Pukulan Naga Sakti 7
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 7
u Put ji menggigit bibirnya menahan diri kemudian berkata .
"Baik akan kuberitahukan isi surat itu kepada kalian."
Pengemis sakti bermata harimau segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhhh..... haaahhhh..... haaahhh.... sayang sekali kau sudah terlanjur meluluskan permintaan orang, sekalipun kau dapat menebalkan muka untuk mengingkari janji namun pun pangcu dan Thi ciangbunjin bukan manusia semacam itu. Kami tak akan melakukan perbuatan yang mendorong orang untuk mengingkari janji. Lebih baik serahkan saja mainan Giok bei itu kepada kami sebagai alasan bahwa kau tak perlu menepati janji lagi, sedang pun pangcu akan menyerahkan mutiara Thian hiang cu itu kepadamu, dengan demikian kaupun tidak terlampau rugi dibuatnya.... bagaimana? Setuju tidak?"
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji benar-benar enggan untuk mengorbankan mainan Giok bei yang berada ditangannya itu, tapi dia lebih lebih merasa berat hati untuk kehilangan mutiara Thian hiang cu tersebut, akhirnya dia cuma bisa menghela napas, setelah menelan air liur, dengan wajah meringis, katanya .
"Setelah kuserahkan mainan Giok bei itu kepada kalian, tentunya kalian tak akan mencari alasan yang lain?"
"Omong kosong,"
Bentak pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po keras-keras.
"kalau kau tidak percaya, lebih baik kami minta diri saja!"
Selesai berkata dia lantas menarik tangan Thi Eng khi untuk diajak pergi meninggalkan tempat itu.
Buru-buru sastrawan penyapu lantai Lu Put ji menghadang jalan pergi mereka kemudian sambil menyerahkan main Giok bei tersebut, ujarnya agak tersipu sipu .
"Aku bersedia menyerahkan mainan Giok bei ini kepada Cu lo, harap Cu lo bersedia untuk menerimanya."
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sama sekali tidak memandang kearahnya walaupun hanya sekejap mata setelah menerima mainan Giok bei dan masukkan kedalam saku, dia serahkan mutiara Thian hiang cu tersebut kepadanya.
"Ketahuilah, andaikata aku si pengemis tua tidak merasa enggan untuk turun tangan terhadap manusia semacam kau, aku benarbenar ingin membacokmu sampai mamapus!"
Serunya keras-keras.
"sebelum kuinjak injak tubuhmu, rasanya belum hilang rasa mendongkol yang menggelora dalam dadaku!"
Begitu selesai berkata, sebuah pukulan lantas diayunkan untuk mendorong Lu Put ji kesamping, kemudian bersama Thi Eng khi meninggalkan ruangan Liu tiap cay tersebut.
Tapi belakang sana masih kedengaran Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji masih berseru dengan nada yang memuakkan .
"Benar,benar, kau orang tua memang seorang jago kaum lurus, memang tidak pantas turun tangan terhadap manusia rendah seperti aku, terima kasih banyak, terima kasih banyak atas kemurahan hati kau orang tua!"
Setelah berada jauh dari tempat atai, Thi Eng khi baru menghela napas sambil bergumam.
"Engkoh tua, tak kusangka dalam dunia ini bisa terdapat manusia yang tak tahu malu semacam itu, betul-betul suatu kejadian yang luar biasa sekali ...."
"Walaupun sastrawan penyapu lantai Lu Put ji termashur karena mukanya yang tebal dan tak tahu malu, paling tidak dia masih mempunyai suatu kebaikan yang jauh lebih hebat daripada kebanyakan orang lainnya ...."
"Dia masih memiliki kebaikan apa lagi?"
Tanya Thi Eng khi dengan mata terbelalak karena terkejut bercampur keheranan.
"Paling tidak ia tak pernah berbohong!"
Mendengar itu, Thi Eng khi segera menghela napas panjang.
"Aaai.... sekalipun sudah memiliki mainan Giok bei ini, kemanakah kita harus mencari orang yang bermantel perak itu?"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhhh..... haaahhhh.... haaaahhhh... soal ini tak usah kau kuatirkan, anak murid perkumpulanku telah tersebar di seluruh kolong langit, tidak sulit untuk menemukan jejak orang itu."
Baru selesai dia berkata mendadak pengemis itu berseru tertahan lalu serunya sambil menunjuk kedepan .
"Saudara cilik, coba kau lihat itu ...."
Thi Eng khi turut mendongakkan kepalanya, kemudian dengan girang serunya cepat .
"Aaah, dia adalah orang yang mengenakan mantel berwarna perak!"
Tanpa banyak berbicara lagi, dia lantas melompat kedepan dan mengejar kearah orang itu.
Agaknya orang bermantel perak itu sedang ada urusan penting gerakan tubuhnya cepat bagaikan sambaran kilat, dari situ dapat terlihat bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu benar benar telah mencapai pada puncak kesempurnaan.
Namun Thi Eng khi juga bukan orang sembarangan setelah melatih kepandaian sakti dari kitab pusaka Thian liong pit kip selama hampir setahun lamanya, dia telah berhasil melebur semua obatobatan yang ada dalam tubuhnya dengan tenaga murni yang dia latih, begitu ilmu Im liong sin hoat (gerakan tubuh naga diawan) dikerahkan, kecepatan gerakan tubuhnya ternyata masih setingkat lebih hebat daripada orang bermantel perak yang berada dihadapannya itu.
Dalam waktu singkat, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sudah tertinggal entah dimana.
Selisih jarak diantara mereka makin lama semakin mendekat, dalam girangnya Thi Eng khi Eng segera menegur .
"Saudara yang berada di depan, harap tunggu sebentar, aku Thi Eng khi ada urusan hendak meminta pertunjukmu!"
Entah orang itu tidak mendengar seruan itu atau enggan menjawab, tiba-tiba berbelok searah sebuah hutan yang lebat dan menyelinap kedalamnya, dalam beberapa kali lompatan saja, bayangan tubuh sudah lenyap dari pandangan mata.
Hampir meledak dada Thi Eng khi saking mendongkolnya, dia mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya semakin hebat, dari kaki bukit sampai puncak bukit diperiksa dengan seksama, namun hasilnya tetap nihil.
Sekarang, anak muda itu benar-benar merasa mendongkol bukan buatan, kalau bisa dia benar benar ingin membacok tubuh orang itu dan mencincangnya menjadi berkeping sehingga rasa mendongkolnya dapat dilampiaskan.
Namun bayangan tubuh orang itu seakan akan sudah tertelan dibalik hutan belukar itu, bagaimanapun seksama penggeledahan yang dilakukan oleh Thi Eng khi, bayangan tubuhnya sama sekali tidak ditemukan lagi.
Lambat laun Thi Eng khi makin terjerumus ke tengah bukit yang makin jauh kedalam.
Bukit ini sungguh aneh sekali bentuknya, seluruh bukit penuh dengan pepohonan yang lebat tapi puncaknya justru gundul dan tiada sebatang pohon pun yang tumbuh, sekan akan sekeliling tempat itu sudah dibabat oleh pisau yang tajam.
Thi Eng khi memperhatikan sekeliling tempat itu dengan seksama , mendadak wajahnya menjadi tertegun, lalu berseru tertahan, gumamnya kemudian dengan nada tercengang bercampur kaget .
"Bukankah dia adalah So yaya?"
Ternyata di atas puncak bukit yang gundul itu tampak Tiang pek lojin So Seng pak sedang berjalan kesana kemari sambil menggendong tangan, dia seperti lagi menantikan sesuatu.
Baru saja Thi Eng khi akan menampakkan diri untuk berjumpa dengannya, terdengar Tiang pek lojin berteriak sambil tertawa gusar .
"Lohu sudah dua jam lamanya menantikan kedatanganmu, mengapa kau belum juga menampakkan diri!"
Baru habis suara bentakan itu berkumandang, dari arah barat laut sana muncul dua orang manusia, seorang lelaki dan seorang perempuan.
Begitu Thi Eng khi melihat orang lelaki itu, hawa amarahnya kontan berkobar dengan hebatnya, tapi setelah berpikir sejenak, dia lantas melompat naik keatas sebatang pohon besar dan menyembunyikan diri.
Ternyata lelaki dan perempuan yang menampakkan diri itu tak lain adalah lo sancu dari istana Ban seng kiong, Huan im sin ang (kakek sakti bayangan semu), sedangkan yang perempuan tentu saja Pek leng siancu atau yang sekarang menjadi putri Ban seng kiong, So Bwe leng.
Dengan langkah lebar, Huan im sing ang membawa So Bwe leng menuju ke hadapan Tiang pek lojin.
Waktu itu Pek leng siancu So Bwe leng mengenakan topeng kulit manusia, sehingga Tiang pek lojin sama sekali tidak tahu kalau dia adalah cucu kesayangannya.
Sementara itu, terdengar Tiang pek lojin berkata dengan dingin .
"Engkaukah orang yang telah mengundang kedatangan lohu kemari?"
Huan im sin ang segera tertawa kering.
"Benar, memang pun sancu!"
Dia takut Tiang pek lojin tidak tahu dia berasal dari bukit mana, maka sengaja tambahnya .
"Lo sancu dari istana Ban seng kiong!"
Tiang pek lojin memperhatikan beberapa saat perempuan cantik yang berada disamping Huan im sin ang, kemudian sambil menatap wajah kakek itu lekat-lekat bentaknya .
"Kemana perginya cucu perempuanku Bwe leng?"
Pek leng siancu So Bwe leng yang mengenakan topeng kulit manusia itu merasakan sekujur badannya gemetar keras, dengan cepat ia bergerak kemuka dan menubruk kedalam pelukan Tiang pek lojin.
Sementara itu mulutnya hanya berbunyi yaya.
Yaya belaka, tak sepatah katapun yang sanggup diucapkan.
Rupanya Huan im sing ang cukup memahami perangai dari Pek leng siancu So Bwe leng, dia tahu kalau gadis itu mudah terpengaruh oleh emosi, bila selintas pikiran melintas dalam benaknya, bisa jadi dia akan mengumbar emosinya tanpa memperdulikan diri, seandainya sampai demikian, sudah pasti perjanjiannya dengan gadis itu tak akan menimbulkan keuntungan apa-apa.
Maka sebelum mereka menampilkan diri tadi, secara tiba-tiba dia telah turun tangan menotok jalan darah bisu dari Pek leng siancu So Bwe leng, kemudian dia takut gadis itu melepaskan topeng kulit manusianya, maka sepasang tangannya juga turut ditotok sekalian.
Walaupun demikian, ternyata Pek leng siancu So Bwe leng masih tetap nekad menubruk ke dalam pelukan Tiang pek lojin.
Tentu saja Tiang pek lojin tidak mengira kalau gadis cantik yang menerjang ke dalam pelukannya itu adalah cucu kesayangannya.
Dalam keadaan demikian, dengan kedudukannya dalam dunia persilatan, tentu saja ia tak akan membiarkan seorang gadis yang tidak diketahui asal usulnya menubruk ke dalam pelukannya.
Dengan cekatan ujung bajunya segera dikebaskan ke depan melepaskan sebuah angin pukulan yang cukup kuat untuk melepaskan tubuh Pek leng siancu So Bwe leng sejauh satu kaki dari tempat semula.
Begitu kena dilempar oleh tenaga sapuan dari Tiang pek lojin dengan cepat So Bwe leng menjadi sadar kembali dengan keadaan yang sedang dihadapinya, dengan cepat dia melompat bangun lalu kakinya memperlihatkan beberapa macam gerakan langkah yang sakti dan rahasia.
Beberapa macam ilmu langkah tersebut merupakan ajaran khusus dari Tiang pek lojin untuk cucu perempuan kesayangannya ini, dengan mempergunakannya pada saat ini maka sebenarnya So Bwe leng hendak menarik perhatian Tiang pek lojin agar menebak asal usulnya.
Tiang pek lojin adalah seorang jago kawakan dalam dunia persilatan yang berpengalaman luas, sejak dari gerakan tubuh yang dilakukan So Bwe leng kemudian menyaksikan bayangan tubuh dari gadis itu, apalagi setelah menyaksikan sorot mata sinona yang murung dan sedih, dia telah menaruh curiga akan asal usul gadis tersebut.
Demikianlah setelah berpikir sebentar, dia lantas maju ke depan dan mencengkeram bahu Pek leng siancu So Bwe leng sambil menegurnya .
"Siapakah kau?"
Dengan kemampuan yang dimiliki Tiang pek lojin bukan suatu pekerjaan yang sulit baginya untuk menangkap gadis itu, meski jaraknya masih ada satu kaki lebih.
Akan tetapi Huan im sin ang tidak berdiam diri belaka, dengan cekatan ia melayang kedepan menghadang dihadapan Pek leng siancu So Bwe leng.
"Tua Bangka So.
"katanya sambil tertawa seram.
"apa-apaan kau ini? Jika ingin bertarung lohu akan melayani dirimu!"
Sekalipun Tiang pek lojin ingin bertarung juga tak akan bertarung dalam keadaan begini, sambil tertawa dingin, dia lantas melayang mundur kembali ketempat semula.
"Sancu, kau mengundang kedatangan lohu dengan janji akan mempertemukan lohu dengan cucu perempuanku, sekarang dimana orangnya?"
Ia menegur dengan wajah dingin. Huan im sin ang mengerdipkan matanya berulang kali, kemudian tertawa licik.
"Heeehhh. Heeehhh heehh kita sama-sama adalah orang yang telah berusia lanjut mengapa tidak tenangkan dulu hati kita masing-masing baru membincangkan pelan-pelan?"
Tiang pek lojin segera berpikir .
"Asal telah bersua muka, lohu tidak kuatir kau bisa kabur keujung langit, baiklah akan kulihat dulu permainan busuk apalagi yang akan dia perlihatkan kepadaku."
Berpikir demikian, dia lantas menekan hawa amarahnya dan berkata dengan ketus .
"Sudah lama lohu mendengar nama besarmu, hari ini aku ingin baik-baik meminta petunjuk darimu!"
"Aaaah, mana, mana, So lo terlalu memuji,"
Ucap Huan im sin ang sinis. Kemudian setelah mundur selangkah, serunya kepada So Bwe leng .
"Nak, kemarilah, cepat member hormat kepada kakek dari So sumoaymu, Tiang pek lojin So locianpwe dari luar perbatasan!"
Sambil menahan rasa mendongkol yang berkobar-kobar dalam dadanya, terpaksa So Bwe leng harus maju ke depan dan member hormat. Kembali Huan im sing ang berkata .
"Sejak dilahirkan bocah ini sudah menderita cacad dan tidak bisa berbicara, namun dia mempunyai hubungan yang paling baik dengan cucu perempuanmu Bwe leng."
Dari pembicaraan Huan im sin ang tersebut, Tiang pek lojin telah mendengar bahwa cucu kesayangannya telah menjadi murid orang, hal ini sama artinya bahwa dia dengan Sancu dari Ban seng kiong telah mempunyai ikatan hubungan yang luar biasa, sebagai seorang jago kenamaan dalam dunia persilatan, tentu saja dia tahu akan pentingnya arti seorang guru.
Betul, dia tak tahu bagaimana jalannya cerita sampai So Bwe leng mengangkat orang lain sebagai guru, namun dengan kedudukannya dalam dunia persilatan, tentu saja kenyataan tersebut harus diakui, apalagi sebagai pentolan dari suatu wilayah dunia persilatan, dia tak mau dicemooh orang dikemudian hari.
Demikianlah, setelah berkerut kening dan menghela napas katanya kemudian .
"Sancu, mengapa tidak kau katakan sendiri bahwa kau adalah gurunya Bwe leng? Hampir saja lohu kurang hormat kepadamu."
Buru buru Huan im sing ang memohon maaf, sahutnya .
"Setahun berselang, kebetulan lohu lewat dibukit Siong san dan tertarik oleh bakat cucumu yang begitu baik maka aku telah menculiknya secara paksa, untuk itu kumohon maaf yang sebesarbesarnya, untung saja So lo juga terhitung umat persilatan, tentunya kau juga memaklumi bukan perasaan seorang umat persilatan bila menjumpai bakat bagus? Aku harap kau sudi memaklumi kesulitanku ini!"
Mendengar ucapan yang bergitu menarik hati, Tiang pek lojin tak dapat menarik muka lagi, dengan senyum tak senyum katanya kemudian .
"Lohu ucapkan banyak terima kasih atas kesudianmu untuk mendidik Bwe leng!"
Seraya berkata dia lantas menjura. Huan im sin ang segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. Haaahhhh. Haahhh kalau dibicarakan kembali, seharusnya akulah yang berterima kasih kepada lo enghiong!"
Dengan digunakannya kata"enghiong"
Jelaslah dia berusaha untuk pelan-pelan menariuk Tiang pek lojin untuk berpihak kepadanya. Tiang pek lojin pun dari tersenyum menjadi tertawa tergelak.
"Haahhhh. Haaahhh. Haahhh. Sancu, apa maksud ucapanmu itu .?"
Sambil memperlihatkan wajah yang riang, Huan im sin ang berkata .
"Bwe leng berbakat bagus sekali, belum sampai setahun dia telah menguasai segenap kepandaian silat yang kuwariskan kepadanya, kini dia sudah menjadi Ban sen kiongcu, bahkan dalam beberapa bulan saja ia sudah termashur diseluruh dunia dan banyak melakukan pahala untuk perguruannya, seandainya lo enghiong tidak memiliki cucu secerdas ini, mustahil perguruanku bisa termashur seperti sekarang ini, oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kuucapkan banyak terima kasih kepada lo enghiong."
Selesai berkata, dia benar-benar menjura kepada Tiang pek lojin.
Tiang pek lojin adalah orang yang telah berusia lanjut, biasanya bagi seorang yang telah lanjut usia seperti dia, lebih rela mengorbankan nama dan kedudukan sendiri daripada tidak memperhatikan kemajuan dan kesuksesan yang dihasilkan cucunya.
Seperti So Bwe leng yang telah menjadi Ban seng kiongcu misalnya, bagi Tiang pek lojin hal mana merupakan suatu kejadian yang menggembirakan sekali hingga diapun tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya.
Kemunculan Ban seng kiong didalam dunia persilatan baru berlangsung beberapa bulan, sebab itu kejahatan yang telah dilakukan pihak perguruan tersebut belum banyak yang terungkap, sebaliknya Tiang pek lojin juga tidak memikirkannya dengan bersungguh hati, maka dia hanya merasakan kegembiraannya saja.
Andaikata dia mengetahui Ban seng kiong yang sesungguhnya, mungkin untuk menangis pun tak akan dapat.
Huan im sin ang sendiripun merasa gembira sekali ketika dilihatnya hubungan antara Tiang pek lojin dengan Ban seng kiong selangkah demi selangkah makin mendekat, tanpa terasa dia tersenyum sendiri.
"Kini Ban seng kiong telah dipimpin oleh cucumu,"
Demikian ia berkata lagi.
"aku dengar, belakangan ini lo enghiong juga bentrok dengan para hwesio dari bukit Siong san gara-gara urusan Thi ciangbunjin dari Thian liong pay. Oleh karena itu, aku sengaja telah mendatangkan jago-jago terbaik dari bukit Wong soat hong di bukit Wu san guna membantu lo enghiong, cuma sebelumnya lohu ingin mengadakan kontak dulu denganmu, asal lo enghiong menganggukkan kepala, cucumu pasti akan segera berangkat untuk membantu usaha lo enghiong."
Tergerak juga hati Tiang pek lojin setelah mendengar perkataan itu, tiba-tiba ia bertanya.
"Mengapa Bwe leng tidak datang sendiri untuk menjumpai diriku?"
Huan im sin ang segera tersenyum.
"Bwe ji kuatir lo enghiong marah kepadanya lantaran belajar silat denganku, maka ia tak berani datang kemari."
Tiang pek lojin termenung beberapa saat lamanya, kemudian katanya lebih jauh .
"Ehmmm. begini saja, usul kerja sama antara umat persilatan diluar perbatasan dengan pihak kalian, lohu harap bisa diperbincangkan setelah bersua dengan Bwe leng nanti, soal ini harap Sancu bersedia untuk memakluminya."
Jelas Tiang pek lojin juga tidak gampang terkecoh, ia telah mempersiapkan jalan mundur sendiri.
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dari pihak Ban seng kiong, aku dapat mewakilinya untuk mengambil keputusan,"
Kata Huan im sin ang.
"jadi Leng ji datang atau tidak sudah bukan masalah lagi, apalagi lo enghiong sudah lama berpisah dengan Leng ji, bila berjumpa lagi nanti tentu banyak masalah yang harus dibicarakan, entah bagaimana menurut pendapat Lo enghiong?"
Tiang pek lojin segera manggut-manggut.
"Masuk diakal juga perkataan Sancu itu."
Belum habis dia berkata, mendadak sambil berpaling ke sebelah kiri, bentaknya .
"Siapa disitu?"
"Mungkin anak buahku .."
Kata Huan im sin ang.
Tampak sekilas cahaya perak berkelebat lewat, tahu-tahu diatas puncak bukit itu telah bertambah dengan seorang pemuda bermantel perak.
Belum habis Huan im sin ang berkata, cahaya perak telah melintas lewat dan pemuda tampan bermantel perak itu sudah memunculkan diri di tengah arena.
Pemuda ini baru berusia dua puluh tahunan, wajahnya bersih dan tampan, sikapnya anggun dan berwibawa, membuat siapapun tak berani memandang remeh dirinya.
Dengan langkah yang anggun dia maju beberapa langkah ke depan, kemudian katanya kepada Huan im sin ang sambil tertawa .
"Siauseng dengan Sancu bukan berasal dari satu aliran yang sama."
Huan im sin ang sudah rikuh karena salah melihat orang, tak tahunya pihak lawan malah mengetahui juga bahwa dia adalah seorang Sancu, dari sini dapat diketahui bahwa orang tersebut bermaksud jelek malah besar kemungkinannya ia sudah cukup lama menyadap pembicaraan yang sedang berlangsung.
Maka dengan amarah yang meluap segera tegurnya dengan dingin.
"Kalau dilihat dari dandananmu, agaknya kau seperti anak sekolahan yang mengerti sopan santun, hai, tahukah kau bahwa menyadap pembicaraan orang merupakan suatu perbuatan yang tak sopan."
Tampaknya pemuda tampan itu seorang yang pemalu, teguran tersebut seketika membuat paras mukanya menjadi merah karena jengah.
"Sebenarnya siauseng tidak berniat untuk menyadap pembicaraan kalian berdua,"
Katanya.
"aku datang kemari karena ada persoalan yang hendak dibicarakan dengan So locianpwe!"
Tiang pek lojin So Seng pak menjadi tercengang.
"Sauhiap, darimana kau tahu kalau lohu akan munculkan diri di tempat ini?"
Tegurnya. Dengan wajah serius pemuda tampan itu menjawab .
"Sebab sebelum ini siauseng sudah mendapat tahu kalau kalian berdua ada janji di sini. Oleh sebab itu .."
"Dari mana kau mendapatkan kabar tersebut?"
Tanya Huan im sin ang sambil tertawa seram.
"Maaf, hal ini tak bisa kuungkap dihadapanmu!"
Mendadak ia menuding kearah Pek leng siancu So Bwe leng, lalu ujarnya kepada Tiang pek lojin .
"Locianpwe, tahukah kau siapa nona ini?"
Belum sempat Tiang pek lojin menjawab, paras muka Huan im sin ang telag berubah hebat, bentaknya .
"Sebenarnya siapakah kau? Jika tidak kau terangkan sejelasnya, jangan salahkan kalau lohu tak akan sungkan-sungkan lagi!"
"Hey, rupanya dalam hatimu ada setannya, sudah merasa takut?"
Ejek pemuda tampan itu sambil tertawa nyaring.
Sebetulnya sejak tadi Tiang pek lojin memang sudah menaruh curiga terhadap gadis yang berada dihadapannya itu, sekarang kecurigaannya makin meningkat.
Bagaimanapun raut wajah So Bwe leng ditutupi oleh topeng kulit manusia, namun Tiang pek lojin sudah berkumpul dengannya semenjak kecil dulu, otomatis dia mempunyai kesan yang cukup dalam terhadap tingkah laku serta potongan badan cucu perempuannya itu, apalagi setelah menyaksikan gerakan langkah yang diperlihatkan SO Bwe leng tadi, kesemuanya itu menambah kecurigaan dalam hati Tiang pek lojin makin menebal ..
Betul selama ini ia menunjukkan sikap yang lebih mengendor, bahkan berbincang secara bebas dengan Huan im sin ang, padahal rasa curiga di dalam hatinya sama sekali belum dikendorkan.
Pada mulanya dia merasa kemunculan dari pemuda tampan itu menjengkelkan, ia menganggap pemuda itu telah merusak rencana sendiri, tapi setelah mendengar perkataan orang, dengan cepat ia tertawa tergelak.
"Haaahhh. Haaahhhh.. haaahhhh lohu tidak percaya kalau seorang Sancu dari Ban seng kiong bisa melakukan perbuatan yang malu diketahui orang!"
Diam-diam ia telah sertakan pula sindiran yang pedas dibalik perkataan itu.
Huan im sin ang adalah manusia licik yang banyak akal muslihatnya, menjumpai keadaan tersebut, dengan cepat dia menemukan siasat bagus untuk mengatasinya.
Dari tertawa seram, ia menjadi tersenyum lembut, katanya kemudian .
"Oooh jadi kau menganggap muridku ini adalah Leng ji?"
Bersamaan waktunya, dia memperingatkan pula kepada Pek leng siancu So Bwe leng dengan ilmu menyampaikan suara .
"Bwe leng, bila kau tak sanggup mengendalikan perasaanmu sehingga melanggar perjanjian kita, jangan harap kau dapat bersua kembali dengan Thi Eng khi, setelah kembali dari sini, lohu pasti akan mencincang tubuhnya menjadi berkeping keping, jika kau tidak percaya, silahkan saja untuk menjajalnya!"
Setelah member peringatan, dengan sikap yang terbuka dia lantas menggape kearah Pek leng siancu So Bwe leng sambil ujarnya .
"Anak Tin, mereka telah menganggapmu sebagai Leng ji, cepat maju kedepan sana agar mereka perhatikan dengan seksama."
Dia mempunyai keyakinan penuh atas muslihatnya ini, maka diantara ulapan tangannya telah disertakan pula dengan tenaga pukulan yang lembut, dengan cepat jalan darah Pek leng siancu So Bwe leng menjadi bebas sama sekali.
Dalam pada itu, Pek leng siancu So Bwe leng telah berhasil pula untuk menenangkan hatinya, kesadarannya pulih kembali, sudah barang tentu diapun mendengar jelas semua peringatan dari Huan im sin ang tersebut.
Walaupun kini ia sudah bisa berbicara juga dapat membuka topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya, tapi gadis itu justru tak berani memperkenalkan diri kepada Tiang pek lojin.
Sebab bagaimanapun juga dia tak ingin menyaksikan keselamatan Thi Eng khi terancam bahaya.
Bukan cuma begitu saja, malah dia memberikan suatu kerja sama yang amat bagus dengan Huan im sin ang untuk melanjutkan permainan sandiwaranya itu.
Maka sambil menahan rasa pedih didalam hati dan merendahkan suaranya untuk menutupi suara lembut dan merdunya itu, dia berkata .
"Boanpwe Cu Tin tin menjumpai So locianpwe!"
Dari jarak satu kaki dihadapan Tiang pek lojin dia menjura dalamdalam .. Kembali Tiang pek lojin merasa kecewa bercampur bimbang, sambil menggelengkan kepalanya dan menghela napas panjang, ia berguman .
"Aaai. Jangan jangan mata lohu sudah melamur?"
Pemuda tampan bermantel perak itupun agak tertegun, mendadak ia melompat kedepan sambil menerjang kehadapannya Pek leng siancu So Bwe leng, agaknya dia berhasrat untuk menaklukkan gadis yang berada di hadapannya lebih dulu, kemudian baru diperbincangkan lagi.
Siapa tahu, baru saja dia menggerakkan tubuhnya, Huan im sin ang telah datang menghadang, ejeknya sambil tertawa dingin .
"Kau sebenarnya bertujuan apa? Mengapa hendak menerkam Tin tin?"
Dari nada ucapan tersebut mengandung arti kata sekan akan pemuda itu mengandung maksud jelek terhadap sang nona . Pemuda tampan tu sama sekali tidak marah, malah katanya sambil tertawa hambar .
"Siauseng mengenali nona ini sebagai nona So, beranikah kau memberi kesempatan kepada siauseng untuk membuktikannya?"
Huan im sin ang segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh....haaahhh........haaahhhh...... Leng ji adalah cucu kesayangan dari kakek So, bahkan kakeknya sendiri mengakui telah salah melihat orang, mana mungkin kau sibocah keparat dapat mengetahui lebih banyak daripadanya? Bocah keparat! rupanya kau memang bertujuan jelek, mempunyai niat cabul untuk mendekati Tin ji ku ini. Hmmm....... dihadapan lohu pun kau berani bertindak demikian, tampaknya nyalimu terhitung tidak kecil......."
Sembari berkata mendadak pergelangan tangannya diputar dan melepaskan sebuah pukulan sejajar dengan dada.
Huan im sin ang telah berniat untuk membunuh orang dan membungkam mulut lawan, dalam melancarkan serangannya kali ini, dia telah sertakan tenaga dalam sebesar enam bagian, dalam anggapannya tenaga pukulan sebesar itu sudah cukup untuk membinasakan pemuda tampan itu.
Kedua orang itu memang sedang berdiri saling berhadapan muka, selisih jarak kedua belah pihak hanya lima langkah saja, diantara perputaran telapak tangannya, angin pukulan yang maha dahsyat telah meluncur ke depan dada pemuda tampan itu.
Walaupun pemuda tampan tersebut telah membuat persiapan, ia tak menyangka kalau Huan im sin ang adalah manusia yang demikian liciknya, tanpa memperdulikan kedudukkannya, bahkan dihadapan Tiang pek lojin berani melancarkan serangan untuk membunuh orang.
Dengan cepat ia melejit ke samping untuk menghindarkan diri, sayang keadaan sedikit terlambat, meski jalan darah penting diatas dadanya berhasil dilindungi toh bahunya kena tersapu juga dengan telak, kontan tubuhnya mencelat ke tengah udara dan menubruk keatas sebatang pohon besar.....
Tiang pek lojin segera membentak keras dengan cepat dia melompat ke depan bermaksud untuk menolong pemuda itu.
Namun dia cepat, masih ada orang yang lebih cepat lagi, tampak bayangan biru berkelebat lewat tahu tahu dari belakang pohon telah melompat seseorang yang segera menyambut tubuh pemuda tampan itu ke dalam bopongannya.
Menyusul kemudian, dengan gerakan Cian liong seng thian (Naga sakti meluncur ke angkasa) dia melompat balik lagi kedalam hutan.
Tentu orang yang berbaju biru itu tak lain adalah Thi Eng khi.
Waktu itu dia amat menguatirkan keselamatan ibunya serta keempat orang susioknya, dia ingin cepat cepat mendapat tahu kabar berita tersebut dari mulut pemuda bermantel perak ini, tapi kuatir bila berjumpa dengan Tiang pek lojin nanti akan menunda waktunya, maka begitu menyambut tubuh pemuda tampan tersebut, dia segera rnengundurkan diri dari sana.
Tiang pek lojin sendiri merasa girang sekali ketika dilihatnya orang yang munculkan diri adalah Thi Eng khi, dengan cepat dia menarik gerakan tubuhnya dan melayang kembali keatas tanah.
Baru saja mau menyapa, siapa tahu Thi Eng khi telah membalikkan badan dan menyelinap kedalam hutan.
Dengan gusar Huan im sin ang membentak keras .
"Bocah keparat, hendak kabur ke mana kau?"
Dia melompat kemuka dan siap menerjang ke dalam hutan.
"Engkoh Eng!"
Jerit Pek leng siancu So Bwe leng pula, diapun bersiap menubruk ke depan.
Dalam keadaan demikian, tentu saja Tiang pek lojin tidak membiarkan Huan im sin ang pergi dengan begitu saja, tanpa berpikir panjang dia segera menghadang dihadapannya sambil berseru .
"Sancu, tunggu sebentar! Lohu ada persoalan hendak dibicarakan dengan dirimu!"
Tiang pek lojin tak ingin Huan irn sin ang berhasil menyusul Thi Eng khi, sebaliknya Huan im sin ang juga tak ingin pek leng siancu So Bwe leng berhasil menyusul Thi Eng khi, maka begitu jalan perginya dihadang, dia pun segera mengambil tindakan yang cekatan.
Sambil membalikkan badannya menghadang jalan pergi pek leng siancu So Bwe leng serunya.
"Anak Leng, dia bukan Thi Eng khi yang asli, dia adalah orang yang mencatut namanya, kau jangan sampai kena tertipu!' Tatkala pek leng siancu So Bwe leng menyaksikan Thi Eng khi masih bebas merdeka tanpa memperoleh ancaman apa apa, diapun menjadi tidak takut lagi terhadap ancaman kakek itu, serunya keras keras .
"Siapa yang percaya lagi dengan obrolan setanmu itu, perjanjian kita mulai sekarang dibatalkan sama sekali!"
Huan im sin ang memang tak malu di sebut orang sebagai manusia cerdas, ternyata paras mukanya sama sekali tidak berubah, katanya dengan ketenangan yang luar biasa .
"Orang itu bukan Thi Eng khi, percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri!"
Sementara itu, Tiang pek lojin telah berhasil membuktikan dari suara Pek leng siancu So Bwe leng bahwa dia adalah cucu perempuannya, sambil menyelinap maju untuk menarik tangannya, dia berseru .
"Nak, kau benar benar merisaukan yaya!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya dan menjatuhkan diri ke dalam pelukan Tiang pek lojin sambil menangis tersedu sedu.
Pertemuan antara kakek dan cucu ini telah menenggelamkan mereka berdua dalam luapan perasaan masing masing, siapapun tidak mendengar lagi apa yang dikatakan oleh Huan im sin ang tersebut.
Huan im sin ang menyaksikan semua adegan tersebut dengan wajah berubah ubah, ada kalanya malah tertawa dingin tiada hentinya, tapi kemudian dengan suara keras teriaknya .
"Orang itu bukan Thi Eng khi, lohu berani membuktinya!"
Tiang pek lojin segera menepuk bahu So Bwe leng sambil berbisik dengan suara lembut .
"Nak, bila ada persoalan kita bicarakan lain kali saja!"
Kemudian sambil berpaling ke arah Huan Im sin ang, ujarnya .
"Kau mempunyai alasan apa? Apa bukti kalau dia bukan Thi Eng khi ?"
Yang dikuatirkan Huan im sin ang apabila Tiang pek lojin tidak bersuara, asal orang itu sudah menjawab, maka dia tidak kuatir untuk mengandalkan ketajaman lidahnya guna menaklukan orang itu sampai terjerumus ke dalam perangkapnya.
Demikianlah sambil mengangkat bahu dia berkata .
"Lohu bukan cuma mempunyai alasan saja, bahkan alasanku bukan hanya alasan belaka!"
Pek leng siancu So Bwe leng mendongakkan kepalanya, lalu berteriak lantang .
"Bila ada persoalan katakan saja berterus terang, siapa yang kesudian banyak ribut denganmu?"
"Anak Leng, kau tak boleh bersikap kurangajar kepada lohu!"
Seru Huan im sin ang. Pek leng siancu So Bwe leng segera mencibirkan bibirnya seraya mendengus dingin.
"Hmm, mau apa kau?"
Tantangnya. Huan im sin ang tertawa seram.
"Anak Leng, jangan kau anggap perjanjian diantara kita sudah tidak berlaku lagi,"
Katanya.
"Heeehh. Heehhh. Heeehhh kau masih ingin menggunakan engkoh Eng untuk mengendalikan diriku?"
Ejek Pek leng siancu So Bwe leng sambil tertawa dingin.
"betul betul sedang bermimpi di siang hari bolong ."
Suara tertawa dari Huan im sin ang semakin menyeramkan, kembali dia berkata .
"Anak Leng, aku enggan bersilat lidah denganmu, sekarang dengarkan dulu kuutarakan alasan mengapa orang itu bukan Thi Eng khi kemudian baru ambillah keputusanmu."
Pek leng siancu So Bwe leng sama sekali tidak terpengaruh oleh perkataan itu, malah teriaknya lagi dengan gusar .
"Sialan kau si tua bangka celaka, memangnya kau anggap sebutan anak Leng boleh kaugunakan semaunya sendiri. Betul, betul, tak tahu malu, kau .. kau Belum habis dia berkata, Tiang pek lojin telah membentak keras .
"Nak, jagalah sikapmu sebagai seorang pendekar yang sejati, bagaimanapun juga Sancu telah memeliharamu selama satu tahun, terlepas apa maksud dan tujuannya kau tidak pantas bersikap kurangajar terhadap seorang locianpwe yang lebih tua tingkat usia nya daripada dirimu."
"So lo, aku cukup memahami watak anak Leng, lohu tak akan menjadi marah oleh sikapnya itu!"
Sela Huan im sin ang segera sambil tertawa terbahak bahak. Melihat lawannya berlagak sok berjiwa besar, Tiang Pek lojin segera mendengus dingin sebegai jawaban. Huan im sin ang tertawa licik, kembali dia mengemukakan alasan alasannya .
"Alasan yang pertama, kepandaian silat yang dimiliki orang itu sangat lihay, paling tidak kau harus memiliki tenaga latihan selama tujuh delapan puluh tahun sebelum berhasil mencapai tingkatan tersebut, bayangkan saja tahun ini Thi Eng khi baru berumur berapa? Sekalipun dia berbakat bagus, juga mustahil bisa mencapai tingkatan seperti itu hanya didalam setahun saja."
Kembali Pek Leng siancu So Bwe leng, mendengus dingin .
"Hmm, seandainya engkoh Eng berhasil menemukan suatu kejadian aneh, tentu saja hal mana merupakan suatu pengecualian."
Jilid 11
"DALAM dunia ini, tak nanti ada semacam obat mustajab yang bisa membuat tenaga dalam seseorang bisa mencapai tujuh delapan puluh tahun hasil latihan di dalam setahun saja!" ''Seandainya secara beruntun dia berhasil mendapatkan beberapa macam obat mustajab?"
Dengus Pek leng siancu So Bwe leng lagi. Huan im sin ang segera tertawa terbahak bahak.
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Haaahhhh.... haaahhh..... haaahhh...... anak Leng, kau anggap obat mustajab yang ada didunia ini segampang mencari nasi saja. Semacam saja sudah sukarnya bukan buatan apalagi beberapa macam sekaligus, pada hakekatnya seperti orang yang lagi mengigau saja."
Setelah tertawa tergelak, dia melanjutkan.
"Tenaga dalam yang dimiliki orang itu sangat hebat, selisihnya dengan So lo pun hanya sedikit, padahal jagoan dengan kemampuan semacam ini jarang sekali dijumpai dalam dunia persilatan dewasa ini, cukup berdasarkan hal ini saja dapat dibuktikan kalau dia bukan Thi Eng khi."
Akan tetapi Pek leng siansu So Bwe leng belum juga mau percaya, sambil mendongakkan kepalanya dia lantas bertanya .
"Yaya, apakah ucapannya itu beralasan?"
Tiang pek lojin tidak berbicara tapi mengangguk berarti dia telah mengakui bahwa ucapan dari Huan im sin ang memang masuk diakal....... Sekali lagi Huan im sin ang tertawa seram, katanya lebih lanjut .
"Alasan yang kedua, orang itu muncul lantas pergi, jelas tidak berani bersua muka dengan So lo, berdasarkan alasan ini bukankah bisa disimpulkan bahwa dia kuatir kalau rahasia penyamarannya ketahuan orang."
"Hmm, kau selalu menyulitkan dia, mungkin dia takut kepadamu, maka tak berani munculkan diri untuk bersua muka denganmu,"
Seru si nona lagi ngotot. Huan im sin ang segara tertawa terbahak bahak.
"Haaahh..... haaahh...... haaahh.... dengan kemampuan yang dimiliki orang itu, belum tentu lohu bisa menangkan dirinya dalam lima puluh gebrakan, andaikata dia adalah Thi Eng khi, bila ditambah kakekmu dan kau, bukankah kemungkinan lohu untuk kalah amat besar? Mengapa dia musti takut kepada lohu?"
Tiang pek lojin segera menghela napas panjang, katanya .
"Eng ji adalah seorang manusia yang berperasaan dan hangat dalam pergaulan, setelah berjumpa dengan lohu, mustahil dia tidak datang menjumpai diriku."
Padahal dia mana tahu kalau Thi Eng khi sedemikian menguatirkan keselamatan ibu dan keempat orang susioknya sehingga buru buru dia hendak mengorek keterangan dari mulut pemuda bermantel perak ini.
Selain itu, diapun berusaha untuk menghindari pertikaiannya dengan Huan im sin ang sehingga akhirnya harus mengeraskan hati untuk pergi tanpa menegur.
Dengan perkataan dari Tiang pek lojin ini, tak bisa disangkal lagi berarti dia menyetujui pandangan dari Huan im sin ang.
Tapi justru karena peristiwa ini, mengakibatkan terjadinya banyak kesulitan dikemudian hari.
Pek leng siancu So Bwe leng masih juga merasa tidak terima, sambil mendepak-depakkan kakinya diatas tanah dengan gemas, ujarnya .
"Aku tidak percaya, seribu kali juga tidak percaya, selaksa kali juga tidak percaya, engkoh Eng pasti mempunyai alasan tersendiri mengapa tak sampai berhenti dan berjumpa dengan kami disini, mungkin juga orang bermantel perak itu adalah teman engkoh Eng, untuk menyembuhkan lukanya mau tak mau harus segera meninggalkan tempat ini."
Ketika berbicara sampai disitu, mendadak hatinya tergerak, segera pikirnya .
"Jangan jangan orang itu adalah seorang perempuan? Yaa, benar, pasti seorang perempuan, demi dia engkoh Eng telah pergi tanpa menegur kami."
Makin dipikir ia merasa hal ini semakin masuk diakal, makin dipikir semakin mendongkol sehingga dia tak sanggup berbicara lebih lanjut.
Kecuali Thi Eng khi yang belum berpengalaman dalam dunia persilatan, sesungguhnya baik Tiang pek lojin maupun Huan im sin ang telah mengetahui bahwa orang itu adalah seorang perempuan yang menyamar sebagai seorang lelaki, cuma rahasia tersebut tidak dibongkar saja.
Sedangkan Pek leng siancu So Bwe leng, ia dapat berpendapat demikian karena dia sendiripun memang seorang perempuan, apalagi mempunyai perasaan cinta kepada Thi Eng khi, itulah sebabnya perasaan halusnya lebih merasakan hal tersebut.
Setelah berpikir sampai disitu, Pek leng siancu So Bwe leng segera merasakan hatinya amat pedih dan susah ditahan, dia tak berani berkata dan tak berani berpikir lagi, setelah menghela napas sedih, tiba tiba sikapnya menjadi murung sekali.
Sementara itu, Huan im sin ang kembali memperlihatkan sikapnya yang serius, lalu berkata dengan suara dalam .
"Alasan yang ketiga ini sebenarnya tak dapat dihitung sebagai alasan, melainkan merupakan suatu kenyataan, entah alasan yang kuajukan pertama dan kedua bisa diterima atau tidak tapi yang pasti alasan ketiga ini dapat membuktikan kalau orang itu bukan Thi Eng khi!"
Mendadak ia berhenti, seakan akan ada maksud unluk menunggu sampai Tiang pek lojin dan So Bwe leng bertanya sendiri, namun setelah ditunggu sekian lama, belum juga ada yang bersuara, terpaksa dia tertawa rikuh sambil melanjutkan kembali kata katanya .
"Sebab sejak setahun berselang, Thi Eng khi telah lohu sekap di suatu tempat rahasia yang jauh dari keramaian manusia!"
Pek leng siancu So Bwe leng tidak menunjukkan sikap kaget atau terkesiap setelah mendengar perkataan itu, sebab dia memang kena dipaksa Huan im sin ang untuk menutupi perkataannya akibat ucapan tersebut.
Lain dengan reaksi dari Tiang pek lojin, bukan cuma alis matanya berkenyit bahkan ia menunjukkan sikap gelisah dan tak tenang, segera bentaknya keras keras .
"Thi Eng khi telah kau sekap?"
Huan im sin ang segera menunjukan sikap minta maaf, sambil tertawa palsu ucapnya.
"So lo, aku minta maaf kepadamu, sesungguhnya lenyapnya Thi Eng khi adalah gara garaku, sedangkan pihak Siau lim dan Bu tong hanya kena getahnya saja, sebelum ini tentunya kau tak pernah menyangka bukan?"
Saking gusarnya sekujur badan Tiang pek lojin gemetar keras, mendadak sambil memancarkan sinar mata yang amat tajam, bentaknya dengan penuh kegemasan .
"Rupanya kau mengacau dari tengah, lohu tak akan memaafkan dirimu."
Sambil menggigit bibir dia menerjang ke muka dan mendorong sepasang telapak tangannya ke depan melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Angin pukulan yang sangat dahsyat segera menggulung ke muka dan menerjang ketubuh Huan im sin ang.
Menghadapi ancaman tersebut, Huan im sin ang segera tertawa terkekeh kekeh dengan seramnya.
"Heeehh ....... heeehhh..... heeehhh ....... bila lohu tidak menyambut seranganmu itu, kau pasti menganggap tenaga dalamku masih kalah jauh bila dibandingkan dengan dirimu, baiklah! Lohu akan memperlihatkan kemampuanku, agar kau bersedia untuk bekerja sama dengan lohu dengan perasaan yang lebih lega."
Ditengah seruan tersebut, dia telah menghimpun tenaga Jit sat hian im tin lip ke dalam telapak tangannya, kemudian dilontarkan tangannya ke depan bersama sama, segulung hawa pukulan yang tak berwujud bagaikan angin puyuh meluncur kedepan.
Ketika angin pukulan berhawa dingin dan panas itu saling bertemu, gemuruh angin pukulan yang dipancarkan oleh Tiang pek lojin itu seketika pudar dan lenyap, sementara tubuhnya tergoncang keras, akhirnya dia tak sanggup berdiri tegak dan mundur selangkah lebar.
Ketika menengok kembali kearah Huan im sin ang, tampaklah meski wajah orang itu merah membara, namun tubuhnya masih tetap berdiri ditempat tanpa bergerak barang sedikit pun juga.
Bagi seorang jago, dalam sekali bentrok kekerasan segera dapat dl ketahui siapa yang tangguh siapa yang lemah, untuk kedua kalinya Tiang pek lojin merasa kalau kemampuannya masih kalah bila dibandingkan dengan musuhnya.
Pertama kalinya terjadi pada enam puluh tahun berselang, dia dikalahkan oleh kakek Thi Eng khi, Keng thian giok cu (tiang kemala penyanggah langit) Thi Keng.
Waktu itu dia dikalahkan setelah dilangsungkan sepuluh kali pertarungan maka dia kalah dengan hati yang puas tapi dalam kekalahan untuk kedua kalinya, enam puluh tahun kemudian dia merasa sangat tidak puas.
Maka sambil menghimpun kembali tenaga dalamnya, dia lancarkan lagi sebuah pukulan dahsyat, bentaknya .
"Lohu akan beradu jiwa denganmu!"
Setelah menyambut sebuah serangan dari Tiang pek lojin dan berhasil menempati kedudukan diatas angin, Huan ini sin ang tak ingin bertarung lebih jauh melawan Tiang pekk lojin, dengan cepat kakinya bergeser dan meloloskan diri dari serangan musuh deng-an ilmu gerakan tubuh Leng kui huan sin (setan iblis berganti badan).
"So tua, kau juga orang yang telah berusia seratus tahunan, mengapa mesti ribut terus menerus,"
Cegahnya sambil menggoyangkan tangannya berulang kali,"
Bila kau mendesak terus, jangan salahkan kalau lohu tak akan berlaku sungkan sungkan lagi terhadap Thi Eng khi!"
Dalam gusarnya meski Tiang pek lojin berhasrat untuk beradu jiwa dengan Huan im sin ang, tapi dalam hatinya bukan berarti tanpa rencana apapun, dia tahu tiada harapan baginya untuk membereskan Huan im sin ang yang berada dihadapannya, apalagi mendengar pihak lawan menggunakan nyawa Thi Eng khi untuk mengancamnya, dia lebih berhati hati lagi.
Sambil menarik kembali serangannya, ia berseru dengan hati yang gusar .
"Suatu hari, lohu pasti akan menjagal dirimu untuk melampiaskan rasa dendamku kepadamu!"
"Soal dikemudian hari kita bicarakan dikemudian hari saja,"
Sindir Huan im sin ang sinis.
"paling tidak hari ini kita masih bisa berbincang dengan cara baik, kalau dibicarakan kembali, sesungguhnya kau musti berterima kasih kepadaku atas hilangnya Thi Eng khi kali ini."
"Kau tak usah mengaco belo di hadapan lohu!"
Bentak Tiang pek lojin dengan gusar. Huan im sia ang tertawa seram.
"Lohu telah menciptakan kesempatan dan alasan yang baik bagimu untuk memasuki daratan Tionggoan, masa kau tak berterima kasih kepadaku?"
Dibongkar rahasia hatinya, Tiang pek lojin kelihatan amat terkejut, untuk sesaat lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Kembali Huan im sin ang berkata lebih jauh .
"So tua, pertikaianmu dengan pihak Siau lim dan Bu tong telah menjadi suatu peristiwa besar yang menggemparkan seluruh kolong langit, aku rasa tentunya kau tak akan menjual muka para jago dari luar perbatasan dan menghancurkan nama sendiri bukan? Apalagi kalau mengaku salah dan minta maaf kepada pihak Siau lim dan Bu tong? Ketahuilah, keadaanmu sekarang ibaratnya orang yang menunggang diatas punggung harimau.. haaaahhh.. haahhhhh haahhhh..
"
Serentetan suara tertawa keras yang mengerikan berkumandang memecahkan keheningan, membuat Tiang pek lojin rnerasa gelagapan dan gugup dengan sendirinya.
Sementara itu entah kapan tiba-tiba Pek leng siancu So Bwe leng teringat akan sesuatu, dengan cepat dia membawa pokok pembicaraan kembali kesoal semula, serunya .
"Kau bilang orang yang tadi itu bukan Thi Eng khi? Hmm, hanya setan yang percaya!"
Untuk sesaat Huan im sin ang masih belum memahami ucapan dari Pek leng siancu So Bwe leng, mendengar perkataan itu diam diam ia merasa terkejut, pikirnya kemudian.
"Jangan jangan budak ini berhasil menemukan penyakit dibalik perkataanku itu?"
Meski berpikir begitu, wajahnya masih tetap memperlihatkan ketenangan yang luar biasa katanya .
"Thi Eng khi tetap dan hal ini merupakan suatu kenyataan, anak Leng, kau telah membawa jalan pikiranmu kemana lagi?"
Pek leng siancu So Bwe tidak menggubris perkataan orang, kembali dia berpikir lebih jauh .
"Apakah engkoh Eng tak dapat melarikan diri?"
Kemudian sambil memejamkan mata, dia bergumam seorang diri .
"Ya, benar, engkoh Eng pasti berhasil meloloskan diri dari cengkeraman iblismu!"
Menyusul dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi Huan im sin ang lekat-lekat, katanya dengan nada bersungguh sungguh .
"Engkoh Eng pasti telah lolos dari pengejaranmu!"
Begitu menyaksikan sikap Pek leng siancu So Bwe leng yang gugup macam orang kebingungan itu segera paham bahwa gadis itu lagi berkhayal belaka, hatinya menjadi lega, kontan saja ia tertawa tergelak.
"Disekitar tempat penyekapan itu lohu meninggalkan orang untuk mengawasi gerak geriknya, bayangkan saja, mana mungkin ia bisa kabur? Apalagi kemarin masih ada orang yang memberi laporan kepada lohu, kalau dia telah meluluskan syarat yang lohu ajukan, sekarang dia telah bersiap siap untuk mengangkat diriku menjadi guru dan belajar ilmu silat dari lohu!"
Sesungguhnya pikiran dan perasaan Pek leng siancu So Bwe leng pada saat itu amat kalut dan kacau balau tak karuan, ketika mendengar ucapan dari iblis tua itu, selain melototkan matanya, tak sepatah kata pun sanggup dia utarakan.
Tiang pek lojin sendiripun tampaknya tak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang tidak, dia hanya menghela napas belaka.
Melihat siasatnya berhasil mendatangkan hasil Huan im sin ang merasa girang sekali, dengan wajah berseri katanya lebih jauh .
"Jika kalian masih tidak percaya, lohu dapat segera membawa kalian menuju ke sana untuk menengoknya, sampai waktunya kalian tentu akan tahu kalau lohu bukan cuma gertak sambel belaka!"
Dalam hatinya sudah mempunyai rencana sendiri, maka ia berani mengambil resiko tersebut. Tanpa berpikir panjang Pek leng siancu So Bwe leng segera berkata .
"Benarkah kau akan mengajak kami untuk pergi menjumpai engkoh Eng....?"
"Tentu saja sungguh! Cuma aku harus bertanya kepadamu lebih dulu janji dua tahun kita masih masuk hitungan tidak?"
Tanpa berpikir panjang kembali Pek leng siancu So Bwe leng menjawab .
"Asal dapat bersua dengan engkoh Eng, tentu saja janji kita masih tetap masuk hitungan!"
Huan im sin ang lantas berpaling kearah Tiang pek lojin sambil bertanya .
"So tua, bagaimana pendapatmu?"
Mendadak paras muka Tiang pek lojin berubah menjadi amat serius, dengan sorot mata tajam terpancar keluar dari balik matanya, dia menjawab .
"Lohu mempunyai rencana sendiri, permainan busukmu jangan harap bisa kau laksanakan pada diri lohu!"
Menyusul kemudian sambil berpaling ke arah Pek leng siancu So Bwe leng, ujarnya .
"Anak leng, yaya tak ingin mempengaruhi jalan pemikiranmu serta caramu bertindak, semoga saja tindakanmu itu jangan sampai memalukan keluarga So kami."
Tidak menunggu Huan im sin ang sempat menimbrung lagi, sepasang kakinya segera menjejak tanah dan melambung keangkasa dalam waktu singkat badannva sudah masuk kedalam hutan dan lenyap dari pandangan mata.
"Yaya, yaya....
"
Teriak Pek leng siancu So Bwe leng dengan suara lantang. Sambil tertawa licik Huan im sin ang buru baru menghibur gadis itu, ujarnya .
"Anak Leng yayamu telah meninggalkan kau disini, itu berarti dia telah mempercayai perkataan lohu, jangan kuatir, dia tak akan menggubris dirimu lagi, sekarang kita harus pulang . selain itu, kitapun harus segera melakukan penyelidikan terhadap orang yang telah menyaru sebagai Thi Eng khi tersebut agar dia tahu sampai dimanakah kehebatan dari Ban seng kiong kita!"
Pek leng siancu So Bwe leng hanya merasakan pikiran dan perasaannya sangat kalut dia benar benar kehilangan pegangannya, dengan kepala tertunduk dan amat sedih, pelan pelan dia berjalan mengikuti dibelakang Huan im sin ang untuk meninggalkan bukit itu.
Sementara itu, Thi Eng khi yang buru buru ingin mencari jejak ibunya, terpaksa mengeraskan hati tanpa menyapa Tiang pek lojin, setelah membopong tubuh pemuda bermantel perak, secepat kilat dia meluncur ke bawah bukit.
Tiba dibawah bukit sana tampak Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sedang berputar kesana kemari didepan sana dengan keringat membasahi seluruh tubuhnya.
Mungkin dia sedang gelisah bercampur cemas karena tak berhasil menemukan jejaknya.
Maka sambil memperingan langkah kakinya, dia maju menyongsong kedatangannya sambil menegur .
"Engkoh tua, aku berada disini! Sungguh beruntung siaute telah berhasil mendapatkan orang bermantel perak itu, sayang dia terluka parah dan butuh pengobatan cepat. Apakah disekitar tempat ini ada tempat yang bisa dipakai untak mengobati lukanya?"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po memandang sekejap ke arah pemuda tampan yang berada dalam bopongan Thi Eng khi, mukanya berkerut seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut kemudian diurungkan......
Ternyata dalam sekilas pandangan saja dia telah melihat kalau orang bermantel perak itu adalah seorang perempuan.
Sebetulnya dia hendak memperingatkan Thi Eng khi, tapi entah mengapa akhirnya niat tersebut diurungkan .........
Katanya kemudian setelah termenung sebentar .
"Bila ingin mencari tempat untuk mengobati lukanya, mari ikutilah engkoh tua!"
Dia lantas membalikkan badan dan menelusuri sebuah jalan kecil, Thi Eng khi sambil membopong pemuda tampan itu segera mengikuti dibelakangnya.
Setelah berjalan sekian lama, sampailah mereka disebuah dusun kecil, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po ternyata tidak berhenti, dia langsung memasuki sebuah bangunan rumah yang tinggi besar didepan sana..
MENYAKSIKAN kelakuan orang, Thi Eng khi merasa agak kebingungan bercampur bimbang, ia merasa dengan kedudukan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sesungguhnya bertolak belakang dengan bangunan rumah itu apalagi jika masuk tanpa permisi, hal itu sesungguhnya merupakan sesuatu yang kurang sopan.
Oleh karena itu, dia menjadi agak sangsi sehingga tanpa terasa menjadi berhenti.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po memandang sekejap ke arah Thi Eng khi lalu tegurnya .
"Saudara cilik, apakah kau tidak percaya dengan engkoh tuamu?"
Merah padam selembar wajah Thi Eng khi sambil ikut melangkah masuk sahutnya .
"Aaaah, mana .mana "
Baru saja Thi Eng khi masuk kedalam pintu, dari balik ruangan telah muncul seorang lelaki berusia pertengahan, sambil menyongsong kedatangan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po katanya seraya memberi hormat .
"Cu cianpwe sudah lama kau tak pernah berkunjung kemari, ayahku sudah amat merindukan dirimu...."
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh.... haaahhh... tanpa urusan aku si pengemis tua tak akan berkunjung ke ruang Sam poo thian. Keponakan Pek sian, kau juga tak usah banyak bicara lagi, aku ingin tanya, apakah kamar tamu kalian masih ada yang kosong?"
"Ada!"
Jawab lelaki setengah umur yang bernama Pek sian tersebut.
"locianpwe masih ada pesan lagi?"
"Asal ada kamar kosong kami dapat pergi kesana sendiri beritahu saja kepada ayahmu kalau aku si pengemis tua telah datang, suruh dia persiapkan hidangan dan arak yang paling lezat, sebentar aku hendak berbincang dengannya."
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil tertawa lelaki yang bernama Pek sian itu masuk keruang dalam, sedangkan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga membawa Thi Eng khi langsung menuju keruang tamu.
Kamar tamu itu diatur sangat rapi dengan dekorasi yang indah, membuat siapa pun akan mengetahui kalau tuan rumah gedung ini bukan seorang manusia sembarangan.
Thi Eng khi tak sempat memperhatikan dekorasi didalam ruangan itu lagi.
cepat dia membaringkan pemuda tampan itu keatas pembaringan, kemudian menghimpun ilmu Sian thian bu khek ji gi sin kangnya, ia mulai mengobati luka yang diderita pemuda tampan tersebut.
Walaupun pemuda tampan itu hanya tersapu oleh pukulan Jit sat hian im ceng lek dari Huan im sin ang namun ilmu pukulan Jit sat hian Im ceng lek adalah sejenis pukulan yang beracun sekali, barang siapa terkena oleh pukulan itu, sekujur badannya akan kedinginan setengah mati, kelihayannya luar biasa sekali.
Waktu itu, semua nadi penting dalam tubuh pemuda tampan itu sudah membeku, mukanya hijau membesi dan sudah tak berwarna darah lagi.
Thi Eng khi membutuhkan waktu setengah pertanak nasi lamanya untuk menolong pemuda tampan itu sebelum paras mukanya menjadi merah kembali, kemudian setelah lewat setengah jam kemudian ia baru mendusin menghembuskan napas panjang dan bangun berduduk.
Sewaktu dia melihat jelas paras muka Thi Eng khi, paras mukanya tiba tiba berubah beberapa kali diantaranya terlintas pula perasaan diluar dugaan, kaget, gembira dan malu.
Entah mengapa ternyata dia tidak mengucapkan sepatah katapun ucapan terima kasih, begitu duduk, ia memejamkan matanya dan mengatur napas sendiri.
Thi Eng khi berpaling kebelakang, ia jumpai dalam ruangan tersebut selain hadir Si Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dan lelaki yang bernama Pek sian tersebut, kini telah bertambah dengan seorang kakek berwajah merah yang berusia enam puluh tahunan.
Kakek bermuka merah itu mempunyai perawakan badan yang tinggi kekar, dia mengenakan jubah berwarna abu abu dan mempunyai suatu kewibawaan yang mengerikan.
Tatkala pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po melihat Thi Eng khi berpaling sebetulnya dia ingin bertanya dengan suara keras, tapi setelah dilihatnya pemuda tampan itu sedang duduk bersila, cepat cepat dia merendahkan suaranya dan menunjuk ke arah kakek bermuka merah itu sambil katanya .
"Saudara cilik, dia adalah seorang manusia aneh dari dunia persilatan yang dikenal oleh setiap persilatan didunia ini saat ini, Lim toa sianseng Lim Biau lim."
Buru buru Thi Eng khi menjura kepadanya seraya brkata .
"Aku Thi Eng kni menjumpai Lim toa sianseng!"
Lim toa sianseng Lim Biau lim dengan sepasang matanya yang tajam bagaikan pisau belati mengawasi wajah Thi Eng khi lekat lekat, mendadak tubahnya gemetar keras seperti merasa kaget bercampur tertegun, ternyata dia tahu bagaimana harus menjawab perkataan dari anak muda tersebut Sorot matanya yang tajam pelan pelan bergeser ke bawah tubuh Thi Eng khi, namun sewaktu menyaksikan pedang Thian liong kim kiam yang tersoren di pinggang anak muda itu, paras mukanya tampak semakin emosi.
Dengan cepat dia mundur selangkah ke belakang, lalu tanyanya dengan wajah serius .
"Tolong tanya apakah Thi sauhiap berasal dari perguruan Thian liong pay ?"
Paras muka Thi Eng khi turut berubah serius pula, sahutnya dengan nada bersungguh sungguh .
"Aku adalah ciangbunjin angkatan kesebelas dari perguruan Thian liong pay."
Selintas cahaya aneh terpancar keluar dari wajah Lim Biau lim, tiba tiba ia bertanya .
"Lantas siapakah ciangbunjin angkatan ke sepuluh dari Thian liong pay.. Seperti diketahui, Kay thian jiu (si tangau sakti pembuka langit) Gui Tin tiong menjabat sebagai ciangbunjin angkatan ke sepuluh setelah perguruan Thian liong pay ditutup. Itulah sebabnya banyak jago persilatan maupun anggota Thian liong pay yang tidak mengetahuinya. Dengan suara lantang Thi Eng khi segera menjawab .
"Ciangbunjin angkatan ke sepuluh dari Thian liong pay adalah mendiang guruku Gui Tin tiong!"
Mendadak sepasang mata Lim Biau lim berkaca kaca, namun air matanya tak sampai meleleh keluar, tanyanya lagi .
"Tolong tanya apa pula hubungan sauhiap dengan Keng thian giok cu (tonggak kemala penyanggah langit) Thi Keng?"
"Dia orang tua adalah kakekku!"
Waktu itu Lim Biau lim tak bisa menahan air matanya lagi, dengan air mata berlinang serunya kepada Lim pek sian .
"Pek sian, tak bakal salah lagi, cepat kita memberi hormat kepada ciangbunjin!"
Seraya berkata dia lantas memberi hormat seraya berseru .
"Murid angkatan kesepuluh Lim Biau lim bersama putra tecu pek sian menghunjuk hormat untuk ciangbunjin, selain mendoakan keselamatan buat ciangbunjin!"
Rupanya Kim pek sian sudah menaruh curiga semenjak menyaksikan dandanan dari Thi Eng khi dalam ruangan tadi maka ia segera masuk kedalam dan melaporkan kejadian ini kepada ayahnya.
Lim Biau lim tak berani bertindak gegabah, sebelum membuka rahasia sendiri terlebih dulu dia menyelidiki Thi Eng khi dengan beberapa hal, setelah terbukti kalau dugaannya tak salah, ia baru memberi hormat kepada ciangbunjinnya.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sudah berkenalan dengan Lim Biau lim semenjak lima belas tabun berselang, dia hanya tahu kalau Lim Toa sianseng adalah seorang pendekar sejati, tapi tak menyangka kalau dia adalah anggota perguruan Thian liong pay, tak heran kalau ia menjadi tertegun saking kaget dan herannya.
Thi Eng khi sendiripun sama sekali tidak menyangka kalau Lim Biau lim adalah murid Thian liong pay, ketika menyaksikan dia menjatuhkan diri memberi hormat kepadanya, musti agak rikuh tapi sebagai seorang pemuda yang luar biasa, rasa rikuh tersebut dengan cepat dapat ditekan.
Kemudian dengan sikap yang amat tenang dan penuh kegembiraan dia menerima penghormatan kedua orang itu, kemudian dengan melancarkan sebuah tenaga tak berwujud dia bangunkan kedua orang itu seraya berkata .
"Dalam masa kesusahan semacam ini ternyata aku bisa bersua dengan kalian berdua, kejadian ini betul betul menggembirakan hati, harap kalian berdua bangkit berdiri dan tak perlu menjalankan penghormatan besar lagi!"
Menurut kebiasaan yang berlaku di dalam Thian liong pay, setiap murid partai yang pertama kali menjumpai ciangbunjinnya, maka diwajibkan melaksanakan tiga kali penyembahan.
Tapi sekarang Thi Eng khi hanya menerima sekali penyembahannya saja, ini boleh dibilang merupakan suatu perlakuan yang amat istimewa sekali.
Sambil mengucapkan banyak terima kasih Lim Biau lim bangkit berdiri, kemudian dengan air mata bercucuran dia berkata .
"Tecu dapat menyaksikan partai Thian lioag pay tegak kembali dalam dunia persilatan, sekalipun harus mati juga rela!"
Sewaktu Thi Eng khi menanyakan sumber dari Lim Biau Lim dalam perguruan Thian liong pay, baru diketahui bahwa ayah Lim Biau lim yang bernama Lim Cing ci adalah saudara seperguruan dari kakeknya, jadi kalau dihitung kembali usia Lim Biau lim sebenarnya jauh lebih tinggi daripada Kay thian jiu Gui Tin Tiong atau dengan perkataan lain dia adalah supeknya sendiri.
Sedang Lim Pek sian telah berusia tiga puluh tahunan, dia terhitung kakak seperguruan sendiri.
Maka terlepas dari kedudukannya sebagai seorang ciangbunjin sekali lagi dia memberi hormat kepada Lim Biau lim dan putranya dengan kedudukan sebagai keponakan murid dan adik seperguruan.
Sikap serta tindak tanduknya yang sederhana dan merendah ini semakin mengundang kekaguman hati Lim Biau lim berdua terhadap anak muda tersebut.
Menyusul kemudian Thi Eng khi pun menceritakan pengalamannya sampai berhasil mendapatkan kembali kitab putaka Thian liong pit kip, bahkan bersedia mewarislan beberapa macam kepandaian sakti kepada Lim Pek sian guna membangun kembali nama besar perguruan mereka.
Lim Biau lim yang mendengar perkataan itu menjadi girang sekali, bersama putranya dia segera mengucapkan banyak terima kasih tiada hentinya.
Dikala pembicaraan tersebut telah selesai, Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po mencekal lengan Lim Biau lim sambil menegur .
"Saudara Biau lim rupanya kau adalah anggota Thian liong pay, sebelum ini aku si pengemis tua benar benar kena terkecoh, untuk menebus dosa hari ini kau pasti didenda tiga guci arak Pek hoa jian jit lok kepadaku!"
Lim Biau lim turut tertawa tergelak.
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... hari ini ciangbunjin telah berkunjung kemari hal mana merupakan suatu kebanggaan bagi perkampungan kami, jangan toh baru tiga guci arak Pek hoi jian jit lok, sekali pun hendak menghabiskan semua persediaanku, siaute juga tak akan merasa sayang."
Kemudian sambil menghela napas dan tertawa getir, dia melanjutkan .
"Aaai.... selama ini siaute terpaksa harus merahasiakan asal usulku yang sebenarnya hal ini disebabkan keadaan yang memaksa, harap loheng jangan marah!"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po tertawa tergelak.
"Haaahhh.... haaahhh..... haaahhh ..... asal ada arak Pek hoa jin jit lok untuk diminum, biasanya aku si pengemis tua menjadi enggan untuk mengurusi soal lain, baiklah, kali ini aku boleh saja mengampuni dirimu....!"
"Hei engkoh tua,"
Goda Thi Eng khi tiba tiba.
"terus terang saja katakan kalau kau sedang memeras Lim supek, huuh.... kata kata raja sedap didengar, baik, anggap saja kau memang jauh lebih hebat setingkat daripada Siaute."
"Saudara cilik aku memeras arak dari anggota Thian liong pay kalian, apakah kau yang menjadi kekuatan merasa sakit hati? Haaaahhh.... haaahh...haaahhh.."
Sekali lagi pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po tertawa tergelak. Lim Biau lim pun ikut berseri seri, kepada Lim Pek sian segera perintahnya.
"Cepat perjamuan diruang tengah!"
Lim Pek sian mengiakan dan mengundurkan diri. Pelan pelan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po mengalihkan sorot matanya dan memandang sekejad kearah pemuda tampan yang sedang bersemadi itu, lalu bisiknya kepada Thi Eng khi.
"Saudara cilik lukanya tidak parah bukan?"
"Tampaknya sudah tidak menguatirkan."
Baru selesai ucapan tersebut diutarakan mendadak pula tampan itu membuka matanya lebar lebar sambil bangkit berdiri kemudian sambil menjura ke arah Thi Eng khi katanya.
"Terima kasih banyak atas bantuan dari Thi ciangbunjin!"
"Aaaah... hanya bantuan sepele, harap saudara jangan memikirkannya dalam hati,"
Sahut Thi Eng khi tertawa. Pemuda tampan itu segera tersenyum dan tidak berbicara lagi. Tiba tiba si Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po tertawa nyaring lalu katanya .
"Bila kalian masih ada persoalan, lebih baik dibicarakan nanti saja, yang penting sekarang adalah membuat perhitungan dulu dengan perut kita."
Thi Eng khi sangat menguatirkan keselamatan ibunya, sebetulnya dia bermaksud untuk langsung menanyakan tentang surat itu kepada pemuda tampan tadi.
Tapi setelah Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po berkata demikian, diapun merasa tak enak untuk banyak berbicara lagi, terpaksa bersama semua orang menuju ke ruang belakang untuk bersantap.
Begitu masuk kedalam ruangan, si Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera meneguk tiga cawan arak Pek hoa jian jit lok, setelah itu sambil menyeka mulutnya dia berseru tiada hentinya .
"Sungguh memuaskan! Sungguh memuaskan!"
Mendadak ia merasa rikuh sendiri maka katanya kemudian sambil mengangkat cawan .
"Mari kan pei, kan pei.... kita bersama sama mengeringkan secawan arak!"
Tapi sebelum orang lain memberikan reaksinya, tiga cawan arak sudah masuk kembali ke dalam perut. Akhirnya sambil memejamkan matanya dan menghembuskan napas panjang, dia berkata .
"Saudara cilik berdua......."
Belum habis dia berkata, Thi Eng khi telah menggoyangkan lengannya sambil berbisik .
"Sstt....... diatas atap rumah ada orang!"
Ketika semua orang memasang telinga dan mendengarkan dengan seksama, betul juga lamban lamban terdengar suara ujung baju terhembus angin bergema dari atas rumah, menyusul kemudian tampak seorang kakek berusia lima puluh tahunan melayang turun ke depan ruangan.
Sambil bertolak pinggang, dia lantas berseru dengan suara lantang .
"Lim Biau lim, keluar kau! Lohu hendak berbicara denganmu."
Lim Biau lim menekan meja siap melompat keluar tapi pengemis sakti bermata harimau telah menyerobot kedepan, sambil melayang keluar halaman dia tertawa terbahak bahak "Haaahhh.....
haaahhh....haaahhh.....
rupanya Lak bin wangwee (hartawan berwajah enam) Tong Cu toan, saudara Tong, sungguh kebetulan sekali kedatanganmu, mari, mari, mari....
silahkan duduk, silahkan duduk! Sebenarnya perselisihan apakah yang telah terjalin antara saudara Tong dengan saudara Lim? Harap kau suka memandang diatas wajahku untuk berunding secara baik baik, apalah artinya saling hidup dan cekcok?"
Tatkala Thi Eng khi mendengar kalau orang yang datang adalah Lak bin wangwee, diapun akan tertegun, mendadak teringat olehnya akan perkataan Huan im sin ang yang pernah membicarakan tentang tiga belas Tay poo anak buahnya....
Dengan cepat pula dia lantas menduga kalau kedatangan Lak bin wangwee hari ini adalah atas suruhan dari Huan im sin ang, tanpa terasa sambil tertawa dingin ia duduk tak berkutik ditempat semula.
Tampaknya si Hartawan berwajah enam Tong Cu toan tidak menyangka kalau pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga hadir disitu, mula mula dia agak tertegun kemudian sambil menarik muka katanya .
"Apa yang terjadi hari ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Cu pangcu, harap kau menyingkir ke sana, biar Lim Biau lim yang datang menjawab pertanyaanku!"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sampai menampilkan dirinya tadi lantaran ia merasa punya hubungan baik dengan Lak bin wangwee Tong Cu toan, siapa sangka Tong Cu toan tidak memberi muka kepadanya, malah mendampratnya dihadapan umum, hal mana kontan saja membangkitkan hawa amarahnya.
Sambil mencak mencak kegusaran dia berseru .
"Orang she Tong, ada urusan apa sih kau datang kemari? katakan saja kepada aku si pengemis tua!"
Ternyata sikap Lak bin wangwee Tong Cu toan semakin tidak bersahabat, sambil tertawa dingin ia berseru pula .
"Orang she Cu, lebih baik kau jangan tak tahu diri. Hmm.... bila berkeras kepala terus, jangan salahkan kalau lohu tak akan mengingat lagi hubungan kita dimasa lalu!"
Sepasang mata pengemis sakti bermata harimau Cu Goan poo sudah melotot besar bagaikan gundu, sambil menyilangkan telapak tangannya dia berteriak .
"Tong Cu toan ........"
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, Lim Biau lim telah menarik tangannya sambil berkata .
"Cu pangcu, lebih baik kembalilah kemeja perjamuan untuk minum arak, lohu ingin saksikan sahabat Tong yang makan beras mentah ini hendak berbuat apa kepadaku!"
Tanpa banyak berbicara lagi dia segera mendorong pengemis tua itu masuk kedalam ruangan, setelah itu dia baru membalikkan tubuhnya dan berkata kepada Lak Bin wangwee Tong Cu toan .
"Lohu adalah Lim Biau lim! Nah, sahabat Tong, ada persoalan apa kau datang mencariku?"
Lak Bin wangwpe Tong Cu toan segera mendengus dingin.
"Hmm.... ! Lohu ingin bertanya kepadamu, apakah kau anggota Thian liong pay?"
"Benar, lohu adalah anggota Thian liong pay, darimana kau bisa tahu ....."
Belum habis dia berkata, mendadak Lak Bin wangwee Tong Cu toan mengayunkan sepasang tangannya kedepan. Beratus ratus titik cahaya emas dengan cepat menyelimuti angkasa dan menyambar kearah kakek tersebut.
"Heehh.... heehh..... heehh.... bedabah dari Thian liong pay rasakan kelihayan Bu wi kim wong (Cahaya emas tanpa ekor) milik lohu ini .....!"
Serunya sambil menyeringai seram.
Begitu bertemu lantas turun tangan, tindakan yang dilakukan oleh Lak bin wangwee Tong Cu toan ini benar benar keji sekali, siapapun tak menyangka sampai kesitu.
Lim Biau lim sendiripun sama sekali tak menyangka sampai kesitu, menyaksikan datangnya ancaman tersebut, dia menjadi gelagapan dan tak tahu bagaimana harus menghindarkan diri.
"Aduh celaka,"
Pekiknya, dia segera memejamkan matanya menunggu saat ajalnya tiba. Untung saja pada saat itulah bentakan nyaring berkumandang dari belakang tubuhnya .
"Manusia laknat, kau berani bertingkah di sini!"
Cahaya emas berkelebat lewat, tahu tahu senjata rahasia cahaya emas tanpa ekor yang digunakan oleh Lak bin wangwee Tong Cu toan tersebut telah lenyap tak berbekas.
Dengan jubah yang berkibar terhembus angin, Thi Eng khi telah berdiri didepan Lim Biau lim, dengan kening berkerut dia awasi wajah Lak bin wangwee Tong Cu toan lekat lekat, kemudian ujarnya kepada kakek she Lim tersebut .
"Lim supek, harap mundur, serahkan urusan ini kepadaku!"
Pada mulanya Lim Biau lim menyangka akan ilmu silat yang dimiliki ciangbunjin mudanya ini tidak terlalu hebat, sekalipun bakat pemuda itu sangat baik, dalam perkiraannya walaupun seluruh kepandaian silat yang tercantum dalam kilab Thian liong pit kip telah dikuasahi, dengan batas usianya yang masih muda, mustahil tenaga dalamnya bisa dilatih sampai ke tingkat kesempurnaan.
Tapi setelah menyaksikan gerakan pedang yang dilakukan Thi Eng khi sekarang ternyata penuh disertai pancaran tenaga dalam, bahkan jarum beracun Bu wi kiam wong yang dipancarkan oleh Lak bin wangwee Tong Cu toan berhasil dihisap oleh pedang tersebut, dengan cepat dia sadar bahwa tenaga dalam yang dimiliki ketua mudanya ini sudah mencapai ke tingkatan yang luar biasa.
Untuk sesaat lamanya dia menjadi tertegun, kejut, girang dan tercengang, dengan emosi meluap dia mengundurkan dirinya kesamping.
Dalam pada itu, Thi Eng khi telah berkata kepada Lak bin wangwee Tong Cu toan dengan wajah serius .
"Sebenarnya ikatan dendam atau sakit hati apakah yang telah terjalin antara anak murid Thian liong pay dengan Tong tayhiap sehingga Tong tayhiap tak segan segan menggunakan cara menyergap yang licik dan tak tahu malu itu untuk mencelakai orang?"
Perlu diketahui, keluarga Tong yang dari propinsi Szuchuan ini termashur dalam dunia persilatan karena senjata rahasia beracunnya, sedang merekapun tidak menggabungkan diri dengan pihak perguruan sesat atau aliran hitam, maka sesungguhnya perguruan keluarga Tong boleh dibilang berdiri pada posisi yang benar.
Bahkan ada pula yang menilai perguruan mereka sebagai suatu perguruan kaum lurus sebab dalam perguruan itu berlaku suatu peraturan yang keras dan ketat, yakni .
Setiap anggota perguruan yang hendak menggunakan senjata rahasia, maka mereka harus menggunakan secara jujur dan terbuka, kemenangan hanya boleh diraih dengan cara yang jujur, sedang cara menyergap atau main curang sama sekali tak diperkenankan.
Lak bin wangwee Tong Cu toan merupakan adik dari ketua perguruan keluarga Tong sekarang yaitu Tan ci hui seng (sentilan jari bintang melayang) Tong Cu keng dalam perguruan keluarga Tong mempunyai kedudukan yang terhormat sekali, tak nyana dia telah melakukan sergapan yang amat memalukan, bila kejadian ini sampai tersiar di tempat luaran tak bisa disangkal lagi hal mana pasti akan menodai nama baiknya maupun nama perguruannya.
Dari malu si hartawan berwajah enam Tong Cu toan menjadi naik pitam, katanya setelah tertawa dingin .
"Lohu bermaksud untuk membunuh segenap anggota Thian liong pay, mau apa kau?"
Sambil berkata, tangan kirinya segera merogoh kedalam saku dan mengeluarkan dua biji bola bulat yang kecil, sementara tangan kanannya mencabut keluar sebilah tombak perak yang berdua sisi.
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian sambil berdiri tegak, ia bersiap siap melancarkan serangan lagi.
Thi Eng khi segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh.... haaaahh.... haaahhh.... aku adalah ciangbunjin angkatan ke sebelas dari Thian liong pay, coba katakan, apakah aku berhak mengurusi atau tidak?"
Mendengar pertanyaan itu, si Hartawan berwajah enam Tong Cu toan agak tertegun kemudian sambil menyeringai seram dia berseru .
"Bagus sekali, jadi kau adalah Thi Eng khi si bangsat muda itu, lohu benar benar lagi mujur tampaknya."
Selesai berkata tangan kirinya segera diayunkan kedepan melepaskau dua titik cahaya hitam, yang satu menyerang Thi Eng khi sementara yang lain menyerang si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sekalian.
Baru saja Thi Eng khi hendak menyambutnya dengan babatan pedang, tiba tiba terdengar pemuda tampan yang berada dalam ruangan itu berseru dengan suara lantang .
"Im yang siang cu (sepasang mutiara Im yang) dari keluarga Tong tak boleh disentuh dengan kekerasan! Saudara Thi, cepat kau gunakan ilmu Sian thian bu khek ji gi sin kang dari perguruan untuk menciptakan dinding dengan hawa khikangmu, kemudian pentalkan balik benda itu sejauh jauhnya!"
Tenaga dalam Thi Eng khi telah mencapai tingkatan dimana bisa digunakan sekehendak hati sendiri, begitu peringatan tersebut diterima, hawa sinkang segera dikerahkan keluar untuk menyambut datangnya ancaman.
Segera tampaklah mutiara hawa im yang memancar kearahnya itu terhenti ditengah jalan dan melayang layang ditengah udara.
Hartawan berwajah enam Tong Cu toan tertawa dingin, tangan kirinya segera diayunkan kedepan, setitik cahaya tajam langsung meluncur kedepan dan menghantam bulatan bola itu.
Walaupun Thi Eng khi tidak tahu sampai dimanakah kelihayan dari mutiara Im cu tersebut namun dilihat dari keadaan yang terbentang didepan mata ia tahu kalau tindakan yang dilakukan Lak bin wangwee Tong Cu toan sekarang adalah menghancurkan mutiara Im cu tersebut.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan kalau didalam Im cu tersebut pasti tersimpan suatu benda mematikan yang amat berbahaya.
Cepat cepat dia mengerahkan tenaga dalamnya semakin besar dan memaksa butiran mutiara Im cu itu sehingga terpental balik ke arah Hartawan berwajah enam.
Pada saat yang bersamaan, butiran Yang cu yang disambit ke dalam ruangan itu telah disambut oleh pemuda tampan itu dengan sambaran angkin putihnya.
Diantara gulungan angkin putih itu, Yang cu tadi kena digulung dan kemudian dilemparkan kembali ke arah pemiliknya.
Walaupun panjang untuk dikisahkan, sesungguhnya waktu yang berlangsung hampir bersamaan waktunya, sehingga pada saat yang hampir bersamaan mutiara Im cu yang dilempar kembali oleh Thi Eng khi dan mutiara Yang cu yang disambit oleh pemuda tampan itu bersama sama tiba dihadapan Lak bin wangwee Tong Cu toan pada saat yang berbarengan.
Tak terlukiskan rasa kaget Lak bin wang wee Tong Cu toan menghadapi ancaman tersebut, buru buru dia melompat ke belakang berusaha untuk menghindarkan diri, sayang keadaan sudah terlambat.
Pada saat yang bersamaan Im yang siang cu telah menimbulkan suatu ledakan keras ditengah udara, kemudian muncullah segulung asap hijau yang segera mengurung sekujur badan Hartawan berwajah enam Tong Cu toan.
Mengetahui kalau tak sempat untuk mengelakkan diri dari ancaman bahaya, Lak bin wangwee Tong Cu toan segera merogoh kedalam sakunya dan mengambil keluar sebutir pil yang segera dijejalkan kedalam mulutnya, kemudian sepasang ujung bajunya disilangkan diatas untuk melindungi dada, sementara badahnya berbongkok kebawah melingkar menjadi satu.
Sekalipun demikian, kedua gulung asap hijau itu sempat pula menembusi celah celah tubuhnya dan menyerang wajah serta tangannya.
Tak ampun lagi dia menjerit keras karena kesakitan, seluruh tubuhnya gemetaran keras, begitu badannya terkapar ditanah badannya semakin banyak yang terkena racun hijau itu.
Pada saat itulah, si pemuda tampan tadi telah berseru kembali .
"Im yang siang cu dari keluarga Tong terkenal karena kabut beracunnya yang bisa menghancurkan tulang, harap kalian mengerahkan tenaga dalam untuk melancarkan pukulan keempat penjuru, dan memaksa kabut beracun itu melambung ke atas udara, kalau tidak, hal ini akan membahayakan bagi kita semua...."
Buru buru Thi Eng khi mengerahkan tenaga dalamnya dan melepaskan pukulan untuk membuyarkan kabut hijau tadi.
Ketika mereka berpaling lagi ke arah Lak bin wangwee Tong Cu toan, tampaklah wajah orang itu sudah merekah tak wujud bentuknya lagi, selain menyeramkan juga berbau busuk.
Masih untung dia buru buru menelan pil anti racun sehingga cuma kulit luarnya saja yang terluka, kalau tidak, niscaya badannya sudah hancur menjadi segumpal air dan darah, tentu saja dalam keadaan seperti itu, jangan harap jiwanya bisa tertolong lagi.
Menyaksikan raut wajahnya yang mengerikan itu, tanpa terasa semua orang merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri, diam diam mereka berpekik didalam hati .
"Sungguh berbahaya!"
Coba kalau disana tak hadir pemuda tampan itu, niscaya semua orang tak akan lolos dari serangan maut dari Lak bin wangwee Tong Cu toan tersebut.
Sebagai ketua dari Kay pang, Pengemls sakti bermata harimau Cu Goan po memiliki pengetahuan maupun pengalaman yang luas sekali, akan tetapi dia tidak tahu kalau diantara senjata rahasia beracun yang dimiliki keluarga Tong dari Szuchuan, masih terdapat semacam benda yang disebut lm yang siang cu, maka sedikit banyak dia merasa kagum sekali atas luasnya pengetahuan yang dimiliki pemuda tampan itu.
Tanpa disadari ia lantas menepuk bahu pemuda tampan itu tanda kagum, dengan wajah memerah buru buru pemuda itu berkelit ke samping.
Sebenarnya sejak semula si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sudah tahu kalau pemuda tampan itu sebenarnya adalah seorang gadis, ketika mengetahui kalau ia telah berubah sifat, buru buru dia mundur ke belakang dengan wajah memerah pula.
Sementara itu Lak bin wangwee Tong Cu toan yang terkapar di tanah sudah sadar kembali dari pingsannya, buru buru dia mengeluarkan bubuk obat dan dipoleskan diatas mulut lukanya, setelah itu tanpa mengucapkan sepatah katapun dia berlalu dari sana.
Tentu saja Si pengemis sakti bermata harimau tidak akan melepaskan dirinya dengan begitu saja, sambil membentak keras dia menerjang kemuka, lalu sambil menuding ke wajah orang yang sudah tak karuan bentuknya itu dia memaki .
"Tong Cu toan, hari ini aku si pengemis tua baru benar benar mengenali dirimu, hayo jawab, kenapa kau begitu lega melancarkan serangan sedemikian kejinya kepada kami?"
Lantaran wajahnya sudah hangus dan mengelupas semua kulit wajahnya, maka tidak diketahui bagaimanakah perubahan wajahnya setelah mendengar dampratan dari pengemis tua itu tapi yang jelas dibibirnya bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya ia urungkan niatnya itu dan menundukkan kepalanya rendah rendah.
Melihat hartawan berwajah enam Tong Cu toan hanya membungkam diri belaka, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menjadi semakin marah, sambil mendengus dingin, kembali katanya .
"Tong CU toan, bila kau tidak memberi keterangan kepadaku jangan salahkan jika aku si pengemis akan menghajar dirimu pada hari ini!"
Tiba tiba Thi Eng khi tertawa nyaring, sambil menarik tangan pengemis sakti Cu Goan po katanya .
"Engkoh tua, biarkan saja dia pergi!"
Kemudian sambil menarik kembali senyumannya, dia berpaling kearah Lak bin wangwee Tong Cu toan seraya berkata .
"Sekalipun kau tidak berbicara. Aku juga tahu, bukankah kau adalah salah seorang dari Cap sah tay poo (tiga belas orang pangeran) yang dibentuk oleh Huan im sin ang? Hmm, setelah pulang nanti katakan ke Huan im sin ang, aku akan menjadi musuh bebuyutannya mulai saat ini!"
Tatkala rahasia pribadinya dibongkar oleh pemuda itu, Hartawan berwajah enam Tong Cu toan menjadi semakin ketakutan, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia membalikkan badan dan mengambil langkah seribu.
Mengawasi bayangan tubuh Tong Cu toan yang kabur, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menghela napas panjang, katanya .
"Aai... sebetulnya Tong Cu toan bukan manusia jahat, heran kenapa ia bisa berubah pikiran dan watak sehingga menjadi begini buas dan kejamnya?"
Menyusul kemudian ujarnya pula kepada Thi Eng khi .
"Saudara cilik siapa sih Cap sah tay poo yang kau maksudkan tadi? Apakah mereka adalah anak buah Huan im sin ang?"
Secara ringkas Thi Eng khi segera menceriterakan pertemuannya dengan Huan im sin ang diluar perbatasan.
Ketika menyebutkan nama nama dari Cap sah tay poo tersebut, untuk menghindari rasa sedih dari pengemis sakti bermata harimau sengaja dia merahasiakan nama dari To kak thi koay (toya baja kaki tunggal) yang berasal dari Kay pang ini.
Semua orang hanya mendengarkan hal itu sambil lalu, maka siapapun tidak menaruh perhatian secara khusus.
Ketika si Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po selesai mendengar nama nama yang disebutkan, dengan perasaan terkesiap dia menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya .
"Saudara cilik, apakah kau tidak salah ingat nama nama tersebut...?"
"Sedikitpun tidak salah?"
Jawab pemuda itu tegas. Tanya terasa pengemis sakil bermata harimau Cu Goan po menghela napas panjang katanya .
"Orang orang yang tergabung didalam Cap sah tay poo tersebut rata rata adalah jagoan yang termashur dan punya kedudukan dalam pelbagai aliran perguruan, dari sini dapat diketahui kalau rencana Huan im sin ang untuk mencelakai dunia persilatan bukan disusun dalam sehari belaka , kejadian ini benar-benar menakutkan sekali."
Menyusul kemudian ia berkata lagi .
"Kini situasi dalam dunia persilatan sudah mencapai taraf yang berbahaya sekali.. dalam keadaan seperti ini umat persilatan yang berada dalam dunia persilatan tak boleh saling gontok gontokan lagi. Bagaimanapun juga saudara cilik harus berusaha untuk menghadapi pertemuan Lun li tayhwee yang diselenggarakan So cianpwe dari luar perbatasan dengan pihak Siau lim serta Bu tong pay, sebab salah paham ini terjadi karena saudara cilik, itulah sebabnya hanya saudara cilik seorang yang dapat menyelesaikan masalah ini."
"Sampai saatnya, siaute pasti akan menghadiri pertemuan itu, sekarang siaute harus menyelidiki dulu jejak ibuku, maka harap engkoh tua suka menjelaskan dulu keadaan yang sebenarnya kepada pihak Siau lim pay dan Bu tong pay, kemudian sampaikan pula kepada So yaya akan kemunculan siaute dan alasan mengapa sampai tidak menjumpai dirinya."
Pengemis sakti bermata harimau manggut manggut, setelah memandang sekejap ke arah pemuda tampan itu, dia segera berpamitan untuk mohon diri.
Memandang hingga pengemis itu lenyap dari pandangan mata Thi Eng khi baru berpaling dan bermaksud untuk menanyakan tentang surat dari ibunya itu kepada sang pemuda tampan tersebut.
Siapa tahu sebelum dia buka suara, pemuda tampan itu sudah berkata lebih dulu sambil tertawa .
"Tolong tanya apakah siaute dapat membantu pula diri Thi heng untuk melakukan sesuatu?"
Dari dalam sakunya Thi Eng khi segera mengeluarkan Giok bei yang diperolehnya dari Sau tee si bun Lu Put Ji, kemudian sambil diangsurkan ke hadapan pemuda tampan itu katanya .
"Apakah kau kenal dengan benda ini?"
"Giok bei itu memang milik siaute, sekarang kalau toh sudah berada ditangan saudara Thi, harap saudara Thi simpan saja baik baik, anggap saja sebagai kenang kenangan dariku."
Tentu saja Thi Eng khi tak berani menerima pemberian yang sangat berharga itu, dia bersikeras minta pemuda tampan itu untuk menerimanya kembali, setelah saling mendorong akhimya pemuda tampan itu berseru dengan wajah marah .
"Kalau memang saudara Thi begitu memandang asing diriku, biar siaute segera mohon diri!"
Sambil menerima kembali giok bei itu, dia lantas melangkah keluar dari ruangan itu.
Dalam keadaan begini, Thi Eng khi tak sempat mengucapkan sesuatu kepada Lim Biau lim lagi, dengan cepat dia mengejar dari belakangnya.
Dengan mengerahkan segenap tenaga dalamnya, Thi Eng khi harus mengejar sejauh puluhan kaki sebelum berhasil menyusulnya.
Terpaksa sambil tebalkan muka dia menjura kepada pemuda tampan itu, katanya .
"Kalau memang saudara bersikeras untuk menghadiahkan benda itu kepadaku, baiklah siaute terima saja."
Pemuda tampan itu segera tersenyum, senyuman itu bagaikan aneka bunga yang sedang mekar, indah menawan hati.
"Terima kasih banyak atas kesediaan saudara Thi,"
Katanya kemudian, dengan cepat dia angsurkan giok bei itu ke tangannya. Setelah menerima giok bei itu, Thi Eng khi baru berkata sambil tertawa .
"Saudara adalah naganya manusia, siaute kuatir tak pantas untuk menjadi temanmu!"
Pemuda tampan itu memandang sekejap ke arah Thi Eng khi, kemudian tanyanya .
"Tolong tanya, tahun ini saudara Thi berusia berapa?"
"Tahun ini siaute berusia sembilan belas tahun lebih delapan bulan."
Sambil tertawa pemuda tampan itu berkata.
"Hari ini usiaku tepat mencapai dua puluh tahun, kalau dihitung aku lebih tua tiga bulan dibandingkan dengan dirimu."
Terpaksa Thi Eng khi harus memberi hormat seraya berkata .
"Siaute menjumpai toako?"
Pemuda tampan itu mengalihkan sorot matanya kewajah Thi Eng khi setelah itu sambil menghela napas katanya .
"Saudara, apakah kau merasa keberatan untuk menyebutku dengan panggilan itu?"
"Setiap kataku ibarat gunung karang, mengapa toako berkata demikian..."
Ucap Thi Eng khi dengan kening berkerut. Pemuda tampan itu segera tertawa tukasnya lagi.
"Kalau memang hiante bersungguh hati untuk mengikat persaudaraan denganku, masa kau tak sudi menanyakan namaku?"
Merah padam selembar wajah Thi Eng khi karena jengah, agak tergagap dia berseru .
"Toako, terus terang saja kukatakan, berhubung dalam hati siaute sedang diliputi oleh suatu persoalan yang mencurigakan hatiku, maka pikiran dan perasaanku menjadi kalut tak karuan bila aku sampai lupa menanyakan nama toako, harap kau sudi memaafkan."
Pemuda tampan itu menghela napas sedih ujarnya .
"Padahal sekalipun kau tidak lupa bertanya ih heng juga tak akan memberitahukan kepadamu!"
Setelah berhenti sejenak, dia balik bertanya .
"Saudaraku, bersediakah kau untuk berkenalan dengan seorang toako yang merahasiakan nama sendiri?"
Thi Eng khi segera merasakan bahwa tindak tanduk pemuda tampan itu sangat aneh sekali membuat orarg sukar untuk merabanya dengan pasti tapi sikap tersebut tidak menghilangkan sifat kejujuran dan kelurusan hatinya, terutama sekali dia memang sedang membutuhkan sesuatu terhadap orang itu maka dengan cepat sahutnya .
"Setelah kita mengikat diri sebagai saudara, sekalipun kau mempunyai kesulitan untuk merahasiakan sesuatu, hal inipun bisa dimaklumi, kenapa aku musti menampik?"
Tiba tiba pemuda tampan itu mengulurkan tangannya kedepan kemudian ujarnya .
"Barusan ih heng telah menghadiahkan sebuah giok bei sebagai kenangan untukmu apakah hiante juga punya sesuatu barang yang akan diberikan kepadaku sebagai kenangan?"
Thi Eng khi mencoba untuk merogoh ke dalam sakunya dan mencari sesuatu benda yang rahasia pantas untuk diberikan kepada pemuda itu, tapi kemudian terbukti kalau dia tak punya apa apa, terpaksa sambil tertawa malu katanya .
"Siaute tidak mempunyai apa apa, bagaimana baiknya?"
Pemuda itu segera menunjuk ke arah pita pedang yang berada diujung gagang pedang Thian liong Kim kiam tersebut lalu katanya .
"lh heng suka sekali dengan pita pedang itu!"
Thi Eng khi mengerutkan dahinya rapat-rapat, tapi dilepas juga pita pedang itu dan diserahkan ketangan pemuda tampan itu. Setelah menerima pita pedang tadi, pemuda tampan tersebut baru tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh.... haaahh... saudaraku, bila kau hendak mengajukan suatu pertanyaan, sekarang boleh kau ajukan kepadaku!"
Thi Eng khi menghembus napas lega, katanya kemudian .
"Bukankah toako penuh membeli secarik kertas dari sastrawan penyapu lantai Lu Put ji?"
Pemuda tampan ini mengangguk.
"Benar, suara itu adalah tulisan dari Pek bo yang ditujukan buat hiante, oleh karena ih heng kuatir benda itu terjatuh ke tangan orang, maka aku telah membelinya dengan harga tinggi dan selanjutnya kubakar sampai habis."
Thi Eng khi menjadi terkejut sekali, serunya dengan gelisah .
"Apakah toako masih ingat dengan isi tulisan tersebut?"
"Tentu saja masih ingat, tapi Thi hiante tak dapat memberitahukan kepadamu!"
Dengan gelisah Thi Eng khi segera menjura berulang kali, lalu sambil bermuram durja katanya .
"Harap toako jangan menyulitkan siaute, katakanlah berterus terang kepadaku."
Tapi pemuda tampan itu tetap menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Saudaraku, bukannya ih heng enggan memberitahukan hal ini kepadamu, adalah disebabkaa pek bo telah menambahkan beberapa patah kata diantara kertas tadi sehingga aku tak bisa memberitahukannya kepadamu."
"Tulisan apakah yang ditambahkan ibuku diatas kertas itu?"
Tanya Thi Eng khi gelisah.
"Garis besarnya dia bilang seandainya kertas itu bukan diperoleh hiante sendiri melainkan terjatuh ditangan seorang kuncu sejati maka diminta kertas tersebut dibakar sampai habis dan merahasiakan isi surat tersebut. Nah, saudaraku, coba kau bilang apakah in heng tak boleh menjadi seorang kuncu sejati?"
Sekalipun dalam surat itu dicantumkan tulisan tersebut tapi Thi Eng khi adalah putra Yap Siu ling yang membuat surat itu.
Seharusnya dia tidak termasuk dalam hitungan akan tetapi pemuda tampan itu telah berkata demikian, sudah barang tentu Thi Eng khi tak bisa berbuat apa apa lagi.
Terpaksa sambil menghela napas panjang katanya .
"Tentang soal ini... tentang soal ini......... bagaimana baiknya? Bagaimana baiknya?"
Tiba tiba pemuda t
Antara Budi Dan Cinta -- Gu Long Misteri Kapal Layar Pancawarna -- Gu Long Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung