Ceritasilat Novel Online

Rajawali Sakti Langit Selatan 2


Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long Bagian 2


Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya dari Sin Long   "Nasibnya memang harus dikasihani, karena semula dia adalah seorang nyonya kaya raya, pandai silat, namun suatu malam rumahnya didatangi perampok yang telah membunuh suaminya dan puteranya, sehingga dia menjadi gila, dan justru selalu gila akan anak yang cakap anak yang manis......"36 Kun Hong mengangguk tidak tertarik untuk mendengari terus cerita pelayan itu. Setelah pelayan itu keluar dari kamarnya Kun Hong mengunci pintu kamarnya kembali. Untuk segera mencuci muka dia masih malas, maka dia telah rebah dipembaringannya tanpa memperdulikan lagi suara tertawa wanita sinting itu karena wanita itu memang benar-benar seorang wanita gila. Dengan dia berada dikamar dan pintu terkunci, bukankah berarti dia aman dari gangguan wanita sinting dan mesum itu. Tetapi, tiba-tiba mata Kun Hong jadi terpentang lebar-lebar dan mengeluarkan seruan tertahan. Ada suatu yang luar biasa telah dilihatnya. Seraut wajah yarg menyeringai dengan gigi yang kuning dan muka yang kotor serta rambut yang riap-riapan, tengah memandangi dia lewat jendela kamarnya. Wanita sinting itu! Dengan gusar Kun Hong telah melompat dari pembaringannya, dia telah mundur akan lari lewat pintu kamarnya.   "Anak manis, mengapa kau takut bertemu dengan ibumu?"   Tegur wanita sinting itu yang memang berdiri diluar jendela kamar Kun Hong.   Munculnya wanita sinting itu yang demikian tiba-tiba benar-benar membuat Kun Hong jadi kaget dan ketakutan, takut diusap dan dipeluk lagi.....   Cepat sekali Kun Hong menyambar pintunya tetapi disaat itu dengan gerakan yang ringan sekali, wanita sinting itu telah melompat lewat jendela kamarnya.   Dalam sekejap mata dengan, kegesitan yang luar biasa tahu-tahu dia telah berada didepan Kun Hong.   sehingga pemuda she Cu itu mengeluarkan seruan kaget dan tangan kanannya telah mendorong sekuat-kuatnya dengan mempergunakan tenaga lwekangnya.   Namun wanita sinting, itu tidak mengelak, dan tangan Kun Hong meluncur terus.   Tetapi justru, disaat itulah Kun Hong37 yang jadi kaget sendirinya, karena jika serangannya itu diteruskan dan wanita itu tidak berkelit, berarti dada wanita sinting akan didorong oleh tangannya.   Itulah yang tidak dikehendaki oleh Kun Hong, maka dengan cepat dia telah menarik pulang tenaga dan tangannya.   Wanita sinting itu justru tidak memperdulikan sikap Kun Hong, dia telah mengulurkan tangannya mencekal lengan Kun Hong, katanya "Anak, engkau jangan takut, ibu tidak akan mengganggumu Tubuh Kun Hong menggidik.   Biasanya, walaupun harus menghadapi jago yang bagaimana hebat sekalipun kepandaiannya Kun Hong tidak pernah merasa takut namun justru terhadap wanita sinting ini, mengingat wanita itu memang gila, dia jadi takut, ngeri dan gugup disamping jijik sekali...   "Anak.....tidakkah kau merasakan penderitaan ibu? Mengapa kau begitu kejam ingin meninggalkan ibu?"   Tegur wanita itu lagi, suaranya halus. Hati Kun Hong jadi luluh dia tidak tega untuk meronta, akhirnya dia menyahuti;   "Tetapi aku bukan anakmu...."   "Jangan berkata begitu anakku.... jangan kau lukai pula hati ibu,"   Berkata wanita sinting itu cepat.   Dan setelah itu, wanita sinting tersebut bersenandung dengan suara penuh kasih sayang, seperti juga tengah menina bobokan anaknya, senandungnya itu antara lain .   Kain sutera merah, Pasangan Wanyoh (walet terbang), Langit biru tertawa cerah, Si mungil yang menarik hati,38 Buah hatiku.   Tumpahan kasih, Angin membawa bisikan.   Tidurlah anakku.   Mengapa kau menangis saja ? Tidurlah anakku ...   ==oo0dw0oo==   Jilid 02 LEMBUT sekali nyanyian wanita sinting itu sehingga Kun Hong jadi terharu.   Betapa tidak, wanita ini memang, benar sinting, tetapi sepotong hati didadanya yang masih dimilikinya telah hancur, dan terluka oleh perbuatan.   biadab perampok- perampok yang telah merusak rumah tangganya membinasakan suaminya dan membunuh anaknya.   Betapa tidak pedih hati wanita ini.   Hati Kun Hong jadi lemah akhirnya, dia membiarkan wanita itu.   memegangi tangannya terus.   "Anak"   Tiba-tiba wanita itu telah memecahkan kesunyian yang menghanyutkan.   "Engkau kini sudah besar, cakap, tampan, betapa bahagia hati ibu."   Tetapi setelah berkata begitu, tiba-tiba kumat lagi gilanya, dia tahu-tahu telah tertawa haha hihi dan mengulurkan tangannya mengusap lembut pipi Kun Hong disertai kata-kata gilanya.   "Anak cakap... anak manis, jangan tinggalkan ibu.... hahaha-hihihi....."   Kun Hong menggigil menggidik setidak-tidaknya dia merasa jijik bukan main.   Tetapi mengingat wanita ini gila karena kematian anak dan suaminya, dan gilanya itu karena kehancuran rumah tangganya.   Kun Hong jadi tidak tega untuk39 melukai hatinya, dia membiarkan wanita itu mengusap pipinya! Tetapi melihat pemuda itu tidak berusaha mengelak dari usapannya, justru wanita sinting itu telah menjatuhkan dirinya duduk numprah dilantai, dan dia menangis keras sekali, terisak-isak tidak hentinya Di muka jendela, tampak telah banyak kepala manusia yang menyaksikan semua peristiwa itu sambil tertawa haha hihihi karena mereka anggap sebagai pertunjukan yang lucu menggelikan hati.   Tentu saja Kun Hong jadi gusar muncul sifat ksatrianya "Kalian manusia-manusia tidak bermartabat dan kejam!.   Lihatlah oleh kalian Wanita ini harus dikasihani dia telah terganggu syarafnya, tetapi bukannya menghibur dan diobati justru kalian mempermainkannya.   Begitu tegakah kalian?"   Mendengar makian Kun Hong, rupanya orang-orang yang berkumpul diluar jendela menjadi malu sendirinya dan telah bubar. Kun Hong berjongkok disamping wanita sinting itu, katanya;   "Peebo (bibi) engkau terlalu letih, pergilah beristirahat. Biarlah aku pergi membelikan pakaian untukmu, nanti kau salin pakaianmu itu!"   Tetapi wanita sinting itu tiba-tiba mendelik ke arahnya dan tertawa menyeringai mengerikan.   "Ohhh. kalian manusia-manusia bangsat kalian, pembunuh, kalian manusia bejat hahhaai hihi". Dan wanita itu telah menerobos membuka pintu dan berlari-lari keluar. Kun Hong tidak mengejar, dia menghela napas panjang entah mengapa kini dia merasa kasihan terhadap nasib wanita itu. Setelah mencuci muka, Kun Hong sengaja keluar dari kamarnya untuk mencari wanita sinting itu. Tetapi tidak40 melihatnya bayangan wanita sinting itu, begitu pula waktu dia mencari-cari dijalan raya, wanita sinting itu tidak terlihat mata hidungnya. Menjelang tengah malam, Kun Hong baru kembali kerumah penginapannya. o0o^d!w^o0o KEESOKAN paginya. disaat Kun Hong baru terbangun dari tidurnya, justru disaat itu dia mendengar suara tangisan. Itulah suara tangisan wanita sinting yang kemarin, yang telah kematian suami dan putranya. Suara tangisan itu berasal dari kamarnya, mungkin wanita yang bernasib malang itu tengah dipermainkan oleh para pelayan rumah penginapan itu lagi. Kun Hong melompat turun dari pembaringannya dan cepat- cepat mencuci muka. Dia telah bersalin pakaian, dan keluar dari kamarnya. Benar saja, dugaan Kun Hong tidak meleset dia melihat beberapa orang pelayan tengah mengodai wanita sinting itu yang tengah duduk numprah didekat pintu rumah penginapan tersebut, sambil memperdengarkan suara isak tangisnya yang cukup keras. Kun Hong cepat-cepat menghampiri dan pelayan-pelayan yang tengah menggodai wanita sinting itu waktu melihat Kun Hong cepat-cepat menyingkir. Kun Hong dengan suara yang sabar dan lembut ramah "Apakah kau sudah makan? Jika belum makanlah! Aku yang akan membayar semuanya". Tetapi wanita sinting itu tidak menyahuti, dia tetap menangis tidak hentinya, hanya kepalanya digeleng-gelengkan kesana sini, dia tengah tenggelam dalam kesedihan yang luar biasa. Kun Hong berusaha membujuknya beberapa kali, tetapi wanita sinting itu tetap dengan tangisannya. disaat itulah, dari41 arah jalan raya diluar rumah penginapan terdengar suara derap langkah kaki kuda. Dan tiga ekor kuda tunggangan berhenti dimuka rumah penginapan. Tiga orang tua yang bertubuh tinggi tegap itu, memakai baju ringkas dan wajah yang ditumbuhi brewok yang tebal kasar menyeramkan karena garang telah melangkah masuk kedalam ruangan penginapan itu. Waktu ingin melewati pintu, justru wanita sinting itu menghalangi jalan mereka, dengan duduknya dia disitu. Dengan gusar salah seorang diantara ketiga orang itu, yang ditengah telah menggerakan kaki kanannya menendang keras sekali disertai dengan makinya.   "Perempuan sial......? Anjing geladak mana yang mengotori tempat ini?"   Tendangan itu hebat sekali dan tubuh wanita yang bernasib malang tersebut segera saja terpental ambruk dilantai sebelah dalam.   Tangisnya jadi semakin keras juga.   Menyaksikan kekasaran orang yang baru datang itu, tentu saja Kun Hong jadi gusar bukan main, darahnya jadi meluap.   Cepat sekali pemuda itu telah berdiri dengan mata yang terpentang lebar.   Dia juga telah membentak dengan penuh kemarahan.   "Kalian manusia-manusia tidak tahu malu yang telah menghina manusia lemah tidak berdaya......!". Mendengar makian seperti itu, ketiga lelaki bertubuh tegap berewok itu telah tertegun sejenak, kemudian mereka telah saling pandang satu dengan yang lainnya diantara mereka bertiga diakhiri dengan suara tertawa bergelak dari mereka.   "Ohh, pemuda bau kencur, apakah kau tidak mengenal kami ini bertiga siapa ? Kami adalah Cauwcong (kakek moyang) mu !"   Bentak lelaki berewok yang tadi telah menendang wanita sinting itu. Kun Hong tertawa dingin dia tidak memandang sebelah mata ketiga orang itu, sedikitpun dia tidak takut, terlebih lagi42 melihat perbuatan ketiga orang itu yang tidak pada tempatnya.   "Aku tidak perlu mengenal manusia-manusia bejat moral seperti kalian... !"   Bentak Kun Hong dengan suara yang dingin.   "Disamping itu, memang kenyataannya kalian hanya pantas menjadi Cauwcong dari kucing atau anjing"   Hebat ejekan yang dilontarkan oleh Kun Hong. membuat muka ketiga orang itu jadi berubah merah padam karena gusar.   "Ohh pemuda tidak tahu diuntung dan tidak mengenal mampus !"   Memaki ketiga orang itu hampir serentak.   "Kami Sam Kiam Hun (Arwah tiga pedang) tidak pernah menerima kata-kata hinaan seperti itu ! Walaupun tubuhmu dirobek- robek, belum dapat membayar lunas hinaanmu itu !". Dan membarengi dengan perkataannya itu, lelaki berewok yang seorang tersebut telah mementang langkahnya dan dia telah menghampiri Kun Hong, dan kedua tangannya telah dipentang untuk menyambar mencengkeram lengan pemuda she Cu tersebut. Cu Kun Hong yang memang sejak tadi telah bersiap sedia penuh kewaspadaan, telah memperdengarkan suara tertawa dingin kemudian dia telah menggeser kakinya sedikit lalu berkelit ke-samping. loloslah cengkeraman tangan orang berewok itu. Tentu saja orang itu. Sam Kiam jadi mengeluarkan seruan murka disertai juga oleh serangan berikutnya, Tangan kirinya menghantam kuat kedepan, sedangkan tangan kanannya telah mencengkeram. Itulah gerakan "Jie Liong Cut Hay"   Sepasang Naga Keluar dan Lautan, gerakannya gesit dan dia juga memiliki tenaga latihan gwake yang bukan main besarnya.43 Dengan sendirinya, serangan itu jika mengenai sasarannya dengan tepat, niscaya tubuh lawannya akan terpental dan hancur seluruh tulang rusuknya.   Tetapi walaupun demikian, Kun Hong tidak merasa takut sedikitpun juga.   Dengan mendengus dingin, Kun Hong tidak berusaha berkelit dengan mempergunakan tenaga dalam yang telah disalurkan kepada kedua lengannya, dia telah melancarkan serangannya itu dengan kibasan.   "Trakkk!"   Tangan mereka telah saling bentur dengan kuat sekali dan disusul juga oleh suara seruan tertahan dari orang berewok itu, karena dia merasakan betapa tangannya tergetar dan kuda-kudanya tergempur.   Kalau orang berewok itu tidak cepat-cepat mengempos semangatnya, niscaya tubuhnya akan terdorong kebelakang terjengkang kelantai.   Sedangkan Kun Hong juga kaget bukan main karena dia merasakan tenaga serangan yang dilancarkan oleh lelaki berewok itu tidak bisa di remehkan, tenaga itu beratnya hampir tiga ratus kati, dan kalau saja dia tidak menangkisnya dengan baik tentu bisa menyebabkan Kun Hong terluka dalam.   Kenyataan seperti ini, membuat Kun Hong bersikap jauh lebih hati-hati lagi.   Dan disaat melihat si lelaki berewok itu bersiap-siap untuk melancarkan serangan pula, Kun Hong mengawasi dengan penuh waspada Sedangkan kedua lelaki berewok lainnya, telah menerjang maju, mereka melihat Kun Hong memiliki kepandaian yang lumayan dan saudaranya itu tidak bisa merubuhkan dengan mudah dan cepat, maka karena mereka tidak ingin membuang-buang waktu, keduanya telah menerjang maju untuk membantui kawannya itu.   Dengah majunya kedua lelaki berewok itu, memang Kun Hong kini sekaligus menghadapi tiga lawan yang tidak ringan.   Dia telah bersiap-siap untuk menyambut serangan.   Karena dia44 gusar sekali melihat tindakan lelaki berewok itu yang telah main tendang kepada wanita sinting itu.   Tetapi, disamping itu, Kun Hong bukannya tidak menyadari akan bahaya yang tengah mengancam dirinya.   Dan walaupun bagaimana dengan sekaligus menghadapi ketiga orang lawannya itu.   berarti dia harus lebih hati-hati dan mencurahkan seluruh perhatiannya.   Lengah sedikit saja, berarti dia akan berurusan dengan elmaut.   Ketiga orang lelaki berewok itu telah menerjang melancarkan serangan dari tiga jurusan, serangan juga merupakan serangan yang mematikan dan merupakan serangan yang mengincar bagian-bagian yang sekaligus bisa membuat lawan menjadi mati atau bercacad seumur hidup.   Dengan diserang dari tiga bagian, dari depan, pinggir kiri dan kanan, maka Kun Hon harus memecahkan perhatiannya.   Tetapi dia sedikitpun tidak takut.   Dengan mempergunakan gerakan Tui Hong Soat Ie (Mengejar Angin Memakai baju Es), tangannya telah berputar-putar dengan gerakan yang cepat sekali.   Pukulan dan tangkisan-tangkisan yang dilancarkan oleh Kun Hong merupakan gerakan yang tidak ringan dan juga tidak dapat diremehkan, karena, sekali saja mengenai sasaran, berarti bisa mendatangkan maut untuk lawan-lawannya tersebut.   Jurus demi jurus telah berlangsung dengan cepat sekali, sebentar saja telah belasan jurus.   Tetapi walaupun dikeroyok tiga orang seperti itu, kenyataannya Kun Hong sama sekali tidak terdesak, dan dia telah berhasil memberikan perlawanan yang gigih dan tangguh sekali.   Ketiga lelaki berewok itu semakin lama jadi semakin penasaran, mereka telah melancarkan serangan semakin gencar dan hebat sekali disertai oleh maki-makiannya yang kotor.45 Pelayan dan kuasa rumah penginapan itu jadi panik, berulang kali mereka berteriak-teriak memohon kepada orang- orang yang tengah bertempur itu agar bertempur diluar saja, sebab ia mengatakan modalnya kecil, jika terjadi pertempuran seperti ini didalam ruangan, tentu akan mendatangkan kerusakan dan berarti amblasnya usahanya.   Tetapi orang- orang yang tengah bertempur itu mana melayani teriakan kuasa rumah penginapan, mereka telah bertempur dengan hebat sekali dan semakin lama gerakan mereka semakin cepat, sehingga orang yang menyaksikan jalannya pertempuran itu jadi kabur dan berkunang-kunang, karena tubuh mereka itu seperti juga tiga sosok bayangan yang bergerak-gerak mengaburkan pandangan mata.   Saat itu Kun Hong mengeluh juga didalam hatinya karena dia merasakan tekanan dari serangan ketiga lawannya semakin berat dan semakin sulit dapat menangkis serangan lawannya.   Tetapi lawan-lawan Kun Hong juga terkejut karena walaupun mereka telah melancarkan serangan dengan ilmu silat simpanan mereka, kenyataannya Kun Hong berhasil bertahan dengan baik.   Disaat pertempuran itu tengah berlangsung disertai oleh teriakan yang memekakkan anak telinga, tampak sesosok bayangan yang berkelebat kearah keempat orang yang tengah bertempur itu, lalu disusul oleh suara jerit kesakitan dan suara gedebag gedebug tidak hentinya.   Tampaklah suatu peristiwa yang mengejutkan, karena ketiga lawan Kun Hong ternyata telah terlontar keluar dari rumah penginapan itu, jatuh bergelimpangan dijalan raya.   Dengan cepat ketiga orang itu melompat bangun dan mengawasi orang yang telah melemparkan mereka kejalan raya.46 Kun Hong juga menoleh kearah orang yang telah menolongnya, dan hatinya jadi kaget bukan main, karena orang yang telah merubuhkan ketiga lelaki berewok itu dengan hanya sekali menggerakkan tangan tidak lain dari wanita sinting...   saat itu si wanita sinting tersebut telah tertawa haha-hehe, dan telah duduk numprah sambil mempermainkan ujung bajunya yang telah robek-robek.   Itulah ilmu "Kim Na Ciu"   Ilmu menangkap dan melempar, yang luar biasa.   Dengan adanya peristiwa seperti itu, ternyata wanita sinting itu memiliki kepandaian yang tinggi dan lwekang yang sempurna sekali.   Kun Hong saking takjubnya telah memandang tertegun ditempatnya.   Sedangkan ketiga lelaki berewok tersebut, yang telah menerima pengalaman pahit yang tidak menggembirakan seperti itu, telah mengawasi dengan murka, tetapi untuk maju lagi mereka jeri.   "Tunggulah, kami akan segera datang lagi ! Sam Kiam Hun tidak pernah membiarkan begitu saja setiap hinaan !"   Kata salah seorang diantara ketiga lelaki berewok tersebut, lalu mereka telah memutar tubuh dan melompat naik keatas kuda mereka segera dilarikan dengan cepat sekali.   Sedangkan si wanita sinting itu seperti juga tidak memperdulikan kepergian ketiga lelaki berewok itu Kun Hong juga tidak mengejar atau menahannya, dia hanya mengawasi saja kepergian ketiga lelaki berewok itu dengan hati yang diliputi oleh berbagai perasaan.   Dengan lesu Kun Hong telah menghampiri wanita sinting itu dan dia telah menjura.   "Terima kasih atas pertolongan yang diberikan oleh peebo!"   Kata Kun Hong sambil membungkukkan tubuhnya. Tetapi47 wanita sinting itu tidak melayani dia, hanya terus juga mempermainkan ujung bajunya, sekali-kali terdengar dia bersenandung perlahan ;.   "Pasangan Wanyoh .... Mega biru..... Laut bergelombang ..... ikan Leehi berpasangan; .... Aduhai anak, aduhai anak .....". Kun Hong telah memilih kata-kata untuk menarik perhatian Wanita sinting itu, untuk diajak bercakap-cakap, karena Kun Hong menyadari bahwa wanita tersebut tentunya seorang wanita yang luar biasa, setidak-tidaknya kini muncul perasaan kagum dihati Kun Hong, karena dengan hanya sekali menggerakkan tangannya saja, ternyata wanita sinting itu telah dapat melempar serentak ketiga lelaki berewok itu. Namun belum lagi Kun Hong sempat mengucapkan kata- katanya, wanita sinting itu telah mengangkat kepalanya dan memandang keluar pintu, wajahnya luar biasa sepasang alisnya berkerut dan bibirnya bergetar.   "Ya... ya... hanya dia yang dapat menolongku"   Menggumam wanita itu perlahan sekali tetapi suaranya mengesankan sekali.   "Siapa .....?"   Tanya Kun Hong yang jadi tertarik, walaupun dia yakin wanita itu memang sinting dan kata-katanya tentu tidak keruan, namun karena cara bicara dari wanita itu, dia ingin mengetahui siapakah, orang yang dimaksudkan oleh wanita sinting itu, yang katanya hanya orang itu yang dapat menolongnya.   Wanita sinting itu tidak menoleh kearah, Kun Hong hanya mulutnya bergerak-gerak menyebutkan serangkaian kata-kata yang mengejutkan Kun Hong.   "Sin Tiauw Taihiap Yo Ko ...! Ya, Sin Tiauw Taihiap Yo Ko ...! Hanya dia yang dapat menolongi aku ... hanya dia yang bisa membunuh dan membalas sakit hatiku terhadap manusia-manusia biadab itu. ya hanya Sin Tiauw Taihiap"48 Kun Hong menghela napas panjang. karena dia mengetahui bahwa wanita sinting ini tentu ingin mengartikan jika ada Sin Tiauw Taihiap Yo Ko yang bersedia membantunya, tentu sakit hatinya terhadap orang-orang yang telah membunuh suami dan anaknya itu dapat dibalas. Tetapi kemana dia harus mencari Sin Tiauw Taihiap, karena seluruh orang-orang gagah rimba persilatan umumnya mengetahui setelah membinasakan Kaisar Mangu di Siangyang, yang akhirnya merupakan kemenangan bagi pihak tentara Song Yo Ko bersama orang-orang gagah lainnya menghilang. Bersama-sama dengan Kwee Ceng, Oey Yong, Oey Yok Su, It Teng Taisu, Ciu Pek Thong dan jago-jago lainnya Yo Ko memang telah mendatangi gunung Hoa San untuk menyambangi kuburan See Tok Auwyang Hong dan Pak Kay Ang Cit Kong. Dari Hoa San orang-orang gagah itu telah berpisah mengambil jalannya masing-masing, Yo Ko dan Siauw Liong Lie tidak terdengar kabarnya lagi, begitu juga Tong Shia Oey Yok Soe maupun Lam Ceng It Teng Taisu, mendadak semuanya seperti lenyap hilang dari dunia persilatan dan tidak pernah terlihat lagi oleh siapapun juga. Peristiwa berkumpulnya orang-orang gagah di Hoa San yang terakhir itu telah terjadi tiga tahun yang lalu, dari sebegitu lama Kun Hong belum pernah bertemu dengan orang-orang gagah itu, dan hanya Kwee Ceng dan Oey Yong yang kemarin telah berhasil dijumpainya secara kebetulan, Kun Hong tidak bisa berpikir lebih lama lagi, karena dilihatnya wanita sinting itu telah lompat berdiri dan berlari keluar rumah penginapan sambil tertawa hahahihi. Pemuda pelajar she Cu tersebut tidak bisa melakukan apa-apa selain menghela napas panjang. hatinya terharu sekali memikirkan nasib buruk wanita sinting itu. Jika tidak, tentu wanita itu merupakan seorang pendekar wanita yang memiliki kepandaian tinggi dan mengagumkan sekali.49 Sambil duduk dikursinya menghadapi araknya Kun Hong jadi berpikir juga, jika memang wanita sinting itu berhasil ditunjuki jalan sehingga berhasil bertemu dengan Sin-Tiauw Taihiap Yo Ko, tentu penyakit sinting wanita itu dapat disembuhkan jago besar dijaman ini dengan mempergunakan ilmu tunggal Tan Cie Sin Thong dan lwekang Yo Ko yang sudah tiada taranya disaat ini, Kun Hong jadi tidak berselera untuk berdiam lebih lama diperkampungan tersebut, setelah menyelesaikan pembayaran sewa kamarnya pemuda itu telah melanjutkan perjalanannya. Dengan menunggang kudanya perlahan-lahan Kun Hong mengambil arah barat. Angin dipagi itu sejuk dan matahari belum naik tinggi, setelah berjalan belasan lie, dia tiba dlmuka sebuah tegalan dan Kun Hong membiarkan kudanya memamah rumput, sedang dia menikmati keindahan disekitar tempat itu. Tetapi dalam kesunyian tempat itu tiba-tiba telinga Kun Hong yang tajam telah mendengar benturan senjata disertai oleh suara bentakan-bentakan. Kun Hong jadi heran entah siapa yang tengah melakukan pertempuran itu, Cepat-Cepat dia melarikan kudanya menuju kearah suara benturan senjata tajam itu dan ketika dia tiba disebuah tikungan dibalik sebungkah batu gunung yang cukup tinggi, disebuah tanah datar tampak beberapa sosok tubuh tengah berkelebat dengan gesit dan suara berkontrangan benda logam yang semakin keras. Kun Hong melompat turun dari kudanya dan memperhatikan dengan heran. Terlebih lagi setelah dia memperoleh kenyataan seorang lelaki tua berjenggot panjang menutupi sampai keperutnya dan telah putih semuanya itu, tengah melompat kesana kemari lincah luar biasa menghadapi serangan belasan orang bertubuh tinggi tegap. Dengan suara jenaka laki-laki tua itu telah berseru nyaring.   "Maju ayoh maju. kalau sekarang kalian bermaksud melarikan diri itupun sudah tidak bisa akan kujamu50 kalian seorangnya dengan secawan air kencing !"   Jenaka sekali cara berkata-kata orang tua berjenggot panjang itu .   Yang luar biasa adalah gerakannya yang selalu dapat mengelakkan dengan mudah serangan dari lawannya.   Tanpa mempergunakan senjatanya orang tua berjenggot itu melompat kesana kemari dengan sekali-kali menyentil senjata lawan lawannya, sehingga senjata itu saling bentur sendirinya diantara lawan-lawannya.   Suara berkontrangan berasal dari saling benturan senjata belasan orang lawan si kakek tua berjenggot panjang itu amat berisik sekali.   Kun Hong mengerutkan alisnya, dia berdiri heran bukan main melihat kepandaian si kakek yang begitu luar biasa.   Walaupun belasan orang lawan si kakek itu seperti dapat dipermainkan oleh kakek itu dengan mudah, kenyataannya kepandaian belasan orang itu bukan kepandaian yang rendah, Kun Hong melihatnya, mungkin jika dirinya menghadapi satu atau dua orang dari lawan kakek itu, dia tidak akan sanggup.   "Dengan kepandaian seperti ini kalian mau mengadu kepandaian dengan merundingkannya di Hoa San benar-benar bukan urusan yang lucu ! Ayo aku Loo Boan Tong akan memperlihatkan kepada kalian apa yang disebut ilmu kucing ! Dan membarengi dengan perkataannya itu, kakek tua itu dengan sikap yang luar biasa dengan sepasang tangan diangkat sebatas bahunya dan mimik muka yang jenaka serta memperdengarkan suara "meoong", tahu-tahu kedua tangannya mencakar kesana kemari, dan yang lebih luar biasa beberapa orang lawannya telah terpental dan senjata mereka jatuh ketanah tanpa berdaya untuk bertahan, tubuh keempat orang yang terpental itu bergulingan ditanah dengan mengeluarkan suara jeritan kaget bercampur kesakitan. Kakek tua itu telah tertawa bergelak-gelak, sedangkan sisa lawan-lawannya mengawasinya dengan pancaran mata bengis mengandung kemurkaan bukan main.51   "Loo Boan Tong, tidak perlu kau terlalu sombongkan diri dengan kepandaianmu itu, karena kami belum tentu akan menyerah !"   Bentak salah seorang diantara lawannya yang memakai pakaian sebagai seorang petani, bahkan telah melancarkan serangannya dengan mempergunakan garunya yang akan menggaruk kepala Loo Boan Tong, kakek tua berjenggot yang jenaka itu.   Dengan disertai tertawanya yang jenaka, Loo Boan Tong melejit kesamping, tahu-tahu tangan kanannya mencakar dan mencengkeram garu orang itu.   "Takk !"   Patahlah garu itu menjadi tiga.   Dan disaat orang itu belum lenyap kagetnya, tahu-tahu kakek tua berjenggot itu telah mengibaskan tangannya, maka tanpa ampun lagi orang yang berpakaian seperti petani itu merasakan dadanya seperti, dihantam oleh tenaga yang ratusan kati, tanpa ampun lagi dia rubuh terjengkang kebelakang.   Untung saja orang itu memiliki kepandaian yang tinggi, sebab dia telah berhasil berdiri tetap lagi.   Kun Hong yang menyaksikan semua itu jadi berdiri bengong, hatinya tergoncang.   Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Dia mendengar disebut- sebutnya "Loo Boan Tong"   Maka dia jadi teringat seseorang.   Bukankah orang tua berjenggot panjang iti Ciu Pek Thong.   Loo Boan Tong si tua jenaka yang kini telah memperoleh kedudukan sebagai salah seorang jago diantara Ngo Ciat (lima jago luar biasa) ? Bukankah kini disamping Oey Yok Su yang duduk sebagai Tong Shia, It Teng Taisu sebagai Lam Ceng (pendeta Selatan) sebelum pertemuan terakhir It Teng Taisu duduk sebagai Lam Tee (Kaisar dari selatan) Yo Ko duduk sebagai See Kong menggantikan kedudukan See Tok Auwyang Hong, Kwee Ceng sebagai Pak Hiap menggantikan Pak Kay Ang Cit Kong, dan Ciu Pek Thong sebagai Tiong Boan Tong.   Tentu saja, dengan disejajarkan sebagai salah seorang dari kelima jago luar biasa52 dljaman itu, bisa dimengerti kepandaian Loo Boan Tong bukan main hebatnya.! Disamping itu, karena sikapnya yang usil dan nakal, Ciu Pek Thong seringkali menemui berbagai kesulitan.   Memang pertemuannya dengan Eng Kauw telah membawa perobahan sedikit didiri Ciu Pek Thong, namun jago tua ini tetap saja tidak bisa melenyapkan sifat ke kanak-kanakannya.   Hari itu, Ciu Pek Thong tengah melakukan perjalanan ke Hoa San untuk mencari Sin Tiauw Taihiap Yo Ko dan Siauw Liong Lie, yang telah berjanji dengannya untuk bertemu disana guna menyembayangi kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong, Tetapi ditengah perjalanan justru dia menemui kejadian yang membuat hatinya jadi mendongkol bukan main, yang telah meng kilik-kilik hatinya, yang nakal.   Disebuah kedai arak dikota Siang bun kwan secara kebetulan Ciu Pek Thong mendengar percakapan belasan orang-orang yang tengah makan minum dengan suara yang berisik sekali.   Semula Ciu Pek Thong tidak mengacuhkan mereka, namun akhirnya disaat diantara belasan orang itu telah menyebut- nyebut nama Sin Tiauw Taihiap Yo Ko dan Kwee Ceng Taihiap dengan suara yang lantang, maka Ciu Pek Thong jadi tertarik.   "Hemmm, dulu memang mereka bisa disebut sebagai jago- jago tiada tara di jagat ini namun sekarang...? Yang sudah pasti gelombang dibelakang mendorong gelombang yang didepan jelas bukan ?. Maka kini dari angkatan muda telah muncul jago-jago yang memiliki kepandaian tidak dibawahnya Yo Ko dan Kwee Ceng. Kita akan merundingkan ilmu silat di Hoa San, dan kelak kita akan perlihatkan hasil perundingan itu, siapa sesungguhnya yang tinggi dan siapa yang rendah"   Kata salah seorang diantara belasan orang itu dengan suara yang nyaring.   Kawan-Kawannya tertawa bahkan salah seorang di antara mereka telah menimpalinya "Benar! Tepat! Jika kita telah selesai mengadakan perundingan ilmu di Hoa San kita boleh53 menantang Yo Ko dan Kwee Ceng, atau kalau perlu Oey Yok Su dan It Teng Taisu biarlah mereka melihat siapa sesungguhnya yang memiliki kepandaian tertinggi dijaman ini".   Kata-Kata itu diakhiri dengan seruan-seruan dan tetaawa gembira diantara belasan orang itu.   Bahkan ada juga yang terkebur merendah-rendahkan Yo Ko dan orang gagah lainnya yang dipandang rendah inilah urusan yang luar biasa bagi Loo Boan Tong karena umumnya orang rimba persilatan telah mengetahui bahwa kepandaian Yo Ko, It Teng, Oey Loshia, Kwee Ceng dan para jago lainnya dalam golongan Ngo Ciat dan semuanya merasa takluk.   Tetapi hari ini juga justru Ciu Pek Thong mendengar belasan orang tersebut seperti tidak memandang sebelah mata dan meremehkan jago-jago dari golongan Ngo Ciat itu; bukankah suatu peristiwa yang luar biasa? Siapakah belasan orang yang tidak mengetahui tingginya langit dan dalamnya bumi itu? Dan yang terutama sekali membuat tangan Ciu Pek Thong jadi gatal justru namanya tidak di sebut-sebut Bukankah kini dia merupakan salah satu dari Ngo Ciat ? Bukankah dia sebagai Tiong Boan Tong? Disaat itulah Ciu Pek Thong telah mengambil keputusan untuk mempermainkan belasan orang tersebut.   Dengan tenang Ciu Pek Thong telah melanjutkan meneguk araknya perlahan-lahan Dihitung-hitungnya dia menjanjikan Yo Ko dan Siauw Liong Lie untuk bertemu di Hoa San di harian Cit Gwe Ce-Sah (tanggal tiga bulan tujuh) dan hari itu baru Lak-Gwe Cap-Go (Tanggal Lima belas bulan enam) maka dia masih memiliki waktu delapan belas hari.   Sedangkan dari kota Siang- bun kwan untuk mencapai Hoa San hanya memerlukan sebelas atau dua belas hari, maka berarti Ciu Pek Thong masih memiliki waktu luang lima enam hari.   Dia bermaksud untuk main-main dulu, untuk mempermainkan belasan orang yang seperti ingin menaklukan54 langit itu, karena Ciu Pek Thong penasaran sekali mendengar percakapan mereka itu, ingin sekali ia melihatnya sesungguhnya berapa tinggi kepandaian yang dimiliki belasan orang-orang tersebut yang berani menyatakan bahwa Yo Ko dan jago-jago golongan Ngo Ciat berada dibawah mereka ?.   Belasan orang itu masih terus makan dan minum dengan gembira, suara mereka berisik sekali.   Semakin mendengar percakapan mereka hati Ciu Pek Thong semakin di kilik-kilik.   karena selama itu tetap juga dia tidak pernah mendengar namanya disebut walapun hanya satu kali.   Hal itu membuat Ciu Pek Thong Sangat penasaran sekali dan dia menduga mungkin belasan orang itu menganggap Ciu Pek Thong adalah manusia yang tidak layak dibicarakan karena kepandaiannya yang rendah.   Karena penasaran, akhirnya muncul sifat jailnya.   Diambilnya tahang arak, yang sebesar tiga kepalan tangan, lalu dibawa kekolong meja.   Perlahan-lahan dia menuangkan arak kedalam guci itu keatas lantai; sehingga guci arak itu kering.   Dibuka tali celananya dan Ciu Pek Thong kencing kedalam guci itu, setelah guci itu penuh oleh air kencingnya dia mengikat kembali tali celananya, dengan tenang Ciu Pek Thong bangkit dari duduknya menghampiri meja belasan orang itu.   "Sahabat-Sahabat aku, si tua Sejak muda gemar sekali ilmu silat. walaupun tidak pernah mempelajarinya, namun senang untuk mendengarinya. Tadi lohu (aku si tua) mendengar para enghiong dan hohan (orang gagah) membicarakan masalah kalangan Kangouw, betapa kagumnya aku si tua, sebab tentunya Enghiong dan Hohan merupakan jago-jago luar biasa... sebab Yo ko, Kwee Ceng atau yang lainnya tidak ada dimata kalian. Ingin sekali aku memberi hormat dengan masing-masing secawan arak."55 Tentu saja belasan orang itu girang mendengar pujian Ciu Pek Thong, mereka meng angguk-angguk dengan sombong.   "Siapa namamu, tua bangka ?"   Tegur salah seorang diantara belasan orang itu dengan suara yang sombong sekali, karena dia menduga Ciu Pek Thong sebagai kakek-kakek tua yang gila basa untuk urusan ilmu silat, dan tadi orang tua itu telah memanggil mereka dengan sebutan enghiong dan hohan, orang-orang gagah, tentu saja mereka semakin sombong dan karena kesombongan mereka itu telah melewati takaran, tidak mengherankan jika salah seorang diantaranya mereka sampai ada yang menyebut Ciu Pek Thong dengan sebutan ,tua bangka' Waktu pertama kali mendengar panggilan "tua bangka"   Seperti itu, Ciu Pek Thong tertegun, hatinya mendongkol bukan main tetapi kakek tua ini bukan Loo Boan Tong jika dia tidak jenaka cepat-cepat dia nyengir sambil manggut- manggutkan kepalanya.   "Namaku buruk sekali, seperti yang tadi enghiong sebutkan, yaitu Lauw La (tua bangka) kata Ciu Pek Thong. Keruan saja belasan orang itu jadi tertawa geli. Dengan mendongkol Ciu Pek Thong berpikir.   "Lihat saja nanti setelah kalian minum arak istimewaku !"   Dengan cepat Ciu Pek Thong mempersiapkan cangkir- cangkir itu. Begitu "arak istimewa"   Ciu Pek Thong mengisi penuh cawan-cawan tersebut, seketika itu juga harum semerbak yang "halus"   Menerjang disekitar tempat tersebut. Tetapi karena belasan orang itu, tepatnya keempat belas orang itu, tengah bergirang oleh pujian si tua yang nakal ini, mereka tidak memperlihatkan "harum semerbak"   Dari arak istimewanya Ciu Pek Thong.   "Silahkan, silahkan"   Kata Ciu Pek Thong cepat.   "Untuk kegagahan kalian enghiong dan hohan...!"56 Dengan serentak keempat belas orang itu telah mengangkat cawan mereka masing-masing, sekaligus meneguk isinya. Tetapi begitu arak istimewa itu berpindah keperut, keempat belas orang "gagah"   Itu jadi berobah, mata mereka mendelik, dan "Uahh !"   Semuanya berusaha memuntahkan kembali apa yang telah mereka minum tadi. Ciu Pek Thong tidak tanggung-tanggung mempermainkan keempat belas orang tersebut, dia tidak tertawa, bahkan memperlihatkan sikap terkejut.   "Ihh, ada yang tidak beres?"   Tanyanya memperlihatkan sikap terheran-heran.   "Arak......... arak apa yang kau berikan kepada kami ?"   Tegur, dua orang diantara keempat belas orang itu yang telah berhasil memuntahkan sebagian arak istimewa yang telah mereka minum "Arak apa ? Tentu saja arak istimewa, arak nomor satu didunia"   Menyahuti Ciu Pek Thong.   "Tetapi mengapa arak ini berbau demikian macam ?"   Tanya orang itu sambil mengerutkan alisnya dan melirik kearah beberapa orang kawannya yang tengah muntah-muntah.   "Bau apa Taihiap ?"   Tanya Ciu Pek Thong.   "Se........seperti bau ......."   Tetapi orang itu ragu-ragu untuk menyebutkannya. Seorang kawannya yang baru saja muntah telah berteriak gusar ;   "Seperti bau air kencing?"   Seketika itu juga Ciu Pek Thong tidak bisa menahan tertawanya lagi, meledaklah tertawa si tua yang nakal ini.   "Benar ! Benar ! Aku sudah tua dan pikun ! Memang aku salah mengambil guci, ternyata guci ini terisi air kencingku. Maaf, aku tua ternyata telah salah memberikan hormat......"   Keruan saja muka keempat belas orang itu jadi berobah merah padam karena murka.   Dengan bengis dua orang itu57 diantara mereka telah menerjang kedepan Ciu Pek Thong dengan maksud mencengkeram dan menghajar si tua.   Tetapi Ciu Pek Thong tetap tertawa dan berdiri ditempatnya disaat kedua orang itu telah menyambar dekat, dengan gerakan seenaknya tangannya telah digerakkan dan tidak ampun lagi kedua orang itu terpental dan bergulingan ambruk dilantai.   Kedua belas kawan-kawannya jadi terkejut, tetapi kemudian mereka tersadar dengan murka dengan cepat beberapa orang diantara mereka telah mencabut senjata mereka, ada yang mencekal golok dan pedang, dengan bengis menabas dan membacok Ciu Pek Thong.   Tetapi si tua nakal yang memang sengaja hendak mempermainkan keempat belas orang tersebut, tidak ingin menimbulkan kegaduhan didalam rumah makan tersebut, sambil tetap tertawa geli ter pingkal-pingkal, Ciu Pek Thong telah menjejakan kakinya kelantai, tubuhnya bagaikan seekor burung telah melompat keluar.   Hal ini di lakukan oleh Ciu Pek Thong disebabkan dua soal.   Persoalan pertama untuk mencegah kerugian pihak rumah makan jika terjadi kerusakan rumah makan itu oleh pertempuran, kedua memang Ciu Pek Thong ingin memancing belasan orang itu kesuatu tempat yang sepi, untuk menghajar mereka sepuas hati.   "Kejar....jangan biarkan dia lolos!"   Berseru belasan orang itu dengan murka dan mereka telah melompat mengejar secepatnya. Ciu Pek Thong sengaja tidak berlari cepat dia sengaja agar keempat belas orang itu tetap dapat mengikutinya dan tidak kehilangan jejak.   "Hemmm, dengan memiliki kepandaian cakar kucing seperti itu ingin menjagoi?"   Menggumam si kakek sambil berlari seenaknya.   "Sungguh tidak tahu tingginya langit dan dalamnya bumi..... !"58 Walaupun Ciu Pek Thong berlari seenaknya tetapi keempat belas orang yang telah dipermainkannya itu tetap saja tidak berhasil mengejar mendekatinya. Tentu saja keempat belas orang itu jadi penasaran bukan main, dengan mengeluarkan seruan-seruan bengis mereka berusaha untuk mengejar! lebih dekat lagi. Dalam sekejap mata saja mereka telah berlari belasan lie, tetapi Ciu Pek Thong tetap tidak menghentikan larinya.   "Tua bangka, jika kau tidak mau berhenti juga, kami jangan dipersalahkan menurunkan tangan terlalu kejam."!"   Teriak beberapa orang di antara pengejarnya itu. Ciu Pek Thong hanya memperdengarkan suara tertawa mengejek sambil berlari terus kemudian disusul oleh kata- katanya.   "aku Lauw Lo memang sudah hampir mampus jika memang kalian ingin membuat Lauw Lo ini pergi ke Giam Lo Ong silahkan, silahkan"   Tentu saja keempat belas orang itu semakin penasaran saja, karena walaupun bagaimana mereka merasakan diri mereka sebagai jago-jago yang memiliki Kepandaian tinggi, dimana mereka merupakan murid-murid pandai dari beberapa pintu perguruan yang memiliki nama terkenal dalam kalangan Kangouw.   Tetapi kini dengan demikian mudah mereka telah dipermainkan oleh seorang tua bangkotan seperti itu, bahkan merekapun telah terlanjur meneguk arak istimewa air kencingnya Ciu Pek Thong.   Malu yang diderita oleh mereka tentu saja tidak akan terhapus jika tidak oleh kematian si tua yang nakal itu, Mati-Matian mereka tetap mengejarnya dan berusaha menangkap Ciu Pek Thong.   Disebuah tanah datar itulah Ciu Pek Thong baru menghentikan larinya dan melabrak serta mempermainkan belasan orang tersebut.   Dengan mudah Ciu Pek Thong telah menghajar pulang pergi keempat belas orang itu, yang tidak59 berdaya sesuatu apapun juga untuk melakukan serangan membalas.   Waktu Ciu Pek Thorg menyebut-nyebut Loo Boan Tong.   muka keempat belas orang itu berubah, Kun Hong melihat tampaknya lawan-lawan Ciu Pek Thong terkejut bukan main, bahkan mereka telah melompat mundur dan mengawasi Ciu Pek Thong dengan mata terpentang lebar-lebar.   "Kau...kau Loo Boan Tong, Ciu Pek Thong"   Tanya beberapa orang diantara mereka dengan suara yang agak gugup. Ciu Pek Thong tertawa nakal.   "Benar, justru akupun si tua bangka memang ingin pergi ke Hoa San untuk menemui sahabatku, Yo Ko dan isterinya, Kami telah berjanji untuk bertemu disana dan kebetulan sekali kalian memang ingin berkumpul di Hoa San untuk merundingkan ilmu silat, mari, mari kita melakukan perjalanan ber sama-sama aku agar tidak akan kesepian lagi". Muka keempat belas orang itu jadi berubah pucat mereka telah mundur beberapa langkah dan salah seorang diantara mereka yang berpakaian sebagai petani, telah menjura memberi hormat.   "Ciu Locianpwe, kami benar-benar tidak memiliki pengetahuan dan walaupun memiliki mata namun kami buta tidak bisa melihat tingginya gunung Thian San. Biarlah hari ini kami telah menerima petunjuk locianpwe, kelak kami akan meminta lagi petunjuk-petunjuk locianpwe...!"   Dan setelah berkata begitu, dia telah memberi isyarat kepada kawan- kawannya, tanpa menantikan jawaban Loo Boan Tong mereka telah memutar tubuh dan berlari meninggalkan tempat tersebut.   Loo Boan Tong tertawa bergelak karena puas dan gembira telah mempermainkan keempat belas orang yang besar mulut itu.60 Tetapi disaat Kun Hong bermaksud untuk menghampiri dan belajar kenal dengan jago tua yang luar biasa itu, tiba-tiba ditengah udara terdengar suara berkesiuran yang keras dicampur oleh dengung yang cukup menyakitkan anak telinga, sebatang anak panah tampak melayang ke tengah udara tinggi sekali, lalu disusul dikejauhan tampak seorang penunggang kuda yang tengah melarikan kuda tunggangannya itu dengan cepat.   Ciu Pek Thong yang melihat itu, jadi mengerutkan alisnya, dia menduga-duga entah siapa penunggang kuda yang tengah menghampirinya itu.   Dilihat dan cara orang itu melepaskan anak panahnya ketengah udara dengan kekuatan lempar yang demikian kuat tentunya penunggang kuda itu bukan orang sembarangan.   Dengan cepat penunggang kuda itu telah tiba dihadapan Ciu Pek Thong, kudanya berhenti ketika tali lesnya digentak keras.   Kun Hong terkejut ketika melihat betapa penunggang kuda itu berpakaian agak luar biasa.   Begitu juga halnya dengan Ciu Pek Thong, karena penunggang kuda itu berpakaian sebagai seorang pendeta, dan jubahnya yang lebar itu memperlihatkan dia adalah seorang pendeta Mongolia Inilah yang luar biasa.   Sejak kekalahan pasukan perang tentara Mongolia yang terpukul mundur dari kota Siangyang sudah memaksa Kublai menarik pasukannya mundur pulang kenegerinya, tidak pernah ada orang Mongolia yang berkeliaran diudara Tionggoan.   Mungkin pendeta inilah, yang pertama berani menginjakkan kakinya didaratan Tionggoan.   Pakaiannya sudah luar biasa, muka pendeta Mongolia itu lebih luar biasa lagi.   Sepasang alisnya hitam tebal, raut wajahnya persegi empat, matanya yang besar tampak bersinar tajam dan agak licik, hidungnya mancung dan bibirnya tipis.   Pendeta ini memelihara jenggot tipis didagunya dan lengannya berbulu.   Waktu kudanya itu berdiri dihadapan61 Ciu Pek Thong, justru pendeta Mongolia itu telah melompat turun dengan gerakan yang ringan dan gesit.   Melihat cara pendeta itu melompat turun Ciu Pek Thong jadi terkejut, karena dia melihat waktu sepasang kaki pendeta Mongolia itu menyentuh tanah, sedikitpun tidak menimbulkan suara; Tentu saja hal itu telah membuktikan bahwa ilmu meringankan tubuh dari pendeta tersebut sempurna sekali.   Dan yang membuat Ciu Pek Thong memandang tertegun justru pendeta asing tersebut mengingatkan Ciu Pek Thong ke pada Kim Lun Hoat-ong, pendeta Mongolia yang telah menemui kematian didasar jurang.   Dengan jubah yang besar longgar dan cupu diatas kepalanya yang gundul, benar-benar merupakan kesan yang kuat untuk mengingat Kim Lun Hoat ong.   "Eh monyet", bentak pendeta asing itu dengan suara yang garang waktu melihat Ciu Pek Thong hanya tertegun menatapnya.   "Hudya ingin bertanya sesuatu kepadamu". Ciu Pek Thong seperti baru tersadar dari bengongnya, dia jadi tertawa sendiri mengingat bahwa dia bisa kesima karena teringat kepada Kim Lun Hoat-ong, Tetapi mendengar dirinya dipanggil dengan sebutan "monyet"   Darahnya jadi meluap.   "Boleh, boleh"   Menyahuti Ciu Pek Thong cepat.   "Urusan apakah yang ingin ditanyakan oleh Hud ong (Budha hidup)?".   "Tiga tahun yang lalu telah terjadi pertempuran antara pasukan Song dengan tentara perang Mongolia yang besar, dalam pertempuran itu ikut serta adik seperguruan Hudya, yang bergelar Kim Lun Hoat-ong, yang sampai kini belum kembali ke utara, Apakah kau pernah dengar mengenai adik seperguruan Hudya itu". Melihat pendeta itu memiliki kepandaian tinggi dan sempurna, terlebih lagi kini mengetahui bahwa pendeta itu adalah kakak seperguruan Kim lun Hoat-ong. yang pasti kepandaiannya hebat sekali maka Ciu Pek Thong berlaku hati-62 hati. Tetapi memangnya Loo Boan Tong nakal dia tetap saja ingin mempermainkan pendeta itu, sama halnya ketika beberapa tahun yang lalu dia pernah mempermainkan Kim Lun Hoat-ong.   "Pernah, pernah, aku si monyet memang pernah mendengar tentang Kim Lun Hoat-org!"   Kata Ciu Pek Thong kemudian.   Muka pendeta itu tampak berubah terang sambil tersenyum agak menyeramkan, suara yang agak menurun lunak dia telah bertanya lagi "Cepat kau katakan, dimana sekarang ini adik seperguruanku itu berada, Hudya akan memberikan hadiah kepadamu lima tail emas' "Tetapi Hud ong, aku si monyet benar-benar takut, untuk mengatakannya, nanti Hud ong Kim Lun Hoat-ong murka", kata Ciu Pek Thong Sambil memperlihatkan sikap seperti ketakutan dan bimbang.   "Katakan aku jamin tidak nantinya adik seperguruanku itu akan bergusar oleh keterangan mu, bahkan mungkin juga dia akan gembira dan senang sekali melihat aku menjemputnya untuk pulang ke-utara dan akan menghadiahkan beberapa tail emas lagi", kata si pendeta lagi.   "Benar-benarkah Hud-ong sebagai kakak seperguruan Kim Lun Hoat ong!"   Tanya Ciu Pek Thong Muka pendeta itu jadi berobah.   "Rewel benar kau?"   Bentaknya.   "Mustahil Hudya ingin mendustai monyet buduk seperti kau ini ? Hudya bergelar Tin To Hoat Ong cepat kau sebutkan dimana beradanya adik seperguruan Hudya, jangan membuat Hudya bergusar".   "Mana berani, mana berani aku si monyet buduk menggusarkan Hudya ? Sesungguhnya sejak tiga tahun yang lalu Kim Lun Hoat-ong hanya berpelesiran setiap hari didampingi oleh wanita cantik"63 Mendengar Ciu Pek Thong berkata sampai disitu. si pendeta yang mengaku sebagai kakak seperguruan Kim Lun Hoat-ong dan bergelar Tiat To atau Golok Besi Hoat-ong, telah menggelengkan kepalanya dengan sikap jengkel.   "Lwekangnya tentu akan mengalami kemunduran yang hebat jika Kim Lun selalu mendekati wanita ..   "   Menggumam pendeta itu dengan suara yang perlahan kemudian dia telah menoleh kepada Ciu Pek Thong dan telah berkata lagi dengan suara yang agak keras.   "Cepat katakan bagaimana keadaannya!"   "Tentu saja keadaan Hud-ong Kim Lun Hoat Ong sangat nyaman, dia tidak perlu makan tidak perlu minum, tidak perlu berpakaian, dan tidak perlu memikirkan uang atau segalanya."   "Maksudnya adik seperguruanku ini dilayani sedemikian baiknya oleh wanita-wanita cantik itu?"   Tanya Tiat To Hoat- ong tidak sabar.   "Tepat, Bahkan disamping wanita-wanita cantik yang melayani Kim Lun Hoat-ong terdapat juga manusia-manusia berkepala kerbau dan kuda... semuanya patuh sekali melayani".   "Ihhh . berseru pendeta itu heran bukan main. Dia bicara dengan bahasa Han yang kaku, sekarang dia tengah kaget, tentu saja suaranya jadi lucu terdengar.   "Manusia berkepala kuda dan berkepala kerbau!"   "Benar, itulah keadaan yang menyenangkan sekali."   Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Kau tahu tempatnya? Cepat antarkan aku kesana!"   Kata Tiat To Hoat-ong tidak sabar.   "Tunggu dulu, jika Hud-ong yang hendak pergi kesana, aku tentu saja tidak berani melarang, silahkan...tetapi .....tetapi jika aku diajak ke sana, tunggu dulu, tidak nantinya aku mau karena aku si monyet buduk memang masih doyan makan nasi."64   "Memangnya tempat itu tempat apa sehingga kau tidak mau kesana?"   Tegur Tiat To Hoat-ong mulai curiga melihat sikap Ciu Pek Thong.   "Orang-Orang biasanya menyebutnya sebagai tempat berpulang manusia-manusia yang sudah "bosan makan nasi, tempat duduk, bersemayamnya Giam-loo-ong"   Menyahuti Ciu Pek Thong perlahan, tetapi sikapnya sungguh-sungguh.   "Apa?"   Teriak Tiat To Hoat-ong gusar.   "kau... kau maksudkan neraka?"   "Begitulah kurang lebih artinya..."   Menyahuti Ciu Pek Thong dengan sikap yang tenang sekali.   "Jadi .. adik seperguruanku itu telah dibunuh seseorang ?"   Suara Tiat To Hoat ong jadi meninggi.   "Bisa diartikan begitu juga."   Menyahuti Ciu Pek Thong jenaka.   "Bukankah tadi aku si monyet buduk telah memberitahukan bahwa Kim Lun Hoat ong kini sudah tidak perlu sibuk-sibuk makan nasi dan tidak perlu sibuk-sibuk berpakaian?"   Muka Tiat To Hoat-ong tampak merah padam, rupanya dia murka bukan main.   Dengan menggeluarkan suara seruan mengguntur yang menyeramkan, dia telah mengangkat tangan kanannya, akan menghamtam kepala Ciu Pek Thong dengan hantaman yang kuat.   Ciu Pek Thong memang telah bersiap sedia dan berwaspada sejak tadi; karena dia menyadari bahwa pendeta tersebut memiliki kepandaian yang luar biasa sekali dan tidak bisa dipermainkan serangannya.   Waktu telapak tangan pendeta dari Mongol itu turun kearah kepalanya, Ciu Pek Thong merasakan tekanan tenaga serangan meliputi ribuan kati.   Itulah kekuatan tenaga dalam yang benar-benar terlalu luar biasa, hati Ciu Pek Thong sendiri tergetar, karena dia65 memperoleh kenyataan bahwa kepandaian dan tenaga dalam Tiat To Hoat Ong jauh lebih sempurna dari adik seperguruannya.   Ciu Pek Thong mengetahui itu, yang karena dia pernah bertempur dengan Kim Lun Hoat ong, yang tenaganya telah dijajakinya; dan kini dia bisa memperbandingkan dengan kekuatan tenaga dalam Tiat To Hoat-ong, yang tentunya jauh lebih hebat, sehingga mengejutkannya.   Tanpa berani berayal Ciu Pek Thong, mengempos tenaga dalamnya kepundaknya, dan dengan tangan kanannya dia menyentil.   Tangan Tiat To Hoat-ong yang berukuran besar dan bertulang kasar, disamping lebat ditumbuhi bulu dan meluncur dengan kekuatanya yang luar biasa, tentu saja bukan merupakan, serangan yang sembarangan.   Kun Hong yang66 menyaksikan peristiwa tersebut dari kejauhan jadi terkejut waktu melihat Ciu Pek Thong hanya menyambuti dengan sentilan jarinya belaka.   Tentu akan celakalah Ciu Pek Thong kalau tidak berhasil mengelakkan serangan dahsyat itu.   Namun Ciu Pek Thong justru tidak takut walaupun dia melihat lawannya memiliki kepandaian yang hebat seperti itu.   Dia sambil menyentil masih sempat untuk berjenaka mengejek pendeta itu.   "Eittt, jangan menyentuh tubuh si monyet budukan, nanti kau ketularan dan menjadi budukan pula."   Tentu saja Tiat To Hoat-ong tambah murka, terlebih lagi telapak tangannya yang terkena sentilan jari telunjuk Loo Boan Thong seperti ditusuk oleh semacam tenaga yang halus, namun menusuk sampai keulu hatinya disamping itu sasaran telapak tangannya jadi miring dan menghantam tempat kosong.   Ciu Pek Thong masih berdiri tegak ditempatnya.   Keruan Tiat To Hoat ong jadi memandang tertegun.   Semula dia menduga Ciu Pek Thong adalah seorang penduduk biasa didaerah tersebut tetapi melihat cara Ciu Pek Thong memusnahkan serangannya itu, dia segera mengetahui bahwa Ciu Pek Thong memiliki kepandaian yaag tidak berada di bawahnya.   Bagi jago-jago kelas satu, dalam segebrakan saja sudah dapat untuk mengukur kekuatan lawan.   Maka begitu juga dengan Tiat To Hoat-ong, yang telah mengeluarkan suara tertawa mengejeknya dan disertai dengan bentakan, tahu- tahu tangan kirinya diulurkan dengan cara mencengkeram yang aneh licin seperti belut, karena, dia mempergunakan jurus Yoga sedangkan tangan kanannya telah meluncur akan menotok jalan darah su-sie-hiat dipinggang Ciu Pek thong.   Ciu Pek Thong tidak takut sedikitpun juga walaupun dia mengetahui bahwa lawannya ini sangat hebat sekali kepandaiannya.   Bahkan Loo-Boan Tong girang sekali bisa menemui lawan berat seperti Tiat To Hoat ong.   Dia memang sudah lama tidak pernah menemui tandingan yang setimpal,67 sehingga tangannya terasa gatal sekali dengan berhadapan lawan seperti Tiat To Hoat ong, terbangkitlah semangatnya.   Melihat Tiat To Hoat Ong melancarkan serangan yang hebat seperti itu, dengan menggerakkan kedua kakinya seperti orang menari, tahu-tahu Ciu Pek Thong telah berada disisi Tiat to Hoat-ong, dan tangan kanannya disalurkan untuk menjambak jalan darah Tiang-bu-hiat di punggung si pendeta.   Tentu saja pendeta itu jadi mengeluh murka, karena dia merasa dirinya dipermainkan oleh lawannya.   Dinegerinya, dia selain sebagai Guru Negara dan diakui sebagai jago nomor satu, juga sebagai penasehat raja.   Kim Lun Hoat-ong sendiri masih berada dibawahnya beberapa tingkat dan sering meminta petunjuk-petunjuk ilmu Yoga sebelum adik seperguruannya itu ikut rombongan Mangu kedaratan Tionggoan.   Kini seorang kakek tua seperti Ciu Pek Thong ternyata bisa mempermainkan dirinya demikian rupa, dimana setiap serangannya telah gagal, tentu saja.   membuat pendeta Mongolia itu jadi murka sekali"   Selama dua puluh tahun terakhir ini, selama Tiat To Hoat- ong berada dinegerinya, jarang sekali dia turun tangan untuk bertempur dengan jago-jago manapun juga.   Tetapi jika muncul jago yang tidak terkalahkan dan terpaksa dia turun tangan sendiri, tentu tidak lebih dari tiga jurus dia akan berhasil merubuhkan jago itu.   Maka tidak mengherankan jika nama Tiat To Hoat-ong sangat dihormati dan disegani oleh seluruh jago-jago di Mongolia, bahkan Kim Lun Hoat-ong patuh sekali terhadap kakak seperguruannya ini.   Disamping Tiat To Hoat-ong telah menguasai ilmu Yoga dengan sempurna benar, diapun te lah mengubah semacam ilmu golok yang digubahnya dari ilmu golok asal India, tidak.   mengherankan, disamping sombong dan tidak pernah memandang sebelah mata kepada jago manapun juga, Tiat To Hoat ong selalu bertindak, sekehendak hatinya.   Rajanya pun68 tidak berani melarang sesuatu apapun, bahkan untuk mencegah Tiat To Hoat ong menimbulkan kerusuhan, sengaja Tiat To Hoat-ong telah diangkat sebagai Koksu (Guru negara penasehat raja).   Waktu tiga tahun yang lalu Kublai telah mengajak pasukan tentara perangnya pulang kenegerinya diutara, Tiat to Hoat- ong tidak melihat Kim Lun Hoat ong Dia menanyakan ke Kublai dan memperoleh penjelasan bahwa Kim Lun Hoat ong waktu itu tengah mengobrak abrik jago-jago dataran tionggoan.    Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL

Cari Blog Ini