Anak Naga 36
Anak Naga Karya Chin Yung Bagian 36
Anak Naga Karya dari Chin Yung Tanya murid tertua. "Ya." Ketua Hwa San Pay manggut-manggut. "Seperti halnya Ban Tok Lo Mo dan muridnya, bukankah kita juga tidak tahu asal usul mereka?" "oh ya" Murid kedua memberitahukan. "Dengar-dengar Lian Hoa Nio Cu sedang mencari Ban Tok Lo Mo dan muridnya." "oh?" Ketua Hwa San Pay tersentak. "Mau apa Lian Hoa Nio Cu mencari mereka?" "Kalau tidak salah, Lian Hoa Nio Cu ingin membasmi Ban Tok Lo Mo dan muridnya." "oooh" Ketua Hwa San Pay menarik nafas lega. "Pantas Ban Tok Lo Mo dan muridnya terus bersembunyi, ternyata mereka takut kepada Lian Hoa Nio Cu...." "He he he He he he..." Mendadak terdengar suara tawa yang menyeramkan, kemudian melayang turun dua sosok bayangan manusia. "Siapa kalian?" Bentak ketua Hwa San Pay. "Ban Tok Lo Mo" Terdengar suara sahutan. "Tidak salah." Yang melayang turun itu adalah Ban Tok Lo Mo dan muridnya, dan kini mereka berdiri di tengah-tengah ruang itu. "Ban Tok Lo Mo?" Betapa terkejutnya ketua Hwa San Pay. "Ha ha ha" Ban Tok Lo Mo tertawa gelak. "Tak disangka kalian sedang membicarakan kami, kebetulan kami ke mari" "Mau apa kalian ke mari?" Tanya ketua Hwa San Pay dingin. "Mau membunuhmu dan membantai para muridmu," Sahut Ban Tok Lo Mo sambil tertawa terkekeh. "He he he..." "Ban Tok Lo Mo, kami Hwa San Pay tidak pernah bermusuhan dengan kalian Kenapa kalian...." Belum juga usai ketua Hwa San Pay berbicara, Tan Beng song sudah mulai membantai beberapa murid Hwa San Pay yang berdiri di situ.. "Aaaakh Aaaakh..." Terdengar suara jeritan yang menyayat hati. Ternyata mereka terkena ilmu pukulan beracun. "Ha ha ha" Tan Beng song tertawa gelak. Beberapa murid handal Hwa San Pay langsung menyerang Tan Beng song, sedangkan ketua Hwa San Pay mulai mendekati Ban Tok Lo Mo dengan pedang terhunus. "He he he" Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh-kekeh. "Ketua Hwa San Pay, ajalmu telah tiba hari ini" "Lihat serangan" Bentak ketua Hwa San Pay sambil menyerang. Hwa San Pay memang terkenal ilmu pedangnya, maka ketua Hwa San Pay menyerang Ban Tok Lo Mo dengan pedang. Akan tetapi, dengan gampang sekali si iblis Tua itu mengelak. lalu balas menyerang dengan ilmu pukulan beracun. Ketua Hwa San Pay berkelit ke sana ke mari. sesekali ia pun balas menyerang dengan jurus jurus andalannya. Cepat sekali puluhan jurus telah berlalu, ketua Hwa San Pay mulai berada di bawah angin. Sementara beberapa murid handal Hwa San Pay pun telah binasa. Tan Beng song tertawa puas dan itu sungguh mengejutkan ketua Hwa San Pay. oleh karena itu, ia menjadi nekad menyerang Ban Tok Lo Mo. "Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa, kemudian menyerangnya bertubi-tubi dengan ilmu pukulan Ban Tok Ciang (Ilmu Pukulan selaksa Racun) "Aaaakh..." Terdengar suara jeritan ketua Hwa San Pay, ternyata dadanya telah terkena ilmu pukulan beracun, dan tak lama kemudian nyawanya pun melayang. "He he he" Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh- kekeh. "Muridku, mari kita pergi" "Ya, Guru" Sahut Tan Beng song. Mereka berdua lalu melesat pergi, sayup-sayup masih terdengar suara tawa mereka. Ketua Hwa San Pay telah tewas, itu merupakan kejadian yang amat tragis sekali. Namun, tentang kejadian itu belum tersiar dalam rimba persilatan. Ketua Khong Tong Pay termenung di ruang depan. Beberapa muridnya juga duduk di situ, tapi tiada seorang pun berani bersuara. Lama sekali barulah ketua Khong Tong Pay itu menghela nafas, kemudian berkata. "Kelihatannya situasi rimba persilatan semakin gawat. sudah banyak kaum rimba persilatan golongan putih dibunuh oleh Ban Tok Lo Mo dan muridnya. Kita harus berhati-hati. sewaktu-waktu mereka berdua akan menyerbu ke mari." "Guru" Murid tertua memberitahukan. "Belum lama ini dalam rimba persilatan telah muncul seorang pendekar wanita, yang berjuluk Lian Hoa Nio Cu." "oh?" Ketua Khong Tong Pay tertegun. "Pendekar wanita itu berasal dari pintu perguruan mana?" "Entahlah. Tiada seorang rimba persilatan mengetahuinya. Melihat dandanannya yang agak aneh, mungkin berasal dari luar Tionggoan. Lian Hoa Nio Cu duduk di dalam tandu yang digotong empat lelaki kekar. Pendekar wanita itu selalu membunuh para penjahat." "Syukurlah" Ucap ketua Khong Tong Pay dan melanjutkan. "Yang mengherankan adalah Ban Tok Lo Mo dan muridnya. setelah membunuh, mereka menghilang entah ke mana." "Guru, kenapa siauw Lim Pay tinggal diam?" "Siauw Lim Pay?" Dengus ketua Khong Tong Pay. "Kong Bun Hong Tio, ketua siauw Lim Pay itu merasa partainya di atas partai lain, maka tampak angkuh dan selalu ingin memimpin." "Ketua siauw Lim Pay menghendaki ketua partai lain ke siauw Lim Pay tanpa diundang, itu seakan ketua partai lain bermohon kepada siauw Lim Pay Huh siauw Lim Pay...." "Kenapa Guru kelihatan begitu membenci siauw Lim Pay?" "Hingga kini Tiga Tetua siauw Lim Pay masih hidup, itu membuat siauw Lim Pay semakin angkuh." Tapi ini menyangkut keselamatan rimba persilatan, maka alangkah baiknya Guru berunding dengan ketua siauw Lim Pay." "Kalau siauw Lim Pay tidak mau mengundang, aku tidak akan ke sana," Sahut ketua Khong Tong Pay. "Bu Tong Pay pun sok tinggi, padahal Thio sam Hong dulunya cuma seorang kacung di siauw Lim sie, dia berguru kepada Kak Wan Taysu. setelah mendirikan Bu Tong Pay, Thio sam Hong pun mulai bertingkah. Padahal Thio Cui san murid kelimanya kawin dengan In soso, yang berasal dari Mo Kauw. sedangkan Kim Mo Say ong mencuri sebuah kitab pusaka milik partai kita. Kim Mo say ong adalah saudara angkat Thio Cui San." "Guru...." Murid-muridnya terperangah dan tidak mengerti, kenapa hari ini guru mereka marah-marah kepada siauw Lim Pay dan Bu Tong Pay? Apakah ada sesuatu terganjet dalam hati ketua Khong Tong Pay itu? Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara tawa yang menyeramkan, lalu berkelebat dua sosok bayangan ke ruang itu. "He he he Bagus Bagus, engkau mencaci siauw Lim Pay dan Bu Tong pay Aku senang sekali mendengarnya" "Siapa kalian?" Bentak ketua Khong Tong Pay. "Ban Tok Lo Mo" Tampak dua orang berdiri di situ, yang ternyata Ban Tok Lo Mo dan muridnya. "Hah?" Bukan main terkejutnya ketua Khong Tong Pay. "Mau apa kalian ke mari?" " Ketua Khong Tong" Sahut Ban Tok Lo Mo. "Sebab ajalmu telah tiba hari ini, maka kami ke mari" "Ban Tok Lo Mo" Betapa gusarnya ketua Khong Tong Pay. "Baik, mari kita bertarung" "Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh-kekeh. "Muridku, bunuhlah murid-muridnya" "Ya, Guru." Tan Beng song mulai menyerang para murid Khong Tong Pay. Ketua Khong Tong Pay pun mulai menyerang Ban Tok Lo Mo dengan sengit sekali. Ban Tok Lo Mo menyambut serangan-serangannya sambil tertawa, lalu balas menyerang dengan ilmu pukulan Ban Tok Ciang. Puluhan jurus kemudian, terdengar suara jeritan yang menyayat hati, yaitu suara jeritan ketua Khong Tong Pay. Ternyata dadanya terkena ilmu pukulan beracun, dan tak lama kemudian nyawanya pun melayang. "He he he" Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh-kekeh. "Muridku, mari kita pergi" "Ya, Guru" Tan Beng Song mengangguk, lalu melesat pergi mengikuti Ban Tok Lo Mo yang masih tertawa terkekeh-kekeh. Tujuh delapan hari kemudian, gemparlah rimba persilatan atas kematian ketua hwa San Pay dan ketua Khong Tong Pay. Berita tersebut juga sudah masuk ke telinga para ketua partai lain. "Omitohud..." Ucap Kong Bung Hong Tio, lalu menghela nafas panjang. "Tak disangka kedua ketua itu binasa begitu mengenaskan." "Suheng" Kong Ti Seng Ceng menggeleng-gelengkan kepala. "Kita harus bertanggung jawab tentang itu." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku tahu maksudmu, tapi ketika itu kita tidak bisa bertindak apa-apa. Sebab Ban Tok Lo Mo dan muridnya bermain gerilya dengan semua partai. Setelah membunuh, mereka berdua lalu bersembunyi.Jadi sulit bagi kita untuk bertindak terhadap mereka. Ban Tok LO Mo sungguh licik. Dia tidak mau secara terang-terangan menantang kita, melainkan menggunakan siasat busuk." "Suheng...." Kong Ti Seng Ceng menghela nafas panjang. "Perlukah kejadian itu kita laporkan kepada ketiga paman guru?" "Sutee" Kong Bun Hong Tio menggeleng-gelengkan kepala. "Ketiga paman guru sudah tua sekali, maka mereka jangan kita ganggu." "Suheng" Kong TiSeng Ceng mengerutkan kening. "Bagaimana kalau Ban Tok Lo Mo dan muridnya datang ke mari?" "Omitohud" Sahut Kong Bun Hong Tio. "Kita terpaksa harus mengerahkan kekuatan Lo Han Tong dan Tat Mo Tong untuk mengeroyok Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu." "Bagaimana kalau kita mengundang para ketua lain untuk berunding?" Tanya Kong Ti seng ceng. "Itu malah akan mencelakai mereka," Sahut Kong Bun Hong Tio sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya pasti akan mencegat mereka di tengah jalan, dan itu sungguh berbahaya sekali." "Kalau begitu, kita dan partai lain cuma menunggu kemunculan Ban Tok Lo Mo dan muridnya?" "Ya." Kong Bun Hong Ho manggut-manggut "Hanya jalan itu yang dapat kita tempuh, karena tiada jalan lain lagi." "suheng, menurut dugaanku," Kong Ti seng Ceng mengemukakan pendapatnya. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya masih tidak berani menyerbu kita maupun Bu Tong Pay." " Kenapa?" Tanya Kong Bun Hong Tio. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya pasti tahu kekuatan siauw Lim Pay kita, sedangkan bU Tong Pay masih ada Thio sam Hong. Itu akan membuat Ban Tok Lo Mo dan muridnya merasa segan" "Omitohud" Kong Bun Hong Tio manggut-manggut. "Jadi kini yang dalam bahaya adalah Go Bi Pay, Kun Lun Pay dan Kay Pang...." Pembicaraan seperti itu juga terjadi dipartai lain. Para ketua mengambil keputusan untuk diam di tempat guna menghadapi Ban Tok Lo Mo dan muridnya. Begitu pula di Bu Tong Pay Jie Lian ciu dan lainnya duduk di ruang dalam. "Tak disangka kedua ketua itu binasa di tangan Ban Tok Lo Mo," Ujar Jie Lian ciu sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Ban Tok Lo Mo itu memang licik sekali." Wajah song wan Kiauw penuh kegusaran. "Kini entah giliran partai mana?" "Kini yang dalam bahaya adalah Kun Lun Pay dan Go Bi Pay," Sahut Jie Lian ciu. "Kenapa engkau berkata begitu?" Song wan Kiauw heran. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya tentu tidak berani menyerang siauw Lim Pay, Kay Pang maupun kita. sebab siauw Lim Pay amat kuat, sedangkan Kay Pang pasti dibantu Im sie Popo. Jie Lian ciu menjelaskan. "oooh" Song Wan Kiauw manggut-manggut. "Mereka berdua pun tidak akan berani ke mari, karena guru masih hidup," "Betul." Jie Lian ciu mengangguk. "Kepandaian Ban Tok Lo Mo itu memang tinggi sekali. Entah kita berempat mampu melawannya apa tidak?" "Apabila Ban Tok Lo Mo dan muridnya muncul di sini, aku yakin guru pasti muncul pula," Sahut song wan Kiauw. "Sebab guru memiliki perasaan yang kuat sekali." "Benar." Jie Lian ciu manggut-manggut, kemudian menghela nafas panjang. "Kini entah berada di mana Thio Han Liong dan An Lok Keng cu?" "Mungkin mereka sudah kembali ke Kota raja untuk menikah," Sahut song wan Kiauw. "Mudah-mudahan begitu" Ucap Jie Lian ciu. "Lebih baik mereka tidak mencampuri urusan rimba persilatan lagi, hidup tenang dan bahagia di Pulau Hong Hoang To." "Ng" Song Wan Kiauw manggut-manggut. "Memang lebih baik begitu." "Ha ha ha Ha ha ha..." Ban Tok Lo Mo terus tertawa terbahak-bahak ketika kembali ke gunung Wu san. "Kini rimba persilatan pasti sudah menjadi gempar" "Betul, Guru," Sahut Tan Beng song. "Ketua Hwa San Pay dan ketua Khong Tong Pay telah binasa di tangan Guru, itu pasti amat menggemparkan rimba persilatan." "He he he Kita beristirahat lagi, biar partai lain jadi kebingungan karena kita menghilang tanpa meninggalkan jejak." "Guru," Ujar Tan Beng song. Kapan kita akan menyerang siauw Lim Pay?" "Akan kita bicarakan nanti," Sahut Ban Tok Lo Mo dan menambahkan. "Setelah kita menghabiskan siauw Lim Pay, barulah bisa menjadi jago tanpa tanding di kolong langit." "Betul Guru." Tan Beng song mengangguk. "Siauw Lim Pay merupakan partai yang paling kuat di Tionggoan, juga disebut sebagai gudang ilmu silat. Kalau Guru berhasil membunuh ketua siauw Lim Pay, tentunya kita akan memperoleh semua kitab pusaka yang tersimpan di dalam kuil siauw Lim sic." "Hahaha"Ban Tok Lo Mo tertawa. "Setelah kita acak-acak rimba persilatan Tionggoan, barulah kita pulang ke pulau Ban Tok To" "Ya, Guru." Tan Beng song mengangguk. dan tiba-tiba teringat sesuatu. "oh ya, Guru...." "Ada apa?" "Kalau tidak salah, Lian Hoa Nio Cu sedang mencari kita." "Mau apa dia mencari kita?" "Dengar- dengar pendekar wanita itu berniat membasmi kita." "oh?" Kening Ban Tok Lo Mo berkerut. "Hmm Kalau aku bertemu dia, pasti kupermak dia menjadi sebuah tengkorak" "Lian Hoa Nio Cu amat cantik, kalau dijadikan sebuah tengkorak. sungguh sayang sekali. Lebih baik kita jadikan dia boneka." "Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh-kekeh. "Aku sudah tua sekali, tiada nafsu birahi lagi." "Kalau begitu...." Tan Beng song tersenyum. "Kalau Guru berhasil menangkapnya, berikan padaku saja" "Engkau memang goblok" Bentak Ban Tok Lo Mo. "Kepandaiannya begitu tinggi bagaimana mungkin aku menangkapnya?" "Guru," Bisik Tan Beng song. "Pergunakan racun agar dia pingsan" "Tapi...," Ujarkan Tok Lo Mo. "Harus lihat bagaimana situasi. Kalau perlu aku akan membunuhnya . " "Guru...." "Diam" Bentak Ban Tok Lo Mo. "Usiamu sudah setengah abad, tapi masih memikirkan wanita. Kalau tak tahan, carilah wanita lain" "Wanita lain tidak cantik, lagipula bagaimana mungkin wanita lain akan suka padaku?" "Goblok engkau" Ban Tok Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala. "Di setiap kota pasti terdapat rumah bordil. Bukankah engkau bisa ke sana mencari wanita cantik?" "Tapi... aku tidak punya uang." "Bukankah engkau bisa mencuri?" "Guru...." Tan Beng song menggeleng-gelengkan kemala. "Lebih baik pulang ke gunung Wu san." "Engkau takut bertemu musuh bukan?" Tanya Ban Tok Lo Mo sambil tertawa. "Takut sih tidak, hanya saja... aku ingin beristirahat di kuil tua itu. Di sana kita bisa makan sepuas-puasnya." "Engkau memang malas" Ban Tok Lo Mo melotot. "Ayoh, agar cepat tiba di gunung Wu san, kita harus menggunakan ilmu meringankan tubuh" "Baik." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tan Beng song mengangguk. Mereka segera melesat pergi menggunakan ginkang, dan keesokan harinya tibalah di gunung Wu san dan langsung menuju kuil tua itu. Bab 71 Kejadian Yang Mengejutkan Thio Han Liong dan An Lok Keng cu betul-betul menikmati hari-hari yang penuh kebahagiaan. Pagi ini mereka berdua duduk di dekat taman bunga sambil menghirup udara segar. "Adik An Lok" Panggil Thio Han Liong lembut. "Ya," Sahut An Lok Keng cu sambil tersenyum mesra. "Ada apa?" "Sudah tujuh hari aku tinggal di sini, rasanya sudah waktunya kita pergi ke pulau Hong Hoang To." "Kakak Han Liong, aku menurut saja. Tapi... kita harus beritahukan kepada ayah, tidak boleh pergi secara diamdiam." "Adik An Lok" Thio Han Liong tersenyum. "Otakku belum miring, bagaimana mungkin aku akan mengajakmu pergi secara diam-diam?" "Aku cuma bercanda," Ujar An Lok Keng cu . "oh ya, entah bagaimana keadaan rimba persilatan?" "Entahlah." Thio Han Liong menggelengkan kepala. "Kita berada di dalam istana, tentunya tidak tahu perkembangan di rimba persilatan." "Kakak Han Liong," Ucap An Lok Keng cu. "Mudah-mudahan Lian Hoa Nio Cu sudah berhasil membasmi Ban Tok Lo Mo dan muridnya" "Mudah-mudahan" Sahut Thio Han Liong. "Adik An Lok, apabila Ban Tok Lo Mo dan muridnya sudah dibasmi, kita tidak usah mencampuri urusan rimba persilatan lagi." "Ng" An Lok Keng cu mengangguk. "Oh ya, Kakak Han Liong...." "Ada apa? Katakanlah" "Engkau menyimpan sebuah lonceng kecil, sebetulnya apa gunanya lonceng kecil itu?" "Itu adalah lonceng sakti." Thio Han Liong memberitahukan. "Pemberian Bu Beng siansu. Kegunaannya untuk menindih suara yang mengandung kesesatan." "Oooh" An Lok Kong cu manggut-manggut. "Adik An Lok, bagaimana kalau kita pergi menghadap Ayah?" Tanya Thio Han Liong mendadak. "Maksudmu mau mohon pamit?" "Ya." "Baiklah. Mari kita pergi menghadap Ayah" Mereka berjalan ke istana kaisar, lalu menuju ruang istirahat. Kebelulan cu Goan ciang sedang duduk menikmati teh wangi. "Ayahanda" Panggil mereka serentak sambil memberi hormat. "oh" Cu Goan ciang tersenyum. "Duduklah" Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk, setelah itu barulah An Lok Kong cu berkata. "Ayahanda, kami menghadap karena...." "Aku sudah tahu maksud kalian menghadapku," Ujar cu Goan ciang sambil memandang mereka. "Tentunya kalian ingin minta ijin pergi ke pulau Hong Hoang To, bukan?" "Betul, Ayahanda." An Lok Kong cu dan Thio Han Liong mengangguk. "Ngmmm" Cu Goan ciang manggut-manggut. "Memang sudah waktunya kalian pergi ke sana, tolong sampaikan salamku kepada Thio Bu Ki" "Ya, Ayahanda." Wajah An Lok Kong cu tampak berseri. "Ayahanda mengijinkan kami pergi ke pulau Hong Hoang To?" "Ha ha" Cu Goan ciang tertawa. "Tempat tinggal Han Liong di pulau Hong Hoang To, sudah pasti engkau harus ikut dia ke sana." "Terimakasih, Ayahanda," Ucap An Lok Kong cu . "Tapi...." Cu Goan ciang memandang mereka. "Jangan sampai lupa ke mari mengunjungi, lho" Pesannya. "Kami tidak akan lupa, Ayahanda," Jawab An Lok Kong cu dan Thio Han Liong hampir serentak. "Kapan kalian akan berangkat?" "Besok pagi." "Baiklah." Cu Goan ciang manggut-manggut. "oh ya, aku akan menitip sebuah benda untuk Thio Bu Ki, tolong sampaikan kepadanya" "Ya." An Lok Kong cu dan Thio Han Liong mengangguk, lalu bangkit berdiri sekaligus memberi hormat. "Ayahanda, kami mohon diri" "silakan" Cu Goan ciang tersenyum. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu kembali ke istana An Lok dengan wajah berseri-seri. Mereka tidak menyangka bahwa Cu Goan ciang langsung mengijinkan mereka pergi ke pulau Hong Hoang To. "Adik An Lok, tak disangka Ayah langsung mengijinkan," Bisik Thio Han Liong ketika sampai di halaman. "Aku adalah isterimu, tentunya harus ikut engkau ke pulau Hong Hoang To," Ujar An Lok Kong cu sambil tersenyum. "Sebab tempat tinggalmu di pulau itu." "Tapi... engkau adalah Putri Kaisar." "Apa bedanya dengan gadis lain? Lagi pula ayahku mantan bawahan ayahmu, maka kita sederajat." "Adik An Lok, engkau harus ingat satu hal" "Hal apa?" "Di pulau Hong Hoang To tidak ada dayang, maka pekerjaan apa pun harus kita kerjakan sendiri Apakah engkau sanggup?" "Wuah" Sahut An Lok Kong cu. "Jangan menghina ya Engkau kira aku tidak bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga?" "Aku tidak menghina, hanya mengingatkan saja." Thio Han Liong tersenyum. "Sebab engkau adalah Putri Kaisar." "Jangan lupa" Sahut An Lok Kong cu. "ibumu juga mantan Putri Raja Mongol lho Kok ibumu sanggup mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga?" "Betul." Thio Han Liong manggut-manggut. "Karena itu, aku pun yakin engkau bisa seperti ibuku." "Pasti." An Lok Kong cu tersenyum. Keesokan harinya, mereka berpamit kepada Cu Goan ciang. wajah Kaisar tampak agak muram. Lama sekali ia memandang Thio Han Liong dan Putrinya, setelah itu, dipegangnya bahu Thio Han Liong seraya berkata. "Sayangi dan cintailah Putriku selama-lamanya, aku mempercayai mu" "Ya, Ayahanda." Thio Han Liong mengangguk. "Aku pasti membahagiakan Adik An Lok." "Bagus, bagus" Cu Goan ciang manggut-manggut dan lersenyum, kemudian menyerahkan sebuah kotak kecil. "Di dalam kotak ini berisi sepotong Giok dingin, aku hadiahkan kepada ayahmu." "Terimakasih, Ayahanda," Ucap Thio Han Liong sambil menerima kotak itu. "oh ya" Cu Goan ciang memandang mereka. "Kalian harus sering-sering ke mari mengunjungiku, jangan tidak ke mari sama sekali" "Ya." Thio Han Liong dan An Lok Kong cu mengangguk, kemudian memberi hormat lalu meninggalkan istana. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu melakukan perjalanan menuju ke pesisir Utara. Dua hari kemudian mereka tiba di sebuah kota, lalu mampir di sebuah rumah makan. Thio Han Liong memesan beberapa macam hidangan. Tak lama seorang pelayan menyajikan hidangan-hidangan tersebut. Ketika mereka sedang bersantap. masuklah di rumah makan itu beberapa kaum rimba persilatan, kebetulan duduk di dekat meja mereka. Setelah memesan makanan dan minuman, beberapa kaum rimba persilatan itu mulai bercakap- cakap. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aaaah... tak disangka Hwa San Pay dan Khong Tong Pay tertimpa petaka" Ucapan itu membuat Thio Han Liong dan An Lok Kong cu saling memandang, lalu mendengarkan dengan penuh perhatian. "Sungguh kejam dan licik Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu. Mereka membunuh ketua Hwa San Pay dan ketua Khong Tong pay." Betapa terkejutnya Thio Han Liong dan An Lok Kong cu. Mereka berdua sama sekali tidak tahu akan kejadian itu. "Setelah itu, Ban Tok Lo Mo dan muridnya menghilang lagi. Tiada seorang pun tahu mereka berdua bersembunyi di mana?" "Aku justru tidak habis pikir, kenapa siauw Lim Pay tinggal diam?" "Sebetulnya siauw Lim Pay ingin mengundang partai lain, tapi... khawatir Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan membunuh para ketua itu di tengah jalan. Maka, ketua siauw Lim Pay membatalkan niatnya itu." "Bagaimana mengenai Bu Tong Pay?" "Seperti siauw Lim Pay, diam di tempat siap menghadapi Ban Tok Lo Mo dan muridnya." Mendengar sampai di situ, kening Thio Han Liong berkerut-kerut, kemudian berbisik. "Adik An Lok, kita batal ke pulau Hong Hoang To." "Ng" An Lok Kong cu mengangguk. "Ketua Hwa San Pay dan ketua Khong Tong Pay telah binasa di tangan Ban Tok Lo Mo dan muridnya, maka kita tidak bisa berpangku tangan lagi," Ujar Thio Han Liong dengan suara rendah. "Kita harus membasmi mereka berdua itu, barulah ke pulau Hong Hoang To" "Baik." An Lok Kong cu mengangguk lagi. "Dari sini ke gunung Bu Tong amat jauh sekali, lebih baik kita ke markas Kay Pang." Thio Han Liong memandang An Lok Kong cu. "Bagaimana menurutmu?" "Aku menurut saja," Sahut An Lok Kong cu berbisik. "Engkau adalah suamiku, maka aku harus menurut pendapatmu. " "Adik An Lok...." Thio Han Liong tersenyum. "Kaiau begitu, mari kita berangkat ke markas Kay Pang" Thio Han Liong dan An Lok Kong cu melanjutkan perjalanan. Kini bukan menuju pesisir Utara, melainkan menuju markas Kay Pang. Tiga hari kemudian, mereka sudah tiba di markas Kay Pang. Kedatangan mereka sangat menggembirakan seng Hwi dan su Hong sek, ketua Kay Pang. "Saudara kecil...." Seng Hwi memandangnya dengan wajah berseri. "Saudara tua" Sahut Thio Han Liong sambil tersenyum. "Maaf, kami ke mari mengganggu kalian" "Saudara kecil" Seng Hwi tertawa gelak. "Jangan berkata begitu, silakan duduk" Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk. su Hong sek memandang mereka, setelah itu barulah bertanya. "Ada keperluan apa kalian datang ke mari?" "Sebetulnya kami mau ke pulau Hong Hoang To, namun di tengah jalan kami mendengar tentang kejadian di Hwa San Pay dan Khong Tong Pay, maka kami segera ke mari," Jawab Thio Han Liong. "oooh" Su Hong sek manggut-manggut. "Ketua Hwa san Pay dan ketua Khong Tong Pay memang telah binasa di tangan Ban Tok Lo Mo dan muridnya. Tapi setelah itu, Ban Tok Lo Mo dan muridnya menghilang lagi." "Mereka berdua sungguh licik oh ya, kenapa siauw Lim Pay tidak mengundang para ketua untuk berunding?" Tanya Thio Han Liong . "Itu disebabkan ketua siauw Lim Pay berpikir panjang. "jawab su Hong sek memberitahukan. "Tidak mau mencelakai para ketua itu di tengah jalan, sebab kalau para ketua itu menuju kuil siauw Lim, tentunya Ban Tok. Lo Mo dan muridnya akan muncul membunuh mereka." "Oooh" Thio Han Liong mengangguk. "Maka kini partaipartai besar tetap di tempat siap menghadapi Ban Tok Lo Mo dan muridnya?" "Kira-kira begitulah," Sahut Su Hong Sek sambil menghela nafas panjang. "Baru kali ini tujuh partai besar menghadapi musuh yang begitu licik, setelah membunuh lalu menghilang." "su Pang cu" Tanya Thio Han Liong mendadak. "Bagaimana kabarnya mengenai Lian Hoa Nio cu?" "Lian Hoa Nio Cu betul-betul terkecoh oleh kelicikan Ban Tok Lo Mo." Su Hong sek memberitahukan. "Ketika Lian Hoa Nio Cu pergi ke Hwa San Pay dan Khong Tong Pay, Ban Tok Lo Mo dan muridnya justru telah menghilang tanpa meninggalkan jejak. Kini Lian Hoa Nio Cu masih terus mencari Ban Tok Lo Mo dan muridnya...." "Ban Tok Lo Mo dan muridnya memang licik sekali." Thio Han Liong menghela nafas panjang. "oh ya, mungkinkah Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan menyerang siauw Lim Pay, Bu Tong Pay, GoBi Pay dan Kun Lun Pay?" "Untuk sementara ini, mereka berdua masih tidak berani menyerang siauw Lim Pay, Bu Tong Pay maupun Kay Pang," Sahut seng Hwi. "Memangnya kenapa?" Tanya Thio Han Liong dengan heran. "Sebab siauw Lim Pay amat kuat, sedangkan Bu Tong Pay masih punya deking yang kuat sekali, yaitu Guru Besar Thio sam Hong. Di sini terdapat Im sie Popo, maka membuat Ban Tok Lo Mo dan muridnya merasa segan mengusiknya." "Kalau begitu...." Thlo Han Liong mengerutkan kening. "Kun Lun pay dan GoBi Pay berada dalam bahaya?" "Ya." Seng Hwi mengangguk. "Aaah..." Thio Han Liong menghela nafas panjang. "Han Liong" Su Hong sek tersenyum ketika melihat Thio Han Liong begitu cemas. "Belum tentu Ban Tok Lo Mo dan muridnya akan menyerang ke dua partai itu, sebab kini Ban Tok Lo Mo dan muridnya justru bersembunyi." "Tapi...." "Tenang saja" Ujar su Hong sek sambil tersenyum. "Lian Hoa Nio Cu sedang mencarinya, maka aku yakin sementara ini Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak akan berani memunculkan diri" "Benar." Seng Hwi manggut-manggut. "Kalau begitu, kami mau mohon pamit," Ujar Thio Han Liong. "Kalian mau ke mana?" Tanya seng Hwi. "Ke gunung Bu Tong," Sahut Thio Han Liong. "Tenang" Seng Hwi tersenyum. "Tinggal di sini beberapa hari, setelah itu barulah berangkat ke gunung Bu Tong." Thio Han Liong berpikir sejenak. kemudian mengangguk. "Baiklah." "oh ya" Su Hong sek memandang mereka seraya bertanya. "Kalian sudah menikah di Kotaraja?" Thio Han Liong dan An Lok Kong cu mengangguk dengan wajah agak kemerah-merahan. seketika juga seng Hwi tertawa gembira. "Ha ha ha Kami harus memberi selamat kepada kalian, kami akan menjamu kalian malam ini" "Itu tidak usah" Thio Han Liong menggelengkan kepala. "Harus." Tandas seng Hwi dan menambahkan. "Kita harus bersulang hingga pagi." "Kalau tadi aku lupa bertanya, tentunya malam ini kalian akan tidur berpisah kamar"ujar su Hong sek. "Itu pasti tidak menyenangkan kalian. Ya, kan?" "su Pang cu...." Wajah Thio Han Liong bertambah merah. "Han Liong" Su Hong sek tersenyum. "Setelah engkau mengajak An Lok Kong cuculang ke pulau Hong Hoang To, apakah kalian masih mau mencampuri urusan rimba persilatan?" "Tidak mau." Thio Han Liong menggelengkan kepala. "Kami ingin hidup tenang, damai dan bahagia di sana." "oooh" Su Hong sek manggut-manggut. "Tapi jangan lupa berkunjung ke mari" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. Malam harinya, seng Hwi dan su Hong sek menjamu mereka, bersantap dan bersulang sambil tertawa gembira. "Han Liong," Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Tanya su Hong sek. "Kalian ingin punya anak berapa?" "Kalau bisa selusin," Sahut Thio Han Liong. "Agar pulau Hong Hoang To tidak terlalu sepi." "Ha ha ha" Seng Hwi tertawa gelak. "Kasihan An Lok Kong cu harus melahirkan anak sampai selusin. Bagaimana dia mengurusi anak yang begitu banyak?" "Kakak Han Liong...." An Lok Kong cu menatapnya sambil tersenyum. "Engkau sudah mabuk ya?" "Adik An Lok" Sahut Thio Han Liong. "Aku berkata sesungguhnya, bukan perkataan dalam keadaan mabuk lho" "Kakak Han Liong...." An Lok Kong Cu cemberut. "Engkau jahat ah Bagaimana mungkin aku melahirkan anak sampai selusin?" "Mungkin saja," Sahut Thio Han Liong sambil tertawa. "Kalau sekali melahirkan dua anak, bukankah engkau bisa melahirkan anak sampai lusinan?" Mendengar itu, Seng Hwi dan Su Hong Sek tertawa geli, sehingga membuat wajah An Lok Kong Cu menjadi memerah seperti kepiting rebus. "Kakak Han Liong...." Mendadak An Lok Kong Cu mencubit pahanya. "Aduuuh" Jerit Thio Han Liong kesakitan. "Rasakan" Sahut An Lok Kong Cu. "Siapa suruh engkau menggodaku? Hi hi hi?" Sementara itu, berlangsung pula pembicaraan serius di dalam kuil tua di gunung Wu "Guru, rimba persilatan pasti gempar, karena kita telah membunuh ketua Hwa San Pay. Lalu kenapa kita harus terus diam didalam kuil tua ini?" Ujar Tan Beng Song. "Engkau memang goblok" Sahut Ban Tok Lo Mo sambil melotot. "Aku justru menghendaki pihak Siauw Lim Pay mengundang partai lain ke kuil Siauw Lim. Nah. itu merupakan kesempatan bagi kita untuk menghabiskan mereka di tengah jalan." "Betul." Tan Beng Song manggut-manggut. "Tapi hingga kini Siauw Lim Pay masih belum mengundang partai lain. Mungkin ketua Siauw Lim Pay tahu akan rencana Guru." "Hm" Dengus Ban Tok Lo Mo. "Keledai gundul itu cerdik juga. Dia sedang adu siasat dengan kita." "Guru," Usul Tan Beng song. "Bagaimana kalau kita menyerbu Kun Lun Pay atau Go Bi Pay saja?" "Kenapa engkau mengusulkan itu?" "Sebab tidak mungkin kita menyerbu siauw Lim Pay, Bu Tong Pay maupun Kay Pang." "Lho? Kenapa?" "Karena siauw Lim Pay amat kuat, sedangkan di Bu Tong Pay masih ada Thio sam Hong dan Kay Pang pasti dibantu Im sie Popo, maka sulit bagi kita membunuh ketua ketua itu." "Ngmm" Ban Tok Lo Mo manggut-manggut. "Ada benarnya juga perkataanmu barusan itu. Tapi... Kun Lun Pay dan GoBi Pay begitu jauh dari sini, tidak mungkin kita menyerbu ke sana." "Lalu apa rencana Guru?" "Rencanaku...." Ban Tok Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak punya rencana. Bagaimana engkau? Punya suatu rencana bagus?" "Guru, aku justru sedang berpikir." "Pikirlah Tapi... jangan lama-lama" "Ya, Guru." Tan Beng song mengangguk dan terus berpikir hingga keningnya berkerut-kerut, kemudian bergumam. "Kalau satu lawan satu, Guru pasti menang. Tapi apabila mereka mengeroyok. tentunya Guru repot menghadapi mereka...." "Hei" Bentak Ban Tok Lo Mo. "Engkau mengoceh apa? Kenapa sedang berpikir bisa mengoceh?" "Guru," Sahut Tan Beng song. "Jarak dari sini ke markas Kay pang tidak begitu jauh,bagaimana kalau kita menyerbu Kay Pang saja?" "Memang tidak sulk membunuh su Hong sek dan suaminya, namun... Im sie Popo justru merupakan halangan besar bagi kita." "Guru," Ujar Tan Beng song. "Aku masih sanggup menghadapi su Hong sek dan suaminya, jadi Guru menghadapi Im sie Popo. Kalau nenek gila itu sudah dibunuh, tentunya tidak sulit bagi kita membunuh su Hong sek dan suaminya." "Benar." Ban Tok Lo Mo manggut-manggut. "Aku sanggup membunuh Im sie Popo. Tapi... bagaimana kalau mendadak muncul bantuan?" "Maksud Guru muncul jago lain membantu Kay Pang?" "Ya." "Kita mengambil langkah seribu saja," Sahut Tan Beng song. "Setelah itu, kita berunding lagi." "Bagus, bagus Ha ha ha..." Ban Tok Lo Mo tertawa gelak. "Memang harus dengan cara begitu menghadapi mereka, agar mereka kesal dan pusing Ha ha ha..." "Guru," Tanya Tan Beng song. "Kapan kita berangkat ke markas Kay Pang?" "Besok." Sahut Ban Tok Lo Mo. "Kita bikin kejutan di markas Kay Pang, maka partai lain pun akan ikut terkejut Ha ha ha..." Sudah beberapa hari Thio Han Liong dan An Lok Kong cu tinggal di markas Kay Pang, namun tiada informasi mengenai Ban Tok Lo Mo dan muridnya, sehingga membuat Thio Han Liong kesal sekali. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya sungguh licik" Ujar Thio Han Liong dengan wajah kesal. "Kita berada di sini justru sedang menunggu kemunculan mereka, tapi mereka sama sekali tidak ke mari." "Kakak Han Liong" An Lok Keng cu tersenyum. "Jangan kesal, Ban Tok Lo Mo dan muridnya memang sengaja bermain gerilya dengan para ketua partai besar." "Mungkinkah..." Sela su Hong sek dengan kening berkerutkerut. "... mereka tahu kalian berada di sini?" "Mungkin.." Thio Han Liong manggut-manggut. "Maka mereka tidak ke mari. Aku mencemaskan Kun Lun Pay dan GoBi Pay." "Jangan-jangan..." Ujar An Lok Kong cu. "Mereka sudah pergi menyerbu ke Kun Lun Pay atau GoBi Pay." "Celaka" Seru Thio Han Liong tak tertahan. "Itu...." "Tenang, Han Liong" Wajah su Hong sek tampak serius. "Ketua Kun Lun Pay maupun ketua GoBi Pay bukan orang bodoh. Aku yakin ke dua ketua itu sudah ada persiapan untuk menghadapi Ban Tok Lo Mo dan muridnya." "Mudah-mudahan" Sahut Thio Han Liong, kemudian mendadak teringat sesuatu. "Oh ya Kami hampir mati oleh perangkap Tan Beng song." "Apa?" Seng Hwi dan su Hong sek tertegun. "Bagaimana kejadian itu?" "Ketika kami sedang kembali ke Kota raja, di tengah jalan kami melihat seorang tua terkapar dan merintih- rintih...." Thio Han Liong menutur tentang itu dan menambahkan. "Aku yakin orang itu adalah samaran Tan Beng song, murid Ban Tok Lo Mo." "oh?" Seng Hwi dan su Hong sek terbelalak. "Untung kalian kebal terhadap racun apa pun. Kalau tidak, kalian...." "Kami pasti sudah mati terkena racun," Ujar Thio Han Liong dan melanjutkan. "Setelah kejadian itu, kami melanjutkan perjalanan...." Thio Han Liong menutur tentang perangkap itu. seng Hwi dan su Hong sek mendengarkan dengan air muka berubah. "Haaah?" Seng Hwi menarik nafas dalam-dalam. "Saudara kecil, untung engkau melihat rerumputan itu. Kalau tidak. kalian pasti sudah mati hangus." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Betul." Thio Han Liong mengangguk sambil menghela nafas. "Aku tidak menyangka, Ban Tok Lo Mo dan muridnya justru turun tangan duluan terhadap kami." "Han Liong...." Su Hong sek memandang mereka. "Syukurlah kalian selamat sungguh licik dan jahat Ban Tok Lo Mo itu Mereka tidak berani bertarung secara terangterangan, hanya berani membunuh secara diam-diam, lalu bersembunyi." "Itu merupakan taktiknya." Ujar seng Hwi. "Oleh karena itu, kita harus berhati-hati." "Ng" Thio Han Liong mengangguk. Malam harinya, Thio Han Liong dan An Lok Keng Cu berunding di dalam kamar dengan serius sekali. "Adik An Lok, sudah beberapa hari kita tinggal di sini, tapi... Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak muncul. Aku khawatir...." "Mereka pergi menyerbu Bu Tong Pay?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Kalau begitu...." Ujar An Lok Keng cu mengusulkan. "Alangkah baiknya kita segera berangkat ke gunung Bu Tong." "Aku memang berpikir demikian, sebab... sucouw sudah begitu tua, bagaimana mungkin menghadapi Ban Tok Lo Mo?" "Kakak Han Liong, kita berangkat esok pagi saja" "Baik," Keesokan harinya, Thio Han Liong dan An Lok Keng cu berpamit kepada seng Hwi serta su Hong sek. lalu meninggalkan markas Kay Pang menuju gunung Bu Tong. Mereka berdua melakukan perjalanan dengan tergesa-gesa, agar selekasnya tiba di Bu Tong Pay. Bab 72 Pertarungan Di Markas Kay Pang Seng Hwi dan su Hong sek duduk di ruang tengah markas Kay Pang. Mereka sedang menikmati teh wangi sambil bercakap-cakap. "Kiat Hiong berlatih dengan giat sekali," Ujar seng Hwi dengan wajah berseri. "Kelak Putra kita pasti berkepandaian tingg sebab aku pun sudah mulai mengajar nya ilmu pukulan cing Hwee Ciang." "Kalau dia sudah dewasa, harus pergi berkelana mencari pengalaman," Tambah su Hong sek "Setelah itu, barulah dia menggantikan kedudukanku." "Betul." Seng Hwi manggut-manggut. "Semoga dia menjadi ketua Kay Pang yang baik, dan memajukan Kay pang" "Aku yakin dia mampu," Ujar Su Hong Sek. Ketika ia baru mau melanjutkan, tiba-tiba datanglah seorang pengemis dengan tergopoh-gopoh. "Ketua Celaka..." "Ada apa?" Air muka su Hong sek langsung berubah. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya ke mari sudah banyak anggota kita yang binasa terkena pukulan beracun mereka" "Cepat panggil Im sie Popo ke mari" Seru su Hong sek. "Ya." Pengemis tua itu sebera berlari ke halaman belakang. Tak lama ia sudah kembali ke ruangan itu bersama Im sie Popo dan seng Kiat Hiong. "Ayah, Ibu Apa yang terjadi?" Tanya anak itu "Kiat Hiong." Pesan seng Hwi. "Engkau harus bersembunyi di ruang bawah tanah, karena Ban Tok Lo Mo dan muridnya telah ke mari." "Ya, Ayah." Seng Kiat Hiong mengangguk. lalu meninggalkan ruang itu. "Im sie Popo" Seng Hwi memberitahukan. "Musuh yang berkepandaian tinggi sudah menyerbu ke mari, engkau harus melawannya" "Hi hi hi" Im sie Popo tertawa. "Asyik Aku akan berkelahi Asyiiik..." Su Hong sek cepat-cepat mengambil obat pemunah racun pemberian Thio Han Liong, kemudian diberikan kepada seng Hwi dan Im sie Popo. "Popo Hu adalah permen, cepatlah telan" Ujar su Hong sek. Im sie Popo mengangguk sekaligus menelan obat pemunah racun itu. Begitu obat itu masuk ke tenggorokannya, keningnya tampak berkerut-kerut. "Kok pahit rasanya?" "Itu adalah permen pahit," Sahut su Hong sek. la dan seng Hwi pun menelan obat pemunah racun itu. Sementara di luar sudah terdengar suara jeritan yang menyayatkan hati. Su Hong sek dan seng Hwi saling memandang, kemudian mengajak Im sie Popo keluar. "Ha ha ha" Ban Tok Lo Mo tertawa gelak. "Ketua Kay Pang, akhirnya kalian keluar juga" "Ban Tok Lo Mo" Bentak su Hong sek. "Kita tidak punya dendam apa pun, kenapa engkau ke mari membunuh para anggotaku?" "He he he Aku senang kok" Sahut Ban Tok Lo Mo, lalu menatap Im sie Popo dengan tajam sekali. "Nenek gila, engkau Im sie Popo ya?" "Betul." Sahut Im sie Popo sambil tertawa. "Engkau sudah tua sekali, tidak pantas menjadi cucuku Ayoh, cepat pergi" "Dasar nenek gila" Hardik Ban Tok Lo Mo. "Aku mau bertarung denganmu, bersiap-siaplah untuk mampus" "Hi hi hi Aku tidak akan mampus, engkau yang akan binasa" Sahut Im sie Popo. "Bagus, bagus" Ban Tok Lo Mo tertawa. "Muridku, cepatlah bunuh ketua Kay Pang dan suaminya" "Ya, Guru." Tan Beng song mengangguk. setelah itu mulai menyerang su Hong sek dan seng Hwi. Di saat bersamaan, Ban Tok Lo Mo pun menyerang Im sie Popo, maka terjadilah pertarungan yang amat seru dan sengit. Walau dikeroyok dua orang, namun Tan Beng Song tidak terdesak sama sekali. Yang paling sengit adalah pertarungan Im sie Popo dengan Ban Tok Lo Mo, sebab nenek itu berderak secara kacau balau, sehingga amat membingungkan Ban Tok Lo Mo. "Nenek gila Ilmu silat apa itu?" "Hi hi hi" Im sie Popo tertawa cekikikan. "Ilmu silat dari alam baka" "Hmm" Dengus Ban Tok Lo Mo dan berseru. "Murid ku, jangan membuang waktu, cepat keluarkan ilmu pukulan Ban Tok Ciang" "Ya, Guru," Sahut Tan Beng song, lalu mulai menyerang su Hong Sek dan sting Hwi dengan ilmu pukulan tersebut. Tersentak hati su Hong Sek dan seng Hwi. Mereka berdua cun sebera mengeluarkan ilmu andalan. seng Hwi mengeluarkan ilmu pukulan cing Hwee Ciang, sedangkan su Hong Sek menggunakan ilmu Tongkat Pemukul Anjing menyerang Tan Beng song. Namun Tan Beng song memang hebat sekali. Walau diserang dart kiri dan kanan, tapi ia masih dapat berkelit bahkan sekaligus balas menyerang pula. Seandainya su Hong sek. seng Hwi dan Im sie Popo tidak makan obat pemunah racun pemberian Thio Han Liong, mereka bertiga pasti sudah mati tersambar hawa pukulan yang amat beracun itu. "Hehehe"Ban Tok Lo Mo tertawa terkekeh- kekeh. "Nenek gila, tak kusangka engkau tidak takut racun" Di saat Ban Tok Lo Mo berkata begitu, Im sie Popo sudah mulai berada di bawah angin, begitu pula su Hong Sek dan seng Hwi. Di saat yang amat kritis itu, justru muncul sebuah tandu. Ban Tok Lo Mo yang bermata tajam sudah melihat tandu tersebut, sehingga membuat hatinya tersentak. "Lian Hoa Nio Cu" Bukan main terkejutnya Ban Tok Lo Mo dan segera berseru. "Muridku, Lian Hoa Nio Cu muncul Mari kita pergi" Ban Tok Lo Mo melesat pergi secepat kilat, begitu pula Tan Beng song. Lian Hoa Nio Cu mengejar mereka, tapi terlambat. la berdiri termangu-mangu dekat tandunya, sedangkan seng Hwi dan su Hong Sek menarik nafas lega, lalu cepat-cepat menghampiri Lian Hoa Nio Cu sambil memberi hormat. "Terimakasih, Lian Hoa Nio Cu," Ucap mereka serentak. "Sayang sekali" Lian Hoa Nio Cu menggeleng-gelengkan kepala. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya cepat kabur" "Lian Hoa Nio Cu, kami harap engkau sudi bercakap-cakap dengan kami di dalam" Ujar su Hong Sek sambil menatapnya dengan kagum. la tidak menyangka Lian Hoa Nio Cu begitu cantik, padahal sebelumnya adalah anak lelaki. "Maaf" Sahut Lian Hoa Nio Cu sambil tersenyum. "Aku harus memburu waktu untuk mengejar Ban Tok Lo Mo dan muridnya." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tapi..." "Lian Hoa Nio Cu, kami tahu engkau teman baik Thio Han Liong." Seng Hwi memberitahukan. "Dia dan An Lok Kong cu pernah ke mari?" Tanya Lian Hoa Nio Cu dengan wajah berseri. "Beberapa hari yang lalu, mereka berada di sini," Jawab seng Hwi. "Sekarang?" Lian Hoa Nio Cu tampak kecewa. "Mereka sudah berangkat ke gunung Bu Tong" Ujar su Hong sek. "Lian Hoa Nio Cu, kami amat kagum padamu. Mari kita bercakap-cakap di dalam, jangan mengecewakan kami" "Karena kalian juga adalah teman baik Thio Han Liong, maka aku mau bercakap-cakap dengan kalian," Sahut Lian Hoa Nio Cu sambil tersenyum. "Jangan tersinggung oleh ucapanku Iho" "Tentu tidak," Sahut su Hong Sek dengan wajah berseri. "Lian Hoa Nio cu, mari ikut kami ke dalam" "Terimakasih," Ucap Lian Hoa Nio Cu, lalu mengikuti mereka ke dalam. "Silakan duduk" Ucap su Hong Sek dengan ramahi kemudian menyuruh salah seorang pengemis untuk menyuguhkan teh istimewa. "Ilmu pukulan Ban Tok Lo Mo dan muridnya amat beracun, tapi kalian kok tidak apa-apa?" Lian Hoa Nio Cu memandang mereka dengan rasa heran. "Kami makan obat pemunah racun pemberian Thio Han Liong." Su Hong Sek memberitahukan. "Kalau tidak. kami pasti sudah mati tersambar hawa pukulan beracun itu." "Nenek gila itu juga makan obat pemunah racun pemberian Thio Han Liong?" Tanya Lian Hoa Nio Cu sambil memandang Im sie Popo yang baru masuk itu. "Ya." Su Hong Sek mengangguk. "Aaaah..." Lian Hoa Nio Cu menghela nafas. "Thio Han Liong memang merupakan pemuda yang amat baik, penuh pengertian dan penuh rasa solider pula." "Betul." Seng Hwi manggut-manggut. "Kalau dia tidak menasihatiku, mungkin aku telah melakukan suatu perbuatan yang amat berdosa." "Maksudmu?" "Ayahku bernama seng Kun..-" Seng Hwi bercerita mengenai kejadiannya dan lain sebagainya. "Hingga saat ini aku masih merasa berhutang budi kepadanya." "oooh" Lian Hoa Nio Cu manggut-manggut. "Akupun berhutang budi kepadanya. Mungkin dia sudah menceritakan tentang diriku." "Ya." Su Hong Sek mengangguk. "Kalau dia tidak memberiku buah Im Ko, kini aku masih tetap menjadi banci. Aku bisa berubah menjadi wanita yang sedemikian cantik, ini karena jasanya begitu besar." "oh ya" Su Hong Sek tersenyum. "Tahukah engkau, Thio Han Liong sudah menikah dengan An Lok Keng cu?" "oh?" Wajah Lian Hoa Nio Cu berseri. "syukurlah Mudah-mudahan aku akan bertemu, agar bisa memberi selamat kepada mereka" "Kalau begitu..." Usul seng Hwi. "Engkau susul saja ke gunung Bu Tong, dia pasti berada di sana." "Akan kupikirkan," Sahut Lian Hoa Nio Cu. "oh ya" Su Hong Sek teringat sesuatu. "Ketika Thio Han Liong dan An Lok Keng cu menuju Kotaraja, di tengah jalan nyaris terbunuh." "oh?" Air muka Lian Hoa Nio Cu langsung berubah. "Bagaimana kejadiannya?" "Thio Han Liong melihat seorangtua terluka...." Su Hong Sek memberitahukan sesuai dengan penuturan Thio Han Liong. "Hah?" Bukan main terkejutnya Lian IHoa Nio Cu. "Siapa yang memasang perangkap itu?" "Menurut Thio Han Liong, orangtua itu adalah samaran Tan Beng Song, murid Ban Tok Lo Mo." "Jadi murid Ban Tok Lo Mo juga yang memasang perangkap itu?" Tanya Lian Hoa Nio Cu dengan mata berapiapi. "Ya." Su Hong Sek mengangguk. "Bagus, bagus" Ujar Lian Hoa Nio Cu sambil berkertak gigi. "Thio Han Liong adalah penolongku. Ban Tok Lo Mo dan muridnya begitu berani menghendaki nyawanya? Hm Kalau Ban Tok Lo Mo dan muridnya jatuh di tanganku, mereka berdua akan kujadikan patung es" "Tenang, Lian Hoa Nio Cu" Ujar Su Hong Sek. "Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu tidak terjadi apa-apa." "Syukurlah kalau dia dan An Lok Kong Cu selamat" Lian Hoa Nio Cu menarik nafas lega. "Kalau Thio Han Liong mati pada waktu itu, saat ini juga aku pasti menjadi gila." "Lian Hoa Nio Cu...." Su Hong Sek tertegun. "Engkau...." "Jangan salah paham" Ujar Lian Hoa Nio Cu sambil tersenyum. "Aku berhutang budi kepadanya, sebab kalau tidak ada dia, tentunya aku masih hidup tersiksa." "Oooh" Su Hong Sek manggut-manggut. "Aku ingin menjadi pelayan mereka, tapi mereka langsung menolak." Lian IHoa Nio Cu memberitahukan. "Kemudian atas saran An Lok Kong Cu, maka aku dan Thio Han Liong menjadi kakak adik." "Thio Han Liong menjadi kakak angkatmu?" Tanya Su Hong Sek. "Ya." Lian Hoa Nio Cu mengangguk. "Lian Hoa Nio Cu" Su Hong Sek memandangnya seraya berkata. "Kalau tadi engkau tidak muncul, kami pasti sudah binasa." "Itu sungguh kebetulan, tapi justru menyelamatkan kalian." Ujar Lian Hoa Nio Cu. "Sayang sekali... Ban Tok Lo Mo dan muridnya begitu cepat kabur." "Aaaah..." Seng Hwi menghela nafas panjang. "Kejadian itu pasti membuatnya bersembunyi lebih lama." "Pokoknya mereka harus kubasmi" Ujar Lian Hoa Nio Cu, kemudian bangkit berdiri sambil memberi hormat. "Maaf, aku mau mohon pamit" "Kenapa begitu cepat?" Su Hong Sek ingin menahanny tapi Lian Hoa Nio cu menggelengkan kepala. "Sampai jumpa" Ucapnya lalu melangkah pergi. Begitu sampai di luar, Lian Hoa Nio Cu langsung melesat ke dalam tandu. Keempat lelaki kekar segera memikul tandu itu meninggalkan tempat tersebut. Seng Hwi dan su Hong Sek saling memandang, kemudian menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kalau Han Liong tidak memberitahukan kepada kita, bagaimana mungkin kita akan percaya, bahwa dulu Lian Hoa Nio cu adalah anak lelaki?" Ujar su Hong sek. "Aneh tapi nyata," Sahut seng Hwi. "Anak lelaki bisa berubah menjadi anak perempuan, bahkan kini dia begitu cantik dan lemah gemulai. Itu sungguh menakjubkan dan tak masuk akal" "Tapi nyatanya memang begitu," Ujar Su Hong Sek dan menambahkan. "Kelihatannya dia... mencintai Thio Han Liong." "Betul." Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Seng Hwi manggut-manggut. "Namun dia tahu diri, maka tidak menimbulkan suatu masalah bagi Thio Han Liong" "Mudah-mudahan dia berhasil mengejar Ban Tok Lo Mo, sekaligus membunuhnya agar rimba persilatan menjadi aman" "Aku justru tidak habis pikir, kenapa Ban Tok Lo Mo kelihatan agak takut kepadanya?" "Memang mengherankan. Padahal mereka belum pernah bertarung, mungkinkah Ban Tok Lo Mo tahu Lian Hoa Nio Cu berkepandaian amat tinggi?" "Mungkin. Aaaah... kalau Lian Hoa Nio Cu tidak muncul. entah bagaimana nasib kita..." Ban Tok Lo Mo dan muridnya kembali ke kuil tua. Mereka duduk berhadapan dengan mulut membungkam. Beberapa saat kemudian barulah Tan Beng song bersuara. "Kenapa Guru mengajakku kabur ketika Lian Hoa Nio Cu muncul?" Tanyanya tidak mengerti. "Guru takut kepadanya?" "Takut?" Ban Tok Lo Mo tertawa dingin. "Pernahkah engkau melihat aku takut kepada seseorang?" "Kalau begitu...." Tan Beng song heran. "Kenapa Guru mengajakku kabur ketika Lian Hoa Nio Cu muncul di sana?" "Aku mengajakmu kabur bukan karena takut, melainkan hanya untuk menghindar saja." "Kenapa harus menghindar?" "Apakah engkau tidak menyadari satu hal?" "Tentang hal apa?" "Nenek gila itu kebal terhadap racun, begitu pula su Hong Sek dan suaminya. Bukankah mengherankan sekali?" Ujar Ban Tok Lo Mo sambil mengerutkan kening dan menambahkan. "Kemunculan Lian Hoa Nio Cu pasti membantu Kay Pang, maka lebih baik kita menghindar dulu." "sayang sekali...." Tan Beng song menggeleng-gelengkan kepala. "Alangkah baiknya kita bunuh saja Lian Hoa Nio Cu di saat itu." "Hahaha"Ban Tok Lo Mo tertawa gelak. "Mereka memang harus kita bunuh termasuk Thio Han Liong dan kekasihnya" "Guru," Tanya Tan Beng song. "Ilmu pukulan Ban Tok ciang amat beracun, kenapa mereka tidak terkena racun?" "Mungkin..." Jawab Ban Tok Lo Mo setelah berpikir sejenak. "Sebelum bertarung dengan kita, mereka makan obat pemunah racun." "oooh" Tan Beng song manggut-manggut. "Seandainya Lian Hoa Nio Cu tidak muncul, mereka pasti sudah mati di tangan kita." "Benar." Ban Tok Lo Mo mengangguk. "Tapi tidak lama lagi mereka pasti mampus." "Guru" Tan Beng song menatapnya. "Bagaimana kalau kita menantang langsung para ketua itu?" "Belum waktunya," Sahut Ban Tok Lo Mo. "Kalau sudah waktunya, aku pasti menantang mereka." "Guru, setelah peristiwa di markas Kay Pang tersiar, aku yakin partai-partai lain akan bergabung melawan kita," Ujar Tan Beng song sambil tertawa. "Kita cegat mereka di tengah jalan, lalu kita habiskan" "Memang itu tujuanku," Sahut Ban Tok Lo Mo. "Jadi kita tidak usah capek-capek pergi ke tempat mereka" "Betul, Guru." Tan Beng song manggut-manggut. "Muridku, mulai hari ini engkau harus menyelidiki partaipartai yang menuju kuil siauw Lim sie, kemudian lapor kepadaku" Pesan Ban Tok Lo Mo dan menambahkan. "Setelah kita berhasil membunuh para ketua itu, kitalah yang akan menjadi jago tanpa tanding di kolong langit. Ha ha ha..." -ooo00000ooo- Jie Lian ciu dan lainnya menyambut kedatangan Thio Han Liong serta An Lok Kong cu dengan penuh kegembiraan. Thio Han Liong dan An Lok Kong cu segera memberi hormat. "Kakek..." Panggil mereka serentak. "Han Liong " Jie Lian ciu memegang bahunya. "Kami gembira sekali atas kedatangan kalian, duduklah" Thio Han Liong dan An Lok Kong cu duduk. song wan Kiauw memandang mereka seraya bertanya. "Tadi An Lok Kong Cu juga ikut memanggil kami kakekapakah kalian sudah menikah?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk dengan wajah agak kemerah-merahan. "Kami menikah di Kota raja" "Syukurlah" Ucap song Wan Kiauw sambil tertawa gembira. "Tentunya Cu Goan ciang mengadakan pesta besarbesaran. Ya, kan?" "Ayah memang berniat begitu, namun kami tolak." Jawab An Lok Kong cu memberitahukan. "oh?" Song wan Kiauw tertegun. " Kenapa kalian tolak?" "Sebelumnya ayahku telah berpesan, jangan mengadakan pesta besar-besaran di Kotaraja," Ujar Thio Han Liong. "Lagipula itu merupakan suatu contoh yang tidak baik bagi para pejabat tinggi dalam istana." "Ngmm" Song Wan Kiauw manggut-manggut. "oh ya, kenapa kalian belum pergi ke pulau Hong HoangTo?" "Rencana kami memang menuju pulau Hong Hoang To, tapi di tengah jalan kami mendengar berita yang amat mengejutkan, yaitu Ban Tok Lo Mo dan muridnya telah membunuh ketua Hwa San Pay dan ketua Khong Tong Pay. oleh karena itu, kami ke mari dan ingin tahu lebih jelas tentang kejadian itu." "Aaaah..." Song wan Kiauw menghela nafas panjang. "Ban Tok Lo Mo dan muridnya itu memang licik. Mereka tahu ke dua partai itu agak lemah, maka mereka menyerang ke sana." "KiniBan Tok Lo Mo dan muridnya menghilang lagi," Ujar Thio Han Liong dan melanjutkan. "Kami sudah ke markas Kay Pang, namun Ban Tok Lo Mo dan muridnya tidak muncul di sana, maka segeralah kami ke mari." "oooh" Song Wan Kiauw manggut-manggut "Lalu apa rencana kalian sekarang?" Tanyanya. "Kami ingin tinggal di sini untuk menunggu kemunculan Ban Tok Lo Mo dan muridnya, siapa tahu mereka akan muncul di sini." Jawab Thio Han Liong. "Baik," Jie Lian ciu tersenyum. "Kami senang sekali kalian tinggal di sini. Ini sungguh di luar dugaan kami" "Tapi...." Wajah Thio Han Liong agak kemerah-merahan. "Apakah tidak akan mengganggu Kakek sekalian?" "Ha ha ha" Jie Lian Ciu tertawa gelak. "Tentu tidak." "Kalau begitu...." Wajah Thio HanMiong berseri. "Kami mengucapkan terimakasih." "Han Liong" Song Wan Kiauw menatapnya sambil tersenyum. "Kenapa engkau menjadi begitu sungkan terhadap kami?" "Kakek...." Thio Han Liong menundukkan kepala. Kelihatannya ia agak malu-malu karena dirinya dan An Lok Kong Cu masih pengantin baru. "oh ya, kapan kami boleh bertemu Sucouw?" "Nanti," Sahut Jie Lian Ciu dan menambahkan. "Kita pun harus memberitahukan kepada Guru mengenai semua kejadian itu." "Bukankah itu akan mengganggu ketenangan Guru?" Song Wan Kiauw mengerutkan kening. "Itu adalah masalah besar. Maka kalau kita tidak memberitahukan, justru akan disalahkan Guru," Sahut Jie Lian Ciu. "Kita mohon petunjuk cara menghadapi Ban Tok Lo Mo dan muridnya yang amat licik itu." "Aaah.." Song Wan Kiauw menghela nafas panjang. "Dulu yang terkenal jahat dan licik adalah Seng Kun, kini justru muncul Ban Tok Lo Mo dan muridnya Bagian 37 Sudah beberapa hari Thio Han Liong dan An Lok Kong Cu tinggal di gunung Bu Tong. Setiap hari mereka pasti menikmati keindahan panorama di sana dan air terjunnya. Ketika itu mereka sedang berkumpul dengan Jie Lian Ciu dan lainnya di ruang tengah. Mereka ber-cakap-cakap sambil menikmati teh wangi. "Sama sekali tiada kabar dan jejak Ban Tok Lo Mo serta muridnya, entah mereka bersembunyi di mana?" Ujar Jie Lian Ciu sambil menghela nafas panjang itu. Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kita berharap mereka muncul di sini, tapi justru tidak." "Ban Tok Lo Mo memang banyak akal busuk dan siasat licik." Song Wan Kiauw menggeleng-gelengkan kepala. "Setelah membunuh, mereka langsung menghilang." Tempat persembunyian mereka amat rahasia, tiada seorang pun tahu di mana mereka bersembunyi." Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala, kemudian melanjutkan. "Tapi sebaliknya mereka justru tahu kami berada di mana," "Han Liong " Jie Lian ciu menatapnya heran. "Maksudmu?" "Ketika kami sedang menuju Kotaraja..." Tutur Thio Han Liong mengenai kejadian. "Kami nyaris terbunuh." "Hah?" Jie Lian ciu terbelalak. "Jadi mereka sudah turun tangan duluan terhadap kalian?" "Ya." Thio Han Liong mengangguk. "Untung kami tidak mati hangus di dalam perangkap itu." "Han Liong...." Song Wan Kiauw menghela nafas. "Kalau engkau tidak melihat rerumputan itu, entah bagaimana nasib kalian?" "Sudah pasti kami mati hangus," Jawab Thio Han Liong. "Tidak mungkin kami dapat meloloskan diri dari ledakan itu Nasib kami masih beruntung. Kalau tidak, kami pasti sudah mati hangus." "Aaaah...." Jie Lian ciu menggeleng-gelengkan kepala. "Tak disangka Ban Tok Lo Mo dan muridnya juga menghendaki nyawa kalian" Di saat bersamaan, tampak salah seorang murid Jie Lian ciu berlari-lari ke ruangan itu, kemudian memberi hormat dan melapor. "Guru Enam tujuh hari yang lalu, Kay Pang diserang Ban Tok Lo Mo dan muridnya" "Apa?" Betapa terkejutnya Jie Lian ciu dan lainnya. "Kay Pang diserang Ban Tok Lo Mo dan muridnya?" "Ya, Guru." "Dari mana engkau memperoleh informasi itu?" Tanya Jie Lian ciu. "Dari salah seorang anggota Kay Pang, maka informasi itu dapat dipercaya," Jawab murid itu. "Bagaimana keadaan ketua Kay Pang dan suaminya?" Tanya Thio Han Liong dengan rasa cemas "Pertarungan itu amat seru dan sengit," Murid itu memberitahukan. "Im sie Popo melawan Ban Tok Lo Mo, sedangkan ketua Kay Pang dan suaminya melawan Tan Beng song. Di saat yang amat kritis, mendadak muncul sebuah tandu...." "Lian Hoa Nio Cu" Seru Thio Han Liong tak tertahan. "Betul. Begitu melihat Lian Hoa Nio Cu, Ban Tok Lo Mo dan muridnya langsung kabur." "Jadi..." Ujar Thio Han Liong girang. "Im sie Popo, ketua Kay Pang dan suaminya selamat, bukan?" "Ya." "Syukurlah" Ucap Thio Han Liong dengan hati lega. "Baiklah." Jie Lian ciu manggut-manggut. "Engkau boleh kembali ke tempatmu." "Ya, Guru." Murid itu memberi hormat, lalu meninggalkan ruang tersebut. Jie Lian ciu dan lainnya saling memandang, lama sekali barulah bersuara. "Tak disangka Ban Tok Lo Mo dan muridnya juga menyerang Kay Pang. Untung muncul Lian Hoa Nio Cu. Kalau tidak Im sie Popo, ketua Kay Pang dan suaminya pasti binasa." Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok