Ceritasilat Novel Online

Ilmu Ulat Sutera 36


Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 36


Ilmu Ulat Sutera Karya dari Huang Ying   Dan sekarang dia sudah tidak mempunyai kesempatan untuk menyadarkan abangnya dan menjelaskan mengapa dia berbuat demikian.   Dia terpaksa melakukannya.   Dia tidak ingin dosa Fu Giok Su bertambah banyak dan menambah lagi dendam yang sudah 1452 ada antara Siau Yau kok dan Bu-tong-pai.   "Tidakkah Toako menyadari apabila dia dapat membunuh Wan Fei Yang sekalipun, dia tetap tidak dapat menguasai murid Bu tong lagi.   Mereka akan nekad melihat kematian Wan Fei Yang dan akan memberontak sekuat tenaga, meski berapa banyak pun orang yang harus berkorban.   Air mata mengalir dengan deras.   Mungkin bagi keluarganya Fu Hiong Kun merupakan anak yang tidak berbakti.   Tapi semua orang tahu perbuatannya itu memerlukan pengorbanan perasaan yang sangat besar.   Dia melakukannya justru karena dia mencintai keluarganya.   Seandainya Thian ti mau menyudahi urusan tempo dulu, pasti Yan Cong Tian dan Wan Fei Yang juga tidak akan memperpanjangnya lagi.   Tapi rupanya takdir telah menentukan garis hidup mereka harus berakhir dengan cara demikian.   Pernahkah Fu Hiong Kun membayangkan bahwa di akhir hidupnya, bahkan murid Bu tong pai juga yang mengurusi jenasahnya serta layonnya ...   ? Pasti tidak.   Dan sudah pasti Tok-ku Bu-ti juga tidak akan menduga begitu akhirnya.   Mungkin dia sudah dapat memastikan bahwa dia tidak akan meninggalkan Giok hong-teng dalam keadaan hidup.   Tapi dia pasti mengira bahwa setelah dia mau murid Bu tong akan melemparkannya ke dalam jurang dan membiarkan mayatnya membusuk disanan.   Fu Hiong Kun menarik nafas panjang.   Pikirannya melayang- layang.   Ketika Yo Hong berjalan mendekatinya, dia masih belum sadar juga.   "FU kouwnio ..."   Sapa Yo Hong dengan suara lirih. Dia tidak berani mengejutkan gadis yang sedang bersedih hati itu. Fu Hiong Kun menolehkan kepalanya dengan perlahan.   "Yo Toako ...   "   Yo Hong menggelengkan kepalanya melihat keadaan gadis 1453 itu.   Dia sendiri sudah jauh berubah, adatnya tidak begitu berangasan lagi.   Setelah mengalami berbagai kejadian yang mengejutkan, dia memang baru menyadari bahwa tingkah lakunya tempo dulu sangat tidak terpuji.   Dia menjadi malu hati sendiri.   Sikapnya sekarang agak merendah.   Adatnya juga tidak keras lagi seperti sebelumnya, namun pendiriannya masih kukuh.   Memang dia seorang manusia yang tegas.   Bahkan terlalu tegas, sehingga kadang-kadang tidak dapat membedakan mana yang benar atau mana yang salah.   Kalau menurut adat Yo Hong sebelumnya, dia tidak pernah meminta pendapat orang lain apabila melakukan sesuatu.   Tetapi sekarang dia selalu menanyakan dahulu kepada Fu Hiong Kun ataupun Wan Fei Yang.   Sebetulnya ini merupakan perubahan yang menggembirakan.   Hanya saja dalam keadaan seperti saat itu.   hati siapa yang dapat merasakan kegembiraan.   "Siau Fei sudah sadar.   Dia meminta aku mengurusi janasah Toakomu dan jenasah Tok-ku Bu-ti.   Fu kouwnio, istirahatlah dulu.   Sudah sepanjang hari kau berada di dalam ruangan ini.   Kau bahkan tidak menelan sebutir nasi pun.   Bagaimana kalau kau jatuh sakit? Jagalah kesehatanmu,"   Kata Yo Hong dengan maksud menasehati. Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya.   "Bagaimana keadaan Wan Toako?"   "Sudah jauh lebih baik. Hanya kepalanya saja yang masih pusing. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya. Fu kouwnio, Bu tong pai sudah terlalu banyak berhutang kepadamu Jangan membuat perasaan kami semakin tertekan seandainya terjadi apa-apa pada dirimu. Fu Hiong Kun menarik nafas panjang.   "Jangan berkata begitu, Yo Toako. Kami dari keluarga Fu-lah yang banyak berdosa terhada Bu-tong-pai. Meskipun Toako-ku ini merupakan musuh besar kalian, tapi setelah mati kalian masih sudi mengurusi jenasahnya, kami dari keluarga Fu entah harus berbuat apa sebagai tanda terima kasih kami." 1454 Yo Hong tidak tahu harus mengatakan apa.   "Yo Toako, tolong gantikan aku sebentar. Aku ingin melihat keadaan Wan Toako. Lagi Pula sudah saatnya meminum obat. Lukanya cukup parah, tapi untung saja Wan Toako sudah berhasil menguasai Tian Can sinkang, sehingga daya tahan tubuhnya lebih tinggi dari pada orang lain. Namun dia harus beristirahat untuk jangka waktu yang cukup panjang."   Yo Hong menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa lagi.   *** Ketika Fu Hiong Kun masuk ke dalam kamarnya, Wan Fei Yang sedang tertidur dengan pulas.   Fu Hiong Kun tidak mau mengganggunya.   Dia meletakkan mangkok berisi obat di atas meja kemudian bersiap-siap untuk keluar kembali.   "Hiong kun...."   Tiba-tiba terdengar suara lirih Wan Fei Yang yang menyapanya. Fu Hiong Kun menolehkan kepalanya.   "Wan Toako, kau sudah bangun?"   Wan Fei Yang melihat mata gadis itu yang bengkak karena terlalu banyak menangis. Ia merasa iba sekali.   "Hiong Kun, maafkan kalau semua terpaksa harus berakhir seperti ini. Sebetulnya aku "   "Jangan berkata apa-apa, Wan Toako. Aku mengerti. Kau tidak bersalah. Semuanya sudah merupakan takdir. Hanya saja "   "Hanya saja apa? Katakan Hiong Kun, seandainya aku dapat membantu " 1455 Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya.   "Aku sedang berpikir, seandainya saja anak toako masih hidup "   Wan Fei Yang menarik nafas panjang.   Wajahnya berubah kelam.   Hatinya masih tertekan setiap kali mengingat nasib Lun Wan Ji.   Dia pernah mencintai gadis itu.   Walaupun mungkin cintanya pada saat itu merupakan cinta monyet yang terjadi pada dunia remaja yang belum tahu apa-apa.   Tapi pada dasarnya dia memang menyayangi gadis itu.   Lun Wan Ji adalah gadis pertama yang mengisi lubuk hatinya.   Lun Wan Ji pula yang memperkenalkan kata cinta kepadanya.   "Apa yang kau katakan memang benar.   Seandainya anak itu masih hidup, tentu aku akan merawatnya seperti anak kandungku sendiri."   Fu Hiong Kun memandangnya dengan tertegun.   Meskipun apa yang mereka bicarakan hanya merupakan perumpamaan yang tidak mungkin lagi menjadi kenyataan, tapi dia tetap tergugah oleh perasaan Wan Fei Yang yang tulus.   "Kau?"   "Kenapa? Anak itu adalah anak Sumoayku.   Meskipun ayahnya adalah musuh kami, tapi anak itu tidak berdosa.   Sayang sekali usianya begitu pendek.   Bahkan dia tidak pernah tahu siapa dirinya dan siapa orang tuanya."   "Lupakanlah semua yang telah berlalu.   Wan Toako, kau harus merawat luka dalammu baik baik.   Sebelum menutup mata, Gihu sangat mengharapkan kau yang akan meneruskan partai Bu-tong-pai.   Kaulah yang akan membangkitkan kembali kejayaan partai ini.   Jangan kecewakan Gihu yang sudah berada di alam baka." 1456 Serangkum perasaan sakit kembali menyusup dalam hati Wan Fei Yang.   Bagaimana dia harus menjelaskan bahwa dia tidak berminat lagi mencampuri urusan dunia kang-ouw ...   ? Dia hanya ingin melakukan satu tugas lagi, tapi dia tidak menceritakannya kepada siapa pun.   Dia tidak ingin mereka khawatir kalau tahu apa yang ia rencanakan dalam hatinya.   "Biarkanlah aku pikirkan hal ini baik-baik.   Nanti apabila sudah sembuh akan kuberi jawaban kepada kalian."   Fu Hiong Kun tidak memaksanya.   Dia mengangguk kecil.   "Baiklah ...   Wan Toako minum dulu obat yang ada di atas meja itu.   Obat itu harus diminum sebelum makan.   Nanti aku akan membawakan bubur untukmu."   "Terima kasih, Hiong Kun.   Kami merasa tidak enak menyusahkan dirimu terus menerus."   Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya.   Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, dia keluar dari kamar itu dengan lergesa-gesa.   Sampai di depan koridor panjang, air matanya tidak terbendung lagi.   Dia menangis tersedu-sedu.   Hatinya pedih sekali.   Sebetulnya dia ingin menceritakan tentang Tok-ku Hong yang terjatuh ke dalam jurang akibat bergebrak dengan Fu Giok Su, abangnya.   Namun dia tidak sanggup menyakiti hati Wan Fei Yang dalam keadaan seperti ini.   Lebih baik dia mengatakan terlebih dahulu kepada Yo Hong.   Nanti apabila luka Wan Fei Yang sudah sembuh, dia akan mencari kesempatan yang baik untuk mengatakannya.   *** Salju masih bertebaran menyelimuti jalan raya.   Dalam cuaca seperti ini tidak banyak orang yang berlalu lalang.   Padahal kota ini biasanya ramai dengan pengunjung baik pedagang maupun pelancong.   1457 Hang ciu memang merupakan pusat perdagangan yang selalu ramai.   Namun pada musim dingin seperti ini, orang lebih memilih tinggal di rumah daripada bepergian.   Tapi herannya kedai-kedai kopi maupun arak malah semakin laris di musim ini.   Mungkin mereka menikmati kenikmatan tersendiri minum arak sambil berbincang-bincang dengan rekan kenalan ataupun sahabat yang hanya kebetulan bertemu di tempat tersebut.   Kain panjang yang berluliskan 'Kedai arak Yung Sing' melambai-lambai tertiup angin.   Kedai arak yang tidak terlalu besar itu sudah penuh oleh pengunjung.   Suara percakapan terdengar riuh rendah.   Bahkan ada yang tertawa terbahak- bahak ketika seseorang menceritakan kejadian yang lucu.   Di sudut sebelah kanan duduk dua orang laki-laki berusia selengah baya.   Di hadapan mereka terhidang satu kendi arak dan dua buah cawan.   Juga ada sepiring kacang rebus yang masih mengepulkan asap.   Mereka menikmati arak dan kacang di atas meja sambil berbincang-bincang dengan suara lirih.   "Bagaimana pendapat Li heng tentang kabar yang kita dengar tadi?"   "Kabar itu pasti benar adanya.   Bu-tong-pai adalah sebuah partai besar.   Mereka tidak mungkin menyiarkan kabar yang tidak nyata.   Tok-ku Bu-ti pasti benar sudah mati.   Hal ini tidak perlu diragukan lagi."   "Tapi mengapa mayatnya tidak dibawa turun gunung? Padahal orang-orang kita sudah tersebar di sekitar daerah itu dan menunggunya hampir satu minggu?"   Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Kalau begitu Sun heng belum mendengar kabar yang kuterima tadi pagi.   Mayat Tok-ku Bu-ti memang tidak dibawa turun.   Mereka mengebumikan jenasahnya di atas Bu-tong- san." 1458 Rekannya itu tampak tertegun.   "Mengapa mereka mau melakukan hal itu, padahal Tok-ku Bu-ti adalah musuh besar partai tersebut?"   "Justru ini membuktikan kebesaran jiwa murid Bu-tong-pai. Menurut selentingan yang tersebar di luaran, memang banyak murid Bu-tong-pai yang tidak puas dengan keputusan itu, tapi mereka tidak berani membantah perintah Wan Fei Yang dan Yo Hong."   "Lalu bagaimana kita harus membuktikan kepada ketua kita bahwa Tok-ku Bu-ti memang benar-benar sudah mati?"   Orang she Li yang ternyata bernama Li Seng itu menarik nafas panjang.   "Hal ini jugalah yang memusingkan kepalaku. Mana adat ketua kita sangat keras. Sebelum melihat dengan mata kepala sendiri mayat Tok-ku Bu-ti, dia pasti tidak akan percaya begitu saja."   Orang she Sun yang bernama Sun Po itu langsung ikut-ikutan menarik nafas panjang.   "Entah bagaimana dengan keadaan Wan Fei Yang sendiri?"   "Menurut kabar sih dia tidak terluka sama sekali. Tapi aku tidak percaya. Murid Bu-tong-pai pasti menutupi hal ini. Mereka takut kalau seandainya ada orang jahat yang mengincar Bu-tong-pai, dan mereka mengetahui Wan Fei Yang sedang terluka parah pasti akibatnya, tidak dapat dibayangkan."   "Jadi menurut pendapat Li heng, sekarang Wan Fei Yang juga sedang sekarat?"   "Sekarat tidaknya aku tidak berani memastikan, tapi yang pasti Wan Fei Yang juga terluka cukup parah. Kalau tidak mengapa tidak ada orang kita yang berhasil melihatnya dalam beberapa hari terakhir ini." 1459 "Mungkin dia baik-baik saja tapi untuk sementara masih enggan turun dari Bu-tong-san,"   Kata Sun Po mengemukakan pendapatnya.   "Tidak mungkin.   Kita sudah telusuri riwayat Wan Fei Yang.   Dan kita tahu apa yang telah dialaminya selama ini.   Kalau dia sudah sehat atau tidak terluka sama sekali, dia pasti sudah turun gunung untuk berkelana kembali.   Dia bukan jenis manusia yang dapat terkungkung dalam lingkungan seperti Bu tongsan.   Apalagi di sana terlalu banyak kenangan pahit yang dialaminya,"   Tukas Li Seng.   "Kata-kata Li heng ada benarnya juga.   Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"   "Sementara ini, lebih baik kita kembali dulu ke markas dan melaporkan kejadian ini kepada Pangcu kita.   Lihat bagaimana reaksinya nanti?"   "Memang saat ini hanya itu yang dapat kita perbuat.   Sebaiknya Li heng jangan mengambil tindakan apa-apa sebelum mendapat perintah dari Pangcu, jangan-jangan kita yang akan kena hukuman apabila hati Pangcu sedang tidak senang."   "Sun heng jangan khawatir.   Siaute dapat mempertimbangkan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh."   Keduanya berhenti berbicara.   Arak yang masih tersisa di teguknya sampai kering.   Setelah meletakkan uang perak di atas meja, mereka langsung meninggalkan kedai arak tersebut dengan tergesa-gesa.   *** Luka Wan Fei Yang berangsur-angsur sembuh.   Dia sudah mulai keluar dari kamarnya.   Jenasah Tok-ku Bu-ti dan Fu Giok Su sudah dikebumikan.   Keadaan sudah pulih kembali seperti 1460 biasa.   Fu Hiong Kun masih menetap di Bu-tong-san.   Pada dasarnya dia memang tidak mempunyai tujuan yang lain.   Dia sudah sebatang kara sekarang.   Satu-satunya orang yang dekat dengan dirinya hanya Wan Fei Yang.   Dengan hati-hati Fu Hiong Kun telah menceritakan kejadian yang dialami oleh Tok-ku Hong.   Wan Fei Yang memang terkejut sekali, namun ketabahannya sangat mengagumkan.   Mungkin karena perasaannya sudah mulai kebal terhadap apa yang dinamakan musibah.   Tetapi dia tetap memerintahkan kepada murid Bu-tong-pai untuk mengikutinya ke tempat kejadian.   Dia ingin berusaha menemukan mayat Tok-ku Hong walaupun dia kemungkinan itu kecil sekali.   Dari pagi sampai malam, mereka bergiliran turun ke dalam jurang dan mencari-cari.   Tapi setiap batu karang sudah diperiksa, mayat Tok-ku Hong tetap tidak dapat ditemukan.   Akhirnya Wan Fei Yang mengambil keputusan untuk menghentikan pencarian terhadap mayal adiknya itu.   Fu Hiong Kun berusaha menghiburnya.   Tapi Wan Fei Yang hanya menggelengkan kepalanya sambil menarik nafas panjang.   "Aku tidak apa-apa, Hiong Kun.   Jangan khawatir.   Kalau Hong moay masih hidup, suatu hari nanti dia pasti akan kembali ke Bu tong san.   Tapi kalau dia memang sudah mati, berarti takdirnya memang hanya sampai saat itu saja."   "Wan Toako, apakah kau masih membenci Giok Su koko meskipun dia sudah mati?"   Tiba-tiba Fu Hiong Kun mengajukan pertanyaan seperti itu. Wan Fei Yang menatap gadis itu dengan sinar mata tajam.   "Tidak, Hiong Kun. Kau tahu apa yang terlintas dalam pikiranku?"   Wan Fei Yang balik bertanya kepada gadis itu. 1461 Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya. AKU tidak yakin Fu Giok Su membunuh Hong moay. Maksudku membunuh dengan tangannya sendiri. Bisa jadi memang penyebab kematian Hong moay, tapi itu berbeda bukan?"   Fu Hiong Kun tertegun mendengar perkataan Wan Fei Yang.   "Wan Toako, apa maksud ucapanmu itu?"   Wan Fei Yang menarik nafas panjang.   "Terus terang saja sejak kau menceritakan peristiwa itu tadi malam, aku tidak dapat tidur, sepanjang malam aku terus memikirkannya. Aku tidak ragu akan ucapan Toakomu yang mengatakan Hong moay terjatuh ke dalam jurang. Masih hidupkah dia? Masih hidupkah dia? Siapa pun tidak berani memastikan. Aku tahu kemungkinannya hampir tidak ada kalau melihat jurang yang demikian dalam dan ombak laut yang begitu bergelora. Tapi yang kita bicarakan sekarang adalah masalahmu, bukan masalahku."   Fu Hiong Kun semakin tidak mengerti.   "Wan Toako, jangan berbelit-belit. Katakanlah terus terang. Kau membuat hatiku semakin penasaran."   "Hiong Kun, aku tahu hatimu diselimuti perasaan bersalah atas apa yang telah dilakukan oleh Yaya dan toakomu. Apalagi setelah mendengar ucapan Fu Giok Su yang mengatakan bahwa dia telah menghantam Hon moay ke dalam jurang. Tapi coba kau pikirkan baik-baik. Untuk apa Fu Giok Su melakukan hal itu. Dia tidak mempunyai dendam pribadi dengan Hong moay. Malah sebenarnya Hon moaylah yang harus membencinya karena dialah yang telah menggempur Bu ti bun sehingga hancur berantakan. Dia pula yang membunuh para murid Bu ti bun sehingga sebagian besar melarikan diri dengan kocar kacir. Nah, apakah ada hal yang membuat Fu Giok Su begitu membenci Hong moay sehingga harus membunuhnya?" 1462 Fu Hiong Kun termenung mendengar keterangan Wan Fei Yang.   "Lalu penjelasa apa yang terpikir oleh Wan Toako sekaran ini?"   "Hiong Kun, aku sangat memahami adat Hong moay. Adatnya sangat keras. Itu merupakan pembawaan yang sulit diubah oleh siapa pun. Fu Giok Su juga sama. Aku mungkin tidak kalah denganmu dalam memahami sifat Fu Giok Su. Dia seorang manusia yang selalu memikirkan keuntungan. Jadi, aku yakin tadinya dia pasti bermaksud menyandera Hong moay untuk menekan diriku. Tapi seperti aku katakan tadi, adat Hong moay sangat keras. Apalagi kalau orang hendak menggunakan dirinya untuk memaksa diriku. Mungkin Fu Giok Su ingin membunuh aku atau mungkin...."   "Memaksamu menyerahkan rumus ilmu Tian can sinkang,"   Tukas Fu Hiong Kun. Wan Fei Yang tertawa getir.   "Akhirnya pikiranmu tergugah juga. Dan apa yang akan dilakukan Hong moay apabila orang mendesaknya dalam keadaan seperti itu sedangkan ilmu silat yang dimilikinya bukan tandingan Fu Giok Su. Apa yang akan kau lakukan seandainya kau adalah Hong moay?"' "Melihat cintanya yang besar terhadapmu, dia pasti tidak sudi membiarkan dirinya menjadi alat yang dapat digunakan untuk menekan dirimu. Kalau aku jadi Hong cici, lebih baik aku memilih jalan kematian,"   Sahut Fu Hiong Kun dengan mata menerawang membayangkan seandainya dia yang menjadi Tok-ku Hong pada saat itu.   "Tepat! Begitulah adat Hong moay.   Aku yakin ketika itu dia memang sudah bergebrak beberapa jurus dengan Fu Giok Su.   Akibatnya dia terdesak mundur.   Fu Giok Su tidak menduga dia akan berbuat nekat.   Sedangkan Hong moay yang mendapatkan dirinya berada di tepi jurang, langsung memilih jalan terjun kedalamnya dari pada dijadikan sandera oleh Fu 1463 Gio Su."   Air mata Fu Hiong Kun mulai mengembang.   "Tapi, hal ini sama saja dengan Giok Su koko yang lelah membunuhnya...."   Wan Fei Yang menggelengkan kepalanya.   "Tidak...   tidak sama, Hiong Kun.   Hal ini menandakan bahwa Hong moay yang memilih jalannya sendiri.   Aku mengatakan hal ini agar kau jangan merasa tertekan terus menerus.   Kau tidak boleh selalu dibayangi oleh kesalahan yang telah dilakukan oleh keluargamu.   Kau adalah kau.   Mereka adalah mereka.   Jangan samakan dirimu dengan mereka.   Apalagi baik Yayamu ataupun Toakomu telah menebus dosanya dengan kematian.   Biarkanlah mereka tenang.   Jangan lagi kau menyia- nyiakan hidupmu dengan cara menyalahkan diri seperti ini."   Fu Hiong Kun terharu sekali.   Air matanya mengalir dengan deras.   Tapi perasaannya mendengar keterangan Wan Fei Yang.   Meskipun anak muda tu juga hanya mengambil kesimpulan atas pemikirannya sendiri, tapi dia percaya memang begitulah kejadiannya.   Apalagi kalau membayangkan kembali kekerasan hati Tok-ku Hong memang tidak mungkin dia bersedia dirinya dijadikan senjata untuk menekan Wan Fei Yang.   Akhirnya dia menganggukkan kepalanya.   "Terima kasih.   Wan Toako.   Kau baik sekali.   Meskipun yang mendapat musibah itu adikmu sendiri.   tapi kau tetap berpikir panjang demi diriku, Aku tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikanmu yang sudah begitu banyak kami terima."   "Hiong Kun, apabila kita membicarakan soal budi semua urusan pasti tidak bisa diselesaikan.   Hutangku kepadamu lebih banyak lagi.   Kalau bukan kau yang berusaha mendapatkan Soat lian dari Ping san, pasti hari ini aku masih 1464 merupakan seorang manusia cacat yang tidak dapat melakukan apa-apa.   Kadang-kadang aku malah berpikir keadaan seperti itu mungkin lebih baik.   Kalau ilmu silatku belum pulih kembali, pasti Yaya-mu tidak akan mati di tanganku dan Yan Supek?"   "Tidak, Wan Toako,"   Fu Hiong Ku n menggelengkan kepalanya.   "Semua ini sudah takdir. Kakekku itu memang sudah tersesat sekali. Kalau dia tidak mati di tanganmu, dia juga pasti akan mati di tangan orang lain akibat perbuatannya sendiri. Kita tidak usah memperpanjang masalah ini lagi. Yang penting adalah jawabanmu mengenai permintaan Gihu yang terakhir."   Wan Fei Yang menarik nafas panjang.   "Sekarang aku belum sanggup memenuhi permintaannya. Biarlah untuk sementara Yo Hong Suheng yang menggantikan Yan Supek mengurus Bu-tong-pai. Aku ingin turun gunung beberapa bulan. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Aku harap kau bersedia membantu Yo Suheng di sini, Hiong Kun. Setelah urusanku selesai, aku akan kembali lagi dan menentukan siapa yang berhak dan pantas menjadi Ciang bun jin generasi seterusnya."   Hiong Kun terkejut mendengar ucapan Wan Fei Yang.   "Wan Toako, urusan apa lagi yang harus kau selesaikan?"   Wan Fei Yang tidak ingin mengatakannya terus terang.   "Bukan apa-apa.   Hanya urusan kecil.   Kau tidak usah khawatir.   Tolong sampaikan kepada Yo Suheng bahwa aku akan berangkat sekarang juga.   Aku rasa sekarang tidak ada hal lagi yang akan membahayakan Bu-tong-pai.   Setidaknya untuk sementara ini."   Wan Fei Yang menarik nafas panjang kemudian melangkahkan kakinya beberapa tindak. Tiba-tiba dia menoleh sekali lagi.   "Hiong Kun, jaga dirimu baik-baik!" 1465 Fu Hiong Kun menganggukkan kepalanya. Air matanya mengalir semakin deras. Dia tidak berani menanyakan urusan apa yang akan diselesaikan oleh Wan Fei Yang, tapi diam- diam hatinya khawatir. Dia takut urusan yang akan diselesaikan oleh Wan Fei Yang akan membuat luka dalamnya kambuh karena kesehatan pemuda itu belum pulih sekali. Tapi dia juga sadar bahwa tekad Wan Fei Yang tidak dapat diubah lagi. Terpaksa dia memandangi keper-gian Wan Fei Yang dengan air mata berlinang. *** Gedung itu megah sekali. Letaknya di kota raja. Yang tinggal di dalamnya ternyata merupakan penasehat Kaisar pada saat itu. Para pengawal dengan seragam yang gagah berdiri berjajar di depan pintu. Belum lagi para pelayan yang hilir mudik di dalam gedung itu. Tidak perlu dijelaskan lagi pemilik gedung ini pasti kaya sekali. Taman saja seluas rumah penduduk biasa. Dan ada kolam yang jernih dengan ikan-ikan yang berwarna warni berenang di dalamnya. Pemilik gedung itu bernama Kan Han Beng, biasa dipanggil dengan sebutan Kan taijin. Dia adalah seorang pejabat yang sangat berkuasa di kota raja tersebut. Sikapnya sangat tegas. Wajahya berwibawa. Tapi hatinya baik sekali. Dia paling benci melihat sesuatu yang tidak adil. Oleh karena itu. secara diam- diam banyak pejabat yang korup tidak menyukainya. Kan taijin tentu saja tahu. tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia belum mendapat bukti yang jelas untuk mengungkapkan kejahatan mereka di depan Kaisar. Kan taijin sudah menyuruh beberapa orang kepercayaannya untuk menyelidiki kasus orang-orang itu. Ada satu orang yang sangat dicurigainya. Dia adalah kepala komandan yang menangani pengawal-pengawal di ke rajaan. Hanya ada satu hal yang memberatkan hati Kan taijin. Orang yang bernama 1466 See bun To itu sangat disayang oleh Kaisar. Pekerjaannya memang dilaksanakan dengan baik. Yang membuat Kan taijin curiga justru sering keluar masuknya orang-orang dunia kangouw di rumah kediaman See bun To itu. Kalau dipancing oleh Kan taijin. dia selalu mengemukakan alasan bahwa dia memang seorang yang supel dalam pergaulan. Dia suka berteman dengan siapa saja. Yang menjadi persoalan justru Kan taijin dapat melihat bahwa orang dunia kangouw yang keluar masuk di rumah See bun To itu merupakan golongan manusia yang berwajah garang dan tidak sedap dipandang. Sekali lihat saja, sudah dapat dipastikan bahwa mereka terdiri dari tokoh-tokoh golongan sesal. Apakah tidak aneh kalau seorang kepala komandan dalam istana bergaul dengan orang-orang semacam itu? Itulah sebabnya kecurigaan Kan taijin semakin hari semakin dalam. Dia penasaran ingin mengetahui apa sebenarnya yang dilakukan oleh See bun To dengan orang-orang itu. Dia memerintahkan kepada orang-orang kepercayaannya untuk meningkatkan pengawasan di rumah kepala komandan tersebut. Masih ada satu hal lagi yang menggangu pikiran Kan taijiu, yaitu kekayaan See bun To yang tidak masuk akal. Dia memang pernah mengakui bahwa orang tuanya adalah seorang hartawan yang sangat kaya raya dan ketika menionggal mewariskan seluruh hartanya kepadanya. Cerita ini juga tidak sepenuhnya dipercayai oleh Kan taijin. Dia curiga See bun to melakukan usaha gelap dengan orang-orang dunia kangouw tersebut. Mungkin itulah sebabnya mereka sering mondar-mandir di gedung rumahnya yang seperti istana itu. Rasanya tidak masuk akal apabila seorang teman yang tinggalnya demikian jauh selalu mengunjunginya beberapa kali dalam setahun. Kan taijin sendiri turun temurun merupakan pejabat kerajaan. Dia juga sangat kaya. Tapi kalau dibandingkan dengan See bun To, kekayaannya masih terpaut jauh. Padahal 1467 kedudukannya lebih tinggi. Sayangnya Kan taijin bukan orang dunia kangouw. Dia tidak mengenal tokoh-tokoh yang sering mengunjung See bun To. Dia hanya pernah bertemu dengan beberapa di antara mereka. Melihat sinar mata mereka yang tajam. Kan taijin yang sudah banyak makan asam garam itu langsung dapat memastikan bahwa ilmu silat yang mereka miliki cukup tinggi. Hari ini, seperti biasanya Kan taijin duduk di halaman depan rumahnya yang merupakan taman yang luas. Salju yang putih menutupi pohon-pohon yang tinggi sehingga membuat pemandangan yang indah. Kan taijin memang paling suka menikmati teh yang harum sambil menikmati pemandangan seperti itu. Seorang gadis cantik berjalan ke dekatnya dengan dibimbing oleh seorang pelayan. Mendengar suara langkah kaki mendatangi. Kan taijin menolehkan kepalanya.   "Soat ji, bagaimana keadaanmu hari ini?"   Tanyanya lembut.   "Sudah agak kuat. Ayah...."   Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Sahut gadis itu lirih.   Kan taijin memandang gadis itu dengan tatapan penuh kasih sayang.   Pelayan tadi memapah gadis yang bernama Kan Soat Cu duduk di samping Kan taijin.   Gadis itu merupakan putri tunggal Kan taijin.   Tubuhnya sakit-sakitan sejak kecil.   Tapi baik Kan taijin maupun nyonyanya sangat menyayangi gadis itu.   Kan taijin melirik ke arah pelayan yang membimbing Kan Soat Cu itu.   "Apakah Ong taihu (Tabib Ong) masih belum datang juga?"   Pelayan itu menggelengkan kepalanya.   "Mungkin hari ini Ong taihu banyak pasien sehingga datang agak lambat."   "Baiklah."   Kan taijin mengibaskan lengan bajunya.   "Kau boleh masuk sekarang." 1468 Pelayan itu segera mengiakan lalu mengundurkan diri. Kan Soat Cu memandang pemandangan di sekitarnya dengan terkesima.   "Tia, kau memberi nama Soatu Cu kepada anak, apakah karena anak dilahirkan pada musim salju?"   Kan taijin tertawa lebar.   "Benar, Tia dan ibumu menikah delapan tahun lebih, baru mendapatkan engkau seorang anak. Kebetulan pada itu memang musim salju. Maka dari itu kau diberi nama Soat Cu (Mutiara pada musim salju)."      Jilid 33 Kan Soat Cu tersenyum manis.   Sepasang lesung pipit menghiasi kedua pipinya.   Wajah yang memang cantik tampak semakin cantik.   "Kadang-kadang anak suka membayangkan betapa bahagianya apabila anak mempunyai kakak atau adik.   Setidaknya ada teman yang dapat diajak bermain-main.   Aih ...   tapi tubuh anak sejak kecil lemah sekali.   Kadang-kadang anak malah merasa menyesal telah dilahirkan sehingga ayah dan ibu selalu bercapai hati memikirkan kesehatan anak yang tidak kunjung pulih ini."   Kan taijin mengelus-elus rambut putrinya.   "Soat ji, jangan berkata demikian. Tia merasa beruntung masih bisa mendapatkan seorang putri yang demikian cantik seperti dirimu, mengenai kesehatan tubuhmu itu, Tia yakin suatu hari Thian akan mengulurkan tangannya supaya kita dapat menemukan obat mujarab yang dapat membuat kesehatanmu membaik."   Kan Soat Cu seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi tiba-tiba 1469 dua orang pengawal ayahnya masuk ke dalam halaman itu dengan tergopoh-gopoh. Kan taijin juga ikut terkejut. Ia langsung menduga bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak di nginkan.   "Ada apa? Apa yang lelah terjadi?"   Tanyanya gugup.   "Lapor, taijin! Kim suwi dan Long suwi yang ditugaskan mengantarkan surat ke selatan telah kembali. Namun mereka ingin menyampaikan suatu hal yang cukup genting,"   Kata salah satu dari pengawal itu melaporkan. Wajah Kan taijin semakin panik.   "Hal apa? Di mana mereka sekarang? Cepat suruh mereka masuk!"   Kedua pengawal itu segera mengiakan dan mengundurkan diri.   Tidak lama kemudian masuk lagi dua orang pengawal yang lainnya.   Mereka langsung membungkuk hormat kepada Kan taijin.   "Bangun...   bangun! Tidak usah banyak peradatan! Ada apa sebenarnya? Masalah genting apa yang ingin kalian sampaikan?"   "Laporan Taijin! Sebetulnya masalah in tidak ada hubungannya dengan Taijin, tapi kami tidak berani sembarangan bertindak sehingga memutuskan untuk melaporkan hal ini kepada Taijin agra Taijin yang memutuskan "   Hati Kan taijin agak lega mendengar keterangan kedua orang itu.   "Oh? Masalah apa sebetulnya yang kalian hadapi? Coba katakan, biaraku pertimbangkan baik-baik."   "Begini, Taijin. Ketika kapal kami sedang mengarungi lautan selatan, kami menemukan seorang gadis yang tersangkut di batu karang dalam keadaan sekarat. Kami mengangkatnya ke atas kapal. Ternyata gadis itu masih mempunyai harapan untuk hidup, tapi keadaannya memang gawat sekali. Sampai 1470 sekarang dia masih belum sadarkan diri juga, padahal kami menemukannya enam hari yang lalu. Kami menjadi bingung. Membiarkannya begitu saja, kami tidak tega. Dibawa pulang pasti akan menimbulkan masalah. Jadi ...   "   Mata Kan Soat Cu membelalak mendengar kata-kata pengawal itu.   "Tia, kasihan sekali gadis itu. Bawa saja kemari. Suruh Ong Taihu lihat bagaimana keadaannya."   Kan taijin menganggukkan kepalanya berulang kali.   "Hm ... Entah siapa gadis itu. Memang kasihan sekali. Tindakan kalian sangat terpuji. Sekarang di mana gadis itu?"   "Di dalam kereta di luar gedung, kami tidak berani membawanya masuk kemari sebelum mendapat ijin dari Taijin."   "Bawa masuk sekarang juga. Tidurkan di kamar tamu. Sebentar kalau Ong taihu sudah datang, suruh dia memeriksa keadaannya dengan teliti!" *** Gadis itu masih tidak sadarkan diri ketika diperiksa oleh Ong taihu. Kan taijin dan Kan Soat Cu berdiri di samping dengan hati tegang. Gadis itu masih muda sekali. Wajahnya sangat cantik. Pakaiannya koyak di sana sini, bagian ubun-ubun kepalanya ada darah sedikit. Mungkin karena terbentur batu karang. Justru hal inilah yang dikhawatirkan oleh Ong Taihu. Dia menggelengkan kepalanya berulang kali.   "Kesehatan gadis ini dapat pulih kembali, tapi luka di bagian kepalanya cukup parah. Cayhe takut bila dia tersadar nanti, dia akan terkena penyakit yang disebut lupa ingatan."   Kata Ong Taihu menjelaskan.   "Kalau benar demikian akhirnya, tentu kita akan kerepotan juga. Bagaimana kita bisa tahu siapa adanya gadis ini? 1471 Tentunya orang tuanya akan cemas memikirkan anak gadis mereka yang hilang."   Ujar Kan taijin kebingungan. Kan Soat Cu malah mempunyai pendapat yang berbeda.   "Tia, jangan memikirkan hal yang lainnya dulu. Kita tolong dulu nyawa gadis ini. Nanti kalau dia sudah tersadar nanti, kita lihat lagi perkembangan selanjutnya."   Kan taijin termenung sejenak. Kemudian dia menganggukkan kepalanya.   "Baiklah. Harap Ong Taihu memberikan resep agar kesehatannya dapat cepat pulih!"   "Kan Taijin tidak usah khawatir. Cayhe akan memberikan sebuah resep. Obat itu harus dicekokkan kepadanya. Paling lambat besok siang dia sudah akan tersadar. Tetapi harap ingat baik-baik. Jangan membuatnya terlalu terkejut apabila sadar nanti, takut dia akan mengalami shock yang dalam dan otaknya tidak dapat berfungsi kembali untuk selamanya."   Kan taijin menganggukan kepalanya.   "Aku akan menyuruh Cao popo menungguinya disini." *** Cao popo adalah pengasuh Kan Soat Cu sejak kecil. Sekarang gadis itu sudah dewasa. Dia lebih suka ditemani oleh Cing Cing, yaitu gadis seusianya yang selalu membimbingnya kemana-mana. Kan Soat Cu adalah seorang gadis yang lemah lembut. Apalagi dia mempunyai saudara. Oleh karena itulah, ayahnya mengambil seorang anak yatim piatu untuk menjadi teman baginya. Melihat gadis yang ditolong oleh kedua pengawal ayahnya. Kan Suat Cu langsung suka. Gadis itu sangat cantik tapi wajahnya menyiratkan kedukaan yang dalam. Dia bertanya- tanya dalam hati. Siapa gadis itu sebenarnya? Kan Soat Cu yang tubuhnya lemah memang tidak pernah di jinkan oleh 1472 ayahnya untuk melakukan pekerjaan apa pun. Ibunya sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Sebagai seorang gadis yang menginjak remaja, dia semakin kesepian. Sekarang dia tidak bisa lagi mengungkapkan perasaannya kepada Cing Cing. Dia memang akrab sekali dengan pelayannya itu, tapi Cing Cing juga tidak banyak pengalaman tentang dunia luar seperti dirinya. Sejak kecil Kan Soat Cu tidak pernah kemana-mana. Bukan ayah atau ibunya tidak mengajaknya, tapi kesehatannya yang tidak mengijinkan. Sekarang, dengan gadis itu, dia jadi mempunyai kesibukan. Bukan kesibukan seperti yang dilakukan oleh orang lain, tapi otaknyalah yang sibuk bekerja. Dia terus memikirkan gadis tersebut. Kalau ditilik dari bahan pakaian yang dikenakannya, gadis itu bukan dari keluarga tidak mampu. Satu hal yang dapat dipastikan bahwa gadis itu juga bangsa Han seperti dirinya. Namun negara ini begini luas. Siapa yang dapat memberi tahu dari daerah mana gadis itu berasal. Memang tubuhnya ditemukan di bagian laut selatan. Tapi apa pula yang dapat memastikan dari mana dia mengalami kecelakaan sampai terdampar di tempat tersebut. Tampaknya dia memang harus menunggu sampai gadis itu sadarkan diri. Tapi kalau mengingat kembali kata-kata Ong Taihu bahwa ada kemungkinan gadis itu akan mengalami lupa ingatan, pikirannya menjadi kalut lagi. Sekarang hal pertama yang harus dilakukannya adalah mencari ayahnya. Dengan pikiran itu, Kan Soat Cu langsung menemui ayahnya yang berada di ruang perpustakaan. Ayahnya senang sekali membaca. Bila ada waktu senggang, dia pasti mengunci diri di dalam ruangan tersebut. Apalagi sejak ibunya meninggal. Dugaan Kan Soat Cu memang tepat. Kan taijin sedang duduk di atas kursi di belakang sebuah meja yang besar. Dia sedang asyik membaca. Sampai-sampai putrinya itu sudah berada di belakangnya, dia masih belum menyadari. 1473 "Tia...."   Sapa Kan Soat Cu perlahan. Kan taijin tersentak dari keasyikannya. Dia tersenyum melihat Kan Soat Cu yang masuk ke dalam ruangan tersebut.   "Ada apa, Soat ji?"   "Ada satu hal yang ingin kubicarakan dengan Tia."   Kan taijin menutup buku di tangannya dan meletakkannya kembali ke rak besar yang ada di sampingnya.   Di sana tersusun berbagai jenis buku.   Tidak sedikit yang sudah langka sekali.   "Nah, apa yang ingin kau bicarakan dengan ayahmu ini?"   "Gadis yang ditolong oleh kedua pengawal Tia itu terus mengganggu pikiranku.   Anak ingin meminta ijin dari Tia agar dia diperbolehkan menetap di rumah ini seandainya sadar nanti keadaannya persis yang dikatakan oleh Ong Taihu."   "Mengapa kau tiba-tiba mempunyai pertimbangan demikian?"   Kan taijin tersenyum simpul.   "Pasti ada kaitannya dengan ucapanmu tempo hari bukan?"   "Akh.... Tia selalu menggoda. Anak bicara serius. Dia masih begitu muda. Usianya paling-paling terpaut satu dua tahun dengan anak. Apabila dia benar- benar lupa ingatan dan meninggalkan tempat ini, anak khawatir akan terjatuh ke tangan orang jahat dan dia tentu akan mengalami hal yang mengerikan."   Wajah Kan taijin berubah menjadi serius.   "Soat ji, kau tidak usah khawatir.   Menolong orang adalah perbuatan yang baik.   Kalau keadaannya memang seperti yang dikatakan oleh Ong Taihu, Tia tentu mengijinkan dia tinggal di sini sampai ingatannya pulih." 1474 Wajah Kan Soat Cu langsung berseri-seri mendengar permintaannya dikabulkan.   "Terima kasih. Tia, anak sekarang ingin menengok keadaannya. Nanti baru anak ke sini lagi untuk menemani Tia."   Kan taijin menganggukkan kepalanya. Kan Soat Cu bergegas keluar dari kamar itu. Tapi baru saja sampai di depan pintu, dia menolehkan kepalanya kembali.   "Tia, apa yang kau katakan memang benar. Permintaan anak memang ada kaitannya dengan ucapan anak di taman bunga kemarin,"   Katanya sambil tersenyum.   Kan taijin menggelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya yang masih kekanak-kanakan itu.   Dia sudah menduga bahwa kehadiran gadis itu pasti akan membuat hati putrinya semakin senang.   Dia berulang kali mengatakan bahwa betapa berbahagianya dia apabila dia mempunyai seorang cici atau adik.   Tampaknya sekarang dia sudah mendapatkan seorang cici yang muncul di rumahnya secara ajaib.   *** Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali.   Hal ini pasti disebabkan oleh cahaya matahari yang menyorot lewat jendela.   Cao popo yang bertugas menungguinya segera mendekat ke samping tempat tidur.   "Siocia, kau sudah sadar?"   Tanyanya lembut. Gadis itu berusaha untuk bangun. Namun kepalanya terasa pening. Cao popo cepat-cepat membantunya.   "Siocia, jangan bangun dulu. Siocia baru tersadar setelah pingsan lebih dari satu minggu. Kesehatan Siocia belum pulih. Rebahlah kembali, Popo akan mengambilkan bubur untukmu." 1475 Bibir itu bergerak-gerak. Tampaknya gadis itu ingin mengatakan sesuatu, tapi tenggorokannya terasa kering, dia tidak sanggup mengatakan apa-apa. Cao popo mengambil cangkir dan mengisinya dengan air teh hangat. Dibantunya gadis itu minum sedikit demi sedikit.   "Di ... mana ... aku?"   Tanya gadis itu dengan suara bergetar.   Belum lagi Cao popo sempat menjawabnya, Kan Soat Cu sudah melangkah ke dalam kamar.   Dia senang sekali melihat gadis itu sudah sadar.   Dia memberi isyarat kepada Cao popo agar menggeser sedikit.   Dia ingin sekali menyapa gadis itu.   "Nona, kau sekarang ada di rumahku.   Jangan takut.   Lukamu cukup parah.   Jangan banyak bergerak,"   Kata Kan Soat Cu dengan penuh perhatian. Gadis itu kembali mengerjapkan matanya beberapa kali. Tidak lama kemudian dia mulai bisa menyesuaikan diri dengan penerangan yang sudah sekian lama tidak dilihatnya.   "Bagaimana perasaan Kouwnio sekarang?"   Tanya Kan Soat Cu sekali lagi. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya sedikit.   "Siapakah nama Kouwnio? Tentu saja kalau Kouwnio tidak keberatan memberitahukannya kepada siaumoay."   Mata gadis itu menerawang. Sejenak kemudian dia menatap Kan Soat Cu lekat-lekat. Akhirnya dia menggelengkan kepalanya.   "A ... aku tidak ... tahu. Pikiran ku seakan kosong melompong."   Ternyata apa yang diduga oleh Ong Taihu benar adanya.   Tampaknya gadis itu benar-benar mengalami lupa ingatan.   Kan Soat Cu tersenyum manis.   1476 "Tidak apa-apa.   Kalau boleh Siaumoay akan memanggil kau cici saja.   Siaumoay harap cici jangan memaksakan diri berpikir hal yang lain.   Yang penting sekarang cici harus beristirahat agar kesehatanmu cepat pulih.   Nanti perlahan-lahan Siaumoay akan membantu agar ingatanmu dapat kembali lagi seperti sebelumnya."   Gadis itu menganggukkan kepalanya dengan lemah.   Dia memang ingin sekali mengajukan pertanyaan.   Tapi keadaannya sekarang belum memungkinkan.   Bahkan untuk menganggukkan kepalanya saja dia merasa berat sekali.   Kan Soat Cu menolehkan kepalanya kepada Cao popo.   "Cao popo, masakkan bubur buat Cici ini dan suapkan perlahan-lahan sampai habis.   Perutnya sudah lama kosong.   Nanti tubuhnya semakin lemah,"   Kata gadis itu memesankan.   "Baik, Siocia,"   Sahut Cao popo sambil mengundurkan diri.   Kan Soat Cu masih duduk di sisi tempat tidur untuk beberapa saat.   Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tapi gadis itu sudah memejamkan matanya kembali.   Akhirnya Kan Soat Cu mengambil keputusan untuk membiarkan gadis itu beristirahat.   *** Beberapa hari telah berlalu.   Kesehatan gadis itu mulai pulih.   Tubuhnya sudah agak kuat.   Dia sudah bisa bangun sendiri dari tempat tidur dan berjalan-jalan di taman.   Kan Soat Cu memperhatikannya secara diam-diam.   Tampaknya gadis itu sedang memandangi permukaan salju dengan mata termenung.   Apa yang dipikirkan olehnya? Apakah dia hanya berpura-pura lupa ingatan padahal dia tahu siapa dirinya sesungguhnya? Pertanyaan itu terus berkecamuk di hati Kan Soat Cu.   Tapi 1477 kalau melihat gadis itu suka merenung seorang diri kemudian seperti orang yang kebingungan, Kan Soat Cu malah merasa bahwa gadis itu berkata yang sesungguhnya.   Perlahan-lahan dia berjalan menghampiri....   "Siapa?"   Bentak gadis itu sambil membalikkan tubuhnya secepat kilat. Kan Soat Cu terkejut sekali. Melihat dari gerakannya gadis itu pasti mengerti ilmu silat.   "Cici, aku yang datang,"   Sapa Kan Soat Cu sambil menenangkan hatinya. Mata gadis itu yang tadi mendelik berubah lembut kembali. Bibirnya tersenyum.   "Soat-moay.... Cici kira siapa...."   "Gerakan tubuh Cici cepat sekali. Sekarang keadaan Cici masih belum pulih sekali, tapi gerakannya sudah begitu hebat. Apalagi kalau sudah sehat nanti."   Gadis itu menundukkan wajahnya dengan tersipu-sipu.   "Tampaknya Cici pernah mempelajari ilmu silat yang cukup tinggi,"   Kata Kan Soat Cu kembali. Gadis itu menggelengkan kepalanya.   "Cici benar-benar tidak tahu. Cici sudah berusaha untuk mengingat kembali siapa Cici ini sebetulnya, tapi tetap saja tidak berhasil."   "Jangan terlalu dipaksakan. Ong Taihu kan sudah mengatakan bahwa memang butuh waktu yang cukup lama untuk mengembalikan ingatan itu."   "Soatmoay.... Keberatankah kau kalau Cici tanyakan kembali di mana pengawal Taijin nenemukan Cici?"   Tanya gadis itu.   "Menurut kedua pengawal itu. mereka menemukan tubuh Cici tersangkut di atas batu karang dekat laut selatan. Tapi apakah 1478 hanya sedikit petunjuk itu bisa memulihkan kembali ingatan Cici?"   Gadis itu menggelengkan kepalanya.   "Cici tidak tahu. Tapi kalau mendengar keterangan Soatmoay, tampaknya Cici berasal dari pesisir pantai. Mungkin Cici ini anak seorang nelayan yang ikut orang tua pergi menangkap ikan. Mungkin perahu kami diterjang badai sehingga tubuh Cici terlempar ke dalam lautan."   Kan Soat Cu menggelengkan kepalanya.   "Siaumoay mempunyai pendapat yang berbeda. Meskipun Siaumoay belum pernah berkelana di dunia kangouw. tapi sedikit banyaknya Siaumoay mendengar cerita dari Cao popo dan yang lainnya. Cici pasti bukan anak seorang nelayan. Coba pikirkan baik-baik, kalau Cici memang anak seorang nelayan, pasti kulit Cici hitam karena sering terbakar oleh matahari. Lagipula bahan pakaian yang Cici kenakan ketika diketemukan bukan bahan yang sanggup dibeli oleh kaum nelayan. Cici pasti berasal dari keluarga yang cukup berada. Tapi dunia ini begitu luas, kemana kita harus mencari keterangan tentang asal-usul cici."   Gadis itu merasa apa yang dikatakan oleh Kan Soat Cu ada benarnya. Dia masih ingin mengajukan pertanyaan lagi ketika dia melihat Kan taijin keluar dari dalam rumah.   "Kan taijin...."   Sapa gadis itu sambil menjura dengan sopan. Kan taijin mengelus-elus jenggotnya. Dia menatap gadis itu sambil menganggukkan kepalanya berulang kali.   "Kouwnio, jangan panggil aku Kan taijin lagi. Kalau boleh, aku mempunyai usul yang lebih baik...."   Kan Soat Cu memandang ayahnya dengan tatapan bingung.   "Tia, apa maksudmu?"   Kan taijin tersenyum lebar.   "Soat ji, kau selalu mengatakan bahwa kau tidak mempunyai saudara. Kouwnio ini ditemukan 1479 oleh kedua pengawalku, berarti Tia memang ada jodoh dengannya. Bagaimana menurutmu kalau Tia memberinya nama dan mengangkatnya sebagai anak agar dia bisa menjadi cicimu?"   Mata Kan Soat Cu langsung bersinar terang, tapi Kan taijin mengedipkan matanya satu kali.   "Kau jangan keburu senang dulu. Kita harus menghargai hak orang lain. Tanyakan dulu kepada kouwnio ini apakah dia bersedia menjadi anak angkat Tia?"   Kata Kan taijin selanjutnya. Kan Soat Cu langsung menarik tangan gadis itu dan menggenggamnya erat-erat.   "Cici, tentu kau bersedia bukan?"   Gadis itu terdiam beberapa saat.   Dia merasa terharu sekali.   Untuk saat ini dia juga tidak mempunyai tujuan pasti.   Memang ada baiknya dia tinggal di rumah orang tua dan gadis yang baik hati itu.   Selelah mempertimbangkan beberapa saat, akhirnya dia menganggukkan kepalanya.   Kan Soat Cu langsung memeluknya erat-erat.   Kan taijin tersenyum simpul.   "Kalau memang kau sudah setuju, sekarang juga aku akan memberimu sebuah nama. Tentu saja kau harus mengikuti she ayah angkatmu ini. Sedangkan peresmiannya, kita rayakan malam ini saja. Aku akan mengundang beberapa orang temanku agar suasananya bertambah meriah."   Kan taijin menoleh kembali ke arah putrinya.   "Soat ji, bagaimana kalau ayah memberi nama Kan Hai Li kepada kakakmu ini?"   "Hai Li (Gadis laut)? Bagus sekali. Tia. Tapi entah cici menyenanginya atau tidak."   Gadis itu menganggukkan kepalanya.   Pada dasarnya dia memang tidak perduli nama apa pun yang akan diberikan kepadanya.   Toh, lebih baik dari pada tidak punya nama sama sekali.   Tapi setelah mendengar nama yang dipilih oleh Kan taijin.   dia merasa sangat suka.   1480 "Nama itu bagus sekali.   Aku sangat menyukainya."   "Sejak pagi Tia sudah memikirkan hal ini.   Lalu Tia terbentur lagi ketika hendak memilihkan nama.   namun Tia teringat bahwa dia ditemukan di tengah lautan.   Maka gadis yang cantik ini paling sesuai apabila diberi nama Hai Li."   Mulut gadis itu bergerak-gerak. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi hatinya masih bimbang. Kan taijin sempat memperhatikan gerak-geriknya itu.   "Hai Li. Apa yang ingin kau katakan?"   Tanyanya lembut.   "Kalau bisa. jangan terlalu banyak tamu yang diundang. Aku takut aku masih belum bisa menghadapi keramaian,"   Kata Hai Li yang akhirnya mengungkapkan juga apa yang terkandung di dalam hatinya.   *** Orang-orang yang diundang memang tidak seberapa banyak, tapi termasuk See Bun To.   Dia datang dengan dua orang pengawalnya.   Meskipun Kan taijin kurang menyukainya tapi dia juga tidak ingin menunjukkan secara terang-terangan.   Kalau sampai yang lain diundan, sedangkan orang ini tidak, tentunya akan menyolok sekali.   Tak henti- hentinya See bun To memuji kecantikan Kan Hai Li yang baru diangkat menjadi anak oleh Kan taijin.   Sudah tiga kali dia mengangkat cawan araknya dan menghormati Kan taijin.   "Benar-benar merupakan rejeki yang tidak kepalang besarnya bahwa dalam usia setua ini Kan taijin dapat mengangkat seorang anak seperti Kan Hai Li Siocia ini."   "Akh ...   See bun Cong-su bisa saja ...   Tapi apa yang dikatakan 1481 See bun Cong-su memang tepat.   Aku hanya mempunyai seorang putri saja.   Dan dia ini ...   "   Kan taijin menunjuk ke arah Kan Soat Cu yang duduk di sebelah kirinya.   "Terus menggerutu ingin mempunyai saudara. Kebetulan sekali kami berhasil menyelamatkan anak angkatku ini, sehingga dari sekarang mempunyai teman untuk berbincang."   See bun To mengantuk tidak henti-hentinya.   Pandangan matanya menatap Kan Hai Li berulang kali.   Seakan tidak bosan-bosannya dia memandangi kecantikan gadis itu.   Sementara itu kedua pengawalnya yang berdiri di sudut ruangan sejak tadi saling berbisik antara satu dengan yang lainnya.   Waktu dengan cepat berlalu.   Malam sudah larut ketika para tamu memohon diri.   Kan Hai Li dan Kan Soat Cu juga sudah masuk ke dalam kamar.   Kalau tubuh Kan Soat Cu memang lemah, maka kesehatan Kan Hai Li juga belum pulih.   Sekarang kedua gadis itu menempati kamar yang sama.   Hubungan mereka dengan cepat menjadi akrab.   *** Di dalam gedung See bun To yang megah ....   Laki-laki itu minum arak cukup banyak.   Sinar matanya menyala-nyala.   Orang yang biasa menemuinya di dalam istana sehari-hari, memang sudah pada tahu bahwa orang ini memiliki ilmu silat yang cukup tinggi.   Tapi sampai di mana ketinggian ilmu silat yang dikuasainya, tidak ada seorang pun yang tahu.   Setelah kembali dari pesta yang diadakan oleh Kan taijin, dia langsung membanting dirinya di atas kursi panjang.   "Bedebah! Mengapa nasib si tua bangka itu demikian beruntung? Bagaimana anak buahnya bisa menemukan seorang gadis yang begitu cantik dan bersedia pula diangkat anak olehnya? Huh!"   See bun To menggerutu panjang lebar. 1482 Kedua pengawal yang mengikutinya ke pesta tadi saling lirik sejenak.   "Cong-su...."   Panggil salah satunya yang berusia agak lanjut.   "Jangan ganggu aku! Hatiku sedang kesal!"   Bentak See bun To.   Kedua orang itu terdiam lagi.   Namun mata mereka masih saling lirik terus menerus.   "Hm....   Tua bangka itu sudah menjadi duda.   Jangan-jangan dia hanya berpura-pura mengangkat gadis itu sebagai anak, padahal "   "Maaf Cong-su, setahu kami Kan taijin bukan pejabat yang berhidung belang...."   "Kalian tahu apa? Manusia itu paling pandai berpura-pura.   Di luarnya kelihatan suci, di dalamnya busuk! Lebih baik seperti aku ini yang suka melakukan hal secara terang-terangan!"   Kembali kedua pengawal itu terdiam.   Dalam hati mereka sebetulnya membantah kata-kata See bun To.   Mereka tahu sekali bahwa lebih banyak hal-hal yang diperbuat orang ini dengan rahasia.   Bahkan banyak orang yang menganggapnya agak misterius.   Salah satu dari kedua pengawal itu berdehem satu kali.   Dia memberanikan dirinya mengatakan apa yang tersirat dalam hatinya.   "Meskipun seandainya Kan taijin bermaksud buruk, tapi kalau sasarannya gadis yang satu ini, maka dia melakukan kesalahan besar,"   Katanya. Mendengar kata-katanya, See bun To langsung menoleh ke arahnya.   "Heh? Tampaknya kau mengetahui sesuatu, sehingga kau bisa mengucapkan kata-kata itu!" 1483 "Justru hal inilah yang ingin kami sampaikan kepada Cong-su sejak tadi. Ilmu silat yang dimi iki gadis yang sekarang bernama Kan Hai Li itu cukup tinggi."   See bun To semakin penasaran.   "Apa sebetulnya yang ingin kau sampaikan? Bicara langsung saja! Tidak usah plintat- plintutl seperti itu!"   Bentaknya kesal.   Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Cong-su, kami pernah bertemu dengan gadis itu. Oleh karena itulah kami terkejut ketika Kan taijin memperkenalkan sebagai anak angkat. Gadis itu adalah Tok-ku Hong!"   "Tok-ku Hong? Putri Tok-ku Bu-ti? Apakan kalian tidak salah lihat?"   See bun To semakin terkejut.   "Kalau salah satu dari kami salah lihat, mungkin masih bisa dimaklumi.   Masa kami berdua bisa salah lihat dalam waktu yang bersamaan?"   "Mengapa dia bisa berada di dalam gedung Kan taijin? Apakah dia mempunyai maksud tertentu sehingga pura-pura tertimpa musibah agar dapat ditemukan oleh para pengawal pembesar itu?"   "Itulah yang kami curigai sejak tadi.   Dan Cong-su jangan lupa.   Dia juga adik ayah lain ibu dengan Wan Fei Yang."   Alis See bun To semakin mengerut.   "Hm ... Kalau begitu kalian harus tingkatkan kewaspadaan. Jangan-jangan Wan Fei Yang juga sudah berada di kota raja dan sedang menyelidiki keadaan kita. Perhatikan juga gerak-gerik gadis itu. Jangan sampai dia meninggalkan gedung keluarga Kan tanpa sepengetahuan kita!"   Kedua pengawal itu segera mengiakan. 1484 "Suruh beberapa orang kita untuk memeriksa keadaan di sekitar sini. Lihat apakah gadis itu memang datang bersama Wan Fei Yang?"   Kata See bun To selanjutnya.   Rupanya mereka tidak tahu bahwa Kan Hai Li mengalami lupa ingatan.   Bahkan gadis itu sendiri sudah lupa bahwa dirinya ternyata Tok-ku Kong.   Benturan yang dialami oleh Tok-ku Hong ketika terombang ambing di lautan cukup keras, tulang kepalanya saja sampai berdarah.   Tapi, siapakah See bun To sebenarnya? Mengapa seorang kepala komandan pengawal istana bisa mengenal Wan Fei Yang bahkan Tok-ku Bu-ti? Kalau ditilik dari pembicaraan mereka tadi, kecurigaan Kan laijin terhadapnya memang beralasan.   Bagaimana kedua pengawalnya bisa mengetahui siapa Tok-ku long kalau mereka bukan terdiri dari orang-orang dunia kangouw? *** Bu-tong-san memang sudah aman dari segala macam gangguan.   Sejak kepergian Wan Fei Yang, hati Fu Hiong Kun semakin gelisah.   Dia mulai tidak kerasan tinggal di atas Bu- tong-san.   Akhirnya dia mengambil keputusan untuk berkelana kembali di dunia persilatan.   Yo Hong terkejut sekali ketika mendengar kata-kata Fu Hiong Kun.   "Fu kouwnio, Siau Fei pasti akan dalang kembali dalam jangka waktu yang tidak lama lagi. Sebaiknya kau tetap menunggu di sini saja."   Fu Hiong Kun menggelengkan kepalanya.   "Aku bukan hendak mencari Wan Toako, tapi aku merindukan kehidupan bebas di dunia kangouw. Di luar sana banyak orang yang Membutuhkan uluran tanganku. Aku harap Yok toako bisa mengerti. Suatu hari nanti aku pasti akan datang lagi."   Yo Hong masih berusaha membujuknya tapi rupanya tekad 1485 gadis itu sudah bulat.   Hari itu juga dia menyiapkan segala perbekalan yang dibutuhkan dalam perjalanannya nanti.   Setelah itu dia meminta ijin kepada Yo Hong agar diperbolehkan masuk ke tempat penyimpanan abu para tokoh Bu tong pai.   Dia ingin menyembah di depan perabuan Yan Cong Tian yang merupakan ayah angkatnya.   Kemudian dia juga menyembahyangi makam Fu Giok Su.   Akhirnya dia turun dari Bu-tong-san dengan di ringi pandangan mata beratus- ratus murid Bu-tong-pai.   Fu Hiong Kun tidak melakukan perjalanan dengan tergesa- gesa.   Dia memang tidak mempunyai tujuan yang pasti.   Meskipun dia mengatakan kepada Yo Hong bahwa dia bukan hendak mencari Wan Fei Yang, tapi dalam hatinya dia berharap sekali dapat bertemu dengan anak muda itu.   Mantel yang dikenakannya sudah cukup tebal namun hawa dingin masih saja menyusup.   Setelah berada di kaki gunung Bu tong, dia kerahkan tenaganya untuk berlari.   Dengan demikian tubuhnya menjadi berkeringat dan hawa dingin tidak terasa lagi.   Kadang-kadang dia berhenti apabila tubuhnya merasa agak lelah.   ledengan Wan Fei Yang.   Desa di dekat kaki gunung Bu tong san baru saja dilaluinya.   Di jalanan tidak banyak orang yang berlalu lalang.   Fu Hiong Kun berhenti di sebuah kedai arak dan membeli beberapa butir bakpao.   Melihat bakpao-bakpao tersebut, ingatannya kembali ke masa perkenalannya dengan Wan Fei Yang.   Saat-saat manis seperti itu tidak pernah dirasakan lagi.   Sudah terlalu banyak kejadian yang menimpa mereka berdua.   Kalau bisa, Fu Hiong Kun ingin memutar kembali saat yang telah berlalu.   Dia sadar semua itu hanya harapan kosong.   Kakinya terus melangkah sambil mengenang masa lalu.   Tahu-tahu dia sudah berada di dalam sebuah hutan yang lebat.   1486 Dipilihnya sebuah batu besar yang agak terlindung dari hujan salju.   Dia duduk di sana sambil memakan bakpao yang dibelinya tadi.   Kemana perginya Wan Fei Yang? Urusan apa yang harus diselesaikan olehnya? Fu Hiong Kun sudah berusaha untuk menebaknya, namun sia-sia saja.    Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Bara Naga Karya Yin Yong

Cari Blog Ini