Pohon Kramat 3
Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 3
Su Hay Khek, pertempuran ini sangat memikat hatinya, matanyapun tidak berkesiap.
Tentang asal usul sastrawan itu agak aneh, Tan Ciu belum dapat menduga sama sekali, ia memperhatikan apa yang hendak dilakukan olehnya? Terlihat sastrawan itu mendekati gelanggang pertempuran, tiba tiba ia membentak keras.
"Berhenti!"
Suaranya dingin sekali, tetapi cukup keras. Su Hay Khek dan Ang-mo kawcu Sim In menghentikan pertempuran mereka. Satu melesat ke kanan dan lainnya berdiri disisi kiri. Sastrawan itu memandang dua orang. Sim In dan Su Hay Khek memandangnya pula.
"Aaaa...
"
Tiba tiba Su Hay Khek berteriak.
"Ekh.. Kau!!"
Suara Sim In juga menonjolkan rasa terkejutnya.
Tiga orang itu saling pandang dengan tegang, kaget, bingung, semua terjadi diluar dugaannya.
Tan Ciu menyaksikan kejadian itu, Ia turut bingung juga.
Apa yang terjadi diantara mereka? Terlihat tubuh Su Hay Khek dan Sim In menjadi gemetaran, kemudian mata mereka memancarkan sinar marah, mereka marah, seolah-olah sedang menghadapi musuh besar yang kuat, melawan tidak dapat.
Siapakah sastrawan kaku itu? Tan Ciu masih menduga duga.
Akhirnya ketua Aug mo kauw Sim In memecah kesunyian, ia berkata.
"Tidak kusangka, aku mendapat kunjunganmu"
"Aku mengganggu pertempuran kalian?"
Berkata sastrawan setengah umur itu.
"Kukira kau sudah mati?"
Berkata Sim In! Su Hay Khek tidak tinggal diam, iapun turut membuka mulut.
"Kukira, aku sedang menemukan hantu."
"bukan."
Sastrawan setengan umur itu menggoyangkan kepalanya.
"Kau memang hantu."
Berkata Su Hay Khek.
"Bukan."
Bantah sastrawan tersebut.
"Aku masih hidup."
Tiba tiba ketua Ang mo-kauw Sim In membentak.
"Tan Kiam Lam, aku akan mencincang dirimu ..."
Tan Ciu tersentak tinggi.
Tan Kiam Lam? Bukankah nama orang yang dikatakan orang sebagai ayahnya ini? Sastrawan kaku inikah yang jadi ayahnya? Mengapa Sim In memanggilnya seperti tadi.
Tan Kiam Lam...
Tan Kiam Lam ...
Entah manusia yang mempunyai keanehan seperti apakah orangnya ? Terlihat pemuda kita maju tiga langkah langsung menghadapi sastrawan tersebut kemudian ia menggeram.
"Kau Tan Kiam Lam?"
Sastrawan setengah umur itu membawakan sikapnya yang selalu kaku seperti patung.
"Betul."
Su Hay Khek memberikan jawaban.
"Dialah ayahmu."
Tan Ciu mengkerutkan alisnya, inikah wajah sang ayah? Orang yang selalu membayangi dirinya? "Kau bernsma Tan Kiam Lam?"
Sipemuda masih meragukan kenyataan.
Orang yang ditanya tidak memberikan jawaban.
sastrawan itu masih memandang dan menatap ketua Ang mo kauw yang bernama Sim In itu.
Sim In menggeram lagi, tubuh melesat tinggi, kemudian menerkam sastrawan setengah umur tersebut, gerakannya seperti seekor alap-alap yang sedang menerkam anak ayam.
Tentu saja.
orang yang dihadapi bukan seekor anak ayam.
Terlihat tubuh sastrawan itu menyingkir kesamping, maka terkaman Sim In mengenai tempat kosong.
Sim In tanpa menghentikan gerakannya, menyerang lagi.
Sastrawan itu membentak.
"Sim In..."
Tubuhnya melesat dan menghindari serangan ketua Ang mo kauw. Sim In marah sekali. Dua kali serangannya digagalkan dengan mudah.
"Bila bukan aku yang mati, tentu kau binasa ditempat ini."
Ia menggeram.
"Mengapa?"
Sastrawan itu sangat tenang.
"Jangan pura-pura!"
Sim In sangat marah! "Kau kira aku Tan Kiam Lam?"
Sastrawan itu mengajukan perranyaan. Aneh! Mungkinkah dia bukan Tan Kiam Lam? Tidak mungkin. Sim In dan Su Hay Khek mana boleh salah mata bersama? Terdengar suara geraman Sim In yang sudah meluap luap.
"Wajahmu tidak dapat kulupakan."
Sastrawan itu tidak marah, ia mengalihkan pandangannya kearah Su Hay Khek.
"Su Hay Khek,"
Katanya kaku "Coba kau katakan, namaku Tan Kiam Lam?"
Sa Hay Khek mundur setengah langkah, agak takut sekali! "Kukira tidak salah."
Suara Su Hay Khek tidak sekeras tadi. Sastrawan setengah umur itu menggoyang-goyangkan kepalanya.
"Aku bukan Tan Kiam Lam."
Ia memberi keterangan. Suaranya mantap dan pasti. Tidak sepeiti main-main atau berolok-olok. Su Hay Khek tidak percaya. Sim In juga tidak percaya.
"Kau malu bertemu dengan anakmu, maka tidak mau mengaku."
Berkata ketua perkumpulan Iblis Merah ini.
"Aku memang bukan Tan Kiam Lam."
Sastrawan itu memberikan dan menandaskan keterangannya. Sim In tertawa dingin, ia memandang Su Huy Khek dan mengajukan pertanyaan! "Kau percaya keterangannya?"
Su Hay Khek menggelengkan kepala! "Tidak percaya,"
Katanya.
"Akupun tidak percaya."
Berkata Sim In. Sastrawan itu lebih tepat dikatakan sebagai patung hidup, tidak ada perubahan sama sekali. Bagaimana orang tidak mempercayakan keterangannya, iapun tidak marah. Dengan suara datar ia membuka mulut.
"Kalian tentunya belum pernah tahu bahwa Tan Kiam Lam mempunyai saudara kembar."
"Aaaaaa..."
Su Hay Khek membelalakkan mata.
"Kau Tan Kiam Pek."
"Betul."
Sastrawan kaku itu menganggukkan kepala.
Sim In dan Tan Ciu sangat kecewa, Berkotetan setengah hari, orang yang sedang dihadapi bukan bernama Tan Kiam Lam, tetapi saudara kembar tokoh misterius itu yang bernama Tan Kiam Pek.
Dua saudara kembar? Betulkah keterangannya? Apa tidak mungkin ia menggunakan siasat nama sama? Diantara dua saudara kembar yang menipunyai wajah sama, mempunyai banyak persamaan persamaan itu, tentu tidak mudah untuk menetapkan, siapa yang bernama Tan Kiam Lam, dan siapa yang bernama Tan Kiam Pek.
Mereka masih ragu-ragu.
Terlihat sastrawan setengah umur yang mengaku bernama Tan Kiam Pek itu bertanya kepada ketua Ang mo kauw Sim In.
"Sim kauwcu, tahukah maksud kedatanganku ketempat ini?"
"Katakanlah"
Berkata Sim In.
"Aku sedang mencari Tan Kiam Lam."
"Kau juga mencari Tan Kiam Lam?"
"Betul!"
"Mengapa mencari ditempat lembah Iblis Merah?"
"Karena hanya kau yang tahu tempat persembunyiannya."
"Kentut."
Sim In membentak keras.
"Hal ini adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah"
Berkata Tan Kiam Pek.
"Bila aku tahu dimana Tan Kiam Lam menyembunyikan diri, akulah orang yang pertama-tama membikin perhitungan dengannya."
"Hm...."
Tan Kiam Pek mengeluarkan suara hidung.
"Kau tidak tahu bahwa di peralat yang bernama Tan Kiam Lam."
"Siapa Siapa yang kau artikan dengar dia itu?"
"Orang yang masih dibelakang layar perhimpunan Ang- mo Kauw."
Sim In masih belum dapat menangkap arti kata kata Tan Kiam Pek. Su Hay Khek berteriak.
"Hei, Sim In masih berada dibawa perintah orang? Masih ada orang yang main di belakang layarnya?"
"Betul."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Siapakah orang itu?"
Bertanya Hay Khek. Tan Kiam Pek tidak menjawab. Ia memandang kearah ketua Ang mo kauw. Sim In mengajukan kecurigaannya.
"Kau katakan bahwa... bahwa ketua Benteng Penggantungan itu bernama Tan Kiam Lam?"
"Hal ini bukan tidak mungkin."
Berkata Tan Kiam Pek.
Perkembangan baru yang berada diluar dugaan semua orang.
Tan Ciu, Su Hay Khek dan Sim In saling pandang Haruskah mereka percaya kepada keterangan orang yang mengaku bernama Tan Kiam Pek itu.
Mungkinkah ketua Benteng Penggantungan bernama Tan Kiam Lam? Siapa itu Tan Kiam Lam? Bagaimana tindak tanduk tokoh silat misterius tersebut? Mari kita mengikuti cerita berikutnya.
0ooOdwOoo0 SUASANA sangat sunyi dan sepi sekali.
Semua orang diam.
Akhirnya Sim In yang mulai memecahkan kesunyian itu berteriak.
"Tidak mungkin."
Tan Ciu dan Su Hay Khek memandang ketua perkumpulan Iblis Merah itu, alasan apa yang akan dikemukakan olehnya? Sastrawan setengah umur yang mempunyai sifat sifat kaku seperti patung, yang mengaku bernama Tan Kiam Pek itn berkata dingin.
"Mengapa tidak mungkin? Kau pernah melihat ketua Benteng Penggantungan itu?"
"Belum."
Terus terang Sim In memberi keterangan.
"Kau bersekongkol dengan Benteng Penggantungan. Segala sesuatu mendengar perintahnya, mungkinkah tidak tahu, siapakah yang menjadi ketua benteng ini?"
Pertanyaan itu sangat menyinggung perasaan hati Sim In.
Sebagai seorang ketua perkumpulan Iblis Merah yang ditakuti orang, siapakah yang tidak menaruh hormat kepadanya.
Tan Kiam Pek bukan saja tidak menaruh hormat.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bahkan Tebih dari pada itu.
ia menceritakan dirinya, mengatakan bersekongkol dengan Benteng Penggantungan, mengatakan ia berada di bawah perintah ketua benteng misterius itu.
Sungguh keterlaluan, tidak seharusnva ia membuka rahasia orang ditempat umum.
Terdengar lagi suara Tan Kiam Pek berkata.
"Sim In, dengan ilmu kepandaian yang kau miliki. tidak seharusnya tunduk dibawah perintahnya.
"Jangan kau turut campur urusanku."
Bentak Ketua iblis merah itu dengan marah. Tan Kiam Pek tersenyum menghina.
"Aku tidak sudi mencampurkan diri ke dalam urusanmu"
Ia berkata.
"Aku hanya menyayangkan ilmu kepandaianmu yang telah disalah gunakan olehnya."
Sim In mengeretek gigi. langkahnya menuju kearah pintu, agaknya ia ingin meninggalkan tempat itu. Tan Kiam Pek turut bergerak, maka sastrawan yang serba kaku ini telah menghadang jalan orang ia membentak dengan suara dingin.
"Apakah yang ingin kau lakukan?"
Sim In mendelikan mata.
"Minggir!"
Ia membentak keras "Aku ingin tahu, kemana kau pergi!"
Berkata Tan Kiam Pek yang aneh itu.
"Kau tidak perlu tahu."
"Kau ingin menjumpai ketua Benteng Penggantungan?"
"Betul, Aku harus segera menemuinya. Harus kuketahui pasti, betulkah dia yang menjadi jelmaan si manusia bajingan Tan Kiam Lam!"
"Bila dugaan ini betul?"
"Bila apa yang kau katakan itu betul betul terjadi, aku harus membunuhnya."
Tan Kiam Pek mengeluarkan suara dari hidung.
"Dengan ilmu kepandaian yang kau miliki ini, ingin membunuh Tan Kiam Lam?"
Ia sangat memandang rendah.
Apa yang dikemukakan oleh Tan Kiam Pek memang cukup beralasan, dengan ilmu kepandaian Sim In.
memang tidak mungkin untuk berhadapan dengan ketua Benteng Penggantungan yang misterius itu.
Sin In juga maklum, hanya di mulut ia tidak mau menyerah kalah.
"Dimisalkan aku mati dibawah tangannya, ada hubungan apa denganmu?"
Ia menatap sastrawan yang bernama Tan Kiam Pek itu "Aku tidak mengharapkan kau mati dibawah tangan saudaraku."
Berkata Tan Kiam Pek tenang. Ketua Ang mo kauw Sim In membentak.
"Bukan urusanmu!"
Suara ini disertai dengan pukulan tangannya.
Tan Kiam Pek mengibaskan lengan baju, ia menyingkirkan serangan Sim In tadi kearah samping.
Sim In telah mengerahkan delapan bagian tenaganya, seharusnya tidak mungkin dapat disingkirkan dengan mudah.
Hanya kenyataan harus dipercaya, bahwa ilmu kepandaian Tan Kiam Pek itu berada di atas darinya.
Maka orang dapat menghindari dengan mudah.
WHutt....
Sekali lagi Sun In mengirim pukulan.
Tan Kiam Pek menyambut serangan ini dengan telapak tangan.
Terdengarlah suara yang menggelegar, dua bayangan mereka terpisah segera, tubuh Sim In terhuyung mundur enam langkah.
Sedangkan Tan Kiam Pek hanya menggeser sedikit posisi kedudukan-nya yang semula saja, Perbedaan tenaga yang menyolok mata.
Ternyata Tan Kiam Pek mempunyai kepandaian silat dan tenaga dalam yang cukup hebat, sampai si ketua Iblis Merah tak sanggup menyingkirkan dirinya, Sim In mematung ditempat...
Tan Kiam Pek mengeluarkan suara geraman.
"Sim kauwcu, bila betul-betul kau sudah bosan hidup dan ingin mati dibawah tangan Tan Kiam Pek. Selesaikanlah dulu urusan ditempat ini!"
"Urusan apa?"
Bertanya ketua Ang-mo-kauw itu tidak mengerti. Tan Kiam Pek menengok ke arah Tan Ciu dan berkata kepada pemuda itu.
"Batalkah kau membutuhkan keterangannya?"
Sampai saat ini baru Tan Ciu mempunyai kesempatan untuk bicara, segera ia maju mendekati Sim In.
"Sim kauwcu!"
Ia memanggil "Aku mengharapkan kau dapat memberikan obat Seng hiat-hoan tan itu,"
"Aku tidak bersedia menyerahkan kepadamu."
"Baik."
Berkata Tan Ciu "Beri tahulah. siapa ketua Benteng Penggantungan"
"Aku tidak tahu!"
Tan Ciu tidak berdaya, maka ia memandang kearah pamannya, Tan Kiam Pek yang dingin dan kaku itu. Tan Kiam Pek dapat menduga isi hati orang, maka ia menghadapi Sim In dan berkata.
"Sim kauwcu, bila kau dapat membatalkan niatmu. Tentu tidak akan menderita kerugian"
"Apa yang dibatalkan?"
Bertanya Sim In marah! "Memisahkan diri dari Bentang Perggantungan!"
"Bila aku dapat membuktikan bahwa ketua benteng Penggantungan adalah Tan Kiam Lam, tanpa diminta aku akan meninggalkan dan memisahkan diri dari kekuasaan Benteng Penggantungan."
Tan Ciu hilang sabar, Ia membentak.
"Sim In kau tidak mau menyerahkan obat Seng hiat hoan-hun-tan?"
"Kecuali kau masuk menjadi anggota Ang mo kauw."
"Kau adalah musuh guruku. Tak mungkin..."
"Maka diantara kita, tidak mungkin ada perdamaian." -ooo0dw0ooo-
Jilid 5 TAN CIU berada di dalam keadaan jalan yang sudah buntu. Jiwa Co Yong sangat membutuhkan obat Seng hiat- hun tan, bagaimana bila Sim In kukuh tidak memberikan obat? Haruskah ia menggunakan kekerasan? Tan Kiam Pek turut ikut campur, katanya.
"Sim kaucu, berilah sebutir obat itu. Ia sangat membutuhkan pertolonganmu."
"Dengan dalih aturan siapa harus memberikan obat kepadanya?"
Sim In mengeluarkan suara dingin.
"Aku telah memberitahukan penyamaran Tan Kiam Lam, Kau wajib memberi upah jasa bukan?"
"Tidak!". Wajah Tan Kiam Pek yang kaku itu agak beringas.
"Sim In,"
Ia memanggil langsung.
"Kau tidak bersedia mendengar saranku?"
"Aku mengatakan lebih dari satu kali, bukan?"
Ternyata ketua Ang mo kauw inipun seorang kepala batu.
"Kau ingin merasakan tangan besiku!"
Tan Kiam Pek bergeser lebih dekat.
"Kau ingin bertempur?"
"Bila kau telah kukuh diri"
"Baiklah. Apa boleh buat. Aku harus melayani segala tantangan yang datangnya dari luar perkumpulan Ang mo kauw."
Sim In memandang para tongcu perkumpulannya, Ciauw Lam mengajak dua kawannya maju kedepan, mereka siap menjalankan tugas yang akan jatuh pada diri mereka.
Ular Golis mengambil arah lain, ia masuk ke dalam ruangan dalam.
Tan Ciu dan Su Hay Khek tidak diam, mereka turut maju pula.
Didalam ruangan itu terjadi ketegangan yang memuncak.
Tangan Tan Kiam Pek terayun, memukul Sim In yang keras kepala.
Ciauw Lam dan dua kawanannya tidak membiarkan kauwcu mereka yang dihina, merekapun maju memberi bantuan.
Tetapi Tan Ciu dan Su Hay Khek tidak berpeluk tangan, tiga orang perkumpulan Iblis merah ini ditahan olehnya.
Dua lawan tiga.
Pertempuran berjalan dengan hebat.
Disana Sim In bukanlah tandingan Tan Kiam Pek, sebentar saja ketua Iblis merah itu telah mandi keringat.
Suatu saat Tan Kiam Pek menggeram tangannya terayun cepat.
Maka tubuh sang lawan berhasil dipukul jatuh.
Sim In merayap bangun, bibirnya berdarah, Tan Kiam Pek membentak.
"Bersediakah kau menyerahkan obat itu?"
"Tidak."
Sim In mempertahankan gengsinya.
"Sim In, kau harus pandai melihat gelagat. Bukan waktunya untuk main kepala batu."
Berkata Tan Kiam Pek yang menguarkan ancaman.
"Lebih baik kau menyerahkan barang yang kuminta."
"Tidak.!"
"Ingin mati?"
Tan Kiam Pek marah besar, tubuhnya bergerak.
Sim In menjauhkan diri dari kejaran sastrawan kaku itu! Gerakan Tan Kiam Pek sungguh gesit, ia telah berada dibelakang orang, tangannya di ulurkan dan berhasil mencengkeram leher baju ketua Ang mo kauw.
Sim In mengirim satu pukulan balikan.
Tan Kiam Pek menangkap tangan itu, kemudian menotok jalan darahnya, maka betul betul Sim In tidak berdaya.
Dengan menenteng tubuh Sim In yang telah berhasil ditaklukkan, Tan Kiam Pek memandang jalan pertempuran diantara Tan Ciu.
Su Hay Khek melawan Ciauw Lam beserta dua kawannya.
Su Hay Khek memukul berulang kali, di-bawah bantuan Tan Ciu yang mengisi segala kekosongan dirinya, orang tua aneh itu berhasil melukai seorang tongcu Ang mo kauw.
Tan Kiam Pek segera mengeluarkan teriakan.
"Semua berhenti."
Suaranya keras dan berwibawa.
Tan Ciu, Su Hay Kbek, Ciauw Lam dan dua tongcu Ang-mo kauw menghentikan pertempuran.
Mereka memandang kearan datangnya suara, di sini disaksikan bagaimana Sim In telah dibuat mati kutu.
Tan Ciu dan Su Hay Khek girang.
Ciauw Lam dan dua kawannya terkejut, wajah mereda berubah pucat.
Tan Kiam Pek menekan orang tawanannya.
"Sim kauwcu, kau tidak mau menyerahkan obat itu?"
"Tidak"
Sim In telah menjadi nekad.
"Ketahuilah bahwa jiwamu telah berada di tanganku,"
Ancam lagi Tan Kiam Pek.
"Kau menyerah kalah?"
"Tidak"
"Mungkinkah jiwamu lebih penting dari obat itu?"
"Lebih baik aku mati."
Sim In memejamkan mata, ia lebih rela menyerahkan jiwanya.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tak percaya, kau sanggup menerima tekananku."
Berkata Tan Kiam Pek yang segera menotok empat jalan darah ketua perkumpulan Iblis Merah itu.
Inilah cara penyiksaan yang hebat, Sim In berkelejetan ditanah.
rasa gatal, perih, sakit dan nyeri menyerang jadi satu.
ia mengerang, merintih, tetapi keras kepala, tidak mau menyerahkan obat yang orang minta.
Suara rintihan Sim In merindingkan bulu roma.
Tan Kiam Pek membentak.
"Bagaimana?"
"Kau... kau mimpi."
Sim In mempertahankan siksaan.
"Ingin kulihat, berapa lama lagi kau dapat bertahan?"
Berkata Tan Kiam Pek. Sim In masih berguling guling, merintih-rintih, saking jahatnya totokan itu, ia mengeluarkan air mata. Melihat sang ketua merana, Ciauw Lam maju berteriak.
"Bebaskan ketua kami ."
Ia siap mengadu jiwa. Su Hay Khek melintang dijalan, ia menghadang majunya orang.
"Kau belum mendapat giliran."
Ia berkata.
Ciauw Lam memukul Su Hay Khek.
Su Hay Khek memapaki dengan pakulan Pula.
Dua tenaga beradu, dan Ciauw Lam dipaksa membatalkan niatnya untuk menotok si ketua.
Disaat ini !!! Sim In tidak sangggup menerima siksaan yang lebib hebat, ia jatuh kelenger.
Hal ini berada diluar dugaan Tan Kiam Pek.
Ternyata ketua Ang-mo kauw itu adalah seorang sejati, rela mengorbankan diri, demi menjaga gengsi kepribadian dirinya.
Tan Kiam Pek mengerutkan kening, ia memandang Tan Ciu dan dia berkata kepada pemuda itu.
"Aku mengalami kegagalan."
Suaranya lemah. Tan Ciu maklum hal ini. Ia tidak menialahkan paman tersebut.
"Aku tahu ,"
Ia berkata. Tan Kiam Pek memungut tubuh Sim In yang jatuh pingsan itu dan menyerahkan kepada Tan Ciu.
"Kuserahkan kepadamu."
Demikian sastrawan ini berkata.
"Apa guna?"
Tan Ciu tidak mengerti.
"Serahkan kepada gurumu. Dia dapat menyelesaikan urusan ini."
Memang diantara si Puteri Angin Tornado dan Sim In pernah terjalin hubungan percintaan. Walau cinta itu telah putus, mereka lebih mudah menyelesaikan perkara. Tan Ciu menerima saran ini.
"Bagaimana dengan Co Yong?"
Tan Ciu mengkhawatirkan keselamatan gadis itu. Bila tidak ada Seng hiat hoan-hun-tan, pasti jiwa si gadis melayang.
"Menolong Co Yong, tidak banyak guna untukmu."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Mengapa? Dia menderita luka karena membela diriku."
"Dimisalkan dia adalah musuh. Kau bersedia menolongnya juga?"
Tan Kiam Pak menatap kearah Tan Ciu tajam tajam.
"tentu!"
Tan Ciu menganggukan kepala.
"Baiklah."
Berkata Tan Kiam Prk.
"Aku telah berdaya upaya. Sim In berkepala batu. biarpun kau kutungi lehernyapun, tidak mungkin ia mau mengeluarkan obat Seng hiat hoat hun tan itu."
Tan Ciu menundukkan mukanya ketanah.
"Bila gadis itu mati. Kau boleh meminta maaf didepan makam kuburannya "
Berkata Tan Kiam Pek. Kecuali segera menyerahkan Sim In kepada gurunya, memang tidak ada jalan lain. Tan Ciu harus mererima nasib. Tan Kiam Pek menggapaikan tangan kepada Su Hay Khek dan berkata.
"Kalian boleh berangkat lebih dahulu."
Su Hay Khek berjalan pergi, diikuti pula oleh Tan Ciu dengan orang tawanannya.
Ciauw Lam dan dua kawannya memancarkan pandangan mata liar.
Tetapi mereka tidak berdaya.
Tan Ciu telah menggendong sang ketuanya.
Tan Kiam Pek menunggu ssmpai orang telah berangkat, baru ia melesat pergi meninggalkan lembah Iblis Merah.
oo OdwO oo SELURUH ISI GOA IBLIS MERAH telah menjadi sepi, ternyata Tan Kiam Pek telah menotok jalan darah orang-orang Sim In.
Tan Ciu dan Su Hay Khek telah berada diluar goa pintu masuk perkumpulan Ang-mo kauw.
Tiba tiba terdengar suara orang yang lari dari belakang.
Tan Ciu memegang keras keras tawanannya.
Su Hay Khek menghentikan jalan dan siap menghadapi orang yang mengejar.
Terlihat seorang gadis melarikan diri cepat, itulah si Ular Golis.
"Tan siauwhiap, tunggulah sebentar."
Berkata gadis ini memanggil Tan Ciu. Tan Ciu dan Su Hay Khek menatapnya tajam tajam. Ular Golis menghampiri Tan Ciu lebih dekat, dari dalam saku bajunya mengeluarkan sebuah bungkusan kecil, diserahkannya kepada si pemuda dan berkata.
"Ambilah ini obat Seng hiat hoan hun tan!"
Sungguh diluar dugaan. Barang yang sulit didapat datang sendiri tanpa banyak kesulitan.
"Aku harus berterima kasih kepadamu yang menolong jiwaku dari kematian "
Berkata Ular Golis.
"Hanya ini yang dapat kuberikan padamu."
Ternyata dikala Ular Golis hampir dihukum oleh Sim In, Tan Ciu pernah meminta grasinya.
dan permintaan itu dikabulkan.
Ular Golis terhindar dari kematian, ia merasa hutang budi dan membalasnya dengan menyerahkan obat Seng hiat hoan-hun tan.
Tan Ciu masih ragu-ragu.
Ia tidak segera menyambuti obat yang disodorkan kepadanya, Su Hay Khek memperhatikan wajah gadis itu, dilihat sepintas lalu, memang tidak ada alasan untuk mencurigainya.
Wajah Ular Golis bersungguh sungguh.
Ular Golis menyerahkan obat semakin dekat.
"Ambillah."
Ia berkata. Tan Ciu memandang obat itu sekian lama, Kemudian mengulurkan tangan menyambutnya.
"Terima kasih."
Ia berkata dengan suara gemetar. Dengan obat ini, ia dapat menyembuhkan lukanya Co Yong yang telah mengeluarkan banyak darah. Setelah menyerahkan obat itu. Ular Golis membalikkan tubuh dan masuk kedalam goa Iblis Merah lagi.
"Selamat berjumpa pada lain kali."
Hanya kata-kata ini yang keluar dari mulutnya.
"Selamat berjumpa."
Tan Ciu mengajak Su Hay Khek melanjutkan perjalanan.
Tidak lupa, mereka membawa tubuh Sim In sebagai orang tawanannya.
Di kelenteng yang pernah Tan Ciu tinggalkan Co Yong dan Jelita Merah...
Mereka telah tiba dengan cepat ditempat itu, langsung masuk kedalam kelenteng.
Setelah meletakkan tubuh Sim In ditanah.
Tan Ciu mencari dua gadis tersebut.
Puas mata memandang, hanya tempat kosong yang terlihat.
setelah memeriksa seluruh kelenteng, mereka tidak berhasil menemukan dua orang yang ditinggalkan belum lama ini.
Tan Ciu merasakan ada sesuatu yang buruk telah terjadi.
ia membuka mulut memanggil.
"Jelita merah,..."
Tidak ada penyahutan. Suasana sangat sepi dan sunyi. Disana tidak ada bayangan si Jelita Merah, juga tidak ada Co Yong yang luka parah. Su Hay Khek turut memeriksa, bertemu dengan Tan Ciu, ia mengajukan pertanyaan.
"Kemanakah mereka?"
Tan Ciu masih memanggil manggil nama dua gadis- Di saat ini, melayang satu tubuh, itulah Tan Kiam Pek, segera ia memberi penjelasan.
"Ada sesuatu yang telah terjadi?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Bila tidak ada sesuatu yang penting, tak mungkin Jelita Merah membawa Co Yong meninggalkan tempat ini,"
Ia memberi keterangan Tentu saja, luka Co Yong sangat parah mana mungkin dibawa bawa kelain tempat? Kecuali ada sesuatu yang mengancam keselamatan dua orang itu! Apakah yang telah terjadi dikelenteng ini? Tan Kiam Pek segera mengeluarkan pendapat.
"Kukira hanya satu kemungkinan!"
"Kemungkinan yang bagaimana?"
Tan Ciu memandang paman itu.
"Setelah kau meninggalkan mereka! Orang orang dari Benteng Penggantungan segera tiba ditempat ini."
"Mungkin. Hanya satu kemungkinan."
Tan Ctu, Su Hay Khek dan Tan Kiam Pek saling pandang- Mereka tidak berdaya, Beberapa saat kemudian Tan Kiam pek memandang Su Hay Khek dan berkata.
"Bolehkah aku mengajukan pertanyaan?"
"Silahkan."
Berkata orang tua aneh itu.
"Bagaimana asal usul Jelita Merah itu?"
Betanya Tan Kiam Pek.
"Aku tidak tahu."
Jawab Su Hay Khek.
"Kukira kau tahu."
Berkata lagi Tan Kiam Pek.
"Sungguh. Aku memang tidak tahu."
Su Hay Khek menandaskan keterangannya.
"Seharusnya kau tidak memberikan keterangan palsu."
"Mengapa harus memberikan keterangan palsu?"
Su Hay Khek menjadi tidak puas.
"Inilah keteranganku yang sungguh sungguh."
"Bagaimana kau dapat galang gulung dengannya?"
Bertanya lagi Tan Kiam Pek.
"Malu untuk diceritakan."
Berkata Su Hay Khek.
"munculnya gadis bertangan kejam ini dalam rimba persilatan telah menggemparkan rimba persilatan dengan cepat. Aku segera menantangnya untuk bertempur, dengan janji. siapa yang kalah harus turut perintah pihak yang menang. Maksudku ialah agar menindas tangan ganasnya. Siapa tahu ilmu kepandaian Jelita Merah berada diatasku' akulah yang dikalahkan olehnya. Apa boleh buat, aku harus mentaati janji dan menjadi kacung pesuruhnya."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kecuali ini, tidak ada yang kau tahu?"
"Betul."
"Misalnya mengetahui sesuatu dari maksud tujuannya?"
"Ia mencari si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip."
"Mungkinkah orang itu dari Pencipta pohon Penggantungan?"
Su Hay Khek belum tahu asal usul Jelita Merah itu.
"Belum dapat dipastikan."
Berkata Tan Kiam Pek. Sampai disini, Tan Ciu turut buka suara "Jelita Merah mempunyai hubungan dengan Pohon Penggantungan?!"
"Hal ini harus mencari bukti yang kuat."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Aku pernah melihat bayangan si Pencipta Pohon Penggantungan itu!"
"Hah?"
Tan Ciu mengeluarkan seruan tertahan! "bagaimanakah bentuk tubuhnya?"
"Ia mengenakan kerudung."
Berkata Tan Kiam Pek "Ternyata seorang wanita!"
"Seorang wanita? Pencipta Pohon Penggantungan adalah seorang wanita?"
"Betul."
"Siapakah dia?'* "Hanya ada dua kemungkinan, hanya dua orang yang mempunyai ilmu kepandaian tinggi dan dapat menjadi si Pencipta Pohon Penggantungan!"
"Siapakah orang orang itu?"
Bertanya Tan Ciu. Ia sangat tertarik.
"Dugaanku yang pertama jatuh kepada si Melati putih."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Melati putih?"
Tan Ciu mengulang kata-kata ini. Su Hay Khek turut memberi keterangan.
"Bila betul kau putra dari Tan Kiam Lam, Maka Melati Putih itu adalah ibumu."
Tan Ciu termenung, memikirkan kebenaran dari dugaan dugaan itu. Su Hay Khek segera mengajukan pertanyaan tentang dugaan berikutnya.
"Dan kemungkinan yang kedua?"
"Kemungkinan yang kedua dari si Pencipta Pohon Penggantung dugaanku jatuh kepada perawan dari Kutub Utara."
"Perawan dari Kutub Utara?"
"Betul!. Didalam rimba persilatan, hanya dua wanita itulah yang mempunyai ilmu kepandaian tertinggi."
"Dikabarkan mereka telah tiada didunia, bukan?"
Su Hay Khek mengajukan pertanyaan. Tan Kiam Lam menggoyangkan kepala.
"Hanya desas desus saja, mereka diberitakan mati didalam rimba gelap yang ada pohon Penggantungan itu."
Katanya.
"Tetapi kebenaran ini masih disangsikan! Mungkin hanya seorang diantara mereka yang mati. Seorang lagi tidak, dan menciptakan Pohon Penggantungan itu."
Tan Ciu belum mengetahui jelas, ia bertanya! "Dimisalkan betul aku putra Tan Kiam Lam, apa yang terjadi dengan Melati Putih itu?"
Tan Kiam Pek tidak segera menjawab pertanyaan ini, sebaliknya memandang Su Hay khek dan berkata kepadanya.
"Kau tentunya tahu kejadian kejadian ini?"
"Hanya sedikit."
Jawab Su Hay Khek.
"Bagaimana pendapatmu? Haruskan memberitahu drama ini kepadanya?"
Bertanya lagi Tan Kiam Lam. Su Hay Khek menggoyangkan kepala.
"Untuk sementara, lebih baik ia tidak tahu."
Berkata kakek aneh ini! "Mengapa aku tidak boleh tahu?"
Tan Ciu mengajukan protes.
"Kita sayang kepadamu!"
Berkata Tan Kiam Pek! "Maka tidak mau menceritakan kejadian buruk ini kepadamu! Yang kau boleh tahu ialah diantara kedua orang tuamu itu pernah terjadi drama yang sangat sedih, bukanlah cerita baik!"
"Aku bersedia menerima segala pukulan!"
Berkata Tan Ciu! "Jangan. Belum waktunya."
Tan Kiam Pek mempunyai pandangan penilaian yang lain dari si pemuda. Su Hay khek turut bicara.
"Betul, Sudah pasti kita harus memberi tahu kejadian ini kepadamu. Tetapi bukan hari ini."
"Bila?"
Bertanya si pemuda.
"Selelah kau mempunyai ilmu kepandaian yang lebih tinggi dari Tan Kiam Lam."
"Mengapa? Sangat tinggikah ilmu kepandaian Tan Kiam Lam?."
"Betul."
Tan Kiam Pek menganggukkan kepala.
"Sudah mencapai pada tingkatnya yang paling sempurna."
"Bagaimana bila dibandingkan dengan ilmu Kepandaianmu?"
"Aku?"
Tan Kiam Pek menyengir.
"Aku mana dapat menandinginya?"
Didalam hati Tan Ciu mengigil dingin.
Dengan ilmu kepandaian yang seperti Tan Kiam Pek masih belum dapat menandingi ilmu kepandaian Tan Kiam Lam.
bukankah ilmu orang itu sudah sangat hebat sekali? Sampai dimanakah kehebatannya? Masakan tidak ada orang yang dapat mengalahkannya? "Bukankah dia telah menjadi seorang jago tanpa tandingan?"
Tan Ciu mengemukakan pendapat.
"Betul."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Bagaimana ilmu kepandaianku dapat mengatasinya? Suatu hal yang tidak mungkin terjadi."
Tan Ciu menghela napas.
"Segala sesuatu susah untuk diramalkan."
Berkata Su Hay Khek.
"Siapa tahu, pada suatu hari, ilmu kepandaianmu mencapai kemajuan besar dan mengalahkan dirinya. Itu waktulah kita beritahu rahasia itu."
"Setelah ilmu kepandaianku berada diatas dirinya?"
"Setelah ilmu kepandaianmu berada diatas dirinya. kau pasti membunuhnya."
"Membunuh Tan Kiam Lam?"
Tan Ciu berteriak.
"Membunuh ayahku sendiri?"
"Betul."
Su Hay Khek tidak menyangsikan hal itu.
"Tidak mungkin."
Berteriak Tan Ciu.
"Mungkin."
Tan Kiam Pek turut bicara.
"Mungkinkah ada seorang anak yang dapat membunuh ayah sendiri?"
"Mungkin. Tapi hal ini hampir belum pernah terjadi. Bila sampai terjadi. Maka drama ini sangat penting sekali, suatu drama pembunuhan yang paling mengenaskan. Kekuatan hatimu mengalami suatu ujian berat!"
Pikiran Tan Ciu melayang jauh, di atas awang-awang tinggi, terdampar ke sana dan ke sini!!! Si pemuda memberi peringatan kepada diri sendiri! "Aku harus menemukan Tan Kiam Lam, yaag penting aku harus pergi kegunung Benteng Penggantungan dahulu, si Cendekiawan serba Bisa Thung Lip dibawa oleh Co Yong yen.
ia tahu banyak perkara...!"
Tan Kiam Pek mengajukan usul.
"Lebih baik kau membawa Sim In kepada gurumu dahulu."
"Bagaimana dengan Jelita Merah dan Co Yong?"
Tan Ciu mengawatirkan keselamatan dua gadis itu.
"Ilmu kepandaian Jelita Merah telah kau saksikan."
Berkata Tan Kiam Pek.
"Kecuali orang orang dari Benteng Penggantungan keluar semua, atau ketua Benteng Penggantungan pribadi yang menangkapnya. Kukira tidak mungkin ada orang lain yang mengalahkannya! Legakanlah hatimu."
"Co Yong yang luka parah itu?"
"Lebih lebih tidak boleh ditaruh didalam hati."
"Mengapa?"
"Hal ini penting sekali, Suatu hari nanti kau pasti mengerti duduk perkara."
Setelah mengucapkan beberapa patah kata lagi.
Tan kiam Pek meninggalkan mereka.
Berjalan lebih dahulu.
Tan Ciu dan Su Hay Khek membawa Sim In meninggalkan kelenteng itu juga, mereka berjalan dibelakang Tan Kiam Pek! Tiba tiba, terdengar satu suara rintihan yang keluar dari semak semak pohon, tidak jauh dari jalan yang mereka lewati.
Tan Kiam Pek adalah orang pertama yang mendengar suara rintihan itu, dan dia juga yang bergerak paling cepat.
Su Hay Khek dan Tan Ciu mengikuti di-belakangnya.
Membongkar semak-semak itu.
Tan Kiam Pek menyaksikan pemandangan yang penuh dengan darah.
Dua wanita berbaju hitam yang telah tiada bernapas menggeletak menjadi mayat, disampingnya turut menggeletak si Jelita Merah.
Suara rintihan keluar dari mulut Jelita Merah.
Wajahnya pucat, darah mengalir terlalu banyak, diapun berada didalam keadaan luka parah.
Tan Ciu yang menyusul belakangan, tidak berhasil menemukan Co Yong.
Su Hay Khek melesat maju, ia mengangkat tubuh Jelita Merah dan memanggil.
"Jelita Merah.."
Sigadis membuka matanya, segera dikenali akan kakek aneh yang telah kalah bertaruh dengannya, kakek ini tidak ubahnya sebagai perintis pembuka jalannya.
"Kau? ..."
Ia mengeluarkan ucapan itu perlahan.
"Apa yang telah terjadi?"
Bertanya Su Hay Khek.
"Dimana Tan Siauhiap?"
Bertanya Jelita Merah. Ia tidak menjawab pertanyaan yang Su Hay Khek ajukan kepadanya.
"Aku disini."
