Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 19
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 19
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya dari Khu Lung
"Bawakan buku daflar nama para pendukung ini agar mereka dapat membuktikannya sendiri,"
Katanya. Suo Yi Hu menganggukkan kepalanya. Dia menerima buku daftar nama tersebut kemudian membalikkan tubuhnya turun dari altar dan berjalan ke tempat Song Ceng San. Bibirnya mengembangkan seulas senyuman. 'Song loya cu, silahkan periksa."
Song Ceng San menyambut buku daftar nama tersebut.
Pada halaman ketiga yang mana atasnya ada tulisan yang barbunyi.
Daftar nama para pandukung parkumpulan Tian Te kau.
Di barisan pertama bagian bawahnya, partama-tama memang tercantum namanya sendiri.
Lagipula dia segera mengenali bahwa tulisan yang tercantum disana juga buah hasil tangannya sendiri.
Dia tidak mengerti rnengapa tulisannya bisa barpindah ke kertas halaman itu.
Tentu saja pihakHue leng senbu yang memalsukannya.
Tapi bagaimana caranya sampai pemilik nama sendiri tidak dapat mengemukakan perbedaan sedikitpun! Song Ceng San merasa tertekan.
Dia menyodorkan buku daftar nama itu kepada Ciang bunjin Hua san pai, Sang Ceng Hun yang ada di sebelahnya.
Sinar mataHue leng senbu yang berbinar-binar mengerling kepada Song Ceng San sekilas,.
"Kau sudah lihat dengan jelas bukan? Apakah yang tercantum disana bukan tulisanmu sendiri?"
Tanyanya dengan nada dingin.
Song Ceng San mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak.
'Lohu tidak merasa pernah mencantumkan nama dalam buku daftar tersebut, tetapi tanda tangan yang ada di dalam buku itu tampaknya memang asli.
Sampai Lohu sendiri menjadi curiga jangan-jangan memang pernah mencantumkan nama di dalam daftar itu!".
Sekel! lag!Hue leng senbu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Kalian semua sudah melihatnya? Mungkin kalian semua ingin mengatakan bahwa perkumpulan kami yang memalsukannya?". Daftar nama itu sudah diedarkan ke seluruh tamu agung yang hadir, Terakhir sampai di tangan Gi Ceng Lam, Orang tua yang mempunyai julukan Gi Hua to itu segera menutupnya kembali dan menyodorkan kepada Suo Yi Hu, Orang itu menerimanya dengan bibirtersenyum kemudian dia naik kembali ke atas altar dan buku itu dipersembahkan kepada Cu Tian Cun. Tampak Beng Ta jin tertawa terbahak-bahak.
"Kata-kata Senbu tapat sekali. Kami tidak mengatakan ada yang memalsukan tanda tangan kami, namun apakah kami harus mengakui bahwa memang kami yang menandatanganinya?". Hue leng senbu tertawa sumbang.
"Di dalam dunia Bulim, untuk membedakan mana yang aliran putih dan mana yang aliran hitam saja sulit. Kalian semua adalah tokoh kelas satu pada jaman ini. Kalau kelian telah memastikan bahwa perkumpulan kami memang memalsukan tanda tangan kalian, tentu tidak bersedia dibantah begitu saja. Kalau begitu, menurut peraturan dunia Bulim, terpaksa kita menyelesaikannya dengan mengadu kepandaian, Siapa yang menang dan kalah juga dapat membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Entah bagaimana pendapat cuwi sekalian?". Song Ceng San segera mengembangkan seulas senyuman lebar,.
"Apabila Senbu ada minat seperti itu, lohu tentu saja akan mengiringi!". Bu cu taisu dari Siau lim pai langsung merangkapkan sepasang telapak tangannya.
"Omitohud! Tampaknya perkumpulan kalian sudah mengadakan persiapan sejak mula!". Hue leng senbu memperdengarkan suara tertawa dingin satu kali. Dia menolehkan kepalanya dan memerintahkan...,.
"Tian Cun, di antara para tamu yang hadir, apabila ada yang merasa tidak puas, biar kau saja yang melawannya beberapa jurus Harus membuat perasaan mereka terpuaskan baru boleh berhenti. Kalau ada orang yang sengaja rnengacau atau memfitnah di antara para hadirin, atau sengaja mencari gara gara dengan perkumpulan kita, jangan ragu-ragu, kau boleh bunuh sesuka hatimu!". Benar-benar kata-kata yang sombong dan mengandung hawa pembunuhan yang tebal!. Cu Tian Cun segera membungkukkan tubuhnya,.
"Hamba terima perintah,"
Sahutnya,. Cu Tian Cun menegakkan tubuhnya kembali, Dengan langkah perlahan dia berjalan menuruni altar. Kemudian dia menjura kepada Song loya cu.
"Song loya cu, cuwi Ciang bunJin, siapa saja yang berminat memberi petunjuk, siiahkan keluar ke halaman depan'". Saking kesalnya, selembar wajah Song kiya cu sampai memucat. Dia mendengus dingin satu kali. Apa? Sen bu tidak turun tangan sendiri untuk membariken petunjuk?"
Tanyanya. Cu Tian Cun tersenyum simpul,.
"Song loya cu salah paham. Asal cuwi bisa mengalahkan cayhe, dengan sendirinya Hu kaucu akan turun ke gelanggang, untuk meminta petunjuk dari cuwi, Tetapi apabila cayhe saja, tidak sanggup cuwi kalahkan, untuk apa Hu kaucu turun tangan sendiri?". Senyumannya begitu ceria. Kata-katanya juga diucapkan dengan santai. Penampilannya gagah. Suaranya bening dan nyaring. Tetapi nadanya benar-benar terlalu sombong. Benar-benar merupakan paduan yang jarang terlihat. Ciok Sam San dari Ciong San pai langsung mendengus dingin.
"Orang she Ciok sudah lama berkecimpung di dunia kangouw, Orang yang pernah kutemui juga tidak sedikit, tetapi belum pernah ada yang demikian tidak tahu malunya mengagulkan diri sendiri'". Cu Tian Cun melirik ke arahnya sekilas.
"Hal ini pasti karena pengetahuan saudara yang sempit,"
Sindicnya. Kemudian dia menjura kembali kepada Song Ceng San,.
"Song loya cu, silahkan."
". Meskipun Song Ceng San sebal terhadap nada bicaranya yang sombong, tetapi biar bagaimana pun dia merupakan seorang bekas Bulim bengcu yang disegani orang banyak. Dengan kedudukannya sekarang, tentu tidak baik apabita dia mengumbarkan hawa amarahnya. Akhirnya dia mengeluselus jenggotnya yang panjang dan menyunggingkan seutas senyuman, Dengan gaya santai, dia berjalan keluar. Ciang bunjin Hua San pai, Sang Ceng Hun dan rekanrekan yang lain segera mengikuti langkeh Song Ceng San kelyar dari ruangan tersebut. Pakaian Cu Tian Cun yang berwarna biru berkibarkibar, Dengan langkah mantap dia menginngi Song Ceng San menuju lapangan yang terdapat di halaman depan. Long san itpei tidak mau ketinggalan Beserta rombongannya dia j'uga bergegas keluar, Para hadirin yang duduk di barisan tamu biasa tidak jadi meninggalkan tempat itu. Dengan berbondongbondong mereka ikut keluar dari ruangan tersebut untuk ikut menyaksiken keramaian yang akan berlangsung,. Pada saat itu, kedua meja yang tadi mengapit di kiri kanan jalan telah diangkat. Beberapa pemuda segera menyediakan dua buah kursi tinggi di ujung lapangan. Kaucu Tian Te kau, yakni Ci Leng Un berdlrl dengan dipapah oleh wanita tadi. Yu huhoat Cian Poa Teng dan Cuo huhoat Toan Pek Yang masih mengawal di kedua slsinya. Bersama-sama dengan Hu keucu Cu Leng Sian, mereka keluar menuju lapangan terbuka. Beng Hui Ing. Hue moti Cu Kiau Kiau, Be Hua popo Ciok Sam ku, Yi Ju Si dan Ca popo langsung berjalan menuju lapangan terbuka dan berdtri berbaris dideretan sebelan kanan. Tampang Cu Tian Cun berubah menjadi sehus. Dia menjura kepada Song Ceng San dengan sepesang mata terangkat ke atas.
"Apakah Song loya cu ingin turun sendiri memberi petunjuk?". Terangterangan dia menantang Song Ceng San dj hadapan umum. Begitu mendongkolnya Song Ceng San, sampai d!a merasa dirinya hampir mengamuk. Hamplr saja dia ingin mengatakan 'Kau balum pantas bertarung denganku. Tetapi kata-kata ini akan merendahkan derajatnya sendiri aebagat bakas Bulim bengcu yang diseganl. Oleh karena itu dia hanya mendengus dingln. Kemudlan membalikkan tubuhnya,...
"Cun ji, bawakan pedang!"
Perintahnya. Sekali berkelebat, Song Bun Cun sudah berada di hadapannya. Dia membungkukkan tubuhnya menghormat.
"Tia, usia Cu Cong huhoat tidak terpaut Jauh dengan anak. Dia masih balum pantas melawan kau orang tua. Biar anak saja yang menerima beberapa jurus petunjuk darinya Anak ingin lihat sampai di mana kehebatannyasehingga berani menantang delapan partai besar?". Tentu saja Song Ceng San sadar bahwa dalam pertarungan hari Jni, pihak lawan sudah mempunyai persiapan yang matang, Tetapi Hue leng senbu hanya mengunjuk Cu Tian Cun seorang untuk melawan pihak meraka. Hal ini membuktikan bahwa kepandaian anak muda ini pasti sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali sehingga Hue leng senbu menaruh kepercayaan yang besar pada dirinya. Berdasarkan kedudukannya sendiri, sebetulnya dia tidak boleh bergebrak dengan anak muda ini. Untung saja putranya, Bun Cun sudah mendapat didikan langsung darinya selama bartahuntahun, Mengandafkan Song ka pekkiam. biarpun anak Cun tidak bisa menang, tetapi rasanya juga tidak mudah dikalahkan. Setelah mempunyal pikiran seperti itu, akhirnya Song Ceng San menganggukkan kepalanya.
"Baikiah, llmu silat orang yang satu ini pasti sudah mencapai tingkat yang tinggi sekali Harap kau berhatihati menghadapinya,"
Pesannya dengan suara lirih. Song Bun Cun membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Anak mengerti,"
Sahutnya sembari membalikkan tubuh dan berjalan ketangah arena. Terpaut dari Cu Tian Cun kurang lebih delapan cun, dia menghentikan langkah kakinya serta merangkapkan sepasang kepetan tangannya menjura,.
"Song Bun Cun dari Tian Hua sanceng pertamatama yang Ingin menyambut beberapa jurus petunjuk dari Cu Cong huhoat,"
Katanya. Kiuci lo han Cu Siang Hu segera melesat keluar ke tengah arena dan membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Cu Tian Cun.
"Cu Cong huhoat, biar hamba saja yang melawannya!"
Katanya menawarkan diri,. Cu Tian Cun menggelengkan kepalanya perlahan-lahan,.
"Tidak usah,"
Sahutnya sambil mengibasken tangannya memberi isyarat agar Kiuci lo han keluar dari arena tersebut.
Kiuci lo han tidak barani membantah.
Dia terpaksa mengundurkan dJri ke tempatnya semula.
Sementara itu, Cu Tian Cun menatap ke arah Song Bun Cun sekilas kemudian mendongakhan wajahnya menatap langit.
"Apakah kau putra kesayangan Song loya cu yang bernama Song Bun Cun?". Song Bun Cun dapat mendengar nada suaranya yang sangat angkuh, seakan tidak memandang sebelah mata terhadapnya. Tanpa sadar dia mengeluarkan suara tawa yang mengandung kemarahan. 'Tidak salah, kongcumu ini memang Song Bun Cun adanya. Apakeh engkau yang mengaku diri sendiri sebagai Jago andalan Ci Leng Un dan merupakan anak angkat dah Cu Leng Sian?"
Tanya Song Bun Cun kembali.
Dia sengaja memanggil Ci Leng Un dan Cu Leng Sian dengan namanya langsung, Ha| ini tentu merupakan penghinaan bagi Cu Tian Cun.
Tentu saja Cu Tian Cun merasa marah sekati.
Sepasang alisnya langsung menjungkit ke atas.
Wajahnya yang tampen segera menyiratkan hawa pembunuhan.
Di keningnya terlihat uraturat hijau bertonjolan.
"Bukankeh kau ingin meminta petunjuk dariku? Terimalah seranganku ini!"
Dia tidak menghunus pedangnya.
Kaki kirinya melangkah ke depan, tangan kanan diulurkan dan kipasnya pun dikibeskibaskan.
Tiba-tiba dia menarik kipasnya kembali kemudian meluncur keluar dengan kecepatan tinggi.
Jurus yang digunakan adaiah 'Tangan mengembangkan lima jari', sasarannya menuju ke arah dada kanan Song Bun Cun.
Serangannya ini merupekan totoken kilat yang menggunakan ujung kipas.
Gerakannya langsung mengincar tampat yang berbahaya.
Tetapi tubuhnya hanya didorong sedikit ke depen, Tampaknya begitu sederhana namun gayanya mempesona.
Dia seperti sedang bermalnmain dan tidak menganggap Song Bun Cun sebagai lawan yang serius.
Padang panjang Song Bun Cun masih belum dikeluarkan.
Hanya tubuhnya yang berkelebat sedikit dan sekejap mata dia sudah berhasil menghindarkan diri dari serangan Cu Tian Cun,.
"Cu Cong huhoat, mengapa masih belum keluarkan senjatamu?"
Tanyanya dengan suara nyaring,.
Dia memang tidak malu disebut sebegai putra dari Bulim toalo, Penampilannya tidak kalah gagah.
Gerakannya cepat dan nngan, orang yang menyaksikannya jadi ikut terpesona.
Kedua orang ini patut disebut generasi muda harapan bangsa yang berbakat tinggi'.
Terdengar sahutan Cu Tia.n Cun dengan nada yang angkuh,.
"Orang she Cu ini Justru ingin menjajal sampai di mana kehebatan seratus jurus ilmu pedang keluarga Song. Kalau sampai kau sanggup mendesak aku untuk terpaksa menggunakan pedang, dengan sendirinya pedang in! akan kukeluarkan. Kau tidak usah perdulikan hal itu. Yang penting lihat sampai di mana kemampuanmu sendiril". Padahal biasanya Song Bun Cun sudah tecmasuk seorang pemuda yang angkuh. Sekarang dia menemukan Cu Tian Cun yang ternyata Jauh lebih angkuh dari padanya, Orang Jtu malah mengucapkan kata-kata yang menyatakan kalau dia bisa mendesaknya sedemikian rupa sehingga terpaksa menggunakan pedang, dia tentu akan mengeluarkan pedangnya pada saat itu. Hampir sa]a Song Bun Cun tidak dapat menahan kemarahan di hatinya. Namun di depan hadapan begitu banyaknya tokoh kangouw yang berkumpul, dia terpaksa menahan sebisanya. Untuk sesaat, dari sepasang matanya tersorot sinar kekejian yang mencekat. Kemudian dia menutupinya dengan tertawa terbahak-bahak,.
"Ucapan Saudara sombong sekali. Song Bun Cun hari ini justru ingin melihat begaimana caranya kau menghadapi seranganku apabila kau tidak mengeluarkan pedangmu itu?".
"Trang!"
Cahaya kilat berkelebat, pedang panjangnya telah dihunus.
Tangan kanannya mehyusul bergerak, dia mengerahkan jurus Awan terbang menembus langit, Pedangnya ibarat seekor ular terbang yang melesat keluar dari balik rerumputan.
Sebetulnya Song loya cu merupakan murid perguruan Hua San pal.
Oleh karena itu, gerakan pedang yang dimainkan oteh Song Bun Cun ini juga merupakan Hua san kiamhoat, Telapi karena hatinya mendongkol sekaii mendengar ucapan pihak lawan yang pongah maka dia sengaja memainksn jurus Awan terbang menembus langit int.
Tetapi baru mencapai setengah jurus saja, pedangnya mendadak berputar arah.
Dia telah mengganti gerakannya dengan jurus yang iain.
KalJ ini yang dikerahkannya adalah Tian San kamhoat, yakni menguak gunung menerobos batu,.
Pada saat itu juga terlihat cahaya pedang memijar dan menimbulkan baberapa kali kelebetan kilat yang menggigilkan.
Cahayacahaya itu mengurung dah kiri dan kanan kemudian menyerang ke arah lawan.
Gerakan perubahan pedang Song Bun Cun sudah cukup cepat, tetapi tarnyala Cu Tian Cun malah lebih cepat setengah langkah dari padanya, mululnya mengaiuarkan suara dengusan dingin satu kall.
Tubuhnya melesat dengan ringan.
Dalam sekejap mata dia sudah menerobos ke dalam cahaya pedang yang berbungabunga.
Kamudian terdengar suara.
"Trak!"
Dari kipasnya yang telah dibuka.
Setelah itu meluncur lurus ke arah tubuh pedang Song Bun Cun dan menekennya.
Serangannya kati ini bukan saja mengandalkan gerakan tubuhnya yang ringan, jurus yang dilancarkan juga aneh, demikian pula putaran pergelangan tangannya.
Orangorang delapan partai besar yang menyaksikannya tidak ada satu pun yang tidak berubah wajahnya.
Tentu saja Song Ceng San yang paiing khawatir.
"Soat san pei mempunyai semacam ilmu gerakan tubuh yang ajaib. Janganjangan inilah 'Tian Sin Hoat' dari Soat san pai", Pikirnya dalam hati. Hanya Tian sin hoat dari Soat San pai yang mempunyai gerakan tubuh tidak berwujud namun sanggup menyambut serangan ilmu pedang dari aliran mana pun. Perlarungan kedua belah pihak ini, sama-sama mempunyai kecepatan seperti kilat yang sedang menyambar. Ketika pedang Son Bun Cun dilancarkan, beru saja terlihat tubuhnya melesat, lawannya sudah menerjang datang. Dalam waktu sesaat, Song Bun Cun tkiak sempat lagi menarik kembali jurus serangannya. Dia terdesak mundur dengan terhuyung-huyung sampai beberapa cun, baru terhitung dapat menghindarkan diri. Kali ini, demikian kesal dan marahnya Song Bun Cun sampei selembar wajahnya menjadi merah padam. Bayangkan saja, berpuluh tahun yang lalu saja ayahnya sudah mendapatjutukan jago pedang nomor satu di Bulim. Sebagai putranya, Song Bun Cun mendapat didikan langsung dari ayahnya, Tetapi barusan dengan sebatang pedang, ternyata hanya dalam satu Jurus saja, lawannya berhasit mendesaknya sampai terhuyunghuyung mundur dengan sebuah kipas yang panjangnya hanya satu cun lebih. Rasa malu yang dirasakannya terlebihlebih daripada ditusuk satu keli oleh Cu Tian Cun. Mulutnya berteriak histen's. Begitu mundur langsung menerjang lagi. Pedang panjangnya dijulurken ke depan, tubuhnya berkelebat mengikuti gerakan pedang. Dia langsung mengerahkan jurus yang hebat dari Song ka pekkiam. Tampak kilatan cahaya yang dingin melesat dan menerbitkan titik sinar yang beterbangan, pedangnya terus menyerang dengan gencar. Serangannya kali ini dipenuhi rasa amarah. Bukan saja gerakannya demikian cepat seperti kalap, sekitas cahaya pedangnyajuga bagai ular putih yang mengejar mangsanya. Kehebatannya tidak terkirakan,. Dalam sekeJap mata Cu Tian Cun segera terkurung dalam cahaya pedang yang membentuk bayangan berkilauan. Dia sama sekali tidak berani memandang ringan serangan ini, Kipasnya segera digetarkan sehingga timbul bayangan dalam jumlah banyak. Pakaiannya yang berwarna biru berkibarkibar mengikuti gerakan tubuhnya. Sapuan pedang Song Bun Cun sudah termasuk hebatnya bukan main, tetapt tidak disangka gerakan kipas di tangan Cu tian Cun lebih cepat lagi mengagumkan. Hampir setiap Jurus dapat dilayaninya dengan baik. Dalam waktu yang singkat, para hadirin maupun orang-orang dan detapan partai hanya merasakan pedang dan kipas saling berkelebat, kecepatannya bagai kitat, mereka belum merasakan apa-apa. Tetapi sebagai seorang yang sudah memiliki kepandaian tinggi, Song Ceng San memandang dengan penuh perhalian. Di wajahnya tersirat rasa kekhawatiran yang dalam. Tidakl Begitu terkejutnya orang tua itu sampaisampai tangannya mengeluarkan keringat dingin. Tentu saja sebagai seorang ayah dia mencemaskan keselamatan putranya. Sedangkan kaiau ditilik dari keadaan yang sedang bertangsung, lipis sekali harapan bagi Song Bun Cun untuk memenangkan pertandingan ini. Padahal Song Ceng San mengetahui bahwa itmu yang baru dimainkan oleh Song Bun Cun merupakan satah satu jurus mematikan dari seratus jurus ilmu pedang keluarga Song. llmu ini keluaran Tian San I Sou. Setiap jurusnya mempunyai perubahan yang sulit dipecahkan. Apalagi Song Bun Cun yang turun tangan lebih dahulu. Seharusnya Cu Tian Cun tebih lambat setengah jurus dari padanya. Tetapi gerakan kipas di tangan orang itu malah lebih cepat lagl, bahkan mengejar setangah jurus di depan Song Bun Cun. Pertu diketahui, sebagian orang apabila dapat mengejar setengah jurus di muka, tetapi kalau kau turun tangan dengan cepat, tetap saja tidak dapat berbuat apa-apa. Namun gerakan Cu Tian Cun yang lebih cepat setengah jurus dengan hasil mengejar kece^ patan, tentu tidak dapat disamakan. Dia hanya menggunakan sebatang klpas yang panjangnyacumasatu cun lebih. Begitu mengerahkan jurus yang pertama, serangan pertama Song Bun Cun pun berhasil disambutnya dengan baik. Sedangkan Song Bun Cun sendiri yang melihat jurus partamanya berhasil disambut oleh Cu Tian Cun dengan baik, segera merubah jurusnya. Siapa sangka begitu jurus kedua dikerahkan, kipas Cu Tian Cun dengan secepat kilat menerjang datang. Song Bun Cun yang baru menjalankan jurus kedua setengah bagian, segera merasakan apabila diteruskan tentu dapat dipecahkan lagi oleh lawan, maka dalam keadaan panik dia segera merubah lagi gerakannya. Cu Tian Cun melihat dia mengganti jurus yang lain, Juga ikutikutan mecubah gerakan kipasnya. Pokoknya, dalam tiga puluh jurus yang telah berlangsung, kedua orang itu tidak hentinya mengganti gerakan dan jurus. Semuanya merubah gerakan ketika setengah jurus baru dimainkan. Tidak ada satu pun yang menyelesaikan satu Jurus sampai selesai. Yang membuat Song Ceng San begitu terkejut justru dalam tiga puluh jurus ini, ilmu yang digunakan Song Bun Cun semuanya terdiri dari ilmu pedang keluarga Song. Tetapi Cu Tian Cun dapat memecahkannya dengan tanpa kesulitan sama sekati,. Selama berpuluh tahun terakhir ini, seratus Jurus ilmu pedang kaluarga Song yang dikatakan sebagai ilmu pedang yang tidak terpecahkan, ternyata hari ini sudah berhasil dipecahkan semuanya. Bagaimana hal ini tidak membuat parasaan Song Ceng San Jadi tertekan?. Apabiia ingin memecahkan ilmu pedang sebuah partai atau sebuah keluarga yang terkenal, paling tidak harus memahami dulu scara keseluruhan itmu tersebut, Kalau ditilik dari keadaan sekarang, beracti pihak mereka sudah mengadakan persiapan sebelumnya. Hanya melalui pangamatan seorang ahli seperti Ci Leng Un, kemudian merundingkennya bersama lalu menciptakan jurus panangkalnya, barulah ilmu pedang keluarga Song dapat dipecahkan. Hati Song Ceng San merasa cemas dan marah Baru saja dia ingin membuka mulut membentak, tahu-tahu terdengar suara tertawa dingin dari mulut Cu Tian Cun.
"Cukup. Seratus jurus ilmu pedang keluarga Song ternyata hanya begitu sa]a!"
Tubuhnya berkelebat, tangan kirinya tiba-tiba terjulur keluar dan mencengkeram ke arah pedang Song Bun Cun.
Serangannya ini tampaknya hanya asal mencengkeram saja.
Sama sekali tidak terlihat kaistimewaan apa-apa.
Tangan yang mendadak dijulurkan untuk mencengkaram pedang malah membuat orang merasa orang ini tidak mengenal bahaya.
Tetapi kenyataannya gerakan Cu Tian Cun memang indah sekali.
Song Bun Cun yang sedang menikamkan pedangnya ke depan, melihat dia mengulurkan tangan untuk mencengkeram padangnya.
Sejak usia kecil dia sudah melatih ilmu pedang.
Tentu saja dia dapat melihat gerakan tangan lawan yang aneh.
Dan yang lebih aneh tagi pedangnya seperti menghampiri sendiri ke arah tangan Cu Tian Cun.
Hatinya terkesiap.
Dia bermaksud merubah gerakan pedangnya tetapi sudah tertambet.
Ujung padangnya sudah ter|epit oleh dua ]ari telunjuk dan tengah Cu Tian Cun.
Dalam keadaan panik, tangan kanannya mengerahkan tenaga dan diputar.
Sedangkan telapak tangan kirinya segera mengirimkan sebuah pukulan yang meluncur ka arah Cu Tian Cun yang sedang menerjang datang.
Dua jari tangan kiri Cu Tian Cun tetap menjepit ujung pedang.
Kipas di tangan kenannya mengipas perlahan.
Wajahnya segera menyiratkan senyuman yang dingin.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan....
"Pergilahl". Tangan kanan diangkat ke atas dan mendorong ke depan. Tubuh Song Bun Cun menjadi tidak seimbang. Orang berikut pedangnya melayang di udara kemudian berjungktr balik satu kali lalu terdengar suara,.
"Bluk!"
Dan Song Bun Cun pun terhempas di atas tanah. Cu Tian Cun tidak mengejarnya lebih lanjut, Bahkan dia tidak meliriknya sekilas pun. Hanya kipasnya yang direntangkan di depan dada kemudian digerakkannya dengan perlahan-lahan.
"Siapa lagl yang bersedia memberikan petunjuk?"
Tanyanya dengan nada dingin dan angkuh,.
Dengan menopang Song Bun Cun berdiri perlahan-lahan, begitu malunya Song Ceng San sampai selembar wajahnya merah padam.
Song Ceng San segera menggapaikan tangannya memberi isyarat agar dia mengundurkan diri.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat itu Clek Ban Cing yang sudah terpancjng kemarahannya segera melesat keluar ke tengah lapangan dengan suara tertawa yang lantang.
"Biar orang she Ciek Yang saja yang mencoba jurusJurus mautmul"
Katanya dengan nada yang keras. Dalam waktu yang hampir bersamaan, ada lagi seorang yang melesat keluar dari rombongan para tamu agung Dia adalah Ciok Sam San dan Cong San pai.
"Ciek Congkoan harap tunggu sebentac. Hengte sudah lama ingin mengenal ilmu hebat dari Kong Tong pai. Biar babak ini kau mengalah sa|a kepada hengte, bagaimana?"
Tukasnya dengan lantang. Belum lagi Ciek Ban Cing sempat menjawab, Cu Tian Cun sudah memperdengackan suara tawa dingin.
"Kalian berdua tidak perlu berebutan. Lebih baik turun tangan berdua sa|a!"
Sindirnya dengan berani. Mata Ciok Sam San merah membara. Sei perti ada api yang berkobarkobar di dalamnya. Dia tertawa terbahak-bahak.
"Saudara adalah Cong huhoat darl Tian Te kau. Apakah kau mengerti peraturan dan tata krama dunia kangouw? Kau anggap manusia apa lohu ini'?". Sikap Cu Tian Cun tetap tenang seperti tadi.
"Daiam setiap pertarungan memang hanya ada kalah atau menang. Semua ini mengandalkan kepandaian yang dimilikt. Apebila tidak ada keyakinan penuh, apa salahnya turun tangan bersama?". Ciok Sam San benar-benar dibuatnya kesal sehingga wajahnya merah padam menahan kegusaran. Dia tertawa seperti orang kalap. Dari belakang punggungnya dia mencabut sebilah pedang yang bentuknya agak lebar. Ukurannya kira-kira empat cun. Dan saat itu dia menudingkannya ke arah Cu Tian Cun.
"Bagus sekali Han irn lohu akan memberi petejaran untuk bocah sombong seperti dirimu!"
Bentaknya dengan suara penuh emosi.
Kim ka sin Ciek Ban Cing melihat kemarahan Ciok Sam San benar-benar sudah tidak terbendung lagi, sedangkan orang ini adalah angkatan tua Cong San pai yang sudah termashyur, tentunya dia tidak enak hati untuk tetap berkeras merebut pertarungan babak ini.
Akhirnya dia terpaksa mengundurkan diri.
Cu Tian Cun mengerling sekilas kepada Ciok Sam San.
Dia sengaja berdehem satu kali.
"Apakah kau tokoh Cong San pai yang mendapat julukan Kera sakti bermata emas?".
"Tidak salah. Memang lohu lah orangnya!"
Sahut Ciok Sam San.
"Tadi kau mengatakan bahwa kau akan memberi pelajaran kepada cayhe?"
Tanya Cu Tian Cun kembali.
"Betul Lohu memang mengatakan demikian!". Cu Tian Cun menariknarik pakaiannya agar terlihat lebih rapi. Lagaknya sungguh pongah. Kipasnya direntangkan di depan dada kemudian digerakgerakannya dengan santai. Separti orang yang sedang menikmati pemandangan alam dan bukan sedang menghadapi seorang musuh tangguh. Kemudian dengan gerak kemalasmalasan, diamenunjuk ke arah Song Bun Cun dengan uJung kipasnya.
"Tadi karena cayhe ingin melihat ilmu pedang keluarga Sonc ing menggetarkan kolong langit maka seriy |a bertanding dengan Song heng itu sebanyak tiga puluh tiga setengah Jurus. Tiga puluh tiga setengah Jurus tepat sepertiga dari jumlah keseluruhannya yang mencapai seratus jurus. Terhadap seratus jurus ilmu padang keluarga Song ini, cayhe sempat merenung cukup lama...."
Dia sengaja menghentikan ucapannya seJenak, Ktpasnya diketukkan ka Jantung telapek tangan dengan perlahanlahan. Kemudian melanjutkan lagi kata-katanya.
"Tetapi menghadapl Ciong san ktam hoat, cayhe Juga sudah lama mendengar kehebatannya. Kalau Saudara barmaksud memberi pelajaran dengan ilmu pedang tersebut, rasanya masih belum tentu sanggup melakukannya. Begini saja, kirakira berapa Jurus Saudara ini memberi pelajaran kepada cayhe?". Kata-kata yang diucapkannya tentu saja dimengerti oleh para hadirin. Dia justru bermaksud melihat kehebatan seratus jurus ilmu pedang keluarga Song maka baru bergebrak dengan Song Bun Cun sebanyak tiga puluh tiga setengah jurus. Hal ini berarti apabila benar-benar ingin bertarung saja dengan Song Bun Cun. tidak perlu menunggu sampat sedemikian banyak jurus untuk mengalahkannya. Oleh karena itu pula, sekarang dia menanyakan kepada Ciok Sam San. berapa jurus yang ingin digunakannya untuk memberi palajaran kepadanya? Ucapan ini tidak diragukan lagi kesombongannya. Apakah karena dia terlalu yakin dengan kepandaiannya sendiri maka dia mengucapkan kata-kata seperti itu? Atau dibalik semua ini sudah dipasang jebakan lainnya?.
"Bagaimana menurut pendapatmu sendiri?"
Ciok Sam San membalikkan pertanyaannya. Cu Tian Cun merenung sejenak.
"Sedemikian besarnya bumi ini, tapi belum pernah ada seorang pun yang dapat melepaskan diri dalam sepuluh jurus ilmu pedang cayhe. Biar cayhe tetap menggunakan klpas ini untuk menyambut sepuluhjurus pelajaran darimu!". Belum pernah ada seorang pun yang dapat keluar dengan selamat dalam sepuluh jurus ilmu pedangnya. Dan dia ingin melawan Ciok Sam San dengan sebatang kipas di tangannya. Secara kasardia ingin mengatakan bahwa untuk melawan Ciok Sam San sa]a dia masih belum perlu mengeluarkan pedangnya. Sepasang mata Ciok Sam San terlihat menyorotkan sinaryang mengerikan Kalau bisa dia ingin menelan orang muda ini hiduphidup. Tanpa terasa dia tertawa kalap.
"Tampaknya Saudara mempunyai keyakinan penuh?". Cu Tian Cun tertawa dingin.
"Kalau kau bisa menyambut sepuluh jurus saja, maka hitunglah cayhe yang katah datam pertarungan ini". Kemarahan Ciok Sam San hampir tidak terbendung. Tanpa dapat menahan diri lagi dia bertanya....
"Setelah kau kalah, bagaimana kelanjutannya?". Terdengar suara.
"Trakkk!!!"
Kipas Cu Tian Cun telah dibuka. Dia mengipasngipaskannya di depan dada. Kemudian terlihat bibirnya mengulum senyuman datar.
"Cayhe sebagai Cong huhoat dari Tian Te kau mewakili perkumpulan ini untuk meminta petunjuk dari katian. Tentu saja urusan hari ini diselesaikan penentuannya oleh kekalahan ataupun kemenangan cayhe. Tadi Hu kaucu sudah berpesan, cayhe harus meraih kefnenangan sampai hati kalian benar-benar merasa puas. Kalau pihak cayhe kalah, berarti Tian Te kau juga yang kalah. ApabilaTian Te kau sampai mengalami kekalahan, maka di dunia kangouw tidak akan ada tempat lagi bagi Tian Te kau untuk berpijak!"
Katanya tegas.
Mendengar ucapannya itu, wajah setiap tamu yang hadir segera berubah hebat.
Biarpun anggota Tian Te kau sendiri, banyak Juga yang merasa ucapannya itu terlalu tinggl.
Dia terlalu mengagungkan dirinya sendiri.
Ciok Sam San langsung tertawa terbahak-bahak.
"Bagus! Meskipun lohu tidak mewakili kedelapan partai besar yang hadir di sini, tetapi lohu tetap mewakili Ciong San pai. Hari ini dapat mendengar kata-kata yang barusan Saudara ucapkan ini, dengan senang hati Lohu akan menerima sepuluh Jurus ilmumu yang tinggi itu!". Cu Tian Cun segera mengangkat kipasnya ka atas.
"Silahkan!". Ciok Sam San mengulurkan pedangnya ke depan kemudian menggetarkannya. Dengan wajah serius dia berkata,...
"Dalam pedang lohu ini masih adapadang lainnya. Harap Saudara berhati-hati!". Cu Tian Cun tertawa datar.
"Saudara tidak perlu ragu, silahkan mulail". Parahadirin yang mendengar ucapan Ciok Sam San, langsung timbul barbagai dugaan dalam hati mereka. Entah apa yang dimaksudkannya dengan 'Dalam pedang masih ada pedang lainnya?'. Beberapa puluh tahun yang lalu parnah terjadi perselisihan antara Ciong San pai dengan Kong Tong pai. Dalam pertarungan itu, Ciong San pai mengalami kekalahan yang tragis. SeJak itu, Jarang ada murid Ciong San pai yang berkedmpung di dalam dunia kangouw. Selama tiga puluh tahun ini, tentunya Ciong San pai tidak melupakan kekalahan yang mereka alami. Mereka beriatih dengan giat. Kali ini kedatangan Ciok Sam San menghadiri pertemuan tersebut, tentu sudah mempunyai keyakinan yang besar. Kata-kata 'di daiam pedang masih ada pedang lainnya' tentu bukan hanya ocehan gertak sambal belaka. Tiba-tiba tubuh Ciok Sam San berkelebat.
"Baik, harap Saudara sambut serangan ini!"
Tubuhnya melesat, lengannya mengulur dengan pedang digatarkan lalu langsung menyerang ke arah dada lawan.
Bentuk tubuhnya kurus kecil, itulah sebabnya dia mendapat julukan Kera sakti.
Pedang yang digunakannyajustru mempunyai ukuran.
lebar separti tetapak tangan.
Panjangnya kira-kira empat cun.
Dengan tinggi tubuhnya hampir tidak berbeda.
Saat itu pedangnya yang lebar sudah digerakkan.
Meskipun jurus yang satu ini tidak mengandung banyak perubahan, tetapi begitu pedang diluncurkan, panjangnya mengejutkan dan cahayanya berkilauan.
Pergelangan tangannya bagai seutas rantai yang dihentakkan ke depan.
Hanya tampak pergelangan tangannya yang menJulur ke depan bagai seutas rantai.
Orangnya sendiri tldak kelihatan.
Rupanya tubuh orang itu meluncur seiring dengan gerakan pedangnya.
Tubuhnya langsung diselimuti cahaya pedang yang berkilauan Apalagi dia sedang melayang di tengah udara.
Sinar pedang memijarmijar.
Tubuhnya yang kucus dan kecil langsung terselimuti sehingga tidak tampak lagi.
Para hadirin yang menyaksikan Jalannya pertarungan, memperhatikan dengan seksama gerakannya.
Mereka dapat merasakan kekuatan dari serangannya itu.
Tanpa terasa, mereka menganggukkan kepalanya secara diamdiam.
Ciok Sam San sudah hampir tiga puluh tahunan tidak terjun ke dunia kangouw.
Ternyata ilmu silatnya sudah mengatami kemajuan yang pesat.
Cu Tian Cun tidak menghindar ataupun memberi kesempatan.
Kipas di tangan kanannya mengibas ke atas, Timbul secarik bayangan kipas yang berbentuk lingkaran.
Sekali berkelebat langsung menyambut datangnya cahaya pedang Ciok Sam San.
Dengan sebatang kipas yang panjangnya hanya satu cun lebih, ternyata dia berani menyambut serangan pedang Ciok Sam San yang lebar.
Bahkan dia menyambutnya dengan kekerasan.
Cahaya pedang yang berkilauan dari pedang Ciok Sam San demikian cepatnya.
Sebentar saja sudah beradu dengan percik sinar darl kipas di tangan Cu Tian Cun.
Ciok Sam San hanya merasakan bahwa dari percikan sinar kipas Cu Tian Cun terpancar segulungan arus tenaga yang tidak bersuara maupun berwuJud Kemudian dengan keras membentur pedangnya sehingga terdorong ke belakang.
Demikian kerasnya sehingga timbul suara yang berdentangan darl tubuh pedangnya.
Selama tiga puluh tahun ini, Ciok Sam San tidak hentinya melatih Ctong San kiam hoat, masih mending kalau senjata lawannya tidak membentur padangnya itu.
Tetapi kalau sekall beradu, makin keras makin baik.
Sebab semakin keras tenaga benturan itu, hati Ciok Sam San pun semakin senang,.
Hal ini disebabkan karena Ciong San ktamhoat barbeda dengan aliran Umu pedang lainnya.
Dalam ilmu pedang biasa, kita harus menyalurkan tenaga dalam dengan menghimpun hawa murni dari tubuh kita senrfbaiuntuk mengisi kekuatan dalam pedang SWa padang Ciong Sp.n kiamhoat justru menggunakan tenaga datam orang lain yang membentur pedangnya.
Dengan demikian dia seperti meminjam tenaga lawannya untuk menghadapi lawan itu sendiri, Akibatnya separti senjata makan tuan.
Begitu merasakan kuatnya tenaga yang terpancar dari kipas Cu Tian Cun ketika membentur pedangnya, diamdiam Ciok Sam; San tertawa dalam hati.
Sepasang kakinya segera menutul ka udara dengan bentuan tenaga pantulan dari kipas lawannya.
Tubuhnya jungkir balik satu kali kamudian rnencelat balik dan menerjang cepat ke arah Cu Tian Cun.
Tepat pada saat itu juga pedang lebarnya segera dihunjamkan ke depan.
Cahaya pedang menimbulkan segumpal awan putih yang menebas kepala Cu Tian Cun.
Pedangnya belum sampai, namun cahayanya yang menimbulkan serangkum hawa dingin telah menyelimuti sekitar tempat itu.
Serangan ini bahkan membuat orang merasa bahwa awan putih itu mengandung hawa pembunuhan yang tebal.
Jurus ini bernama Awan kelabu menuju atap rumah, jurus yang paling maut dari Ciong San kiamhoat.
Bahkan Bulim toalo Song Ceng San sampai mengawasinya dengan tidak berkedip.
Seakan takut kahilangan kesempatan itu.
Dia mengelus-elus jenggotnya dan menganggukkan kepalanya berkali-kali.
Sementara itu, Cu Tian Cun masih berdirj tegak dengan kipas direntangkan di depan dada Seperti juga yang lainnya, dia juga ikut menatap datangnya serangan pedang Ciok Sam San yang sudah hampir mencapai sasarannya.
Tampaknya dia separti tidak merasakan apa-apa dan tidak mengadakan parsiapan sama sekali.
Sampai cahaya pedang hanya tinggal satu cun menekan di atas kepalanya, kipasnya baru diangkat ke atas seiring dengan tubuhnya yang bergerak ringan dan memutar bagai seekor ular yang sedang melilit.
Sekejap kemudian dia sudah mencelat ke samping.
Ketjka tubuhnya berputar, yang terlihat hanya secank sinar kipas yang membentuk bayangan.
Kemudian pergelangan tangannya yang diangkat ke atas tegak lurus bagai sebuah pagoda yang tidak bergeming meskipun diterpa hujan badai.
Segulung cahaya pedang menekan dari atas ke bawah, secara perlahan-lahan semakin melorot dan sesaat kemudian terdengar suara dentangan yang bartubitubi serta memekakkan telinga Paling tidak suara tadi terdengar sebanyak tujuh delapan kali.
Hal ini membuktikan bahwa meskipun jurus Awan kelabu menutupi atap rumahyang dijalankan oleh Ciok Sam San ini terdiri dari satu Jurus, tetapi secara berturut-turut dapat melancarkan tujuh delapan serangan.
Tetapi semuanya dapat disambut oleh Cu Tian Cun dengan baik.
Awan putih yang timbul dari pedang Ciok Sam San dan bayangan kipas sirna seketika.
Serangan Ciok Sam San yang pertama kali mengalami kagagalan, tubuhnya yang sedang melorot turun berjarak kurang dari satu depa dengan tanah.
Pada saat dentangan kedelapan kalinya terdengar, tahu-tahu tubuhnya sudah melayang lagi ke atas.
Pedang lebarnya mengeluarkan cahaya seperti pelangi seiring dengan gerakan tubuhnya.
Dia kembah menyerang dengan gencar.
Karena kali ini padangnya sudah beradu dengan kipas Cu Tian Cun sebanyak delapan kali, pantLilan tenaganya otomatis jauh lebih kuat.
Tubuh diri pedang melesat ke atas setinggi lima depa Bahkan timbu! cahaya yang lebih terang dari sebelumnya.
Tiba- tiba tubuhnya yang sedang melayang di udara itu memutar dan dengan pedang di muka, orangnya di belakang, dia menikam dari atas ke bawah.
Meskipun jurus ini tidak mengandung perubahan, tetapi secarik sinar pedang dari ketinggian lima depa menusuk ke bawah bagai gunung berapi yang meletus.
Juga laksana air bah yang mengalir dengan deras dari sungai Huang Ho.
Begitu dahsyatnya serangan yang satu ini, malah jauh lebih hebat dari jurus Awan kelabu menutupi atap rumah yang sebelumnya.
