Ceritasilat Novel Online

Rajawali Sakti Langit Selatan 6


Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long Bagian 6


Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya dari Sin Long   Seperti diketahui, bahwa diantara lima Ngo ciat.   Hanya tinggal dua saja yang masih hidup yaitu Lam Ceng It Teng Taisu dan Lo shia Oey Yok Su, sedangkan Ang Cit Kong, Auwyang Hong dan Tiong Sin Thong telah meninggal dunia.   Maka bisa dimengerti, sesungguhnya dalam urutan angkatan tua, yaitu angkatan cianpwe, It Teng Taisu dan Oey Yok Su merupakan dua jago tanpa tanding lagi yang kepandaiannya sudah sulit diukur.   Namun untuk melengkapi kedudukan Ngo-ciat itu, telah diambil Yoko, yang menggantikan See Tok Auwyang Hong, tetapi huruf "Tok" (racun) telah diganti dengan Kong, sedangkan kedudukan Pak Kay Ang Cit Kong telah diisi oleh Kwee Ceng, dengan huruf "Kay" (pengemis) diganti dengan huruf "Hiap'" (pendekar).   Lalu kedudukan Tiong Sin Thong yang kosong diisi oleh Ciu Pek Thong, dengan mengganti huruf "Sin"   Ditengah dengan huruf "Boan"   Maka lengkap170 kembalilah urutan Ngo-ciat.   Ketika orang jago pengganti Sek Tok, Pak Kay dan Tiong Sin Thong, bukanlah jago-jago lemah, kepandaian merekapun berimbang dengan kepandaian It Teng Taisu maupun Oey Yok Su.   Tiat To Hoat-ong yang memang belum menginjak daratan Tionggoan, belum mengetahui hebatnya It Teng Taisu, Waktu di Tibet, dia telah mendengarnya bahwa didataran Tionggoan terdapat lima jago yang luar biasa, yaitu See-Tok, Lam Tee Kaisar dari Selatan, yang akhirnya diganti menjadi Lam Ceng karena It Teng Taisu tidak menjadi Kaisar lagi, Thong Shia, Pak Kay dan Tiong Sin Thong.   Tetapi Tiat To Hoat-ong mana bermimpi bahwa kepandaian kelima jago yang terkenal itu luar biasa sekali? Karena dinegerinya dia disanjung dan merupakan jago nomor satu di samping adik seperguruannya, yaitu Kim Lun Hoat-ong, maka sudah menjadi kebiasaan Tiat To Hoat-ong tidak pernah memandang sebelah mata kepada siapapun juga.   Dan juga Tiat To Hoat-ong tidak pernah me rasa takut terhadap siapapun juga, bahkan Kaisarnya yaitu Kaisar Mangu yang telah wafat, maupun Kaisar Mongolia yang sekarang pengganti Kaisar Mangu, Yaitu Kublai, tidak dipandang sebelah mata olehnya.   "Hemm...."   Mendengus Tiat To Hoat-ong dengan suara yang tawar.   "Memang telah cukup lama kudengar bahwa didaratan Tionggoan terdapat lima jago yang memiliki kepandaian lumayan, salah seorang adalah kau ! Tetapi Hudya ingin menasehatimu, mengingat usiamu yang telah lanjut seperti itu, lebih baik kau menggelinding pergi sebelum Hudya marah dan merobah keputusan, dan jangan sekali-kali mencampuri urusan Hudya........". It Teng Taisu memang sabar luar biasa, dia tidak gusar walaupun Tiat To Hoat-ong mengeluarkan kata-kata yang kasar seperti itu.171   "Siancai...siancai..."   It Teng Taisu telah memuji kebesaran sang Budha sambil merangkapkan sepasang tangannya.   "Rupanya kedatangan Taisu memiliki maksud tertentu. Jika Siauw Ceng boleh mengetahui, sesungguhnya apakah tujuan Taisu yang telah melakukan perjalanan jauh datang ke Tionggoan? Apakah Taisu diperintah oleh Kublai ?". Muka Tiat To Hoat-ong jadi berobah merah karena murka dan mendongkol.   "Kalau benar aku diperintah Kublai kenapa? Dan jika kedatanganku ini bukan diperintah oleh Kublai, juga kenapa? Apakah kau memiliki hak untuk mengurusi diri Hudya?"   Disanggapi seperti itu lt Teng Taisu tersenyum ramah dan sabar, katanya kemudian dengan suara yang sabar serta perlahan, namun tegas "Dengarlah Taisu, jika kedatangan Taisu berkunjung kedaratan Tionggoan hanya sekedar jalan- jalan untuk menikmati keindahan alam yang terdapat disini, tentu saja kami akan menyambutnya dengan senang hati...kami akan menghormati Taisu asal Taisu tidak mengandung maksud-maksud tertentu, maksud yang buruk....! Tetapi sebaliknya.   jika kedatangan Taisu atas perintah rajamu, hanya sekedar untuk sengaja mengacau disini, tidak dapat hal itu kami biarkan...!"   Waktu berkata-kata seperti itu, wajah It Teng Taisu angker sekali, setidak-tidaknya dia adalah bekas seorang Kaisar, yang pernah memegang tampuk pimpinan sebuah negara, walaupun sebuah negara kecil di Selatan.   Sabar suaranya, lembut tutur katanya, tetapi angker sekali pengaruhnya.   Diantara wajahnya yang welas asih dan sabar itu tampak matanya memancarkan sinar yang ber pengaruh sekali.   Tiat To Hoat-ong yang melihat itu, diam-diam tergetar hatinya, karena dia merasakan hatinya tergoncang.   Tetapi cepat sekali dia dapat menguasai dirinya.   Dan dengan segera juga dia menjadi murka.172   "Pendeta busuk, ternyata engkau terlalu banyak tingkah dan cerewet......!"   Katanya dengan gusar.   dan membarengi perkataamya itu, dengan cepat sekali Tiat To Hoat ong telah melancarkan serangannya dengan kepalan tangannya yang besar dan mengandung angin serangan yang kuat sekali, yang dahsyatnya luar biasa.   Tetapi It Teng Taisu membawa sikap yang tenang sekali, sedikitpun dia tidak takut menghadapi pendeta Mongolia itu.   Bahkan It Teng Taisu telah melihatnya bahwa Tiat To Hoat- ong bukanlah sebangsa manusia baik-baik.   Maka dari itu, dengan tenang dia mengawasi datangnva serangan pendeta Mongolia itu.   Dengan berani dia mengulurkan tangan kanannya tahu-tahu dengan telapak tangannya dia telah menahan majunya kepalan tangan Tiat To Hoat-ong.   "Kita bicara dengan mulut, bukan dengan kepalan!"   Kata It Teng Taisu dengan suara yang sabar sekali.   Tiat To Hoat-ong kembali kaget setengah mati, karena dia telah melancarkan serangan dengan mengerahkan enam bagian tenaga dalamnya, kenyataannya ketika membentur telapak tangan si pendeta dari Selatan itu, dia merasakan telapak tangan It Teng Taisu lunak sekali seperti kapas, dan tenaga serangan yang dilancarkan jadi lenyap tidak karuan, Dengan cepat Tiat To Hoat-ong menarik pulang tangannya.   "Taisu, bebaskanlah kedua tawannanmu itu, dan pergilah dari tempat ini ! Karena Taisu ingin pergi, Taisu dapat pergi dengan bebas, dan aku si tua Lam Ceng tidak akan mengganggumu .....!"   Sabar suara It Teng Taisu.   Seumurnya belum pernah It Teng Taisu berlaku demikian tegas, dia selalu bersikap ramah dan sabar luar biasa, tetapi karena mengetahui bahwa Tiat To Hoat-ong berkunjung ke Tionggoan dengan maksud buruk dan juga karena melihat Siauw Liong Lie serta Sin Tiauw diperlakukan begitu rupa oleh si pendeta, maka murkalah bekas Kaisar dari negeri Taili itu.173 Tiat To Hoat-ong jadi penasaran Dia telah mengeluarkan suara tertawa dingin yang menyeramkan, mukanya bengis sekali.   "Hemmm, enak sekali kau bicara "   Bentaknya dengan suara mengandung hawa pembunuhan.   "Sedangkan rajaku sendiri tidak berani mengeluarkan kata-kata kasar dan kurang ajar seperti itu."   "Tepat !"   Mengangguk It Teng Taisu dengan sabar, tetapi mukanya angker sekali.   "Justru Siauwceng bukan rajamu dan Taisu bukan sebawahan Siauwceng, masih mau Siauwceng berlaku murah hati membebaskan Taisu begitu saja asalkan tidak mengganggu kedua sahabat Siauwceng .....!' pedas dan tegas sekali kata-kata It Teng Taisu, karena dia ingin mengartikan, jika saja dia kaisarnya dan Tiat To Hoat-ong bawahannya, mungkin dia telah menghukumnya, dengan hukuman yang berat... Tubuh Tiat To Hoat-ong jadi menggigil karena sangat murka, dia merasakan dadanya seperti ingin meledak oleh kemarahannya itu. Dengan mengeluarkan suara teriakan yang mengguntur dan mengandung kemarahan yang sangat, tampak Tiat To Hoat-ong telah melompati menubruk kearah It Teng Taisu dengan serangan yang luar biasa dahsyatnya. Dalam kemarahan yang seperti itu, ternyata Tiat To Hoat- ong telah melancarkan serangan dengan ilmu Yoganya ditingkat kesebelas, merupakan jurus yang sangat hebat. Harus diketahui bahwa ilmu Yoga yang dilatih oleh Tiat To Hoat-ong berbeda dengan ilmu-ilmu Yoga umumnya, karena latihan Yoga pendeta itu telah digabung dengan ilmu silat "Liong Cio Poan Kouw-kang"   Yang semula berasal dari India.   Maka bisa dibayangkan betapa hebatnya ilmu Yoga yang dilatih oleh Tiat To Hoat ong.   terlebih lagi disaat itu dia telah mempergunakan sekaligus ditingkat kesebelas.174 Tenaga serangan yang dilancarkan oleh Hiat To Hoat-ong beratnya ribuan kati, memang benar tenaga serangan itu bukannya tenaga naga atau gajah seperti namanya itu Liong Cio Poan Kouw Kang, akan tetapi itulah serangan yang mustahil sekali dilawan oleh tubuh manusia !.   Tetapi menghadapi It Teng Taisu yang memiliki ilmu yang telah mencapai tingkat puncak kesempurnaan dan sulit diukur, terutama dia lah jago tertua diantara Ngo Ciat serangan Tiat To Hiat-ong selalu jatuh di tempat kosong, karena pendeta Mongolia itu seperti juga selalu memukul tempat kosong dan It Teng dapat berkelit atau mengelakkannya dengan langkah- langkah yang ampuh, sehingga kedudukan tubuhnya sulit diterka oleh Tiat To Hoat-ong sendiri.   Sedangkan It Teng Taisu sendiri telah melihatnya dan mengetahui bahwa tenaga yang dimiliki Tiat To Hoat-ong luar biasa besarnya, seumurnya dia belum pernah menghadapi lawan seperti itu.   Akan tetapi walaupun demikian It Teng Taisu tidak gentar menghadapi serangan-serangan seperti itu, karena dia telah memiliki kepandaian yang sempurna sekali, dan juga kepandaiannya sudah mencapai tingkat yang sulit diukur lagi.   Melihat lawannya melancarkan serangan-serangan yang gencar sekali, juga serangan itu mengincar bagian-bagian yang mematikan ditubuh It Teng Taisu dengan kejamnya, si pendeta dari selatan itu berulang kali menghela napas sambil memuji kebesaran sang Buddha.   Akhirnya disaat Tiat To Hoat-ong melancarkan serangan dengan cara yang serentak mempergunakan kedua tangannya.   yang seperti juga runtuhnya langit atau seperti sebuah gunung, It Teng Taisu telah menggerakkan kaki kanannya setengah lingkaran, lalu dengan membarengi seruan perlahan It Teng Taisu telah memapaki serangan itu dengan jari telunjuknya.175 Luar biasa sekali, tenaga serangan yang hebat dari Tiat To Hoat-ong jadi musnah sama sekali, dan yang lebih celaka lagi justru tubuh Tiat To Hoat-ong telah terhuyung kebelakang dengan muka yang pucat.   Ternyata It Teng Taisu telah mempergunakan It Yang Cienya, ilmu jari tunggal yang sakti itu.   Karena telah mencapai kesempurnaan yang luar biasa dalam meyakini ilmu jari saktinya itu, It Teng Taisu sesungguhnya telah berjanji kepada dirinya sendiri, jika tidak diperlukan sekali.   dan tidak dalam keadaan terdesak yang sangat, ilmu yang liehay luar biasa itu tidak ingin dikeluarkannya.   Tetapi disebabkan desakan-desakan yang gencar dari Tiat To Hoat-ong, dengan sendirinya hal itu Lam Ceng mengambil keputusan untuk merubuhkan pendeta dari Mongolia itu.   karena dia perlu memberikan pertolongan kepada Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw.   Apa lagi mata It Teng Taisu sangat tajam dan awas sekali, Siauw Liong Lie yang tengah rebah dalam keadaan seperti tidur atau pingsan itu, sesungguhnya tengah hamil, membuat It Teng Taisu tambah berkuatir.   Lam Ceng menduga didalam persoalan ini tentu terselip sesuatu yang agak luar biasa, karena tidak biasanya Siauw Liong Lie rubuh ditangan seseorang, Walaupun orang yang menawannya itu selihay Tiat To Hoat-ong.   Karena Siauw Liong Lie memiliki kepandaian yang hebat sekali, yang tidak berada disebelah bawah dari dia.   Dan juga, kemana perginya Yo Ko.   suami dari nyonya itu ? Mengapa tidak terlihat mata hidungnya ? Apakah Yo Ko telah dicelakai seseorang juga ? Berpikir begitu, tentu saja It Teng Taisu jadi tambah berkuatir, dan akhirnya terpaksa harus mempergunakan ilmu saktinya itu yaitu It Yang Cie, ilmu yang semula diterima dari Tiong Sin Thong Ong Tiong Yang.   terlebih lagi selama puluhan176 tahun It Teng Taisu telah melatih ilmu itu mencapai puncak kesempurnaan.   ditambah dengan lwekangnya yang memperoleh kemajuan pesat sekali.   Tiat To Hoat-ong sendiri tadi menjadi terkejut karena disaat kedua tangannya dihantamkan kearah It Teng Taisu dia yakin akan dapat mendesak pendeta itu.   karena dia telah mengerahkan delapan bagian tenaga dalamnya yang dipusatkan dikedua kepalan tangannya.   Menurut keyakinan Tiat To Hoat-ong, jika saja tidak berhasil memukul rubuh It Teng Taisu se-tidaknya dia bisa mendesak pendeta itu dengan hebat.   Tetapi siapa duga.   hanya mempergunakan jari tangannya saja, It Teng Taisu justru telah berhasil menyambuti serangan dari Tiat To-Hoat ong bahkan juga telah membuat tenaga Tiat To Hoat-ong menjadi lenyap, dan pendeta Mongolia itu merasakan mengalirnya semacam hawa yang halus menyelusup kedalam tubuhnya, sehingga seperti seorang yang kontak oleh aliran listrik, membuat Tiat To Hoat ong jadi mundur dengan terhuyung.   Itupun masih untung Tiat To Hoat-ong hanya mempergunakan delapan bagian dari tenaga dalamnya, coba kalau dia memusatkan seluruh kekuatannya, niscaya pendeta Mongolia itu akan celaka sendirinya.   Seperti diketahui, It Yang Cie merupakan ilmu jari tunggal yang sakti, yang bisa dipergunakan sebagai ilmu menotok yang tiada taranya didalam dunia ini.   Tetapi disamping itu, karena It Teng Taisu telah melatihnya sedemikian sempurna, membuat ilmu itu benar merupakan ilmu menotok yang tiada lawannya.   Tadi waktu menyambuti serangan dari Tiat To Hoat-ong, disaat dia menyambuti serangan itu justru dia menotok pergelangan tangan pendeta tersebut, sehingga si pendeta selain tertotok tenaga serangannya juga jadi lenyap.   Dan juga177 disamping itu, dia telah terkena oleh dorongan tenaga membalik dari serangannya sendiri.   Semakin kuat seorang menghantam, semakin kuat teraga menolak dari It Yang Cie.   "Kau ... ?"   Tiat To Hoat-ong tak bisa mengucapkan sesuatu apapun juga, karena dia terkejut sekali. It Teng Taisu telah merangkapkan sepasang tangannya, dia mengucapkan pujian atas kebesaran Sang Buddha dengan wajah yang sabar.   "Siancai, siancai."   Ujarnya.   "Maafkan Siauwceng, terpaksa harus mempergunakan kekerasan menerima serangan Taisu...!"   Mata Tiat To Hoat ong tampak terpentang lebar-lebar, dia mengawasi bengis kepada It Teng Taisu.   Setelah berdiam diri sejenak, dia telah berhasil mengendalikan ancaman dihatinya.   Disaat itulah Tiat To Hoat ong baru menyadarinya bahwa It Teng Taisu ternyata merupakan jago yang hebat sekali, yang tidak mungkin dirubuhkan dengan cepat.   Dalam hatinya, Tiat To Hoat ong jadi tergetar juga, karena dia menyadarinya bahwa di Tionggoan ternyata terdapat banyak sekali orang pandai.   Seperti pertama kali dia tiba didataran Tionggoan, dimana dia telah bertemu dengan Ciu Pek Thong, yang tidak bisa dirubuhkan, kemudian Yo Ko dan Siauw Liong Lie, yang juga memiliki kepandaian yang hebat sekali, yang tidak mungkin dirubuhkan dengan mempergunakan ilmu silatnya, Hanya Cu Kun Hong yang bisa dipukul rubuh dengan mempergunakan ujung lengan jubahnya.   "Jika dilihat demikan, Tionggoan merupakan gudangnya para jago-jago silat kelas utama..."   Berpikir Tiat To Hoat-ong, dan dia jadi gentar juga.178 Tetapi karena disamping memiliki kepandaian yang telah sempurna, Tiat To Hoat ong juga merupakan seorang jago yang cerdik sekali, tentu saja dia tidak mau menyerah begitu saja.   Dilihatnya, sejak tadi It Teng Taisu memperlihatkan sikap yang sabar dan menurut penglihatannya hweshio itu mudah untuk diajak bicara.   Maka.   sambil merangkapkan tangannya, Tiat To Hoat-ong telah memberi hormat.   "Ternyata Lam Ceng It Teng Taisu bukan nama kosong belaka .....!"   Kata Tiat To Hoat-ong sambil menjura.   "Dan, Hudya cukup kagum melihatnya Tetapi, Hudya harap, Taisu jangan mencampuri urusan Hudya, bukankah lebih baik jika diantara kita berdua diikat tali persahabatan?"   Tendengar itu, It Teng Taisu telah tersenyum sabar.   "Mencari lawan memang mudah, tetapi justru untuk mencari sahabat sejati itulah yang sulit ....!"   Sahut si hwesio. Muka Tiat To Hoat-ong jadi berobah merah karena dia merasa seperti juga disindir oleh It Teng Taisu, Saat itu Lain Ceng telah melanjutkan perkataannya lagi.   "Dan jikalau Taisu memiliki pikiran bagus seperti itu, mengapa pula Siauwceng harus menolaknya? Bukankah bersahabat itu merupakan suatu hal yang menggembirakan? Dan tentu saja Siauwceng merasa berterima kasih atas maksud baik Taisu yang sudah bersedia bersahabat dengan Siauwceng yang masih miskin dan melarat, yang tidak memiliki kuil dan nama .....!"   "Itulah kata-kata yang terlampau merendah"   Kata Tiat To Hoat-ong.   "sungguhnya, jika memang Taisu menghendaki, dalam sekejap mata kedudukan dan harta akan datang kepangkuan Taisu ...! Dan jika Taisu kehendaki, dapat juga Taisu ikut Hudya ke Utara, bukankah Taisu pun mengetahui,179 Khan yang besar cerdik dan hebat sekali, tidak seperti pemerintahan negeri Song yang tolol dan bodoh ini?"   Mendengar perkataan Tiat To Hoat-ong yang terakhir, yang terang-terangan begitu muka It Teng Taisu jadi berobah merah karena gusar.   Dia gusar, justru Tiat To Koat-ong telah mengajaknya untuk menjadi pengkhianat, mengkhianati negerinya sendiri dengan tawaran pangkat dan harta...   "Terima kasih atas tawaran Taisu......Siauwceng belum terpikir untuk mencampuri urusan-urusan negara, karena kini, Siauwceng justru hanya, menghendaki kedua sahabat Siauwceng itu !"   Muka Tiat To Hoat-ong jadi berobah dan baru saja dia ingin membuka mulut lagi, It Teng Taisu telah berkata lagi .   "Silahkan Taisu meninggalkan kedua sahabat Siauwceng ini, kelak jika ada umur panjang, Siauwceng It Teng Taisu tentu akan datang mencari Taisu untuk menyatakan terima kasih"   Sesungguhnya, didengar dari kata-katanya itu yang diucapkannya dengan sabar It Teng Taisu seperti juga merendah dan menghormati Tiat To Hoat-ong, namun sesungguhnya perkataannya yang terakhir itu merupakan suatu perkataan mengusir untuk Tiat To Hoat-ong.   Melihat demikian, Tiat To Hoat-ong jadi murka bukan main, tetapi dia tidak memperlihatkan dimukanya, bahkan Tiat To Hoat-ong telah tersenyum lebar, sambil katanya.   "Hudya datang dari jauh, dan secara kebetulan hari ini beruntung bertemu dengan salah seorang diantara kelima Ngo Ciat, maka untuk menyatakan rasa kagum dan mengikat tali persahabatan, Hudya ingin menghadiahkan sebuah tanda mata untuk kenang-kenangan... !"180 Sambil berkata demikian, Tiat To Hoat-ong telah merogoh sakunya, dia telah mengeluarkan sebuah tabung yang berukuran tidak begitu besar, yang ujungnya terdapat tangkainya. It Teng Taisu jadi mengawasi heran, dia bercuriga atas sikap lawannya. Sedangkan Tiat To Hoat-ong tanpa memperdulikan perasaan heran It Teng Taisu, telah melanjutkan kata-katanya lagi;   "Tabung kecil ini merupakan hadiah dari Khan yang agung, yang telah diberikan untuk dipergunakan sebagai tanda kebesaran. Jika tabung ini diperlihatkan, dimana saja, diberbagai tempat dimana kekuasaan Khan Agung berada, maka orang yang memegang tabung ini akan diperlakukan dengan hormat, sama hormatnya dengan melihat seorang raja muda !"   Sambil berkata-kata Tiat To Hoat-ong telah memegang- megang tangkainya, mempermainkannya yang diputar- putarnya, Sedangkan It Teng Taisu hanya mengawasi sambil tersenyum sabar, bahkan waktu Tiat To Hoat-ong berkata- kata sampai disitu, It Teng telah menjura membungkukkan tubuhnya memberi hormat .   "Sayang Siauwceng tidak pernah berhasrat mencampuri urusan negara dan juga Siauwceng tidak berniat untuk segala penghormatan yang tidak-tidak simpanlah barang itu. Taisu.. maafkan Siauwceng tidak dapat menerima hadiah yang besar itu."   Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak menyahuti hanya sambil melangkah dua tindak, tahu-tahu "Pssssst !"   Dia telah menyemburkan gas dari tabung ditangannya.181 It Teng Taisu sesungguhnya telah berwaspada sejak tadi.   Semula dia menduga bahwa tabung yang berisi senjata rahasia, yang diperlengkapi dengan alat-alatnya, namun diwaktu Tiat To Hoat ong menyemburkan gas didalam tabung itu, itulah diluar dugaannya, karena bukan senjata rahasia yang menyambar kearahnya, melainkan uap yang harum sekali ! Hati It Teng Taisu terkejut bukan main, dia melompat kebelakang dua tindak sambil mengibaskan lengan jubahnya, dan segera juga menutup jalan pernapasannya, tetapi karena tadi terlambat, dia telah menyedot beberapa kali sedotan gas itu, sehingga seketika itu juga kepalanya menjadi pening dan matanya berkunang-kunang.   Dalam hal ini, It Teng Taisu merupakan seorang jago tua yang jujur dan penyayang terhadap siapa saja, diapun seorang jago tua yang sabar.   