Warisan Jenderal Gak Hui 11
Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung Bagian 11
Warisan Jenderal Gak Hui Karya dari Chin Yung Tokoh persilatan yang berusia tua telah tahu siapa Tay Jat Cin Jin itu, dia adalah pemegang juara ilmu silat pedang nomor wahid pada sekira empat-puluh tahunan yang lampau juga ilmu silatnya sangat Iihay. Kemudian sesaat lamanya suasana menjadi lenggang, lalu kakek dari Bu- tong itu memandang kearah Teng Siok Siat dan gadis berpakaian serba hijau itu yang tadi akan bertempur. 9 14 "Hey, kalian akan bertempur karena memperebutkan peta Pek seng! Apakah kalian tidak mengelahui bahwa kitab pusaka Pek-seng-ki-su itu sebenarnya tidak ada yang menghaki! Mengapa tidak terpikir oleh kalian orang gagah dan orang cendekia untuk mencari kitab itu secara beramai kekota Pek-seng? Karena kata-kata Tay Jat Cin Jin itu maka semua orang pada terpaku dan mereka saling berpandangan. Seolah-olah mereka sedang mempertimbangkan kebenaran kata ketua Bu-tong itu. Dalam keadaan itu mereka lengah dan kertas peta Pek-seng itu berserakan ditanah berbatu tanpa ada yang memperdulikan. Tiba-tiba tampaklah sebuah bayangan, ternyata bayangan itu langsung menyambar keempat kertas yang berserakan yang tadi menjadi penyebab kegaduhan dan perbuatan itu. Ternyata orang yang menyambar keempat kertas itu adalah Tok Giam Lo. "Hey ! Tok Giam Lo kau mau lari kemana ? seru Kun-si Mo-kun sambil menghentakan kakinya dan meloncat mengejar Tok Giam Lo. Menyaksikan kejadian itu. maka perhatian orang-orang itu telah tertumpahkan kembali kearah peta Pek-seng yang dibawa kabur oleh Tok Giam Lo. Tampaklah Tong Kiam Ciu, Teng Siok Siat, Shin Kai Lolo dan kedua orang yang berada ditempat itu berlari-lari seolah belomba lari mengejar Tok Giam Lo yang membawa kabur peta Pek-seng itu. Mereka itu semuanya adalah para pendekar lihay, maka tampaklah mereka telah membentangkan ilmu masing-masing untuk mendahului yang lainnya dengan ilmu lari dan Gin-kang yang tinggi. Maka tampaklah seolah-olah para dewa yang sedang berlomba lari dan beterbangan di udara. Tong Kiam Ciu juga tidak ketinggalan, pemuda itu membentangkan ilmu Piauw-hong-cian-li atau melayang diudara seribu li. Kiam Ciu berhasil mendahului mereka dan dengan gemboran panjang dan kuat pemuda itu telah meloncat menerkam punggung Tok Giam Lo. Tok Giam Lo jatuh tersungkur. Kemudian dalam sekejap saja dia telah terkurung oleh segenap jago silat, Dalam keadaan itu maka Kwi Ong lah orang yang pertama-tama memaki kearah Tok Giam Lo dengan suara keras dan tandas. 9 15 "Hei kau benar-benar bernyali besar! Hayo kembalikan lekas peta Pek-seng itu padaku!" Seru Kwi Ong sambil melototkan matanya dan mengangsurkan tangannya kearah Tok Giam Lo. Kemudian tampaklah Kwi Ong meloncat kedepan, sedangkan Tok Giam Lo menggeserkan kakinya serta siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan. Sambil meloncat kebelakang beberapa tindak, kemudian memeriksa kertas yang digenggamnya itu satu persatu. Tetapi diatas kertas-kertas itu dia tidak menemukan apa-apa. Beberapa saat kemudian terdengarlah suara tawa yang meninggi dari mulut Tok Giam Lo. Seraya berseru . "Ha-ha-ha-ha..ha....ha semuanya kertas yang tiada berguna, tanpa ada guratan-guratan yang berarti. Apakah kau Kwi Ong akan berusaha menipu kami? Ha-ha-ha-ha..ha....ha siapa yang mau silahkan mengambilnya !" Seru Tok Giam Lo sambil menyebarkan kertas-kertas itu. Orang-orang yang sejak tadi berdiri terpaku dan mengepung Tok Giam Lo kini sebagian ternyata masih berhasrat merebut kertas itu. Hanya beberapa orang saja yang tetap tenang dan telah menyadari kalau kertas-kertas itu sama sekali tidak berharga, karena mereka menganggap hanya sebagai kertas-kertas yang tidak berarti. Mereka yang menggubris kertas yang disebarkan oleh Tok Giam Lo ialah antara lain Kwi Ong, Shin Kai Lolo dan Tay Jat Cin Jin. Akhirnya kertas-kertas yang tampaknya kosong dan sesungguhnya berisi guratan peta Pek-seng itu terpegang oleh gadis yang mengenakan pakaian serba hijau itu. Suasana ketegangan dan keributan telah mereda. Maka Tok Giam Lo tampak tersenyum-senyum. Entah senyum yang berarti apa. Juga perasaan yang bagaimana kini yang telah meliputi pikiran mereka para jago silat saat itu dalam menanggapi peta penyimpanan kitab Pusaka Pek-seng-ki-su. Tahu-tahu Kwi Ong meraung nyaring bagaikan raungan seekor harimau besar yang sedang mengamuk. Seraya memaki kearah Tok Giam Lo. "Bedebah kau Tok Giam Lo ! Kau telah memfitnah aku !" Seru Kwi Ong dengan suara lanta.ng dan bengis. "urusan peta Pek-seng kita kesampingkan dulu. Kini 9 16 kita menentukan nama baik kita, hayo kita selesaikan secara jantan !" Seru Kwi Ong menantang Tok Giam Lo. Tok Giam Lo walaupun tidak ungkulan melawan Kwi Ong menurut perhitungannya, namun dia telah ditantang dihadapan orang banyak. Maka untuk menjaga nama baiknya, dia terpaksa menerima tantangan itu. Kwi Ong orangnya bertubuh tegap dan tinggi besar dengan wajah seram serta mempunyai ilmu andalan yang sangat lihay dan benar-benar telah dikuasainya ilmu Tay-lik-kim-kong eng-jiauw-kang atau cakar garuda sakti. Sedangkan Tok Giam Lo jago silat dari daerah tengah yang mempunyai ilmu hebat juga serta mempunyai senjata rahasia beracun yang sangat ganas. Kini keduanya telah bergerak ketengah-tengah kepungan para pendekar perkasa. Mereka telah berhadap-hadapan dengan sikap waspada. Tampaklah mata mereka sangat seram dan alis bertemu. Saling berpandang dan mengawasi langkah-langkah awannya. Tetapi belum lagi mereka berdua berbaku hantam, tahu-tahu sigadis remaja yang mengenakan pakaian serba hijau telah meloncat dan berdiri diantara kedua orang yang akan bertarung itu. Dengan berani gadis itu menghadap kearah Kwi Ong dan membentangkan lembaran kertas putih yang kosong tampaknya itu kearah Kwi Ong. "Lihai ini hanya kertas putih belaka! Apakah kau memang sengaja mengecohkan kami ?" Tanya gadis remaja berpakaian hijau itu dengan mata bersinar seram. Sikap gadis itu memang sangat berani, apalagi ketika memandang wajahnya memang menyiratkan cahaya permusuhan sedangkan matanya bersinar tajam bagaikan kilatan pedang pusaka. "Apakah kau ingin mengetahui seluk-beluk kertas itu ?" Tanya Kwi Ong dengan nada ketus. "Kau jangan mencoba main-main !" Bentak gadis itu dengan marah. "Oho bagus sekali gertakanmu itu siocia ! Kalau kau tetap ingin mengetahui rahasia peta Pek-seng itu, maka kau harus berani mewakili jago-jago silat untuk menerima tiga buah pukulanku !" Seru Kwi