Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 3


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 3


Lima Jago Luar Biasa Karya dari Sin Liong   Menurut Lauw Kuihui, selama dia berada di istana Toan Hongya diambil menjadi selir, semua penghuni istana memperlakukannya dengan hormat dan disertai dengan segala peradatan.   Dengan demikian Lauw Kuihui menjadi bosan dan jemu disamping sebal.   Namun sekarang Ciu Pek Thong justru memperlihatkan sikap yang polos, seadanya dan apa saja yang sepantasnya, bercakap-cakap dengan polos bebas, dan juga tidak disertai dengan peradatan yang memuakkan Lauw Kuihui.   Karenanya diam-diam selir ini juga jadi senang untuk bercakap-cakap dengan si tamu agung ini.   Ciu Pek Thong telah berhenti berjingkrakan, dia telah menghampiri Lauw Kuihui, sambil tertawa lebar, diapun berkata.   "Mari.. mari kita mulai!"   "Siauwmoay tidak memiliki kepandaian yang berarti, karenanya harap Ciuya kasihan pada Siauwmoay untuk memberikan petunjuk pada Siauwmoay!"   Kata Lauw Kuihui dengan sikap yang manis. 68 Ciu Pek Thong mengangguk, katanya.   "   Jangan kuatir! Jika nanti setelah kau menemani aku main-main, sehingga kau tidak kesepian lagi, tentu aku akan membalas budimu dengan mengajarimu ilmu-ilmu yang hebat! Sungguh menyebalkan sekali, selama berada di istana Toan Hongya ini, tidak ada seorangpun yang menemani aku main-main, sehingga aku hanya keluyuran seorang diri, membosankan sekali.   Jika saja ada orang yang mau menemaniku untuk bermain-main, seperti main kelereng, atau main petak dan lain-lainnya, tentu aku akan betah berada di istana ini walapun harus bertahun- tahun!"   Lauw Kuihui tersenyum.   Dilihatnya Ciu Pek Thong walaupun seorang pemuda yang telah berusia hampir tigapuluh tahun, toh kenyataannya dia merupakan seorang yang jenaka dan wataknya seperti kanak-kanak, dimana dia masih senang main keleereng, masih senang main petak.   Inilah yang tidak pernah diduga oleh Lauw Kuihui, mengenai tabiat dari tamu agungnya ini maka sekarang begitu mengetahui tabiat si tamu agung dia jadi tersenyum sendiri.   Melihat Lauw Kuihui hanya tersenyum Ciu Pek Thong jadi gatal tangannya dan tak sabaran.   "Ayo kita mulai! Jangan senyum-senyum begitu saja!"   Kata Pek Thong.   "Siauwmoay menantikan pengajaran dari Ciuya!"   Kata Lauw Kuihui.   "/Engkau masih memiliki kepandaian yang rendah, tentu saja engkau yang harus menyerang aku!"   Kata Ciu Pek Thong tanpa tedeng aling-aling, plos sekali.   "Jika memang aku yang menyerangmu, apakah dalam dua jurus engkau masih bisa mengelakkan?" 69 Muka Lauw Kuihui jadi berubah merah. Tampa mempedulikan keadaan selir tersebut, Pek Thong telah mengibaskan lengan bajunya, katanya.   "Ayo mulai menyerang, aku akan melayanimu dengan main-main, seperti ini sungguh menggembirakan sekali!"   Lauw Kuihui sambil berkata minta "maaf telah menggerakkan kedua tangannya saling susul, dia mulai menyerang dengan jurus-jurus pukulan Sian thian Kang.   Karena mengetahu tamu agung ini seorang yang memiliki kepandaian yang tinggi, begitu menyerang Lauw Kuihui segera menggunakan jurus yang hebat.   Namun bagi Ciu Pek Thong dia mana melihat sebelah mata terhadap serangan tersebut? Karena dia bergerak lincah sekali menghindari serangan tersebut.   Empat kali Lauw Kuihui menyerang hebat, empat kali pula gagal.   Bahkan waktu dia menyerang keempat kalinya, Pek Thong telah melompat kebelakang Lauw kuihui sambil tertawa-tawa dan dia telah menarik buntut kuda Lauw Kuihui.   Tentusaja Lau kuihui terkejut sekali, karena bukannya mengusap, malah justru menarik rambutnya membuat kepalanya terjengklak kebelakang.   Namun akhirnya Lauw Kuihui bukannya marah atas "kekurangajaran Ciu Pek Thong, malah dianggapnya lucu dan menyenangkan dengan main main secara bebas seperti itu.   seumur hidupnya, terlebih sejak diboyong ke istana menjadi selir, Lauw Kuihui tidak pernah bermain sebebas sekarang ini.   inilah permainan yang menyenangkan sekali.   Dengan demikian, semangat Lauw Kuihui terbangun, demikian juga kegembiraanya.   Sambil tertawa-tawa gembira Luw Kuihu menyerang Ciu Pek Thong berulang kali.   Dengan demikian, 70 karena Pek Thong selalu berkelit mengelak dan Lauw Kuihui menyerang terus sambil mengejarnya, mereka juga seperti pasangan kekasih yang tengah bermain petak.   Suara tertawa Loo Boan Tong yang selalu berjingkrak dan berseru diiringi tertawanya dan suara tertawa Lauw Kuihui yang begitu merdu merupakan kegembiraan yang terlihat jelas sekali.   Lama juga Lauw Kuihui mengejar-ngejar sambil menyerang berulang kali pada Pek Thong, namun Pek Thong selalu berhasil mengelakkannya, karena Pek Thong memang memiliki Ginkang yang sempurna, dia seperti mempermainkan Lauw Kuihui.   Sudah berbulan-bulan Pek Thong selalu dikurung di istana Toan Hongya tanpa pernah bermain-main, sehingga menyebalkan sekali buatnya.   Sekarang dia bisa bermain-main dengan gembira seperti ini hatinya jadi terbuka sekali.   Semikian juga halnya dengan Lauw Kuihui.   Tetapi setelah lewat seratus jurus lebih, Ciu Pek Thong berkata.   "Jagalah aku akan balas menyerang!"   Lauw Kuihui mendengar bahwa Pek Thong ingin balas menyerang, sambil tertawa-tawa telah bersiap-siap untuk menerima serangan, dia berwaspada sekali.   Waktu itu Ciu Pek Thong mengulurkan tangannya akan menotok lengan, Lauw Kuihui mengelakkannya ke samping kanan.   Dengan demikian totokan Ciu Pek Thong dapat dielakkan.   Namun Pek Thong penasaran, dia meneruskan serangannya itu tanpa menarik pulang tangannya, maka tanpa diinginkan justru jari tangan Ciu Pek Thong telah menotok dada Lauw Kuihui.   71 Buat Pek Thong, hal itu tidak jadi persoalan, tidak membawa perasaan apa-apa baginya.   Tapi tidak demikian dengan Lauw Kuihui.   Mukanya berubah menjadi merah panas, karena dia menduga inilah perbuatan nakal dari Pek Thong.   Sesungguhnya Pek Thong memang tidak mempedulikan ikatan peradatan antara pria dan wanita, karenanya totokan jarinya pada dada Lauw Kuihui dianggapnya hal yang biasa saja.   Waktu itu Pek Thong telah berjingkrak tertawa.   "Bagus! bagus .. kau bisa mengelakkan totokanku. Itulah bagus, menunjukkan bahwa kepandaianmu memang cukup tinggi coba terima lagi totokanku ini!"   Kali ini Ciu Pek Thong bergerak sebat sekali, dimana tubuhnya berkelebat gesit sekali.   Mata Lauw Kuihui jadi kabur, tahu-tahu dia telah merasakan ngilu pada pinggang dan pundaknya dan tanpa dikehendaki, tubuhnya lemas tidak bertenaga dan rubuh rebah diatas rumput yang memang tumbuh tebal ditempat itu.   Ciu Pek Thong telah melihat Lauw Kuihui terkulai rebah diatas rumput, bukannya kaget dan cepat-cepat membangunkannya untuk membebaskan totokannya, malah si bego bocah tua bangkotan yang nakal ini telah tertawa terbahak-bahak.   "Nah sekarang kau menyerah atau tidak? Jika kau mengaku kalah, aku akan membebaskan totokan itu!"   Muka Lauw Kuihui jadi berubah merah, dia jengah sekali. Namun dia menyahuti.   "Ciuya, kepandaianmu sangat tinggi sekali, aku kagum!"   "Katakan saja dulu, kau mengaku kalah atau tidak?"   Tanya Ciu Pek Thong. 72   "Ya, Siauwmoay mengaku kalah, kepandaian Ciuya hebat sekali!"   Menyahuti Lauw Kuihui. Pek Thong berjingkrak-jingkrak kegirangan.   "Nanti kita main-main lagi, sungguh menggembirakan!"   Berseru Ciu Pek Thong.   Segera Lauw Kuihui dibebaskan dari totokan.   Waktu itu Lauw Kuihui jadi kagum sekali pada Ciu Pek Thong.   Dia memang menyukai tabiat Pek Thong yang bebas.   Maka sekarang melihat Ciu Pek Thong memiliki ilmu yang begitu tinggi, yang hanya dua kali menyerang telah merubuhkannya, Lauw Kuihui jadi tambah menyukai Ciu Pek Thong.   Sedangkan Ciu Pek Thong mendengar Lauw Kuihui takluk padanya dan juga mendengar selir itu memujinya setinggi langit, jadi girang bukan main.   Terlebih lagi memang Lauw Kuihui sangat cerdas, disamping juga dia memang cerdik dan pandai memanfaatkan keadaan, dimana melihat Pek Hong memiliki ilmu yang hebat, terutama ilmu totokan itu yang belum pernah diturunkan oleh Toan Hongya, dia telah memohon pada Pek Thong agar mau mengajarinya ilmu totokan itu padanya.   Sebelumnya Lauw Kuihui memang sering sekali memohon pada Toan Hongya agar mengajarkan ia ilmu totokan, tapi karena Toan Hongya beranggapan ilmu totokan itu merupakan ilmu yang terlalu sulit dan Lauw Khihui juga belum memiliki dasar yang kuat disamping Iwekang yang belum terlatih dengan baik, maka Toan Hongya selalu menolak permintaan Lauw Kuihui.   Dengan demikian keinginan selir itu untuk mempelajari ilmu totokan tersebut semakin kuat.   Sekarang dihadapannya berdiri si tamu agung yang bego namun memiliki ilmu totokan yang luar biasa tingginya, dengan 73 demikian Lauw Kuihui tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia sengaja melayani Pek Thong dengan manis, memohon agar Pek Thong mengajari ilmu totokan.   Ciu Pek Thong waktu mendengar Lauw Kuihui minta diajarkan ilmu totokan jadi bingung.   Tidak mudah untuk untuk memberikan pelajaran ilmu totokan itu, setidak-tidaknya memakan waktu yang sangat lama.   "Nanti aku akan menemani Ciuya main-main kelereng!"   Kata Lauw Kuihui.   Dia memang cerdik, tadi dia mendengar Pek Thong mengatkan bahwa si bocah tua bangkotan yang berandalan ini gemar main kelereng dan main petak, karena itu ia ingin "membayar pelajaran ilmu totokan itu dengan mengajak Pek Thong main kelereng atau main petak.   Mendengar akan ditemani main kelereng, Ciu Pek Thong berjingkrak-jingkrak girang, bahkan dia telah berseru.   "Cepat kau keluarkan kelerengmu!"   Kata Ciu Pek Thong tidak sabar.   "Aku tidak memiliki kelereng!"   Kata Lauw Kuihui.   "Nih kupinjami lima kelereng, nanti kau harus mengembalikannya!"   Kata Pek Thong sambil menyerahkan lima butir kelereng pada Lauw Kuihui.   Lauw Kuihui menyambuti dan merekapun telah asyik bermain kelereng.   Semula Lauw Kuihui tidak tahu cara bagaimana bermain kelereng, tapi setelah dijelaskan oleh Pek Thong cepat sekali dia mengerti, malah mereka telah main kelereng dengan hati yang sangat gembira.   Sebentar-sebentar terdengar suara seruan dan tertawa mereka yang gembira.   Yang paling gembira adalah Pek Thong, karena dia bisa bermain kelereng ditemani Lauw Kuihui, tidak seperti hari-hari sebelumnya, dimana dia selalu diliputi kejengkelan hati karena 74 kesepian tidak ada orang yang bisa menemaninya bermain kelereng.   Sampai hari gelap, mereka masih terus bermain kelereng, malah Lauw Kuihui telah menyalakan beberapa tengloleng dimana taman itu cukup terang, dan mereka terus juga main kelereng sampai jauh malam.   Akhir dari permainan mereka, Lauw Kuihui yang kalah dan berhutang sampai duapuluh delapan kelereng pada Pek Thong.   ****   Jilid 3   "Besok kita main lagi!"   Kata Lauw Kuihui.   "Dan jika besok aku yang beruntung bisa menang, akan kubayar hutangku itu!"   Pek Thong gembira sekali.   Malam itu dia tidur nyenyak sekali.   Hatinya sangat puas, sampai dalam tidurnya dia mimpi tengah bermain kelereng bersama-sama dengan Lauw Kuihui.   Keesokan paginya, Pek Thong telah datang ke istana selir kaisar mencari Lauw Kuihui.   Tidak sulit buat Pek Thong karena Lauw Kuihui telah menantinya di taman.   Merekapun asyik bermain kelereng lagi.   Bosan bermain kelereng mereka bermain petak, bermain hantu-hantuan dan 75 lain-lain permainan yang sesungguhnya semua itu merupakan permainan kanak-kanak.   Lauw Kuihui sendiri mula pertama kalinya merasa lucu dan geli dihati dengan bermain seperti kanak-kanak kembali.   Namun setelah asyik bermain, justeru selir ini jadi gembira bukan main karena belum pernah dia merasakan kebebasan dan kegembiraan seperti itu, dimana dia bisa bermain dengan bebas dan gembira sekali, tidak terkungkung oleh segala adat peradatan, malah Lauw Kuihui seperti memperoleh kembali kegembiraan masa kanak-kanaknya.   Setelah lelah bermain, Lauw Kuihui menyediakan makanan untuk Pek Thong.   Sambil makan, Pek Thong bercerita mengenai ilmu totokan itu, bagaimana pertama kalinya harus mulai mempelajari rahasia-rahasia terpenting dari ilmu totokan tersebut, dan cara bagaimana harus dapat menotok dengan mengimbangi tenaga totokan, agar setiap totokan dapat menutup jalan darah totokan tersebut.   Lauw Kuihui mendengarkan dengan penuh perhatian.   Bukan main girangnya Lauw Kuihui karena dia telah memperoleh kenyataan bahwa ilmu totokan itu adalah ilmu yang hebat dan beberapa kali dalam kesempatan waktu mereka tengah bermain gembira, selalu Liauw Kuihui menuntut agar Pek Thong menepati janjinya untuk mengajari dia ilmu totokan tersebut.   Loo Boan Tong, si bocah tua bangkotan yang nakal iitu selalu bermain dengan gembira.   Diapun tidak menganggap bahwa Lauw Kuihui sebaagai seorang wanita, hanya diperlakukan sebagai seorang sahabat yang menyenangkan yang bisa diajak bermain bersama-sama, menemaninya bermain kelereng dan petak.maka Lauw Kuihui memiliki 76 banyak sekali cara-cara bermain yang menarik, seperti juga halnya dengan bermain tangan tungkrap buka, yang dikenal dengan nama pong-pong-ciu dan bermain lempar-lempar batu, bermain melompati tambang, bermain melewati tumpukan gala.   Tentu saja semua itu harus dilakukan oleh Pek Thong tanpa mempergunakan ginkangnya, sehingga memang sulit juga Pek Thong untuk melewati tumpukan tangga dengan lompatan biasa, dan semua itu malah mendatangkan kegembiraan yang luar biasa bagi Pek Thong sehingga dia selalu menjanjikan kepada Lauw Kuihui jika memang Lauw Kuihui mau menemaninya bermain-main, dia akan menurunkan ilmu silatnya yang lain-lainnya disamping ilmu totokan itu.   Lauw Kuihui semakin bersemangat mencarikan permainan baru untuk si bocah tua bangkotan yang nakal dan berandalan ini yang memiliki tabiat masih seperti kanak-kanak itu.   Begitulah, dihari kelima, Pek Thong mulai mengajari Lauw Kuihui ilmu totokan itu.   Yang pertama-tama diajarkannya Kauwhoat (teori) ilmu totokan tersebut.   Dia telah menyebutkan satu persatu teori ilmu totokan tersebut.   Setiap kali dia selesai menjelaskan satu jurus dan ilmu totokan tersebut dia mengajak Lauw Kuihui untuk bermain.   Dan setelah puas bermain, baru Pek Thong mengajari jurus yang lainnya lagi.   Dengan cara seperti itu, setelah lewat sepuluh hari, barulah Pek Thong menjelaskan seluruh kauwhoat ilmu totokan tersebut.   Lauw Kuihui memang cerdas sekali.   Dia sangat pintar sekali, karena sekali saja Pek Thong menjelaskan.   Dia segera bisa mengingatnya dengan baik dan menguasai teori itu.   77 Waktu hari kesebelas, tiba giliran Pek Thong memberitahukan letak-letak dari jalan-jalan darah terpenting di tubuh manusia.   Untuk ini Pek Thong memperoleh kesulitan.   Sejak pagi hari, Pek Thong telah bermuram dan bermain tidak segembira hari-hari sebelumnya.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Lauw Kuihui melihat keadaan Pek Thong seperti itu, sambil tertawa menanyakannya.   Si bocah tua bangkotan itu Cuma menggeleng-gelengkan kepalanya.   Tapi waktu Lauw Kuihui mendesaknya, Pek Thong telah mengetuk-ngetuk keningnya dengan wajah muram.   "Ciuya, jika memang engkau mempunyai urusan yang sangat penting dan menyusahkan hatimu, katakan saja, siapa tahu aku bisa membantumu!"   Kata Lauw Kuihui.   "Jangan kau berdiam diri seperti itu saja, sebab akan membuat permainan kita ini tidak menarik dan kegembiraan kita lenyap!"   Ciu Pek Thong menghela nafas, dia duduk bengong, tapi kemudian berjingkrak.   "Ai, memang benar! Benar!"   Teriaknya.   "Apa yang benar, Ciuya?!"   "Memang benar apa yang kau katakan. Aku tidak boleh membuat permainan kita ini menjadi tidak resap dan juga kegembiraan kita jadi terganggu! Aku harus mengatakan kesulitan itu!"   "Ya, katakanlah Ciuya!"   Kata Lauw Kuihui.   "Sesungguhnya aku tengah bingung memikirkan bagaimana aku harus mengajarkan kau ilmu totokan itu. Karena Kauwhoat ilmu totokan itu telah selesai kuberitahukan, sekarang aku harus memberitahukan letak dari jalan darah 78 darah itu diseluruh tubuh. dengan demikian . aku mengalami kesulitan!"   "Memiliki kesulitan? Kesulitan apa Ciuya? Bukankah kau bisa memberitahukan saja dimana letak dari jalan darah itu?"   Tanya Lauw Kuihui tidak mengerti. Muka Pek Thong berubah merah, tampaknya dia jengah. Lauw Kuihui yang melihat lagak Pek Thong jadi heran.   "Katakan Ciuya, kesulitan apa yang kau miliki?"   Desak Lauw Kuihui.   "Aku teringat pada "Lam Lie Diu Siu Put Cin yaitu pria dan wanita tidak dapat bersentuhan tangan. Coba pikir, tanpa meraba jalan darah diseluruh tubuh, mana bisa ilmu itu diajarkan sempurna?!"   Muka lauw Kuihui berubah merah waktu dia mengerti apa kesulitan Pek Thong.   Dengan demikian Pek Thong memang memperoleh kesulitan jika ingin mengajari ilmu totokan itu dengan baik, dimana dia harus menunjukkan satu persatu letak jalan darah.   Berarti Pek Thong akan meraba seluruh tubuh Lauw Kuihui, untuk menjelaskan satu persatu letak dari jalan darah tersebut.   Bukankah berarti sekujur tubuh Lauw Kuihui akan dipegang-pegang dan diraba-raba oleh Pek Thong? Sedangkan dia adalah seorang selir kaisar.   Namun keinginan untuk mempelajari ilmu ilmu totokan itu kuat sekali, karenanya setelah berpikir sejenak, Lauw Kuihui telah berkata.   "Jika memang harus menyentuh tubuhku pun tidak ada halangan. Bukankah kita tidak bermaksud buruk?!"   Tapi Pek Thong talah menggoyangkan tangannya. 79   "Celaka! Celaka! Itulah yang tidak kuinginkan!"   Kata Pek Thong.   "Kenapa celaka?!"   Tanya Lauw Kuihui. Muka Pek thong berubah merah dan panas dia jengah sekali. Lalu sambil menyeringai, dia menyebuti juga.   "Kau bilang tidak apa-apa aku meraba tubuhmu untuk memberitahukan satu persatu letak jalan darah itu, namun buat aku inilah celaka, bisa berabe!"   Lauw Kuihui tersenyum.   "Tapi bukankah kita tidak mempunyai maksud buruk dan yang tidak-tidak?"   Tanya Lauw Kuihui. Namun Pek Thong tetap menggelengkan kepala.   "Tidak! tidak! aku tidak mau nanti ditegur oleh Toan Hongya. meraba-raba tubuh seorang wanita menurut Ong Suheng merupakan perbuatan yang melanggar kesopanan dan perbuatan yang rendah!"   Lauw Kuihui tersenyum.   "Lalu jika memang kau tidak meu meraba tubuhku, berarti engkau tidak bisa memberitahukan letak jalan darah itu satu- persatu!"   Katanya. Ciu Pek Thong jadi bengong.   "Jadi Ciuya tidak mau menepati janji untuk mengajari aku ilmu totokan itu sampai aku mahir mempergunakannya?!"   Tanya Lauw Kuihui dengan suara mendesak. Pek Thong tambah bengong, sehingga tampaknya bloon sekali. 80   "Kalau begitu, besok-besok aku tidak mau menemani kau bermain lagi!"   Kata Lauw Kuihui. Pek Thong kaget.   "Eh, mana boleh begitu?"   Katanya gugup.   "Ciuya telah melanggar janji dan tidak mau menepati janjimu yang hendak mengajari aku ilmu totok itu sampai dapat kujalankan dengan mahir!"   Ciu Pek Thong menghela nafas.   "Aku bukan hendk mengingkari janji, tapi aku tengah memikirkan dengan cara bagaimana aku bisa mengajarimu ilmu tiamhoat (totokan) itu tanpa perlu meraba tubuhmu!"   "Jika begitu biarlah aku memanggil dayangku, nanti kau boleh menunjukkan letak jalan darah disekujur tubuh padaku!"   Lauw Kuihui memberikan saran. Muka Pek Thong berseri-seri, dia berseru girang sambil melompat berdiri, namun itu hanya sekejap saja, sebab mukanya kembali murung dan dia telah bengong serta bloon.   "Mengapa? Bukankah dengan menunjukkan satu persatu letak jalan darah didiri dayang itu, akupun bisa mengerti?!"   Tanya Lauw Kuihui sambil mengawasi kuatir, karena dia takut kalau-kalai Ciu Pek Thong menyalahi janjinya dan batal mengajari dia ilmu totokan tersebut.   "Jika memang aku harus meraba-raba seorang dayang, itupum perbuatan yang tidak pantas!"   Kata Pek Hong.   "Mengapa begitu?"   Tanya Lauw Kuihui.   "Dayangmu itu tentunya seorang wanita juga bukan?"   Menyahut Pek Thong. Tiba-tiba dia bersorak girang sambil 81 bertepuk-tepuk kedua tangannya.   "Aku ada akal! Aku ada akal!"   Sambil berseru demikian dia bernyanyi-nyanyi. Lauw Kuihui melihat tingkah laku Pek Thong jadi ikut girang. Segera bertanya tidak sabar.   "Akal apa yang telah terpikit oleh Ciuya? Cepat jelaskan padaku!"   "Kita ambil saja seorang pelayan laki-laki. Bukankan aku dapat dengan leluasa menunjukkan setiap jalan darah ditubuhnya, walaupun tanganku menyentuh tubuhnya, itu bukan merupakan pantangan lagi!"   Tapi Ciu Pek Thong girang, malah Lauw Kuihui yang berobah mukanya jadi merah jengah, dia kaget yang akan dijadikan penggantinya untuk menunjukkan setiap jalan darah di tubuh manusia itu adalah seorang pelayan laki-laki.   Mana mungkin hal itu diterima olehLauw Kuihui.   Dia seorang selir yang memiliki kedudukan tinggi.   Disamping itu diapun seorang wanita.   Jika memang pelayan itu diminta berdiam diri untuk ditunjukkan satu persatu setiap jalan darahnya untuk Lauw Kuihui, niscaya diapun harus membuka pakaiannya, sehingga mana dapat Lauw Kuihui menerima keadaan seperti itu? Melihat Lauw Kuihui berdiam diri saja, Ciu Pek Thong berhenti tertawa, tanyanya heran.   "Apakah kau keberatan jika seorang pelayan lelaki yang kita pergunakan sebagai contoh?"   Lauw Kuihui telah menghela nafas.   "Mana mungkin? Pelayan laki-laki itu tentu akan membuka seluruh pakaiannya dan aku aku !"   Kata Lauw Kuihui gugup dan jengah sekali. Pek Thong tersenyum. 82   "Mengapa harus malu-malu begitiu? Bukankah engkau hendak memiliki kepandaian ilmu totokan itu?!"   Tanya Pek Thong. Tapi Lauw Kuihui telah menggeleng.   "Tidak, aku tidak setujui usul itu, bagaimana jika nati pelayan laki-laki itu membocorkan hal ini pada hongya? tertu Hongya akan murka!"   Ciu Pek Thong jadi garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Dia menggerutu dengan suara yang tidak jelas.   "Habis mestinya bagaimana?"   Tanya Pek Thong berulang kali, seperti pada dirinya sendiri. Lauw Kuihui tersenyum, dia menarik tangan Pek Thong, sambil katanya.   "Lebih baik kita jangan membicarakan hal itu dulu, mari kita main untuk menambah kegembiraan kita. Aku akan menemani kau main kelereng masuk lubang..!"   Pek Thong berdiam sejenak, namun si bocah tua bangkotan yang nakal ini mengangguk, kegembiraannya terbangun waktu dia bersama Lauw Kuihui bermain kelereng.   Lauw Kuihui telah membuat lubang berukuran tidak begitu besar di tanah, dan mereka berlomba untuk memasukkan kelereng sebanyak mungkin kedalam lobang tersebut dengan menyentilkan kelereng dari jarak jauh.   Jika Pek Thong tenggelam dalam kegembiraan waktu bermain kelereng, adalah Lauw Kuihui sambil bermain kelereng sambil tertawa dan bersorak gembira jika kelerengnya itu ada yang berhasil masuk ke dalam lobang.   Namun otaknya terus juga bekerja keras dengan cara bagaimana dia bisa memecahkan kesulitan yang tengah dihadapinya agar Pek Thong dapat mengajarinya ilmu tiamhoat itu dengan lancar.   83 Waktu itu haripun merangkak terus, dan sang sorepun menjelang datang.   Pek Thong puas dengan main-main pada hari ini, diapun ingin pamitan pulang ke tempatnya, tapi Lauw Kuihui telah mencekal lengan Pek Thong, katannya.   "Tunggu dulu Ciuya aku ingin mengtakan sesuatu padamu. Mari kau ikut ke tempatku!"   Pek Thong menurut saja, dia mengikuti dibelakang Lauw kuihui, mereka menuju ke kamarnya selir tersebut.   Lauw Kuihui memang sengaja mengajak Pek Thong ke kamarnya, karena malam ini juga dia menghendaki Pek Thong mengajarkan ilmu totokan itu.   Kamar selir tersebut ternyata merupakan istana kecil yang sangat indah.   Begitu Pek Thong melangkahkan kaki memasuki istana tersebut, segera hidungnya diterjang aroma harum semerbak yang bukan main.   Pek Thong jadi canggung.   "Aku tak mau lama-lama disini!"   Katanya. Lauw Kuihui mencekal lengan Pek Thong.   "Mengapa harus tergesa-gesa dan gugup seperti itu?"   Tanya Lauw Kuihui.   "Duduklah, Siauwmoay akan menyediakan teh!"   Setelah berkata begitu, Lauw Kuihui keluar ruangan, dia memanggil beberapa orang dayangnya dan berpesan, siapapun tidak diperkenankan masuk ke ruang dalam karena Lauw Kuihui akan membicarakan sesuatul yang penting sekali dengan tamu agung itu.   Para dayang mengiyakan dan meninggalkan istana tersebut, kembali ketempat mereka.   Lauw Kuihui sendiri yang telah mempersiapkan teh untuk Pek Thong.   Dan Lauw Kuihui pula yang mempersiapkan makanan.   Dengan demikian, dia telah menjamu Pek Thong, sambil makan mereka bercakap-cakap.   84 Tapi Pek Thong tampak tidak tenang.   Beberapa kali sambil makan dia telah bertanya.   "Sesungguhnya apa yang hendak kau tanyakan? Katakanlah!"   "Sabar,"   Kata Lauw Kuihui.   "Nanti selesai makan, aku akan menjelaskannya! Aku telah menemukan cara yang paling baik untuk kau mengajarkan aku satu persatu letak jalan darah di tubuh setiap manusia!"   "Kau sudah memperoleh cara yang baik untuk aku memberikan petunjuk?"   Tanya Pek Thong girang.   "Lekas kau katakan!"   "Sabar!, makanlah dulu perlahan-lahan, nanti aku akan menjelaskannya!"   Pek Thong telah bersantap dengan cepat.   Dia telah menghabskan tida mangkok nasi dan cukup banyak juga sayur- sayuran yang telah dimakannya.   Sayur-sayur itu dimasak sendiri oleh Lauw Kuihui, ternyata sangat lezat.   Setelah selesai membereskan seluruh perabotan itu, Lauw Kuihui duduk dihadapan Pek Thong.   "Ciuya, aku akan menjelaskan caraku yang terbaik ini. Kuharap saja kau tidak keberatan menerimanya!"   Kata Lauw Kuihui kemudian. Ciu Pek Thong mengangguk-angguk.   "Ya, ya katakanlah!"   "Seperti tadi telah kukatakan, jika memang perlu kau menunjukkan langsung jalan darah di tubuhku ini, aku tidak keberatan, maka dibandingkan aku harus melihat tubuh seorang pelayan laki-laki, aku lebih rela kau menunjukkan langsung setiap jalan darah di tubuhku ini! Bukankan kita memang tidak mempunyai maksud buruk. Kita boleh memadamkan api 85 penerangan. Sehingga aku tidak bisa melihatmu dan engkaupun tidak bisa melihatku! Bukankah dengan demikian engkau hanya memberikan petunjuk hanya dengan meraba saja? dengan demikian kita berduapun tidak perlu malu?"   Lauw Kuihui memberikan saran seperti itu, karena selama belasan hari ini, disaat mana dia selalu menemani Pek Thong bermain-main, maka dia melihat Pek Thong sesungguhnya seorang yang jujur dan polos.   Diapun memiliki tabiat yang bebas dan tidak senang dikekekang.   Jika memang wataknya agak berandalan, itupun hanya disebabkan tabiatnya yang kekanak-kanakan belaka.   Secara keseluruhannya, Pek Thong merupakan seorang yang menyenangkan sekali.   Bahkan diam- diam Lauw Kuihui semakin menyukai Pek Thong.   Sia memperoleh kenyataan bahwa Pek Thong tentu akan me- ngatakan secara terus terang apa yang dipikirkannya, per- buatannyapun selalu menjurus ke perbuatan yang meng- gembirakan.   Wataknya itu membuat menyalanya kembali kegembiraan Lauw Kuihui.   Selama diboyong ke istana, Lauw Kuihui selalu hidup dalam lingkungan yang kaku penuh dengan peradatan.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Demikian juga halnya jika melayani Toan hongya, harus dengan serius, dengan segala adat peradatan.   Begitu pula dalam hal semua penghuni istana memperlakukan dirinya.   Memang benar Toan Hongya menyayangi dan mencintainya, tapi Lauw Kuihui bukan mencintai Toan Hongya, dia hanya ingin hidup mewah dan senang, sehingga bersedia diboyong ke istana Kaisar ini.   Dimana sia bisa hidup dalam lingkungan istana dengan penuh kemewahan.   Memang sebelumnya Lauw Kuihui berpikir bahwa hidup di istana raja tentu menyenangkan sekali, dapat memiliki harta yang berlimpah, permata dan perhiasan yang tumpah ruah melekat di tubuh dan sekehendak hati memakainya.   Namun setelah berada beberapa tahun di istana, ternyata dia mulai bosan, mulai jemu 86 dengan keadaan yang kaku begitu-begitu saja, setiap hari tidak ada kelainan.   Terutama sekali memang Toan Hongya pun tidak bisa terlalu sering mengunjunginya, karena untuk mengunjungi permaisuri saja Toan Hongya tidak dapat melakukan setiap hari.   Paling cepat enam hari atau seminggu sekali.   Hal ini disebabkan Toan hongya juga sibuk melatih diri, sebagai seorang raja yang gemar ilmu silat, tentu saja hubungannya dengan wanita sedapat mungkin dibatasi.   Jika permaisuri saja sudah enam atau tujuh hari saja didatangi satu kali, lalu giliran untuk selir berapa lama sekali? Lauw Kuihui sendiri dikunjungi Toan Hongya terkadang satu bulan sekali atau mungkin juga lebih lama lagi, tidak jarang sampai dua bulan lebih dia tidak menerima kunjungan Toan Hongya.   disebabkan itu pula, disamping kejemuan yang meresapi hatinya, kini kesepian pula memegang peranan yang tidak kecil.   Dan kini muncul Ciu Pek Thong yang nakal dan jenaka itu yang selalu gembira dan berhasil membangunkan kegembiraan Lauw Kuihui, dimana selir ini merasa kembali ke jaman kanak-kanaknya lagi diliputi kegembiraan.   Kegembiraan yang diperolehnya itu kian mekar dihatinya dengan lewatnya sang hari, karena Pek Thonglah yang dapat menghibur hatinya, dengan segala permainan yang mereka adakan, walaupun permainan itu merupakan cara-cara bermain dari anak kecil.   Bahkan Lauw Kuihui sampai berfikir, jika sekarang dia diminta untuk memilih, hidup mewah di istana raja namun terkungkung bagaikan burung dalam sangkar emas dan digelimangi oleh benda-benda yang mewah dan permata yang cemerlang namun kaku dan tidak bisa diajak bercengkrama, tidak bisa diajak bercakap-cakap, semuanya serba kaku dan para dayang yang selalu hanya bersikap hormat dan takut padanya, atau memang dia harus memilih hidup bebas dan penuh kegembiraan, seperti selama belasan hari ini 87 dia bersama Pek Thong, tentu Lauw Kuihui akan memilih pilihan yang kedua.   Hal itu menunjukkan bahwa sebungkah kegembiraan itu telah melahirkan perasaan laindihati Lauw Kuihui, dari perasaan suka, akhirnya mencintai Pek Thong.   Memang benar Pek Thong memiliki tabiat seperti kanak-kanak, berandalan dan jenaka, namun justru kebetulan sekali Lauw Kuihui yang tengah kesepian dan jemu terhadap lingkungan yang kaku dan mati penuh dengan peradatan, sehingga seperti juga gayung bersambut, dihati Lauw Kuihui muncul perasaan cinta dia merasa sayang pada Pek Thong yang bisa menyalakan dan membangkitkan kembali kegembiraannya, merasa hidup dalam dunia yang lain.! Mendengar perkataan Lauw Kuihui bahwa mereka akan berada di kamar yang dimatikan api penerangannya, agar Pek Thong memberikan petunjuk letak dari setiap jalan darah.   Loo Boan Tong bimbang sejenak.   Namun akhirnya dia mengangguk juga, katanya.   "Baiklah besok kita mulai.!"   Tapi Lauw Kuihui menggeleng.   "Jangan besok!"   "Apakah aku sekarang?"   Tanya Pek Thong.   "Aku lelah setelah satu harian bermain-main dengan kau!"   Lauw Kuihui tersenyum.   "Jika besok pagi atau siang, cahaya matahari tentu akan menembusi masuk dalam kamar, walaupun api penerangan dipadamkan, tentu segala apa masih bisa dilihat dengan jelas. Sekarang saja kau mengajari aku dan besok-besok di- lanjutkan setiap malam hari. 88 Pek Thong beranggapan perkataan Lauw Kuihui memang benar, dia mengangguk.   "Kau setuju bukan?"   Tanya Lauw Kuihui menatapnya dengan perasaan tegang. Pek Thong mengangguk lagi, dia mengiyakan. Bukan main gembiranya Lauw Kuihui, segera dia menarik tangan Pek Thong.   "Mari ikut aku ke dalam!"   Ajaknya.   Ciu Pek Thong hanya menurut.   Lauw Kuihui telah mengajak Pek Thong ke kamarnya, kamar pribadinya, sebuah kamar yang tersusun baik dan mewah sekali.   Ciu Pek Thong waktu melihat kamar Lauw Kuihui merasa seperti memaasuki ruangan dari istana Kerajaan Langit yang sering didengar dari dongeng-dongeng suhengnya, yang mengatakan setiap ruangan dari kerajaan Langit menaburkan harum semerbak yang nyaman dan penuh dengan barang-barang yang tersusun baik dan rapi, merupakan kamar yang terawat dengan baik dan juga kamar yang enak untuk ditempati.   Semula memang Pek Thong agak ragu-ragu untuk berdiam di kamar itu.   Namun Lauw Kuihui memang cerdik sekali, deimana dia telah mengajak Pek Thong bercakap-cakap berbagai hal.   "Kita mulai saja pelajaran itu, Ciuya?"   Tanya Lauw Kuihui.   "Tunggu dulu!"   Cegah Pek Thong.   "Ya? Ada apa lagi Ciuya?"   "Apakah ini kamarmu?" 89 Lauw Kuihui mengangguk-angguk.   "Ya..! sahutnya.   "Apakah kamar ini kurang menyenangkan dan kurang baik?"   Biarlah aku akan menyusun lagi di malam malam berikutnya agar Ciuya lebih kerasan di kamar ini!"   "Bukan bukan begitu!"   Menyahut Pek Thong gugup, sambil menggoyang-goyangkan tangannya.   "Yang ingin kutanyakan, apakah kamar ini milikmu yaitu yang setiap hari kau tempati?"   "Ya!"   Mengangguk lagi Lauw Kuihui.   "Jadi kau rupanya orang yang cukup penting di istana ini!? kata Pek Thong.   "Apa pekerjaanmu?! Kamar ini dihias demikian mewah jika memang ditempati oleh seorang dayang itulah tidak sepantasnya, dan jika memang ditempati sanak family Kaisar, kamar itupun masih terlalu mewah!"   Lauw Kuihui tertawa.   "Ciuya, kau tidak perlu memikirkan hal itu!"   Katanya.   "Bukankah kita dapat bermain-main setiap hari dengan gembira, dimana aku dapar menemani engkau untuk bermain kelereng dan lain-lainnya, dan engkau meng- ajari aku ilmu totokan. Tentang siapa diriku, engkau tidak perlu memusingkannya!"   Tapi Ciu Pek Thong telah menggoyang-goyangkan tangannya.   "Tidak, tidak dapat begitu!"   Katanya.   "Mana boleh aku tidak mengetahui siapa adanya engkau? Jika memang ternyata nanti engkau ini permaisuri dari Toan Hongya raja itu, tentu aku bisa dimaki oleh Ong Suheng? Bahkan aku bisa dihukum duduk menghadap tembok selama berhari-hari karena dianggap lancang!"   Lauw Kuihui tersenyum saja. 90   "Siapa kau sebenarnya kau dan apa pekerjaanmu di istana ini?!"   Desak Ciu Pek Thong tidak senang waktu melihat Lauw Kuihui hanya tersenyum-senyum saja.   "Ya, jika jeka memang Ciuya ingin mengetahui juga, baiklan aku akan menjelaskannya! Memang aku memiliki hubungan yang dekat sekali dengan Toan Hongya, walaupun aku bukan permaisuri namun memiliki tugas yang sama dengan permaisuri, hanya soal kedudukan kami yang berbeda.!"   Ciu Pek Thong jadi tidak mengerti, dia menggerutu tidak jelas. Melihat lagak Ciu Pek Thong yang nakal ini, Lauw Kuihui jadi tersenyum.   "Mengapa harus bingung seperti itu?"   Tanya Lauw Kuihui.   "Kau mengatakan engkau bukan permaisuri, tapi engkau mengatakan juga memiliki tugas yang sama dengan permaisuri. Lalu apa artinya perkataan ini?"   Lauw Kuihui menghela nafas, senyumnya lenyap dari wajahnya, katanya.   "Sesungguhnya aku selor Hongya.!"   "Selir Hongya?"   Tanya Pek Thong. Lauw Kuihui mengangguk.   "Oh jika Hongya mengetahui aku sering main-main dengan kau, tentu Hongya akan gusar.."   Kata Pek Thong setengan berseru. Lauw Kuihui menggeleng perlahan.   "Cuiya tamu agung kami, dan Ciuya berhati baik hendak memberi petunjuk mengenai pelajaran ilmu tiamhoat, karena itu mengapa Toan Hongya harus gusar?" 91 Ciu Pek Thong ragu-ragu, tapi Lauw Kuihui telah berkata lagi.   "Walaupun kini Ciuya telah mengetahui bahwa aku adalah selir Hongya, tapi Ciuya jangan terlalu segan padaku.! Karena itu kupikir agar hubungan kita tidak kaku, untuk selanjutnya maafkanlah kelancangan siiauwmoay memanggil Ciuya dengan sebutan Ciu toako saja dan Ciuya boleh memanggil aku dengan sebutan si Eng saja!"   Pek Thong kaget, dia menggeleng-gelengkan kepalanya.   "Mana bisa begitu! Bagaimana bisa begitu! Jika memang Kuihui ingin memanggilku dengan sebutan Ciu toako, itu memang masih pantas, tapi mana layak memanggil Kuihui sengan sebutan si Eng saja? jika semula aku berlaku kurang hormat dan lancang, itulah aku memang tidak mengetahui bahwa kau adalah Kuihui. Lauw Kuihui tertawa.   "Ciu toako jangan berkata begitu, jika memang engkau bersikap canggung-canggung dan kaku setelah mengetahui bahwa aku seorang kuihui, bukankah itu hanya merusak kegembiraan kita? Bukankan selama ini kita dapat bermain dengan gembira? Akupun tidak gila hormat. Karena cukup jika Ciu toako memanggil dengan sebutan si Eng saja. nama kecilku Eng dan nama tunggalku Lauw."   Ciu Pek Thong masih bingung dan ragu-ragu, namum Lauw Kuihui benar-benar cerdik, dia mengajak Ciu Pek Thong mengobrol kesna kemari dan mengetahui bahwa Loo Boan Tong gemar mendengarkan cerita dongeng mengenai kerajaan Langit, Lauw Kuihuipun telah banyak bercerita mengenai dongeng-dongeng yang terjadi di kerajaan langit.   Memang Lauw Kuihui selama berada di istana Toan Hongya ini, dimana dia sejak diboyong ke istana, maka untuk melewati waktu- 92 waktunya yang senggang, dia telah banyak membaca buku- buku dongeng sejenis itu, karenanya sama sekali dia tidak menemui kesulitan untuk mendongeng dihadapan si bocah tua bangkotan yang nakal, yang gemar mendengarkan cerita ini.   Sebentar saja kegembiraan Ciu Pek Thong telah pulih kembali, bahkan dalam percakapan mereka karena gembiranya, Ciu Pek Thong juga tidak jarang memanggil Lauw Kuihui dengan sebutan Engmoay, si adik Eng itu.   Sedangkan Lauw Kuihui juga memanggil Ciu Pek Thong selalu dengan sebutan Ciu toako, kakak Ciu Begitulah waktu telah saling mengejar juga dan kian larutlah malam.   Sampai suatu kali, Lauw Kuihui telah mengingatkan pada Pek Thong tentang maksud mereka untuk berlaatih ilmu totokan itu, dimana Pek Thong akan memberikan petunjuk.   "Biarlah aku padamkan dulu api penerangannya, Ciu toako!"   Kata Lauw Kuihui.   Pek Thong mengiyakan.   Dilihatnya Lauw kuihui telah emmadamkan api penerangan yang tergantung di kedua dinding kamr.   Lalu api penerangan dekat pembaringan dan juga api penerangan di sudut ruangan dekat pot bunga moauwtan yang tumbuh tengah mekar menebarkan aroma harum semerbak.   Seketika kamar Lauw kuihui menjadi gelap, hanya samar sekali cahaya rembulan masih berhasil menerobos masuk lemah sekali lewat sela-sela jendela.   "Apakah kita mulai sekarang, Cio toako?"   Tanya Lauw Kuihui dengan suara tidak begitu keras.   "Ya, ya.."   Menyahut Pek Thong. 93   "Dengan cara bagaimana kita mulai?"   Tanya Lauw Kuihui/ "Kau harus duduk dipembaringan, dan aku akan menunjukkan satu-persatu letak jalan darh di tubuhmu, kau harus mengingatnya baik-baik Eng moay.!"   Menjelaskan Pek Thong.   "Baik,"   Kata Luw Kuihui.   Pek Thong masih duduk di kursinya, perasaan dan hatinya berdegupan tidak tenang.   Tapi dia tidak mau menyalahi janjinya.   Bukankan dia yang telah menjanjikan kepada Lauw kuihui itu bahwa dia akan menurunkan pelajaran ilmu menotok jika memang si adik Eng mau menemaini bermain-main.   Memang dia telah mengajarkan Kauwhoat (teorinya) tetapi itu belum cukup, karena belum berarti si adik Eng itu bisa menggunakannya untuk menotok.   Didengarnya si adik Eng itu telah naik ke pembaringan, didengarnya juga bergeseknya alas pebaringan, rupanya si adik Eng tengeh merapikan duduknya dipembaringan.   Keadaan dalam kamr itu gelap sekali.   Namun sebagai orangn yang terlatih matanya Ciu Pek Thong masih bisa melihat samar-samar bayangn si adik Eng itu yang mulai duduk rapi dipembaringan.   "Nah, Ciu Toako, kita sudah bisa segera mulai, aku telah siap! kata Lauw Kuihui. Ciu Pek Thong bangkit dari duduknua, menghampiri pembaringan. Dia mengulurkan tangannya ke arah tubuh si adik Eng itu. Tapi cepat dia menarik kembali tangannya. 94   "Kenapa Ciu toako? Apakah ada sesuatu yang tidak beres? Mengapa engkau tidak naik saja ke pembaringan saja agar lebih mudah memberikan petunjukmu?"   "Kau kau masih mengenakan pakaianmu, aku tidak bisa memberitahukan letak jalan darahmu!"   Kata Pek Thong walaupun kamar itu gelap, tidak urung muka Pek Thong berubah menjadi merah dan dia merasakan pipinya panas sekali, jantungnya berdegupan, dia merasa malu bukan main.   "Oh, harus membuka pakaianku?!"   Tanya Lauw Kuihui, tapi kemudian terdengar dia tertawa perlahan.   Tanpa bimbang sedikitpun dia telah membuka seluruh pakaiannya.   Ciu Pek Thong telah memejamkan matanya, karena walaupun kamar gelap, toh matanya tajam sekali, dia masih bisa melihat si adik Eng itu samar-samar, melihat bagaimana kedua tangan dan tubuhnya bergerak tengah membuka pakaiannya.   Dan Pek Thong tidak mau melihatnya.   Dia hanya mendengar suara bergesekan pakaian si adik Eng yang tengah dibuka.   "Mengapa kau belum naik ke atas pembaringan, Ciu toako? Bukankah dengan berdiri di dekat pembaringan saja kau akan sulit memberikan petunjuk yang jelas dan baik padaku?"   Tiba-tiba Pek Thong dikejutkan oleh teguran Lauw Kuihui. Karena sudah tidak ada pilihan lain, Loo Boan Tong menyahuti.   "Ya, ya.. saja, dan telah membuka sepatunya. Diapun naik ke atas pembaringan. Duduk menghadapi pnggung Lauw Kuihui. Lauw Kuihui memang sudah tidak mengenakan pakaian, sesungguhnya punggungnya itu halus, kulitnyapun lembut sekali, karena dalam kamar yang gelap pekat itu, toh 95 punggungnya itu seperti juga masih memancarkan sinarnya yang lembut halus. Ciu Pek Thong telah menarik nafas dalam-dalam, dia menyalurkan tenaga dalam menyatukan pikiran dan hawa murninya dalam beberapa detik, goncangan hatinya telah berhasil dikuasainya, karenanya seger juga dia bersikap tenang. Apalagi memang Pek Thong juga segera berpikir bahwa dia hanya bermaksud baik menurunkan ilmu menotok tersebut padanya, jadi bukan mengandung maksud tidak-tidak atau busuk. Segera juga tangan kanannya menunjuk ke dekat ketiak Lauw Kuihui, dia mulai memberikan penjelasan.   "Inilah jalan darah yang disebut "Cuan-cie-hiat, jalan darah ini tidak begitu penting, karena jalan darah ini hanya melumpuhkan tangan lawan sebelah kiri, itupun tidak berlangsung lama, karena hanya bisa bertahan beberapa menit saja, akan segera terbuka dengan sendirinya totokan itu. Biarpun begitu, jalan darah ini memiliki hubungan dengnan jalan darah "Tay-yang-hiat jalan darah besar yang terdapat di tengah-tengah punggung karenanya jika sampai jalan darah "cuan cie hiat ini ditotok, lalu dalam waktu yang singkat juga dibarengi dengan menotok "Tay-yang-hiat, walaupun orang yang ditotok itu memiliki tenaga Iwekang yang sempurna sekali, totokan ini dapat memunahkan tenaga Iwekangnya. Sehingga untuk selamanya orang itu akan menjadi cacat, seluruh tenaga Iwekangnya akan menjadi lenyap!"   Seterusnya Ciu Pek Thong juga memberikan petunjuk- petunjuk letak jalan darah lainnya dan Lauw Kuihui mendengarkan dengan penuh perhatian.   Semua keterangan Ciu Pek Thong diingatnya baik-baik.   96 Selama memberikan petunjuk dengan menggunakan tangannya dan telunjuk itu, dan terkadang karena gelap, Ciu Pek Thong harus meraba tubuh si adik Eng itu untuk mencari letak yang tepat dari jalan darah yang dimaksud.   Perasaan Pek Thong sering terguncang tidak karuan, perasaan aneh sering menyelusup kedalam hatinya, membuat otaknya menjadi semakin tumpul kalau saja memang Pek Thong tidak memiliki Iwekang yang telah sempurna, sehingga dia bisa mengandalikan perasaan dan hatinya dengan cepat, niscaya dia akan gagal dengan tugasnya memberikan pelajaran yang istimewa itu.   Untung saja dia telah dapat menekan perasaannya yang tak karuan itu setiap kali dengan memusatkan tenaga Iwekangnya, hawa murni dan pemusatan pikirannya.   Dengan demikian dia bisa mengatasi kesulitan-kesulitan yang mengganggunya itu.   Demikian juga halnya dengan Lauw kuihui.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Karena memang pada dasarnya dia telah menyukai Pek Thong, sekarang seluruh tubuhnya diraba dan disentuh-sentuh oleh ujung telunjuk Pek Thong.   Diapun dipengaruhi oleh perasaan aneh yang membuatnya jadi sering gelisah.   Perasaan seperti ini tidak pernah dialami selama dia mendampingi Toan Hongya, dan baru pertama kali dia merasakan betapa hatinya berdenyut- denyut aneh, pipinya juga dirasakan panas, dan tubuhnya sering mengigil.   Namun disebabkan tekadnya yang kuat untuk memiliki ilmu yang tinggi acap kali Lauw Kuihui berhasil menindih perasaan itu dengan memperhatikan lebih baik lagi penuh perhatian pada setiap keterangan yang diberikan oleh Ciu Pek Thong.   Pelajaran pertama yang meliputi delapan belas jalan darah, yang memiliki perpecahan tiga ratus duapuluh jalan darah 97 kecil, telah selesai begitu sinar matahari telah menerobos lewat kisi-kisi jendela.   Ciu Pek Thong segera melompat turun dari pembaringan, katanya.   "Petunjuk yang kuberikan kali ini, hanya sampai disini saja dulu, aku ingin kembali ketempatku."   Semula Ciu Pek Thong masih ingin menjelaskan sisa dua buah jalan darah besar lainnya, yaitu Im-tai-hiat dan Yang-tai- hiat yang masing-masing terletak di pinggang sebelah kiri dan kanan, terpisah tiga jari dari tepi pinggang.   Namun disebabkan karena sinar matahari yang mulai masuk menerobos ke dalam melalui celah-celah jendela, sehingga kamar itu samar-samar mulai terang Ciu Pek Thong kuatir jika dia nanti meneruskan petunjuknya itu, sinar matahari semakin kuat dan kamar semakin terang, dan dia bisa melihat semakin jelas.   Lauw Kuihui telah mengenakan pakaiannya, dia mengucapkan terima kasihnya.   "Dan malam nanti Ciu toako akan melanjutkan petunjuk- petunjuk-petunjukmu itu, bukan?"   Tanya Lauw Kuihui waktu Ciu Pek Thong mau meninggalkan kamarnya.   Pek Thong hanya mengangguk mengiyakan dan dia cepat- cepat kembali ke tempatnya.   Lauw Kuihui hanya mengawasi kepergian Ciu Pek Thong dengan senyuman lebar mekar menghiasi bibirnya.   Sedangkan waktu itu sinar matahari fajar semakin kuat memancarkan sinarnya yang hangat.   **** 98 MALAM kedua Ciu Pek Thong masih memberikan pelajaran ilmu tiam-hoat itu di bagian punggung.   Namun di malam ketiga ia memperoleh kesulitan karena malam inilah dia harus memberikan petunjuk letak jalan darah dibagian depan.   Waktu pertama kali di malam ketiga itu Pek Thong masih memberikan petunjuk beberapa jalan darah yang tersisia kemarin, namun begitu selesai, seketika itu juga dia harus menyambungnya dengan memberikan petunjuk mengenai letak jalan darah yang terdapat di bagian depan yaitu mulai dari leher, dada, perut terus sampai ke bagian kaki.   Inilah tugas yang membuat mata Ciu Pek Thong sering nanar berkunang-kunang, kepalanya sering berdenyutan, dadanya sering bergelombang, nafasnya sering sesak, dan jantungnya berdegupan tidak karuan.   Waktu selesai memberikan petunjuk bagian belakang tubuh Lauw Kuihui, Pek Thong waktu itu masih ragu-ragu untuk menyebutkan agar Lauw Kuihui memutar tubuhnya duduk menghadapinya, berhadapan dengannya.   Pek Thong hanya menggumam.   "Nah seluruh jalan darah di bagian belakang telah selesai kujelaskan semuanya!"   "Apakah sekarang kita akan melanjutkan dengan bagian depan?"   Tanya Lauw Kuihui.   Ciu Pek Thong sangsi namun akhirnya dia telah mengiyakan.   Lauw Kuihui memutar tubuhnya dan duduk berhadapan dengan Pek Thong.   Benar kamar itu gelap, namun jarak demikian dekat, juga karena kulit Lauw Kuihui demikian putih meletak bagaikan salju.   Ciu Pek Thong masih bisa melihat dengan jelas, dan apa 99 yang dilihatnya membuat jantungnya berdegup kencang tidak karuan.   Walaupun Pek Thong telah memusatkan Iwekangnya dan memusatkan perhatiannya untuk pelajaran thiam-hoat, toh dia gagal untuk mengendalikan jantungnya yang tengah berdegup kencang itu.   Lauw Kuihui mengetahui bahwa Pek Thong mengalami kesulitan dn tentu saja Lauw Kuihui tidak menginginkan jika sampai peetunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Pek Thong hari ini jadi menurun sedikit disebabkan ketidak-tenangannya itu.   Dengan mempergunakan kedua tangannya yang bersedekap, dia melintangi didepan dadanya untuk menutup dadanya.   "Apakah Ciu toako dapat memulai?"   Tanya Lauw Kuihui waktu melihat Pek Thong masih duduk diam tidak segera memberikan petunjuk, hanya matanya yang terpejam rapat- rapat.   "Ya, ya.. aku akan segera mulai!"   Kata Pek Thong.   Tapi begitu dia membuka matanya, walaupun Lauw Kuihui telah mempergunakan kedua tangannya yang dilintangakan di depan dadanya, namun jantung Pek Thong masih juga berdegup kencang tiada hentinya.   Malah dengan sikap kedua tangan dilintangkan didepan dadanya, dalam keadaan duduk berhadapan, dan memancarnya harum semerbak yang menerjang hidung Pek Thong membuat dia semakin tidak tenteram saja, dia kewalahan untuk mengendalikan goncangan perasaan dan berdegupnya jantungnya itu.   "Celaka! Berabe! Berabe!"   Berseru Pek Thong berulang kali.   Malah ketika dia kembali gagal untuk mengendalikan goncangan hatinya itu, dia telah melompat turun dari 100 pembaringan dan berjingkrak beberapa kali sambil kedua tangannya telah menepuk-nepuk kepalanya.   Melihat itu, Lauw Kuihui tertegun sejenak, namun akhirnya tertawa.   "Kenapa kau, Ciu toako?"   Tanyanya.   "Berabe! Celaka sekali! Aku tidak bisa mengendalikan jantungku! Aneh sekali, mengapa perasaanku jadi tergoncang demikian? Celaka! Celaka! Aku tidak bisa memberikan petunjuk-petunjuk yang kau kehendaki!"   Lauw Kuihui tersenyum.   "Cio toako, jika memang dengan keadaan seperti ini tidak bisa memberikan petunjukmu, biarlah bagian-bagian yang belum perlu diberitahukan letak jalan darahnya, kututupi dulu dengan pakaianku, hanya dibuka bagian-bagian yang perlu diberitahukan kepadamu saja. kau tinggal menyebutkan, bagian disekitar anggota tubuh yang mana harus dibuka. Bukankah dengan cara seperti itu lebih baik?"   Pek Thong mengiyakan beberapa kali, dia masih memukuli kepalanya beberapa kali.   Sedangkan Lauw Kuihui tidak bersila lagi, melainkan rebah terlentang di pembaringan dan menutupi anggota tubuhnya itu dengan pakaiannya.   Dengan terlentang seperti itu, pakaiannya akan tetap pada letaknya, sebab jika duduk bersila, tentu tidak mudah untuk memeganngi pakaiannya tersebut.   "Ciu toako, aku sudh menutupi seluruh tubuhku, r#tentu engkau tidak memperoleh kesulitan lagi!"   Kata Lauw Kuihui. Ciu Pek Thong berseru perlahan seperti gugup.   "Sebentar, aku belum dapat mengendalikan perasaanku ini! Oohh sungguh 101 celaka, mengapa jadi demikian perasaanku?"   Dan Pek Thong telah duduk bersila di lantai, dia memejamkan sepasang matanya dan mulai menyelurkan hawa murninya.   Setelah lewat sekian lama dia telah berhasil mengendalikan perasaannya.   Waktu Pek Thong bangkit dan menghampiri pembaringan, hari dan perasaannya tidak tergoncang seperti tadi karena seluruh tubuh Lauw Kuihui sudh tertutup oleh pakaiannya dalam keadaan rebah di pembaringannya.   Ciu Pek Thong duduk di tepi pembaringan dan mulai memberikan petunjuk tentang letak jalan daarah disekitar dagu, leher dan tulang piepe.   Semua itu dijelaskan dengan lancar, karena dia tidak terganggu lagi oleh pemandangan yang membuat matanya nanar tidak karuan.   Begitu selesai memberikan petunjuk-petunjuknya untuk letak jalan darah di bagian atas itu, segera Pek Thong mulai menghadapi kesulitan baru lagi.   Walaupun dia habis menjelaskan letak jalan darah yang terletak di pundak dekat tulang piepe dan terdapat disekitar bagian anggota tubuh disitu, Pek Thong berdiam diri saja.   "Bagian .. dada!"   Menyahuti Pek Thong dengan suara yang tidak lampias.   Lauw Kuihui telah membuka tutup di bagian dadanya.   Kembali mata Pek Thong jadi nanar harinya bersebaran dan jantungnya berdegup kencang seperti mendengar musik merdu mengalun dari kerajaan langit.   Namun Pek Thong berusaha untuk meneruskan memberikan petunjuknya, tangannya gemetaran ketika dia mulai menunjuk bagian-bagian letak jalan darah disekitar dada.   102 Lauw Kuihui sendiripun sebenarnya waktu itu memiliki perasaan yang samadengan Pek Thong.   Bukan main gelisahnya Pek Thong sampai tubuhnya sering mengigil menahan perasaannya itu.   Dengan demikian kali ini dia agak lambat dalam memberikan petunjuknya itu.   Namun akhirnya toh selesai juga di bagian dada.   Lalu menurun ke bagian perut dimana dia memberikan petunjuk- petunjuk letak jalan darah yang terdapat disekitar tempat itu.   Kali ini lebih sering Pek Thong menggigil.   Begitu pula halnya dengan Lauw Kuihui.   Karena perlu diketahui bahwa bagian perut dari seorang wanita adalah perasaan yang paling sensitif.   Dengan demikian disentuh terus menerus oleh jari tangan Pek Thong, terkadang juga Pek Thong meraba untuk mencari tempat yang tepat dari letak jalan darah itu membuat Lauw Kuihui jadi menggigil juga.   Perasaan aneh bergolak hebat dalam hatinya.   Jantungnyapun berdegupdegup kencang.   Sama halnya dengan jantung Pek Thong yang tidak henti- hentinya berdegupan itu.   Lauw Khuihuipun gagal untuk memusatkan seluruh perhatiannya mendengarkan sebaik mungkin keterangan Pek Thong, karena pikirannya waktu itu seperti melayang-layang menerawang ketempat yang jauh.   Terlebih lagi waktu itu yang disentuh semua merupakan jalan darah yang berhubungan dengan jalan darah besar, yang akirnya membuat perasaan kewanitaan Lauw Kuihui semakin membumbung tinggi bagaikan dia terlontar ke tengah-tengah angkasa yang tidak bertepi, tidak berujung..    Pedang Wucisan Karya Chin Yung Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Rahasia Si Badju Perak Karya GKH

Cari Blog Ini