Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 5


Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 5



Kedele Maut Karya dari Khu Lung

   

   "Berhenti!"

   Secepat anak panah yg terlepas dari busurnya dia melesat maju kedepan, begitu melampaui Kho Beng, ia segera menghadang jalan perginya dg pedang disilangkan didepan dada.

   Kho Beng sendiripun agak mendongkol, setelah mundur berapa langkah, serunya dg suara melengking.

   "Tosu setan, aku toh sedang memberi keterangan sejelasnya, apakah kau betul-betul sudah bosan hidup?"

   "Iblis keji!"

   Hardik Leng hun totiang.

   "Kau jangan memfitnah ketua kami sebagai temanmu, kapan sih ciangbunjin kami mengikat perjanjian gelap dgmu?"

   Sebagaimana diketahui, Kho Beng memang Cuma berbicara semaunya senciri, maka sambil tertawa terkekeh-kekeh serunya lagi.

   "Mengapa tidak kau tanyakan sendiri kepada ketuamu?"

   Leng hun totiang segera tertawa dingin.

   "Hehehesudah tiga orang rekan kami yg tewas oleh Kedele Maut mu, aku yakin bohongmu kali ini kalau bukan bermaksud mengadu domba, pasti mempunyai maksud busuk lainnya. Bila kau tak dapat memberikan bantahan yg jelas hari ini, rasanya tak mungkin bisa membersihkan tuduhanmu tersebut."

   Leng hun totiang termasuk seorang pendeta yg sangat mengutamakan nama baik perguruannya, ia kuatir tuduhan Kho Beng tersebut sampai tersebar luas diluaran hingga menimbulkan kecurigaan pihak lain.

   Karenanya begitu selesai berkata, pedangnya sekali lagi melancarkan tusukan kilat ketubuh Kho Beng, hanya kali ini dia telah melipat gandakan kekuatannya.

   Kho Beng sendiripun tidak begitu jelas mengetahui seberapa banyak korban yg sudah tewas ditangan cicinya, tentu saja dia pun tidak tahu siapa saja yg telah menjadi korban.

   Karenanya ia menjadi tertegun sehabis mendengar perkataan tadi, ia tahu perkataannya bukan saja gagal melunakkan sikap lawan malah sebaliknya mengobarkan kembali perasaan dendam sakit hatinya.

   Dalam keadaan demikian, ia mengerti kalau suatu pertarungan tak bisa dihindari lagi.

   Cepat-cepat senjata payungnya dipersiapkan, kemudian secara beruntun balas menotok ketujuh jalan darah penting ditubuh Leng hun totiang, jengeknya sambil tertawa dingin.

   "Yang telah mampus toh sudah mampus, justru karena katua kalian menyayangi kalian anggotanya yg masih hidup, maka perjanjian tersebut dibuatnya dg ku, tapi sekarang kau bakal menjadi sukma keempat yg bakal melayang ditanganku."

   Untuk tetap mempertahankan pemornya Kedele Maut, terpaksa ia mesti mengucapkan kata-kata yg pedas. Hawa amarah Leng hun totiang semakin memuncak, ia membentak nyaring.

   "Ngaco belo!"

   Serangan pedangnya semakin diperketat, diantara ayunan pedangnya sedapat mungkin ia mengancam bagian-bagian mematikan ditubuh Kho Beng.

   Dalam waktu singkat, cahaya pelangi yg menyilaukan mata telah mengurung Kho Beng dibawah lapisan bayangan pedang.

   Kho Beng dipaksa untuk menghindar kesana kemari untuk menyelamatkan diri, ditambah pula senjatanya tak sesuai dg kebiasaannya, maka sulit baginya untuk melancarkan serangan balasan, hal ini masih ditambah pula dg kekuatirannya bila sampai melukai lawan, karenanya ilmu pedang Lingsui jit si pun tak berani digunakan.

   Akibatnya secara lambat laun ia makin terjerumus kedalam kepungan musuh dan kerepotan untuk menghadapinya.

   Perasaan gelisah membuatnya makin tegang, apalagi permainan pedang Leng hun totiang yg makin lama makin gencar, dimana pancaran hawa serangannya begitu hebat dan jauh diluar perhitungannya, semua itu membuatnya makin terpojok.

   Kho Beng mulai sadar, bila ia tidak segera melancarkan serangan balasan, akhirnya dia sendiri yg akan terluka diujung senjata lawan.

   Sementara itu Leng hun totiang sedang mengeluarkan jurus "Im yang ji hun"

   Atau "Im yang dipisahkan dua"

   Dimana cahaya pedang yg terwujud dalam dua bias sinar mengancam kedua iga Kho Beng, lapisan cahaya serangan tersebut membuatnya susah untuk membedakan manakah yg kenyataan dan mana yg tipuan.

   Sambil menggertak gigi keras-keras Kho Beng segera membentak nyaring, telapak tangan kirinya diputar kemudian didorongnya kemuka dg pancaran tenaga serangan yg sangat hebat.Berbicara soal tenaga dalam, Kho Beng menggembol tenaga murni Bu wi lojin sebesar empat puluh tahun hasil latihan, tentu saja serangannya itu benar-benar mengerikan hati.

   Leng hun totiang kelihatan agak terkejut, pergelangan tangannya segera diayunkan kebawah dan merubah jurus serangannya menjadi gerakan "bayangan hitam pelangi terbang"

   Untuk menyambar pinggang Kho Beng.

   Kecepatannya didalam merubah jurus selincah ular berbisa, keganasannya serupa angin puyuh yg menyapu dedaunan, tapi sayang Kho Beng sudah mempersiapkan diri dg sebaik-baiknya.

   Sekali lagi ia membentak nyaring, dg ujung payungnya ia totok ketubuh pedang lawan, inilah jurus "ombak ganas menerjang batuan"

   Dari ilmu pedang Liu sui jit si yg amat menggetarkan dunia persilatan.

   Walaupun payungnya itu tak bisa dipakai untuk tangkisan melintang dan tusukan langsung, namun oleh karena ujung payung terbuat dari tembaga putih, maka begitu menutul ditubuh pedang Leng hun totiang, ternyata secara tiba-tiba dan sangat aneh menyambar kedada tosu tersebut.

   Serentetan cahaya bintang yg terwujud dari rentetan bahan perak seketika itu juga mengurung dada Leng hun totiang dan menyerupai air terjun yg menumbuk diatas batu karang kemudian memercikan butiran air keempat penjuru, kekuatan serangan tersebut dg cepatnya memancar keempat penjuru dan mengancam keseluruh tubuh lawan.

   Memang disinilah kehebatan dari jurus serangan ilmu pedang air mengalir yg amat hebat itu.

   Menanti Leng hun totiang mengenali jurus pedang tersebut, sayang sekali keadaan sudah terlambat.

   Diantara percikan cahaya bintang yg menyilaukan mata, jerit kesakitan bergema memecah keheningan lalu tampaklah jagom uda dari Bu tong pay yg kosen ini mundur beberapa langkah dg sempoyongan, pedangnya terkulai lemas kebawah.

   Ternyata diatas dadanya sudah muncul lima buah lubang berdarah dimana darah segar masih menyembur keluar dg derasnya, air mukanya pucat pias seperti mayat, jelas luka yg dideritanya parah sekali.

   Semenjak terjun kedunia persilatan, baru pertama kali ini Kho Beng melukai lawannya, sebagai pemuda yg berhati mulia ia menjadi tertegun untuk beberapa saat lamanya.

   Sementara itu Leng hun totiang telah menunding Kho Beng dg susah payah sambil berbisik lirih.

   "Jurusjurus ombak ganas menerjang batu yg sangat hebat, kaukaukau pasti bukan Kedele Maut."

   Diam-diam Kho Beng merasa terkejut tapi sesudah menghela napas panjang sahutnya.

   "Ketajaman mata totiang memang amat mengagumkan, sebetulnya aku kho Beng enggan membunuhmu, tapi nampaknya mau tak mau aku harus menghabisi nyawamu sekarang!"

   Leng hun totiang membelalakkan matanya dg keheranan, serunya amat tercengang.

   "Kho Beng? Kau adalah Kho Beng sau sicu yg telah melaporkan identitas Kedele Maut?"

   Sambil tertawa getir Kho Beng manggut-manggut.

   "Yaa, betul! Sayang sekali totiang mengetahui segalanya terlalu terlambat"

   Seusai berkata, telapak tangan kirinya segera diayunkan kedepan melepaskan sebuah pukulan dahsyat.

   Leng hun totiang yg sudah terluka parah tak ampun terhajar telak hingga terbanting keatas tanah, seketika itu juga selembar jiwanya melayang meninggalkan raganya.

   Agar mendekati kenyataan sesuai dg yg sebenarnya, Kho Beng mengeluarkan dua butir kedele dan segera disambitkan kesepasang mata korban, kemudian ia lalu menjura kepada jenasah tadi seraya berdoa.

   "Totiang, beristirahatlah dg tenang, ucapanmu yg telah mengundang bencana sendiri, hal mana membuat ku terpaksa harus membunuhmu, maafkanlah aku, semoga kau dapat menjelma menjadi manusia kembali dalam penitisan mendatang!"

   Selesai berdoa buru-buru ia meninggalkan tempat tersebut dg cepat.

   Sekarang ia tak berani meneruskan perjalanan kedepan, seorang Leng hun totiang sudah cukup membuat berpikir dua kali, ia sadar orang-orang Bu tong pay tak boleh dipandang enteng.

   Ini berarti apa yg dikatakan Li sam memang benar, bila dibandingkan maka hanya pihak Hoa san pay yg mudah dihadapi.

   Maka sekali lagi dia bergerak kembali menuju ketempat dimana pihak Hoa san pay mempersiapkan penjagaannya.

   Tapi pelbagai pikiranpun bermunculan didalam benaknya saat itu.

   Bila dilihat dari perbuatan encinya yg membunuh tak habisnya, maka muncullah pertanyaan berapa banyakkah musuh besar keluarganya? Didalam surat wasiat ayahnya hanay dikatakan kalau kehancuran perkampungan Hui im ceng hanya disebabkan se

   Jilid kitab pusaka Thian goan bu boh, mungkinkah orang yg mengincar kitab pusaka tersebut tempo hari mencakup seluruh umat persilatan didunia ini? Dibebani oleh berbagai persoalan yg mencurigakan inilah, tanpa disadari ia telah kembali dikawasan dimana jago-jago Hoa san pay melakukan penjagaan.

   Suasana disekeliling tempat itu sangat hening, kecuali ombak sungai yg menggulung-gulung, segala sesuatunya kelihatan tenang sekali.

   Seharusnya dg kembalinya ia ketempat tersebut, maka kawanan jago lihay yg mengejar dari kota Gak yang harus sudah berkumpul semua disitu, tapi apa sebab suasana diseputar sana justru kelihatan begitu hening dan tenang....

   Dg perasaan tak habis mengerti Kho Beng memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, belum lagi ingatan kedua melintas lewat, tiba-tiba dari sisi kirinya, dari balik sebuah batuan karang menyembur keluar bom udara berwarna merah, disusul kemudian terdengar seseorang menjengek sambil tertawa dingin.

   "Iblis jahat! Sudah lama kunantikan kedatanganmu, tak kusangka kau masih tetap berada disini!"

   Ditengah pembicaraan, tampak dua sosok bayangan manusia meluncur turun dg cepatnya dan menghadang ditengah jalan, ternyata mereka adalah dua orang kakek putih dan hitam.

   Kedua orang kakek itu mempunyai dandanan yg sangat aneh, yg hitam mempunyai rambut berwarna hitam pekat, jenggot hitam, muka hitam dan berbaju hitam, sekilas pandang mirip sekali dg sebuah gumpalan daging berwarna hitam.

   Sebaliknya yg putih, mengenakan baju putih, muka putih bahkan rambut dan jenggot pun berwarna putih salju.

   Diam-diam Kho Beng merasa sangat terkejut, dari dandanan maupun ciri khas kedua orang lawannya itu, ia segera mengenali mereka sebagai Hoa san Hek pek jilo atau dua sesepuh hitam putih Hoa san pay.

   Karenanya dg berlagak acuh tak acuh dan santai, ia memutar payung bulatnya seraya berseru lengking.

   "Ada apa? Apakah kunjunganku untuk menikmati keindahan panorama malam ditempat ini telah mengganggu kalian berdua, dua sesepuh dari Hoa san pay?"

   Sikakek muka hitam mendengus dingin.

   "Hmmm...ternyata anda betul-betul sangat licik dan berakal bulus, sudah ratusan orang rekan-rekan persilatan mengejarmu sampai dimuka sana, tak nyana kau masih berkeliaran disekitar sini, tapi dg berdua kami bersaudara ditempat ini berarti jangan harap kau bisa lolos dari sini dg selamat. Bila tahu diri mari kita selesaikan persoalan ini secepatnya..."

   Sembari berkata, mereka berdua masing-masing meloloskan senjata andalannya.

   Ketika mendengar perkataan tersebut, dalam hati kecilnya Kho Beng amat terkejut sekali, dari perkataan lawan yg mengatakan bahwa para jago telah mengejar kedepan situ, berarti selisih jarak mereka tak bakal terlalu jauh, atau dg perkataan lain siasatnya memancing para jago telah mencapai tujuan.

   Dalam keadaan begini, dia tak ingin membuang waktu lebih lama lagi disana, setelah berpikir sejenak, katanya kemudian sambil tertawa lengking.

   "Apakah kalian berdua sudah merasa bosan hidup didunia ini?"

   Sikakek bermuka putih segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

   "Ha...ha...ha...terus terang saja, aku masih belum bosan hidup didunia ini, tapi dalam kenyataan aku memang menaruh curiga kepadamu!"

   "Mencurigai dalam soal apa?"

   Sambil tertawa terkekeh-kekeh, kakek bermuka putih itu menjawab.

   "Aku curiga kalau engkau bukan Kedele Maut yg tulen!"

   KHo Beng tertegun, lalu tegurnya sambil tertawa dingin"

   "Atas dasar apa kau berkata begitu?"

   Sambil tertawa dingin, sikakek bermuka hitam turut menimbrung.

   "Sejak kemunculannya dalam dunia persilatan, kapan sih Kedele Maut pernah membiarkan korban yg telah melihat wajahnya hidup terus didunia ini?"

   "Yaa, memang belum ada"

   Sahut Kho Beng sambil tertawa lengking.

   "Padahal menurut laporan anak muridku, sepanjang perjalanan anda tidak melukai siapa saja, hal ini bertentangan sekali dg si Kedelai Maut, oleh sebab itulah bukan saja aku menaruh curiga kalau engkau bukan Kedele Maut, bahkan akupun mencurigai maksud serta tujuanmu berbuat begini!"

   Sekali lagi Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya tanpa terasa.

   "Tampaknya ucapan jahe makin tua makin pedas memang benar, tak heran kalau Li Sam berpesan kepadaku agar bersikap lebih hatihati bila bertemu dua sesepuh hitam putih dari Hoa san"

   Dalam waktu singkat ia telah memperoleh jawabannya, maka sambil tertawa dingin katanya.

   "Ehmm, kecurigaanmu memang cukup beralasan, tapi akupun hendak bertanya kepadamu, sudah tidak sedikit korban yg tewas diuung Kedele Maut ku selama ini, tapi apakah tak pernah kau pikirkan, diantara jago-jago yg tewas adakah diantaranya yg berasal dari jagoan kelas dua atau kelas tiga?"

   Kakek bermuka putih itu berpikir sebentar, lalu manggutmanggut.

   "Yaa benar, diantara korban yg tewas dlm cengkeraman Kedele Maut mu kalau bukan seorang pemimpin suatu perkumpulan atau perguruan, memang biasanya termasuk jagoan kelas satu yg berilmu silat tinggi"

   Sambil tertawa dingin, Kho Beng segera menyela.

   "Nah, tentunya kau sudah mengerti bukan apa sebabnya sepanjang jalan aku tidak melakukan pembunuhan? Bukan aku tak ingin membunuh, heheheCuma sayang mereka belum pantas untuk menemui ajalnya ditanganku. "Hmmm..sombong benar lagakmu"

   Dengus kakek bermuka hitam dg rasa mendongkol.

   "dari kota Gak yang hingga ketempat ini, meski diantara rekan-rekan persilatan terdapat juga kawanan manusia yg tidak sesuai dg nama besarnya, namun sebagian besar memiliki ilmu silat yg luar biasa hebatnya, bila anda benar-benar adalah Kedele Maut, aku rasa bangkai sudah bergeletakan dimana-mana, darah yg mengalir telah menganak sungai."

   Kho Beng sengaja tertawa melengking.

   "Hey tua bangka! Kau tak usah menempeli emas diwajah sendiri, ketahuilah orang-orang yg kujumpai sepanjang jalan tak lebih hanya sekawanan setan bernyali kecil yg menggelikan hatiku saja tapi berbicara sesungguhnya, memang ada juga diantara mereka yg memiliki kemampuan yg cukup berhak untuk kuhadapi seperti misalnya tosu kecil yg bernama Leng hun, aku rasa tosu yg telah kujegal itu masih lebih hebatan ketimbang jago-jago dari hoa san kalian."

   Sindiran yg tak langsung ini seketika membuat wajah dua sesepuh hitam putih menjadi merah padam, sikakek muka hitam segera membentak penuh amarah.

   "Jadi kau anggap kekuatan Hoa san pay kami tak ada harganya sama sekali? "Hmmm..itupun belum cukup, ambil contoh kalian berdua saja, berapa sih tinggi ilmu silat kalian berdua? Tapi aku telah menyiapkan empat butir Kedele untuk menghantar kalian bermain-main dialam baka!"

   Dua sesepu hitam putih dari Hoa san nampak terkesiap, perasaan curiga yg semula muncul dalam benak mereka pun mulai goyah.

   Mereka mengetahui cukup jelas taraf kepandaian silat yg dimiliki Leng hun totiang dari Bu tong pay, tapi kenyataannya ia telah tewas ditangan musuh, hal ini menandakan bahwa Kedele Maut yg berada dihadapannya sekarang bisa jadi adalah iblis yg tulen.

   Serentak kedua orang sesepuh dari Hoa san pay ini mempersiapkan pedangnya dan disilangkan didepan dada sambil berjaga jaga terhadap segala kemungkinan yg bakal terjadi, namun mereka tidak bermaksud untuk menyerang lebih dulu.

   Padahal Kho Beng sendiripun tidak berniat turun tangan, melihat keadaan tersebut, segera ujarnya sambil tertawa lengking.

   "Hey tua bangka! Apa lagi yg kalian nantikan? Andaikata benarbenar tak pingin mampus, menyingkirlah kesamping dg segera, hari ini aku akan bersikap lebih terbuka terhadap pihak Hoa san pay kalian!"

   Berubah hebat paras muka sikakek bermuka hitam, dg wataknya yg keras dan berangasan akhirnya ia tak kuasa untuk menahan diri, segera dipandangnya sikakek bermuka putih sekejap, lalu berkata.

   "Lotoa, perguruan kita telah dihina malam ini, bila kita berpeluk tangan belaka, apakah orang persilatan tak akan mentertawakan kita?"

   Watak sikakek bermuka putih justru merupakan kebalikan dari kakek bermuka hitam, mendengar kata-kata tersebut segera ia tertawa.

   "Loji kita tak boleh mengucapkan masalah besar hanya disebabkan persoalan kecil, buat apasih kita terburu nafsu?"

   Kho Beng jadi tertegun, ia coba memperhatikan sekejap suasana diseputar sana, tiba-tiba ia menjumpai munculnya beberapa titik hitam dari arah timur sana, titik-titik hitam tersebut sedang bergerak mendekat dg kecepatan luar biasa.

   Tiba-tiba saja ia menjadi paham agaknya kedua sesepuh hitam putih dari Hoa san pay ini sedang mengulur waktu sambil menunggu bala bantuan.

   Kho Beng menjadi tercekat, ia tak berani berayal lagi, sambil mengambil segenggam kedele ari sakunya, ia berseru lengking.

   "Tua bangka celaka! Kalau toh kalian tak berani turun tangan, rasakan dulu kehebatan kedele pengejar sukma ku ini , lihat serangan"

   Segenggam kedele segera memancar keempat penjuru bagaikan hujan gerimis yg menyelimuti angkasa.

   Sebagaimana diketahui korban yg tewas diujung kedele tersebut sudah kelewat banyak, lag pula diantara para korban tersebut terdapat jago-jago yg berkepandaian jauh melebihi dua sesepuh hitam putih, itulah sebabnya bagitu kedele tersebut diluncurkan, dg perasaan terkesiap buru-buru dua orang kakek itu menyurut mundur untuk menghindarkan diri.

   Kho Beng memang bermaksud menggertak musuhnya dg kebesaran nama kedele maut, karenanya sesudah melepaskan serangan, tanpa diperdulikan lagi apakah serangannya mengenai sasaran atau tidak, secepat anak panah dia melesat pergi.

   Sementara itu kedua kakek hitam putih dari Hoa san pay masih berdiri tertegun ditempat semula, terutama setelah gumpalan kedele tersebut berguguran diatas tanah tanpa menimbulkan reaksi apapun yg mengerikan hati.

   Tapi setelah tertegun sesaat, dg cepat mereka lakukan pengejaran kembali.

   Dalam pada itu kawanan jago yg melakukan pengejaran telah berdatangan semua, dibawah bimbingan dua sesepuh hitam putih dari hoa san pay, serentak mereka lancarkan pengejaran dg ketat.

   Bom-bom udara berasap merah dilepaskan berulang kali, suara dentuman dan percikan cahaya membelah kegelapan dan keheningan malam.

   Kho Beng kabur dg sekuat tenaga, beberapa kali ia berpaling sambil memperhatikan keadaan diseputar sana, tatkala menjumpai keadaan tersebut, hatinya merasa makin tegang dan panik.

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ia tahu bila dirinya sampai terkepung oleh kawanan jago sebanyak itu, jelas sudah keselamatan jiwanya akan terancam.

   Berada dalam keadaan begini, mau tak mau ia mesti menambah dua bagian tenaganya untuk kabur semakin cepat lagi.

   Dalam waktu singkat ia sudah kabur sejauh lima li lebih, tiba-tiba sungai yg membentang dihadapannya berbelok kekiri lalu pada jarak seratus kaki didepan situ ia menemukan htan gelagah dg bunganya yang putih.

   Hutan gelaga tersebut luas sekali hingga mencapai ratusan bau Menjumpai hutan gelaga itu membuat Kho Beng segera teringat kembali dg pesan Li sam, hatinya menjadi amat girang.

   Ia tahu, asal dirinya berhasil memasuki hutan gelaga tersebut berarti keselamatan jiwanya sudah terjamin.

   Siapa tahu belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba dari balik hutan disisi kanan telah muncul serombongan jago persilatan yg dipinpin sendiri oleh Bok sian taysu dari Siau lim si serta Kiong Ceng san pemilik istana naga dari bukit Kun san.

   Bok sian taysu dg toya bajanya berdiri mencegat ditengah jalan sambil membentak keras.

   "Iblis jahat, hendak kabur kemana kau?"

   Kho Beng amat terkesiap, ia sadar sedang menghadapi musuh yg benar-benar tangguh, maka begitu melihat bayangan manusia melintas lewat dihadapan mukanya, dg cepat dia merogoh kembali segenggam kedele sambil membentak nyaring.

   "Keledai gundul! Rasakan dulu beberapa biji kedele ku ini!"

   Segenggam kedele segera diayunkan kedepan mengancam tubuh Bok sian taysu serta puluhan jago lihay lainnya.

   Agaknya kawanan jago tersebut agak jeri terhadap kedele maut, buktinya orang-orang tersebut serentak mengundurkan diri dg panik ketika melihat datangnya ancaman tersebut, bahkan Bok sian taysu sendiripun segera memutar toyanya sedemikian rupa sambil melejit kebelakang untuk menghindarkan diri.

   Memanfaatkan kesempatan yg sangat baik itulah Kho Beng segera melarikan diri dari situ, dalam enam tujuh kali lompatan saja ia telah berhasil menyusup masuk kebalik telaga tersebut.

   Perlu diketahui, tumbuhan tgelaga yg berada disitu tingginya melebihi tubuh manusia, begitu masuk kebalik gelaga, Kho Beng mendekam sejenak sambil memperhatikan situasi, kemudian ia baru merangkak secara pelan-pelan meninggalkan tempat itu.

   Dia tak tahu, siapakah orang yg bakal menolongnya seperti apa yang dijanjikan Li Sam, karena itu diam-diam dia merangkak maju ketepi sungai dan mendekam disitu.

   Pikirnya, andaikata waktu itu ada sebuah perahu yg lewat, maka tak sulit baginya utnuk meloloskan diri dari kepungan para jago, atau mungkin memang begitulah maksud Li sam sewaktu menyuruh menelusuri sungai..? Siapa tahu ketika ia sudah merangkak hingga mencapai tepi sungai dan melongok Keluar yg terlihat hanya gulungan ombak yg amat ganas, jangan lagi bayangan perahu, sepotong kayu atau papan pun sama sekali tak nampak.

   Dg perasaan kecewa, Kho Beng segera duduk tepekur diatas tanah, sementara matanya mengawasi sekeliling tempat itu dg seksama, ia kuatir ada orang yg berhasil menyusup masuk kesitu.

   Atau mungkin Li Sam hanya berbohong? Atau mungkin orang yg berniat menolongnya belum datang? Dg perasaan amat gelisah Kho Beng menanti kedatangan bala bantuan, sementara telinganya dapat menangkap suara pembicaraan yg bergema datang terbawa oleh hembusan angin.

   "Rekan-rekan sekalian, jangan digeledah secara sembarangan! Yang penting kita kurung lebih dulu sekeliling hutan telaga ini, lalu selangkah demi selangkah kita geledah kedalam, asal iblis itu bukan jelmaan siluman, lolap jamin dia tak akan lolos dari pencarian kita pada malam ini."

   Habis berkata, kembali gelak tawa yg amat nyaring berkumandang memecah keheningan, jelas sudah orang yg memberi komando tadi tak lain adalah Bok sian taysu dari Siau lim pay.

   Menyusul perkataan tadi, dari sekeliling tempat tersebut kedengaran langkah kaki manusia serta suara rumput yg disingkap orang.

   Tak terlukiskan rasa terperanjat Kho Beng pada waktu itu, ia berusaha memeras otak untuk menemukan jalan keluar, namun usahanya sia-sia belaka, kecuali terjun kesungai dan kabur dg jalan menyelam, rasanya tiada jalan lain lagi.

   Apa lacur, sama sekali ia tak mengerti ilmu berenang, menceburkan diri ke dalam sungai sama artinya bunuh diri.

   Menjumpai keadaan seperti ini, tanpa terasa ia mendongakkan kepalanya sambil menghela napas pikirnya.

   "Apa yg dikatakan Bok sian taysu memang benar, biar memiliki sayappun jangan harap kau Kho Beng bisa lolos pada malam ini!"

   Padahal Kho Beng masih mempunyai sebuah jalan lagi yaitu muncul dalam wajah aslinya dan melangsungkan pertarungan sekuat tenaga untuk membuka sebuah jalan berdarah guna lolos dari kepungan.

   Tapi jalan tersebut merupakan jalan terakhir yg tak akan dilaksanakan sebelum keadaan betul-betul terpaksa, sebab ia pun hanya mempunyai sedikit harapan, sebab jumlah musuh yg mengepung disekeliling sana benar-benar kelewat banyak.

   Sementara Kho Beng duduk termenung dibalik tumbuhan gelaga, kawanan jago persilatan yg jumlahnya mencapai ratusan orang itu sudah mulai membentuk gerakan menjepit dirinya, semuanya membawa senjata terhunus dan selangkah demi selangkah memasuki hutan gelaga dg wajah tegang.

   Manusia beriring manusia, pedang berlapis pedang, boleh dibilang tiada tempat luang yg tersisa, bukan Cuma begitu, kawanan jago yg mendapat tugas ditempat lain pun secara berbondongbondong berdatangan semua kesitu.

   Dalam waktu singkat, wailayah yg berada dlm radius pencarian mereka makin lama makin meluas.

   Disaat para jago sudah memasuki hutan gelaga sejauh dua puluhan kaki itulah mendadak dari balik sungai berkelebat sesosok bayangan putih yg membawa sebuah payung bulat, bagaikan sambaran petir cepatnya bayangan itu dan langsung terjun ke dalam sungai.

   Melihat kejadian tersebut, para jago segera menjerit kaget.

   "Kedele maut melarikan diri ke dalam sungai"

   "Kedele Maut terjun keair!"

   ".."

   Ditengah jeritan kaget itulah tiba-tiba terdengar seseorang berseru sambil tertawa nyaring.

   "Andaikata berada didaratan mungkin aku harus mengalah tiga bagian kepadanya, tapi kalau berada dalam air.hahahadia sama artinya dg mencari kematian buat diri sendiri, lihat saja nanti aku akan membekuknya hidup-hidup!"

   Ditengah pembicaraan, sesosok tubuh yg tinggi besar telah melompat ke depan dan menyusul dibelakang Kedele Maut, ikut terjun pula ke dalam sungai Ternyata jago yg ke air itu tak lain adalah ketua istana naga Kiong Ceng san sendiri.

   Dg terjunnya Kiong Ceng san ke dalam sungai Tiangkang, maka para jago yg melakukan penggeledahan pun ikut menghentikan gerakannya, serentak mereka berkumpul ditepi sungai untuk mengikuti jalannya peristiwa tersebut.

   Benar juga, tak selang beberapa saat kemudian dari balik sungai yg hitam berlumpur telah muncul sebuah kepala manusia, kemudian terdengar Kiong Ceng san berseru sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Hahahaaku telah berhasil membekuk iblis tersebut!"

   Sambil berkata dia mengangkat tinggi-tinggi tubuh seseorang yg basah kuyup. Bok sian taysu yg berdiri ditepi sungai segera berseru dg gembira.

   "Kiong lo sicu, cepat seret gembong iblis itu naik ke daratan!"

   Kiong Ceng san membenamkan kembali tubuh Kedele Maut kedalam air sungai kemudian ujarnya sambil tertawa.

   "Taysu aku belum mau naik kedaratan."

   "Kenapa?"

   Tanya Bok sian taysu tertegun.

   "Sudah berhari-hari lamanya aku mesti menderita siksaan batin yg berat gara-gara ulah iblis tersebut, maka pada malam ini aku hendak menyuruh si iblis jahat ini merasakan nikmatnya air sungai, selain itu tenaga dalam yg dimiliki iblis ini terlalu hebat, hanya selama berada dalam air aku dapat mengatasinya. Aku pikir lebih baik iblis ini kubawa berenang menuju ketelaga Tong ting, toh jaraknya jauh lebih dekat ketimbang lewat daratan. Hahahaoleh sebab itu aku putuskan akan membawanya pulang kebukit Kun san dg lewat jalan air, nah kutunggu kedatangan kalian disana!"

   Padahal begitu banyak jago lihay yg melakukan penjagaan disekitar sana, asalkan jalan darah di Kedele Maut sudah tertotok, apakah ia sanggup untuk melarikan diri? Tentu saja tidak, yg benar adalah Kiong Ceng san hendak memanfaatkan kesempatan ini dg sebaik-baiknya untuk meningkatkan pamor serta kedudukannya dimata orang banyak.

   Itulah sebabnya ia sengaja mendemontrasikan kehebatannya dihadapan para jago.

   Bok sian taysu sebagai seorang jago kawakan yg berpengalaman tentu saja memahami maksud hati rekannya, baginya asal iblis itu sudah tertangkap maka persoalan lain bukan masalah, itulah sebabnya iapun memberi kesempatan buat Kiong Ceng san untuk memperlihatkan kebolehannya.

   Sambil tertawa segera ujarnya.

   "Bagus, bagus sekali, tapi lolap perlu menjelaskan dulu bila sampai terjadi sesuatu mala lo sicu seorang yg mesti bertanggung jawab!"

   Kiong Ceng san segera tertawa terbahak-bahak.

   "Hahahabila terjadi sesuatu hal yg tak diinginkan, aku akan pertaruhkan sebutir batok kapalaku ini, hahahamaaf aku harus berangkat duluan!"

   Selesai berkata dia lantas menyelam kembali kedalam air dan meluncur kedepan dg cepatnya, dalam waktu singkat diatas permukaan air hanya tertinggal sebuah jalur panjang yg memutih. Sambil tertawa tergelak, Bok sian taysu segera berkata.

   "Kiong tayhiap betul-betul hebat, makin tua makin gagah saja nampaknya."

   Kemudian sambil mengulapkan tangannya kepada para jago serunya kembali.

   "Sicu sekalian, mari kita segera berangkat, coba kita lihat siapa yg lebih cepat tiba ditempat tujuan, Kiong tayhiap atau kita?"

   "Baik! Hayo berangkat!"

   Diiringi sorak sorai yg keras, berangkatlah kawanan jago itu kembali kearah telaga Tong ting.

   Betulkah orang yg berhasil ditawan adalah Kho Beng? Ternyata bukan! Waktu itu Kho Beng masih bersembunyi dibalik hutan gelaga, betapa bingung dan bimbangnya sia setelah menyaksikan terjadinya adegan tersebut.

   Suara sorak sorai dan gelak tawa dari para jago makin lama semakin menjauh, suasana disekeliling hutan gelaga pun pelan-pelan pulih kembali dalam keheningan, tapi pikiran Kho Beng tetap kalut dan bergelombang dg hebatnya.

   "Siapa gerangan orang itu? Mengapa dia mewakiliku agar dibekuk orang? Mungkin kah orang tersebut yg dimaksud Li sam?"

   Pelbagai pertanyaan membelenggu pikiran dan perasaannya, namun tak sebuah pun yg dapat ditemukan jawabannya.

   Akhirnya dalam hutan gelaga itu juga dia melepaskan rambut palsunya, membuang payung bulat, melepaskan baju perempuan dan mengenakan kembali baju sendiri.

   Kemudian setelah muncul dalam wujud aslinya, ia baru melompat keluar dari balik hutan gelaga serta memperhatikan sejenak suasana disekitar tempat itu.

   Menurut rencana semula, Kho Beng memutuskan akan pergi meninggalkan telaga Tong ting dan berangkat ke Yang ciu untuk mencari Sastrawan berkipas kumala Beng Tan atau kalau tidak berusaha mengadakan kontak dg encinya.

   Tapi sekarang ia harus merubah rencananya semula, sebab dia ingin tahu siapakah orang yg telah mewakilinya untuk mencari mati? Sebab ia sangat terharu oleh tindakan orang tersebut disamping perubahan yg terjadi benar-benar diluar dugaan.

   Tapi persoalan yg membuatnya ragu adalah dapatkah ia kembali kesitu dg selamat? Mungkinkah orang lain sudah mencurigai gerak-geriknya? Sementara Kho Beng masih mempertimbangkan persoalan tsb, mendadak dari belakang tubuhnya kedengaran seseorang menegur.

   "Kho sauhiap, mengapa kau masih berada disini?"

   Kho Beng sangat terkejut, secepat kilat ia membalikkan badannya sambil memperhatikan kearah mana berasalnya suara teguran tsb.

   Tampak tiga sosok bayangan manusia melayang turun persis dihadapannya, ternyata mereka adalah Kim kong sam pian, Kim bersaudara.

   Pelbagai perasaan yg tak keruan pun berkecamuk dlm benaknya, tapi dg cepat ia pun balik bertanya.

   "Ooohrupanya kalian bertiga, mengapa kamu bertiga pun masih berada disini?"

   Sambil tertawa Kim lo ji segera berkata.

   "Kami dapat tugas utk menarik kembali semua penjagaan yg berada di sekitar sini, kenapa sauhiap tidak kembali?"

   Kho Beng pura2 tertawa getir.

   "Kembali? Sewaktu mengikuti kalian mengejar Kedele Maut tadi, tiba2 kulihat adanya tanda bahaya muncul disebelah sana, maka aku buru2 kesitu, ditempat tsb kutemukan sesosok mayat tosu, karenanya aku berusaha mencari rekan2 lainnya disekitar sini, siapa tahu tidak kutemukan seorang teman pun berada disini"

   Ketika berbicara sampai disitu, tiba2 ia merasa penjelasannya banyak terdapat kelemahan, maka cepat2 ia balik bertanya.

   "Mengapa kalian bertiga menarik kembali semua penjagaan disekitar sini?"

   "Apakah Kedele Maut sudah lolos?"

   Kim kong sam pian adalah para lelaki periang yg berjiwa terbuka, ditambah pula mereka menaruh kesan baik terhadap Kho Beng dan bermaksud mengikat tali persahabatan dgnya, maka pada hakikatnya semua kelemahan dibalik penjelasan Kho Beng tadi tidak diperhatikan sama sekali.

   Terdengar Kim lo jin tertawa terbahak-bahak.

   "Hahaharupanya sauhiap belum tahu? Gembong iblis itu sudah tertangkap hidup2"

   "Kedele Maut sudah tertangkap hidup2?"

   Kho Beng pura2 terkejut bercampur keheranan.

   "siapa yg berjasa membekuk iblis tsb?"

   "Siapa lagi, tentu saja Kiong locianpwee dari bukit Kun san"

   Sahut Kim losam sambil tersenyum.

   "malah ia ketelaga tong ting lewat jalan air. Kho sauhiap, mari kita cepat2 pulang, siapa tahu disana bakal berlangsung suatu pertunjukkan yg sangat menarik!"

   Seraya berkata, ia segera menarik Kho Beng dan diajak berlalu dari situ Berada dalam keadaan begini, terpaksa Kho Beng ikut pulang, walaupun demikian ia toh menunjukkan kembali wajah tercengang, tanyanya.

   "Pulang lewat jalan air? Mengapa tidak kulihat ada perahu di sungai?"

   Kembali Kim lo toa tertawa terbahak-bahak.

   "Hahaha dg ilmu berenang yg dimiliki Kiong locianpwee, apa gunanya perahu baginya? Biarpun sungai tiangkang lima enam puluh li namun dalam pandangannya tak lebih hanya sebuah selokan kecil."

   "Maksud saudara Kim, Kiong tayhiap pulang ke Kun san dg jalan berenang diair?"

   Kembali Kho Beng berlagak tak percaya. Kim lo toa manggut2.

   "Tampaknya sauhiap baru pertama kali menginjakkan kaki di Gak yang sehingga tidak mengetahui kemashurannya, biarpun dlm kurun waktu belasan tahun belakangan ini banyak sudah bermunculan jago2 kenamaan diseputar wilayah Sam siang, sesungguhnya belum ada seorang manusia pun yg sanggup melampaui kepandaian berenang yg dimiliki Kiong tayhiap, itulah sebabnya gedung keluarga Kiong dibukit Kun san disebut sebagai istana naga, karena ilmu berenangnya luar biasa, malah pernah mengungguli enam belas jago berenang dari lima telaga, itulah sebabnya ia pun dihormati sebagai seorang sincu."

   Ditengah pembicaraan yg santai, tanpa terasa mereka berempat sudah tiba dikota Gak yang.

   Sewaktu tiba ditepi telaga Tong ting hari sudah terang tanah, dari kejauhan Kho Beng dapat menyaksikan hasil karyanya semalam, gedung wisma tsb nyaris terbakar habis, puing2 nampak berserakan dimana-mana.

   Untuk menutup perbuatannya, pemuda itu sengaja menggerutu sambil menghela napas mencaci maki perbuatan tsb, kemudian mereka baru berangkat kebukit Kun san dg menaiki sampan yg tersedia.

   Saat itu hatinya merasa tegang sekali sebab teka teki akan segera terjawab.

   Ia ingin tahu apakah orang tsb ada hubungan dg dirinya atau tidak.

   Setibanya dibukit Kun san, diiringi Kim kong sam pian mereka memasuki gedung istana naga yg megah.

   Waktu itu eluruh ruangan sudah dipenuhi jago yg masing2 sedang berbisik-bisk mempersoalkan kejadian itu.

   Pada saat itulah petugas penerima tamu dari Bu tong pay telah berseru keras.

   "Kho sauhiap tiba!"

   Para jago yg semula berjalan dimuka pintu gerbang serentak memisahkan diri menjadi dua dan menyingkir kesamping, lalu nampak seorang nona cantik tampil kedepan pintu seraya menyapa.

   "Sauhiap, rupanya kau telah pulang."

   Melihat orang yg datang menyambutnya adalah Walet Terbang berwajah ganda Chin sian kun, lagi2 Kho Beng merasakan hatinya tak tenang, buru2 ia menjura seraya menyahut.

   "Terima kasih atas sambutan dari lihiap"

   "Sewaktu terjadi kebakaran di wisma semalam, aku menjadi panik sekali karena tidak menjumpai sauhiap!"

   Gumam Chin sian kun lagi. Diam2 Kho Beng merasakan hatinya tercekat, dia tak tahu apa maksud pertanyaan tsb, menjebakkah atau sengaja hendak menyelidiki? Sebelum ia sempat menjawab, kim lo toa telah berkata suluan sambil tertawa terbahak-bahak.

   "Hahaha tak nyana nona Chin pun merasa gelisah krn memikirkan seseorang, wah nampaknya benih cinta sudah mulai bersemi dalam hatimu!"

   "Huh, usil!"

   Umpat Sian kun sambil berkerut kening, sementara wajahnya berubah menjadi semu merah krn jengah. Atas terjadinya peristiwa ini, perasaan tegang yg semula mencekam perasaan Kho Beng pun menjadi jauh berkurang, buru2 ia berkata sambil tersenyum.

   "Oleh karena aku mengetahui terjadinya kebakaran sejak awal, waktu itu jejak musuh belum hilang maka tanpa berpikir panjang aku melakukan pengejaran"

   Kemudian sambil mengalihkan pembicaraan kesoal lain, lanjutnya.

   "Konon Kiong tayhiap telah berhasil membekuk Kedele Maut, apa benar..?"

   Chin sian kun manggut2.

   "Yaa, sekarang iblis tsb sudah dibelenggu ditengah ruangan dan siap menerima pengadilan masal!"

   "Sebenarnya siapa sih gembong iblis tsb?"

   Desak Kho Beng ingin tahu. Chin sian kun segera tertawa misterius.

   "Tak ada salahnya bila sauhiap mencoba untuk menerkanya sendiri..!"

   Sambil tertawa Kim lo ji ikut menimbrung.

   "Waahbuat apa sih kau menjual mahal? Asal kita masuk keruangan, bukankah segala sesuatunya akan jelas?"

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Chin sian kun segera mendengus.

   "Hmm, aku yakin kalian tak bakal bisa menerkanya, sauhiap cepat masuk dapat kuberitahukan kepadamu, Kedele Maut tsb hanya gadungan"

   Dalam hal ini tentu saja Kho Beng lebih mengerti, sebab yg dimaksud sebagai Kedele Maut bukan lain adalah enci kandungnya, sedang encinya pun mustahil mengambil arah yg sama dg arah yg ditempuh.

   Namun utk menghilangkan kecurigaan orang, mau tak mau ia meski berlagak terkejut juga, serunya keheranan.

   "OoohCuma gadungan? Lantas siapakah perempuan itu?"

   Kembali Chin sian kun tersenyum.

   "Dia bukan wanita, tapi seorang laki-laki!"

   Kali ini Kho Beng benar2 dibuat tercengang, setengah tak percaya serunya.

   "Mana mungkin seorang laki-laki?"

   Tiba2 Chin sian kun menghela napas panjang.

   "Aaaikalau dibicarakan mungkin kau semakin tak percaya lagi, ternyata laki-laki yg menyaru sebagai Kedele Maut itu adalah Thi koay siang coat Li Sam yg baru2 ini termasyur dlm dunia persilatan!"

   Sewaktu berbicara sampai disini, mereka berempat telah melangkah masuk ke dalam pintu ruangan. Tapi nama "Li Sam"

   Yg disebutkan terakhir itu ibarat guntur yg membelah bumi disiang hari bolong, kontan saja membuat pandangan mata Kho Beng berkunang-kunang.

   Li Sam? Si toya baja Li Sam? Apakah dunia persilatan dewasa ini ,asih ada orang kedua yg menggunakan nama Li Sam.

   Aan tetapi sewaktu sorot matanya dialihkan kewajah orang yg diikat kencang2 ditiang ruang tengah itu, ia makin tercekat lagi, ternyata orang itu benar2 adalah Li Sam yg dicintai dan dihormati.

   Dalam waktu singkat Kho Beng merasakan hatinya bergolak keras sekali, untuk berapa saat lamanya dia hanya bisa termangu-mangu.

   Sekarang ia mengerti, rupanya sewaktu ia menolak untuk menuruti nasehatnya, ia telah mempersiapkan rencana untuk menolong jiwanya dg korbankan diri sendiri, tak heran kalau ia sempat berpesan kepadanya bahwa disaat terdesak nanti, dari balik hutan gelaga pasti akan muncul seseorang yg akan menolongnya, ternyata orang yg dimaksud tak lain adalah dirinya sendiri.

   Pada saat Kho Beng dicekam rasa sedih yg luar biasa itulah, teredngar Bok sian taysu berseru.

   "Berikan tempat duduk untuk Kho sicu!"

   Kho Beng tersentak kaget, ia tak berani menunjukkan perubahan sikap dihadapan orang banyak, apalagi disitu penuh hadir jago2 persilatan yg tak terhitung jumlahnya.

   Dibagian terdepan terdapat lima buah kursi, selain bok sian taysu dan pemilik istana naga Kiong Ceng san yg duduk dibagian tengah, disebelah kanannya adalah Hek pek ji lo dari Hoa san pay, sedang disebelah kiri adalah seorang tosu tua, Hian it totiang dari Bu tong pay.

   Sementara itu dua orang centeng telah menyiapkan sebuah kursi kebesaran yg diletakkan disamping Hian it totiang, kemudian mengundurkan diri kembali.

   Kho Beng segera menjura, serunya cepat2.

   "Aku yg muda hanya seorang angkatan muda, tak berani duduk bersanding dg cianpwee sekalian"

   Sambil mengelus jenggotnya yg putih Kiong Ceng san segera menyela.

   "Sauhiap adalah tamu agung kami, tidak pantaskah kami menghormati? Hayo silahkan duduk, kita harus segera mengadili mata2 ini!"

   Kho Beng merasakan pikirannya sangat kalut, maka tanpa sungkan2 lagi ia menempati kursi yg telah disediakan. Baru saja ia duduk, Bok sian taysu telah berkata.

   "Sau sicu, kau tidak menyangka bukan?"

   Kho Beng merasakan hatinya amat sakit bagaikan diiris dg pisau, tanpa berbicara ia manggut2, kemudian mengalihkan pandangannya ke wajah Li Sam yg terikat diatas tiang.

   Waktu itu Li Sam masih mengenakan baju perempuan berwarna putih yg basah kuyup, mukanya pucat menghijau, selain tanpa emosi iapun tidak menengok sekejap pun kearahnya.

   Kho Beng betul2 menyesal, pekiknya dlm hati.

   "Samko..ooh samkoakulah yg telah mencelakaimu!"

   Sementara itu, Bok sian taysu telah berseru dg lantang.

   "Li Sam, selama ini lolap bersikap cukup baik kepadamu, mengapa kau justru membalas dg cara begini?"

   "Aku rasa Li Sam belum pernah bersikap jelek kepada taysu"

   Sahut Li Sam dingin.

   "Apa maksud perkataanmu itu?"

   Bentak Bok sian taysu dg suara dalam dan berat.

   "Sederhana sekali, sebenarnya aku orang she Li dapat membunuhmu setiap saat, tapi aku toh tak pernah melakukannya, hal ini disebabkan sikapmu kepadaku pun sangat baik, maka aku enggan membalas air susu dg air tuba!"

   Kontan saja Bok sian taysu melototkan matanya bulat2, bentaknya keras.

   "Dendam sakit hati apakah yg pernah terjalin antara kau dg aku?"

   "Sama sekali tiada dendam sakit hati apa pun!"

   "Lantas mengapa kau berbuat begitu?"

   Bok sian taysu mengerutkan dahinya rapat2.

   "Aku sedang melaksanakan tugas dari guruku!"

   "Siapakah gurumu?"

   Sela Kiong Ceng san.

   "Maaf tak dapat kujawab!"

   Bok sian taysu segera menghentakkan tongkatnya keras2 ke tanah, kemudian bentaknya dg gusar.

   "Kau mau mengaku tidak!"

   Paras muka Li Sam sama sekali tak berubah, tanpa emosi sahutnya dingin.

   "Apa yg mesti kuakui?"

   "Katakan siapa gurumu? Mengapa kau menyaru sebagai Keele Maut dan apa maksud tujuanmu?"

   Tiga pertanyaan yg diutarakan secara beruntun ini segera membuat para jago menjadi tegang, mereka semua pasang telinga baik2 untuk mendengarkan jawabannya. Namun Li Sam tetap hambar, tanpa emosi katanya ketus.

   "Kuanjurkan kepadamu agar tak usah membuang energi sia2, percuma ! aku tak bakal menjawab semua pertanyaanmu."

   Mendadak Bok sian taysu tertawa seram.

   "HeheheLi Sam, sekalipun tidak kau katakan, lolap juga bisa menebaknya, kau sengaja berperan sebagai si Kedele Maut bukankah karena ingin memancing perhatian para rekan2 persilatan sehingga memberi kesempatan kepada si iblis jahat itu untuk meloloskan diri?"

   "Cerdik benar kamu ini!"

   Jengek Li Sam sambil tertawa dingin,"

   Sayang sekali agak terlambat kau mengetahui soal ini."

   Sekali lagi Bok sian taysu tertawa seram.

   "Selama kau Li Sam masih berada dibawah cengkeramanku, maka belum terhitung terlambat bagiku. Sekarang aku hanya berharap kepadamu untuk menjawab pertanyaan saja, siapa gurumu dan apa hubunganmu dg Kedele Maut? Asal kau bersedia mengakui secara blak-blakan bisa jadi akupun dapat mempertimbangkan kembali hukuman yg jauh lebih ringan bagimu."

   Li Sam tertawa mengejek, katanya.

   "Kalau toh kau si hwesio dapat menebaknya sendiri, mengapa tidak kau tebak saja jawabannya?"

   Kiong Ceng san tak dapat mengendalikan hawa amarahnya, sambil mengebaskan ujung bajunya ia membentak.

   "Mana pengawal? Siapkan alat2 siksa dg api!"

   Lelaki2 kekar yg berdiri disamping arena segera mengiakan, seketika itu juga muncul empat orang lelaki yg segera berlarian keluar dari ruangan. Pada saat itulah tiba2 Hian it totiang dari Bu tong pay buka suara, ujarnya.

   "Li sicu, pinto anjurkan kepadamu agar mau menjawab dg sejujurnya, asal sicu bersedia untuk bertobat serta menyesali perbuatanmu dimasa lalu, aku jamin selembar jiwamu pasti selamat tanpa cedera."

   "Hehehe"

   Li Sam tertawa dingin tiada hentinya.

   "Kau hendak menjamin keselamatanku? Siapa yg dapat menjamin pula keselamatanmu sendiri? Hmmm siapa tahu kau sendiripun hanya bisa hidup selama beberapa hari?"

   Paras muka Hian ti totiang seketika itu berubah menjadi hijau membesi gemetar keras seluruh tubuhnya karena mendongkol, bentaknya keras2.

   "Bajingan laknat yg tak tahu diri! Kau berani mencari gara2 dg ku?"

   Baru selesai ia berkata keempat lelaki kekar tadi telah muncul kembali dari pintu ruangan sambil menggotong masuk sebuah kuali besi yg besar sekali, ditengah kuali kelihatan bara api yg merah kehijau-hijauan, lidah api yg mengerikan tampak menjilat-jilat keatas, sementara dibalik bara api yg membara, masing2 terdapat dua batang besi yg telah membara pula.

   Kuali besi berisi api yg membara tadi diletakkan dihadapan Li Sam, sementara keempat lelaki bengis tadi berdiri berjajar disisinya.

   Jilid 11 Dalam waktu singkat suasana diseluruh ruangan tsb telah dicekam oleh suasana seram, tegang dan serius, lebih2 untuk Kho Beng, ia sangat terperanjat sehingga untuk sesaat lamanya tidak tahu apa yg mesti diperbuat.

   Namun Li Sam yg dibelenggu diatas tiang tetap tenang, wajahnya tetap hambar tanpa perubahan, ia seperti tak gentar menghadapi ancaman tsb Sekalipun berhadapan dg api yg membara, jangan lagi berkedip, melihat sekejap pun tidak, seakan akan masalah mati atau hidup sudah bukan menjadi masalah lagi baginya.

   Dalam sekejap mata, suasana didalam ruangan tercekam dlm keheningan yg luar biasa, begitu hening sampai jarum yg terjatuh pun mungkin akan terdengar jelas.

   Sinar mata dan perhatian semua jago telah tertuju ketubuh Li Sam seorang, semua orang ingin melihat bagaimanakah reaksi orang tsb.

   Tiba2 terdengar pemilik istana naga, Kiong Ceng san membentak lagi dg suara menggeledek.

   "Li Sam sebetulnya kau bersedia mengaku atau tidak!"

   "Seperti perkataanku semula, tiada persoalan yg bisa diakui oleh Li Sam kpd kalian....."

   "Betul2 keras kepala dan membandel!"

   Seru Kiong Ceng san sambil tertawa seram.

   "Baik, akan kubuktikan hari ini, apa benar tubuhmu terdiri dari otot kawat tulang baja sehingga tahan disiksa....mana pengawal? Siapkan alat siksaan!"

   Keempat lelaki kekar pelaksana siksaan segera mengiakan bersama, salah seorang diantaranya segera menyambar gagang besi yg membara itu kemudian selangkah demi selangkah berjalan menuju kehadapan Li Sam.

   Berada dlm keadaan seperti ini hampir saja jantung Kho Beng melompat keluar dari tenggorokannya, selama ini ia sudah berusaha memutar otak untuk mencarikan cara baik guna menyelamatkan Li Sam dari bahaya maut, namun biarpun sudah dipikirkan lebih jauh, bagaimanapun jua ia gagal menemukan cara terbaik.

   Bukit Kun san dikelilingi air, ditambah lagi ratusan jago silat yg memadati ruangan dlm serta ratusan lagi diluar ruangan, andaikata ia tak segan2 untuk mengungkapkan identitas diri dan tampil ke depan untuk melindungi keselamatan Li Sam, belum tentu usahanya tsb dapat menolong Li Sam dari bahaya serta membawanya lolos dari situ.

   Oleh karenanya Kho Beng hanya bisa duduk dg perasaan tertegun dan tidak tenang, pelbagai pikiran dan perasaan yg kalut berkecamuk dlm benaknya.

   Tapi sekarang siksaan segera akan dilaksanakan, ini berarti sudah tiada kesempatan lagi baginya untuk mempertimbangkan lebih jauh, kesetian Li Sam membuat darahnya terasa mendidih, ia berpendapat sekalipun tubuh sendiri bakal remuk, bagaimanapun jua tak mungkin bagi dirinya untuk berpeluk tangan belaka.

   Sementara darahnya terasa mendidih dan bergolak keras, pada saat itulah kedengaran seseorang membentak dg suara yg dalam dan berat.

   "Tunggu sebentar!"

   Bentakan tsb bukan saja membuat beberapa orang tokoh persilatan yg hadir menjadi tertegun, Kho Beng sendiripun turut termangu dibuatnya.

   Cepat2 dia mengalihkan sorot matanya kearah mana berasalnya suara bentakan tsb, ternyata orang itu tak lain adalah kakek bermuka hitam satu diantara dua sesepuh hitam putih dari Hoa san pay.

   Waktu itu besi membara yg disiapkan lelaki kekar pelaksana siksaan telah tiba didepan dada Li Sam, ia segera menghentikan perbuatannya sesudah mendengar bentakan tsb.

   Dg keheranan dan tak habis mengerti Kiong Ceng san segera bertanya.

   "Sik tayhiap mengapa kau menghalangi jalannya siksaan?"

   Sambil menjura kearah Kiong Ceng san si kakek bermuka hitam berkata lagi sambil tertawa.

   "Aku Sik Tin phu tak berani menghalangi jalan penyiksaan, hanya ada satu permintaan ingin kuajukan kepada sidang?"

   "Silahkan Sik tayhiap katakan!"

   Buru2 Kiong Ceng san berseru seraya menjura. Sik Tin phu, kakek bermuka hitam itu segera tertawa.

   "Aku hanya berharap pelaksana siksaan dapat ditunda sebentar saja"

   Sepasang sesepuh hitam putih dari Hoa san pay ini boleh dibilang merupakan tokoh silat yg memiliki pamor dan kedudukan tinggi didunia persilatan, tapi sekarang tokoh semacam itu bisa berkata demikian, hal mana segera menimbulkan perasaan heran dihati para jago lainnya.

   Sementara semua orang masih tertegun, kakek bermuka putih telah memberi penjelasan sambil tertawa.

   "Sebagaimana diketahui, semalam kami dua bersaudara sudah cukup menderita gara2 ulah bajingan busuk ini, maka kami ingin melampiaskan rasa mendongkol tsb saat ini juga, itulah sebabnya kami mohon penyiksaan terhadap bajingan tsb dapat diserahkan saja pelaksanaannya kepada kami berdua."

   Dg penjelasan tsb, para jago baru mengerti maksud dan keinginannya. Kiong Ceng san segera tertawa terbahak-bahak.

   "Ha.haha.rupanya begitu, kalau toh saudara Sik mempunyai kegembiraan untuk berbuat demikian silahkan saja dilakukan dg sesuka hati."

   Sekali lagi kakek bermuka hitam itu menjura kemudian baru membalikkan badan dan berjalan menuju ketengah arena. Diambilnya sebatang besi yg telah membara, lalu sambil berjalan menuju kehadapan Li Sam, jengeknya sambil tertawa seram.

   "Sewaktu berada ditepi sungai semalam, aku sama sekali tak menyangka kalau orang yg kami hadapi adalah Li tayhiap, hehehemasih ingatkah kau dg apa yg telah diucapkan semalam?"

   Li Sam nampak agak bingung tapi segera jawabnya dingin.

   "Maaf aku Li Sam tidak dpt mengingatnya kembali"

   "Hehehe"

   Sekali lagi kakek bermuka hitam tertawa seram.

   "semalam kau begitu bergaya dg ucapanmu yg begitu sombong, tak sebuah perkumpulanpun yg luput dari cercaanmu, maka sekarang aku hendak menyuruh kau merasakan pembalasan kami atas perkataanmu yg tidak senonoh semalam."

   Tentu saja sikakek bermuka hitam ini tidak tahu kalau orang yg mengejeknya semalam adalah Kho Beng, sehingga semua rasa dendam dan sakit hatinya dilimpahkan kepada Li Sam seorang.

   Paras muka Li Sam waktu itu sudah berubah menjadi hijau membesi, hawa panas yg memancar keluar dari besi membara tsb cukup membuat peluh diatas jidatnya mengucur keluar dg deras.

   Sementara itu sikakek bermuka hitam kembali tertawa seram seusai mengucapkan perkataannya tadi, tiba2 besi yg membara itu ditusukkan keatas dada Li Sam.

   Dlm keadaan seperti ini, Kho Beng sudah tak sanggup utk menahan diri lagi, ia segera melompat bangun dan siap membentak.

   Tapi sebelum suara bentakannya meluncur dari balik bibirnya, Li Sam dg mata melotot besar telah membentak keras lebih dulu.

   "Tahan!"

   Walaupun suara bentakan itu tidak nampak bertenaga namun berhubung dipancarkan dg sepenuh tenaga, maka suaranya cukup menggetarkan seluruh ruangan. Dg sorot mata yg berapi-api kembali ia membentak keras.

   "Barangsiapa berani bertindak sembarangan, aku Li Sam tak segan2 akan menghabisi nyawa sendiri!"

   Didalam teriakan tsb seolah-olah tak sengaja sorot matanya dialihkan sampai dua kali kewajah Kho Beng.

   Menyaksikan hal tsb, Kho Beng menjadi tertegun lalu menghela napas panjang dan duduk kembali ketempat semula.

   Ia mengerti perkataan Li Sam tsb sengaja dituju kepadanya, ia seperti memberi petunjuk kepadanya agar tdk bertindak secara gegabah karena dorongan emosi, sebab hasilnya hanya mengantar selembar jiwanya dg percuma.

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sementara itu sikakek bermuka hitam telah mengejek kembali sambil tertawa seram.

   "He...he...he...dalam keadaan seperti inipun kau masih ingin berlagak sok?"

   Besi yg merah membara itu segera disodokkan kedepan...

   "Coossss......!"

   Dipakaian Li Sam yg basah kuyup segera menyembur keluar segulung asap berwarna hijau, disusul kemudian seluruh jago yg hadir dlm ruangan mengendus bau daging yg hangus....

   Jerit kesakitan yg memilukan hatipun berkumandang dari mulut Li Sam serta bergema diseluruh ruangan.

   Kho Beng tak tega menyaksikan adegan semacam itu, ia memejamkan matanya rapat2 sambil berusaha keras menahan cucuran air matanya yg telah mengambang dalam kelopak matanya sekuat tenaga, ia berusaha utk menahan rasa gusar, dendam dan gejolak emosi yg membara dalam dadanya.

   Dlm hati kecilnya diam2 ia berpekik.

   "Maafkan aku sam ko....selama Kho Beng masih dapat bernapas didunia ini aku bersumpah akan membalaskan dendam sakit hatimu ini"

   Tiba2 terdengar suara teriakan kaget bergema dari sekeliling ruangan tsb.

   "Sik tua cepat hentikan perbuatanmu!"

   Sik tua tahan, dg wajah tertegun Kho Beng membuka matanya kembali, ia saksikan darah segar telah meleleh keluar dari ujung bibir Li Sam, sementara kepalanya telah terkulai lemas diatas dadanya.

   Dg perasaan terkejut kakek bermuka hitam membuang besi membara yg berada ditangannya, kemudian memeriksa denyut nadi Li Sam tapi akhirnya ia membalikkan badan dan mengundurkan diri seraya bergumam.

   "Aaaah...sudah mampus....."

   Perasaan menyesal jelas terlintas diatas wajahnya. Sementara itu Bok sian taysu telah bangkit berdiri pula, ketika menyaksikan peristiwa tsb ia segera berkata sambil menghela napas.

   "Aaaaaiaku tidak menyangka kalau dia akan bunuh diri dg menggigit lidah sendiri, akibatnya jejak kita untk menelusuri Kedele Maut lagi2 terputus ditengah jalan."

   Kho Beng sendiri hampir semaput setelah meyaksikan kematian yg mengenaskan dari Li Sam, tapi dg sekuat tenaga ia menggigit gigi menahan diri.

   Sekarang ia sudah dapat melihat dg jelas wajah2 sebenarnya orang persilatan yg menganggap dirinya sbg golongan putih, demi tercapainya apa yg diharapkan ternyata mereka pun tak segan2 menggunakan cara siksaan yg paling keji bahkan sama sekali tidak menggubris peraturan dunia persilatan.

   Diam2 ia mulai berjanji, peduli pihak istana naga dari bukit Kun san serta sepasang sesepuh hitam putih Hoa san pay mempunyai ikatan permusuhan atau tidak dg dirinya, suatu saat dia pasti akan membalaskan dendam bagi kematian Li Sam"

   Begitulah malam itu juga Kho Beng berangkat meninggalkan bukit Kun san Peristiwa berdarah yg berlangsung dibukit Kun san pun dg cepatnya tersebar luas diseluruh dunia persilatan.

   Kematian Leng hun totiang dari Bu tong pay, bunuh dirinya Li Sam yg belum lama termasyur didunia persilatansemua berita tsb mendatangkan perasaan terkejut dan heran bagi semua jago diseluruh negeri.

   Tentu saja semua orang menduga Kedele Maut telah berhasil meninggalkan kawasan telaga Tong ting, maka usaha pembalasan dendam dari Kedele Maut pun mendatangkan perasaan misteri dan seram bagi setiap umat persilatan.

   Orang jadi lebih waspada dan berhati-hati lagi dalam kehidupannya.

   Lebih2 dg kematian Li Sam, kematiannya mendatangkan akibat yg luar biasa bagi umat persilatan.

   Semua orang tidak tahu barapa banyakkah komplotan yg berpihak kepada Kedele Maut dan masih berkeliaran diantara mereka.

   Dibawah pemberitaan yg sambung menyambung, akhirnya keseraman dan kehebatan Kedele Maut telah menimbulkan suatu gambaran yg mengerikan bagi semua orang, seolah-olah tiada lubang sekecil apapun yg tak bisa ditembusi Kedele Maut.

   Dg terjadinya peristiwa itu, setiap jago mulai tak percaya dg orang2 disekelilingnya, tindak tanduk setiap orang pun berubah menjadi lebih hati2 dan penuh perhitungan, semuanya takut dicurigai dan sebagai komplotan dari Kedele Maut tsb.

   Terutama bagi kawanan tokoh persilatan yg berkumpul dibukit Kun san kecuali menderita kekalahan yg tragis, mereka pun mulai tak tenang hatinya akibat lenyapnya Kho Beng secara tak berbekas.

   Waktu itu Kho Beng dg membawa perasaan sedih yg luar biasa telah meneruskan perjalanannya utk mencari jejak encinya.

   Entah berapa waktu sudah lewat, suatu hari sampailah dia dikota Yang ciu.

   Kota Yang ciu sebagai kota termasyur dikawasan Kang lam benar2 memiliki kejayaan dan kemegahan yg luar biasa.

   Walaupun kota Yang ciu sangat indah, sayang Kho Beng tidak berkesan untuk menikmatinya.

   Sejak kematian Li Sam, putusnya berita encinya, membuat pemuda ini masgul dan berpikir kosong, dia tak tahu sampai kapan baru dapat berkumpul kembali dg kakaknya itu.

   Ketua Sam goan bun pernah memberitahukannya untuk menemukan Sastrawan berkipas kemala Beng yu, maka dianjurkan mencarinya kekota Yang ciu.

   Tapi sejak kedatangannya dikota tsb, sudah hampir sore ia berusaha menelusuri jejaknya, alhasil alamat tsb belum ketahuan juga.

   Dlm putus asanya dia mulai merasa ragu2 atas kebenaran tindakan yg telah dilakukannya selama ini.

   Dg perasaan bimbang dan kosong ia mencoba memperhatikan sekejap sekeliling itu, mendadak dari ujung jalan sana tampak seorang lelaki berbaju kuning yg menyoren pedang munculkan diri dan bergerak mendekati dg cepat.

   Orang itu berwajah panjang seperti muka kuda, alis matanya tebal, meski wajahnya amat asing anmun warna kuning bajunya persis sama seperti pakaian kuning yg dipakai rombongan jago pedang yg pernah dijumpai di Tong sia tempo hari.

   Seketika itu juga Kho Beng merasakan semangatnya berkobar kembali, pikirnya.

   "Seandainya orang berbaju kuning ini merupakan anggota perguruan dari dewi In nu siancu, sudah pasti dia mengetahui pula kabar berita tentang sastrawan berkipas kemala."

   Buru2 dihampirinya orang tsb, lalu seraya menjura sapanya.

   "Saudara harap berhenti sebentar!"

   Orang berbaju kuning itu tertegun, diamatinya wajah Kho Beng dari atas hingga kebawah, kemudian tegurnya.

   "Ada urusan apa?"

   "Benarkah saudara anak buah dewi In nu siancu?"

   Selidik Kho Beng sambil tersenyum. Berubah hebat paras muka jago pedang berbaju kuning itu, dg suara dingin ia balik bertanya.

   "Siapa kau? Darimana bisa tahu nama besar dewi kami?"

   Dari nada jawaban orang tsb, Kho Beng tahu kalau ia sudah menemukan lawan bicara yg benar, namun oleh karena sikap orang tsb sangat tidak bersahabat, mau tak mau secara diam2 ia mesti tingkatkan kewaspadaannya.

   Sengaja ia membohongi orang tsb, segera ujarnya sambil tertawa terkekeh-kekeh.

   "Aku yg muda Tio ki mempunyai sobat yg menjadi anggota perguruan dari dewi In nu siancu, oleh sebab itu sudah lama aku yg muda menaruh rasa kagum dan hormat terhadap kebajikan siancu.."

   "Siapakah rekanmu itu?"

   Tukas lelaki berbaju kuning tsb dingin.

   "Dia she Beng, orang persilatan menyebutnya sebagai sastrawan berkipas kemala!"

   Lelaki berbaju kuning itu segera mendengus dingin.

   "Besar amat nyali Beng loji sehingga pantangan siancu kami pun berani dilanggar, bahkan membocorkan rahasia sebesar ini kepada orang lain.hehe.tampaknya ia sudah bosan hidup."

   Kho Beng segera merasa gelagat kurang menguntungkan, selain itu dia pun tak berani menanyakan alamat sastrawan berkipas kemala secara langsung, sebab sebagai sobat lama, mana mungkin alamat rumahnya pun tidak diketahui? Bila ditanyakan secara langsung, bukanka rahasianya justru akan terbongkar? Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, tidak sampai perkataan lawan selesai diutarakan, segera ia tertawa terbahakbahak.

   "Mengingat saudara adalah kenalan Beng jiko, berarti kaupun sahabat diriku, harap anda jangan menganggap asing diriku. Mari,maribiar siaute menjadi tuan rumah dg menjamu saudara dirumah makan Tay ang wan"

   Agaknya tindakan tsb sangat memenuhi selera manusia berbaju kuning itu, air mukanya segera berubah kembali lebih kendor, malah sambil tertawa katanya.

   "Tio lote tak usah sungkan2, untung kau bersua dg diriku hari ini, coba kalau orang lain.hmmm, mereka tak bakal bersikap bersahabat seperti aku Han Tiong lin!"

   Kho Beng segera tertawa bergelak.

   "Sejak pandangan pertama tadi, aku sudah tahu kalau saudara Han seorang lelaki yg amat bersahabat, tahu perasaan orang, itulah sebabnya aku telah menegurmu secara lancang, hahahakalau ada persoalan mari kita bicarakan didalam saja, mari berangkat, jika saudara Han masih sungkan2 terus sama artinya tidak menganggap diriku sbg sahabat!"

   Sambil berkata, ia segera menarik ujung baju orang itu dan diajak berlalu dari sana. Han Tiong lin segera memicingkan matanya, lalu pura2 tertawa rikuh, katanya.

   "Kalau toh saudara bersikap begitu bersahabat, tentu saja aku orang she Han harus menurutinya!"

   Begitulah mereka berangkat berdua menuju rumah pelacuran Tay ang wan. Sambil berjalan Kho Beng kembali berkata sambil tertawa.

   "Saudara Han tak usah merendah, biarpun aku tak punya nama besar dalam dunia persilatan, tapi kesukaanku adalah mengikat tali persahabatan dg siapa saja, apalagi manusia macam saudara Han. Waah, aku tak pernah melewatkan biar seorangpun!"

   Kata2 umpakan tsb makin menggirangkan hati Han Tiong lin, wajahnya makin cerah, tidak sedingin tadi waktu bertemu pertama kali tadi.

   Baru saja mereka berdua melangkah masuk kedalam pintu gerbang rumah pelacuran Tay ang wan, penjaga pintu telah berteriak dg suara lantang.

   "Ada tamu datang?"

   "Silahkan!"

   Jawaban lengking bergema dari balik ruangan.

   Disusul kemudian muncul serombongan perempuan yg berdandan menyolok dan bergaya amat genit.

   Begitu genit jalannya perempuan2 tsb membuat Kho Beng bukan saja bingung dan gugup, pandangan matanya serasa berkunangkunang.

   Sejak terjun kedunia persilatan, baru pertama kali ini ia terjun kebidang tsb sehingga pada hakekatnya tidak mengerti akan tata cara yg berlaku disitu.

   Tapi untuk mengikat tali hubungan yg lebih akrab dg Han Tiong lin sehingga usahanya memperoleh alamat sastrawan berkipas kemala terwujud, buru2 ia mengeluarkan dua puluh tail perak yg tersisa dalam sakunya dan dijejalkan ketangan petugas disisinya sambil berpesan.

   Terima hadiah tersebut tapi kau keluarkan semua nona yg paling top disini untuk menemati Han toako ini...

   Petugas rumah pelacuran itu nampak agak tertegun tapi kemudian dg wajah berseri-seri serunya.

   "Boleh hamba tahu toaya she apa?"

   "She Tio!"

   Dg suara keras petugas itu berteriak kembali.

   "Tio kongcu telah menghadiahkan dua puluh tail perak, siapkan kamar kelas satu."

   Menyusul kemudian muncul sang germo diikuti sekawanan dayang yg bersama-sama mengucapkan terima kasih. Sang germo dg genitnya menerjang kehadapan Han Tiong lin lalu katanya setengah merayu.

   "Oooh....tuan Han kau toh bukan tamu asing buat apa menyuruh Tio kongcu membayar mahal?"

   Han Tiong lin terbahak-bahak.

   "Li toanio jangan mentertawakan, Tio lote ku ini baru pertama kali berkunjung kemari, karena itulah sebabnya baru masuk gedung lantas membagi hadiah, harap toanio bisa melayani secara baik2.."

   "Oooohkalau toh sahabat tuan Han, masa aku berani berayal kepadanya.hehekebetulan sekali Cui hong sedang kangen dg tuan Han, mari ajak sekalian Tio kongcu ini untuk duduk dikamar tidurnya Cui hong."

   Sambil berkata ia lantas menyingkir kesamping untuk memberi jalan lewat Han Tiong itu tertawa terbahak-bahak, diiringi sekawanan dayang, berjalanlah dia masuk kedalam gedung dan naik keatas loteng.

   Sementara itu paras muka Kho Beng telah berubah menjadi merah jengah, ia tahu perbuatannya memberi hadiah tadi memperlihatkan kepada orang lain bahwa ia baru kali ini berkunjung ketempat macam begitu.

   Sedikit banyak ia menyesal juga dg lenyapnya uang sebesar dua puluh tail secara sia2, pikirnya kalau sekarang ia sudah berlagak menjadi seorang toaya, entah bagaimana caranya untuk keluar dari gedung ini nanti? Tapi ibaratnya menunggang dipungung harimau, dalam keadaan begini tak sempat lagi baginya untuk berpikir lain, setelah duduk dalam ruangan, segera katanya kepada Han Tiong lin.

   "Tak kusangka sama sekali saudara Han adalah langganan lama tempat ini!"

   Han Tiong lin tertawa terbahak-bahak.

   "Hahahaharap lote jangan mentertawakan, paling banter aku Cuma iseng kemari kalau ada waktu senggang, habis kalau menganggur sumpek rasanya!"

   Kho Beng ikut tertawa terbahak-bahak, selanya.

   "Hahahamana aku berani mentertawakan Han toako, tapi aku pikir seorang enghiong tak bisa meninggalkan perempuan cantik memang tepat sekali, buktinya saudara Han sebagai seorang jagoan tg perkasa pun suka dg perempuan2 cantik"

   Kata2 umpakan tsb tak ubahnya menyanjung Han Tiong lin setinggi langit, kontan saja ia kegirangan setenga mati.

   Kebetulan sekali pada saat itulah tirai pintu ruangaan terbuka dan muncul seorang perempuan cantik yg genit dan jalang.

   Sembil tertawa tergelak Han Tiong lin segera berkata.

   "Betul, betul sekali, Cui hong cepat kau jumpai Tio lote, sahabat karibku ini!"

   Sepelacur cantik, Cui hong mengerling dulu kearah Kho Beng, kemudian setelah memberi hormat, ia baru merapatkan tubuhnya kesamping Han Tiong lin dg manja. Sang germo yg mengira Kho Beng sebagai putra seorang hartawan, buru2 bertanya.

   "Kongcu ingin makan apa?"

   Setelah berada dalam posisi demikian, terpaksa Kho Beng harus berpesan lebih lanjut, pesannya.

   "Siapkan meja perjamuan dg hidangan terbaik."

   "Kongcu baru pertama kali berkunjung kemari, apakah perlu hamba pilihkan seseorang."

   Tapi sebelum germo itu selesai bicara, Kho Beng sudah menggoyangkan tangannya berulang kali dg kekuatiran.

   "Tidak usahtidak usah, harap toanio siapkan sebuah meja perjamuan."

   Sang germo tertawa geli dan segera mengundurkan diri dari situ sambil mengajak sekawanan dayang.

   Pada saat itulah Han Tiong lin seperti teringat akan sesuatu.

   Buru2 dia mendorong kesamping tubuh Cui hong, lalu ujarnya kepada Kho Beng yg berada disisinya.

   "Lote aku benar2 amat bodoh, aku lupa menanyakan sesuatu kepadamu."

   "Soal apa?"

   Tanya Kho Beng sambil tersenyum.

   "Sebetulnya lote ada urusan apa datang mencariku?"

   Tanya Han Tiong lin hangat. Diam2 Kho Beng agak tertegu, tapi setelah berpikir sebentar buru2 jawabnya.

   "Kalau toh saudara Han sudah mengajukan pertanyaan tsb, terpaksa akupun hendak mohon bantuan saudara!"

   "Katakan saja secara terus terang"

   Seru Han Tiong lin sambil menepuk dada.

   "Asal aku orang she Han sanggup melaksanakannya, biar terjun kelautan api pun pasti tak akan kutampik!"

   "Sesungguhnya persoalan besar sebagaimana diketahui, sudah cukup lama siaute mengagumi nama besar siancu , oleh sebab itu sudah berapa kali kumohon kepada Beng toako agar mau memperkenalkan aku menjadi anggota perguruan siancu, siapa tahu Beng toako berulang kali menampik permintaanku itu, sehingga siaute pikir hendak mohon bantuan saudara Han untuk mencapai cita2 ku!"

   Setelah mengaku sebagai teman karib sastrawan berkipas kemala, tentu saja ia tak bisa mengatakan kalau tak tahu alamat rumahnya, karena itu satu ingatan cerdik segera melintas dalam benaknya, membuat pemuda tsb segera menyusun sebuah alasan palsu.

   Ketika mendengar permintaan tsb, kening Han Tiong lin segera berkerut kencang, dg sikap serba susah ia tampak termenung beberapa saat lamanya.

   Menggunakan kesempatan itu, buru2 Kho Beng berkata lagi.

   "Siaute tidak terburu-buru dg keinginan tsb, harap saudata Han usahakan saja secara pelan2 dikemudian hari!"

   Dg serius Han Tiong lin manggut2, sahutnya.

   "Ya betul, persoalan semacam ini memang tak bisa terburu-buru, tapi tak usah kuatir, aku orang she Han pasti akan mencarikan kesempatan untukmu!"

   "Saat ini saudara Han berdiam dimana? Tolong diberikan alamat, agar dikemudian hari siaute dapat berkunjung!"

   "Kebetulan sekali aku sedang berdiam dirumah Beng loji saat ini...!"

   Mendengar itu Kho Beng menjadi sangat kegirangan, segera ujarnya sambil tertawa.

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ooooh kalau begitu sangat kebetulan sekali, siaute memang berhasrat untuk mengunungi Bok toako dirumahnya, sebentar mari kita berangkat bersama."

   Mendadak Han Tiong lin berbisik.

   "Tahukah kau saat ini Beng loji berdiam dimana?"

   Kho Beng tertegun, tapi ia segera balik bertanya.

   "Apakah Beng toako sudah pindah alamat?"

   Han Tiong lin segera tertawa misterius.

   "Beng loji bukan hanya sudah berpindah alamat, malah dia sekarang harus berpindah rumah setiap dua tiga hari sekali."

   "Aaaalantas Beng toako berdiam dimana sekarang?"

   Tanya pemuda itu keheranan. Han Tiong lin semakin merendahkan suaranya, setengah berbisik ia berkata.

   "Selama dua hari terakhir ini dia berdiam ditengah kebun terbengkalai gedung keluarga Nyoo disebelah timur kota."

   "Mengapa begitu?"

   Seru Kho Beng lagi keheranan.

   "rumah sendiri tidak ditempati, kenapa malah berdiam disebuah gedung yg sudah tak terurus lagi?"

   "Karena ia sedang melarikan diri dari pengejaran si Kedele Maut, kau tahu sekarang ia tidur tak nyenyak makan tak enak, setiap saat hatinya selalu berdebar dan dicekam perasaan takut."

   "Apakah Kedele Maut telah menemukan Beng toako?"

   Seru Kho Beng makin tertegun. Han Tiong lin menggelengkan kepalanya berulang kali.

   "Seandainya bisa menduga, persiapan malah lebih gampang dilakukan, justru karena kehadirannya tak dapat diramalkan, maka ia jadi ketakutan setiap saat"

   Saat itulah sejumlah dayang muncul kedalam ruangan menyiapkan semeja hidangan yg lezat, dalam keadaan begini mau tak mau Kho Beng harus menghentikan dulu pembicaraannya. Si pelacur Cui hong pun segera berseru pula sambil cemberut.

   "Sudah setengah harian lebih tuan berdua bicara melulu, tapi tak sepotong kata pun kupahami, coba lihat, aku jadi tersisih kan saja.hayo kalian berdua mesti dihukum dg tiga cawan arak!"

   Sambil memicingkan matanya, Han Tiong lin lalu tertawa terbahak-bahak.

   "Hahahabaik2 memang harus dihukum"

   Secara beruntun dia meneguk habis tiga cawan arak, kemudian dg kasar ia merangkul pinggang Cui hong dan ujarnya sambil tertawa cabul.

   "Seharusnya kaupun dihukum dg tiga cawan arak pula!"

   Cui hong berseru genit.

   "Tuan Han kau ini memang keterlaluanmasa main gerayang didepan tamu, apakah tidak kuatir ditertawai Tia kongcu?"

   Han Tiong lin kembali tertawa.

   "Saudara ku ini bukan orang yg kolot, mari,mari kita berciuman bibir dulu"

   Adegan yg hangat tsb kontan saja mendebarkan hati Kho Beng, tapi ia mesti berlagak seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apapun, malah dg mengalihkan perhatiannya keatas hidangan, ia makan dg lahapnya.

   Tiba2 Han Tiong lin kembali berpaling seraya bertanya.

   "Apakah kau kenal dg Kedele Maut?"

   Kho Beng agak tertegun, lalu pura2 tercengang sahutnya.

   "Orang persilatan bilang orang tsb harus dimusnahkan dari muka bumi, apakah saudara Han mengetahui siapakah orangnya?"

   Han Tiong lin tertawa misterius.

   "Aku pernah mendengar siancu membicarakan soal ini, konon orang itu masih ada sangkut pautnya dg perkumpulan Hui im ceng!"

   Diam2 Kho Beng sangat terkejut, buru2 tanyanya lagi.

   "Darimana siancu bisa mengetahui persoalan ini sedemikian jelas.?"

   "Siancu sendiripun hanya menduga-duga, tapi lote mesti tahu, atasanku ini jarang sekali berbicara dihari-hari biasa, tapi sekali ia sudah berkata maka biasanya apa yg diucapkan tak akan meleset dari kenyataan."

   Dg berlagak tidak mengerti Kho Beng berkata lagi.

   "Tapi rasanya belum pernah siaute dengar tentang perkumpulan Hui im ceng didunia persilatan saat ini."

   "Aaah..berapa sih usia lote ini? Tentu saja kau tak bakal tahu. Pada sembilan belas tahun berselang nama perkampungan Hui im ceng boleh dibilang dikenal oleh setiap orang didunia saat itu."

   "Kalau demikian, mengapa tiada orang yg menyinggungnya lagi sekarang?"

   "Sebab semua penghuninya sudah mati semua, apa lagi yg dibicarakan? Itulah yg dibilang orangnya hidup namanya termasyur, orangnya mati nama pun ikut musnah."

   "Aaaah...rupanya saudara Han sedang membalik sejarah lama"

   Goda Kho Beng sambil tertawa.

   "Lote rupanya kau belum mengerti, ketahuilah meski hutang tsb telah berlangsung sembilan belas tahun sesungguhnya hingga sekarang masalahnya belum selesai."

   "Kalau toh peristiwanya sudah terjadi pada sembilan belas tahun berselang, apanya lagi yg belum selesai?"

   Secara beruntun Han Tiong lin meneguk habis dua cawan arak, mukanya yg jelek segera berubah menjadi semu merah, dg semangat berkobar segera ujarnya lagi. Perkampungan hui im ceng musnah disebabkan se

   Jilid kitab pusaka dunia persilatan, tapi orangnya mati bukunya ikut lenyap dan hingga kini belum diketahui nasibnya, disamping itu dari perkampungan Hui im ceng pun masih ada empat yg berhasil lolos, hingga sekarang kecuali diketahui kematian Kho Po koan seorang pelayan tua perkampungan tsb, nasib si mak inang serta putra-putri Kho Po koan masih belum diketahui jelas.

   Atas dasar dua persoalan itulah bagaimana mungkin persoalannya bisa diselesaikan dg begitu saja..."

   Baru pertama kali ini Kho Beng mendengar orang lain membicarakan tentang peristiwa yg menimpa keluarganya, ia merasa sedih sekali.

   Tapi untuk menyelidiki persoalan tsb lebih lanjut terutama tentang kitab pusaka yg lenyap, buru2 tanyanya lagi.

   "Siaute masih sangat muda dan rendah sekali pengetahuannya, apa salahnya bila saudara Han mengungkap kembali peristiwa tsb agar pengetahuan siaute pun ikut bertambah?"

   Dg rasa bangga Han Tiong lin manggut2.

   "Boleh saja mengungkapkan kembali perkampungan Hui im ceng diota Han ciu, waktu itu boleh dibilang erupakan tempat suci yg disegani setiap angggota persilatan pada saat itu, sayang sekali Hui in cengcu terlalu cerdik sehingga akhirnya malah mendatangkan bencana kemusnahan bagi keluarganya."

   "Sungguh siaute tak mengerti"

   Sela Kho Beng cepat.

   "kalau toh Hui im cengcu seorang yg cerdik melebihi orang lain, mengapa keluarganya malah tertimpa musibah besar?"

   "Peristiwa ini harus dibicarakan kembali sejak hari Tong ciu pada bulan delapan, sembilan belas tahun berselang, waktu itu Hui im cengcu menyelenggarakan perjamuan besar untuk merayakan hadirnya putra pertamanya, konon yg menghadiri perjamuan tsb mencapai lima ratusan orang lebih, tentu saja hadiah yg diterimanya pun tak terhitung jumlahnya. Siapa tahu pada saat perjamuan diselenggarakan itulah, tiba2 datang sebuah bingkisan yg dihantar seorang tak dikenal hingga dimuka pintu gerbang, orang itu segera berlalu tanpa meninggalkan pesan setelah menyerahkan bingkisan tsb, padahal diatas kotak bingkisan tsb sama sekali tidak ditinggali nama atau alamat pemberinya, kejadian inilah yg menimbulkan perasaan ingin tahu perasaan semua hadirin. Berhubung bingkisan itu kelewat misterius datangnya, maka Hui im cengcu Kho Ban siu pun memutuskan untuk membukanya didepan umum, coba lote terka apa isi bingkisn tsb?"

   Kho Beng segera menggelengkan kepalanya berulang kali. Melihat pemuda itu menggeleng Han Tiong lin berkata lebih lanjut.

   "Ternyata isi bungkusan tsb tidak lain adalah kitab pusaka thian goan bu boh yg menjadi incaran setiap umat persilatan sejak belasan tahun berselang."

   "Oooobegitu berharganya bingkisan tsb!"

   Pekik Kho Beng agak tertegun.

   "Ya, memang kelewat harganya"

   Sahut Han Tiong lin sambil tertawa.

   "Begitu berharga sampai Hui im cengcu yg termasyur namanya diseantero jagad pun tak sanggup menerimanya, akibat dari bingkisan tsb lima enam lembar nyawa mesti berkorban dg sia2!"

   Kho Beng erasakan darah dlm tubuhnya mendidih dan panas, segera tanyanya.

   "Apakah diantara tamu yg menghadiri perjamuan tsb ada yg iri hati dan berniat merampas kitab tsb?"

   "Lote dugaanmu itu keliru besar, justru Hui im cengcu sendiri yg bersedia menyerahkan kitab itu kepada semua umat persilatan, Cuma diapun mempunyai jurus permainan sendiri."

   "Permainan apa?"

   Tanya pemuda itu tertegun.

   "Waktu itu Hui im cengcu belum juga habis berpikir siapa gerangan yg menghadiahkan bingkisan tsb kepadanya? Mengapa ia rela menghadiahkan kitab pusaka tsb kepadanya? Tapi ia mengerti dg pasti bahwa menyimpan kitab mestika sama artinya mengundang bencana bagi diri sendiri, maka pada saat itulah dia mengumumkan rela menyebar luaskan isi kitab pusaka Thian goan bu boh tsb kepada seluruh umat persilatan, tapi untuk menghindari agar ilmu sakti tsb jangan terjatuh ketangan bangsa kurcaci yg tidak bertanggung jawab hingga mendatangkan bencana dikemudian hari, maka dia mohon para jago agar mau menunggu selama tiga hari agar ia dapat mencarikan cara yg terbaik dala pelaksanaan tujuannya itu."

   Mendengar sampai disini tanpa terasa Kho Beng menyela.

   "Apakah tiga hari kemudian Hui im cengcu telah berubah pikiran?"

   Han Tiong lin segera tertawa bergelak.

   "Ha...ha...ha...Hui im cengcu tak akan sebodoh itu, tiga hari kemudian bukan saja ia telah mengumumkan cara tsb malah menimbulkan rasa gembira yg amat sangat bagi para jago yg menghadiri perjamuan tsb, semua orang berpamitan dg perasaan amat lega!"

   "Kalau memang demikian keadaannya, toh tak bisa dibilang Hui im cengcu telah melakukan permainan dibalik tindakannya itu?"

   Seru Kho Beng emosi. Setelah mengeringkan secawan arak, sambil tertawa Han Tiong lin kembali berkata.

   "Lote kau hanya tahu satu tak tahu dua, justru masalahnya berada dibelakang. Waktu itu Hui im cengcu telah mengumumkan secara blak-blakan kalau kitab pusaka Thian goan bu boh telah diserahkan kepada Bu wi lojin untuk dibuatkan tujuh buah salinannya yg masing2 hendak dihadiahkan kepada tujuh perguruan besar, tentunya lote akan bertanya bukan apa salahnya kalau ia sendiri yg membuatkan salinan tsb?"

   "Ya, benar!"

   Kho Beng manggut2.

   "Ya disinilah letak kebijaksanaan Hui im cengcu, ia kuatir orang lain mencurigainya tidak jujur atau sengaja menyembunyikan sebagian dari rahasia ilmu silat tsb, sedangkan Bu wi lojin sudah tersohor didalam dunia persilatan sebagai seorang tokoh silat yg berwatak baik, saleh serta hambar akan perebutan nama dan kedudukan, oleh sebab itulah semua orang merasa tindakan Hui im cengcu itu sangat jujur, bijaksana dan mengagumkan. Kemudian peraturan yg ditentukan Hui im cengcu pun sangat teliti dan luar biasa, ia bilang setiap umat persilatan yg bertabiat baik dan bermoral tinggi bila ingin mengajukan permintaannya untuk mempelajari ilmu sakti yg tercantum dalam kittab Thian goan bu boh tsb, maka ciangbunjin dari perguruan mana pun dilarang menyembunyikan sebagian dari ilmu silat tersebut secara sengaja.

   "Akhirnya Hui im cengcu berkata. Bu wi lojin akan menunggu kehadiran mereka dikaki gunung Hong san pada setengah bulan kemudian, ia berharap semua ciangbunjin dari pelbagai perguruan bisa hadir pada saatnya, siapa tak hadir artinya mengundurkan diri dari keinginan untuk memperoleh salinan kitab tsb."

   "Mengapa harus menunggu sampai setengah bulan kemudian?"

   Tanya Kho Beng lebih jauh."

   "Didalam persoalan inipun Hui im cengcu memberi penjelasan, konon Bu wi lojin baru sembuh dari sakit parah dan lagi telah memutuskan akan hidup terpencil, maka ia tak berharap mengulur waktu kelewat lama hingga menimbulkan kerisauan semua pihak, maka ketujuh partai besar serta sekalian rekan2 persilatan yg hadir dalam erjamuan itu sama2 berpamitan kepada Hui im cengcu dg membawa perasaan gembira dan agar tidak terlambat sampai ditempat tujuan, ketujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar segera berangkat kebukit Hong san. Siapa tahu sepuluh hari kemudian, tatkala mereka belum tiba dibukit Hong san, ditengah jalan telah bersua dg Bu wi lojin, siapa tahu perjumpaan tsb membuat semua orang menjadi amat kecewa."

   "Mengapa begitu?"

   Tanya Kho Beng tertegun.

   "Waktu itu Bu wi lojin malah marah2, ia bilang bukan saja Hui im cengcu tak pernah menyerahkan sesuatu kitab pusaka kepadanya, bahkan ia sama sekali tidak mengetahui akan persoalan tsb!"

   Mendengar sampai disini Kho Beng segera merasakan hatinya bergetar keras, serunya tanpa sadar.

   "Mana mungkin hal ini bisa terjadi?"

   Han Tiong lin tertawa terbahak-bahak.

   "Hahahatampaknya Hui im cengcu telah menggunakan siasat memindah bunga menyambung ranting untuk menipu orang banyak, waktu itu ketujuh ketua partai besar merasa amat gusar, mereka menganggap permainan Hui im cengcu sangat keterlaluan sehingga menyiksa mereka harus bersusah payah berangkat kebukit Hong san tapi pulang dg rasa kecewa. Maka sepanjang jalan pun mereka mengumpulkan segenap rekan persilatan serta anak murid masing2 untuk kembali ke Hang ciu dan menegur Kho Bun sin atas ulahnya. Akibatnya terjadilah suatu drama yg sangat tragis, Hui im cengcu yg gagah perkasa akhirnya tewas dan musnah karena tak tahan menghadapi kerubutan ratusan orang jago lihay."

   Kisah cerita sudah berakhir, tapi Kho Beng justru terjerumus dalam suasana sedih dan murung.

   Ia percaya ayahnya bukan manusia semacam itu tapi diapun tahu kisah cerita yg disampaikan Han Tiong lin sekarang bukan Cuma diketahuinya seorang, jadi mustahil orang itu sengaja membohonginya.

   Lalu mungkinkah Bu wi lojin yg kemaruk wasiat hingga lupa daratan..? Kho Beng menganggap hal ini mustahil bisa terjadi bila orang tua tsb berniat melalap kitab pusaka itu, tak nanti dia akan menyesal setengah mati karena kehilangan pusaka tsb tiga bulan berselang, bukan saja dia bersedia mengorbankan setengah dari tenaga latihannya, bahkan tergesa-gesa turun gunung untuk menyelidiki kemana larinya pusaka tadi, berpikir sampai disini tanpa terasa Kho Beng teringat kembali dg pesan gurunya si Unta sakti berpunggung baja, orang tua itu pernah memberi kisikan kepadanya bahwa dibalik dendam kesumatnya itu ada penyakitnya.

   Mungkinkah penyakit tsb muncul pada Bu wi lojin yg dijumpai para ciangbunjin tujuh partai besar ditengah jalan? Berpikir sampai disini perasaan hatinya segera bergetar keras, satu ingatan melintas dalam benaknya.

   Ia merasa besar kemungkinan ada orang yg menyaru sebagai Bu wi lojin pada waktu itu, dimana orang tsb sengaja menunggu kedatangan para ciangbunjin dari tujuh partai besar ditengah jalan dan melaksanakan siasat liciknya untuk menjerumuskan keluarga Hui im cengcu kelembah kehancuran.

   Dari kisah yg diceritakan Han Tiong lin, secara lamat2 Kho Beng pun dapat merasakan bahwa ada seseorang yg telah menyamar sebagai pegawai ayahnya untuk mendapatkan lencana Siong in giok ceng dari tangan pelayan setia keluarganya Kho Po koan dan mengambil kitab pusaka yg disimpan Bu wi lojin.

   Bila semua cerita itu dikaitkan satu dg lainnya, maka posisi si sastrawan berkipas kemala dalam rencana keji itupun makin lama serasa semakin penting.

   Sementara dia masih melongo seperti orang kehilangan semangat, terdengar Han Tiong lin menegur sambil tertawa.

   "Lote aku sudah selesai bercerita, apalagi yg kau pikirkan? Mari aku hendak menghormati secawan arak kepadamu sebagai rasa terima kasih atas kebaikanmu hari ini!"

   Kho Beng segera sadar kembali dari lamunannya setelah mendengar teguran tsb, buru2 dia mengulumkan senyuman dibibirnya serta meneguk habis secawan arak.

   Sedang dalam hati kecilnya ia merasa sangat gembira, sebab sama sekali tak terduga olehnya bahwa perjamuan yg diselenggarakan kali ini justru meraih hasil yg sama sekali diluar dugaan.

   Ini berarti rencananya untuk mencari sastrawan berkipas kemala pun tak bisa ditunda-tunda lagi.

   Sementara itu malam hari sudah semakin kelam, Kho Beng mulai gelisah karena Han Tiong lin sama sekali tidak berhasrat untuk meningalkan rumah pelacur tsb, dlm keadaan setengah mabuk, apalagi dirayu oleh seorang pelacur cantik Cui hong, bagaimana mungkin orang she Han tsb tega meninggalkan ditengah jalan? Ia tak tahu bagaimana caranya melepaskan diri dari pengawasan Han Tiong lin, ditambah lagi isi sakunya telah ludes, dg cara apa mereka harus keluar dari rumah pelacur Tay ang wan tsb? Pikir punya pikir, akhirnya ia berhasil menemukan sebuah cara yg dirasakan terbaik.

   Satu-satunya jalan yg terbaik baginya sekarang adalah berusaha meloloh lawan dg arak sehingga mabuk, dalam keadaan begitu, tentu saja ia biasa meloloskan diri dg mudah.

   Maka dg pelbagai alasan yg dibuat-buat, ia mulai meloloh Han Tiong lin dg arak menjelang kentongan yg pertama Han Tiong lin sudah dibikin benar2 mabuk.

   Dlm keadaan beginilah Kho Beng moho diri dg alasan hendak kekamar kecil, begitu keluar dari kamar tidur Cui hong, ia segera menerobos keluar dari jendela dan secepatnya berangkat kerumah kosong keluarga Nyoo disebelah timur kota.

   Sebetulnya gedung keluarga Nyoo merupakan sebuah gedung bangunan yg paling luas diseluruh kota Yang ciu, kebunnya yg luas dg pepohonan yg rimbun, benar2 merupakan sebuah tempat tinggal yg sangat nyaman.

   Tapi kini, bangunan tsb tinggal sebuah gedung yg kotor tanpa penghuni, kebunnya yg luas telah ditumbuhi rumput liar setinggi manusia, sarang laba2 menambah semaraknya suasana, membuat keadaan disitu betul2 amat mengenaskan.

   Setelah meninggalkan tempat pelacuran Tay ang wan dg gerakan cepat Kho Beng berangkat menuju gedung kosong tsb, dari kejauhan ia sudah melihat bangunan gedung yg gelap gulita dan menyeramkan itu.

   Seandainya Han Tiong lin tidak menjelaskan lebih dulu, ia sendiripun hampir tak percaya kalau dalam gedung semacam begini ada penghuninya.

   Setelah sampai disana, pemuda itu segera menjejakkan kakinya keatas tanah dan melompat masuk kedalam dinding pekarangan gedung.

   Mendadak terdengar seorang membentak dg suara dalam.

   "Sobat ada urusan apa malam begini datang kemari?"

   Sesosok bayangan manusia berbaju kuning munculkan diri secara tiba2 dari balik hutan dan menghadang jalan perginya.

   Kho Beng tahu orang ini pastilah salah satu diantara kawanan jago pedang berbaju kuning rombongan Han Tiong lin maka sambil menghimpun tenaga untuk menghindari segala hal yg tidak diinginkan, ia menjawab dg lantang.

   "Aku adalah sahabat dari Han tiong lin toako, atas permintaan Han toako ada urusan penting hendak kusampaikan kepada sastrawan berkipas kemala Beng jihiap!"

   Jago pedang berbaju kuning itu segera menyarungkan kembali pedangnya, lalu berkata seraya mengulap tangannya.

   "Harap sobat mengikuti aku!"

   Ia membalikkan badan dan melompat kehalaman belakang.

   Sesudah melalui dua lapis bangunan yg setengah roboh sampailah mereka didepan sebuah bangunan rendah yg amat gelap.

   Jago pedang berbaju kuning itu segera bertepuk tangan dua kali, dari balik bangunan rumah itu segera muncul setitik cahaya lentera disusul kemudian seorang bertanya.

   "Ada urusan apa?"

   "Han toako mengutus orang untuk menyampaikan suatu berita!"

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Jawab jago pedang berbaju kuning itu.

   Baru selesai ucapan tsb, pintu sudah dibuka orang, lalu terlihatlah dibawah cahaya lentera yg redup, lima enam buah peti mati nampak berjajar dalam ruangan, sementara sastrawan berkipas kemala dg sikap yg was-was dan agak tercengang munculkan diri dari balik pintu.

   Ketika ia sudah melihat jelas wajah Kho Beng, paas mukanya segera berubah hebat, serunya tanpa terasa.

   "Aaaah...rupanya kau?"

   Kho Beng tertawa nyaring, segera ujarnya sambil menjura.

   "Beng Jihiap, sejak perpisahan tempo hari, aku benar2 rindu sekali kepadamu."

   "Kho Beng, darimana kau bisa tahu kalau aku berdiam disini?"

   Tegur Sastrawan berkipas kemala dg suara dingin. Kembali Kho Beng tertawa terbahak-bahak.

   "Hahahasewaktu berada dikota Yang ciu, secara kebetulan aku telah bersua dg Han toako, dari dialah dapat kuketahui bahwa jihiap telah pindah, hanya saja sikap jihiap mendiami tempat semacam ini benar2 membuat hatiku terkejut bercampur keheranan!"

   "Kau kenal dg Han lotoa?"

   Seru Sastrawan berkipas kemala dg wajah tertegun dan hati bergetar keras.

   "aku sudah bersahabat hampir setahun lamanya dg saudara Han, bukan kenalan baru lagi namanya."

   "Tolong tanya ada urusan apa kau datang mencariku?"

   Tukas Sastrawan berkipas kemala kemudian.

   "Jihiap bagaimana kalau kita berbincang-bincang didalam ruangan saja?"

   Sastrawan berkipas kemala itu termenung beberapa saat, akhirnya dia manggut2, namn disaat Kho Beng melangkah masuk kedalam ruangan, secara diam2 ia memberi tanda rahasia kepada sijago pedang berbaju kuning yg berada diluar pintu itu.

   Setelah berada dalam ruangan, Kho Beng baru dapat melihat dg jelas keadaan dalam ruangan, ternyata kecuali keenam buah peti mati itu, disana tak nampak benda lain.

   Sarang laba2 kelihatan memenuhi setiap sudut ruangan, hal ini menunjukkan kalau tempat tsb telah dirubah oleh rakyat setempat sebagai ruangan penitipan jenasah.

   Bila seseorang yg tak tahu keadaan sebenarnya, pada hakekatnya tak pernah akan menduga kalau ada orang berdiam ditempat semacam ini.

   Setelah menutup kembali pintu ruangannya, Sastrawan berkipas kemala segera berkata dg suara dingin.

   "Maaf kalau aku tak bisa memberi pelayanan yg baik ditempat semacam ini, nah sauhiap bila ada persoalan silahkan saja diutarakan keluar!"

   Kho Beng tertawa hambar.

   "Jihiap tidak usah sungkan, persoalan pertama yg hendak kusampaikan adalah berita kematian dari saudara angkatmu sesaat sebelum meninggal kakak angkatmu merasa amat menyesal karena tak dapat kembali bersua dg mu!"

   Sekilas perasaan malu dan menyesal menyelimuti seluruh wajah Sastrawan berkipas kemala, tapi sejenak kemudian ia sudah berkata lagi dingin.

   "Berita kematian kakak angkatku telah kuperolah sejak lama, kecuali persoalan ini apakah sauhiap masih ada urusan lain?"

   Sikap lawannya segera menimbulkan pandangan yg menghina dari Kho Beng, diam2 pikirnya.

   "Tampak untuk menghadapi manusia semacam ini, lebih baik kugunakan siasat untuk menjebaknya ketimbang bertanya secara baik2."

   Berpikir begitu, dg wajah serius segera katanya.

   "Sebelum menghembuskan napas yg terakhir kakakmu telah memberitahukan satu persoalan kepadaku, itulah sebabnya aku sengaja datang mencari jihiap untuk membuktikan kebenaran ceritanya."

   "Soal apa?"

   Tanya Sastrawan berkipas kemala mulai ragu2.

   "Masih ingatkah jihiap dg tempat dimana kita bersua pertama kalinya?"

   Sastrawan berkipas kemala manggut2.

   "Maksudmu perkampungan Hui im ceng didalam kota Tang an?"

   "Betul!"

   Kho Beng mengangguk.

   "konon kalian berhasil mendapatkan sebuah lencana Siong im giok leng"

   "Ada urusan apa lotoa ku memberitahukan soal tsb kepadamu?"

   Seru si sastrawan berkipas kemala tercengang, wajahnya nampak agak kaget. Dari nada pembicaraannya, Kho Beng tahu kalau dugaannya memang benar, maka sambil menarik muka katanya lebih jauh.

   "Tentu saja persoalan ini ada hubungannya dgku, sekarang aku Kho Beng hanya ingin tahu apa benar lencana Siong im giok leng tsb telah diserahkan kepada orang lain?"

   "Menurut lotoa, benda tsb telah diserahkan kepada siapa?"

   Paras muka Sastrawan berkipas kemala berubah hebat.

   "Jihiap seharusnya mengerti aku Kho Beng hanya berharap Jihiap memberikan jawabannya sehingga bisa dicocokkan dg apa yg kuketahui."

   Tiba2 Sastrawan berkipas kemala tertawa dingin, jengeknya.

   "Kau tidak usah menggunakan tipu muslihat untuk menjebakku, aku Beng yu tak mau menjawab pertanyaan tsb."

   Menyaksikan siasatnya berhasil dibongkar lawan tanpa terasa Kho Beng berpikir.

   "Nyata sekarang betapa licik dan lihaynya orang ini!"

   Sambil menarik muka ia segera berseru.

   "Jadi jihiap benar2 enggan menjawab?"

   Mendadak Sastrawan berkipas kemala tertawa licik.

   "Kho Beng, jelaskan dulu apa hubunganmu dg persoalan tsb!"

   Sastrawan berkipas kemala segera tertawa bergelak.

   "Hahahasiapa sih yg hendak kau tipu? Justru Bu wi lojin sendiri yg telah meminta kembali lencananya"

   Seketika itu juga Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, sekarang ia baru mengerti kalau toh Sastrawan berkipas kemala mengatakan bahwa lencana tsb telah diminta kembali Bu wi lojin, berarti persoalan ini ada hubungannya dg orang yg menyamar sebagai pegawai Hui im ceng dan melarikan kitab pusaka Thian goan bu boh tsb.

   Karenanya dg suara dalam katanya.

   "Beng Yu, dari mana kau bisa tahu kalau lencana Siong im giok leng telah diminta kembali Bu wi cianpwee?"

   Kembali Sastrawa berkipas kemala tertawa licik, tiba2 ia bertepuk tangan keras2.

   Jilid 12 Bersamaan dg bergemanya suara tepukan itu, tiba2 pintu ruangan terpentang lebar dan muncullah serombongan jago pedang berbaju kuning, dg pedang terhunus mereka mengawasi Kho Beng tajam2 sementara serangan telah siap dilancarkan setiap saat.

   Berubah hebat paras muka Kho Beng, terutama karena jumlah lawannya mencapai delapan orang lebih.

   Diawasinya wajah Sastrawan berwajah kemala lekat2, kemudian tegurnya dg suara dalam.

   "Apa yg hendak kau perbuat?"

   Sastrawan berkipas kemala sama sekali tidak menggubris teguran Kho Beng, kepada kedelapan orang jago pedang berbaju kuning itu bentaknya keras2.

   "Dialah Kho Beng, orang yg sedang dicari-cari siancu, apabila dapat dibekuk dalam keadaan hidup, hal itu merupakan sebuah pahala yg amat besar!"

   Kho Beng sangat terkesiap, tiba2 satu ingatan melintas dalam benaknya, segera hardiknya.

   "Beng yu, rupanya kau telah menyerahkan tanda pengenal milik Bu wi cianpwee itu kepada dewi In nu siancu."

   Sastrawan berkipas kemala tidak menyangka kalau sepatah katanya tadi telah membongkar seluruh rahasianya, berubah hebat paras mukanya, tapi sambil tertawa seram ia kemudian berkata.

   "Benar, malah siancu telah mencurigai dirimu sebagai putra sipelayan dari Hui im ceng, hari ini kau tak dapat dilepaskan dg begitu saja"

   Dlm terperanjatnya Kho Beng merasakan pikiran serta perasaannya bergolak keras.

   Ternyata dewi In nu siancu pun mencurigai hubungannya dg pihak perkampungan Hui im ceng, tapi darimana ia bisa tahu kalau kita pusaka Thian goan bu boh masih berada ditangan Bu wi lojin? Mungkinkah dalang dibelakang layar yg menyebabkan kematian tragis ayah ibunya serta hancurnya perkampungan Hui im ceng tempo hari tak lain adalah Dewi in nu siancu tsb? Tapi sayang situasi saat ini tidak memberi kesempatan kepada Kho Beng untuk berpikir lebih jauh, karena dua bilah pedang yg membawa desiran angin tajam telah menusuk kedepan dadanya.

   Kho Beng merasakan darah panas mendidih dalam dadanya, dg penuh kegusaran ia melompat naik keatas peti mati untuk meloloskan diri dari ancaman tsb, kemudian ia meloloskan pedangnya dan sambil membentak keras ia melancarkan sebuah sapuan kedepan mengancam keselamatan jiwa Sastrawan berkipas kemala.

   "Bajingan ! Anjing yg tak tahu malu!"

   Bentaknya keras2.

   "sekalipun kau tidak mencari gara2 dgku, hari ini akupun hendak membekukmu hidup2 serta mengorek keterangan dari mulutmu."

   Sementara itu Sastrawan berkipas kemala telah meloloskan pula senjata kipas tulang kemala putihnya sambil tertawa dingin ia menjengek.

   "Hehe.hetampaknya kau benar2 sebagai putra Kho Po koan, sunguh menggelikan sekali, kau telah membunuh ayah sendiri tapi sampai sekarang masih tidak merasakannya"

   Gerak serangan Kho Beng segera terhadang oleh empat orang jago pedang berbaju kuning sewaktu berada ditengah jalan, ia makin gusar sehabis mendengar perkataan itu, baru satu jurus serangan tangguh hendak dilancarkan, mendadak dari luar terdengar dua kali jeritan ngeri yg memilukan hati bergema memecahkan keheningan.

   Kedua belah pihak sama2 terperanjat dan serentak berpaling kebelakang, dibawah cahaya lentera yg redup kelihatan jelas dua orang jago pedang berbaju kuning telah mengeletak mati diatas tanah.

   Tak terlukiskan rasa kaget Sastrawan berkipas kemala serta kawanan jago pedang lainnya, paras muka mereka berubah hebat.

   Rupanya entah sejak kapan dari depan pintu gedung telah bertambah dg tiga orang nona berbaju putih, ketiga orang nona itu munculkan diri tanpa menimbulkan sedikit suara pun sehingga semua orang yg berada dalam ruangan tak seorangpun yg mengetahui kehadiran mereka.

   Hampir saja Kho Beng menjerit tertahan, setelah melihat kehadiran nona berkerudung yg membawa sebuah payung bulat diantara gadis2 tsb, sebab orang itu tak lain adalah kakak kandungnya.

   Tapi bila teringat disitu masih hadir orang lain, akhirnya pemuda kita berusaha untuk menahan diri, sebab dia tahu jika identitas kakaknya sampai terbongkar maka akan mendatangkan banyak kerugian bagi pihaknya.

   Olehkarena itulah untuk sementara waktu dia Cuma bisa membungkam sembil menunggu perkembangan selanjutnya.

   "Siapa kalian?"

   Terdengar Sastrawan berkipas kemala membentak dg tercengang.

   Nona berkerudung perak yg berdiri ditengah mendengus dingin, ia sama sekali tidak menggubris teguran Sastrawan berkipas kemala itu, sebaliknya kepada keenam jago pedang berbaju kuning lainnya ia berkata dg suara sedingin salju.

   "Mencari kemenangan dg mengandalkan jumlah banyak bukan sifat gagah seorang pendekar sejati, tinggalkan orang she Beng dan orang she Kho itu, yg lain boleh segera menggelinding dari sini!"

   Tiba2 salah seorang diantara jago pedang berbaju kuning itu menjengek sambil tertawa dingin.

   "Kami harus pergi dari sini hanya atas dasar kata2 perempuan rendah macam dirimu? Heheheterus terang kukatakan, aku Liok Bo beng merasa amat tak puas!"

   Agaknya ia masih belum sadar kalau nona yg berada dihadapannya sekarang tidak lain adalah Kedele Maut yg telah mengobrak abrik seluruh dunia persilatan dewasa ini.

   Mencorong sinar tajam dari balik mata Kho Yang ciu setelah mendengar ucapan tsb, mendadak serunya dingin.

   "Bwee hiang!"

   Dayangnya, Bwee hiang segera tampil kedepan seraya bertanya.

   "Apa perintah nona?"

   "Lecuti orang she Liok itu hingga berdarah, agar lain kali jangan mencaci orang lain semaunya sendiri!"

   Bwee hiang segera mengiakan, dirabanya sebuah angkin perak yg melilit pinggangnya lalu diayunkan kedepan menyambar tubuh jago pedang berbaju kuning itu, kecepatan serangannya begitu mengagumkan sehingga pada hakekatnya tak dapat diikuti dg pandangan mata.

   Semenjak tadi si jago pedang berbaju kuning itu telah membuat persiapan, sambil tertawa dingin segera jengeknya.

   "Hehehebelum tentu seranganmu bisa mengapa apa diriku!"

   Sambil berkelebat kesamping, pedangnya diputar secepat kilat lalu menusuk kemuka, sasarannya adalah pinggang Bwee hiang. Tiba2 terdengar Bwee hiang membentak nyaring, cahaya perak menggulung bagaikan seekor naga sakti, kemudian "Praakk"

   Ujung angkinnya telah melecuti bahu kanan jago pedang berbaju kuning itu keras2.

   Seketika itu juga si jago pedang berbaju kuning itu menjerit ketakutan, pedangnya segera jatuh keatas tanah sementara tubuhnya mundur dua langkah dg sempoyongan dan akhirnya "Blummm"

   Ia jatuh terduduk diatas tanah.

   Tampak paras mukanya telah berubah menjadi menguning, peluh bercucuran keluar seperti air terjun, dibagian bahu kanannya robek besar, daging dan kulitnya robek hingga kelihatan hancuran rulangnya yg berwarna putih.

   Peristiwa ini sangat mengejutkan kawanan jago pedang lainnya, paras muka mereka berubah hebat.

   Bukan saja mereka tak sempat melihat cara pasti perubahan jurus serangan dari Bwee hiang, bahkan mereka tak mengira kalau lecutan yg kelihatan begitu ringan ternyata menimbulkan kekuatan sehebat itu, siapa tak ciut hatinya setelah melihat adegan ini? Sementara itu Kho Yan chiu telah melirik sekejap kearah jago pedang yg terluka itu, lalu bentaknya tiba2.

   "Batalkan dua lecutan terakhir!"

   Waktu itu lecutan kedua dari Bwee hiang hampir menempel diatas dada lawan, serentak ia menggetarkan tangannya setelah mendengar bentakan tsb.

   Angkin peraknya dg membawa cahaya yg berkilauan segera menggulung balik kebelakang..

   Kho Yang chiu kembali tertawa sinis, ejeknya.

   "Hmmm, mengakunya seorang pendekar hebat, tapi kenyataannya tak mampu menahan sebuah lecutan pun, buat apa kau mengibul terus menerus? Hmm...siapa lagi yg merasa tak puas?"

   Ciut hati kawanan jago pedang lainnya setelah menyaksikan adegan tsb, ternyata tak seorangpun diantara mereka yg berani bersuara lagi.

   "Kalau sudah mengakui keunggulan kami, mengapa kalian belum enyah juga dari sini? Hmm, apakah masih kepingin mampus?"

   Hardik Kho Yang chiu lebih jauh.

   Kelima orang jago pedang berbaju kuning itu saling pandang sekejap, tiba2 mereka menggeserkan badannya dan berdiri berjajar dibelakang Sastrawan berkipas kemala.

   Pada saat itulah paras muka Sastrawan berkipas kemala berubah hebat, dia seperti teringat akan sesuatu, dipandangnya Kho Beng sekejap, lalu serunya tertahan.

   "Payung Thian lo san, lecut pengikat dewa, jangan2 kau adalah Kedele Maut"

   


Duel Dua Jago Pedang -- Khu Lung Legenda Bunga Persik -- Gu Long Peristiwa Merah Salju -- Gu Long

Cari Blog Ini