Ceritasilat Novel Online

Anak Naga 32


Anak Naga Karya Chin Yung Bagian 32


Anak Naga Karya dari Chin Yung   Sahut Thio Han Liong.   "Engkau adalah teman baikku, tentunya aku tidak akan melupakanmu."   "Aku tahu...."   Mata Tong Hai sianli mulai basah.   "Engkau cuma menghibur diriku."   "Aku berkata sesungguhnya, sama sekali tidak menghiburmu. Percayalah"   Thio Han Liong menatapnya.   "Aku percaya, terima kasih."   Ucap Tong Hai sianli.   "sok Ceng"   Thio Han Liong menarik nafas dalam dalam.   "Aku mau kembali ke kamar...."   "Silakan"   "Engkau?"   "Aku mau duduk di sini."   "Maaf"   Ucap Thio Han Liong.   "Aku kembali ke kamar...."   Thio Han Liong melangkah pergi. Tak seberapa lam., kemudian berkelebat sosok bayangan ke hadapan Tong Hai sianli.   "sok Ceng...."   "Ayah"   Panggil Tong Hai sianli. Ternyata sosok bayangan itu adalah Tong Hai sianjin.   "Sudah lamakah Ayah berada di tempat ini?"   "Sebelum Thio Han Liong ke mari, ayah sudah bersembunyi di balik pohon."   Tong Hai sianjin mem beritahukan.   "Ayah melihat engkau duduk seorang diri di sini. Karena ingin tahu kenapa engkau duduk seorang diri di sini, maka ayah bersembunyi di balik pohon, tak lama muncullah Thio Han Liong...."   "Ayah mendengar semua percakapan kami?"   "Ya."   Tong Hai sianjin mengangguk.   "Kalau ayah datang belakangan, Thio Han Liong pasti mendengar suara langkahku."   "Ayah, dia... dia sudah punya tunangan,"   Ujar Tong Hai sianli sambil terisak-isak dan air mata meleleh "Nak"   Tong Hai sianjin menghela nafas panjang "Sudahlah, jangan dipikirkan lagi, biarlah dia kembali ke Tionggoan esok pagi"   "Ayah...."   Tong Hai sianli mendekap di dadanya "Nasib ku buruk sekali, bertemu pemuda idaman hati sudah punya tunangan. Aaaah..."   Keesokan harinya, Thio Han Liong berpamit kepada long Hai sianjin dan Putrinya. Tong Hai sianjin menepuk bahunya seraya berkata.   "Han Liong, kapan engkau mau ke mari? Pintu pulau ini terbuka untukmu. Hanya saja... belum tentu engkau akan ke mari."   Thio Han Liong tersenyum.   "Apabila aku sempat, aku pasti ke mari mengunjungi Tocu."   "Ha ha ha"   Tong Hai sianjin tertawa gelak.   "Mudah-mudahan"   "Tocu, aku berangkat sekarang,"   Ucap Thio Han Liong sambil memberi hormat.   "selamat jalan, Han Liong"   Sahut Tong Hai sianjin.   "sampai jumpa, Tocu"   Ucap Thio Han Liong, lalu melangkah pergi. Tong Hai sianli mengantarnya sampai di pantai. Wajah gadis itu tampak murung sekali, maka ibalah hati Thio Han Liong melihatnya.   "Han Liong...."   "Sok Ceng"   Thio Han Liong memegang bahu Tong Hai sianli.   "Engkau adalah gadis yang baik kelak pasti bertemu pemuda tampan yang baik pula."   "Han Liong...."   Tong Hai sianli terisak-isak.   "Aku... aku tidak akan melupakanmu selamanya."   "sok Ceng...."   Thio Han Liong terharu mendengarnya.   "Selamat tinggal"   Thio Han Liong meloncat ke kapal.   Tong Hai sianli masih berdiri di tempat.   Walau kapal itu sudah mulai berlayar, tak henti-hentinya gadis itu melambaikan tangannya ke arah kapal dengan air mata berderai-derai.   Bab 62 Bertemu orang Yang Dicari Sampai di Tionggoan, Thio Han Liong mulai mencari Yo Ngie Kuang lagi.   Akan tetapi ia sama sekali tidak menemukan jejak orang tersebut, sebaliknya malah muncul suatu kejadian yang amat mengejutkannya.   Ternyata ketika mencari Yo Ngie Kuang, Thio Han Liong menemukan mayat-mayat kaum rimba persilatan, yang mati karena terkena semacam pukulan beracun.   setelah memeriksa mayat-mayat itu, terkejutlah Thio Han Liong.   "Locianpwee"   Panggil Thio Han Liong. Tong Koay menolehkan kepalanya. Ketika melihat Thio Han Liong, ia tampak girang.   "Han Liong...."   Thio Han Liong segera memeriksanya. sejenak kemudian keningnya tampak berkerut, ternyata Tong Koay terluka karena pukulan beracun.   "Locianpwee terkena pukulan beracun,"   Ujar Thio Han Liong sambil memasukkan sebutir obat pemunah racun ke mulut Tong Koay.   Tong Koay segera duduk bersila dan kemudian menghimpun Lweekangnya.   Thio Han Liong duduk di belakangnya, sekaligus membantunya dengan Kiu Yang sin Kang.   Berselang sesaat, Tong Koay memuntahkan cairan kehijauhijauan dan barulah Thio Han Liong berhenti mengerahkan Lweekangnya membantu Tong Koay.   "Aaah..."   Tong Koay menarik nafas lega sambil bangkit berdiri.   "Han Liong, kalau tidak kebetulan engkau muncul di sini, nyawaku pasti akan melayang."   "Locianpwee, siapa yang melukaimu?"   "Aku sama sekali tidak mengenalnya,"   Jawab Tong Koay sambil menghela nafas panjang.   "Aku melihat dia membunuh para kaum rimba persilatan, maka aku lalu bertarung dengannya. Namun... tak disangka kepandaiannya begitu tinggi dan memiliki ilmu pukulan beracun. Puluhan jurus kemudian, aku terluka tapi masih sempat melarikan diri"   "oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Han Liong...."   Tong Koay memandangnya dengan penuh rasa terima kasih.   "Engkau menyelamatkan nyawaku lagi."   "Locianpwee"   Thio Han Liong tersenyum.   "Jangan berkata begitu, Locianpwee harus berterima kasih kepada Thian (Tuhan)."   "Betul."   Tong Koay manggut-manggut.   "oh ya, Han Liong, pernahkah engkau bertemu muridku?"   "Pernah."   "Tahukah engkau dia berada di mana?"   "Locianpwee...."   Thio Han Liong menutur semua itu, kemudian menambahkan.   "Kini Ouw Yang Bun berada di gunung Altai."   "syukurlah dia berkumpul kembali dengan putrinya"   Ucap Tong Koay dan bertanya.   "oh ya, bolehkah aku ke sana menengok mereka?"   "Tentu boleh."   Thio Han Liong mengangguk.   "silakan Lociancwee ke sana"   "Baik"   Tong Koay manggut-manggut.   "Kalau begitu, aku berangkat sekarang. Han Liong sampai jumpa "   "sampai jumpa, Locianpwee"   Sahut Thio Han Liong.   Tong Koay melesat pergi.   setelah itu barulah Thio Han Liong melanjutkan perjalanan mencari Yo Ngie Kuang.   la telah mengambil keputusan, apabila berhasil mencari Yo Ngie Kuang, ia akan segera kembali ke Kota raja, sebab dia harus membawa An Lok Kong cu pergi mengunjungi Thio sam Hong sucouwnya.   Akan tetapi ia sama sekali tidak menemukan jejak orang yang dicarinya, dan itu sungguh nyaris membuatnya putus asa.   Ketika Thio Han Liong berada di sebuah lembah, tiba-tiba terdengar suara orang bertarung.   Pemuda itu langsung melesat ke tempat tersebut.   Dilihatnya dua orang sedang bertarung dengan sengit sekali.   Yang seorang berusia lima puluhan, sedangkan yang satu lagi masih muda.   Begitu melihat pemuda itu, Thio Han Liong hampir berseru girang, karena pemuda itu adalah orang yang dicarinya, yakni orang yang pernah dilihatnya di sebuah rimba berlatih ilmu silat.   Sementara pertarungan itu semakin sengit.   Walau orangtua itu menyerangnya bertubi-tubi, namun pemuda itu tetap dapat berkelit, dan sekaligus balas menyerang.   Mendadak orangtua itu menghentikan serangannya, kemudian menatapnya dengan dingin sekali.   "Hei Banci"   Bentaknya.   "Bersiap-siaplah untuk mampus. Aku akan mengeluarkan pukulan beracun untuk mencabut nyawamu"   "orangtua jahat"   Sahut pemuda itu bernada wanita.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Engkaulah yang akan mampus"   "Hmm"   Dengus pemuda itu dingin, kemudian mendadak menyerangnya.   Betapa terkejutnya Thio Han Liong.   Ternyata ia melihat sepasang tangan orangtua itu agak memerah pertanda pukulan itu amat beracun.   oleh karena itu ia lalu menampakkan diri, siap membantu pemuda itu.   Tiba-tiba Thio Han Liong tersentak sebab teringat akan sesuatu.   Mungkinkah orangtua itu adalah Tan Beng song, mantan adik seperguruan Lam Khie? Tanyanya dalam hati.   Sementara pertarungan itu semakin seru dan sengit, boleh dikatakan mati-matian pula.   Di saat orangtua itu mengeluarkan ilmu pukulan beracun, pemuda itu pun mengeluarkan ilmu simpanannya.   Kini mereka berdua berubah menjadi bayangan.   Ke dua bayangan itu berkelebat ke sana ke mari laksana kilat.   Namun Thio Han Liong masih dapat mengikuti pertarungan ke dua orang itu.   Puluhan jurus kemudian, mendadak terdengar suara jeritan, lalu tampak sosok bayangan terpental.   "Aaakh..."   Ternyata yang menjerit orangtua tersebut.   "Hi hi hi"   Pemuda itu tertawa cekikikan.   "Bagaimana? siapa yang roboh sekarang?"   "Hmm"   Dengus orangtua itu dingin.   "sekarang engkau menang, tapi tunggu balasanku"   Usai berkata begitu, tiba-tiba orangtua itu melesat pergi. Pemuda itu terus tertawa cekikikan, lalu memandang Thio Han Liong.   "saudara, kenapa dari tadi engkau terus berdiri di situ?"   "Aku amat kagum akan kepandaianmu,"   Sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.   "oh ya, engkau kenal orangtua itu?"   "Tidak kenal."   Pemuda itu menggeleng-gelengkan kepala.   "Tapi tadi dia memberitahukan, bahwa dia bernama Tan Beng Song."   "oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Ternyata memang dia"   "Engkau kenal dia?"   "Aku tidak kenal dia, tapi tahu tentang dirinya."   Thio Han Liong memberitahukan.   "Dia adalah mantan adik seperguruan Lam Khie, tapi sudah lama diusir dari pintu perguruan."   "oooh"   Pemuda itu manggut-manggut, kemudian memandang Thio Han Liong seraya bertanya.   "oh ya, kenapa dari tadi engkau terus menatapku? Apakah ada keanehan pada diriku?"   "Maaf Engkau bernama Yo Ngie Kuang?"   "Hah?"   Pemuda itu terkejut.   "Engkau... engkau kok tahu namaku?"   "Aku pernah melihatmu berlatih ilmu silat, namun pada waktu itu aku tidak berani mengganggumu. Setelah itu aku pergi ke gunung Altai...."   "Apa?"   Pemuda itu tersentak.   "Mau apa engkau pergi ke gunung Altai?"   "Menemui Kam Ek Thian untuk meminta Thian Ciok Sin Sui...."   Thio Han Liong menutur tentang kejadian itu dan menambahkan.   "oleh karena itu, aku menyanggupinya mencarimu."   "Aaaah..."   Pemuda bernama Yo Ngie Kuang itu jatuh terduduk, kemudian menangis terisak-isak.   "Aku bersalah karena telah mencuri Lian Hoa Cin Keng itu."   "Sudahlah, jangan menangis Lebih baik engkau pulang ke gunung Altai mengembalikan kitab itu kepada Kam Ek Thian."   "Aku... aku...."   Air mata Yo Ngie Kuang meleleh.   "Kini aku menyesal sekali. Walau kepandaianku tinggi, tapi apa gunanya? Aku... telah berubah menjadi banci gara-gara mempelajari Lian Hoa Cin Keng."   "saudara, bolehkah aku tahu bagaimana perubahan itu?"   Tanya Thio Han Liong mendadak. Yo Ngie Kuang menatapnya dalam-dalam, setelah itu barulah menjawab.   "Aku terkesan baik padamu, maka aku... aku akan memberitahukan."   Yo Ngie Kuang menghela nafas panjang.   "Mulai sejak aku belajar ilmu silat yang tercantum dalam kitab itu, lambat laun suaraku mulai berubah menjadi suara wanita. setelah itu alat kelaminku mulai berubah pula. Kian hari kian bertambah kecil, maka kini aku telah berubah menjadi banci."   Bagian 32   "Oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Maaf, bolehkah aku bertanya lagi sesuatu?"   "Silakan"   "Lian Hoa Sin Kang itu mengandung hawa panas atau hawa dingin?"   "Hawa dingin."   "Bolehkah aku memeriksa nadimu sebentar?"   "Engkau...."   Yo Ngie Kuang menatapnya dengan penuh perhatian.   "Engkau mahir ilmu pengobatan?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk.   "Aku belum tahu namamu, bolehkah engkau memberitahukan padaku?"   Tanya Yo Ngie Kuang mendadak.   "Aku bernama Thio Han Liong."   "Saudara Thio"   Yo Ngie Kuang tersenyum.   "Engkau sungguh baik sekali"   "Engkau pun amat ramah,"   Sahut Thio Han Liong dan mulai memeriksa nadi Yo Ngie Kuang. Berselang beberapa saat, barulah Thio Han Liong berhenti memeriksanya seraya berkata.   "Lweekang yang engkau pelajari itu memang mengandung semacam hawa dingin, dan itu merubah dirimu meniadi banci"   "Kalau begitu...."   Yo Ngie Kuang mulai terisak-isak lagi.   "Aku harus bagaimana?"   "Engkau harus berlatih Lweekang itu hingga sempurna, agar engkau menjadi seorang gadis."   Thio Han Liong memberitahukan.   "Kalau tidak engkau tetap menjadi banci."   "Aaaah..."   Keluh Yo Ngie Kuang.   "Bagaimana mungkin aku akan berhasil berlatih Lweekang itu?"   "saudara Yo"   Thio Han Liong tersenyum.   "Aku bersedia membantumu."   "Membantuku?"   Yo Ngie Kuang terbelalak.   "Bagaimana mungkin engkau dapat membantuku?"   "Mudah-mudahan aku dapat membantumu"   "Membantuku berubah menjadi seorang gadis?"   "Ya"   Thio Han Liong mengangguk.   "itu lebih baik daripada engkau menjadi banci. Lagi pula engkau sudah tidak bisa berubah kembali menjadi anak lelaki."   "Kalau bisa berubah menjadi anak gadis, itu masih tidak apa-apa. Tapi... apakah engkau dapat membantuku?"   Yo Ngie Kuang masih tampak ragu.   "Aku memiliki buah Im Ko, hadiah dari raja Tayli."   Thio Han Liong memberitahukan.   "Kalau engkau makan buah ilu, Lweekangmu pasti bertambah tinggi dan seluruh tubuhmu pasti akan mengalami perubahan."   "Maksudmu berubah menjadi tubuh anak gadis?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk sambil mengambil kotak kecil itu dari dalam bajunya. Setelah itu, dibukanya kotak kecil tersebut. Walau buah Im Ko itu telah kering, tapi tetap menyiarkan aroma yang amat harum.   "buah Im Ko?"   Tanya Yo Ngie Kuang.   "Ya."   Thio Han Liong menyerahkan buah tersebut kepada Yo Ngie Kuang seraya berkata.   "Makanlah buah ini, aku akan menjagamu di sini"   "Terimakasih."   Ucap Yo Ngie Kuang sambil menerima buah itu, dan kemudian dimakannya. Berselang beberapa saat, Yo Ngie Kuang merasa darahnya bergolak, dan itu membuatnya terperanjat sekali.   "Han Liong, darahku bergolak."   "Tidak apa-apa,"   Sahut Thio Han Liong.   "cepatlah engkau duduk bersila dan mengerahkan Lian Hoa sin Rang"   Yo Ngie Kuang mengangguk lalu segera duduk bersila dan mengerahkan Lian Hoa sing Kang.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Thio Han Liong duduk di hadapannya, dan terus memperhatikan Yo Ngie Kuang.   sedangkan pemuda itu tampak seakan pingsan dan sepasang matanya terpejam.   Hampir dua hari satu malam keadaan Yo Ngie Kuang dalam keadaan begitu.   sementara Thio Han Liong tetap duduk di hadapannya, dan memandangnya dengan perasaan takjub, karena kini kulit Yo Ngie Kuang sudah berubah begitu halus dan wajah tampak cantik sekali.   Perlahan-lahan Yo Ngie Kuang membuka matanya.   Ketika melihat Thio Han Liong duduk di hadapannya ia tersenyum lembut.   "Han Liong...."   "saudara Yo"   Thio Han Liong terbelalak, karena suara Yo Ngie Kuang sudah berubah menjadi suara anak gadis, bahkan dadanya pun tampak agak menonjol.   "Engkau...."   "Han Liong, terima kasih atas kebaikanmu tetap menjagaku di sini,"   Ujar Yo Ngie Kuang sambil memandangnya.   "Sudah berapa lama engkau duduk di hadapanku?"   "Hampir dua hari satu malam,"   Thio Han Liong memberitahukan.   "Apa?"   Yo Ngie Kuang terbelalak.   "Hampir dua hari satu malam?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk dan bertanya.   "Apakah engkau melihat ada perubahan pada dirimu?"   "Ada."   Yo Ngie Kuang mengangguk.   "Kini aku merasa...."   "Merasa apa?"   "Merasa...."   Yo Ngie Kuang kelihatan malu-malu, kemudian menjerit terkejut.   "Haaah...?"   "Ada apa?"   Thio Han Liong tersentak.   "Dadaku...."   Ternyata Yo Ngie Kuang memiliki sepasang payudara.   "Saudara Yo, kini engkau sudah berubah meniadi anak gadis."   Thio Han Liong memberitahukan sambil tersenyum.   "oh?"   Yo Ngie Kuang tersipu dan berkata.   "Han Liong, engkau tunggu di sini sebentar, aku mau ke belakang pohon itu Engkau tidak boleh mengintip ya"   "Ya."   Thio Han Liong manggut-manggut. Yo Ngie Kuang segera pergi ke belakang sebuah pohon. Tak seberapa lama ia sudah kembali ke tempat itu dengan wajah kemerah-merahan.   "Han Liong,"   Ujarnya dengan suara rendah.   "Kini aku betul-betul telah berubah menjadi anak gadis."   "Engkau yakin?"   "Tadi aku ke belakang pohon itu untuk...."   Yo Ngie Kuang menundukkan kepala seraya berkata.   "Malu ah kuberitahukan."   "Untuk apa engkau tadi ke belakang pohon?"   Tanya Thio Han Liong.   "Aku... aku memeriksa...."   Wajah Yo Ngie Kuang tampak memerah.   "Aku memeriksa alat kelaminku."   "oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Syukurlah kini engkau sudah menjadi anak gadis, aku mengucapkan selamat kepadamu."   "Terima kasih,"   Ucap Yo Ngie Kuang sambil tersenyum.   "Kalau tanpa bantuanmu, tentunya aku tetap menjadi banci. oleh karena itu, aku... aku berhutang budi kepadamu."   "saudara Yo, engkau jangan berkata begitu"   "Hihi Hi"   Yo Ngie Kuang tertawa geli.   "Aku sudah menjadi anak gadis, tapi engkau tetap memanggilku saudara Hi hi hi...."   "Kalau begitu, aku harus memanggilmu apa?"   Tanya Thio Han Liong sambil memandangnya.   "Apa ya?"   Yo Ngie Kuang tampak bingung.   "Namaku Ngie Kuang, itu nama lelaki. Bagaimana kalau engkau memberi nama padaku?"   "Maksudmu nama Ngie Kuang diganti?"   "Ya."   Yo Ngie Kuang manggut-manggut.   "Kini aku sudah berubah menjadi anak gadis, tentunya harus memakai nama gadis pula."   "Betul. Kalau begitu engkau kunamai.... Yo Pit Loan, bagaimana menurutmu?"   Tanya Thio Han Liong sambil memandangnya.   "Baik."   Yo Ngie Kuang manggut-manggut sambil tersenyum.   "Mulai sekarang namaku Yo Pit Loan."   "Pit Loan."   Ujar Thio Han Liong.   "Aku harap engkau pulang ke gunung Altai saja"   "Han Liong...."   Yo Pit Loan menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku sudah tidak punya muka berjumpa dengan kakak seperguruanku itu, sebab aku telah mencuri kitab Lian Hoa Cin Keng, lagi pula kini aku telah berubah menjadi anak gadis."   "Itu tidakjadi masalah."   "Han Liong"   Yo Pit Loan menatapnya lembut.   "Aku amat berterima kasih atas maksud baikmu. Tapi biar bagaimana pun aku tidak akan pergi menemui kakak seperguruanku itu."   "Kalau begitu...."   Thio Han Liong mengerutkan kening.   "Bagaimana kitab Lin Hoa Cin Kong itu?"   "Bolehkah aku minta bantuanmu?"   Tanya Yo Pit Loan mendadak.   "Apa yang dapat kubantu?"   Thio Han Liong balik bertanya sambil memandangnya.   "Tolong antarkan kitab Lian Hoa Cin Kong ke gunung Altai."   "Itu...."   Thio Han Liong berpikir sejenak, kemudian mengangguk.   "Baiklah."   "Terimakasih, Han Liong,"   Ucap Yo Pit Loan sambil mengeluarkan kitab tersebut dari dalam bajunya, lalu diserahkan kepada Thio Han Liong. Thio Han Liong menerima kitab tersebut, kemudian dimasukkannya ke dalam bajunya.   "Pit Loan,"   Ujar Thio Han Liong berjanji.   "Aku pasti mewakilimu mengembalikan kitab ini kepada Kam Ek Thian."   "Terimakasih."   Yo Pit Loan menatapnya lembut.   "Han Liong, engkau sungguh baik sekali. oh ya, engkau sudah punya kekasih?"   "Aku sudah punya tunangan."   "Siapa tunanganmu?"   "An Lok Kong Cu."   "Maksudmu dia Putri Kaisar?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk dan memberitahukan.   "Aku sudah berhasil mencarimu, maka sudah waktunya aku kembali ke Kota raja menengoknya."   "Han Liong, sampaikan salamku kepadanya"   Pesan Yo Pit Loan.   "Baik,"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Aku pasti sampaikan kepadanya."   "Terimakasih,"   Ucap Yo Pit Loan sambil menundukkan kepala.   "Han Liong, aku berhutang budi kepadamu, maka aku harus menjadi pelayanmu."   "Jangan berkata begitu Kita adalah teman. Lagipula engkau sama sekali tidak berhutang budi padaku."   "Han Liong...."   Yo Pit Loan terharu sekali.   "Aku... aku tidak akan melupakanmu selamanya."   "Pit Loan,"   Sahut Thio Han Liong sambil memegang bahunya.   "Akupun ingat selalu padamu."   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Han Liong..."   Mata Yo Pit Loan mulai basah.   "Kalau engkau tidak memberikan buah Im Ke itu kepadaku, tentunya aku tetap menjadi banci."   "Pit Loan"   Thio Han Liong menatapnya lembut "Maaf, aku harus segera ke Kota raja Aku... mohon pamit."   "Kapan kita akan berjumpa lagi?"   "Kita pasti berjumpa kembali kelak,"   Sahut Thio Han Liong dan menambahkan.   "setelah ke Kota raja, barulah aku ke gunung Altai mengembalikan kitab Lian Hoa Cin Keng."   "Terima kasih, Han Liong."   "Pit Loan, sampai jumpa"   Ucap Thio Han Liong, lalu melesat pergi.   "sampai jumpa, Han Liong"   Sahut Yo Pit Loan lalu menangis terisak-isak dan air matanya meleleh deras membasahi pipinya yang putih mulus itu.   Kini Thio Han Liong melakukan perjalanan menuju ke Kota raja.   Begitu terbayang wajah An Lok Kong cu ia tersenyumsenyum.   Justru saat itu mendengar suara rintihan-rintihan yang lirih di semak-semak.   la mengerut kan kening dan melesat ke semak-semak itu.   Dilihatnya beberapa orang tergeletak tak bergerak.   Wajah mereka kehijau-hijauan pertanda terkena pukulan beracun.   Thio Han Liong membungkukkan badannya untuk memeriksa mereka.   Namun ia menggeleng-gelengkan kemala, karena mereka sudah tak bisa ditolong lagi.   "Kami... kami...."   Salah seorang dari mereka masih dapat mengeluarkan suara.   "Kami murid Bu Tong Pay.."   "Hah?"   Thio Han Liong tersentak.   "Kalian murid Bu-Tong Pay?"   "Ya."   Orang itu mengangguk lemah.   "Tolong... tolong beritahukan kepada guru...."   "Baik,"   Thlo Han Liong manggut-manggut.   "siapa yang melukai kalian? Apakah Tan Beng song?"   "orang itu.. sudah tua sekali. Dia... dia yang melukai kami...."   Berkata sampai di situ, nafas orang itu putus.   "Aaaah..."   Thio Han Liong menghela nafas panjang.   "Timbul lagi suatu kejadian. Aku harus kembali ke gunung Bu Tong atau ke Kotaraja?"   Gumamnya.   Thio Han Liong berdiri termangu-mangu, akhirnya dia mengambil keputusan untuk kembali ke Kota raja.   setelah mengambil keputusan itu, ia mengubur mayat-mayat murid Bu Tong Pay itu, lalu melanjutkan perjalanan ke Kota raja.   Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong sudah tiba di Kotaraja.   Dapat dibayangkan betapa gembiranya Cu Goan ciang.   "Yang Mulia...."   Thio Han Liong memberi hormat.   "Han Liong"   Cu Goan ciang memegang bahunya.   "Syukurlah engkau telah kembali Putriku amat rindu padamu."   "Maafkan aku, Yang Mulia"   Ucap Thio Han Liong.   "Ha ha ha"   Cu Goan ciang tertawa gelak.   "Han Liong, cepatlah engkau ke istana menemui Putriku Tapi... alangkah baiknya engkau membuat kejutan, sebab dia sama sekali tidak menduga engkau kembali hari ini."   "Baik."   Thio Han Liong tersenyum geli sambil manggutmanggut.   "Aku akan mengejutkannya .   "   "Bagus Ha ha ha..."   Cu Goan ciang tertawa gelak.   Thio Han Liong segera ke istana An Lok.   sampai di sana ia melihat An Lok Kong cu sedang duduk di taman ditemani Lan Lan, dayang pribadinya.   Thio Han Liong tersenyum kemudian melesat ke belakang pohon, dan bersembunyi di situ sambil mengintip.   "Aaaah..."   An Lok Kong cu menghela nafas panjang dan bergumam.   "Kenapa hingga saat ini Kakak Han Liong belum kembali?"   "Kong cu harus bersabar,"   Ujar Lan Lan.   "Jangan pergi mencari Tuan Muda Thio seperti tempo hari. Yang Mulia pasti gusar sekali"   "Tapi...."   An Lok Kong cu menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku rindu sekali kepadanya."   "Biar bagaimanapun, Kong Cu harus sabar menunggu."   Lan Lan mengingatkan.   "Apakah Kong Cu sudah lupa, apa yang dialami Kong cu gara-gara pergi mencari Tuan Muda Thio?"   "Lan Lan, aku amat mencintainya."   An Lok Kongcu memberitahukan.   "itu membuatku ingin pergi mencarinya."   "Kalau begitu, Kong Cu harus tetap berada di dalam istana menunggunya,"   Sahut Lan Lan.   "Jangan pergi mencarinya, sebab akan membahayakan diri Kongcu Yang Mulia pun pasti gusar sekali."   "Aaaah..."   An Lok Kong Cu menghela nafas.   "Kalau dia kembali, aku tidak mau berpisah dengannya lagi Ke mana dia pergi aku pasti mendampinginya."   "Kong cu...."   Lan Lan tertawa geli.   "Mudah-mudahan Tuan Muda Thio lekas kembali Kalau tidak. Kongcu pasti akan sakit rindu."   "Engkau...."   An Lok Kong cu melotot. Thio Han Liong yang bersembunyi di belakang pohon pun nyaris tertawa geli. Tapi ia juga terharu akan cinta An Lok Kong Cu kepadanya. Thio Han Liong mengerahkan Lweekang, kemudian mengirim suara ke arah An Lok Kong Cu.   "Adik An Lok Adik An Lok"   Suaranya amat halus lembut.   "Hah?"   An Lok Kong cu tersentak dan langsung bangkit berdiri.   "Kakak Han Liong Kakak Han Liong"   "Kong cu...."   Lan Lan terbelalak.   "Ada apa?"   "Barusan aku mendengar suara Kakak Han Liong, dia... dia memanggilku."   An Lok Kong cu memberitahukan "Tapi kenapa aku tidak mendengar suara apa pun?"   Lan Lan mengerutkan kening.   "Mungkin Kong cu salah dengar."   "Aku tidak salah dengar, itu memang suaranya,"   Sahut An Lok Kong cu sambil menengok ke sana ke mari.   "Adik An Lok Aku sudah kembali"   Suara Thio Han Liong mengalun ke dalam telinganya, dan itu sungguh membuat An Lok Kong cu terkejut sekali.   "Lan Lan, aku mendengar suaranya lagi."   "oh?"   Wajah Lan Lan berubah pucat.   "Kong cu...."   "Lan Lan...."   Suara An Lok Kong cu bergemetar.   "Apakah... Kakak Han Liong telah terjadi sesuatu?"   "Maksud Kong cu...."   Lan Lan tampak ketakutan.   "Tapi... sekarang belum malam, tidak mungkin ada arwah berkeliaran di siang hari."   "Kakak Han Liong Kakak Han Liong"   Air mata An L.ok Kong cu mulai meleleh.   "Engkau... engkau tidak boleh terjadi apa-apa."   "Adik An Lok Adik An Lok"   Suara Thio Han Liong mengalunkan lagi ke dalam telinga An Lok Kong cu.   "Aku sudah kembali"   "Kakak Han Liong Kakak Han Liong"   An Lok Kong cu berlari ke sana ke mari dengan wajah pucat pias.   "Kakak Han Liong, engkau berada di mana?"   "Kong cu...."   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Sekujur tubuh Lan Lan mulai menggigil saking takutnya, namun dayang itu sama sekali tidak mendengar suara Thio Han Liong.   "Kakak Han Liong Kakak Han Liong"   An Lok Kong cu jatuh terduduk, kemudian menangis terisak-isak, Di saat bersamaan, muncullah Thio Han Liong dan belakang pohon, lalu perlahan-lahan mendekati An Lok Kong cu. Ketika melihat kemunculan Thio Han Liong, Lan Lan berteriak-teriak ketakutan.   "Ada setan Ada setan"   Sedangkan An Lok Kong cu memandang Thio Han Liong dengan mata terbelalak, sama sekali tidak berkedip.   "Adik An Lok"   Panggil Thio Han Liong.   "Kakak Han Liong"   An Lok Kong cu bangkit berdiri.   "Engkau... engkau... bukan arwah kan?"   "Adik An Lok"   Thio Han Liong tersenyum, lalu menggenggam tangan gadis itu erat-erat.   "Aku sudah kembali."   "Kakak Han Liong...."   An Lok Kong cu langsung mendekap di dadanya.   Sementara Lan Lan masih memandang Thio Han Liong dengan ketakutan, dan itu membuat Thio Han Liong tersenyum geli.   Kemudian ia membelai-belai An Lok Kong cu.   Justru mendadak An Lok Kong cu terus memukul dadanya, ternyata ia mengambek.   "Kakak Han Liong Engkau jahat sekali, kenapa engkau tega menggodaku?"   "Boleh kan?"   Thio Han Liong tertawa.   "Ayahmu yang menyuruhku membuat kejutan, maka aku membuat suatu kejutan untukmu."   "Engkau jahat Engkau jahat"   An Lok Kong cu masih terus memukuli dada Thio Han Liong.   "Engkau membuat diriku nyaris pingsan."   "Adik An Lok,"   Ucap Thio Han Liong.   "Aku minta maaf, jangan terus memukul dadaku"   "Kakak Han Liong...."   An Lok Kong cu berhenti memukul dadanya.   "Apakah sakit?"   "Tentu tidak,"   Sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.   "sebab engkau memukul dadaku dengan penuh kasih sayang."   "oh?"   An Lok Kong cu tertawa kecil.   "Kakak Han Liong, mari kita duduk"   Thio Han Liong mengangguk, mereka berdua lalu duduk, Lan Lan memandang mereka sejenak, kemudian tersenyumsenyum sambil meninggalkan taman itu.   "Kakak Han Liong...."   An Lok Kong cu memandangnya.   "Kenapa begitu lama engkau baru kembali?"   "Engkau tahu kan? Aku harus ke Tong Hai dan mencari Yo Ngie Kuang, tentunya membutuhkan waktu,"   Sahut Thio Han Liong.   "Kini semua urusan itu sudah beres."   "oh?"   Wajah An Lok Kong cu berseri.   "Jadi engkau sudah berhasil mencari orang itu?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk dan menceritakan semua kejadian itu.   "oleh karena itu, aku harus ke gunung Bu Tong.."   "Apa?"   Wajah An Lok Kong Cu langsung berubah.   "Engkau mau pergi lagi?"   "Ya."   "Tidak boleh Pokoknya engkau tidak boleh pergi"   Tegas An Lok Kong cu.   "Aku tidak mau berpisah denganmu lagi pokoknya tidak mau"   "Adik An Lok"   Thio Han Liong tersenyum.   "Maksudku kita pergi bersama. Aku pun tidak mau berpisah denganmu."   "Hoh?"   Wajah An Lok Kong cu tersenyum, kemudian menatapnya dalam-dalam seraya bertanya.   "Tong Hat sianli itu cantik sekali?"   "Dia memang cantik, namun engkau jauh lebih cantik dari gadis yang mana pun,"   Sahut Thio Han Liong sungguhsungguh.   "Lagi pula aku hanya mencintaimu dan akupun telah memberitahukannya bahwa aku sudah punya tunangan."   "Oooh"   An Lok Kong cu menarik nafas lega.   "oh ya, engkau tahu siapa pembunuh murid-murid Bu Tong pay itu?"   "Semula aku mengira Tan Beng song, tapi salah seorang murid Bu Tong pay itu masih sempat memberitahukan, bahwa pembunuh itu adalah seorang yang sudah tua sekali, sedangkan Tan Beng song baru berusia lima puluhan. oleh karena itu, aku yakin bukan dia."   "oooh"   An Lok Kong cu manggut-manggut, kemudian tertawa sambil bertanya.   "Kakak Han Liong, betulkah Yo Ngie Kuang itu berubah menjadi anak gadis?"   "Betul."   Thio Han Liong mengangguk.   "Tapi kalau aku tidak memberikannya buah Im Ke, dia tetap menjadi banci."   "Setelah berubah menjadi anak gadis, apakah parasnya cantik?"   "Cukup cantik,"   Thio Han Liong memberitahukan.   "Dia kuberi nama Yo Pit Loan."   "Nama yang indah."   An Lok Kong cu tersenyum.   "Sekarang dia berada di mana?"   "Entahlah."   Thio Han Liong menggelengkan kepala.   "Adik An Lok, kita ke gunung Bu Tong sesungguhnya untuk mengunjungi sucouwku, sebab beliau ingin melihatmu."   "Malu ah"   "Apa?"   Thio Han Liong terbelalaki lalu tertawa geli.   "Tumben engkau omong begitu"   "Engkau...."   Wajah An Lok Kong cu kemerah-merahan.   "Kalau begitu, kita harus memberitahukan kepada ayahku."   "Tentu."   Thio Han Liong mengangguk.   "selain ke gunung Bu Tong, kita pun harus ke gunung Altai."   "Mau apa ke sana?"   "Mengembalikan kitab Lian Hoa Cing Kong kepada Kam Ek Thian,"   Sahut Thio Han Liong dan menambahkan.   "Pemandangan di sana indah sekali. Aku yakin engkau pasti menyukai tempat itu."   "oh?"   An Lok Kong cu tampak girang sekali.   "Kakak Han Liong, bagaimana kalau sekarang kita pergi memberitahukan kepada ayahku?"   "Tidak usah terburu-buru,"   Sahut Thio Han Liong.   "Tunggu beberapa hari barulah kita minta ijin untuk pergi"   "Baik."   An Lok Kong cu mengangguk sambil tersenyum manis. Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong dan An Lok Kong cu menghadap Cu Goan ciang. Kaisar itu menyambut mereka dengan wajah berseri-seri, kelihatannya juga ingin menanyakan sesuatu.   "Yang Mulia"   Thio Han Liong memberi hormat.   "Ayahanda, terimalah hormat Ananda"   Ucap An Lok Kong cu sambil memberi hormat.   "Ha ha ha"   Cu Goan ciang tertawa.   "Kalian duduklah"   Thio Han Liong dan An Lok Kong cu lalu duduk. Cu Goan ciang memandang mereka seraya bertanya.   "Kalian ke mari menghadapku, tentunya ingin menyampaikan sesuatu, bukan?"   "Ya"   Thio Han Liong mengangguk.   "Ngmmm"   Cu Goan ciang manggut-manggut.   "Han Liong, kini engkau sudah tiada urusan apa-apa lagi, bukan?"   "Masih ada sedikit urusan yang harus kuselesaikan, Yang Mulia,"   Jawab Thio Han Liong.   "Urusan apa?"   "Aku harus mengajak Adik An Lok ke gunung Bu Tong untuk menemui sucouwku, lalu pergi ke gunung Altai."   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "oh?"   Cu Goan ciang mengerutkan kening.   "Yaaah Kukira sudah tiada urusan lagi, maka aku ingin menyuruh kalian melangsungkan pernikahan Tapi..."   "Ayahanda,"   Ujar An Lok Kong cu dengan wajah agak kemerah-merahan.   "Guru besar Thio sam Hong sudah tua sekali, beliau ingin bertemu kami, setelah itu ananda dan Kakak Han Liong ke gunung Altai untuk mengembalikan sebuah kitab pusaka."   "Ngmm"   Cu Goan ciang manggut-manggut.   "Baiklah. Tapi setelah itu kalian harus segera menikah"   "Ya, Ayahanda."   An Lok Kong cu mengangguk.   "Nak"   Cu Goan ciang menatap putrinya.   "Engkau harus membawa pedang pusaka."   "Ya, Ayahanda."   An Lok Kong cu mengangguk lagi.   "Engkau pergi bersama Han Liong, tentunya ayah berlega hati,"   Ujar cu Goan ciang sambil tersenyum.   "Karena Han Liong pasti melindungimu, dan menjagamu baik-baik."   "Ya, Yang Mulia,"   Ujar Thio Han Liong.   "Aku pasti melindungi dan menjaga Adik An Lok baik-baik."   "Aku mempercayaimu."   Cu Goan ciang tertawa.   "Apabila semua urusan itu sudah beres, cepatlah kalian menikah dan... jangan berkecimpung di dalam rimba persilatan lagi, itu sungguh membahayakan diri kalian"   "Ya."   Thio Han Liong dan An Lok Kong cu mengangguk.   "Kapan kalian akan berangkat?"   Tanya Cu Goan ciang.   "Besok pagi, Yang Mulia,"   Jawab Thio Han Liong.   "Baiklah,"   Cu Goan ciang manggut-manggut dan berpesan.   "setelah semua urusan itu beres, kalian harus cepat-cepat pulang"   "Ya."   Thio Han Liong dan An Lok Kong cu mengangguk serentak.   Bab 63 Mengunjungi Thio sam Hong Dan Mengembalikan Kitab Pusaka Thio Han Liong dan An Lok Kong cu melakukan perjalanan ke gunung Bu Tong dengan penuh kegembiraan, bahkan kadang-kadang mereka pun bercanda ria.   Dalam perjalanan ini, Thio Han Liong selalu memberi petunjuk kepada gadis itu mengenai ilmu silat, sehingga ilmu silat An Lok Kong cu mengalami kemajuan pesat.   Walau mereka tidur sekamar di penginapan, namun Thio Han Liong selalu menjaga tata tertib dan kesopanan, maka tidak mengherankan kalau An Lok Kong cu bertambah kagum kepadanya.   "Kakak Han Liong..."   Ujar An Lok Kong cu ketika mereka duduk berhadapan di dalam kamar penginapan.   "Malam ini engkau tidur di ranjang, biar aku tidur di kursi saja."   "Adik An Lok"   Thio Han Liong tersenyum.   "Tidak baik engkau tidur di kursi. Kalau aku membiarkanmu tidur di kursi, berarti aku tidak menyayangi mu lho"   "Tapi...."   "Adik An Lok, turutilah perkataanku"   "Ya."   An Lok Kong cu mengangguk, kemudian menatapnya lembut.   "Kakak Han Liong, kira-kira berapa hari lagi kita akan tiba ke gunung Bu Tong?"   "Empat lima hari lagi, sebab kita tidak perlu melakukan perjalanan dengan tergesa-gesa,"   Ujar Thio Han Liong dan menambahkan.   "ini adalah kesempatan untuk pesiar."   "Terimakasih, Kakak Han Liong,"   Ucap An Lok Kong cu.   "oh ya setelah semua urusan itu beres, engkau tidak akan berkecimpung di rimba persilatan lagi, bukan?"   "Ng"   Thio Han Liong mengangguk dan melanjutkan dengan suara rendah.   "Kita harus menikah lalu hidup tenang di pulau Hong Hoang To."   Wajah An Lok Kong cu ceria.   "Itu sungguh menyenangkan, setiap hari aku akan bermain dengan bu-rung-burung Hong Hoang."   "Bagus, bagus"ThioHan Liong tertawa.   "   "Burung-burung Hong Hoang itu pasti girang sekali. Aku... aku sudah rindu pada mereka."   Thio Han Liong dan An Lok Kong cu bercakap-cakap hingga larut malam, setelah itu barulah mereka tidur.   An Lok Kong cu tidur di ranjang, sedangkan Thio Han Liong tidur di kursi.   Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan ke gunung Bu Tong.   Dua hari kemudian, mereka tiba di sebuah kota dan langsung ke rumah makan.   Di saat mereka sedang bersantap, tampak beberapa kaum rimba persilatan memasuki rumah makan itu, lalu duduk dekat meja Thio Han Liong.   Mereka bersantap sambil bercakap-cakap.   Berselang sesaat salah seorang dari mereka bertanya kepada teman-temannya.   "Apakah kalian tahu, belum lama ini telah muncul seorang iblis tua dan muridnya?"   "Kami sudah mendengar tentang itu iblis tua itu... sungguh kejam dan menyeramkan. Dia memiliki ilmu pukulan beracun, bahkan sekujur badannya beracun. siapa yang menyentuh tubuhnya, pasti mati seketika."   "oh? Engkau tahu siapa dia?"   "sama sekali tidak tahu, iblis tua dan muridnya itu sering membunuh para murid partai besar. Belum lama ini, lima murid Hwa San pay mati terkena pukulan beracun, dan itu pasti perbuatan iblis tua dan muridnya."   "Mereka berasal dari mana?"   "Entahlah. Yang jelas mereka berdua bukan orang Tionggoan."   Mendengar sampai di sini, Thio Han Liong pun mengerutkan kening, kemudian berbisik.   "Adik An Lok, kini dalam, rimba persilatan timbul petaka lagi, untung engkau sudah kebal terhadap racun"   "Kakak Han Liong, tahukah engkau siapa iblis tua dan muridnya itu?"   Tanya An Lok Kong cu.   "Muridnya pasti Tan Beng Song. Tapi aku sama sekali tidak tahu siapa iblis tua itu,"   Jawab Thio Han Liong sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Mungkin sucouwku tahu tentang iblis tua itu. Akan kutanyakan kepada beliau."   "Kalau begitu.."   Ujar An Lok Kong cu.   "Yang membunuh para murid Bu Tong Pay juga iblis tua itu?"   "Tidak salah."   Thio Han Liong mengangguk.   "Nah Usai makan, kita harus melanjutkan perjalanan, jangan membuang-buang waktu lagi."   "Baik,"   An Lok Kong cu tersenyum.   Usai makan, mereka melanjutkan perjalanan lagi menuju gunung Bu Tong.   Dua hari kemudian, mereka sudah tiba di gunung tersebut.   Betapa gembiranya Jie Lian ciu, song wan Kiauw dan lainnya.   Mereka menyambut kedatangan Thio Han Liong dan An Lok Kong cu sambil tertawa.   "Han Liong.,.."   Jie Lian ciu memegang bahunya.   "syukurlah engkau membawa An Lok Kong Cu ke mari, sebab dari kemarin guru terus menyinggungmu"   "oh?"   "suhu ingin sekali bertemu An Lok Kong cu."   Song Wan Kiauw memberitahukan sambil tersenyum.   "Kakek Jie,"   Tanya Thio Han Liong mendadak.   "Apa kah belum lama ini Kakek Jie pernah mengutus beberapa murid pergi ke tempat lain?"   "Benar."   Jie Lian ciu manggut-manggut.   "Aku mengutus Ta nBun Heng, Lle Tek Kuang dan Lim Tiong Ham pergi ke markas Kay Pang. Tapi... hingga kini mereka belum kembali."   "Kakek Jie...."   Thio Han Liong memberitahukan "Mereka telah meninggal terkena pukulan beracun."   "Apa?"   Jie Lian Ciu dan lainnya tersentak.   "siapa yang membunuh mereka?"   "Han Liong,"   Tanya song Wan Kiauw.   "Darimana engkau tahu tentang itu?"   "Kebetulan aku berjumpa mereka dalam keadaan sekarat,"   Jawab Thio Han Liong.   "salah seorang memberitahukan, bahwa mereka adalah murid Bu Tong Pay dan mengatakan pembunuh itu adalah seorang yang sudah tua sekali."   "siapa orang yang sudah tua sekali itu?"   Gumam Jie Lian Cu.   "Ketika kami makan di sebuah rumah makan, kami mendengar pembicaraan beberapa kaum rimba persilatan tentang kemunculan seorang iblis tua bersama muridnya, iblis tua itu memiliki ilmu pukulan beracun, bahkan sekujur badannya pun beracun. siapa yang menyentuh badannya, pasti mati seketika."   "oh?"   Jie Lian cu dan lainnya tertegun.   "siapa iblis tua itu?"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Kakek Jie...."   Thio Han Liong memberitahukan.   "Murid iblis tua itu bernama Tan Beng song, mantan adik seperguruan Lam Khie."   "Kok engkau tahu tentang itu?"   Jie Lian ciu heran.   "Aku dan Pak Hong ke Tayli..."   Thio Han Liong menutur tentang itu "Tapi aku sama sekali tidak tahu tentang iblis tua itu, mungkin sucouw tahu."   "Aaaah..."   Jie Lian ciu menghela nafas panjang.   "Timbul petaka lagi dalam rimba persilatan, itu sungguh di luar dugaan"   "oh ya, Han Liong, engkau sudah pergi ke Tong Hai?"   Tanya Song Wan Kiauw sambil menatapnya.   "Sudah."   Thio Han Liong mengangguk.   "Bahkan aku sudah berhasil mencari Yo Ngie Kuang. Kini dia kuberi nama Yo Pit Loan, sebab dia sudah berubah menjarti anak gadis."   "Apa?"   Song Wan Kiauw terbelalak.   "Itu... itu bagai mana mungkin?"   "Itu memang benar, aku menyaksikannya sendiri"   Sahut Thio Han Liong danmemberitahukan tentang kejadian tersebut.   "Maka kuberi nama Yo Pit Loan."   "Ternyata begitu"   Song Wan Kiauw manggut-manggut.   "Kalau engkau tidak memberinya buah Im Ko, dia pasti tetap menjadi banci. Ya, kan?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk.   "Kalau begitu, kini kepandaiannya pasti sudah tinggi sekali,"   Ujar Jie Lian Ciu.   "Betul."   Thio Han Liong mengangguk lagi dan memberitahukan.   "Siapa yang terkena pukulannya, pasti mati beku seperti es."   "Oh?"   Jie Lian Ciu terbelalak.   "Kalau dia berubah jahat, bukankah...."   "Dia tidak akan berubah jahat, sebab pada dasarnya dia tidak berhati jahat. Maka, aku memberinya buah Im Ko itu untuk menolongnya,"   Ujar Thio Han Liong dan menambahkan.   "sebetulnya dia ingin menjadi pelayanku tapi kutolak."   "Enak saja mau menjadi pelayanmu"   Ujar An Lok Kong Cu tanpa sadar, dan itu membuat Jie Lian Ciu dan lainnya tertawa gelak.   "Ha ha ha Han Liong, An Lok Kong Cu cemburu lho"   Ujar Song Wan Kiauw.   "Lain kali engkau harus hati-hati berbicara, tangan asal bicara"   "Kakek Song"   Thio Han Liong tersenyum.   "Aku berkata sesungguhnya, lagipula aku pun sudah memberitahukan padanya bahwa aku sudah punya tunangan."   "oooh"   Song Wan Kiauw manggut-manggut.   "Engkau pun berterus terang pada Tong Hai sianli?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk.   "Bagus"   Jie Lian ciu manggut-manggut.   "sebagai lelaki sejati harus berani berterus terang, juga tidak boleh menyeleweng di belakang sang kekasih."   "Ya, Kakek Jie."   "Ha ha ha"   Song Wan Kiauw tertawa gelak.   "Han Liong bukan pemuda semacam itu. Kalaupun ada bidadari turun dari kahyangan, dia pun tidak akan tergoda."   "Sebab tidak ada bidadari turun dari kahyangan, maka dia tidak akan tergoda,"   Ujar An Lok Kong cu.   "Tapi kalau benar ada bidadari turun dari kahyangan, dia pasti akan tergoda."   "Adik An Lok"   Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku tidak akan begitu, engkau harus mempercayaiku."   "Kakak Han Liong"   An Lok Kong cu tersenyum.   "Aku tahu engkau tidak akan begitu, ini cuma gurauan saja."   "Benar."   Song Wan Kiauw manggut-manggut, lalu kembali pada pokok pembicaraan.   "Kita semua sama sekali tidak tahu siapa iblis tua itu. Mungkinkah guru tahu?" .   "Mungkin."   Jie Lian ciu mengangguk.   "Maka kita harus bertanya kepada guru."   "Kalau begitu, sekarang kita menemui guru bersama Han Liong dan An Lok Kong cu,"   Ujar song Wan Kiauw.   "Baik,"   Jie Lian ciu manggut-manggut.   Mereka ke ruang meditasi.   Begitu mendengar suara langkah, Thio sam Hong yang sedang bersemadi di ruang itu langsung membuka matanya.   Ketika melihat Thio Han Liong bersama seorang gadis, wajah guru besar itu tampak berseri.   "Guru"   Jie Lian ciu dan lainnya memberi hormat, setelah itu barulah duduk di hadapan Thio sam.   "Sucouw"   Panggil Thio Han Liong sambil bersujud. An Lok Kong cu pun ikut bersujud di sisinya.   "Ha ha ha"   Thio sam Hong tertawa gembira sambil menatap An Lok Kong cu.   "Engkau pasti Putri Cu Goan ciang Ya, kan?"   "Ya, sucouw."   An Lok Kong cu mengangguk.   "Bagus, bagus"   Thio sam Hong terus tertawa gembira.   "Aku harap masih bisa menyaksikan kalian berdua melangsungkan pernikahan oh ya, kapan kalian berdua akan menikah?"   "Mungkin tidak lama lagi,"   Sahut Thio Han Liong dengan wajah agak kemerah-merahan.   "Han Liong...."   Thio sam Hong tersenyum lembut.   "sebaiknya kalian berdua menikah selekasnya, sebab aku sudah tua sekali, sewaktu-waktu pasti akan pulang ke alam baka."   "sucouw jangan berkata begitu, sucouw masih segarbugar."   "Aaaah..."   Thio sam Hong menghela nafas panjang.   "Usia ku sudah seratus lebih aku sendiri pun sudah lupa lebih berapa. Mungkin lima puluh atau lebih dari itu. Rasanya aku cuma kuat bertahan beberapa tahun lagi."   "Guru...."   Jie Lian ciu dan lainnya langsung tampak murung.   "Guru pasti bisa hidup sampai dua ratus tahun."   "Ha ha Untuk apa aku hidup terlalu lama? Bukankah akan menyiksa diriku sendiri?"   Ujar Thio sam Hong, kemudian menggeleng-gelengkan kepala.   "Sucouw,"   Tanya Thio Han Liong mendadak.   "Pernahkah sucouw mendengar tentang seorang iblis tua yang sekujur badannya beracun?"   "Seorang iblis tua yang sekujur badannya beracun?"   Tanya Thio sam Hong dengan wajah berubah.   "iblis tua itujuga memiliki ilmu pukulan beracun?"   "Betul."   Thio Han Liong mengangguk.   "Aaaah..."   Thio sam Hong menghela nafas panjang.   "iblis tua itu muncul lagi dalam rimba persilatan?"   "Ya. Dia muncul bersama muridnya."   Thio Han Liong memberitahukan sambil memandang Thio sam Hong.   "Mereka berdua membunuh para murid partai besar."   "oh?"   Thio sam Hong mengerutkan kening.   "Apakah murid-murid kalian juga ada yang mereka bunuh?"   "Tidak ada,"   Sahut Jie Lian ciu, agar tidak membebani pikiran Thio sam Hong.   "Bolehkah Guru menceritakan tentang iblis tua itu?"   "Tujuh delapan tahun yang lampau, mendadak dalam rimba persilatan muncul seorang pembunuh, yang mengaku dirinya datang dari Ban Tok To."   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Thio sam Hong mulai menceritakan.   "orang itu terus membantai kaum rimba persilatan. setelah itu secara tiba-tiba orang tersebut menghilang entah ke mana, sehingga menimbulkan kabar berita yang tak menentu mengenai dirinya."   "Guru yakin orang itu adalah iblis tua yang baru muncul itu?"   Tanya Jie Lian ciu.   "orang itu memiliki ilmu pukulan beracun, bahkan sekujur badannya pun beracun. Maka guru yakin orang itu adalah iblis tua yang baru muncul itu,"   Sahut Thio sam Hong dan menambahkan.   "Dulu kepandaiannya sudah begitu tinggi, apalagi kini. Maka, kalian harus berhati-hati menghadapinya, dan lebih baik jangan cari urusan dengannya, sebab guru khawatir kalian bukan lawannya."   "Guru, Han Liong dapat mengalahkannya?"   Tanya song Wan Kiauw mendadak.   "Entahlah."   Thio sam Hong menggelengkan kepala.   "Paling baik menghindarinya, agar selamat."   "Ya."   Jie Lian ciu dan lainnya mengangguk.   "Apabila dia ke mari, beritahukan kepada guru"   Pesan Thio sam Hong.   "Biar guru yang menghadapinya.   "   "Ya."   Jie Lian ciu dan lainnya menganggguk lagi. Tapi apabila iblis tua itu muncul di gunung Bu Tong, tentu mereka tidak akan memberitahukan kepada Thio sam Hong.   "Han Liong, kapan engkau akan kembali ke Kotaraja?"   Tanya Thio sam Hong.   "setelah kami ke gunung Altai,"   Jawab Thio Han Liong.   "Lho?"   Thio sam Hong terbelalak.   "Mau apa engkau ke gunung Altai, yang dekat perbatasan Mongol itu?"   "Aku harus mengembalikan sebuah kitab pusaka kepada Ek Thian"   Thio Han Liong menutur tentang itu.   "oooh"   Thio sam Hong manggut-manggut.   "setelah itu kalian pasti melangsungkan pernikahan, bukan?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk.   "setelah pernikahan, kalian akan tinggal di mana?"   Thio sam Hong memandang mereka.   "Kami akan tinggal di pulau Hong Hoang To."   Thio Han Liong memberitahukan.   "Kami pun tidak akan mencampuri urusan rimba persilatan lagi."   "Bagus, bagus"   Thio sam Hong manggut-manggut.   "Memang lebih baik kalian hidup tenang, damai dan bahagia di pulau itu."   "Ya, sucouw."   Thio Han Liong mengangguk.   "oh ya"   Thio sam Hong menatap Thio Han Liong seraya bertanya.   "Kapan kalian berangkat ke gunung Altai?"   "Besok"   Jawab Thio Han Liong.   "Baiklah."   Thio sam Hong manggut-manggut.   "Besok kalian boleh langsung berangkat, tidak usah berpamit padaku"   "Ya, sucouw."   Thio Han Liong mengangguk.   "Aku mau beristirahat, kalian boleh meninggalkan ruang meditasi ini,"   Ujar Thio sam Hong sambil memejamkan matanya. Jie Lian ciu dan lainnya segera meninggalkan ruang meditasi itu, kembali ke ruang depan.   "Han Liong, bagaimana Yo Ngie Kuang itu?"   Tanya Song Wan Kiauw setelah duduk.   "Bukan Yo Ngie Kuang, melainkan Yo Pit Loan,"   Sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.   "Dia pasti baik-baik saja. Namun aku tidak tahu dia berada di mana."   "Oooh"   Song Wan Kiauw manggut-manggut.   "Kakak Han Liong, aku ingin sekali bertemu Yo Pit Loan."   Ujar An Lok Kong cu.   "Memangnya kenapa?"   Thio Han Liong heran.   "ingin menyaksikan suatu keajaiban,"   Sahut An Lok Kong Cu sambil tersenyum.   "Yaitu anak lelaki berubah menjadi anak gadis."   "Engkau...."   Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum.   "Aku yakin kita pasti berjumpa dengannya kelak."   "Itu yang kuharapkan,"   Ujar An Lok Kong Cu.   "Han Liong"   Tanya Jie Lian Ciu bergurau.   "Kalau engkau belajar ilmu silat yang dari kitab pusaka itu, apa yang akan terjadi atas dirimu?"   "Tentunya akan berubah menjadi banci."   "Jangan"   Ujar An Lok Kong Cu cepat.   "Aku pasti celaka"   "Ha ha ha"   Jie Lian Ciu danlainnya tertawa gelak.   "Ha ha ha..."   Keesokan harinya, Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu berpamit keparta Jie Lian Ciu dan lainnya, lalu meninggalkan gunung Bu Tong ke gunung Altai.   Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu terus melakukan perjalanan ke gunung Altai.   Dalam perjalanan ini Thio Han Liong terus memberi petunjuk kepada An Lok Kong Cu mengenai ilmu silat.   oleh karena itu, tidak mengherankan kalau ilmu silat An Lok Kong Cu bertambah tinggi.   Sepuluh hari kemudian, barulah mereka tiba di gunung Altai.   Thio Han Liong dan An Lok Kong cu mendaki gunung itu sambil menikmati keindahannya.   Mendadak berkelebat beberapa bayangan ke arah mereka dan terdengar pula suara bentakan.   "Berhenti"   Thio Han Liong dan An Lok Kong cu segera berhenti. Di saat bersamaan melayang turun beberapa wanita. Begtiu melihat Thio Han Liong, mereka terbelalak dan langsung memberi hormat.   "Maaf, kami tidak tahu Thio siauhiap yang ke mari, maka kami telah membentak siauhiap."   "Tidak apa-apa."   Thio Han Liong tersenyum.   "oh ya, ini adalah An Lok Kong cu, tunanganku."   "An Lok Kong cu,"   Ucap mereka sambil memberi hormat.   "selamat datang di tempat kami"   "Terima kasih,"   Sahut An Lok Kong cu dan balas memberi hormat.   "Ayoh, mari ikut kami ke puncak"   Ajak salah seorang dari mereka.   Thio Han Liong mengangguk.   Mereka semua lalu melesat ke atas gunung itu.   Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di tempat tinggal Kam Ek Thian.   Muncul Yen Yen dan Ing Ing.   Keduanya gembira sekali ketika melihat Thio Han Liong.   "Thio siauhiap"   Seru mereka serentak.   "Bibi Yen Yen, Bibi Ing Ing"   Thio Han Liong segera memberi hormat.   "Thio siauhiap."   Tanya Yen Yen sambil tersenyum.   "Gadis ini tunanganmu?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk.   "Adik An Lok, mereka berdua adalah Bibi Yen Yen dan Bibi Ing Ing."   An Lok Kong cu segera memberi hormat. Yen Yen dan Ing Ing juga memberi hormat kepadanya.   "Mari kita masuk"   Ajak Yen Yen dan memberitahukan.   "Tong Koay dan ouw Yang Bun berada di sini."   "oh?"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Thio Han Liong girang sekali. Mereka semua masuk. Tampak Kam Ek Thian dan Lie Hong Suan sedang duduk di sana dengan wajah ceria.   "Paman, Bibi"   Thio Han Liong dan An Lok Kong cu memberi hormat kepada mereka.   "Han Liong"   Kam Ek Thian dan Lie Hong suan tertawa gembira.   "Gadis ini tentu tunanganmu. Ya, kan?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk.   "Dia adalah An Lok Kong cu."   "Ha ha ha"   Kam Ek Thian tertawa gelak.   "Tak disangka tempatku ini dikunjungi Putri Kaisar ini sungguh di luar dugaan"   "Han Liong, An Lok Kong cu, silakan duduk"   Ucap Lie Hong suan dengan ramah dan lembut.   "Terimakasih."   Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk, Di saat bersamaan, muncullah Tong Koay, ouw Yang Bun, ouw Yang Hui sian dan Kam siauw Cui.   "Ha ha ha"   Tong Koay tertawa gembira.   "Han Liong, tak disangka engkau ke mari"   "Locianpwee"   Thio Han Liong dan An Lok Kong cu segera memberi hormat.   "Han Liong, aku merasa cocok dengan tempat ini, maka aku tinggal di sini,"   Ujar Tong Koay.   "Betul, saudara Han Liong,"   Sambung ouw Yang Bun.   "Aku amat berterima kasih kepadamu, aku diperbolehkan tinggal di sini bersama Putriku."   "Saudara ouw Yang Bun"   Thio Han Liong tersenyum.   "Syukurlah"   "Han Liong,"   Ujar Tong Koay memberitahukan.   "Aku sudah mengambil keputusan tidak akan berkecimpung di dunia persilatan lagi. Aku ingin hidup tenang dan damai di sini."   "Memang lebih baik begitu,"   Ujar Thio Han Liong.   "Kini timbul petaka lagi dalam rimba persilatan."   "Petaka apa?"   Tanya Tong Koay sambil mengerutkan kening.   "Muncul seorang iblis tua dan muridnya."   Thio Han Liong memberitahukan.   "Mereka membunuh para murid partai besar dengan ilmu pukulan beracun dan sudah banyak murid-murid partai besar yang mereka bunuh."   "oh?"   Tong Koay mengerutkan kening.   "siapa iblis tua itu?"   "Tidak begitu jelas,"   Sahut Thio Han Liong.   "Murid nya adalah Tan Beng song, mantan adik seperguruan Lam Khie Locianpwee."   "Hah?"   Tong Koay terbelalak.   "Sungguh diluar dugaan, ternyata Tan Beng song berguru pada si iblis Tua itu"   "Menurut sucouwku, si iblis Tua itu berasal dari Ban Tok To (Pulau selaksa Racun),"   Ujar Thio Han Liong dan menambahkan.   "Tujuh delapan tahun yang lalu pernah muncul di Tionggoan, tapi setelah itu menghilang entah ke mana."   "Han Liong,"   Tanya Tong Koay.   "Bagaimana reaksi para ketua partai besar?"   "Aku belum bertemu dengan mereka. Maka, bagaimana reaksi mereka aku tidak tahu."   Thio Han Liong menggelenggelengkan kepala.   "Aaah..."   Tong Koay menghela nafas panjang.   "Han Liong"   Kam Ek Thian memandangnya seraya bertanya.   "Engkau sudah berhasil mencari Yo Ngie Kuan?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk, lalu menyerahkan kitab Lian Hoa Cin Kong keparta Kam Ek Thian.   "Terimakasih, Han Liong,"   Ucap Kam Ek Thian sambil menerima kitab pusaka itu.   "Kenapa dia tidak ke mari?"   Tanyanya kemudian.   "Dia merasa malu bertemu Paman dan Bibi, maka menitipkan kitab pusaka itu kepadaku untuk dikembalikan kepada Paman."   "Han Liong"   Wajah Kam Ek Thian tampak murung.   "Dia berada di mana sekarang dan bagaimana keadaannya ?"   "Aku tidak tahu dia ke mana,"jawab Thio Han Liong.   "Keadaannya baik-baik -aja, tapi kini dia telah berubah menjadi anak gadis."   "Apa?"   Kam Ek Thian tertegun.   "Dia telah berubah menjadi anak gadis? Kalau begitu, Lweekangnya sudah mencapai tingkat tertinggi?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk.   "Itu... itu tidak mungkin"   Kam Ek Thian menggelenggelengkan kepala.   "Tidak mungkin"   "Paman, aku memberinya buah Im Ko, maka Lweekangnya menjadi sempurna, setelah itu dirinya berubah menjadi anak gadis."   "oooh"   Kam Ek Thian manggut-manggut.   "Han Liong, dari mana engkau memperoleh buah itu?"   "Hadiah dari Raja Tayli,"   Sahut Thio Han Liong dan menutur tentang kejadian itu Kam Ek Thian manggut-manggut mendengar penuturan itu. Namun sebaliknya wajah Tong Koay malah berubah pucat.   "Tak disangka Tan Beng song sudah berkepandaian begitu tinggi, apalagi si iblis Tua, gurunya itu"   "Han Liong"   Kam Ek Thian memandangnya dengan penuh rasa haru.   "Kami amat berterima kasih kepadamu, sebab engkau telah menolong Yo Ngie Kuan."   "Paman, kini dia bernama Yo Pit Loan, aku yang memberi nama padanya,"   Ujar Thio Han Liong dengan tersenyum.   "oooh"   Kam Ek Thian manggut-manggut.   "Han Liong, betulkah dia telah berubah menjadi anak gadis?"   Tanya Lie Hong suan.   "Betul."   Thio Han Liong mengangguk.   "Dia telah memeriksa sendiri alat kelaminnya."   "oooh"   Lie Hong suan menarik nafas dalam-dalam.   "Sungguh merupakan suatu keajaiban"   "Tapi kalau tidak makan buah Im Ke pemberian Han Liong, dia pasti tetap menjadi banci,"   Ujar Kam Ek Thian dan menambahkan.   "Dia sungguh beruntung memakan buah Im Ko, sebab kepandaiannya bertambah tinggi."   "Sifat dan gerak-geriknya juga akan berubah seperti anak gadis?"   Tanya Lie Hong suan.   "Tentu."   Kam Ek Thian manggut-manggut dan tertawa.   "Kalau dia ke mari, aku harus memanggilnya sumoy, bukan sutee lagi."   "Dia tidak akan ke mari."   Lie Hong suan menghela nafas panjang, kemudian memandang Thio Han Liong seraya berkata.   "kalau engkau bertemu dia lagi, bujuklah agar dia mau datang ke mari"   "Ya, Bibi."   Thio Han Liong mengangguk. Kam siauw Cui yang diam dari tadi mendadak membuka mulut.   "Kakak Han Liong, apakah gadis yang cantik jelita itu tunanganmu?"   "Betul, siauw Cui,"   Sahut Thio Han Liong sambil tersenyum.   "Adik An Lok, dia adalah siauw Cui."   "oooh"   An Lok Kong cu menatapnya lembut.   "Adik siauw Cui, Kakak Han Liong sering menceritakan dirimu kepadaku."   "oh?"   Kam siauw Cui tampak gembira sekali.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Kakak adalah Putri Kaisar?"   "Ya."   An Lok Kong cu mengangguk.   "Kakak,"   Ujar Kam siauw Cui sambil tersenyum.   "Kelak kalau ada kesempatan, aku pasti ke Kota raja mengunjungi Kakak,"   "Aku pasti menyambutmu dengan penuh kegembiraan,"   Sahut An Lok Kong cu.   "Tapi setelah aku menikah dengan Kakak Han Liong, kami akan tinggal di pulau Hong Hoang To."   "Tidak apa-apa."   Kam siauw Cui tertawa lagi.   "Aku akan ke sana mengunjungi kalian."   "Aku ikut,"   Sela ouw Yang Hui sian.   "Aku pasti mengajakmu,"   Ujar Kam siauw Cui berjanji.   "Kita pun akan ke Kotaraja."   "Asyik"   Ouw Yang Hui sian tertawa gembira. Kam Ek Thian, Lle Hong Suan, Tong Koay dan ouw Yang Bun saling memandang, kemudian mereka menggelenggelengkan kepala.   "Han Liong, bagaimana kalau kalian tinggal di sini beberapa hari?"   "Itu...."   Thio Han Liong memandang An Lok Kong cu.   "Ng"   An Lok Kong cu mengangguk.   "Baik, Paman,"   Ujar Thio Han Liong.   "Kami akan tinggal di sini beberapa hari agar Adik An Lok bisa menikmati keindahan pemandangan di sini."   "Bagus, bagus"   Kam Ek Thian tertawa gembira.   "Ha ha ha. Malam ini aku akan mengadakan perjamuan, kita bersantap bersama sambil bersulang"   "Itu akan merepotkan Paman dan Bibi. Lebih baik Paman tidak usah mengadakan perjamuan,"   Ujar Thio Han Liong.   "Tidak akan merepotkan kami. Lagipula entah kapan kalian akan ke mari mengunjungi kami, maka aku harus memanfaatkan kesempatan ini menjamu kalian."    Walet Besi Karya Cu Yi Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi

Cari Blog Ini