Ceritasilat Novel Online

Rajawali Sakti Langit Selatan 22


Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long Bagian 22


Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya dari Sin Long   "Lalu apa yang dikehendaki locianpwe ?"   Tanya Phang Kui In mulai tidak sabar.   "Kalau aku membutuhkan jiwa kalian berdua apakah kalian akan memberikan dengan rela, ?"   Tanya suara yang tidak terlihat ujudnya itu.   Phang Kui In dan Kwee Siang jadi melenggak.   mereka kaget bercampur penasaran dan mendongkol.   Bagaimana orang yang tengah ber sembunyi itu bisa bergurau demikian macam? Apakah boleh jadi mereka memberikan jiwa mereka berdua untuk orang itu ? Bukankah itu suatu kematian..."   Kwee Siang yang telah habis sabar ikut berkata .   "Locianpwee, kita tidak pernah saling kena! dan memang tidak memiliki urusan...mengapa cianpwe menghendaki jiwa kami ? Jika memang terdamparnya kami di pantai ini dianggap berdosa dan bersalah, .silahkan menghukum kami tetapi jangan mengajukan permintaan yang tidak-tidak....!".718   "Seorang nona yang galak !"   Kata orang yang tidak terlihat ujudnya.   "Kulihat dari sinar matamu, bahwa engkau agak tersesat sedikit ! Dan kalau tidak salah, melihat dari gerakanmu tadi, engkau tentunya memiliki hubungan dengan pemilik pulau Tho-hoa-to, yaitu si tua bangta Oey Yok Su, bukan ?". Kwee Siang dan Phang Kui In jadi terkejut mendengar pertanyaan orang itu. Hebat sekali pandangan matanya yang segera dapat menduka dengan tepat dan jitu siapa adanya Kwee Siang.   "Benar !"   Menyahut Kwee Siang sambil mengangguk "majikan pulau Tho Hoa To adalah kakekku..!"   "Pantas, ! Pantas.. !"   Berseru orang itu, Memang aku telah melihatnya. Tetapi karena sekarang aku telah mengetahui bahwa engkau memiliki hubungan dengan Oey Yok Su, justru aku semakin tidak mau melepaskan engkau ! Engkau harus merelakan jiwamu kuambil.. !"   "Apa !....... Apa ! kau bilang .......?"   Tanya Kwee Siang dengan amarah telah meluap dihatinya.   "Aku menginginkan jiwamu ! Jiwa dia juga lelaki sialan itu.. !"   Kalian berdua harus bersedia memberikan jiwa kalian kepadaku !"   "hemmm, suatu permintaan sialan !"   Seru Kwee Siang jadi marah sekali. Tetapi belum lagi suaranya itu habis terdengar, tiba-tiba terdengar suara "Bum !"   Maka berkelebatlah setitik hitam yang kecil, cepat sekali menyambar kearah mata Kwee Siang yang kiri.   Kwee Siang jadi terkejut.   Benda yang tengah menyambar datang itu sangat kecil bentuknya, seperti biji dari buah- buahan.   Tetapi angin yang ditimbulkan oleh samberan biji buah-buahan itu telah membuat Kwee Siang merasakan719 kulitnya pedih, itupun biji yang disembur orang yang tidak terlihat ujudnya itu belum lagi mengenai biji matanya.   Mati-matian Kwee Siang telah berkelit kesamping kanan, dengan gerakan yang sangat cepat sekali.   Dan ternyata dia berhasil mengelakkan diri dari serangan itu.   Dimana biji buah- buahan dari orang itu telah menghantam sebatang pohon yang cukup besar.   "Tukk, kreekk!"   Aneh sekali, batang pohon yang besar itu telah patah tumbang terbentur oleh biji buah-buahan itu.   Muka Kwee Siang jadi pucat dan tubuhnya menggigil ngeri, karena segera dia menyadari, jika tadi dia tidak berhasil mengelakkan diri dari serangan lawannya itu, niscaya batok kepalanya akan hancur karenanya.   Maka cepat sekali Kwee Siang telah berseru nyaring dengan suara yang lantang .   "Engkau seorang dari golongan tua, tetapi engkau tidak bisa menghormati dirimu sendiri, dimana kau bermaksud menghina golongan muda...!".   "Siapa yang bilang aku ingin menghina golongan muda.?"   Kata orang itu dengan nada meninggi, tampaknya orang yang bersembunyi itu terpancing marah oleh perkataan Kwee Siang.   "Justru aku hanya ingin menguji kepandaianmu, sampai berapa tinggi kepandaian yang engkau miliki sebagai cucunya si tua bangka Oey Yok Su itu ...!". Kwee Siang jadi nekad karena walaupun dia menyadari bahwa musuh yang tengah bersembunyi itu memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi tidak senang hatinya mendengar berulang kali kakeknya disebut dengan perkataan tua bangka, dan juga tampaknya orang yang tengah bersembunyi itu sangat tekebur sekali, karena dia seperti juga memandang rendah Oey Yok Su.720   "Jika engkau memiliki kepandaian yang tinggi, keluarlah perlihatkan dirimu agar kita bisa menguji kepandaian masing- masing !"   Teriak Kwee Siang.   Phang Kui In telah bersiap-siap untuk menghadapi sesuatu yang diluar dugaan, karena melihat menyambarnya biji buah- buahan tadi, walaupun kecil, tetapi mengandung kekuatan yang sangat dahsyat sekali.   Phang Kui In menyadari musuh itu tentunya seorang yang pandai sekali, yang telah cukup sempurna latihan tenaga lwekangnya Waktu itu terdengar suara bergelak-gelak yang nyaring sekali dari arah gerombolan pohon.   "Ha, ha, ha ! Engkau berani bertempur denganku ?"   Tanya orang yang tidak terlihat ujudnya itu.   "Ya, keluarlah !"   Menyahuti Kwee Siang singkat sekali, dia telah mencabut juga pedangnya, menggenggam gagang pedang itu kuat-kuat, bersiap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja muncul disaat itu.   Tetapi orang yang tengah bersembunyi itu justru telah tertawa lagi bergelak-bergelak dengan suara yang nyaring.   "Tidak percuma si tua bangka Oey Yok Su memiliki cucu seperti engkau, bersemangat dan tampaknya pemberani ! Bagus ! Bagus, bagus ! Memandang muka terang kakekmu, engkau tidak akan kubinasakan !".   "Keluarlah kau ! Mari kita main-main beberapa jurus !"   Seru Kwee Siang dengan suara yang nyaring.   "Tentu. Tentu saja. Aku tentu keluar,"   Menyahuti orang itu dengan suara yang nyaring.   Dan membarengi dengan habisnya perkataan itu, tampak sesosok tubuh berkelebat keluar dari balik gerombolan pohon.   Phang Kui In dan Kwee Siang tidak bisa melihat dengan jelas gerakan orang itu, karena terlalu, gesit dan lincah, hanya tahu-tahu telah berada dihadapan mereka berdua.721 Kwee Siang dan Phang Kui In waktu melihat jelas orang itu keduanya jadi terkejut.   "Bagaimana ?"   Tanya orang itu dengan suara yang mengejek.   "Sekarang aku telah muncul memperlihatkan diri, apa yang kalian kehendaki ? Adu tenaga ? Adu pedang ? Atau adu apa saja ?". Suara orang itu tinggi sekali dan juga nadanya sangat tajam luar biasa. Dia telah menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan bagaikan mengejek Phang Kui In dan Kwee Siang. Yang membuat Phang Kui In dan Kwee Siang jadi terkejut bukanlah kegesitan tubuh orang tersebut, tetapi justru potongan tubuh orang itu yang aneh dan janggal sekali. Orang itu memiliki tubuh tidak lebih dari empat kaki, dimana sepasang kakinya tidak ada, hanya dua batang tongkat yang dikempit diketiaknya itu yang menunjang tubuhnya tidak sampai rubuh. Muka orang bercacad pada kedua kakinya itu722 memiliki raut muka yang bulat dan juga tidak enak dipandang. Hidungnya besar seperti hidung babi, keningnya tinggi dan lanang, sebagian kepalanya itu ditutup oleh ikat kepala yang berwarna hijau, dan bajunya yang terbuat dari bahan kasar itu berwarna hijau. Melihat warna yang disenangi orang itu, Kwee Siang jadi teringat kepada kakeknya Oei Yok Su, yang juga senang sekali mengenakan pakaian warna hijau.   "Ayo, apa yang kalian inginkan jika aku memperlihatkan diri ? Mengapa bengang-bengong disitu saja ! Jika memang engkau tidak senang, hayo mulai melancarkan serangan !"   Kwee Siang sudah tidak bisa mempertahankan diri lagi dari kemarahan, Dia telah mengeluarkan suara bentakan nyaring tahu-tahu.   pedangnya telah menusuk kearah dada sebelah kiri lawannya.   Gerakan yang dilakukan Kwee Siang sangat luar biasa, pedangnya digetarkan dan dia telah mempergunakan jurus "Bidadari menari", dimana pedangnya itu berkelebat- kelebat merupakan sinar putih gemilang.   Orang cacad kedua kakinya itu mengeluarkan suara teriakan mengejek, tahu-tahu tubuhnya telah lenyap dari pandangan mata Kwee Siang.   Dan belum lagi Kwee Siang bisa mengendalikan tubuhnya yang terjerunuk kedepan karena kehilangan sasarannya, tahu- tahu punggungnya telah diketuk perlahan oleh tongkat orang bertubuh pendek tidak berkaki itu.   Dengan kaget Kwee Siang telah memutar cepat-cepat tubuhnya, dia melihat lawannya tengah memandang kepadanya dengan mulut tersenyum senyum.   Phang Kui In sendiri takjub dan kagum melihat kegesitan orang yang berkaki buntung itu, yang diduga beusia enam puluh tahun lebih, karena waktu Kwee Siang tadi melancarkan serangan kepada orang tersebut.   Ternyata orang itu telah mencelat dengan gesit sekali sehingga Phang Kui In tidak bisa723 melihat jelas gerakan orang itu, hanya melihat segumpal warna hijau yang menerjang didekatnya membuat Phang Kui In harus melompat menjauhkan diri.   Jika memang orang berpakaian serba hijau itu bermaksud jahat untuk mencelakai Kwee Siang, tentu semuanya itu mudah saja dilakukannya.   Tetapi kenyataannya orang itu tidak bermaksud jahat, dia hanya mengetuk perlahan sekali pada bahu si gadis.   Tetapi akibat ketukan tongkat orang aneh itu, Kwee Siang merasakan bahunya seperti juga telah terhajar oleh alu yang besar sekali, daging tubuhnya seperti hancur tertumbuk !, itulah membuktikan bahwa tenaga lwekang orang tersebut sangat tinggi dan sempurna, karena dengan ketukukan yang perlahan itu dia berhasil menghantam keras sekali kepada lawannya, Kwee Siang terhuyung maju dua langkah, kemudian cepat- cepat pendekar wanita ini memutar tubuhnya.   untuk dapat menghadapi dan bersiap sedia dari segala serangan susulan lawannya.   Orang yang kedua kakinya bercacat itu telah tertawa mengikik tidak sedap didengar, dia telah berkata dengan suara yang sangat perlahan sekali.   "Apakah kau ingin main-main pula beberapa jurus denganku ?"   Kwee Siang merasakan mukanya berobah jadi merah dan panas karena walaupun lawannya itu bertanya sambil tersenyum, namun Kwee Siang menyadari bahwa lawannya sedang mengejek dia. Sambil mengeluarkan seruan "Awas pedang !"   Tampak Kwee Siang telah melompat kearah lawannya dan waktu tubuhnya masih terapung ditengah udara, pedangnya itu ditusukkan kearah tenggorokan lawannya dengan jurus Hud Pay Kuan In atau menyembah sang dewi Kuan Im, gerakan yang dilakukan Kwee Siang bukan main kuatnya.724 Orang itu juga terkejut waktu menyaksikan pedang si gadis tergetar dan mata pedang itu seperti bertambah menjadi sembilan, menyamhar kesembilan jurusan, mata, tenggorokan, dada, perut, lutut dan paha, serta beberapa bagian tubuh lainnya yang berbahaya.   Itulah semacam kepandaian ilmu pedang yang jarang sekali dimiliki orang.   "Bagus !"   Berseru orang bercacad kedua kakinya itu sambil mengelakkan diri.   Dan cepat sekali tongkat kanannya telah diketukkan pada bumi, maka tubuhnya telah meluncur dengan cepat sekali, menangkis kearah pedang si gadis.   Phang Kui In jadi heran dan terkejut melihat apa yang dilakukan oleh orang bercacad kakinya itu, karena serangan yang dilakukan itu merupakan serangan yang terlalu berani.   Seperti diketahui bahwa pedang sudah diakui sebagai raja dari berbagai senjata, karena disamping bobotnya yang ringan, juga pedang memiliki ukuran yang panjang, sehingga sipemakainya bisa mempergunakannya seleluasa mungkin, sehingga jika telah mencekal pedang orang tersebut seperti memiliki tambahan dari bagian anggota tubuhnya untuk melakukan penyerangan.   Dan orang bercacad kedua kakinya itu memang menyadari akan hebatnya pedang Kwee Siang, terlebih lagi dia telah mengetahui bahwa Kwee Siang adalah cucunya Oey Yok Su, dengan sendirinya kepandaian gadis ini tentu hebat sekali dan tidak boleh dipandang lemah.   Phang Kui In telah berteriak "Kwee Liehiap, hati-hati, jangan terlalu ceroboh !".   Orang she Phang itu berteriak memperingati, karena dia kuatir Kwee Siang lupa diri dan melancarkan serangan- serangan membabi buta tanpa memperdulikan keselamatan dirinya sendiri.   Kwee Siang juga terkejut sekali waktu mendengar peringgatan dari Phang Kui In.   Cepat-cepat dia memperbaiki725 kedudukan dirinya, kemudian dia memutar pedangnya dengan cepat, sehingga sinar putih berkilau dari pedang itu merupakan bundaran putih yang mengurung dan melindungi tubuh Kwee Siang dari segala macam bentuk serangan.   Tetapi orang itu telah menjadi penasaran.   Dia mengeluarkan suara tertawa mengejek, sambil katanya "Aku ingin lihat, berapa tinggi kepandaian yang kau warisi dari kakek mu."!"   Dan menyusuli perkataannya itu, tampak orang bercacad kedua kakinya itu telah mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras sekali, sampai menulikan anak telinga.   Diantara berkesiuran angin serangan pedang Kwee Siang, tongkat ditangan kirinya ber gerak-gerak dengan kecepatan yang luar biasa.   Gerakan-gerakan tongkat itu juga tampaknja aneh sekali, sebentar kesamping kanan, sebentar menyambar kesamping kiri, kebawah, keatas dan ketengah mengincar perut Kwee Siang.   Keadaan demikian membuat Kwee Siang jadi gelagapan dan cepat-cepat menarik pulang pedangnya, dia telah berkata dengan suara mengandung penasaran .   "Aku akan adu jiwa dengan kau...lihatlah pedang...!"   Dan sambil berkata begitu, tampak Kwee Siang telah menggerakkan pedangnya dalam bentuk segi delapan. Dia telah mengeluarkan jurus simpanan yang dimilikinya, yang tidak akan dipergunakannya kalau tidak bertemu dengan lawan berat. Nama jurus itu .   "Sian Sian Kong Lie", yaitu "Dewa-dewi Dihormati", dan tampak pedangnya itu bergerak-gerak menurut aturan Pat-kua, yaitu delapan segi. Ilmu ini diciptakan oleh Kwee Siang setelah dia memeras pikiran selama setengah tahun, dimana dia telah merubahnya dari salah satu jurus yang terdapat dari kitab Kiu Im Cin Keng. Orang bercacad kedua kakinya itu jadi ter kejut, karena matanya jadi silau melihat sinar pedang berkilauan dari segala jurusan menyambar kearah dirinya. Dia sampai mengeluarkan726 pujian .   "Bagus !"   Dan tongkatnya ditarik pulang, sedangkan tongkat yang satunya telah ditotokkan keras ketanah, sehingga dengan meminjam tenaga totolan itu tubuh orang tersebut telah mencelat dengan gesit sejauh tiga tombak.   Kwee Siang tengah bernafsu dan ingin menerjang lagi untuk melancarkan serangan, pedangnya juga telah berkesiutan menyambar dahsyat kepada lawannya.   "Tahan !"   Teriak orang berbaju hijau itu sambil berdiri diatas kedua tongkatnya.   "Aku hendak bicara !"   Kwee Siang menahan pedangnya, dia telah menatap dengan penuh kemarahan kepada lawannya .   "Apa yang hendak kau katakan ?" .   "Engkau sungguh-sungguhkah cucunya Oey Yok Su ?"   Tanya orang itu.   "Apakah pendengaranmu tuli ? Tadi aku telah memberitahukan bahwa kakekku adalah majikan pulau Tho- hoa-to"   Teriak Kwee Siang keras, karena dia memang tengah diliputi kemarahan yang luar biasa. Apakah perlu aku memberitahukan sekali lagi ?".   "Tunggu dulu, sabar, jangan galak seperti nenek-nenek !"   Kata orang berpakaian hijau itu sambil tertawa.   "Dengarlah ! Ilmu silat Oey Yok Su aku ketahui dengan baik, yaitu bersumber dari Kiu Im Cin Keng dan Kiu Yang Cin Keng ! Bukankah begitu ?"   Kwee Siang ragu-ragu, dia telah mengangguk, katanya kemudian dengan suara yang cukup keras .   "Benar ! Setelah engkau tahu dan mengenal kakekku, mengapa engkau ingin mengganggu diri kami ?".   "Nanti dulu, engkau dengar baik-baik ! Aku heran mendengar engkau adalah cucu Oey Yok Su si tua bangkotan itu ! Hal ini karena berlawanan sekali dengan keadaanmu ! Sebagai cucu dari Oey Yok Su, tentunya engkau harus,727 mempergunakan ilmu-ilmu ciptaan Oey Yok Su si tua bangkotan itu.....namun sejak tadi aku melihat engkau mempergunakan semacam ilmu yang belum pernah kukenal dan aku yakin ilmu itu tentunya bukan milik si tua bangka Oey Yok Su. Benarkah begitu ?". Kwee Siang tertawa dingin.   "Hmm, jika memang aku berhasil memiliki ilmu silat kakekku, tentunya dalam satu dua jurus engkau telah berhasil kurubuhkan ! Ilmu yang tadi kupergunakan adalah ilmu silat ciptaanku sendiri......   "Pantas ! Pantas !"   Berseru orang tua berbaju hijau tersebut dengan suara yang sangat nyaring "Apanya yang pantas ?".   "Pantas saja engkau tidak bisa memiliki kepandaian yang tinggi, rupanya Oey Yok Su si tua bangkotan itu tidak sayang pada cucunya !"   "Jangan bicara sembarangan ...!"   Teriak Kwee Siang dengan suara mengandung kemarahan.   "Sembarangan? Mengapa sembarangan ? Bukankah engkau sendiri yang memberitahukan bahwa engkau tidak mempelajari ilmu silatnya si jago bangkotan Oey Yok Su itu ?"   Waktu bertanya begitu, orang berpakaian hijau itu telah mementang matanya lebar-lebar. Kwee Siang jadi tambah mendongkol dan marah, tetapi tentu saja dia menyadari bahwa kepandaiannya tidak bisa menandingi kepandaian lawannya.   "Baiklah ! Sekarang katakanlah apa maksudmu dan siapa namamu ?"   Tanya Kwee Siang kemudian sambil menahan kemarahan dihati-nya.   "Kau ingin mengetahui namaku ? ingin mengetahui juga apa maksudku ?", tanya orang itu.728 Kwee Siang mengangguk.   "Hemmm, itu mudah ! Engkau bisa saja memanggilku dengan sebutan si Buntung, karena memang seluruh jago- jago dalam rimba persilatan selalu menyebutku dengan perkataan Si Buntung itu. Dan engkau boleh memanggilku dengan sebutan Si Buntung juga". Waktu itu Kwee Siang jadi memandang heran, karena umumnya orang yang bercacad tangan maupun kakinya, paling pantang mendengar seseorang menyebut-nyebut kekurangannya itu. Tetapi sekarang orang berpakaian baju hijau yang kedua kakinya buntung itu, menganjurkan agar Kwee Siang memanggilnya dengan sebutan si buntung ! Dalam keadaan demikian, tampak Kwee Siang ragu-ragu sejenak, sampai akhirnya dia telah berkata lagi dengan suara yang bimbang "Tetapi...tetapi...apakah engkau tidak akan marah jika aku memanggilmu dengan sebutan si...si...si Buntung ?".   "Mengapa harus marah ? Bukankah memang kenyataannya bahwa kedua kakiku ini telah buntung dan bercacad !". Ditanya begitu, Kwee Siang terpaksa tersenyum tidak bisa menyembunyikan perasaan lucu mendengar perkataan orang itu, yaitu si Buntung.   "Mungkin juga,"   Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kata Kwee Siang kemudian setelah dia melihat si Buntung itu berdiam diri mengawasi dia.   "Si Buntung itu merupakan gelaran belaka !".   "Memang !".   "Lalu siapa namamu ?".   "Engkau ingin tahu ?"   "Ya!"   "Aku she Lie dan bernama Bun Hap !"729   "Lie Bun Hap, aku seperti pernah mendengar nama itu disebut seseorang"   Mengangguk Kwee Siang sambil mengawasi orang she Lie tersebut.   "Mungkin si tua bangkotan Oey Yok Su yang telah menyebut-menyebut namaku ?"   Si Buntung mencoba memberikan terkaannya kepada Kwee Siang.   "Bukan !"   "Lalu siapa ?"   "Entahlah aku tidak ingat, tetapi dalam hal ini memang aku pernah mendengar disebutnya nama Lie Bun Hiap itu .. !"   Tiba-tiba si Buntung telah mengeluarkan suara tertawa yang sangat keras sekali, dia telah memandang kearah Kwee Siang. Sikap yang diperlihatkan si buntung membuat Kwee Siang jadi tersinggung.   "Apa yang kau tertawakan ?"   Tanyanya dengan suara mendongkol.   "Ada yang lucu ! Ada yang lucu ! Jika tidak mengapa aku harus tertawa ? Dengan tertawanya aku, tentu saja ada sesuatu yang lucu !".   "Yang lucu bagaimana ?"   Tanya Kwee Siang menegasi.   "Lucu sekali ! Engkau tadi sok galak, tetapi sekarang untuk mengingat sepatah nama saja telah begitu sibuk dan tidak tahu...sikapmu yang belakangan ini seperti anak gadis yang bodoh !". Kwee Siang berobah mukanya menjadi merah, karena dia mendongkol sekali.   "Mulutmu terlalu lancang !"   Katanya kemudian.   "Lancang ?"   Tanya si Buntung dengan suara yang mengandung ejekan.730   "Ya, engkau sebagai orang tingkatan tua telah bersikap tidak tahu malu ingin mempermainkan yang muda !"   Kata Kwee Siang dengan berani sekali. Muka orang tua itu telah berobah merah padam, tetapi hanya sejenak saja, kemudian dia telah pulih sebagaimana biasanya.   "Ya, memang aku dari tingkatan tua, kaum cianpwe, dan kalian berdua adalah kaum boanpwe, tetapi tidak salah kalau kaum cianpwe memberikan pelajaran kepada kaum boanpwe yang tengik dan kurang ajar...!". Halus suara orang itu dan tampaknya si buntung tidak marah oleh perkataan Kwee Siang, namun nadanya yang halus itu berlainan dengan makna yang termaksud dala kata- katanya itu. Yaitu dia ingin menghajar Kwee Siang dan Phan Kui In babak belur. Kwee Siang sendiri berdebar hatinya, karena dia agak binggung juga, jika tadi dia berkata begitu, hanya untuk memancing kemarahan si Buntung, dan jika dia marah dan mempertahankan kedudukan dirinya sebagai golongan cianpwe tentu akan perintahkan Kwee Siang dan Phang Kui In berlalu tanpa diganggunya pula. Tetapi siapa tahu si buntung itu berkepala batu, semakin lawannya keras kepala justru dia lebih keras kepala juga.   "Lalu apa yang kau kehendaki ?"   Tanya Kwee Siang waktu melihat Lie Bun Hap hanya tertawa mengejek saja tanpa memperdulikan kemarahannya.   "Tentu saja mengajar adat Kepada kalian berdua"   Kata Lie Bun Hap dengan suara yang tegas Kwee Siang dan Phang Kui In jadi menghela napas, karena mereka menyadari sulit untuk mengharapkan bisa lolos dari tangan lawan yang keras kepala dan memiliki kepandaian yang demikian tinggi.731 Dalam keadaan demikian, tampak Phang Kui In telah maju selangkah, dia merangkapkan kedua tangannya menjura memberi hormat kepada Lie Bun Hap.   "Lie Locianpwe...seharusnya kami memang dihukum, tetapi dengan memandang muka terangnya Oey Locianpwe pemilik pulau Tho-hoa to, ampunilah kami..kami akan segera meninggalkan pulau ini...!". Mendengar perkataan Phang Kui In, muka Lie Bun Hap jadi berobah hebat, dia telah berkata dengan suara yang dingin .   "Permintaan ampunmu itu datangnya terlambat ! Dan sekarang, kalian berdua orang-orang golongan boanpwee yang kurang ajar, harus kuajar adat...!" 000odw^kzo000 Dan setelah berkata begitu, diangkatnya tongkat ditangan kanannya, dia telah berkata lagi .   "Bersiap-Bersiaplah, aku akan segera menyerang..!". Kwee Siang dan Phang Kui In menyadari bahwa mereka tidak mungkin terlepas dari cengkeraman tangan orang aneh ini, maka mereka jadi nekad. Dengan mengeluarkan suara seruan .   "Silahkan menyerang !", Kwee Siang telah menggerakkan pedangnya menabas udara kosong, sehingga suara pedang itu berkesiuran. Phang Kui In juga telah berdiri tegak bersiap-bersiap untuk menerima segala serangan yang akan dllancarkan oleh lawannya. Dan dia telah bertekad untuk melindungi Kwee Siang, karena dia mengetahui bahwa Kwee Siang memiliki kepandaian tinggi, dan dia harus dapat diselamatkan, terlebih lagi Kwee Siang merupakan cucu bungsu dari Oey Yok Su. Jika sampai terjadi sesuatu didiri gadis pendekar ini, niscaya Oey Yok Su tidak akan mau mengerti, walaupun hanya seujung732 rambut saja yang terganggu, tetapi pasti Oey Yok Su akan mencari Lie Bun Hap untuk membalas sakit hati.   "Locianpwe ...!"   Kata Phang Kui In lagi dengan suara yang disabar-disabarkannya.   "Dengarlah dulu keteranganku ini !".   "Keterangan apa lagi yang hendak kau katakan ? Cepat katakan !!"   Kata Lie Bun Hap memperlihatkan sikap yang tidak sabaran. Phang Kui In telah merangkapkan tangannya menjura memberi hormat lagi kepada Lie Bun Hap.   "Lie Locianpwe ... ketahuilah, bahwa kami terdampar dipulau ini tanpa kami sengaja dan tanpa kami kehendaki ! Kami telah menerima nasib yang buruk ditawan bajak laut, dan kami disimpan dalam kamar tahanan. Untung kami bisa meloloskan diri dengan melobangi dinding kamar tahanan itu dan berenang keluar dari kapal tersebut. Tetapi sayang, rupanya kami harus menerima percobaan lagi. kami telah dipusing-pusingkan dalam putaran user-user air laut yang akhirnya membuat kami pingsan. Waktu kami tersadar, ternyata kami telah menggeletak ditepi pantai palau ini. Maka dengan memandang muka terang dari Oey Locianpwe, kami mohon Lie Locianpwe mengampuni kami dan kami akan segera meninggalkan pulau ini tidak berani mengganggu Lie Locianpwe lagi..."   Manis cara berkata Phang Kui In, dan diapun berkata-kata dengan sikap yang hormat sekai.   Lie Bun Hap untuk sejenak jadi diam! tertegun.   Tetapi kemudian sambil mengetukkan ujung tongkat disebelah kirinya ketanah, dia telah berkata "Tadi kau mengatakan bahwa kalian ditawan oleh bajak laut, tahukah engkau siapa bajak laut itu ?".   Phang Kui In menggelengkan kepalanya.733   "Sayang kami tidak mengetahui siapa mereka yang telah membajak kami. Namun kami ketahui nama pemimpin mereka adalah Ciong Lam Cie. Hanya itu yang kami ketahui".   "Ciong Lam Cie ?"   Tanya Lie Bun Hap dengan mata terbuka lebar-lebar, tampaknya dia sangat terkejut.   "Ya !".   "Orang she Ciong itu masih hidup ?".   "Entahlah. kami tidak mengenalnya dan hanya mengetahui namanya Ciong Lam Cie, dia sendiri yang menyebutkannya."   Mendengar perkataan Phang Kui In yang terakhir, Lie Bun Hap telah berdiri diam tercenung. Tampaknya ada sesuatu yang tengah dipikirkannya.   "Besarkah jumlah mereka ?"   Tanya Lie Bun Hap lagi.   "Cukup banyak, bahkan anak buahnya itu semuanya mengerti ilmu silat yang cukup tinggi ...!".   "Hemmm ... kalian telah dirubuhkannya ?"   Tanya Lie Bun Hap.   "Oleh ketuanya atau hanya kaki tangannya yang merubuhkanmu ?".   "Kami dirubuhkan oleh orang she Ciong itu sendiri !!"   Menyahut Phang Kui In dengan pipinya yang berobah menjadi merah.   "Hemmm, orang she Ciong itu rupanya tengah mencari lawan-lawannya ...!"   Menggumam Lie Bun Hap.   "Tidak salah Lie Locianpwe...!"   Kata Phang Kui In.   "Memang dia tengah mencari seseorang...! Bahkan kalau dilihat caranya, dia bukan hanya mencari seorang saja, justru dia tengah menyelidiki beberapa orang yang hendak dibinasakannya.   "Tahukah engkau siapa-siapa saja yang tengah dicari Ciong Lam Cie ?"   Tanya orang tua itu.734 Phang Kui In menggelengkan kepalanya perlahan, kemudian dia berkata lagi .   "Kami tidak mengetahui jelas, tetapi jika tidak salah orang she Ciong itu juga memusuhi Kwee Ceng Taihiap suami isteri. yaitu ayah ibu dari Kwee Liehiap ini...dan ada seorang lainnya yang dimusuhinya juga, yaitu..."   Berkata sampai disitu, Phang Kui In berhenti bicara, seperti juga dia bimbang meneruskan kata-katanya itu.   "Siapa orang yang lainnya itu..?"   Tanya Lie Bun Hap mendesak, matanya juga telah memandang kepada Phang Kui In dengan terpentang lebar.   "Jika tidak salah dengar, diapun ingin mencari Yo Ko Sin Tiauw Taihiap...!"   Akhirnya Phang Kui In memberikan penjelasannya juga.   "Apa...apa ?"   Tanya Lie Bun Hap seperti terkejut dan melompat satu tombak lebih.   "Engkau bicara jangan main- main ! Cepat katakan yang sebenarnya...!".   "Aku telah bicara dari hal yang sebenarnya !"   Menyahuti Phang Kui In.   "Tetapi...tidak mungkin Ciong Lam Cie akan memberitahukan padamu dia tengah mencari Sin Tiauw Taihiap Yo Ko ...! ".   "Mengapa tidak? Sekarang setiap orang yang lewat diperairan yang berada dalam kekuasaannya tentu akan ditangkapnya. Dan jika orang itu, setelah diperiksa, tidak memiliki sangkut paut dengan orang-orang yang sedang dicarinya maka akan dibebaskan. Tetapi jika ternyata orang itu memiliki sangkutan dengan orang-orang yang tengah dicarinya, tentu akan dikurungnya, ditawannya !"   "Tetapi ... ?"   Tanya Lie Bun Hap dengan ragu-ragu mengawasi Phang Kui In.735   "Tetapi kenapa locianpwe", tanya Phang Kui In sambil mengawasi jago she Lie itu.   "Tetapi mengapa engkau juga ditawan, apakah engkau memiliki hubungan dekat dengan musuh-musuh orang she Ciong itu ?"   Phang Kui In menghela napas.   "Memang peristiwa yang terjadi begitu adanya !"   Kata Phang Kui In.   "karena Kwee Lihiap telah mengakui terus terang bahwa dia adalah puteri dari Kwee Ceng Taihiap, sedangkan kawan kami yang seorang lagi, Him-jie (anak Him) justru mengakui bahwa dia adalah puteranya Sin Tiauw taihiap !!"   "Sin ....Sin Tiauw Taihiap Yo Ko ada puteranya ?"   Tanya Lie Bun Hap seperti juga tidak percaya apa yang didengarnya.   "Ya", mengangguk Phang Kui In dengan cepat, wajahnya segera tergambar perasaan menyesal dan sedih.   "Dia telah lenyap waktu kami meloloskan diri dari kapal orang itu. Semula Him-jie aku gendong dan rangkul kedua kakinya kuat- kuat, tetapi waktu tubuh kami terserang user-user air laut yang berputar, kami telah pingsan dan satu dengan yang lainnya sudah tidak bisa mengetahui, sampai akhirnya ketika aku tersadar dari pingsan kami telah tergeletak dipasir tepi pantai. Hanya Kwee Uehiap yang kujumpai, sedangkan Him-jie tidak diketahui berada dimana...!"   Setelah berkata begitu, Phang Kui In jadi menghela napas berulang kali.   "Apakah... apakah puteranya Sin Tiauw Tai hiap Yo Ko itu seorang anak lelaki berusia dua belas tahun atau tiga belas tahun ?"   Tanya Lie Bun Hap sambil mengawasi Phang Kui In dengan sorot mata yang sangat tajam sekali.   "Tepat !"   Berseru Phang Kui In dengan suara terkejut bercampur girang, disamping itu juga wajahnya berseri-seri,736 karena ada harapan lain baginya untuk bertemu dengan Yo Him.   "Aku semalam telah menemukan seorang anak lelaki yang berusia diantara dua belas tahun mengeletak tidak sadarkan diri. Anak lelaki itu memiliki tubuh yang lemas dan tampan sekali mukanya. Aku senang padanya, aku bawa kerumahku. Apakah mungkin dia itu puteranya Yo Taihiap ?"   Phang Kui In telah berjingkrak saking gembiranya.   "Lie Locianpwe, bisakah locianpwe mengantar kami untuk menjenguknya ?"   Tanya Phang Kui In. Kwee Siang juga jadi berobah mukanya, berseri-berseri cerah sekali, dia merangkapkan kedua tangannya menjura kepada orang tua berkaki buntung itu setelah menympan kembali pedangnya.   "Maafkan atas kecerobohan dan kekurang ajaran boanpwe !"   Kata Kwee Siang dengan suara yang sabar tidak mengandung permusuhan lagi.   Phang Kui In juga telah menjura sambil katanya "kami tentu tidak akan melupakan budi kebaikan Locianpwe !!".   Tetapi Lie Bun Hap menggelengkan kepalanya perlahan, dia telah berkata dengan suara yang tawar "Aku memberitahukan kepada kalian bahwa aku menemukan anak itu, bukan berarti aku bersedia untuk membiarkan kalian bertemu! Aku telah bertekad untuk mengambil dia menjadi muridku ! Selama puluhan tahun aku tidak memiliki murid, maka melihat bakat dan tulang baik dari anak itu, aku ingin mengambilnya sebagai murid tunggal !"   Hem. mana mungkin aku membiarkan kalian bertemu muka lagi, yang bisa memberantakkan rencanaku...!". Setelah berkata begitu, muka Lie Bun Hap jadi berobah bengis lagi, dia telah meneruskan perkataannya .   "Cepat kau katakan, kearah mana yang diambil Ciong Lam Cie...?".737   "Kau sendiri tidak mau mempertemukan kami dengan Him- jie dan sekarang kau mendesak kami untuk memberikan keterangan. Itu lah urusan yang tidak cengli...!".   "Kau ingin aku memaksa dengan kekerasan ?"   Bentak Lie Bun Hap yang bergelar si Buntung itu.   "Tetapi jika locianpwe menyiksa kami, berarti untuk selamanya kau tidak bisa memperoleh keterangan apapun mengenai dirinya bajak laut Ciong Lam Cie itu...!"   Kwee Siang telah ikut menimbrung bicara dengan nada yang dingin.   "Hemm, enak saja engkau bicara ! Bukan kah masih ada Yo Him, putera Sin Tiauw Tai hiap Yo Ko ? Bukankah diapun mengalami hal dan peristiwa itu bersama-sama dengan kalian?". Setelah berkata begitu, tampak Lie Bun Hap tertawa bergelak-gelak, Phang Kui In dan Kwee Siang merasakan telapak tangan mereka jadi dingin. Memang tidak salah, jika Yo Him berada ditangan orang she Lie ini. tentunya dia bisa saja mendesak Yo Him, atau memancing anak itu dengan berbagai jalan, agar Yo Him menceritakan apa yang dialaminya. Dan setelah itu, tentunya segala urusan menjadi jelas dan terang. Waktu itu Lie Bun Hap telah berkata lagi dengan suara yang dingin .   "Apakah kalian tetap tidak mau menceritakan kepadaku perihal ketua Tiauw-pang (Perkumpulan Rajawali) Ciong Lam Cie itu ?". Phang Kui In menghela napas dengan lesu.   "Mereka menempuh jalan air yang menuju kearah Timur tenggara...!"   Katanya kemudian.   "Hemmm, jika Ciong Lam Cie mengambil arah Timur tenggara tentu tidak akan sampai ditempat ini, justru tempat738 ini terletak di Barat Selatan. Ha, ha, ha! Kukira cukup keterangan yang kau berikan ...!". Setelah berkata begitu Lie Bun Hap telah mengibaskan tongkat yang ditangan kanannya, seperti sikap mempersilahkan tamunya untuk pergi.   "Kalian bebas untuk meninggalkan pulau ini, aku tidak akan mengganggunya !". Tetapi Phang Kui In dan Kwee Siang mana mau berlalu dari pulau ini setelah mengetahui bahwa Yo Him masih selamat dan berada dalam rawatan orang tua she Lie itu, yang tertarik ingin mengangkat Yo Him sebagai murid tunggalnya itu.   "Locianpwe..."   Suara Phang Kui In tidak lampias, tampaknya dia bingung sekali.   "Apa lagi ? Aku telah membebaskan kalian tanpa diberi tanda mata sedikitpun ditubuh kalian, apakah itu masih belum cukup sehingga kalian berdua tampaknya, tidak puas ?"   Tajam suara dari Lie Bun Hap waktu dia menegur begitu, karena dia mendongkol sekali tampaknya.   Dan bibirnya yang kemudian terkatup rapat itu memperlihatkan bahwa dia menaban amarah dihatinya ! Phang Kui In cepat-cepat menjura lagi sambil katanya dengan suata yang halus .   "Locianpwe kasihanilah kami, ajaklah kami menemui Yo Him...! Kami sesungguhnya tengah menerima tugas yang cukup berat, yaitu membawa Yo Him menemui ayah kandungnya ! Kami kira tentunya Locianpwe tidak keberatan bukan untuk melepaskan Yo Him sementara waktu, dan kelak jika telah bertemu dengan ayah kandungnya tentu kami akan mengajaknya kemari lagi untuk menemui Locianpwe, guna mengadakan pengangkatan guru dan murid."   Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Waktu itu muka Lie Bun Hap telah berobah semakin tidak enak dilihat, dia mengetukkan ujung tongkatnya ketanah sebanyak empat kali, mukanya juga merah padam, giginya yang menggigit keras-keras itu terdengar berkereot-kereot739   "Kau bicara seperti anak kecil saja!"   Bentak Lie Bun Hap akhirnya.   "Hemmm, apa kah engkau kira dengan bicara begitu, dengan menyebut-nyebut nama Sin Tiauw Taihiap Yo Ko aku akan takut dan gentar, lalu cepat-cepat menyerahkan anak itu kepada kalian ? Hemmm, enak saja kau bicara. Sekarang begini saja singkatnya . kalian mau pergi meninggalkan pulau ini atau mau aku mampusi saja ?". Keras nada perkataan dari Lie Bun Hap, dia tampaknya tidak senang dengan sikap Phang Kui In yang seperti mengulur-ulur waktu. Disaat itulah tampak Kwee Siang telah berkata dengan suara ragu-ragu .   "Locianpwe... maukah locianpwe mengasihani kami bertiga dengan memandang muka ayah dan ibuku ?!"   Kata Kwee Siang.   "Nanti kepada ayah dan ibu aku akan menceritakan segalanya perihal Locianpwe yang telah melepas budi kepada kami...". Mendengar perkataan Kwee Siang, Lie Bun Hap telah tertawa bergelak-gelak dengan keras.   "Hemm, engkau bicara seperti juga bermimpi !"   Katanya dingin.   "Apa harganya ayah, ibumu harus kupandang ? Hemm, jika Kwee Ceng dan Oey Yong sendiri yang datang memohon! agar aku melepaskan Yo Him. belum tentu aku akan melayaninya, bahkan bisa-bisa mereka kumampusi sekalian...!". Kaget Kwee Siang mendengar perkataan Lie Bun Hap yang terakhir itu. Ternyata orang she Lie ini sama sekali tidak memandang muka terang dan kepopuleran nama Kwee Ceng, dan Oey Yong. Disamping itu, orang she Lie ini terlalu sombong dan takabur sekali, maka hal ini tidak menggembirakan hati Kwee Siang, dan Phang Kui ln.   "Lalu apa maunya Locianpwe ?"   Tanya Kwee Siang menahan kemarahan hatinya.740   "Kalian pergi menggelinding dari pulauku dan jangan coba- coba berani datang kemari iagi karena jika aku bertemu kembali dengan kalian, aku tentu akan menurunkan tangan maut membinasakan kalian, dan kalian tidak bisa mengatakan lagi aku terlalu kejam, sebab sekarang ini aku telah membebaskan kalian dengan cara yang enak tanpa syarat". Muka Kwee Siang dan Phang Kui ln jadi berobah merah. Mereka tersinggung sekali. Walaupun bagaimana Kwee Siang dan Phang Kui In merupakan jago-jago yang memiliki nama tidak kecil didalam rimba persilatan dan kalangan kangouw, tetapi sekarang Lie Bun Hap memperlakukan mereka sekehendak hatinya, menghina mereka habis-habisan. Tetapi Phang Kui In telah menjura lagi sambil menahan kemarahan dihatinya. Lie locianpwe walaupun bagaimana kami harus menemui Yo Him dulu, nanti kami menanyakan langsung kepadanya, apakah dia bersedia untuk menjadi muridmu, jika memang dia bersedia untuk mengangkat guru padamu kamipun tidak bisa berbuat apa-apa."   "Kalian terlalu cerewet seperti nenek-nenek dan kakek- kakek !"   Teriak Lie Bun Hap dengan suara yang keras sekali.   "Dengarlah dulu Lie locianpwe !"   Tetapi belum lagi suara Phang Kui In selesai diucapkan disaat itu tampak Lie Bun Hap telah mengibaskan tongkat ditangan kanannya sambil berkata "Cepat menggelinding pergi sebelum aku melakukan tindakan kekerasan melemparkan kalian ke tengah-tengah laut...   !"   Suaranya bengis sekali mengandung hawa pembunuhan, tetapi Kwee Siang dan Phang Kui In tidak takut melihat sikap mengancam dari Lie Bun Hap.   Bahkan mereka telah mempersiapkan besi-besi yang kuat pada kedua kaki mereka,741 dengan sikap yang berhati-hati karena mereka menyadari Lie Bun Hap bukan hanya sekedar mengancam saja, tetapi bisa saja orang she Lie itu melancarkan serangan sungguhan.   Melihat Kwee Siang dan Phang Kui In mengambil sikap seperti menantang, muka Lie Bun Hap jadi berobah merah padam, dengan suara bentakan yang keras dia telah bilang .   "Bagus, bagus ! Memang kalian rupanya mencari penggebuk !". Dan membarengi dengan perkataannya itu, tampak Lie Bun Hap telah mengeluarkan suara bentakan yang nyaring sekali, dia telah menggerakkan tongkat ditangan kanannya memukul udara kosong, kemudian tongkatnya meluncur kearah tenggorokan Phang Kui In. Orang she Phang itu jadi terkejut, dia sampai mengeluarkan suara teriakan tertahan karena kaget, sebab datangnya serangan tongkat Lie Bun Hap sangat cepat sekali. Dan belum lagi dia sempat memikirkan untuk menangkis atau berkelit dengan jurus apa, tahu-tahu ujung tongkat lawannya telah berobah arah lagi, menusuk kearah lambungnya !. Cepat-cepat Phang Kui In membuang dirinya kelain arah untuk mengelakkan serangan tongkat itu. Namun belum lagi dia berhasil mengelakkan diri dari tongkat Lie Bun Hap, dan belum lagi tubuhnya menyentuh tanah, kaki kiri Lie Bun Hap telah melayang cepat sekali menendang kempolan Phang Kui In.   "Dukk"   Terdengar keras tendangan Lie Bun Hap mengenai sasarannya dengan tepat, sehingga tidak ampun lagi Phang Kui In jadi terlempar dan terguling diatas tanah, dia merasakan kempolannya sakit sekali.   Lie Bun Hap tidak tinggal diam hanya sampai disitu saja, dengan cepat dia mendekati Phang Kui In, terlihat tongkatnya yang ditangan kanan telah melayang akan menusuk kearah perut Phang Kui ln yang saat itu tengah rebah terlentang.742 Phang Kui In jadi mengeluh, dia bisa membayangkan betapa dahsyatnya tenaga menyodok tongkat itu kepada perutnya, dan jiwanya bisa melayang jika sampai tertusuk oleh ujung tongkat tersebut.   Bukan hanya Phang Kui In saja yang terkejut Kwee Siang juga jadi terperanjat.   Dengan mengeluarkan suara bentakan nyaring dan tidak membuang-membuang waktu lagi, tampak Kwee Sian telah menjejakkan kakinya, tubuh "Siuuttt...!"   Pedang itu meluncur secepat kilat dan mengandung tenaga lwekang yang luar biasa kuatnya.   Sinar putih tampak meluncur terus kearah pundak kanan Lie Bun Hap.   Tetapi orang she Lie itu sama sekali tidak memperdulikan serangan pedang Kwee Siang, dia hanya mengeluarkah suara dengusan sambil meneruskan serangan ujung tongkatnya yang hendak ditusukkan keperut Phang Kui In.   "Tranggg...!"   Ketika mata pedang Kwee Siang berhasil mengenai pundak orang she Lie itu, dia merasa menikam semacam benda keras, dan pedangnya itu telah melejit, sehingga Lie Bun Hap tidak terluka sama sekali.   Sedangkan Phang Kui In menyaksikan kejadian yang berlangsung hanya satu, dua detik itu.   tambah terkejut.   Mati- Matian dia telah menekan tanah dengan kedua tangannya, meminjam tenaga tekanan itu, tubuh Phang Kui In telah meloncat kesamping, bergulingan menjauhan diri dari lawannya.   Tongkat Lie Bun Hap telah meluncur cepat dan menghujam tanah, masuk cukup dalam.   Gusar sekali Lie Bun Hap, sampai dia berjingkrak, marah ketika mengetahui lawannya telah berhasil menyelamatkan diri.   Untuk melampiaskan kemarahannya itu, Lie Bun Hap tidak berdiam diri saja waktu serangannya kepada Phang Kui In telah gagal mengenai sasarannya, dengan cegat sekali743 tongkatnya yang tercekal ditangan kiri telah menyambar dahsyat kearah perut Kwee Siang.   "Wutt...!."   Tongkat ditangan kiri Lie Bun Hap telah menyambar mengejutkan Kwee Siang.   Tetapi sebagai seorang jago muda yang memiliki kepandaian tinggi, dan puteri dari jago-jago ternama Kwee Ceng dan Oey Yong, disamping itu sebagai cucu dari Oey Yok Su, maka dia tidak menjadi gugup menghadapi keadaan seperti itu.   Dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur, tampak Lie Bun Hap telah memperhebat serangan tongkatnya kepada Kwee Siang, agar berhasil mengenai Sasarannya.   Tetapi Kwee Siang juga dapat bergerak lincah, dengan cepat pedangnya berputar dan menangkis serangan tongkat orang she Lie itu "Tranggg !"   Suara benturan antara pedang dengan tongkat terjadi sampai Lie Bun Hap terkejut karena telapak tangannya dirasakan sakit sekali, sehingga dia mengeluarkan suara seruan kaget !.   untung saja tongkatnya itu tidak sampai terlepas dari cekatannya, dan tubuhnya tidak sampai roboh terjungkel.   Kwee Siang telah mengeluarkan suara tertawa dingin.   Tadi dia bukannya tidak terkejut waktu senjata mereka saling bentur, Kwee Siang merasakan telapak tangan kanannya pedih dan panas sekali, disamping itu juga pedangnya tergetar keras hampir saja akan terlepas dari cekalan tangannya.   Untung Saja Kwee Siang merupakan pendekar wanita dijaman itu yang memiliki Kepandaian tinggi dan hampir setingkat dengan kepandaian ibunya, Oey Yong, dan Kwee Siang hanya kalah pengalaman saja.   Maka dengan mencekal keras-keras gagang pedangnya, dia sengaja telah memperdengarkan suara tertawa dingin untuk menutupi keterkejutannya itu.744   "Hayo seranglah lagi !! "   Kata Kwee Siang dengan suara nyaring.   Lie Bun Hap telah gusar sekali, dia mengeluarkan seruan marah, tahu-tahu tongkatnya telah menotok tanah dan tubuhnya melambung beberapa tombak tingginya meminjam tenaga totolan dari tongkat tersebut.   Dan waktu tubuh Lie Bun Hap terapung ditengah udara, dengan cepat sekali dia menggerakkan tongkatnya, dan dia telah melancarkan pukulan "Pek Kong Ciang" (Pukulan Udara Kosong).   Sebetulnya ilmu Pek Kong Ciang itu hanya khusus untuk ilmu pukulan tangan kosong.   Tetapi karena Lie Bun Hap mempergunakan sepasang tongkat, dan tidak mungkin dia melepaskan tongkatnya yang bisa dipergunakan menunjang tubuhnya itu, dia telah merobah pukulan Pek Kong Ciang itu menjadi pukulan udara kosong yang dilakukan sekaligus dengan kedua tongkatnya itu.   "Wutt, siuutt...!"   Beruntun-runtun kedua senjata tongkat itu telah meluncur gencar kearah Kwee Siang.   Puteri Kwee Ceng dan Oey Yong itu jadi kaget bukan main, dia telah merasakan sambaran angin serangan yang kuat sekali walaupun serangan lawan belum tiba, masih terpisah setengah tombak.   Tetapi sebagai Siauw-sia, si sesat kecil, yang menuruni sifat-sifat kakeknya, si sesat tua Oey Yok Su, maka Kwee Siang tidak pernah mengenal perasaan 'takut'.   Walaupun dia melihat serangan yang dilakukan oleh lawannya itu merupakan serangan yang kuat dan hebat, tetapi Kwee Siang tidak mundur setapakpun juga, dia hanya memutar pedangnya berruntun-runtun dia telah mempergunakan jurus "lima kali berlutut menyembah Budha"   Lalu disusuli lagi dengan "bidadari mempersembahkan arak", kemudia waktu lawannya melancarkan serangan lagi, saat itulah tampak Kwee siang telah mendahului menyerang kearah dada Lie Bun Hap dengan gerakan yang sangat manis, yang mempergunakan745 jurus jie liong in cu atau sepasang naga berebut mustika", pedangnya itu berkesiuran mencaplok dan mengigit dada lawannya.   Lie Bun Hap mengeluarkan suara tertawa mengejek tanpa, memperdulikan pedang Kwee Siang yang menyambar kearah dadanya, dia menggerakkan kedua tongkatnya untuk membarengi melancarkan serangan lagi.   Gerakannya itu membuat Kwee siang terkejut, karena tadi dia telah mengalami betapa kulit punggung lawannya tidak tertembus oleh mata pedang.   Maka melihat kali ini lawan tidak berusaha mengelakkan diri dari tusukan pedangnya, Kwee Siang bisa menduga bahwa lawannya tentunya mengenakan pakaian lapis baja atau besi, sehingga tidak mempan oleh tikaman atau tusukan pedangnya.   Kwee siang cerdik sekali, dia tidak mau dibodohi musuhnya lagi, dia teiah menarik pulang pedangnya, kemudian dibaliknya pedang itu meluncur kesamping untuk menangkis sekaligus kedua batang tongkat Lie Bun Hap yang tengah menyambar kearah dirinya.   "Trangggg !"   Kembali pedang Kwee siang tergetar dan dia merasakan telapak tangannya sakit dan pedih, dia baru menyadari bahwa tongkat Lie Bun Hap bukan tongkat kayu, melainkan tongkat besi hitam yang terkenal kekuatannya.   Lie Bun Hap juga tidak tinggal diam, karena begitu tongkat hitamnya terbentur dengan pedang Kwee siang dia telah mengeluarkan suara bentakan yang garang, lalu tongkatnya menyambar dengan pesat akan menotok dada kanan si gadis.   Tetapi Kwee siang telah memiliki latihan yang cukup sempurna dalam pelajaran Kiu Im Cin Keng dan kakeknya yang memanjakannya sebagai cucu terkecil itu, telah menurunkan banyak sekali pelajaran ilmu simpanannya.   Dengan demikian walaupun dirinya tengah terancam bahaya yang tidak kecil, namun Kwee Siang bisa menghadapinya dengan baik, dia menghadapi gempuran tongkat Lie Bun Hap746 dengan dua kali memiringkan tubuhnya, dan telah berhasil melompat kebelakang.   Tetapi Lie Bun Hap rupanya tidak mau melepaskannya begitu saja, begitu serangan tongkatnya gagal, dia membarengi melancarkan serangan serentak dengan kedua tongkatnya.   Gerakan yang dilakukan Lie Bun Hap tidak bisa diremehkan, karena pada kedua tongkatnya itu telah tersalurkan kekuatan tenaga lwekang yang hebat, yang bisa menghancur leburkan sebungkah batu jika terserang oleh tongkatnya itu.   Kwee Siang juga merasakan berkesiuran angin serangan dari kedua tongkat lawannya yang tangguh ini, dia cepat- cepat menarik napas dalam-dalam, lalu menyalurkan kekuatannya kedalam telapak tangannya yang terus kesalur masuk kedalam pedangnya.   Mata pedangnya ditundukkan menghadap bumi, sedangkan kedua lengannya mencekal pedangnya itu seperti juga tengah memberi hormat.   Lie Bun Hap terkejut.   "Itulah Sian Lie Sin Kiam Sut !"   Berpikir Lie Bun Hap dalam hatinya.   "Sian Lie Sin Kiam Sut berarti ilmu Pedang Bidadari sakti"   "Trangg !"   Benturan antara tongkat Lie Bun Hap dengan pedang Kwee Siang tidak bisa dielakkan lagi sehingga terdengar suara benturan logam yang kuat sekali, disamping menimbulkan lelatu api.   "Hebat nona Kwee itu ."   Diam-diam Phang Kui In jadi berpikir didaiam hatinya.   "Jika aku yang menghadapi Lie Bun Hap, tentu siang-siang aku telah binasa ditangannya...!". Apa yang dipikirkan oleh Phang Kui In memang benar, karena waktu antara tongkat dengan pedang saling bentur, bukan hanya Kwee Siang belaka yang terhuyung mundur sampai empat tombak dengan muka yang berobah pucat,747 tetapi Lie Bun Hap juga telah ter huyung-huyung mundur kebelakang dengan mengeluarkan suara seruan tertahan, dia telah terdorong mundur empat tombak juga oleh dorongan tenaga tangkisan yang dilakukan oleh Kwee Siang. Phang Kui In berdiri mengawasi pertempuran itu dengan hati berdebar dia tidak berani melompat maju untuk membantui Kwee Siang, karena dia menyadari, jika dia melibatkan dirinya dalam pertempuran dengan mereka berarti dirinya akan celaka, karena justru Lie Bun Hap dan Kwee Siang masing-masing tengah mengeluarkan kepandaian mereka yang paling kuat. Itulah sebabnya Phang Kui In hanya berdiri tertegun saja dengan muka sebentar-sebentar pucat.   "Nah, kau sudah melihatnya, bukan ?"   Tanya Kwee Siang, waktu pendekar wanita itu berhasil berdiri tetap.   "Bukan hanya engkau saja yang berhasil memiliki kepandaian yang tinggi ! Untung saja hari ini engkau hanya bertemu dengan aku, coba kalau engkau bertemu dengan kedua orang tuaku, tentu bukan kakimu saja yang tidak ada, sepasang tanganmu mungkin akan dikutungkannya juga, karena engkau seorang yang sangat kejam dan jahat sekali! Hemmm, apalagi kalau engkau bertemu dengan kakekku, tentu engkau tidak akan memiliki harapan untuk hidup terus!". Mendengar perkataan seperti itu, muka Lie Bun Hap jadi berobah merah padam, tetapi dia tidak melancarkan serangan lagi, melainkan dia telah mengeluarkan suara tertawa bergelak-gelak yang sangat nyaring sekali. Kwee Siang jadi heran dan mengawasi dengan tertegun, dia telah melihat bahwa lawannya tadi. selama bertanding bukanlah lawan yang lunak. Bahkan jika dilihat cara-cara menyerangnya, kepandaian Lie Bun Hap lebih tinggi satu tingkat dari dia, dan juga lebih menang pengalaman, karena dari usianya yang telah setengah baya itulah membuat Lie Bun Hap kenyang oleh pengalaman-pengalamannya.748 Tetapi ada satu kelebihan yang dimiliki Kwee Siang, yaitu dia memiliki Ginkang (ilmu meringankan cubuh) yang tinggi sekali, sehingga walaupun tenaga Iwekangnya masih kalah dibandingkan dengan Lie Bun Hap, tetapi dia bisa menghadapi lawannya dengan baik. Juga ilmu pedang yang dimiliki oleh Kwee Siang merupakan ilmu pedang ciptaannya sendiri, yang digubahnya dari pelajaran Kiu Im Cin Keng dan Kiu Im Sian- kiam-sut. Setelah puas tertawa, Lie Bun Hap telah memandang kearah Kwee Siang dengan sorot mata yang tajam sekali, dia juga telah berkata dengan nada suara perlahan dan dalam ! "Anak yang manis, engkau memang harus diberikan pelajaran agar mengerti tingginya langit...!". Dan berkata sampai disitu, tampak Lie Bun Hap telah mengeluarkan suara mendesis, tahu-tahu tongkat ditangan kanannya diangkat tinggi melewati kepalanya, sehingga dia hanya berdiri dengan bantuan tongkat tunggal ditangan kirinya. Sikapnya memperlihatkan ketegangan, dan disamping itu juga tampaknya Lie Bun Hap tengah mengerahkan tenaga dalamnya kedalam tongkat ditangan kanannya. Gerakan yang dilakukan itu merupakan gerakan yang mengerikan, karena bagi orang-orang yang mengerti dan mengetahui, mereka tentu akan bergidik. Rupanya Lie Bun Hap tengah menyalurkan kekuatan lwekang ribuan kati untuk melancarkan serangan kepada Kwee Siang. Kwee Siang yang celah memiliki kepaadaian tinggi, tentu saja menyadari bahaya yang tengah mengancam dirinya. Dia tidak berani berlaku ayal, dengan mata tetap mengawasi dan sikap yang berwaspada sekali, tampak Kwee Siang juga mengangkat pedangnya dilintangkan didepan dadanya. Dia telah menyalurkan sembilan bagian tenaga lwekangnya kepedangnya.   "Hemmm, sekarang kau terimalah seranganku !"   Berseru Lie Bun Hap.749   "Hati-hati Kwee Liehiap !!"   Teriak Phang Kui In dengan kuatir sekali. Tetapi Kwee Siang tetap tenang, berdiri tegak dengan bibirnya tersungging senyuman.   "Jangan kualir, Phang Lo-engbiong, orang ini memang harus diberi hajaran agar dia mengetahui dalamnya lautan dan tingginya langit ...!"   Kata Kwee Siang dengan suara perlahan dan dia telah mengawasi terus kepada lawannya, karena sedikitpun juga Kwee Siang tidak berani berlaku lengah.   Dalam keadaan seperti ini, terlihat Lie Bun Hap telah menotolkan tongkat tangan kirinya, membarengi tongkat ditangan kanannya bergerak akan menusuk jalan darah Tan Tian Hiatnya Kwee Siang.   "Siutt...!"   Tongkat yang dipergunakan menyerang dengan tenaga yang sangat kuat itu telah menimbulkan suara desiran angin yang sangat tajam, dan mata tongkat itu telah menyambar dengan pesat sekali.   Kwee Siang merasa kagum atas kepandaian ilmu tongkat Lie Bun Hap yang benar-benar mengagumkan, dia menanti sampai serangan Lie Bun Hap hanya terpisah beberapa cie dari dadanya, barulah dia menangkis dengan, jurus "Burung Hong melebarkan sayap"   Dan terlihat betapa pedangnya menahan meluncurnya tongkat lawan. Dalam keadaan demikian, tampak Lie Bun Hap sama sekali tidak bermaksud menarik pulang pukulannya. Dengan gerakan "Pat Sian Ie Ie"   Atau "Delapan Dewa berada dalam hujan", dia meneruskan serangannya, beruntun mata tongkatnya itu telah bergerak-gerak dengan sikap yang mengancam.   Disaat itu tampak Kwee Siang juga tidak tinggal diam, dia telah melancarkan serangan dari jurus-jurus ilmu pedang yang sangat hebat sekali.   Ilmu pedang gabungan dari kedua orang tuanya dan kakek luarnya, yaitu Oey Yok Su yang digabung750 dengan ilmu pedang yang diperoleh dari pelajaran ilmu Kiu im Kiam-sut yang didapatnya dari Kak Wan Taisu.   Sinar pedang yang berkilauan gemerlapan itu seperti juga segulungan bundar sinar putih yang mengurung tubuh Kwee Siang, sehingga Lie Bun Hap tidak berdaya untuk menyerang dan mendesak terus menerus kepada Kwee Siang.   Dia harus memperhitungkan dan mempertimbangkan setiap serangan yang hendak di lakukannya.   Dalam waktu yang singkat kedua orang itu telah terlibat dalam suaiu pertempuran yang sangat seru sekali, hampir enam puluh jurus...tetapi sebegitu jauh mereka bertempur, belum ada juga yang tampak terdesak.   Tampaknya mereka berimbang.   Lie Bun Hap yang merupakan tokoh golongan tua.   tentu saja jadi semakin penasaran, karena dia tidak berhasil untuk menundukkan gadis dari golongan muda itu.   Phang Kui In melihat dikening Kwee Siang telah bermanik- manik keringat.   Disamping itu juga dari atas kepala Kwee Siang seperti mengepul mengeluarkan semacam uap putih yang tipis.   Rupanya gadis she Kwee itu telah letih sekali, Lie Bun Hap juga bukannya tidak mengalami kerugian dengan pertempuran tersebut, sebab setiap serangan yang dilancarkannya harus memakai banyak sekali tenaganya.   Tidak mengherankan jika disaat itu Lie Bun Hap juga telah lelah sekali.   Kepalanya mengeluarkan uap putih tipis juga.   Melihat keadaan kedua orang yang sedang bertampur itu, Phang Kui In jadi berkuatir sekali, karena dia menyadari sedikit saja salah seorang diantara merena itu berbuat lengah, tentunya hal itu akan membahayakan jiwanya.    Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo Pedang Darah Bunga Iblis Karya GKH Pedang Darah Bunga Iblis Karya GKH

Cari Blog Ini