Ong tersenyum mencibir gadis itu. 9 17 "Kau kira aku ini apa ?" Tanya gadis itu dengan ketus pula. "Terserah apa anggapanmu sendiri! Pokoknya kalau kau ingin mengetahui rahasia peta Pek-seng itu kau harus mau menerima pukulanku sampai tiga kali, kalau kau kuat menahan pukulanku sampai tiga kali, maka kau akan menerima penjelasan tentang rahasia peta Pek-seng. Tetapi kalau kau ternyata tidak mampu maka kau dan semua jago-jago silat yang berada disini harus enyah dari tempat ini saat itu juga !" Seru Kwi Ong menantang gadis itu. Gadis itu rupa-rupanya juga merasa panas karena dipandang karena rendah oleh Kwi Ong. Maka dia telah mengerutkan kening dan alisnya tampak bertemu tampaklah keren wajahnya. Namun Kwi Ong hanya tersenyum seraya menunggu jawaban gadis itu. Namun tiba0tiba Tay Jat Cin Jin telah melangkah maju. Dengan wajah cerah dan tersenyum dia berkata kepada Kwi Ong. "Rupa-rupanya Kwi Ong ini adalah jago silat yang tiada tandingnya didaerah Selatan! Kusaksikan bahwa kau telah memiliki pedang pusaka , pedang pusaka yang hanya dipegang oleh jago pedang nomor satu dikalangan Bu-lim. Maka untuk mengelakan pertarungan dan persengkataan aku mempunyai sebuah usul!" Seru Tay Jat Cin Jin. Kwi Ong memandang kakek itu, memandangi keadaan tubuh orang tua itu dari kaki sampai keatas kepalanya Kemudian rajanya orang-orang suku Biauw itu berseru kepada kakek itu. "Apakah kau sanggup mewakili orang-orang yang berada di tempat ini ?" Namun Tay Jat Cin Jin hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Kemudian menyahut dengan suaranya yang sabar. "Zamanku untuk mewakili para jago silat dari daerah pertengahan sudah lama berlalu karena usiaku sudah lanjut. Tetapi aku mempunyai jalan yang adil kurasa kaupun kalau memang berjiwa luhur dan bijaksana akan setuju dengan usulku ini...." Bujuk Tay Jat Cin Jin. Shin Kai Lolo selama ini diam saja karena menahan hatinya. Tetapi akhirnya dia sudah tidak dapat membendung desakan gelombang amarahnya lagi yang 9 18 telah meluap-luap hampir memecahkan benaknya. Maka dia segera meloncat kedepan dan berdiri dihadapan Kwi Ong. "Keparat kau Kwi Ong ! bahwa pedang selamanya selalu dipegang oleh jago silat dari daerah tengah. Mana mungkin kau akan menguasainya !" Seru Shin Kai Lolo dengan surara lantang. "Dengan alasan apa kau akan menguasai pedang ? Meskipun kau berhasil menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su sekalipun kau tidak berhak untuk mengangkangi pedang pusaka itu, kau harus memperebutkannya terlebih dahulu dalam pertemuan Bu-Lim-ta-hwee " Seru Shin Kai Lolo dengan nada suara lantang dan berani. Semua orang menganggukan kepala membenarkan perkataan nenek itu. Tetapi Kwi Ong tampak merah wajahnya dan tertawa terbahak-bahak seperti orang kemasukan setan. Kemudian setelah mereda tertawanya maka dia lalu membentak kearah Shin Kai Lolo dan segenap jago silat yang berada ditempat itu. "Ha-ha-ha! Menurut pendapatmu pedang ini harus diperebutkan dalam pertemuan Bu-lim-ta-hwee? Baiklah! Saat ini ditempai ini telah berkumpul banyak sekali orang-orang gagah dari kalangan Bu-lim, Maka marilah kita anggap pertemuan ini pertemuan Bu-lim-ta-hwee. Siapa saja yang ingin mengadu kapandaiin atau ilmu denganku kupersilahkan maju! Ayo siapa yang ingin mengadu ilmu denganku majulah !" Seru Kwi Ong dengan nada yang sangat menyakitkan hati orang-orang yang berada ditempat itu. Shin Kai Lolo sama sekali tidak dapat menerima tantangan itu. Dia paling tidak tahan menerima hinaan dan tantangan. Maka segeralah dia melangkah maju kehadapan Kwi Ong lebih dekat lagi seraya membentak. "Jangan sesumbar disini! Kau kira aku takut untuk menghadapi dirimu?" Seru Shin Kai Lolo. Suasana menjadi sangat tegang, Semua jago-jago silat yang berada di tempat itu sebagian besar bahkan seluruhnya adalah memusuhi Kwi Ong bukan saja karena orang itu bersipat sombong dan memandang rendah ilmu orang 9 19 lain, tetapi karena dia telah berani menghina para pendekar dari bagian lengah. Kwi Ong adalah seorang pendekar dari daerah bagiai selatan. "Hahaha!" Terdengar suara tertawa Kwi Ong nyaring dan menggetarkan bulu kuduk seram kedengarannya "Aku memang bermaksud untuk mengirimkan kau terlebih dahulu ke akherat, sekarang ternyata kau yang mendesakku untuk aku lekas bertindak!" Saat itu Shin Kai Lolo telah berdiri di atas kuda-kudanya yang telah siap untuk menyerang atau siap menerima serangan lawan. Nenek itu telah mengerahkan tenaga dalam, tetapi tiba-tiba Teng Siok Siat telah meloncat menghampiri suhunya. Kemudian membisikan sesuatu ketelinga nenek itu. Tampaklah Shin Kai Lolo mengangguk. Kemudian nenek itu berseru kepada muridnya. "Baiklah kau jalan duluan ! Aku segera akan menyusul !" Seru Shin Kai Lolo seraya meloncat menghampiri Eng Ciok Taysu. Setelah nenek itu dekat dengan Eng Ciok Taysu maka nenek itu lalu membisikkan sesuatu ketelinga Taysu itu. Tampaklah Eng Ciok Taysu mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian Shin Kai Lolo berseru kepada Kwi Ong . "Hey orang biadab ! Hari ini memang belum takdirmu harus binasa ditanganku ! Kau masih dapat hidup selama beberapa hari lagi ! Karena ada urusan yang sangat penting, aku terpaksa harus berlalu dan kita dapat meneruskan urusan kita kemudian hari !" Seru Shin Kai Lolo dengan sikap acuh dan merendahkan Kwi Ong. Selesai dengan ucapannya itu maka nenek Shm Kai Lolo segera meloncat meninggalkan arena itu yang diikuti Eng Ciok Taysu, Tie Kiam suseng, dan Siok Siat Shin Ni. Kwi Ong terhenyak dan gusar sebenarnya, tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap lawannya yang telah menyatakan keberatan saat itu. Dia hanya mengerundel seorang diri sambil memandang kearah mereka yang telah meninggalkannya. 