Ceritasilat Novel Online

Anak Naga 3


Anak Naga Karya Chin Yung Bagian 3


Anak Naga Karya dari Chin Yung   Sahut Tan Ek seng sambil tersenyum.   "Kakak tampan"   Tan Giok Cu menghampirinya.   "Engkau berhenti menyapu, sebab ayahku akan mengajarku ilmu silat."   "Oh?"   Thio Han Liong berhenti menyapu.   "Engkau mau belajar ilmu silat?"   "Ya."   Tan Giok Cu mengangguk.   "Untuk menjaga diri"   "Thio Liong"   Ujar Tan Ek seng.   "Engkau pun boleh ikut belajar bersama Giok Cu."   "Terima kasih, Paman. Tapi..."   Thio Han Liong menggelengkan kepala.   "Aku tidak mau belajar ilmu silat."   "Kakak tampan"   Tan Giok Cu heran.   "Kenapa engkau tidak mau belajar ilmu silat?"   "Aku - ."   Thio Han Liong menundukkan kepala- "Giok cu"   Tan Ek seng tersenyum- "Jangan dipaksa, biar dia menonton saja"   Thio Han Liong menyaksikan Tan Giok Cu belajar silat dengan penuh perhatian.   "Tapi--"   "Adik manis"   Thio Han Liong tersenyum- "Aku akan melihatmu belajar ilmu silat di sini. Engkau gembira kan?"   "gembira sekali. Tapi - -"   Tan Giok Cu menatapnya.   "Engkau tidak boleh menyapu ya"   "Ya-"   Thio Han Liong mengangguk, lalu duduk di bawah pohon.   Tan Ek seng mulai mengajar putrinya pasang kuda-kuda dan lain sebagainya.   Thio Han Liong menyaksikan itu dengan penuh perhatian.   selelah hari mulai siang.   Tan Ek seng berhenti mengajar putrinya, kemudian berkata.   "Belajar sendiri, ayah mau ke dalam"   Tan Ek seng melangkah ke rumah, sedangkan Tan Giok Cu segera mendekati Thio Han Liong, lalu duduk di sisinya.   "Kakak Tampan, bagaimana gerakanku?"   "Kaku sekali,"   Sahut Thio Han Liong.   "Engkau harus terus berlatih siang dan malam, sebab engkau masih kurang gesit."   "ya."   Tan Giok Cu manggut-manggut.   "   Aku pasti menurut perkataanmu. Ayoh kita makan dulu"   Thio Han Liong mengangguk.   Kemudian mereka berdua benalan ke rumah dengan wajah cerah ceria.   Seusai makan.   Tan Giok Cu mengajak Thio Han Liong ke ruang belajar.   Ternyata Nyonya Tan yang mengajar Tan Giok Cu menulis dan membaca.   Nyonya Tan tersenyum sambil memandang Thio Han Liong.   "Engkau boleh ikut belajar menulis dan membaca, bibi bersedia mengajarmu."   Ujar Nyonya Tan.   "Terimakasih, Bibi,"   Ucap Thio Han Liong dan memberitahukan.   "Aku sudah bisa menulis dan membaca."   "oh?"   Nyonya Tan tertegun.   "siapa yang mengajarmu?"   "Ibuku."   "Ibumu?"   "ya."   "Thio Liong"   Nyonya Tan tersenyum.   "Coba engkau baca buku ini"   "ya."   Thio Han Liong segera membaca buku yang disodorkan Nyonya Tan. Begitu cepat dan lancar, sehingga membuat nyonya Tan melongo- "Sekarang engkau menulis"   Ujar nyonya itu- Thio Han Liong mengangguki lalu mulai menulis. Nyonya Tan terbelalak, sebab tulisan anak itu indah sekali.   "Thio Liong,"   Ujarnya dengan kagum.   "Tulisanmu indah sekali. Engkau menulis sebuah syair ya?"   "Ya."   Thio Han Liong memberitahukan.Syair Li Pek yang amat terkenal itu.   "Bibi pasti pernah membaca syair Li Pek-"   "Betul, betul"   Sahut Nyonya Tan dengan wajah agak kemerah-merahan, la memang pernah membaca syair-syair LiPek namun tidak pernah menghafalnya. Berselang beberapa saat kemudian. Nyonya Tan berhenti mengajar putrinya menulis.   "Sekarang kalian boleh main, tapi tidak boleh lama,"   Ujar Nyonya Tan.   "Ya, Ibu,"   Sahut Tan Giok Cu sambil menarik Thio Han Liong meninggalkan ruang itu. Nyonya Tan memandang punggung Thio Han Liong, kemudian keningnya berkerut seakan memikirkan sesuatu      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   Di saat bersamaan tampak Tan Ek seng memasuki ruang itu. (Bersambung ke Bagian 03)   Jilid 3 Bab 6 Menyalamatkan Kepala Desa Sementara itu. Nyonya Tan masih berdiri termangu-mang u di tempat. Tan Ek Seng mandakatinya dengan penuh keheranan, lalu bertanya perlahan.   "Isteriku, kanapa engkau berdiri mematung di sini?"   "Suamiku,"   Jawab Nyonya Tan.   "Aku sedang memikirkan Thio Liong."   "Memikirkan dia?"   Tan Ek Seng bingung.   "kanapa engkau memikirkan anak kecil itu?"   "Dia begitu lancar membaca, bahkan juga bisa menulis sebuah syair Li Pek."   Nyonya Tan memberitahukan.   "oh?"   Tan Ek Seng memandang ke atas meja dan terbelalak.   "Itu... tulisan Thio Liong?"   "ya."   "Bukan main indahnya"   Ujar Tan Ek Seng dengan kagum.   "Aku tidak menyangka...."   "Dia mengaku berasal dari keluarga Nelayan, itu tidak mungkin."   Nyonya Tan menggeleng-gelengkan kepala.   "Aku yakin anak kecil itu berasal dari keluarga terpelajar, hanya saja dia merahasiakan sesuatu dan identitas dirinya."   "Ngmm"   Tan Ek Seng manggut-manggut.   "isteriku. perlukah kita bertanya kepadanya?"   "Tidak perlu."   Nyonya Tan menggelengkan kepala.   "Tempo hari dia tidak mau memberitahukan, maka percuma kita bertanya kepadanya. Dia pasti tidak akan berterus terang."   "Tapi - "   Tan Ek seng mengerutkan kaning.   "   Kalau dia berasal dari keluarga terpelajar, kanapa pakaiannya hari itu begitu tidak karuan?"   "Memang membingungkan."   Nyonya Tan menggeleng-gelengkan kepala lagi.   "Dia bermarga Thio, tidak mungkin anak...."   "Maksudmu anak Yap song Kang?"   "ya."   Nyonya Tan mengangguk sambil menghela nafas panjang.   "Padahal kita bertiga adalah teman baik, tapi akhirnya...."   "Isteriku,"   Ujar Tan Ek seng.   "Tidak mungkin anak kecil itu putra yap song Kang. isteriku, sudahlah, tidak usah memikirkan anak kecil itu"   "Suamiku...."   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Wajah Nyonya Tan berubah murung.   "sudah belasan tahun kita menikahi aku yakin tidak lama lagi yap song Kang akan muncul mencari kita."   "Biarlah"   Tan Ek seng menghela nafas panjang.   "   Kalau dia ke mari mencari kita, aku akan menghadapinya. Belasan tahun lalu, dia bukan tandinganku."   "Belasan tahun kemudian, kepandaiannya pasti sudah tinggi. Aku-., aku khawatir...."   "Jangan khawatir isteriku"   Tan Ek seng menggenggam tangannya erat-erat- "Aku tidak akan membiarkannya merebutmu dari sisiku."   "Suamiku...."   Nyonya Tan menghela nafas panjang.   "Aaaahhhh Belasan tahun lalu...."   "Isteriku"   Tan Ek seng memeluknya.   "Kita berdua saling mencinta. Engkau memang baik terhadap yap song Kang, tapi bukan dikarenakan cinta."   "Aku menganggapnya sebagai kakaki tapi dia...."   Nyonya Tan menggeleng-gelengkan kepala.   "Aaaah - "   "Akhirnya kami berdua bertanding, dan aku berhasil mengalahkannya."   Tan Ek seng juga menggeleng-gelengkan kepala.   "Dia penasaran sekali, maka bersumpah sepuluh tahun kemudian akan ke mari mencari kita. Itu sungguh mencemaskan"   "Tidak usah cemas."   Tan Ek seng tersenyum.   "Aku masih sanggup mengalahkannya, percayalah"   "Aaaah..."   Nyonya Tan menghela nafas panjang.   "Padahal dia dan klta adalah kawan baik, namun gara-gara cinta...."   "sudahlah jangan membicarakan itu lagi"   Tan Ek seng membelainya.   "oh ya, Thio Liong memang anak baik, bahkan sangat cocok denganputri kita."   "   Engkau menyukai anak itu?"   "ya."   Tan Ek seng mengangguk- "Karena itu, aku berniat menjodohkan mereka berdua."   "suamiku"   Nyonya Tan tertawa kecil.   "kanapa engkau begitu terburu-buru ingin punya calon menantu?"   "Tentu."   "Ingat Giok Cu masih kecil, lagipula tidak baik kita menjodohkan mereka lho"   "kanapa?"   "Bagaimana kalau mereka berdua tidak saling mencinta setelah dewasa nanti, bukankah perjodohan ini akan membuat mereka mandarita?"   "Kalau begitu...."   "Kita biarkan saja- Lagi pula, belum tentu Thio Liong akan terus tinggal di sini."   "Iya."   Tan Ek seng manggut-manggut.   "Mudah-mudahan mereka berdua berjodoh kelak"   "Itu yang kita harapkan,"   Sahut Nyonya Tan sambil tersenyum.   sang waktu terus berlalu, tak terasa sudah tiga tahun Thio Han Liong bekerja di rumah Tan Ek Seng.   Kepala desa itu memang baik sekali terhadapnya, begitu pula Nyonya Tan dan putrinya.   Kini Thio Han Liong sudah berusia sepuluh tahun, dan Tan Giok Cu berusia sembilan tahun.   Gadis itu bertambah cantik manis.   Dalam tiga tahun ini, Thio Han Liong terus melatih Kiu yang sin Kang, Thay Kek Kun dan Kiu Im Pek Kut Jiauw secara diam-diam, sudah barang tentu mengalami kemajuan pesat sekali.   Begitu pula Tan Giok Cu.   Gadis kecil itu telah menguasai semua gerakan silat yang diajarkan ayahnya, bahkan sangat gesit- Kini Tan Ek Seng mulai mengajarnya ilmu pedang, yakni Hui Liong Kiam Hoat (Ilmu Pedang naga Terbang).   "Giok Cu"   Tan Ek Seng memberitahukan.   "Engkau harus baik-baik berlatih ilmu pedang ini, sebab ini ilmu pedang Rahasia ayah"   "ya. Ayah"   Tan Giok Cu mengangguk.   "Berlatihlah"   Tan Ek seng tersenyum.   "Ayah mau ke dalam, tentunya engkau sudah ingat semua jurus ilmu pedang Hui Liong Kiam Hoat, kan?"   Gadis itu tersenyum, kemudian terus berlatih, sementara ayahnya, Ek seng, masuk ke dalam rumah, sedangkan Thio Han Liong terus memperhatikan latihan gadis itu dengan penuh perhatian.   Memang cukup dahsyat ilmu pedang itu.   Namun dalam pandangan Thio Han Liong, itu bukan merupakan ilmu pedang tingkat tinggi.   Di saat Tan Giok Cu sedang asyik berlatih, tiba-tiba tampak seseorang memasuki pekarangan itu.   Lelaki berusia empat puluhan, berwajah tampan tapi agak dingin.   Dia berhenti sambil memperhatikan Tan Giok Cu yang sedang berlatih.   Kehadiran lelaki yang tak diundang itu sudah diketahui Thio Han Liong.   Namun ia diam karena mengira lelaki itu adalah famili Tan Giok Cu.   "Hmm"   Dengus lelaki itu mendadak- "Ilmu pedang Hui Liong Kiam Hoat, kini sudah tak berarti bagiku"   Tan Giok Cu langsung berhenti berlatih, ia memandang lelaki itu dengan penuh keheranan.   "Adik manis"   Thio Han Liong mandakatinya.   "siapa orang itu? Engkau kanal dia?"   Tan Giok Cu menggelengkan kepala. Lelaki itu menghampiri mereka dengan tatapan dingin, kemudian bertanya dengan suara dingin pula.   "Kalian berdua anak Tan Ek seng?"   "Aku bukan"   Sahut Thio Han Liong memberitahukan.   "Dia putri Paman Tan, namanya Giok Cu."   "sudan belasan tahun..."   Gumam lelaki itu.   "Mereka telah dikaruniai seorang putri, bahkan Tan Ek seng pun sudah jadi kepala desa ini."   "Paman kanal ayahku?"   Tanya Tan Giok Cu. Lelaki separuh baya itu menganggukkan kepala- "Tapi aku sangat dendam padanya"   "kanapa?"   Tanya Tan Giok Cu, heran.   "sebab ayahmu telah merebut kekasihku belasan tahun lalu,"   Sahut lelaki itu memberitahukan.   "Maka hari ini aku datang untuk membuat perhitungan dengan bangsat itu"   "Paman jangan mencaci ayahku"   Tan Giok Cu tampak tidak senang, ia memandang lelaki itu dengan wajah gusar.   "Ha ha ha"   Lelaki itu tertawa.   "   Wajah dan sifatmu memang mirip Lim soat Hong ibumu, belasan tahun lalu dia membela Tan Ek seng, kini engkau membelanya pula- Bagus Bagus - "   "Aku putrinya, tentu saja harus membelanya"   Sahut Tan Giok Cu.   "Hm"   Dengus lelaki itu dingin- "   Cepat katakan pada ayahmu, bahwa aku yap song Kang ingin membuat perhitungan dengan dia"   Tan Giok Cu melirik Thio Han Liong seakan minta pendapat. Thio Han Liong segera manggut-manggut. Gadis itu berlari ke dalam rumahi tak lama kemudian ia sudah kembali lagi bersama ayah dan ibunya.   "Ha ha ha"   Yap song Kang tertawa gelak ketika melihat mereka.   "Kalian berdua sungguh bahagia sekali, sebaliknya aku...."   "saudara yap"   Tan Ek seng memberi hormat.   "sudah belasan tahun klta tidak berjumpa, bagaimana engkau selama ini?"   "Hm"   Sahut yap song Kang dengan dengusan dingin- "Aku menuntut ilmu di suatu tempat, kini aku ke mari mencarimu"   "Saudara yap"   Tan Ek Seng menghela nafas panjang.   "Semua itu telah berlalu, kanapa engkau..."   "Bagiku belum berlalu, maka aku ke mari untuk membuat perhitungan Ha ha ha..."   "saudara yap-..."   Tan Ek seng menggeleng-gelengkan kepala.   "Belasan tahun lalu...."   "Engkau merebut kekasihku dengan cara mengalahkanku, sekarang aku harus merebutnya kembali dengan cara yang sama pula"   Ujar yap song Kang sambil menatap mereka.   "Kakak yap,"   Selak Nyonya Tan atau Lim soat Hong.   "sejak kita berkanalan, aku menganggapmu sebagai kakakku. Aku... aku sama sekali tidak pernah mencintaimu sebagai kekasihku, hanya sebagai kakak saja"   "oh?"   Yap song Kang tersenyum dingin.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Itu karena kehadiran Tan Ek seng di tengah-tengah kita."   "Bukan karena itu"   Bantah Lim soat Hong.   "   Ketika kita dikeroyok para penjahat, muncul Tan Ek seng menolong kita."   "Karena kemunculannya, maka cintamu beralih padanya Dasar wanita tak tahu malu"   Yap song Kang mencaci maki- "Apakah karena dia lebih ganteng dari aku?"   "saudara yap,"   Tan Ek seng tidak senang.   "Jangan sembarangan mencaci isteriku"   "Engkau tidak senang?"   Yap song Kang menatapnya dingin- "saudara yap- - "   Tan Ek seng menggeleng-gelengkan kepala.   "Mari kita bicara baik-baik di dalam rumah saja"   "Bicara baik-baik?"   Yap song Kang tertawa dingin- "Tidak Aku datang justru ingin membuat perhitungan denganmu, kila bertanding di sini saja Kalau engkau dapat mengalahkan aku lagi, maka aku tidak akan cari kalian, sebaliknya, apabila aku dapat mengalahkanmu, aku pasti membawa pergi soat Hong"   "Tidak"   Teriak wanita itu cepat.   "seandainya engkau menang, aku tidak akan ikut engkau pergi"   "soat Hong, engkau sudah tidak mencintaiku?"   Gumam yap song Kang dengan mata terbelalak.   "   Kakak yap"   Tegas Lim Soat Hong.   "   Engkau harus tahu, aku tidak pernah mencintaimu, baik belasan tahun lalu maupun sekarang"   "Engkau... engkau."   Yap song Kang menudingnya dengan tangan bergemetar.   "Baik Kalau begitu, aku akan membunuh suamimu agar engkau jadi janda"   "Kakak yap...."   Mata Lim soat Hong mulai basah- "kanapa engkau begitu? selama itu aku menganggapmu sebagai kakak-"   "Hehehe Hehehe - "   Yap song Kang tertawa terkekehkekeh- "Tan Ek seng, mari kita bertarung"   Tan Giok Cu yang berdiri di sisi ibunya, segera menggeser ke sisi Thio Han Liong.   "   Kakak tampan"   Bisik gadis kecil itu.   "Aku... aku takut."   "Jangan takut"   Thio Han Liong tersenyum sambil memegang bahunya.   "Aku akan melindungimu,"   "Engkau baik sekali padaku. Kakak tampan,"   Ucap Tan Giok Cu sambil tersenyum manis.   "Engkau pun sangat baik padaku,"   Bisik Thio Han Liong. Tan Giok Cu menatapnya seraya bertanya dengan suara rendah sekali.   "Engkau akan baik padaku selamanya?"   "Tentu"   Thio Han Liong manggut-manggut.   "Kalau begitu, engkau harus berjanji"   Ujar Tan Giok Cu sungguh-sungguh.   "Baik"   Thio Han Liong tersenyum sekaligus mencetuskan janjinya- "Aku berjanji, selama-lamanya akan baik pada Tan Giok cu."   "Terimakasih atas janjimu. Kakak tampan,"   Ucap Tan Giok Cu dengan wajah kemera h-merahan. semua percakapan mereka berdua itu tidak lewat dari telinga Lim soet Hong. Diam-diam ia melirik sejenak ke arah mereka, kemudian menghela nafas panjang.   "Tan Ek seng"   Bentak Yap song Kang.   "Jangan diam saja, cepat kau hunus pedangmu"   "saudara Yap.."   Wajah Tan Ek seng tampak murung sekali.   "Kita... kita adalah kawan."   "Phui"   Yap song Kang meludah- "Engkau telah merebut kekasihku, masih berani mengaku sebagai kawan?"   "Orang she Yap"   Bentak Lim soat Hong, sangat gusar karena Yap song Kang meludahi suaminya.   "Engkau harus tahu, aku bukan kekasihmu. Jangan sembarangan bicara"   "Bagus Bagus"   Wajah Yap Eng Kang kehijau-hijauan. Mendadak ia mencabut pedangnya yang bergantung di punggungnya.   "Tan Ek Seng, mari kita bertarung"   "Baiklah"   Sahut Tan Ek seng tampak terpaksa dan serba salah. Perlahan-lahan ia menghunus pedangnya.   "   Hati-hati"   Pesan Lim soat Hong kepada suaminya.   "Ng"   Tan Ek Seng mengangguk, lalu mandakati yap Song Kang seraya berkata.   "Kita cukup bertanding, tidak perlu saling melukai"   "Engkau takut soat Hong jadi janda?"   Sindir yap song Kang sinis.   "saudara yap..."   Wajah Tan Ek seng merah padam saking gusarnya.   "Baik"   Yap song Kang manggut-manggut.   "Kita bertanding seperti belasan tahun lalu"   Tan Ek seng mengangguk- Bersamaan dengan itu, mendadak yap song Kang membentak sambil menyarangnya      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Suamiku, hati-hati"   Teriak Lim soat Hong, tampak cemas sekali.   Tan Ek seng cepat-cepat berkelit, namun serangan susulan sudah mengarah padanya lagi.   Begitu dahsyat, ganas, dan cepat sekali datangnya.   Tan Ek seng terpaksa mengeluarkan Hui Liong Kiam Hoat untuk menangkis.   Trang...   Terdengar suara benturan pedang, disertai bunga api berpijar.   Bukan main terkejutnya Tan Ek seng, karena merasakan telapak tangannya sakit sekali, sehingga pedangnya nyaris terlepas.   "He he he"   Yap song Kang tertawa terkekeh- "Hui Liong Kiam Hoat yang engkau banggakan itu sudah tak berarti bagiku, lihat seranganku"   Yap song Kang mulai menyarang lagi- Tan Ek seng menangkis dan balas menyarang dengan mati-matian.   Wajah Lim soat Hong pucat pias menyaksikan pertarungan itu, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan sua minya-Begitu pula Tan Giok Cu- Gadis kecil itu menyaksikan pertarungan dengan tubuh menggigil.   "Tenang"   Thio Han Liong memegang bahunya.   "   Kakak tampan, ayahku...."   Suara Tan Giok Cu bergemetar      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Akan kalah melawan orang jahat itu?"   "Ayahmu memang akan kalah"   Ujar Thio Han Liong sambil terus memperhatikan ilmu pedang yap song Kang.   "Kalau ayahku kalah. - "   Tan Giok Cu mulai terisak-isak- "Adik manis"   Bisik Thio Han Liong.   "Engkau harus tenang, kalau engkau menangis, itu akan memecahkan perhatian ayahmu"   Tan Giok Cu langsung menghentikan tangisnya, sementara pertarungan itu bertambah seru dan menegangkan.   "Hiyaaat"   Teriak Yap song Kang keras sambil menyarang Tan Ek seng dengan jurus yang mematikan.   Tan Ek seng terkejut sekali, cepat-cepat ia mengeluarkan jurus sin Liong Phun sui (Naga sakli Menyam-bur Air) guna menangkis serangan itu.   Pedang Tan Ek seng terpental ke udara, sedangkan ujung pedang Yap song Kang mengarah pada teng gorokan Tan Ek seng.   "Jangan bunuh dia"   Jerit Lim soat Hong sambil berlari ke arah suaminya.   "Kalau engkau bunuh dia, aku akan bunuh diri"   "Ha ha ha"   Yap song Kang tertawa gelak sambil menurunkan pedangnya.   "Tan Ek seng. hari ini aku telah mengalahkanmu Ha ha ha- .."   "Lalu apa maumu?"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tanya Tan Ek seng.   "soat Hong harus ikut aku pergi."   "Tidak"   Potong Lim soat Hong cepat.   "Aku tidak akan ikut engkau. Sudan kubilang dari tadi, aku tidak mencintaimu Aku cuma mencintai Ek Seng suamiku."   "Hmm..."   Sepasang mata yap song Kang berapi-api.   "Kalau begitu..."   Mendadak lelaki itu menatap Tan Giok Cu- "Akan kubawa pergi putri kalian itu"   "Tidak Tidak - "   Teriak Lim soat Hong.   "   Kalau engkau berani bawa Giok Cu pergi, aku - aku akan mengadu nyawa denganmu"   "oh ya?"   Yap song Kang tertawa dingin, lalu menghampiri Tan Giok Cu yang berdiri di sisi Thio Han Liong.   "   Kakak tampan, tolong aku"   Tan Giok Cu langsung menggeserkan dirinya ke belakang Thio Han Liong.   "Jangan khawatir. Adik manis"   Thio Han Liong tersenyum.   "Aku akan melindungi, tenang saja"   Mandangar ucapan itu. yap song Kang tertawa terbahakbahak      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Bocah- bagaimana caranya engkau melindungi g"dis kecil itu?"   "Pandakar yang gagah harus adil dan bijaksana, tidak boleh berbuat sewenang-wenang. Karena itu, Paman tidak berhak membawa Giok Cu pergi"   Ujar Thio Han Liong tenang, menatap yap song Kang.   "Bocah"   Yap song Kang menatapnya dengan kaning berkerut.   "   Engkau berani kurang ajar terhadapku, sekali tangan ini kuayunkan, kepalamu pasti pecah"   "Akan kugigit tanganmu"   Sahut Tan Giok Cu mendadak- "Ha ha ha"   Yap song Kang tertawa gelak- "Kalian berdua masih kanak-kanak tapi - sudah saling melindungi, sungguh luar biasa"   "Tentu."   Ujar Tan Giok Cu.   "Kami saling menyayang, maka harus saling melindungi. Ayah dan ibumu saling mencinta, tentu mereka tidak akan berpisah"   "Engkau memang gadis kecil yang manis. Biar bagaimanapun aku harus bawa engkau pergi."   Yap song Kang menatapnya.   "Itu tidak adil"   Tukas Thio Han Liong.   "Paman bukan seorang pandakar, melainkan seorang penjahat"   "oh?"   Yap song Kang melotot.   "Harus bagaimana untuk disebut adil?"   "Belasan tahun lalu, Paman Tan mengalahkanmu"   Ujar Thio Han Liong.   "Kini Paman mengalahkannya, itu berarti seri. Nah, kalau sekarang Paman membawa Giok Cu, apakah namanya adil?"   "Ngmmm"   YaP song Kang manggut-manggut.   "Menurutmu harus bagaimana?"   "Tentunya harus bertanding sekali lagi, tapi bukan sekarang"   Jeweb Thio Hen Liong.   "Aku tidak bise menunggu belesen tehun legi"   Ujer Yap song Kang.   "Namun aku akan memberi wektu tige heri. Tiga hari kemudian aku akan ke Mari legi "untuk bertending dengen Tan Ek seng. Jika dia menang berarti aku tidak akan muncul di sini lagi selamanya, aku menang berarti aku akan bawa Giok Cu pergi-"   "Nah"   Thio Hen Liong tertawa- "Ternyata Paman seorang pandakar yang gagah-"   "Tan Ek Seng."   Ujar yap Song Kang.   "Tiga hari lagi aku akan ke mari lagi, mulai sekarang engkau harus terus berlatih Ha ha ha..."   Sambil tertawa gelak yap song Kang melesat pergi. Tan Ek seng dan Lim soat Hong saling memandang, mereka sama sekali tidak menyangka Thio Han Liong bermulut begitu tajam, sehingga membuat yap song Kang langsung mundur. Lim soat Hong tersenyum lembut.   "Terima kasih atas bantuanmu yang membuat orang itu pergi."   Ucapnya kepada Thio Liong.   "Bibi"   Wajah Thio Han Liong tampak serius.   "Tiga hari kemudian dia akan ke mari lagi, Paman harus bersiap-siap menghadapinya."   "Aku tidak dapat melawannya..."   Ujar Tan Ek seng, putus asa.   "Paman"   Thio Han Liong menatapnya.   "kanapa Paman begitu cepat putus asa? Padahal masih punya waktu untuk berpikir-"   "Eh?"   Wajah Tan Ek seng langsung memerah dan panas.   "Engkau...."   "Kakak tampan benar. Ayah-"   Ujar Tan Giok Cu.   "Masih ada tiga hari. Ayah bisa memikirkan jalan keluarnya."   Tan Ek seng menghela nafas panjang.   "Kepandaian song Kang amat tinggi, ayah - tidak bisa mengalahkannya."   "Bukankah Ayah bisa berlatih?"   Lukas Tan Giok Cu.   "Itu tidak mungkin."   Tan Ek Seng menggeleng-gefengkan kepala.   "Walaupun ayah berlatih lima tahun, belum tentu bisa mengalahkannya."   "Paman"   Sela Thio Han Liong mendadak- "Sebetulnya tidak sulit mengalahkan orang itu.hanya saja Paman tidak tahu caranya, maka kewalahan menghadapi ilmu pedangnya."   "Eh?"   Tan Ek seng menatapnya dengan kaning berkerutkerut.   "   Engkau masih kecil, tidak baik bicara begitu."   "Paman, aku bicara sesungguhnya,"   Tegas Thio Han Liong, meyakinkan.   "Ayah"   Sela Tan Giok Cu.   "   Kakak tampan tidak pernah bohong, Giok Cu yakin dia punya suatu cara untuk mengalahkan orang jahat itu."   "Diam"   Bentak Tan Ek seng.   "Suamiku"   Lim soat Hong memandangi suaminya.   "Tidak baik engkau membentak Giok Cu, dia belum tahu apa-apa."   "Giok Cu...."   Tan Ek Seng mandakati putrinya, lalu membelainya seraya berkata.   "Maafkan ayah Karena, ayah sangat bingung."   "Ayah tidak usah bingung, tanya saja pada Kakak tampan"   Sahut Tan Giok Cu.   "Dia pasti bisa menemukan jalan keluarnya-"   Tan Ek seng tersenyum getir, kemudian memandang Thio Han Liong seraya bertanya- "Aku harus bagaimana, sebab tiga hari kemudian orang itu akan ke mari lagi?"   "Tentu paman harus mengalahkannya"   Jawab Thio Han Liong.   "Harus bagaimana mengalahkannya?"   Tanya Tan Ek seng lagi- orang tua ini sebenarnya merasa lucu juga- Bagaimana mungkin dirinya bertanya kepada anak kecil yang baru berusia sepuluh tahun, sementara Lim soat Hong cuma menggelenggelengkan kepala.   "Paman. aku akan menjelaskan. Tapi paman tidak boleh bertanya apa-apa padaku, sebab aku tidak akan menjawab"   Ujar Thio Han Liong dan mulai menjelaskan sesuatu.   "Ilmu pedang orang itu memang cukup hebat dan dahsyat."   Ternyata Thio Han Liong menjelaskan tentang ilmu pedang Yap song Kang, itu sungguh membuat Tan Ek seng dan Lim soat Hong terkejut bukan main. Hal itu hampir membuatnya tak percaya.   "Hui Liong Kiam Hoat tidak dapat mengalahkannya,"   Tambah Thio Han Liong.   "Hanya mampu bertahan, itupun cuma dalam puluhan jurus saja."   "Lalu bagaimana?"   Tanya Tan Ek Seng sambil menatapnya dengan penuh keheranan.   "Engkau punya suatu cara mengalahkannya?"   Thio Han Liong tampak ragu.   "Kakak tampan, bantulah ayahku"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Desak Tan Giok Cu.   "Aku tidak akan melupakan budimu selama- lamanya"   "Adik manis...."   Thio Han Liong memandangnya sejenak, setelah itu ia pergi memungut pedang Tan Ek seng yang terpental tadi- "Kakak tampan"   Tan Giok Cu terheran-heran.   "kanapa engkau mengambil pedang itu?"   "Adik manis"   Ujar Thio Han Liong sambil tersenyum.   "Aku ingin mempertunjukkan tiga jurus ilmu pedang pada ayahmu"   "oh?"   Tan Giok Cu tertegun.   "Engkau mengerti ilmu pedang?"   Gumamnya.   "sedikit"   Thio Han Liong tersenyum lagi, kemudian memandang Tan Ek seng seraya berkala.   "Paman, perhatikan baik-baik tiga jurus ilmu pedang ini"   Sementara Tan Ek seng dan Lim soat Hong terus saling memandang dengan penuh keheranan. Ketika Thio Han Liong berkata begitu. Tan Ek seng cun langsung bertanya.   "Thio Liong, siapa yang mengajar engkau ilmu pedang?"   Thio Han Liong tidak menyahut, melainkan mulai memperlihatkan tiga jurus ilmu pedangnya.   Sejak kecil ia sering melihat Thio Bu Ki ayahnya berlatih ilmu pedang, la ingat semua jurus-jurus ilmu pedang itu.   Ketika Tan Ek seng bertarung dengan yap song Kang, ia memperhatikan dengan seksama.   Di samping itu, ia pun membayangkan ilmu pedang ayahnya, sehingga ia tahu dengan jurus apa kira-kira mengalahkan yap song Kang.   "Paman"   Seru Thio Han Liong seusai memperlihatkan ke tiga jurus ilmu pedang itu.   "sudah ingat ke tiga jurus ilmu pedang yang kuperlihatkan barusan?"   Wajah Tan Ek seng kemerah-merahan, karena amat terkejut ketika menyaksikan ke tiga jurus ilmu pedang itu.   "Paman perhatikan baik-baik"   Ujar Thio Han Liong dan mulai memperlihatkan ke tiga jurus ilmu pedang itu lagi sampai beberapa kali- "Bagaimana? Paman sudah ingat?"   "Ng"   Tan Ek seng manggut-manggut.   "Paman harus berlatih"   Ujar Thio Han Liong sungguhsungguh- "Sebab ke tiga jurus iimu pedang itu pasti dapat mengalahkan Paman yap-"   Tan Ek seng mengangguk.   Diambilnya pedang di tangan Thio Han Liong, kemudian mulai ia berlatih.   Thio Han Liong menyaksikannya dengan penuh perhatian.   Kalau Tan Ek Seng melakukan gerakan yang salah, anak kecil itu langsung memberitahukan.   Tan Ek seng semakin berlatih dengan semangat.   Namun hatinya merasa heran terhadap Thio Han Liong, sebab ilmu pedang itu sungguh dahsyat dan luar biasa.   Begitu pula Lim soat Hong.   Nyonya itu tidak habis pikir, tapi girang sekali dalam hati.   Yang paling girang adalah Tan Giok Cu, gadis kecil itu terus memandang Thio Han Liong dengan mata berbinarbinar.   "Kakak tampan"   Bisik Tan Giok Cu.   "Engkau jahat sekali"   "   Aku jahat?"   Gumam Thio Han Liong heran.   "Adik manis, kanapa engkau bilang aku jahat sekali?"   "Engkau mengerti ilmu pedang, tapi tidak pernah memberitahukan padaku. Engkau memang jahat"   Wajah Tan Giok Cu cemberut. Thio Han Liong tersenyum.   "   Aku tidak jahat, hanya saja...."   "Tidak mau orang lain tahu engkau mengerti ilmu pedang kan?"   Tan Giok Cu menatapnya. Thio Han Liong mengangguk dan berkata.   "Adik manis, maafkan aku Aku punya kesulitan, maka tidak memberitahukanmu bahwa aku mengerti ilmu pedang. Aku... aku harus melindungimu."   "Aku tahu-"   Tan Giok Cu tersenyum.   "Demi melindungi diriku, maka engkau membuka rahasia sendiri dengan tiga jurus ilmu pedang itu. ya, kan?"   "Ya"   Thio Han Liong mengangguk.   "Terima kasih. Kakak tampan."   Ucap Tan Giok Cu dengan wajah berseri- "Terima kasihi"   Dalam tiga hari ini. Tan Ek seng tak henti-hentinya berlatih ke tiga jurus ilmu pedang tersebut- Lim soat Hong pun terus mendampinginya.   "Suamiku,"   Tanya Lim soat Hong seusai Tan Ek Seng berhenti berlatih.   "Engkau sudah menguasai ilmu pedang itu?"   Tan Ek seng mengangguk, kemudian kaningnya berkerut seraya berkata.   "Aku tidak habis pikir, sebetulnya siapa Thio Liong itu."   "Aku yakin,"   Ujar Lim soat Hong.   "Ke dua orang-tuanya pasti Bun Bu Gan cay (Mahir sastra Dan silat)"   "Tidak salah Tapi, kanapa anak itu meninggalkan rumah?"   Tan Ek Seng menggeleng-gelengkan kepala.   "Itu sungguh mengherankan."   "Setelah urusan ini beres, aku akan bertanya padanya."   Ujar Lim soat Hong sambil tersenyum.   "Aku akan membujuknya."   "Isteriku, belum tentu dia akan berterus terang."   "Aku akan coba membujuknya."   Lim soat Hong menatapnya seraya bertanya.   "oh ya, apakah ilmu pedang itu dapat mengalahkan yap song Kang?"   "Mudah-mudahan"   Sahut Tan Ek seng. Bersamaan itu muncullah Tan Giok Cu dan Thio Han Liong, menghampiri Tan Ek seng.   "Ayah sudah usai berlatih?"   Tanya gadis kecil itu.   "Ng"   Tan Ek Seng mengangguk.   "Ayah, Ibu, Giok Cu sudah bertanya pada Kakak tampan, ilmu pedang itu dapat mengalahkan paman yap. Pasti, jawabnya."   Tan Giok Cu memberitahukan dengan wajah berseri-seri- "Thio Liong"   Lim Soat Hong menatapnya lembut.   "Bagaimana kau begitu yakin?"   "Sebab aku sudah menyaksikan ilmu pedang paman yap- Maka aku yakin dapat mengalahkannya dengan ke tiga jurus ilmu pedang itu,"   Jawab Thio Han Liong sungguh-sungguh.   "Thio Liong, sebetulnya itu ilmu pedang apa?"   Tanya Tan Ek seng.   "Maaf, Paman, aku tidak tahu. Tapi aku tahu nama jurusjurus itu,"   Jawab Thio Han Liong.   "Beritahukanlah"   Desak Tan Ek seng. Jurus pertama adalah Hong soh yap Lok (Angin Berhembus Daun-Daun pun Rontok), jurus ke dua adalah Kiam In Ap San {Bayangan Pedang Menekan gunung), dan jurus ke tiga adalah yun Tiong cay Hong (Pelangi Dalam Awan)"   Thio Han Liong memberitahukan.   "Siapa yang mengajarkan ilmu pedang itu?"   Tanya Lim soat Hong menatap Thio Liong.   "Maaf, Bibi,"   Jawab Thio Han Liong.   "Aku tidak bisa memberitahukan, sebab aku punya kesulitan."   Lim Soat Hong tersenyum.   "Kami tidak akan bertanya lagi padamu, tapi... jadi anak baik tidak boleh berbohong, lho"   "Ya, Bibi"   Thio Han Liong mengangguk- Pagi ini ketika Thio Han Liong sedang menyapu di pekarangan, mendadak muncul yap song Kang.   "Bocah Cepat panggil Tan Ek seng untuk bertanding dengan aku, hari ini adalah pertandingan penghabisan"   Seru Yap Song Kang dengan suara membentak. Thio Han Liong segera berlari ke dalam. Tak seberapa lama kemudian, Thio Han Liong sudah kembali bersama Tan Ek seng, Lim soat Hong, dan Tan Giok cu.   "Ha ha ha"   Yap song Kang tertawa gelak- "Hari ini pertandingan penentuan. Engkau kalah, harus mengerahkan Giok Cu padaku Aku kalah, pergi dan selanjutnya tidak akan datang mencarimu lagi"   "Baik-"   Tan Ek seng mengangguk- "Nah Bersiap-siaplah"   Ujar yap song Kang sambil menghunus pedangnya- yap song Kang membentak keras, lalu mulai menyarang Tan Ek seng. Tan Ek seng cepat-cepat berkelit, sekaligus menangkis serangan itu dengan Hui Liong Kiam Hoat.   "He he he"   Yap song Kang tertawa terkekeh- "Masih menggunakan Hui Liong Kiam Hoat? Tidak ada ilmu pedang lain?"   Tan Ek Seng diam saja- sementara Lim soat Hong menyaksikan pertarungan itu dengan kaning berkerut-kerut, wajahnya tampak cemas sekali- sebab, apabila suaminya kalah, tentunya ia akan kehilangan Giok Cu putrinya- Pertarungan itu semakin seru, yap song Kang terusmenerus melakukan serangan cepat, sehingga membuat Tan Ek seng terdesak hebat- Di saat itulah mendadak Tan Ek Seng bersiul panjang sambil balas menyarang Yap Song Kang dengan jurus Hong soh yap Lok (Angin Berhembus Daun-Daun pun Rontok) "   Hah?"   Bukan main terkejutnya Yap Song Kang ketika melihat perubahan ilmu pedang Tan Ek Seng, ketika pedang itu mengeluarkan suara mandaru-deru- Yap Song Kang bergerak cepat meloncat ke samping, untuk mengelakkannya.   Namun dengan tak kalah cepat.   Tan Ek seng juga memburunya dengan jurus Kiam In Ap San (Bayangan Pedang Menakan gunung).   Pedang di tangan Tan Ek seng berkelebat-kelebat secepat kilat, membuat yap song Kang terkejut bukan main.   Mati-matian yap song Kang berkelit, namun Tan Ek seng terus melanjutkan serangan dengan jurus yun Tiong cay Hong (Pelangi Dalam Awan).   Trang Terdengar suara benturan pedang yang amat nyaring.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tampak sebuah pedang terpental ke udara, yang ternyata milik yap song Kang.   "   Ha a a h- - "   Yap song Kang berdiri dengan tubuh menggigil gemetaran. Ternyata pedang Tan Ek seng telah menempel di lehernya.   "Ayah menang Ayah menang Ayah menang..."   Seru Tan Giok Cu kegirangan.   "Maaf"   Ucap Tan Ek Seng sambil menurunkan pedangnya.   "Terima kasih atas kemurahan hatimu mau mengalah padaku. Terimakasih - "   Mulut yap song Kang ternganga lebar dengan mata terbelalaki sepertinya tidak percaya akan apa yang dialaminya.   "   Ilmu pedang itu,"   Gumam Yap Song Kang tergeragap.   "Itu bukan ilmu pedang Hui Liong Kiam Hoat,"   Ujarnya. Tan Ek Seng memberitahukan.   "   Engkau bukan dikalahkan oleh ilmu pedangku."   "Aaah - "   Yap song Kang menghela nafas panjang.   "Belasan tahun aku menuntut ilmu pedang, tidak disangka, tapi... kanapa tiga hari yang lalu engkau tidak mengeluarkan ilmu pedang ini mengalahkan aku?"   Tan Ek Seng tersenyum.   "Terus terang, tiga hari yang lalu aku belum belajar ilmu pedang itu."   "Hah?"   Yap Song Kang tertegun.   "siapa yang mengajarkanmu ilmu pedang itu?"   "Anak kecil itu"   Tan Ek seng menunjuk Thio Han Liong.   "Apa?"   Terperangah Yap song Kang, menatap Thio Han Liong dengan mata terbeliak.   "Bocah Engkau... engkau yang mengajar Ek Seng ilmu pedang itu?"   Thio Han Liong mengangguk sambil tersenyum.   "   Karena paman ingin membawa Giok Cu pergi, terpaksa aku mengajar paman Tan ilmu pedang itu."   "Engkau?"   Kelihatannya Yap Song Kang tidak percaya.   "Engkau masih begitu kecil, bagaimana mungkin-..."   "   Kakak tampan tidak bohong, memang dia yang mengajar ayahku ilmu pedang itu,"   Timpal Tan Giok cu mendadak- "Penasaran Aku sungguh penasaran sekali"   Gerundal Yap song Kang.   "Aku ingin menantangmu, tapi... engkau masih kecil."   "Paman"   Thio Han Liong tersenyum.   "Aku memang masih kecil, memang tidak pantas bertanding dengan Paman. Tetapi. aku punya cara mengalahkan paman."   Kaning yap song Kang langsung berkerut.   "Bagaimana caranya engkau mengalahkan aku?"   "Aku akan memperlihatkan beberapa jurus ilmu pedang, paman harus perhatikan baik-baik, lalu berpikir memecahkan ilmu pedang itu"   "Baik. baik"   Yap Song Kang tertawa.   "Cepatlah, perlihatkan ilmu pedang itu"   Thio Han Liong mengangguk, Tan Ek Seng segera menyarahkan pedangnya, setelah menerima pedang itu, mulailah Thio Han Liong memperlihatkan beberapa jurus ilmu pedang, itulah jurus-jurus ilmu pedang yang dimainkan Thio Bu Ki ayahnya.   "sanggupkah paman memecahkan ilmu pedang itu?"   Tanya Thio Han Liong seusai memperlihatkan jurus-jurus ilmu pedang itu.   "Hah?"   Kaning yap song Kang berkerut-kerut. Tan Ek seng dan Lim soat Hong saling memandang. Kelihatannya mereka pun tidak sanggup memecahkan ilmu pedang itu. Lain halnya dengan Tan Giok Cu, gadis kecil itu terus bersorak-sorak dalam hati kegirangan.   "   Kakak tampan menang, paman yang jahat itu tidak sanggup memecahkan ilmu pedangmu. Kakak tampan menang"   "Aaaah - "   YaP song Kang menghela nafas panjang.   "Aku... aku tidak sanggup, percuma aku menuntut ilmu pedang belasan tahun, akhirnya malah terjungkal di tangan seorang anak kecil."   Gerutunya tampak kesal.   "   Aku pun tidak mampu memecahkan ilmu pedang itu"   Ujar Tan Ek seng memandang Yap song Kang.   "   Ya ai"   Yap song Kang menggeleng-gelengkan kepala.   "Sudahlah Kita berdua memang seperti katak dalam sumur, Saudara Tan, aku... aku minta maaf padamu. Kini aku telah sadar, cinta tidak bisa dipaksa."   "Terima kasih, saudara Yap"   Ucap Tan Ek seng sambil memberi hormat.   "   Kakak Yap. - "   Lim soat Hong mandakatinya. Wanita itupun memberi hormat seraya berkata.   "Terima kasih atas kemurahan hatimu. Terima kasih - "   "Paman"   Tan Giok Cu segera mandakatinya.   "   Aku pun minta maaf, karena tadi telah mengatakan Paman jahat"   "Ha ha ha"   Yap song Kang tertawa gelak- "Sesungguhnya paman tidak jahat, aku justru merasa sayang padamu-"   Tan Giok Cu tersenyum.   "Terima kasih, Paman"   "Kakak Yap,"   Ujar Lim soat Hong.   "Mari, ke dalam rumah, sudah belasan tahun kita tidak berkumpul."   "Terimakasih."   Ucap yap song Kang sambil menggelengkan kepala "Aku tidak mau mengganggu kalian, oh ya, sebetulnya siapa bocah itu?"   "Kami... kami pun belum begitu jelas mengenai dirinya,"   Sahut Tan Ek Seng sambil menggelengkan kepala      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Sudah tiga tahun dia bekerja di- sini, tapi tetap merahasiakan identitasnya"   "oh?"   Yap song Kang menatap Thio Han Liong.   "siauwhiap (Pandakar Kecil), aku kagum sekali pada mu. Bolehkah aku tahu namamu?"   "Namaku Thio Liong"   "Thio Liong...?"   Gumam yap song Kang dengan kaning berkernyit.   "siapa ke dua orangtuamu?"   "Maaf, Paman"   Sahut Thio Han Liong.   "Aku tidak bisa memberitahukan, karena punya kesulitan."   "Baiklah"   Yap song Kang manggut-manggut.   "oh ya, engkau pernah bilang, seorang pandakar harus gagah, adil, dan bijaksana."   Thio Han Liong tersenyum.   "Aku tahu maksud Paman."   "Apa maksudku, coba beritahukan"   "Karena aku mengajar Paman Tan tiga jurus ilmu pedang, maka Paman menghendaki begitu Ya, kan?"   "Bukan main"   Yap song Kang menatapnya dalam-dalam.   "Engkau sungguh cerdas sekali."   "Paman, aku akan mengajar Paman beberapa jurus ilmu pedang yang kuperlihatkan tadi-"   "oh?"   Wajah yap song Kang berseri-seri.   "Terima kasih"   Thio Hen Liong mulai mengajar yap song Kang beberapa jurus ilmu pedang itu, sekaligus menjelaskan, yap song Kang manggut-manggut, lalu mulai berlatih.   "He he he"   Yap song Kang tertawa gembira.   "Tak disangka aku akan memperoleh beberapa jurus ilmu pedang yang begitu hebat. He he he..."   "Paman"   Pesan Thio Hen Liong.   "Kelau tidak dalam keadaan behaya, janganlah mengeluarkan ilmu pedang ini. sebab, setiap jurus pasti mematikan pihak lawan"   "ya"   Yap song Kang mengangguk- "Terima kasih Thio siauwhiap- Terima kasih"   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "seudara yap"   Ujar Tan Ek seng.   "Mari ke dalam, minum teh dulu."   "Terima kasih."   Yap song Kang memandang mereka, kemudian manggut-manggut seraya berkata.   "   Kalian berdua memang suami isteri yang behagia, aku turut gembira. sampai jumpa"   Mendadak yap song Kang melesat pergi. Tan Ek seng dan Lim soet Hong menggeleng-gelengkan kepala.   "Paman"   Seru Tan Giok Cu, namun yap song Kang sudah tidak kelihatan. Gedis itu lalu mandakati Thio Hun Liong.   "   Kakak tampan, terima kasih"   Thio Han Liong tersenyum.   "Kakak tampan, aku... aku..."   Ujar Tan Giok Cu terputusputus sambil menatapnya.   "Adik manis, mau apa?"   Tanya Thio Han Liong heran.   "Giok Cu"   Lim Soat Hong tersenyum.   "Engkau ingin belajar silat pada Thio Liong?"   Tan Giok Cu mengangguk- "Thio Liong"   Lim Soat Hong menatapnya lembut kepada anak itu.   "Bersediakah engkau mengajar Giok Cu ilmu silat?"   "Ya, Bibi"   Thio Han Liong mengangguk- "Terima kasih. Kakak tampan,"   Ucap Tan Giok Cu.   "Ayo, ajarkan aku sekarang"   "Adik manis, engkau ini kan seorang gadis yang harus lemah lembut- Aku akan mengajar engkau ilmu silat yang lemas gerakannya- Itu sangat berguna bagimu-"   Tan Giok Cu tampak gembira sekali- "Ilmu silat apa itu?"   Tanyanya- "Lihatlah baik-baik,"   Thio Han Liong tampak mulai memperlihatkan Thay Kek Kun (Ilmu Pukulan Taichi), ajaran ayahnya.   Tan Ek seng, Lim soat Hong, dan Tan Giok Cu memperhatikan dengan terkagum-kagum, setelah Thio Han Liong berhenti- Tan Giok Cu bertepuk-tepuk tangan sambil bersorak- "Kakak tampan Engkau mahir sekali menari."   "Itu ilmu silat tingkat tinggi, bukan tarian"   Ujar Tan Ek seng sungguh-sungguh- "Maka engkau harus belajar dengan giat, jangan mengecewakan Kakak tampan itu"   "ya. Ayah"   Tan Giok Cu mengangguk, kemudian bertanya pada Thio Han Liong.   "Kakak tampan, ilmu silat apa itu? Kok begitu lemas?"   "They Kek Kun"   Thio Han Liong memberitahukan.   "Apa?"   Bukan main terkejutnya Tan Ek seng dan Lim soat Hong.   "Benarkah itu Thay Kek Kun ciptaan guru besar Thio sam Hong?"   "Ya"   Thio Han Liong mengangguk- "Engkau- - "   Tan Ek Seng terbelalak- "Engkau punya hubungan dengan partai Bu Tong?"   Thio Han Liong mengangguk perlahan. Tan Ek seng dan Lim soat Hong saling memandang.   "Engkau"   Lim soat Hong berkata.   "Kalian berdua main di sini saja Kami mau ke dalam."   Mereka berdua masuk ke rumahi bahkan langsung ke kamar.   "Isteriku - ."   Wajah Tan Ek seng tampak serius sekali.   "Mulai sekarang kita harus baik-baik memperlakukan Thio Liong itu, sebab dia punya asal-usul yang agak luar biasa."   "   Aku justru masih bingung"   Ujar Lim soat Hong.   "sebetulnya dia anak siapa?"   "Aku yakin - ."   Tan Ek seng tersenyum.   "Tidak lama lagi dia akan berterus terang pada kita."   "Ngmm"   Lim soat Hong manggut-manggut.   "Kelihatannya Giok Cu sangat baik padanya, mudahmudahan mereka berdua akan saling mencinta kelak-"   "ya"   Tan Ek seng mengangguk "Mudah-mudahan."   Bab 7 Rimba Persilatan Mulai Dilanda Badai Dalam tiga tahun ini sudah banyak perubahan di daratan Tionggoan.   sejak Cu Goan ciang jadi kaisar, rakyat bisa hidup makmur, sebab Cu Goan Ciang sangat memperhatikan nasib rakyat jelata, membuat pengairan dan lain sebagainya.   oleh karena itu, rakyat jelata amat mencintai sang kaisar, sejarah pun mencatat bahwa Cu cioan ciang merupakan kaisar yang baik, adil dan bijaksana.   sebaliknya, dalam rimba persilatan justru mulai timbul suatu badai.   Dalam tiga tahun ini, sudah banyak Hweeshio-hweeshio siauw Lim Pay jadi korban keganasan ilmu pukulan cing Hwee ciang.   siapa pembunuh itu? Tiada seorang pun yang tahu oleh karena itu, ketua siauw Lim Pay, Kong Bun Hong Tin mengutus belasan Hweeshio tingkatan Goan, pergi menyalidikinya.   Akan tetapi, belasan Hweeshio itupun jadi korban.   Bayangkan, betapa gusarnya Kong Bun Hong Tio- Akhirnya ketua siauw Lim Pay mengutus Kong Ti seng Ceng adik seperguruannya pergi menyalidiki pembunuhan itu.   Berhubung tiada seorang pun kaum rimba persilatan yang tahu siapa pembunuh itu, maka diberi julukan si Pembunuh Misterius.   Belum lama ini, dalam rimba persilatan muncul empat jago yang berkepandaian tinggi sekali.   Mereka adalah Tong Koay (siluman Dari Timur) oey suBin, si Mo (iblis Dari Barat) Buyung Hok, Lam Khie (orang Aneh Dari selatan) Toan Thian Hie dan Pak Hong (si Gila Dari utara) Lim Bun Kim.   Kemunculan ke empat jago itu sangat menggemparkan rimba persilatan.   Tiada seorang pun mengetahui asal-usul mereka, bahkan Tong Koay Oey su Bin telah mengalahkan ketua Kun Lun pay dan ketua Hwa san Pay- Ini merupakan kejadian yang sangat mengejutkan rimba persilatan.   Hari ini,jie Lian ciu dan saudara-saudara seperguruannya berkumpul di ruang meditasi.   Mereka menyampaikan sesuatu yang amat penting pada Thio sam Hong guru besar itu.   "Jadi belum ada yang tahu siapa pembunuh misterius itu?"   Tanya Thio sam Hong sambil mengerutkan kaning.   "Memang belum ada yang tahu,"   Jawab jie Lian cui, ketua Bu Tong Pay.   "sudah banyak Hweeshio-hweeshio siauw Lim Pay tingkatan Goan yang jadi korban. Dan kini Kong Ti seng Ceng telah meninggalkan siauw Lim Sie untuk menyalidiki pembunuh misterius itu."   "oh?"   Thio sam Hong tampak terkejut.   "Urusan ini sudah gawat sekali. Kalau tidak, bagaimana mungkin Kong Ti seng Ceng sendiri pergi menyalidiki pembunuh misterius itu?"   "Kelihatannya memang sudah gawat sekali,"   Timpal Jie Lian ciu.   "Bahkan belum lama ini, dalam rimba persilatan telah muncul empat jago yang berkepandaian tinggi sekali."   "siapa mereka itu?"   Tanya Thio sam Hong.   "Tiada seorang pun kaum rimba persilatan yang tahu asalusul mereka."   Jawab jie Lian Ciu memberitahukan.   Mereka berempat adalah Tong Koay-Oey su Bin, si Mo-Buyung Hok, Lam Khie-Toan Thian Ngie, dan pak Hong-Lim Bun Kim.   Ke empatnya telah bertanding di puncak gunung Hwa san.   Konon mereka sama kuatnya.   Namun....   Tong Koay Oey Su-Bin dapat mengalahkan ketua Kun Lun Pay dan ketua Hwa san Pay.   "oh?"   Thio sam Hong tampak tertegun, kemudian menggeleng-gelengkan kepala.   "Ketika guru masih kecil, guru pernah dengar ada empat jago yang berkepandaian luar biasa. Mereka berempat adalah Tong sia (si sesat Dari Timur) oey yok su, si Tok (si Racun Dari Barat) ouw yang Hong, Lam Ti (Raja Dari selatan) Toan Hong ya dan Pak Kay (si Pengemis sakti Dari utara) Ang cit Kong. Kepandaian mereka seimbang dan pernah bertanding di puncak gunung Hwa San. Kini justru muncul empat jago, kelihatannya mereka berempat ingin menyamai keempat jago masa lalu itu."   "Tong Koay She Oey, mungkinkah dia punya hubungan dengan Tong si -oey yok su?"   Tanya Jie Thay Giam.   "Tidak mungkin,"   Sahut Thio sam Hong.   "sebab Tong sip-Oey yok su cuma punya seorang anak perempuan bernama oey yong yang menikah dengan Kwee Ceng, maka guru yakin Tong Koay-oey su Bin tidak punya hubungan dengan oey yok su."   "yang paling jahat dan kejam adalah si Mo-Buyung Hok, dia sering membunuh para pesilat golongan putih"   Ujar jie Lian ciu.   "oh?"   Thio sam Hong terkejut, kemudian menghela nafas panjang.   "Aaah Kelihatannya darah akan membanjiri rimba persilatan. Kini telah berdiri tujuh partai besar dalam rimba persilatan. Tentunya partai Kun Lun dan Hwa San tidak akan tinggal diam."   "Guru,"   Tanya jie Lian ciu mendadak- "Kita harus bagaimana apabila pihak Kun Lun pay dan Hwa San Pay ke mari minta bantuan?"   "Lian cu", Thio sam Hong menatapnya tajam.   "Guru sudah berada di ruang meditasi ini, aku tidak mau memusingkan urusan apa pun. Engkau adalah ketua Bu Tong Pay, berundinglah dengan saudara-saudara seperguruanmu"   "ya, Guru."Jie Lian ciu mengangguk- "Aeeahi.."   Mendadak Thio sam Hong menghela nafas panjang.   "sudah sepuluh tahun lebih tiada kabar beritanya mengenai Thio Bu Ki, dia entah berada di mana dan bagaimana keadaannya, Guru sudah tua sekali, ingin melihatnya sebelum ajal datang menjemput guru."   Wajah Jie Lian ciu berubah murung.   "   Kami pun rindu sekali padanya"   "Guru"   In Lie Heng memberitahukan.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "ciu Ci Jiak pun tiada kabar beritanya, murid pernah ke Go Bi San menemui Ceng Hi suthay. Ketua Go Bi Pay itu tidak tahu mengenai Ciu Ci Jiak."   "Aaah - "   Thio sam Hong menghela nafas panjang lagi.   "Sebetulnya Bu Ki berada di mana?"   "Guru"   Ujar Jie Lian ciu.   "Kami akan berusaha mencarinya- Guru tenang saja."   "Guru berharap sebelum ajal bisa bertemu Bu Ki, guru rindu sekali padanya...."   Thio sam Hong menggeleng-gelengkan kepala dan bergumam.   "Apakah dia sudah menikah dengan Tio Beng dan sudah punya anak pula?"   "Besok murid akan pergi cari Bu Ki."   Ujar Jie Lian ciu.   "Lebih baik aku saja yang pergi cari Bu Ki."   Sela song wan Kiauw.   "Bagaimana menurut guru?"   "Baik"   Thio sam Hong manggut-manggut dan berpesan.   "Namun engkau harus berhati-hati, jangan terulang lagi kejadian masa lampau itu"   "ya, Guru"   Song Wan Kiauw mengangguk- Keesokan harinya, berangkatlah song wan Kiauw pergi mencari Thio Bu Ki, ia mengambil arah utara.   Bagaimana keadaan Thio Bu Ki dan Tio Beng yang tinggal diculau Hong Hoang to? Ternyata muka mereka agak rusak seperti bekas terbakar.   Bahkan Iwekang Thio Bu Kipun lenyap sebagian besar, lantaran terluka parah, tergempur oleh Iweakang gabungan dari sembilan Dhalai Lhama.   "Aaaah - "   Thio Bu Ki menghela nafas panjang.   "Aku tidak sangka nasib kita akanjadi begini."   "Bu Ki Koko"   Tio Beng memandang bulan purnama yang bergantung di langit.   "sudah tiga tahun...."   "Beng Moay"   Thio Bu Ki menatapnya.   "Wajahmu...."   "Bu Ki Koko"   Ujar Tio Beng dengan air mata meleleh- "Aku tidak memikirkan wajahku, melainkan memikirkan Han Liong anak kita itu-"   "Aaathh"   Thio Bu Ki menghela nafas lagi      Tiraikasih WEBSITEhttp.//kangzusi.com   "Sudah tiga tahun, entah bagaimana keadaannya?"   "Mungkinkah dia masih hidup?"   Gumam Tio Beng sambil menundukkan kepala, air matanya berderai-derai.   "Han Liong...."   "Beng Moay."   Ujar Thio Bu Ki sungguh-sungguh- "Lebih baik engkau ke Tionggoan mencarinya. Aku seorang diri di pulau ini tidak apa-apa-"   Tio Beng terisak-isak "Bagaimana mungkin aku me-ninggalkanmu seorang diri di pulauini? Kepandaianmu telah musnah sebagian besar."   "Beng Moay...-"   Thio Bu Ki membelainya.   "Engkau tidak usah memikirkan diriku, lebih baik engkau ke Tionggoan mencari Han Liong. Dia - dia anak kita satusatunya."   "Tapi - ."   Tio Beng menggeleng-gelengkan kepala gelisah- "Kalau mau ke Tionggoan, mari kita pergi bersama"   "Tidak bisa"   Thio Bu Ki menghela nafas panjang.   "sebab kepandaianku - "   Tio Beng terisak-isak.   "Beng Moay, sebetulnya aku rindu sekali pada Thay suhu dan paman-paman yang di gunung Bu Tong. namun keadaanku...."   Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.   "Semua ini adalah perbuatan cu Goan ciang keparat itu,"   Ujar Tio Beng dengan mata berapi-api.   "Aku harus membunuhnya kelak"   Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.   "Beng Moay... engkau tidak mau ke Tionggoan mencari Han Liong?"   Tio Beng menatapnya dengan air mata berlinang-linang.   "Sebetulnya aku memang ingin ke Tionggoan mencari Han Liong, tapi berat rasanya meninggalkan engkau seorang diri di sini."   "Beng Moay."   Thio Bu Ki tersenyum.   "Engkau boleh pergi ke Tionggoan mencari Han Liong, jangan memikirkan aku"   "Tidak"   Tio Beng menggelengkan kepala.   "Aku tunggu sampai keadaanmu pulih baru kita pergi bersama."   "Tapi - "   Thio Bu Ki menghela nafas panjang.   "Masih lama sekali."   "Tidak apa-apa,"   Thio Beng tersenyum menghiburnya.   "Lagipula aku yakin tidak akan terjadi suatu apa pun atas diri anak kita, tidak mungkin cu Goan ciang akan membunuhnya-"   "Kupikir memang begitu. Maka aku tidak terlalu mencemaskannya,"   Ujar Thio Bu Ki.   "Tapi...."   "kanapa?"   "yang kucemaskan adalah para Dhalai Lhama itu akan membawanya ke Tibet, sebab mereka menghendaki kitabkitab Kiu fm dan Kiu Yang cin kang."   "Bu Ki Koko,"   Ujar Thio Beng dengan kaning berkerut.   "   Aku justru masih bingung, kalau para Dhalai Lhama itu menghendaki kitab-kitab tersebut, kanapa mereka tidak datang ke mari lagi?"   "Maksudmu Han Liong ditukar dengan kitab-kitab itu?"   "ya"   "Benar"   Thio Bu Ki manggut-manggut.   "Memang mengherankan, tujuan mereka menangkap Han Liong cuma dijadikan sandera, itu pasti bukan perintah dari Cu Goan ciang. Tapi, kanapa para Dhalai Lhama itu tidak mengutus orang ke mari?"   "Mungkinkah...."   Suara Thio Beng agak bergemetar.   "Han Liong telah dibunuh mereka?"   "Itu tidak mungkin"   Thio Bu Ki menggelengkan kepala.   "   Aku pikir kemungkinan besar telah terjadi sesuatu di tengah jalan."   "Maksudmu Han Liong ditolong orang?"   "Kira-kira begitulah"   "Kalau Han Liong ditolong orang, kanapa dia tidak pulang?"   "Beng Moay...."   Thio Bu Ki tersenyum.   "Tentunya dia tidak tahu jalan pulang, lagipula dia pasti merahasiakan identitas dirinya."   "Ngmmm"   Thio Beng manggut-manggut.   "oh ya. Bu Ki Koko, kira-kira kapan keadaanmu bisa pulih seperti sedia kala?"   "Mungkin masih membutuhkan waktu beberapa tahun,"   Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.   "Kalau aku tidak memiliki Kiu yang Sin Kang, aku pasti sudah mati."   "Bu Ki Koko"   Tanya Thio Beng mendadak.   "Apakah tiada cara menghancurkan formasi para Dhalai Lhama itu?"   "Menghancurkan formasi itu memang bisa, namun tidak gampang menghadapi tenaga dalam gabungan mereka, itu merupakan ilmu yang sangat istimewa, Harus ditanyakan pada Thay Suhu Thio Sam Hong, mungkin Thay Suhu sudah mampu memecahkannya."   Thio Beng menghela nafas panjang.   "Hingga saat ini, aku belum bisa melupakan kematian ciu Ci Jiak, Aku... aku harus menuntut balas pada para Dhalai Lhama itu"   "Beng Moay...."   Thio Bu Ki tersenyum getir.   "Menuntut balas pakai apa? Kepandaianmu...."   "Engkau tidak mau balas dendam?"   "Kita berdua tidak mampu melawan mereka,"   Thio Bu Ki menggeleng-gelengkan kepala.   "Setelah aku pulih kelak kita pergi menemui Thay Suhu untuk mohon petunjuk. Barulah kita cari para Dhalai Lhama itu."   "ya"   Thio Beng mengangguk.   Sementara itu, Kong Ti Seng Ceng masih terus melakukan perjalanan untuk menyalidiki pembunuh misterius "Paderi sakti itu telah menjelajahi beberapa daerah dan berbagai kota.   namun tetap tidak menemukan jejak pembunuh misterius tersebut.   Selama perjalanan ini, Kong Ti seng Ceng juga mandengar tentang kemunculan keempat jago dari timur, barat, selatan, dan utara itu- yang mengejutkannya ialah si Mo (iblis Dari Barat), sebab si Mo masih terus membantai kaum golongan putih.   Anak Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   oleh karena itu, secara tidak langsung kaum golongan hitam mengangkatnya sebagai Hek To Beng Cu (Ketua golongan Hitam), sedangkan golongan sesat mengangkat Tong Keay (siluman Dari Timur) sebagai ketua golongan sesat.   Lam Khie (orang Aneh Dari selatan) dan Pak Hong (si Gila Dari utara) tetap bergerak seorang diri.   "omitohud"   Ucap Kong Ti seng Ceng dalam hati.   "Sungguh di luar dugaan, rimba persilatan kini jadi kacau balau, bahkan dilanda banjir darah pula"   Kong Ti seng Ceng terus melanjutkan perjalanan.   Ketika memasuki sebuah lembah, mendadak terdengar suara tawa yang sangat memekakkan telinga membuat tersentak kang Ti Seng Ceng.   Berdasarkan suara tawanya yang sangat dahsyat dapat diketahui betapa tingginya Lweakang pemilik suara itu.   "Ha ha ha Ha ha ha...."   Tak lama muncullah seorang lelaki berusia sekitar tiga puluh lima tahun berwajah tampan dan gagah- "Selamat bertemu Kong Ti seng Ceng, terimalah hormatku"   "omitohud"   Sahut Kong Ti seng Ceng sambil menatapnya tajam.   "Bolehkah aku tahu siapa engkau, orang gagah?"   Lelaki itu tertawa.   "Aku bukan orang gagah, melainkan adalah orang yang berhati kejam."   "omitohud"   Ucap Kong Ti Seng Ceng.   "Tahun harus berubah, lautan kesengsaraan tiada batas, cepatlah engkau bertobat"   "Aku akan bertobat setelah membunuh musuh-musuhku"   Sahut lelaki itu sambil tersenyum.   "siapa musuh-musuhmu itu?"   Tanya Kong Ti seng Ceng.   "Banyak sekali"   Jawab lelaki itu.   "Termasuk, siauw Lim Pay"   "omitohud"   Ucap Kong Ti seng ceng.   "Jadi, engkaukah pembunuh misterius itu?"   "Betul"   Lelaki itu mengangguk- "Aku yang akan membunuh para Hweeshio siauw Lim Pay tingkatan Goan."   "omitohud"   Kong Ti seng Ceng terbelalak kaget.   "kanapa engkau membunuh mereka?"   "Ha ha ha"   Lelaki itu tertawa gelak- "Tentunya aku punya dendam dengan siauw Lim Pay, bahkan aku pun ingin membunuh Tiga Tetua siauw Lim Pay pula, yaitu Touw Lan, touw ki dan touw Ciat berikut Kim Mo say ong-cia sun"   "omitohud"   Kong Ti seng Ceng semakin terkejut.   "kanapa engkau ingin membunuh Tiga Tetua kami?"   "Ha ha ha"   Lelaki itu tertawa lagi.   "Karena mereka bertiga telah melindungi cia sun, maka aku harus membunuh mereka. Namun sekarang...."   "Engkau ingin bunuh aku?"   Tanya Kong Ti seng ceng dengan kaning berkerut.   "ya"   Lelaki itu mengangguk pasti.   "omitohud Bolehkah aku tahu siapa engkau dan kanapa engkau mandandam pada siauw Lim Pay?"   "Padri tua Engkau tidak perlu tahu, bersiap-siaplah menerima pukulanku Kalau engkau mampu bertahan sampai sepuluh jurus, aku akan melepaskan engkau kembali ke siauw Lim sie."   "omitohud"   Kang Ti seng Ceng tersenyum.   "Baiklah, Tapi, kalau aku mampu bertahan sampai sepuluh jurus, engkau harus memberitahukan pada ku tentang dirimu."   "Baik."   Lelaki itu mengangguk, lalu menarik nafas dalamdalam sekaligus mengerahkan Lweakangnya.   kang Ti seng Ceng juga mulai mengerahkan Iweakangnya.   Namun mandadak padri tua itu tersentak, ternyata ia melihat sepasang telapak tangan lelaki itu mengeluarkan cehaya agak kehijau-hijauan.   Karena itu, sang padri tua pun segera menghimpun Kim kang sin kang (Tenaga sakti Arhat) untuk melindungi diri "kong Ti seng Ceng,"   Seru lelaki itu sambil menyerang, jurus pertama sepasang telapak tangan lelaki itu berkelebat-kelebat mengerah pada kong Ti seng Ceng.   Tapi padri tua itu tidak berkelit, malah menangkis dengan Kim kang Hok Mo cieng (Ilmu pukulan Arhat Penakluk iblis).   Ini adalah ilmu pukulan andalan siauw Lim Pay.   Dapat dibayangkan, betapa hebatnya ilmu pukulan tersebut, sebab ilmu pukulan itu adalah ilmu pukulan keras, sedangkan lelaki itu menggunakan cing Hwee Cieng yang bersifat lemas dan mengandung api.    Pedang Wucisan Karya Chin Yung Beruang Salju Karya Sin Liong Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini