Pisau Kekasih 7
Pisau Kekasih Karya Gu Long Bagian 7
tang menghampiri untuk meng-hapus air mata Leng-ji.
Dia melihat Leng-ji.
Leng-ji tidak berani tertawa lagi.
Karena dia sadar tawanya akan memukul perasaan Siau- loo juga Siau-kai.
Kolam tidak begitu luas tapi sangat dalam.
Karena ada air terjun di atasnya, bila air di kolam sudah penuh air akan mengalir keluar.
Maka air di kolam itu bukan air yang terus diam.
Kolam seperti itu akan banyak ikannya.
Loo Cong dan Leng-ji berada di sisi kolam.
Leng-ji duduk di atas batu, dia terus melemparkan batu kerikil ke dalam kolam, sepertinya berniat mengusir ikan ke arah sana.
Siau-loo berdiri di tengah air, celananya di-gulung tinggi.
Dia ingin menangkap ikan dengan tangan kosong.
Leng- ji tidak bersemangat melempar batu.
Dia tahu kalau Siau- loo sedang menatapnya.
Tiba-tiba Leng-ji bertanya.
"Apakah dia punya perempuan lain?"
Siau-loo bengong sejenak lalu jawabnya.
"Tidak ada!"
"Kau yang paling dekat dengannya!"
"Leng-ji, dengan cara apa supaya bisa membuat hatimu lebih tenang?"
Leng-ji melempar batu dengan sekuat tenaga. Batu kecil itu masuk ke dalam kolam. Kemudian dengan dingin dia menjawab.
"Aku membenci diriku yang tidak bisa tenang."
Siau-loo melihatnya kemudian melihat ke arah air kolam, tiba-tiba seekor ikan berhasil ditangkapnya. Dia melempar ikan itu ke darat. Ikan itu meloncat-loncat. Tapi meloncat seperti apa pun nasib ikan itu sudah bisa diketahui.
"Leng-ji, kau mulai menguasai ilmu-ilmu perladangan!"
Leng-ji menggelengkan kepala.
Mereka pulang ke pondok yang mereka tempati untuk sementara.
Karena sudah sore hari, burung pun telah kembali ke sarangnya.
Leng-ji melihat sarang burung yang ada di atas pohon.
Di manakah sarangnya? Di manakah rumah-nya? Mereka masuk ke rumah kecil itu.
Apakah ini bisa disebut rumah? Rumah itu sangat sederhana juga tua.
Bisa tinggal berapa lama mereka di rumah kecil ini? Di manakah tempat mereka bisa tinggal lebih lama? "Aku akan memasak ikan untukmu!"
"Biar aku yang memasak,"
Kata Leng-ji.
Dia membawa ikan itu ke dapur.
Ikan masih terus memberontak.
Ikan itu tidak tahu kalau dia akan mati dan akan dimasak.
Sepertinya ikan itu memberontak karena ingin hidup.
Siau-loo berdiri di pinggir melihat Leng-ji membersihkan ikan.
Tiba-tiba di luar ada yang berteriak.
"Leng-ji, Leng-ji..."
Leng-ji dan Siau-loo benar-benar terkejut, boleh dikatakan malah bergetar. Di luar ada yang berteriak lagi.
"Siau-loo!"
Suaranya begitu merdu.
Di dunia ini tidak ada suara yang semerdu itu.
Di dunia ini tidak ada suara yang bisa membuat orang bergairah kecuali suara itu.
Beberapa pagi dan malam.
Leng-ji selalu merindukan suara yang dikenal-nya ini.
Dia tidak sedang bermimpi.
Hal yang terjadi tiba-tiba benar-benar di luar dugaan, Leng-ji merasa curiga, apakah karena dia terlalu rindu hingga salah dengar? Hari Leng-ji bergejolak.
Dia menolak kalau semua ini karena pikirannya yang salah.
Benar itulah Siau-kai, tidak mungkin dia pergi dan tidak kembali lagi.
Siau-kai adalah orang yang bertanggung jawab dan bisa dipercaya.
"Siau-kai..."
Teriak Leng-ji seperti gila.
Siau-kai bisa kembali lagi, itu adalah hal yang menyenangkan.
Tidak mungkin Loo Cong tidak merasa senang.
Dia memang menyukai Leng-ji.
Tapi tidak mungkin berharap Siau-kai tidak kembali lagi.
Dia dan Siau-kai bukan tipe orang seperti itu.
Walaupun ketika kecil selalu berebut ingin menjadi pengantin lelaki.
Leng-ji lari berhambur keluar rumah.
Karena terlalu senang semua ini hampir membuat Leng- ji jadi gila.
Siau-loo lebih tenang.
Teriakan tadi tidak salah, memang teriakan Siau-kai tapi setelah memangil nama mereka berdua, dia tidak masuk ke dalam rumah.
Kalau benar Siau-kai kembali, mana mungkin dia tidak masuk? Mana mungkin harus mereka yang keluar? Kalau tidak ada perubahan aneh pada diri Siau-kai, mungkin dia tidak mau diam di luar, dia akan masuk dan memeluk Leng-ji.
Karena itu Siau-loo menarik Leng-ji.
Awalnya Leng-ji tidak mengerti dan terkejut.
Dia tidak tahu mengapa Siau-loo menariknya.
Tapi begitu melihat wajah Siau-loo yang serius dan penuh perhatian dia segera mengerti maksud Siau-loo.
Benar, Siau-kai sangat aneh.
Siau-kai yang baru berpisah tidak lama dengannya mengapa sekarang tiba-tiba menjadi sombong? Tidak, tidak akan.
Kalau begitu, dia bukan Siau-kai.
Mereka buru-buru melihat dari sela pintu.
Keadaan di luar membuat Leng-ji sakithati.
Siau-loo pun terkejutbukan kepalang, Ada apa dengan Siau-kai? Apakah dia masih Siau-kai yang dulu? Meng-apa Siau- kai bisa melakukan hal ini? Di luar memang ada Siau-kai.
Baru satu bulan tidak bertemu dia masih seperti Siau-kai yang dulu.
Tapi dirinya terlihat takut dan tidak ber-semangat, sombong dan lupa diri.
Karena di sisinya ada putri raja Kao Tong yang mengenakan baju dengan leher rendah, juga berdandan dengan warna semarak.
Masih ada Mo Ki-thian dan 10 orang pembunuh dari Eng-hong-pie-ya.
Keadaan ini terlihat begitu jelas.
"Apa yang terjadi?"
Tanya Leng-ji.
"Dia kembali ke Eng-hong-pie-ya."
Tiba-tiba tubuh Leng-ji bergetar.
Karena kata-kata Siau-loo seperti pisau yang menancap di hatinya.
Benar, pasti seperti itu.
Siau-kai telah kembali ke Eng-hong-pie-ya.
Mengapa dia kembali ke sana? Leng-ji tidak mengerti.
Karena Leng-ji paling mengerti Siau-kai dia bukan tipe penakut.
Dikejar dan akan dibunuh tidak akan membuat Siau-kai bergetar, malah akan memunculkan niat melawan.
Kalau begitu mengapa bisa seperti itu? Siau-loo sangat mengerti perasaan Leng-ji.
Dia sedih melihat kesedihan Leng-ji.
Dia sangat berharap Leng-ji bisa membagi kesedihannya.
Siau-loo menariknya.
"Tenanglah, jangan takut, Leng-ji!"
"Tidak, aku tidak percaya... aku tidak percaya, aku ingin keluar!"
"Jangan!"
Cegah Loo Cong.
Kalau Leng-ji tidak percaya bisa dimaklumi.
Kalau dia segera percaya malah terlihat dia tidak mengerti Siau-kai, juga tidak benar-benar menyukai Siau- kai.
Maka Leng-ji pun memberontak, dia membuka pintu dan berhambur keluar.
Loo Cong terkejut.
Dia tahu akibatnya akan seperti apa.
Maka dalam waktu singkat golok diambilnya dia juga ikut keluar.
Dia berdiri di sisi Leng-ji.
Leng-ji sedang menarap Siau-kai dan melihat putri Kao Tong yang berdiri di sisi Siau-kai, putri Kao Tong terlihat seperti sedang tertawa, tawanya meng-andung arti seorang perempuan yang berhasil memenangkan pertarungan cinta, merasa senang juga bangga.
Wie Kai masih seperti dulu.
Dia tertawa gembira dan genit.
Yang pasti saat baru kembali ke Eng-hong-pie-ya dia disiksa sampai babakbelur.
Tangan Mo Ki-thian melambai, anak buahnya segera mengepung mereka.
Walau tidak terucap sepatah kata pun, tapi sudah cukup membuktikan semuanya! Dalam hidup Leng-ji belum pernah dia merasa semarah ini.
Sekarang dia berhadapan dengan orang yang mengingkari janji.
Yang paling menakutkan adalah perempuan itu yang berdiri dengan sikap seperti seorang istri sambil menatap Leng-ji, sorot matanya seperti sedang mengadili.
Seperti saat dia menatap ikan yang ada di dalam jala.
Wie Kai berkata kepada Loo Cong.
"Karena kau datang maka aku kembali!"
"Siau-kai!"
Tiba-tiba Loo Cong menutup mulut Leng-ji. Dia ingin Wie Kai terus bercerita. Walaupun bukti sudah ada di depan mata tapi dia harus menjelaskannya.
"Orang yang benar-benar cocok denganmu adalah Siau- loo, kalian sangat serasi, aku tidak mau terus berlari, aku tidak mau hidup seperti itu! Aku mewakili Eng-hong-pie-ya menjodohkan kalian!"
Sorot mata Mo Ki-thian tidak pernah meninggal kan Wie Kai.
Dia sepertinya sudah punya tugas menguji kesetiaan Wie Kai.
Kesetiaan seseorang yang pernah bermasalah selalu akan dicurigai.
Leng-ji pernah merasa dirinya akan hancur berkeping- keping.
Dia seperti terbuat dari serpihan salju, begitu terguncang akan hancur.
Semua masa lalu tampaknya sudah tidak berarti lagi.
Semua tiba-tiba berubah menjadi tidak terlihat dan tidak bisa diraba.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Leng-ji berteriak histeris.
"Wie Kai..."
Dia datang ingin memukul Wie Kai.
Setiap pagi dan malam dia merindukannya sekarang yang dia dapat hanya kalimat yang tidak bertanggungjawab.
Wie Kai menghindar.
Putri Kao Tong mundur beberapa langkah untuk menyaksikan adegan yang akan terjadi.
Putri Kao Tong selalu menunggu-nunggu kejadian seperti hari ini.
Dia sangat berharap Wie Kai membunuh perempuan yang ada di depan mata.
Loo Cong marah dan berusaha melindungi Leng-ji lalu berteriak.
"Awas!"
Pembunuh yang dibawa Mo Ki-thian mulai menyerang.
Mo Ki-thian tetap berada di pinggir mengawasi.
Bukan hanya Seng Kong-kong yang masih mencurigai Wie Kai, Mo Ki-thian pun masih tidak percaya kepadanya.
Tapi karena putri Kao Tong selalu menaruh rasa percaya penuh kepada Wie Kai, maka Seng Kong-kong tidak bisa terus menahan pendapatnya dan Mo Ki-thian pun lebih tidak berani mengemukakan ketidak puasannya.
Beberapa kali Wie Kai memukul mundur serangan Leng- ji yang ganas.
Terlihat tidak ada sedikit pun rasa sayang kepada Leng- ji.
Loo Cong melawan 5-7 orang pembunuh, dia melihat Leng-ji sekarang yang sudah seperti gila, sama sekali tidak peduli pada bahaya, hati Loo Cong pun seperti meneteskan darah.
Hubungan seperti itu pun tidak bisa dipercaya.
Hubungan persahabatan antara 3 orang yang sejak kecil dan tumbuh bersama, perasaan seperti itu pun bisa berubah.
Apakah di dunia ini masih ada yang bisa dipercaya? Tiba-tiba Leng-ji merebut golok dari tangan seorangpembunuh.
Sekali lagi dia menyerang dan membacok Wie Kai.
Darah Leng-ji sudah naik sampai ke ubun-ubun yang dia lihatbukan bayangan manusia lagi.
Yang dilihatnya adalah bayangan setan yang tubuhnya penuh dengan darah merah.
Hidup adalah siksaan.
Maka Leng-ji merasa ingin mati bersama dengan orangyang telah ingkar janji dan ingkar hati.
Walaupun dia terus menyerang Wie Kai tapi karena terlalu marah maka serangannya tidak tepat.
Pihak Mo Ki-thian pun mulai bergerak.
Pembunuh hanya mendengarkan kata-kata Seng Kong- kong, tidak peduli dengan persahabatan dulu yang terjalin.
Setiap kali Leng-ji mengalami bahaya Loo Cong akan segera datang untuk menolong.
Tapi Loo Cong sadar walaupun mereka sangat berani tapi akhirnya mereka akan kehabisan tenaga dan tertangkap.
Loo Cong sangat berani dan tidak kenal takut.
Leng-ji hanya ingin mati bersama Wie Kai.
Pertarungan seperti itu tidak akan meng-hasilkan apa-apa.
Lawan yang datang sangat banyak, ditambah Mo Ki- thian dan putri Kao Tong.
Keadaan sangat berbahaya.
Leng-ji berguling menghindari serangan Mo Ki-thian berturut-turut.
Belum lagi berdiri tegak dua pembunuh lainnya telah datang, berbareng Mo Ki-thian menendangnya hingga mundur 5-6 langkah.
Kemudian datang 3 pembunuh lagi.
Wie Kai berhadapan dengan Loo Cong, tidak ada yang kalah dan menang.
Ditambah seringnya Mo Ki-thian membantu menyerang, walaupun Loo Cong bisa mengeluarkan kepiawaian golok aneh pemberian Seng Kong-kong, dia tetap kesulitan menghadapi musuhnya yang banyak.
Tapi Loo Cong tidak mau ditangkap begitu saja.
Lebih-lebih tidak mau Leng-ji jatuh ke tangan laki-laki yang hatinya sudah berubah.
Mungkin jatuh ke tangan laki-laki yang hatinya sudah berubah lebih baik, yang dia takutkan adalah Leng-ji jatuh ke tangan perempuan Tibet itu.
Benar-benar tidak terbayangkan.
Mo Ki-thian berteriak.
"Saudara-saudara, hidup atau mati sama saja. Demi membalas budi Seng Kong-kong kita harus menukar dengan nyawa kita!"
Perkataan nyawa ditukar dengan nyawa dikeluarkan, supaya anak buahnya berbuat dengan cara semut membelit lipas, dengan mempertaruhkan nyawa untuk mencapai tujuan.
Pertarungan bergeser dari pekarangan ber-pindah ke dalam rumah.
Dari dalam rumah berpindah ke dapur.
Dengan pedangnya Mo Ki-thian menusuk jala yang berisi ikan hingga berlubang, seekor ikan akan tergilincir terjatuh ke bawah dan terus meloncat-loncat.
Loo Cong mengeluarkan jurusnya yang paling hebat.
Golok anehnya tidak ada yang bisa bertahan, 7-8 orang pembunuh telah terluka.
Lalu dia memeluk Leng-ji.
"Kita harus pergi dari sini!"
"Tidak!"
Leng-ji tidak mau pergi dia terus memberontak. Sekarang mereka telah terkurung oleh cahaya golok dan pedang. Loo Cong melindunginya, dia masih terus memukul musuh sambil mundur dan berkata.
"Hari-hari akan datang masih panjang, kalau sekarang kita tidak pergi, selamanya kita tidak akan bisa pergi dari sini!"
Leng-ji masih memberontak.
Mo Ki-thian membentak dan datang untuk menyerang lagi.
Golok aneh milik Loo Cong mengeluarkan cahaya asap seperti es serut, Mo Ki-thian terpaksa mundur beberapa langkah.
Dia juga telah melukai dua orang pembunuh dengan golok anehnya.
Wie Kai benar-benar tidak punya perasaan dia terus menyerang Loo Cong! Itu alasannya Leng-ji tidak ingin hidup lagi.
Dia ingin mati bersama Wie Kai.
Leng-ji tidak pernah terlihat begitu ganas, Pembunuh yang mati di tangannya sudah ada 4-5 orang.
Tapi orang yang ingin dibunuhnya adalah Wie Kai dan putri Kao Tong.
Loo Cong sadar kalau mereka tidak pergi sekarang begitu tenaga mereka habis mereka tidak akan mempunyai kesempatan untuk melarikan diri lagi, dia membunuh dua orang lagi dan meninggalkan garis pisau di pinggang Mo Ki-thian.
Lalu dari belakang dia memeluk pinggang Leng-ji dan berkata.
"Kita pergi!"
"Tidak!"
Leng-ji menjawab dengan dingin. Tiba-tiba Loo Cong menotok nadi di belakang leher Leng-ji dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Jangan biarkan mereka kabur!"
Teriak putri Kao Tong Loo Cong meloncat masuk ke dalam rumah melalui atap yang telah berlubang lalu naik ke atas genting.
Atap rumah di sini memang sudah banyak lubangnya karena sudah usang.
Mo Ki-thian dan Wie Kai masih mengejar masuk.
Empat pembunuh lainnya juga ikut masuk.
Loo Cong menjepit Leng-ji yang sudah pingsan lalu meloncat, mereka sudah berada di atap rumah yang lain.
Pembunuh masih mengikuti mereka dari belakang, mereka ikut meloncat karena menginginkan banyak emas, bermain dengan nyawa pun tidak masalah! Tapi ilmu meringankan tubuh mereka terlalu buruk dan atap rumah memang sudah bobrok, dari 4 orang ada 3 orang yang terjatuh.
Ketika Mo Ki-thian, Wie Kai, dan lain-lainnya mengejar sampai di sana, Loo Cong dan Leng-ji entah sudah pergi ke arah mana.
Hanya terdengar derap kaki kuda yang berlari menjauh.
Itulah kelompok kuda milik Wie Kai dan putri Kao Tong.
-ooo0dw0ooo- BAB IV Suara orang memukul ikan kayu (Bhoki) terdengar.
(Bhoki biasa dipukul di kuil oleh hweesio atau Nikoh).
Suara itu tidak terlalu keras, tapi setiap ketukan yang keluar masuk ke dalam telinga dan bisa tersebar hingga beberapa Li jauhnya.
Sekarang waktunya lonceng kuil berdentang, membuat orang sadar dan membuat orang berpikir dalam.
Manusia hidup di dunia.
Sering bertarung dan berkelahi Demi apa sebenarnya semua itu? Apakah demi cinta? Apakah demi nama dan keuntungan? Atau demi balas dendam? Suara ketukan ikan kayu bisa menjawab semua itu tapi mereka berdua belum tentu mengerti.
Leng-ji telungkup di anak tangga.
Dia ingin masuk ke dalam kuil.
Pintu kecil tertutup rapat.
Loo Cong berdiri di tempat agak jauh meng-awasi situasi.
Loo Cong tidak tahu mengapa manusia harus hidup? Apa lagi sekarang dia kewalahan dan tidak karuan, seperti binatang yang terjebak.
Karena kata 'cinta', huruf ini dia bisa bertahan di dunia ini dan huruf 'bakat' akan menghiasi alam semesta...
Loo Cong berkata pelan-pelan kepada dirinya sendiri.
Dia percaya huruf-huruf itu dari dulu hingga sekarang semua terangkai dari air mata dan darah.
Cinta di dunia ini juga bisa dikatakan terangkai dari darah dan air mata.
Sebuah rumah kecil yang terletak di gunung.
Di sekeliling tumbuh pohon-pohon hijau.
Seperti jaman purba.
Leng-ji dan Loo Cong terus melarikan diri.
Mereka bukan hanya harus berlari, mereka juga masih harus bermain umpet-umpetan dengan musuh.
Mereka harus berhati-hati, sebab sekali salah menduga, pasti akan terjadi pertarungan sengit lagi.
Sekarang Loo Cong sedang duduk di atas batu di luar rumah Dia sedang berpikir.
Leng-ji sudah berubah seperti orang asing.
Sehari berkata tidak lebih dari 2 kalimat.
Apakah Siau-kai sudah gila? Apakah dia ular berkepala dua? Apakah dia dan Leng-ji salah menilai dirinya? Dia selalu mengira dengan kata-kata, bisa membaca wajah, walau tidak tahu isi hati..Untuk melukiskan keadaan Wie Kai bahwa semua itu tidak benar.
Apakah karena kecantikan dan kegenitan putri Kao Tong Atau karena wibawa, kekuatan, dan keun-tungan besar hingga membuatnya tunduk kepada Seng Kong-kong? Walaupun Siau-loo berpikir sampai kepalanya pecah, dia tetap tidak mengerti.
Dari dalam rumah keluar suara pecutan.
Mengapa terdengar suara pecutan? Siau-loo terkejut dan meloncat bangki t.
Apakah putri Kao Tong dan Mo Ki-thian datang lagi? Dia segera berlari masuk ke dalam rumah, hatinya menjadi dingin.
Ternyata Leng-ji sedang memecut dirinya.
Kebencian yang paling menakutkan di dunia ini bukan membenci orang lain, melainkan membenci diri sendiri.
Leng-ji tidak mengerti apa salahnya.
Hanya memecut dirinya sendiri baru bisa mengurangi rasa sakit di dalam hatinya.
Siau-loo masuk dan berteriak.
"Leng-ji... apa yang kau lakukan?"
Begitu Siau-loo mendekat dia terkena pecutan Leng-ji. Tapi Siau-loo tetap memeluknya. Leng-ji memberontak.
"Leng-ji... Leng-ji..."
Loo Cong seperti tertawa kepada seorang anak, menepuk-nepuk pundaknya. Leng-ji seperti gila terus memberontak.
"Aku tidak percaya... tidak percaya!"
"Leng-ji, percaya atau tidak, kita tetap harus meneruskan kehidupan dan harus membuat kehidupan menjadi lebih baik!"
"Aku tidak percaya!"
Leng-ji berteriak histeris.
"Kalau kau mau membuktikan ini, kau harus berani hidup lebih baik!"
"Aku tidak percaya... aku tidak percaya..."
Dia tetap berteriak histeris, kalau terus begitu dia bisa gila. Kejadian ini memang membuat orang tidak gampang percaya. Loo Cong dengan pelan berkata.
"Aku juga tidak percaya! Leng-ji, emas harus dilebur dalam waktu lama, panah tidak mudah dilepaskan, mungkin..."
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Leng-ji tidak mendengar dua kalimat yang diucapkan oleh Loo Cong.
Sekalipun dia mendengar mungkin dia tidak akan mengerti maksud kalima t itu.
Loo Cong seperti tertular oleh Leng-ji.
Dia sering minum arak.
Dia tahu arak akan membawanya ke dunia yang berbeda.
Arak akan membawanya terlepas dari kenyata-an.
Sepertinya dia sudah mempercayai arak yang bisa membuatnya buta.
Sekarang dia minum sendiri.
Di sisi telinganya dia seperti mendengar kata-kata Seng Kong-kong.
"Di dunia ini kalau laki-laki dan perempuan jatuh cinta, patut untuk dipertimbangkan!"
Apakah Seng Kong-kong mengerti seperti apa hubungan antara laki-laki dan perempuan? Kalau di dalam semesta ini jumlah banyak yang mempunyai perasaan yang patut dipertimbangkan, mungkin hanya cinta, bukan laki-laki dan perempuan.
Tentu saja Loo Cong tidak mengerti prinsip yang begitu dalam.
Di rumah La-ma masih terang benderang.
Putri Kao Tong berada di dalam kamar rahasia yang penuh dengan corak budaya.
Kata Wie Kai.
"Aku tidak setuju dengan kata-kata Kong-kong tadi!"
"Kata-kata yang mana?"
"Di dunia jika laki-laki dan perempuan terikat cinta patut untuk dipertimbangkan!"
Putri Kao Tong setengah bersandar di ranjang besar.
Wie Kai berbaring sambil meletakkan kedua tangannya di belakang kepala.
Terhadap hal di mana dulu dia penah melari-kan diri dalam ingatan putri Kao Tong semua itu sudah memudar.
Kebencian antara laki-laki dan perempuan begitu naik ke atas ranjang sangat mungkin akan mencair.
Paling tidak untuk sementara waktu bisa di-tutup dan dikesampingkan dulu.
Apa lagi Wie Kai adalah orang yang pandai bermain cinta! "Dialah Kong-kong, itulah cara dia melatih orang untuk menghadapi perubahan yang tidak biasa, dia benar-benar membutuhkan orang berbakat!"
Kata putri Kao Tong.
"Aku bukan orang biasa?"
Tanya Wie Kai. Mata genit putri Kao Tong terus berputar.
"Kau memang bukan orang biasa, kalau tidak, aku tidak akan memaksa Kong-kong membunuhmu!"
"Dimana kau berada saat melihat kami menjalankan eksekusi?"
"Di ruangan rahasia!"
"Bagaimana kalau kepalaku benar-benar dipenggal?"
"Apakah benar tidak mau dipenggal?"
"Dari mana kau melihat aku bukan orang biasa?"
"Kau... kapan aku bilang kau bukan orang biasa?"
Putri Gai Tang balik bertanya.
"Kata-katamu sungguh tidak berpangkal!"
Dengan jari telunjuknya putri Kao Tong membereskan rambut Wie Kai.
"Aku ingin memenggal laki-laki yang tidak berperasaan!"
Kegenitannya benar-benar membuat laki-laki tidak bisa menahan diri.
Semua perempuan di dunia ini sama saja, apakah dia adalah si cantik dari selatan atau gadis biasa, atau putri orang kaya, atau gadis-gadis dari perbatasan.
Asalkan dia perempuan, dari lahir sudah mempunyai naluri untuk membujuk dan merayu laki-laki.
"Mengapa kau menatapku terus?"
Tanya putri Kao Tong.
"Kalau bulan sedang terang, kita harus melihat ke atas, kalau gelap kita menundukkan kepala!"
"Mengapa waktu menikmati keindahan bulan purnama malah bermain bulan?"
"Menikmati, kata ini dipakai di sini terlalu lemah lembut, lebih baik dikatakan 'bermain', itu lebih menarik!"
"Aku tidak mengerti!"
Kata putri Kao Tong.."Aku ingin tanya, kalau bermain di atas ranjang kita saling sopan seperti tamu, apakah akan seru?"
Putri Kao Tong memijit hidungnya.
Wie Kai sudah menarik putri Kao Tong ke dalam pelukannya.
Dan mereka bergulingan di atas ranjang.
Anak muda, laki-laki dan perempuan bila sudah menjadi sepasang kekasih, banyak cara bermain cumbu-cumbuan! Baju putri Kao Tong terlalu tipis, hampir tembus pandang.
Terlihat dua gunung tinggi dan montok.
Bagi seorang perempuan Tibet hal seperti ini memang jarang terlihat.
Pantas dia begitu berharap dan begitu genit.
Wie Kai menggelitik ketiaknya.
Dia tertawa genit dan menghindar.
Wie Kai menarik kembali tangannya.
"Kalau dari awal aku tahu kau begitu tidak berperasaan, aku lebih memilih dipenggal!"
Sambil terengah-engah putri Kao Tong membereskan rambut panjangnya dan bertanya.
"Mengapa?"
"Bersekongkol dengan La-ma, mengacaukan ibu kota, dan berencana memberontak, bila tertangkap oleh pihak kerajaan, tetap akan dihukum mati..."
Kata Wie Kai.
"Bagaimana kalau kita berhasil?"
Pelan-pelan Wie Kai mengelus-elus paha putri Kao Tong. Tiba-tiba putri Kao Tong memeluknya.
"Bocah! Kau memang pandai!"
"Aku?"
"Betul, aku tidak bisa mengungkapkannya, yang pasti kau benar-benar mempesona!"
Tangan Wie Kai mulai bergerak-gerak lagi. Putri Kao Tong mencengkeram tangannya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku?"
"Pertanyaan apa?"
"Bagaimana kalau kita berhasil?"
"Apakah bisa berhasil?"
"Mengapa kau tidak percaya kepadaku?"
Tiba-tiba Wie Kai membalikkan tubuh dan menindih putri Kao Tong lalu berkata.
"Nanti kau dari seorang putri menjadi seorang ratu, aku adalah kesatria yang akan menjadi suamimu!"
"Ha ha ha!!..."
Kali ini putri yang membalikkan tubuh menindih Wie Kai.
"aku benar-benar ingin memenggal kepalamu!"
Wie Kai balik menindih lagi.
"Kalau kepalaku benar-benar dipenggal siapa yang di atas rubuhmu sekarang?"
Putri Kao Tong memijit hidung Wie Kai.
Wie Kai mengelus-elus paha putri Kao Tong.
Keindahan di dalam kamar semakin kental.
Keindahan di gunung lebih indah lagi.
Bunga-bunga liar entah bernama apa.
Mereka mekar dengan indahnya.
Burung-burung tampak berpasangan.
Warna hijau di gunung mulai terlihat.
Bumi yang luas penuh dengan kehidupan.
Wajah Leng-ji sangat pucat, sinar matanya pun hilang.
Semua seperti berhenti di musim dingin.
Kebencian yang terus melanda.
Kesedihan tanpa batas terus menggerogoti hati Leng-ji.
Kalau dia bisa mengerti mengapa semua terjadi, dia akan segera mati.
Tapi sebelum mengerti dia tidak akan mati.
Tapi mata memang mudah saja melihat, hidup malah terasa lebih sulit.
Bila seseorang merasa hidup ini sulit, coba kau pikir, hidup seperti apa yang akan dia jalankan? Sekarang Leng-ji berada di hutan bambu.
Saat merasa benci dengan sekuat tenaga dia akan menepisbambu.
Dia harus menyiksa dirinya sendiri, baru bisa mengurangi beban di hatinya.
Tiba-tiba dia mematahkan sebatang pohon bambu besar.
Dia menjepit tangannya di tengah-tengah bam-bu itu.
Darah mengalir keluar melalui bambu.
Dia masih mengira semua itu belum cukup untuk membuatnya sakit.
Leng-ji ingin merusak sepasang tangannya.
Sepasang tangan yang pernah membuat iri dan kagum banyak gadis! Tapi sekarang dia malah tidak menyayangi sepasang tangannya ini.
Berkali-kali dia melakukannya.
Sambil bicara sendiri.
"Lupakan dia... lupakan dia..."
Dia pingsan.
Keadaan Loo Cong tidak lebih baik dari Leng-ji.
Karena dia tidak tahu harus dengan cara apa menghadapi Leng-ji.
Keadaan Leng-ji membuatnya sedih dan sakit.
Walaupun dia mati tetap tidak akan bisa mengobati luka hati Leng-ji.
Loo Cong minum araknya lagi.
Hanya arak yang bisa membuatnya menikmati waktu yang sebentar ini.
Dari hutan terdengar suara amarah.
Juga bisa terlihat pohon bambu tinggi ber-goyang- goyang dengan cepat.
Leng-ji seperti sudah gila.
Dia tidak mau merepotkan Siau-loo lagi.
Leng-ji sangat tahu di hati Siau-loo yang ter-dalam terkubur cinta yang dalam, cintanya tidak kalah dengan Wie Kai.
Tapi Leng-ji tidak bisa menerima cintanya.
Cinta yang bisa diterimanya sudah berada dalam pelukan orang lain.
Mengapa Langit begitu kejam? Dia meloncat dan menabrakkan diri ke pohon bambu.
Bambu yang batangnya sebesar mangkuk.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tubuhnya terpental dan terlempar kebawah.
Tangannya sudah berdarah, bajunya pun banyak yang koyak.
Berkali-kali dia menabrakkan tubuhnya dan berkali-kali pula terpental dan terbanting ke bawah.
Ada bambu yang ditabrak hingga patah.
Tangannya berdarah, sudut mulutnya pun keluar darah, terlihat dia sudah terluka dalam.
Dia terus menabrakkan diri dan terlempar.
Tubuhnya terasa semakin sakit, tapi dia semakin tidak berhenti.
Lebih baik aku mati! Di dunia ini apa pun bisa terjadi.
Perempuan dari luar bangsa.
Uangnya banyak dan kekuasaannya hebat, masih ada perjanjian antara Kong-kong dan perempuan itu yang digunakan sebagai umpan.
Siau-kai akan melakukan apa pun.
Sudahlah, lebih baik aku mati! Siau-loo terhuyung-huyung masuk hutan.
Leng-ji baru terpental dan terlempar ke bawah.
Semua itu membuat hati Siau-loo sakit.
"Leng-ji... Leng-ji... jangan..."
Teriak Soau-loo histeris.
Leng-ji terpental lagi.
Luka dalam Leng-ji sangat berat, dia sudah menghabiskan banyak tenaga.
Sorot matanya tersiksa dan pandangannya lurus.
Dia berhenti di sebatang pohon bambu yang sudah patah.
Patahan pohon bambu itu sangat tajam.
Tiba-tiba dia berhenti memikirkan untuk menabrakkan diri ke pohon bambu tinggi itu.
Siau-loo hampir mabuk.
Dia datang dengan terhuyung-huyung sambil membawa golok anehnya.
Tadinya dia ingin menggendong Leng-ji.
Dia seorang laki-laki, dia tidak akan memikir-kan kematian.
Hanya kadang-kadang dia merasa tertarik.
Jika bisa mati bersama Leng-ji di sini...
Bukankah ini hal yang tidak pernah dia pikir-kan? Tiba-tiba Leng-ji datang sambil menabrakkan diri lagi.
Saat akan terlempar ke bawah, Siau-loo merasa hatinya bergetar, sebab di bawah ada potongan bambu yang sangat tajam.
Dalam waktu yang sangat mendesak Siau-loo menggulingkan diri.
Golok anehnya menyapu ke depan.
Dan bambu yang lancip sudah ditebang rata oleh Loo Cong.
Hampir dalam waktu bersamaan Leng-ji ter jatuh.
di atasnya.
"Leng-ji..."
Siau-loo berteriak histeris.
"untuk apa kau melakukan semua ini?"
Leng-ji tidak menjawab apa-apa.
Sudut mulutnya masih mengeluarkan darah, air mata masih mengalir di wajahnya yang cantik.
Loo Cong menggendong sambil memungut sebotol obat.
Di bawah sinar lampu.
Leng-ji telungkup di atas ranjang.
Punggung-nya telajang karena penuh dengan luka.
Wajahnya bersimbah air mata.
Punggung penuh luka, siapa pun tidak tega melihatnya.
Pundaknya juga terluka dan di beberapa tempat menjadi merah keunguan karena darah yang membeku.
Tangan Loo Cong sampai gemetar saat sedang mengobati lukanya.
"Kau benar-benar pemberani dan percaya diri!"
Leng-ji tidak menjawab.
"Kalau kau tidak mempunyai keberanian dan rasa percaya diri, kau tidak akan berani melarikan diri."
Leng-ji tetap diam.
"Perasaan manusia bisa berubah, jalan di dunia ini berliku-liku, bila sudah tidak ada jalan, kau harus bisa mundur, bila jalan masih ada teruslah berjalan, kita harus berjalan dengan cepat, Leng-ji, kau adalah gadis pintar."
"Siapa bilang aku pintar?"
Leng-ji bertanya dengan bingung.
"Kalau kau bukan gadis pintar, di dunia ini tidak akan ada orang yang lebih pintar lagi."
"Kalau aku pintar mana mungkin aku bisa salah menilai orang!"
"Leng-ji, masalah itu jangan di ungkit dulu untuk sementara waktu!"
"Sebenarnya aku pun tidak mau mengungkit masalah ini, tapi kalau kau menjadi diriku, apa yang akan kau lakukan?"
"Leng-ji, apa yang kukatakan ini mungkin akan kau anggap teori saja, tapi aku tetap harus membicara-kan, orang yang ingin menaklukkan siluman harus bisa menaklukan hatinya sendiri dulu, kalau hati terus bergejolak siluman akan tahu, menaklukan mereka harus dengan nafas kuat dan tenang, maka siluman tidak akan menyerang balik kepada kita!"
Lama Leng-ji baru menarik nafas panjang.
"Siau-loo, kau benar-benar guru dan teman yang baik!"
Siau-loo tertawa kecut.
"Aku tahu, aku sendiri juga sulit menaklukkan diriku, tapi jangan anggap kita tidak sanggup lantas menularkan kepada orang lain!"
"Siau-loo, maafkan aku, aku benar-benar telah merepotkanmu!"
Kesedihan Siau-loo sudah hilang separuh lebih karena kata-kata ini- Dia mulai mengobati luka di tangan Leng-ji.
"Leng-ji, kalau kau kasihan kepadaku, jangan menyiksa dirimu lagi!"
Leng-ji mengangguk.
Di Eng-hong-pie-ya.
Malam sudah larut.
Di pekarangan tidak ada suara apa pun.
Hanya ada Seng Kong-kong dan Mo Ki-thian.
Seng Yan-kong sedang berjalan mondar mandir, dia tampak sedang berpikir.
Mo Ki-thian berdiri di sisinya menunggu.
Dia selalu seperti itu.
Di mana pun Seng Yan-kong berada, dia selalu berada di sisinya.
Apa pun yang diperintahkan oleh Seng Yan-kong, dia selalu mengiyakan.
Dia tidak perlu berpikir dan mengambil keputusan.
Seng Yan-kong akan memikirkan semuanya dan mewakili dia mengambil keputusan.
Mo Ki-thian adalah orang seperti itu.
Seng Kong-kong percaya kepadanya.
Dia dipercaya karena dia tidak pernah punya pendapat sendiri! Artinya tidak ada rasa percaya diri.
Katanya orang yang ingin menjadi hweesio harus bisa melakukan semua hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, sesudah itu baru bisa mencari hal lain.
Tapi ingin menjadi manusia biasa tidak bisa seperti itu, harus mempunyai pendapat sendiri.
Tiba-tiba Seng Yan-kong berhenti berjalan, dia melihat langit.
Langit penuh dengan bintang, tidak ada yang aneh.
Tapi Mo Ki-thian pasti mengira di langit ada sesuatu, ada rahasia.
Kong-kong bisa melihatnya.
Atau dewa-dewa di langit sedang melambaikan tangan kepada Kong-kong.
Atau Kong-kong adalah dewa yang diutus langit? Kong-kong bukan manusia biasa, pandangan ini sudah dari awal ditanamkan dalam pikirannya.
Jika dewa yang diutus dari langit, apa yang dia lakukan pasti bukan hal biasa.
Mo Ki-thian sangat percaya.
Bila seseorang sudah menjadi dewa, ayam dan anjing yang dipeliharanya akan ikut menjadi dewa.
Maka dia sedang menunggu datangnya hari itu.
Di dunia ini Kong-kong akan melakukan hal besar- besaran dan berkobar-kobar.
Mo Ki-thian memang bukan orang pintar dan berbakat, dalam beberapa waktu ini dia mempunyai banyak masalah kecil.
Hubungan Kong-kong dan putri Kao Tong sangat akrab.
Hubungannya dengan rumah La-ma pun akrab.
Kong- kong sedang melakukan hal penting.
"Ki-thian!"
Seng Yan-kong berteriak.
"Ada!"
"Menurutmu, kali ini kepulangan Wie Kai..."
Mo Ki- thian terpaku.
Karena dia benar-benar tidak menyukai Wie Kai.
Perasaan ini mulai ada ketika Wie Kai datang ke Eng- hong-pie-ya.
Dan tidak sukanya bukan hanya sekarang saja tapi sudah sangat lama.
Wie Kai pintar, dia sangat berbakat dalam ilmu silat.
Dia juga ceria, berjiwa besar, tampan pula.
Semua perempuan menyukainya.
Awal-awalnya yang mengetahui hubungan akrab Wie Kai dengan Leng-ji juga dia.
Yang melapor dan mengadu kepada Kong-kong juga dia.
Agar Kong-kong percaya, dia diam-diam membawa Kong-kong melihat Wie Kai dan Leng-ji yang bertemu secara rahasia, maka Kong-kong segera menyusun rencana merebut harta benda milik Seng-yan-koan-nu, dia menjadi lakon penting.
Mo Ki-thian bukan orang yang selalu berada di bawah orang lain.
Kadang-kadang dia bisa pintar.
Dia tahu setelah Kong-kong melihat pertemuan antara kekasih itu pasti akan ada reaksi! Karena paman Mo Ki-thian juga seorang kasim.
Dia sangat tahu bagaimana kehidupan pribadi seorang kasim dan isi hati mereka.
Maka rasa sayang Seng Yan-kong kepada Wie Kai dan Ling segera hancur.
Setelah berhasil merebut harta dengan tuduhan kejahatan kepada mereka maka mereka diganjar hukuman penggal.
Kong-kong masih melihatlangit, dia bertanya.
"Bagaimana pendapatmu, Ki-thian?"
"Kong-kong, aku merasa seorang Wie Kai terlalu licik!"
"Oh!"
"Dan aku menganggap dengan kembalinya dia seorang diri, ada sedikit janggal!"
"Janggal?"
"Betul, Kong-kong!"
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Coba kau jelaskan lebih detail!"
"Baik, Kong-kong!"
Mo Ki-thian mendekati Kong-kong, sambil membungkukkan tubuh dia berkata.
"Lapor Kong- kong, aku sangat mengerti seorang Wie Kai."
"Maka aku minta pendapatmu!"
"Kong-kong, dengan adanya hubungan antara Wie Kai dan Leng-ji, ditambah dengan sifat Wie Kai, aku yakin tidak mungkin dia mengkhianati Leng-ji!"
Alis Seng Yan-kong segera berkerut. Dia benar-benar tidak bisa membantah kata-kata Mo Ki- thian.
"Tapi mengapa setelah kabur dari Eng-hong-pie-ya, seharusnya dia bebas, tapi mengapa dia kembali dengan menempuh bahaya?"
Semua orang tidak mengetahui jawabannya. Siapa yang menjamin setelah kembali ke Pie-ya, Wie Kai masih bisa mempunyai kesempatan untuk hidup lagi? Tapi Seng Yan-kong tetap menghargai pen-dapat Mo Ki- thian. Karena Mo Ki-thian pernah berkata.
"Siau-loo adalah anak petani dan dia sangat lugu."
Tidak lama kemudian orang yang diperintah-kan mencari Siau-loo dan Leng-ji menemukan mereka di sebuah desa. Walaupun akhirnya mereka tetap bisa kabur.
"Kata-katamu memang tidak salah. Hanya saja mengapa dia kembali lagi kemari?"
Tanya Seng Kong-kong.
"Dia mempunyai rencana busuk!"
"Rencana busuk seperti apa?"
"Aku... aku tidak berani menebaknya!"
"Apa kau menduga dia benar-benar menyesal dan bosan dikejar-kejar?"
Mo Ki-thian berpikir sebentar.
"Kong-kong, aku selalu merasa dia mempunyai rencana terselubung dan bukan karena cintanya kepada putri Kao Tong."
"Apakah kau curiga dia mempunyai suatu hubungan dengan putri Kao Tong..."
Tanya Seng Yan-kong. Mo Ki-thian bukan orang bodoh, hubungan Kong-kong dan putri Kao Tong juga dekat rnaka dia tidak banyak bercerita tentang hal ini.
"Kong-kong, hambamu tidak berani sembarangan menebak!"
"Oh!..."
Seng Yan-kong mulai mondar mandir lagi.
Ini benar-benar masalah yang harus diperhatikan.
Terlihat Wie Kai benar-benar bosan, bosan terus berlari dan dia ingin mengubah kesalahannya.
Ditambah lagi dengan adanya jaminan dari putri Kao Tong, maka Kong-kong pun memaafkan Wie Kai.
Dia harus mengikuti kemauan putri Kao Tong.
"Saat kau, Wie Kai, dan putri Kao Tong pergi menangkap Loo Cong dan Leng-ji, apakah kau melihat ada yang lain pada Wie Kai?"
Dengan gugup Mo Ki-thian menjawab.
"Kong-kong, waktu itu aku tidak melihat ada kelainan, Wie Kai pun seperti benar-benar bertarung dengan Loo Cong, tapi kalau dia melepaskan mereka, orang luar sulit melihatnya."
"Oh!.
"
"Dan mereka benar-benar bisa kabur!"
Seng Kong-kong mengangguk lagi.
Paling sedikit dia menganggap pendapat Mo Ki-thian benar, walau tidak ada bukti sedikit pun.
Waktu itu Loo Cong dan Leng-ji berebut seekor kuda.
Sampai-sampai Loo Cong menotok Leng-ji hingga pingsan lalu membawanya pergi.
Dalam keada-an seperti itu Wie Kai sepertinya tidak berusaha sekuat tenaga untuk menghadang.
Seng Kong-kong tahu bahwa di antara Wie Kai dan Leng-ji sudah terjadi hubungan suami istri.
Walaupun akhirnya Wie Kai mengkhianati Leng-ji, dia tidak akan bertindak terlalu kejam dan ini adalah hal yang wajar.
Atau karena Wie Kai melihat Leng-ji dan Loo Cong, dia jadi marah dan pergi, tapi tidak akan dalam waktu singkat berubah total.
Perasaan hangat bukan orang biasa yang bisa memberi kesan.
"Ki-thian!"
Panggil Seng Kong-kong.
"Hamba di sini!"
"Pasang meja untuk sembahyang!"
"Pasang di sebelah mana?"
"Di kebun ini."
"Siap!"
Mo Ki-thian membalikkan tubuh dan pergi.
Meja senbahyang sudah siap.
Tidak ada plakat hanya ada lilin besar, arak, dan buah-buahan.
Seng Kong-kong memasang dupa dan berlutut untuk sembahyang, kemudian berdiri untuk berdoa.
Apa isi doa- doanya? Semua ini hanya Seng Kong-kong sendiri yang tahu.
Setelah lama dia baru menuang arak katanya.
"Aku pasti bisa menangkap kalian..."
Nada terakhirnya seperti membeku di udara.
Tapi Mo Ki-thian menganggap bila Kong-kong bisa mengeluarkan kalimat seperti itu, dia pasti bisa melakukannya, karena setiap perkataan Kong-kong, dia tidak pernah merasa curiga dan percaya begitu saja.
Leng-ji dan Loo Cong masih melarikan diri.
Mereka terus berganti lingkungan.
Siau-loo menggendongnya naik gunung.
Juga membawanya menyeberangi sungai.
Di atas gunung terlihat jejak kaki mereka.
Di sungai juga terpantul bayangan mereka.
Di bawah terik sinar matahari.
Di bawah siraman hujan dan terpaan angin.
Mereka saling menghibur dan saling memberi semangat.
Senang dan duka ditanggung bersama, mereka tidak pernah meninggalkan lawan.
Siau-loo tidak pernah mengomel.
Tapi Leng-ji harus sering menghindari sorot mata Siau- loo.
Sorot mata Siau-loo lurus dan tidak mengandung sesuatu.
Tapi sikap perhatian dan mengasihi membuat Leng-ji tertekan.
Leng-ji takut dia akan luluh karena kasih sayangnya.
Manusia adalah makhluk yang paling penuh dengan perasaan.
Sungai ini lebarnya hanya sekitar 30 tombak.
Tidak ada perahu untuk menyeberang, tapi sungainya tampak tidak dalam.
Mereka sering menyeberang sungai seperti ini.
Siau-loo menggendongnya lalu selangkah demi selangkah berjalan ke tengah-tengah sungai.
Air sungai mengalir sangat keras dan semakin dalam, pinggang Siau-loo sudah terendam air.
Leng-ji sama sekali tidak bisa berenang, dia bertanya.
"Siau-loo, apakah airnya akan sampai ke atas kepala?"
"Aku tidak tahu air sungai ini sedalam apa, tapi kalau sampai terendam melebihi kepala, itu tidak mungkin."
"Kalau kita terpeleset, bagaimana?"
"Jangan takut, ada aku!"
"Apakah benar kau bisa berenang?"
"Disebut bisa juga tidak, tapi tidak akan membuatmu berada dalam bahaya. Tiba-tiba mereka terpeleset dan tenggelam. Leng-ji berteriak. Tapi air hanya merendam sampai ke dada Leng-ji, Siau- loo terapung lagi dan terus bergeser ke seberang sungai.
"Siau-loo, sepertinya kau berjalan lebih cepat dibandingkan tadi."
"Karena aku sedang berenang maka kakiku menginjak air."
"Menginjak air?"
Leng-ji melihat ke bawah ternyata dia sedang maju sedikit demi sedikit, air pun hanya setinggi dada Siau-loo. Karena kedua kaki Siau-loo sedang bergoyang-goyang di bawah air.
"Siau-loo, tidak kusangka kau menguasai teknik seperti ini."
"Ini tidak ada apa-apanya!"
"Tidak, kau memangl ihai!"
"Sebenarnya teknik berenang Siau-kai lebih bagus dariku!"
"Tidak! Jangan bicarakan tentang dia lagi!"
Leng-ji memukulnya.
"Baik, kita buat perjanjian, mulut tidak bicara di dalam hati pun jangan memikirkan dia,"
Kata Siau-loo.
"Baik, kita berjanji!"
Di depan hutan ada bayangan berkelebat tapi mereka berdua tidak melihatnya.
Untuk mengusir rasa sepi Siau-loo sering mengajarkan pengetahuan tentang bertani kepada Leng-ji- Matahari belum terbit mereka sudah berangkat, udara belum panas.
Mereka berjalan di gunung sambil mengobrol.
"Leng-ji, tentang cara bercocok tanam, apakah kau masih ingat?"
"Aku selalu lupa, aku sangat bodoh!' "Di antara kita bertiga, akulah yang paling bodoh!"
Kata Siau-loo.
"Tidak, kau tidak bodoh!"
"Dari mana kau bisa tahu?"
"Melihatmu melayani Seng Kong-kong d mengatur kami melarikan diri terbukti kalau kau pin* dan berbakat!"
Siau-loo tertawa, dia tidak bicara apa-apa lagi.
"Siau-loo, kau tiba-tiba seperti memikirkan sesuatu?"
"Kalau aku sepintar Siau-kai, alangkah baik-nya!"
"Kau harus didenda sebab di antara kita sudah ada perjanjian, tidak membicarakan tentang dia lagi!"
"Kau juga didenda kepada dirimu sendiri!"
Leng-ji tiba- tiba menarik nafas panjang! -ooo0dw0ooo- BAGIAN IV BAB I Sebuah sungai menghadang lagi di depan.
Sepanjang perjalanan mereka sudah melewati banyak sungai.
Tapi sungai ini sangat lebar juga terlihat dalam.
Leng-ji mencuci tangan dan membasuh muka-nya ditepi sungai.
Karena siang malam terus melarikan diri, Leng-ji sadar sekarang dia sudah bukan Leng-ji yang dulu lagi.
Dia melihat bayangannya di permukaan air.
Rambutnya berantakan, kedua matanya tidak bersemangat.
Wajahnya tidak seperti dulu lembut dan bercahaya.
Sekarang dia kurus.
Sekarang dia bukan perempuan montok.
Sekarang dia benar-benar terlihat kurus.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Air sungai sangat dingin, setelah mencuci muka dia merasa lebih nyaman dan segar.
"Leng-ji, duduklah sebentar di sini ber-istirahat."
"Bagaimana denganmu?"
Loo Cong melihat sekeliling.
"Sebenarnya di sini ada perahu untuk menyeberang!"
"Betul, pasti ada!"
"Coba ku lihat ke sebelah sana, di sana seperti-nya ada pelabuhan kecil."
Sungai itu lebarnya 30 tombak, lebih, apa lagi kalau sedang musim hujan bisa sampai 60 tombak lebih.
Seharusnya ada perahu untuk menyeberang.
Loo Cong berjalan ke sebuah pohon bambu di sana.
Dia menoleh melihat Leng-ji masih duduk.
Sekali-sekali membersihkan wajahnya dengan lengan baju.
Udara terasa panas Matahari berada di tengah-tengah.
Dia sering berpikir.
'Kalau aku perempuan lemah seperti Leng-ji, apa yang akan kulakukan?' Kalau dia adalah Leng-ji, belum tentu dia lebih kuat darinya.
Maka Loo Cong melambaikan tangan, berteriak.
"Leng- ji... Leng-ji... kemarilah!"
Leng-ji menoleh. Dia terlalu lelah, sesudah duduk, dia begitu malas berdiri. Loo Cong harus beberapa kali memanggil, baru dia mau berdiri.
"Di sini ada pohon, udaranya lebih sejuk!"
Leng-ji berdiri dan berjalan ke sana.
Di sana memang ada tempat seperti pelabuhan kecil.
Loo Cong melihat ke dalam hutan bambu, dia merasa senang karena di sana ada sebuah sampan.
Ternyata bambu-bambu besar itu tumbuh di dalam air.
Hanya saja air di sini sangat dangkal, paling-paling dalamnya 3-4 kaki.
Di atas sampan ada seorang pak tua yang sedang tidur, dengkurannya terdengar jelas.
Loo Cong tertawa.
Orang yang hidup di sini lebih santai dibanding kan orang yang hidup di kota yang ramai.
Dia berpikir.
'Kalau masalahnya sudah selesai dan tidak dikejar-kejar lagi, dia ingin mencari tempat sepi dan indah, belajar kepada pak tua itu, bukankah itu adalah hal yang sangat menyenangkan?' "Siau-loo, ada apa?"
Leng-ji sud ah berada di belakangnya. Loo Cong menatap Leng-ji dan menunjuk ke arah sampan.
"Leng-ji, apakah kau mengagumi pak tua itu?"
"Benar, buat kita sekarang ini kehidupannya seperti dewa!"
"Hidupnya seperti hidup di luar dunia, apakah benar?"
"Benar membuat orang iri!"
Loo Cong membangunkan pak tua itu. Dia belum begitu tua, paling-paling usianya bai sekitar 50 tahun. Romannya sehat dan sangat bersemangat. Dia menggosok-gosok matanya dan melihat orang yang ada di depannya lalu tertawa.
"Baik sekali! Ji-wie yang agung, apakah kalian berdua sudah lama menunggu?"
"Kamibaru tiba!"
"Ada yang datang berarti ada uang masuk, itu sangat baik!"
"Apakah biasanya jarang ada tamu yang menyeberangi sungai?"
"Benar, tempat terpencil seperti ini terkadang sehari hanya ada 2-3 orang, terkadang sehari penuh tidak ada yang menyeberang sama sekali!"
Dia mulai mendayung sampan. Setelah naik sampan, pak tua itu mulai mendayung dengan bambunya, lalu katanya.
"Kalian berdua adalah tamu yang jarang ada!"
"Apa artinya?"
Tanya Leng-ji.
"Aku sudah lama menunggu!"
Loo Cong, Leng-ji terkejut.
"Pak tua menunggu kami?"
Tanya Loo Cong.
"Benar,"
Pak tua itu sudah mendayung hingga keluar dari hutan, mereka mulai berada di tengah-tengah sungai, di sini dalamnya sekitar satu setengah tombak. Karena bambu untuk mendayung panjangnya sekitar 3 tombakhanya separuhnya berada di atas air.
"Yang aku tunggu adalah tamu kaya seperti kalian berdua."
"Lo-pek, penampilan kami seperti ini, mengapa mengatakan kami berdua adalah tamu kaya?"
Pak tua itu tertawa terbahak-bahak.
"Anak muda, di dunia ini siapa yang punya harga jual lebih tinggi dari kalian?"
Loo Cong termangu lalu katanya.
"Lo-pek terlalu memuji!"
"Kalian berdua tidak perlu merendahkan diri, coba kau pikir, berapa harga jual seorang tuan muda kaya, pesilat muda, apakah bisa mencapai 10 ribu tail emas?"
Leng-ji dan Loo Cong terkejut.
Nyata Seng-yan-kong telah masuk sampai ke lubang- lubang yang sangat kecil.
Sebenarnya bukan Seng-yan-kong yang bisa masuk ke lubang-lubang kecil.
Melainkan nilai 10 tail emas itu sangat menyilaukan, bisa bersinar hingga ke semua penjuru! Loo Cong segera memegang goloknya, bersiap.
"Ternyata kau orang yang sengaja menunggu kami!"
"Di bawah kilauan uang puluhan ribu tail emas, bisa tidak sengaja, bisa juga disengaja!"
"Siapakah Tuan? Berani sekali mencegat kami, aku yakin kau bukan orang yang tidak bernama!"
"Kami bukan orang terkenal, kami dua bersaudara biasanya mengandalkan air mencari makan, ilmu silat kami tidak begitu tinggi, tapi ilmu di dalam air harus melihatbagaimana nasib kalian berdua!"
Wajah Leng-ji berubah. Tapi Loo Cong tetap dengan tenang tanyanya.
"Nama kalian berdua adalah..."
"Aku adalah ular air, In Hai, adikku adalah tikus air, In Kang!"
"Berarti ular dan tikus berada dalam satu sarang?"
"Apakah kau Loo Cong?"
"Benar!"
"Bocah, hargamu tidak sampai 5 ribu tail emas!"
"Oh ya?"
"Apakah perempuan itu Lim Leng-ji, Harganya 6 ribu tail emas!"
Perahu sudah berada di tengah-tengah sungai.
Bila melihat ke dasar sungai, air mengalir dengan cepat, warna airnya hijau tua, berarti airnya sangat dalam.
Loo Cong berencana menangkap hidup-hidup orang ini, agar semuanya menjadi lebih baik.
Tapi begitu Loo Cong bergerak In Hai mem-bawa bambu panjang itu langsung terjun ke dalam sungai lalu menghilang.
Perahu kecil itu mengikuti arus sungai mengalir ke hilir.
"Siau-loo, celaka!"
"Jangan takut, ada aku!"
"Siau-loo, aku sama sekali tidak bisa berenang!"
"Jangan jauh-jauh dariku, kedua orang itu punya nama jahat juga ganas, ilmu mereka di dalam air sangat bagus..."
Tiba-tiba bambu panjang datang dari dalam air.
Awalnya melubangi dasar perahu kemudian menye-rang mereka.
Loo Cong mencengkeram bambu itu.
Orang-orang yang ada di bawah air menarik dengan sekuat tenaga, sedangkan yang ada di atas tidak melepaskan cengkeramannya.
Perahu mulai tenggelam.
Leng-ji berteriak.
Loo Cong segera melepaskan cengkeramannya.
Dia segera memegang Leng-ji dan berkata.
"Kita pasti jatuh ke dalam air sungai begitu aku menyuruhmu menahan nafas, kau harus menahan nafasmu, tapi sebelumnya kau harus mengambil nafas dalam-dalam dulu."
"Siau-loo, walaupun aku mengambil nafas dalam-dalam, tapi tidak akan bisa bertahan lama!"
"Leng-ji, jangan takut, secepatnya aku akan keluar dari air dan membawamu ke permukaan air untuk mengambil nafas..."
Bambu datang lagi tapi dengan cepat ditarik kembali.
Sampan sudah dilubangi dengan 2 lubang besar, air segera masuk ke dalam perahu.
Sampan mulai tidak seimbang.
Orang yang tidak bisa berenang, di saat seperti ini pasti sangat takut kepada air.
Leng-ji mulai gemetar.
"Jangan takut, mereka tidak akan mudah melakukannya..."
Sampan tiba-tiba miring.
"Leng-ji, aku akan menghitung 1.2.3, kita sama-sama meloncat ke dalam air dan berenang ke seberang sana. Kita sebisanya meloncat sejauh mungkin, kalau sudah jatuh ke dalam air, di dalam air ada aku!"
Mereka sekuat tenaga meloncat ke seberang sungai.
Yang pasti mereka meloncat ke dalam air yang mengalir, apa lagi dengan sampan yang hampir ter-guling sulit menjaga keseimbangan tubuh, juga sulit menggunakan tenaga.
Mereka meloncat tidak lebih dari 7 tombak lalu terjatuh ke dalam air.
Loo Cong cepat-cepat mencengkeram rubuh Leng-ji yang terus tenggelam.
Orang yang tidak bisa berenang begitu terjatuh ke dalam air cukup repot jika ingin menolongnya, orang itu akan sembarangan memukul dan menggapai-gapai sesuatu.
Kalau bukan orang yang berpengalaman menolong orang seperti itu dari dalam air, mungkin dia sendiri akan ikut tenggelam.
Loo Cong bukan orang seperti itu.
Loo Cong mencengkeram Leng-ji dan segera memberi tahu.
"Leng-ji, tanganmu jangan terus bergerak, kau harus percaya kepadaku, sekarang tahan nafas..."
Loo Cong melihat ada orang sedang mendekati mereka di dalam air, maka Loo Cong segera masuk ke dalam air lagi.
Ternyata orang itu adalah tikus air, In Kang, dia datang membawa golok dan berniat akan menyerang Leng-ji.
Loo Cong menghindari serangan ular air, In Hai dari belakang.
Loo Cong sadar Leng-ji tidak bisa bertahan lama di dalam air.
Maka dia menyerang In Kang dulu.
Dia melihat ilmu silat mereka tidak tinggi.
Tapi ilmu di dalam air mereka sangat hebat, Loo Cong masih kalah oleh mereka tapi perbedaannya tidak jauh.
In Kang ingin menghindar tapi sulit meng-hindari pukulan mautitu.
Golok aneh turun dan naik.
Ketiak kiri In Kang terluka, tangan kirinya hampir tertepis.
In Hai terkejut, pisau belatinya segera menye-rang dari belakang.
Loo Cong menghindar, dia terus naik ke atas.
Setelah muncul ke permukaan air Leng-ji terus terbatuk.
Karena menahan nafas terlalu lama dia minum air sungai itu.
"Leng-ji, sekali lagi tahan nafas!"
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak, Siau-loo... aku akan mati kehabisan nafas dan minum air sampai mati!"
"Leng-ji, bertalianlah, tidak ada cara lain lagi?"
Terpaksa Leng-ji mengambil nafas dalam-dalam.
Sekali lagi mereka masuk ke dalam air.
Saat pisau belati In Hai datang, dia berniat menyabet kaki kanan Loo Cong.
Loo Cong menarik kakinya, In Hai tidak bisa menghentikan laju tubuhnya, dia naik ke permukaan.
Golok aneh milik Loo Cong ditarik dan di-dorong, tapi kakinya telah tertusuk oleh pisau belati.
Bertarung dengan golok di dalam air tidak bisa menepis atau menyapu, hanya bisa menarik dan mendorong, sebab terhalang oleh pusaran air.
Orang yang biasa bermain dengan air selalu menggunakan mayonet yang bisa melemahkan pusaran air.
Dua bersaudara ini seumur hidup mereka selalu berbuat kejahatan.
Orang yang mati dibunuh mereka di dalam air sudah banyak.
Tapi mereka bukan lawan Loo Cong.
Dalam waktu yang sangat singkat belatinya berhasil dipukul.
Bertarung dengan kekuatan tangan kekuatan-nya berbeda jauh dengan Loo Cong! Begitu Golok aneh ditarik, leher In Hai terpotong separuh.
Leng-ji terus memuntahkan air di darat sana.
Dia minum banyak air.
"Leng-ji, aku benar-benar menyulitkanmu!"
"Siau-loo, kalau kau seperti aku tidak bisa berenang, apa yang akan terjadi?"
Loo Cong tertawa kecut.
Banyak kejadian di dunia ini yang sulit diduga.
Tapi mereka percaya yang di atas akan mem-beri jalan.
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong semakin akrab.
Ini membuktikan kalau rencana mereka sudah berada pada tahap matang.
Seng Kong-kong adalah orang yang bisa bekerja mengurusi hal penting.
Maka semua rencananya berjalan sangatlancar.
Putri Kao Tong sedang berada di ruang rahasia Kong- kong.
Dia duduk di sisi meja panjang, melihat Kong-kong sedang mengcap perjanjian yang ditulis di atas kertas.
Cap nya terbuat dari batu giok, bisa diketahui milik siapa.
Di atas sutra yang bercorak naga dan burung Hong berwarna kuning tua, terdapat bahasa Han dan bahasa Tibet.
Ke dua belah pihak siap menggunakan cap nya.
"Putri, setelah beberapa bulan kita bekerja keras baru sekarang ada hasilnya,"
Kata Seng Kong-kong. Putri Kao Tong merasa sangat senang, katanya.
"Yang jelas hubungan kita yang akrab baru terasa hari ini."
Seng Kong-kong membawa kain yang tertulis perjanjian katanya.
"Kita bersulang, pekerjaan kita berjalan lancar dan sukses!"
Saat mereka baru mengangkat cangkir.
Tiba-tiba Seng Kong-kong seperti melihat sesuatu.
Dia duduk tidak bergerak kemudian terbang ke atas.
Wie Kai sedang berdiri di teras, siap berlari.
Tapi Seng Kong-kong sudah turun dari atas dan menghadangnya.
Wie Kai sangat terkejut.
'Penjahat tua ini benar-benar tidak bisa di angga enteng,' pikirnya Mo Ki-thian segera datang menjilat.
Dia menangkap Wie Kai.
Keadaan benar-benar menyulitkan Wie Kai.
Dia tertangkap, dan bukti sudah ada di tangan.
Seng Kong-kong tertawa sinis.
Kalau tidak sengaja untuk apa diam-diam melihat.
Kalau bukan karena mengetahui rencana besar ini dan mengerti rencana ini, mengapa bisa kebetulan lewat di sini? Kalau masalah ini sampai bocor sebelum terjadi, apa akibatnya? Seng Kong-kong marah besar.
"Wie Kai, apa yang kau lakukan?"
"Cepat katakan!"
Bentak Mo Ki-thian.
Wie Kai membuka kedua tangannya, berarti dia tidak tahu apa-apa.
Dia juga menyatakan kalau sudah memaafkan dan tidak mencurigai dia lagi, memberinya kebebasan, mengapa dia tidak boleh lewat sini? Tanpa perasaan Seng Kong-kong berkata.
"Kalau kau tidak bisa menjelaskan alasanmu berada di sini, aku akan membereskanmu sekarang juga!"
Tiba-tiba Wie Kai terpikir sebuah pertolongan.
Dia melihat putri Kao Tong.
Tapi sikap putri Kao Tong seperti menyalahkan dia yang terlalu mengurusi banyak hal, tidak tahu besar atau kecilnya permasalahan.
Banyak tempat Wie Kai bisa pergi, mengapa sengaja datang kemari? Setiap saat dia bisa kemari, tapi mengapa sengaja datang di saat ini.
Melihat Wie Kai seperti itu putri Kao Tong pun mencemaskan keadaannya.
Putri Kao Tong khawatir, jika Wie Kai dipaksa berkata jujur, dia pun tidak akan bisa menolong Wie Kai lagi.
Sebab saat bercanda Wie Kai pernah berkata.
"Bersekongkol dengan La-ma membuat kerusuhan di ibu kota, bila tertangkap oleh pemerintah pasti akan mati..."
Putri Kao Tong mengira Wie Kai hanya iseng saja, diam-diam melihat juga mendengar. 'Wie Kai, kau benar-benar tidak tahu bahaya!' pikir putri Kao Tong. Wie Kai tertawa kecut.
"Apa yang akan kulakukan? Kali ini aku kembali ke sini, untung Kong-kong tidak memenggal-ku, malah memberikan tugas besar, budi ini belum terbalas, apa yang bisa kulakukan?"
"Ini bukan alasan tepat!"
Bentak Kong-kong. Mo Ki-thian mengayunkan tangannya ingin menampar, tapi Wie Kai menghindar. Mo Ki-thian terus membentak.
"Kau masih mau membantah?"
"Aku membantah apa? Putri menyuruhku datang ke sini untuk menjemputnya, apakah aku tidak boleh menunggu di sini?"
"Ini..."
Mo Ki-thian melihat putri Kao Tong Seng Kong-kong juga melihat putri Kao Tong.
Putri Kao Tong tahu Wie Kai hanya bicara sembarangan.
Tapi Wie Kai pandai dan pintar, walau sedikit menyimpang dari kebenaran.
Putri Kao Tong jadi semakin menyukainya.
Putri Kao Tong sudah tidak peduli pada banyak orang.
Wie Kai sudah menunjukkan hubungan mereka yang tidak biasa dan hati Wie Kai sudah beralih kepada nya.
Wie Kai tidak menutupi rasa cinta dan sikap setianya kepada putri Kao Tong, sekalipun di depan Kong-kong.
Seorang perempuan jika sudah mencintai laki-laki, dia bisa memaafkan semua kesalahannya, ter-masuk kebohongan juga kejahatan lainnya.
Seorang perempuan jika tidak mencintai, dia tidak akan peduli pada siapapun, sekalipun pernah menanam budi yang banyak kepadanya.
Sekarang putri Kao Tong harus punya sedikit keperhatinan.
Sebab dia menduga Wie Kai sudah tahu rahasia nya dengan Kong-kong.
Tapi putri Kao Tong menganggap Wie Kai tidak akan lolos dari genggamannya.
"Aku yang menyuruhnya menunggu di sini, dan kami akan pulang bersama-sama,"
Katanya.
Seng Kong-kong sepertinya tidak percaya.
Apa lagi Mo Ki-thian, tidak percaya juga harus percaya.
Apa boleh buat! Rahasia ini bukan hanya Seng Kong-kong saja yang tahu putri Kao Tong pun tahu.
Tapi dia tidak peduli, dia seperti sanggup menguasai Wie Kai.
Mereka berdua sudah seperti perangko.
Tidak pernah berpisah.
Putri Kao Tong menyuruh Wie Kai menunggu, itu bukan tidak mungkin.
Laki-laki dan perempuan bila sudah saling jatuh cinta, langit runtuh pun belum tentu akan mem-buat mereka bergetar.
Yang di atas sudah mengatur semua seperti itu.
Karena Yang di atas khawatir manusia tidak bisa melanjutkan keturunnannya! Mo Ki-thian tahu Wie Kai sedang berbohong.
Dia sedang berpikir mau membongkar kebohongannya, tiba-tiba Seng Kong-kong melambaikan tangan.
"Sudahlah!"
Terpaksa Mo Ki-thian menurunkan tangannya.
Wie Kai membereskan bajunya, dia tertawa pada putri Kao Tong.
Tadi dia merasa sudah berputar-putar di depan pintu dewa kematian.
Putri Kao Tong terus melihatnya.
Di bawah sinar bulan.
Di sebuah gubuk.
Loo Cong duduk di atas rumput kering, Leng-ji sedang membubuhkan obat ke luka pada Loo Cong.
"Apakah terasa sakit?"
"Hanya bencana kecil!"
Kakinya ditusuk oleh ular air In Hai.
"Bila ada kesempatan, aku ingin belajar ilmu air kepadamu!"
"Bisa ilmu di dalam air, pasti akan ada guna-nya!"
Leng- ji diam.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Tidak ada!"
"Kau sudah mulai belajar berbohong!"
Leng-ji tertawa kecut.
"Apakah benar aku sering berbohong?"
"Kau tidak hanya pandai berbohong, kau juga pandai menutupi kebohonganmu!"
Tiba-tiba Leng-ji tertawa. Kaki Loo Cong sudah dibalut, diabertanya.
"Apakah luka di tubuh dan tanganmu sudah sembuh?"
Leng-ji mengangguk.
"Coba tebak, sekarang Seng Kong-kong sedang melakukan apa? Dan ingin melakukan apa?"
Tanya Loo Cong.
"Sedang marah dan sedang mengomel!"
"Menurutku, dia sedang menyusun rencana dengan Mo Ki-thian, dan berbisik-bisik dengan putri Kao Tong!"
"Pengkhianat itu.
"
Kata Leng-ji sambil menganguk. Loo Cong ingin melarang tapi sudah tidak sempat.
"Kau mengungkit tentang dia lagi!"
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak apa-apa kita mengobrol tentang dia?"
"Leng-ji, kebesaran jiwamu tidak seluas seperti yang kukira!"
"Sekarang aku bisa!"
"Apakah benar kau bisa?"
"Benar!"
"Apakah sudah bisa melihat jelas semua masa-lah ini?"
"Belum sampai pada tahap itu! Tapi punya cermin sendiri, jika dia tidak bisa melihat dirinya sendiri, pedang pun tidak bisa memukul dirinya!"
Loo Cong menyambung.
"Puisi tidak bisa dibaca sendiri, indah tidak bisa dirasakan sendiri, kejahatan tidak bisa ditutupi sendiri, apakah benar?"
"Yang terakhir, kejahatan tidak bisa ditutupi sendiri, semua sudah terungkap, untuk apa kita harus merasa sedih?"
Tanya Leng-ji.
"Leng-ji, kebesaran jiwamu sudah mencapai tingkat baru!"
"Tidak seperti yang kau katakan!"
Tiba-tiba Loo Cong terlihat serius.
Bersamaan waktu mereka berdua terpaku.
Ini gubuk.
Gubuk terbuat dari rumput kering atau dari batang- batang padi dan daun gandum yang sudah mengering.
Kadang pemburu menginap di sini untuk menghindari hujan dan angin.
Kadang petani sementara waktu tinggal di sini, atap dan dinding gubuk terbuat dari rumput-rumput kering.
Gubuk seperti ini ada kebaikan juga ada keburukannya.
Bila ada yang menyentuh gubuk ini, suaranya akan segera terdengar jelas.
Sekarang mereka berdua bersamaan berdiri.
Mereka saling pandang dan memasang kuda-kuda, pengalaman memberitahu mereka di luar ada orang.
Tiba-tiba di sekeliling sudah banyak tombak yang menerjang masuk.
Ruangan gubuk sangat kecil.
Hanya ada satu tempat untuk meletakkan ranjang d an tempat sebesar ranjang yang masih kosong.
Ingin menghindar serangan 3 serangan benar-benar sulit.
Makan mereka bersamaan waktu meloncat ke atas hampir menempel di atap gubuk.
Gubuk itu dari bawah sampai atap tingginya tidak lebih dari 5 depa.
10 buah tombak yang menusuk masuk panjangnya 3 sampai 5 kaki, tapi tidak mengenai sasaran.
Hanya sebuah tombak yang berhasil menyobek baju Leng-ji.
Gubuk terlihat sempit lagi.
Jika ingin keluar dari sana satu-satunya jalan harus menginjak tombak supaya bisa mental keluar.
Tapi orang-orang di luar hampir tidak memberi mereka waktu untuk bernafas.
"Kita pergi dari sini,"
Loo Cong dan Leng-ji menginjak tombak yang masuk dan keluar dari gubuk itu.
Gubuk sudah disiram minyak dan mulai dibakar.
Di luar ada 17-18 orang sedang berdiri, mereka adalah San-hiang Cong-to, Tong-cu atau Hiang-cu.
Satu dari 2 orang itu Loo Cong pernah bertemu dengannya.
Yang paling depan adalah Tong-cu dengan tinggi 8 kaki, bernama Cian-siu, orang itu selalu menggunakan tombak panjang.
Maka anak buahnya yang berjumlah 10 orang lebih semua menggunakan tombak panjang.
"Aku hanya tanya, apakah kalian mau ikut kami pergi?"
Tanya Cian-siu.
Loo Cong meludah ke bawah sebagai jawaban.
Jawaban seperti itu sudah cukup.
Waktu itu puluhan tombak datang menyerang- Dengan goloknya Loo Cong menyapu, tiba-tiba dia mencengkeram sebuah tombak dia menendang.
Terdengar suara dari atas, lagi 5 buah tombak panjang menerobos masuk.
Mereka berdua berputar di atas udara.
Baju Loo Cong sudah berlubang, dan daging di pantatnya teriris.
Baju Leng-ji bagian ketiak pun sudah ber-lubang.
orang yang memegang tombak dan tombaknya langsung dirampas.
"Leng-ji, sambut ini!"
Leng-ji pernah berlatih ilmu tombak.
Karena tombak itu panjang maka orang yang membawa tombak jenis ini hanya sedikit.
Mereka berdua, yang satu memakai golok yang satu lagi memakai tombak, mereka bergabung rapi maka dalam waktu singkat bisa membuat 2 orang terluka lagi.
Cian-siu sendirian menyerang, keadaan agak genting.
Karena mereka mempunyai formasi tombak yang handal.
Puluhan orang menyerang dari semua penjuru, ada beberapa yang menyerang dari bawah ke atas.
Gerakannya benar-benar sangat sadis.
"Leng-ji, di atas.
"
Loo Cong berteriak, tiba-tiba dia meloncat menepis tangan seorang musuh, tapi punggung Leng-ji sudah tergores panjang.
Melihat anak buahnya mati 4-5 orang dan banyak yang terluka, Cian-siu segera menyuruh anak buahnya mundur.
Tidak lama kemudian mereka sudah meng-hilang ke dalam hutan.
"Bagaimana dengan lukamu, Leng-ji?"
"Tidak begitu parah, tadi aku sangat terkejut melihat puluhan tombak datang menyerang ke gubuk.
"Yu Tai-jin sudah mati! Mereka sulit menang tapi masih ingin mencoba-coba."
"Emas senilai 10 ribu tail adalah mimpi setiap manusia, pantas kalau mereka seperti itu!"
Loo Cong mulai mengobati luka Leng-ji. Gubuk sudah terbakar habis dan masih mengeluarkan asap.
"Apakah betul Seng Kong-kong akan menepati janjinya, memberikan hadiah 10 ribu tail emas kepada mereka yang berhasil menangkap kita, aku masih ragu!"
Kata Loo Cong.
Di Eng-hong-pie-ya.
Malam sudah larut.
Angin berhembus besar dan hujan turun.
Dari jendela Seng Kong-kong melihat langit yang terlihat mendung.
Mo Ki-thian berada di belakangnya.
Usia Seng Kong-kong sudah tua, tapi tidak pernah melihatnya lelah atau tidak bersemangat.
Mo Ki-thian tidak pernah mendengar Seng Kong-kong menghela nafas.
Tanya Seng Kong-kong.
"Ki-thian, hari ini tanggal berapa?"
"Lapor Kong-kong, bulan lima tanggal satu!"
"Sudah tiga bulan lebih..."
Seng Kong-kong berkata dengan pelan.
"Benar, Kong-kong, sudah tiga bulan lebih, hanya saja mereka tidak akan bisa kabur!"
"Tapi mereka bisa hidup lebih dari 100 hari!"
Kata Seng- yan-kong. Mo Ki-thian tidak bersuara. Menyuruhnya mengejar pelarian dia benar-benar tidak tahu di mana keberadaan mereka. Tiba-tiba Seng Kong-kong tertawa terbahak-bahak.
"Mereka benar-benar orang yang dididik oleh Seng-yan- kong, anak buah Seng-yan-kong tidak terkalahkan! Ha ha ha..."
"Tenanglah, Kong-kong, ku pikir sekarang mereka pasti sangat kelelahan,"
Kata Mo Ki-thian.
"Sangat lelah! Bagaimana dengan kita?"
Demi mengejar beberapa pengkhianat ini, Eng-hong-pie-ya pun merasa sangat lelah. Awalnya dia menolak dibantu oleh La-ma. Sekarang bila ingin meminta bantuan sulit untuk membuka mulut. Tapi dia tetap berniat seperti itu, dia berteriak.
"Aku ingin kalian lihat! Sekarang kalian bisa bersenang-senang.
"Aku ingin kau bersenang-senang dan merasa puas, Wie Kai dan putri Kao Tong sedang berada di kamar sedang bercumbu."
Wie Kai memeluk putri Kao Tong sambil mengatakan kalimat itu.
Dari ujung alis, ujung mata, terlihat kegenitannya.
Dia pura-pma memukul Wie Kai.
Tapi putri Kao Tong percaya kalau Wie Kai bisa membuatnya senang dan puas.
Kehilangan dirinya beberapa hari itu sudah tergantikan.
Di luar tenda, angin dan hujan terus turun dengan lebat.
Di dalam tenda, bayangan dari lilin merah terus bergoyang-goyang, perasaan dalam seperti laut Putri Kao Tong benar-benar merasa kalau kali ini dia sangat beruntung sudah datang ke Tionggoan.
Tanpa bercerita dulu tentang rencana penting nya, orang yang ada di depan matanya ini benar-benar membuatnya senang! Tionggoan adalah dunia yang menyenangkan.
Laki- lakinya pun lebih baik dari pada laki-laki Tibet.
Matahari terbit, matahari terbenam.
Bulan naik juga terbenam.
Siang hari mereka harus mencari makan.
Malam hari mereka harus berhati-hati, takut akan ada musuh datang menyerang.
Hari-hari seperti ini tidak ada habis-habisnya.
Sewaktu mereka kabur dari Eng-hong-pie-ya, mereka tidak pernah terpikir tentang hal ini, setelah keluar dari Eng- hong-pie-ya mereka baru merasakan, dunia memang luas, tapi bila ingin menghindari orang-orang seperti itu tetap sulit.
Mereka tiba di sebuah kota.
Mereka benar-benar membutuhkan makan dan membeli beberapa potong baju, apa lagi sepatu dan kaos kaki.
Sejak melarikan diri, sudah ada beberapa pasang sepatu yang dipakai hingga robek.
Kota ini sangat sederhana.
Hanya ada sebuah jalan raya yang membentang dari timur ke barat, yang lainnya hanya jalan kecil dan gang- gang.
Setelah lama tidak melihat kota mereka merasa semua itu sangat ramah dan mesra.
Pelan-pelan Loo Cong berkata.
"Leng-ji, manusia memang tidak bisa hidup sendiri?"
"Kecuali orang.. .orang luar kota sana!"
"Lebih baik kita ke tempat yang tidak terlalu ramai untuk makan, setelah makan kita bawa bekal sedikit,"
Usul Loo Cong.
"Mungkin kita bisa singgah selama beberapa hari di sini, mereka tidak akan menyangka kita berada di sini."
"Mungkin kau benar, tempat paling berbahaya adalah tempat yang paling aman, tapi pejabat dan anak buah mereka yang berada di sini semua adalah orang-orang Seng Kong-kong!"
Leng-ji mengangguk.
Mereka masuk ke sebuah rumah makan sambil menundukkan kepala.
Rumah makan itu sangat sederhana dan tidak begitu besar, tapi tersedia jenis sayur yang komplit.
Di menu yang digantung di dinding tertulis Hoa-koan (Bapau kosong yang ditabur bawang daun) ada bapau dan beraneka macam kuah, mie goreng, serta masakan yang lain-lain.
Sudah jadi dan siap disajikan.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Masih ada sayur-sayur yang siap dipesan serta arak.
Setelah sampai di sana mereka harus terus menahan air liur.
Mereka mencari tempat di dekat jendela.
Pelayan datang dan bertanya.
"Ji-wie, ingin makan nasi atau minum arak?"
Loo Cong memesan 4 macam sayur juga Man-tou, sayur asin, dan kue-kue, ada sebagian makanan yang akan dibawa pergi.
Mereka masih memesan arak.
Mereka seperti baru merasakan ternyata arak begitu wangi dan menggoda.
Tapi mereka waspada selalu melihat sekeliling apakah ada orang yang mencurigakan.
Tamu di sana paling-paling hanya ada 4-5 orang.
Tidak terlihat, mereka orang apa.
Sampai-sampai ada seorang perempuan umurnya sekitar 35-36 tahun, berdandan sederhana, sangat bersih juga lincah.
Dia sedang makan mie.
"Kita tetap harus berhati-hati!"
Nasihat Loo Cong.
Leng- ji mengangguk.
Semacam sayur sudah diantar berikut araknya Loo Cong terburu-buru menuang arak dia ingin segera minum arak.
Tapi Leng-ji menghalanginya, dia mencabut tusuk konde yang terbuat dari perak dan memasukkan tusuk konde itu ke dalam cangkir arak.
Hal yang mendebarkan hari sudah terjadi.
Arak terus bergejolak kemudian keluar suara CES, CES, buih keluar dari dalam gelas.
Mereka benar-benar terkejut.
Loo Cong segera memasukkan kue dan sayur asin ke balik bajunya.
Sewaktu dia melihat, perempuan itu sedang tertawa dan berkata.
"Orang Eng-hong-pie-ya memang luar biasa!"
"Tidak juga, melainkan otak tikus adalah otak yang terlalu sederhana!"
Perempuan itu meletakkan mangkok mienya membersihkan mulut dengan sapu tangan, pelan-pelan berkata.
"Marga Loo, kalian tidak bisa kabur lagi!"
"Apakah kau mempunyai kekuatan menahan kami?"
"Anak gadis, kalau beradu kecantikan, aku mengaku kalah, tapi apakah kau pernah mendengar nama Hun-si Po- po?" (nenek Hun-si). Loo Cong dan Leng-ji benar-benar terkejut. Orang yang paling sering menggunakan racun adalah perempuan itu, bisa dikatakan sampai tubuhnya beracun. Loo Cong dan Leng-ji saling melihat kemudian mereka meloncat keluar melalui jendela. Mereka tidak menyangka kalau Hun-si Po-po tidak akan mengejar mereka keluar. Hun-si Po-po hanya berdiri, ada 4 laki-laki duduk di sebelah meja, mereka juga berdiri melihat Hun-si Po-po. Dengan suara kecil Hun-si Po-po berpesan.
"Timur, barat, selatan, dan tengah."
Mereka berempat segera keluar dari rumah makan itu, setelah itu mereka segera berpisah, masing-masing ke arah yang disebut Hun-si Po-po tadi.
Hun-si Po-po dengan tenang keluar dari rumah makan itu! Setelah keluar dari rumah makan itu Leng-ji dan Loo Cong terus berlari sejauh 5-6 Li baru berhenti.
Dengan nafas terengah-engah Leng-ji berkata.
"Hari ini aku benar-benar kagum kepada Seng-yan-kong!"
"Maksudmu, Hun-si Po-po bisa dibeli oleh Seng-yan- kong?"
"Dulu aku pernah mendengar bahwa Hun-si Po-po dan Seng-yan-kong sangat akrab!"
"Berarti tidak salah lagi! Tapi apakah kau tidak merasa ada sedikit keanehan?"
"Keanehan apa?"
"Hun-si Po-po tidak mengejar kita!"
"Mungkin dia akan mengejar kita sekarang!"
"Apakah...."
Tiba-tiba Loo Cong mengerutkan alis.
"Leng-ji, apakah kau merasa tidak enak tubuh?"
Mereka saling berpandangan wajah mulai terlihat pucat. Mereka merasa sakit perut dan pusing.
"Kita harus segera mencari tempat untuk... untuk bersembunyi... memaksa racun yang ada di dalam tubuh kita keluar... keluar..."
Kata Leng-ji.
Loo Cong melihat sekeliling.
Tidak ada tempat untuk bersembunyi.
Terpaksa mereka masuk ke balik semak-semak setinggi pinggang.
Perut mereka semakin sakit.
Mereka tidak bisa mengeluarkan racun dari dalam perut.
Sebab racun Hun-si Po-po sangat sulit dikeluarkan.
Tidak diragukan lagi, sayur asin dan kue yang ada di balik baju pasti sudah diracun, bencana ini tampaknya sulitbisa dihindari lagi.
Mereka benar-benar merasa sedih.
Selama pelarian beberapa bulan ini mereka sudah mengalami banyak bahaya tapi mereka berhasil melewatinya.
Tapi sekarang mereka akan terjatuh ke tangan perempuan itu.
"Leng-ji, mati pun aku tidak akan menutup mata... karena aku tidak bisa melindungimu dengan baik..."
Dahi Leng-ji penuh dengan keringat.
"Siau-Ioo... lebih baik kita mati di sini... dari pada... dari pada kita harus naik panggung untuk dipenggal kepala kita..."
Loo Cong menggelengkan kepala.
"Aku tidak rela mati karena racun... tidak rela... karena tidak ada kesempatan untuk bertarung dengan Hun-si Po- po..."
"Siau-loo, apakah kau merasa semua ini menggelikan?"
"Meng... menggelikan?"
"Betul..."
Leng-ji tertawa.
"awalnya kita ditipu oleh Siau- kai... sekarang jatuh ke tangan Hun-si Po-po... di dunia ini harus memakai cara menipu... mungkin Seng Kong-kong juga menipu putri Kao Tong... atau putri Kao Tong menipu Seng Kong-kong, semua orang di dunia ini semua penipu..."
Leng-ji tertawa air matanya pun bercucuran. Mati dengan cara seperti ini benar-benar menyedihkan! Loo Cong ingin menghibur tapi tidak bisa mendapatkan kata-kata yang tepat. Perut yang sakit membuat kepalanya pusing.
"Leng-ji... Leng-ji... jangan menangis... jangan..."
"Aku tidak menangis... aku hanya merasa... kehidupan ini benar-benar menggelikan... Siau-loo... kalau bukan demi diriku, kau tidak akan keluar dari Eng-hong-pie-ya!"
Kata-kata ini sudah lama disimpan di dalam hati. Bila akan mati dia akan mengutarakan isi hatinya.
"Betul, demi dirimu!"
Loo Cong mengangguk. Rasa sakit membuat wajah Leng-ji berubah.
"Siau-loo... aku minta maaf... sayang aku tidak bisa... aku tidak bisa.
"
Loo Cong memegang perutnya dengan bibir bergetar dia berkata.
"Leng-ji... kata-katamu tadi sudah cukup... Leng-ji... sebelum mati. apakah kau punya permohon an padaku?"
"Tidak... tidak ada... asal kau terus menyebut namaku... aku juga akan terus menyebut namamu.
"
"Betul... di jalan... menuju dunia sana... kita jangan berpisah... Leng-ji... Leng-ji... Leng-ji.
"
Leng-ji sudah tergeletak di atas padang rumput, dia berkata.
"Siau-loo... Siau-loo... Siau-loo.
"
Seseorang sudah berdiri di sisi mereka, kedua tangannya diletakkan di pinggang, dia tertawa ter-bahak-bahak.
Dialah Hun-si Po-po.
Dia tertawa terbahak-bahak.
300 kati, emas bisa membuat dua manusia emas.
Siapa pun orangnya, di saat sekarang ini akan tertawa.
Yang penting bukan ini saja.
Mereka berdua terbaring di atas rumput.
Sudut mulut mereka mengeluarkan darah.
Nyawa mereka seperti matahari sore tetap membuat orang merasa rindu pada masa silam! Seperti apa dunia sana? Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.
Empat anak buah Hun-si Po-po sudah datang.
Salah satu dari mereka berkata.
"Si Po-po akan terkenal di dunia persilatan, di depan Seng Kong-kong, Anda pasti akan dianggap orang penting!"
"Sebenarnya bukan demi emas puluhan ribu tail juga bukan karena ingin mendapat kepercayaan dari Seng-yan- kong, melainkan bila rencana Seng-yan-kong berhasil, aku adalah..."
Dia tidak meneruskan kata-katanya. Tapi sudah ada yang menjawab.
"Kau akan menjadi permaisurinya?"
Hun-si Po-po dan anak buahnya benar-benar terkejut. Mereka baru melihat kalau di sisi mereka berdiri seseorang. Hun-si Po-po bergetar.
"Setan tua Put-pian, apakah kau ingin membagi hasil?"
Ternyata orang itu adalah Put-pian-yan-gwa, seseorang berbaju aneh.
"Gampang, gampang!"
Jawab Put-pian-yan-gwa.
"Kau datang kemari untuk tujuan apa?"
"Aku kan orang yang berpengalaman, kau tentu sudah tahu itu!"
Jawab Put-pian-yan-gwa. Kaki Hun-si Po-po pelan-pelan bergerak, segera Put-pian- yan-gwa berkata.
"Hun-moi, bila kau ingin menggunakan racun, jangan tergesa-gesa, biar aku selesai bicara dulu baru kau taburkan racunnya, singkat kata, aku tidak bisa lari, kau juga tidak akan bisa kabur!"
Hun-si Po-po tertawa dingin.
"Put-pian, orang lain mungkin takut kepadamu, tapi aku, Hun-si Po-po tidak akan pernah takut kepada mu!"
"Tentu saja, tentu saja!"
"Put-pian, apa yang kau inginkan, katakan cepat! Biar aku sekalian mengantarkanmu ke alam kematian!"
"Kenapa tergesa-gesa? Waktunya tidak akan berbeda jauh."
"Kau mau apa?"
Put-pian-yan-gwa tertawa.
"Aku sudah mengtakan tadi kalau aku kan orang yang sudah berpengalaman, maka aku meng-inginkan sepuluh ribu tail emas semuanya! Kalau kau mau namaku, biar kau ambil nama ini!"
"Kentut!"
Hun-si Po-po berteriak.
"apakah kau pernah mengukur kepandaianmu?"
"Sudah, kalau aku mundur 30 tahun, kau mundur 20 tahun. Ha ha ha! Mungkin aku bisa jatuh cinta kepadamu..."
Hun-si Po-po memberi isyarat, kelima orang itu mulai menyerang.
Mereka sama sekali tidak terpikir kalau Put-pian-yan- gwa akan datang dengan persiapan matang.
Kalau tidak apakah dia akan takut dengan racun perempuan itu? Begitu mereka berlima bergerak, kedua tangan Put-pian- yan-gwa terayun, 4 cahaya terang berkelebat.
Berkelebat tapi tidak terjadi apa-apa.
Atau tidak mengenai sasaran? Tentu saja bukan, kalau tidak mengenai sasaran, nyawa Put-pian-yan-gwa akan melayang! Ternyata 4 senjata rahasia itu dengan sangat tepat mengenai jalan darah penting 4 orang yang ada di depan.
"Kao... Kao-pie-ciam!'" (Jarum perpisahan), Hun-si Po- po pernah mendengar senjata rahasia milik Put-pian yang membuatnya terkenal adalah Kao-pie-ciam juga disebut 'Put-pian-kao-ciam', begitu jarum dilepaskan belum pernah meleset dari sasaran. Hun-si Po-po pun jika menaburkan racun tidak ada seorang pun yang bisa lolos dari sasarannya. Hanya saja dari awal Put-pian-yan-gwa sengaja berdiri di belakang angin, karena tempat di mana dia berdiri lebih tinggi dari Hun-si Po-po. Apa lagi hari ini angin gunung berhembus sangat kencang. Semua racun, semua cara menebar racun harus berada di atas angin, kecuali senjata rahasia yang sudah dibubuhi racun. Saat Hun-si Po-po bersiap-siap melepaskan senjata rahasia beracun untuk memaksa Put-pian-yan-gwa meninggalkan posisinya, Put-pian-yan-gwa sudah bergerak lebih cepat darinya. Kekuatan tangan Put-pian-yan-gwa sangat besar, 4 buah Kao-pie-ciam sudah menancap di jalan darah ke empat orang itu. Keempat orang itu setelah bergoyang-goyang beberapa kali lalu tersungkur.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Put-pian... bagaimana kalau kita bicara baik-baik..."
Hun-si Po-po seperti masih berupaya berdamai karena dia belum mati. Tangan Put-pian-yan-gwa terayun, katanya.
"Upacara perpisahan sudah dilaksanakan, tidak perlu banyak omong lagi!"
"Put-pian.. kalau kau melepaskanku.. di depan Seng Kong-kong aku akan mengangkatmu..."
"Tidak perlu! Bila aku ingin berlindung kepada Seng Kong-kong, aku sudah mempunyai hadiah yang sudah disiapkan!"
Hun-si Po-po melihat ke arah Loo Cong dan Leng-jj- Benar! Ini adalah hadiah yang sangatberharga.
Siapa pun yang ingin berlindung kepada Seng Kong- kong, asal membawa dua hadiah ini pasti akan diterima.
Kata-kata ini terdengar oleh Loo Cong dan Leng-ji, sebelum mati mereka merasa tidak enak.
Di dunia ini hanya cara yang bisa membedakan mana orang yang baik dan mana orang yang jahat? Hun-si Po-po dan ke empat anak buah sudah mati, dengan memuntahkan darah.
Put-pian-yan-gwa tertawa senang.
Setelah tertawa tiba-tiba dia melihat kedua anak muda itu.
Godaan nama dan harta benda, siapa yang bisa menolaknya? Beberapa waktu yang lalu, karena sadar kekuatannya terbatas, dia tidak akan bisa mencapai tujuannya, maka dia pergi begitu saja.
Yang pasti Put-pian-yan-gwa bukan orang jahat atau mempunyai nama jahat di dunia persilatan.
Apa yang sedang dia pikirkan sekarang? Dia sedang berperang dengan dirinya sendiri.
Kesempatan menjadi kaya dan terkenal ada di depan mata, sungguh sayang jika ditolak.
Ini adalah nasib mujurnya mengapa harus ditolak? Tapi melihat dua anak muda yang bermain umpet- umpetan dengan dewa kematian, sekarang mereka berdua terlihat begitu lelah, mereka juga mempunyai ilmu dan budi pekerti, dia merasa tidak tega.
Tidak tega dan keuntungan adalah dua masalah besar.
Dua kekuatan besar ini sedang berperang di dalam hatinya dan perasaan tidak tega berada di bawah angin.
Kata Put-pian-yan-gwa.
"Kalian terkena racun berat, kematian pasti akan terjadi, aku hanya memungut keuntungan saja!"
Seseorang jika ingin melakukan kejahatan dia harus mencari alasan untuk dirinya sendiri.
Loo Cong merasa nyawanya sedang melayang-layang, kadang-kadang terputus, kadang-kadang tersambung lagi.
Ternyata kematian seperti itu rasanya.
Tapi dia tetap merasa yakin kalau Put-pian-yan-gwa bukan orang jahat.
Di dunia ini orang sejenis dia paling banyak.
Orang jenis ini hanya orang biasa, dia bukan orang yang sangat jahat juga bukan orang yang sangat baik.
Hanya saja orang baik kadang-kadang akan melakukan kejahatan, orang jahat kadang-kadang akan berbuat kebaikan.
Loo Cong memikirkan semua ini bukan untuk dirinya sendiri melainkan demi Leng-ji, dia masih mempunyai sedikit harapan.
Harapan harus dicoba untuk diraih.
Asal masih bernafas harapan masih tetap ada.
Keadaan Leng-ji dan Loo Cong hampir sama.
Hanya karena dia makan dengan perlahan, maka nasi yang masuk sedikit demi sedikit, ditambah dia mengunyah dengan pelan maka racunnya lebih ringan dari Loo Cong.
Tapi hanya itu saja, paling-paling dia mati lebih lama setengah jam dari Loo Cong.
Dengan sulit Loo Cong berkata.
"Lo-cianpwee... apakah Anda tahu mengapa kami harus... harus melarikan diri?"
"Katanya karena kalian melanggar aturan Eng-hong-pie- ya!"
Jawab Put-pian-yan-gwa.
"Sebenarnya... bukan seperti itu... aku... aku tidak melanggar aturan Pie-ya..."
"Bocah, apakah kau sudah gila? Kau kira ber-seberangan dengan Seng-yan-kong adalah untuk main-main?"
"Tentu saja tidak...
"
Dengan terengah-engah Loo Cong menjawab.
"Seng-yan-kong... dan putri Kao Tong... berencana... mengkhianati kerajaan... mereka sedang menyusun rencana rahasia... semua anak cucu Yan Hong... apakah aku bisa duduk diam untuk melihat negara diambil alih?" (Yan Hong adalah nama Yan Ti dan Hong Ti, mereka adalah orang Han paling awal yang tinggal di daerah Huang-ho, mereka berdua adalah nenek moyang suku Han! Maka biasanya orang Tionggoan disebut anak cucu dari Yan Hong). Tiba-tiba Put-pian-yan-gwa menengadah ke atas langit, dia menarik nafas panjang.
"Apakah Cianpwee tidak percaya?"
Tanya Leng-ji.
Put-pian Yuan terdiam.
Masa dia tidak percaya? Dari awal dia sudah tahu, putri Kao Tong datang ke Tionggoan pasti untuk melakukan sesuatu.
Kemudian dia dilayani oleh Seng Kong-kong.
Walaupun hal ini dilakukan secara rahasia tapi tidak akan bisa menutupi niat orang-orang ingin mencari tahu.
Dulu Put-pian-yan-gwa memang merasa curiga tapi dia tidak punya bukti yang cukup kuat.
Dia memang rakus juga ingin terkenal, tapi dia masih mempunyai rasa perikemanusiaan.
Bila rasa rakus melampaui rasa kemanusiaan, dia adalah orang jahat dan sudah tidak ada obat yang bisa menolongnya lagi.
Put-pian-yan-gwa melihat kedua anak muda itu.
Yang satu sangat tampan wajahnya memancarkan kebenaran.
Yang satu lagi cantik alamiah, begitu melihat-sudah tahu kalau dia adalah gadis yang baik.
Put-pian Yuan tiba-tiba berjalan ke arah mayat Hun-si Po-po tergeletak.
Dia mencari obat penawar di tubuh Hun-si Po-po.
Dia memasukkan 4 butir obat ke dalam mulut mereka masing-masing, kemudian duduk di sisi memejamkan mata untuk beristirahat.
Kedua anak muda itu benar-benar tidak bisa melukiskan bagaimana perasaan mereka.
Kali ini mereka bisa lolos dari maut hingga jantungnya berdebar-debar, dibandingkan sewaktu lolos dari pisau pemenggal.
Paling sedikit Leng-ji berpikiran seperti itu.
Sebab ketika melarikan diri dari panggung eksekusi dia masih bertarung.
Kali ini mereka sama sekali sudah kehilangan kesempatan.
Put-pian-yan-gwa memejamkan mata.
Anehnya keringatnya terus mengucur keluar.
Dia bukan sedang memaksakan racun keluar, dia juga tidak sedang mengatur nafas, tapi mengapa dia mengeluarkan keringat begitu banyak? Sebenarnya alasannya sangat sederhana, itulah keringat karena dia merasa malu.
Ketika seseorang menghentikan lari kudanya di sisi jurang dan menemukannya hampir melakukan kesalahan kepada Langit, rasa malu kepada bumi juga malu kepada nenek moyang, ditambah rasa malu kepada dirinya sendiri, apakah dia tidak akan mengeluarkan keringat begitu banyak? Dengan takjub dua anak muda itu melihat Put-pian-yan- gwa.
Mereka mengira Put-pian-yan-gwa terkena racun.
Tapi mengapa dia tidak minum obat penawarnya? Tidak lama kemudian Put-pian-yan-gwa baru membuka mata.
Bajunya basah oleh keringat seperti baru keluar dari dalam air.
Put-pian-yan-gwa melihat kedua anak muda itu lalu bertanya.
"Bagaimana keadaan kalian?"
Mereka berdua baru merasa bahwa kalau perut mereka sudah tidak sakit lagi.
"Terima kasih Lo-cianpwee sudah menolong kami, seumur hidup kami tidak akan melupakan budi Cianpwee!"
Jawab Loo Cong.
"Tidak perlu!"
Put-pian-yan-gwa meloncat berdiri, pesannya.
"ini adalah obat penawarnya, bila masih sakit, minum 2 butir lagi!"
Dia meletakkan obat penawar itu di
Rahasia Hiolo Kumala Karya Gu Long Pendekar Wanita Penyebar Bunga Karya Liang Ie Shen Lencana Pembunuh Naga -- Khu Lung