Ceritasilat Novel Online

Pendekar Pemanah Rajawali 50


Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong Bagian 50


Pendekar Pemanah Rajawali Karya dari Jin Yong   Ia bertindak mendekati dan menendang Kwee Ceng beberapa kali.   Yo Kang tidak mencegah, ia berkata pula.   "Saudara-saudara! Nyata dua bangsat ini berlaku terus terang, maka itu baiklah mereka dibebaskan dari siksaan terlebih jauh.   Pheng Tiangloo, Nio Tiangloo, silahkan kamu turun tangan!"   Mendengar begitu, Kwee Ceng dan Oey Yong saling mengawasi sambil tersenyum sedih, hanya kemudian Oey Yong mendadak tertawa. Sebab ia ingat.   "Aku yang mati bersama-sama engko Ceng, bukannya putri Gochin Baki itu!"   Kwee Ceng lantas memandang ke langit, ia ingat ibunya yang berada jauh di gurun pasir.   Ia mengawasi ke langit di mana tampak bintang-bintang bersinar.   Maka ingatlah ia akan pertempuran hebat di antara Coan Cin Cit Cu dan Bwee Tiauw Hong dan Oey Yok Su.   Siapa bakal mati, pikirannya menjadi jernih, demikian Kwee Ceng, ia menjadi ingat jelas barisan Thian Kong Pak Tuaw Tin dari Coan Cin Cit Cu itu.   Sedang begitu, kedua tiangloo sudah siap untuk bekerja, Kwee Ceng pun telah dihampirkan.   "Tunggu dulu!"   Mendadak terdengar cegahannya Lou Yoe Kiak. Ia lantas mendekati Kwee Ceng, dari mulut siapa ia keluarkan biji yang menyumpal mulut anak muda itu. Ia lantas menanya.   "Bagaimana caranya pangcu kami telah orang bikin celaka, kau tuturkanlah biar jelas!"   "Tak usah tanya, aku tahu semua!"   Berkata Yo Kang yang terkejut untuk perbuatan Tiangloo itu. "Pangcu,"   Berkata Yoe Kiak.   "Lebih jelas kita menanya dia lebih baik. Di dalam hal yang mengenai pangcu kita itu, siapa pun tidak dapat dilepaskan!" Yo Kang berdiam. Permintaan Yoe Kiak ini pantas, tidak dapat ia melarangnya. Kwee Ceng telah dibebaskan dari sumbatannya, ia masih tidak mau bicara, ia terus mengawasi langit di utara itu. Ia menjublak, hingga beberapa kali Yoe Kiak mengulangi pertanyaannya, ia seperti tidak mendengarnya. Karena sekarang ia lagi memahamkan keletakan bintang-bintang itu, tujuh bintang Pak-tauw, yang tepat sama barisannya rahasianya Coan Cin Cit Cu. Ia tengah memperoleh kemajuan, maka ia tidak memperdulikan si tiangloo. Oey Yong dan Yo Kang melihat orang tidak hendak menggunakan kesempatan yang baik itu untuk membela diri, yang satu berduka, yang lainnya bergirang. Tapi Yo kang tidak sudi menyia-nyiakan kesempatannya lagi, maka itu, ia mengibasi tangannya, memberi tanda kepada kedua tiangloo Pheng dan Nio untuk tidak menunda pula dijalankannya hukuman mati itu. Tepat ketika kedua tiangloo itu hendak mengayunkan senjatanya masing-masing, di situ terdengar satu suara yang diikuti berkelebatnya sinar merah tua melintas di permukaan telaga. Kedua tiangloo itu heran, mereka mengawasi. Lalu terlihat pula dua sinar biru meluncur ke udara, berpisah dari Kun San jauhnya beberapa lie. Terang sinar itu muncul dari tengah telaga. Kan Tiangloo lantas berkata.   "Pangcu, ada tetamu agung!"   Yo Kang terperanjat.   "Siapakah?"   Tanya dia. "Pangcu dari Tiat Ciang Pang!"   Sahut Kan Tiangloo. "Tiat Ciang Pang?"   Yo Kang menegasi. Ia tidak tahu halnya partai Tangan Besi itu. "Itulah sebuah partai besar di sekitar Su-coan dan Ouwlam,"   Kan Tiangloo menerangkan.   "Pangcu mereka telah datang, dia harus disambut dengan hormat. Maka dua jahanam ini, baik sebentar kita menghukumnya."   "Baiklah,"   Sahut Yo Kang.   "Silahkan tiangloo menyambut tetamu terhormat itu."   Kan Tiangloo lantas memberikan titahnya.   Maka di atas sebuah gunung Kun San terlihat meluncurnya tiga buah panah api, yang warnanya merah.   Tidak lama dari itu terlihatlah datangnya perahu, yang terus mendekati tepian.   Pihak Kay Pang memasang obor, mereka menyambut.   Panggung Hian Wan Tay ada di atas puncak Kun San, dari kaki gunung ke puncak, perjalanannya cukup jauh, maka itu meski tetamu lihay ilmunya ringan tubuh, masih diperlukan waktu untuk mendakinya.   Kwee Ceng dan Oey Yong telah dibawa ke dalam rombongan orang banyak, mereka dijagai murid-murid Pheng Tiangloo.   Oey Yong mengawasi Kwee Ceng, ia heran sekali.   Pemuda itu, seperti orang tolol, masih berdiam saja, dari mulutnya terdengar suara sangat perlahan, entah apa yang dikatakannya.   Tengah nona ini heran, ia melihatnya tetamu telah tiba.   Obor ada sangat terang, maka terlihatlah tegas-tegas tetamu itu, yang diiringi beberapa puluh orang dengan pakaian hitam.   Dia mengenakan baju kuning yang pendek, tangannya membawa kipas.   Siapakah dia kalau bukannya Khiu Cian Jin? Kan Tiangloo maju menyambut, ia bicara dengan ramah tamah, sikapnya sangat menghormati.   Setelah itu ia memperkenalkannya kepada Yo Kang.   Ia kata.   "Inilah Tiat Ciang Sui-siang-piauw Khiu Pangcu, yang kepalan saktinya tak ada tandingan, yang namanya menggetarkan dunia."   Yo Kang tidak memandang mata kepada tetamunya ini.   Selama di Kwie-in-chung, Thay Ouw, ia telah menyaksikan orang turun merek.   Ia tidak menyangka orang adalah pangcu dari suatu partai besar.   Tapi karena orang telah datang berkunjung dan ia tuan rumah, ia berpura-pura pilon.   "Sungguh aku girang dengan pertemuan kita ini!"   Katanya, tertawa. Dengan mengulur tangannya untuk berjabatan tangan. Ia lantas mengerahkan tenaganya berniat membikin orang kesakitan dan menjerit karenanya. Di dalam hatinya ia kata.   "Semua orang percaya kau lihay tetapi di sini hendak aku merobohkanmu! Inilah ketika yang baik sekali! Tua bangka, hendak aku meminjam kau untuk aku memamerkan kepandaianku di antara semua pengemis ini!"   Begitu lekas Yo Kang menggunakan tenaganya, begitu lekas ia merasa telapakan tangannya panas, seperti terkena bara, maka lekas-lekas ia menarik pulang tangannya, akan tetapi tangannya itu seperti kena kecantol, tak dapat dilepaskan, sedang hawa panasnya jadi semakin hebat.   Tanpa merasa ia menjerit.   "Aduh! Mati aku!"   Mukanya lantas menjadi pucat, air matanya mengucur, saking sakitnya, pinggangnya menjadi lengkung, hampir dia pingsan.   Keempat tiangloo kaget, semua berlompat maju.   Kan Tiangloo sebagai tertua di antaranya, dengan tongkat baja di tangannya menggetok batu gunung, hingga terdengar suara nyaring dan lelatu apinya muncrat, lalu ia menanya.   "Khiu Pangcu, Yo Pangcu kami masih sangat muda sekali, mengapa kau menguji kepandaiannya?"   Pangcu she Khiu ini menyahuti dengan dingin.   "Aku berjabat tangan dengan baik-baik dengannya, adalah pangcu kamu yang telah mencoba aku. Yo Pangcu telah berminat meremas hancur beberapa tulangku yang tua!"   Sambil mulut mengatakan demikian, Khiu Pangcu tidak melepaskan tangannya, maka itu Yo Kang terus berteriak teraduh-aduh, suaranya makin perlahan.   Rupanya ia tidak dapat bertahan lebih lama pula, lantas dia pingsan.   Baru sekarang Khiu Cian Jin melepaskan tangannya, dengan disemperkan, maka Yo Kang yang sudah tak sadarkan diri, lantas terguling tubuhnya.   Syukur Lou Yoe Kiak keburu lompat untuk memegangi.   Kan Tiangloo menjadi gusar.   "Khiu Pangcu apakah artinya ini?"   Ia menegur. "Hm!"   Ketua Tiat Ciang Pang itu mengasih dengar suaranya sedang tangan kirinya menyambar kemuka orang.   Kan Tiangloo mengangkat tongkatnya, untuk menangkis atau - dengan kesebatannya yang luar biasa - Khiu Cian Jin telah dapat menangkap tongkat orang, hanya belum sempat ia merampasnya, Kan Tiangloo sudah menarik keras sekali.   Karena itu ia lantas mengayunkan tangan kanannya ke kiri, tepat mengenai tongkat itu.   Kali ini Kan Tiangloo merasakan tangannya sakit, bahkan telapakan tangannya itu pecah dan mengucurkan darah, hingga dia tidak dapat memegang lebih lama pula dan senjatanya itu kena juga dirampas.   Bahkan dengan tongkatnya itu, tetamu ini lantas berhasil menangkis golok dan pedang Pheng Tiangloo dan Nio Tiangloo, yang telah segera menyerang sebab mereka ini menyaksikan rekan mereka sudah bertempur.   Khiu Pangcu lihay sekali hampir berbareng dengan itu, ia juga menyikut mukanya Lou Yoe Kiak, hingga dia ini mesti mundur juga.   Semua pengemis menjadi kaget, semua lantas menghunus senjata mereka, bersiap untuk menyerbu asal ada titah dari ketua mereka.   Khiu Cian Jin mencekal tongkat dengan tangan kiri dan tangan kanannya, ia tertawa lebar dan panjang, sambil berbuat begitu ia mengerahkan tenaganya, sembari berteriak ia hendak membikin patah tongkat itu, tetapi ia tidak berhasil, karena tongkat itu terbuat dari baja pilihan, maka itu sesudah terus ia mengerahkan tenaganya, ia cuma bisa menekuk melengkung bundar beberapa lipat.   Baru sekarang ia mengendorkan tenaganya, ia melemparkan tongkat dengan tangan kirinya, hingga tongkat terlempat mengenai batu gunung, keras suaranya, batu gunung itu pada meletik lelatunya, ujungnya tongkat nancap.   Menyaksikan semua itu, kaum Kay Pang jagi kaget dan kagum.   Yang lebih kaget dan heran adalah Oey Yong.   Nona ini kata dalam hatinya.   "Tua bangka ini terang satu penipu besar yang tidak mempunyai guna, sekarang kenapa dia menjadi begini lihay? Sungguh aneh!"   Rembulan sedang bersinar terang sekali.   Oey Yong memandang tajam kepada orang tua itu.   Tidak salah, dialah Khiu Cian Jin si penipu yang dula kali ia ketemukan di Kwie-in-chung dan Gu-kee-cun.   Maka ia jadi mau berpikir, apakah juga penipuan belaka ilmu kepandaiannya orang ini? Kemudian si nona menoleh pula kepada Kwee Ceng, ia mendapat kenyataan pemuda itu masih saja mengawasi bintang-bintang di langit, hingga ia menjadi bingung.   Ia tidak tahu, apa yang sebenarnya lagi dikerjakan kawannya itu.   Khiu Cian Jin dengan suaranya yang dingin, terdengar berkata.   "Tiat Ciang Pang serta partai tuan-tuan tidak ada hubungannya satu dengan lain, karena aku mendengar hari ini ada harian Rapat Besar kamu, aku sengaja datang berkunjung, karena itu kenapakah pangcu kamu dengan tidak karu-karuan hendak merobohkan aku?"   Kan Tiangloo telah menjadi jeri, sekarang mendengar suara orang bukannya suara bermusuh, maka ia lantas memberikan penyahutannya.   Ia kata.   "Khiu Pangcu salah paham! Pangcu kesohor di empat penjuru negeri, kami biasa sangat menhargainya, maka dengan kunjungan pangcu ini, bagi kami itulah suatu kehormatan besar."   Khiu Cian Jin mengangkat kepalanya, ia tidak menyahuti, sikapnya jumawa.   Hanya sejenak kemudian, baru ia membuka pula mulutnya.   Ia kata.   "Aku mendengar kabar Ang Pangcu telah berpulang ke dunia baka, maka dengan begitu di kolong langit ini berkurang pula satu orang gagah, sungguh sayang! Sekarang partai kamu mengangkat satu pangcu yang baru seperti ini, ini pun sayang, sayang!"   Ketika itu Yo Kang sudah mendusin, ia mendengar suara yang sangat menghina itu, akan tetapi ia tidak berani membuka mulutnya.   Ia masih merasakan tangannya sakit, tangan itu bengkak berikut lima jejarinya.   Keempat tiangloo juga tidak tahu meski mengucap apa, maka terdengarlah Khiu Cian Jin berkata pula.   "Aku yang rendah hari ini datang berkunjung, ada dua maksudku untuk mana aku ingin memohon sesuatu.   Untuk itu aku pun hendak menghadiahkan apa-apa."   "Tolong Khiu Pangcu memberi petunjuk,"   Kata Kan Tiangloo yang belum tahu orang menghendaki apa.   Khiu Cian Jin tidak langsung menjawab, ia hanya menyapu dengan matanya kepada semua hadirin di seputarnya itu.   Ketika ia telah melihat Kwee Ceng dan Oey Yong, lantas sinar matanya menjadi tajam sekali.   Oey Yong tidak takut, ia membalas mengawasi dengan tajam juga.   Bahkan ia mengasih lihat senyuman memandang enteng.   Ia telah pikir.   "Buat kau beraksi bagaimana juga, aku tentu menganggapmu satu penipu besar!"   Khiu Cian Jin berpaling kepada Kan Tiangloo. "Nona kecil itu serta kawannya si bocah telah mencelakai beberapa muridku,"   Katanya.   "Maka itu dengan membesarkan nyali aku hendak minta mereka untuk aku menghukumnya." Kan Tiangloo tidak berani mengambil keputusan. "Yo Pangcu, bagaimana?"   Ia menanya ketuanya itu. "Dua orang ini sebenarnya ada musuh-musuh besar partai kami,"   Berkata Yo Kang.   "Maka aku tidak menyangka, mereka juga telah berdosa terhadap Khiu Pangcu. Kalau begitu mari kita menghukumnya bersama-sama!"   Khiu Cian Jin mengangguk. "Itu boleh!"   Katanya.   "Sekarang permintaan yang keduanya. Kemarin ini ada beberapa muridku yang lagi bekerja atas titahku, entah kenapa mereka itu menyebabkan kemurkaannya dua anggota dari partai kamu, mata mereka telah dibikin buta!"   Dia lantas menuding Kwee Ceng berdua dan menambahkan.   "Kabarnya kedua bangsat itu telah membantui menurunkan tangan.   Orang-orangku itu tidak punya guna, aku tidak bisa membilang suatu apa, hanya kalau kejadian ini sampai tersebar, tentulah kami Tiat Ciang Pang menjadi hilang mukanya, maka itu, aku si orang tua menjadi tidak kenal gelagat, aku ingin sekali belajar kenal dengan kepandaiannya kedua sahabat itu!"   Yo Kang tidak mencintai orang-orang Kay Pang, tidak ada niatnya untuk melindungi mereka, maka itu mana ia mau berbuat salah lagi hanya untuk dua orang? Maka ia lantas menanya.   "Siapakah sudah lancang menerbitkan onar, yang telah bentrok dengan sahabat-sahabat dari Tiat Pangcu? Lekas kamu keluar untuk memohon maaf dari Khiu Pangcu ini!"   Kay Pang itu semenjak dipimpin Ang Cit Kong belum pernah hilang muka, maka itu bukan main mendongkolnya semua anggotanya mendengar ini pangcu baru bersikap demikian lemah.   Lee Seng dan Ie Tiauw Hin lantas maju ke depan.   Lee Seng kata dengan nyaring.   "Harap dimaklumi pangcu. Peraturan partai kami yang nomor empat berbunyi menganjurkan kami berlaku mulia, kami mesti bisa menolong sesamanya yang berkesusahan. Kemarin ini kebetulan saja kami menyaksikan sahabat-sahabat dari Tiat Ciang Pang membikin celaka rakyat jelata dengan mereka mengumbar ular mereka, sebab kami tidak dapat menahan sabar lagi, kami lantas mencegah perbuatan mereka itu. Kebetulan di situ ada ini dua sahabat kecil, jikalau tidak ada mereka yang membantu, pastilah kami berdua pun terbinasa oleh ular-ular berbisa itu!"   Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tidak peduli bagaimana, kamu mesti menghanturkan maaf kepada Khiu Pangcu!"   Berkata Yo Kang bengis.   Lee Seng dan Ie Tiauw Hin saling mengawasi.   Mereka menghadapi kesukaran, hati mereka panas sekali.   Kalau mereka tidak menghanturkan maaf, mereka menentang titah pangcu; kalau mereka menurut, mereka sangat penasaran.   Tapi tak lama Lee Seng bersangsi, ia lantas berseru kepada semua anggota partainya.   "Saudara-saudara, jikalau Ang Pangcu masih hidup, tidak nanti kami dibiarkan hilang muka, maka itu sekarang, Siauwtee sekarang lebih suka terbinasa, tidak nanti Siauwtee menerima penghinaan!"   Sembari berkata begitu, Lee Seng mencabut pisau belati dari betisnya, dengan itu ia lantas menikam dadanya, ulu hatinya, maka di situ juga ia roboh dengan jiwanya melayang.   Menampak demikian, Ie Tiauw Hin menubruk saudaranya itu, untuk merampas pisau belatinya, dengan apa ia pun menikam dirinya, maka ia juga roboh dengan jiwanya melayang.   Semua pengemis terbangun semangatnya.   Kejadian ini sangat hebat untuk mereka.   Tapi mereka masih berdiam, tanpa ada titah pangcu, mereka tidak berani lancang.   Setelah menyaksikan semua itu, Khiu Cian Jin tertawa tawar.   "Permintaanku yang kedua ini sudah beres,"   Katanya.   "Maka sekarang kami hendak menghanturkan bingkisan kepada partai tuan-tuan!"   Habis berkata, ia memberi tanda dengan tangan kirinya.   Maka beberapa puluh orang bertubuh besar yang mengenakan pakaian hitam lantas maju bersama kopor mereka yang besar, yang lantas dibuka tutupnya, dari situ mereka mengambil masing-masing sebuah tetampan untuk diletaki di samping Yo Kang.   Itulah uang emas dan perak dan permata yang sinarnya berkeredepan! Semua pengemis heran melihat orang mengeluarkan harta sebesar itu.   "Tiat Ciang Pang kami,"   Berkata Khiu Cian Jin.   "Meski kami masih dapat makan, tidak nanti kami sanggup mengeluarkan bingkisan begini berharga, maka itu baiklah tuan-tuan ketahui, ini adalah hadiah dari Chao Wang dari negera Kim, yang meminta kami tolong menyampaikannya."   Mendengar keterangan ini, Yo Kang heran dan girang. "Di mana adanya Chao Wang?"   Ia menanya lekas. "Aku ingin bertemu dengannya!" "Inilah kejadian pada beberapa bulan yang lalu,"   Menyahut Khiu Cian Jin, menyahuti apa yang tidak ditanya. Karena ia memberikan keterangannya.   "Itu waktu Chao Wang telah mengirimkan utusannya kepadaku membawa bingkisannya ini dan dia minta partaiku yang tolong menyampaikannya."   Mendengar itu, Yo Kang tahu bahwa hal itu terjadi sebelum ayahnya - ilaga Chao Wang - berangkat ke Selatan.   Hanya ia belum tahu maksudnya mengapa Kay Pang dikirimkan harta sebesar ini.   Khiu Cian Jin masih meneruskan keterangannya.   "Chao Wang mengagumi partai tuan-tuan, maka itu ia memerintahkan istimewa untuk aku sendiri yang menyampaikan bingkisan ini."   "Jikalau begitu kami membuat capai saja kepada pangcu!"   Berkata Yo Kang girang. Khiu Cian Jin tertawa. "Yo Pangcu muda tetapi nyata kau luas pandangannya, kamu menang jauh daripada Ang Pangcu!"   Ia memuji. Yo Kang masih belum tahu maksud ayahnya berhubungan sama Kay Pang, maka ia menanya pula. "Entah ada titah apakah dari Chao Wang untuk perkumpulan kami? Tolong pangcu menitahkannya saja!"   "Menitahkan, itulah tak dapat disebutkan,"   Berkata Khiu Cian Jin.   "Hanya Chao Wang memesan untuk memberitahukan bahwa wilayah utara ini tanahnya miskin dan rakyatnya melarat, jadi sukar untuk.."   Yo Kang cerdas, segera ia dapat menduga. "Jadinya Chao Wang menghendaki kami pergi ke Selatan?"   Katanya. "Sungguh Yo Pangcu cerdas sekali!"   Berkata Khiu Cian Jin, memuji.   "Maaf untuk sikapku tadi. Chao Wang membilang bahwa propinsi-propinsi Kwietang dan Kwiesay serta Hokkien, tanahnya subur, rakyatnya makmur, maka itu ia bertanya kenapa saudara-saudara dari Kay Pang tidak mau pergi ke Selatan untuk menaruh kaki di sana? Wilayah Selatan jauh lebih menang daripada wilayah Utara ini."   "Terima kasih untuk petunjuk Chao Wang serta pangcu sendiri,"   Berkata Yo Kang tertawa. "Percayalah, aku yang rendah pasti bakal menurutinya."   Khiu Cian Jin heran orang dengan gampang saja menerima hadiah itu, tetapi karena ia khawatir Kay Pang nanti menyesal, ia lantas berkata.   "Kata-katanya seorang laki-laki cukup dengan sepatah kata! Dengan semua saudara dari Kay Pang berangkat ke Selatan, bukankah itu berarti bahwa kamu tidak bakal kembali ke Utara ini?"   Yo Kang hendak memberikan jawabannya ketika Lou Yoe Kiak memotong.   "Harap pangcu mengetahuinya! Kami semua hidup dari mengemis, maka itu, apa perlunya kami dengan uang emas dan barang permata? Laginya partai kita berada di seluruh negeri, kami merdeka, maka kapannya kami pernah dipengaruhi lain orang? Oleh karena itu aku memohon pangcu memikirkan dengan seksama!"   Sekarang ini Yo Kang telah dapat menerka maksudnya Wanyen Lieh.   Di Kangpak ini, yaitu utara Sungai Besar, Kay Pang menjadi musuh bangsa Kim, sering terjadi, kalau pihak Kim jauh ke utara, Kay Pang suka mengganggu mengacau bagian belakang, baik dengan membunuh punggawa perangnya maupun dengan membakar rangsum, maka kalau Kay Pang dipindah ke Selatan, jadi gampanglah usaha bangsa Kim itu.   Maka itu atas cegahannya Lou Yoe Kiak, ia berkata.   "Ini adalah maksud baik dari Khiu Pangcu, jikalau kita tidak menerima, itu tandanya kita berlaku tidak hormat. Uang emas dan perak dan permata ini, aku sendiri tidak membutuhkannya, maka itu Suwie Tiangloo, sebentar sebubarnya rapat, silahkan kamu membagi-bagikannya kepada semua saudara!"   Tapi Yoe Kiak tidak memperdulikan perkataannya ini pangcu baru. Ia berkata pula.   "Ang Pangcu kami yang tua dikenal sebagai Pak Kay, maka itu usaha kita di Utara ini mana dapat gampang-gampang ditinggalkan secara begini? Laginya partai kita bercita-cita bersetia dan membela negera sedang dengan bangsa Kim, kita adalah musuh turunan, dari itu tidak dapat bingkisannya ini diterima! maka itu tidak dapat kita pindah ke Kanglam!"   Yo Kang menjadi tidak senang, air mukanya menunjuki itu. Tapi belum lagi ia membuka mulutnya, Pheng Tiangloo sambil tertawa mendahului padanya. Kata ini Tiangloo;   "Lou Tiangloo, urusan besar dari partai kita diputuskan oleh pangcu, bukan diputuskan kau seorang diri, bukankah?"   Yoe Kiak tetapi tetap sama sikapnya. Ia kata keras. "Jikalau mesti melupakan kesetiaan dan kejujuran, biarnya mati, aku tidak suka menurut!"   "Ketiga tiangloo Kan, Pheng dan Nio, bagaimana pikiran kalian?"   Yo Kang tanya ketiga tetua itu. "Kami bersedia untuk titah pangcu!"   Menyahut ketiga tiangloo itu serentak. "Bagus!"   Berseru Yo Kang.   "Mulai tanggal satu bulan delapan, kita pergi menyeberangi Sungai Besar!"   Atas perkataan itu, sebagian besar orang Kay Pang menjadi gaduh.   Di dalam Kay Pang ini, perbedaan di antara golongan Pakaian Bersih dan Pakaian Kotor nyata sekali.   Golongan Pakaian Bersih, meski pakaian mereka banyak tambalannya, tetapi pakaian itu bersih seperti pakaian orang kebanyakan dan cara hidupnya sama dengan khalayak ramai, tidak demikian dengan golongan Pakaian Kotor yang teguh sama cita-citanya, sudah pakaiannya butut dan dekil, mereka tidak menggunakan uang untuk membeli barang, bahkan mereka tidak duduk bersantap bersama-sama dengan lain orang, mereka tidak nanti bertempur bersama orang yang tidak mengerti ilmu silat.   Benar di antara empat Tiangloo, tiga ada dari golongan Pakaian Bersih, walaupun demikian, jumlah pengemis Pakaian Kotor terlebih banyak.   Mereka inilah yang sekarang memberi suara setuju kepada Lou Yoe Kiak.   Melihat sikapnya sebagaian pengemis itu, Yo Kang menjadi bingung juga.   Ketiga tiangloo she Kan, Pheng dan Nio lantas mengasih dengar suara nyaring mereka, untuk meminta orang jangan gaduh, suaranya itu tidak diambil mumat.   Kan Tiangloo menjadi habis sabar, maka ia memandang Lou Yoe Kiak.   "Lou Tiangloo, adakah kau hendak memberontak kepada pangcu?"   Dia tanya bengis. "Biarnya aku dihukum picis, tidak nanti aku berani melawan yang tua!"   Menyahut Yoe Kiak keren. "Apapula untuk memberontak terhadap pangcu, pasti aku lebih-lebih tak berani. Akan tetapi anjing Kim itu adalah musuh besar dari Kerajaan Song kita! Apakah katanya Ang Pangcu kepada kita?"   Kan Tiangloo bertiga kena terdesak, mereka lantas tunduk. Mereka mulai menyesal. Khiu Cian Jin melihat suasana itu, maka ia pikir usahanya bakal gagal kalau Lou Yoe Kiak tidak dipengaruhi, maka itu dengan tertawa dingin, ia berkata kepada Yo Kang.   "Yo Pangcu, hebat Lou Tiangloo ini!"   Lalu menyusuli penutup perkataannya itu, dengan kedua tangannya diulur ke arah pundak si tiangloo.   Ketika mendengar orang tertawa dingin, Lou Yoe Kiak sudah bercuriga, ia telah siap sedia, maka itu, ketika ia diserang, dengan cepat ia berkelit sambil menunduk untuk nelusup masuk ke selangkangan orang.   Sebab ia mengerti dengan baik, tidak bisa ia melawan dengan kekerasan.   Sembari nelusup itu, tanpa menanti lempangnya pinggangnya, kakinya sudah menendang ke kempolan pangcu dari Tiat Ciang Pang.   Dia bernama Lou Yoe Kiak, Lou si Mempunyai Kaki, dari itu bisa dimengerti ilmu dupakan itu.   Khiu Cian Jin heran untuk caranya orang berkelit itu, Guna melindungi diri, ia lantas mengayun tangannya ke belakang, guna menghajar kakinya si pengemis.   Yoe Kiak tahu tangan lawan itu hebat, ia menarik pulang dupakannya ketiga.   Ia khawatir kakinya nanti terluka.   Sambil lompat ke samping, ia meludah kepada lawannya itu! Khiu Cian Jin boleh gagah dan luas pengalamannya, akan tetapi serangan semacam itu ia tidak menyangka sama sekali, maka itu, belum sempat ia berkelit, mukanya sudah kena diludahi.   Ludah itu tidak mendatangkan rasa sakit atau gatal, toh itu membuatnya tercengang.   "Lou Tiangloo, jangan kurang ajar kepada tetamu agung!"   Yo Kang membentak.   Yoe Kiak masih taat kepada ketuanya, tetapi justru ia hendak merubah sikapnya, Khiu Cian Jin yang gusar sudah lantas menyerang padanya, kedua tangannya yang kuat seperti kepit sudah menyambar ke arah tenggorakan.   Ia kaget, maka ia berlompat jumpalitan untuk menghindarkan diri dari bahaya.   Tapi ia terlambat, selagi kupingnya mendengar ejekan.   "Hm!"   Kedua tangannya kena disambar lawan itu.   Dalam kagetnya ia berontak, tetapi sia-sia saja.   Ia sudah banyak pengalamannya, ia tidak menjadi bingung atau ketakutan, maka ia berdaya pula.   Dengan tiba-tiba ia menyeruduk dengan kepalanya! Semenjak masih kecil, Yoe Kiak sudah melatih kepalanya itu, maka itu, serudukannya dapat menggempur tembok hingga bolong.   Pernah ia bertaruh sama saudara-saudara separtai dengan ia melawan banteng, mengadu kepala, kepalanya sendiri tidak kurang suatu apa, si kerbau sendiri roboh kelenger.   Hanya kali ini, ketika kepalanya mengenai perut, ia merasa membentur benda lunak seperti kapas.   Ia kaget, ia mengerti bahaya, dengan lekas ia menarik pulang kepalanya itu.   Untuk kagetnya lagi, perut orang itu mengikuti kepalanya itu.   Ia lantas mengerahkan tenaganya, untuk membebaskan kepalanya itu.   Sebagai kesudahan dari pergulatannya itu, ia merasa kepalanya mulai panas sedang kedua tangannya yang terus dicekal menjadi panas sekali, seperti tangan itu dimasuki ke dalam perapian marong.   "Kau takluk atau tidak?!"   Tanya Khiu Cian Jin membentak. "Bangsat busuk, takluk apa!"   Menjawab Yoe Kiak membentak juga. Khiu Cian Jin mengerahkan tangan kirinya, maka lima jari Lou Tiangloo mengasih dengar suara meretak, kelima jarinya kena dipencet patah. "Kau takluk atau tidak?!"   Tanya pula ketua Tiat Ciang Pang itu. "Bangsat busuk, takluk apa!"   Yoe Kiak membandel.   Khiu Cian Jin memencet pula, maka sekarang kelima jari kiri dari Lou Yoe Kiak yang pada patah.   Ia merasakan sakit bukan main, ia sampai menjadi waswas, tetapi ia bernyali besar dan besar kepala, ia terus masih mencaci.   "Jikalau aku menggeraki perutku, kepalamu pun bakal remuk!"   Khiu Cian in mengancam.   "Aku mau lihat, kau masih dapat mencaci atau tidak.."   Disaat Lou Yoe Kiak menghadapi waktu kematiannya itu, dari antara rombongan pengemis mendadak terlihat seorang berlompat maju - seorang yang tubuhnya tinggi dan dadanya lebar.   Dialah si bocah Kwee Ceng! Dengan tindakan lebar, Kwee Ceng ini segera menghampirkan Lou Yoe Kiak, terus ia mengangkat tangannya yang kanan, dengan itu tiga kali beruntun ia menghajar kempolan si pengemis.   Dia menghajar Yoe Kiak akan tetapi tenaganya itu tersalur, dari kempolan terus ke kepala, terus juga ke perutnya ketua Tiat Ciang pang itu, hingga tiga kali Khiu Cian Jin merasakan benturan yang kuat, hingga sekejap itu juga, buyarlah kekuatannya menempel dan menyedot.   Begitu lekas ia merasakan kepalanya merdeka, Yoe Kiak lantas mengangkat bangun tubuhnya, hanya kedua tangannya, yang masih belum dilepaskan.   "Kau bukannya lawan dari Khiu Cianpwee, kau minggir!"   Berkata Kwee Ceng, yang sembari berkata telah menggenjot tubuhnya untuk berlompat, maka juga sebelah kakinya bisa mendupak pundak si pengemis.   Tendangan ini sama pengaruhnya seperti hajaran pada kempolan tadi.   Tenaga si anak muda tersalurkan ke kedua tangannya Khiu Cian Jin, tidak peduli tadi tangannya panas, ia ini merasakan sakit pada telapakan tangannya itu, maka tanpa merasa, cekalannya menajdi kendor dan terlepas sendirinya.   Loe You Kiak pun merasakan ia tak terpegang keras lagi, ia lantas menggunakan tenaganya membarengi berontak sambil berlompat mundur.   Tapi karena ia telah tercekal keras dan kepalanya masih terasakan pusing, kedua kakinya seperti tidak bertenaga, ia roboh sendirinya.   Khiu Cian Jin terperanjat menyaksikan kepandaian Kwee Ceng itu.   Ia mengetahui ilmu yang disebutkan "Kek san ta gu", atau "   Memukul kerbau diantara gunung".   Ilmu itu ia cuma mendapat dengar, sekarang ia membuktikannya sendiri.   Ia pun heran akan melihat seorang bocah, yang ia tidak kenal.   Karena ini ia menyiapkan tenaga di kedua tangannya, ia mengawasi pemuda itu.   Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   ia tidak berani sembarang menyerang meski sebenarnya ia mendongkol.   Sementara itu kegaduhan terbit di antara kaum pengemis.   Mereka itu tidak tahu apa yang terjadi dengan Lou Yoe Kiak, mereka menyangka Kwee Ceng menyerang orang hingga roboh, pingsan atau terbinasa, maka itu dengan suara riuh mereka maju dengan niatan menyerang si anak muda.   Mereka juga heran yang anak muda itu yang teringkus sekian lama, mendadak dapat membebaskan diri.   Semenjak ia melihat bintang Pak Tauw, Kwee Ceng telah mengumpul semangatnya.   Ia memperhatikan gerak-geriknya rahasia dari Coan Cin Cit Cu, ia gabung dengan sarinya Kiu Im Cin-keng, yang ia telah paham betul, maka itu, ia tidak memperdulikan segala apa yang terjadi di sekitarnya.   Ia tidak mengambil mumat Oey Yong, ia tidak menggubris segala pembicaraan terutama diantara Loe Yoe Kiak dan Khiu Cian Jin.   Hebat ia memusatkan pikirannya itu.   Selagi Yoe Kiak terancam bahaya, ia sendiri lagi memecahkan suatu ilmu dari Kitab Bawah dari Kiu Im Cin-keng itu, bagian ilmu "Menyimpan otot dan meringkaskan tulang".   Siapa yang paham ini, ia bisa membikin tubuhnya ciut menjadi kecil.   Di dalam hal ini, ia memperoleh banyak sekali bantuan dari ilmu yang diwariskan Ang Cit Kong kepadanya, ialah "Ie Kin Toan Kut Pian", atau ilmu "Menukar otot dan melatih tulang".   Dengan mempunyai dasar itu, ia berhasil dengan lekas sekali.   Demikian tanpa ia merasa, ia dapat pulang tenaganya dan tubuhnya mengkerat kecil hingga ia lolos dari belungguannya.   Sebab Yoe Kiak terancam bahaya, ia segera menghampirkan tiangloo itu, untuk memberikan pertolongannya.   Pheng Tiangloo yang ditugaskan menjaga Kwee Ceng pun heran dan kaget ketika mendadak ia mendapatkan bocah itu bebas.   Ia menjambret, ia gagal, ia cuma bisa menyambar tambang ringkasannya itu.   Ia sadar dengan lekas, hendak ia menyusul si anak muda, tapi ia terlambat, Kwee Ceng sudah mendahului melemahkan tenaga dalam dari Khiu Cian Jin hingga Lou Yoe Kiak dapat ditolong.   Tapi ia licik.   Begitu melihat suasana, ia berteriak.   "Tangkap penjahat licik itu!"   Ia sendiri tidak bergerak dari tempatnya berdiri, karena ia merasa, majunya toh bakal sia-sia belaka.   Kwee Ceng menyesal menyaksikan aksinya kaum pengemis itu, tetapi karena ia justru ingin mencoba lebih jauh hasil latihannya barusan, ia kata dalam hatinya.   "Kalau hari ini aku tidak memberi ajaran adat kepada kamu, kemendongkolanku tidak dapat dilampiaskan...."   Maka ia mementang kedua tangannya sambil kakinya memasang kuda-kuda "Thian Koan".   Bab 58.   Nona manis menjadi raja pengemis Tujuh pengemis maju paling dulu, dari depan dan belakang, dari kedua samping.   Kwee Ceng membiarkan mereka maju, dengan kuda-kuda tidak begeming, ia menyambut mereka dengan kedua tangannya.   Di belakang mereka itu, ada lagi beberapa lagi pengemis yang merapatkan diri.   Mereka pun disambut serupa, dengan tangkisan atau sikut, kalau perlu barulah dengan dupakan.   Maka saling susul mereka itu berteriak kesakitan, saling susul juga mereka roboh terguling.   Dengan cara ini Kwee Ceng pun mengundurkan yang lainnya lagi.   Kemudian ia memikir untuk menerkam Yo Kang, atau ia melihat dua pengemis berlompat ke arah Oey Yong.   Jarak diantara mereka cukup jauh, sulit untuk berlompat menolongi nona itu.   Tidak ada jalan lain, ia lantas menarik copot kedua sepatunya, dengan itu ia menimpuk ke arah kedua penyerang itu.   Dua pengemis itu adalah orang-orang yang kukuh, mereka hendak membunuh si nona, ke satu untuk membikin si nona tidak keburu lolos, kedua untuk membalaskan sakit hati ketua mereka.   Nyata ilmu silat mereka sudah cukup sempurna, mereka mendengar ada angin menyambar di belakang mereka, hanya ketika yang satu segeran menoleh untuk melihat dan menangkis, tahu-tahu sepatu sudah menghajar dadanya sedang yang lain kena terhajar punggungnya.   Sebenarnya sepatu itu barang lembek tetapi ditimpuki Kwee Ceng, tenaganya besar luar biasa.   Sambil menjerit, mereka itu roboh terjengkang dan tengkurap, dan untuk sementara mereka tak dapat merayap bangun.   Pheng Tiangloo berada dekat dua pengemis itu, ia kaget menyaksikan lihaynya Kwee Ceng itu.   Kwee Ceng sendiri, habis menimpuk, lantas mementang sayapnya, menghalang beberapa pengemis yang merangsak pula, terus ia berlompat menghampirkan Oey Yong, untuk membuka belunggu si nona.   Selama itu, kawanan pengemis menyerbu pula.   Mereka tidak menjadi takut melihat sejumlah kawannya kena dirobohkan dengan gampang.   Sekarang Kwee Ceng tidak melayani seperti tadi.   Dengan lantas menjatuhkan diri, untuk duduk mendeprok di tanah, lalu sambil berduduk, ia meniru gerak-geriknya Khu Cie Kee dan Ong Cie It beramai ketika Coan Cin Cit Cu menggeraki tangan kanannya, sebab tangan kirinya dipakai membuka ikatannya Oey Yong, sedang tubuh si nona ia pangku di atas kedua pahanya.   Ia dapat berbuat demikian karena sekarang ia menggunakan tipu ajarannya Ciu Pek Thong.   Ialah ilmu memecah pemusatan perhatian, kedua tangan bisa dipakai berkelahi satu sama lain.   Rombongan pengepung pengemis itu jadi semakin banyak.   Tetapi Kwee Ceng membela diri dengan tangan kanannya, tetap tangan kirinya membuka belungguan si nona.   Ketika kemudian ia berhasil membuka semua ikatan, ia lantas mengeluarkan biji sumbatan dari mulut nona itu, sambil berbuat demikian, ia tanya.   "Yong-jie, apakah kau terluka?"   "Tidak, cuma aku merasa sekujur tubuhku kesemutan,"   Menyahut si nona, yang terus merebahkan diri. "Bagus!"   Berkata si anak muda.   "Kau boleh beristirahat, kau lihat bagaimana aku melampiaskan kemendongkolan kita!"   Oey Yong menurut, ia beristirahat. Kuat sekali kepercayaannya kepada Kwee Ceng. Ia cuma memesan sambil tertawa.   "Kau hajarlah mereka, asal mereka jangan sampai terluka parah!"   "Aku mengerti,"   Menyahut si anak muda.   "Kau lihat!"   Dengan tangan kirinya, Kwee Ceng mengusap-usap rambut yang bagus dari si nona, dengan tangan kanannya ia mengibas.   Kontan tiga orang pengemis kena dibikin terlempar, habis mana menyusul empat pengemis lainnya, semuanya ialah yang merangsak rapat.   Pertempuran kacau itu menyebabkan terdengar satu suara nyaring.   "Saudara-saudara, lekas mundur! Biarlah saudara dari generasi delapan yang melayani dua bangsat cilik ini!"   Suara itu ialah suaranya Kan Tiangloo.   Suara itu ditaati, maka lekas juga semua pengemis itu mengundurkan diri, hingga tinggal delapan pengemis, yang masing-masing punggungnya menggendol delapan buah kantung goni.   Karena ada dari generasi ke delapan, kedudukan mereka ini cuma ada di sebawahan keempat tiangloo.   Di antara mereka itu ada si kurus dan si gemuk yang menyambut Yo Kang.   Sebenarnya jumlah mereka semua sembilan orang akan tetapi dengan Lee Seng membunuh diri, mereka tinggal delapan.   Kwee Ceng tahu ia bakal melayani delapan musuh tangguh, sebenarnya ia hendak bangun berdiri tetapi Oey Yong berbisik kepadanya.   "Kau duduk saja! Layani mereka dengan sabar!"   Kwee Ceng suka menurut, akan tetapi ia segera berpikir.   "Baiklah aku lantas merobohkan beberapa di antaranya supaya hati mereka kecil!"   Maka sambil mata mengawasi delapan pengemis itu, tangannya memegang tambang yang dipakai mengikat si nona, Ia memperhatikan si gemuk dan si kurus itu, segera ia menyerang mereka dengan tambangnya itu.   Ia menggunakan satu jurus dari Kim Liong Pian-hoat, atau ilmu silat cambuk Naga Emas, pengajarannya Ma Ong Sin Han Po Kie.   Tambang itu lemas tetapi di tangannya pemuda ini lantas menjadi kaku.   Melihat datangnya serangan, kedua pengemis itu berlompat untuk berkelit, setelah itu mereka maju merapatkan diri.   Enam saudara mereka tapinya terpegat oleh ujung tambang, hingga mereka tak dapat lantas maju karena tertahan.   "Jangan menyerang!"   Kan Tiangloo mencegah, tetapi sia-sia saja cegahannya ini, si kurus dan si gemuk yang penasaran, sudah maju terus.   Mereka ingin sekali bisa merobohkan si bocah.   Maka mereka disambut Kwee Ceng.   Sia-sia mereka menangkis, pundak mereka kena dihajar bergantian.   Saking kerasnya hajaran itu, tubuh mereka terpental mundur, hanya ada perbedaannya, ialah si gemuk terpendal lebih dekat, si kurus terlebih jauh.   Bagusnya untuk mereka, tubuh mereka kena membentur orang-orangnya Khiu Cian Jin.   Mulanya ketua dari Tiat Ciang Pang tidak memperdulikan orang terpental, hanya setelah terjadi benturan, baru ia kaget, lagi-lagi Kwee Ceng menggunakan tipu silatnya "Kek san ta gu"   Itu.   Ia kaget karena ia menginsyafi hebatnya hajaran semacam itu.   Untuk menolongi orangnya, Khiu Cian in lantas berlompat, tetapi ia terlambat, kedua pengemis itu sudah berlompat bangun tanpa mereka terluka.   Adalah dua orang Tiat Ciang Pang, yang dibentur mereka yang menjadi korban, malah mereka ini pada putus ototnya dan patah tulangnya, hingga mereka mesti rebah terus di tanah.   Ketika si ketua kaget, ia terkejut pula karena kupingnya mendengar angin menyambar.   Segera ia menoleh, maka segera ia melihat terlemparnya tubuh dua pengemis lain! Itulah hebat! Lagi-lagi orangnya yang bakal menjadi korban.   Tidak ayal lagi, ia lompat maju.   Pengemis yang satu ia sampok, membikin ia terlempar ke tempat kosong, dan pengemis yang kedua, ia hajar punggungnya.   Syukur untuk pengemis yang kedua ini, tenaga Khiu Cian Jin berimbang sama tenaga Kwee Ceng, dai tidak terluka, dia jatuh dengan perlahan, lantas ia lari pula ke arah si anak muda.   Empat tiangloo dan Oey Yong heran.   Keempat pengemis ini tidak mengerti kenapa bocah itu demikian lihay dapat bertahan terhadap ketua Tiat Ciang Pang yang sangat lihay itu.   Oey Yong heran, ia berpikir.   "Penipu besar ini biasa saja kepandaiannya, mengapa ia dapat menandingi engko Ceng? Inilah aneh!"   Sampai di situ, Khiu Cian Jin mengipas tangannya, memberi tanda untuk orang-orangnya jangan bergerak.   Ia menginsyafinya, kekuatannya berimbang sama kekuatan si anak muda, jadi percuma orang-orangnya menerjang.   Ia tahu mereka itu bergusar karena robohnya dua saudaranya.   Ia berdiri diam saja menonton.   Empat pengemis generasi ke delapan itu heran untuk ketangguhan si anak muda, tetapi mereka melawan terus.   Mereka dibantu oleh saudaranya, yang tadi dihajar punggungnya oleh Khiun Cian Jin.   Berlima mereka mengepung, tapi hasilnya tak ada.   Coba Kwee Ceng tidak berlaku murah, siang-siang tentulah mereka sudah mendapat hajaran.   Kemudian Kwee Ceng merobohkan lagi dua orang lawan.   Baru sekarang tiga yang lainnya jeri dan mau mundur, tetapi mereka terlambat.   Dengan menggunakan tambangnya, Kwee Ceng menyambar dan melilit kakinya dua pengemis, terus ia menariknya orang ke sisinya, terus ia meringkus mereka.   Oey Yong gembira sekali menyaksikan kemenangan dari engko Cengnya itu.   Ia lantas ingat kepada Pheng Tiangloo, si pengemis yang wajahnya berseri-seri, yang menangkap dia berdua dengan Kwee Ceng dengan caranya yang aneh itu.   Ia sekarang ingat akan halnya ayahnya pernah bicara tentang Liam-sim-hoat, semacam ilmu sihir dengan apa orang dapat dengan tiba-tiba dibikin tidur dan dipermainkan tanpa berdaya.   Maka ia lantas tanya Kwee Ceng apa di dalam Kiu Im Cin-keng ada disebut tentang itu macam ilmu gaib.   Ia percaya betul Pheng Tiangloo telah menggunakan ilmu itu.   "Tidak,"   Kwee Ceng menyahut. Mendapat jawaban ini, si nona menyesal. Tapi segera ia memberi peringatan.   "Hati-hati dengan pengemis jahat yang gemar berseri-seri itu, jangan mengadu sinar mata dengannya!"   Kwee Ceng mengangguk.   "Aku justru hendak memberi hajaran kepadanya,"   Katanya perlahan.   Karena sekarang pertempuran sudah berhenti, ia memegang punggung si nona, untuk dikasih bangun, ia sendiri berbareng berbangkit.   Lalu dengan mengawasi Yo Kang, ia bertindak kepada si anak muda.   Yo Kang sendiri telah berdebaran hatinya semenjak tadi.   Ia jeri untuk lihaynya si anak muda, maka ia mengharap-harapkan kemenangan pihaknya sendiri, ialah pihak pengemis.   Maka kesudahannya itu membuatnya takut, lebih-lebih ia melihat anak muda itu mendatangi ke arahnya dengan matanya tajam.   "Su-wie Tiangloo!"   Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ia lantas berteriak.   "Kita di sini ada mempunyai banyak orang gagah, apakah dapat bangsat kecil ini dibiarkan banyak bertingkah?!"   Ia berteriak tetapi ia mundur ke belakangnya Kan Tiangloo. "Tabahkan hati, Pangcu,"   Kata Kan Tioangloo dengan perlahan.   "Biarnya bangsat kecil itu gagah, dia tidak nanti sanggup melawan kita yang berjumlah besar. Mari kita lawan dia dengan bergantian!"   Dan lantas dia berteriak.   "Murid-murid kantong delapan aturlah Barisan Tembok!"   Titah itu ditaati, dengan lantas muncul seorang pengemis dengan kantung delapan.   Majunya dia ini diturut oleh belasan pengemis lain, yang mengatur diri dengan rapi, ialah mereka yang bergandengan tangan, jumlah semua enam atau tujuhbelas orang.   Mereka lantas maju untuk menerjang Kwee Ceng, majunya sambil berseru nyaring.   Oey Yong berseru heran, ia berkelit ke kiri, sedang Kwee Ceng ke kanan.   Segera di arah kiri dan kanan itu, atau timur dan barat, muncul masing-masing satu barisan seperti yang pertama itu, yang menyerang dengan hebat.   Menampak cara penyerangan yang aneh dan teratur itu, Kwee Ceng tidak berkelit lagi, ia mencoba mengajukan kedua tangannya, guna menahan mereka.   Segera ternyata, barisan itu berat sekali, mereka itu dapat ditolak mundur.   Sebaliknya, selagi mereka ditolak, dua barisan yang lain lantas maju pula.   Karena terlambat sedikit, si anak muda kena dibikin terhuyung.   Terpaksa ia berlompat tinggi, melewati kepala mereka itu.   Baru ia menaruh kaki di tanah atau telah datang pula pasukan yang keempat.   Lagi-lagi ia berlompat pergi.   Lagi-lagi ia diserang barisan yang serupa.   Maka, ke mana ia menyingkir, di sana ia dipegat dan diserbu apa yang dinamakan Barisan Tembok itu.   Juga Oey Yong mengalami serbuan yang serupa.   Ia lebih gesit daripada Kwee Ceng tetapi ia kewalahan.   Akhirnya ia lompat kepada si anak muda, untuk mempersatukan diri.   Karena ini, bersama-sama mereka kena didesak mundur.   Mereka mundur terus hingga di pojok batu gunung.   "Engko Ceng, mundur ke jurang!"   Oey Yong berkata.   Kwee Ceng belum bisa menerka maksud si nona tetapi ia menurut, ia mundur ke arah jurang seperti si nona.   Ketika mereka akan sampai di tepian, lagi lima atau enam kaki, mendadak pihak penyerang menghentikan desakannya.   Ia lantas berpaling ke belakang.   Baru sekarang ia mengerti.   Ia kata dalam hatinya.   "Di sini ada jurang, kalau mereka mendesak tanpa sanggup mempertahankan kakinya, tentu mereka bakal terjerunuk ke dalam jurang!"   Pemuda ini lantas memandang ke Oey Yong, hendak ia memuji ke cerdikan orang, atau ia tak jadi memuji.   Roma bergembira dari si nona lekas berubah menjadi guram.   Ia menoleh lagi ke arah musuh.   Sekarang ia mendapatkan musuh maju dengan perlahan-lahan, musuh itu berlapis-lapis.   Inilah benar-benar berbahaya.   Berdua mereka bisa dipaksa jatuh sendiri ke dalam jurang, sedang untuk berlompat di atasan kepala dari selapis dari seratus orang, itulah tak dapat.   Selama di gurun pasir, Kwee Ceng pernah mengikuti Ma Giok berlari-lari di tepian jurang, maka itu, ia lantas memperhatikan jurang itu.   Ia mendapat kenyataan keadaan jurang kalah daripada jurang di gurun pasir itu.   Maka ia lantas mendapat pikiran.   "Yong-jie!"   Ia berkata.   "Lekas kau naik ke punggungku. Mari kita pergi!"   "Tidak dapat!"   Kata si nona menghela napas. "Mereka bisa menyerang kita dengan batu!" Kwee Ceng pikir itulah benar juga. Ia menjadi bingung. Tapi justru itu, ia ingat suatu bagian dari Kiu Im Cin-keng. "Yong-jie,"   Ia berkata.   "Aku ingat di dalam Kiu Im Cin-keng, ada ilmu yang disebut Ilmu memindah Arwah, mungkin itu sama dengan ilmu Liam-sim-hoat yang kau tanyakan tadi. Baik, mari kita mencoba-coba."   Tetapi si nona masih berduka. "Mereka semua ada murid yang dicintai suhu, apa gunanya untuk membinasakan mereka apa pula di dalam jumlah yang banyak?"   Tetapi Kwee Ceng tidak memperdulikan lagi si nona. Mendadak ia memeluk tubuh orang sambil ia berbisik.   "Lekas lari!"   Menyusul itu, ia mencium pipi si nona yang nempel sama hidungnya itu selagi ia berbisik, lalu dengan mengerahkan tenaganya, ia melemparkan nona itu ke atas panggung Hian Wan Tay!"   Oey Yong telah membikin tubuhnya enteng, maka tubuhnya itu melayang ke arah punggung.   Ia mengerti maksudnya Kwee Ceng itu, yang mau melawan sendiri kepada semua lawannya, agar ia menyingkir terlebih dahulu.   Ketika ia sampai di panggung, dengan enteng ia menaruh kakinya.   Sesaat itu, ia menjadi tidak karuan rasanya.   Tapi ia segera melihat Yo Kang di satu pojok panggung itu, dengan tangan memegang Lek-tiok-thung, orang she Yo itu lagi memegang pimpinan pada barisan pengemis itu.   Ia lantas mendapat pikiran.   Terus ia menjejak lantai, akan berlompat kepada anak muda itu, tangannya diulur untuk menyambar tongkat suci kaum Kay Pang itu.   Yo Kang terkejut melihat tahu-tahu si nona berada di atas panggung itu, ketika tubuh orang hampir sampai, ia hendak menghajarnya dengan tongkatnya, atau tangan kanan si nona, dengan dua jari terbuka, meluncur ke arah kedua matanya.   Juga kaki kiri si nona dipakai menjejak tongkatnya itu.   Dalam kagetnya, saking takutnya, Yo Kang melepaskan tongkatnya dan ia sendiri lompat turun dari panggung.   Meski begitu, ia masih kalah sebat oleh si nona, matanya toh kebentur juga jari si nona itu, hingga ia merasakan sangat sakit, kedua matanya menjadi gelap.   Oey Yong telah mengeluarkan jurus "Dari mulut anjing galak merampas tongkat".   Itulah salah satu jurus terlihai dari ilmu tongkat "Ta Kauw Pang-hoat"   Jangan kata baru orang dengan ilmu silat seperti Yo Kang itu, biar yang terlebih pandai, sukar untuk dia meloloskan diri. Oey Yong segera mengangkat tinggi tongkat sucinya itu, ia berseru."   Saudara-saudara Kay Pang, lekas kamu menghentikan pertempuran! Ketahuilah oleh kamu, Ang Pangcu masih belum meninggal dunia! Semua-semua adalah bisanya ini manusia jahat!"   Suara itu terang terdengar, semua pengemis menjadi heran.   Dengan serempak, mereka menghentikan aksi mereka.   Semua orang lantas mengawasi ke arah panggung, hati mereka ragu-ragu.   Benarkah kabar girang itu - artinya pangcu mereka yang she Ang itu belum menutup mata? "Saudara-saudara, mari!"   Oey Yong memanggil. "Mari dengar aku bicara dari hal Ang Pangcu!" Yo Kang mendengar suara nona itu, tetapi ia tidak dapat membuka matanya. Maka dari bawah panggung, ia berteriak.   "Akulah pangcu! Saudara-saudara dengar perintahku! Lebih dulu dorong itu bangsat laki-laki jatuh ke dalam jurang, baru bekuk ini bangsat perempuan yang ngaco-belo!"   Titahnya Yo Kang ini besar pengaruhnya. Walaupun di daam ragu-ragu, bangsa pengemis itu tetap taat kepada ketuanya. Maka itu mereka maju sambil berseru-seru. "Saudara-saudara, dengarlah!"   Oey Yong berteriak pula.   "Tongkat Kay Pang ada di tanganku, akulah pangcu dari Kay Pang kamu!"   Semua pengemis itu melengak, tindakan kaki mereka berhenti sendirinya. Memang belum pernah mereka mengalami peristiwa tongkat suci mereka kena dirampas orang. Oey Yong berkata pula.   "Kay Pang kita telah malang melintang di kolong langit ini tetapi hari ini kita telah diperhina, dibuat permainan oleh orang luar, bahkan dua saudara Lee Seng dan Ie Tiauw Hin dipaksa membuang jiwanya dengan cuma-cuma! Dan Lou Tiangloo pun telah terluka parah! Kenapakah itu? Apakah sebabnya itu?"   Kata-kata itu berpengaruh juga, maka ada separuh dari orang Kay Pang itu suka mengawasi si nona untuk mendengar pembicaraan terlebih jauh. "Sebabnya ialah karena itu manusia licin she Yo telah bersekongkol sama pihak Tiat Ciang Pang!"   Berkata pula Oey Yong nyaring.   "Orang she Yo itu telah menyiarkan cerita burung bahwa Ang Apngcu telah meninggal dunia! Tahukah saudara-saudara siapakah orang she Yo ini?"   "Siapakah dia? Siapakah dia?"   Banyak suara bertanya.   "Lekas bilang, lekas!"   Tapi ada juga yang berseru.   "Jangan dengar ocehannya bangsat perempuan ini, dia lagi mengacau pikiran kita!"   Maka itu, suara mereka itu menjadi berisik.   Oey Yong tidak menghiraukannya.   Ia berkata pula.   "Dia bukan orang she Yo, dia sebenarnya she Wanyen! Dialah putra dari Pangeran Chao Wang dari negara Kim! Dia tengah beraksi untuk merumpas Kerajaan Song kita!"   Kawanan pengemis itu melengak tetapi mereka tidak berani lantas mempercayai.   Oey Yong berpikir cepat.   Ia pun mengerti, sukar untuk lantas merebut kepercayaan orang banyak itu.   Maka ia membutuhkan bukti.   Ia lantas merogoh ke dalam sakunya.   Ia merasa syukur yang barang-barangnya tidak terampas semua.   Di situ masih ada tangan besi yang Cu Cong curi dari tubuhnya Khiu Cian Jin.   Dia lantas mengangkatnya tinggi-tinggi.   Ia lantas berkata nyaring.   "Lihatlah kamu, barang ini barang apa! Baru saja aku merampas ini dari tangannya si orang she Yo itu! Lihatlah, semua saudara!"   Semua orang merangsak maju. Mereka terpisah cukup jauh dari panggung. Mereka ingin melihat tegas, barang apa itu. Lantas juga di antaranya ada yang berseru.   "Itulah tangan besi! Kenapa barang itu ada padanya?" "Nah, inilah dianya!"   Berseru Oey Yong.   "Dialah mata-mata dari Tiat Ciang Pang! Tentu saja dia membawa-bawa barang pertandaan dari partainya!"   Yo Kang kaget dan takut sekali.   Segera ia mengayunkan sebelah tangannya, maka dua biji pusutnya menyambar ke arah si nona.   Ia tidak bisa melihat tetapi ia bisa menduga orang berada di mana dengan mendengar suaranya saja.   ia pun terpisah paling dekat dengan nona itu.   Oey Yong mendapat lihat menyambarnya senjata rahasia, yang mengeluarkan sinar berkeredepan, ia membiarkan saja.   Adalah diantara pengemis ada yang berteriak-teriak.   "Senjata rahasia! Awas!"   Ada pula yang menjerit.   "Celaka!"   Dua batang senjata rahasia itu mengenai tubuh Oey Yong, terdengar suaranya yang nyaring, lekas keduanya jatuh ke panggung, si nona tidak kurang suatu apa. "Eh, orang she Yo!"   Oey Yong menegur.   "Jikalau kau bukannya orang jahat, kenapa kau membokong aku dengan senjata rahasiamu!"   Orang Kay Pang itu menjadi heran, mereka jadi sangat bersangsi.   Rata-rata mereka bertanya, siapa nona itu, dan apa benar perkataannya.   Ada juga yang menanya, apa pangcu mereka - Ang Pangcu - belum mati.   Maka itu, banyak mata lantas ditujukan kepada keempat tiangloo mereka.   Agaknya mereka ingin minta keempat tertua itu mengeluarkan pikirannya.   Karena kejadian ini, Barisan Tembok dari kaum Kay Pang itu pecah sendirinya, dengan begitu ketika Kwee Ceng pergi ke pinggiran panggung, tidak ada orang yang mengambil peduli.   Ketika itu Lou Yoe Kiak sudah mendusin, maka keempat tiangloo lantas berbicara.   Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Sekarang ini belum bisa didapat kepastian,"   Berkata Yoe Kiak.   "Maka itu baiklah kedua pihak itu ditanya jelas-jelas. Yang paling penting ialah mencari tahu dulu benar atau tidak Ang Pangcu telah meninggal dunia."   "Tetapi kita sudah mengangkat pangcu baru, mana dapat kita mengubahnya dengan sembarangan?"   Kata Kan Tiangloo bertiga.   "Aturan kita turun-temurun, titah pangcu tidak dapat dibantah!"   Maka itu, keempat tiangloo itu pun menjadi terpecah dua. Kemudian ketiga tiangloo golongan Pakaian Bersih saling mengasih isyarat, terus mereka mendekati Yo Kang, terus Kan Tiangloo berseru.   "Kami cuma mempercayai perkataannya Yo Pangcu! Entah darimana datangnya ini dukun perempuan, dia mengacau pikiran orang! Jangan dengarkan dia! Saudara-saudara bekuk dia! Bawa dia turun untuk dihajar!"   Tapi Kwee Ceng di bawah panggung berseru dengan bengis.   "Siapa berani turun tangan?!"   Melihat orang bersikap garang, tidak ada pengemis yang berani naik ke panggung.   Sementara itu Khiu Cian Jin bersama orang- orangnya semua berdiri diam di samping, jauh dari mereka itu.   Ia senang menyaksikan peristiwa itu.   Bukankah orang seperti lagi saling membunuh? Oey Yong berkata pula.   "Sekarang ini Ang Pangcu masih hidup, ia berada dengan tidak kurang suatu apa di dalam istana di Lim-an! Pangcu kelewat gemar dahar barang santapan raja, ia tidak dapat membagi tempo untuk datang ke mari, maka itu ia mewakilkan aku. Kalau nanti Ang Pangcu sudah cukup dahar, ia pasti akan datang menemui saudara-saudara!"   Keempat tiangloo serta kedelapan pengemis kantung delapan itu tahu kegemarannya pangcu mereka akan bersantap, keterangannya Oey Yong ini dapat juga menarik kepercayaan mereka itu, maka pikiran mereka guncang pula. Kembali Oey Yong berkata.   "Orang she Yo ini sudah bersekongkol sama Tiat Ciang Pang, dia sengaja hendak mencelakai aku. Dia telah mencuri tongkatnya Pangcu untuk mengakali orang. Kenapa kamu tidak dapat membedakan apa yang benar dan apa yang salah dan kamu main percaya saja? Keempat tiangloo dari partai kita adalah orang-orang yang banyak penglihatannya dan luas pengetahuannya, mengapa kamu tidak dapat melihat ini suatu akal yang kecil sekali?"   Mendengar itu, semua mata lantas diarahkan kepada keempat tiangloo. Banyak mata yang bersinar ragu-ragu. Yo Kang telah buntu jalan, dia norek. "Kau bilang Ang Pangcu masih hidup, habis kenapa dia menugaskan kau menjadi pangcu?"   Ia menanya. "Dia menghendaki kau menjadi pangcu, kau mempunyai bukti apa?" Oey Yong membalingkan tongkatnya. "Inilah tongkat Tah-kauw-pang dari Pangcu! Mustahilkah ini bukannya bukti?"   Berkata ia. Yo Kang tertawa lebar. "Haha! Toh itu tongkat suciku, yang barusan kau merampasnya dari tanganku?"   Katanya.   "Siapakah tidak menyaksikan itu barusan?"   "Jikalau Ang Pangcu menghendaki kau menjadi pangcu, mengapa dia tidak mengajari ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat?"   Oey Yong tanya.   "Kalau benar dia mengajarinya, kenapa kau membiarkannya aku merampasnya?"   Mendengar orang menyebut ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat, yaitu ilmu silat tongkat peranti mengemplang anjing. Yo Kang menyangka Oey Yong memandang hina tongkat itu, maka ia hendak membalikinya. Ia berteriak.   "Inilah tongkat suci dari Pangcu kami, kenapa kau menyebut-nyebut tongkat peranti mengemplang anjing? Ha, kau mengaco belo, ya! Sungguh berani kau menghinakan tongkat suci dari partai kami!"   Yo Kang bangga sekali.   Ia menganggap dengan begitu ia telah menghormati tongkatnya itu.    Bajak Laut Kertapati Karya Kho Ping Hoo Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung Bangau Sakti Karya Chin Tung

Cari Blog Ini