Ceritasilat Novel Online

Malaikat Dan Iblis 4


Dan Brown Malaikat Dan Iblis Angels And Demons Bagian 4



Tiba-tiba Kohler menjerit ketakutan dan meloncat ke depan, berusaha mencegah tangan Vittoria. "Vittoria, kamu gila!" DENGAN KETERKEJUTAN YANG amat sangat Kohler berdiri sejenak dengan tubuh gemetar di atas kakinya yang lemah. Wajahnya pucat karena ketakutan. "Vittoria! Kamu tidak boleh membuka perangkap itu!"

   Langdon hanya bengong dan bingung oleh kepanikan sang direktur yang tiba-tiba itu.

   "Lima ratus nanogram!" kata Kohler lagi. "Kalau kamu memecahkan medan magnet itu-"

   "Pak Direktur," suara Vittoria meyakinkan, "ini benar-benar aman. Setiap perangkap memiliki sebuah pengaman-sebuah batere cadangan kalau-kalau tabung ini dipindahkan dari tempat pengisiannya. Spesimen ini masih tetap tertopang bahkan kalau aku memindahkan tabung ini."

   Kohler tampak ragu. Kemudian dengan wajah yang masih terlihat khawatir, Kohler kembali duduk di kursi rodanya.

   "Baterenya bekerja secara otomatis ketika perangkap ini dipindahkan dari tempatnya. Batere ini bekerja selama 24 jam. Seperti tangki gas cadangan," kata Vittoria menjelaskan. Dia lalu berpaling pada Langdon seolah dia merasakan kecemasan yang juga dirasakan oleh lelaki itu. "Antimateri memiliki karakter yang mengagumkan, Pak Langdon. Hal itulah yang membuatnya sangat berbahaya. Satu sampel dengan berat sepuluh sepuluh miligram saja atau sebesar sebutir pasir, diperkirakan mengandung energi sebanyak dua ratus metrik ton bahan bakar roket konvensional."

   Kepala Langdon terasa seperti berputar lagi.

   "Ini adalah sumber energi masa depan. Seribu kali lebih bertenaga dibandingkan dengan energi nuklir. Seratus persen efisien. Dia juga tidak menghasilkan limbah. Tidak ada radiasi. Tidak ada polusi. Hanya dengan beberapa gram saja kita dapat menghidupkan listrik untuk satu kota besar dalam satu minggu."

   Tidak sampai satu gram? Dengan cemas Langdon melangkah menjauh dari podium.

   "Jangan khawatir," kata Vittoria. "Sampel ini hanyalah pecahan yang sangat kecil dari satu gram antimateri; hanya seperjuta-nya. Jadi relatif tidak berbahaya." Lalu dia meraih tabung itu lagi dan memutar dasarnya. Bibir Kohler bergerak-gerak, tetapi dia tidak berusaha menghalangi Vittoria. Ketika perangkap itu terlepas, terdengar suara "bip" yang terdengar keras, dan sebuah display LED* berukuran kecil menyala di dekat dasar perangkap tersebut. Penunjuk angka berwarna merah itu berkedip dan menghitung mundur dari 24 jam. 24.00.00... 23.59.59 ... 23.59.58... Langdon mengamati hitungan mundur itu dan berpikir kalau benda itu ter lihat seperti bom waktu saja.

   "Batere itu," kata Vittoria menjelaskan, "akan berfungsi selama jam penuh sebelum mati. Batere itu dapat diisi ulang dengan cara meletakkan perangkap ini kembali ke atas podium. Benda ini dirancang sebagai sebuah langkah pengamanan. * LED (Light Emitting Diode). Diode semikonduktor yang memancarkan cahaya jika mendapat aliran listrik. Digunakan oleh P?alatan elektronik seperti jam digital-peny. Selain itu, benda ini juga memungkinkan perangkap tersebut untuk dibawa keluar dari laboratorium ini."

   "Dibawa?" Kohler tampak sangat terkejut. "Kamu membawa barang ini ke luar lab?"

   "Tentu saja tidak," kata Vittoria. "Tetapi kemampuannya untuk dapat dipindah-pindahkan memungkinkan kita untuk mempelajarinya."

   Vittoria kemudian membawa Langdon dan Kohler ke ujung ruangan. Dia membuka tirai sehingga terlihat sebuah jendela di mana mereka bisa sebuah ruangan yang sangat besar. Dinding, lantai dan langit-langitnya semuanya dilapisi oleh baja. Ruangan itu mengingatkan Langdon pada tangki pengangkut yang pernah ditumpanginya ke Papua Nugini untuk mempelajari Hanta atau tato tradisional masyarakat di sana.

   "Ini adalah tangki penghancuran," jelas Vittoria. Kohler menatapnya. "Kamu benar-benar meneliti penghancurannya?"

   "Ayahku sangat kagum dengan Ledakan Besar yang menghasilkan sejumlah besar energi dari satu titik materi." Vittoria kemudian membuka sebuah laci baja di bawah jendela tersebut. Dia meletakkan perangkap itu di dalam laci dan menutup laci itu lagi. Setelah itu dia menarik sebuah pengungkit di bawah laci tersebut. Sesaat kemudian, perangkap itu muncul di sisi lain kaca jendela itu, dan menggelinding lembut pada sebuah lengkungan lebar dan melintasi lantai baja hingga akhirnya berhenti hampir di tengah-tengah ruangan itu. Vittoria tersenyum kecil. "Kalian akan menyaksikan pemusnahan antimateri-materi kalian yang pertama. Hanya seperjuta dari satu gram. Sebuah spesimen yang relatif kecil."

   Langdon menatap perangkap antimateri yang tergeletak sendirian di lantai tangki yang sangat besar itu. Kohler juga melongok ke dalam jendela dan tampak tidak yakin.

   "Biasanya," jelas Vittoria, "kami harus menunggu selama 24 jam penuh sampai baterenya habis, tetapi ruangan ini memiliki magnet di bawah lantainya sehingga menetralkan perangkap itu, menarik keluar antimateri dari penopangnya. Dan ketika antimateri dan materi bersentuhan .... "

   "Pemusnahan terjadi," bisik Kohler.

   "Satu hal lagi," kata Vittoria. "Antimateri mengeluarkan energi murni. Jadi, jangan melihatnya dengan mata telanjang. Lindungi mata kalian."

   Langdon memang khawatir, tetapi kini dia merasa kalau Vittoria menjadi agak berlebihan. Jangan melihat tabung itu dengan mata telanjang? Benda itu berjarak tiga puluh yard, di batasi oleh dinding kaca plexi yang sangat tebal. Lagipula bintik di dalam tabung tabung itu tidak terlihat, sangat kecil. Lindungi mata kalian? pikir Langdon. Energi sebesar apa yang dapat dihasilkan oleh titik-Vittoria menekan tombol.

   Saat itu juga, Langdon merasa sangat silau. Sebuah titik cahaya yang sangat terang menyala di dalam tabung itu dan kemudian meledak serta menghasilkan gelombang cahaya yang menyebar ke segala penjuru, dan menghantam jendela di depannya dengan kekuatan yang sangat besar. Langdon terhuyung ke belakang ketika benda tersebut mengguncang ruang bawah tanah itu. Cahaya itu masih menyala sesaat kemudian, terbakar dan setelah beberapa saat kemudian, cahaya itu padam dengan sendirinya, berubah menjadi titik kecil, lalu menghilang sama sekali. Langdon mengejapkan matanya yang terasa seperti buta dan berusaha mengembalian penghhatannya.

   Dia menyipitkan matanya ketika menatap ruangan yang membara di hadapannya. Tabung yang tadi berada di atas lantai telah menghilang. Menguap dan tidak meninggalkan bekas sama sekali.

