Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 20


Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 20


nahan datangnya hujan senjata gelap Dengan adanya Jooss dan anak murid golongan Kalong disatu pihak.

   Kim Hong dan sepuluh raja akherat Tay-pasan dilain pihak perkutatan di atas tenur itu terjadi.

   Pihak penyerang belum berhasil menempur pertahanan Kim Hong dan kawan-kawan- Suatu saat, tiba-tiba Tay-giam ong melengkingkan suaranya yang nyaring, ia mengamuk seperti kerbau gila, Suara pekikkannya itu berkumandang diseluruh isi lembah.

   Tiba-tiba....

   Menutup suara pekikkan Tay-giam-ong diatas tebing bermunculan puluhan orang-orang berbaju putih, semua membawa gendewa dengan anak panah yang sudah siap sedia, ditujukan kearah rombongan Jooss dan golongan Kalong.

   Kaadaan itu membuat situasi pertempuran terkejut, dan salah seorang diatas tebing yang mengenakan pakaian putih dan kerudung putih itu berteriak.

   "Hentikan pertempuran"

   Maka Kim Hong menarik mundur pasukannya, Joosspun menghentikan penyerangannya . Hal ini membuat Kim Hong menjadi girang, menoleh kearah Tay-giam-ong dan berkata.

   "Hebat, Tay-giam ong, otakmu lebih cerdik dariku"

   Sangka Kim Hong, hadirnya orang-orang berbaju putih itu adalah salah satu tipu politik dari Tay-giam ong.

   Tay-giam ong berkerut alis, ia juga memperlihatkan sikapnya yang bingung dan heran, memandang kearah tampilnya orang-orang berseragam putih itu, ia berkata.

   "Eh, darimana datangnya orang-orang itu? Mau apa lagi ini?"

   Kim Hong juga bingung, ia bertanya.

   "Apa? Apa bukan kau yang menyiapkan rombongan pemanah itu?"

   Dengan mencengar-cengir Tay giam-ong berkata "Aku bisa mengadakan persiapan yang seperti itu, kalau mengetahui mereka ada membawa bom Pek lek tan.

   Tapi sebelumnya aku tidak tahu menahu, dan juga tidak mempunyai itu kekuatan untuk menyiapkan banyak orang.

   orang-orang berseragam putih bukanlah anak buah Tay-pa San"

   Dengan masih kurang percaya Kim Hong bertanya.

   "Munculnya mereka seiring dengan pekikkan panjangmu tadi."

   Tay-giam-ong berkata,- "Aku sedang kalap.

   panas sekali karena diserang oleh rmereka.

   Maka melampiaskan dengan jeritan panjang.

   Huh Kukira gunung Tay-pa-san mendapat penyerangan kedua.

   Rombongan berbaju putih adalah rombongan baru, dari mana pula datangnya itu?"

   "Kukira bukan musuh."

   Berkata Kim Hong.

   "Lihat, ujung anak panah mereka ditujukan kearah golongan Kalong"

   Tepat Semua anak panah dari orang-orang berseragam putih ditujukan kepada rombongan Tay-wan-kok dan rombongan Kalong.

   Tidak satu juga yang tujukan kepada rombongan Tay-pa-san orang-orang berseragam putih itu berada disekitar tebing tinggi, mengurung semua orang dibawah mereka, Tiba-tiba Kim Hong teringat pada si nomor tiga dari lembah patah hati, pakaian yang dikenakan oleh Si nomor tiga adalah bentuk corak sama dengan orang-orang ini, karena itu ia menegadah kepala kepada rombongan berseragam putih, ia berteriak."Hei, kawan-kaWan yang berada diatas, apa kalian datang dari lembah Patah Hati?"

   "Kami tak takut patah hati,"jawab salah seorang dari rombongan seragam putih itu.

   "Dari mana kalian datang?"

   Tanya lagi Kim Hong.

   "Dari gunung Bu San"

   Jawab pemimpin seragam berbaju putih.

   "Aaaaa...."

   Kim Hong terkejut.

   "Kalian adalah rombongan dari rumah penjara gunung Bu-san?"

   "Tepat!! Diluar dugaan, bukan?"

   Dengan marah Kim Hong membentak.

   "Apa maksud kunjungan kalian?"

   Orang berbaju putih dan berkerudUng pUtih itu menjawab.

   "Bagaimana? Satu dari rumah penjara Tay-pa-san, kita dari rumah penjara Bu-san, ingin bersatu atau bertempur?"

   Kim Hong semakin marah, keadaannya semakin krisis, menghadapi serangan Jooss dan kawan-kawan saja sudah kewalahan, bagaimana ditambah dengan rombongan baru? "Bagaimana jawabanmu?"

   Bertanya pemimpin berbaju putih dari gunung BuSan itu.

   "Bah"

   Kim Hong memaki.

   "Tidak tahu malu. Main keroyok?"

   "Haaa, haaa....."

   Pemimpin seragam putih tertawa.

   "Ada satu berita baru, ibumu wanita yang bernama Suma Siu Kim itu, orang yang menjadi laucu rumah penjara Tay-pa pada tiga hari yang lalu berani menantang rumah penjara Bu-san, akhirnya ...ha-ha-ha...."

   Hati Kim Hong tercekat, ia berteriak.

   "Akhirnya bagaimana?"

   "Akhirnya, ia menjadi penghuni kamar tahanan nomor. ."

   Hati Kim Hong seperti di iris-iris, ia berteriak.

   "Bohong!! Mana bisa ibuku kalah oleh kalian?"

   "Tidak bohong. Kau bisa membuktikan dengan mata sendiri."

   Membabatkan pedang Tay-pek kiam, Kim Hong membentak.

   "Turun Biar kuhajar dirimu."

   Pemimpin berseragam putih itu tertawa sambil berkata.

   "Tunggu dulu!! Musuh utama kita adalah golongan Kalong dan Tay-wan-kok, kalau kau tidak keberatan, berdiri saja disamping, biar orang-orang dari gunung Bu-san yang membasmi mereka."

   Hamid yang mengikuti tanya jawab dari Kim Hong dan orang berbaju putih itu tertawa dingin, ia memandang ke atas dan berteriak.

   "Kakek bangkotan, bagaimana asal usul dirimu? Berani berlaku kurang ajar?"

   Dari suara si orang berkerudung putih, Hamid bisa menduga kalau musuh itu adalah Orang tua. Pemimpin gunung Bu San berkata.

   "Belum Waktunya anggota rumah penjara gunung Busan memberitahu nama. Kalau berani kita bertempur saja."

   Hamid menoleh kekanan dan kekiri, dia memberi perintah.

   "Lempar bom berapi"

   Seiring dengan kata-katanya, beberapa bom berapi meluncur kearah orang -rang berseragam putih dari rumah penjara gunung Bu-San itu.

   Dan anak-anak panah dari orang gunung Bu-san juga berhamburan, menghujani rombongan Kalong dan rombongan Tay-wan-kok.

   Senjata lawan senjata Bom berapi dilawan dengan panah tajam.

   Pertempuran terjadi lagi Golongan Kalong berada dibaWah, pihak rumah penjara gunung Bu San berada di atas.

   Anak panah itu bisa mengincar kesetiap sudut.

   Pertempuran menjadi agak kalut.

   -oo0dw0ooCERITA bercabang menjadi dua, kita mengikuti acara Suma Siu Khim yang menyatroni rumah penjara di gunung Bu San- Suma Siu Khim sedang enak meluncur ke-arah puncakpuncak Sin- lie- hong, gunung Bu-san itu di anggup sipil.

   Seekor burung dara meluncur dengan kecepatan Kilat, hendak melampaui di atas kepala Suma Siu Khim.

   Sebagai seorang jago betina tanpa tandingan, mata Suma Siu Khim tidak pernah lengah, telinganya tidak pernah buntu, ia memungut sebutir batu.

   "wing...."

   Ditimpukkan kearah burung tadi.

   Betapa cepatpun terbangnya seekor burung lebih cepat lagi lemparan Suma Siu Khim, plok Mengenai binatang tersebut dan jatuh ke tanah.

   Suma Siu Khim menduga akan adanya Sesuatu yang kurang beres, ia memeriksa burung tersebut, dan betul saja, pada kaki sang burung terdapat ikatan secarik kertas keciL Suma Siu Khim meloloskan tulisan itu.

   dan begitu ia membaca, tubuhnya lompat kaget, eh? wajahnya menjadi merah, ia malu kepada diri sendiri.

   Bunyi tulisan yang dibawa oleh burang itu seperti betikut.

   "Lapor kepada Laucu. Ketua rumah penjara Tay-pa San, dengan menggunakan nama Wan Nie Taa, sudah membuat pendaftaran- harap membikin persiapan"

   Inilah yang membuat Suma Siu Khim terkejut, betulbetul ia tidak mengerti, darimana Bwee Houw An bisa mengenali dirinya? Toh Bwee Houw An adalah salah satu tokoh pemutar otak yang pandai, tapi belum pernah ia menggunakan wajah asli menemui orang-orang itu, Suma Siu Khim selalu menggunakan tutup kerudung muka, menyebut dirinya sebagai laucu rumah penjara Tay-pa-san, tanpa orang mengetahui kalau dia adalah seorang wanita.

   Lebih-lebih lagi tidak ada yang tahu bagaimana wajah asli dari laucu rumah penjara Tay-pa-san itu.

   Kecuali Tay-giam ong dan Leng Bie Sian, tidak ada orang lain yang tahu.

   Sampaipun Kim Hong yang menjadi putra sendiripun tidak tahu.

   Walaupun Kim Hong tahu itu tokh terjadi dikemudian hari.

   Munculnya Suma Siu Khim dengan wajah asli hanya terjadi beberapa hari ini, pertemuan pertama dengan Hamid dan kawan-kawan- pertemuan kedua adalah dari rombongan Patah hati.

   Dan sesudah itu, ia kembali ke Taypa- san, tidak setengah hari lari lagi kemari, rahasia ini belum pernah bocor, bagaimana Bwee Houw An bisa tahu? Inilah yang membingungkan Suma Siu Khim.

   Tidak percuma ia menjadi pemimpin rumah penjara.

   Suma Siu KKim mempunyai keberanian yang besar, tidak perduli orang sudah membuat persiapan atau rencana, ia meluncurkan kakinya, menuju kearah puncak sin- lie- hong.

   Sebentar kemudian, Suma Siu Khim sudah berada diatas puncak Sin-lie-hong, disana terdapat tulisan yang berbunyi.

   MOTTO dan SEMBOYAN, MENGHANCURKAN RUMAH PENJARA TAY-PA-SAN, MENANGKAP LAUCU PENJARA.

   Kemarahan Suma Siu Khim memuncak.

   darahnya mendidih.

   tangannya terangkat dan mengobrak-abrik tulisan-tulisan itu.

   Dua orang laki-laki berseragam putih dengan tombak ditangan menampilkan diri, masing-masing dari kanan dan kiri, mengapit kearah Suma Siu Khim, mereka menyodokkan senjata-senjata itu dan berteriak.

   "Eh Wanita gila dari mana yang berani datang kesini"

   Hampir berbareng ujung-ujung tombak itu telah mengenai kedua iga Suma siu Khim, tetapi bukan Suma Siu Khim yang terkejut, kedua penyerang itulah yang menjadi kaget, seolah-olah membentur besi, tombak itu tidak bisa ditusukkan lagi, lengket disana, untuk seketika mereka lupa meloloskan senjata.

   Terbelalak bingUng.

   "Huh"

   Suma siu Khim mengeluarkan suara diri hidung, ia mementalkan kedua senjata itu dan berkata dengan mereka.

   "Buka pintu, aku adalah penantang sayembara."

   Kedua penjaga pintu goa terpelanting jatuh cepat mareka bangun lagi, salah seorang diantaranya mengirim kode-kode tertentu, maka terbukalah pintu rahasia.

   Seseorang lagi memunculkan diri, itulah wajah si kakeK berbaju merah co Tiok Hu.

   co Tiok Hu menatap dan memperhatikan Suma Siu Khim, burung dara yang dilepas oleh Bwee Houw An mati ditengah jalan, mereka tak tahu, Siapa wanita yang galak berada didepannya.

   Karena itu co Tiok Hu membentak.

   "Eh, wanita gila dari mana yang datang."

   Dua kali Suma Siu Khim dimaki wanita gila, tangannya terayun, menampar co Tiok Hu.

   orang tua berbaju merah co Tiok Hu juga termasuk salah seorang jago lihai, begitu melihat gelagat kurang baik, ia meluncur kebelakang dengan maksud mengelakkan serangan tamparan tadi.

   "Plok"

   Tamparan Suma Ssu Khim mempunyai gerakan tercepat, tanpa bisa dielakkan tamparan itu mengena pipi co Tiok Hu.

   Inilah penghinaan terbesar, penghinaan yang belum pernah dialami oleh co Tiok Hu, ia berteriak dan menggerung, menerkam ke arah Suma siu Khim.

   Suma Siu Khim bukan seorang iblis betina kalau bisa diserang oleh co Tiok Hu seperti itu, hanya membalikkan sedikit tangan, ia berhasil menangkap pergelangan co Tiok Hu, ditekannya keras-keras dan membentak.

   "Hayo beri tahu pada ketua kalian, lekas katakan adanya orang yang hendak mengikuti sayembara."

   Co Tiok Hu mati kutu, ia hendak berontak, tapi tak berhasil. Melirik ke arah Suma Siu Khim, co Tiok Hu sedang berpikir-pikir, wanita dari manakah ini? Mengapa begitu hebat? "He.,"

   Berkata co Tiok Hu, kau hendak mengikuti sayembara?"

   "Aku berani datang ketempat ini, tentu berani mengakuti sayembara", berkata Suma Siu Khim.

   "Mengapa kau tidak membikin pendaftaran?,"

   Bertanya co Tiok Hu.

   "Siapa yang tidak membikin pendaftaran?"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Aku sudah mendaftar kepada Bwee Houw An-"

   "Bohong"

   Berkata co Tiok Hu.

   "Aku belum menerima laporan".

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"oooh...... laporan ssekor burung dara?"

   Berkata Suma siu Khim tersenyum. co Tiok Hu merentangkan kedua matanya lebar-lebar, ia bingung, tetapi beberapa saat kemudian ia menganggukkan kepala perlahan.

   "Dimana adanya surat laporan itu?"

   Bertanya co Tiok Hu. Suma siu Khim mengeluarkau secarik kertas dari kantongnya, ia tidak menyerahkan kepada co Tiok Hu, ia berkata.

   "Kubacakan saja kepadamu, dengar baik-baik. Lapor kepada laucu, ada seorang yang bernama Waa Nie Ta, hendak mengikuti sayembara, ia sudah membuat pendaftaran, asal usulnya tak jelas, ilmu kepandaiannya sangat tinggi. harap berhati-hati."

   Dengan gemas co Tiok Hu berkata.

   "Serahkan surat itu. Tanpa adanya surat laporan dari Bwee Houw An, jangan harap kau bisa masuk kedalam rumah penjara kami, jangan harap kau bisa mengikuti sayembara."

   "Apa kau tidak sayang kepada jiwamu?"

   Suma Siu Khim mengeraskan pencetannya.

   "Aduh...."

   Co Tiok Hu mengeluarkan keringat dingin- Disaat ini dari dalam terowongan goa rahasia terdengar satu sUara.

   "co Tiok Hu biarkan dia masuk"

   Itulah suara ketua rumah penjara dari gunung Bu-san yang misterius.

   Suara itu datangnya dari tempat jauh tapi satu persatu terdengar jelas, suatU bukti orang memiliki ilmu tenaga dalam yang tinggi.

   Suma siu Khim melongokkan matanya kearah goa terowongan gelap.

   ia bertanya.

   "Siapa dirimu?"

   Co Tiok Hu segera berkata.

   "Masuklah, kau segera tahu"

   Suma Siu Kim membebaskan pegangannya yang mengekang kebebasan co Tiok Hu, mengajaknya masuk kedalam tempat Sayembara.

   co Tiok Hu memasuki goa itu, menginjak tangga-tangga batu, lima ratus undak kemudian tiba disuatu pintu besi yang teraling didepan.

   co Tiok Hu mendekati pintu besi itu, ia berdiri diam beberapa saat di depan jari-jari besi itu, tanpa sedikit gerakanpun, jari-jari besi itu terangkat dan membuka jalan.

   co Tiok Hu mengajak Suma Siu Khim masuk kedalam, Tanpa gentar, jago wanita kita masuk kedalam goa dibawah tanah puncak sin-lie-hong.

   Jari-jari besi tertutup kembali.

   Mereka masuk berjalan terus, seperti keadaan pertama, kini mereka berada dijalan buntung didepannya berdiri dipintu tembok.

   tak tergeming.

   co Tiok Hu menghadapi pintu rahasia itu, dan pintupun terbuka.

   Disaat co Tiok Hu memasaki pintu in tiba-tiba tangan Suma Siu Khim terayun, berada ditengkuknya dan berkata.

   "Disini serba misterius, penuh dengan bayangan hantu. Tapi kau jangan coba main gila ya. Awas... Aku bisa menghancurkan batok kepalamu ini."

   Co Tiok Hu mengeluarkan dengusan suara dingin, tanpa menoleh dan tanpa gentar ia mengajak Suma Siu Khim.

   Suatu saat, mereka memasuki sebuah ruangan yang seperti tempurung.

   Dis itulah Suma Siu Khim menghentikan langkahnya.

   co Tiok Hu menoleh dan berkata.

   "Ih, sudah takut ?"

   Suma siu Khim tidak pernah mempunyai istilah rasa takut itu, melepaskan co Tiok Hu.

   ia memasuki ruangan arena pertandingan.

   Keadaan tempat ini tidak jauh berbeda dengan keadaan yang Kim Hong pernah masuk.

   Disana terdapat lapangan luas, diatas wueungan juga terdapat sembilan butir mutiara memancarkan cahayanya, menerangi ruangan itu.

   Dikeliling ruangan terdapat delapan goa, goa-goa itu gelap.

   entah kemana tujuannya.

   Dipusat ruangan terdapat dua dupa sembahyangan besar, dupa itu sudah dipasang.

   masih mengepul asap meliputi ruangan seluruhnya.

   Suma Siu Khim pernah mendengar cerita Kim Hong, ia tidak menjadi gentar dan ia tidak menjadi heran.

   Yang mengherankan Suma Siu Khim adalah seorang lelaki dengan kerudung kuning, tutup muka kuning, dan pakaian kuning berdiri disana.

   Inilah kepala rumah penjara gunung Bu-san- Dua laucu dari kedua rumah penjara rimba persilatanberhadap- hadapan.

   Yang seorang sudah diketahui, adalah iblis betina Suma Siu Khim, wanita yang mempunyai sifat ugal-ugalan, wanita yang sudah pernah memenjarakan ketua-ketua partai dari tokoh silat yang ada.

   Suma Siu Khim belum pernah menemukan tandingan.

   Bagaimana dengan keadaan lawannya, apa laucu penjaga gunung Bu-san juga seorang tokoh sakti mandraguna? Bisakah menandingi Suma Siu Khim ? Kedua orang itu sudah berhadap-hadapan beberapa saat.

   Tidak sepatah kata pun keluar dari mulut mereka.

   Menurut cerita Kim Hong, laucu rumah penjara gunung Bu San tidak memiliki ilmu silat tinggi.

   Dedak perawakannya juga hanya sepantaran, tapi orang berkerudung kuning yang berada didepannya lebih tinggi dari dia, mungkinkah ada dua laucu rumah penjara dari gunung Bu-San? Karena menggunakan tutup kerudung, Suma Siu Khim tidak bisa membedakan, orang yang berada didepannya inikah yang menempur Kim Hong? Kalau betul, Suma Siu Khim tidak perlu takut, Khim Hong bisa menandinginya, mengapa ia tidak? Tapi menurut gambaran yang Khim Hong berikan, dedak ukuran tubuh orang-orang itu tidak sama, tentunya ada dua penguasa rumah penjara digunung Bu-san- Yang mana yang asli? Dan yang mana yang palsu, yang mana dari kedua laucu rumah penjara gunung Bu-san itu yang memiliki ilmu silat tinggi? "Bah Tidak perduli yang mana Kuhajar satu persatu "

   Demikian pikir suma siu Khim didalam hati.

   Suma Siu Khim sudah mempunyai rencana masakmasak, ia hendak mengikuti sayembara-sayembara itu sehingga enam puluh empat kali dan membebaskan keenam puluh empat orang tawanan yang berada didalam Laucu rumah penjara Bu-San tidak segera melaksanakan aCaranya.

   Dibiarkan Suma siu Khim berlari seperti itu.

   Mereka masih berhadapan maka tidak sepatah kata keluar dari mulut kedua penguasa rumah penjara itu Tenggelamnya Kim Hong kedasar telaga Tay-pek tie merubah sifar-sifat Suma siu Khim tambah telengas, ia tidak tahu kalau putra itu telah menemukan pengalamanpengalaman ajaib.

   telah berhasil menciptakan diri sendiri menjadi seorang tokoh Sakti mandraguna tanpa tandingan.

   Sangka Suma Siu Khim, Kim Hong sudah mati didalam dunia ini sudah tidak ada rasa lagi suaminya lenyap tanpa bekas, tidak mau kembali.

   Putranya tenggelam kedasar telaga, maka sifat-sifat kebengisan Suma siu Khim semakin merajalela.

   Karena itu timbul pula haWa pembunuhan, ia hendak membunuh semua orang yang berada didalam rumah penjara gunung Bu-san, termasuk semua isi penghuni.

   Pembunuhan Hawa Pembunuhan mengarungi sekujur tubuh Suma Siu Khim.

   Laucu rumah penjara Bu-san memperhatikan perobahanperobahan wajah Suma siu Khim beberapa saat kemudian ia tertawa dan berkata.

   "Eh, mengapa mempupuri wajah sendiri dengan lumpur kotor? Ha, walau demikian, debu itu tidak akan melenyapkan kecantikanmu,"

   Suma siu Khim menantang sepasang mata laucu rimba persilatan Bu-san, sinar mata ini tidak asing baginya, hatinya tergerak. hawa perasaan ketujuhnya memberi tahu, bahwa orang ini tidak asing lagi, mendapat tegoran yang seperti itu, ia membentak.

   "Bukan urusanmu."

   "Ya ...ya....."

   Berkata orang berkerudung kuning itu.

   "Mamang bukan urusanku."

   Suma Siu Khim membentak.

   "Kau itukah yang menjadi penguasa rumah penjara rimba persilatan?"

   "Tidak salah. Aku adalah laucu rumah penjara Bu-san- Dan kau?"

   Suma Siu Khim berkata.

   "Namaku Wan Nie Ta"

   "Waa NieTa?.....IHahahaha... kau memang seorang wanita."

   "Tutup mulut"

   Bentak Suma siu Khim.

   "Mari kita mulai pertandingan- Naik ke atas dupa sembahyang itu."

   Laucu rumah penjara Bu-san menggelengkan kepalanya, dengan tertawa berkata.

   "Eh, bagaimana kau tahu kalau Sayembara gunung Busan harus bertanding diatas dupa?"

   Hati Suma siu Khim tercekat, hanya Kim Hong yang mengetahui akan acara ini.

   Dari para penantang sayembara rumah penjara gunung Bu-san, hanya Kim Hong seorang yang berhasil lolos keluar, karena itu lawan bisa menduga dirinya.

   Sedangkan ia tak mau diketahui kalau penguasa rumah penjara Tay-pa-san, pernah mengikuti rumah penjara gunung Bu-san- Maka ia menggunakan nama samaran Waa Nie Ta.

   "Apa yang diherankan?"

   Berkata Suma Siu Khim menyimpangkan pembicaraan- "Baru kulihat, aku sudah tahu "

   "Bukan- .Bukan ..."

   Berkata laucu rumah penjara Bu-san "Tidak mungkin. Tidak mungkin Tentunya kau pernah mendengar cerita. Beberapa hari yang lalu rumah penjara kami telah kabur seorang pelarian- Namanya Kim Hong...."

   Suma siu Khim mengebutkan lengan baju, melejit dan naik keatas abu dupa, ia berkata.

   "Hei, berapa banyak obrolan lagi yang hendak kau ucapkan?"

   Laucu rumah penjara Bu-san menunjukkan satu jari, ia berkata.

   "Satu kali lagi. Boleh aku bukan ?"

   Suma siu Khim sudah menginjakkan kakinya pada abu dupa yang menyala, tapi tidak setetespun dari abu itu yang jatuh, hal ini membuktikan betapa hebatnya ilmu meringankan tubuh si laucu rumah penjara Tay-pa-san, Menampak sikap laucu gunung Bu-san yang ogahogahan, ia berkata singkat.

   "Lekas Kalau kau merasa bukan tandinganku, ganti seorang laucu yang lainnya."

   "Seorang laucu yang lainnya?"

   Penguasa rumah penjara Bu San tertawa.

   "Ha-ha.,...Bagaimana kau tahu kalau didalam rumah penjara kami terdapat dua laucu ?"

   Suma siu Khim menggelengkan kepaia, ia tidak menjawab pertanyaan itu, ia benci kepada diri sendiri, mengapa terlalu ceroboh, kata-katanya yang banyak membuka rahasia pribadi, kalau saja orang yang berkerudung ini tahu, ia sebagai ibu Kim Hong, tentu saja bisa mengetahui asal usulnya, apa yang dikatakan orang kalau laucu rumah penjara gunung Tay-pa-san mengikuti sayembara dirumah penjara Bu-san ? "Ha-ha..."

   Laucu rumah penjara Bu San tertawa lagi.

   "Menurut apa yang kuketahui, tokoh silat yang bisa menginjakkan kaki diatas abu dan bicara sepirtimu tadi, didalam rimba persilatan tidak lebih dari lima orang. urutan mereka sebagai beriku. Kesatu, Penguasa rumah penjara digunung Tay-pa-san- Kedua, Hamid dari daerah Tay-wankok. Ketiga Jooss dari daerah yang sama. Ke empat, Mobilson, juga dari Tay-wan-kok, Dan yang terakhir ialah Si kakek gelandangan Kiat Hian- Dari semua tokoh-tokoh silat hebat ini, empat yang terakhir adalah laki-laki, hanya penguasa rumah penjara gunung Tay-pa-san itulah yang belum diketahui jenis kelaminnya, mungkin laki-laki juga perempaan, kukira, .... nama Wan Nie Ta yang kau gunakan itu adalah nama palsu. Terus terang saja siapa namamu? Bukankah penguasa rumah penjara digunuag Tay-pa-san itu?"

   Suma Siu Khim tercekat, ia bingung, dan sulit untak menjawab pertanyaan itu, agar tidak membongkar rahasianya, ia membentak.

   "Hei Apa kau hendak mengadu obrolan?"

   "Hahaha....apa artinga obrolan? Kau belun menjawab pertanyaanku, tak salah lagi, kau adalah laucu rumah penjara Tay-pa-san-"

   Sauma Siu Khim mengeluarkan suara lengkingan, katanya.

   "Kalau ya, bagaimana?"

   Suma Siu Khim masih meletakkan ujung kaki pada abu dupa yang terbakar, tetapi abu dupa itu tidak bertaburan jatuh.

   Api masih menyala tetap.

   semakin lama abu itu semakin panjang.

   Suatu tanda dan membuktikan betapa hebat kalau kepandaian laucu rumah penjara Tay-pa-san- "Hahaha..."

   Laucu rumah penjara Bu-san tertawa lagi.

   "Dugaanku tidak salah Kau adalah penguasa rumah penjara Tay-pa-san, mengapa kita tidak bekerja sama bergabung menjadi satu. Setuju?"

   "Jangan banyak bacot"

   Bentak Suma siu Khim.

   "Nangkring diatas abu dupa disana Mari kita bertanding"

   Laucu rumah penjara Bu-san menganggukkan kepala dan berkata.

   "Baik"

   Tabuh laucu rumah penjara Bu-san melejit, menempelkan ujang kaki pada lain abu dupa.

   Dupa itu masih terbakar, dua penguasa rumah penjara masing-masing berdiri diatas kedua abu dupa yang mengepulkan asap.

   mereka berhadap-hadapan.

   Ini waktu, dari salah satu lubang goa didalam ruangan itu muncul seorang anak berbaju hijau, ia berdiri di depan dupa yang terbakar dan mulai menghitung.

   "Satu.....Dua.....Tiga ....Empat ....Lima."

   Suma Siu Khim sudah mengerahkan seluruh kekuatan ia hendak memukul jatuh lawannya dengan satu gebrakan kuat.

   Rasa benci Suma Siu Khim pada rumah penjara Bu San tidak kepalang, dari munculnya rumah penjara yang baru, menandingi rumah penjaranya itulah unsur pertama, dan terlebih lagi sesudah mengetahui kalau rumah penjara rimba persilatan menculik gadis-gadis dan wanita, sesudah itu Leng Bie sian juga diculik mereka, sesudah itu Bok Siu juga diculik mereka, masih berani menyuruh orang menyamar dirinya membebaskan ketiga tokoh ajaib, can-sasian, It-hu Sianseng dan Thian-san Soat Po-po maka mereka meninggalkan rumah penjara Tay-pa-san, bukan saja membuat rumah penjara kembar, juga tindak-tanduk rumah penjara Bu-san sengaja menantang rumah penjara Tay-pa-san.

   Rasa muak dan marah itu berCampar aduk menjadi satu, dia ingin membunuh semua orang yang ada didalam rumah penjara Bu-san, karena itu nafsu pembunuhan bergelora.

