Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 27


Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 27


Beruang Salju Karya dari Sin Liong   Waktu itu Yang Kiong Sian telah mengemukakan usulnya.   "Bagaimana jika kita membawa beberapa macam obat-obatan yang kita perkirakan sebagai Lian-som? Dengan berempat tentunya kita akan dapat membawanya cukup banyak dan dengan begitu pula akan membuat kita akan dapat memperlihatkan kepada Sam-cie Toako, obat manakah yang dicari itu.....?!"   Usul yang dikemukakan oleh Yang Kiong Sian ternyata disetujui oleh ke tiga orang kawannya.   Karena mereka seketika telah mengiyakan dan mulai mengantongi sebanyak mungkin obatobatan yang mereka perkirakan adalah obat-obat yang mereka cari itu.   Begitulah, dalam waktu sekejap mata saja, ke empat orang pengemis ini telah mengantongi banyak sekali bermacam-macam obat-obatan.   Mereka memang berpikir, dalam sekian banyak obat yang mereka bawa itu, tentu salah satu di antaranya terdapat obat yang mereka cari itu.   Waktu itu, Yang Kiong Sian yang merasa telah cukup mengantongi bermacam-macam obat-obatan telah mengisyaratkan kepada ke tiga orang adiknya, bahwa mereka harus segera meninggalkan tempat itu.   Begitulah mereka berempat telah keluar dari jendela kamar obat-obatan tersebut.   Dan di saat mereka melompat keluar, keadaan sunyi dan sepi sekali, tidak terlihat seorangpun juga.   Ke empat pengemis ini dapat bernapas lega karena walaupun bagaimana mereka bergirang hati, usaha mereka memasuki istana Kaisar telah berhasil.   Sekarang yang menjadi harapan mereka adalah bahwa di antara obat yang mereka bawa itu tentu terdapat Lian-som.   Dengan demikian tentu jiwa Wie Liang Tocu akan dapat tertolong.   Akan tetapi, waktu Yang Kiong Sian tengah menutup daun jendela, agar tampak seperti keadaan semula dan tidak mendatangkan kecurigaan, mendadak sekali menyambar sesosok bayangan dengan gerakan yang sangat ringan sekali.   Dan sosok bayangan tersebut juga bukan hanya sekedar melompat menubruk saja, akan tetapi ke dua tangannya telah bekerja dengan cepat sekali menyerang dengan mempergunakan lweekang yang sangat dahsyat sekali.   Yang Kiong Sian yang waktu itu berada paling dekat dengan jendela kamar obat-obatan tersebut merasakan betapa angin serangan itu menyambar menyesakkan napasnya.   Demikian pula halnya dengan ke tiga orang kawannya, ke tiga pengemis itu merasa dada mereka seperti ditindih oleh hawa panas yang luar biasa, membuat tubuh mereka bagaikan disambar oleh lidah api, membuat mereka berempat kaget bukan main.   Seketika itu pula sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, ke empat pengemis Kay-pang itu menyadarinya bahwa orang yang menyerang mereka itu tentunya memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan istimewa sekali.   Sedangkan Yang Kiong Sian tidak mau berayal lagi, dia telah menyampok tangan orang tersebut dengan tangannya yang telah disaluri oleh tenaga lweekangnya.   Dan kesudahannya sangat luar biasa.   Dua kekuatan tenaga raksasa telah saling bentur, menggetarkan keadaan di sekitar tempat itu.   Yang membuat ke tiga pengemis lainnya terkejut dan hati mereka terkesiap, justru waktu itu tubuh Yang Kiong Sian telah terhuyung.   Itulah benar-benar keadaan yang mengejutkan sekali, terbukti bahwa lweekang penyerang itu berada di atas lweekang Yang Kiong Sian.   Sedangkan ke tiga orang pengemis lainnya, yaitu Phoa Tiang Ie, Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong, cepat sekali menerjang kepada sosok bayangan yang baru datang dan telah menyerang Yang Kiong Sian itu.   Mereka bertiga serentak telah melancarkan serangan ke bagian yang mematikan di tubuh orang itu.   Sosok tubuh itu memperdengarkan suara tertawa mengejek.   Diapun tidak tinggal diam, karena dengan sebat sekali ke dua tangannya telah bergerak, menyampok tangan Phoa Tiang Ie dan juga kaki Bo Siang Hong.   Gerakan orang itu benar-benar mengagumkan sekali, sebab begitu dia menggerakkan tangan dan kakinya, seketika itu tubuh Bo Siang Hong dan Phoa Tiang Ie telah terpental ke belakang.   Tinggal Sun Kiang Lo yang menerjang sambil mempergunakan ke dua tangannya.   Sun Kiang Lo merupakan pengemis yang memiliki ilmu cengkeram seperti cakar Garuda.   Menyaksikan cara menyerang Sun Kiang Lo yang menerjang kepadanya dengan ke sepuluh jari tangan, yang terpentang dengan demikian, memaksa sosok tubuh itu harus mundur beberapa langkah.   Begitu sepasang tangan Sun Kiang Lo mengenai tempat kosong, sebat bukan main dia telah membarengi untuk menyerang lagi mempergunakan hantaman telapak tangannya.   Cara dia menghantam seperti itu benar-benar sangat kuat.   Tenaga dalamnya berkesiuran dan terlihat betapa tubuh dari Sun Kiang Lo telah terpental.   Namun Sun Kiang Lo yang telah menyaksikan betapa Bo Siang Hong dan Phoa Tiang Ie tadi, telah dibuat terpental maka dia bersiap sedia.   Sekarang di waktu dirinya sendiri yang terpental, dia cepat-cepat berjumpalitan dan mengempos semangatnya dan tenaganya guna memberati tubuhnya.   Di antara berkesiuran angin serangan lawan dan meluncurnya sang tubuh, Sun Kiang Lo berhasil memperlambat meluncur tubuhnya, sehingga dia tidak sempat menubruk dan membentur dinding.   Dia telah jatuh dengan ke dua kaki terlebih dulu.   Berdiri tegak dan wajahnya saja yang agak pucat, karena tampak jelas bahwa gempuran yang diterima dari orang itu telah menimbulkan goncangan-goncangan yang sangat kuat dan dahsyat sekali pada dadanya, menyebabkan dia terluka di dalam yang tidak ringan.....   Orang itu berdiri tegak dengan memperdengarkan berulang kali suara tertawa mengejek, wajahnya bengis sekali.   Dialah seorang yang bertubuh tinggi besar dengan kepala yang botak dan juga memakai jubah kependetaan.   Rupanya dia seorang Lhama, yang berusia antara empatpuluh tahun lebih.   "Hemm, anjing-anjing kurap dan budukan yang benar mencari mampus berani masuk ke dalam istana Kaisar! Aku Dalpa Tacin akan membuat kalian jera coba-coba kembali masuk ke dalam istana!"   Setelah berkata bengis seperti itu, dengan gerakan yang sangat cepat sekali tampak Dalpa Tacin bergerak dengan sepasang tangan yang menimbulkan angin berkesiuran sangat kuat sekali.   Dalam waktu yang sangat singkat sekali, segera juga terlihat bahwa Yang Kiong Sian berempat dengan Phoa Tiang Ie, Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong seperti terkurung oleh angin serangan ke dua tangan dari Dalpa Tacin.   Akan tetapi Yang Kiong Sian berempat merupakan Sie-mo-kaypang yang memiliki kepandaian tidak rendah.   Jika tadi mereka telah dibuat terpental karena mereka sama sekali tidak mengerahkan tenaga yang kuat.   Disamping itu memang mereka tidak menyangka bahwa lawan demikian liehay.   Tadinya mereka hanya menduga seorang pengawal istana biasa saja.   Sekarang setelah mengetahui bahwa mereka berhadapan dengan Lhama yang liehay dan tangguh, membuat Yang Kiong Sian jadi mengeluarkan seluruh kepandaiannya.   Berempat pengemispengemis Kay-pang ini telah bergerak dengan lincah, masingmasing mengincar bagian yang mematikan di tubuh si Lhama.   Dalpa Tacin memiliki semacam ilmu yang aneh.   Setiap kali dia menggerakkan sepasang tangannya, maka dari ke dua telapak tangannya itu keluar angin yang panas sekali seperti kobaran api.   Dan juga terlihat jelas sekali bahwa Dalpa Tacin bagaikan memiliki ilmu weduk, yaitu semacam ilma kebal yang tidak mempan oleh senjata tajam atau juga pukulan tangan kosong dan cengkeraman.   Dengan demikian membuat Dalpa Tacin leluasa sekali untuk bergerak mendesak ke empat orang lawannya.   Sedangkan Yang Kiong Sian berempat semakin lama jadi semakin terdesak.   Walaupun bagaimana memang terlihat jelas bahwa Sun Kiang Lo dan Phoa Tiang Ie telah terdesak sangat hebat.   Beberapa kali mereka berjumpalitan karena terpaksa harus mengelakkan diri dengan tergesa dari serangan lawan yang tangguh itu dengan gerakan yang terpaksa, jika tidak tentu mereka akan bercelaka.   Sedangkan Bo Siang Hong sendiri telah dua kali memuntahkan darah segar, sebab dadanya telah kena dihantam dengan hebat sekali oleh tangan Dalpa Tacin.   Dalpa Tacin sendiri yang memiliki kepandaian sangat tinggi biasanya tidak pernah memandang sebelah mata kepada lawanlawannya.   Akan tetapi sekarang setelah lewat belasan jurus dan ternyata dia belum juga berhasil merubuhkan lawan-lawannya itu membuat Dalpa Tacin penasaran bukan main.   Dengan mengeluarkan suara teriakan dan bentakan yang keras, Dalpa Tacin telah melompat menerjang sepasang tangannya telah berobah cara bergeraknya, di mana sepasang tangan itu sebentar menyilang ke atas dan ke bawah tidak dapat diduga sebelumnya.   Hanya yang jelas dan pasti bahwa dari ke dua telapak tangan Dalpa Tacin mengalir kekuatan tenaga dalam yang luar biasa hebatnya dan selalu mendesak Yang Kiong Sian berempat dengan keras.   Yang Kiong Sian selama bertempur telah memperhatikan cara bertempur Dalpa Tacin.   Sesungguhnya hatinya mulai tidak tenang, karena jika keadaan seperti ini berlangsung beberapa saat lagi, niscaya akan menyebabkan Dalpa Tacin bisa memanggil pengawal istana lainnya, atau juga pengawal istana lainnya bisa mendengar suara keributan tersebut dan berdatangan.   Dengan demikian, tentu Yang Kiong Sian berempat akan menghadapi ancaman yang cukup hebat.   Dan tampak jelas, betapa Yang Kiong Sian berusaha secepat mungkin untuk mengetahui di mana letak kelemahan Dalpa Tacin.   Menurut penglihatannya, mengamati cara bersilat Dalpa Tacin, bahwa Lhama itu selalu mempergunakan telapak tangannya untuk menyerang dengan tenaga dalamnya.   Dan biasanya seseorang yang telah mahir kepandaian lweekangnya, sehingga setiap kali menyerang mengandalkan lweekangnya tersebut untuk menyerang, tentu kelemahannya terletak di ke dua kakinya.   Setiap jago yang memiliki lweekang yang tinggi dan selalu mengandalkan lweekangnya niscaya jika tengah bertempur dengan lawannya akan mengerahkan seluruh kepandaiannya pada ke dua telapak tangannya, dan itu akan membuat dia lengah dan tidak menyalurkan kekuatan tenaga lweekangnya pada ke dua kakinya.   Dengan begitu, setelah memperhatikan sejenak lamanya, segera juga tampak Yang Kiong Sian merobah cara bersilatnya.   Jika semula dia bersilat mengandalkan kekerasan untuk keras dilawan keras.   Sekarang ini justru Yang Kiong Sian telah merobah cara bersilatnya.   Dia telah mempergunakan kelunakan, dia lebih banyak mengelakkan diri dari setiap serangan lawannya, dan jika menyerang Yang Kiong Sian mengincar bagian bawah dari lawannya, yaitu ke dua kaki dari Dalpa Tacin.   Waktu itu, Yang Kiong Sian pun telah meneriaki ke tiga orang kawannya dengan mempergunakan kata-kata sandi, memberitahukan kelemahan dari Dalpa Tacin, agar mereka bertiga juga menyerang Dalpa Tacin dengan mempergunakan taktik seperti yang dipergunakannya, yaitu menyerang bagian bawahnya.   Serentak mereka berempat selalu menyerang bagian bawah penjagaan Dalpa Tacin.   Dan apa yang diduga oleh Yang Kiong Sian tidak salah, karena setelah diserang dengan gencar bagian bawahnya, yaitu pada ke dua kakinya, telah membuat Dalpa Tacin jadi kelabakan dan bergelisah, di mana Lhama ini jadi sibuk sekali untuk berkelit ke sana ke mari menghindarkan diri.   Dan serangannya jadi berkurang, karena dia sibuk sekali untuk menghindarkan diri dari setiap serangan lawan pada ke dua kakinya.   Tubuh Dalpa Tacin telah berkelebat-kelebat bagaikan bayangan saja.   Akan tetapi ke empat pengemis itupun bukan lawan yang ringan, karena mereka tidak jarang sengaja telah bergulingan di lantai.   Dengan demikian mereka dapat menyerang bagian bawah Dalpa Tacin dengan gencar.   Sedangkan Dalpa Tacin sendiri yang menyaksikan hal seperti itu, jadi gusar dan penasaran.   Dia menyadari bahwa ke empat orang lawannya ini telah mengetahui kelemahan dirinya, karenanya telah mendesak terus ke bagian bawah pada arah ke dua kakinya, di mana memang memiliki kuda-kuda yang tidak begitu kuat.   Di saat itu Yang Kiong Sian yang tidak mau membuang-buang waktu lagi telah berseru nyaring, tahu-tahu tubuhnya telah menggelinding di lantai.   Sepasang tangan dan juga ke dua kakinya telah bergerak ke sana ke mari dengan cepat sekali menyerang ke dua kaki Dalpa Tacin.   Dalpa Tacin sendiri sibuk sekali melompat ke sana ke mari menghindarkan diri.   Beberapa kali ke dua kaki dari Dalpa Tacin kena diserampang oleh tendangan kaki Yang Kiong Sian, di mana dia hampir jatuh terpelanting.   Akan tetapi memang dasarnya lweekang dari Lhama itu sangat kuat, dia bisa melindungi ke dua kakinya itu dengan tenaga lweekang tersebut.   Dengan demikian tendangan dari Yang Kiong Sian akhirnya mengenai tempat sasaran yang sangat keras sekali.   Waktu kakinya membentur kaki Dalpa Tacin, membuat Yang Kiong Sian menderita kesakitan yang cukup hebat.   Sedangkan ke tiga orang adik angkat Yang Kiong Sian, yaitu Phoa Tiang Ie dan Sun Kiang Lo serta Bo Siang Hong, pun tidak tinggal diam, dengan gencar mereka pun telah menyerang bagian bawah penjagaan Dalpa Tacin.   Setiap kali mereka menyerang, semuanya dilakukan dengan serentak.   Hal ini membuat Dalpa Tacin jadi agak repot.   Walaupun setiap serangan yang dilancarkan mereka dapat dihindarkan si Lhama, akan tetapi tidak urung Lhama ini berulang kali hampir terkena serangan itu.   Boleh dibilang sekarang berbalik keadaan mereka, jika sebelumnya Dalpa Tacin selalu mendesak dengan seranganserangannya yang mengandung maut.   Akan tetapi sekarang justru Dalpa Tacin yang lebih banyak berkelit, sedangkan ke empat orang lawannya itu, pengemis-pengemis Kay-pang, telah melancarkan serangan dengan gencar.   Dengan begitu Dalpa Tacin jadi marah dan penasaran, dan dia menyadari jika hal ini berlarut-larut, jelas akan membuat ke empat orang lawannya memiliki kesempatan untuk berusaha meloloskan diri.   Karena Dalpa Tacin tidak mau membuang-buang waktu lagi, dia telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring sekali, dan tampak jelas betapa tubuh Dalpa Tacin juga telah melompat ke tengah udara.   Gerakannya itu untuk menyelamatkan diri dari serangan Yang Kiong Sian berempat.   Juga dengan mempergunakan kesempatan yang hanya beberapa detik itu, Dalpa Tacin berusaha untuk bersiul kembali dengan suara yang nyaring bukan main.   Dengan demikian, segera juga tampak beberapa sosok bayangan tengah berlari-lari mendatangi dengan cepat.   Yang Kiong Sian jadi terkesiap hatinya, demikian juga ke tiga pengemis Kay-pang lainnya.   Mereka menyadari, bahwa suara siulan dari Dalpa Tacin tadi rupanya memanggil orang-orangnya atau pengawal istana lainnya, untuk meminta bala bantuan.   Jika saja di situ telah berkumpul para pengawal istana, walaupun bagaimana tingginya kepandaian Yang Kiong Sian berempat, jangan harap mereka bisa meloloskan diri! Menyaksikan hal itu, Yang Kiong Sian berpikir cepat sekali.   "Angin keras......!"   Dia berseru meneriaki kawan-kawannya.   Ke tiga orang kawannya mengerti bahwa mereka dianjurkan agar melarikan diri.   Begitulah, di saat tubuh Dalpa Tacin melayang di tengah udara, Yang Kiong Sian berempat mempergunakan kesempatan tersebut untuk memutar tubuh.   Dengan mengerahkan seluruh ginkang mereka, ke empat pengemis itu melompat meninggalkan ruangan itu.   Maksud mereka ingin melarikan diri.   Akan tetapi Dalpa Tacin mana mau membiarkan mereka berempat meloloskan diri begitu saja? Ketika melihat ke empat pengemis itu ingin melarikan diri, dengan sebat sekali Dalpa Tacin telah bergerak.   Ternyata dia telah melontarkan beberapa batang jarum halus yang menyambar kepada Yang Kiong Sian berempat.   Yang Kiong Sian berempat merasakan angin yang menyambar halus di belakang mereka.   Dengan gesit mereka mengelakkan diri.   Namun dengan demikian, gerakan mereka sendiri untuk meloloskan diri terlambat.   Waktu itu Dalpa Tacin telah meluncur cepat sekali menyusul mereka.   Terpisah cukup jauh tampak belasan orang pengawal istana yang tengah berlari mendatangi.   Yang Kiong Sian menyaksikan keadaan seperti itu jadi nekad.   "Kalian bertiga pergi meloloskan diri lebih dulu, biarlah aku yang akan menghadapi Lhama ini.....!"   Teriaknya.   Dia menganjurkan Phoa Tiang Ie bertiga pergi meloloskan diri terlebih dulu, dan dia memang memutar tubuhnya, dengan gerakan yang sangat cepat sekali, sepasang tangannya menyerang memapak kepada Dalpa Tacin.   Karena serangan Yang Kiong Sian menyebabkan Dalpa Tacin mau atau tidak mau harus menangkis dengan mempergunakan tangan kirinya.   Dan karena dia menangkis, Phoa Tiang Ie dari yang lainnya telah berlari jauh.   Bukan main murkanya Dalpa Tacin.   Dengan bengis berulang kali dia menyerang Yang Kiong Sian.   Yang Kiong Sian memang merasakan betapa tenaga serangan Dalpa Tacin membuatnya sesak bernapas.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Akan tetapi dia masih sanggup untuk menghadapi serangan itu dengan berulang kali berkelit dan balas menyerang dengan mempergunakan seluruh kekuatan yang ada padanya.   Gerakan yang dilakukan oleh Yang Kiong Sian merupakan jurusjurus untuk membela diri saja.   Gerakan-gerakan seperti itu walaupun menyebabkan Dalpa Tacin tidak bisa menyerang dan merubuhkan dirinya, akan tetapi dia pun tidak bisa mendesak Dalpa Tacin untuk meloloskan diri.   Sedangkan belasan orang pengawal istana telah tiba di tempat tersebut segera mereka mengepungnya dengan ketat.   "Kalian bekuk anjing kurap ini!"   Berseru Dalpa Tacin sambil melompat mundur, dan waktu itu belasan orang pengawal istana tersebut telah meluruk menyerang kepada Yang Kiong Sian.   Sedangkan Dalpa Tacin sendiri telah menjejakkan kakinya, tubuhnya seperti terbang telah mengejar Phoa Tiang Ie dan juga berusaha untuk merintangi mereka melarikan diri.   Karena dia memiliki ginkang yang berada di atas ke tiga orang itu, dengan demikian dalam waktu sekejap saja dia telah berhasil mengejar ke tiga orang itu.   Dengan gerakan tubuh seperti seekor burung rajawali tengah menyambar mangsanya, tampak tubuh Dalpa Tacin telah meluncur melintang di hadapan ke tiga orang itu.   Sepasang tangan Dalpa Tacin juga tidak tinggal diam.   Dia telah menggerakkan sepasang tangannya untuk menyerangnya.   Kali ini Dalpa Tacin telah menyerangnya dengan mempergunakan delapan bagian tenaga lweekangnya.   Angin yang menerjang kepada Phoa Tiang Ie bertiga seperti juga terjangan angin puyuh.   Dengan demikian membuat ke tiga orang pengemis itu harus berusaha membendung tenaga serangan lawannya dengan tangkisan yang sekuat tenaga.   Akan tetapi tidak urung mereka bertiga telah terpelanting oleh desakan angin serangan Dalpa Tacin.   Sedangkan Dalpa Tacin mengulangi lagi serangannya, dan ke dua telapak tangannya yang serentak, maka kekuatan tenaga serangannya itu jauh lebih kuat dibandingkan dengan sebelumnya.   Hebat bukan main cara menyerang Dalpa Tacin waktu itu.   Phoa Tiang Ie baru saja melompat bangun, dan ketika itulah angin serangan Dalpa Tacin telah menyambar datang sehinggga tubuh orang she Phoa tersebut terpental bergulingan di atas lantai.   Sedangkan ke dua pengemis lainnya telah melompat menerjang kepada Dalpa Tacin.   Dua pasang tangan mereka, menyambar ke arah batok kepala dan bahu Dalpa Tacin.   Namun Dalpa Tacin bergerak sangat cepat sekali.   Dia telah menangkis dengan kibasan tangannya membuat ke dua lawannya itu terpental, sama nasibnya seperti halnya Phoa Tiang Ie.   Dalpa Tacin mengeluarkan suara tertawa mengejek, segera juga dia melompat untuk menyerang lebih jauh, sehingga membuat ke tiga pengemis itu mengeluh.   Mereka telah terluka di dalam tubuh yang tidak ringan akibat serangan yang tadi oleh Dalpa Tacin.   Sekarang Dalpa Tacin telah menyerang mereka pula tidak kalah hebatnya.   Dengan demikian, jika memang menyambuti dengan kekerasan, jelas mereka akan terluka lebih hebat lagi.   Tetapi jika mereka tidak menangkis, tentu mereka pun akan menjadi korban serangan itu di mana mereka sudah tidak memiliki kesempatan untuk mengelakkan diri.   Dalpa Tacin yang menyaksikan keadaan ke tiga orang lawannya itu telah memperdengarkan suara tertawa mengejek, sedangkan tenaga serangannya itu telah ditambah pula lebih kuat, dengan semangat yang terbangun dan mata yang memancarkan sinar yang bengis, Dalpa Tacin telah bernafsu sekali ingin membinasakan ke tiga orang lawannya dalam satu kali serangan ini.   Waktu itulah tampak Phoa Tiang Ie menjadi nekad.   Dia mengetahui bahwa dirinya dan ke dua orang kawannya itu tidak bisa meloloskan diri, karenanya dia telah mengeluarkan suara bentakan nekad.   Justru waktu tangan kanan dari Dalpa Tacin meluncur ke arah dirinya, Phoa Tiang Ie telah melompat menerjang Lhama itu sambil mengerahkan seluruh tenaga dalamnya pada ke dua telapak tangannya yang diulurkan untuk menyampok serangan Lhama tersebut.   Sedangkan Bo Siang Hong sendiri telah mengeluarkan pekik yang keras, tubuh melompat sambil menyerang tidak kalah hebatnya, karena diapun berpikiran sama seperti Phoa Tiang Ie.   Gerakan ke dua pengemis ini mengejutkan Dalpa Tacin.   Semula dia girang sebab melihat bahwa serangannya itu tentu akan berhasil dengan memuaskan untuk membinasakan ke tiga orang lawannya.   Siapa tahu ke dua pengemis itu berlaku nekad, dan tenaga serangan mereka, walaupun tidak setangguh ilmu pukulannya, akan tetapi juga tidak bisa diremehkan oleh Dalpa.   Waktu itulah dua kekuatan antara ke dua pengemis dan tenaga Dalpa Tacin saling bentur.   Bentrokan yang terjadi membuat tubuh Dalpa Tacin terhuyunghuyung beberapa langkah.   Sedangkan tubuh ke dua pengemis itu, Phoa Tiang Ie dan Bo Siang Hong sendiri terpental keras sekali, tubuh mereka bergulingan di lantai dan tidak bergerak lagi.   Pingsan tidak sadarkan diri.   Pengemis yang seorangnya lagi, yaitu Sun Kiang Lo yang menyaksikan nasib ke dua sahabat mereka itu telah menjadi nekad juga.   Dia mengeluarkan suara jeritan gusar dan ingin mengadu jiwa.   Dengan cepat dia menerjang, dan setiap serangan dari ke dua tangannya memaksa Dalpa Tacin sementara menghindarkannya dengan kelitan-kelitan yang gesit sekali.   Dalpa Tacin memang telah terluka di dalam akibat serangan ke dua pengemis lainnya, belum lagi dia bisa mempersatukan kembali lweekangnya, justru telah datang serangan dari Sun Kiang Lo, membuat dia memaksakan diri untuk menangkis sedapat mungkin.   Namun ini justru merupakan suatu keuntungan yang tidak kecil buat Sun Kiang Lo, karena tenaga tangkisan yang dilakukan Dalpa Tacin tidak sekeras seperti tadi, sehingga tenaga dalam dari Sun Kiang Lo telah berhasil membuatnya terhuyung beberapa langkah.   Mempergunakan kesempatan itu, Sun Kiang Lo menyambar tubuh ke dua orang kawannya, yang pinggang mereka masing-masing dikempit oleh tangan kiri dan tangan kanannya laluu melompat keluar dari ruangan itu, menerobos lari ke taman yang luas, dan menyembunyikan diri di balik batu-batu gunung buatan.   Waktu itu Yang Kiong Sian yang tengah dikepung oleh puluhan orang pengawal istana memberikan perlawanan dengan gigih.   Hanya saja kepandaian dari para pengawal istana itu tidak sehebat Dalpa Tacin, dengan sendirinya Yang Kiong Sian walaupun telah terluka di dalam yang parah, tokh dia masih bisa memberikan perlawanan.   Malah beberapa kali Yang Kiong Sian telah berhasil merubuhkan tiga orang pahlawan istana, kemudian menerobos ke bagian yang lowong.   Tubuhnya melesat cepat sekali ke tengah udara, lalu dengan segera berlari meninggalkan tempat itu.   Para pahlawsn istana yang lainnya segera mengejar dengan cepat sekali.   Dan di dalam keadaan seperti itu, tampak jelas mereka berusaha untuk dapat menangkap Yang Kiong Sian.   Hanya saja Yang Kiong Sian telah mengerahkan seluruh kekuatan ginkangnya.   Dia berlari dengan cepat sekali, dan berbelok masuk ke dalam taman.   Ketika berada dalam taman segera juga dia melompati dinding, dan tubuhnya melesat keluar istana.   Gerakannya itu memang cukup menolongnya, karena para pengejarnya yang memiliki ginkang tidak setinggi dia, tidak dapat melompati dinding dan harus jalan memutar untuk keluar dari taman tersebut.   Mempergunakan kesempatan yang ada itulah, Yang Kiong Sian telah menghilang dan lenyap dalam kegelapan malam.   Hanya saja hati Yang Kiong Sian jadi bergelisah sekali, karena dia menguatirkan keselamatan ke tiga orang kawannya, yang tidak diketahuinya.   Apakah dapat meloloskan diri atau tidak.   Waktu itu di antara kegelapan malam, di belakang tubuhnya tampak api yang terbang dari obor yang dibawa oleh para pengejarnya, namun Yang Kiong Sian tidak memperdulikannya.   Dia berlari terus dengan cepat sekali, sehingga dalam waktu sekejap mata saja dia telah meninggalkan kota raja cukup jauh.   Pilihan satu-satunya buat Yang Kiong Sian adalah kembali ke kuil tua di mana Sam-cie-sin-kay berada.   Hatinya tetap tidak tennang, karena dia menguatirkan ke tiga orang kawannya, kalau tertangkap oleh Dalpa Tacin dan orangorangnya.   Ketika Yang Kiong Sian tiba di kuil tua itu memang ke tiga orang kawannya itu masih juga belum kembali.   Sam-cie-sin-kay yang telah menyambut kembalinya dia.   Dan waktu Yang Kiong Sian mengeluarkan seluruh obat-obatan yang telah dicurinya itu, Samcie-sin-kay memeriksanya.   Wajah Sam-cie-sin-kay tetap muram, karena dia tidak berhasil menemukan barang yang diinginkannya yaitu Lian-som.   Setelah menantikan sekian lama, masih juga ke tiga orang pengemis lainnya belum kembali, membuat Yang Kiong Sian dan Sam-cie-sin-kay bergelisah.   Malah Sam-cie-sin-kay sendiri mengusulkan untuk mengirim orang-orangnya pergi ke kota raja guna mencari keterangan.   Namun Yang Kiong Sian telah menyadari bahaya yang tidak kecil buat orang-orangnya Sam-cie-sin-kay jika mereka berkeliaran di kota raja.   Jelas Dalpa Tacin maupun orang-orangnya itu, para pahlawan istana, telah melihat bahwa Yang Kiong Sian dan ke tiga orang sahabatnya adalah orang-orang Kay-pang yang pakaian bagai pengemis.   Karena itu, akibat adanya kejadian tersebut, boleh jadi setiap pengemis yang berkeliaran di kota raja akan ditangkap oleh orang-orang Kaisar.   Itulah sebabnya mengapa Yang Kiong Sian telah menolak usul yang diberikan oleh Sam-cie-sin-kay.   Sedangkan Phoa Tiang Ie bertiga yang tengah bersembunyi di balik batu gunung-gunungan buatan, telah berdiam diri sampai menjelang fajar, Dalpa Tacin bersama para pahlawan istana telah mencari ke sana ke mari, namun tidak berhasil menemui jejak mereka.   Iapun menduga bahwa ke tiga pengemis itu telah melarikan diri.   Pagi telah tiba dan sinar matahari, pagi pun yang hangat telah menyinari seluruh permukaan bumi.   Waktu itu Bo Siang Hong sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk meloloskan diri, karena di istana Kaisar telah dijaga ketat.   Bertiga dengan ke dua kawannya mereka tetap mendekam di tempat persembunyiannya.   Bo Siang Hong bermaksud untuk menanti sang malam telah tiba kembali, barulah di saat itu mereka akan berusaha meloloskan diri.   Berusaha meloloskan diri di waktu siang hari seperti itu hanyalah bahaya yang akan mereka terima.   Dengan demikian, mereka harus bersabar.   Bukankah untuk menyelamatkan jiwa Wie Liang Tocu masih terdapat kesempatan satu hari? Karena itu Bo Siang Hong bertiga tetap berdiam di tempat persembunyian mereka.   Malam harinya, istana Kaisar tetap dijaga dengan ketat.   Apa yang diduga oleh Yang Kiong Sian memang terbukti, karena sejak pagi tadi setiap pengemis yaug terdapat di kota raja, tentu ditangkap dan dijebloskan dalam tahanan.   Mereka di periksa dengan keras dan bengis, dan juga mereka disiksa untuk dipaksa memberikan pengakuan.   Akan tetapi, pengemis-pengemis itu yang memang tidak tahu menahu perihal Yang Kiong Sian berempat, jadi tidak bisa memberikan keterangan apapun juga.   Di waktu itu, Sam-cie-sin-kay sendiri sibuk sekali menyebar orangorangnya, karena walaupun bagaimana Sam-cie-sin-kay tidak bisa membiarkan murid-murid Kay-pang ditawan oleh orang-orang istana, dan Sam-cie-sin-kay ingin berusaha membebaskan mereka.   Yang Kiong Sian yang menantikan kembalinya Bo Siang Hong bertiga dengan Phoa Tiang Ie dan Sun Kiang Lo, maka menduga bahwa ke tiga orang kawan mereka itu telah tertawan oleh pihak kerajaan.   Karenanya hati Yang Kiong Sian berduka bukan main.   Yang membuat dia tambah berduka justru obat-obat yang telah dicurinya tidak satupun yang merupakan obat yang tengah dicarinya untuk menyelamatkan Wie Liang Tocu.   Tetapi ketika sang rembulan mulai memperlihatkan diri lagi, tidak terduga sama sekali Bo Siang Hong bertiga dengan Phoa Tiang Ie dan Sun Kiang Lo telah kembali.   Bo Siang Hong mengempit ke dua sahabat itu di tangan kiri dan tangan kanannya.   Keadaan Sun Kiang Lo dan Phoa Tiang Ie dalam keadaan yang cukup parah.   Mereka bertiga telah mengantongi cukup banyak bermacammacam obat, dan justru ketika mereka mengeluarkan obat-obatan itu, Sam-cie-sin-kay memeriksanya.   Beberapa macam ramuan obat segera diberikan kepada Phoa Tiang Ie dan Sun Kiang Lo agar mereka dapat berkurang rasa sakitnya.   Begitu juga dengan Yang Kiong Sian, dia telah diberikan semacam obat untuk menyembuh luka di dalam tubuhnya.   Sam-cie-sin-kay waktu mencari-cari Lian-som di antara obatobatan itu, wajahnya muram.   Sejauh itu dia masih belum juga menemui obat yang dicarinya.   "Jika dilihat demikian tampaknya sulit untuk menolong jiwa Wie Tianglo, karena obat yang kita cari itu tidak terdapat disini!"   Samcie-sin-kay sambil menyingkirkan separuh dari obatan-obatan yang telah dipilihnya.   "Memang telah kuduga, bahwa untuk memperoleh Lian-som tidak mudah.....!"   Tetapi berkata sampai di situ, tiba-tiba matanya terpentang lebarlebar, wajahnya berobah. Dan katanya dgngan suara setengah berseru.   "Ihhhh, apa ini.....?!"   Diapun telah me ngeluarkan isi dari botol obat tersebut, yang ternyata merupakan sekuntum bunga berwarna jingga dan kehijau-hijauan.   Waktu bunga itu dikeluarkan dari botolnya, seketika ruangan tersebut dipenuhi oleh bau harum semerbak yang aneh sekali, namun menyegarkan.   Sam-cie-sin-kay mencium-cium kembang itu beberapa saat, wajahnya berseri-seri.   "Apakah kalian tidak menciumnya?"   Tanya Sam-cie-sin-kay dengan sikap gembira.   "Inilah bau harum dari Swat-lian dan Jin-som, tentu kembang inilah yang tengah kita cari!"   Kemudian Sam-cie-sin-kay lebih menelitikan kembang itu, dia mengangguk-angguk girang bukan kepalang.   Sedangkan Yang Kiong Sian dan yang lainnya mengawasi dengan hati berdebar-debar.   Karena tidak percuma mereka mempertaruhkan jiwa menyatroni istana Kaisar, karena terbukti sekali ini bahwa usaha yang mereka cari itu telah ditemukan.   Malah yang lebih menguntungkan, mereka telah mencuri obatobatan yang tidak ternilai harganya, karena umumnya obat yang mereka 'sikat' dari kamar obat Kaisar Boan-ciu itu justru merupakan obat-obatan yang langka sekali dan jarang bisa diperoleh dalam dunia ini.   Yang Kiong Sian menghela napas lega.   Sedangkan Sam-cie-sin-kay telah bekerja cepat sekali, di mana sepasang tangannya telah mengurut dan menotok tidak hentinya.   Sedangkan kepada Yang Kiong Sian dia meminta agar kembang Lian-som tersebut dihancurkan dan dicampur dengan secangkir teh.   Yang Kiong Sian bekerja cepat sekali.   Waktu itu Wie Liang Tocu masih berada dalam keadaan pingsan, walaupun hampir dua hari lamanya dia selalu ditotok dan diurut, namun tetap saja dia masih belum sadarkan diri.   Karenanya, keadaannya itu menguatirkan sekali.   Akan tetapi dengan ditemukannya kembang Lian-som tersebut, maka harapan masih ada buat para pengemis itu.   bahwa Wie Liang Tocu akan dapat tertolong.   Kala itu, Sam-cie-sin-kay bekerja keras untuk menotok dan mengurut bagian-bagian terpenting di tubuh Wie Liang Tocu, dan Yang Kiong Sian telah selesai menghancurkan kembang Lian-som tersebut yang dicampur dengan secangkir teh.   Lalu perlahan-lahan diminumkan kepada Wie Liang Tocu.   Mereka meminumkannya dengan memegang ke dua rahang Wie Liang Tocu.   Walaupun Wie Tianglo dalam keadaan pingsan, namun air hasil ramuan kembang Lian-som tersebut dapat tertelan juga sedikit demi sedikit.   Setelah meminumkan habis satu cangkir penuh air ramuan kembang Lian-som tersebut, Sam-cie-sin-kay menghela napas lega.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Mudah-mudahan jiwa Wie Tianglo dapat diselamatkan!"   Dia menggumam perlahan. Yang Kiong Sian dan ke tiga pengemis lainnya memandang tegang.   "Apakah..... apakah setelah diminumkannya air ramuan kembang Lian-som, jiwa Wie Tianglo akan selamat?"   Tanya Yang Kiong Sian dengan suara mengandung ketegangan. Sam-cie-sin-kay tersenyum, katanya.   "Biasanya, luka di dalam yang bagaimanapun hebatnya, jika diberikan minum air campuran kembang Lian-som, tentu akan sembuh kembali. Karena jangankan yang terluka hebat dan pingsan, sedangkan yang jiwanya hampir keluar dari ujung kepala, jika minum air campuran kembang Lian-som, tentu jiwanya itu akan kembali ke raganya......!"   Mendengar penjelasan Sam-cie-sin-kay, ke empat pengemis berkarung delapan itu jadi girang. Mereka bersyukur bahwa mereka berhasil memperoleh kembang Lian-som tersebut. Sedangkan Sam-cie-sin-kay telah meneruskan perkataannya.   "Jika memang dalam dua hari Wie Liang Tianglo masih belum siuman maka kita harus membuka beberapa jalan darah pusat di dekat dadanya, agar air campuran Lian-som yang mengaliri sekujur tubuhnya itu dapat menerobos masuk ke bagian-bagian penting pada jalan darah pusatnya!"   Ke empat pengemis itu mengangguk.   Mereka beristirahat, karena selama dua hari beruntun mereka sangat letih sekali.   Sekarang setelah mereka berhasil memperoleh kembang Lian-som juga telah berhasil pula meminumkannya kepada Wie Tianglo, maka mereka jadi jauh lebih tenang dan dapat beristirahat.   Sedangkan di kota raja sendiri tengah diadakan pencarian yang ketat sekali terhadap Yang Kiong Sian berempat.   Setiap pengemis yang ditemukan di dalam kotaraja tentu ditangkap tanpa pilih bulu.   Semua anggota Kay-pang yang biasanya memiliki tempat 'operasi' di kota raja, telah mematuhi perintah dari Sam-cie-sin-kay untuk tidak berkeliaran dulu di dalam kota.   Karenanya mereka berkumpul di kuil tua tersebut.   Waktu beredar terus dengan cepat, satu hari telah herlalu......   Wie Liang Tianglo masih tetap dengan keadaannya, pingsan tidak sadarkan diri.   Dan Sam-cie-sin-kay berulang kali telah berusaha menotok heberapa jalan darahnya, akan tetapi kemajuan tidak diperoleh pada diri Tianglo pengemis itu.   Keadaan Wie Liang Tianglo seperti itu telah membuat Yang Kiong Sian dan yang lainnya berkuatir.   Mereka jadi selalu mendampingi Wie Liang Tianglo, di mana Tianglo itu masih berada dalam keadaan pingsan.   Sedangkan Sam-cie-sin-kay tidak tinggal diam, bergantian dia telah menotok jalan darah di sekujur tubuh Wie Liang Tianglo, dibantu oleh Yang Kiong Sian berempat.   Setelah lewat satu malaman lagi, mulai terlihat perkembangan yang cukup menggembirakan pada diri Wie Liang Tianglo, karena Wie Liang Tocu mulai memperdengarkan keluhan.   Walaupun dia masih berada dalam keadaan antara sadar dan tidak.   Sedangkan saat itu, Sam-cie-sin-kay semakin mempergiat totokan dan urutannya, dan juga telah meminta kepada Yang Kiong Sian dan ke tiga pengemis berkarung delapan lainnya untuk bantu menguruti dan menotok jalan darah di tubuh Tianglo tersebut.   Akhirnya Wie Liang Tianglo tersadar dari pingsannya, sepasang matanya terbuka perlahan-lahan dan terdengar dia bertanya dengan sikap keheranan.   "He, di mana aku berada.....?!"   Dan bola mata itu telah mencilak ke sana ke mari. Waktu melihat Sam-cie-sin-kay dan yang lainnya, segera juga dia menggumam perlahan.   "Oohh, kiranya aku berada di tengahtengah sahabat......!"   Sam-cie-sin-kay, Yang Kiong Sian dan yang lainnya girang bukan main.   Mereka selain bersenyum juga telah mengucapkan rasa syukur mereka kepada Thian, yang mana akhirnya Wie Liang Tianglo telah tertolong jiwanya.   Waktu itu, Sam-cie-sin-kay sendiri telah mendekati kepalanya pada Wie Liang Tianglo katanya.   "Harap Tianglo beristirahat dengan tenang, kami menjaga di sini dan Tianglo tidak perlu kuatir terjadi suatu apapun juga......!"   Wie Liang Tianglo berusaha tersenyum, walaupun tampaknya sulit sekali buatnya tersenyum, dan katanya.   "Terima kasih.....!"   Lalu dia memejamkan kembali matanya dan tidak mengucapkan kata-kata lainnya, tampaknya dia masih lemah sekali dan ingin beristirahat. Sam-cie-sin-kay menghela napas lega, dia berseru perlahan kepada Yang Kiong Sian dan yang lainya.   "Akhirnya tertolong juga!"   Yang Kiong Sian berempat dan juga pengemis-pengemis lainnya yang banyak berkumpul di kuil tua itu, telah bergirang dan mengucapkan syukur atas kesembuhan dan tertolongnya jiwa Wie Liang Tianglo.   Sam-cie-sin-kay menanti sesaat lagi lamanya, sampai akhirnya dia telah mulai menotok pula beberapa jalan darah di tubuh Wie Liang Tocu.   Tianglo itu tertidur nyenyak sekali.   Wajahnya sudah tidak pucat kehitam-hitaman lagi, karena sekarang pada pipinya terlihat warna kemerah-merahan.   Sedangksn Sam-cie-sin-kay pun telah beristirahat.   Lewat lagi satu hari, kesehatan Wie Liang Tianglo pulih, dan dia telah tersadar benar-benar dari pingsannya, mulai berangsur tenaga dan semangatnya pulih sebagai biasa.   Hanya saja yang masih terlihat jelas, dia lemas dan membutuhkan istirahat yang cukup panjang, namun kesehatannya itu tidak terancam bahaya lagi.   Sore itu Wie Liang Tocu berusaha duduk dari rebahnya.   Akan tetapi Sam-cie-sin-kay telah mencegahnya dan memintanya agar dia tetap rebah untuk beristirahat.   Satu hari lagi Wie Liang Tocu beristirahat dan selama itu dia dilayani oleh Sam-cie-sin-kay dan yang lainnya, untuk makan dan minumnya.   Sementara itu Sam-cie-sin-kay hanya memberikan bubur kepada Tianglo ini, karena kesehatannya dikala itu baru saja sembuh, tidak boleh memakan nasi yang keras, yang kemungkinan bisa mengganggu kesehatannya.   Dan bubur itu dimasak sendiri oleh Sam-cie-sin-kay.   Bukan main berterima kasihnya Wie Liang Tianglo memperoleh pertolongan dan rawatan demikian baik dari Sam-cie-sin-kay dan para pengemis lainnya.   Kesehatannyapun mulai pulih pula lebih baik.   Di hari ke tiganya, Wie Liang Tianglo telah dapat duduk dan bercerita.   Tianglo ini menceritakan, bagaimana dia telah dilukai oleh Tiat To Hoat-ong, karena sebelumnya dia telah bertempur dengan Gochin Talu dan Lengky Lumi.   Juga tujuan Wie Liang Tocu yang bermaksud membunuh Gochin Talu dan Lengky Lumi, dua orang Boan yang merupakan sumber kepengkhianatan dari ke tiga orang Tianglo Kay-pang yaitu Nyo Tianglo, Pheng Tianglo dan Kan Tianglo.   Karena dari itu, walaupun bagaimana, Wie Liang Tianglo mengatakan kepada Sam-cie-sin-kay, jika kelak kesehatan telah pulih, tetap akan pergi mencari Gochin Talu dan Lengky Lumi, untuk membinasakan ke dua orang Boan itu.   Dan Wie Liang Tocu pun berpesan, sejak sekarang para pengemis Kay-pang tidak perlu memperdulikan dan melayani setiap perintah dari Nyo Tianglo, Kan Tianglo dan Pheng Tianglo.   "Ke tiga Tianglo itu akan memperoleh hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka,"   Kata Wie Liang Tianglo lebih jauh.   "Dan dalam rapat besar di malaman Cap-go mendatang, keputusan itu akan diumumkan, oleh Pangcu.....!"   Sam-cie-sin-kay dan pengemis-pengemis lainnya telah mengiyakan dan mereka terkejut bukan main mengetahui bahwa tiga orang Tianglo partai mereka seperti Nyo Tianglo, Pheng Tianglo dan Kan Tianglo telah berkhianat mengadakan kontak serta kerja sama dengan pihak Boan, membuat mereka selain heran juga sangat gusar sekali.   Wie Liang Tianglo tersenyum pahit, katanya.   "Hal ini disebabkan perasaan yang tidak puas, karena Nyo Tianglo, Kan Tianglo dan Pheng Tianglo pernah dipecat dari kedudukannya sebagai Tianglo oleh Oey Pangcu (Oey Yong). Mereka bertiga telah diturunkan tingkat kedudukannya dari sembilan karung menjadi delapan karung. Rupanya sakit hati dan dendam mereka itu terpendam terus, dan kini di saat mereka melihat Kay-pang akan terpecah belah, mereka ingin mempergunakan kesempatan itu untuk merebut kedudukan dan kekuasaan di dalam Kay-pang.   "Tentu saja jika hanya mereka bertiga serta para pengikutnya, mereka tidak mungkin berhasil merebut kekuasaan di Kay-pang. Namun jika memang mereka memperoleh bantuan dari orang1014 orang Boan, di mana Kaisar Boan itu menggerakan para pahlawan kerajaan, niscaya Kay-pang menghadapi urusan yang tidak kecil.....!"   Sam-cie-sin-kay dan pengemis-pengemis lainnya, seketika bertambah murka.   Malah di antara mereka ada yang tidak dapat menahan diri dan telah mengeluarkan kata-kata makian yang ditujukan kepada ke tiga Tianglo Kay-pang yang berkhianat itu.   Sedangkan Wie Liang Tianglo menghela napas.   "Sementara itu kita tidak bisa mengatakan suatu apapun juga karena mereka masih resmi dengan kedudukan mereka sebagai Tianglo, dengan sendirinya kitapun tidak bisa bertindak main hakim sendiri! Walaupun data-data dan bukti telah berkumpul di tangan Pangcu, keputusan itu harus diambil dalam rapat besar Kay-pang seperti lazimnya.....   "Karenanya kita harus menantikan sampai malaman Cap-go yang akan datang, saat mana Pangcu akan mengumumkan hasil perundingan tersebut dan juga memberitahukan kepada saudarasaudara kita di Kay-pang, bahwa ke tiga Tianglo itu akan dipecat dari jabatan mereka dan juga akan dijatuhi hukuman......!"   Mendengar penjelasan Wie Liang Tocu itu, Sam-cie-sin-kay, Yang Kiong Sian, Phoa Tiang Ie, Bo Siang Hong dan Sun Kiang Lo serta para pengemis lainnya telah mengiyakan.   Dan mereka menyadari betapa pentingnya arti dari hasil rapat besar yang akan diselenggarakan oleh Kay-pang tidak lama lagi, karena keputuan seluruh pemimpin pertemuan atau rapat besar tersebut.   Begitulah, banyak yang mereka perbincangkan, selama itu pula Wie Liang Tocu banyak sekali menceritakan perkembangan yang terjadi di markas Kay-pang.   Semua pengemis mendengarkan sebaik-baiknya karena memang mereka umumnya berkelana dan jarang sekali berkumpul di markas pusat.   Mereka baru akan pulang ke markas pusat jika saja Kay-pang mengadakan pertemuan atau rapat tertentu.   Dengan begitu, banyak di antara mereka yang tidak begitu jelas mengenai perkembangan terakhir dan partai mereka.   Dan sekarang Wie Liang Tocu, salah seorang Tianglo mereka telah menceritakan keadaan di markas besar mereka, karenanya mereka jadi tertarik sekali.   Tiga hari lagi telah lewat dengan cepat, kesehatan Wie Liang Tocu pun telah pulih kembali sebagaimana sedia kala.   Beruntung ia memperoleh pertolongan dengan kembang Lian-som sehingga Wie Liang Tocu, sembuh tanpa kurang suatu apapun juga.   Pada pagi itu, Wie Liang Tocu menyatakan keinginan guna menyatroni lagi Gochin Talu dan Lengky Lumi.   Akan tetapi Sam-cie-sin-kay dan para pengemis yang lainnya telah mencegahnya.   Menurut Sam-cie-sin-kay, walaupun Win Liang tocu telah sembuh keseluruhannya dan kepandaiannya itu tidak berkurang, namun tetap saja dia agak lemah dengan membutuhkan waktu satu bulan untuk beristirahat, sampai benarbenar keadaan dan kekuatan maupun semangatnya pulih benar.   "Yang paling penting lagi justru tidak lama lagi akan tiba waktunya rapat besar Kay-pang kita.....!"   Kata Sam-cie-sin-kay.   "Memang lawan memiliki kepandaian di bawah kepandaian Wie Tianglo, akan tetapi jika sampai pertempuran itu menyebabkan Wie Tianglo terluka pula oleh akal bulus mereka, bukankah hal ini akan membuat kita semua menyesal bahwa Wie Tianglo tidak dapat hadir dalam rapat itu? "Bukankah rapat besar yang akan diselenggarakan di malaman Cap-go itu memiliki arti yang penting sekali, karena di dalam rapat itu akan ditentukan hukuman apa yang akan dijatuhkan kepada ke tiga orang Tianglo pengkhianat itu? Dan yang terpenting lagi, tentunya pangcu perlu bantuan dan dukungan dari Wie Tianglo dan di samping Tianglo-tianglo lainnya, agar pangcu dapat mengambil tindakan yang cepat. Dengan di samping Wie Tianglo tentu pangcu lebih muda mengatasi ke tiga orang Tianglo pengkhianat itu.....?"   Wie Liang Tocu mendengar saran Sam-cie-sin-kay tanpa mengatakan suatu apa pun juga. Namun akhirnya setelah ia memikirkannya agak lama, Wie Liang Tocu mengakui jnga benarnya perkataan Sam-cie-sin-kay maka ia mengangguk.   "Baiklah, aku lebih baik menahan diri tidak pergi mencari orangorang Boan itu..... Jika memang kelak aku sudah berhasil mendampingi Pangcu dalam repat besar itu, aku akan berangkat ke kota raja untuk mencari orang-orang Boan itu guna membasmi mereka.....!"   Berkata Wie Liang Tocu Sam-cie-sin-kay girang mendengar Wie Liang Tocu tidak bersikeras hendak menyatroni Gochin Talu dan Lengky Lumi.   Dan berlega hati.   Begitulah, selanjutnya mereka membicarakan rencana perjalanan mereka ke Hou-ciu guna menghadiri rapat besar yang akan diselenggarakan oleh partai mereka.   Y Hou-ciu merupakan sebuah kota yang cukup besar di dalam lingkungan propinsi Ciat-kang dan di kota tersebutlah penempatan bala tentara Monggolia yang telah berhasil menguasai daratan Tiong-goan, merupakan bagian yang paling sedikit dan berkedudukan lemah.   Disebabkan pertimbangan itulah maka Yehlu Chi telah memilih Hou-ciu sebagai tempat berkumpul para anggota Kay-pang untuk hadir dalam rapat besar yang akan diselenggarakannya.   Masih setengah bulan lagi waktu diselenggarakannya pertemuan atau rapat besar para pengemis dari seluruh daratan Tiong-goan itu, namun di Hou-ciu sudah terlihat banyak sekali berkeliaran para pengemis-pengemis yang berusia telah lanjut dan ubanan.   Mereka semuanya berkelompok, sehingga di saat itu Hou-ciu kebanjiran dikunjungi para pengemis.   Banyak juga penduduk kota Hou-ciu yang merasa heran dan bingung mengapa kota mereka bisa kebanjiran pengemis yang demikian banyak.   Akan tetapi orang-orang rimba persilatan segera mengetahui tentu ada sesuatu urusan yang hendak dilakukan Kaypang dengan mengumpulkan anggautanya di tempat ini.   Segera juga, orang-orang rimba persilatan dan kang-ouw yang berada di sekitar daerah dan kota Hou-ciu menaruh perhatian yang besar terhadap berkumpulnya para pengemis itu di kota Hou-ciu.   Banyak yang sengaja berdatangan ke Hou-ciu hanya khusus untuk menyaksikan keramaian.   Jago-jago Kang-ouw yang berdatangan itu dari kota Lim-kwan, Ciu-ting-kwan dan kota-kota lainnya yang berdekatan dengan Houciu.   Mereka yakin bahwa di Hou-ciu dengan berkumpul sedemikian banyaknya pengemis-pengemis Kay-pang, tentu akan ada keramaian yang menarik hati.   Di Hou-ciu sebenarnya terdapat belasan rumah penginapan.   Walaupun Hou-ciu merupakan kota yang besar, akan tetapi setiap harinya rumah penginapan maupun rumah makan tidak sepenuh seperti akhir-akhir itu.   Setidak-tidaknya tentu masih ada saja kamar kosong dan jika seseorang pelancongan datang ke Hou-ciu tentu tidak kesulitan rumah penginapan.   Akan tetapi beberapa hari belakangan ini banyak orang-orang yang datang dari luar Hou-ciu ingin meminta kamar di rumah penginapan harus kecewa, karena permintaan mereka tidak bisa dipenuhi, di mana kamar-kamar di berbagai rumah penginapan yang terdapat di Hou-ciu itu telah terisi penuh.   Bahkan, banyak juga penduduk Hou-ciu yang sengaja menyewakan rumah mereka, untuk orang-orang yang tidak ke bagian kamar di rumah penginapan.   Keramaian yang terlihat di akhir-akhir ini di kota Hou-ciu memang menyolok sekali.   Dan ditambah dengan penuhnya pengemis yang berkeliaran keluar masuk setiap rumah penginapan maupun rumah makan sekedar meminta sedekah.   Hampir seluruh penduduk Hou-ciu menduga-duga, entah apa yang akan terjadi di Hou-ciu dengan perobahan yang ada dan keramaian seperti itu.   Pada pagi itu nampak belasan orang penunggang kuda yang memasuki Hou-ciu.   Mereka merupakan orang-orang yang bertubuh tinggi besar dengan wajah yang bengis.   Akan tetapi cara berpakaian mereka itu memperlihatkan mereka adalah para saudagar.   Rombongan ini telah menghampiri rumah penginapan Su-kiantiam-lauw, sebuah rumah penginapan yang terbesar di kota Houciu.   Dan dengan gerakan yang gesit sekali semuanya telah melompat turun dari kuda masing-masing.   Cara mereka turun dari kuda masing-masing memang mengherankan sekali.   Mereka berpakaian sebagai saudagar, akan tetapi gerakan mereka yang gesit itu menunjukan bahwa mereka mengerti ilmu silat.   Dengan demikian membuat banyak orang yang mengawasi mereka jadi terheran-heran, terutama sekali beberapa orang kang-ouw yang terdapat di dalam rumah penginapan itu.   Tanpa memperdulikan tatapan keheranan dari orang-orang itu, belasan orang saudagar tersebut telah memasuki rumah penginapan itu.   Salah seorang di antara mereka telah menepuk meja dengan keras.   "Pelayan! Pelayan!"   Ia memanggilnya dengan suara yang keras dan bengis. Bergegas menyambut seorang pelayan, dengan sikap hormat dia cepat-cepat berkata.   "Sayang sekali kedatangan tuan-tuan terlambat..... kamar sudah penuh.....!" Muka belasan orang saudagar itu berobah, mereka telah memperdengarkan suara tertawa dingin. Orang yang tadi menepuk meja juga telah memperdengarkan suara bentakan bengis.   "Cepat siapkan kamar, kami tidak mau tahu apakah kamar telah penuh atau tidak, yang terpenting kami meminta lima kamar kosong dan kalian harus mempersiapkannya! Jika sudah ada tamu yang mengisinya, usir mereka.....! Cepat laksanakan!"   Pelayan itu jadi tidak senang oleh sikap kasar sang tamu ini, akan tetapi dia memaksakan diri untuk bersenyum.   "Maafkan kami tuan-tuan..... mana mungkin kami mengusir tamutamu yang terlebih dulu datang ke mari dan menempati kamarkamar itu...... Harap tuan-tuan memaklumi dan mau mengerti..... Sangat menyesal sekali kami tidak bisa menyediakan kamar! Mungkin di rumah penginapan lain tuan-tuan bisa memperoleh kamar. Jangan kuatir di Hou-ciu ada belasan rumah penginapan.....!"   "Plakkk!"   Tahu-tahu saudagar yang seorang itu telah mengayunkan tangannya, dia menempeleng pelayan itu dengan keras, sampai tubuh pelayan tersebut terhuyung mundur dengan menjerit kesakitan.   "Kau..... kau.....?"   Pucat dan memerah muka si pelayan karena mendongkol, kaget dan gusar sekali. Sedangkan saudagar yang seorang itu tanpa memperdulikan sikap si pelayan telah mendelik, katanya.   "Jika memang kau tidak mau mengusir tamu-tamu itu, biar nanti kami yang mengusirnya. Kami dapat melakukannya sendiri.....!" "Ini..... ini mana boleh..... mana bisa begitu?"   Pelayan itu berseru penasaran. Mata saudagar itu mendelik, kawan-kawannya memperdengarkan tertawa mereka.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Apakah kau ingin dihajar lebih keras?"   Tegur saudagar itu.   Pelayan itu jadi ciut juga nyalinya, karena tadi dia telah merasakan betapa kuatnya tempilingan tangan si saudagar itu, sehingga dia merasakan pipinya seperti dihantam oleh lempengan besi saja.   Dia jadi mundur tiga langkah, namun dia masih tetap berkata.   "Janganlah tuan-tuan menimbulkan kerusuhan di sini, nanti orangorang Tie-kwan tentu akan menghukum tuan-tuan, jadi memperoleh kesulitan.....!"   Tetapi saudagar itu dengan mata mendelik menghampiri si pelayan, dia mengulurkan tangan kanannya dan mencengkeram baju di dada pelayan itu.   Dengan gerakan yang enteng dan mudah, dia telah mengangkat tubuh si pelayan dan melontarkannya, sehingga tubuh pelayan itu melayang di tengah udara dan terbanting di lantai dengan keras.   Mungkin karena terbanting dan kesakitan sehingga pelayan itu menjerit-jerit seperti anjing yang dikemplang.   Saudagar itu tertawa bengis, dia menghampiri meja kasir.   Sejak tadi memang kasir telah mengawasi kejadian itu, hanya saja kasir ini tengah ketakutan dan tidak berani mencampuri, di mana dia melihat pelayannya dihajar babak belur seperti itu.   Dia kuatir jika mencampuri nanti para tamu-tamunya itu mengalihkan kemarahan padanya dan menghajarnya seperti tadi orang itu menghajar pelayannya.   Itulah sebabnya si kasir berdiam diri saja di belakang meja kasirnya dengan tubuh mengkeret.   Akan tetapi sekarang melihat belasan orang saudagar itu melangkah menghampiri ke arahnya, jantungnya jadi berlompatan tidak hentinya, dia juga menggigil ketakutan, mukanya pucat.   Belum lagi tamunya, saudagar yang tadi melontarkan tubuh si pelayan berkata-kata dia melihat mata orang yang mendelik seperti itu padanya, si kasir telah berkata dengan suara yang ketakutan.   "Aku..... aku tidak tahu menahu urusan pelayan kurang ajar itu...... harap tuan-tuan jangan gusar..... Apakah ada sesuatu yang bisa kutolong untuk membantu tuan-tuan.....?!"   Tetapi saudagar yang bermuka bengis itu telah membentak keras.   "Kau harus menuruti perintah kami!"   Katanya. Tangannya juga telah menghantam meja dengan keras sekali. Sampai jantung kasir itu berlompatan, dan semangatnya seperti terbang meninggalkan raganya.   "Ya, ya.....!"   Kata kasir itu ketakutan bukan main.   "Katakanlah apa yang harus kulakukan?!"   "Sediakan lima buah kamar kosong buat kami!"   Kata saudagar itu.   "Ini..... ini....!"   Si kasir jadi sangat gugup, mukanya semakin pucat.   "Kenapa?!"   Mata saudagar itu mendelik besar sekali.   "Kamar-kamar telah penuh, menyesal sekali..... menyesal.....!"   Kata si kasir dengan gugup. "Plakkk!"   Mejanya telah dihantam dengan keras oleh saudagar itu. Semangat kasir itu melayang terbang meninggalkan raganya, dan tubuhnya menggigil semakin keras. Di samping itu juga tampak dia telah melompat mundur menjauhi meja kasirnya tiga langkah.   "Apakah kau ingin dihajar dulu baru melaksanakan permintaan kami?"   Tegur saudagar itu.   "Ohhh, mana berani kami berayal atas permintaan tuan-tuan....! Akan tetapi..... akan tetapi.....!"   Suara si kasir mandek sampai di situ, karena saudagar itu dengan cepat sekali telah melayang mencengkeram lengannya.   Sekali menarik dengan digentakkan, tubuh si kasir itu yang kurus kerempeng telah melayang ambruk bergulingan di lantai, mukanya mencium lantai dan dari hidungnya seketika mengucur darah segar.   Si Kasir mungkin kesakitan dan kaget melihat darahnya yang keluar dari hidungnya, dia jadi menangis sesambatan.    Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung

Cari Blog Ini