Tetapi menghadapi kelicikan Tiat To Hoat ong yang telah menyemburkan gas tidurnya itu yang dianggap oleh It Teng merupakan perbuatan rendah, It Teng sudah tidak bisa menahan diri lagi.   Dengan mengeluarkan seruan yang sangat dahsyat, tampak It Teng Taisu telah melompat menubruk kearah Tiat To Hoat-ong, sambil mengulurkan tangan kanannya, dia telah melancarkan serangan dengan mempergunakan It Yang Cie nya.   Gerakan yang dilakukannya itu luar biasa sekali, memiliki tenaga menggempur yang dahsyat.   It Yang Cie sudah merupakan ilmu yang tiada taranya dalam dunia ini, terlebih lagi di pergunakannya disaat It Teng Taisu tengah dalam keadaan murka seperti itu, maka bisa dibayangkan bahaya yang mengancam untuk Tiat To Hoat- ong.182 Tetapi pendeta dari Mongolia itu justru liehay sekali, dia tidak takut.   Bahkan kedatangan It Teng Taisu yang tengah menubruk kearahnya telah disambut dengan semprotan gas dalam tabungnya, sebanyak dua kali sehingga uap putih tampak mengurung It Teng.   Sambil menyemprotkan gas dalam tabungnya itu, Tiat To Hoat-ong juga telah melompat dengan gesit kepinggir, dia telah berkelit dari serangan lawannya.   It Teng Taisu mencelos hatinya waktu disemprot dengan gas tidur itu lagi, walaupun dia telah menutup pernapasannya, namun disebabkan tadi dia telah terlanjur menyedot dan kini juga uap dari gas tidur itu sangat ketat mengurungnya, dengan sendirinya kepalanya jadi pening sekali.   Namun serangan yang dilancarkannya dengan tenaga sembilan bagian itu tidak berhasil di tarik pulang, karena waktu yang sangat mendesak itu, tanpa ampun lagi dinding batulah yang menjadi sasarannya menjadi jebol dan runtuh dengan mengeluarkan suara yang berisik sekali.   Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tiat To Hoat-ong terkejut bukan main, dia jadi mengucurkan keringat dingin.   Tadi masih untung dia bisa mengelakkan serangan It Teng Taisu, coba kalau tidak, mana mungkin dia sanggup menerima serangan yang begitu hebat? Karena kuatir It Teng Taisu melancarkan serangan lagi, maka dengan cepat Tiat To Hoat ong menyemprotkan kembali gas dalam tabungnya itu sebanyak tiga kali.   It Teng Taisu tengah berdiri dengan tubuh yang terhuyung- huyung, dan kepalanya disamping pening, pandangan matanya juga gelap sekali.   Tanpa ampun lagi, tubuh It Teng Taisu jatuh numprah diatas lantai, tetapi berkat lwekangnya yang tinggi, It Teng Taisu tidak sampai tertidur, dia hanya merasakan betapa183 tubuhnya menjadi lemas tidak bertenaga sama sekali.   Tanpa membuang waktu, It teng Taisu telah mengerahkan lwekangnya dia telah mengerahkan tenaga untuk memulihkan peredaran darahnya dan mengusir uap beracun itu dari dalam tubuhnya.   Tiat To Hoat-ong tidak mau membuang-buang kesempatan yang ada, dia telah melompat menyambar tubuh Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw kemudian dengan menggerakkan ilmu meringankan tubuhnya dia menurunkan undakan tangga dan keluar dari rumah penginapan itu, terus berlari meninggalkan rumah penginapan itu, Karena telah melihat lawannya hebat luar biasa Tiat To Hoat-ong tidak berlari berlaku ayal, dengan cepat sekali dia berlari-lari terus meninggalkan kota itu, hanya didalam waktu yang sangat singkat dia sudah melewati puluhan lie, Tadi waktu dia turun dari undakan tangga diruang bawah, pelayan maupun kuasa rumah penginapan serta beberapa orang tamu yang berada disitu, telah tertidur semuanya.   It Teng Taisu yang tengah mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengatur peredaran darahnya dan berusaha mengusir uap beracun dari dalam tubuhnya itu merasakan kepalanya sangat pening.   Tetapi pendeta sakti dari Selatan itu menyadari, bahwa gas yang terlanjur tersedot oleh pernapasannya, bukanlah semacam racun yang bisa mematikan, hanya lebih mirip sebagai uap tidur, yang akan merubuhkan lawannya, sehingga It Teng Taisu agak tenang.   Setelah mengerahkan dan menyalurkan tenaga saktinya kesekujur tubuhnya selama satu jam, akhirnya It Teng Taisu pulih kembali kesegarannya.   Dia melompat berdiri dan mengibaskan lengan jubahnya berulang kali, karena dia ingin membersihkan udara yang masih diliputi oleh gas tidur itu.184 Dilihatnya diruangan bawah beberapa orang pelayan dan kuasa rumah dengan beberapa orang tamu, telah tertidur nyenyak.   Rupanya mereka telah menyedot uap tidur yang dilepaskan oleh Tiat To Hoat-ong yang berimbas keruang bawah dan lewat melalui pernapasan mereka ....   It Teng Taisu jadi menghela napas jengkel, karena dia melihat Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw sudah tidak berada ditempatnya semula.   Sewaktu ingin bersemedhi untuk memulihkan kesegaran tubuhnya, It Teng Taisu telah berpikir bahwa Tiat To Hoat-ong pasti akan mempergunakan kesempatan itu untuk melarikan Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw, namun It Teng benar-benar tidak berdaya, karena tubuhnya dalam keadaan yang lemah sekali, mengantuk terpergaruh oleh uap racun yang dilepaskan oleh Tiat To Hoat-ong.   Semula It Teng Taisu bermaksud menotok beberapa orang yang tidur terpengaruh uap beracun itu, untuk menyadari mereka.   Tetapi karena mengingat akan keselamatan Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw yang jauh lebih penting, maka It Teng Taisu dengan mempergunakan ilmu lari cepatnya, telah mengejar keluar kota untuk merampas dan menolong Siauw Liong Lie dari tangan Tiat To Hoat-ong, Untung saja kota tersebut hanya memiliki satu pintu, sehingga It Teng Taisu dapat segera mengejar dengan mengambil jurusan yang pasti diambil oleh Tiat To Hoat-ong juga, yaitu kearah barat.   Tetapi waktu berada diluar pintu kota, disaat itulah It Teng tertegun sejenak, karena dia tidak mengetahui lagi harus mengejar kemana.   Jika dia mengambil kearah kiri, berarti dia akan tiba dikota Phiang sie-kwan, tetapi jika dia mengambil arah kanan, tentu akan tiba dikota Tiang-lu-kwan.   Kedua kota itu masing-masing terpisah dari tempat tersebut ribuan lie jauhnya, dan It Teng Taisu tidak mengetahui, entah arah mana yang diambil oleh Tiat To Hoat-185 ong, apakah si pendeta Mongolia itu akan melarikan diri ke Tiang-lu-kwan atau mengambil arah kekota Phiang-sie-kwan.   Dalam keadaan terdesak oleh waktu seperti itu, dan mengingat pula akan keselamatan Siauw Liong Lie, yang dilihatnya tengah berisi.   It-Teng Taisu tidak bisa ragu-ragu, akhirnya untung-untungan dia telah mengambil arah kekota Tiang-lu-kwan.   Dengan mempergunakan ilmu larinya yang telah sempurna sekali, tubuh It Teng Taisu berkelebat-kelebat secepat kilat berusaha mengejar lawannya, tetapi setelah melalui seratus lie lebih dia masih tetap tidak melihat bayangan Tiat To Hoat ong.   "Apakah aku salah mengambil arah mengejarnya?"   Berpikir It Teng Taisu ragu-ragu.186 Tetapi untuk kembali mengambil arah yang satunya, tentu telah membuang waktu terlalu banyak dan belum tentu Tiat To Hoat-ong mengambil arah yang satu itu.   Maka karena merasa terlanjur, It Teng Taisu bermaksud untuk mencapai dulu kota Tiang lu-kwan, untuk melihatnya apakah Tiat To Hoat-ong mengambil arah kota tersebut.   Juga It Teng Taisu menyadari, dengan membawa bebannya seekor barung rajawali dan seorang wanita, jelas keadaan Tiat To Hoat-ong akan menarik perhatian orang banyak, dan dia bisa bertanya-tanya kepada penduduk, apakah mereka melihat pendeta yang membawa rajawali dan seorang wanita.   Dengan mengempos semangatnya, It Teng Taisu telah meneruskan pengejarannya, tubuhnya cepat sekali berlari-lari bagaikan bayangan yang terlihat hanyalah gumpalan putih saja......   000odw^kzo000 Yo Ko dan Ciu Pek Thong penasaran sekali karena walaupun mereka telah melakukan pengejaran dengan cepat sekali, tokh Tiat To Hoat-ong tetap saja belum terlihat bayangannya.   Kekuatiran Yo Ko semakin hebat, dia kuatir kalau-kalau isterinya dicelakai oleh pendeta Mongolia itu.   Sesungguhnya Yo Ko telah menduga bahwa Tiat To Hoat- ong tentu akan berusaha mencari tempat persembunyian yang aman, sehingga kelak dapat mempergunakan Siauw Liong Lie sebagai alat perisainya, untuk keselamatannya.   Hanya saja, yang belum dimengerti oleh Yo Ko sesungguhnya apa maksud dari To Hoat ong ber keliaran didaratan Tionggoan ? Setelah berlari-lari bersama Ciu Pek Thong kurang lebih sejauh lima ratus lie dan belum melihat si pendeta Mongolia, Yo Ko jadi putus asa.187   "Akhh Liongjie, kita ternyata harus berpisah pula...... dan......dan kau tengah mengandung anak kita...-!' menggumam Yo Ko dengan suara mengandung nada perasaan, marah, kuatir dar kecewa. Ciu Pek Thong yang Jenaka, waktu melihat kesedihan yang hebat dari Yo Ko, cepat-cepat tertawa.   "Yo Hiante, kau tidak perlu terlalu kuatir seperti itu, Yo Hujin memiliki kepandaian yang tinggi dan tidak berada disebelah bawahmu, tidak mungkin dia dicelakai dengan mudah oleh pendeta itu ... !"   Yo Ko mengangguk, wajahnya tetap muram.   "Tetapi Ciu Toako....... menurut keterangan yang diberikan Cu Kun Hong Siangkong, bahwa pendeta itu telah berhasil menawan Liongjie dan Tiauwheng ....!"   Ciu Pek Thong jadi tertegun, dan dia jadi tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.   Bukankah dengan telah tertawannya Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw, berarti keduanya berada dalam ancaman bahaya besar ditangan Tiat To Hoat-ong ? Waktu itu mereka telah berada diperbatasan kota Suan liang-kwan sebuah kota kecil yang penduduknya hanya lima ratus kepala keluarga, Yo Ko dan Ciu Pek Thong memasuki kota kecil itu.   kemudian memasuki sebuah rumah makan.   Ciu Pek Thong memesan beberapa macam sayur dan lima kati arak.   Tetapi Yo Ko tidak memiliki selera untuk menikmati semua itu, dia hanya duduk termenung menguatirkan keselamatan isterinya dan Sin Tiauw.   Ciu Pek Thong telah dahar dengan lahapnya karena hampir sehari suntuk dia belum makan dan perutnya lapar sekali.188   "Ciu Toako,"   Kata Yo ko waktu melihat Ciu Pek Thong telah selesai dengan santapannya "Kita hanya memiliki satu hari lagi untuk mencari Liong-jie, karena lusa kita sudah harus berada di Hoa-san, sebab It Teng Taisu dan yang lainnya pasti telah berkumpul disana!"   Ciu Pek T hong mengangguk cepat.   "Benar, dan kita bisa meminta bantuan mereka untuk ikut mencari Yo Hujin! katanya. Yo Ko menghela napas. Kini mereka belum berhasil mencari Tiat To Hoat-ong, yang seperti telah menghilang, lenyap seperti tertelan bumi bersama Siauw Liong Lie dan Sin Tiauw. Jelas jika besok lusa, si pendeta sudah semakin jauh melarikan diri, dengan sendirinya tidak mudah untuk mencarinya lagi. Yo Ko yakin bahwa isterinya memiliki kepandaian yang tinggi. Namun yang mengherankannya, mengapa Siauw Liong Lie bisa tertawan oleh Tiat To Hoat ong? Dan begitu halnya dengan Sin Tiauw, mengapa bisa di tawan oleh pendeta dari Mongolia. Yo Ko mengetahui bahwa kepandaian Siauw Liong Lie tidak berada disebelah bawah dari Tiat To Hoat ong karena Yo Ko telah bergebrak satu dua jurus dengan pendeta itu telah berhasil menjajagi ilmunya pendeta tersebut.   "Jelas si pendeta mempergunakan akal licik"   Berseru Yo Ko tiba-tiba sambil memukul meja, sehingga menimbulkan suara yang keras sekali. Ciu Pek Thong melihat kegusaran dan kedukaan Yo Ko, telah menghela napas.   "Yo Hiante, mari kita lanjutkan pengejaran kita, mungkin si pendeta masih belum begitu jauh dari tempat ini!"   Ajak Ciu Pek Thong.189 Yo Ko menggelengkan kepalanya perlahan, diapun telah menghela napas.   "Walaupun kita mengejar lagi, jelas usaha kita tidak akan berhasil. Kita telah bertanya-tanya kepada penduduk disepanjang jalan yang kita lalui, tetapi tidak seorangpun yang pernah melihat si pendeta Mongolia. Hal itu membuktikan bahwa si pendeta tidak mengambil arah tempat ini, karena dengan membawa Tiauwheng dan Liongjie, setidak-tidaknya si pendeta akan menarik perhatian orang-orang yang melihatnya. sangat mustahil tidak seorangpun melihatnya jika dia benar-benar telah mengambil jalan ini !"   "Benar !"   Ciu Pek Thong membenarkan pikiran Yo Ko itu.   "Apakah dia harus mengejarnya kearah lain ?"   "Dengan meraba-raba dan menduga-duga saja, jelas kita akan semakin kehilangan jejak.......   "   Kata Yo Ko.   "Dan satu- satunya yang terbaik, kita kembali ke Hoa San, untuk merundingkannya dengan It Teng Taisu dan yang lain ! Ciu Pek Thong menyetujui saran Yo Ko, setelah membayar harga makanan, mereka segera kembali ke Hoa San.... Hoa san tetap tenang dan sunyi. Ditempat itu belum terlihat muncul seorang jagopun juga, waktu Yo Ko dan Ciu Pek Thong tiba dikedua kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong yang telah kosong itu, Kwee Ceng, It Teng Taisu mau pun yang lainnya belum tampak. Dengan kedukaan yang menyesakkan dadanya, Yo Ko telah duduk dibatu yang terdapat disamping kuburan Auwyang Hong. Ciu Pek Thong sibuk mengawasi sekitar tempat itu, kakek jenaka itu, walaupun dalam keadaan seperti itu, ternyata tidak bisa berdiam diri, dia sibuk sekali jalan kesana kemari, tampaknya jika tidak bergerak atau berjalan, kakinya menjadi gatal.190 Ada saja yang diperhatikan oleh Ciu Pek Thong, sampai akhirnya ketika dia tengah memandang kearah selatan dari gunung tersebut, yang menghadap kesebuah lembah, muka Ciu Pek Thong jadi berobah.   "Ada orang datang !"   Katanya dengan wajah girang, karena dia melihat sesosok tubuh bayangan berkelebat-kelebat dari kaki lembah itu menuju keatas, menghampiri kearah tempat di mana mereka berada.   Yo Ko telah melompat cepat sekali dan memperhatikan sosok tubuh itu.   Tetapi waktu mereka telah melihat tegas, mereka jadi kaget dan heran sendirinya.   Orang yang tengah mendatangi itu bukan salah seorang dari sahabat-sahabat mereka.   Orang itu ternyata seorang wanita setengah baya, bermuka cantik dan tubuhnya ramping, mengenakan baju berwarna merah mudi.   angkin kuning dan rambutnya disanggul cucup tinggi.   Ditangan kanannya tampak menggendong seorang anak lelaki berusia empat atau lima tahun, yang duduk tenang-tenang walaupun si wanita berlari cepat dan gesit sekali.   "Siapa dia?"   Tanya Ciu Pek Thong.   "Apa maksudnya datang kemari?"   Yo Ko juga heran, dia tidak bisa menjawab karena Yo Ko pun tidak mengenal orang itu.   Tidak berselang lama, karena wanita itu berlari dengan gesit sekali, telah tiba dihadapan Yo Ko dan Ciu Pek Thong berada.   Namun wanita setengah baya, yang masih terlihat sisa-sisa kecantikan wajahnya itu.   seperti tidak mengacuhkan Yo Ko dan Ciu Pek Thong yang hanya diliriknya saja.   Wanita itu membawa anak lelaki yang berada dalam rangkulannya itu menghampiri kedua kuburan Ang Cit Kong dan Auwyang Hong.191 Namun waktu melihat kedua kuburan itu telah kosong dengan tanah yang berserakan, wanita setengah baya tersebut mengeluarkan seruan tertahan, mukanya seketika menjadi pucat dan dia berdiri mematung.   "Ma, apa yang terjadi ?"   Tanya anak lelaki itu dengan suara yang nyaring, rupanya dia heran melihat Wanita itu, yang dipanggilnya Ma (ibu) berdiri mematung begitu.   "Diam Phu-jie ! Ada orang jahat yang mengganggu ayahmu"   Menyahuti wanita setengah baya itu dengan suara yang mengambang.   Yo Ko dan Ciu Pek Thong hanya mengawasi saja kelakuan Wanita setengah baya itu dengan anak lelaki kecilnya itu.   Yo Ko dan Loo Hoan Tong menjadi heran, karena kini jelas bahwa wanita itu ingin menyambangi kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong, Siapakah wanita itu ? Masih ada hubungan apakah antara wanita itu dengan kedua orang yang telah meninggal itu? Apakah dia kerabatnya Auwyang Hong ? Atau memang wanita setengah baya itu sanak familinya Ang Cit Kong ? Yo Ko sama sekali tidak mengetahuinya.   Lama juga wanita itu mengawasi kedua kuburan yang telah kosong itu, dan si anak lelaki kecil dalam gendongannya, seperti juga mengerti akan perintah ibunya, selanjutnya diapun hanya berdiam saja tidak bersuara, Selang sejenak lagi, wanita itu berjongkok memeriksa kuburan Auwyang Hong yang telah kosong itu tanpa mengacuhkan kuburan Ang Cit Kong.   Melihat ini, menunjukkan bahwa wanita tersebut memiliki hubungan dengan Auwyang Hong, tetapi pernah apakah wanita setengah baya itu dan si anak lelaki kecil itu, dengan Auwyang Hong.   Tadi wanita setengah baya itu menyebut-nyebut ayah, apakah wanita setengah baya itu maksudkan Auwyang Hong ayah si anak lelaki kecil itu ? Bukankah Auwyang Hong hanya192 memiliki seorang anak, yaitu Auwyang KongCu, yang telah meninggal ? Dan juga, bukankah Auwyang Hong telah meninggal banyak tahun? Tidak mungkin anak lelaki kecil yang baru berusia kurang tebih lima tahun itu adalah puteranya Auwyang Hong; Lalu siapa mereka itu ? Belum lagi Yo Ko dan Ciu Pek Thong bisa memecahkan teka-teki yang membingungkan seperti itu, justru wanita setengah baya itu telah menoleh dan berdiri menghadapi Yo Ko dan Ciu Pek Thong.   Tangan kanannya masih menggendong si anak lelaki kecil itu, tetapi matanya menatap Yo Ko dan Ciu Pek Thong bergantian dengan memancarkan sinar yang sangat tajam sekali.   "Hanya kalian berdua yang berada ditempat ini"   Kata Wanita setengah baya itu dengan suara yang menyeramkan sekali, bengis dan mengandung hawa pembunuhan.   "Dan aku, Cek Tian berani memastikan bahwa kalianlah yang telah merusak kuburan itu..."   Yo Ko cepat-cepat merangkapkan tangannya menjura. Namun berbeda dengan Yo Ko justru Ciu Pek Thong jadi gusar bukan main ditatap begitu rupa oleh nyonya setengah baya tersebut dan juga kata-katanya itu telah membuat Ciu Pek Thong mendongkol sekali.   "Ehhh, nyonya!"   Katanya dengan suara nyaring.   "Jangan seenaknya saja engkau menuduh orang! Kamipun bisa saja menuduhmu yang telah merusak dan membongkar kuburan itu! Apakah dengan beradanya kami disini engkau bisa menuduh yang tidak-tidak? Aku Loo Boan Thong juga bisa menuduh engkau yang melakukannya, karena bukankah engkaupun berada disini?"   Muka wanita itu jadi berobah hebat waktu mendengar si kakek tua berjenggot panjang itu menyebut dirinya sebagai Loo Boan Thong, bahkan mungkin karena terkejutnya dia193 telah mundur dua langkah, memperhatikan Ciu Pek Thong dengan sorot mata yang jauh lebih tajam dan juga sering beralih mengawasi Yo Ko, terutama tangan kanan Yo Ko yang telah buntung itu, dimana lengan bajunya terjuntai kosong lemas tidak ada isinya itu ....   "Hemm, engkau Loo Boan Tong Ciu Pek Thong ? Bagus ! Dengan demikian, semakin kuatlah dugaanku bahwa kuburan suamiku itu dirusak oleh kalian ! Dan melihat tangan si buntung itu, mau kuduga bahwa dialah Sin Tiauw Taihiap Yo Ko, yang menurut cerita orang dialah pendekar nomor satu dibawah jagad ini .. ! Benarkah itu ?"   "Hujin (nyonya). aku yang rendah Yo Ko tidak berani menerima pujian seberat itu, sedangkan itu hanya gurauan dari sahabat-sahabatku saja...!"   Kata Yo Ko dengan suara yang sabar, sedangkan dihatinya Yo Ko tengah diliputi tanda tanya besar yang tidak terjawab mengenai diri nyonya Ini.   "Jika memang Hujin tidak keberatan, bolehkah kami mengetahui she dan nama Hujin yang mulia. Dan ... masih pernah apakah antara Hujin dengan Auwyang Yaya ?"   Yo Ko membahasakan Auwyang Hong dengan sebutan Auwyang Yaya (ayah she Auwyang), karena Yo Ko anak angkatnya Auwyang Hong di muka orang-orang gagah Yo Ko menyebut Auwyang Hong dengan sebutan Auwyang Peehu (paman Auwyang), tetapi karena melihat wanita yang setengah baya ini seperti memiliki hubungan sesuatu dengan Auwyang Hong, sengaja Yo Ko menyebutnya dengan Auwyang Yaya.   Muka wanita itu berobah.   "Auwyang Yaya ? Jadi kau ingin maksudkan See Tok adalah kakekmu ?"   Tegurnya dingin dan bengis...   "Bukan kakek, tetapi ayahku ".   "Mengapa kau menyebutnya dengan panggilan Yaya (engkong) ? Engkau ingin mempermainkan aku ?"194   "Mana berani Yo Ko main-main dengan Hujin ? Aku bicara yang sesungguhnya, walaupun Kang-thia (ayah angkat) ku itu senang mengambil aku sebagai anak angkatnya namun peradatannya tidak disenangi, sehingga dia menganjurkan agar aku tidak memanggilrya dengan Kang-thia, melainkan Yaya, Bahkan disaat-saat menjelang tutup usianya, Auwyang Kang-thia telah meminta kepadaku agar memanggilnya atau menyebutnya kelak dengan sebutan Peehu (paman) saja karena menurut Kang-thia, bakti atau tidak sama semua hanya tergantung didalam hati, bukan merupakan bahasa panggilan yang merupakan topeng belaka..."   Telah diceritakan dalam Sin Tiauw Hiap Lu, disaat Auwyang Hong dan Ang Cit Kong ber tempur, yang akhirnya menyebabkan mereka meninggal.   Disaat itu Yo Ko yang mendampingi kedua tokoh persilatan itu.   Muka wanita itu telah berobah hebat.   Dia telah mendengus dingin.   "Lalu siapa yang telah merusak makamnya"   Bentaknya dengan suara yang tetap bengis.   "Justru kamipun belum mengetahuinya..."   Menyahuti Yo Ko.   "Akupun tengah menyelidiki untuk membekuk penjahat yang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya itu."   Cek Thian, nyonya itu, telah menghela napas.   "Engko Hong! engko Hong! ternyata sampai didalam tanahpun engkau tidak bisa beristirahat dengan tenang dan selalu dimusuhi ...... Akhhh, nasibmu benar-benar harus dikasihani!"   Melihat wanita yang mengaku bernama Cek Thian itu berkata-kata dengan suara yang mengandung kedukaan, kekecewaan, perasaan mencinta yang luar biasa dalamnya, Yo195 Ko tadi teringat lagi kepada isterinya yang baru saja lenyap tertawan lawan.   Tanpa merasa menitik butir-butir air mata kedukaan, seperti diketahui Yo Ko memiliki perasaan yang lembut sekali, selembut awan, dan keras sekeras baja.   Tentu saja Ciu Pek Thong pun kelabakan melihat kedua orang yang tengah berduka itu, sehingga Loo Boan Tong telah memandang Yo Ko dan Cek Thian berganti-gantian.   "Hai. hai, mengapa kalian sama-sama menangis"! tegurnya, karena dia melihat Cek Thian, nyonya itu. menitikkan air mata juga. Disaat itulah. Cek Thian telah menyusut air matanya, kemudian dia telah berkata kepada anak lelaki kecil yang berada digendongannya.   "Phujie (anak Phu), kuburan ayahmu telah dirusak orang, turunlah, ibu ingin menghajar penjahat dulu."   Anak lelaki itu seperti mengerti, dia telah mengiyakan dan melompat turun dari tangan ibunya.   Yang membuat Yo Ko dan Ciu Pek Thong jadi terkejut adalah gerakan anak lelaki itu.   Usia anak itu baru lima tahun, tetapi tubuhnya telah melompat turun dari tangan ibunya bagaikan segumpal kapas yang ringan sekali, ke dua kakinya Waktu menyentuh tanah, tidak menimbulkan suara sedikitpun.   Hal itu tentu saja membuktikan bahwa anak lelaki itu telah memiliki ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi, walaupun tentu saja diimbangi dengan bentuk tubuhnya yang kecil dan berat tubuhnya yang ringan.   Begitu turun, anak lelaki itu telah jongkok dan mencari-cari semut yang ada diatas permukaan tanah, untuk lekas-lekas dipermainkankannya, seperti juga tidak mengacuhkan196 keadaan sekitarnya, tidak mau menperdulikan Yo Ko, Ciu Pek Thong dan Cek Thian, ibunya itu.   Wanita setengah baya itu telah berdiri tegak dengan wajah yang muram memandang kearah Yo Ko dan Ciu Pek Thong.   "Hemmm, engkau mengakui secara sembarangan bahwa Auwyang Hong adalah ayah angkatmu, tetapi aku ingin mengetahui, apakah kau berani mempertanggung jawabkan kelancangan mu itu ? Apakah kau menduga bahwa aku tidak mengetahui semua yang pernah dilakukan Engko Hong semasa hidupnya ?"   Yo Ko berusaha bersikap tenang dan sabar, walaupun nyonya itu tidak hentinya memaki-maki dia seperti itu. Tetapi belum lagi dia menjawab Loo Boan Tong telah melompat kedepannya menghadapi Cek Thian.   Rajawali Sakti Dari Langit Selatan Karya Sin Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Wanita busuk seperti kau ini apa gunanya diajak bicara, karena engkau selalu bicara tidak keruan"   Bentak Ciu Pek Thong.   "Jika engkau tidak mempercayai perkataan Yo Hiante lalu siapa lagi yang ingin kau percayai ?"   "Aku hanya percaya mata dan diriku sendiri !"   Menyahuti Cek Thian.   "Seperti hari ini, aku melihat sendiri kuburan Engko Hong telah dibongkar seseorang, telah dirusak. Dan membuat arwah Engko Hong tentunya tidak tenang ! Hemmm, Hemmm, tetapi walaupun bagaimana tetap saja aku tidak bisa melepaskan dugaan bahwa kalian yang telah merusak kedua kuburan itu !"   Dan setelah berkata begita, tahu-tahu si nyonya berjongkok dengan gerakan yang sangat gesit sekali, diapun memperdengarkan suara krokkkk, kroookkk ! lalu mendorong kedepan kedua tangannya, kearah Yo Ko dan Ciu Pek Thong ! "Ha-mo-kang"   Teriak Yo Ko dan Ciu Pek Thong terkejut bukan main.197 Yo Ko merasakan samberan angin serangan yang dahsyat luar biasa, walaupun dia terpisah beberapa tombak, tetapi angin serangan dari Ha mo-kang yang dilancarkan oleh nyonya itu menyesakan napasnya.   Dengan cepat dia telah melompat tinggi sekali untuk menghindarkan serangan itu, sedangkan Ciu Pek Thong telah melompat kesamping.   Karena tidak mengenai sasaran, maka angin serangan tersebut menghantam sebungkah batu gunung, dengan mengeluarkan suara benturan keras batu itu hancur remuk menjadi tumpukan abu.   Yo Ko dan Ciu Pek Thong disamping heran juga jadi menggidik.   Yo Ko menjadi heran melihat wanita setengah baya itu menguasai ilmu tunggal Auwyang Hong demikian hebatnya, mungkin jika ingin di perbandingkan tidak berada disebelah bawahnya Auwyang Hong sendiri.   Siapakah wanita setengah tua itu ? Tidak mungkin dia isteri Auwyang Hong, karena Auwyang Hong telah meninggal puluhan tahun yang lalu.   Saat itu, Cek Thian ketika melihat serangannya gagal karena berhasil dihindarkan oleh Yo Ko dan Ciu Pek Thong, jadi semakin gusar.   Dengan gerakan yang aneh, dia menggeser sedikit kedudukan kakinya, dimana dia masih dalam posisi berjongkok seperti itu, tahu-tahu kedua tangannya telah didorong pula kearah Yo Ko dan, Ciu Pek Thong bahkan dari mulutnya telah mengeluarkan suara "Krokkk, krokkkk!"   Berulang kali.   Yang mengejutkan lagi, justru kali ini Cek Thian melancarkan serangan dengan Ha-mo kang nya itu bukan dengan kedua tangan sekaligus, melainkan tangan kanannya198 mendorong kearah Yo Ko.   sedangkan tangan kirinya mendorong ke arah Ciu Pek Thong.   Dengan sendirinya, hal ini telah membuat Yo Ko dan Ciu Pek Thoag kagum bukan main, karena tenaga serangan itu sama kuatnya seperti serangan pertama, walaupun sepasang tangan itu dipisahkan.   Tetapi kali ini, Yo Ko tidak berkelit lagi dia tetap berdiri ditempatnya.   Dengan mempergunakan pukulan Kie An Cie Bie atau Mengangkat Meja sampai di Alis, tepat sekali Yo Ko mengibas dengan lengan tangan kanannya yang kosong itu.   Lengan jubah yang lemas itu menimbulkan tenaga kibasan yang luar biasa kuatnya, karena Yo Ko telah mengerahkan empat bagian tenaga dalamnya.   Dua kekuatan tenaga raksasa saling bentur lalu dengan menerbitkan suara benturan keras keadaan disekitar tempat itu jadi tergetar.   Tetapi Yo Ko kembali terkejut, sebab tubuh Cek Thian sama sekali tidak bergeming.   Dan Yo Ko merasakan tenaga pertahanan dari Ha mo kang yang dimiliki Cek Thian kuat sekali.   Sedangkan serangan tangan kiri Cek Thian kepada Ciu Pek Thong telah dikelit oleh kakek tua jenaka itu.   Namun Ciu Pek Thong pun tidak tinggal diam, dia menganggap nyonya ini keterlaluan sekali.   Dengan cepat Loo Boan Thong melancarkan serangan membalas dengan telapak tangannya kearah pundak Cek Thian.   Tetapi Cek Thian dengan gerakan yang aneh pula, dengan masih berjongkok pula, tahu-tahu melejit kesamping, dia telah berpindah tempat.   Dan tahu-tahu kedua telapak tangannya mendorong kearah Ciu Pek Thong.199 Itulah ilmu Ha-mo-kang tingkat kesembilan serangan yang sangat hebat sekali.   Dan Yo Ko yang pernah memperoleh pelajaran ilmu Ha mo kang dari Auwyang Hong mengetahui hebatnya serangan itu.   Dengan cepat dia telah menjejakan kakinya tangannya mendorong tubuh Ciu Pek Thong sambil meneriakinya.   "Ciu Toako mundur...."   Yo Ko melakukan hal itu karena dia menyadari jika Ciu Pek Thong menyambuti, tentu setidak-tidaknya Loo Boan Tong akan terluka didalam karena tenaga gempuran Ha-mo-kang tingkat ke sembilan tersebut memiliki dua macam kekuatan "keras"   Dan "lunak".   Yang keras untuk menghantam dan menggempur tenaga lawan yang mengunakan tenaga lawan yang keras.   Dan kini yang luar biasa, justeru Cek Thian telah mempergunakan sekali gus kedua macam kekuatan itu.   Yo Ko mengenal sifat Ciu Pek Thong yang selalu tidak pernah mengenal takut penasaran, maka Loo Boan Tong pasti akan melancarkan tangkisannya.   Itulah yang membuat Yo Ko berkuatir, kalau Ciu Pek Thong tidak dapat bertahan dari gelombang hebat yang memiliki dua macam kekuatan.   Ciu Pek Thong melihat Yo Ko mendorongnya dan meminta dia menyingkir, jadi tertegun.   Tetapi dia tidak mau mengalah terhadap Cek Thian, sedangkan serangan wanita itu menyambar datang akan mengenai dirinya, Tetapi Yo Ko yang mendorongnya dengan disertai lwekang yang telah diperhitungkan, membuat tubuh Ciu Pek Thong bergoyang dan terhuyung kesamping, sedangkan lengan kanannya yang kosong itu telah dikibaskan menghantam kearah tenaga serangan Ha-mo-kang Cek Thian.   Benturan yang terjadi diantara kekuatan Cek Thian dengan Yo Ko tidak menimbulkan suara apa-apa.200 Tetapi sesungguhnya benturan kekuatan tenaga itu menghadang seekor gajah, maka gajah itu akan binasa dengan tubuh yang hancur.   Dan jika saat itu benturan tersebut tidak mengeluarkan suara benturan yang keras, hal itu memperlihatkan bahwa disaat itu Yo Ko berhasil menindih kekuatan Ha-mo-kang yang dilancarkan oleh Cek Thian.   Kenyataan seperti itu tentu saja membuat Cek Thian gusar sekali, dia merasakan tenaga-nya seperti tenggelam kedalam lautan.   Dengan mengeluarkan seruan keras, dia tidak menarik pulang tenaga serangannya, hanya dengan mengibaskan kesamping, lalu mendorong lagi, serangan pertama itu telah dibantu oleh dorongan tenaga kedua.   Maka bisa dibayangkan serangan yang kali ini dilancarkan oleh Cek Thian.   Yo Ko terkejut sekali, dia mengeluarkan seruan tertahan.   Saat itu dia baru saja mendorong Ciu Pek Thong, setidak- tidaknya dia telah memecahkan perhatian dan tenaga dalamnya, membuat dia tidak sepenuhnya dapat menangkis serangan itu.   Dan kini serangan kedua telah tiba, mendorong tenaga serangan pertama yang belum lenyap keseluruhannya, membuat Yo Ko terancam bahaya yang tidak kecil.   Tetapi diwaktu kecil Yo Ko pernah memperoleh didikan Auwyang Hong, bahkan kini yang tengah dihadapinya adalah sesuatu ilmu terhebat dari Auwyang Hong sendiri, yang dilancarkan oleh Cek Thian.   Dalam keadaan yang terdesak begitu maka Yo Ko tidak menjadi gugup.   Dengan cepat sekali dia telah menggerakkan pinggangnya, tahu-tahu sepasang kakinya telah terangkat dan kepalanya langsung menempel ditanah, dia jadi berdiri di atas kepalanya dan kedua kakinya itu tergantung ditengah udara.201 Lalu dengan tubuh yang berputar seperti gasing tahu-tahu tangan Yo Ko meluncur kedepan kearah Cek Thian, menangkis serangan yang di lancarkan oleh wanita setengah baya itu.   Bukan main dahsyatnya tangkisan yang dilakukan oleh Yo Ko, karena disamping Yo Ko juga mempergunakan ilmu Ha- mo-kang, juga dia memiliki lwekang yang sudah mencapai puncak kesempurnaan, yang sulit untuk diukur lagi.   Angin tangkisan yang dilakukannya begitu halus, tetapi memiliki tenaga menolak yang dahsyat sekali.   Dengan mengeluarkan seruan kaget, Cek, Thian tahu-tahu telah terpental, tubuhnya terapung ke tengah udara.   Nyonya setengah baya itu berusaha berjumpalitan ditengah udara, tetapi usahanya itu gagal.   Hal itu disebabkan tenaga menolak yang ke luar dari telapak tangan tunggal yang kiri dari Yo Ko telah menghantamnya kuat sekali, karena disamping tenaga dalam Yo Ko sendiri, juga tenaga serangan Cek Thian telah terbalik meng hantam majikannya.   Tanpa ampun, tubuh Cek Thian rubuh bergulingan diatas tanah.   Yo Ko telah melompat berdiri dengan kedua kakinya pula, dia telah menghampiri Cek Thian yang duduk bersila ditanah, karena wanita setengah baya itu tidak bisa cepat-cepat berdiri, tubuhnya dirasakan kaku sebagian akibat gempuran yang diterimanya dari Yo Ko.   "Hujin, maafkan aku terpaksa menurunkan tangan agak keras. Apakah kau terluka ?"   Tanyanya halus.   Nyonya setengah baya itu mendelik, tetapi kemudian menundukkan kepalanya.   Beberapa butir air mata telah menitik turun ketanah, merembes kedalam tanah, lenyap.   Tetapi tidak terdengar suara tangisan nyonya setengah baya itu, tampaknya dia menitikan air mata dengan kedukaan yang sangat.   Yo Ko melihat nyonya setengah baya menangis,202 jadi ikut berduka.   Dia bisa membayangkan, betapa penasaran nyonya itu, karena justeru disaat dia mempergunakan Ha-mo- kang, ilmu yang sangat sakti ini, malah telah dirubuhkan oleh ilmu serupa itu pula ...   Yo Ko telah mengulurkan tangannya untuk merabah nadi ditangan si nyonya setengah baya, tetapi belum lagi berhasil memegang pergelangan tangan Cek Thian, tangannya telah dikibaskan sehingga Yo Ko mundur.   "Kurang ajar......kau telah merubuhkan aku sekarang kau ingin berbuat kurang ajar menghinaku pula, heh ?"   Bentak nyonya setengah baya itu dengan suara yang bengis. o0o^d!w^o0o   Jilid 07 Yo Ko jadi terkejut, cepat-cepat dia menjura memberi hormat.   "Mana berani aku melakukan perbuatan kurang ajar kepada hujin"   Katanya cepat.   "Tadi... aku hanya bermaksud untuk memberikan bantuan jikalau hujin terluka didalam". Nyonya itu telah mendengus dingin, dia kemudian menoleh kepada kuburan Auwyang Hong yang telah dibongkar seseorang dan kosong itu. tatapan matanya mendelong dan nanar seperti tidak mengandung perasaan kasihan kepada nyonya tersebut, baru saja dia ingin mengeluarkan kata-kata hiburan, menyenangkan hati nyonya itu. Cek Thian telah melompat berdiri. Namun, tubuhnya masih bergoyang-goyang seperti akan rubuh dan disaat itu Phujie telah menghampiri ibunya.    Perangkap Karya Kho Ping Hoo Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo Goda Remaja Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini