Ceritasilat Novel Online

Misteri Pulau Neraka 7


Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 7



Misteri Pulau Neraka Karya dari Gu Long

   

   Ternyata tak seorang manusiapun di antara mereka yang berani berkutik.

   Bagaimanapun juga nama besar Im Tionghok memang cukup berwibawa.

   Orang tahu bahwa pimpinan kaum Liok-lim dari selatan sungai besar ini memiliki kepandaian silat yang sangat tangguh.

   Selain daripada itu, merekapun cukup tahu sampai di manakah taraf kepandaian silat yang dimiliki Cay-cu mereka.

   Kalau Cay-cu mereka saja kena terbunuh hal ini membuktikan kalau kepandaian lawan masih jauh diatas kepandaian caycu mereka, lantas bagaimana kalau dibandingkan diri sendiri ? Seandainya ilmu silang mereka hebat, keadaan masih mendingan, tapi nyatanya untuk menjadi seorang Cay-cu saja tak mampu, apalagi melebihi kepandaian cay-cu mereka ? Lamkiong Cong mengerutkan dahinya rapat-rapat, dengan perasaan terkejut segera pikirnya .

   "Sialan amat kawanan kantong nasi itu !"

   Tatkala Im Tiong-hok menyaksikan kawan kawan liok-lim yang berkumpul di luar ruangan tiada yang maju, mendadak ia melompat bangun, kemudian angkat kepala dan tertawa berbahak-bahak, katanya sambil mengangkat cawan arak .

   "Siaute merasa gembira sekali gembira sekalikarena kalian mengetahui keadaan sendiri sendiri ! Hari ini merupakan hari pernikahan dari pimpinan kalian, kalau tidak sampai terjadi pertumpahan darah, hal ini memang jauh lebih baik, mari, mari ....

   Siaute akan menghormati secawan arak untuk kalian semua....."

   Selesai meneguk habis isi cawan tersebut dia mengalihkan kembali sorot matanya ke wajah Lamkiong ceng, kemudian melanjutkan .

   "Saudara Lamkiong kau sudah sepantasnya mulai membenahi anak buahmu, sebab belakanga ini orang orang Liok-lim dari utara sungai besar sudah kelewat banyak melakukan perbuatan perbuatan yang memaluan."

   Hawa amarah yang ditahan dan ditekan selama ini didalam dada Lamkiong Ceng, akhirnya meledak juga. Dia melolot besar lalu membentuk keras.

   "Im Tiong-hok! Aku orang she Lamkiong akan beradu jiwa denganmu!"

   "Oo.... Mau beradu kekerasan?"

   Seru Im Tiong-hok sambil tertawa hambar.

   Ketenangan orang sungguh mengagumkan, seakan gawatnya situasi sama sekali tidak mempengaruhi dirinya.

   Semakin dipikir Lamkiong Ceng merasa makin gusar.

   Gelak tertawanya juga makin lama semakin keras.

   "Saudara Lamkoing, jadi kau menginginkan siaute bersama segenap saudara dari tujuh propinsi di utara sama sama takluk dan menerima perintahmu ?"

   Dalam dusar dan mendongkolnya.

   Lamkiong Ceng hanya tahu mengumbar amarahnya saja, pada hakekatnya ia tidak memikirkan lebih jauh makna yang sesungguhnya dari perkataan lawan.

   Sambil melepaskan ubah penggantiannya yang berwarna merah, dia berseru lagi sambil tertawa seram.

   "Benar aku orang she Lamkiong ingin kau mendendarkan perkataanku ....!"

   Mendengar ucapan mana, Im-tiong-ho segera tertawa terbahak-bahak.

   Kemdian selesai tertawa dia menjura kepada semua jago yang hadir disana dan serunya dengan lantang .

   "Saudara sekalian, barusan kalian telah mendengar dan menyaksikan sendiri, Lamkiong congpiau pacu telah mengutarakan maksud hatinya.

   Dia menginginkan sahabat- sahabat Liok-lim dari tujuh propinsi di selatan pimpinanku menyatakan menyerah kepada-Nya...."

   "Suatu cara yang hebat!"

   Puji Oh Put Kui sambil tersenyum.

   "Jangan lupa dia murid siapa!"

   Sambng Siau Lojin tersenyum.

   Dalam pada itu, Im-tiong-hok sudah berkata lagi setelah berhenti sebenar.

   "Meskipun aku orang she Im tidak mempunyai jasa apa- apa, namun aku percaya, semenjak menjabat sebagai.

   Bengcu dari sahabat sahabat Liok-lim dari tujuh propinsi di selatan sungi besar, belum pernah satu kalipun kukalipun kulakukan perbuatan yang tidak setia kawan, tapi hari ini Lamkiong Ceng telah memaksakan niatnya untuk mengangkangi kedudukan orang serta menguasai para sahabat Liok-lim di selatan sungai besar, hal ini jelas merupakan suatu perbuatan yang terkutuk.

   Untuk membela diri, terpaksa aku orang she Im harus mempertaruhkan jiwa ragaku untuk bertarung sampai titik darah penghabisan dengan Lamkiong ceng!"

   Selesai berkata dia lantas melejit ketengah udara, kemudian bagiakan seekor burung walet melayang ketengah ruangan.

   Setelah memasang kuda-kuda, kembali ejeknya.

   "Saudara Lamiong, apakah kau tidak merasa bahwa bertarung dengan siaute hanya akan mengganggu waktumu untuk bermesraan dengan pengantin perempuan ?"

   Sudah menantang, mengejek lagi, betul-betul sebuah ucapan yang menusuk telak perasaan Lamkiong Ceng.

   Tak heran kalau Lamkiong Ceng menjadi naik darah, dengan mata melotot muka memerah dan wajah menyeringai, bentaknya keras-keras .

   "Kentut, kentut busuk ! Bajingan she Im, serahkan nyawa anjingnya itu ......"

   Langkah kirinya ditekuk, telapak tangan kanannya segera menydok kemuka melancarkan sebuah pukulan.

   "Engkoh Ceng...,"

   Jerit Leng-lin lin mendadak.

   Jangan dilihat Lamkiong Ceng memiliki perawakan badan yang tinggi besar, ternyata gerak geriknya cukup cekatan.

   Baru saja Leng-lin-lin berseru, dia sudah menarik kembali seranganya sambil melompat mundur.

   "Ada apa ? Kau tak usah mengurusi diriku!"

   Tegurnya dengan kening berkerut. "Engkoh Ceng, tidak dapatkah kau bersabar diri?"

   Bisik Leng-lin lin dengan wajah tersipu.

   "Apakah kau sudah lupa hari ini adalah ...."

   Bagaimanapun juga, memang sulit buat seorang gadis mengutarakan isi hatinya dihadapan beribu pasang mata orang.

   Sebab itu dia lantas menundukkan kepalanya rendah-rendah dan tak mampu melanjutkan lagi kata-katanya.

   Mungkin saja Lamkong Ceng tak sampai berpikir kesitu, karena Im Tiong-hok benar-benar sudah membuatnya amat marah sehingga pikirannya amat kalut.

   "Dia kelewat menghina orang, aku bertekat hendak beradu jiwa dengarnya...."

   Demikian dia berseru.

   "adik Lin, harap kau menyingkir dulu, sesuai pertarungan ini aku pasti akan meminta maaf kepadamu !"

   "Benar."

   Im Tiong-hok segera menyambung sambil tertawa.

   "memang sepantasnya minta maaf, Cuma menurut siaute, lebih baik saudara Lamkiong minta maaf sekarang saja, takutnya kalau nanti sudah tak ada kesempatan lagi,"

   Lamkiong Ceng yang sudah marah, semakin mencak mencak kegusaran sehabis mendengar perkataan itu, ucapan mana terlalu menghina dalam penilainnya seakan-akan dia sudah tiada harapan lagi untuk memetahankan hidupnya.

   "Im Tiong-hk, perkampungan Siu-ning-ceng adalah tempat untuk mengubur tulang belulangnya....!"

   Jeritnya mendekati kalap.

   Rupanya Lamkiong Ceng sudah bertekad berada jiwa, namun Im Tiong hok enggan untuk berbuat demikian.

   Meskipun dia tidak memberi ampun pada lawannya dengan ucapan-ucapan yang tak sedap di dalam kenyataan tidak begitu dengan hatinya.

   Sambil tersenyum dia menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya pelan .

   "Saudara Lamkiong, aku lihat saat ini masih belum sampai waktunya bagi kita untuk beradu jiwa."

   "Siapa bilang begitu ?"

   Tukas Lamkiong Ceng gusar.

   "pokoknya hari ini kalu kau tidak mampus, akulah yang binasa !"

   "Saudara Lamkiong,"

   Im Tiong-hok kembali tertawa seraya berkrut kening.

   "tampaknya pertarungan kita ini sudah tak bisa dihindari lagi...."

   "Sejak tadi kau sudah berada dalam sebuah sangkar yang kuat, kau anggap pertarugan ini masih bisa dihindari ? "Heeehhh....heeehhh.... heeehhh..... betul-betul omong kosong !"

   "Mungkin saja siaute benar-benar berada dalam sarang harimau,"

   Ujar Im Tiong-hok sambil tertawa hambar.

   "Tapi, kendatipun siaute sulit untuk meloloskan diri dari kematian seperti apa yang kau katakan, sebelumnya aku hendak menerangkandulu persoalan ini sampai jelas,"

   "Baiklah,"

   Lamkiong Ceng tertawa dingin. Im Tiang-hok tertawa katanya.

   "Soal mati hidup leih baik jangan kita bicarakan, sebaliknya soal kesempatan buat menang atau kalah ada baiknya dijadikan bahan taruhan, entah bagaimana menurut pendapat saudara Lamkiong ?"

   Kegemaran Lamkiong Ceng sepanjang hidupnya adalah "bertaruh,"

   Tak heran jika hawa amarahnya mereda separuh setelah mendengar soal peraturan tersebut.

   "Baik,"

   Katanya kemudian "saudara Im hendak mempertaruhkan soal apa?"

   Sekulum senyuman kembali menghiasi ujung bibirnya.

   Diam-diam Im Tiong-hok merasa terperanjat.

   Dia tak menduga musuhnya yang sudah hampir kalap tiba-tiba jadi sadar lagi setelah mendengar tentang pertarungan.

   "Aku tahu saudara Lamkiong adalah seorang jado yang sosial dan suka menolong sesamanya.

   Sedang siaute pun bukan seorang manusia yang mempunyai modal besar, oleh sebab itu bagaimana seandainya wilayah kekuasaan dari seorang Lik-lim bengcu yang kita jadikan barang taruhannya ?"

   Jelas sudah, peraturan tersebut bukan pertaruhan kecil- kecilan lagi namanya.

   Bayangan saja wilayah seluas tujuh propsi bukan suatu daerah yang kecil, berapa nilainya ? Mungkin tak seorang manusiapun yang bisa menghitungnya.

   Apalagi masih ditambah lagi dengan kedudukan sebagai seorang Liok-lin Bengcu yang menguasai seluruh wilayah daratan Tionggoan?"

   Kontan saja Lamkiong Ceng tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh.... haaaahhh..... suatu pertaruhan yang hebat, benar-benar suatu pertaruhan yang mantap, begitu baru mantap rasa hatiku !"

   "Jadi saudara Lamkiong setuju ?"

   Tanya Im Tiong-huk sambil tertawa pula.

   "Peratutan ini merupakansuaru pertaruan besar masa siaute tidak menyetujuinya ?"

   "Suatu ucapan yang tepat sekali ! Bag sadara Lamkiong, kalau toh kita telah setuju untuk bertaruh maka beberapa peraturan harus dibicarakan pula, menurut saudara Lamkiong, batasan batasan macam apakah yang wajib kita terapkan ?" 0000d0w0000

   "Aku pikir tak usah memakai peraturan atau batasan batasan lagi, pokoknya siapa yang berhasil merobohkan lawannya, dialah yang berhasil unggul, kata Lamkiong Ceng.

   "Lagi lagi suatu perkataan yang gagah sebetulnya siaute tak berani menampik Cuma aku pikir ucapanmu itu kurang seng dihati, siaute rasa sewajarnya kalau kita memuat berapa macam peraturan"

   "Peraturan yang bagaimana "Lamkiong Ceng tertegun.

   "Apakah...."

   "Siaute rasa, pertama kita harus mencari seseorang juri ! "Emmm, memang perlu,"

   "Kedua, kita harus membatasi berapa jurus serangan yang boleh kita perrunakan ?"

   "Berapa ?"

   "Berbicara menurut tingkat kedudukanmu, rasanya seratus juruspun sudah cukup!"

   "Berbicara menurut tingkat kedudukanmu, rasanya seratus juruspun sudah cukup!"

   "Baik, kalau begitu kita tetapkan dengan seratus jurus saja,"

   "Ketiga....."

   "Masih ada ketiga lagi "

   Teriak Lamkiong Ceng.

   "Ketiga, meang kalah hanya boleh diputuskan dengan saling menowel belaka."

   "Saling menowel?"

   Lamkiong Ceng berkerut kuning.

   "aku rasa, hal ini kurang cocok,"

   "Ooh, jadi saudara Lamkiong lebih suka suatu pertarngan beradu jiwa ?"

   "Tentu saja, toh keenam jiwa manusia itu tak boleh dikorbankan dengan begitu saja,"

   "Apakah saudara Lamkiong menganggap kau miliki keyakinan untuk menangkan pertarungan ini ?"

   Lamkiong Ceng segera angkat kepala dan memandang sekejap kearah Im Tiong-hok, mendadak hatinya merasa terkesiap.

   Ia menemukan bahwa sikap Im Tiong-hok meyakinkan, ia tetap santai, tenang seakan akan tak ada yang ditakutkan, belum lagi pertarungan dimulai, ia sudah jelaskanlah dalam mental.

   Kalau dibilang ia memiliki keyakinan untuk merobohkan lawan, rasanya hal ini mustahil .....

   Akan tetapi kalau pertaurangan hanya dibatasi seratus jurus dan terbatas saling menowel belaka, mungkin juga dia masih bisa memaksanakan suatu kemenangan lewan pertarungan adu jiwa.

   Berpikir sampai disitu, dia lantas menyahut.

   "Baiklah, kita hanya boleh saling menowel saja,"

   Setelah berhenti sejenak, mendadak sambungnya sambil tertawa nyaring .

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Saudara Im, bolehkah aku menambahkan dengan sebuah syarat lagi ....?"

   "Tentu saja boleh !"

   "Pihak yang kalah bukan saja harus menghormati pihak yang menang sebagai Liok-lim bengcu, bahkan dia pun bersdia menjadi tangan kanan pihak yang menang, entah bagaimana menurut pendapatmu ?"

   "Siapa setuju sekali!"

   Seru Im Tiong-hokp sesudah berhenti sebentar, dia bertepuk tangan lagi dan melanjutkan sambil tertawa .

   "Seandainya saudara Lamkiong dapat menangkap siaute dan aku bisa menjadi pembantu dirimu, kejadian ini benar- benar merupakan suatu keberuntungan buat aku orang she Im."

   Ucapan yang bernada mengumpak ini memang gampang sekali membuat orang merasa bangga dan lupa diri.

   Salah seorang diantaranya adalah Lamkiong Ceng sendiri, dia nampak berseri karena bangga.

   Lalu sambil tertawa berbahak bahak serunya .

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   tidak berani ! Tidak berani ! Seandainya siaute yang mendampingi saudara Im.

   Sahabat Liok lim pasti akan merasa bahagia, jauh melebihi sewaktu siaute yang memegang tampuk pimpinan seorang diri,"

   Oh Put Kui yang menyaksikan kesemuanya itu, diam-diam hanya menggelengkan kepalanya berulang kali.

   Ia merasa kedua orang itu sama-sama tangguh dan sama- sama lihaynya, kalau yang sat memiliki kelicikan yang melebihi samudra, maka yang lain jujur dan terbuka seperti alam jagad.

   Oh Put Kui mengerti, maka hakekatnya meski pertarungan tak usah dilangsungkan, menang kalah sudah kentara sekali.

   Kecuali Im Tiong-hok yang berpura-ura saja didalam sikapnya tadi, kalau tidak makan sepuluh orang Lamkiong Ceng pun tak akan berhasil menangka dia.

   Sementara dia masih berpikir.

   Im Tiong-hok telah berjalan menuju kearah tempat duduknya.

   Dengan pemandangan tercengang Oh Put Kui memandang sekejap kearah Im Tiong-hot.....

   Akan tetapi Im Tiong-hong sama sekali tidak menaruh perhatian kepadanya, dia hanya menjuarai kepada Liam-sim- kui siu (kakek setan berhati cacad) Siau Ln dan berkata dengan sikap amat hormat .

   Boanpwe sangat berharap agar Siau Lcianpwe berseid menjadi juri untuk pertaruhan kami ini !"

   "Tidak bisa,"

   Tampik Jian-sim-kui-siu dengan kening berkerut.

   "Selama hidup lohu paling takut kalau dijadikan seorang juri, sebab kalau kurang berhati-hati bisa mendatangkan resik buat diri sendiri, apalagi kalai penilaiannya dianggap kurang jujur, waaah ...... bisa-bisa nyawa turun melayang." @oodwoo@

   Jilid 15 OH PUT KUI merasa geli sekali sesudah mendengar perkataan itu, hampir saja meledak gelak tertawanya.

   Dia tak menyangka kalau gembong iblis tua inipun pandai sekali menggona orang.

   Im Tiong hok kelihatan agak tertegus, kemudian serunya lagi .

   "Siau tua, disini hanya kau seorang yang sanggup!"

   Sebenarnya dia hendak mengatakan begini.

   "Hanya kau seorang yang pantas menjadi juri untuk pertaruhan kami,"

   Tapi secara tiba-tiba ia teringat kalau ke lima orang ciangbunjin dari lima partai besarpun turut hadir disana, maka terpaksa ucapan mana ditarik kembali mentah-mentah.

   Dia tak ingin gara-gara salah ucapan berakibat kemarahan dari para diangbunjin dari lima partai besr itu, sebab hal mana Cuma akan mendatangkan kerugian saja bagi dirinya.

   Dari sikapnya ini bisa disimpulkan pula kalau orang ini amat teliti dan berhati-hati dalam setiap tindakannya.

   Siau lojin tetap menggelengkan kepalanya seraya berkata .

   "Bocah muda, lohu enggan menjadi juri ...

   Cuma lohu bisa memilihkan penggantinya dengan tepat, biar dia saja yang mewakili lohu dalam menengahi masalah ini !"

   Mendengar ucapan terebut, Im Tiong-hok segera berseru sambil tertawa lebar .

   "Jika kau orang tua yang pilihkan, hal ini pasti tak bakal salah lagi...."

   Siau lojin tersenyum, dia segera berpaling ke arah Oh Put- kui sambil bertanya .

   "Hei bocah muda. Tolong merepotkan kau sebentar !" "Aku ?"

   Oh Put-kui tertawa geli.

   "memangapa kau orang tua musti memberikan kesulitan buat boanpwe ?"

   "Anak muda, kau dapat mewakili lohu, kesulitan apa sih yang kau kuatirkan ?"

   Sorot matanya segera dialihkan ke Im Tiong-hok yang masih berdiri dengan kening berkerut, kemudian melanjutkan .

   "Bocah muda ini bernama Oh Put-kui, Long-cu-koay-hiap (pendekar aneh gelandangan) yang termasyur dalam dunia persilatan belakangan ini, tapi bocah ini menyebut dirinya sebagai si Gelandangan yang tidak kenal siapa-siapa.

   Bila dia yang mewakili lohu untuk menengahi persoalan ini, tanggung tak bakal terjadi kebocoran-kebocoran yang tak diinginkan, bagaimana ? Puas tidak ?"

   Sesungguhnya Im Tion-hok masih berdiri dengan wajah termangu, tapi setelah mengetahui dia adalah Oh Put-kui, seketika itu juga rasa tertegunnya hilang lenyap tak membekas, sebagai antinya sekulum senyuman segera tersungging di ujung bibirnya, sahutnya dengan lancang .

   "Boanpwe percaya kau orang tua tak bakal salah memilih !"

   Kemudian sambil mengalihkan sinar matanya ke wajah Oh Put-kui, dia melanjutkan .

   "Saudara Oh, aku orang she Im memohon kesediaan saudara Oh !"

   Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Oh Put-kui bangkit berdiri, ujarnya sambil tertawa .

   "Saudara Im kelewat sungkan ! Siaute kuatir tak bisa memenuhi harapanmu itu."

   Sambil tertawa Im Tiong-hok mempersilahkan Oh Put-kui untuk berjalan lebih dulu.

   Oh Put-kui menjura lalu maju ke tengah arena dengan langkah lebar ....

   Kepada Lamkiong Ceng, Im Tiong-hok segera berkata sambil tertawa.

   "Saudara Lamkiong kenal dengan saudara Oh ?"

   "Lamkiong Ceng segera tertawa.

   "Saudara Oh masih terhitung tuan siaute, tentu saja aku kenal dengannya."

   Setelah berhenti sejenak, dia menjura kepada Oh Put-kui sambil berkata .

   "Merepotkan saudara Oh saja ?"

   Oh Put-kui tersenyum, lagaknya mirip juga dengan seorang angkatan tua dari dunia persilatan.

   "Harap kalian berdua berdiri saling berhadapan dengan selisih jarak delapan depa !"

   Im Tiong-hok serta Lamkiong ceng menurut sekali, serentakan mereka berdua memisahkan diri kekiri dan kanan lalu berdiri saling berhadapan ....

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Oh Put-kui, serunya sambil tertawa .

   "Begitu siaute memberi komando, harap kalian berdua segera melancarkan serangan !"

   Mendadak dia berpaling ke arah Mo kiam-huan-say"

   Singa latah pedang iblis... Kit Hu-seng seraya berseru .

   "Saudara Kit, harap kau sudi membantu siaute untuk menghitung jumlah jurus serangan yang mereka lakukan."

   "Siaute siap membantu !"

   Sahut Kit Hu-seng sambil bangkit berdiri.

   Sambil tertawa kembali Oh Put-kui berkata .

   "Jika sudah genap seratus gebrakan dan menang kalah masih belum diketahui, harap saudara Kit sudi memberi tanda agar jangan smapai menyalahi peraturan!" "Siaute mengerti!"

   Sambil tertawa Oh Put-kui manggut-manggut, sorot matanya segera dialihkan kembali ketubuh kedua orang itu, mendadak bentaknya dengan suara parau .

   "Mulai !"

   Begitu bentakan diutarakan, dua sosok bayangan manusia secepat sambaran kilat menerjang masuk ke tengah arena.

   "Bilaaammmm....!"

   Begitu maju bertarung, pada jurus yang pertama mereka sudah saling beradu kekerasan satu kali.

   Begitu telapak tangan masing masing saling beradu, kedua orang itu segera saling berpisah.

   Tapi begitu mundur mereka maju kembali untuk saling beradu kekuatan lebih jauh.

   Secara beruntun terjadi tujuh kali benturan nyaring yang menggelepar diseluruh angkasa, sedemikian hebatnya benturan tersebut membuat seluruh ruangan ikut bergoncang keras.

   Tampaknya kedua belah pihak sama sama enggan mengalah, kendatipun dalam peraturan ditentukan mereka hanya boleh saling menowel saja, namun apa bedanya pertarungan yang sedang berlangsung sekarang dengan suatu peraturan adu jiwa ? Im Tiong-hok dan Lamkiong Ceng saling bertarung sepuluh gebrakan lebih, akan tetapi menang kalah masih belum bisa diketahui.

   Siapa pun tidak menyangka bahwasanya Im Tiong-hok yang nampak halus lembut ternyata memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna.

   Sebaliknya Lamkiong Ceng yang sebetulnya termashur karena kekuatan pukulannya kali ini tidak berhasil memperlihatkan keunggulan apa apa kendatipun pertarungan adu kekuatan telah berlangsung belasan gebrakan lebih.

   Tak heran kalau Lamkiong Ceng menjadi bersedih hati oleh kenyataan tersebut.

   Tampak ia menggertak giginya kencang-kencang sementara dari balik matanya mencorong sinar tajam yang menggidikkan hati.

   Ditengah suara pekikan nyaring yang menggetar sukma, mendadak tubuhnya melejit setinggi tiga kali setengah udara.

   Rupanya dia telah mengeluarkan ilmu andalan dari si kakek pemutus usus pelenyap hati Hui Lok ...

   "Aaah, delapan belas pukulan naga terbang!"

   Kedengaran ada orang menjerit kaget.

   Memang tak salah lagi, Lamkiong Ceng memang telah mengeluarkan ilmu delapan belas pukulan naga terbang yang maha dahsyat itu.

   Begitu tubuhnya melejit ketengah udara, sebuah pukulan segera dilancarkan dengan jurus Cian-liong gi-si (naga sakti mencukur jenggot) Begitu angin pukulan dilancarkan, tiga kaki disekitar Im- Tiong-hok berdiri segra diliputi oleh hawa serangan yang menggidikkan hati, Terkesiap hati Im-Tiong-hok sesudah menyaksikan kejadian itu, dia tidak menyangka kalau delapan belas pukulan naga terbang ternyata memiliki kedahsyatan yang begitu mengerikan.

   Akan tetapi dia adalah seorang ahli yang berpengalaman karenanya meski dibikin terkejut, hatinya tak sampai gugup menghadapi ancaman yang tiba.

   Dengan cepat Im-Tiong-hok merendahkan tubuhnya ke bawah, telapak tangan kanannya dibalik dari bawah menuu keatas dan menyongsong datangnya angin pukulan dari Lamkiong Ceng, segulung angin serangan segera meluncur keluar.

   Berbareng itu juga, tangan kirinya diputar dari luar menuju kedalam, kemudian melepaskan sebuah sentilan jari.

   Tenaga pukulan Lamkiong Ceng yang berat seperti tindihan bukit Thay-san itu serta merta kena terbendung sehingga tenaga serangan itu miring kesamping.

   "Blaaammmm ........!"

   Suara benturan keras yang memekikkan telinga segera bergema diangkasa.

   Sebuah lubang sebesar satu kaki segera muncul diatas permukaan lantai yang terdiri dari batu hijau keras itu.

   Dari sini bisa diketahui kalau tenaga pukulan dari Lamkiong Ceng tersebut cukup ganas dan mengerikan.

   Kawanan jago yang berada di luar ruangan sama-sama menjulurkan lidahnya setelah menyaksikan kejadian ini.

   Siapa pun mengetahuinya bahwa batok kepala manusia tidak lebih keras dari pada lantai ubin hijau tersebut, kalau batu yang begitu kers saja kena dihajar berlubang.

   Apalagi batok kepala manusia."

   Begitu serangan Lamkiong Ceng dilancarkan, tubuhnya meminjam daya pental tenaga pukulan sendiri melompat mundur sejauh lima depa dari posisi semula.

   Im Tiong hok tidak manfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan pengerjaran.

   Sesungguhnya dia bisa saja menggunakan peluang itu untuk maju mendesak sambil melancarkan serangan balasan, setelah ia berhasil memukul mundur ancaman dari Lemkiong Ceng dengan mengandalkan ilmu pukulan Kan-lei-ciang ajaran Thian-hiun cinjin dan Ciang-mo-ci ajaran It-im taysu tiga orang gurunya.

   Namun diapun lantas menduga bahwa Lamkoong Ceng pasti telah mempersiapkan seangan berikutnya dengan melancarkan delapan belas pukulan naga terbangnya lagi, padahal untuk bergerak ditengah udara, pihak lawan jauh lebih cepat dan cekatan daripada diri sendiri.

   Sandainya dia melakukan pengerjaran tersebut, hal ini sama artinya dengan ia memperlihatkan kelemahan pada pertahanan sendiri, bisa jadi ia sendiri yang justru akan kena dipecundangi.

   Itulah sebabnya dia mengambil keputusan untuk tetap berdiri tenang ditempat semula tanpa bergerak.

   Gagal dengan serangannya tadi, Lamkiong Ceng segera menerjang maju lagi sambil melancarkan serangan.

   Im-Tiong-hok tertawa terbahak-bahak, dia mengayunkan telapak tangannya pula menyongsong datangny ancaman tersebut.

   Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat kembali dalam suatu pertempuran yang benar-benar amat seru.

   Kit Hu-seng yang bertugas menghitung jurus serangan, berdiri disisi arena dengan sepasang mata melotot besar.

   "Lima puluh dua...

   lima puluh enam......

   empat puluh...."

   Dengan suara keras dia menghitung terus tiada hentinya.

   Oh Put Kui sendiripun mengikuti jalannya pertarungan yang sedang berlangsung diarena dengan penuh perhatian.

   Bukan saja dia mengawasi menang kalah kedua orang itu dengan seksama, lebih lagi dia perhatikan jurus serangan yang digunakan kedua orang itu, terlebih-lebih ilmu pukulan delapan pukulan delapan belas pukulan naga terbang milik Lamkiong Ceng.

   000d0w000 Setelah diperhatikan sekian lama dia segera menerumakan bahwa ilmu pukulan tersebut memang lihay, apalagi jika bisa memperoleh perubahan-perubhan disana siui, pada hakekatnya merupakan ilmu pukulan yang ganas, dasyat, tepat daha mematikan.

   Sekilas pandangan, Lamkiong Ceng yang bertarung dengan menganlkan ilmu pukulan tersebut memang lihay, apalagi jika bisa memperoleh perubahan-perubahan disana sini, pada hakekatnya merupakan ilmu pukulan yang ganas, dashyat, tepat dah mematikan.

   Sekilas pandangan, Lamkiong Ceng yang bertarung dengan mengandalkan ilmu depan belas pukulan naga terbang seperti berhasil merebut posisi yang menguntungkan, seluruh angkasa seakan-akan sudah dipenuhi oleh bayangan tubuh Lamkiong Ceng saja.

   Bahkan suasana diluar ruangan sudah berubah menjadi gadung sekali karena dipenuhi suara tepuk tangan dan sorak sorai dari para jago.

   Akan tetapi Oh Put Kui mengerti dengan pasti, taktik pertarungan yang dipakai Im Tiong-hok adalah taktik "menaklukkan gerak dengan ketenangan., suatu taktik ilmu silat tingkat tinggi.

   Percuma saja Lamkiong Ceng menyerang dengan sepenuh tenaga dengan percuma, Sebaliknya Im Tiong-hok justru berada dalam posisi yang lebih menguntungkan, sebab lebih sedikit tenaga yang dipergunakan oleh.

   Setelah perminum the kemudian ...

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Delapan puluh sembilan....sembilan puluh tiga...

   sembilan puluh lima..."

   Sekarang sudah tinggal lima jurus saja ! Akan tetapi menang kalah antara kedua orang itu masih belum bisa ditentukan, Dengan perasaan tercengang Oh Put Kui segera berkerut kening.

   Sudah jelas Im Tiong-hok mempunyai kesempatan untuk meraih kemenangan, tapi mengapa ia tidak memanfaatkan kesempatan yang sangat baik itu dengan begitu saja ? "Sembilan puluh sembilan!"

   Kit Hui-seng berteriak nyaring.

   "sekarang tinggal jurus yang terakhir..."

   Disaat Kit Hui-seng meneriakkan angka ke "sembilan puluh sembilan"

   Itulah tubuh dua orang yang sedang bertempur itu menadak saling berpiah satu sama lainnya.

   Bukan hanya berpisah saja bahkan masing-masing pihak berdiri dak berkutik.

   Menyaksikan kejadian itu, Oh Put Kui segera tertawa, ia segera mengerti apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi.

   Dia tahu, kedua orang sama sama ingin mencari cara yang paling baik untuk meraih kemenangan pada jurus serangan yang terakhir ini, mencari akan bagaimana caranya untuk mengalakan pihak lawan dalam satu gebrakan saja.

   Para muka Lamkiong Ceng berubah menjadi seius sekali, dadanya nampak naik turun tak menentu, napasnya tersengkal sengkal.

   Sebaliknya Im Tiong-hok berdiri tenang seperti patung arca, sorot matanya yang tajam sedang mengawasi tiada hentinya wajah Lamkiong Ceng.

   Akhirnya Im Tiong-hok tertawa terbahak bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh...., saudara Lamkiong, jurus serangan yang terakhir ini tak usah dilanjutkan lagi!"

   Ucapan tersebut kontan saja membuat Lamkiong Ceng menjadi tertegun dan tidak habis mengerti.

   Demikian juga dengan kawasan jago yang hadir baik di dalam ruangan maupun diluar ruangan.

   Bahkan Oh Put Kui yang bertindak sebagai juri pun turut tercengah dibuatnya.

   Setelah tertegun sesaat, Lamkiong Ceng segera membentuk dengan nyaring.

   "Menang kalah akan segera ditentukan dalam jurus serangan serangan yang terakhir ini, apakah saudara Im merasa takut untuk melanjutkan pertarungan ini......? "Saudara Lamkiong."

   Kata Im Tiong-hok sambil tertawa.

   "dalam sembilan puluh sembilan jurus yang telah lewat, kitahannya berrung seimbang, dari mana kau bisa tahu kalau dalam gebrakan yang terakhir ini meng kalah dapat ditentukan ? Oleh karena itu, siaute rasa ta usah dilanjutkan lagi pertarungan ini !"

   "tidak bisa !"

   Pertarungan ini hasur dilanjutkan sampai selesai,"

   Teriak Lamkiong Ceng dengan kening berkerut.

   "Saudara Lamkiong, kau betul betul seorang yang amat keras kepala ....!"

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   kalau sudah ada permulaannya mana boleh tiada akhirnya ?Saudara Im, kau harus berhati hati .....,"

   Sambil berkata, pelan pelan dia bergerak maju kemuka. Im Tiong-hok segera menghela napas panjang, bisiknya lirih .

   "Saudara Lamkiong, tampaknya sebelum melihat peti, kau tak akan mengucurkan air mata ......"

   Lamkiong Ceng sama sekali tidak berbicara apa, apa, dia tetap maju kedepan selangkah demi selangkah.

   "Baiklah,"

   Ucap Im Tiong-hok kemudian sambil tertawa hambar.

   "siaute akan memenuhi harapanmu itu...."

   Selesai berkata, mendadak dia melompat, maju kemuka sambil melancarkan.

   Telapak tangan kanannya diayunkan kemuka menghantam tubu Lamkiong ceng.

   Menyaksikan tibanya serangan nama, Lamkiong Ceng berpekik nyaring lalu melejit, kembali ke tengah udara.

   Sepasang telapak tangannya segera diayunkan kewabah menghajar sepasang bahu Im Tiong-hok......"

   Melihat jalan darah Cian-keng-hiat dada seasang bahunya terancam.

   Im Tiong-hok tertawa berbahak-bahak, dia menerobs Lamkiong Ceng dari tenaga udara itu, lalu melayang turun delapan depa dari posisi semula.

   Seandainya dia melancarkan serangan balasan pad asaat itu, niscaya Lamkiong Ceng tak akan lolos dari ancaman bahasa maut tersebut.

   Namun ia tidak berbuat demikian, sebab seratus jurus yang diinjak telah penuh.

   Demikian juga halnya dengan Lamkiong Ceng, tatkala engkeramanna mengenai sasaran yang kosong, seratus jurus sudah tercapai.

   "Seratus jurus!"

   Kit Hu-seng segera berteriak keras.

   Lamkiong Ceng segera melayang turun ke tanah, kemudian sambil menggelengkan kepalanya dia tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   saudara Im, kita benar benar seimbang dan sukar di tentukan siapa yang lebih unggul diantara kita ...."

   Namun belum selesai perkataan itu dilanjutkan, mendadak ia menjadi tergegun dan segera membungkam.

   Sebab dia menyaksikan uung baju sebelah kirinya telah bertambah dengan seuah lubang kecil.

   Hal ini menunjukkan kalau dia sudah menderita kekalahan yang mengenaskan dalam pertarungan beruaha, coba kalau pihak lawan tidak bermaksud melukai orang, niscaya dia sudah ......

   Tapi Im Tiong-hok segera menyambung kembali perkataan itu .

   Ilmu silat saudara Lamkiong memang sangat hebat, siaute bisa tidak menderita kekalahan, al ini benar-benar merupakan suatu keberuntungan besar ........"

   Sesudah berhenti sejenak, mendadak dia menghampiri Oh Put Kui sambil tertawa tergelak, katanya .

   "Terima kasih atas bantuan saudara Oh!"

   Dalam ada itu, Oh Put Kui telah menyaksikan juga sebuah lubang kecil yang muncul diujung baju Lamkiong Ceng. Maka setelah menatap sekejap wajah Im Tiong-hok, dia dalam pertaruhan ini....."

   Belum lagi ucapan "kau yang menang"

   Sempat diutarakan.

   Im Tiong-hok telah menukas sambil tertawa terbahak-bahak .

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   saudara Oh, pertaruhan ini memang meruakan pertaruhan terbesar yang pernah siaute lakukan selama hidupku, untuk saja keadaan selambang dan tiada yang menang tiada yang kalah, benar- benar suatu kejadian yang amat mujur sekali !"

   Oh Put Kui dapat menangkap kerdipan mata Im Tiong-hok kepadanya, maka dia segera tahu kalau orang itu ada maksud untuk menjaga nama baik Lamkiong Ceng.

   Pengantin lelaki menderita kalah total pada upacara perkawintannya, kalau hal ini sampai terjadi maka peristiwa tersebut benar-benar merupakan satu kejadian yang sangat tragis.

   "Benar, dalam pertaruhan ini kedua belah pihak memang tiada yang menang dan tiada yang kalah!"

   Serunya kemudian cepat.

   Begitu selesai berkata, dia lants membalikkan badan dan berjalan kembali ke tempat duduknya.

   Tapi, saat itulah Lamkiong Ceng telah berteriak lagi dengan suara lantang.

   "Saudara Oh, kau jangan pergi dulu !" Sementara itu Oh Put-kui telah kembali ke tempat duduknya semula, mendengar perkataan itu terpaksa dia bangkit berdiri dan berkata sambil tertawa .

   "Saudara Lamkiong, kepandaianmu seimbang dengan kepandaian saudara Im, menang kalah sukar ditentukan, aku lihat soal pertaruhanpun menjadi dibatalkan ! sedangkan mengenai nyawa dari keenam orang cay-cu, menurut pendapat siaute lebih baik diselidiki dulu sampai jelas selewatnya hari perkawinan kalian, jika terbukti seperti apa yang saudara Im dikatakan tadi dan keenam keenam orang itu terbukti banyak melakukan kejahatan, sudah sepantasnya saudara mengucapkan banyak terima kasih kepada saudara Im ........."

   Setelah berhenti sebentar, kembali dia menghela napas panjang dan melanjutkan.

   Selesai menjura, dia perpaling pula ke arah Im Tiong-hok sambil melanjutkan .

   "Saudara Im, beberapa hari lagi pasti siaute akan mengutus orang buat menyelidiki tindak tanduk ke enam orang anak buahku itu, bila mereka benar-benar telah melakukan perbuatan yang jahat, siaute pasti akan berterima kasih sekali kepada saudara Im..."

   Sesudah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan .

   "Cuma, seandainya apa yang saudara Im ucapkan tidak benar, sambil waktunya siaute pasti akan menuntut keadilan kepada saudara Im atas nasib keenam orang anak buahku itu !"

   Im Tiong-hok segera tertawa berbahak-bahak.

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   saudara Lamkiong, setiap saat siaute akan menantikan pembalasan dari saudara ....

   Cuma sebelumnya siaute ingin berbicara, dulu, seandainya dikemudian hari kau berhasil menelidiki dosa dan kesalahan yang pernah di lakukan ke enam orang anak buahmu, maka kau tak boleh memutar balikkan duduknya persoalan sehingga demi jaga nama baik sendiri, kau lantas menuntut balas kepada siaute!"

   Ketika itu Lamkiong Ceng sudah merasa amat menyesal disamping rasa kagum yang luar biasa terhaap Im Tiong-hok, soal mencari balas dan lain sebagainya yang diucapkannya barusan tak lebih hanya suatu pertanggungan jawab belaka terhadap khalayak umum.

   Maka dikala Im Tiong-hok menyelesaikan perkataannya, sambil tertawa dia lantas berseru .

   "Saudara Im, apakah kau tidak mempercayai siaute lagi ? "Oooh, tentu saja percaya !"

   "Bila saudara Im memang menaruh kepercayaan kepada siaute, harap kau jangan banyak bicara lagi ...."

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   baik baik, siaute akan turut perintah."

   Kemudian setelah memandang sekejap sekeliling arena, mendadak ujarnya lagi sambil menjura .

   "Siaute hendak mohon diri lebih dulu !"

   Lamkiong Ceng menjadi tertegun.

   "Kenapa? Mengapa saudara Im terburu-buru hendak pergi ? serunya.

   "Sebenarnya kedatangan siaute ke wilayah Kanglam ini disebabkan ada persoalan yang hendak diselesaikan, justeru kaena kudengar saudara Lamkiong menikah, maka kusesampingkan masalah tersebut untuk sementara guna ikut datang menyampaikan selamat."

   "Aaaah, bukankah hal itu disebabkan pelayanku yang kurang baik?"

   "Siaute benar-benar amat terburu-bru, bila kurang hormat, harap saudara Lamkiong, sudi memakluminya, untuk berterima kasih saja tak sempat, masa aku marah karena pelayanan yang kurang baik ?"

   Setelah berhenti sejenak, dia menjura keempat penjuru, kemudian melanjutkan .

   "Sobat sekalian.

   Im Tiong-hok terpaksa harus pergi dengan terburu-buru, bila ada kesalahan harap dimaafkan, jika kalian ada wkatu pergi ke kanglam, jangan lupa mampir ditempatku...."

   Selesai berkata, dia lantas melayang pergi meninggalkan tempat terseut.

   Ia datang sangat tiba-tiba, pergi pun amat mendadak, yang tertinggal hanyalah henaan napas panjang dan pujian dari para hadirin.

   Oh Put Kui yang menyaksikan kejadian itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya sambil tertawa .

   "Orang ini benar-benar memiliki kewibawaan yang mengagumkan."

   "Betul,"

   Sahut Siau lojin sambil tertawa.

   "ucapanmu memang tepat sekali anak muda."

   "Dia datang dengan sikap yang angkuh, pergi dengan sikap yang hormat dan merendah, suatu perpaduan yang luar biasa sekali, boanpwe lihat saat bersatunya kaum Liok-lim di utara dan selatan sudah tak jauh lagi."

   "Tentu saja, lohu memang sudah mengetahui akan hal ini."

   "Dari mana kau bisa tahu?"

   Tanya Oh Put Kui keheranan.

   Siau lojin tertawa.

   "Hal ini menyangkut rahasia langit.

   Anak muda, lebih baik kau jangan bertanya dulu." 0000d0w000 Upacara perkawinan berlangsung sampai larut malam, cahaya lampu masih menerangi seluruh perkampungan siu- ning-ceng.

   Tapi di atas seuah loteng di belakang bangunan gedung pun di kejauhan sana, suasana justru gelap gulita tak nampak setitik cahayapun.

   Di tengah kegelapan itulah nampak ada bayangan manusia sedang bergerak-gerak.

   Semua berjumah tiga sosok, mereka bergerak amat lamban di atas bangunan loteng itu.

   Slaah seorang diantara mereka, tampaknya sanggup melihat dalam kegelapan dengan jelas, buktinya kalau orang lain hrus berjalan tertitah di tengah kegelapan, maka dia bisa berjalan dengan santai, seakan-akan di tempat yang terang.

   Tak selang berapa saat kemudian, seluruh bangunan loteng tingkat kedua ini telah mereka periksa dengan seksama, namun tampaknya mereka amat kecewa.

   "Saudara Kau, jangan jangan kau salah mendengar/"

   Suara Oh Put Kui kedengaran brisik. Rupanya tiga sosok bayangan manusia yang sedang berjalan ditengah kegelapan itu adalah Oh Put Kui, pengems sinting Lok Jin-khi serta petani dari Hosay Kau Cun-jin."

   "Tak mungkin saah!"

   Jawab au Cun-jin pula setengah berbisik.

   "Persekonngkelan, Lamkiong Ceng dan Kit Put sia merupakan suatu peristiwa yang sesungguhnya,"

   "Saudara Kau, bilang mereka bersekongkel tapi apa sebabnya putra Kit-put-sia yakni singa latah pedang iblis Kit Hu-seng seperti tidak begitu kenal dengan Lamkiong Ceng?"

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kau Cun-jin segera tertawa rendah.

   "Kongcu, Kit Hu-seng amat jarang tinggal dalam lembah iblis saakti, selain itu Ki Put-sia tidak pernah mau mempergunakan tenaga dari putra kesayangannya ini !" "Mereka kan ayah dan anak kandung, masa terhadap anak sendiripun tidak percaya ?"

   Seru Oh Put Kui sambil tertawa.

   "Sejak kecil Kit Hu-seng dibesarkan oleh Ibunya."

   "Siapa sih ibu Kit Hu seng ?"

   "Dia adalah Kim teng-sin-yu nenek sakti dari puncak Kim- teng yang turut terbunuh dibukit Go-bi!"

   "Ooo....."

   Oh Put Kui yang berada di balik kegelapan nampak tertegun.

   "Jadi kim-ten-sin-yu adalah ibu Kit Hui seng?"

   Serunya kemudian terkejut.

   "Yaa, dan urusan ini diketahi oleh setiap umat persilatan!"

   Berkilat tajam sepasang mata Oh Put Kui dibalik kegelapan, kembali ia berkata sambil tertawa.

   "Kalau begitu ilmu silang yang dimiliki Kit Hu-seng juga merupakan warisan dari ibunya?"

   "Bukan!"

   Tiba-tiba pengemis sinting menimberung sambil tertawa.

   "lote, Kit Hu seng adalah murid Ceng-thian-sin-ciang (Pukulan sakti penggetar langit) Cian Hau, itulah sebabnya dia jadi ketularan sikap gagah dan bijaksananya !"

   Oh Put Kui tidak mengira kalau Kit Hui seng adalah anak murid dari Cian Han.

   Setelah menghela napas rendah katanya .

   "Apakah ilmu silatnya berasal dari gedung Ceng thian ciangkun-hu? "Siapa bilang tidak ?"

   "Lok loko, Cian Han adalah panglima ternama pada pemerintah dinasti yang lalu, diapun merupakan seorang pendekat aneh ketika itu.

   Bagaimana mungkin dia bisa menerima putra seorang gembong iblis menjadi muridnya?" "Lote, kalau soal itu mah kau tak bakal mengetahui lebih banyak daripada aku si pengemis tua."

   "Tentu saja, siapa bilang aku mengetahui lebih banyak dari pada loko ?"

   Jawab Oh Put Kui tertawa.

   Umpakan tersebut langsung termakan oleh pengemis sinting.

   Terdengar dia tertawa lirih dengan banga, lalu berkata .

   "Lote, kau memang pandai sekali mengumpak ! Sudah jelas aku si pengemis tua tahu kalau kau lagi mengumpakku, tapi hatiku justru merasa amat nyaman sekali....

   Saat lote, aku benar-benar takluk kepadamu !"

   Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali sambil tertawa, katanya .

   "Engkoh tua, kau jangan membawa persoalan kelewat jauh !"

   Pengemis sinting tertawa.

   "Lote, tahukah kau Kim-teng-sin yu sebenarna bernama siapa ?"

   "Engkoh tua, pertanyaanmu sama artinya dengan pertanyaan kepada orang orang buta, mana aku bisa tahu ?"

   "Dia bernama Cian Sian-koh!"

   "Aaaah, mengerti aku sekarang, kalau begitu Cian Han dan Kim-teng-sin-y tentu saudara sekandung."

   "Tepat sekali!"

   Teriak sipengemis lupa diri.

   "Sssstt... pelan sedikit ..."

   Buru-buru Oh Put Kui menegur dengan kening berkerut. Ditengah kegelapan pengemis sinting membuat muka setan, kemudian sahutnya berulang kali .

   "Baik, baik!"

   Pada saat ituah Kau Cun-jin turut menimbrung .

   "Kongcu, menurut penyelidikan ku, tusuk konde pemunah tulang Ngo-im-hua-kut-cha memang disembunyikan dalam loteng kecil dikebuh belakang perkampungan Siu-nin-ceng!"

   "Tapi, kita sudah menggeledah loten ini sampai dua tingkat !"

   Seru Oh Put Kui dengan kening berkerut.

   "Tapi kan masih ada satu tingkat ?"

   Kata Cun-jin sambil tertawa.

   "Masih ada setingkat ? saucara Kau, kau bilang atap dari loteng tingkat kedua ini ?"

   "Benar !"

   "Tapi disini toh tiada pintu yang menghubungkan tempat tersebut?"

   Kata Oh Put Kui berkerut kening.

   "Aku si orang tua tahu !"

   Sambil berkata ka Cun-jin lantas berjalan menuju kesebuah sudut ruangan itu.

   "Kongcu, tianglo, harap kalian mengikuti aku.

   "ajaknya kemudian. Mereka berdua berjalan menyusul dibelakang Kau Cun-jin, sementara itu sebuah langit-langit sudah disingkirkan dan mereka bersiap-siap melompat naik keatas atas loteng itu. 000d0w000 Mendadak........ terdengar suara tertawa dingin berkumandang datang dari balik celah itu. Hoo-see le-nong (petani tua dari Hoo-see) Kau Cun-jin serentak mundur kebelakang dengan gerakan secepat kilat, dia betul-betul merasa terperanjat.

   "Ada orangnya ? bisik Oh Put Kui dengan sorot mata berkilat tajam.

   "Kongcu, kejadian semacam ini tak pernah kuduga sebelumnya, satu-satunya cara yang terbaik sekarang, menurut pendapatku adalah berusaha naik keatas dan membungkam mulut saksi hidup itu......"

   Ehmmm, miggirlah Kau loko, biar siau orang itu, begitu aku naik, kalian segera mengikuti dibelakangku, siaute percaya orang yang berada diatas loteng itu akan berhasil melukai kalian!"

   "Lote, kau harus berhati-hati!"

   Bisik pengemis sinting.

   "Jangan kuatir......"

   Begitu selesai berkata, dia lantas menarik langit-langit ruangan itu dan menghimpun tenga dalamnya sambil bersiap- siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

   Tak selang beberapa saat kemudian, mendadak tubuhnya melayang naik keatas secara pelan-pelan.

   Bagaian segumpal awan, pelan-pelan adannya melambung dan meluncur ditengah udara.

   Dalam pada itu, dari atas ruang loteng tersebut tidak terdengar suara lagi kecuali suara tertawa dingin tadi.

   Dengan suatu gerakan yang cepat Oh Put Kui melayang kemulut masuk ruang loteng itu, tapi anehnya ternyata tidak terasa ada kekuatan yang menghalangi gerak majunya hal mana kontan saja membuat anak muda tersebut merasa keheranan.

   Kalau memang disitu ada orang, mengapa tidak muncul kekuaran yang menghalangi gerak melambungnya ? Sementara ingatan tersebut masih melintas dalam benaknya, sang tubuh masing melambung terus keatas.

   Pada saat pinggangnya hendak menembusi langit langit ruangan itulah mendadak terdengar suara tertawa dingin, kemudian terasa ada segulung tenaga tekanan yang sangat berat menghantam tiba.

   Oh Put Kui jadi terperanjat sekali, dia merasa bahwasanya ke hutan tenaga tekanan yang menindih tubuhnya sedemikian hebat, pada hakekatnya beum pernah di jumpai sebelumnya.

   Seketika itu juga, tubuhnya yang sedang melambung ketengah udara itu terhenti setangah jalan.

   Tapi, dia tidak melayang turun kembali kebawah.

   Sebab dengan mengandalkan ilmu Kiu-pian tay-sian sinkang ajaran perguruannya dia masih sanggu mempertahankan diri, hanya yang diherankan adalah mengapa kekuatan lawan sanggup beradu seimbang dengan kemampuan sendiri...."

   Kenyataan tersebut hampir saja membuat Oh Put Kui tidak percaya.

   Sementara itu, orang yang sedang berada dalam ruang lotenganpun hampir tidak percaya dengan kenyataan yang beraa di depan mata.

   Sudah duapulh tahunan lamanya dia berdiam dalam ruang loteng ini, dan selama dua puluh tahun ini, baru pertama kali ada orang yang tidak kena dipukul mundur oleh tenaga saksinya.

   Berhubung sudah kelewat lama dia tinggal dalam kegelapan, maka dia dapat melihat jelas kalau orang yang melayang masuk kedalam ruangan itu tak lain adalah seorang pemuda berumur dua puluh tahunan.

   Kenyataan ini benar-benar membuat hatinya sangat terperanjat.

   Dia tak habis mengerti, apa sebabnya bocah muda itu bisa memiliki kepandaian silat yang begitu hebat, bahkan yang dipakai mirip sekali dengan ilmu Kiu-pian-tay-sian singkang dari sahabat karibnya.

   Begitulah, sementara kedua orang out masih memutar otak, masing-masing pihak sudah saling berhadapan hampir setengah perminum teh lamanya.

   Kini Oh Put Kui sudah mulai merasa sedikit tak tahan, tubuhnya hampir saja tenggelam ke bawah.

   Mendadak....

   saat itulah dia merasa daya tekanan di luar badannya menjadi enteng, lalu terdengar seseorang berkata sambil tertawa.

   "Naiklah ke atas! Lohu bersedia untuk bersahabat denganmu..."

   Dalam tertegunnya, Oh Put Kui melangkah masuk ke dalam ruangan loteng itu.

   Anak muda ini memiliki juga kemampuan untuk melihat dalam kegelapan, maka setibanya di dalam ruangan, dia lantas dapat melihat segala sesuatu yang terbentang disana.

   Ternyata luas loteng itu hanya tiga kaki lebih, empat dinding kosong melompong tak ada sesuatu bendapun, di tengah ruangan duduklah bersila seorang kakek.

   Rambut putih kakek itu terurai sedada, bercampur baur dengan jenggot putihnya yang memanjang, hampir tak dapat dibedakan mana yang rambut dan mana yang jenggot.

   Selemar wajahnya, ada sebagian yang tersembunyi di balik rambut dan jenggotnya yang putih.

   Oh Put Kui segera menemukan bahwa raut wajah kakek itu sangat dikenal oleh, seakan-akan mereka sering berjumpa, namun untuk sesaat dia tak teringat dimanakah mereka pernah bersua ?.

   Alis mata kakek itu sangat tipis, lagi pula belum berubah memutih.

   Mulutnya besar sekali, akan tetapi belum berkeriput, sedang kulit mukanya merah segar seperti bayi.

   Sepasang matanya bulat sekali, bulan membawa sifat kekanak-kanakan.

   Bajunya berwarna coklat tampat amat bersih, sepanjang tangannya diletakkan keatas lutut, sedangkan wajahnya nampak tersenyum ramah.

   Diam-diam Oh Put Kui merasa amat terperanjat, sebab dia menemukan kalau ilmu silat yang dimiliki kakek berambut putih ini sudah mencapai tingkatan yang luar biasa hingga pada hakekatnya sudah kembali kealam anak-anak.

   Terhadap manusia seperti ini, dia tak ingin bersikap kurang homat.....

   "Bila boanpwe Oh Put Kui telah salah masuk kemari, harap kau orang tua ....

   Kakek berambut putih itu tertawa aneh, sebelum anak muda itu selesai berbicara, dia telah menukas .

   "Lohu tidak perduli siapakah kau, tapi kalau dilihat dari kemampuanmu untuk menerima serangan Hui-sik-singkang lohu, sepantasnya kalau kau terhitung jago nomor wahid dikolong langit, nah anak muda, dengan usia semuda itu hebat, kenyataan ini sungguh membuat lohu merasa gembira sekali.....

   oleh karena itulah aku melanggar kebiasaan dengan mengijinkan kau naik ke loteng......."

   Mungkin lantaran gembira, dia lantas mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

   Tergerak hati Oh Put Kui sesudah mendengar itu, sambil menjura segera ujarnya .

   "Locianpwe kelewat memuji diriku, membuat boanpwe menjadi malu sendiri, boleh kah aku tahu siapa nama cianpwe?"

   "Bocah, kau tak usah bertanya siapa namaku, sekarang jarab dahulu yang kau gunakan untuk melompat naik keatas tadi adalah Kui-pian-tay-sian sincang ?"

   Terkesiap sekali perasaan Locianpwe sesudah mendengar perkataan itu, serunya tanpa terasa .

   "Darimana Locianpwe bisa mengetahui kepandaian sakti dari perguruannya.

   Kakek tersebut tidak menjawab, pertanyaan orang, sebaliknya sambil menatap wajah anak muda itu lekat-lekat, katanya lagi sambil tertawa.

   Bocah muda, apa hubunganmu dengan Oh Siau ?"

   Oh Put Kui semakin terkejut lagi setelah mendengar nama itu disinggung, segera pikirnya .

   "Heran, mengapa orang tua ini bisa mengetahui nama preman dari empekku yang juga merupakan guruku ? jangan - jangan dia adalah sahabat karib guruku?"

   Berpikir sampai disitu, tanpa terasa sikapnya menjadi jauh lebih menghormat, sahutnya cepat .

   "Dia adalah empekku, juga merupakan guru koanpwe!"

   Kakek berambut putih itu segera tertawa panjang.

   "Haaaahhh....haaaahhh....

   haaaahhh.....

   tak heran kalau kau memiliki kepandaian silat sedemikian lihaynya, anak muda, ternyata kau adalah muridnya ! Oh Sian bisa mempunyai ahli waris seperti kau, Lohu benar-benar ikut merasa gembira ......haaahhh........

   haaahhh........"

   Sambil berkata, kakek itu tertawa tergelak tiada hentinya.

   "Apakah locianpwe kenal dengan guru locianpwe?"

   Tanya Oh Put Kui kemudian serius. Kakek itu menghentikan gelak tertawanya, lalu berteriak.

   "Jika tidak kenal, bagaimana mungkin aku bisa menyebutkan namanya? Tolol !"

   Sementara Oh Put Kui masih tertegun, kakak itu sudah brkata lagi sambil tertawa .

   "Kau bilang siapa namamu? Oh.... Ooh....... Oh Tuh (pikun)? Oh Put Kui ingin tertawa tapi tak berani terpaksa sahutnya dengan sopan . "Boanpwe Oh Put Kui !"

   Bagus sekali, bocah muda, kau berai memakai nama Oh Put Kui, apakah ingin niru sastrawan Tau Ciu-beng?"

   "Aaaaaah..................boanpwe mana berani berbuat begitu? Harap kau orang tua jangan mentertawakan?"

   "Kalau memang begitu, mengapa kau menggunakan nama seaneh itu untuk namamu?"

   "Guruku yang memberi nama tersebut untuku !"

   "Oooh, jadi Oh siang yang mencarikan nama itu ?"

   Si kakek nampak tertegun.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Benar, guruku yang memberi !"

   Kakek itu menundukkan kepalanya dan termenung sebentar, kemudian katanya .

   "Anak muda, apakah kau pernah bertanya kepada Oh Sian, mengapa ia memberikan nama seaneh itu untukmu?"

   Oh Put Kui segera tertawa.

   "Aaaah, kalau angkatan tua yang memberi, masa boanpwe berani banyak bertanya ?"

   "Bagus sekali, anak muda, kau ...."

   Mendadak kakek itu tertawa tergelak.

   "benar-benar tak kuangka kalau kau adalah seorang yang ahli dalam agama To !."

   Diam-diam Oh Put Kui ternayata geli pikirnya .

   "Benarah aku ahli dalam agama To ? Rupanya Cuma Thian yang tahu.......

   "namun di luaran dia menjawab .

   "Boanpwe pernah membaca buu para Nabi, sebab it boanpwe tak berarti melangar perintah dari pada Nabi.

   "Menganggur benar kau rupanya."

   Seru si kakek sambil menggeleng.

   "lou paling takut kalau mendengar orang menyinggung soal Nabi anak muda ! Jika kau berani menyinggung soal itu lagi, lohu akan segera mengusirmu dari sini. Oh Put Kui tidak menyangka kalau kakek berambut putih itu membenci kata "Nabi"

   Tapi dia tahu kebnnyakan kebanyakan orang perliharaan persilatan memang mempunyai penyakit aneh. Maka katanya kemudian sambil tertawa .

   "Ka1au begitu,"

   Boanpwe tidak akan nyinggung lagi !"

   Saat itulah si kakek baru berseri kembali, katanya kemudian.

   "Nah, begitulah baru lumayan."

   Setelah berhenti sejenak, dia bergerak kembali "

   "Anak muda, siapakah kedua orang yang berada di loteng tingkat kedua itu ?"

   "Temanm Boanpwe! Jawab Oh Pit kui tertawa. Temanmu?"

   Kakek itu segera melotot besar, Lohu sudah tahu mereka adakah temanu, kakau tidak, masa kalian bisa melakukan perjalanan bersama-sama? Lohu ingin tahu, siapakah mereka ? Oh Pit kui tidak habis mengerti menga kakek ini sebentar menjadi marah sebentar menjadi marah sebentar menjadi girang.

   Perubahan perasaannya berlangsung mendadak sekali.

   Akan tetapi terpaksa dia menyambut juga sambil tertawa "Dia adalah anggota Kay-pang!"

   "Haaahhh..

   .haaahhh...haaahhh....

   tak bisa dianggap sebagai manusia luar biasa! Siapa nama mereka? Apakah Kongsun Liang sibo cah kecil itu?"

   Walauputi Oh Put Kui mendengar kakek ini menyebut ketua Kay-pang sekarang.

   Lok Soug-tui-hun-siu (kakek bintang sakti pengejar sukma) Kongsun Liang sebagal bocah kecil, akan tetapi dia sudah tahu kalau kakek ini merupakan seorang Locianpwe dalam dunia persilatan, maka ia tak menajadi heran dibuatnya.

   Setelah tertawa hambar, katanya sambil menggelengku kepala tiga berulang kali.

   "Bukan, bukan Kougsu pangcu, dia adalah adik seperguruannya, sipengemis pikun Lok Jin-khi serta seorang tongcu kantor cabangnya di Shia Kam, Kau Cun-jin adanya! Kakek itu menjadi tertegun setelah mendengar kata kata itu, serunya tercengang.

   "Kongsun Liang telah menjadi pangcu?"

   "Yaa, sudah hampir dua puluh tahun lamanya!"

   Kembali kakek itu tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahhh.........jiaaahhh.........haaahhh.........betu1, Lohu sudah hampir dua puluh tahun lamanya ditiggal disini......"

   Dibalik gelak tertawanya itu seakan akan diliputi olah perasaun sedih yang amat tebal. Sambil tertawa Oh Put hui bertanya 1agi.

   "Apakah kau sudah berdiam hampir dua puluh tahun lamanya disini?"

   "Kenapa?"

   Seru sikakek dengan mata melotot.

   "apakah kau anggap aku tak tahan berdiam disini?"

   "Tentu saja tahan....., cuma, suaranu begitu keras bagaikan geledek, apakah tidak kuatir kedengaran anggota perkampungan Siu-ning-ceng? Bila mereka sampai datang kemari melakukan pemeriksaan loanpwe bisa berabe dibuatnya.........."

   "Kau anggap mereka berani?"

   Seru si kakek sambi1 tertawa tergelak.

   "lima puluh kaki disekitar loteng kecil yang dihuni lohu ini merupakan daerah terlarang, siapapun tak boleh mendekati kemari......" "Kalau begitu boanpwe merasa lega !"

   "Kalau tidak lega lantas mau apa.........?"

   Kembali si kakek melotot sampai membentak.

   Oh Put Kui jadi tertegun dibuatnya Oleh suara bentakan itu, kalau tidak lega lantas bagaimana ? Untuk sesaat dia tak mampu memberi jawaban atas pertanyaan tersebut.......

   Tampak kakek itu tertawa lagi katanya lebih jauh "Bocah muda, kau bilang orang yang berada dibawah loteng itu adalah si pikun kecil Lok Jin-khi?"

   "Benar, benar dia "

   Kakek itu segera tertawa terbahak-bahak. Haaaahhh......... haaaahhh......... haaaahhh.........suruh dia naik! Suah lama sekali lohu tak menggoda si pengemis cilik ini."

   Diam-diam Oh Put Kui merasa amat girang, sejak dia tak berani bertanya sewaktu menanyakan nama kakek tersebut, hingga kini dia tak berani hertanya lagi.

   maka setelah mendengar perkataan itu dia lantas tahu kalau si Pengemis pikun Lok Jin-khi saling mengenal dengan orang ini, meski seakrang dia tak berhasil mengorek nama kakek tersebut.

   dari si pengemis pikun nanti, hal mana pasti bisa berhasil.

   Maka setelah mengiakan, dia berjalan menuju ke arah pintu celah langit langit ruangan, kermudian berteriaknya.

   "Lok loko, naiklah! Saudara Kau, harap kau menanti sebentar dibawah sana !"

   Sejak Oh Put Kui naik keatas loteng tadi pengemis pikun serta Kau Cunjin selalu merasa kuatir, segenap perhatian mereka diarahkan keatas loteng untuk mengikui jalannya pembicaraan.

   Maka begitu Oh Put Kui berteriak memanggil, pengemis pikun segera mengiakan sambi1 melompat keatas.

   Sehebat-hebatnya pengemis pikun Lok Jin-khi, dia masih belum berhasil melatih ilmu melihat dalam kegelapan, tak heran kalau pemandangan lima depa dihadapanya sudah tidak terlihat jelas olehnya.

   "Lote, apakah orang yang meughuni diatas ruangaa loteng itu adalah seorang tokoh persilatan ?"

   Saking gelisahnya, dia bertanya sambil mencengkeram tubub Oh Put Kui kencang-kencang. Oh Put Kui segera tertawa.

   "Dia adalah seorang boanpwe berambut putih, loko, dia kenal baik denganmu !"

   "Aaaah, masa iya?"

   Seru pengemis pikun sambil mendongakkan kepala.

   "Kejadian ini benar-benar tak pernah kusangka........."

   Belum selesai dia berkata, kakek berambut putih itu sudah tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh.....haaaahhh......haaaahhh......pengemis cilik, masih ingat dengan gula-gula pemberian lohu? puluhan tahun tak bersu, apakah kediua biji gigi gerahammu sudah tumbuh keluar? "Haaaahhh.....haaaahhh......haaaahhh......

   hingga hari ini lohu rnasih ingin tertawa tergelak tiap kali terbayang mimik wajahmu, ingusmu serta air matamu ketika kau sipikun cilik kehilaugan gigimu....."

   Menyusul perkataan itu, dia tertawa tergeletak tiada hentinya.

   Si Pengemis pikun Lok Jin-khi nmampak tertegun setengah harian lamanya, mula-mula dia agak tertegun, menyusul kemudian menjadi termagu seperti orang bodoh.

   Akhirnya dia ketularan gelak tertawa karek tu dan turut tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhh.....haaaahhh......haaaahhh......,rupanya kau si orang tua, bukankah kau adalah empek si bocah binal berjenggot putih ?"

   Sambil berkata kembali pengemis pikun tertawa tergelak. Oh Put Kui yang mendengarkan dari sisi arena, menjadi menggelengkan kepalanya berulang kali. Sebutan macam aakah itu ? Empek bocan binal berjenggot putih @oodwoo@

   Jilid 16 Kalau dilihat dari usia pengemis pikun sekarang, sesungguhnya dia sudah terhitung cukup tua.

   Tapi kalau didengar dari penuturan si kakek tadi, ketika pengemis pikun masih suka makan gula-gula, kakek tersebut sudah mempunyai jenggot berwarna putih.

   Lantas berapakah usia si kakek itu ? Kalau dihitung-hitung, bukanlah usianya paling tidak diatas seratus dua puluh tahun? Oh Put Kui lantas berbisik disisi telinga Pengemis pikun.

   "Lok Loko, siapa sih locianpwe ini?"

   "Lote, kakek ini bernama Pok-huat-wan-tong, put-lo-huang- siu (Bocah binal berambut putih, kakek latah awet muda)!"

   Mendengar nama itu, Oh Put Kui menjadi amat terperanjat, tanpa terasa dia berseru.

   "Jadi dia adalah Ban Sik-thong, Bau lo cianupwe?"

   "Haaahhhh.....haaahhhh....... haaahhhh.......kalau bukan dia, siapa lagi?"

   Sahut pengemis pikun tertawa tergelak.

   Sementara itu si Bocah binal berambut putih.

   Kakek latah awet muda Ban Sik-thong masih tertawa tergelak terus tiada hentinya.

   Oh Put Kui membelalakkan matanya lebarlebar, setelah menyaksikan sikap lucu, aneh dan mulut si kakek aneh yang ternganga lebar itu, dia segera menjadi sadar kembali.

   Sekarang dia baru tahu mengapa sewaktu berjumpa dengan si kakek tadi, terasa olehnya kalau raut wajahnya seperti amat dikenal.

   Rupanya sikap maupun tingkah laku kakek itu mirip sekali dengan si Pengemis pikun.

   Sedangkan mimik wajahnya justru mirip sekali dengan Khi-lok-sian-tong (bocah dewa kegembiraan).

   Tak heran kalau dia seperti amat mengenal dengan raut wajah orang ini.

   Selain daripada itu, Oh Put-kui juga teringat akan pesan dari Oh Ceng-thian, kakek yang menghuni di Pulau Neraka yang kini telah diketahui sebagai ayah kandung sendiri itu.

   Dia pernah berpesan, bilamana perlu dan ingin mengetahui lebih jelas tentang hal-hal yang penting, maka dia dipersilahkan mencari Bau-si-thong (Segala persoalan dipahami) Ban Sik-tong.

   Tentu saja kakek ini sesungguhnya tidak usah dicari lagi, sebab putra Oh Ceng-thian yang sebenarnya tak lain adalah dia sendiri.

   Tapi, sungguh tak disangka meskipun dia tak mempunyai rencana untuk mencarinya, mereka telah berjumpa tanpa sengaja...

   Mungkin inilah yang dinamakan jodoh atau.....

   Teringat akan julukan si kakek sebagai Ban-si-thong (segala persoalan dipahami) dia lantas berpikir lebih jauh, andaikata kakek ini bersedia membantunya, siapa tahu dendam sakit hatinya bisa segera terbalaskan....

   Sementara Oh Put-kui masih termenung, pengemis pikun menegur secara tiba-tiba dengan perasaan tercengang .

   "Lote, mengapa kau?"

   "Aaah siaute baru teringat akan suatu persoalan, maka aku jadi melamun dibuatnya."

   "Apakah kau ingin memohon petunjuk dari Ban-si-thong locianpwe ini akan suatu persoalan?"

   "Yaa, siaute memang mempunyai maksud untuk berbuat begitu....

   Pengemis pikun segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahh.....haaahh......

   haaahh..........saudaraku, bila kau benar-benar mempunyai niat tersebut, maka akan sia-sia tertegun setelah mendengar ucapan mana, serunya .

   "Mengapa ? Locianpwe ini......"

   Tidak menanti si anak muda itu menyelesaikan perkataannya, pengemis pikun telah menukas sampil tertawa .

   "Kau anggap si bocah binal tua ini benar-benar memahami setiap persoalan yang ada di dunia ini?"

   "orang persilatan rata-rata berkata demikian....."

   "Aaah, itu mah cuma kentut busuk belaka!"

   Potong pengemis pikun sambil tertawa.

   "Loko, sewaktu berada di Pulau neraka tempo hari, ayahku pun pernah berpesan agar aku datang mencarinya....."

   "Ayahmu suruh kau mencarinya karena dia "berharap"

   Agar kau bisa meminjam nama besarnya untuk menyuruh orang lain mewakilinya mencarikan berita kemana-mana....."

   Sekalipun Pengemis pikun orangnya, agak ketolol-tololan, akan tetapi terhadap ayah Oh Pat Kui, tentu saja dia tak berani sembarangan berbicara, dia kuatir ucapan yang salah bisa berakibat saudara ciliknya itu menjadi marah.

   Seperti memahami akan sesuatu, Oh Pat Kui segera tertawa, katanya kemudian.

   "Engkoh tua, siaute sudah mengerti, rupanya yang dimaksudkan sebagai memahami dalam kata Ban-si-thong tersebut, sesungguhnya harus ditambah dengan sebuah kata "tidak,"

   Bukan begitu?"

   "Seharusnya hal ini bisa kau pahami sejak tadi........"

   Sambil tertawa kembali Oh Put Kui berkata .

   "Orang persilatan menggunakan cara seperti ini untuk menyindir cianpwe ini, apakah tidak kuatir kalau dia sampai marah?"

   Pengemis pikun segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaaahhhh........haaaaahhhh.........

   haaaaahhhh.........jika dia bisa marah, tak nanti orang lain akan menyebutnya sebagai si Bocah binal berambut putih, kakek latah awet muda.

   Saudara cilik, sepanjang hidupnya dia tak pernah marah......"

   Belum selesai dia berkata, si kakek latah awet muda telah berteriak secara aneh.

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Pengemis cilik, kalau banyak berbicara begitu apakah kau tidak merasa lidahmu menjadi kaku? Hati-hati kalau sampai menggusarkan lohu, kali ini bukan cuma gula-gula saja yang kuberikan kepadamu......"

   Mendengar ancaman tersebut, dengan wajah ketahukan pengemis pikun segera menjawab.

   "Yaaa, kaku, kaku, lidahku sudah kaku. Harap kau orang tua jangan mencopot gigiku lagi......"

   Tampaknya kakek itu merasa bangga sekali, kembali dia berteriak lantang .

   "Jangan takut pengemis cilik, lohu sudah bilang tak akan menghadiahkan gula-gula untukmu, kali ini aku hendak memberi hadiah lain kepadamu........" "Hadiah apa? Hiiiiiihhhh.......hiiiiiihhhh.........

   hiiiiiihhhh.........tentunya lebih enak ketimbang gula-gula bukan?"

   Seru pengemis pikun sambil tertawa cekikikan.

   "Tentu saja, tentu saja! Aku rasa kau si pengemis tua cilik pasti belum pernah mencicipinya!"

   Mendadak kakek itu tertawa terpingkal-pingkal sampai membungkukkan pinggangnya, setengah harian lamanya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

   Pada saat itulah pengemis pikun baru berteriak lagi dengan suara yang parau .

   "Empek jenggot putih, kau memang pelit, aku pengemis tak akan menggubrismu lagi......."

   Sambil berkata dia lantas membalikkan badan dan turun dari ruangan loteng itu.

   Jangan dilihat si kakek itu sedang tertawa terpingkal- pingkal, kenyataannya setiap gerak-gerik pengemis pikun itu dapat terlihat olehnya dengan jelas sekali.

   Baru saja dia membalikkan badang, kakek itu sudah berteriak dengan lantang .

   "Eeeh......jangan molor dulu, pengemis cilik, kemari kau, segera akan kuhadiahkan kepadamu!"

   Sambil bersorak gembira, pengemis pikun segera membalikkan badan dan lari mendekat. Oh Put-kui yang menyaksikan kejadian itu, diam-diam tertawa geli, pikirnya .

   "Kedua orang tua bangka ini memang dasarnya sepasang......"

   Sementara itu si kakek latah awet muda Ban Sik-thong sudah mengambil sebuah bungkusan kecil dari bawah kasur duduknya dan diangsurkan kepada Pengemis pikun Lok jin- khi.

   Setelah menerima benda tadi, Pengemis pikun merasa bungkusan itu adalah sebuah benda yang lunak sekali.

   Dia lantas mengira isinya adalah gula-gula.

   "Aneh, ini mah gula-gula, aku tak suka!"

   Segera teriaknya.

   "Bukan, bukan!"

   Jawab Kakek latah awet muda sambil tertawa.

   "benda itu adalah kueh kim-ciau-ni yang khusus lohu bikin untuk dimakan pada tahun baru nanti. Sekarang kau boleh mencicipinya lebih dulu"

   "Sungguh!"

   Seru pengemis pikun sambil membuka bungkusan itu.

   "Buat apa lohu membohongi dirimu?"

   Jawab kakek latah awet muda dengan wajah serius.

   Sementara itu pengemis pikun telah membuka bungkusan itu, benar juga isinya adalah sebuah bungkusan itu, benar juga isinya adalah sebuah gumpalan benda yang berwarna hitam kekuning-kuningan.

   Sambil bersorak gembira dia lantas menjejalkan benda tersebut ke dalam mulutnya.

   Tapi sesaat kemudian dia berkerut kening sambil mengunyah Kim-cau-ni gumamnya berulang kali .

   "Tidak, manis, tidak manis, bahkan rasanya agak bau amis dan busuk......"

   Sementara pengemis pikun melahap Kim cau-ni tadi, kakek latah awet mudah tertawa semakin terpingkal-pingkal, sedemikian kerasnya dia tertawa sampai rambut dan jenggotnya turut terguncang keras.

   Apalagi setelah mendengar pengemis pikun mengatakan "tidak manis......", gelak tertawanya semakin menjadi-jadi sampai hampir tak sanggup bernapas.

   Oh Put Kui menjadi tertegun dibuatnya.

   Mengapa Kakek latah awet muda bisa tertawa terpingkal- pingkal karena kegelian? Mungkin dibalik benda yang disebut kueh Kim-cau ni itu masih ada hal-hal yang tidak beres? Mendadak Kakek latah awet muda berhenti tertara, lalu menegur .

   "Pengemis cilik, bukanlah kueh Kim-cau ni itu merupakan sebuah makanan yang pasing aneh rasanya di dunia ini?"

   "Bukan cuma aneh saja baunya, luar biasa sekali rasanya!"

   Jawab pengemis pkun sambil mengunyah terus.

   "Bagaimana luar biasanya?"

   "Tidak manis, tidak pedas, tidak kecut tapi terasa agak getir, agak amis serta bau pesing yang sukar ditahan, kueh ini dibuat dari bahan apa sih? Mengapa rasanya jadi campur aduk tak karuan?"

   "Pengemis cilik, kau benar-benar seorang manusia yang tak tahu mutu barang!"

   Pengemis pikun menggelengkan kepadanya berulang kali, sahutnya cepat .

   "Mungkin kau sendiri yang tahu bahan, suah pasti kau ditipu orang selagi membeli bahan makanan itu, masa kue ini kau buat dengan bahan yang bermutu begini rendah.

   Hmmmm, syaang dengan uangmu."

   Tiba-tiba Kakek latah awet muda bisa tertawa tergelak. Haaaahhhh............haaaahhhh............ haaaahhhh............ bukan! Bukan begitu! Bahan-bahan tersebut bukan kubeli dari orang lain, melainkan milik lohu sendiri......"

   Kali ini pengemis pikun dibikin tertegun.

   "Dari mana kau bisa mempunyai bahan untuk membuat kueh?"

   Serunya keheranan.

   "Dari tubuhku sendiri!"

   "Haaaah, mana mungkin bahan dari tubuh mu bisa dibikin kueh Kim-cau-ni.....?"

   Pengemis pikun makin terperanjat. "Tentu saja mungkin!"

   "Aku tidak percaya!"

   Sambil menahan rasa gelinya, tiba-tiba Kakek latah awet muda bertanya lirih .

   "Pengemis cilik, apakah tiap hari kau kencing ?"

   "Kau tidak kencing, bisa kembung perutku!"

   "Nah, itulah dia....."

   Seru Kakek latah awet muda sambil tertawa cekikikan. Pengemis pikun turut tertawa tergelak.

   "Apa sih hubungannya antara kencing dengan kueh Kim- cau-ni........."

   Mendadak paras mukanya berubah hebat, lalu sambil membungkukkan badan ia muntah-muntah.

   Bocah binal berambut putih, Kakek latah awet muda segera menepukkan sepasang tangannya ke bawah, lalu tidak nampak bagaimana dia bergerak, tahu-tahu tubuhnya sudah melambung setinggi tiga depa lebih.

   Kemudian sambil tertawa terbahak-bahak serunya .

   "Aduuh jeleknya, aduh jeleknya......pengemis makan tahi malah dipuji gurih."

   Sekarang Oh Put Kui baru tahu apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi, dia turut tertawa terbahak-bahak.

   Mimpipun dia tak menyangka kalau Kakek itu akan menghadiahkan segumpal tahi untuk pengemis pikub.

   Sementara itu, pengemis pikun sudah muntah-muntah hebat sampai keluar semua air kuningnya.

   Akan tetapi gumpakah kueh Kim-cau-ni yang ditelannya tadi belum juga ikut termuntahan keluar.

   Terdengarh dia sambil muntah sambil mencaci maki tiada hentinya .

   "Empek tua, kau si telur busuk, tua-tua keladi.....kau berani mempermainkan aku si pengemis....baik, aku tak akan bergurau lagi denganmu seumur hidup.....uuuh.....uuuh ..........uuuuhhh......"

   Meski punya maki tiba-tiba saja pengemis pikun menangis tersedu-sedu.....

   Melihat pengemis itu sudah menangis, Kakek latah awet muda segera berhenti tertawa, buru-buru serunya .

   "Pengemis cilik, sudahlah, jangan menangis, kalau menangis bukan seorang enghi-ong! Coba kau lihat, pernahkan empek tua menangis? Empek tua adalah seorang enghi ong besar, tahukan kau? Ayolah tirulah aku......."

   "Meniru kau? Waaah, dunia bisa kacau balau jadinya........"

   Oh Put Kui yang mendengar perkataan itu hampir saja meledak gelak tertawanya.

   Kini pengemis pikun seakan-akan berubah menjadi seorang bocah nakal yang baru berusia tiga tahun.

   Sedang Kakek latah awet muda sedang membujuknya agar jangan menangis......

   Akhirnya setelah dibujuk hampir setengah harian lamanya, pengemis pikun baru berhenti menangis.

   "Pengemis cilik, nah begitulah baru mirip seorang enghiong,"

   Seru Kakek latah awet muda sambil tertawa.

   Dengan mata melotot pengemis pikun segera melompat bangun dari pelukan kakek itu, segera teriaknya .

   "Anjing budugan ! Aku tak mau jadi enghiong, besok aku harus mencekokimu dengan sebaskom air kencing!"

   "Haaahh......haaahhh......haaahh.....boleh, boleh saja, asal kau mampu saja !"

   "Tunggu saja tanggal mainnya,"

   Teriak pengemis pikun lagi penuh kegemasan,"

   Aku bertekad hendak mencekokimu......" "Haaaahhh.....haaaahhhh........haaaahh.....baik, akan kutunggu! Akan kutunggu.."

   Mendadak dia berhenti tertawa, lain serunya .

   "Pengemis kecil, cepat duduk dan mengatur pernapasan!"

   "Tak usah, aku sengaja tak mau menurut perkataanmu, mau apa kau?"

   Teriak pengemis pikun dengan gusar.

   "Tak mau menurut ya sudah. Cuma kalau smapai Kim cau- ni itu terbuang dengan percuma, jangan salahkan aku nanti!"

   Pengemis pikun jadi tertegun.

   "Kim-cau-ni apa lagi? Paling banter juga tahu anjing!"

   Serunya sambil menahan geram.

   Kembali Kakek latah awet muda tertawa tergelak.

   "Haaaahhh........haaa.......haaaahhh.....pengemis cilik kau jangan mencaci maki lagi! Sudah cukup parah lohu kenakan maki.....cuma paling baik kalau kau menuruti saja perkataanku.

   Duduklah dan mengatur pernapasan lebih dulu, pokoknya besar sekali manfaat yang bakal kau peroleh !"

   "Mengapa?"

   Tanya pengemis pikun kemudian setelah termangu-mangu beberapa saat. Sekali lagi kakek itu tertawa nyaring.

   "Sudahlah, tak usah kau tanyakan lagi, kita bicara kan setelah kau selesai mengatur pernapasan nanti!"

   Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak, Pengemis pikun duduk bersila diatas tanah.

   Kemudian setelah menarik napas panjang-panjang, dia memejamkan mata dan mengatur napas.

   Sambil tersenyum Kakek latah awet muda memandang sekejap kearah Pengemis pikun, kemudian dengan perasaan puas manggut-manggut, dia mengelapkan tangannya kepada Oh Put Kui dan serunya .

   "Bocah muda, kemari kau!"

   Dengan sikap yang amat menghormat Oh Put Kui maju mendekat.

   Mendadak.......dengan suatu gerakan yang amat cepat kakek itu mencengkeram tubuhnya.

   Sementara Oh-put kui masih tertegun, mendadak dia merasa lengan kanannya yang kena dicengkeram itu seperti memperoleh suatu tekanan yang amat berat.

   Dengan perasaan terkejut dia lantas mengerahkan tenaganya untuk melawan.

   "Kau orang tua......."

   Sambil tertawa Kakek latah awet muda menggelengkap kepalanya berulang kali, ujarnya sambil tertawa .

   "Bocah muda, ilmu Kin-paiu-tay-isian sim-kang mu baru berhasil mencapai lima bagian kesempurnaan !"

   "Boanpwe memang bodoh, hingga sukar untuk mencapai kemajuan yang pesar...."

   "Soal usia memang mempengaruhi dalam hal kesempurnaan, keadaan seperti ini tak bisa kelewat dipaksakan, anak muda, asal kau mau berlatih tekun setiap hari, tak sampai sepuluh tahun niscaya kau sudah berhasil melampaui gurumu!"

   Oh Put Kui merasakan hatinya begetar keras setelah mendengar ucapan itu, sahutnya cepat .

   "Terima kasih banyak atas pujian kau orang tua, boanpwe tidak berani berpikiran demikian."

   "Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......siapa bilang, kalau pikiran ini dinamakan khayalan? Bocah muda, ucapan lohu tak bakal salah....."

   Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh . "Anak muda, kalian bertiga main sembunyi-bunyi mendatangi lotengku ini, sebenarnya apa yang hendak kalian curi?"

   Mendengar pertanyaan itu, Oh Put Kui segera berpikir di dalam hati .

   "Aaaah, rupanya dia telah membawa pembicaraan kembali ke pokok persoalan,"

   Berpikir demikian sahutnya .

   "Boanpwe datang untuk mencari sebuah benda !"

   "Di loteng ini ada benda apa? Kau sedang memaki lohu?"

   Seru si kakek sambil melotot.

   Oh Put Kuitidak menduga bila jalan pikiran Bocah binal berambut putih, Kakek latah awet muda bisa begini cepatnya, bahkan caranya menghubungkan satu masalah dengan masalah lain bisa begini cepatnya.

   Dia tahu bila dirinya telah salah bicara tadi, buru-buru sahutnya cepat .

   "Boanpwe tak berani memaki lohu, Boanpwe memang benar-benar datang buat mencari barang peninggalan seorang leluhur kami !"

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Kau bilang Oh Sian adalah empekmu, kalau begitu kau pastilah putra Oh Cengthian!"

   Kata Kakek latah awet muda kemudian sambil tertawa keras.

   "Benar, dugaan locianpwe memang tepat sekali!"

   "Siapakah ibumu ? Pek-ih aug-hud (baju putih kebasan merah) Lan Hong ataukah Kuay-ko hoat-cu (pemilik lembah kebahagiaan) Kiau Ko-jin?"

   Mendengar pertanyaan itu, Oh Put-kui menjadi tertegun.

   Kuay-hoat-kokcu Kiau Ko-jin ? Bukankah perempuan cantik dari dunia persilatan ini termasyur sebagai seorang iblis wanita ? Apakah dia dengan ayah.....

   Si anak muda itu tak berani berpikir lebih jauh, dengan wajah serius dia lantas menjawab .

   "Mendiang ibukum adalah Pek-ih-ang-hud!"

   "Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......akhir nya bocah perempuan Lan yang berhasil memenangkan persaingan ini....."

   Seru si kakek sambil tertawa tergelak. Mendadak dengan mata melotot dia berteriak .

   "Bocah muda, apa kau bilang ? Mendiang ibumu ? Apakah ibumu telah meninggal dunia ?"

   "Yaa, sudah meninggal!"

   Sahut Oh Put kui sedih.

   "Apa yang menyebabkan kematiannya "

   Kena penyakit ?"

   "Tidak, dia dibunuh oleh musuhnya."

   "Telur busuk, bagaimana dengan ayahmu?"

   Seru si kakek mendadak dengan penuh kegusaran.

   "Ayahku tak bisa bergrak dengan bebas lagi."

   "Bocah muda, mengapa kau sendiri tidak berusaha untuk membalas dendam?"

   Diam-diam Oh Put Kui berpikir .

   "Siapa bilang aku tidak berusaha untuk membalas dendam? Tapi....siapakah musuh besarku?"

   Berpikir demikian, dia lantas menjawab .

   "Beanpwe tidak tahu siapakah musuh besarku itu!"

   "Apakah Oh Sian tidak menerangkannya kepadamu?"

   Seru Kakek latah awet mudah dengan mata melotot.

   "Suhu pun tidak berhasil mengetahui akan hal ini."

   "Apakah ayahmu juga tidak berhasil menyelidiki siapa pembunuh keji itu?"

   Sambung Kakek latah awet muda cepat dengan alis mata berkenyit kencang.

   Sebenarnya Oh Put Kui hendak menerangkan bahwa ayahnya tersekap dalam pulau neraka hingga ia tak mampu untuk melakukan penyelidikan sendiri, akan tetapi sewaktu ucapan mana sudah sampai disisi bibir, dia segera berganti nada .

   "Benar, ayahku pun tidak mengetahui akan hal ini!"

   Kakek latah awet muda pelan-pelan memejamkan matanya rapat-rapat, lalu berkata lirih .

   "Ada urusan apa kau datang kemari?"

   "Boanpwe sedang mencari sebatang tusuk konde Ngo-im- hua-kut-ciam milik mendiang ibuku !"

   Mendengar itu, mencorong sinar tajam dari balik mata kakek latah awet muda, serunya dengan cepat .

   "Bocah muda, siapa yang mengatakan kalau tusuk konde pelarut tulang itu berada diloteng ini?"

   "Orang perkampungan ini yang mengatakan !"

   "Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......boca h muda, lagi-lagi kau tertipu !"

   "Jadi tusuk konde pelarut tulang tidak berada diloteng ini?"

   Kakek latah awet muda tidak menjawab apa yang ditanyakan Oh Put Kui, malah sebaliknya bertanya sambil tertawa .

   "Anak muda, sudah berapa lama ibumu terbunuh ?"

   "Waktu itu boanpwe masih berumur tiga tahun."

   "Dan sekarang, berapa usiamu?"

   "Dua puluh satu tahun!"

   Kakek latah awet muda segera tertawa.

   "Itu berarti sudah hampir sembilan belas tahun bukan? Tapi lohu sudah hampir dua puluh tahun tinggal di loteng ini, bila tusuk konde pelarut tulang itu berada disini, masa lohu tidak mengetahuinya".

   Oh Put Kui segera manggut-manggut.

   "Yaa, perkataan kau orang tua memang benar!"

   Tapi setelah berhenti sejenak, mendadak ujarnya lagi sambil menggelengkan kepalanya berulang kali .

   "Tapi, kabar ini justru bersumber dari mulut Lamkiong Ceng sendiri....."

   "Bocah muda, apakah kau merasa keheranan mengapa Lamkiong Ceng membohongimu?"

   "Yaa, boanpwe memang tidak habis mengerti akan hal ini!"

   "Sebenarnya sederhana sekali, loteng kecil ini ibaratnya mulut harimau, setiap orang yang datang kemari hanyak ingin mencari benda mustika, jadi sebenarnya ditempat ini hanya tersedia sebuah jalan saja, yaitu bisa masuk jangan harap bisa keluar lagi! "Mengapa bisa demikian?"

   Tanya Oh Put Kui tertegun.

   "Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......meg napa tidak bisa? Bila disini terdapat seorang jago macam lohu, tolong tanya jago dari manakah yang bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat?"

   Dengan perasaan terperanjat Oh Put Kui berseru .

   "Jadi kau orang tua sudah membunuh banyak orang?"

   "Haaaahhhhhh...........haaaaahhh.........haaaahhhh.......apa salahnya kalau kubunuh beberapa orang manusia yang kemaruk akan harta?"

   Sesudah berhenti sejenak, sambil menghela napas dia berkata .

   "Apalagi hanya pekerjaan ini saya yang bisa lohu lakukan untuk menghibur diri!" Oh Put Kui yang mendengar perkataan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali.

   Baru pertama kali ini dia mendengar kabar seperti itu, membunuh orang hanya bertujuan untuk menghibur diri.

   "Locianpwe, menurut pendapatmu, apakah hal ini sebenarnya merupakan sebuah perangkap?"

   "Yaa, hampir begitulah! Mereka ingin memperalat lohu untuk melenyapkan musuh-musuh tangguhnya...."

   Mendadak mencorong sinar tajam dari balik mata kakek itu, serunya sambil tertawa tergelak .

   "Anak muda, lohu sudah mengerti sekarang......."

   "Apa yang kau pahami?"

   Tanya Oh-Put-Kui terperanjat.

   "Lohu tak boleh melukai orang lagi!"

   "Aaaah.......tentu saja, aku tahu kalau kau orang tua adalah seorang yang berbudi luhur."

   Kakek latah awet muda segera tertawa aneh.

   "Lohu berbuat demikian bukan dikarenakan aku berbudi luhur, hanya saja lohu tak ingin membantu orang lain untuk membunuhi orang, apalagi menjual tenaga buat musuh besar, bukanlah perbuatanku ini ibaratnya perbuatan telur busuk tua?"

   Mendengar perkataan ini, diam-diam Oh Put Kui tertawa geli, segera pikirnya .

   "Siapa bilang kau tidak tolol, sekarang pun kau sudah terhitung seorang telur busuk tua!"

   Tapi diluaran, dia segera bertanya .

   "Kekek Ban, mengapa kau berdiam selama dua puluh tahun lamanya ditempat ini?"

   Mendengar perkataan tersebut. Kakek latah awet muda menjadi naik darah, segera sahutnya . "Kau anggap lohu sudah edan, mau berdiam selama dua puluh tahun ditempat semacam ini?"

   Mendengar itu, Oh Put kui menjadi terkejut.

   Dia tak mengira kalau kakek ini cepat marah, cepat gembira dan cepat murung.

   Buru-buru serunya sambil tertawa paksa.

   "Boanpwe tidak bermaksud demikian, aku hanya heran, mengapa kau orang tua.....,"

   "Sudah, jangan ditanyakan lagi !"

   Mendadak Kakek latah awet muda menggelengkan kepalanya berulang kali, setelah menghela napas panjang, sambungnya .

   "Aaai, semua ini gara-gara lohu terlalu jujur tehadap orang lain."

   "Aku tahu, kau orang tua memang seorang yang berhati jujur dan polos...."

   Ternyata ungkapan tersebut membuat si kakek menjadi girang sekali, katanya lebih jauh .

   "Seandainya lohu tidak terlalu polos dan jujur, bagaimana mungkin Jut Put bisa mengurung lohu disini ?"

   Oh Put-kui pura-pura terkejut, serunya cepat .

   "Apakah kau maksudkan Bau-mo-ci-mo., Tai-kek-sin-kiam (Iblis diantara iblis pedang sakti tenaga raksasa ? Ilmu silatnya lihay sekali !"

   "Huuuh, iblis diantara iblis apa ? Kentut anjing.

   Sedang soal pedang sakti tenaga raksasa, hmm, dia masih belum tahan menghadapi seujung jariku, hitung-hitung saja Thian masih memberi usia panjang kepadanya !"

   Oh Put-kui tertawa geli di dalam hati pikirnya . "Siapa yang kentut anjir ? Kalau orang lain dan dia tak tahan seujung jarimu, mengapa orang lain bisa mengurungmu selama dua puluh tahun lamanya disini ?"

   Bagaimanapun juga, pikiran tersebut tidak berani diutarakan terang-terangan, maka katanya kemudian .

   "Benar juga perkataanmu, kalau begitu kau orang tua harus meninggalkan tempat ini dan membuat perhitungan dengannya !"

   Ketika mendengar perkataan itu, mendadak kakek latah awet muda menghela napas panjang, katanya lirih .

   "Aaaai, tak mungkin lagi bagiku untuk meninggalkan tempat ini."

   "Kenapa ?"

   "Jut Put-shia telah membelenggu lohu"

   "Bagaimana caranya membelenggumu ?"

   "Dia telah bertaruh dengan lohu dan ia berhasil menangkan diriku dalam pertaruhan itu."

   Kembali Oh Put Kui berpikir .

   "Aaaah, dugaanku memang tak salah, si kakek binal ini memang sudah terjebak oleh akal bulus iblis tua itu."

   Maka sambil tertawa dia berkata .

   "Bagaimana bisa kalah ? Seharusnya dia tak akan berhasil menangkan kau orang tua ?"

   "Yaa, harus disalahkan diriku sendiri, coba kalau aku tidak lagi mabuk arak, tak mungkin aku bakal tertipu oleh anjing cilik itu......"

   "Bagaimana cara kalian bertaruh?"

   Tiba-tiba paras muka kakek latah awet mudah berubah menjadi merah padam, katanya.

   "Dia menantang lohu untuk bertaruh mata uang !" "Mata uang?"

   Oh Put Kui segera tertawa tergelak sampai terpingkal-pingkal.

   Pada mulanya ia menduga taruhan mereka berdua pasti merupakan suatu pertaruhan besar, tak tahunya yang mereka pertaruhkan hanya permainan anak kecil saja.

   Sambil tertawa getir kembali kakek latah awet muda berkata .

   "Lohu yakin kepandaianku di dalam permainan ini sangat hebat.

   Siapa tahu Kit Put shia jauh lebih lihay daripada diriku, sepuluh buah mata uang yang dilemparkan ternyata semuanya berada dalam keadaan terbalik....."

   Oh Put-kui tertawa geli setelah mendengar perkataan itu, pikirnya dengan cepat .

   "Tentu saja Kut Put-shia bisa berbuat demikian, sebab orang lain telah sertakan tenaga dalam di dalam permainan itu."

   Dia cukup mengetahui watak kakek latah awet muda ini, dia tahu dalam permainan tersebut sudah pasti kakek itu tidak menggunakan tenaga dalamnya, melainkan bermain dengan cara seperti orang awam.

   Sebaliknya Kit-Put-shia pasti sudah menyertakan permainan curang dalam permainan tersebut.

   Bayangkan saja tipisnya sebuah mata uang, bila seseorang menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam mata uang tersebut, apa salahnya untuk memutar balikkan sebuah mata uang ? Belum selesai dia berpikir, kakek latah awet muda sudah berkata lagi sambil menghela napas .

   "Begitulah, setelah lohu kalah maka akupun harus disekap selama duapuluh tahun disini .....

   "Sekarang dua puluh tahun sudah lewat, apakah kau orang tua boleh ke luar dari sini?"

   Tanya Oh Put kui sambil tertawa.

   Kakek itu menggelengkan kepala berulang kali, sahutnya .

   "Sepuluh hari lagi akan genap dua puluh tahun, cuma ketika lohu menderita kalah dulu, aku pernah sesumbar bahwa dua puluh tahun kemudian aku pasti akan mengalahkan dia....."

   "Kalau tak bisa mengalahkah dia ?"

   "Yaa, apa boleh buat.

   Terpaksa aku akan berdiam selama dua puluh tahun lagi disini!"

   
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kata si kakek sambil menghela napas. Oh Put-kui segera tertawa terbahak-bahak.

   "Haaahh......haaahh.......haaahhh.......kali ini kau orang tua pasti akan menang!"

   Mendadak kakek latah awet muda merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah mata uang, lalu sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, dia berkata .

   "Sukar untuk dibilang, sukar untuk dibilang ! Setiap hari lohu selalu berlatih melemparkan mata uang sebanyak sepuluh kali, akan tetapi aku tak pernah berhasil menyamai permainan dari Kit Put-shia, oleh karena itu lohu tahu, sulit bagiku untuk meraih kemenangan darinya...."

   "Kakek Bau asal kau membawa boanpwe serta dalam pertaruhan itu, kutanggung kau pasti menang."

   "Boleh saja membawamu serta, tapi kau tak boleh mengacau secara diam-siam, kalau tidak, sekalipun bisa menang juga tak bisa masuk hitungan!"

   Diam-diam Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali, dia merasa kakek ini kelewat jujur.

   Akan tetapi diluarnya dia menyahut sambil tertawa .

   "Tentu saja, maa boanpwe berani mengacau ? Justru karena boanpwe mempunyai kepandaian yang lebih hebat dalam permainan mata uang ini, maka aku tak percaya kalau Kit Put-sia bisa menang....." "Sungguhkah itu? Kalau begitu cepat ajarkan kepada lohu......"

   Seru kakek latah awet muda kegirangan.

   Padahal Oh Put Kui tidak memiliki kepandaian apa-apa, dia tak lebih hanya bicara sekenanya.

   Kini, si kakek latah awet muda menyuruh mengajarkan cara tersebtu kepadanya, hal ini kontan saja membuatnya kesulitan.

   Tapi sambil tertawa dia lantas mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lainnya, katanya .

   "Kakek Bau, persoalan ini tak usah terburu-buru untuk dilakukan hari ini, sekarang boanpwe justru mempunyai persoalan yang tidak kupahami, kumohon kau orang tua sudi memberi petunjuk kepadaku......."

   "Baiklah, coba kau tanyakan."

   "Kau orang tua mengatakan kalau tusuk konde pelumat tulang tidak berada disini, sebaiknya Lamkiong Ceng bilang tusuk konde itu berada di loteng ini, menurut pendapatmu apakah dibalik kesemuanya ini terselip suatu intrik tertentu ?"

   "Yaa, itulah yang dinamakan siasat meminjam pisau membunuh orang......."

   "Mengapa mereka hendak melakukan perbuatan meminjam golok membunuh orang?"

   "Mungkin saja mereka hendak membasmi semua orang yang ada sangkut pautnya dengan tusuk konde pelumat tulang itu !"

   Tergerak hati Oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu, kembali ujarnya sambil tertawa .

   "Kakek Bau, jadi kalau begitu jejak tusuk konde pelumat tulang itu pasti diketahui oleh Lamkiong Ceng atau Kit Put- sia?"

   "Tentu saja ?" Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Oh Put Kui, serunya lagi .

   "Kalau begitu, kemungkinan besar Kit Put-shia adalah musuh besar pembunuh ibuku?"

   Kakek latah awet muda segera tertawa tergelak.

   "Haaahh......haaahh.......haaahhh.......mana mungkin hal ini bisa terjadi? Anak muda, kau berpikir kelewat jauh !"

   "Locianpwe, bila Kit Put-sia bukan pembunuh ibu boanpwe, mengapa dia sengaja menyiarkan berita bohon yang mengatakan tusuk konse pelarut tulang berada disini? Mengapa dia gunakan siasat meminjam pisau membunuh orang ?"

   Kakek latah awet muda tertegun.

   "Emmm, benar juga perkataanmu itu,"

   Serunyam "anak muda, perkataanmu itu memang masuk diakal !"

   "BOANPWE rasa, Kit-put-sia sangat mencurigakan di dalam peristiwa ini......"

   Kembali Oh Put Kui berkata.

   "Emmm, sekaran lohu juga mulai percaya kalau dia memang sedikit mencurigakan!"

   Tiba-tiba dengan wajar sedih Oh Put Kui berkata .

   "Locianpwe, boahpwe ingin mohon diri lebih dulu !"

   "Kau hendak pergi?"

   Boanpwe ingin mohon diri lebih dulu!"

   "Kau hendak pergi ?"

   Seru Kakek latah awet muda tercengang.

   "Yaa, keinginan boanpwe untuk pergi ibaratnya anak panah yang sudah berada di atas gendewa!"

   "Hai ini mana boleh jadi ? Bukanlah kau hendak mengajarkan lohu untuk bermain lembaran mata uang? Kau harus mengajarkan dulu kepadaku sebelum pergi !"

   Dengan cepat Oh Put Kui menggeleng.

   "Dendam sakit hati terbunuhnya ibuku harus segera boanpwe balas, sebelum hal ini terlaksana, hatiku tak akan merawa tenteram.......biar cara tersebut kuajarkan kepadamu setelah boanpwe selesai membalas dendam nanti !"

   "Tidak bisa !"

   Teriak si Kakek latah dengan gusar.

   "menunggu sampai kau selesai membalas dendam, apa gunanya aku mempelajari cara kepandaianmu itu ?"

   Oh Put Kui segera tertawa.

   "Kenapa kau orang tua bersikeras untuk mempelajarinya lebih dulu ? Kit Put shia.....

   Mendadak ia membungkam, karena sekarang dia sudah memahami maksud hati dan si bocah binal berambut putih, Kakek latah awet muda tersebut......."

   Rupanya dia kuatir ia berhasil membalas dendam dengan membinasakan Kit Put-sia sehingga kakek itu akan kehilangan patnernya untuk bertaruh, seandainya hal ini sampai terjadi, bukankah seumur hidup ia bakal terkurung terus disitu ? Sambil tertawa geli kembali Oh Put Kui berkata .

   "Kakek Bau, aku cukup memahami maksud hatimu itu !"

   Kakek latah awet muda mengangguk berulang kali, katanya kemudian .

   "Jika kau sudah memahami maksud lohu, maka kau tak boleh mohon diri lebih dulu."

   Oh Put Kui tertawa pedih, sahutnya .

   "Baik, boanpwe bertekad akan menunggumu selama sepuluh hari !"

   "Haaahh......haaahh.......haaahhh.......nah, begitu baru anak penurut, anak muda!"

   Seru kakek latah awet muda sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Boanpwe sampai disitu, kembali dia membungkam.

   Sebab dia telah menyanggupi permintaan kakek latah awet muda, tentu saja sesuatu yang telah disanggupi tak bisa dirubah lagi, meski begitu timbul juga perasaan yang aneh di dalam hatinya.

   Munculnya pertentangan batin ini segera membuatnya menutup mulut rapat-rapat.

   Kakek latah awet muda segera tertara terbahak-bahak.

   "Haaahh......haaahh.......haaahhh.......tak usah risau anak muda, sekalipun harus menunggu sepuluh hari lagi juga tak menjadi soal."

   Sementara mereka berbicara sampai disitu, mendadak si Pengemis pikun Lok Jin-hi yang sedang duduk bersila sambil mengatur pernapasan itu menarik napas dalam-dalam tampaknya dia sudah menyelesaikan latihan semedinya.

   Di tengah kegelapan, sepasang mata pengemis pikun kelihatan bersinar tajam bahkan jauh lebih tajam dari keadaan semula.

   Hal ini membuktikan kalau gumpalan tahi yang dimakannya itu bukan sia-sia belaka.

   Sambil memandang ke arah pengemis pikun, kakek latah awet muda berkata sambil tertawa .

   "Hei, pengemis cilik, kueh Kim-cau-ni buatan lohu dengan bahan baku dari badan ku ini tidak jelek bukan ?"

   Suasana hening menyelimuti ruang penerima tamu perkampungan Siu-ning-ceng.

   Ketua siau-lim-pay Hu-sin siansu dengan berkerut kening duduk dihadapan keempat orang ciangbunjin partai lainnya, beberapa kali terdengar dia menghela napas panjang.

   Suasana hening dan murung tampak menyelimuti seluruh ruangan tersebut.

   Paras muka Han-sian-hui-kiam Wie Sin dari Kay-pang diliputi hawa kegusaran, tampaknya kelima orang ciangbunjin itu sedang dirisaukan oleh sesuatu masalah besar.

   Saat ini, suasana diliputi oleh keheningan yang mencekam......

   Meskipun paras muka kelima orang itu berubah amat serius dan gusar, akan tetapi tak seorangpun yang buka suara.

   Kentongan ke empat sudah lewat.

   Cui-sian sangjiu yang memejamkan matanya itu mendadak membuka matanya sambil menghardik .

   "Siapa yang sedang mengintip diluar jendela ?"

   Bentakan ini kontan saja membangkitkan rasa terkesiap bagi ke empat ciangbunjin lainnya.

   Pendatang sudah berada di depan pintu jendela, mengapa mereka tidak mendengar sesuatu ? Gelak tertawa ringan segera bergema dari luar ruangan, menyusul kemudian seseorang menyahut .

   "Tajam amat pendengaran sangjin ! Boanpwe baru saja tiba, jejakku segera ketahuan !"

   Cui-sian sanjin tertawa hambar.

   "Ilmu meringangkan tubuh yang siau-sicu miliki pun sangat lihay sekali, kedatanganmu ditengah malam buta ini tentu mempunyai maksud tertentu, mengapa siau-sicu tidak masuk kedalam untuk berbincang-bincang?"

   Kembali dari luar jendela berkumandang suara tertawa ringan.

   "Boanpwe akan turut perintah..........."

   "Kraaaaakkk !"

   Pintu kamar dibuka orang, diantara bergoyangnya sinar lentera tahu-tahu dalam ruangan telah tambah dengan seorang pemuda berbaju kuning.

   Dia adalah Yu-liong-kuay-kiam (naga sakti pedang kilat) Nyoo Ban-bu.

   Cut-sian sangjin merasa sedikit ada diluar dugaan, serunya sambil tertawa .

   "Nyoo sicu kah?"

   Keempat ciangbunjin lainnya turut berkerut kening pula, kejadian ini diluar dugaan mereka.

   Dalam perkiraan mereka semula, oleh karena tenaga dalam yang dimiliki orang itu sedemikian hebat sampai kehadirannya hingga ditepi jendelapun tidak disadari, maka delapan puluh persen dia adalah Long-cu-koay-hiap (pendekar aneh pengembara) Oh Put Kui ! Tak tahunya yang muncul adalah Nyoo Ban-bu.

   Nyoo Ban-bu memandang sekejap wajah ke lima orang ciangbunjin itu, lalu sambil menjura katanya ! "Bila kedatangan boanpwe ditengah malam buta ini mengganggu ketenangan kalian, harap kalian sudi memaafkan !"

   Ucapannya sangat merendah dan cukup tahu sopan.

   "Silahkan duduk !"

   Kata Cui-sian sangjin sambil tertawa.

   Nyoo Ban-bu membungkukkan badannya memberi hormat, lalu duduk disebuah kursi yang berada barisan paling bawah.

   Dengan kening berkerut, ketua Hna-san pay si Kakek pedang pengejar angin Bwee Kun-peng menegur .

   "Keponakan Nyoo, ada urusan apa kau muncul secara tiba- tiba disini ......?"

   Nyoo Ban-bu tertawa.

   "Boanpwe mempunyai persoalan yang serasa mengganjal dalam hatiku, sebelum persoalan itu menjadi terang, sukar rasanya bagiku untuk tidur dengan nyenyak dan makan dengan nikmat, itulah sebabnya boanpwe sengaja datang kemari untuk memohon petunjuk dari taysu sekalian !" "Masalah pelik apakah yang sedang Nyoo sicu hadapi?"

   Tanya Hiang-leng totiang dari Bu-tong-pay sambil tertawa.

   Sekilas perasaan gusar bercampur sedih menghiasi wajah Nyoo Ban-bu, kemudian katanya .

   "Boanpwe ingin bertanya tentang kisah terbunuhnya mendiang ayahku!"

   "Nyoo sicu, apakah kau sudah tahu Kakek malaikat dibunuh oleh siapa?"

   Tanya Hian-leng totiang lagi serius. Nyoo Ban-bu segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Justru persoalan inilah yang membuat boanpwe merasa kesal, murung dan sedih!"

   "Omintohud! Mengapa siau-sicu mest kesal?"

   Ucap ketua Siau-lim-pay Hui-lin-tasyu.

   "Pembunuh keji itu terlampau licik, dia menyangkal melakukan pembunuhan tersebut, meski boanpwe dibara oleh api dendam, sayang sekali kekurangan bukti untuk menantangnya berduel.........."

   "Kalau kudengar dari perkataan siau-sicu itu, tampaknya kau sudah mengetahui siapakah pembunuh keji itu?"

   "Benar, boanpwe memang sudah tahu !"

   "Siapakah dia?"

   Cepat Hian-leng totiang bertanya.

   "Hui Lok !"

   Mungkinkan ia Kakek pelenyap hati Hui Lok ? Untuk sementara waktu Hui-sin taysu berempat berdiri tertegun dengan wajah melongo.

   "Siau-sicu, apakah kau percaya dengan perkataan dari Cen-thian-kui-ong (raja setan penggetar langit) dengan begitu saja ?"

   Kata Cui-sian sangjin tiba-tiba sambil tertawa hambar. "Boanpwe sudah mempunyai bukti yang bisa ditelusuri!"

   Nyoo Ban-bu dengan gusar.

   "Hui Lok benar-benar merupakan manusia yang pantas dicurigai!"

   "Bukti apa yang bisa ditelusuri !"

   "Sewaktu mendiang ayahku terbunuh, Hui Lok pernah muncul di ibu kota !"

   "Siapa yang melihat ?"

   "Kit Bun-siu tayhiap !"

   "Si kutu buku itu?"

   Han-sian-hui-kim Wici Bin agak tertegun setelah mendengar nama tersebut.

   "Yaa, si kutu buku pena emas Kit tay-hiap yang menyaksikan hal ini !"

   Tiba-tiba Hu-sin siansu berkata sambil tertawa .

   Meskipun hui sicu pernah muncul di ibukota, belum tentu dia ada kaitannya dengan terbunuhnya Kakek malaikat.

   Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lebih baik siau-sicu bersikap lebih teliti !"

   "Ciangbun tasysu hanya tahu satu tidak mengetahui kedua,"

   Ucap Nyoo Ban-bu sambil tertawa dingin.

   "bukan saja Hut Lok telah muncul di ibukota waktu itu, bahkan keesokan harinya dia pergi dari kota itu dengan tergesa-gesa !"

   Tiba-tiba Bwe Kunpeng tertawa seram lalu katanya .

   "Apabila dia mempunyai urusan penting, tentu saka harus berlalu dengan tergesa-gesa."

   Kembali Nyoo-Bau bu tertawa dingin.

   "Aaah, masa ada kejadian yang begitu kebetulannya di dunia ini ? Adalagi pelatih dari keluarga boanpwe Toh-min- huan (panji sakti perenggut nyawa) Ku Bun-wi pernah bersua muka dengannya waktu itu !"

   "Sungguhkah perkataan dari siau-sicu ini ?"

   Hian leng totiang menjerit kaget.

   "Tiada kepentingan bagi boanpwe untuk berbohong, sekarang Ku Bun-wi masih berada dalam gedung siau-hong- hu, tidak ada salahnya kalau ciangbunjin berlima mengikuti boanpwe untuk berkunjung ke sana dan menanyakan sendiri masalah tersebut!"

   "Lohu memang akan ke sana untuk menanyakan persoalan ini !"

   Kata Bwe Kun-peng dengan marah.

   "seandainya Ku Bun- wi benar-benar pernah tertemu dengan Hui Lok maka sembilan puluh persen Kakek malaikat tewas oleh Hui Lok."

   Sekilas rasa girang segera menghiasi wajah Nyoo Ban-bu."

   Sayang sekali ke lima orang ciangbunjin itu tidak melihat akan perubahan ini.

   Hui-sin taysu menghela napas rendah, kemudian berkata .

   "Lolap tidak mengira kalau Hui sicu adalah manusia yang berhati keji......"

   "Taysu, jangan kau lupakan julukannya si kakek pelenyap hati !"

   Seru Wici Bin sambil tertawa dingin.

   "jikalau kakek malaikat memang terbunuh olehnya, ini berarti peristiwa berdarah lainnyapun sembilan puluh persen merupakan hasil karya iblis tua ini juga."

   Cui-sian sangjin mengerutkan keningnya, setelah merenung sejenak ia berkata .

   "Aku lihat peristiwa ini perlu diselidiki dulu hingga jelas dan terang !"

   "Sejak kematian mendiang ayahku, hingga kini masalahnya belum pernah jelas.

   Hal mana membuat boanpwe tak pernah merasa tenang,"

   Kata Nyoo Ban-bu lagi dengan penuh kebencian,"

   Ciangbun taysu berilmu, kalian adalah tokoh-tokoh persilatan yagn selalu menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilaan, oleh sebab itulah boanpwe sengaja datang mengganggu di tengah malam buta ini dengan harapan ciang bun taysu berilmu sudi mencarikan keadilan bagi boanpwe." Hian-leng totiang segera manggut-manggut.

   "Siau-sicu, di dalam persoalan ini tentu saja pinto sekalian tak bisa berpelak tangan belaka !"

   Bwe Ku-peng tertawa terbahak-bahak pula seraya berkata .

   "Lohu berlima sempat menyaksikan akiat dari keempat peristiwa pembunuhan itu, meski keponakan Nyoo tidak kemari, lohu sekalipun tak nanti akan berpeluk tangan belaka !"

   Lima orang ciangbunjin ini memang cukup jujur dan terbuka......

   Mereka selalu tidak percaya kalau Hui Lok adalah seorang pembunuh keji, mereka selalu berusaha untuk membelai Hui Lok, tapi begitu kenyataan sudah muncul di depan mata, merekapun segera melepaskan pendapatnya tersebut, mereka ingin menegakkan keadilan dan kebenaran bagi umat persilatan...

   Agaknya Nyoo Ban-bu sudah menduga akan hasil yang akan dicapai dalam kunjungannya kali ini.

   Hanya saja, sia tak mengira kalau hasil tersebut bisa diraih olehnya dengan cara yang begitu mudah.

   "Kesedihan cianpwe sekalian untuk membantu diriku dalam persoalan ini, sungguh membuat boanpwe merasa berterima kasih sekali, budi kebaikan ini entah sampai kapan baru dapat kubayar ........." @oodwoo@

   Jilid 17

   "Omintohud, perkataan sicu terlampau serius!"

   Kata Hui-in taysu sambil merangkap tangannya didepan dada.

   "ayah mu telah memberikan kebahagiaan bagi umat persilatan, budi kebaikannya tersebar sampai dimana-mana, bagaimana mungkin lolap sekalian akan berpeluk tangan belaka dalam peristiwa ini? Asalkan dapat membalaskan dendam bagi kematian Kakel malaikat, meski lolap sekalian harus mengorbankan selembar jiwapun kami bela......"

   Sekilas warna semu merah menghiasi pula wajah Han- sian-hui-kiam Wici Bin, agaknya diapun agak emosi.

   "Saudara Nyoo, mari kita berangkat sekarang juga ke ibokota!"

   Serunya. Seraya berkata dia lantas melompat bangun.

   "Wici lote,"

   Kata Cui-sian siangjin sambil tertawa.

   "apakah kau akan pergi tanpa pamit dulu dengan tuan rumah?"

   Wici Bin tertawa dingin.

   "Taysu, apa sih maksud kedatagnan kita kemari? Memangnya kita datang untuk memberi muka kepada manusia malaikat berpenyakitan Lamkiong Ceng? Berapa besar sih pamor dari Lamkiong Ceng tersebut .....?"

   "Tentu saja, pamornya tak pantas untuk kita hormati,"

   Sambung Bwee Kun-peng sambil tertawa.

   "Yaa, rasanya pinto sekalian memang belum perlu untuk mencari muka dengan mereka!"

   Sambung Hiang-leng tootiang sambil tertawa pula.

   "Itulah sebabnya aku rasa lebih baik kita tak usah berpamitan lagio dengan mereka"sambung wici Bin cepat sambil tertawa dingin.

   Cui-siun sanjin memandang sekejap kearah Hui sin taysu, kemudian setelah tertawa getir dia berkata .

   "Bila pergi tanpa pamit, apakah perbuatan ini tidak akan menurunkan derajat sendiri?"

   "Kalau begitu tinggalkan saja beberapa tulisan?"

   Ucap Hui- sin taysu kemudian sambil tertawa sedih. Baru selesai dia berkata, Wici Bin telah menyambar pena yang berada di meja dan menulis beberapa huruf besar di atas dinding ruangan .

   "Kami hatuskan banyak terima kasih atas pelayanan anda !"

   Kemudian sambil tertawa dia berseru.

   "Ayo berangkat !"

   Tanpa mengucapkan sesuatu lagi berangkatlah ke enam sosok bayangan manusia itu meninggalkan tempat tersebut.

   Kepergian ke lima ciangbunjin dan majikan muda gedung Sian-hon-hu pedang kilat naga sakti Nyoo Ban-bu tanpa pamit sama sekali tidak menggemparkan tuan rumah maupun para tamu yang berada di perkampungan Siu-ning-ceng.

   Perjamuan yang meriah berlangsung terus menerus sampai setengah bulan lamanya.

   Kian hari pari jago persilatan yang menghadiri perjamuan pun semakin bertambah kurang.

   Tapi jago-jago dari golongan rimba hijau justru makin hari semakin bertambah banyak.

   Ketika mencapai hari yang ke lima belas, satu-satunya jago persilatan yang belum pergi dari situ hanyalah Pat-huang-it- koay kakek setan berhati cacad Siau Lun seorang.

   Mungkin gembong iblis tua ini ingin berkumpul lebih lama lagi dengan sobat lamanya yang mengangkat nama bersama- sama dia, si kakek pelenyap hati Hui Lok, oleh sebab itu dia tetap tinggal disitu.

   Kit Hu-seng, Ciu It-ceng dan Leng Seng luan telah berpamitan pada hari ke empat.

   Oh Put-kui dan Lok Sin-kay berpamitan pada hari ke sepuluh.

   Sewaktu hendak pergi meninggalkan tempat, secara khusus Jian-lihu-siu (kakek menyender) Leng Siau-tian menghantar mereka sampai sejauh sepuluh li.

   Leng lojin minta kepada Oh Put-ui agar seusainya melakukan pekerjaan sudi mampir di Bu-lim-tit-it-po (Beteng nomor wahid dunia persilatan), karena tempat itu tak jauh letaknya dari Ci-lian san, sedang Oh Put-kui hendak pergi ke bukit Ci-lian-san.

   Oh Put-kui mengabulkan permintaan tersebut.

   Hal ini bukan dikarenakan Leng lojin mendesaknya terus.

   Rupanya ada sepasang masa yang jeli dan bening secara diam-siam memohon kepadanya, dia tak tega untuk menampik permintaan dari pemilik sepasang mata yang jeli itu.

   Oleh sebab itu dia mengabulkan permintaan mana.

   Dia berjanji akan berkunjung ke Bu-lim-tit-it-poo seusainya melakukan pekerjaan di bukit Ci-lian-san nanti.

   Oh put-kui tidak terbiasa menunggang kuda, ia terbiasa berkelana, terbiasa pula berjalan kaki.

   Baginya menunggang kuda malah sangat merepotkan.

   Si Pengemis pikun menunggang kuda sambil membawakan lagu Lian-hoa-lok, sambil menyanyi mulutnya tak henti sibuk pula mengunyah kueh yang diperolehnya dair perkampungan Siu-ning-ceng tadi.

   


Golok Bulan Sabit -- Khu Lung /Tjan Id Peristiwa Bulu Merak -- Gu Long Darah Ksatria Harkat Pendekar -- Khu Lung

Cari Blog Ini