali lagi?"

   "Tidak. Periksa catatan Anda."

   "Kau tidak menunjukkan kerja sama."

   "Berat."

   "Oke. Mari kita lanjutkan. Setelah timer berhenti dan kautahu mereka semua mati, apa yang kau lakukan selanjutnya?"

   "Saya membuka pintu."

   "Dan?"

   "Saya berdiri memandangi mereka sebentar. Begitulah akhirnya saya tertangkap basah."

   "Ya, bisakah kau ceritakan tentang penangkapanmu?"

   "Well, sepertinya saya tidak bisa mengukur waktu. Tepat saat saya membuka pintu dan melihat keenam mayat itu di lantai, Tommy masuk."

   "Bagaimana dia masuk?"

   "Dia punya kunci penampungan. Dia datang untuk mengambil pemutar CD-nya. Sial, ya?"

   "Kau sudah mengunci pintu-pintu?"

   "Iya."

   "Lalu, apa yang terjadi?"

   "Seingat saya, dia bilang, 'Berengsek!' atau yang semacamnya. Saya berbalik dan melihat dia berdiri di sana, memandangi mayat mereka. Dia kemudian memandangi saya dan wajahnya seputih kemeja Anda. Sebelum saya bisa melakukan apa pun, dia lari ke depan. Saya melihatnya mencari-cari telepon genggamnya. Dalam beberapa menit, tempat itu dikepung oleh polisi."

   "Apa yang kau lakukan?"

   "Tak ada. Mereka menerjang masuk, saya lakukan yang mereka perintahkan, dan di sinilah kita."

   "Apakah kau mencoba kabur?"

   "Buat apa?"

   "Banyak orang akan secara refleks mencoba untuk melarikan diri."

   "Anda pernah nonton The West Wing, Dok?"

   "Sebenarnya, ya. Itu salah satu dari sedikit program TV yang saya tonton."

   "Ada episode di musim pertama tentang perempuan gila yang melompati pagar Gedung Putih dan segera diamankan oleh Agen Rahasia."

   "Ya?"

   "Well, setelah itu, salah satu agen mengatakan sesuatu seperti, 'Kalau mereka melompati pagar, mereka dikirim ke penjara. Bagaimana mereka bertingkah laku saat kita menangkap mereka akan menentukan lamanya waktu tahanan mereka.'"

   "Intinya?"

   "Saya menjawab pertanyaan Anda tentang kenapa saya tidak mencoba melarikan diri. Ketika polisi membidikkan senjata kepadamu dan menyuruhmu untuk jangan bergerak, kau mematuhinya. Tanpa melawan. Mamaku nggak membesarkan anak bodoh, Dokter Bexley."

   "Tepuk tangan untuk Viviana Troy."

   "Tul."

   "Apa yang kau pikirkan saat kau ditangkap?"

   "Apa maksud Anda?"

   "Apakah kau memikirkan tentang .... bagaimana kondisi pikiranmu?"

   "Saya tidak takut, kalau itu yang Anda tanyakan."

   "Bukan itu yang saya tanyakan, tapi apa yang langsung terpikir olehmu?"

   "Apa maksud Anda?"

   "Ketika saya menanyaimu tentang kondisi pikiranmu, apa hal pertama yang kau pikirkan untuk dibantah adalah rasa takut."

   "Terus? Apa maksudnya?"

   "Kau bicara tentang ketiadaan rasa takut dan bukannya keberadaan rasa bersalah, atau menyesal, atau kesedihan."

   "Ya."

   "Apakah kau tidak merasa kehilangan? Mereka ini adalah orang-orang yang telah bekerja bersamamu beberapa lama. Kau mengenal mereka. Apakah kau menganggap salah satu di antara mereka sebagai temanmu?"

   "Ya ... tidak ... saya rasa ... saya tidak tahu."

   "Dan kau mengeksekusi mereka, dan kemudian tidak merasakan sedikit pun penyesalan atas kematian mereka. Di tanganmu."

   "Ya."

   "Bisakah kau menjelaskannya kepada saya?"

   "Menjelaskannya?"

   "Ya. Ceritakan kenapa kaupikir dirimu amat tak terpengaruh secara emosional setelah membunuh orang-orang ini."

   "Saya tidak tahu."

   "Apakah kau yakin?"

   "Apa yang Anda maksud dengan 'Apakah kau yakin'? Anda pikir saya membohongi Anda?"

   "Bukan, bukan berbohong. Tapi, saya pikir kau tidak sepenuhnya terbuka kepada saya."

   "Well, saya terbuka."

   "Tory, tolong dengarkan baik-baik. Kau harus jujur kepada saya. Kalau kau berkelit atau berbohong, saya tidak bisa membantumu."

   "Oh, Anda di sini untuk membantu saya?"

   "Kira-kira begitu."

   "Bagaimana?"

   "Dengan cara menyingkap kebenaran tentang keadaan mentalmu. Penemuan saya akan menentukan masa depanmu, Tory. Apa pun yang terjadi, penentuan nasibmu harus didasarkan atas kebenaran."

   "Kebenaran akan membebaskanmu."

   "Begitulah katanya."

   "Saya mengerti."

   "Jadi, bisakah kau ceritakan sedikit lebih banyak lagi tentang bagaimana perasaanmu setelah kau mengeksekusi rekan-rekanmu dan saat kau ditangkap?"

   "Seperti kata saya, Dok. Saya tidak takut.Begitu saja. Itu saja yang saya ingat tentang perasaan saya saat mereka memborgol saya."

   "Well, kalau begitu, mari kita lanjutkan."

   "Saya setuju saja. Tapi, ada satu hal, Dok."

   "Ya?"

   "Saya tidak ingin Anda membicarakan tentang semua ini kepada ibu saya."

   Pengacara Pembela Carolyn Payne Seneca Stone "Terima kasih sudah menerima telepon saya dan setuju untuk menemui saya, Miss Payne."

   "Sama-sama, tapi saya harus memberi tahu Anda bahwa saya tidak bisa membahas kasus ini maupun Nona Troy dengan Anda."

   "Saya mengerti. Tapi, Anda boleh mendengarkan, kan?"

   "Ya, saya boleh mendengarkan."

   "Teresa adalah kekasih saya. Dia rekan saya. Dia adalah dunia saya."

   "Saya turut berduka atas kehilangan Anda. Saya tidak tahu bahwa Teresa punya teman hidup."

   "Selama empat tahun. Hampir lima tahun."

   "Begitu."

   "Saya tahu apa yang Anda pikirkan."

   "Maaf?"

   "Saya bertaruh Tory mengatakan kepada Anda bahwa Teresa seorang jalang, benar kan?"

   "Saya sudah memberi tahu Anda, Nona Stone, saya tidak bisa menceritakan tentang kasus tersebut maupun percakapan saya dengan Nona Troy kepada Anda."

   "Well, dia bukan seperti itu."

   "Apa yang ingin Anda katakan kepada saya, Nona Stone?"

   "Kalau perempuan sialan itu tidak disuntik mati, saya sendirilah yang akan membunuhnya."

   "Anda seharusnya tidak mengatakan hal seperti itu kepada saya, Nona Stone. Saya ini petugas pengadilan."

   "Saya tidak peduli."

   "Jika saya melaporkan hal ini, Anda akan terlibat dalam masalah pelik."

   "Ya, Well, Anda harus melaporkannya dulu kan?"

   "Dan apa yang membuat Anda yakin bahwa saya tidak akan melakukannya?"

   "Saya sama sekali tidak peduli apakah Anda akan melakukannya atau tidak, perempuan sialan itu bakal mampus, bagaimanapun."

   "Oke, Nona Stone, sudah cukup. Pertemuan ini selesai. Saya akan menganggap ancaman Anda terhadap Nona Troy sebagai letupan emosi tanpa niat sungguh-sungguh. Tapi, ini yang bisa saya beritahukan kepada Anda. Jika Nona Troy dinyatakan mampu untuk menghadapi persidangan, dan dia dihadapkan ke persidangan, dan dia kemudian dilembagakan, dan setelah itu dia ditemukan mati di tempat tidur, nama Anda akan segera dilaporkan ke polisi. Anda mengerti?"

   "perempuan sialan itu memang berengsek."

   "Selamat siang, Nona Stone."

   Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Kita perlu bicara tentang euthanasia, Tory."

   "Ada apa tentang itu?"

   "Kita perlu membicarakan apa itu, dan bagaimana perasaanmu tentangnya."

   "Kenapa?"

   "Karena saya bilang begitu. Tolong, Tory, hibur saya sekali ini saja dan ikuti saja?"

   "Wah, Dokter Bexley-celah dalam argumen profesional Anda? Secercah rasa tidak aman?"

   "Sama sekali tidak. Saya hanya sedikit lelah hari ini, Tory."

   "Oh, oke kalau begitu. Apa yang ingin Anda ketahui?"

   "Saya ingin kau bercerita kepada saya tentang sesi euthanasia yang kau jalankan. Sebanyak yang bisa kauingat."

   "Saya bekerja di sana lebih dan setahun, Dok. Ada banyak hari Jumat."

   "Ya, saya mengerti. Tapi, saya cukup tertarik dengan sesi-sesi yang bertahan dalam pikiranmu."

   "Semuanya bercampur menjadi satu."

   "Ya, seperti yang diharapkan, tapi saya yakin ada beberapa sesi bersejarah yang masih kauingat. Mari kita mulai dengan sesi hari Jumat-mu yang pertama sebagai teknisi euthanasia."

   "Kenapa memangnya?"

   "Kau pasti ingat saat pertamamu."

   "Anda bagaimana Dr. Bexley? Anda ingat saat pertama Anda?"

   "Tolong, berhentilah bermain-main dengan saya, dan saya akan berterima kasih kalau kau berhenti berbasa-basi. Saya akan mengulangnya sekali lagi. Bagi saya, apabila kau mempunyai kenangan tentang salah satu sesi tersebut, setidaknya yang pertama akan terus teringat."

   "Memang."

   "Teruskan."

   "Saya mulai bekerja pada hari Senin. Pada mulanya, Jake hanya menyuruh saya memberi makan hewan dan menunjukkan hewan-hewan kepada keluarga yang mencari binatang peliharaan. Pada hari Kamis, dia berkata, 'Besok mungkin sedikit sulit bagimu, Tory. Aku berharap kau akan membantuku pada sesi minggu ini. Apa kau sudah siap?' Satu hal yang dulu biasa dikatakan ibu saya ternyata benar. Katakan kepadaku bahwa kau tak yakin aku mampu melakukan sesuatu dan aku akan membuktikan bahwa kau salah. Jadi, saat Jake mulai menanyai saya apakah saya mampu menangani sesi euthanasia atau tidak, saya membulatkan tekad tepat saat itu juga bahwa saya akan melakukannya biar bagaimanapun."

   "Apakah kau melakukan sesuatu yang khusus untuk mempersiapkan diri?"

   "Tidak juga. Malam sebelumnya, saya mengisap beberapa linting ganja sekitar pukul tujuh. Saya jarang merokok sehingga sehari setelah mabuk ganja saya masih bisa merasakan efeknya. Seperti rasa tenang yang berkepanjangan."

   "Rasa tenang yang berkepanjangan'. Saya belum pernah mendengar siapa pun menggambarkannya seperti itu sebelumnya."

   "Jadi, saya pergi tidur dalam keadaan mabuk dan, saat saya sampai di tempat kerja keesokan paginya, saya masih sedikit pusing."

   "Kau mengatakan bahwa sesi euthanasia biasanya berlangsung pada sore hari."

   "Iya ... biasanya sekitar pukul tiga."

   "Pada pagi hari Jumat sesi pertamamu dilaksanakan, apakah kau diberi tahu mengenai apa yang akan terjadi?"

   "Ya. Kadang-kadang saya mampir untuk membeli kopi di Dunkin' Donuts dalam perjalanan ke tempat kerja dan saya akan membawakan sebaki penuh kopi hitam ke kantor. Kami punya bahan-bahan tambahannya supaya setiap orang bisa menyiapkan kopi sendiri. Empat kantong Big Ones biasanya cukup. Pagi itu, saya meletakkan baki, dan bukannya menuang sedikit kopi ke mug, saya mengambil secangkir penuh kopi dua puluh ons dan pergi ke kantor Jake."

   "Kenapa kau segera menemuinya begitu tiba di tempat kerja?"

   "Saya ingin mencari tahu kalau-kalau ada hal khusus yang harus dilakukan untuk para hewan pada hari mereka akan ... Well, Anda tahu."

   "Kenapa kau menginginkan secangkir penuh kopi?"

   "Mungkin karena saya agak gugup? Mungkin karena saya ingin mengatasi efek ganja? Saya tidak tahu, saya hanya ingin minum secangkir penuh kopi pagi itu."

   "Oke. Jadi, Jake ada di kantornya?"

   "Ya. Dia sedang bekerja dengan komputernya. Saya tidak mengetuk. Saya langsung masuk dan duduk."

   "Apa yang dia lakukan?"

   "Tak ada. Dia menyelesaikan pekerjaannya dan kemudian memandang saya. Dia bahkan tidak bilang selamat pagi. Hal pertama yang keluar dan mulutnya adalah, 'Di mana kopiku?'"

   "Apa yang kau katakan?"

   "Saya bilang, 'Ada di luar, di baki bersama kopi milik yang lainnya yang kubayar dan bawakan."

   "Lalu?"

   "Dia hanya mengangkat bahu dan berkata, 'Jadi?'"

   "Dia merasakan bahwa ada sesuatu dalam pikiranmu?"

   "Sepertinya."

   "Teruskan."

   "Saya menyeruput kopi saya dan bertanya kepadanya."

   "Tolong, bisakah kau lebih spesifik?"

   "Saya bilang, 'Apakah ada sesuatu yang perlu kulakukan untuk para hewan sebelum ... sore ini?'"

   "Dan apa yang dia katakan?"

   "Katanya, 'Misalnya apa?'"

   "Pertanyaanmu tidak jelas baginya."

   "Jelas tidak. Yang sepertinya bisa saya mengerti. Jadi, saya lalu berkata, 'Apa aku harus memberi mereka obat penenang, atau menunda pemberian makanan, atau ... kau tahu ... apa pun sebelum pelaksanaan sesi?'"

   "Kau merasa bahwa itu adalah pertanyaan yang logis."

   "Tepat. Biar bagaimanapun, orang tidak boleh makan sebelum dioperasi, kan?"

   "Tapi, ini bukan operasi. Ini eksekusi."

   "Iya, saya tahu."

   "Dan, tahanan yang akan dihukum mati menyantap hidangan terakhir sebelum dibunuh."

   "Well, saya rasa saya tidak memikirkannya secara menyeluruh."

   "Jadi, apa yang dikatakan Jake?"

   "Dia hanya memandangi saya selama semenit dan lalu menggelengkan kepalanya. Ekspresi saya pasti membuatnya berpikir bahwa saya belum mengerti. Jadi, kemudian dia berkata, 'Tidak, tidak ada yang perlu dilakukan, Tory.'"

   "Bagaimana hal itu membuatmu merasa?"

   "Depresi."

   "Kenapa?"

   "Sepertinya semuanya sudah final saat itu."

   "Apakah kemudian kau bangkit dan pergi?"

   "Ya, tapi saat saya pergi dia berkata, 'Satu hal lagi, Tory. Mungkin lebih baik kau tidak menghabiskan terlalu banyak waktu dengan para hewan hari ini.'"

   "Secara tidak langsung, dia telah berusaha mempersiapkanmu."

   "Saya rasa begitu."

   "Jadi, bagaimana responsmu terhadap usulannya?"

   "Tak ada. Saya hanya berjalan keluar dari kantornya dan pergi mengunjungi para hewan."

   "Begitu."

   "Begitu apa?"

   "Kenapa kau tidak mengikuti sarannya?"

   "Karena selama hewan-hewan yang saya rawat masih hidup, saya akan melakukan apa yang saya bisa untuk mereka."

   "Bisakah kau memberitahu saya tentang binatang binatang yang ada di penampungan minggu itu?"

   "Apa saya harus?"

   "Kalau kau tidak keberatan."

   "Well, saya keberatan."

   "Kenapa?"

   "Karena terlalu menyakitkan untuk membicarakan mereka."

   "Bisa tolong dicoba?"

   "Oh, baiklah ... ada empat anjing dan lima kucing."

   "Teruskan."

   "Anjingnya jenis labrador, collie, cocker spaniel, dan terrier. Kucingnya ada yang berbulu hitam, berbulu putih ... satu anak kucing ... dua ekor lagi berbulu kelabu."

   "Apakah aku boleh bertanya?"

   "Silakan."

   "Apakah di antara kalian yang bekerja di penampungan ada yang memberi nama bagi para hewan?"

   "Ya ampun."

   "Tory ... apakah kau menangis?"

   "Bisakah kita teruskan ini nanti saja?"

   "Tentu saja."

   Dr.

   Baraku Bexley Catatan Medis.

   Tory Troy Saat meninjau ulang dokumen yang disediakan oleh dosen Menulis Kreatif Tory, Tuan Gabriel Mundane, saya menemukan puisi berjudul "Seekor Gagak, di Taman Rumah Tempatku Dibesarkan".

   Puisi tersebut dicetak, ulang di bawah ini.

   Saya percaya bahwa nada "gelap"

   Dan tersiratnya tema tentang penyakit/bunuh diri dalam puisi tersebut mungkin memiliki makna.

   Puisi tersebut tidak, bertanggal dan, saat catatan ini dibuat, saya belum menanyai Nona Troy kapan dia menulisnya.

   Seekor Gagak di Taman Rumah Tempatku Dibesarkan oleh Victoria Troy Semua bangunan di seluruh jalan terbakar.

   Gunung berapi di pusat perbelanjaan ini.

   Komet menabrak sekolah.

   Pagar memuntahkan nyala.

   Pepohonan menikam pejalan kaki dengan dahan beracun.

   Air keruh.

   Seekor gagak di taman rumah tempatku dibesarkan.

   Diagnosis.

   Tory Troy Pengacara Pembela Carolyn Payne "Hai, Tory.

   Bagaimana kabarmu? Kau kelihatan baik-baik saja."

   "Kau bercanda, ya?"

   "Kami para pengacara biasanya berkata begitu kepada klien kami yang ditahan."

   "Sebenarnya aku terlihat bagaimana?"

   "Ditahan."

   "Tepat sekali."

   "Pertemuanmu dengan Dr. Bexley sebelumnya sudah diinformasikan kepadaku, meskipun saat ini yang kutahu hanyalah jam dan waktu wawancaramu. Bagaimana wawancaranya berjalan?"

   "Apa yang ingin kaudengar?"

   "Yang sebenarnya?"

   "Tidak parah kok, tapi aku kesal setiap kali dia mulai mengusik hal-hal yang tidak ingin kubicarakan."

   "Misalnya apa?"

   "Misalnya, hal-hal yang tidak ingin kubicarakan."

   "Tory-"

   "Carolyn, tolonglah. Dipsikoanalisa oleh Bexley saja sudah cukup parah. Jangan buat aku harus menjalaninya lagi denganmu."

   "Tory, aku perlu tahu apa yang terjadi supaya bisa bersiap-siap untuk persidanganmu atau permohonan naik banding untuk menolak pelembagaanmu."

   "Iya, aku tahu."

   "Bisakah kau menebak apa yang dipikirkan Dr. Bexley?"

   "Iya. Aku rasa menurutnya aku ini waras."

   "Benarkah?"

   "Yap. Malah, kalau aku senang berjudi, aku bakal pasang taruhan bahwa dia akan menyatakanku mampu untuk menghadapi persidangan."

   "Begitu."

   "Jadi, kau sebaiknya bersiap-siap melakukan apa pun yang perlu kau lakukan kalau itu terjadi."

   "Seberapa yakinkah dirimu bahwa tebakanmu benar?"

   "Sangat."

   "Oke. Aku akan mulai dengan memikirkan ke mana kita selanjutnya bila dia kembali dengan laporan yang menyatakan bahwa kau kompeten. Kita masih punya waktu persiapan untuk sidang, tapi aku pikir aku harus mulai mengumpulkan para saksi."

   "Mereka akan menyatakanku bersalah, kau tahu."

   "Apa yang membuatmu berkata begitu?"

   "Karena aku membunuh mereka, dan Bex akan berkata bahwa aku waras, dan tak ada juri yang akan membiarkanku lolos. Apakah kau akan melakukannya, kalau kau seorang juri?"

   "Mari jangan berpikir terlalu jauh ke depan, Tory."

   "Ayolah, Carolyn. Mari bersikap realistis soal ini. Aku menantikan suntikan mati untuk masa depanku."

   "Jika kau benar, apakah hal ini menakutkanmu?"

   "Tidak juga."

   "Kenapa tidak?"

   "Aku rasa aku memang tidak takut akan kematian."

   Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Bagaimana pertemuanmu dengan pengacaramu, Tory?"

   "Sekumpulan lelucon."

   "Bagaimana perasaanmu hari ini?"

   "Saya merasa payah."

   "Kenapa? Apa kau sakit?"

   "Ya."

   "Apa kau perlu menemui dokter?"

   "Anda kan dokter."

   "Dokter umum."

   "Tidak."

   "Apa masalahnya?"

   "Saya sedikit mual. Dan saya sakit kepala. Mungkin karena makanan sampah di tempat ini."

   "Apa kauingin mengakhiri sesi hari ini supaya bisa beristirahat?"

   "Kenapa? Apa ada yang Anda siapkan untuk saya?"

   "Sebenarnya, kita telah mencapai suatu titik yang mengharuskan saya untuk melaksanakan beberapa tes psikologis padamu."

   "Beberapa? Berapa banyak?"

   "Enam."

   "Semuanya sekaligus?"

   "Tidak, tentu tidak. Kita akan menjalaninya satu per satu, dan kita bisa melakukannya sebanyak yang kaumau jalani."

   "Inikah cara Anda untuk menentukan apakah saya gila?"

   "Kita tidak menggunakan kata gila, Tory. Saya akan menentukan apakah kau mampu atau tidak mampu untuk persidangan. Beberapa rekanku menggunakan Canadian Fitness International Test dan menjadikan hasil tes itu sebagai dasar penilaian, tapi aku lebih suka menggunakan tes evaluasi psikososial individu. Saya mungkin akan beralih ke FIT, tapi untuk saat ini saya akan mulai dengan enam tes ini."

   "Saya tertarik, Dr. B. Saya pikir saya akan mencoba menjalani salah satu dan melihat bagaimana jadinya. Jika terlalu melelahkan dan membuat saya merasa lebih buruk, kita akan menjadwal ulang. Sip?"

   "Uh, ya. Sip."

   "Kau memang asyik, Dok. Oke. Apa yang pertama?"

   "Aku seharusnya tidak memberitahumu judul tesnya, tapi mengingat kecerdasan dan daya tangkapmu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan akan membuat topiknya langsung menjadi jelas bagimu, jadi aku akan berjaga-jaga dan mengungkapkan subjeknya sebelum kita mulai."

   "Bagus. Apa yang pertama?"

   "Bisakah Kau Bersikap Menyerang?'"

   "Ya Tuhan. Anda langsung melemparkan barang bagus, eh?"

   "Bisa kita mulai?"

   "Saya rasa."

   "Saya akan membuat sepuluh pernyataan untuk kaurespons dengan 'jarang', 'kadang-kadang', atau 'sering'. Apakah kau mengerti?"

   "Ya. Lempar saja."

   "Apakah kaumau minum atau harus ke kamar kecil sebelum kita mulai?"

   "Nggak. Saya siap untuk Anda."

   "Baiklah kalau begitu. Mari kita mulai. Nomor satu. 'Aku sering merasa kesal tanpa alasan yang jelas.'"

   "Jarang."

   "Nomor dua. 'Aku tidak bekerja cukup keras untuk mengembangkan diri.'"

   "Kadang-kadang."

   "Nomor tiga. 'Jika seseorang meneriakiku, aku balas meneriakinya."

   "Sering."

   "Nomor empat. 'Aku minum-minum secara rutin dan sering mabuk.'"

   "Jarang."

   "Nomor lima. 'Aku melakukan sesuatu berdasar kan impuls'".

   "Sering. Tidak, tunggu. Saya ingin mengubah jawabannya menjadi 'Kadang-kadang.'"

   "Baiklah. Nomor enam. 'Ketika seseorang melewati batas, aku tidak mudah memaafkan dan melupakannya.'"

   "Bisakah Anda beri saya waktu?"

   "Gunakan waktu selama yang kau butuhkan."

   "Anda ingin tahu apakah saya pemaaf. Misalnya, jika seseorang menyakiti saya, benar?"

   "Saya tidak diizinkan untuk mendiskusikan pertanyaan, Tory. Apakah kauingin saya mengulangi pertanyaannya?"

   "Ya."

   "Nomor enam. 'Ketika seseorang melewati batas, aku tidak mudah memaafkan dan melupakannya.'"

   "Aku tidak memaafkan dan melupakan ......'Pertanyaannya dalam bentuk negatif. Jadi, jika saya bilang 'kadang', saya mengatakan bahwa saya kadang-kadang tidak memaafkan ... atau saya jarang tidak memaafkan ... Kalimatnya punya makna baru kalau Anda menguraikannya, Dok."

   "Ya, saya rasa begitu."

   "Saya akan jawab, 'jarang'. Saya orang yang cukup pemaaf, jadi saya jarang tidak memaafkan dan melupakan."

   "Oke. Nomor tujuh. 'Ketika aku marah, aku membanting atau merusak barang-barang.'"

   "Jarang."

   "Nomor delapan. 'Aku terlibat dalam aktivitas fisik atau kegiatan lain untuk "menyalurkan ketegangan".' "Kadang-kadang. Waktu stres saya biasanya berjalan di treadmill. Atau bermasturbasi."

   "Nomor sembilan. 'Jika seseorang menggangguku, aku segera menyuruh mereka menjauh.'"

   "Sering."

   "Dan, pernyataan terakhir. Nomor sepuluh. 'Setelah meledak marah, aku menyesal sudah kehilangan kesabaran.'"

   "Sering."

   "Sudah. Tadi tidak terlalu jelek, kan?"

   "Bagaimana hasil saya?"

   "Tory-"

   "Oh, ayolah, Dok. Apa ruginya?"

   "Begini saja. Mari selesaikan tesnya dan kemudian saya akan memberimu jumlah kasar skormu. Adil?"

   "Adil. Sekarang, bisakah kita cukupkan untuk hari ini? Kepala saya amat sakit sekarang."

   "Tentu saja. Apakah kauingin bertemu perawat?"

   "Saya rasa. Meskipun dia hanya akan memberi saya tylenol. Apalah yang tidak bakal saya berikan untuk beberapa butir vicodin yang saya sembunyikan."

   "Sampai bertemu besok, Tory."

   "Adios, Dok."

   Dr. Baraku Baxley Catatan Medis. Tory Troy Saya melaksanakan tes psikologis "Bisakah Kau Bersikap Menyerang?"

   Kepada Tory Troy hari ini dan dia membuat skor 19-hasil yang amat biasa-biasa saja.

   Protokol menyatakan bahwa klien dengan skor 10 menunjukkan tingkat kontrol rata-rata dalam menunjukkan perasaan marah.

   Dia mewujudkan tingkat pengendalian diri yang relatif tinggi berkaitan dengan rasa marahnya.

   Namun, mengingat bahwa ini adalah yang pertama dari enam tes, saya akan menunda evaluasi awal saat ini dan akan menyediakan interpretasi yang lebih terperinci dalam laporan ini kelak.

   Tory Troy Dr.

   Baraku Bexley "Saya ingin melanjutkan diskusi kita mengenai rekan kerjamu hari ini, kalau boleh."

   "Bagaimana dengan tes yang lain?"

   "Kita akan kembali ke sana nanti."

   "Kenapa saya harus membicarakan orang-orang yang bekerja bersama saya?"

   "Hibur aku, Tory. Dan, ngomong-ngomong, bagaimana keadaanmu hari ini? Baikan, mudah mudahan?"

   "Iya. Saya muntah semalam."

   "Dan apakah sekarang kau merasa lebih baik?"

   "Ya. Pasti ada semacam virus karena sekarang sakit kepala saya juga hilang."

   "Bagus sekali. Catatan saya menunjukkan bahwa kau sudah bicara tentang Philip, Marcy, dan Teresa. Mungkin kau mau memberi tahu saya tentang Renaldo? Hubungan apa yang kau miliki dengannya?"

   "Saya selalu akur dengan Renaldo. Dia pria yang benar-benar manis. Dia baru beberapa tahun di negara ini. Dia menabung untuk membawa istri dan anaknya ke sini."

   "Dari mana dia berasal?"

   "Manacor."

   "Di mana itu?"

   "Kota kecil di Mallorca di perairan Spanyol. Kepulauan Balearik."

   "Bagaimana bahasa Inggrisnya? Apakah kau bisa berkomunikasi dengannya?"

   "Bahasa Inggrisnya kadang lebih baik daripada saya. Keluarganya pindah ke Mallorca saat umurnya awal dua puluhan. Jadi, dia belajar di sekolah negeri di Spanyol; bahasa Inggris adalah pelajaran wajib. Dan bukan cuma dua tahun, seperti pelajaran bahasa Spanyol dan Prancis yang diberikan kepada anak-anak di sini. Sebelum lulus, mereka harus mampu berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris tingkat SMA. Sialan. Anak-anak SMA Amerika saja ada yang tidak bisa bicara dan menulis dalam bahasa Inggris tingkat SMA."

   "Apa yang kalian obrolkan?"

   "Tidak banyak. Dia bercerita tentang keluarganya di kampung halaman. Saya bercerita tentang film dan acara TV favorit saya. Dia terkagum-kagum dengan film dan acara TV Amerika."

   "Apa pekerjaanya?"

   "Dia penjaga kebersihan. Dia menghabiskan sepanjang hari dengan mengepel, menyapu, mengosongkan ember, dan membersihkan jendela. Dia menjaga agar tempat itu berkilau, harus saya katakan. Dia juga harus membersihkan kandang, yang mungkin merupakan pekerjaan paling kotor di antara semuanya. Tapi, dia tak pernah mengeluh. Tidak sekali pun. Dan kandang selalu tak bernoda."

   "Kedengarannya kau suka pada Renaldo."

   "Memang. Anda tahu apa yang pernah dia katakan kepada saya suatu kali? Dia memberi tahu saya bahwa dia menyisihkan setengah gajinya untuk ditabung. Setengah. Dia hidup hanya dari setengah gajinya. Jika kau mempertimbangkan pengeluarannya Anda tahu, sewa, dan kebutuhan sehari hari, belum lagi makanan itu pencapaian yang luar biasa."

   "Tampaknya dia bertekad untuk memboyong keluarganya kemari."

   "Memang. Dia juga sudah memikirkannya. Dia tahu berapa banyak biayanya, dan dia bahkan sudah menyiapkan pekerjaan di salon kuku untuk istrinya."

   "Dan sekarang, tak ada satu pun yang akan terwujud."

   "Apakah itu sebuah pertanyaan?"

   "Bagaimana perasaanmu karenanya?"

   "Saya tidak mau membicarakannya."

   "Tory-"

   "Saya tidak mau. Saya tahu tak ada satu pun yang akan terlaksana sekarang. Apa lagi yang Anda ingin agar saya katakan sekarang?"

   "Saya ingin kau memberitahu saya bagaimana perasaanmu. Kau tahu bahwa kaulah alasan kenapa tak satu pun rencana Renaldo akan menjadi nyata. Bagaimana hal itu membuatmu merasa?"

   "Anda terus bertanya tentang itu."

   "Ya, memang. Dan saya akan terus bertanya sampai kau memberi tahu saya."

   "Oke. Saya akan memberi tahu Anda. Perasaan saya jadi kacau."

   "Bersalah?"

   "Hanya karena Renaldo terbawa dalam apa yang terjadi, dan mungkin harusnya dia tidak dibawa bersama yang lain."

   "Lalu, kenapa dia dibawa?"

   "Karena dia di sana."

   "Tidakkah hubunganmu dengannya berarti apa apa? Tidakkah persahabatanmu dengannya membuatmu ragu akan perbuatanmu?"

   "Tidak. Seperti yang saya katakan, dia di sana. Jadi, dia disertakan."

   "Begitu. Dan sekarang, apa yang akan kau katakan kepada istri dan anak-anaknya?"

   "Saya tidak akan mengatakan apa pun. Mereka mungkin tidak akan bisa kemari sekarang, kan?"

   "Itu dingin sekali, Tory."

   "Anda pikir begitu?"

   "Ya. Dan kedengarannya tidak seperti dirimu. Bagi saya tampaknya kau berpura-pura dan bahwa kau merasakan penyesalan atas Renaldo."

   "Well, Anda dokter jiwanya. Anda seharusnya lebih tahu daripada saya, saya kira."

   "Begitukah? Apakah saya lebih tahu daripada dirimu? Apakah saya benar?"

   "Hari ini saya selesai."

   "Tory-"

   "Saya serius, Dok. Hari ini saya selesai."

   "Baiklah. Kita akan teruskan besok dari sini."

   "Tidak, kita tidak akan. Saya tidak mau bicara tentang Renaldo lagi. Berikan saya tes besok atau saya tidak akan bicara sepatah kata pun."

   "Ya sudah. Sampai bertemu besok."

   "Iya."

   Dr. Baraku Bexley Nyonya Viviana Troy "Halo, Dr. Bexley."

   "Halo, Nyonya Troy. Terima kasih sudah mau bertemu saya lagi."

   "Kapan saja, Dokter. Saya akan melakukan apa pun untuk membantu putri saya."

   "Saya lega Anda berkata begitu, Nyonya Troy, karena saya akan menanyakan sesuatu yang mungkin sulit bagi Anda."

   "Oh?"

   "Saya ingin bicara dengan ayah Tory."

   "Tidak. Tak masuk hitungan."

   "Bolehkah saya bertanya kenapa?"

   "Dia sudah keluar dari hidup saya selama bertahun-tahun-dan untuk alasan yang bagus. Saya tidak mau monster menjijikkan itu terlibat dengan putri saya, terutama saat ini."

   "Mantan suami Anda tidak akan melakukan kontak apa pun dengan Tory. Saya bisa menjanjikan itu kepada Anda. Janji saya sebagai dokter."

   "Lalu, kenapa Anda ingin bicara dengannya?""Mengingat masa lalu Tory dengan pria itu, mungkin akan bermanfaat bagi saya untuk mendiskusikan beberapa hal dengannya. Maksud saya begini, Nyonya Troy. Trauma apa pun di masa lalu Tory yang dapat berkontribusi terhadap keadaan jiwanya saat dia melakukan pembunuhan mungkin dapat menguntungkannya."

   "Bagaimana mungkin kejadian di masa lalunya berhubungan dengan kemampuannya untuk menghadapi persidangan?"

   "Memang tidak mungkin. Tapi, itu ada hubungannya dengan kondisi kejiwaannya saat kejadian perkara. Dan karena laporan saya akan dijadikan bukti, pengacara pembelanya mungkin bisa ... membantu juri untuk memahami apa yang terjadi, dan kenapa itu terjadi."

   "Saya memahaminya."

   "Anda paham?"

   "Ya."

   "Apakah Anda akan memberikan informasi untuk menghubungi mantan suami Anda?"

   "Ya. Tapi, saya pegang janji Anda, Dr. Bexley. Dia tidak boleh berhubungan dengan Tory dalam bentuk apa pun."

   "Mengerti. Sayalah satu-satunya yang akan bicara kepadanya. Satu-satunya."

   "Baiklah. Apakah Anda punya sehelai kertas?"

   Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Kau siap untuk tes kedua?"

   "Sesiap yang saya bisa, saya rasa. Yang ini apa namanya?" '"Bisakah Kau Melanggar Hukum?'"

   "Anda bercanda."

   "Tidak, saya tidak bercanda."

   "Well, dengan tidak mengurangi rasa hormat, Dok, tapi bukankah kita sudah tahu jawaban pertanyaan itu? Saya, biar bagaimanapun, melanggar hukum, kan? Enam kali, menurut dakwaan."

   "Ya, Tory, kau memang melanggar hukum. Kita tahu itu. Tapi, banyak orang melanggar hukum dalam kondisi pikiran sepenuhnya berlawanan dengan kepribadian asli mereka. Kau memang melanggar hukum, tapi saya perlu tahu apakah kau bisa melanggar hukum saat kau sedang berada dalam kondisi yang sekarang harus saya sebut sebagai kondisi pikiran 'normal'".

   "Begitu."

   "Apakah kau mengerti?"

   "Tentu. Saya mungkin bukan 'saya yang sesungguhnya' ketika saya melakukan apa yang saya lakukan. Itulah yang ingin Anda cari tahu, betul?"

   "Kira-kira."

   "Oke. Saya setuju saja. Lemparkan."

   "Oke. Tes ini sedikit berbeda dengan yang pertama."

   "Berbeda bagaimana?"

   "Saya akan membuat empat pernyataan yang perlu dijawab dengan 'benar' atau 'salah'".

   "Oke."

   "Ada pertanyaan?"

   "Iya. Bagaimana hasil saya di tes pertama?"

   "Kautahu aku tidak boleh menjawabnya."

   "Iya. Saya tahu. Coba-coba saja."

   "Bisa kita mulai?"

   "Nomor satu. 'Aku sangat sensitif jika ditolak atau direndahkan oleh seseorang.'"

   "Sangat sensitif?"

   "Ya, begitulah tulisannya."

   "Salah."

   "Nomor dua. 'Aku terus-menerus merasa marah, kesal, dan frustasi.'"

   "Terus-menerus?"

   "Ya, terus-menerus."

   "Salah."

   "Nomor tiga. 'Aku telah melalui saat terendah ketika aku merasa benar-benar tak berguna.'"

   "Benar-benar?"

   "Ya."

   "Salah."

   "Nomor empat. 'Aku saat ini, atau berharap bisa, sendirian-bebas dan merdeka dari semua orang dan kekangan masyarakat.'"

   "Benar."

   "Nomor lima. 'Dibandingkan dengan orang lain, aku punya keinginan besar untuk melakukan hal berbahaya dan menantang.'"

   "Salah sekali."

   "Nomor enam. 'Aku mengalami saat-saat penuh optimisme tak terbatas yang melampaui realitas keadaanku.'"

   "Tak terbatas?"

   "Ya."

   "Maksudnya sepenuhnya tidak berbatas, kan?"

   "Ya."

   "Salah."

   "Nomor tujuh. 'Aku sering melakukan atau ingin melakukan hal-hal yang dilarang oleh masyarakat.'"

   "Dilarang? Itu kata-kata yang salah, Dok. Apakah saya ingin melakukan hal-hal yang dilarang? Ingin? Pertanyaan yang aneh."

   "Maaf, Tory, tapi kita tidak bisa mendiskusikan pertanyaannya. Kau harus menjawabnya sendiri."

   "Oke, kalau begitu, salah."

   "Nomor delapan. 'Saat muda, aku sering mendapatkan yang kuinginkan dengan cara menggertak, mengancam, atau melakukan kekerasan fisik.'"

   "Yang benar saja. Coba lihat saya. Saya bahkan lebih ceking waktu anak-anak. Salah."

   "Nomor sembilan. 'Sebagai remaja, aku sering melakukan perbuatan curang dan ilegal seperti mengutil, mengebut, atau menyontek saat ujian.'"

   "Bisakah kita kembali ke jawaban 'jarang', 'kadang kadang', atau 'sering' untuk pertanyaan ini?"

   "Lucu sekali. Benar atau salah, Tory."

   "Well, kata kuncinya adalah sering, jadi akan saya jawab salah."

   "Nomor sepuluh. 'Aku mudah kehilangan kesabaran.'"

   "Luar biasa salah."

   "Sekian. Apakah kauingin lanjut ke tes ketiga atau kau perlu istirahat?"

   "Tidak, saya baik-baik saja. Apa nama yang ketiga?" '"Seberapa Berempatikah Dirimu?'"

   "Oh."

   "Bagaimana menurutmu? Apakah kau siap?"

   "Ah, masa bodoh. Iya, mari kita lakukan."

   "Oke. Tes ini terdiri dan sepuluh pernyataan, dan setiap pernyataan harus kaujawab dengan salah satu kualitas berikut. 'tidak pernah, 'jarang', 'kadang-kadang', 'sering', atau 'selalu'".

   "Betulkah? Saya punya lima pilihan?"

   "Ya. Kau diberi jangkauan persetujuan atau ketidaksetujuan yang luas dengan pernyataan tersebut."

   "Oke. Silakan, Dok"

   "Nomor satu. Dalam keadaan darurat, aku menjadi emosional."

   "Wow. Langsung susah."

   "Gunakan waktumu."

   "Apa saja lima pilihan tadi?"

   "'Tidak pernah, 'jarang', 'kadang-kadang', 'sering', atau 'selalu'".

   "Apakah saya menjadi emosional saat keadaan darurat? Pertanyaan yang amat bagus. Saya mencoba mengingat keadaan darurat di masa lalu. Tidak terlalu banyak, puji Tuhan. Apakah saya menjadi emosional saat keadaan darurat? Saya rasa saya akan menjawab 'sering' untuk pertanyaan ini, Dok. Saya tampak tenang bila ada krisis, tapi di dalam, diri saya hancur berantakan."

   "Apakah 'sering' adalah jawabanmu?"

   "Ya."

   "Baiklah. Nomor dua. ' Bahkan saat aku yakin bahwa aku benar, aku cukup sabar untuk mendengarkan argumen orang lain.'"

   "Oh, betul, saya seperti itu. Kadang-kadang, saat saya mendengarkan argumen-argumen bodoh, saya bertanya-tanya dan mana saya memperoleh kesabaran. Saya ingat suatu kali saya dan teman ada di sebuah bar, dan pria ini berusaha meyakinkan kami bahwa cerita tentang perguruan tinggi Ivy League yang memotret bugil mahasiswa baru di tahun lima puluhan dan enam puluhan adalah legenda kota belaka."

   "Foto bugil?"

   "Iya, Anda pasti pernah mendengarnya. Diane Sawyer, Meryl Streep, Dick Cavett ... mereka semua difoto telanjang ketika mereka mulai kuliah."

   "Apakah itu benar?"

   "Sepenuhnya."

   "Apa ada buktinya?"

   "Ya. Fotonya masih ada dan tersimpan dalam lemari besi di suatu tempat di Museum Smithsonian. Beberapa jurnalis menghabiskan berbulan-bulan untuk melacak keberadaannya dan mewawancarai mantan mahasiswa yang telah berpose dalam foto-foto tersebut. Si penulis bahkan melihat beberapa foto tersebut."

   "Dan pria di bar itu tetap berkeras bahwa kau salah?"

   "Ya. Dia ngotot terus bahwa semuanya itu tipuan besar dan hal seperti itu tak pernah terjadi, bla, bla, bla."

   "Tapi kau yakin bahwa dia salah."

   "Ya."

   "Apakah kau membantahnya?"

   "Kurang lebih. Tapi, tetap dalam suasana bersahabat dan dikompori oleh bergelas-gelas bir."

   "Kau dengan sabar mendengarkannya melontarkan argumen yang salah?"

   "Ya."

   "Jadi, kembali ke tesnya, apa jawabanmu untuk pertanyaan nomor dua-'Bahkan saat aku yakin bahwa aku benar, aku cukup sabar untuk mendengarkan argumen orang lain'-?"

   "Saya akan jawab 'selalu', Dok."

   "Baiklah. Lanjut. Nomor tiga. 'Aku ikut bersimpati dengan tokoh-tokoh dalam film yang menguras air mata.'"

   "Itu gampang. Saya selalu menangis saat nonton. Apa Anda pernah menonton Titanic, Dok?"

   "Ya, pernah."

   "Adegan ketika Leonardo DiCaprio melepaskan pegangan dan tenggelam? Dan kau bisa melihat wajahnya, dan tangannya yang terulur menggapai ke arah Kate Winslett saat dia jatuh semakin dalam? Membicarakannya sekarang saja sudah membuat saya menangis."

   "Ya, itu memang momen yang pedih."

   "Betul banget. Dan saya tidak perlu film untuk membuat saya menangis seperti bayi."

   "Apa lagi yang membuatmu menangis?"

   "Adegan kematian Bobby di NYPD Blue memengaruhi saya. Sangat."

   "Bagian apa dari adegan itu yang paling menyentuhmu?"

   "Mungkin karena Sipowicz berjanji untuk selalu menjaga Diane. Bobby dan Andy adalah rekan. Cinta, kesetiaan, dan komitmennya terhadap Bobby, dan janjinya untuk menjaga istri rekannya, sangat menyentuh."

   "Jadi, apa kau sudah punya jawaban untuk pertanyaan ini?"

   "Iya. Saya akan jawab 'selalu'".

   "Baiklah. Lanjut lagi. Pertanyaan keempat. 'Ketika bersama orang yang depresi, aku menjadi tidak nyaman dan sulit bagiku untuk bicara.'"

   "Saya akan jawab 'sering' untuk pertanyaan itu, Dok. Saya tidak suka berada dekat orang yang depresi."

   "Baiklah. Pertanyaan kelima. 'Aku merasa tidak enak saat seseorang yang kukenal menceritakan masalah pribadinya sambil lalu.'"

   "Tidak masalah bagi saya apabila orang yang saya kenal menceritakan masalah pribadinya, tapi saya pikir kata kunci dalam pertanyaan itu adalah sambil lalu, jadi saya akan jawab 'selalu'".

   "Oke. Pertanyaan keenam. 'Ketika pertengkaranku dengan seseorang menjadi semakin intens, aku tak dapat bertahan di sana."

   "Saya harus bilang bahwa itu benar. Saat argumen memanas, saya lebih suka menjauh daripada mengatasinya saat itu juga."

   "Jawabanmu."

   "Selalu."

   "Pertanyaan ketujuh. 'Orang-orang berkata bahwa aku berhati lembut.'"

   "Anda bicara dengan siapa saja, Dok? Apa Anda menulis pertanyaan-pertanyaan ini khusus untuk saya?"

   "Tentu saja tidak. Ini pertanyaan standar."

   "Saya tahu. Saya cuma bercanda. Tapi, ampun, beberapa pertanyaan sangat mengena."

   "Jadi, maksudmu orang-orang mengatakan bahwa kau berhati lembut?"

   "Well, sebetulnya orang-orang menyebut saya 'lembek', tapi saya pikir itu sama saja."

   "Jadi, bagaimana jawabanmu?"

   "Selalu."

   "Pertanyaan kedelapan. 'Aku berkhayal tentang hal-hal (baik dan buruk) yang mungkin terjadi kepadaku.'"

   "Sial. Kena lagi."

   "Kau berkhayal?"

   "Sepanjang waktu."

   "Jawabanmu."

   "Selalu."

   "Pertanyaan kesembilan. 'Jawaban sesungguhnya atas sebagian besar masalah tidaklah hitam atau putih-biasanya kebenaran ada di tengah-tengah."

   "Saya memercayai hal itu sejak lama. Saya pernah kenal seorang pria yang berkata bahwa semuanya hitam atau putih-tidak ada abu-abu. Saya tidak pernah menyetujuinya. Tidak ada yang sudah pasti meskipun jawaban suatu hal biasanya adalah yang solusi yang lebih logis."

   "Apa maksudmu?"

   "Semuanya masalah persepsi. Mari kita berandai andai ada dua tetangga yang berbagi garis batas hak milik bangunan. Salah satu memasang pagar untuk mencegah anjingnya berkeliaran ke lingkungan sekitar dan tertabrak mobil, tapi pagar itu menutupi pandangan orang yang satunya-yang membeli rumah itu karena pemandangan ke arah gunung yang bisa dilihatnya dan jendela. Solusi bagi yang satu adalah masalah bagi yang lain."

   "Begitu. Jadi, apa jawabanmu?"

   "Selalu."

   "Dan pertanyaan terakhir. 'Aku merasa sedih bila melihat orang asing yang kesepian di tengah kelompok.'"

   "Itu gampang. Selalu."

   "Oke, tes ketiga selesai. Karena sekarang sudah larut, bagaimana kalau kita akhiri dan lanjutkan dari sini besok?"

   "Anda dokternya, Dok. Lagi pula, sudah hampir waktunya makan. Makanan rumah sakit jiwa. Mmmm. Makanan enak."

   "Sampai bertemu besok, Tory."

   "Hasta la vista, baby."

   Dr. Baraku Bexley Crouch Troy "Tuan Troy?"

   "Ya?"

   "Ini Dr. Baraku Bexley."

   "Siapa?"

   "Saya psikiater yang ditunjuk oleh pengadilan untuk menentukan apakah Tory Troy mampu atau tidak untuk menghadapi persidangan."

   "Oh ..."

   "Tuan Troy?"

   "Kenapa Anda menelepon saya?"

   "Apakah Anda mengetahui tentang kasus ini,Sir?"

   "Hanya dari yang saya baca di koran-koran."

   "Jika Anda tidak keberatan, saya ingin bertemu dengan Anda untuk berbicara sedikit tentang Nona Troy."

   "Kenapa?"

   "Sebagai ayahnya, Anda mungkin bisa menyediakan informasi yang berguna."

   "Infomasi berguna macam apa?"

   "Latar belakang masa kecilnya, pendidikannya, kehidupannya di rumah ... hal-hal seperti itu."

   "Ibunya dan saya sudah bercerai hampir lima belas tahun, Dokter."

   "Saya tahu."

   "Saya tidak pernah bertemu atau bicara dengan putri saya sejak perceraian."

   "Ya, saya juga tahu itu."

   "Lalu, kenapa Anda ingin bicara dengan saya? Anda harus bicara dengan ibunya."

   "Saya bicara dengan banyak orang mengenai Nona Troy, Sir, termasuk ibunya."

   "Ini sungguhan?"

   "Maksud Anda?"

   "Apa Anda benar-benar dokternya? Dokter Tory?"

   "Bukan, Sir, saya tidak bilang bahwa saya dokter Tory. Saya dokter yang ditunjuk oleh pengadilan. Secara teknis, dia bukan pasien saya dan saya tidak merawatnya. Tapi, saya bisa meyakinkan Anda bahwa saya memang seorang dokter, dan saya bisa menunjukkan buktinya saat kita bertemu-termasuk surat tugas dari pengadilan."

   "Saya tak tahu ..."

   "Tuan Troy, tak ada yang perlu Anda khawatirkan. Saya hanya mengumpulkan informasi latar belakang. Anda tidak berada di bawah subpoena-perintah untuk bersaksi."

   "Apa saya perlu pengacara?"

   "Tidak, tapi Anda bebas untuk membawa pengacara ke pertemuan kita bila itu bisa membuat Anda lebih nyaman."

   "Baiklah. Kita bisa bertemu. Sekali. Dan, saya akan membawa pengacara saya. Dan, saya beritahu Anda, Dokter. Kami akan langsung pergi jika dia mendengar satu patah kata pun yang tidak disukainya. Jelas?"

   "Jelas sekali."

   "Baiklah. Bagaimana jadinya?"

   "Berikan nama pengacara Anda kepada saya dan saya akan meneleponnya untuk membuat janji."

   "Anda bukan polisi kan?"

   "Tidak, Sir, bukan. Saya seorang dokter."

   "Oke. Tapi, bawa bukti-buktimu supaya pengacaraku bisa melihatnya."

   "Ya, Sir, saya akan membawanya."

   "Apa kita sudah selesai?"

   "Ya, Sir."

   "Kalau begitu selamat tinggal, Dr. Bexley."

   "Selamat tinggal, Tuan Troy."

   Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Selamat pagi, Tory."

   "Hai, Dok."

   "Bagaimana kabarmu hari ini?"

   "Capek."

   "Kenapa?"

   "Seorang pria di bangsal yang tidak dikunci berteriak 'Beverly!' semalaman."

   "Siapa Beverly?"

   "Entahlah, tapi sekarang saya membencinya sepenuh hati."

   "Saya tak bisa menyalahkanmu. Apakah kau siap untuk tes selanjutnya?"

   "Ya. Saya ingin segera menyelesaikannya."

   "Baiklah. Mari kita langsung lakukan."

   "Apa nama tes yang satu ini?" '"Apakah Kaubisa Mengendalikan Diri?'"

   "Wah, Anda tahu saja mana yang tepat, Dok."

   "Terima kasih, Tory. Bisa kita mulai?"

   "Silakan."

   "Ini tes 'jarang', 'kadang-kadang', atau 'sering', Tory."

   "Oh, bagus. Favorit saya."

   "Siap?"

   "Silakan."

   "Nornor satu. 'Kau tidak terlalu sabar ketika harus mengantre.'"

   "Terlalu?"

   "Terlalu."

   "Seperti 'sangat'?"

   "Ya."

   "Saya jadi tidak sabaran ketika harus mengantre siapa yang tidak? Tapi 'terlalu'? Saya tidak suka pertanyaan ini."

   "Kenapa tidak?"

   "Sulit untuk membuat keputusan apakah ketidaksabaran saya 'terlalu' atau tidak."

   "Itu bagian dari prosesnya, Tory. Mengevaluasi responsmu terhadap berbagai kemungkinan jawaban suatu pertanyaan seharusnya bisa memberimu gagasan dan mengungkapkan jawaban sebenarnya. Untukmu, maksudnya."

   "Saya pikir Anda tidak boleh membantu?"

   "Memang tidak. Mari kita sebut ini klarifikasi metodologi."

   "Oke, kalau begitu. 'Tidak terlalu sabar'. Ya? Saya akan jawab 'kadang-kadang'".

   "Nomor dua. 'Kau bekerja amat sungguh sungguh, bermain amat sungguh-sungguh, dan berusaha menjadi yang terbaik dalam apa pun yang kau lakukan.'"

   "Well, saya berusaha menjadi yang terbaik semampu saya ... Anda tahu ... seperti di iklan lama tentang tentara? Tapi 'amat sungguh-sungguh'? Terlalu berlebihan bagi saya. Saya akan jawab 'kadang-kadang'".

   "Nomor tiga. 'Kau gampang kesal jika terjebak macet.'"

   "Gampang?"

   "Ya."

   "Jarang."

   "Nomor empat. 'Kau lebih ambisius daripada sebagian besar teman-temanmu.'"

   "Kadang-kadang."

   "Nomor lima. 'Kau membanting dan merusak barang saat marah.'"

   "Pertanyaan tentang merusak barang lagi?"

   "Tory ..."

   "Baiklah. Jarang."

   "Nomor enam. 'Kau terusik bila orang-orang tidak menganggap serius pekerjaannya.'"

   "Sering."

   "Nomor tujuh. 'Kau membentak kepada orang asing bila sedang kesal-misalnya, saat mengemudi, berbelanja, atau bekerja.'"

   "Jarang."

   "Nomor delapan. 'Kau marah ketika gagal dalam usahamu melakukan sesuatu.'"

   "Kadang-kadang."

   "Nomor sembilan. 'Saat marah, kau mengebut dan melakukan hal-hal seperti mengemudi, makan, dan berjalan dengan lebih cepat.'"

   "Jarang. Saya melambat, sebetulnya."

   "Nomor sepuluh. 'Kau tidak mudah memaafkan dan melupakan orang yang menyinggungmu.'"

   "Dan di sinilah kita dengan pertanyaan lain tentang memaafkan dan melupakan. Saya akan jawab 'jarang'".

   "Sudah."

   "Tadi tidak terlalu parah."

   "Siap untuk tes berikutnya?"

   "Bisakah kita melakukannya besok?"

   "Tentu saja."

   "Trims, Dok. Sampai besok, kalau begitu."

   Dr. Baraku Bexley Crouch Troy Pengacara Marilyn Costanza "Selamat sore, Tuan Troy. Penasihat."

   "Dr. Bexley."

   "Sebelum kita mulai, Dokter, saya harus menetapkan aturan dasar demi kepentingan klien saya."

   "Ini bukan deposisi, Penasihat. Kenapa Anda merasa memerlukan aturan dasar?"

   "Karena saya bilang kepadanya bahwa saya tidak ingin membicarakan beberapa hal dan dia cuma melakukan tugasnya."

   "Baiklah. Apa saja, Penasihat?"

   "Kami tidak akan menjawab pertanyaan tentang hubungan klien saya dengan putrinya sebelum perceraiannya dengan Viviana Troy."

   "Boleh saya bertanya kenapa?"

   "Anda boleh bertanya, tapi kami tidak akan menjawab pertanyaan itu. Jika saya tidak salah, Anda mengatakan kepada klien saya bahwa Anda berharap untuk memperoleh informasi latar belakang masa kecil, pendidikan, dan kehidupan di rumah tentang putri klien saya. Benar?"

   "Ya."

   "Well, kalau begitu, saya harus meminta Anda untuk mengingat parameter itu dalam pertanyaan Anda."

   "Baik. Ada yang lain?"

   "Tidak ada pertanyaan mengenai kehidupan pribadi klien saya saat ini."

   "Begitu. Ada yang lain?"

   "Tidak untuk saat ini. Bagaimana kalau kita mulai dan kita lihat bagaimana jadinya."

   "Baiklah. Mari kita mulai, kalau begitu. Tuan Troy, bisakah Anda memberi tahu saya, seperti apa Tory waktu kecil?"

   "Dia selalu belajar."

   "Dia suka sekolah?"

   "Amat sangat. Nilainya selalu A semua."

   "Apa Anda ingat apa pelajaran kesukaannya?"

   "Di sekolah dasar?"

   "Ya."

   "Dia amat suka sains. Terutama hal-hal tentang dinosaurus. Dia tahu semua nama dinosaurus."

   "Apa dia punya banyak teman waktu kecil?"

   "Saya tidak akan menyebutnya punya banyak teman, tapi saya tahu dia sangat dekat dengan teman-teman yang dimilikinya."

   "Apakah Anda ingat seperti apa dia di sekolah? Apa yang dikatakan gurunya tentang dirinya? Bagaimana hubungannya dengan teman-teman sekelasnya?"

   "Dia selalu bertingkah laku baik. Di rapornya selalu tertulis bahwa dia pendiam di kelas dan tidak pernah berkelahi. Dan dia selalu mengacungkan tangan sebelum bicara."

   "Apakah dia pernah bicara kepada Anda tentang pelajaran sekolah?"

   "Dokter ..."

   "Itu pertanyaan tak berdosa, Penasihat."

   "Tak apa-apa, Marilyn, aku akan menjawabnya. Ya, dia selalu bercerita kepada saya tentang pelajaran, ulangan, dan apa pun yang terjadi di sekolah."

   "Begitu. Apa Anda pernah membantunya mengerjakan PR?"

   "Dokter, sudah cukup."

   "Boleh saya bertanya kenapa?"

   "Anda bergerak terlalu dekat ke arah pertanyaan yang menurut klien saya tidak ingin dijawabnya."

   "Bagaimana mungkin?"

   "Anda barusan bertanya tentang interaksi pribadinya dengan putrinya, dan jika dia menjawabnya, Anda pasti akan bertanya lebih banyak lagi. Pertanyaan-pertanyaan itu di luar batas. Maaf, tapi sudah cukup."

   "Ya, Penasihat, sudah cukup. Jelas sekali, saya tidak akan memperoleh apa pun yang berguna dari Tuan Troy selama Anda mengawasinya seperti induk ayam menjaga anak-anaknya. Jadi, bagaimana kalau kita akhiri di sini dan saat ini juga?"

   "Saya tersinggung dengan penggambaran Anda, Dokter. Saya semata-mata melindungi kepentingan klien saya."

   "Well, saya minta maaf jika menyinggung Anda, tapi bagi saya aneh bahwa Anda merasa perlu melindungi klien Anda. Saya memberitahunya di telepon bahwa saya bukan penegak hukum dan bahwa ini bukanlah deposisi. Apa yang harus disembunyikannya sehingga Anda dan dia berkeras 'melindungi' dirinya?"

   "Sudah cukup. Crouch, kita pergi."

   "Terima kasih untuk waktu Anda, Tuan Troy."

   "Sama-sama, Dokter. Dan bisakah Anda memberi tahu Tory ... maukah Anda sampaikan salam saya dan katakan kepadanya bahwa saya berdoa untuknya dan bahwa saya harap segalanya berjalan lancar baginya?"

   "Akan saya lakukan, Sir"

   "Terima kasih."

   "Bolehkah saya mengajukan satu pertanyaan terakhir, Tuan Troy?"

   "Saya tidak tahu. Boleh, Marilyn?"

   "Silakan tanyakan pertanyaan Anda, Dokter. Saya akan menentukan apakah dia sebaiknya menjawab atau tidak."

   "Saya lihat Anda mengenakan tutup mata dan saya tahu bagaimana Anda kehilangan mata Anda. Beritahukan kepada saya, apakah Anda menggunakan mata prostetik?"

   "Silakan, Crouch. Kau boleh menjawabnya."

   "Tidak. Saya tidak pernah menggunakannya."

   "Kenapa tidak?"

   "Saya tidak pernah ingin melupakan alasan saya mengenakan tutup mata ini."

   "Begitu."

   "Itu saja, Dokter?"

   "Ya, Penasihat. Itu sudah pasti cukup."

   Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Bisakah kita bicara tentang Jake hari ini, Tory?"

   "Tidak ada tes?"

   "Mungkin nanti."

   "Baiklah. Apa yang ingin Anda ketahui?"

   "Seperti apakah Jake?"

   "Maksud Anda sebagai bos?"

   "Sebagai seorang manusia."

   "Sebagai seorang manusia, dia tidak terlalu parah."

   "Dan sebagai bos?"

   "Memuakkan."

   "Kenapa?"

   "Dia menyerah pada tekanan pekerjaan."

   "Maksudnya?"

   "Dia membiarkan pekerjaan mengubah ke pribadiannya. Dia tampaknya punya kepribadian 'bos' yang dipakainya kapan pun dia sedang bekerja. Dia seakan-akan menjadi orang yang berbeda."

   "Bisakah kau memberi saya contoh?"

   "Dia bertingkah seakan-akan dia bukan bagian dari kami-dia tidak mau membicarakan apa pun yang tak ada hubungannya dengan pekerjaan."

   "Misalnya? "Suatu hari, Marcy membawa album berisi foto dia dan teman-temannya. Anda tahu, foto liburan, keluarga ... teman-temannya, dan fotonya yang sedang main-main."

   "Kedengarannya menyenangkan."

   "Memang. Kami semua duduk-duduk sambil membolak balik halaman, tertawa, berolok-olok tentang foto-foto tersebut, kemudian Jake masuk. Kami baru sampai di foto Marcy dan salah satu temannya-kalau tidak salah namanya Sarah-main-main di sebuah pesta kolam renang. Mereka saling menarik atasan bikini mereka dan seseorang sempat memotret sebelum mereka sempat menutupi payudara mereka dengan tangan."

   "Mereka berdua terlihat tanpa atasan?"

   "Ya, tapi itu bukan masalah besar. Bagian atas mereka berdua kecil, dan itu bukan gambar porno sama sekali dan bahkan tidak erotis. Foto itu menunjukkan yang terjadi saat itu-dua gadis umur dua puluh sekian main-main di sekitar kolam."

   "Tapi, Jake bisa melihat Marcy tanpa atasannya, benar?"

   "Ya."

   "Dari penggambaranmu tentang Jake, saya bisa menebak bahwa itu tidak terlalu menyenangkannya."

   "Anda tepat sekali. Ampun, dia benar-benar meledak."

   "Bagaimana?"

   "Dia menatap foto itu sekali, mukanya memerah, dan mulai berteriak-teriak bahwa itu tempat bisnis, dan siapa bilang kau boleh membawa foto macam itu ke tempat kerja, dan hal-hal seperti itu."

   "Dia malu."

   "Iya, tampaknya itulah yang terjadi pada diri nya. Tapi, dia tidak perlu sejauh itu."

   "Apa yang terjadi kemudian?"

   "Marcy menutup album itu, tangisnya pecah, dan dia lari ke kamar mandi."

   "Apakah kau mengatakan sesuatu kepada Jake?"

   "Iya. Awalnya saya mempertimbangkan untuk mengomelinya, tapi yang saya lakukan hanyalah mengatarnya berengsek."

   "Bagaimana responsnya?"

   "Tak ada. Dia menuju kantornya dan membanting pintu."

   "Bagaimana kejadian ini memengaruhi perasaanmu kepada Jake?"

   "Sebal."

   "Karena dia membuat Marcy menangis?"

   "Bukan. Karena dia tidak bisa jadi pria pada umumnya, dan tertawa bersama kami, dan merasa beruntung karena dia dimanjakan dengan sekilas tubuh Marcy yang tak mungkin bisa dilihatnya sampai sejuta tahun lagi."

   "Apa lagi yang bisa kau beritahukan kepada saya tentang Jake?"

   "Dia bisa main piano dan dia suka piza. Dia pernah memberi tahu saya suatu kali bahwa dia bisa memainkan lagu Beatles 'Martha My Dear' secara sempurna dengan piano."

   "Jika saya tidak salah ingat, Jake memutar lagu Beatles 'Helter Skelter' selama sesi euthanasia?"

   "Ya."

   "Bukankah 'Martha My Dear' bercerita tentang anjing gembala milik Paul McCartney?"

   "Begitulah katanya."

   "Bagaimana dengan para hewan?"

   "Ada apa dengan mereka?"

   "Bagaimana Jake dengan hewan-hewan?"

   "Netral."

   "Maksudnya?"

   "Dia tidak kenapa-napa dengan para hewan. Dia bahkan tidak punya binatang pehharaan-yang saya pikir agak aneh untuk pria yang mengurus penampungan hewan kota. Saya ingat pernah ke jaringan toko hewan peliharaan suatu saat dan melihat poster besar berisi jumlah dan jenis hewan peliharaan yang dimiliki setiap pegawai. Itu tampaknya hal yang sangat tepat. Posternya, maksud saya. Kami tidak pernah memasang poster seperti itu di penampungan, tapi harusnya kami punya."

   "Apakah semua di penampungan hewan punya peliharaan?"

   "Iya. Beberapa bahkan punya lebih dari satu."

   "Menurutmu, kenapa Jake tidak punya binatang peliharaan?"

   "Siapa tahu? Mungkin dia menerima pekerjaan itu hanya supaya punya kerjaan. Tidak semua orang secara pribadi menyukai hal yang mereka lakukan sepanjang hari. Saya pernah kenal seseorang yang menangani toko perhiasan dan tahu segala sesuatu yang perlu diketahui tentang perhiasan. Rick. Dia memperbaiki, menaksir, memasang batu cincin segalanya tapi dia tidak mengenakan cincin kawin. Dia memberi tahu saya bahwa pelanggan kadang menanyainya kenapa dia tidak memakai gelang atau cincin keren. Dia mengagetkan mereka dengan mengatakan bahwa dia tidak tertarik dengan perhiasan. Dia bilang bahwa pertanyaan lanjutan yang tak terelakkan selalu, 'Lalu, apa yang kau lakukan di sini?' Stok jawabannya selalu, 'Saya punya utang.' Mungkin itu sebabnya kenapa Jake bekerja di penampungan hewan. Cuma untuk uangnya."

   "Ada hal lain yang kau ketahui tentang Jake?"

   "Anda tahu, Dok? Saya mulai pusing lagi dan rasanya akan semakin sakit."

   "Apakah kauingin menyudahinya untuk hari ini?"

   "Anda tak keberatan?"

   "Tidak sama sekali. Sampai besok."

   "Trims."

   "Tak masalah. Aku harap kau segera membaik."

   "Iya. Saya juga."

   Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Bagaimana kabarmu hari ini?"

   "Lebih baik."

   "Sakit kepala sudah hilang?"

   "Hampir. Sekarang cuma sedikit nyeri di leher dan sakit sampai ke rahang saya."

   "Sakit di rahang?"

   "Iya, tapi ini sakit di sendi rahang, bukan serangan jantung. Saya tahu rasa sakit ini."

   "Baiklah. Tapi, beri tahu saya jika kau mengalami gejala apa pun, oke?"

   "Sip, Dok."

   "Siap untuk tes lain?"

   "Sesiap yang saya bisa, rasanya. Apa nama tes yang ini?" '"Apakah yang Diberitahukan Mimpimu Kepadamu?'"

   "Oh, ya. Ini pasti asyik. Saya pikir."

   "Sekali lagi, ini pertanyaan 'benar' atau 'salah'. Saya akan membuat sepuluh pernyataan dan kau akan menjawab 'benar' atau 'salah' berdasarkan pengalaman mimpimu."

   "Oke."

   "Siap?"

   "Ya."

   "Nomor satu. 'Aku kadang memperoleh pengertian yang lebih baik tentang diriku lewat mimpi.'"

   "Benar."

   "Nomor dua. 'Mimpiku umumnya menyenangkan.'"

   "Lagi-lagi. 'Umumnya'?"

   "Ya."

   "Benar."

   "Nomor tiga. 'Aku kadang memecahkan masalah lewat mimpi.'"

   "Benar."

   "Nomor empat. 'Seingatku, aku bermimpi setidaknya dua kali seminggu.'"

   "Benar. Kadang-kadang lebih dari itu, malah."

   "Nomor lima. 'Aku memimpikan hal yang sama delapan atau sembilan kali setahun.'"

   "Salah. Sebenarnya sangat salah. Saya tak pernah memimpikan hal yang sama. Selalu sesuatu yang baru."

   "Nomor enam. 'Aku memimpikan hal yang mengganggu atau mimpi buruk delapan atau sembilan kali setahun.'"

   "Salah. Saya tak pernah bermimpi buruk."

   "Nomor tujuh. 'Suasana buruk dan mimpiku kadang menetap sampai sehari sesudahnya selama beberapa jam.'"

   "Salah. Dalam beberapa menit setelah bangun, mimpi saya pergi bersama angin."

   "Nomor delapan. 'Mimpiku berwarna."

   "Benar. Tapi, saya juga bermimpi dalam hitam dan putih. Apakah itu masalah?"

   "Tidak. Pertanyaan tersebut tidak mengecualikan mimpi yang tak berwarna."

   "Oke."

   "Nomor sembilan. 'Aku menangis, menjerit, atau berteriak dalam mimpiku dua atau tiga kali setahun.'"

   "Ya ampun, Dok. Saya jelas tidak mau kenal seseorang yang menjawab 'benar' untuk pertanyaan itu."

   "Apa jawabanmu?"

   "Salah."

   "Dan pertanyaan terakhir. 'Aku terbangun tiba tiba dari mimpi sekitar sekali sebulan.'"

   "Salah."

   "Bagus sekali. Terima kasih."

   "Apa selanjutnya?"

   "Well, jika kau siap, saya ingin mendiskusikan pertemuan yang kualami baru-baru ini berkaitan dengan kasusmu."

   "Iya, saya siap. Dengan siapa? Pertemuannya dengan siapa?"

   "Crouch Troy."

   "Perawat!"

   "Tory-"

   "Sebut dia lagi dan saya pergi. Dan saya tidak akan bicara kepada Anda lagi."

   "Maaf, Tory, tapi kau tidak bisa mendikte parameter pertanyaan saya Saya berjanji akan memerhatikan perasaanmu."

   "Bagaimana mungkin Anda bisa membawa-bawa sampah itu?"

   "Tory-"

   "Jangan me'Tory' saya ... Dia menyebalkan dan Anda harusnya sekarang sudah tahu apa yang dilakukannya kepada saya dan ibu saya. Kenapa Anda melibatkannya dalam masalah ini?"

   "Karena yang dilakukannya kepadamu dan ibumu kemungkinan besar berpengaruh besar terhadap dirimu sekarang, dan karena pekerjaan saya adalah menentukan kompetensi mentalmu, saya harus memahami bagaimana kau menjadi perempuan seperti kau saat ini."

   "Saya tidak akan bicara tentang dia. Tak akan. Saya tidak mau apa pun yang berhubungan dengannya. Dan jika Anda memaksa, saya akan pura-pura 'sakit' dan tetap 'sakit' selama berminggu-minggu."

   "Tory-"

   "Saya tidak bercanda, Dr. Bexley. Percayalah kepada saya. Saya tidak akan bicara tentangnya. Jika Anda pikir saya tidak serius, coba saja."

   "Tory, saya mengerti. Baiklah. Tenanglah Anggaplah masalah ini ditutup. Saya tidak akan membawa-bawa dia lagi. Oke?"

   "Anda bersungguh-sungguh?"

   "Sepenuhnya. Tapi, jika kau tidak keberatan, saya ingin menyampaikan pesan untukmu dari ayahmu."

   "Pesan? Apa yang perlu dikatakan si berengsek itu kepada saya?"

   "Dia meminta saya memberitahumu bahwa dia berdoa untukmu dan bahwa dia berharap semuanya segalanya berjalan lancar bagimu."

   "Hebat. Saya tersentuh."

   "Saya cuma pengantar pesan, Tory."

   "Saya tahu, Dok. Maaf jika saya sedikit, uh, 'keras kepala' dengan Anda."

   "Bukan masalah. Apakah kau mau mempertimbangkan untuk melakukan tes lain, kalau begitu?"

   "Tentu. Saya akan melupakan yang tadi Anda katakan. Apa judulnya?" '"Apakah Amarah Mengendahkanmu?'"

   "Ha! Hebat! Setelah saya meledak, Anda akan memberi saya tes tentang kemampuan mengendalikan amarah. Luar biasa! Teruskan."

   "Saya lega saya bisa membuatmu geli. Siap?"

   "Siap."

   "Untuk tes ini, tolong jawab 'benar' atau 'salah' untuk dua belas pernyataan yang saya buat."

   "Oke."

   "Nomor satu. 'Aku adalah orang yang biasanya memperjuangkan hak-hak orang lain.'"

   "Saya akan jawab 'benar' untuk yang satu itu. Saya sebal setengah mati jika melihat ada orang yang dijahili."

   "Oke. Nomor dua. 'Aku kesal jika teman sebaya atau keluarga memberitahuku apa yang harus kulakukan.'"

   "Kesal? Saya akan bilang salah. Sebetulnya hal itu agak menyenangkan saya karena saya akan melakukan apa pun yang saya mau tak peduli apa pun kata orang."

   "Nomor tiga. 'Mengekspresikan amarah kepada seseorang yang menganggumu adalah perbuatan sehat secara emosional.'"

   "Jelas tidak. Tidak sehat secara emosional, itu amat sangat berbahaya."

   "Kaubilang 'salah'?"

   "Ya."

   "Nomor empat. 'Aku sangat terganggu bila "di remehkan."

   "

   "Nggak. Saya ingat ada orang Italia yang berkata kepada saya bahwa rahasia kebahagiaan adalah mensyukuri yang kau miliki, dan dengan siapa kau berada. Saya tak pernah melupakannya. Dia dulu berkata-dengan aksen Italia, tentu saja 'Selalu ada orang yang lebih dan kurang daripada dirimu.' Itu benar banget."

   "Salah?"

   "Salah."

   "Nomor lima. 'Sebagian besar waktu, aku rela memperjuangkan yang kuinginkan.'"

   "Mungkin benar."

   "Iya, atau tidak?"

   "Oke. Benar."

   "Nomor enam. 'Aku tak keberatan melawan figur otoritas seperti penjaga keamanan atau polisi.'"

   "Itu benar-benar salah. Saya tidak percaya dengan tindakan melawan macam itu. Itu menunjukkan kurangnya rasa hormat."

   "Nomor tujuh. 'Aku suka mengarahkan tindakan orang lain.'"

   "Saya sebagai pemimpin? Nggak. Salah."

   "Nomor delapan. ' Aku mungkin akan membalas orang yang ngebos atau memaksaku.'"

   "Waw!"

   "Apa yang salah?"

   "Itu sedikit mengena."

   "Bagaimana?"

   "Seluruh masalah 'membalas' itu-itukah yang saya lakukan? Apakah saya 'membalas' orang-orang yang bekerja dengan saya?"

   "Begitukah caramu melihatnya?"

   "Saya tidak tahu."

   "Well, kita bisa kembali ke pertanyaan tadi nanti jika itu mengusikmu. Sekarang, bagaimana kalau kita mencoba menjalani sisa tesnya?"

   "Oke. Saya akan bilang 'salah'."

   "Baiklah. Nomor sembilan. 'Jika aku kesal kepada seseorang, aku tidak ragu untuk memberitahunya tentang itu.'"

   "Saya menyimpan banyak hal dalam diri, Dok. Saya akan jawab salah."

   "Nomor sepuluh. 'Orang akan mengambil keuntungan darimu jika kau rendah hati.'"

   "Menyedihkan, tapi benar."

   "Benar?"

   "Ya."

   "Nomor sebelas. 'Seseorang yang spontan dalam melepaskan amarah paling cocok dengan seseorang yang lamban dalam mengekspresikannya.'"

   "Itu omong kosong. Saya pikir seseorang yang spontan dalam melepaskan amarah adalah orang berengsek yang kehilangan kontrol."

   "Saya akan mengambil risiko dan menebak bahwa jawabanmu adalah salah?"

   "Bingo."

   "Dan pertanyaan terakhir, nomor dua belas. 'Aku akan merasa senang jika seseorang mengata-ngatai orang yang kuanggap menjijikkan.'"

   "Mungkin benar. Saya menikmati melihat seseorang yang menyebalkan dikata-katai."

   "Itu saja, kalau begitu."

   "Bagaimana hasil saya?"

   "Tory ..."

   "Oh, ayolah, Dok. Itu tes yang terakhir dan Anda bilang Anda akan memberi saya gambaran bagaimana hasil saya bila kita selesai. Ingat?"

   "Well, saya perlu mempelajari keseluruhan hasil tes sebelum membuat kesimpulan apa pun, tapi saya bisa memberitahumu bahwa skormu untuk tes ini adalah empat, yang menunjukkan bahwa tingkat permusuhan yang kau lampiaskan kepada orang lain bernilai rata-rata."

   "Apakah itu bagus?"

   "Semakin tinggi skornya, semakin kurang kontrol diri seseorang terhadap rasa permusuhan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, semakin rendah skornya semakin baik."

   "Jadi saya berpengendalian diri. Sebagian besar waktu."

   "Tampaknya."

   "Itu cukup ironis, bukan, Dokter B?"

   "Ironis bagaimana?"

   "Tes tersebut mengatakan bahwa saya bisa mengendalikan amarah, namun saya dikurung karena membunuh enam orang. Mungkin itu maksudnya saya tidak marah saat membunuh mereka. Bisakah seseorang melakukan pembunuhan tanpa merasa marah kepada korbannya?"

   "Itu pertanyaan yang bagus. Apa yang kau pikirkan?"

   "Saya pikir ya. Biar bagaimanapun, itulah yang saya lakukan, kan?"

   "Kau tidak marah kepada rekan kerjamu? Sedikit pun? Tidakkah kau mengatakan bahwa kau kesal tak satu pun dari mereka-coba saya lihat catatan saya-sadar dengan cara apa mereka mendapat penghasilan?"

   "Iya, saya rasa begitu."

   "Tidak terlalu banyak ironi dalam menyatakan amarah melalui kekerasan, bukan begitu, Tory?"

   "Tidak."

   "Apakah kau baik-baik saja?"

   "Jadi, di mana kita, Dok? Apa yang terjadi selanjutnya?"

   "Tes saya sudah selesai dan sekarang saya akan mempelajari hasilnya. Tapi, saya pikir saya perlu beberapa sesi lagi denganmu sebelum saya bisa mencapai kesimpulan tentang apakah kau kompeten untuk menghadapi persidangan atau tidak. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang perlu saya ajak bicara."

