Petualangan Tiga Garrideb 2
Sherlock Holmes Petualangan Tiga Garrideb Bagian 2
"Tidak, Sir."
"Apakah dia pernah minta uang pada Anda?"
"Tidak, Sir, tidak pernah!"
"Apakah Anda tahu rencana apa yang mungkin sedang diaturnya?"
"Tidak, Sir. Saya hanya tahu apa yang dikatakannya."
"Apakah Anda mengatakan kepadanya tentang rencana kami datang kemari ini?"
"Ya, Sir."
Holmes termenung sejenak. Aku tahu dia kebingungan.
"Apakah di antara koleksi Anda ini ada yang nilainya sangat tinggi?"
"Tidak, Sir. Saya bukan orang kaya. Memang koleksi saya lumayan, tapi nilainya tak begitu tinggi."
"Anda tak takut dirampok?"
"Sama sekali tidak."
"Sudah berapa lama Anda tinggal di sini?"
"Hampir lima tahun."
Penyelidikan Holmes terpotong oleh ketukan keras di pintu. Begitu pintu dibuka masuklah ahli hukum Amerika itu dengan penuh semangat.
"Nih!" teriaknya sambil melambaikan surat kabar di atas kepalanya. "Saya pikir saya harus secepatnya menemui Anda, Mr. Nathan Garrideb, selamat buat Anda! Anda akan jadi orang kaya, Sir. Kasus kita telah berakhir dengan sangat menggembirakan. Dan kepada Anda, Mr. Holmes, kami ingin minta maaf kalau kerepotan Anda ternyata sia-sia."
Dia menyerahkan surat kabar itu ke klien kami, yang terpaku menatap iklan yang sudah diberi tanda. Aku dan Holmes ikut melihat dan membacanya dari samping. Beginilah bunyi iklan itu.
HOWARD GARRIDEB Ahli Mesin Pertanian Menyediakan alat-alat pengikat, pembajak dorong & pembajak mesin, alat bor, garu, gerobak, dll.
Juga bisa mencarikan sumber sumur artesis.
Hubungi Grosvenor Buildings, Aston "Hebat!" teriak tuan rumah dengan suara tertahan. "Dialah orang yang kita cari-cari."
"Saya mencari-cari sampai ke Birmingham," kata orang Amerika itu, "dan agen saya di sana mengirimkan iklan yang berasal dari surat kabar lokal ini. Kita harus bergegas agar semua urusan beres. Saya telah menulis surat kepada orang ini dan mengatakan Anda akan menemuinya di kantornya besok jam empat sore."
"Anda menyuruh saya menemuinya?"
"Bagaimana pendapat Anda, Mr. Holmes? Apakah tak lebih baik begitu? Saya ini orang Amerika yang membawa-bawa kisah yang mirip bak dongeng. Bagaimana mungkin dia percaya pada cerita saya? Tapi Anda orang Inggris yang terhormat; saya yakin dia akan lebih memperhatikan omongan Anda. Saya bersedia menemani kalau Anda minta, tapi besok saya sibuk sekali. Lagi pula Anda bisa menghubungi saya bila menemui kesulitan."
"Wah, sudah bertahun-tahun saya tak pernah bepergian."
"Jangan kuatir, Mr. Garrideb, saya sudah mengatur semuanya. Anda berangkat jam dua belas dan akan sampai di sana sekitar jam dua. Lalu Anda bisa pulang malam itu juga. Tugas Anda cuma menemui orang itu, menjelaskan semuanya, dan meminta surat-surat resmi tentang identitas dirinya. Demi Tuhan!" tambahnya dengan menggebu-gebu. "Saya sudah susah-susah datang dari Amerika, pastilah tak jadi masalah bagi Anda untuk pergi sejauh seratus mil saja untuk membereskan masalah kita ini."
"
Saya sependapat," kata Holmes. Mr. Nathan Garrideb mengangkat bahunya dengan gaya menyerah. "Well, kalau Anda bersikeras, baiklah saya akan berangkat," katanya. "Jelas tak mudah bagi saya untuk menolak apa pun yang Anda minta, karena Anda telah membawa harapan besar bagi hidup saya."
"Kalau begitu semuanya beres," kata Holmes, "Anda akan secepatnya melaporkan hasilnya kepada saya, bukan?"
"Jangan kuatir," kata pria Amerika itu. "Nah," tambahnya sambil melihat jam tangannya, "saya harus pergi. Saya akan datang besok, Mr. Nathan, untuk mengantar Anda ke stasiun. Anda pamit juga, Mr. Holmes? Baik, kalau begitu, sampai ketemu lagi, dan kami mungkin akan mengirim berita baik kepada Anda besok malam."
Kuperhatikan wajah sahabatku menjadi cerah begitu pria Amerika itu meninggalkan ruangan dan pancaran kebingungan yang tadi memenuhi wajahnya kini sudah tiada lagi.
"Saya harap Anda tak keberatan bila saya melihat-lihat koleksi Anda, Mr. Garrideb?" tanyanya.
"Dalam pekerjaan saya, pengetahuan akan hal-hal unik selalu saja ada gunanya, dan ruangan Anda ini benar-benar gudangnya barang unik."
Dari balik kacamatanya yang besar, mata klien kami bersinar gembira.
"Saya mendengar, Sir, bahwa Anda sangat pintar," katanya. "Anda punya waktu untuk melakukannya sekarang? Dengan senang hati saya akan mengantar Anda."
"Sayang sekali, saya harus pergi sekarang. Tapi Anda telah memberi label dan memisah-misahkan semua koleksi Anda, jadi Anda tak perlu menemani saya. Apakah Anda tak keberatan kalau saya melihat-lihat koleksi Anda besok?"
"Sama sekali tidak. Silakan saja. Ruangan ini tentu saja akan saya kunci, tapi Mrs. Saunders ada di lantai bawah sampai jam empat, dan dia akan mengizinkan Anda masuk. Dia punya kunci ruangan ini."
"Kebetulan saya senggang besok siang. Jangan lupa meninggalkan pesan kepada Mrs. Saunders, ya? Omong-omong, siapa agen rumah Anda?"
Klien kami terkejut atas pertanyaan yang tiba-tiba ini.
"Holloway dan Steele, di Edgware Road. Mengapa Anda menanyakannya?"
"Begini-begini saya ini juga arkeolog, lho, apa-lagi kalau menyangkut rumah," kata Holmes tertawa. "Saya cuma menduga-duga apakah gedung ini dibangun pada zaman Ratu Anne atau Raja George."
"Modelnya jelas Georgian."
"Oh ya? Saya tidak sependapat, tapi saya akan memastikannya nanti. Sampai jumpa lagi, Mr. Garrideb, dan semoga sukses dengan misi perjalanan Anda ke Birmingham."
Kantor agen rumah terletak tak jauh dari situ, tapi sore itu sudah tutup. Kami pulang ke Baker Street, dan tak membicarakan kasus itu lagi sampai setelah makan malam.
"Kasus kecil kita hampir selesai," kata sobatku. "Kau sudah punya gambaran tentang pemecahannya, kan?"
"Bagiku ujung-pangkalnya pun belum jelas."
"Masa? Pangkalnya sudah jelas, dan ujungnya pun akan kita lihat besok. Bagaimana tentang iklan itu? Menurutmu ada yang aneh?"
"Kuperhatikan bahwa kata 'bajak' ejaannya salah." "Jadi itu tak luput dari pengamatanmu? Wah, Watson, kau makin hari makin hebat saja. Ya, ejaan itu tak umum di sini, tapi biasa di Amerika. Rupanya pihak surat kabar memuat iklan ini apa adanya. Lalu ada kata-kata lain, yang jelas-jelas khas Amerika. Singkatnya, iklan itu ditulis oleh orang Amerika yang mengaku-aku sebagai orang Inggris. Nah apa pendapatmu tentang itu?"
"Iklan tersebut dipasang oleh ahli hukum Amerika itu. Tapi apa tujuannya, aku tak tahu."
"Well, ada beberapa kemungkinan. Yang jelas, dia ingin pak tua ini pergi ke Birmingham. Aku bisa saja mengatakan padanya bahwa kepergiannya ke Birmingham itu bagaikan mengejar angsa liar, tapi kemudian aku punya pikiran lain. Kurasa lebih baik aku memperjelas tahap ini dengan membiarkannya pergi ke sana. Besok, Watson well, besok akan kita temukan jawabannya."
Besoknya, Holmes bangun pagi-pagi sekali lalu langsung pergi. Ketika dia kembali sekitar jam makan siang, kulihat wajahnya muram.
"Kasus ini ternyata jauh lebih serius dari dugaanku semula, Watson," katanya. "Aku perlu mengatakannya kepadamu, walau aku sadar itu justru akan membuatmu semakin keras untuk ikut menghadang bahaya bersamaku. Aku kan kenal sobatku Watson. Pokoknya kasus ini mengandung bah aya, Watson, kau harus tahu itu."
"Ini bukan pertama kali kita menghadapi bahaya, kan, Holmes? Dan kuharap bukan yang terakhir. Bahaya macam apa kali ini?"
"Kita sedang menangani kasus berat. Aku baru saja mengidentifikasi Mr. John Garrideb, sang penasihat hukum itu. Dia ternyata Evans sang Pembunuh. Reputasinya sudah sangat tersohor."
"Aku tak pernah mendengar nama itu."
"Ah, hal-hal seperti ini bukan spesialisasimu, maka tak punya tempat di ingatanmu. Aku tadi menemui sahabat kita Lestrade di Scotland Yard. Para hamba hukum memang kadang-kadang kurang imajinatif daya pikimya, tapi kalau dalam soal kerapian dan kelengkapan data, mereka bagus sekali. Aku mencari informasi tentang teman Amerika kita dalam catatan mereka, dan wajahnya terpampang di deretan foto pelaku kejahatan. 'James Winter, alias Morecroft, alias Evans sang Pembunuh,' adalah label yang tertera di bawah fotonya."
Holmes mengeluarkan sebuah amplop dari sakunya. "Aku mencatat beberapa hal tentang dirinya. umur 44. Tempat asal. Chicago. Pernah menembak tiga orang di Amerika. Lolos dari penjara di Amerika karena pengaruh politikus yang dikenalnya. Pindah ke London pada tahun 1893.
Menembak orang gara-gara permainan kartu di kelab malam di Waterloo Road pada bulan Januari 1895. Orang yang ditembak itu menemui ajalnya, dan dia terbukti sebagai pelaku penembakan. Korban bernama Rodger Prescott, terkenal sebagai pemalsu uang di Chicago. Evans sang Pembunuh keluar dari penjara pada tahun 1901. Sejak itu dia terus diawasi polisi, tapi tak terlihat tanda-tanda yang mencurigakan. Dia sangat berbahaya, biasanya bersenjata, dan tak ragu-ragu memakai senjatanya itu.
Itulah burung yang harus kita tangkap, Watson burung yang pandai sekali berkelit dan melesat terbang. Kita harus sadari itu sejak awal."
"Tapi, permainan apa yang sedang dilakukannya sekarang?"
"Well, sekarang misterinya mulai terungkap. Aku sudah menemui agen rumah Mr. Nathan Garrideb. Klien kita itu, sebagaimana penuturannya, telah menempati apartemen itu selama lima tahun. Selama setahun tempat itu kosong. Penghuni sebelumnya bernama Waldron, sosok yang masih di ingat oleh orang-orang di kantor agen. Si Waldron ini tiba-tiba menghilang dan tak terdengar kabar beritanya lagi. Orangnya jangkung, berjanggut, dan berkulit gelap. Nah, Prescott yang ditembak mati Evans menurut Scotland Yard cocok sekali dengan gambaran orang itu. Sebagai perkiraan, kita anggap saja Prescott, penjahat Amerika itu, pernah tinggal di rumah yang sekarang dihuni klien kita yang lugu itu. Jadi mata rantainya sudah kita temukan, bukan?"
"Dan mata rantai selanjutnya?"
"Well, sebentar lagi kita akan berangkat dan menyelidikinya sendiri."
Holmes mengambil pistol dari laci dan menyerahkannya kepadaku. "Aku membawa senjata tua favoritku. Kalau teman kita yang bergaya Wild West ini seganas nama yang disandangnya, kita harus siap menghadapinya. Kuberi waktu satu jam untuk tidur siang, Watson, lalu tiba waktu kita untuk berpetualang di Ryder Street."
Waktu baru menunjukkan pukul empat ketika kami tiba di apartemen Nathan Garrideb yang unik. Mrs. Saunders, pengelola gedung itu, baru saja mau pulang, tapi tanpa ragu-ragu dia membukakan pintu yang bisa mengunci dari luar itu. Holmes berjanji akan menguncinya lagi sebelum meninggalkan tempat itu. Tak lama kemudian terdengar pintu halaman ditutup, dan kami melihat kelebatan topi wanita itu dari jendela, dan tahulah kami bahwa kami sendirian di lantai bawah gedung itu. Holmes dengan cepat memeriksa isi ruangan. Ada lemari yang berdiri di ujung yang gelap dan agak maju dari dinding di belakangnya. Kami akhirnya mendekam di belakang lemari itu sementara Holmes membisikkan rencananya "Tujuan utama penjahat itu adalah menyingkirkan klien kita dari tempat ini itu sangat jelas dan karena orang tua itu tak pernah bepergian, dia perlu mengatur strategi. Semua bualan tentang Garrideb itu dikarangnya untuk maksud ini, Watson, cerdik sekali, bukan? Nama Garrideb yang unik itulah yang memberinya peluang. Dia mengatur segalanya dengan sangat cerdik."
"Tapi apa sebenarnya yang diinginkannya?"
"Itulah yang akan kita temukan nanti. Sepanjang pengetahuanku, jelas tak ada hubungannya dengan klien kita, tapi justru dengan orang yang dibunuhnya yang mungkin dulu pernah menjadi komplotannya. Ada rahasia besar di ruangan ini, aku yakin itu. Tadinya kukira klien kita punya koleksi bernilai tinggi tanpa disadarinya sesuatu yang sampai menarik perhatian penjahat besar. Tapi dengan adanya fakta bahwa penjahat Rodger Prescott pernah tinggal di sini, aku jadi melihat kemungkinan yang lebih dalam. Well, Watson, kita hanya bisa bersabar dan menunggu apa yang akan terjadi di sini."
Kami tak perlu menunggu lama. Kami lebih merapatkan diri di tempat persembunyian ketika kami mendengar pintu halaman dibuka lalu ditutup lagi. Kemudian terdengar pintu ruangan dibuka kuncinya, dan orang Amerika itu masuk. Pelan-pelan dia menutup pintu, lalu menatap sekeliling dengan tajam untuk memastikan bahwa dia dalam keadaan aman. Dia melemparkan jaketnya, dan berjalan ke meja di tengah ruangan dengan sigap.
Berarti dia tahu benar apa yang hendak dilakukannya. Dia mendorong meja ke samping, mengangkat karpet di bawahnya, dan menggulungnya. Didongkelnya lantai dengan linggis kecil. Kini kami mendengar suara papan yang didorong, dan sekejap kemudian lubang berbentuk persegi menganga di lantai itu. Evans sang Pembunuh menyalakan korek apinya, menyalakan sebatang lilin, dan menghilang dari pandangan kami.
Nah, sudah waktunya bagi kami untuk beraksi. Holmes menyentuh pergelangan tanganku sebagai isyarat, dan kami berdua berjingkat-jingkat ke arah lubang di lantai yang ternyata merupakan pintu rahasia itu. Walaupun kami sudah sangat berhati-hati, lantai tua itu menimbulkan bunyi keriat-keriut. Tiba-tiba kepala pria Amerika itu muncul dari lubang, wajahnya penuh kemarahan. Dia tersenyum agak malu ketika menyadari ada dua pistol yang mengarah ke kepalanya.
"Well, well!" katanya dingin sambil buru-buru berusaha naik. "Saya kira Anda memang lebih hebat dari saya, Mr Holmes. Rupanya Anda telah membongkar tipuan saya sejak awal dan memasang jebakan. Selamat, Sir, Anda telah mengalahkan saya dan..."
Dalam sekejap dia telah mencabut pistol dari balik bajunya dan menembakkannya dua kali. Aku merasakan sengatan panas di paha bagaikan tersengat setrika yang panas membara. Terdengar suara hantaman dari pistol Holmes ke kepala pria itu. Aku melihatnya roboh ke lantai dengan wajah berlumuran darah, sementara Holmes menggeledah tubuhnya. Kemudian sahabatku mendudukkanku di kursi.
"Kau tak apa-apa, Watson? Demi Tuhan, katakan kau tak apa-apa!"
Walaupun aku terluka bahkan kalaupun terluka parah aku benar-benar rela, karena aku merasakan betapa setia dan penuh kasihnya sahabatku yang berwajah dingin itu terhadap diriku.
Matanya yang besar dan keras menyipit sesaat, dan bibirnya yang kaku gemetaran. Baru sekali inilah aku melihat kehebatan hatinya sebagaimana hebatnya otaknya. Selama bertahun-tahun menemaninya beraksi, baru kali inilah aku menyaksikan luapan perasaannya.
"Tak apa-apa, Holmes. Cuma luka sedikit."
Dia merobek celanaku dengan pisau lipat.
"Kau benar!" teriaknya lega. "Lukanya tak begitu dalam." Dengan wajah merah padam dia menoleh ke tawanannya yang terduduk setengah sadar. "Anda beruntung Watson tak apa-apa. Kalau sahabat saya sampai terbunuh, Anda tak akan keluar dari ruangan ini dalam keadaan hidup. Nah, Sir, apa yang ingin Anda katakan kepada kami?"
Dia tak mengatakan apa-apa, dia terus memberengut. Aku bersandar ke lengan Holmes, dan bersama-sama kami melongok ke ruangan kecil di bawah karpet. Ruangan itu masih diterangi lilin yang tadi dibawa Evans. Kami melihat mesin yang sudah karatan, gulungan-gulungan kertas besar, botol-botol berserakan, dan beberapa bundelan kecil yang diatur rapi di atas meja kecil.
"Mesin cetak alat pemalsu uang," kata Holmes.
"Ya, Sir," kata tawanan kami sambil berdiri tertatih-tatih, lalu menjatuhkan dirinya ke kursi.
"Alat pemalsu terbaik yang pernah ada di London. Mesin itu milik Prescott, dan bundelan-bundelan di meja itu terdiri atas dua ribu lembar uang kertas hasil cetakan Prescott, masing-masing bernilai seratus pou nd. Uang itu tak bisa dibedakan dengan aslinya. Lepaskan saya, Tuan-tuan, dan kita nikmati semuanya bersama-sama."
Holmes terbahak.
"Kami tak bisa disuap, Mr. Evans. Tak ada peluang bagi Anda untuk melepaskan diri di negeri ini. Anda yang menembak mati Prescott, kan?"
"Ya, Sir, dan lima tahun saya mendekam di penjara, padahal dialah yang memulai pertengkaran itu. Mestinya pemerintah justru memberi saya medali sebesar mangkuk sup, karena saya telah membebaskan negeri ini dari pemalsu uang yang andal. Hanya saya yang tahu tempat pencetakan uang itu. Herankah Anda saya lalu ingin mendatangi tempat ini? Wajar, bukan, bila saya ingin mengusir fosil kuno yang bertengger di sini? Maka saya membuat rencana dengan memanfaatkan namanya yang unik. Mungkin lebih bijaksana bila saya membunuhnya saja. Itu tak susah bagi saya, tapi saya berhati lembut. Saya tak mau menembak orang kecuali kalau ditodong. Tapi katakanlah, Mr. Holmes, kesalahan apa yang telah saya perbuat? Saya belum mengedarkan uang palsu itu. Saya tak melukai pak tua yang nyentrik ini. Atas alasan apa Anda mau menangkap saya?"
"Sejauh ini memang hanya percobaan pembunuhan," sahut Holmes. "Tapi biar pengadilan yang memutuskannya nanti. Tugas kami saat ini hanyalah meringkus Anda. Tolong telepon Scotland Yard, Watson. Mereka sudah menunggu kita."
Demikianlah kisah Evans sang Pembunuh dengan bualannya tentang tiga orang bernama Garrideb itu. Beberapa waktu kemudian kami mendengar bahwa klien kami yang malang tak bisa menerima kenyataan bahwa impiannya terbang begitu saja. Jiwanya terganggu dan akhirnya dia terpaksa dimasukkan ke rumah perawatan di Brixton. Scotland Yard bersuka ria ketika alat pemalsu Prescott ditemukan, karena walaupun mereka tahu alat itu ada, mereka tak pernah berhasil menemukannya setelah pemiliknya tewas. Evans benar-benar telah berjasa besar dan menyebabkan beberapa detektif pemerintah bisa tidur dengan lebih nyenyak karena alat pemalsu itu sangat merugikan masyarakat. Mereka pastilah tak akan keberatan menganugerahkan medali sebesar piring sup itu kepadanya, seandainya pengadilan tak berpendapat lain. Evans sang Pembunuh tetap dianggap bersalah, dan kembali meringkuk di penjara yang belum lama ditinggalkannya.
tamat
Pendekar Rajawali Sakti Sayembara Maut Esti Kinasih Dia Tanpa Aku Pendekar Rajawali Sakti Penghuni Telaga Iblis