   Bocah keCil berbaju hijau masih menghitung terus.

   "

   Delapan, . .Sembilan..., .Sepuluh "

   Menanti kata-kata terakhir itu, kedua tangan Suma Siu Khim didorong, tangannya mengeluarkan pekikan panjang, memukul kearah ketua rumah penjara Bu-san- Tenaga itu adalah tenaga membelah gunung, kekuatan simpanan Suma Siu Khim selama belasan tahun.

   Akibatnya sungguh mengherankan, menurut cerita, laucu rumah penjara Bu-san bisa menjatuhkan tamu tak diundang dari luar daerah,.

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tapi menghadapi serangan Suma siu Khim ini, ia tidak berdaya sama sekali.

   Tubuh orang berkerudung berbaju kuning terpental kebelakang.

   Pletaks....dia jatuh ditanah.

   Inilah yang Suma Siu Khim harapkan- Tetapi jatuhnya sang musuh terlalu jauh, sangat mengherankan.

   Betul-betul ia tidak mengerti.

   Tokoh silat yang seperti ini juga bisa menjadi laucu rumah penjara rimba persilatan Bu-san? Mengapa tidak berkepandaian silat tinggi? Jatuhnya pengurus rumah penjara Bu-san adalah tipu muslihat belaka, ia tidak menderita luka, perlahan-lahan bangun berdiri, bersandar pada dinding goa batu, kedua tangannya diletakkan diatas kepala, kakinya dijulurkan, ia tidak merasa malu karena jatuh dibawah tangan Suma Siu Khim, ia juga tidak merasakan sesuatu jatuh dibawah tangan Suma Siu Khim.

   Suma Siu Khim lompat turun dari debu abu dupa yang tinggi, ia berada didepan laucu rumah penjara gunung Busan itu menudingkan jari dan tertawa terkakakan, kemudian terkata "Ha ha,....Aku kira kau berkepandaian silat tinggi, nyatanya biasa saja.

   Hayo...

   Bangun lagi...Bertanding lagi"

   Suara Suma siu Khim.

   menggema diseluruh ruangan itu, seolah-olah ribUan Suma Siu Khim yang tertawa, berdengung mengiang lama.

   Ketua rumah penjara Bu San menyipitkan mata, memperhatikan segala gerak-gerik Suma Siu Khim, mendengarkan segala kata-kata Suma Siu Khim, ia tidak marah.

   Seolah-olah Sedang menonton dan menikmati sesuatu.

   "Hayo"

   Bentak Suma Siu Khim.

   "Bangun Aku hendak mengulang Sayembara lagi."

   Ketua rumah penjara Bu-san mementangkan mata lebarlebar dengan heran bertanya.

   "Meneruskan pertandingan sayembara lagi? "

   Dengan mengertak gigi Suma Siu Khim berkata.

   "Ya Aku hendak mengulangi sampai enam puluh empat kali. Membebaskan keenam puluh empat orang tawanan yang berada ditempat ini."

   Penguasa rumah penjara Bu-san tertawa dan berkata.

   "Kita tidak mempunyai dendam permusuhan. sesudah kau memenangkan sayembara, kau bebas memilih seseorang diantara keenam puluh empat tawanan itu, siapa yang hendak kau bebaskan ?"

   Penguasa rumah penjara Tay-pa-san Suma Siu Khim berkata.

   "Semua!!! Aku hendak membebaskan keseluruhan dari semua tawananmu itu, membebaskan enam puluh empat Orang tawanan gunung Bu-san "

   "Kita harus bertempur lagi?"

   Bertanya penguasa rumah penjara Bu-san, tapi ia masih menghadap didinding tembok masih tidak mau bangun. Seolah-olah anak kecil yang kolokan.

   "Ya, Kita harus bertanding lagi."

   Suara jago wanita kita sangat tegas "Hayo... Jangan kolokan"

   Berkata Suma siu Khim.

   "Bertanding lagi "

   "Wah"

   Penguasa rumah penjara Bu-san menghela napas.

   "aku sudah kehabisan tenaga.

   "

   "Bah", berdengus penguasa rumah penjara Tay-pa -san Suma siu Khim.

   "Sudah menyerah?"

   "Ya. Aku menyerah kalah."

   Berkata penguasa rumah penjara Bu-san.

   "

   Apa permintaanmu?"

   Suma Siu Khim berkata.

   "seperti apa yang sudah kau janjikan harus bersedia melakukan segala perintahku."

   "Perintah yang bagaimana?"

   "Perintah yang pertama. Bebaskan enam puluh empat tawanan rumah penjara mu. Perintah kedua....."

   Dengan tertawa ringan, penguasa rumah penjara Bu-san berkata.

   "Perintahku kedua adalah membunuh habis semua anak buah rumah penjara Bu-san?"

   "Kau lebih mengerti sifat-sifatku, hee?"

   "Aduh"

   Mengeluh penguasa rumah penjara Bu-san.

   "seorang wanita cantik molek bisa memiliki kekejaman yang seperti itu?"

   "Apa kau tidak kejam?"

   "Kejam apa?"

   "Sesudah berani mendirikan rumah penjara tandingan, kau menculik wanita dan gadis-gadis, sesudah itu berani menculik muridku lagi. Menculik keponakan muridku Bok Siu. Sesudah itu, kau telah menyurah orang membebaskan ketiga orang tawananku, semua ini adalah menambah proses kematianmu."

   "Hahaha...."

   Penguasa rumah penjara Bu-san tertawa "Masih ada satu yang kau lupa"

   "Apa?"

   "Kau lupa, kalau orang yang menjadi suamimu itu juga kuculik dan berada di dalam salah satu kamar rumah penjara ini"

   Hati Suma Siu Khim tergetar, menengadah kepalanya perlahan ia membawakan sikapnya seperti acuh tak acuh, ucapnya dingini "Dia bukan suamiku, aku tidak bersuami lagi."

   "Mengapa?"

   Bertanya penguasa rumah penjara Bu-san.

   "Kau tidak Cinta padanya?"

   "Jangan banyak mulut Lekas bebaskan semua tawanan itu."

   "Kalau tidak mau. Bagaimana?"

   Laucu rumah penjara Bu-san mulai menantang.

   "Kau berani?"

   "Mengapa tidak?"

   "Eh, masih ada backing lagi?"

   "Tepat!! Aku masih mempunyai enam puluh orang kawan, mereka bersedia mengawaniku meringkus seorang iblis betina yang ugal-ugalan."

   Berbareng disaat ini, terdengar gesekan-gesekan langkah kaki, suma Siu Khim terkejut, cepat-cepat ia menoleh kebelakang..

   Jelas...

   hatinya kaget tidak terhingga, disana ia telah terlihat datangnya banyak orang, dari goa- goa gelap itu bermunculan banyak orang.

   Siapakah Orang-orang itu?.......

   orang-orang itu tidak terlalu asing, orang pertama yang dikenal adalah pemimpin orang berseragam putih lembah patah hati yang pernah muncul ditelaga Tay-pek tie itu, Kong-Sun Bwee Kun, sikakek gelandangan Kiat Hian, empek Ie-oe Pek Hong Teng, sipengemis sakti Lu Bong Kong, cu Giok Tian, Yo In-jie, Bok siu dan lain-lainnya.

   Ternyata orang yang menyebut namanya dari lembah patah hati itu adalah orang-orang yang pernah disakiti oleh kekasih mereka, mereka pernah mengalami rasa patah hati.

   IHai, bagaimana orang-orang itu bisa berada didalam rumah penjara Bu-san? Peristiwa, adalah hadirnya Yo In-jie dan Bok Siu ditempat itu, mereka sudah diculik orang, bagaimana bisa memihak rumah penjara Bu-san, hendak meringkus dirinya? Suma Siu Khim mengeluarkan dengusan gusar dari hidung.

   "Huh Aku dianggap iblis betina yang ugal-ugalan?"

   Suma Siu Khim marah besar, kini ia berada dibawah kurungan orang tesebut, kemarahannya tidak terhingga.

   Bagaimana Yo In-jie dan Bok Siu yang baik hati itu bisa berpihak kepada musuh? Tapi ada satu yang menggirangkan Suma Siu Khim, diantara sekian banyak orang itu, tidak hadir Kim Hoong Tidak hadir sang kekasih memberi bukti, kalau saja sang suimi masih berpihak kepada dirinya.

   Selama belasan tahun ini, Suma Siu Khim menaruh dendam sakit hati kepada Kim Hoon anggapannya, ia masih mempunyai harapan.

   Tetapi.

   Hasilnya kosong Tibatiba......

   "Omitohud."

   Kong-sun Bwee Kun menyebut nama Buddha, ia telah mensucikan diri, mengganti nama menjadi Pan-su Lonnie.

   "Apa yang omitohud?"

   Bentak Suma Siu Khim. Pan-su Lonnie berkata.

   "Suma Siu siecu apakah sudah bisa mengerti duduknya perkara?"

   "Mengerti apa? Hah Lembah patah Hati menjadi rumah penjara gunung Bu-san- Tidak aneh... Tidak aneh"

   Kong Sun Bwee Kun, kakek gelandangan Kiat Hian dan lain-lainnya menggeleng-gelengka kepala. Suma Siu Khim menudingkan jarinya kearah laucu rimba persilatan Bu-san dan membentak.

   "Bangun Hayo gerakkan orang mu ini, aku tak takut. Akan kuhadapi semua dengan kekuatanku seorang". Penguasa rumah penjara Bu-san masih duduk menggelendot didinding gua, ia semakin kolokan, dengan tertawa cengar-cengir, berkata.

   "Mengapa terburu-buru, di tempat ini kau menjadi tamu. Sebagai tuan rumah aku wajib membuat perjamuan- Makanlah dahulu. Sesudah itu kita boleh meneruskan persengketaan kita, bukan?"

   "Huh Sangkamu, dengan berpura-pura menderita luka itu, aku bisa melepaskanmu begitu saja? Mengimpi!!!Bangun!!! Tidak perduli luka atau tidak, akan kuhancurkan dirimu."

   Penguasa rumah penjara Bu-san tertawa lagi, ia tersenyum kecil dan berkata "Oh.....

   Sulit menemukan Suma Siu Khim yang lama itu.

   Kuharap saja kau bisa berbuat tenang, aku masih mengharapkan kembalinya Suma Siu Khim yang baik hati, bukan Suma Khim yang sudah hampir menyerupai iblis betina yang ugal-Ugalan"

   Lagi- lagi Suma Siu Khim dikatakan iblis wanita yang ugal-ugalan, marahnya tidak kepalang, tangannya terayun, siap menghancurkan batok kepala penguasa rumah penjara gunung Bu-sanTiba- tiba, terdengar satu helaan nepas panjang, Pan-Su Lonnie menyebut nama Buddha dan berkata.

   "Omitohud Suma Siecu, apa betul-betul kau tega membunuh dirinya?"

   Di dalam keadaan yang seperti ini, mendengar kata-kata yang seperti tadi, hati Suma Siu Khim tergerak.

   Sebagai penguasa rumah penjara Tay-pa-san, ia memiliki kecerdikkan otak yang luar biasa, kiranya ia bisa menduga makna kata-kata tadi.

   Tercekat beberapa waktu, memikir sebentar, terbukalah segala kekosongan-kekosongan itu, hatinya tergerak, membarengi ilham tadi, tangannya pun terayun.

   "Breett,"

   Secepat itu pula ia sudah mengait dan mencopot tutup kerudung muka rumah penjara gunung Busan- Siapa penguasa rumah penjara gunung Bu-san? Di balik tutup kerudung kuning, disana terpeta jelas wajah seorang laki-laki setengah umur, matanya lentik, itulah Kim Hoong.

   Tiba-tiba, tangan Suma Siu Khim terayun lagi, suara plak.....plok.....

   ia menggampar dua kali, tubuh Suma Siu Khim gemetaran, saking gemas dan kesalnya, ia sudah mengirim tamparan-tamparan tubuhnya kelejatan dan terjengkang jatuh kebelakang.

   Penguasa rumah penjara Tay-pa-san jatub pingsan Jelaslah sudah, siapa yang menjadi penguasa rumah penjara Bu-san- penguasa rumah penjara Bu-san adalah ayah Kim Hong.

   Kedua penguasa rumah penjara itu sedang ber-hadap2an, memang ilmu kepandaian dan kecerdikan Suma Siu Khim masih berada diatas suaminya, tapi menghadapi getaran jiwa yang seperti itu sebagai seorang wanita.

   toh ia tidak berdaya.

   Latihan Suma Siu Khim memang luar biasa, katau tidak.

   bagaimana ia bisa memenjarakan sekian banyak jago-jago silat kelas satu? Bagaimana ia bisa membuat dan menciptakan rumah penjara Tay-pa-san? Sesudah jatuh beberapa saat, ingatannya sadar kembali.

   ia pingsan karena rasa sakit hati yang luar biasa, merasa dipermainkan oleh Kim Hoong.

   Beberapa saat kemudian, Suma Siu Khim sudah duduk.

   butiran air mata meleleh turun, membasahi kedua pipinya yang masih tetap montok.

   Air mata itu mengalir, menganak sungai dan butiran2 jatuh pada lantai goa rumah penjara Bu-san- Perlahan-lahan, Kim Hoong bangun berdiri membangunkan sang istri, sesudah itu ia berkata kepada Yo In-jie.

   "Nona Yo, tolong ambilkan sebaskom air untuk bibimu cuci muka."

   Yo In-jie tertawa nyengir, membalikkan badan dan berlari, ia telah siap menjalankan perintah itu.

   untuk mencuci muka Suma Siu Khim yang sudah dipupuri lumpur lumpur kotoran-Kim Hooog memayang Suma Siu Khim meninggalkan banyak orang kembali kekamarnya.

   Kedua penguasa rumah penjara rimba persilatan meninggalkan ruangan itu, meninggal seorang.

   Mereka rujuk kembali siPengemis Sakti Lu Bong Kong menghela napas, ia bergumam.

   "Ah... untuk selanjutnya, aku pengemis ini tidak bisa menantang penguasa rimba persilatan lagi."

   Empe Ie-oe dengan suaranya yang pletat-pletut berkata.

   "Jangan...kecil...hati,. kukira.... masih ada.....permainan didalam....."

   "Ha ha haaa ....,."

   Cu Giok Tian tertawa.

   "Hanya menerima dua kali tamparan rimba persilatan menjadi tenang "

   Didalam sebuah kamar batu, dibawah dasar puncak Sinlie- hong, disebuah tempat yang menjadi ruangan khusus Kim Hoong, jago itu telah membaringkan Suma Siu Khim.

   Yo In-jie bergerak Cepat, ia sudah membawa sebaskom air, diletakkannya dibawah pembaringan, dengan mengedipkan mata ia melirik kearah penguasa rumah penjara Tay-pa yang telah terbaring, kemudian melirik lagi kearah penguasa rumah penjara Bu-san, perlahan-lahan mengundurkan diri.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Betulah Yo In-jie mengundurkan diri? Tidak Gadis ini masih nakal, ia berindap-indap meninggalkan ruangan itu, dan seCara bersembunyi pula, berjongkok dibawah, diujung lorong yang gelap.

   Baru saja Yo In-jie membenarkan letak tubuhnya, tibatiba ia membentur sesuatu, itulah tubuh seorang yang lebih cepat darinya dan sudah berjongkok ditempat gelap tersebut.

   Hampir Yo In-jie berteriak.

   ia menengok dan mengenali, itulah Bok Siu.

   Bok Siu meletakkan jarinya pada bibir, suatu tanda kalau mengharapkan jangan banyak pembicaraan.

   Selembar muka merah Yo In-jie menjadi merah, mendelikkan mata kearah Bok siu, ia membentak perlahan.

   "Hei, apa kerjamu disini ?"

   Dengan suara yang lebih perlahan Bok Siu menjawab.

   "Kan hendak mencuri dengar percakapan orang? Apa aku tidak boleh ?"

   "Tidak tahu malu "

   Berkata Yo In-jie.

   "siapa yang mempunyai pikiran sampai kesitu?"

   "Sudahlah"

   Berkata Bok Siu mengulapkan tangan.

   "Kalau kau masih banyak Cincong, biar aku berteriak. Kita sama-sama tidak bisa menonton."

   Yo In-jie mendelikkan mata, tapi tiba-tiba tertawa kecil.

   Bersama-sama mereka mendengar apa yang hendak dipercakapkan oleh kedua penguasa rumah penjara rimba persilatan- Didalam ruangan rumah penjara Bu-san Kim Hoong.

   Terdengar suara kecepretannya air, dan ini waktu terdengarlah suara Kim Hoong.

   "Hayo Siu Khim. lihatlah sendiri... Jadi apa kau seperti ini? Mukamu cumang-cemong, jelek sekali."

   Tidak terdengar suara Suma Siu Khim. Yo In-jie dan Bok Siu saling pandang, wajah mereka sama-sama menjadi jengah. Terdengar lagi suara Kim Hoong berkata.

   "Hayo...Jangan begitu...Balikkan badanmu, biar kubersihkan debu-debu dan abu itu ..."

   Didalam kamar, Suma Siu Khim masih tak bergerak.

   juga masih tidak membuka mulut.

   Terdengar lagi suara Kim Hoong berkata "Lebih baik kuberitahu sesuatu yang menggirangkan- Nah, dengar baik-baik.

   Anak kita si Kim Hong tidak mati didasar telaga, dia diseret oleh Kiat Hian kegoa persembunyiannya"

   "Aaaaa ..."

   Berita ini betul-betul mengejutkan Suma Siu Khim juga sangat menggirangkan- "Betul?"

   "Tentu saja betul"

   Inilah suara rumah penjara Bu San.

   "anak kita itu telah memakan sebuah obat Tiang-seng-pu-lotan. Sekarang, ilmu kepandaiannya sudah berada diatas dirimu."

   Terdengar suara gemerasak gemeresek. entah apa yang dilakukan oleh mereka itu. Tiba-tiba terdengar suara bentakan Suma Siu Khim.

   "Minggir"

   "oh..."

   Terdengar suara Kim Hoong.

   "Ya... selama ini aku banyak menyakiti hatimu. tapi aku minta maaf, apa yang bisa kulakukan? Mengingat....."

   "TUtup mulut"

   Bentak Suma Siu Khim lagi.

   "Hubungan kita sudah putus, jangan kau sangkal, Kim Hong itu bukan anakmu, Kim Hong adalah aku yang melahirkan..,."

   "Aku tahu,"

   Berkata Kim Hoong.

   "Apa yang kau tahu?"

   Bentak Suma siu Khim.

   "Kim Hong bukan hasilmu anak itu adalah dari hubungan dengan Sie Hoa Hong suheng ..."

   "He, hee.."

   Kim Hoong tertawa."Aku tahu kau hendak menyakiti hatiku lagi. Tapi kesalahanku itu sudah jauh dibelakang .... Aku tak akan cemburu."

   "Huh Kau kira bohong?"

   "Sudahlah. Betapa keraspun siapa-siapa seorang laki-laki, sesudah meninggalkan selama delapan belas tahun, aku menyelidiki dengan lebih teliti, aku tahu betul, Kim Hong itu adalah anakku. Kalau tidak. bagaimana begitu mirip?"

   Terdengar suara isak tangis Suma Siu Khim.

   Terdengar lagi suara penguasa rumah penjara Bu-san- "Jangan menangis, dengar keteranganku itu hari, sesudah perkenalan kita dibawah puncak gunung oey San, aku menyelidiki betul-betul keadaanmu, kudengar kalau ayahmu hendak menikahkan kau dengan Sie Hoa Hong suheng, kulihat Sie Hoa Hong itu begitu cakap dan tampan, ilmu kepandaiannya tinggi.

   maka....."

   "Maka kau cemburu"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Maafkan aku, demikianlah aku tinggalkan kau......"

   "Mengapa sekarang kau balik kembali?"

   Bertanya Suma Siu Khim.

   "Aku telah tahu kesalahanku."

   "Mengapa baru tahu sekarang? Mengapa tak mau datang kerumah penjara Tay-pa-san?"

   "Aku... aku..."

   "Plok. .. terdengar satu kali suara tempelengan.

   "Ya."

   Berkata Kim Hoong.

   "Tamparlah lagi... Aku menerima salah."

   Terdengar suara Suma Siu Khim.

   "Aku merasa sakit hati ditinggalkan olehmu. Kukira kau tidak mempunyai tanggung jawab. Kulahirkan anak itu, dengan membawa bayi yang masih kecil aku menyusul dirimu. Tidak berhasil. Disungai ciang-yang-kang, perahu tenggelam, anak itu jatuh dihanyutkan air beberapa kali aku hendak bunuh diri. Tapi aku penasaran, kalau tidak ada urusanmu sudah lama aku bunuh diri, seorang diri aku mencarimu. Kukira kau sembunyi disuatu tempat yang terasing karena itu aku tidak berhasil. Tanpa disengaja, disuatu goa aku mendapatkan suatu kitab Thian-tok-ka-lam- Cin-keng, itulah kitab cikal bakal Siauw-lim-pay Tatmo causu. Dengan adanya kitab peninggalan itu, aku melatih diri. Dan berhasil membuat diriku sebagai seorang tokoh silat tanpa tandingan- untuk memanCing kau dari tempat persembunyianmu, aku mendirikan sebuah rumah penjara Tay-pa-san-"

   "Sudah kuduga,"

   Berkata Kim Hoong "Penguasa rumah penjara Tay-pa-san adalah hasil buah tanganmu."

   "Plok....."

   Terdengar lagi suara tempilengan.

   "Tamparlah"

   Berkata Kim Hoong.

   "Tamparlah sesuka hatimu."

   Ini waktu, Yo In-jie dan Bok Siu saling pandang, mereka sedang berpikir, apa yang sedang dikerjakan oleh kedua penguasa rumah penjara itu?"

   TERDENGAR lagi suara bentakan Suma Siu Khim.

   "Hayo Katakan, mengapa kau tidak kerumah penjara Taypa- san?"

   Kim Hoong menghela napas dan berkata.

   "Aku sedang menuju kerumah penjara Tay-pan-san, tibatiba terdengar satu berita yang sangat menyakitkan hati."

   "Berita apa?"

   Kim Hoong berkata lagi.

   "Kau masih ingat seorang tawanan yang bernama Liok Siao Yu?"

   Sesudah memikir lama, suma Siu Khim menjawab.

   "Tidak ingat. Kukira dia berada dikamar ular, atau mungkin juga sudah mati"

   "Nah"

   Berkata Kim Hoong.

   "Sampai orang tawanan sendiripun tidak tahu. Bagaimana kau menjadi penguasa rumah penjara?"

   "Aku tidak membutuhkan nama mereka."

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Siapa saja yang menerima sayembara, kuhajar jatuh, sesudah itu masuk kedalam kamar tahanan- Beres"

   Kim Hoong menghela napas panjang, ia berkata.

   "Liok Siao Yu itu adalah salah satu dari famili jauhku. ilmu kepandaiannya tidak tinggi, orangnya juga lemah, ia menerima tantangan sayembara, itu waktu baru saja kawin satu bulan..."

   "Pengantin baru?"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Tapi tak perduli. Bukan urusanku. Siapa saja yang menerima tantangan Sayembara, akan aku layani dengan baik-baik."

   "Ia menerima tantangan bukan maksud tujuan sendiri, kawan-kawannyalah yang mengolok-ojok.

   "

   "Mengapa kawannya haruS mengojok-ojok?"

   "Sifatnya hanya berkelakar, banyak orang mengiri melihat sepasang kemantin baru Liok Siao Yu, suami isteri itu berCinta-Cintaan, dikatakan, kalau Liok Siao Yu berani menerima tantangan sayembara, rumah penjara Tay-pa- San, mereka akan memenggal kepala sendiri. Kawan-kawan Liok siao Yu mengetahui sifat-sifatnya Liok Siao Yu itu seorang pengecut. Sangkanya tak berani......"

   "Seorang yang tidaK berani mana mungkin menerima sayembara tantangan rumah penjara."

   "Nah, disinilah letaK kesalahan- Yang penting, dari Sipengantin perempuan- Wanita itu mempunyai sifat-sifat yang angkuh inilah sifat yang mirip dengan Sifatmu. Didalam anggapannya inilah satu penghinaan untuk sang suami. Ia marah, segera digentak dan disuruhnya sang suami menerima sayembara, sesudah itu mereka dipaksa membuat perjanjian, kalau saja sang suami berani menerima sayembara rumah penjara kawan-kawan mereka itu berani penggal diri.

   "

   "Pengantin perempuan yang tolol"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Mengapa dia rela mengorbankan batok kepala kawan-kawan sendiri, dan juga menyerahkan suami sendiri kedalam kamar tahanan?"

   "Hai, mana dia tahu kalau si iblis betina yang ugalugalan dari rumah penjara Tay-pa-san itu begitu hebat?"

   Lagi-lagi satu tamparan dipipi.

   "Eh,"

   Kata Kim Hoong.

   "Apa salahnya?"

   "Tidak sedap mendengar suara panggilan iblis itu. Aku tidak mau mendengar lagi."

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Kalau bukan seorang iblis yang ugal-ugalan, bagaimana...."

   Lagi Suma Siu Khim menampar lakinya.

   Di dalam hal ini memang si wanita lebih galak.

   Bok Siu dan Yo In-jie yang mengikuti percakapan diluar kamar itu saling pandang, mereka melewekkan mulut dan tertawa, Bok Siu mendekatkan mulutnya ketelinga Ya In-jie dan berkata.

   "Nah Dia sudah tidak berani menggampar lagi."

   Yo In-ji melirik dan berkata.

   "Kalau kau, bagaimana? Kau berani menampar lagi?"

   Bok Siu menggelengkan kepala berkata.

   "Mana boleh. Setiap laki-laki mempunyai adat yang terbatas. Kalau hendak mengerjainya pun harus tahu diri."

   "Ya,"

   Berkata Yo In-jie.

   "Sekali lagi bibi mengayun tangan, kukira penguasa rumah penjara baru kita ini bisa naik darah juga ."

   Bok Siu berkata.

   "Kulihat paman kita itu masih Cinta padanya."

   Yo In-jie berkata.

   "Tentu saja."

   "Tapi, bibi......"

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Mereka sedang bersenda gurau."

   "ciss Tak tahu malu."

   "Siapa yang tak tahu malu? Mengapa kau hendak mengintip disini?"

   Sampai disini, perdebatan kedua gadis tertahan. Dari dalam ruangan kamar Kim Hoong, terdengar jago aneh itu berkata.

   "Nah Kini giiiran kau yang harus mendengar perintahku. Aku sangat Cinta, tapi kau tidak boleh ugal-ugalan lagi, dua puluh tahun kita berpisah, apa sebabnya? Sebab pertama, karena salah pahamku, sebab yang kedua adalah sifat- Sifatmu bagaimana?"

   "Eh.,."

   Berdengus Suma Siu Khim.

   "sifatku bagaimana?"

   "Kau tidak mau mengalah kepada siapa pun juga ."

   Terdengar suara isak tang is Suma Siu Khim.

   "Sudahlah."

   Berkata Kim Hoong.

   "Semua kesalahan boleh dijatuhkan kepadaku. Karena adanya rumah penjara digunuog Tay-pa-san itu berapa banyak keluarga yang terpisah dari suaminya, betapa banyak yang bercerai berai dengan anaknya?"

   "Hanya karena Liok Siao Yu?"

   "Akhirnya Liok Siao Yu menjadi tawanan dari penjara ularmu."

   "Tentu saja, bagaimana dengan kawan-kawannya? Apa mereka bersedia dipotong kepala?"

   "Menurutpendapatmu ?"

   "Mereka lari kabur "

   "Tepat!! Kasihan sipengantin perempuan- Anggapannya Sang suami jago, tidak tahunya Penguasa rumah penjara Tay-pa-san jauh lebih Jago darinya. Sepuluh kali lipatpun ilmu kepandaian suami lagi, belum tentu bisa menandingimu. Karena itu sang kemantin perempuan menyesal. ia menangis, setiap hari kerjanya menangis, tapi apa daya...."

   "Oh..... maka malam itu kau menerobos masuk kedalam rumah penjara, dengan maksud menolong Liok Siauw Yu?"

   "Itu waktu, aku tidak tahu kalau penguasa rumah penjara adalah Suma Siu Khim."

   "Kemudian ?"

   "Oh Suma Siu Khim yang cantik molek. itu telah banyak membunuh orang."

   Suma Siu Khim berdiam.

   "Pikiriah"

   Berkata Kim HoonGee "Disaat kau membunuh orang, disaat kau mengurung orang didalam kamar tahanan, pernahkah terbayang olehmu, betapa susah keluarga mereka ?"

   Suma Siu Khim masih berdiam.

   "Nah Karena itulah, aku membuat rumah penjara gunung Bu-san- Membuat rumah penjara tandingan- Melihat bagaimana reaksimu kalau mengetahui murid sendiri tidak berada disampingmu.

   "

   "Tapi..,tapi..."

   Isak tang is Suma Siu Khim mereda.

   "Kau kasihan kepada orang, siapa yang kasihan kepadaku, ayahku dianiaya orang. Suamiku melarikan diri, suhengku tiada kabar ceritanya. Anakku kecemplung disungai, Siapa yang kasihan kepadaku ?"

   "Maafkan! Inilah gara-gara kesalahanku."

   "Jangan menyentuh aku !"

   "Siu Khim...."

   "Bah! bisa memberi nasehat kepada orang, Bagaimana dengan keadaanmu? Mengapa kau juga membuat rumah penjara?"

   "Dengan keteranganku."

   Berkata penguasa rumah penjara Bu-san "Aku telah membuat satu ide baik, kulihat rimba persilatan sudah mulai tidak keruan macamnya, Tokoh-tokoh silat yang jujur dan berjiwa satria berada didalam kamar tahananmu.

   Yang ada diluar adalah kaum pengecut, mereka tidak mempunyai nyali keberanian, Mereka mengacau rimba persilatan, karena itu secara diamdiam aku mendidik orang-orang yang bisa dididik, membuat satu rumah penjara Bu-san, untuk bersiap sedia menghadapi golongan Kalong."

   "Bohong!"

   "Tidak bohong."

   Berkata Kim Hoong "Kalau tidak percaya, akan kuajak kau melihat orang-orang tawananku itu ?"

   "Bagaimana dengan para penantang sayembara ?"

   "Kupilih dan kudidik. kalau saja mereka mempunyai sifat-sifat ksatria, kuberi tahu sesuatu dengan terperinci. kuajak ia mengikuti jejak-jejakku, empek Ie-oe, sipengemis sakti Lu Bong Kong, dan lain-lainnya adalah termasuk orang-orang kepercayaanku ini. Tanpa berkelahi dengan mereka rela mendiami tempat ini, aku sebut saja sebagai orang-orang tawanan, Tapi kenyataan tidak, mereka bebas bergerak. Seperti apa yang sudah kau lihat, disini mereka bisa melakukan apa yang disukai olehnya. Tidak seperti didalam kamar tahananmu."

   "Akal bulus!"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Terserah Kepada penilaianmu."

   "Jaogao terserah-terserah saja. Aku masih tidak mengerti dengan tindak tandukmu."

   "Apa lagi yang tidak mengerti? Tanya sajalah."

   "Hei, apa makdudmu menculik Leng Bie Sian?"

   "Dengan adanya Leng Bie Sian di tempat ini. Aku mengharapkan kedatanganmu."

   "Menculik Bok Siu?"

   "Begitu juga."

   "Sikarang aku sudah datang. Mau apa lagi?"

   "Inilah yang aku harapkan."

   Diluar, Yo In jie dan Bok Siu saling pandang, mengeluarkan keluhan napas lega. Ternyata kedua rumah penjara rimba persilatan rujuk kembali. Tidak ada pertentangan dari kedua penguasa rumah penjara rimba persilatan itu.

   "Nah!"

   Berkata Yo In-jie pelahan.

   "Rimba persilatan akan bebas dari gangguan-gangguan Rumah penjara!"

   Bok Siu menarik lengan baju Yo In-jie dan berkata.

   "Sudah waktunya kita pergi, kalau mengintip terus, bisa celaka!"

   "Tunggu dulu!"

   Berkata Yo In-jie "Apa lagi yang akan mereka percakapkan nanti."

   Didalam terdengar suara cabikan air, terdengar suara penguasa tumah penjara Bu-san Kim Hoong tertawa dan berkata.

   "Siu Khim, kau semakin cantik, Semakin subur."

   "Cih!"

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Tidak tahu tak malu."

   "Siu Khim......."

   "Kim Hoong, hatiku berdebar-debar."

   "Siu Khim... haaa ... bibirmu seperti apel mereka...."

   "Selalu itu melulu."

   Diluar, wajah Yo In-jie menjadi merah, dia bertanya kepada Bok Siu.

   "Apa yang sedang mereka kerjakan?"

   Bok Siu bangkit bangun, ia siap berangkat dan berkata.

   "Lekas, kita berangkat."

   "Tunggu dulu....."

   Disaat Bok Siu dan Yo In-jie sedang berkata, tiba-tiba pundak mereka dirasakan dicekal Orang.

   Kedua gadis itu menjerit, disaat mereka menoleh disana tampak kehadirannya penguasa rumah penjara Tay-pa-san Suma Siu Khim satu tangan satu menjingjing leher baju kedua gadis itu, dengan wajah yang merah-kemerahan, Dan entah kapan, disamping Suma Siu Khim berdiri seorangg laki-laki setengah umur, inilah penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong Yo In-jie menjadi gugup, ia berkata kaget;

   "Hayo, bibi, mengapa?"

   "Dua gadis kurang ajar, apa kerja kalian disini?"

   "Bibi,"

   Berkata Bok Siu.

   "Kita orang sedang berjalan dan sampai disini....."

   "Pergi!"

   Suma Siu Khim menghardik kedua gadis itu dan melepaskan pegangannya.

   "Sudah besar, sudah waktunya kawin masih berani begitu."

   Yo In-jie dan Bok Siu terpontang panting melarikan diri. Memandang lenyapnya mereka, Kim Hoong tertawa berkakekan ia mengulurkan tangan dan merangkul Suma Siu Khim, dengan tertawa berkata.

   "Siu Khim, anak kita mempunyai rejeki bagus. Ada tiga nona yang bersedia dikawini olehnya."

   Suma Siu Khim berkata.

   "Itulah urusan Kim Hong. Biar anak kita saja yang akan memilih,"

   Disaat suami istri yang terpisah lama itu berkasihkasihan, terdengar suara kentongan terpukul. itulah suatu tanda ada berita untuk rumah Penjara Bu-san, Kim Hoong membuka pintu dan bertanya.

   "Ada apa?"

   Disana tampak seorang kakek berbaju merah, inilab Co Tiok Hu, ia menyerahkan kepada sang penguasa rumah penjara rimba persilatan Bu-san secarik kertas, laporannya.

   "Laucu, ada berita datang!"

   Kim Hoong menerima surat tadi, itulah surat laporan dari bawah gunung Bu-san, laporan yang diantar oleh burung dara.

   "Aku tahu. Sudah tidak ada urusanmu."

   Berkata Kim Hoong kepada si kakek berbaju merah Co Tiok Hu. Co Tiok Hu mengundurkan diri. Kim Hoong membaca suat itu, memandang Suma Siu Khim dan berkata;

   "Orang-orang golongan Kalong dan Tay-wan-kok menyerang rumah penjaramu!"

   "Aaaah..,...!"

   Suma Siu Khim terkejut.

   "Jangan takut,"

   Berkata Kim Hoong.

   "Mari kita keluar."

   Tidak menceritakan bagaimana rencana kedua rumah penjara rimba persilatan yang tergabung, Suma Siu Khim dan Kim Hoong menemui pengikut-pengikut mereka, disana terdiri dari rombongan berbaju putih, dibawah pimpinan si kakek Ie-oe Pek Ho Teng, si pengemis Sakti Lu Bong Kong, Cu Giok Tian, Ma Liong Po.

   Yo In-jie, Pihauw-peng Kiam-khek Bok Siu dan yang lain-lainnya.

   -oo0dw0oo- Kekuatan Tay-wan-kok dan kekuatan Kalong yang tergabung menjadi satu sedang menyerang rumah penjara Tay-pa-san.

   Kim Hong beserta kesepuluh Raja Akherat Tay-pa-san ber-sama dengan anak buah mereka membikin pertahanan kuat.

   Pertempuran-pertempuran masih terjadi disana-sini, api mulai berkobar menyala diantara tebing-tebing rumah penjara itu.

   Yang kena sensor disambung kembali.

   Kita menyusul ke gunung Tay-pa-san, disana berkumpul banyak orang, dari anggota rumah penjara Tay-pa-san, dan anak buah golongan Kalong, juga dari jago Tay-wan-kok, terakhir datang pula orang-orang berkerudung putih dan berseragam putih.

   Siapa orang-orang berkerudung putih dan berseragam putih itu? Mereka adalah anak buah rumah penjara gunung Bu-san.

   Hamid dan Jooss berunding, mereka menganggukkan kepala, Hamid melempar sebuah boom berapi, boom itu meledak diantara orang-orang berseragam putih.

   Jago-jago rumah penjara Bu-san melepas anak panah mereka, maka terjadilah peperangan total.

   Hamid melempar lagi boom-boom berapi.

   Orang-orang dari golongan pengemis yang menggunakan tutup kerudung muka putih itu kucar-kacir.

   Yang menjadi pemimpin rombongan pertama adalah Can Sa-sian ketua pengemis itu, Lemparan boom berapi berada diluar dugaannya, ia menjadi uring-uringan, ia memaki kalang kabut.

   "Kurang ajar, aku bukan kepala golongan pengemis lagi, kalau tidak menghancurkan kalian."

   Sebetulnya, ia hendak mempermainkan Kim Hong. Tapi didalam lupa daratan ia telah menggunakan suara asli. Kim Hong segera mengenali kepada suara Can-sa-sian, ia berteiak girang.

   "He, kau Can Sa-sian cianpwe?"

   Pemimpin pertama dari rumah penjara Bu-san adalah Can Sa-sian, ia membanting kaki dan berteriak.

   "Betul! Suhu dan subomu juga sudah datang. Leng Bie Sian juga turut serta. Eh, kau bocah Kim Hong, mengapa kau berpeluk tangan saja?"

   Kim Hong sangat girang, matanya jelalatan ia berteriak.

   "Dimana? Dimana mereka berada?"

   Itu waktu, Hamid sudah memberi perintah untuk mulai melepas boom berapi, pertarungan agak kalut. Panah tangan kontra boom berapi! Karena tidak mendapat jawaban Can Sa-sian, Kim Hong berteriak lagi.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Dimana mereka berada?"

   Tiba-tiba ia teringat, kalau Leng Bie Sian itu terkurung didalam rumah penjara Bu-san, ia menjadi bingung. Maka teriaknya lagi;

   "Hai, Can Sa-sian cianpwee, Leng Bie Sian turut serta? Dimana dia berada? Bukankah sudah menjadi tawanan rumah penjara gunung Bu-san ?"

   Ini waktu, muncul seorang berkerudung putih lain, ia berteriak.

   "Kim Hong, pedang apa yang kau pegang."

   Itulah suara It-hu Sianseng. Mengenal suara suhunya, Kim Hong berteriak girang.

   "Suhu!...."

   It-hu Siansang membuka tutup kerudung mukanya, ia berteriak lagi.

   "Kim Hong, benda apa yang kau pegang, bukankah pedang pusaka ?"

   Kata-kata yang seperti itu diulang sehingga beberapa kali, hati Kim Hong tergerak maka ia sadar, intruksi apa yang sang guru berikan, karena itu ia menggelengkan kepala berteriak.

   "Mana bisa! Suhu, dibawah lembah masih banyak orang tawanan."

   It-hu Sianseng berteriak.

   "Jangan takut! Kau bisa menangkap maling didalam rumah !"

   Kim Hong mengerti, inilah intruksi, intruksi agar Kim Hong menggunakan pedang Tay-pek-kiam yang ketajamannya bisa menghancurkan segala apapun, membabat putus tenur-tenur besi, dengan cara demikian maka dari pihak penyerang yang terdiri dari orang-orang dan golongan KalOng dan jago-jago Tay-wan-kok akan jatuh kebawah lembah.

   Maka pertempuran kalut dengan jarak dekat bisa lebih meringankan beban mereka.

   Tapi Kim Hong tidak mengambil langkah perorangan, ia membisik-bisiki para raja akherat, sesudah memberi intruksi itu, raja akherat segera mengundurkan diri dari tenur-tenur besi, demikianlah anggota Tay-pa-san mengundurkan diri.

   Orang-orang golongan Kalong sudah berketrampilan ditenur-tenur besi itu.

   siap mengambil alih kekuasaan rumah penjara Tay-pa-san.

   Hanya Kim Hong seorang, merasa sudah menunggu setelah semua orang mengundurkan diri Kim Hong pun melejit kebelakang ia berdiri ditebing.

   Sesudah itu, mengayun pedang pusaka, 'trass' membabat putus tenur besi pertama.

   Terdengar jeritan-jeritan dari golongan-golongan Kalong, karena tenur yang mereka pijak sudah putus, maka mereka kehilangan keseimbangan badan, pada jatuh kedasar jurang.

   Kim Hong bisa bergerak tepat, 'cress....cress..

   cress'...

   semua tenur-tenur itu dipapasinya.

   Langkah ini berada diluar dugaan musuh, anggota anak buah golongan Kalong berjatuhan kedasar lembah.

   Tentu saja, itu tak termasuk Jooss Hamid, Jie Hioag Hu dan beberapa jago-jago kelas satu.

   Mereka berlompatan, dan menempelkan diri ditebingtebing Tay-pa-san.

   KIM Hong sesudah balik kembali kejendela berhati ayam.

   Disaat kim Hong memeriksa isi kamar tahanan, ia tak mendapatkan keseluruhan raja akherat dan para tawanan rumah penjara.

   Ia menjadi bingung.

   Disaat ini, seorang berkerudung putih berpakaian putih datang menghampirinya.

   Mengetahui kalau orang berkerudung putih dan berseragam putih ini bukan dari golongan musuh, hati Kim Hong menjadi lega, segera ia berteriak.

   "Hei, Siapa kau?"

   Orang yang datang itu segera berkata.

   "Nomor tiga dari lembah patah hati!"

   Jawabnya singkat. Kali ini, Leng Bie Sian tidak menekan aksen suaranya, suara itu segera bisa dikenal oleh Kim Hong. Dengan berlOmpat girang. Kim Hoag berteriak.

   "Leng Bie Sian, kau nakal sekali!"

   Leng Bie Sian membuka tutup kerudung mukanya, tertawa cekakak-cekikik dan berkata.

   "Kau tidak mengerti?"

   Kim Hong mencekal tangan gadis itu, ia bertanya.

   "Eh, dengan cara bagaimana kau bisa melarikan diri dari rumah penjara Bu-san?"

   Leng Bie Sian melepaskan pegangan Kim Hong, ia berkata;

   "Bukan waktunya bicara. Lekas kau halangi kerja Jooss dan Hamid itu."

   Kim Hong menganggukan kepala, ia berkata;

   "Tolong bantu orang-orang tawanan itu. Keadaan mereka sangat berbahaya sekali."

   "Jangan takut."

   Berkata Leng Bie Sian.

   "Sudah kuperintahkan mereka."

   "Mereka sudah berada ditempat aman?' "Mereka sudah melalui jalan rahasia, siap menggempur musuh. Menunggu sampai boom berapi Pek-lek-tan itu habis dipunahkan. Secara serentak kita mengurung musuh didalam tempat sendiri."

   "Ahaaa....."

   Kim Hong berteriak girang.

   "Kau handal sekali!"

   "Lekas! Lekas tahan kemajuan Jooss dan Hamid itu."

   Berkata Leng Bie Sian.

   Kim Hoag tertawa berkakakan, tubuhnya melejit lagi, menuju kearah tebing-tebing Tay-pa-san.

   Di atas tebing-tebing yang curam, tampak Thian-san Soat Po-po dan it-hu Sianseng mereka sedang menahan kemajuannya orang-orang anggota Kalong dan jago-jago Tay-wan-kok.

   Disaat itu muncul Jooss! Sebagai juara silat dari Taywan- kok, Jooss menempur Thian-san Soat Po-po dan It-hu Sianseng.

   Walau dua lawan satu Jooss berada dipihak yang menyerang.

   Lompat pula seorang sangat besar, inilah ketua golongan pengemis, Can-sa Sian, ia datang membantu Thian-San Soat Po-po dan It-hu Sianseng bersama-sama menempur Jooss!.

   Hati Kim Hong menjadi tenang, ia memeriksa lagi lain bagian.

   Disana api masih menjalar terus, ledakan-ledakan terjadi.

   Anggota golongan Kalong yang jatuh ada juga yang menjadi korban boom berapi sendiri.

   Tapi jumlah musuh ferlalu besar, pihaknya masih berada didalam keadaan keteter, banyak musuh masih menyerang terus.

   Diatas tebing, dibawah tebing, dan dibawah lembah, bergerak-gerak banyak kepala, dari pihak golongan Kalong, dari jago Tay-wan-kok dan juga dari gunung Tay-pa-san.

   Tiba-tiba meluncur satu bayangan kecil, bayangan Hamid, langsung ia merandengi Jooss.

   menggempur ketiga tokoh ajaib, Thian-san Soat Po-po, It-hu Sianseng dan Cansa- sian.

   Situasi cepat berbalik, tiga lawan dua, seketika Jooss dan Hamid mendesak lawannya.

   Timbul pula seorang pengemis kecil, itulah Can Sa-jie, ia turut Serta didalam arena pertempuran itu, kini terpecah menjadi dua bagian, It-hu Sianseng dan Thian-san Soat Popo suami istri menempur Hamid, Can-sa-sian dan Can-sajie menempur Jooss.

   It-hu Sianseng dan Thian-san Soat Po-po terdesak, mereka mundur terus menerus.

   Can Sa-sian dan Can San Jie lebih keteter, Jooss mempermainkan kedua pengemis itu, seolah-olah kuCing mempermainkan tikus.

   Mendesak lebih cepat.

   Kim Hong menjadi kaget, jaraknya dengan lawan sangat jauh, untuk turun mungkin terlambat, disaat ini, tanpa pikir panjang ia melempar pedang Tay-pek-kiam dan kakinya pun turut melejit, menyusul lajunya pedang itu, 'tap'...sebelah kaki Kim Hong telah menempel pada badan pedang, lajunya pedang pada meluncur terus membawa sang majikan, Maka seorang jago Sakti mandraguna yang menunggangi sebatang pedang meluncur.

   Pedang terbang.

   Banyak orang mendongakkan kepala, seolah-olah menyaksikan dewa yang menaiki pedang terbang! Dengan meluncur diatas pedang, dengan mengikuti arah pedang itu, Kim Hong meluncur kearah Jooss.

   Betapa cepatpun meluncurnya pedang Kim Hong, karena membawa bobot berat seorang, kecepatan pedang itu terlambat.

   Gerakan Jooss lebih cepat, ia bisa melihat akan adanya bahaya Kim Hong.

   Ilmu kepandaian Kim Hongg sangat ditakuti, kalau saja Kim Hong berhasil turun membantu Can Sa Sian dan Can Sa Jie, keadaan dipihaknya pasti kalah.

   Karena itu, Jooss segera bergerak cepat, maju langkah tiga kali, berjongkok dan memukul bagian bawah Can Sa Jie.

   "bletak"

   Can Sa Jie jatuh terjungkir.

   Cia Sa Sian kaget, ia memukul Jooss.

   Jooss berlompat dan tangannya dikaitkan, menyeret Can Sa Jie, menggunakan jarinya, menotok beberapa jalan darah pengemis itu.

   Gebrakan-gebrakan ini terjadi dalam waktu yang singkat, disaat Kim Hong meluncur turun, Can Sa-jie sudah jatuh kedalam tangan Jooss.

   Meluncurnya pedang nancap ditanah, Kim Hong lompat, dan mengambil pedang itu kini dia menghadapi Jooss! Tapi sudah terlambat! Ditangan sijago rambut merah sudah bertambah seorang itulah Can Sa-jie yang sudah tiada daya, tangan Jooss ditempelkan keubun-ubun Ca Sa Jie, memandang Kim Hong dengan penuh sinar tantangan, ia berkata.

   "Jangan maju lagi! Apa kau sudah tidak membutuhkan jiwa kawan ini?"

   Kim Hong tak berdaya, cara-cara Jooss adalah cara-cara dari bajingan kecil. Menggunakan tameng orang, tameng hidup yang setiap saat bisa diubah menjadi tameng mati.

   "Tidak tahu malu!"

   Bentak Kim Hong.

   "Lekas lepaskan Can Sa Jie".

   "Hahahahaaa......"

   Jooss tertawa.

   "Kalian sudah terkurung rapat. Hayo! Apa lagi yang dimaui?"

   Bentak Kim Hong "Apa lagi yang kita maui, hanya rumah penjara Tay-pasan ini."

   Kata Jooss tertawa.

   "Lepaskan Can Sa Jie."

   Berkata Kim Hong.

   "Akan kami lepaskan, sesudah kalian menyerah!"

   Sahut Jooss. Kim Hong menghadapi Jooss, tetapi tidak berani segera membuat penyerangan, demi mengingat jiwa Can Sa Jie yang masih terancam. Jooss tertawa berkakakan dan berkata.

   "Hahahaaa.... baiklah diam-diam di tempat itu. Jangan maju lagi."

   "Tidak tahu malu!...."

   Bentak Kim Hong.

   "Mengapa menggunakan tameng hidup""' "Hahahahaaa....."

   Jooss tertawa lagi.

   "Lepaskan kawanku!"

   Bentak Kim Hong.

   "Boleh. Tapi kau jangan banyak bergerak. Diam sajalah disitu."

   Tentu saja, kalau Kim Hong tidak segera membuat pencegahan, anak buah glongan kalong sedang merajalela, membunuhi anak buah Tay-pa-san, dan itu Waktu, iapun celaka! Kim Hong tak berdaya menghadapi situasi yang seperti itu, jiwa Can Sa Jie berada ditangan orang.

   Yang mana yang lebih penting? Keselamatan Tay-pa-san atau jiwa Can Sa Jie? Membiarkan orang-orang golongan Kalong membasmi anak buah Tay-pa-san? Berarti berpeluk tangan kepada kejahatan.

   Turun tangan untuk mencegah terjadinya drama pembunuhan itu, berarti mengorbankan jiwa Can Sa-jie.

   Jiwa banyak orang harus ditukar dengan jiwa Can Sa Jie.

   Tetapi tegakah membiarkan Can Sa Jie menjadi sesajen pengorbanan? Disaat Kim Hong masih berada didalam situasi kebimbangan, tiba-tiba terdengar suara Can-sa sian bergema.

   "Kim Hong, kerjakan saja menurut kehendak hatimu. Aku rela mengorbankan seorang murid."

   Kim Hong tidak mempunyai itu kekuatan hati, ia masih berdiam membeku.

   Can-sa-sian berdehem dingin, kakinya terangkat melewati diatas kepala, ia menyeruduk kearah jago berambut merah itu.

   Kim Hong yang menyaksikan kenekatan Can-sa-sian segera berteriak.

   "Can-sa-sian Cianpwe, jangan!"

   Tapi Jooss tidak menganggap kedatangannya Can Sasian sebagai jago silat lihai, ia tertawa geli, tangannya di kebawahkan sedikit, menyodok bagian perut Can-sa-sian, Can-sa Sian mengerahkan semua kekuatan pada tangan, memuKul jago berambut merah itu.

   "Pergi!"

   Terdengar bentakan Joos?.

   Betul-betul saja tubuh Can-Sa-sian menurut perintah tersebut, terpental jauh kebelakang.

   'Bleuk,' Can ca-sian jatuh numprah ditanah.

   Sebagai salah satu dari tiga orang tokoh ajaib, Cui,Sian dan Po, Can-sa-sian menganggap dirinya tanpa tandingan, tapi berhadapan dengan Jooss seolah-olah kuCing yang berhadapan dengan macan.

   Can Sa-sian menangis sedih, ia menengok kearah Kim Hong dan berkata.

   "Kim Hong, tengoklah dibawah, karena untuk membela jiwa seorang Can Sa Jie, kau mengorbankan lebih banyak orang lagi. Tokh penjara tidak dipertahankan. Itu waktu Can Sa Jie pun akan mati juga."

   Kim Hong melongok kearah bawah, perubahan telah terjadi.

   Anak buah golongan kalong yang dibantu jago-jago Tay-wan-kok semakin merajalela membunuh dan membakar, kemajuan mereka tidak bisa dibendung.

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Masih terdengar lagi suara boom Pek-lek-tan, api mengganas.

   Menengok kearah sang suhu dan sang subo, It-hu Sianseng dan Thian-san Soat Po-po bukan tandingan Hamid, didalam belasan jurus lagi kedua jago ajaib itupun akan jatuh terjungkal dibawah jago Tay-wan-kok.

   Akhirnya Kim Hong mengambil putusan, ia berkata.

   "Baiklah. Can-sa-sian Cianpwe, tolong kau bantu suhuku, serahkan kakek rambut merah yang satu ini kepadaku."

   Sesudah itu, ia mendekati kearah Jooss.

   Can-sa-sian berlompat girang, ia membantu Thian-san Soat Po-po dan It-hu Sianseng.

   dengan tiga kekuatan lawan satu, bertahan terhadap serangan-serangan Hamid.

   Tentu saja, Hamid kewalahan dan kerepotan.

   Perlahan-lahan, Kim Hong mendekati Jooss, dengan menahan rasa sedih yang tidak kepalang ia berkata;

   "Saudara Can Sa Jie, terpaksa aku harus melakukan tugas ini. Tenangkanlah hatimu; kalau ia berani menyentuh sedikit rambutmu, aku akan menCincang kepalanya untuk disembahyangkan arwahmu,"

   Kim Hong maju dua langkah. Jooss terpaksa mundar tiga langkah, Segera ia membentak.

   "Berhenti! Setapak lagi kau maju kedepan akan kuhancurkan batok kepalanya."

   Jiwa Can Sa Jie Sedang menjadi barang pertaruhan! Disaat ini, tiba-tiba terdengar satu suara yang nyaring berteriak.

   "Kim Hong koko, serahkan kepadaku!"

   Disana melayang sesuata bayangan putih, itulah bayangan Leng Bie Sian! Leng Bie Sian bukan datang seorang, ia menjinjing sebuaah tubuh berambut merah, dia adalah murid Hamid yang bernama Brey! Ternyata Brey jatuh kedasar jurang, Wajah pucat pasi, ia sudah terkena jarum Bwee-hoa-ciam dari raja akherat keenam Liok-giam-ong, dan Leng Bie Sian turut serta, ditotoknya jalan darah Brey, dan dibawanya kesini.

   Jooss sedang mengancam ubun-ubun Can Sa Jie.

   Dan Leng Bie Sian juga menghampirinya meletakkan tangan kepada kepala Brey, menghadapi Jooss dan berkata.

   "Hayo! Kita sama-sama mengorbankan seorang!"

   Dan sesudah itu, Leng Bie Sian menoleh kearah Kim Hong dan berkata.

   "Situasi disini serahkan kepadaku! Lekas bantu mereka dibawah lembah!"

   Datangnya Leng Bie Sian sangat menggirangkan Kim Hong, Can Sa Jie jatuh kedalam tangan musuh, tapi seorang jago Tay-wan-kok yang bernama Brey juga jatuh kedalam tangan mereka situasi menjadi seimbang, Kim Hong mengerti, menyerahkan penandingan Jooss dengan Leng Bie Sian, ia meninggalkannya menuju kebawah lembah, disana tenaganya masih sangat dibutuhkan.

   Didalam sekejap mata, pedang Kim Hong mengganas, siapa saja yang berani menentang pasti menjadi korban pedang Tay-pek-kiam.

   Terdengar jeritan-jeritan dari anak buah golongan Kalong, mereka adalah makanan-makanan Kim Hong yang sangat empuk.

   Didalam sekejap mata, Kim Hong bisa menyatukan diri dengan sembilan raja akherat, mereka sedang mengepung ketua golongan Kalong Jie Hiong Hu, Kuat, Alwi dan Dokucan.

   Kim Hong berlompat-lompatan diantara tebing-tebing gunung Tay-pa-san, dia memukul jatuh setiap anggota golongan Kalong yang berusaha merambat naik.

   Ini waktu, sembilan raja akherat sedang mengurung Jie Hiong Hu, Kuat, Sulek, Alwi dan kawan-kawan.

   Dilain fihak, Ouw-yang Po-kui dan kawan-kawan sedang bertempur acak-acakan dengan ketua dua belas partay besar.

   Jalannya pertempuran tidak teratur, tebing-tebing dengan banyak batu cadas membuat mereka tidak bebas bergerak.

   Dibawah, api menggolak makin hebat.

   Suara-suara pertempuran menggema diseluruh penjara Tay-pa-san.

   Kim Hong menghampiri Ouw-yang Po-kui, ia membentak.

   "Wanita buruk, apa kau tidak kasihan kepada orangorangmu?"

   Mengetahui boom berapi tidak berhasil menahan kedatangan Kim Hong, meninggalkan Tie-kong Taysu, Ouw-yang Po-kui melarikan diri! Kim Hong tidak membiarkan wanita jahat ini mengganas terus, pedangnya meluncur, terlepas dari tangan, terdengar jeritan Ouw-yang Po-kui, tubuh wanita itu terbelah menjadi dua bagian.

   Isinya berceceran! Dan pedang Tay-pek-kiam sudah membalik ketangan Kim Hong kembali.

   Menghadapi kearah rombongan golongan Kalong, Kim Hong berteriak.

   "Hayo! Siapa lagi yang berani!"

   Jumlah anggota golongan KalOng, jauh lebih besar dari pertahanan Tay-pa-san, karena itu mereka masih mengurung. Suatu ketika, terdengar suara Jie Hiong Hu berteriak.

   "Hei! Siapa yang bisa membunuh mati Kim Hong, aku menaikkan kedudukannya menjadi Tongcu!"

   Kedudukan Tongcu didalam anggota golongan Kalong mempunyai kedudukan baik, maka tiga boom berapi melayang kearah Kim Hong, Kim Hong marah besar, yang penting harus menangkap Jie Hiong Hu, itu waktu Jie Hiong Hu sedang terkurung oleh beberapa Raja Akherat, dan sesudah mengelakkan datangnya boom berapi, Kim Hong melejit kesana.

   "Kalian mundur! Serahkan orang ini kepadaku!"

   Jie Hiong Hu telah menyaksikan betapa gagah Kim Hong membunuh Mobilson, betapa hebat Kim Hong menandingi Jooss, dia sudah bukan tandingan Kim Hong, apalagi dalam kemarahan seperti itu, ia harus mengelakkannya sebelum meluncurkan kaki, ia melempar Kiu-yu-pek-ku-ciang.

   Kim Hong sudah bertekad untuk melenyapkan si manusia banci dari permukaan dunia, setiap serangannya tidak mengenal ampun.

   Keadaan Jie Hiong Hu sudah begitu mengenaskan, anak buahnya morat marit, dirinya yang digencar oleh pedang Tay-pek-kiam, mengelak tiga kali, jidatnya sudah penuh dengan keringat dingin, mengelakkan lagi tiga kali serangan, rambutnya sudah terpapas sebagian, dan yang terakhir ia tidak bisa mengelakkan lagi.

   terdengar lengkingan panjang, sebelah tangannya terpupus-putus, ia jatuh ngusruk ditanah.

   Disaat Kim Hong hendak menamatkan jiwa Jie Hiong Hu, tiba-tiba ada satu bayangan yang menyelak masuk langsung menerjang kearah Jie Hiong Hu, gerakan bayangan itu tidak bisa dilihat jelas, ia sudah menyeruduk Si manusia banci itu.

   Terdengar suara jeritan panjang Jie Hiong Hu, hatinya tercongkel keluar.

   Sebelum kematian Jie Hiong Hu, tangan Jie Hiong Hu mengepruk kearah bayangan itu, terdengar jeritan ngeri yang lain, si bayangan hitam itu telah remuk kepalanya.

   Dua orang menjadi korban sekaligus.

   Kejadian itu terjadi dalam waktu dua kedipan mata, Disaat Kim Hong bisa melihat jelas disana telah menggeletak dua mayat.

   satu adalah mayat Jie Hiong Hu, yang terkorek ulu hatinya dan yang lain adalah mayat Kha Gee San.

   Ditangan Kha Gee San masih tercekal hati Jie Hiong Hu, ia menyerobot dan memecah dada Jie Hiong Hu dan mengambil hatinya.

   Karena sudah siap berkorban, kepala Kha Gee San dihancur luluhkan oleh pukulan Jie Hiong Hu.

   Disaat Kim Hong masih berada didalam keadaan bingung, terdengar lain bayangan menyusul.

   Pa Cap Nio menangis menggerung-gerung, dia menubruk mayat suaminya.

   Mayat Kha Gee San bertumpukan dengan mayat Jie HiOng Hu, tiba-tiba saja pa Cap NiO mengerutuk gigi, kedua tangannya diangkat, 'crep....crett.....' dengan kesepuluh jari ia mencakari mayat Jie Hiong Hu berlubanglubang, darah bersemburan, berlepotan membuat suasana itu menjadi sangat seram.

   Sesudah puas menyayat-nyayat mayat Jie Hiong Hu, tiba-tiba Pa Cap Nio merangkul mayat suaminya, kepalanya dibenturkan dibatu dan satu korban lagi terjadi! Pa Cap Nio mengorbankan diri, ia juga mati bunuh diri.

   Mati disamping mayat suaminya.

   Disaat Kim Hong hendak berikan bantuan kepada orangorangnya, tiba-tiba dua bayangan meluncur datang, kedua bayangan itu adalah Hamid dan Jooss.

   "Hahahaaa....."

   Hamid tertawa berkakakan.

   "Bocah Kim Hong, gurumu sudah kupukul mati. Kau masih belum mau menyerah?!"

   Hati Kim Hong tercekat, kepalanya seperti terpukul oleh benda berat, oleng sebentar, hampir saja ia jatuh pingsan.

   Tidak mungkin suhu bertiga bisa dikalahkan, tokh, kenyataan sudah berada di depannya, kalau saja belum berhasil membunuh It-hu Sianseng, Thian San Soat Po-po dan Can Sa-jie bagimana kedua kakek berambut merah ini bisa berada disini? Keadaan Kim Hong menjadi kalut, ia mengeluarkan suara lengkingan panjang, pedang Tay-pek-kiam diayun, bagaikan kerbau gila menerjang kearah Hamid.

   Hamid melirik Jooss, masing-masing dari kanan dan kiri, menggempur Kim Hong ditengah.

   Ilmu kepandaian Hamid hanya berada dibawah Kim Hong, begitu juga ilmu kepandaian Jooss.

   Kalau satu lawan satu, mungkin Kim Hong bisa memenangkan mereka.

   tapi dua lawan satu, didalam pikiran kalut, keadaan Kim Hong terdesak.

   Masih untung, Hamid dan Jooss takut kepada ketajamannya pedang Tay-pek-kiam.

   mereka tidak berani berlaku nekad mendekati Kim Hong.

   Pertarungan masih berjalan seimbang.

   Kim Hong melupakan kepada keselamatan jiwanya sendiri, ia menyerang dengan membabi buta.

   Ilmu Tay-yang-sin-kang dari kedua jago Tay-wan-kok itu membuat suasana menjadi panas, bagai api bara.

   Dibawah lembah, udara memerah, api masih membakar apa yang ada.

   Belasan jurus kemudian, pukulan Hamid mengenai pundak Kim Hong.

   Tangan jago muda ini hampir lemas, sulit mengangkatnya lagi.

   "Hahahahahaa...,,"

   Hamid tertawa.

   "Nah! Terima lagi seranganku."

   Kim Hong berjumpalitan, 'plok,' pinggangnya terpukul lagi. Ia terhuyung-huyung hampir jatuh ngeloso. Jooss membarengi gerakan sang kawan, ia menendangkan kaki dan berkata.

   "Nah! Pergi bersama-sama suhumu!"

   Serangan ini memang sulit dielakkan, Kim Hong tidak mungkin bisa menghindari serangan maut. Lompat kebelakang atau kekiri, berarti ketempat Hamid, ia tidak berdaya. Tiba-tiba satu bayangan menubruk masuk.

   "Bleduk,"

   Bayangan itu tertendang oleh kekuatan Joos, melayang jatuh kedasar jurang, terbakar api yang bernyala-nyala.

   Itulah raja akherat Tay-giam Ong.

   untuk membela keselamatan tuan mudanya, dia mengorbankan diri.

   Tubuh Tay-giam-ong ditelan oleh lautan api.

   Kim Hong meletik bangun, ia lebih panas karena kematian Tay-giam-ong, matanya dipelototkan besar-besar, pedang terayun, menusuk kearah Hamid.

   Hamid mengelakkan serangan itu, dan di saat ini, Joos menendang lagi.

   Kim Hong sudah hampir menjadi orang setengah gila, tidak memperdulikan datangnya serangan itu, ia siap mengorbankan diri untuk mati bersama.

   Hamid dan Jooss terkejut, masing-masing tidak berani menempur secara dekat.

   Mereka menjauhi si bocah yang sudah kalap.

   Hal ini menguntungkan Kim Hong, ia menyedot napas dua kali, mempercepat peredaran jalan darah.

   Disaat Jooss menyerang Kim Hong tadi Tay-giam-ong telah mengirim satu pukulan, pukulan mengenai Joos, Hal mana membuat sedikit gangguan baginya.

   Belasan jurus lagi dilewatkan, keadaan Kim Hong semakin berbahaya, Dipihak lain, empat raja akherat sedang menempur Kuat bersama Dokucan, Kecuali Tay-giam-ong yang sudah mengorbankan diri masih ada raja-raja akherat lainnya, mereka ditantang oleh Touw Kui Hui dan Liu Kui Hui.

   Dan orang-orang golongan Kalong menyerbu kembali.

   Dari puncak tebing meluncur satu bayangan putih, tidak hentinya bayangan itu berteriak-teriak.

   "Kim Hong koko..... Kim Hong koko.....dimana kau berada?"

   Itulah suara Leng Bie Sian! Hati Kim Hong menjadi besar kembali, segera ia berteriak.

   "Bie Sian, aku disini!"

   Secepat itu Leng Bie Sian menerjang, dan ia berhasil menolong keadaan Kim Hong yang terjepit. Kini dua lawan dua! Jooss menderita sedikit luka hal itu membuat keseimbangan terjadi. Sambil menempur Hamid, Leng Bie Sian berkata kepada Kim Hong.

   "Kim Hong koko, legakan hatimu, sebentar lagi ibumu pun tiba!"

   Dan Jooss menempur Leng Bie Sian.

   Kim Hong menempur Hamid.

   Walau ia sudah luka di beberapa tempat, hanya menghadapi seorang Tay-wan-kok, keadaan Kim Hong masih jauh berada diatas angin.

   Sambil menempur ia masih sempat membuka mulut, bertanya kearah Leng Bie Sian.

   "Leng Bie Sian, bagaimana keadaan suhuku sekalian?"

   "Mereka menderita luka parah,"

   Berkata Leng Bie Sian.

   "Aku sudah menolong mereka memberi pengobatan yang secukupnya. Legakan hatimu, mereka tak akan terjadi sesuatu apa."

   Di saat ini, Jooss menyerang terus menerus, membuat Leng Bie Sian kerepotan. Hati Kim Hong semakin lega, ia menghujani Hamid dengan serangan-serangan, dan sesudah itu ia bertanya lagi.

   "Bagaimana keadaan saudara Can Sa-jie?"

   "Dia juga berada di atas tebing,"

   Berkata Leng Bie Sian.

   "Aaa......!"

   Karena harus menjawab pertanyaan-pertanyaan Kim Hong, pada suatu saat Leng Bie Sian menjadi lengah, Jooss bukan jago biasa, dan berhasil memukul murid rumah penjara Tay-pa San itu.

   Jooss berlaku cepat, tangannya diulurkan ia memegang pergelangan tangan Leng Bie Sian menotoknya dan berhasil meringkus Leng Bie Sian.

   "Kim Hong!"

   Berteriak Jooss.

   "Hentikan pertempuran!"

   Kim Hong sedang mendesak Hamid, menyaksikan keadaan itu ia jadi terkejut.

   Hendak menolong, tapi terlambat! Tiba-tiba.....! Beberapa suara lengkingan panjang, membelah angkasa, suara itu datangnya cepat, tiga bayangan meluncur turun.

   Hanya satu titik kecil, kemudian besar, dan itulah bayangan-bayangan dari jago-jago rumah penjara Bu-san.

   Tiga bayangan lagi merandengi bayangan yang terdepan, jelaslah mereka enam orang.

   Ke-enam orang itu adalah penguasa rumah penjara Tay-pa-san Suma Siu Khim, penguasa rumah penjara Bu San Kim Hoong, Kongsun Bwee Kun yang mensucikan diri dan mengganti nama menjadi Pan-su Lonnie, kakek geladangan Kiat Hian yang sudah mencukur rambut menjadi Hweeshio dengan gelar Beng-khong taysu, pengemis sakti Lu Bong Kong dan sikakak Ie-oe Pek Hong Teng.

   Rombongan itu segera turun ketebing-tebing Tay-pa-san.

   
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kim Hong berteriak girang.

   "Ibu, lekas datang kesini. Mereka menawan Leng Bie Sian sumoy."

   Pan-su Lonnie menggerakkan tangan, mengajak Bengkhong Taysu, sipengemis sakti Lu Bong Kong, dan kakek Ie-oe menerjang Hamid.

   Suma Siu Khim dan Kim Hoong mengurung Jooss ditengah-tengah.

   Giliran keadaan Jooss yang terjepit, menghadapi dua penguasa rumah penjara dikanan dan dikiri.

   Wajahnya berubah, mengangkat tubuh Leng Bie Sian tinggi-tinggi ia membentak.

   kepada mereka;

   "Semua berhenti, Kalau tidak mendengar perintahku ini, maka aku akan melemparnya kelautan api."

   Jooss siap melempar Leng Bie Sian kedalam dasar jurang, dimana api masih berkobar-kobar menyala dan merambat terus. Suma Siu Khim tidak kena digertak, tetap berjalan maju dan berkata dingin.

   "Lemparkan sajalah ! Kalau kau berani menanggung resikonya."

   "Kau inikah yang menjadi penguasa rumah penjara Taypa- san?"

   Suma Siu Khim menganggukan kepala berkata.

   "Ya mau apa?"

   Jooss berkata;

   "Kedatanganku kedaerah Tinggoan hendak meminta sedikit pelajaranmu. Menjajal sampai dimana ilmu kepandaian rumah penjara yang terhebat. Sayang.....sayang,.......keadaan telah berubah."

   "Apa yang harus disayangkan."

   Berkata Suma Siu Khim.

   "Lepas dahulu muridku itu. Mari kita bertarung secara adil, kalau sampai kau bisa melayaniku seratus jurus, segala terserah kepadamu!". Jooss memandang kearah Hamid dan kawan-kawan, keadaan itu telah berbalik cepat dengan kedatangannya sikakek gelandangan dan sipengemis sakti Lu Bong Kong dan kawan-kawan keadaan gologan Kalong telah kucarkacir lagi. Mengetahui situasi yang tidak menguntungkan dirinya, Jooss menoleh kearah Suma Siu Khim dan berkata.

   "Betul?"

   "Aku mewakili semua orang yang berada didaerah Tionggoan, memberi janji kepadamu, kalau saja kau bisa melayaniku sampai seratus jurus. Aku akan membebaskan kalian,"

   "Baik."

   Berkata Jooss, ia meletakan Leng Bie Sian. Menggapaikan tangan dan berkata.

   "Mari ! Hm kita bertanding secara adil."

   Ini waktu, bantuan dari gunung Bu-san telah tiba, orangorang berseragam putih itu telah mengurung semua golongan Kalong, pertarungan telah terhenti, golongan Kalong menyerah ! Sesudah melepaskan Leng Bie Sian, Joos meninggalkan orang-orang itu.

   Merambat naik keatas tebing.

   Gerakan Jooss disusul oleh gerakan Suma Siu Khim, penguasa rumah penjara Tay-pa-san menyasul untuk bertanding secara adil.

   Sebentar kemudian, bayangan kedua jago itu sudah lenyap diatas tebing tinggi.

   Kim Hong menubruk Leng Bie Sian.

   memeriksa lukanya, hanya beberapa totokan itu tentu tidak menyulitkan jago muda yang sakti draguna.

   Ia memberi kebebasan.

   Penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hooag memperhatikan gerak gerik sang putra, ia boleh menjadi bangga karena menghasilkan seorang anak yang gagah perkasa.

   Sesudah membangunkan Leng Bie Sian, Kim Hong menoleh kearah Kim Hoong dengan heran ia bertanya.

   "Eh, Oey Ceng cianpwe, kau sudah menjadi orang tawanan rumah penjara Bu-san. Bagaimana bisa membebaskan diri?"

   Kim Hoong tersenyum-senyum. ia tidak menjawab pertanyaan anak muda itu.

   "Oey Ceng cianpwe......"

   Panggil lagi Kim Hong. Tentu saja, Kim Hong tidak tahu kalau ia sedang berhadapan dengan ayah kandungnya. Kim Hoong menowel janggut anak muda itu, dengan tertawa ia berkata.

   "Kau masih betul-betul belum tahu, atau hendak mengolok-olok bapakmu?"

   "Apa?!!!"

   Kim Hong terbelalak kaget.

   "Ha-ha-ha-ha....."

   Penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hooog tertawa.

   "Nanti saja kita bicara."

   Sesudah itu, Kim Hoong meninggalkan Kim Hong. Kim Hong menggoyang-goyangkan tubuh Leng Bie Sian, ia memanggil-manggil.

   "Bie Sian, Bie Sian, kau masih belum ingat orang?"

   Perlahan-lahan Leng Bie Sian membuka mata, dengan nakal ia tertawa kecil. katanya.

   "Tolol! Mengapa memanggil ayah sendiri menjadi Oey Cianpwe?"

   "Aahh......"

   Kim Hong terkejut.

   "Dia itukah ayahku?"

   "Siapa lagi?"

   Bertanya Leng Bie Sian tertawa cekikikan.

   "Itulah Tamu Tidak Diundang Dari Luar Daerah alias penguasa rumah penjara Bu-san, alias Kim Hoong, itulah ayah kandungmu!"

   "Aaaaahhh......."

   Kim Hong melompongkan mulut. Sekarang, giliran Leng Bie Sian yang memeriksa lukaluka Kim Hong. Si pemuda menderita luka dibeberapa tempat, dibalutnya dengan teliti. Disaat ini, dari jauh terdengar satu suara lengkingan panjang.

   "Kim Hong koko, mengapa diam disitu saja? Lekas bantu kita."

   Itulah suara Thian-san-soat-lie-ang Yo In-jie.

   Ternyata, beberapa anggota golongan Kalong yang berkepala batu tidak mau menyerah begitu saja, mereka melarikan diri, kadang-kadang melempari dengan sisa-sisa boom berapi.

   Menggandeng tangan Leng Bie Sian Kim Kong berkata.

   "Mari! Mari kita membantu mereka."

   Kedatangan Kim Hong dan Leng Bie Sian bersamprokan dengan Kuat dan Dokacan dari daerah Tay-wan-kok, terjadi pertempuran baru! Sebentar saja, orang itu sudah berhasil dibereskan ! Kim Hong memandang kearah Yo In-jie dan bertanya heran.

   "Hei, bukankah kau sudah menjadi biarawati ?"

   Wajah Yo In-jie menjadi merah, meleletkan lidah dan berkata.

   "Sebetulnya begitu, tapi Pan-su Lonnie itu tidak mau menerima aku."

   Seorang lagi menghadap mereka, itulah Phiauw Peng Khiam-khek Bok Siu.

   "Eh, Saudara Bok Siu!"

   Berkata Kim Hong.

   "Saudara Bok Siu,"

   Mengoreksi kata-kata kesalahan Kim Hong, sigadis tertawa. Disaat ini, penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong datang kembali, kepada anak-anak muda itu ia berkata.

   "Hei, mari kita menontOn pertandingan di-atas tebing. Anak-anak, mari kita saksikan, bagaimana ilmu kepandaian ibumu."

   Demikian, dengan mengajak orang-orang itu, penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong menaiki tebing. Kim Hong, Yo In-jie. Piauw-peng Kiam-khek Bok Siu dan Leng Bie Sian berjalan dibelakang.

   "Eh. mereka mengatakan kau adalah ayahku. Apa betul?"

   Suatu ketika Kim Hong merendengi Kim Hoong dan bertanya. Penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong berkata.

   "Tentu saja betul. Tapi kalau kau tidak mau memanggil ayah, aku juga tidak memaksa. Aku kurang kewajiban."

   Kim Hong mengucurkan air mata, dengan getaran jiwa ia memegang tangan ayah itu, katanya tenang.

   "Ayah, kukira kesalahan-kesalahan sudah harus dikesampingkan. Kau tidak akan meninggalkan ibu lagi, bukan?"

   Mata Kim Hoong juga berkaca-kaca, ia berkata.

   "Tentu Saja tidak. Keeuali ibumu tidak membutuhkan diriku."

   Bergandengan tangan, ayah dan anak yang mempunyai nama hampir sama itu berada diatas tebing.

   Disana ia kehilangan jejak Suma Siu Khim, juga kehilangan juara Tay-wan-kok Joos! Penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong menggerakkan tenaga dalam dan memanggil.

   "Siu Kkim.... Siu Khim....."

   Suara itu berkumandang dibeberapa lie, tiga empat penjuru, tapi tidak terdengar suara balasan Suma Siu Khim. Hati Kim Hong juga mulai kebat-kebit. Penguasa rumah penjara Busan Kim Hoong mengulang suara panggilannya.

   "Siu Khim.... Siu Khim...."

   Dimana pertempuran dilangsungkan? Kim Hong memandang sang ayah, memandang ketiga gadis, dan merekapun menantikan dengan hati penuh khawatir. Kim Hoong berkerut alis dan bergumam.

   "Eh, kemana kepergian mereka?"

   Kim Hong memeriksa daerah itu, tampak adanya bekas pertempuran. Memandang kearah sang ayah, dan Kim Hong bertanya.

   "Ayah, bagaimana kedatangan kalian tadi?"

   Kim Hoong berkata.

   "Biasa saja. Tidak ada terjadi sesuatu yang aneh."

   Lima orang itu berpencaran, Kim Hoong.

   Kim Hong, Leng Bie Sian, Phiauw-peng Kiam-khekk Bok Siu dan Yo In-jie mencari jejak penguasa rumah penjara Tay-pa-san, Suma Siu Khim dan jago Tay-wan-kok Jooss.

   Tiba-tiba terdengar suara teriakan Kim Hong.

   ' "Ayah......

   lihat!"

   Penguasa rumah penjara Bu-san Khim Hoong lompat menghampiri sang putera, tampak olehnya sesosok mayat disana.

   Itulah jenasah Jooss yang sudah mati! Tidak lama, Phiauw-peng Kiam Khek Bok Siu, Leng Bie Sian dan Yo In-jie juga kembali.

   Mereka hanya bisa menemukan mayat Jooss.

   Tapi tidak berhasil menemukan Suma Siu Khim! Ternyata, pertempuran sudah selesai.

   Suma Siu Khim berhasil menamatkan riWayat hidup Jooss! "Eh,"

   Kim Hong berkata.

   "Ibu sudah menghukum mati orang ini. seharusnya berkumpul dengan kita. Tapi kemana kepergiannya?"

   Kemana pula kepergian Suma Siu Khim? Mereka berembuk kembali, dan Kim Hoong berkata kepada keempat anak muda itu;

   "Mari kita berpencar lagi, aku akan memeriksa disini, kalian periksalah didalam rumah penjara, nanti kita berkumpul kembali, kalau ada berita, beritahu."

   Tubuh penguasa rumah penjara Bu-san bergerak meninggalkan keempat anak muda itu.

   Menceritakan perjalanan Kim Hong, ia bertekad untuk melihat rumah penjara, berlompat-lompatan dan masuk kejendela berhati ayam, didalam rumah penjara ini ia memeriksa.

   Tidak ada orang menghampiri kamar ibunya, inilah penguasa rumah penjara rimba persilatan Tay-pa-san yang pernah menggegerkan dunia Kang-ouw, disini Suma Siu Khim pernah melepaskan perintah-perintah, disinilah Kim Hong menemukan ibunya.

   Ruangan itu masih teratur rapi, tiada tanda-tanda, satu bukti sang ibu belum kembali.

   Berturut-turut, kamar demi kamar Kim Hong membuat pemeriksaan, hatinya dak-dik-duk.

   Teringat keterangan Leng Bie Sian yang mengatakan kalau sang suhu dan sang subo itu sudah menderita luka, tentu mereka sudah ditolong didalam rumah penjara.

   Kim Hong mencari di kamar-kamar sepuluh raja akherat.

   Melewati lorong-lorong panjang di dalam rumah penjara Tay-pa-san, tiada hentinya Kim Hong memanggil.

   "Ibu!.....Ibu......"

   Demikian Kim Hong menjelajahi seluruh kamar rumah penjara Tay-pa-san.

   Pada ruangan terakhir, Kim Hong menemukan Suma Siu Khim, disana ia sedang mengobati It-hu Sianseng, Thian San Soat Po-po dan Can Sa Sian.

   Rasa girang Kim Hong tak kepalang! Disaat ini, Suma Siu Khim duduk bersila, sebelah tangannya di tempelkan pada punggung It-hu Sianseng, lain tangannya ditempelkan pada Thian San Soat Po-po.

   Inilah cara pengobatan tradisi kuno, cara-cara penyembuhan dengan mengerahkan tenaga murni yang disalurkan dan melancarkan peredaran jalan darah! Tentu saja, ketiga tokoh ajaib It-hu Sianseng, Thian-san Soat Po-po dan Can-sa-sian terkena ilmu pukulan Tay-yang Sin-kang dari daerah Tay-wan-kok.

   Wajah mereka pucat pasi.

   Hanya Suma Siu Khim yang bisa menyembuhkan lukaluka itu.

   Sebentar kemudian, wajah It-hu Sianseng dan Thian-san Soat Po-po yang tadinya pucat itu memerah kembali.

   Suma Siu Khim meneruskan usahanya, saluran-saluran tenaga murni menambah kekuatan dua jago silat yang terluka.

   Kim Hong tidak mau berpeluk tangan, ia membantu usaha sang ibu, dan menyembuhkan Can Sa-sian.

   DISAAT Suma Siu Khim selesai menyembuhkan Thiansan Soat Po-po dan It-hu Sianseng.

   Kim Hong juga selesai menyembuhkan Can-sa-sian.

   Mereka sama-sama bangkit berdiri.

   suatu bukti kalau latihan tenaga dalam Kim Hong tidak berada di bawah ibunya.

   Can-sa-sian tertawa berkakakan, ia berkata.

   "Kim Hong, ilmu kepandaianmu hebat sekali, hm! Kalau begini gelagatnya, kita yang sudah tua ini harus mengundurkan diri."

   Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   It-hu Sianseng dan Thian-San Soat Po-po saling pandang, mereka melirik ke arah Suma Siu Khim dan bertanya ;

   "Hei, kau inikah yang menjadi penguasa rumah penjara rimba persilatan?"

   Suma Siu Khim memberi hormat dan berkata.

   "Namaku Suma Siu Khim."

   Thian-San Soat Po-po berteriak.

   "Siapa yang menjadi penguasa rumah penjara rimba persilatan!"

   Suma Siu Khim menundukkan kepala, ia berkata rendah.

   "PenguaSa rumah penjara rimba persilatan sudah mati."

   Thian San Soat Po-po masih tidak mau mengerti, mulutnya terentang lagi, disaat ini It-hu Sianseng mengelus jenggot dan berkata.

   "Nenek tua, sudahlah. Kulihat kata-kata saudara Can Sasian memang tepat, Sudah waktunya kita mengundurkan diri."

   Ia bisa menduga asal-usul Suma Siu Khim. Thian-San Soat Po-po tertegun, kemudian ia sadar. Memperhatikan Suma Siu Khim keatas dan kebawah, memuji dan berkata.

   "Hm.....umurmu masih muda. Tapi ilmu kepandaianmu hebat sekali. Tidak kusangka iblis betina yang ugal-ugalan itu adalah masih berumur begini muda."

   Thian-san Soat Po-po tidak pandai berbicara, ia mencetuskan apa yang hendak dikatakan didepan orang yang bersangkutan.

   Sifat-sifat Suma Siu Khim sudah berubah ia menundukkan kepala.

   Kalau saja dahulu mendapat katakata yang seperti itu, celakalah Thian-san Soat Po-po.

   Lain dahulu lain sekarang.

   Sesudah berhasil menemukan suaminya, sesudah Kim Hong muncul dari dasar telaga Tay-pek-tie.

   Keluarga mereka berkumpul.

   Turut merobah pula sifat-sifat Suma Siu Khim.

   Ia bisa menguasai darah tingginya.

   Kim Hong menarik tangan sang ibu dan berkata.

   "Ibu, ayah sedang ubek-ubekan mencari dirimu. Mari kita temui."

   Suma Siu Khim berkata.

   "Biarkan saja! Dahulu, akupun pernah dibuat seperti itu."

   Demikianlah, Thian-san Soat Po-po, It-hu Sianseng, Can-sa-sian, Suma Siu Khim, dan Kim Hong meninggalkan ruangan itu.

   Disaat berada diruangan besar dari rumah penjara, tampak Yo In-jie menenteng batok kepala Hamid berlompat masuk.

   Dibelakang Yo In-jie, turut juga Leng Bie Sian dan PhiauW-peng Kiam-khek Bok Siu, Menjinjing batok kepala orang berambut merah itu, Yo In-jie berteriak.

   "Bibi, lihat! Apa yang kubawa? Inilah batok kepala Hamid."

   Suma Siu Khim berkerut alis, ia membentak;

   "Lekas buang! Siapa yang membunuhnya?"

   Yo In-jie terkejut, cepat-cepat melempar batok kepala Hamid. Disaat ini Leng Bie Sian berkata.

   "Orang yang menjatuhkan Hamid adalah Pan-su Lonnie dan Beng-khong taysu. Tetapi orang yang membacok kepala Hamid adalah seorang saudara dari golongan pengemis."

   Suma Siu Khim bertanya.

   "Bagaimana dengan musuhmusuh lain?"

   Leng Bie Sian menjawab' "Semua sudah menyerah. Kita tidak mengganggu mereka."

   "Berapa kerugian di pihak kita?"

   Bertanya Suma Siu Khim lagi. Dengan menundukkan kepala bersedih, Leng Bie Sian menjawab.

   "Tay-giam-ong, Ngo-giam-ong, dan Cit-giam Ong dimakan api, mereka gugur secara gagah perkasa. Diantara orang-orang tawanan, dua puluh lebih yang mati, Diantaranya orang-orang yang kita bawa dari gunung Busan juga gugur tujuh orang....."

   Suma Siu Khim mengangguKkan kepala, mengadahkan kepala, memandang awan-awan yang berarak itu, kedua matanya menjadi basah.

   Lima hari kemudian.

   Penguasa rumah penjara Tay-pa-san, Suma Siu Khim dan penguasa rumah penjara Bu-san Kim Hoong mengulangi upacara perkawinan mereka.

   Para jago rimba persilatan termasuk orang-orang bekas tawanan rumah penjara Tay-pa-san memeriahkan upacara itu.

   Disaat yang sama, Kim Hong juga mengawini Leng Bie Sian dan Yo In-jie.

   T A M A T.

   

   


Pohon Kramat Karya Khu Lung Amanat Marga -- Khu Lung Pedang Inti Es Karya Okt

Cari Blog Ini