Ceritasilat Novel Online

Si Racun Dari Barat 14


Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong Bagian 14


Si Racun Dari Barat Karya dari Jin Yong   Dia hidup di masa Kaisar Tao Cong, Dinasti Tay Song, bernama Oey Sang, dia ..."   Sahut Ong Tiong Yang.   Mendadak Lim Tiau Eng tertawa terkekeh.   "He he he! Sudahlah! Apakah kau pun ingin memberitahukan tentang kitab Pek Siu To Cong? Entah sudah berapa puluh kali kau memberitahukan kepada orang, bahwa di kolong langit ini hanya berapa orang yang mau mendengarkan ceritamu itu? Kau harus tahu, aku datang ke mari bukan untuk mendengar itu."   Ong Tiong Yang terdiam.   Sesungguhnya Ong Tiong Yang datang ke pekuburan itu dengan hati gembira, ingin baik-baik mencurahkan isi hatinya pada Lim Tiau Eng.   Tapi tidak tahunya wanita cantik itu justru dingin-dingin saja, bahkan juga memandang rendah kitab pusaka Kiu Im Cin Keng.   Berselang sesaat, Ong Tiong Yang berkata.   "Aku dengar kau telah berhasil melatih Giok Li Sim Keng, maka aku datang ke mari untuk mohon petunjuk!"   "Oh, ya?"   Sahut Lim Tiau Eng.   Suara wanita itu berubah hambar.   Ong Tiong Yang, pada hal aku mengira kau merupakan lelaki yang tak berperasaan, namun ternyata kau lelaki baik.   Kau tahu diriku dalam hatimu, juga punya sedikit perasaan dan cinta kasih.   Di tengah malam buta ini, kau rindu padaku maka datang menengokku.   Namun setelah bertemuku, kau malah berlaku tidak sesuai dengan keinginan hatimu, itu membuatku kecewa sekali.   Semakin berpikir, wajah Lim Tiau Eng semakin muram, bahkan matanya mulai bersimbah air.   Saat itu, bagaimana Ong Tiong Yang mengetahui perasaan Lim Tiau Eng? Ketika melihat matanya bersimbah air, dia tampak gugup sekali.   "Tiau Eng, kalau kau merasa tidak enak badan, lebih baik aku pergi.   Lain kali aku akan datang lagi untuk bertanding denganmu,"   Katanya segera. "Ong Tiong Yang, tidak usah! Maksud baikmu kuterima dalam hati saja. Kali ini kau harus me-nyaksikan Giok Li Sim Keng, aku akan membuatmu tunduk,"   Sahut Lim Tiau Eng dengan gembira.   Ternyata pertandingan dulu, yaitu menulis dengan jari di atas batu, itu atas usul Lim Tiau Eng.   Ong Tiong Yang tidak dapat melakukannya.   Tapi Lim Tiau Eng justru dapat melakukannya.   Maka Ong Tiong Yang mengaku kalah dan menyerahkan kuburan tua itu kepada Lim Tiau Eng.   Akan tetapi, Ong Tiong Yang tidak menduga, bahwa Lim Tiau Eng bersedia mati di dalam kuburan tua tersebut! Selama itu, Lim Tiau Eng selalu berpikir, bahwa Ong Tiong Yang memandang rendah dirinya, maka dia berupaya menciptakan semacam ilmu pedang, khusus untuk memecahkan ilmu pedang Ong Tiong Yang.   Sementara Ong Tiong Yang terus memandang Lim Tiau Eng, lama sekali barulah berkata.   "Tiau Eng, kalau kau memiliki ilmu pedang yang dapat memecahkan ilmu pedangku, kenapa kita tidak menjajalnya?"   Lim Tiau Eng menatap Ong Tiong Yang, lalu menyahut sambil manggut-manggut. "Baik! Mari kita bertanding!"   Ketika itu Ouw Yang Hong masih bersembunyi.   Dia berpikir, sejak aku berhasil menguasai ilmu Ha Mo Kang dan ilmu Hong Hoang Lat dari guru, aku tahu ada beberapa macam ilmu silat yang hanya merupakan permainan anak kecil.   Tapi aku tahu jelas ilmu silat Ong Tiong Yang tergolong nomor wahid di kolong langit.   Betul atau tidaknya, malam ini aku harus baik-baik menyaksikannya.   Dan juga wanita itu, dia berani bertanding dengan Ong Tiong Yang, tentunya memiliki ilmu silat yang amat tinggi.   Itu merupakan kesempatan bagiku untuk menyaksikan pertandingan mereka, agar aku tahu bagaimana kepandaian mereka.   Oleh karena itu, Ouw Yang Hong mulai memandang mereka dengan penuh perhatian, hingga melupakan tujuannya datang di Gunung Cong Lam San.   Tampak Ong Tiong Yang memungut sebatang ranting, lalu berdiri di hadapan Lim Tiau Eng.   "Tiau Eng, ayohlah!"   Tantangnya.   Lim Tiau Eng bergirang dalam hati, sebab dalam beberapa tahun ini dia terus merenung, akhirnya berhasil menulis Giok Li Sim Keng (Kitab Gadis Hati Suci), yang khusus untuk menghadapi ilmu pedang Ong Tiong Yang.   Lim Tiau Eng menghunus pedangnya.   "Kau harus berhati-hati! Orang hilang ilmu pedang Coan Cin Kauw amat lihay, tapi menurutku tiada apa-apanya.   Kau lihat saja, aku pasti dapat memecahkan setiap jurus ilmu pedangmu!"   Apa yang dikatakan Lim Tiau Eng, membuat Ong Tiong Yang tertawa dalam hati.   Ilmu pedang Coan Cim Kauw memang tidak terhitung ilmu pedang yang paling lihay di kolong langit.   Namun kau seorang wanita.   Tidak gampang kau memecahkan ilmu pedang Coan Cim Kauw! Karena kita sudah berhubungan cukup lama, maka aku tidak akan mempermalukan dirimu! "Tiau Eng, kau boleh menyerang lebih dulu!"   Katanya kemudian. Akan tetapi, Lim Tiau Eng malah tidak bergerak. "Kaulah yang harus menyerang duluan! Aku lupa memberitahukan padamu, bahwa ilmu pedangku khusus untuk menghadapi ilmu pedang Coan Cin Kauw, maka aku akan menyerang belakangan!"   Karena mereka berdua sama-sama mencurahkan perhatian untuk mengadu ilmu pedang, sehingga tidak melihat keberadaan Ouw Yang Hong.   Sedangkan Ouw Yang Hong berkata dalam hati.   Wanita itu herani membiarkan Ong Tiong Yang menyerang duluan, tentunya dia juga merupakan jago tangguh di kolong langit, namun tidak tahu siapa yang lebih tinggi ilmu pedangnya? Tampak Ong Tiong Yang dan Lim Tiau Eng mulai serang-menyerang dengan cepat sekali, sehingga membuat pandangan Ouw Yang Hong menjadi kabur, tidak dapat melihat dengan jelas gerakan pedang mereka.   Bukan main terkejutnya Ouw Yang Hong! Kelihatannya kepandaian mereka lebih tinggi dariku.   Aku tidak pernah menyaksikan kepandaian Ong Tiong Yang, namun kini setelah menyaksikannya, barulah aku tahu kepandaiannya amat tinggi.   Mendadak Ong Tiong Yang berkata.   "Tiau Eng! Rupanya ilmu pedangmu tidak dapat memecahkan ilmu pedangku, lebih baik kita berhenti bertanding! "Ong Tiong Yang! Setelah kupikir bolak balik, maka aku mengambil keputusan, tidak akan mempermalukan dirimu!"   Sahut Lim Tiau Eng. Ong Tiong Yang menggeleng-gelengkan kepala. "Oh, ya?"   "Sudah kukatakan tadi, ilmu pedang Coan Cin Kauw tiada apa-apanya! Kalau kau tidak percaya, lihatlah ...!"   Kata Lim Tiau Eng.   Wanita cantik itu langsung menggerakkan pe-dangnya.   Ouw Yang Hong tidak melihat jelas jurus ilmu pedang itu.   Kalaupun dia melihat jelas, juga tidak akan mengerti, sebab yang dia pelajari justru merupakan ilmu silat golongan sesat, begitu pula Iwee kangnya.   Terdengar Ong Tiong Yang berkata.   "Ilmu pedang apa ini? Kok kelihatannya khusus untuk memecahkan ilmu pedang Coan Cin Kauw?"   Lim Tiau Eng tertawa, lalu menyahut dengan dingin.   "Ong Tiong Yang, ilmu pedang Coan Cin Kauw memang lihay, namun Giok Li Sim Kengku justru untuk memecahkan ilmu pedang Coan Cin Kauw, maka semua jurus ilmu pedangmu dapat kupecah-kan! Karena itu, ilmu pedang Coan Cin Kauw sudah tiada gunanya lagi!" Mendadak Lim Tiau Eng menggerakkan pedangnya.   Ong Tiong Yang terbelalak dan tertegun ketika menyaksikan gerakan pedang itu, sebab setiap jurus untuk memecahkan ilmu pedangnya.   Lini Tiau Eng terus menggerakkan pedangnya hingga jurus keenam puluh tujuh.   Ong Tiong Yang semakin terbelalak dan tertegun menyaksikannya.   "Tiau Eng, apakah itu Giok Li Sini Keng yang baru kau ciptakan?"   Tanyanya. Lini Tiau Eng tersenyum. "Tidak salah! Nah, apakah ilmu pedang Coan Cin Kauw dapat menandingi Giok Li Sim Keng?"   Ong Tiong Yang menatap Lim Tiau Eng.   Mulut pun membungkam, tak mampu bersuara.   Dia terus menatap wanita cantik itu seraya berkata dalam hati.   Tiau Eng! Tiau Eng! Mengapa kau bersusah payah sampai begini? Aku mengakui ilmu silatmu amat tinggi, namun mengapa kau harus memusuhi Coan Cin Kauw? Coan Cin Kauw merupakan partai besar, tapi tidak ingin menjagoi rimba persilatan, hanya ingin membela Dinasti Tay Song.   Ketika melihat Ong Tiong Yang diam saja, Lim Tiau Eng mengira laki-laki itu amat kagum akan ilmu pedangnya, dan merasa tunduk.   Tentunya hal itu membuatnya gembira sekali.   Lim Tiau Eng memandang Ong Tiong Yang lekat-lekat lalu berkata sambil tertawa.   "Tiong Yang, bagaimana Giok Li Sim Kengku ini? Apakah membuat para anggota Coan Cin Kauw tunduk? Kelak kalau aku menerima murid, sudah pasti akan jauh lebih lihay dari murid-muridmu itu."   Lim Tiau Eng berkata dengan hati gembira.   Maka tidak mengherankan kalau wajahnya tampak berseri-seri, karena merasa tidak sia-sia bersusah payah beberapa tahun, akhirnya berhasil menundukkan Ong Tiong Yang.   Mendadak wanita cantik itu menundukkan kepala, setelah itu berkata dengan suara ringan.   "Tiong Yang, ada sedikit urusan yang harus kubicarakan denganmu .   .   ."   Wajah Lini Tiau Eng tampak kemerah-merahan.   Kemudian dia berkata dalam hati.   Tiong Yang, aku menyimpan perkataan dalam hati.   Hari ini harus kukatakan padamu.   Kalau tidak, selanjutnya tidak akan kukatakan lagi.   Ong Tiong Yang! Ong Tiong Yang! Kau sungguh bodoh! Aku sudah berkata begitu, namun kau diam saja.   Lim Tiau Eng merasa kecewa, gusar dan benci.   "Tiong Yang, aku denganmu ...   kali itu aku bertanding denganmu, hanya satu kali bergurau, kuberitahukan padamu ..."   Katanya.   Mendadak dia mendongakkan kepala.   Wajahnya tampak pucat pias.   Ternyata di hadapannya sudah tidak ada bayangan orang.   Ong Tiong Yang telah pergi secara diam-diam, dan tidak berpamitan kepadanya.   Wanita cantik itu menundukkan kepala, dan pedangnya pun terlepas dari tangannya.   Tentunya Ouw Yang Hong melihat kepergian Ong Tiong Yang.   Dia pun dapat menduga, bahwa di antara kedua orang itu ada suatu urusan.   Ong Yang Hong menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata dalam hati.   Semula aku mengira bahwa Bokyong Cen berupa gadis yang tidak tahu aturan, tidak tahunya wanita cantik itu jauh lebih tidak tahu aturan.   Kalau begitu, kaum lelaki mengharapkan apa dari kaum wanita? Ouw Yang Hong menyaksikan wajah Ong Tiong Yang yang begitu muram, justru membuatnya bergirang dalam hati.   Apabila hati Ong Tiong Yang tercekam, sudah pasti tidak akan mengurusi apa-apa lagi.   Siapa tahu Ouw Yang Hong akan berhasil mencuri kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itu.   Di bawah sinar rembulan yang remang-remang, Ouw Yang Hong melihat Ong Tiong Yang meninggalkan tempat itu dengan kepala tertunduk, lalu duduk di atas sebuah batu besar.   Ouw Yang Hong tercengang, tidak tahu apa sebabnya Ong Tiong Yang duduk di situ.   Angin berhembus kencang, apakah Ong Tiong Yang tidak akan merasa dingin? Tampak Ong Tiong Yang duduk termenung, entah apa yang sedang dipikirkannya.   Ouw Yang Hong memang tidak tahu.   Ternyata Ong Tiong Yang sedang memikirkan tentang pertama kali bertanding dengan Lim Tiau Eng, sehingga harus menyerahkan kuburan tua kepada wanita cantik tersebut.   Perlahan-lahan Ong Tiong Yang meraba sebuah batu.   Ternyata di permukaan batu itu terdapat delapan baris huruf, hasil tulisan Lim Tiau Eng dengan jari tangan.   Ong Tiong Yang menggumam delapan baris huruf itu, kemudian menghela nafas panjang sambil mengusap-usap batu tersebut.   Ketika melihat Ong Tiong Yang mengusap batu itu, Ouw Yang Hong berpikir.   Kitab pusaka Kiu Im Cin Keng pasti disembunyikan di bawah batu besar itu.   Kalau aku tidak melihatnya, siapa yang akan mengetahuinya? Di saat Ouw Yang Hong sedang berpikir, mendadak terdengar suara suling yang amat nyaring, membuat hati orang tergetar-getar.   Ong Tiong Yang mendengarkan suara suling itu dengan termangu-mangu.   Kemudian dia duduk bersila di atas batu, kelihatannya sedang melawan suara suling tersebut.   Ouw Yang Hong juga mahir seni musik.   Begitu mendengar suara suling itu, dia berpikir, kalau aku memiliki sepasang belahan bambu, aku pasti akan bersenandung sambil membunyikan sepasang belahan bambu, agar dapat menghalau suara suling yang menekan ini.   Ketika berpikir demikian, tiba-tiba dia merasa darahnya bergolak.   Dia segera mengerahkan Iwee kangnya untuk melawan suara suling itu.   Di saat Ouw Yang Hong dan Ong Tiong Yang mengerahkan Iwee kang melawan suara suling itu, mendadak terdengar suara orang membaca doa yang amat merdu dan bergema-gema.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Sang Buddha bersabda, awal tiada kesulitan dan akhir juga tiada kesulitan.   Manusia hidup dari awal dan akan berakhir pula.   Maka manusia harus banyak membaca doa, barulah bisa sempurna ..."   Memang sungguh kebetulan sekali, suara doa itu mengimbangi suara suling, sehingga kedengaran lembut, tidak membuat darah orang bergolak lagi.   Sementara Ong Tiong Yang yang duduk di atas batu besar.   Dia melepas sepatunya, lalu diangkatnya sepatu itu ke depan matanya, sekaligus dipandangnya dengan termangu-mangu.   Ouw Yang Hong tercengang menyaksikannya.   Kelihatannya Ong Tiong Yang telah berubah gila karena terpengaruh oleh suara suling itu.   Kalau tidak, bagaimana mungkin dia terus-menerus memandang sepatunya? Seandainya benar Ong Tiong Yang sudah gila, tentunya bukan berpengaruh oleh suara suling, ataupun suara doa itu.   Lalu apa yang mem-buatnya menjadi gila mendadak? Ouw Yang Hong tidak habis pikir.   Lama sekali Ong Tiong Yang memandang sepatunya.   Kemudian dilepasnya lagi sepatunya yang sebelah, setelah itu dipandangnya sepasang sepatunya itu dengan penuh perhatian.   Saat ini, suara suling itu bertambah nyaring dan bernada tinggi, seperti suara ombak berderu-deru, seakan-akan mau menelan apa yang ada di depan mata.   Sedangkan suara doa itu bertambah merdu dan lembut.   Perpaduan dua suara itu membuat hati Ouw Yang Hong mulai kacau.   Dia segera duduk bersila mengerahkan Iwee kangnya.   Di samping itu, dia pun bersenandung dalam hati untuk menenangkan hatinya.   Tampak tangan Ong Tiong Yang juga mulai bergerak memukul kedua belah sepatunya, sehingga menimbulkan suara 'Plak! Plok! Plak!' Suara sepatu itu bernada aneh, namun dapat mengimbangi suara suling dan suara bacaan doa tersebut.   Berselang beberapa saat kemudian, barulah suara-suara itu berhenti, dan suasana di tempat itu pun berubah menjadi hening.   Ong Tiong Yang bangkit berdiri.   Wajahnya tampak berseri-seri, tidak seperti orang gila lagi.   Kemudian dia tertawa gelak seraya berseru.   "Yang datang apakah Oey Yok Su, majikan Pulau Persik dari Laut Timur? Suara sulingmu amat lihay sekali, bagaikan ombak yang akan membalikkan segala-galanya!"   Terdengar suara tawa, yang disusul oleh suara sahutan. "Sungguh tajam pendengaran Tiong Yang Cin-jin! Ini memang suara suling ciptaanku! Harap Tiong Yang Cinjin maklum!"   Ong Tiong Yang tertawa. "Apakah yang membaca doa Toan Hong Ya dari Yun Lam Tayli?"   Di bawah sinar rembulan, tampak seseorang duduk di dahan pohon.   Orang itu mengenakan jubah abu-abu.   Tangannya memegang sebatang suling yang bergemerlapan kehijau-hijauan, ternyata suling giok.   Orang itu menjura pada Ong liong Yang.   "Tamu yang ada di dalam Istana Tiong Yang, tengah malam terdengar suara suling.   Tuan tahu seni musik, bersama menikmatinya,"   Katanya.   Di sebuah batu besar, entah sejak kapan berdiri seseorang.   Orang itu mengenakan jubah kuning.   Tangan kanannya memegang seuntai tasbeh.   "Tamu tiba di Istana Tiong Yang, bertemu di bawah sinar rembulan.   Pendatang tidak menimbulkan suara, membaca doa di tengah malam,"   Katanya sambil memberi hormat.   Wajah Ong Tiong Yang berubah serius.   Dia segera memberi hormat seraya menyahut.   "Aku adalah Ong Tiong Yang, tinggal di Istana Tiong Yang.   Merana di bawah sinar Sang Surya, dengan siapa kubicarakan kitab?" Ouw Yang Hong yang besembunyi di tempat yang gelap, merasa girang sekali.   Dia masih ingat, ketika berada di rumah sering membaca syair di bawah sinar rembulan.   Ketika berada di gurun pasir bersama Bokyong Cen, dia pun membaca syair sambil memandang rembulan ditertawakan oleh gadis itu.   Kini dia menyaksikan jago-jago tangguh rimba persilatan sedang bersyair tidak karuan.   Kalau dirinya tidak bersembunyi di tempat yang gelap, pasti sudah mengeluarkan tawa aneh.   Ouw Yang Hong berkata dalam hati.   Kalian merupakan kaum rimba persilatan yang amat terkenal.   Tidak mengherankan kalian bisa membuat syair.   Aku juga ingin membuat sebuah syair, tentu tidak akan kalah dibandingkan dengan syair-syair kalian.   Karena berpikir demikian, maka dia ingin membuat sebuah syair.   Akan tetapi, mendadak terdengar suara seruan seseorang yang amat lantang.   "Busuk wah busuk! Sungguh busuk sekali! Lo Cit, kau bilang siapa orang yang paling busuk di kolong langit?"   Terdengar suara sahutan. "Kata suhu, yang paling busuk adalah orang yang membersihkan tong tai!"   "Tidak benar, tidak benar! Orang yang paling busuk di kolong langit adalah Ong Tiong Yang, Toan Ceh Heng, dan Oey Yok Su!"   Kata orang itu. "Suhu berkata begitu, Ang Cit Kong sudah paham. Suhu, aku tidak bisa membedakan masakan yang paling enak di kolong langit, apakah masakan Suhu ataukah masakan Miau Ciu Jin Chu?"   Sahut orang yang dipanggil Lo Cit.   Orang itu mencak-mencak.   "Aku akan mati penasaran, kalau kau tidak bilang masakan suhu paling enak, melainkan bilang masakan Miau Ciu Jin Chu lebih enak.   Kau ingin membuatku marah besar ya?" Tampak dua orang berjalan ke luar dari tempat gelap Ketika melihat kedua orang itu, Ouw Yang Hong terbelalak.   Ternyata dia mengenali mereka, tidak lain adalah Su Ciau Hwa Cu dan Ang Cit Kong.   Ouw Yang Hong melihat kelima orang itu.   Mereka berlima boleh dikatakan lima jago tangguh di masa itu.   Kelima orang itu adalah raja Tayli bernama Toan Ceh Heng, Ong Tiong Yang Cinjin ketua partai Coan Cin Kauw, Oey Yok Su majikan Pulau Persik, Su Ciau Hwa Cu dan Ang Cit Kong, muridnya.   Mereka berlima berkumpul di situ, tentunya bukan merupakan hal yang baik.   Ouw Yang Hong berkata dalam hati.   Kelihatannya tidak hanya kakakku yang ingin memperoleh kitab pusaka Kiu Im Cin Keng, bahkan orang-orang itu pun kemari demi kitab pusaka tersebut.   Mereka berkumpul di sini, entah apa pula yang akan terjadi? Bagaimana mungkin aku sanggup melawan mereka untuk memperoleh kitab pusaka Kiu Im Cin Keng? Melawan salah seorang di antara mereka, mungkin aku sudah tidak sanggup, apalagi harus melawan mereka berlima.   Tapi aku harus memanfaatkan situasi, siapa tahu aku punya kesempatan untuk merebut kitab pusaka Kiu Im Cin Keng.   Di saat Ouw Yang Hong sedang berkata dalam hati, terdengar Ong Tiong Yang berkata.   "Sudah lama kudengar majikan Pulau Persik datang di Tionggoan, namun aku belum pernah bertemu.   Sungguh beruntung malam ini aku dapat bertemu di sini, dan aku baru tahu majikan Pulau Persik merupakan orang jenius."   Oey Yok Su tersenyum. "Tiong Yang Cinjin tidak pernah berlaku sungkan. Kami kemari mencarimu, sesungguhnya bukan bertujuan baik. Kalau kau berlaku begitu sungkan, bagaimana kami akan bertarung denganmu?"   Kalanya sambil memandangnya. Raja Tayli Toan Ceh Heng tersenyum. "Berlaku sungkan ya berlaku sungkan, tapi bertarung tetap bertarung,"   Sambungnya. "Kelihatannya kalian kemari bukan untuk ber-iarung. Bukankah tadi kalian bersyair sambil tertawa-tawa? Aku dan Ang Cit tidak mengerti itu. Kalau kalian ingin bertarung, kami berdua pun harus terhitung di dalamnya,"   Sela Su Ciau Hwa Cu. Usai berkata begitu, dia tertawa gelak, tidak menganggap serius urusan itu. "Su Ciau Hwa Cu, kau lebih tua dari Ong Tiong Yang, lho!"   Kata Oey Yok Su.   "Itu memang benar.   Aku lihat kalian semua masih muda, maka merasa tidak tega.   Kalau kalian mati bertarung, bukankah sayang sekali? Lain halnya dengan aku si pengemis tua, mati ya sudahlah! Karena itu, menurutku lebih baik kalian jangan bertarung,"   Sahut Su Ciau Hwa Cu.   Ong Tiong Yang tahu jelas, kedatangan mereka berempat di Istana Tiong Yang, tentu bukan untuk urusan baik.   Mereka berempat kemari, sudah pasti karena kitab pusaka Kiu Im Cin Keng.   Hal itu membuat Ong Tiong Yang menghela nafas panjang.   "Di hadapan orang, alangkah baiknya blak-blakan.   Tiong Yang Cinjin punya kesulitan apa, katakanlah!"   Kata Oey Yok Su. "Aku memang sedang gelisah. Kalian berempat jago tangguh datang di Istana Tiong Yang untuk mencariku, bagaimana aku tidak gelisah? Tapi aku tidak tahu ada urusan apa kalian herempat kemari mencariku, lebih baik katakanlah!"   Sahut Ong Tiong Yang.   Padahal semua orang tahu tujuan masing-masing, tapi begitu Ong Tiong Yang bertanya, mereka semua tak dapat menjawabnya, hanya saling memandang.   "Tiong Yang Cinjin, aku tidak paham akan satu hal, ingin bertanya pada Tiong Yang Cinjin,"   Jawab raja Tayli akhirnya. "Entah Toan Hong Ya ingin bertanya apa padaku? Kalau aku tahu, pasti kuberitahukan,"   Tanya Ong Tiong Yang.   "Yang akan kutanyakan ialah mengenai It Sok Taysu.   Beliau masih terhitung saudaraku.   Beberapa bulan lalu, beliau menerima suatu berita bahwa Tiong Yang Cinjin memperoleh sebuah kitab pusaka Kiu Im Cin Keng.   Beliau telah menyucikan diri, tentunya tidak berhati serakah.   Hanya saja beliau hobi sekali terhadap ilmu silat.   Begitu mendengar Tiong Yang Cinjin memperoleh kitab pusaka itu, maka beliau segera berangkat kemari ingin membuktikannya.   Tapi entah beliau sampai di sini atau tidak, harap Tiong Yang Cinjin sudi memberitahukan padaku!"   Kata Toan Ceh Heng, raja Tayli.   "Aku memang bertemu seorang Taysu.   Beliau amat berwibawa dan jenius.   Kami bercakap-cakap dan Taysu itu pun memperlihatkan ilmu It Yang Ci yang amat mengejutkan.   Kami seimbang.   Lalu Taysu itu pergi bersama Ouw Yang Coan, jago nomor satu daerah See Hek.   Tapi aku tidak tahu mereka berdua pergi ke mana,"   Jawab Ong Tiong Yang. Mendengar jawaban itu, Toan Ceh Heng me-ngerutkan kening. "Heran! Sungguh mengherankan! Aku justru datang dari Tayli, namun tidak melihat beliau kembali. Apakah dia punya urusan di Tionggoan, sehingga menghambatnya pulang?"   Katanya. Oey Yok Su tertawa. "Aku pun pernah bergebrak dengan It Sok Taysu. Toan Hong Ya bilang tidak paham, mengapa tidak bertanya padaku?"   Toan Ceh Heng tersentak, dan langsung memandang Oey Yok Su. "Oh, ya? Kau tahu beliau berada di mana sekarang?"   "Aku tidak tahu. Ketika bertemuku itu sudah lama sekali,"   Sahut Oey Yok Su.   Kemudian dia menutur tentang dirinya bertemu It Sok Taysu.   Ketika menutur, dia pun melirik Ang Cit Kong.   Sebab di saat bertemu padri itu, Oey Yok Su bersama Ang Cit Kong.   Namun Ang Cit Kong pura-pura tidak melihat lirikan Oey Yok Su.   "Hari itu, It Sok Taysu bergebrak denganku.   Kami seimbang.   Meskipun aku tidak bersedia menunjukkan kitab pusaka Kiu Im Cin Keng, beliau tidak memaksaku, karena tahu akan kesulitanku.   Kemudian beliau pergi bersama Ouw Yang Coan dan seorang gadis,"   Kata Ong Tiong Yang.   Ouw Yang Hong yang bersembunyi di tempat gelap, mendengar jelas semua pembicaraan itu.   Ternyata kakak masih belum memperoleh kitab pusaka tersebut.   Berdasarkan sifat kakak, tidak mungkin dia akan pergi begitu saja.   Pikirnya.   Kemudian Ouw Yang Hong menjadi tersadar akan satu hal, yaitu tidak gampang memperoleh kitab pusaka Kiu Im Cin Keng.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kalau begitu, bagaimana mungkin dirinya akan berhasil merebut kitab pusaka itu? Ouw Yang Hong justru tidak tahu, sejak mendapat Iwee kang dari Cen Tok Hang, boleh dikatakan dia sudah merupakan jago tangguh yang jarang ada di kolong langit, hanya saja kurang pengalamannya, mka tidak tahu tentang itu.   "Oh? Sungguh kecewa aku mendengarnya!"   Kata Toan Hong Ya.   Su Ciau Hwa Cu paling tidak sabaran melihat orang bertele-tele.   Ketika mendengar pembicaraan mereka cenderung ke timur dan ke barat, membuatnya agak gusar.   Ong Tiong Yang, kau seorang gagah, namun mengapa seperti wanita yang cerewet? Pantas kau gagal memimpin para orang gagah melawan pasukan Kim! Seteluh berpikir demikian, dia pun berkata.   "Ong Tiong Yang, terus terang saja! Kami kemari tiada urusan lain kecuali ingin melihat kitab pusaka Kiu Im Cin Keng! Konon kitab pusaka itu merupakan kitab ajaib.   Benar atau tidak, harap kau sudi memperlihatkannya pada kami semua!"   "Aku bukan Toan Hong Ya, ingin mencari seorang hweeshio, melainkan ingin melihat kitab pusaka itu! Konon kitab pusaka itu berisi ilmu silat yang amat tinggi, harap dipinjamkan pada kami agar kami bisa membacanya!"   Sambung Ong Yok Su.   "Kitab pusaka itu memang berada di tanganku, juga merupakan sebuah kitab pusaka ajaib.   Namun aku sudah mengambil Keputusan untuk tidak membiarkan kitab pusaka itu beredar di dunia persilatan, agar tidak menimbulkan badai.   Kalian kemari ingin melihat kitab pusaka itu, aku mohon maaf tidak bisa memperlihatkannya!"   Sahut Ong Tiong Yang. "Ong Tiong Yang, kata orang penulis kitab pusaka itu adalah Oey Sang, yang hidup di masa Kaisar To Cong. Benarkah itu?"   Tanya Su Hwa Cu. Ong Tiong Yang mengangguk. "Tidak salah, memang Oey Sang yang menulis kitab pusaka itu."   Karena Ong Tiong Yang tidak mau memperlihatkan kitab pusaka Kiu Im Cin Keng, Su Ciau Hwa Cu amat penasaran dan mencacinya dalam hati.   Ong Tiong Yang, kau memang sialan! Kami kemari ingin melihat kitab pusaka itu, namun kau tidak bersedia memperlihatkannya.   Apakah kau tidak tahu bahwa kami amat penasaran sekali? Kau sungguh bukan orang gagah, egois dan cuma mementingkan diri sendiri! Sementara Oey Yok Su juga merasa penasaran.   "Ong Tiong Yang! Kau jangan banyak alasan! Cepat keluarkan kitab pusaka itu! Kami ingin membacanya sebentar, jangan menolak!"   Katanya dengan kasar. Ong Tiong Yang tidak menyahut. Raja Tayli Toan Ceh Heng menatapnya seraya berkata. "Cinjin yang mengatakan bahwa itu merupakan kitab pusaka ajaib, tapi mengapa tidak sudi mengeluarkannya agar kami membacanya sebentar?"   Kata Raja Tayli Toan Ceh Heng sambil menatapnya.   "Kalau kitab pusaka itu jatuh ke tangan penjahat, tentu akan menimbulkan banjir darah, sebab ilmu silat yang tercantum di dalamnya, sungguh lihay dan hebat, tak dapat diduga oleh manusia.   Itu sebabnya aku tidak mau mengeluarkan kitab pusaka tersebut,"   Sahut Ong Tiong Yang.   Mendengar ucapan Ong Tiong Yang itu, Su Ciau Hwa Cu dan Oey Yok Su langsung mengerutkan kening, bahkan kemudian saling memandang.   Berselang sesaat, Ong Tiong Yang melanjutkan ucapannya dengan tegas.   "Aku tidak perduli kalian mau bilang apa, yang jelas aku tidak akan menyerahkna kitab pusaka Kiu Im Cin Keng pada kalian!"   Ketika mendengar apa yang dikatakan Ong Tiong Yang, Toan Hong Ya tidak bisa berbuat apa-apa.   Dia menundukkan kepala, sama sekali tidak bersuara.   Sedangkan Su Ciau Hwa Cu memandang Ang Cit Kong, seakan minta pendapatnya.   Namun Ang Cit Kong juga tidak tahu harus berkata apa.   Dia cuma menggeleng-gelengkan kepala.   Di antara mereka yang paling cerdas adalah Oey Yok Su.   "Tiong Yang Cinjin, aku tidak paham akan satu hal, bolehkah Cinjin memberi penjelasan?"   Katanya. "Katakan saja!"   Sahut Ong Tiong Yang. "Kami dengar, kau memperoleh kitab pusaka Kiu Im Cin Keng secara tidak sengaja. Apakah itu benar?"   Tanya Oey Yok Su.   Ong Tiong Yang manggut-manggut.   "Tidak salah, memang secara tidak sengaja aku memperoleh kitab pusaka tersebut.   Dalam hati Oey Sang tidak diliputi rasa benci dan dendam, maka menulis kitab itu.   Tujuannya ialah agar ilmu silat tinggi tidak kandas di masa itu, maka Oey Sang menulis kitab tersebut." Begitu mendengar penjelasan Ong Tiong Yang itu, mendadak Oey Yok Su tertawa gelak.   Ong Tiong Yang tercengang.   "Mengapa Oey Tocu tertawa?"   Tanyanya sambil memandang Oey Yok Su.   "Aku mentertawakan Oey Sang.   Dia terlalu goblok.   Dia meninggalkan kitab pusaka, agar ilmu silat yang amat tinggi itu tidak lenyap turun-temurun.   Tidak tahunya justru Partai Coan Cin Kauw yang diketuai Ong Tiong Yang, ingin me-nyerakahi kitab tersebut.   Kalau dia yang kini telah di alam baka tahu pasti kecewa dan menangis sedih,"   Sahut Oey Yok Su.   Apa yang diucapkan Oey Yok Su, atau majikan Pulau Persik itu membuat Ong Tiong Yang membungkam, tidak tahu harus menjawab apa.   Aku ingin memusnahkan kitab pusaka itu, apakah tidak salah pikir? Apabila kitab itu betul-betul kumus-nahkan, tentu memusnahkan harapan Oey Sang.   Bukankah aku akan menjadi orang yang amat berdosa? Lalu apakah aku harus menyerahkan kitab pusaka itu kepada mereka lalu membiarkan mereka pergi? Begitu pikirnya.   Di saat Ong Tiong sedang berpikir, mendadak terdengar suara Toan Hong Ya memuji Sang Bud-dha.   "Omitohud! Tiong Yang Cinjin tidak perlu banyak berpikir.   Kalau Cinjin menganggap kitab pusaka itu tidak boleh lahir di dunia, tentunya ada alasan tertentu.   Aku percaya pada Cinjin, mungkin Cinjin khawatir, apabila kitab pusaka itu beredar di dunia, pasti akan menimbulkan malapetaka dalam dunia persilatan.   Saat itu, kami menyesal pun sudah terlambat."   Su Ciau Hwa Cu langsung menyelak dengan suara lantang. Bab 22   "Justru apabila berada di tangannya, apakah tidak akan menimbulkan badai dalam rimba persilatan? Kalau berada di tanganku si Pengemis Tua ini, apakah akan membuat rimba persilatan kacau balau tidak karuan?"   "Apakah Su Cianpwe mencurigaiku?"   Tanya Ong Tiong Yang dengan kasar.   Mendadak Ang Cit Kong membuka mulut bersuara.   "Tiong Yang Cinjin merupakan orang jenius di kolong langit.   Semua orang menghormatimu, bagaimana mungkin kami guru dan murid mencu-rigaimu? Kami hanya merasa agak penasaran saia."   "Ang Cit Kong, aku tahu kau tergolong tetua Kay Pang, sudah amat terkenal dalam dunia persilatan! Malam ini di depan Istana Tiong Yang, muncul beberapa jago tangguh! Kalau aku tidak memberi penjelasan yang memuaskan, tentu kalian akan merasa tidak senang! Namun apabila kalian mendesak, aku terpaksa melayani!"   Kata Ong Tiong Yang. Mendengar itu, raja Tayli Toan Hong Ya langsung membaca doa. "Omitohud ..."   Sedangkan Oey Yok Su terus tertawa dingin, Su Ciau Hwa Cu tersenym menyengir, kelihatan gembira sekali.   Hanya Ang Cit Kong yang berkata dengan lantang.   "Ong Tiong Yang! Kau disebut sebagai jago nomor Wahid, namun justru tidak punya pikiran! Kalau kitab pusaka itu berasal dari perguruanmu, kami kemari ingin membacanya, boleh dikatakan kami yang bersalah! Tapi kitab pusaka Kiu Im Cin Keng bukan berasal dari perguruanmu, kau ingin memusnahkannya, itu berdasarkan aturan apa? Apabila kau dapat mengalahkan kami guru dan murid, Kay Pang pasti menyudahi urusan ini!" Oey Yok Su langsung bertepuk tangan.   Kelihatannya dia setuju akan apa yang dikatakan Ang Cit Kong.   "Tiong Yang Cinjin, aku datang dari Pulau Persik yang amat jauh.   Kalau aku tidak mohon petunjuk beberapa jurus sebelum kembali ke Pulau Persik, sungguh sayang sekali!"   Ong Tiong Yang menatapnya, kemudian meloncat turun dari batu besar sambil bersiul panjang.   "Sesungguhnya aku tidak mau bergebrak dengan kalian.   Tapi kalian menghendaki kitab pusaka Kiu Im Cin Keng, maka aku terpaksa bertanding dengan kalian! Apabila aku kalah, aku pasti menyerahkan kitab pusaka itu!"   Katanya kemudian.   Usai berkata, dia memandang Toan Hong Ya.   Raja Tayli itu tentunya tidak berhati tamak.   Namun sebagai seorang pesilat, sudah pasti ingin melihat kitab pusaka Kiu Im Cin Keng.   Seandainya kitab pusaka itu justru ke tangannya, pasti tidak akan beredar di dunia persilatan.   Sedangkan sikap Su Ciau Hwa Cu agak angin-anginan.   Tiap melakukan sesuatu kelihatan tidak pernah serius.   Kalau kitab pusaka Kiu Im Cin Keng jatuh ke tangannya, pasti akan menimbulkan badai.   Tentang Ang Cit Kong, Ong Tiong manggut-manggut karena yakin Ang Cit Kong dapat memimpin Kay Pang dengan baik, tidak akan jadi masalah seandainya kitab pusaka Kiu Im Cin Keng jatuh ke tangannya.   Ketika melihat Oey Yok Su, Ong Tiong Yang berpikir.   Majikan Pulau Persik itu amat cerdas dan banyak akalnya.   Apabila kitab pusaka Kiu Im Cin Keng jatuh ke tangannya, pasti akan membuat kacau dunia persilatan.   Walau saat ini Gunung Cong Lam San tampak tenang dan damai, namun tak jauh dari Istana Tiong Yang berdiri lima pesilat tangguh, yang siap bertanding memperebutkan kitab pusaka Kiu Im Cin Keng, sehingga membuat suasana menjadi tegang mencekam.   Ouw Yang Hong yang bersembunyi di tempat gelap terus memperhatikan kelima orang itu.   Raja Tayli Toan Hong Ya berdiri di sebelah timur, tampak berwibawa.   Sedangkan Ong Tiong Yang berdiri di tengah-tengah, menunggu serangan mereka.   Su Ciau Hwa Cu dan Ang Cit Kong berdiri agak jauh.   Oey Yok Su berdiri di sebelah barat, siap menyerang Ong Tiong Yang.   Suasana di tempat itu mulai diliputi hawa membunuh.   "Kalian akan maju serentak, ataukah aku harus mohon petunjuk pada kalian satu persatu?"   Tanya Ong Tiong Yang.   Karena Tan Hong Ya terus membaca doa, Oey Yok Su tahu, bahwa raja Tayli itu berkepandaian amat tinggi.   Alangkah haiknya aku membiarkannya bertanding lebih dulu dengan Ong Tiong Yang, pikirnya.   Setelah berpikir demikian, dia berkata.   "Mengeroyok bukan merupakan perbuatan orang gagah.   Tentunya Toan Hong Ya sependapat denganku.   Lebih baik kita bertanding dengan Ong Tiong Yang dengan cara satu persatu."   Toan Hong Ya tahu akan isi hati Oey Yok Su. "Kalau Oey Tocu sependapat denganku, biarlah aku yang mengemukakan suatu usul! Menurutku semuanya harus bertanding tiga babak untuk menentukan siapa yang menang dan kalah,"   Sahutnya.   Mendengar kata-kata itu, Ong Tiong Yang tertawa dingin dalam hati.   Apakah mereka melihat Ong Tiong Yang cuma seorang diri, maka ingin bertanding dengannya satu persatu? Tidak perduli kalian mengatakan apa, pokoknya aku akan bertanding dengan kalian semua! Itulah keputusan Ong Tiong Yang.   "Menurutku tiga bahak ini, aku bertanding satu babak dengan Tiong Yang Cinjin, babak kedua Su Ciau Hwa Cu bertanding dengannya, dan babak ketiga adalah Oey Tocu.   Bagaimana menurut kalian semua?" Su Ciau Hwa Cu dan Oey Yok Su manggut-inanggut.   Pertanda mereka setuju akan usul Toan Hong Ya.   Ouw Yang Hong yang bersembunyi di tempat gelap bergirang hati, karena akan menyaksikan pertandingan para pesilat tangguh.   Setelah memperoleh ilmu silat dan Iwee kang dari guru, aku tidak pernah bertanding dengan pesilat tangguh.   Sedangkan Cha Ceh Ih susioknya itu masih tidak dapat dibandingkan dengan mereka.   Ouw Yang Hong justru tidak tahu, pada hal dirinya sudah memiliki ilmu silat yang amat tinggi, begitu pula Lwee kangnya.   Hanya saja dia masih belum berpengalaman.   Sementara tampak Toan Hong Ya mendekati Ong Tiong Yang.   Jubah panjangnya berkibar-kibar terhembus angin.   Ong Tiong Yang tidak berani berlaku ceroboh.   Sebab dia tahu bahwa Toan Hong Ya memiliki ilmu It Yang Ci yang amat hebat, maka tidak berani meremehkannya.   "Tiong Yang Cinjin, aku ingin bertanya sesuatu padamu,"   Kata Toan Hong Ya perlahan.   Ong Tiong Yang tertegun sebab di saat mau bertanding, Toan Hong Ya malah ingin bertanya sesuatu padanya.   Hal itu membuatnya terheran-heran, namun dia tetap menyahut dengan hormat.   "Toan Hong Ya ingin bertanya apa, silakan!"   "Katakanlah! Apakah kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itu dapat membuat orang melakukan kejahatan?"   Tanya Toan Hong Ya.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ong Tiong Yang mengangguk.   "Tidak salah.   Sebab kitab pusaka itu berisi ilmu pukulan yang maha dahsyat, maka aku tidak meng-hendaki kitab pusaka itu jatuh ke tangan orang lain, agar tidak menimbulkan malapetaka di dunia persilatan.!"   Toan Hong Ya berkata.   "Kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itu berada di tanganmu, itu merupakan suatu keberuntungan atau tidak, belum bisa dipastikan.   Lagi pula kau tidak membiarkan orang lain memperoleh kitab pusaka tersebut.   Lalu bagaimana kau tahu hati orang lain? Memperoleh kitab pusaka itu merupakan takdir.   Begitu pula kehilangan.   Kau ingin memusnahkan kitab pusaka itu, bukankah secara tidak langsung sudah melawan takdir?"   Ong Tiong Yang tersentak sadar, lalu cepat-cepat memberi hormat kepadanya.   Dia bergirang hati, sebab sejak memperoleh kitab pusaka itu, hatinya tidak pernah merasa tenang, kini Toan Hong Ya mengatakan begitu.   "Hidup manusia tidak seberapa lama.   Padahal sesungguhnya aku tidak perlu bertanding denganmu.   Namun aku masih tidak bisa melepaskan urusan duniawi.   Tiong Yang Cinjin, silakan!"   Kata Toan Hong Ya lagi. Ong Tiong Yang menjadi serius, sebab tahu bahwa Toan Hong Ya memiliki ilmu silat yang amat tinggi. Toan Hong Ya menatap Ong Tiong Yang.   "Tiong Yang Cinjin, silakan menyerang!"   Katanya.   Ong Tiong Yang maju dengan perlahan-lahan, lalu menyerang Toan Hong Ya.   Dia melancarkan jurus tipuan dari ilmu Sian Thian Kang, yaitu jurus Beng Sim Hian Hud (Hati Terang Menghadap Buddha).   Toan Hong Ya berkelit, sekaligus balas menyerang.   Mereka bertanding seimbang.   Ong Tiong Yang menggunakan ilmu Sian Thian Kang, sedangkan Toan Hong Ya menggunakan ilmu It Yang Ci.   Bukan main serunya pertandingan itu.   Ong Tiong Yang mengerahkan Sian Thian Kang melin-dungi badan, kemudian mengeluarkan pedangnya, dan menyerang Toan Hong Ya dengan ilmu pedang Coan Cin Kauw.   Girang sekali Ouw Yang Hong menyaksikan pertandingan itu, sebab secara tidak langsung menambah pengetahuannya dalam hal ilmu silat.   Ketika melihat Toan Hong Ya menyerang dengan It Yang Ci, dia bepikir.   Apabila Toan Hong Ya menyerangnya dengan It Yang Ci, tentu sulit baginya untuk berkelit.   Tapi kalau menggunakan ilmu Hong Hoang Lat, sudah pasti dapat terhindar dari serangan itu.   Seandainya bertemu Toan Hong Ya, aku harus ingat itu.   Usai berpikir, Ouw Yang Hong menyaksikan pertandingan itu lagi dengan penuh perhatian.   Ketika menyaksikan ilmu pedang Ong Tiong Yang, dia tahu bahwa ilmu pedang itu adalah ilmu pedang aliran lurus yang amat hebat.   Ong Tiong Yang dan Toan Hong Ya terus bertanding.   Mendadak Ong Tiong Yang berhenti menyerang, lalu mencelat ke belakang seraya ber kata.   "Sungguh hebat Toan Hong Ya! Aku mau bilang apa lagi? Toan Hong Ya ingin melihat kitab pusaka Kiu Im Cin Keng, pasti ku perlihatkan! Ilmu lt Yang Ci milik Toan Hong Ya sungguh membuatku tunduk!"   Toan Hong Ya tertawa gelak. "Ha ha ha! Tiong Yang Cinjin, aku hanya seorang raja kecil di Negeri Tayli. Banyak urusan yang harus kukerjakan di sana. Bagaimana mungkin punya niat untuk melihat kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itu?"   Mendengar ucapan itu, Oey Yok Su berpikir.   Orang itu adalah raja Tayli, tentunya tidak mau mencampuri urusan dunia persilatan.   Apabila dia yang memperoleh kitab pusaka itu, malah akan menimbulkan malapetaka.   Dia tidak menghendaki kitab pusaka tersebut, pasti punya alasan tertentu.   Lagi pula kelihatannya mereka berdua bertanding seimbang.   Bagaimana hebatnya ilmu It Yang Ci yang amat kesohor itu? Diam-diam Oey Yok Su tertawa dingin dalam hati.   "Begitu aku bergebrak dengan Tiong Yang Cinjin, sudah tahu kitab pusaka Kiu Im Cin Keng harus berada di tangan Cinjin! Semoga Cinjin dapat membuat kedamaian dalam rimba persilatan dengan kitab pusaka itu!"   Kata Toan Hong Ya.   Usai berbicara, Toan Hong Ya mencelat ke belakang, kemudian tidak banyak bicara lagi dengan Ong Tiong Yang.   Ketika melihat Toan Hong Ya mencelat ke belakang, kening Oey Yok Su berkerut.   "Kelihatannya Toan Hong Ya tidak mau bertanding dengan Tiong Yang Cinjin lagi,"   Katanya. "Aku sudah bertanding dengan Tiong Yang Cinjin. Hatinya lurus dan bersih. Dia memiliki kitab pusaka itu atau tidak, sudah tidak jadi masalah lagi,"   Sahut Toan Hong Ya.   Mendengar itu, Oey Yok Su mencaci dalam hati Toan Hong Ya amat licik.   Dia pasti menunggu kesempatan.   Orang lain ingin melihat kitab pusaka itu, bagaimana mungkin dia tidak? Sudah pasti dia menunggu kesempatan yang baik untuk merebut kitab pusaka tersebut! Kalau tidak, bagaimana mungkin dia berhenti bertanding dengan Ong Tiong Yang? Ifuh! Sungguh licik dia! Kini giliran Su Ciau Hwa Cu.   Wajah si Pengemis Tua itu berubah serius.   "Ong Tiong Yang, aku tahu kau pesilat tangguh di Tionggoan.   Mungkin aku bukan tandinganmu.   lapi Kay Pang memiliki dua macam ilmu andalan, yang kemungkinan besar dapat menandingi ilmu silatmu.   Aku harap kau coba dulu ilmu pemukul anjing, lalu ilmu Hang Liong Cap Pwe Ciang!"   Katanya sambil menatapnya. Ong Tiong Yang juga tahu akan kedua ilmu andalan Kay Pang itu. "Baik, silakan Cianpwe menyerang duluan!"   Sahutnya dengan hormat.   Su Ciau Hwa Cu segera mengeluarkan tongkat pemukul anjing.   "Ong Tiong Yang, hati-hatilah! Sesungguhnya ilmu tongkat pemukul anjing, hanya digunakan untuk memukul anjing! Tapi kini dapat dipergunakan untuk bertanding dengan Tiong Yang Cinjin, itu amat membuat cemerlang ilmu tongkat pemukul anjing Kay Pang!"   Ong Tiong Yang mengeluh, sebab Su Ciau Hwa Cu mengatakan ilmu itu hanya digunakan untuk memukul anjing, secara tidak langsung dirinya disamakan dengan anjing.   Oleh karena itu, dia bertekad mengalahkan Su Ciau Hwa Cu.   Ong Tiong Yang menyimpan pedangnya.   Dia berdiri tegak di hadapan Su Ciau Hwa Cu.   "Su Lo Cianpwe, silakan!"   Tantangnya.   Su Ciau Hwa Cu langsung menyerangnya dengan ilmu tongkat pemukul anjing Ong Tiong Yang berkelit dan balas menyerang dengan sebuah pukulan.   Sungguh dahsyat pukulannya! Terdengar suara 'Plak'.   Tampak tongkat pemukul anjing itu terpukul miring ke samping.   Boleh dikatakan Su Ciau Hwa Cu sudah kalah, tapi pengemis tua tidak perduli.   Dia membentak keras sambil menyerang lagi.   Betapa cepat serang annya, namun sama sekali tidak berhasil menyentuh badan Ong Tiong Yang.   Bukan main penasarannya Su Ciau Hwa Cu.   "Ong Tiong Yang! Aku akan menyerangmu dengan ilmu Hang Liong Cap Pwe Ciang! Apakah kau sanggup menahan ilmu pukulanku ini?"   Katanya sambil melotot. "Mohon petunjuk Cianpwe!"   Sahut Ong Tiong Yang perlahan-lahan.   "Ong Tiong Yang, kau tidak usah berlaku sungkan-sungkan! Kalau kau dapat mengalahkan ilmu Hang Liong Cap Pwe Ciangku, aku memanggilmu cianpwe pun tidak jadi masalah! Bahkan aku juga tidak menghendaki kitab pusaka Kiu Im Cin Keng lagi!"   Su Ciau Hwa Cu melempar tongkatnya kepada Ang Cit Kong, lalu bersiul panjang.   Ilmu Hang Liong Cap Pwe Ciang amat keras, harus menggunakan gwa kang yang amat tinggi.   Karena itu, Su Ciau Hwa Cu sama sekali tidak pernah mendekati kaum wanita.   Hingga saat ini berusia enam puluh, pengemis tua itu masih perjaka tulen.   Maka dapat dibayangkan, betapa dah-syatnya ilmu Hang Liong Cap Pwe Ciang yang dimilikinya.   Setelah bersiul panjang, pengemis tua itu langsung menyerang Ong Tiong Yang dengan ilmu pukulan Hang Liong Cap Pwe Ciang, yaitu jurus Kian Liong Cai Tian (Melihat Naga Di Sawah).   Ong Tiong Yang segera berkelit.   Bukan main dahsyatnya pukulan itu, menghantam sebuah batu besar yang ada di belakang Ong Tiong Yang hingga hancur berkeping-keping.   Betapa gusarnya Su Ciau Hwa Cu, karena pukulannya tidak berhasil menyentuh badan Ong Tiong Yang.   Ternyata ketua Coan Cin Kauw itu menggunakan ilmu Sian Thian Kang.   Su Ciau Hwa Cu berpikir.   Kay Pang juga merupakan partai besar di kolong langit.   Kalau orang tahu aku bertarung dengan Ong Tiong Yang menggunakan ilmu andalan Kay Pang, bahkan tidak dapat merobohkan ketua Coan Cin Kauw, bukankah kaum rimba persilatan akan menter tawakan Kay Pang? Berpikir sampai di situ, Su Ciau Hwa Cu menyerang Ong Tiong Yang lagi dengan jurus Ti Liong Yu Hui (Naga Menunduk Merasa Menyesal).   Kali ini Ong Tiong Yang tidak berkelit, melainkan menggunakan ilmu Sian Thian Kang untuk menangkis.   Blam! Terdengar suara benturan.   Ong Tiong Yang cuma terpental ke belakang dua langkah, namun tidak terluka sama sekali.   Bukan main terkejutnya Su Ciau Hwa Cu.   Dia berkeluh dalam hati.   Kelihatannya aku si Pengemis Tua harus terjungkal di sini hari ini.   Ong Tiong Yang menggunakan ilmu apa? Bagaimana dia dapat menahan kedua pukulanku? Apakah dia seorang dewa? Su Ciau Hwa Cu sama sekali tidak tahu sejak Ong Tiong Yang mempelajari kitab pusaka Kiu Im Cin Keng.   Lwee kang dan kepandaiannya bertambah dalam serta maju pesat.   Berdasarkan ilmu yang tercantum dalam kitab pusaka itu, Ong Tiong Yang menciptakan ilmu Sian Thian Kang, itu hanya sebagian kecil dari isi kitab pusaka tersebut.   Sementara Su Ciau Hwa Cu terus menyerang Ong Tiong Yang, akan tetapi Ong Tiong Yang tetap dapat mengimbanginya.   Walau Su Ciau Hwa Cu sudah mengeluarkan jurus terakhir dari ilmu Hang Liong Cap Pwe Ciang, namun tetap tidak dapat merobohkan Ong Tiong Yang.   Akhirnya Su Ciau Hwa Cu berhenti menyerang.   "Ong Tiong Yang, aku lihat kau menggunakan semacam ilmu pelindung badan.   Katakanlah ilmu apa itu?"   Katanya sambil memandang Ong Tiong Yang. "Kunamakan Sian Thian Kang,"   Jawab Ong Tiong Yang. "Apakah itu termasuk ilmu yang tercantum di dalam kitab pusaka Kiu Im Cin Keng?"   Tanya Su Ciau Hwa Cu. Ong Tiong Yang berpikir sejenak, kemudian menjawab. "Tidak salah, namun merupakan ilmu ciptaan ku berdasarkan kitab pusaka Kiu Im Cin Keng."   Mendengar jawaban Ong Tiong Yang itu, semua orang baru percaya bahwa Kiu Im Cin Keng memang merupakan kitab pusaka yang ajaib. "Ong Tiong Yang, ini tidak masuk aturan! Tidak masuk aturan!"   Kata Su Ciau Hwa Cu. Ong Tiong Yang tercengang. "Apa yang tidak masuk aturan? Harap Lo Cianpwe menjelaskan! Kalau masuk akal, aku pasti menuruti cianpwe saja!"   Tanyanya dengan heran. "Ong Tiong Yang, kau menggunakan ilmu yang berdasarkan kitab pusaka Kiu Im Cin Keng. Kalaupun kau menang juga tidak akan dikagumi para orang gagah di kolong langit. Ya, kan?"   Kata Su Ciau Hwa Cu. Ong Tiong Yang menatap Su Ciau Hwa Cu. "Menurut Cianpwe, aku harus bagaimana? Apabila aku mempergunakan ilmu dari perguruanku mengalahkan Cianpwe, barulah Cianpwe akan merasa tunduk?"   Su Ciau Hwa Cu mengangguk. "Ong Tiong Yang, bagaimana kalau kita mengadu lwee kang saja? Lwee kang siapa yang lebih tinggi, dialah yang menang."   Ong Tiong Yang berpikir sejenak. Kemudian dia mengambil keputusan akan mengorbankannya wanya demi mempertahankan kitab pusaka Kiu Im Cin Keng. "Baik, aku menurut saja,"   Katanya. "Bagus, Ong Tiong Yang, kelihatannya aku tidak salah menilaimu."   Seusai berkata demikian, Toan Hong Ya membaca doa.   Karena itu, hati Ong Tiong Yang ter-gerak.   Kelihatannya hanya Toan Hong Ya yang tahu isi hatiku.   Apabila aku mati, tidak akan merasa penasaran.   Ong Tiong Yang duduk bersila, begitu pula Su Ciau Hwa Cu.   Mereka berdua duduk berhadap-hadapan.   Ketika kedua orang itu duduk bersila, Oey Yok Su tertawa dingin dalam hati sambil memandang mereka berdua dengan penuh perhatian.   Akan tetapi, di saat bersamaan terdengar suara seseorang dan tampak obor bergerak menuju tempat itu.   Ternyata orang Istana Tiong Yang mendengar suara gaduh, lalu segera melapor kepada Ma Cing dan Seh Gwa Kie.   Bukan main terkejutnya kedua orang itu.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Mereka berdua langsung membawa para anggota Istana Tiong Yang menuju tempat itu.   Begitu sampai di tempat itu, Ma Cing dan Seh Gwa Kie melihat Ong Tiong Yang dan Su Ciau Hwa Cu sedang duduk bersila, mengadu Iwee kang.   Tangan Ong Tiong Yang tampak gemetar, ma tanya menatap Su Ciau Hwa Cu.   "Su Cianpwe, menurutku pertandingan ini kita anggap seri saja,"   Katanya.   Su Ciau Hwa Cu tertawa gelak.   Pengemis tua itu sama sekali tidak menduga Ong Tiong Yang memiliki lwee kang yang begitu tinggi.   Walau sedang mengerahkan lwee kang, namun masih bisa berbicara.   Hal seperti itu tidak dapat dilakukan Su Ciau Hwa Cu.   Akan tetapi, Su Ciau Hwa Cu sama sekali tidak mau berhenti, bahkan terus mengerahkan lwee kangnya.   Karena itu, Ong Tiong Yang pun terpaksa mengerahkan lwee kangnya untuk menahan.   Wajah mereka berdua tampak memerah, kemudian berubah pucat.   Ternyata mereka telah mengerahkan lwee kang masing-masing hingga ke puncaknya.   Namun mereka berdua tetap tahu siapa yang menang.   Kini mereka berdua sudah mencapai saat yang kritis, membuat suasana semakin menegangkan, dan para penonton pun saling memandang dengan kening berkerut.   Semua orang tahu, bahwa Su Ciau Hwa Cu dan Ong Tiong Yang sama sekali tidak ada yang mau mengalah.   Mereka terus mengerahkan lwee kang, sehingga wajah mereka bertambah memerah dan keringat mereka mulai mengucur deras membasahi pakaian.   Yang tahu jelas akan hal tiu adalah Toan Ceh Heng.   Raja Tayli itu menghela nafas panjang.   Kalau tidak segera dipisahkan, mereka pasti akan terluka parah.   Ketika Toan Ceh Heng baru mau maju memisahkan mereka, mendadak terdengar suara sem-an Oey Yok Su yang amat keras.   "Ong Tiong Yang, kau ingin mengalahkan Su Cianpwe, apakah akan membuat namamu semakin terkenal?"   Ternyata Oey Yok Su juga melihat jelas akan keadaan mereka berdua.   Kalau Ong Tiong Yang tidak mengendurkan lwee kangnya, Su Ciau Hwa Cu pasti akan mati.   Akan tetapi, di saat bersamaan terdengar Su Ciau Hwa Cu mengeluh, lalu roboh.   Sedangkan wajah Ong Tiong Yang pucat pias.   Dia bangkit berdiri seraya berkata pada Oey Yok Su.   "Oey Tocu, untung aku tidak kalah melawan Su Cianpwe.   Kalau Oey Tocu ingin bertarung de-nganku, akan kulayani!"   "Ong Tiong Yang, keadaanmu seperti itu, bagaimana mungkin aku bertarung denganmu? Bu-kankah aku akan ditertawakan oleh orang-orang gagah di kolong langit? Kalau saat ini aku berhasil mengalahkanmu juga percuma! Menurutku, lebih baik kau beristirahat beberapa hari, barulah ke-mudian kita bertarung!"   Ong Tiong Yang mengangguk. "Baiklah!"   Ong Tiong Yang tahu bahwa Oey Yok Su adalah pesilat tangguh yang selalu menjaga nama baiknya.   Apabila saat ini berkeras ingin bertarung dengan Oey Yok Su, tentunya akan malu sendiri.   Kalau bisa beristirahat beberapa hari, sudah pasti dirinya tidak akan kalah melawan Oey Yok Su.   Sementara Ang Cit Kong segera memapah Su Ciau Hwa Cu ke sebuah batu, kemudian berkata kepada Ong Tiong Yang.   "Tiong Yang Cinjin, urusan ini tidak akan selesai sampai di sini.   Lain waktu aku dan guruku pasti kemari lagi untuk menyelesaikannya!" Usai berkata, Ang Cit Kong lalu duduk di belakang gurunya.   Sepasang tangannya ditempelkan di punggung Su Ciau Hwa Cu, lalu mengerahkan lwee kangnya untuk mengobati luka gurunya.   Sementara Oey Yok Su berkata lagi kepada Ong Tiong Yang.   "Tiong Yang Cinjin, kau tidak usah buru-buru.   Kita pastikan waktu dan hari, di tempat mana agar kita bisa bertarung.   Kalau kau kalah, harus menyerahkan kitab pusaka Kiu Im Cin Keng padaku.   Bagaimana?"   Ong Tiong Yang manggut-manggut.   "Baik!"   "Tiong Yang Cinjin, kita berjanji lima tahun kemudian, berkumpul di Gunung Hwa San, juga mengundang para orang gagah di kolong langit untuk hadir di sana.   Siapa yang berhasil merebut kitab pusaka Kiu Im Cin Keng, dialah jago nomor wahid di kolong langit.   Bagaimana?"   Kata Oey Yok Su lagi.   Mendengar itu, Ong Tiong Yang berpikir.   Lima tahun kemudian, Coan Cin Kauwku sudah maju pesat, bahkan sudah bisa melawan pasukan Kini, tentunya sudah tidak masalah menyelesaikan urusan ini.   Ong Tiong Yang mengangguk setelah berpikir.   "Baik, kita berjanji begitu saja."   Toan Hong Ya juga manggut-manggut setuju.   Lima tahun kemudian, dia pun akan ke Gunung Hwa San.   Sedangkan Ang Cit Kong juga mewakili gurunya menyetujui rencana itu.   "Baik, memang lebih baik demikian.   Aku masih punya seorang teman.   Dia adalah orang aneh rimba persilatan.   Sampai waktunya aku pun akan mengundangnya ke Gunung Hwa San.   Siapa yang dapat mengalahkan, dialah yang berhak menerima kitab pusaka Kiu Im Cin Keng,"   Kata Ong Tiong Yang.   Oey Yok Su berpikir, kitab pusaka Kiu Im Cin Keng memang luar biasa.   Apabila dalam waktu lima tahun ini, Ong Tiong Yang mengajarkan pada para muridnya, sampai waktunya nanti pasti akan merepotkan sekali.   Setelah berpikir demikian, Oey Yok Su tertawa seraya berkata.   "Aku ingin mengatakan sesuatu, harap Tiong Yang Cinjin sudi mendengarnya!"   Ong Tiong Yang menatapnya.   "Oey Tocu ingin mengatakan apa silakan!"   "Kalaupun tiada kitab pusaka Kiu Im Cin Keng, Hwa San Cun Kiam tetap akan seru sekali.   Menurutku, siapa yang menang, dialah yang berhak memiliki kitab pusaka itu, bahkan juga mem-peroleh gelar jago nomor wahid di kolong langit.   Bagaimana menurut kalian semua?"   Kata Oey Yok Su.   Semua orang mengangguk setuju.   "Lima tahun kemudian, tentunya kita yang berada di sini hadir semua.   Alangkah baiknya di-atur demikian.   Yang menang berhak memiliki kitab pusaka Kiu Im Cin Keng, yang kalah hanya boleh membacanya selama satu bulan lalu dikembalikan kepada pemiliknya.   Bukankah adil sekali?"   Kata Oey Yok Su lagi.   Semua orang diam.   Berselang sesaat harulah Toan Hong Ya membuka mulut.   "Baik! Sampai waktunya aku pasti datang.   Kita semua berkumpul di sana."   "Aku akan kembali ke Pulau Persik.   Lima tahun kemudian aku pasti ke Gunung Hwa San me-nemui kalian,"   Kata Oey Yok Su lalu memandang Ang Cit Kong seraya bertanya.   "Apakah kalian bisa hadir?" Ang Cit Kong menyahut dengan suara dalam. "Kay Pang pasti datang! Kalau suhuku tidak hadir, aku pasti hadir! Aku juga ingin melihat kitab pusaka Kiu Im Cin Keng. Sebetulnya kitab pusaka apa, sehingga membuat kaum rimba persilatan begitu berminat untuk memperolehnya, bahkan sampai bertarung mati-matian ..."   Sahut Ang Cit Kong dengan suara dalam.   Karena membuka mulut menyahut, sedangkan dirinya sedang mengerahkan lwee kang untuk mengobati luka gurunya, maka membuatnya muntah darah segar.   Ong Tiong Yang tahu bahwa luka Su Ciau Hwa Cu amat parah.   Pada hal si Pengemis Tua itu selalu berlaku angin-anginan dan acuh tak acuh, namun tak disangka begitu mementingkan nama, akhirnya menyebabkan dirinya terluka parah lantaran mengadu lwee kang dengan Ong Tiong Yang.   Kalau Ong Tiong Yang melukainya, tentu Su Ciau Hwa Cu akan melukainya.   Oleh karena itu, secara tidak langsung Coan Cin Kauw sudah menanamkan bibit permusuhan dengan pihak Kay Pang.   Mendadak Su Ciau Hwa Cu terbatuk beberapa kali dan darah segarnya mengalir keluar dari mulutnya.   Ma Cing dan Seh Gwa Kie segera mengambil obat, kemudian diberikan kepada Su Ciau Hwa Cu.   Namun si Pengemis Tua malah melotot.   "Hai anjing-anjing Coan Cin Kauw! Aku pengemis tua tidak akan mampus, tidak perlu makan obat!"   Bentaknya. Karena membentak, Su Ciau Hwa Cu langsung muntah darah. "Kami pengemis bertulang keras selalu menerima pukulan orang! Bagaimana mungkin menerima obat kalian?"   Kata Ang Cit Kong.   Ma Cing dan Seh Gwa Kie serba salah.   Obat itu masih berada di tangan mereka, tapi mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat.   Kemudian kedua orang itu menatap Ang Cit Kong sambil berkata dalam hati.   Kami berdua bermaksud haik, tapi kalian tolak dengan cara kasar.   Kau hanya merupakan murid Kay Pang, tentunya kepandaianmu tidak lebih dari kami.   Kami akan mempermalukan kalian guru dan murid lagi.   Setelah berkata dalam hati, mereka berdua saling memandang, lalu serentak mengerahkan lwee kang masing-masing menyerang Ang Cit Kong.    Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Pendekar Patung Emas Karya Qing Hong Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini