Anak Rajawali 23
Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 23
Anak Rajawali Karya dari Chin Yung Dan segera juga Ko Tie berhenti melompat ke sana ke mari menghindar dari tubrukan Bok Lan. Dia malah berdiri tegak dan menantikan Bok Lan menubruknya lagi. Dan Bok Lan memang telah menjejak ke dua kakinya, tubuhnya melesat sangat cepat dan gesit sekali. Sambil tertawa-tawa dia terus mengoceh. "Ke mari anakku..... ke mari..... mengapa engkau terus menghindar dari ibu? Ibu sudah sangat rindu sekali padamu! Ke marilah anakku..... kemarilah, ibu hendak memelukmu!" Tubuh Bok Lan gesit luar biasa telah tiba di dekat Ko Tie dengan sepasang tangan yang terulurkan hendak merangkul. Tampaknya dia girang sekali, karena kali ini dirasakannya bahwa rangkulannya akan berhasil. Sebab Ko Tie tidak bergerak dari tempatnya berada, sama sekali pemuda itu tidak berusaha menghindar dari maksud Bok Lan yang ingin memeluknya dengan mesra, penuh kasih sayang dari seorang ibu. Ko Tie telah mementang matanya, hatinya masih agak berdebar. Namun dia tidak berusaha menghindar, hanya saja begitu melihat sepasang tangan Bok Lan hampir tiba terulurkan padanya, dia menyampok dengan tangan kanannya. Ko Tie menyampok bukan sembarangan menyampok, sebab tangannya itu telah disertai tenaga sin-kang yang mengalir pada telapak tangannya. Begitu dia menyampok, seketika serangkum angin yang kuat sekali menerjang kepada Bok Lan, membuat Bok Lan kaget tidak terkira, karena tahu-tahu tubuhnya telah tersampok dengan hebat. Dia memang tidak menyangka sama sekali akan disampok seperti itu sehingga tubuhnya jadi terpental. Bok Lan benar-benar liehay walaupun dia disampok seperti itu tanpa menduga sebelumnya namun dia tidak sampai terbanting di tanah karena begitu tubuhnya terpental dan melambung ke tengah udara, segera juga dia berjumpalitan sehingga dia bisa hinggap di atas tanah dengan ke dua kaki terlebih dulu. Dia memandang dengan sepasang mata terpentang lebar-lebar. "Anakku.. engkau begitu tega hati menolak pelukan ibumu......... dan telah membuat ibu terpental seperti ini? Ohhh, anakku, engkau tega terhadap ibumu? Tahukah engkau bahwa ibu telah merindukan engkau selama ini, telah disiksa oleh perasaan rindu itu.. kemarilah anakku, marilah anakku.....!" Dan sama sekali Bok Lan tidak marah disampok seperti itu, malah mukanya memperlihatkan dia sedih sekali. Dia menghampiri sambil mengulurkan ke dua tangannya, bermaksud memeluk lagi pada Ko Tie. Kembali jiwa Ko Tie tergoncang dengan hati yang berdebaran terus-menerus, karena dia menggidik lagi, melihat wajah wanita sinting itu, yang memancarkan suatu kekuatan mistik yang menakutkan dan menjijikan. Terlebih lagi jika Ko Tie teringat bahwa wanita ini adalah seorang wanita sinting, membuat dia tambah menggidik dan jadi surut dengan langkahnya ke belakang dua tindak. "Pergi......aku bukan anakmu...... pergi! Jangan dekati aku!" Akhirnya Ko Tie berseru seperti itu. Dia sebetulnya tidak tega juga jika harus mengerahkan tenaga dan kekuatan sin-kangnya sepenuh-penuhnya, yang pasti akan bisa mencelakai wanita sinting itu. Yang membuat Ko Tie tidak tega melihat wajah Bok Lan yang begitu sedih, maka dia hanya mengusir saja!" Namun Bok Lan justeru jadi menangis, sambil perlahan-lahan menghampirinya. "Anakku.. ohhhh, benar-benar engkau begitu tega mengusir ibumu? Ohhh, apakah engkau ingin menjadi seorang anak yang tidak berbakti, seorang anak durhaka terhadap orang tuamu? "Mari, mari, ibu sudah rindu sekali, kemari nak.. Berikanlah kesempatan pada ibu buat merangkul satu kali saja kepadamu, melepaskan rindu ibu.........!" Ngiris hati Ko Tie, namun dia mana mau membiarkan dirinya dirangkul wanita sinting itu? Karenanya segera juga dia menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat ke belakang sejauh tiga tombak lebih menjauhi Bok Lan. Begitu kakinya menyentuh tanah, segera dia menjejak lagi, tubuhnya telah melesat lagi ke belakang, karena memang Ko Tie bermaksud hendak menjauhi Bok Lan. Melihat Ko Tie melompat terus menerus seperti itu, Bok Lan jadi menangis menggerung-gerung, katanya. "Anakku ooooohhhh anakku, mengapa engkau begitu kejam?!" Sambil menangis seperti itu, dengan air mata yang mengucur deras sekali, tubuh Bok Lan berkelebat buat menyusuli Ko Tie. Menyaksikan sikap wanita sinting itu, semua orang jadi ngiris hati, terlebih lagi Giok Hoa dan Yo Kouw-nio yang tidak mengerti, mengapa wanita sinting seperti Bok Lan justeru memiliki ilmu silat dan sin-kang yang tinggi sekali? Di waktu itu, Yo Kouw-nio sendiri menggidik jika harus maju menghadapi wanita sinting itu. Terlebih lagi Giok Hoa, gadis ini siang-siang sudah merasa ngeri, lenyap rasa lucunya, dan dia mengawasi dengan sepasang mata yang terpentang lebar-lebar kepada Ko Tie yang tengah berusaha menjauhi diri dari Bok Lan, di mana Giok Hoa tergetar hatinya, karena kuatir sekali kalau-kalau sampai Ko Tie kena dirangkul oleh wanita sinting itu. Dalam keadaan menangis seperti itu tampaknya Bok Lan jadi menakutkan sekali. Hati Ko Tie juga mengkeret, dia telah berseru dengan panik. "Jika engkau tetap mendekati aku, jangan mempersalahkan aku jika aku menyerang dirimu..!" Sambil berkata begitu, dengan sikap mengancam, tampak Ko Tie telah mempersiapkan kekuatan tenaga sin-kangnya pada ke dua kepalan tangannya. Dia bersiap-siap menyerang Bok Lan memaksa hendak memeluknya. Sedangkan Siauw Kwie berulang kali memperdengarkan suara tertawanya. Dia bilang. "Baru dipeluk saja mengapa harus begitu panik? Sudah, biarkan Tok-kui-sin-jie memelukmu, bukankah enak dan sedap dipeluk seorang wanita cantik seperti dia......?" Bukan main mendongkolnya Ko Tie, jika dapat, dia sesungguhnya bermaksud hendak menampar mulut Siauw Kwie. Di waktu itu dilihatnya Bok Lan telah mendatangi dekat sekali, dan tidak ada jalan lain buat Ko Tie selain menyerangnya. Dia kali ini telah menghantam dengan ilmu pukulan Inti Esnya, sehingga angin pukulannya itu dingin bukan main, seperti akan membekukan tubuh Bok Lan. Bok Lan sendiri tidak menyangka dirinya akan diserang dengan pukulan yang aneh itu. Dia tadinya menyangka paling tidak pemuda itu akan memukulnya dengan kekuatan tenaga dalam dan membuat dia terpental. Karena rasa rindu terhadap anak, membuatnya jadi tidak memperdulikan jiwanya bisa terancam. Tetapi dia jadi kaget tak terkira waktu merasakan angin serangan itu dingin sekali, seperti juga menyambarnya es, dan membuat darah di sekujur tubuhnya seperti membeku. Disamping itu, sampokan angin serangan tangan Ko Tie kuat sekali, kuda-kuda ke dua kakinya mulai tergoyahkan, dan dia akan terpelanting. Beruntung bahwa Bok Lan memang memiliki latihan lweekang yang kuat sekali, sehingga dia bisa mengerahkan lweekangnya buat memperkokoh kuda-kuda kakinya, di mana ia telah berusaha berdiri tetap di tempatnya. Kembali dia jadi kaget. Sekujur tubuhnya diselubungi oleh lapisan salju yang tipis sekali, sampai rambutnya juga terbungkus oleh lapisan salju yang tipis! Dingin sekali! "Ihhh!" Bok Lan berseru tertahan, dan matanya telah memandang Ko Tie dengan tajam sekali, tampaknya dia seperti baru tersadar dari sintingnya, karena dia segera berkata. "Oh pemuda yang tangguh, rupanya engkau bukan anakku..... kau bukan anakku!" Dan dia mengerahkan sin-kangnya membuat tubuhnya panas. Lapisan salju yang tipis itu segera mencair, dan cepat sekali, tanpa menanti semua salju tipis di tubuhnya mencair, dia melesat dan menghantam dengan telapak tangan kanannya. Ko Tie menangkisnya. "Dukkk, dukkk, dukkk, dukkk!" Empat kali tangan mereka saling membentur dengan keras sekali, dan tubuh Ko Tie jadi tergoncang keras. Beruntung Ko Tie telah menerima gemblengan yang sangat baik dari Swat Tocu, dia bisa menguasai tubuhnya dengan segera. Dan dia malah balas menghantam dengan tangan kirinya, memaksa Bok Lan harus menangkisnya. "Dukkk, dukkk!" Dua kali terdengar suara benturan tangan mereka. Tubuh Bok Lan tahu-tahu telah melesat ke tengah udara, dia juga telah mengayunkan tangan kanannya ke pundaknya, tahu-tahu dia telah mencekal pedangnya. Sinar kuning keemas-emasan menyambar bergulung-gulung kepada Ko Tie dengan cepat sekali. Ko Tie terkesiap, itulah hebat, karena ilmu pedang Bok Lan tidak rendah. Sedangkan dia bertangan kosong. Namun dia tidak jeri, dan kini juga memaklumi, gurunya berada di tempat tersebut, berarti dia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya. Jika saja dia sampai rubuh di tangan Bok Lan, jelas akan membuat dia malu, pun akan membuat gurunya tidak puas. Karena dari itu, segera juga tubuh Ko Tie berkelebat beberapa kali, tahu-tahu tangan kanannya telah menyambar dengan sebat sekali ke arah pinggangnya. Diapun telah mencabut pedangnya. Dengan pedangnya dia mengadakan perlawanan. Terdengar suara benturan kedua pedang itu yang nyaring. Girang Swat Tocu melihat muridnya bertempur melawan Bok Lan, sehingga dia semakin anteng menyaksikan jalannya pertempuran itu karena ingin sekali mengetahui sudah berapa tinggi kepandaian yang dimiliki muridnya tersebut, dan berapa banyak kemajuan yang telah dicapai muridnya. Malah Swat Tocu sambil tersenyumsenyum girang, telah duduk bersila di atas tumpukan es! Di kala itu Bok Lan seperti sudah mengetahui bahwa Ko Tie bukan anaknya, walaupun dia masih mengoceh tidak keruan, tetapi dia sama sekali tidak memperlihatkan sikap ingin bersikap lembut kepada Ko Tie. Malah pedangnya itu menyambar-nyambar dengan cepat dan dahsyat sekali, seperti juga Bok Lan tengah merangsek dan menyerang seorang musuh besarnya! Pedangnya itu menimbulkan sinar bergulung-gulung mengurung Ko Tie, sehingga Ko Tie mati-matian mengerahkan seluruh kepandaian ilmu pedang yang dipelajarinya buat menghadapi setiap serangan lawannya yang sinting ini. Memang benar Bok Lan tidak boleh dipandang remeh, karena ilmu pedangnya itu lebih liehay dibandingkan dengan ilmu pedang Siauw Kwie! Hebat setiap serangannya, tikaman maupun tabasannya, karena dia selalu mengincar bagian-bagian yang mematikan dan berbahaya di tubuh Ko Tie. Sedangkan Ko Tie sendiri memutar pedangnya itu bergulunggulung rapat sekali melindungi tubuhnya. Begitu cepatnya dia memutar pedangnya tersebut, sehingga seperti juga setitik air sulit menembusi pertahanannya. Berulangkali pedang mereka saling bentur dan berulang kali pula terdengar seruan kaget dari Bok Lan, karena sering juga Ko Tie membarengi menangkis dan menikam dengan serangan yang tibatiba, membuat Bok Lan, biarpun bisa menghindarkan tikaman itu, tokh dia menjadi kaget. Bok Lan terus merangsek semakin hebat, wanita sinting ini semakin lama bertempur semakin kalap. Sedangkan Swat Tocu melihat, biarpun ilmu pedang yang dipergunakan Ko Tie tidak berada di bawah keampuhan ilmu pedang Bok Lan, namun pengalaman yang masih kurang dari Ko Tie, membuat pemuda itu seringkali terdesak. "Hemm, biarlah aku memisahkan.....!" Pikir Swat Tocu kemudian, karena dia berpikir jika membiarkan Ko Tie terus lebih lama menghadapi wanita sinting itu, kemungkinan suatu waktu nanti Ko Tie akan terluka di mata pedang lawannya. Segera juga, tanpa bangkit dari bersilanya, Swat Tocu telah menjejakkan kakinya itu, dalam keadaan semedhi tubuhnya melesat ke tengah udara diiringi dengan siulannya yang nyaring. Dan waktu tubuhnya melambung ke tengah udara dalam sikap bersemedhi, ke dua tangannya bergerak saling susul menyerang kepada Bok Lan. Hantaman dari tengah udara sebetulnya merupakan pukulan yang mirip dengan ilmu pukulan Pek-kong-ciang atau Memukul Udara Kosong. Namun disebabkan yang melakukan pukulan itu adalah Swat Tocu maka menjadi lain, jadi sangat hebat sekali. Angin pukulannya itu mengandung hawa dingin bukan main, seperti gumpalan es belaka. Bok Lan yang tengah sengit menikam dan menabas kepada Ko Tie dengan desakan tidak hentinya, kaget waktu merasakan dari belakangnya menyambar angin yang dingin sekali di samping sangat dahsyat. Dia bukan menangkis dengan pedangnya, hanya saja dia segera menarik pulang pedangnya itu kemudian dia menjejakkan sepasang kakinya, tubuhnya mencelat dengan gesit sekali, membuat pukulan Swat Tocu jatuh di tempat kosong. Ko Tie yang tidak diserang lagi lawannya, segera menjejakkan kakinya, dia melompat mundur menjauhi diri dan bisa bernapas lega! Ketika melihat gurunya telah turun tangan, dia girang dan merasa lega, karena dia tidak perlu menghadapi wanita sinting yang merupakan lawan berat itu. Sedangkan tubuh Swat Tocu telah meluncur turun, dia hinggap di atas tumpukan salju dalam sikap bersemedi. Di waktu itu terlihat Bok Lan dengan bengis telah mendelik kepada Swat Tocu, katanya. "Hemm, membokong orang bukan perbuatan yang bagus! Baik! Baik! Biarlah anakku itu tidur dulu, kebetulan sekali tidurnya memang nyenyak sekali, sehingga kita bisa mainmain sepuas hati" Setelah berkata begitu, cepat sekali tubuhnya melesat ke tengah udara, meluncur dengan pedangnya menyambar akan menikam Swat Tocu yang masih duduk bersila dalam sikap bersemedi. Swat Tocu tidak jeri, dia tetap duduk bersemedi, sama sekali dia tidak menggeser tempat duduknya. Ketika dia melihat ujung pedang telah dekat, tahu-tahu dia membuka mulutnya, dan ujung yang menyambar datang itu disambuti dengan mulutnya. Pedang itu tidak bisa meluncur maju terus, karena tergigit kencang sekali, tidak bergeming pula. Tubuh Bok Lan juga telah hinggap di atas tanah. Dia mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya berusaha menusukan pedangnya itu lebih dalam, agar menerobos masuk menikam tenggorokan lawannya. Tetapi biarpun dia telah mengerahkan tenaganya kuat sekali, tetap saja dia tidak berhasil mendorong pedangnya itu, sehingga membuat telapak tangannya sendiri yang pedih dan sakit. Ujung pedang tetap tergigit kencang sekali, sama sekali tidak bergerak. Swat Tocu juga tidak mau melepaskan gigitannya, waktu Bok Lan menarik pulang pedangnya itu, justeru Swat Tocu masih menggigitnya, membuat pedang itu sama sekali tidak bergerak. Mendorong dan menarik berulang kali dilakukan Bok Lan, tetap saja pedang itu tidak bergeming, usahanya itu tidak berhasil. "Tua bangka yang sudah mau mampus, jika memang engkau seorang yang gagah, lepaskan pedangku... mengapa engkau seperti seekor kuda tua yang main gigit belaka?!" Ejek Bok Lan gusar bukan main bercampur dengan penasaran. Diapun bukan hanya sekedar mencaci belaka, karena tangan kanannya telah menghantam dengan tenaga sin-kang yang kuat. Swat Tocu sama sekali tidak bergeming dari tempatnya, tetap menggigit pedang lawannya. Dia membiarkan pukulan Bok Lan mengenai tubuhnya. "Bukkk!" Angin pukulan Bok Lan memang mengenai telak sekali pundak Swat Tocu. Tetapi tubuh Swat Tocu tidak bergeming. Dia memang telah mengerahkan sin-kangnya melindungi pundaknya, sehingga dia bisa menerima angin pukulan itu. Bukan main meluap darah Bok Lan, wanita sinting ini jadi mencaci kalang kabutan sambil berusaha menarik dan memasukkan pedangnya yang sama sekali tidak bisa bergeming itu, dengan selalu menyebut-nyebut, anakku manis, anakku sayang, tidurlah anakku! Sedangkan Swat Tocu ingin melihat sampai berapa tinggi kepandaian Bok Lan, maka dia sengaja menerima pukulan dari wanita sinting itu. Setelah menerima angin pukulan itu, Swat Tocu dapat menduga berapa tinggi kekuatan tenaga sin-kang lawannya, dan dia tersenyum dengan giginya tetap menggigit kuat sekali pedang wanita sinting itu. Setelah puas melihat Bok Lan kalap seperti itu, ketika wanita sinting tersebut tengah menarik pedangnya sekuat tenaganya, tahu-tahu gigitannya dilepaskan. Karena begitu mendadak sekali dilepaskannya dan juga Bok Lan memang menariknya sambil mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, tahu-tahu tubuh Bok Lan terjungkal ke belakang. Untung saja wanita sinting ini memang memiliki gin-kang atau ilmu meringankan tubuh yang tinggi. Begitu dia terguling segera dia bisa berdiri tegak lagi dengan muka merah padam karena murka dan penasaran! Pedangnya itu berkelebat lagi, namun sekarang Bok Lan lebih hatihati. Siauw Kwie menyaksikan Bok Lan yang diketahuinya memiliki kepandaian tinggi, berada setingkat di atas kepandaiannya, masih tidak bisa menghadapi Swat Tocu, pun tidak mau tinggal diam, pedangnya tahu-tahu berkelebat dia menyerang Swat Tocu dengan beberapa tikaman, dia bermaksud membantui Bok Lan buat mengeroyok Swat Tocu. Tetapi tocu Pulau Es itu sama sekali tidak gentar, walaupun dikeroyok kedua wanita yang sangat lihay itu. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan tenang dia melompat berdiri, bersamaan waktu dengan menyambarnya pedang Bok Lan dan Siauw Kwie. Swat Tocu mengibaskan lagi tangannya, di mana dia membuat ke dua batang pedang itu mencong arah sasarannya, dan telapak tangan Bok Lan maupun Siauw Kwie terasa pedih bukan main. Di waktu itu tampak Swat Tocu juga sudah tidak mau tinggal diam. Dia membarengi begitu ke dua batang pedang lawannya mencong arah sasarannya, cepat sekali tubuhnya berkelebat, ke dua tangannya digerakan sebat sekali. Tahu-tahu pedang Bok Lan dan pedang Siauw Kwie berhasil dirampasnya! Malah seketika itu juga ke dua batang pedang tersebut dijadikan satu, ditekuk dengan ke dua tangannya, membuat pedang-pedang itu menjadi patah tiga! Bok Lan dan Siauw Kwie kaget tidak terkira, karena mereka sama sekali tidak menyadari kapan dan bagaimana caranya Swat Tocu merampas pedang mereka. Setelah saling pandang, antara wanita sinting dan Siauw Kwie, ke duanya tahu-tahu menjejakkan kaki mereka, tubuh mereka melesat mundur dan kemudian memutar tubuh, melarikan diri. Siauw Kwie pun telah meneriaki anak buahnya agar segera meninggalkan tempat itu. Swat Tocu tertawa bergelak-gelak nyaring sekali, tapi ia tidak mengejarnya, membiarkan orang-orang Lang-kauw itu meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan Giok Hoa telah menghela napas, melihat Swat Tocu begitu mudah mengusir orang-orang Lang-kauw tersebut. Yo Kouw-nio sendiri cepat-cepat menghampiri Swat Tocu, dia menjurah dalam-dalam, katanya. "Terima kasih atas pertolongan locianpwe yang tidak terkira besarnya ini.. Kalau saja locianpwe tidak datang, tentu boanpwe telah menjadi korban mereka!" Swat Tocu berhenti tertawa, katanya. "Yo Kouw-nio, kau terlalu merendah! Siapakah didunia ini yang bisa mencelakai puteri Yo Tay-hiap yang begitu terkenal? Siapa yang berani berbuat kurang ajar kepada puteri Sin-tiauw-tay-hiap?! "Sudahlah.. sudahlah, jangan terlalu banyak peradatan! Kudengar bahwa engkau tinggal di sekitar tempat ini....... benarkah itu?!" Yo Kouw-nio mengangguk dengan cepat, ia menunjuk rumah yang sebagian telah terbakar itu. "Benar, itulah Boanpwe!" Katanya. Swat Tocu memandangi rumah yang terbakar sebagian, kemudian menghela napas. "Tentu dibakar oleh orang-orang tadi?!" Katanya dengan suara menggumam. Yo Kouw-nio mengangguk mengiyakan. "Sesungguhnya di antara kalian terdapat permusuhan apa sehingga mereka berusaha mencelakaimu?!" Tanya Swat Tocu lagi. "Siauw Kwie mempunyai dendam pada ayahku! Ia tampaknya memang sengaja memasuki perkumpulan Lang-kauw, di mana ia hendak meminjam kekuatan Lang-kauw guna memusuhi ayahku!" "Hemmm perbuatan rendah! Sudah kepandaiannya yang rendah dan memang tidak memiliki kesanggupan buat menandingi ayahmu ternyata ia mencari jalan buat meminjam kekuatan orang lain untuk meruntuhkan ayahmu! Malah, terhadap Sin-tiauw-tay1142 hiap dia tidak berani berurusan, maka dia mencari kau, anaknya, yang jelas kepandaiannya masih berada di bawah Sin-tiauw-tayhiap!" Yo Kouw-nio mengangguk, dan dia segera menoleh kepada Giok Hoa, melambaikan tangannya, katanya. "Giok Hoa, cepat beri hormat kepada Swat Locianpwe!" Giok Hoa ragu-ragu sejenak, namun dia tidak berani membantah perintah gurunya. Cepat-cepat kemudian dia menghampiri Swat Tocu, dia memberi hormat, sambil katanya. "Swat Locianpwe, boanpwe memberi hormat!" "Hemmmm, budak kecil yang nakal, rupanya engkau murid Yo Kouw-nio! Jika dulu-dulu engkau memberitahukan kepadaku, jelas aku tidak akan mempersulit dirimu!" Dan sambil berkata begitu, Swat Tocu tertawa. Yo Kouw-nio memperlihatkan sikap terheran-heran memandang bergantian pada muridnya dan Swat Tocu, lalu tanyanya. "Jadi..... Swat Locianpwe pernah bertemu dengan Giok Hoa?" Swat Tocu mengangguk, dan menceritakan apa yang pernah terjadi, sehingga dia menawan Giok Hoa. Waktu Swat Tocu menceritakan hal tersebut, muka Giok Hoa sebentar-sebentar berobah merah, tampaknya ia sangat malu. Di waktu itu juga Ko Tie sambil tersenyum-senyum ikut mendengarkan di samping gurunya matanya sering melirik ke arah Giok Hoa, dengan sinar mata penuh arti. Giok Hoa sendiri berulang kali telah melirik ke arah Ko Tie, namun jika mata mereka saling berlemu, tentu gadis itu akan menunduk dengan sikap likat sekali dan pipi terasa panas memerah. "Mari silahkan Locianpwe singgah di rumah Boanpwe!" Menawarkan Yo Kouw-nio kepada Swat Tocu. Tawaran itu diterimanya dengan baik-baik oleh Swat Tocu, yang segera melangkah menuju ke rumah itu mengikuti Yo Kouw-nio dan yang lainnya. Tiba-tiba terdengar pekik biruang salju, Swat Tocu melambaikan tangannya, serunya dengan disertai lweekangnya. "Kau tunggu saja di sana!" Belum lagi suara Swat Tocu habis, diwaktu itu terdengar pekik burung rajawali, pekik yang nyaring tengah berputar-putar di tengah udara. Kini giliran Giok Hoa yang melambaikan tangannya, dan burung rajawali itu rupanya memang mengerti maksud lambaian tangan Giok Hoa, karena dia telah terbang meninggi dan berputar-putar di tengah udara. Dia terbang menjauh. Waktu sampai di dalam rumah Yo Kouw-nio, ternyata ada sebagian rumah tersebut yang tidak termakan api. Ruangan tamunya, yang sederhana masih utuh, lengkap dengan kursi dan mejanya. Maka mereka duduk bercakap-cakap. "Jika memang Locianpwe tidak keberatan, sudi kiranya locianpwe menginap di rumah Boanpwe untuk beberapa hari karena karena" Waktu berkata sampai disitu, nampak Yo Kouw-nio ragu-ragu meneruskan perkataannya. Swat Tocu tertawa besar, suara tertawanya itu bergelak-gelak. "Ya, aku tahu, engkau berbaik hati menawarkan tempat berteduh buatku, karena engkau memiliki maksud-maksud tertentu! Karena engkau ingin memancing pelajaran ilmu silatku. Benar bukan begitu?!" Muka Yo Kouw-nio berobah memerah, dia mengangguk sambil tersenyum. "Ya, boanpwe ingin meminta petunjuk berharga dari Locianpwe......!" Menyahuti Yo Kouw-nio. Dan kemudian menoleh kepada Giok Hoa, katanya. "Giok Hoa, cepat ucapkan terima kasih buat kebaikan Swat Locianpwe.....!" Giok Hoa cerdik. Walaupun dia penah merasa tidak senang dan tidak menyukai Swat Tocu, namun setelah bercakap-cakap dan melihat gerak-gerik Swat Tocu, dia memperoleh kenyataan Swat Tocu seorang yang baik hati. Bahkan tadi, musuh-musuh gurunya, Swat Tocu pula yang telah mengusirnya, dengan demikian Yo Kouw-nio tertolong tidak perlu menghadapi kesulitan di tangan musuh-musuhnya. Sekarang mendengar perintah gurunya seperti itu, segera Giok Hoa melompat bangun dari duduknya. Dia menghampiri Swat Tocu, menjatuhkan diri berlutut memberi hormat kepada Tocu Pulau Es tersebut. "Swat Locianpwe, terima kasih atas budi kebaikanmu!" Kata Giok Hoa segera sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali. Swat Tocu tertawa bergelak-gelak lagi melihat sikap Giok Hoa, katanya. "Akh anak licik! Engkau rupanya sengaja cepat-cepat mengucapkan terima kasih, karena hendak mengikat diriku, agar aku ini tidak bisa tidak memenuhi keinginanmu, buat memperoleh beberapa jurus ilmu silat! Hahaha-hahah!" Dan setelah tertawa begitu, tangan kanan Swat Tocu mengibas, katanya. "Bangunlah!" Hebat kibasan lengan dari Swat Tocu, karena mendatangkan kesiuran angin yang halus namun kuat. Giok Hoa sendiri tercekat hatinya, dia tengah berlutut dan merasa diterjang suatu kekuatan yang membuatnya terlontar seperti juga dipaksa untuk berdiri. Karena dia mengadakan perlawanan dan tetap ingin berlutut, membuatnya jadi menerima dorongan yang lebih kuat lagi, menyebabkan tubuhnya bukan hanya terdorong buat berdiri belaka, juga tubuhnya itu telah terlempar ke tengah udara. Untung Giok Hoa memang telah menerima gemblengan cukup baik dari Yo Kouw-nio, selama ini dia memiliki gin-kang yang tinggi dan terlatih mahir, membuatnya segera berpok-say di tengah udara, waktu tubuhnya meluncur turun, segera juga dia hinggap dengan sepasang kakinya terlebih dulu menginjak lantai membuat dia tidak perlu terbanting! "Salah!" Kata Swat Tocu dengan suara yang tawar ketika melihat Giok Hoa mengatasi keadaan dirinya dengan berpok-say seperti itu. "Sama sekali tidak benar gerakan itu! Jika engkau menghadapi musuh, tentu musuh akan dapat mencelakai dirimu disaat engkau tengah berpok-say seperti itu! "Bukankah musuh tidak akan tinggal berdiam diri hanya mengibas satu kali. Dia akan menyusuli lagi dengan kibasan lain, yang mengandung kekuatan lebih hebat, dan engkau sendiri tengah berjumpalitan di tengah udara, sehingga engkau sama sekali tidak memiliki kesempatan buat menghindar dan kibasan kedua itu akan mencelakai dirimu! Salah sekali jika engkau menghadapi dorongan itu dengan berpok-say!" Muka Giok Hoa berobah merah. Apa yang dikatakan Swat Tocu memang tidak salah. Seorang musuh tentu akan mempergunakan kesempatan tersebut buat menyerang dengan kibasan berikutnya pasti dia bercelaka.Karena dari itu, Giok Hoa segera berlutut lagi. "Harap Swat locianpwe mau memberikan petunjuk yang sangat berharga!" Dia menganggukkan kepalanya lagi. Yo Kouw-nio sendiri diam-diam kaget dan sangat kagum akan kekuatan sin-kang yang dimiliki Swat Tocu. "Benar-benar lihay.. Tampak sin-kang Swat Locianpwe tidak berada di sebelah bawah sin-kang ayah!" Diam-diam Yo Kouw-nio berpikir. "Tidak kecewa Swat Tocu memiliki nama yang begitu besar pantas ia disegani oleh semua tokoh rimba persilatan!" Waktu itu Swat Tocu berkata, dengan suara sabar. "Aku akan mengulangi lagi! Bersiaplah." Dan berbareng dengan habisnya perkataannya itu, tangan kanan Swat Tocu telah bergerak perlahan mengibas lagi. Luar biasa, memang kibasannya kali jauh jauh lebih ringan dibandingkan dengan kibasannya yang terlebih dulu tadi, hanya saja, tenaga yang, menerjang Giok Hoa jauh lebih kuat, sehingga membuat tubuh Giok Hoa telah terangkat dan terlempar ke tengah udara, bahkan telah berputar di tengah udara. Walaupun Giok Hoa berusaha menguasai keseimbangan tubuhnya, dia gagal. Tubuhnya meluncur dan akan terbanting di atas lantai. Tubuh Swat Tocu melesat sangat ringan sekali, mudah bukan main dengan tangan kanannya dia mencekal baju gadis tersebut dan menurunkannya perlahan-lahan. Dikala itu muka Giok Hoa berobah memerah, hatinya berpikir. "Benar-benar kepandaian Swat Tocu luar biasa mengagumkan, sungguh berbahaya, jika tadi dia tidak menolongiku dengan mencekal bajuku, sehingga aku terbanting itulah bantingan yang tidak ringan, pasti sedikitnya ada tulangku yang patah, yang luar biasa, adalah tenaga sin-kangnya, dia mengibas perlahan, namun dapat mempergunakan tenaga yang begitu kuat, sungguh menakjubkan sekali. Walaupun Giok Hoa berpikir seperti itu, namun ia juga tidak berayal buat menyatakan terima kasihnya, karena telah ditolongi Swat Tocu dan juga diberi petunjuk. Dia menekuk ke dua kakinya, tubuhnya berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya dengan sikap menghormat sekali. Jika sebelumnya dia memiliki sedikit perasaan tidak senang pada Swat Tocu, justeru sekarang ini si gadis telah takluk benar dan merasa kagum sekali atas kepandaian yang dimiliki Swat Tocu. Jika memang bertempur bersungguh-sungguh dan Swat Tocu memiliki maksud tidak baik terhadapnya, jelas dirinya dengan mudah hanya dalam satu atau dua jurus saja sudah dapat dicelakainya! Karena dari itu, Giok Hoa sekarang merasa takluk sekali terhadap Swat Tocu. Ko Tie menyaksikan gurunya tengah memberikan pelajaran ilmu gin-kang dan juga cara menghindarkan diri dari keadaan terapung di udara, jadi tersenyum senang. Tadinya ia kuatir kalau-kalau antara gurunya dengan Giok Hoa tidak terdapat kecocokan satu dengan yang lainnya, seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Namun sekarang melihat hubungan mereka yang terjalin cukup baik, membuat Ko Tie sangat senang. Dia memang telah menerima pelajaran tersebut dari gurunya, dan Ko Tie telah berhasil menguasainya dengan baik. Dalam keadaan seperti itu, si pemuda hanya mengawasi saja kepada Giok Hoa, karena memang dia hendak melihat bagaimana daya tangkap yang dimiliki gadis itu, yang tampaknya memang cerdik. Apa yang diduga Ko Tie ternyata tidak salah, sebab dalam dua kali gebrakan seperti itu, Giok Hoa telah bisa menangkap pelajaran yang diberikan Swat Tocu dengan cara yang halus dan tidak berterang. Otak si gadis memang terang, sehingga bisa segera mencernakan arti dari pelajaran yang diberikan Swat Tocu. Dengan dua kali mengalami dibuat terpental oleh tenaga kibasan tangan Swat Tocu membuat Giok Hoa dapat memahami, di mana kelemahan dirinya dan dengan cara bagaimana harus menghadapi tenaga kibasan yang kuat seperti itu. "Bersiaplah, aku akan melontarkan kau lagi!" Kata Swat Tocu waktu itu. Giok Hoa masih dalam keadaan berlutut mengucapkan terima kasihnya, mendengar perkataan Tocu dari Palau Es tersebut, segera juga dia bersiap-siap. Waktu itu Swat Tocu perlahan sekali mengibaskan lagi pergelangan tangannya, seperti juga tengah mengibas seekor lalat yang mengganggu terbang di depan mukanya. Tenaga yang meluncur dari telapak tangannya ternyata luar biasa menakjubkan, karena kuat dan dingin sekali seperti bisa membekukan. Giok Hoa biarpun telah bersiap-siap tetap saja terkejut menerima dorongan yang begitu kuat mengandung hawa dingin seperti gumpalan es yang tengah menerjang kepada dirinya. Namun Giok Hoa tadi selama dua kali dibikin terpental oleh kibasan tangan Swat Tocu, telah bisa mengetahui kelemahan dirinya. Karenanya, menghadapi tenaga kibasan yang kuat seperti itu, sama sekali dia tidak berusaha mengadakan tenaga perlawanan, dia hanya membiarkan saja tenaga kibasan Swat Tocu menerjang dirinya. Malah Giok Hoa membantu dengan menjejakan ke dua kakinya, tubuhnya jadi seperti terbang saja terdorong tenaga itu, di mana tubuhnya telah melambung ke tengah udara. Cuma saja tanpa berjungkir balik, dia berhasil hinggap di lantai dengan ringan di atas ke dua kakinya tanpa terbanting sedikitpun juga! Ternyata Giok Hoa yang cerdik itu telah mengetahui menghadapi kekuatan tenaga kibasan Swat Tocu yang tidak mungkin tertandingi oleh kekuatan sin-kangnya, harus dihadapi dengan cara lunak. Dia mempergunakan taktik satu tail merubuhkan seribu tail. Tenaga yang besar dari Swat Tocu telah dilenyapkan dengan keseimbangan tubuhnya tanpa adanya daya melawan, membuat tubuh Giok Hoa dengan ringan dan leluasa dapat meluncur turun dan hinggap di lantai dengan ringan sekali! "Bagus! Bagus!" Berseru Swat Tocu dengan suara nyaring dan bertepuk tangan, tampaknya Swat Tocu puas dan girang. Dia telah berseru-seru beberapa kali, karena dia tidak menyangka bahwa Giok Hoa hanya dalam waktu singkat telah dapat mengatasi dan menguasai diri buat menghadapi tenaga kibasannya. Dengan demikian, jelas membuktikan Giok Hoa merupakan seorang gadis yang sangat cerdik sekali. "Engkau benar-benar cerdas, hanya dalam waktu yang singkat, tanpa aku terangkan sejelas-jelasnya, kau telah berhasil untuk memecahkan persoalan itu di mana engkau telah berhasil mengetahui kelemahan dirimu sendiri. "Dengan demikian engkau bisa menghadapi musuh yang lebih tangguh di masa mendatang, karena engkau telah mengetahui kuncinya. Di mana kekuatan tenaga belaka, tanpa perhitungan yang baik, tentu akan membuat gagal usaha seseorang menyerang lawannya! "Dan engkau, dengan mempergunakan kecerdasan dan perhitungan yang tepat, walaupun tenaga sin-kangmu masih lebih rendah dibandingkan dengan lawan itu, tetap saja engkau bisa menerima dan mengatasi serangan itu!" Dan Swat Tocu tertawa lagi bergelak-gelak. Muka Yo Kouw-nio berseri-seri, guru Giok Hoa tampak girang bukan main. Dia melihat secara tidak langsung muridnya tengah menerima petunjuk pelajaran silat kelas tinggi oleh Swat Tocu. Setelah memandang beberapa saat lagi, di saat mana Swat Tocu dan Giok Hoa seperti asyik berlatih diri lagi. Swat Tocu selalu memberikan petunjuknya. Yo Kouw-nio pergi untuk mempersiapkan hidangan buat mereka. Ko Tie hanya duduk diam tenang-tenang mengawasi bagaimana Giok Hoa menerima petunjuk dari gurunya. Di luar, biruang putih itu rupanya iseng, di mana biruang salju tersebut telah melompat ke sana ke mari berlari-lari cukup jauh. Gerakannya begitu lincah, biarpun tubuhnya tinggi besar, karena memang biruang salju ini telah menerima didikan yang sangat baik sekali dari Swat Tocu, sehingga selain dia mengerti ilmu silat, juga dia memiliki gin-kang yang cukup tinggi, membuat gerakannya jadi ringan sekali Burung rajawali putih juga terbang di tengah udara. Sesungguhnya rajawali putih tersebut bermaksud hendak bermain-main dengan majikannya, yaitu Giok Hoa. Hanya sayang Giok Hoa tidak muncul, membuatnya terbang mengikuti biruang salju, di mana burung rajawali putih tersebut terbang di atasnya, sekali-kali memperdengarkan suara pekikannya. Di waktu itu terlihat biruang salju juga rupanya dalam keadaan iseng. Dia melihat burung rajawali putih tengah mengikutinya. Dan tiba-tiba mengerang dan melambaikan tangannya. Sebagai sesama binatang, tampaknya rajawali putih itu memahami apa yang diinginkan si biruang salju. Dia menukik terbang turun dan hinggap di tempat yang tidak begitu jauh dari si biruang salju. Sedangkan biruang salju itu, dengan diiringi suara erangannya, tahu-tahu tubuhnya dengan ringan sekali melesat sambil mengulurkan ke dua tangannya untuk mencengkeram burung rajawali putih itu. Kelakuan biruang salju itu membuat burung rajawali putih tersebut terkejut. Dia mengelak sambil terbang rendah, dan mempergunakan sayap kanannya buat menyampok. Sampokan yang cukup kuat, dan membuat tubuh biruang salju itu terhuyung. Dalam keadaan seperti itu membuat biruang salju itu mengerang dengan suara yang cukup nyaring. Dan di saat seperti itulah, tubuhnya melesat lagi, sambil mengulurkan kedua tangannya, dia berusaha menjambret rajawali putih itu. Namun gagal, Rajawali putih itu terbang lebih tinggi lagi, membuat jambretan kedua tangan biruang salju tersebut mengenai tempat kosong. Diwaktu itu biruang salju tersebut mengerang beberapa kali sambil melambai-lambaikan tangannya. Rupanya dia tengah penasaran dan mengajak burung rajawali putih itu turun buat mereka mainmain alias bertempur! Burung rajawali itu, walaupun seekor binatang, namun tampaknya setelah dididik oleh Yo Kouw-nio dan Giok Hoa, memiliki harga diri, karena melihat biruang salju itu berulang kali gagal menyerangnya dan sekarang biruang salju tersebut seperti menantangnya, mengerang-erang dan melambai-lambaikan tangannya maka dia menukik turun lagi buat menyambar kepada biruang salju tersebut. Dia memang telah terlatih dengan baik, gerakan tubuhnya waktu menyambar tidak meluncur terus, melainkan meliuk-liuk, karena dia mengambil gerakan seekor ular. Biruang salju yang menantikan tibanya terjangan burung rajawali putih tersebut, jadi heran juga dan merasa aneh melihat gerakan meliuk dari burung rajawali putih tersebut. Namun biruang salju ini memang berani, dia telah memperoleh gemblengan yang sangat keras dari Swat Tocu, diapun pernah mengalami beberapa kali pertempuran dengan jago-jago silat, yang semuanya memiliki kepandaian tinggi dan masih tidak bisa merubuhkannya. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Apalagi hanya buat menghadapi seekor burung rajawali, tampaknya biruang putih itu tidak memandang sebelah mata. Setelah melihat burung rajawali putih itu terbang menukik menyambar ke arah dirinya dengan pesat, biruang salju tersebut menantikan dengan mata terpentang lebar, sepasang kakinya yang berdiri agak terpentang. Itulah cara berdiri dari seorang jago silat dengan kuda-kuda di ke dua kaki yang kuat, pada ke dua tangannya juga telah terkumpul suatu kekuatan. Burung rajawali putih itupun bukannya seekor burung rajawali biasa, ia sangat cerdas sekali, karena dia memiliki perhitungan dalam menyerang lawannya. Begitu akan tiba menerjang biruang salju, cepat sekali sayap kanannya bergerak, menyampok dengan kuat. Angin menderu-deru, karena dari sayapnya yang lebar itu meluncur angin yang sangat dahsyat. Dan disusul kemudian dengan sampokan sayap kirinya. Dengan demikian, biruang salju itu diterjang oleh sesuatu kekuatan tenaga yang tidak kecil. Biruang salju tersebut berusaha bertahan namun kagetnya tidak terkira waktu tahu-tahu sepasang kaki rajawali putih itu tengah mengancam akan mencengkeram batok kepalanya! Segera juga biruang salju tersebut memiringkan kepalanya sambil mengerang, dan tangan kanannya mendorong. "Dukkk!" Tubuh rajawali putih itu kena dipukulnya telak, sampai burung rajawali tersebut mengeluarkan suara pekik nyaring, dan telah terpental, namun ia segera terbang lagi ke atas, menghindarkan kemungkinan biruang salju tersebut menyerangnya lagi! Dalam keadaan seperti itulah tampak biruang salju itu telah berlarilari dengan cepat sekali, dan juga mengerang-erang, seperti juga dia tengah menantang lawannya itu, agar terbang turun dan mereka bertempur lagi. Dan pertempuran antara seekor biruang salju dengan rajawali putih, merupakan pertempuran yang aneh. Yang seekor merupakan biruang berpotongan tinggi besar, memiliki tenaga yang sangat kuat dan terlatih ilmu silat dengan baik-baik, namun hanya bisa bersilat di daratan belaka. Dan yang seekor lagi merupakan rajawali yang selalu terbang di tengah udara. Jika ingin dibandingkan kekuatan tenaga dari ke dua binatang ini, mungkin hampir berimbang, karena ke dua sayap dari burung rajawali putih itupun tidak bisa diremehkan, sampokan sayapnya akan dapat menghancurkan bungkahan batu. Karena dari itu, dia terbang di tengah udara hanya menantikan kesempatan buat sewaktu-waktu menyerang biruang salju. Memang dasar pertamanya, kedua binatang itu cuma iseng belaka, tetapi setelah main-main, di mana mereka saling kena terserang, ke duanya jadi penasaran dan ingin bertempur lebih lanjut. Burung rajawali putih itu terbang berputar-putar beberapa kali. Perasaan sakit masih dirasakan pada tubuhnya yang tadi kena dihantam telapak tangan biruang salju tersebut, membuat rajawali putih ini bukannya takut, malah bermaksud hendak membalas menyerang lawannya. Waktu melihat ada kesempatan segera juga dia memekik nyaring, tubuhnya meluncur dengan pesat sekali, sepasang sayapnya dikibaskan berulang kali, sehingga saat itu di tempat tersebut seperti juga tengah berlangsung serangan angin puyuh yang dahsyat sekali. Batu dan pasir terbang di sekitar biruang salju, dan bungkahan salju juga terbang terbongkar dari atas bumi, karena kuatnya terjangan angin dari sampokan kedua sayap rajawali putih tersebut. Dalam keadaan seperti inilah, si biruang salju juga tidak mau tinggal diam, dia juga mengerak-gerakkan ke dua telapak tangannya, menyerang dan memukul ke arah atas. Dari ke dua telapak tangannya meluncur tenaga yang kuat sekali, seperti juga hendak menandingi tenaga sampokan sepasang sayap burung rajawali putih itu. "Dukkk, dukkk, dukkk, dukkk!" Terdengar suara benturan yang sangat hebat sekali, diantara dua kekuatan, tenaga biruang salju dan burung rajawali putih itu. Tubuh rajawali putih itu terpental ke tengah udara, memekik nyaring, namun dia masih bisa terbang, walaupun ada beberapa bulu sayapnya yang rontok, terbang berayun-ayun di tengah udara dan kemudian jatuh di bumi. Tubuh biruang salju itupun terpental karena kuatnya tenaga benturan itu, membuat dia terguling. Walaupun demikian, dia tidak sampai terluka di dalam, sebab cepat sekali tampak biruang salju itu telah melompat berdiri lagi, dan dengan sikap yang agak lucu karena dia marah telah menantang rajawali putih itu agar turun, biar mereka dapat melanjutkan pertempuran tersebut. Burung rajawali putih itu tampaknya tengah memperhitungkan, dengan cara bagaimana dia dapat menyerang lagi kepada biruang salju itu. Tadi dia merasakan betapa kuatnya tenaga biruang salju itu, yang sama halnya seperti dia, bahwa biruang salju itu juga bukan binatang sembarangan, tenaga pukulannya itu seperti telah dialiri sin-kang (tenaga sakti) yang memang terlatih baik atas didikan dari Swat Tocu. Tentu saja, tadi waktu terpukul, menyebabkan beberapa lembar bulunya jatuh berguguran rontok ke bumi, dan dia juga merasa kesakitan bukan main, menyebabkan sementara waktu itu rajawali putih itu hanya berputar-putar terbang di tengah udara, dia tidak segera menukik menyerang lagi. Sedangkan biruang salju itu juga telah memekik-mekik sambil Halaman x x x x x x x x x M i s s i n g ........(Sayang..... nggak ada yang bisa sharing........) Halaman 63 x x x x x x x x x Justeru adanya teriakan seperti itu, membuat biruang salju maupun rajawali itu terkejut, malah mereka serentak telah menarik pulang tenaga mereka, masing-masing batal menyerang. Mereka juga telah memandang ke arah dari mana datangnya suara orang yang menganjurkan mereka bertempur terus. Dan ke duanya jadi mengeluarkan erangan dan pekik yang aneh ketika melihat jelas orang yang menganjurkan mereka mengukur tenaga, diiringi tepuk tangannya itu! Ternyata di tempat tersebut, entah dengan cara bagaimana datangnya, tahu-tahu telah ada seorang pemuda yang tubuhnya pendek, seperti anak belasan tahun. Dia yang telah bertepuk tangan dan menganjurkan biruang salju dan rajawali putih itu bertarung terus tampaknya dia girang sekali. Sikapnya seperti seorang anak kecil yang girang menyaksikan keramaian. Dia berdiri di sebungkah batu gunung yang diselubungi salju, dan berdiri tenang sekali, dengan ke dua kaki seperti menancap di tempat yang sebetulnya sangat licin itu. Melihat cara berdirinya itu dengan sepasang kaki yang mantap dan tubuh yang tetap walaupun dia bergerak-gerak, membuktikan dia memiliki gin-kang atau ilmu meringankan tubuh yang tinggi, karena kedatangannya saja juga tidak diketahui oleh biruang salju atau burung rajawali putih itu, yang sesungguhnya merupakan dua binatang yang tidak sembarangan. Biruang salju mengerang menghadapi pemuda bertubuh pendek tersebut. Sama sekali si pemuda tidak merasa takut melihat gigi-gigi biruang yang runcing, malah dia tertawa. katanya. "Mengapa kalian berhenti bertempur?!" Di waktu itu si biruang salju merasa tidak senang, karena pemuda yang tampaknya berusia hampir tigapuluh tahun itu, ternyata seperti menganjurkan ingin mengadunya dengan rajawali putih. Dia mengerang sambil menghampiri lebih dekat. Maksud biruang salju tersebut ingin menangkap pemuda itu, dan melemparkannya jauh. Pemuda itu tetap berdiri di tempatnya tanpa memperlihatkan perasaan takut sedikitpun juga. Dia telah tertawa-tawa melihat kelakuan biruang salju. Hal ini malah membuat biruang salju itu tambah penasaran. Dia mempercepat langkahnya, dan setelah tiba di depan pemuda tersebut, ke dua tangannya, dengan kuku-kuku jari tangannya yang runcing tajam itu diulurkan kepada si pemuda. Pemuda pendek itu tertawa, dia berkata tanpa perasaan jeri sedikitpun juga. "Aha, kau hendak main-main dengan Auwyang Phu?" Sambil bertanya begitu, tubuh si pemuda pendek itu berkelebat, tahu-tahu telah lenyap dari hadapan biruang salju, dan berdiri di tempat lain, terpisah empat tombak lebih. Gesit sekali gerakannya tadi, membuktikan gin-kangnya memang tinggi. Siapakah pemuda itu? Mendengar dia menyebut namanya sebagai Auwyang Phu, tentu pembaca telah dapat menerkanya siapa adanya pemuda bertubuh pendek tersebut. Benar! Bahwa dia memang Auwyang Phu, putera Auwyang Hong! Seperti di dalam Kisah Biruang Salju, pemuda ini telah muncul dan bersama ibunya, Cek Tian, telah menimbulkan persoalan yang tidak kurang menariknya. Dan kini, dalam perjalanan berkelana, dia telah tiba di gunung Heng-san tersebut, di mana kebetulan sekali di saat dia tengah beristirahat di tempat itu didengarnya suara pekik rajawali putih dan mengerangnya biruang salju. Segera juga hatinya tertarik membuatnya pergi ke arah tempat datangnya suara itu. Dan dia menyaksikan rajawali putih dan biruang salju yang tengah bertempur. Timbul kegembiraannya, terlebih lagi dilihatnya ke dua binatang itu bertempur seperti juga memiliki ilmu silat, gerakan mereka merupakan gerakan yang mengagumkan, seperti dua orang tokoh persilatan yang tengah mengadu ilmu. Itulah sebabnya Auwyang Phu telah bersorak sambil bertepuk tangan menganjurkan agar ke dua binatang tersebut bertempur terus. Siapa tahu, justeru biruang salju merasa tidak senang dengan sikap Auwyang Phu, segera juga dia menghampiri buat menghalau pemuda itu, yang semula diduga si biruang salju sebagai pemuda biasa saja dan akan mudah dilontarkannya. Namun setelah gagal buat menjangkau tubuh pemuda itu, barulah biruang salju tersebut sadar, pemuda pendek ini tentunya bukan pemuda sembarangan. Auwyang Phu sendiri merasa girang dan tertarik hatinya buat mainmain dengan biruang salju itu, ketarik sekali dia melihat gerakan biruang salju yang seperti gerakan seorang ahli silat. Dia melambai-lambaikan tangannya, katanya. "Mari! Mari! Mari kita main-main..... aku akan menemani kau..... mari..... mari ke marilah engkau!" Dan dia melambailambaikan tangannya sambil tertawa-tawa. Karuan saja biruang salju itu merasa dipermainkan, dia bertambah gusar, dengan segera dia menjejakkan ke dua kakinya. Tubuhnya biarpun tinggi besar dan tampaknya berat itu, dapat bergerak sebat dan ringan sekali, dalam dua kali lompatan dia telah berada dihadapan Auwyang Phu. Kali ini Auwyang Phu sama sekali tidak menghindar dari tempatnya berada, dia mengawasi biruang salju itu sesaat lamanya dengan tertawa-tawa. Disaksikannya biruang salju itu mengangkat ke dua tangannya. Namun biruang salju itu bukannya menyerang seperti tadi dengan sekaligus mengulurkan kedua tangannya, melainkan dia menghantam dengan ilmu pukulan Inti Es, yang menimbulkan angin serangan yang kuat dan dingin sekali, bisa membekukan, karena itulah memang ilmu pukulan andalan Swat Tocu, yang telah dapat diwarisi si biruang salju berkat didikan Swat Tocu. Walaupun sebagai seekor binatang ia tidak bisa mewarisi sempurna seperti yang dialami Ko Tie, tetap saja pukulan yang dilakukannya itu hebat bukan main. Auwyang Phu semula menganggap enteng biruang salju itu. Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja ia sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap serangan tersebut, di mana biarpun biruang salju itu memiliki ukuran tubuh sangat besar dan tentu tenaganya sangat kuat, namun dia akan dapat merubuhkannya dengan mudah. Hanya saja sekarang, setelah biruang salju itu menyerangnya dengan tenaga pukulan Inti Es nya, membuat Auwyang Phu jadi kaget bukan main, itulah bukan pukulan sembarangan, karena seorang jago silat biasa saja, tidak mungkin dapat memukul sehebat itu, membuat Auwyang Phu tertegun sejenak, namun ia segera tersadar, tidak bisa ia berayal. Cepat sekati, tahu-tahu dia menekuk ke dua kakinya, dan memperdengarkan suara "Krokk, krokk!" Di mana ke dua tangannya didorong ke arah biruang salju itu. "Bukkk!" Terdengar menggetarkan benturan sekitar tenaga tempat itu yang dan dahsyat biruang sekali salju itu mengeluarkan suara erangan seperti kaget, tubuhnya terpental dan ambruk di bumi keras sekali! Rupanya Auwyang Phu telah mempergunakan Ha-mo-kang, ilmu warisan dari mendiang ayahnya, yaitu Auwyang Hong! Itulah Hamo-kang yang telah menggemparkan rimba persilatan dan Auwyang Phu telah berhasil menguasai ilmu tersebut pada tingkat yang hampir mendekati kemahiran. Karena dari itu, biruang salju tersebut mana bisa dan mana sanggup buat membendung kekuatan Ha-mo-kang yang dilancarkan Auwyang Phu? Hal itu membuat tubuhnya yang tinggi besar jadi terpental dan lalu terbanting di atas tanah! Auwyang Phu girang bukan main melihat tangkisannya berhasil membuat biruang itu terpental cukup jauh, hampir tiga tombak. Cuma saja, Auwyang Phu agak menggigil karena hawa dingin, sisa serangan biruang salju itu. Belum lagi dia memperbaiki kedudukan tubuhnya yang masih berjongkok itu, dari atas di dekat punggungnya berkesiuran angin serangan yang menderu-deru hebat sekali. Auwyang Phu terkejut, dan dia melirik, dilihatnya burung rajawali putih itu tengah menukik dan menyampok dengan sayapnya. Inilah hebat, karena rajawali putih itu, yang tadi menjadi lawan biruang salju tersebut, rupanya telah berbalik membela biruang salju, ketika melihat si biruang salju terpental seperti itu diganggu oleh orang asing! Mereka memang saling mengetahui, bahwa majikan mereka bersahabat, karena itulah terdapat rasa saling tolong menolong di antara mereka. Jika tadi antara rajawali putih dengan biruang salju itu bertempur, hal itu hanya disebabkan mereka penasaran dan berusaha buat saling merubuhkan satu dengan yang lainnya. Tetapi sekarang salah sekor di antara mereka mengalami ancaman orang asing, burung rajawali tersebut tidak bisa berdiam diri saja, dia berusaha membantunya. Sampokan sayap yang dilakukannya benar-benar kuat. Dia juga merupakan seekor burung rajawali yang aneh sekali, bukan rajawali sembarangan. Sejak kecilnya, waktu ditetaskan, dia sudah merupakan rajawali luar biasa, yang di didik dan dibesarkan oleh seekor ular yang luar biasa. Maka dari itu, cara menyampok sayapnya itu juga aneh, kuat dan meliuk seperti gerakan seekor ular. Angin serangan yang menyambar datang itu sulit diterka, ke arah sasaran bagian mana yang diincarnya. Auwyang Phu tidak mau membuang-buang waktu, dia tertawa sambil melompat ke samping. Dengan posisi tubuh masih tetap berjongkok, ke dua tangannya telah didorongkan lagi, dengan mengeluarkan suara seperti mengkeroknya seekor kodok, dan hebat sekali tenaga yang meluncur dari ke dua telapak tangannya. Rajawali putih itu liehay dan cerdik, karena dia segera menyadari bahwa tadi telapak tangan Auwyang Phu dapat membuat biruang salju itu terpental. Mau tidak mau rajawali putih tersebut mengadu kekuatan keras dilawan keras dengan tenaga pemuda pendek tersebut. Dia tahu-tahu meliuk-liuk dan tubuhnya dapat terbang lolos dari hantaman Ha-mo-kang nya Auwyang Phu, karena dia telah membawakan gerakan seekor ular, dan tubuhnya secara luar biasa lolos dari hantaman Ha-mo-kang itu! Rajawali itu terbang lebih tinggi, namun Auwyang Phu jadi penasaran, dia mengeluarkan bentakan nyaring, tangannya itu digerakkan lagi. Sepasang tangan yang mengandung Ha-mo-kang yang terlatih dengan baik telah meluncur ke arah si rajawali putih, tapi rajawali putih itu telah terbang semakin tinggi, dengan demikian tenaga ke dua tangan Auwyang Phu sudah tidak memiliki arti lagi, karena tenaga Ha-mo-kang tersebut tidak bisa menyambar ke atas lebih tinggi lagi. Bukan main mendongkol dan gusarnya Auwyang Phu. Dia melompat berdiri dan memaki. "Rajawali laknat, turunlah, akan kuhancurkan tubuhmu.. Turunlah binatang celaka!" Sambil berteriak-teriak keras seperti itu dia mengawasi dengan sorot mata yang tajam sekali mengandung ancaman kepada burung rajawali putih yang tengah terbang semakin tinggi berputarputar di tengah udara. Sedangkan biruang salju yang telah berhasil berdiri lagi, walaupun kepalanya masih agak pusing, dengan marah dia menerjang lagi kepada Auwyang Phu. Sekali ini Auwyang Phu tidak mempergunakan Ha-mo-kangnya, tubuhnya berkelebat ke sana ke mari mengelilingi biruang salju itu. Kepandaian Auwyang Phu memang telah mencapai tingkat yang tinggi, sehingga dia bisa mempermainkan biruang salju tersebut. Setiap terkaman dari biruang salju dapat dihindarkannya dengan mudah, membuat biruang salju itu tambah penasaran dan kalap. Burung rajawali putih itu, yang tengah terbang di tengah-tengah udara, menyaksikan biruang salju itu dipermainkan seperti itu oleh Auwyang Phu, segera juga dia terbang menukik dan sekali-sekali menyerang Auwyang Phu, buat membantui biruang salju. Demikianlah, Auwyang Phu dikeroyok oleh ke dua binatang tersebut, yang seekor terbang di tengah udara, berputaran dan mencari kesempatan disembarang waktu buat menyerang sedangkan saat itu terjangan biruang salju juga bukan merupakan terjangan sembarangan. Sehingga Auwyang Phu telah mengeluarkan gin-kangnya, melompat ke sana ke mari dengan gesit sekali, biruang salju itu juga bergerak dengan lincah. Setiap kali tubuhnya telah melompat ke kiri menerkam, jika gagal, cepat luar biasa tanpa memutar tubuh dia menerkam ke kanan. Dengan demikian, dia seperti juga seorang jago silat yang tengah bertempur hebat dengan seorang lawannya. Karenanya, telah membuat Auwyang Phu tidak bisa memandang ringan juga. Hati kecil Auwyang Phu diliputi tanda tanya dan perasaan heran, karena biar bagaimana dia heran juga, melihat biruang salju dan rajawali putih itu dapat bertempur dengan segesit itu. Malah gerakan mereka semuanya merupakan gerakan-gerakan silat, langkah kaki mereka menurut peraturan ilmu silat yang memiliki kelihayan menakjubkan. Si Angin Puyuh Tangan Kilat Karya Gan Kh Si Angin Puyuh Tangan Kilat Karya Gan Kh Pendekar Bego Karya Can