Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 17
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung Bagian 17
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya dari Khu Lung
"Hu toanio apa yang ingin kau katakan?".
"Lao pocu menanyakan untuk apa kau datang kemari Beraniberanian kau menghadang di depan kereta Tiong kouwnio, memangnya kau tidak tahu aturan'"'. Mendengar perdebatan itu, Kiuci to han cepatcepat maju dua langkah dan merangkapkan sepasang kepaian tangannya menjura.
"Hu toaniojangan salah paham. Kedatangan Yan heng dan hengte sendiri ke tempat ini adalah karena mengemban tugas untuk menemui Ji siocia"
Katanya menjelaskan.
"Siapa yang memenntahkan kalian?"
Tanya Hu toanio. Kiuci lo han masih tetap menjura.
"Cong huhoatl". Tiong Hui Ciong merasa terkejut mendengar bahwa kedatangan mereka adatah atas perintah toa cihunya.
"Entah toa cihu ada ucusan apa sehingga Jiwi cianpwe menyusul ke temat sejauh ini?"
Tanyanya segera.
"Waktu pertemuan Ce Po tangoan sudah dekat. Apabila saat ini |i siocia menuju ke Soat san, bukankah sama saja kalau ji siocia terangterangan bergontok dengan Hue Leng senbu? Oleh karena itu Cong huhoat menugaskan kami berdua menyusul Ji siocia ke tempat ini dan menasehati agar ji siocia bersedia kembali '.
"Apakah semua ini merupakan ide Hue Leng senbu?"
Tanya Hu toanio dengan nada dingin.
Padahat dja hanya sembarangan mengoceh.
Tapi bagi Tiong Hui Ciong yang mendengarkannya, tanpa terasa menjadi tercekat hatinya.
Mana mungkin toa cihu bisa tahu kalau dia sedang menuju ke Soat san? Sudah pasti semua ini diatur oleh Hue leng senbu.
"Mengapa Hue leng senbu masih berusaha menghalangi aku pergi ke Soat san? Kim Ti jui mengatakan bahwa telah terjadi perubahan di Soat san. Mungkinkah Hue leng senbu yang mendalangi semua ini?"
Tanya Tiong Hui Ciong dalam hatinya Pikirannya langsung tergerak. Matanya menoleh kepada Kiuci lo han.
"Apakah toaciku tahu kedatangan kalian ini'?"
Tanyanya. Yan Kong Kiat tersenyum simpul.
"Cong Huhoat sendiri yang menugaskan kami berdua Sudah tentu toa siocia Juga sudah tahu.".
"Apakah toa cihu ada menulis surat untuk dibawa kalian kepadaku?"
Tanya Tiong Hui Ciong kembali. Yan Kong Kiat masih tersenyum senyum.
"Cong huhoat meminta kami berdua rnenyampaikan langsung kepada Ji siocia. Tidak usah menulis surat iagi.". Tiong Hui Ciong tertawa dingin.
"Kalian kira aku akan percaya begitu saja?".
"Kami berdua mana mungkin berani berdusta kepada Ji siocia?"
Sahut Yan Kong Kiat tenang. Kiu Ci Lo Han segera menjura sekali lagi.
"Omitohudl Pinto sudah menyucikan diri. Murid Buddha pantang berbohong!".
"Memangnya kau ini mund Buddha'?"
Sindir Hu toanio,. Sepasang alis Tiong Hui Ciong langsung terjungkit ke atas.
"Tampaknya kalian memang sengaja menghalang perjalananku!".
"Kami tidak beraniB sahut Yan Kong Kiat cepat. Tiong Hui Ciong segao melayani mereka lebih lama Dia segsra membalikkan tubuhnya.
"Ji siocia harap tunggu sebentar. Cong huhoat memenntahkan hengte berdua datang ke tempat ini, pertama untuk membentahukan kepada Ji siocia agar jangan menuruti emosi sesaat dan pikirkan dengan kepala dingin. Harap siocia bersedia kembali Kedua, Cong huhoatjuga mengundang Yok siangkong ini untuk men hadiri pertemuan tersebut.". Tiong Hui Ciong tidak ragu lagi. Kedua orang ini memang sengaja menyusul mereka atas perintah dari Hue leng senbu Hawa amarah dalam hatinya langsung meluap. Wajahnya berubah kelam.
"Nyali kalian sungguh besar!"
Bentaknya. Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang parau dan berat menyahut ucapannya.."Mengapa JJ siocia harus marahmarah? Kedatangan mereka ke tempat ini memang atas perintah Cong Huhoatl"
Kumandang suaranya lenyap, dari hutan sebelah kin melangkah keluar dengan lambatlambat seorang laki-laki berusia lanjut yang bertubuh pendek dan mengenakan pakaian berwarna kuning.
Bentuk tubuh orang ini sangat aneh Kepalanya besar namun tubuhnya pendek.
Rambut di kepelanya sudah berwarna keputihan dan panjang terurai, Mukanya penuh dengan tonjolantonjotan.
Warna kulitnya pucat keabuabuan.
Matanya sipit berbentuk segi tiga.
Wama bola matanya juga pucat.
Kalau dilihat sekilas, lebih pantas disebut nenek dari pada kakek-kakek.
Orang tua pendek berpakaian kuning berJalan mendekati dengan diiringi seorang wanita berusia kurang lebih tiga puluh tahun ke atas.
Wajah perempuan ini sangat kurus.
Kulit tubuhnya juga berwarna kepucatan.
TuIbuhnya pun kerempeng seperti batang jbambu.
Tetapi sepesang matanya bersinar 'terang dan bercahaya bagai kilauan dalam air.
Tiong Hui Ciong melirik kedua orang ini sekilas.
Dia tertawa dingin.
"Toan Pek Yang, rupanya engkau!"
Rupanya orang tua pendek ini merupakan Cuo huhoat (Pelindung hukum kiri) dari Kong Tong pai.
Namanya Toan Pek Yang dan oleh rdunia kangouw diberi julukan "Wi Bwe Liong" (Naga ekor kuning).
Sedangkan perempuan yang membimbingnya adalah selir Toan Pek Yang yang nama Yi Ju Si.
Tapi orang-orang selalu memanggilnya Yi Ji nio Kemana pun Toan pek Yang pergi, dia pasti ikut.
Kedua orang ini tampaknya tidak pernah berpisah semenit pun.
Toan Pek Yang seperti tersenyum tidak rsenyum.
Dia menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Memang hengte adanya. Apakah Ji siocia erasa heran?"..Wajah Tiong Hui Ciong tetap kalem seperti tadi.
"Apakah Hue leng senbu yang menyuruh kau datang kemari?". Toan PekYang tersenyum simpul.
"Dugaan Tiong Ji siocia salah sekali. Hengte menerima perintah dari kaucu untuk mengundang Yok siauhiap.". Hati Tiong Hui Ciong tercekat mendengar keterangannya.
"Kalau mendengar dari pembicaraannya Ci Sancu sendiri juga sudah turun gunung"
Katanya dalam hati. Toan Pek Yang memperhatikan keadaan sekitarnya sekilas, Kemudian dia melanjutkan kata-katanya.
"Kaucu mendengar bahwa Yok siauhiap adalah seorang pemuda yang cerdas dan memiliki ilmu kepandaian tinggi Kaucu merasa gembira apabila dapat berkenalan dengannya. Karena khawatir Yan heng dan Cu heng berdua tidak mempunyai kesanggupan untuk mengundang Yok siauhiap, maka sengaja meminta hengte menyusul kemari agar dapat menggerakkan hati Yok siauhiap, sekaligus bertemu langsung dengan Tiong Ji siocia.
"Aku ingin pulang ke Soat san secepatnya. Siapa yang berani menghalangi kepergianku ini?"
Tanya Tiong Hui Ciong dengan suara ketus. Toan Pek Yang tertawa seram.
"Kafau Tiong Ji siocia memang ingin pulang ke Soat san, tentu saja tidak ada orang yang berani menghalangi, tetapi....".
"Tetapi apa?".
"Putangnya Ji siocia ke Soat san tidak ada kaitannya dengan undangan kaucu terhadap Yok siauhiap "
Sahut Toan Pek Yang Dan nada ucapannya, terangterangan dia memaksudkan bahwa Tiong Hui Ciong boleh saja pulang ke Soat san tetapi bagaimana pun Yok Sau Cun harus tinggal. Tiong Hui Ciong langsung mendelik matanya.
"Tidak bisa! Dia akan berangkat bersamaku ke Soat san!". Wajah Toan Pek Yang yang pucat seperti orang mati menyiratkan perasaannya yang serba salah.
"Hai ini benar-benar menyulitkan kedudukan hengte!".
"Mengapa kau harus merasa sulit? Kau toh mendapat perintah dari Sancu untuk mengundang Yok Sau Cun. Tapi dfa toh tidak berj sedia undangan itu?".
"Perintah Sancu ibarat gunung Siapa yang berani membantah? Lagi puta hengte sampai datang sendiri mengundang, bagai"
Mana pun Yok siauhiap hacus ikut denganku Yang membuai susah hengte Justru adanya Tiong Ji siocia di tempat ini, Hengte...
B Dia tidak melanjutkan kata-katanya.
Tetapi mu' lutnya malah memperdengarkan suara tertawa terkekehkekeh.
Tampangnya sepert sedang mengejek.
Tiong Hui Ciong fangsung tertawa dingin.
"Karena Yok Sau Cun adalah adik ang katku, maka aku akan melindungtnya bukan?". Toan Pek Yang tetap tersenyum simput.
"Maksud hati hengte memang demikian."
Tiong Hui Ciong sekali lagi memperde ngarkan suara tawa dingin.
'Yok Sau Cun adalah adik angkatku.
BeH sedia atau tidaknya dia mengikuti kaliaij menemui Sancu, dia sendiri yang memutuskan.
Tidak perlu aku Tiong Hui Ciong melindunginya.
Kalau dia memang sudai ikut denganmu menemui Sancu, aku pasti akan menghalanginya.
Tetapi kalau dia tidak bersedia ikut, aku juga tidak akan ikut campur dalam masalah ini.
Silahkan Cuo huhoat seret saja dia pergi....".
Mata Toan Pek Yang langsung menyprot sinar tarang.
Dia tertawa seram.
"Kata-kata ini Tiong Ji siocia yang keluarkan sendiri,"
Katanya. Tiong Hui Ciong menganggukkan kepalanya dengan tenang.
"Betul. Memang aku sendiri yang mengatakannya. Seandainya undangan Cuo huhoat tidak bersedia dipenuhi dan ingin menyeretnya juga, silahkan kerahkan segenap kemampuanmu Tiong Hui Ciong tidak akan ikut campur.". Toang Pek Yang segera merangkapkan tangannya menjura,.
"Terima kasih hengte ucapkan kepada Tiong Ji siocia. Dengan adanya perkataan dari ji siocia ini, hengte tidak tarlu khawatir lagi.". Tiong Hui ciong tidak banyak bicara lagi. Hu toanio Juga sudah menyaksikan kemampuan Yok Sau Cun. Dia hanya berdiri di samping sambil tartawa dingin, Wi Bwe Liong Toan Pek Yang adalah Cuo huhoat dari Kong Tong Pai. Dia terhitung tokoh tmgkat tiga dalam partai itu. Tentu saja dia tidak memandang sebelah mata kepada Yok Sau Cun. Toan Pek Yang segera membaiikan tubuh dan memandang Yok Sau Cun sekilas. Dia melihat anak itu berdiri berpangku tangan dengan bibir tersenyum. Meskipun penampilan anak muda itu begitu tenang sehingga mengherankan, tetapi biar bagalmana pun dia masih seorang bocah yang baru menginjak dewasa. Memangnya sampai di mana sih kebiasaan anak semuda itu? Hatinya menjadi Jauh lebih tanang. Dia menjura kepada Yok Sau Cun.
"Apa yang hengta katakan tadi, Yok siauhiap pasti sudah mendengar semuanya. Kaucu sangat kaguro kepada Yok siauhiap. Oleh karena itu, hengta sengaja disuruh kemari untuk mengundang kedatanganmu. Dengan kata lain, hengte akan mengajakmu mengadakan perjalanan menuju Oey San. Entah bagaimana pendapat Yok siauhiap sendiri?". Yok Sau Cun tersenyum datar.
"Cayhe dengan partal kelian tidak saling mengenal, mana enak hati datang mengganggu? Lagi pula cayhe sudah berjanji kepada Tiong cici untuk menemaninya ke Soat san l4arap Toan lo sampaikan kepada kaucu bahwa orang she Yok mengucapkan banyak terima kasih Kelak apabila ada Jodoh, aku pasti akan pergi ke Oey san menemuinya "
Kata-kata yang diucapkan oleh Yok Sau Cur memang kedengarannya sopan dan sungkan Tetapi bagaimana pun, dia menolaknya secara halus. Sekali lagi Toan Pek Yang tertawa seram.
"Tadi Yok siauhiap pasti sudah mendengar sendiri Tiong Ji siocia mengatakan bahwa dia tidak akan memaksamu menemaninya ke Soat san apabila Yok siauhiap memang bersedia niemenuhi undangan ini. Kaucu berharap dapat bertemu dengan Yok siauhiap. Sekarang ini dia sedang menunggu di Oey san Orang-orang Bulim, betapa banyak yang berharap dapat melihat kaucu, masa Yok siauhiap sengaja menolak kesempatan. Yok Sau Cun tersenyum slmpul.
"Cayhe sudah mengatakan bahwa perjalanan menuju Soatsan bagaimana pun harus ditempuh. Undangan kaucu kalian yang baik hati, cayhe simpan dalam hati. Cayhe terpaksa menolaknya.". Toan Pek Yang tertawa terkekehkekeh "Yok Sicu harus tahu, perintah kaucu Ibarat gunung. Siapa puh tidak ada yang berani merubahnya. Lebih beik Yok siauhiap pertimbangkan kembali baikbaik,"
Yok Sau Cun tersenyuni santai.
"Meskipun cayhe belum lama berkecimpung di dunia kangouw, tetapi ucapan yang sudah cayhe keluarkan tidak pernah ditarik kembali, Memang kaucu kalian meriierintahkan Toan lo mengundang cayhe ke Oey San. Tapi bersedia atau tidaknya, cayhe tetap mempunyai hak untuk membuka suara. Harap Toan lo kembali saja ke Oey san dan sampaikan kata-kata cayhe ini kepada Ci Sancu.". Yi Ju Si yang kedua tangannya membimbing Toan Pek Yang sejak tadi tidak mengeluarkan ucapan apa pun. Tiba-tiba dia tartawa cekikikan.
"Kalau menurut pedapatku, Cuo huhoat.... Yok siauhiap toh tidak bersedia memenuhi undangan. Buat apa kau memakeanya terus?". Baglan Llma Puluh TuJuh.
"Tidak bisa. Kaucu sudah memben perintah kepada lohu untuk mengundang Yok sauhiap Kalau kita kembali tanpa hasil, bagaimana aku bisa mempertanggungiawabkan masalah ini?"
Sahut Toan Pek Yang dengan nada tegas. Matanya mengerling tajam. Dengan tatapan dtngin dia bertanya.
"Apakah Yok siauhiap benar-benar tidak ingin mempertlmbangkannya kembali?".
"Apa yang ingin cayhe katakan, semuanya sudah dinyatakan, tidak perlu mempertimbangkan apa-apa lagi,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Bagus sekalil' Toan Pek Yang menganggUkkan kepalanya sambi! tertawa seram.
"Tiong Ji siocia sudah menyatakan sebelumnya bahwa untuk urusan hari ini, dia tidak akan turut campur. Kalau Yok siauhiap berkeras menolak undangan kaucu, berarti menolak arak kehormatan malah meminta arak hukuman.". Yok Sau Cun meliriknya sekilas sambil tersenyum simpul.
"Cayhe memang belum pernah merasakan arak hukuman. Entah bagaimana rasanya? Biar cayhe coba sedikit,"
Sahutnya tenang,.
Sebetulnya, apabila Toan Pek Yang pikirkan dengan kepala dingin Tentu dia seharusnya merasa heran dengan keberanian Yok Sau Cun.
Apalagi Tiong Hui Ciong yang mengaku sebagaj kakak angkatnya tidak menunjukkan kekhawatiran sama sekali.
Tetapi dia terlalu tinggi hati sehingga tidak memandang sebelah mata terhadap anak muda mi Saat itu dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Maksud Yok siauhiap, orang she Toan ini tidak berhasil mengundangmu dengan cara baikbaik, lalu tidak sanggup menyeretmu mengukutiku?".
"Hal ini terpaksa melihat kemampuan Toan lo sendiri,"
Sahut Yok Sau Cun.
"Bagus seketil"
Hawa amarah Toan PeR Yang mulai meluap. Pandangannya semakin tajam menusuk.
"Orang she Toan ini tarpaksa memlnta pelajaran dan Yok siauhiapl". Ucapannya selesai, tiba-tiba tubuhnya berkefebat. Tangan kanannya terjufur dan Jurus Gi Jiupo liong (Tangan mengulur menyentuh naga) pun dikerahkan. Dengan serangan dahsyat dia mencengkeram ke arah kepala Yok Sau Cun. Penampllan Yok Sau Cun masih setenang tadi. Tubuhnya hanya bergeser sedikit maka serangan Toan Pek Yang pun berhasil dielakkannya. Kedudukan Toan Pek Yang dalam Kong Tong pai sangat tinggi. Pada hari biasa, dia jarang turun tangan sendiri. Masih mending katau dia tidak turun tangan, sekali turun tangan tentu mengerikan akibatnya. Lagipula dia adatah seorang manusia yang penuh per'hitLingan. Kalau dia tidak memiliki kayakinan di atas lima bagian, dia pasti tidak akan turun langan. Selama puluhan tahun ini, Toan Pek Yang /ang belum kenal apa yang disebut kekalahan. Hal ini merupakan kenyataan yang idak dapat dibantah. Mungkin karena alasan ini pula, dia menjadi besar kepala,. Cengkeraman yang dilancarkannya kaii ini hanya menggunakan tiga bagian tenaga dalam. Dia hanya ingin menguji sampai dj mana kekuatan anak muda itu. Tetapi mengandalkan kemampuannya saat ini, tiga bagian tenaga dalam saja sudah cukup mengejutkan. Seorang tokoh kalas dua saja, jangan harap sanggup menghindarinya. Siapa nyana, Yok Sau Cun bahkan tidak menggeser langkah kakinya setengah tindak pun. Hanya tubuhnya yang bergerak sedikit, dia langsung berhasii mengelakkan diri dari serangan Toan Pek Yang. Melihat kenyataan mi, wajah Toan Pek Yang segera berubah hebat, karena dia sadar sekali bahwa cengkeramannya tadi bargerak dengan kecepatan kilat. Setelah hampir mencapai kepala Yok Sau Cun, anak muda itu baru menggerakkan tubuhnya Tahutahu posisi Yok Sau Cun sudah bergeser dan cengkeramannya pun luput me ngenai sasaran. Toan Pek Yang bahkan tidak sempat melihat bagaimana cara anak muda itu bergerak. Semua ini tecjadi dalam sekejap mata. Toan Pek Yang tertawa terbahak-bahak.
"Ternyata gerakan Yok siauhiap cukup mengejutkan!"
Telapak tangan kirinya langsung metLincur cepat menghantam ke arah dada anak muda itu. Yok Sau Cun hanya tersenyum simpul.
"Toan lo terlalu memuji."
Pergelangan tangan kanannya memutar, telapak tangannya dislngkapkan di depan dada Perlahan-lahan dia mengerahkan ke depan.
Gerakannya sangat anggun, tetapi tidak disangkasangka dia menyambut serangan Toan Pek Yang dengan kekerasan Toan Pek Yang bermimpi pun ttdak menyangka kalau Yok Sau Cun berani menyambut serangannya dengan kekerasan Dia bermaksud menambah karahan tenaga dalamnya, namun sudah terlambat Kedua belah telapak tangan langsung beradu dan menimbulkan suara yang menggelegar memecah angkasa.
Toan Pek Yang adalah seorang manusia yang mempunyai pikiran licik dan dalam.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia melihat telapak tangan Yok Sau Cun bersiap di depan dada kemudian diluncurkan secara perlahan, dia langsung dapat menduga kalau anak muda itu bermaksud menyambut serangannya dengan kakerasan Dia segera bermaksud menambah tenaga dalamnya namun sudah terlambat.
Dia lalu mengambil keputusan untuk melancarkan telapak' tangan yang satunya lagi agar kekuatannya bertambah dan dapet mendesak luncuran pukulan lawan.
Kedua telapak tangan beradu.
Yok Sau Cun merasa tenaga dalam Toan Pek Yang tidak seberapa hebat.
Telapak tangan keduanya ditarik lalu diluncurkan kembali.
Tentu saja Yok Sau Cun tidak tahu kalau saat ini Toan Pek Yang sudah mengerahkan tenaga sepenuhnya pada pukulan kedua ini.
Dia masih terus menyerang seperti sebelumnya.
Kembali terdengar suara.
"Plak!"
Yang keras.
Sebetulnya jarak antara kedua pukulan itu hanya sekejap mata saja, namun apabila diuraikan menjadi panjang.
Tiba-tiba Yok Sau Cun merasakan kalau pukulan lawan kali ini mengandung kekuatan yang dahsyat Tekanan yang dirasakannya seberat ribuan kati.
Kakinya sampai terdesak mundur.
Untung saja dia sudah menguasai Yu Tian sikang.
Apabila tubuhnya mendapat tekanan dari luar, maka tenaga dalamnya secara otomatis mendorong kembali.
Oleh karena itu, begitu Yok Sau Cun merasakan tekanan yang kuat dari pihak lawan, tenaga dorongan telapak tangannya juga secara refleks bertolak lebih kuat.
Toan Pek Yang sudah membayangkan kekuatannya yang sebanyak delapan bagian itu akan membuat Yok Sau Cun kelabakan.
Usia anak muda ini paling banter dua puluh tahun.
Meskipun sejak dalam kandungan dia sudah belajar ilmu silat, Juga tidak mungkin dapat menandingi dirinya.
Siapa sangka ketika kedua telapak tangan beradu, telapak tangan pthak lawan seakan bisa mengikuti situasi Dan lembut menjadi kuat.
Bahkan bergulunggulung seperti tidak ada habishabisnya.
Meskipun hatinya merasa aneh, tapi mulutnya memperdengarkan suara tertawa dingin Dia menambah tenaganya lagi sebanyak empat bagian.
Kali ini, tenaga datamnya yang sebanyak delapan bagian langsung meningkat menjadi dua belas bagian.
Ini berarti dia mengerahkan segenap tenaga dalamnya pada pukulan telapaknya.
Kejadian ini malah lebiti cepat dan gebrakan sebelumnya.
Karena kedua belah pihak samasama tetah menambah kekuatan tenaganya, maka begitu telapak mereka saling beradu, terdengarlah suara yang gemuruh.
Bahkan debudebu di tanah dan bebatuan kecil berhamburan kamana-mana.
Justru ketika Toan Pek Yang menambah tenaganya menjadi dua belas bagian, dari balik telapak tangan Yok Sau Cun pun mengalir segulung arus kekuatan yang tidak teruraikan dengan kata-kata.
Tetapak tangan Toan Pek Yang tergetar, dadanya sampai sesak sehingga bernafas pun sulit.
Tubuhnya terhuyunghuyung dan kakinya terdesak mundur sejauh tiga langkah.
Tatapan matanya langsung terpaku pada Yok Sau Cun.
Anak muda itu masih berdiri tegak di tempatnya semula.
Wajahnya mengulum senyum dan saat itu justru sedang memandang ke arahnyal.
Rasa tarkejut yang memenuhi hati Toan Pek Yang kali ini tidak kepalang tanggung.
Hampir saja dia tidak mempercayai pandangannya sendiri.
Oia bagaikan sedang bermimpi.
Bagaimana pun dja tidak dapat menerima bahwa tenaga dalamnya yang sudah dilatih seiama puluhan tahun tidak dapat menandingi seorang anak muda berusia dua puluhanl.
Tentu saja bukan hanya Toan Pek Yang yang terkejut.
Bahkan Yi Ju Si juga membelalakkan matanya yang jernih bagai aliran sungai.
Rona wajahnya yang kepucatan menyiratkan perasaan hatinya yang kebingungan.
Bahkan Yan Kong Kiat dan Kiu ci lo han juga memandang dengan hati yang diamdiam tercekat Toan Pek Yang merupakan salah satu dari tokoh Kong Tong pai yang berilmu sangat tinggi Malah di dunia kangouw dia belum pernah menemui tandingan.
Hal ini bukan berarti dia tidak terkalahkan, tetapi justru dia merupakan manusia yang penuh pertimbangan.
Apabila tidak ada keyakinan akan meraih kemenangan, dia tidak akan tucun tangan.
Kali mi dia malah tergetar mundur tiga langkah oleh Yok Sau Cun.
Tampaknya malam ini diaterlalu memandang rendah lawannya.
Setelah mundur beberape langkah.
Tiba-tiba Toan Pek Yang mendongakkan kepalanya menatap langit dan tertawa tecbahakbahak.
Suara tawanya iiu bagaikan geraman seekor naga di tengah malam yang sunyi.
Begitu keras dan bergetarnya sampai memekakkan teiinga.
Suara tawanya ini mengandung pengerahan hawa murni yang penuh.
Namun pada saat dia tertawa itulah, dari hutan sebelah kir! yang rimbun dan agak tertutup muncul lima sosok bayangan.
Dengan cepat mereka melesat di udara dan melayang turun di tengah arena.
Mereka terdiri dari lima orang pemuda yang berpakaian hiJau.
Ketika mereka melayang turun, kebetulan posisi mereka mengepung Yok Sau Cun.
Suara tawa Toan Pek Yang langsung sirap.
Dia mengefuarkan pedang panjangnya dan membentak dengan suara garang.,,.
"Yok siauhiap, hunus senjatamul'. Melihat keadaan itu, wajah Hu toanio tangsung berubah ketam.
"Manusia she Toan, kau ingin mengandalkan orang banyak untuk....". Tangannya meraba toya yang diseljpkan pada ikat pinggang dan dia bermaksud mencabutnya. Tetapi Tiong Huj Ciong mengangkat sebeiah tangannya dan memberi isyarat supaya dia Jangan bertindak sembarangan. Dengan perasaan Jengkel terpaksa Hu toanio minggir ke tempatnya semula. Yok Sau Cun mengedarkan pandangannya menataplima pemuda berpakaian hijau yang saat itu mengelilinginya. Dia melihat bahwa kelima pemuda itu bukan saja semuanya berwajah tampan, malah bentuk tubuhnya juga sangat atletis. Yang paling mengherankan justru rona wajah mereka yang sama pucatnya dengan Toan Pek Yang. Tidak ada sedikit pun tanda kehidupan pada warna kulit mereka. Saat itu mereka masing-masing menggenggam sebatang pedang dan sinar mata mereka menyorotkan hawa pembunuhan yang tebal. Pengetahuan Yok Sau Cun sekarang sudah cukup luas. Dia dapat melihat bahwa cara berdiri kelima pemuda tersebut merupakan pembukaan jurus ilmu pedang tingkat tinggi. Posisi mereka sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga kapan waktu saja siap melancarkan serangannya. Hati Yok Sau Cun Juga timbul perasaan curiga. Wajah orang-orang jni terlalu kaku dan sinar mata mereka meskipun menusuk serta menyorotkan hawa pembunuhan, namun tidak hidup.
"Apakah orang-orang ini rnempelajari semacam ilmu gaib sehingga perasaan mereka jadi terpengaruh?"
Pikirnya dalam hati. Pikiran ini mau tidak mau membuat perasaannya menjadi was-was. Dia juga merasa harus lebih hati-hati menghadapi pertarungan kali ini. Diam-diam dia meningkatkan kewaspadaannya sambil menatap Toan Pek Yang.
"Apakah Toan lo akan turun tangan bersamasama mereka?". Toan Pek Yang menyeringai seram.
"Tidak salah! Kalau hengte tidak berhasil mengundang Yok siauhiap, hengte tidak dapat mempertanggungjawabkannya kepada kaucu. Oleh karena itu, terpaksa menggunakan barisan yang dibina langsung oleh hengte. Apabila Yok siauhiap bisa menerobos barisan inj dengan tangan masih menggenggam pedang, berarti kau sudah menang. Hengte akan segera meninggalkan tempat ini". Yok Sau Cun tertawa penuh kegusaran.
"Baik! Kau sendiri yang membuat penentuannya, Apabila cayhe berhasil menerobos barisan ini, Toan lo harus kembali dan memberi laporan kepada kaucu kalian. Tapi apabila cayhe gagal, tidak usah dikatakan lagi, cayhe pasti akan mengiringi keinginanmu."
Toan Pek Yang tersenyum datar.
"Yok siauhiap memang cerdas sekaii. Sekali dengar saja langsung mengerti maksud hengte. Yok siauhiap sudah boleh menghunus senj'ata sekarang ". Yok Sau Cun tetap tersenyum simpul.
"Toan lo silahkan mulai saja,"
Sahutnya. Toan Pek Yang menggetarkan pedang panjang di tangannya.
"Yok siauhiap, berhati-hatilah!"
Cahaya dingin berkilauan.
Timbul titiktitik berjumlah enam tujuh buah Cahaya dan titik itu meluncur ke arah Yok Sau Cun.
Kong Tong pai kiamhoat atau ilmu pedang Kong Tong pai terkena! karena kecepatan dan kaanehan gerakannya.
Sekarang Toan Pek Yang sebagai angkatan tua yang mengerahkannya, maka kekuatannya semakin terpancar.
Titik cahaya yang membawa serangkum hawa dingin memancar ke segala panjuru, membuat orang merabaraba kesmana arah serangan itu sebenarnya.
Tepat pada saat itu juga, tiba-tiba kelima pemuda'berpakaian hijau bergerak.
Kedua tangan mereka berpencar, hma batang pedang membentuk bayangan menjadi sepuluh.
Rupanya senjata yang mereka gunakan adalah sepasang pedang yang panjang dan tajam.
Sepasang pedang saling bersilangan Daiam waktu singkat berubah menjadi jaringan pedang yang ketat.
Tampak bayangan tubuh manusia berkelebat ke sana sini Mereka langsung mengurung Yok Sau Cun dalam jaringan pedang tersebut.
Toan Pek Yang dan kelima pemuda berpakaian hijau itu rrnJlai bergerak Sekarang Toan Pek Yang tidak perlLi dibimbing oleh Yi Ju Si lagi.
Orang tua yang tampak sakHsakitan dan hampir tidak bisa berjalan itu nnendadak seperti berubah menjadi seorang anak muda yang perkasa Yi Ju Si masih berdiri di tempat semula Dia tidak bergeser sedlkitpun juga.
Dengan demikian dia jadi ikutikutan terkurung dalam barisan pedang bersama Yok Sau Cun.
Tentu saja cahaya sebelas batang pedang itu tidak dapat menusuk diri Yok Sau Cun, namun kelebatannya yang menyilaukan mata dan mengandung hawa dingin dapat membuat perasaan orang jadi bergidik.
Sejak semula Yok Sau Cun sudah bersiapsiap, Tepat ketika Toan Pek Yang menghunus pedangnya yang menimbulkan cahaya berkilauan menusuk mata, pedang lemas dt tangan kanannya juga diJulurkan menjadi panjang.
Tampak segans warna warni seperti pelangi menyelimuti tubuh Yok Sau Cun Tanpa menunda waktu lagi anak muda itu langsung menusuk ke depan.
Yi Ju Si berdiri di samping kanannya.
Ketika Yok Sau Cun belum mefakukan serangan, dia juga hanya memandang dengan berdiam diri Siapa sangka begitu Yok Sau Cun menghunus pedangnya, tiba-tiba tubuh perempuan itu juga bergerak, tangan kanannya mengibas Tampak segurat cahaya yang menyilaukan mata Dengan kecepatan tinggi ia meluncur ke arah Yok Sau Cun.
Kalau dikisahkan memang rasanya lama, tetapi sebetulnya penstiwa itu terjadi dalam waktu sekejap mata.
Tujuh delapan titik cahaya yang memijar dari pedang Toan Pek Yang sedang meluncur ke arah Yok Sau Cun.
Anak muda itu mengulurkan pedangnya dan baru saja bermaksud menyambut serangan tersebut Tepat pada saat itu, mendadak selendang warna warni milik Yi Ju Si berkelebat datang dan melilit pedangnya sehingga tidak dapat digerakkan lebih lanjut.
Dari mulut Yi Ju Si terdengar suara tawa merdu dan nyaring seperti sebuah lonceng.
Tubuhnya bergerak dengan ringan.
Diiringi suara tawanya, lima larik warna warni melesat ke arah lima bagian Jalan darah di tubuh Yok Sau Cun Selendang Yi Ju Si memang merupakan Juntaian kain berwarna warni, sedangkan tujuh titik sinar yang timbul dari pedang Toan Pek Yang merupakan gerakan dan Jurus Jit sing Jipfu yang terkenal dari Kong Tong pai.
Dengan mengejutkan serangan itu mengancam tujuh buah Jalan darah di depan dada anak muda tersebut.
Pedang lemas yang dikibaskan oleh Yok Sau Cun tiba-tiba dililit oleh selendang Yi Ju Si, ha| ini tentu membuatnya terkejut sekali.
Dia berusaha menghentakkan pedangnya namun tetap saja tidak bisa Dalam keadaan genting itu, pikirannya segera berputar.
Genggaman pedang pada tangannya dikendurkan, kaki kirinya langsung bertindak maju setengah langkah.
Dengan bartindak setengah langkah kaki kiri tersebut, otomatis gerakan tubuh agak menekuk dan dia pun berhastt menyelinap keluar dari serangan Toan Pek Yang.
Perlu diketahui bahwa senjata yang digunakan oleh Yok Sau Cun adalah sebatang pedang lemas, Orang yang menggunakan pedang lemas seperti ini harus bisa menyesuaikan diri dengan tubuh pedang itu sendiri, dengan demikian pedang itu baru bisa menjulur kaku dan berbentuk sebagaimana pedang umumnya.
Kalau genggaman tangan pada pedang berkurang tenaganya maka pedang itu akan menjadi lunglai dan lentur.
Meskipun pedang lemas Yok Sau Cun berhasil dililit oleh Yi Ju Si, tapi kejadian ini tidak beriangsung lama Begitu pedang itu dikendurkan pegangannya sehingga menjadi lemas lagi, lilitan selendang Yi Ju Si pun terlepas.
Pedang itu meniadi lemas secara otomatis seperti seekor ular yang licin dan melorot turun dari lilitan selendang.
Sejak kecil Yok Sau Cun sudah diajarkan ilmu mengelakkan diri dari serangan pedang, sedangkan ilmu mengelakkan serangan pedang ini tadinya diciptakan untuk menghadapi ilmu pedang keluarga Song yang sudah terkenal.
Oleh karena itu, dapat dibayangkan sampai di mana kehebatannya apabila digunakan untuk menghadapi ilmu pedang partai lain yang jauh di bawah itmu keluarga Song,.
Setelah mengerahkan llmu pit kiam slnhoat yang diajarkan auhunya, Yok Sau Cun memang berhasil menghindarkan diri dari serangan depan balakang yang dilakukan oleh Toan Pek Yang dan Yi Ju Sf, tapi tak urung dia mengeluarkan keringat dingin juga.
Sejak berkecimpung di dunia kangouw, Yok Sau Cun dalam waktu singkat.
yakni kurang leblh tiga butan, sudah banyak beftemu dengan jagojago kelas tinggi.
Namun pectarungan yang demikian berbahaya keadaannya dan mengeiutkan dirinya baru terjadi kaii ini.
Apalagj setelah berhasil mengelakkan diri dari serangan kedua orang itu, kembali dia dihadang oleh jaringan pedang yang ketat.
Kelima pemuda yang maslngmasing menggenggam dua batang pedang itu melangkah' maju dan membuat kepungannya semakin sempit.
Bayangan pedang yang menimbulkan hawa dingin saling bersilangan dan meluncur ke arahnya.
Pit kiam slnhoat yang dipelajarinya khusus diciptakan untuk menghindarkan serangan ilmu pedang satu orang.
Meskipun ilmu pedang orang itu sebagaimana hebat, dahsyat, cepat maupun membahayakan, dja tetap dapat menghindarkan diri dengan selamat.
Yang diparlukannya hanya sebatang pedang dan pergelangan tangan.
Dengan satu pergaiangan tangan yang menggenggam pedang, dia juga dapat membuat bayangan yang banyak separti berpuluhpuluh orang yang melakukan serangan.
Cahaya yang timbul darl pedangnya juga membentuk puluhan bayangbayang yang membingungkan, walaupun sebatulnya bayangan itu hanya tipuan agar dia dapat melakukan perubahan dalam gerakannya, Kalau pihak lawan memilikl kecerdasan yang tinggi dan panglihatan yang maha tajam, seharusnya bisa menamukan celah yang kosong dan peluang untuk memecahken ilmunya itu.
Tapi memang harus diakui kehebatan daya pikir orang yang menciptakan ilmu Plt kiam sinhoat inl.
Sampai sekarang, baik Song loya cu maupun orang lainnya belum parnah ada yang dapat melihat celah kelemahan ini.
Malah orang yang menggunakannya dapat mencari peluang dari ilmu pedang orang itu sehingga sanggup meloloskan diri dari serangan yang bagaimanapun mautnya.
Namun untuk menghadapi kelima pemuda yang menggunakan sepuluh batang pedang ini, keadaannya menjadi berbeda.
Orang yang biasa menggunakan dua bilah pedang dapat melancarkan serangan dari tangan yang mana saja.
Meskipun dia hanya menggunakan sebatang pedang, dia dapat menggantiganti tangan untuk melakukan penyerangan.
Apalagi kelima pemuda itu sudah mendapat didikan yang keras dan latihan yang berat Sepuluh batang pedang yang ada di tangan mereka bukan digunakan untuk menyerang musuh, namun manfaatnya untuk menahan musuh.
Dengan demikian pihak lawan tidak meloloskan diri dari kepungan tersebut, sedangkan yang bertugas menyerang lawan adalah Toan Pek Yang dan Yi Ju Si.
Mereka merupakan inti barisan ini Oleh karena itu, ilmu Pit kiam slnhoat yang dijalankan oleh Yok Sau Cun untuk menghadapi kelima pemuda dengan sepuluh batang padang ini tidak memperiihatkan keampuhannya.
Semua ini terjadi dalam sekejap mata.
Yok Sau Cun medhat jaringan pedang semakin rapat mengurungnya.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Untung SBJB pedang lemasnya sudah terlepas dari lilitan selendang Yi Ju Si.
Mulutnya mengeluarkan suara raungan yang keras.
Disusul dengan tangannya yang meluncur ke depan.
Saat ini tenaga dalam Yok Sau Cun sudah demikian tinggi sehingga sulit dibayangkan.
Serangannya kali ini menimbulkan deruan angin yang bergulunggulung Pedang lemasnya juga memancarkan kekuatan yang dahsyat Begitu mendekat, gelombang kekuatan itu mendesak kesepuluh batang pedang sehingga pedangpedang bagai dihempas angin topan dan terdesak mundur sejauh lima cun.
Biar bagaimana pun janngan pedang tidak dapat disamarkan dengan barisan yang biasa Meskipun terdesak mundur tetapi kapungan mereka tidak terpencar.
Dalam sekejap matajaringan itu sudah menyusut kembali dan Yok Sau Cun tetap belum berhasil menerobos barisan mereka.
Toan Pek Yang yang melihat berkaiebatnya tubuh Yok Sau Cun dan dalam sekajap mata sudah melintas di sampingnya sambil mengelakkan dlri dari serangannya, diarndiam merasa tgrkejut setengah mati.
"Rupanya anak muda ini memiliki ilmu yang mengajutkan. Tidak heran Tiong Ji siocia badagak sungkan dan mafah mengatakan bahwa aku boleh menyeretnya dengan mengandalkan kepandaian seandainya tidak bisa mengundangnya baikbaikl"
Maki Toan Pek Yang dalam hati.
Mulutnya mengeluarkan suara tertawa yang seram.
Pedang berputar mengikuti gerakan tubuh.
Jurus Hue hong buliu langsung dikerahkan.
Timbul guratan cahaya merah yang berkilauan.
Dalam sekajap mata, tiba-tiba berubah menjadi cahaya berantai.
Sebentar panjang sebentar lagi tampak pendek, meluncur ke arah Yok Sau Cun.
Kaiian pasti parnah melihat selembardaun pohon liu yang tertiup oleh angin musim semi.
Serangan Toan Pek Yang kali ini persis seperti gambaran di atas.
Sedangkan Yi Ju Si yang melancarkan jurus Len hua hudhiat bukan saja menemui kegagalan, bahkan pedang temas YoK Sau Cun yang sudah berhasil dililitnya malah terlepas kembali.
Walahnya yang pucat seperti orang mati menyiratkan perasaannya yang terpana.
Sepasang matenya yang baning bagai mengembangkan air mata tiba-tiba menyorotkan kaganasan yang membara.
"Aih..,! Tidak disangka usiamu yang masih begini muda sudah memiliki kepandaian yang demikian tinggi"
Katanya dengan suara kenes, Mulutnya masih tertawa cekikikkan, tangannya tiba-tiba mengibas.
Selendang warna warni terjulur panjang dan meluncur ke arah belakang leher Yok Sau Cun dengan jurus Leng Coa can cing (Ular sakti melilit leher).
Pit kiam singhoat langsung dikerahkan oleh Yok Sau Cun.
Tubuhnya bergerak setengah melingkar.
Kakinya bargeser dengan cepat Jurus Hue hong bu liu yang dijalankan oleh Toan Pek Yang yang seperti daun pohon liu tertiup angin langsung melintas di samping kirinya dan luput dari sasaran.
Yang menjadi perhatian dan kewaspadaan Yok Sau Cun masih kelima pemuda berpakaian hijau.
Oleh karena itu, begitu berhasil menghindarkan diri dari serangan Toan Pek Yang, pedangnya langsung mengibas dan sekaiigus tangan kirinya menjulur ke luar untuk mencengkeram selendang Yi Ju Si yang meluncur mengancam batang lehernya.
Yi Ju Si yang masih balum menyadari kaiau tenaga daiam anak muda Jtu sudah mencapai taraf yang begitu tinggi Melihat anak muda itu mencekal selendangnya, diam-diam dia tertawa dingin.
"Kau ingin mengadu kekuatan denganku?"
Ejeknya dalam hati.
Bagi Yi Ju Si, keadaannya sekarang sangat menguntungkan.
Di pihak lain ada jaringan pedang yang mengurung anak muda itu sehingga tidak dapat menghindarkan diri kemanamana.
Lagipula ada Toan Pek Yang yang diketahuinya memiliki ilmu sitat sangat hebat dan sedang melakukan panyerangan terhadap Yok Sau Cun.
Kati ini, kelau tidak sampai mati pun, setidaknya anak muda ini akan terluka parah di tangannya, Dan pada situasi separti ini bila Yok Sa Cun ingin mengedu kekerasan dengannya, otomatis dia yang akan memetik keuntungan.
Tetapi, justru ketika pikirannya baru tergerak, mulutnya tiba-tiba mengeluarkan suara keluhan.
Tubuhnya bagai seekor ikan yang terkail melayang di udara dan menggelepargelepar.
Rupanya Yok Sau Cun sudah berhasil mencengkeram selendangnya dan ia sama sekali tak menyangka bila pemuda itu memiliki tenaga dalam yang demikian kuat sehingga begitu dia menghentakkan selendang tersebut, tubuh Yi Ju Si pun ikut tertank sehingga melayanglayang di udara seperti layangan.
Tenaga dalamnya langsung tersalur lewat selendang itu dan selendang itu menjadi kaku seketika.
Tiba-tiba selendang itu tampak seperti sebatang toya yang panjangnya kurang lebih delapan cun.
Peristiwa ini terjadi dalam sekejap mata.
Begiiu Yok Sau Cun melepaskan cekalannya, tubuh Yi Ju Si berikut selendangnya langsung terhempas jatuh dari atas dan terpental pada jarak dua depaan!.
Tubuh wanita itu seperti sebuah bola keranjang yang dilempar oleh seorang bocah darisuatu ketinggian.
Toan PekYang melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Yok Sau Cun yang terkurung dalam barisan Jit sing kiam ceng bukan saja berhasil mengelakkan diri dari dua kali serangannya, dia sendiri malah yang berada di bawah angin.
Apalagi sekarang dia melihat Yi Ju Si dilempar keluar dengan lilitan selendangnya sendiri, hati Toan Pek Yang menjadi terkejut sekaligus gusar.
Mulutnya mengeluarkan geraman marah dan pedang panjangnya bagai curahan hujan menyerang dengan gencar kepada Yok Sau Cun.
Sekaligus dia melancarkan delapan sembilan ka[i serangan.
Sementara itu Yok Sau Cun hanya memiliki sebatang pedang lemas, dan dia harus memperhatikan kesepuluh batang pedang yang digerakkan kelima pemuda itu pula.
Dia tidak dapat berdiam diri menunggu datangnya serangan Dia tidak tahu kalau barisan pedang itu sebetulnya hanya untuk menjaga agar dia tidak meloloskan diri bukan untuk menyerangnya.
Dalam keadaan genting, dia memikirkan cara untuk menerobos keluar dan barisan tersebut.
Terhadap serangan Toan Pek Yang, terpaksa dia mengerahkan Pit kiam sinhoat untuk mengelakkan diri.
Gayanya sangat indah.
Dalam sekajap mata dia sudah berhasil mengelakkan diri dari tujuh buah serangan Toan Pek Yang.
"Kalau begini terus, kapan selesainya pertarungan ini?"
Pikirnya dalam hati.
Otaknya segera berputar memikirkan jalan keluar yang terbaik.
Tiba-tiba tubuhnya berkelebat, tangan kirinya terjulur ke luar Dengan gerakan yang tidak dapat diikuti oleh pandangan mata, dia mencengkeram pergelangan tangan Toan Pek Yang dan langsung melemparkan sampai jauh.
llmu gerakan tangannya ini memang ampuh sekali, boleh dibilang belum pemah mengalami kegagalan.
Toan PekYang masih tidak sadar ketika pergelangan tangannya dicengkeram oleh Yok Sau Cun, dia masih tertegun ketika mendadak tubuhnya sudah melayang di udara dan terpental di kejauhan.
Yok Sa Cun sadar bahwa tokoh Kong Tong pai ini mempunyai tenaga dalam yang tidak dapat dipandang remeh Oleh karena itu, dia mencengkeram orang itu dengan tenaga dalam sebanyak delapan bagian.
Itu juga sebabnya mengapa tubuh Toan Pek Yang yang sedang melayang di udara berusaha memberontak dan melepaskan diri dari cengkeraman Yok Sau Cun, namun tidak berhasil,.
"Serrrr!"
Tubuhnya terus meluncur melewati kapala kelima pemuda itu kemudian terhempas sejauh lima depa.
Semangat Yok Sau Cun terbangkit seketika.
Dua kalj berturutturut dia berhasil melemparkan dua jago pihak tawan.
Tanpa menunda waktu tagi, tubuhnya langsung berkelebat.
Pedang panjang di tangannya menyapu.
Sinar pedangnya meluncur bagai seekor naga sakti.
Gerakannya benar-benar niengagumkan Dan dalam sekejap mata dia berhasil mendesak mundur tiga pemuda berpakaian hijau tersebut.
Tangan kirinya langsung terjulur.
"Fuh!"
Terdengar deruan angin yang kencang, telapak tangannya langsung menghantam ke depan.
Terdengar lagi suara yang menggelegar.
Seorang pamuda berpakaian hijau yang sedang menerjang ke arahnya langsung menj'erit lantang dan tubuhnya terlempar jauh.
Orang itu j'atuh pada jarak kurang lebih satu depa.
Mulutnya langsung memuncratkan segumpal darah segar dan tidak sanggup bangkit kembaii.
Lima pemuda yang menggenggam sepuluh batang pedang ini tadinya membentuk sebuah jaringan yang ketat.
Namun orang yang satu iru sudah terpental jauh dan tidak bisa berdiri lagi.
Tiga pemuda yang sebelumnya tergetar mundur sudah maju kembali.
Tetapi dari sepuluh batang pedang sekarang hanya tinggal detapan.
Otomatis janngan pedang ini mernbuka sebuah cefah yang kosong dan dalam waktu sesingkat itu, mana mungkin mereka bisa menambalnya?.
Yok Sau Cun segera mengerahkan Pit kiam sin hoatnya.
Mulutnya mengeluarkan suara tawa yang bebas dan tubuhnya pun ftelesat keluar dan bansan pedang tersebut.
Sejak melemparkan tubuh Toan Pek Yang sampai dia menerobos keluar dan barisan pedang hanya memakan waktu beberapa detik saja.
Saat itu Toan Pek Yang juga mengeluarkan suara lawa yang aneh.
Tubuhnya melesat dan tahutahu dia sudah masuk kembali ke dalam barisan pedang.
Meskipun tubuhnya terlempar oleh Yok Sau Cun dan dia tidak sanggup melepaskan diri atau pun memberontak, namun ketika melayang turun, dia tidak sampai menggelinding di tanah.
Kedua kakinya mendarat dengan mantap.
Kedua macam suara tawa, baik tawa bebas Yok Sau Cun dan tawa aneh Toan Pek Yang, terdengar pada waktu yang bersamaan.
Oleh karena itu, dua sosok bayangan yang melayang di udara, satu adalah Yok Sau Cun yang menecobos keluar dari barisan dan satunya lagi sudah tentu Toan Pek Yang yang melayang ke dalam barisan.
Keduanya juga bergerak dalam waktu yang bersamaan.
Ketika Toan pek Yang melayang turun dalam barisan, dia metihat Yok Sau Cun sudah berhasi! menerobos keluar.
Wajahnya langsung berubah hebat.
Tapi dia memang tidak malu menjabat sebagai Cuo huhoat Kong Tong pai.
Halhal aneh yang ditemuinya sudah banyak.
Rona wajahnya yang pucat segera normal kembali seperti biasa.
Dia menarik kembali pedangnya dan memasukkannya ke dalam sarung pedang.
Tangan kiri mengibes dan mulutnya pun tertawa terkekehkekeh.
"Yok siauhiap sudah berhasil menerobos berisan ini, mengapa kelian masih belum menyimpan pedang masing-masing?"
Katanya santai. Keempat pemuda yang masih tersisa langsung menarik kembati pedang mereka dan mengundurkan diri ke samping. Joan Pek Yang merangkapkan sepasang kepatan tangannya serta menjura kepada Yok Sau Cun.
"Ternyata ilmu silat Yok siauhiap demikian tinggi. Meskipun hengte tidak berhasit meraih kemenangan, namun kekalahan ini diterima dengan rasa puas dan kagum.". Yok Sau Cun cepatcepat membalas penghormatannya.
"Toan lo sengaja mengalah, Yok Sau Cun mengucapkan terima kasih,"
Sahutnya dengan nada rendah hati. Setelah itu dia memalingkan wajahnya ke arah pemuda berpakaian hijau yang terhempas di atas tanah, Dia merangkapkan sepasang tinjunya dan menjura dalam-dalam.
"Tadi cayhe turun tangan terlalu keras sehingga tanpa sengaja melukai hengte ini. Entah bagaimana keadaan lukanya? Cayhe benar-benar merasa menyesa!.".
"Tidak apa-apa. Mereka selalu membawa obat penyembuh luke dalam di saku mereka. Asal istirahat sejenak pasti akan baik kembali,"
Sahut Toan Pek Yang. Wajah Yi Ju Si yang pucat pasi langsung menyiratkan senyuman yang menahan kegusatan hatinya. Dia mengerfing sekilas kepada Yok Sau Cun dengan linkan genit.
"Lengan hamba ini sampai terasa ngilu dicengkeram dan diiempar olehmu, tapi kau toh tidak menanyakannya sama sekali,"
Katanya dengan nada menyindik. Mendengar ucapannya yang terangterangan itu, terpaksa Yok Sau Cun menjura sekali tagi kepadanya.
"Tindakan cayhe ini kelewat kasar, harap kouwnio sudi memaafkan.". Dipanggil kouwnio oleh Yok Sau Cun, kemarahan Yi Ju Si langsung sirna. Wajahnya yang pucat pasi seperti mayat langsung mengembangkan senyuman lebar. Baru saja dia menggerakkan bibirnya untuk menjawab perkataan Yok Sau Cun. ..
"Cuo huhoat, apakah kami sudah boleh meninggalkan tempat ini?"
Tukas Tiong Hui Ciong dengan nada dingin.
Gadis itu merasa seba! melihat wajah Yu Ju Si yang seperti sesosok mayat dan sepasang matanya yang berkilauan bagai mengandung airyang tidak habishabisnya serta linkan serta suaranya yang sengaja dibuatbuat semanja mungkin.
Toan Pek Yang segera mengembangkan seulas senyuman di bibirnya.
"Tentu boleh, tentu saja boleh Hengte sudah mengatakan, apabila Yok siauhiap sanggup menerobos bansan pedang kami, hengte segera menyuruh mereka menyingkir dan sini. Mana mungkin hengte berani menghalangi'"'. Hu toanio mendengus dingin.
"Biarpun.Cuo huhoat ingin menghalangi, rasanya juga belum mempunyai kesanggupan seperti itu,"
Sindirnya tajam.
"Mari kita naik ke dalam kereta,"
Ajak Tiong Hui Ciong cepat.
Rombongan itu bergegas naik ke dalam kereta Yu Kim Pai menghentakkan pecut panjang dj tangannya, dan kudakuda yang terkejut itu segera memacu derap kakinya.
Yi Ju Si memperhatikan kereta kuda sampai menghilang di tikungan jalan Dia menarik nafas dalam-dalam.
"Cuo hu hoat, betape gagah dan habatnya bocah tadi". Toan Pek Yang tertawa licik.
"Meskipun ilmunya setinggi langit, tapi perjalanan mereka kali ini tetap saja siasia.". Selain berwajah cantik, Tiong Hui Ciong juga merupakan gadis yang luar biasa cerdasnya. Setelah melihat behwa sudah berapa kali berturutturut perjalanannya menuju Soat san mengalami penghadangan, dia langsung teringat pesan yang harus disampaikan oleh Tai Kiat suhu lewat mulut Kim Tijui. Mereka disuruh berangkat secepatnya ke Soat san. Kim Ti jui sudah mengatakan bahwa kemungkinan telah terjadj perubehan di Soat san. Kalau ditiljk dari nadanya, peristiwa itu malah terjadj pada diri kakeknya. Tadinya dia merasa kurang percaya, sekarang malah ada pihak Kong Tong pai yang menghadang perjalanannya. Begitu pikirannya tergerak, mimik wajahnya berubah menjadi kefam, Dia mempectimbangkan apayang harus diperbuatnyasekarang. Akhirnya dia mengambtl keputusan untuk meminta Hu toanio beserta keempat gadis pelayannya tatap menecuskan perjalanan dengan kereta. Mereka tidak perlu tergesa-gesa. Apabila mafam tiba, mereka boleh berhenti di penginapan untuk bermalam dan sekalikali harus berhenti di rumah makan untuk mengisi perut. Dengan demikian perhatian orang-orang yang mengejar ataupun mungkin sudah mengikuti mereka akan terpancing pada kereta tersebut. Dia sendici akan mencari pilihan dan melakukan perjalanan tanpa henti bersama Yok Sau Cun. Hu toanio merasa siasatnya itu memang bagus. Dia langsung setuju. Yok Sau Cun dan Tiong Hui Ciong pun menyelinap keluar dari kereta dan meneruskan perjalanan ke Soat san dengan inenunggang kuda pilihan. Di sepanjang perjalanan, mereka selalu menghindari tempattempet yang ramai Terkadang mereka berhenti di dusup terpencil dan membeli berbagai macam ransum kerjng, guna penanjal perut selama perjalanan. Mereka tidak pernah berhenti bermalam atau pun becistirahat. Gunung Soat san atau ada juga sebagian orang yang memanggi! dengan Tai Soat san diapit oleh dua propinsi yang luas. Sepanjang tahun selalu dilutupi salju Kabut putih menyelimuti tempat itu bagaikan gumpalan awan pada han yang cerah. Di tennpat yang cuacanya selalu dingin dan pemandangannya indah ini, kecuali para pelancong atau orang yang'mempunyai kepentmgan tersendiri, Jarang ada yang datang sekedar untuk singgah saJa. Soat san lo sinsian (Dewa gunung salju) atau kakek dan Tiong Hui Ciong tinggal di salah satu wiiayah Soat san yang bernama Tiong Cunkok (Lembah panjang umur) Lembah ini terdapat di sebelah selatan daerah Soat san. Ada satu hal yang aneh di lembah ini Meskipun wilayah Soat san sendiri sepanjang tahun seiaiu ditutupi salju dan di manamana terhampar warna putih seperti selembar permadani yang lebar, tetapi di dalam lembah panjang umur suasana alamnya justru indah bagai nirwana Bungabunga selalu bersemi sepanjang tahun. Hawanya tetap dingin namun suasananya sendiri bagaf musim semi yang berkepanjangan. Menjelang tengah hari itu, Yok Sau Cun dan Tiong HU| Ciong sampai di wilayah sebelah selatan Soat san Mereka meninggalkan kudanya di sana dan masuk ke dalam [embah dengan becjalan kaki. Lembah ilu adanya di puncak bukit Yok Sau Cun merasa mereka mendaki semakin lama semakm tmggi Hawa dingin pun mulai menyusup Angin sejuk berhembus. Tulang belulang di seluruh tubuh ngilu Terlihat gumpalan salju di manamana Warna pulih mendominasi tempat tersebul Begitu indahnya sehingga rnembuat perasaan Yok Sau Cun enggan meninggalkan tempat itu. Di dalarn kereta dia pffrnah nnendengaf cerita dan mulut Tiong HU| Ciong bahwa di plembah Tiong Cunkok tumbuh berbagai ma cam bunga yang tidak akan layu sepanjang tahun. Cuacanya memang dingin tapi tidak terlalu menusuk Suasananya bagai musim semi dengan taman yang dipenuhi bunga warnawarni yang indah Sekarang dia hanya melihat gumpalan salju berwarna putih yang menghampar sepanjang perjalanan. Hatinya menjadi curiga. Di tampat yang dingin dan penuh sa!}u seperti ini mana mungkin bisa tumbuh berbagai macam bunga yang tidak iayu sepanjang tahun? Lagipula tidak sedikit pun ada kesan musim semi yang kurasakan di sini pikirnya dalam hati. Tiong Hui Ciong melihat anak muda itu mengedarkan pandangannya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Seulas senyum manis langsung mengembang di sudut bibirnya.
"Adik Cun, apakah kau merasa bahwa di manamana hanya ada saljU putih yang menghampar dan tidak mungkin ada lembah yangditumbuhi berbagaj macam bungayang tidak layu sepanjang tahun?"
Tanyanya lembut.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tiong Cunkok adalah lembah di mana Tiong cici dibesarkan, sudah pasti ada tempat semacam itu. Siaute hanya berpikir, apabila tidak ada yang menjadi petunjuk jalan, pesti orang tidak akan berhasil menemukan Tiong Cunkok seperti yang cid ceritakan,"
Sahut Yok Sau Cun. Tiong Hui Ciong tersenyum simpul.
"Kau memang pandai bicara. Cici lihat tadi kau celmgakcelinguk kesana kernari. Wajahmu menyiratkan mimik yang kurang yakin. Tetapi apa yang kau katakan memang benar. Lembah Tiong Cunkok berada di suatu lempat yang sangat terpencil Lagipula Yaya sudah menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menutupi tembah dengan bongkah salju yang tidak pernah mencair Orang yang tidak pernah menginjak tempat tersebut, biarpun sudah sampai di depan pintu iembah, pasti tidak berhasil mengetahuinya.".
"Bisa begitu'?"
Tanya Yok Sau Cun bingung.
"Sebentar lagi kita akan sampai. Nanti kau akan membuktikan sendiri benar tidaknya perkataan cici ini,"
Sahut Tiong Hui Ciong.
Kedua orang itu segera mengerahkan ginkangnya untuk berlari di atas salju.
Gumpalan ss di tanah agak kaku dan tidak licin.
Mereka tidak menemukan kesulitan sama sekali dalam melakukan perJalanan tersebut.
Tidak lama kemudian, mereka sudah sampai di sebuah bukit yang tertutup gumpalan es Tiong Hui Ciong menghentikan langkah kakinya di sana.
Dia membaiikkan tubuh dan memandang Yok Sau Cun.
"Sudah sampai!"
Katanya.
Yok Sau Cun menolehkan kepalanya dan memandang ke sekeliling Di manamana hanya terdapat gumpalan es yang tinggf Demikian pula bukit yang menJulang di depan mereka Bahkan dia merasa mereka sampai di tempat yang buntu dan tidak ada jalan lain lagi Bukit yang ada di hadapan mereka sangat tinggi dan dipenuhi gLimpalan es Tidak mLingkin orang bisa meloncat setinggi itu.
Apalagi dinding bukit itu sendiri demikian licin karena terlutup saljU yang tebal.
"Apakah ini yang cici maksud pintu masuk lembah Tiong Cun kok?".
"Betul kalau tidak percaya, coba kau cari sendiri di mana ietak pinlu masuknya'?"
Kata Tiong Hui Ciong. Yok Sau Cun memperhatikan lagi sejenak. Dia menggelengkan kepalanya.
"Maafkan kebodohan siaute, benar-benar tidak tahu di mana letak pintu yang cici maksudkan.". Tiong Hui Ciong mengembangkan senyuman manis.
"Ikutlah dengan cici!"
Dia langsung menelusuri jalan sempit yang terdapat di sisi bukit Bukit salju itu kurang lebih setinggi sepuluh depa Bentuknya tunggal Sebelah kin ada celah lekukan Walaupun tertutup oleh gumpalan salju namun sekali lihat segera diketahui bahwa celah itu dapat menuju ke daerah pegunungan yang lebih tinggi.
Tiong Hui Ciong melangkah perlahan-lahan ke sisi bukit.
Tiba-tiba terdengar suara.
"Cring!"
Yang nyaring Han eng kiam sudah terhunus di tangan.
Dengan penuh keyakinan dia menusuk ke tengah-tengah tonJolan salju yang terlihat.
Kemudian tangannya mengulur dan nnasuk ke dalam liang yang dibuatnya dengan Han engkiam tadi.
Dia memutar dua kali ke kiri dan dua kali lagi ke kanan.
Pedangnya sudah diselipkan lagi pada ikat pinggangnya Tangannya kemudian menekan ke dalam celah tersebut dan terlihatlah sebuah pintu besar yang membentang lebar.
Tiong Hui Ciong segera tersenyum lebar.
"Mari kita masuk ke dalam'". Yok Sau Cun melihat apa yang di lakukan gadis itu dengan tatapan terpesona.
"Rupanya di sinilah letak pintu masuk tembah. Biar pun ada orang yang tahu letaknya di sini, tetapi belum tentu dia bisa membukanya.". Tiong Hui Ciong iangsung membungkukkan tubuhnya dan menyelinap ke dalam iubang itu. Yok Sau Cun mengikuti dari belakang. Perlahan-lahan dia metangkahkan kakinya. Tampak di dalam lubang goa itLi terdapat goa yang dikelilingi oleh es dan bentuknya bundar Namun orang yang berada di dalamnya tidak merasa sempit karena cahaya salju yang memenuhi dindmg berkilauan bagai cermin yang dapat memantulkan bayangan. Begitu beningnya saljU yang menyelimuti dinding goa tersebut sehingga dapat terlihat bayangan orang yang berdiri di luarnya. Yok Sau Cun memandang dengan kagum, tanpa sadar mulutnya mengeluarkan suara pujian.
"Goaini pasti alami. Bentuknya aneh dan mdah sekali Entah bagainiana kakekmu dapat menemukan tempat seperti ini dahulunya?". Tiong Hui Ciong hanya tersenyum lembut. Tangannya kembali memijit lekukan di sebetah dalam goa dan otomatis pintu tadi tertutup kembali.
"Tadinya tempat ini iTieinang merupakan goa untuk menuju lembah. Dulu Yaya meneinukannya lanpa sengaja. Dia merasa bahwa tempat ini bagus sekali. Selain dapat ditembusi cahaya matahan juga terlindung dari angin topan Karena keadaannya yang tertutup, maka hawanya pun tidak sedjngin di luar. Di dafam sini yang lerasa hanya kesejukan. Begitu terpesonanya Yaya, tempat ini pun diben nama Tiong Cunkok Kemudian dia nnemilih tempat ini sebagai tempat tinggal Namun dia takul banyak orang yang dalang mengganggu ketenangannya ataupun mencan garagara dengannya. Akhirnya dia irienghabiskan waktu selama bertahuntahun untuk membuat pintu rahasia ini. Setelah itu, lorong di dalam sini digali sehingga berbentuk melingkar seperti bulatan bola dunia. Orang luar yang tidak tahu rahasia ini, tentu saja tidak dapat menemukannya walaupun dia berusaha mencan seumur hidup.".
"Rupanya begitu. Siaute malah tadinya mengira goa ini aslinya memang sudah berbentuk seperti ini". Salju yang mengelilingi dinding goa sudah membeku bagai dinding bafu. Berjalan di dalamnya, kita tidak perlu khawatir dilanda rasa dingin yang menggigil Tidak perlu takut terhadap badai salju yang melanda ataupun percikannya yang dapat menyakitkan kutit tubuh. Bahkan hawa di dalam semakin lama terasa semakin hangat. Rasa dingin yang menggigit ketika berada di daerah pegunungan tidak terasa lagi. Setelah berJalan kurang lebih dua li. tiba-tiba di depan mereka terdapat sebuah celah yang sangat besar. Pemandangan di dalamnya dapat terlihat jelas. Tampak padang rumput yang kehijauan. Benar-benar bagai sebuah dunia yang lain. Tiba-tiba tefinga Yok Sau Cun mendengar suara yang bergemuruh Dia segera maju beberapa langkah. Serangkum hawa dingin langsung menyusup lewat pori-pori. Yok Sau Cun benar-benar tidak mengecti Ketika memasuki pintu lembah, rasa dingin mulai berkurang dan dia malah merasa tubuhnya semakin lama semakin hangat Mengapa dalam jarak beberapa depa saja iklim di tempat ini bisa berubah sedemikian hebat? Matanya beralih kepada Tiong Hui Cipng.
"Kok tiba-tiba jadi dingin sekali?"
Tanyanya bingung. Tiong Hui Ciong tidak menyahut Dia menarik tangan Yok Sau Cun dan maju beberapa puluh langkah Setelah itu dia membalikkan lubuhnya ke arah di mana mereka datang tadi.
"Coba kau lihat apa yang ada di sana, tentu kau akan segera mengecti apa yang sedang terjadi!". Yok Sau Cun segera berpaling ke arah yang ditunjuk oleh Tiong Hui Ciong Dia melihal di alas celah goa yang tinggi terdapat seekor naga besar yang terbuat dari batu kumala Mulutnya sedang menganga lebar dan air terjun yang besar jatuh ke bawah dengan deras. Air lerjun itu sampai mengepulkan asap berwarna putih Hai ini membuktikan bahwa air itu pasti dingin sekali Dan rupanya suara gemuruh air terjun inilah yang terdengar oleh telinga Yok Sau Cun tadi. Air terjun Hu jatuh tepat di samping goa di mana terdapat sebuah aliran sungai yang jernih. Tadi Yok Sau Cun dan Tiong Hui Ciong lewat di sampingnya, tidak heran bila tiba-tiba ada serangkum hawa dingin yang menusuk kulit tubuhnya. Yang lebih aneh fagi, justru air terjun ini seperti menjadi pembatas antara daerah dingin dan hangat. Meskipun airnya mengalir dengan keras namun tidak mempengaruhi rasa hangat yang ada di sekitar lembah Namun air sungai yang mengalir juga tidak menjadi beku meskipun udara di sisi yang satu lagi begitu dingin sehingga menyusup ke da!am tulang. Malah di sebelah yang berudara hangat, terdapat hamparan rumput yang hijau dengan berbagai jenis bunga yang indah. Tidak kalah dengan pemandangan di daerah Kang lam pada musim semi. Tiong Hui' Ciong mengajaknya menelusuri jalanan di dalam lembah. Di sana merupakan sebuah padang rumput yang luas sekali. Bentuknya Juga bundar. Kebetulan lembah itu menghadap ke arah selatan, sehingga pegunungan yang tinggi dapat menghalangi angin kencang yang melanda. Siapa pun tidak mengira di wilayah Soat san yang dingin dan sepanjang tahun selalu ditutupi oleh salju yang tebal, bisa mempunyai lembah yang seaneh ini. Di manamana tarlihat bungabunga yang bermekaran dengan indah. Memang benar apa yang dikatakan oieh Tiong Hui Ciong. Meskipun sampai letah mata Yok Sau Cun mencarican, dia tidak menemukan setangkai bungapun yang layu alau rontok dari batangnya. Begitu terpesonanya Yok Sau Cun sehingga tanpa sadar mulutnya mengeluarkan suara seruan yang menandakan kekaguman hatinya. Tempat ini memang tepat dinamakan Tiong Cunkok!".
"Tiong Cunkok seperti pemisah antara bumi dengan nirwana Suasananya benar-benar bagai musim semi Bungabunga tidak ada satu pun yang layu. Dan tempat ini saja dapat dibuktikan bahwa kakekmu bukan saja seorang lokoh Bulim yang aneh tetapi penennuannya tidak kalah ajaib. Benar-benar membuat orang kagum!". Rupanya Yok Sau Cun sudah memandang lempat itu dengan teliti. Seliap celah, danau kecil, batubatuan bahkan taman dan rerumputan yang menghampar semuanya terurus dengan baik dan ditata dengan apik. Meskipun banyak pemandangan yang merupakan buatan tangan manusia, tapi kesan yang ditimbulkannya malah seperti alami. Yang membuat kekagumannya semakin meninggi juslru bungabunga yang tertanam rapi dan hampir semuanya belum pernah ia temui di tempat lain. Dia bagaikan berada di dalam surga Angin sepoisepoi yang berhembus membawa serangkum bau harum bunga, membuat perasaan orang yang berada di dalam iembah rnenjadi nyaman dan segar. Seandainya bisa menetap di sini sampai akhir tua, pasti dia dapat mati dengan tenang. Melihat keadaannya yang semakin terkesima, Tiong Hui Ciong hanya menundukkan kepalanya sambil tersenyum simpul. Ketika mereka sedang berbicara itulah, entah sejak kapan, di atas sebuah batu besar yang ada di hadapan mereka telah duduk seorang tua berpakaian kuning Saat itu matanya yang bersinar tajam sedang menatap Yok Sau Cun lekat-lekat. Tiong Hui Ciong segera menjatuhkan diri berlutut di depannya.
"Keponakan menemui Suto pekpek,"
Katanya. Orang tua itu hanya berdehem satu kali. Setelah dekat baru terlihat bahwa di bagjan punggungnya terdapet tonjolan yang besar.
"Siapa bocah ini?"
Tanyanya dengan mata setengah terpicing.
"Dia adalah adik angkat keponakan. Murid Perguruan Tian san yang bernama Yok Sau Cun."
Setelah memperkenalkan, Tiong Hui Ciong menoleh kepada Yok Sau Cun.
"Adik Cun, cepat temui Suto pekpek. Dialah pendekar Suto Gi yang namanya sudah lama terkenal di dunia kangouw. Orang-orang Bulim menjulukmya 'lt ciang kui tian' (Satu pukulan membuka langit) Sudah berpuluh lahun dia mengikuti Yaya dan tingga! di Tiong Cunkok ini.". Yok Sau Cun segera membungkukkan tubuhnya dan menjura dalam-dalam.
"Cayhe Yok Sau Cun menemui Suto cianpwe,"
Katanya sopan. Suto Gi tersenyum ramah.
"Rupenya Siau hengte ini berasal dari Tian san. Tidak heran sinar matanya begitu tajam dan panampilannya bagitu gagah. Tenaga dalam Siau hengte ini pasti sudah mencapai taraf tertinggi."
Dia menoleh Kepada Tiong Hui Ciong.
"Bukankah J! kouwnio turun gunung bersamasama Toa kouwnio, Mengapa sekarang pulang seorang diri?".
"Aku datang untuk menjenguk keadaan Yaya. Bagaimana kabamya dia orang tua?"
Tanya Tiong Hui Ciong.
"Kedatanganmu kurang tepat. Rasanya kau tidak dapat bertemu dengan Lao sinsian,"
Sahut Suto Gi. Ketika masuk ke dalam lembah, Tiong Hui Ciong mekhat orang yang menjaga di mutut lembah adalah pamannya Suto Gi, hatinya sudah terasa agak lega. Sekarang mendengar perkataan orang tua itu, dia langsung tertegun.
"Apakah Yaya sedang keluar?". Suto gi tersenyum simpul.
"Lao sinsian sudah hampir separuh hidupnya tidak pernah meninggalkan lembah ini. Mana mungkin dia keluar sekarang? Sejak kepergian kalian, mungkin dia orang tua merasa sangat Kesepian. Sekarang sedang mengunci diri dj ruang semedi.".
"Mengunci diri dj ruang semedi?' Tiong Hui Ciong merasa heran. llmu silat kakeknya sudah mencapai taraf tertinggi. Tiong Hui Ciong ingat kakeknya sering berkata, apabila ifmu seseorang sudah mencapai batas tertentu maka tidak mungkin bisa naik lebih tinggi lagi. Apabila dipaksakan akan sia-sia saja, malah bisa terjadi Cao hue jitmo, atau aliran darah yang mengalir dari arah beriawanan dan akhirnya bisa membuat nadi Jantung terputus, dan punah seluruh ilmu yang sudah dikuasainya. Oleh karena itu, kakeknya tidak pernah berusaha mencapai taraf yang lebih tinggi. Lagipufa kehidupannya sudah tenang. Untuk apa dia mengunci ciiri dan bersemedi lagi?. Hatinya bertambah cunga, tanpa sadar dia mendesak Suto Gi.
"Suto pek pek, sebelum mengunci dlri, apal kah Yaya pernah mengatakan ilmu apa yang akan dilatihnya?".
"Tidak,"
Sahut Suto Gi "Setelah kalian pergi, tidak lama kemudian, Ci Sancu parnah berkunjung satu kali.
Selama tiga hari tiga malam mereka berbincangbincang.
Kali ini Lao sinsian mengunci diri melatih itmu, mungkin ada hubungannya dengan pembicaraan antera dia orang tua dan Cl Sancu.
Bisa jadi mereke ingin mencoba semacam ilmu yang dapat membuat usia mereka panjang dan tldak mati sampai ratusan tahun.".
Tiong Hui Ciong tidak percaya dengan dugaannya.
Hatinya semakin curiga.
"Apakah Yaya tidak mengajakmu berunding dulu sebelum mengunci diri?1' tanyanya kembali.
"Soal Lao sinsian yang mengunci diri, Lao siu Juga mendengarnya dari Li so,"
Sahut Suto Gi.
"Li so?"
Tiong Hui Ciong menjadi bingung.
"Siapa Li so itu?".
"Li so adalah perempuan yang diutus oleh Toa kouwnio untuk melayani Lao sinsian. Toa kouwnio khawatir kaiau Ji kouwnio dan Sam kouwnio pergi, maka tidak ada orang yang melayani Lao sinsian. Menurut apa yang Lao siu dengar, Li so sudah banyak pengaiaman Dulu ia merupakan pelayan yang melayani Hue leng senbu....". Tiong Hui Ciong semakin merasakan adanya sesuatu yang tidak bereg Dia juga terkajut mendengar keterangan itu.
"Mengapa aku tidak mendengar Toa ci mengungkit persoalan ini?".
"Li so dibawa kemari oleh Ci Sancu. Dia mengatakan bahwa semuanya di atur oleh Toa kuownlo. Maksud hati Toa pasti baik. Dia ingin menunjukkan baktinya kepada Lao sinsian....".
"Celaka! Urusan ini pasti ada apa-apanya!' seru Tiong Hui Ciong panik.
"Aku ingin menemui Yaya sekarang jugal"
Tiong Hui Ciong langsung menolehkan kepalanya dan berkata.
"Adik Cun, cepat ikut aku.!". Dengan langkah yang tergesa-gesa dia menghambur ke dalam lembah. Yok Sau Cun terpaksa mengikuti dari belakang. Suto Gi memandang kepergian kedua orang Hu. Dia menggelenggelengkan kepalanya.
"Sifatnya sejak kecil selalu seperti Hu. Tidak pemah bisa barubah,"
Gumamnya seorang diri.
lldim di Tiang Cunkok memang seperti musim semi.
Banyak terdapat berbagai jenis bunga yang tidak iayu sepenjang tahun.
Saat jni sudah awat bulan penutup tahun.
Tetapi bunga-bunga tetap bermekaran dengan semarak.
Harumnya memancar ke manamana, membuat suasana Tiong Cunkok bagai sebuah taman irnpian yang dapat membuat orang terlena.
Tiong Hui Ciong sudah mendengar dari Kim Tijui bahwa telah terjadi perubahan di Soat san, dan kemungkinan peristiwa im Justru terjadi pada diri kakeknya.
Sekarang dia mendengar dari Suto Gi keterangan yang membuatnya semakin curiga.
Bisa jadi memang telah terjadi sesuatu.
Hatinya menjadi tambeh panik.
Tanpa terasa, kaktnya berlari semakin cepat.
Tubuhnya bagai sebatang anak panah yang meluncur dan busurnya.
Saat itu, Yok Sau Cun yang mengikutinya dari belakang terpaksa mengimbangi ginkang gadis itu.
Pemandangan alam yang indah di sekitar tidak lagi menarik perhatiannya.
Dia bahkan tidak melink sekalipun.
Dia hanya terus berlari mengikuti langkah kaki Tiong Hui Ciong.
Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah sampai di ujung lembah, dimana terlihat pemandangan bukit yang menjulang tinggi.
Di bagian tengah ada sebuah goa lagi yang cukup besar.
Di depannya terdapat sebuh celah setinggi manusia dewasa.
Di atasnya ada sebuah papan yang terukir empat huruf.
"Tiong Cun Tonghu" (Rumah goa panjang umur). Di bagian luar terdapat undakan batu yang menyambung seperti jalan setapak. Tiong Hui Ciong yang berjalan di muka segera menaiki undakan betu dan masuk ke dalam goa itu dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba tampak dua sosok bayangan berkelebat. Dari dalam goa melesat keluar dua orang gadis berpakaian hijau. Tangan masing-masing menggenggam sebatang padang Mereka menghadang di depan pintu masuk. Gadis yang berdiri di sebelah kin memperhatikan Tiong Hui Ciong sekilas kemudian membentak.
"Berhenti' Siapa kau? Beraniberanian mengacau di Tiong Cun Tonghu ini!". Mendengar ucapannya, Tiong Hui Ciong merasa geti sekaligus gusar.
"Siapa aku? Siapa kalian?"
Tiong Hui Ciong membahkkan pertanyaan serupa,. Gadis yang sebelah kanan memperhatikan Yok Sau Cun dan Tiong Hui Ciong dengan pandangan tajam.
"Bukankah si tua Suto Qi Itu sedang menjaga di mulut lembah? Bagaimana kalian bisa masuk ke sini?"
Tanyanya. Sepasang alis Tiong Hui Ciong terjungkit ke atas.
"Dari mana datengnya kalian ini? Kalau kalian bisa tahu bahwa tempat ini adalah Tiong Cun Tonghu, seharusnya kalian juga tahu siapa aku!". Mendengar ucapannya kedua gadis berpakaian hijau itu langsung terpana. Tiong Hui Ciong tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk membuka mulut, dia melanjutkan iagi kata-katanya.
"Dengar pertanyaanku! Apakah kalian ini bawahan Li so? Kalau benar, cepat panggil Li so kemari'". Gadis yang sebefah kiri tampaknya terkejut melihat kegarangan Tiong Hui Ciong. Dia menatap gadis itu sekilas.
"Siapa kau sebenarnya?".
"Aku bernama Tiong Hui Ciong. Kau sudah mendengarnya dengan Jelas bukan? Cepat masuk memberi laporan kepada atasanmul"
Sahut Tiong Hui Ciong dengan nada dingin. Gadis yang berdiri di sebelah kiri langsung berbisik kepada rekannya.
"Kau jaga rnereka baikbalk. Aku akan masuk melaporkan urusan ini!". Gadis yang berdiri di sebelah kanan hanya menganggukkan kepelanya mengiakan Gadis yang ada di sebelah kin tadi langsung membalikkan tubuhnya dan melangkah ke dalam goa. Tidak lama kemudian, terdengar gesekan lengan baju berkumandang dan dalam goa. Gadis yang berdiri di sebelah kiri tadi keluar lagi dengan diiringi oleh seorang wanita setengah bayayang wajahnya sangat rupawan. Dia Juga mengenakan pakaian berwarna hijau. Hanya warna hijau pakaiannya lebih tua dari pada kedua gadis ini. Pandangan mata Tiong Hui Ciong segera menyapu dari atas kepala sampai ke ujung kakmya. Rambutnya disanggul tinggi. Alisnya hitam pekat dan bentuknya bagai butan sabit. Sepasang matanya indah berkilaukilau. Usianya mungkin sekitar tiga puluh tahunan. Tetapi raut wajahnya menyiratkan kecantikan yang matang. Dewasa dan anggun!".
"Apakah kau yang bernama U so?"
Tenya Tiong Hui Ciong dengan nada dingin dan pandangan menusuk. Tiba-tiba wanita itu mengembangkan seulas senyuman manis dan maju menghampiri Tiong Hui Ciong.
"Kau tentunya Ji siocia? Hamba memang Li so. Kedatangan hamba di tempat ini adalah mengemban tugas dari Toa siocia untuk melayani Lao sin sian,"
Sahutnya ramah.
"Aku justru baru datang dari tempat toaci Mengapa aku tidak mendengar toaci mengatakan apa-apa tentang urusan ini?"
Desak Tiong Hui Ciong.
"Aduh ...t1 Suara Li so semakin kenes.
"Ji siocia yang baik, untung saja kedatangan hamba ini diantarkan o|eh Ci Sancu, coba kalau tidak, tentu hamba dikira berani mati memalsukan nama cucu perempuan Soat san iojin."
Tibaliba dia menarik nafas panjang.
"Hiong Cu, Hiong Giok, mengapa kalian masih tidak cepatcepat menghadap Ji siocia?". Kedua gadis tadi segera mem ungkukkan tubuhnya memberi hormat.
"Budak menemui Ji siociai". Tiong Hui Ciong hanya asal menyahut. Dia tidak sudi melayani orang-orang itu lama.
"Mana Yayaku?".
"Lapor Ji siocia, Lao sinsian sedang bersemedi,"
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sahut Li so.
"llmu apa yang sedang dilatih oleh Yaya sehingga dia parlu bersemedi?'.
"llmu apa yang sedang dilatih oleh Lao sinsian, sebagai orang bawahan, hamba mana berani bertanya. Kalau Lao sinsian tidak mengatakan, bagaimana hamba bisa tahu?".
"Sudah berapa lama Yaya bersemedi?"
Tanya Tiong Hui Ciong kembati.
"Hampir tiga bulan Sebelum mengund diri, Lao sinsian hanya mengatakan bahwa kali ini semedinya mungkin memakan waktu kurang lebih tiga tahun. Selama itu tidak boleh ada orang yang mengusiknya,"
Sahut Li so.
"Aku akan bertanya langsung kepada ,Yaya ilmu apa yang sedang dilatihnya!". Li so terkejut sekali mendengar ucapan Tiong Hui Ciong. Dia segera menghadang di depannya.
"Ji siocia, jangan sekalisekali metakukan hal Hu!". Sepasang alis Tiong Hui Ciong langsung terjungkit ke atas.
"Kau berani menghalangiku?"
Bentaknya marah.
"Hamba tidak berani."
Senyuman di bibir Li so tidak terlihat lagi. Dia membungkukkan tubuhnya sedikit dan melanjutkan kata-katanya.
"Harap Ji siocia dengarkan dulu ucapan hamba ini.
"Cepat katakanl".
"Menurut apa yang hamba dengar, ilmu silat Ji siocia sangat tinggi. Entah benar tidak kabar itu?". Wajah Tiong Hu Ciong menyiratkan perasaannya yang marah.
"Apakah kau ingin mencobanya sendiri?". Li so tersenyum manis.
"Ji siocia salah paham. Hamba sedang berpikir, seandainya Ji siocia memiliki ilmu silat yang tinggi, tentu mengerti kalau seseorang yang sedang berlatih ilmu silat dengan cara bersemedi sama sekali tidak boleh diganggu. Seandainya pikirannya yang sedang kosong sampai mengalami keguncangan, apa tdrakira akibatnya?". Mendengar ucapannya. Pertama-tama. Tiong Hui Ciong terpana. Kemudian dia tersenyum datar.
"Kau sungguh pandai bicaral". Li so tetap tersenyum manis.
"Ji siocia hanya memuji saja. Hamba hanya memperingatkan Ji siocia bahwa keadaan Lao sinsian sekarang tidak boleh diganggu sama sekali.".
"Kapan Yaya bengun dari semedinya?"
Tanya Tiong Hui Ciong kembali.
"Sepuluh hari. Setiap sepuluh hari, Lao sinsian pasti bangun dari semedinya. Dia benstirahat kurang lebih setengah hari untuk mengisi perut dengan buahbuahan atau minum ramuramuan yang khusus. Waktu setengah hari ini, dia boleh berbicara dengan siapa saja.".
"Sampai kapan kita harus menunggu?".
"Lao sinsian selalu bangun dari semedinya kira-kira tengah hari Sebelum menjelang malam dia mengunci diri bersemedi. Sebelumnya Lao sinsian keluar kemarin dulu. Jadi Ji siocia harus menunggu tujuh hari lagi baru dapat bertemu dengannya.". Bibir Tiong Hui Ciong bergerakgerak. Namun Li so tidak membennya kesempatan untuk berbicara.
"Ji siocia baru kembali dari perjalanan yang jauh. Tentunya harus tinggal beberapa hari baru pergi lagi. Tujuh hari adalah waktu yang singkat.
"Tidaki"
Sahut Tiong Hui Ciong.
"Aku tidak dapat berdiam di lembah tertalu lama. Aku sengaja bergegas puiang untuk melihat keadaan Yaya. Biar bagaimana pun aku harus melihatnya, baru kekhawatlran dalam hati ini dapat dihilangkan.". Li so tersenyum simpul.
"Ji siocia tidak periu khawatir. Hamba sudah lama melayani Senbu. Kali ini justru Toa siocia yang meminjam hamba dari Senbu untuk melayani Lao sinsian. Pasti tidak akan terjadi apa-apa pada diri Lao sinsian. Ji siocia tidak perlu cemas.". Kata-kata 'melayani Senbu' malah membuat hati Tiong Hui Ciong semakin tegang. Dia segera mengambil keputusan.
"Tidak bisa, aku bergegas kembali ke Soat san memang khusus untuk melihat Yaya Kau tldak perlu berkata apaape lagit"
Sahutnya. Tampak Li so terkeiut setengah mati mendengar nama Tiong Hui Ciong yang tegas.
"Mengapa Ji siocia tidak bersedia mendengarkan peringatan hamba?".
"Aku akan melihat Yaya, apakah kau boiah menghatangi aku?"
Bentak Tiong Hui Ciong marah. Li so menggelengkan kepalanya lambat-lambat.
"Ji siocia, harap maafkan kata-kata hamba yang lancang. Ji siocia adalah cucu Lao sinsian, sedangkan hamba hanya seorang bawahan. Juga orang tuar. Ji siocia ingin menengok keadaan Lao sinsian. seharusnya hamba tidak berhak mencegah....".
"Bagus kalau kau sadarl"
Tukas Tiong Hui Ciong. Wajah Li so yang cantik mengembangkan seulas senyuman yang tipis. Perlahanlahan senyuman itu sirna, wajahnya berubah menjadi serius.
"Tetapi kedatangan hamba ke tempat ini adalah mengemban tugas dari Toa siocia untuk melayani Lao sinaian. Ketika akan meninggalkan lembah tni, Ci Sancu sudah berpesan beberapa kali. llmu yang sedang dilatih oleh Lao sinsian adalah semacam ilmu yang tiada duanya di dunia ini. Dengan demikian dia harus memusatkan konsentrasinya dan tidak boleh terganggu sedikrt pun. Keselamatan Lao sinsian adadi tangan hamba. Oleh karena itu, meskipun Ji siocia adalah cucu perempuan Lao sinsian, hamba tetap harus menghalangi meskipun akan menerima hukuman mati!". Tiong Hui Ciong mendengar ucapannya tidak seperti orang yang berdusta Untuk sesaat dia menjadi bimbang.
"Aku tidak akan mengejutkan Yaya. Aku hanya ingin melihat keadaannya sebentar saja,"
Sahutnya kemudian.
"Tidak bisal"
Kata Li so dengan suara tegas.
"Saatini Lao sinsian sedang bersemedi. Tldak boleh ada orang yang melangkah masuk setindak pun. Kalau Lao sinsian sampai terkejut, hamba... hambe tidak takut menghadapi kematian. Tetapi bagaimana hamba harus bertenggung jawab kepada Toa siocia?". Sejak tadi Yok Sau Cun hanya berdiri di samping sebegai seorang penonton Dia merasa Li so ini pandai sekali mengikuti perkembangan situasi. Apabila Tiong Hui Ciong mulai tidak sabar, maka kata-katanya pun menjadi halus membujuk. Tetapi apabila Tiong Hui Ciong mulai bimbeng. ucapannya pun berubah menjadi keras dan tegas. Dalam beberapa bulan terakhir ini, dia sudah mengalami berbagai kejadian. Pengalamannya menghadapi orang-orang dunia kangouw yang licik sudah cukup banyak Melihat tingkah laku Li so ini, hatinya menjadi curiga. Diam-diam dia mengerahkan ilmu Coan im jutbit untuk membisiki Tiong Hui Ciong.
"Ciong cici, parempuan ini pandai sekali mengikuti situasi yang dihadapinya. Jangan terlalu percaya kepadanya. Lebih balk cici ambil keputusan sendiri!". Mendapat peringatan dan adik Cunnya Tiong Hui Ciong seperti tersadar. Wajahnya pun menjadi semakin kelam.
"Urusan Yaya yang mengunci diri, sebelumnya aku tidak pernah dengar. Sedangkan toaci juga tidak tahu apa-apa. Itulah sebabnya aku bergegas pulang untuk menjenguk Yaya. Segala urusan di sini, aku yang berhak menentukan. Meskipun kedatanganmu di lembah ini untuk melayani Yaya, tapi kau tidak perlu ikut campur. Cepat mtnggirt"
Bentaknya dengan suara keras. Wajah U so berubah hebat mendengar ucapen Tiong Hui Ciong. Tetapi dia tetap menghadang di depannya.
"Kalau Ji siocia tidak sudi mendengar nasehat hamba dan tetap ingin masuk ke dalam, hamba juga tidak dapat berbuat apa-apa. Tetapi tanggung jawab ini tetap hamba pikul. Bunuhlah hamba terlebih dahulu."
Selesai berkata, dia langsung menjatuhkan diri berlutut di depan Tiong Hui Ciong. Gadis ini menjadi tertegun melihat tindakannya Yok Sau Cun yang melihat Li so tiba-tiba menjatuhkan dirj berlutut, hatinya semakin curiga.
"Ciong cici, hati-hati bokongannyal"
Teriaknya segera.
Belum lagi kumandang suaranya sirna, mendadak Li so mendongakkan wajahnya.
Bibirnya menyunggingkan seulas senyuman Tangan kirinya segera mengibas.
Dari dalam telapak tangannya, menyebar keluar serangkum bubuk yang berwarna merah jambu.
Sejak tadi Yok Sau Cun sudah mengawasinya secara diam-diam.
Melihat tangannya bergerak, tetapak tangannya juga langsung terulur dalam waktu bersamaan.
Dengan kecepatan kilat dia menghantam ke depan.
Kekuatan tenaga datam Yok Sau Cun sekarang sudah tinggi sekali.
Deruan angin dari telapak tangannya dapat dilancarkan sesuka hati.
Pukulannya kali ini justru meluncur tepat di tengahtengah Tiong Hui Ciong dan Li so.
Perlu diketahui bahwa jarak antara kedua orang itu hanya dua tiga cun.
Pukulan telapak tangan Yok Sau Cun justru meluncur di depan tubuh kedua orang itu dan tepat membuyarkan bubuk berwarna merah jambu yang disebar oleh Li so.
Sedangkan Tiong Hui Ciong iuga bukan gadis yang lemah llmu silatnya sudah dapat digolongkan dengan tokoh kelas satu di dunia kangouw.
Begitu deruan angin dari telapak tangan Yok Sau Cun menerpa datang, tubuhnya langsung mencetat mundur satu langkah.
Diri Li so yang sedang beriutut, tadinya tidak bergeming sama sekali.
Tiba-tiba tubuhnya mencelat, dari mulutnya terdengar suara gerungan dan dia melayang di udara.
Dalam wsktu sekejap mata sudah melayang turun kembali.
Wanita itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Aduh! Tidak disangka usiamu masih begini muda, tetapi ilmu silatmu sudah sedemikian tinggi!". Wajah Tiong Hui Ciong semakin datar. Tangannya bergerak dan tahutahu Han engkiam sudah dihunus dalam genggaman.
"Budak kurang ajar! Beraninya kau bersandiwara di hadapanku! Tampaknya Cu leng sian mengutusmu ke lembah ini dengan maksud tertentu!"
Bentaknya gusar. Penampilan Li so masih setenang tadi. Bibirnya masih mengembangkan seulas senyuman yang manis.
"Kata-kata Ji Siocia ini tidak tepat sama sekali. Hamba hanya khawatir Ji Siocia akan mengganggu ketenangan Lao sinsian maka melakukan perbuatan ini.". Mata Tiong Hui Ciong menatap Li so lekat-lekat.
"Aku tidak akan mempercayai kata-katamu lagi. Bagaimana? Kau akan menyerahkan diri sendiri atau menunggu aku yang meringkusmu?". Li so masih juga tersenyum simpul.
"Apabila Ji siocia berkeras ingin bertemu dengan Lao sinsian, hamba terpaksa menunjukkan jalan."
Tanpa menunggu bantahan dan Tiong Hui Ciong, dia langsung membafikkan tubuhnya dan berjalan dengan pinggang meliuk-liuk.
Gerakennya semakin lama semakin cepat.
Bagajkan segumpal asap berwarna hijau, dia menyelusup ke dalam goa.
Gayanya indah dan gemulai tetapi justru membuat hati Tiong Hui Ciong semakin panas.
"Hm.... Kau berusaha untuk meloloskan diri?"
Bentak Tiong Hui Ciong Dengan gerakan yang tidak kalah cepatnya dia mengejar ke dalam goa.
Meskipun Yok Sau Cun tahu kalau Tiong Hui Ciong sudah kenal betul keadaan dalam goa.
Tetapi kelicikan Li so mau tidak mau membuat hatinya menjadi waswas, Janganjangan di dalam goa ini sudah dipasang perangkap untuk meniebak mereka.
Ke|adian ini berlangsung datam sekejap mata.
Tiong Hui Crong mehhat bayangan tubuh Li so menyelinap ke pintu batu yang terdapat di sebelah kiri.
Tanpa berpikir panjang lagi dia segera mengejar.
Tiba-tiba dia merasakan serangkum angin menerpa dari depan.
Matanya menangkap kelebatan seseorang yang mengenakan jubah hijau Dari bagian mata sebelah bawah wajah orang itu ditutup dengan secarik kain hitam.
Mereka membiarkan Li so lolos dari samping tubuh mereka dan menghadang di tengahtengah dengan bahu membahu.
Hati Tiong Hui Ciong terceket.
Tiong Cun tonghu adalah tempat tinggal kakeknya, mulut lembah diJaga pula oleh Suto pekpek, bagaimana orang-orang ini bisa masuk seenaknya? Tetapi setelah merenung sejenak, Tiong Hui Clong segera mengerti.
Pada dasarnya dia memang sangat cerdas.
Ingatannya tajam.
Bukankah Suto pekpek mengatakan bahwa Ci San cu pernah datang? Orang-orang ini pasti dia yang bawa masuk ke dalam lembah Tiong cun kok.
Begitu pikirannya tergerak, dia langsung membentak dengan suara nyaring....
"Siapa kalian ini? Mengapa menghadang di depanku?"
Tangan kirinya langsung terulur dan menghantam ke arah kedua orang itu.
Periu diketahui bahwa pukulannya ini dilancarkan dalam keadaan gusar.
Meskipun hanya mengandung tenaga sebanyak delapan bagian, tetapi ilmu yang digunakannya Justru adalah Kim Hengciang (Bayangan emas) dari Soat san pai.
Begitu pukulan dilancarkan, gelombang angin yang kuat serta mengandung hawa pembunuhan bagaikan badai yang melanda.
Terdengar suara.
"Puhhhl"
Yang menderuderu, angin yang timbul dari pukulannya langsung menghantam kedua orang berpakaian hijau itu.
Tampak mereka berdiri tegak di tempat semula, sedikit pun tidak bergeming oleh pukulannya.
Dapat dibayangkan betapa terkejutnya hati Tiong Hui Ciong, dia memandang kedua orang itu dengan mata terbelalak, saking terkesiapnya tanpa terasa kakinya sampai mundur satu langkah.
Terdengar suara teriakan Li so berkumandang dari dalam goa....
"Dialah Ji siocia Tiong Hui Ciong, kalian berdua orang tua tidak boleh melepaskannyal". Saat ini Tiong Hui Ciong beru melihat dengan jelas. Kedua orang berpakaian hijau yang berdiri di hadapannya memang menutupi wajahnya dengan secarik kaln hitam. Tapi bagian keningnya terlihat jelas kerutankerutan yang menandakan ketuaan mereka. Bentuk alis dan mata mereka persis sekali. Tampaknya usia mereka sudah sangat tinggi. Tiong Hui Ciong segera menuding kedua orang itu dengan ujung pedangnya,.
"Siapa kalian sebetulnya?"
Bentaknya kembali.
"Kalau kau memang cucu parempuan Si Leng Sou jangan katakan kami berdua saja kau tidak tahu..."
Sahut orang tua yang berdiri di sebelah kiri. Tiong Hui Ciong tertegun sejenak. Sebuah ingatan melintas di benaknya. Hatinya langsung merasa tegang.
"Apakah kalian ini Kong Tong sihao (Kakek beruban dari Kong Tong pai)?". Empat kakek beruban dari Kong Tong pai merupakan paman seperguruan atau susiok daci ketua Kong Tong pai yang sekarang, Ci Leng Un. Kedudukannya termasuk paling _tinggi di dalam partai itu. Menurut kabar, keempat orang Jtu memang bersaudara kembar. Ketika dilahirkan rambut mereka sudah .berwarna putih. Itulah sebabnya mereka mendapat julukan Kong Tong sihao. Kakek yang berdiri di sebalah kanan terdengar mendengus dingin.
"Bagus kalau kau sudah mengenali kamil"
Tangannya dlangket dan kain penutup wajahnya langsung ditarik turun.
Kakek yang satunya lagi seperti memilik! perasaan hati yang sama.
Dalam waktu yang bersamaan, dia juga menarik kain penutup waphnya.
Sekarang tampakiah wajah asli mereka.
Ternyata bukan rambut mereka saja yang sudah memutih, bahkan alis dan jenggotnya iuga sudah menjadi uban.
Wajah mereka penuh keriput Gigi mereka sudah ompong semua.
Kalau diperhatikan sekilas, tidak tampak seperti orang yang benlmu tinggi Malah lebih minp kakek tua renta yang sudah uzur dan hampir masuk liang kubur.
Tiong Hui Ciong merasa gusar sekali melihat sikap mereka.
"Soat san pai dan Kong Tong pai tidak mempunyai perselisihan apa pun Mengapa kalian senibarangan masuk ke dalam tempat tinggal kakekku ini?".
"Budak cilik, apa sih yang kau tahu? Lohu dua kakak beradik menerima perintah dari San cu untuk melindungi Si Leng Sou'"
Sahut kakek sebelah kiri.
"Tidak perlu. Sekarang aku sudah pulang. Aku bisa melindungi kakek. Kalian silahkan tinggalkan tempat ini'"
Kata Tiong Hui Ciong sinis. Li so yang menyembunyikan diri di dalam goa mendengus dengan suara genit.
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tiong Hui Ciong, di dalam hatimu telah mengandung rencanayang licik, kau pikir aku tidak tahu?". Kemarahan Tiong Hui Ciong semakin meluap.
"Rencana licik apa?". Sekali lagi dari dalam goa berkumandang suara tawa yang kenes.
"Aku katakan kepadamu, sejak semula aku sudah mendapat kiriman surat lewat merpati pos dari Senbu. Di dalamnya dinyatakan bahwa kau telah berkhianat. Membela orang luar bahkan mslankan diri d&ngan seorang pemuda hidung belang Sekarang kau pulang ke Tiong Cun kok untuk merampok harta pusaka kakekmu bukan?". Dada Tiong Hui Ciong hampir meledak mendengar fitnahnya Pedang panjang di tangannya langsung ditudmgkan ke arah goa.
"Siapa suruh kau sembarangan mengoceh?". Baru saja dia hendak meneriang ke dalam, Kakek yang berdiri di sebelah kanan tangsung menghadang di depannya.
"Budak cilik, lebih baik kau berdiri diam-diam di sana"
Bentak orang tua itu. Tanpa dipenntahkan, kakek yang satunya lagi langsung merentangkan tangannya menghalangi tangkah Tiong H ui Ciong. Kembalj terdengar suara tawa cekikikan Li so yang berkumandang dari dalam goa.
"'Ji siocia, hatimu benar-benar terpukul karena rencana busukmu ketahuan bukan? Mengapa demikian panik? Ikuti saja keinginan kedua orang itu!". Wa|ah Tiong Hui Ciong hijau membesi. Matanya mendelik kepada kedua orang tua berpakaian hijau.
"Kelau kalian berdua masih tidak mau menggeser, jangan katakan aku Tiong Hui Ciong tldak tahu sopan santun!"
Teriaknya marah. Li so melongokkan kepalanya sedikit, tampaknya matanya berbinar-binar.
"Ji sioda, kedua orang tua ini mendapat perintah untuk melindungi Lao sinsian, kau berani mengkhianati perguruanmu sendiri, mereka akan menngkusmu lalu dibawa ke hadapan Lao sinsian untuk menerima hu' kuman. Kau masih berani membuka mulut berkoarkoar sembarangan?"
Katanya dengan nada dibuat-buat. Orang tua yang berdiri di sebe.iah kiri melangkah maju lambat-lambat.
"Budak cilik, aku rasa sebaiknya kau buang pedangmu kemari dan menyarah saja secara baik-baik!". Kali ini hawa amarah di dalam dada Tiong Hui Ciong benar-benar tidak terbendung lagi.
"Tua bangka beruban, katianlah rupanya yang mempunyai rencana licik...!"
Teriaknya gusar. Orang tua yang berdiri di sebelah kanan sejak tadi memejamkan matanya. Sekarang tiba-tiba matanya membuka Secarik sinar dingin terpancar dan matanya itu. Dia memandang Tiong Hui Ciong lekat-lekat.
"Budak cilik, kau berani kurang a|ar terhadap lohu?"
Bentaknya dengan suara keras.
Yok Sau Cun tidak tahu asalusul Kong Tong sihao.
Bahkan mendengar namanya saja baru kali ini Tetapi melihat sinar mata mereka yang tajam dan gerak kaki mereka yang mantap walaupun usianya sudah demikian tua, dia segera menyadan bahwa tenaga dalam kedua orang ini sudah tinggi sekali.
Oia tidak berani memandang remeh, namun dia juga khawatir terjadi apaapa pada diri Tiong Hui Ciong.
"Ciong cici, tebih baik kau mundur saja, biar siaute yang menerima beberapa Jurus ilmu sakti mereka,"
Katanya. Terdengar sahutan manja dari Li so....
"Anak manis, kau benar-benar seperti sebutir telur ayam yang membentur batu karang Sungguh tidak tahu diri". Yok Sau Cun memicingkan matanya.
"Belum tentu,"
Sahutnya tenang Orang tua yang di sebelah kin melinknya sekilas. Mulutnya tertawa terkekeh-kekeh.
"Bocah cilik, dengan sebuah telunjuk iohu ini, kau bisa kubuat menggelinding di atas tanah beberapa kali!". Yok Sau Cun tertawa lebar.
"Mengapa tidak kau coba saJa?"
"Adik Cun, Kong Tong si hao adalah susiok dari Ci Leng Un. llmu mereka sangat tinggi, kau harus berhatihati,"
Kata Tiong Hui Ciong memperingatkan. Yok Sau Cun masih tersenyum simpul.
"Orang yang memiliki ilmu tinggi, hatinya harus berjiwa pendekar dan berjatan di tempat terang. Dengan demikian hati pun menjadi tenang dan dapat bertarung dengan siapa saja tanpa takut dikalahkan. Meskipun berilmu tinggi tapi perbuatannya busuk, mana mungkin hati bisa tenang dalam menghadapi pertarungan?". Kakek yang berdiri di sebelah kanan marah sekali mendengar perkataan Yok Sau Cun.
"Bocah busuk, mulutmu tampaknya besar juga!"
Katanya sambil tertawa marah.
Tiba-tiba tangan kanannya diangkat ke atas, tampak jari telunjuknya meluncur datang Yok Sau Cun yang melihat dia turun tangan asalasalan saja, segera menduga bahwa tenaga dalam yang dikarahkan paling.
paling tiga bagian.
Tetapi dia juga merasakan segulung angin keluar dari telunjuk orang tua itu dan menyerang ke arahnya Sasaran orang tua itu adalah bahu kanannya.
Pihak lawan pernah mengatakan bahwa sebuah iari telunjuknya saia sanggup membuat dla bergulingan di tanah beberapa kali.
Tentu saJa dia tidak akan turun tangan keras terhadapnya.
Sedangkan ilmu yang dipelajari oleh Yok Sau Cun adalah Yu Tian sikang yang kebal terhadap segala macam totokan.
Oleh karena itu dia tetap berdiri tegak di tempatnya sambil tersenyumsenyum.
"Usia Lao cang sudah tua, mengapa hawa amarahmu masih berkobar-kobar?"
Mulutnya berbicara, tetapi tubuhnya tidak menghindar dari totokan orang tua tersebut.
Orang tua sebelah kanan masih friengira bahwa totokan jaci tangannya diluncurkan terialu cepat sehingga anak muda itu tidak sempat menghindarkan diri lagi.
Terdengar suara.
"Duk!"
Jari tangannya dengan tepat menotok di bahu kanan Yok Sau Cun.
Bukan saja Yok Sau Cun tidak terpental, apalagi bergulingan di atas tanah, malah wajahnya mengembangkan seulas senyuman dan tetap berdiri tegak di tempat semula.
Tubuhnya bahkan tidak bergeming sedikit pun.
Orang tua sebelah kanan melihat kejadian itu dengan mata terbelalak.
Hampir saja dja tidak percaya dengan pandangannya.
Dengan kekuatan totokan jari tangannya, boleh dibilang sebagian besar tokoh kelas satu saja belum sanggup menerimanya.
Umur anak muda ini baru selikuran, tetapi dia sanggup menyafnbut totokan iari tangannya tanpa goyah sedikit pun.
Sepasang matanya menyorotkan sinar yang tajam.
Bibirnya bergerak-gerak kemudian dia tertawa terkekeh-kekeh.
"Anak muda, beranikah kau sambut sekafj lagi pukulan lohu?". Yok Sau Cun baru sadar urusan hari ini sulit lagi apabila ingin diselesaikan secara baikbaik. Dia sendir! juga tidak periu merasa sungkan lagi terhadap mereka. Oleh karena itu, dia segera mendongakkan wajahnya dan tertawa bebas.
"Kalau Lao cang ada maksud memberi pelajaran, jangan kata satu pukulan, biar tiga pukulan sekalipun, orang she Yok ini juga terpaksa menerimanya'". Kakek yang berdiri di sebelah kiri menatapnya sekilas.
"Tampaknya asal-usul anak muda ini tidak mudah juga,"
Katanya dengan suara lirih. Orang tua yang sebelah kanan langsung tertawa terbahak-bahak.
"Biar asal-usulnya tidak mudah, hengte juga tetap akan menngkusnya!"
Sinar matanya langsung beralih kepada Yok Sau Cun.
"Anak muda, hati-hatilah kau!". Tangan kanannya terangkat ke atas, tampak sebuah lengan dengan jari tangan yang seperti tinggal tulang dengan kacepatan tinggi meluncur ka arah Yok Sau Cun Tubuh orang tua ini kurus sekali. Pakaiannya becwarna hijau pula. Kalau dilihat sepintas lalu bagaikan sebilah bambu panjang. Telapak tangannya tidak ada dagingnya sama sekali, seperti kulit yang langsung membungkus tulang. Tetapi telapak tangannya itu besar sekali, bahkan lebih besar dari orang blasa. Dari hal mi saja dapat dibuktikan bahwa dia telah lama menekuni ilmu pukulan telapak tangan. Yok Sau Cun diamdiam menghimpun tenaga dalamnya Dia menyalurkannya ka telapak tangan kanan. Matanya menatap orang tua itu lekat- lekat. Kakinya berdiri tegak. Sampai deruan angin dan telapak tangan lawan sudah terasa, baru dia menjulurkan telapak tangan kanannya menyambut. Kakek yang berdiri di sebelah kiri terus memperhatikan Yok Sau Cun. Dalam waktu sesaat, dia segera merasakan bahwa anak muda ini sangat tenang. Penampilannya gagah dan tidak tampak sedikit pun kekhawatiran pada dirinya. Tentu tenaga dalam yang dimilikinya tidak berada disebelah bawah mereka dua bersaudara. Kekuatan tenaga kedua telapak tangan segera beradu. Terdengar suara benturan yang lembut, baik orang tua sebelah kanan maupun Yok Sau Cun, keduaduanya tergetar mundur satu langkah. Justru karena keduanya tergetar mundur satu langkah, orang tua sebelah kiri langsung tergetar hatinya. Sedangkan wajah orang tua sebelah kanan langsung berubah hebat. Tenaga yang dikerahkan pada tetapak tangannya tadi kurang lebih tujuh bagian. Nyatanya anak muda ini hanya tergetar mundur satu langkah Sedangkan dia sendiri juga tergetar mundur satu langkah Bukankah hal ini membuktikan bahwa tenaga dalam mereka setali tiga uang? Tentu saja hati orang tua sebelah kanan itu merasa tidak puas Dia mendengus dingin.
"Anak muda, beranikah kau menyambut pukutan lohu sekali lagi?"
Tanya dengan mata bersinar tajam.
Kong Tong Si hao mempunyai kedudukan tinggi dalam Kong Tong pai.
Mereka adalah angkatan tua yang disegani.
Tadi dia mengatakan satu pukulan, sekarang dia malah mengatakan pukulan yang kedua.
Otomatis dia harus menanyakan lebih dulu kepada anak muda itu supaya wibawanya tidak jatuh.
Yok Sau Cun tertawa bebas.
"Cayhe sudah mengatakan, biar tiga pukulan dan Lao cang sekalipun, Cayhe juga akan menerimanya dengan senang hati. Silahkan Lao cang lancarkan serangan!". Tampak sinar kebuasan menyorot dari mata orang tua itu. Dia mengeluarkan suara tertawa yang seram.
"Baik! Kalau begitu, terimalah pukulan lohu sekali lagi!"
Kali ini, dia tidak sungkan lagi.
Perkataannya selesat, tubuhnya langsung mencelat ke udara.
Sepasang telapak tangannya dijulurkan, secara berturutturut dia melancarkan dua buah pukulan.
Kedua pukulan ini bukan saja cepat tetapi juga berat.
Telapi tenaga dalamnya masih tersimpan di telapak tangan dan belum lagi disalurkan keluar.
Sebelum keempat telapak tangan beradu, tidak terdengar sedikit suara pun dan tidak terasa sedikit angin pun yang terpancar dari telapak tangannya.
Inilah ilmu pukulan Cui kuciang yang termasyhurdari Kong Tong pai.
Getaran tenaga dalam tidak bocor sama sekali.
Meskipun sudah dipersiapkan pada telapak tangan dan juga hawa murni melindungi seluruh urat nadi serta melindungi seluruh tubuh, sepasang telapak tangannya merekah di depan dada lalu diluncurkan ke depan.
Tibatiba terdengar suara.
"Blam! Blam!"
Sebanyak dua kali. pakaian kedua orang itu memperdengarkan suara berdesirdesir Namun baik Yok Sau Cun maupun orang tua Itu tetap berdih tegak di tempat semula Tidak ada satu pun yang tergetar mundur walaupun hanya setengah "
Langkah.
Hati orang tua yang sebelah kanan terkesiap sekali.
Hampir saja dia tidak percaya bahwa yang barusan terjadi adalah kenyataan.
Cui kuciang yang dilancarkannya sedemikian hebat, tetapi lawannya yang masih muda itu sanggup menyambutnya.
Tentu saja dia tidak tahu kalau ilmu Yu tian sikang Yok Sau Cun sudah dilatih sampai taraf kesempurnaan di mana dia dapat mengerahkan dan menank kembali sesuka hatinya.
llmu Cui KuCiang saja tidak mudah melukainya.
Apaiagi di dalam tubuhnya terdapat tenaga Ciap hun sin kang aliran Buddha yang secara tidak sengaja disalurkan oleh Lao fangciong dari cap ji libio.
Tenaga sakti ini dapat menolak kekuatan apapun yang membentur dari luar dan oleh karena itu dengan mudah Yok Sau Cun dapat menyambut Cui Kuciang yang dilancarkan oleh orang tua itu.
Orang tua sebelah kiri mendengus marah.
"Losi, kau mundurlah. Brar aku yang mencoba sampai di mana kekuatan tenaga dalam bocah ini!"
Bentaknya sambil melangkah maju perlahan-lahan. Dari dalam lengan, bajunya yang longgar dia mengeluarkan sebuah mistar yang warnanya hitam pekat.
"Anak muda, mana senjatamu? Lohu ingin menguji dalam ilmu senjata!"
Yok Sau Cun tersenyum sirripul.
"Bagus sekali. Kalau Lao cang berminat menguii dengan senjata, cayhe pasti akan menemaninya dengan senang hati. Tapi cayhe pikir, kalian berdua orang tua sudah datang sendiri ke tempat ini, tentu tidak mudah menyelesaikan persoalan ini begitu saja. Daripada capaicapai, lebih baik katian turun tangan berdua sekaligus,"
Sahutnya tenang. Justru karena dia tahu persoalan ini tidak akan terselesaikan begitu saja, maka dia sengaja mengeluarkan ucapan dengan nada sombong. Orang tua yang eebalah kanan menjadi marah seketika.
"Bocah busuk, beram kau berkata seperti itu di hadapan tohu?"
Bentaknya dengan suara lantang. Orang tua sebelah kin segera mengangkat mistarnya ke atas dan barkata sepatah demi sepatah...,.
"Anak muda, kalau lohu sudah turun tangan, mungkin masih ada beberapa persen kesempatanmu untuk hidup, tetapi kalau kami turun tangan bersama-sama, kesempatanmu untuk hidup hilang sama sekali.... Yok Sau Cun tersenyum simpul.
"Begitukah? Cayhe takut yang terjadj justru sebaliknya. Dengarlah nasehat dari orang muda ini Lebih baik kaiian tinggatkan tempat ini segera, kalau tidak ingin pulang setelah cayhe turun tangan, rasanya tidak begitu mudah lagi.". Rambut putih orang tua sebelah kiri lancsung berdiri tegak.
"Orang muda, lagakmu terlalu sombongl"
Bentaknya marah. Yok Sau Cun masih juga tersenyum-senyum,.
"Lohu lihat usiamu masih begitu muda. Seremaja Ini kau sudah memiliki ilmu demikian tinggi pasti tidak mudah. Oleh karena itu, lohu merasa sayang apabila orang yang berbakat seperti dirimu mati siasia. Membuat lohu marah pasti merugikan dirimu sendiri,"
Kata orang tua sebelah kiri selanjutnya. Yok Sau Cun merangkapkan sepasang kepalan tangannya dan menjura dalam-dalam.
"Terima kasih atas maksud baik Lao cang bardua. Cayhe juga mempunyai sedikit na' sehat yang ingin disampaikan. Cayhe hanya seorang bocah ingusan yang baru berkecimpung dalam dunia kangouw. jadi tidak tahu asal usul Kong Tong sihao. Tetapi tadi cayhe dengar Ciong cici mengatakan bahwa kalian adafah susiok dan Ci Leng Un. Kedudukan kalian pesti tinggi sekali, ilmu sjlat pun sangat hebat. Hal ini tidak perlu diragukan iagi. Kong Tong sihao dapat menduditki jabatan yang tinggi, tentu nama kalian yang tersohor tidak diperoleh dengan mudah. Setahu cayhe, Kong Tong pai dan Soat san pai telah setuju untuk bekerja sama. Bahkan cucu perempuan sutung Lao sinsian mempunyai jodoh yang erat dengan Kong Tong pai. Hal ini membuktikan bahwa Kong Tong pai dan Soat san pai sebetufnya adalah satu keluarga. Sekarang kalian berdua berkeras meniaga di depan Tiong cun tonghu ini, akibatnya pasti timbul persetisihan. Mengapa tidak mendengar nasehat cayhe dan tinggalkan tempai ini sebelum pertikaian ini semakin mendalam?". Terdengar kumandang suara Li so me' nukas dari dalam goa.
"Jangan kau memutar balikkan kenyataan. Kedatangan kedua orang tua ini adalah untuk melindungi Lao sin-sian!". Sepasang alis Tiong Hui Ciong langsung 'terjungkit ke atas. Hah engkiam ditudingkan ke depan dan membentak dengan suara keras.
"Perempuan tidak tahu malu' Sekali lagi kau berani mengoceh sembarangan, akan kubunuh dulu dirimu!". Tubuhnya langsung barketebat untuk menerjang masuk ke dalam goa. Orang tua sebelah kanan segera mengibaskan lengan bajunya. Terasa serangkum angin yang kuat mendorong Tiong Hui Ciong dan menghadang langkah kakinya.
Anak Naga -- Chin Yung Perkampungan Hantu -- Khu Lung Kilas Balik Merah Salju -- Gu Long