   Langdon menatap kagum. "Tuhanku!" Vittoria mengangguk sedih. "Itulah juga kata yang diucapkan ayahku." KOHLER MENATAP KE DALAM ruang pemusnahan dengan kekaguman yang luar biasa pada pertunjukan yang tadi baru saja dilihatnya. Robert Langdon berdiri di sampingnya dan terlihat bertambah linglung.

   "Aku ingin melihat ayahku," Vittoria menuntut. "Aku sudah memperlihatkan lab kami kepadamu. Sekarang aku ingin melihat ayahku."

   Kohler berpaling padanya dengan pelan dan tampaknya tidak mendengar permintaan Vittoria. "Mengapa kamu harus menunggu begitu lama, Vittoria? Kamu dan ayahmu seharusnya segera mengatakan tentang penemuan ini kepadaku."

   Vittoria menatapnya. Berapa banyak alasan lagi yang kamu inginkan? "Pak Direktur, kita dapat memperdebatkan hal ini nanti. Sekarang aku ingin melihat ayahku."

   "Kamu tahu apa artinya teknologi ini?"

   "Tentu saja," sahut Vittoria. "Keuntungan besar bagi CERN. Sekarang aku ingin-"

   "Karena itukah kamu merahasiakannya?" tanya Kohler. "Karena kamu takut dewan direksi dan saya akan memutuskan untuk mendaftarkan percobaan ini agar mendapatkan izin dari pihak yang berwenang?"

   "Tentu saja penemuan ini harus mendapatkan izin," balas Vittoria dan merasa dirinya harus kembali beradu argumen dengan Kohler. "Antimateri adalah teknologi penting, tetapi juga berbahaya. Ayahku dan aku memerlukan waktu untuk memperbaiki prosedurnya agar aman."

   "Dengan kata lain kalian tidak memercayai dewan direksi dan takut mereka akan lebih memerhatikan sisi komersialnya ketimbang sisi ilmu pengetahuannya?"

   Vittoria terkejut mendengar nada Kohler yang datar. "Ada hal lainnya juga," kata Vittoria. "Ayahku ingin mempublikasikan penemuan ini pada saat yang tepat."

   "Maksudmu? Masak, sih, tidak tahu? "Materi dari energi? Sesuatu yang berasal dari ketiadaan? Penemuan ini membuktikan bahwa Kitab Kejadian berisi fakta ilmiah."

   "Tadi, ayahmu tidak mau faktor religius dari penemuannya ini hilang ditelan oleh gencarnya komersialisme?"

   "Begitulah kira-kira."

   "Bagaimana dengan dirimu?"

   Sayangnya pertimbangan Vittoria agak berbeda. Komersialisme adalah hal yang penting dalam menentukan keberhasilan sebuah sumber energi baru. Walau teknologi antimateri memiliki potensi sebagai sumber energi masa depan karena efisien dan bebas polusi, tapi kalau penemuan ini dibeberkan sebelum waktunya, teknologi ini akan menjadi bulan-bulanan para politisi dan memiliki nasib yang muram seperti bahan bakar nuklir dan tenaga surya. Nuklir mengalami sejarah yang panjang sebelum menjadi teknologi yang aman. Selain itu, ada beberapa kecelakaan yang disebabkan nuklir dan sulit untuk dilupakan oleh masyarakat. Tenaga matahari juga harus melewati jalan yang berliku agar bisa menjadi teknologi efisien. Tapi sebelum sampai ke sana, kita sudah keburu bangkrut. Kedua teknologi itu memiliki reputasi yang buruk, seakan layu sebelum berkembang.

   "Minatku," kata Vittoria, "tidak semulia seperti ayahku yang ingin menggabungkan ilmu pengetahuan dan agama."

   "Lingkungan?" Kohler bertanya dengan hati-hati. Ini energi yang tiada habisnya. Tidak memerlukan penggalian tambang. Tidak menimbulkan polusi. Tidak ada radiasi. Teknologi antimateri dapat menyelamatkan planet ini."

   Atau malah menghancurkannya," kata Kohler tajam. "Tergantung pada siapa yang menggunakannya dan untuk apa." Vittoria merasa tubuh Kohler yang ringkih itu mulai gemetar. "Siapa saja yangg mengetahui hal ini?" tanya Kohler.

   "Tidak ada," jawab Vittoria. "Aku sudah mengatakannya padamu."

   "Lalu kamu pikir mengapa ayahmu dibunuh?"

   Tubuh Vittoria menegang. "Aku tidak tahu. Ayah memang punya musuh di sini, di CERN, kamu tahu itu. Tetapi ini tidak ada hubungannya dengan antimateri. Kami berdua sudah bersumpah untuk merahasiakan penemuan ini dari sepengetahuan orang lain sampai beberapa bulan lagi, hingga kami berdua benarbenar siap."

   "Dan kamu yakin ayahmu menepati sumpahnya?"

   Sekarang Vittoria menjadi sangat marah. "Sebagai pastor, ayahku menepati sumpah yang jauh lebih besar daripada itu!"

   "Lalu bagaimana dengan kamu. Apakah kamu pernah mengatakannya kepada orang lain?"

   "Tentu saja tidak!"

   Kohler menarik napas. Dia kemudian berhenti sejenak, seolaholah dia sedang memilih kata-kata berikutnya dengan berhatihati. "Seandainya ada orang yang tahu. Dan seandainya ada orang lain yang dapat memasuki lab ini. Menurutmu apa yang mereka cari di sini? Apakah ayah mu menyimpan catatan di sini? Dokumentasi proses percobaannya?"

   "Pak Direktur, aku sudah berusaha untuk bersabar. Aku membutuhkan beberapa jawaban sekarang. Sementara Anda terus berbicara kalau ada orang yang sudah menyantroni ruangan ini. Tetapi Anda sendiri sudah melihat kalau kami menggunakan alat pengenal retina. Ayahku selalu berhati-hati terhadap kerahasiaan dan keamanan."

   "Oh, Vittoria. Cobalah untuk menghiburku," bentak Kohler sambil menatap perempuan di hadapannya itu dengan galak. "Kirakira apakah ada yang hilang?"

   "Aku tidak tahu." Dengan marah Vittoria meneliti ruangan lab itu. Semua contoh antimateri tercatat. Ruang kerja ayahnya tampak rapi. "Tidak ada orang yang datang ke sini," ungkapnya. "Semuanya tampak baik-baik saja di atas sini."

   Kohler tampak heran. "Di atas sini?"

   Vittoria menjawab tanpa berpikir panjang. "Ya, di sini, di lab atas.

   "Kalian juga menggunakan lab di lantai bawah?" "Ya. Sebagai tempat penyimpanan."

   Kohler menggelindingkan kursi rodanya untuk mendekati Vittoria. Dia terbatuk lagi. "Kalian menggunakan ruangan HazMat sebagai tempat penyimpanan? Untuk menyimpan apa?"

   Material berbahaya itu, apa lagi! Vittoria mulai habis kesabarannya. "Antimateri."

   Kohler mengangkat tubuhnya dengan tangannya bertumpu pada lengan kursinya. "Jadi ada spesimen lain? Mengapa kamu tidak mengatakannya padaku dari tadi?"

   "Aku baru saja mengatakannya!" Vittoria balas membentak. "Habis dari tadi kamu tidak memberikanku kesempatan!"

   "Kita harus memeriksa spesimen itu," kata Kohler.

   "Sekarang."

   "Spesimen itu hanya ada satu. Dan baik-baik saja. Tidak seorang pun dapat-"

   "Hanya satu?" Kohler ragu-ragu. "Mengapa tidak disimpan di sini saja?"

   "Ayahku ingin contoh tersebut disimpan di bawah lapisan tanah keras untuk berjaga-jaga. Contoh itu lebih besar dari yang lainnya."

   Kekhawatiran yang muncul pada wajah Kohler dan Langdon sekarang juga pada muncul di wajah Vittoria. Kohler bergerak mendekatinya lagi. "Kalian menciptakan sebuah spesimen yang lebih besar daripada lima ratus nanogram?"

   Kami harus membuatnya," Vittoria membela diri. "Kami harus membuktikan bahwa ambang batas pengeluaran berbanding hasil dapat kami lalui dengan aman." Vittoria tahu, masalah yang dimiliki oleh sumber bahan bakar baru adalah selalu mengenai pengeluaran dibandingkan dengan hasil. Misalnya seberapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan bahan bakar tertentu. Membangun sebuah anjungan minyak yang hanya mampu menghasilkan satu barel minyak adalah kesia-siaan belaka. Jika anjungan itu, dengan pengeluaran tambahan minimal, dapat menghasikan jutaan barel minyak, maka Anda akan untung besar. Hal yang sama juga terjadi dengan antimeter. Menyiapkan elektromagnet yang besar hanya untuk menciptakan satu sampel kecil antimateri menghabiskan energi yang lebih besar daripada hasil yang didapatkan. Untuk membuktikan kalau teknologi antimateri itu efisien dan dapat berguna, kita hams menciptakan sampel dengan dengan ukuran yang lebih besar.

   Walau ketika itu ayah Vittoria ragu-ragu untuk menciptakan spesimen yang lebih besar, Vittoria tetap mendesaknya. Alasannya, agar antimateri tersebut bisa dianggap sebagai penemuan yang serius, dia dan ayahnya harus membuktikan dua hal. Pertama, mereka bisa mendapatkan jumlah biaya yang efektif. Dan kedua, spesimen itu dapat disimpan dengan aman. Akhirnya Vittoria menang dan ayahnya mengalah. Meskipun begitu, Leonardo tetap menjalankan peraturan yang ketat, seperti kerahasiaan dan akses. Ayahnya bersikeras untuk menyimpan antimateri itu disimpan di ruang Haz-Mat-sebuah lubang dari batu granit yang besar yang merupakan sebuah ruangan tambahan di bawah lab sedalam tujuh puluh kaki di bawah tanah. Spesimen itu akan menjadi rahasia mereka. Dan hanya mereka berdua yang dapat memasuki ruangan itu.

   "Vittoria?" tanya Kohler, suaranya terdengar tegang. "Seberapa besar spesimen yang kalian berdua ciptakan?"

   Vittoria merasa getir. Dia tahu jumlah itu akan membuat semua orang takjub, bahkan bagi Maximilian Kohler yang berwibawa itu. Vittoria membayangkan antimateri yang mereka simpan di bawah. Baginy a itu merupakan sebuah pemandangan yang hebat. Antimateri tersebut tertahan di dalam perangkapnya. Dan titik kecil yang menari-nari itu dapat dilihat oleh mata telanjang. Itu bukan lagi sebuah titik mikrokospis, tetapi sebuah tetesan kecil seukuran peluru senapan angin.

   Vittoria menarik napas dalam. "Seperempat gram."

   Wajah Kohler memucat. "Apa!" Dia kemudian terbatuk sangat "Seperempat gram! Itu setara dengan ... hampir lima kiloton!"

   Kiloton. Vittoria membenci kata itu. Kata itu tidak pernah digunakan oleh ayahnya dan dirinya. Satu kiloton setara dengan 1.000 metrik ton dinamit. Kiloton adalah istilah senjata. Alat untuk membunuh. Tenaga yang dapat merusak. Sedangkan Vittoria dan ayahnya menyebutnya dalam volt dan joule-hasil energi konstruktif.

   "Antimateri sebanyak itu dapat menghancurkan segalanya dalam radius setengah mil!" seru Kohler.

   "Ya, jika diledakkan sekaligus," Vittoria balas membentak, "dan itu tidak dapat dilakukan oleh siapa pun!"

   "Kecuali seseorang yang tidak memahaminya dengan baik. Atau kalau batere yang menghasilkan medan elektromagnetik mati!" Kohler bersiap menuju ke lift.

   "Karena itulah ayahku menyimpannya di Haz-Mat, di bawah sebuah pembangkit listrik yang tidak akan mati dan sebuah sistem keamanan yang sangat hebat. Kohler berpaling dan menatap Vittoria dengan penuh harap. "Kalian memiliki pengamanan tambahan di Haz-Mat?"

   "Ya. Sebuah alat pengenal retina yang kedua."

   Kohler hanya mengatakan dua kata. "Ke bawah. Sekarang."

   RUANG LIFT ITU meluncur dengan cepat seperti sebuah batu yang jatuh.

   Tujuh puluh kaki lagi ke dalam bumi.

   Vittoria yakin dirinya dapat merasakan ketakutan dalam diri kedua lelaki itu ketika lift bergerak semakin dalam. Wajah Kohler yang biasanya tanpa ekspresi sekarang tampak tegang. Aku tahu, piker Vittoria. Spesimen itu sangat besar, tapi kami sangat berhati-hati-Mereka tiba di dasar.

   Pintu lift terbuka, dan Vittoria mendahului mereka berjalan ke koridor yang remang-remang. Di ujung gang itu ada sebuah pintu baja besar. HAZ-MAT. (Hazardous Material). Alat pengenal retina yang sama dengan yang terpasang di lantai atas, terdapat di dekat pintu tersebut. Vittoria mendekatinya. Dengan berhatihati, dia ingin menempelkan matanya di atas lensa itu.

   Vittoria mundur. Ada yang salah. Lensa yang biasanya bersih itu ternoda ... dikotori oleh sesuatu yang tampak seperti ... darah? Dengan bingung dia berpaling pada kedua lelaki yang berdiri di belakangnya, tetapi tatapannya hanya bertemu dengan wajah-wajah yang pucat seperti lilin. Baik wajah Kohler maupun wajah Langdon sama-sama terlihat pucat. Mata mereka menatap lekat pada lantai di dekat kaki Vittoria.

   Vittoria mengikuti arah tatapan mereka ... di bawah.

   "Jangan!" seru Langdon sambil meraih Vittoria. Tetapi terlambat. Tapi Vittoria sudah keburu melihat benda di atas lantai itu. Benda itu tampak sangat aneh, namun juga sangat akrab baginya. Dan Vittoria hanya memerlukan waktu sedetik saja. Kemudian, dengan ketakutan yang amat sangat, dia tahu benda apa itu. Benda yang seperti menatapnya dari bawah, tercampak seperti potongan sampah, adalah sebuah bola mata. Vittoria langsung bisa mengenali bola mata berwarna cokelat yang sudah begitu akrab dengannya selama ini. TEKNISI KEAMANAN ITU menahan napasnya ketika komandannya melongok melalui bahunya untuk mengamati sekumpulan monitor keamanan di hadapan mereka. Satu menit berlalu. Teknisi itu sudah mengira kalau komandannya itu tidak akan mengatakan apa-apa. Komandannya adalah seorang lelaki yang kaku mengikuti protokol. Dia tidak akan menjabat sebagai dan pada sebuah kesatuan keamanan yang paling baik di dunia kalau sering bertindak dengan gegabah. Tetapi apa yang dipikirkannya? Benda yang mereka sedang amati dalam monitor itu tampak erti semacam sebuah tabung-tabung tembus pandang. Mengenali tabung itu memang mudah, tapi sulk untuk menentukan tabung apa itu. Di dalam tabung itu terlihat setetes cairan metal yang mengambang di udara, seolah-olah karena efek khusus. Tetesan itu hilang timbul bersamaan dengan kedipan layar LED yang menampilkan hitungan mundur berwarna merah yang membuat teknisi itu merinding.

   "Bisa kamu tambah kontrasnya?" perintah komandannya tiba-tiba sehingga mengejutkan teknisi itu. Teknisi itu pun langsung melaksanakan perintah tersebut, dan membuat gambar itu menjadi agak lebih terang. Komandan itu kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan lagi, menatap dengan mata yang ditajamkan lebih dekat pada sesuatu yang baru saja terlihat pada dasar tabung itu. Teknisi itu mengikuti tatapan mata komandannya. Samar-samar mereka dapat melihat beberapa huruf tercetak di samping layar LED tersebut. Empat huruf besar itu berkilau dalam kedipan cahaya.

   "Kamu tetap di sini saja," kata komandan itu. "Jangan katakan apa-apa. Aku akan mengatasi ini." RUANG HAZ-MAT. Lima puluh meter di bawah tanah. Vittoria Vetra terhuyung ke depan, hampir jatuh menimpa alat pengenal retina yang berlumuran darah itu. Dia merasa lelaki Amerika itu bergegas menolongnya, memeganginya, menopang tubuhnya. Di atas lantai, di dekat kakinya, bola mata ayahnya menatapnya. Dia merasa ada udara meledak di dalam paruparunya. Mereka mencungkil mata Ayah! Dunianya terasa berputar Kohler mendekatinya, dan berbicara. Langdon menuntun Vittoria Seolah dalam mimpi, Vittoria menatap ke dalam alat pengenal retina itu. Alat itu mengeluarkan bunyi "bip". Pintu baja pun bergeser terbuka. Walaupun Vittoria sudah merasa ketakutan ketika melihat bola mata ayahnya, Vittoria merasa bahwa dia masih akan melihat hal yang lebih menakutkan lagi di dalam. Dan ketika dia menatap ke dalam ruangan, dia melihat bagian selanjutnya dari mimpi buruknya. Di depannya, satu-satunya podium yang berisi tabung perangkap antimateri itu kosong melompong. Tabung itu hilang. Mereka mencungkil mata ayahnya untuk mencuri tabung tersebut. Kenyataan itu terlalu bertubi-tubi bagi Vittoria sehingga dia sulit untuk mencernanya. Semua rahasia telah bocor. Spesimen yang seharusnya ditujukan untuk membuktikan bahwa antimateri merupakan sumber energi yang aman dan dapat dibuat, telah dicuri. Tetapi seharusnya tidak ada orang yang mengetahui keberadaan spesimen itu di sini. Walaupun begitu, fakta tersebut tidak dapat disangkal. Seseorang telah mengetahuinya. Vittoria tidak dapat membayangkan siapa orang itu. Bahkan Kohler yang mereka sebut sebagai orang yang tahu segalanya di CERN, jelas juga tidak tahu apa-apa tentang proyek ini. Ayahnya meninggal. Dibunuh karena kejeniusannya. Ketika perasaan duka menyakiti hatinya, sebuah perasaan baru muncul dan menggugah kesadaran Vittoria. Yang ini malah jauh lebih buruk. Melumatkan dan menusuk dirinya. Vittoria merasa bersalah. Perasaan bersalah yang luar biasa besar. Vittoria menyadari kalau dirinyalah yang meyakinkan ayahnya untuk membuat spesimen itu dan mengabaikan pertimbangan mulia ayahnya. Kim, ayahnya dibunuh karenanya. Seperempat gram .... Seperti teknologi lainnya-senjata, bubuk mesiu, mesin bakar-jika berada di tangan yang salah, antimateri dapat menjadi benda yang berbahaya. Sangat berbahaya. Antimateri adalah senjata pembunuh yang kejam dan tidak dapat dihentikan. Sekali dipindahkan dari tempat pengisiannya di CERN, jam digital di tabung perangkapnya akan menghitung mundur tanpa dapat dicegah. Seperti serangkaian kereta api yang melaju tanpa kendali. Dan ketika waktunya habis .... Sebuah cahaya yang sangat menyilaukan akan tercipta. Kemudian gelegar guntur, lalu api akan melalap semuanya. Hanya satu kilatan cahaya ... lalu kawah kosong. Sebuah kawah besar yang kosong. Bayangan akan hasil kejeniusan ayahnya yang luar biasa telah digunakan sebagai alat pemusnah membuat darah Vittoria mendidih. Antimateri adalah senjata teroris yang sangat ampuh. Dia tidak mengandung logam sehingga tidak dapat dideteksi oleh alat pengenal metal, tidak ada bahan kimia sehingga anjing pelacak tidak dapat mengendusnya, tidak ada sekering yang dapat dimatikan jika petugas menemukan tabung itu. Hitungan mundur sudah dimulai .... Langdon tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya. Dia kemudian mengeluarkan saputangannya dan menebarkannya di atas lantai untuk menutupi bola mata Leonardo Vetra. S ekarang Vittoria berdiri di ambang pintu ruang Haz-Mat yang kosong, wajahnya tegang karena sedih dan panik. Langdon ingin mendekatinya, tetapi Kohler menghalangi.

   "Pak Langdon?" wajah Kohler terlihat tanpa ekspresi. Dia mengajak Langdon menjauh sehingga kata-katanya tidak dapat didengar Vittoria. Dengan enggan Langdon mengikutinya dan meninggalkan Vittoria yang sedang berusaha mengembalikan kekuatannya. "Kamu seorang ahli," kata Kohler, bisikannya terdengar mendesak. "Aku ingin tahu, apa maksud para bedebah Illuminati dengan mencuri antimateri temuan Vetra?"

   Langdon mencoba untuk memusatkan pikirannya. Walau dikelilingi oleh kegilaan, reaksi pertamanya masih masuk akalpenolakan akademis. Kohler masih saja membuat perkiraanperkiraan. Perkiraan yang tidak masuk akal. "Kelompok Illuminati sudah tidak aktif lagi, Pak Kohler. Saya yakin itu. Kejahatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja. Mungkin saja oleh pegawai CERN yang mengetahui terobosan Pak Vetra dan berpikir kalau proyek itu terlalu berbahaya jika dilanjutkan."

   Kohler tampak terpaku. "Anda pikir ini kejahatan dengan alasan sepele, Pak Langdon? Tidak masuk akal. Siapa pun yang membunuh Leonardo pasti menginginkan satu hal; spesimen antimateri. Dan tidak diragukan lagi, mereka memiliki rencana tersendiri."

   "Maksud Anda, terorisme?" "Tentu saja."

   "Tetapi Illuminati bukanlah kelompok teroris."

   "Katakan itu kepada Leonardo Vetra."

   Langdon merasakan adanya kebenaran yang pedih di dalam pernyataan itu. Leonardo Vetra memang telah dicap dengan simbol Illuminati. Darimana simbol itu berasal? Cap keramat itu tampaknya terlalu sulit untuk dipalsukan oleh seseorang yang mencoba menghapus jejaknya dengan mengalihkan kecurigaan ke tempat lain. Pasti ada penjelasan yang masuk akal.

   Sekali lagi, Langdon memaksa dirinya untuk mempertimbangkan segala kemungkinan. Jika Illuminati masih aktif, dan jika mereka mencuri antimateri itu, apa niat mereka sesungguhnya? Apa sasaran mereka? Jawaban yang disediakan otaknya muncul dengan begitu cepat. Namun Langdon mengusirnya dengan cepat juga. Benar, Illuminati memang mempunyai musuh yang jelas, tetapi serangan teroris dengan skala besar untuk melawan musuh adalah hal tidak dapat dibayangkan. Itu sama sekali bukan sifat Illuminati. Memang, Illuminati telah membunuh banyak orang, tetapi targetnya adalah perorangan, target yang diserang dengan hati-hati. Penghancuran besar-besaran adalah pekerjaan berat. Langdon berhenti sejenak. Pasti ada alasan yang luar biasa besar- antimateri adalah pencapaian tertinggi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dan bisa digunakan untuk menghancurkan-Langdon tidak mau menerima pikiran gila itu. "Ada penjelasan logis lainnya selain terorisme," katanya tiba-tiba.

   Kohler menatapnya. Menunggu.

   Langdon mencoba memilah-milah berbagai pemikiran yang ada di kepalanya. Illuminati memang memiliki kekuatan yang luar biasa melalui institusi keuangan yang dimilikinya. Mereka menguasai bank. Mereka memiliki simpanan emas dalam jumlah besar. Mereka dikabarkan memiliki batu mulia yang sangat bernilai di bumi ini-Berlian Illuminati, sebentuk berlian bermutu tinggi dengan ukuran yang sangat besar. "Uang," kata Langdon. "Antimateri itu mungkin dicuri untuk dijual."

   Kohler tampak ragu. "Untuk dijual? Kamu pikir di mana orang bisa menjual satu tetes antimateri?"

   "Bukan spesimennya," bantah Langdon. "Tetapi teknologinya. Teknologi antimateri pasti memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Mungkin seseorang mencuri sampel ini untuk dianalisis bagi pengembangan litbang pihak lain."

   "Spionase industri? Tetapi tabung itu hanya memiliki waktu selama 24 jam sebelum baterenya habis. Para peneliti itu akan meledak sebelum berhasil mempelajari apa pun."

   Mereka dapat mengisi baterenya sebelum meledak. Mereka dapat membuat podium pengisian batere yang mirip dengan yang ada di CERN."

   "Dalam waktu 24 jam?" tantang Kohler. "Kalaupun mereka juga mencuri skema pengisian batere, mereka masih membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membuatnya. Itu bukan alat yang bisa dibuat dalam hitungan jam!"

   "Dia benar." Suara Vittoria bergetar. Kedua lelaki itu menoleh dan melihat Vittoria yang bergerak ke arali mereka. Dia berjalan dengan langkah yang gemetar seperti suaranya.

   "Dia benar. Tidak seorang pun dapat membuat alat pengisj ulang yang mirip seperti yang kami miliki tepat pada waktunya Membuat permukaannya saja memerlukan waktu beberapa minggu Kemudian penyaring fluks, kumparan bantu, lapisan pendingin, semua disesuaikan ke tingkat energi tertentu agar bisa cocok."

   Langdon mengerutkan keningnya. Dia sudah bisa menangkap maksudnya. Sebuah perangkap antimateri bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah disambungkan ke soket listrik di dinding. Begitu dipindahkan dari CERN, tabung itu sudah dipastikan akan meledak dalam waktu 24 jam.

   Kini yang tersisa hanya satu kesimpulan yang sangat mengganggu.

   "Kita harus rnemanggil Interpol," kata Vittoria. Suaranya terdengar lirih. "Kita harus menelepon pihak yang berwenang. Segera." Kohler menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa." Kata-kata itu membuat Vittoria terpaku. "Tidak? Apa maksudmu?"

   "Kamu dan ayahmu telah menempatkan aku pada posisi yang sulit."

   "Pak Direktur, kita memerlukan bantuan. Kita harus menemukan tabung itu dan mengembalikannya ke sini sebelum ada yang terluka. Kita bertanggung jawab!"

   "Kita punya tanggung jawab untuk berpikir," kata Kohler, nadanya mengeras. "Situasi ini memiliki dampak yang luar biasa untuk CERN."

   "Anda lebih memikirkan reputasi CERN? Anda tahu apa yang bisa diakibatkan oleh tabung itu di daerah berpenduduk? Tabung itu dapat meledakkan sebuah daerah beradius setengah mil! Sama dengan sembilan blok di dalam kota!"

   "Mungkin kamu dan ayahmu seharusnya mempertimbangkan hal ini sebelum kalian menciptakan spesimen itu."

   Vittoria merasa seperti baru saja ditikam. "Tetapi ... kami sudah sangat berhati-hati."

   "Tampaknya itu tidak cukup."

   "Tetapi tidak ada yang mengetahui antimateri yang kami ciptakan." Tiba-tiba Vittoria sadar, itu tentu alasan yang aneh. Kenyataannya sudah ada orang yang mengetahui keberadaannya. Seseorang sudah menemukannya. Vittoria tidak pernah mengatakannya kepada siapa pun. Hanya ada dua penjelasan lagi. Apakah ayahnya telah memercayai seseorang tanpa memberi tahu dirinya. Hal itu tentu saja tidak mungkin, karena Leonardo Vetra adalah ayahnya dan mereka berdua sudah bersumpah untuk menjaga kerahasiaan ini. Kemungkinan kedua adalah, mereka berdua telah diamati. Ponsel mereka mungkin? Vittoria menyadari kalau mereka pernah beberapa kali berbincang-bincang ketika Vittoria sedang bepergian. Apakah mereka berbicara terlalu banyak? Itu mungkin saja. Lalu e-mail. Tetapi mereka sudah sangat berhati-hati, 'kan? Sistem keamanan CERN? Apakah ada orang yang memantau kegiatan mereka tanpa sepengetahuan mereka? Vittoria tahu semua itu tidak penting lagi. Kenyataannya semuanya sudah terjadi. Ayahku sudah meninggal. Pikiran itu membuatnya bereaksi. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana pendeknya. Kohler bergegas mendekatinya. Sambil terbatuk-batuk keras, matanya bersinar marah. "Siapa ... yang kamu telepon?"

   "Petugas operator telepon CERN. Mereka dapat menghubungkan kita dengan Interpol."

   "Kuasai dirimu!" seru Kohler tersedak, menahan batuknya di depan Vittoria. "Apa kamu begitu naif? Tabung itu mungkin sudah berada entah di mana sekarang. Tidak ada agen rahasia mana pun yang dapat bergerak untuk menemukannya tepat pada waktunya."

   "Jadi, kita tidak akan melakukan apa-apa?" Kemudian Vittoria merasa menyesal karena telah berkata kasar pada lelaki tua yang sakit-sakitan itu. Tetapi sang direktur sudah menyimpang terlalu jauh sehingga Vittoria tidak dapat mengenalinya lagi.

   "Kita akan melakukan sesuatu yang cerdas," sahut Kohler "Aku tidak mau reputasi CERN dalam bahaya dengan melibatkan polisi yang belum tentu dapat membantu kita. Tidak. Tidak tanpa pertimbangan yang masak."

   Vittoria tahu pemikiran Kohler masuk akal juga, tetapi dia juga tahu kalau logika berpikir Kohler tidak memiliki landasan moral. Ayahnya selama ini hidup dengan tanggung jawab moral. Dia adalah ilmuwan yang berhati-hati, bertanggung jawab, dan percaya pada kebaikan di hati tiap manusia.

   Vittoria juga percaya pada hal itu, tetapi dia memahaminya dalam pengertian karma. Vittoria berjalan menjauh dari Kohler dan menghidupkan ponselnya.

   "Kamu tidak bisa melakukannya," kata Kohler.

   "Coba saja hentikan aku."

   Kohler tidak bergerak.

   Sesaat kemudian, Vittoria baru menyadarinya. Mereka berada sangat jauh di bawah tanah, ponselnya tidak mendapatkan nada sambung.

   Dengan marah, dia bergerak menuju lift.

   SI HASSASSIN BERDIRI di ujung terowongan batu. Obomya masih menyala terang, asapnya berbaur dengan aroma lumut dan udara apak. Kesunyian menyelimutinya. Sebuah pintu besi yang menghalangi jalannya tampak setua terowongan itu sendiri; berkarat tapi masih tampak kuat. Dia menunggu dalam kegelapan, dan merasa yakin. Hampir tiba waktunya.

   Janus sudah berjanji, seseorang di dalam akan membukakan pintu itu untuk dirinya. Si Hassassin terheran-heran bagaimana orang dalam itu bisa berkhianat. Dia akan menunggu di depan sepanjang malam untuk melaksanakan tugasnya. Tetapi dia merasa tidak perlu menunggu begitu lama karena dia bekerja untuk seseorang yang berkuasa.

   Beberapa menit kemudian, tepat seperti jam yang dijanjikan, terdengar suara berkelontang seperti beberapa kunci besar yang berat sedang beradu di balik pintu besi ini. Bunyi logam beradu dan terdengar berdentam-dentam ketika beberapa gembok dibuka. Satu per satu, tiga gerendel besar terbuka. Kunci-kunci itu berkeretak seolah sudah berabad-abad tidak digunakan. Akhirnya ketiga kunci itu pun terbuka.

   Kemudian sunyi.

   Si Hassassin menunggu dengan sabar. Lima menit, tepat seperti yang diperintahkan padanya. Kemudian dengan darah yang menggelegak, dia mendorong. Pintu besar itu pun terayun dan terbuka lebar.

   "VITTORIA, AKU TIDAK akan membiarkanmu!" seru Kohler. Napasnya terlihat semakin berat dan menjadi lebih parah lagi ketika lift bergerak meninggalkan Haz-Mat. Vittoria menghalanginya.

   Dia sangat membutuhkan tempat berlindung, sesuatu yang terasa akrab dari tempat ini sudah tidak lag' dirasakannya. Dia tahu, seharusnya semuanya tidak terjadi seperti ini. Sekarang, dia harus menelan kegetiran dan bertindak dengan cepat. Cari telepon.

   Robert Langdon berdiri di sampingnya, diam seperti biasa. Vittoria sudah tidak bertanya-tanya lagi siapa lelaki itu sebenarnya.

   Seorang ahli? Apa Kohler tidak bisa lebih spesifik lagi? Pak Langdon dapat membantu kita untuk menemukan pembunuh ayahmu. Tetapi ternyata Langdon sama sekali tidak menolong. Keramahan dan kebaikan hatinya memang tampak tidak dibuat-buat, tetapi dia jelas menyembunyikan sesuatu. Kedua-duanya menyembunyikan sesuatu.

   Kohler menatap Vittoria lagi. "Sebagai Direktur CERN, aku punya tanggung jawab terhadap masa depan ilmu pengetahuan Jika kamu membesar-besarkan masalah ini sehingga membuat masyarakat internasional geger, maka CERN akan menderita-"

   "Masa depan ilmu pengetahuan?" Vittoria berpaling padanya. "Apakah Anda ingin melarikan diri dari tanggung jawab dengan membantah kalau antimateri itu berasal dari CERN? Apakah kamu ingin mengabaikan hidup orang banyak yang sedang dalam bahaya karena ulah kita?"

   "Bukan kita," kata Kohler keras. "Kalian. Kamu dan ayahmu."

   Vittoria mengalihkan tatapannya.

   "Dan sejauh membahayakan hidup orang banyak," kata Kohler lagi, "ini memang tentang kehidupan. Kamu tahu kalau teknologi antimateri memiliki dampak yang besar sekali bagi kehidupan di planet ini. Kalau CERN bangkrut, hancur oleh skandal, semua orang merugi. Masa depan manusia berada di tempat seperti CERN. Para ilmuwan seperti dirimu dan ayahmu, bekerja untuk mengatasi berbagai masalah di masa depan."

   Vittoria pernah mendengar kuliah Kohler yang mengagungagungkan ilmu pengetahuan, tapi dia tidak pernah memercayainya. Ilmu pengetahuan itu sendiri menghasilkan separuh dan masalah yang ingin dia pecahkan. "Kemajuan" adalah keburukan paling parah yang pernah terjadi di bumi.

   "Kemajuan ilmu pengetahuan memang memiliki risiko," kata Kohler. "Memang selalu begitu. Program luar angkasa, penelitian genetika dan obat-obatan-semuanya pernah mengalami kegagalan. Ilmu pengetahuan harus bertahan hidup dari kesalahan yang pernah diperbuatnya dengan segala cara. Demi semua orang. Vittoria mengagumi kemampuan Kohler dalam menimbang moral dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Kepandaian yang dimilikinya itu sepertinya berasal dari perpisahannya dengan jiwanya sehingga membuatnya menjadi pribadi yang dingin dan tanpa ekpresi. "Kamu pikir CERN begittu pentingnya bagi masa depan bumi sehingga kita bisa terbebas dari tanggung jawab moral?"

   "Jangan berdebat tentang moral denganku. Kalian sudah melewati batas ketika kalian membuat spesimen itu. Kalian juga telah membuat seluruh fasilitas ini dalam bahaya. Aku tidak hanya sedang berusaha melindungi lapangan kerja bagi tiga ribu ilmuwan yang bekerja di sini, tapi juga reputasi ayahmu. Pikirkan tentang ayahmu. Seseorang seperti ayahmu tidak seharusnya dikenang sebagai pencipta senjata pemusnah masal."

   Vittoria merasa kata-kata Kohler seperti meninjunya tepat di tengah sasaran. Akulah yang meyakinkan ayahku agar membuat spesimen itu. Ini kesalahanku! Ketika pintu lift terbuka, Kohler masih berbicara. Vittoria melangkah keluar lift lalu mengeluarkan ponselnya, dan berusaha untuk menelepon kembali.

   Masih tidak ada nada sambung. Sialan! Dia kemudian berjalan ke arah pintu.

   "Vittoria, berhenti." Sepertinya asma yang diderita Kohler mulai kambuh ketika dia berusaha mengejar Vittoria. "Pelan-pelan, nak. Kita harus bicara."

   "Basta di parlarel"

   Pikirkan ayahmu," seru Kohler. "Apa yang kira-kira akan dia lakukan?"

   Vittoria terus berjalan.

   "Vittoria, aku belum mengatakan semuanya padamu."

   Vittoria merasakan ayunan kakinya melambat. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan," kata Kohler. "Aku hanya mencoba melindungimu. Katakan saja apa maumu. Kita perlu bekerja sama sekarang."

   Vittoria benar-benar berhenti sekarang dan berdiri di tengah-tengah ruangan lab. Tetapi dia tidak memutar tubuhnya. "Aku ingin menemukan antimateri itu. Dan aku ingin tahu siapa pembunuh ayahku." Dia menunggu.

   Kohler mendesah. "Vittoria, kami sudah tahu siapa pembunuh ayahmu. Maafkan aku."

   Sekarang Vittoria berpaling. "Apa katamu?"

   "Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya padamu. Ini sulit-"

   "Kamu tahu siapa pembunuh ayahku?"

   "Kami punya petunjuk yang jelas. Pembunuh itu meninggalkan semacam kartu nama. Karena itulah aku mengundang Pak Langdon. Kelompok yang mengklaim untuk bertanggung jawab adalah bidang kajiannya."

   "Kelompok? Kelompok teroris?"

   "Vittoria, mereka mencuri seperempat gram antimateri."

   Vittoria menatap Robert Langdon yang berdiri di seberang ruangan. Segalanya mulai tampak semakin jelas sekarang. Beberapa rahasia mulai terkuak. Vittoria bertanya dalam hati kenapa tidak menyadarinya dari tadi. Ternyata Kohler sudah memanggil pihak yang berwenang. Robert Langdon adalah orang Amerika yang bersih, konservatif, dan jelas sangat cerdas. Siapa lagi kalau bukan orang yang berwenang? Vittoria seharusnya dapat menerka sejak awal. Dia merasa menemukan harapan baru ketika dia berpaling pada Langdon.

   "Pak Langdon, aku ingin tahu siapa yang membunuh ayahku. Dan aku ingin tahu apakah institusi Anda dapat membantu kami untuk menemukan antimateri itu."

   Langdon tampak bingung. "Institusi saya?"

   "Anda bekerja untuk dinas intelijen Amerika, bukan?"

   "Sebenarnya ... tidak."

   Kohler menyela. "Pak Langdon adalah seorang dosen sejarah seni di Harvard University."

   Vittoria merasa seperti disiram air es. "Seorang guru seni?"

   "Dan ahli simbologi." Kohler mendesah. "Vittoria, kami yakin ayahmu dibunuh oleh kelompok pemuja setan."

   Vittoria mendengar kata itu tapi otaknya tidak mampu mencernanya. Kelompok pemuja setan? "Kelompok yang mengaku bertanggung jawab menyebut diri mereka Illuminati."

   Vittoria menatap Kohler kemudian ke arah Langdon sambil bertanya-tanya apakah ini semacam lelucon saja. "Kelompok Illuminati?" dia bertanya. "Seperti kelompok Illuminati Bavaria?"

   Kohler tampak heran. "Jadi kamu sudah pernah mendengar tentang mereka?"

   Vittoria hampir menangis karena putus asa. "Illuminati Bavaria. Tata Dunia Baru. Itu adalah permainan komputer karya Steve Jackson. Separuh dari ilmuwan di sini memainkan permainan itu di internet." Suara Vittoria menjadi serak. "Tetapi aku tidak mengerti .... "

   Kohler menatap Langdon dengan tatapan bingung.

   Langdon mengangguk. "Itu memang game yang populer. Persaudaraan kuno yang ingin mengambil alih dunia. Game semi historis. Aku tidak tahu kalau game itu juga terkenal di Eropa."

   Vittoria marah. "Apa yang kamu bicarakan? Kelompok Illuminati? Itu hanya permainan dalam komputer!"

   "Vittoria," kata Kohler. "Illuminati adalah kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas kematian ayahmu."

   Vittoria berusaha untuk tetap tabah agar tidak menangis. Dia memaksa dirinya untuk bertahan dan menanggapi keadaan dengan logis. Tetapi semakin dia berusaha untuk mengerti, semakin dia tidak mengerti. Ayahnya baru saja dibunuh. CERN menderita karena keamanan mereka yang ketat berhasil dibobol.

   Di suatu tempat, ada sebuah bom waktu yang akan meledak sebentar lagi dan dia merasa bertanggung jawab karenanya. Dan Direktur CERN malah memilih seorang guru seni untuk menolong agar bisa menemukan persaudaraan pemuja setan dari negeri dongeng.

   Vittoria tiba-tiba merasa sendirian. Dia beranjak pergi, tetapi Kohler menghalanginya. Kohler merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu. Dia kemudian mengeluarkan secarik kertas fakj kumal dan menyerahkannya pada Vittoria.

   Vittoria terhuyung karena merasa sangat ngeri ketika matanya menatap pada gambar itu.

   "Mereka mencapnya," kata Kohler. "Mereka mencap dada ayahmu." SYLVIE BEAUDELOQUE, sekretaris Maximilian Kohler, sedanj panik. Dia berjalan hilir-mudik di dalam ruang kerja atasannya yang kosong. Di mana sih dia? Apa yang harus kulakukan? Hari ini aneh sekali. Tentu saja, bekerja dengan seorangl Maximilian Kohler, Sylvie selalu memiliki kemungkinan untuk mengalami hari yang aneh. Tetapi hari ini Kohler bersikap sangan aneh.

   "Cari Leonardo Vetra!" perintahnya ketika Sylvie tiba pagi ini. Dengan patuh, Sylvie menyeranta, menelepon dan mengiriml e-mail ke alamat Leonardo Vetra. Tidak ada jawaban. Kohler kemudian meninggalkan kantornya dengan marah. Sepertinya dia ingin mencari Vetra sendiri. Ketika Kohler kembali ke kantornya beberapa jam kemudian, Kohler tampak tidak sehat ... bukan berarti dia pernah kelihatan benar-benar sehat. Tetapi kali ini atasannya itu terlihat lebih buruk dari biasanya. Kohler mengunci diri di kantornya, tapi Sylvie masih dapat mendengar kegiatan Kohler dari luar ruangan. Sekretaris itu mendengar suara Modern Kohler bekerja, suara Kohler yang sedang menelepon Kohler mengirimkan faks, dan berbicara lagi di telepon. Kemudian bosnya itu lalu pergi lagi. Dan sejak itulah sang direktur kembali lagi ke kantornya. Sylvie akhirnya memutuskan untuk mengabaikan atasannya unik serta melodramatis itu. Tapi Sylvie mulai prihatin ketika Kohler tidak juga kembali pada waktu dia harus disuntik. Kesehatan bosnya itu memerlukan perawatan yang teratur. Kohler pernah memutuskan untuk tidak mau disuntik lagi, tapi hasilnya lalu buruk; dia mengalami kesulitan bernapas, batuk-batuk, dan dimarahi oleh perawatnya. Kadang-kadang Sylvie berpikir kalau Kohler sesungguhnya sudah ingin mati saja. Sylvie berpikir untuk menyerantanya dan memperingatkan Kohler akan jadwal suntiknya. Tapi Sylvie tahu belas kasihan adalah hal yang paling dibenci oleh Kohler yang sombong itu. Minggu lalu, Kohler pernah sangat marah pada seorang ilmuwan yang datang mengunjunginya. Lelaki itu menunjukkan rasa kasihannya kepada Kohler sehingga membuat pimpinannya itu berang. Kohler berusaha untuk berdiri dari kursi rodanya dan melemparkan sebuah papan berpenjepit ke kepala orang itu. Ternyata Raja Kohler dapat juga bertindak cekatan jika dia sedang tersinggung. Tapi kemudian perhatian Sylvie terhadap keadaan kesehatan atasannya teralihkan oleh sebuah masalah yang lebih pelik. Resepsionis CERN menghubunginya lima menit yang lalu dengan suara yang panik dan berkata kalau ada panggilan penting untuk sang direktur.

   "Dia tidak ada di tempat," kata Sylvie. Kemudian resepsionis mengatakan kepada Sylvie siapa yang menelepon. Sambil tertawa keras, Sylvie berkata, "Kamu sedang bercanda, kan?" Dia lalu mendengarkan lagi, wajahnya kemudian berubah muram karena tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Kamu memeriksa identitas si penelepon dengan baik-" Sylvie mengerutkan keningnya. "Aku mengerti. Baiklah. Bisakah kamu menanyakan apa-" Dia mendesah. "Tidak. Tidak apa-apa. Katakan padanya untuk menunggu. Aku akan mencari Pak Direktur sekarang juga. Ya. Aku mengerti. Aku akan segera mencarinya."

   Tetapi Sylvie tidak kunjung menemukan Pak Direktur. Dia sudah berusaha menghubungi ponselnya sebanyak tiga kali dan selalu mendapatkan pesan yang sama. "Pemilik ponsel yang Anda hubungi sedang berada di luar jangkauan." Di luar jangkauan? Memangnya seberapa jauh dia bisa bepergian? Sylvie pun akhirnya memutar nomor penyeranta Kohler sebanyak dua kali. Tidak ada jawaban. Betul-betul tidak seperti biasanya. Bahkan, dia juga mengirim e-mail ke komputer kecil yang selalu dibawa-bawa oleh Kohler. Tidak ada jawaban juga. Sepertinya orang itu menghilang ditelan bumi.

   Jadi, apa yang harus kulakukan? Sekarang Sylvie bertanya-tanya.

   Sambil berjalan hilir mudik dan berusaha mencari bosnya, Sylvie tahu hanya tinggal satu cara untuk menarik perhatian Kohler. Pak Direktur pasti tidak akan menyukainya, tetapi orang yang meneleponnya itu bukanlah orang yang boleh dibiarkan menunggu. Terlebih lagi, orang yang menelepon tadi sepertinya juga tidak senang kalau Sylvie berkata Pak Direktur sedang tidak ada di tempat.

   Sambil merasa terkejut dengan keberaniannya sendiri, Sylvie akhirnya membuat keputusan. Dia berjalan masuk ke kantor Kohler dan mencari kotak logam yang menempel di dinding yang berada di belakang meja kerjanya. Dia membuka tutupnya, memandang berbagai tombol yang terdapat di sana, lalu menemukan tombol yang tepat.

   Setelah itu dia menarik napas dalam dan meraih gagang mikrofon.

   VITTORlA TIDAK INGAT bagaimana mereka bisa sampai ke dalam lift utama. Lift itu bergerak naik. Kohler berada di belakangnya, napasnya terdengar berat. Tatapan mata Langdon yang penuh keprihatinan juga tidak berhasil menenangkannya. Langdon sudah mengambil kertas faks itu dari tangan Vittoria dan menyimpannya di dalam saku jasnya agar jauh dari pandangan Vittoria. Tetapi gambar itu masih terus membayanginya.

   Ketika lift itu bergerak naik, dunia Vittoria seperti berputar ke dalam kegelapan. Papa! Dia berusaha menggapai-gapai ayahnya. Sepertinya Vittoria bisa melihat dirinya sendiri sedang bersamasama dengan ayahnya. Saat itu dia berusia sembilan tahun. Dia sedang berguling-guling menuruni bukit yang dihiasi oleh bunga edelweiss, sementara langit Swiss berputar di atasnya.

   Papa! Papa! Leonardo Vetra tertawa di samping putrinya, wajahnya berseri-seri. "Ada apa, Malaikat Kecilku?"

   "Papa!" putri kecilnya terkekeh, sambil mendekatkan tubuhnya minta dipeluk. "Coba tanya, what's the matter"

   "Untuk apa aku menanyakan keadaanmu, Sayang. Kamu terlihat gembira."

   "Ayo tanya saja."

   Leonardo mengangkat bahunya. "What's the matter?" 157 DAN BROWN Putrinya langsung tertawa. "What's the matter? Semuanya adalah materi! Bebatuan! Pepohonan! Atom-atom! Bahkan hewan pemakan semut itu! Semuanya itu materi!"

   Leonardo tertawa. "Ini hanya akal-akalanmu saja, 'kan?"

   "Aku pandai sekali, bukan?"

   "Einstein kecilku."

   Vittona mengerutkan keningnya. "Rambut orang itu tampak tolol. Aku pernah melihat fotonya."

   "Walau begitu, dia mempunyai otak yang pandai. Aku 'kan pernah menceritakan padamu tentang apa yang dibuktikan oleh Einstein, bukan?"

   Mata Vittoria terbelalak karena ketakutan. "Papa! Jangan. Papa sudah berjanji!"

   "E=MC2," kata Leonardo sambil bercanda dan menggelitik putrinya. "E=MC2!"

   "Jangan ada matematika! Aku sudah bilang padamu. Aku benci matematika!"

   "Aku senang kamu membencinya. Karena anak perempuan memang tidak boleh belajar matematika."

   Vittoria tiba-tiba mematung. "Tidak boleh?"

   "Tentu saja tidak boleh. Semua orang juga tahu. Anak perempuan hanya boleh main boneka. Anak laki-laki harus belajar matematika. Tidak ada matematika untuk anak perempuan. Aku bahkan tidak boleh berbicara tentang matematika dengan anak perempuan."

   "Apa? Tetapi itu tidak adil!"

   "Peraturan adalah peraturan. Tidak ada matematika untuk anak perempuan."

   Vittoria tampak ketakutan. "Tetapi, main boneka itu membosankan!"

   "Maafkan aku," kata ayahnya. "Aku bisa saja berbicara tentang matematika kepadamu, tetapi kalau aku ketahuan .... "

   Ayahnya pura-pura melihat sekeliling seperti ada orang yang sedang mengintai mereka dari perbukitan yang sunyi di sekitar mereka.

   Vittoria mengikuti pandangan mata ayahnya. "Baiklah, katanya sambil berbisik. "Aku mau belajar matematika. Tapi diam-diam saja, ya?"

   Gerakan lift itu mengejutkan Vittoria. Dia membuka matanya. Gambaran ayahnya sudah menghilang.

   Kenyataan kembali menyerbunya, menyelimutinya dengan tangannya yang dingin. Dia memandang Langdon. Tatapannya yang menyorotkan keprihatinan terlihat tulus dan terasa seperti malaikat pelindung, terutama di sekitar aura Kohler yang Tapi satu kekhawatiran mulai mendera kesadaran Vittoria dengan bertubi-tubi.

   Di mana antimateri itu? Jawaban untuk pertanyaan yang mengerikan itu ternyata tidak berjarak terlalu jauh.

   "MAXIMILIAN KOHLER. Mohon segera menghubungi kantor Anda."

   Ketika pintu lift itu terbuka di atrium utama, sinar matahari yang benderang menyergap mata Langdon. Sebelum gema dari pengumuman itu menghilang, semua peralatan elektronik di kursi Kohler mulai berbunyi "bip" dan berdering sambung-menyambung. Penyerantanya. Teleponnya. E-mailnya. Kohler membaca pesan yang masuk dengan perasan bingung yang membayang jelas di wajahnya. Sang direktur sudah menjejak di permukaan sekarang dan sudah dapat dihubungi.

   "Direktur Kohler, harap menghubungi kantor Anda." Mendengar namanya dipanggil dengan pengeras suara membuat Kohler terkejut. Dia menatap ke atas dengan wajah marah, tapi dia kemudian sadar kalau ada hal yang penting di kantornya. Kohler menatap Langdon lalu beralih ke mata Vittoria. Mereka tidak bergerak untuk beberapa saat, seolah ketegangan di antara mereka telah terhapus dan digantikan oleh sebuah firasat yang menyatukan ketiganya. Kohler mengambil ponselnya dari sandaran tangannya. Dia memutar sebuah nomor dan terbatuk keras lagi. Vittoria dan Langdon menunggu.

   "Ini ... Direktur Kohler," katanya sambil mendesah serak "Ya? Aku tadi berada di bawah tanah, di luar jangkauan." Kohler lalu mendengarkan, mata kelabunya membelalak.

   "Siapa? Ya sambungkan." Kemudian sunyi. "Halo? Ini Maximilian Kohler Saya Direktur CERN. Dengan siapa saya berbicara?"

   Vittoria dan Langdon menatapnya dalam diam ketika Kohler mendengarkan orang yang meneleponnya itu berbicara.

   Akhirnya Kohler berkata, "Tidak baik rasanya kalau kita membicarakannya di telepon. Saya akan segera ke sana." Dia terbatuk lagi. "Temui saya ... di Bandara Leonardo da Vinci. Empat puluh menit lagi." Napas Kohler tampaknya sangat berat sekarang. Dia mulai batuk-batuk lagi dan hampir tidak dapat berbicara. "Temukan tabung itu segera ... aku akan datang." Lalu dia mematikan teleponnya.

   Vittoria berlari ke sisi Kohler, tetapi Kohler sudah tidak dapat berbicara lagi. Langdon melihat Vittoria mengeluarkan ponselnya dan menyeranta perawat CERN. Langdon merasa seperti berada dalam kapal yang tengah diamuk badai ... terombang-ambing, tapi dia belum boleh pergi dari situ.


Seymour Simon Mengejutkan Kawan Kawannya Einstein Anderson Pendekar Rajawali Sakti Siluman Muka Kodok Pendekar Rajawali Sakti Iblis Penggali Kubur

Cari Blog Ini