9 20 Suatu teka-teki yang dimasudkan oleh Siok Siat membisikan sesuatu kepada suhunya. Apakah dia merasa khawatir kalau sampai suhunya terbinasa oleh Kwi Ong? Atau memang ada persoalan lain yang memang sangat penting? Semuanya itu memang merupakan teka-teki bagi para pendekar yang juga ikut dalam pertemuan dipinggir telaga Ang-tok-ouw itu. Mereka saling memandang sesama kawan. Kemudian mereka ikut berlari-lari dibelakang Siok Siat Shin Ni. Murid Shin Kai Lolo telah berlari terlebih dahulu. Teng Sok Siat itu telah jauh meninggalkan rombongan orang-orang gagah menuju kesebuah pagoda yang terletak tiada jauh dari tempat mereka bertemu ditepian telaga Ang-tok-ouw. Setelah nenek Shin Kai Lolo tiba didepan pintu pagoda, maka nenek itu menyuruhi Eng Ciok Taysu untuk menunggu diluar. Sedangkan dia langsung masuk kedalam pagoda. Begitu juga para pendekar lainnya menunggu dluar. Tie- kiam-su-seng yang tidak mengetahui seluk beluknya dan hanya ikut-ikutan saja berlari ketempat itu mengikut jejak Eng Ciok Taysu maka segera menanyakan segala sesuatunya kepada Taysu itu. "Laoko, ada urusan apakah semuanya ini ? Bolehkah aku mengetahui persoala yang sedang kita hadapi sekarang ini ? Karena aku mengikuti hanya secara membabi buta saja." Kata Tie-kiam-su-seng. Eng Ciok Taysu sejenak menelan ludah, menatap Tie-kiam su-seng dan kemudian memperhatikan Siok Soat Shin Nie sebelum menjawab. "Dulu aku pernah mengatakan bahwa aku akan merebut pedang pusaka Oey Liong Kiam, tetapi kalau sampai gagal usahaku itu maka aku akan berusaha terus demi kewibawaan partai Siauw-lim. Tetapi kalau memang untuk memperebutkan pedang itu sangat tidak mungkin maka aku akan berusaha untuk mencari kitan pusaka Pek-seng-ki-su. Kalau toh juga tidak berhasil, maka aku akan pergi ke gunung Hiong-san untuk menemui seorang jago silat yang maha sakti, yang saat ini telah bertapa digunung itu. Aku ingin berguru padanya !" Kata Eng Ciok Taysu. Sesaat lamanya tiada seorangpun yang menyambung kata-kata Taysu itu. Mereka belum menemukan sasaran pertanyaan dan belum tahu kearah mana pembicaraan taysu itu. Karena lain jawaban yang telah diberikan oleh Eng Ciok Taysu dari pertanyaan Tie-kiam-suseng. 9 21 "Adik Tie-kiam-su-seng, kau telah memisahkan diri dari partai kita Siauw-lim dan telah mendirikan cabang persilatan sendiri. Tetapi walaupun bagaimana kau adalah berasal dari Siauw-lim juga. Kau benih dari Siauw-lim. Maka kaupun tentunya merasa tidak akan rela seandainya partai Siauw-lim hancur atau dihina orang ?" Sambung Eng Ciok Taysu. "Hemmm...." Gumam Tie-kiam-suseng penuh perhatian memandang Eng Ciok Taysu yang sedang berbicara itu. "Nah, oleh karena itu jatuhnya partai Siauw-lim juga mempengaruhi dirimu juga bukan ?" Tanya Eng Ciok Taysu sambil menatap muka adik seperguruannya itu. "Ya" Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jawab Tie-kiam-su-seng mengangguk. "Sekarang, kesimpulannya begini . apakah tidak ada baiknya seandainya Tiekiam digabungkan menjadi satu dengan Siauw-lim ? Sehingga partai persilatan kita menjadi kuat... " Sambung Eng Ciok Taysu dan memandang wajah Tie-kiam suseng dengan penuh selidik. Tetapi ketua partai cabang Tie-kiam itu diam sejenak. Kemudian tampak mengerutkan keningnya. Melipatkan bibirnya dan mengusap dengan keras dan penuh menggunakan perasaannya juga. "Kalau persoalan itu... yah, sebenarnya persoalan yang penting juga, artinya kita harus berpikir masak-masak. Maka aku tidak berani memutuskan dengan sembarangan" Jawab Tie-kiam-su seng. "Lalu ?" Tanya Eng Ciok Taysu. "Yah ? Aku akan mempertimbangkan dulu !" Jawab Tie-kiam-su seng. "Hemmm...." Gumam Eng Ciok Taysu. "Laoko, apakah yang dibisikan oleh nenek itu padamu ?" Tanya Tie-kiam-su seng penuh kesungguhan. Eng Ciok Taysu tersenyum. Taysu itu tidak mau segera memberikan penjelasan, dia berkata dengan nada sabar. "Tong Kiam Ciu masih sangat muda usianya. Begitu dia berkecimpung di kalangan Kang-ouw dengan ilmu silatnya yang lihay, sehingga dia mendapat 9 22 julukan Giok-ciang-cui-kiam (Tinju baja mematahkan pedang). Disamping itu dia mempunyai watak luhur dan budiman" Kata Eng Ciok Taysu dengan mengutarakan tentang diri Tong Kiam Ciu. Tie-kiam suseng masih kurang mengerti dengan maksud suhengnya itu. Tie- kiam suseng hanya mendengarkannya dan menundukan kepala. "Coba pikirkan itu nenek Shin Kai Lolo, si raja setan Kun-si Mo-kun yang pernah menyapu para pendekar silat pada jaman duapuluhan tahun yang lalu, ternyata mereka sangat menghormati Kiam Ciu. Bahkan mereka telah membantu dan menolong pemuda itu. Kukira akhirnya pedang Oey Lioog Kiam dan kitab Pek-seng-ki-su akhirnya juga akan jatuh ke tangan pemuda itu. Karena dia sangat tekun dan besar sekali kemampuannya untuk menguasai ilmu-ilmu yang langka, aku yakin itu" Sambung Eng Ciok Taysu. "Ya, tetapi apa dikatakan yang oleh Shin Kai Lolo pada Loako ?" Desak Tie- kiam-suseng tak sabar ke pokok pembicaraan. "Barusan Shin Kai Lolo memberitahukan padaku bahwa Tong Siauwhiap menderita luka dalam, nenek itu bertekad untuk memberikan pertolongan kepadanya" Eng Ciok Taysu menjelaskan. "Oh, apakah Loako tidak melihatnya tadi Kun-si Mo-kun telah membawa pergi Tong Kiam Ciu !" Tanya Tie-kiam-su-seng. Eng Ciok Taysu mengangguk. Saat itu angin halus bagaikan dihimbau lembut sekali. "Pemuda itu memang berjiwa besar, dia telah menderita luka dalam karena pukulan beracun Tok Giam Lo. Tetapi sikeji itu juga menderita lebih berat karena beradunya dengan tenaga sakti Bo-kit-sin-kong yang dikerahkan oleh Kiam Ciu'", sambung Eng Ciok Tay su. "Orang semacam Tok Giam Lo mati lebih cepat kukira lebih baik !" Kata-kata Tie-kiam-suseng seolah-olah gemas. "Ya, ya dari pada keiak kira direpotkan juga" Sambung Siok Siat Shin Ni. Mereka yang mendengarkan mengangguk mengiyakan pendapat itu. Selanjutnya Eng Ciok Taysu meneruskan kata-katanya. 9 23 "Karena luka-luka Tong Kiam Ciu itu si nenek Shin Kai Lolo itu merasa khawatir, hingga dia rela menunda pertempuran melawan Kwi Ong yang menentukan kehormatannya sebagai seorang tokoh tua. Itulah suatu bukti bahwa orang itu sangat menghormati Tong Kiam Ciu, bahkan juga menggantungkan harapannya untuk kemanusiaan dan kesejahteraan umat manusia ... ." Sambung Eng Ciok Taysu bersungguh-sungguh. "Hem, memang benar kesimpulanmu itu Laoko. Kitapun lebih ikhlas benda- benda pusaka itu jatuh ketangan Tong Kiam Ciu daripada jatuh ketangan orang luar"! sela Tie-kiam-suseng. "Jelas! Kalau sampai benda-benda pusaka itu jatuh ketangan orang luar, itu pertanda yang kurang baik bagi sinar kemegahan daerah pertengahan ini" Sambang Siok Siat Shin Ni. Kini kita telah melihat calon pewaris yang dapat diandalkan ialah Tong Kiam Ciu. Maka kitapun bersedia untuk membantu dan menolong pemuda itu ... ." Sahut Eng Ciok Taysu. Mereka mengobrol sudah begitu lama sambil menunggu berita dari Shin Kai Lolo yang saat itu masih berada didalam pagoda. Adapun Kun-si Mo-kun yang pada waktu keributan ditepi telaga Ang-tok- ouw antara Kwi Ong dan Tok Giam Lo, sigadis berpakaian serba hijau dan Shin Kai Lolo tadi dia sempat memperhatikan keadaan Kiam Ciu vang tampak lemah dan pucat wajahnya. Kakek yang digelari si Raja Setan itu telah yakin kalau Kiam Ciu mendapat luka dalam yang berat dan terkena racun Tok Giam Lo ketika dia mengejar siraja bisa itu tadi dalam memperebutkan peta Pek-seng. Maka segeralah Kun-si Mo-kun bertindak membawa pergi pemuda itu dengan diam- diam. Tindakannya itu telah diketahui oleh murid kesayangan Shin Kai Lolo yang memang telah menaruh hati kepada Kiam Ciu. Kemudian memberitahukan keadaan Kiam Ciu itu kepada suhunya. Juga pada saat itu sedang dalam keadaan gawat antara Shin Kai Lolo dengan Kwi Ong. Adapun Kun-si Mo-kun setelah membawa Tong Kiam Ciu menjauhi tempat keributan dan membawa masuk kedalam pagoda, maka segeralah mengadakan 9 24 pemeriksaan terhadap pemuda itu. Ternyata Tong Kiam Ciu terkena racun dan terluka dalam memerlukan perawatan dan istirahat sampai tiga hari tiga malam lamanya. Shin Kat Lolo setelah menemui Kun-si Mo-kun dan mendapat penjelasan bahwa Tong Kiam Ciu harus dirawat dan istirahat selama tiga hari tiga malam untuk memulihkan kembali tenaganya dan menyembuhkan luka dalam. Maka segeralah nenek itu menyanggupkan diri untuk menjaga Tong Kiam Ciu. "Aii, kalau memang Tong Siauwhiap membutuhkan perawatan selama tiga hari tiga malam maka kita harus menjaganya dari gangguan musuh-musuh kita, terutama Kwi Ong. Aku yakin Eng Ciok Taysu dan kawan-kawannya bersedia untuk membantu menjaga dia!" Seru Shin Kai Lolo. Mereka berdua keluar dari pagoda meninggalkan Tong Kiam Ciu di pembaringan dalam keadaan tidur. Setelah sampai diluar pintu pagoda tentu saja ketiga jago silat kawakan itu segera menghujani dengan pertanyaan- pertanyaan. Hati Kun-si Mo-kun jadi senang dan dia melihat suatu harapan besar mendapat dukungan mereka itu untuk menjaga Kiam Ciu. Maka Shin Kai Lolo segera menjelaskan persoalan tentang keadaan Tong Kiam Ciu yang harus beristirahat dan menyembuhkan luka-lukanya selama tiga hari didalam pagoda itu. "Kalau begitu, kita harus menjaganya !" Seru Eng Ciok Taysu. "Ya. kita harus menjaganya agar dia dapat tenang istirahat dan memulihkan kembali jalannya Cinkie pemuda itu" Jawab Kun-si Mo-kun. Permintaan Kun-si Mo-kun kepada Eng Ciok Taysu dan kawan-kawannya itu mendapat sambutan dengan tulus ikhlas. Demikian para jago silat kenamaan itu mengadakan penjagaan diluar pagoda. Adapun Teng Siok Siat mengadakan pengertian. Belum seberapa lama mereka mengadakan penjagaan itu. Tampaklah Kwi Ong yang di sertai juga oleh Tay Jat Cin Jin, Tok Giam Lo serta gadis berpakaian serba hijau yang terkenal dengan sebutan Ceng-hi-Sio-li. Tetapi orang-orang dari partai Kong-tong tidak kelihatan. 9 25 Mereka telah mendatangi pagoda itu. Kwi Ong mendatangi dengan pedang terhunus dan menghampiri Kun-si Mo-kun. "Hey orang gila, mana Tong Kiam Ciu ?" Bentak Kwi Ong. Kun-si Mo-kun dan kawan-kawannya bersikap acuh terhadap pertanyaan itu. Mereka pura-pura tidak mendengarkan pertanyaan itu. Bahkan mereka melihat ketempat lain. Kwi Ong gusar hati, melangkah maju lagi dan membentak. "Jika kau tidak menyerahkan dia. aku akan masuk dan menyeretnya!" Sikapnya yang congkak, wajahnya yang beringas dan menantang itu menambah kegusaran Kun-si Mo-kun saja. Maka kakek itu lalu membentaknya dengan suara gusar dan menantang pula . "Hei Kwi Ong! Kita sudah dua kali bertemu, dua kali pula kau tidak terhasil mengalahkan diriku. Sekarang aku akan menghadapimu dengan perangkap Ngo- ki-kiat-ceng (perangkap lima jalur jalan ajaib) dan akan menguji ketinggian ilmumu!" Seru Kun-si Mo-kun dengan lantang. Ketika Kun-si Mo-kun menyebutkan perangkap Ngo-ki-kiat-ceng tampaklah Ceng-hi-Sio li (pendekar silat wanita berpakian hijau) terkejut. Mendengar tantangan itu hati Kwi Ong tidak tahan lagi. Dengan sebuah gerungan keras bagaikan kerbau gila dia telah menyerang Kun-si Mo-kun dengan mengirimkan jurus Ciok-po-thian-keng atau menggempur batu menembus langit. Namun Kun-si Mo-kun telah siap siaga. Dengan sebuah gerakan lincah dan cepat sekali kakek itu telah meloncat, sedangkan pedang Kwi Ong melesat menikam tempat kosong. Begitu tubuh Kwi Ong telah lewat dan agak condong tahu-tahu Kun-si Mo-kun telah melesat menendang mukanya. Hebat sekali tendangan itu, jika saja Kwi Ong tidak cepat menghindar maka hancurlah wajahnya karena terkena tendangan itu. Kwi Ong terperanjat, tetapi untung dia nyaris dari tendangan itu ! Namun demikian dia tidak dapat menghindari lagi terhadap serangan Siok Siat Shin-ni 9 26 yang telah menghembuskan lengan jubahnya yang mendamparkan angin bertenaga dahsyat pula. "Aduh!" Terdengar Kwi Ong menjerit dan cepat-cepat meloncat mundur menjauhi lawannya. Namun Siok-siat Shin-ni tidak tinggal diam dan membiarkan lawannya terlepas. Dengan mencabutkan pedang dan langsung menyerang dengan jurus yang mematikan kearah tubuh Kwi Ong. Pedang Tiong-goan-liong-kiam (Pedang naga merah daerah pertengahan) itu tampak berputar-putar menyilaukan mata dan bergerak sangat cepat sekali. Hanya dengan ilmu yang tinggi Kwi Ong dapat menghindari serangan- serangan pedang Tiong-goan-liong kiam itu. Walaupun demikian pakaian Kwi Ong telah tersayat dan terkoyak serta tampaklah noda-noda darah. Untung bahwa raja iblis dari selatan itu mempunyai ilmu Kim-kang-lik atau Tenaga dalam ajaib hingga goresan-goresan pedang itu tidak dapat melukai tubuhnya lebih dalam lagi. Saat itu barulah Kwi Ong menemukan lawan yang benar-benar hebat. Dia jadi sangat gelisah, karena sejak dia memimpin orang-orangnya dari suku Biauw menyerbu daerah pertengahan itu belum pernah ada seorangpun jago silat yang berhasil mengalahkan dirinya. Bahkan dia telah banyak membunuh jago-jago silat daerah pertengahan. Tetapi kini kenyataannya, sangat hebat sekali. Dia telah mendalami kenyataannya yang luar biasa. Ternyata Kun-si Mo-kun dan Siok- siat Shin-ni telah berhasil membuat dia kalang kabut. Gerakan Kwi Ong tampak kacau, ternyata dia tidak berhasil memecahkan rahasia ilmu jebakan Ngo-ki-kiat-ceng. Kwi Ong jadi gelisah. "Adapun gadis yang berpakaian serba hijau atau terkenal dengan-panggilan Ceng-hi Sio-li yang juga ingin merebut peta Pek-seng, setelah melihat Kwi Ong jadi kelabakan melawan Kun-si Mo-kun dan Siok-siat Shin-ni. Maka gadis itu segera berniat untuk membantu Kwi Ong. Tampaklah Ceng-hi Sio-li juga telah siap-siap memberikan bantuan terhadap Kwi Ong. Ketika kakek Kun-si Mo-kun menggunakan tangannya dan Siok-siat Shin-ni meloncat mengarahkan pedangnya ke ulu hati Kwi Ong maka tampaklah 9 27 kelebatan Ceng-hi Sio-li meloncat melalui atas kepala Nenek jago pedang itu. Hingga akhirnya perhatian nenek itu terpecah beralih kearah kelebatan Ceng-hi Sio-li. Serangan terhadap Kwi Ong terhenti. Begitulah dengan cepat gadis itu bergerak kearah Kun-si Mo-kun yang juga tengah menggerakan pukulannya kearah Kwi Ong. Tahu-tahu tampaklah kelebatan Ceng-hi Sio-li melalui atas kepalanya. Hingga kakek itu terpaksa mengalihkan perhatannya kearah kelebatan bayangan yang mengancam kepala kakek itu. Akibatnya serangan terhadap Kwi Ong terpaksa terhenti. Maka pecahlah siasat Ngo-ki-kiat-ceng. Kwi Ong merasa sangat bersyukur terhadap bantuan gadis itu, Maka dengan cepat pula dia telah meloncat kebelakang Ceng-hi Sio-li. Sedangkan Kun-si Mo-kun sangat gusar mendengar kenyataan itu. Setelah itu pertempuran berhenti ! "Hai ! Siapa namamu dan siapa suhumu ?! Hayo beritahukan lekas atau kubunuh kau sekarang juga! " Seru Kun-si Mo-kun dengan gusar. Namun Ceng-hi Sio-li menyahut dengan tenang. "Namaku ..... tidak! Aku terkenal dengan sebutan Ceng-hi Sio-li ! Aku tidak perlu kasih tahu nama suhuku padamu, karena kalau kau mendengarnya akan jatuh pingsan!" Jawab gadis itu seenaknya. "Hayo lekas jawab yang benar!" Bentak Kun-si Mo-kun gusar sekali. "Hihihi, baiklah kalau kau memang ingin tahu juga tentang suhuku biar kau tidak penasaran. Apakah kau pernah dengar partai silat Ngo-kiat-pay? Aku adalah salah seorang murid dari partai silat Ngokiat-pay!" Jawab gadis berpakaian hijau dengan bangga. Kalau seandainya saat itu ada seribu kali geledek menyambar dan gemuruhnya membelah bumi takkan mengejutkan Kun-si Mo-kun. Tapi serentak dia mendengarkan nama partai silai Ngo-kiat-pay terasa tergetar hatinya. Tiba- tiba saja kakek raja setan itu tertawa terbahak-bahak seperti orang gila. "Hahaha aku sudah duga. Nenek itu belum binasa! Hahaha dia telah membentuk partai silat Ngo-kiat-pay. Hahaha!" 9 28 "Tetapi kini dia telah cacad dan wajahnya telah menjadi sangat buruk." Sambungnya lagi. Ceng-hi Sio-li mendengarkan perkataan Kun-si Mo-kun dengan sikap waspada. Dia tahu bahwa sekarang sedang berhadapan dengan musuh- musuhnya. Juga berhadapan dengan orang pandai dari kalangan tua. Tetapi belum lagi dia berseru menjawab kata-kata Kun-si Mo-kun, tahu-tahu kakek itu telah berseru lagi. "Kau muridnya ? Baiklah kini kau akan kubinasakan terlebih dahulu, baru nanti setelah muridnya aku akan mencari suhunya dan akan kubinasakan sekalian !" Seru Kun-si Mo-kun. Begitu selesai dengan kata-katanya itu, maka Kun-si Mo-kun langsung meloncat menerkam Ceng-hi Sio-li dengan gerak tiba-tiba dan cepatnya luar biasa, hingga gadis itu tidak mampu lagi untuk berkelit. Ceng-hi Sio-li terpaksa harus memapasnya dengan lengannya pula. Tetapi Kwi Ong waspada, ketika dia melihat dayangnya bahaya yang mengancam keselamatan Ceng-hi Sio-li maka dia langsung mengirimkan pukulan hebat kearah dada Kun-si Mo-kun. Akibatnya Kun-si Mo-kun tak sempat lagi mengelak maupun menangkis serangan yang tidak terduga itu. Tubuh Kun-si Mo-kun terlempar karena hantaman Kwi Ong itu. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kakek itu jatuh dan memuntahkan darah segar. Kemudian Kwi Ong meloncat sambil berseru kearali Ceng-hi Sio-li, Tok Giam Lo dan Liat Kiat Koan (pemimpin partai silat Kong-tong). "Aku yang akan membereskan Kun-si Mo-kun! Kalian carilah dimana persembunyian Tong Kiam Ciu." Seru Kwi Ong sambil mengirimkan serangan kearah K Kun-si Mo-kun yang telah berdiri dan siap dengan kuda-kudanya. Tetapi sekejap itu pula telah tampak Shin Kai Lolo lelah meloncat berdiri disamping Kun-si Mo-kun memberikan bantuan. Sedang Siok Siat Shin-ni, Eng Ciok Taysu dan Tie-kiam-suseng telah berbaris menjaga pintu masuk ke pagoda dengan pedang terhunus. Dalam keadaan itu, sewaktu-waktu pertempuran segera bisa berkobar. Mereka sudah sama-sama tegang dan dari pihak Kwi Ong berhasrat untuk 9 29 menerobos pintu pagoda, sedangkan dari pihak Kun-si Mo-kun bertekad untuk bertahan. Kedua belah pihak adalah orang-orang dari kalangan Bu-lim yang berilmu tinggi, Hebat sekali akibatnya kalau sampai terjadi pertempuran saat itu. Tetapi belum lagi semuanya itu berjalan, tiba-tiba dari atas pagoda terdengar sebuah seruan yang keluar dari jendela pagoda. "Tunggu!" Seruan itu begitu nyaring dan ternyata mempengaruhi kedua belah pihak. Orang-orang yang berada didepan pintu pagoda itu semuanya mendongak kearah datangnya suara. Perhatian mereka tertuju kesana. Mereka menyaksikan Tong Kiam Ciu berdiri dibelakang jendela. Di tempat itu tampak pula Teng Siok Siat mendampingi Kiam Ciu. "Kalian orang-orang gagah mencariku dengan maksud untuk menanyakan rahasia peta Pek-seng bukan?" Seru Tong Kum Ciu dengan suara keras dan tenang. "Heeii Lotee (adik kecil) mengapa kau tak menghiraukan pesanku?" Teriak Kun-si Mo-kun dengan suara nyaring dan penuh khawatir. Semua jago-jago silat yang berada ditempat itu masih tetap memperhatikan kearah Tong Kiam Ciu. Senangkan Teng Siok Siat masih tetap mendampingi Tong Kiam Ciu. "Kau seharusnya tetap tenang dan beristirahat didalam. Kami yang menjaga diluar, apapun yang terjadi itu urusan kami!" Seru Kun-si Mo-kun memperingatkan Kiam Ciu dengan pesannya. Tetapi Tong Kiam Ciu adalah seorang pemuda yang polos dan berhati mulia. Dia tidak senang kalau orang lain menderita karena dirinya. Maka ketika dia mendengar ribut-ribut diluar pagoda, dia telah menduga bahwa tentulah Kwi Ong dengan kawan-kawannya yang berusaha untuk mencarinya dan ingin mengetahu peta Pek-seng itu. Dengan tersenyum pemuda itu menjawab kata-kata Kun-si Mo-kun. "Locianpwe ! Aku tidak melihat apa yang terjadi diluar, tetapi aku dapat mendengarnya. Ini adalah urusanku dan harus mengurusnya." "Tetapi kau belum sembuh kau hanya akan mengantarkan jiwamu saja dengan percuma jika kau harus bertarung lagi!" Seru Kun-si Mo-kun. 9 30 Dengan selesainya kata-kata itu tahu-tahu tubuh kakek itu telah melesat bagaikan terbang dan hinggap dijendela dimana Tong Kiam Ciu berdiri dengan maksud mendorong Tong Kiam Ciu untuk masuk kembali Tetapi dengan cepat pula Ceng-hi Sio-li telah berada di belakang Kun-si Mo-kun. Maka kakek itu lalu membentak. "Minggir!" Seru Kun-si Mo-kun sambil menghantamkan tinjunya Ceng-hi Sio- li. Namun gadis berpakaian hijau itu cepat berkelit dan langsung meloncat kebelakang Tong Kiam Ciu sambil menerkam punggung Kiam Ciu dia mengancam. "Jika kau dan kawan-kawanmu berani bertindak gila-gilaan, maka aku tak segan-segan lagi memukul mati Tong Kiam Ciu! "ancam Ceng-hi Sio-li. Lalu Ceng-hi Sio-li mengeluarkan kertas putih dan menanyakan kepada Tong Kiam Ciu. "Ini adalah sehelai kertas putih yang kosong, tetapi kau mengatakan bahwa kertas ini adalah peta Pek-seng. Aku minta penjelasan!" Seru Ceng-hi Sio-li sambil tetap mengancam. Suasana sudah menjadi sangat tegang sunyi senyap dan hanya napas memeka yang terdengar. Tong Kim Ciu tampak tetap tenang dan memutar tubuhnya menghadap kearah Ceng-hi Sio-li seraya tersenyum. "Apakah kau kira kau dapat memaksaku dengan kekerasan?" Tanya Kiam Ciu bernada tenang dan tersenyum memandang gadis pendekar silat itu. Mendengar perkataan Kiam Ciu itu, semua orang pada terperanjat dan merasa kagum dengan ketenangan pemuda itu. Begitu juga Ceng-hi Sio-li yang masih mengancam pemuda itu tampak mengerenyitkan keningnya. "Kau tahu bahwa kita semua menginginkan kitab pusaka Pek-seng-ki-su?" Tanya Kiam Ciu dengan suara tetap tenang. Gadis itu hanya memandangi mata Kiam Ciu dengan sorot mata tak mengerti. Namun mata gadis itu membenarkan perkataan Kiam Ciu. 9 31 "Untuk menemukan tempat penyimpanan kitab Pusaka Pek-seng-ki-su itu harus menggunakan peta. Tanpa petunjuk peta Pek-seng itu aku yakin takkan mungkin dapat menemukan kitab itu. Ketahuilah satu-satunya orang yang mengetahui rahasia peta Pek-seng itu hanyalah aku sendiri !" Seru Tong Kiam Ciu dengan suara tetap tenang, selanjutnya "tanpa petunjukku kukira kalian tidak akan dapat menemukan tempat tersimpannya kitab Pek-seng-ki-su itu !" Lalu Tong Kiam Ciu mengambil kertas yang dipegang oleh Ceng-hi Sio-li dan gadis itu diam saja hanya memperhatikan. Karena semua perkataan Kiam Ciu yang baru saja diucapkan itu semuanya benar belaka. Dia membutuhkan keterangan pemuda itu untuk menunjukan tempat tersimpannya kitab pusaka itu. Karena memang hanya Tong Kiam Ciu seoranglah yang mengerti rahasia peta Pek-seng itu. "Kwi Ong telah mengambil empat helai kertas dari dalam saku. Sekarang aku hanya mendapatkan sehelai ini, lalu yang ketiga helai lagi dimana?" Tanya Kiam Ciu sambil mementangkan kertas yang dipegangnya itu kearah luar. Kemudian terdengarlah Eng Ciok Taysu berseru. "Tong siauwhiap ! Tiga helai kertas lainnya berada ditanganku!" Seru Eng Ciok Taysu sambil mengeluarkan tiga helai kertas dan dilipat-lipat kemudian dilemparkan kearah Tong Kiam Ciu. Setelah Tong Kiam Ciu memegang keempat kertas itu lalu dia berseru kepada semua orang yang berada ditempai itu. "Kirab pusaka Pek-seng-ki-su itu tersimpan disuatu gedung yang indah didalam kota Pek-seng yang hilang itu. Adapun letak kota Pek-seng itu dimana tak usahlah kalian mengetahuinya. Yang penting kalian dapat mengikutiku ke kota Pek-seng itu" Seru Kiam Ciu. Kwi Ong telah merasa tidak sabar lagi dengan tek-tek bengek itu. Sejak tadi dia sangat gelisah dan seakan-akan dia ingin menghancurkan kepala Tong Kiam Ciu, kalau tidak terhalang oleh satu perkara, ialah untuk mendapat petunjuk letak kota Pek-seng. Karena memang Kwi Ong pernah sampai di telaga Ang-tok-ouw kemudian mengelilingi tepian telaga itu serta memasuki hutan-hutan disekitar 9 32 telaga iiu serta mencari kota Pek-seng yang hilang itu dan dia juga mencari kitab Pek-seng-ki-su namun tidak berhasil menemukan kota itu. "Hahahaha Tong Kiam Ciu kau sungguh cerdik untuk menyelamatkan nyawamu dengan menggunakan peta Pek-seng untuk alat! Kau telah menjanjikan hal-hal yang muluk-muluk!" Seru Kwi Ong dengan suara nyaring. "Kwi Ong manusia keji dan rendah! Dengar dan pentangkan telingamu lebar- lebar! Sebenarnya aku memang tidak rela kalau sampai kitab Pek-seng-ki-su jatuh ketanganmu. Aku rela kalau seandainya kitab itu jatuh ketangan jago-jago silat dari daerah pertengahan!" Seru Kiam Ciu. Kiam Ciu memang sengaja mengeluarkun kata-kata itu karena dia tahu bahwa semua yang berada ditempat itu adalah para pendekar silat dari daerah pertengahan kecuali Kwi Ong seoranglah yang bukan dari daerah pertengahan. Kwi Ong dari daerah selatan. Maka dengan kata-kata yang diucapkan oleh Kiam Ciu itu besar juga akibatnya dan menonjolkan Kwi Ong dalam posisi yang sulit dan gawat sekali. "Lagi pula kau harus mengembalikan pedang pusaka Oey Liong Kian itu kepadaku. Kau telah merampasnya dengan cara keji. Ketahuilah bahwa sebenarnya pedang itu adalah pedang yang harus diperebutkan oleh pendekar-pendekar daerah pertengahan pada tiap sepuluh tahun sekali dalam pertemuan Bu-lim-ta-hwee. Maka pada sepuluh tahun yang akan datang aku harus membawa pedang pusaka itu dalam pesta pertemuan Bu-lim-ta-hwee dan pedang itu sebagai piala bagi mereka yang memenangkan dalam pibu!" Seru Kiam Ciu kearah Kwi Ong dengan menuding-nuding. Sebenarnya Kwi Ong merasa sangat gusar dituding-tuding seperti itu oleh Kiam Ciu. Namun selama beberapa saat itu dia masih dapat menahan kemarahannya demi kitab Pek-seng-ki-su. "Tong Kiam Ciu kau jangan hanya besar mulut ! Kalau memang kau berkepandaian dan ada keberanian mengapa tidak datang kepadaku dan mengambil pedang ini dari tanganku! " Seru Kwi Ong dengan nada sombong. Kiam Ciu sejenak diam dan memandang kearah Kwi Ong. Sebenarnya hatinya merasa terpukul dengan tantangan itu. Dia terhenyak dan matanya 9 33 merah membara. Tetapi dia menyadari bahwa tubuhnya dalam keadaan luka dalam dan tidaklah mungkin untuk menghadapi Kwi Ong. Walaupun hanya dalam beberapa jurus saja dia tidak akan mampu. "Ayolah turun kesini dan ambillah pedang ini ! Mengapa tidak berani?!" Seru Kwi Ong sengaja memancing kemarahan Kiam Ciu. Semua orang memandang kearah Kiam Ciu, kemudian memandang kearah Kwi Ong. Kiam Ciu sendiri telah menahan rasa marahnya. Dia memandang Kwi Ong dengan mata melotot dan gigi gemeretakan. "Untuk apa kau gusar hati kalau ternyata bernyali kecil. Percuma saja kau bergelar Giok-ciang-cui-kiam ternyata adalah nama kosong belaka. Pemegang pedang pusaka nomor wahid dikolong langit ? Hahaha ternyata hanya bernyali kecil hahaha !" Seru Kwi Ong dengan sengaja memancing kemarahan Kiam Ciu. (Bersambung Jilid 10) 10 0 10 1 (Warisan Jenderal Gak Hui) Diolah Oleh . HO TJING HONG Jilid ke 10 ANTANGAN Kwi Ong yang bersifat mengejek dan merendahkan Tong Kiam Ciu itu menimbulkan rasa panas dihati siapa saja yang mendengarkan. Bukan saja Tong Kiam Ciu namun lawan dan kawan pemuda itu merasa gusar. Tong Kiam Ciu meloncat melalui jendela terjun ke tanah. Begitu indahnya pemuda itu telah melayang dan berdiri diatas tanah dengan sangat lunak sekali. Dibelakangnya menyusul pula Siok Soat dan Ceng-hi Sio-li. Menyaksikan orang yang ditantangnya itu telah berdiri diatas tanah yang tiada jauh dari tempatnya. Maka Kwi Ong dengan langkah pasti dan dia buat bersuara dengan tekanan kaki keatas tanah berbatu-batu itu dengan mengerahkan sin-kangnya untuk pamer kelihayannya. Hingga tanah yang dipijaknya itu terlihat tapak bekas kakinya. Kiam Ciu tidak merasa gentar hati berhadapan dengan orang keji itu. Dia mengawasi wajah Kwi Ong dengan mata waspada. Ketika Kwi Ong berada tiada jauh lagi dihadapan Kiam Ciu, tiba-tiba pemuda itu meloncat menerkam dada Kwi Ong dengan tangkas sekali. Namun Kwi Ong sudah bertekad untuk membinasakan Kiam Ciu. Dia telah memiringkan tubuh dan dengan ilmu cakaran garuda saktinya dia akan membinasakan Kiam Ciu. Pada saat itu banyak para pandekar silat yang berada di tempat itu disamping para pendekar dari aliran tua, juga terdapat lebih dari empat puluh pendekar silat daerah pertengahan berada di tempat itu. Mereka telah menyaksikan sikap Kwi Ong yang keji dan akan membinasakan Tong Kiam Ciu. Mereka telah mengenal jiwa dan watak Kiam Ciu. Seorang pemuda yang mempunyai ilmu silat lihay, berwatak sairia dan berbudi luhur. Maka banyaklah bahkan hampir semuanya membantu Kiam Ciu. T 10 2 Pada saat kritis itu dimana Kwi Ong telah melayang dan mengarahkan jari jemarinya yang beracun itu kearah wajah dan dada Kiam Ciu, tiba-tiba tampaklah sebuah bayangan berkelebat di tengah-tengah kedua orang yang tengah mengadu sinkang itu. Tampaklah kedua orang itu terpental bersama. Kiam Ciu terpelanting kembali dan jatuh begitu pula Kwi Ong mendorong balik dan jatuh pula, kedua orang itu merasa kagum akan kehebatan orang itu. Bersamaan dengan itu pula telah terdengar pekikan Shin Kai Lolo tahu-tahu tubnh nenek itu telah melesat dan berdiri dihadapan Kwi Ong, yang juga disusul oleh Kun-si Mo-kun, Siok Siat Shin-ni, Eng Ciok Taysu, Tie-kiam suseng, Teng Siok Siat dan Ceng-hi-sio-li. Mereka berdiri dihadapan Kwi Ong dengan sikap menantang. Kemudian tampak pula kelebatan tiga sosok tubuh yang ternyata adalah orang-orang yang semula bersikap seolah-olah membantu Kwi Ong. Orang- orang itu tidak lain ialah. Tay Jat Cin Jin, Ciok Hok Lo To dan Liat Kiat Koan mereka telah berdiri dan meghadapi Kwi Ong dengan sikap menantang pula. Kwi Ong menyaksikan semuanya itu dengan terperanjat, tiap kali dia memandangi wajah orang-orang yang menggempurnya itu dengan satu perhitungan dan mengernyitkan kening. Namun dia tidak merasa gentar menghadapi mereka itu semuanya. Diapun telah menyangka bahwa akhirnya dia harus berhadapan dengan sekian banyak pendekar di daerah pertengahan. Hal itu memang telah diperhitungkannya! Untuk menghadapi Kun-si Mo-kun saja yang menggunakan siasat Ngo-li- kiat-ceng, dia tidak mampu. Apalagi kini dia harus menghadapi sekian banyaknya jago-jago silat tangguh. Maka dalam hati sebenarnya Kwi Ong mengeluh. Tetapi terbawa dengan sikap sombong dan tidak mau ditundukkan maka dia segera mencabut pedang . Sebenarnya Kwt Ong menyadari dengan meawan sekian banyak orang- orang gagah yang memang berilmu lihay dan berbagai aliran perguruan atau partai persilatan itu maka dia berarti akan mengantarkan jiwa. 10 3 Namun untuk mengundurkan diri Kwi Ong merasa malu. Maka karena tekanan semua perasaan dan untuk menguasai semuanya itu justru Kwi Ong lalu tertawa terbahak-bahak. "Sebenarnya aku telah berbuat terlalu lunak. Aku telah banyak mengampuni nyawa banyak pendekar di daerah pertengahan ini! Namun kini aku terpaksa menyampaikan janjiku untuk menumpas jago-jago silat di daerah pertengahan ini !" Seru Kwi Ong dengan sikap sombong dan siap menyerang. Dengan pedang di tangan kanan dia telah memamerkan permainan ilmu silat bersenjata pedang itu dengan sangat hebat sekali. Dalam sekejap mata saja seolah-olah tubuhnya telah dikurung oleh kilauan-kilauan sinar pedang yang memancarkan cahaya biru dan menyilaukan mata. Tampaklah seolah-olah tangan Kwi Ong telah berubah menjadi beberapa pasang dan masing-masing memegang pedang dengan suara gemuruh yang diakibatkan oleh angin sambaran pedang itu. Semua orang yang menyaksikan permainan pedang itu merasa kagum. Sampai sekian lamanya dan sampai beberapa jurus Kwi Ong telah memutar- mutar pedangnya namun tiada seorangpun dari para jago silat itu yang melawan atau membalas menyerang Kwi Ong. Mereka hanya berloncatan menjauh atau menghindari tiap sabetan, bacokan maupun tusukan pedang Kwi Ong itu. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ketika mendapat kenyataan seperti itu, maka Kwi Ong lalu menarik kembali serangan-serangannya. Dia memandang kearah orang-orang itu dengan wajah yang tampak sangat seram dan mata merah menyala oleh dendam dan marah. Kwi Ong membentak dan menantang para pendekar. "Hey mengapa kalian tidak melawanku ? Apakah kalian takut ?" Tanya Kwi Ong dengan suara sombong dan congkak seru menantang. Berbareng dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah menyerang kearah barisan para pendekar dari daerah pertengahan itu dengan tikaman keras dan menimbulkan hawa gemuruh juga. "Tahan !" Terdengar bentakan menggeledek dan ternyata suara bentakan itu begitu hebat dan mempunyai pengaruh hebat pula terhadap Kwi Ong. 10 4 Ternyata orang yang membentak itu tiada lain ialah teorang kakek berjenggot putih dan panjang tiada lain ialah Tay Jat Cin Jin. Tay Jat Cin Jin meloncat dihadapan Kwi Ong. Sambil memandang Kwi Ong tanpa berkedip dan ternyata pandangan mata kakek itu sangat berwibawa dan membangkitkan suatu perasaan malu dan segan di hati Kwi Ong. "Aku sudah tua, tetapi aku berani melawan kau! Kau tidak perlu melawan banyak, orang !" Seru Tay Jat Cin Jin sambil memandang mata Kwi Ong. Selanjutnya berkata lagi "Jika kau mau mendengarkan usulku yang bijaksana ini, kukira pertumpahan darah dapat dihindarkan !". Saat itu hati Kwi Ong yang biasanya keras seperti baja dan wataknya yang sombong serta telengas itu, benar-benar telah dapat dilunakan oleh Tay Jat Cin Jin. Dia menyadari bahwa dia dapat mati konyol, kalau nekad menghadapi sekian banyak jago-jago silat itu. "Apakah usulmu itu?" Tanya Kwi Ong ingin tahu. Tay Jat Cin Jin mengelus-elus jenggotnya yang putih dan panjang itu seraya memandang kearah mata Kwi Ong dan berkata . "Aku akan menjelaskan tentang usulku yang bijaksana itu kepadamu dan kepada sekalian orang-orang gagah disini. Tetapi kuminta pedang Oey Liong Kiam itu disarungkan terlebih dahulu, juga semua senjata para pendekar disarungkan, agar supaya aku dapat berbicara dalam suasuna damai....!" Seru Tay Jat Cin Jin sambil menghormat kepada semua orang yang berada di tempat itu. Kwi Ong segera menyarungkan pedangnya, begitu pula diikuti oleh segenap pendekar menyarungkan senjata masing-masing. Seolah-olah apa yang dikatakan oleh tokoh angkatan tua itu sangat penting dan kata-katanya mempunyai pengaruh hebat terhadap mereka. "Menurut pendapatku", kata Tay Jat Cin Jin. "hanyalah Tong siauwhiap yang dapat membaca atau mengerti rahasia peta Pek-seng !" Kita telah tahu pula, tanpa peta Pek-seng itu kita tidak akan dapat menemukan tempat penyimpanan kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Maka kini mengutamakan untuk mengetahui tempat itu dan lagi sudah menjadi peraturan pada pertemuan Bu-lim-ta-hwee bahwa barang siapa yang telah dapat memegang atau mendapatkan kitab 10 5 pusaka Pek-seng-ki-su maka dia itulah juga berhak memegang pedang Oey Liong Kiam. Sekarang berhubung sudah jelas bahwa yang mengetahui rahasia peta Pek-seng itu hanyalah Tong siawhiap. maka marilah kini kita menjaga bersama keselamatannya ! kakek itu mengakhiri kata-katanya. Semua orang yang berada di tempat itu mengangguk-anggukan kepala, kecuali Kwi Ong. Ketika semuanya ternyata diam tanpa ada yang membuka suara maka kakek Tay Jat Cin Jin itu meneruskan kata-katanya. "Sekarang persoalan ini telah menjadi berlarut-larut dan telah menjadi agak sulit ! Menurut pendapatku ada dua jalan untuk memecahkannya !" Seru Tay Jat Cin Jin sambil menatap satu persatu wajah orang-orang yang berada di tempat itu. "Katakan apa saja yang harus ditempuh?" Seru Kun-si Mo-kun tidak sabar. "Ya!" Sambung Kwi Ong pula sambil memandang Tay Jat Cin Jin. "Pertama, Kwi Ong harus mengembalikan pedang pusaka terlebih dahulu kepada Tong siauwhiap. Kemudian Tong siauwhiap menjelaskan rahasia peta Pek-seng kepada kita semua untuk kemudian kita perundingkan segala sesuatunya bersama. Setelah jelas maka semuanya atau kita beramai- ramai untuk berlomba mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su !" Seru Tay Jat Cin Jin tetapi kata-kata itu belum sampai selesai telah dipotong oleh Kwi Ong. "Menurut pendapatmu jalan itu sudah bersifat adil ?" Tanya Kwi Ong. "Ya!" Seru Tay Jat Cin Jin. "Dimina letak keadilannya!" Tanya Kwi Ong, orang itu tidak puas. "Kau hanya mengembalikan pedang kepada Tong Kiam Ciu. dengan demikian kita semuanya dapat mendengarkan rahasia atau petunjuk dalam peta Pek-seng itu. Apakah ini tidak berarti adil menurut pendapatmu?" Kata kakek itu sambil mengelus janggotnya. Kwi Ong membungkam, dia menundukan kepalanya memandang batu-batu yang berserakan di tempat itu. Semua mata orang-orang gagah memandang kearah Kwi Ong. "Lalu coba katakan jalan kedua!" Seru Kwi Ong mendesak. 10 6 "Jalan kedua lebih mudah lagi," Seru Tay Jat Cin Jin. "kita telah tahu bahwa yang mengetahui rahasia membaca peta Pek-seng hanyalah Tong Kiam Ciu dan dia rela untuk mengajak kita ke kota Pek-seng serta menunjukkan letak atau tempat penyimpanan kitab pusaka Pek-seng-ki-su kepada kita sekalian. Nah, setelah kita mengetahui tempat bersembunyinya kitab Pek-seng-ki-su itu, kita mengadu kepandaian untuk memperebutkannya !" Seru Tay Jat Cin Jin dengan mengakhiri kata-katanya itu dia diam-diam mngawasi reaksi dari orang-orang gagah yang berada di tempat itu. Semua orang yang berada di tempat itu mengangguk-anggukan kepala. Mereka menganggap keputusan itu memang sangat bikjaksana dan adil. Jalan untuk menghindarkan pertumpahan darah seperti yang telah dikatakan oleh Tay Jat Cin Jin itu memang benar-benar sangat baik. Baik jalan pertama maupun jalan kedua adalah sangat baik. Mereka mengharapkan Kwi Ong mengembalikan pedang kepada Tong Kiam Ciu. Kemudian pemuda itu segera membuka rahasia peta Pek-seng kepada mereka, menurut jalan pertama. Kemudian Tay Jat Cin Jin berseru kepada Kwi Ong. "Aku kira bagimu lebih baik mengembalikan pedang itu kepada Tong Kiam Ciu, bukankah kalau kau ternyata mendapatkan kitab Pek- seng-ki-su maka kaupun berhak memegang pedang . Mengingat peratutan Bu-lim ta-hwee maka kau jangan merasa khawatir. Begitu pula kukira kau mempunyai kesempatan besar sekali, karena telah kusaksikan ternyata kau mempunyai ilmu silat yang tinggi. Kwi Ong lama juga berpikir. Dia agak berotak bebal, walaupun dia adalah seorang yang berilmu tinggi, tetapi dalam hal pikir memikir sangat lemah. Hingga beberapa saat lamanya dia berpikir. Semua orang menantikan keputusan Kwi Ong. Mereka memandang kearah ketua suku bangsa Biauw itu. Kemudian tampaklah Kwi Ong mengangkat wajahnya dan memandang kearah Tay Jat Cin Jin, dan dia tersenyum. "Aku memilih jalan kedua !" Seru Kwi Ong. 10 7 Disitulah terlihat ketamakan Kwi Ong manusia yang berwatak sombong dan keji itu. Dia tidak memikirkan kepentingan orang lain, dia berpikir mengapa dia berlaku bodoh untuk mengembalikan pedang yang sudah jatuh ketangannya. Yang penting sekarang baginya, ialah untuk merebut kitab pusaka Pek-seng-ki-su ! Lalu dengan suara lantang Tay Jat Cin Jin berkata . "Aku kira kalian telah mendengar kita mengambil jalan kedua! Tong Kiam Ciu dapat berlalu dari tempat ini dan pergi menuju ketempat tersembunyinya kitab Pek-seng-ki-su ! Kita semuanya membayangi secara beramai-ramai untuk mengadu kepaudaian dan kecerdikan guna mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su. Nah berhubung semuanya kini telah beres, dan aku minta diri!" Seru Tay Jat Cin Jin. Pegitu dia selesai dengan kata-kata itu. maka dia segera menyingkir dengan mengajak Ciok Hok Lo To. Tay Jat Cin Jin adalah seorang kakek yang lihay dan cerdas serta telah pernah menjagoi dunia persilatan pada masa lampau. Dia telah mendahului orang lain dalam memperebutkan kitab Pek-seng-ki-su. Kakek itu telah menggunakan caranya sendiri dalam usaha untuk mendapatkan kitab itu. Bukannya dia pergi sendiri untuk menemukan kitab Pek-seng-ki-su. Setelah kepergiannya Tay Jat Cin Jin dan Cio Hok Lo To maka satu demi satu jago-jago silat itu meninggalkan tempat itu, Mereka akan mengikuti jejak Tong Kiam Ciu. Tetapi ada beberapa orang pula yang belum pergi dan masih menunggu keberangkatan Tong Kiam Ctu, Mereka itu adalah Kwi Ong, Tok Giam Lo, tampak pula Eng Ciok Taysu, Tie-Kiam suseng. Shin Kai Lolo, Teng Siok Soat, Siok siat Shin-ni dan Cheng-hi-sio-li. Adapun Tong Kiam Ciu masih perlu menyembuhkan luka dalam yang dideritanya. Dia tetali masuk kembali kedalam pagoda untuk istirahat sambil memulihkan kembali semangat dan kesehatannya. Sejengkal Tanah Percik Darah Karya Kho Ping Hoo Mustika Gaib Karya Buyung Hok Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo