Pukulan Naga Sakti 20
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 20
Yap Han san.
Dengan perasaan gelisah dan cemas ketua Tiong lam pay Yap Han san pun segera mohon diri dan mengundurkan diri dari situ.
Berikutnya, keadaan yang sama pun menimpa dua orang ketua partai lainnya, mereka adalah .
Ketua Cing sia pay, Ting Kong ci Ketua kuil Ci tiok an, Beng sin taysu Mereka mengundurkan diri tanpa mengungkapkan alasannya mengapa harus mengundurkan diri, hal ini membuat mereka yang tetap tinggal menjadi bingung dan penuh diliputi tanda tanya.
Yang masih tinggal di dalam ruangan sekarang tinggal ketua Siau lim pay Ci long taysu, ketua Bu tong pay Keng hian totiang, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po, unta sakti Lok It hong, Ci song taysu dan Ci kay taysu dari Siau lim pay, Keng it dan Keng ning totiang dari Bu tong pay serta Thi Eng khi dan Pek leng siancu So Bwe leng.
Mendadak dari luar ruangan muncul kembali seorang pengemis tua yang berlari masuk dengan napas terengah engah.
Begitu mengenali kalau pengemis tua itu adalah Kim kay (pengemis emas) Ui Hui, salah satu diantara Ngo heng kay, dengan wajah tertegun pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera berteriak keras.
"Ui sute, apa yang telah terjadi?"
Pengemis emas Ui Hui tidak menjawab, melainkan berjalan ke hadapan pengemis sakti bermata harimau, kemudian baru bersiap sedia memberikan laporannya. Sambil tertawa nyaring pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera berseru.
"Tiada persoalan yang tak boleh didengar orang, bila Ui sute ada persoalan, utarakan saja dihadapan semua orang!"
Terlintas selapis rasa malu diatas wajah pengemis emas Ui hui, dengan agak tergagap katanya .
"Lapor pangcu, toya mestika tujuh ruas Jit ciap po ciang dari perkumpulan kita telah hilang!"
"Apa?"
Seru pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dengan perasaan terperanjat.
"Jit ciat po siang telah hilang? Apa kerja kalian semua ....?"
Perlu diketahui, Jit ciat po ciang merupakan toya yang menjadi kekuasaan seorang pangcu dari Kay pang, kini benda mestika tersebut telah hilang, apabila ketua Kay pang sekarang Cu Goan po tak berhasil menemukannya kembali, bukan saja tak dapat menjadi pangcu lagi, bahkan bisa jadi akan berakibatkan dijatuhkannya hukuman yang berat terhadap dirinya.
Kontan saja datangnya berita ini membuat pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menjadi amat gugup, oleh karena itu tanpa terasa lagi dia mengumpat dan mencaci maki pengemis emas Ui Hui habis habisan ....
Dengan kepala tertunduk rendah rendah, pengemis emas Ui Hui berbisik dengan lirih.
"Yaa, tecu sekalian memang pantas untuk mati!"
Mendadak pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menghela napas panjang.
"Aku tak dapat menyalahkan kalian, aku pikir mundurnya para ciangbunjin pelbagai partai tadi juga disebabkan peristiwa yang sama, kalau begitu perbuatan ini sudah pasti merupakan hasil karya dari Hian im Tee kun. !"
Sesudah menghela napas panjang, tiba tiba ia tertawa seram dan melanjutkan .
"Aku si pengemis tua tak dapat memikirkan banyak persoalan lagi, terpaksa kita harus berjalan selangkah diperhitungkan selangkah, sekarang saudara cilik sedang membutuhkan bantuan, aku tak bisa meninggalkan dia dengan begitu saja."
Kemudian setelah berhenti sejenak, terusnya .
"Cepat panggil Ngo heng kay untuk datang menerima perintah, sedangkan tentang hilangnya toya mestika Jit ciat po ciang kita bicarakan nanti saja."
"Baik!"
Jawab pengemis emas Ui Hui cepat.
Setelah memberi hormat kepada Thi Eng khi, dia segera membalikkan badan dan berlalu dari sana.
Thi Eng khi benar benar merasa terharu sekali, apalagi menyaksikan kebesaran jiwa pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po yang bersedia mengesampingkan masalah besar partainya demi membantu dia, kehangatan dan kebijaksanaannya ini membuat emosinya meluap.
Tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring, suara pekikannya membuat seluruh jagad seakan akan bergetar keras.
Empat puluh delapan ekor kuda dan sebuah kereta yang sangat indah sedang menelusuri jalan raya yang lebar menuju ke arah gedung Bu lim tit it keh.
Diatas empat puluh delalan ekor kuda itu, duduklah lelaki dan perempuan dalam jumlah yang seimbang.
Dua puluh empat lelaki kekar berpakaian ringkas warna merah bergerak dimuka membuka jalan.
Dua puluh empat gadis cantik berpakaian ringkas dengan mantel warna hijau mengikuti dibelakang kereta indah tersebut.
Kereta kuda itu berjalan sangat cepat dan menimbulkan suara yang gaduh, bagaikan sepasukan tentara yang bersiap siap melancarkan serbuan.
Rombongan tersebut tak lain adalah para utusan dari gedung Ban seng kiong yang dikirim ke gedung Bu lim tit it keh untuk mencaplok perguruan Thian liong pay.
Kini, mereka sudah berada hanya dua puluh li saja dari gedung Bu lim tit it keh tersebut.
Di depan sana merupakan sebuah bukit kecil yang menonjol dengan pepohonan yang rimbun, tempat itu merupakan sebuah kebun buah yang luasnya mencapai puluhan hektar.
Dalam waktu singkat, rombongan besar dari Ban seng kiong itu sudah sampai di atas bukit kecil tersebut.
Baru saja rombongan besar itu sampai diatas bukit kecil, mendadak terdengar suara ringkikan kuda dan teriakan manusia yang ramai, disusul kemudian seluruh rombongan berhenti berjalan.
Rupanya di tengah jalan telah muncul sepasang muda mudi yang tampan dan cantik menghadang jalan pergi mereka.
Di belakang sepasang muda mudi ini berjajar pula sepuluh orang pendeta, sepuluh orang tosu, enam orang pengemis, seorang nikou ditambah dengan dua orang kakek berusia enam puluh tahun.
Sepuluh orang pendeta dipimpin oleh ketua Siau lim pay Ci long taysu, dengan menyusun kesembilan orang jago lihaynya, mereka membentuk sebuah barisan Siau lo han tin yang tangguh.
Sepuluh tosu dipimpin oleh ketua Bu tong pay Keng hian totiang, mereka membentuk Jit seng kiam tin yang ampuh, sedangkan sisa tiga orang yang ada melakukan pelindungan dari luar untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Enam orang pengemis dipimpin oleh pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po, dia menitahkan Ngo heng kay untuk membentuk sebuah barisan Ngo heng tin yang tangguh.
Seorang nikou, tentu saja Sam ku sinni adanya.
Dua orang kakek berusia enam puluh tahunan adalah pencuri sakti Go Jit dan Sam ciat jiu Li Tin tang.
Sedangkan pemuda tampan di barisan terdepan adalah Thi Eng khi, di sebelah kirinya tak lain adalah Pek leng siancu So Bwe leng.
Kini, mereka sedang berusaha untuk menghadang orang orang Ban seng kiong agar tak dapat melalui bukit tersebut.
Dua puluh empat orang lelaki kekar dari Ban seng kiong itu segera memencarkan diri ke arah dua sisi, sementara dua puluh empat orang gadis cantik bermantel hijau dengan mengawal kereta indah tersebut bergerak ke ujung barisan dan berhenti dihadapan Thi Eng khi serta So Bwe leng.
Dari antara kedua puluh empat orang gadis bermantel hijau itu, segera melompat turun dua orang yang berlari ke depan kereta dan menyingkap kain tirai.
Dari dalam kereta segera muncul dua orang perempuan yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.
Yang seorang berpakaian merah, sementara yang lain memakai baju hijau, Thi Eng khi mengenali mereka sebagai Hian im ji li (dua gadis Hian im) yang berada dalam istana Ban seng kiong dewasa ini.
Terutama sekali Ciu Lan yang mengenakan pakaian berwarna hijau, dia pernah menyaru sebagai Pek leng siancu So Bwe leng dan pernah pula mengumpat Thi Eng khi habis habisan dalam istana Ban seng kiong sehingga hampir saja membuat pemuda itu putus asa dan menemui jalan buntu.
Begitu bertemu dengannya, pancaran sinar gusar segera mencorong keluar dari balik mata Thi Eng khi.
Rasa bencinya yang membara membuat dia ingin sekali membacoknya sampai mati untuk melampiaskan rasa benci dan dendam di hati.
Ciu Lan bersikap amat tenang, sama sekali tidak menganggap sebelah matapun terhadap kegusaran Thi Eng khi, malah sambil tertawa manis sapanya .
"Thi sauhiap benar benar kelewat banyak adat, kita kan orang sendiri, mengapa kau harus menyambut kedatangan kami dari jauh? Sungguh membuat kami merasa rikuh sekali, bagaimana kalau kita meneruskan perjalanan bersama dengan naik kereta saja."
Thi Eng khi tertegun, dia sama sekali tidak menyangka kalau gadis itu mempunyai ketajaman mulut yang begitu lihay, baru buka suara sudah merebut posisi diatas angin. Setelah tertawa dingin segera tegurnya .
"Darimana kau bisa tahu kalau kedatanganku untuk menyambut kedatanganmu?"
Ciu Lan pura pura terkejut, kemudian serunya .
"Thi sauhiap, sejak kapan kau sudah meninggalkan perguruan Thian liong pay?"
Dengan gusar Thi Eng khi membentak keras .
"Akulah ciangbunjin dari Thian liong pay, siapa yang bilang kalau aku sudah melepaskan diri dari perguruan Thian liong pay?"
Ciu Lan tertawa ringan.
"Wah, ini membuat orang semakin tidak habis mengerti, bergabungnya partai Thian liong pay ke dalam lingkungan Ban seng kiong sudah menjadi masalah besar yang diketahui setiap orang, kau sebagai seorang ciangbunjin Thian liong pay bukan datang untuk menyambut kedatangan kami, tentunya sudah diusir oleh yaya mu sehingga menjadi seorang murid murtad atau cucu durhaka."
Kemudian sesudah menghela napas panjang, terusnya .
"Aaai.... aku sudah tahu kalau kau adalah seorang manusia yang tak bisa menghormati orang tua, kalau toh sudah diusir oleh yaya mu, apakah kau anggap masih pantas untuk menyebut dirimu sebagai anggota Thian liong pay?"
Saking gusarnya, Thi Eng khi tertawa seram .
"Heeeh.. heehhh. Heeehhh. Kau tak usah bersilat lidah denganku lagi, aku tidak mengijinkan kalian lewat, mau apa kalian!"
Jelas amarahnya sudah memuncak sampai pada batas kemampuannya. Pek leng siancu So Bwe leng segera maju selangkah ke depan, kemudian katanya sambil tertawa .
"Engkoh Eng, jangan marah, budak siaumoy ini memang seorang manusia rendahan yang tak pernah memperoleh didikan, biar siaumoy saja yang memberi pelajaran kepadanya."
Kemudian sambil menuding kearah Ciu Lan, serunya .
"Kau menuduh orang lain tak tahu hormat, bagaimana dengan kau sendiri? Tentunya kau mengerti tentang perbedaan tingkat kedudukan bukan? Setelah seorang budak menjumpai nonanya, mengapa kau tidak berlutut untuk menyambut kedatanganku?"
Sewaktu Ciu Lan berada di rumah Tiang pek lojin, dia telah melayani Pek leng siancu So Bwe leng sebagai seorang dayang.
Jadi apa yang dikatakan sebenarnya merupakan suatu kenyataan.
Ciu Lan sama sekali tidak menyangka kalau gara gara dia banyak berbicara sehingga berakibat Pek leng siancu So Bwe leng mengorek kembali borok dalam tubuhnya, kontan saja dia mendengus dingin.
"Apa yang terjadi dimasa lampau tak lebih hanya suatu taktik belaka, memangnya kau angggap sungguhan?"
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh. haaahhhh. haaahhhh.. siapa yang mengharapkan kau bersungguh sungguh? Aku tak lebih hanya ingin mempermalukan dirimu saja, terus terang kuberitahukan kepadamu sekarang bukan waktunya lagi untuk bersilat lidah, apabila kalian mempunyai kepandaian untuk menangkan kami, tentu saja kami akan lepaskan kalian pergi, kalau tidak lebih baik kalian sipat ekor dan cepat cepat kembali ke istana Ban seng kiong."
Paras muka Ciu Lan berubah menjadi dingin seperti es, sahutnya kemudian .
"Baik! Pun kiongcu akan membacok mampus kau si budak yang bermulut tajam lebih dulu."
Ujung bajunya segera dikibaskan dan jari tangannya yang tajam langsung mencengkeram keatas wajah Pek leng siancu So Bwe leng.
Dimana serangannya dilancarkan segera terasa hawa dingin Hiam im cing khi memancarkan keluar melalui ujung jari tangannya.
Diam diam Pek leng siancu So Bwe leng merinding, coba kalau dia belum pernah menelan pil Tay tham wan dari Siau lim pay dan dibantu Thi Eng khi untuk menembusi kedelapan urat nadinya, mungkin dalam satu gebrakan saja dia sudah akan dibikin keok.
Akan tetapi Pek leng siancu So Bwe leng yang sekarang adalah seorang perempuan yang memiliki kepandaian silat ajaran dari Tiang pek lojin dan Sam ku Sin, ditambah lagi nadi Jin meh dan Tok meh nya sudah berhasil ditembusi, ilmu kiu coan hian kang dari Tiang pek lojin dan Budhi ceng lek dari Sam ku sinni juga sudah dikuasai penuh hingga tenaga dalamnya memperoleh kemajuan pesat, pada hakekatnya kepandaian silat yang dimilikinya sekarang sama sekali tidak berada di bawah kepandaian dari Sam ku sinni.
Maka sambil tertawa dingin serunya .
"Budak ingusan, apabila nonamu tidak memberi pelajaran yang setimpal, rasanya kau pun pasti akan bertambah jumawa sehingga tak tahu diri!"
Diantara getaran sepasang bahunya, dia melayang maju sejauh lima depa dari posisi semula, begitu lolos dari cengkeraman Ciu Lan, dia segera membalikkan badan sambil melancarkan sebuah bacokan dengan ilmu Budhi ceng lek.
Angin pukulan yang menggulung keluar bagaikan sebuah gelombang dahsyat saja, langsung menyapu kearah pinggang Ciu Lan.
"Sebuah serangan yang amat bagus!"
Seru Ciu Lan sambil tertawa riang.
Ujung bajunya dikebaskan berulang kali, jari tangan dan telapak tangan dipergunakan bersama sama, dalam waktu singkat dia sudah melancarkan empat buah serangan berantai.
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi sangat terperanjat, dia sama sekali tidak menyangka kalau gerak serangannya dari Ciu Lan yang disertai dengan kobaran hawa murni Hian im cing khi tersebut nyatanya tidak berada di bawah ilmu Bu dhi ceng lek ajaran gurunya.
Padahal Ciu Lan sendiripun merasa amat terperanjat dengan kenyataan tersebut, dia mengetahui paling jelas tentang tenaga dalam yang dimiliki Pek leng siancu So Bwe leng, walaupun dalam pandangan sementara umat persilatan, perempuan itu termasuk seorang jagoan kelas satu, tapi didalam pandangannya, perempuan itu masih belum berkemampuan apa apa untuk ikut mencantumkan namanya di dalam dunia persilatan.
Tapi setelah terjadi pertarungan sekarang, dia baru merasa bahwa tenaga dalam yang dimiliki gadis tersebut bukan saja dapat dijajarkan dengan deretan nama nama jago tangguh dalam dunia persilatan bahkan selisihnya dengan apa yang dimiliki menjadi tak banyak, hal inilah yang segera membuatnya menjadi terperanjat dan kebingungan setengah mati ..
Sekali lagi kedua sosok bayangan manusia itu saling bersatu untuk melangsungkan pertarungan jarak dekat, serangkaian serangan cepat melawan cepat berkobar amat serunya dalam waktu singkat ratusan gebrakan sudah lewat, kedua belah pihak masih tetap bertahan dengan seimbang, ternyata untuk beberapa waktu sulit rasanya untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Semakin lama waktu berlarut, pertarungan yang berlangsung pun semakin mengendor dan tidak segencar tadi lagi, bayangan tubuh kedua orang itu pun lambat laun semakin kelihatan jelas.
Tatkala Sam ku sinni menyaksikan muridnya bisa bertarung dengan mantap, tenaga dalamnya pun makin sempurna sehingga tidak kalah dengan kesempurnaan sendiri.
Dalam gembiranya dia lantas berbisik kepada Thi Eng khi dengan ilmu menyampaikan suara .
"Keberhasilan anak Leng pada hari ini tak lain merupakan berkah dari sauhiap, pinni sungguh merasa berterima kasih sekali."
Dengan ilmu menyampaikan suara pula Thi Eng khi menjawab .
"Locianpwe, kesemuanya itu merupakan jasa cianpwe yang telah memberi pendidikan kepadanya serta daya kasiat pil Tay tham wan dari Siau lim pay, apa yang boanpwe lakukan tak lebih hanya menyempurnakan apa yang sudah ada, harap cianpwe jangan berkata bagitu, boanpwe akan merasa malu sekali dibuatnya."
Sementara itu, Ci long taysu ketua dari Siau lim pay dan Keng hian totiang ciangbunjin Bu tong pay yang menyaksikan pertarungan antara So Bwe leng dengan Ciu Lan, diam diam menghela napas panjang, mereka merasa semakin malu lagi.
Di samping mereka merasa sedih akan ketidak mampuan partai partai kaum lurus dalam kepandaian silat, di pihak lain mereka pun merasa putus asa sekali atas ketangguhan kekuatan pihak Ban seng kiong.
Mendadak dua orang yang sedang bertarung dengan tangan kosong ditengah arena itu saling berpisah satu sama lainnya, kemudian kedua belah pihak sama sama meloloskan senjata tajam masing masing.
Pek leng siancu So Bwe leng mencabut keluar sebuah senjata Tangan Buddha kemala hijau sepanjang satu depa delapan inci, inilah senjata tajam andalan Sam ku sinni ketika masih berkelana di dalam dunia persilatan dulu, Hun hoa giok ci (jari kemala pemisah bunga) yang menggetarkan dunia persilatan.
Sebaliknya Ciu Lan menggunakan sebuah senjata yang berbentuk seperti telapak tangan, seluruh benda tersebut berwarna merah darah, kelima jari bertekuk membentuk gaya mencengkeram, panjangnya satu depa dan rupanya lebih pendek delapan inci kalau dibandingkan dengan senjata Hun hoa giok ci dari Pek leng siancu So Bwe leng tersebut.
Sam ku sinni merasa terperanjat sekali setelah menyaksikan senjata telapak tangan berwarna merah yang berada di tangan Ciu Lan itu, kuatir kalau Pek leng siancu So Bwe leng tertipu, dengan suara lantang dia pun berseru .
"Leng ji, hati hati! Senjata telapak tangan berwarna merah yang berada di tangan Ciu Lan itu merupakan senjata beracun di dunia ini. Benda tersebut bernama Hian im kui jiu (tangan setan angin dingin), tampaknya cuma satu, tapi setelah dipergunakan maka setiap saat bisa memanjang sampai tiga depa lebih, selain daripada itu, pada ujung jari tangan tersebut tersimpan jarum Hian im ciam yang lembut seperti bulu kerbau, apabila tombol rahasianya di pencet maka jarum tersebut bisa meluncur untuk melukai orang. Jarum mana khusus untuk memecahkan ilmu hawa khikang pelindung badan, kau harus bertindak sangat hati hati."
Bukan saja perkataan tersebut sengaja ditujukan kepada Pek leng siancu So Bwe leng, diapun sekalian memberitahukan hal ini kepada Thi Eng khi.
Mendengar keterangan tersebut, Thi Eng khi segera berkerut kening, sepasang matanya memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan hati.
Sambil mengawasi senjata Hian im kui jiu di tangan Ciu Lan, dia tak berani bertindak secara gegabah.
Sementara Sam ku sinni masih berbicara lagi, kedua belah pihak telah terlibat kembali dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Tampak senjata Kun hoa giok ci yang berada di tangan Pek leng siancu So Bwe leng berubah menjadi segulung cahaya hijau yang bermain di tengah udara saja, segera mengurung seluruh badan Ciu Lan dan berputar tiada hentinya.
Cahaya berwarna merah yang terpancar dari balik senjata Hian im kui jiu dari Ciu Lan pun bergerak kian kemari di tengah kepungan cahaya hijau yang berlapis lapis, walaupun keampuhannya tidak melebihi cahaya hijau yang terpancar keluar dari senjata hun hoa giok ci tersebut, akan tetapi jurus serangan yang dipancarkan sedikitpun tidak kalah dibandingkan dengan pihak lawan.
Tampaknya Pek leng siancu So Bwe leng sudah dibikin tertarik sekali oleh jalannya pertarungan, dia seperti melupakan pesan dari Sam ku sinni saja, jurus serangan yang dipergunakan pun semakin ganas, dia lebih banyak meneter musuhnya untuk memaksakan suatu kemenangan dalam waktu singkat.
Sebaliknya Ciu Lan pun menghadapi desakan musuhnya dengan suatu pertarungan ganas dan sadis.
Pada saat itulah Ciu Lan sedang menusuk jalan darah Khi bun hiat ditubuh Pek leng siancu So Bwe leng dengan jurus Jau ci huang swan (dari jauh menunjuk akhirat).
Pek leng siancu So Bwe leng segera menjatuhkan tubuh bagian atasnya kebelakang, kemudian senjata Hun hoa giok ci nya menggunakan jurus Ban hoa eng cun untuk menyongsong datangnya serangan dari senjata Hian im kui jiu tersebut.
"Kraaak...."
Mendadak senjata Hian im kui jiu di tangan Ciu Lan tersebut bukan saja telah bertambah panjang dua depa, bahkan setelah tiba ditengah jalan mendadak saja gerak serangan itu menjadi miring ke bawah dan langsung menotok jalan darah Hu ciat hiat diatas lambung Pek leng siancu So Bwe leng.
Tiba tiba saja Pek leng siancu So Bwe leng menjadi amat terperanjat, sekarang dia baru teringat dengan pesan gurunya, buru buru tubuhnya berputar sembari tarik napas panjang panjang, badannya dipaksakan untuk bergeser satu depa kesamping, nyaris sekali dia termakan oleh sodokan senjata Hian im kui jiu dari Ciu Lan.
Siapa tahu duduknya persoalan tak segampang itu saja, mendadak Pek leng siancu So Bwe leng merasakan pinggangnya menjadi kaku, entah sedari kapan rupanya Ciu Lan telah membidikkan jarum Hian im ciang yang secara telak menghantam sisi jalan darah Thian ci hiatnya.
Jarum Hian im ciang tersebut bukan hanya khusus dipakai untuk mematahkan pertahanan hawa khikang belaka, bahkan mengandung racun yang sangat jahat, begitu tubuhnya kesemutan, Pek leng siancu So Bwe leng segera merasakan pandangan matanya berkunang kunang dan tubuhnya gontai, setelah itu roboh terjengkang ke belakang.
Semenjak awal pertarungan tadi, Thi Eng khi sudah berjaga jaga di samping Pek leng siancu, walaupun tenaga dalamnya amat sempurna, toh pengalamannya masih kurang.
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sewaktu menyaksikan So Bwe leng berhasil meloloskan diri dari sergapan senjata Hian im kui jiu dari Ciu Lan tadi, dia menganggap ancaman bahaya untuk Pek leng siancu So Bwe leng sudah lewat, sehingga tak urung pikirannya ikut bercabang pula.
Siapa tahu, pada saat itulah Pek leng siancu So Bwe leng telah termakan oleh sergapan gelap.
Di saat tubuh Pek leng siancu So Bwe leng masih gontai inilah anak muda tersebut segera melayang maju ke depan dan menyambar pinggang si gadis yang hampir roboh terjengkang ke tanah itu, kemudian tak sempat menggubris Ciu Lan, dia segera mengundurkan diri kearah belakang.
Semua gerakan tubuhnya dilakukan dengan kecepatan luar biasa, tidak sempat terlihat bagaimana dia maju, tahu tahu semua orang menyaksikan dalam bopongannya sudah bertambah dengan seseorang.
Tampaknya tidak seorang manusia pun yang tahu dengan cara apakah dia telah menyelamatkan jiwa Pek leng siancu So Bwe leng dari ancaman bahaya maut.
Hian im li Ciu Lan lebih tertegun lagi, sepasang matanya sampai terbelalak lebar lebar dengan mulut melongo, untuk beberapa saat lamanya dia hanya bisa memandang kearah Thi Eng khi dengan wajah kebingungan dan tidak habis mengerti.
Sam ku sinni segera melayang kesisi tubuh Pek leng siancu So Bwe leng, kemudian dengan wajah serius katanya .
"Leng ji sudah terkena jarum Hiam im ciam, jarum Hiam im ciam amat beracun dan tiada obat penawarnya ...... aaaai, bagaimana baiknya sekarang?"
Thi Eng khi segera menotok jalan darah Ciang bun hiat, Thian keng hiat, Kay khong hiat, Jit kan hiat, Cu cing hiat, Kwa pang hiat, dan Kay khong hiat , tujuh buah jalan darah penting di tubuh Pek leng siancu So Bwe leng.
Kemudian dari sakunya dia mengambil pil Kim khong giok leng wan dan menjejalkan tiga butir ke dalam mulut Pek leng siancu So Bwe leng.
Setelah menyerahkan kepada Sam ku sinni, katanya .
"Soal racun yang mengeram dalam tubuh adik Leng, kini sudah tak perlu dikuatirkan lagi, harap locianpwe berusaha untuk mencabut keluar jarum Hian im ciam tersebut dari luka mulut adik Leng. Boanpwe akan menghadapi sendiri siluman perempuan itu!"
Selesai berkata dia lantas menerjang ke hadapan siluman perempuan Ciu Lan dan berseru gusar .
"Hatimu kelewat kejam, aku tak bisa membiarkan manusia seperti kau tetap hidup di dunia ini."
Tidak menunggu sampai siluman perempuan Ciu Lan sempat memberikan jawabannya, dia segera turun tangan melancarkan sebuah totokan ke tubuh perempuan tersebut.
Sedemikian cepatnya serangan tersebut meluncur datang, ditambah lagi Hiam im li Ciu Lan berada dalam keadaan tidak bersiap sedia, dengan gugup dia lantas menyelinap ke samping untuk meloloskan diri.
Walaupun dia berhasil menghindari sergapan terhadap jalan darah Hian ki hiat nya tersebut namun kekuatan jari tangan nya itu toh sempat menghantam jalan darah Ngo li hiatnya juga.
Begitu lengannya terasa kesemutan, segenap kekuatan yang dimiliki pun menjadi punah, tak ampun lagi senjata Hian im kui jiu tersebut terlepas dari genggaman nya dan terjatuh ke tanah.
Berada dalam keadaan demikian, Ciu Lan tak berani memunggut kembali senjata Hian im kui jiu nya lagi, dengan gugup ia mengundurkan diri sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.
Thi Eng khi amat membenci terhadap senjata tajam yang keji dan berbahaya itu, dengan gemas ia menginjak Hian im kui jiu tersebut keras keras, hawa murninya segera disalurkan lewat telapak kaki dengan maksud untuk menghancurkan senjata mana.
Dengan cepat dia dapat merasakan bahwa senjata Hian im kui jiu tersebut dari baja asli yang kuat sekali, pada hakekatnya sukar untuk dirusak.
Pada saat itulah, Hian im li Ciu Lan segera berpaling, melihat perbuatan pemuda tersebut, dia lantas mengejek sambil tertawa dingin .
"Hian im kui jiu merupakan senjata mustika dari perguruan kami, tak nanti senjata tersebut bisa dihancurkan dengan mengandalkan kekuatan luar, aku lihat lebih baik tak usah membuang tenaga dengan percuma lagi ...."
Ejekan mana sinis sekali, senyuman dan suara tertawanya juga amat menusuk pendengaran.
Thi Eng khi mendengus dingin, dia sama sekali tidak menggubris perkataan orang, ujung kakinya segera mencukil senjata Hian im kui jiu tersebut hingga mencelat setinggi tiga kaki lebih, lalu tangan kanannya menggapai dan senjata Hian im kui jiu tersebut tahu tahu sudah terisap kedalam genggamannya.
Setelah itu anak muda tersebut berpekik amat nyaring, ditengah pekikan mana, hawa murninya dikerahkan sampai mencapai dua belas bagian lebih .....
Begitu selesai bersuit, dengan wajah bersungguh sungguh serunya .
"Sekarang juga aku akan menghancurkan Hian im kui jiu tersebut, apabila aku tak mampu melakukannya, kalian boleh lewat dengan sekehendak hati sendiri!"
Hian im li Ciu Lan segera tertawa terkekeh kekeh dengan suara yang tinggi melengking dan amat tak sedap didengar.
"Heeehhhh.... heehhhhh..... heeehhh...... Toa ci, nampaknya waktu untuk kita tak akan akan terbengkalai!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Thi Eng khi, sepasang tangannya segera mencengkeram senjata Hian im kui jiu tersebut kencang kencang, lalu sambil mengerahkan tenaga dalamnya ia tekuk senjata yang terbuat dari baja asli itu sehingga patah menjadi dua bagian, setelah membuang gagang senjata, dia segera mencengkeram senjata berbentuk telapak tangan setan itu dan ditekan dengan kedua belah telapak tangannya.
Di dalam waktu singkat, senjata tersebut telah berubah menjadi segumpal besi rongsokan.
Demonstrasi tenaga dalam yang demikian sempurnanya ini kontan saja membuat Hiam im ji li (dua wanita Hian im) menjadi pucat pias lantaran terperanjat, tanpa terasa peluh dingin pun jatuh bercucuran dengan amat derasnya.
Tentu saja ketua dari Siau lim pay dan ketua dari Bu tong pay yang tidak mengetahui sampai dimanakah kerasnya senjata Hian im kui jiu tersebut sama sekali tidak menunjukkan perasaan kaget yang luar biasa, mereka berdua hanya membungkam diri tanpa memberi komentar apa apa.
Selang sesaat kemudian, dua perempuan Hian im tersebut sudah berbisik bisik dengan suara lirih, nampaknya mereka sedang merundingkan situasi yang sedang dihadapi saat ini.
Menyusul kemudian Hian im li Cun Bwee mengebaskan ujung baju merahnya, empat puluh delapan orang lelaki perempuan itu segera melompat turun dari punggung kuda masing masing sembari meloloskan senjata tajam.
Sedangkan Hian im li Cun Bwee juga telah meloloskan sebuah senjata Hian im kui jiu.
Rupanya Hian im kui ji tersebut semuanya terdiri dari dua buah, oleh Hian im tee kun kedua senjata tersebut diberikan kepada dua orang perempuan tersebut seorang satu.
Kini Hian im li Ciu Lan telah berganti menggunakan ruyung lemas berwarna warni untuk menggantikan senjata Hian im kui jiu nya yang telah musnah.
Mendadak Hian im li Cun Bwee bersuit nyaring, keempat puluh delapan orang lelaki perempuan itu segera bergerak ke depan.
Empat lelaki empat perempuan berpisah membentuk satu regu dengan enam kelompok manusia yang terbagi bagi arahnya, mereka sama mendekati Thi Eng khi ......
Ketua Kay pang si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera membentak keras, dengan membawa Ngo heng ngo kay nya dia menyerbu ke hadapan Thi Eng khi, serunya kemudian .
"Saudara cilik, harap kau mundur selangkah, biar kami yang hadapi kerubutan mereka itu!"
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Thi Eng khi memandang sekejap wajah orang orang itu, kemudian sahutnya .
"Harap engkoh tua mundur, hari ini mereka datang untuk mencari gara gara dengan Thian liong pay, sudah sewajarnya bila siaute yang menghadapi mereka, apabila aku sudah tak mampu untuk mempertahankan diri saja kalian baru menggantikan kedudukanku ini. Sekarang, silahkan saja engkoh tua dan ciangbunjin berdua menjaga mereka semua, jangan sampai ada diantara mereka yang berhasil lolos dari bukit ini."
"Omitohud!"
Seru ketua Siau lim pay, Ci long taysu dari kejauhan sana.
"walaupun barisan Siau kiu tan goan tin dari kuil kami tak bisa dibandingkan ketangguhannya dengan barisan Lohan toa tin, namun pinceng percaya mereka tak akan mampu untuk menerjang keluar dari kepungan kita!"
Keng hian totiang, ciangbunjin dari Bu tong pay segera menyambung pula .
"Thi ciangbunjin tak usah kuatir, barisan pedang Jit seng kiam tin dari partai kamipun bersiap sedia untuk menciduk setiap orang yang berusaha kabur dari sini."
Dalam keadaan demikian, terpaksa pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po hanya bisa berpesan kepada Thi Eng khi .
"Kau harus berberhati hati!"
Kemudian dengan mengajak Ngo heng ngo kay mengundurkan diri ke posisinya semula.
Thi Eng khi segera mengeluarkan ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im untuk menerjang ke muka, tidak menunggu lelaki perempuan anggota perkumpulan lawan menyerbu datang, dia sudah melakukan tindakan lebih dahulu dengan menerjang orang orang tersebut.
Gerakan tubuhnya amat cepat, diantara kelebatan tubuhnya, jari tangannya menyodok ke timur menotok ke barat, dengusan tertahan segera berkumandang silih berganti, tak selang beberapa saat kemudian kawanan lelaki perempuan itu sudah bertumbangan ke atas tanah.
Jangan toh memberikan perlawanan, untuk melihat jelas wajah musuhnya pun tak sempat, tahu tahu saja tubuh mereka sudah dirobohkan oleh Thi Eng khi.
Menyaksikan hal mana, sisanya menjadi ketakutan setengah mati dan bersama sama mengundurkan diri kebelakang tubuh kedua perempuan Hian im tersebut.
Thi Eng khi segera tertawa keras.
"Haahhhs.. haaahh.. haaahh.. kalau dengan mengandalkan kepandaian seperti inipun kalian ingin memperlihatkan kejelekan dihadapan Thian liong pay kami, hmm apakah orang persilatan d dunia ini tak akan memandang rendah orang orang dari Ban seng kiong kalian?"
Padahal kedua orang perempuan Hian im itu tahu kalau keempat puluh delapan orang anggota mereka rata rata merupakan jagoan lihay yang mempunyai nama besar dalam dunia persilatan tapi berhubung jumlah mereka terlampau banyak dan kepandaian silat yang dimiliki tak mampu dikembangkan ditambah pula tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi amat sempurna, gerakan tubuhnya pun cepat bagaikan sambaran kilat, itulah sebabnya kemenangan berhasil diraih oleh si anak muda tersebut secara mudah.
Sementara itu, kedua orang perempuan Hian im tersebut sudah mulai menaruh perasaan bergidik terhadap Thi Eng khi.
Jangankan dibelakang Thi Eng khi sekarang masih terdapat sepuluh orang pendeta, sepuluh orang tojin, enam orang pengemis dan seorang nikou, sekalipun hanya Thi Eng khi seorang pun mereka lebih banyak berada di pihak yang kalah daripada menang.
Setelah berunding sebentar, mereka memutuskan untuk tidak mengundurkan diri dengan begitu saja.
Kedua orang perempuan Hian im tersebut segera menunjuk tujuh orang lelaki dan bersama mereka berdua, sembilan orang bersama sama terjun kearena untuk mengurung Thi Eng khi.
Kepandaian silat yang dimiliki dua orang perempuan Hian im tersebut pada dasarnya memang amat lihay ditambah pula tujuh orang lelaki itu merupakan jago pilihan, dengan membentuk barisan Hian im kiu ciat tin, mereka segera mengurung Thi Eng khi rapat rapat.
Thi Eng khi tentu saja tak perlu kuatir atau takut menghadapi ilmu barisan tersebut nanum dia dapat merasakan bahwa barisan yang dibentuk oleh kesembilan orang itu sekarang, sudah pasti jauh lebih lihay daripada kerubutan orang orang banyak tadi.
Ciu Lan, salah seorang dari dua perempuan Hian im tersebut segera menengok ke wajah Thi Eng khi, kemudian jengeknya .
"Thi ciangbunjin, apabila kau sanggup mengungguli ilmu barisan kami ini, hari ini kami semua akn segera menarik diri dari tempat ini!"
Sementara Cun Bwee segera memutar senjata Hian im kui jiu nya sebanyak tiga kali diatas kepala. Kemudian dengan memimpin delapan orang lainnya, mereka mulai mengurung Thi Eng khi sambil berputar mengelilinginya. Thi Eng khi segera mendengus dingin.
"Hmmm, aku justru kuatir kalau sampai waktunya, kalianlah yang tak mampu untuk meninggalkan tempat ini!"
Mereka sudah berputar sebanyak delapan lingkaran, pada saat berputaran yang kesembilan kalinya itulah barisan Hian im kui ciat tin akan segera mencapai pada puncak Kehebatannya, bila serangan dilepaskan pada saat itu maka kedahsyatannya tak akan terbendung oleh siapa saja.
Siapa sangka disaat itulah, mendadak dari kejauhan sana berkumandang seruan seseorang dengan suara yang tak begitu nyaring, tapi dapat didengar oleh setiap orang dengan jelas .
"Thi sauhiap memiliki ilmu sakti Heng kian sinkang Cu sim ci cu Thio Biau liong, kalian semua bukan tandingannya, ayo cepat mundur semua!"
Berbareng dengan seruan mana, segera terlihatlah sesosok bayangan manusia yang meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.
Thi Eng khi kuatir semua orang tidak mengetahui siapa gerangan manusia yang barusan menampakkan diri itu, maka menggunakan kesempatan tersebut segera teriaknya .
"Ooooh, rupanya Hian im Tee kun, telah berkunjung sendiri kemari, tak heran kalau dalam sekilas pandangan saja kau sudah mengenali asal usul dari sinkang yang kugunakan."
Hian im Tee kun segera mengawasi Thi Eng khi beberapa saat lamanya, kemudian tertawa terbahak bahak .
"Haaahh... haaahh.... haaahh sudah seratus tahun lamanya lohu tak pernah berkelana dalam dunia persilatan, sungguh tak kusangka dan hari ini bisa berjumpa dengan seorang yang secara dipaksakan masih dapat menandingi lohu!"
Walaupun perkataannya itu bernada sangat angkuh, jumawa dan amat tekebur, namun maksud yang sesungguhnya tak lain adalah mengangkat derajat Thi Eng khi dalam pandangannya.
Sepanjang perjalanan menuju ke utara Thi Eng khi sudah banyak mendengar tentang segala sesuatu mengenai Hian im tee kun tersebut dari mulut Sam ku sinni.
Diapun sadar bahwa tenaga dalam yang dimiliki orang itu sudah mencapai taraf yang luar biasa sekali, mungkin dikolong langit dewasa ini sulit untuk menemukan seorang manusia pun yang mampu untuk menandingi kehebatannya.
Thi Eng khi sendiri memang berbakat bagus, dia pun sudah cuci otot dengan mempergunakan empat macam obat mestika yang dicari oleh keempat orang paman gurunya terutama setelah berhasil mempelajari ilmu Heng kian sinkang, boleh dibilang seluruh manfaat obat mestika yang masih tersisa dalam tubuhnya telah terhisap dan termanfaat semua.
Semuanya itu masih ditambah lagi dengan ilmu sim hoat perguruan yang lihay, sehingga keberhasilan yang berhasil dicapainya sekarang, pada hakekatnya tidak diketahui dengan jelas oleh dirinya sendiri.
Hal ini tak bisa dikatakan ia bodoh, berhubung pelajaran itu diajarkan semasa ia masih muda, ditambah lagi kemajuan yang berhasil dicapainya pun diluar kemampuan orang biasa.
Hal ini pun yang membuat dirinya tak sanggup untuk mengenali kemampuannya sendiri.
Dengan perkataan dari Hian im Tee kun sekarang, maka tak salah lagi kalau dia telah menyamakan keberhasilan yang berhasil diraih Thi Eng khi sekarang sudah hampir menghadapi taraf kemampuan sendiri.
Thi Eng khi pribadi masih tidak terpengaruh oleh ucapan tersebut, namun sepuluh pendeta, sepuluh tosu, enam pengemis, seorang nikou dan Sam ciat jiu Li Tin tang serta pencuri sakti Go jit sekalian merasakan hatinya seperti terombang ambing di tengah awan, seolah olah pujian dari Hian im tee kun itu ditujukan kepada mereka.
Sebab kini mereka sudah tahu kalau dalam dunia persilatan, akhirnya muncul juga seseorang yang mampu untuk menandingi kemampuan Hian im Tee kun.
Berhadapan dengan manusia buas yang berilmu tinggi ini walaupun Thi Eng khi merasa hatinya sangat tegang, namun dia sama sekali tak berani gegabah, sekuat tenaga dia berusaha untuk menenangkan diri dan tak sampai membuat perhatiannya menjadi bercabang, setelah itu sahutnya dengan lantang .
"Terima kasih banyak atas pujianmu itu aku tak berani menerimanya...."
Kemudian sesudah berhenti sejenak, dengan wajah serius katanya lebih jauh .
"Cuma aku sama sekali tidak merasa bangga oleh pujianmu itu!"
Hawa amarah segera berkobar didalam dada Hian im Tee kun, namun amarah tersebut tak sampai diperlihatkan diatas wajahhya, memincingkan mata dan tertawa ujarnya .
"Belum pernah ada seorang pemuda yang berusia sebaya dengan kau berhasil mencapai tingkatan yang begini tinggi apalagi yang belum membuatmu merasa puas?"
"Apabila badai dan bencana yang mengancam dunia persilatan dapat kuhilangkan saat itulah aku baru merasa amat bangga!"
Hian im Tee kun segera tertawa terbahak bahak sesudah mendengar perkataan itu.
"Haaahh.... haaahhh.... haaahhh. agaknya pendapat seorang enghiong memang selamanya sama, apa yang menjadi cita cita Thi sauhiap tak lain adalah apa yang lohu pikirkan, apabila kita bersedia untuk bekerja sama, rasanya tak sulit untuk menghilangkan bibit bencana dari dunia persilatan, dengan demikian, bukankah apa yang kau harapkan pun akan segara tercapai?"
Apa yang dikatakan Hian im tee kun tersebut kedengaran masuk akal dan sulit sekali untuk dibantah.
Untuk sesaat lamanya Thi Eng khi menjadi termenung, ia sedang menyusun kalimat untuk membongkar maksud jahat Hian im Tee kun tersebut.
Siapa sangka pencuri sakti Go Jit salah mengira Thi Eng khi sedang mempertimbangkan tawaran dari Hian im Tee kun tersebut.
Sebagai seorang yang berasal dari Ban seng kiong, tentu saja dia cukup mengetahui akan rencana busuk Ban seng kiong untuk menguasai dunia persilatan.
Kuatir kalau Thi Eng khi termakan oleh bujukan lawan sehingga mengalutkan rencana dan merugikan dirinya sendiri, buru buru serunya dengan suara lantang .
"Thi ciangbunjin, kau jangan mau berkomplotan dengan harimau, apalagi mendengar bujuk rayunya!"
Mencorong sorot mata tajam dari balik mata Hian im Tee kun, ditatapnya wajah si pencuri sakti Go Jit tajam tajam, kemudian dengan gusar menegur keras .
"Kaukah yang bernama pencuri sakti Go Jit?"
Seperti apa yang diketahui, jumlah anggota yang bergabung dengan Ban seng kiong banyak sekali, meskipun pencuri sakti Go Jit merupakan seorang jago tua yang amat termashur namanya dalam dunia persilatan, akan tetapi kedudukannya dalam istana tidak begitu penting, ia pun bukan seorang manusia yang mempunyai keahlian khusus.
Oleh sebab itu, ditinjau dari pertanyaan yang diajukan oleh Hian im tee kun tersebut bisa diketahui kalau jarak hubungan diantara mereka amat jauh, bahkan pemimpin dari Ban seng kiong ini tidak begitu mengenal dirinya.
Sewaktu sorot mata Pencuri sakti Go Jit saling berbenturan dengan tatapan mata dari Hian im Tee kun, tanpa terasa tubuhnya menjadi bergidik.
"Hamba.."
Mungkin disebabkan terpengaruh oleh kewibawaan Hian im Tee kun, maka tanpa disadari ia telah membahasai diri sebagai "hamba"
Kembali. Tapi begitu ucapan mana diutarakan, dia baru merasa kalau keadaan tidak benar, cepat cepat gantinya.
"Yaa, betul, akulah Go Jit!"
Dengan nada suara yang amat datar kembali Hian im Tee kun berkata .
"Kau adalah orang pertama yang berani berkhianat terhadapku semenjak pun Tee kun mendirikan Ban seng kiong, hmm tampaknya nyalimu benar benar amat besar!"
Dibalik nada suara yang datar, lamat lamat terselip hawa napsu membunuh yang benar benar menggetarkan sukma.
Pencuri sakti Go Jit tak berani membantah, namun paras mukanya telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat.
Kembali Hian im Tee kun berkata sambil tertawa .
"Memandang diatas wajah Thi saubiap, pun Tee kun bersedia memberi pengampunan untuk kesalahanmu itu, sekarang ayo kembali ke samping Kiongcu berdua."
"Terima kasih atas budi kebaikan Tee kun!"
Sahut Pencuri Go Jit dengan suara gemeter.
Sungguh aneh sekali kalau dibicarakan, ternyata dia segera bergerak maju tanpa melawan, sama sekali beda dengan peringatan yang diberikan kepada Thi Eng khi tadi.
Sam ciat jiu Li Tin tang segera menarik lengannya sembari membentak keras .
"Saudara Go, jangan ke situ!"
Pencuri sakti Go Jit tertawa rawan.
"Inilah budi kebaikan yang dilimpahkan Tee kun kepada siaute, kalau tidak siaute bisa jadi akan terperosok dalam keadaan yang benar benar mengenaskan"
Hian im Tee kun yang mendengar perkataan tersebut segera tertawa, sambungnya dengan cepat .
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau memang menurut sekali, nanti pun Tee kun bersedia untuk mempertimbangkan kembali akan kesalahan itu!"
Pencuri sakti Go Jit segera membalikkan badan dan menjura kepada sepuluh pendeta, sepuluh tosu, enam pengemis dan seorang nikou itu, lalu katanya .
"Go Jit hanya punya awal tak ada akhir, moga moga tak sampai mengecewakan kalian semua."
Kemudian dengan langkah lebar dia berjalan menuju ke arah Hian im ji li berdiri. Thi Eng khi segera membentak dengan suara menggeledek .
"Asal jiwa ksatria mu masih tetap ada sekalipun diancam dengan golokpun tak perlu kuatir. Go tayhiap, apa yang kau takuti."
Pencuri sakti Go Jit menghentikan langkahnya, kemudian menyambut dengan perasaan kuatir .
"Kematianku seorang tak perlu disayangkan, tapi dengan demikian akan memancing datangnya bencana bagi semua sobat yang hampir di arena sekarang, itulah yang tidak dikehendaki oleh Go Jit!"
"Apa yang kau ucapkan tersebut sudah berada di dalam dugaanku, bila aku tak bisa turut membagi kesulitan dengan Go tayhiap buat apa aku menjadi sahabatmu selama ini."
Kalau didengar dari nada pembicaraannya, jelas dia sudah bertekad untuk menghadapi situasi macam apapun tanpa perasaan menyesal. Pencuri sakti Go Jit benar benar merasa terharu sekali, menyusul kemudian dia pun menghela napas panjang.
"Aaaai, setelah Thi ciangbunjin berkata demikian, aku merasa semakin harus bagi diriku untuk pergi kesana!"
Selesai berkata, kembali dia beranjak pergi dari situ. Thi Eng khi menjadi melongo.
"Go tayhiap,"
Segera teriaknya.
"mengapa perkataanmu saling bertentangan satu sama lainnya? Aku benar benar dibikin kebingungan!"
Pencuri sakti Go Jit membuka mulutnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi dia pun segera merasa tidak seharusnya mengutarakan perkataan mana, akhirnya setelah mengurungkan niatnya, dengan membusungkan dada dia berjalan maju lebih jauh.
Hian im tee kun segera memanggil si pencuri sakti Go Jit, kemudian katanya .
"Pun Tee kun mengijinkan kepadamu untuk mengungkapkan peraturan dari istana kita kepada Thi sauhiap!"
Dengan suara lantang pencuri sakti Go Jit segera berseru .
"Peraturan ke lima dari Ban seng kiong berbunyi . Barang siapa berani berkhianat terhadap istana, bila tertangkap maka dia akan dijatuhi hukuman berat Ban ciat lun hui, apabila dia tak mau menyerah dan mencoba untuk melarikan diri maka segenap sahabat baiknya akan turut dijatuhi hukuman tersebut."
Jilid 32 Dari ucapan mana bisa disimpulkan bahwa bukan orang yang berkhianat saja yang akan dijatuhi hukuman mati, bahkan semua orang yang berada bersamanya akan turut mengalami nasib tragis yang sama.
Selesai membacakan pasal peraturan itu, dengan wajah yang amat sedih si pencuri sakti Go Jit berkata lebih jauh .
"Aku si pencuri tua tak ingin menyusahkan rekan-rekan sekalian, harap kalian sudi memaafkan!"
Kembali dia melanjutkan perjalanannya kearah Hian im ji li berdua.
Thi Eng khi tahu kalau keputusan tersebut terpaksa diambil oleh pencuri sakti Go Jit demi keselamatan rekan rekannya, apalagi setelah menyaksikan keteguhan hatinya itu, anak muda tersebut sadar bahwa rekannya ini tak mungkin bisa dibujuk dengan sepatah dua patah kata saja apalagi saat itu memang tiada banyak waktu untuk mengajaknya banyak berbicara, maka sambil tertawa terbahak bahak katanya .
"Haaahhh. ..haaahhh....haaahhh.... Go tayhiap, selama aku Thi Eng khi masih berada di sini, jangan harap rencanamu untuk mengorbankan diri bisa terwujud seperti apa yang kau inginkan!"
Belum selesai dia berkata, tampak bayangan manusia berkelewat lewat, tahu tahu pencuri sakti sudah kena dicengkeram oleh Thi Eng khi dan dilemparkan kearah Keng it totiang dari Bu tong pay.
"Harap lindungi keselamatan Go tayhiap dengan barisan Jit seng kiam tin perguruan kalian!"
Selesai berkata, dia sudah melayang balik ketempat semula.
Hian im Tee kun sama sekali tidak berkutik dari posisinya semula meskipun dia menyaksikan Thi Eng khi mencengkeram orang dan dilemparkan kedalam barisan Jit seng kiam tin.
Menanti si anak muda itu sudah balik kembali ke tempatnya semula, dia baru berkata sambil tertawa .
"Patung lumpur hendak menyeberang jalan, untuk melindungi keselamatan sendiri pun tak mampu, masih ingin menyelamatkan jiwa orang .. Hmmm! Thi sauhiap, apakah kau tidak kuatir kalau tindakanmu itu akan menimbulkan bencana bagi orang orang Siau lim pay dan Bu tong pay?"
Mendengar perkataan tersebut, Thi Eng khi menjadi tertegun, kemudian pikirnya .
"Kalaupun aku sendiri tidak memikirkan persoalan ini, memang tidak seharusnya menyeret orang lain dalam keadaan seperti ini. Yaa, tindakan yang kuambil sekarang memang kelewat ceroboh!"
Perasaan menyesal segera timbul dalam hati kecilnya, baru saja dia akan berpaling untuk minta maaf kepada rekan rekan dari Siau lim pay dan Bu tong pay, mendadak terdengar Keng hian totiang, ketua dari Bu tong pay sudah terkata dengan ilmu menyampaikan suara.
"Suatu persahabatan sejati tidak memperhitungkan soal untung rugi, apalagi musuh tangguh berada didepan mata sekarang, harap Thi ciangbunjin jangan memecahkan perhatian sehingga situasi kena ditunggangi musuh."
Dari ucapan mana sudah jelas terdengar kalau mereka semua siap sedia untuk menghadapi bencana bersama sama, disamping memperingatkan kepada Thi Eng khi untuk meningkatkan kewaspadaannya.
Thi Eng khi menjadi amat terperanjat, dengan cepat dia berusaha untuk menenangkan pikirannya, kemudian menghimpun tenaga dalamnya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, setelah itu dengan sikap tak acuh katanya sambil tertawa hambar .
"Aku tidak kuatir untuk menghadapi banyak persoalan, lihat saja nanti akan hasilnya."
Hian im Tee kun betul betul gusar sekali, namun diluar dia tetap bersikap lembut dan lunak, kembali dia berkata .
"Thi ciangbunjin memang seorang enghiong hohan, pun Tee kun paling suka dengan pemuda seperti kau, lebih baik tak usah kita bicarakan lagi tentang masalah yang memuakkan hati itu, bagaimana kalau kita berbincang kembali dari awal untuk mencoba menjajaki suatu kerjasama diantara kita berdua?"
Dengan cepat Thi Eng khi menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tiada persoalan yang dibicarakan lagi diantara kita berdua, aku bersedia menerima petunjuk dari Tee kun!"
Meledaklah amarah dalam hati Hian im Tee kun, dia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahhh. haaahhh... haaahhh. kau, kau., kau anggap kepandaian yang kau miliki itu sudah mampu untuk menandingi pun Tee kun? Pada seratus tahun berselang pun Tee kun sudah pernah mencoba kehebatan dari ilmu Heng kian sinkang tersebut akhirnya yang mampus bukan pun Tee kun melainkan pihak lawan. Huuuh, dengan mengandalkan hasil latihanmu selama dua puluh tahun, sekalipun balik pada seratus tahun berselang pun paling banter hanya bisa bertarung seimbang denganku, tapi hari ini . hmmm, kuanjurkan kepadamu, lebih baik janganlah keblinger oleh kata kata pujianku tadi sehingga tak tahu diri!"
Paras muka Thi Eng khi berubah pula menjadi amat serius, katanya dengan wajah bersungguh sungguh .
"Selama kebenaran berada ditanganku, tak akan kuhindari semua kenyataan yang ada, sekalipun harus mempertaruhkan selembar jiwa pun. Kini hanya sebuah jalan yang bisa kita tempuh, yakni kalau bukan kau yang mampus, akulah yang binasa."
Seusai berkata, dia memandang sekejap ke arah dua orang perempuan Hian im tersebut, lalu terusnya .
"Mereka semua bukan tandinganku, apabila Tee kun merasa jeri untuk melangsungkan pertarungan, aku pun bersedia untuk memberi kelonggaran dengan memberi kesempatan bagi kalian pada hari ini untuk kembali ke istana Ban seng kiong."
Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir Hian im Tee kun segera lenyap tak berbekas, serunya cepat .
"Kau benar benar seorang manusia yang tak tahu diri, aku akan mengalah tiga jurus untukmu!"
Dengan cepat Thi Eng khi melepaskan tiga pukulan ke tengah udara, lalu menyahut .
"Mengingat usiamu sudah lanjut, tiga jurusmu itu sudah kuterima.."
Bayangan tubuh berkelebat, dia sudah menerjang ke depan, pedang Thian liong kim kiamnya dicabut keluar dan menggunakan jurus Tiang hong koan jit (pelangi panjang menutupi matahari) langsung menusuk jalan darah Hu ciat hiat di lambung Hian im Tee kun.
Menghadapi musuh yang demikian tangguhnya ini, Thi Eng khi masih belum mengerti apakah kemampuannya sanggup untuk menghadapi lawan atau tidak, maka dia tak berani bertindak gegabah.
Untung saja dia berusia lebih muda daripada musuhnya sehingga tak usah lagi menjaga nama dan kedudukan, itulah sebabnya begitu turun tangan dia lantas mencabut keluar pedang Thian liong kim kiamnya.
Maju sembari mencabut pedang, berkelebat sambil melancarkan serangan, keempat gerakan itu dilakukan berbarengan waktunya, membuat orang tak sempat untuk melihat jelas gerakan tersebut.
Seandainya musuhnya bukan Hian im Tee kun mungkin jarang sekali ada yang mampu untuk menyambut serangannya itu.
Sebab gerakan tubuhnya terlampau cepat bagaikan sambaran petir saja, tahu tahu ujung pedangnya sudah berada dua inci saja diatas jalan darah Hu ciat hiat dari Hian im Tee kun.
Hian im Tee kun memang bukan manusia sembarangan, menyaksikan datangnya tusukan pedang Thian liong kim kiam dari Thi Eng khi tersebut, dia segera tertawa dingin kemudian jengeknya .
"Gerakan tubuhnya mah cukup bagus, sayang sekali dalam pandangan pun Tee kun hal itu masih belum terhitung seberapa!"
Dia segera membalikkan telapak tangan kirinya dan menggunakan sisi telapak tangannya dia sambut datangnya ancaman pedang dari Thi Eng khi tersebut.
Segulung tenaga pukulan yang amat kuat dengan cepat menggerakkan pedang Thi Eng khi sehingga miring ke samping dan menusuk ke tempat yang kosong disamping kanan pinggangnya.
Dalam keadaan demikian, terpaksa Thi Eng khi harus melayang pergi dari situ.
Hian im Tee kun sama sekali tidak berkutik, tapi nyatanya dia telah berhasil meloloskan diri dari serangan pertama Thi Eng khi.
Di dalam bentrokan mana, Thi Eng khi memang tidak berniat untuk melakukan tindakan untung untungan, kegagalannya untuk menusuk tubuh Hian im Tee kun juga sudah berada dalam dugaannya semula, maka dia tidak merasa apa apa.
Hanya disadari bahwa kesempurnan tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun benar benar mengerikan sekali.
Berbeda sekali dengan apa yang dirasakan oleh Hian im Tee kun, walaupun ia sudah tahu kalau Thi Eng khi memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, toh dia masih menilai musuhnya terlampau rendah.
Dia tidak menyangka kalau kelihayan si anak muda itu jauh diatas apa yang di duganya semula, bahkan dengan dia sendiri pun tidak terpaut banyak, bayangkan saja bagaimana mungkin hatinya tidak merasa terperanjat sekali? Sekarang, dia sudah tak berani bertindak secara gegabah lagi, sembari memutar sepasang telapak tangannya, dia berseru .
"Nah, kau pun boleh mencoba kelihayan dari pun Tee kun!"
Bahu tanpa bergoyang, badan tanpa bergerak, entah dengan cara bagaimana dia bergerak, tahu tahu sudah mendesak kehadapan Thi Eng khi, bahkan telapak tangan nya segera diayunkan ke depan langsung menghantam keatas dada si anak muda itu.
Serangan mana dilancarkan dengan kecepatan luar biasa dan sama sekali tidak membawa desingan suara, namun keganasan dan kelihayan benar benar luar biasa.
Thi Eng khi yang lihay segera dapat menangkap bahwa serangan kilat tersebut meski disertai dengan angin pukulan yang dahsyat tapi yang berbahaya justru adalah deru angin dingin yang menusuk tulang dibalik ancaman mana.
Thi Eng khi tak berani menghadapi ancaman tersebut secara gegabah, hawa murninya segera dihimpun dari Tan tian untuk melindungi seluruh rongga dadanya agar hawa dingin itu tak sampai menyusup kedalam tubuhnya.
Setelah itu dia berputar cepat menggunakan ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im yang disertai dengan gerakan Thian liong coan sin, tangan kirinya dari serangan pukulan berubah menjadi serangan cakar untuk mencengkeram pergelangan tangan lawan, sementara pedang Thian liong kim kiam ditangan kanannya menyapu keluar dengan jurus Tha yang jut seng (matahari baru terbit).
"Sebuah serangan yang sangat bagus!"
Seru Hian im Tee kun sambil tertawa seram.
Sepasang telapak tangannya segera berputar, dalam waktu singkat telapak tangan maupun pedangnya sudah melancarkan tiga belas jurus serangan dahsyat.
Dalam pada itu, jarum Hian im ciam yang bersarang ditubuh Pek leng siancu So Bwe leng telah berhasil diangkat keluar oleh Sam ku sinni, apalagi telah menelan pil Kim Khong giok lek wan pemberian Thi Eng khi, pada hakekatnya racun keji tersebut berhasil dipunahkan dan keselamatan jiwanya juga tidak terancam lagi.
Setelah mengatur pernapasan beberapa saat lamanya, gadis itu telah menjadi segar kembali.
Ketika dia membuka matanya dan menyaksikan Thi Eng Khi sedang bertarung melawan seorang kakek berjubah hijau, bahkan pihak lawan dengan mengandalkan tangan kosong telah berhasil menahan serangan pedang Thian liong kim kiam dari Thi Eng khi, dengan perasaan terperanjat pemudi ini menjerit lengking .
"Suhu, siapakah dia? Begitu sempurna tenaga dalam yang dimilikinya .....!"
Sam ku sinni segera mencegah Pek leng siancu So Bwe leng untuk berteriak serunya .
"Leng ji, jangan keras keras! Hati hati kalau sampai memecah perhatian dari Thi sauhiap, orang itu adalah Hian im Tee kun!"
Pek leng siancu So Bwe leng menarik napas dingin, dia mengenggam tangan sendiri kencang kencang dan mengikuti jalannya pertarungan itu dengan melotot, saking tegangnya dia sampai tak mampu bernapas.
Bukan cuma gadis itu saja, bahkan semua jago yang mengikuti jalannya pertarungan itupun seakan akan melupakan keselamatan sendiri, seluruh perhatian mereka telah dicurahkan ketengah arena dan menonton jalannya pertarungan dengan hati berdebar.
Dalam pemunculannya yang terakhir di dalam dunia persilatan, semua orang memang sudah tahu kalau kepandaian silat yang dimiliki Thi Eng khi telah memperoleh kemajuan yang amat pesat tapi sampai dimanakah kemajuan tersebut, orang masih bertanya tanya dalam hati.
Sekarang orang baru tahu kalau pemuda itu amat tangguh, terutama sekali dalam pertarungannya melawan Hian im Tee kun, baik serangan maupun pertahanan di luar secara bagus sekali, bahkan kekuatan serangan yang dipergunakan juga dahsyat, ditinjau dari keadaannya sekarang, sudah jelas kalau kekuatan mereka berdua seimbang.
Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng yang menjumpai hal ini benar benar merasa gembira serta memuji tiada hentinya.
Apalagi Sam ciat jiu Li Tin tang, saking terharunya air mata sampai jatuh bercucuran dengan derasnya.
Di tengah pertarungan, tampak kedua orang yang sedang bertarung cepat itu, sekarang mulai melambankan gerakan masing masing dan saling mundur sejauh satu kaki lebih, gerakan yang digunakan pun amat lamban.
Pertarungan jarak jauh ini sepintas lalu tampak seperti mainan saja, sedikitpun tak nampak berbahaya.
Padahal pertarungan itu sudah meningkat pada tahap yang paling berbahaya, mati hidup mereka berdua justru akan ditentukan dari hasil pertarungan ini.
Waktu itu, pedang Thian liong kim kiam dari Thi Eng khi sedang diputar sembari melakukan tusukan, serentetan cahaya tajam yang menyilaukan mata segera memancar keluar dari balik ujung pedang itu dan langsung menyerang ke hadapan Hian im Tee kun.
Sebaliknya Hian im Tee kun mengerahkan tenaganya tanpa menimbulkan sedikit suarapun, akan tetapi ditengah udara secara lambat lambat terlihat selapis hawa berwarna hijau keputih putihan yang menggulung kemuka.
Tampak kedua belah pihak sudah meningkatkan pertarungan itu menjadi suatu pertarungan beradu tenaga dalam.
Tampak Sam ciat jiu Li Tin tang menjerit kaget bercampur gembira, kemudian sambil menari nari gumannya .
"Aaaah.... aaah.... ini dia jurus Jit tin tiong thian (Matahari tepat di tengah angkasa) dari Thian liong kiam hoat, ternyata dia telah berhasil mencapai ke tingkatan melukai orang dari seratus langkah .... Oooh, mungkin suhu dia orang tua pun akan merasa kagum setelah menyaksikan peristiwa ini."
Menyusul kemudian sambil menghela napas panjang terusnya .
"Aaai..... iblis tua ini memang sangat lihay, dengan ilmu Jit tin tiong thian yang begitu hebat pun ternyata tak mampu untuk melukai dirinya!"
Perlu diketahui dalam hal tenaga dalam Thi Eng khi telah memperoleh kemajuan berkat ilmu Heng Kian sin kang peninggalan Cu sim ci cu Thio Biau liong tapi berhubung waktu yang amat singkat, hal ini membuat pemuda tersebut belum berhasil menemukan kepandaian kepandaian lain di balik ilmu tersebut.
Tapi berhubung dia pintar, maka ilmu Heng kian sinkang tersebut telah dileburnya menjadi satu dengan ilmu Sian thian bu khek ji gi sin kang dari Thian liong pay sehingga kekuatannya menjadi makin bertambah.
Akan tetapi, dalam setiap pertarungan yang berlangsung, dia belum dapat memisahkan diri dari ilmu silat aliran Thian liong pay serta ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im dari Bu im sin hong Kian Kim siang ......
Berbicara soal tenaga dalam, Thi Eng khi memang masih kalah dengan Hian im Tee kun, tapi berhubung dia mengandalkan Thian liong kim kiam yang memancarkan hawa pedang untuk melawan Hian im Tee kun yang bertangan kosong, maka untuk sementara waktu perlawanan masih bisa diberikan secara ketat.
Dalam waktu singkat, kedua belah pihak telah bertarung sampai duaratus gerakan lebih.
Meski dua ratus gerakan sudah lewat, kenyataannya Hian in Tee kun belum juga berhasil menguasai keadaan sebaliknya Thi Eng khi dengan cahaya emas melingkari tubuhnya, selalu berhasil mengimbangi musuhnya tanpa memperlihatkan gejala akan kalah.
Padahal Hian im Tee kun adalah seorang jagoan yang menganggap dirinya nomor wahid dikolong langit, dengan kedudukan dan kemampuan yang dimilikinya, jangankan kalah ditangan Thi Eng khi, sekalipun bertarung dalam keadaan seimbang pun sudah cukup membuat dia kehilangan muka.
Tentu saja diapun dapat mengetahui kalau alasan yang menyebabkan Thi Eng khi tidak sampai kalah adalah tajamnya pedang Thian liong kim kiam tersebut.
Sekalipun begitu, diapun merasa rikuh dan malu untuk mencabut senjata tajamnya dalam keadaan seperti ini.
Apalagi didalam perjalanannya kali ini menelusuri dunia persilatan, dia selalu menganggap ilmu silatnya tiada tandingan dikolong langit sehingga senjata andalannya Hian im kui jin telah diserahkan kepada Hian im ji li.
Maka walaupun dia tidak kuatir ditertawakan orang pun, tak mungkin baginya untuk mencabut senjatanya lagi.
Keadaan yang membuatnya kehilangan muka ini kontan saja membangkitkan kemarahan yang luar biasa dari gembong iblis tersebut, dia mulai berpekik dengan kerasnya mengikuti pergolakan emosi yang membara dalam dadanya, paras mukanya pun berubah dari putih menjadi hijau, lalu dari hijau berubah menjadi merah, kini dia sudah mengerahkan tenaga dalam Hian im ceng lek nya hingga mencapai dua belas bagian.
Thi Eng khi ibaratnya anak macan yang baru turun gunung, dia tidak jeri barang sedikit pun menghadapi lawannya, setelah mempunyai pengalaman bertarung sebanyak dua ratus gebrakan, rasa jeri yang semula mencekam dadanya, lambat laun berhasil dikendalikan kembali.
Maka sewaktu dilihatnya paras muka Hian im Tee kun telah berubah hebat, sadarlah dia kalau pihak lawan sudah bersiap siap untuk mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk membunuh dia.
Pemuda ini cukup tahu diri, ia mengerti kemampuannya untuk bertahan sebanyak dua ratus gebrakan pun boleh dibilang telah mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya, kalau dibilang apakah dia masih mampu untuk membendung serangan Hian im Tee kun yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga itu, rasanya harapan mana tipis sekali.
Walaupun tahu kalau bukan tandingan lawan, apakah dia harus menyerah kalah dengan begitu saja? Tidak! Thi Eng khi bukan seorang manusia yang gampang menyerah dengan begitu saja, dia mempunyai tekad yang amat teguh dan niat yang tak akan berubah sekalipun tak akan mampu menahan serangan dari Hian im Tee kun, dia tetap akan memberikan perlawanan dengan sekuat tenaga.
Apabila dipaksakan suatu pertarungan yang berakibat sama sama terluka, tentu saja hal ini lebih baik lagi kalau tidak dia pun harus merontokkan kewibawaan dan rasa percaya pada diri sendiri dari lawannya, sehingga dengan begitu, pengorbanannya menjadi sama sekali tidak sia-sia.
Maka dia pun mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya hingga mencapai pada puncaknya.
Namun justru karena dia sudah mempunyai tekad untuk memaksa musuhnya sama sama terluka, maka sewaktu mengerahkan tenaga dalam pun dia dapat mengatur tenaganya secara tepat.
Atau dengan perkataan lain, dia berusaha untuk melukai musuhnya separah mungkin dan menghindarkan diri dari luka yang seringan mungkin sehingga tak sampai Kehilangam nyawa.
Kini, kedua belah pihak sama sama telah menghentikan pertarungan, empat mata saling bertatap pandang, mulut membungkam, badan tak berkutik, tapi begitu bergerak maka sudab pasti akan terjadi suatu pertarungan yang amat luar biasa.
Sam ku sinni segera dapat menangkap situasi yang tidak beres maka dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara, dia berbisik kepada ketua Siau lim pay, ketua Bu tong pay dan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po.
"Pertempuran yang berlangsung saat ini sangat berpengaruh atas nasib dunia persilatan dimasa mendatang, menurut pendapat pinni, walaupun tenaga dalam yang dimiliki Thi sauhiap sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, namun apabila diadu dengan gembong iblis tua tersebut maka dia masih kalah dalam pengalaman, pinni kuatir segala sesuatunya akan berlangsung di luar dugaan. Sekarang aku minta kepada ciangbunjin berdua dan Cu pangcu untuk melepaskan pikiran kalian untuk mencegah larinya musuh, cepat himpun segenap kekuatan yang ada ikuti gerakan dari pinni. Bilamana perlu kita harus mengorbankan diri, yang terpenting adalah selamatkan Thi sauhiap dari ancaman bahaya!"
Ketua Siau lim pay, ketua Bu tong pay dan Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera mengiakan, mereka tahu bila usaha mereka untuk menyelamatkan Thi Eng khi gagal, maka segenap kekuatan mereka akan tumpas disini pada hari ini juga.
Menyusul kemudian barisan Siao kit tan goan Lo han tin dari Siau lim pay dan Jit seng kiam tin dari Bu tong pay dan Ngo heng ngo kay dari pihak Kay pang bersama sama mengikuti Sam ku sinni untuk merapat ke belakang tubuh Thi Eng khi.
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba tiba Pek leng siancu So Bwe leng bertanya kepada Sam ku sinni dengan suara lirih .
"Suhu, mengapa kau nampak kegitu tegang?"
Sekalipun Pek leng siancu So Bwe leng memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, namun berhubung kekurangan pengalaman, maka dia masih belum dapat menyaksikan ancaman bahaya maut yang berada didepan mata.
Dengan ilmu menyampaikan suara, Sam ku sinni segera memperingatkan kepada Pek leng siancu So Bwe leng .
"Leng ji, apabila terjadi sesuatu yang di luar dugaan dalam pertarungan nanti, bawa tubuh Thi Eng khi dan menyelamatkannya dari sini merupakan tugasmu."
Pek leng siancu So Bwe leng segera merasakan pula betapa seriusnya situasi yang mereka hadapi, maka dengan ilmu menyampaikan suara pula, dia segera bertanya .
"Bagaimana dengan kalian?"
"Kau tak usah mencampuri urusan kami, pokoknya kau harus ingat, menyelamatkan Thi sauhiap berarti menyelamatkan seluruh umat persilatan dari ancaman bahaya maut, asal Thi sauhiap bisa hidup, sekalipun kau sendiri harus mengorbankan diri juga tak mengapa, pokoknya yang paling penting dia harus tetap hidup."
"Suhu, kau tak usah kuatir"
Sahut Pek leng siancu So Bwe leng dengan kening berkerut.
"bagi anak Leng, aku dan engkoh Eng hanya terdiri dari selembar nyawa!"
"Bagus sekali! Kau....
"
Belum sempat Sam Ku sinni menyelesaikan perkataannya, terdengar Hian im Tee kun sudah membentak keras .
"Bocah keparat, lihat serangan!"
Mendadak tubuhnya meluncur ketengah angkasa setinggi dua kaki enam tujuh depa lalu dengan gerakan Cong eng phu toh (burung elang menubruk kelinci) dengan membawa segulung hembusan angin dingin menerkam keatas kepala Thi Eng khi, pada saat itulah sepasang telapak tangannya baru didorong kemuka melepaskan sebuah pukulan dahsyat yang mengerikan sekali keadaannya.
Disaat Hian im Tee kun dengan gerakan burung elang menubruk kelinci, Thi Eng khi telah membuang pedang Thian liong kim kiamnya ke samping kiri dimana tak nampak manusia, lalu dengan telapak tangan kosong menyongsong datangnya serangan maut itu.
Thi Eng khi tahu kalau tenaga dalamnya sukar untuk melawan serangan dari Hian im Tee kun yang dilepaskan dengan sepenuh tenaga itu, apalagi baru saja dia membuang pedangnya dengan mempergunakan ilmu pedang terbang, halmana membuat tenaganya untuk membela diri semakin bertambah lemah.
Tapi Thi Eng khi tidak merasa gentar, dengan suatu tekad yang membawa kecerdasan dan keberanian yang luar biasa, sambil mengerahkan tenaganya untuk melindungi jantung, dia pun turut melejit ke udara menyambut datangnya tubrukan dari Hiam im Tee kun tersebut, bahkan kehebatannya sama sekali tak kalah jika dibandingkan dengan gerakan Hian im Tee kun tersebut.
Sewaktu dua sosok bayangan manusia itu saling membentur ditengah udara, dua gulung kekuatan yang maha hebat pun segera saling membentur satu sama lainnya.
Thi Eng khi mendengus tertahan dan terjatuh kembali ke tanah, sepasang kakinya menancap sampai sedalam beberapa depa, wajahnya berubah dari hijau menjadi merah darah, tapi sekulum senyuman dingin masih tetap menghiasi ujung bibirnya, sehingga hal ini membuat orang tak bisa menduga apakah luka yang dideritanya itu berat atau ringan.
Hian im Tee kun juga segera memperdengarkan suara tertawa yang menyeramkan.
Disaat Thi Eng khi melayang turun ke tanah dalam keadaan terluka dan Hian im tee kun baru saja tertawa seram inilah, pedang Thian liong kim kiam yang dilontarkan Thi Eng khi ke arah sebelah kiri itu sudah berputar satu lingkaran ditengah udara dan menyambar datang dari arah belakang tubuh Hian im Tee kun.
Belum habis Hian im Tee kun tertawa seram, tubuhnya sudah terpercik darah segar ia segera berpekik seram, dengan jurus Im li huan sin (membalikkan badan di tengah mega) melayang balik keposisinya semula.
Ketika telapak tangan kirinya diperiksa, darah sudah membasahi seluruh lengannya ternyata lengan itu sudah terpapas hilang separuh bagian.
Sementara itu pedang Thian liong kim kiam itu pun sudah melayang kembali ke tangan Thi Eng khi.
Dengan tangan kanannya Hian im Tee kun menotok jalan darah di tangan kirinya untuk menghentikan aliran darah dan rasa sakitnya, awan hitam seakan akan menyelamati seluruh wajahnya, sambil memperdengarkan suara tertawa dingin yang mengerikan selangkah demi setangkah dia berjalan mendekati Thi Eng khi.
Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng sekalian berada dibelakang Thi Eng khi kontan saja menjadi kacau balau tak karuan, mereka segera melaksanakan rencana semula dan bersama menerjang ke depan, yang bertugas menghadang musuh segera menghadang musuh dan menolong orang.
Siapa tahu pada saat itulah Thi Eng khi membentak keras.
"Berhenti!"
Suaranya amat nyaring dan penuh dengan hawa murni, ternyata keadaannya tidak mirip dengan orang yang sedang terluka parah.
Mendengar bentakan tersebut, tanpa terasa Sam ku sinni sekalian segera menghentikan langkah masing masing dna berkumpul kembali di belakang Thi Eng khi.
Hian im Tee kun juga kelihatan tertegun, rasa kaget menyelimuti wajahnya, ternyata dia tak berani maju lagi.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Thi Eng khi, dengan gagahnya dia berdiri dengan pedang Thian liong kim kiam ditangan lalu sambil menuding ke arah Hian im Tee kun, bentaknya .
"Iblis jika kau berani maju selangkah lagi aku akan menggunakan sisa kekuatan yang kumiliki untuk beradu jiwa denganmu?"
Paras muka Hian im Tee kun berubah berulang kali, tampaknya dia dibikin keder juga oleh keangkeran Thi Eng khi sehingga rasa percaya pada dirinya sendiri menjadi goyah.
Apalagi setelah menyaksikan telapak tangan kirinya yang terpapas separuh oleh bacokan pedang Thian liong kim kiam tersebut, dia nampak semakin ragu ragu lagi.
Akhirnya dia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahh...... haaahhh.... haaahhhh.... sejak terjun ke dunia persilatan, belum pernah ada orang yang mampu menerima seranganku dengan sepenuh tenaga, beruntung sekali kau tak sampai mampus. Dengan kedudukan lohu sekarang, masa aku akan turun tangan lagi kepadamu? Hari ini aku mengampuni jiwamu, setiap saat kunantikan kedatanganmu di istana Ban seng kiong, saat itulah kita boleh menentukan lagi siapa yang lebih jagoan diantara kita."
Selesai berkata, dia lantas melompat naik keatas sebuah kuda kosong dan perintahnya kepada Hian im ji li .
"Memandang diatas wajah Thi sauhiap panggil kembali empat toa tongcu, kita urungkan dulu masalah Thian liong pay!"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Hian im ji li melompat pergi meninggalkan tempat itu.
"Ayo berangkat!"
Hian im Tee kun segera membentak keras sambil mengebaskan ujung bajunya.
Debu beterbangan keangkasa, Hian im Tee kun diiringi para begundalnya segera berlalu dari situ.
Thi Eng khi masih tetap berdiri tegap bagaikan bukit karang, mendadak saja paras mukanya berubah menjadi kaku, lalu terlihat darah kental mengucur keluar dari bibirnya dan mengotori pakaian yang dikenakan...
Menanti Hian im Tee kun sudah pergi jauh, semua orang baru menghembuskan napas panjang, mereka segera berpaling dan siap siap memberi hormat kepada Thi Eng khi.
Akan tetapi setelah menyaksikan keadaan dari Thi Eng khi tersebut semua orang baru merasa terperanjat dan tercengang sehingga untuk beberapa saat lamanya mereka membungkam dalam seribu bahasa.
"Engkoh Eng, kenapa kau?"
Teriak Pek leng siancu So Bwe leng sambil menubruk tubuh Thi Eng khi.
Begitu tubuh Thi Eng khi kena ditubruk oleh Pek leng siancu So Bwe leng, pedang emasnya segera terlepas dari cekalan dan terjatuh ke atas tanah, tubuhnya turut terjengkang pula kebelakang dan roboh ke atas tanah.
Untung Sim ku sinni bertindak cepat, dia segera menyelinap kedepan dan menyanggah badannya, kemudian setelah memeriksa sebentar denyutan nadinya dia berkata .
"Dengan luka dalam yang parah rupanya Thi sauhiap telah mengerahkan sisa kekuatan yang dimiliki untuk membuat kabur Hian im Tee kun, tapi justru gara gara perbuatan itu, dia telah melenyapkan harapan sendiri untuk melanjutkan hidup, pengorbanan ini benar benar mengagumkan dan patut dikagumi."
"Uhu .."
Pek leng siancu So Bwe leng segera berseru dengan amat sedih.
"Kau mengatakan engkoh Eng akan.. akan pergi? Aku .aku .."
Belum habis berkata, dia sudah jatuh tak sadarkan diri.
Sam ku sinni harus menahan tubuh Thi Eng khi, maka melihat Pek leng siancu So Bwe leng jatuh tak sadarkan diri, dia menjadi gelisah sampai mendepak depakkan kakinya berulang kali sambil mengomel panjang lebar .
"Thi sauhiap belum lagi putus nyawa, bocah ini sudah tak mampu menahan diri. Aaaai. benar benar keterlaluan."
Padahal dia sama sekali tidak menyangka kalau beberapa patah katanya tadi betul betul membuat kecewanya hati orang. Sam ciat jiu Li Tin tang segera menerima tubuh Thi Eng khi sembari berkata .
"Harap locianpwe menyadarkan nona Leng lebih dahulu, kemudian kita baru berupaya untuk merundingkan pertolongan ini dengan para ciangbunjin ...."
Sam ku sinni memandang sekejap kearah Thi Eng khi kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali dengan perasaan sedih, akhirnya dia menyingkir untuk mengurusi Pek leng siancu So Bwe leng.
"Omitohud!"
Ci long taysu, ciangbunjin dari Siau lim pay memuji keagungan Sang Buddha.
"Ci kay sute, kau segera pulang ke bukit Siong san dan bawa pil Tay tham wan yang terakhir menuju ke gedung Bu lim tit it keh!"
"Baik!"
Sahut Ci kay taysu dengan cepat.
Dia segera membalikkan badan dan berlalu dari situ.
Sementara itu Keng hian totiang, ketua dari Bu tong pay telah mengeluarkan sebuah botol porselen dan mengambil sebutir pil berwarna hijau, sambil diletakkan di atas telapak tangannya, ia berkata .
"Pil ini merupakan pil Ci kim wan dari partai kami, harap Li tayhiap segera memasukkan ke dalam mulut Thi ciangbunjin!"
Sam ciat jiu Li Tin tang menjadi girang sekali sesudah mendengar perkataan itu, segera ujarnya .
"Ci kim wan merupakan pil mestika, pil pelindung nyawa bagi ciangbunjin partai kalian, bagaimana.... bagaimana, mungkin partai kami.... boleh.... boleh menerimanya!"
Sekalipun dimulut ia berkata demikian, namun toh segera membuka geraham Thi Eng khi untuk menjejalkan obat tersebut ke dalam mulut pemuda itu.
Perlu diketahui, pil Ci kim wan merupakan obat mestika yang tiada nilainya bagi aliran Bu tong pay, sekalipun daya kerja obat tersebut tak bisa dibandingkan dengan Tay tham wan dari Siau lim pay atau Toh mia kim wan dari Thian liong pay, namun obat tersebut memang merupakan obat penyembuh luka yang amat mustajab dalam dunia persilatan....
Di dalam partai Bu tong pay sekarang pun tinggal sebutir saja yang selalu digembol ciangbunjin sebagai obat pelindung nyawa.
Biasanya, kendatipun anak murid sendiri yang terancam bahaya maut pun mereka tidak berhak untuk menikmati pil mana.
Tapi sekarang Keng hian totiang dari Bu tong pay tak segan mengorbankan Ci kim wannya, dari sini bisa diketahui betapa pentingnya Thi Eng khi buat mereka.
Lagipula, ketika Ci kim wan tersebut terjatuh ke tangan Keng hian totiang, jumlahnya tinggal sebutir saja, hanya sama sekali tidak mengetahui akan hal ini.
Setelah Thi Eng khi menelan pil Ci kim wan dari Bu tong pay itu, ternyata paras mukanya belum juga menunjukkan perubahan apa apa.
Sementara itu, Pek leng siancu So Bwe leng sudah sadar kembali, tapi ia menangis dan tertawa silih berganti hal Ini membuat semua orang merasakan pikirannya menjadi kalut, ternyata semua orang lupa kalau dalam saku Thi Eng khi masih terdapat obat kim khong giok lok wan yang hebat.
Seandainya obat Ci kim wan digabungkan dengan pil Kim khong giok lok wan tersebut maka kendatipun luka yang diderita Thi Eng khi lebih parah pun, seharusnya selembar jiwanya tak akan sampai terancam oleh bahaya maut.
Tapi sayangnya, justru pada waktu itu tak seorang manusia pun yang teringat akan hal ini.
Awan kelabu segera menyelimuti seluruh bukit tersebut, terpaksa semua orang memutuskan untuk membawa Thi Eng khi untuk balik dulu ke Gedung Bu lim tit it keh sebelum menyusun rencana lebih jauh.
Thi Eng khi dipayang oleh Sam ciat jiu Li Tin tang berjalan didepan, sedang dibelakangnya mengikuti sebaris jago jago silat yang semuanya diliputi oleh perasaan sedih dan berat.
Tatkala semua orang baru saja turun dari tebing dan memasuki sebuah hutan, mendadak dari sisi hutan tersebut melayang keluar sesosok bayangan manusia yang bergerak menggunakan ilmu Hu kong keng im.
Dia menyambar lewat melalui samping tubuh Sam ciat jiu Li Tin tang yang tak pernah menduganya itu.
Didalam sekali gebrakan saja, bayangan manusia tersebut telah berhasil menyambar tubuh Thi Eng khi dari tangan Sam ciat jiu Li Tin tang, kemudian sekali berkelebat sudah berlalu dari sana.
Peristiwa ini berlangsung amat cepat dan sama sekali diluar dugaan siapa pun, selain dari pada itu tenaga dalam yang dimiliki orang itu sangat lihay, terutama sekali ilmu meringankan tubuhnya, boleh dibilang tiada orang yang dapat melampauinya.
Belum sempat Sam ciat jiu Li Ti tang melihat jelas paras muka serta bentuk badan orang itu, tahu tahu tubuh Thi Eng khi telah berpindah tangan.
Saking kagetnya, dia jatuh tak sadarkan diri.
Hanya Sam ku sinni seorang yang sempat melihat jelas paras muka orang itu, dia segera berteriak keras .
"Aaaaah, dia adalah Bu im sin hong (angin sakti tanpa bayangan) Kian tayhiap!"
Menanti dia hendak melompat ke depan untuk melakukan pengejaran, orang tersebut sudah berada puluhan kaki jauhnya dari tempat semula, untuk menyusulnya jelas sudah tak mungkin lagi.
Saking gemasnya dia sampai mendepak depakkan kakinya berulang kali, tapi apa pula yang bisa dilakukan? Pada saat itulah, terdengar Bu im sin hong Kian Kim siang berkata dengan ilmu menyampaikan suara .
"Sekarang, lohu butuh untuk menyelamatkan jiwa orang, tak ada waktu untuk ribut lagi dengan kalian, terpaksa segala sesuatunya tak bisa diterangkan lagi!"
Di dalam kenyataan, semua orang tidak ada yang tahu kalau sebetulnya Bu im sin hong Kian Kim siang hanya dicatut namanya oleh pihak Ban seng kiong untuk dijadikan salah seorang dari ke empat Toa tongcu, dalam keadaan demikian, sekalipun dia memberi keterangan sampai lidahnya putus pun, jangan harap semua orang bisa dibikin percaya dan menyerahkan Thi Eng khi untuk dibawanya pergi.
Itulah sebabnya, terpaksa dia harus mempergunakan cara seperti ini untuk mencapai maksudnya.
Sementara Sam ku sinni masih berdiri tertegun, Pek leng siancu So Bwe leng sudah menjerit lengking, kemudian tanpa memperdulikan persoalan apapun melakukan pengejaran ke depan.
"Leng ji!"
Sam ku sinni segera berteriak keras.
Dia pun ikut lari ke depan untuk menyusul Pek leng siancu So Bwe leng yang sedang kabur didepan.
Sesungguhnya ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im yang dimiliki Bo im sin Hong Kian kim siang memang tiada duanya di kolong langit dewasa ini, ditambah pula tenaga dalamnya jauh lebih sempurna jika dibandingkan dengan Pek leng siancu So Bwe leng maupun Sam ku sinni, bayangkan saja bagaimana mungkin ke dua orang itu dapat menyusulnya? Tidak sampai empat lima li kemudian, kedua orang itu sudah kehilangan jejaknya.
Dalam keadaan begini, Pak leng siancu So Bwe leng segera berhenti mengejar dan menangis tersedu sedu, untuk sementara waktu dia tak tahu apa yang mesti dilakukannya.
Sam ku sinni segera maju menghampiri dan menghiburnya dengan beberapa patah kata.
Akhirnya dengan susah payah dia dapat juga mengajaK Pek leng siancu So Bwe leng untuk kembali ke gedung Bu lim tit it keh....
Rencana Thian liong pay untuk bergabung dengan pihak istana Ban seng kiong pun menjadi batal dan berakhir sampai disitu.
Ke empat toa tongcu yang dikirim pihak Ban seng kiong ke partai Thian liong pay pun mendapat perintah untuk meninggalkan partai Thian liong pay.
Ternyata Hian im Tee kun memang cukup dapat dipercaya perkataannya, dia membuktikan untuk tidak menyulitkan anak murid partai Thian liong pay lagi.
Keng thian giok cu Thi Keng merasakan peristiwa itu datangnya sangat mendadak bahkan tidak sempat memberi petunjuk kepada Pit tee jiu Wong Tin pak lagi, bersama Hian im ji li, mereka segera mengundurkan diri dari situ.
Pit tee jiu Wong Tin pak lebih kebingungan lagi, dia merasa seakan akan sedang mendapatkan sebuah impian buruk.
Menanti Sam ciat jiu Li Tin tang bersama para jago dari Siau lim pay, Bu tong pay dan pihak Kay pang sudah sampai semua di gedung Bu lim tit it keh, semua orang baru mengetahui sebab musabab pihak Ban seng kiong menarik diri dari situ.
Tapi setelah mengetahui kalau Thi Eng khi terluka patah dan dilarikan orang, seluruh anggota partai Thian liong pay terjerumus kembali dalam suasana yang sedih dan murung.
SEMENTARA itu, setelah Bu im sin hong Kian Kim siang berhasil meloloskan diri dari pengejaran Pek leng siancu So Bwe leng dan Sam ku sinni, dia segera mencari sebuah gua dan mengeluarkan botol berisi Kim khong giok lok wan dari sakunya, sekaligus dia memberi tiga butir pil ke dalam mulut Thi Eng khi serta mengerahkan tenaganya untuk menguruti sekujur tubuhnya.
Tak selang berapa saat kemudian, Thi Eng khi telah berhasil disadarkan kembali.
Kemudian sambil menempelkan telapak tangannya diatas jalan darah Tan tian hiat dipusar Thi Eng khi, Bu im sin hong Kian Kim siang berkata lagi .
"Saudara cilik, sekarang cobalah untuk mengatur napas, lohu akan membantumu."
Segulung hawa panas segera mengalir masuk ke dalam tubuhnya. Selang beberapa saat kemudian, Thi Eng khi menggelengkan kepalanya dan menghela napas ucapnya .
"Percuma! Aku tak dapat mengumpulkan kembali segenap tenaga dalamku...!"
Sebenarnya dia tidak seharusnya mengerahkan sisa kekuatan yang dimiliki untuk menghardik Hian im Tee kun sehingga kabur karena takut, sebab tindakannya itu sudah melanggar pantangan yang paling besar bagi seorang jago persilatan.
Sekarang walaupun ada obat mustika yang membantu dirinya dan menyelamatkan jiwanya namun hawa murninya juga turut putus bersamaan dengan bentakan tadi.
Di dalam hal ilmu silat maupun ilmu pertabiban, Thi Eng khi mempunyai pengetahuan yang amat luas, dia bukannya tidak mengetahui bahaya dari perbuatannya itu, namun dia terpaksa harus berbuat demikian sebab apabila ia tak mau mengorbankan diri, besar kemungkinan kalau peristiwa tersebut akan memancing datangnya bencana yang jauh lebih besar dan jauh lebih mengerikan lagi.
Apakah Hian im Tee kun dapat melepaskan mereka semua? Sudah jelas hal itu tak mungkin bisa terjadi.
Namun Thi Eng khi tetap bersikap amat tenang, dia sama sekali tidak merasa sedih karena hawa murninya tak dapat terhimpun kembali, malah sembari mengawasi Bu im sin hong Kian Kim siang, dia bertanya sambil tertawa hambar .
"Kian tua, kau tak usah membuang tenaga dengan percuma, aku tahu kalau harapanku bisa sembuh tipis sekali. Tapi begini pun boleh juga, bisa memulihkan kembali bentuK asliku yang tidak pandai silatpun dapat membuat hatiku menjadi lega!"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menarik kembali tenaga dalamnya, mula mula dia menggeleng dulu, kemudian ujarnya dengan wajah bersungguh sungguh .
"Aku tahu kalau kau tak akan berlega hati, apakah kau lupa akan keadaan kakekmu bersama kami beberapa orang tua bangka?"
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Satu ingatan dengan cepat terlintas dalam benak Thi Eng khi katanya kemudian sambil tertawa .
"Kalau begitu, kau benar benar adalah Kian tua!"
Ternyata dia masih menaruh perasaan curiga terhadap Bu im sin hong Kian Kim siang dan sekarang kecurigaan tersebut telah berhasil dihapus, karena bila dia bukan Kian Kim siang yang sebenarnya, dari mana bisa mengetahui keadaan dari ke empat orang tua tersebut? Bu im sin hong Kian Kim siang memandang sekejap ke arah Thi Eng khi, lalu sambil tertawa dan manggut manggut katanya .
"Kau sekarang lebih berpengalaman, lagi aku ingin bertanya kepadamu, tahukah kau akan tugas dan tanggung jawab sekarang?"
"Sekalipun tahu, apalah gunanya?"
Dengan wajah bersungguh sungguh kembali Bu im sin hong Kian Kim siang berkata .
"Kalau toh kau sudah mengetahui akan tugas dan tanggung jawabmu, lohu menginginkan kau untuk membangkitkan kembali semangatmu!"
Thi Eng khi segera tertawa getir.
"Sekarang apa lagi yang bisa kulakukan?"
"Aku menghendaki kau pergi mengadu nasib, jangan lupa akan gua tempat tinggal dari Cu sim ci cu Thio locianpwe!"
Begitu menyinggung tentang gua pertapaan Thio Biau liong, dalam benak Thi Eng khi segera terlintas kembali berbagai obat obatan dan kitab pusaka yang tersimpan di situ, hatinya segera tergerak, pikirnya kemudian .
"Tiada jalan buntu didunia ini, dengan kemampuan yang dimiliki Thio locianpwe, siapa tahu kalau dia mempunyai suatu kemampuan untuk menolong keadaanku?"
Maka dia pun tidak memberikan pernyataan apa apa lagi sebagai pertanda kalau dia sudah menyetujui.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa terbahak bahak sambil membopong tubuh Thi Eng khi, dia lantas mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan bergerak menuju bukit Bu gi san.
Sepanjang jalan Thi Eng khi merasa amat rikuh karena harus minta digendong terus, dia mengusulkan agar berganti memakai kereta saja tapi usul tersebut segera ditolak oleh Bu im sin hong Kian Kim siang.
Dikatakan olehnya bahwa waktu pada saat ini amat berharga sekali bagaikan emas, bagaimana mungkin kecepatan lari kuda bisa dibandingkan dengan kecepatan larinya dengan ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im.
Ia bersikeras untuk membopong Thi Eng khi melanjutkan perjalanannya menuju ke bukit Bu gi san.
Menyaksikan kehangatan dan kerelaan orang tua untuk berkorban, terpaksa Thi Eng khi hanya menurut saja.
Perjalanan tak mungkin bisa ditempuh dalam sehari saja, namun semua waktu waktu yang penuh kesulitan tersebut berhasil mereka atasi dengan sebaik-baiknya.
Akhirnya bukit Bu gi san pun muncul di depan mata.
Melihat tempat tujuan mereka sudah berada didepan mata, Bu im sin hong Kian Kim siang segera mempercepat larinya ke depan.
Dalam waktu singkat mereka sudah memasuki daerah pegunungan tersebut dan tidak lama kemudian telah berada dibawah bukit Sam yang hong .....
Setelah berunding sebentar, mereka memutuskan untuk masuk kedalam gua melalui sumur Cu sim cing di kebun belakang kuil Sam sim an.....
Thi Eng khi tahu kalau didalam kuil Sam sim an tinggal Ciu Tin tin, cuma dalam keadaan seperti ini dia tak ingin bersua muka dengannya.
Pertama, hal ini disebabkan dia tak ingin Ciu Tin tin merasa sedih setelah menyaksikan keadaannya sekarang.
Ke dua, dia sudah terlalu banyak berhutang budi kepadanya, maka ia merasa agak rikuh untuk berjumpa muka dengannya.
Tampaknya Bu im sin hong Kian Kim siang juga kuatir kalau kehadiran Ciu Tin tin bisa mempengaruhi perasaan Thi Eng khi, oleh sebab itu dia setuju kalau Thi Eng khi jangan bertemu dahulu dengan gadis tersebut untuk sementara waktu.
Maka mereka pun mencari suata tempat yang tersembunyi untuk beristirahat sambil menunggu datangnya malam hari untuk berangkat ke kebun belakang kuil Sam sim an.
Tapi sewaktu mereka tiba di kuil Sam sim an, apa yang terlihat membuat perasaan mereka tertegun dan amat sedih, sampai setengah harian lamanya kedua orang itu tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Ternyata kuil Sam sim an telah terbakar sampai habis.
Memandang puing puing yang berserakan serta asap yang masih mengepul, bisa diduga kalau peristiwa kebakaran tersebut baru berlangsung dua hari berselang.
Sedangkan sumur Cu sim cing di kebun belakang pun sudah dihantam orang sampai ambruk separuh.
Disamping itu, batang pohon dan daun yang rontok telah bercerai berai melapisi permukaan tanah, ini menunjukkan kalau di sana telah berlangsung suatu pertarungan sengit.
Dalam keadaan demikian, mau tak mau Thi Eng khi harus memikirkan kembali keselamatan jiwa dari Ciu Tin tin, dia merasa wajib untuk menye!idiki keadaan ini sampat jelas.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera mengabulkan permintaan Thi Eng khi untuk mencari jejak si nona.
Dia menurunkan anak muda itu dan melakukan pencarian dibalik reruntuhan kuil yang telah mengarang tersebut, akhirnya dia berhasil menemukan sesosok mayat yang telah terbakar menjadi arang....
"Orang ini sudah terbakar hingga hancur sama sekali, bagaimana mungkin bisa diketahui siapakah dia?"
Kata Bu im sin hong Kian Kim siang kemudian. Dengan jantung berdebar keras Thi Eng kbi berseru .
"Di dalam kuil itu hanya berdiam Bu nay nay dan enci Tin berdua, mungkinkah mayat ini adalah salah satu diantara mereka berdua?"
Tentu saja dia berharap mayat tersebut bukan salah satu diantara mereka berdua. Dengan kening berkerut Bu im sin hong Kian Kim siang berkata kemudian .
"Bila disaksikan dari keadaan yang terbentang didepan mata sekarang, sudah pasti nenek Bu dan nona Ciu dipaksa berada dibawah angin, kalau tidak tak mungkin kuil Sam sim an bisa dibakar orang sehingga ludas menjadi begini rupa, moga-moga saja mayat ini bukan mayat mereka."
Kedua orang itu terbungkam beberapa saat, perasaan mereka amat sedih dan siapa pun tidak tega untuk meninggalkan tempat tersebut.
Mendadak mencorong sinar mata yang amat tajam dari balik mata Bu im sin hong Kian Kim siang, dia berpaling ke arah sebelah kiri, kemudian bentaknya keras keras .
"Siapa disitu? Ayo cepat menggelinding keluar!"
Bersama dengan bentakan tadi, dari sepuluh kaki disisi arena nampak sesosok bayangan manusia berkelebat keluar dari tempat persembunyian dan langsung meluncur ke muka.
Orang itu mengenakan b
Bara Naga Karya Yin Yong Renjana Pendekar -- Khulung Lentera Maut -- Khu Lung