Misteri Menara Berkabut 3
Raja Naga Misteri Menara Berkabut Bagian 3
Terutama pada Iblis Telapak Darah dan Ratu Sejuta Setan! "Boma!!"
Terdengar seruan Dewi Bunga Mawar tertahan. * * * Sosok tubuh yang melenting dari balik ranggasan semak itu dan bukan lain Boma Paksi alias Raja Naga adanya, memperlihatkan senyuman angker. Matanya ditujukan pada Ratu Sejuta Setan.
"Perempuan tua kontet! Kau tadi berkata hendak membunuh putra Pendekar Lontar! Sekarang aku telah berada di sini! Apakah kau akan tetap melaksanakan tujuanmu?!"
Sebagai tanggapan suara dingin itu Ratu Sejuta Setan terkikik.
"Sudah tentu aku akan membasmi semua keturunan Pendekar Lontar dan Dewi Lontar! Tak terkecuali kau adanya! Perlu kau ketahui, aku juga hadir pada kematian ayahmu dua belas tahun yang lalu! Aku datang untuk meminta pusaka milik ayahmu! Sekarang katakan padaku, di mana pusaka itu berada?!"
"Tentunya yang dimaksud dengan pusaka itu adalah gumpalan daun lontar yang kini ada di balik pakaianku. Aku belum tahu apa kegunaan benda pusaka ini. Dadung Bongkok juga menginginkan benda yang sama sampai dia membunuh ibuku."
Usai membatin Raja Naga berseru.
"Kendati kau pernah melakukan tindakan makar terhadap kedua orangtuaku, kau bukanlah orang yang kutuju!"
"Dengan kata lain kau ngeri menghadapiku?!"
Tatapan itu semakin angker bersinar.
"Perempuan tua kontet! Lebih baik menyingkir sebelum kau menyesali keadaan! Aku hanya mencari Dadung Bongkok yang telah membunuh ibuku! Dan mencari Hantu Menara Berkabut yang telah membunuh ayahku!"
"Kedua orangtuamu telah tewas, dan sekarang kau unjuk gigi di hadapanku! Katakan, di mana pusaka gumpalan daun lontar itu berada?!"
"Kendati aku tahu di mana benda yang kau inginkan itu berada, tetapi tak akan pernah kuucapkan sesuatu pun mengenai benda itu!"
"Setan jahanam! Berarti kau ingin mampus?!"
"Sekali lagi kukatakan, aku hanya punya urusan dengan Dadung Bongkok dan Hantu Menara Berkabut!"
Suara itu semakin dingin.
"Tetapi aku bisa berkompromi denganmu! Katakan di mana kedua manusia dajal itu, maka akan kukatakan padamu di mana gumpalan daun lontar milik mendiang ayahku yang kau inginkan?!"
Mendengar kata-kata pemuda bermata angker itu, ketamakan Ratu Sejuta Setan muncul.
"Aku tak punya urusan dengan Dadung Bongkok dan Hantu Menara Berkabut! Kalaupun punya, karena kami memiliki kepentingan yang sama! Tetapi kepentinganku jauh di atas segala-galanya! Dadung Bongkok sudah menutup diri dari keinginannya untuk mendapatkan pusaka Pendekar Lontar! Berarti... ini kesempatanku! Keduanya akan mampus di tangan pemuda itu pun aku tak peduli! Hanya saja... pemuda ini terlalu berani menantang mereka! Dia tidak tahu kalau dia sudah memasukkan kedua kakinya ke dalam liang lahat!"
Pikiran tamak itu semakin menari-nari di benak Ratu Sejuta Setan. Tetapi sebelum dia buka mulut, sudah terdengar bentakan keras.
"Boma Paksi! Sejak tadi kau bicara semaumu saja! Membunuh guruku, dan membunuh guruku! Apakah kau pikir akan semudah itu kau lakukan?!"
Raja Naga melirik gadis yang membentak tadi. Diam-diam pemuda dari Lembah Naga ini merasa tidak enak mendengar kata-katanya. Ditatapnya gadis yang telah mengguncangkan perasaannya itu. Kemudian katanya.
"Diah Harum... kau tak tahu apa yang telah terjadi...."
"Aku tidak tahu apa yang terjadi?!"
Melotot Diah Harum dengan kegeraman yang kentara.
"Apakah kau anggap aku ini gadis bodoh?!"
Sembari menggelengkan kepalanya Raja Naga berkata.
"Diah Harum... gurumu adalah manusia sesat yang telah membunuh ibuku. Termasuk kedua orang yang berada di dekatmu itu. Dan perlu kau ketahui, momok dari semua urusan ini adalah Hantu Menara Berkabut yang telah membunuh ayahku!"
Wajah Diah Harum memerah dalam. Dikertakkan rahangnya sambil melotot gusar.
"Boma! Kau sudah keterlaluan! Kalau beberapa hari lalu kau dapat meloloskan diri, kali ini kau akan mampus di tanganku!"
Baru saja habis bentakannya, gadis jelita yang di atas dadanya terdapat dua buah bunga mawar di kanan kiri sudah menerjang ke depan! * * * "DIAH! Kau terlalu dibutakan oleh kemarahan! Bila belum kau ketahui kebenarannya, kau memang tak akan tahu apa yang akan terjadi!"
Seru Raja Naga dengan pandangan disipitkan.
Diah Harum tak mempedulikan ucapan itu.
Dia justru lipat gandakan tenaga dalamnya.
Angin deras mendahului kedua jotosannya.
Rupanya Raja Naga tak ingin bertindak lebih lama lagi.
Dia tidak marah dengan sikap yang diperlihatkan Dewi Bunga Mawar karena dia tahu kalau gadis itu berada dalam kesalah pahaman.
Tetapi membiarkan gadis ini dirundung amarahnya, justru akan merepotkan.
Cepat Raja Naga menggeser tubuhnya sedikit, gelombang angin yang mendahului jotosan tangan kiri kanan Dewi Bunga Mawar melesat.
Bersamaan dengan ranggasan semak meletup, kedua tangannya diarahkan pada wajah dan dada Boma Paksi.
Boma Paksi membuka matanya lebar-lebar.
Sesaat Dewi Bunga Mawar merasakan kengerian dari tatapan itu, tetapi dia tak peduli.
Buk! Buk! Dua kali benturan itu terjadi.
Raja Naga bergerak cepat.
Mulutnya bersuara.
"Maaf... Diah...."
Desss!! Jotosannya bersarang di dada si gadis yang seketika terhuyung.
Karena memang tak ingin mencelakakan Dewi Bunga Mawar, Boma Paksi cepat menyambar tubuh yang begitu dipegangnya telah jatuh pingsan.
Lalu berhati-hati dibaringkannya tubuh si gadis di atas rumput.
"Mungkin kau tak perlu mengetahui keadaan ini untuk sementara waktu...,"
Desisnya. Di seberang Iblis Telapak Darah menegakkan kepalanya dengan mata membuka lebar.
"Gila! Gerakan pemuda itu sungguh cepat! Dan... dan... murid Dadung Bongkok? Gila! Begitu mudah dipatahkan serangannya sekaligus dibuat pingsan!"
Sementara itu Ratu Sejuta Setan menggeram.
"Kau hanya berani dengan orang yang baru lepas dari susuan Ibu, Pemuda keparat! Serahkan gumpalan daun lontar itu Atau... kau sengaja berdiam diri lebih lama semata untuk menunggu Dewa Tombak?!"
Perlahan-lahan Raja Naga bangkit. Kedua matanya bersinar lebih angker. Sisik-sisik coklat yang terdapat pada kedua tangannya sebatas siku, tiba-tiba lebih terang terlihat.
"Dia menyinggung soal Dewa Tombak! Hemm... bisa jadi di saat aku berjumpa dengan Dewa Tombak dia berada di sekitar sana! Keparat! Pantas dia mengetahui aku bersembunyi tadi! Tentunya dia membuntuti ku dan mendahuluiku untuk menjumpai Dewi Bunga Mawar dan Iblis Telapak Darah!"
Setelah mengertakkan rahangnya dan tatapan kian angker, murid Dewa Naga mendesis dingin.
"Tadi sudah kukatakan usulku! Beri tahu padaku di mana Dadung Bongkok berada, dan jalan yang harus kutempuh menuju Menara Berkabut! Maka kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan!"
"Hemm... ini memang kesempatan yang tak boleh ditinggalkan,"
Desis Ratu Sejuta Setan dalam hati. Lalu dengan seringaian lebar dia terkikik-kikik.
"Ucapan memang mudah! Tetapi apakah aku akan mendapat kebenaran?!"
"Aku hanya melontarkan usulan sekali saja! Kau menolak, urusan selesai!"
"Setaaann! Kau bisa mencari Dadung Bongkok..."
"Perempuan tua jahanam! Kau mencoba mendapatkan kesempatan dengan menjadi seorang pengkhianat! Terkutuk! Selesai pemuda itu kubereskan, nyawamu yang akan kukirim ke neraka!!"
Habis bentakan yang tiba-tiba itu terdengar, mendadak terlihat satu sosok tubuh berputar di udara tiga kali. Lalu dengan lincah dan ringannya sosok tubuh itu telah berdiri dengan kedua kaki tegak.
"Dadung Bongkok!"
Desis Ratu Sejuta Setan dengan mata membuka.
"Keparat! Tak seharusnya dia muncul lebih dulu!"
Kemudian serunya keras.
"Keparat bongkok! Kemunculanmu telah menggagalkan rencanaku!"
Orang yang baru datang itu memang Dadung Bongkok. Serta merta sepasang matanya yang dalam dan tajam memandang tak berkedip pada Ratu Sejuta Setan yang mementangkan matanya pula.
"Terkutuk!! Ratu Sejuta Setan! Jangan bikin hari ini juga kuputuskan untuk mencabut nyawamu!"
"Jangan banyak bicara! Pemuda yang kau cari sudah berada di hadapanmu! Kau menunggu selama dua belas tahun kehadirannya! Hadapi pemuda itu! Bila kau menang, maka kau akan menghadapiku untuk menerima kematian!!"
Kumis dan jenggot Dadung Bongkok yang seperti terpintal bersatu bergerak tatkala dia mendengus. Lalu pandangannya mengarah pada sosok pingsan yang dikenalinya.
"Keparat! Siapa yang berani bikin pingsan muridku, hah?!"
Ratu Sejuta Setan menunjuk Raja Naga.
"Kalau kau mau tahu, dialah yang telah melakukannya!"
"Terkutuk! Terkutuk!!"
Di pihak lain, Raja Naga memperhatikan sosok bongkok berpakaian hitam penuh tambalan itu. Dan pancaran matanya kian menajam tatkala orang yang ditatap-nya membalikkan tubuh, juga menatapnya.
"Ibu... manusia keparat itu telah muncul di hadapanku. Kini tiba saatnya untuk membalas perbuatannya dua belas tahun lalu...,"
Desisnya dingin. Seraya maju dua tindak ke muka, pemuda berambut dikuncir hijau ini berseru.
"Dua belas tahun bukanlah waktu yang singkat dalam perjalanan hidup manusia! Tetapi sepertinya begitu singkat karena sudah berada di hadapan kita! Dua belas tahun menunggu saat-saat yang tepat! Dadung Bongkok! Siang ini juga kau akan kukirim ke neraka!!"
Dadung Bongkok menggeram.
"Ucapan hanyalah sebuah ungkapan yang terkadang dipergunakan untuk menutupi diri dari kenyataan! Pemuda bersisik! Niatmu untuk membalas kematian ibumu hanyalah sebuah kesia-siaan!!"
Nyalang mata angker itu.
"Bila belum melihat bukti. mengapa harus bicara besar?! Bersiaplah untuk mampussss!!"
Habis ucapannya, Raja Naga sudah menggebrak ke depan.
Tahu kalau lawannya bukan orang sembarangan, segera digerakkan tangan kanan kirinya melepaskan ilmu 'Kibasan Naga Mengurung Lautan'.
Serta merta menghampar gelombang angin merah yang bergemuruh menggidikkan.
"Dadung Bongkok mengertakkan rahangnya kuat-kuat. Setelah menjejakkan kaki kanannya tubuhnya meluruk ke depan seraya mendorong tangan kanan kirinya pula. Seketika menggebah awan-awan hitam yang menebarkan hawa dingin. Jlegaaaarrr!! Bertemunya gelombang angin merah dan awan-awan hitam itu mengakibatkan letupan yang sangat keras. Tanah di mana bertemu-nya dua serangan itu kontan membuyar ke udara. menghalangi pandangan untuk beberapa saat. Mendadak dari gumpalan tanah itu melesat sosok Raja Naga diiringi teriakan membahana. Dadung Bongkok yang tadi surutkan langkah, mengangkat kepala dan melakukan gebrakan yang sama. Untuk kedua kalinya letupan keras terjadi. Kali ini terlihat muncratan angin merah dan pecahnya awan-awan hitam. Dan kalau tadi Raja Naga langsung melancarkan serangan, kali ini pihak lawan yang mendahuluinya. Merasakan adanya gelombang angin yang menderu serabutan, si pemuda menepukkan tangan kanannya pada lengan kirinya. Wuuuttt!! Angin berputar tiba-tiba menderu, melingkar dan membubungkan tanah dalam pusarannya. Melihat hal itu, Dadung Bongkok mengurungkan niatnya menyerang. Dibuang tubuhnya ke samping kanan. Bersamaan dengan itu Raja Naga sudah menjejakkan kaki kanannya ke tanah. Bersamaan tubuhnya melenting ke atas, tanah menghambur ke arah Dadung Bongkok yang terkesiap dan segera membuang tubuh. Blaaaarrr!! Tempat itu laksana dihantam kiamat kecil. Ranggasan semak berhamburan. Iblis Telapak Darah berdiri terengah-engah. Bila saja tadi dia tidak segera menghindar, maka tubuhnya akan hancur terkena serangan si pemuda yang berhasil di hindari Dadung Bongkok.
"Keadaan ini jelas-jelas tak mengun-tungkan. Pemuda itu ternyata lebih hebat dari apa yang pernah diperlihatkannya kepadaku. Hemm... lebih baik... aku menyingkir saja dari sini. Kulihat tanda-tanda kalau Ratu Sejuta Setan pun sudah tidak sabar untuk melancarkan serangan.."
Memutuskan demikian, Iblis Telapak Darah perlahan-lahan mundur.
Ditunggunya kesempatan untuk meninggalkan tempat itu.
Sementara itu Dadung Bongkok yang berhasil menghindar sedang menarik napas dalam-dalam.
Dadanya turun naik.
Wajahnya sedikit memucat "Gila! Ilmunya sungguh di luar dugaan! Tentunya Dewa Naga sudah menurunkan semua kepandaiannya pada pemuda itu!"
Desisnya dalam hati.
"Dadung Bongkok! Kau sudah terlalu tua untuk menghadapi lawan yang lebih muda dan gagah! Bila kau mau memohon bantuan, lakukan! Aku akan segera membantumu!"
Seru Ratu Sejuta Setan tiba-tiba. Dadung Bongkok menggeram dingin.
"Perempuan tua kontet itu sudah tak bisa dimaafkan lagi segala tindakannya! Ucapannya barusan benar-benar bikin dadaku mau pecah! Huh!"
Makinya dalam hati. Tetapi di pihak lain satu pikiran sudah singgah di benaknya.
"Begitu bodoh kalau aku tidak mau dibantunya! Dia hanya menuntut tindakan memohon! Bagus! Itu akan kulakukan! Kalau perempuan kontet itu mampus, tak ada lagi yang akan menghalangi niatku untuk mendapatkan pusaka Pendekar Lontar!"
Memutuskan demikian, Dadung Bongkok berkata dengan suara ditekan.
"Ratu Sejuta Setan! Aku mohon bantuanmu!"
"Keparat! Kau bukan memohon, tetapi membentak!"
"Setan alas! Kubunuh juga dia!"
Maki Dadung Bongkok geram. Tetapi ditindih amarahnya demi rencana yang sudah ada di benaknya. Lalu katanya dengan suara dibuat mengiba.
"Aku memohon bantuanmu untuk menghadapinya...."
Meledak tawa Ratu Sejuta Setan.
"Bagus! Kita akan maju bersama-sama untuk membunuhnya!"
Di depan Raja Naga mendesis angker.
"Ratu Sejuta Setan! Kau memang musuh kedua orangtuaku! Tetapi kau tidak lakukan pembunuhan seperti yang dilakukan Dadung Bongkok! Sebaiknya kau menyingkir dari sini sebelum ketiban sial!"
Wajah hitam Ratu Sejuta Setan semakin menghitam karena mengkelap.
"Keparat! Tak akan pernah kusesali apa yang terjadi! Keturunan Pendekar Lontar harus mampus!"
Kejap itu pula Ratu Sejuta Setan sudah melancarkan serangan ganasnya.
Dadung Bongkok segera menyusul.
Raja Naga mengertakkan rahangnya keras-keras.
Tatapannya bertambah angker, sisik coklat pada kedua tangannya sebatas siku, semakin menyala.
Tiba-tiba dihen-takkan kaki kanan kirinya di atas tanah.
Kontan tanah itu bergerak, bergelombang cepat diiringi suara mengerikan ke arah Ratu Sejuta Setan dan Dadung Bongkok.
Yang diserang sama-sama memekik tertahan dan sama-sama membuang tubuh ke kanan kiri.
Sambil membuang tubuh, Dadung Bongkok menghentakkan tangan kanannya.
Wusss! Awan-awan hitam yang menebarkan hawa dingin menderu ganas ke arah Raja Naga.
Awan-awan itu langsung putus dihalau jurus 'Kibasan Naga Mengurung Lautan'! Namun sinar-sinar merah ganas yang dilepaskan Ratu Sejuta Setan membuat Raja Naga harus surutkan langkah.
Tetapi di kejap itu pula, dia sudah langsung menerjang ke depan.
Ratu Sejuta Setan palangkan kedua tangannya di atas kepala, kejap kemudian disentakkan dengan cara membuka.
Buk! Buk! Benturan keras itu membuat Raja Naga terlempar tiga langkah ke belakang.
Di pihak lain Ratu Sejuta Setan terseret dua tombak.
Kalau Ratu Sejuta Setan sudah kembali berdiri tegak, justru Raja Naga terpelanting ke samping kiri.
Karena tendangan kaki kanan Dadung Bongkok telah menghantam pinggangnya! "Pergilah menyusul kedua orangtuamu ke akhirat!!"
Seru Dadung Bongkok menyerbu ganas.
Melihat hal itu, Ratu Sejuta Setan tak mau ketinggalan.
Dia sudah menerjang diiringi teriakan membahana.
Dua serangan secara bersamaan yang datang dari kanan kiri itu membuat Raja Naga sejenak terkesiap.
Cepat diempos tubuhnya ke belakang dan bersalto dua kali.
Buummm!! Tanah di mana tadi sosoknya berdiri kontan muncrat dan membentuk kubangan lebar tatkala dua serangan ganas itu menghantam tempat kosong! Tempat itu sesaat bergetar.
Ranggasan semak merang-gas rengkah! Sementara itu begitu hinggap kembali di atas tanah, kembali Raja Naga menghentakkan kaki kanannya di atas tanah.
Brrolll!! Letupan keras terdengar.
Tanah bergerak cepat ke arah Ratu Sejuta Setan dan Dadung Bongkok.
Masing-masing orang segera melompat, langsung mengarahkan serangan masing-masing pada Raja Naga.
Sementara itu Iblis Telapak Darah hanya terperangah melihat pertarungan yang sangat ganas.
Beberapa saat dia hanya terdiam menyaksikan, sebelum kemudian teringat kembali dengan apa yang ingin dilakukannya.
"Hemmm... selagi mereka sibuk bertarung, sebaiknya aku segera meninggalkan tempat ini...."
Sejenak diperhatikannya dulu bagai-mana Dadung Bongkok dan Ratu Sejuta Setan sedang melancarkan serangan beruntun pada Raja Naga, sebelum kemudian ditinggalkannya tempat itu.
Di pihak lain Raja Naga berusaha untuk menghadang setiap serangan yang datang.
"Gabungan kekuatan keduanya ini sangat luar biasa! Jalan satu-satunya mungkin aku harus menggunakan ilmu 'Naga Mengamuk'! Tetapi... tidak! Ilmu itu akan kupergunakan untuk menghadapi Hantu Menara Berkabut!"
"Pemuda bersisik! Apa yang kau dapatkan selama berguru pada Dewa Naga itu, hah?!"
Ejek Dadung Bongkok menyerang ganas. Suasana di tempat itu sudah tak karuan.
"Kau hanya bisa kentut seperti dirinya belaka!"
Raja Naga menggeram dingin.
Wajahnya semakin bertambah angker dan mengerikan.
Sisik-sisik coklat pada kedua tangannya sebatas siku kian menyala.
Yang nampak sekarang hanyalah wujud dari ganasnya seekor naga! Mendadak dia meluruk seraya mengibaskan tangan kanan kirinya.
Dadung Bongkok membentur! Des! Sosoknya terseret ke belakang sementara Raja Naga sendiri goyah.
Saat itulah Ratu Sejuta Setan yang begitu Raja Naga menyerang melompat ke depan dan kini berada di belakang si pemuda, sudah menderu dengan tenaga dalam lipat ganda! "Mampuslah kau!!!" * * * NAMUN yang terjadi kemudian sungguh mengejutkan! Karena sosok Ratu Sejuta Setan justru yang terpental ke belakang, seperti menabrak sebuah tembok yang sangat tebal! "Astaga!!"
Pekikan kagetnya terdengar dan cepat dikuasai keseimbangannya.
Dia memang berhasil berdiri tegak kembali, tetapi tangan kanan dan kirinya terasa ngilu luar biasa.
Raja Naga yang tadi sudah bersiap untuk menghadang serangan Ratu Sejuta Setan tetapi perempuan tua kontet itu sudah terlempar, mengerutkan keningnya.
"Aneh! Apa yang terjadi?! Siapa yang telah membantuku?!"
Desisnya tak mengerti. Namun lain halnya dengan Dadung Bongkok. Kakek bongkok berpakaian hitam compang-camping ini justru menjadi tegang.
"Dulu... dua belas tahun yang lalu... aku pun tak mudah membokongnya dari belakang! Satu tenaga dahsyat telah keluar dari tato naga hijau pada punggungnya! Rupanya ilmu aneh yang dimilikinya itu masih ada!"
Kemudian dia berseru.
"Ratu Sejuta Setan! Jangan coba-coba kau menyerang punggungnya!"
"Kenapa?!"
"Dia memiliki tato seekor naga hijau pada punggungnya! Dan tadi kau terpental karena terhalang oleh tenaga tak nampak yang keluar dari tato itu!"
"Gila! Apakah kau sudah gila, Dadung Bongkok?!"
"Jangan mendebat! Aku pernah mengalami hal itu dua belas tahun yang lalu!"
Maki Dadung Bongkok keras (Untuk mengetahui pengalaman Dadung Bongkok itu silakan baca .
"Tapak Dewa Naga"). Sementara itu, Raja Naga yang tak mengerti apa yang tadi terjadi, diam-diam membatin.
"Tato seekor naga hijau? Aku tahu kalau aku memiliki gambar tato itu semenjak aku lahir. Menurut Guru, ada sesuatu di balik gambar itu. Rasanya sekarang aku mulai memahaminya. Tetapi mengapa baru sekarang tenaga tak nampak itu bisa keluar padahal sejak tadi keduanya selalu mencoba membokongku?"
Pertanyaan pada dirinya sendiri itu mendapat jawaban dari mulut Dadung Bongkok.
"Gambar naga hijau pada punggungnya akan menimbulkan satu tenaga gaib yang dahsyat!"
"Ciiih! Kau begitu ketakutan sekali?! Aku tak merasakan kedahsyatannya tadi!"
Cibir Ratu Sejuta Setan.
"Bodoh! Semakin dia marah, tenaga yang keluar itu akan semakin dahsyat!!"
Ratu Sejuta Setan tak bersuara tetapi mulutnya berkemak-kemik mengumbar kejeng-kelan. Di pihak lain Raja Naga diam-diam berkata dalam hati.
"Semakin aku marah, semakin dahsyat tenaga yang keluar? Astaga! Sepertinya ini sangat membahayakan! Kalau begitu, aku tak boleh terpengaruh oleh amarahku sendiri?"
Sementara itu Ratu Sejuta Setan nampak masih belum puas dengan apa yang dikatakan Dadung Bongkok. Dia membentak.
"Kakek bongkok keparat! Aku akan membuktikan kalau apa yang kau katakan itu tidak benar! Lihat!!"
Habis ucapannya, Ratu Sejuta Setan menerjang ke depan.
Kali ini Raja Naga langsung membalikkan tubuh.
Hingga apa yang diinginkan Ratu Sejuta Setan jelas gagal.
Raja Naga sendiri sudah menghentakkan kedua tangannya.
Blaar! Blaaarr!! Ratu Setan terpuruk ke belakang.
"Perempuan kontet! Sejak tadi kukatakan, jangan ikut campur urusanku! Aku hanya menginginkan nyawa kakek bongkok itu!"
Menyusul Boma Paksi melancarkan serangannya pada Dadung Bongkok! Mendapati serangan ganas itu Dadung Bongkok tak mau tinggal diam. Tetapi karena Ratu Sejuta Setan masih terdiam menahan sakit, dia jadi kewalahan. Murid Dewa Naga itu semakin mengganas.
"Perempuan kontet! Bantu aku!!"
Seru Dadung Bongkok keras. Ratu Sejuta Setan mengertakkan rahangnya.
"Kau hadapi dia sendiri! Karena kaulah orang yang diburunya!"
"Perempuan hina!!"
"Huh! Begitu bodoh kalau kukorbankan diriku untuk kepentinganmu sendiri! Aku sudah tak peduli lagi dengan gumpalan daun lontar milik Pendekar Lontar! Tetapi... aku akan membalas semua perlakuannya hari ini!!"
"Setaaann!!"
Maki Dadung Bongkok keras. Dia berusaha melancarkan serangannya pada Ratu Sejuta Setan, tetapi urung karena serangan Raja Naga sudah menggebrak kembali. Ratu Sejuta Setan menggeram dingin.
"Keparat! Dia bermaksud membunuhku! Jahanam! Masa bodoh sekarang! Semua ini adalah urusannya! Dia mampus pun aku tak peduli! Lebih baik aku berlalu untuk kelak kembali lagi ke hadapan pemuda itu!"
Desisnya dalam hati. Lalu pandangannya terbentur pada sosok Dewi Bunga Mawar yang masih jatuh pingsan.
"Hemm... gadis ini belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan dia tidak tahu kalau gurunya telah muncul di sini! Bodoh! Mengapa aku jadi bodoh! Lebih baik gadis ini kubawa! Dia akan kudidik untuk membalas kekalahanku hari ini pada Raja Naga! Bagus, bagus sekali! Aku ternyata memiliki otak yang cerdik!"
Lalu dia melangkah mendekati Dewi Bunga Mawar yang masih pingsan. Dengan sekali menyentakkan kaki dan menggerakkan tangannya, Ratu Sejuta Setan sudah memanggul Dewi Bunga Mawar. Kemudian serunya pada Dadung Bongkok.
"Kakek bongkok yang sudah menjelang mampus! Muridmu kubawa serta! Kau hadapilah kematianmu seorang diri!"
"Keparat kau! Kubu.. ."
Bentakan Dadung Bongkok terputus karena dia harus menghindari serangan Raja Naga.
Sementara itu berkumandang tawa Ratu Sejuta Setan di saat dia berlalu sambil membawa sosok Dewi Bunga Mawar! Perginya Ratu Sejuta Setan membawa murid kesayangannya, membuat Dadung Bongkok hilang percaya dirinya.
Meskipun dia masih dapat menghindari setiap serangan Raja Naga, namun karena terus didesak sekali waktu dadanya telak terhantam jotosan Raja Naga! Bukkk! Tubuhnya kontan terlempar ke belakang dan muntah darah.
Dadung Bongkok tersentak karena mendadak saja kaki Raja Naga telah menginjak dadanya! "Kau telah membunuh ibuku! Kau hidup pun justru akan banyak menimbulkan petaka! Hari ini kau lebih baik mampus!!"
Pucat pasi wajah Dadung Bongkok.
"Jangan... jangan bunuh aku... aku... aku mohon maaf... aku mohon ampun...."
"Kau telah membunuh ibuku!"
Suara dingin itu makin membuat Dadung Bongkok mengkeret. Dia terus bersuara mengibakan. Sesungguhnya Raja Naga memang memiliki sifat yang lembut, hingga setelah beberapa lama terdiam, akhirnya dia berkata.
"Kuampuni nyawamu... bila kau mau menunjukkan jalan menuju ke Menara Berkabut!"
"Oh! Gila! Kau... kau... akan mampus sebelum tiba di sana... Kalaupun kau berhasil tiba di Menara Berkabut, kematian sudah menunggu."
"Aku tak peduli apa pun yang menungguku! Tetapi aku percaya kalau kau tahu jalan yang menuju tempat itu!"
Desis Raja Naga dingin. Kakinya ditekan lebih kuat hingga Dadung Bongkok mengerang. Kedua matanya membeliak, mulutnya terbuka menahan sakit.
"Ya! Ya! Aku akan menunjukkannya!"
Serunya parau.
"Bagus!"
Raja Naga mengangkat kakinya dari dada Dadung Bongkok. Lalu disentakkannya tubuh kakek itu ke atas.
"Cepat tunjukkan padaku sekarang!!"
Penuh amarah, kemuakan, dendam sekaligus rasa takut, Dadung Bongkok berjalan terseret-seret.
Dia langsung memutuskan untuk mengatakan jalan rahasia menuju ke Menara Berkabut.
Pikirnya, sudah tentu pemuda itu akan mampus di tangan Hantu Menara Berkabut! "Jangan coba-coba mengelabuiku!"
"Aku... aku...."
Dadung Bongkok tak meneruskan ucapannya.
Dia memang telah kafah.
Tetapi dia merasa belum kalah sepenuhnya.
Masih ada harapan satu-satunya melihat pemuda ini mampus.
Hantu Menara Berkabut yang akan melakukan untuknya! Dengan seluruh rencana yang telah tersusun, kakek bongkok itu menunjukkan jalan rahasia di mana dia biasa melaluinya bila mendatangi Menara Berkabut.
"Buka!"
Bentak Raja Naga sambil menatap Dadung Bongkok yang sedang berlutut di hadapan tanah di balik ranggasan semak. Dengan kemarahan yang ditindih, Dadung Bongkok menarik sebuah besi kecil yang menempel pada dinding tanah. Boma Paksi melongok.
"Hemm... ada undakan menuju ke bawah. Mudah-mudahan dia tidak berdusta...,"
Desisnya dalam hati.
"Kau telah kutunjukkan jalan menuju ke Menara Berkabut yang lebih aman! Sesuai janjimu... kau akan melepaskanku, bukan?"
Desis Dadung Bongkok sambil mengerjap-ngerjap. Raja Naga mementangkan mata angkernya.
"Aku bukanlah orang yang pandai berdusta! Hari ini kuampuni nyawamu! Tetapi bila kelak kudengar lagi sepak terjangmu, jangan harapkan kau dapat hidup lebih lama!"
"Ya, ya... aku... aku berjanji...."
"Pergi dari sini!!"
Dadung Bongkok mengangguk anggukkan kepalanya seraya mundur. Lalu berlari sekencang mungkin. Raja Naga memandang sesaat sosok Dadung Bongkok sebelum menghilang ditelan pepohonan. Dia kini berlutut pada lubang yang menganga.
"Undakan tanah ini tak terlalu banyak dan nampaknya tempat di bawahnya pun tidak lebar. Bisa jadi aku harus membungkuk,"
Desisnya sambil melongok ke dalam lubang itu. Ditarik napasnya pelan-pelan, lalu ditengadahkan kepalanya pada matahari yang sekarang sudah disaputi senja.
"Ayah... kini tiba saatnya untuk menuntut balas pada orang yang telah membunuhmu. Ibu... maafkan aku yang telah melepaskan Dadung Bongkok... tetapi aku berjanji, bila kudengar dia melakukan tindakan makar lagi, maka tak akan pernah kuampuni nyawanya."
Kemudian pemuda berompi ungu itu menahan napas sejenak.
Sambil dihembuskan dia mulai memasukkan kaki kanannya ke lubang yang sebelumnya tertutup tanah dan berada di balik ranggasan belukar.
Namun sebelum dilakukannya, awan-awan hitam dingin menderu ganas dari samping kanan! Sejenak murid Dewa Naga menegakkan kepalanya.
"Keparat!"
Desisnya. Sambil menundukkan kepala, tangan kanannya ditepukkan pada tanah. Serta merta tanah itu bergerak cepat, bergelombang dan bergemuruh. Menyusul terdengar jeritan keras.
"Aaaakhhhh!!"
Sosok bongkok berpakaian hitam terpental ke udara dan terbanting deras di atas tanah! Terlihat sejenak menggeliat-geliat penuh erangan kesakitan sebelum di saat lain meregang tegang dan terdiam tak bergerak! Raja Naga menggeram.
"Aku sudah mengampuni nyawanya... tetapi dia masih mencoba membokongku!"
Desisnya.
Lalu dia pun masuk ke dalam lubang itu.
Ditutupnya sebelum menyusuri jalan sempit di dalam tanah.
Di atas tanah, Dadung Bongkok telah tergolek menjadi mayat! Rupanya kakek bongkok itu masih tidak puas dengan apa yang dialaminya.
Dia sengaja berlari kencang tadi untuk cepat lenyap dari pandangan si pemuda, tetapi dia justru memutar dan mencari kesempatan untuk melancarkan serangan.
Tetapi sayang, serangan balik dari Raja Naga lebih cepat datang dan mengirim nyawanya ke neraka! Padahal, anak muda dari Lembah Naga itu sudah mengampuni kesalahannya! * * * PERJALANAN menuju ke Menara Berkabut yang ditempuh Raja Naga melalui lorong rahasia itu pun berakhir.
Anak muda dari Lembah Naga itu kini berada di undakan pertama menuju ke bagian atas menara.
Dinding menara yang terbuat dari batu hitam itu tak ada celah jendela ataupun lubang angin.
Suasana cukup gelap.
Raja Naga yakin kalau dia bisa melihat keluar, yang dipandang hanyalah kegelapan semata.
Anak muda bersisik coklat ini tak segera melangkahkan kaki menuju ke atas.
Dia mempertimbangkan keadaan terlebih dulu.
"Aku belum tahu di bagian mana dari tempat ini Hantu Menara Berkabut berada. Bisa jadi dia berada di puncak menara ini, karena di sini hanya terdapat undakan tangga belaka. Kalau begitu...."
Memutus kata-katanya sendiri, Raja Naga berhati-hati menaiki undakan tangga menuju ke atas.
Keheningan mencekam.
Kegundahan mendadak terjadi.
Raja Naga terus melangkah dengan membuka mata dan telinga lebih lebar.
Dinding-dinding hitam Menara Berkabut seperti memiliki mata, memandang sinis dan curiga padanya.
Baru saja dia menaiki setengah perjalanan menuju ke atas, mendadak tawa menggema berkumandang, bertalu-talu dan menyakitkan gendang telinga.
"Selamat datang di Menara Berkabut! Menara penyimpan misteri berkepanjangan akan menjemput nyawamu ke akhirat!"
Bergemanya suara itu sesaat membuat Raja Naga terdiam. Napasnya sedikit ditahan. Dia menunggu beberapa saat. Setelah tak didengarnya lagi suara dia mulai melangkah lagi, lebih berhati-hati.
"Aku yakin... orang yang bersuara itu adalah Hantu Menara Berkabut! Berarti... dia telah mengetahui kehadiranku!"
Tiba-tiba saja murid Dewa Naga menoleh ke samping kiri, karena mendadak terdengar suara berderak cukup keras, menggema ke bawah dan ke atas menara. Menyusul meluncurnya sepuluh buah tombak hitam! "Heiiit!"
Cepat anak muda ini menggerakkan tangan kanannya.
Jurus 'Kibasan Naga Mengurung Lautan' menggebrak.
Terdengar suara patah-patahan beberapa kali.
Namun sepuluh buah tombak lainnya menyusul menggebrak, kali ini dari atas dan siap menghujam di kepala Raja Naga! Anak muda ini cepat memalangkan kedua tangannya yang segera didorong ke atas.
Suara patah-patahan benda terdengar lagi.
Sebuah patahan tombak itu mengenai bahunya yang terasa sedikit ngilu.
"Keparat! Aku bukan hanya harus berhati-hati, tetapi harus berlari untuk tiba di atas!"
Memutuskan demikian, Boma Paksi segera mengempos tubuhnya menuju ke atas. Namun dia segera melompat turun kembali. Karena sebuah Jala besar mendadak turun! "Gila!!"
Serunya keras dan....
Croook! Croook! Kedua tangannya menghujam pada dinding menara di mana saat ini tubuhnya menempel seperti laba-laba.
Jala besar itu jatuh ke bawah dan menimbulkan suara cukup keras.
Belum lagi Raja Naga membebaskan dirinya dari kedudukannya sekarang, dinding di mana kedua tangannya menghujam tiba-tiba saja bergerak.
Dan...
Brroolll!! Kontan tubuhnya terdorong ke belakang, menghantam dinding menara sebelahnya lagi.
Wajah anak muda ini terlihat tegang, karena pecahnya dinding itu melontarkan bebatuan ke arahnya! Serta merta diliukkan tubuhnya dan melompat ke atas.
Bersamaan suara keras berkali-kali menghantam dinding, Raja Naga terus melesat ke atas, mempergunakan ilmu peringan tubuhnya.
"Hebat! Sungguh hebat! Beberapa jebakan di Menara Berkabut berhasil kau atasi! Dan kupikir sudah selesai pemanasan itu! Teruslah kau naik, Anak muda! Karena maut sudah menunggumu di sini!!"
Boma Paksi terus berlari ke atas hingga akhirnya dia memasuki sebuah tempat yang cukup lapang di bagian atas Menara Berkabut! Begitu dia berada di sana, dilihatnya satu sosok tubuh telah berdiri angkuh dengan kedua tangan melipat di depan dada.
Raja Naga melangkah pelan, mencari kedudukan yang lebih aman.
Dipandanginya sosok tubuh itu dengan tatapan angker.
"Hantu Menara Berkabut!"
Serunya menggema.
"Aku datang untuk menuntut balas perbuatanmu terhadap ayahku dua belas tahun lalu!!"
Orang berjubah jingga itu tertawa keras.
"Kau hanya mengantarkan nyawamu percuma, Anak muda!"
"Kita lihat apa yang akan terjadi!"
Seru Raja Naga keras.
Pemuda dari Lembah Naga ini sudah tak bisa lagi menahan gejolak amarahnya.
Dia langsung mendorong tangan kanan kirinya yang serta merta menghampar angin merah berkekuatan ganas.
Orang berjubah jingga itu menjerengkan sepasang matanya, menyingkir sedikit dan tiba-tiba meluruk ke depan! Entah apa yang dilakukannya mendadak saja Raja Naga merasa perutnya terkena jotosan kuat.
Tubuhnya terhuyung ke belakang dan menghantam dinding menara! "Huh! Ternyata kau tak jauh berbeda dengan kedua orang tuamu yang tak mempunyai kemampuan apa-apa! Sudah kukatakan tadi, kau datang hanya mengantar nyawa! Sekarang juga akan kucabut nyawamu!!"
Berada di tempat yang tak terlalu luas itu dan keadaan yang cukup gelap, membuat pertarungan yang kemudian terjadi seperti berat sebelah.
Karena Hantu Menara Berkabut sangat hafal dengan setiap sudut yang ada di Menara Berkabut.
Sementara Raja Naga harus mengandalkan nalurinya.
Berulang kali terdengar letupan demi letupan yang sangat keras.
Raja Naga menjejakkan kaki kanannya untuk melancarkan jurus 'Barisan Naga Penghancur Karang'.
Namun justru dia yang langsung melompat ke samping.
Karena begitu dilepaskan jurus 'Barisan Naga Penghancur Karang' lantai bagian atas Menara Berkabut ambrol! Sementara itu, sepasang mata Hantu Menara Berkabut menyipit.
"Apa yang diperlihatkannya barusan tentunya sebuah ilmu yang luar biasa! Tetapi tak bisa digunakan karena begitu dikeluarkannya ilmu itu, lantai langsung ambrol! Ini kesempatanku untuk membereskan keturunan Pendekar Lontar!"
Lalu dengan ganasnya Hantu Menara Berkabut menerjang.
Dinding Menara Berkabut jebol ketika terhantam jotosannya.
Seketika angin besar dan dingin masuk, membuat wajah masing-masing orang seperti disentak tamparan keras.
Dan keduanya segera mengalirkan tenaga dalam masing-masing.
Kendati angin besar masuk menyerbu, tetapi gumpalan kabut hitam yang kini kelihatan tetap tak bergerak! Keduanya sama-sama tahu, terlempar melalui dinding yang jebol itu berarti menyongsong maut! Hal itulah yang kemudian dilakukan oleh Hantu Menara Berkabut.
Dia mencoba mendesak Raja Naga agar terlempar ke dinding yang jebol.
Sadar kalau dirinya bisa terjatuh, Raja Naga mencoba mencari tempat yang lebih aman.
Dia terus melancarkan serangan hebatnya.
Bahkan dia sudah mempergunakan ilmu 'Naga Mengamuk' yang membuat tempat itu seperti bergetar dihantam badai.
Dalam waktu singkat saja tiga dinding bagian atas Menara Berkabut sudah jebol.
Angin besar semakin banyak yang masuk dan membuat masing-masing orang harus lebih berhati-hati.
"Keparat! Bila berada di tanah terbuka, sudah tentu aku akan kewalahan menghadapi putra mendiang Pendekar Lontar ini! Ilmu-ilmunya begitu hebat dan mengerikan! Tetapi dipergunakan pada tempat yang tak lapang ini ilmu itu seperti tak ada gunanya! Malah membahayakan dirinya sendiri! Aku harus mempergunakan lebah-lebahku sekarang!"
Seraya menghindari serangan beruntun dan cepat dari Raja Naga, Hantu Menara Berkabut segera melepaskan lebah-lebah beracunnya. Suara mendengung itu sejenak membuat Raja Naga mundur. Dibuka matanya lebih lebar untuk melihat dari mana asal suara itu.
"Lebah!"
Desisnya setelah mengenali benda-benda yang berdengung keras.
Tatkala teringat kematian ayahnya yang diakibatkan lebah-lebah beracun itu, anak muda ini segera membuang tubuh.
Lalu mendorong tangan kanannya.
Wuuss! Tiga ekor lebah kontan berjatuhan dan mati.
Tetapi lebah-lebah berikutnya yang dilepaskan Hantu Menara Berkabut membuatnya agak sedikit kewalahan.
Lebah-lebah itu menyerangnya dari berbagai penjuru.
"Kau tak akan pernah bisa bertahan lebih lama untuk menikmati kehidupan ini, Pemuda keparat!!"
Seru Hantu Menara Berkabut sambil tertawa keras.
Raja Naga merandek gusar.
Sepasang matanya yang bersinar angker, lebih mengerikan.
Bila saja tempat itu agak sedikit terang, dapat terlihat sisik-sisik coklat pada kedua tangannya sebatas siku semakin bersinar! Pertanda kemarahan sudah melanda diri pemuda itu! Tiba-tiba terdengar seruan ter-tahannya! "Aaakhhh!!"
Hantu Menara Berkabut berkata sinis.
"Seekor lebahku sudah menyengat tubuhmu! Bersiaplah untuk mampus!!"
Dilihatnya bagaimana sosok pemuda berompi ungu itu terhuyung ke belakang, ke arah dinding yang jebol.
Melihat hal itu Hantu Menara Berkabut segera menerjang ke depan.
Wusss!! Raja Naga segera menghindar ke samping, tubuhnya agak terhuyung.
Melihat hal itu semakin keras tawa Hantu Menara Berkabut.
Dia yakin kalau putra mendiang Pendekar Lontar itu sudah terkena racun dari lebah miliknya.
"Hmmmm! Akan kugiring dia ke arah dinding yang jebol biar dia jatuh dari ketinggian ini!!"
Dengan ganas Hantu Menara Berkabut terus melancarkan serangannya. Dilihatnya huyungan tubuh Raja Naga semakin menjadi-jadi.
"Kau tak akan bisa melepaskan diri dari kematian. Hari ini keturunan Pendekar Lontar dan Dewi Lontar akan berakhir!"
Huyungan tubuh Raja Naga semakin nampak, bahkan terdengar berulang kali keluhannya menahan rasa sakit. Namun di balik rasa sakit itu, Raja Naga menggeram dalam hati.
"Hemm... dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diriku sekarang ini! Lebah itu memang menyengatku, tetapi tidak kurasakan sakit seperti yang selama ini kudengar! Bahkan kurasakan tenagaku semakin kuat! Aku tidak tahu mengapa ini terjadi? Tapi... aku yakin, gambar naga hijau pada punggungku inilah yang mungkin menanggulangi racun berbahaya dari lebah miliknya! Hanya saja... mengapa begitu lebah ini menyengat, perutku seperti meregang dan ada hawa panas yang naik?"
Tetap bersikap terhuyung dan seperti tak mampu menghalangi setiap serangan lawan, dia tetap menghindar.
"Manusia satu itu kelihatan mengarahkan diriku ke dinding yang jebol! Tentunya dia ingin melihatku jatuh terhempas ke bawah! Bagus! Akan kupancing dia!"
Memutuskan demikian, Boma Paksi menghindari setiap serangan ganas itu dan sengaja mengarahkan dirinya pada dinding yang jebol.
Bahkan dia nekat mencondong-kan tubuhnya pada dinding jebol itu! Kedua tangannya berpegangan di bagian atas dan kedua kakinya mengganjal di bagian bawah.
Angin besar menampar-nampar punggungnya! Walau terasa agak nyeri tetapi dia tidak peduli.
Di pihak lain, Hantu Menara Berkabut terbahak-bahak keras melihat keadaan si pemuda.
"Nyawamu tinggal selangkah lagi akan lepas dari jasad! Berarti... lenyap sudah keturunan Pendekar Lontar!"
Dengan membuat wajahnya seperti menahan sakit dan suara diparaukan, Raja Naga mendesis.
"Kau hanya bisa banyak omong! Ayo serang aku! Apakah kau ternyata hanya seorang pengecut?!"
Ejekan itu membuat gusar Hantu Menara Berkabut.
Segera kerahkan tenaga dalamnya.
Kejap berikutnya dia sudah menerjang ke depan.
Raja Naga menyipitkan sepasang matanya.
Begitu jotosan tangan kanan kiri lawan bergerak ke arahnya, anak muda ini cepat membuang tubuh ke samping.
Dan....
Tap! Tangan kanannya sudah menangkap tangan kiri Hantu Menara Berkabut.
Kejap itu pula dengan kekuatan berlipat ganda dibetotnya tubuh Hantu Menara Berkabut ke arah dinding yang jebol.
"Heiiii!!"
Hantu Menara Berkabut berteriak keras.
Wajahnya seketika menjadi pias.
Dia berusaha menahan gerakan tubuhnya yang disentakkan Raja Naga.
Tetapi satu tendangan memutar yang dilakukan Raja Naga membuat dia kehilangan keseimbangan.
Maka tanpa ampun lagi tubuhnya terlempar keluar dari Menara Berkabut.
"Aaaaaakhhhhhh!!"
Lolongan laksana seekor serigala menyayat dahsyat, terdengar keras dan semakin lama menjadi pelan untuk kemudian lenyap tak terdengar lagi! Di atas Menara Berkabut, Raja Naga menarik napas panjang.
Untuk beberapa saat murid Dewa Naga ini tak bersuara.
Kemudian digeleng gelengkan kepalanya.
"Musuh-musuh utamaku sudah tewas sekarang.... Berarti tugasku untuk membalas kematian kedua orangtuaku telah selesai.... Ah, apakah masih ada persoalan lain yang akan kuhadapi?"
Kembali pemuda berambut dikuncir ini terdiam.
"Guru tak menghendaki aku kembali ke Lembah Naga walaupun tugasku sudah selesai. Berarti... yah, aku akan memulai saja petualanganku ini. Ke mana kedua kakiku melangkah, aku akan mengikutinya."
Kemudian perlahan-lahan Boma Paksi menuruni undakan tangga Menara Berkabut.
Kembali melewati lorong rahasia dan kembali tiba di tempat dari mana dia datang tadi.
Dipandanginya sekelilingnya.
Malam telah datang.
Hembusan angin cukup dingin.
Di atas sana rembulan bersinar terang.
"Seharusnya aku bisa menahan kepergian Ratu Sejuta Setan yang membawa Dewi Bunga Mawar. Gadis itu belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak tahu kalau berulang kali dia telah diperalat. Pertama oleh gurunya sendiri si Dadung Bongkok. Kemudian tentunya oleh Iblis Telapak Darah yang entah berada di mana sekarang. Dan aku yakin... Ratu Sejuta Setan akan terus mengisi perasaan si gadis dengan segala kebenciannya kepadaku hingga gadis itu tetap tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi?"
Raja Naga menarik napas panjang. Kembali diedarkan pandangannya.
"Aku berharap dapat berjumpa kembali dengan Dewi Bunga Mawar. Biar bagaimanapun dialah gadis jelita yang pertama kujumpai dan sempat menggetarkan hatiku..."
Lalu ditengadahkan kepalanya, menatap rembulan yang bersinar indah.
Kejap kemudian pemuda yang kedua tangannya sebatas siku bersisik coklat ini sudah melangkah memulai petualangannya.
Dan dia tidak tahu, kalau sengatan lebah beracun milik Hantu Menara Berkabut bukan ditanggulangi oleh tato gambar naga hijau pada punggungnya, melainkan oleh gumpalan daun lontar yang berada di balik perutnya.
Itulah sebabnya, mengapa tadi dia sempat merasakan hawa panas.
SELESAI Scan/E-Book.
Abu Keisel Juru Edit.
Mybenomybeyes S P O N S O R E D BY
http.//padepokan212.com/w/
Pendekar Rajawali Sakti Misteri Naga Laut Pendekar Mabuk Darah Asmara Gila Pengemis Binal Pengkhianatan Dewa Maut