Berkata Tan Ciu yang segera menampilkan diri. Dengan suara yang sangat lemah hampir tidak terdengar sama sekali, si Jelita Merah berkata.
"Aku telah menelantarkan tugas yang kau berikan kepadaku itu."
Tan Cin bertanya cepat.
"Dimana nona Co?"
"Dia .. Dia ..."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jelita Merah jatuh lagi, lukanya terlalu hebat sampai memberi keterangan pun tidak dapat. oo OdwO oo TAN KIAM PEK yang menyaksikan kejadian itu segera berkata.
"Ia sudah hampir mati. Terlalu banyak mengeluarkan darah."
"Tidak ..."
Tan Ciu berteriak! "Ia tidak boleh mati."
Su Hay Khek segera memberi peringatan.
"Segera beri makan obat Seng hiat hoan bun tan itu."
Tan Ciu berteriak girang segera dikeluarkan obat Seng hiat.hoan hun tan, dan diberikannya kepada Su Hay Khek.
Su Hay Khek memasukan obat itu kedalam mulut Jelita Merah.
Tan Ciu membantu mengurut urut dan mempercepat jalan darah Jelita Merah.
Disaat mereka sedang mencurahkan semua perhatiannya kepada Jelita Merah, satu bayangan bergerak cepat bagaikan hantu gentayangan mendekati ketiga orang itu.
Lain bayangan lagi bergerak, ia mengikuti dibelakang bayangan yang pertama.
Yang didepan adalah laki-laki, sedangkan yang mengikuti dibelakangnya adalah Wanita.
Mereka mengenakan pakaian warna hijau.
Terdengar wanita berpakaian hijau itn bertanya perlahan.
"Bocah itukah yang bernama Tan Ciu?"
Laki laki berpakaian hijau sedang memperhatikan gerak gerik ketiga orang itu didepannya, ia menanggukkan kepala.
"Apa langkah kita?"
Bertanya lagi wanita berpakaian hijau itu, tentu saja suaranya di kerahkan perlahan, agar tidak mengganggu usaha mereka.
"Ketua Benteng kita berpesan agar Sim In tidak sampai dibawa pergi olehnya."
Berkata laki laki tersebut.
"Alasannya?"
Bertanya yang wanita.
"Sim In dapat membongkar semua rahasia kita."
Berkata yang laki laki.
"Membunuh Sim In ?"
"Harus membunuh ketiga orang ini dahulu."
"Tenaga kita hanya dua orang..."
"Inipun cukup. Perlahan lahan kita mendekati mereka! Kemudian masing-masing membunuh satu! Setelah berhasil membokong, hanya tinggal seorang maka dengan tenaga dua orang, kita pasti dapat mengalahkannya!"
Mereka telah mendapat persepakatan, dan berjalan maju lagi semakin dekat...semakin dekat ...
Tan Ciu bertiga masih belum tahu bahwa jiwa mereka sudah diincar oleh elmaut.
mereka sedang memusatkan perhatian kepada luka si Jelita Merah! Siapakah laki laki dan wanita berbaju hijau itu? Jelasnya mereka adalah orang-orang dari Benteng Penggantungan, dua tokoh kuat di-dalam Benteng itu.
Luka yang diderita Jelita Merah hebat, dengan kepandaian Tan Ciu, ia belum sanggup menyembuhkannya.
Tan Kiam Pek segera turun tangan, ia menempelkan kedua tangan dipundak gadis itu, demikian mencurahkan tenaga dalam kepada sang penderita luka, agar cepat pulih semangatnya.
Tan Ciu melepaskan usahanya, Ia menyudut keringat.
Disaat ini dua orang dari Benteng Penggantungan telah tiba, gerakan mereka menimbulkan suara, Tan Ciu dan Su Hay Khek membalikkan kepala! "Aaaaaa "
Wajah mereka berubah. Tan Kiam Pek yang sedang memusatkan seluruh perhatiannya tidak boleh terganggu, sedikit halangan akan melukai dirinya. Su Hay Khek menghadapi dua orang Benteng Penggantungan.
"Siapa kalian?"
Ia membentak. Wanita berbaju hijau mengeluarkan suara dingin.
"Kau tidak perlu tahu!"
"Apa maksud tujuan kalian?"
"Merengut jiwa semua orang."
Su Hay Khek telah menduga akan menerima jawaban yang seperti ini,dengan mengambil posisi disamping kanan Tan Ciu, ia telah siap sedia.
Wanita berbaju hijau mendekati Tan Kiam pek mengirim satu pukulan.
Sebat sekali gerakannya.
Su Hay Khek melesat dan mewakili Tan Kiam Pek menerima pukulan ini, Maka berdua telah bertempur menjadi satu.
Disaat yang sama, Tan Ciu berhadapan dengan laki-laki berbaju hijau itu, merekapun menguji ilmu kepandaian masing-masing.
Empat orang terpisah menjadi dua rombongan, melangsungkan pertandingan perang silat.
Tan Kiam Pek dapat mendengar sesuatu ia membuka matanya yang dimeramkan.
Dilihat kedatangan dua musuh itu, tetapi ia tidak boleh melepaskan usaha ditengah jalan, dikatupkan lagi kedua mata itu, mempercepat proses penyembuhan luka Jelita Merah.
Berlangsung belasan gebrak, ternyata Tan Ciu bukan tandingan laki-laki berbaju hijau itu.
keadaan si pemuda agak terdesak.
Difihak lain, Su Hay Khek mendapat tandingan yang setimpal.
Kekuatan mereka ternyata sama kuat.
Suatu ketika, Su Hay Khek melirik kearah kawannya, didalam hati kakek aneh inipun mengerti, ia harus cepat- cepat mengakhiri pertempuran.
Bila terlambat, pasti Tan Ciu menderita kerugian.
Dan itu waktu, sulitlah mempertahankan fihaknya.
Wanita berbaju hijau itupun berkepandaian tinggi, dalam waktu yang singkat, mana mungkin Su Hay Khek menarik satu keuntungan darinya! Su Hay Khek segera mengadu juga, ia menggeram keras den mengirim satu pukulan yang terkeras, maksudnya menjatuhkan lawan dengan menerima sebagian luka.
Bagi seorang yang sedang menjalankan pertempuran, tidak boleh lengah atau gentar, cara-cara Su Hay Khek bertempur tadi adalah menjadi pantangan tengkar, wanita berbaju hijau itu telah lompat menyingkir dari induk serangan dan mengirim satu bacokan tangan, langsung memasuki baris pertahanan lawannya.
Beek...
, Dada Su Hay Khek menderita pukulan keras.
Kakek aneh itu ada niatan mengadu jiwa, ia menahan rasa sakit dan memberi pukulan balasan.
Dua telapak tangan beradu lagi, dan mereka sama sama mundur kebelakang.
Su Hay Khek menderita luka sampai dua kali, hebat sekali luka itu.
Ia jatuh.
Wanita berbaju hijau itupun terluka, hanya luka-lukanya tidak mengganggu jalan pertempuran.
Tan Ciu terkejut, disaat ini.
Jarak mereka sangat dekat.
Maka ia memukul wanita berbaju hijau tersebut.
Sipemuda berbasil, hanya satu kali pukulan ia membuat wanita mengerang sakit.
Laki laki baju hijau marah, ia memukul Tan Ciu.
Su Hay Khek lompat menubruk, menyelak diantara kedua orang itu yang lagi mau meneruskan pertempuran mereka! Sampai disini, jalan pertempuran sudah menjadi kalut.
Boleh dikata empat orang tersebut saling pukul semerawut.
Laki berbaju hijau itu memberikan pukulan tangan! Su Hay Khek sudah menyingkir dari pukulan ini, dengan semua sisa tenaga yang ada, mereka bergumul menjadi satu.
Suatu hal yang berada diluar dugaan lelaki itu.
betul ia berhasil menjatuhkan Su Hay Khek sehingga tidak dapat bangun lagi.
akan tetapi dia sendiri pun terluka, dari mulut mengeluarkan darah.
Tan Ciu meneruskan usahanya untuk membunuh laki laki berbaju hijau itu.
Tentu saja sang lawanpun tidak tinggal diam, walau berada didalam keadaan luka, tetap ia mempertahankan jiwanya, mereka bergumul menjadi satu.
Luka wanita berbaju hijaupun tidak ringan, ia merangkak kearah Jelita Merah dan Tan Kiam Pek.
Maksudnya menggagalkan usaha penyembuhan luka seperti itu.
Dua orang itu tidak bergerak, yang satu mederita luka parah, yang lainnya sedang berusaha untuk mengembalikan jiwa sipenderita luka kedunia yang ramai.
Jarak wanita berbaju hijau dengan Jelita Merah sudah dekat sekali.....
Jelita Merah tidak mungkin menghindari malapetaka ini.
Sedangkan Tan Kiam Pek belum selesai menamatkan satu putaran peredaran darahnya.
Tangan wanita berbaju hijau itu sudah mulai diangkat ...
Tan Ciu tidak dapat memenghindarkan diri.
Ia masih bergumul dengan laki-laki berbaju hijau, Su Hay Khek menderita luka sehingga beberapa kali, ia menggeletak ditanah, seolah-olah sudah tidak bernapas.
Mungkinkah Jelita Merah harus menerima kematian seperti ini? Tidak!!! Terlibat suatu bayangan melesat dan melempar tubuh wanita berbaju hijau itu.
Terdengar jeritan panjang, wanita berbaju hijau tersebut jatuh menggeletak.
Disana telah bertambah seorang wanita, berkerudung hitam.
Wanita inilah yang menolong jiwa Jelita Merah.
Terdengar lain jeritan, itulah suara si laki laki berbaju hijau yang sudah mati ditangan Tan Ciu.
Dikala Tan Ciu ingin memberi pertolongan, wanita berkerudung hitam itu telah menampilkan dirinya dan menolong jiwa Jelita Merah.
Tan Ciu memberi hormat.
"Atas bantuan cianpwee, dengan ini boanpwe menghaturkan banyak terima kasih.
"Sama-sama."
Katanya. Ia memeriksa orang yang baru ditolong. Tiba tiba matanya terpaku pada wajah Tan Kiam Pek.
"Aaaaa..."
Tubuh wanita berkerudung hitam itu menggigil gemetaran.
Hal ini tidak lepas dari mata Tan Ciu, apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Siapakah wanita berkerudung hitam ini? Mengapa gentar kepada Tan Kiam Pek? Dengan suara gemetar, wanita berkerudung hitam itu bergumam.
"Dia?"
Tangannya diangkat, seperti mau memukul Tan Kiam Pek. Tan Ciu terkejut, cepat ia membentak! "Hei kau mau apa?"
"Membunuh manusia durjana ini."
Wanita berkerudung hitam itu menunjuk Tan Kiam Pek.
"Mengapa?"
"Dia Tan Kiam Lam."
Hati Tan Ciu mencelos.
"Orang ini bernama Tan Kiam Lam?"
Ia meminta ketegasan.
"Betul."
Berkata wanita berkerudung hitam itu.
"Kau tahu pasti ?"
Pertanyaan yang seperti ini, berada diluar dugaan wanita berkerudung hitam itu, tangan yang sedianya mau membunuh Tan Kiam Pek turun lagi.
"Mungkinkah dia bukan Tan Kiam Lam?"
Ia bertanya kepada sipemuda.
"Dia menyangkal orang memanggilnya sebagai Tan Kiam Lam."
Tan Ciu memberi keterangan. Wanita berkerudung hitam itu bergumam? "Tidak mungkin... Tidak mungkin..."
Matanya memandang ketempat jauh. Tan Ciu harus membuka rahasia ini, ia berkata! "Dikatakan bahwa dia adalah saudara kembar Tan Kiam Lam yang bernama Tan Kiam Pek"
"Ouw!!!"
Wanita berkerudung itu memperhatikan wajah Tan Kiam Pek. Tan Ciu menantikan terbukanya rahasia teka teki ini! Beberapa saat kemudian, baru wanita berkerudung hitam itu berkata.
"Betul! Dia bukan Tan Kiam Lam."
Tan Ciu segera mencetuskan kata-kata dan mengajukan pertanyaan! "Kau dapat membuktikan betul betul bahwa dia bukan Tan Kiam Lam?"
"Dapat,"
Berkata wanita berkerudung hitam itu. Tan Ciu menjadi bingung. Wanita berkerudung hitam itu berkata.
"Hal ini mudah dibedakan! Betul bentuk wajah dan raut mukanya tak ada perbedaan, tetapi daun kuping yang sebelah kiri Tan Kiam Lam mempunyai andeng andeng hitam yang besar, andeng-andeng hitam ini tidak mungkin dioperasi dengan tidak meninggalkan bekas sama sekali! Sedangkan orang ini tidak mempunyai andeng-andeng hitam itu, juga tidak ada tanda-tanda luka luka bekas operasian, maka ia bukan Tan Kiam Lam."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan Ciu dapat diberi mengerti.
Kini ia tahu pasti bahwa Tan Kiam Pek itu betul betul saudara kembar Tan Kiam Lam.
Tan Kiam Lam adalah manusia misterius yang aneh, ilmu kepandaiannya tinggi, bagaimana dengan penghidupannya? Wanita berkerudung hitam ini pun ingin membunuh Tan Kim Lam.
Apakah kesalahan Tan Kiam Lam, sehingga menimbulkan bahaya permusuhan? Dari lagu suara wanita berkerudung hitam ini, Tan Ciu tahu pasti bahwa orang belum tua betul.
dikira kira wanita setengah umur.
Siapakah wanita berkerudung hitam ini? Mengapa menutup wajah diri mendiri? Apa hubungannya dengan Tan Kiam Lam? Pertanyaan pertanyaan tadi menyelubungi pikiran sipemuda, maka ia mengajukannya langsung kepada orarg yang bersangkutan.
"Cianpwe kenal dengan Tan Kiam Lam?"
"Ng !!"
"Diantara kalian pernah terjadi dendam permusuhan.?"
Sekali lagi, tubuh wanita berkerudung hitam itu menggigil.
"Betul."
Ia menjawab pertanyaan si pemuda.
"Bagaimanakah terjadinya dendam permusuhan itu?"
Bertanya lagi Tan Ciu.
"Aku tidak dapat menceritakan kepadamu!"
Berkata wanita berkerudung hitam itu! "Mengapa?".
"Tidak dapat."
Kini ia menatap wajah Tan Ciu mantep "Kau anak keluarga Tan juga?"
"Betul."
Tan Ciu menganggukkan kepalanya.
"Putra Tan Kiam Lam?"
Bertanya wanita berkerudung hitam tersebut.
"Mungkin juga."
"Mengapa mengatakan keterangan dengan jawaban sepati ini?"
"Aku belum dapat menemukan bukti bukti yang jelas dan dipercayai."
Berkata Tan Ciu.
"Belum dapat menemukan bukti bukti yang jelas dan dipercaya?"
"Betul."
Berkata Tan Ciu terus terang.
"Aku tidak tahu tentang keluargaku sendiri."
"Siapa yang tahu keadaan keluargamu?"
"Kakakku Tan Sang."
Tubuh wanita berkerudung hitam itu tersentak sedikit, kata kata Tan Sang itu mengejutkan dirinya! Tan Ciu tidak memperhatikan keadaan tersebut, ia menambah keterangannya.
"Sayang Tan Sang telah mati digantung orang"
"Ng..."
"Pohon Penggantunganlah yang merenggut jjwa kakakku itu."
Berkata lagi Tan Ciu. Wanita berkerudung hitam mengeluarkan suara keluhan panjang, Ia bergumam seorang diri! "Ahhh... Cepat sekali... Sembilan belas tahun telah dilewatkan begitu ssja.."
Tan Ciu terkejut.
"Apa?"
Ia tersentak dari keadaan yang sebenarnya. Wanita berkerudung hitam itu cepat menutup mulut.
"Tidak mangapa... Tidak mengapa..."
Ia berkata cepat.
"Baik-baiklah kau menjaga diri sendiri dan juga diri mereka, aku harus pergi!"
Tubuhnya melesat dan meninggalkan Tan Ciu, Meninggalkan dua mayat orang dari Benteng Penggantungan dan meninggalkan Su Hay Khek, Tan Kiam Pek dan Jelita Merah.
Tan Ciu masih bengong memandang lenyapnya bayangan wanita berkerudung hitam itu.
Dirasakan ada sesuatu yang aneh pada wanita tersebut.
Siapa dia.
Mari kita menyusul sebentar keadaan wanita berkerudung hitam itu.
Ditempat yang agak jauh dari tempat Tan Ciu sekalian berada, wanita berkerudung hitam itu menggabungkan diri dengan pembantunya.
Pembantu wanita berkerudung hitam itu adalah seorang gadis cantik.
Mereka berjalan berendeng.
"Pei Pei!!!!"
Panggil wanita berkerudung hitam itu. Gadis yang dipanggil Pei Pei itu memandang. Ia agak heran atas kelakuan yang belum lama diperlihatkan kepadanya.
"Mari kita pulang!"
Berkata wanita berkerudung hitam itu.
"Suhu."
Panggil gadis yang bernama Pei pei itu! "Diakah yang suhu maksudkan?"
Ternyata mereka adalah guru dan murid! "Ng ..."Guru Pei Pei itu mengangguk-anggukkan kepala.
"Dia sudah tahu?"
Bertanya lagi Pei Pei kepada gurunya.
"Aku tidak memberi tahu kepadanya?"
Berkata wanita berkerudung hitam itu.
"Mengapa?"
Pei Pei menjadi heran.
"Aku tidak menginginkan ia tahu siapa diriku, memberitahu hal ini kepadanya terlalu pagi akan mengganggu keadaannya."
"Bukankah kau sering mengenang dirinya?"
"Tadi telah bersua dan melihat jelas."
"Itu hanya sepintas lalu, mengapa tidak seterusnya?"
"Aku puas melihat ia masih hidup, sudah dewasa dan mempunyai badan yang tegap, ilmu kepandaian yang tinggi."
"Tapi..."
"Aku sudah puas dapat mengetahui keadaan dirinya. aku sudah puas dapat bertemu muka dengan dirinya..."
Lagi lagi wanita berkerudung hitam ini menghela napas.
Mereka guru dan murid melakukan perjalanan.
Dan lenyap tidak kelihatan! Siapakah mereka? Mari kita menyaksikan bagian berikutnya.
000ooOdwOoo000 KEMBALI bercerita tentang Tan Ciu.
Setelah ditinggalkan oleh wanita berkerudung hitam yang misterius itu, sipemuda masih bengong saja ditempatnya.
Tidak henti-hertinya ia berpikir, siapakah wanita tersebut? Mengapa hatinya berdebar keras? Tiba tiba...
Terdengar suara rintihan orang.
Itulah suara rintihan Su Hay Khek yang menderita luka parah.
Tan Ciu terkejut.
Cepat ia menghampiri orang tua aneh itu.
Disana, Su Hay Khek terbaring lemah, keadaannya sunggah payah,napasnya sudah menjadi satu dengusan yang tidak teratur, seolah olah orang yang menantikan waktu ajalnya.
Tan Ciu menubruk ketempat orang tua itu.
"Cianpwee..."
Ia memanggil. Su Hay Khek masih berusaha tertawa, tertawa sedih, Ia terlalu banyak mengeluarkan darah. Melihat hal ini, cepat Tan Ciu mengeluarkan obat Seng- htat hoan-hun-tan! "Cianpwee, makanlah obat ini!"
Ia harus menolong orang tua itu! Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala, ia menolak.
"Aku sudah tiada guna!"
Ia berkata! "Makanlah obat ini! ia akan membantu menambah darahmu!"
Masih Tan Ciu berusaha. Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala lagi, ia kukuh tidak mau menerima pemberian obat itu.
"Urat nadiku telah putus banyak."
Ia berkata.
"Tiada gunanya lagi... Obat mujarab apapun ... tidak dapat menolong ... urat nadi yang sudah putus."
"Cianpwe..."
Tan Ciu msngucurkan air mata. Su Hay Khek menyengir.
"Jangan kau menangis."
Ia berkata.
"Setiap orang pasti mati... hanya bagaimana kematian ... yang menimpa dirinya ... Aku sege ma..ati... tetapi aku puas... Aku mati tak percuma ...
"
"Tidak, Kau tidak boleh mati!"
"Sudahlah, biar bagaimana ... aku akan mati... Sebelum meninggalkan dunia ini ... Aku ingin meninggalkan tenaga kekuatanku ... kepadamu,"
"Cianpwe "
"Duduklah didekatku."
Perintah Su Hay Khek. Tanpa banyak komentar, tangan kanan Su Hay Khek telah menempel diubun ubun Tan Ciu.
"Jangan banyak pikir."
Ia berkata cepat.
"Satukanlah peredaran darahmu dengan peredaran darahku."
Tan Ciu mengikuti petunjuk orang tua aneh itu.
"Terjanglah Seng su seng-koan."
Berkata lagi Su Hay Khek.
"Cuci dan bersihkan di diri dua belas tingkatan peredaran jalan darah.. ..kemudian ... bersihkan diri dari segala pikiran kumpulkan di Cit-seng-ceng meh."
Satu hawa hangat meresap masuk kedalam tubuh Tan Ciu, si pemuda telah menyatukan peredaran darah mereka, maka dengan mudah pertukaran peredaran darah itu menjadi satu.
Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Su Hay Khek telah mengeluarkan semua kekuatannya dan diserahkan kepada Tan Ciu.
Disaat ini, Tan Kiam Pek yang memutarkan peredaran darah Jelita Merah telah hampir selesai.
Wajah Jelita Merah yang pucat telah bersemu merah, suatu tanda bahwa ia telah bebas dari ancaman bahaya.
Tan Kiam Pek mengempos tenaganya yang penghabisan sekali dan selesailah penyembuhan dengan cara seperti itu.
Dilain bagian, tangan Su Hay Khek yang menempel pada Tan Ciu telah lemas, ia kehabisan tenaga.
Su Hay Khek mati.
Urat nadinya putus.
Tenaganya dikuras bersih dan menghembuskan napasnya yang terakhir dengan rela.
Dikala Tan Ciu sadar, orang tua itu telah memeramkan mata untuk selama lamanya.
Terhadap kakek yang berbudi luhur ini, Tan Ciu menaruh salut yaog tinggi, ia menangis dan mengucurkan air mata keedihan yang tidak terhingga.
Tan Kiam Pek telah selesai menghidupkan jiwa Jelita Merah.
Mengatur tenaga beberapa lama, mengembalikan kekurangan kekuatannya yang tadi dan membuka kedua matanya.
Dilihat keadaan yang seperti itu,ia terkejut.
"Eh, apa yang telah terjadi?"
Ia mengajukan pertanyaan.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia telah meninggal dunia !"
Tan Ciu menyusut air mata.
"Aaaaaaa"
Tan Ciu menceritakan segala yang belum lama telah terjadi.
"Kasihan,"
Berkata Tan Kiam Pek.
"mari kita mengebumikan orang tua ini?"
Tan Kiam Pek dan Tan Ciu menggali tanah, mereka mengebumikan jenazah si kakek aneh Su Hay Khek, Jelita Merah sudah membuka kedua matanya.
Tiga orang menaruh hormat yang penghabisan kali kepada makam Su Hay Khek, lama mereka mengenang orang tua yang telah berkorban untuk keselamatan semua orang.
Berapa lama kemudian, baru Jelita Merah berkata.
"Syukur kalian tiba tepat pada waktunya dan berhasil menolong jiwaku. Budi ini tidak dapat kulupakan."
"Sudah nenjadi kewajiban manusia untuk tolong menolong."
Berkata Tan Kiam Pek. Jelita Merah memandang Tan Ciu.
"Tan siauwhiap."
Ia memanggil.
"Aku menelantarkan urusanmu."
Tan Ciu menghela napas.
"Bukan salahmu."
Ia berkata.
"mereka adalah orang orang dari Benteng Penggantungan."
"Betul! Orang orang dari Benteng Penggantungan itu yang mencelakai kita."
"Tidak kusangka, benteng itu mempunyai banyak tokoh silat yang berkepandaian tinggi"
"Betul..."
Berkata Jelita Merah.
"Gerakannya gesit. Akh, Nona Co telah dibawa oleh mereka, tentunya mengalami penderitaan."
"Kita telah berusaha."
Berkata Tan Ciu sambil menghela nafas.
"Apa mau dikata, takdir telah mempermainkan kita."
Tan Kiam Pek memandang mereka sebentar dan berkata.
"Kalian berdua boleh merundingkan hal ini baik-baik. Aku harus pergi lebih dahulu."
"Cianpwee ingin kemana?"
Bertanya Tan Ciu "Aku? Aku harus kembali menyakinkan ilmu silat dengan lebih tekun lagi.
Biar bagaimanapun juga, aku harus menyelesaikan persengketaan dengan si ketua Benteng Penggantungan.
ilmunya tinggi, aku harus berusaha keras agar tidak dikalahkan olehnya."
"Bila betul dia adalah engkohmu?"
Tan Cin ragu ragu! "Tetap kubunuh juga,"
"Tidak ada jalan lain?"
"Kukira tidak!"
Tiba tiba Tan Ciu teringat sesuatu, ia berkata "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Tentang urusan apa?"
Bertanya Tan Kiam Pek. Tan Ciu menceritakan munculnya wanita berkerudung hitam yang menolong jiwa mereka itu. Dan mengajukan pertanyaan, bila Tan Kiam Pek kenal dengan seorang wanita yang berkepandaian ilmu silat tinggi tersebut.
"Dugaanmu jatuh pada siapa?"
Bertanya Tan Kiam Pek "Inilah yang ingin kutanyakan kepada cianpwe."
Berkata Tan Ciu.
"Ia mengatakan bahwa aku bernama Tan Kiam Lam?"
"Betul!"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Dikatakan juga bahwa pada daun kuping Tan Kiam Lam ada andeng- andeng hitam yang besar?".
"Betul sekali"
Tan Ciu membenarkan pertanyaan ini.
"Kukira dia."
"Siapa?"
"Siapa? Ibumu."
"Hah?"
Tan Ciu berteriak.
"Ibuku?"
"Betul. Melati Putih."
"ia masih hidup didalam dunia?"
"kukira masih."
Tan Kiam Pek menganggukkan kepala.
"Hanya aku belum dapat memastikan tentang hal ini. Pada suatu hari kau akan tahu kebenaran dari dugaanku ini! Bersabarlah dan jangan banyak berpikir yang bukan bukan."
Tan Ciu menerima kritik tersebut dan menganggukkan kepalanya. Tan Kiam Pek berkata.
"Aku harus pergi."
"Selamat jalan."
Berkata Tan Ciu.
"selamat tinggal."
Berkata Tan Kiam Pek. Dan Jelita Merah turut mengantarkan pula. Tubuh Tan kiam Pek melesat, sebentar kemudian sudah lenyap dari pandangan mata. Jelita Merah memandang si pemuda, ia berkata.
"Akupun harus meninggalkanmu. Aku...Aku harus kembali dan memberi tahu segala kejadian ini kepada guruku."
Berkata Jelita Merah.
"Siapakah tokoh silat yang menjadi gurumu?"
Bertanya Tan Ciu.
"Dia... Dia berpesan agar tidak menyebut namanya."
Berkata Jelita Merah.
"Kau tidak marah?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kau betul putra Tan Kiam Lam?"
Bertanya Jelita Merah.
"Tidak tahu."
Berkata Tau Ciu! "Kuharap saja bukan!"
Berkata Jelita Merah.
"Mudah-Mudahan... gurumu juga mempunyai dendam permusuhan dengan Tan Kiam Lam?"
"entahlah."
Berkata Jelita merah.
"Tugasku hanya untuk mencari Tan Kiam Lam. Lebih dari itu. aku tidak diberi tahu!"
"Gurumu itu seorang wanita?"
"Betul."
Sigadis tertawa sedih.
"Kau masih ingat bahwa aku berjanji untuk menceritakan drama sedih tentang aku dan guruku?"
"Ingat."
Tan Ciu menganggukkan kepala. Jelita Merah berkata.
"Tentang cerita guruku, biar kututurkan lain kali. Kini aku akau berbicara tentang diriku."
Tan Ciu memandang gadis itu.
"Aku adalah seorang wanita yang sangat menderita."
Jelita Merah mulai bercerita.
"Sudah ditakdirkan hidupku merana. Pada saat aku berumur enam belas tahun, aku kenal dengan seorang pemuda yang bernama Chiu It Cong tidak disangka, ia menipu diriku. aku telah dipermainkan olehnya, dan setelah ia berhasil mendapatkan diriku, Ia lenyap begitu saja. entah kemana ia melarikan diri."
"Dia mati?"
"Mana kutahu. Telah beberapa tahun, kuselidiki jejaknya tanpa hasil."
"Bila kau berhasil menemukannya, bagaimana?"
Tan Ciu mengajukan pertanyaan ini.
"Membunuhnya."
Berkata Jelita Merah gemas.
"Tidak sedikit yang telah kuberikan kepadanya. Terlalu banyak yang telah didapat olehnya."
"Ouw...."
Tan Ciu menatap Jelita Merah. Ternyata dia sudah bukan gadis lagi. Jelita Merah menghela napas.
"Tan Siauwhiap,"
Ia memanggil perlahan.
"Kuharap saja kau tidak memandang rendah diriku. Kuharap kita dapat mengikat tali persahabatan."
"Aku bersedia menjadi kawanmu."
Berkata Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Sungguh?"
"Tentu sungguh."
Jelita Merah tertawa manis.
"Terima kasih kepada janjimu ini!"
Ia berkata.
"Kini aku harus pergi dahulu! Selamat jalan!"
"Selamat jalan."
Mereka sama sama mengucapkan selamat perpisahan dan Jelita Merah berangkat terlebih dulu.
Tan Ciu mengambil tubuh Sim In yang telah ditotok jalan darahnya, pemuda ini harus menyerahkan tawanan itu kepada gurunya.
Ia pulang kearah tempat si Putri Angin Tornado.
Singkatnya cerita, Tan Ciu telah tiba di-tempat tujuan.
Didepan suatu goa, Tan Ciu menggendong tubuh Sim In dan berlari datang.
Dari dalam guha terdengar satu suara yang membentak.
"siapa?"
"Suhu, aku telah kembali!"
Tan Ciu memberi sahutan. Ternyata orang yang berada didalam goha itu adalah guru sipemuda Tan Ciu, si putri Angin Tornado yang pernah menggemparkan rimba persilatan itu.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh. Tan Ciu. kau telah kembali! Masuklah!"
Inilah suara si Putri Angin Tornado. Dia adalah guru Tan Ciu yang berkepandaian silat tinggi. -ooo0dw0ooo-
Jilid 6 TAN Ciu menggendong tubuh Sim In masuk kedalam guha itu.
Mulut masuk goha tersebut sangat gelap, tetapi tak lama kemudian terlihat cahaya terang.
itulah cahaya cahaya dari sinar mutiara, yang terpancang disekitar dinding guha.
Seorang wanita dengan wajah buruk duduk disebuah kursi beroda, dia adalah guru Tan Ciu dengan julukan seram, Putri Angin Tornado itu.
Tan Ciu meletakkan Sim In, dan memberi hormat kepada gurunya.
.
"Suhu.."
Putri Angin Tornado memandang orang yang diletakkan ditanah itu.
"Siapakah yang kau bawa masuk kemari?!"
"Orang yang menjadi musuhmu."
Tan Ciu memberi jawaban.
"Aaaaa."
Putri Angin Tornado segera mengenali lelaki yang pernah dikasihi olehnya, Sim In yang kini telah menduduki ketua perkumpulan Ang mo-kauw.
"Sim In?"
Mulut si Putri Angin Tornado bergumam. Tan Ciu menotok hidup jalan darah kaku orang tawanannya, kemudian membebaskan beberapa totokan lainnya. Sim In mulai menggeliat bangun. Menunjuk kearah Sim In, Tan Ciu bertanya kepada sang guru.
"Suhu, kau ingin membunuhnya?"
"betul!!"
Pada wajah Putri Angin Tornado yang buruk itu terlihat hawa yang menyeramkan.
Ia tertawa kejam.
Sim In segera duduk bangun, dilihat keadaan dirinya telah bukan ditempat markas besar perkumpulannya.
Terdengar suara Putri Angin Tornado yang membentak keras.
"Sim In, masih kenal denganku?"
Sim In memperhatikan orang yang duduk dikursi roda itu, ia sangat terkejut.
"Kau Kim Hong Hong?"
Ia hampir berteriak dan menyebut nama kecil Putri Angin Tornado. Putri Angin Tornado Kim Hong Hong menganggukan kepala.
"Betul."
Ia berkata.
"Wajahku telah menjadi buruk, kedua kakiku telah tiada. Tetapi hati dan jiwaku tetap Kim Hong.Hong."
Sim In mundur sampai tiga langkah. Putri Angin Tornado tertawa dingin.
"Sim In."
Ia memanggil nama itu.
"Kau takut kepadaku?"
Bagaimanakah dua orang yang dahulunya berkasih kasihan ini mengakhiri persengketaan? Mari kita menyaksikan bagian yang selanjutnya.
000OdwO000 TAN CIU menjauhkan diri, ia berdiri di-pojok guha itu.
Kim Hong Hong memancarkan sinar matanya yang sangat tajam.
Kini ia sedang berhadapan dengan laki laki yang dahulu pernah dikasihi olehnya.
"Sim In."
Ia memanggil lagi.
"Kau tidak berani memandang wajahku?"
Biar bagaimana, Sim In adalah ketua satu perkumpulan besar, Ia segera membusungkan-dada, menatap wanita berwajah buruk yang duduk diatas kursi roda itu dan memberikan jawaban yang berani.
"Mengapa harus takut kepadamu?"
"Bagus. Ternyata kau tidak takut."
Berkata si Putri Angin Tornado Kim Hong Hong.
"Aku tidak mengharapkan kau takut kepadaku. Mari maju kemari, kita berunding dan membicarakan persengketaan lama."
Sim In maju lagi tiga langkah, ia telah mendapatkan dirinya pada kedudukan yang semula.
"Apa yang kita harus bicarakan ?"
Ia membuka suara lantang.
"Dimanakah letak kesalahanku?"
Berkata Kim Hong Hong.
"Mengapa dan sampai hati kau mengambil langkah kejam?"
"Kau sendiri mengerti."
"Aku tidak mengerti."
"Kau ingin aku menceploskan sekali lagi?"
Berkata Sim In dingin.
"Katakanlah."
Berkata Kim Hong Hong.
"Belum pernah aku melakukan sesuatu yang menyinggung perasaanmu."
"Hmm... Kau mengucapkan cinta, cinta itu hanya dimulut... dikatakan cinta ke padaku, mengapa mengadakan hubungan dengan Tan Kiam Lam?"
"Kau jangan memfitnah!"
"Hubunganmu dengan Tan Kiam Lam telah benda diluar batas."
"Kau...kau bohong"
"Aku melihat dengan mata kepala sendiri. Bukan orang yang memberi tahu bal ini kepadaku,"
Berkata Sim In gagah. Putri Angin Tornado Kim Hong Hong ke-mekmek. Ia mengkerutkan kedua alisnya, hal ini tidak mungkin terjadi.
"Hai, kau menghina diriku"
"Bukan aku yang menghina."
Berkata Sim In.
"Kau sendirilah yang menghina diri sendiri,"
"Tidak.."
"Dengan alasan apa kau mengadakan perhubungan dengan seorang lelaki?"
"Dengan dirimu?"
"Bukan. Dengan Tan Kiam Lam!"
"Tidak mungkin. Tan Kiam Lam adalah kawan biasa!"
"Tan Kiam Lam tidak mungkin mempunyai seorang kawan."
Sim In berteriak.
"Dia adalah Iblis yang berbaju manusia ."
Kim Hong Hong terpaku ditempatnya. Sim In berkata lagi.
"Betul. Aku mengaku telah merusak wajah-mu, mengutungi kedua kakimu. Hal itu dikarenakan aku cinta padamu. Cintaku telah mendalam, tak boleh kemasukan sebutir pasirpun juga. Tapi kau mempermainkan cintaku, kau mendekati Tan Kiam Lam, melakukan perbuatan yang terkutuk, perbuatan yang melalukan itu."
Putri Angin Tornado Kira Hong Hong menggoyangkan kepala.
"Sim In, katakanlah."
Ia berkata.
"Kau berani mengatakan ucapan seperti ini, bukan karena ojokan orang desas desus koran picisan dan jaga bukan dalih alasan- perbuatanmu yang telah melanggar tata krama ini."
"Tidak ada alasan untuk memfitnahmu!"
Berkata Sim In.
"Berani bersumpah?"
"Aku boleh mengangkat sumpah."
Berkata ketua Ang mo-kauw tersebut.
"Tidak... Tidak..."
Kim Hong Hong mendekap mukanya.
"Jelas didalam ingatanku , ... itulah... tubuhmu... Aku melakukan perbuatan itu hanya denganmu. Kau mengerti kesucian diriku... Aku hanya cinta padamu... Aku telah melarikan diri dari pintu perguruan karenamu... Segala telah kuserahkan kepadamu... Aku bukan seorang wanita yang tak tahu malu."
Akhirnya Kim Hong Hong menangis sedih, Tan Ciu tidak mengerti atas sikap gurunya yang seperti itu.
Ia menyaksikan dari tempat jauh.
Apakah yang pernah terjadi diantara gurunya, Tan Kiam Lam dan Sim In? Tan Ciu belum mengerti dan belum dapat menduga sama sekali.
Sim In juga tidak mengerti.
Ia ragu ragu, sesuatu yang buruk mengekang otak pikirannya.
Disini menyangkut Tan Kiam Lam yang misterius itu.
Manusia yang seperti apakah Tan Kiam Lam itu.
Lama sekali Kim Hong Hong menangis.
Suatu ketika, ia mendongakan kepala dan memandang Sim In.
Sim In juga memandang si Putri Angin Tornado.
Dua pasang mata bentrok jadi satu.
"Aaaa."
Tiba-tiba Sim In berteriak.
"Aku tabu."
"Apa yang kau tahu?"
Bertanya Kim Hong Hong.
"Kau telah dihipnotis olehnya."
"Mungkinkah ia..."
"Mungkin sekali."
"Kau. Kau berkata bahwa aku melakukan hal itu dengannya? Kau melihat dengan mata sendiri?"
Puteri Angin Tornado Kim Hong Hong seperti telah menemukan sesuatu yang aneh.
"Betul."
Berkata Sim In sungguh sungguh.
"Telah kulihat jelas, kalian berdua tidur bersama."
"Oh... Tuhan ...
"
Kim Hong Hong mengeluh.
"Tidak mungkin ... Tidak mungkin ..."
Suara itu seolah olah seseorang yang sedang memohon ...
meratap....
menantang ketidak adilan dunia ...
Orang yang mendengar pasti bergidik.
Termasuk Tan Ciu yang menyembunyikan diri dipojok gelap.
Ketua Ang-mo kauw, Sim In telah mendapat jawaban.
Apa yang telah terjadi itu hanya kesalah pahaman.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia paham, betapa didalam cinta Kim Hong Hong kepada dirinya, tidak mungkin.
Puteri Angin Tornado melakukan hal hal tersebut.
Didalam hal ini.
hanya ada satu kemungkinan.
Kemungkinan itu ialah, Tan Kiam Lam telah menggunakan ilmu Ie-bun tay gat, semacam ilmu sihir di jaman sekarang.
Kim Hong Hong tentunya telah dihipnotis, disihir oleh Tan Kiam Lam!.
Setelah sadar akan hal ini, Sim In menyesal telah merusak wajah kekasih itu, mengapa ia berbuat terburu napsu, mengantungi kedua kaki orang? Sedangkan gadis yang di siksa itu adalah gadis yang sangat menyintai dirinya.
Sim In merasa sangat menyesal.
Saking besarnya gejolak hati ysng diderita tiba tiba Sim In menubruk wanita yang berwajah jelek itu, ia merangkul tubuh Kim Hong Hong, dan mengucurkan air mata.
"Hong Hong... Aku telah melakukan sesuatu kesalahan yang terbesar."
Ia meratap. Kim Hong Hong mengayun tangan, tiba-tiba ... plakk. menempiling pipi laki laki itu. Ia tidak dapat menerima cara pengampunan orang seperti ini. Sim In terjerambab kebelakang. Terdengar suara Kim Hong Hong yang menggelegar.
"Pergi!. Segera kau enyah dari tempat ini!"
"Hong Hong..."
Sim In merayap bangun dan memanggil nama itu. Puteri Angin Tornado membentak.
"Aku benci kepadamu."
Sim In menundukkan kepala.
"Aku salah."
Ia berkata lemah. Kim Hong Hong melampiaskan kemarahannya, ia berkata lagi.
"Sim In, setelah kau melihat kejadian itu mengapa tidak segera memberi tahu kepadaku? Mengapa menambah penderitaanku dengan merusak wajahku? Mengapa kau mengutungi kedua kakiku? Dengan alasan apa kau melakukan perbuatan perbuatan yang seperti ini?"
"Karena aku sangat cinta kepadamu. Aku... aku sangat benci kepadamu,"
"Kau pergilah. Aku akan menyelidiki kejadian ini. Sebelum aku tahu duduk perkara yang sebenarnya. Aku tidak menarik panjang perkara."
"Hong Hong."
Sim In meratap.
"Aku bersumpah bahwa aku tidak mengetahui jalan hal itu. Kukira kau berada didalam keadaan sadar, maka aku marah dan telah melakukan sesuatu yang merugikanmu... Sungguh... Ku kira kau telah cinta padanya..."
"Kentut.. Aku cinta kepada dua lelaki? Kau kira aku wanita apa? Kau kira aku tidak tahu malu!"
"Ternyata hal ini terjadi sa1ah paham."
"Aku akan menyelidiki hal ini. Kau boleh pergi."
Berkata Putri Angin Tornado Kim Hong Hong.
"Tidak! Aku tidak mau pergi."
Berkata Sim In.
"Aku akan tetap tinggal disini."
Wajah Kim Hong Hong berubah.
"Kau memaksa aku melakukan pembunuhan?"
Ia menatap wajah lelaki itu tajam tajam.
"Baik. Bunuhkah."
Sim In memasang badan. Suatu jawaban yang berada diluar dugaan Kim Hong Hong. Ia tidak mengerti, diperhatikannya wajah ketua Ang mo kauw itu, seolah olah ingin menemukan suatu jawaban, Sim In maju mendekati orang, ia menjerit-jerit kalap.
"Bunuhlah.... Bunuhlah aku,..bunuhlah...."
Perlahan lahan, Kim Hong Hong mengangkat tangan.
siap membunuh orang yang telah membuat cacat pada dirinya.
Sim In memeramkan kedua matanya, ia siap menerima kematian.
Kim Hong Hoog menurunkan tangannya perlahan, tetapi bukan ditujukan kearah kepala Sim In.
Ia membatalkan niatan itu.
Lama sekali ....
Tatkala Sim In membuka kedua matanya, dilihat bagaimana bekas kekasih lama itu termenung dikursi berodanya.
Kim Hong Hong memandang kearah Tan Ciu dan berkata kepada murid itu.
"Tan Ciu, kau berani."
Tan Ciu berjalan, mendekati gurunya itu.
"Bunuhlah orang ini."
Putri Angin Tornado memberi perintah. Tan Ciu terkejut.
"Membunuhnya?"
Ia tahu bahwa sang guru cinta kepada laki laki ini, mengapa harus membunuhnya? "Tan Ciu,"
Bentak Kim Hong Hong keras. Tan Ciu memandang guru itu.
"Bunuh."
Sekali lagi, Kim Hong Kong memberi perintah.
"Suhu, aku tidak dapat membunuhnya!"
Berkata si pemuda.
"Mengapa?"
"Tidak mungkin. Kau tidak akan tega membunuhnya."
"Goblok. Tidak tahukah, berapa banyak deritaku karena perbuatannya?"
"Tetapi suhu tetap mencintainya."
"Tidak!!"
"Suhu, ampunkah kesalahannya. Ia melakukan hal karena terlalu cinta padamu."
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepala. Kini Sim In maju angkat bicara.
"Hong Hong, bila kau tak dapat memaafkan kesalahanku. Aku segera bunuh diri sendiri."
Kim Hong Hong melengak.
Hal ini semakin berkesan.
Haruskah memaafkan dirinya? Laki laki ini yang telah merusak wajahnya, mengutungi kedua kakinya, mungkinkah menyudahi perkara begitu saja? Tan Ciu memandang dua orang itu bergantian.
Kim Hong Hong menghela napas.
"Pergilah, pergilah dari guha ini."
"Hong Hong kau tidak memberi kesempatan sama sekali."
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepala.
"Baik"
Sim In berkata singkat.
"Aku segera mati dihadapanmu."
Tubuhnya bergerak, dengan kepala lebih dahulu, ia menubrukkah kepala itu kena batu guha. Putri Angin Tornado Kim Hong Hong teerkejut... Tan Ciu berteriak.
"Cianpwee..."
Tubuh Sim In telah melesat kearah dinding batu goha Kim Hong Hong dengan cepat.
Tanpa banyak pikir.
Tan Ciu mengulurkan tangannya, menarik kaki orang yang masih keburu dipegang.
Namun, hal inipun tidak dapat membawa banyak hasil.
Kepala Sim In telah megenai batu guha lebih dahulu.
Tan Ciu lebih menyesal lagi.
Mengapa ia tidak dapat mencegah drama itu? Tubuh Sim In telah diletakkan ditanah dengan kepala bercucuran darah.
Bila tidak ada tarikan tangan Tan Ciu tadi, pasti kepalanya telah hancur pecah.
Betul betul Sim In mencari mati untuk menebus dosanya.
Tiba tiba Kim Hong Hong berteriak.
"Sim In "
Tubuh wanita yang sudah tidak berkaki itu melesat kearah Sim In, dipeluknya kencang dan erat erat.
Menangis menggerung gerung.
Ia sangat sedih sekali.
Tan Ciu turut mengucurkan air mata, entah air mata kesedihan atau mata gembira, mengetahui bahwa sang guru telah memberikan pengampunannya.
Untuk pertama kalinya, Tan Ciu menyaksikan sepasang kekasih yang seperti ini.
Mereka terpisah karena Tan Kiam Lam.
Manusia bagaimanakah Tan Kiam Lam ini? Tekad Tan Ciu untuk menemuinya semakin besar.
Betulkah cerita burung, bahwa Tan Kiam Lam itu sebagai ayahnya.
Bila hal ini benar, apa yang harus dilakukan olehnya? Disana, Kim Hong Hong masih memanggil-manggil.
"Sim In.... Sim In ... Sim In ..."
Sim In membuka kedua matanya yang sudah menjadi berat, sebagian darah membasahi mata itu.
"Sim In..."
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong memanggil lagi.
"Hong Hong, biarkanlah aku mati."
Berkata Sim In lemah.
"Tidak. Jangan... Kau tidak boleh mati."
"Tidak seharusnya aku melakukan perbuatan itu kepadamu.... Aku... Aku ... telah melakukan kesalahan yang terbesar."
Sim In mengucurkan air mata. Kim Hong Hong memanggil.
"Sim In."
Sim In sudah tidak bertenaga.
"Kau! Kau tidak salah."
Ia Berkata.
"Setelah aku tiada... kuharap... kau dapat mengampuni kesalahanku. Aku tahu, biar bagaimana kau tetap menaruh dendam kepada perbuatanku dahulu."
Kim Hong Hong mengucurkan air mata semakin deras.
Dari dalam saku bajunya.
Sim In mengeluarkan ukiran batu yang berbentuk singa, itulah Kiam-Say-cu, diserahkan kepada Kim Hong Hong dan berkata! "Hong Hong! Kim say cu yang kucuri darimu ini, kukembalikan kepadamu!"
Suaranya terputus-putus! "Sim In!"
"Jangan bersedih! Akhirnya kesalah pahaman kita telah menjadi jelas!"
Kim Hong Hong menangis sesenggukkan.
"Jangan.. Jangan kau nangis..."
Sim In memberi hiburan.
"Harapanku .. ialah .. setelah aku mati .. aku sangat cinta .. padamu .. Dapatkah .. kau memaafkanku?"
"Aku memaafkanmu,"
Berkata Kim Hong Hong.
"Te.....ri...ma.... kasih !"
"Sim In, aku tidak mengharapkan kau mati."
Ternyata Putri Angin Tornado Kim Hong Hong telah memaafkan kesalahan kekasihnya yang telah merusak wajah membuntungi kedua kakinya itu! Sim In menyerahkan Kim-say-cu.
"Jangan bersedih,"
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia berkata.
"Semua ini gara-gara Tan Kiam Lam?!"
Kim Hong Hoog mengertek gigi.
"Betul! Kau harus menuntut balas,"
Berkata Sim In.
"Aku akan menuntut balas."
Berkata Kim Hong Hong. Mata Kim Hong Hong menjadi liar, tiba-tiba ia berpaling kearah Tan Ciu. Tan Ciu menggigil takut sinar mata itu sangat seram sekali. Tiba tiba Kim Hong Hong membentak.
"Aku akan membunuhmu dahulu"
Kata kata ini ditujukan kearah muridnya, pemuda yang bernama Tan Ciu itu! Sungguh menyeramkan. Tan Ciu mundur kepojok dinding guha.
"Suhu..."
Ia memanggil gurunya itu. Kim Hong Hong mengertek gigi.
"Aku tidak dapat mengampuninya."
Geramnya kepada pemuda itu.
"Men Mengapa?"
"Karena kau adalah anak turunan Tan Kiam Lam."
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong itu sangat marah sekali.
Tan Ciu hanya dapat mengucurkan air mata.
Tiba tiba tubuh Kim Hong Hong melesat, kedua tangan direntangkan dan memukul pemuda dihadapannya.
Bagaimana kesudahan dari pukulan ini? Berhasilkah Putri Angin Tornado Kim Hong Hong menuntut balas? Mari kita mengikuti cerita berikutnya.
000OdwO000 BERCERITA bagaimana Putri Angin Tornado Kim Hong Hong marah besar.
Semua kesalahan adalah kesalahan Tan Kiam Lam.
Karena orang yang dimaksud tidak ada dihadapannya semua kemarahan dijatuhkan kepada sang murid.
Tan Ciu yang dikatakan sebagai Putri Tan Kiam Lam.
Kim Hong Hong menubruk dan memukul Tan Ciu! Tak mungkin sipemuda menghindari serangan ini, tubuhnya terpental jatuh tertelungkup, dari mulutnya mengeluarkan darah merah.
Seperti apa yang kita ketahui, Putri Angin Tornado adalah salah seorang yang ganas, Ilmu kepandaiannya sangat hebat, demikian pula pukulan tadi, luar biasa sekali.
Bila saja Su Hay Khek tidak menyerahkan latihan tenaga yang telah dihasilkan selama puluhan tahun itu, kedalam tubuh Tan Ciu, pasti pemuda itu mati kontan, disaat itu juga, Kini, Tan Ciu telah mewarisi semua tenaga si kakek aneh Su Hay Khek, kemudian menerima pukulan si guru, betul terluka, tapi tidak mati.
Suatu hal yang berada diluar dugaan Putri Angin Tornado Kim Hong Hong.
Tubuh Tan Ciu yang menggeletak ditanah menggeliat, kemudian merayap bangun, kini si pemuda berdiri lagi.
"Suhu ..."
Tan Ciu menyusut darah yang membasahi bibirnya. Kim Hong Hong membentak.
"Tutup mulut. Aku tidak mau dipanggil guru lagi. Kau adalah anak Tan Kiam Lam."
"Suhu "
"Tidak kusangka, ayahmu berlaku sejahat itu, menggunakan ilmu Ie hun-tay-hoat merusak kehormatan orang!"
"Suhu bagaimana kelakuan ayahku tidak mempunyai hubungan denganku."
Tan Ciu mencoba memberi pembelaan kepada dirinya.
"Aku tidak pernah melakukan kesalahan, aku tidak pernah membantah perintahmu."
"Tetapi, kau adalah anaknya. Tidak seharusnya aku memberikan didikan ilmu silat kepadamu, Kini aku harus membunuhmu."
Tan Ciu dengan getaran jiwa yang kontras berteriak.
"Suhu,"
"Sudah kukatakan, jangan panggil aku guru lagi."
"betul-betul kau ingin membunuhku?"
Tan Ciu meminta keterangan.
"Tentu!"
"Baiklah."
Tan Ciu menghela nafas.
"Bunuhlah!!"
Putri Angin Tornado yang telah kembali ke kursi rodanya meletik lagi, kini mengancam ubun ubun si pemuda, Tiba tiba Sim In mengeluarkan teriakan! "Hong Hong..."
Kim Hong Hong harus membatalkan niatannya, ia menoleh sebentar dan karena inilah harus kembali ketempat kursi rodanya. Kedua kakinya telah tiada, ia harus tetap duduk dikursi beroda itu.
"Hong Hong ... Jangan...dia ... Yang bersalah... adalah... ayahnya...Bukan pemuda.... itu..."
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong memandang Tan Ciu dan membentak.
"Pergi! Pergilah kau dari tempat ini."
Ia mengusir muridnya itu. Tan Ciu mengucurkan air mata.
"Suhu..."
Ia memanggil guru itu pedih.
"Mulai hari ini, aku bukan suhumu lagi."
Berkata Kim Hong Hong ketus. Tan Ciu mengucurkan air mata lebih deras, dengan menahan rasa sakit didalam hati yang tidak kepalang, ia berkata.
"Suhu, betul betul kau tidak bersedia menerima diriku sebagai murid lagi?"
"Mengapa harus menerima dirimu?"
Bentak Kim Hong Hong.
"Aku tidak membunuh kau, hal ini adalah keberuntunganmu, tahu?"
"Suhu."
"Tutup mulut!"
"Bolehkah aku mengajukan suatu pemohonan?"
"Tidak perlu."
Ternyata King Hong Hong sangat keras hati.
"Bila kau membangkitkan kemarahanku, batok kepalamu segera pecah didalam guha ini."
Tan Ciu berjalan pergi, dengan bergumam.. ia berkata.
"Baiklah Suhu, muridmu pergi"
Sebelum meninggalkan guha itu.
Tan Ciu berlutut terlebih dahulu, inilah penghormatan yang terakhir kepada gurunya, kepada guru yang telah mendidik dirinya menjadi seorang tokob silat yang berkepandaian tinggi.
Dengan mengucurkan air mata kesedihan Tan Ciu meninggalkan gurunya.
Tan Ciu dibesarkan didalam keadaan yang tidak ada kehangatan rumah tangga, hanya kakaknya dan guru ini yang memperhatikan kehidupannya.
Setelah Tan Sang digantung orang di atas pohon penggantungan, ia sudah merasa suatu kesusahan.
Kini iapun diusir pergi oleh gurunya.
Suatu penderitaan bathin yang paling besar, luar biasa.
Apa guna hidup didalam dunia ? Bila harus sengsara terus menerus? Hal ini berpokok pangkal dari ayahnya, orang yang bernama Tan Kiam Lam itu! Siapakah Tan Kiam Lam? Dosa apakah yang telah dilakukan oleh orang itu? Mengapa tidak seorang yang pernah menaruh simpatik kepadanya? Hanya dendam, hanya permusuhan, hanya makian yang dijatuhkan kepada tokoh si1at tersebut.
Tan Ciu berjalan seorang diri, kepalanya ditundukkan ke tanah, melakukan perjalanan dengan hati hancur luluh.
Dikala Tan Ciu meninggalkan guha itu, Sim In berteriak.
"Hong Hong, cegah kepergiannya!"
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong mengeleng- gelengkan kepala.
"Biarlah ia pergi."
Ia berkata.
"Hong Hong.. Kita .. Kita sangat... membutuhkannya .."
Berkata Sim In dengan suara yang terputus-putus, sangat berat.
"Aku tidak akan membutuhkannya."
Berkata Kim Hong Hong singkat. Jauh ditempat mereka, Tan Ciu tiba tiba berteriak.
"Tidak seorangpun yang membutuhkanku! Tak seorangpun yang memerlukan tenagaku, Ayahku .. Ibuku .. kakakku .. guruku .. mereka tidak mau ambil tahu penghidupanku?"
Ia gila ...
Berteriak-teriak ditengak jalan, menari nari.
Hal ini dapat kita maklumi, bagaimana ia tak menjadi gila, bila semua orang menolak keras kehadirannya didalam dunia? Termasuk gurunya yang dicintai? Tanah Ladang, Tebing curam, Lereng gunung, Lembah dalam, Sungai, Satu persatu telah diarungi olehnya.
Beberapa lama kemudian Tan Ciu tidak tahu betapa jauh perjalanan yang telah ditempuh, berapa banyak gunung yang telah dilewati.
Akhirnya ia jatuh, tidak kuat mempertahan kondisi badannya yang divorsir terus menerus seperti itu! Rasa putus asa mengurungi benak otaknya! Melampiaskan rasa penasaran itu, ialah membiarkan segala berlangsung seperti tadi! Akhirnya Tan Ciu jatuh, ia menangis menggerung- gerung! Tiba-tiba....
Satu suara yang nyaring merdu memecahkan kesedihan itu.
"Eh, kau mengapa."
Inilah suara seorang gadis yang sangat empuk sekali, memikat hati. Tan Ciu mempekakkan telinganya, ia tidak memberikan reaksi. Suara merdu itu berkumandang lagi.
"Hmmn... Laki laki sudah besar masih menangis? Apakah yang menyebabkan kesedihanmu?"
Tan Ciu mendongakkan kepala, dilihat seorang gadis berbaju putih berdiri dihadapannya, wajahnya cantik, laku lakunya lucu dan menarik, matanya dipentang lebar lebar, dengan kepala ditelengkan, memperhatikan dirinya.
"Ayouw ...
"Gadis berbaju putih ini berkata.
"Bagaimana kau tiba ditempat ini?"
Tiba tiba saja Tan Ciu membentak.
"Pergi."
Gadis itu terkejut, ia lompat berjingkrak "Eh, kau galak sekali."
Ia berkata.
"Pergi,"
Bentak Tan Ciu lagi.
"Kau pergi dari sini."
"Mengapa?"
"Pergi"
"Aku tidak melakukan sesuatu yang merugikanmu."
Tan Ciu mendelikkan mata, hawa pembunuhan mengurungi wajah yang tadinya cakap dan tampan itu. Si gadis semakin terkejut, ia mundur beberapa langkah.
"Kau ... Kau mengapa?"
Ia bertanya.
Tan Ciu mengayun tangan, memukul gadis berbaju putih itu.
Si gadis melesatkan diri, maka gagallah serangan yang dilontarkan kepada dirinya.
Ternyata gadis inipun berkepandaian silat.
Tan Ciu kehilangan keseimbangan badan tubuhnya yang memukul gadis dengan tidak mendapat sasaran itu, jatuh ngusruk ditanah.
Gadis berbaju putih maju, maksudnya ingin memayang bangun pemuda itu.
Tapi Tan Ciu membentak.
"Pergi."
Tanpa bantuan orang, Tan Ciu bangkit dengan susah, kemudian berjalan pergi, tubuhnya sempoyongan, jalannya sudah limbung Kejadian ini tidak berlangsung lama, tubuh Tan Ciu jatuh lagi. Gadis itu mengikuti dibelakang sipemuda. Tan Ciu membentak.
"Pergi... Pergi ... Kau ... pergi ...
"
Gadis berbaju putih mengkerutkan kerut alisnya yang lentik. Dari jauh terdengar satu suara yang memanggil.
"Tan Ciu...
"
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan Ciu mempanjangkan kupingnya, itulah suara si guru. Putri Angin Tornado Kim Hong Hong! Badan Tan Ciu menggigil gemetar. Gadis berbaju uutih mengajukan pertanyaan "Kau yang bernama Tan Ciu?"
"Jangan tanya!"
Tan Ciu membentak galak.
"Siapa yang memanggil manggil itu?"
"Guruku ... Hei, sudah kukatakan, kau pergi?"
Tiba tiba Tan Ciu menjadi sangat galak sekali. Dari tempat yang sangat jauh, terdengar suara Kim Hong Hong lagi.
"Tan Ciu... Tan Ciu .... Dimana kau berada ...?"
Gadis berbaju putih itu mengambil putusan ia mendekati Tan Ciu, dengan satu gerakan yang paling cepat, menotok jalan darah beku orang, kemudian digendong, lari ke-arah datangnya suara Kim Hong Hong.
Jalan darah kaku Tan Ciu telah ditotok, maka ia tidak berdaya, tetapi mulutnya tidak dibekap, juga tidak mendapat totokan jalan darah gagu, maka ia berteriak.
"Lepaskan diriku... Lepaskan diriku..."
Gadis baju putih itu tidak memperdulikannya, ia melesat semakin cepat, tujuannya tepat di mana suara Putri Angin Tornado Kim Hong Hong datang.
Tidak lama kemudian, gadis itu telah membawa Tan Ciu masuk kedalam sebuah rimba.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong duduk dikursi rodanya.
melihat kedatangan Tan Ciu yang digendong oleh seorang gadis, segera ia berteriak.
"Tan Ciu "
Gadis itu meletakkan tubuh Tan Ciu dihadapan Kim Hoog Hong, kemudian menotok hidup jalan darah kakunya.
"Cianpwee, kau mencari dia?"
Sambil memandang Kim Hong Hong, gadis tersebut mengajukan pertanyaan. Kim Hong Hong menganggukkan kepala, dengan suara yang sember, ia berkata.
"Betul. Dia adalah muridku."
"Muridmu mengalami tekanan iiwa yang sangat hebat, bila tidak cepat cepat ditolong, mungkin menjadi seorang gila."
Sang gadis memberi keterangan.
Air mata Kim Hong Hong mengucur turun.
Gadis baju putih itu tidak mengerti, apa yang telah terjadi diantara guru dan murid itu, ia memandang Kim Hong Hoog dengan penuh teka teki.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong berkata.
"Aku berterima kasih kepadamu yang telah membawa dia kemari."
"Aku sedang mencari seseorang, ditengah jalan bertemu dengannya. Maka aku tidak dapat berpeluk tangan."
Berkata gadis itu.
"Siapakah orang yang kau ingin temukan?"
Bertanya Kim Hong Hong.
"Si Bongkok Kui-thocu."
Kim Hong Hong tergagap.
"Si bongkok Kui thocu?"
"Kau mencari tokoh yang pernah menggemparkan rimba persilatan pada dua pulah tahun yang lalu itu?"
Kim Hong Hong menatap wajah gadis tersebut dengan tajam.
"Betul."
"Nama ini terkenal pada dua puluh tahun berselang, tetapi tidak ada kabar ceritanya lagi,"
Ujar Kim Hong Hong.
"Terima kasih atas keteranganmu."
Berkata gadis baju putih itu.
"Aku harus pergi. dengan ini meminta diri. Selamat tinggal."
Kim Hong Hong menganggukan kepalanya, Tubuh si gadis melesat, dan lenyap diluar rimba itu, Kim Hong Hong memandang Tan Ciu, air matanya mengucur lagi.
"Tan Ciu...
"
Ia memanggil lemah. Tan Ciu memandang wajah sang guru yang buruk, kemudian berkata.
"Suhu, kau mencari aku untuk dibunuh?"
Pertanyaan ini seperti keluar dari mulai seorang yang sudah sakit ingatan. Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepalanya.
"Tidak."
Ia berkata tegas. Tan Ciu masih memandang dengan sikap yang acuh tak acuh, ia tidak mengerti. Tiba tiba Kim Hong Hong meninggalkan korsi rodanya, menubruk Tan Ciu, dipeluknya erat erat dan menangis.
"Tan Ciu ... Oh ... muridku yang baik,"
Ternyata Kim Hong Kong telah sadar dari kesalahannya.
"Suhu ... Aku merasa bersalah."
Berkata si pemuda.
"Tidak, Akulah yang bersalah."
Berkata Puteri Angin Tornado Kim Hong Hong.
"Tidak seharusnya aku mengusirmu dari pintu perguruan ... Yang bersalah adalah ayahmu .., Bukan kau .."
"Suhu, kau tidak benci kepadaku lagi?"
Kim Hong Hong memeluk semakin keras "Tidak,"
Ia berkata.
"Tidak mau membunuh diriku lagi?"
"Tentu saja tidak."
"Sungguh?"
"Tentu."
Pelukan Kim Hong Hong yang mesra, penuh dengan cinta kasih itu adalah jawaban yang memastikan sekali.
"Maafkanlah gurumu yang telah salah ini."
Berkata lagi Kim Hong Hong.
"Aku masih membutuhkanmu. Sungguh ... Tan Ciu.. aku harus meminta bantuan bantuanmu.."
Tan Ciu mendengarkan cerita ini dengan penuh perhatian, hatinya agak terhibur, ternyata tidak seperti apa yang diduga, bahwa gurunya betul betul tidak membutuhkannya lagi.
ternyata sang guru masih mencari cari dirinya.
Tekanan yang menyiksa hati telah dilenyapkan Tan Ciu beruntung belum menjadi gila.
Terdengar lagi suara Kim Hong Hong yang sayu dan sedih.
"Sim In telah menghembuskan napasnya yang terakhir dihadapanku. Kecuali kau ... Tan Ciu, tidak ada orang yang lebih dekat lagi,"
"Akupun tidak boleh ketinggalanmu."
Berkata Tan Ciu. Mereka telah berhasil melenyapkan kesalah pahaman. Kim Hong Hong kembali lagi ke tempat kursi rodanya, Ia bergumam.
"Kita berdua adalah orang-orang yang paling merana, dunia telah melakukan sesuatu yang tidak adil, kejam sekali.... Kita harus menerima siksaan ini "
"Suhu katakanlah kepadaku. Betulkah bahwa aku anak Tan Kiam Lam?"
Kesan Tan Ciu kepada Tan Kiam Lam itu buruk sekali. Kim Hong Hong menganggukkan kepala perlahan.
"Suhu ceritakanlah, bagaimanakah orang yang menjadi ayahku itu."
"Dia....
"
Putri Angin Tornado ragu ragu untuk menceritakannya. Haruskah kejadian ini diceritakan kepada sang murid, orang yang menjadi putra tunggal Tan Kiam Lam? "Suhu, ceritakanlah kepadaku."
Tan Ciu memohon lagi.
"Baiklah."
Akhirnya Kim Hong Hong mengambil keputusan.
"Hanya apa yang kuketahui sangat sedikit sekali."
"Ceritakanlah apa yang kau ketahui."
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong memandang keluar rimba, mengikuti bayangan bayangan awan yang saling seliwer itu, seolah olah mengembalikan kenangannya kemasa yang telah lampau.
"Cerita dimulai dari hubunganku dengan ayahmu."
Kim Hong Hong mulai bercerita.
"Aku dan ayahmu kawan yang sangat baik. Perk
Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan KL Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Lembah Nirmala -- Khu Lung