Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 3


Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 3



Kedele Maut Karya dari Khu Lung

   

   "Penemuan yg berhasil kau peroleh ini benar-benar luar biasa, baiklah partai kami akan mewakilimu untuk menyampaikan berita tersebut kepada seluruh partai lain agar kau memperoleh penghargaan pula dari semua orang."

   Buru-buru Kho Beng menyela.

   "Boanpwee sama sekali tidak berniat mencari nama dg berita tersebut, disamping itu boanpwee pun tidak mempunyai ambisi apaapa, oleh sebab itu bila cianpwee menyampaikan kabar tadi kepada umat persilatan, jangan sekali-kali singgung nama boanpwee."

   "Lalu mengapa kau beritahukan soal ini kepadaku?"

   Tanya ketua sam goan bun dg wajah tertegun.

   "Boanpwee tak lain hanya bermaksud membalas budi kebaikan cianpwee yg telah memeliharaku selama delapan belas tahun."

   Untuk beberapa saat lamanya ketua Sam goan bun tertegun, tapi segera ujarnya dg suara dingin.

   "Apa yg kau sampaikan kepadaku pasti akan kukabarkan kepada segenap umat persilatan, tapi iktikad baikmu itu biar kuterima dalam hati saja, aku tak ingin merebut jasamu, nah sekarang kau boleh turun gunung, biar kuhantar kau sampai dikaki bukit sana."

   "Tidak, boanpwee masih ada satu persoalan lagi."

   Buru-buru Kho Beng berseru.

   "Persoalan apa?"

   "Boanpwee ingin bersua dg Thio suhu yg bertugas didapur."

   "Sayang kedatanganmu terlambat selangkah...."

   Ujar ketua Sam goa bun dingin.

   "Apakah Thio suhu telah pergi?"

   Tanya Kho Beng tertegun.

   "Tidak, Thio bungkuk telah berpulang kealam baka bulan berselang."

   Jawaban itu seperti guntur yg membelah bumi disiang hari bolong, hampir saja membuat pemuda itu jatuh pingsan....

   Thio bungkuk telah mati? Baru berpisah setengah tahun ternyata telah terjadi perubahan yg begitu besar dan hebat, hampir saja Kho Beng tak sanggup menahan pukulan batin itu, dia terkejut bercampur sedih.

   Dg termangu-mangu diawasinya ketua sam goan bun itu tanpa berkedip, dia tak tahu apaka ucapan tersebut benar-benar telah terjadi? Ataukah ketua Sam goan bun itu mempunyai maksud serta tujuan lain.

   Namun paras muka ketua sam goan bun ini dingin kaku sama sekali tak berperasaan.

   Dari sikap tersebut Kho Beng segera mengerti, walaupun dia datang dg maksud membalas budi serta mengutarakan seluruh isi hatinya secara tulus, namun sikap mana bukan saja tidak membuat ketua tersebut terharu bahkan kehadirannya jelas tidak pernah disambut.

   Dalam sekejap mata itu pula pelbagai peristiwa lama melintas kembali dalam benaknya, pelbagai kecurigaan pun satu demi satu muncul kembali.

   Kho Beng mulai membayangkan kembali kehidupan Thio bungkuk selama belasan tahun terakhir ini yg selalu sehat dan tak pernah sakit, mengapa dia bisa mati secara tiba-tiba ? Apakah dia telah menemui suatu musibah yg tak terduga? Kalau kematiannya benar-benar tertimpa musibah, apakah hal ini ada sangkut pautnya dg teka teki sekitar asal usulnya ? Makin berpikir Kho Beng merasa makin curiga, sehingga tak tahan lagi ia bertanya .

   "Dapatkah cianpwee jelaskan sebab-sebab kematian dari suhu bungkuk?"

   "Dia mati karena terserang penyakit gawat."

   Jawab ketua Sam goan bun dg suara dingin dan hambar.

   "Aku tidak percaya1"

   Seru Kho Beng tanpa sadar. Ciangbunjin dari Sam goan bun itu segera mendengus, katanya lagi dg suara dalam.

   "Mau percaya atau tidak terserah kepadamu, yg jelas antara diriku dg sibungkuk mempunyai tali persahabatan selama dua puluh tahun lebih, masa aku bakal membunuhnya secara licik?"

   Pertanyaan yg diungkapkan ini segera membuat Kho Beng menjadi tertegun dan seketika membungkam ribuan bahasa, oleh karena apa yg ingin diutarakan sudah didahului lawan.

   Maka walaupun dihati kecilnya dia menaruh curiga namun tak berani diungkapkan sebab tanpa bukti yg jelas tak mungkin baginya untuk menuduh orang secara sembarangan.

   Dalam keadaan begini diapun sadar, bila ketua sam goan bun ini ditegur secara langsung, maka bukan saja tak akan mendatangkan hasil apa-apa malah sebaliknya justru akan menimbulkan bentrokan secara langsung.

   Oleh sebab itu berganti nada pembicaraan, dia berkata.

   "Maafkan kehilapan boanpwee yg telah berbicara tanpa sadar, maklumlah pikiran dan perasaan boanpwee saat ini amat kalut, tapi......bolehkah cianpwee menunjukkan dimanakah jenasah Thio suhu dimakamkan, agar boanpwee pun dapat berziarah didepan pusaranya sebagai rasa duka citaku kepadanya?"

   Dg suara hambar, ketua Sam goan bun berkata.

   "Hmmm...coba kalau aku tidak memahami perasaan hatimu sekarang, masa akan kubiarkan kau bertindak seenaknya seperti ini? Pusara si bungkuk berada dibalik huta siong ditebing bukit sana, pergilah seorang diri, tapi aku perlu memperingatkan kepadamu, selanjutnya lebi baik tak usah berkunjung lagi kebukit Cui wi san ini ketimbang mendatangkan rasa muak dan sebal bagiku!"

   Sambil berusaha keras mengendalikan kobaran hawa amarah didalam dadanya, cepat-cepat Kho Beng membalikkan badan dan mengundurkan diri dari pintu gerbang, pikirnya dalam hati.

   "Hmmmm, coba kalau aku tidak teringat dg budi pemeliharaan selama delapan belas tahun...hari ini juga aku Kho Beng akan membuat kau benar-benar muak dan sebal..."

   "Blaaaammm...!"

   Terdengar pntu gerbang dibanting keras-keras sehingga tertutup kembali rapat-rapat. Untuk beberapa waktu lamanya Kho Beng Cuma bisa berdiri termangu-mangu didepan pintu sambil mengawasi papan nama "Sam goan bun"

   Yg terpancang didepan pintu itu tanpa berkedip, rasa jengkel, marah, sedih dan benci terus bercampur aduk menjadi satu, sampai-sampai dia sendiripun tak bisa membedakan bagaimanakah perasaan hatinya waktu itu.

   Dalam perasaan yg serba kalut dan kacau tak keruan itulah, dia mengitari dinding pekarangan menuju kebelakang perkampungan.

   Dibalik perkampungan, terdapat sebuah hutan siong yg rindang serta sinar senja yg semakin redup menciptakan suasana suram disekitar situ.

   Sepanjang perjalanan menelusuri hutan, Kho Beng menyaksikan pemandangan alam disana masih seperti semula, padahal apa yg telah dialaminya kini telah berbeda seratus delapan puluh derajat.

   Setelah menembusi hutan, terlihatlah sebuah kuburan batu berdiri tegak didepan mata, batu nisan yg berdiri didepan pusara tersebut terteralah beberapa huruf besar yg berbunyi demikian.

   "Disinilah diunta sakti berpunggung baja Thio Cio lan beremayam."

   Teringat kembali pergaulannya selama delapan belas tahun terakhir serta budi kebaikan yg telah mewariskan ilmu silat kepadanya, Kho Beng tak dapat menahan asa sedihnya lagi, ia segera berlutut didepan pusara dan menangis tersedu-sedu.

   Isak tangis yg memedihkan hati bergema diseluruh angkasa, menambah seramnya suasana disitu, sampai lama sekali Kho Beng menangis,, setelah semua rasa kesal dan sedihny terlampiaskan keluar, pelan-pelan kesaarannya baru pulih kembali seperti sedia kala, sekarang dia mulai berpikir bagaimana caranya untuk bertindak menyelidiki sebab-sebab kematian dari thio bungkuk...

   Dalam keadaan inilah, mendadak telinganya menangkap suatu suara yg aneh sekali....

   Kho Beng sekarang sudah bukan Kho Beng yg dulu, begitu suara aneh tersebut terdengar olenya, dia segera mengerti kalau ada orang sedang mengintip dan mengawasi gerak geriknya.

   Waktu itu langit sudah gelap, namun sinar rembulan belum muncul, dalam keadaa terkejut bercampur curiga, Kho Beng segera meningkatkankewaspadaannya untuk menghadapi segala kemungkinan yg tidak diinginkan....

   Setelah menyeka air mata yg bercucuran dipipinya, dia membalikkan badan lalu mengangkat kepala seraya membentak.

   "Hey, sobat darimana yg sedang mengawasi diriku? Jika kau tidak segera munculkan diri, jangan salahkan Kho Beng menaruh kesalah pahaman kepadamu!"

   Benar juga, begitu perkataan tersebut selesai diutarakan, sesosok bayangan manusia segera melayang turun dari atas pohon dg kecepatan tinggi, setelah tiba didepan mata pemuda itu segera mengenalinya sebagai anggota sam goan bun, Nyoo To li Dg perasaan tertegun Kho Beng segera menegur.

   "Oooooh..rupanya Nyoo toako."

   Sambil tersenyun Nyoo To li segera menjura, serunya berkata.

   "Saudara Kho, baru setengah tahun tak bersua, sungguh tak disangka ketajaman pendengaranmu sudah begitu luar biasa, nampaknya tenaga dalam yg kau miliki telah memperoleh kemajuan yg amat pesat."

   "Nyoo toako terlalu memuji,"

   Cepat-cepat Kho Beng balas memberi hormat, kini hari sudah gelap, ada urusan apa Nyoo toako bersembunyi diatas pohon?"

   Merah jengah selembar wajah Nyoo to li, dia menghela napas panjang.

   "Aaaaai...sesungguhnya aku hanya melaksanakan perintah ciangbun suhu untuk melihat, apakah kau sudah pergi atau belum...."

   Mendengar keterangan tersebut, Kho Beng segera mengerutkan dahinya rapat-rapat, kemudian tertawa dingin.

   "Ooooh...rupanya saudara Nyooo sedang melaksanakan perintah untuk mengawasiku secara diam-diam.."

   "Saudara Kho, kau jangan kelewat menaruh salah paham terhadap ciangbun suhu,"

   Buru-buru Nyoo To li berseru.

   "Sejak kepergianmu suhu tak pernah teringat akan dirimu....."

   Sambil tertawa dingin kembali Kho Beng menukas.

   "Saudara Nyoo, apa gunanya kau membelai suhu? Dari dulu hingga sekarang bukti dan kenyataan telah terpapar didepan mata, apa gunanya kau berusaha membelai serta menutupinya?"

   "Aku berani bersumpah dihadapan Thian, semua perkataanku kuucapkan dg kata yg sejujur-jujurnya."

   Seru Nyoo To li dg wajah amat serius.

   "Kalau toh saudara Nyoo bersikap begitu jujur kepada siaute, bersediakah kau untuk menjelaskan juga sebab kematian dari suhu bungkuk...!"

   Jengek Kho Beng dingin. Sekali lagi Nyoo To li menghela napas panjang.

   "Kisah kematian Thio bungkuk karena sakit tidak begitu kupahami secara jelas, tapi aku dapat memberitahukan kepadamu, lebih setengah bulan berselang, Bok sian tianglo ketua Tat mo wan dari Siau lim si telah datang menyambangi suhu, bahkan telah terjadi keributan dantara dia dg Thio bungkuk..."

   Tergerak hati Kho Beng setelah mendengar keterangan itu, buruburu ia bertanya.

   "Karena persoalan apakah sehingga terjadi keributan diantara mereka...?"

   "Waktu itu, kecuali suhu, Bok sian tanglo dan sibungkuk sendiri, dalam kamar Thio bungkuk tiada orang keempat, lagi pula pintu jendela tertutup rapat, maka dari itu selain kadangkala terdengar suara bentakan marah dari sibungkuk, persoalan lain tak pernah diketahui orang luar."

   "Berapa lamakah selisih waktu antara kejadian tersebut dg saat kematian Thio bungkuk?"

   Tanya Kho Beng sesudah berpikir sejenak.

   "Sejak sore itu Thio bungkuk pantang makan minum, setiap orang dilarang memasuki kamarnya, kemudian setelah suhu melakukan pemeriksaan sendiri, barulah diumumkan bahwa Thio bungkuk telah sakit keras dan melarang siapapun datang mengganggunya. Pada keesokan harinya tahu-tahu suhu memerintahkan orang untuk menyiapkan petimati. Aaaaai..sungguh tak disangka Thio bungkuk telah dikebumukan pagi hari ketika itu juga, menurut suhu Thio bungkuk menghembuskan napas terakhir ditengah malam dan suhu sendiri yg memasukkan jenasahnya kedalam peti mati."

   "Tatkala jenasah Thio suhu dimasukkan kedalam peti mati, selain ciangbunjin, adakah orang kedua yg turut menyaksikan?"

   "Menurut apa yg kuketahui, disaat Thio bungkuk menghembuskan napas terakhir, tiada rang kedua yg tahu."

   "Kapan pula Bok sian tianglo dari Siau lim si meninggalkan tempat ini?"

   Tanya Kho Beng lagi.

   "Dipagi hari saat suhu mengumumkan kematian dari Thio bungkuk."

   Ketika berbicara sampai disitu, tiba-tiba dia berseru lagi dg perasaan terkejut bercampur keheranan.

   "Saudara Kho, apakah kau menaruh curiga kalau sebab kematian Thio bungkuk mencurigakan dan suhu kau curigai terlibat dalam peristiwa ini."

   Kontan saja Kho Beng tertawa dingin.

   "He.he.he.menurut pendapatmu benarkah suhu bungkuk meninggal karena terserang penyakit?"

   Nyoo To li menghela napas panjang.

   "Aaaai....cuaca dilangitpun susah diduga, apalagi nasib manusia, siapakah yg bisa menjamin seorang manusia tetap sehat walafiat sepanjang masa?"

   Kho Beng mendengus dingin.

   "Hmmm....suatu jawaban yg sangat bagus tapi sayang belum bisa melepaskan kecurigaanku terhadap gurumu sebagai pembunuh dari Thio suhu."

   "Saudara Kho!"

   Nyoo To li berseru dg nada tercengang.

   "Kenapa kau berpendapat demikian? Dihari-hari biasa suhu selalu menaruh sikap hormat kepadanya, mana mungkin beliau berniat membunuhnya?"

   "Murid membelai gurunya, hal ini memang lumrah dan tak aneh."

   Kata Kho Beng sambil tertawa dingin.

   "Tapi hati manusia sukar diduga, tiada anginpun bisa timbul masalah, siapa yg bisa menjamin kelak hubungan antara gurumu dg Thio suhu disamping rasa setia kawan, masih terselip pula hubungan lain?"

   Sementara Nyoo To li masih dibuat termangu-mangu, Kho Beng telah berkata lebih jauh.

   "Terima kasih banyak atas pemberitahuan saudara Nyoo pada malam ini, kini ari sudah larut malam, biar siaute mohon diri lebih dulu!"

   Selesai berkata dia segera menjura dan berjalan keluar dari balik hutan.

   Jilid 06 Buru-buru Nyoo To li membalikkan badan seraya berseru.

   "Saudara Kho, selanjutnya kau hendak kemana?"

   Tanpa berpaling sahut Kho Beng.

   "Langit sangat luas, dimanapun aku pergi disitulah aku menuju, tolong sampaikan kepada gurumu, Kho Beng akan berkunjung dulu ke Siau lim si, tiga bulan kemudian aku pasti akan berkunjung lagi kemari, pokoknya sebelum persoalan ini berhasil kuselidiki hingga tuntas, aku tak akan berdiam diri saja!"

   Selesai berkata dia segera mempercepat langkah mengitari pagar pekarangan dan segera melesat turun kebawah bukit.

   Apakah Kho Beng benar-benar hendak berangkat ke Siau lim si? Benar, tapi bukan sekarang.

   Saat ini dia sedang melaksanakan siasatnya dg sengaja melepaskan tabir untuk menyembunyikan jejak sendiri.

   Begitu sampai dibawah bukit, dia segera mencari rumah makan untuk mengisi perut, kemudian dg memanfaatkan kegelapan malam dia balik kembali keatas bukit.

   Kali ini dia meninggalkan jalan gunung yg lebar dan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya yg sempurna, ia bergerak diantara semak belukar yg rimbun, dg gerakan yg sagat berhati-hati dia bergerak menuju ke perkampungan Cui wi san.

   Cerita tentang kematian si Unta sakti berpunggung baja menimbulkan pelbagai kecurigaan dalam hati Kho Beng, dia sadar dibalik peristiwa tersebut tentu terdapat hal-hal yg tidak beres.

   Ia belum dapat menduga tenaga dalam siapakah diantara ketua Sam goan bun dg Thio bungkuk yg lebih tinggi, karenanya semula dia cuma menaruh kecurigaan saja terhadap ciangbunjin dari Sam goan bun tersebut.

   Sebab dia berpendapat bahwa dg kemampuan seorang ketua sam goan bun, rasanya tidak besar kesempatan baginya untuk berhasil membinasakan si Unta sakti berpungung baja yg mempunyai nama amat termasyur didalam dunia persilatan.

   Tapi setelah mendengar keterangan dari Nyoo To li, anggota perguruan Sam goan bun itu, Kho Beng merasa bahwa apa yg dicurigai sudah hampir mendekati kenyataan.

   Sebab bila ia ditambah dg kemampuan Bok sian tianglo seorang jago lihay dari Siau lim si, maka kemungkinan berhasil didalam usaha pembunuhan itu menjadi bertambah besar.

   Yg menjadi persoalan sekarang tinggal siapakah pembunuh utama dan siapakah pembantunya diantara Bok sian tianglo dg ketua Sam goan bun itu.

   Bintang dan rembulan bersinar cerah, meskipn sudah malam namun waktunya masih dini.

   Dg hapal sekali Kho Beng menelusuri jalan setapak menuju kebelakang perkampungan, kemudian melompat keatas dan menyembunyikan diri diatas sebatang pohon besar, dari situlah dia mengintip keadaan dalam gedung.

   Tampak olehnya dapur dalam gedung dimana selama banyak tahun ia pernah berdiam, kini bermandikan cahaya lentera, banyak orang nampak berlalu lalang disitu.

   Jelas, saat ini masih belum saatnya untuk melakukan penyelidikan.

   Diam-diam Kho Beng duduk diatas dahan pohon sambil menanti, mendadak teringat olehnya akan seseorang yg dirasakan penting dalam usahanya melakukan penyelidikan kali ini, agaknya ia teringat dg selembar wajah gemuk yg merah segar.

   Sambil bertepuk tangan pelan, diam-diam serunya.

   "Ya betul! Aku harus mencari sigemuk Oh, meskipun suhu bungkuk jarang berbicara dan bergurau dg orang lain, tapi dia cocok sekali dg sikoki ini, seringkali mereka duduk menum arak sambil berbincang bincang. Disamping itu, kamar tidur sigemuk Oh persis terletak disebelah kamar tidur suhu bungkuk, siapa tahu dia mengetahui sedikit banyak tentang latar belakang peristiwa tersebut...."

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ketika keputusan diambil, waktu sudah menunjukkan kentongan pertama, lambat laun sinar lentera dalam gedung itupun mulai redup.

   Kho Beng segera menghimpun tenaga dalamnya sambil melejit naik keatas wuwungan rumah, dari situ dia menyusup masuk kedalam gedung dekat dapur.

   Saat itu sinar lentera didalam dapur telah padam, suasana disekeliling sana amat hening dan tak nampak sesosok bayangan manusiapun, tapi dibalik jendela kamar sigemuk Oh terlihatlah sinar lentera masih menerangi ruangan, jelas dia belum tidur.

   Dg suatu gerakan ringan Kho Beng mendekati pintu, mendorongnya, menyelinap masuk kemudian merapatkan kembali pintu kamarnya.

   Tampak sigemuk Oh sedang duduk seorang diri sambil minum arak, diatas meja telah dihidangkan dua tiga macam sayur.

   Ketika melihat Kho Beng menyerbu masuk kedalam ruangan secara tiba-tiba, ia sama sekali tidak nampak terkejut atau keheranan malah sambil tertawa serunya.

   "Baru setengah tahun tak bersua, nampaknya kau sudah berubah seperti orang lain, ehm..tampaknya memang memperoleh kemajuan amat pesat...."

   Penampilan seperti ini sudah barang tentu sangat mencengangkan Kho beng, dia jadi tertegun dan serunya keheranan.

   "Oh suhu, nampaknya kau seperti telah menduga kalau aku bakal datang kemari?"

   Sigemuk Oh segera manggut-manggut, sahutnya sambil tertawa.

   "Cuma aku tak menyangka kedatanganmu begitu awal, nah silahkan duduk, sayur dan arak telah kupersiapkan, mari kita bersantap sambil berbincang-bincang."

   "Tidak!"

   Tampik Kho Beng dg perasaan sangat tegang.

   "Oh suhu, walaupun aku pernah menjadi seorang pembantu dari Sam goan bun, tapi sekarang telah berubah menjadi duri dalam daging bagi ciangbunjin, karenanya aku tak berani berdiam terlalu lama, aku hanya ingin bertanya tentang sesuatu."

   Sigemuk Oh meneguk araknya secawan kemudian balik bertanya.

   "Apakah dikarenakan persoalan sibungkuk?"

   Air mata segera jatuh berlinang membasahi wajah Kho Beng, ujarnya dg sedih.

   "Oh suhu, kalau toh kau telah memahami maksud kedatanganku, tolong beritahukanlah kepadaku keadaan yg sebenarnya, sesungguhnya apa yg menyebabkan kematian suhu bungkuk?"

   Oh gemuk segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Dalam soal ini aku sigemuk pun kurang jelas, tapi sibungkuk memang meninggalkan pesan agar kusampaikan kepadamu."

   "Apa pesannya?"

   Buru-buru Kho Beng bertanya dg semangat berkobar kembali. Oh gemuk menyumpit sebuah daging dan dikunyahnya lebih dulu, setelah ditelan ia baru berkata.

   "Dia menyuruh aku bertanya dulu kepadamu, dalam bidang ilmu silat, apakah kau telah berhasil mencapai apa yg diharapkan?"

   Kho Beng manggut-manggut.

   "Beruntung sekali aku dapat memenuhi pengharapan suhu bungkuk, itulah sebabnya aku baru berani pulang untuk menjenguk dia orang tua, sungguh tak disangka dia telah berpulang kealam baka...."

   Ia tak dapat menahan rasa sedihnya lagi sehingga air matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya. Dg nada serius Oh gemuk segera berseru.

   "Lote, sekarang bukan saat bagimu untuk menangis, kalau toh kau mengatakan tidak menyia-nyiakan harapan sibungkuk, coba tunjukkan dulu kemampuanmu itu dihadapan aku sigemuk."

   Berbicara sampai disitu, dia segera mengeluarkan sebuah batu sebesar telur ayam yg diletakkan diatas meja sambil katanya.

   "Inilah cara mencoba kepandaianmu yg dipesankan sibungkuk, sekarang remas dulu batu itu sampai hancur!"

   Dg termangu-mangu Kho Beng menerima batu tadi kemudian mengerahkan tenaga dalamnya ketelapak tangannya, sekali pencet batu tersebut segera hancur menjadi bubuk dan berserakan lewat celah-celah jari tangannya.

   Melihat keberhasilan pemuda tersebut, Oh gemuk segera manggut-manggut, kemudian sambil menunding kearah lilin yg berada dimeja, ia berkata lagi.

   "Sekarang coba kau papas kutung separuh batang lilin ini menjadi enam potong, tapi hal ini harus kau lakukan dalam sekali gerakan, lagipula setiap potong harus mempunyai panjang yg sama. Bila kutungan lilin tersebut tak sampai ambruk dari tumpukannya, hal tersebut baru dianggap berhasil!"

   Kho Beng menjadi tertegun.

   "Memotong lilin tanpa roboh serta mempunyai kepandaian yg sama tidak terlalu sulit untuk kukerjakan, tapi mana mungkin dalam sekali tebasan pedang lilin tersebut dapat dipapas menjadi enam potongan?"

   "Sibungkuk telah berpesan, cara ini bukan saja menguji kepandaian silatmu, juga menguji kecerdasan otakmu, bila kau tidak lulus maka pesannya tak boleh disampaikan kepadamu, pesan tersebut baru dapat kusampaikan apabila hal mana sudah kau pahami."

   Kho Beng menjadi terbungkam dalam seribu bahasa, dia tahu kata-kata yg dirahasiakan sigemuk pasti mempunyai arti penting dg dirinya, tapi bagaimana mungkin dia dapat memapas kutung separuh batang lilin menjadi enam bagian dalam sekali tebasan saja? Dalam lamunannya mendadak dia teringat kembali dg catatan ilmu silat pemberian Thio bungkuk tempo hari, diantaranya tercantum sebuah jurus pedang dari Hoa san pay yg disebut "Angin puyuh menggulung debu", gerakan pedang itu didasari pada gerakan berputar, apabila pedangnya tidak ditarik, tubuhnya memang akan berputar sebanyak enam kali, bukankah gerakan tersebut cocok sekali dg sekali tebasan enam kali memapas? Berpikir sampai disitu, dia tak berani membuang waktu lagi, pedangnya segera diloloskan dari sarungnya, kemudian setelah memusatkan seluruh perhatiannya, dia himpun hawa murninya kedalam pedang dan pedangnya langsung dibabat kearah separuh batang lilin itu diiringi perputaran badan.

   Tampak cahaya tajam berkilauan, dalam waktu singkat Kho Beng telah menarik pedangnya, lalu sambil menyarungkan kembali pedangnya, ia berkata.

   "Silahkan Oh suhu memeriksanya."

   Lilin itu nampak masih tetap utuh seperti sedia kala dan sama sekali tidak kelihatan cacad.

   Sambil melototkan matanya lebar-lebar, sigemuk Oh mengangkat lilin tersebut pada bagian paling ujung, ternyata bagian tersebut sudah terpapas kutung.

   Demikian seterusnya, ternyata lilin tadi memang terbagi menjadi enam potong dg panjang yg sama, hal ini menandakan kalau permainan pedang pemuda tersebut memang sudah amat mantap.

   Si gemuk Oh segera bersorak memuji.

   "Suatu kepandaian yg sangat hebat lote, meskipun aku sigemuk belum pernah belajar silat, namun jarang sekali kujumpai kehebatan seperti ini, kau memang sangat hebat."

   Padahal Kho Beng sendiripun tidak terlalu yakin dg kemampuan sendiri, kini dia baru dapat menghembuskan napas lega, buru-buru katanya.

   "Oh suhu, semua syarat telah berhasil kulaksanakan, sekarang tolong sampaikan pesan terakhir dari dia orang tua."

   Sigemuk Oh segera manggut-manggut.

   "Sibungkuk berpesan . Jika kedua ujian tersebut berhasil kau atasi, silahkan datang kekuburannya untuk bersembahyang."

   Kho Beng menjadi tertegun.

   "Siang tadi aku telah berjiarah kesitu!"

   Serunya.

   "Tak ada salahnya kau berjiarah sekali lagi, jika menemukan sesuatu pergilah ke pohon siong ketiga disisi kiri kuburan, disana akan kau temukan barang yg dibutuhkan."

   "Hanya perkataan ini saja?"

   Tanya Kho Beng tercengang. Sekali lagi sigemuk Oh manggut-manggut.

   "Yaa, hanya kata-kata itu, sekarang semua pesan sibungkuk telah kusampaikan kepadamu, mumpung waktu sudah larut dan orang lain belum menyadari akan kehadiranmu pergilah kesana dg cepat."

   Kho Beng memang ingin secepatnya mengetahui benda apakah yg berada dibawah pohon ketiga disisi kiri kuburan, tentu saja diapun tak ingin berdiam terlalu lama disitu sambil menjura segera ujarnya.

   "Terima kasih banyak atas bantuanmu, budi kebaikan ini pasti akan kubalas dikemudian hari."

   Selesai berkata, dia segera membalikkan badan dan membuka pintu, kemudian setelah celingukan sekejap kesekeliling sana, dg suatu gerakan cepat tubuhnya melesat pergi meninggalkan tempat itu.

   Suasana tengah halaman gedung amat sepi, Kho beng berhasil keluar dari dinding pekarangan tanpa menjumpai kesulitan apa-apa.

   Setelah masuk kedalam hutan, sesuai dg petunjuk dia menuju kepohon siong ketiga disisi kiri kuburan dan melompat naik keatas, tapi setelah diperiksa sekejap dia menjadi tertegun.

   Apakah diatas pohon tak ada barangnya? Bukan, barang tersebut memang berada disana, tapi jenisnya sama sekali diluar dugaan Kho Beng, sebab benda itu ternyata tak lain adalah sebuah sekop bulat.

   Selain sekop bulat, disana tidak ditemukan benda lain.

   Kho Beng menjadi kecewa sekali, pada mulanya dia mengira benda yg disembunyikan si Unta sakti berpunggung baja diatas pohon itu meski tiada hubungan dg asal usulnya paling tidak menyangkut sebab-sebab kematiannya.

   Sungguh tak disangka ternyata benda itu adalah sebuah benda yg sama sekali tak ada sangkut pautnya dg masalah tersebut.

   Lalu sekop bulat yg karat ini melambangkan apa? Mungkinkah sigemuk Oh sedang bergurau dgnya? Kho Beng merasa sangat curiga, tapi setelah dipikirkan lebih jauh, dia merasa tak mungkin sigemuk Oh sengaja bergurau dgnya, mengingat persoalan ini menyangkut suatu masalah yg besar.

   Lagipula ditinjau dari wataknya sehari-hari biasa yg terbuka dan polos, tak mungkin dia sengaja menyiapkan rencana busuk untuk menjebaknya.

   Kho Beng segera mencabut keluar sekop bulat itu, lalu dalam keadaan bimbang dia melayang turun kembali kebawah pohon.

   Dalam keadaan begini tanpa terasa dia teringat kembali dg pesan kedua si gemuk Oh.

   "....tak ada salah kau berjiarah kepusara tersebut, bila menemukan sesuatu..."

   Berpikir sampai disitu, dia segera menggelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang, pikirnya.

   "Bila menemukan sesuatu, apakah benda yg kubutuhkan adalah sekop bulat ini? Apakah Thio bungkuk menyuruh aku menggali kuburan da merampok isi peti mati? Benar-benar suatu kejadian yg membingungkan hati!"

   Sambil berpikir Kho Beng mundur terus hingga didepan kuburan, dia mencoba untuk memperhatikan keadaan disekeliling tempat itu, namun kuburan itu masih utuh seperti sedia kala, bentuknya tak berbeda seperti apa yg dilihatnya siang tadi.

   Memandang pusara yg sendu tanpa terasa pemuda itu teringat kembali dg pengalaman hidupnya selama ini, bagaimanapun juga mereka telah hidup bersama hampir delapan belas tahun lamanya.

   Kini memandang gundukan tanah yg sepi, rasa sedih tiba-tiba menyelimuti perasaannya, dia segera berlutut dan diam-diam berkata.

   "Cianpwee, bila kau benar-benar mati dibunuh, mati lantaran urusanku, beristirahatlah dg tenang, aku bersumpah akan membalaskan dendam bagi kematianmu, akan kugusur pembunuh tersebut dan membunuhnya dihadapan pusaramu...."

   Baru selesai dia berdoa, mendadak berkilat sepasang mata Kho Beng, dia seperti telah menemukan sesuatu.

   Apa yg dijumpanya ternyata tulisan Unta sakti berpunggung baja diatas batu nisan itu mirip sekali dg gaya tulisan sibungkuk sendiri.

   Penemuan yg sama sekali tak terduga ini bukan saja membuat Kho Beng terperanjat, bahkan semakin menambah perasaan bingungnya.

   Mana mungkin ada orang mati yg bisa mengukir batu nisan sendiri, jelas hal ini tak mungkin terjadi.

   Menurut pengakuan Nyoo To li, jenasah Thio bungkuk dikubur sendiri oleh ketua Sam goan bun, ini berarti tulisan diatas batu nisan tersebut seharusnya merupakan tulisan dari ketua Sam goan bun, tapi mungkinkah gaya tulisan dari ketua Sam goan bun mirip sekali dg gaya tulisan Thio bungkuk? Atau mungkinkah dia telah salah melihat? Cepat-cepat Kho Beng memburu kedepan dan mengamati gaya tulisan diatas batu nisan itu lebih seksama, makin dipandang dia merasa tulisan itu makin mirip dg gaya tulisan Thio bungkuk.

   Dalam sekejap mata Kho Beng segera teringat kemabli dg sekop bulat yg berada disisinya, dg cepat hatinya bergetar keras, segera pikirnya.

   "Dia bilang kalau ditemukan sesuatu, benda yg kau butuhkan berada diatas pohon siong ketiga disisi kiri kuburan....yaa benar, kalau begitu dia orang tua telah memutuskan agar aku menggali kuburan ini untuk melakukan pemeriksaan terhadap jenasahnya!"

   Sekarang dia baru merasa mustahil ada orang mati yg menyiapkan batu nisannya sendiri, satu-satunya dugaan yg masuk diakal adalah si Unta sakti berpunggung baja telah menduga akan kematiannya, maka menyiapkan batu nisan lebih dulu dan secara diam-diam berpesan kepada Oh gemuk untuk menyiapkan sekop bulat ditempat yg telah ditunjuk....

   Jelas sudah semua persiapan yg dilakukan secara cermat dan rahasia ini disamping untuk menyelamatkan jiwa Oh gemuk, selain itu juga merupakan petunjuk yg kuat bahwa asal kuburan itu dibongkar maka siapa pembunuh dia orang tua yg sebenarnya akan segera terbongkar.

   Bahkan bisa jadi teka teki sekitar asal usulnya juga akan diperoleh jawaban dari dalam peti mati itu....

   Makin berpikir Kho Beng merasa hatinya semakin tegang, dia segera bangkit berdiri, menyambar sekop dan m ulai mencangkuli kuburan tersebut.

   Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar seseorang membentak keras dari dalam hutan.

   "

   Manusia keparat! Besar amat nyalimu, malam-malam begini berani datang bongkar kuburan, Hmmm! Cepat hentikan perbuatanmu itu!"

   Menyusul suara bentakan itu, tampak belasan sosok manusia bermunculan dari balik hutan, semuanya bersenjata pedang dan secepatnya menerjang kedepan kuburan melakukan pengepungan.

   Dg perasaan terkesiap, Kho Beng membuang sekopnya sambil meloloskan pedang, tapi apa yg kemudian terlihat membuat paras mukanya berubah hebat.

   Ternyata kawanan manusia tersebut bukan lain adalah anggota perguruan Sam goan bun sedang sebagai pemimpinnya tak lain adalah ketuanya sendiri, Sun Thian hong.

   Begitu bersua dg Sun Thia hong, hawa amarah Kho Beng segera berkobar kembali, serunya sambil tertawa dingin.

   "Ciangbunjin, tajam benar kabar beritamu."

   Dg wajah dingin kaku bagaikan salju, Sun Thian hong membentak keras.

   "Bocah keparat, sudah berulang kali kuperingatkan kepadamu, jangan mencoba-coba datang lagi keperkampungan Cui wi san ceng, tak nyana kau begitu berani datang menyatroni kami, bahkan berniat untuk menggali kuburan....hmmm!"

   "He....he....he.....boleh aku bertanya kepada ciangbunjin, apakah bukit ini milik pribadimu?"

   Jengek Kho Beng sambil tertawa dingin.

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh dg suara ketus.

   "Pokoknya, asal Kho Beng tidak melangkah masuk kedalam perkampungan Cui wi san ceng, rasanya aku toh belum sampai melanggar janjiku terhadap ciangbunjin?"

   Dg penuh kegusaran, ketua Sam goan bun berseru.

   "Tajam betul selembar mulutmu! Aku tak mengira kau adalah seorang manusia yg tak kenal budi, air susu dibalas dg air tuba....."

   "Tutup mulut!"

   Dg kening berkerut Kho Beng membentak nyaring.

   "Aku Kho Beng adalah seorang lelaki sejati, siapa menanam pohon kebaikan akan ku balas dg kebajikan, siapa menanam pohon kejahatan akan kubayar pula dg uah kejahatan. Tapi kau mesti tahu, usahaku membongkar kuburan malam ini tak ada sangkut pautnya dg budi dan dendam, harap ciangbunjin jangan mencampur baurkannya menjadi satu masalah yg sama...."

   Dg suara menyeramkan ketus, Sun Thian hong tertawa keras.

   "Bagusbagus sekali, kalau toh kau sudah tahu budi harus dibalas dg budi, mengapa kau berniat membongkar kuburan? Kau toh tahu, siapa yg telah mati dia yg harus dihormati, apalagi setelah masuk ketanah, sudah sepantasnya diberi kedamaian dan ketentraman, apalagi Thio bungkuk mempunyai budi kepadamu."

   Kho beng segera tertawa bergelak.

   "Haha.ha.perkataan ciangbunjin kali ini memang sangat tepat, justru karena aku tak rela si bungkuk cianpwee mati penasaran diakhirat sehingga tak bisa beristirahat dg mata meram, maka aku telah bersiap-siap akan membongkar kuburan serta memeriksa jenasahnya."

   Mendadak nada pembicaraan ketua Sam goan bun itu berubah menjadi dingin menyeramkan, serunya .

   "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bungkuk mati karena terserang penyakit gawat, apalagi yg hendak kau periksa?"

   "Hmmm, siapa yg berani menjamin akan kebenaran hal ini?"

   Jengek pemuda itu dingin.

   "Toh aku yg mengetakan si bungkuk mati karena sakit, tentu saja aku berani menjamin,"

   Jawab Sun Thian hong marah.

   "Tapi siapa pula yg berani menjamin kebenaran dari perkataan ciangbunjin?"

   Jengek Kho Beng lagi sambil tertawa dingin. Sun Thian hong segera berkerut kening, dg mata melotot besar karena marah ia membentak.

   "Oooh, jadi kau anggap sibungkuk mati dibunuh dan akulah sipembunuhnya?"

   "Tidak berani, sebelum melakukan pemeriksaan, Kho Beng tak berani mencurigai siapa saja, tapi tak bisa pula menghilangkan rasa curigaku terhadap setiap orang."

   Mendadak Sun Thian hong mendongakkan kepalanya lalu tertawa tergelak, ditundingnya Kho Beng dg ujung pedang, lalu serunya.

   "Bagus sekali Kho Beng, beranikah kau bertaruh dgku?"

   "Bagaimana bertaruhnya?"

   Sahut Kho Beng, meski agak tertegun didalam hatinya.

   "Mari kita bongkar kuburan it, jika keadaannya sesuai dg apa yg kau curigai, saat itu juga aku akan menggorok leher untuk bunuh diri, tapi kalau tak sesuai dg apa yg kau duga, maka kau harus mendirikan gubuk disini dan hidup mengasingkan diri selama tiga puluh tahun tanpa boleh meninggalkan tempat ini selangkah pun. Beranikah kau menerima tantanganku ini?"

   Orang bilang.

   Jika seseorang telah melakukan kejahatan, maka dia pasti ragu da cemas dalam setiap perkataan maupun tindakan, tapi perkataan Sun Thian hong sekarang diucapkan secara gagah dan tegas, tentu saja hal ini membuat Kho Beng menjadi tertegun.

   Tanpa terasa pandangannya semula mulai goyah, dia mulai ragu dg penilaian sendiri, tapi sebagai pemuda cerdik, setelah termenung sebentar ia segera menggeleng.

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Maaf jika Kho Beng tiada kegembiraan untuk melayani taruhanmu itu"

   Sun Thian hong segera tertawa mengejek, tukasnya .

   "Aku tahu kau tak berani menerima taruhanku ini karena kau belum mempunyai keyakinan, nah sekarang kuperingatkan kepadamu untuk terakhir kalinya, segera tinggalkan tempat ini daripada mendatangkan maut bagi diri sendiri!"

   Dg dingin Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Maaf kalau aku tak bisa menuruti keinginanmu, aku telah bertekad akan membongkar kuburan tersebut, sekalipun ada ancaman seperti apapun, tekadku ini tak akan berubah."

   "Kho Beng!"

   Bentak Sun Thian hong sambil melotot.

   "

   Kau harus tahu, kesabaran orang ada batasnya"

   Setelah ciangbunjin dari Sam goan bun ini berulang kali berusaha menghalangi niatnya, kepercayaan Kho Beng yg semula mulai goyah kini menjadi mantap kembali.

   Mendengar perkataan tersebut, ia segera menjawab dg suara dingin.

   "Kho Beng pun hendak memperingatkan kepada ciangbunjin, bila ciangbunjin merasa tak pernah melakukan kesalahan, seharusnya kau tidak menghalangi niatku untuk membongkar kuburan."

   "Aku tak bisa membiarkan kau berbuat semena-mena."

   Kembali Sun Thian hong membentak keras.

   "

   Aku tak tega menyaksikan sahabatku selama puluhan tahun yg telah mati ternyata tak bisa peroleh ketenangan diakhir hayatnya, bahkan setelah dikuburpun, kuburannya masih dibongkar orang...."

   Dg angkuh Kho beng segera bangkit berdiri, kemudian serunya.

   "Ciangbunjin tak usah banyak bicara lagi, pokoknya segala sesuatunya biar aku seorang yg menanggung."

   Agaknya kesabaran Sun Thian hong pun telah mencapai puncaknya, dg mata mendelik karena marah, dia berseru penuh nada menyeramkan.

   "Jadi kau memaksa akan bertarung melawanku?"

   Kho Beng tertawa seram.

   "Bila keadaan memang menghendaki demikian dan bagi Kho Beng tiada pilihan lain, terpaksa aku akan pertaruhkan selembar jiwaku untuk menghadapi ancaman macam apapun."

   Dg pedang terhunus Sun Thian hong maju dua langkah kedepan, kemudian serunya.

   "Bagus, bagus sekali, wahai Kho Beng asal kau sanggup melampaui diriku, segala sesuatunya terserah kehendakmu sendiri!"

   Selesai berkata ia segera melintangkan pedangnya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yg tidak diinginkan. Menyaksikan hal tersebut, Kho Beng segera menjura seraya berkata.

   "Sudah lama Kho Beng mengagumi kelihayan ilmu pedang Sam goan kiam hoat, beruntung sekali aku bisa peroleh petunjuk langsung pada hari ini sehingga tidak menyia-nyiakan serih payahku selama setengah tahun. Ciangbunjin sebagai angkatan lebih tua silahkan turun tangan lebih dulu!"

   Sun Thian hong tidak malu menjadi seorang ketua dari suatu perguruan, menghadapi pertarungan yg segera berkobar ternyata ia tak nampak gusar atau mendongkol, tidak panik ataupun gelisah, sikapnya kelihatan sangat tenang dan penuh kemantapan, tak malu menjadi seorang tokoh ilmu pedang yg berpengalaman.

   Dg sikap yg dingin dan hambar dia berseru.

   "Kau tak perlu sungkan-sungkan, dg usiaku diatas enam puluh tahun bila sampai melancarkan serangan terlebih dahulu kepada seorang pemuda ingusan macam kau, berita yg tersiar dalam dunia persilatan dikemudian hari bisa mambuat aku malu menjadi seorang ciangbunjin lagi!"

   Kho Beng segera mendengus dingin.

   "Hmmm, kalau begitu maafkan aku!"

   Pedangnya segera diangkat keatas kemudian dg langkah Bwee hong poh dia mendesak maju kemuka secepat hembusan angin dan sebuah bacokan kilat dilancarkan.

   Deru angin tajam menyambar ditengah udara, sinar tajam berkilauan menusuk pandangan mata, menyusul perbuatan tersebut, pedangnya membentuk satu gerakan lingkaran huruf besar.

   Inilah jurus angin berhembus debu menggulung dari aliran Hoa san pay.

   Menyaksikan gerak serangan Kho Beng tersebut, Sun Thian hong menjadi sempat terperanjat, dia bukannya takut dg gaya pengaruh jurus ilmu pedang tersebut, tapi kaget dan bingung setelah melihat hembusan hawa pedang yg begitu kuat dari ujung senjata lawan.

   Biarpun ketua yg berusia lanjut ini memiliki pengalaman yg cukup luas dalam dunia persilatan, bagaimanapun juga dia tak menyangka kalau seorang pemuda ingusan seperti ini ternyata memiliki tenaga dalam yg jah lebih sempurna daripada tenaga dalam yg dimilikinya.

   Apalagi menurut apa yg diketahuinya, pada setengah tahun berselang Kho Beng baru sempat mempelajari dasar-dasar tenaga dalam saja, mana mungkin dalam waktu singkat ini kemampuan tenaga dalamnya dapat meningkat sehebat ini? Sementara itu serangan pedang dari Kho Beng sudah keburu datang sehingga tidak memberi kesempatan lagi bagi ciangbunjin tersebut untuk berpikir lebih jauh.

   Namun bagaimanapun juga , jahe yg tua memang lebih pedas, dalam waktu yg amat singkat inilah ketua Sam goan bun telah mengambil keputusan bagaimana cara untuk mengatasi keadaan tersebut.

   Tampak dia menghindar kesamping, kemudian diantara hembusan angin serangan lawan, pedangnya melakukan tangkisan berulang kali dan secara beruntun melancarkan tiga buah serangan berantai untuk memunahkan semua ancaman yg datang dari Kho Beng.

   Setelah itu diiringi suara bentakan keras, tak menanti sampai Kho Beng berubah gerak serangan, tubuhnya telah mendesak maju dg melancarkan serangan menggunakan jurus sam goan ci ti.

   Secara beruntun dia melepaskan tiga buah serangan berantai hingga dalam waktu singkat cahaya berkilauan telah menciptakan selapis kabut pedang yg mengurung tubuh Kho Beng rapat-rapat.

   Ilmu pedang sam goan kiam hoat terdiri dari tiga kali tiga jurus berantai dg enam jurus terbalik, sedangkan keistimewaannya adalah menyerang dalam bertahan dan sekali menyerang tiga jurus serangan akan meluncur secara berantai sehingga tidak memberi kesempatan kepada musuhnya untuk melancarkan serangan balasan.

   Setelah menderita kekalahan ditangan kedele maut dalam pertarungan yg pertama, sedikit banyak Kho Beng merasa tegang juga menghadapi pertarungan kali ini tapi dia tak pernah menyangka kalau begitu bertarung segera akan terlibat dalam suatu pertarungan yg sengit.

   Berulang kali dia mencoba untuk menembusi pertahanan lawan dg menerjang kekiri dan kekanan, namun selalu tak berhasil.

   Dalam keadaan begini terpaksa dia harus mengandalkan kesempurnaan tenaga dalam untuk mempertahankan diri sehingga tak sampai menderita kekalahan total.

   Benarkah Kho Beng bukan tandingan dari ketua Sam goan bun? Tidak! Kecuali merasa agak tegang diapun merasa agak sangsi.

   Kesangsian ini membuat hatinya jadi ragu-ragu untuk mengeluarkan ilmu pedang Lui siu jit si yg maha dahsyat itu.

   Sekalipun ketua Sam goan bun ini dicurigainya sebagai pembunuh Unta sakti berpunggung baja, namun diapun telah melepaskan budi pemeliharaan dan pendidikan selama delapan belas tahun, oleh karena itu sebelum duduk persoalannya menjadi jelas, dia tak tega untuk melancarkan serangan secara keji, kuatirnya bila salah bertindak maka akibatnya dia akan menanggung penyesalan sepanjang masa.

   Tapi Sun Thian hong, ketua dari Sam goan bun itu justru tidak memahami bagaimana perasaan lawannya, pedang digetarkan dg enteng dan cekatan, begitu sepuluh jurus lewat sedangkan serangan yg digunakan Kho Beng pulang pergi hanya tiga jurus tersebut sehingga sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk melancarkan serangan balasan, tanpa terasa semangatnya menjadi berkobar kembali.

   Sambil tertawa seram dia segera berseru.

   "Tadinya kukira kau sudah memiliki kepandaian yg luar biasa sehingga berani melakukan perlawanan, tak tahunya hanya sedikit kepandaian tersebut saja yg kau miliki, hmmm....mengingat aku telah memeliharamu selama delapan belas tahun asal kau bersedia meyesali perbuatan ini, akupun bersedia pula memberi sebuah jalan kepadamu."

   Kho Beng yg sebetulnya sedang bimbang karena pertentangan batinnya, kini menjadi naik darah setelah mendengar perkataan itu, dia merasa tak bersalah lalau apa yg mesti ditakuti? Tiba-tiba saja dia menyadari bahwa pertarungan ini bukan perebutan menang kalah, juga bukan pertarungan antara hidup mati tapi memperebutkan kebenaran.

   Apabila dia tetap ragu untuk mengambil keputusan sehingga menyebabkan menderita kekalahan, soal mati hidup jangan dibicarakan dulu, tapi yg pasti soal misteri kematian si Unta sakti berpunggung baja akan tetap tenggelam didasar liang untuk selamanya, sedangkan niatnya yg luhur bukan saja tak bakal dipahami orang lain, malah sebaliknya akan dituduh orang sebagai manusia berdosa.

   Dalam waktu singkat pertentangan batin dalam hatinya lenyap tak berbekas, sambil tertawa nyaring segera serunya.

   "Ilmu pedang Sam goan kiam hoat memang nyata sekali kehebatannya tapi menang kalah belum diketahui, kalau ingin membicarakan masalah tersebut rasanya terlalu dini, harap ciangbunjin merasakan pula serangan balasan yg akan kulancarkan segera."

   Belum selesai perkataa tersebut diucapkan, gerak serangan pedangnya telah berubah, dg jurus "Seratus aliran kembali ke samudra"

   Dia lancarkan serangan balasan terhadap ketua dari Sam goan bun tersebut.

   Begitu serangan tersebut dilancarkan, nyata sekali perbedaannya, dalam waktu singkat seluruh angkasa telah dipenuhi dg kilauan cahaya pedang yg menyusup seperti ular perak, begitu dahsyat dan banyak kilauan cahaya tadi sehingga sudah untuk diikuti secara pasti.

   Kejadian tersebut bukan saja mengejutkan ketua sam goan bun tersebut, bahkan dari posisi menyerang dia harus merubah taktik menjadi posisi bertahan, selapis kabut pedang yg kuat melindungi seluruh tubuhnya secara ketat dan kuat.

   Sementara itu belasan anggota Sam goan bun yg menonton jalannya pertarungan dari sisi arena pun sama-sama berseru kaget , perasaan tegang pun segera mencekam wajah mereka semua.

   Kho Beng semakin bersemangat lagi setelah jurus serangannya yg pertama membawa hasil, keberaniannya juga semakin meningkat.

   Secara beruntun dia segera mengeluarkan jurus-jurus serangan "Ombak dahsyat menghantam karang"

   Dan "Air terjun bunga terbang"

   Untuk mencecar lawannya, serangan demi serangan seperti gulungan air sungai Tiang kang, membanjir tiba tiada habisnya.

   Perubahan jurus yg dahsyat dan hebat ditambah pula dg desingan angin tajam yg memekakkan telinga, segera membuat ketua Sam goan bun in harus mempertahankan diri secara cermat dan berhati-hati sekali.

   Ketujuh jurus serangan dahsyat yg diciptakan oleh Bu wi lojin ini sengaja diberi nama tujuh jurus air mengalir karena begitu serangan pedang dilancarkan, maka seperti gulungan bah yg mengalir, semua lobang dan celah akan dimasuki dan sebuah benda akan terhanyut olehnya.

   Kendatipun pertahanan yg dilakukan Sun Thian hong boleh dibilang cukup tangguh, nyatanya dia toh tak sanggup mempertahankan diri terhadap desakan lawannya, setelah mempertahankan dri sebanyak tiga jurus secara payah, dia mulai merasakan matanya berkunang-kunang dan hatinya berdebar-debar keras.

   Pada saat jurus keempat dilancarkan itulah, medadak.....

   "Traang! Traang! Traang!"

   Secara beruntun terjadi tiga kali bentrokan nyaring, tahu-tahu pedang Sun Thian hong sudah terpental ketengah udara dan berubah menjadi serentetan cahaya perak yg terjatuh sejauh tiga kaki dari posisinya.

   Peristiwa ini tentu saja menggemparkan segenap anggota Sam goan bun yg hadir disana.

   Ditengah suara jeritan kaget, tahu-tahu pedang Kho Beng telah digetarkan kemuka dan ujung pedang tersebut telah menempel diatas dada Sun Thian hong.

   Pantulan cahaya perak yg memancar dari balik pedang, menyinari paras muka Sun Thian hong yg pucat pias seperti mayat, membuat segenap anggota Sam goan bun terbungkam dalam seribu bahasa dan detak jantungnya serasa hampir berhenti.

   Kini menang kalah sudah terlihat dg jelas.

   Kalau tadi yg tua bersikap angker dan menegur secara kasar! Sedang yg muda berusaha melawan dg posisi dibawah angin.

   Maka sekarang justru kebalikannya, yg tua nampak loyo dan masgul seperti orang yg kehilangan semangat, sebaliknya yg muda justru sampak gagah perkasa.

   Perubahan yg sangat mendadak ini segera membuat ketua Sam goan bun menjadi lemas dan tiba-tiba menghela napas panjang, katanya kemudian dg suara gemetar.

   "Yaa sudahlah...selama hidupku aku berusaha bertindak secara hati-hati, sungguh tak disangka karena kurang berhati-hati, nama baik yg sudah kupupuk selama puluhan tahun akhirnya harus hancur dalam semalam!"

   "Apakah ciangbunjin tidak puas?"

   Seru Kho Beng sambil tertawa dingin. Sun Thian hong tertawa getir.

   "Ilmu pedang Lui sui Jit si memang suatu ilmu pedang yg menggetarkan seluruh jagat, menang kalah kini sudah ditentukan, terbukti akulah yg berada dipihak yg kalah,kenapa mesti tak puas? Kho Beng kau boleh turun tangan dg segera."

   Dg suara dingin yg menyeramkan, Kho Beng berkata.

   "Mengingat ciangbunjin telah memeliharaku selama delapan belas tahun, akupun menyudahi persoalan ini sampai disini saja, kuharap ciangbunjin dapat melaksanakan janji semula dg tidak menghalangi pekerjaanku lagi."

   Selesai berkata dia segera menarik kembali pedangnya dan segera membalikkan badan berjalan menuju ketepi kuburan.

   Sementara itu belasan anggota Sam goan bun yg berada didepan kuburan telah memisahkan diri menjadi dua rombongan, mereka berdiri dg wajah serius dan pedang terhunus.

   Melihat hal ini, Kho Beng segera berhenti lalu menegur dg kening berkerut.

   "Toako sekalian harap segera kembali keperkampungan, seusai bekerja nanti, siaute pasti akan mohon maaf kepada kalian."

   Kawanan anggota Sam goan bun itu tetap membungkam diri dalam seribu bahasa dan berdiri serius ditempat tanpa berkutik terhadap teguran Kho Beng tersebut, mereka bersikap seolah-olah tidak mendengar.

   Seketika itu juga Kho Beng mengerutkan dahinya rapat-rapat, kemudian bentaknya.

   "Suhu kalian telah memberikan janjinya dan kurasa toako sekalian telah mendengar secara jelas, bila kalian tidak menyingkir lagi, jangan salahkan kalau Kho Beng akan menggempur kalian dg kekerasan"

   Sekalipun ancaman telah diberikan, namun reaksi tak jauh beda seperti permulaan tadi, kawanan anggota Sam goan bun itu tetap tak bergerak dari posisi semula.

   Kho Beng semakin gusar, namun dalam amarahnya diapun merasa serba salah.

   Semua anggota Sam goan bun yg berdiri dihadapannya sekarang boleh dibilang merupakan sahabat-sahabatnya yg sudah banyak tahun hidup bersama serta memiliki hubungan persahabatan yg erat, apabila mereka bersikeras akan menghalanginya, apakah dia benarbenar akan menggempur mereka dg kekerasan? Dia mengerti, dg tenaga dalam yg dimilikinya sekarang, untuk menghadapi kawanan jago dari Sam goan bun tersebut bukanlah suatu pekerjaan yg sulit.

   Yg menjadi masalah sekarang adalah dia tega tidak untuk menggempur sahabat-sahabatnya itu? Dalam waktu singkat pelbagai ingatan telah melintas didalam benaknya, mendadak dia teringat, bisa jadi sikap dari anggota Sam goan bun ini terpaksa dilakukan karena telah mendapat perintah dari ketuanya untuk bersikap begitu.

   Bedebah ciangbunjin itu! Dg penuh amarah, Kho Beng membalikkan tubuhnya, dia saksikan Sun thian hong masih berdiri kaku ditempat tanpa terasa hardiknya.

   "Ciangbunjin! Apakah semua perkataan yg telah kau ucapkan masih bisa dipercaya?"

   Bagaikan baru mendusin dari impian, Sun Thian hong segera menghela napas panjang, tiba-tiba serunya kepada segenap anggota Sam goan bun yg berdiri dimuka kuburan itu.

   "Masih ingatkah kalian dg pesanku tadi?"

   "Tecu masih teringat"

   Sahut segenap anggota Sam goan bun bersama-sama.

   "Kalau memang masih ingat, kenapa tidak segera turun tangan?"

   Perkataan yg terakhir ini sekali lagi mengobarkan hawa amarah Kho Beng, dia tak sanggup menahan diri lagi.

   Dia menganggap sikapnya sudah cukup bijaksana mengingat kesetiaan kawan, tapi kenyataannya musuh begitu munafik dan tak tahu malu.

   Sekarang jelas sudah duduknya persoalan, Sun thian hong pasti kuatir dia membongkar kuburan tersebut sehingga perbuatan kejinya ketahuan.

   Dalam keadaan begini, otomatis dia harus menghadapi setiap perubahan sesuai dg keadaan, disamping itu diapun ingin tahu permainan busuk apakah yg sedang dilakukan lawan? Berpikir sampai disini, Kho Beng segera tertawa seram penuh kegusaran, matanya berapi-api da mukanya meringis, dia bertekad akan membekuk Sun Thian hong lebih dulu untuk memaksa anak buahnya menyingkir semua dari sana.

   Dg pedang terhunus diapun bersiap-siap untuk mendesak maju kemuka, tapi sebelum perbuatan tersebut sempat dilakukan, tibatiba dari belakang tubuhnya terdengar suara jeritan kesakitan berkumandang silih berganti.

   Dg perasaan tertegun ia segera berpaling, tapi apa yg kemudian terlihat segera membuatnya menjadi tertegun.

   Ternyata belasan anggota Sam goan bun itu telah berdiri saling berhadapan dan tusuk menusuk sendiri, tentu saja tusukan itu bukan bermain sandiwara, tapi benar-benar dilaksanakan, dari bekas tusukan setiap orang nampak darah segar memancur keluar dg derasnya.

   "Hey, apa-apaan kalian semua?"

   Pemuda itu segera menegur dg kening berkerut. Tiada jawaban yg terdengar selain teriakan dari Sun Thian hong.

   "Kalian cepat kembali keperkampungan dan balut luka tersebut."

   Serentak belasan jago dari Sam goan bun itu membalikkan badan dan mengundurkan diri dari situ sambil memegangi bekas luka dilengannya.

   Kho Beng benar-benar dibikin kebingungan dan tak habis mengerti terhadap peristiwa tersebut, ketika melihat Nyoo To li yg semalam pernah dijumpainya lewat disisi tubuhnya, cepat-cepat dia menarik tangan pemuda tersebut sambil bertanya.

   "Saudara Nyoo, sebenarnya permainan apa sih yg sedang kalian perbuat?"

   Luka yg diderita Nyoo To li waktu itu terletak diatas bahunya, karena ditarik Kho Beng dia segera mengeluh kesakitan, kemudian sambil tertawa getir sahutnya.

   "Inilah siasat menyiksa diri dari suhu ! "

   Habis berkata cepat-cepat dia memburu rekan lainnya meninggalkan tempat tersebut.

   "Siasat menyiksa diri ? "

   Sekali lagi Kho Beng berpikir dg wajah termangu.

   "Apaka dia menggunakan siasat menyiksa diri ini untuk menghadapi diriku ? "

   Berpikir sampai disini, pemuda tersebut segera berteriak keras .

   "Ciangbunjin, harap tunggu sebentar ! "

   Sun Thian hong yg berjalan paling belakang segera menghentikan langkanya, setelah mendengar seruan tersebut, tanyanya sambil berpaling .

   "Siauhiap masih ada pesan apa ? "

   "Huuuh, cepat benar dia merubah panggilannya terhadapku ? "

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Pikir Kho Beng diam-diam sambil tertawa dingin. Kemudian dg suara dalam ia berkata.

   "Aku harap ciangbunjin tetap tinggal disini.

   "

   "Apakah kau kuatir aku kabur ? "

   Seru Sun Thian hong sambil tertawa pedih.

   "Hmmm, susah untuk dikata ! Jika duduknya persoalan telah menjadi jelas, sedang ciangbunjin sudah keburu melarikan diri, bukankah aku mesti meluangkan waktu lagi untuk melakukan pengejaran terhadapmu."

   Seketika itu juga Sun Thian hong tertawa seram.

   "Hahahakau tak usah kuatir, sekalipun si hwesio sudah kabur, dia tak akan kabur dari kuil. Asal kau berhasil menemukan sesuatu, akan kutunggu kedatanganmu dalam perkampungan."

   Selesai berkata dia meneruskan perjalanannya kembali, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapan.

   Kho Beng menjadi tertegun setelah menyaksikan kejadian ini, pikirnya kemudian.

   "Persoalan yg paling mendesak saat ini adalah membuka peti mati tersebut secepatnya, setelah duduk persoalannya menjadi jelas, rasanya tidak sulit untuk bertindak selanjutnya."

   Terpengaruh oleh tindak tanduk orang-orang Sam goan bun yg dinilai sangat aneh ini, dg membawa perasaan tak tenang, Kho Beng memungut kembali sekopnya dan menggunakan kecepatan paling tinggi untuk membongkar kembali kuburan tersebut.

   Waktu berlalu dg cepatnya.

   Kuburan yg semula merupakan gundukan tanah tinggi, kini telah berubah menjadi sebuah liang yg sangat dalam.

   Akhirnya sudut peti mati pun mulai kelihatan.

   Dg terlihatnya peti mati tersebut, Kho Beng merasa hatinya semakin tegang, dia tak tahu jenasah didalam peti mati tersebut telah berubah menjadi seperti apa? Adakah luka bekas bacokan ? Atau sama sekali tak ada luka ? Bagaimana seandainya jenasah itu telah membusuk sehingga sukar dilakuka pemeriksaan ? Dg hati-hati sekali dia membersihkan penutup peti mati itu dari tanah liat, lalu setelah berdoa sebentar dg perasaan tegang, dia memegang penutup peti mati itu, mengerahkan tenaga dalamnya dan mengangkatnya kuat-kuat keatas.

   "Kraaaakk.. ! "

   Penutup peti mati itu segera terbuka lebar.

   Meminjam cahaya rembulan yg memancar masuk dia mencoba mengintip kedalam peti mati itu tapi ia segera tertegun dan cepatcepat membuang penutup peti mati tadi kesamping.

   Dibawah sinar rembulan yg redup, dapat terlihat bahwa dibalik peti mati tersebut sama sekali tidak ada mayatnya, tapi terdapat sepucuk surat dan sebuah bungkusan.

   Dalam bungkusan tersebut entah berisi apa, tapi pada sampul surat tersebut tertera dg jelas beberapa huruf yg berbunyi demikian.

   "Ditujukan kepada Kho Beng. Dari Thio bungkuk"

   Apa yg terjadi dg cepat membuat Kho Beng semakin termangumangu lagi, dia benar-benar tak habis mengerti terhadap peristiwa yg berlangsung didepan matanya sekarang.

   "Mungkinkah sibungkuk belum mati? Tapi apa sebab ketua Sam goan bun mengumumkan kematiannya dan mendirikan batu nisan baginya?"

   Satu hal yg membuatnya tak mengerti adalah mengapa sibungkuk meninggalkan surat baginya itu didalam peti mati? Siapakah yg telah mengatur segala sesuatunya ini? Dg perasaan bimbang, cepat-cepat dia merobek sampul surat tersebut dan mengeluarkan isinya.

   Terbacalah surat itu, berbunyi demikian.

   "Kho Beng jika kau dapat membaca surat ini berarti kau dapat melenyapkan semua rintangan yg ada, ini menunjukkan kalau tenaga dalammu secara paksa masih dapat menghadapi segala sesuatu. Saat ini perasaanmu tentu diliputi rasa cemas, bingung dan tidak habis mengerti bukan ? Tapi aku dapat memberitahukan kepadamu sesungguhnya aku sibungkuk belum mati.

   "

   Ketika membaca sampai disini, meskipun Kho Beng semakin tak habis mengerti, namun rasa sedih yg semula mencekam perasaannya seketika tersapu lenyap tak berbekas. Cepat-cepat dia membaca lebih jauh .

   "....selama puluhan tahun terakhir ini sudah banyak kesulitan yg kualami dan banyak masalah pelik yg pernah kuhadapi, namun belum pernah mengalami situasi pelik seperti apa yg kualami pada beberapa hari belakangan ini, kesulitan dan kepelikan tersebut terjadi karena aku harus memenuhi janjiku kepadamu, yakni menanti selama tiga tahun. Namun oleh karena situasi yg begitu mendesak sehingga memaksa aku mau tak mau harus meninggalkan Sam goan bun, padahal aku harus bertemu lagi dgmu, maka aku semakin bertekad untuk memenuhi janjiku dulu kepadamu. Setelah berpikir keras dua malam, akhirnya akupun membuat batu nisan dan liang kubur untuk melaksanakan siasat ini. Andaikata apa yg terjadi kemudian diluar dugaanku sehingga kau tak dapat membaca surat ini, yaa...kita hanya bisa dikatakan takdir menghendaki demikian. Sekarang, semua rahasia asal usulmu berada dalam bungkusan itu, bila benda itu dapat kau terima, anggaplah aku sibungkuk dapat memberikan pertanggungan jawabnya. Selesai membaca tulisan ini, kau jangan emosi dan tak usah melakukan perbuatan ceroboh yg bisa menimbulkan amarah umat persilatan, cukup selidikilah otak dibelakang layar yg mendalangi semua peristiwa tersebut, dg begitu kau akan menghibur arwah kedua orang tuamu dialam baka. Nah, aku tak ingin membuang waktumu lagi, akhirnya aku dapat memberitahukan kepadamu, asal usulmu sudah menjadi jelas dalam dunia persilatan, saat itulah merupakan waktu kita untuk bersua kembali. Tertanda . Thio Bungkuk "

   Selesai membaca tulisan tersebut, Kho Beng menjadi terkejut bercampur gembira, cepat-cepat dia mengambil bungkusan tersebut dan membukanya.

   Ternyata isi bungkusan itu adalah sebuah kain putih dan sebuah baju penuh noda darah.

   Kain putih itu sudah menguning, jelas benda tersebut sudah lama tersimpan, sedang diatasnya terlihat beberapa tulisan yg dibuat dg darah, isinya adalah sebagai berikut.

   "Tahun Ka sang, anak Beng persis berusia satu tahun ketika serombongan jago menyerbu perkampungan gara-gara kitab Thian goan bu boh, segenap jago perkampungan yg memberikan perlawanan tewas tertumpas musuh. Daam gawatnya kuserahan putra putriku kepada mak inang nyonya Hee dan pelayan Kho Po koan untuk melindungi nyawanya serta melarikan diri. Moga-moga Thian maha pengasih dan melindungi anak keturunanku ini, jika mereka dapat lolos dari maut, masing-masing telah diberi sebuah tanda sebagai tanda pengenal mereka setelah dewasa nanti. Dikemudian hari yg perempuan harus selalu emakai bunga seruni putih diatas sanggulnya, empat musim bunga tersebut tak boleh dirubah, sedang yg lelaki mempunyai lencana Liong pit dan panji kebesaran. Bagaimana nasib putra putriku dimasa mendatang, biarlah Thian yg menentukan, anggap suratku ini sebagai pesan yg terakhir, Tertanda . Kho Bun sin Pemilik Hui im ceng "

   Setelah membaca tulisan ini, pucat pias wajah Kho Beng, hampir saja ia menangis tersedu, sekarang dia baru tahu ternyata dia memang putra Kho Bun sin, majikan dari perkampungan Hui im ceng.

   Jilid 07 Dalam sedihnya dia mengeluarkan pula baju darah yg penuh dg noda darah hitam itu, diatas baju itupun tertera beberapa huruf yg berbunyi demikian.

   "Aku adalah Hee si, mak inangmu, sebelum menemui ajal kuberitahukan kepadamu, sekalipun kau hidup dalam kesederhanaan, tapi jangan lupa bahwa dirimu adalah sau cengcu dari perkampungan Hui im ceng, putra kesayangan dari Kho Bu sin, pendekar besar yg namanya menggetarkan seluruh dunia persilatan. Biarpun dendam kesumat sedalam lautan tak bisa dituntut balas, kau harus beristri dan punya anak keturunan sebagai kelanjutan dari keturunan keluargamu Ketika membaca sampai disini, Kho Beng merasakan darah yg mengalir didalam tubuhnya mendidih, bibirnya digigit kencang, setitik darahpun bercucuran membasahi ujung bibirnya. Sekalipun Ko Po koan adalah pelayan keluargamu namun dalam kenyataan dia mempunyai hubungan yg lebih akrab daripada sesama saudara dg ayahmu, untuk menyelamatkan jiwa kalian berdua, dia telah mengorbankan putra putrinya demi keselamatan kalian, dia memerintahkan putrinya membopong puta putri sendiri untuk memancing perhatian jago sementara kalian telah dibawa kabur dg selamat. Mambaca sampai disini, tanpa terasa pemuda itu teringat kembali dg kematian yg menimpa Kho Po koan dalam perkampungan Hui im ceng tempo hari. Ia menjadi sedih sekali, sehingga hampir saja menangis tersedusedu, namun dg sekuat tenaga pemuda itu menahan diri, dg mata yg berkaca-kaca dia membaca surat wasiat tersebut lebih jauh Oleh sebab itu kau sama artinya dg memikul dendam kesumat dua keluarga, baik-baiklah menjaga diri setelah dewasa nanti. Untuk menempuh perjalanan jauh tanpa berhenti, ditambah pula setiap hari dicekam rasa takut dan ngeri, jiwa dan semangat akhirnya runtuh dan hancur, sekalipun kami berhasil lolos dalam keadaan selamat.. Tulisan tersebut terhenti ditengah jalan, jelas mak inang yg setia ini baru menemui ajalnya sebelum sempat menyelesaikan tulisannya itu. Kini segala sesuatunya telah menjadi jelas, bila teringat kembali dg pemberian uang dan surat dari Li sam yg belum pernah ditemuinya itu, serta ulah Kho Po koan yg menyaru jadi setan diperkampungan Hui im ceng, nyata sekali kalau kesemuanya ini mempunyai hubungan yg erat sekali dg dirinya. Rasa sedih dan terkejut membuat Kho Beng termangu-mangu entah berapa lamanya. Ia merasa dirinya begitu mengenaskan dimasa lalu, betapa tidak, selama delapan belas tahun hidup tanpa mengetahui asal usul sendiri, baru sekarang segala sesuatunya menjadi jelas kembali. Teringat akan kehidupannya selama delapan belas tahun, tanpa terasa dia teringat dg ketua Sam goan bun, Sun Thian hong yg telah memeliharanya selama ini, tanpa terasa dia berpikir kembali.

   "Mengapa dia tidak memberitahukan kesemuanya ini kepadaku? Atau mungkinkah diapun turut ambil bagian dalam pembunuhan berdarah itu?"

   Dalam waktu singkat dia terbayang pula dg peristiwa yg dialami setengah tahun berselang, andaikata Thio bungkuk tidak memintakan ampun, niscaya tangan kanannya sudah kutung. Tanap sadar pemuda itu berpikir lebih jauh.

   "Hmmmm, dia tahu secara pasti bahwa aku gemar belajar silat, namun engga mewariskan kepadaku, diapun berusaha keras menghalangi niatku untuk membongkar kuburan, kalau begitu dia juga yg memaksa Thio bungkuk cianpwee untuk meninggalkan perkampungan Cui wi san ceng serta berusaha memutuskan pengharapanku untuk mengetahui asal usulku yg sebenarnya....bukankah kesemuanya membuktikan kalau dia mempunyai dendam dgku atau paling tidak terlibat peristiwa ini?"

   Berpikir sampai disitu, Kho Beng tak sanggup mengendalikan diri lagi, dg cepat dia masukkan baju berdarah, kain putih serta surat peninggalan Thio bungkuk kedalam sakunya, setelah itu memapas kutung baru nisan didepan kuburan dan meninggalkan tempat tersebut dg cepat, langsung menuju keperkampungan Cui wi san ceng.

   Siapa sangka baru saja dia siap melompat naik keatas wuwungan rumah, mendadak tampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dan berdiri dihadapannya.

   Waktu itu Kho Beng telah diliputi perasaan gusar yg membara, dalam kagetnya dg cepat dia melintangkan pedangnya didepan dada lalu mengawasi lawannya dg seksama.

   Ternyata orang itu tak lain adalah Nyoo to li yg bahunya kini dibalut kain putih.

   Sambil tertawa dingin ia segera menegur dg suara dalam.

   "Ooooh, rupanya saudara Nyoo yg menunggu kedatanganku dg membawa luka, apakah kau berniat menghalangi usahaku memasuki perkampungan ini?"

   Nyoo to li tertawa getir dan menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya.

   "Harap saudara Kho jangan salah paham, suhu sudah tahu kalau kau pasti datang kembali oleh sebab itu sengaja menitahkan kepadaku untuk menanti."

   "He...he.....he..."

   Kho Beng segera tertawa dingin.

   "Kalau tadi gurumu sudah melaksanakan siasat menyiksa diri sekarang siasat apa pula yg hendak dilakukan?"

   Padahal pemuda inipun tidak habis mengerti mengapa ketua Sam goan bun memerintahkan anak buahnya saling melukai. Terdengar Nyoo to li menghela napas panjang.

   "Aaaai...tampaknya kesalah pahamanmu sudah terlalu mendalam, sebetulnya perbuatan suhu bukan ditujukan kepadamu, dikemudian hati kau bakal mengetahui dg sendirinya."

   Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan melayang turun dari wuwungan rumah, kemudian tanpa berhenti dia melangkah masuk kedalam perkampungan.

   Kho Beng sendiripun telah mengambil keputusan untuk menjadikan Sun Thian hong, ketua dari Sam goan bun ini sebagai sasaran pertama dalam usaha penyelidikannya, oleh sebab itu diapun tidak banyak berbicara dan mengikuti dari belakang dg mulut membungkam.

   Sepanjang jalan, dg sinar mata yg tajam dia memperhatikan terus keadaan disekelilingnya, kewaspadaan ditingkatkan, dia tak ingin sampai dipecundangi musuh.

   Setibanya dihalaman keempat, dimuka rumah kediaman ciangbunjinnya, Nyoo to li berhenti dan mengetuk pintu.

   Tapi sebelum pintu sempat dibuka, Kho Beng dg sekali tendangan telah mendobrak pintu serta menyerbu masuk kedalam ruangan.

   Tampak olehnya ketua sam goan bun itu duduk bersila diatas sebuah pembaringan dg wajah serius tapi tenang, saat itu dia sedang mengawasi anak muda tersebut tanpa menunjukkan sesuatu reaksi.

   Dg langkah cepat Kho Beng memburu kehadapannya dan menempelkan ujung pedang diatas tenggorokan Sun Thian hong, setelah itu bentaknya.

   "Sun Thian hong! Aku tak ingin banyak berbicara, aku harap kau sendiri yg mengungkapkan semua peristiwa tersebut dg sejujurjujurnya...."

   Tampaknya Sun Thian hong sudah tidak memikirkan mati hidup sendiri sama sekali tidak terpengaruh oleh gertakan tersebut, malah ujarnya dg tenang.

   "Kau telah berhasil membongkar kuburan, asal usulmu juga telah menjadi jelas, apalagi yg mesti kukatakan?"

   Dg suara yg menyeramkan Kho Beng segera tertawa dingin.

   "Terlalu banyak persoalan yg tidak kupahami, jika aku bermaksud tak mengetahui sampai jelas, mungkin batok kepalamu sekaran telah berpisah dg badan."

   "Ooooh, tampaknya kau telah menganggap diriku sebagai musuh besarmu....?"

   Tegur Sun Thian hong dg tenang. Kho Beng tertawa seram.

   "Kalau tidak menganggap bajingan tua macam kau sebagai musuh besarku, memangnya aku mesti menganggapmu sebagai teman atau angkatan yg lebih tua?"

   "Kho Beng"

   Sun Thian hong segera menegur dg wajah serius.

   "Bagaimanapun juga aku telah memeliharamu selama delapan belas tahun."

   "Tapi kaupun telah membohongi aku selama delapan belas tahun"

   Tukas Kho Beng cepat.

   "Aku ingin tahu apa sebabnya kau merahasiakan asal usulku hingga sekarang?"

   Sekujur badan Sun Thian hong gemetar keras, tapi setelah menghela napas panjang, katanya.

   "Aku berniat untuk melenyapkan sebuah badai pembunuhan yg mengerikan dari dunia persilatan, ketahuilah bila balas membalas berlangsung terus, maka dunia persilatan tak akan pernah mengalami kedamaian"

   Kho Beng tertawa seram.

   "He.he.he.perkataanmu itu kedengarannya menarik hati, siapa tahu kau masih mempunyai tujuan lain? Kau kuatir Kho Beng melakukan pembalasan dendam bukan?"

   Sun thian hong tersenyum, tiba-tiba ia balik bertanya.

   "Coba pikirkan persoalan ini dg kepala dingin, bila berniat membunuhmu, bukankah hal ini lebih baik kulakukan disaat kau masih orok dulu?"

   Kho Beng tertegun sejenak, kemudian serunya.

   "Siapa tahu kau tak berani melakukannya waktu itu?"

   "Mengapa aku tak berani?"

   "He.he.he.bukankah waktu itu si Unta sakti locianpwee juga hadir disana?"

   Jengek Kho Beng sambil tertawa dingin.

   "Betul disaat mak inang pengasuhmu sampai diperkampungan, dia memang hadir pula disini."

   Sebetulnya Kho Beng hanya bermaksud melakukan penyelidikan, siapa tahu apa yg diduga ternyata benar, sambil tertawa dingin ia berkata.

   "Kau anggap si Unta sakti locianpwee akan membiarkan dirimu berbuat kejahatan dg seenaknya?"

   "Aku dapat memberitahukan kepadamu waktu itu si Unta sakti baru sembuh dari luka dalam akibat keracunan, seandainya aku berniat membunuhmu hal tersebut dapat kulakukan tanpa membuang banyak tenaga."

   Karena merasa tak mampu mengunggulinya, hawa amarah Kho Beng segera memuncak, bentaknya.

   "Sekalipun kau pandai bersilat lidah, jangan harap bisa melenyapkan kecurigaan didalam hatiku, andaikata kau tidak pernah berbuat kejahatan, mengapa pula kau paksa si Unta sakti locianpwee sehingga pergi meninggalkan tempat ini?"

   "Kau salah menduga, kepergian si bungkuk sama sekali tiada sangkut pautnya dgku."

   "Lalu ada sangkut pautnya dg siapa?"

   Sun Thian hong menghela napas panjang.

   "Aku rasa kaupun sudah tahu, dia adalah Bok sian tianglo dari Siau lim pay."

   Kontan saja Kho Beng tertawa seram.

   "Hmmmkau anggap aku adalah seorang bocah berusia tiga tahun yg gampang dibohongi?"

   "Aku hanya mengucapkan keadaan yg sesungguhnya."

   "Sesungguhnya?"

   Kembali Kho Beng membentak keras.

   "hmmmwalaupun tianglo dari Siau lim si mempunyai nama dan kedudukan terhormat, namun dia bukan ketua dari Sam goan bun, andaikata dia tidak bersekongkol dg tuan rumah sebagai tamu, apakah dia berani berbuat semena-mena? Apakah dia tak kuatir diusir?"

   Sun Thian hong menghela napas panjang.

   "Kau belum lama terjun kedalam dunia persilatan, tentu saja tidak memahami situasi dunia persilatan yg sebenarnya, ketahuilah semenjak perguruan kami kehilangan tiga jurus ilmu pedang yg paling diandalkan, selama tiga generasi ini nama kami sudah dicoret dari urutan tujuh partai besar, daya pengaruh kamipun bertambah lemah, seandainya aku tidak menjaga diri baik-baik dan mengurangi ruang gerak kami, mungkin perkampungan Cui wi san ceng sudah sejak lama tidak bisa dipertahankan lagi."

   "Kau memang tak malu menjadi seorang ciangbunjin, tak nyana kau bisa membantah dg mempergunakan kata-kata yg begitu tak bersemangat."

   Dg wajah serius Sun Thian hong berseru.

   "Biarpun aku hidup dalam kesempitan, tapi bukan berarti mau diperintah orang lain."

   "hmmm..bukannya jawabanmu ini menjadi mencle-mencle tak karuan.?"

   "Sesungguhnya kepergian sibungkuk secara tiba-tiba dikarenakan alasan lain."

   "Apa alasannya?"

   "Bok sian tianglo mendesaknya agar mengungkapkan identitasmu yg sebenarnya, tapi sibungkuk selalu menolak untuk menjawab, akhirnya peristiwa tersebut menyebabkan terjadinya pertarungan diantara mereka berdua."

   "Kau sebagai tuan rumah, mengapa tak berusaha melerai?"

   Tanya Kho Beng sambil tertawa dingin. Sun Thian hong menghela napas panjang.

   "Waktu itu tiada tempat untuk turut berbicara."

   "hmmm, jelek-jelek Sam goan bun termasuk sebuah perguruan, kalau kau membiarkan orang lain bertempur dirumahmu, apakah tidak takut hal ini akan menimbulkan tertawaan dari umat persilatan?"

   Sun Thian hong tertawa getir.

   "Siau lim pay adalah pimpinan dari tujuh partai, tulang punggung dari dunia persilatan, aku tak sanggup untuk menghadapi mereka, sedang sibungkuk orangnya tinggi hati dan keras, apalagi dalam marahnya, mana mau dia turuti nasehatku? Kecuali berpeluk tangan belaka, apapula yg bisa kuperbuat."

   "Akhirnya siapa pula yg unggul dan kalah?"

   "Sibungkuk kelewat memandang enteng musuhnya, sehingga menderita kekalahan total."

   "Menang kalah adalah satu persoalan, pergi atau tidak semestinya adalah persoalan lain."

   "aaaipanjang sekali untuk menceritakan keadaan yg sebenarnya."

   "Aku tak ingin mendengarkan cerita yg bertele-tele, harap kau membicarakan yg penting-penting saja."

   "Aku tak terbiasa berbicara seperti itu, lebih baik kau saja yg mengajukan pertanyaan dan aku menjawabnya."

   Kho Beng berpikir sebentar, kemudian katanya.

   "Kalau toh sibungkuk cianpwee hanya terlibat dalam pertarungan melawan Bok sian tianglo, apa sebabnya dia harus angkat kaki dari sini?"

   Sun Thian hong menghela napas panjang.

   "Sibungkuk tidak seharusnya terlalu yakin dg kemampuan sendiri sehingga termakan oleh siasat memanaskan hati dari Bok sian tianglo"

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Bagaimana cara Bok Sian tianglo menggunakan siasatnya?"

   "Bok sian tianglo mengusulkan agar mereka saling beradu tenaga satu kali, dia bertanya kepada sibungkuk apakah berani bertaruh sebelum bertarung, sibungkuk yg tinggi hati tentu saja menerima tantangan tersebut."

   "Apa yg mereka pertaruhkan."

   Setelah menghela napas panjang dg suara dalam Sun Thian hong berkata.

   "Pihak yg kalah harus melaksanakan dua permintaan dari pihak yg unggul, aaaisungguh tak disangka sembilan bagian tenaga pukulan Kim khong khi dari sibungkuk ternyata kalah ditangan sepuluh bagian Bu sian singkanng dari Bok sian taysu."

   "Setelah kemenangan diraih oleh Bok sian taysu, apa yg mesti dilaksanakan oleh sibungkuk?"

   Tanya Kho Beng tegang.

   "Pertama sibungkuk harus mengatakan asal usulmu."

   "Apakah sibungkuk cianpwee telah mengatakannya?"

   Tanya pemuda itu tegang. Sun Thian hong manggut-manggut.

   "Selama hidup sibungkuk enggan mengingkari janji, setelah dia berada dipihak yg kalah, tentu saja apa yg dijanjikan harus dipenuhi olehnya."

   Kho Beng menekan perasaan hatinya, segera sambungnya.

   "apa yg harus dilakukan kemudian?"

   "Bok sian taysu bertanya kepada sibungkuk, apakah kau sudah memahami asal usulnya, sibungkuk menjawab hal tersebut belum sempat dijelaskan kepadamu, maka Bok sian taysu pun minta kepada sibungkuk untuk meninggalkan dirimu serta tidak bertemu lagi dgmu untuk selamanya, bahkan pula minta jaminannya."

   "Menurut pendapatmu, sibungkuk terpojok sehingga dia penuhi semua permintaannya?"

   "Itupun tidak ."

   "Apakah sibungkuk telah merahasiakan sebagian dari asal usulku?"

   Tanya Kho Beng tertegun.

   "Sibungkuk tidak merahasiakan apa-apa, tapi ada hal telah dilakukan secara jitu."

   "Bagaimana jitunya?"

   Kedua hal tersebut tidak dijawab oleh sibungkuk dg perkataan melainkan dg tindakan, terhadap pertanyaan Bok sian taysu yg pertama sibungkuk hanya menyerahkan sebuah panji Hui im ki leng kepadanya sambil berkata kepada pendeta tersebut.

   "Apa yg ditanyakan taysu semuanya berada disini."

   Selesai berkata diapun tidak memberi penjelasan lagi."

   "Apa itu panji hui im ki leng?"

   Tanya Kho Beng dg wajah tertegun.

   "Panji Hui im ki leng adalah salah satu benda yg ditinggalkan mak inang untuk mu, yakni tanda pengenal ayahmu dimasa jaya dulu. Tapi berhubung sibungkuk yakin Bok Sian tianglo belum tahu tentang siasat yg telah dilakukan pelayan keluargamu dg menukar kalian putra putrinya, maka meskipun dia hanya mengeluarkan panji tersebut sebagai jawaban, Bok sian taysu sama sekali tidak menaruh curiga."

   "Jadi menurut pendapatmu, Bok sian taysu sama sekali tidak mencurigai diriku sebagai putra dari Hui im cengcu?"

   "Tentu saja, orang yg mengetahui isi surat wasiat peninggalan pengasuhmu selain aku dan sibungkuk tiada orang ketiga yg mengetahuinya. Padahal menurut apa yg diketahui khalayak ramai, hanya empat orang yg berhasil lolos dari perkampungan Hui im ceng ketika itu, yakni mak inangmu, Kho Po koan serta putra putrinya. Waktu itu Bok sian taysu hanya mencurigai dirimu sabagai putra dari pelayan setia perkampungan Hui im ceng, tentu saja dia tidak menyangka kalian telah ditukar dan orang lain telah menggantikan dirimu untuk menerima maut."

   Setelah berhenti sejenak, dia berkata lagi lebih jauh.

   "Untuk memenuhi perintah kedua dari Bok Sian taysu, sibungkuk telah putar otak selama dua hari semalam, sebelum berhasil menemukan suatu siasat yg sempurna untuk mengatasinya."

   "Maksudmu siasat sibungkuk cianpwee yg menyiapkan kuburan untuk dirinya sendiri?"

   "Benar, membuat kuburan untuk diri sendiri adalah sebagai jaminan kepada Bok sian taysu bahwa dia akan mentaati janjinya, tapi dia justru memasukkan semua benda yg kau butuhkan kedalam peti mati tersebut dg harapan kau bisa menemukannya sendiri, dg begitu diapun tidak sampai mengingkari janjinya dg dirimu."

   "Kalau toh kau telah mengetahui semua periapannya ini, mengapa hal tersebut tidak kau jelaskan padaku sejak pertemuan kita yg pertama..?"

   Tanya Kho Beng sambil berkerut kening.

   Sun Thian hong kembali menghela napas panjang "Disinilah letak kemulyaa hati sibungkuk, dia sadar kekuatan Sam goan bun sangat minim, dia tak ingin menyeret diriku terlibat pula dalam pertikaian tersebut, karenanya dia tidak menyuruh aku yg menyampaikan pesannya kepadamu, tapi menyuruh sikoki Oh gemuk.

   Padahal sewaktu kau pergi mencari si Oh gemuk, aku telah mengetahui semua gerak gerikmu secara jelas, Cuma saja aku tetap berlagak pilon."

   Kho Beng tertawa dingin.

   "Hmmm..tampaknya selain memikirkan keselamatan dari perguruan Sam goan bun, kau sama sekali tidak menaruh niat jahat terhadapku?"

   "Kalau toh kau sudah memahami perasaanku, tariklah kembali pedangmu itu?"

   Kho Beng mendengus dingin.

   "Seandainya kau benar-benar tidak berniat jahat, mengapa pula kau menghalangi niatku untuk membongkar kuburan?"

   "aku sengaja menghalangi niatmu karena aku sedang berusaha melindungi keselamatan jiwamu, kalau diriku saja tak mampu kau hadapi, setelah mengetahui asal usulmu sendiri, bukankah hal tersebut bukannya menguntungkan malah merugikan?"

   Sekali lagi Kho beng mendengus.

   "Tapi dilihat dari sikapmu memaksa aku turun tangan, rasanya bukan Cuma bermaksud mencoba saja."

   Sun Thian hong menghela napas panjang.

   "Benar, sebelum pergi dari sini Bok sian taysu telah berpesan kepadaku agar mengawasi gerak gerikmu, diapun memperingatkan kepadaku, bila aku berani membongkar rahasia kuburan kosong itu, berarti aku hendak memusuhinya. Sebagai orang yg tetap berada diluar garis tentu saja aku mesti berusaha untuk memberikan pertanggung jawaban kepada Bok sian taysu agar dia tidak menaruh curiga."

   "Waah, kalau begitu kau adalah seorang manusia plin plan yg berpihak sana sini?"

   Jengek Kho Beng sambil tertawa dingin.

   "Aku bukan manusia tak tahu malu, bukankah sudah kau saksikan sendiri persiapan yg kulakukan? Siasat menyiksa diri yg kulakukan dg menyuruh anak muridku saling menusuk tak lain merupakan sebagai usahaku memberikan pertanggungan jawab kepada Siau lim pay.

   "Kau mesti memaklumi keadaanku sekarang, aku hanya bisa menandingimu secara sungguh-sungguh, jika tidak bagaimana mungkin orang lain mau percaya? Apalagi dg sikapku ini justru mendatangkan manfaat dan keuntungan bagimu."

   Sampai disini, Kho Beng baru memahami secara jelas semua kejadian yg sesungguhnya. Pelan-pelan dia menarik kembali pedangnya, tapi rasa curiganya terhadap Sun Thian hong belum hilang sama sekali, katanya lagi dingin.

   "Moga-moga saja sehala sesuatunya hanya merupakan kecurigaanku sendiri. Kalau toh hanya ciangbunjin dan sibungkuk cianpwee yg mengetahui asal usulku, darimana tianglo dari Siau lim si itu bisa memperoleh kabar tentang diriku? Dan lagi mengetahui juga hubungan sibungkuk dgku?"

   Sampai saat inilah ketua Sam goan bun baru dapat menghembuskan napas panjang, mendengar pertanyaan itu dia segera menjawab.

   "Dalam soal ini aku sendiripun merasa heran, yg lebih aneh lagi darimana Bok sian taysu bisa menduga kalau kau adalah anak murid sibungkuk...?"

   "Ketika mendengar perkataan tersebut, Kho Beng jadi sangat terperanjat, segera pikirnya.

   "Sewaktu berada diperkampungan Hui im san ceng, pernah kuungkapkan kalau guruku adalah Unta sakti berpunggung baja, jangan-jangan mereka berdua yg menyampaikan kabar ini kepada Siau lim si?"

   Ia lantas teringat kembali dg peristiwa lama, dimana sipedang tanpa bayangan serta sastrawan berkipas kemala telah melakukan penyelidikan keperkampungan Hui im san ceng ditengah malam.

   Lalu teringat pula lenyapnya lencana Siong im giok leng milik Kho Po koan dan hilangnya kitab pusaka yg disimpan Bu wi lojin, bukankah kesemuanya ini menunjukkan kalau sipedang tanpa bayangan serta sastrawan berkipas kemala amat mencurigakan? Diam-diam ia menghentakkan kakinya sambil tertawa getir, mimpipun tak pernah disangka bahwa akhirnya dia bahkan siap menjual nyawa untuk mereka.

   Berpikir sampai disitu, dia baru sadar bahwa kecurigaannya terhadap Sun Thian hong sebenarnya tidak beralasan, maka dg wajah bersungguh-sungguh katanya.

   "Terima kasih banyak atas penjelasan ciangbunjin pada malam ini, budi kebaikanmu pasti akan kubalas dikemudian hari, aku hanya berharap, disaat Kho Beng melakukan pembalasan dendam nanti, harap ciangbunjin tidak melibatkan diri dalam pertikaian itu. Sun Thian hong menghela napas panjang.

   "membangun suatu perguruan adalah sulit, aku sadar kalau tak punya harapan lagi untuk membangun perguruanku lebih besar, oleh sebab itu harapanku sekarang tinggal mencari pewaris buat jabatanku ini, buat apa aku melibatkan diri dalam pertikaian seperti ini?"

   "Ciangbunjin, dapatkah kau jelaskan siapa-siapa saja yg terlibat dalam penyerbuan dan penumpasan terhadap Hui im ceng pada masa itu?"

   Sun Thian hong menggelengkan kepalanya.

   "Sejak aku menjabat sebagai ketua sam goan bun hingga kini kami tak pernah tinggalkan pintu perguruan baran selangkah pun, terhadap musibah yg menimpa gedung kalianpun hanya kudengar beritanya saja. Tapi yg pasti musuhmu sangat banyak dan mencakup banyak dan mencakup banyak perguruan kenamaan, kalau menurut nasehatku bertindaklah dg hati-hati dan tak usah gegabah, apalagi kau sudah tahu kalau Siau lim si terlibat didalamnya, tak salah jika kau lakukan penyelidikan lewat situ, aku yakin tak sulit bagimu untuk mengetahui duduk persoalan yg sebenarnya."

   Dg jawaban tersebut, sama artinya dia menolak untuk memberi jawaban.

   Dari perkataan tersebut, Kho Beng segera memahami maksudnya, dia mengerti bahwa Siau lim si mempunyai daya pengaruh yg besar dan kuat, rasanya sulit untuk mencari urusan dg mereka, ini berarti lebih baik mencari sasaran lain yg lebih lemah untuk melakukan penyelidikan tersebut.

   Tiba-tiba ia teringat kembali dg sastrawan berkipas kemala, bukankah orang ini merupakan satu-satunya titik terang yg bisa digunakan sebagai langkah pertama penyelidikannya? Berpikir sampai disitu, cepat-cepat dia menjura seraya berkata.

   "Kalau memang ciangbunjin merasa keberatan, akupun tak akan memaksa lebih jauh tapi dapatkah kau memberi petunjuk dimanakah alamat seseorang?"

   "Coba kau sebutkan namanya?"

   "Apakah ciangbunjin mengetahui seseorang yg bernama Sastrawan berkipas kemala?"

   Sun Thian hong segera manggut-manggut.

   "Sastrawan berkipas kemala Beng Yu berdiam di Hway sang, tak ada salahnya kau mencari tahu disekitar kota Yang ciu, mungkin alamatnya segera akan kau temukan."

   "Terima kasih atas pemberitahuanmu dan akupun hendak mohon diri lebih dulu."

   Kata Kho Beng seraya menjura. Dg cepat dia membalikkan badan dan siap beranjak pergi dari situ. Tiba-tiba terdengar Sun Thian hong berkata.

   "Aku tak bisa memberi apa-apa kepadamu, hanya kudoakan semoga kalian kakak beradik dapat segera berkumpul kembali dan membangun perkampungan Hui im san ceng seperti dahulu."

   Kho Beng sudah hampir melangkah kelar dari pintu ketika mendengar perkataan tersebut, dg cepat dia menghentikan langkahnya, sementara perasaan hatinya bergetar keras.

   Apakah ada sesuatu yg tak beres dg perkataan dari Sun Thian hong itu? Tidak! Tapi kata "Semoga kalian kakak beradik dapat segera berkumpul kembali"

   Membuat Kho Beng teringat kembali dg kedele maut, terutama sekuntum bunga putih yg menghiasi sanggulnya.

   Bukankah bunga putih tersebut mirip sekali dg bunga putih yg dipesankan ayahnya dulu? "Bunga serunai putih menghiasi sanggul, siang malam empat musim tak pernah berubah"

   Benarkah kedele maut yg menggemparkan dunia persilatan selama ini sesungguhnya adalah kakak perepuannya? Penemuan yg mendadak dan sama sekali tak terduga ini segera membuat Kho beng terperanjat dan gemetar keras saking emosinya.

   Dg suatu gerakan cepat pemuda itu berpaling kearah Sun Thian hong, kemudian serunya.

   "Ciangbunjin, apakah kabar tentang kedele maut yg kusampaikan kepadamu pagi telah kau sebarkan luaskan?"

   Ketika melihat perubahan diatas wajah Kho Beng, diam-diam Sun Thian hong ikut terkejut, berbicara sesungguhnya ia merasa tak sanggup menghadapi pemuda ini. Karenanya cepat-cepat dia menjawab.

   "Sesudah kau meninggalkan diriku tadi, berita tersebut segera kusebar luaskan dg mengutus beberapa orang muridku."

   Dg wajah berubah hebat Kho Beng segera membentak.

   "Harap ciangbunjin segera menarik kembali berita tersebut."

   Sun Thian hong menjadi tertegun, dg keheranan ia segera bertanya.

   "Apakah ada sesuatu yg tak beres?"

   Tentu saja Kho Beng tak ingin menjelaskan kalau kedele maut sebetulnya adalah enci kandungnya dg keras dia membentak lagi.

   "Tidak ada yg tak beres! Aku hanya menyuruh kau menarik kembali berita tersebut secepatnya."

   Sun thian hong mulai tak tahan dg sikap kasar itu, dg suara dalam dia berkata pula.

   "Kho Beng, berita tersebut telah kusebarkan kemana-mana, bahkan kujelaskan pula kalau orang yg berhasil menemukan raut wajah kedele maut adalah kau. Begitu hal tersebut merupakan suatu pahala besar. Dg begitu bukan saja pihak Siau limsi akan mengurangi sikap tegangnya dg dirimu, seluruh umat persilatan pun akan mengetahui jasa mu terhadap dunia persilatan. Ini berarti akan mempersulit juga niat Siau lim pay untuk menyusahkan dirimu, masa dalam hal inipun kau menaruh curiga kepadaku?"

   Dg perasaan tak sabar Kho Beng berkata.

   "Aku tidak butuh segala macam jasa atau pahala, kau tak usah ribut lagi, cepat kirim orang untuk menghentikan penyebaran berita tersebut, selain itu akupun minta kepadamu untuk menarik kembali segenap anggota Sam goan bun yg ditugaskan mengawasi kedele maut, apakah kau sanggup melaksanakan hal tersebut?"

   Mendengar perkataan ini, Sun Thian hong menjadi tertegun.

   Tapi bagaimanapun juga jahe makin tua makin pedas, setelah embayangkan kembali gambaran tentang kedele maut yg didengarnya dari Kho Beng pagi tadi, kemudian menyaksikan sikap tegang dari pemuda tersebut, jago tua tersebut segera dapat menduga apa yg teradi.

   Tapi berhubung Kho Beng enggan menjelaskan, Sun Thian hong pun tak ingin membongkarnya pula, dg nada yg sangat tenang dia berkata.

   "Kalau toh kau tak ingin kulakukan hal tersebut, tentu saja akan kuturuti kehendakmu itu, Cuma aku kuatir sudah tak sempat lagi."

   "Kenapa tak sempat?"

   Seru Kho Beng sambil melotot.

   "Aku telah mengutus tiga orang yg terbagi dalam tiga jurusan untuk menyampaikan berita tersebut, dua jurusan menuju ke bu Tong pay dan Siau lim pay, tapi karena perjalanan yg jauh mungkin juga mereka masih bisa dicegah kembali, tapi yg menuju kearah Tong ting oh justru paling sukar dikejar sebab jaraknya dekat sekali, hanya dua ratus li. Sekalipun dikejar belum tentu dapat disusul. Kho Beng menjadi sangat gelisah, setelah berpikir sejenak buruburu katanya.

   "Kalau begitu harap ciangbunjin segera mengirim orang untuk memanggil pulang utusanmu yg pergi ke Bu Tong pay dan Siau lim pay, sedang aku akan mengejar kearah Tong ting oh."

   Tanpa membuang waktu lagi dia segera melompat keluar dari pintu dan secepat kilat menuruni bukit.

   Fajar telah menyingsing.

   Sudah semalam suntuk Kho Beng menempuh perjalanan cepat tanpa beristirahat, dia tak ingin kakak kandungnya terancam bahaya gara-gara perbuatannya.

   Maka tanpa mengenal lelah, dia menempuh perjalanan terus tanpa berhenti, begitu tiba dikota dia membeli ransum dan dua ekor kuda, kemudian meneruskan pengejaran kearah telaga Tong ting.

   Tapi setelah melakukan pengejaran seharian, tiba-tiba pemuda itu jadi tertegun, rupanya karena begitu tergesa-gesa menempuh perjalanan dia telah lupa untuk menanyakan siapa yg membawa berita untuk wilayah Tong ting oh dan kemanakah dia mesti menemukan orang tersebut? Namun nasi sudah jadi bubur, sekalipun kesal dan murung Kho Beng tak bisa berbuat apa-apa.

   Untung saja dia cukup kenal dg setiap anggota Sam goan bun, asalkan sebelum orang itu tiba ditelaga Tong ting, dia yakin orang tersebut pasti dikenalinya.

   Namun pemuda tersebut lupa akan satu hal, jika dia mampu melakukan perjalanan cepat, apakah orang lain pun tak mampu melakukan hal yg sama? Apalagi sebelum dia mulai melakukan pengejaran, orang itu sudah menempuh perjalanan sejauh seratus li lebih, betapapun cepatnya pengejaran yg dilakukan mana mungkin bisa menyusul orang tersebut? Sambil mengayunkan cambuknya, Kho Beng melarikan kudanya cepat-cepat, satiap kali satu jam lewat, dia segera menukar kudanya dg kuda yg lebih segar.

   Begitu seterusnya sehingga menjelang senja, telaha Tong ting sudah nampah dikejauhan sana.

   Dalam waktu sehari dia telah menempuh perjalanan sejauh dua ratus li, jarak tersebut boleh dibilang cukup cepat, tapi Kho Beng tetap merasa kesal dan kecewa.

   Sebab sepanjang jalan dia sudah memasang mata baik-baik, namun tak seorangpun anggota sam goan bun yg ditemukan.

   Keadaan sudah semakin jelas, biarpun dia telah berusaha melakukan pengejaran, namn hasilnya dia masih tetap ketinggalan satu langkah.

   Tiba ditepi telaga Tong ting, kedua ekor kudanya sudah mandi peluh dan berbuih dari mulutnya, begitu lemas kedua ekor binatang tersebut sehingga boleh dibilang tak berkekuatan lagi untuk meneruskan perjalanan.

   Demikian pula dg Kho Beng sendiri, seluruh tubuhnya sudah basah kuyup oleh keringat, napasnya tersengal sengal dan matanya terasa berat sekali.

   Biarpun pemandangan alam disekelilingnya tampak indah dibulan ketiga ini, Kho Beng sama sekali tak berminat untuk menikmatinya, sambil mementangkan matanya yg berat dan penat, ia memperhatikan sekeliling tempat itu penuh rasa tegang dan panik.

   "Apa yg harus kulakukan sekarang?"

   Sambil termangu mangu dia mengawasi kedua ekor kudanya yg tergeletak ditepi jalan itu tanpa berkedip.

   Pertama-tama dia harus dapat menduga lebih dulu kemanakah tujuan berita yg dikirim ketua Sam goan bun untuk wilayah telaga Tong ting itu? Bila hal ini tak dapat terpecahkan, maka sekalipun dia panik dan bingung pun tak ada gunanya.

   Dalam keadaan begini, terpaksa Kho Beng harus beristirahat sejenak, dia ingin menggunakan kesempatan tersebut untuk menenangkan kembali pikirannya serta berusaha untuk mencari jalan guna mengatasi persoalan ini.

   Pada saat itulah, tiba-tiba ia mendengar ada suara langkah manusia berhenti disisi tubuhnya, menyusul kemudian terdengar seseorang menyapa.

   "Hey sobat, kalau kulihat tubuhmu basah oleh keringat dan kudamu tergeletak kepayahan ditepi jalan, apakah ada suatu berita penting yg hendak kau sampaikan kemari?"

   Dg perasaan tertegun, cepat-cepat Kho Beng membuka matanya kembali, terlihatlah tiga otang telah berdiri dihadapannya.

   Ketiga orang itu rata-rata berusia tiga puluh tahunan, bertubuh kekar berwajah keren dan berbaju ringkas berwarna kuning, sebuah ruyung emas bersinar kekuningan memancar ari pinggangnya.

   Saat itu mereka dg keenam sorot matanya sedang mengawasi Kho Beng tanpa berkedip, bila dilihat dari wajahnya yg gelisah seakan-akan mereka ingin mengetahui sesuatu dg cepat.

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dalam lelahnya Kho Beng merasa pikirannya agak bebal melihat keadaan tersebut, dia segera berseru.

   "Apakah kalian bertiga sedang bertanya kepadaku?"

   Melihat hal ini lelaki yg berada ditengah itu segera tertawa terbahak bahak"

   "Haha.ha.walaupun kita tak pernah bersua, umat persilatan kan bersumber satu, apalagi setelah kami saksikan wajahmu gelisah bercampur panik, itulah sebabnya secara gegabah kami telah menegur anda untuk itu harap anda jangan marah atas kecerobohan kami bertiga ini."

   Setelah mendengar perkataan tersebut, pikiran Kho Beng jga menjadi sadar, setelah berpikir sejenak ia segera menjadi paham kembali. Karenanya dg sikap tegang Kho Beng segera menjawab.

   "Benar aku memang membawa berita penting, tapi bolehkan aku tahu siapa nama anda bertiga?"

   Lelaki ditengah itu segera tertawa terbahak-bahak.

   "Ha.ha.ha.siaute adalah Kim Han bersama Liat dan Kim Yog disebut orang sebagai Kim kong sam pian(tiga ruyung raksaa), tapi orang diwilayah Sam siang memanggil kami Kim toa, Kim ji dan Kim sam, boleh aku tahu siapa nama anda?"

   Kim lotoa mempunyai suara yg lantang sedang ketiga bersaudara itu sama-sama mempunyai perawakan tubuh yg tingi besar seperti raksasa, memang sesuai sekali dg nama julukannya. Sebelum tersenyum, Kho Beng segera menjura, katanya.

   "Oooh, rupanya tiga pendekar dari keluarga Kim, selamat bersua, selamat bersua, siaute Kho Beng. Begitu namanya disebutkan, paras muka tiga bersaudara dari keluarga Kim ini segera berubah hebat, tubuh mereka bergetar keras dan keenam buah mata mereka bersama mengawasi wajah Kho Beng tanpa berkedip. Selang beberapa saat kemudian Kim lotoa baru menjura lagi seraya berkata dg sikap sangat menghormat.

   "Oooh, rupanya anda adalah Kho sauhiap, sejak masih berada dikota Gak yang tadi, siaute sudah mendengar tentang nama besar anda yg dikirim dari bukit Kun san, sungguh tak disangka baru saja namanya terdengar, orangnya sudah tiba, beruntung sekali kami tiga bersaudara dapat bertemu dgmu secepat ini."

   Berbicara sampai disini, dia segera berpaling kekiri kanan sambil membentak.

   "Loji, losam mengapa kalian tidak segera maju untuk memberi hormat kepada Kho siauhiap? Mari kita pergunakan kesempatan ini untuk bersahabat lebih akrab dgnya."

   Kho Beng sangat terkejut setelah mendengar perkataan yg penuh sanjungan itu, buru-buru dia membalas hormat Kim lotoa sambil cegahnya.

   "Kalian tiga bersaudara tak usah banyak adat..."

   Tapi kim loji dan Kim losam telah keburu maju kemuka dan menjura seraya berkata.

   "Kho siauhiap tak usah merendah, kami bertiga bisa berkenalan dulu dg siauhiap jauh sebelum umat persilatan lain mengenalimu, boleh dibilang hal ini merupakan suatu keberuntungan dan kehormatan bagi kami."

   Terpaksa Kho Beng membalas hormat sekali lagi, kemudian dg berlagak keheranan dia berseru.

   "Kita belum pernah bersua, lagipula aku tak pernah berjasa apaapa, mengapa kalian bertiga menaruh sikap begitu hormat kepadaku?"

   Kim loji segera tertawa terbahak-bahak.

   "Ha...ha...ha...sekalipun orang pandai segan menunjukkan kepandaiannya, namun sikap saudara Kho kelewat merendah, dalam setengah tahun terakhir ini, ulah si kedele maut sudah cukup menggetarkan seluruh dunia persilatan dan membuat hati orang tak pernah tenang, tapi hanya saudara seorang yg berhasil menyelidiki iblis tersebut serta menyingkap wajah aslinya. Jasamu besar sekali dan namamu telah menggetarkan selurh dunia persilatan, bukan hanya kami tiga bersaudara yg menaruh perasaan kagum kepadamu, aku percaya setiap umat persilatan akan menyanjung serta menghormatimu..."

   Sesungguhnya perkataan ini sangat memabukkan dan bisa membuat seseorang dalam alam nirwana, tapi bagi Kho Beng, ucapan tersebut seperti guntur membelah bumi disiang hari bolong, seketika membuat hatinya tercekat dan senyumannya menjadi getir.

   Kenyataan membuktikan bahwa apa yg dikuatirkan selama ini memang nyata terbukti, anggota Sam goan bun yg ditugaskan menyampaikan berita tersebut telah tiba lebih dulu guna menyebar luaskan berita itu kemana-mana.

   Ini berarti gerak gerik encinya dikemudian hari akan memperoleh hambatan yg sangat besar, malah bisa jadi jiwanya akan terancam bahaya maut.

   Sekalipun perasaan Kho Beng saat ini sangat gelisah, namun perasaan tersebut tidak sampai diperlihatkan diwajahnya, sambil tertawa paksa segera ujarnya.

   "Jihiap terlalu memuji diriku, padahal kejadian tersebut hanya kuketahui secara kebetulan, jadi bukan atas dasar kemampuan sendiri, urusan sekecil ini tidak sepantasnya disanjung sanjung."

   Kim Lotoa dan Kim loji telah angkat bicara, maka Kim losam pun tak tahan ikut menyanjung pula.

   "Ha...ha....ha...saudara benar-benar kelewat merendah, padahal pihak Siau lim si telah menyiapkan Budha emas, pihak Bu Tong pay menyiapkan panji kebesaran, semuanya itu dihadiahkan bagi para pendekar yg berjasa. Siapa sih yg tak ingin memperoleh penghormatan seperti ini? Dan sekarang anda telah mendapat penghormatan itu, apakah hal ini tak pantas disanjung? Ha...ha....ha...."

   "Tapi siaute sama sekali tidak berharap mendapatkan panji emas atau perak, aku tidak mengharapkan apa-apa."

   Kim Lotoa jadi termangu, kemudian serunya keheranan.

   "Harap anda jangan salah mengerti, Budha emas dan panji perak bukan saja menjadi lambang penghormatan umat persilatan kepadanya, juga menjadi lambang rasa hormat dan kagum tujuh partai besar kepadanya. Dg membawa Buddha emas panji perak tersebut, kemanapun anda hendak pergi disitulah segala sesuatu akan tersedia bagimu, bila menghadapi kesulitan macam apapun dg memperlihatkan kedua macam benda itu, maka semua kesulitan akan hilang dg sendirinya, kami tiga bersaudara berharap bisa mendapatkannya pun tak punya kesempatan, masa kau malah menolak pemberian itu."

   Sekarang Kho Beng baru tahu, rupanya hal tersebut bisa mendatangkan penghormatan sedemikian tinginya, tak heran kalau ketua Sam goan bun menyebutnya sebagai suatu pahala besar dan umat persilatan banyak yg rela mempertaruhkan jiwa raga untuk mendapatkannya.

   Tapi apa yg bisa diperolehnya sekarang? Sekalipun ingin mendapatkannya pun belum tentu mampu diterimanya.

   Rasa masgul dan kesal yg menyelimuti perasaan hatinya sekarang sungguh tak terlukiskan dg kata-kata, cepat-cepat dia mengalihkan pembicaraan tersebut kesoal lain, katanya.

   "Sudah setengah harian lamanya kita berbicara, tapi hampir saja melupakan suatu persoalan penting, boleh aku tahu saat ini anggota Sam goan bun yg bertugas menyampaikan berita itu berada dimana?"

   "Sebenarnya siauhiap telah membawa berita apa lagi?"

   Kim lotoa segera bertanya dg perasaan tegang. Kho Beng segera menggeleng.

   "Dijalanan banyak telinga dan mata, tak baik kita bicara ditempat semacam ini."

   Kim loji segera manggut-manggut.

   "Ya betul! Bagaimana kalau kita pergi kerumah makan Ui hok lu didepan sana..."

   Kho Beng jadi tertegun.

   "apakah Ui hok lo bukan tempat umum yg lebih terbuka dg aneka macam manusia? Mau apa kita kesana?"

   Kim Losam tersenyum.

   "Tampaknya Kho Siauhiap masih belum tahu tentang duduk persoalan yg sebenarnya, kini segenap umat persilatan yg sedang mencari jejak iblis tersebut telah berkumpul semua ditelaga Tong ting ini dg mengangkat Liong kiong siancu Kiong Ceng san loya cu dari Kan san sebagai pimpinan sambil melanjutkan usahanya mencari jejak iblis tersebut. Hari ini sudah mencapai hari ketiga, kiong tayhiap sengaja menjadi tuan rumah borong rumah makan Ui hok lo tersebut, selain untuk menjadi tuan rumah yg baik hingga bisa menjamu sesama rekan persilatan dg sebaik-baiknya, disamping itu juga bisa digunakan sebagai tempat bertukar pendapat, kami justru sedang mendapat tugas untuk menerima tamu sebelum bertemu dg siauhiap secara kebetulan tadi."

   Dg perasaan terperanjat buru-buru Kho Beng berseru.

   "Jadi semua rekan persilatan telah berkumpul diwilayah ini, apakah kalian telah menemukan sesuatu."

   Kim Lotoa menghela napas panjang, katanya.

   "Lima hari berselang, Tui hun jit kiau(tujuh keahlian pengejar nyawa) Cia tayhiap telah menemui ajalnya dikota Gak yang, oleh sebab itu Siau lim tianglo yg bertanggung jawab dalam soal ini segera menurunkan perintah agar segenap umat persilatan berkumpul disekitar telaga Tong ting dan kota Gak yang sembari melakukan pengepungan, dg cara demikian diharapkan si kedele maut segera akan unjukkan diri, sehingga berita yg anda kirim boleh dibilang tiba tepat pada saatnya, nah silahkan."

   Kho Beng semakin gelisah lagi setelah mendengar perkataan itu, dia tak mengira kalau peristiwa tersebut akan berkembang sampai begini, tak heran kalau ketua Sam goan bun mengirim utusan khusus ke telaga Tong ting.

   


Pusaka Pedang Embun -- Sin Liong Naga Kemala Putih -- Gu Long Misteri Kapal Layar Pancawarna -- Gu Long

Cari Blog Ini