Temyata Ciong San kiamhoat mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan ilmu pedang tujuh partai besar lainnya!.
Tampang Cu Tian Cun tadinya gagah serta berwibawa.
Seakan tidak menaruh perhatian sama sekali.
Namun saat ini tiba-tiba saja wajahnya menjadi serius dan berkonsentrasi penuh.
Dia sendiri merasakan apabila ingin menghadapi pedang tebar Ciok Sam San ini dengan sebatang kipas di tangannya, bukan hal yang mudah.
Sebelumnya dia terlalu memandang remeh lawannya itu.
Tetapi, biar bagaimanapun, tidak terlihat setitik pun ketakutan di wajahnya.
Kipasnya masih direntangkan di depan dada.
matanya menatap datangnya serangan lawan lekatlekat.
Tubuhnya berdiri tegak tidak bergeming sedikitpun,.
Para hadirin yang menyaksikan pertarungan itu tantu dapat metihat Cu Tian Cun yang berdiri tegak sambil merentangkan kipasnya di depan dada.
Oia seperti sedang termenung memikirkan cara untuk menyambut serangan lawannya.
Pada dasarnya, serangan Ciok Sam San kali inf sangat hebat.
Biar dfIJhat dari sudut mana pun, susah menemukan kelemahannya.
Entah bagaimana cara Cu Tian Cun menyambut jurus Naga langit mencarj tempat persembunyian dah Ciok Sam San ini?.
Dapat dibayangken sampai dl mana kecepatan kelebatan cahaya yang tarpancar dari pedang Ciok Sam San ini! Justru ketika tubuhnya meluncurturun dari ketinggian lima depa mencapai tiga depa, tidak ada seorang pun yang melihat bagaimana cara kaki Cu Tian Cun melesat meninggalken tanah dan orang itu mendadak sudah melayang ke atas dengan posisi tubuh seperti semula,.
Yang satu merupakan sekilas sinar yang menghunjam ke bawah sedangkan yang lainnya mengandalkan posisi tubuh yang tegak lurus mencelat ke atas.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keduanya bartemu pada jarak dua depa di atas tanah.
Cu Tian Cun menghindarkan diri dari hunjaman pedang yang sedang menusuk ke bawah dan menunggu sampai tubuh mereka hampir saling beradu.
Tiba-tiba kipasnya bagai seutas rantai yang disapukan ke arah sinar pedang yang berkitauan,.
Dalam jurus yang satu ini, pedang dan kipas tanpa dapat ditahan lagi beradu di uda' ra.
Terdengarlah suara benturan yang memecahkan kesunyian yang mencekam Dua sosok bayangan tergetar sampai mental ke kiri dan kanan Tepat pada saat itulah, para hadirin melihat titik-titik sinar dingin memercik dari cahaya pedang Ciok Sam San yang lebar.
Tadinya para hadirin masih mengira bahwa titiktitik sinar itu merupakan bungabunga api yang tlmbul akibat benturan pedang dan kipas yang keras.
Tetapi setelah dlperhatikan dengan seksama, rupanya titiktitik sinar itu merupakan lima batang pedang pendek yang mengeluarkan sinar berkilauan dan langsung meluncur ke arah tubuh Cu Tian Cun.
Tepat pada saat itu, para hadirin langsung mengerti apa yang dimaksudkan oleh Ciok Sam San dengan di dalam pedang masih ada pedang lainnya.
Kedua orang itu mendapat getaran di tengah udara dalam waktu yang bersamaan.
Bahkan tubuh mereka sampai terpental.
Boleh dikatakan, menggunakan peluang ketika kekuatan tenaga mulai melemah ialu meluncurkan kelima batang pedang pendek Itu menyerang tawan merupakan saat yang paling tepat.
Tubuh Cu Tiang Cun sedang terpental.
karena getaran benturan tadi, matanya melihat lima titik sinar sedang meluncur ke arahnya Kipasnya langsung dibuka dan dikibaskan SenJatanya yang satu ini memang khusus untuk menangkis serangan am gi (senJata rahasia).
Tetapi sialnya saat itu tubuhnya sedang melayang di udara Sedangkan pedang lebar Ciok Sam San masih mengancamnya.
Apabila dia menggerakkan kipasnya untuk menangkis serangan senjata rahasia, maka dia tidak keburu menghindarkan diri dan serangan pedang lawan.
Akhirnya dia mengulurkan tangan kinnya ke atas dan menyapu ketima batang pedang kecil tadi dengan ujung lengan bajunya.
Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang singkat.
Ciok Sam San yang baru saja menyambitkan lima batang pedang pendek, langsung merasa kepalanya pusing tujuh keliling.
Padahal saat itu, tubuhnya sedang melayang di udara.
Hawa murninya tidak dapat dihimpun.
Oengan kepala di bawah dan kaki di atas, dari ketinggian kurang lebih dua depaan, Ciok Sam San tarhempas jatuh, Terdengarlah suara.
"Blukkki"
Yang cukup keras.
Tepat pada saat itu juga, Cu Tlan Cun melayang turun di atas tanah, Kettka dia menundukkan kepalanya, dia melihat ujung lengan baju kirinya sudah tardapat tima buah lubang kecil akibat tusukan pisau yang disambit oleh Ciok Sam San.
Wajahnya yang tampan langsung berubah hebat.
Baru saja dia hendak melancarkan serangan kembeli, dia melihat Clok Sam San yang terjatuh di atas tanah seperti tidak sanggup bangun lagl.
Hatinya merasa aneh.
Gerakan kipasnya terhenti seketika.
Dia memperlihatkan tawanya yang dingln.
"Kenapa kau?". Tepat pada saat Jtu, orang-orang dari delapan partai basar Juga melihat tingkah laku Ciok Sam San yang aneh. Tampaknya gerak gerik orang itu kurang wajar. Ciek Ban Cing dan Wi Ting slntiau merupakan orang-orang yang berada paling dekat dengannya. Kedua orang itu segera menghambur kaluar dan memapah bangun Ciok Sam San. Dalam waktuyang bersamaan mereka melihat sinar keemasan terpancar darl dalam lengan ba|U kihnya. Ternyata di sana terdapat lima batang pisau pandek separti yang disambitkannya kepada Cu Tian Cun tadi. Apabila di tengah udara tadi dia tidak merasakan kelainan pada hawa murni di tubuhnya, kelima batang pisau keol ini pasti dapat merobohkan lawannya dengan telak.
"Ciok taihiap, apakah kau terluka?"
Tanya CJek Ban Cing panik. Ciok Sam San dibtmbing bangun oleh kedua orang itu. Dia berusaha menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, tetapi rasanya tidak ada yang nyeri atau pun sakit. Hatinya diamdiam merasa aneh.
"Heran, tubuh hengte tampaknya tidak mengalami luka apa pun.".
"Lalu bagaimana Ciok heng bisa tarjatuh dari atas?"
Tanya Beng Ta Jin.
"Hengte tadi baru saja menyambitkan lima batang pisau terbang. Tiba-tiba kepela terasa pusing tujuh keliling. Ketika mencoba menghimpun hawa murni untuk mempertahankan diri, ternyata tidak bisa. Dengan demikian tubuh terus metuncur turun dan terjatuh ke bawah Kejadian semacam ini beium pernah hengte alami sebelumnya,"
Sahut Ciok Sam San.
Diamdiam timbul rasa curiga dalam hati Beng Ta JJn.
llmu yang dilatih o[eh murid Ciong San pai memang ada semacam yang merupakan melemparkan pisau terbang dan udara.
Meskipun berada di ketinggian lima enam depa sekalipun, asal hawa murni dihimpun, gerakan tubuh pun dapat diimbangkan sesuka hati Sedangkan bagi Ciok Sam San yangsudah melatih ilmu iniselamatiga puluh tahunan, tidakmungkm akan terjadi kesalahan apalagi kegagalan Kecuaii kalau dia dibokong musuh.
Tetapi mereka semua tidak melihat Cu Tlan Cun melakukan serangan apa-apa.
Hatinya jadi tergerak seketika Cepatcepat dia menoleh kembafi kepada Ciok Sam San dan berkata dengan suara rendah.
"Coba Ciok heng himpun hawa murni sekall lagi. Apakah ada sesuatu yang dirasakan tidak waJar?". Ciok Sam San Juga jego tua yang sudah lama barkecimpung di dunia kangouw. Pengalamannya sudah luas sekali. Kalau membayangkan dirinya sendiri yang sudah melatih ilmu pedang ini selama puluhan tahun, tidak mungkin dia terJatuh dari udara seperti anak kecil yang baru mulal latihan. Selama ini dia belum pernah menemui kejadlan seperti itu. Mendengar ucapan Beng Ta jin, hatinya jadi tercekat. Cepatcepat dia mengikuti permintaan rekannya dan memejamkan matanya untuk menghimpun hawa murni. Dia berusaha menemukan kelainan pada dirinya. Ternyata begitu dia menghimpun hawa'murni untuk dialirkan ke seluruh tubuh, dia segera merasakan hawa murrn itu terkadang ada dan terkadang menghilang Ada kalanya dia merasa agak susah bernafas seperti orang sesak. Tetapi selain ftu dia tidak merasakan apa-apa tagi. Beng Ta Jin menunggu sampai dia membuka matanya kembali baru mengajukan pertanyaan.
"Apa yang Ciok heng rasakan?". Alis Ciok Sam San tampak berkerut-kerut.
"Benarbanar mengherankan. Hengte merasa hawa murnt dl datam tubuh ini terkadang ada dan terkadang tidak. Di an^ara ada dan tidak itu hawa murni terasa sedikitsedlkit membuyar. Hal inl belum pernah tarjadi pada diri hengte selama puluhan tahun ini.". Beng Tajin langsung mengeluarkan suara keluhan. Wajahnya menjadi kelam seketika.
"Cuwi totiang cepat-cepet himpun hawa murni dalam tubuh. Coba lihat apakah ada tarasa kelainan pada diri sendiri. Tetapi jangan sampai membuat pihak lawan menjadi curiga."
Katanya dengan nada berbisik. Mendengar ucapannya yang serius, para hadirin yang lain segera menghimpun hawa murni mereka secara diamdiam. Tetapi mereka tidak merasakan sesuatu yang tidak wajar. Ciok Sam San menarik nafas panjang.
"Mungkin hengte memang sudah tua.".
"Kemungkinan ketika Ciok Heng berada di udara dan menyambitkan pisau terbang dengan emosi yang meluapluap sehingga untuk sesaat hawa murni jadi tidak terhimpun dengan lancar,"
Sahut Beng Ta jln.
"Tia, ketika anak menghimpun hawa murnl barusan, anakjuga merasaken hawa murni di dalam tubuh ini buyar sedikit demi sedikit,"
Terdengar Song Bun Cun mengatakan kepada ayahnya. Song Ceng San agak terkejut mendengar keterangan anaknya.
"Bisa begitu?". Ciok heng dan Song sau heng berdua, sama-sama sudah bergebrak dengan Cu Tian Cun Sekarang mereka sama-sama merasakan hawa murni di dalam tubuh buyar sedikit demi sedikit Apakah di balik semua ini ada hal yang aneh? Pikir Beng Ta jin dalam hatinya. Cu Tian Cun yang melihat pihak lawan tidak menjawab pertanyaan, tetapi malah berbicaradengan bisikbisiksekarang menggerakkan kipasnya di depan dada dan menunggu sejenak lagi. Namun dari pihak lawan tetap tidak ada orang yang keluar menyambutnya. Hatinya mulai merasa tidak sabar.
"Hei! Apakah perundingan kalian sudah selesai? Siapa sebetulnya yang ingin rnenjadi lawan orang she Cu Jni?"
Teriaknya kesal. Ciang bunjin dari Pat Kua bun, Kwek Si Hong segera mengeiuarkan pedang panjang. Dia melangkah ke tengah arena dengan perlahan-lahan.
"Plnto tidak mengukur kekuatan sendiri dan ingin mencoba beberapa jurus ilmu Cong huhoat yang tinggi,"
Katanya.
Karena pihak lawan yang tampil kali ini adala.h seorang Ciang bunjin, Cu Tian Cun tidak enak hati menghadapinya dengan sebatang kipas.
Oleh karena itu, dia "^egera menutup kembali kipasnya kemudian menyelipkannya ke pinggang.
Dia langsung meng^iunus pedang panjangnya kemudian menjura dalam-dalam.
"Apabila Kwek totiang bersedia memberikan petunjuk, cayhetentu akan menemani dengan senang hati,"
Sahutnya. Pedangnya yang panjang langsung digetarkan. Terdengar suara.
"Serrr'"
Cahaya hijau pun tampak dan pedang tersebut. Tanpa perlu diragukan lagi, senjata yang digunakannya inj pasti merupakan sebatang pedang pusaka.
"Totiang, silakan.". Kata-kata yang diucapkannya sangat sungkan, tetapi mimik wajahnya begitu dingin. Penampilannya tetap gagah. Kwek Si Hong menatapnya lekat-lekat. Diamdiam dia menarik nafas panjang. Usia orang ini masih muda sekati. Pasti belum ada tiga puluh tahunan, Namun ilmu yang dimilikinya sudah demikian tinggi kalau dlpikirkan, dia termasuk generasi muda yang mempunyai bakat gemilang dan pasti bisa menonjolkan diri kelak, Sayangnya dia tidak masul' dalam allran lurus, malah bergabung dengan Kong Tong pai. Bukan saja dia menjadi tulang punggung mereka hari ini, tetapi juga merupakan bibit bencana di kelak kemudian hari, Tampaknya orang ini tidak boleh dibiarkan hidup Dia pesti akan merajatela nantinya. Lebih baik dienyahkan dari sekarang jugal kata Kwek Si hong dalam hatinya. Usia orang tua ini sudah di atas tujuh puluhan. Baik rambut maupun jenggotnya sudah memutjh. Saat itu dia berdiri tegak dengan pedang di tangan. Karena pikirannya tergerak untuk membasmi bibit bencana bagi dunia Bulim, tanpa sadar sepasang matanya mengilaukan cahaya seperti kilat. Dia menatap lekatiekat pada diri Cu Tian Cun dengan pandangan menusuk,. Cu Tian Cun melihat Kwek Si Hong terus menatap dirinya. Pedangnya masih belum dihunus, tetapi sinar matanya telah menyiratkan hawa pembunuhan yang tebal. Hatinya diamdiam menJadi terkesiap.
"Hawa pembunuhan pada dfri totiang ini tebal sekali", Diamdiam dia berpikir. Di luarnya dia tidak menunjukkan perasaan apa-apa. Tangannya dirangkapkan dan menJura sekali lagi.
"Totiang sudah boleh mulai sekarang!". Kwek Si Hong segera melintangkan pedangnya di depan dada. Sebelah tangannya membuat tanda penghormatan.
"Siancai! Siancai! Pinto terpaksa berlaku lancang.". Kaki kirinya bertindak setengah langkah. pedang panjang di tangan kanannya segera dikibaskan ke udara. Terdengar suara berdesir yang terbit dari getaran pedang tersebut. Tiga larik cahaya segera terlihat, dengan gerakan lurus pedang itu terus menghunjam ke depan. Serangannya ini merupakan salah satu jurus ilmu Pat Kua kiamhoat yang bernama Tiga berantai. Gerak pembukaannya sudah demikian hebat, hal inl membuktikan bahwa ilmu pedang yang dikuasai orang tua ini tidak dapat dianggap remeh. Tiga larik sinar yang terbit dari pedangnya Ini bukan hanya mengandung enam puluh empat perubahan, tetapi suara yang berdesirdesir dari getaran pedang itu pun dapat membuat perasaan orang menggigil sampai ke tulang sumsum dan jarak beberapa cun. Tangan Cu Tian Cun memegang Ceng pengkiam alias Pedang hijau yang digunakannya Kaki kirinya juga menindak ke depan setengah langkah, kemudian tibatiba memutar. Gerakannya indah, dengan mudah dia sudah berhasil mengelakkan diri dan serangan Kwek Si Hong yang menimbulkan tiga larik sinar itu. Matanya menatap ke sebelah kanan Dalam waktu yang bersamaan, tangan kinnya juga menjulur keluar ke arah kanan. Juluran tangannya ini tampaknya ringan saja, tetapi sebenarnya mengandung kekuatan dan kecepatan yang tidak terkirakan. Serangan itu langsung meluncur ke bagian depan tubuh Kwek Si Hong. Sebetutnya gerakan tangan kirinya yang mengarah ke sebefah kanan ini hanya gertakan saja Begitu sampai di depan dada Kwek Si Hong, tenaganya sudah buyar. Jurusnya pun diganti lagi, Seiring dengan gerakan tubuhnya, pedangnya diangkat ke atas, lalu tubuhnya berputar sekali lagi dan tampaklah sekumpulan cahaya yang juga memancarkan hawa dingin. Sasarannya lagilagi dada Kwek Si Hong. Tentu saja Kwek Si Hong tidak menyangka dia akan menyerang lagi tempat yang sama. Tipuannya ini sangat bagus. Kalau tokoh kangouw biasa saja pasti tidak bisa menghindarkan diri lagi Tentu dengan telak pedangnya akan menikam ke dada. Tadi Kwek Si Hong sudah menyaksikan pertarungan antara orang ini dengan Song Bun Cun. Lalu dia bertarung lagi dengan Ciok Sam San. Dia tahu gerakan yang dllakukan Cu Tian Cun selalu mengandung perubahan yang mengejutkan, Karena sejak permulaan dia sudah mempersiapkan diri, padang panjangnya segera digetarkan, Secara berturutturut beberapa titik sinar memijar. Jurus yang digunakannya adalah Meninggalkan jejak di tanah. Dua lahk cahaya yang timbul dari pedang dengan tepat menahan serangan lawan. Dua titik sinar yang lain terus meluncur ke arah dua urat nadi penting di tubuh Cu Tian Cun. Cu Tian Cun tidak menyangka Kwek Si Hong yang sedang menangkis serangan pedangnya masih dapat memencarkan titik kekuatan yang timbul dari pedangnya untuk menotok jalan darahnya. Mulutnya mengeluarkan suara tawa dingin. Tubuhnya melesat dan pedang Ceng pengkiamnya langsung ditusukkan ke depan. Tiba-tiba cahaya pedang menjadi sirna. Kemudian berubah menjadi titiktitik bintang yang berkilauan. Pergelangan tangan Cu Tian Cun bagai ranting pohon yang melambailambai. Gerakannya seperti orang yang sedang menari Tetapi dan pedangnya timbul titiktitlk yang jumlahnya mungkin mencapai ratusan. Kwek Si Hong juga tidak memperdutikannya. Hanya tangannya yang terus menggerakkan pedang, kakinya terus bertindak maju. Cahaya yang timbul dari pedangnya memenuhi sekitar tempat itu kemudian terlihat berkelebat dari kiri ke kanan Tubuhnya juga mengikuti gerakan kakinya, orang yang tidak paham tentu mengira dirinya sedang melakukan upacara pengusiran setan. Rupanya selama berpuluh tahun ini Kwek Si Hong melatih ilmu pedang yang mengikuti unsur Pat kua. Pada dasarnya langkah Pat kua memang merupakan ajaran tentang Im dan Yang seperti yang biasa digunakan untuk upacaraupacara ntual untuk meminta hujan di musim kemarau, pengusiran rohroh Jahat yang mengganggu dan sebagainya. Tentu saja ilmu yang dipelajan Kwek Si Hong bukan jenis ilmu itu. Tetapi ilmu pedangnyalah yang mengandung langkah Pat kua Tadi mereka berdua menggerakkan pedang masing-masing untuk menangkis dan menyerang. Sekarang ini Kwek Si Hong hanya mengulurkan pedangnya dan menggerakkan kakinya. Tetapi keanehannyajustru terietak di sini. Dia seperti terus berputar pada posisi segi delapan itu. Hujan titik sinar yang keluar dari pedang Cu Tian Cun seperti tidak berhasii menemukan sasarannya. Dia seperti kehilangan musuhnya secara tibatfba. Padahal mata Cu Tian Cun masih dapat melihat Kwek Sl Hong yang tarus berputaran. Dalam waktu yang singkat, titik-titik yang timbul itu sirna dengan perlahan-lahan. Perlu diketahui bahwa ratusan titlk-titik seperti bintang yang terpancar dari padang Cu Tian Cun tentu saja merupakan fantasi saja, Sedangkan titik pusat hanya ada satu. Dan tltik pusat ini terselimut dalam bayangan titik-titik yang merupakan fantasi tadi. Hal ini membuat lawan sulit menentukan mana yang benar-benar mecupakan Ujung pedang yang sedang mengancamnya. Semua titik ini bagai nyata tetapi seperti juga tipuan. Dengan demikian perasaan lawannya jadi mendugaduga. Pada saat musuh lengah itulah, titik pusat tersebut akan menyerang dengan kecepatan tinggi dan tentunya sulit dihindari lagi. Tentu saja ketika Kwek Si Hong mengerahkan Pat Kua kiamhoat, Cu Tian Cun segera menyerangnya dengan titik pusat tersebut. Tetapi serangannya ini mengalami kegagalan. Orang tuar hanya mellhat titik-titik seperti bintang jatuh, tidak sempat mellhat bagaimana dia menusukkan pedangnya. Itulah sebabnya mereka hanya melihat titiktkik itu sirna dengan perlahan-lahan dan sama sekali tidak tahu kalau Cu Tian Cun sudah menyerang dan ternyata gagal. Kwek Si Hong sama sekali tldak memperdulikan hujan titik-titik yang memenuhi sekitar tempat itu la juga tak memperdulikan titik-titik yang kemudian sirna itu. Dia masih terus melangkah mengitari unsur Pat kua. Pedang di tangannya juga terus digerakkan. Selarik demi selarik cahaya pedang berkelebat semakin lama semakin cepat. Tubuhnya yang terus memutar itu juga bergerak semakin cepat. Dia hanya menggunakan sebatang pedang. Tentu saja dia tidak bisa membuat janngan bayangan dari pedang itu pada ukuran satu depa di sekelilingnya. Tetapi karena langkah kakinya terus mengikuti unsur Pat kua, maka cahaya pedangnya terus berkelebat. Terkadang muncul di sebelah timur, terkadang pula muncul di sebelah barat. Dengan kecepatan seperii kilat dan bayangan yang kadang timbul, terkadang menghilang. Cu Tian Cun berdiri di tengahtengah. Dia seperti egak terkesima. Terangterangan Kwek Si Hong beijalan melewati sampingnya. Dia sepertl merasakan seperti juga tidak. Dia terus memperhatikan bayangan pedang yang kadang ada dan kadang menghilang. Lama sekali dia tidak melakukan gerakan apa-apa. Kirakira sepemirruman teh telah berlalu Tiba-tiba mulut meraung keras dan pedang panjangnya diulurkan lalu menerjang ke dalam bayangan pedang Kwek Si Hong yang berkilauan. Sebetulnya gerakan pedang Kwe Si Hong Jni memantulkan cahayayang berkilauan. Tetapi begitu cahaya ttu timbul, Kwek Si Hong sendiri sudah menggeser ke arah lain. Sekarang Cu Tian Cun justru menerjang ke arah bayangan pedangnya. Tentu saja serangannya ini akan mengalami kegagalan. Kelika serangannya tidak mencapai sasaran, Cu Tian Cun mana sudi membiarkan saja. Pergelangan tangan kanannya segera digerakkan, secara berturutturut dia mengeluarkan serangan sebanyak tujuh delapan kali. Namun Cu Tian Cun mengulangi kesalahan yang sama Tujuh delapan kali serangannya ini terus diluncurkan ke arah bayangan pedang Kwek Si Hong. Ketika pedangnya mencapi pantulan bayangan itu, kambali tubuh Kwek Si Hong sudah berganti arah ke posisi yang lain. Maka serangannya kali ini pun tldak berhasil,. Rupanya inilah kaistimewaan dari Pat kua kiamhoat. Rumus ilmu padang Pat Kua kiamhoat ini memang mengandung keanehan yang membuat lawannya terkejut dan bingung. Apabila Iwekang seseorang yang menjadi lawannya kurang tinggi, lama kelamaan dia sendiri bingung menentukan mana lawan dan mana dirinya sendiri. Sehingga tidak jarang yang akhirnya berakibat senjata makan tuan. Asalkan orang sudah tertarik oleh pesona gerakan Pat kuanya, maka ia seperti memasuki barisan Pat Ceng tu yang ada jaman dahulu diciptakan oleh Cui Kek Liang, si manusiajenius. Orang tak dapat lagi menentukan mana timur, barat, selatan atau utara. Perhatian tidak dapat dipusatkan dengan kasadaran penuh dan ia bisa terjebak di dalamnya. Meskipun orang luar yang berdiri sebagai penonton dapat melihat semuanya dengan Jelas, Cu Tlan Cun malah dibuat terpesona oleh cahaya pedang yang berpindahpindah, Dia sama sekali tidak dapat menentukan lagi dl mana Kwek Si Hong berada. Matanya separti berkunangkunang. Yang terlihat olehnya hanya cahaya pedang yang kadang timbul dan terkadang menghilang begitu saja. Selama tiga puluh tehun tarakhir ini, Kong Tong pai telah msmusatkan segafa perhatian dan bekerja keras guna memecahkan ilmu pedang dari berbagai partai besar yang terdapat di Bu lim. Boleh dibilang usaha mereka ini tidak sia-sia. Hampir seluruh aliran ilmu pedang di dunia ini telah berhasil mereka selidiki dengan teliti bahkan mereka juga telah menciptakan berbagai ilmu untuk memecahkannya. Tetapi ilmu pedang Kwek Si Hong kelewat aneh. llmu Pat Kua kiamhoat yang dikerahkannya dengan ilmu Pat Kua kiamhoat yang asli memang mempunyai aliran yang sama. Tetapi setiap jurusnya sudah mengalami banyak perubehan di sana sini sehingga jauh berbeda dengan Pat Kua kiamhoat yang dulu. Oleh.karena itu, meskipun Cu Tian Cun sudah mempelajari semacam ilmu yang dapat memecahkan Pat Kua kiamhoat, namun dia tetap menemui kesulitan dalam unsur Pat kua ini. Tetapi, biar bagaimana pun Cu Tian Cun adalah ahli waris Ci Sancu yang berilmu tinggi. Setelah delapan kali serangannya mengalami kagagalan, hatinya langsung tersentak. Suatu ingatan melintas di benaknya. Tadi dia pernah mengatakan, apabila ada orang yang sanggup menyambut sepuluh kali serangannya, maka terhitung dia yang kalah dalam pertarungan tersebut. Sedangkan dia sudah mempertaruhkan nama Tian Te kau atas kepandaiannya sendiri, Apabila dia mengalami kekalahan, maka berarti Tian Te kau juga sudah kalah. Barusan dia sudah melancarkan serangan sebanyak delapan kali. Kalau ditambah lagi dengan serangannya yang pertama, berarti semuanya sudah berjumlah sembilan kali serangan. Sekali ini apabila dia gagal lagi. bukankah berarti Kwek Si Hong sudah dapat menyambut sepuluh kali serangannya seperti yang diumbarkannya sendiri tadi?. Sekarang perasaan Cu Tian Cun menjadi panik sekaligus marah. Tiba-tiba kepalanya mendongak ke atas dan dari mulutnya berkumandang suara siulan yang panjang. Pedang Ceng Pengkiamnya digerakkan ke atas. Secarik sinar hijau mendadak meliukliuk bagai naga sakti yang bergerak di angkasa. Dalam sekejap mata dia sudah berhasil meloloskan diri dari pesona Pat kua kiamceng tersebut. Kakinya pun dihentakkan dan tubuhnya melesat setinggi tiga depa. Melayang ke atas mernang merupakan cara yang paling tepat untuk memecahkan kelemahan Pat Kua kiamhoat. Hal ini tentu Jarang dikatahui lawan lainnya karena mereka telah terjerat dalam pengaruh bayangan pedang itu sendiri. Tubuh Cu Tian Cun yang sedang melayang di udara diiringi suara siulan yang panjang. Pedang Ceng Pengkiamnya pun bergerak di angkasa. Dalam waktu yang singkat, cahaya kehijauan memijar. Dalam sekejap mata berubah menjadi sembilan larik sinar. Setiap sinar pedang menyelimuti pergelangan tangan Cu Tian Cun sehingga tidak terlihat lagi. Cahayanya yang kehijauan seperti mengandung hawa kekejian yang dalam. Bagai seutas rantai panjang meluncur ke arah kepala si Kwek Si Hong. Melihat keadaan yang sedang berlangung, hati Song Cong San menjadi tercekat.
"Fun kuang kiamhoat (llmu pedang memencarkan cahaya)!"
Serunya dalam hati.
Serangan Cu Tian Cun ini, kecuali Song Ceng San yang mengenalinya sebagai Fun kuan kiamhoat, orang yang lainnya melihat pun tidak pernah.
Tidak salah! llmu yang dijalankan oleh Cu Tian Cun kali ini memang Fun kuang kiam hoat.
Sedangkan jurus yang digunakannya adalah Kiu liong kicuj atau Sembilan naga menyedot air.
llmu ini merupakan ciptaan Ci Sancu dan Kong Tong sihao yang perumusannya memakan waktu hampir sepuluh tahun.
Kegunaan ilmu ini memang khusus untuk menghadapi ilmu pedang yang aneh dari Pat Kua kiamhoat.
Dalam satu jurus terdapat sembilan kali serangan.
Delapan sinar di antaranya adalah untuk memecahkan pengaruh dari langkah Pat Kua bun, sedangkan titik sinar yang satunya iagi merupakan inti dari ilmu itu yang khusus didptakan untuk menghadapi Pat Kua kiamhoat.
Coba bayangkan, apabila ilmu sakti darj Pat Kua kiamhoat ini kehilangan kekuatannya, maka titik sinar yang terakhir itu, bukankah bisa segera merenggut nyawa? Kwek Sj Hong yang melihat tubuh Cu Tian Cun sedang melesat ke udara dan dapat meloloskan diri dari pengaruh langkah Pat kuanya, diam-diam merasa hatinya tercekat!.
"Rupanya orang ini benar-benar lawan yana tangguh!"
Pikirnya dalam hati.
M Tepat pada saaf itu dia melihat sembilan larik sinar memijar dari pedang Cu Tian Cun dan terus meluncur ke bawah.
Sebagai orang yang sudah berpengalaman, dia segera sadar bahwa iurus yang digunakan orang ini memang khusus untuk memecahkan Pat Kua kiamhoatnya.
Hatinya semakin tercekat.
Sementara itu salah satu titik sinar yang sedang meluncur itu memang khusus ditujukan kepada dirinya.
Tetapi saat itu dia sudah tidak mempunyai banyak waktu untuk merenungkan ha| ini.
Mulutnya mengeluarkan suara raungan yang keras.
Pedang panjangnya langsung digerakkan ke atasdan menyambut serangan Cu Tian Cun.
Dengan mengandalkan selarik sinar pedang untuk melawan sembilan larik sinar yang terpancar dari pedang lawan, biar dihhtung bagaimana pun, sedikit sekali kemungkinannya untuk meraih kemenangan.
Rumus ini tentu saja disadari sekati oleh Kwek Si Hong.
Justru yang membuat pikirannya teri ganggu adalah dari sembilan titik sinar yang terpancar dari pedang pihak lawan, hanya satu yang merupakan titik inti yang mematiKan.
Meskipun titik sinar yang pertama sudah nnenekan dan atas ke bawah, tapi tenaga dalamnya masih dapat menanggulangi masalah ini.
Tetapi ternyata dugaannya salah.
Sembilan titik sinar yang terpancar dari pedang Cu Tian Cun ini bagai keluar dalam waktu yang bersamaan.
Hal ini terjadi karena kecepatan gerak orang muda itu.
Fun kuang kiamhoat berbeda dengan ilmu pedang lainnya, yakni tidak ada satu pun yang merupakan Jurus tipuan.
Tiba-tiba ciang bunjin dan Hua San pai, San Ceng Huan dan Giok Si Cu dan Bu Tong pai dapat melihat sesuatu yang kurang beres.
Dalam waktu yang bersamaan, keduanya segera melesat ke tengah arena.
Kan Si Tong dari Pat kua bun melihat suhengnya melancarkan sejurus serangan untuk menangkis sembilan titik sinar dari pedang lawannya.
Tentu sulit bagi Kwek Si Hong meraih keuntungan dari hal ini Tadinya dia masih ragu apakah dia harus keluar untuk memberikan bantuan.
Tapi dia melihat Sang Ceng Hun dan Giok Si Cu berduaduaan sudah meiayang ke depan maka dia pun tidak bimbang lagi dan mengikuti di belakang mereka.
Kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata.
Terdengar suara.
"Trang' Trang!"
Sebanyak dua kali.
Semua orang merasakan mata mereka silau karena kilatan cahaya.
Sebegitu silaunya sampaisampai mereka tidak sanggup membuka mata Kemudian disusui dengan suara berdentangan yang lain sampai sembilan kali berturut-turut.
Suara itu begitu nyaring sehingga telinga terasa pekak dibuatnya Angin yang timbul dari pertarungan kedua orang itu menderuderu.
Hal ini membuat perasaan orang-orang yang menyaksikannya menjadi semakin tertekan.
Suara dentangan yang pertama dan kedua merupakan suara pedang Sang Ceng Hun dan Giok Si Cu yang dicabut dalam waktu yang hampir bersamaan Begitu Tai pekkiam milik Sang Ceng Hun dihunus, terlihat|ah secarik sinar keperakan yang memanJang bagai seutas rantai lalu meluncur di tengah udara.
Meskipun saat itu adalah tengah hari, tetapi sinar yang berkilauan dari pedangnya tetap terlihat dengan jelas.
Pedang Ceng Kangkiam dari Giok Si Cu Juga dihunus dalam waktu yang bersamaan.
Ketika digerakkan terlihat selarik sinar hijau yang panjang, tetapi sinar ini begitu lembut tidak menusuk mata.
llmu yang dilatih tosu ini adalah Tai kit kiamhoat yang tenang namun mengandung kekuatan yang dalam.
Dan di balik kekuatan ini ada mengandung unsur Im yang lembut.
Kedua orang tokoh Bulim yang mempunyai kedudukan tinggi ini ternyata tidak mengindahkan peraturan kangouw lagi serta langsung menghunus pedang mereka menerjang ke tengah arena.
Hal ini membuktikan betapa gentingnya situasi yang sedang berlangsung.
Suara memekakkan telinga yang timbul dari benturan kedua batang pedang itu bagaikan bebatuan longsor yang timbul akibat gempa bumi.
Cahaya pedang memenuhi angkasa, kumandang gaungannya terdengar kemanamana.
Telinga para hadirin seperti berdengungdengung.
Tetapi dalam waktu yang smgkat suasana di lapahgan itu menjadi sunyi senyap,.
Para hadirin segera memusatkan perhatiannyaketengah arena.
PadasaatituCuTian Cun sudah melayang turun di atas tanah.
Selembar wajahnya yang tampan sekarang berubah menjadi hijau membesi.
Dari sepasang matanya terpancar gelombang pembunuhan yang tebal.
Sepasang alisnya masih berkerutkerut.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi meskipun dia berusaha menenangkan hatinya seakan dia tidak merasakan apaapa, namun sulit baginya untuk menahan perasaan amarahnya yang meluapluap.
Dadanya tampak naik turun dengan cepat.
Pedang panjang milik Kwek Si Hong telah terkutung bagian demi bagian Natasnya tersengalsengal.
Mirnik wajahnya tampak lelah sekali Seperti orang yang beru bekerja berat sepanjang hari.
Dapat dipastikan bahwa dengan sekali tarikan nalas dia menyambut tujuh buah serangan Cu Tian Cun.
Sedangkan dua serangan yang lainnya, disambut oleh San Ceng Hun dan Giok Si Cu yang Mewakili Kwek Si Hong.
Sekarang kedua orang itu sudah berdiri di sampingnya.
Sementara itu, Kan Si Tong yang ikut menghambur ke tengah arena, sudah terlambat satu tindak untuk memberi bantuan.
Tetapi dia juga tidak perduli techadap Cu Tian Cun yang sedang berdiri memandang ke arah me"
Reka dengan sinar mata menusuk. Dia segera menghampiri Ciang bun suhengnya dan bertanya dengan suara berbisik.
"Ciang bunjin, bagaimana keadaanmu?". Kwek Si Hong meliriknya sekilas Mulutnyaterbuka sedikit.... ''Tidak....". Masih lumayan kalau dia tidak membuka mutut. Begitu buka mulut dan mengucapkan sepatah kata 'tidak', tubuhnya langsung bergoyanggoyang dan hampir saja dia teriatuh ke atas tanah. Kan Si Tong terkejut sekali Dengan panik dia mengulurkan tangan memapahnya.
"Ciang buniin, sebetuinya bagaimana keadaannnu?"
Tanyanya cemas. Kwek Si Hong menutup matanya seienak.
"Aneh sekali. Barusan Gi heng merasakan hawa murni di dalam tubuh seperti buyar dan tidek dapat dihimpun,"
Katanya dengan suara lemah. 'Lebih baik Ciang bunjin.duduk dulu untuk beristirahat sejenak,"
Kan Si Tong segera membantu Kwek Si Hong duduk.
Diamdiam dalam hatinya sudah timbul perasaan yakin.
Rombongan merekayang hadir dalam pertemuan ini pasti telah terperangkap dalam rencana licik musuh.
Beberapa orang rekan mereka yang sudah bergebrak dengan musuh pasti merasakan hambatan pada hawa murninya.
Sepertinya hawa murni dalam tubuh itu sedang membuyar dengan perlahan-lahan.
Keadaan ini membukttkan bahwa mereka telah terserang racun yang proses kerjanya tambat.
Tapi, kapan pihak musuh turun tangan meracuni mereka? Tidak salah' Ketika ingin masuk ke dafam ruang pertemuan, rombongan mereka diharuskan memasang pita di dada kiri yang mana disematkan oleh dua orang gadis berpakaian kuning Pasti pada saat itu mereka menyebarkan racun yang tidak berbau sama sekali.
Tian Te kau sudah mempersiapkan segalanya dengan matang.
Mereka memang bermaksud menahan rombongan ini di tempat tersebut.
Tentunya agar dapat menahan rombongan mereka apabila menunjukkan sikap tidak setuju.
Hal ini karena rombongan mereka terdiri dari para tokoh dunia kangouw yang paling disegani pada zaman ini.
Juga merupakan penghalang terbesar untuk mewujudkan citacita mereka yang ingin menguasai dunia persilatan,.
Setelah pikiran demikian melintas dibenaknya, mana mungkin Kan Si Tong dapat menahan kemarahan hatinya.
Saat itu juga dia melonjak bangun, sepasang alisnya berkerutkerut.
Mimik wajahnya menunjukkan kegusaran hatinya.
Telunjuktangannyalangsung menuding wajah Cu Tian Cun.
"Cu Tian Cun, perbuatan kalian sungguh rendah. Hati kalian teramat keji. Ternyata secara ticik kalian menggunakan kesempatan untuk menyebarkan racun pembuyar tenaga kepada pihak kami. Tidak heran kau berani membuka muiut besarbesar bahwa tidak ada seorang pun yang sanggup menyambut sepuluh jurus seranganmu. Apakah kalian tidak tekut orang-orang Bulim akan timbul amarahnya dan bersatu untuk membasmi perkumpulan kalian ini?'1 bentaknya dengan suara lantang. Cu Tian Cun menjadi tertegun mendengar ucapannya.
"Kan Si Tong, apa yang kau maksudkan?". Kan Si Tong memperdengarkan serangkaian tawa dingin.
"Apa yang aku maksudkan, tentun a hatimu sendiri jauh lebih paham!".
"Omong kosong!"
Wajah Cu Tian Cun menjadi kelam.
"Cuwi semua adalah tokohtokoh keias tinggi dunia Bulim Orang she Cu hari ini meraih kemenangan dengan mengandalkan kepandaian sendiri. Dengan sendirinya aku tahu bahwa aku belum pernah melakukan cara licik untuk menghadapi kalian. Kalau kau sendiri merasa tidak puas, mengapa tidak cabut senjatamu dan coba sambut jurus serangan dari orang she Cu ini?". Hue leng senbu yang seiak tadi duduk di kursi kebesarannya berdiri seketika. Matanya memancarkan sinar yang dingin.
"Tian Cun, tidak perlu kau banyak bicara dengan mereka. Delapan partai besar ternyata tidak mengindahkan peraturan dunia kangouw dan berusaha meraih kemenangan dengan cara mengeroyok.... Kalian tentunya jugatidak perlu lagi mengmdahkan peraturan yang ada. Kalian para anggota Tian Te kau, boleh turun tangan bersama. Urusan hari ini pokoknya tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kalau musuh ada, maka kita yang tidak ada. Kalau tidak ada, merekalah yang harus tenyap dan muka bumi ini. Orang-orang dari defapan partai besar, satu pun Jangan ada yang dibiarkan lolos!". Meskipun kata-katanya ini diucapkan kepada Cu Tian Cun, tetapi sama artinya bahwa diatelah menurunkan perintah untukmenyerbu. Long san itpei mempunyai kedudukan sebagai wakil Cong huhoat. Dia segera menggapaikan tangannya kepada Hu Bu Pao, Kiuci lohan, Siang si suangse, Pekpo sin cian Yan Kong Kiat, Goca ciniin Bun Tian Hong agar menghunus seniata masingmasing dan berjalan menghampiri orang-orang dari delapan partai besar. Hanya rombongan perempuan dari pihak lawan yang tidak bergerak. Mereka masih tetap berdiri pada posisi semula. Salah seorang gadis yang berdiri di samping Be Hua popo, yakni Ciok Ciu Lan, berulang kali melemparkan pandangannya ke arah pintu masuk. Sepasang atisnya terus merapat. Hatinya bagai diganduli beban yang berat. Hal ini tersirat jelas dari wajahnya. Bulim toaio Song Ceng San dapat merasakan suasana yang semakin tegang. Dia sadar pertarungan besar-besaran dengan pihak musuh tidak dapat dihindarkan tagi. Cepat-cepat dia menghampiri Ciok Sam San dan Kwek Si Hong. Kwek toheng, Ciok toheng, apakah kalian berdua masih sanggup menghadapi musuh?"
Tanyanya dengan suara rendah.
"Hengte hanya merasakan hawa murni di tubuh sedikit buyar. Rasanya tidak terlalu mengkhawatirkan,"
Sahut Ciok Sam San. Sinar mata Song Ceng San berbincarbinar Dia memalingkan kepalanya menghadap Bu Cu taisu dan Giok Si Cu dari Bu Tong pai,.
"Situasi di depan mata sangat gawat. Taisu harus perintahkan ke delapan mufid yang taisu bawa untuk segera membentuk barisan. Biar dapat membuka lalan mundur bagi klta. Sedangkan delapan murid dari Bu Tong pai, harus bersiap diri untuk membentuk barisan setiap waktu. Kita harus meniaga kemungkinan kalau pihak lawan juga membentuk barisan dan untuk menoiong orang-orang yang racunnya sudah mulai bekerja, Kita harus bersiaga apabila pihak lawan mempunyai perangkap yang lain,"
Katanya dengan nada berbisik.
Mendengar ucapannya, Bu Cu taisu dan Giok Si Cu menganggukkan kepalanya berkali-kali.
Kemudian mereka langsung menurunkan perintah seperti apa yang dikatakan oleh Song Ceng San barusan.
Delapan belas murid Siau lim pai berjaga di sebelah kiri.
Mereka segera membentuk barisan Lo han tin.
Delapan mund Bu tong sudah menghunus pedangnya masingmasing.
Dengan posisi membentang sayap, mereka bersiapsiap untuk membentuk barisan pedang setiap waktu.
Song Ceng San memperhatikan gerakgerik murid Siau lim pai dan Bu Tong pai yang sigap tTtenghadapi situasi yang ada.
Dalam waktu singkat mereka sudah menjalankan perintah seperti yang diturunkan oleh atasannya masingmasing.
Melihat kaadaan ini, Song Ceng San menganggukkan kepalanya berkali-kali.
Setelah itu "dia memalingkan kepalanya dan memesankan beberapa patah kata dengan nada berbisik kepada Sang Ceng Hun.
Dia mengulurkan tangan dan mengambii pedang dari tangan Song Bun Cun.
Dengan langkah tenang dan perlahan dia berjalan menuju lapangan.
Parajago pihaklawanyang sudah berjalan menghampiri mereka, dapat melihat kemungkinan Song loya cu yang menggenggam sebatang pedang.
Biar bagaimana pun, hampir tiga puluh tahun yang lalu, dia sudah mendapat sebutan Jago pedang nomor satu di dunia Bulim.
Memang benar pepatah yang mengatakan 'Masuk hutan takut melihat bayangan, bertemu orang takut dengan nama besarnya'.
Biar bagaimana kewibawaannya sampai sekarang masih terpancar nyata.
Para Jago pihak musuh yang sudah mulai mendekat, tanpa terasa menyurut kembali.
Hanya Cu Tian Cun yang berdiri tegak tanpa bergeming sedikit pun.
Orang yang lainnya sudah menghunus pedang masingmasing, pedangnya sendiri malah sudah dimasukkan kembali ke dalam sarung.
Dia menyongsong kedatangan Song Ceng San sambil menjura.
"Apakah Song ioya cu ingin memberikan petunjuk langsung kepada cayhe?". Sinar mata Song Ceng San menatapnya dengan tajam. Terdengar suara tawanya yang berat dan parau,.
"Anak muda, kau ingin bergebrak dengan lohu? Kau masih belum pantas, lebih baik panggil saja Cu Leng Sian untuk menghadapiku,"
Sahutnya sinis. Mendengar nada suaranya yang memandang rendah dirinya, tanpa terasa sepasang alis Cu Tian Cun langsung teriungkit ke atas. Wajahnya menyiratkan perasaannya yang gusar.
"Kau...!". Dalam waktu yang bersamaan, wajah Song Ceng San seperti orang yang terpana Dengari terharu dia juga mengucapkan sepatah kata....
"Kau...?". Dua petah 'kau' ini boleh dibilang diucapkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Cu Tian Cun dapat merasakan pandangan Song Ceng San yang seperti orang terkejut. Kata-kata yang tadi hendak diucapkan jadi berhenti setengah jalan.
"Ada apa dengan cayhe?"
Tanyanya bingung. Dua bola mata Song Ceng San terus menatap wajah Cu Tian Cun lekatleka}. Kemudian dia bertanya dengan cepat....
"Apakah nama kecil Cong huhoat ialah Liong Koan?". Rupanya ketika Cu Tian Cun mengerutkan sepasang alisnya tadi, dia sempat melihat setitik tahi ialat merah di atas alis kinnya. Tentunya para pambaca masih ingat ketika Yok Sau Cun pertama kali terjun dunia kangouw, dia segera menuju ke Tian Hua sanceng, karena dia mewakili gurunya menyelesaikan dua buah permintaan. Yang satu harus dengan anggukkan kepala Song loya cu bacu bisa terpenuhi. Sampai sekarang Yok Sau Cun masih tidak mengertj apa permintaan gurunya yang satu itu. Satu lagi adalah mencan pulranya yang menghilang enam belas tahun yang lalu. Satusatunya tanda lahir yang masih diingatnya adatah tahi lalat merah di atas alis kirinya, dan namanya sewaktu kecil adalah Liong Koan. Ketika menghilang, usia anak itu bacu dua belas tahun. Kalau masih hidup, semestinya sekarang sudah berusia dua puluh delapan tahun. Hal di atas ini Yok Sau Cun yang memberitahukan pada Song loya cu. Kemudian, setelah mendapatkan pertolongan budi beberapa kali dari Yok Sau Cun, akhirnya Song loya cu mengabulkan juga permintaan gurunya. Dia memberikan sebilah giok dan meminta Yok Sau Cun membawanya kepada Hui hujin. Pada waktu itu Song loya cu memang tidak menJelaskan secara terangterangan kepada Yok Sau Cun. Tetapi dalam hatinya sudah yakin bahwa suhu Yok Sau Cun yang bergelar Bu beng lojin adalah adik iparnya yang bungsu. Adik iparnya yang tua adalah Hui Kin Siau. Mereka adalah suami istri sudah berpisah selama dua puluh tahun lebih. Padahal sebab musababnya timbul dari masalah yang kecil. Menurut Yok Sau Cun, suhunya mengatakan bahwa urusan ini hanya bisa diselesaikan dengan anggukkan kepala Song loya cu. Tentu saJa Yok Sau Cun tidak mengerti. Tetapi Song loya cu segera memahami maksud adik iparnya yang berharap dia bersedia mendamaikan mereka suami istn. Song !oya cu menyerahkan sebelah giok kepada Yok Sau Cun dan memintanya menyerahkan kepada Hui hujin juga karena urusan ini. Dia meminta bantuan adiknya, Hui hujin, untuk membujuk Tan hujin yang merupakan guru Yok Sau Cun dan memiliki nama asli Sian. Dan anak mereka yang hilang itu sudah barang tentu keponakan luarnya. Kita kembali lagi pada Cu Tian Cun yang mendengar pertanyaan Song toya cu. Orang tua itu menanyakan apakah nama kecllnya Liong Koan? Untuk sesaat dia tidak dapat menyahut. Tetapi nama itu seakan tidak asing di telinganya, Namun biar bagaimana dia menguras otaknya, tetap saja dia tidak dapat mengingatnya kembali Oleh karena itu, dia menggelengkan kepalanya dengan perlahan.
"Cayhe tidak mempunyai nama kecil. Sudafi tentu Liong Koan bukan nama kecil cayhe. Mungkin Song loya cu salah mengenali orang,"
Sahutnya. Sudah barang tentu Song loya cu tidak mau menyudahi begitu saja.
"Apakah tahun ini kau berusia dua puluh delapan tahun?"
Lanyanya kembali.
Sekali lagi Cu Tian Cun menjadi tartegun mendengar pertanyaannya.
Belum lagi sempat dia menjawab, tahu-tahu senbu sudah melonjak bangun dari kursi kebesarannya.
Dari seorang wanita palayan yang bardiri di belakangnya, dia mengambil pedang pusakanya.
Kemudian terdengar suara tawanya yang sumbang.
"Song Ceng San, tadi kau mengajukan tantangan kepadaku! Hu kaucumu ini sekarang juga akan mengabulkan keinginanmu,"
Katanya dengan suara lantang. Dengan tangan menggenggam padang pusaka, dia barjalan ketuar dan rombongannya. Tentu saJa tindakannya ini untuk iriencegah Song Ceng San mengajukan lebih banyak pactanyaan kepada Cu Tian Cun. Terdengar suara.
"Trangl' yang nyaring. Pedang panjang Song Ceng San pun sudah dihunus dari sarungnya.
"Boleh juga. Setelah kalah dan menang di antara kita sudah ketahuan, masih balum terlambat untuk bertanya kepadanya,"
Sahutnya santai.
Hue leng senbu menudingkan pedangnya ke depan.
Dengan suara barat dia berkata....
'Kami tidak bertarung untuk menentukan siapa yang akan kalah atau siapa yang akan menang.
Pokoknya salah satu di antara kita harus ada yang terkapar di atas tanah tanpa bisa bangkit lagi untuk selamanyal"
Tibetiba tangan kanannya terjulur ke depan dan menusuk ke arah bahu kiri Song Ceng San. Song Ceng San tertawa terbahak-bahak,.
"Bagusl Bagusl Lohu justru ingin lihat apakah kau mempunyai kemampuan untuk membunuh Lohu?"
Pedang panjang yang ada di tangannya langsung diulurkan ke depan.
Kedua tokoh kelas tinggi ini sama-sama sudah mengeluarkan pedangnya dan mulai bergebrak.
Kalau dilihat sepintas selalu, tampaknya tidak ada yang aneh dan tidak juga ada yang istimewa.
Satu hal yang barbeda depgan pertarungan orang-orang laln, yakni hredua pedang mereka sama sekali tidak menimbulkan suara.
Tetapi hawa yang terpancar dari setiap pedang, dalam jarak beberapa cun saja su' dah dapat dirasakan hawa dinginnya, bahkan ; terasa sampai menyusup ke dalam tulang sumsum.
Kalau lawannya adalah Jago kelas teri, pedangnya belum sampai, rangkuman hawa dinginnya sudah dapat membuatnya mati dalam keadaan baku.
Begitu kedua orang ini mulai bergebrak, Suo Ying Hu dan rekanrekannya juga lang' sung menyerbu ke arah orang-orang detapan partai besar.
Suara teriakan mereka bagai orang kalap.
Dari pihakdelapan partai besar.
baru Song Ceng San yang keluar ke tengah arena.
Tapi sebelumnya dia sudah berpesan kepada Ciang bunjin Hua San pai, yakni Sang Ceng Hun, dan memintanya berunding dengan Wi Ting sintiau Beng Ta jin mengenai cara membagi orang-orang yang harus mereka hadapi.
Dan ketika Song Ceng San dan Cu Tian Cun sedang berbicara, Sang Ceng Hun sudah mengajak Beng Ta jm ke samping dan menghitung jumlah jago pihak lawan lalu membandingkannya dengan jago dari pihak sendiri Sekarang mereka sudah menentukan siapa yang harus melawan siapa dari pihak lawan.
Saat ini mereka melihat pihak musuh sudah datang menyerbu ke arah mereka Dan sesuai dengan hasil perundingan, masingmasing pun segera keluar dan kerumunan dan menghadapi lawan yang telah ditentukan.
Tentu saja mereka bukan sembarangan menentukan pihak yang harus dihadapi, tetapi mempartimbangkannya sesuai dengan ketinggian ilmu masing-masing.
Bu Cu taisu segera menghentakkan tongkatnya ke atas tanah sehingga menimbulkan suara.
"Bluk! Bluk!"sebanyakduakali. Kemudian dia melemparkan tongkat itu ke samping serta mengeluarkan pedang panjangnya.
"Trang! Pedangnya itu pasti merupakan sebilah pedang yang sudah tua sebab warnanya saja sudah mulai pudar. Setelah itu dia melangkah keluar dan merangkapkan sepasang telapaktangannya kepada Cu Tian Cun.
"pinceng memohon petunjuk dari Cu sicu."
Katanya.
Para hwesio Siau lim pai jarang yang menggunakan pedang panjang.
Itulah aebabnya orangorang dunia kangouw mengira bahwa di Siau lim pai tidak ada jurus ilmu pedang yang hebat Partai ini terkenal dengan pukulannya.
Padahal di Siau lim paj ada tujuh puluh dua macam ilmu pusaka.
Dan yang terdaltar sebagai nomor satu justru adalah Tat mokiam.
Tetapi, para murid yang belum mencapai taraf tianglo tidak boleh mempelajarinya.
Oleh karena itu jarang orang yang mengetahui hal ini.
Sekarang Bu Cu taisu tiba-tiba melemparkan tongkatnya dan menggantikannya dengan pedang.
Hal ini membuktikan bahwa orang tua ini sudah menguasai Tat mokiam.
Sebagai seorang tokoh generasi muda yang sudah banyak mempelajari berbagai ilmu pedang dari berbagai aliran, tenUi saja Cu Tian Cun tahu mengenai Tat mo kiamhoat ini.
Selain rumit, ilmu pedang ini juga mengandung kekuatan yang dahsyat.
Oleh karena itu dia sarfta sekali tidak berani memandang ringan musuhnya yang satu ini.
Dia segera mengeluarkan pedangnya yang terselip di pinggang.
Mulutnya mengembangkan seulas senyuman.
"Taisu barsedia memberi petunjuk benar-benar merupakan kehormatan bagi cayhe."
Cu Tian Cun merangkapkan sepasang kepalan tangannya dan menjura dalam-dalam.
"Silahkanl".
"Cu sicu, silahkan!". Blbir Cu Tian Cun tetap tersenyum.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Selama bertarung menghadapi lawan, cayhe belum parnah turun tangan tertebih dahulu. Silahkan taisu yang mulai dutuan saja,"
Katanya.
"Kalau begitu pinceng tidak sungkan lagi."
Pedang Bu Cu taisu langsung digerakkan.
Serangannya yang tanpa suara sedikit pun ini tidak langsung diarahkan kepada Cu Tian Cun, melainkan ditusukkan ke tengah udara.
Meskipun serangan Bu Cu taisu ini tidak menimbulkan suara dan tidak terasa dorongan angin yang kencang tetapi gerakannya begitu sempurna dan wajar.
Seakan padangnya itu sudah bersatu dengan lengannya sendiri dan apabila dia menggerakkan pedangnya, yang terlihat malah seperti orang yang menggerakkan tangan dengan seenaknya.
Hal ini membuktikan bahwa latihan pedangnya sudah mencapai taraf yang demlkian tinggi sehingga dia sudah bisa menggerakkannya dengan menyesuaikan keinginan hati.
Sepasang mata Cu Tian Cun memancarkan sinar yang tajam.
Tubuhnya bergerak ke depan dan pedangnya pun langsung ditun' curkan.
Dalam waktu yang sangat singkat, kedua orang itu sudah mulai bergebrak, Suara benturan senjata tajam pun terdengar riuh rendah bagai berpadu menjadi satu.
Tangan Ciang bunjin Hua San pai, San Ceng San sudah menggenggam pedang panjang.
Perlahan-lahan namun pesti dia menyambut kedatangan Suo Yi Hu.
Orang ini terkenal karena ilmu pukuiannya.
Sekarang dia melihat yang menyambut kedatangannya justru Sang Ceng San.
Tanpa terasa sepasang alisnya langsung terjungkit ke atas.
Perlu diketahui bahwa dan rombongan Song Ceng San serta delapan partai besar, maka kalau ditilik dari ilmu pedangnya, yang pallng tinggi sudah pasti Song loya cu.
Sedangkan orang keduajustru Ciang bunim Hua San pai ini, yakni Sang Ceng Hun.
Hua San Kiamhoat di dunia kangouw sudah sangat terkenal.
Apalagi kalau dihubungkan, sebetulnya Sang Ceng Hun itu masih adik seperguruan Song Ceng San.
Tentu saja orang ini tidak dapat dianggap enteng.
Long san itpei Suo Yi Hu memang bertangan kosong.
Dia segera merangkapkan sepasang kepalan tangannya dan menjura dalam-dalam.
Bibirnya menyunggingkan seulas senyum yang dipaksakan,.
"Ciang buiin membawa pedang menuju ke slni, apakh berarti Ingin bergebrak dengan hengte?. Sang CengHun menatapnya dengan dingin.
"Tidak sala. Urusan hari ini tampaknya tidak dapat dialaskan lagi dengan musyawarah. Hu Cag huhoat harap keluarkan senjatal". Long san it pei tersenyum simpul.
"Hengte jaraig sekeli bergebrak dengan orang Tetapi k'adaan hari ini memang berbeda. Hengte tepaksa menemani!". Dengan keergganengganan dia mengeluarkan sebatarg potlot besi yang panjangnya kurang lebh satu cun Digerakkannya potiot besi itu daiam genggaman serta mendongakkan kepalanya sambil tertawa lebar.
"Sang Ciang bunjin, silahkan'.". Sang Ceng Sai melihat senjatanya hanya berupa sebatang potlot besi. Dia langsung menyadari bahwa keahlian lawan adalah ilnui menotok jalan darah Apalagi di dunia kangouw ada sebuah ucapan yang sangat terkenal, yaitu satu cun lebih pendek, maka satu totokan lebih keji.
"Beng Ta jin parnah menglakan bahwa orang ini licik sekali. Tampakny kata-kata itu memang tidak salah,"
Pikirny dalam hati.
Membawa piklran demikjan, rulutnya langsung mengeluarkan suara taw yang dingin.
''Silahkan!".
Tai Pekkiam segera bergrak memutar.
Timbul selarik smar berwana keperakan yang langsung metuncur ke cepan.
Sebagai ciang bunjin dari Hua San pa, tentu saja dia tidak sudi menarik keuntunian dari orang lain.
Gerakan pedangnya lanbat sekall.
Padahal ilmu pedang Hua San aai terkenal dengan kelincahannya dan kecepatannya.
Dia membuka serangan dengan perlahan hanya karena menjaga pamornya siJa.
Long san itp^, memperdengarkan suara tawa yang seram.
"Sang ciang bunjin tertafu sungkan!"
Kakinya langsung bargerak m^'u beberapa fangkah mendahului.
Tangan kanannya mengibas, setitik sinar berwarna kelabu bagaikan blntang komet meluncur ke rusuk kanan Sang Ceng Hun.
Siapa sangka, baru saja Tou Smgpit (Potlot bintang jatuh) nya bergerak, pedang di tangan Sang Ceng Hun tiba-tiba ber.
putar dan menimbulkan cahaya pelangl yang berkilauan.
Gerakan itu sungguh indah dan tepat meluncur ke arah pergelangan tangan ';anan yang menggenggam pollot besi.
Long san itpei terkejut sekali.
"Terhyata Hua san kiamhoat mempunyai gerakan yang demikian cepat,"
Katanya dalam hati. Pergelangan tangannya segera ditarik sedikit. Terdengarlah suara.
"Trang!"
Yang keras dan kedua senjata yang berbeda itu pun sudah saling membentur.
Pedang Sang Ceng Hun bergerak bagai awan yang berarak Tidak begitu mudah bila ingin menekannya Dia telah merasakan kekualan tenaga yang terkandung dalam potlot besi Suo Yi Hu Ternyata orang ini juga melatih semacam ilmu tenaga dalam yang berasal dari luar perbatasan Namun dia tidak I gugup sama sekali Tibatiba pedangnya i ditarik kembali lalu menusuk ke arah pinggang lawan.
Long san itpei pun terdengar sampai menggeser ke samping dengan terburu-buru.
Pada jurus kedua, baik Sang Ceng Hun maupun Long san it Pei sudah muai menunjukkan kecepatan masingmasing.
Kehebatan mereka pun mulai diunjukkan.
Sang Ceng Kun meraih keuntungan dari Hua san kiamhoatnya yang mengandalkan kecepatan.
Tampaknya Long san itpei sebentar lag! akan berada di bawah angin.
Telapi kelihatannya Long san itpei tidak merasa khawatir sama sekali.
Mulutnya sekali tag! memperlihatkan seringai yang menyeramkan.
Pottot besinya diputarkan satu lingkaran, kemudian seiring dengan tubuhnya yang bergerak, potlot itu pun meluncur ke depan.
Pertarungan di antara kedua pihak yang mana satu menggunakan pedang dan satunya lagi memakai potlot besl pun berlangsung dengan sengit dalam waktu yang singkat.
Lawan yang telah ditentukan untuk dlhadapi oteh Kim kasin Ciek Ban Cing adalah Hun Bu Pao.
Ketika tubuhnya melesat dan melayang keluar, sepasang tangannya sudah direntangkan di depan dada.
Dia sama sekali tidak menyapa lawannya.
Mulutnya mengeluarkan suara raungan yang keras.
Sepasang telapak tangannya langsung dihantamkan.
Serangkum angin yang kencang segera terpancar dari sepasang telapak tangannya meneriang ke depan.
Hun Bu Pao juga menghampiri maiu dengan tangan kosong.
Melihat pukulan telapak tangan Ciek Ban Cing melucur ke arahnya, rnulutnya langsung menyenngai seram.
"Serangan yang bagusl"
Dia membentak lantang dan kakinya langsung bergerak maju kurang lebih lima cun.
Tangan kanannya mengerahkan jurus Menyapu dedaunan yang rontok, dia bergerak di samping pinggang Ciek Ban Cing dan tiba-tiba tubuhnya memutar mengikuti luncuran telapak Tangan kirinya bagai sebilah pisau yang tajam menebas ke arah belakang punggungnya Serangannya ini tidak menimbulkan suara sedikit pun.
Ciek Ban Cing mempunyai postur tubuh yang tinggi besar.
Sedangkan Hun Bu Pao adalah seorang tua yang tubuhnya pendek kecil, Kalau dibandingkan dengan Ciek Ban C'mg, palingpaling tingginya hanya mencapai pundak orang itu.
Bagi oraig yang bentuk tubuhnya pendek kecil, gerakannya pastt lebih lincah.
Sekali berputar, tubuhnya sudah nriencapai bagian punggung Ciek Ban Cing Sayangnya Ciek Ban Cing bukan golongan tokoh yang mudah dihadapi.
Dengan gerakan yang tidak kalah cepatnya, dia meraung keras.
Rambut dan jenggotnya sampai berkibarkibar.
Sepasang telapak tangannya diangkat sedikit kemudian dihantamkan ke depan.
Tubuh Hun Bu Pao yang pendek segera mencelat mundur sembilan cun.
Kembali Ciek Ban Cing mendengus dingin Lengan.
nya bergetar dan mendahului menyerang Sepasang telapak tangannya langsung menyerang dengan gencar.
Hun Bu Pao terlawa dingin.
"Ciek Ban Cing, kau anggap orang she Liau ini takut kepadamu?"
Sepasang lengannya bergerak maju.
Sekaligus dia melancarkan dua buah pukulan Yang pertama diarahkan ke bagian perutCiek Ban Cing, kemudian tubuhnya dengan lincah melesat maju mengitari lawannya.
Dengan panik Ciek Ban Cing segera mem balikkan tubuhnya.
Hatinya m.arah sejtali mendengar ucapan Hu Bu Pao.
"Kalau kau benar-benar tidak takut menghadapi Ciek toaya, mengapa kau selalu menghindar dari pukulan telapak tanganku ini?".
"Kau kira aku tidak berani?"
Menggunakan kesempatan ketika tubuh Ciek Ban Cing baru berputar, Hun Bu Pao mencelat ke udara.
Sepasang telapak tangannya bagai golok yang menerjang dan depan Ternyata kedua pukulan ini menimbulkan suara seperti siulan dan mengandung kekejian yang tersembunyi.
Ciek Ban Cing malah senang melihat serangannya itu Sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan Terdengarlah suara.
"Blam! Blaml"
Sebanyak dua kali Empat buah telapak tangan saling beradu Ciek Ban Cing masih berdiri tegak di tempat semula.
Sedangkan tubuh Hun Bu Pao berjungkir balik di udara Keiika tubuhnya melorot turun, kakinya pun bergerak memutar dan langsung mengeluarkan tendangan.
Ciek Ban Cing segera menepuk ujung kaki lawannya.
Pukulannya belum sampai, angin yang diterbitkan bagai kapakyan tajam.
Di antara kedua orang ini, yang satu bermaksud meraih kemenangan dengan mengandalkan kekuatan dan kekejian ilmu pukulannya, sedangkan yang satu lagi lebih mengandalkan kelincahan gerakannya.
Namun sebetulnya ilmu pukulan yang dikuasai kedua orang ini hampir seimbang.
Begitu kedua orang ini bergebrak, di tengah-tengah suara deruan tangan, Ciek Ban Cing tidak hentihentinya mengeluarkan suara bentakan yang keras, kadangkadang terdengar pula satu atau dua kali suara getaran akibat pukulan yang sating beradu.
Perkelahian antara pihak lawan dengan rornbongan ini, tidak kalah serunya dengan pertarungan yang terjadi antara Ciek Ban Cing dengan Hun Bu Pao Di antaranya Tung Sit Cong dan Pekpo sin cian Yan Kong Kiat.
llmu yang dipelajari oleh Tung Slt Cong adalah Kan Kunjiu dari Siau limpai Sedangkan Kan Kunjiu ini termasuk ilmu nomor tuJuh belas dan tujuh puluh dua macam ilmu andalan Slau lim pai.
llmu ini masih di atas Lo Han cian (tinju Lo Han) tatapi sama-sama merupakan ilmu yang mengandung kekerasan.
Sedangkan lawannya mempunyai julukan Pekpo sin cian (Tinju sakti seratus langkah).
Dah namanya saja sudah kentara bahwa ilmu ini juga termasukyang lebih mengutamakan gwakang.
Yang aneh justru duaduanya mengambil nama ilmu yang dipelajarinya sebagai julukan Hal ini membuktikan bahwa mereka berdua sudah mempelaiari ilmu ini.
secara khusus.
Begitu pertarungan dimulai, yang satu segera melancarkan sepasang tinjunya yang bagai baja Sedangkan yang satunya lagi berkali-kali menebas sepasang telapak tangannya bagai kapak membuka gunung.
Siapa pun di antara mereka berusaha dengan segenap kemampuan untuk merobohkan musuhnya Berulang kali tinju dan lelapak mereka beradu Timbul angin yang kencang bahkan terasa sampai di kejauhan satu depa.
Halaman terbuka Ce Po tangoan dikelilingi tembok batu, tanahnya telah dialasi dengan batu-batu pipih dan besar yang di zaman sekarang disebut pelataran.
Meskipun tidak ada debu-debu yang beterbangan atau batu-batu yang berpentalan, tapi suara benturan senjata maupun pukulan dan tendangan itu menimbulkan suara yang rnemekakkan telinga, bahkan terdengar seperti bangunan yang rubuh akibat gempa burni yang dahsyat.
Tetapi itu tentunya hanya pengumpamaan tentang perasaan saja.
Di antara para pgo yang bertarung ada lagi HLH Hung 1 Su yang menghadapi Goca cinJtn, Bun Tian Hong Cahaya pedang yang satu berkelebatan naikturun, laksana pelangi yang melintas di angkasa Sedangkan yang satunya menggerakkan garpu besarnya sehingga mennnbulkan suara yang menggidikkan hati.
Wt Ting sintiau Beng Ta jin melawan Cuo huhoat Kong Tong pai, yakni Toan Pek Yang Kan Si Tong melawan Yu huhoatCian poa Teng, tampaknya kekuatan rnereka juga harnpir seimbang.
Sulit ditentukan dalam waktu yang singkat siapa yang akan kalah atau siapa yang akan menang.
Dua orang dan Wi Yang samkiat, yakni 16toa Wi Lam Cu dan loji Gi Hua to bergabung melawan dua mayat dari Siang se.
Empat orang saling bergebrak.
Yang tampak hanya empat sosok bayahgan kadang beradu, kadang berpencar lagi Begitu cepatnya sehingga membuat mata orang yang rnenyaksikan jadi berkunangkunang Sulit untuk rnemastikan manayang pihak sendiri dan mana yang merupakan pihak musuh.
GiokSi Cu dan BuTong pai dan ketuadari Wi Yang pai, Hui Km Siau rnenggenggam pedang masing masing dan berdiri di depan bansan Lo han ttn dan Siau Lim pai yang sudah terbenluk.
Mereka berdua mendapat tugas mengatur barisan Oleh karena itu mereka tidak terjun ke arena Tetapi tanggungjawab rnerekajuga tidak terrnasuk nngan Karena orangorang dari delapan partai besar kernungkinan sudah terserang racun pembuyar tenaga pihak musuh Mereka tidak dapat menunda waktu lamalaina Semakin cepat selesainya suatu pertarungan semakin baik Sebab apabila mereka bertarung tertalu lama, maka racun sudah keburu bereaksi dalam tubuh rnereka Lo Han tin dipersiapkan pada sebelah kiri lapangan tersebut Giok Si Cu dan Hui Kin Siau beserta delapan mund Bu Tong pai rnenjaga di dekatnya untuk mernberikan pertolongan kepada mereka yang terluka ataupun racunnya kambuh.
Selain itu masih ada Song Bun Cun, Ciok Sam San dan Kwek Si Hong.
Mereka bertiga tadi sudah bergebrak rnelawan Cu Tian Cun.
Mereka sudah mulai merasakan hawa murni dalam tubuh tidak dapat dihirnpun dan bergerak dengan lancar.
Meskipun mereka sudah duduk bersemedi beberapa saat dan keadaannya agak rnernbaik.
Tetapi racun rnasih mengendap di dalam tubuh Apakah mereka masih sanggup menghadapi lawan tetap merupakan sebuah pertanyaan yang masih belum terjawab.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Oleh karena itu, mereka bertiga disiapkan sebagai orang di belakang layar yang hanya akan turun tangan apabila keadaan benar-benar sudah terlalu mendesak.
Mereka berdiri di depan Lo Han tin dan berjagajaga apabila pihak musuh yang jurnlahnya lebih banyak tiba-tiba menyerbu ke arah mereka.
Pengaturan posisi ini merupakan ide yang diberikan oleh Beng Ta jin.
Kalau disimak memang semuanya mendapat lawan yang tepat dan susunan strateginya juga cukup memuaskan.
Pada dasarnya dia mernaog seorang yang sangat teliti bahkan sampai ke halhal yang sekecil-kecilnya.
Ce Po tangoan yang tadinya merupakan tempat suci bahkan tempat bersejarah saat ini menjadi ajang pembunuhan yang berkobarkobar.
Bagi orang-orang yang beragama, hal ini merupakan musibah yang tragis.
Sebab dengan pertempuran besarbesaran seperti itu, tentu tidak sedikit orang yang akan Jatuh sebagai korban.
Iblis Sungai Telaga -- Khu Lung Kekaisaran Rajawali Emas Karya Khu Lung Rahasia Ciok Kwan Im -- Gu Long