Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 26


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 26



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   "Auh "

   Pengawal Baju Merah menjerit ngeri ketika tubuhnya terlempar sampai lima tombak jauhnya dan terbanting jatuh ke lantai tak dapat bangun lagi untuk selama2nya.

   Pengawal Baju Merah, tokoh hitam yang terkenal dengan gelar Kim-cat-sin pian itu harus menebus dosanya dengan suatu kematian yang mengenaskan.

   Pukulan tenaga-dalam Jiih sin-kang yang dilancarkan dengan penuh kemarahan oleh Blo'on itu telah menghancurkan jantung dan urat2 dalam tubuhnya sehingga dari lubang hidung, mulut, mata dun telinga, mengalirkan darah.

   Bloon tak menghiraukan bagaimana keadaan pengawal Baju Merah itu la terus menghampiri Sian-Li.

   Ia mengambil tiga butir buah dan han-hay te-som hendak diberikan kepada ketiga orang yang terluka itu tapi Pek I lojin segera menghampiri.

   "Mereka tak menderita luka apa2 kecuali hanya terkena racun"

   Kata kakek itu.

   "asap dan jarum yang memancar dari kutungan ruyung, mengandung racun "

   Tanpa bicara apa2, Hong Ing terus loncat turun ke bawah panggung. Tak berapa lama ia kembali dengan membawa sebuah mangkuk lalu diminumkan kepada Ceng Sian suthay, Lo Kun dan Sian Li.

   "Apa itu ?"

   Tanya Blo'on.

   "Mangkuk ini berisi mustika merah burung hong milik kakek Lo Kun. Katanya dapat memunahkan segala jenis racun,"

   Kata Hong Ing, Memang Ceng Sian suthay telah terkena asap dari ruas ruyung yang ditamparnya dengan hudtim.

   Begitu pula ruas ruyung yang dihantamnya dengan hudtim tadi, pun memancarkan jarum2 beracun.

   Karena sebelumnya sudah termakan asap beracun sehingga kepala pening dan mata pudar maka Ceng Sian tak sempat menghindar sambaran jarum.

   Lengannya terkena sebatang jarum beracun.

   Ketua Kun-Iun-pay itupun segera terhuyung rubuh.

   Sian Li juga menerima penderitaan yang sama.

   Ia terkena asap dan jarum beracun.

   Pun kakek Lo Kun juga demikian.

   Tak berapa lama, wajah ketiga orang itu mulai tampak merah.

   Kini mereka dipersiiahkan melakukan pernapasan untuk melancarkan jalan darah dan hawa-murni dalam tubuhnya.

   Dalam pada itu seorang pengawal Baju Merah sudah melangkah maju.

   Dia membawa senjata yang aneh.

   Sepasang cakar burung garuda yang berkuku runcing dan tajam.

   "Hui-eng jimu Lamkiong Ti. !"

   Gumam Pek I lojin dengan nada kejut.

   "O, tokoh sakti dari gunung Tiang-pek-san?' seru Hoa Sin. Pek I lojin mengiakan .

   "Belasan tahun yang lalu setelah mengangkat nama, sebenarnya dia bermaksud hendak mendirikan sebuah partai persilatan, tapi entah bagaimana tiba2 dia menghilang dari dunia persilatan".

   "Ya, pernah kudengar nama itu tapi belum pernah bertemu dengan orangnya,"

   Kata Hoa Sin.

   "Dia termasyhur karena ilmusilat Hui-eng-jiau yang luar biasa,"

   Kata Pek I lojin pula, gaya permainannya memang luar biasa. Dan kabarnya kuku dari cakar garuda itu khusus untuk memecahkan urat dan jalan-darah tubuh lawan.

   "Hoa pangcu, tolong pinjam tongkatmu,"

   Tiba2 Blo'on berteriak.

   Hon Sin terbeliak tapi karena tangan pemuda itu sudah menjulur, terpaksa ia serahkan juga tongkat Bak-kau-pang nya.

   Selekas mendapat tongkat, Blo'on terus maju menyongsong.

   Dia sudah mempunyai ingatan untuk menghajar maka begitu berhadapan ia terus menggebuk pengawal Baju Merah itu.

   Sudah tentu pengawal itu terkejut dan menghindar ke samping tetapi Blo'on tetap mengejarnya dengan hantaman tongkat.

   "Uh ... mulut pengawal Baju Merah itu mendesah. Rupanya ia terkejut melihat perangai Bloon yang cepat dan dahsyat sehingga belum sempai ia berdiri tegak, punggungnya sudah digebuk. Cepat ia ayunkan tubuh melayang ke belakang sampai tiga langkah. Tetapi baru kakinya menginjak tanah. Blo'on pun sudah tiba dan ayunkan tongkat menghantam kepalanya, karena geram. Pengawal Baju Merah itu menangkis dengan senjata cakar garuda, tring..... Pengawal Baju Merah itu terkejut karena tangannya tergetar sakit, kebalikannya Blo'on enak2 saja melanjutkan mengemplang kepala orang. Pengawal Baju Merah itu tak menyadari mengapa pemuda gundul itu dapat memancarkan tenaga-dalam yang begitu hebat sehingga tangkisannya tadi serasa hilang daya kekuatannya. Ia masih penasaran. Cakar garuda di tangan kini segera diayun untuk menggempur tongkat lawan, tring ... ia makin terkejut ketika tongkat pemuda itu serasa menghamburkan tenaga tolak yang hebat. Ketika Blo'on menghajar lagi, pengawal Baju Merah itu tak berani menangkis, la enjot tubuhnya melambung ke udara. Setelah berjumpalitan ia meluncur ke bawah sembari julurkan sepasang senjata cakar garuda untuk menerkam kepala Blo'on. Tapi Blo'on tak gentar. Dia tak mau menghindar melainkan menghajarkan tongkatnya lagi. Krak ..... ketika tongkat dan cakar garuda saling berhantam, tubuh pengawal Baju Merah itu terlempar setombak ke udara. Di udara dia bergeliatan untuk menguasai dirinya agar jangan terus melayang. Setelah berjumpalitan dua tiga kali ia menukik lagi seraya tujukan cakar garuda ke dada Blo'on. Blo'on mengkal sekali melihat kebandelan orang itu. Segera ia menghantam lagi tetapi kali ini pengawal itu menarik cakar garudanya sehingga tongkat Blo'on menghantam angin. Secepat itu cakar garuda di tangan kiri terus menyambar tenggorokan Blo'on. Bukan kepalang kejut Blo'on menghadapi serangan itu. Dengan gugup ia balikkan siku lengan untuk menangkis cakar garuda dengan pangkal tongkat. Tetapi kali ini pengawal Baja Merah mengadakan gerak tipu yang hebat. Serempak menarik pulang cakar garuda di tangan kiri ia terus menerkamkan cakar guruda di tangan kanan ke ujung tongkat dan selekas berhasil ia pun segera menarik sekuat2- nya. Karena Blo'on sedang menggerakkan pangkal tongkat ke belakang untuk menangkis cakar garuda di tangan kiri lawan, maka ia tak menduga kalau ujung tongkatnya dicengkeram oleh cakar garuda di tangan kanan lawan. Memang gerakan pengawal Baju Merah itu tak ter-duga2 dan cepat sekali sehingga Bloon belum siap dan tongkatnya kena ditarik oleh cakar garuda lawan. Setelah dapat merebut tongkat, pengawal Baju Merah itupun menyerempaki pula dengan menerkam cakar garuda ke leher Blo'on. Blo'on seperti dipagut ular kejutnya. Seketika tubuhnya melambung sampai dua tombak ke udara. Sebaliknya Pengawal Baju Merah itu segera melayang turun ke lantai lalu songsongkan kedua cakar garuda untuk menyambut meluncurnya Blo'on. Kedudukan mereka sekarang berganti. Jika tadi. Blo'on berdiri di lantai dan pengawal Baju Merah melambung ke udara, sekarang pengawal itu yang berada di bawah dan Blo'on melayang di atas. Hoa Sin, Hong Hong tojin dan Pek I lojin terkejut melihat adegan itu. Diam2 mereka cemas akan keselamatan jiwa Blo'on. Pada saat itu ia hendak loncat menyerang Pengawai Baju Merah tetapi belum sempat bergerak, tiba2 ia melihat suatu peristiwa yang mengejutkan. Karena hendak disambut dengan cakar garuda yang runcing, Bloon terkejut dan meronta. Tahu2 tubuhnya bergeliatan melambung keatas lagi. Sesaat kemudian ia meluncur pula dan masih melihat sepasang senjata cakar garuda menyongsong keatas.

   "Hih ..."

   Ngeri Blo'on melihatnya dan meronta bergeliatan melambung ke atas lagi.

   Untuk yang ketiga kalinya, diapun meluncur lagi ke atas, kemudian selang beberapa saat tubuhnya meluncur ke bawah pula.

   Karena sudah dua kali selalu diancam dengan cakar garuda runcing, Blo'on marah, la menggeliat sehingga kepalanya menukik ke bawah lalu membabat cakar garuda lawan.

   Pengawal Baju Merah itu merasakan betapa hebat tenaga sakti dari pemuda gundul itu.

   Maka ia segera menarik senjata cakarnya ke bawah untuk menghindari babatan tongkat.

   Setelah tongkat menyambar lewat, barulah ia songsongkan lagi senjatanya ke atas untuk menusuk muka pemuda itu.

   Hoa Sin, Hong Hong dan Pek I lojin terkejut melihat adegan itu.

   Jelas Bloon tentu termakan senjata lawan.

   Dia sedang menukik dari udara, kepala di bawah kaki di atas.

   Babatan tongkatnya luput dan saat itu senjata cakar lawan menusuk ke mukanya.

   Bagaimana mungkin dia dapat terhindarkan bahaya ?.

   Tetapi Ji-ih-sin-kang itu memang suatu tenaga-sakti yang luar biasa.

   Cukup digerakkan dengan pikiran yang membangkitkan keinginan hatinya saja maka Ji-ih-sin kang itu akan menggerakkan tubuh sesuai dengan keinginan hatinya.

   Demikian dengan Bloon.

   Ia terkejut dan ingin terhindar dari ujung cakar garuda yang runcing.

   Ingin ia mengangkat muka dan menjungkir balikkan tubuhnya ke belakang.

   Keinginan timbul dan bergeraklah Ji-ihsin- kang sesuai dengan keinginan hatinya.

   Serentak bergeraklah kepala Blo'on terangkat ke atas terus melengkung ke belakang sehingga tubuhnya jungkir balik dan melayang turun ke tanah gerakan itu dilakukan dengan cepat sekali.

   Bagi tokoh2 silat yang melihatnya mengira Blo'on telah lakukan gerak Thiat-pian kio atau Jembatar-besi gantung di udara.

   Benar2 mereka terkejut karena selama ini belum pernah terdapat ilmu silat semacam itu dan tak pernah melihat tokoh silat yang mampu mainkan gerak Thiat-pian-kio di udara.

   Pengawal Baju Merah sendiripun tertegun.

   Ia menyangka bahwa cakar garuda yang dipercaya pasti dapat menusuk muka, ternyata harus menusuk angin lagi.

   Krak ....

   Tiba2 terdengar tulang berderak pecah dan disusul dengan sosok tubuh yang menggelepar jatuh.

   Ternyata setelah berdiri, dengan marah Bloon segera menyapu kaki orang dengan tongkatnya.

   Gerakan yang dilakukan secepat kilat itu tak munglin dihindari pengawal Baju Merah yang masih terlongong2.

   Akibatnya kedua kakinya telah remuk dan orangnyapun tak mampu berdiri lagi.

   Blo'on masih marah karena pengawal Baju Merah itu menyerang dengan hebat.

   Ia menyusuli dengan sebuah pukulan.

   Krek, punggung Pengawal Baju Merah itu remuk dan orangnya pun terkapar di tanah se-lama2nya.

   "Hebat .."

   Teriak Hoa Sin seraya maju menghampiri.

   "engkau benar2 hebat sekali. Dari mana engkau mempelajari ilmusilat yang sedemikian saktinya itu ?"' Blo'on kerutkan dahi .

   "Siapa bilang aku mengerti ilmusilat ?"

   "Bukankah barusan engkau memainkan jurus thiat-pian-kio di udara ?* "Thiat-piankio? Apa itu Thiat-pian-kio?"

   "Thiat-pian-kio yalah jurus ilmusilat yang bergaya menekuk tubuh ke belakang hingga kedua tangan menjamah tanah. Jurus itu digunakan apabila menghadapi serangan dari dekat yang berbahaya. Tetapi orang biasanya hanya mampu menggunakan jurus itu di tanah, tidak di udara seperti yang engkau mainkan tadi."

   "Huh, siapa bilang aku menggunakan Thiat-pian-kio. Hanya karena ngeri melihat ujung cakar yang tajam, tiba2 aku ingin menghindar dan ternyata tubuhku bergerak sendiri berjumpalitan ke belakang. Bukankah hal itu aneh ?* Hoa Sin melongo. Kalau pemuda itu kurang normal pikirannya, ia memang sudah tahu. Tetapi kalau pemuda itu menganggap bahwa dia menggunakan jurus thian-pian-kio, benar-benar dia tidak percaya karena jelas hal itu dilihatnya sendiri.

   "Kim kongcu."

   Kata Hoa Sin sejenak kemudian,"maukah engkau belajar silat ?"

   "Buat apa ?"

   Tanya Blo'on.

   "apakah untuk berkelahi dan membunuh orang ?"

   "Bukan"

   Kata Hoa Sin.

   "tetapi banyak sekali gunanya, terutama bagi kongcu. Dunia persilatan macam rimba, yang kuat menang, yang lemah ditindas. Kita tak mencari permusuhan, tetapi dengan memiliki ilmusilat, orang tentu tak berani mengganggu kita."

   "Dan kedua kalinya "

   Kata ketua Kay-pang itu lebih lanjut.

   "kongcu telah memiliki suatu tenaga-dalam yang aneh. Pada hal kongcu tak dapat menggerakkan dan menyalurkan tenagadalam itu. Ini berbahaya. Sewaktu-waktu kongcu marah kongcu dapat membunuh orang."

   "Ah, tidak", bantah Blo'on.

   "Memang maksud kongcu tak membunuh, tetapi karena kongcu tak mengerti bagaimana mengendalikan tenaga-dalam itu, maka akibatnya sering menghancurkan orang."

   "O,"

   Desus Blo'on.

   "jika begitu aku tak mau marah saja". Ketua Kay-pang tersenyum .

   "Bukan begitu maksudku. Jangan memaksa diri untuk tidak marah karena sering kita dihadapi oleh tindakan dan peristiwa yang menimbulkan kemarahan. Maka marahlah kalau perlu marah."

   Tiba2 seorang pengawal Baju Merah yang lain bergerak menghampiri.

   Seorang yang bertubuh lurus dan berjalan dengan langkah yang gontai.

   Begitu tiba di muka Blo'on, dengan tenang dia mengeluarkan sepasang pit atau pena dari besi, ujungnya amat runcing, terus memain-mainkannya beberapa saat.

   "Apakah barang yang dibuat main2 orang itu pangcu ?'* tanya Bloon heran karena belum pernah melihat senjata semacam itu.

   "Itulah yang disebut siang-kong-pit atau sepasang pit baja", kata Hoa Sin.

   "Apakah pit itu ?"

   "Pit adalah alat untuk menulis. Sebenarnya tangkainya dari bambu dan kepalanya dari bulu yang diikat. Sedang tintanya terbuat daripada bak."

   "Tetapi pit dari pengawal Baju Merah itu terbuat daripada baja semua. Apakah dapat dipergunakan untuk menulis ?"

   "Ya."

   Sahut Hoa Sin.

   "jika pit biasa untuk menulis di kertas tapi kalau pit orang itu untuk menulis di tubuh orang."

   "Tubuh orang ?"

   Blo'on terkejut.

   "celaka, orang itu tentu akan dibaca lain orang, dijadikan seperti kitab". Hoa Sin tertawa. Tapi ia terpaksa menghentikan tawanya karena tiba2 pengawal Baju Merah itu menutukkan pit ke dada Bloon. Tepat Hoa Sin menarik tangan Blo'on ke samping. Tetapi secepat itu pula pengawal Baju Merah segera menyerangnya pula dengan jurus son-liong-tham-cu atau sepasang nagaberebut- mustika. Kedua pit ber-gerak2 memagut laksana sepasang naga yang sedang bercanda, mengarah jalandarah di tubuh lawan. Hoa Sin terkejut sekali ia tak sempat menghindar ataupun menangkis. Dalam saat2 yang berbahaya, ketua Kay pang itu masih sempat gunakan jurus thiat-pian-kio, menekuk tubuh ke belakang hingga kedua tangan menjamah lantai lalu berguling ke samping. Tetapi pengawal Baju Merah ita tak mau memberi kelonggaran. Bagaikan bayangan, iapun terus loncat menyerang lagi dengan jurus song-Iiong-tho-lip atau sepasang naga-menjulur-lidah. Bagaikan hujan mencurah, sepasang pit itu menabur tubuh Hoa Sia yang masih berguling2 di tanah.

   "Setan, jangan kurang ajar !", teriak Blo'on yang melihat Hoa Sin tak sempat bangun. Blo'on marah dan ayunkan tangannya menghantam. Pengawal Baju Merah Itu terkejut ketika dirinya dilanda angin badai yang mengandung tenaga kuat sekali, ia hendak mengisar langkah untuk menyongsongkan kedua pitnya, tetapi, tenaga pukulan itu bukan alang kepalang hebatnya sehingga pengawal Baju Merah itu terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang. Setelah dapat terdiri tegak, ia hendak beralih menyerang Blo'on tetapi Hong ing yang sejak tadi tak pernah turun gelanggang, saat itupun segera loncat menerjangnya. Pengawal Baju Merahpun segera menyerang nona itu. Hong ing gunakan gerak Setan-tanpa-bayangan untuk berlincahan memutari lawan. Bermula Pengawal Baju Merah itu masih dapat mainkan sepasang pitnya untuk menyerang tetapi lama kelamaan ia terpaksa harus mengikuti gerak perputaran Hong Ing yang makin lama makin cepat sehingga pengawal itu bahkan malah harus melindungi diri dari serangan si nona. Se-konyong2 pengawal itu bersuit nyaring dan tubuhnya segera melambung ke udara berjumpalitan dan melayang turun di belakang Hong lng. Tetapi nona itu tak kalah cepatnyapun segera menerjang lagi. Pertempuran berjalan seru. Sebenarnya pengawal Baju Merah itu juga lihay sekali. Sepasang pit Baja, dimainkan seolah bunga api yang berhamburan di udara. Tetapi karena Hong Ing menggunakan gerak Setan-tanpa-bayangan untuk beberapa waktu, pengawal itu tak dapat mendesak si nona.

   "Hoa pangcu,"

   Tiba2 Bloon bertanya.

   "siapakah pengawal Baju Merah itu ?"

   "Dia adalah Siang kong pit Wi Thian Cay dari Kanglam, seorang tokoh aneh."

   "Bagaimana?"

   Tanya Bloon.

   "Dia tak mau bergaul dengan orang persilatan, tak mau masuk partai atau aliran persilatan manapun. Dia tak mau memusuhi lain tokoh persilatan, tetapi apabila bentrok, dia tak pernah berhenti untuk membalas dendam".

   "Uh"

   Bloon mendesuh.

   "Kabarnya dia dahulu anak seorang pembesar kerajaan. Tapi karena kesalahan maka, ayahnya dihukum mati. Sejak itu ia bersama keluarganya pulang ke desanya dan tak mau bergaul dengan orang. Orang2 persilatan memberi gelar Hense- pit atau Pit pembenci-dunia kepadanya"

   "Dia lihay atau tidak ?"

   Blo'on masih bertanya pula.

   "Sepasang pit itu kabarnya, merupakan pusaka warisan dari ayahnya yang dulu menjabat sebagai ciangkun (jenderal). Dan ilmu permainan pit itu pun berasal dari ilmu warisan keluarga Wi. Oleh karena wataknya yang aneh dan ilmunya yang sakti, banyak orang persilatan yang tak mau mengganggunya."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sebenarnya jika Hong Ing mau bersabar, ia tentu dapat menghabiskan tenaga lawan, Tetapi rupanya nona itu tak sabar lagi.

   la malu hati apabila tak dapat merubuhkan Pengawal Baju Merah.

   Tiba2 ia berhenti berputar dan menyerang dengan pedang dalam jurus Heng-sau jian kun atau Membabat seribu lasykar.

   Pedang segera meluncur dahsyat, membabat kaki, pinggang dan leher orang.

   Tring, tring .....

   Terdengar dering yang tajam ketika ujung pit baja itu menutuk pedang.

   Pada tutukan kedua, pedang Hong li pun jatuh ke tanah.

   Saat itu ia merasa pedang mengalirkan semacam arus tenaga keras sekali sehingga tanpa dikuasai lagi, ia lepaskan cekalannya.

   "Celaka, anak perempuan itu terancam bahaya ... .

   "

   Belum sempat Pek l lojin menyelesaikan kata2nya, Hong Ing menjerit dan ter-huyung2 beberapa langkah ke belakang lalu jatuh terduduk di lantai.

   Ternyata bahu nona itu terkena tutukan pit dari pengawal Baju Merah.

   Pengawal itu segera maju menghampiri untuk menyelesaikannya tetapi dia sudah diterjang oleh kakek LoKun yang sudah pulih tenaganya.

   Kakek Lo Kun marah karena melihat Hong Ing rubuh.

   Ia tak peduli harus menyerang dengan jurus apa, pokoknya, asal menyerang keras.

   Tetapi ia tak tahu bahwa permainan pit dari Wi Thian Cay itu memang istimewa sekaii.

   Sambi! menyurut mundur ia mengisar ke samping dan menutuk pergelangan tangan kakek itu.

   "Aduh ... * kakek itu me-lonjak2 dan menjerit2.

   "dia membawa ular.

   "

   Tiba2 kakek Itu berhenti dan terus meraba pinggangnya.

   Ternyata ia teringat bahwa diapun memiliki ular thiat-bi-coa.

   Terus ular itu dilolosnya.

   Tetapi baru hendak diangkat, tiba2 tangannya sudah dicengkeram orang.

   Dan kebetulan yang dicengkeram itu adalah pergelangan tangan kanannya yang tertutuk pit tadi.

   Ia menjerit lagi dan lepaskan ular thiat-bi coa.

   "Bangsat ...

   "* ia berpaling dan ketika melibat yang memegang itu Blo'on, ia tak melanjutkan makiannya.

   "Mengapa engkau mencengkeram tanganku jang sakit ?' kakek Lo Kun tetap marah.

   "Aku mau pinjam ular thiat-bi-coa,"

   Kata Blo'on.

   "Buat apa ... ?"

   Belum kakek itu menghabiskan kata2-nya, pengawal Baju Merah sudah bergerak menyerang.

   Ular thiatbi- coa lalu dijulurkan ke dada orang.

   Pengawai Baju Merah cepat menutukkan sebatang pit ke mata ular itu tapi thiat-bi-coa memang ular yang hebat.

   Ia mengerti kalau matanya hendak ditutuk.

   Bukan menyurut, kebalikannya ular malah menjulur maju untuk menggigit dada orang.

   Pengawal Baju Merah itu terkejut dan terpaksa loncat mundur.

   Kemudian ia putar sepasang pit dan maju menyerang lagi.

   Hong Ing hendak membabat pit kanan, tapi tiba2 Pengawal Baju Merah itu membiarkannya saja, tring .....

   begitu terjadi benturan antara pedang dengan pit, secepat kilat pit di tangan kiri pengawal Baju Merah itu segera menusuk bahu Hong Ing.

   "Ih ...

   "

   Hong Ing mendesis seraya mundur ke belakang.

   Lengan kanannya serasa kesemutan tak bertenaga lagi.

   Hampir saja pedangnya terlepas jatuh, la hendak beralih memegang dengan tangan kiri tapi dengan kecepatan yang sukar dibayangkan pengawal Baju Merah itupun segera menusuk bahu kiri si nona, Kembali Hong Ing mendesis, terhuyung ke belakang, lengan kirinya kesemutan dan pedangpun jatuh ke tanah.

   Melihat itu Hoa Sin segera loncat menerjang pengawal itu.

   Sekali gerak ia gunakan jurus Ok-to kau atau Imam-jahatmenggebuk- anjirg, bum..! Rupanya pengawal Baju Merah itu tahu akan kedahsyatan serangan tongkat maka cepat ia loncat mundur sehingga tongkat Hoa Sin menghantam lantai panggung.

   Lantai hancur ber-keping2 .....

   Setelah mundur, pengawal Baju Merah itupun mainkan sepasang pit lagi untuk menyerang.

   Hoa Sin memutar tongkatnya.

   Tring, tring .....

   setiap tongkat menyambar tentu disambut dengan ujung pit sehingga Hoa Sin rasakan tangannya bergetar.

   Ketua Kay-pang itu terkejut.

   Cepat ia mengetahui bahwa lawan memiliki tenaga dalam yang hebat di samping sepasang pit yang luar biasa.

   Tetapi sebagai ketua sebuah partai persilatan sebesar Kay pang.

   Hoa Sin tak mau unjuk kelemahan.

   Ilmu permainan tongkat Bak kau pang yang terdiri dari dua pu!uh delapan jurus segera dimainkan dengan hebat.

   Untuk sementara pertandingan berjalan seru dan sengit.

   Sepintas pandang, Hoa Sin dapat mendesak lawan dengan serangan2 yang gencar dan keras.

   Pengawal Baju Merah Siang-kong-pit Wi Thian Gay, hanya dapat bertahan.

   Setelah menginjak jurus ke duapuluh, tiba2 Hoa Sin lancarkan serangan dalam jurus Kau yau-lu-tong-pin atau Anjing-menggigit-dewi-Lu Tong Pin.

   Ujung tongkat berhamburan menusuk kaki lawan.

   Sesungguhnya karena lawan mengarah bagian bawah.

   Siang-kong-pit Wi Thian-cay dapat menyentuh muka lawan.

   Tetapi sayang senjata pit kalah panjang dengan tongkat Bakkau- pang.

   Terpaksa pengawal Baju Merah itu harus berlincahan kian kemari sambil menghalau dengan sepasang pit.

   Setelah jurus Kau yau Lu-tong-pin, Hoa Sin lanjutkan dengan jurus Kau-niau-cau-jiu atau anjing-kencingmencengkeram -pohon.

   Jurus ini memang aneh sesuai dengan sifat Hoa Sin yang gemar berolok-olok.

   Dia menciptakannya sendiri sampai beberapa tahun dan akhirnya mendapatkan sebuah permainan tongkat yang diberi nama aneh.

   Tongkat berhamburan mengarah pinggang lawan sedang jarinya mengimbangi untuk menusuk mata.

   Tetapi pengawal Baju Merah itupun segera ganti jurus Hong-u-boan thian atau Angin hujan mencurah dari langit.

   Sepasang pit diputar menjadi ribuan sinar yang berhamburan mencurah ke arah lawan.

   Dalam pada itu Ceng Siang, Hong Hong tojin dan Lo Kun pun sudah berbangkit.

   Demikian pula dengan Sian Li.

   Sedang Hon Ing saat itu sedang diurut oteh Pek I lojin Tak berapa lama nona itupun sudah dapat bergerak lagi.

   "Lo-cianpwe,"

   Kata Hong Ing setelah menghaturkan terima kasih ". sepasang pit dari pengawal Baju Merah itu lihai sekali."

   "Ah, sebenarnya nona dapat melayani dia."

   Kata Pek I lojin.

   "sayang nona terburu nafsu hendak mengalahkan. Eh, ilmu apa yang nona mainkan untuk mengitari orarg itu tadi?"

   "Itulah yang disebut gerak langkah Setan-tanpa-bayangan.

   "

   "O, hebat sekali. Pernah kulihat seorang jago yang dapat bergerak seperti bayangan sehingga sukar dilihat apalagi ditangkap."

   "O, tentulah Bu Ing lojin!' seru Hong Ing.

   "Siapa Bu Ing lojin itu?"

   Pek I lojin menegas.

   "Dia seorang tokoh persilatan yang sakti. Tetapi jarang mau mengunjuk diri."

   "Adakah ilmu kepandaian nona itu juga sama dengan yang dimainkan Bu Ing lojin?"

   Tanya Pek I lojin pula.

   "Benar,"

   Sahut Hong Ing.

   "beliau adalah guruku yang terakhir."

   "O,"

   Desuh Peng I lojin.

   "apakah sebelumnya nona juga sudah berguru?"

   "Aku seorang murid dari Hoa-san-pay. Karena hendak mencari orang yang membunuh suhu, maka aku sampai turun gunung dan akhirnya bertemu dengan Bu ing lojin. * "Siapakah yang membunuh suhumu? Tanya Pek I lojin.

   "Kemungkinan besar tentu pemuda itu"

   Hong Ing menunjuk pada pemuda gundul.

   "

   Blo'on?"

   Pek I lojin mengulang kaget.

   "Ya, Blo'on.

   "

   Kata Wong Ing.

   "karena hanya dia yang berada di dalam guha dimana suhu terbunuh"

   "

   Lalu. Bagaimana tindakan nona? * "Setelah urusan disini selesai, aku tentu akan selesaikan perhitungan dengan Bloon.

   "

   Kata Hong Ing.

   "Ah."

   Pek I lojin menghela napas.

   "menilik gerak geriknya, kemungkinan besar tentu bukan anak itu yang melakukan pembunuhan......

   "

   Baru berkata, begitu, di gelanggang pertempuran telah terjadi perobahan.

   Pengawal Baju Merah dapat penutuk tongkat Hoa Sin dengan pit di tangan kiri menusuk dada ketua Kay-pang.

   Hoa Sin terkejut sekali.

   Dalam keadaan terdesak, dia buang tubuh ke belakang dalam gerak Thiat-pian-kio atau Jembatanbesi gantung.

   Selekas tangan menjamah tanah, kaki kiri segera memancat tanah disusul dengan kaki kanan bergerak menendang tangan lawan, krak.....tendangan sambil berjungkir balik itu menghasilkan terlemparnya pit di tangan kiri lawan.

   Pengwal Baju Merah itu mendesis dan menyurut mundur untuk mengejar pit yang terlempar ke udara.

   Tetapi sekonyong-konyong, seutas tali panjang telah meluncur dan menyambar pit itu.

   Tangan pengawal Baju Merah menangkap angin dan tali serta pit itu pun jatuh ke tanah.

   Pengawal Baju Merah terkejut.

   Cepat ia berputar tubuh hendak menjemput pit yang menggeletak di lantai tetapi tiba2 tali itu bergerak-gerak menyambar tangannya.

   Kembali pengawal Baju Merah itu loncat mundur.

   Ternyata tali itu bukan tali biasa melainkan ular thiat bi-coa yang dilemparkan kakek Lo Kun.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ular thiat-bi-coa memang seekor ular yang cerdas.

   Ketika dilontarkan kakek Lo Kun, ia mengerti apa perintah tuannya.

   Disambarnya pit dari Wi thian Cay itu.

   Dan ketika mendengar kakek Lo Kun bersuit, ia pun tahu bagaimana harus bertindak.

   Suitan dari kakek Lo Kun itu memang beberapa macam, panjang, pendek, satu kali atau dua kali atau tiga sampai empat kali, masing2 mempunyai arti sendiri.

   Karena kakek Lo Kun bersuit panjang satu kali, maka ular thiat bi-coa lalu menggerakkan kepala dan menyerang pengawal Baju Mlerah itu.

   Dalam pada itu setelah berjungkir balik, Hoa Ing pun berdiri tegak pula.

   Ia tak mau menyerang pengawal Baju Merah yang saat itu sedang menghadapi ular thiat-bi-coa.

   la menghampiri kakek Lo Kun dan membisiki.

   Tiba2 kakek itu bersuit pula.

   Pengawal Baju Merah benar2 kewalahan mengusir ular thiat-bi-coa.

   Berulang kali pit mengenai tubuh ular, tetapi binatang itu hanya terdorong jatuh lalu menyerang lagi, Saat itu pengawal Baju Merah sedang loncat menghindar tetapi ketika mendengar suitan kakek Lo Kun, ular thiat-bi-coa tak mau menyerang melainkan menyurut mundur menyambar pit dan meluncur ke tempat kakek.

   Lo Kun.

   Tengah pengawal Baju Merah tertegun.

   Hoa San sudah loncat di hadapannya.

   "Hayo, kita lanjutkan lagi pertempuran tadi yang belum selesai,"

   Seru ketua Kay-pang seraya terus menyerang.

   Rupanya ketua Kaypang itu hendak menebus kekalahannya tadi.

   Sebenarnya dia tak kalah karena walaupun tongkatnya jatuh tetapi diapun dapat menendang jatuh sebatang pit lawan.

   Kini dia tak mau menggunakan tongkatnya lagi, melainkan menyerang dengan tangan kosong.

   Demikian segera terjadi pertempuran yang seru.

   Karena pit di tangan kiri lepas maka pengawal Baju Merah itu kini menggunakan jari tangan kirinya untuk menutuk.

   Hoa Sin memang tak kecewa digelari orang persilatan sebagai Pengemis sakti.

   Karena selain berilmu silat tinggi, pun dia memiliki kecerdasan otak yang tajam.

   Dia gemar untuk merubah beberapa ilmu silat antara lain ilmu tongkat Hak kau pang.

   Juga dalam ilmu pukulan, iapun menciptakan atau tepatnya mengubah sebuah ilmu pukulan.

   Setelah mempelajari ilmu pendengaran Thing-hong pian ki atau Mendengar-angin- membedakan-senjata, ia mendapat ilham untuk menciptakan sebuah pukulan.

   Sumber pukulan itu dari ilmu pukulan Pat-kwa-ciang tetapi dikombinasikan dengan gerak Thing-bong-pian-ki.

   Jika dalam dunia persilatan terdapat ilmu pukulan Co-kut-hun-ki-ciang atau Pukulan-membaliktulang- memisah nadi, diapun menamakan ilmu pukulan ciptaannya itu dengan nama Kau-ciau put-yau atau Anjing menggonggong-tanda-tak menggigit.

   Dalam memberi nama pukulan ciptaannya, ia senang memakai kata anjing.

   Bahkan ada sebuah ilmu pukulan yang diberi nama Bak-kau-ciang atau ilmu pukulan Menggebukanjing.

   Segera ia kembangkan ilmu pukulan ciptaannya itu.

   Kau ciau-put yau atau Anjing menggonggong tanda tak menggigit, cepat mengejutkan pengawal Baju Merah.

   Karena berulang kali pengawal Baju Merah itu mendengar deru pukulan melanda dari arah kanan tetapi tahu2 lambung kirinya yang diserang.

   Atau mendengar deru pukulan menimpa kepala tahu2 bagian perutnya yang disodok.

   Serangan2 aneh itu membuat dia bingung sehingga untuk beberapa saat, dia hanya bertahan tak mampu melakukan serangan balasan.

   Hon Sin tak mau memberi kesempatan lagi.

   Menginjak pada jurus kelima, ia berhasil menyesatkan perhatian lawan dan crek.

   ujung jarinya tepat dapat menutuk jalan-darah pada pergelangan tangan kanan lawan.

   Pengawal Baju Merah ini tak kuasa lagi memegang pitnya.

   Ia hendak meloncat mundur dan lepaskan pit yang tinggal satu.

   Kini keduanya sama2 bertempur dengan tangan kosong.

   Siang-kong-pit Wi Thian Cay hanya lihay jika bermain dengan sepasang pit.

   Tetapi setelah senjatanya jatuh, ia tak mampu berbuat banyak terhadap Hoa Sin.

   Dalam sebuah gerak tipu yang tak terduga-duga.

   Hoa Sin berhasil mengirim sebuah tendangan yang tepat mengenai bawah perut lawan.

   Pengawal Baju Merah itu terhuyung membungkuk bungkuk dan jatuh terduduk.

   Karena gemas, Hong Ing terus lari hendak menabasnya tetapi dicegah Hoa Sin.

   "Jangan, nona biarkan dia hidup. Dia sudah cukup menderita menjadi pengawal Thian tong kau disini."

   "Wah. hebat sekali ilmusilat pangcu!"

   Tiba2 Blo'on menghampiri dan memuji.

   "Maukah kongcu mempelajarinya?"

   Kesempatan itu digunakan Hoa Sin untuk menganjurkan supaya Blo'on mau belajar silat. Tetapi pemuda gundul itu gelengkan kepala .

   "Buat apa ? Orang belajar silat tentu harus menyiksa diri untuk berlatih keras. Padahal aku tak dapat mengingat apa2."

   Dalam pada itu Ceng Siang suthay, Hong Hong tojin dan SianLi pun sudah berbangkit.

   "Aneh,"

   Tiba2 Ceng Sian suthay berkata.

   "Mengapa?", Hoa Sin terkejut.

   "Sejak pertempuran berlangsung sampai sekian lama mengapa Pang To Tik tak tampak batang hidungnya? Kemanakah gerangan dia?"

   Hoa Sin dan Hong Hong lojin seperti disadarkan.

   Memang sejak loncat ke atas panggung dengan alasan hendak mengacau bagian dalam Thian tong kau, Pang To Tik sudah tak muncul lagi.

   Tetapi belum sempat mereka melanjutkan dugaannya, tiba2 seorang pengawal Baju Merah melangkah maju menghampiri.

   Karena yang berada paling depan adalah kakek Lo Kun yang sedang melilitkan ular thiat-bi-coa ke pinggangnya, pengawal Baju Merah itupun segera menyerangnya.

   W ut .....

   tahu2 pengawal Baju Merah yang bertubuh tinggi besar itu sudah ayunkan sebuah senjata istimewa menghantam kepala Lo Kun.

   Senjata itu berbentuk seperti orang, besarnya sama dengan seorang anak kecil, terbuat dari bahan besi jang berat.

   Ketika diayun menimbulkan deru angin yang keras sekali.

   Lo Kun masih menundukkan kepala untuk libatkan ular kepinggang.

   Tampaknya dia tak, tahu dan tak mengacuhkan senjata aneh dari pengawal Baju Merah itu.

   "Kakek, awas kepalamu!", serentak Sian Li menjerit.

   "Uh ...

   "

   Tiba2 kakek itu mendesuh kaget dan tahu2 tubuhnya terlempar sampai dua tombak, 'Buk ... ia terlempar jatuh kelantai. Ia melenting bangun dan marah .

   "Hai, Blo'on. engkau benar2 kurang ajar sekali ! Mengapa engkau mendorong aku sampai jatuh ?"

   "Jagan salah faham kakek."

   Seru Sian Li.

   "lihat Pengawal Baju Merah itu.

   "kalau tak didorong suko, engkau tentu sudah terluka."

   "Ya. kutahu."

   Kata kakek Lo Kun.

   Sian Li tertegun.

   Kalau sudah tahu mengapa kakek itu marah.

   Tetapi ia tak mau berbantah karena saat itu Blo'on sudah diserang oleh pengawal Baju Merah.

   Senjata yang berbentuk seperti orang2an dari pengawal Baju Merah itu disebut Thong-jin pang atau Gada Orangtembaga.

   Beratnya tak kurang dari seratus kati.

   Rupanya ngeri juga Blo'on melihat kedahsyatan senjata itu.

   Ia loncat mundur untuk menghindar.

   Berpikir Hoa Sin.

   "Jika Blo'on yang maju, dikuatirkan anak itu hanya menirukan saja semua gerak lawan. Pada hal anak itu tak memiliki senjata yang seberat milik lawan. Dan apabila sampai salah gerak, berbahaya sekali akibatnya. Tubuh tentu akan hancur. Begitu pula kalau kakek Lo Kun yang maju. Jika Ceng Sian suthay atau Hong Hong lojin, kedua tokoh itu juga tak punya senjata yang berat. Ah, lebih baik dia saja. Akhirnya Hoa. Sin memutuskan. Tetapi sebelum ia sempat bergerak, Sian li sudah loncat menyambut pengawal Baju Merah itu. Hoa Sin hendak mencegah tetapi saat itu pengawal Baju Merah sudah menyerang Sian li. Sian Li menghindar lalu menerjang. Ia menggunakan siasat menghindar dan menerjang karena tahu bahwa adu kekerasan dengan senjata yang sedemikian berat tentu akan kalah.

   "Lojin, siapakah orang itu?"

   Tanya Hoa Sin kepada Pek I lojin.

   "Dia adalah Toh-hun-ki jin Uwat Lo Seng yang pernah menggemparkan dunia persilatan,"

   Kata Pek I lojin.

   "pernah dia seorang diri mengamuk pasukan Goan dalam kubu sehingga prajurit2 Goan banyak yang mati, terluka dan melarikan diri. Dia orang limbung tetapi sebenarnya berhati jujur. Sayang dia agak tolol sehingga sering diperalat orang2 jahat. Misalnya, pernah dia disuruh masuk ke hutan. Katanya di dalam sebuah gua terdapat harta karun. Tetapi setelah dia masuk yang didapat bukan harta melainkan seekor ular besar. Tetapi berkat tenaganya yang kuat dan senjatanya yang ampuh, dia berhasil membunuh ular naga itu."

   "Murid siapakah dia itu ?"

   Tanya Hoa Sin.

   "Tentang gurunya, tiada seorangpun yang tahu. Kemungkinan dia tentu bertemu dengan seorang sakti yang memberinya pelajaran silat. Tatapi orang sakti itu tak mau memberitahu namanya,,"

   Menerangkan Pek I lojin.

   Hoa Sin merenung.

   Diam2 ia mencemaskan keselamatan Sian Li.

   Ia mencari akal bagaimana hendak membantu nona itu.

   Tetapi Sian Li sudah bertekad untuk memenangkan pertempuran itu.

   Ia kembangkan ilmu pedang Giok-li-kiam yang mengutamakan kelincahan , kecepatan dan ketepatan.

   Diam2 dia menganggap bahwa kepandaian orang tinggi besar itu tak berapa tinggi.

   Dia hanya mengandalkan tenaganya yang luar biasa kuatnya.

   Giok li-san-hoa atau Bidadari menabur bunga, merupakan jurus yang indah dan sulit dihindari lawan mulai dikembangkan Sian Li.

   Tetapi karena dia tak berani adu kekerasan, maka setiap tusukan yang seharusnya dilancarkan penuh terpaksa setengah jalan harus ditarik pulang.

   Tiba2 pengawal Baju Merah itu merobah jurus permainannya.

   thong-jin-pang diputar sederas angin puyuh, hingga anginnya sampai menimbulkan suara menderu dan tamparan yang menebar ke empat penjuru.

   Pakaian dari tokoh2 yang berada di sekeliling tempat itu sampai berkibaran.

   "Sumoay, mundur!"

   Seru Blo'on melihat Sian Li mandi keringat. Tetapi Sian Li sudah bertekad hendak mengalahkan lawan, la tak memperdulikan seruan sokonya.

   "Jika engkau tak mau mundur, aku tak ikut maju,"

   Tiba2 Bloon berseru pula. Sian Li terkejut. Ia tahu watak sukonya. Sekali bilang tentu akan dilaksanakan. Padahal sukonya itu tak membekal senjata. Tiba2 Blo'on menghampiri Hoa Sin dan berkata.

   "Hoa pangcu, tolong pinjam tongkatmu"

   "Buat apa -!"

   "Apakah tongkatmu itu tahan beradu dengan senjata orang baju merah itu ?"

   Hoa Sin tertawa .

   "Jangan kuatir. Tongkat itu adalah lambang jiwa pemiliknya. Tongkat masih utuh, pemiliknyapun masih hidup. Tongkat putus, putuslah jiwa pemiliknya."

   Baru ketua Kay-pang itu berkata begitu, pengawal Baju Merah bersenjata gada, sudah menghampiri.

   "Cepat pangcu,"

   Blo'on segera menyambar tongkat ketua Kay-pang.

   Tepat pada saat itu Gwat Lo Seng sudah ayunkan gadanya.

   Blo'on marah melihat kekasaran orang itu.

   Diapun juga ikut mengayunkan tongkat Bak kau-pang untuk menangkis, tring..

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
gada yang beratnya seratusan kati terpental membawa orangnya ikut tersurut mundur.

   Pengawal Baju Merah itu tertegun.

   Tampak rupanya ia terkejut.

   Sesaat kemudian ia maju lagi dan terus menyerang Blo'on.

   la segera menirukan semua gerakan lawan.

   Berderingdering bunyi kedua benda yang keras itu melengking nyaring.

   Rupanya pengawal Baju Merah itu makin penasaran.

   Ia pergencar serangannya tetapi tetap sia2.

   Kemana dan betapapun gada bergerak tentu selalu disambut oleh tongkat Bloon.

   Karena marah, mulut pengawal Baju Merah itu sampai mendengus dengus seperti kerbau lari.

   Ternyata tadi karena menerima serangan yang berbahaya Sian li loncat keluar gelanggang, maka pengawal Baju Merah itu segera berganti mengganyang Bloon.

   Tetapi kali ini dia ketemu batunya.

   Melihat sukonya sudah menunjukkan ilmu latah yang aneh, Sian Li timbul pikiran baru.

   "Jika sukonya menggunakan pedang Pek liong kiam, bukankah gada lawannya akan terpapas putus."

   "Ya, benar,"* pikirnya lebih mantap.

   "tetapi bagaimana cara untuk memberikan pedang Pek-liong kiam ini kepadanya ?"

   "Suko,"

   Akhirnya ia coba untuk memanggil Bloon.

   "pakailah pedang Pek liong-kiam ini untuk memapas senjata orang itu."

   Blo'on diam saja.

   "Suko!"

   Teriak Sian Li pula.

   "pakaian pedangku ini, biar senjata lawanmu terbabat." ''Tidak perlu,"

   Sahut Blo'on.

   "Mengapa, suko ?"

   "Aku senang dengan tongkat dari Hoa pangcu ini, walaupun hanya tongkat penggebuk anjing tetapi dapat menahan gada yang besar. "Suko ....,"

   Baru Sian Ll berseru demikian tiba2 pengawal Baju Merah itu taburkan gadanya ke arah Bloon.

   Melihat itu Bloon pun melontarkan tongkatnya.

   Tring, terdengar letupan keras ketika kedua senjata itu saling berbentur lalu jatuh menghantam lantai papan sehingga pecah.

   Pengawal itu terus hendak mengambil gadanya tapi sekoyong-konyong Blo'on loncat menubruk dan memeluknya.

   "Uh ... uh ....pengawal Baju Merah itu mendengus dan mendesuh serta berusaha untuk meronta tetapi bagaimanapun ia berontak dengan seluruh tenaganya tetap tak mampu melepaskan diri dari pelukan Blo'on. Pengawal itu merasa seperti didekap oleh sepasang tangan yang aneh. Makin ia meronta, makin tangan Blo'on itu mengunci keras, makin kedua lengan Blo'on mengencang dan memancarkan tenaga yang besar. Itulah keistimewaan dari tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang yang jarang terdapat di dunia persilatan. Akhirnya pengawal Baju Merah itu kewalahan dan kehabisan tenaga. Dia diam saja. Eh tiba2 merasa kedua, lengan Blo'on itupun lemas seperti tak bertenaga. Diam2 ia menghimpun tenaga dalam lagi dan huh .... sekali menggembor ia memberontak sekuat kuatnya. Karena terkejut Blo'on melonjak dan melambunglah tubuhnya sampai setombak tingginya dengan masih mendekap pengawai itu. Sorak gempar terdengar dari mulut tokoh2 ketua partai persilatan, Sian Li, Hong Ing bahkan Pek I lojin.

   "Hai, Blo'on hendak engkau terbangkan kemana orang itu,"

   Teriak kakek Lo Kun yang ikut terkejut karena melihat Blo'on terbang membawa pengawal Baju Merah.

   Bummmmm ....

   keduanya meluncur ke bawah lagi.

   Karena masih dipeluk Blo'on, Pengawai Baju Merah itu tak dapat berbuat apa2 kecuali menurut saja pada Blo'on yang meluncur turun.

   Dan lebih celaka adalah jatuhnya pengawal itu.

   Ketika menginjak lantai, Bloon tergelincir jatuh ke muka menindih pengawal itu.

   Sudah tentu pengawal itu meringis kesakitan dan karena geram tak dapat melepaskan diri dari dekapan Bloon, tiba2 ia nekad dan menggigit tangan Blo'on.

   "Aduh .... !"

   Bloon menjerit kesakitan.

   Tanpa disadari ia layangkan tangan kirinya menabok kepala orang itu, plak.

   Seketika orang itupun tak ingat diri.

   Baru Blo'on berdiri, seorang pengawal Baju Merah sudah maju pula dan terus sabitkan sebatang pedang bengkok ke arah Bloon.

   "Awas, suko!"

   Seru Sian Li memberi peringatan.

   Blo'on memang sudah tahu.

   Ia pun segera menundukkan kepala sehingga pedang bengkok itu pun melayang lewat di atas kepalanya.

   Tetapi baru saja Blo'on menegakkan kepala, dan belakang pedang bengkok itu tiba2 berputar balik dan menyambar kepalanya lagi.

   Kembali Sian Li meneriaki sukonya dan Blo'onpun menundukkan kepalanya pula.

   Luput menyambar kepala, pedang bengkok itupun melayang kembali kepada pengawal Baju Merah yang segera menyambutnya, lalu melontarkannya lagi.

   Bahwa setelah mengirim pedang bengkok itu lagi, tangan kiri pengawal Baju Merah itu pun melayangkan sebilah pedang bengkok lain.

   Kini Blo'on diserang oleh dua batang pedang terbang.

   Yang satu mengarah kepala dan yang satu mengarah kaki.

   jika Blo'on hanya menundukkan kepala, kakinya tentu termakan pedang bengkok itu.

   Untunglah ketika melihat bahaya.

   timbul pikiran Blo'on untuk merebahkan diri di lantai sehingga kedua pedang bengkok itu tak mengenai sasaran.

   Pun baru saja BIo'on hendak bangun, kedua pedang bengkok yang satu dari kanan dan yang satu dari kiri, melayang balik - arahnya pun sama, menyerang kepala dan kaki.

   Terpaksa Bloon rebah lagi.

   Kedua pedang bengkok itupun melayang kembali kepada pengawal Baju Merah tetapi masih tiga empat langkah jaraknya, pengawal Baju Merah itu tiba2 dorongkan sepasang tangannya dan kedua pedang itupun segera melayang ke arah Blo'on lagi.

   Saat ita baru saja Blo'on hendak bangun atau dia harus rebah lagi untuk menghindar.

   Tiba2 pengawal Baju Merah itu mengambil dua batang pedang bengkok lagi dan terus disabitkan ke arah leher dan perut Blo'on.

   Sesaat kedua pedang itu melayang, kedua pedang yang menyambar pertama tadipun sudah melayang balik dan disambuti.

   Kemudian dilemparkan lagi tepat pada saat kedua pedang lontaran kedua melayang balik.

   Dengan demikian pulang balik pengawal Baju Merah itu bergantian menyambut dan melontarkan lagi dua pasang pedang bengkok.

   Blo'on mati kutu.

   Dia tak dapat bangun karena di atas tubuhnya selalu terdapat dua batang pedang yang melalu lalang.

   "Siapakah tokoh itu, lo-cianpwe,"

   Sian Li berpaling dan bertanya kepada Pek I lojin.

   "Kalau tak salah,"

   Pek I lojin kerutkan dahi seperti sedang mengingat-ingat.

   "dulu di daerah Biau terdapat seorang pendekar yang sakti. Entah darimana diperolehnya, tetapi dia memiliki ilmu kepandaian melontar pedang bengkok secara istimewa sekali. Dikata istimewa karena sekaligus dia dapat melepaskan tujuh batang pedang. Ketujuh pedang itu dapat dikuasainya dilontar-Iontarkan seperti anak kecil bermain-main karena setiap kali dilontarkan pedang itu tentu melayang kembali kepadanya.

   "Ah, benar2 aneh sekali dan banyak ragamnya ilmu kepandaian silat dalam dunia persilatan itu. Apakah dunia persilatan di Tionggoan tiada tokoh yang mampu melontarkan pedang seperti itu?"

   Tanya Sian Li.

   "Ada,"

   Sahut Pek I lojin.

   "ada seorang paderi dari gereja Siau-lim-si yang hidup seratus tahun yang lalu. Ketika dia masih hidup dia dapat melontarkan pedang dan menguasainya. Tetapi kepandaian itu berdasarkan ilmu tenaga-dalam yang sempurna sehingga dapat mencapai ilmu pedang terbang."

   "Dan saat ini, siapakah yacg dapat melakukan hal itu ?"

   Tanya Sian Li.

   "Aku belum mendengar,"' jawab Pek I lojin. tapi seperti yang kukatakan masih banyak tokoh2 ahIi yang tak mau unjuk diri melainkan suka mengasingkan diri dari dunia persilatan."

   "Lo-cianpwe,"

   Kata Sian Li mulai cemas.

   "lalu bagaimana dengan suko nanti ? Bukankah dia akan celaka nanti?"

   "Jika dia mempunyai pedang pusaka, tentu dapat manyapu pedang bengkok lawannya."

   "Jika begitu, biarlah dia memakai pedangku,"

   Seru Sian Li, lalu mencabut pedang Pek liong-kiam.

   Tetapi ketika berpaling hendak meneriaki Blo'on, ia terkejut sekali.

   Saat itu pengawal Baju Merah telah melepaskan lima batang pedang bengkok.

   Karena selalu tak dapat bangun akhirnya Blo'on jengkel dan melenting.

   Dalam keadaan tubuh masih rebah seperti orang tidur, Blo'onpun melambung ke atas sampai dua tombak tingginya.

   Tiba2 pengawal Baju Merah itu lepaskan pula pedang bengkok yang ketujuh ....

   Jilid 39. Melihat Blo'on terancam oleh tujuh batang pedang terbang yang dilepas oleh pengawal Baju Merah, menjeritlah Sian Li.

   "Hai, hati-hati!"

   Tiba2 Pek I lojin ikut menjerit seraya mengangkat kedua tangannya seperti orang yang bersikap kaget.

   Hoa Sin, Ong Sian dan Hong Hong juga terkejut tetapi mereka tak keburu menolong.

   Tiba2 suatu peristiwa aneh terjadi.

   Pedang bengkok terakhir yang dilepas pengawal Baju Merah itu entah bagaimana, tahu2 menjadi lambat jalannya.

   Dan tahu kalau dirinya akan diganyang dengan pedang, Blo'on bergeliatan sembari menendang.

   Plak.....

   Pedang bengkok yang ketujuh itupun tertendang dan mencelat ke udara.

   Dalam pada itu keenam batang pedang bengkok yang lain pun silih berganti menyambar tubuh Blo'on.

   Rasa takut yang membangkitkan rasa kejut kemudian meningkat menjadi rasa marah atas perbuatan orang yang telah menghujamnya dengan tujuh batang pedang, membuat Blo'on ingin untuk menangkis serangan pedang itu.

   Maka iapun segera berjumpalitan di udara sembari menyapu setiap pedang yang menyambarnya.

   Tring, tring, tring .....

   Enam batang pedang bengkok itu sesungguhnya luar biasa sekali.

   Dengan dikendalikan oleh tenaga-dalam dari pengawal Baju Merah itu, ketujuh pedang bengkok itu dapat menghindar dan menyambar.

   Seperti halnya waktu Bloon masih berada di tanah tadi.

   Berulang kali dia hendak mengangkat tubuh untuk menghindar selalu pedang bengkok itu mengejarnya.

   Tetapi anehnya, ketika melayang di udara Blo'on dapat berjumpalitan dapat pula membabat serangan pedang bengkok.

   Dengan pedang Pek-liong-kiam yang luar biasa tajamnya, keenam pedang bengkok itu terbabat putus semua.

   Kemudian dengan gaya mirip burung belibis melayang ke tanah, Blo'onpun segera meluncur turun.

   Tempik sorak yang gegap gempita segera, berhamburan dari tokoh2 ketua persilatan yang menyaksikan permainan Blo'on itu.

   Bahkan kakek Lo Kun segera lari merghampiri dan ngok ....

   ia mengecup pipi Bloon dengan keras.

   "

   Aduh ..... ! "

   Blo'on menjerit seraya mendorong tubuh kakek itu.

   "mengapa engkau menggigit pipiku?"

   Kakek itu tercengang, serunya.

   "

   Siapa yang menggigit? Aku mencium pipimu."

   "Masakan mencium pakai gigi?"

   Blo'on bersungut-sungut.

   "O, anak goblok,"

   Seru kakek Lo Kun.

   "ciuman itu berbagai macam. Mencium dengan hidung tanda kasih, mencium dengan mulut tanda cinta, mencium dengan gigi tanda mesra. Eh apakah engkau sakit?"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sambil mengusap pipinya yang membekas gigi kakek Lo Kun, Blo'on menggeram.

   "Kalau tidak sakit masakan aku menjerit? Untung cepat2 kudorong, kalau tidak, mungkin pipiku tentu terluka!"

   "Jika begitu, apakah aku dulu salah "

   Kakek Lo Kun terlongong-longong.

   "Apakah muksudmu?"

   Tegur Blo'on.

   "Dahulu ketika mencium calon pengantinku, memang kugigit dengan gigi, diapun menjerit dan menampar pipiku. Aku tertawa girang karena kalau seorang nona cantik itu menampar pipi, itu tanda cinta. Karena gadis tak mungkin mau mencium seperti orang laki."

   "Sudah tentu nona itu marah,"

   Desuh Blo'on "siapa yang mau dicium mulutnya dengan digigit pakai gigi. Bisa putus atau paling tidak berdarah bibirnya."

   Mendengar ocehan kakek limbung dan pemuda blo'on itu, para ketua partai persilatanpun tertawa. Bahkan Hoa Sin, ketua Kay-pang yang suka bergurau, tertawa geli.

   "Kalau dekat dengan kakek itu, umur bisa panjang karena orang terus tertawa saja,"

   Serunya. Tetapi kakek Lo Kun itu tak menghiraukan mereka. Ia melanjutkan pertanyaan kepada Blo'on.

   "Eh. Blo'on, jangan coba mengajari orang tua. Lalu bagaimana cara engkau mencium kekasihmu atau pun calon pengantinmu kelak?"

   Blo'on terlongong.

   "Soal itu aku belum tahu karena aku belum pernah mencium anak perempuan dan belum punya pengantin. Tetapi yang jelas, kalau mencium ya hanya pakai hidung atau mulut tidak pakai menggigit segala."

   "Kurang mesra !"

   Teriak kakek Lo Kun.

   "kalau dalam soal bercinta dengan wanita, kakekmu ini seorang jagoan. Sudah berapa banyak wanita2 yang sekali kucium tentu ketagihan dan selalu minta kucium lagi. Karena terlalu mengobral ciuman, nih, lihatlah gigiku sampai ompong."

   Pecah gelak tertawa pula ketika para tokoh2 persilatan mendengar uraian kakek Lo Kun.

   "Kakek, sekarang baru ketahuan mengapa pengantinmu dulu dilarikan orang. Dia bukan dilarikan tetapi memang ikut lari dengan orang lain karena dia tentu tak suka kepadamu. Dia tentu kuatir bibir, hidung dan pipi habis engkau makan, hi, hi, hi ....."

   Tiba2 Sian Li menyelutuk dan tertawa mengikik.

   "Hus, anak perempuan,"

   Teriak Lo Kun.

   "jangan engkau tertawa-tawa dulu. Kelak kalau suamimu menggigit bibir dan hidungmu, baru engkau tahu rasa. Kasih tahu kalau engkau sudah mendapat kekasih, nanti biar kuajarkan dia bagaimana mencium."

   Sian Li merah wajahnya tetapi beberapa tokoh persilatan itu tertawa.

   Tiba2 pengawal Baju Merah atau pendekar dari Biau itu, maju menghampiri Blo'on lalu menyerangnya dengan pedang.

   Pedang itu tipis sekali dan permainan orang itupun luar biasa cepatnya.

   Blo'on terkejut dan loncat mundur.

   Kakek Lo Kun maju menyongsong dengan pukulan.

   "Gila, mundurlah!"

   Hoa Sin cepat membertak dan menarik bahu kakek itu ke belakang.

   Terlambat sedikit saja, tangan Lo Kun tentu kutung.

   Sebenarnya sehabis menarik bahu kakek Lo Kun, Hoa Sin terus hendak menyerang dengan tongkat Bak-kau-pang tetapi ternyata kakek Lo Kun itu salah mengerti.

   Dia marah.

   Begitu Hoa Sin hendak maju, dia terus menarik ujung pinggang baju Hoa Sin.

   "Mundur serunya. Saat itu pengawal Baju Merah sedang mengayunkan pedangnya yang tajam, tetapi karena Hoa Sin ditarik mundur kakek Lo Kun, tabasan itupun luput. Setelah menarik mundur Hoa Sin, kakek Lo Kun terus nyelonong maju dan menghantam.

   "duk", kali ini karena pengawal Baju Merah sedang menjulurkan tangan kanan mengantarkan pedangnya ke muka, bahunya tak terlindung dan termakan pukulan kakek Lo Kun. Pengawal Baju Merah itu terhuyung-huyung beberapa langkah.

   "Tuh, lihat, bukankah aku mampu memukulnya ?"

   Kakek Lo Kun berpaling kepada Hoa Sin dan berkata dengan bangga.

   Pada saat itu pengawal Baju Merahpun sudah menerjang pula dengan ayunkan pedangnya.

   Melihat kakek Lo Kun masih berpaling memandang kepadanya, Hoa Sin kuatir.

   Jelas kakek itu tentu akan termakan pedang lawan.

   Cepat ia mencengkeram baju Lo Kun terus ditariknya kebelakang.

   "Uh"

   Kakek Lo Kun terseret mundur dan tepat pada saat itu pedang pengawal Baju Merah melayang sehingga tak mengenai.

   "Gila !"

   Lo Kun menjerit.

   "apakah engkau mengajak tariktarikan baju ?"

   Tetapi Hoa Sin tak mengubris.

   Ia terus maju hendak menggebuk pengawal Baju Merah.

   Tetapi kakek Lo Kun tak puas.

   Ia menubruk pinggang Hoa Sin lalu diseretnya mundur.

   Tepat pada saat itu sebenarnya pengawal Baju Merah sedang merobah jurus permainannya dengan membabatkan pedang ke pinggang Hoa Sin tetapi karena Hoa Sin diseret mundur oleh kakek Lo Kun, babatan pedang itupun hanya mengenai angin saja.

   Dua tiga kali serangan pedang pengawal Baju Merah itu luput karena terjadinya tarik menarik antara kedua orang itu.

   Rupanya pengawal Baju Merah itupun makin marah.

   Sekarang dia loncat maju untuk menggunakan kesempatan pada saat Hoa Sin masih dipeluk kakek Lo Kun.

   Dengan beringas, pengawal Baju Merah itu membabatkan pedangnya ke pinggang kedua orang itu.

   "Bluk ...."

   Hoa Sin terkejut ketika melihat serangan maut dari pengawal Baju Merah itu.

   la pun tahu kalau kekek Lo Kun itu seorang kakek limbung, untuk memberi penjelasan jelas tak keburu lagi.

   Maka dengan menggunakan sebuah jurus Lokgan- bhe atau Kuda-jatuh, ia menyapu kaki kakek Lo Kun sehingga jatuh dan karena kakek itu masih belum melepaskan dekapannya, Hoa Sinpun ikut jatuh bergelundungan dilantai.

   Tepat pada saat itu pedang pengawal Baju Merahpun melayang tiba.

   Karena kedua orang itu jatuh maka sambaran pedangnya pun kembali hanya membabat angin.

   Pengawal itu makin marah.

   Segera ia memburu dan ayunkan pedangnya pula.

   Saat itu kakek Lo Kun dan Hoa Sin masih bergelundungan di lantai.

   Melihat itu dengan sekuat tenaga Hoa Sin meronta dan membawa tubuh Lo Kun bergelundungan ke tanah.

   Kembali bacokan pengawal itu luput.

   Dia mengejar lagi dan kali ini karena merasa dirinya dibanting dan diguling-gulingkan, kakek Lo kun pun marah.

   Dengan sekuat tenaga diapun balas menggulingkan tubuh Hoa Sin kekiri sehingga bacokan pengawal itu luput.

   Tetapi betapapun mereka bergelundungan akhirnya kalah tangkas juga dengan pengawal Baju Merah sudah berhasil mengejar lagi dan membacok.

   Kali ini baik Hoa Sin maupun kakek Lo Kun memang tak dapat berkutik lagi.

   Kedua tokoh itu terancam dengan tabasan pedang.

   Tetapi pada saat bahaya dengan tiba2 pengawal Buju Merah itu mengaum keras lengannya telah dipeluk dari belakang oleh seseorang.

   Karena terkejut dia meronta sekuat-kuatnya tetapi akibatnya malah runyam.

   Dia merasa tubuhnya seperti dijepit papan baja yang luar biasa kuatnya sehingga tulang-tulangnya terasa akan patah.

   Sedemikian besar sakit yang dideritanya sehingga dia sampai meraung-raung dan peluh bercucuran membasahi dahi.

   Kembali ia menghimpun tenaga-dalam, sesaat kemudian dengan sekuat tenaga, dia berontak lagi disertai dengan gerakkan kaki.

   Tetapi kembali dia harus meringis kesakitan karena tangan yang mendekapnya itu terasa makin mengencang keras sekali sehingga hampir saja ia tak dapat bernapas.

   Dalam pada itu Hoa Sin dan kakek Lo Kun pun sudah saling lepaskan dekapannya dan loncat bangun.

   "Hai, pangcu Pengemis,"

   Tegur Lo Kun marah2, mengapa engkau menarik bajuku sampai rompal begini?"

   Hoa Sin tahu bahwa kakek itu memang limbung maka diapun tak marah melainkan tertawa.

   "Eh, mengapa tertawa ? Apakah engkau memang hendak menelanjangi aku ?"

   Teriak kakek itu dengan marah.

   "Harap jangan salah mengerti, lojin,"

   Kata Hoa Sin.

   "adalah karena kuatir tanganmu terbacok pedang pengawal Baju Merah yang tentu luar biasa tajamnya, maka kutarik engkau kebelakang."

   "Tidak bisa,"

   Teriak Lo Kuu.

   "engkau tentu hendak merobek bajuku !"

   Sebenarnya Hoa Sin tak mau melayani kakek sinting itu. Dia terus menghampiri ke tempat Blo'on yang masih mendekap pengawal Baju Merah.

   "Hai, mau kemana engkau!"

   Teriak kakek Lo Kun seraya menyambar ujung baju ketua Kay Pang tetapi ketua Kay Pang itu menghindari ke muka.

   Lo Kun tetap ngotot hendak menyambar baju sehingga terjadi kejar mengejar antara kedua orang itu.

   Ketika tiba didekat Blo'on, pemuda itu marah.

   Ia mendorong tubuh pengawal Baju Merah kearah kakek Lo Kun seraya membentak.

   "Jangan gila-gilaan, kau kakek l"

   Bukan kepalang kejut Lo Kun ketika tiba2 tubuh pengawal Baju Merah itu didorong kearahnya.

   Serentak ia menghantamnya, duk ....

   pukulan tepat mendarat di dada pengawal Baju Merah dan orang itupun segera rubuh ke lantai.

   Sebenarnya setelah dia meronta tetapi bukan saja gagal pun kebalikannya tubuhnya malah seperti dijepit besi, pengawal Baju Merah lemas lunglai apalagi setelah didorong Blo'on, disambut dengan pukulan kakek Lo Kun, sudah tentu dia terkapar tak mampu berkutik lagi.

   Tanpa menghiraukan pengawal itu entah mati entah hidup, Blo'on terus menghampiri kakek Lo Kun dan menegur.

   "Kakek, mengapa engkau mengejar Hoa pangcu ?"

   "Karena dia hendak membuat aku malu. Masa bajuku dirobek begini?'' ia menunjukkan punggung bajunya yang robek karena ditarik Hoa Sin.

   "Bukan,"

   Seru Blo'on.

   "kulihat sendiri Hoa pangcu hendak menolong engkau supaya jangan kena tabasan pedang, masakan dia hendak merobek bajumu. Yang salah adalah bajumu sendiri mengapa ditarik saja sudah robek."

   "O, ya, ya, benar,"

   Kata kakek Lo Kun. Kakek itu memang aneh. Kalau terhadap lain orang dia tak mau mengalah tetapi kalau kepada Blo'on dia selalu menurut kata.

   "Tak usah kuatir,"

   Kata Blo'on.

   "nanti kalau kita ke kota, kubelikan baju baru untukmu."

   "Benar,"

   Teriak kakek Lo Kun tertawa girang.

   "Aku tak pernah bohong,"

   Sahut Blo'on.

   "engkau boleh pilih sendiri nanti, yang sutera atau blaucu atau apa aja."

   "Kalau begitu aku tadi salah,"

   Kata kakek Lo Kun serta menghampiri Hoa Sia.

   "Hoa pang-cu maafkan kelakuanku."

   Hoa Sin tertawa.

   "Aku yang bersalah merobekkan baju lojin. Biar besok aku yarg mengganti baju baru untukmu."

   "Tidak mau,"

   Seru kakek Lo Kun. Hoa Sin terbeliak .

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Mengapa ?"

   "Semua anggauta Kay pang itu bajunya robek dan tambalan. Aku tak mau pakai baju tambalan,"

   Seru kakek Lu Kun.

   Hoa Sin tertawa, Tiba2 dua orang pengawal Baju Merah maju menghampiri.

   Kali ini agak aneh perawakan kedua pengawal itu.

   Keduanya bertubuh pendek, masing2 membekal golok gergaji, golok yang matanya tidak tajam tetapi bergigi seperti gergaji.

   Begitu tiba, mereka terus menyerang Hoa Sin karena ketua Kay pang itu berada paling dekat sendiri.

   Pengawal2 dari Thian- tong-kau itu memang tak memilih lawan.

   Siapa yang dekat, dialah yang diserang.

   Hoa Sin loncat menghindar lalu mengirim sebuah pukulan keras.

   Pengawal yang berada disebelah kiri cepat loncat ke udara, berjumpalitan dan meluncur hinggap diatas bahu kawannya.

   Kini keduanya segera menyerang lagi.

   Karena yang satu hinggap di bahu yang lain, maka persambungan itu menjadikan mereka seorang yang tinggi, lebih tinggi dari seorang biasa.

   Dan jurus permainan golok merekapun mengejutkan.

   Kalau yang satu menabas ke kiri, yang diatas bahu tentu membacok ke kanan.

   Dengan demikian lawan tertutup jalannya untuk menangkis maupun menghindar.

   Hoa Sin terkejut menghadapi serangan aneh itu.

   Kalau dia menghindar ke kiri tentu disambut tabasan, kalau menyingkir ke kanan tentu disambut bacokan.

   Cara menghindarnya hanya loucat mundur.

   Tetapi kedua orang yang bertumpuk itu loncat mengejar.

   Walaupun mendukung kawannya tetapi gerakan pengawal Baju Merah yang di bawah itu tetap lincah dan gesit sekali.

   Ternyata waktu loncat memburu, pengawal yang naik di atas bahu kawannya itupun ikut membantu gerakan loncat kawannya dengan mengayunkan tubuh kemuka.

   Pokoknya, kedua orang itu dapat bergerak dengan seragam.

   Lebih gila lagi, dengan saling bertumpuk itu, tenaga-dalam mereka saling menyalur.

   Kalau melihat kawannya yang dibawah menangkis serangan lawan, pengawal yang diatas ikut menyalurkan tenaga-dalamnya kepada kawannya.

   Demikian kalau yang di atas terancam bahaya, yang di bawahpun menyalurkan tenaga-dalamnya ke atas.

   Berulang kali Hoa Sin harus terkejut ketika menangkis dengan tongkat Bak-kau-pangnya.

   Sebagai ketua Kay-pang sudah tentu dia memiliki tenaga-dalam yang hebat tetapi ia tetap tergetar tangannya apabila beradu senjata.

   Tak berapa lama, ketua partai Kay pang itu mandi keringat karena harus melayani serangan lawan yang gencar.

   Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin, melihat juga kesibukan ketua Kay-pang, tetapi mereka tak leluasa untuk membantu.

   "Lo cianpwe,"

   Kata Sian Li kepada Pek I lojin.

   "siapakah kedua pengawal yang aneh itu?"

   "Hm, kalau tak salah, dulu di Sujwan itu muncul sepasang saudara kembar yang pandai silat. Tak tahu siapa guru mereka. Hanya dunia persilatan gempar karena kemunculan kedua saudara kembar itu. Cara mereka bertempur selalu begitu, yang satu naik ke bahu yang lain sehingga mereka, berobah menjadi seorang manusia tinggi. Banyak jago2 persilatan yang tak berani cari perkara dengan kedua saudara kembar itu. Mereka terkenal dengan sebutan Sujwan-song ay, sepasang Kembar Pendek dari propinsi Sujwan."

   "Adakah Hoa pangcu mampu melayani mereka ?"

   Tanya gadis itu pula.

   "Hoa pangcu memiliki kepandaian yang sakti, tak mudah kedua orang pendek itu untuk mengalahkannya tetapi Hoa pangcupun sukar untuk merebut kemenangan,"

   Kata Pek I lojin.

   "Jika begitu, baiklah aku maju,"

   Seru Siau Li.

   "Jangan,"

   Pek l lojin mencegah. Ia tak melanjutkan katakatanya karena saat itu, melihat suatu peristiwa yang menggelikan. Tiba2 Blo'on menghampiri kakek Lo Kun, ia tanya.

   "Kakek, mari kita tirukan kedua orang itu. Engkau yang memanggul aku atau aku yang memanggul engkau ?"

   "Maksudmu kita juga saling memanggul seperti mereka?"

   Seru Lo Kun.

   "Ya,"

   Kata Blo'on.

   "mereka menggunakan cara selicik itu, kitapun juga harus mengimbangi permainan mereka."

   "Baiklah,"

   Kata Lo Kun.

   "aku saja yang memanggul engkau dulu, Nanti giliran. Kalau aku lelah, engkau yang harus memanggul aku."

   "Huh....."

   Kakek Lo Kun mendesuh tertahan ketika tahu2 Blo'on loncat dan mencempak bahu kakek Lo Kun. Karena tak siap, Lo Kun terhuyung-huyung dan jatuh.

   "Blo'on, engkau gila !"

   Teriak kakek Lo Kun.

   "kalau mau naik harus bilang dulu, mengapa tahu2 terus mencemplak saja !"

   Memang Blo'on tak menyadari bahwa karena loncat mencemplak itu ia telah menggunakan tenaga dan bergeraklah tenaga-dalam Ji-ih-sin kaugnya. Sudah tentu kakek Lo Kun tak kuat menahan cemplakan itu.

   "Maaf", kakek,"

   Seru Blo'on,"

   Sekarang bersiaplah, aku hendak naik ke bahumu."

   Lo Kun pasang kuda2 dan dengan pelahan Blo'onpun segera memanjat tubuh kakek itu. Tetapi baru kedua tangannya mencekal punggung Lo Kun, kakek itu tertawa keras dan meronta-ronta. Blo'on melongo, serunya.

   "Mengapa engkau ini?"

   "Engkau gila, masakan ketiakku engkau pegang, uh. geli sekali,"

   Kakek Lo Kun tertawa.

   "

   Kalau begitu, engkau saja yang kupanggul,"

   Kata Blo'on seraya bersiap.

   Lo Kun segera loncat mencekal kedua bahu Blo'on, lalu dengan meminjam tenaga tekanan itu ia hendak melayang keatas dan hinggap pada bahu Blo'on.

   Tetapi karena gerakan kakek Lo Kun itu dilakukan dengan keras, Blo'on terkejut.

   Setiap kali terkejut ia tentu mengeluarkan reaksi berupa pancaran tenaga-dalam Ji-ih sinkang.

   Sekali tenaga-sakti itu memancar maka tubuh kakek Lo Kunpun segera terlempar sampai dua tombak dan brak ..

   ia jatuh terbanting di lantai panggung.

   "

   Aduh, bedebah engkau Blo'on,"

   Kakek itu merangkak bangun seraya memaki.

   "mengapa engkau lemparkan aku sedemikian keras?"

   Bloon melongo.

   "Melemparkan engkau?"

   Serunya heran.

   "siapa yang melemparkan? Aku tak merasa melemparkan engkau."

   "Setan!"

   Kakek Lo Kun makin geram.

   "kalau tak engkau lemparkan masakan aku terlempar sendiri? Perlu apa aku harus melempar diriku sendiri sampai jatuh di lantai ?"

   Blo'on bingung memikirkan. Ia merasa tak melempar tetapi mengapa kakek itu terlempar sampai sejauh itu.

   "Maafkan, kakek,"

   Katanya seraya menghampiri "marilah engkau naik ke bahuku, tetapi pelahan-lahan saja."

   Dengan wajah masih penasaran kakek Lo Kun berseru .

   "Jongkoklah, lekas!"

   Blo'onpun menurut perintah. Setelah ia jongkok, barulah kakek Lo Kun naik dan duduk pada kedua bahunya.

   "Hayo, berdiri,"

   Perintahnya pula. Kini dapatlah Bloon memanggul kakek Lo Kun diatas bahunya. Kakek Lo Kun memberi perintah lagi supaya Blo'on maju menerjang kedua orang pendek itu. Tetapi. Blo'on membantah .

   "Nanti dulu, mereka bersenjata golok dan kita tidak, tentu kalah."

   "Jangan kualir, aku punja ular thiat-bi coa"

   Seru Lo Kun seraya melolos ular itu.

   "Tetapi aku bagaimana?"

   Tanya Blo'on.

   "Kalau engkau tak punya senjata, tak apa. Ular ini dapat melindungi kita berdua,"

   Kata kakek itu seraya melanjutkan mengorak ular thiat-bi-coa yang melilit pinggangnya. Hiiiihhhh.....! "

   Tiba2 Blo'on memekik dan melonjak sehingga melambung sampai setombak tingginya.

   "Hai, mengapa engkau ini!"

   Teriak kakek Lo Kun.

   "awas, kalau aku sampai jatuh, engkau tentu kugebuk dengan ular ini."

   Sambil berkata, kakek itu mengacungkan ular thiat bi-coa keatas, maksudnya hendak memberi gambaran kepada Blo'on tetapi tanpa disengaja, ekor dari ular itu meluncur, melingkar2 menusuk hidung Blo'on, haaasing ... Blo'on berbangkis.

   "Aduh ...!"

   Teriak Blo'on, Karena berbangkis, tubuh bergetar keras sehingga hampir saja kakek Lo Kun terlempar jatuh ke belakang. Karena gugup, ia mencengkeram kedua telinga Blo'on dan menariknya sehingga Blo'on menjerit kesakitan.

   "Kakek, mengapa engkau menjiwir telingaku?"

   Teriak Blo'on.

   "Mengapa engkau berbangkis sehingga aku sampai hampir jatuh ?"

   Balas Lo Kun.

   "Mengapa kakek menjulur ekor ular itu masuk ke hidungku?"

   Bantah Blo'on pula. Kakek Lo Kun tertawa mengekeh, kemudian berseru .

   "Sudahlah, mari kita serbu orang itu."

   Tepat pada saat itu Hoa Sin sudah payah. Sebenarnya ketua Kay-pang sudah nekad hendak melancarkan serangan maut. Melontarkan tongkat lalu menerjang. Tetapi untunglah sebelum ia bergerak, Blo'on sudah lari menghampiri dan berseru.

   "Hoa pangcu, silahkan mundur !"

   Melihat Blo'on memanggul kakek Lo Kun dan kakek itu memegang ular thiat bi-coa. Hoa Sin mengeluh.

   "Celaka, kedua orang itu memang limbung benar,"

   Hoa Sin mengeluh dan diam2 ia menyesal mengapa ia mau menurut permintaan Bloon tinggalkan gelanggang.

   "Hayo, kamu orang pendek,"

   Seru Lo Kun.

   "sekarang siapa yang lebih tinggi ?"

   Namun kedua pengawal Baju Merah yang bertubuh pendek itu tak mau menggubris. Mereka terus menyerang.

   "Celaka!' teriak kakek Lo Kun.

   "loncatlah. Blo'on !"

   Ternyata kedua pengawal Baju Merah itu, yang satu menyerang atas dan yang lain menyerang bawah.

   Serangan yang atas dapat ditahan oleh ular thiat-bicoa tetapi serangan yang bawah, harus ditahan Bloon.

   Pada hal blo'on tak membawa senjata apalagi kedua tangannya tengah memegang sepasang kaki kakek Lo Kun yang menggelantung pada kedua bahunya.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Itulah sebabnya mengapa Lo Kun buru2 meneriaki supaya Blo'on loncat menghindar.

   "Bagus!"

   Seru kakek Lo Kun ketika tubuhnya melayang sampai satu tombak karena dibawa Blo'on yang menurut perintahnya, loncat menghindari tabasan pedang lawan.

   Dan ketika melayang turun, kakek itu segera menjulurkan ular thiat-bi coa kearah kepala lawan yang berada diatas punggung saudaranya.

   Serangan yang tak terduga-duga itu menyebabkan sepasang orang pendek itu loncat mundur.

   "Ha, ha, ha,"

   Kakek Lo Kun tertawa gembira.

   "mengapa mundur ? Takut ?"

   Secepat mundur kedua orang pendek itupun segera menerjang pula. Mereka memainkan pedang gergajinya dengan deras.

   "Awas, Blo'on, berloncatanlah untuk menghindar serangan dibawah, nanti yang diatas serahkan kepadaku,"

   Kata kakek Lo Kun.

   Blo'on menurut.

   Berulang kali babatan dan tebasan pedang dari orang pendek yang dibawah, selalu luput karena Blo'on dengan gerak yang tangkas dan lincah dapat menghindarinya.

   Dia hanya menurutkan gerak serangan pedang lawan untuk menghindar.

   Sama sekali tak menurut jurus ilmusilat.

   Tetapi betapa gencar lawan menyerang, tetap dia dapat menghindar.

   Walaupun memanggul kakek Lo Kun tetapi tak mengurangi kegesitan Blo'on menghindar.

   Beberapa tokoh persilatan yang menyaksikan hal itu diam2 kagum disamping geli.

   Tetapi sepasang orang pendek itu tak henti-hentinya meraung dan mendesis karena marah dan geram.

   Tiba2 kedua orang pendek itu merobah gaya serangannya.

   Orang yang diatas bahu, sekonyong-konyong menjatuhkan diri kebelakang.

   Dengan begitu tubuhnya berada dipunggung saudaranya, dengan Kepala dibawah dan kaki tetap menggelantung pada leher saudaranya.

   Kemudian mereka mulai bergerak, berputar putar maju, makin lama makin cepat sehingga menyerupai sepasang baling2.

   '"Mundur !"

   Teriak kakek Lo Kun memberi perintah kepada Blo'on.

   "mereka menggunakan siasat baru, kita juga."

   Habis berkata kakek itupun terus jatuhkan diri kebelakang punggung Blo'on, kedua kakinya masih tetap menjepit leher Blo'on, sedang kepalanya menjulai kebawah tepat dibelakang pantat Blo'on.

   Blo'on rupanya mengerti akan maksud kakek itu.

   Diapun terus berputar-putar deras, menirukan gerakan lawan.

   "Suko, jangan!"

   Teriak Sian Li yang melihat gerak-gerik Blo'on menirukan lawan.

   la pikir, tindakan sukonya itu berbahaya karena sukonya tak bersenjata sedang lawan menggunakan sepasang pedang gergaji.

   Tetapi terlambat.

   Sepasang orang yang saling bertumpuk itu sudah maju merapat.

   Dan rupanya Blo'on juga tak mendengarkan teriakan Sian Li.

   Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Pek I lojin terkejut juga.

   Jelas Blo'on tentu menderita.

   Namun mereka tak dapat berbuat apa2 kecuali cemas.

   Tetapi suatu peristiwa aneh telah timbul sehingga membuat para tokoh persilatan itu tercengang.

   Entah bagaimana ketika kedua tubuh bertumpuk itu saling merapat, tiba2 gerakan tubuh sepasang orang pendek agak lambat, sedang gerakan Blo'on yang bertumpuk dengan kakek Lo Kun tetap gencar.

   Sepasang pedang gergaji itupun bahkan tersiak ketika ular thiat bi coa menyambar-nyambar.

   Walaupun tak dapat bicara tetapi kedua pengawal bertubuh pendek itu merasa aneh.

   Ketika Blo'on berputar-putar makin lama makin dekat, mereka seperti dilanda oleh angin yang kuat sekali.

   Mereka tak tahu angin apakah itu tetapi yang jelas angin itu mengandung tenaga tamparan yang hebat sehingga mereka harus kerahkan tenaga-dalam untuk menjaga keseimbangan diri agar jangan sampai terpental mundur.

   Ternyata angin itu adalah berasal dari tenaga-dalam Ji- ihsin kang yang memancar dari gerakan Blo'on.

   Blo'on sendiri tak menyadari bahwa karena harus mengeluarkan tenaga untuk memanggul kakek Lo Kun seraya berputar-putar seperti gangsingan, tenaga-dalam Ji -ih-sin-kangnyapun berhamburan keluar.

   Itulah sebabnya mengapa pedang kedua pengawal itu seolah lamban gerakannya.

   Terkejut kedua pengawal itu ketika menghadapi kejadian aneh itu.

   Tiba2 pengawal yang menggelantung dibelakang punggung saudaranya itu menggeliat keatas lagi dan kembali duduk pada bahunya.

   Melihat itu kakek Lo Kun pun cepat menggeliat keatas juga.

   Memang tak enak terus menerus kepala menjungkir kebawah itu.

   Karena buru2 hendak melonggarkan kepalanya yang sudah pusing maka kakek Lo Kun pun bergerak dengan cepat dan keras keatas.

   Dalam mengayun tubuh menggeliat keatas itu, tanpa disadari kedua kakinyapun menjepit leher Blo'on kencang2.

   "Heh .... heh....."

   Karena lehernya dijepit keras oleh kedua kaki Lo Kun.

   Blo'on hampir tak dapat bernapas.

   Seketika ia hendak melepaskan jepitan itu.

   Terdorong oleh keinginan, maka memancarlah tenaga dalam Ji ih-sin kang sehingga kakek Lo Kun terlempar ke depan.

   Tetapi karena kakinya masih menjepit leher Blo'on, pemuda itupun ikut terseret jatuh ke muka.

   Dan tepat sekali keduanya jatuh merubuhi lawanya yang saat itu tepat sedang membentuk diri dengan bersusun.

   Duk ...

   duk.....

   Memang aneh2 saja tingkah laku kedua manusia itu, Blo'on dan kakek Lo Kun.

   Seperti misalnya dulu ketika mereka berhadapan dengan barisan Lo han kun dari kaum paderi Siau- Iim si.

   Barisan Lo-han kun yang termasyhur itupun bobol juga karena gas beracun' dari pantat kakek Lo Kun yang terberakberak, Dan sekarang terjadi pula keanehan yang lucu.

   Blo'on dan kakek Lo Kun terhuyung menjorok ke muka dan membentur kedua orang pendek itu.

   Duk, duk, dada kedua pengawal pendek itu masing2 terbentur kepala Bloon dan kakek Lo Kun.

   Serentak sepasang saudara kembar yang saling terpanggul itu segera berantakan jatuh ke lantai.

   Dada mereka remuk.

   Juga Bloon dan kakek Lo Kun ikut jatuh bergelendungan tetapi mereka tak kurang suatu.

   Terdengar gelak tertawa yang nyaring dari para tokoh persilatan.

   Benar2 baru pertama kali itu mereka menyaksikan pertempuran yang aneh dan lucu seperti itu.

   Baru Blo'on dan Lo Kun tengel2 bangun, sepuluh pengawal Baju Merah segera maju.

   Mereka segera mengurung kedua orang dan menggerung-gerung seperti harimau.

   "Cap hou tin !"

   Seru Pek I lojin.

   "Sepuluh barisan macan ?"

   Tanya Sian Li. PeK I lojin mengangguk.

   "Siapakah mereka?"

   San Li menegas.

   "Mereka adalah sepuluh saudara Kwan dari gunung Tay pa san yang pernah menggegerkan dunia persilatan beberapa tahun yang lalu. Mereka pernah menantang barisan Lo hankun dari Siau lim-si."

   "Oh,"

   Seru Sian Li.

   "bukankah barisan Lo-han- kun itu sangat termasyhur kelihayannya ?"

   "Ya,"

   Sahut Pek I lojin.

   "tetapi ternyata kesepuluh harimau itu dapat mengimbangi juga. Walau pun tak menang tetapi merekapun tak sampai menderita kekalahan yang memalukan."

   "Siapa nama mereka, lo-cianpwe ?"

   Tanya pu la Sian Li yang rupanya memang senang mengetahui segala apa.

   "Mereka orang she Kwan dan memakai nama Hou, diurutkan menurut dari yang kesatu. Yang pertama Kwan It Hou, lalu Kwan Ji Hou, Kwan Sam Hou, Kwan Si Ngo Hou, Kwan Liok Hou, Kwan Jit Hou. Kwan Pik Hou, Kwan Kiu Hou dan Kwan Sip Hou,"

   Kata Pek I lojin.

   Sian Li tak dapat melanjutkan pertanyaannya karena saat itu Blo'on dan kakek Lo Kun sudah mulai diserang oleh kesepuluh macan dari gunung Tay-pa-san itu.

   Mereka masing2 menggunakan toya atau pentung besi.

   Mereka mengepung kedua orang itu ditengah lalu serempak menyerang.

   Blo'on terkejut.

   Dia hanya bertangan kosong.

   Karena gugup, ia menginjak tanah hendak loncat menghindar dan ternyata tubuhnya melambung sampai dua tombak tingginya.

   Kakek Lo Kunpun dapat menangkis serangan tongkat dengan ular thiat-pi-coanya.

   Kesepuluh pengawal Baju Merah itupun serempak mundur lalu menyerang lagi.

   Gerakan mereka selalu dilakukan dengan serempak.

   Cepat dahsyatnya bukan kepalang.

   Dua kali serangan mereka tetap dapat dihindari Blo'on dan kakek Lo Kun dengan cara yang sama.

   Tiba2 mereka merubah jurus dan serangannya.

   Yang lima menyerang maju, ketika Blo'on loncat ke udara dan kakek Lo Kun menangkis denga ular thiat-bi-coa, yang lima pun serempak maju menyerang.

   Saat itu Blo'on hendak meluncur turun tetapi ketika melihatnya sudah disambut dengan tongkat lagi, diapun bergeliatan meronta naik ke udars lagi.

   Sedang kekek Lo Kun berputar tubuh menyabatkan ular thiat-bi-coanya.

   Terpaksa kedua pengawal Baju Merah yang menyerangnya itu harus menyurut mundur sambil menggeram.

   Setelah dua kali serangannya gagal, kesepuluh pengawal Baju Merah itu merobah lagi gaya serangannya.

   Kini yang tiga maju, kemudian disusul tiga dan terakhir empat orang maju pula.

   Tiga lapis serangan itu memang membingungkan kakek Lo Kun.

   Dua gelombang serangan ia masih dapat menangkis, tetapi gelombang yang ketiga, ia terlambat.

   Untunglah ia masih mampu berkelit sehingga hanya bajunya yang tersambar tongkat sehingga robek.

   Marah kakek Lo Kun bukan kepalang;

   "Bangsat, engkau hendak menelanjangi aku?"

   Teriaknya lalu mengamuk.

   Ular Thiat-bi-coa diayun-ayunkan secepat angin sehingga untuk beberapa saat barisan kesepuluh macam dari gunung Tay-pasan itu terdesak mundur.

   Dalam pada itu Blo'onpun sempat meluncur turun.

   Melihat kesepuluh pengawal Baju Merah itu menyerang kakek Lo Kun, Blo'on berteriak-teriak.

   "Hai, jangan mengganggu orang tua, hayo lawanlah aku!"

   Serunya.

   Betapapun sakitnya, namun karena dikeroyok oleh sepuluh jago2 kuat yang memiliki barisan sakti, akhirnya kakek Lo Kun terkena juga kakinya.

   Ia jatuh di lantai tetapi tetap melawan dengan ular thiat-bi-coanya.

   Melihat kakek Lo Kun terluka dan kesepuluh pengawal Baju Merah itu tak menggubrisnya, marah sekali Blo'on.

   Sekali loncat ia terus menerkam tengkuk salah seorang pengawal, diangkatnya ke atas kepala lalu diputarnya untuk menyerang..

   Gegerlah kesembilan pengawal Baju Merah itu.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Mereka terkejut ketika menyaksikan Blo'on mampu membekuk salah seorang saudara mereka, justeru yang dibekuk itu adalah Kwan It Hou atau yang tertua dari kesepuluh saudara Kwan itu.

   Lebih terkejut ketika mereka melihat Bloon membolangbalingkan tubuh Kwan It Hou sebagai senjata.

   Apabila mereka menangkis atau menyerang dengan tongkat, jelas Kwan It Hou tentu akan mampus.

   Sebagai tanda untuk menumpahkan kemarahannya, salah seorang pengawal Baju Merah itu tiba2 memukul kepala kakek Lo Kun dari belakang Lo Kun menjerit dan rubuh.

   Melihat itu kemarahan Blo'on makin berkobar.

   Kwan It Hou serentak dilontarkan kearah mereka dan dengan gerak yang luar biasa cepatnya, ia menyambar seorang pengawal lagi terus dilontarkan kepada kawan kawannya.

   Demikian cara Blo'on mengamuk.

   Setiap orang yang terkena lemparan tubuh kawannya tentu akan rubuh.

   Terkejut sekalian tokoh2 persilatan menyaksikan Bio'on mengamuk.

   Walaupun bukan menurut jurus ilmu-silat tetapi cara Blo'on menerkam dan melontarkan tubuh lawan itu, cepatnya bukan alang kepalang.

   Diam2 tokoh2 itu kagum dan merasa bahwa dirinya tak mungkin mampu melakukan seperti perbuatan Blo'on itu.

   Dalam waktu yang singkat, Blo'on telah mengamuk habis kesepuluh pengawal Baju Merah itu.

   Keadaan mereka sungguh mengenaskan sekali.

   Ada yang kepalanya pecah, dadanya rompal, leher putus, tangan hilang, muka hancur dan lain2.

   Tak seorangpun yang hidup.

   "Kakek, bagaimana engkau,"

   Buru2 Blo'on menghampiri kakek itu dan mengangkat tubuhnya. Tiba2 kakek itu membuka mata .

   "Aku tak mati, hanya merasa pusing ketika kepalanya dihantam tongkat."

   Sian Lipun menghampiri.

   "Kakek Lo Kun, makanlah buah som ini,"

   Katanya seraya memberinya dua butir Cian-tan hayte som.

   "Aku tadi sudah makan, kalau terus menerus makan, bukan saja badanku panas, pun persediaanmu buah som itu tentu habis. Gunakanlah untuk menolong lain orang,"

   Kata kakek Lo Kun.

   "Tetapi kakimu?"

   Tanya Sian Li.

   "Ah, tak apa2, hanya terkilir, setelah kuurut-urut, nanti tentu sembuh,"

   Kata Lo Kun seraya berusaha bangkit lalu berjalan. Ternyata jalannya pincang.

   "Hoa pangcu, suthay, Hong Hong totiang, tiba2 Blo'on berseru.

   "dengan bertempur cara ini, kita hanya menghabiskan waktu saja. Hari sudah makin gelap. Lebih baik kita bekuk saja sisa dari kawanan pengawal itu. Setelah itu baru menangkap ketuanya."

   Setelah kesepuluh pengawal Baju Merah itu hancur, telah duapuluh satu pengawal yang kalah, sisanya hanya tinggal sembilan belas orang.

   Bloon, Ceng Sian, Hoa Sin, Hong Hong, Sian Li dan Hong Ing hanya berjumlah enam.

   Kakek Lo Kun masih terluka sedang Pek I lojin tak bisa ilmu silat.

   Diam2 Sian Li memperhitungkan kekuatan fihaknya dengan kekuatan lawan.

   Ia segera berpaling kearah Pek I lojin.

   "Lo-cianpwe, dapatkah lo-cianpwe membantu kami untuk ikut menyerbu mereka ?"

   Tanyanya.

   "Tetapi aku tak dapat bersilat, nona,"

   Kata Pek I lojin.

   Sian Li kerutkan dahi.

   Rupanya Hoa Sin tahu apa yang diresahkan nona itu.

   Tentulah nona itu mencemaskan kekuatan musuh.

   Kalau menyerbu saat itu, berarti seorang harus menghadapi tiga pengawal Baju Merah.

   Kalau menilik mereka itu rata2 berilmu tinggi, sukarlah untuk mengalahkan mereka.

   "Sebaiknya, jangan terburu nafsu dulu,"

   Kata Pek I lojin.

   "lebih baik tunggu setelah mereka berkurang jumlahnya baru kita serang dengan serempak. Mungkin pada saat itu lojin yang bernama Lo Kun itu tentu sudah sembuh lukanya dan dapat membantu."

   "Ya, benar suko, kata Sian Li,"

   Tunggulah beberapa saat lagi setelah mereka tinggal sedikit jumlahnya, baru kita serbu."

   Tiba2 seorang pengawal Baju Merah maju lagi dengan membawa senjata sebuah pikulan besi.

   Begitu berhadapan dengan Blo'on dia terus menyerang, bluk .....

   Tahu2 Blo'on disengkelit jatuh.

   Cepat ia berdiri tetapi sekali menggerakkan pikulannya, kembali Blo'on jatuh mencium lantai.

   Blo'on terlongong-longong.

   Ia bangun lagi tetapi segera disambut dengan pikulan dan bluk ...

   ia terpelanting jatuh.

   Melihat itu Hong Ing maju hendak menolong Segera ia mencabut pedang dan menyerang pengawal Baju Merah itu.

   Tetapi sekali gerakkan pikulan besinya.

   Hong Ingpun terpelanting jatuh juga.

   "Lo cianpwe, siapakah tokoh yang aneh itu", tanya Siau Li.

   "Kalau tak salah, pernah kudengar tertang seorang tokoh aneh yang digelari orang sebagai Lu san-jau-bu atau Penebang-kayu dari gunung Lusan. Dia bukan tergolong tokoh jahat, bukan juga tokoh baik. Pokok, dia tak mau menyalahi orang. Tak mau menghina juga tak mau dihina. Senjatanya sebuah pikulan besi, memiliki ilmu pikulan yang aneh sekali. Setiap kali bergerak orang tentu tersengkelit jatuh,"

   Jawab Pek I lojin.

   "Aku mau mencobanya,"

   Kata Sian Li terus maju menghampiri pengawal Baju Merah itu dan menyerangnya, uh.....

   tahu2 tubuhnya terangkat dan terbanting ke lantai.

   Dengan penasaran, ia bangun lagi.

   Pada saat itu Hong Ing pun bangun.

   Keduanya serempak menyerang, bluk, bluk ....

   kembali keduanya harus menahan kesakitan karena pantatnya beradu dengan lantai.

   Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Hoa Sin terkejut menyaksikan ilmu permainan aneh dari pengawal Baju Merah itu.

   Namun mereka mendapat kesan bahwa setiap kali sudah berhasil menyengkelit orang, pengawal itu tak mau menyerang lagi.

   Ketiga ketua partai persilatan itu segan untuk maju.

   Apabila sampai disengkelit jatuh, walaupun tak terluka, tetapi cukup memalukan.

   Maka mereka pun tak mau tergesa-gesa.

   Setelah mencari akal, akhirnya Hoa Sin menghampiri Blo'on.

   "Kongcu,"

   Serunya seraya mengangsurkan tongkat Penggebuk- anjing.

   "pakailah tongkatku ini untuk melayani orang itu."

   "Tidak, pangcu,"

   Blo'on gelengkan kepala.

   "Mengapa ?"

   "Aku jeri kepadanya. Karena setiap kali menggerakkan pikulannya, aku tentu terpelanting. Kalau terus menerus dibanting kelantai, pantatku bisa remuk,"

   Kata Blo'on. Tiba2 kakek Lo Kun bangkit dan terus maju kemuka pengawal itu. Blo'on terkejut, teriaknya .

   "Kakek, jangan, engkau masih belum sembuh."

   "Siapa bilang?"

   Sahut Lo Kun.

   "Engkau tentu terbanting oleh orang itu !"

   "Lihat saja sendiri !"

   Jawab kakek itu. Dia memang tak puas melihat Blo'on dan kedua nona itu disengkelit jatuh beberapa kali. Ia terus memukul tetapi sekali gerakkan pikulannya, pengawal itu dapat menyengkelit jatuh kakek Lo Kun. Aduh! "

   Teriak kakek Lo Kun lalu bangkit lagi.

   "engkau berani menyengkelit aku?"

   Bluk ..... baru kakek itu berdiri, pikulan pengawal Baja Merah sudah bergerak menyengkelitnya lagi.

   "Hai, ini bagaimana? Ilmu apakah yang engkau miliki itu?"

   Teriak kakek Lo Kun seraya bangun. Tetapi sebagai jawaban, pikulan bergerak dan kakek itupun kembali terbanting ke lantai.

   "Bangsat, kalau engkau terus menerus membanting aku ke lantai, kakiku tentu kumat lagi."

   Walaupun berseru begitu tetapi kakek Lo Kun tak berani berdiri lagi, takut kalau disengkelit. Memang aneh sekali gerakan dari pengawal Baju Merah itu. Ceng Sian, Hong Houg dan Hoa Sin juga terlongong-longong heran.

   "Bagaimana kalau aku tetap disengkelitnya?"

   Tanya Blo'on yang masih bersangsi menerima tongkat ketua Kay-pang itu.

   "Coba saja,"

   Kata Hoa Sin.

   "tetapi kupercaya hanya kongcu yaug mampu menandingi orang itu."

   Blo'on masih jera tetapi setelah mendapat peringatan dan Hoa Sin bahwa kalau dia tak mau maju maka Thian-tong kau tak dapat dihancurkan, terpaksa pemuda itu maju juga.

   Tiba2 pengawal Baju Merah itu maju, gerakkan pikulan dan bluk, kembali Blo'on terkapar di lantai.

   Cepat ia loncat bangun tetapi belum sempat berdiri tegak, bluk, kembali ia sudah terbanting lagi di lantai.

   Tiga kali berturut-turut dibanting ke lantai, marahlah Blo'on.

   Serentak ia loncat bangun.

   Ketika pengawal Baju Merah itu menyerempaki dengan pikulannya, ternyata Blo'on sudah mengapung diudara, meluncur turun dan mengemplang kepala pengawal itu.

   Pengawal itu terpaksa menyurut mundur beberapa langkah.

   Dalam kesempatan itu Blo'onpun sudah dapat berdiri tegak, siap menunggu serangan.

   Kali ini Blo'on marah dan penasaran.

   Darahnya panas dan mulailah tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang bergerak menurut kehendaknya.

   Dan sekali tenaga-sakti Ji-ih-sin kang bergerak maka ilmu Latah yang telah menyusup kedalam tubuhnya itupun mulai mengembang.

   Begitu melihat pengawal itu menggerakkan pikulannya, Blo'onpun segera menirukan juga.

   Lawan mengungkit, diapun mengungkit dan akibatnya, bluk, bluk, keduanya saling terbanting ke lantai.

   Mereka bangun lagi dan sama2 gerakkan senjatanya.

   Pengawal Baju Merah dengan pikulannya dan Blo'on dengan tongkat Penggebuk-anjing.

   Bluk, bluk, keduanya jatuh lagi.

   Jatuh pengawal Baju Merah dengan jatuh Blo'on berbeda.

   Kalau Blo'on hanya merasa sakit pantatnya dan meringis tetapi pengawal itu jatuh dan mengerang-erang karena tulang2 pantatnya serasa remuk.

   Karena dia telah dibanting dengan tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang.

   Setelah tiga kali berturut-turun sama2 jatuh maka pengawal Baju Merah itu tak dapat bangun.

   Tulang pantatnya memang patah.

   Melihat itu kakek Lo Kun terus menghampiri dan menampar kepalanya .

   "Nih. upahmu ....."

   "Jangan kakek."

   Teriak Blo'on tetapi sudah terlambar. Tamparan kakek Lo Kun sudah mendarat di kepala pengawal itu sehingga pingsan seketika.

   "Mengapa engkau melarang ?"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Seru kakek Lo Kun.

   "Dia tidak jahat hanya mehyengkelit kita tetapi tak mau melukai. Mengapa kakek hendak membunuhnya ?"

   "Siapa yang membunuh?"

   Balas kakek Lo Kun,"

   Hanya kutempeleng kepalanya. Dia tidak mati."

   "Aku senang dengan ilmunya yang aneh itu. Cukup menyengkelit jatuh lawan tetapi tak sampai melukai,"

   Kata Blo'on.

   "Coba sekarang sengkelitlah aku,"

   Kakek Lo Kun hendak menguji.

   "Aku ? Tidak bisa!"

   "Gila engkau!"

   Seru kakek itu.

   "bukankah tadi engkau juga dapat menyengkelitnya jatuh? Mengapa sekarang tidak bisa?"

   "Aku hanya menirukan gerakannya saja,"

   Sahut Blo'on.

   "kalau suruh main sendiri, mana bisa? "

   "Ah, jangan pura2,"

   Kakek Lo Kun masih tetap mendesak.

   "Kakek Lo Kun.

   "

   Akhirnya Sian Li melerai.

   "memang sukoku ini mengandung suatu keanehan. Kalau menghadapi musuh, dia dapat menirukan segala macam jurus serangan lawan. Tetapi kalau dia suruh melakukan, tak dapat. Dia hanya dapat menirukan saja."

   Lo Kun geleng2 kepala.

   Diam2 Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin, Hoa Sin dan Pek I lojin juga merasa aneh dalam hati.

   Dalam pada itu maju lagi seorang pengawal Baju Merah.

   Kali ini bertubuh kurus dan mencekal sepasang tek-bi atau trisula pandak.

   Begitu tiba terus menyerang kakek Lo Kun.

   Sudah tentu kakek itu marah dan balas menyerang.

   Cukup seru dan ramai pertempuran itu.

   Lo Kun terpaksa menggunakan ular thiat-hi coa untuk melayani tetapi pengawal itu dengan sepasang tek-bi dapat menghalau setiap serangan Thiat-bi-coa.

   Bahkan tampaknya ular itu jeri terhadap senjata tek bi tersebut.

   Tiba2 ular itu terkait ujung tek-bi dan Lo Kun berusaha untuk menariknya.

   Belum berhasil ia menarik ularnya, tek-bi di tangan kiri lawan sudah menyambar lambung Lo Kun.

   Tiba2 pengawal Baju Merah bersenjata pikulan yang pingsan tadi loncat bangun, gerakkan pikulannya dan bluk ....

   tahu2 pengawal yang bersenjata tek-bi itu terpelanting jatuh.

   Untung sebelum kakek Lo Kun menerkamnya, dia sudah dapat berdiri bangun.

   Tetapi baru saja kakinya tegak di lantai, kembali pikulan kawannya berayun dan bluk ....

   Kembali pengawal bersenjata tek-bi itu terpelanting jatuh.

   Kali ini kakek Lo Kun terus menubruknya tetapi orang itu dengan sekuat tenaga melenting bangun sehingga kakek Lo Kun ikut terseret keatas, bluk ....

   tiba2 pikulan bergerak dan kedua orang itu, pengawal beserta kakek Lo Kun, terpelanting lagi kelantai.

   "Gila. mengapa engkau juga menyengkelit aku?"

   Teriak Lo Kun sambil menuding pengawal yang menggunakan pikulan.

   Tiba2 ia menjerit kaget karena tubuhnya didekap oleh pengawal bersenjata tek-bi dan terus diangkat berdiri.

   Tetapi pikulan kembali berayun dan bluk....

   kedua orang itu terbanting ke lantai pula.

   "Engkau benar2 edan!"

   Teriak Lo Kun seraya deliki mata kepada pengawal bersenjata pikulan.

   "eh, ya, engkau ini juga pengawal Baju Merah dan dia juga Baju Merah. Tentu engkau membantu kawanmu itu, tetapi eh, mengapa engkau juga menyengkelitnya ?"

   Ia terus bangun tetapi pengawal bersenjata pikulan itu tak mau menyengkelitnya. Sedang pengawal bersenjata tek-bi itu tetap terkapar telentang di lantai.

   "Hai. hayo bangun engkau !"

   Teriak Lo Kun.

   Tetapi orang itu sudah tak dapat bangun lagi.

   Kiranya waktu disengkelit jatuh yang terakhir tadi, orang itu jatuh lebih dulu baru kemudian kakek Lo Kun.

   Kepala kakek itu tepat membentur dada pengawal itu.

   Kepala kakek Lo Kun memang luar biasa kerasnya.

   Tertimpa kepala kakek itu dada pengawal Baju Merah seperti ditimpa palu besi.

   Seketika dia tak dapat berkutik lagi.

   "Eh, mengapa engkau tak menyengkelit aku?"

   Tiba2 Lo Kun menegur pengawal bersenjata pikulan itu. Orang itu gelengkan kepala .

   "Hai, engkau dapat menerima kata-kataku ? Aneh, tadi engkau seperti orang tuli dan bisu, mengapa sekarang engkau dapat mendengar pertanyaanku ?"

   Seru Lo Kun tak habis herannya. Orang itu gelengkan kepala tanda tak tahu apa sebabnya.

   "Apa engkau tak dapat bicara?* tegur Lo Kun. Orang itu gelengkan kepala.

   "Apa engkau gagu ?"

   Orang itu kembali gelengkan kepala. Lo Kun tercengang. Ditanya, mengatakan tidak gagu tetapi disuruh bicara tak bisa. Lalu bagaimana dia itu? Rupanya Hoa Sin tahu juga akan peristiwa aneh itu. la menghampiri pengawal Baju Merah itu dan menegur.

   "Saudara, adakah sesuatu kesulitan pada diri saudara?"

   Pengawal Baju Merah itu mengangguk seraya menunjukkan kerongkongannya. Hoa Sin segera memeriksa dan dapatkan bahwa jalandarah pada kerongkongan orang itu memang telah dirusak sehingga dia tak dapat bicara.

   "Hoa pangcu, kita harus melindunginya,"

   Seru Ceng Sian suthay.

   "kelak kita usahakan supaya dia sembuh."

   Baru rahib ketua dari Kuo-lun pay berkata, seorang pengawal Baju Merah terus maju dan taburkan sebuah benda warna hitam, sebesar buah kelengkeng kearah pengawal Baju Merah yang bersenjata pikulan itu.

   Bum....

   Hoa Sin Cepat menghantam dengan tongkatnya dan benda hitam itupun meletus mengeluarkan gulungan asap hitam.

   "Awas, asap beracun !"

   Seru Pek I lojin seraya mendekap hidungnya.

   Perbuatan itu segera ditiru oleh tokoh2 yang berada disitu.

   Tetapi pengawal Baju Merah itu taburkan pula sebuah benda hitam.

   Kembali Hoa Sin menamparnya dan benda itupun pecah menghamburkan gulungan asap hitam.

   Ceng Siau suthay marah.

   Jika keadaan itu terus berlangsung begitu, tentu membahayakan keselamatan mereka.

   Cepat suthay itu loncat kemuka dan menyerang pengawal itu.

   Dengan serangan itu tak sempat lagi pengawal Baju Merah itu untuk menaburkan senjatanya yang beracun.

   Ceng Sian marah terhadap manusia yang begitu liar.

   Walaupun ia tahu bahwa pengawal2 Thian-tong-kau itu sudah kehilangan kesadaran pikirannya, tetapi cara yang dilakukan oleh pengawal yang seorang itu, tak dapat diterimanya.

   Pengawal itupun segera mengeluarkan senjatanya yang aneh, semacam ruyung yang mempunyai ruas sebanyak duabelas.

   Ceng Sian suthay tak tahu apa yang terkandung dalam senjata ruyung duabelas ruas itu.

   Diserangnya pengawal itu dengan seru.

   Rupanya mengawal itu kewalahan juga menghadapi ketua Kun lun pay yang menggunakan senjata hud tim.

   Tiba2 ia merobah serangannya, sengaja ia memperlambat sabatan ruyungnya agar di tangkis oleh lawan.

   Tar ....

   ruas yang paling ujung dari ruyung itu karena tersabet hud tim telah pecah dan menghamburkan asap hitam.

   Untung Ceng Sian sudah bersiap, la loncat kesamping sembari menutup pernapasan lalu menyerang lagi.

   Pengawal Baju Merah itu menggerung.

   Rupanya dia geram sekali melihat lawan masih belum rubuh.

   Mengisar ke samping ia sabatkan lagi ruyungnya, tar .....

   ujung kedua dari ruyun itu hancur ketika tersampar hud-tim dari Ceng Sian suthay.

   Tring, tring, tring....

   dari ruas yang kedua itu segera memuntahkan beratus paku2 kecil.

   Untung Ceng Sian sudah waspada dan dapat menyapu dengan hud-tim.

   Pengawal Baju Merah itu memang sengaja hendak adu senjata.

   Sebenarnya Ceng Sian sudah curiga tetapi diam2 ia marah sekali kepada pengawal yang memiliki senjata begitu ganas.

   Dia tetap hendak mengetahui apa isi daripada kedua belas ruyung lawan.

   Tar ....

   Kembali terjadi benturan antara hud tim dengan ruas ruyung yang ketiga.

   Beratus jarum yang halus segera menabur muka Ceng Sian.

   Ceng Sian loncat mundur seraya memutar hud-tim untuk melindungi diri.

   Memang dalam hal senjata rahib dari Kun-lun-pay itu memiliki kepandaian yang istimewa.

   Cepat ia maju menyerang lagi.

   Dan trang .....

   ruas keempat dan ruyung lawan ditamparnya.

   Yang muncrat dari ruas itu kali ini adalah semacam bubuk halus tetapi yang mengandung racun ganas untuk menghilangkan kesadaran pikiran orang.

   Cara Ceng Sian untuk melindungi diri yalah loncat mundur sembari memutar hud-tim.

   Setelah bubuk beracun itu lenyap barulah ia loncat maju menyerang lagi.

   Ruas kelima berisi tumpahan air hitam yang sangat ganas sekali.

   Apabila menciprat mengenai kulit, kulit tentu akan melonyoh dan dagingnya rusak.

   Cret, hanya sepercik kecil jari tangan kiri rahib dari Kun-lunpay itu terciprat, seketika ia rasakan kulitnya panas sekali seperti dibakar api.

   Rasa panas itu makin lama makin hebat dan ketika sempat memeriksa ternyata jari tengah tangan kirinya telah melonyoh.

   Buru2 ia kerahkan tenaga-dalam untuk menahan jangan sampai racun menjalar lebih luas.

   Dan karena ia sudah makan buah som Cian-han-hay-te-som, luka itupun tak sampai menghebat.

   Namun ketua Kun-lun-pay itu marah sekali kepada manusia yang memiliki senjata seganas itu.

   Diam2 ia siapkan segenggam jarum ditangan kiri lalu maju menyerang lagi.

   Kali ini dia tak mau mengadu senjata.

   Begitu pengawal Baju Merah itu ayunkan ruyungnya, dengan sebuah gerak tipuan, Ceng Sian berhasil menghindar dan maju merapat ke muka lawan.

   Tiba2 ia taburkan jarum dalam tangan kiri.

   Rupanya pengawal Baju Merah terkejut, cepat ia tundukkan kepala kebawah, seraya mengendap, hendak menggerakkan ruyung menusuk perut lawan.

   Tetapi saat itu Ceng Sian sudah siap.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dengan jurus Hoan-thian-to-hay atau Membalik-langit-menjungkir-Iaut, hud timnya segera ditamparkan kemuka lawan.

   Hud-tim yang terbuat daripada bulu kuda lemas, saat itu telah disaluri dengan tenaga-dalam yang tinggi dari Ceng Sian sehingga bulu2 itu meregang tegak seperti sikat baja yang runcing.

   Bukan melainkan itu saja, pun karena gemas, Ceng Sian telah mengerahkan seluruh tenagadalam sehingga berpuluh lembar bulu hud-tim itu muncrat menyerang muka pengawal Baju Merah.

   Terdengar suara raung dahsyat mirip singa kelaparan ketika tubuh pengawal Baju Merah itu terpelanting jatuh kebelakang!.

   Seluruh mukanya berdarah, kedua biji mata pecah sehingga menimbulkan suatu pemandangan yang mengerikan sekali.

   Tetapi Ceng Sian sendiripun sehabis menyelesaikan lawan, terhuyung-huyung ke belakang lalu jatuh terduduk.

   Karena mengerahkan seluruh tenaga-dalam untuk menyerang, racun pada jari kirinyapun mulai bekerja lagi.

   Rasa sakit yang hebat membuat mata ketua Kun-lun pay itu berkunang-kunang gelap sehingga ia terhuyung jatuh.

   Sian Li terkejut dan cepat memburu.

   "Suthay, jarimu terkena racun,"

   Seru Sian cemas lalu berpaling kearah kakek Lo Kun.

   "kakek pinjam mustika kumala naga merah yang engkau simpan itu."

   "Buat apa?"

   Seru kakek Lo Kun.

   "Suthay terluka kena racun jarinya. Kumala naga merah itu dapat menghisap racun,"

   Kata Sian Li.

   Lo Kun gopoh mengeluarkan kumala Naga-merah yang sedianya akan diberikan kepada Blo'on.

   Sian Li pun terus menyambutinya dan melekatkan pada jari Ceng Sian.

   Tetapi sampai beberapa waktu belum juga terjadi perobahan pada luka itu.

   Sian Li kerutkan dahi, kemudian menyerahkan kembali kepada kakek Lo Kun.

   "Celaka, kumala merah itu tak punya khasiat apa2."

   Sian Li bingung dan cemas. Tiba2 kakek Lo Kun berteriak .

   "Masih ada kumala burung hong hijau yang berada ditangan budak perempuan itu,"

   Katanya seraya terus menghampiri Hong Ing.

   "berikan kumala hijau itu untuk menolong rahib yang terkena racun."

   Hong Ing sebenarnya segan memberikan tetapi karena beberapa tokoh itu mencurah pandang kepalanya, terpaksa ia menyerahkan.

   Ketika Sian Li melekatkan kumala batu hijau itu pada jari Ceng Sian suthay, tak berapa lama mulai air warna hitam mengalir keluar dari luka ==== Hal 49-52 tdk ada ==== berdiri tegak.

   Rupanya dia tahu bahwa pedang si-nona itu sebuah pedang pusaka yang luar biasa.

   Sian Li tak mau memikir apa2 lagi.

   Melihat lawan mundur, ia terus memburu maju hendak menyerangnya.

   Tetapi pengawal itu segera menarik tali busur,, tung......gayanya seperti orang memanah tetapi tiada anakpanah yang dilepas.

   Anehnya, Sian Li menjerit dan rubuh terjungkal ke belakang seperti Hong lng.

   "Gila!"

   Teriak kakek Lo Kun yang terus lari maju. Pengawal Baju Merah itu bergerak hendak menyerang tetapi tiba2 kakek Lo Kun berhenti.

   "Tunggu !"

   Serunya seraya melolos ular thiat bi-coa yang melilit pada pinggangnya.

   "kalau engkau memakai senjata, aku pun terpaksa memakai ular."

   Tetapi pengawal Baju Merah itu tak menghiraukan.

   Dia terus maju menyerang.

   Tring, hantaman busurpun disambut dengan sabatan ular sehingga terhenti.

   Pengawal Baju Merah tertegun.

   Kesempatan itu digunakan kakek Lo Kun untuk menyabat kaki lawan.

   Tetapi pengawal Baju merah itu loncat ke udara dan menarik tali busurnya, tung ....

   "Aduh Lo Kun menjerit dan terus rubuh ke lantai. Melihat itu Blo'on marah. Ia sayang kepada kakek itu. Tetapi belum ia sempat bergerak, Hoa Sin sudah mendahului loncat ke muka. Dan pengawal Baju Merah itupun segera menyerangnya. Tring, tring, Hoa Sin menggunakan tongkat Penggebuk anjing untuk menangkis. Seru sekali pertempuran itu. Lebih seru dari yang ketiga orang tadi. Pelahan lahan tampak pengawal Baju Merah itu terdesak oleh tongkat Hoa Sin. Dia hanya mampu bertahan tak sempat balas menyerang. Pelahan-lahan tampak pengawal Baju Merah itu terdesak oleh tongkat Hoa Sin. Dia hanya mampu bertahan tak sempat balas menyerang. Memang Hoa Sin bermasud hendak cepat2 merobohkannya dan tak mau memberi kesempatan orang itu dapat menarik tali busurnya. Wut .... tiba2 Hoa Sin menyapu kebawah dan pengawal Baju Merah itu meraung lalu roboh ke belakang. Melihat itu Hoa Sin maju hendak menggebuknya lagi.

   "Jangan tiba2 Pek I lojin berseru mencegah tetapi terlambat. Ketika Hoa Sin mengangkat tongkatnya, tiba2 pengawal itu menarik tali busurnya, tung .... Hoa Sin sama sekali tak mengira bahwa jatuhnya pengawal itu ketanah hanya sebagai suatu siasat untuk menipu. Karena itu Hoa Sin tinggi mengangkat tongkatnya, la terhuyunghuyung ke belakang ketika lawan menarik tali busur. Pengawal Baju Merah itu menggeliat badan seraya menarik tali busurnya, tung .... Kali ini Hoa Sin tak mampu lapi mempertahankan diri. Ia rubuh terjerembab ke belakang. Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin terkejut. Keduanya hendak serempak maju tetapi Pek I lojin mencegahnya.

   "Harap jiwi pangcu jangan terburu nafsu,"

   Kata Pek I lojin.

   "ada suatu keanehan dalam busur orang itu. Entah busur itu mengandung tenaga gaib, entah orang itu memiliki ilmu Tanci- sin-kang yang sakti."

   "Tan-ci-sin-kang ?"

   Ulang Hong Hong tojin.

   Tan-ci sin-kang artinya ilmu Jentikan jari yang sakti.

   Beda sedikit itu It ci sin-kang yang hanya menggunakan sebuah jari untuk melepaskan tutukan dari jauh, Tan-ci-sinkang itu yalah menjentikkan tenaga dalam melalui sentikan tali atau benda apa saja.

   Saat itu pengawal Baju Merah sudah maju.

   Blo'on segera hendak menyongsong tetapi bajunya ditarik Pek I lojin.

   "

   Kali ini biarlah aku yang menghadapi,"

   Katanya.

   "

   Tetapi lo-cianpwe tak mengerti ilmusilat.

   "

   Seru Blo'on.

   "Justeru karena aku tak dapat silat, dia tentu sukar mengalahkan. Bukankah engkau juga demikian ? "

   Blo'on mtngangguk.

   Karena pengawal Baju Merah makin dekat, Pek I lojinpun segera menyongsong.

   Agaknya ragu-ragu pengawal itu ketika melihat yang dihadapinya itu seorang tua berwajah terang.

   Tetapi pada lain kejab, dia terus ayunkan busurnya menghantam.

   "Awas, lo-cianpwe,"

   Teriak Bloon melihat Pek I lojin masih diam saja. Bahkan ketika mendengar teriakan Blo'on, dia berpaling.

   "

   Ada apa?"

   Wut, busur menyambar. Tampaknya tentu mengenai kepala Pek I lojin tetapi entah bagaimana ternyata hanya lewat di sisinya, hanya terpaut seujung rambut saja dari kepalanya.

   "Itu, dia menyerang dengan busur,"

   Seru Blo'on.

   "Mana,"

   Pek I lojin berpaling lagi kemuka. Sudah tentu busur sudah lenyap.

   "tidak ada apa2, mengapa engkau bingung?"

   "

   Lo-cianpwe! "

   Kembali Blo'on menjerit karena pengawal itu ayunkan busur untuk menghantam dada Pek I lojin.

   "

   Eh, engkau ini memang anak nakal,"

   Kata Pek I lojin seraya berputar tubuh menghadap kearah Blo'on.

   "

   Mengapa engkau terus ribut2 memanggil aku saja? "

   Tepat pada saat Pek I lojin berputar, busur itu lewat hanya terpisah seujung rambut dari punggung Pek I lojin.

   "

   Dibelakang lo-cianpwe,"

   Seru Blo'on. Dan Pek I lojin memutar tubuh menghadap kearah pengawal itu pula.

   "eh, tidak ada apa2. Siapa yang menyerang? Dia masih berdiri disitu."

   Blo'on benar2 heran dan mendongkol. Jelas ia melihat pengawal Baju Merah itu beberapa kali menyerang dengan senjata busur, tetapi setiap kali sambil berpaling dan bertanya kepada Blo'on selalu busur itu luput mengenainya.

   "Lo-cianpwe, aku takkan menganggumu lagi, asal engkau memperhatikan gerak orang itu,"

   Seru Blo'on.

   "Terima kasih, engkoh kecil. Ternyata baik sekali hati budimu,"

   Kata Pek l lojin.

   "jangan kuatir, orang itu tentu tak membahayakan diriku. Lihatlah, dia membawa busur kosong, tanpa anak-panah. Bukankah dia takkan melukai aku?"

   Diam2 Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin yang menyaksikan gerak gerik Pek I lojin itu merasa heran.

   Menurut keterangannya, orang tua baju putih itu tak mengerti ilmusilat tetapi mengapa sampai dua tiga kali pengawal Baju Merah itu menyerang, tetap tak dapat mengenai tubuh orangtua itu ? Ceng Sian suthay, ketua partai Kun-lun-pay dan Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay.

   Sudah tentu kepandaian mereka amat tinggi.

   Tetapi keduanya tetap belum mengerti dengan gerak apakah Pek I lojin menghindari serangan pengawal itu.

   Adakah lojin itu juga memiliki ilmu aneh seperti Blo'on.

   Tetapi jelas mereka melihat orangtua itu tak bergerak menirukan gerak serangan lawan.

   Dengan begitu jelas tidak sama dengan Blo'on.

   Pengawal Baju Merah itu sendiripun rupanya heran.

   Oleh karena wajahnya tertutup kain cadar merah, maka tak tampak bagaimana perubahan air-mukanya.

   Kini dia mulai menyerang lagi.

   Busur diayunkan kian kemari seperti orang memotong rumput tetapi Pek I lojin sembari ayunkan tubuh kian ke mari seperti orang yang ketakutan, berteriak.

   "Hai, jangan, jangan menyerang aku! Aku seorang tua yang lemah !"

   Aneh benar. Gerakan busur yang makin lama makin deras itu, tetap tak mampu mengenai tubuh Pek I lojin. Bahkan menyentuh ujung bajunya saja pun tidak.

   "Hebat, lo-cianpwe!"

   Teriak Blo'on bersorak memuji.

   "Apanya yang hebat, engkoh gundul?"

   Pek I Lojin berpaling dan menegur Blo'on.

   "Gerakan locianpwe itu!"

   Teriak Blo'on "dia tak mampu menghantam lo-cianpwe. Ilmu apakah yang lo-cianpwe gunakan itu ?"

   


Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Lentera Maut -- Khu Lung Rase Emas Karya Chin Yung

Cari Blog Ini