   "Bagaimana sepertinya, Dok?"

   "Saya tidak diizinkan untuk mengatakannya, Tory. Kau tahu itu."

   "Well, Anda tidak perlu, kawan. Saya tahu saya kompeten dan Anda tahu saya kompeten. Dan Anda juga tahu bahwa tak ada juri di muka bumi yang akan membebaskan saya. Saya menantikan suntikan mati di masa depan saya."

   "Kau sebaiknya tidak berpraduga, Tory. Penyelesaian situasi macam ini sering luar biasa mengejutkan."

   "Barangkali. Tapi, jika saya perempuan penjudi, saya tidak suka melihat peluang saya."

   "Apakah kau perempuan penjudi?"

   "Tidak. Tidak pernah dan mungkin tak akan pernah."

   "Well, kalau begitu, saran saya adalah berharap yang terbaik, tapi bersiap untuk yang terburuk."

   "Trims, Dok. Itu persis seperti yang saya laku kan. Apakah Anda ingat apa yang Anda katakan kepada saya di sesi pertama?"

   "Ya."

   "Well, saya masih berpikir tentang bunuh diri. Sering kali."

   "Tory-"

   "Waktu habis, Dok. Sampai ketemu lagi."

   "Baiklah. Sampai ketemu lagi."

   Dr. Baraku Bexley Halle Bexley "Apa aku sudah memberitahumu bahwa Hakim Becker menanyakan dirimu?"

   "Ya."

   "Bagus. Setidaknya aku tidak benar-benar pikun."

   "Kau kelihatan lelah."

   "Memang. Hari ini aku memberi tahu Tory bahwa aku menyelesaikan tesku terhadapnya."

   "Sudahkah?"

   "Aku tidak yakin. Aku tergoda untuk memberinya Fitness Interview Test -tes kecakapan."

   "Selain tes yang telah kau berikan dan wawancara pribadimu?"

   "Ya."

   "Apakah kau ragu-ragu dengan kesimpulanmu?"

   "Tidak. Malah, aku sangat yakin bahwa dia kompeten secara mental untuk menghadapi persidangan."

   "Lalu, kenapa membuang-buang waktu dengan lebih banyak tes?"

   "Aku rasa aku cemas jika temuanku ditantang untuk banding."

   "Sayang, dengarkan aku. Kautahu kau benar. Dan kautahu dia mampu. Kautahu kau sudah melakukan pekerjaanmu. Aku benar?"

   "Ya, kau benar."

   "Jadi, tulislah laporanmu, dan maju terus."

   "Aku rasa kau benar."

   "Kautahu aku benar."

   "Baiklah kalau begitu. Aku akan menelepon hakim besok pagi dan memberitahunya bahwa aku akan menyerahkan laporan kepadanya dalam beberapa hari. Aku mau tidur."

   "Selamat malam, Sayang."

   "Selamat malam."

   Dr. Baraku Bexley Lester Jackson Laporan Psikologis mengenai Victoria Troy "Selamat pagi, Dr. Bexley."

   "Selamat pagi, Lester."

   "Anda sudah menuntaskan evaluasi Tory?"

   "Ya. Aku akan mendiktekan laporannya kepadamu dan kuharap kau bisa memberiku salinan yang sudah terformat beberapa hari ke depan."

   "Tidak masalah. Saya bisa mengantarnya ke rumah Anda hari Rabu -dua hari setelah Hari Buruh? Tidak apa-apa?"

   "Baguslah."

   "Beres."

   "Oke. Bisa kita mulai?"

   "Lempar saja, Dok."

   "Evaluasi Psikologis, Institut Psikiatri Woodward Knolls, Old Saybrook, Connecticut. Nama. Victoria kurung buka Tory kurung tutup Abigail Troy -".

   "Anda memakai Victoria ... atau Tory?"

   "Kecuali untuk ini, aku memutuskan untuk menggunakan Tory ketika menyebutkan nama lengkapnya. Dia jarang memakai nama Victoria."

   "Oke."

   "Tanggal evaluasi. Lima sampai delapan, dua belas sampai empat belas, sembilan belas sampai dua satu, Agustus 2002. Nomor kasus. 71653-90262. Gedung nomor dua. Bangsal sembilan. Tanggal masuk. Jumat, 2 Agustus 2002. Tanggal laporan. Senin, 26 Agustus 2002."

   "Semuanya dalam format standar kan?"

   "Ya. Menggunakan template Word Project Gallery."

   "Oke."

   "Tujuan evaluasi. Ini adalah pertama kalinya fasilitas ini menerima perempuan lajang ini, yang berumur 2S tahun dengan gelar dari perguruan tinggi, sertifikat untuk Euthanasia Hewan, dan bekerja di Penampungan Hewan Waterbridge. Dia bersekolah di Sekolah Dasar St. Francis dan Assisi di New Haven, Connecticut -lulus tahun 1988; Sekolah Menengah St. Mary di New Haven, Connecticut -lulus tahun 1992; dan Universitas Bridgeport di Bridgeport, Connecticut -lulus tahun 1996 dengan gelar Bachelor of Arts di bidang Sastra Amerika dan minor di bidang Psikologi. Dia berhasil menyelesaikan pelatihan Teknisi Euthanasia Hewan -didanai oleh penampungan -dan menerima sertifikasi dari negara bagian Connecticut."

   "Minor di Psikologi?"

   "Ya."

   "Apakah itu memengaruhi wawancaranya? Apa dia bisa membaca pertanyaannya?"

   "Ya untuk keduanya. Dia sangat cerdas."

   "Oke. Teruskan."

   "Dia dikirim ke dalam penjagaan fasilitas ini se telah ditahan dan didakwa atas kejahatan berupa pembunuhan enam rekan kerjanya di penampungan hewan. Dia telah ditahan di bangsal detensi milik fasilitas ini sejak dia diterima tanggal 2 Agustus 2002. Tujuan evaluasi yang diperintahkan oleh pengadilan ini adalah menentukan kesiapan pasien untuk menghadapi persidangan atas tuduhan kejahatan yang disebutkan di atas. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah, Apakah Tory Troy kompeten secara mental sehingga dapat memahami dakwaan yang dituduhkan kepadanya dan dapat berpartisipasi dalam pembelaan dirinya?"

   "Apakah Anda ingin agar saya mengangkat telepon?"

   "Tidak, biar mesin yang menjawabnya. Kita perlu menyelesaikan ini."

   "Oke."

   "Pemeriksaan pendahuluan dilaporkan dalam catatan perkembangan pasien pada tanggal 8 Agustus 2002. Laporan terkini akan melengkapi dan memerinci temuan awal tersebut."

   "Apakah Anda ingin agar laporan tanggal 8 Agustus dilampirkan di sini?"

   "Ya."

   "Oke."

   "Prosedur penetapan. Kondisi fisik pasien diperiksa saat diterima oleh fasilitas ini dan dinyatakan sehat, meskipun berat badannya sedikit kurang lima kaki lima inci, seratus sembilan pon. Tekanan darah, kadar gula darah, kolesterol, dan suhu tubuh semuanya normal. Laporan medis terlampir."

   "Dia kecil."

   "Ya, dia sangat mungil."

   "Di mana berkas medisnya?"

   "Di folder terkunci berjudul Laporan Medis di hard drive-ku"

   "Apa kata sandinya masih Hippocrates?"

   "Ya. Tapi semuanya huruf kecil."

   "Oke."

   "Lanjutkan. Pasien amat pandai, perseptif, dan pintar berkata-kata. Dia menyadari situasinya dan mengenali kemungkinan dihadapkan di pengadilan dan dinyatakan bersalah. Dia mengerti sepenuhnya bahwa dia mungkin divonis mati di bawah hukum negara bagian Connecticut jika dia menghadapi persidangan dan dinyatakan bersalah. Sejak diterima di sini, pasien telah diberi alprazolam Xanax dua miligram dua kali sehari dan zolpidem dua miligram sebelum tidur. Enam tes psikologis verbal telah dilaksanakannya, disertai wawancara klinis, dan pemeriksaan status mental. Tes diberikan dan diinterpretasikan oleh Dr. Baraku Bexley."

   "Apakah tesnya ada yang ingin Anda reproduksi untuk laporan ini?"

   "Tidak."

   "Oke."

   "Informasi latar belakang. Tory Troy disiksa secara seksual dan fisik oleh ayah biologisnya sampai awal usia belasan tahun. Dia membalas ayahnya secara fisik menjelang akhir periode penyiksaan dan menusuk ayahnya dengan kikir kuku. Sang ayah kehilangan matanya. Ibunya, Nyonya Viviana Troy, juga korban penyiksaan fisik, bercerai dengan suaminya lima belas tahun lalu. Nyonya Troy dan pasien tetap hidup bersama. Tuan Crouch Troy, ayah biologis Nona Troy, diwawancarai untuk evaluasi ini, tapi ia tidak kooperatif."

   "Papa tidak mau bicara kepada Anda, eh?"

   "Kami bicara singkat saja, tapi aku tahu kami takkan ke mana-mana saat dia hadir ke pertemuan bersama pengacaranya."

   "Benarkah? Tampaknya Anda membuatnya gugup."

   "Si pengacara mengawasinya seperti induk ayam. Setelah si pengacara menyuruhnya untuk tidak menjawab beberapa pertanyaan, aku memotong wawancaranya. Aku tidak melakukan kontak lagi dengan Crouch Troy."

   "Apakah dia mengenakan tutup mata?"

   "Ya. Dan aku menanyainya soal itu."

   "Tentang tutup matanya?"

   "Tidak, tentang kenapa dia tidak menggunakan mata prostetik."

   "Benarkah? Apa katanya?"

   "Dia bilang dia tidak menggunakannya karena tidak ingin melupakan kenapa dia mengenakan tutup mata."

   "Betapa mulia. Hei, mungkin pria itu masih punya harapan."

   "Mungkin. Lanjut lagi. Nona Troy telah bekerja di Penampungan Hewan Waterbridge selama sebelas bulan ketika pembunuhan terjadi."

   "Nona?"

   "Tidak ... ubah menjadi ... hapus Nona dan gunakan Troy saja."

   "Oke."

   "Troy tidak punya sejarah serius penyalahgunaan obat, meskipun dia bereksperimen dengan obat obatan terlarang. Obat dan alkohol dikonsumsi jarang dan hanya sebentar, dengan pola yang disebut sebagai 'rekreasional', meskipun saat ditahan, dia tidak berpantang terhadap alkohol maupun obat-obatan secara sukarela. Dia mengakui penggunaan ganja dan eksperimen dengan zat aktif farmasi. Dia mengakui pembelian penghilang rasa sakit yang diresepkan-Percocet, Vicodin, Oxycontin -dari teman dan juga menerima obat penghilang rasa sakit yang diresepkan sebagai hadiah dari teman. Obat-obatan tersebut digunakan karena dia ingin teler, dan pasien tidak mencampur obat tersebut dengan alkohol ataupun mengonsumsinya dalam jumlah yang berbahaya. Troy tidak punya sejarah menemui dokter untuk sekadar memperoleh resep obat tertentu, dan tidak ada laporan UGD karena keracunan obat tentangnya."


Pendekar Rajawali Sakti Misteri Naga Laut Satria Lonceng Dewa Perawan Sumur Api Dr Ang Swee Chai Kisah Pengabdian Seorang Dokter Perempuan Tears Of Heaven From Beirut Jerusalem

Cari Blog Ini