Pisau Kekasih 8
Pisau Kekasih Karya Gu Long Bagian 8
sisi kedua anak muda itu. Leng-ji yang sudah lolos dari kematian, karena terlalu senang dia meneteskan air mata dan berkaca.
"Lo-cianpwee sepertinya terkena racun juga, mengapa tidak minum obat penawarnya?"
Put-pian-yan-gwa menarik nafas panjang.
"Aku tidak terkena racun, tapi keadanku sama seperti terkena racun!"
Kedua anak muda itu tidak mengerti maksud-nya. Dengan nada berat dia berkata.
"Awalnya aku berencana tidak baik, aku berjalan di jalan sesat, untung aku sadar dan bisa berputar arah, antara hidup dan mati kalian telah memutar bencana menjadi kemujuran, sayangilah nyawa kalian, jangan mudah dilepaskan..."
Setelah itu dia menghilang di dalam kegelapan.
OodwoO BAB II Kedua anak muda itu lama...
tidak bergerak juga tidak bersuara.
Nyawa yang tadi telah terbang ditarik kembali, perjalanan hidup mereka begitu berliku-liku dan berbahaya.
Kejahatan dan kebaikan umat manusia perbedaannya begitu tipis.
Sekarang mereka baru mengerti mengapa Put-pian-yan- gwa berkeringat terus! Sebab tadi Put-pian-yan-gwa telah berbaik hati, dia menarik kembali mereka dari pintu kematian! Dengan pelan Leng-ji duduk kembali.
"Siau-loo, bagaimana perasaanmu?"
"Sedang dalam pemulihan!"
"Kalau kita tidak mengatakan Seng Kong-kong bersekongkol dengan putri Kao Tong, apa yang akan terjadi?"
Tiba-tiba Loo Cong menarik nafas panjang.
"Mengapa menarik nafas? Bila sekarang tidak mati, kelak nasib kita akan mujur, ini adalah pepatah yang sangat baik,"
Kata Leng-ji.
"Kau tahu kalau dia sudah menolong nyawa kita, tapi bila dipikir lebih dalam lagi, aku merasa kita pun sudah menolongnya bukan?"
"Benar!"
"karena itu setelah dia berubah pikiran dia mengucurkan banyak keringat!"
"Orang seperti Put-pian-yan-gwa saja tidak bisa menahan diri, apa lagi orang biasa!"
"Leng-ji, bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Tidak ada masalah lagi, tapi kita butuh istirahat sebentar untuk memulihkan tenaga!"
Untung rumput di sini tumbuh tinggi, tinggi-nya ada 3-4 kaki, maka mereka bisa duduk beristirahat dan tidakmudah terlihat orang.
Mereka berada di tempat di mana mereka tidak tahu ada di mana.
Setelah lolos dari maut mereka benar-benar merasa terharu.
Dalam pelarian seperti ini walaupun Seng Kong-kong tidak bisa mengejar mereka, tapi entah sampai kapan mereka harus berlari.
Dan harus berlari ke manalagi? Untuk sementara mereka bisa hidup, walau berbahaya dan sulit tapi tidak bisa selamanya selalu hidup dalam pelarian.
Di bawah sinar lampu.
Loo Cong mengobati luka di tangan dan luka di punggung Leng-ji.
Luka Leng-ji hampir sembuh.
Tapi luka hatinya bukan semakin sembuh melainkan semakin berat.
"Leng-ji, coba ulangi lagi hafalanmu mengenai musim- musim bercocok tanam padi Leng-ji seperti sedang memikirkan sesuatu, dia terkejut dan menjawab.
"Sepertinya aku tidak hafal semuanya!"
"Cobalah, Leng-ji!"
"Siau-han, Ta-han, Li-chun, U-sui, Keng-ce..." (semua adalah musim-musim untuk bertani). Tiba-tiba Leng-ji bertanya.
"Apa artinya Keng-ce?"
"Keng-ce artinya membangunkan serangga yang sedang tidur di musim dingin!"
"Siau-loo!"
"Apa?"
"Apakah benar sebagian serangga sulit dibangunkan?"
Loo Cong menjawab asal-asalan.
"Itu karena dia serangga bodoh!"
Tiba-tiba Leng-ji tertawa. Sudah lama dia tidak tertawa seperti itu. Lama dia baru bertanya.
"Mengapa kau terus menatapku?"
Loo Cong menghentikan gerakan tangannya.
"Kau lihat apa?"
Loo Cong terdiam, sorot matanya mengandung arti. Loo Cong mulai mengobati luka Leng-ji lagi. Tiba-tiba Leng-ji menarik nafas. Loo Cong tahu mengapa Leng-ji sering menarik "Siau-loo, aku harus dihukum!"
Loo Cong terdiam.
"Siau-loo, apakah kau melihatku lagi?"
Betul Siau-loo memang sedang melihatnya. Melihat dengan termangu, tidak bicara, juga tidak bergerak.
"Demi diriku, kau keluar dari Eng-hong-pie-ya, demi diriku juga kau tidak mau kembali ke Eng-hong-pie-ya!' "Aku tidak tahu mengapa!"
Jantungnya berdebar semakin kencang. Suhu rubuhnya terus naik.
"Kau tidak tahu mengapa?"
Leng-ji masih telungkup di atas ranjang.
Dia seperti mengetahui sesuatu.
Di antara mereka bertiga semua tahu bagai-mana hubungan dan perasaan masing-masing, tidak bisa dihalangi juga tidak bisa ditutupi.
Bila risau hati perasaan lebih mudah muncul.
Sekarang mereka butuh dihibur.
Termasuk ada penghibur yang lengkap.
Mereka berdua terdiam.
Sebab sekarang mereka butuh ketenangan.
Yang satu adalah laki- laki sejati.
Yang satu adalah gadis berbudi pekerti baik.
Waktu itu tiba-tiba Leng-ji membalikkan tubuh.
Bagian atas tubuhnya telanjang.
Tiba-tiba Loo Cong seperti jatuh ke dalam api yang sedang berkobar.
Dia menatap Leng-ji, sorot matanya penuh dambaan yang tulus dan perasaan yang serius.
Inilah perasaan yang tersimpan lama di lubuk hatinya yang terdalam.
Mereka saling memandang.
Dari sorot mata masing-masing bisa didapatkan penjelasan dan saling pengertian yang tidak terucap-kan.
Pelan-pelan Loo Cong membungkukkan tubuh atasnya, ini adalah ciuman mesra antara laki-laki dan perempuan di waktu yang sangat tepat.
Mereka menunggu kesempatan ini mungkin sudah sangat lama.
Loo Cong dengan lugu berkata.
"Leng-ji... Leng-ji..."
Penantian yang panjang akhirnya berakhir juga.
Loo Cong memeluk.
Leng-ji pelan-pelan berbaring.
Malam sudah larut.
Gunung begitu hening.
Hanya air sungai yang terdengar mengalir dengan pelan dan mengeluarkan suara seperti sedang bertepuk tangan.
Tapi sekarang ini mereka merasakan langit dan bumi mengawasi mereka.
Mereka benar-benar merasakan seakan sudah memiliki semua yang ada di dunia ini.
Sinar lampu tempel meloncat-loncat.
Dua hati pun sedang meloncat-loncat.
Tidak ada yang berpura-pura menutupi rasa cinta.
Tidak ada dnta pun tidak bisa berpura-pura menjadi cinta.
Sekarang bukan mulut, gambar, atau pena yang bisa mengungkapkannya.
Tapi secara tiba-tiba mereka berpisah karenfc mereka tidak bisa dan tidak boleh melakukan ini.
Seng-yan-kong datang lagi menemui putri Kao Tong.
Wajah putri Kao Tong tampak berseri-seri.
Dia datang ke Tionggoan demi sebuah rencana besar itu.
Semua dijalankan sesuai dengan rencana dulu, waktu itu dia tidak terpikir ada hal lain.
Hanya saja setelah membuat perjanjian rahasia dengan Seng Kong-kong, dia malah tidak terburu-buru menjalankan rencananya.
Karena dia sudah tenggelam dalam pusaran cinta.
Cinta bisa membuat seseorang khawatir dan melupakan waktu.
Boleh dikatakan cinta adalah nafsu yang menuntun.
Kecuali pelacur, hubungan antara laki-laki dan perempuan harus ada cinta baru bisa ada nafsu.
Pelayan mengantarkan teh panas.
Dengan senang putri Kao Tong bertanya.
"Kong-kong, ada keperluan apa?"
"Bukan hal penting tapi juga bukan hal yang tidak penting!"
"Katakan, Kong-kong."
Seng-yan-kong berdiri dan berjalan sebentar.
Dia tahu hubungan putri Kao Tong dengan Wie Kai sedang panas-panasnya, sekarang ini bila dia menyiram air dingin kepada mereka, sangat tidak pantas.
Tapi keadaan sekarang sangat mendesak dia harus mengungkapkannya.
Tanya Seng-yan-kong.
"Apakah putri pernah terpikir kali ini dengan kembalinya Wie Kai apakah dia mempunyai suatu tujuan?"
"Tujuan apa?* "Mungkin diasudah tahu rencana kita?"
"Dari mana diabisa tahu?"
"Apakah putri lupa, Loo Cong yang menjadi pengkhianat pernah hidup dengan mereka, Loo Cong tahu rencana kita walaupun tidak semuanya!"
Putri Kao Tong tetap tidak bersuara.
"Apakah putri tidak percaya?"
"Mengapa aku harus percaya?"
Seng-yan-kong terpaku.
"Mengapa Putri tidak percaya?"
"Alasanku tidak percaya padamu ada dua. Pertama, walaupun dia tidak sejalan dengan kita tapi apakah hanya mengandalkan kekuatan sendiri bisa melakukan sesuatu? Kedua, dia kembali ke sini berarti dia punya perasaan cinta kepadaku, itulah alasan yang membuatnya kembali!"
"Kalau dia benar-benar menyukaimu, mengapa dari awal dia kabur?"
"Maksudmu, dia kabur dari Pie-ya?"
"Benar. ! Apakah putri tahu hubungan Wie Kai dengan Leng-ji?"
"Tahu sedikit"
"Putri hanya tahu sedikit saja, itu tidak cukup!"
"Berapa banyak baru disebut cukup?"
Putri terdengar tidak suka.
"Leng-ji berlatih menari di rumah La-ma, Wie Kai diam- diam sering mengawasinya, karena itulah mereka bisa saling mengenal sampai terjalin hubungan asmara.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"
Putri Kao Tong seperti tidak senang mendengarnya. Dalam perang cinta tidak ada yang mau meng-aku kalau dia adalah pecundang. Apa lagi sekarang putri Kao Tong sangat puas dengan gairah dan nafsu birahi Wie Kai. Putri Kao Tong berpikir.
"Di dunia ini aku tidak akan bisa mendapatkan laki-laki yang lebihbaik dari Wie Kai.' Lebih-lebih tidak ada seorang laki-laki pun seperti Wie Kai, yang begitu setia dan menunjukkan perhatian mesra kepadanya. Maka mendengar kata-kata Kong-kong tadi dia jadi tidak senang. Tapi Kong-kong lebih tua darinya, apa lagi kerja sama di antara dua belah pihak belum selesai, paling baik jangan membuat Kong-kong marah. Tiba-tiba putri Kao Tong tertawa. Bukan waktunya untuk tertawa, kalau bukan karena berbeda pendapat, itu tidak sopannya. Seng Kong-kong tahu tentang ini. Tiba-tiba Seng Kong-kong menarik nafas. Bukan waktunya untuk menarik nafas dia malah menarik nafas, akibatnya seperti bukan waktu-nya tertawa dia malah tertawa. Seng Kong-kong menarik nafas lagi. Sekarang semakin putri tertawa, Seng Kong-kong hanya bisa menarik nafas. Perubahan perasaan manusia sering menimbulkan dampak besar terhadap hubungan antara sesama manusia.
"Mengapa Kong-kong menghela nafas?"
Seng Kong-kong terdiam lama baru menjawab.
"Banyak orang seumur hidupnya menghabis-kan banyak waktu untuk melihat bayangannya sendiri, karena itu dia akan menghilang dalam bayangannya sendiri!"
Putri Kao Tong tidak segera menangkap arti perkataan Seng Kong-kong.
Putri Kao Tong sekarang tidak perlu mengerti seorang Seng Kong-kong.
Karena begitu berhasil rencana mereka, posisi-nya akan lebih tinggi dari Kong-kong.
Dia menganggap Kong-kong berpikiran sempit juga aneh, tidak mengerti hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Ini adalah sebuah pelajaran penting.
Yang tidak bisa Kong-kong mengerti adalah pelajaran ini, tapi dia sengaja mencampuri masalah ini.
Putri Kao Tong merasa dia adalah orang yang paling pintar dalam masalah ini.
Seng Kong-kong ingin menjadi muridnya pun tidak layak.
Maka dia tertawa lagi.
Menarik nafas dan tertawa pasti berhubungan erat.
Seng Kong-kong tahu mengapa putri tertawa terus.
Dia tahu kalau putri mengira dirinya adalah pemenang dalam perang cinta.
Perubahan pikiran manusia sulit ditebak, perang cinta hanyalah bagian kecil dari medan besar dalam kehidupan manusia.
Maka Seng Kong-kong tidak mengeluarkan suara.
"Mengapa Kong-kong tidak bicara lagi?"
"Rasanya aku bicara juga percuma!"
"Tidak, aku selalu menganggap Kong-kong seorang guru, teman, dan orang yang lebih tua!"
"Apakah benar?"
"Kita bekerja sama, tidak perlu ada rahasia, mengapa Kong-kong tidak percaya kepadaku?"
Sekarang Kong-kong baru tertawa.
Seng-yan-kong benar-benar khawatir.
Putri Kao Tong terlalu sayang dan percaya kepada Wie Kai.
Sekarang Kong-kong tidak lagi meremehkan kekuatan tiga anak muda itu.
Kalau tidak meremehkan mereka berarti dia harus berhati-hati menghadapi mereka.
"Silakan, katakan!"
Kata putri Kao Tong.
"Aku takut putri akan menyalahkanku karena terlalu mengada-ada dan mengeluarkan kata-kata yang tidak ada buktinya!"
"Kita sudah bekerja sama, maka semua masalah bisa kita ungkapkan!"
Kata putri Kao Tong.
"Kesombongan dan rasa rendah hati adalah hal sebaliknya. Kedua-duanya seperti sebuah pedang tajam. Kedua-duanya akan membuat orang terluka!"
Putri Kao Tong menutupi rasa tidak sukanya kepada Seng Kong-kong. Rasa tidak senangnya terpaksa disimpan di dalam hatinya.
"Maafkan atas kebodohan dan tidak setiaanku, putri!"
"Kong-kong tidak perlu sungkan, aku tahu Kong-kong benar-benar berbaik hati kepadaku!"
"Baik! Aku berharap putri lebih berhati-hati!"
"Aku tahu!"
"Lebih baik jangan tinggal dengan Wie Kai, bila rencana kita sudah berhasil, semua akan lancar-lancar saja!"
Wajah putri terlihat lagi tidak suka.
"Apakah Kong-kong tidak merasa sudah kelewat batas?"
"Putri belum mengerti tentangku.
"
"Ini adalah masalah pribadiku juga masalah rumah La- ma!"
Seng-yan-kong melihat putri, dia tertawa kecut dan menggelengkan kepala lalu berkata sendiri.
"Benar-benar di luar dugaanku. Laki-laki dan perempuan bila sudah jatuh cinta sulit melihat jelas semuanya!"
"Kong-kong jangan marah, aku adalah orang yang tahu batas!"
"Aku harap begitu! Aku pamit dulu!"
"Hati-hati, Kong-kong!"
"Apakah putri masih ada pesan?"
"Walaupun usiaku tidak setua Kong-kong, tapi aku bisa memberitahu Kong-kong!"
"Tentang apa?"
"Jangan melakukan perbuatan jika tidak yakin"
"Baik, putri benar-benar sangat baik, aku kagum kepada putri, aku pamit dulu!"
Setelah mengantar Seng-yan-kong keluar. Terlihat Wie Kai sudah berada di dalam kamar.
"Apakah kau mendengar semuanya?"
"Mendengar apa?"
Tanya Wie Kai.
"Apakah kau tidak mendengar pembicaraan antara aku dan Kong-kong?"
"Kalian sedang membicarakan apa?"
"Apakah kau tidak diam-diam mendengar semua percakapan kami?"
Wie Kai merentangkan tangannya lebar-lebar.
"Semua sudah kau berikan kepadaku, hanya ada semacam benda yang tidak kau berikan kepada-ku!"
"Apa?"
"Kau tidak percaya pada hatiku!"
"Bocah, kau benar-benar tidak punya hati nurani!"
"Apa maksudmu?"
"Seng-yan-kong selalu curiga kepadamu, kalau bukan karena aku selalu melindungimu, seperti kemarin ini, kau tertangkap di depan pintu ruang rahasia Seng Kong-kong, kalau bukan karena aku buru-buru melindungi dan mengaku akulah yang menyuruh mu menunggu di luar, mungkin kau sudah berada di atas panggung eksekusi!"
"Aku sangattahu jelas masalah ini, maka dari awal aku sudah memberikan hatiku kepadamu!"
"Apakah benar?"
"Apa? kau masih juga tidak percaya?"
"Kalau aku tidak percaya, aku tidak akan terus membantah Seng Kong-kong?"
"Kau membantahnya, apa yang kau katakan?"
"Dia curiga kepadamu!"
"Curiga tentang apa?"
"Tidak jujur dan tidak bisa dipercaya!"
"Oh Langit! Rupanya manusia tidak boleh berbuat kesalahan, sekali saja berbuat kesalahan akan terus diingat, padahal orang suci pun bisa berbuat salah!"
"Coba berikan contohnya!"
"Menurut Kong-hu-cu, '40 tahun tidak mudah ditipu', menurut Beng-cu,'40hati tidak bergerak', itu jelas-jelas memberitahu kita sebelum usia 40 tahun bila melihat emas hati manusia akan bergerak, melihat wanita secantik dirimu, tentu akan jatuh cinta juga." (Kong-hu-cu atau Beng-cu adalah orang bijak atau pelajar terkenal dari jaman Tiongkok kuno).
"Bocah, aku sulit berdebat denganmu, aku selalu kalah!"
Wie Kai membuka tangannya diam-diam ber-jalan keluar. Putri terkejut dan berteriak.
"Wie Kai, kau mau ke mana?"
"Ada apa?"
Wie Kai berhenti melangkah tapi dia tidak membalikkan tubuh.
"Apa yang terjadi padamu? Mengapa tiba-tiba marah?"
"Mengapa aku marah?"
"Apakah aku sudah berbuat kesalahan?"
"Walaupun kau sudah salah bicara atau marah, bahkan memukulku, aku tidak akan menyalahkanmu, aku masih ingat sewaktu aku baru kembali, di penjara kau menendangku, memukulku."
"Apa? Kau masih menaruh di hati semua perlakuanku itu?"
"Tidak, aku tidak menyalahkanmu, kalau kau tidak marah atau memukulku, aku malah merasa malu dan bertambah sedih!"
Putri Kao Tong terpaku, tapi segera dengan terharu menempelkan wajahnya ke wajah Wie Kai, lalu mengelus- elus wajah Wie Kai. Wie Kai terpaku.
"Bocah, sifatmu benar-benar keras!"
"Bila melukai orang jangan melukai hatinya, melukai pohon jangan melukai akarnya!"
Kata Wie Kai.
"Tadi kau ada di mana?"
"Putri, aku harus pergi dari sini!"
"Pergi? Pergi ke mana?"
"Meninggalkanmu!"
"Kau benar-benar tidak punya hati nurani, kau...kau..."
"Kalau aku tidak pergi dari sini, Seng-yan-kong akan terus mengganggumu!"
"Asal ada aku, kau takut apa?"
Dengan lembut putri Kao Tong bicara.
"Bukan seperti itu maksudku, kecurigaan Seng-yan-kong terlalu besar, aku takut suatu hari nanti kau akan lebih percaya padanya dibandingkan aku, waktu itu aku sudah tidak bisa membela diri lagi, aku akan mati!"
"Aku tidak mengijinkanmu mengatakan mati!"
Putri Kao Tong menutup mulut Wie Kai dengan jari-jarinya yang lembut.
"Kalau kau tadi mendengar pembicaraanku dengannya, kau tidak akan pergi!"
"Kalian tadi membicarakan apa?"
"Aku sudah membangkang kepadanya."
"Demi diriku?"
"Kalau bukan demi dirimu, lalu demi siapa?"
"Putri, kau benar-benar istri yang baik, apakah aku layak mendapatkan hal seperti itu?"
Mata genit putri Kao Tong benar-benar indah, dia meleleh dalam pangkuan Wie Kai.
"Bocah, kalau kau tidak layak, lalu siapa yang layak?"
Tiba-tiba Wie Kai mengendongnya.
Putri Kao Tong seperti seekor kucing jinak berada dalam pelukan Wie Kai.
Dia mencium putri Kao Tong dan menggendongnya masuk ke dalam kamar.
Malam.
Loo Cong sedang mengobati luka di punggung Leng-ji.
Luka pecut di punggung Leng-ji sebenarnya sudah hampir sembuh, tapi karena sudah beberapa hari tidak diobati, ditambah dengan udara panas, maka lukanya belum sembuh benar, apa lagi terkena goresan tombak Cian-siu.
"Hati-hati, setiap hari harus selalu diobati!"
"Luka di punggung sulit sembuh, bila tidur secara tidak sengaja akan tertindih!"
"Berusahalah tidur dengan posisi miring!"
"Bagaimana dengan kita?"
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa maksudmu dengan kalimat bagaimana dengan kita?"
Loo Cong menghentikan gerakan tangan nya dan bertanya.
"Apakah seumur hidup akan seperti ini?"
"Apa boleh buat, dari pada kepala kita melayang!"
Leng-ji menarik nafas dan tidak bersuara lagi.
"Kita ceritakan hal lain!"
"Cerita apapun tidak bersemangat!"
"Aku tahu, kau merindukan Siau-kai."
"Tidak... tidak."
Leng-ji dengan cepat membela diri.
"aku tidak merindukan dia, aku tidak akan menyiksa diriku lagi."
"Tapi kau selalu terlihat tidak gembira!"
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa, Siau-loo, aku tahu kau sangat baik kepadaku, memperhatikanku, semua ini melebihi perhatianmu kepada dirimu sendiri..."
Loo Cong terdiam, Leng-ji bertanya.
"Kau melihatku lagi?"
Loo Cong masih diam, Leng-ji membalikkan tubuh, mereka saling berpandangan.
Tiba-tiba Loo Cong memeluknya.
? Ini terjadi secara alamiah.
Tapi Leng-ji mendorongnya.
Sebenarnya Loo Cong adalah pasangan yang sangat ideal.
Mereka bersahabat, apa lagi dalam beberapa waktu ini dia selalu melindungi dan menyayanginya.
Semua terukir di hati Leng-ji tapi hatinya sudah milik Siau-kai.
Walaupun Siau-kai sudah mengkhianatinya dan membuat hatinya hancur.
Tapi saat sekarang dia tidak bisa menampung orang kedua.
Leng-ji tidak mungkin menampung orang kedua lagi.
Maka Leng-ji turun dari ranjang.
"Tidak, Siau-loo..."
Betul, tidak bisa, mereka tidak bisa melakukan ini.
Loo Cong mengaku mereka tidak bisa melaku-kan hal ini.
Kesadaran yang muncul di saat yang tepat adalah benar.
Di waktu yang tepat saat api sudah padam, hal yang akan membuat orang merasa menyesal seumur hidup sudah terhindar.
Walaupun Siau-kai sudah mengkhianati dan membuat Leng-ji terbuka, tapi mereka tetap tidak bisa melewati batas ini.
"Leng-ji... maaf... maafkan... aku!"
Mereka sangat tegas dan tangguh.
Nafsu tidak bisa mengalahkan mereka.
Mereka berlari keluar.
Ada yang di depan ada yang di belakang.
Hanya ada lampu kecil dengan api yang masih terus berloncatan.
Api nafsu adalah api bintang.
Api ini bisa meluas juga bisa membakar apa yang ada di dunia ini.
Dengan baju tidak rapi, Leng-ji berlari keluar dari rumah itu.
Dia berlari dengan cepat seperti orang gila.
Hanya berlari baru bisa menghentikan api nafsu.
Mematikan nafsu bukan hal yang gampang.
Api nafsu mereka tidak di depan lawan jenis mana pun akan muncul.
...
Hanya Leng-ji yang ada di depan Loo Cong maka hal ini bisa terjadi.
...
Hanya Loo Cong yang berada di sisi Leng-ji maka bisa begitu.
Mereka saling merasa berhutang budi juga saling memikat.
Perasaan ini ada di hati mereka yang kecil, memang sulit menahan perasaan yang diketuk-ketuk.
Loo Cong pun merasa seperti itu.
Sudah lama mereka bersama-sama melewati pagi dan malam, walaupun mereka berusaha menahan diri dan berusaha tidak membuat semangat lawan berkobar, tapi perasaan ini sulit dimengerti.
Dia akan mengganggu, di waktu kau tidak merasakannya.
Dia akan membuatmu kalang kabut.
Dia juga akan membuatmu merasa malu dan menyesal.
Loo Cong mengejar dari belakang.
"Leng-ji... Leng-ji..."
Leng-ji berlari dengan cepat sambil melafalkan musim- musim untuk bertani.
"Li-chun, Siau-yu."
Loo Cong di belakang juga melafalkan.
"Siau-cu... Ta- cu..."
Mereka benar-benar seperti berada dalam pusaran udara panas.
Keringat membasahi baju, wajah memarah nafas pun ngos-ngosan.
Tapi mereka sangat beruntung.
Mereka tidak melakukan kesalahan.
Tidak semua pasangan pemuda pemudi bisa melakukan hal ini.
-ooo0dw0ooo- BAB III Air terjun itu tidak begitu besar.
Tingginya sekitar 10 tombak.
Ada mata air yang mengalir dari atas gunung.
Ada sebuah kolam kecil, airnya terus ber-ceceran saat air terjun turun.
Di sekeliling sana banyak batu yang ditumbuhi lumut.
Air kolam sangat bening.
Mereka berdua tertawa di dalam kolam.
Mereka berdua mengerti arti tawa ini.
Setelah bisa lolos dari bahaya mereka merasa beruntung maka cara terbaik mengungkapkannya adalah dengan tertawa.
"Leng-ji, aku yang salah!"
"Tidak, jangan salahkan siapa pun!"
"Untung kepalamu lebih dingin dan kau lebih punya akal sehat!"
"Kau lebih dingin dan lebih punya akal sehat,"
Sambung Leng-ji. Loo Cong yang berada di kolam mencuci kepala dan mukanya. Air kolam yang dingin menyiram api nafsu itu hingga padam.
"Kepalaku lebih dingin dan lebih sehat dari siapapun"
"Kau bisa ramah dan tenang, lebih gampang menolak!"
"Hal seperti apa yang sulit ditolak?"
"Perasaan yang bisa meleburkan besi!"
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
Tapi...
suara tawa mereka tiba-tiba berhenti.
Mereka seperti tahu akan terjadi sesuatu.
Karena itu mereka saling berpelukan di dalam kolam.
Mungkin inilah pelukan mereka yang terakhir.
Mereka bertekad menjaga rasa persahabatan yang suci.
Ini adalah hal yang membanggakan mereka.
Sekarang dengan saling memeluk bukan hal yang keterlaluan.
Karena bahaya mulai mendekat.
Mereka mendengar ada suara.
Mereka mencium ada bau darah.
"Mereka lagi!"
Kata leng-ji dengan dingin. Dengan serius Loo Cong berkata.
"Tidak ada yang lain!"
Mereka melihat ke atas air terjun, bayangan orang sangat banyak.
Seng Kong-kong paling depan, masih ada Mo Ki-thian dan banyak La-ma, mereka sudah mengelilingi Leng-ji dan Loo Cong.
Dalam keadaan seperti itu walaupun mereka mempunyai semangat tinggi, tapi dalam hati mereka sadar kalau malan ini mereka akan habis.
Apa lagi mereka tidak membawa senjata.
Hari seperti ini pasti akan datang.
Mereka sadar apa yang tersimpan di dalam hati tidak akan bisa diungkapkan.
Mereka memisahkan diri dari pelukan.
Walaupun begitu mereka tidak akan tunduk.
"Leng-ji, Loo Cong, Seng Kong-kong datang menjemput kalian untuk mati!"
Teriak Mo Ki-thian.
"Terima kasih, Kong-kong!"
Kata Loo Cong.
"Loo Cong!"
Teriak Seng Kong-kong.
"Siap, Kong-kong!"
"Apa aku tidak baik kepadamu?"
"Baik!"
"Kalau aku baik padamu, mengapa kau mengkhianatiku?"
"Yang kumaksud dengan kebaikan Kong-kong diartikan lain!"
"Diartikan apa?"
"Apakah Kong-kong pernah menganggap kami manusia?"
Seng-yan-kong marah.
"Apa salahku kepada kalian?"
"Demi rencana busukmu, kau mengumpulkan uang di sana sini, merebut harta orang lain, juga menggunakan ilmu sihir menyuruh kami melakukan hal yang merugikan..."
Mo Ki-thian membentak.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Berani sekali kau..."
Dia turun dari atas air terjun menjatuhkan diri ke tengah-tengah air kolam.
Dia ingin membuat jasa besar di depan Kong-kong.
Dia mengira lawan tidak bersenjata sedangkan dia memegang senjata.
Apa lagi kalau dia kalah, pasukan yang sangat banyak akan datang dan bisa segera ke sana.
Leng-ji dan Loo Cong sudah tidak bisa mundur.
Mereka sudah tidak segan-segan lagi.
Baru saja Mo Ki-thian turun Loo Cong segera menyerang.
Mo Ki-thian menyapu dengan pedang baru turun.
Loo Cong menendang ke atas.
Mo Ki-thian terpelanting beberapa meter.
Belum sempat turun tapi sudah memuntahkan darah.
Dua La-ma ikut turun.
La-ma ini mengira ilmu ketiga anak muda yang mereka pelajari dari La-ma bisa gampang mereka tangani.
Tapi mereka tidak tahu kalau ke tiga orang itu sewaktu masuk Eng-hong-pie-ya sudah menguasai ilmu silat dari aliran lain.
Apa lagi Wie Kai, diam-diam sering mengajar-kan mereka.
Karena Wie Kai adalah salah satu keturunan 'Bu-lim-to- pit' (Golok dan pena dunia persilatan), dia mempunyai dasar ilmu silat yang sangat kuat.
Dua La-ma masing-masing bertarung dengan Leng-ji dan Loo Cong.
Loo Cong sengaja memaksa La-ma masuk ke dalam air yang dalam.
Leng-ji memancing La-ma yang lain keluar dari kolam.
Karena dia tidak bisa berenang.
Loo Cong menggunakan keahliannya menyerang kekurangan musuh.
La-ma itu tidak bisa berenang.
Dengan air sebatas pinggang, bagi yang tidak bisa berenang merupakan kerugian besar.
Loo Cong memukulnya sampai pingsan.
Leng-ji dan La-ma yang ada di luar kolam masih bertarung, sampai sekarang belum tahu siapa yang kalah atau menang.
Loo Cong bertarung dengan dua La-ma lagi.
Dua La-ma itu sepertinya mengerti tentang teknik berenang.
Mereka berani keluar untuk bertarung dengan Loo Cong.
La-ma yang datang ke Tionggoan selalu menganggap ilmu silat mereka paling lihai.
Mereka menganggap remeh ilmu silat Tionggoan.
Tapi sekarang mereka telah kehilangan beberapa La-ma berilmu tinggi, maka mereka tidak ragu-ragu lagi membunuh.
Dua La-ma yang agak mengerti tentang teknik berenang memandang enteng Loo Cong.
Ketika Loo Cong memancing mereka masuk ke air yang lebih dalam, tanpa sadar mereka masuk ke tempat itu.
Begitu sampai di air yang dalam, Loo Cong tiba-tiba menghilang.
Sewaktu dua La-ma sedang mencari-carinya, salah satu La-ma tiba-tiba berteriak aneh kemudian dia tenggelam ke dalam air.
Sedangkan yang satu lagi merasakan ada hal yang aneh, terpaksa dia turun kedalam air.
Karena Seng Koiig-kong dan La-ma lain berada di atas gunung, mereka bisa melihat pertarungannya.
Begitu masuk ke dalam air La-ma segera di-totok oleh Loo Cong.
Saat dia akan memberontak sebelah tangan Loo Cong masuk ke dalam pautnya.
Mayat La-ma tadi sudah terapung.
Leng-ji berhasil memukul jatuh seorang La-ma, tapi nafasnya terengah-engah.
Kekhawatiran bisa membuatnya terluka.
Setiap hari dia selalu sedih dan merasa khawatir, jarang berlatih ilmu silat yang pasti kemam-puan ilmu silatnya menurun.
Paling sedikit kekuatan tubuhnya menurun.
Seorang La-ma ingin turun tapi Seng-yan-kong menghadangnya.
Bila ada yang ingin bertarung, dia mempunyai orang yang berani berebut bertarung.
Di atas gunung atau di bawah gunung tidak ada suara.
Ilmu silat Seng-yan-kong sangat tinggi, tidak ada yang meragukannya.
Tapi tidak ada yang pernah melihat dia pernah bertarung dengan seseorang.
Dulu ketiga anak muda itu berlatih silat dan Seng-yan- kong yang mengajar mereka, tapi itu bukan benar-benar melawan musuh.
Sekarang semua orang bisa melihat ilmu silat Seng-yan- kong.
Mo Ki-thian terluka berat, dia tidak sanggup mengatur anak buahnya lagi.
Dia dibawa oleh anak buahnya keluar dari kolam itu.
Mayat-mayat La-ma yang terapung di kolam sudah dipindahkan oleh La-ma lain.
Setelah membunuh beberapa orang Loo Cong terluka.
"Loo Cong, Leng-ji."
Teriak Seng-yan-kong.
"Siap!"
Sahut Loo Cong. Tapi Leng-ji tidak mengeluarkan suara.
"Kalian berdua sama sekali tidak menyesal!"
"Tidak melakukan kesalahan mengapa harus merasa menyesal?"
Tubuh Seng-yan-kong sedikit bergetar.
"Loo Cong!"
"Kong-kong tidak perlu banyak bicara?"
"Apa kesalahan Kong-kong kepadamu? Sebutkan!"
"Kong-kong bisa bertanya kepada diri sendiri, merebut harta orang, membunuh keturunannya, apa-kah itu perilaku seorang laki-laki sejati?"
Dengan penuh kemarahan Seng-yan-kong berkata.
"Bila mau sukses cara yang dia gunakan adalah mengumpulkan uang!"
"Apa maksud perkataan Kong-kong?"
Tanya Loo Cong.
"Kalau yang dibunuh adalah keturunan Kong-kong, harta yang direbut adalah harta Kong-kong, bagaimana perasaanmu? Anak perempuan LimPut-hoan mati karena golokmu, apa salah mereka?"
Tubuh Seng-yan-kong bergetar oleh tiupan angin malam. Loo Cong dengan nada getir berkata lagi.
"Masih ada lagi, apa yang sedang di kerjakan Kong-kong dan Kao Tong? Apakah bisa menutupi mata orang lain? Kong-kong, kalau Loo Cong mati tidak apa-apa, tapi aku harus menasehati Kong-kong, kedudukan tidak perlu tinggi-tinggi, malah akan berbahaya, melakukan sesuatu jangan terlalu kejam, kalau tidak akan jatuh!"
Dengan dingin Seng Kong-kong berkata.
"Loo Cong, aku benar-benar mengagumi keberanianmu!"
"Keadilan ada di depan, mati atau hidup tidak perlu ditakuti."
Tiba-tiba Seng Kong-kong mengeluarkan raungan besar.
Terlihat dia sangat marah.
Sebab tidak ada orang yang pernah berkata seperti ini.
Sekarang orang yang bicara adalah terpidana yang sedang menunggu hukuman mati.
Tiba-tiba dia tertawa aneh! Tawanya belum selesai, dia sudah turun dari atas dengan jurus 'Han-tong-ho-to'! (Di kolam dingin bangau menyeberang).
Dari gunung begitu tinggi dia meloncat turun, semua butuh tenaga pinggang ekstra kuat.
Tapi Seng-yan-kong adalah Seng-yan-kong.
Dia berlari di atas air seperti sedang bermain es skating, tiga langkah meluncur dia sudah berdiri di atas batu.
Sepatunya sama sekali tidak basah.
Loo Cong dan Leng-ji benar-benar terkejut.
Tapi apa boleh buat mereka sudah mencapai tahap ini, merasa takut pun sudah tidak ada gunanya lagi, mereka segera siap siaga.
Seng-yan-kong berharap mereka menyerahkan diri.
Paling sedikit bisa memberikan muka kepada-nya.
Terlihat mereka berdua akan bertarung mati-matian.
"Baik! Kalian berdua bertarunglah denganku!"
Dengan dingin Seng-yan-kong berkata.
"murid yang kuajar malah balik mencakarku! Ha ha ha!.
"
Dia tertawa terbahak-bahak.
"Berikan golokku kepadanya!"
Loo Cong memegang golok Seng Kong-kong.
Dulu dia sering memegang golok ini untuk berlatih silat.
Hari ini dengan golok Seng Kong-kong dia akan menyerang Seng Kong-kong.
Leng-ji memungut sebuah pisau belati.
Dalam pikirannya walaupun hanya sebuah pisau belati, ini lebih baik dari pada tangan kosong.
Kalau mereka berdua bisa mengalahkan Seng-yan-kong dalam 1-2 jurus, itu sudah sangat beruntung.
Paling sedikit Seng Kong-kong tidak akan segera membunuh mereka.
Lawan terlalu kuat.
Walaupun mereka akan bertarung mati-matian tapi mereka tetap tahu semua ini harus mengandalkan nasib mujur! "Kalian berani bertarung denganku, benar-benar membuatku ingin melihat kalian dari sisi yang lain.
Kalau kalian berdua bisa menerima 20 jurus dan tidak kalah, aku tidak akan membunuh kalian sekarang dan, setelah kalian menyesali perbuatan kalian aku akan memberikan kesempatan kepada kalian untuk menebus kesalahan!"
"Terima kasih!"
Kata Loo Cong.
"Mulailah!"
Kata Seng Kong-kong.
Loo Cong dan Leng-ji saling berpandangan.
Mereka tidak perlu bersuara sudah mengerti apa keinginan lawan.
Loo Cong menyerang dulu.
Ini adalah jurus golok yang penuh dengan perubahan.
Jurus golok ini adalah gabungan jurus golok Seng Kong- kong juga jurus golok Wie Kai, dan jurus yang diteliti oleh Loo Cong sendiri! Boleh dikatakan jurus golok ini adalah inti sari jurus goloknya.
Dia menyerang Seng Kong-kong dengan jurus ini supaya Seng Kong-kong memperhatikannya dan Leng-ji bisa menyerangnya dari belakang.
Leng-ji sudah melihatnya pada saat yang tepat dia menyerang dengan pisau belati.
Jurus pisau belati ini dianggap Leng-ji sebagai jurus yang paling membuatnya merasa puas.
Setiap pesilat pasti mempunyai jurus yang dianggapnya paling dibanggakan.
Bila seseorang telah menyukai sesuatu, dia akan bertambah perhatian pada hal itu.
Maka saat mereka mengeluarkan jurus pertama keluarlah jurus yang dahsyat.
Seng Kong-kong sangat percaya diri.
Kalau tidak dia tidak akan meminjamkan senjatanya kepada Loo Cong.
Tadinya golok itu digantung di rumah mereka, Seng Kong-kong ke rumah mencari mereka dia mengambil golok itu.
Setelah Seng Kong-kong menerima jurus mereka, hatinya bergetar.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ini alasanya mengapa mereka dikejar oleh kekuatan besar selama pelarian tapi mereka tetap bisa membunuh musuh yang kuat dan bisa lolos.
Sampai-sampai Yu Tai-jin pun tidak terkecuali.
Ini bukan suatu kebetulan.
Seng Kong-kong tidak menyangka mereka bisa sekuat itu, dia dipaksa mundur oleh kedua anak muda itu.
Tiba-tiba Seng Kong-kong tertawa terbahak-bahak.
Sebagai seorang Seng Kong-kong? Tentu saja dia sudah melihat jurus golok Loo Cong tadi merupakan gabungan dari kelebihan beberapa aliran golok di gunia persilatan.
Jurus Leng-ji tadi juga mengandung banyak darah dan keringat, sudah menghabiskan banyak pemikiran baru terangkai menjadi jurus ini.
Yang dikatakan jurus andalan adalah jurus-jurus di mana orang lain belum terpikirkan, berlatih ilmu silat yang orang lain belum pernah berlatih, dengan ilmu yang tinggi menyerang kekurangan musuh.
Semua orang merasa terkejut.
Apa lagi Mo Ki-thian, dia lebih-lebih merasa malu.
Walaupun Seng Kong-kong meminjamkan golok itu kepadanya dan dia berlatih 10 tahun lagi, tapi dia tetap tidak akan mungkin bisa menghasilkan jurus seperti mereka! Seng Kong-kong mulai menerima jurus kedua dan ketiga, tiba-tiba dia berteriak.
"Bagus!"
Mengapa dia berseru bagus! Karena jurus yang bisa memaksanya mundur merupakan kemuliaan baginya.
Siapa yang tahu dalam serangan Loo Cong terkandung ilmu orang lain? Apa lagi dengan tangan kosong dia menyambut serangan 2 anak muda itu, bila dipaksa mundur itu bukan masalah besar! Bukankah ini adalah contoh baik bagi seorang yang terkenal? Tiba-tiba rasa percaya diri Leng-ji muncul kembali..Dia belajar lebih banyak dari Siau-kai dan banyak mengikuti petunjuk Siau-kai.
Hanya sayang tenaganya tidak sekuat Loo Cong, apa lagi senjatanya pendek, maka ilmu yang dia pelajari dari Siau- kai tidak bisa keluar secara maksimal.
Mereka bergabung dengan kompak dan serangan mereka ganas.
Walaupun Seng Kong-kong adalah pesilat tangguh, tapi setelah 5-7 jurus dia masih belum bisa menangkap mereka.
Walau sudah berumur, Seng Kong-kong punya ilmu meringankan tubuh yang tidak kalah dari anak muda, dia bisa bergerak cepat.
Dalam 20 jurus dengan tangan kosong dia harus mengalahkan mereka berdua.
Sayangnya ilmu andalan kedua anak muda itu tidak banyak.
Jurus yang mereka kuasai hanya 5-7 jurus.
Jurus-jurus yang membuat mereka merasa percaya diri sudah habis digunakan, sedangkan pertarungan baru 12-13 jurus, sekarang mereka mulai merasa tertekan.
Mereka bertiga bertarung dalam kolam.
Air setinggi pinggang, bagi Leng-ji itu sangat merugikannya.
Tapi Loo Cong bisa berenang, Kong-kong pun demikian.
Tiba-tiba Seng-yan-kong membentak, telapak tangannya menyapu.
Pisau belati Leng-ji jatuh ke dalam air.
Loo Cong menyerang, dia ingin menolong Leng-ji yang berada dalam bahaya.
Tapi Seng-yan-kong mulai mengeluarkan jurus-jurus yang belum pernah dia keluarkan.
Hanya sekelebat dia sudah berhasil mencengkeram pergelangan tangan Leng-ji.
Rasa kecewa dan sedih, dirasakan oleh kedua anak muda itu.
Loo Cong hanya terlambat sedikit.
Sebab di dalam air gerakannya lebih lambat dibandingkan di luar air.
Seng Kong-kong meraung.
Dia mengangkat tubuh Leng-ji.
Loo Cong tidak berani menyerang, dia takut goloknya akan membuat Leng-ji terluka.
Seng-yan-kong mengangkat dan menceburkan Leng-ji kedalam air.
Satu kali...
dua kali...
tiga kali...
"Aku tidak takut, biarkan aku mati!"
Teriak Leng-ji.
Sekali lagi dia memperlihatkan kegagahan dan sifatnya yang keras seperti saat di depan pisau pemenggal.
Hati Seng-yan-kong diam-diam memuji.
Tapi api kemarahan sudah memenuhi dadanya, dia sudah tidak bisa menghentikannya.
Terlihat tubuh Leng-ji terus dibanting ke dalam air.
Membuat air kolam yang dalamnya 4 kaki lebih karena kekuatannya menjadikan tiang air tinggi hingga bisa melihat dasar kolam.
Bisa di bayangkan tenaganya sekuat apa.
Leng-ji sudah jatuh pingsan.
Walaupun Mo Ki-thian sudah terluka berat dia masih sempat berpesan kepada anak buahnya untuk membawa Leng-ji keluar air dan mengikatnya dengan tali.
"Loo Cong, apakah kau masih ingin bertarung lagi?"
"Hanya mengikuti keinginan hati saja!"
"Aku mengira kau adalah orang jujur dan lugu, berbeda dengan Wie Kai!"
"Aku merasa aku masih seperti ini!"
"Kalau kau menyerah dan mengaku bersalah, aku akan berpikir-pikir lagi!"
"Anda tidak perlu dipikir-pikir lagi!"
Kata Loo Cong dengan serius.
"Apa maksudmu?"
Semua orang akan mengira Seng Kong-kong begitu baik masih berniat menasehati, seharusnya Loo Cong berterima kasihkepadanya.
Tapi Seng Kong-kong mempunyai pemikiran sendiri.
Rencana besar akan dimulai, maka orang yang berbakat sulit didapatkan.
Seperti Wie Kai, Loo Cong, dan Leng-ji, mereka anak muda yang berbakat dan penuh gairah hidup, jarang ada di dunia ini.
Asal mereka mau bertekuk lutut kepadanya, dia akan menjadi seperti harimau tumbuh sayap.
Maka Seng-yan-kong berusaha menahan diri dan memperlihatkan kebesaran jiwanya.
Tapi Loo Cong dan Wie Kai berbeda prinsip menjadi orang.
Cara mereka satu adalah satu, dua adalah dua.
Dia tidak akan berubah menjadi satu ditambah satu menjadi dua, dua dikurangsatu adalah satu.
Mereka mempunyai pola pikir sendiri.
"Kalau kau benar-benar bisa memaafkan kami, itu adalah kesedihan kami!"
"Apa maksudmu?"
"Sangat sederhana, karena kami tidak pantas dimaafkan!"
"Aku menganggap kalian pantas, itu sudah cukup!"
"Kami tidak akan menjadi alat membantumu memberontak!"
Seng-yan-kong mulai merasa kecewa.
Dia diam dan bersiap-siap menyerang Loo Cong.
Loo Cong tahu hidup atau matinya sudah berada di depan mata.
Menyerang dengan jurus lain dia merasa tidak yakin.
Dia mulai menggunakan jurus-jurus ke-2 dan ke-3.
Karena dia menganggap beberapa jurus ini adalah inti sari jurus dari ilmu silatnya.
Seng-yan-kong menghindar.
Kemudian terlihat kedua tangan Seng-yan-kong seperti kilat dan berkelebat.
Loo Cong berteriak terkejut.
Golok aneh tahu-tahu sudah berada di tangan Seng-yan- kong.
Di sekeliling sana terdengar seruan dan suara tepuk tangan.
Semua orang yang ikut datang, dari pihak Seng Kong- kong atau dari La-ma dari rumah La-ma adalah pesilat tangguh terpilih.
Mereka benar-benar pesilat tangguh.
Mereka melihat dari sisi dan orang luar.
Tapi mereka tidak melihat jelas dengan cara apa Seng Kong-kong bisa merebut golok itu! Loo Cong tidak menyukai cara Seng Kong-kong memperlakukannya.
Walaupun hati tulusnya mengagumi ilmu silat Seng-yan- kong.
Jaman sekarang ini sulit ada pesilat yang lebih tinggi ilmunya dari Shen Kong-kong.
"Loo Cong!"
Teriak Seng-yan-kong.
"Ada!"
Jawab Loo Cong.
"Maju selangkah, kau akan hancur, mundur selangkah terbentang dunia yang indah!"
Kata Seng-yan-kong dengan dingin.
"Maju selangkah adalah kebajikan, mundur selangkah melihat kehidupan gelap yang sudah berlalu 25 tahun, membuat nenek moyang merasa malu!"
Rambut Seng-yan-kong yang putih berkibar-kibar, walau tidak ada angin.
Semua ini membuat hati dan tubuhnya bergetar, kedua tangannya mengepal, keluarlah suara keras.
Tidak ada orang yang pernah membuatnya menahan diri dan terus mundur.
Dia benar-benar sangat menyukai anak-anak muda ini.
Seperti Wie Kai, karena perasaan sayang kepada orang berbakat maka berkali-kali dia mundur.
Menutup sebelah mata dan membuka sebelah mata, dia menaruh Wie Kai di sisi putri Kao Tong.
Bila dia ingin membunuh Wie Kai, tidak bisa secara terang-terangan melakukannya.
Diam-diam dia akan menyingkirkan Wie Kai seperti membalikkan telapak tangan.
Seng-yan-kong menarik nafas panjang.
Suaranya sedikit bergetar.
Semua orang mengira kalau kesabaran Seng-yan- kong sudah kelewat batas dan abnormal Tidak ada orang yang mengerti mengapa dia bisa seperti itu! "Loo Cong, Kong-kong sudah tua.
"
Nadanya penuh kesedihan.
Loo Cong sama sekali tidak terpengaruh.
Hanya saja Loo Cong adalah orang yang berprinsip.
Kong-kong terus mundur dan tidak melukai-nya, dia ingin memperalat Loo Cong, selain itu Seng Kong-kong tidak tega menghancurkan orang berbakat yang dilatihnya sendiri! Semua ini membuat semua orang terharu.
Kalau Loo Cong terpengaruh, dia akan di-peralat, dia akan bersekongkol menjual negaranya kepada bangsa lain dan tenggelam dalam rencanabusuk itu! Dengan serius Loo Cong berkata.
"Kong-kong tidak memikirkan kesalahanku dan bermaksud memaafkan aku, aku merasa terharu, tapi sayang aku tidak bisa diperalat lagi oleh Kong-kong, hingga negara kita hancur.
"
Seng-yan-kong melotot marah. Kesabarannya sudah sampai di batas akhir. Loo Cong menatap langit dan berkata.
"Kita berhenti melakukan hal tidak baik bila sudah sadar! Kalau Kong-kong bisa berhenti menerus-kan rencana ini, seumur hidup Loo Cong akan meng abdi kepada Kong- kong!"
"Kau tidak pantas bicara seperti itu, kau tidak pantas menguliahi aku..."
Bentak Seng Kong-kong, matanya menjadi merah.
Sekali lagi dia menyerang.
Dia melempar golok aneh itu.
Golok tampak berkilauan, kilauannya melesat terus ke arah tembok batu, golok menancap ke dalam batu sedalam 5-6 inchi.
Lemparan golok benar-benar membuat orang terkejut.
Seng-yan-kong sekali lagi menyerang dengan tangan kosong, dia tidak butuh golok untuk menundukan Loo Cong.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rasa percaya diri Loo Cong semakin hancur.
3 jurus belum sampai pergelangannya sudah dicengkram oleh Seng-yan-kong.
Dia mengangkat tubuh Loo Cong.
Dan membantingnya ke dalam air.
Leng-ji berteriak, kebetulan dia sudah sadar.
Loo Cong dan Leng-ji bernasib sama.
Air kolam sedalam 5 kaki karena tubuh Loo Cong dibanting ke dalam air membuat air menjadi tiang setinggi beberapa depa.
Terlihat batu yang ada di dasar kolam.
Loo Cong diikat dan dilempar ke sisi kolam.
Mo Ki-thian tidak lupa memuji dan menjilat.
"Ilmu silat Kong-kong sangat tinggi, di dunia persilatan tiada duanya, kalau dari dulu Kong-kong sendiri yang menaklukkan mereka para pengkhianat ini sudah tertangkap sejak lama!"
Semua orang setuju.
"Hati pengkhianat-pengkhianat ini keras seperti besi, terhadap budi Kong-kong yang besar seperti gunung, mereka membalasnya dengan cara seperti ini, hhhhhh!..."
Keluh Mo Ki-thian. Ada juga yang mengikutinya menarik nafas. Kata Mo Ki-thian lagi.
"Mereka sudah gila dan tidak ada obat yang bisa menolong mereka, lebih baik sekarang Kong-kong bunuh mereka,"
Usul Mo Ki-thian. Tiba-tiba ada yang ikut memberi komentar.
"Pengawas Mo benar, orang-orang ini banyak akal dan licik, dari pada kabur lagi dan harus bersusah payah baru bisa ditangkap lagi, lebih baik bunuh mereka di sini!"
Seng-yan-kong terdiam.
"Harap Kong-kong segera mengambil keputusan!"
Mo Ki-thian mendesak. Tiba-tiba Seng-yan-kong bertanya.
"Ki-thian, apakah alat-alat siksa di Eng-hong-pie-ya hanya dipindahkan sementara dan belum dihancurkan?"
"Terhadap pengkhianat-pengkhianat ini tidak perlu menggunakan alat siksa, harap Kong-kong ber-pikir dengan matang!"
Seng-yan-kong berpikir sebentar. Tiba-tiba dia melayangkan tangan.
"Kembali ke markas!"
Hanya dua kata ini sudah cukup.
Kong-kong sudah mengambil keputusan membawa mereka kembali ke markas.
Seng-yan-kong seperti bersikukuh ingin mereka mati dengan cara dipenggal dan ingin melihat kepala mereka terguling masuk ke dalam keranjang.
Mo Ki-thian melayangkan tangan, dia memerintahkan orang membawa jalan.
Dia sendiri butuh digotong baru bisa berjalan.
Eng-hong-pie-ya berdiri dalam tiupan angin malam.
Eng-hong-pie-ya bagian belakang mengarah gunung dan depan menghadap air, pemandangannya sangat indah.
Dia masih tetap seperti dulu tidak ada yang berbeda.
Kalau ingin mengatakan ada beberapa yang berbeda adalah lampu malam ini bersinar lebih terang dan lebih berkilau.
Sudah lama tempat itu tidak menyalakan lampu begitu banyak! Seperti ada pesta besar atau akan tahun baru.
Malam ini.
Sepertinya malam ini lebih penting dari pesta besar dan hari imlek.
Waktu itu dari Pie-ya tiba-tiba terdengar suara orang berteriak memilukan! Suara ini membangunkan malam yang sepi.
Seng-yan-kong duduk di kursinya.
Di kamar sepi tidak ada suara.
Mo Ki-thian diam berdiri di sisi, dia melihat keluar kamar.
Di luar terdengar suara orang berjalan.
Wie Kai muncul di depan pintu, sorot matanya yang lincah melihat ke dalam kamar.
"Kong-kong memanggil Wie Kai, ada apa?"
Tanya Wie Kai.
"Masuklah!"
"Baik!..."
Wie Kai masuk dengan wajar dan lugas.
Dia melihat Mo Ki-thian.
Tampak dengan melihat dia sebentar Wie Kai bisa menebak maksud Kong-kong menyuruhnya datang, apakah ada hal baik atau hal buruk.
Apakah hal buruk itu membuat Mo Ki-thian senang, bisa terlihat dari luar.
Betul saja, terlihat kegembiraan Mo Ki-thian yang tidak bisa ditutupi lagi.
Seng Kong-kong duduk ke pinggir, dia tidak melihat langsung ke arah Wie Kai tapi melihat cermin yang tergantung di dinding.
Kaca ini memantulkan kaca lain lagi, maka ekspresi Wie Kai terlihat jelas.
Dengan santai SengKong-kong berkata.
"Dua pengkhianat itu sudah tertangkap!"
Hati Wie Kai bergetar, tapi dia sepertinya sangat bisa menahan diri, dengan terkejut dia berkata.
"Loo Cong dan Leng-ji tertangkap?"
"Bagaimana perasaanmu?"
Tanya Seng Kong-kong.
"Mereka tidak mau mendengar nasehatku, akhirnya tertangkap juga!"
Kata Wie Kai.
"Tadinya aku akan menghapus dosa dan melepaskan mereka, tapi mereka keras kepala!"
Kata Seng Kong-kong.
"Apakah Kong-kong bisa memaafkan mereka?"
Tanya Wie Kai.
"Sepertinya seperti itu, tapi mereka sepertinya tidak takut mati!"
Wie Kai membuka kedua tangannya.
"Di dunia ini apakah ada orang yang benar-benar tidak takut mati?"
"Betul! Hal ini aku serahkan kepadamu untuk dibereskan!"
"Menyerahkannya kepadaku?"
"Benar!"
"Aku merasa belum tentu bisa melaksanakan tugas ini dengan baik!"
"Menasehati atau gunakan siksaan, semua kau yang putuskan, aku percaya kepadamu, aku percaya kau bisa melakukan tugas ini dengan baik."
Wie Kai tertawa.
"Kong-kong percaya kepada Wie Kai, Wie Kai pasti akan berusaha semampunya!"
Mo Ki-thian terus melihatnya.
Dia benar-benar tidak mengerti Wie Kai.
Dia tidak percaya apakah Wie Kai bisa melupa-kan Leng-ji begitu saja.
Ingin membuktikan hal ini tidak sulit, semua akan segera melihat.
OoodwooO BAB IV Kamar tempat hukuman di Pie-ya sangat besar.
Di sana banyak jenis alat siksaan.
Semuanya komplit di sini.
Siapa pun yang masuk ke kamar hukuman akan merasakan kalau orang yang masuk ke kamar hukuman, seperti uang masuk ke tempat judi! Bila-manusia sudah sampai di tempat ini sudah tidak akan menjadi manusia lagi.
Di bawa dinding penuh dengan bekas darah, angin yang masuk ke kamar ini pun terasa dingin.
Banyak yang sudah mati di sini, banyak yang cacat karena tempat ini.
Apakah semua yang dihukum di sini semua adalah orang yang bersalah? Kalau hukumannya benar berarti tidak ada hukuman fisik, kalau dihukum tidak benar hasilnya sebaliknya.
Loo Cong dan Leng-ji terlihat sangat lelah.
Dulu walaupun hidup di hutan dan dikejar-kejar seperti binatang, mereka tidak pernah merasa begitu lesu, lelah, juga putus asa! Orang harus hidup dalam harapan.
Di luar kamar hukuman terdengar langkah.
Mereka berdua segera melihat keluar dengan waspada.
Wie Kai berdiri di luar terali besi, seorang laki-laki membukakan pintu besi untuknya.
Sekarang di sini dan di tempat ini mereka bisa bertemu Wie Kai.
Apakah mereka senang atau marah? Cinta atau benci? Loo Cong dan Leng-ji sudah tidak bisa membedakannya lagi.
Karena hubungan di antara mereka terlalu erat.
Seharusnya mereka mempunyai rasa sedikit beruntung atau sedikit harapan.
Karena mereka punya hubungan erat begitu hubungan tidak harmonis, dendam akan semakin dalam.
Apalagi Wie Kai pergi karena Loo Cong masuk di antara mereka.
Apakah ada badai perasaan? Antara dendam dan cinta biasanya sangat dalam dan sulit dicairkan.
Wie Kai membawa pecut, dia melihat mereka.
Kalau dulu begitu melihat keadaan mereka berdua seperti itu, dia akan merasa sedih, matanya akan berkaca- kaca! Tapi sekarang pelan-pelan dia memukul telapak kanannya dengan pegangan pecut, dia melihat mereka seperti melihat orang yang tidak dikenalnya, kemudian dengan santai berkata.
"Aku tidak akan banyak bicara, aku hanya ingin bertanya kepada kalian, apakah kalian akan menerima kesempatan terakhir yang diberikan Kong-kong?"
"Tidak perlu banyak bicara lagi!"
Jawab Leng-ji.
"Bagaimana denganmu?"
Tanya Wie Kai "Apa yang Leng-ji katakan, sudah mewakiliku juga!"
Jawab Loo Cong.
"Jangan salahkan aku karena tidak punya perasaan!"
"Apakah kau orang yang punya perasaan?"
Tanya Leng- ji.
Wie Kai mulai memainkan pecutnya, wajahnya sudah tidak berseri.
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong melihat dari luar.
Wie Kai tidak perlu membalikkan tubuh dia sudah bisa menduga, mereka pasti ada di sana.
Karena mereka harus melihat dengan jelas, semua ini adalah cara mereka mendikte Wie Kai.
Dengan tegas WieKai berkata lagi.
"Aku ulangi sekali lagi, ini adalah kesempatan yang diberikan Kong-kong."
"Kata-kata ini sudah pernah ditanyakan Kong-kong untuk apa diulangi lagi? Kami tidak sudi membantu orang jahat!"
Jawab Loo Cong.
"Bagaimana denganmu?"
Tanya Wie Kai pada Leng-ji.
"kau bisa menahan berapa kali pecutanku?"
"Paling-paling aku tinggal mati!"
Jawab Leng-ji.
"Ingin mati pun tidak mudah!"
Bentak Wie Kai.
Pecut panjang melayang, baju bagian punggung Loo Cong sudah sobek.
Pecutan kedua jatuh ke pinggang Leng-ji.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wie Kai sepertinya tidak merasa kasihan sedikit pun kepada perempuan.
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong terus melihat kejadian itu, sorot mata mereka hampir bisa mengukur kekuatan tangan Wie Kai.
Setiap kali Wie Kai memecut Leng-ji, alis putri Kao Tong pasti bergerak sekali.
Putri Kao Tong menganggap Wie Kai tidak akan mengkhianatinya.
Setelah Mo Ki-thian melihat semua itu, dia malah merasa kecewa.
Dia berharap Wie Kai sedikit ringan memukul Leng-ji dan jangan terlalu menjilat Kong-kong serta putri Kao Tong.
Tapi pikiran itu seperti membuatnya kecewa.
Sebab setiap kali memecut Wie Kai benar-benar memecut mereka dengan sekuat tenaga.
Baju hancur, kulit sobek, dan darah mengalir keluar.
Dalam suara pecutan mereka menghindar dengan cara berguling-guling di bawah, tapi tidak ada yang mengeluarkan suara.
Mereka benar-benar berusaha menahan rasa sakit ini.
Tidak mengerutkan alis, tidak berteriak, adalah jawaban paling kuat untuk melawan Kong-kong.
Wie Kai memecut semakin kuat.
Sekarang Mo Ki-thian dengan aneh baru melihat kalau ternyata Wie Kai adalah orang yang tidak punya perasaan, boleh dikatakan berdarah dingin.
Sekarang Mo Ki-thian malah merasa tidak tega.
Kalau dia menjadi Wie Kai, dia tidak akan begitu kejam memecut Leng-ji, karena posisi Leng-ji di dalam hatinya seperti dewi, bukan orang biasa.
Tiba-tiba Mo Ki-thian membenci Wie Kai.
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong yang berdiri di luar saling pandang, mereka merasa puas! PAK! Wajah Leng-ji terkena pecutan dan meninggalkan bekas pecutan yang sangat jelas.
Leng-ji marah.
"Siau-kai... kau benar-benar kejam!"
Benar, sampai Mo Ki-thian sendiri pun punya perasaan seperti itu. Wie Kai dengan dingin berkata.
"Pu-to-put-ciang-hu!" (Kalau tidak kejam bukan suami). Leng-ji tertawa terbahak-bahak.
"Suami? Ha ha ha... suami..."
Loo Cong tidak mau menunggu dipukul begitu saja.
Dia mulai balik menyerang.
Tapi apa boleh buat setelah mereka dibawa kembali ke sini mereka disiksa dengan kejam, setelah tertangkap jalan darah mereka selalu ditotok, baru diangkut kembali ke Eng- hong-pie-ya.
Orang yang sudah lama tersiksa, tidak mungkin bisa mengeluarkan ilmu silat yang dimilikinya dengan sempurna, paling-paling hanya bisa mengeluarkan tenaga 50% saja.
Walaupun dia menyerang tidak ada gunanya, dia tetap terkena pecutan.
Leng-ji hanya menyerang tidak mau bertahan, Loo Cong juga membantu menyerang.
Setiap pecutan terkena daging membuat mereka terluka.
Begitu tangan Leng-ji dan tangan Wie Kai saling bersentuhan Leng-ji terkejut.
Wie Kai masih melayangkan pecut memukul gila-gilaan.
Pelan-pelan Seng Kong-kong berkata.
"Mari, kita pergi dari sini, Putri!"
Dengan perasaan puas putri Kao Tong mengangguk.
Asal Wie Kai memecut dengan sekuat tenaga seperti saat melayaninya di ranjang dengan sekuat tenaga, dia akan merasa sombong apa lagi di depan Kong-kong.
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong sudah pergi.
Semakin dilihat MoKi-thian semakin marah.
Harapannya tidak terkabul, kejadian yang muncul malah membuatnya marah.
Dia membalikkan tubuh siap pergi.
Sebab kalau Wie Kai berada di sisi Kong-kong, dia tidak akan dipandang lagL Setelah beberapa jurusnya meleset keadaan Loo Cong semakin parah.
Dia terkena pukulan dan tersungkur, belum sempat merangkak berdiri dia ditendang hingga ke pojok dinding.
Leng-ji menyerang dari belakang.
Tapi Wie Kai memukulnya.
Dengan wajah tanpa perasaan Wie Kai berkata.
"Petani, kau memang lebih berani dariku!"
"Untuk apa... Saudara..."
Kata Loo Cong.
"Saudara? Dulu kita memang saudara sekarang bukan! Sudahlah! Lebih baik mengaku!"
Dia memukul Loo Cong dan menendangnya sampai ke pojok tembok.
Tidak ada perasaan, ini terlihat kelemahan manusia.
Sambil menelan kekecewaannya Mo Ki-thian pun pergi.
Wie Kai memukul Loo Cong lagi.
Loo Cong menangkap kepalan Wie Kai.
Wie Kai membuka kepalannya, Loo Cong merasa memegang sesuatu.
Dia terkejut dan bingung.
Karena dia tidak percaya pada mujizat yang muncul.
Wie Kai berkata dengan dingin.
"Tunggulah kematianmu!"
Dia segera membalikkan tubuh dan pergi.
Jeruji besi sekali lagi digembok.
Loo Cong bercuit di pojok yang gelap, tangan-nya memegang sesuatu.
Dia curiga kalau dia sedang bermimpi, belum sadar %.
Di tangannya ada sesuatu, apakah itu? Dia melihat jeruji besi tidak ada bayangan seorang pun.
Tiba-tiba dia membuka genggaman tangannya.
Leng-ji melihat di dalam genggaman tangan Loo Cong ada sebuah uang koin, dengan terkejut dia bertanya.
"Apa itu?"
"Uang koin!"
"Apa maksudnya?"
Loo Cong memegang koin itu, di tempat terang dia melihat dengan jelas, di atas koin ada huruf 'Jin' (Bertahan) berwarna merah. Mereka berdua terpaku dan berkata bersamaan.
"Jin?"
"Apa maksudnya dengan huruf Jin ini? Siau-kai ingin kita Jin!"
"Kalau tidak, lambang apa uang koin ini?"
Muncul pikiran ingin bertahan hidup.
Setelah mengalami rasa sakit yang luar biasa, sekarang bisa membuktikan sesuatu, rasa senang mereka mulai terlihat di wajah.
Mana mungkin Siau-kai akan mengkhianati mereka? Hubungan mereka begitu erat! Mana mungkin? Tapi dia terlalu serius melakukan semuanya! Membuat mereka sedih atas kekejaman tanpa perikemanusiaan.
Tapi ingin mendapatkan kepercayaan dari Seng Kong- kong dan putri Kao Tong, kecuali harus melalui jalan seperti ini tidak ada cara lain lagi! Apa lagi Wie Kai sendiri yang harus melaksanakan hukuman, mereka sengaja menguji kesetiaan Wie Kai kepada mereka.
Pukulan ringan dan pukulan berat, perbedaannya memang sangat besar dan tidak sedikit rasa sakit yang diderita, tapi bisa muncul sakit berkepanjangan atau sakit yang singkat.
Waktu itu rasa sakit yang dilakukan oleh Wie Kai di dalam hati atau pada tubuh seakan hilang semua.
Mereka tidak membenci Siau-kai lagi malah mengagumi dia.
Saat wajah mereka muncul senyum mengerti, tiba-tiba Leng-ji terkejut.
Harapan tadi yang baru muncul tadi, sekarang hampir musnah.
Leng-ji melihat di tempat tinggi di atas dinding itu ada sebuah celah, ada sepasang mata melihat secara diam-diam.
Harapan yang mereka kira datang begitu lambat tapi yang baru didapat seperti sebuah cangkir teh berharga terjatuh ke bawah dan hancur berantakan.
Siapa? Mata siapakah itu? Siapa pun yang melihat di sana pasti akan tahu, rahasia ini akan terbongkar bocor! Siapa pun yang diam-diam mengintip mereka, dia akan memberi tahu Seng Kong-kong dan putri Kao Tong.
Leng-ji benar-benar terkejut juga putus asa.
Dalam rasa terkejut dan kecewa tiba-tiba muncul sebuah ide.
Saat paling cemas dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, sering kali ide datang secara tiba-tiba.
"Kong-kong... Kong-kong..."
Teriak Leng-ji.
Loo Cong terkejut.
Loo Cong tidak tahu mengapa Leng-ji terus berteriak, sebab dia tidak melihat mata dari celah itu.
Loo Cong benar-benar tidak mengerti.
Baru muncul sedikit harapan mengapa dia tega melakukan ini? Bukankah ini akan membuatnya di usung ke panggung ekeskusi? Loo Cong mencengkeramnya, berharap bisa menghentikan teriakan Leng-ji! Mungkin masih sempat.
"Leng-ji... Leng-ji... apa yang terjadi padamu?"
Kedua mata dari celah dinding itu masih terus melihat mereka.
"Kau bisa menahannya, tapi aku tidak, aku akan menyerahkan diriku kepada Kong-kong, aku ingin balas dendam kepadanya. Kong-kong... Kong-kong... aku ingin melaporkan sebuah rahasia!"
Teriak Leng-ji.
Dalam pikiran Loo Cong semua orang di dunia ini sudah gila.
Kalau tidak siapa yang ingin di saat seperti ini berteriak dan berteriak begitu keras seperti takut orang tidak bisa mendengarnya? Padahal baru muncul sedikit harapan! Dia ingin menghentikan Leng-ji tapi Leng-ji terus memberontak sambil berteriak.
Loo Cong seperti ikut gila juga.
Kalau gila bisa menular Loo Cong pasti sudah tertular, dia pun berteriak.
"Leng-ji, Leng-ji..."
Leng-ji berteriak terus dan berusaha meng-hindar dari Loo Cong, agar tidak ditangkap oleh Loo Cong.
Mo Ki-thian segera membawa anak buahnya datang ke tempat mereka.
Mimpi-mimpi indah putri Kao Tong hancur berantakan.
Laki-laki dati Tionggoan ternyata bukan yang terbaik! Dia benci! Rasa benci yang tidak terlihat, dia sepertinya juga jadi gila! Sepertinya semua orang sudah gila.
Dia segera menemui Wie Kai.
Wie Kai masih belum tahu rahasianya telah bocor! Sekarang putri Kao Tong masih bisa menahan diri, sepertinya dia sedang belajar dari huruf yang ada di koin itu.
"Menahan diri!"
Katanya.
"Kau benar-benar bisa melakukan kekejaman!"
"Aku?"
Wie Kai mulai bisa menangkap kemarahan tertahan yang tersisa di wajah putri Kao Tong.
"Kau benar-benar tidak berperasaan, memecut bekas kekasihmu yang sudah berjuang bersama dengan mu!"
Kata Kao Tong. Penciuman Wie Kai sangat bagus, dia mulai merasa tidak tenang katanya.
"Aku sudah sadar dan menyesal, supaya tidak mengecewakan Kong-kong dan kau, aku tidak bisa memandang kekasih lama."
Kelopak mata putri Kao Tong terus berkedut Akhirnya dia bisa melihat dengan tuntas dan jelas laki- laki yang ada di depan matanya. Dia benar-benar bisa memainkan opera dengan baik, dia benar-benar terlihat seperti sangat setia.
"Apakah kau mengira Kong-kong akan melepas kan mereka?"
"Tidak mungkin, mereka keras kepala!"
Jawab Wei Kai sambil melihatnya.
"Mengapa? Apakah budi pekerti mereka lebih bersih hingga tidak mau bersekongkol denganmu?"
"Apakah aku punya. budi pekerti?"
"Apakah kau seorang manusia atau bukan?"
Putri Kao Tong meraung.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu tahu dia telah tertipu, putri Kao Tong segera merasakannya.
Tiap malam mengubar nafsu birahi, posisi seperti apa dirinya di hati Wie Kai? Mungkin dia seperti pelacur di rumah pelacur-an.
Atau menganggap dia mesin untuk melampiaskan nafsu birahinya.
Tapi dia merasa sangat senang dan mengira dengan kekuasaan tinggi dan harta yang banyak bisa menguasai Wie Kai.
Wie Kai mulai mencium bahaya.
Tapi sewaktu dia menyerahkan koin itu dia sudah sangat berhati-hati.
Itulah saat Seng Kong-kong dan putri Kao Tong sudah meninggalkan tempat.
Apakah Mo Ki-thian diam-diam yang sudah melihatnya? Wie Kai masih ingin berpura-pura.
"Putri, apa yang terjadi padamu?"
"Lihat apa ini?.
"
Bentak putri KaoTong.
Di tangan putri Kao Tong ada sebuah koin, di tengah- tengah koin ada huruf yang ditulis dengan warna merah yaitu "Jin".
Putri Kao Tong tertawa sinis.
Tawa Wie Kai yang biasa terlihat luwes dan cuek, semakin menghilang dari sudut mulutnya.
Wie Kai yang ceria tidak bisa terlepas dari nasibnya.
Dia tidak ingin membela diri lagi.
Untuk menyerang balik pun sudah tidak ada kesempatan lagi.
Di sekelilingnya para La-ma sudah datang seperti gelombang air.
Wie Kai menatap putri Kao Tong, dia percaya putri Kao Tong hanya seorang perempuan jalang.
-ooo0dw0ooo- BAB V Di kamar Seng Kong-kong lampu masih menyala terang.
Seng-yan-kong duduk di depan meja.
Putri Kao Tong berada di sisinya.
Mo Ki-thian berada di belakang mereka berdua.
Pesilat-pesilat Eng-hong-pie-ya tampak siap siaga.
Leng-ji berlutut di depan Seng Kong-kong, air mata memenuhi wajahnya.
Sikapnya berbeda dengan sikapnya yang dulu, keras kepala dan tidak takut pada apa pun.
Sekarang putri Kao Tong berpose mengadili melihatnya.
Putri Kao Tong menganggap sekarang adalah waktu untuk menghibur hatinya.
Semenjak mengenal Wie Kai dan Leng-ji.
Walaupun dia sangat membenci Leng-ji dan menganggap enteng kepadanya, tapi kecantikan Leng-ji tetap tidak hilang.
Dia tidak mengerti mengapa dia bisa salah tafsir kepada perempuan ini? Mo Ki-thian sekarang merasa paling gembira.
Karena dia tidak punya cita-cita tinggi, dia hanya berharap bisa bekerja di bawah pimpinan Kong-kong.
Bila ada mereka bertiga, dia tidak bisa menonjol kan diri.
Sekarang dia bisa memastikan tidak butuh 3 hari, mereka bertiga akan naik panggung eksekusi.
Melihat kepala musuh jatuh ke bawah, itu adalah hal yang sangat menyenangkan dalam hidup-nya.
"Leng-ji, mengapa kau mengadukan dia? Dia benar- benar ingin menolong kalian bukan?"
"Kong-kong, aku benci dia!"
"Benci? Apa karena dia pernah mengkhianatimu?"
"Benar!"
"Maksudmu juga mengenai hubungannya dengan putri Kao Tong?"
"Itu hanya salah satu alasannya, dulu dia pernah bersumpah sehidup semati denganku!"
"Apakah dia sudah berubah?"
"Diam-diam dia meninggalkan aku dan Loo Cong, curiga kalau kami mempunyai hubungan khusus!"
"Apakah hubunganmu dengan Loo Cong?"
"Betul, Kong-kong, dia meninggalkan sepucuk surat, nadanya sangat menyakitkan, menggunakan bahasa hina, walaupun hubungan kami bersih, itu karena aku selalu waspada, kalau tidak, aku sudah terhina, maka aku benci semua laki-laki, laki-laki di dunia ini tidak ada yang baik!"
"Mungkin itu hanya kesalahpahaman!"
Seng Kong-kong bukan laki-laki tulen.
"Tidak! Kong-kong, dia berani berbuat, menghinaku dan Siau-loo, yang penting dia ingin melepas-kan kesalahannya, ingin mencari tangga supaya dia bisa memanjat menuju putri Kao Tong!"
"Mungkin juga!"
Putri Kao Tong membentak.
"Dia memberi koin uang itu kepada Loo Cong, apa maksudnya?"
"Inilah kejahatan dan kesadisannya, dia tidak segan- segan memukul kami, takut orang lain akan marah, dia tidak berperasaan, maka dia mencari kesempatan lain lagi supaya orang lain mengubah pandangan kepadanya."
"Dengan cara apa dia mengubahnya?"
Tanya putri Kao Tong.
"Bila keberadaan koin itu diketahui orang lain, dia tidak akan mengaku, kalau orang lain tidak tahu paling sedikit dia bisa menipuku dan Siau-loo, berarti dia tidak melupakan hubungan kami dulu!"
"Apa gunanya untuk kalian?"
Teriak putri Kao Tong. Leng-ji tertawa terbahak-bahak.
"Sebenarnya tidak ada gunanya, tapi dia mengira ada gunanya, dia ingin menipu kami supaya naik panggung ekeskusi, sampai kami hampir mati pun masih mengira dia telah sangat berbaik hati kepada kami dan akan melepaskan kami!"
"Mimpi! Dia sendiri juga harus naik panggung eksekusi!"
Teriak putri Kao Tong.
"Apakah dia juga akan dipenggal?"
"Apa? Kau mengira dia tidak akan dipenggal?"
"Aku mengira Anda akan melindunginya!"
Putri Kao Tong tertawa terbahak-bahak. Leng-ji juga tertawa terbahak-bahak.
"Apa yang kau tertawakan?"
Tanya putri Kao Tong.
"Aku tertawa karena semua ini percuma dan sia-sia, akhirnya dia pun tidak bisa lolos dari kematian? kau menertawakan apa?"
Tanya Leng-ji.
"Apakah kau mengira bisa dengan cara seperti ini aku akan melepaskan dia?"
Tanya putri Kao Tong. Leng-ji tertawa terbahak-bahak sampai air matanya keluar.
"Kalau bisa aku akan memakan dagingnya, mengelupas kulitnya, semenjak dia membawa kalian menangkap kami, aku sudah merencanakan akan membalas dendam!"
"Kalau tahu akan terjadi seperti ini, untuk apa dulu berpacaran dengannya?"
Tanya Seng-yan-kong.
"Kong-kong, Leng-ji lolos dari bencana ini, tapi sudah terlambat menyadarinya!"
Putri Kao Tong melihat koin yang ada di tangannya. Kemudian dia memegang dan menghancurkannya menjadi beberapa keping.
"Begitu masuk arena percintaan, tidak bisa melihat dengan jelas, Kong-kong, maafkan aku, karena kau, aku sudah sadar dan mulai hari ini aku akan meninggalkan Eng- hong-pie-ya dan mencari makan di luar!"
Putri Kao Tong merasa terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka. Melepaskan perempuan ini berarti bersebe- rangan dengannya.
"Kong-kong, perempuan ini pengkhianat, dia telah membunuh banyak anak buahku dan Kong-kong, jika dengan beberapa kalimat tadi Kong-kong akan melepaskannya, mungkin akan membuat bencana dan membuat siapa pun tidak bisa terima!"
"Putri, kau belum mengerti!"
"Aku tahu semuanya!"
"Putri tidak perlu banyak bicara, aku tahu batas!"
Tiba- tiba Leng-ji berlutut "Leng-ji ingin ikut Kong-kong, seumur hidup mengabdi pada Eng-hong-pie-ya, aku sudah tertipu dan dikhianati, maka aku merasa tidak rela.
Kong-kong sangat baik kepada Leng-ji, budi Kong-kong dalam seperti orang tua sendiri, aku berharap Kong-kong bisa mengambil keputusan untuk Leng-ji, membantu Leng-ji membalas dendam!"
"Membalas dendam kepada siapa?"
"Aku akan membunuh Wie Kai dan Loo Cong, karena aku benci dan kecewa kepada laki-laki!"
Seng Kong-kong dan Kao Tong terpaku. Tiba-tiba Seng-yan-kong tertawa terbahak-bahak.
"Baik!"
Putri Kao Tong memuji.
Seng-yan-kong masih tertawa terbahak-bahak.
Leng-ji yang akan membunuh kedua orang itu, ini adalah kerugian Seng-yan-kong.
Putri Kao Tong ingin membalas dendam, dia bisa menyaksikan perempuan itu membunuh Wie Kai dan Loo.
Cong.
Kemudian dia baru akan membunuh perempuan! ini, tidak ada keinginan lain bagi putri Kao Tong.
"Baik! Aku akan memberimu kesempatan!"
Kata putri Kao Tong.
Alis putri Kao Tong penuh dengan hawa membunuh.
Sorot mata Leng-ji pun penuh dengan hawa membunuh bahkan lebih kental.
Dini hari yang masih gelap.
Eng-hong-pie-ya penuh dengan hawa membunuh.
Tempat memasang pisau penggal sangat tinggi, alat itu tertutup oleh sehelai kain merah dan berdiri di dalam kegelapan, seperti seorang terpidana mati berdiri dan sedang menunggu.
Semua masih sama seperti dulu.
Tapi di panggung diletakkan pisau pemenggal dan ada 2 kursi.
Itu adalah tempat duduk Seng Kong-kong dan putri Kao Tong.
Sekali lagi akan dilaksanakan hukuman, banyak orang mengira ini sangat tidak berharga, walaupun mereka berhasil kabur beberapa bulan dan bisa hidup lebih lama beberapa bulan, tapi hidup lebih lama beberapa bulan hanya akan menambah 2 kali bencana dan ketakutan.
Orang lain mengira semua itu tidak berharga, tapi bagi Wie Kai, Loo Cong, dan Leng-ji semua ini ada penjelasan lain.
Dalam kegelapan terlihat banyak bayangan terus bergerak.
Banyak pembunuh berlari untuk mendapatkan tempat dan posisi.
Kemudian mereka berdiri di sana.
Eng-hong-pie-ya tidak mengijinkan hal dahulu terulang lagi.
Berarti kepala terpidana yang mati harus dipenggal dan jatuh ke dalam keranjang.
Supaya semua anak buahnya bisa melihat, kepala manusia dalam waktu singkat terlepas dari leher, ini sulit diungkapkan dengan bahasa! Seng Kong-kong dan putri Kao Tong sangat menikmati melihat 3 kepala orang jatuh ke bawah.
Ini adalah hal yang seumur hidup mereka tidak akan melupakannya dan hal yang menyenangkan.
Memenggal kepala terpidana bukan hanya dengan menghukum, tapi terasa sangat menyenangkan hati.
Luka Mo Ki-thian belum sembuh total, tapi dia harus ikut menyaksikan kejadian itu, dia ingin melihat secara suka rela.
Orang semakin banyak.
Walaupun orang sangat banyak di sana, Pie-ya yang begitu luas tetap saja seperti sebuah kota mati.
Algojo sudah naik ke atas panggung, dia menarik kain merah yang menutupi golok besar itu.
Cahaya yang memantul dari golok terus mengeluarkan kilauannya.
Wie Kai dan Loo Cong berdiri di atas panggung eksekusi.
Wie Kai tetap terlihat tenang.
Wajah Loo Cong terlihat serius.
Loo Cong selalu seperti itu, Wie Kai pun seperti biasanya bersikap masa bodoh.
Ribuan mata menatap kedua orang itu juga melihat ada 2 keranjang bambu di bawah mereka.
Sorot mata putri Kao Tong terlihat sangat tajam, dia melihat Wie Kai yang ada di atas panggung.
Wie Kai tertawa tipis, sewaktu pandangan matanya beradu dengan sorot mata putri Kao Tong, terlihat ada sedikit keanehan.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sorot mata putri Kao Tong dingin, dia menoleh ke tempat lain.
Sekarang siapa yang bisa mengerti pikiran putri Kao Tong? Mungkin hanya Wie Kai saja.
Ada orang yang membawakan air dalam ember.
Bila orang itu tiba berarti hukuman akan segera dilaksanakan.
Dia akan membasahi leher Wie Kai dan Loo Cong, karena ini sudah menjadi aturan.
Air dingin yang membasahi leher akan mem-buat mereka bertambah sadar.
Mereka percaya sewaktu golok besar jatuh ke bawah, mereka tidak akan merasakan apa-apa karena golok bergerak dengan kecepatan tinggi dan tenaga yang dikeluarkan pun sangat besar.
Ada yang berteriak.
"Semua diam!"
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong su dah tiba.
Di belakang mereka ada pengawal, para La-ma dan pelayan-pelayan dengan jumlah hingga sepuluh orang lebih.
Tapi tidak akan terasa dingin seperti saat leher dibasahi air.
Yang menakutkan adalah saat algojo menarik tali sebelum kepala meninggalkan leher.
Tapi kali ini bukan algojo yang melakukan tugas-tugas itu, melainkan Leng-ji.
Leng-ji sudah berdandan cantik dan datang dengan cepat.
Di belakangnya ada 8 pelayan yang melayani-nya.
Semua mata memandang Leng-ji.
Leng-ji sekarang ini selain cantik, terlihat kejam dan bengis, siapa pim yang melihatnya akan bergetar.
Dia memegang golok Seng-yan-kong.
Hati putri Kao Tong benar-benar terlihat risau Sekarang Seng Kong-kong merasa kejayaan sudah berada di puncaknya.
Sekarang Leng-ji berdiri di depan Wie Kai dan Loo Cong.
Leng-ji sekarang ini tidak hanya terlihat kejam dan bengis, masih terasa hawa membunuh yang terlihat dari alisnya, sudut mata, dan sudut bibirnya.
Loo Cong dengan sikap serius melihatnya.
Di wajah Wie Kai seperti ada tawa tipis.
Dia selalu seperti itu, walaupun kepalanya sebentar lagi akan terlepas dari lehernya, dia tetap seperti itu.
Tiba-tiba Leng-ji berteriak.
"Wie Kai, Loo Cong!"
Wie Kai dan Loo Cong tidak bersuara. Leng-ji mengayunkan golok aneh menyapu ke arah Wie Kai, dia berteriak dengan keras.
"Lihatlah golok ini!"
Golok aneh turun dari pundak kiri Wie Kai juga dari dada, baju Wie Kai sobek dan darah terus mengalir.
Wie Kai mengerutkan alis.
Serangan golok tidak terlalu keras, tapi bila ingin pelan- pelan membuat mereka berdua mati sabeten ini terlalu berat.
Luka Wie Kai terus mengeluarkan darah, setelah alisnya berkerut dia jadi seperti biasa lagi.
Sekarang Leng-ji membawa tombak panjang.
Dia berteriak dan menusuk Loo Cong.
Tempat di mana dia menancapkan tombak kepada Loo Cong sama dengan posisi di mana dia menusuk Wie Kai, di pundak kiri dan di dada kiri.
Tombak masuk ke dalam rubuh Loo Cong.
Tapi Leng-ji belum berhenti dan tidak punya sedikit pun rasa kasihan, dia masih terus menusuk malah lebih dalam.
Wie Kai melihat itu, alisnya berkerut lagi.
Hati semua orang ditarik hingga kencang dan sudah mencapai puncak.
Tombak yang ditusukkan ke tubuh Loo Cong karena terlalu kuat hingga melengkung, seperti busur yang sedang ditarik dengan kencang.
Suaranya yang keras menggetarkan gunung yang masih gelap.
Sikap Loo Cong tetap serius Tapi masih terlihat kesakitan.
Waktu itu Seng Kong-kong tiba-tiba berdiri.
Dia berteriak.
"Mengapa sampai sekarang kau masih belum membunuh mereka?"
Benar, putri Kao Tong yang di sisi merasakan hal yang sama, berpikiran yang sama.
Wie Kai hanya terkena sekali sabetan, setelah itu Leng-ji segera menyerang Loo Cong.
Tapi putri Kao Tong tidak puas melihatnya.
Teriakan Seng Kong-kong penuh kemarahan.
Leng-ji menoleh melihat Seng Kong-kong.
Perutnya yang menahan serangan tombak tampak melengkung, tiba-tiba tubuhnya bergerak miring.
Tombak itu sudah terlepas dari tubuh Loo Cong secepat kilat terbang ke arah Seng-yan-kong.
Ini benar-benar di luar dugaan.
Seng-yan-kong sendiri pun tidak menyangka sama sekali.
Gerakan di luar dugaan ini menghasilkan hal yang tidak terduga.
Tombak panjang meluncur lebih cepat dari anak panah, dengan tapat menancap di dada kanan Seng-yan-kong.
Perubahan besar yang terjadi tiba-tiba benar-benar membuat banyak hati orang bergetar.
Putri Kao Tong sendiri ikut bergetar.
Di bawah panggung terlihat kacau balau.
Pie-ya yang tadinya sepi seperti kota mati sekarang berubah total.
Keributan besar membuat orang kalang kabut dan berputar-putar di sana, karena tidak ada yang tahu apa yang harus mereka lakukan! Sekali lagi rencana yang tadinya sangat sempurna sekarang kacau.
Kesombongan Seng-yan-kong dan kekejaman putri Kao Tong, membuat mereka menjadi sasaran serangan.
Kalau bicara dengan ketat kesempatan mereka sangat tipis, tadi Leng-ji membalikkan kepala adalah untuk mengukur jarak sebelum membidik.
Leng-ji meminjam golok Seng-yan-kong untuk melakukan serangan, karena dia, Wie Kai, dan Loo Cong paling mahir menggunakan golok.
Dia meminta agar membereskan Wie Kai dan Loo Cong satu per satu, karena itu baru ada alasan bisa menggunakan golok dan tombak serta senjata yang lain.
Diam-diam dia membawa kipas lipat Wie Kai.
Setelah Seng-yan-kong terkena lemparan tombaknya, dia masih bisa berteriak.
"Tangkap mereka!"
Tapi Leng-ji dengan cepat menghampiri dan memotong tali yang mengikat Wie Kai dan Loo Cong sambil berkata.
"Siau-kai, Siau-loo, apakah aku tadi membacok kalian terlalu keras?"
"Bencana kecil! Ayo kita lawan..."
Ajak Wie Kai.
Putri Kao Tong segera mengatur para La-ma menyambut mereka.
Pertarungan senjata pun terjadi.
Tiga orang anak buah terkuat mati di panggung eksekusi.
Hanya golok besar yang siap memenggal kepala masih tergantung tinggi.
Tidak digunakan, juga tidak ada darah yang menempel.
Luka Mo Ki-thian belum sembuh tapi mulutnya tidak terluka, maka dia memerintah anak buahnya bertarung.
Wie Kai sudah naik ke tempat di mana Seng Kong-kong.
Seng Yan-kong benar-benar seorang pesilat tangguh.
Setelah dada kanannya berlubang darah terus mengalir, dia masih bisa menendang Wie Kai sampai terpelanting.
Walaupun dia akhirnya mundur 3 langkah dengan terhuyung-huyung, dia juga bisa menghantam Loo Cong yang sedang menyerangnya dengan telapak.
Seng-yan-kong benar-benar seperti seekor binatang terluka.
Hari ini tiga orang muda itu baru melihat ilmu silat Seng Kong-kong yang sebenarnya.
Seseorang bisa berlatih ilmu silat sampai pada tahap seperti itu benar-benar tidak mudah.
Leng-ji pun ikut naik ke atas panggung.
Seng-yan-kong diserang dari tiga arah, dia terjatuh sekali.
Tapi dia masih bisa berguling di bawah unluk menghindari serangan Loo Cong dengan tombak panjangnya, kipas lipat Wie Kai dan golok Leng-ji.
Pembunuh dari Pie-ya dan La-ma datang seperti air bah.
Manusia jika sedang berada dalam kesulitan atau dalam keadaan sangat berbahaya, dia akan mengeluarkan tenaga dan kekuatan yang tersimpan.
Keadaan Wie Kai, Leng-ji, dan Loo Cong seperti itu.
Loo Cong dan Wie Kai sudah terluka dan mengeluarkan banyak darah, dalam keadaan biasa mungkin mereka tidak bisa bertahan lama, tapi sekarang mereka terlihat begitu gagah.
Walaupun salah satu dari mereka ada yang mati, mereka tidak akan menyerah.
Manusia dalam keadaan seperti itu selalu gagah berani.
Seng-yan-kong terjatuh lagi.
Siapa pun tidak akan kuat setelah terluka parah, apalagi masih harus menahan serangan dari tiga pesilat tangguh yang terus menyerang.
Dari rumah La-ma, 8 orang La-ma terkuat sudah datang.
Kekuatan mereka sangat menakutkan.
Hanya sebentar Leng-ji sudah terluka oleh golok seorang La-ma.
Wie Kai segera datang dengan kipasnya, dia menggorok putus leher La-ma itu.
Mo Ki-thian masih terus mengatur anak buah-nya, dia hanya bisa berteriak-teriak.
Walaupun dia setia tapi dia tetap mempertahankan nyawanya, karena dia ingin menikmati hasil kerja kerasnya.
Loo Cong seorang diri melawan dua La-ma dan 3 anak buah Seng-yan-kong.
Kecuali pundak yang ditusuk oleh Leng-ji, di tubuhnya ada luka di 5-7 tempat.
Keadaan Wie Kai tidak lebih baik, dia melawan 3 orang La-ma dan 4 anak buah Seng-yan-kong, wajahnya penuh dengan darah musuh.
Sekarang Seng-yan-kong sedang bersiap-siap menyerang, dia mulai menyerang Wie Kai.
Wie Kai terkena pukulan dan mundur ter-huyung- huyung, seorang La-ma menyerang dari belakang dengan pedang.
Dari jauh Leng-ji melihat kejadian itu, dia ingin membantu tapi sudah tidak keburu, dia berteriak.
"Siau-kai, di belakang..."
Refleks Wie Kai termasuk nomor satu.
Tubuhnya sudah seperti ketepel melesat ke kiri depan.
Tapi bagian pinggang dan tangannya masih-sempat tergores oleh pedangmusuh.
Sekarang putri KaoTong ikut bertarung.
Dia tidak rela Wie Kai kabur dari Eng-hong-pie-ya lagi.
Tapi dia melihat Kong-kong bersimbah darah kebiasaan dia yang terlihat galak dan sombong sudah tidak terlihat.
Sekarang dia mulai kebingungan kalau Seng Kong-kong mati, bagaimana dengan nasibnya? Sebenarnya sekarang adalah saat paling tenang dalam hidup Seng-yan-kong.
Kariernya sudah mencapai puncak, seharusnya dia merasa sudah cukup, tapi dia tidak ingin berhenti, dia ingin terus naik! Seperti air sudah memenuhi gelas, jika di tambah lagi tentu akan tumpah keluar, walaupun hanya setetes.
Seseorang bila sudah mendapat karier dan kedudukan begitu tinggi masih ingin mencari apa lagi? Anehnya manusia yang sadar dan tahu batas untuk bisa berhenti sangat jarang! Seng Kong-kong sangat menyesal, pertama kali tertipu sekarang terulang lagi! Dengan pemikirannya yang begitu teliti ternyata masih bisa terulang lagi, dia terkena tipuan 3 anak muda itu, mati pun dia tidak akan menutup mata.
Penglihatan Seng Kong-kong mulai buram, suaranya mulai tidak terdengar.
Sekarang dia merasa lebih jelas dan lebih tahu dari siapa pun, apa yang dia inginkan hanya akan menjadi ilusi, akan hilang juga akan mengikuti kepulangan putri Kao Tong ke Tibet dan melupakan semuanya.
Rencana besar hanya karena sedikit kesalahan semua jadi hancur berantakan! Dua orang La-ma mati dan seorang terluka parah.
Pembunuh dari Pie-ya yang mati di tangan ketiga anak muda itu sudah mencapai 25 orang lebih, belum lagi yang terluka.
Bersamaan waktu luka di tubuh ketiga anak muda itu bertambah juga.
Dengan sisa kekuatannya Seng Yan-kong menendang Loo Cong sejauh 3 langkah dan dia juga mencengkeram kerah leher Wie Kai, siap dilempar.
Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi Leng-ji sudah datang menyerang, dia bisa menolong Wie Kai, tiba-tiba Seng-yan-kong berguling-guling di bawah.
Mungkin orang akan mengira dia mengguna-kan tenaga terlalu besar dan tubuhnya tidak seimbang, mungkin juga akan mengira dia sudah sekarat.
Wie Kai mendekat ingin merebut benda yang ada di balik baju Seng Kong-kong.
Tapi siapa yang menduga, tiba-tiba Seng-yan-kong memencet tombol rahasia di bawah, maka pada tangga naik panggung eksekusi segera terdengar suara TING! TING! Keluarlah pisau-pisau tajam sepanjang 5-6 inchi, jumlahnya sangat banyak.
Wie Kai ditarik oleh Seng-yan-kong, walaupun belum sampai terlempar keluar, tapi Wie Kai tetap tertarik hingga ke bawah panggung eksekusi yang penuh dengan pisau, tenaga Wie Kai sudah habis.
Dia tidak sanggup lagi meloncat dari gunung pisau itu.
Leng-ji berteriak histeris.
Sebuah tombak panjang datang, tepat melesat di bawah kaki Wie Kai, itulah perbuatan Loo Cong.
Wie Kai menginjak ke arah tombak panjang itu, dan terbang ke atas seperti seekor elang, dengan kipas lipatnya dia menyapu Seng Yan-kong yang sedang setengah berlutut.
Sebenarnya Wie Kai sedang berusaha mengambil surat perjanjian putri Tibet Kao Tong yang berada di dadanya.
Kondisi Seng-yan-kong sebenarnya sudah sangat kritis, tapi dia tetap bisa menghindar pukulan kipas lipat Wie Kai dan berusaha melempar surat perjanjian itu ke dalam api.
Tapi dia tidak menyangka, sapuan kipas Wie Kai ternyata gerak tipuan, tendangan kaki berikutnya baru yang sebenarnya.
Tubuh Seng-yan-kong jadi tertendang ke atas dan jatuh menancap di atas gunung pisau, beberapa pisau menancap di dada dan keluar dari punggung.
Seng-yan-kong tidak bergerak lagi.
Sekali lagi Wie Kai meloncat mengambil surat perjanjian yang terjatuh ke dalam kobaran api, keadaan di sana benar- benar membuat orang terkejut.
Kematian Seng-yan-kong membuat anak buahnya menghentikan pertarungan, hanya beberapa La-ma yang masih terus bertarung.
Tiba-tiba ketiga anak muda itu meloncat ke atas, ke tempat tertinggi dari panggung eksekusi, Wie Kai membuka surat perjanjian dan memperlihatkannya kepada semua orang, lalu teriaknya.
"Kalian jangan bertarung lagi! Inilah bukti Seng-yan- kong bersekongkol dengan putri Tibet mengkhianati kerajaan, kalian seharusnya mengganti tujuan, membantu raja membasmi pemberontak..."
Mo Ki-thian adalah orang yang tidak punya pendirian, dia adalah orang yang pandai mengikuti arus.
Melihat Seng Kong-kong dengan mata melotot tertancap di atas formasi pisau, dia merasa Seng-yan-kong benar-benar bernasib jelek, rasa sinis, wibawa yang dulu, dan kejayaannya dulu sudah menghilang tidak berbekas.
Sudah lama dia juga tahu, Kong-kong sedang mengatur recana, sekarang bila dia tidak berbalik pikir dia akan seperti Seng Kong-kong, mati pun tidak ada tempat untuk dikubur.
Maka dia mengangkat tinggi-tinggi tangannya.
"Kita bantu berantas pengkhianat..."
Saat putri Kao Tong dan kelompoknya di tangkap oleh Mo Ki-thian dan anak buahnya, La-ma yang tersisa pun menjatuhkan senjata mereka.
Semua ini karena kematian Seng Kong-kong sehingga masalah menjadi terang.
Putri Kao Tong melihat Wie Kai yang berada di tempat tertinggi, dia tetap luwes, tampan, tapi jarak mereka sudah begitu jauh, dia begitu tinggi dan dirinya begitu rendah seperti langit dan bumi.
Mo Ki-thian dan anak buahnya seperti berseru kepada Seng Kong-kong dulu, perubahannya begitu tiba-tiba dan memusingkan.
Tiga anak muda yang penuh perasaan.
Dua kali lolos dari kematian.
Apa yang mereka andalkan? Tentu keberanian dan percaya diri.
Sekarang kalau dipikir-pikir mereka 2 kali hampir dieksekusi, walaupun semua sudah direncanakan, dengan gabung-an kekuatan Eng-hong-pie-ya dan kekuatan La-ma mereka tetap bisa menang itulah suatu keberuntungan.
Sekarang mereka bertiga berada di tepat tertinggi, Leng-ji berada di tengah-tengah, Wie Kai di kanan sedangkan Loo Cong di kiri.
Loo Cong melihat Leng-ji dan Wie Kai, dia siap akan pergi karena dia pernah mengatakan kepada Leng-ji saat dalam pelarian, setelah bisa membereskan masalah, mereka berdua harus menikah ...
Sekarang waktunya untuk membuktikan, tapi Leng-ji menariknya dengan kencang, sedangkan sebelah tangannya yang lain menarik Wie Kai.
Begitu mereka bertiga saling bertukar pandang, masing- masing seperti mengerti apa maksudnya, yang satu adalah pengantin laki-laki, sedangkan yang satu lagi adalah sahabat karib.
Mengapa tidak bisa ber-kumpul bersama? Tamat Bandung, 14 Desember 2009 Salam Hormat.
(See Yan Tjin Djin
Pedang Tanpa Perasaan -- Khu Lung Legenda Kematian -- Gu Long Peristiwa Merah Salju -- Gu Long