Ceritasilat Novel Online

Anak Naga 6


Anak Naga Karya Chin Yung Bagian 6


Anak Naga Karya dari Chin Yung   http.//kangzusi.com   Bab 11 Berangkat Ke Tionggoan Waktu terus berlalu, sementara itu Thio Han Liong terus berlatih Kiu yang sin Kang, Thay Kek Kun dan Kian Kun Taylo Ie- stapya tiba-tiba ia berlatih Kiu im Pek Kut Jiauw-Tak terasa sudah berlalu lima tahun, kini Thio Han Liong sudah berusia enam belas tahun, bertambah besar dan tampan.   "Han Liong,"   Thio Bu Ki mendekatinya.   "Hari ini ayah akan mengajar engkau semacam ilmu pedang."   "Terima kasih. Ayah"   Ucap Thio Han Liong.   Thio Bu Ki mulai mengajarnya ilmu pedang, Thio Han Liong memang berotak cerdas, cuma beberapa hari ia sudah dapat menguasai ilmu pedang itu.   Malam ini, Thio Bu Ki, Tio Beng, Kwa Kiat Lam dan Thio Han Liong duduk di dalam gubuki saat itu wajah Thio Bu Ki tampak agak serius.   "Han Liong."   Ujar Thio Bu Ki.   "Kini kepandaianmu sudah cukup tinggi, lagipula usiamu sudah enam belas tahun. Ayah harus menceritakan tentang diri ayah dan ibu kepadamu sekarang."   Thio Han Liong mendengar dengan penuh perhatian kelika Thio Bu Ki mulai menceritakan riwayat hidupnya, semakin mendengar Thio Han Liong semakin tertarik.   "setelah berhasil menguasai Kiu yang sin Kang, ayah meninggalkan lembah itu, lalu menyatukan mo Kauw yang dalam pertikaian, sejak itu berdirilah Beng Kauw, ayah diangkat sebagai Kauwcu."   "oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Pantas Paman Kwa memanggil Ayah Kauwcu."   "Han Liong,"   Thio Bu Ki tersenyum.   "Sesungguhnya ibumu adalah orang Mongol."   "oh?"   Thio Han Liong terbelalak mendengar hal itu.   "Benar"   Tio Beng tersenyum.   "Ibu adalah Putri Mongol, namun karena mencintai ayahmu, maka ibu ikut ayahmu."   "Beng Kauw berhasil meruntuhkan Dinasti Goan. setelah itu secara licik sekali Cu Goan ciang mengangkat dirinya sebagai kaisar"   Sela Kwa Kiat Lam.   "Padahal Cu Goan ciang adalah anak buah ayahmu, seharusnya ayahmu yang jadi kaisar"   "oh?"   Thio Han Liong memandang ayahnya.   "Han Liong...."   Thio Bu Ki menggelengkan kepala.   "Ayah sama sekali tidak berniat jadi kaisar, ayah berjuang hanya demi membebaskan penderitaan rakyat."   "Tapi - "   Sela Kwa Kiat Lam lagi.   "Cu Goan ciang itu memang jahat, dia mengutus pasukan pilihan untuk membunuh ayah dan ibumu."   "Cu Goan ciang kok begitu jahat?"   Thio Han Liong mengerutkan kening.   "Han Liong,"   Ujar Kwa Kiat Lam.   "Engkau harus membunuh cu Goan ciang..."   "Jangan"   Potong Thio Bu Ki.   "Han Liong, kalau engkau membunuh cu Goan ciang, pasti akan terjadi peperangan lagi. Rakyatlah yang akan menderita, engkau tidak boleh membunuh Cu Goan ciang."   "Tapi Cu Goan ciang begitu jahat"   "Dia jahat karena khawatir ayah akan memberontak terhadapnya, sesungguhnya dia seorang kaisar yang baik dan sangat memperhatikan nasib rakyat"   "Tapi wajah ayah dan ibu?"   "Ini semua perbuatan para Dhalai Lhama,"   Sahut Thio Bu Ki.   "Engkau tidak mampu melawan para Dhalai Lhama itu, maka jangan coba mencari mereka"   "ya. Ayah"   Thio Han Liong mengangguk- "Tapi, aku akan ke gunung soat san mencari soat Lian itu untuk menyembuhkan wajah ayah dan ibu-"   "Itu tidak gampang."   Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.   "Oh ya, engkau harus ke gunung Bu Tong menemui sucouw dan lainnya. Mohon petunjuk pada sucouw bagaimana mengalahkan para Dhalai Lhama itu"   "Ya, Ayah"   "Setelah itu..."   Tambah Thio Bu Ki.   "Engkaupun harus ke kuil siauw Lim Sie menemui Kakek Cia sun."   Thio Han Liong mengangguk- Dia merasa heran, kenapa ayahnya berpesan begitu padanya? Mungkinkah ayahnya akan menyuruhnya ke Tionggoan? Tanyanya dalam hati- "Han Liong,"   Thio Bu Ki menatapnya- "Engkau boleh ke Tionggoan esok bersama Paman Kwa-"   "Ayah - -"   Dugaan Thio Han Liong tidak meleset, ternyata benar Thio Bu Ki menyuruhnya ke Tionggoan.   "Nak,"   Pesan Tio Beng.   "Engkau harus berhati-hati dalam pengembaraanmu, jangan terlampau gampang mempercayai orang Lebih-febih terhadap orang yang bermulut manis."   "Ya, Ibu"   Thio Han Liong mengangguk.   "sampai di Tionggoan, engkau pun harus mengunjungi Tan Ek seng dan Lie Ceng Peng yang telah berbudi padamu, jangan lupa itu"   Pesan Thio Bu Ki.   "Ya, Ayah"   "Nak,"   Tio Beng menatapnya seraya berkata.   "Apabila engkau berhasil mendapatkan soat Lian itu, cepatlah engkau pulang"   "Beng Moay - "   Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.   "Biarkan saja wajah kita begini, kita tetap tinggal di pulau ini. Tiada orang lain yang akan menyaksikan wajah kita."   "Bu Ki Koko,"   Ujar Tio Beng dengan suara rendah- "Lambat laun engkau akan merasa bosan terhadap wajahku-"   "Tentu tidak-"   Thio Bu Ki tertawa.   "   Mungkin engkau akan merasa sebal melihat wajahku yang telah rusak ini. ya. kan?"   "Itu tidak mungkin."   Tio Beng tersenyum dan menambahkan.   "   Tapi alangkah baiknya wajah kita bisa sembuh."   "Ayah, Ibu"   Ujar Thio Han Liong berjanji.   "Aku pasti ke gunung soat san untuk mencari Teratai salju itu."   "   Terima kasih- Nak,"   Ucap Tio Beng.   "Mudah-mudahan engkau berhasil mendapatkan Teratai salju itu"   "Beng Moay - ,"   Thio Bu Kie menggeleng-gelengkan kepala.   "Han Liong, besok pagi engkau boleh berangkat ke Tionggoan bersama Paman Kwa"   "ya. Ayah"   Thio Han Liong mengangguk. sebuah kapal berlabuh di pesisir utara, kemudian tampak dua orang meloncat turun dari kapal itu. Mereka adalah Kwa Kiat Lam dan Thio Han Liong.   "Paman Kwa,"   Ucap Thio Han Liong.   "selamat tinggal"   "Han Liong"   Kwa Kiat Lam tersenyum.   "Selamat jalan, aku tetap berada di sini. Kapan engkau ingin pulang ke pulau Hong Hoang to- aku pasti mengantar engkau"   "Terima kasih Paman Kwa, sampai jumpa"   "sampai jumpa, Han Liong"   Sahut Kwa Kiat Lam. Thio Han Liong berjalan pergi. Namun tiba-tiba ia terbelalak karena melihat seorang nelayan tua duduk takjauh dari situ.   "Paman tua Paman tua..."   Seru Thio Han Liong girang. Nelayan tua itu menatapnya dengan mata terbeliak lebar.   "siapa engkau?"   "Paman tua, lima tahun lalu kita pernah bertemu di sini"   Sahut Thio Han Liong.   "Paman tua sudah lupa?"   "Engkau... engkaukah anak kecil itu?"   Nelayan tua itu tertawa gembira.   "Betul"   Thio Han Liong mengangguk.   "Wuah"   Nelayan tua itu terus menatapnya d eng a n penuh perhatian.   "Kini engkau sudah besar dan tampan sekali, hati-hati terhadap anak gadis lho"   "Paman tua...."   Wajah Thio Han Liong kemerah-merahan.   "Oh ya"   Nelayan tua itu teringat sesuatu.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Kudamu itu bertambah gemuki aku mengurusinya dengan baik"   "Apa?"   Thio Han Liong tertegun.   "Paman tua tidak menjual kuda itu?"   "tidak,"   Nelayan tua itu menggelengkan kepala.   "Walau aku miskin, tapi tidak sampai hati menjual kuda itu, dia adalah kawanku satu-satunya."   "Oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut, kemudian memberikannya puluhan tael perak- "Eeeh? Anak muda- - "   Nelayan tua itu terbelalak melihat uang perak tersebut.   "Be - begini banyak?"   "Paman tua"   Thio Han Liong tersenyum.   "untuk biaya Paman tua dan kuda itu, sampai jumpa"   Thio Han Liong melesat pergi, sehingga membuat mulut nelayan tua itu ternganga lebar. (Bersambung keBagian 06)   Jilid 6   "Sungguh hebat kepandaian anak muda itu Ha ha ha..."   Nelayan tua itu tertawa gembira. Beberapa hari kemudian, Thio Han Liong sudah tiba di desa Hok An. Wajahnya berseri-seri, ternyata ia teringat akan Tan Giok Cu, maka segeralah ia menuju ke rumah Tan Ek Seng, kepala desa itu.   "Anak muda"   Ah Hiang pelayan di rumah itu menatap Thio Han Liong dengan penuh keheranan.   "Engkau mau mencari siapa?"   "Bibi Hiang, aku ingin menemui Paman Tan,"   Sahut Thio Han Liong.   "Eh?! Tercengang Ah Hiang.   "Kok engkau tahu namaku?"   "Tentu tahu."   Thio Han Liong tersenyum.   "Bibi Hiang sudah lupa kepadaku ya?"   "siapa engkau? Aku... aku sudah tidak ingat lagi,"   Sahut Ah Hiang.   "Bibi Hiang, aku adalah Thio Liong. Masa Bibi Hiang lupa?"   Thio Han Liong tersenyum.   "Engkau... engkau adalah Thio Liong?"   Ah Hiang tertegun.   "Engkau... engkau sudah besar dan tampan sekali. Mari masuk"   "Terimakasih,"   Ucap Thio Han Liong.   "Tuan NYonya"   Teriak Ah Hiang.   "Ada tamu istimewa"   Tan Ek Seng dan Lim soat Hong berhambur ke luar dari kamar menuju ruang depan. Mereka terkejut akan suc.ra teriakan Ah Hiang.   "Ah Hiang, ada apa?"   Tanya Lim Soat Hong.   "Ada tamu istimewa"   Sahut Ah Hiang sambil menunjuk Thio Han Liong.   "Tuh Tamu istimewa"   "oh?"   Lim soat Hong memperhatikan Thio Han Liong yang berdiri di situ. NYonya itu merasa kenal, tapi lupa.   "suamiku, engkau kenal anak muda itu?"   "Kelihatannya memang kenal, tapi...."   Tan Ek seng menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku sudah lupa siapa dia?"   "Paman, Bibi"   Panggil Thio Han Liong sekaligus memberi hormat.   "Aku adalah Thio Han Liong."   "Hah?"   Tan Ek seng dan Lim soat Hong terbelalak- "Engkau... engkau adalah Thio Han Liong?"   "Betul-"   "Han Liong - ."   Lim soat Hong membelainya.   "Engkau sudah besar, kami - kami girang sekali-"   "Bibi, di mana Adik manis?"   Tanya Thio Han Liong mendadak- "Dia... dia belum pulang-"   Sahut Lim soat Hong.   "Dia ke mana?"   Thio Han Liong heran.   "Han Liong"   Tan Ek seng tersenyum seraya berkata.   "Mari kita duduk, barulah kita bercakap- cakap"   Mereka duduk, Ah Hiang segera menyuguhkan teh lalu mengundurkan diri.   "Han Liong"   Tan Ek seng menatapnya seraya bertanya.   "Engkau rindu kepada Giok Gu?"   "Ya."   Thio Han Liong mengangguk.   "Dia... dia pasti sudah besar juga-"   "Entahlah-"   Tan Ek Seng menggelengkan kepala.   "Sebab sudah lima tahun dia meninggalkan rumah,"   "Apa?"   Wajah Thio Han Liong langsung berubah pucat.   "Kenapa dia meninggalkan rumah? Apa yang terjadi atas dirinya?"   "Han Liong"   Lim Soat Hong tersenyum.   "Dia tidak terjadi apa-apa, melainkanpergi bersama gurunya."   "oooh"   Thio Han Liong langsung menarik nafas lega.   "Aku tak men angka dia sudah punya guru. Di mana tempat tinggal gurunya itu?"   "Di belakang gunung Ciong Lam san"   Sahut Tan Ek seng.   "Apa?"   Thio Han Liong terbelalak      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Di belakang Ciong Lam San terdapat Kuburan Mayat Hidup- Burung Rajawali dan Pasangan Pendekar tidak muncul lagi di dunia Kang-ouw."   "Tidak salah-"   Tan Ek seng manggut-manggut.   "Kalau begitu...."   Wajah Thio Han Liong berseri-seri.   "Adik manis sudah jadi murid Bibi Yo-"   "Betul."   Lim soat Hong mengangguk.   "sebelum Nona Yo membawa pergi Giok Cu, dia sudah berjanji, lima tahun kemudian Giok Cu pasti pulang. Kini sudah lewat lima tahun, tapi Giok Cu masih belum pulang."   "Itu tidak apa-apa,"   Ujar Thio Han Liong.   "Mungkin Adik manis belum menguasai semua ilmu Bibi Yo, maka Bibi Yo belum memperbolehkannya pulang."   "Itu memang mungkin."   Lim soat Hong manggut-manggut. kemudian menatapnya seraya bertanya.   "Han Liong, betulkah engkau menyukai Giok Cu?"   "Betul."   Thio Han Liong mengangguk- "Han Liong"   Lim soat Hong memberitahukan.   "Giok Cu sangat menyukaimu, maka engkau tidak boleh mengecewakannya."   "Ya, Bibi."   Thio Han Liong mengangguk lagi.   "Han Liong"   Tan Ek seng menatapnya sambil tersenyum.   "Kini engkau sudah besar, siapa tahu engkau sudah berubah"   "Berubah bagaimana, Paman?"   Tanya Thio Han Liong tidak mengerti.   "Maksudku engkau terhadap Giok Cu"   Sahut Tan Ek seng.   "Paman"   Ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh.   "Aku tidak akan berubah terhadap Adik manis."   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Bagaimana kalau engkau bertemu anak gadis yang lebih cantik daripada Giok Cu? Apakah engkau akan terpikat?"   Tanya Lim soat Hong mendadak.   "Bibi, aku... aku cuma suka kepada Giok Cu,"   Sahut Thio Han Liong sambil menundukkan kepala.   "Aku... aku tidak akan suka kepada gadis lain."   "oh, ya?"   Lim soat Hong tertawa gembira, begitu pula Tan Ek seng.   "Ya"   Thio Han Liong mengangguk      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Han Liong, kini engkau sudah besar. Ketika masih kecil, engkau suka kepada Giok Cu. Kini... engkau mencintainya?"   "Aku... aku...."   Wajah Thio Han Liong berubah kemerahmerahan.   "Aku memang mencintainya."   "syukurlah"   Ucap Lim soat Hong.   "Tapi...."   Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.   "Belum tentu Giok Cu mencintaiku."   "Jangan khawatir,"   Sahut Lim soat Hong serius.   "Kami berani menjamin bahwa Giok Cu juga mencintaimu."   "Bibi,"   Ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh- "Apa-bila dia tidak mencintaiku, janganlah dipaksa. Itu tidak baik, sebab cinta yang suci murni tidak bisa dipaksa."   Ucapan tersebut membuat Lim soat Hong dan Tan Ek seng saling memandang- Kemudian Tan Ek seng tertawa gelak tampak gembira sekali- "Ha ha ha Bagus, bagus Engkau memang anak yang berpengertian, kami gembira sekali-"   Cukup menggelikan pembicaraan mereka, sebab ke dua orangtua Tan Giok Cu bertanya kepada Thio Han Liong tentang itu, padahal itu adalah urusan Thio Han Liong dengan Tan Giok Cu- Namun namanya juga orangtua, tentunya ingin tahu mengenai itu- Memang ada baiknya bertanya secara terang-terang begitu, jadi orang pun bisa berlega hati- "Lama sekali.."   Thio Han Liong menggeleng-gelengkan kepala.   "Giok Cu belum pulang-"   "Begini saja,"   Usul Tan Ek seng.   "Engkau tinggal di sini menunggu Giok Cu pulang. Tentunya engkau tidak akan menolak kan?"   "Paman, kalau aku tinggal di sini, bukankah aku akan merepotkan Paman dan Bibi?"   "Tentu tidak."   Sahut Tan Ek seng.   "sebaliknya kami malah merasa gembira sekali, sungguh"   "Terimakasih, Paman"   Ucap Thio Han Liong.   "oh ya- aku yakin Paman ingin tahu tentang orangtuaku."   "Kami sudah tahu."   Lim soat Hong tersenyum.   "Nona . Yo telah memberitahukan kepada kami."   "Oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Aduuuh"   Mendadak Lim soat Hong menjerit dan wajahnya pun mulai memucat.   "   Aduuuuuuh...."   "ISieriku"   Tan Ek seng cepat-cepat memegang tangannya.   "Perutmu mulai sakit lagi?"   Lim soat Hong mengangguk sambil mendekap perutnya.   Tan Ek seng segera memapahnya ke kamar.   Thio Han Liong tetap duduk di situ dengan kening berkerut kerut, la tercengang karena mendadak nYonya itu sakit perut.   Berselang beberapa saat kemudian, Tan Ek seng kembali ke ruang depan dengan wajah murung.   "Aaah - "   Lelaki itu menghela nafas panjang sambil duduk- "Paman, Bibi kenapa?"   Tanya Thio Han Liong.   "sakit perut-"   Tan Ek seng memberitahukan.   "sudah setengah tahun dia begitu Entah sudah berapa banyak tabib yang ke mari mengobatinya, tapi tiada seorang pun yang dapat menyembuhkannya."   Thio Han Liong heran.   "Apakah Bibi mengidap semacam penyakit aneh? Kalau tidak, bagaimana mungkin para tabib itu tak mampu mengobati Bibi?"   "Aaahhhh"   Tan Ek seng menghela nafas panjang lagi.   "Itu sungguh membingungkan"   "Paman"   Thio Han Liong tersenyum seraya memberitahukan.   "Aku mengerti sedikit ilmu pengobatan. Bolehkah aku memeriksa Bibi?"   "oh?"   Tan Ek seng menatapnya heran.   "Engkau mengerti ilmu pengobatan? siapa yang mengajarmu?"   "Ayahku."   Tan Ek seng manggut-manggut dengan wajah agak berseri.   "Mari ikut aku ke dalam"   Thio Han Liong mengangguk. lalu mengikuti Tan Ek seng ke kamarnya. Lim soat Hong berbaring di tempat tidur, wajahnya tampak meringis seakan menahan sakit.   "ISieriku"   Tan Ek seng memberitahukan.   "Han Liong juga mahir ilmu pengobatan, dia ingin memeriksa penyakitmu."   Lim soat Hong mengangguk- Thio Han Liong mendekatinya sekaligus memeriksa nadi nYonya itu dengan intensif. Berselang beberapa saat kemudian, Thio Han Liong tersenyum seraya berkata.   "Tidak apa-apa."   "Tidak apa-apa?"   Tanya Tan Ek Seng.   "sebetulnya iSieriku mengidap penyakit apa?"   "Penyakit wanita"   Thio Han Liong memberitahukan.   "sebab Bibi datang haidnya tidak cocok, maka menimbulkan penyakit itu"   "oooh"   Tan Ek seng manggut-manggut. Thio Han Liong segera membuka resep, lalu diserahkannya kepada Tan Ek seng.   "Beli obat ini. cukup tiga bungkus saja"   Ujar Thio Han Liong dan menambahkan.   "Percayalah, penyakit Bibi pasti sembuh"   "Terima kasih, Han Liong,"   Ucap Tan Ek seng sambil menerima resep obat ilu, kemudian menyuruh Ah Hiang pergi beli obat tersebut.   Beberapa hari kemudian setelah makan obat godokan itu, Lim soat Hong sembuh dari penyakit yang dideritanya.   Betapa gembiranya nYonya itu, bahkan juga kagum sekali pada Thio Han Liong.   "Han Liong, engkau memang hebat sekali,"   Ujar Lim soat Hong sambil mengacungkan jempolnya ke hadapan pemuda itu.   "Bibi...."   Wajah Thio Han Liong kemerah-merahan.   "Aku... aku cuma mengerti sedikit ilmu pengobatan."   "Han Liong"   Tan Ek seng menatapnya dengan kagum.   "Engkau masih kecil, namun memiliki berbadai ilmu, itu sungguh luar biasa"   "Terima kasih atas pujian Paman, tapi aku...."   "Ha ha"   Tan Ek seng tertawa.   "Jangan terlampau merendahkan diri oh ya, berapa usiamu sekarang?"   "Enam belas."   "Bukan main"   Tan Ek seng menggeleng-gelengkan kepala.   "usiamu baru enam belas, tapi sudah begitu hebat."   "Paman...."   Thio Han Liong menundukkan kepala, karena merasa malu terus dipuji oleh Lim soat Hong dan Tan Ek seng.   "Ha ha"   Tan Ek seng tertawa.   "Mau merendahkan diri merupakan sifat yang baik sekali, kami sungguh kagum kepadamu"   "Paman...."   Mendadak Thio Han Liong menggelengtelengkan kepala.   "Giok Cu masih belum pulang, sedangkan aku harus segera pergi ke gunung Bu TOng."   "Tunggu saja di sini"   Ujar Lim soat Hong.   "Tidak lama lagi Giok Cu pasti pulang."   "Bibi"   Thio Han Liong memberitahukan.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Aku akan menunggu sepuluh hari, kalau Giok Cu belum pulang, aku terpaksa berangkat ke gunung Bu Tong."   "Bagaimana kalau engkau pergi dia malah pulang?"   Tanya Lim soat Hong.   "suruh dia tunggu, aku pasti ke mari"   Jawab Thio Han Liong.   "Baiklah-"   Lim soat Hong manggut-manggut. Thio Han Liong tinggul di rumah Tan Ek seng. Walau sudah lewat belasan hari, namun Tan Giok Cu masih belum pulang, oleh karena itu, ia terpaksa berpamit.   "Han Liong, sebetulnya kami ingin menahanmu tetap tinggal di sini, tapi engkau punya urusan di gunung Bu TOng."   Tan Ek seng menggeleng-telengkan kepala.   "Baiklah kami tidak akan menahanmu. Kalau Giok Cu pulang, kami akan menyuruhnya tunggu di rumah- Engkau harus ke mari lho"   "Ya"   Thio Han Liong mengangguk- "sampai jumpa Paman, Bibi"   "selamatjalan, Han Liong"   Sahut Tan Ek Seng.   "Hati-hati dalam perjalanan"   "Ya"   Thio Han Liong mengangguk lagi, lalu melangkah pergi meninggalkan rumah Tan Ek seng. setelah Thio Han Liong tidak kelihatan, barulah Tan Ek seng dan Lim soat Hong masuk ke rumah.   "Sayang sekali Giok Cu belum pulang. - "   Tan Ek Seng menggeleng-gelengkan kepala.   "Memang sayang sekali."   Lim soat Hong menghela nafas panjang, kemudian tersenyum seraya berkata.   "Aku tidak menyangka Han Liong sudah begitu besar, tampan, baik hati dan amat hebat pula. sungguh beruntung kita kalau dia jadi menantu kita."   "Sudah pasti dia akan jadi menantu kita,"   Sahut Tan Ek seng sambil tertawa gembira.   "Karena dia dan Giok Cu sudah saling menyukai, begitu bertemu pasti saling mencinta. Ha ha ha..."   Setelah tiba di kota Keng TU, Thio Han Liong mampir ke rumah Lie Cong Peng.   Kebetulan guru silat Lie itu sedang mengajar para muridnya ilmu silat di pekarangan.   Thio Han Liong berdiri di situ sambil menyaksikannya, usai mengajar, barulah Lie Cong Peng mendekati Thio Han Liong.   "Anak muda, engkau mau belajar ilmu silat di sini?"   Tanyanya. Ternyata Lie Cong Peng sudah tidak mengenalinya lagi.   "Tidak"   Thio Han Liong tersenyum.   "Apakah Paman sudah lupa kepadaku?"   "Engkau...."   Lie Cong Peng memperhatikannya.   "Engkau siapa?"   "Aku Han Liong. Apakah Paman sudah lupa?"   Thio Han Liong memberitahukan sambil tertawa kecil. Lie Cong Peng terbelalak.   "Engkau Thio Han Liong? Cuma berpisah beberapa tahun, engkau sudah sedemikian besar?"   "Paman, di mana Kakak Hiang?"   "Ada di dalam. Mari kita ke dalam"   Lie Cong Peng mengaiak Thio Han Liong ke dalam rumah. berpapasan dengan seorang wanita muda menggandeng seorang gadis kecil berusia tiga tahunan. Wanita muda itu adalah Lie Goat Hiang.   "Kakak Hiang"   Seru Thio Han Liong girang. Lie Goat Hiang terbelalak- "Engkau adalah Adik Liong?"   "Betul-"   Thio Han Liong mengangguk.   "Kakak Hiang masih ingat kepadaku."   "Adik Liong...."   Lie Goat Hiang langsung menggenggam tangannya erat-erat.   "Adik Liong, kini engkau sudah besar dan bertambah tampan lho"   "Kakak Hiang"   Thio Han Liong tersenyum.   "Eh? siapa gadis kecil ini?"   "Ini adalah putriku"   Lie Goat Hiang memberitahukan.   "Namanya Un Hui suan, ayahnya bernama un Kong Liang."   "Ternyata Kakak Hiang sudah punya suami dan anak. syukurlah"   Thio Han Liong tersenyum.   "Hui suan, cepat panggil paman kecil"   Ujar Lie Goat Hiang kepada putrinya- "Paman kecil"   Gadis kecil itu langsung memanggilnya- "Anak manis"   Thio Han Liong membelainya- "Engkau sungguh cantik manis, kelak pasti menjadi gadis rupawan."   "Paman kecil sayang Hut suan?"   Tanya gadis kecil itu mendadak- "sayang. sayang sekali-"   Thio Han Liong membelainya lagu "Han Liong, mari kita duduk"   Ujar Lie Cong Peng. Mereka duduk, dan pembantu segera menyuguhkan teh- Tak lama muncullah seorang lelaki berusia tiga puluhan yang ternyata un Kong Liang.   "Suamiku"   Lie Goat Hiang memperkenalkan.   "Dia adalah Thio Han Liong yang pernah kuceritakan kepadamu."   "oooh"   Un Kong Liang manggut-manggut sambil tersenyum. Thio Han Liong segera bangkit berdiri, lalu memberi hormat seraya berkata dengan sopan.   "Kakak ipar, terimalah hormatku"   "Sama-sama"   Sahut un Kong Liang sekaligus balas memberi hormat- kemudian mereka duduk.   "Adik Liong"   Lie Goat Hiang menatapnya dengan wajah berseri-seri.   "Kini engkau sudah besar, kepandaianmu pasti bertambah tinggi, ya. kan?"   "Biasa-biasa saja."jawab Thio Han Liong merendah.   "Han Liong"   Un Kong Liang tersenyum.   "Terus terang, aku pun pernah belajar ilmu silat. Bagaimana kalau kita main-main beberapa jurus?"   "Itu...."   Thio Han Liong tampak ragu.   "Adik Liong"   Lie Goat Hiang tersenyum.   "Engkau harus tahu, kepandaian suamiku cukup tinggi lho"   "Kalau begitu, aku mengaku kalah saja"   Ujar Thio Han Liong sungguh-sungguh      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Jadi tidak usah main-main beberapa jurus-"   "Han Liong"   Desak un Kong Liang.   "Aku mohon petunjuk."   "Kakak ipar...."   Thio Han Liong menggeleng-telengkan kepala.   "Han Liong,"   Desak un Kong Liang lagi.   "Jangan mengecewakan aku, sebab aku hobi sekali akan ilmu silat-"   "Han Liong"   Lie Cong Peng tersenyum.   "Temanilah dia main-main beberapa jurus. Itu tidak apaapa-"   "Baiklah-"   Thio Han Liong mengangguk.   Waiah un Kong Liang langsung berseri- la memang berkepandaian tinggi.   Lantaran Lie Goat Hiang sering menceritakan tentang kepandaian Thio Han Liong, membuatnya penasaran.   Kebetulan Thio Han Liong dalang, maka ia ingin mencoba kepandaian anak muda itu Mereka berdiri berhadapan, setelah ke duanya saling memberi hormat un Kong Liang mulai menyerangnya.   Thio Han Liong melayaninya dengan gesit, la berkelit ke sana ke mari menghindari serangan uang bertubi-tubi itu Un Kong Liang bertambah penasaran, maka mulailah ia mengeluarkan jurus-jurus simpanannya.   serangan-serangan yang makin dahsyat itu membuat Thio Han Liong harus mengeluarkan Thau Kek Kun.   sepasang tangannya berderak lemas menangkis serangan-serangan itu, kemudian ia pun balas menyerang.   Betapa terkejutnya un Kong Liang, karena ia mulai terdesak- Mendadak ia bersiul panjang sambil menyerang.   Ternyata ia mengeluarkan jurus simpanannya.   Tampak badannya berputar-putar mengelilingi Thio Han Liong, itulah gerakan song Hong soh Te (Angin Puyuh Menyapu Bumi).   Thio Han Liong terperanjat juga menyaksikan serangan itu Maka cepat-cepat ia menggerakkan sepasang tangannya membentuk beberapa lingkaran, lalu menangkis serangan itu dengan Kiu Yang stn Kang.   Buuuuk un Kong Liang terpental beberapa depa- Untung Thio Han Liong hanya menggunakan lima bagian Iweekangnya, maka un Kong Liang tidak terluka- Betapa cemasnya Lie Goat Hiang ketika melihat suaminya terpental, dan ia langsung melesat ke arahnya.   "suamiku,"   Tanyanya cepat.   "Engkau terluka?"   "Tidak-"   Un Kong Liang menggelengkan kepala.   "Kepandaian Han Liong memang tinggi sekali-"   "Kakak ipar"   Thio Han Liong mendekatinya- "Maafkan aku"   "Tidak apa-apa-"   Un Kong Liang tersenyum- "Kepandatanmu memang tinggi sekali. Aku mengaku kalah- "   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Aku - -"   Thio Han Liong menundukkan kepala karena hatinya merasa tidak enak- "Ha ha ha"   Lie Cong Peng tertawa o elaki "Kong Liang, kini engkau tidak penasaran lagi kan?"   "Ya."   Un Kong Liang mengangguk. kemudian memandang Thio Han Liong seraya bertanya.   "Han Liong, bolehkah aku tahu siapa gurumu?"   "Aku belajar dari Ayah dan ibu."   Thio Han Liong memberitahukan.   "siapa Ayah dan ibumu?"   "Ayahku bernama Thio Bu Ki."   "Haaah?"Betapa terkejutnya un Kong Liang, begitu pula Lie Cong Peng danputrinya. Mereka memandang Thio Han Liong dengan mata terbelalak dan mendadak un Kong Liang memberi hormat seraya berkata.   "Ternyata engkau adalah putra Thio Kauwcu, sungguh menggembirakan"   "Kakak ipar kenal ayah?"   "Aku pernah melihat ayahmu, pada waKiu itu aku masih kecil."   Un Kong Liang memberitahukan.   "Ayahku adalah anggota Beng Kauw, namun gugur di medan perang."   "oooh"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Han Liong,"   Tanya un Kong Liang penuh perhatian.   "Ayah dan ibumu baik-baik saja?"   "Kedua orangtuaku baik-baik saja,"jawab Thio Han Liong.   "Hidup tenang di Pulau Hong Hoang to-"   "Padahal sesungguhnya, ayahmu yang harus menjadi kaisar. Tapi-..."   Un Kong Liang menggeleng-Gelengkan kepala- "secara licik Cu Goan Ciang merebut kekuasaan Beng Kauw, akhirnya dia yang menjadi kaisar-"   "sebetulnya ayahku tidak berniat menjadi kaisar. Ayahku menghimpun kekuatan Beng Kauw hanya semata-mata berjuang demi rakyat. Kini rakyat sudah hidup makmur, maka ayahku sudah merasa puas."   "Ayahmu memang berjiwa besar. Padahal beliau masih bisa memberontak terhadap Cu Goan Ciang, namun justru tidak mau."   "Ayahku lebih senang hidup tenang dan damai di Pulau Hong Hoang TO, tidak mau pusing akan urusan rimba persilatan lagi-"   "Yaah"   Un Kong Liang menggeleng-telengkan kepala.   "Han Liong"   Lie Cong Peng tertawa gembira.   "Tak disangka engkau adalah putra Thio Bu Ki yang amat terkenal. Kenapa tidak dari dulu engkau memberitahukan kepadaku?"   "Sebab aku tidak mau menyusahkan Paman"   Ujar Thio Han Liong.   "pada waKiu itu aku termasuk buronan kerajaan."   "Pikiranmu sungguh panjang waKiu itu"   Lie Cong Peng manggut-manggut.   "Padahal usiamu masih kecil sekali-"   "Paman"   Ujar Thio Han Liong mendadak- "Aku... aku mau mohon diri-"   "Apa?"   Lie Cong Peng tertegun. Begitu pula un Kong Liang dan Lie Goat Hiang.   "Kok begitu buru-buru?"   "Karena aku harus pergi ke gunung Bu Tong."   "Han Liong"   Bujuk Lie Goat Hiang.   "Telah enam tahun lebih kita berpisah- Hari ini engkau ke mari, maka kami harus menjamumu-"   "Tidak usah-"   "Han Liong"   Desak Lie Cong Peng.   "Biar bagaimana pun kami harus mengajakmu makanmakan malam ini- Besok pagi saja engkau berangkat."   "Baiklah-"   Thio Han Liong mengangguk.   la merasa tidak enak kalau menolak- Malam harinya, mereka bersantap dan bersulang sambil tertawa gembira- Keesokan harinya, berangkatlah Thio Han Liong ke gunung Bu TOng.   Bab 12 Meninggalkan Kuburan Tua Panorama di gunung Bu TOng sungguh indah meNak,ubkan.   Terdengar kicauan burung dan suara aiHerjun, hawa udara di situ pun sejuk menyegarkan.   Pagi ini tampak seorang pemuda sedang mendaki gunung itu melalui jalan yang sempit.   Pemuda itu adalahThioHan Liong, telah tiba di gunung tersebut.   Tiba-tiba muncul belasan orang, dan mereka menatap Thio Han Liong dengan tajam sekali- "Anak muda"   Tanya salah seorang dari mereka.   "Mau apa engkau ke mari? Ini adalah tempat Bu TOng Pay"   "Maaf"   Ucap Thio Han Liong- "Apakah aku berhadapan dengan murid-murid Bu Tong Pay?"   "Betul"   Sahut orang itu- "Cepat katakan siapa engkau dan mau apa ke mari?"   "Namaku Thio Han Liong- Aku kemari ingin menemui guruguru kalian."   Sahut Thio Han Liong.   "Thio Han Liong? Kami tidak pernah mendengar namamu. AYoh cepat pergi"   Bentak salah seorang yang lain dengan sikap kasar pula.   "Aku ingin menemui Kakek song. Kakek In dan lainnya"   Ujar Thio Han Liong dengan sabar.   "saudara-saudara sekalian, aku harap kalian sudi mengantarku ke sam Cing Koan (Kuil Bu Tong Pay) menemui beliau-beliau itu"   "Engkau punya hubungan apa dengan guru-guru kami?"   Tanya orang itu dengan kening berkerut.   "Hubungan kami erat sekali"   Sahut Thio Han liong.   "saudara-saudara sekalian, percayalah"   "suheng"   Ujar yang lainnya lagi.   "Lebih baik kita antar dia menemui guru."   "Bagaimana kalau dia bohong?"   Tanya orang yang dipanggil suheng itu.   "Engkau mau bertanggung-jawab?"   "Aku...."   Orang itu menundukkan kepala.   "Saudara, percayalah kepadaku"   Ujar Thio Han Liong, dan kemudian mendadak bergerak memperlihatkan beberapa jurus Thay Kek Kun.   "Tentunya kalian tahu ilmu silat apa yang kuperlihatkan barusan, bukan?"   "Dari mana engkau mencuri belajar Thay Kek Kun?"   Bentak orang uang dipanggil suheng itu.   "sudah kukatakan tadi, bahwa aku punya hubungan erat dengan Bu TOng Pay. Aku harap kalian sudi mengantarku ke sam Ctng Koan menemui guru-guru kalian"   "TOa suheng, kelihatannya dia tidak bohong, lagi pula dia bisa Thay Kek Kun pertanda dia punya hubungan dengan partai kita."   TOa suheng itu berpikir lama sekali, setelah itu barulah mengangguk- "Baiklah- Mari ikut kami ke atas"   "Terima kasih,"   Ucap Thio Han Liong, lalu mengikuti mereka ke atas, menuju sam Cing Koan.   sampai di depan kuil tersebut.   Toa suheng menyuruh Thio Han Liong menunggu di situ, lalu ke dalam untuk melapor kepada gurunya.   Berselang beberapa saat.   si Toa suheng itu sudah kembali ke situ dan berkata kepada Thio Han Liong.   "Guru sudah menunggu, mari ikut aku ke dalam"   "Terima kasih."   Ucan Thio Han Liong, la mengikuti orang itu ke dalam dengan wajah berseri, sebab akan bertemu sucouw Thio sam Hong dan lainnya. Di ruang depan tampak duduk beberapa orangtua. yakni song Wan Kiauw, jie Thay Giam, Thio song Kee dan jie Lian Cu.   "Guru"   Orang itu memberi hormat dan melapor.   "Pemuda ini yang ingin menemui Guru. Dia pun bisa Thay Kek Kun."   Song Wan Kiauw menatap Thio Han Liong dengan tajam sekali- "Anak muda, siapa engkau dan dari mana engkau belajar Thay Kek Kun?"   "Kakek"   Panggil Thio Han Liong sekaligus bersujud di hadapan mereka dan memberitahukan.   "Ayah yang mengajarku Thay Kek Kun. Namaku Thio Han Liong"   "Thio Han Liong?"   Song Wan Kiauw menatapnya dengan penuh perhatian.   "siapa ayahmu?"   "Ayahku bernama Thio Bu Ki."   "Apa?"   Song Wan Kiauw terbelalak, begitu pula yang lain.   "Engkau... engkau adalah anak Thio Bu Ki?"   "Betul."   Thio Han Liong mengangguk.   "ibuku adalah Tio Beng."   "Tidak salah-"   Song Wan Kiauw tertawa gembira.   "Nak, bangun dan duduklah Mari kita bercakap-cakap"   "Ya, Kakek-"   Thio Han Liong seaera bangun dan duduk, sedangkan song Wan Kiauw segera memperkenalkan dirinya dan yang lain.   "Han Liong, aku adalah song Wan Kiauw, mereka adalah jie Lian ciu, Thio song Kee dan Jie Thay Glam"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Kakek song, bukankah masih ada Kakek In?"   Tanya Thio Han Liong.   "Di mana beliau?"   "Dia sedang pergi ke Siauw Lim Sie karena ada urusan,"   Sahut song wan Kiauw dan bertanya.   "Han Liong, bagaimana kabar ke dua orang tuamu dan tinggal di mana mereka sekarang?"   "Ke dua orangtuaku baik-baik saja-"   Thio Han Liong memberitahukan. Tinggal di Pulau Hong Hoang To, di Pak Hai- "   "Pulau Hong Hoang to?"   Song Wan Kiauw mengerutkan kening.   "Di Pak Hai terdapat pulau itu?"   "Karena di pulau itu terdapat burung Hong Hoang, maka ayah menamai pulau itu Hong Hoang TO,"   Ujar Thio Han Liong.   "oooh"   Song Wan Kiauw manggut-manggut.   "Kakek song, bagaimana keadaan sucouw?"   Tanya Thio Han Liong.   "Apakah sucouw baik-baik saja?"   "sucouwmu baik-baik saja,"   Sahut song wan Kiauw.   "Mari ke ruang meditasi menemui beliau"   Mereka semua menuju ruang meditasi. Guru Besar Thio sam Hong sedang duduk bersila di dalam ruang itu dengan mata terpejam.   "Ada urusan apa kalian ke mari?"   Tanya Thio sam Hong.   "Apakah In Lie Heng sudah pulang dari Siauw Lim sie?"   "In Lie Heng belum pulang. Guru,"jawab song Wan Kiauw.   "Tapi ada seorang tamu istimewa ke mari."   "Tamu istimewa yang masih muda?"   Tanya Thio sam Hong tanpa membuka matanya, itu sungguh membuat Thio Han Liong kagum.   "Ya."   Song Wan Kiauw mengangguk- "Kalian, duduklah"   Ujar Thio sam Hong. Mereka segera duduk, namun Thio Han Liong justru bersujud di hadapan guru besar itu.   "Anak muda, kenapa engkau bersujud di hadapanku?"   Tanya Thio sam Hong.   "sucouw, terimalah sujud Han Liong"   Ucap Thio Han Liong.   "Engkau memanggilku sucouw?"   Thio sam Hong heran dan perlahan-lahan membuka matanya, lalu menatap Thio Han Liong dengan tajam.   "Anak muda, siapa engkau dan dari mana asalmu?"   "sucouw, namaku Thio Han Liong. Aku datang dari Pulau Hong Hoang to, di Laut Utara, ayah Han Liong adalah Thio Bu Ki."   "Apa?"   Thio sam Hong terbelalak.   "Engkau adalah anak Thio Bu Ki? Betulkah itu?"   "Betul, sucouw,"   Jawab Thio Han Liong.   "Ha ha ha"   Thio sam Hong tertawa gembira.   "Thio Bu Ki sudah punya anak Thio Bu Ki sudah punya anak Ha ha ha..."   Menyaksikan Thio sam Hong gembira, song Wan Kiauw dan lainnya juga turut gembira.   "Han Liong, duduklah"   Ujar Thio sam Hong dengan wajah berseri.   "Ya, sucouw."   Thio Han Liong seaera duduk- "Han Liong,"   Tanya Thio sam Hong penuh perhatian.   "Bagaimana keadaan ke dua orang tuamu?"   "Ayah dan ibu baik-baik saja. Namun...."   Thio Han Liong menggeleng-telengkan kepala.   "Wajah ke dua orangtua Han Liong telah rusak"   "Kenapa wajah ke dua orangtua mu bisa rusak?"   Tanya song Wan Kiauw terkejut- "Apakah telah terjadi sesuatu atas diri ke dua orangtua mu?"   Thio Han Liong mengangguk. lalu menutur tentang kejadian penyerbuan para Dhalai Lhama dan pasukan pilihan Cu Goan Ciang, kematian Ciu Ci Jiak dan ke dua orangtuanya terluka.... wajah ke dua orangtua Han Liong rusak terbakar oleh Liak Hwee Tan.   "sungguh keterlaluan Cu Goan Ciang"   Jie Lian ciu mengepal tinju.   "Dia sudah menjadi kaisar, namun masih tetap ingin membunuh Bu Ki Padahal Bu Ki sudah menyingkir ke pulau itu"   "Hm"   Dengus song Wan Kiauw dingin.   "Kita harus ke Kota raja membunuh Cu Goan Ciang yang tak kenal budi itu"   "song Wan Kiauw. engkau bukan anak kecil lagi-"   Tegur Thio sam Hong sambil menggeleng-gelengkan kepala.   "Kok masih gampang emosi?"   "Maafkan aku. Guru"   Ucap song Wan Kiauw.   "Aku...."   "Guru tahu perasaanmu, namun semua itu telah berlalu,"   Ujar Thio sam Hong lalu memandang Thio Han Liong seraya berkata.   "Jelaskan tentang luka ayahmu"   "Tergempur oleh Iweekang gabungan para Dhalai Lhama...."   Thio Han Liong menjelaskan.   "Ayah tidak sanggup melawan mereka, maka menyuruh Han Liong mohon petunjuk sucouw."   "Luar biasa sekali- ujar Thio Sam Hong sambil menggeleng- Gelengkan kepala.   "itu adalah Ie Kang Tai Tik (Memindahkan Lweekang Menggempur Musuh)- ilmu tersebut sudah lama lenyap ini rimba persilatan, tak disangka para Dhalai Lhama Tibet memiliki ilmu itu"   "Guru,"   Tanya jie Lian Ciu.   "Adakah cara memecahkan ilmu itu?"   "Tidak ada-"   Thio sam Hong menghela nafas panjang, kemudian bertanya kepada Thio Han Liong.   "apa Dhalai Lhama itu berjumlah sembilan orang?"   "Ya, sucouw."   Thio Han Liong mengangguk.   "Kalau begitu, mereka pasti mengerti formasi Kiu Kiong, Pat Kwa dan Ngo Heng."   Thio sam Hong menggeleng-telengkan kepala.   "Pantas Bu Ki tidak sanggup melawan mereka. Kalau begitu, tiada seorang jagoan pun di Tionggoan sanggup melawan para Dhalai Lhama itu"   "Guru,"   Tanya Jie Lian ciu.   "Apakah tiada cara sama sekali untuk memecahkan ilmu istimewa itu?"   "Tentu ada. Hanya saja guru belum memikirkannya."jawab Thio sam Hong dengan kening berkerut-kerut.   "Coba kalian bayangkan, betapa dahsyatnya Iweekang gabungan para Dhalai Lhama itu. siapa yang sanggup menyambut pukulannya?"   "Guru...."Jie Lian Ciu ingin menanyakan sesuatu,. tapi kemudian dibatalkannya dan dia hanya menggelenggelengkan kepala.   "Han Liong"   Thio sam Hong menatapnya seraya bertanya.   "Apakah engkau sudah menguasai semua ilmu ayahmu?"   "sudah, sucouw,"   Thio Han Liong mengangguk- "Hanya saia Iweekangku masih dangkal."   "Hmmmm"   Thio sam Hong manggut-mangguh "   Kalau begitu, engkau masih harus berlatih di sini, sucouw akan memberi petunjuk kepadamu."   "Terima kasih, sucouw,"   Ucap Thio Han Liong girang.   "sekarang kalian boleh keluar dulu,"   Ujar Thio sam Hong sambil memejamkan matanya.lie Lian Ciu dan lainnya segera keluar, lalu kembali ke ruang depan.   "Han Liong, mungkin tidak lama lagi engkau akan berkecimpung ke dalam rimba persilatan. Maka aku harus menceritakan tentang situasi rimba persilatan sekarang"   Kata Jie Lian ciu.   "Kakek Jie"   Thio Han Liong memberitahukan.   "Aku pernah berkelana...."   Thio Han Liong menutur tentang dirinya ditangkap oleh para Dhalai Lhama, cara bagaimana meloloskan diri dan lain sebadainya. Jie Lian Ciu manggut-manggut sambil tersenyum.   "Han Liong, itu merupakan pengalaman yang amat berharga bagimu-"   Lalu ia menceritakan tentang situasi kondisi persilatan sekarang, juga mengenai kemunculan empat jago dan pembunuh misterius lalu menambahkan dengan wajah serius "-- belum lama ini justru muncul lagi sebuah perkumpulan misterius-"   "oh?"   Thio Han Liong tertegun.   "perkumpulan apa itu?"   Tanyanya- "Hek liong pang (Perkumpulan Naga Hitam)."   Jie Lian ciu memberitahukan.   "Kemunculan Hek liong pang telah menggemparkan rimba persilatan, sebab ketuanya berkepandaian sangat tinggi sekali- Tiada seorang pun tahu siapa ketua Hek liong pang itu, bahkan belum lama ini ketua Hek liong pang itu telah mengalahkan beberapa ketua partai besar, sasaran berikutnya mungkin Partai Siauw Lim, maka guru mengutus In Lie Heng ke Siauw lim sie-"   "KakekJie, ketua Hek liong pang itu lelaki atau wanita?"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tanya Thio Han Liong.   "Wanita,"   Sahut jie Lian Ciu.   "Berusia lima puluhan, tapi masih tampak cantik. Hek liong pang itu sudah berkembang pesat dan sering membunuh kaum rimba persilatan goiongan putih."   Song Wan Kiauw menghela nafas panjang.   "Tak disangka kini rimba persilatan berubah kacau tidak karuan"   "Han Liong."   Pesan jie Lian ciu.   "Kalau engkau sudah berkecimpung dalam rimba persilatan, harus ber-hati-hati-"   "Ya, Kakek Jie."   Thio Han Liong mengangguk.   Keesokan harinya, Thio sam Hong mulai memberi petunjuk kepada Thio Han Liong mengenai ilmu silat dan lain sebagainya, terutama mengenai ilmu Iweekang.   Di dalam sebuah kuburan tua yang amat besar, tampak Tan Giok Cu dan Yo Sian Sian duduk berhadapan.   Kini gadis itu telah remaja, berusia lima belasan.   Parasnya cantik luar biasa dan putih bagaikan salju.   "Giok Cu"   Yo sian sian menatapnya sambil tersenyum lembut.   "sudah lima tahun lebih engkau berada di sini dan kini engkau sudah berhasil menguasai ilmuku."   "semua itu adalah atas gemblengan Guru,"   Ujar Tan Giok Cu sambil tersenyum-senyum.   "selama ini. Guru sangat baik sekali padaku."   "Giok Cu"   Yo Sian Sian tersenyum lembut.   "Engkau adalah muridku, tentunya aku harus baik dan menyayangimu."   "Guru...."   Tan Giok Cu menatapnya, kemudian menundukkan kepala.   "Aku tahu."   Yo Sian Sian manggut-manggut.   "Engkau rindu sekali kepada Thio Han Liong kan?"   "Ya."   Tan Giok Cu mengangguk.   "Giok Cu"   Yo Sian Sian menatapnya dalam-dalam seraya berkata.   "Hari ini engkau boleh pulang ke rumahmu, tapi sebelumnya aku harus menceritakan tentang rimba persilatan kepadamu, itu agar engkau tahu."   "Guru...."   Tan Giok Cu tertegun.   "hari ini aku boleh pulang?"   "ya-"   Yo sian Sian mengangguk. kemudian menceritakan tentang rimba persilatan dan lain sebagainya.   "..... si Mo (iblis DariBarat) amat jahat dan licik, maka kalau bertemu dia, engkau harus berhati hati"   "Ya, Guru."   "Giok Cu...."   Mendadak Yo sian sian menghela nafas panjang.   "sebetulnya peraturan KouwBok Pay (Partai Kuburan Tua) sangat ketat sekali. Anak maupun murid dilarang meninggalkan kuburan tua ini, kecuali ada urusan penting."   "oh?"   "Tapi sejak murid ayahku diusir, maka ayahku menghapus peraturan tersebut."   "Kalau begitu, aku masih punya seorang bibi guru?"   "Betul."   Yo sian Sian mengangguk- "Bibi gurumu bernama Kwee In Loan, kini sudah berusia lima puluhan."   "Guru, kenapa bibi guru diusir?"   "Karena dia sangat jahat, lagtpula sering meninggalkan kuburan tua ini secara diam-diam maka ayahku mengusirnya, sebetulnya ayahku sangat menyayanginya, namun kelakuannya...."   Yo Sian sian menggeleng-gelengkan kepala.   "Ketika dia diusir, dia pun mencuri sebuah kitab salinan Kiu Im Cin Keng."   "Kitab salinan Kiu Im Cin Keng?"   "ya- Itu adalah kitab salinan peninggalan kakek moyangku, sin Tiauw Tayhiap Yo Ko-"   "Kalau begitu kepandaian bibi guru...."   "Aku yakin kepandaiannya sudah tinggi sekali- sebab hingga kini sudah dua puluh lima tahun tiada kabar beritanya, mungkin dia bersembunyi di suatu tempat untuk mempelajari Kiu Im Cin Keng itu"   "Guru-..."   Tan Giok Cu menatapnya seraya bertanya- "Kenapa Guru tidak mau menikah?"   "Kini usiaku sudah empat puluh lebih, tentunya tidak akan menikah lagi-"   Sahut Yo Sian Sian sambil tersenyum getir.   "sudah tua, lagi pula aku tidak pernah mencintai lelaki yang mana pun."   "Dari muda hingga sekarang Guru tidak pernah mencintai kaum lelaki?"   Tanya Tan Giok Cu heran. Yo sian sian menghela nafas panjang.   "Belasan tahun lalu, aku pernah jatuh cinta. Tapi pemuda itu sudah punya pacar, karena itu aku harus menjauhinya."   "siapa dia?"   "Dia adalah Thio Bu Ki-"   "Apa?"   Tan Giok Cu terbelalak.   "Ayah Thio Han Liong?"   Yo Sian Sian mengangguk.   "Pada waKiu itu aku menyelamatkan putri ketua Kay Pang bernama su Hong se ki kemudian bertemu Thio Bu Ki. Namun dia sudah punya kekasih bernama Tio Beng. setelah itu kami bertemu lagi di kuil Siauw Lim sie."   Tan Giok Cu manggut-manggut.   "Guru, apakah Han Liong akan setia terhadapku?"   "Anak itu memang tampan dan baik hati- tentunya banyak anak gadis yang akan jatuh cinta kepadanya,"   Sahut Yo Sian Sian.   "Kalau dia mencintaimu dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati- tentunya dia akan setia terhadapmu. Akan tetapi- engkau harus ingat satu hal"   "Hal apa?"   "Engkau tidak boleh cemburu buta. seandainya dia berjalan bersama gadis lain, janganlah engkau langsung cemburu atau curiga, tanyakan dulu sejelas-jelasnya- Engkau harus ingat itu"   "Ya, Guru-"   "oh ya"   Yo Sian Sian tersenyum- "Aku akan menghadiahkan kepadamu sebilah pedang pusaka yakni Pek Kong Kiam (Pedang ca\f\ai^R Putih)-"   "Terima kasih. Guru-"   "Giok Cu"   Yo Sian sian menatapnya lembut- "Engkau boleh berkemas sekarang, dan meninggalkan kuburan tua ini-"   "Guru- - "   Mata Tan Giok Cu mulai berkaca-kaca.   "Bolehkah aku ke mari menengok Guru kelak?"   Yo Sian sian menggelengkan kepala.   "Tidak usah- Apabila perlu, aku akan mencarimu dalam rimba persilatan."   "Guru...."   "Cepatlah engkau berkemas"   Mata Yo Sian Sian juga sudah basah- "Sudah lima tahun lebih, engkau harus pulang."   Tan Giok Cu sudah meninggalkan kuburan tua itu dan langsung menuju desa Hok An.   la merupakan gadis remaja yang cantik jelita, maka sangat menarik perhatian kaum lelaki- Namun ada sebilah pedang bergantung di punggungnya, maka kaum lelaki tidak berani sembarang menggodanya, karena tahu gadis remaja itu mengerti ilmu silat.   Ketika melewati sebuah rimba, mendadak muncul belasan orang yang bertampang seram dan bersenjata tajam.   Mereka itu ternyata para perampok- "Ha ha ha"   Kepala perampok itu tertawa gelak- "Tak disangka sama sekali- hari ini kedatangan seorang gaudis remaja uang cantik jelita Kita sungguh beruntung lho"   Para perampok itu langsung mengepung Tan Giok Cu. Gagis itu mengerutkan kening, ia sudah tahu bahwa mereka adalah para penjahat.   "Kalian mau apa?"   Bentak Tan Giok Cu- "He he he"   Kepala perampok tertawa terkekeh- "Gadis cantik, kenapa engkau galak?"   Kepala perampok itu menjulurkan tangannya untuk menowel pipi Tan Giok Cu, namun gadis itu cepat menghindar.   "Jangan kurang ajar"   Bentak Tan Giok Cu lagi- "Kalau kalian berani kurang ajar, aku tidak akan memberi ampun kepada kalian."   "He he he"   Kepala perampok itu tertawa terkekeh-kekeh lagi.   "Gadis cantik yang galak lebih baik engkau menemani aku bersenang-senang. Kalau tidak, engkau akan kami cincang"   "Hm"   Dengus Tan Giok Cu sambil menghunus pedang pusakanya. Kepala perampok itu terkejut ketika melihat pedang yang memancarkan cahaya putih. Namun Tan Giok Cu baru berusia belasan, maka perampok itu meremehkannya.   "Gadis cantiki lebih baik engkau menemani aku bersenangsenang,"   Ujar kepala perampok itu sambil menatapnya dengan penuh nafsu btrahi-"Diam"   Bentak Tan Giok Cu.   "Cepatlah kalian pergi- kalau tidak - ."   "Hm"   Dengus kepala perampok itu, kemudian berseru kepada anak buahnya.   "tangkap dia"   Para anak buah kepala perampok itu langsung menyerang Tan Giok Cu dengan senjata masing-masing.   Gadis itu menangkis dengan pedang pusakanya, kemudian balas menyerang dengan Giok Li Kiam Hoat (Ilmu Pedang Gadis Murni).   Belasan jurus kemudian, sudah ada empat di antara para penjahat itu terluka.   Menyaksikan kejadian itu, kepala perampok tampak tersentak kaget akan kelihayan Tan Giok Cu.   "Berhenti- bentaknya mendadak, lalu mendekati gadis itu dengan golok di tangan.   "Gadis cantik, ternyata kepandatanmu cukup tinggisekarang aku yang turun tangan. Maka daripada engkau terluka, lebih baik menyerah sekarang saja"   "Hai- perampok Aku harus membasmi"   Sahut Tan Giok Cu sengit.   "He he he"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kepala perampok itu tertawa terkekeh-kekeh, kemudian mendadak menyerang Tan Giok Cu.   Gadis itu memang sudah siap, maka langsung berkelit dengan gesit sekali- sehingga golok kepala perampok itu menyerang tempat kosong.   Di saat itulah Tan Giok Cu mengayunkan pedangnya menyerang kepala perampok itu.   Kepala perampok itu terkejut sekali- tapi secepat kilat ta meioncat ke belakang kemudian menyabetkan goloknya.   Tan Giok Cu tersenyum dingin, dan mendadak badannya mencelat ke atas, lalu menggerakkan pedangnya untuk menangkis golok itu.   Ternyata Tan Giok Cu mengeluarkan jurus Giok Li Kiam Hoa (Gadis Murni MenaburBunga).   Trang Terdengar suara benturan pedang dengan golok.   Golok di tangan kepala perampok itu tinggal sepotong, telah kutung oleh pedang pusaka Tan Giok Cu.   "Haaah?"   Wajah kepala perampok itu berubah pucat pias.   "Lihiap, ampunilah aku"   "Hm"   Tan Giok Cu mendengus dingin dan mendadak menggerakkan pedangnya-Crasss "Aduuuh..."Jerit kepala perampok itu kesakitan.   Lengan kanannya telah kutung sebatas bahu, dan darah segarnya langsung mengucur deras.   Tan Giok Cu menatapnya dingin sejeNak, kemudian melesat pergi- sedangkan para anak buah kepala perampok itu masih berdiri di tempat dengan tubuh menggigil.   Ketika hari mulai gelap, Tan Ek seng dan Lim soat Hong duduk di ruang depan dengan wajah murung, bahkan nYonya itu pun sering menghela nafas panjang.   "Isteriku...."   Tan Ek seng menggeleng-gelengkan kepala.   "sudahlah jangan terus menerus menghela nafas panjang, itu tidak baik-"   Lim soat Hong menghela nafas panjang lagi seraya berkata- "Aku tidak habis pikir, kenapa Giok Cu masih belum pulang?"   "Mungkin...."   Sahut Tan Ek Seng menghibur.   "Giok Cu sedang berada dalam perjalanan ke mari-"   "suamiku...."   Lim soat Hong menggeleng-gelengkan kepala      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Aku mulai mencemaskannya-"   "Tidak usah mencemaskannya, dia pasti pulang."   "sudah lima tahun lebih, seharusnya dia sudah pulang. Tapi- - "   Ketika itu, mendadak berkelebat sesosok bayangan ke dalam- Betapa terkejutnya Tan Ek seng dan Lim soat Hong, sehingga mereka berdua serentak membentak- "siapa?"   "Ayah, ibu"   Terdengar suara sahutan dari seorang gadis remaja yang berdiri di hadapan mereka dengan wajah berseriseri- "Giok Cu"   Lim soat Hong dan Tan Ek seng terbelalak- "Nak- - "   Lim soat Hong langsung bangkit berdiri, dan Tan Giok Cu menghampirinya dengan mata bersimbah air.   "ibu...."   "Nak-..."   Lim soat Hong membelainya.   "Engkau... engkau sudah pulang"   "ibu...."   Tan Ek seng juga mendekati putrinya, kemudian membelainya dengan penuh kasih sayang.   "Nak-..."   Wajah Tan Ek seng tampak berseri-seri.   "Engkau sudah besar, ayah nyaris tidak mengenalimu lagu"   "Ayah-..."   Tan Giok Cu tersenyum      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "oh ya, di mana Bibi Ah Hiang?"   "Ada, ada di dalam"   Sahut Lim soat Hong dan menambahkan.   "AYoh, mari kita duduk saja"   Mereka bertiga lalu duduk, dandisaat itulah muncul Ah Hiang. Begitu melihat Tan Giok Cu, Ah Hiang pun terbelalak- "Bibi Ah Hiang"   Panggil Tan Giok Cu.   "Engkau... engkau adalah nona kecil?"   Tanya Ah Hiang seakan tidak percaya sebab kini Tan Giok Cu sudah besar.   "Betul, Bibi Ah Hiang"   Sahut Tan Giok Cu.   "sekarang aku sudah besar."   "Nona...."   Ah Hiang menghampirinya, kemudian membelainya dengan gembira sekali.   "Engkau... engkau sudah kembali."   Setelah mencurahkan rasa rindunya, barulah Ah Hiang ke belakang untuk mengambil minuman.   "Nak,"ujar Tan Ek Seng sambil menatap putrinya d eng a n penuh perhatian.   "Ayah Gembira sekali- karena kini engkau sudah kembali."   "Ayah-"   Tanya Tan Giok Cu mendadak- "Apakah Han Liong sudah ke mari?"   "Dia sudah ke mari, tapi ketika itu engkau belum pulang"   Sahut Tan Ek seng.   "Maka dia berangkat ke gunung Bu TOng. Dia berpesan agar engkau tunggu di rumah. sebab dia akan ke mari lagi"   "oh?"   Wajah Tan Giok Cu ceria.   "Dia juga sudah besar?"   "Dia pun sudah besar, bahkan...."   Lim soat Hong tersenyum.   "...bertambah tampan lho"   "oh ya?"   Wajah Tan Giok Cu agak merah- "Dia bilang apa saja?"   "Nak,"   Tan Ek seng tersenyum- "Kami sudah bertanya kepadanya-"   "Ayah dan ibu bertanya apa kepadanya?"   "Kami bertanya kepadanya cinta atau tidak terhadapmu, dia jawab...."   Tan Ek Seng sengaja tidak melanjutkan ucapannya karena ingin membuat putrinya tegang.   "Dia menjawab apa?"   Tanya Tan Giok Cu dengan hati berdebar-debar tegang.   "Dia menjawab-..."   Tan Ek seng tersenyum.   "Cinta kepadamu. Namun dia...."   "oh?"   Tan Giok Cu girang bukan main.   "Kenapa dia?"   "Dia bilang engkau cinta atau tidak kepadanya. Kami memberitahukan bahwa engkau mencintainya, namun dia kelihatan kurang percaya."   "Aku, aku sangat cinta kepadanya. Dia, dia kok tidak tahu?"   Tan Giok Cu menggeleng-telengkan kepala.   "Bagaimana mungkin dia tahu?"   Lim soat Hong tertawa.   "Kalian belum bertemu untuk mencurahkan perasaan masing-masing, tentunya dia tidak tahu engkau mencintainya."   "Ketika kami masih kecil, aku... aku sudah menyukainya,"   Ujar Tan Giok Cu dengan wajah agak kemerah-merahan.   "Itu adalah urusan ketika kalian masih kecil. Tapi kini kalian sudah besar, tentunya tidak seperti dulu lagi."   Tan Ek seng tersenyum dan menambahkan.   "syukurlah kalau engkau pun mencintainya"   "Nak,"   Lim soat Hong menatapnya seraya berkata.   "TUturkanlah keadaanmu sejak ikut gurumu itu"   "Aku langsung dibawa ke belakang gunung Ciong Lam san. Ternyata di situ terdapat sebuah kuburan tua yang amat besar, itulah tempat tinggal guruku dan para pengiringnya."   "Dalam kurun waktu lima tahun lebih, engkau terus berdiam di dalam kuburan tua itu?"   Tanya Lim soat Hong.   "Ya-"   Tan Giok Cu mengangguk.   "Pantas wajahmu menjadi seputih salju"   Lim soat Hong manggut-manggut- "oh ya, engkau sudah menguasai seluruh ilmu gurumu?"   "Ya. Aku tidak menyangka sama sekali- ternyata guruku adalah keturunan sin Tiauw Tay hiap Yo Ko dan Siauw Liong Li-"   Tan Giok Cu memberitahukan.   "Ayah sudah menduga itu,"   Ujar Tan Ek seng sambil tersenyum.   "Giok Cu,"   Tanya Lim soat Hong mendadak- "Guru tidak punya suami?"   "Guru tidak mau menikah, sebab tidak bertemu lelaki idaman hatinya,"   Jawab Tan Giok Cu memberitahukan.   "Belasan tahun lalu, guruku pernah jatuh cinta kepada seorang pemuda, namun pemuda itu sudah punya kekasih, maka guruku terpaksa menjauhinya."   "siapa pemuda itu?"   Tanya Lim soat Hong.   "Ternyata adalah Thio Bu Ki, ayah Thio Han Liong,"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Jawab Tan Giok Cu.   "Itu sungguh di luar dugaan"   Tan Ek seng menggeleng- Gelengkan kepala.   "Kini gurumu tetap tinggal di dalam kuburan tua itu?"   "ya."   Tan Giok Cu mengangguk dan menambahkan.   "Guru sangat baik dan amat menyayangiku.   "   "syukurlah"   Ucap Lim soat Hong.   "oh ya"   Tan Giok Cu teringat sesuatu.   "Ketika dalam perjalanan kesini, aku dihadang para perampok-"   "oh?"   Lim soat Hong tersentak- "Lalu baguimana?"   "Kepala perampok itu berniat tidak baik terhadap diriku. Dia menyuruh pada anak buahnya menangkapku tapi aku berhasil melukai mereka dengan pedang pusaka Pek Kong Kiam."   "setelah itu bagaimana kepala perampok itu?"   Tanya Tan Giok Cu tertarik- "Kepala perampok itu langsung menyerangku dengan golok, namun aku berhasil mengutungkan goloknya, kemudian aku pun mengutungkan sebuah lengannya."   "Ngmmm"   Tan Ek seng manggut-manggut.   "Kepala perampok itu memang harus dihukum"   "Ayah, ibu."   Ujar Tan Giok Cu mendadak bernada dengan serius.   "Aku akan menunggu Han Liong di rumah sebulan. Kalau dia belum ke mari, aku akan menyusulnya ke gunung Bu TOng."   "Nak,"   Lim soat Hong menggelengkan kepala.   "Itu mana boleh?"   "ibu, jangan melarangku,"   Sahut Tan Giok Cu.   "Kini aku sudah besar, lagi pula kepandaianku sudah tinggidan aku sudah bisa menjaga diri."   "Nak,"   Tan Ek seng menatapnya.   "Kini engkau memang sudah besar dan berkepandaian tinggi- tapi tidak baik engkau berkecimpung dalam rimba persilatan."   "Ayah"   Tan Giok Cu memberitahukan.   "Guruku telah berpesan, aku harus menjadi pendekar wanita yang membela kebenaran dalam rimba persilatan."   "Hmmm"   Tan Ek seng mangmit-manggut.   "Baiklah. Namun engkau harus berhati-hati sebab dalam rimba persilatan penuh diliputi berbagai kejahatan dan kelicikan"   "Ya- Ayah-"   Tan Giok Cu mengangguk- "Nak,"   Pesan Lim soat Hong.   "setelah bertemu Han Liong, engkau harus pulang bersamanya"   "Ya, ibu."   Tan Giok Cu tersenyum.   "Giok Cu"   Tan Giok Cu menatap putrinya sambil tersenyum.   "Engkau dan Han Liong memang merupakan pasangan yang serasi- Engkau cantik jelita, dan dia tampan, gagah serta baik hati- Ha ha ha..."   Bab 13 Berangkat Ke Kuil siauw Lim sie Thio Han Liong dan Thio sam Hong duduk di ruang meditasi. Kini kepandaian pemuda itu bertambah tinggikarena mendapat petunjuk dari Thio sam Hong.   "Han Liong"   Thio sam Hong tersenyum.   "Kepandatanmu sudah tinggi- hanya saja Iweekangmu belum mencapai tingkat kesempurnaan."   "sucouw, kalau begitu aku harus terus berlatih Iwee-kang?"   Tanya Thio Han Liong.   "Itu tergantung dari keberuntunganmu,"   Sahut Thio sam Hong memberitahukan.   "Ketika kecil, ayahmu terpukul oleh ilmu Hian Bong Sian ciang yang amat beracun. Pukulan itu membuat ayahmu kedinginan...."   Thio sam Hong menutur tentang kejadian tersebut, kemudian mena mbahkan.   "Namun sungguh di luar dugaan, di dalam sebuah lembah, ayahmu makan kodok api yang mengandung hawa panas, setelah itu ayahmu pun menemukan kitab Kiu yang Cin Keng."   "Karena makan kodok api itu, maka ayahku berhasil melatih Iweekangnya hingga mencapai tingkat yang begitu tinggi?"   "ya. Tapi- - "   Thio sam Hong menggeleng-gelengkan kepala.   "Masih tidak sanggup menahan ilmu pukulan para Dhalai Lhama itu."   "sucouw,"   Tanya Thio Han Liong.   "Apakah tiada cara untuk memecahkan ilmu pukulan itu?"   "Memang tidak ada."   Thio sam Hong menghela nafas panjang.   "sebab Iweekang gabungan para Dhalai Lhama itu amat dahsyat. Di koiong langit ini tiada seorang jago pun yang sanggup menahan ilmu pukulan itu"   "Kalau begitu..."    Pendekar Misterius Karya Gan Kl Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong

Cari Blog Ini