Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 29


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 29


Pengelana Rimba Persilatan Karya dari Huang Yi   Fu Ke-wei cepat cepat menimpalnya.   "Kak, sudah sudah! Tuan takut kita membebani dia. Itu juga maksud baiknya!"   Ouw Yu-zhen meredakan situasi.   "kita bisa bersenang-senang beberapa hari main di Xu-zhou, melepaskan hati yang pepat, bukankah itu menyenangkan?"   "Baiklah!"   Hoa-fei-hoa bisa mendengar ada maksud lain dalam perkataan Ouw Yu-zhen, sehingga tidak mendesaknya lagi.   "Tapi, kalian harus hati hati!"   "Aku akan sangat hati-hati, aku tidak ingin kalian pergi menempuh bahaya, tandanya aku sangat hati-hati."   Setelah selesai makan malam, mereka masih merundingkannya dengan teliti sekali lagi.   Ketua kuil Xiao-yao-xian-ke terletak di pantai danau Wei -shan di kabupaten Pei, puluhan tahun di pandang orang sebagai iblis yang melakukan segala kejahatan, doyan wanita, wanita cantik yang diinginkan oleh dia, pasti mengalami nasib buruk dan hilang secara misterius.   Mempunyai anak buah memerlukan biaya yang besar, menikmati kehidupan mewah juga memerlukan uang, maka iblis pendeta dao juga sangat suka harta, kalau hanya mengandalkan uang hio para umatnya, mana cukup? Maka tidak aneh dia melakukan kejahatan.   Pagi-pagi, Fu Ke-wei sembilan orang, pamit pergi ke utara.   Setelah hampir tengah hari, mereka tiba di kota Ping-hu, dan menginap di penginapan tua terbesar di dalam kota itu.   Setelah mandi, selesai makan siang, masing masing menyiapkan peralatan untuk menghadapi iblis pendeta dao.   Sekitar jam tiga sore, di dalam pekarangan muncul tiga orang setengah baya berbaju ringkas, pedangnya sangat mewah, sekali lihat sudah bisa tahu termasuk pedang pusaka, sikapnya pun tampak seperti seorang ahli pedang yang ternama.   Keponakan keluarga Ceng yang menjadi kakak kelima bertugas menjaga, dia sudah lebih dulu mengeluarkan isyarat.   Begitu tiga orang sekali melangkah masuk ke pekarangan, Fu Ke-wei juga pas membuka pintu mau keluar.   Tiga orang itu saling memberi aba-aba, tiga pasang mata yang tajam menatap pada wajah Fu Ke-wei yang tersenyum hangat, sepertinya ingin menggunakan sorotan mata menakuti dia, juga sepertinya tidak percaya dia adalah seorang ahli pedang yang ternama di dunia persilatan.   Pi-li-hu yang sedang mempersiapkan alat-alat di dalam kamar, membuka pintu melihat keluar, lalu kembali menutup kembali pintu kamarnya, dia tidak ingin melihat hasilnya, sebab yakin pada Fu Ke-wei, tiga orang tidak akan merupakan ancaman bagi Fu Ke-wei.   "Marga tuan?"   Tanya orang berkumis bermata elang, dengan sikap dingin dan sombong.   "Marga Fu, Fu-jiu."   Dia sedikit pun tidak tersinggung atas kesombongan lawan, wajahnya tetap damai.   "siapa marga saudara, ada keperluan apa?"   "Aku marga Xie, kota kami tidak menyambut kedatanganmu!"   "Ooo! Saudara Xie, kau mau mengusir aku?"   "Betul! Mengusir kau pergi!"   "Bisakah memberitahukan alasannya?"   "Tidak perlu!"   "Marga Xie, bisa jelaskan jati dirimu?"   "Pokoknya kau pergi saja, setelah pergi jangan kembali lagi, daerah kabupaten Pei tidak menyambut kau tinggal. Berita kota Xu-zhou sudah sampai, kau adalah dewa wabah yang membuat mala petaka pada setiap tempat yang kau lalui."   "Ooo! Begitu. Kau mau usir aku menggunakan apa?"   "Pedang!"   "Bagus sekali! Ha ha ha......"   Fu Ke-wei tertawa keras.   "aku ahlinya membunuh orang menggunakan pedang, kau malah menggunakan pedang mengusir aku! Apakah pedangmu tajam?"   "Anjing kecil jangan sombong......"   "Pasang telinga keledaimu, dengar baik-baik."   Fu Ke-wei menekan wajahnya, berwibawa tanpa marah.   "aku berkelana di dunia persilatan, selalu dengan prinsip orang tidak mengganggu aku, aku tidak mengganggu orang. Aku tidak pernah membunuh orang tua sepertimu, juga tidak pernah membongkar kuburan nenek moyangmu, kau mengandalkan apa berlagak seperti manusia, datang kemari mengusir aku menggunakan pedang? Puuh...! Benda apa kau ini?"   Kata-katanya cukup menekan, hujatannya melegakan hati, siapa pun tidak bisa menerima hinaan ini, berandalan kelas tiga juga akan lepas kendali karena marah.   Benar saja, semua tidak diluar dugaan, marga Xie jadi lupa diri, amarah memenuhi dadanya, sambil menggigit gigi mencabut pedang dia maju menerjang, serangannya secepat kilat.   Fu Ke-wei dengan kecepatan yang sulit di bayangkan juga mencabut pedang, menyambut sinar yang datang.   Traang! Terdengar suara benturan logam, pedang marga Xie lepas dari tangannya, terbang satu zhang lebih, jatuh ke dalam kolam air di pekarangan.   "Bermain pedang di hadapan aku sama juga bermain kapak dihadapan keluarga Ban."   Ujung pedangnya Fu Ke-wei ditempelkan didada kirinya lawan.   "kau yang duluan menyerang memakai pedang, aku berhak memasukan pedang ke dalam dadamu, betul tidak? Siapa yang menyuruh kalian? Bicara..!"   "Pendeta tahu kau......kau hebat sekali......"   Marga Xie merentangkan kedua tangannya, tubuhnya sedikit jongkok, wajah berubah pucat.   "makanya......ingin aku per......persilahkan kau pergi......"   "Pendeta? Pendeta apa?"   "Xiao-yao-xian-ke......"   "Ooo! Aku tahu orang ini."   Fu Ke-wei dengan sikap yang tidak berubah, dia sekalian saja berlagak bodoh untuk mencari berita.   "tapi aku tidak kenal dia, kenapa dia ingin mengusir aku?"   "Pendeta sudah tua, tidak mau banyak masalah, asalkan kau tidak tinggal di daerah dia, maka tidak akan timbul perselisihan."   "Begitu saja?"   Fu Ke-wei menarik pedang yang ditempelkan di dada lawannya.   "Benar, hanya itu."   "Apakah masih ada sebab lain?"   "Tidak ada."   "Apakah dia perlu jawaban?"   "Tidak perlu."   "Dia tidak tanyakan apakah aku mau atau tidak?"   "Kau......"   "Suruh dia sendiri datang kesini mengusirnya baik tidak?"   "Tuan......"   "Aku berkelana didunia, tidak pernah mengakui ada orang yang menggaris daerah sebagai daerah terlarang.   Tolong kau kembali laporkan, supaya dia tarik perintahnya, tidak perlu menanyakan kedatangan atau kepergian aku, jika tidak......"   "Mana ada aturan begini!"   Marga Xie penyakit sombongnya kembali kambuh.   "Tutup mulutmu!"   Mata Fu Ke-wei melotot, tampaknya terhadap penjahat tidak bisa menggunakan cara lembut.   "jika tidak, jika dia tidak mencari aku, aku yang akan mencari dia. Apakah kata-kata aku cukup jelas?"   "Kau......kau......"   "Dari sini ke kabupaten Pei, pulang pergi tidak sampai seratus tiga puluh li, berjalan dengan cepat pulang pergi sehari sudah lebih dari cukup, besok di waktu sekarang, aku tunggu kabarnya dipenginapan, jika dia tidak datang, aku akan mencari dia!"   "Kau cari mati......"   "Itu urusan aku, aku mengerjakan sesuatu, harus dengan alasan yang cukup, alasannya lebih banyak lebih bagus, sekarang sudah ada lebih satu alasan lagi."   "Omong kosong apa kau ini."   "Kau tidak mengerti ya sudah, sekarang, kalian boleh pergi!"   "Kau akan menyesal!"   Teriak marga Xie marah sambil membawa teman temannya pergi.   "Paman Ceng, dugaan kita benar!"   Teriak Fu Ke-wei dengan gembira.   "Dua kelompok orang itu benar saja ada disana, iblis pendeta dao ingin menutupi malah jadi terbuka, jika usah dipukul untuk menyampaikannya, dia sudah ketakutan sendiri!"   Kata Pi-li-hu membuka pintu sambil tertawa.   "Tidak, iblis pendeta dao bukan ketakutan, tapi takut aku tidak pergi mencari dia, jadi sengaja membuat aku marah supaya mencari dia, supaya sekali repot selamanya santai.   Aku duga, harta kekayaan yang diberikan oleh ketua benteng Xi pasti banyak sekali, dengan seluruh kekayaannya ingin membeli nyawaku ini, bagus! Jika dia tidak mengeluarkan uang, bukankah iblis pendeta dao seorang idiot? Kita besok berangkat ke kabupaten Pei."   "Maksudmu......"   "Mengosongkan gudang pusakanya kuil Jing-yun!"   "Aku lihat kau sungguh bisa jadi perampok, angkatan muda yang harus ditakuti!"   Pi-li-hu tertawa pahit.   "peristiwa benteng Zhang-feng kembali terulang, kau membuat para perampok yang tidak punya hati nurani, jadi binasa!" 0oo0 Kuil Jing-yun tidak berada di dalam kota, dia berada di sepuluh li dari gerbang timur, di pinggir danau Wei-shan. Tanah kuil itu luas sekali, bangunan utamanya besar dan megah, bangunan yang lebih kecil ada puluhan, umatnya banyak sekali. Di lihat dari luar, kuil Jing-yun tidak berbeda dengan kuil lainnya, hanya sedikit lebih megah saja. Tapi bangunan di bawah tanah, luasnya lebih besar dua kali lipat di bandingkan dengan yang di atas tanah, dan interiornya juga lebih mewah. Orang luar tidak mungkin bisa masuk, juga tidak ada pintu untuk masuk, hanya para murid kepercayaannya iblis pendeta dao, baru bisa keluar masuk dari pintu yang sangat rahasia. Xiao-yao-xian-ke tidak pernah memberi orang yang minta perlindungan dia menginap di dalam kuil Jing-yun, orang yang berada di bawah perlindungan dia, harus mencari tempat sendiri untuk menginap, dia hanya bertanggung jawab menghadapi orang yang datang mau membunuh. Kampung kecil di sisi kuil Jing-yun, adalah satu pasar kecil, ada dua tiga puluh toko, kebanyakan menjual hio dan alat-alat untuk sembahyang, toko-toko kecil itu hanya mengandalkan langganan dari para umat yang datang bersembahyang. Karena sangat dekat dengan kota, maka tidak ada penginapan, tapi beberapa rumah di dalam kampung bisa di sewakan untuk menginap sementara, segala sesuatunya harus diurus sendiri, tidak ada orang yang melayani. Ketua benteng Xi dan anaknya delapan orang, juga Yu-shu-xiu-shi enam orang, masing-masing disini menyewa sebuah rumah yang ada pekarangannya, mempekerjakan beberapa orang kampung untuk melayani. Mereka sebenarnya bisa menginap di dalam kota, tapi menganggap dekat dengan kuil Jing-yun akan lebih aman, Xiao-yao-xian-ke telah mengutus orang diam-diam melindungi mereka di dalam kota, tapi itu tidak menjamin aman seluruhnya, jaring perlindungannya terlalu luas, pasti ada celah yang kurang mendapat perhatian. Benteng Zhang-feng adalah pengusaha perlindungan, tamunya di atur tinggal di dalam benteng dengan ketat melindunginya. Dua kelompok orang ini sudah tinggal beberapa hari, sudah merasakan ada yang tidak wajar. Di kuil Jing-yun setiap hari pasti ada orang yang keluar masuk sembahyang, siapa yang bisa tahu diantaranya ada orang yang berniat tidak baik? Kalau terjadi sesuatu baru bertindak, itu terlalu bahaya, jelas, yang digunakan oleh iblis pendeta dao adalah cara tua, menyediakan orang untuk melindungi. Ini artinya, jika ada orang masuk menyusup membuat keributan, baru mengerahkan orang membunuhnya. Jika Fu-jiu menyusup masuk dan menyembelih mereka dengan pedang, walau iblis pendeta dao bisa membunuh Fu-jiu, tapi ini apa gunanya buat mereka? Ketua benteng Xi dan Yu-shu-xiu-shi pernah mengajukan permintaan pada petugas kuil Jing-yun supaya bisa masuk kedalam kuil. Di dalam kuil ada banyak kamar tempat tidur para pendeta, untuk melayani para tamu sembahyang yang ada kedudukannya, tapi permintaan mereka ditolak oleh petugas, setelah terus mendesaknya, petugas menyatakan harus diputuskan oleh ketua kuil, menyuruh mereka kembali dulu ke tempat menginap mereka menunggu kabar. Ketua benteng Xi dan Yu-shu-xiu-shi kembali ke tempat tinggalnya, tidak sampai dua jam kuil Jing-yun mengutus seorang pendeta dao tua menyampaikan keputusan ketua kuil, lalu pergi meninggalkan lagi. Ketua benteng Xi langsung mengutus orang mempersilahkan Yu-shu-xiu-shi datang merunding kannya.   "Bagaimana hasilnya?"   Tanya Yu-shu-xiu-shi buru-buru, melangkah masuk ruang.   "Iblis pendeta dao prinsip nya setuju, tapi mengajukan dua syarat, jika kita tidak menyanggupinya, tidak perlu dibicarakan lagi."   Kata ketua benteng Xi tertawa pahit.   "Apa syaratnya?"   "Syarat pertama, adalah meminta kita menyumbang lagi uang hio sebanyak lima ribu liang perak......"   "Saudara Xi, sekarang aku sedang kantong kosong......"   Yu-shu-xiu-shi buru buru memotong.   "Uangnya biar aku yang tanggung, itu tidak masalah."   Ketua benteng Xi dengan wajah aneh.   "syarat satunya lagi, sungguh sulit orang bisa menerimanya......"   "Syarat apa?"   Tanya Yu-shu-xiu-shi cepat.   "Ingin orang."   "Ingin siapa?"   "Ling-yun-yan nona Liu!"   "Ini......"   Yu-shu-xiu-shi berpikir sebentar.   "benar saja dugaanku."   "Iblis pendeta dao jelas tahu nona Liu adalah orangmu, malah menunjuk menginginkan dia, sungguh keterlaluan. Tapi jika kita tidak menyanggupinya, mungkin sulit kita bisa lolos dari mala petaka yang segera akan tiba."   "Benar kata saudara Xi, Fei-yan adalah wanita kesayanganku, tapi......demi bisa lolos dari mala petaka ini, aku terpaksa merelakannya......"   "Ooo...! Saudara tidak menyesal dikemudian hari?"   Ketua benteng Xi sedikit pun tidak merasa terkejut, sepertinya sudah menduga dia akan menyanggupinya.   "Aku tidak akan menyesal!"   "Lima ribu liang perak aku sudah siapkan, orangnya kapan saudara bisa antarkan?"   "Paling lambat besok sebelum sore hari."   Yu-shu-xiu-shi bangkit berdiri.   "aku harus pulang dulu menyiapkannya, supaya tidak terjadi perubahan yang tidak diduga."   Melihat bayangan belakang Yu-shu-xiu-shi menghilang di balik ruangan, Zhang-cun-ji-shi tidak tahan mengeluh menggelengkan kepala! "Manusia ini benar-benar hebat, bisa mengambil, bisa melepas, dikemudian hari pasti hidup dia akan lebih sukses dari pada orang lain."   Zhang-cun-ji-shi tertawa pahit.   "demi mencapai tujuan, apa pun bisa dilakukan, dia seorang yang berbakat hebat."   "Memang dia macam perampok hina!"   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kata ketua muda benteng Xi tertawa dingin.   "demi hidup, apa pun bisa melakukannya, memberikan kekasih itu tidak seberapa, walau menyuruh dia menggali makam ibunya memberikan tulang, dia juga tanpa ragu sedikit pun akan mengambil pacul, dengan suka hati menggali."   "Nak, tidak boleh mengatakan dia seperti itu! Suami istri seperti juga burung di satu hutan. saat mala petaka datang terbang kearah masing masing, apa lagi adalah kekasih? Pokoknya, dia ini orang yang tidak mudah, bisa berperan jadi naga juga bisa berperan jadi ulat, kita harus hati-hati padanya."   Kata ketua benteng Xi.   "malam ini semua orang harus sedikit waspada, besok setelah kita masuk ke dalam kuil, keamanannya jadi tidak mengkhawatirkan lagi." 0-0-0 Bab 32 Bersamaan waktu saat Fu Ke-wei sembilan orang meninggalkan kota Ping-hu menuju utara, seekor kuda berlari cepat ke utara. Ini adalah jalan kecil dari kota Ping-hu menuju kabupaten Pei, empat orang wanita kampung masing masing bersembunyi di belakang pohon besar di kedua sisi jalan, memandang kedatangan penunggang kuda datang dengan cepatnya.. Kuda dengan cepatnya tiba, penunggang kuda mana ada waktu mengawasi keadaan di pinggirjalan. Debu beterbangan, salah seorang wanita kampung menarik kencang seutas tali besar, di belitkan dengan kuat ke batang pohon. Menjerat kuda mudah dan sangat berguna, tapi juga satu permainan yang berbahaya, menghadang kuda yang berlari kencang seribu kali coba seribu kali berhasil, tentu saja harus diperhitungkan dengan tepat. Terdengar teriakan kuda, buuk... kudanya terjungkal jatuh. Penunggang kuda tidak menduga bisa terjadi hal ini, dia terlempar ke depan meninggalkan pelananya. Seorang wanita kampung lainnya melayang keluar, ilmu meringankan tubuh sangat hebat, di atas udara telapaknya dipukulkan kepunggungnya penunggang kuda yang sedang berguling, menangkap dengan sebelah tangan lalu melayang turun. Buum... Sambil bersuara dia melemparkan penunggang kuda yang setengah pingsan kedalam rerumputan dipinggir jalan. Dua wanita kampung disamping jalan meloncat keluar, menarik orang yang jatuh ke dalam hutan. Seorang lagi menendang kepala kuda, sepasang kaki kuda telah patah, kuda pasti akan mati, lebih cepat dibunuh, bisa meringankan kesakitannya. Dia seorang diri, dengan mudah menarik mayat kuda lalu disembunyikan kedalam hutan. Wanita kampung yang mengendalikan tali penjerat kuda kembali menimbun tali penjerat kuda. Beberapa tamparan telah membuat penunggang kuda jadi sadar kembali.   "Kau......kau......."   Penunggang kuda ketakutan.   "Mau melaporkan apa? Katakan!'' wanita kampung dengan galaknya berkata, tapi suaranya merdu.   "Si mar......marga Fu......sudah berangkat, se......sepertinya mau......terang terangan me......melabrak......"   "Laporanmu mau disampaikan kemana?"   "San-jia-dian yang......yang berada empat puluh li lebih, itu......itu adalah pos penghubung......"   Satu tamparan ditambah satu pukulan telapak, penunggang kuda segera pingsan, wanita kampung membuka ikat pinggang penunggang kuda, dengan mahirnya mengikat orang, merobek bajunya menyumbat mulut, melemparkan orangnya ke dalam rerumputan.   "Mereka sudah berangkat."   Kata wanita kampung pada temannya.   "kita jangan menunggu lagi! Berangkat duluan bagaimana?"   "Bagus! Kita repot sedikit dengan memutar jalan melalui ladang liar!"   Wanita kampung ini adalah Nie-sha-yin-hoa.   "lebih cepat mengaturnya, lebih banyak kesempatan berhasilnya!"   Empat orang melepaskan tali penjerat kuda, dari belakang pohon mengeluarkan empat ransel, lalu pergi melalui tanah liar.   "Apa Kakkak Fu benar akan melakukan dengan terang-terangan?"   Tanya seorang wanita kampung, dia adalah Jin Wen-wen.   "Tidak diragukan lagi."   Kata Ouw Yu-zhen dengan pasti.   "dia itu tidak takut pada apa pun, makanya kita harus membantu dia dengan diam-diam, menambal kekurangan dia."   "Tidak takut dia marah?"   "Kau jangan terpengaruh oleh wajah marah dia yang seperti setan itu, adik Wen!"   Nie-sha-yin-hoa memotong.   "aku kenal dia, macan mati tidak makan orang, rupanya saja yang menakutkan orang, dia itu sungguh-sungguh baik pada kita, perhatian pada kita. Kita cepat jalan sebentar!"   Ling-yun-yan Liu Fei-yan bukan saja cantik, ilmu silat dan senjata gelapnya juga sangat hebat, Xiao-yao-xian-ke adalah seorang yang doyan wanita, tidak aneh menginginkan dia sebagai salah satu syarat menginap di dalam kuil.   Yu-shu-xiu-shi juga doyan wanita, tapi demi nyawanya, terpaksa merelakannya diberikan pada orang.   "Malam ini kita akan menginap di dalam kuil Jing-yun, kau bersiap-siaplah dulu."   Yu-shu-xiu-shi sambil minum sambil berpesan pada Liu Fei-yan.   "Yun-fei......"wajah cantik dia berubah.   "Kenapa?"   "Aku tidak mau!"   Dia menggigit gigi, dengan tegas menolak.   "Iblis pendeta dao itu paling doyan wanita, setan jahat yang tidak takut pada siapa pun. Jika dia ada niat padaku, apakah kau bisa melawannya?"   "Kata-katamu omong kosong yang tidak ada gunanya!"   Yu-shu-xiu-shi tertawa dingin.   "kita minta perlindungan dia, juga orang yang memberi kekayaan padanya, dia seorang pesilat tinggi ternama masa kini, pasti tidak akan melakukan hal yang dilarang!"   "Belum tentu! Ketua benteng Xi saja berani menghianati orang yang minta perlindungan dia."   "Bagaimana ketua benteng Xi bisa di bandingkan denganXiao-yao-xian-ke! Hm...!"   "Mereka itu satu jenis."   "Kau terlalu banyak berpikir......sudahlah, kalau tidak mau ya sudah, jika harus mati, kita mati bersama saja!"   Yu-shu-xiu-shi tiba-tiba berubah sikap, wajahnya tersenyum hangat yang membuat hatinya bergejolak.   "kau cantik sejak lahir, sebenarnya di dalam hati aku juga khawatir, selanjutnya aku akan baik-baik terhadapmu, menyayangi kau......"   Yu-shu-xiu-shi memeluk erat, lalu mencium sambil tangannya mengerayang kesana-kemari, akhirnya sampai di dada, dengan lembut dan sayangnya mengusap-usap buah dada yang mulus dan belum turun itu.   "Ahh......"   Liu Fei-yan merasakan seluruh tubuhnya panas membara, dengan nafsu yang mulai naik melakukan rontaan yang bersifat perlambang saja.   "Yun-fei......jang......jangan......siang hari......"   "Pintu kamar telah dikunci, sayang......"   Sekali mendehem, nafasnya terasa sesak, tangannya yang ramping mulus, tidak tahu ditaruh di mana, lama-lama dengan bernafsu merangkul erat Yu-shu-xiu-shi yang sedang sibuk itu, akhirnya dia sudah masuk kedalam keadaan setengah sadar karena merasa sangat nyaman.   Dalam waktu sekejap, diatas ranjang telah nampak sepasang kambing putih besar terbaring.   Lewat satu jam, Yu-shu-xiu-shi turun dari ranjang.   Liu Fei-yan malah terbaring telanjang bulat di atas ranjang, bukan saja jalan darah bisunya telah ditotok, sepasang bahu dan sepasang kakinya juga telah ditotok, dia seperti telah menjadi ulat yang tidak bisa bergerak sama sekali.   Kecuali menggerakan sepasang mata yang penuh air mata dan bernafas, semua sudah tidak bisa bergerak bebas, ingin berteriak ke langit tidak menyahut, memanggil bumi tidak ada pintu.   "Jangan salahkan aku, sayang!"   Yu-shu-xiu-shi sambil mengelus-elus tubuh telanjang yang sempurna di depan matanya, sambil tertawa misterius berkata.   "Iblis pendeta dao menginginkan mu, sebagai syarat kita menginap di dalam kuil, aku sudah tidak ada jalan lain, hanya kau yang bisa menolong aku, maafkan aku, sayang!"   Liu Fei-yan sudah tidak mengucurkan air mata lagi, hanya dengan sorot matanya dengan buas, menatap tajam pada kekasihnya yang berhati anjing, yang pernah dia curahkan seluruh tubuhnya untuk dia.   Dia jadi teringat kata-kata Fu Ke-wei yang pernah mengkritik Yu-shu-xiu-shi.   "Ooh langit! Aku sungguh buta!"   Di dalam hati dia berteriak.   "Yu-shu-xiu-shi binatang ini! Asalkan aku masih ada nafas, aku tidak akan melepaskanmu......"   Dia menyesal, tapi sudah terlambat! Laporan selalu tidak bisa sampai ke kuil Jing-yun, utusannya satu persatu menghilang ili tengah jalan.   Ketika sembilan ekor kuda melewati San jit dian, orang-orang di pos penghubung terkejut sekali! Sembilan orang asing dengan santainya lewat di depan mata, mengapa sebelumnya tidak ada kabar laporannya? San-jia-dian berada dijalan pertigaan, juga adalah jalan kecil dari kota Ping-hu menuju kabupaten Pei, lima belas li ke kuil Jing-yun di arah barat daya, ke kota dua puluh lima li lebih sedikit.   Pos penghubung disini, dengan kuda cepat menyampaikan kabar, dalam sekejap bisa sampai.   Fu Ke-wei sembilan orang datang dengan persiapan, dia akan menggunakan kekuatan yang amat dahsyat menghancurkan orang yang melindungi dua orang penakut itu, selanjutnya, orang yang berani melindungi dua orang penakut itu, tidak akan ada beberapa orang.   Berita kilat telah tiba, musuh telah sampai.   Jangan membiarkan musuh langsung menuju kuil Jing-yun, musuh berada di depan hidung bukankah itu akan mencoreng muka? Selama tiga puluh tahun tidak pernah terjadi hal semacam ini, kemarahan orang orang kuil Jing-yun bisa dibayangkan.   Tujuh penunggang kuda yang pertama datang menghadang, dalam satu perintah, membagi ke kiri dan kanan, tujuh ekor kuda menghadang dijalan yang lebarnya tiga zhang.   Seorang penunggang kuda setengah baya bertubuh tinggi besar berwajah bengis yang berada di tengah, wajahnya sangat menyeramkan.   Enam orang lainnya adalah pendeta dao setengah tua bermantel hijau.   "Ada urusan apa?"   Orang setengah baya berwajah bengis, berteriak seperti geledek. Fu Ke-wei dengan sembilan ekor kuda, membagi jadi dua berjalan pelan, dalam jarak tiga zhang pelan-pelan menghentikan kudanya.   "Brengsek!"   Fu Ke-wei menghujat, suaranya keras sekali.   "disiang hari bolong, kalian berani terang-terangan menghadang jalan, apa mau merampok? Apakah kabupaten Pei ini tidak ada hukum?"   "Jangan pura-pura, anjing!"   Teriak orang setengah baya wajah bengis sambil mencabut golok.   "Anjing blasteran, turun kau!"   Xie-shen meloncat turun dari kuda, goloknya menunjuk ke bawah.   "golok lawan golok, aku Xie-shen belum pernah berhadapan dengan lawan yang menggunakan golok, mari mari mari! Makan golok aku ini!"   "Kau ini barang apa!"   Orang setengah baya meloncat turun dari kuda, dengan marahnya melayangkan golok menerjang.   "Bagus!"   "Traang...!"   Orang setengah baya itu terpental ke pinggir lima enam langkah.   "Kau juga terima golokku!"   Xie-shen berteriak marah.   Sinar golok berkilat, hawa golok menyerang orang, orang dengan golok menjadi satu, dengan sepasang tangan mengayunkan golok dahsyatnya seperti geledek menerjang.   Orang setengah baya baru tergebrak satu jurus sudah kalah, sekarang dia baru tahu Xie-shen bukanlah hanya namanya saja yang hebat, dia tidak berani menangkisnya, golok mengikuti tubuhnya menghindar, dengan cepat menempel ke belakang kanan Xie-shen, mencari celah, golok disabetkan secepat kilat.   Xie-shen tertawa keras, tubuhnya setengah berputar, golok baja dengan cepat ditekan ke bawah.   "Traang...!"   Punggung goloknya memukul miring golok lawan, sekali putar sekali tusuk, segera membalasnya.   "Ssst...!"   Ujung goloknya berhasil melukai kaki kanan bawah orang setengah baya, celana robek darah langsung mengalir.   Orang setengah baya meloncat lima che, memutar tubuh melayangkan tangan kiri, dari dalam lengan baju menyemburkan asap hitam pekat, asap itu begitu tertiup angin menyebar, terbang kearah Xie-shen.   Xie-shen sudah lebih dulu cepat mundur, juga melayangkan tangan kirinya, satu sinar abu abu membelah asap, masuk menerjang, tepat setelah asap pekat menyebar, menembus masuk! "Siiaat...!"   Bersamaan Xie-shen berteriak keras.   "Paak...!"   Sinar coklat menembus asap tebal, meletus di atas hidungnya orang setengah baya, serbuk warna coklat menebar ke seluruh wajannya orang setengah baya.   Xie-shen tidak pernah menggunakan senjata gelap, ini pertama kalinya dia menggunakannya, hasilnya sangat bagus.   "Aduh......mataku......"   Orang setengah baya menutup sepasang matanya, cepat mundur sambil mengucurkan air mata dan ingus, langkahnya menginjak tempat kosong, lalu jatuh kedalam parit di pinggir jalan.   Itu bukan senjata rahasia, tapi hanya sebutir lada, salah satu barang yang disiapkan oleh Fu Ke-wei.   Keponakan dari keluarga Ceng yang dipanggil Wu-ge, sudah turun dari kuda dan maju, pedangnya menunjuk pada seorang pendeta dao tua bermata elang.   "Kau juga turunlah melemaskan otot, aku antar kau menuju neraka!"   Wu-ge menantang dengan menunjuk nama.   "Aku, Ceng-wu!"   Pendeta dao tua maju dengan marah, tepat di saat Xie-shen melukai orang setengah baya.   "Matilah...!"   Teriak pendeta dao tua bermata elang, pedangnya menyerang tangan kanan bersamaan waktu diayunkan, menyemburkan meteor memenuhi udara, menutup kearah Ceng-wu, ternyata gerakan pedangnya hanyalah jurus tipuan.   Ceng-wu seperti sudah ada persiapan lebih dulu, dia menerkam ke bawah, pegangan pedang menahan ke tanah, tangan kiri segera melemparkan tiga bungkus kertas kecil.   "Siiaaat...!"   Teriakan dia menyambung teriakan Xie-shen! Meteor yang memenuhi langit telah tiba, bau amis menusung hidung, dan di saat melemparkan bungkusan kecil dari kertas, Ceng-wu dengan cepat berguling satu zhang lebih.   Tiga bungkusan kecil kertas menembus jaring meteor, mengenai kening dan perutnya pendeta dao tua bermata elang.   "Aduh! Sialan......mata ku......"   Pendeta dao tua mata elang menutup wajah dengan tangan menengadah berteriak, kapur masuk ke dalam matanya, bagaimana bisa nyaman? Jika tidak cepat-cepat diobati, sepasang matanya pasti jadi buta.   Ceng-wu menerjang menempel tanah, pedangnya menembus di paha kanannya pendeta dao tua bermata elang.   "Aaa......"   Pendeta dao tua menjerit keras. Ceng-wu tertawa terbahak-bahak, meloncat bangkit mundur.   "Sembelih para perampok ini!"   Teriak Ceng-wu mencabut pedang, menerjang maju.   Lima orang pendeta dao tua, begitu melihat dua orang teman roboh dengan membawa jeritan menggiriskan hati, mereka jadi ketakutan, tidak berani lagi menghadang lawan yang melarikan kuda menerjang? Mereka bersamaan melarikan kuda ke dalam ladang sawah melarikan diri, meninggalkan temannya tidak mau perduli lagi.   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kelompok orang kedua berada satu li jauhnya, melihat orang orang yang didepan sedang melarikan diri, saling berpandangan wajah berubah warna, segera membalikan kuda mundur kebelakang, tidak berani menghadang lagi.   Sembilan ekor kuda segera melanjutkan perjalanan ke depan, masuk ke dalam kampung kecil yang ada di samping jalan.   Setiap rumah di kampung kecil itu sudah lebih dulu menutup jendela dan pintunya, menjadi seperti kampung mati.   Karena tidak menerima kabar, membuat kuil Jing-yun kehilangan kesempatan mengumpulkan orang, di tengah jalan mengatur jebakan, sehingga mengacaukan rencananya.   Ketua benteng Xi dan kawan-kawan yang bersembunyi ketakutan di dalam kampung, hatinya ketakutan sekali, dia mencoba berteriak memanggil bantuan! Yu-shu-xiu-shi menyamar jadi seorang kampung, menyelinap masuk ke rumah yang ditinggali oleh ketua benteng Xi.   "Brengsek ini sungguh tidak mau sudah, benar-benar mencari sampai disini."   Ketua benteng Xi berkata.   "masalah kita menginap masuk kedalam kuil, mungkin jadi gagal!"   "Sungguh sial! Liu-Fei-yan sudah mau mendengar kata-kataku, masuk ke dalam kuil, sekarang ini si anjing kecil sudah berada di dalam kampung, sudah tidak bisa mengantarkan orang ke dalam kuil."   Kata Yu-shu-xiu-shi dengan gelisah.   "apa lagi sekarang kuil Jing-yun sudah berhadapan dengan musuh, iblis pendeta dao mana bisa perhatikan hidup matinya kita? Kita hanya bisa berdoa saja."   "Aku sudah menduga iblis pendeta dao tidak bisa di percaya, ternyata dugaan aku tidak salah, sekarang kita hanya bisa menunggu hasil dari pertarungan ini."   Kata ketua benteng Xi mengeluh.   "Ooo! Kau harus waspada, di dalam sembilan orang si anjing kecil Fu tidak ada satu pun wanita, ini artinya Hoa-fei-hoa dan kawan kawan bergerak secara sembunyi-sembunyi, kita harus waspada pada serangan gelap mereka."   Fu Ke-wei tidak tahu musuhnya berada di dalam kampung, dia hanya melewati pintu kampung tidak masuk ke dalam kampung, jadi kesempatan yang bagus telah terlewatkan.   Dua li di sebelah timur kampung kecil, adalah sebuah hutan, di depan hutan adalah tanah liar yang tumbuh rumput liar bermacam ragam, pandangannya sangat luas, dari sana bisa melihat dengan jelas keadaan kuil Jing-yun yang berjarak satu li lebih.   Di sisi hutan Fu Ke-wei sendirian melihat tiga puluh lebih rombongan orang yang terdiri dari pendeta dao dan orang biasa datang mendekat.   Orang yang jalan paling depan, dia itulah ketua kuil Jing-yun Xiao-yao-xian-ke yang tampangnya sedikit seperti dewa, membawa pedang menggendong kantong Gan-kun (Dunia dan akhirat), di belakang krah bajunya tertancap sebuah kemoceng.   Enam orang pendeta dao setengah baya mengiring di kiri kanan, satu persatu berwajah marah, penuh hawa membunuh.   Baris kedua adalah dua belas orang berwajah bengis bertubuh tegap, baris ketiga adalah dua belas orang pendeta dao wanita yang cantik-cantik.   Baris terakhir adalah enam orang bocah pendeta dao berwajah putih bersih.   Semua orang berseragam membawa pedang baja.   "Ha ha ha ha......pasukan yang besar sekali!"   Orang yang datang sudah mendekat sampai di dalam lima puluh langkah, dia tertawa menengadah kelangit.   "Tiga puluh enam Tian-gang (Hawa langit) semuanya sudah datang. Xiao-yao-xian-ke, tidak aneh kau berani menguasai sebuah daerah, kekuasaannya menggetarkan dunia persilatan, ada demikian banyak orang membantu mu, merampas harta menculik wanita cantik, sungguh membuat orang iri!"   Dalam jarak dua puluh langkah lebih kiri kanan mereka mengatur strategi, hawa pembunuhan seperti gelombang menerjang Fu Ke-wei, di udara seperti mengalir hawa kematian.   "Pendosa berani sekali kau!"   Mata elang iblis pendeta dao menyorot sinar hijau gelap seperti api setan.   "Ha ha ha......tidak ada keberanian bagaimana bisa datang kemari? Aku berani bertaruh, dalam waktu tiga puluh tahun ini aku lah satu-satu nya orang yang bisa memaksa kau keluar!"   "Mana orang-orangmu yang lainnya?"   "Sedang ke kampung mengurus sesuatu!"   "Hanya meninggalkan kau seorang diri?"   "Karena akulah satu satunya musuh besar mu, terlalu banyak orang malah akan mengganggu gerakan."   "Apa yang kau inginkan sebenarnya?"   "Tiga orang, ketua benteng Xi dan anaknya, juga Yu-shu-xiu-shi Gao Yun-fei, serahkan orangnya pada ku, aku segera pergi meninggalkan tempat ini."   "Mereka adalah tamu agung di bawah perlindunganku."   "Kalau begitu tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, kita hanya bisa bertarung hidup atau mati!"   "Pendosa yang pantas mati, kau sudah selesai!"   "Aku ribuan li mengejar penjahat, tidak akan berhenti sebelum ajal menjemput, Majulah!"   Setiap katanya seperti baja, setiap suaranya memukul kepala lawan. Dengan sangat beraninya mencabut pedang lalu diangkat tinggi-tinggi, dengan langkah besar maju ke depan semangatnya menelan dunia! "Jangan di kasih hidup!"   Xiao-yao-xian-ke marah seperti gila, melayangkan tangan sambil berteriak marah. Seorang pendeta dao tua mencabut pedang melangkah maju, orang kedua mengikuti keluar, wajahnya dingin, seperti penagih hutang.   "Dia pasti bosan hidup!"   Pendeta dao tua yang pertama melangkah keluar menunjuk Fu Ke-wei dengan pedang, nadanya sangat yakin.   Di bawah pegangan pedang, baru saja di buka penutupnya, obat yang meminta nyawa masih belum tumpah keluar, pendeta dao tua kedua kuda-kudanya masih belum mantap.   Satu sinar membelah langit, orang dan pedang sekelebat sudah tiba, hawa pedang seperti es batu, ajal telah tiba.   "Lepaskan senjata!"   Suara teriakan bersamaan waktu tiba. Tidak ada orang yang bisa melihat dengan jelas, bagaimana Fu Ke-wei maju menerjang, hanya terlihat sinar bergerak, orangnya tiba, suaranya tiba, pedangnya sudah menusuk! "Ahh......"   Suara jeritan mengerikan mendadak terdengar, tubuh manusia di depan sinar terbang ke atas, terlempar jatuh ke bawah.   Yang satu dada di kiri terbuka satu lubang besar, yang satunya lagi dada kanan terbelah, jeroannya keluar, darah memerahkan rerumputan.   Dalam sekejap mata, Fu Ke-wei kembali muncul di tempat asalnya.   "Tidak membunuh habis kalian, kabupaten Pei selamanya tidak akan aman!"   Dia mengangkat tinggi pedang yang berlumuran darah, hawa pembunuhan menembus dari kepala, di dalam mata macannya berkilauan kilat dingin, satu kata persatu kata suaranya seperti geledek.   "kalian kalau tidak mampu bertahan satu jurus, jangan coba-coba keluar mengantarkan nyawanya, racun yang hina jangan sekali-sekali dikeluarkan, jika tidak aku pasti akan membelah kalian."   Dua orang pendeta dao tua keluar menolong temannya, menggendong orang dengan susah payah kembali ke tempatnya.   Seorang pendeta dao tua kembali keluar, lalu kedua, ketiga, mereka adalah pendeta dao wanita, dengan menggoyang pinggul, melangkah lembut, tempat yang dilewati tercium bau harum.   Orang ke empat masih seorang pendeta dao wanita, dengan jelas terlihat mereka berempat akan melawan Fu Ke-wei.   "Hanya boleh dua orang dua orang yang maju, tidak boleh mengeroyok ramai-ramai!"   Teriak Fu Ke-wei dengan keras.   "Bocah, yang harus disalahkan adalah kau sendiri, tidak seharusnya menyuruh temanmu pergi, meninggalkan kau seorang diri!"   Pendeta dao tua yang pertama bersiap dengan tertawa keji katanya.   "kau sudah tahu datang ke kabupaten Pei tidak mungkin mendapatkan pelayanan yang adil, bagaimana pun kau harus mati, buat apa mempersoalkan?"   "Jika demikian, aku tidak akan mempersoalkan lagi."   "Kau terimalah! Tidak mempersoalkan lalu mau apa?"   "Kalian akan mendapat sial besar!"   Diikuti dengan satu siulan panjang! Suaranya menggetarkan lapangan! Orang dengan pedang sepertinya telah melebur menjadi satu, hanya terlihat sinar yang menyilaukan mata, bayangan orang yang tipis samar-samar, dengan kecepatan yang mengejutkan orang, sekelebat sudah menghilang, tanpa takut menerjang masuk kedalam kerumunan orang.   Di belakang para iblis pendeta dao, rumput setinggi lutut tidak menghalangi pandangan mata, tidak terlihat ada yang aneh, juga tidak terlihat ada bayangan orang.   Tutup rumput semuanya membuka, delapan orang loncat keluar dari lobang tanah, tutup lubang adalah alat pengaman tubuh berbentuk kayu, rumput yang menutupi diatasnya sekali dibuka langsung jatuh.   Delapan orang yang mendadak muncul, dengan papan pelindung melindungi tubuhnya, pedang juga digunakan sebagai golok, dua orang satu grup, pelindung diangkat miring tidak melihat wajah orang, dari bawah pelindung melihat kaki lawan, melihat kaki langsung dibacokan.   Dari sekelompok orang tanpa diduga mengganti orang, seperti tentara dewa yang muncul didalam tanah, bergantian menerjang membunuh dan saling melindungi, matanya memakai cadar tipis, mulut memakai penutup untuk melindungi dari wewangian dan racun, lengan memakai pelindung, punggung dipasang papan tipis, di depan ada kulit kaca pelindung hati.   Sekali menerjang, telah membacok kaki sebelas orang laki-laki dan perempuan.   Penjagalan besar-besaran yang sangat mengerikan, lebih dahsyat dari pada benteng Zhang-feng, dengan persiapan yang matang menyerang lawan yang tidak ada persiapan, membuka jaring menunggu ikan besar, kalah menang sudah ditentukan.   Fu Ke-wei telah mengerahkan segala kemampuannya, setiap pedangnya seperti pukulan geledek, orang pertama yang terkena terjangannya adalah dua orang pendeta dao tua dan dua orang pendeta dao wanita, satu persatu dibelah, dilemparkan oleh pedang, menebarkan hujan darah segar.   Semua orangnya seperti sudah jadi gila, sifat binatang liarnya nampak jelas.   Xiao-yao-xian-ke seperti sudah gila mengejar-ejar Fu Ke-wei, tapi Fu Ke-wei selalu menghindar berhadapan dengan dia, datang seperti angin pergi seperti kilat mengejar orang lainnya, putaran yang cepat membuat hawa pedang memenuhi langit, dalam sekejap mata telah membunuh delapan orang laki-laki dan perempuan.   Akhirnya dengan satu siulan panjang, dia memutar tubuhnya menerjang dahsyat ke arah Xiao-yao-xian-ke yang wajahnya marah seperti akan meledak.   Di lapangan anggota tubuh bertebaran dimana-mana, mayat memenuhi tanah liar, hanya tersisa beberapa orang lagi.   "Traang!"   Kembang api bertebaran, Xiao-yao-xian-ke telah menangkis satu serangan dahsyat, dia berhasil menangkis keluar pedangnya Fu Ke-wei, kuda-kudanya hanya goyang setengah langkah, kekuatan tenaga diatas pedangnya bisa disamakan dengan Fu Ke-wei.   Fu Ke-wei tidak ragu-ragu lagi, dia melakukan serangan seperti angin ribut, memaksa iblis pendeta dao tidak bisa menggunakan tangan kiri melakukan tipuan, memaksa iblis pendeta dao hanya bisa menggunakan kepandaian sesungguhnya bertarung, tekanannya pedangnya makin lama makin kuat, tenaga dalamnya menekan tidak terputus-putus.   "Traang! Traang traang traang......"   Kedua belah pihak menggunakan kecepatan seperti kilat, tidak bisa terhindarkan benturan pedang, menyerang memaksa membuat celah, tidak ada kesempatan bertarung dengan cara bergerilya, setiap serangan pedang menentukan hidup atau mati.   Untuk pertama kalinya Fu Ke-wei bertemu dengan orang yang berilmu pedangnya sehebat ini, dengan tenaga dalam mengendalikan pedang menyerang seperti gelombang, kedua belah pihak bertarung dengan tenaga dalam penuh, sudah tidak ada lagi yang disebut jurus.   Saking cepatnya kedua orang ini bergerak, orang yang menonton di pinggir sudah tidak bisa melihat dengan jelas perubahan yang terjadi, mata sudah tidak bisa mengikuti gerakan, sampai bayangan orang pun sulit bisa dibedakan.   Sinar kilat menyilaukan mata, kembang api memancar, siutan suara pedang yang seperti geledek, bayangan orang yang samar-samar sulit dibedakan, hanya terdengar benturan sepasang pedang yang sangat dahsyat.   Lingkup pertarungannya tidak luas, hanya sekitar tiga zhang saja, rumput diatas tanah telah terinjak rata semua, sudah tidak tampak ada rumput yang berterbangan.   Lapangan pertempuran sudah kembali jadi tenang, hanya seorang pendeta dao wanita dan seorang bocah pendeta dao yang berhasil lari menyelamatkan diri.   Selain Xiao-yao-xian-ke, teman-teman Fu Ke-wei telah melumpuhkan tiga puluh empat orang, dikatakan keji memang sangat keji, ini adalah satu penjagalan besar-besaran yang mendadak, yang berat sebelah.   Delapan orang berkumpul menonton di pinggir, tidak ada keberanian melibatkan diri, memang sama sekali tidak bisa melibatkan diri.   Keponakan keluarga Ceng ada empat orang yang mendapat luka ringan, tapi gerakannya tidak terganggu, yang lainnya selamat tidak mendapat luka.   Delapan orang menonton jalannya pertarungan, Pi-li-hu yang silatnya sudah sampai taraf kesempurnaan juga menonton telapak tangannya sampai mengeluarkan keringat, denyut jantung jadi berjalan cepat, saking tegangnya sampai menggenggam erat pegangan pedang, napas pun terasa susah "Traang traang traang!"   Terdengar tiga kali suara benturan logam.   Fu Ke-wei mundur tiga langkah, Xiao-yao-xian-ke terlontar miring satu zhang lima enam.   Xiao-yao-xian-ke menggunakan kesempatan sekejap ini menarik nafas dalam, mengeluarkan satu siulan aneh yang menakutkan, tubuhnya berputar, mantel dao nya mengembung, wajahnya sangat bengis sekali, dalam sekejap bentuk tubuhnya seperti menghilang, melayang layang menjadi asap tipis.   Fu Ke-wei menekan wajahnya, dia segera mengambil nafas, sepasang tangan dibuka keluar pelan-pelan diangkat, selapis hawa yang misterius mendadak muncul, tubuhnya sedikit berjongkok kebawah, angin meniup keras sejauh delapan langkah, dalam sekejap tubuhnya juga telah menghilang tidak berbekas.   Kejadian yang tidak terbayangkan yang dilakukan kedua orang, membuat orang yang melihatnya terkejut, mulut menganga tidak bisa bicara, bulu kuduknya berdiri, seperti benar-benar melihat setan di disiang hari bolong.   Dua bayangan hijau tipis tiba-tiba muncul tiba-tiba menghilang dalam radius sepuluh zhang, sepertinya dua aliran sinar sedang berkejar kejaran, menghilang lalu muncul muncul, lebih mirip roh yang bergentayangan.   Kecuali suara hawa dingin mengalir yang samar-samar bisa di rasakan, tidak terdengar ada suara derap kaki, tidak bisa melihat bayangan nyata.   Suara angin berhembus yang samar-samar semakin cepat, dan terdengar suara aneh mmm...   nnn...   suaranya tidak tinggi, tapi bagi yang mendengarnya membuat orang berdiri bulu kuduknya, suara aneh ini seperti tidak ada di kehidupan manusia, tapi panggilan yang datang dari neraka.   Suara aneh terdengar semakin menegangkan, lapangan masuk ke dalam situasi misterius tidak bisa diduga.   "Ilmu hitam!"   Teriak seorang keponakan dari keluarga Ceng dengan wajah pucat ketakutan.   Terdengar satu suara menggelegar, suara aneh, asap, bayangan dan keadaan aneh lainnya bersamaan waktunya menghilang.   Xiao-yao-xian-ke dengan wajah pucat mendekap perutnya sempoyongan mundur ke belakang, akhirnya sepasang kakinya menjadi lemas dan bersujut diatas tanah, pedangnya terjatuh dua zhang lebih diatas rerumputan.   Badannya Fu Ke-wei muncul kembali delapan che di depan iblis pendeta dao, dengan dingin menatap iblis pendeta dao.   "Kau sudah berhasil melatih Yuan-shen-fen-shen-shu (ilmu membagi semangat murni), tidak aneh kau tidak memandang orang-orang dunia persilatan, menguasai sendiri daerah kekuasaan melindungi para penjahat."   Kata Fu Ke-wei dingin.   "Kau......kau telah menghancurkan Nei......Nei-dan (butir inti) a......aku......"   Iblis pendeta dao yang bersujud di tanah, berteriak sekuat kuatnya.   "Sekarang, aku akan hancurkan Yuan Shen (semangat dasar) mu!"   Fu Ke-wei mengulurkan pedang, wajahnya serius, ujung pedang menunjuk pada tengah alisnya iblis pendeta dao.   "lalu, menggunakan San-mei-zhen-huo (semedi api murni) melebur tubuhmu!"   "Ja......jangan......"   Pertahanan iblis pendeta dao telah hancur.   "Harus, kau harus!"   "Tolong beri aku kesempatan......"   "Kenapa aku harus beri kau kesempatan?"   "Aku......aku bersumpah akan berubah dan menjalani jalan baru......"   "Ooo! Apa benar?"   Fu Ke-wei berpikir sebentar.   "aku ada syaratnya."   "Aku......aku terima!"   "Hancurkan ruang rahasia bawah tanah di dalam kuilmu."   Fu Ke-wei satu kata persatu kata mengatakannya.   "harta benda di dalam kuil, kau sumbangkan dua per tiga untuk yayasan amal, sepertiga nya untuk biaya membubarkan anggota kuil."   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Aku......aku siap melakukannya."   "Beritahu teman temanmu yang diam-diam bersiap membantumu, tidak boleh melibatkan diri urusanku dengan ketua benteng Xi."   "Akan kulaksanakan."   Keta Xiao-yao-xian-ke dengan sedih.   "aku siap melepaskan kedudukan ketua. Pergi ketempat jauh......"   "Apakah bisa menerima nasihatku?"   "Ini......silahkan katakan!"   "Walau kau berhasil melatih dao, tapi tidak lurus dan murni, mangkin lama berlatih nyawanya akan lebih pendek. Carilah satu tempat yang bagus, kembali ke jalan yang benar, baru bisa kembali ke asal yang benar."   Fu Ke-wei dengan serius berkata lagi.   "Jika bisa melatih secara alamiah dan hati bersih tidak banyak mengubar nafsu, walau belum tentu bisa mencapai taraf dewa di dunia, tapi paling sedikit bisa memperpanjang nyawa sepuluh tahun lebih pasti tidak akan jadi soal."   "Aku pasti tidak akan menyia-nyiakan nasihat kau.   Iii...!"   Dari kejauhan bayangan orang berdatangan seperti kilat, iblis pendeta dao ketakutan sekali! "Wen Wen......"   Teriak Pi-li-hu terkejut.   "Xiao Wen, kenapa kau datang kesini?"   Fu Ke-wei berteriak, cepat menghampiri menyambut. Jin Wen-wen dengan cepat tiba di tempat, nafas terengengah-ngengah! "Kakak Fu, kami telah mendapatkan tempat persembunyiannya ketua benteng Xi."   "Dimana mereka?"   Tanya Pi-li-hu dengan khawatir.   "Di satu kampung kecil dekat kuil Jing-yun......"   "Jangan terburu-buru, pelan pelan katakan, mereka tidak akan bisa lari."   Fu Ke-wei menepuk perlahan punggung si nona, menenangkan emosi dia.   "ceritakan kejadiannya padaku."   "Aku bersama kakak Fei dan kawan-kawan, lebih cepat beberapa jam meninggalkan Xu-zhou pergi ke utara, menghadang para pelapor berita untuk kalian dan diam-diam mencari berita. Sekarang kami telah mendapatkan tempat persembunyian ketua benteng Xi dan kawan kawannya, di satu kampung kecil di dekat kuil Jing-yun. Dan di satu rumah penduduk, kami menemukan Liu-fei-yan yang telah di totok jalan darahnya oleh Yu-shu-xiu-shi, setelah di tolong Liu Fei-yan bercerita bahwa, Yu-shu-xiu-shi menduga ketua Jing-yun tidak bisa lagi di andalkan, maka dia berunding dengan ketua benteng Xi dan kawan kawan siap melarikan diri ke tempat lain dan meninggalkan dirinya. Kita harus cepat bergerak, jika tidak, kita tidak akan bisa mengejarnya!"   "Tenang saja, mereka tidak akan berani terang-terangan bergerak di siang hari bolong, dimana kawan-kawanmu sekarang?"   "Bersembunyi di luar kampung mengawasi mereka."   "Baik, sekarang kita berangkat."   "Sobat, apakah ada bisa aku bantu?"   Tanya Xiao-yao-xian-ke dengan tulus.   "Terima kasih! Kau tidak baik menampilkan diri."   Fu Ke-wei dengari sopan menolak.   "supaya tidak mengganggu orang kampung, aku tidak akan bertindak di dalam kampung, aku akan menunggu mereka, setelah mereka meninggalkan kampung baru menangkapnya."   Sore hari. Ketua benteng Xi dan kawan-kawannya sedang menunggu berita, setiap orang tampak gelisah. Tidak lama, Er-lang-shen yang menyamar jadi orang kampung kembali dari luar.   "Bagaimana keadaannya?"   Tanya ketua benteng Xi dengan gelisah.   "Sangat tidak bagus!"   Kata Er-lang-shen wajahnya tampak tidak normal.   "iblis pendeta dao membawa tiga puluh lebih pesilat tinggi, hampir dibunuh bersih anjing kecil Fu dan kawan kawannya, sungguh parah sekali!"   "Bagaimana iblis pendeta dao sendiri?"   "Saat aku meninggalkan tempat persembunyian, iblis pendeta dao sedang bertarung ilmu gaib dengan anjing kecil Fu, keadaannya itu seperti di dalam neraka saja, aku......aku tidak berani melanjutkan melihatnya, segera meninggalkan tempat itu, berputar satu putaran besar baru kembali kesini."   "Aku lihat situasinya tidak bagus, kita harus segera meninggalkan tempat ini."   Kata Yu-shu-xiu-shi dengan gelisah.   "Itu juga harus menunggu sampai hari gelap baru bisa berangkat."   Ketua benteng Xi berpesan pada Er-lang-shen.   "utus beberapa orang pergi ke kampung lihat apakah ada gerakan di kampung? Lalu perintahkan ke bawah, segera bersiap-siap pergi, bungkusan baju dan kuda tidak perlu dibawa lagi, setiap orang bagikan sebagian harta pusaka dan uang, berangkat dengan bawaan yang ringan."   Er-lang-shen mengiyakan, lalu pergi keluar ruangan.   "Ketua benteng mau melarikan diri ke arah mana?"   Tanya Yu-shu-xiu-shi.   "Kota kabupaten."   "Kota kabupaten?"   "Tidak salah."   Kata ketua benteng Xi dengan yakin.   "anjing kecil Fu bisa dari jauh mengejar kesini, dia pasti mempunyai jaring pencarian yang sangat rapi, sejak awal bisa mengetahui jejak kita, sehingga, melarikan diri kearah mana pun tidak akan aman, kota kabupaten adalah satu-satunya tempat yang aman, walau keberanian dia lebih besar lagi, juga tidak akan berani membuat onar di dalam kota."   "Tapi kita tidak mungkin selamanya sembunyi di dalam kota!"   "Tentu saja, ini hanya satu cara sementara, tapi paling sedikit bisa menghindarkan mala petaka di depan mata ini."   Kata ketua benteng dengan tenang.   "Sekarang kantong kita penuh uang, walau menginap dipenginapan paling besar pun, juga bisa menginap barang satu tahun atau setengah tahun. Diantara waktu ini, aku akan berusaha mengumpulkan teman baikku, melakukan perhitungan dengan anjing kecil Fu."   "Sebuah cara yang sangat bagus."   Yu-shu-xiu-shi dengan gembira menyetujuinya.   "aku juga bisa mengumpulkan para anggota perkumpulan yang dulu terpisah di dunia persilatan, melakukan serangan terang-terangan atau gelap, bertarung mati-matian dengan anjing kecil Fu!"   "Kantor pusat perkumpulanmu walau telah ditutup, tapi para anggota yang terpisah di Dunia persilatan jumlahnya masih cukup menggembirakan, saudara kecil jika bisa mengumpulkan sebagian para anggota perkumpulan, ditambah kekuatan keuanganku, harapan kita bisa bangkit kembali masih besar sekali."   "Ini harus mendapat dukungan sepenuhnya dari ketua benteng!"   "Bagus, bagus, sekarang ini kita adalah orang yang di atas satu perahu, ada kesulitan kita hadang bersama ada keuntungan kita nikmati bersama, hubungan kita di bangun diatas kesulitan, di kemudian hari kita pasti bisa bekerja sama dengan gembira!"   "Tentu, tentu."   Dari bermacam-macam orang, ada sebagian orang bisa menempuh kesulitan bersama-sama, juga bisa menikmati keberuntungan bersama-sama, tapi ada sebagian orang, hanya bisa menempuh kesulitan bersama, tapi tidak bisa menikmati keberuntungan bersama.   Ketua benteng Xi dengan Yu-shu-xiu-shi, adalah orang ambisi yang mementingkan nama dan keberuntungan, sekarang mereka terjerumus ke dalam kesulitan, terpaksa harus saling mendukung dan bersama-sama menghadapi keadaan sulit, jika mereka bisa melewati kesulitan, di kemudian hari jika bisa berhasil, dua orang ini apakah benar-benar bisa bersama sama menikmati keberhasilannya, hanya langit yang tahu! Bersamaan waktu.   Fu Ke-wei dan kawan kawan, di dalam hutan yang berjarak empat li dari kota kabupaten sedang menyantap makanan kering.   "Saudara kecil, dugaanmu apa tidak terlalu beresiko? Jika mereka tidak masuk ke kota untuk sembunyi, bukankah kita akan repot lagi mencari mereka sampai ke ujung dunia?"   Kata Pi-li-hu tidak yakin.   "Paman Ceng terlalu banyak berpikir."   Kata Fu Ke-wei dengan yakin.   "iblis pendeta dao yang mereka andalkan sebagai perlindungan terakhir juga sudah jatuh, di dalam radius dua tiga ratus li ini, tidak bisa menemukan lagi penguasa setempat yang dapat melindungi mereka. Di dalam hati mereka pasti tahu, sulit meloloskan diri dari kejaran kita, kota kabupaten adalah satu-satunya tempat yang aman, dan juga sangat dekat, dalam sekejap sudah bisa dicapai. Aku yakin sembilan puluh sembilan persen, mereka pasti pergi ke kota kabupaten untuk menghindarkan mala petaka. Makanya aku menyuruh Xiao Fei dan lainnya meninggalkan kampung kecil, supaya tidak di ketahui oleh mereka dan timbul kewaspadaannya."   "Kak Fu, bagaimana kalau iblis pendeta dao membocorkan jejak kita?"   Tanya Hoa-fei-hoa yang sedang makan makanan kering.   "Tidak, urusan dia masih sibuk untuk membereskan orang-orangnya, mana ada semangat mengurusi masalah orang lain? Apa lagi dia tidak tahu apa tujuan kita sebenarnya."   "Jika dugaan majikan benar, itu artinya keberuntungan mereka telah habis.   Mereka pasti menunggu hari gelap baru bergerak, tapi tidak menduga bulan sabit malam ini menggantung diatas langit, jadi gerakan mereka kehilangan kerahasiaannya!"   Xie-shen dengan gembira menunjuk bulan sabit yang telah muncul di atas.   "Jika bertarung malam hari, harus sangat hati-hati terhadap senjata gelap lawan."   Fu Ke-wei dengan serius berpesan pada semua orang.   "tinggalkan ketua benteng Xi untuk aku, aku ingin mengetahui keberadaannya Tian-long-jian."   "Tuan, masalah Tian-long-jian Lu Zhao, apakah kau tidak merasa di dalamnya ada apa-apa?"   Tanya Ouw Yu-zhen ragu.   "Apakah kau mencurigai sesuatu?"   Tanya Fu Ke-wei.   "Kabar Lu Zhao minta perlindungan duri ketua benteng Xi, adalah di beritakan oleh Yuu Shang-nie, dan Sepasang Cantik Jiang-nan juga pernah menyatakan melihat dengan mata kepala sendiri dia muncul di benteng tersebut, ini artinya Lu Chao benar telah berlindung didalam benteng Zhang-feng."   "Tidak salah......"   "Tapi kau pernah menginterogasi kepala pengurus ruang dalam benteng tersebut, dia malah menyatakan tidak pernah melihat Tian-long-jian.    Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pendekar Perbatasan Karya Chin Yung

Cari Blog Ini