Anak Naga 25
Anak Naga Karya Chin Yung Bagian 25
Anak Naga Karya dari Chin Yung Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. " Kakak Han Liong" An Lok Kong cu mengalihkan pembicaraan. "Beberapa tahun ini, engkau berada di mana dan apa yang engkau alami?" "Aku kalah bertanding dengan Hiat Mo, lalu ke gunung soat sa n... "jawab Thio Han Liong dan memberitahukan tentang apa yang dialaminya di gunung tersebut. Jadi kini kepandaianku sudah maju pesat, dan Lweekang ku pun telah mencapai taraf yang amat tinggi." "oh?" Wajah An Lok Kong cu berseri. "Kalau begitu, wajah ke dua orangtua mu pasti bisa pulih. Ya, kan?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Setelah meninggalkan gunung soat san, aku ke mari mengunjungi ke dua orangtua Giok Cu. Tapi... tak disangka mereka berdua telah meninggal di bunuh para anggota Hiat Mo Pang." "Begitu jahat para anggota Hiat Mo Pang" An Lok Kong cu menggeleng-gelengkan kepala. "sejak itu aku pun mulai membantai para anggota Hiat Mo Pang." Thio Han Liong memberitahukan. "Dan menuju lembah Pek Yun Kok, tak diduga Bibi sian sian sudah berada di sana. la berhasil membunuh si Mo dan memukul Kwee In Loan jatuh kejurang, tapi aku...." "Kakak Han Liong, sudahlah Jangan diungkit lagi kejadian itu" "Sebelumnya aku ingin memberitahukan Giok Cu tentang kematian ke dua orangtuanya, dia malah bunuh diri" Thio Han Liong menghela nafas dan air matanya pun mulai meleleh. "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu terkejut ketika melihat air mata Thio Han Liong mulai meleleh. "Jangan menangis lagi Tadi... tadi engkau menangis hingga mengeluarkan darah, untung Bibi sian sian cepat-cepat menotok jalan darahmu agar pingsan, kemudian menyalurkan Lweekangnya ke dalam tubuhmu." "oh?" Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Adik An Lok, coba bayangkan betapa malangnya nasib Giok Cu Padahat dia seorang gadis yang baik, tapi.." Mendadak sepasang mata Thio Han Liong berapi-api. An Lok Kong cu terperanjat menyaksikannya . "Aku harus membunuh Hiat Mo" Ujar Thio Han Liong sambil berkertak gigi. "Dia yang menyebabkan semua kejadian itu, aku harus membunuhnya" "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu cepat-cepat memegang tangannya seraya berkata dengan lembut sekali. "Jangan emosi, tenanglah" "Hmm" Dengus Thio Han Liong dingin. "Mulai sekarang aku akan membantai para penjahat agar rimba persilatan bersih dari kejahatan" "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu memandangnya sambil tersenyum dan menambahkan. "Bahkan engkau pun harus menghukum para pembesar yang berlaku sewenang-wenang dan korup," "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Oh ya, Kakak Han Liong," Ujar An Lok Kong cu perlahan. "Bagaimana kalau engkau mengajakku ke pulau Hong Hoang To?" "Mau apa engkau ke sana?" "Aku ingin mengunjungi ke dua orangtua mu, dan juga engkau boleh mengobati wajah ke dua orangtua mu." "Aaah..." Thio Han Liong menghela nafas panjang. "sudah hampir delapan tahun aku tidak pulang menengok ke dua orangtua ku...." "oleh karena itu, engkau harus pulang," Ujar An Lok Kong cu dan melanjutkan. "Aku ikut karena ingin mengunjungi ke dua orangtua mu, juga ingin menikmati keindahan pulau itu." "Adik An Lok...." Lama sekali Thio Han Liong berpikir, kemudian manggut-manggut. "Baiklah, besok pagi kita berangkat ke pesisir utara menemui Kwa Kiat Lam. Dia punya kapal yang cukup besar." "Dia bersedia mengantar kita ke pulau Hong Hoang To?" "Tentu bersedia, sebab dia mantan anggota Beng Kauw." "oooh" An Lok Kong cu mengangguk dan berkata. "Terima kasih Kakak Han Liong atas kesudianmu mengajakku ke pulau itu." "Tidak usah berTerima kasih, Adik An Lok," Ujar Thio Han Liong. "Memang ada baiknya engkau menemui ke dua orangtua ku." "Memangnya kenapa?" "sebab...." Thio Han Liong memandangnya. " Engkau boleh mewakili ayahmu menjernihkan tentang kejadian penyerbuan belasan tahun silam itu." "Kakak Han Liong," An Lok Kong cu tersenyum. "Terus terang, Ayah yang menyuruhku bersamamu ke mlau Hong Hoang TO menemui ke dua orangtua mu." "oh? Kenapa?" "Aku harus mewakili Ayahku menjernihkan kesalahpahaman itu, lalu mengundang ke dua orangtua mu ke istana." "Adik An Lok...." Thio Han Liong menggelengkan eYala. "Belum tentu ke dua orangtuaku akan memenuhi undangan itu." " Kakak Han Liong," An Lok Kong cu tersenyum seraya berkata. "Engkau harus membujuk ke dua orang- tua mu agar mau ke istana" "Baiklah." Thio Han Liong mengangguk. "Akan kucoba, namun aku tidak berani menjamin." "Terima kasih, Kakak Han Liong," Ucap An Lok Kong cu gembira. "Engkau baik sekali terhadapku." "Aaah..." Thio Han Liong menghela nafas panjang, kemudian memandang makam Tan Giok Cu. "Adik Giok cu...." Keesokan harinya, Thio Han Liong dan An Lok Kong cu berpamit kepada Ah Hiang, lalu berangkat ke pesisir utara. Dalam perjalanan, Thio Han Liong tidak begitu banyak bicara, itu membuat An Lok Kong cu menghela nafas diam-diam. "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu meliriknya. "Engkau masih teringat kepada Giok Cu?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Kakak Han Liong, jangan terus diingat" Ujar An Lok Kong cu lembut. "itu akan mengganggu kesehatanmu...." "Aaah..." Thio Han Liong menghela nafas panjang. "Aku kenal Giok Cu ketika berusia tujuh tahun. Kini dia sudah tiada, maka aku selalu terkenang kepadanya." " Kakak Han Liong, kalau aku mati, engkaujuga akan sedemikian sedih?" Tanya An Lok Kong cu mendadak. "Adik An Lok," Tegur Thio Han Liong. "jangan omong yang bukan-bukan, aku tidak mau mendengar ucapan itu." "Kakak Han Liong" An Lok Kong cu bertanya lagi. "Kalau aku mati, engkau juga akan menangis sampai mengeluarkan air mata darah?" "Itu....H Thio Han Liong memandangnya dan berkata tanpa sadar. "Kalau engkau mati, aku pun pasti mati." "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu langsung mendekap di dadanya. "Kakak Han Liong...." Kini An Lok Kong cu meneruskan perjalanan dengan penuh kegembiraan, karena yakin Thio Han Liong mencintainya. oleh karena itu, ia terus berusaha menghibur Thio Han Liong, agar pemuda pujaan hatinya itu tidak terus dirundung duka. "Kakak Han Liong, Ayahmu galak?" Tanya An Lok Kong cu mendadak. "Ayahku tidak galak, namun berwibawa," Jawab Thio Han Liong memberitahukan. "Tapi engkau tidak boleh berbohong, karena Ayahku paling membenci orang yang suka berbohong." " Kakak Han Liong" An Lok Kong cu tersenyum. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku bukan gadis yang suka berbohong." "Aku tahu." Thio Han Liong manggut-manggut. "oh ya, ibumu galak?" "ibuku pun tidak galak. sebaliknya malah agak memanjakan aku, ketika aku masih kecil." "oooh" Ketika An Lok Kong cu mau melanjutkan, tiba-tiba terdengar suara jeritan wanita. "Tolong Tolong..." Thio Han Liong dan An Lok Kong cu mengerutkan kening, kemudian saling memandang. "Mari kita ke sana" Ajak Thio Han Liong. "Baik," Mereka berdua melesat ke tempat suara jeritan itu. Tampak belasan orang mengerumuni seorang wanita muda, seorang lelaki bertampang seram sedang memeluk wanita itu, sekaligus berusaha membuka pakaiannya. "Berhenti" Bentak Thio Han Liong dengan wajah merah padam saking gusarnya. Belasan orang itu terkejut, begitu pula lelaki bertampang seram itu. Mereka segera memandang Thio Han Liong. "Lepaskan wanita itu" Bentak Thio Han Liong lagi sambil mendekati mereka selangkah demi selangkah. "siapa engkau? sungguh berani mencampuri urusan kami" Sahut lelaki bertampang seram. "Hmm" Dengus Thio Han Liong dingini "Hari ini kalian bertemu aku, itu berarti ajal kalian telah tiba" "Ha ha ha" Lelaki bertampang seram itu tertawa, lalu berseru. "serang orang itu" Begitu lelaki bertampang seram itu berseru, belasan orang lainnya langsung menyerang Thio Han Liong dengan berbagai macam senjata. Thio Han Liong berkelit, kemudian badannya berkelebat ke sana ke mari. "Aaaakh Aaaakh..." Terdengar suara jeritan yang menyayat hati. Belasan orang itu terkapar dengan mulut mengeluarkan darah, ternyata mereka semua telah binasa. "Haah?" Betapa terkejutnya lelaki bertampang seram itu. "siauhiap, ampunilah aku Ampunilah aku...." "Hmm" Thio Han Liong tersenyum dingin, kemudian mendadak mengibaskan tangannya. seketika lelaki bertampang seram itu terpental belasan depa, lalu roboh tak bernyawa lagi. "Terima kasih, Tuan," Ucap wanita muda itu sambil berlutut. "Banguniah" Ujar Thio Han Liong. "Kini sudah aman, engkau boleh pulang." Wanita muda itu bangkit berdiri, An Lok Kong cu menghampirinya seraya bertanya. "siapa orang-orang itu?" "Mereka... mereka adalah perampok." Wanita muda itu memberitahukan. "Mereka merampok di desa kami, kemudian menculikku. Kalau siauhiap tidak muncul, aku... aku pasti mereka perkosa." "sekarang sudah aman, engkau boleh pulang," Ujar An Lok Kong cu. "Ya." Wanita itu mengangguk lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu saling memandang, kemudian mereka menggeleng-gelengkan kepala. " Kakak Han Liong, kenapa engkau membunuh mereka semua?" "Adik An Lok, mereka para penjahat, maka harus dibasmi," Sahut Thio Han Liong. "Apakah engkau tidak dengar tadi, wanita muda itu bilang mereka adalah para perampok yang merampok di desanya." "Aku dengar." An Lok Kong cu manggut-manggut. "Engkau benar, para penjahat harus dibasmi." "Kini mereka semua telah mati, aku harus mengubur mayat-mayat itu," Ujar Thio Han Liong. "Tidak usah, Kakak Han Liong" Sahut An Lok Kong cu. "Lho? Kenapa?" Thlo Han Llong heran. "Aku yakin para penduduk desa itu akan ke mari. Biar mereka yang mengubur mayat-mayat itu." "Baik," Thio Han Liong manggut-manggut. Mereka berdua meninggalkan tempat itu, lalu melanjutkan perjalanan menuju pesisir utara. Tidak salah apa yang dikatakan An Lok Kong cu, tak lama setelah mereka pergi, muncullah puluhan penduduk desa. Begitu melihat mayat para perampok itu, bersoraklah mereka dengan penuh kegembiraan. setelah itu, barulah mereka bergotong-royong mengubur mayat-mayat itu. Bab 48 Wajah Thio Bu Ki Dan Tio Beng Pulih Enam, tujuh hari kemudian, Thio Han Liong dan An Lok Kong cu sudah tiba di pesisir utara. Di saat Thio Han Liong menengok ke sana ke mari, tiba-tiba terdengar suara seruan yang penuh kegembiraan. "Han Liong Han Liong..." Seorang lelaki berlari-lari menghampiri mereka dengan wajah berseri-seri, ternyata Kwa Kiat Lam. "Paman Kwa" Betapa gembiranya Thio Han Liong. "Han Liong" Kwa Kiat Lam tertawa gembira. "Ha ha ha Kini engkau telah dewasa, tapi... kenapa badanmu agak kurus?" "Aku...." Thio Han Liong menghela nafas panjang, kemudian memperkenalkan An Lok Kong Cu. "Paman Kwa, ini temanku, namanya Cu An Lok." "Ha ha ha" Kwa Kiat Lam tertawa terbahak-bahak. "Cu An Lok, aku senang sekali bertemu denganmu" " Aku pun senang sekali bertemu Paman Kwa," Sahut An Lok Kong cu sambil memberi hormat. "Han Liong, sudah hampir delapan tahun engkau tidak ke pulau Hong Hoang TO. sekarang engkau dan temanmu ini mau ke pulau itu?" Tanya Kwa Kiat Lam. "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Aku rindu sekali kepada ke dua orangtua ku, mari kita berlayar sekarang" "Baik," Kwa Kiat Lam persilakan mereka naik ke kapal. Tak seberapa lama kemudian, mereka mulai meninggalkan pesisir utara. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu berdiri di haluan. An Lok Kong cu memandang laut nan luas itu dengan wajah berseri-seri. "Wuah" Serunya tak tertahan. "sungguh indah pemandangan laut Aku tak menyangka pemandangan laut sedemikian indah menakjubkan" "Apalagi disaat senja, kita akan menyaksikan sang surya tenggelam ke dalam laut." Thio Han Liong memberitahukan. "oh?" An Lok Kong cu tersenyum. " Kakak Han Liong, ada apa di pulau Hong Hoang To?" Tanyanya. "Ada burung-burung Hong Hoang (Phoenix)." "Burung itu sudah langka. Aku hanya melihat burung tersebut dari gambar. Tak disangka di pulau itu terdapat burung Hong Hoang." "Burung itu sangat jinak. engkau bisa membelainya." Thio Han Liong memberitahukan. "Bahkan amat indah, bulunya warna-warni dan mengkilap." An Lok Kong cu tampak gembira sekali. "Apakah burung itu dapat ditunggangi?" "Burung itu tidak begitu besar, bagaimana mungkin dapat ditunggangi?" Thio Han Liong menggelengkan kepala. "sayang sekali" Ujar An Lok Kong cu. "Kalau burung itu kuat dan besar, aku ingin menunggang burung itu agar bisa melihat-lihat pulau itu dari atas." "Kalau begitu, engkau boleh duduk dipundakku," Ujar Thio Han Liong sambil tersenyum. "Aku akan meloncat ke atas menggunakan ginkang. Nah, bukankah engkau bisa melihat pulau itu dari atas" "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu cemberut. "Jangan mengada-ada" "Aku tidak mengada-ada." Thio Han Liong tersenyum, lagi. "Itu kalau engkau mau duduk di pundakku." " Engkau konyol ah" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo An Lok Kong cu memukul dada Thio Han Liong, namun kemudian malah mendekap di situ. Thio Han Liong membelainya. An Lok Kong cu bergirang dalam hati, karena kini Thio Han Liong tampak tidak begitu berduka lagi. Wajahnya tampak mulai cerah ketika angin menerpanya. " Kakak Han Liong, bagaimana kalau ke dua orang-tuamu tidak sudi menerimaku di pulau itu?" Tanya An Lok Kong cu setengah berbisik, Jangan khawatir" Sahut Thio Han Liong. " Ke dua orangtua ku tidak berhati sempit, percayalah" "syukurlah kalau begitu" Ujar An Lok Kong cu dan menambahkan. "Tapi... hatiku agak kebat-kebit." "Itu tidak apa-apa. Tenang saja." Thio Han Liong membelainya lagi, namun kemudian menghela nafas panjang. "Aaaah..." "Kakak Han Liong" An Lok Kong cu menatapnya seraya bertanya. "Teringat pada Giok Cu lagi?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Aku tidak habis pikir, kenapa nasibnya begitu malang?" "Mungkin sudah merupakan suratan takdir," Ujar An Lok Kong cu sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Juga memang merupakan nasibnya...." Beberapa hari kemudian, sampailah mereka di pulau tersebut. " Kakak Han Liong" Seru An Lok Kong cu terbelalak. "sungguh indah pulau Hong Hoang To ini, aku... aku betah di sini" "oh?" Thio Han Liong tersenyum, kemudian mendadak ia mengerahkan Lweekang sambil bersiul panjang. Betapa nyaringnya suara siulan itu, bergema ke seluruh pulau tersebut. Tak lama tampak belasan burung Hong Hoang terbang ke arahnya, lalu melayang turun di hadapannya. "Ha ha ha" Thio Han Liong tertawa gembira. "Ka-wan-kawan, kita berjumpa lagi" Thio Han Liong membelai burung-burung itu. Bukan main kagumnya An Lok Kong cu ketika menyaksikan keindahan burung tersebut. " Kakak Han Liong, bolehkah aku membelainya?" Tanya An Lok Kong cu sambil mendekati salah seekor dari antara burung-burung itu. "Tentu boleh." Thio Han Liong mengangguk. An Lok Kong cu segera menjulurkan tangannya untuk membelai salah seekor burung itu, dan burung itu terus memandangnya. " Kakak Han Liong" An Lok Kong cu tersenyum. "Kenapa burung ini melototi aku?" "Dia belum mengenalmu," Sahut Thio Han Liong dan menambahkan. "Maka engkau harus memperkenalkan diri" "oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut. "saudara Hong Hoang, namaku Cu An Lok...." "Adik An Lok" Thio Han Liong tertawa. "Itu burung Hong Hoang betina, engkau harus memanggilnya Cici (Kakak Perempuan)." "Cici Hong Hoang" Panggil An Lok Kong cu sambil tertawa kecil. Burung itu manggut-manggut, membuat An Lok Kong cu terbelalak. "Kakak Han Liong" Serunya sambil tertawa geli. "Burung ini manggut-manggut" "Kalau- engkau nakal, burung itu pun akan mengomel." Sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. "oh? Itu...." Ucapan An Lok Kong cu tidak dilanjutkan, sebab mendadak berkelebat dua sosok bayangan di hadapan mereka. "Ayah Ibu" Seru Thio Han Liong girang. Berdiri seorang lelaki dan seorang wanita di situ. Wajah mereka tampak menyeramkan, tidak lain adalah Thio Bu Ki dan Tio Beng. "Han Liong...." Thio Bu Ki dan Tio Beng terbelalak. "Engkaukah yang bersiul tadi?" "Ayah Ibu...." Thio Han Liong segera bersujud di hadapan mereka, kemudian terisak-isak. "Hampir delapan tahun kita tidak berjumpa, bagaimana keadaan Ayah dan Ibu?" Thio Bu Ki membelainya dengan penuh kasih sayang. "Ayah dan ibumu baik-baik saja." Tio Beng juga membelainya. "Bangunlah" Thio Han Liong bangkit berdiri. Kini giliran An Lok Kong cu bersujud di hadapan mereka. "Paman, Bibi, terimalah hormatku" "Banguniah" Thio Bu Ki segera membangunkannya. "Anak muda, siapa engkau?" "Bu Ki Koko," Ujar Tio Beng sambil tersenyum. "Dia anak gadis yang menyamar sebagai pemuda." "oh?" Thio Bu Ki menatap An Lok Kong cu dalam-dalam. "Engkau anak gadis?" "Ya, Paman." An Lok Kong cu bangkit berdiri seraya memberitahukan. "Namaku Cu Ay Ceng, gelarku An Lok Kongcu." "An Lok Kong cu?" Thio Bu Ki mengerutkan kening. "Engkau putri kaisar?" "Ya, Paman." An Lok Kong cu mengangguk. Di saat bersamaan, tampak Kwa Kiat Lam menghampiri mereka, lalu memberi hormat kepada Thio Bu Ki dan Tio Beng. "saudara Thio, apa kabar?" "Kami baik-baik saja," Sahut Thio Bu Ki dengan tersenyum. "Terima kasih atas kebaikanmu mengantar mereka ke mari." "sama-sama," Sahut Kwa Kiat Lam sambil tertawa. "Mari ke gubuk kami" Ajak Thio Bu Ki lalu bersama Tio Beng melangkah pergi. Kwa Kiat Lam, Thio Han Liong dan An Lok Kong cu langsung mengikutinya. An Lok Kong Cu berjalan dengan kepala menunduk. "Adik An Lok," Tanya Thio Han Liong heran. "Ke-napa engkau diam saja?" "Kakak Han Liong" An Lok Kong cu menggeleng-gelengkan kemala. "Kelihatannya ayahmu kurang senang akan kehadiranku di sini." "Tidak mungkin^ Thio Han Liong tersenyum. "Hanya saja merasa terkejut atas kehadiranmu." "Kalau ayahmu memarahiku," Pesan An Lok Kong cu dengan suara rendah. "Engkau harus membelaku lho" "Jangan khawatir" Thio Han Liong menepuk bahunya. "Ayahku tidak akan memarahimu, percayalah" Berselang beberapa saat kemudian, mereka sudah tiba di gubuk itu. Tio Beng segera menyuguhkan teh, lalu duduk di sisi Thio Bu Ki. "Han Liong" Thio Bu Ki menatapnya seraya bertanya. "Selama delapan tahun ini, apa yahg engkau lakukan dan apa pula yang engkau alami?" "Ayah, aku mengalami banyak kejadian..." Tutur Thio Han Liong mengenai semua itu. "Tapi... Giok Cu dan ke dua orangtuanya telah meninggal." "Sungguhi malang nasib mereka" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala. "Tak disangka rimba persilatan telah berubah menjadi begitu. Namun syukurlah kini Hiat Mo Pang telah bubar" "Han Liong" Tio Beng menatapnya seraya bertanya. "Engkau membawa daun soat san Ling Che?" Thio Han Liong mengangguk, lalu mengeluarkan daun tersebut dan diberikan kepada ayahnya. Thio Bu Ki menerima daun itu lalu menciumnya, sejenak kemudian barulah manggut-manggut sambil tersenyum. "Beng Moy," Ujarnya kepada Tio Beng. "Kemung-kinan besar wajah kita akan pulih." "oh?" Tio Beng tampak gembira sekali. "Daun soat san Ling che itu dapat menyembuhkan wajah kita?" "Rasanya bisa." Thio Bu Ki mengangguk. "soat San Ling che bagaikan buah dewa dalam dongeng, tak disangka Han Liong justru telah makan buah itu. Aku yakin Lweekangnya jauh lebih tinggi dariku." "syukurlah kalau begitu" Ucap Tio Beng. "Tapi aku tidak habis pikir, siapa sebetulnya BuBeng sian su?" Ujar Thio Bu Ki sambil menghela nafas. "usia-nya lebih tua dari Guru Besar Thio sam Hong, dan berkepandaiannya pun telah mencapai kesempurnaan. Namun beliau malah tak dikenal orang, itu sungguh luar biasa" "Ayah" Thio Han Liong memberitahukan. "BuBeng sian su juga kenal sin Tiauw Tayhiap-Yo Ko dan siauw Liong Li, bahkanjuga kenal Tong Sia, si TOk, Lam Ti dan Pak Kay. Tapi mereka justru tidak tahu BuBeng sian su kepandaiannya begitu tinggi. sebab beliau tidak pernah memamerkan kepandaiannya, lagi pula tidak pernah bertarung dengan siapa pun." "Han Liong, engkau sungguh beruntung bertemu dengan beliau" Ujar Thio Bu Ki. "Bahkan beliau pun mengajarmu Kian Kun Taylo sin Kang. Ayah masih tidak mengerti, apa bedanya Kian Kun Taylo Ie sin Kang dengan Kian Kun Taylo sin Kang?" "Kata beliau, Kian Kun Taylo sin Kang dapat mengembalikan Lweekang lawan sekaligus menyerangnya dengan Lweekangnya sendiri" Thio Han Liong memberitahukan. "oh?" Thio Bu Ki tampak kurang percaya. "Han Liong, mari kita ke pekarangan sebentar, ayah ingin tahu bagaimana Kian Kun Taylo sin Kang yang engkau miliki itu" "Baik, Ayah." Thio Han Liong mengangguk. Mereka berdua segera berjalan ke luar. Tio Beng dan lainnya juga ikut ke luar. Thio Bu Ki dan Thio Han Liong berdiri berhadapan berjarak kurang lebih tiga depa. "Bersiap-siaplah" Ujar Thio Bu Ki. "Ayah akan menyerangmu dengan Kiu yang sin Kang, engkau harus menangkis dengan Kian Kun Taylo sin Kang Ayah cuma mengeluarkan tiga bagian Lweekang Kiu Yang sin Kang, engkau mau mengeluarkan berapa bagian Kian Kun Taylo sin Kang mu, terserah." "Ya, Ayah." Thio Han Liong mengangguk. "Han Liong, hati-hati" Pesan Thio Bu Ki. "Ayah mulai menyerangmu dengan Kiu Yang sin Kang." Thio Han Liong mengangguk, sedangkan Thio Bu Ki telah menyerangnya. Thio Han Liong tidak berkelit melainkan langsung manangkis dengan Kian Kun Taylo sin Kang menggunakan jurus Kian Kun Taylo Bu Pien (Alam semesta Tiada Batas-. BLam Terdengar suara benturan. Thio Han Liong termundur- mundur beberapa langkah, sedangkan Thio Bu Ki terpental beberapa depa. setelah berdiri tegak, ia memandang Thio Han uong dengan mata terbelalak. "Bu Ki Koko" Tio Beng mendekatinya seraya berkata. " Engkau tidak terluka dalam?" "Tidak." Thio Bu Ki menarik nafas dalam-dalam. "Tak disangka begitu lihay ilmu Kian Kun Taylo sin Kang itu. Kalau tadi aku menyerang dengan sepenuh tenaga, saat ini aku sudah tergeletak menjadi mayat." "Ayah...." Thio Han Liong mendekatinya. "Maafkan aku...." "Ha ha ha" Thio Bu Ki tertawa gelak. "Kini legalah hati ayah, karena engkau telah memiliki kepandaian yang begitu tinggi" "Han Liong...." Tio Beng memandangnya sambil tersenyum. "Tak disangka kepandaianmu sudah begitu tinggi, ibu gembira sekali." "Mari kita kembali ke dalam" Ajak Thio Bu Ki. Mereka semua masuk ke dalam rumah. sementara Kwa Kiat Lam masih memandang Thio Han Liong dengan mata tak berkedip. "Han Liong, kepandaianmu itu...." Kwa Kiat Lam menggeleng-gelengkan kepala. "Jauh lebih tinggi dari ayahmu." "Paman Kwa," Sahut Thio Han Liong dengan jujur. "Itu dikarenakan aku makan soat san Ling che, kalau tidak Lweekangku tidak akan begitu tinggi. Lagi cula Bu Beng sian su mengajarku semacam ilmu, maka kepandaianku bertambah tinggi." "oooh" Kwa Kiat Lam manggut-manggut. "Han Liong," Tanya Tio Beng mendadak. "Bagaimana engkau bertemu An Lok Kong cu?" Thio Han Liong memberitahukan, setelah itu ia pun menambahkan. "Ayah, Ibu, aku sudah bertemu Kaisar." "Maksudmu Cu Goan ciang?" Tanya Thio Bu Ki sambil mengerutkan kening. "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Paman cu minta maaf kepadaku karena penyerbuan belasan tahun yang lalu itu." "Hmm" Dengus Thio Bu Ki. "Dia menyuruh para Dhalai Lhama itu ke mari untuk membunuh ayah dan ibumu, kini malah minta maaf?" "Aya^" Thio Han Liong memberitahukan. "Sesungguhnya Paman cu tidak menyuruh mereka membunuh ayah dan ibu, itu adalah perbuatan para Dhalai Lhama." "Itu cuma alasan belaka" Ujar Thio Bu Ki. "Itu bukan alasan, memang begitu," Ujar Thio Han Liong. "Para Dhalai Lhama itu menghendaki kitab pusaka Kiu Yang dan Kiu In cin Keng, maka turun tangan jahat terhadap ayah." "oh?" Kening Thio Bu Ki berkerut. Ia masih ingat belasan tahun yang lalu, para Dhalai Lhama itu memaksanya menyerahkan ke dua kitab pusaka tersebut, kemudian menangkap Thio Han Liong. Pada waktu itu pemimpin pasukan pilihan bernama Lie We Kiong sama sekali tidak membantu para Dhalai Lhama. sesungguhnya di saat itu Lie Wie Kiong bisa turun tangan membunuh Thio Han Liong, tapi tidak dilakukannya. oleh karena itu, Thio Bu Ki mulai percaya akan keterangan putranya. "Paman" Ujar An Lok Kong cu. "Itu memang benar. sebelum para Dhalai Lhama dan Lie Wie Kiong berangkat ke mari, ayahku memang berniat membunuh Paman. Namun malam harinya, ayahku terus berpikir dan teringat akan satu hal, yakni apabila tiada Thio Bu Ki tiada dinasti Beng dan ayahku pun tidak bisa menjadi kaisar, maka... keesokan harinya, ayahku berpesan kepada Lie Wie Kiong dan para Dhalai Lhama, tidak boleh membunuh Paman, harus undang Paman ke istana secara baik-baik, Tak tak disangka para Dhalai Lhama itu justru membunuh Bibi Ci Jiak dan melukai paman, bahkan menyerang Paman dan Bibi dengan Liak Hwee Tan." "Kong cu," Tanya Tio Beng sambil menatapnya. "Benarkah keteranganmu itu?" "Apabila aku bohong, aku pasti disambar petir" Sahut An Lok Kong cu. "Ngmmm" Tio Beng manggut-manggut, kemudian memandang Thio Bu Ki sambil tersenyum dan berkata. "Bu Ki Koko, An Lok Kong cu menyamar sebagai pemuda, itu membuatku teringat akan masa lalu." "Betul." Thio Bu Ki tersenyum. " Engkau pun pernah menyamar sebagai pemuda, sehingga aku sama sekali tidak tahu bahwa engkau anak gadis." "Ayah" Thio Han Liong memberitahukan. " Ketika aku bertemu Adik An Lok, aku pun tidak tahu bahwa dia anak gadis. setelah aku ke Kotaraja menemuinya di istana An Lok, barulah aku tahu bahwa dia anak gadis, juga putri kaisar." "Han Liong." Tanya Thio Bu Ki. "Bagaimana sikap Cu Goan ciang terhadapmu?" "Baik sekali," Jawab Thio Han Liong dan menambahkan. "Paman Cu pun menyerahkan sebuah Tanda Perintah kepadaku, agar aku menghukum pembesar korup dan pembesar yang berbuat sewenang-wenang." Thio Han Liong memperlihatkan Tanda Perintah itu Thio Bu Ki memandang Tanda Perintah itu, kemudian menghela nafas panjang. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Cu Goan ciang memang cerdik, Dia tahu ayah dan engkau tidak mau menjadi pejabat tinggi, maka menyerahkan Tanda Perintah Kaisar itu kepadamu. Itu berarti engkau adalah wakilnya," Ujar Thio Bu Ki dan melanjutkan. "Namun engkau harus merasa bangga, karena Cu Goan ciang mempercayaimu." "Paman." Sela An Lok Kong cu dengan wajah berseri-seri. "Ayahku memang sangat mempercayai Kakak Han Liong, bahkan juga amat menyukainya." "oh?" Thio Bu Ki menatapnya. "Kong cu, kenapa ayahmu menjadi begitu baik terhadap Han Liong?" "Paman jangan memanggilku Kong cu, panggil saja namaku" Ujar An Lok Kong cu dengan sungguh-sungguh . "Baik," Thio Bu Ki manggut-manggut. "Han Liong memanggilmu adik An Lok, maka aku memanggilmu An Lok saja." "Terima kasih Paman," Ucap An Lok Kong cu dan memberitahukan. "ayahku begitu baik terhadap Kakak Han Liong, itu dikarenakan ayahku pernah berbuat salah terhadap Paman, maka ayahku ingin menebus kesalahan itu.^ "Oooh" Thio Bu Ki manggut-manggut. " Ketika aku mau berangkat ke desa Hok An untuk menghibur Kakak Han Liong, ayahku pun berpesan agar membujuk Kakak Han Liong mengajakku ke pulau ini. setelah itu aku harus mengundang Paman dan Bibi ke Kotaraja, ayahku ingin bertatap muka dengan paman dan Bibi" "Itu...." Thio Bu Ki memandang Tio Beng. Bagian 25 "An Lok," Ujar Tio Beng sambil tersenyum. "Kami tidak berani berjanji tentang itu, karena... lihatlah wajah kami yang telah rusak ini Bisakah kami ke Kota raja?" "Bukahkah Kakak Han Liong membawa daun Soat San Ling. che? Daun itu dapat menyembuhkan wajah Paman dan Bibi kan?" "Itu belum tentu," Sahut Thio Bu Ki. "Tapi kami akan mencobanya," "Seandainya wajah Paman dan Bibi pulih, tentunya sudi ke Kotaraja kan?" An Lok Kong cu memandang mereka dengan penuh harap. "Itu akan kami pertimbangkan setelah wajah kami pulih," Ujar Thio Bu Ki kemudian memandang Kwa Kiat Lam seraya berkata. "Saudara Kwa tinggallah engkau di sini beberapa hari" "Tentu." Kwa Kiat Lam tersenyum. "Sebab aku masih harus mengantar mereka ke Tionggoan." "Terima kasih Paman Kwa," Ucap Thio Han Liong. "Han Liong" Thio Bu Ki menatapnya tajam. "Kapan engkau akan pergi mencari Hiat Mo untuk membuat perhitungan?" "Itu..." Pikir Thio Han Liong sejenak, lalu melanjutkan. "Setelah Ayah dan ibu ke Kotaraja." "Han Liong...." Thio Bu Ki tersenyum. "Engkau juga menghendaki kami ke Kotaraja?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Sebab Adik An Lok bermaksud baiki sedangkan ayahnya juga bertujuan yang benar, yakni ingin menjernihkan kesalahpahaman belasan tahun yang lalu itu." "oh?" Thio Bu Ki menatapnya, lama sekali barulah berkata. "Baik, kalau wajah ayah dan ibu pulih, kita berangkat bersama ke Kotaraja." "Terima kasih, Paman," Ucapan Lok Kong cu dengan wajah berseri. "Ngmm" Thio Bu Ki manggut-manggut, kemudian memandang Thio Han Liong seraya berkata. "Kini kepandaianmu sudah tinggi sekali, apakah engkau berniat pergi mencari para Dhalai Lhama itu?" "Ayah, aku memang ingin membuat perhitungan dengan mereka," Sahut Thio Han Liong. Thio Bu Ki menghela nafas panjang. "Itu telah berlalu, engkau tidak usah mencari mereka lagi." "Ayah..." Thio Han Liong heran. "Ayah tahu kini Iweekangmu telah sempurna, tapi...." Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala. "Mereka berjumlah sembilan orang, ilmu itu sungguh sulit dihadapi." "Ayah" Thio Han Liong memberitahukan. "Bu Beng siansu sudah memberi petunjuk kepadaku, bagaimana cara memecahkan ilmu itu. Maka aku harus mencari para Dhalaai Lhama itu." "Kakak Han Liong," Sela An Lok Kong Cu. "Guru-guruku memiliki ilmu Ie Kang Tui Tik yang amat lihay dan dahsyat, engkau harus berhati-hati." "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "An Lok," Tanya Thio Bu Ki. "Para Dhalai Lhama itu gurugurumu?" "Ya, Paman" An Lok Kong Cu mengangguk dan menambahkan. "Tapi aku tidak akan membela guru-guruku itu, sebab mereka yang bersalah dalam hal itu. Tapi.... Kakak Han Liong, janganlah engkau membunuh para Dhalai Lhama itu" "Baiklah," Sahut Thio Han Liong. "Terima kasih Kakak Han Liong," Ucap An Lok Kong Cu. "Oh ya Kalian mengobrol di sini saja" Ujar Thio Bu Ki. "Kami mau ke kamar mengobati wajah, mudah-mudahan bisa pulih" "Ayah," Tanya Thio Han Liong. "Kapan bisa tahu hasilnya?" "Tiga hari," Sahut Thio Bu Ki. "Kalau tidak bisa pulih, berarti tidak ada obat lain yang dapat menyembuhkannya." "Ayah," Ujar Thio Han Liong sambil tersenyum. "Bu Beng siang su yang mengatakan daun soat san Ling Che itu dapat menyembuhkan wajah Ayah dan ibu, maka aku yakin akan itu." "Mudah-mudahan" Ucap Thio Bu Ki, lalu masuk ke dalam bersama isterinya. Tiga hari kemudian, Thio Bu Ki dan Tio Beng membersihkan muka yang ditempeli daun soat san Ling Che, setelah itu mereka saling memandang. seketika mereka berseru tak tertahan. "Bu Ki Koko Wajahmu...." "Beng Moy Wajahmu...." Ternyata wajah mereka telah pulih. Dapat dibayangkan betapa gembiranya hati mereka. Kemudian mereka berpeluk-pelukkan. Lama sekali barulah mereka berjalan keluar. Kini usia mereka sudah hampir lima puluh tahun, tapi setelah wajah mereka pulih, mereka tampak gagah dan cantik. Thio Han Liong, An Lok Kong Cu dan Kwa Kiat Lam sedang bercakap-cakap di pekarangan. Ketika mendengar suara langkahi mereka segera menolehkan kepalanya dan terbelalak. "Ayah, ibu...." "Paman, Bibi...." Sedangkan Kwa Kiat Lam terus memandang mereka dengan mata terbelalak dan mulutnya ternganga lebar. "Wajah kami telah pulih, ini... ini sungguh diluar dugaan" Ujar Tio Beng dengan suara agak bergetar-getar saking gembiranya. "Selamat, Ayah selamat ibu" Ucap Thio Han Liong. "Paman, Bibi" Ucap An Lok Kong Cu sambil tersenyum. "Kuucapkan selamat pada Paman dan Bibi." "Terima kasih, Terima kasih...." Thio Bu Ki dan Tio Beng tersenyum. "Ha ha ha" Kwa Kiat Lam tertawa gelak. "Selamat, selamat" "Ha ha ha" Thio Bu Ki tertawa terbahak-bahak. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kalau Han Liong tidak memperoleh soat san Ling Che, wajah kami pasti tidak bisa pulih, selamanya kami bermuka menyeramkan bagaikan muka setan iblis." "Ayah, ibu." Ujar Thio Han Liong dengan suara rendah. "Jangan melupakan janji itu" "Janji apa?" Tanya Thio Bu Ki "Bukankah Ayah sudah berjanji, apabila wajah Ayah dan ibu sudah pulih, maka Ayah dan ibu akan pergi ke Kotaraja?" Sahut Thio Han Liong memberitahukan. "Tidak baik Ayah ingkar janji." "Itu...." Thio Bu Ki memandang Tio Beng seakan minta pendapat. "Karena engkau telah mengatakan begitu, haruslah ditepati" Ujar Tio Beng dan menambahkan. "Janganlah kita mengecewakan mereka. Mereka menghendaki kita ke Kotaraja, sudah pasti ada maksud tertentu." "Oh?" Thio Bu Ki tercengang. "Mereka mempunyai maksud apa?" "Bu Ki koko" Tio Beng menggeleng-gelengkan kepala. "Engkau kan pernah muda, masa sih tidak tahu maksud mereka?" "Beng Moy, terus terang aku tidak mengerti.Jelaskanlah" Desak Thio Bu Ki. "Mereka berdua... saling mencinta, tentunya sangat berharap kita pergi menemui Cu Goan ciang." Thio Bu Ki manggut-manggut, kemudian tertawa gelak. "Ternyata mereka menghendaki kita dan cu Goan ciang menjodohkan mereka Ha ha ha...." "Ayah...." Wajah Thio Han Liong memerahi begitu pula wajah An lok Kong Cu, tapi mereka amat girang dalam hati. "Baiklah." Thio Bu Ki memandang mereka. "Besok pagi kita berangkat ke Tionggoan." Keesokan harinya, berlayarlah mereka menuju Tionggoan. Betapa gembiranya An Lok Kong Cu. Ia tidak menyangka akan berhasil mengundang ke dua orangtua Thio Han Liong ke Kotaraja. Beberapa hari kemudian, mereka sudah tiba di pesisir utara. Thio Bu Ki, Tio Beng, Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu berpamit kepada Kwa Kiat Lam. "Saudara Kwa, kami pamit dulu," Ujar Thio Bu Ki. "Ha ha ha" Kwa Kiat Lam tertawa gelak. "Aku tidak akan pergi ke mana-mana, tetap berada di pesisir utara ini. Kapan kalian mau pulang ke pulau Hong Hoang To, aku pasti mengantar." "Terima kasih, saudara Kwa," Ucap Thio Bu Ki. "Sampai jumpa" "Selamat jalan" Sahut Kwa Kiat Lam. Thio Bu Ki dan lainnya meninggalkan pesisir utara. Di tengah jalan Thio Bu Ki berkata. "Sudah lama aku tidak bertemu Thay suhu danpara supek, bagaimana kalau kita singgah ke gunung Bu Tong dulu?" "Itu memang baik sekali," Sahut Tio Beng. "Aku pun amat rindu kepada mereka." "Ini merupakan suatu kesempatan, kita harus mengunjungi Bu Tong Pay dulu," Ujar Thio Han Liong, lalu bertanya kepada An Lok Kong cu. "Engkau setuju?" "Tentu setuju," Sahut An Lok Kong cu cepat dengan tersenyum. "Ha ha ha" Thio Bu Ki tertawa. "Beng Moy, dulu engkau tidak begitu menurut seperti An Lok, amat nakal dan bandel." "Eh? Bu Ki koko" Tio Beng cemberut. "Aku pun menurut kepadamu, kalau tidak... bagaimana mungkin engkau dapat menumbangkan Dinasti Goan? Padahal aku adalah Putri Mongol. Demi cintaku kepadamu, maka aku mengkhianati bangsaku sendiri lho" "Aku tahu itu Beng Moy. Karena itu, hingga saat ini dan selanjutnya, aku tetap mencintaimu. Nah, bukankah cintaku kepadamu tak pernah luntur?" Ujar Thio Bu Ki sambil tersenyum. "Bu Ki koko..." Tio Beng tersenyum bahagia. Menyaksikan itu Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu saling memandang, kemudian An lok Kong cu tertawa geli. "Hi hi hi Paman dan Bibi sungguh bahagia. sudah berusia hampir setengah abad, namun masih tetap saling mencinta. Itu merupakan contoh yang baik bagi Kakak Han Liong." "An Lok" Tio Beng tersenyum. "Bilang saja engkau menghendaki Han Liong mencintaimu selama-lamanya Ya, kan? "Bibi...." Wajah An Lok Kong Cu langsung memerah. "Ha ha ha"Thio Bu Ki tertawa. "Han Liong, engkau harus mencintai An Lok seperti ayah mencintai ibumu." "Ya, Ayah." Thio Han Liong mengangguk. Padahal ia masih teringat Tan Giok Cu, tapi ekspresi wajahnya tidak memperlihatkan itu, agar An Lok Kong Cu tidak tersinggung. Beberapa hari kemudian, mereka sudah tiba di gunung Bu Tong. Mendadak muncul beberapa murid Bu Tong Pay Begitu melihat Thio Han Liong, mereka segera memberi hormat. "Han Liong..." "Mari kuperkenalkan" Sahut Thio Han Liong. "Ini Ayah dan ibuku" "Apa?" Murid-murid Butong Pay itu terbelalak. "Aku harus segera pergi melapor kepada guru" Salah seorang murid Butong Pay langsung melesat ke atas, yang lain mempersilakan mereka ke siang cing Koan, kuil Bu Tong Pay. Betapa gembiranya song wan Kiauw Jie Lian ciu Jie Thay Giam dan Tho siong Kee. Mereka berempat menghambur ke luar menyambut kedatangan Thio Bu Ki. "Supek" Seru Thio Bu Ki sambil bersujud, begitu pula Tio Beng, Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu. "Bangunlah" Song Wan Kiauw membangunkan Thio Bu Ki. "Eeeh? Kata Han Liong wajah kalian berdua rusak berat, tapi kok tidak?" "Diobati dengan daun soat san Ling che, maka wajah kami pulih." Thio Bu Ki memberitahukan. "Oooh" Song Wan Kiauw manggut-manggut. "Mari kita masuk" Mereka masuk ke siang Cin Koan, lalu duduk di ruang depan jie Lian ciu memandang mereka seraya berkata. "Tak disangka kita bertemu lagi. Dua puluh tahun lebih rasanya begitu cepat berlalu." "Ya." Thio Bu Ki manggut-manggut. "Supek bagaimana keadaan Thay suhu ? Beliau baik-baik saja ?" "Suhu baik-baik saja," Sahut Jie Lian ciu, lalu menatap Thio Han Liong seraya berkata. "Kami sudah mendengar tentang kejadian di lembah Pek Yun Koki namun masih kurang jelas, lebih baik engkau tuturkan lagi." Thio Han Liong mengangguk lalu menutur semua kejadian itu sejelas-jelasnya termasuk kejadian di gunung soat san. "Bu Beng sian su ?" Jie Lian ciu mengerutkan kening. "Aku sama sekali tidak pernah mendengar tentang Bu Beng sian su itu. Betulkah sian su itu begitu lihay dan tinggi kepandaiannya? " "Betul, Kakek Jie." Thio Han Liong mengangguk. "Beliaupun mengajarku ilmu Kian Kun Taylo sin Kang." "Oh?" Terbelalak Jie Lian cu. "Ilmu itu hebat sekali. Aku menyerang Han Liong dengan Kiu Yang sin Kang, dia menangkis dengan ilmu itu, sehingga membuat aku terpental." Thio Bu Ki memberitahukan, sekaligus menjelaskan mengenai ilmu Kian Kun Taylo sin Kang. "Haaahi..?"Jie Lian ciu dan yang lainnya terbelalak. "Begitu hebat ilmu Kian Kun Taylo sin Kang itu?" "Benar." Thio Bu Ki manggut-manggut. "Lagipula Han Liong makan buah soat san Ling Che, yang berkhasiat menambah Iweekangnya. selain itu ia pun memperoleh petunjuk dari Bu Beng sian su. oleh karena itu, kini kepandaiannya telah jauh berada di atas kepandaianku. " "Syukurlah" Ucap Jie Lian ciu. Setelah bercakap-cakap sejenak, barulah mereka ke ruang meditasi menemui Guru Besar Thio sam Hong. Dapat dibayangkan betapa gembiranya Guru Besar itu. "Ha ha ha" Thio sam Hong tertawa gelak. "Bu Ki, tak kusangka masih bisa bertemu engkau. Kini... tenanglah hatiku" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Thay suhu...." Mata Thio Bu Ki tampak basah. Mereka bercakap-cakap cukup lama, setelah itu barulah Thio Bu Ki dan lainnya pergi beristirahat. Keesokan harinya, Thio Bu Ki, Tio Beng, Thio Han Liong dan An Lok Kong cu melanjutkan perjalanan menuju ke Kotaraja. Bab 49 Membasmi Pendeta jahat Kini mereka berempat sudah tiba di Kotaraja, langsung menemui istana kaisar. Kebetulan Lie Wie Kiong pemimpin pengawal istana, Tan Bun Hiong, Lie sieBeng dan Yo wie Heng berada di depan istana. Begitu melihat Thio Bu Ki, terbelalaklah mereka dan segera memberi hormat seraya berkata. "Selamat datang, Thio Kauwcu" "Ngmm" Thio Bu Ki manggut-manggut. "Lie Wie Kiong," Ujar An Lok Kong cu. "Cepat beritahukan kepada ayahku, bahwa Paman Thio dan isterinya telah datang" "Ya. Kong cu." Lie Wie Kiong segera berlari ke dalam. "Paman, Bibi, Kakak Han Liong, mari kita masuk" Ajak An Lok Kong cu sambil tersenyum. Thio Bu Ki manggut-manggut, lalu mengikuti An Lok Kong cu ke dalam istana kaisar. Begitu pula Tio Beng dan Thio Han Liong. Ternyata An Lok Kong cu mengajak mereka ke sebuah aula besar. Cu Goan ciang dan Lie Wie Kiong sudah berada di sana. Begitu melihat Thio Bu Ki dan Tio Beng, cu Goan ciang langsung bangkit berdiri sambil tertawa gembira. "Ha ha ha Thio Kauwcu, selamat datang" "Yang Mulia," Sahut Thio Bu Ki sambil memberi hormat. "Terimalah hormat kami" "Thio Kauwcu, silakan duduk" Ucap Cu Goan ciang. "Terima kasih, Yang Mulia." Thio Bu Ki, Tio Beng dan Thio Han Liong duduki sedangkan An Lok Kong cu duduk di sebelah ayahnya. "Thio Kauwcu," Ujar cu Goan Ciang sungguh-sungguh. "Jangan memanggilku Yang Mulia, panggil saja namaku" "Engkau adalah kaisar, bagaimana mungkin aku memanggil namamu? Kalau aku memanggil namamu, kemungkinan besar leher kami akan diputus," Sahut Thio Bu Ki. "Jangan berkata begitu Thio Kauwcu, aku berkata berdasarkan persahabatan dan persaudaraan" Ujar cu Goan ciang. "Di samping itu. aku pun harus minta maaf kepadamu." "Saudara Cu, semua itu telah berlalu." Thio Bu Ki menghela nafas panjang dan melanjutkan. "Jangan memanggilku Kauwcu, panggil saja namaku" "Saudara Thio" Cu Goan ciang tampak terharu. "Terima kasih atas kebesaran jiwamu, sekali lagi kuucapkan terima kasih kepadamu." "Saudara Cu, jangan sungkan-sungkan" Thio Bu Ki tersenyum. "Engkau memang lebih hebat dariku, mampu mendirikan Dinasti Beng dan memerintah dengan adil bijaksana, maka rakyat hidup aman dan makmur." "Saudara Thio" Cu Goan ciang tertawa. "Terus terang, semua itu adalah jasamu. Tiada saudara Thio, tiada Dinasti Beng, tiada saudara Thio bagaimana mungkin aku menjadi kaisar. Dulu... aku bersalah, itu karena aku berhati sempit dan mencurigaimu, akhirnya..." "Sudahlah, saudara Cu" Thio Bu Ki tersenyum. "Itu telah berlalu, tidak perlu diungkit lagi." "Terima kasih," Ucap Cu Goan ciang, kemudian berkata kepada Lie Wie Kiong. "Cepat suruh para dayang menyajikan hidangan-hidangan istimewa dan arak istimewa, aku ingin menjamu para tamu terhormat ini" "Ya, Yang Mulia." Lie Wie Kiong sebera meninggalkan aula itu. "Saudara Cu, jangan repot-repot" Ujar Thio Bu Ki. "Aku akan merasa tidak enak" "Ha ha ha" Cu Goan ciang tertawa terbahak-bahak. "Dua puluh tahun lebih kita tidak bertemu, maka hari ini kita harus makan dan minum sepuas-puasnya." "Baiklah." Thio Bu Ki manggut-manggut, lalu memandang Tio Beng seraya bertanya. "Beng Moy kenapa engkau diam saja dari tadi?" "Bu Ki Koko, aku... aku teringat akan masa lalu," Sahut Tio Beng sambil menghela nafas panjang. "Aku adalah Putri Mongol, tapi...." "Beng Moy, jangan mengungkit tentang itu lagi" Ujar Thio Bu Ki sambil tersenyum lembut. "Itu telah berlalu dan anak kita pun telah dewasa, tidak lama lagi kita akan mempunyai menantu. " "Ya." Tio Beng mengangguk setelah itu wajahnya mulai cerah. Tak seberapa lama kemudian, mulailah para dayang menyajikan hidangan-hidangan dan arak istimewa. "Ha ha ha" Cu Goan ciang tertawa terbahak-bahak. "Saudara Thio, mari kita bersulang untuk pertemuan kita yang menggembirakan ini" Ujar sahut Thio Bu Ki. Mereka mulai bersulang sambil tertawa riang gembira, setelah itu barulah mulai menikmati hidangan-hidangan istimewa. "Saudara Thio," Ujar cu Goan ciang sungguh-sungguh "Biar bagaimanapun, kalian harus tinggal di sini beberapa hari" "Itu akan merepotkanmu," Ujar Thio Bu Ki. "Tidak jadi masalah," Cu Goan Ciang tersenyum. "Sebab malam ini kita harus bicara dari hati ke hati." "Baiklah." Thio Bu Ki mengangguk "Oh ya, saudara Cu Bukankah engkau menyerahkan sebuah Medali Emas Tanda Perintah Kaisar kepada Han Liong?" "Betul." Cu Goan ciang manggut-manggut. "Dia merupakan utusanku untuk menghukum pembesar korup dan para pembesar yang berlaku sewenang-wenang. saudara Thio, tentunya engkau tidak berkeberatan kan?" "Tentu tidak." Thio Bu Ki tersenyum. "Engkau memang cerdik, tahu kami tidak mau menjadi pejabat tinggi, namun justru engkau membebankan tugas itu kepada anakku." "Itu dikarenakan anakmu berhati jujur, adil bijaksana dan gagah. Maka hanya dia yang berderajat mewakiliku," Ujar cu Goan Ciang dengan sungguh-sungguh. "Dalam hal ini, aku harap saudara Thio maklum adanya" "Ha ha ha" Thio Bu Ki tertawa gelak "Saudara Cu, jangan-jangan ada sesuatu di balik itu. Ya, kan?" "Kira-kira begitulah," Sahut Cu Goan ciang sambil tertawa terbahak-bahak. "Saudara Cu" Tio Beng tersenyum. "Bolehkah aku bertanya?" "Silakan nyonya Thio" Cu Goan Ciang manggut-manggut. "Aku ingin bertanya, sesuatu yang dimaksudkan itu sebetulnya apa?" Tanya Tio Beng dengan sungguh-sungguh. "Ha ha ha" Cu Goan ciang tertawa. "Tentunya menyangkut putriku dengan putramu. Mereka berdua...." "Ayahanda...." Wajah An Lok Kong cu langsung memerah. "Ha ha ha" Cu Goan ciang tertawa terbahak-bahak. "Sudah dewasa tapi masih malu-malu kucing" An Lok Kong cu cemberut, sedangkan Tio Beng tersenyumsenyum, kemudian berkata. "An Lok, bolehkah aku melihatmu berpakaian wanita?" "Bibi...." An lok Kong Cu tersenyum sipu. "Nak" Ujar cu Goan Ciang. "Cepatlah engkau berganti pakaianmu, Nyonya Thio ingin melihatmu berpakaian wanita" An Lok Kong Cu mengangguk lalu masuk berjalan menuju istana An Lok, Cu Goan Ciang dan Thio Bu Ki terus tertawa, sehingga membuat suasana bertambah semarak. "Han Liong" Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Cu Goan Ciang memandangnya. "Ketika Kwan Pek Him dan Ciu Lan Nio ke mari memberitahukan keadaanmu kepada putriku, dia... dia amat mencemaskanmu, dan hari itu juga dia berangkat ke Hok An." "Ya." Thio Han Liong mengangguk "Pada waktu itu aku pingsan, dan ketika sadar kembali aku melihat Adik An Lok berada di sisiku. Dia... terus menghiburku agar aku tidak berpikir pendek" "Yaaah" Cu Goan Ciang menghela nafas panjang. "Aku harap engkau tidak akan menyia-nyiakan cintanya" "Aku tidak akan menyia-nyiakan cintanya," Ujar Thio Han Liong dengan sungguh-sungguh. "Aku berjanji" "Bagus, bagus" Cu Goan Ciang tertawa gembira. "Ha ha ha saudara Thio, kita sebagai orangtua tentunya harus setuju, kan?" "Ngmm" Thio Bu Ki manggut-manggut. "Saudara Thio," Tanya Cu Goan Ciang mendadak. "Kira-kira kapan kita menikahkan mereka?" "Menurutku lebih baik terserah mereka saja,"sahu tThio Bu Ki dan menambahkan. "Kalau mereka menikahi tidak usah terlampau dimeriahkan." "Baik" Cu Goan Ciang manggut-manggut, kemudian memandang Thio Han Liong seraya bertanya. "Kira-kira kapan kalian akan menikah?" "Harus kurundingkan dulu dengan Adik An Lok, Aku tidak bisa menjawab sekarang, Yang Mulia," Jawab Thio Han Liong. Di saat bersamaan, muncullah An Lok Kong Cu dengan berpakaian wanita. Thio Bu Ki dan Tio Beng memandangnya dengan penuh perhatian, lalu manggut-manggut dan tersenyum. "An Lok," Ujar Tio Beng sambil tersenyum. "Engkau sungguh cantik, tapi kenapa engkau memilih Han Liong?" "Bibi...." Wajah An Lok Kong Cu kemerah-merahan, kemudian melirik Thio Han Liong sambil tersenyum mesra. "An Lok," Ujar Tio Beng sambil tersenyum. "Padahal engkau putri kaisar, pasanganmu harus putra pejabat tinggi." "Ha ha ha" Cu Goan Ciang tertawa gelak. "Nyonya Thio, putramu adalah utusan atau wakilku. Nah apakah dia tidak pantas menjadi pasangan putriku?" "Ha ha" Thio Bu Ki tertawa. "Saudara Cu, ternyata engkau mengatur itu dengan putrimu." "Tidak salah." Cu Goan ciang manggut-manggut. "Pertama kali aku melihat putramu, aku sudah menyukainya, oleh karena itu, aku menyerahkan Medali Emas Tanda Perintahku kepadanya." "Oooh" Thio Bu Ki mengangguk Usai makan, cu Goan ciang menyuruh seorang dayang mengantar Thio Bu Ki, Thio Beng dan Thio Han Liong ke kamar, namun An Lok Kong cu sebera berkata. "Ayahanda, Kakak Han Liong tinggal di istana saja" "Baik" Cu Goan ciang tersenyum. "Tentu kalian ingin merundingkan sesuatu malam ini. Ha ha ha...." Malam harinya, An Lok Kong cu dan Thio Han Liong duduk berdampingan di dekat taman bunga. Wajah putri kaisar itu tampak berseri-seri, sedangkan Thio Han Liong memandang ke langit. "Kakak Han Liong, apa yang sedang engkau pikirkan?" Tanya An Lok Kong cu lembut. "Ti... tidak." Thio Han Liong menggelengkan kepala. "Engkau... teringat lagi kepada Giok Cu?" An Lok Kong cu menatapnya. "Kakak Han Liong...." "Aku bukan teringat pada Giok Cu, melainkan sedang memikirkan sesuatu," Ujar Thio Han Liong memberitahukan. "Aku memikirkan tentang kita berdua...." "Kenapa kita berdua?" Tanya An Lok Kong cu. "Ayahmu bertanya kepadaku, kapan kita menikah. Aku menjawab akan berunding dulu denganmu, inilah yang kupikirkan." "Oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut dan wajahnya tampak kemerah-merahan. "Bagaimana keputusanmu?" "Aku justru ingin bertanya kepadamu." "Aku... aku terserah kepadamu, pokoknya aku menurut saja." "Terima kasih atas pengertianmu, Adik An Lok," Ucap Thio Han Liong sambil menggenggam tangannya. "Kalau begitu, tunggu urusanku selesai barulah kita menikah." "Urusan apa yang harus engkau selesaikan?" "Membunuh Hiat Mo dan membuat perhitungan dengan para Dhalai Lhama itu." "Oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut. "Ternyata urusan itu. Bolehkah aku ikut?" "Adik An Lok, sebaiknya engkau jangan ikut" Tegas Thio Han Liong. "Sebab amat berbahaya bagi dirimu, dan secara tidak langsung engkau akan berkecimpung dalam rimba persilatan, itu tidak baik" "Kakak Han Liong..." "Adik An Lok, Thio Han Liong menatapnya. "Tadi engkau bilang menurut kepadaku, sekarang..." "Baiklah" An Lok Kong cu mengangguk "Aku tidak akan ikut. Tapi... setelah urusan itu beres, engkau harus sebera ke mari." "Ya." Thio Han Liong manggut-manggut dan menambahkan. "Ayahku tadi sudah bilang kepada ayahmu, kalau kita menikah, tidak perlu terlampau dimeriahkan." "Aku pun bermaksud begitu. Memang lebih baik hidup tenang, damai dan bahagia di pulau Hong Hoang To. Aku... akan melahirkan anak sebanyak-banyaknya. agar pulau itu menjadi ramai." "Pokoknya engkau harus melahirkan setahun sekali, sampai lima belas tahun" Ujar Thio Han Liong sambil tertawa. "Memangnya aku apaan?" An Lok Kong cu cemberut. "Ha ha ha" Thio Han Liong tertawa. "Engkau sendiri yang bilang duluan, akan melahirkan anak sebanyak-banyaknya, bukan?" "Aku cuma bergurau, engkau malah anggap bencran. Tapi... ada baiknya juga kita mempunyai banyak anaki jadi pulau itu tidak sepi." "Kalau bisa, kita harus mempunyai anak lebih dari sepuluh, maka pulau Hong Hoang tidak akan sepi." An Lok Kongcu manggut-manggut. "Setiap hari kita bersenda gurau dengan anak-anak kita, itu sungguh menyenangkan" "Adik An Lok," Ujar Thio Han Liong sambil tersenyum. Tak disangka ayahmu dan ayahku akan akur kembali, itu sungguh di luar dugaan" "Aku pun tidak menyangka, mungkin semua itu karena kita," Sahut An Lok Kong cu. "Kalau kita tidak saling mencinta, ayahmu dan ayahku tidak akan akur." "Kira-kira begitulah" Thio Han Liong tersenyum. "Adik An Lok, sudah larut malam, kita harus tidur." An Lok Kong cu mengangguk kemudian mereka berjalan ke dalam istana itu, dan tak lama sudah sampai di kamar An Lok Kong cu. "Adik An Lok, selamat tidur" "Selamat tidur juga" Sahut An Lok Kongcu. "Sampai jumpa esok pagi" An Lok Kong cu masuk ke kamarnya. Thio Han Liong berjalan ke kamarnya, kemudian menghela nafas panjang. Ternyata ia teringat pada Tan Giok Cu, yang sudah tiada itu. -ooo00000ooo- Cu Goan ciang dan An Lok Kong cu makan siang bersama Thio Bu Ki, Tio Beng dan Thio Han Liong. Tiba-tiba Cu Goan ciang memandang pemuda itu seraya bertanya. "Han Liong, nyenyak tidurmu semalam?" "Nyenyak sekali, Yang Mulia," Jawab Thio Han Liong. "Tentunya kalian berdua tidur agak larut malam, sebab harus merundingkan sesuatu. Ya, kan?" Cu Goan ciang tersenyum. "Merundingkan apa?" Thio Han Liong tidak mengerti. "Lupa ya?" Cu Goan ciang menatapnya. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Mengenai pernikahan kalian berdua kira-kira kapan?" "Oh, itu" Thio Han Liong manggut-manggut. "Setelah urusanku selesai, barulah aku dan Adik An Lok akan melangsungkan pernikahan." "Engkau masih punya urusan apa?" Tanya Cu Goan ciang heran. "Aku harus pergi ke Kwan Gwa membunuh Hiat Mo dan ke Tibet membuat perhitungan dengan para Dhalai Lhama itu." Thio Han Liong memberitahukan. "Oooh" Cu Goan ciang manggut-manggut. "Setelah urusan itu beres, engkau harus segera ke mari menikah dengan An Lok Kong cu, jangan lupa" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Ha ha ha" Cu Goan ciang tertawa gembira. "Saudara Thio, akhirnya kita akur kembali dan akan menjadi besan pula. Ini... sungguh menggembirakan" "Ya." Thio Bu Ki manggut-manggut. "Memang menggembirakan sekali. Hanya saja Han Liong masih harus menyelesaikan urusannya. Kalau tidak, sekarang juga kita menikahkan mereka." "Maksudkupun demikian, tapi...." Cu Goan ciang menggeleng-gelengkan kepala. "Han Liong harus berangkat ke Kwan Gwa dan Tibet. Kalau mereka sudah menikah legalah hatiku." "Bu Ki koko, bagaimana kalau Han Liong menikah dulu dengan An Lok, setelah itu barulah berangkat ke Kwan Gwa dan Tibet?" Tanya Tio Beng mendadak. "Itu terserah Han Liong," Sahut Thio Bu Ki. "Han Liong" Tio Beng menatapnya. "Bagaimana menurutmu?" "Ibu, lebih baik tunggu aku membereskan ke dua urusan itu. setelah itu barulah aku menikah dengan Adik An Lok," Jawab Thio Han Liong. "Itu atas persetujuan Adik An Lok," "Oh?" Tio Beng memandang An Lok Kong cu. "Betulkah begitu, An Lok?" "Betul, Bibi." An Lok Kong cu mengangguk "Kalau begitu, baiklah." Tio Beng manggut-manggut. "Tunggu Han Liong menyelesaikan ke dua urusan itu dulu." "Bibi," Ujar An Lok Kong cu memberitahukan, agar Tio Beng mendukungnya. "Sebetulnya aku ingin ikut Kakak Han Liong, tapi dia tidak memperbolehkan" "Memang engkau tidak boleh ikut, lebih baik engkau menunggu di dalam istana saja," Sahut Tio Beng. "Itu lebih aman daripada engkau ikut Han Liong ke Kwan Gwa." "Yah Bibi...." An Lok Kong cu tampak kecewa sekali. "Aku kira Bibi akan mendukungku, tidak tahunya malah mendukung Kakak Han Liong" "Nak" Cu Goan ciang tersenyum. "Ayah pun tidak mengijinkan engkau ikut Han Liong. Memang lebih baik engkau menunggu di istana." "Aaah.." Keluh An Lok Kong cu. "Kapan Kakak Han Liong akan kembali?" "Adik An Lok," Sahut Thio Han Liong. "Aku pasti berusaha kembali secepatnya, percayalah" "Aku... aku mempercayaimu, Kakak Han Liong," Ucap An Lok Kong cu. "Tapi... aku merasa berat sekali berpisah denganmu." "Legakanlah hatimu" Thio Han Liong tersenyum. "Aku pergi tidak akan lama, percayalah" "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu menundukkan kepala. Beberapa hari kemudian, Thio Bu Ki, Tio Beng dan Thio Han Liong berpamit kepada Cu Goan ciang. se-telah itu, barulah Thio Han Liong berpamit kepada An Lok Kong cu. "Adik An Lok, aku mohon pamit untuk berangkat ke Kwan Gwa" "Selamat jalan dan hati-hati, Kakak Han Liong" Sahut An Lok Kong cu dengan mata basah. "Adik An Lok, aku pasti segera kembali," Ujar Thio Han Liong sambil membelainya. "Aku pasti menunggumu" An Lok Kong cu memandangnya dengan air mala berderai. "Aku pasti kembali selekasnya untuk menikah denganmu," Bisik Thio Han Liong. "Kakak Han Liong..." AJI Lok Kong cu menggenggam tangannya erat-erat dan berbisik. "Aku mencintaimu." "Aku pun mencintaimu." Thio Han Liong mengecup keningnya, setelah itu barulah berangkat menuju Kwan Gwa. sedangkan Thio Bu Ki dan Tio Beng berangkat ke pesisir utara menemui Kwa Kiat Lam. Ternyata mereka ingin pulang ke pulau Hong Hoang To. Empat lima hari kemudian, Thio Han Liong sampai di sebuah desa. Justru membuatnya tercengang, karena desa itu tampak sepi sekali. Thio Han Liong menengok ke sana ke mari, dilihatnya pintu rumah terbuka sedikit, dan sepasang mata mengintip keluar, ke arahnya. Thio Han Liong tersenyum, kemudian dengan per-lahanlahan didekatinya rumah itu. Namun pintu rumah itu langsung ditutup kembali. Thio Han Liong meng- geleng-gelengkan kepala, lalu mengetuk pintu rumah itu Namun karena tiada sahutan dari dalam, terpaksalah Thio Han Liong yang membuka mulut. Pedang Wucisan Karya Chin Yung Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Mustika Gaib Karya Buyung Hok